kajian penerapan pengendalian hama...

117
KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN T E S I S Oleh MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Upload: phamdien

Post on 17-Sep-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN

TAPANULI SELATAN

T E S I S

Oleh

MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 2: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN

TAPANULI SELATAN

T E S I S

Oleh

MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 3: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN

TAPANULI SELATAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 4: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Judul Tesis : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Nama Mahasiswa : Muainah Hasibuan Nomor Pokok : 057004016 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) Ketua

(Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA) (Drs. Chairuddin, MSc) Anggota Anggota Ketua Program Studi, Direktur, (Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa.B. M.Sc) Tanggal Lulus : 18 Maret 2008

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 5: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Telah diuji pada Tanggal : 18 Maret 2008

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS Anggota : 1. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA 2. Drs. Chairuddin, M.Sc 3. Ir. Lahmuddin Lubis, MP 4. Dr. Dwi Suryanto, MS

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 6: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

ABSTRAK

Pengendalian Hama Terpadu ádalah teknologi pengendalian hama yang pendekatannya komprehensif berdasarkan ekologi yang dalam keadaan lingkungan mengusahakan pengintegrasian berbagai taktik pengendalian yang kompatibel satu sama lain serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada petani padi di Tapanuli Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan di 6 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan, 3 kecamatan yang ikut Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan 3 Kecamatan yang tidak ikut SLPHT. Dengan teknik pengumpulan data ádalah kuisioner. Dengan skala likert lima rintangan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variable ekologi, ekonomi, dan teknologi dalam sistem pengendalian hama terpadu pada petani yang ikut SLPHT diperoleh koefisien regresi pada ekologi sebesar 0,106; pada ekonomi sebesar 0,100 dan pada varioabel teknologi diperoleh sebesar 0,077; sehingga diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,225 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0, 474; dengan F hitung sebesar 7,63 dan F tabel sebesar 3,11 pada taraf α sebesar 5 %.

Pada variabel ekologi, ekonomi, dan teknologi dalam sistem pengendalian hama terpadu pada petani yang tidak ikut SLPHT diperoleh koefisien regresi pada ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi diperoleh sebesar 0,294; sehingga diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,125 dan koefisien determinasi R2 sebesar 0,353. dengan F hitung sebesar 3,75 dan F tabel sebesar 3,11 pada tarap α sebesar 5 %.

Faktor ekologi, ekonomi, dan teknologi berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT bagi petani yang ikut SLPHT dan bagi petani yang tidak ikut SLPHT.

.

Kata Kunci : Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), Petani Padi, Tapanuli Selatan.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 7: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

ABSTRACT

Integrated Pest Control (IPM) is the technology using comprehensive approach base on ecology within environment attempts the integration of various compatable controls and to maintain the environment health and profitted farmers. The objectif of study is to know the implementation of IPM to rice farmer in South Tapanuli. The research was performed in 6 regions in South Tapanuli subdistricts, 3 regions belong to Farmer Field School (FFS) and 3 regions don’t belong to the FFS, Data was collecved using questioner and analysed using druble linier regretion. The result of analyse on ecologycal variable, economy and technology of the Pest Integrated Control system of the farmers belong to the Farmer Field School was with regretion coefisien of ecology 0.106, economy 0.100 and technology variable 0.077. Total correlation coefision (r) was 0.225 and ditermination coefision (R2) 0.474. Where F value and F Tabel 7.63 and 3.11 respectively. The regretion coefisien -0.146, economy – 0.189 and technology variable 0,294. The correlation coeficien (r) was 0.125 and ditermination coeficient (R2) 0.353, where F value and F Table were 3.75 and 3.11 respectively. Ecologycal, economyc, and technology factor have significantly influencd toward the application of the Integrated Pest Control (IPM) of the farmers belong to the Farmer Field School (FFS) and also the aplication of Integrated Pest Control of the farmers don’t belong to the Farmer Field School give clear influences on their ecology, economy and technology factors Key Words : Integrated Pest Control (IPM), Farmer Field School (FFS), rice farmer,

South Tapanuli.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 8: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul

“Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di

Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa yang

hendak menyelesaikan pendidikan untuk mencapai gelar Magister Sains pada

program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan

sepenuhnya dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini mengucapkan

terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti,

MS sebagai Ketua, Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA dan Bapak Drs. Chairuddin,

MSc sebagai anggota pembimbing, yang penuh dengan kesabaran dan ketulusan

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis guna kesempurnaan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,

M.Sc selaku Direktur Program Pasca Sarjana USU dan Prof.Dr. Alvi Syahrin,

SH.MS serta Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas kesempatan dan fasilitas yang

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 9: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program

Magister.

Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh masyarakat petani yang ada di

Kecamatan Batang Toru, Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Padang Sidimpuan

Timur, Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Siais, Kecamatan Marancar.

Teristimewa buat Ayahanda, Ibunda, Abang dan adek-adekku semua yang selalu

memberikan semangat dan dorongan buat penulis. Terutama adekku Madihah

Hasibuan yang telah banyak membantu penulis dan terima kasih atas segala doa,

dukungan serta pengobanan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Untuk

teman-teman di kost Sofyan 82 terima kasih atas bantuan dan partisipasinya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan program

Magister PSL Angkatan ’05 sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan tesis ini.

Medan, Februari 2008

Penulis

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 10: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muainah Hasibuan

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan/18 September 1981

Ayah : Musaddad Hasibuan

Ibu : Abidah Rangkuty

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

PENDIDIKAN

1. Tahun 1994 Lulus dari SD Impres Padang Sidimpuan.

2. Tahun 1997 Lulus dari Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 1

Padang Sidimpuan.

3. Tahun 2000 Lulus dari Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Padang

Sidimpuan.

4. Tahun 2000 diterima di Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian USU Medan, dan lulus Sarjana tahun 2004.

5. Tahun 2005 Bulan agustus melanjutkan studi pada Sekolah Pasca Sarjana

(SPs) USU program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 11: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK....................................................................................................... i

ABSTRACT..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP......................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

I. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 8

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

1.4. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 9

1.5. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 9

1.6. Kerangka Penelitian………………………………………………….. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 11

2.1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu ........................................... 11

2.2. Sistem Pengendalian Hama Terpadu ................................................. 13

2.2.1. Tujuan Pelaksanaan PHT .......................................................... 15

2.2.2. Sasaran dan Strategi PHT ......................................................... 15

2.2.3. Prinsip PHT .............................................................................. 17

2.3. Pestisida ............................................................................................. 18

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 12: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

2.3.1. Pengertian Pestisida ................................................................. 18

2.3.2. Kerusakan Lingkungan akibat Pemakaian Pestisida................ . 20

2.4. Deskripsi Daerah Penelitian………………………………………….. 24

III. METODE PENELITIAN........................................................................ 29

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 29

3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................... 29

3.2.1. Populasi Penelitian…………………………………………… 29

3.2.2. Sampel Penelitian…………………………………………… 30

3.3. Pengumpulan Data ............................................................................. 31

3.3.1. Data Primer…………………………………………………… 31

3.3.2. Data Skunder………………………………………………… 32

3.4. Operasional Variabel ......................................................................... 32

3.5. Analisis Data ....................................................................................... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 36

4.1. Karakteristik responden…………………………………………… 36

4.2. Analisis regresi sederhana dari masing – masing peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan............................................ 50 4.3. Analisis regresi ganda dari peubah Bebas Pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang ikut SLPHT Di Kabupaten Tapanuli Selatan……………………………………. 55 4.4. Analisis regresi sederhana dari masing – masing peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang tidak Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan...................................... 57 4.5 Pengujian Hipotesis………………………………………………… 64

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 13: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

4.5.1. Hasil Uji F pada Petani yang Melaksanakan PHT

dan yang tidak melaksanakan PHT………….......................... 64

4.6. Pembuktian Hipotesis……………………………………………… 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 66

5.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 66

5.2. Saran....................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... . 67

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 14: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

DAFTAR TABEL No Judul Halaman 1. Daerah kecamatan penelitian beserta luas wilayahnya...................... 24 2. Luas lahan sawah, pekarangan, tegal, ladang pengembalaan ditiap kecamatan daerah penelitian..................................................... 25 3. Jumlah penduduk di tiap kecamatan daerah penelitian

tahun 2006.......................................................................................... 25

4. Luas Tanam, Panen dan produksi perkecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli Selatan............................................................... 28 5 Jenis OPT padi yang ada ditiap Kecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli Selatan............................................................... 28

6. Jumlah peserta program PHT yang ikut SLPHT................................. 30 7. Jumlah peserta yang tidak ikut SLPHT............................................... 30 8. Jumlah sampel di tiap kecamatan yang ikut SLPHT........................... 31

9. Jumlah sampel di tiap kecamatan yang tidak ikut SLPHT.................. 31

10. Karakteristik responden yang mengikuti SLPHT dan

tidak mengikuti SLPHT pada daerah penelitian.................................. 38 11. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi.............................. 40 12. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan

pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi.................... 43

13. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petaniyang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi.................... 44

14. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan

pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi.............. 45

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 15: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

15. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi........... 48

16. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan

pada petaniyang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi.................... 49 17. Pengaruh masing – masing peubah pada petani yang ikut SLPHT....... 51

18. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat

petani yang ikut SLPHT........................................................................ 56

19. Pengaruh masing – masing peubah pada petani yang ikut SLPHT........ 58 20 Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat

petani yang tidak melaksanakan SLPHT................................................... 62

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 16: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman

1. Kerangka pemikiran kajian penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) oleh petani padi di Kabupaten Tapanuli Selatan………………........... 10

2. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekologi......................................... 52 3. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekonomi....................................... 53 4. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek teknologi...................................... 53 5. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekologi pada petani yang tidak ikut SLPHT......................................................................... 59 6. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekonomi pada petani yang tidak ikut SLPHT......................................................................... 60 7. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek teknologi pada petani yang tidak ikut SLPHT.......................................................................... 60

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 17: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

DAFTAR LAMPIRAN No Judul Halaman

1. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Angkola..................................................................................................... 71

2. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang

Toru.......................................................................................................... 72

3. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Padang Sidimpuan Timur...................................................................................... 73

4. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Sayur matinggi.......................................................................................... 74

5. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Marancar................................................................................................... 75

6. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Siais........................................................................................................... 76

7. Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang ikut SLPHT……………………………………………………...…………… 77

8. Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu

pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang tidak ikut SLPHT………………………………………………………………….. 78

9. Kuisioner yang ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli

Selatan…………………………………………………………………... 79 10. Kuisioner yang tidak ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli

Selatan……………………………………………………………........... 86 11. Peta KabupatenTapanuli Selatan……………………………………….. 93 12. Peta Kecamatan Batang Angkola ............................................................. 94

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 18: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

13. Peta Kecamatan Batang Toru.................................................................... 95

14. Peta Kecamatan Padang Sidimpuan Timur............................................... 96 15. Peta Kecamatan Sayur matinggi................................................................ 97 16. Peta Kecamatan Marancar......................................................................... 98 17. Peta Kecamatan Siais................................................................................. 99

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 19: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah

salah satu makanan yang mengandung gizi yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di

dalamnya terkandung bahan – bahan yang mudah diubah menjadi energi. Zat yang

dikandung oleh beras antara lain adalah karbohitrat, protein, lemak, serat kasar, abu

dan vitamin. Disamping itu beras mengandung unsur – unsur mineral antara lain :

kalsium, magnesium, sodium dan fosfor (Anonimus, 1990).

Tanaman padi merupakan sumber pangan utama yang sangat penting guna

pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Sampai saat ini padi termasuk salah satu

komoditas yang mendapat prioritas pengembangan dari tahun ke tahun. Kebutuhan

pangan terutama beras bagi bangsa Indonesia semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya jumlah penduduk telah mendorong pemerintah untuk melaksanakan

program peningkatan produksi padi.

Bagi negara agraris seperti Indonesia, peran sektor pertanian sangat penting

dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia bahan pangan,

sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas ekspor non

migas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian sebahagian besar

rakyat Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Namun ironis sekali, penghargaan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 20: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

masyarakat umum terhadap pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lain seperti

industri, pertambangan dan perdagangan. Hal ini menyebabkan penghargaan terhadap

lahan pertanian pun terlalu rendah tidak proporsional dengan tingkat manfaatnya

(Adimihardja, 2006)

Peningkatan intensitas pertanaman padi secara terus menerus akan

menyebabkan perubahan ekologi dan terciptanya ekosistem pertanian monokultur.

Hal ini merupakan faktor pendorong munculnya serangga – serangga tertentu yang

dapat merusak tanaman. Untung (1993) menyebutkan agroekosistem pada sistem

persawahan memiliki keragaman biotik dan genetik yang rendah dan bahkan

cenderung semakin tidak beragam. Dalam keadaan demikian ekosistem pertanian

padi sawah sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama. Mahfudin (1995)

menyatakan, pada kondisi demikian serangga hama akan meningkat populasinya

apabila penggunaan pestisida tidak sesuai anjuran.

Persoalan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan

bertambahnya jumlah permintaan bahan pangan. Konsep pengendalian hama terpadu

sebagai gerakan pendekatan teknologi produksi pertanian berwawasan lingkungan

muncul karena kegagalan cara pengendalian hama konvensional yang pada intinya

mencoba menyederhanakan masalah perlindungan tanaman yaitu dengan

menggunakan bahan kimiawi. Pengendalian kimiawi menimbulkan masalah baru

resistensi hama, resurjensi, terbunuhnya musuh alami, terbunuhnya jasad bukan

sasaran dan pencemaran (Metcalf dan Luckman, 1982).

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 21: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Berbagai masalah timbul akibat penggunaan pestisida yang semakin tidak

terkendali. Secara ekonomi dan teknologi pengendalian sudah tidak efisien dan

cenderung merugikan sehingga mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan

Inpres No. 3/ 1986 tentang pelarangan penggunaan 53 jenis insektisida untuk

pengendalian hama, kemudian menjadi tonggak sejarah bagi penerapan Pengendalian

Hama Terpadu untuk tanaman padi (Untung, 1993).

Pada awal tahun 1990-an, pengendalian hama dengan penggunaan pestisida

dianggap cara yang paling aman dan baik. Namun anggapan tersebut berkurang

dengan adanya laporan penelitian dan kasus – kasus yang terjadi akibat penggunaan

DDT yang berlebihan. Beberapa jurnal penelitian entomologi dan ahli lingkungan

melaporkan bahwa DDT dan sejenisnya dapat menimbulkan resistensi hama, ledakan

hama, timbulnya hama sekunder, kontaminasi lingkungan, terdapatnya efek residu

pada hasil pertanian dan peternakan serta mengganggu kesehatan manusia

(Kusnaedi, 2001).

Tidak dapat dipungkiri bahwa pestisida merupakan komponen penting dalam

mendukung keberhasilan peningkatan produksi pertanian, terutama pangan. Namun

kenyataan menunjukkan bahwa pestisida juga menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk itu sejak lebih 20 tahun yang lalu,

pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk menerapkan konsep pengendalian

hama terpadu (PHT) dalam sistem produksi pertanian, terutama tanaman pangan

(Setyanto dkk, 2006)

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 22: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Apabila penggunaan pestisida harus dikurangi maka masalah yang kemudian

muncul dan dihadapi petani sedunia adalah bagaimana cara penggunaan pestisida

agar dapat dikurangi, tetapi kehilangan atau kerugian hasil akibat serangan hama

dapat dihindari. Konsep PHT merupakan alternatif yang tepat untuk menjawab

dilema tersebut karena PHT bertujuan untuk membatasi penggunaan pestisida sedikit

mungkin, tetapi sasaran kualitas dan kuantitas produksi masih dapat dicapai. Secara

global prinsip PHT sangat didorong oleh semakin meningkatnya kesadaran manusia

terhadap kualitas lingkungan hidup dan pengembangan konsep pembangunan yang

terlanjutkan. Usaha PHT merupakan salah satu bentuk usaha manusia untuk lebih

mengefisienkan penggunaan sumberdaya alami dalam memenuhi kebutuhan manusia

yang terus berkembang lebih luas.

Penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan perlindungan tanaman dari

serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ditegaskan melalui Inpres No. 3

tahun 1986, kemudian diperkuat dengan Undang – Undang No. 12 tahun 1992

tentang Sistem Budidaya Tanaman dan dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah No.

6 tahun 1995 Tentang perlindungan Tanaman. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan

pemerintah bahwa pengendalian OPT dilakukan dengan menerapkan PHT, diperlukan

suatu masa transisi untuk memasyarakatkan pemahaman PHT melalui pendidikan,

penyuluhan, penyiapan sarana teknologi serta penyiapan sistem pelayanan yang

diperlukan untuk penerapan PHT, sehingga tumbuh kesadaran untuk menerapkan

PHT (Untung, 1993).

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 23: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Program PHT di Indonesia dinyatakan sebagai kebijakan nasional pada tahun

1986 dan dalam pelaksanaannya telah memberikan efek yang sangat besar terhadap

produksi pertanian nasional. Usaha untuk memperkenalkan PHT sesungguhnya telah

dimulai sejak tahun 1979, setelah Indonesia mendapatkan pengalaman buruk dari

serangan hama wereng coklat pada tahun 1975 – 1977. Usaha untuk pengendalian

terhadap hama wereng ini, di Indonesia diikuti melalui pendekatan teknologi yang

sangat sukses dan kemudian lebih sering disebut sebagai revolusi hijau

(Roling, 1998 dalam Utama, 2003).

Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai korelasi terhadap kebijakan

pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida.

Penggunaan pestisida dalam rangka penerapan PHT secara konvensional

menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun

lingkungan sebagai akibat pestisida yang tidak tepat dan penggunaan yang berlebihan

(Anonimus, 2004).

Dalam hal pengendalian di lapangan para petani sudah terbiasa memakai

pestisida. Padahal penggunaan pestisida sering membawa kerugian yang besar baik

secara langsung dan tidak langsung yakni berpengaruh tidak baik terhadap organisme

yang bukan sasaran juga dapat menimbulkan resistensi bagi Organisme Pengganggu

Tanaman (OPT) dan Jasad Pengganggu Tanaman (JPT). Ditinjau dari segi ekonomi,

penggunaan pestisida memerlukan biaya yang cukup besar. Meskipun begitu

penggunaan pestisida termasuk taktik penting dalam konsep PHT. Penggunaan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 24: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

pestisida dulu, kini dan yang akan datang tetap masih merupakan hal pokok yang

terpenting dalam manajemen pengendalian OPT dan JPT dengan syarat pemakaian

dosis yang tepat sesuai anjuran (Wardojo dkk, 1978).

Disamping segala keberhasilan pestisida, manusia semakin merasakan

dampak negatif pestisida yang semakin memprihatinkan dan juga rasa tanggung

jawab terhadap kelangsungan mahluk hidup di biosfer ini. Hal ini dibuktikan bahwa

semakin banyaknya korban pestisida baik binatang ternak maupun manusia sendiri.

Residu pestisida dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia

karena dari bukti penelitian ada indikasi bahwa pestisida tertentu dapat mendorong

terbentuknya jaringan kanker. Disamping untuk meningkatkan kualitas pangan hal ini

mendorong manusia untuk melihat kembali prinsip dasar yang berwawasan

lingkungan (Untung, 1993).

Untuk mengatasi kekurangan pangan di masa mendatang perlu adanya

terobosan peningkatan produksi padi. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa

produktivitas padi masih dapat ditingkatkan melalui implementasi program PHT.

Contohnya penerapan PHT di Karawang pada tahun 1995 hasil padi petani masih

meningkat hingga 37% dengan penanaman varietas tidak tahan wereng dan

meningkat 46,3% untuk varietas tahan wereng (Effendi, 2006).

Penerapan PHT di bidang pertanian diharapkan dapat merubah pola bercocok

tanam yang lama yang kurang efisien dan efektif sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Pada prakteknya

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 25: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

pelaksanaan PHT tidak terlepas pula dari faktor – faktor yang dapat

mempengaruhinya antara lain : lama pendidikan, luas usaha tani, tanggungan

keluarga, pengalaman bertani dan umur petani (Mubyarto, 1986).

Indonesia dinilai berhasil dalam menerapkan dan mensosialisasikan PHT

melalui proyek nasional PHT. Negara Indonesia juga termasuk pelopor dalam

pelaksanaan PHT sebab telah lama mempunyai undang – undang yang menyebutkan

secara eksplisit bahwa sistem PHT merupakan satu – satunya sistem untuk

pengendalian PHT di tingkat petani, khususnya tentang pengelolaan penyakit

tumbuhan. Kehilangan hasil akibat serangan penyakit pada tanaman padi rata – rata

mencapai 15,1% dari potensi hasilnya dan kerugian di seluruh dunia mencapai 33

milyar USD selama 1988 – 1990 (Abadi,2006).

Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata – rata mencapai 12,22% pada

berbagai tanaman penting di dunia, karena permasalahan hama dan penyakit pada

tumbuhan yang tetap tinggi setelah kebijakan subsidi pestisida dan kehadiran

pencemaran lingkungan meningkat karena penggunaan pestisida. Pemerintah

kemudian mengambil keputusan untuk menetapkan konsep PHT dengan Inpres No. 3

tahun 1986 kemudian dikeluarkan UU No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya tanaman

yang menyebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PHT.

Program PHT nasional di Indonesia dinilai berhasil oleh lembaga Internasional

seperti FAO, bahkan Indonesia kemudian dijadikan contoh pelaksanaan PHT bagi

negara sedang berkembang di Asia dan Afrika. Keberhasilan pelaksanaan PHT pada

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 26: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

tanaman terlihat nyata pada dua hal yaitu menurunnya penggunaan pestisida dan

meningkatnya rata – rata hasil panen (Abadi, 2006).

Di daerah penelitian pada tahun 1990/1991 – 1997/1998 sudah ada PHT tapi

setelah tahun 1999/2000 ke atas tidak ada lagi PHT yang dibiayai atau didukung oleh

pendanaan dari bagian proyek PHT. Sekarang PHT harus dijalankan sendiri setelah

para petani mendapat pelajaran melalui SLPHT namun ada juga petani yang tidak

ikut SLPHT, sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Kajian

Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di Kabupaten

Tapanuli Selatan. Untuk melihat bagaimana penerapan PHT setelah berakhirnya

program PHT.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah :

Bagaimanakah pendapat petani padi yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut

SLPHT mengenai aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi dalam PHT di

Kabupaten Tapanuli Selatan dan bagaimana penerapan PHT pada petani padi di

Kabupaten Tapanuli Selatan.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 27: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

1.3. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana PHT setelah adanya program SLPHT terhadap

petani ditinjau dari aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi dalam PHT di

Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan penerapan PHT oleh petani padi yang ikut SLPHT dan

yang tidak SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

1. Penggunaan PHT agar memasyarakat di kalangan petani khususnya petani

padi.

2. Untuk mengurangi penggunaan pestisida sehingga lingkungan aman dari

pemakaian pestisida.

3. Sebagai alternatif pengendalian dalam pengelolaan lingkungan pertanian.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 28: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

1.6. Kerangka Penelitian

UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 12 TAHUN 1992 TENTANG SISTEM BUDIDAYA

TANAMAN

Penerapan PHT

Petani SLPHT Petani Non SLPHT

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di Kabupaten Tapanuli Selatan

Pendapat Petani Tentang

Aspek Ekologi Aspek Ekonomi Aspek Teknologi

Pertanian Berwawasan Lingkungan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 29: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu

Smith (1983) dalam Untung (1993) mendefinisikan PHT sebagai

pengendalian hama yang menggunakan semua teknik dan metode yang sesuai dalam

cara – cara yang seharmonis mungkin dalam mempertahankan populasi hama di

bawah tingkat yang menyebabkan kerusakan ekonomi di dalam lingkungan dari

dinamika populasi spesies hama yang bersangkutan. Pengendalian hama terpadu tidak

hanya terbatas sebagai teknologi pengendalian hama yang berusaha memadukan

berbagai teknik pengendalian termasuk pengendalian secara kimiawi yang merupakan

alternatif terakhir, tetapi mempunyai makna yang lebih mendasar lagi. PHT adalah

suatu konsep ekologi, falsafah, cara berpikir, cara pendekatan berdasar pada konsep,

ekonomi dan budaya dengan menitikberatkan pada potensi alami seperti musuh

alami, cuaca serta menempatkan manusia sebagai pengambil keputusan dalam

pengelolaan usaha taninya.

Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang

didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian yang

kompatibel antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat dipertahankan di

bawah jumlah yang secara ekonomik tidak merugikan serta mempertahankan

kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani (Oka, 1994).

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 30: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Pengendalian Hama Terpadu merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam

melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman. Penerapan PHT sebagai dasar

kebijaksanaan perlindungan tanaman dari serangan OPT ditegaskan melalui Inpres

No. 3 tahun 1986. Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan

tanaman tersebut adalah dalam Undang – Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan

Tanaman, dan juga Keputusan Menteri Pertanian tertuang dalam No.

887/kpts/OT/1997 tentang pedoman Pengendalian OPT.

Smith and Allen (1954); Stern et al; (1959) menyatakan bahwa PHT adalah

suatu pendekatan yang menggunakan prinsip – prinsip ekologi terapan di dalam

memadukan pengendalian secara hayati dan pengendalian secara kimiawi dalam

menekan hama (Apple dan Smith, 1976). Pengendalian secara kimiawi hanya

digunakan bila benar – benar diperlukan dan dengan cara yang sangat hati – hati

sehingga sekecil mungkin gangguannya terhadap pengendalian hayati yang sudah

ada.

Van den Bosh (1967) menyatakan bahwa kombinasi pengendalian hayati dan

kimiawi saja tidak cukup. Oleh karena itu semua cara dan teknik pengendalian harus

dipadukan ke dalam satu kesatuan untuk mencapai suatu haasil panen yang

menguntungkan dan gangguan yang seminimal mungkin terhadap lingkungan.

Batasan/ defenisi pengendalian hama terpadu yang umum digunakan adalah

sebagai berikut :

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 31: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

a. PHT adalah suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan

semua teknik pengendalian yang sesuai dengan tujuan untuk mengurangi

populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada dibawah

aras populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi

(Smith dan Reynolds, 1966 dalam Untung, 2001; Apple dan Smith, 1976)

b. Batasan PHT secara bebas adalah suatu sistem pengendalian hama yang

mengintegrasikan dua atau lebih cara pengendalian dalam suatu paket yang

memenuhi persyaratan :

1. Secara teknik dapat diterapkan

2. Secara ekonomis menguntungkan

3. Secara sosial layak atau tidak bertentangan

4. Secara ekologis tidak atau sedikit mungkin mencemari lingkungan dan

5. Tidak mengganggu atau membahayakan serangga berguna atau fauna

berguna lainnya (Sastrosiswojo, 1990).

2.2. Sistem Pengendalian Hama Terpadu

Kebijakan Pemerintah mengenai penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan

perlindungan tanaman dari serangan OPT ditegaskan melalui Inpres No. 3 tahun 1986

diperkuat dengan disyahkannya UU. No. 12 Tahun 1992 Tentang Budidaya Tanaman

yang menyatakan bahwa :

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 32: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

1. Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan system Pengendalian Hama

Terpadu (PHT).

2. Pelaksanaan perlindungan tanaman dengan system PHT menjadi tanggung

jawab masyarakat dan pemerintah

Kemudian dilengkapi dengan PP. No. 6 Tahun 1995 mengenai Perlindungan

Tanaman. Dengan demikian keberhasilan dalam pengembangan penerapan PHT

sangat tergantung kepada pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemauan

petani untuk menerapkan PHT serta pengetahuan, keterampilan dan dedikasi petugas

seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Pengamat Hama Penyakit (PHP)

(Rasahan dkk, 1999).

Penerapan PHT di lapangan adalah mendukung praktek pertanian yang lebih

baik. Dalam jangka panjang pemasyarakatan PHT adalah ditujukan untuk

menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dengan sasaran pencapaian

produksi yang tinggi, produk berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan

tanah, air dan sumberdaya lainnya, pembangunan perekonomian desa agar makmur

dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga petani dan komunitas

pertanian pada umumnya. Hal ini akan terlaksana pada beberapa dekade mendatang,

karena pertanian berkelanjutan sampai saat ini belum memiliki model atau alternatif

dalam hubungannnya dengan pertanian yang ekonomis yang dapat dirujuk.

Pengembangan PHT dalam pertanian berkelanjutan didasari oleh resistensi hama

terhadap insektisida sebagai dampak dari penerapan pertanian modern yang terbukti

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 33: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

telah menurunkan kualitas sumberdaya alam. Di lain pihak, pengembangan pertanian

berkelanjutan juga di dasarai munculnya pertanian organik (Effendi, 2006).

2.2.1. Tujuan Pelaksanaan PHT

Adapun tujuan umum pelaksanaan PHT di Indonesia adalah

1. Memantapkan hasil dalam tahap yang telah dicapai oleh teknologi pertanian

maju.

2. Mempertahankan kelestarian lingkungan.

3. Melindungi kesehatan produsen dan konsumen.

4. Meningkatkan efisiensi pemasukan dalam produksi.

5. Meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan petani (Oka, 1994).

Pengendalian Hama Terpadu tidak hanya memperhatikan sasaran jangka

pendek, melainkan juga sasaran jangka panjang. Selain untuk tindakan pengendalian

dan penekanan populasi organisme hama, PHT juga mempertimbangkan peranannya

yang lebih luas dan hakiki sebagai bagian dari produksi tanaman dan pengelolaan

lingkungan pertanian (Untung, 1993).

2.2.2. Sasaran dan Strategis PHT

Sasaran yang ingin dicapai oleh PHT adalah

1. Produktivitas pertanian terjamin pada taraf yang tinggi.

2. Populasi dan atau serangan hama tidak menimbulkan kerugian ekonomis.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 34: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

3. Keuntungan ekonomi yang diterima oleh petani maksimal.

4. Kandungan bahan berbahaya dalam produk – produk tidak melampaui baku

mutu.

5. Fungsi – fungsi lingkungan dapat dipelihara.

6. Ketahanan sosial budaya yang kuat dimiliki petani dalam menjalankan usaha

tani (Wasiati dan Soekirno, 1998).

Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan PHT adalah memadukan semua

teknik pengendalian OPT dan melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas

ekologi serta ekonomi. Semboyan PHT oleh petani dan bukan untuk petani dan petani

menjadi ahli PHT dimaksudkan agar petani dapat menolong dirinya sendiridalam

menghadapi masalah produksi, terutama hama yang menyerang tanamannya baik

secara berkelompok maupun sendiri dengan cara ya efektif dengan lingkungan

(Anonimus, 2004).

Dalam kaitan dengan PHT petani dihadapkan dengan pilihan baik atau buruk

hasil yang diperoleh jika mengikuti PHT atau tidak. Pada PHT teknik perlakuan yang

digunakan dalam pengendalian hama dengan melakukan tindakan pemantauan,

pengambilan keputusan dan pengambilan tindakan sedangkan pada non PHT

perlakukan dalam pengendalian hama yaitu dengan pemberantasan hama dengan

penyemprotan pestisida pada tanaman secara berjadwal artinya pada waktu tertentu

dan pada waktu pertumbuhan tanaman tertentu. Selain itu pada non PHT kebanyakan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 35: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

pestisida yang digunakan bersifat racun dan membahayakan kesehatan manusia dan

lingkungan sekitarnya (Oka, 1994).

2.2.3. Prinsip PHT

Ada 4 prinsip dasar penerapan PHT adalah sebagai berikut :

1. Budidaya tanaman sehat

Dengan menggunakan paket teknologi produksi dan praktek agronomis untuk

mewujudkan tanaman sehat.

2. Pelestarian dan pendayagunaan musuh alami

Melalui pengelolaan dan pelestarian faktor biotik dan abiotik agar mampu

berperan secara maksimal dalam pengendalian populasi dan penekanan

tingkat serangan OPT

3. Pengamatan mingguan secara teratur

Pengamatan hasil interaksi faktor biotik dan abiotik dan menimbulkan

serangan OPT. Merupakan kegiatan penting yang mendasari pengambilan

keputusan pengendalian.

4. Petani berkemampuan dan melaksanakan dan ahli PHT

Agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan

pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan melalui latihan

dan pemberdayaan petani (Anonimus, 2004).

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 36: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Pelaksanaan prinsip PHT antara lain mencakup sejauh mana petani mau

melaksanakan pengamatan hama/penyakit tanaman secara teratur, bagaimana tata

cara melakukan pengamatan hama/penyakit dan bagaimana tanggapan petani atas

hasil usaha pengamatan yang telah dilakukan, pengambilan keputusan dalam kegiatan

pengendalian hama/penyakit dan bagaimana kinerja petani dalam menyebarluaskan

pengetahuan dan keterampilannya tentang PHT ke petani lainnnya (Darwis, 2006)

Konsep PHT merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian

hama dan penyakit. Penggunaan pestisida memang telah memberikan kontribusi

besar bagi peningkatan produksi tanaman, tetapi juga berdampak negatif terhadap

lingkungan, seperti munculnya resistensi dan resurjensi beberapa jenis hama. Dalam

bercocok tanam padi PHT tidak bisa diimplimentasikan sebagai suatu kegiatan yang

mandiri, tetapi merupakan bagian dari sistem produksi. Tujuan utama dari usaha tani

padi adalah mendapatkan hasil yang tinggi dengan keuntungan yang tinggi pula

dalam proses produksi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu PHT perlu

diintegrasikan dan menjadi bagian penting dari budidaya padi yang baik

(Hidayati, 2005)

2.3. Pestisida

2.3.1 Pengertian Pestisida

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan

perkembangan/ pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Pestisida secara umum

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 37: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya.

Insektisida, herbisida, fungisida dan nematisida digunakan untuk mengendalikan

hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain

digunakan untuk mengendalikan tikus dan siput (Alexander, 1977).

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad

pengganggu tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida berperan sebagai salah satu

komponen pengendalian, yang harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati,

efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan

sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai

teknologi seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola

tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem

yang seringkali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Cara

lain untuk mengatasi jasad pengganggu selain menggunakan pestisida kadang –

kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan

pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad

pengganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil

(Sudarmo, 1991).

Penggunaan pestisida telah dianggap sebagai metode yang paling efektif

dalam pengendalian hama dan penyakit. Oleh karena itu sejak dipergunakannya

secara luas pestisida organik sintetik, maka pada masyarakat timbul pandangan atau

pendapat bahwa tanpa pestisida tidak mungkin diperoleh produksi pertanian yang

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 38: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

tinggi atau dengan kata lain pestisida merupakan jaminan atau asuransi bagi

tercapainya sasaran produksi (Wudyanto, 1997).

Pestisida merupakan bahan pencemar paling potensial dalam budidaya

tanaman. Oleh karena itu perannya perlu diganti dengan teknologi lain yang

berwawasan lingkungan. Pemakaian bibit unggul, pemakaian organik dan pestisida

memang mampu memberikan hasil yang tinggi. Swasembada beras yang dicapai di

Indonesia pada tahun 1984 tidak terlepas dari ketiga hal tersebut. Namun tanpa

disadari praktek ini telah menimbulkan masalah dalam usaha pertanian itu sendiri

maupun terhadap lingkungan (Hendarsih dan Widiarta, 2005).

2.3.2. Kerusakan Lingkungan Akibat Pemakaian Pestisida

Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan

mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik yaitu organoklorin. Tingkat

kerusakan yang disebabkan senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa

lain karena senyawa ini tidak peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai

(Said, 1994).

Dampak negatip penggunaan pestisida antara lain adalah :

1. Meningkatnya resistensi dan resurjensi organisma pengganggu tumbuhan

(OPT)

2. Terganggunya keseimbangan biodiversitas termasuk musuh alami (predator)

dan organisme penting lainnnya.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 39: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

3. Terganggunya kesehatan manusia dan hewan.

4. Tercemarnya produk tanaman, air , tanah dan udara.

Meskipun pengendalian hama terpadu dengan menggunakan pestisida telah

memberikan hasil yang nyata dalam menekan serangan hama dan penyakit tanaman

dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya. Oleh karena itu penggunaan pestisida

perlu dikurangi atau dirasionalisasi baik melalui penerapan PHT secara tegas maupun

pengembangan system pertanian organik yang lebih mengutamakan penggunaan

musuh alami dan pestisida hayati

Pencemaran lingkungan terutama lingkungan pertanian disebabkan oleh

penggunaan bahan – bahan kimia pertanian. Telah dapat dibuktikan secara nyata

bahwa bahan – bahan kimia pertanian dalam hal ini pestisida, meningkatkan produksi

pertanian dan membuat pertanian lebih efisien dan ekonomi. Pencemaran oleh

pestisida tidak saja pada lingkungan pertanian tapi juga dapat membahayakan

kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada produk –

produk pertanian dan pada perairan.

Sifat – sifat pestisida yang akan digunakan dalam pengendalian hama dan

penyakit tanaman harus sesuai dengan prinsip – prinsip PHT yaitu

1. Efektif menurunkan populasi hama sasaran yang sedang meningkat di atas

ambang ekonomi.

2. Sedapat mungkin tidak mempengaruhi populasi hama – hama lain.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 40: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

3. Tidak menurunkan fungsi populasi musuh alami sebagai pengendali hama

alami.

4. Pestisida yang sesuai sasaran sesuai dengan prinsip PHT.

Dalam kaitan penggunaan pestisida yang ideal, Miller (1993) memberikan

kriteria sebagai berikut :

1. Membunuh hama yang menjadi target.

2. Tidak memiliki pengaruh terhadap kesehatan, baik jangka pendek maupun

jangka panjang terhadap organisme yang tidak menjadi target.

3. Dapat terurai menjadi zat kimia yang tidak berbahaya dalam waktu singkat.

4. Mencegah perkembangan resistensi genetik pada organisme target.

5. Menghemat uang dibandingkan dengan tanpa melakukan usaha untuk

mengendalikan spesies hama.

Salah satu faktor yang memicu letusan hama di ekosistem pertanian adalah

penggunaan pestisida. Satu – satunya alternatif untuk mengurangi praktek

penggunaan pestisida yang tidak bijaksana adalah dengan menerapkan PHT yang

berorientasi pada kestabilan ekosistem dengan lebih mengutamakan berfungsinya

proses pengendalian alami. PHT bukan hanya teknologi atau metode pengendalian

hama tetapi merupakan suatu konsep, cara berpikir, cara pendekatan dari berbagai

disiplin ilmu atau mengambil dari falsafah ilmu pengetahuan. Konsep PHT

dikembangkan dalam bentuk strategi dan taktik penerapan di lapangan sesuai dengan

ekosistem dan sistem masyarakat setempat. Taktik PHT dapat berubah sesuai dengan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 41: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

keadaan waktu dan tempat, tetapi konsep dan prinsip PHT harus tetap atau konsisten

(Untung, 1993).

Meskipun telah ditetapkan Undang – Undang yang membatasi penggunaan

bahan kimia dalam pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, namun dalam

pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai dengan sistem PHT, untuk mengurangi

dampak negatif penggunaan pestisida dapat ditempuh beberapa cara antara lain hanya

menggunakan pestisida yang lebih aman terhadap manusia dan lingkungan hidup dan

penerapan budidaya residu minimum dan budidaya organik yaitu dengan cara

pemanfaatan sistem pengendalian secara hayati (Setyanto, 2006).

Di seluruh dunia para petani dan keluarganya yang memakai pestisida atau

tinggal dekat dengan orang lain yang memakai pestisida, maka para keluarga dan

tetangga yang tinggal dekat mereka perlu diperhatikan. Ternak, ikan dan burung juga

harus diperhatikan masyarakat dengan air atau makanan yang terkontaminasi

pestisida harus diperhatikan. Perusahaan – perusahaan pembuat pestisida pengguna

yang aman atau mengiklankan ramah lingkungan (Yayasan Duta Awan, 2007).

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 42: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

4. Deskripsi Daerah Penelitian

Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah salah satu Kabupaten yang terdapat di

Propinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduknya bermatapencaharian sebagai

petani. Tapanuli Selatan terletak antara 0o10’ s/d 1o50’ Lintang Utara dan 98o50’ s/d

100o10’ Bujur Timur dengan Luas Wilayah 12 261,55 km2. Ketinggian berkisar

antara 0 – 1.915 m di atas permukaan laut. Batas – batas daerah yaitu

Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan tapanuli Tengah

Sebelah Timur : Propinsi Riau dan Kabupaten Labuhan Batu

Sebelah Selatan : Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Madina

Sebelah Barat : Samudra Indonesia dan Kabupaten Madina

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulturara Tapanuli Selatan, 2006).

Daerah Kecamatan Penelitian beserta luas wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daerah kecamatan penelitian beserta luas wilayahnya

No. Kecamatan Luas wilayah (Ha)

1. Batang angkola 540.05 2. Batang Toru 490.14 3. Padangsidimpuan Timur 461.46 4. Sayur Matinggi 517.60 5. Marancar 88.79 6. Siais 395.34 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 43: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Daerah kecamatan beserta Luas lahan sawah, Pekarangan, Tegal Ladang

Pengembalaan di tiap Kecamatan daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas lahan sawah, pekarangan, tegal, ladang pengembalaan di tiap kecamatan daerah penelitian

No Kecamatan Lahan

Sawah Pekarangan dan Bangunan

Tegal/ Kebun

Ladang Pengembalaan

1. Batang Angkola 2.689 20 330 58 162 2. Batang Toru 2.048 136 1.662 422 219 3. Padangsidimpuan Timur 2.076 174 1.158 1.620 460 4. Sayur Matinggi 1.992 24 595 67 74 5. Marancar 1.196 54 581 519 89 6. Siais 409 23 2.561 2.800 - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006 Jumlah penduduk di tiap Kecamatan daerah penelitian Tahun 2006 terdapat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk di tiap kecamatan daerah penelitian Tahun 2006 No. Kecamatan Jumlah Penduduk 1. Batang Angkola 30.269 2. Batang Toru 33.568 3. Padang Sidimpuan Timur 27.293 4. Sayur Matinggi 36. 134 5. Marancar 8.951 6. Siais 20.459 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, 2006

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 44: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Kecamatan Batang Angkola

Daerah Batang Angkola terletak di ketinggian 235 m – 250 m dpl dengan

jumlah penduduk terdiri dari 34.396 jiwa.

Kecamatan Batang Angkola berbatasan dengan

Sebelaha utara : Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Sebelah Selatan : Kecamatan Sayur Matinggi

Sebelah Barat :Kecamatan Siais dan Kecamatan Muara Batang Gadis

Kabupaten Madina

Sebelah Timur : Kecamatan Sosopan

Kecamatan Sayurmatinggi

Sebelah Utara : Kecamatan Batang Angkola

Sebelah Selatan : Kabupaten Madina

Sebelah Barat : Kecamatan Siais

Sebelah Timur : Kecamatan Sosopan

Kecamatan Padang Sidimpuan Timur

Sebelah Utara : Kecamatan Batang Angkola dan Sayur Matinggi

Sebelah Selatan : Kabupaten Madina

Sebelah Barat : Kecamatan Padang Sidimpuan Barat

Sebelah Timur : Kotamadya Sidimpuan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 45: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Kecamatan Batang Toru

Sebelah Utara : Kecamatan Padang Sidimpuan Barat

Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara

Sebelah Barat : Kecamatan Siais

Sebelah Timur : Kecamatan Marancar

Kecamatan Siais

Kecamatan ini terletak pada 350 m s/d 700 m dari permukaan laut. Dengan luas

daerah 45.944 ha.

Sebelah Utara : Kecamatan Padang Sidimpuan Barat

Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Angkola

Sebelah Barat : Kabupaten Madina, Muara Batang Gadis

Sebelah Timur : Kecamatan Pemko Padang Sidimpuan

Kecamatan Marancar

Sebelah Utara : Kecamatan Sipirok

Sebelah Selatan : Padang Sidimpuan

Sebelah Barat : Kecamatan Batang Toru

Sebelah Timur : Kecamatan Padang Sidimpuan Timur

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 46: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Tabel 4. Luas tanam, panen dan produksi perkecamatan tahun 2006 di Kabupaten Tapanuli Selatan

No. Kecamatan Tanam

(Ha) Panen Produktivitas

(Ton/Ha) Produksi

(Ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Batang Angkola Batang Toru Padang Sidimpuan Timur Sayur Matinggi Siais Marancar

5,598 4,420 6,738 3,625 8,97 2,510

5,198 5,071 7,678 3,133 972

2,387

59,75 62,00 56,00 58,62 50,12 53,19

31,058 31,440 42,997 18,366 4,872 12,696

Jumlah 31,861 33,187 56,61 142,023 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006

Tabel 5. Jenis OPT padi yang ada di tiap Kecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli

Selatan No. Kecamatan Jenis OPT padi 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Batang Angkola Batang Toru Padang Sidimpuan Timur Sayur Matinggi Siais Marancar

tikus, tungro, walang sangit, kepinding tanah, hama putih, kresek tikus, walang sangit, kepinding tanah tikus, walang sangit, kepinding tanah tikus, walang sangit, kepinding tanah, blast walang sangit, blast tikus, walang sangit, kepinding tanah

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 47: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan di 6 Kecamatan yang

ada di Tapanuli Selatan, 3 Kecamatan yang telah mengikuti Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yaitu Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan

Batang Toru, Kecamatan Padangsidimpuan Timur dan 3 Kecamatan yang tidak

mengikuti SLPHT yaitu Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Siais, Kecamatan

Marancar.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai dengan Oktober

2007. .

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta program

PHT yang telah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

yang ada di Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan

Padangsidimpuan Timur dan peserta program PHT ini berasal dari adanya program

Nasional yaitu pada tahun 1990, dan yang tidak mengikuti Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang ada di Kecamatan Sayur Matinggi,

Kecamatan Siais dan Kecamatan Marancar.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 48: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Tabel 6. Jumlah peserta program PHT yang ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Peserta SLPHT (Orang) 1. Batang Angkola 100 2. Batang Toru 75 3. Padang Sidimpuan Timur 100 Jumlah 275 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultuta Tapanuli Selatan,2006 Tabel 7. Jumlah peserta yang tidak ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Peserta yang tidak ikut SLPHT (Orang) 1. Sayur Matinggi 100 2. Siais 75 3. Marancar 100 Jumlah 275 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultuta Tapanuli Selatan, 2006 3.2.2. Sampel Penelitian

Penarikan sampel dari populasi adalah dengan melakukan pengambilan

sampel dengan tujuan tertentu atau secara sengaja. Agar sampel yang diambil

representif maka dalam pengambilan sampel peneliti mengadakan survei awal untuk

mengetahui kondisi lokasi penelitian.

Pemilihan sampel sebagai responden diambil secara acak sebanyak 30% dari

masing – masing jumlah populasi petani SLPHT sehingga diperoleh responden

sebanyak 83 orang. Proporsi jumlah sampel yang dipilih didasarkan pada pendapat

Arikunto (1983) bahwa pemilihan sampel antara 10 – 15% dan 20 – 30% dan jumlah

populasi sudah memadai.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 49: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Untuk lebih jelasnya pemilihan sampel sebagai responden pada penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan yang ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Petani SLPHT

(Orang) Jumlah Sampel (30%)

1. 2. 3.

Batang Angkola Batang Toru Padangsidimpuan Timur

100 75 100

30 23 30

Jumlah 275 83

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006 Tabel 9. Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan yang tidak ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Petani SLPHT

(Orang) Jumlah Sampel (30%)

1. 2. 3.

Sayur Matinggi Siais Marancar

100 75 100

30 23 30

Jumlah 275 83

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006

3.3. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pengumpulan data sebagai berikut :

3.3.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari petani melalui wawancara dengan

petani dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Data yang dibutuhkan

tentang karakteristik petani meliputi, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 50: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

bertani, kepemilikan lahan, pendapat petani terhadap aspek ekologi, aspek ekonomi,

aspek teknologi dalam pengendalian hama terpadu (PHT).

Adapun wawancara yang dilakukan dibagi atas dua bagian yaitu wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur, dalam hal ini

sebelum wawancara terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai panduan

yang akan dijawab oleh responden pada lembar jawaban yang telah disediakan.

Sedangkan wawancara tidak berstruktur, dalam hal ini tidak ditetapkan daftar

pertanyaan sebagaimana termasuk dalam wawancara terstruktur. Caranya agak

sederhana dan bebas serta tidak bersifat formal, sehingga tidak menimbulkan

kekakuan wawancara.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari penelitian dokumentasi yang berasal dari

berbagai sumber yaitu Biro Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kantor

Kecamatan di setiap daerah sampel penelitian.

3.4. Operasional Peubah

1. Penerapan PHT

a. Aspek ekologi terdiri dari :

Hama

Penyakit

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 51: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Kultur Teknis

Mekanis

Waktu Pemberian pupuk

Sistem pengairan

Jumlah penggunaan pupuk

Penggunaan varietas

Penggunaan musuh alami

b. Aspek ekonomi terdiri dari :

Pendapatan

Produksi

Biaya pengendalian

Pertemuan kelompok tani

Kunjungan PHP dan PPL

c. Aspek teknologi terdiri dari :

Agens hayati

Pestisida

Biopestisida

Waktu penyemprotan pestisida

Frekuensi penggunaan pestisida

Dosis

Jenis – jenis pestisida

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 52: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

2. Pendapat petani padi tentang PHT

Pengetahuan tentang PHT

Pelaksanaan PHT

Manfaat PHT

Data dalam kuisioner dibuat dengan skala likert (Sugiono, 2000) dengan

kriteria keadaan sebagai berikut :

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Kurang setuju

4 = Setuju

5 = Sangat setuju

3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi

Linier Berganda (Multiple Linier Regression)

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e

Dimana :

Y = Pendapat petani

X1 = Aspek ekologi

X2 = Aspek ekonomi

X3 = Aspek teknologi

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 53: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi X1

b2 = Koefisien regresi X2

b3 = Koefisien regresi X3

e = Std. error

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 54: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Data penelitian diambil dengan cara kuesioner dari 166 responden, 83

responden yang mengikuti SLPHT dan 83 responden yang tidak mengikuti SLPHT

yang berasal dari 6 kecamatan, 3 kecamatan yang mengikuti SLPHT dan 3

Kecamatan yang tidak mengikuti SLPHT. Karakteristik responden dapat dilihat pada

Tabel 10. Diketahui bahwa responden petani yang ikut SLPHT keseluruhan yang

berjenis kelamin laki-laki 25 responden (30,12%), perempuan 58 responden

(69,88%) untuk petani yang tidak ikut SLPHT keseluruhan yang berjenis kelamin

laki – laki 38 responden (45,78%) dan perempuan 45 responden (54,22%)

Usia responden petani yang ikut SLPHT yang paling banyak berumur 31 s.d.

40 tahun (37,35%) dan pada yang tidak ikut SLPHT yang paling banyak berumur 42

s.d. 50 tahun (45,78%) berarti dapat dilihat bahwa petani yang ikut SLPHT umurnya

lebih muda dibanding yang tidak ikut SLPHT sehingga semangat belajarnya masih

kuat.

Pendidikan responden bagi petani yang ikut SLPHT yaitu 34 responden SD

(40,96%), 26 responden SLTP (31,33%), 20 responden SLTA (24,10%), 2 responden

diploma (2,41 %) dan 1 responden S1 (1,20%), dan bagi yang tidak ikut SLPHT 39

responden yang berpendidikan SD (46,99%), 24 responden SLTP (28.92%),

17 responden SLTA (20,48%), 1 responden diploma (1,20%) dan 2 responden S1

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 55: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

(2,41%). Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak

dimiliki baik SLPHT dan yang tidak SLPHT adalah SD berarti tergolong

pendidikannya masih rendah sehingga perlu sekolah unuk lebih memahami tentang

PHT. Pada yang ikut SLPHT dapat dilihat bahwa pendidikan yang paling banyak

adalah SD ini disebabkan karena ada syarat – syarat tertentu supaya bisa ikut SLPHT

yaitu punya lahan sendiri, sudah mempunyai pengalaman bertani, punya lahan dan

bisa menyewakan lahannya ke petani lain dan yang bisa memenuhi syarat – syarat itu

kebetulan yang masih berpendidikan SD. Selain itu karena pendidikannnya rewndah

mereka ingin meningkatkan tarap hidup dan lebih mendalami tentang pertanian maka

merekapun ikut SLPHT.

Luas lahan bagi petani yang ikut SLPHT adalah 56 responden (67,47%) dari

petani hanya mempunyai luas lahan <0,5 ha dan bagi yang tidak ikut SLPHT 53

responden (63,86%) dengan luas lahan 0,5 ha berati didaerah penelitian petani

memiliki luas lahan yang masih sedikit.

Pengalaman bertani bagi yang ikut SLPHT paling banyak 5 s.d 15 tahun

dengan jumlah responden 31 responden (37,35%) dan bagi yang tidak ikut SLPHT

16 s.d 30 tahun dengan jumlah responden 32 responden (27,71%) hal ini dikarenakan

petani yang tidak ikut SLPHT lebih percaya cara bertanam yang turun temurun dari

nenek moyangnya.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 56: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Tabel 10. Karakteristrk responden mengikuti SLPHT dan tidak mengikuti SLPHT pada daerah penelitian

Jumlah

Uraian SLPHT Tidak SLPHT

Jenis Kelamain - Laki-laki -Perempuan Usia (thn) - <20 - 21 s/d 30 - 31 s/d 40 - 42 s/d 50 - >50 Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma S1 Luas lahan (ha) <0,5 0,6 s/d 2 2,1 s/d 3 3,1 s/d 5 Pengalaman Bertani <5 5 s/d 15 16 s/d 30 31 s/d 40 >40 Kepemilikan Lahan Milik Sendiri Sewa Bagi hasil

25 (30,12%) 58 (69,88%)

1 (1,20%) 9 (10,84%) 31 (37,35%) 27 (32,35%) 15 (18,07%)

34 (40,96%) 26 (31,33%) 20 (24,10%) 2 (2,41%) 1 (1,20%)

56 (967,47%) 24 (28,92%) 1 (1,20%) 2 (2,41%)

12 (14,46%) 31 (37,35%) 7 (27,71%) 7 (8,43%)

10 (12,05%)

38 (45,78%) 31 (37,35%)

14 (17,87%)

25 (30,12%) 58 (69,88%)

1 (1,20%) 9 (10,84%) 31 (37,35%) 27 (32,35%) 15 (18,07%)

34 (40,96%) 26 (31,33%) 20 (24,10%) 2 (2,41%) 1 (1,20%)

53 (63,86%) 29 (34,94%) 1 (1,20%) 0 (0,00%)

9 (10,84%) 23 (27,71%)

10 (38,55%) 12 (14,46%) 31 (8,43%)

56 (67,47%) 25 (30,12%) 2 (2,41%)

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 57: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Pada Tabel 10 dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa jumlah

laki - laki yang ikut SLPHT Berjumlah 25 responden (30,12%) dan yang perempuan

berjumlah 58 responden (69,88%) dan yang ikut SLPHT jumlah laki – laki berjumlah

38 responden (45,78%) dan yang perempuan berjumlah 45 responden (54,22%),

berarti yang paling banyak melakukan SLPHT adalah perempuan hal ini disebabkan

karena yang aktif di lapangan adalah perempuan dan lebih mau belajar SLPHT

sedangkan yang laki – laki banyak yang bekerja berkebun, PNS, berdagang dan

biasanya laki – laki turun ke sawah pada saat panen atau pada saat menggarap sawah

dengan menggunakan traktor.

Kepemilikan lahan bagi yang ikut SLPHT yaitu 38 responden (45,78%) yang

memiliki lahan sendiri dan yang tidak ikut SLPHT diperoleh 56 responden (67,47%),

sewa 31 responden (37,35%) bagi yang ikut SLPHT bagi hasil 14 responden

(17,87%) dan bagi yang tidak ikut SLPHT sewa 25 responden (30,12%) bagi hasil 2

responden (2,41%). Hal ini dapat dilihat bahwa di daerah penelitian yang dilakukan

di Kabupaten Tapanuli Selatan petani yang tidak ikut SLPHT lebih banyak memiliki

lahan sendiri ini diakibatkan warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Jadi

setiap petani di Tapanuli Selatan hampir memiliki lahan sendiri untuk penanaman

padi. Sementara untuk tanah yang disewakan bagi yang tidak ikut SLPHT diperoleh

25 responden lebih banyak dari yang ikut SLPHT sedangkan untuk yang bagi hasil

untuk yang ikut SLPHT lebih banyak yang bagi hasil dibandingkan yang tidak ikut

SLPHT.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 58: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Secara terinci pendapat responden yang ikut SLPHT di Tapanuli Selatan

dilihat dari aspek ekologi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi

1 2 3 4 5 No. Peubah

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

1. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi hama pada tanaman padi meningkat

41 49,39 16 19,27 13 15,66 13 15,66 0 0

2. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi penyakit pada tanaman padi meningkat

41 49,39 14 16,86 16 19,27 12 14,45 0 0

3. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis

5 6,02 4 4,81 15 18,07 49 59,03 10 12,04

4 Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik

6 7,22 13 15,66 22 26,50 37 44,57 5 6,02

5 Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik

1 1,20 8 9,63 18 21,68 51 61,44 5 6,02

6. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis mekanik dan pestisida.

7 15,66 8 9,63 11 13,25 42 50,60 15 18,07

7. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT tidak melakukan pengendalian sama sekali

13 15,66 29 34,93 26 31,32 12 14,45 3 3,61

8. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT

3 3,61 17 20,48 57 68,67 5 6,02 1 1,20

9. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk Urea dilakukan setelah adanya PHT

2 2,40 19 22,89 53 68,85 8 9,63 1 1,20

10. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk SP36 yang dilakukan setelah adanya PHT

1 1,20 45 54,21 25 30,12 11 13,25 1 1,20

11. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk KCL yang dilakukan setelah adanya PHT

3 3,61 23 27,71 49 59,03 8 9,63 0 0

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 59: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

12. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk ZPT yang dilakukan setelah adanya PHT

19 22,89 44 53,01 15 18,07 5 6,02 0 0

13. Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT

3 3,61 24 28,91 9 10,84 47 56,62 0 0

14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT

2 2,40 21 25,30 52 62,65 6 7,22 2 2,40

15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT

9 10,84 41 49,39 24 28,91 5 6,02 4 4,81

16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi setelah adanya PHT

56 67,46 17 20,48 8 9,63 1 1,20 1 1,20

17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman

2 2,40 8 9,63 4 4,81 52 62,65 17 20,48

18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami?

0 0 7 8,43 1 1,20 39 46,98 36 43,37

19. Apakah bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan setelah adanya PHT

4 4,81 12 14,45 38 45,78 16 19,27 13 15,66

Pada Tabel 11 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang ikut

SLPHT yang mana dapat dilihat bahwa setelah melakukan PHT populasi hama dan

penyakit pada tanaman padi 41 responden (49,39%) menjawab tidak meningkat jadi

setelah adanya PHT populasi menurun. Petani juga setuju pengendalian yang paling

banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dan mekanik dengan responden

sebanyak 50 responden (60,24%) dan sebanyak 29 responden (34,93%) menjawab

bahwa petani tidak setuju setelah PHT petani tidak melakukan pengendalian sama

sekali karena para petani menggunakan perangkap misalnya perangkap tikus. Waktu

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 60: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

pemberian pupuk setelah adanya PHT lebih jarang dengan responden sebanyak

57 responden (68,67%) sehingga petani SLPHT telah diajarkan bagaimana

penggunaan pupuk yang berimbang bagi tanaman padi. Sistem Pengairan yang paling

banyak dipakai pada petani padi yang ikut SLPHT yaitu sistem pengairan teknis

dimana respondenyang menjawab sebanyak 52 responden (62,65%), untuk pengairan

setengah teknis sebanyak 24 responden (28,91%) dan untuk tadah hujan sebanyak

8 responden (9,63%). Penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman dengan

jumlah responden menjawab 52 responden (62,65%) menjawab setuju berpengaruh

ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64, Citarum. Penggunaan

pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 36 responden (47,37%) menjawab

berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering dengan

38 responden (45,78%) karena petani lebih mengetahui manfaat dengan dilakukannya

pengamatan mingguan sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak melebihi ambang

ekonomi. Selain itu dengan melakukan pengamatan mingguan petani akan

mengetahui berapa banyak serangga dan musuh alami yang berada di pertanaman

padi sehingga petani akan mengetahui apakah serangan dari hama dan penyakit pada

tanaman padi sudah melewati batas ambang ekonomi atau belum, dari sini petani

akan mengetahui cara pengendalian yang terbaik yang harus dilakukan dalam

mengendalikan serangan hama yang ada di pertanaman padi.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 61: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Tabel 12. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi

1 2 3 4 5 No. Peubah

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

20. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan pendapatan

5 6,02 2 2,40 0 0 56 67,46 20 24,09

21 Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan produksi pertanian.

0 0 1 1,20 4 4,81 51 61,44 27 32,53

22 Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat mengurangi biaya pengendalian.

0 0 6 7,22 1 1,20 49 59,03 27 32,53

23 Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan bapak/ibu lebih meningkat

2 2,40 1 1,20 0 0 49 59,03 31 37,34

24 Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhanlebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi

1 1,20 1 1,20 0 0 39 46,98 42 50,60

Pada Tabel 12 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekonomi

sebanyak 56 responden (67,42%) menjawab pendapatan petani lebih meningkat

karena berkurang pemakaian pestisida sebanyak 49 responden (59,03%) dengan

adanya penyuluhan petani lebih memperoleh pengetahuan tentang peningkatkan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 62: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

produksi padi dengan cara memakai varietas yang berlabel dan tahan dari serangan

hama.

Tabel 13. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi

1 2 3 4 5 No

.

Peubah

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati

41 49,39 17 20,48 21 25,30 3 3,61 1 1,20

26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida

15 18,07 39 46,98 23 27,71 1 1,20 5 6,02

27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida)

33 39,75 29 34,93 12 14,45 7 8,43 2 2,40

28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang bapak/ibu lakukan lebih sering setelah melakukan PHT

12 14,45 47 56,62 9 10,84 12 14,45 3 3,61

29. Menurut bapak/ibu bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan setelah adanya PHT

33 39,75 44 53,01 0 0 4 4,81 2 2,40

30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaa pestisida yang bermerek Decis

7 8,43 15 18,07 24 28,91 26 31,32 1

1

13,25

31. Apakah Bapak/ibu setuju setelah menggunakan PHT dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya

1 1,20 6 7,22 6 7,22 52 62,65 1

8

21,68

32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi

2 2,40 6 7,22 25 30,12 45 54,21 5 6,02

33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan

2 2,40 5 6,02 22 26,50 46 55,42 8 9,63

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 63: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Pada Tabel 13 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekologi

yaitu walaupun petani telah mengikuti SLPHT tapi sebanyak 41 responden (49,39%)

menjawab belum pernah menggunakan agens hayati ini dikarenakan tenaga PHP dan

PPL yang ada di lapangan masih kurang memberikan pengetahuan tentang agens

hayati begitu juga dengan biopestisida sehingga petani tidak menggunakannya.

Penyemprotan pestisida lebih berkurang 47 responden (56,62%) menjawab tidak

sering lagi melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi yang petani miliki.

Dosis yang digunakan juga sesuai anjuran. Petani ini juga telah mengetahui jenis –

jenis pestisida 45 responden (54,00%) menjawab yang mengetahui tentang jenis –

jenis pestisida dan 46 responden (55,42%) yang mengetahui cara penggunaan

pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan.

Tabel 14. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi

1 2 3 4 5 No. Peubah

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

1. Apakah menurut bapak/ibu populasi hama pada tanaman padi meningkat

12 14,45 45 54 10 12,04 16 19,27 0 0

2. Apakah menurut bapak/ibu populasi penyakit pada tanaman padi meningkat

13 15,66 47 56,62 11 13,25 12 14,45 0 0

3. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis

3 3,61 21 25,30 33 39,75 26 31,32 0 0

4. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik

1 1,20 26 31,32 36 43,37 20 24,09 0 0

5. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik

2 2,40 20 24,09 36 43,37 24 28,91 1 1,20

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 64: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

6. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik dan pestisida

2 2,40 18 21,68 11 13,25 47 56,62 5 6,02

7. Apakah bapak/ibu setuju tidak melakukan pengendalian sama sekali

21 25,30 49 59,03 7 8,43 4 4,81 2 2,40

8. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk pada tanaman padi

0 0 2 2,40 63 75,90 17 20,48 1 1,20

9. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk Urea pada tanaman padi

2 2,40 0 0 55 66,26 25 30,12 1 1,20

10. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk SP36 pada tanaman padi

14 16,86 15 18,07 53 63,85 1 1,20 0 0

11. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk KCL pada tanaman padi

9 10,84 13 15,66 59 71,08 2 2,40 0 0

12. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk ZPT pada tanaman padi

39 46,98 30 36,14 13 15,66 1 1,20 0 0

13. Apakah menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang diberikan meningkat

8 9,63 20 24,09 42 50,60 13 15,66 0 0

14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi

62 74,16 16 19,27 4 4,81 1 1,20 0 0

15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi

31 37,34 12 14,45 37 44,57 0 0 3 3,61

16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi

62 74,69 16 19,27 4 4,81 1 1,20 0 0

17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman

1 1,20 5 6,02 0 0 68 81,92 9 10,84

18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami?

1 1,20 1 1,20 12 14,45 69 83,13 0 0

19. Apakah bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan

17 20,48 32 38,55 20 24,09 10 12,04 4 4,81

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 65: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Pada Tabel 14 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang tidak

ikut SLPHT yang mana dapat dilihat populasi hama dan penyakit pada tanaman padi

45 responden (54,00%) menjawab sedikit meningkat untuk hama dan 47 responden

(56,62%) menjwab sedikit meningkat untuk penyakit. Petani juga setuju

pengendalian yang paling banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dengan

responden yang menjawab sebanyak 26 responden (31,32%) dan sebanyak

49 responden (59,03%) menjawab bahwa petani tidak setuju bahwa petani tidak

melakukan pengendalian sama sekali karena walaupun tidak ikut SLPHT tapi para

petani juga menggunakan perangkap untuk menangkap tikus. Waktu pemberian

pupuk lebih sering dilakukan yaitu sebanyak 63 responden (75,90%). Jumlah

penggunaan pupuk tetap sebanyak 42 responden (50,60%). Sistem Pengairan yang

paling banyak dipakai pada petani padi yang tidak ikut SLPHT yaitu sistem

pengairan teknis dimana responden yang menjawab sebanyak 4 responden (4,81%),

untuk pengairan setengah teknis sebanyak 37 responden (44,57%) dan untuk tadah

hujan sebanyak 4 responden (4,81%). Penggunaan varietas mempengaruhi produksi

tanaman dengan jumlah responden menjawab 68 responden (81,92%) menjawab

setuju berpengaruh ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64.

Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 69 responden (83,13%)

menjawab berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering

responden yang menjawab responden 20 responden (24,09%) jadi lebih sedikit

dibanding yang ikut SLPHT. Petani melakukan pengamatan mingguan untuk

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 66: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

mengetahui berapa banyak intensitas serangan hama dan penyakit yang sudah terjadi

pada tanaman padi sehingga petani dapat memutuskan pengendalian apa yang sesuai

yang harus mereka lakukan.

Tabel 15. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi

1 2 3 4 5 No. Peubah

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

20. Apakah bapak/ibu setuju pendapatan meningkat meskipun belum ada program PHT

3 3,61 30 36,14 0 0 49 59,03 1 1,20

21 Apakah bapak/ibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT

2 2,40 12 14,45 20 24,09 49 59,03 0 0

22 Apakah bapak/ibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT

2 2,40 0 0 1 1,20 78 93,97 2 2,40

23 Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan lebih meningkat

3 3,61 0 0 1 1,20 75 90,36 4 4,81

24 Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi

2 2,40 0 0 2 2,40 65 78,31 14 16,86

Pada Tabel 15 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek

ekonomi yaitu sebanyak 49 responden (59,03%) menjawab bahwa dengan adanya

PHT ini pendapatan petani lebih meningkat jadi responden yang menjawab

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 67: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

meningkat lebih sedikit dibangdingkan dengan yang ikut SLPHT dan produksi

tanaman meningkat dengan responden yang menjawab sebanyak 49 responden

(59,03%) menjawab dapat mengurangi biaya pengendalian dan pengetahuan

masyarakat juga dapat meningkat, dengan adanya penyuluhan pada pertanian petani

lebih memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang cara meningkatkan

produksi padi dan cara bercocok tanam yang benar dengan cara memakai varietas

yang berlabel, ada juga petani yang masih menggunakan varietas yang tidak berlabel

dengan 75 responden (90,36%) menjawab pertemuan kelompok dapat meningkatkan

pengetahuan petani.

Tabel 16. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi

1 2 3 4 5 No. Peubah

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati

67 80,72 15 18,07 0 0 1 1,20 0 0

26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida

4 4,81 0 0 55 66,26 20 24,09 4 4,81

27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida)

68 81,92 12 14,45 3 3,61 0 0 0 0

28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada program PHT

2 2,40 17 20,48 50 60,24 14 16,86 0 0

29. Apakah menurut bapak/ibu frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada PHT

5 6,02 20 24,09 53 63,85 5 6,02 0 0

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 68: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaan pestisida yang bermerek Decis

1 1,20 4 4,81 29 34,93 47 56,62 2 2,40

31. Apakah Bapak/ibu setuju dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya

1 1,20 2 2,40 11 13,25 68 81,92 1 1,20

32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi

4 4,81 10 12,04 48 57,83 20 24,09 1 1,20

33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan

3 3,61 3 3,61 55 66,26 22 26,50 0 0

Pada Tabel 16 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek ekologi

yaitu sebanyak 67 responden (80,72%) menjawab belum pernah menggunakan agens

hayati ini jadi masih lebih banyak petani yang SLPHT yang mengunakan agens

hayati yaitu sebesar 49 responden (59,03%) yang tidak pernah menggunakan agens

hayati. Begitu juga dengan Biopestisida. 50 responden (60,24%) menjawab

penyemprotan yang dilakukan lebih sering dari petani menjawab kurang setuju.

Dosis yang digunakan juga sesuai sasaran. Petani menjawab sebanyak 68 responden

(81,92%). Petani yang tidak ikut SLPHT ini menjawab bahwa mereka tidak

mengetahu jenis pestisida yaitu sebanyak 48 responden (57,83%) dan 55 responden

(66,26%) tidak mengetahui penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia

dan lingkungan.

4.2. Analisis Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan

Setelah data diolah secara statistik dapat diketahui bahwa pengaruh dari

masing-masing peubah bebas yaitu pada aspek ekologi, pada aspek ekonomi dan pada

aspek teknologi terhadap penerapan PHT pada petani yang ikut SLPHT. Analisis

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 69: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan PHT bagi Responden

yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Pengaruh masing-masing peubah pada petani yang ikut SLPHT

Nama Peubah B Std. Error Thit T table

1. Aspek Ekologi (L)

Konstanta

Ekologi

17,349

0,118

1,470

0,027

11,805

4,443

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi (R2)

F hit

F table

0,443

0,196

19,74

3,96

2. Aspek Ekonomi (E)

Konstanta

Ekonomi

19,839

0,184

1,789

0,082

11,9092

2,241

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi (R2)

F hit

F table

0,242

0,058

5,022

3,96

3. Aspek Teknologi (T)

Konstanta

Teknologi

21.871

0,079

1,607

0,065

13,606

1,223

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi (R2)

F hit

F table

0,135

0,018

1,50

3,96

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 70: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa persamaan regresi sederhana dari

peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi terhadap peubah

diperoleh masing-masing persamaan regresi adalah Y = 17,349 + 0,118; Y = 19,839

+ 0,184 dan Y = 21,871 + 0,079. Masing - masing persamaan regresi tersebut

diketahui konstanta sebesar 17,349 X1; 19,839 X2 dan 21,871 X3 bila aspek ekologi,

ekonomi dan teknologi dianggap konstan maka besarnya penerapan PHT masing-

masing sebesar 17,349 X1; 19,839 X2 dan 21,871 X3. Aspek ekologi, aspek ekonomi

dan aspek teknologi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor ekologi, ekonomi dan

teknologi akan menyebabkan kenaikan masing-masing sebesar 0,118, 0,184 dan

0,079 skor penerapan PHT, pada masing-masing harga konstanta dari setiap peubah

yang diamati. Grafik persamaan regresi antara masing-masing peubah dapat dilihat

pada Gambar 2, 3 dan 4.

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expec

ted Cu

m Prob

Normal P-P Plot of Ekologi

Gambar 2. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekologi

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 71: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted C

um Pr

ob

Normal P-P Plot of Ekonom

Gambar 3. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekonomi

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted C

um Pr

ob

Normal P-P Plot of Tehnologi

Gambar 4. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Teknologi

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 72: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Hasil T-hitung dan F-hit dari peubah bebas aspek ekologi dan aspek ekonomi

lebih besar dari T-tabel dan F-tabel yaitu masing – masing T-hit sebesar 4,443 dan

2,241, sedangkan F-hit masing-masing sebesar 19,74 dan 5,02 dengan demikian

aspek ekologi dan aspek ekonomi berpengaruh nyata terhadap motivasi penerapan

PHT, sedangakan T-hit dan F-hit dari peubah bebas aspek teknologi (1,223 dan

1,497) lebih kecil dari T-tabel dan F-tabel (1,99 dan 3,96) dengan demikian aspek

teknologi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT.

Harga kofisien korelasi (rhitung) dari masing-masing peubah bebas aspek

ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi adalah 0,443; 0,242 dan 0,135, harga

korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek

teknologi hanya sebesar 44,3%, 24.2% dan 13,5% mempengaruhi motivasi penerapan

PHT dan bila dibandingkan dengan probabilitas rtabel(5%) = 0,213 menunjukkan

bahwa faktor ekologi dan ekonomi berpengaruh nyata, sedangkan faktor teknologi

berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT.

Dengan adanya penerapan PHT ini sangan mengurangi penggunaan pestisida

yang ada di lapangan sehingga lingkungan aman dari pestida. Oka, (1994) yang

menyebutkan bahwa dengan sangat menurunnya jumlah formulasi pestisida yang

dipergunakan berikut frekuensi aplikasinya setelah PHT dapat diantisipasi bahwa

pencemaran lingkungan fisik dapat ditekan sekecil – kecilnya. Selain itu resiko

kegagalan produksi dapat diperkecil.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 73: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Para petani yang telah mengikuti SLPHT dengan sukarela mau meneruskan

pengetahuan dan keteampilannya tentang PHT kepada rekan – rekan mereka yang

belum sempat menikmati pelatihan dalam SLPHT. Dengan demikian terjadi proses

difusi teknologi PHT secara alamiah dari petani ke petani (Oka, 1994) sehingga tidak

begitu jelas dibedakan karena telah adanya penyebaran pengetahuan bagi yang tidak

ikut SLPHT

4.3. Analisis Regresi Ganda dari Peubah Bebas (X1,X2,X3) pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan

Setelah data yang diperoleh dilapangan diolah secara statistik dapat diketahui

bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu aspek ekologi (X1), aspek

ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) terhadap Penerapan Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) pada petani yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Pengaruh masing – masing peubah ini memberikan pengaruh yang nyata bagi

penerapan pengendalian Hama Terpadu. Hasil Analisis Regresi Ganda dari Peubah

Bebas (X1,X2,X3) pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang

ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada tabel 18.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 74: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Tabel 18. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang ikut SLPHT

Nama Peubah B Std. Error Thit T table

Konstanta

Ekologi (X1)

Ekonomi (X2)

Teknologi (X3)

13,974

0,106

0,100

0,077

2,457

0,028

0,080

0,059

5,69

3,78

1,25

1,31

1,99

1,99

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi

(R2)

F hit

F table

0,474

0,225

7,63

3.11

Data penelitian yang terdapat pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa

persamaan regresi adalah Y = 13,974 + 0,106X1 + 0,100X2 + 0,077X3 hal ini

menunjukkan bahwa bilamana aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek

teknologi (X3) dianggap konstan maka penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli

Selatan sebesar 13,974 dan setiap kenaikan 1 skor aspek ekologi, ekonomi dan

teknologi masing-masing menyebabkan kenaikan nilai penerapan PHT sebesar 0,106

untuk aspek ekologi ; 0,100 aspek ekonomi dan 0,077 aspek teknologi.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 75: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Data penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 18 terdapat koefisien korelasi

(r) = 0,474 ini menunjukkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat

adalah sebesar 47.4% sedangkan rtabel (5%) = 0,217 menunjukkan bahwa peubah

bebas yaitu ekologi, ekonomi dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap motivasi PHT. Harga r = 0.474 artinya penerapan PHT di Kabupaten

Tapanuli Selatan 47,4% dipengaruhi oleh aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2)

dan aspek teknologi (X3). Harga koefisien korelasi = 0,474, artinya sebesar 47,4%

perubahan pada peubah terikat (penerapan PHT) dipengaruhi perubahan-perubahan

aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dan selebihnya

(52,6%) akibat faktor lain (diluar ekologi, ekonomi dan teknologi).

4.4. Analisis Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Tidak Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan

Setelah data yang diperoleh dilapangan diolah secara statistik dapat diketahui

bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu pada aspek ekologi (X1),

aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) terhadap penerapan Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) bagi petani yang tidak ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli

Selatan. Pengaruh masing-masing peubah dapat dilihat pada tabel 19.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 76: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Tabel 19. Pengaruh masing-masing peubah pada petani yang tidak ikut SLPHT

Nama Peubah B Std. Error Thit T table

1. Aspek Ekologi (L)

Konstanta

Ekologi

21,921

-0,021

3,491

0,071

6,279

-0.33

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi (R2)

F hit

F table

-0.033

0.001

0.090

3,96

2. Aspek Ekonomi (E)

Konstanta

Ekonomi

21,541

-0.035

2,746

0,145

7,846

-0,242

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi (R2)

F hit

F table

-0,027

0,001

0.059

3,96

3. Aspek Teknologi (T)

Konstanta

Teknologi

14,733

0,247

2,076

0,083

7,097

2,990

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi (R2)

F hit

F table

0,315

0,099

8,941

3,96

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 77: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Pada Tabel 19 dapat diketahui bahwa persamaan regresi sederhana dari

peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi terhadap peubah

terikat (Y) diperoleh masing-masing persamaan regresi adalah Y = 21,921 – 0,021;

Y = 21,541- 0.035 dan Y = 14.733 + 0,247. Dari masing - masing persamaan regresi

tersebut diketahui konstanta sebesar 21.921 X1; 21,541 X2 dan 14,733 X3 bila aspek

ekologi, ekonomi dan teknologi dianggap konstan maka besarnya motivasi penerapan

PHT masing-masing sebesar 21,921 X1; 21,541 X2 dan 14,733 X3. Dari persamaan

regresi aspek ekologi dan aspek ekonomi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor

ekologi dan ekonomi akan menurunkan motivasi penerapan PHT sebesar 0,021 dan

0,035, sedangkan aspek teknologi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor teknologi

akan menyebabkan kenaikan 0,247 skor penerapan PHT, pada masing-masing harga

konstanta dari setiap peubah yang diamati. Grafik persamaan regressi antara masing-

masing peuabah dapat dilihat pada Gambar 5, 6 dan 7.

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expect

ed Cum

Prob

Normal P-P Plot of Ekologi

Gambar 5. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekologi pada

Petani yang Tidak SLPHT

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 78: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted C

um Pr

ob

Normal P-P Plot of Ekonom

Gambar 6. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekonomi pada Petani yang Tidak SLPHT

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expec

ted Cu

m Prob

Normal P-P Plot of Tehnologi

Gambar 7. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Teknologi pada Petani yang Tidak SLPHT

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 79: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Hasil T-hitung dan F-hit dari peubah bebas aspek ekologi dan aspek ekonomi

lebih kecil dari T-tabel dan F-tabel yaitu masing – masing T-hit sebesar -0,300 dan

-0,242, sedangkan F-hit masing-masing sebesar 0,090 dan 0,059 dengan demikian

aspek ekologi dan aspek ekonomi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi

penerapan PHT, sedangakan T-hit dan F-hit dari peubah bebas aspek teknologi lebih

besar (2,990 dan 8,941) dari T-tabel dan F-tabel (1,99 dan 3,96) dengan demikian

aspek teknologi berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT.

Harga kofisien korelasi (rhitung) dari masing-masing peubah bebas aspek

ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi adalah -0,033, -0,027 dan 0,315, harga

korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek ekologi dan aspek ekonomi dapat

menurunkan motivasi penerapan PHT sebesar 3,3% dan 2,7%, sedangkan aspek

teknologi dapat mempengaruhi motivasi penerapan PHT sebesar 31,5% dan bila

dibandingkan dengan rtabel(5%) = 0,213 menunjukkan bahwa faktor ekologi dan

ekonomi berpengaruh tidak nyata, sedangkan faktor teknologi berpengaruh nyata

terhadap peningkatan penerapan PHT .

Pengaruh masing-masing peubah bebas terhadap penerapan PHT pada petani

yang tidak melaksanakan PHT dapat dilihat pada Tabel 20 dengan persamaan regresi

adalah Y = 19,329 – 0,046X1 – 0,189X2 + 0,294X3. Hal ini menunjukkan bahwa

bilamana aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dianggap

konstan maka penerapan PHT sebesar 19,329 dan setiap pertambahan 1 skor aspek

ekologi, ekonomi masing-masing menyebabkan penurunan nilai penerapan PHT

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 80: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

sebesar 0,046 dan 0,189 tetapi setiap kenaikan 1 skor aspek teknologi menyebabkan

kenaikan nilai penerapan PHT sebesar 0,294.

Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang tidak

melaksanakan PHT.

Tabel 20. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang tidak melaksanakan PHT

Nama Peubah B Std. Error Thit T table

Konstanta

Ekologi (X1)

Ekonomi (X2)

Teknologi (X3)

19, 329

-0,046

-0,189

0,294

4,035

0,069

0,147

0,088

4,79

-0,66

-1,27

3,33

1,99

1,99

1,99

1,99

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi (R2)

F hit

F table

0,353

0,125

3,75

3.11

Koefisien korelasi ekologi sebesar -0,046 menunjukkan bahwa peubah ekologi akan

menurunkann motivasi penerapan PHT sebesar 4,6% dengan asumsi peubah ekonomi

(X2) dan teknologi (X3) tidak mengalami perubahan. Koefisien regressi ekonomi

sebesar -0,189 menunjukkan bahwa peubah ekonomi akan menurunkan penerapan

PHT sebesar 18,9% dengan asumsi peubah ekologi (X1) dan teknologi (X3) tidak

mengalami perubahan. Teknologi sebesar 0,294 menunjukkan bahwa peubah

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 81: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

teknologi akan meningkatkan penerapan PHT sebesar 29,4% dengan asumsi peubah

ekologi (X1) dan ekonomi (X2) tidak mengalami perubahan.

Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa dari tiga peubah bebas

yang diteliti ternyata peubah teknologi mempunyai pengaruh yang paling dominan

terhadap penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan koefisien korelasi

sebesar 29,4%

Pada penelitian diperoleh data pada Tabel 20 bahwa koefisien korelasi

(r) = 0,353 yang menunjukkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat

adalah sebesar 35,3%, artinya penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan 12,5%

dipengaruhi oleh aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3).

Harga Koefisien determinasi (R2) = 0,353, artinya sebesar 35,3% perubahan pada

peubah terikat (penerapan PHT) dipengaruhi perubahan-perubahan aspek ekologi

(X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dan selebihnya (64,7%) akibat

faktor lain.

Dengan melihat dari petani padi yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT

dapat dilihat perbedaan dilapangan. Pada petani yang ikut SLPHT melakukan

pengamatan mingguan. Pengamatan mingguan ini dilakukan supaya kita bisa

memantau populasi hama yang ada dilapangan sehingga penggunaan pestisida dapat

dikurangi dengan berkurangnya penggunaan pestisida maka pengeluaran petani

terhadap pemakaian pestisida jadi menurun yang mengakibatkan ekonomi meningkat

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 82: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

dan produksi hasil panen yang diperoleh petani tanpa penggunaan pestida juga

meningkat.

Sejak melaksanakan PHT Petani lebih jarang menggunakan pestisida karena

petani sudah mengetahui bahaya dari penggunaan pestisida. Hal ini dapat dilihat dari

penduduk disekitar sungai tidak mau lagi mengambil air sungai yang telah tercemar

pestisida karena banyak efek negative yang ditimbulkan pestisida. Penduduk

sekarang mengambil air sungai dari sumber mata air yang ada.

4.5. Pengujian Hipotesis

4.5.1 Hasil Uji F pada Petani yang Melaksanakan PHT dan yang Tidak

Melaksanakan PHT

Berdasarkan hasil uji statistik untuk semua peubah bebas (X1,X2,X3) diperoleh

Fhit 7,63 sedangkan Ftable sebesar 3,11 pada probabilitas 5%. Hal ini menunjukkan

bahwa Fhit > dari Ftabel . Dengan demikian bahwa aspek ekologi , ekonomi dan

teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT di

Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada yang tidak ikut PHT untuk semua peubah bebas

(X1,X2,X3) diperoleh Fhit 3,75, sedangkan Ftable sebesar 3,11 probabilitas 5%. Hal ini

menunjukkan bahwa Fhit > dari Ftabel. Dengan demikian bahwa aspek ekologi,

ekonomi dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penerapan

PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 83: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

4.6. Pembuktian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji statistik (uji F) dapat disimpulkan bahwa secara

bersama-sama peubah ekologi, ekonomi dan teknologi yang digunakan dalam model

penelitian berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT baik pada petani yang ikut

SLPHT maupun petani yang tidak ikut SLPHT hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung

dimana nilai Fhgitung lebih besar dari nilai Ftabel. (Fhitung > Ftabel ), dimana nilai Fhgitung

sebesar 7,63 dan 3,75 sedangkan Ftabel sebesar 2,71, artinya secara uji statistik tidak

terdapat perbedaan penerapan PHT antara petani yang ikut SLPHT dan yang tidak

ikut SLPHT ditinjau dari aspek ekologi,ekonomi dan teknologi hal ini disebabkan

hasil analisis statistik dari petani yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT adalah

sama-sama menunjukkan hasil yang sama yaitu berbeda nyata.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 84: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Semua peubah yang diteliti yaitu faktor ekologi, ekonomi dan teknologi

secara bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penerapan PHT

bagi petani yang ikut SLPHT, sehingga diperoleh pada aspek ekologi

koefisien korelasi sebesar 0,443; aspek ekonomi koefisien korelasi sebesar

0,242 dan aspek teknologi koefisien korelasi sebesar 0,0135.

2. Semua peubah yang diteliti yaitu faktor ekologi, ekonomi dan teknologi

secara bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penerapan PHT

bagi petani yang tidak ikut SLPHT sehingga diperoleh pada aspek ekologi

koefisien korelasi sebesar -0,033; aspek ekonomi koefisien korelasi sebesar

-0,027 dan aspek teknologi koefisien korelasi sebesar 0,315.

5.2. Saran

Untuk penerapan PHT sebaiknya faktor ekologi, ekonomi dan teknologi lebih

diperhatikan petani agar keadaan lingkungan lebih aman penggunaan pestisida.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 85: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, L. A. 2006. Permasalahan dalam Penerapan System Penerapan Hama Terpadu untuk Mengendalikan Penyakit Tumbuhan. Available at : http : //72. 14. 235. 104/search? Latief Abadi google pages. Com Permasalahan dalam Penerapan.doc. Diakses Tanggal 15 November 2007.

Adimihardja, A. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian Di

Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (3) : 99 - 105 Alexander, M. 1977. Soil Microbiology, Second Edition. John Wiley dan Sons, Ind.,

New York. Anonimus, 1990. Budidaya Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta. Anonimus, 2004. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Available at: http : //

www.deptan.go.id/ditlintp/Kebijakan Perlindungan Tanaman. htm Diakses Tanggal 22 Mei 2007.

Apple, J.L . dan R. F. Smith, 1976. Integrated Pest Management. Plenum Press.

New York and London. Arikunto, S. 1983. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, S. 2004. Metode Penelitian Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Darwis, V. 2006. Penerapan Empat Prinsip PHT Teh. at : http : // www . pustaka

deptan.go.id/publikasi/wr 273059 pdf 27 (3) : 17 – 18 Diakses Tanggal 15 Februari 2008

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapanuli Selatan,

2006.Statistik Ketahanan Pangan Tapanuli Selatan tahun 2001 – 2006. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Program Penyuluhan

Pertanian Tahun 2007. BPP. Sayur Matinggi Kecamatan Sayur Matinggi. Kabupaten Tapanuli Selatan.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 86: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Program Penyuluhan Pertanian Tahun 2007. BPP. Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola. Tapanuli Selatan.

Effendi, S. B. 2006. Mengatasi Kekurangan Produksi Padi Melalui PHT.

Available at : Http/news. Sinar tani. Co.id/arc/2006/5/6/Mengatasi-kekurangan-Produksi-Padi-Melalui-PHT. Diakses Tanggal 14 Juli 2007.

Hidayati, U. 2005. Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan. Balai Penelitian

Sembada, Palembang. Hendarsih, S. dan N. Widiarta. Integrasi Sistem Pengendalian Hama Terpadu ke

dalam Model Pengelolaan Tanaman Terpadu. http / www. 202.158.78.120/publication/wr 254 035 pdf. 25 (4) : 1 – 3. Diakses tanggal 21 juni 2007.

Kusnaedi, 2001. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida, Penebar Swadaya, Jakarta. Mahfudin, 1995. Pelestarian Sumberdaya Alam dan Pertanian Berwawasan

Lingkungan. Badan Agribisnis Departemen Pertanian/Tim Teknis Komisi Amdal Pusat Departemen Pertanian.

Metcalf, R. L. and W. H. Luckman. 1982. Introduction To Pest Management.

Wiley Intersci Publ. Monsiuer John of Metz Wiley and Sons. New York. Miller, G.T. 1993. Enviromental Science Sustaining the Earth 4thEd. Wad Worth

Publ. Comp.Belmont, California. Mubyarto, 1986. Pengantar Ekonomi Pedesaan, LP3ES, Jaya Pirusa. Oka, N.I. 1994. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.

UGM Press. Yogyakarta. Priyono, B.S, A. Purwoko dan C. Irawan. 2003. Faktor – faktor Penentu Tingkat

Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Hubungannnya Terhadap Produktivitas Usahatani Padi (Studi Kasus Di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu). Jurnal Agrisep 1 (2) : 26 – 101.

Rasahan, C.Anwar, Hasibuan, Sinulingga, Wibowo, Musa, Darmowiyono, Alimoeso,

Napitupulu, Winarno. 1999. Refleksi Pertanian dan Hortikultura Nusantara, Pustaka Harapan, Jakarta.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 87: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Sastrosiswoyo, 1990. Program Pengendalian Hama Terpadu. Makalah Dalam Pelatihan Jangka Pendek Metodologi dan Management Penelitian PHT Hortikultura di dataran Rendah. Juni – Juli 1990. Sub balai penelitian Hortikultura Sei Gunung.

Said, E.G. 1994. Dampak Negatif Pestisida Sebuah Catatan bagi kita semua.

Available at. http : // www // library.usu.ac.id/modules.php? Agrotek, Vol. 2 (1) : 71 -72 Diakses Tanggal 15 Februari 2008

Setiawati, W. 2005. Terapkan Pengendalian Hama Terpadu pada Sayuran Anda. 28 (2) : 12 – 13. Diakses tanggal 20 Mei 2007. Setyanto, A.P, Subagyono, K, Las, I. 2006. Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam

Revitalisasi Pertanian Available at. http : // www Pustaka deptan.go.id/Publication/e jurnal Litbang Pertanian 25 (3) : 10 – 11. Diakses tanggal 21 juni 2007.

Soekartiwi, 1989. Prinsip – prinsip dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi,

Rajawali Press, Jakarta. Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Siegel, S. 1990. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu – ilmu Sosial. PT. Gramedia,

Jakarta. Untung, K, 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta. ______________, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada

University Press. Yogyarata. Undang – Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya

Tanaman. Diperbanyak Direktorak jenderal tanaman Pangan dan Hortikultura, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura I. Medan.

Utama, S.P. 2003. Kajian Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah pada Petani Peserta

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Sumatera Barat. Available at. http : // www geocities.com/e jurnal/files/agrisep/sdisi 3/58 pdf htm. Jurnal Akta agrosia 6 (2) : 67 – 74. Diakses Tanggal 20 Mei 2007.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 88: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Van den Bosch, R,P.S. Messenger dan A.P. Guitierrez, 1973. An Introduction to Biological Control, Plenum Press, New York and London.

Wardojo, S, M. Surdjani, T.O. Robson dan H. Susilo. 1978. Pesticide Management

in Southeast Asia. Biotrop in Cooperation With The Kasetsart University, Bangkok.

Wasiati dan Sukirno, 1998. Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Direktorat Bina

Perlindungan Tanaman, Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta. Wudyanto, R. 1997. Teknik Aplikasi Pestisida, Penebar Swadaya, Jakarta. Yayasan Duta Awan, 2007. Pesticide Action Network Asia and The Pasifik.

Pestisida berbahaya bagi kesehatan. Http//www. Panap.net/uploade/media/Health-nodule-B.Indonesia.pdf Pestisida Htm. Diakses Tanggal 15 November 2007.

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 89: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 1. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Angkola No Jenis

Kelamin Usia Responden(tahun)

Pendidikan Luas Lahan (ha)

Pengalaman bertani (tahun)

Status kepemilikan lahan

1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki – laki Laki – laki Perempuan Laki – laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki –laki Laki – laki Laki – laki Perempuan Laki – laki Laki - laki

41 - 50 31 – 40 > 50 31 – 40 21 – 30 31 – 40 31 – 40 31 – 40 > 50 41 – 50 21 – 30 > 50 21 – 30 41 – 50 21 – 30 41 – 50 41 – 50 31 – 40 31 – 40 > 50 41 – 50 31 – 40 > 50 > 50 31 – 40 31 – 40 41 – 50 > 50 31 – 40 31 – 40

SD SLTA SLTP SD DIPLOMASLTA SLTA SLTA SLTP SD SLTP SD SLTP SD SLTA SLTP SD SLTA SLTA SLTP SD SLTP SLTP DIPLOMASLTA S1 SLTP SD SLTA SLTP

< 0.5 3.1 – 5 < 0,5 0.6 – 2 > 0.5 > 0.5 3.1 – 5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 0.6 – 2 <0.5 <0.5 <0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 <0.5 0.6 -2 0.6 -2 0.6 -2 0.6 -2 < 0.5 0.6 -2 0.6 -2

31 - 40 5 - 15 16 – 30 > 40 >5 5 – 15 5 – 15 5 – 15 31 – 40 31 – 40 5 – 15 31 – 40 5 – 15 31 – 40 5 – 15 5 – 15 16 – 30 > 5 5 – 15 5 - 15 5 - 15 5 – 15 5 - 15 > 5 5 - 15 5 - 15 > 40 > 40 5 - 15 5 – 15

Bagi hasil Bagi hasil Lahan milik sendiri Bagi hasil Lahan milik sendiri Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Bagi hasil Bagi hasil Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Bagi hasil

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 90: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 2. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Toru No Jenis

Kelamin Usia Responden (tahun)

Pendidikan Luas Lahan (ha)

Pengalaman bertani (tahun)

Status kepemilikan lahan

1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki – laki Laki – laki Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Laki - laki

21 - 30 31 – 40 41 - 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 – 50 41 – 50 < 50 41 – 50 41 – 50 31 – 40 21 - 30 < 20 41 – 50 > 50 31 – 40 21 - 30 41 - 50 > 50 41 - 50 31 – 40 21 – 30

SLTP SLTP SD SD SD SLTA SD SD SLTP SD SD SD SLTA SLTA SD SD SLTA SLTA SD SD SD SD SLTP

< 0.5 0.6 - 2 < 0.5 > 0.5 > 0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 < 0.5 0.6 - 2 <0.5 <0.5 <0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 <0.5

> 5 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 16 – 30 31 – 40 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 < 5 < 5 16 – 30 31 – 40 5 – 15 < 5 5 – 15 16 – 30 5 – 15 16 – 30 < 5

Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Bagi hasil

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 91: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 3. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Padang Sidimpuan Timur No Jenis

Kelamin Usia Responden (tahun)

Pendidikan Luas Lahan (ha)

Pengalaman bertani (tahun)

Status kepemilikan lahan

1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Laki - laki Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan perempuan perempuan Perempuan perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan perempuan perempuan perempuan Laki –l aki Laki – laki Laki - laki

41 - 50 41– 50 41 - 50 31 – 40 > 50 31 – 40 41 – 50 31 – 40 31 - 40 > 50 41 – 50 31 - 40 41 – 50 31 – 40 41 – 50 31 – 40 21 – 30 > 50 > 50 31 - 40 41 – 50 31 – 40 41 – 50 31 - 40 > 50 31 – 40 > 50 31 - 40 31 – 40 41 - 50

SLTP SLTP SLTA SLTP SD SLTP SD SD SLTA SD SLTP SLTP SLTA SLTP SLTA SLTA SLTP SD SD SD SD SD SD SLTP SLTP SLTP SLTP SD SD SLTA

< 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0,6 – 2 < 0,5 0,6 - 2 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 21 - 3 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5

> 40 31 - 40 > 40 < 5 > 40 16 - 30 16 - 30 16 - 30 16 - 30 < 5 5 - 15 5 – 15 16 - 30 5 – 15 16 - 30 5 - 15 < 5 16 - 30 > 40 < 5 16 - 30 5 - 15 16 - 30 > 40 5 - 15 5 - 15 > 40 16 - 30 16 - 30 > 40

Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Lahan milik sendiri

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 92: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 4. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Sayur Matinggi No Jenis

Kelamin Usia Responden (tahun)

Pendidikan Luas Lahan (ha)

Pengalaman bertani (tahun)

Status kepemilikan lahan

1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki- laki Laki -laki perempuan perempuan Perempuan perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki –laki Perempuan Laki - laki

31 - 40 31 - 40 31 - 40 41 - 50 31 - 40 21 - 30 31 - 40 31 – 40 41 - 50 31 - 40 41 - 50 > 50 41 - 50 31 - 40 > 50 31 - 40 21 - 30 21 - 30 31 - 40 31 - 40 21 - 30 41 - 50 41 – 50 31 - 40 31 - 40 > 50 > 50 > 50 41 - 50 41 - 50

SLTA SLTA SLTP SD SLTA SLTA SD SD SD DIPLOMA SLTP SD SLTA SD SD SLTP SLTP SD SLTP SD SLTA SLTA SD SLTA S-1 SLTP SD SLTP SD S-1

< 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 0.6 - 2 0.6 - 2 < 0,5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 - 2 2.1 – 3 0.6 - 2 < 0.5 <0.5 0.6 - 2 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5

> 5 16 - 30 5 - 15 31 - 40 > 5 > 5 31 - 40 5 - 15 16 - 30 > 5 31 - 40 > 40 > 40 31 - 40 > 40 31 - 40 16 - 30 16 - 30 16 - 30 16 – 30 < 5 > 40 5 - 15 5 - 15 5 - 15 31 - 40 16 - 30 > 40 16 - 30 5 - 15

Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiriSewa Lahan milik sendiriLahan milik sendiriLahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 93: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 5. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Marancar No Jenis

Kelamin Usia Responden (tahun)

Pendidikan Luas Lahan (ha)

Pengalaman bertani (tahun)

Status kepemilikan lahan

1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan perempuan perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Laki - laki Perempuan

41 - 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 31 - 40 31 - 40 31 – 40 41 - 50 41 - 50 31 - 40 31 – 40 41 – 50 41 - 50 41 - 50 31 - 40 41 – 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 > 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 41 - 50 41 - 50 41 - 50 >50 >50

SD SD SD SLTA SD SLTP SLTP SLTP SD SD SD SD SD SD SD SLTP SD SLTP SLTP SD SD SD SD SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SD SD

0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2

31 – 40 31 -40 16 - 30 < 5 16 - 30 5 – 15 5 – 15 5 - 15 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 16 - 30 16 – 30 5 – 15 16 – 30 31 40 16 – 30 16 – 30 5 - 15 5 – 15 16 - 30 5 - 15 31 – 40 31 - 40 16 - 30

Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 94: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 6. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Siais No Jenis

Kelamin Usia Responden (tahun)

Pendidikan Luas Lahan (ha)

Pengalaman bertani (tahun)

Status kepemilikan lahan

1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki - laki Laki - laki Perempuan Laki - laki Perempuan Laki - laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki

31 - 40 41 – 50 31 - 40 41 – 50 21 - 30 41 – 50 21 – 30 21 - 30 31 – 40 41 – 50 > 50 > 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 31 - 40 31 - 40 31 – 40

SD SD SLTA SD SD SD SLTP SLTA SD SLTP SD SD SLTP SLTP SLTP SD SLTA SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA

< 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 - 2 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5

16 - 30 31 – 40 5 - 15 16 - 30 < 5 16 – 30 < 5 < 5 16 - 30 5 – 15 > 40 > 40 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 - 30 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 5 – 15

Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 95: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 7. Data rekap kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang ikut SLPHT

Kec. Batang Angkola Kec. Batang Toru Kec. Padang Sidimpuan Timur

Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

50 39 52 40 56 64 39 43 51 59 49 54 50 55 51 45 64 62 54 64 63 56 52 55 50 65 62 58 50 50

27 23 25 23 25 25 23 22 27 23 20 25 19 20 20 22 21 21 24 24 22 24 25 20 23 22 23 21 22

22

24 20 23 20 21 21 20 23 24 25 22 27 24 24 21 31 19 20 26 25 19 22 27 21 27 30 26 27 31 27

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53

54 55 60 57 57 43 54 56 56 51 67 54 41 41 62 57 51 42 55 55 52 55 54

19 22 21 21 21 24 21 21 22 20 22 21 13 13 24 21 21 15 17 22 21 22 16

25 23 24 23 23 31 24 23 23 23 27 24 31 21 22 24 24 31 34 26 31 23 29

54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83

62 49 50 53 60 66 60 73 56 82 55 56 60 62 62 57 47 53 57 52 44 59 47 61 57 56 60 50 53 50

25 22 20 24 24 24 20 23 20 24 20 18 24 24 23 20 18 20 25 22 21 20 21 20 24 20 23 20 24 20

24 24 23 21 27 27 28 28 24 25 22 23 22 23 27 24 20 22 30 22 24 27 24 31 32 21 22 26 25 23

Y = Pendapat Petani X2 = Aspek ekonomi X1 = Aspek Ekologi X3 = Aspek Teknologi

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 96: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 8. Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang tidak ikut SLPHT

Kec. Sayur Matinggi Kec. Siais Kec. Marancar

Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

49 47 49 50 49 51 47 43 46 49 41 47 48 49 50 46 47 47 50 49 57 46 44 57 61 58 38 52 47 49

18 16 17 16 19 16 16 20 17 19 17 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 18 20 20 20 15 17 16 18

23 23 23 21 27 25 25 19 23 27 25 27 31 31 30 31 31 28 31 29 26 28 23 26 24 26 21 26 24 26

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53

55 55 55 48 46 49 51 48 47 59 54 50 49 51 49 48 46 49 48 56 50 53 48

20 20 22 20 20 20 20 20 20 20 16 16 17 20 20 21 20 20 21 18 20 20 20

22 22 24 24 24 24 24 21 23 27 15 20 22 25 26 28 27 27 31 29 32 25 25

54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83

52 52 49 46 51 43 44 40 46 47 47 44 49 47 43 51 38 50 40 46 49 48 55 47 49 45 51 50 54 54

22 18 19 22 16 20 18 22 20 20 20 18 20 19 19 20 15 16 20 20 20 21 17 16 18 8 18 18 18 18

22 23 23 24 25 19 23 20 31 31 28 23 21 20 19 24 21 20 20 27 27 31 25 24 26 22 25 25 25 25

Y = Pendapat Petani X2 = Aspek ekonomi X1 = Aspek Ekologi X3 = Aspek Teknologi

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 97: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 9. Kuisioner peserta yang ikut SLPHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan

DAFTAR KUISIONER KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA

PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN Kecamatan :

A. Identitas responden 1. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan 2. Usia Responden : 1. < 20 2. 21 S/d 30 3. 31 s/d 40 4. 41 s/d 50 5. > 50 3. Pendidikan : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Diploma 5. Sarjana (S1) 4. Luas lahan 1. < 0,5 ha 2. 0,6 ha s/d 2 ha 3. 2,1 ha s/d 3 ha 4. 3,1 ha s/d 5 ha 5. > 5 ha 5. Pengalaman Bertani 1. > 5 tahun 2. 5 s/d 15 tahun 3. 16 s/d 30 tahun

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 98: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

4. 31 s/d 40 tahun 5. > 40 tahun 6. Status kepemilikan lahan 1. Lahan milik sendiri 2. Sewa 3. Bagi hasil 4. Tegalan 5. Pekarangan B. Aspek Ekologi 1. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi hama pada tanaman

padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 2. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi Penyakit pada

tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 3. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah

kultur teknis? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 4. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah

mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 5. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah

kultur teknik dan mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 99: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

6. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis, mekanik dan pestisida?

1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 7. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT tidak melakukan pengendalian sama sekali? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 8. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk yang dilakukan setelah adanya

PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 9. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk Urea yang dilakukan setelah

adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 10. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk SP 36 yang dilakukan setelah

adanyaPHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 11. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk KCL yang dilakukan setelah

adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 12. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk ZPT yang dilakukan setelah

adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 100: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

13. Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT ?

1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis setelah adanya PHT

? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis setelah

adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan setelah adanya

PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap

kelestarian musuh alami? 1. Sangat tidak berpengaruh 4. Berpengaruh 2. Tidak berpengaruh 5. Sangat berpengaruh 3. Kurang berpengaruh 19. Apakah Bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan setelah adanya PHT? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 101: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

C. Aspek Ekonomi 20. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan

pendapatan? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 21. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan

produksi pertanian ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 22. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat mengurangi biaya

pengendalian ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 23. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani

pengetahuan lebih meningkat? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 24. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya PHP dan PPL memberikan

penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara peningkatkan produksi padi?

1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju D. Aspek Teknologi 25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan

agens hayati? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 102: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida?

1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan

pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida)? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih

sering setelah adanya PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 29. Bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan setelah adanya PHT? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penngunaan pestisida yang bermerek Decis? 1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 31. Apakah Bapak/ibu setuju setelah adanya PHT dosis pestisida yang digunakan

sesuai dengan sasarannya? 1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida ? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 103: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan?

1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui Pendapat petani padi tentang PHT 34. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang PHT? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui 35. Apakah menurut bapak/ibu penerapan PHT memberikan manfaat? 1. Sangat tidak bermamfaat 4. Bermamfaat 2. Tidak bermamfaat 5. Sangat bermamfaat 3. Kurang bermamfaat 36. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelaksanaan PHT yang ada di daerah ini? 1. Sangat tidak baik 4. Baik 2. Tidak baik 5. Sangat baik 3. Kurang baik 37. Apakah bapak/ibu setuju bahwa fungsi dari ekosistem PHT untuk mengurangi

penggunaan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 38. Apakah bapak/ibu setuju bahwa program PHT sulit diterapkan dalam kehidupan

sehari – hari? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 39. Apakah bapak/ibu setuju Program PHT perlu digalakkan lagi? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 104: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 10. Kuisioner peserta yang tidak ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan

DAFTAR KUISIONER KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Kecamatan :

A. Identitas responden 1. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan 2. Usia Responden : 1. < 20 2. 21 S/d 30 3. 31 s/d 40 4. 41 s/d 50 5. > 50 3. Pendidikan : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA

4. Diploma 5. Sarjana (S1) 4. Luas lahan 1. < 0,5 ha 2. 0,6 ha s/d 2 ha 3. 2,1 ha s/d 3 ha 4. 3,1 ha s/d 5 ha 5. > 5 ha 5. Pengalaman Bertani 1. > 5 tahun 2. 5 s/d 15 tahun 3. 16 s/d 30 tahun

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 105: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

4. 31 s/d 40 tahun 5. > 40 tahun 6. Status kepemilikan lahan 1. Lahan milik sendiri 2. Sewa 3. Bagi hasil 4. Tegalan 5. Pekarangan B. Aspek Ekologi 1. Apakah menurut bapak/ibu populasi hama pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 2. Apakah menurut bapak/ibu populasi Penyakit pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 3. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 4. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 5. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknik

dan mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 6. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis,

mekanik dan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 106: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

7. Apakah bapak/ibu setuju tidak melakukan pengendalian sama sekali? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 8. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 9 Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk urea pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 10. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk SP36 pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 11. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk KCL pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 12. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk ZPT pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 13.Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang diberikan? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 107: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi ?

1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman

padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap

kelestarian musuh alami? 1. Sangat tidak berpengaruh 4. Berpengaruh 2. Tidak berpengaruh 5. Sangat berpengaruh 3. Kurang berpengaruh 19. Apakah bapak/ibu pernah melakukan pengamatan mingguan? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering C. Aspek Ekonomi 20. Apakah bapak/ibu setuju pendapatan meningkat meskipun belum ada program

PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 21. Apakah bapak/ibu setuju produksi pertanian meningkat meskipun belum ada

program PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 108: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

22. Apakah bapak/ibu setuju biaya pengendalian hama bertambah meskipun belum ada program PHT?

1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 23. Apakah bapak/ibu setuju dengan sering mengikuti pertemuan kelompok tani

pengetahuan lebih meningkat? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 24. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya PHP dan PPL memberikan

penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara peningkatkan produksi padi?

1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju D. Aspek Teknologi 25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan

agens hayati? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan

pestisida? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan

pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida) ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 109: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering pada tanaman padi ?

1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 29. Bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang bapak/ibu lakukan? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaan pestisida yang bermerek Decis ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 31. Apakah bapak/ibu setuju dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan

sasarannya? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida ? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui 33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk

kesehatan manusia dan lingkungan? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui Pendapat petani padi tentang PHT 34. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang PHT? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 110: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

35. Apakah menurut bapak/ibu penerapan PHT memberikan manfaat? 1. Sangat tidak bermamfaat 4. Bermamfaat 2. Tidak bermamfaat 5. Sangat bermamfaat 3. Kurang bermamfaat 36. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelaksanaan PHT di daerah ini? 1. Sangat tidak baik 4. Baik 2. Tidak baik 5. Sangat baik 3. Kurang baik 37. Apakah bapak/ibu setuju fungsi dari ekosistem PHT untuk mengurangi

penggunaan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 38. Apakah bapak/ibu setuju bahwa program PHT sulit diterapkan dalam kehidupan

sehari – hari? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 39. Apakah bapak/ibu setuju Program PHT perlu digalakkan? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju Lampiran 11. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 111: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 112: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 12. Peta Kecamatan Batang Angkola

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 113: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 13. Peta Kecamatan Batang Toru

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 114: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 14. Peta Kecamatan Padang Sidimpuan Timur

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 115: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 15. Peta Kecamatan Sayur Matinggi

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 116: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 16. Peta Kecamatan Marancar

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.

Page 117: KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6503/1/057004016.pdf · ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi

Lampiran 17. Peta Kecamatan Siais

MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.