kajian penerapan pengendalian hama...
TRANSCRIPT
KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN
TAPANULI SELATAN
T E S I S
Oleh
MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN
TAPANULI SELATAN
T E S I S
Oleh
MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN
TAPANULI SELATAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUAINAH HASIBUAN 057004016/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Judul Tesis : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Nama Mahasiswa : Muainah Hasibuan Nomor Pokok : 057004016 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) Ketua
(Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA) (Drs. Chairuddin, MSc) Anggota Anggota Ketua Program Studi, Direktur, (Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa.B. M.Sc) Tanggal Lulus : 18 Maret 2008
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Telah diuji pada Tanggal : 18 Maret 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS Anggota : 1. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA 2. Drs. Chairuddin, M.Sc 3. Ir. Lahmuddin Lubis, MP 4. Dr. Dwi Suryanto, MS
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
ABSTRAK
Pengendalian Hama Terpadu ádalah teknologi pengendalian hama yang pendekatannya komprehensif berdasarkan ekologi yang dalam keadaan lingkungan mengusahakan pengintegrasian berbagai taktik pengendalian yang kompatibel satu sama lain serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada petani padi di Tapanuli Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan di 6 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan, 3 kecamatan yang ikut Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan 3 Kecamatan yang tidak ikut SLPHT. Dengan teknik pengumpulan data ádalah kuisioner. Dengan skala likert lima rintangan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variable ekologi, ekonomi, dan teknologi dalam sistem pengendalian hama terpadu pada petani yang ikut SLPHT diperoleh koefisien regresi pada ekologi sebesar 0,106; pada ekonomi sebesar 0,100 dan pada varioabel teknologi diperoleh sebesar 0,077; sehingga diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,225 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0, 474; dengan F hitung sebesar 7,63 dan F tabel sebesar 3,11 pada taraf α sebesar 5 %.
Pada variabel ekologi, ekonomi, dan teknologi dalam sistem pengendalian hama terpadu pada petani yang tidak ikut SLPHT diperoleh koefisien regresi pada ekologi sebesar - 0,046; pada ekonomi sebesar – 0,189 dan pada variabel teknologi diperoleh sebesar 0,294; sehingga diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,125 dan koefisien determinasi R2 sebesar 0,353. dengan F hitung sebesar 3,75 dan F tabel sebesar 3,11 pada tarap α sebesar 5 %.
Faktor ekologi, ekonomi, dan teknologi berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT bagi petani yang ikut SLPHT dan bagi petani yang tidak ikut SLPHT.
.
Kata Kunci : Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), Petani Padi, Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
ABSTRACT
Integrated Pest Control (IPM) is the technology using comprehensive approach base on ecology within environment attempts the integration of various compatable controls and to maintain the environment health and profitted farmers. The objectif of study is to know the implementation of IPM to rice farmer in South Tapanuli. The research was performed in 6 regions in South Tapanuli subdistricts, 3 regions belong to Farmer Field School (FFS) and 3 regions don’t belong to the FFS, Data was collecved using questioner and analysed using druble linier regretion. The result of analyse on ecologycal variable, economy and technology of the Pest Integrated Control system of the farmers belong to the Farmer Field School was with regretion coefisien of ecology 0.106, economy 0.100 and technology variable 0.077. Total correlation coefision (r) was 0.225 and ditermination coefision (R2) 0.474. Where F value and F Tabel 7.63 and 3.11 respectively. The regretion coefisien -0.146, economy – 0.189 and technology variable 0,294. The correlation coeficien (r) was 0.125 and ditermination coeficient (R2) 0.353, where F value and F Table were 3.75 and 3.11 respectively. Ecologycal, economyc, and technology factor have significantly influencd toward the application of the Integrated Pest Control (IPM) of the farmers belong to the Farmer Field School (FFS) and also the aplication of Integrated Pest Control of the farmers don’t belong to the Farmer Field School give clear influences on their ecology, economy and technology factors Key Words : Integrated Pest Control (IPM), Farmer Field School (FFS), rice farmer,
South Tapanuli.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul
“Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di
Kabupaten Tapanuli Selatan”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa yang
hendak menyelesaikan pendidikan untuk mencapai gelar Magister Sains pada
program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Sumatera
Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan
sepenuhnya dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini mengucapkan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti,
MS sebagai Ketua, Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MA dan Bapak Drs. Chairuddin,
MSc sebagai anggota pembimbing, yang penuh dengan kesabaran dan ketulusan
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis guna kesempurnaan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,
M.Sc selaku Direktur Program Pasca Sarjana USU dan Prof.Dr. Alvi Syahrin,
SH.MS serta Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas kesempatan dan fasilitas yang
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program
Magister.
Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh masyarakat petani yang ada di
Kecamatan Batang Toru, Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Padang Sidimpuan
Timur, Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Siais, Kecamatan Marancar.
Teristimewa buat Ayahanda, Ibunda, Abang dan adek-adekku semua yang selalu
memberikan semangat dan dorongan buat penulis. Terutama adekku Madihah
Hasibuan yang telah banyak membantu penulis dan terima kasih atas segala doa,
dukungan serta pengobanan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Untuk
teman-teman di kost Sofyan 82 terima kasih atas bantuan dan partisipasinya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan program
Magister PSL Angkatan ’05 sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan tesis ini.
Medan, Februari 2008
Penulis
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Muainah Hasibuan
Tempat/Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan/18 September 1981
Ayah : Musaddad Hasibuan
Ibu : Abidah Rangkuty
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
PENDIDIKAN
1. Tahun 1994 Lulus dari SD Impres Padang Sidimpuan.
2. Tahun 1997 Lulus dari Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 1
Padang Sidimpuan.
3. Tahun 2000 Lulus dari Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Padang
Sidimpuan.
4. Tahun 2000 diterima di Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian USU Medan, dan lulus Sarjana tahun 2004.
5. Tahun 2005 Bulan agustus melanjutkan studi pada Sekolah Pasca Sarjana
(SPs) USU program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK....................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.4. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 9
1.5. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 9
1.6. Kerangka Penelitian………………………………………………….. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 11
2.1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu ........................................... 11
2.2. Sistem Pengendalian Hama Terpadu ................................................. 13
2.2.1. Tujuan Pelaksanaan PHT .......................................................... 15
2.2.2. Sasaran dan Strategi PHT ......................................................... 15
2.2.3. Prinsip PHT .............................................................................. 17
2.3. Pestisida ............................................................................................. 18
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
2.3.1. Pengertian Pestisida ................................................................. 18
2.3.2. Kerusakan Lingkungan akibat Pemakaian Pestisida................ . 20
2.4. Deskripsi Daerah Penelitian………………………………………….. 24
III. METODE PENELITIAN........................................................................ 29
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 29
3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................... 29
3.2.1. Populasi Penelitian…………………………………………… 29
3.2.2. Sampel Penelitian…………………………………………… 30
3.3. Pengumpulan Data ............................................................................. 31
3.3.1. Data Primer…………………………………………………… 31
3.3.2. Data Skunder………………………………………………… 32
3.4. Operasional Variabel ......................................................................... 32
3.5. Analisis Data ....................................................................................... 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 36
4.1. Karakteristik responden…………………………………………… 36
4.2. Analisis regresi sederhana dari masing – masing peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan............................................ 50 4.3. Analisis regresi ganda dari peubah Bebas Pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang ikut SLPHT Di Kabupaten Tapanuli Selatan……………………………………. 55 4.4. Analisis regresi sederhana dari masing – masing peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi responden yang tidak Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan...................................... 57 4.5 Pengujian Hipotesis………………………………………………… 64
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4.5.1. Hasil Uji F pada Petani yang Melaksanakan PHT
dan yang tidak melaksanakan PHT………….......................... 64
4.6. Pembuktian Hipotesis……………………………………………… 65
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 66
5.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 66
5.2. Saran....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... . 67
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR TABEL No Judul Halaman 1. Daerah kecamatan penelitian beserta luas wilayahnya...................... 24 2. Luas lahan sawah, pekarangan, tegal, ladang pengembalaan ditiap kecamatan daerah penelitian..................................................... 25 3. Jumlah penduduk di tiap kecamatan daerah penelitian
tahun 2006.......................................................................................... 25
4. Luas Tanam, Panen dan produksi perkecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli Selatan............................................................... 28 5 Jenis OPT padi yang ada ditiap Kecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli Selatan............................................................... 28
6. Jumlah peserta program PHT yang ikut SLPHT................................. 30 7. Jumlah peserta yang tidak ikut SLPHT............................................... 30 8. Jumlah sampel di tiap kecamatan yang ikut SLPHT........................... 31
9. Jumlah sampel di tiap kecamatan yang tidak ikut SLPHT.................. 31
10. Karakteristik responden yang mengikuti SLPHT dan
tidak mengikuti SLPHT pada daerah penelitian.................................. 38 11. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi.............................. 40 12. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan
pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi.................... 43
13. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petaniyang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi.................... 44
14. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan
pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi.............. 45
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
15. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi........... 48
16. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan
pada petaniyang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi.................... 49 17. Pengaruh masing – masing peubah pada petani yang ikut SLPHT....... 51
18. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat
petani yang ikut SLPHT........................................................................ 56
19. Pengaruh masing – masing peubah pada petani yang ikut SLPHT........ 58 20 Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat
petani yang tidak melaksanakan SLPHT................................................... 62
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman
1. Kerangka pemikiran kajian penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) oleh petani padi di Kabupaten Tapanuli Selatan………………........... 10
2. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekologi......................................... 52 3. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekonomi....................................... 53 4. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek teknologi...................................... 53 5. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekologi pada petani yang tidak ikut SLPHT......................................................................... 59 6. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek ekonomi pada petani yang tidak ikut SLPHT......................................................................... 60 7. Grafik penerapan PHT ditinjau dari aspek teknologi pada petani yang tidak ikut SLPHT.......................................................................... 60
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR LAMPIRAN No Judul Halaman
1. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Angkola..................................................................................................... 71
2. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang
Toru.......................................................................................................... 72
3. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Padang Sidimpuan Timur...................................................................................... 73
4. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Sayur matinggi.......................................................................................... 74
5. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Marancar................................................................................................... 75
6. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Siais........................................................................................................... 76
7. Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang ikut SLPHT……………………………………………………...…………… 77
8. Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu
pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang tidak ikut SLPHT………………………………………………………………….. 78
9. Kuisioner yang ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli
Selatan…………………………………………………………………... 79 10. Kuisioner yang tidak ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli
Selatan……………………………………………………………........... 86 11. Peta KabupatenTapanuli Selatan……………………………………….. 93 12. Peta Kecamatan Batang Angkola ............................................................. 94
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
13. Peta Kecamatan Batang Toru.................................................................... 95
14. Peta Kecamatan Padang Sidimpuan Timur............................................... 96 15. Peta Kecamatan Sayur matinggi................................................................ 97 16. Peta Kecamatan Marancar......................................................................... 98 17. Peta Kecamatan Siais................................................................................. 99
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah
salah satu makanan yang mengandung gizi yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di
dalamnya terkandung bahan – bahan yang mudah diubah menjadi energi. Zat yang
dikandung oleh beras antara lain adalah karbohitrat, protein, lemak, serat kasar, abu
dan vitamin. Disamping itu beras mengandung unsur – unsur mineral antara lain :
kalsium, magnesium, sodium dan fosfor (Anonimus, 1990).
Tanaman padi merupakan sumber pangan utama yang sangat penting guna
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Sampai saat ini padi termasuk salah satu
komoditas yang mendapat prioritas pengembangan dari tahun ke tahun. Kebutuhan
pangan terutama beras bagi bangsa Indonesia semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk telah mendorong pemerintah untuk melaksanakan
program peningkatan produksi padi.
Bagi negara agraris seperti Indonesia, peran sektor pertanian sangat penting
dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia bahan pangan,
sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas ekspor non
migas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian sebahagian besar
rakyat Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Namun ironis sekali, penghargaan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
masyarakat umum terhadap pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lain seperti
industri, pertambangan dan perdagangan. Hal ini menyebabkan penghargaan terhadap
lahan pertanian pun terlalu rendah tidak proporsional dengan tingkat manfaatnya
(Adimihardja, 2006)
Peningkatan intensitas pertanaman padi secara terus menerus akan
menyebabkan perubahan ekologi dan terciptanya ekosistem pertanian monokultur.
Hal ini merupakan faktor pendorong munculnya serangga – serangga tertentu yang
dapat merusak tanaman. Untung (1993) menyebutkan agroekosistem pada sistem
persawahan memiliki keragaman biotik dan genetik yang rendah dan bahkan
cenderung semakin tidak beragam. Dalam keadaan demikian ekosistem pertanian
padi sawah sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama. Mahfudin (1995)
menyatakan, pada kondisi demikian serangga hama akan meningkat populasinya
apabila penggunaan pestisida tidak sesuai anjuran.
Persoalan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan
bertambahnya jumlah permintaan bahan pangan. Konsep pengendalian hama terpadu
sebagai gerakan pendekatan teknologi produksi pertanian berwawasan lingkungan
muncul karena kegagalan cara pengendalian hama konvensional yang pada intinya
mencoba menyederhanakan masalah perlindungan tanaman yaitu dengan
menggunakan bahan kimiawi. Pengendalian kimiawi menimbulkan masalah baru
resistensi hama, resurjensi, terbunuhnya musuh alami, terbunuhnya jasad bukan
sasaran dan pencemaran (Metcalf dan Luckman, 1982).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Berbagai masalah timbul akibat penggunaan pestisida yang semakin tidak
terkendali. Secara ekonomi dan teknologi pengendalian sudah tidak efisien dan
cenderung merugikan sehingga mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan
Inpres No. 3/ 1986 tentang pelarangan penggunaan 53 jenis insektisida untuk
pengendalian hama, kemudian menjadi tonggak sejarah bagi penerapan Pengendalian
Hama Terpadu untuk tanaman padi (Untung, 1993).
Pada awal tahun 1990-an, pengendalian hama dengan penggunaan pestisida
dianggap cara yang paling aman dan baik. Namun anggapan tersebut berkurang
dengan adanya laporan penelitian dan kasus – kasus yang terjadi akibat penggunaan
DDT yang berlebihan. Beberapa jurnal penelitian entomologi dan ahli lingkungan
melaporkan bahwa DDT dan sejenisnya dapat menimbulkan resistensi hama, ledakan
hama, timbulnya hama sekunder, kontaminasi lingkungan, terdapatnya efek residu
pada hasil pertanian dan peternakan serta mengganggu kesehatan manusia
(Kusnaedi, 2001).
Tidak dapat dipungkiri bahwa pestisida merupakan komponen penting dalam
mendukung keberhasilan peningkatan produksi pertanian, terutama pangan. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa pestisida juga menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk itu sejak lebih 20 tahun yang lalu,
pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk menerapkan konsep pengendalian
hama terpadu (PHT) dalam sistem produksi pertanian, terutama tanaman pangan
(Setyanto dkk, 2006)
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Apabila penggunaan pestisida harus dikurangi maka masalah yang kemudian
muncul dan dihadapi petani sedunia adalah bagaimana cara penggunaan pestisida
agar dapat dikurangi, tetapi kehilangan atau kerugian hasil akibat serangan hama
dapat dihindari. Konsep PHT merupakan alternatif yang tepat untuk menjawab
dilema tersebut karena PHT bertujuan untuk membatasi penggunaan pestisida sedikit
mungkin, tetapi sasaran kualitas dan kuantitas produksi masih dapat dicapai. Secara
global prinsip PHT sangat didorong oleh semakin meningkatnya kesadaran manusia
terhadap kualitas lingkungan hidup dan pengembangan konsep pembangunan yang
terlanjutkan. Usaha PHT merupakan salah satu bentuk usaha manusia untuk lebih
mengefisienkan penggunaan sumberdaya alami dalam memenuhi kebutuhan manusia
yang terus berkembang lebih luas.
Penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan perlindungan tanaman dari
serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ditegaskan melalui Inpres No. 3
tahun 1986, kemudian diperkuat dengan Undang – Undang No. 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman dan dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah No.
6 tahun 1995 Tentang perlindungan Tanaman. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan
pemerintah bahwa pengendalian OPT dilakukan dengan menerapkan PHT, diperlukan
suatu masa transisi untuk memasyarakatkan pemahaman PHT melalui pendidikan,
penyuluhan, penyiapan sarana teknologi serta penyiapan sistem pelayanan yang
diperlukan untuk penerapan PHT, sehingga tumbuh kesadaran untuk menerapkan
PHT (Untung, 1993).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Program PHT di Indonesia dinyatakan sebagai kebijakan nasional pada tahun
1986 dan dalam pelaksanaannya telah memberikan efek yang sangat besar terhadap
produksi pertanian nasional. Usaha untuk memperkenalkan PHT sesungguhnya telah
dimulai sejak tahun 1979, setelah Indonesia mendapatkan pengalaman buruk dari
serangan hama wereng coklat pada tahun 1975 – 1977. Usaha untuk pengendalian
terhadap hama wereng ini, di Indonesia diikuti melalui pendekatan teknologi yang
sangat sukses dan kemudian lebih sering disebut sebagai revolusi hijau
(Roling, 1998 dalam Utama, 2003).
Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai korelasi terhadap kebijakan
pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida.
Penggunaan pestisida dalam rangka penerapan PHT secara konvensional
menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun
lingkungan sebagai akibat pestisida yang tidak tepat dan penggunaan yang berlebihan
(Anonimus, 2004).
Dalam hal pengendalian di lapangan para petani sudah terbiasa memakai
pestisida. Padahal penggunaan pestisida sering membawa kerugian yang besar baik
secara langsung dan tidak langsung yakni berpengaruh tidak baik terhadap organisme
yang bukan sasaran juga dapat menimbulkan resistensi bagi Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) dan Jasad Pengganggu Tanaman (JPT). Ditinjau dari segi ekonomi,
penggunaan pestisida memerlukan biaya yang cukup besar. Meskipun begitu
penggunaan pestisida termasuk taktik penting dalam konsep PHT. Penggunaan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pestisida dulu, kini dan yang akan datang tetap masih merupakan hal pokok yang
terpenting dalam manajemen pengendalian OPT dan JPT dengan syarat pemakaian
dosis yang tepat sesuai anjuran (Wardojo dkk, 1978).
Disamping segala keberhasilan pestisida, manusia semakin merasakan
dampak negatif pestisida yang semakin memprihatinkan dan juga rasa tanggung
jawab terhadap kelangsungan mahluk hidup di biosfer ini. Hal ini dibuktikan bahwa
semakin banyaknya korban pestisida baik binatang ternak maupun manusia sendiri.
Residu pestisida dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia
karena dari bukti penelitian ada indikasi bahwa pestisida tertentu dapat mendorong
terbentuknya jaringan kanker. Disamping untuk meningkatkan kualitas pangan hal ini
mendorong manusia untuk melihat kembali prinsip dasar yang berwawasan
lingkungan (Untung, 1993).
Untuk mengatasi kekurangan pangan di masa mendatang perlu adanya
terobosan peningkatan produksi padi. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa
produktivitas padi masih dapat ditingkatkan melalui implementasi program PHT.
Contohnya penerapan PHT di Karawang pada tahun 1995 hasil padi petani masih
meningkat hingga 37% dengan penanaman varietas tidak tahan wereng dan
meningkat 46,3% untuk varietas tahan wereng (Effendi, 2006).
Penerapan PHT di bidang pertanian diharapkan dapat merubah pola bercocok
tanam yang lama yang kurang efisien dan efektif sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Pada prakteknya
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pelaksanaan PHT tidak terlepas pula dari faktor – faktor yang dapat
mempengaruhinya antara lain : lama pendidikan, luas usaha tani, tanggungan
keluarga, pengalaman bertani dan umur petani (Mubyarto, 1986).
Indonesia dinilai berhasil dalam menerapkan dan mensosialisasikan PHT
melalui proyek nasional PHT. Negara Indonesia juga termasuk pelopor dalam
pelaksanaan PHT sebab telah lama mempunyai undang – undang yang menyebutkan
secara eksplisit bahwa sistem PHT merupakan satu – satunya sistem untuk
pengendalian PHT di tingkat petani, khususnya tentang pengelolaan penyakit
tumbuhan. Kehilangan hasil akibat serangan penyakit pada tanaman padi rata – rata
mencapai 15,1% dari potensi hasilnya dan kerugian di seluruh dunia mencapai 33
milyar USD selama 1988 – 1990 (Abadi,2006).
Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata – rata mencapai 12,22% pada
berbagai tanaman penting di dunia, karena permasalahan hama dan penyakit pada
tumbuhan yang tetap tinggi setelah kebijakan subsidi pestisida dan kehadiran
pencemaran lingkungan meningkat karena penggunaan pestisida. Pemerintah
kemudian mengambil keputusan untuk menetapkan konsep PHT dengan Inpres No. 3
tahun 1986 kemudian dikeluarkan UU No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya tanaman
yang menyebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PHT.
Program PHT nasional di Indonesia dinilai berhasil oleh lembaga Internasional
seperti FAO, bahkan Indonesia kemudian dijadikan contoh pelaksanaan PHT bagi
negara sedang berkembang di Asia dan Afrika. Keberhasilan pelaksanaan PHT pada
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
tanaman terlihat nyata pada dua hal yaitu menurunnya penggunaan pestisida dan
meningkatnya rata – rata hasil panen (Abadi, 2006).
Di daerah penelitian pada tahun 1990/1991 – 1997/1998 sudah ada PHT tapi
setelah tahun 1999/2000 ke atas tidak ada lagi PHT yang dibiayai atau didukung oleh
pendanaan dari bagian proyek PHT. Sekarang PHT harus dijalankan sendiri setelah
para petani mendapat pelajaran melalui SLPHT namun ada juga petani yang tidak
ikut SLPHT, sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Kajian
Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di Kabupaten
Tapanuli Selatan. Untuk melihat bagaimana penerapan PHT setelah berakhirnya
program PHT.
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah :
Bagaimanakah pendapat petani padi yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut
SLPHT mengenai aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi dalam PHT di
Kabupaten Tapanuli Selatan dan bagaimana penerapan PHT pada petani padi di
Kabupaten Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
1.3. Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana PHT setelah adanya program SLPHT terhadap
petani ditinjau dari aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi dalam PHT di
Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4. Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan penerapan PHT oleh petani padi yang ikut SLPHT dan
yang tidak SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.5. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
1. Penggunaan PHT agar memasyarakat di kalangan petani khususnya petani
padi.
2. Untuk mengurangi penggunaan pestisida sehingga lingkungan aman dari
pemakaian pestisida.
3. Sebagai alternatif pengendalian dalam pengelolaan lingkungan pertanian.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
1.6. Kerangka Penelitian
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 12 TAHUN 1992 TENTANG SISTEM BUDIDAYA
TANAMAN
Penerapan PHT
Petani SLPHT Petani Non SLPHT
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Petani Padi Di Kabupaten Tapanuli Selatan
Pendapat Petani Tentang
Aspek Ekologi Aspek Ekonomi Aspek Teknologi
Pertanian Berwawasan Lingkungan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu
Smith (1983) dalam Untung (1993) mendefinisikan PHT sebagai
pengendalian hama yang menggunakan semua teknik dan metode yang sesuai dalam
cara – cara yang seharmonis mungkin dalam mempertahankan populasi hama di
bawah tingkat yang menyebabkan kerusakan ekonomi di dalam lingkungan dari
dinamika populasi spesies hama yang bersangkutan. Pengendalian hama terpadu tidak
hanya terbatas sebagai teknologi pengendalian hama yang berusaha memadukan
berbagai teknik pengendalian termasuk pengendalian secara kimiawi yang merupakan
alternatif terakhir, tetapi mempunyai makna yang lebih mendasar lagi. PHT adalah
suatu konsep ekologi, falsafah, cara berpikir, cara pendekatan berdasar pada konsep,
ekonomi dan budaya dengan menitikberatkan pada potensi alami seperti musuh
alami, cuaca serta menempatkan manusia sebagai pengambil keputusan dalam
pengelolaan usaha taninya.
Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang
didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian yang
kompatibel antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat dipertahankan di
bawah jumlah yang secara ekonomik tidak merugikan serta mempertahankan
kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani (Oka, 1994).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pengendalian Hama Terpadu merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam
melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman. Penerapan PHT sebagai dasar
kebijaksanaan perlindungan tanaman dari serangan OPT ditegaskan melalui Inpres
No. 3 tahun 1986. Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan
tanaman tersebut adalah dalam Undang – Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan
Tanaman, dan juga Keputusan Menteri Pertanian tertuang dalam No.
887/kpts/OT/1997 tentang pedoman Pengendalian OPT.
Smith and Allen (1954); Stern et al; (1959) menyatakan bahwa PHT adalah
suatu pendekatan yang menggunakan prinsip – prinsip ekologi terapan di dalam
memadukan pengendalian secara hayati dan pengendalian secara kimiawi dalam
menekan hama (Apple dan Smith, 1976). Pengendalian secara kimiawi hanya
digunakan bila benar – benar diperlukan dan dengan cara yang sangat hati – hati
sehingga sekecil mungkin gangguannya terhadap pengendalian hayati yang sudah
ada.
Van den Bosh (1967) menyatakan bahwa kombinasi pengendalian hayati dan
kimiawi saja tidak cukup. Oleh karena itu semua cara dan teknik pengendalian harus
dipadukan ke dalam satu kesatuan untuk mencapai suatu haasil panen yang
menguntungkan dan gangguan yang seminimal mungkin terhadap lingkungan.
Batasan/ defenisi pengendalian hama terpadu yang umum digunakan adalah
sebagai berikut :
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
a. PHT adalah suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan
semua teknik pengendalian yang sesuai dengan tujuan untuk mengurangi
populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada dibawah
aras populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi
(Smith dan Reynolds, 1966 dalam Untung, 2001; Apple dan Smith, 1976)
b. Batasan PHT secara bebas adalah suatu sistem pengendalian hama yang
mengintegrasikan dua atau lebih cara pengendalian dalam suatu paket yang
memenuhi persyaratan :
1. Secara teknik dapat diterapkan
2. Secara ekonomis menguntungkan
3. Secara sosial layak atau tidak bertentangan
4. Secara ekologis tidak atau sedikit mungkin mencemari lingkungan dan
5. Tidak mengganggu atau membahayakan serangga berguna atau fauna
berguna lainnya (Sastrosiswojo, 1990).
2.2. Sistem Pengendalian Hama Terpadu
Kebijakan Pemerintah mengenai penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan
perlindungan tanaman dari serangan OPT ditegaskan melalui Inpres No. 3 tahun 1986
diperkuat dengan disyahkannya UU. No. 12 Tahun 1992 Tentang Budidaya Tanaman
yang menyatakan bahwa :
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
1. Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan system Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).
2. Pelaksanaan perlindungan tanaman dengan system PHT menjadi tanggung
jawab masyarakat dan pemerintah
Kemudian dilengkapi dengan PP. No. 6 Tahun 1995 mengenai Perlindungan
Tanaman. Dengan demikian keberhasilan dalam pengembangan penerapan PHT
sangat tergantung kepada pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemauan
petani untuk menerapkan PHT serta pengetahuan, keterampilan dan dedikasi petugas
seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Pengamat Hama Penyakit (PHP)
(Rasahan dkk, 1999).
Penerapan PHT di lapangan adalah mendukung praktek pertanian yang lebih
baik. Dalam jangka panjang pemasyarakatan PHT adalah ditujukan untuk
menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dengan sasaran pencapaian
produksi yang tinggi, produk berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan
tanah, air dan sumberdaya lainnya, pembangunan perekonomian desa agar makmur
dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga petani dan komunitas
pertanian pada umumnya. Hal ini akan terlaksana pada beberapa dekade mendatang,
karena pertanian berkelanjutan sampai saat ini belum memiliki model atau alternatif
dalam hubungannnya dengan pertanian yang ekonomis yang dapat dirujuk.
Pengembangan PHT dalam pertanian berkelanjutan didasari oleh resistensi hama
terhadap insektisida sebagai dampak dari penerapan pertanian modern yang terbukti
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
telah menurunkan kualitas sumberdaya alam. Di lain pihak, pengembangan pertanian
berkelanjutan juga di dasarai munculnya pertanian organik (Effendi, 2006).
2.2.1. Tujuan Pelaksanaan PHT
Adapun tujuan umum pelaksanaan PHT di Indonesia adalah
1. Memantapkan hasil dalam tahap yang telah dicapai oleh teknologi pertanian
maju.
2. Mempertahankan kelestarian lingkungan.
3. Melindungi kesehatan produsen dan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi pemasukan dalam produksi.
5. Meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan petani (Oka, 1994).
Pengendalian Hama Terpadu tidak hanya memperhatikan sasaran jangka
pendek, melainkan juga sasaran jangka panjang. Selain untuk tindakan pengendalian
dan penekanan populasi organisme hama, PHT juga mempertimbangkan peranannya
yang lebih luas dan hakiki sebagai bagian dari produksi tanaman dan pengelolaan
lingkungan pertanian (Untung, 1993).
2.2.2. Sasaran dan Strategis PHT
Sasaran yang ingin dicapai oleh PHT adalah
1. Produktivitas pertanian terjamin pada taraf yang tinggi.
2. Populasi dan atau serangan hama tidak menimbulkan kerugian ekonomis.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
3. Keuntungan ekonomi yang diterima oleh petani maksimal.
4. Kandungan bahan berbahaya dalam produk – produk tidak melampaui baku
mutu.
5. Fungsi – fungsi lingkungan dapat dipelihara.
6. Ketahanan sosial budaya yang kuat dimiliki petani dalam menjalankan usaha
tani (Wasiati dan Soekirno, 1998).
Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan PHT adalah memadukan semua
teknik pengendalian OPT dan melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas
ekologi serta ekonomi. Semboyan PHT oleh petani dan bukan untuk petani dan petani
menjadi ahli PHT dimaksudkan agar petani dapat menolong dirinya sendiridalam
menghadapi masalah produksi, terutama hama yang menyerang tanamannya baik
secara berkelompok maupun sendiri dengan cara ya efektif dengan lingkungan
(Anonimus, 2004).
Dalam kaitan dengan PHT petani dihadapkan dengan pilihan baik atau buruk
hasil yang diperoleh jika mengikuti PHT atau tidak. Pada PHT teknik perlakuan yang
digunakan dalam pengendalian hama dengan melakukan tindakan pemantauan,
pengambilan keputusan dan pengambilan tindakan sedangkan pada non PHT
perlakukan dalam pengendalian hama yaitu dengan pemberantasan hama dengan
penyemprotan pestisida pada tanaman secara berjadwal artinya pada waktu tertentu
dan pada waktu pertumbuhan tanaman tertentu. Selain itu pada non PHT kebanyakan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pestisida yang digunakan bersifat racun dan membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan sekitarnya (Oka, 1994).
2.2.3. Prinsip PHT
Ada 4 prinsip dasar penerapan PHT adalah sebagai berikut :
1. Budidaya tanaman sehat
Dengan menggunakan paket teknologi produksi dan praktek agronomis untuk
mewujudkan tanaman sehat.
2. Pelestarian dan pendayagunaan musuh alami
Melalui pengelolaan dan pelestarian faktor biotik dan abiotik agar mampu
berperan secara maksimal dalam pengendalian populasi dan penekanan
tingkat serangan OPT
3. Pengamatan mingguan secara teratur
Pengamatan hasil interaksi faktor biotik dan abiotik dan menimbulkan
serangan OPT. Merupakan kegiatan penting yang mendasari pengambilan
keputusan pengendalian.
4. Petani berkemampuan dan melaksanakan dan ahli PHT
Agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan
pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan melalui latihan
dan pemberdayaan petani (Anonimus, 2004).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pelaksanaan prinsip PHT antara lain mencakup sejauh mana petani mau
melaksanakan pengamatan hama/penyakit tanaman secara teratur, bagaimana tata
cara melakukan pengamatan hama/penyakit dan bagaimana tanggapan petani atas
hasil usaha pengamatan yang telah dilakukan, pengambilan keputusan dalam kegiatan
pengendalian hama/penyakit dan bagaimana kinerja petani dalam menyebarluaskan
pengetahuan dan keterampilannya tentang PHT ke petani lainnnya (Darwis, 2006)
Konsep PHT merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian
hama dan penyakit. Penggunaan pestisida memang telah memberikan kontribusi
besar bagi peningkatan produksi tanaman, tetapi juga berdampak negatif terhadap
lingkungan, seperti munculnya resistensi dan resurjensi beberapa jenis hama. Dalam
bercocok tanam padi PHT tidak bisa diimplimentasikan sebagai suatu kegiatan yang
mandiri, tetapi merupakan bagian dari sistem produksi. Tujuan utama dari usaha tani
padi adalah mendapatkan hasil yang tinggi dengan keuntungan yang tinggi pula
dalam proses produksi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu PHT perlu
diintegrasikan dan menjadi bagian penting dari budidaya padi yang baik
(Hidayati, 2005)
2.3. Pestisida
2.3.1 Pengertian Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
perkembangan/ pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Pestisida secara umum
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya.
Insektisida, herbisida, fungisida dan nematisida digunakan untuk mengendalikan
hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain
digunakan untuk mengendalikan tikus dan siput (Alexander, 1977).
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad
pengganggu tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida berperan sebagai salah satu
komponen pengendalian, yang harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati,
efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan
sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai
teknologi seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola
tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem
yang seringkali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Cara
lain untuk mengatasi jasad pengganggu selain menggunakan pestisida kadang –
kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan
pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad
pengganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
(Sudarmo, 1991).
Penggunaan pestisida telah dianggap sebagai metode yang paling efektif
dalam pengendalian hama dan penyakit. Oleh karena itu sejak dipergunakannya
secara luas pestisida organik sintetik, maka pada masyarakat timbul pandangan atau
pendapat bahwa tanpa pestisida tidak mungkin diperoleh produksi pertanian yang
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
tinggi atau dengan kata lain pestisida merupakan jaminan atau asuransi bagi
tercapainya sasaran produksi (Wudyanto, 1997).
Pestisida merupakan bahan pencemar paling potensial dalam budidaya
tanaman. Oleh karena itu perannya perlu diganti dengan teknologi lain yang
berwawasan lingkungan. Pemakaian bibit unggul, pemakaian organik dan pestisida
memang mampu memberikan hasil yang tinggi. Swasembada beras yang dicapai di
Indonesia pada tahun 1984 tidak terlepas dari ketiga hal tersebut. Namun tanpa
disadari praktek ini telah menimbulkan masalah dalam usaha pertanian itu sendiri
maupun terhadap lingkungan (Hendarsih dan Widiarta, 2005).
2.3.2. Kerusakan Lingkungan Akibat Pemakaian Pestisida
Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan
mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik yaitu organoklorin. Tingkat
kerusakan yang disebabkan senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa
lain karena senyawa ini tidak peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai
(Said, 1994).
Dampak negatip penggunaan pestisida antara lain adalah :
1. Meningkatnya resistensi dan resurjensi organisma pengganggu tumbuhan
(OPT)
2. Terganggunya keseimbangan biodiversitas termasuk musuh alami (predator)
dan organisme penting lainnnya.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
3. Terganggunya kesehatan manusia dan hewan.
4. Tercemarnya produk tanaman, air , tanah dan udara.
Meskipun pengendalian hama terpadu dengan menggunakan pestisida telah
memberikan hasil yang nyata dalam menekan serangan hama dan penyakit tanaman
dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya. Oleh karena itu penggunaan pestisida
perlu dikurangi atau dirasionalisasi baik melalui penerapan PHT secara tegas maupun
pengembangan system pertanian organik yang lebih mengutamakan penggunaan
musuh alami dan pestisida hayati
Pencemaran lingkungan terutama lingkungan pertanian disebabkan oleh
penggunaan bahan – bahan kimia pertanian. Telah dapat dibuktikan secara nyata
bahwa bahan – bahan kimia pertanian dalam hal ini pestisida, meningkatkan produksi
pertanian dan membuat pertanian lebih efisien dan ekonomi. Pencemaran oleh
pestisida tidak saja pada lingkungan pertanian tapi juga dapat membahayakan
kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada produk –
produk pertanian dan pada perairan.
Sifat – sifat pestisida yang akan digunakan dalam pengendalian hama dan
penyakit tanaman harus sesuai dengan prinsip – prinsip PHT yaitu
1. Efektif menurunkan populasi hama sasaran yang sedang meningkat di atas
ambang ekonomi.
2. Sedapat mungkin tidak mempengaruhi populasi hama – hama lain.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
3. Tidak menurunkan fungsi populasi musuh alami sebagai pengendali hama
alami.
4. Pestisida yang sesuai sasaran sesuai dengan prinsip PHT.
Dalam kaitan penggunaan pestisida yang ideal, Miller (1993) memberikan
kriteria sebagai berikut :
1. Membunuh hama yang menjadi target.
2. Tidak memiliki pengaruh terhadap kesehatan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap organisme yang tidak menjadi target.
3. Dapat terurai menjadi zat kimia yang tidak berbahaya dalam waktu singkat.
4. Mencegah perkembangan resistensi genetik pada organisme target.
5. Menghemat uang dibandingkan dengan tanpa melakukan usaha untuk
mengendalikan spesies hama.
Salah satu faktor yang memicu letusan hama di ekosistem pertanian adalah
penggunaan pestisida. Satu – satunya alternatif untuk mengurangi praktek
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana adalah dengan menerapkan PHT yang
berorientasi pada kestabilan ekosistem dengan lebih mengutamakan berfungsinya
proses pengendalian alami. PHT bukan hanya teknologi atau metode pengendalian
hama tetapi merupakan suatu konsep, cara berpikir, cara pendekatan dari berbagai
disiplin ilmu atau mengambil dari falsafah ilmu pengetahuan. Konsep PHT
dikembangkan dalam bentuk strategi dan taktik penerapan di lapangan sesuai dengan
ekosistem dan sistem masyarakat setempat. Taktik PHT dapat berubah sesuai dengan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
keadaan waktu dan tempat, tetapi konsep dan prinsip PHT harus tetap atau konsisten
(Untung, 1993).
Meskipun telah ditetapkan Undang – Undang yang membatasi penggunaan
bahan kimia dalam pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, namun dalam
pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai dengan sistem PHT, untuk mengurangi
dampak negatif penggunaan pestisida dapat ditempuh beberapa cara antara lain hanya
menggunakan pestisida yang lebih aman terhadap manusia dan lingkungan hidup dan
penerapan budidaya residu minimum dan budidaya organik yaitu dengan cara
pemanfaatan sistem pengendalian secara hayati (Setyanto, 2006).
Di seluruh dunia para petani dan keluarganya yang memakai pestisida atau
tinggal dekat dengan orang lain yang memakai pestisida, maka para keluarga dan
tetangga yang tinggal dekat mereka perlu diperhatikan. Ternak, ikan dan burung juga
harus diperhatikan masyarakat dengan air atau makanan yang terkontaminasi
pestisida harus diperhatikan. Perusahaan – perusahaan pembuat pestisida pengguna
yang aman atau mengiklankan ramah lingkungan (Yayasan Duta Awan, 2007).
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4. Deskripsi Daerah Penelitian
Kabupaten Tapanuli Selatan
Kabupaten Tapanuli Selatan adalah salah satu Kabupaten yang terdapat di
Propinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduknya bermatapencaharian sebagai
petani. Tapanuli Selatan terletak antara 0o10’ s/d 1o50’ Lintang Utara dan 98o50’ s/d
100o10’ Bujur Timur dengan Luas Wilayah 12 261,55 km2. Ketinggian berkisar
antara 0 – 1.915 m di atas permukaan laut. Batas – batas daerah yaitu
Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan tapanuli Tengah
Sebelah Timur : Propinsi Riau dan Kabupaten Labuhan Batu
Sebelah Selatan : Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Madina
Sebelah Barat : Samudra Indonesia dan Kabupaten Madina
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulturara Tapanuli Selatan, 2006).
Daerah Kecamatan Penelitian beserta luas wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daerah kecamatan penelitian beserta luas wilayahnya
No. Kecamatan Luas wilayah (Ha)
1. Batang angkola 540.05 2. Batang Toru 490.14 3. Padangsidimpuan Timur 461.46 4. Sayur Matinggi 517.60 5. Marancar 88.79 6. Siais 395.34 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Daerah kecamatan beserta Luas lahan sawah, Pekarangan, Tegal Ladang
Pengembalaan di tiap Kecamatan daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas lahan sawah, pekarangan, tegal, ladang pengembalaan di tiap kecamatan daerah penelitian
No Kecamatan Lahan
Sawah Pekarangan dan Bangunan
Tegal/ Kebun
Ladang Pengembalaan
1. Batang Angkola 2.689 20 330 58 162 2. Batang Toru 2.048 136 1.662 422 219 3. Padangsidimpuan Timur 2.076 174 1.158 1.620 460 4. Sayur Matinggi 1.992 24 595 67 74 5. Marancar 1.196 54 581 519 89 6. Siais 409 23 2.561 2.800 - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006 Jumlah penduduk di tiap Kecamatan daerah penelitian Tahun 2006 terdapat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah penduduk di tiap kecamatan daerah penelitian Tahun 2006 No. Kecamatan Jumlah Penduduk 1. Batang Angkola 30.269 2. Batang Toru 33.568 3. Padang Sidimpuan Timur 27.293 4. Sayur Matinggi 36. 134 5. Marancar 8.951 6. Siais 20.459 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, 2006
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Kecamatan Batang Angkola
Daerah Batang Angkola terletak di ketinggian 235 m – 250 m dpl dengan
jumlah penduduk terdiri dari 34.396 jiwa.
Kecamatan Batang Angkola berbatasan dengan
Sebelaha utara : Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Sebelah Selatan : Kecamatan Sayur Matinggi
Sebelah Barat :Kecamatan Siais dan Kecamatan Muara Batang Gadis
Kabupaten Madina
Sebelah Timur : Kecamatan Sosopan
Kecamatan Sayurmatinggi
Sebelah Utara : Kecamatan Batang Angkola
Sebelah Selatan : Kabupaten Madina
Sebelah Barat : Kecamatan Siais
Sebelah Timur : Kecamatan Sosopan
Kecamatan Padang Sidimpuan Timur
Sebelah Utara : Kecamatan Batang Angkola dan Sayur Matinggi
Sebelah Selatan : Kabupaten Madina
Sebelah Barat : Kecamatan Padang Sidimpuan Barat
Sebelah Timur : Kotamadya Sidimpuan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Kecamatan Batang Toru
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Sidimpuan Barat
Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara
Sebelah Barat : Kecamatan Siais
Sebelah Timur : Kecamatan Marancar
Kecamatan Siais
Kecamatan ini terletak pada 350 m s/d 700 m dari permukaan laut. Dengan luas
daerah 45.944 ha.
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Sidimpuan Barat
Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Angkola
Sebelah Barat : Kabupaten Madina, Muara Batang Gadis
Sebelah Timur : Kecamatan Pemko Padang Sidimpuan
Kecamatan Marancar
Sebelah Utara : Kecamatan Sipirok
Sebelah Selatan : Padang Sidimpuan
Sebelah Barat : Kecamatan Batang Toru
Sebelah Timur : Kecamatan Padang Sidimpuan Timur
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 4. Luas tanam, panen dan produksi perkecamatan tahun 2006 di Kabupaten Tapanuli Selatan
No. Kecamatan Tanam
(Ha) Panen Produktivitas
(Ton/Ha) Produksi
(Ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Batang Angkola Batang Toru Padang Sidimpuan Timur Sayur Matinggi Siais Marancar
5,598 4,420 6,738 3,625 8,97 2,510
5,198 5,071 7,678 3,133 972
2,387
59,75 62,00 56,00 58,62 50,12 53,19
31,058 31,440 42,997 18,366 4,872 12,696
Jumlah 31,861 33,187 56,61 142,023 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006
Tabel 5. Jenis OPT padi yang ada di tiap Kecamatan tahun 2006 Kabupaten Tapanuli
Selatan No. Kecamatan Jenis OPT padi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Batang Angkola Batang Toru Padang Sidimpuan Timur Sayur Matinggi Siais Marancar
tikus, tungro, walang sangit, kepinding tanah, hama putih, kresek tikus, walang sangit, kepinding tanah tikus, walang sangit, kepinding tanah tikus, walang sangit, kepinding tanah, blast walang sangit, blast tikus, walang sangit, kepinding tanah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaTapanuli Selatan, 2006
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan di 6 Kecamatan yang
ada di Tapanuli Selatan, 3 Kecamatan yang telah mengikuti Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yaitu Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan
Batang Toru, Kecamatan Padangsidimpuan Timur dan 3 Kecamatan yang tidak
mengikuti SLPHT yaitu Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Siais, Kecamatan
Marancar.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai dengan Oktober
2007. .
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta program
PHT yang telah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
yang ada di Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan
Padangsidimpuan Timur dan peserta program PHT ini berasal dari adanya program
Nasional yaitu pada tahun 1990, dan yang tidak mengikuti Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang ada di Kecamatan Sayur Matinggi,
Kecamatan Siais dan Kecamatan Marancar.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 6. Jumlah peserta program PHT yang ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Peserta SLPHT (Orang) 1. Batang Angkola 100 2. Batang Toru 75 3. Padang Sidimpuan Timur 100 Jumlah 275 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultuta Tapanuli Selatan,2006 Tabel 7. Jumlah peserta yang tidak ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Peserta yang tidak ikut SLPHT (Orang) 1. Sayur Matinggi 100 2. Siais 75 3. Marancar 100 Jumlah 275 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultuta Tapanuli Selatan, 2006 3.2.2. Sampel Penelitian
Penarikan sampel dari populasi adalah dengan melakukan pengambilan
sampel dengan tujuan tertentu atau secara sengaja. Agar sampel yang diambil
representif maka dalam pengambilan sampel peneliti mengadakan survei awal untuk
mengetahui kondisi lokasi penelitian.
Pemilihan sampel sebagai responden diambil secara acak sebanyak 30% dari
masing – masing jumlah populasi petani SLPHT sehingga diperoleh responden
sebanyak 83 orang. Proporsi jumlah sampel yang dipilih didasarkan pada pendapat
Arikunto (1983) bahwa pemilihan sampel antara 10 – 15% dan 20 – 30% dan jumlah
populasi sudah memadai.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Untuk lebih jelasnya pemilihan sampel sebagai responden pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan yang ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Petani SLPHT
(Orang) Jumlah Sampel (30%)
1. 2. 3.
Batang Angkola Batang Toru Padangsidimpuan Timur
100 75 100
30 23 30
Jumlah 275 83
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006 Tabel 9. Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan yang tidak ikut SLPHT No. Kecamatan Jumlah Petani SLPHT
(Orang) Jumlah Sampel (30%)
1. 2. 3.
Sayur Matinggi Siais Marancar
100 75 100
30 23 30
Jumlah 275 83
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan, 2006
3.3. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pengumpulan data sebagai berikut :
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari petani melalui wawancara dengan
petani dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Data yang dibutuhkan
tentang karakteristik petani meliputi, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
bertani, kepemilikan lahan, pendapat petani terhadap aspek ekologi, aspek ekonomi,
aspek teknologi dalam pengendalian hama terpadu (PHT).
Adapun wawancara yang dilakukan dibagi atas dua bagian yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur, dalam hal ini
sebelum wawancara terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai panduan
yang akan dijawab oleh responden pada lembar jawaban yang telah disediakan.
Sedangkan wawancara tidak berstruktur, dalam hal ini tidak ditetapkan daftar
pertanyaan sebagaimana termasuk dalam wawancara terstruktur. Caranya agak
sederhana dan bebas serta tidak bersifat formal, sehingga tidak menimbulkan
kekakuan wawancara.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari penelitian dokumentasi yang berasal dari
berbagai sumber yaitu Biro Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kantor
Kecamatan di setiap daerah sampel penelitian.
3.4. Operasional Peubah
1. Penerapan PHT
a. Aspek ekologi terdiri dari :
Hama
Penyakit
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Kultur Teknis
Mekanis
Waktu Pemberian pupuk
Sistem pengairan
Jumlah penggunaan pupuk
Penggunaan varietas
Penggunaan musuh alami
b. Aspek ekonomi terdiri dari :
Pendapatan
Produksi
Biaya pengendalian
Pertemuan kelompok tani
Kunjungan PHP dan PPL
c. Aspek teknologi terdiri dari :
Agens hayati
Pestisida
Biopestisida
Waktu penyemprotan pestisida
Frekuensi penggunaan pestisida
Dosis
Jenis – jenis pestisida
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
2. Pendapat petani padi tentang PHT
Pengetahuan tentang PHT
Pelaksanaan PHT
Manfaat PHT
Data dalam kuisioner dibuat dengan skala likert (Sugiono, 2000) dengan
kriteria keadaan sebagai berikut :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Kurang setuju
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
3.5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi
Linier Berganda (Multiple Linier Regression)
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e
Dimana :
Y = Pendapat petani
X1 = Aspek ekologi
X2 = Aspek ekonomi
X3 = Aspek teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi X1
b2 = Koefisien regresi X2
b3 = Koefisien regresi X3
e = Std. error
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Data penelitian diambil dengan cara kuesioner dari 166 responden, 83
responden yang mengikuti SLPHT dan 83 responden yang tidak mengikuti SLPHT
yang berasal dari 6 kecamatan, 3 kecamatan yang mengikuti SLPHT dan 3
Kecamatan yang tidak mengikuti SLPHT. Karakteristik responden dapat dilihat pada
Tabel 10. Diketahui bahwa responden petani yang ikut SLPHT keseluruhan yang
berjenis kelamin laki-laki 25 responden (30,12%), perempuan 58 responden
(69,88%) untuk petani yang tidak ikut SLPHT keseluruhan yang berjenis kelamin
laki – laki 38 responden (45,78%) dan perempuan 45 responden (54,22%)
Usia responden petani yang ikut SLPHT yang paling banyak berumur 31 s.d.
40 tahun (37,35%) dan pada yang tidak ikut SLPHT yang paling banyak berumur 42
s.d. 50 tahun (45,78%) berarti dapat dilihat bahwa petani yang ikut SLPHT umurnya
lebih muda dibanding yang tidak ikut SLPHT sehingga semangat belajarnya masih
kuat.
Pendidikan responden bagi petani yang ikut SLPHT yaitu 34 responden SD
(40,96%), 26 responden SLTP (31,33%), 20 responden SLTA (24,10%), 2 responden
diploma (2,41 %) dan 1 responden S1 (1,20%), dan bagi yang tidak ikut SLPHT 39
responden yang berpendidikan SD (46,99%), 24 responden SLTP (28.92%),
17 responden SLTA (20,48%), 1 responden diploma (1,20%) dan 2 responden S1
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
(2,41%). Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak
dimiliki baik SLPHT dan yang tidak SLPHT adalah SD berarti tergolong
pendidikannya masih rendah sehingga perlu sekolah unuk lebih memahami tentang
PHT. Pada yang ikut SLPHT dapat dilihat bahwa pendidikan yang paling banyak
adalah SD ini disebabkan karena ada syarat – syarat tertentu supaya bisa ikut SLPHT
yaitu punya lahan sendiri, sudah mempunyai pengalaman bertani, punya lahan dan
bisa menyewakan lahannya ke petani lain dan yang bisa memenuhi syarat – syarat itu
kebetulan yang masih berpendidikan SD. Selain itu karena pendidikannnya rewndah
mereka ingin meningkatkan tarap hidup dan lebih mendalami tentang pertanian maka
merekapun ikut SLPHT.
Luas lahan bagi petani yang ikut SLPHT adalah 56 responden (67,47%) dari
petani hanya mempunyai luas lahan <0,5 ha dan bagi yang tidak ikut SLPHT 53
responden (63,86%) dengan luas lahan 0,5 ha berati didaerah penelitian petani
memiliki luas lahan yang masih sedikit.
Pengalaman bertani bagi yang ikut SLPHT paling banyak 5 s.d 15 tahun
dengan jumlah responden 31 responden (37,35%) dan bagi yang tidak ikut SLPHT
16 s.d 30 tahun dengan jumlah responden 32 responden (27,71%) hal ini dikarenakan
petani yang tidak ikut SLPHT lebih percaya cara bertanam yang turun temurun dari
nenek moyangnya.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 10. Karakteristrk responden mengikuti SLPHT dan tidak mengikuti SLPHT pada daerah penelitian
Jumlah
Uraian SLPHT Tidak SLPHT
Jenis Kelamain - Laki-laki -Perempuan Usia (thn) - <20 - 21 s/d 30 - 31 s/d 40 - 42 s/d 50 - >50 Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma S1 Luas lahan (ha) <0,5 0,6 s/d 2 2,1 s/d 3 3,1 s/d 5 Pengalaman Bertani <5 5 s/d 15 16 s/d 30 31 s/d 40 >40 Kepemilikan Lahan Milik Sendiri Sewa Bagi hasil
25 (30,12%) 58 (69,88%)
1 (1,20%) 9 (10,84%) 31 (37,35%) 27 (32,35%) 15 (18,07%)
34 (40,96%) 26 (31,33%) 20 (24,10%) 2 (2,41%) 1 (1,20%)
56 (967,47%) 24 (28,92%) 1 (1,20%) 2 (2,41%)
12 (14,46%) 31 (37,35%) 7 (27,71%) 7 (8,43%)
10 (12,05%)
38 (45,78%) 31 (37,35%)
14 (17,87%)
25 (30,12%) 58 (69,88%)
1 (1,20%) 9 (10,84%) 31 (37,35%) 27 (32,35%) 15 (18,07%)
34 (40,96%) 26 (31,33%) 20 (24,10%) 2 (2,41%) 1 (1,20%)
53 (63,86%) 29 (34,94%) 1 (1,20%) 0 (0,00%)
9 (10,84%) 23 (27,71%)
10 (38,55%) 12 (14,46%) 31 (8,43%)
56 (67,47%) 25 (30,12%) 2 (2,41%)
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 10 dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa jumlah
laki - laki yang ikut SLPHT Berjumlah 25 responden (30,12%) dan yang perempuan
berjumlah 58 responden (69,88%) dan yang ikut SLPHT jumlah laki – laki berjumlah
38 responden (45,78%) dan yang perempuan berjumlah 45 responden (54,22%),
berarti yang paling banyak melakukan SLPHT adalah perempuan hal ini disebabkan
karena yang aktif di lapangan adalah perempuan dan lebih mau belajar SLPHT
sedangkan yang laki – laki banyak yang bekerja berkebun, PNS, berdagang dan
biasanya laki – laki turun ke sawah pada saat panen atau pada saat menggarap sawah
dengan menggunakan traktor.
Kepemilikan lahan bagi yang ikut SLPHT yaitu 38 responden (45,78%) yang
memiliki lahan sendiri dan yang tidak ikut SLPHT diperoleh 56 responden (67,47%),
sewa 31 responden (37,35%) bagi yang ikut SLPHT bagi hasil 14 responden
(17,87%) dan bagi yang tidak ikut SLPHT sewa 25 responden (30,12%) bagi hasil 2
responden (2,41%). Hal ini dapat dilihat bahwa di daerah penelitian yang dilakukan
di Kabupaten Tapanuli Selatan petani yang tidak ikut SLPHT lebih banyak memiliki
lahan sendiri ini diakibatkan warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Jadi
setiap petani di Tapanuli Selatan hampir memiliki lahan sendiri untuk penanaman
padi. Sementara untuk tanah yang disewakan bagi yang tidak ikut SLPHT diperoleh
25 responden lebih banyak dari yang ikut SLPHT sedangkan untuk yang bagi hasil
untuk yang ikut SLPHT lebih banyak yang bagi hasil dibandingkan yang tidak ikut
SLPHT.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Secara terinci pendapat responden yang ikut SLPHT di Tapanuli Selatan
dilihat dari aspek ekologi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi
1 2 3 4 5 No. Peubah
Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %
1. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi hama pada tanaman padi meningkat
41 49,39 16 19,27 13 15,66 13 15,66 0 0
2. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi penyakit pada tanaman padi meningkat
41 49,39 14 16,86 16 19,27 12 14,45 0 0
3. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis
5 6,02 4 4,81 15 18,07 49 59,03 10 12,04
4 Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik
6 7,22 13 15,66 22 26,50 37 44,57 5 6,02
5 Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik
1 1,20 8 9,63 18 21,68 51 61,44 5 6,02
6. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis mekanik dan pestisida.
7 15,66 8 9,63 11 13,25 42 50,60 15 18,07
7. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT tidak melakukan pengendalian sama sekali
13 15,66 29 34,93 26 31,32 12 14,45 3 3,61
8. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT
3 3,61 17 20,48 57 68,67 5 6,02 1 1,20
9. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk Urea dilakukan setelah adanya PHT
2 2,40 19 22,89 53 68,85 8 9,63 1 1,20
10. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk SP36 yang dilakukan setelah adanya PHT
1 1,20 45 54,21 25 30,12 11 13,25 1 1,20
11. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk KCL yang dilakukan setelah adanya PHT
3 3,61 23 27,71 49 59,03 8 9,63 0 0
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
12. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk ZPT yang dilakukan setelah adanya PHT
19 22,89 44 53,01 15 18,07 5 6,02 0 0
13. Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT
3 3,61 24 28,91 9 10,84 47 56,62 0 0
14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT
2 2,40 21 25,30 52 62,65 6 7,22 2 2,40
15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi setelah adanya PHT
9 10,84 41 49,39 24 28,91 5 6,02 4 4,81
16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi setelah adanya PHT
56 67,46 17 20,48 8 9,63 1 1,20 1 1,20
17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman
2 2,40 8 9,63 4 4,81 52 62,65 17 20,48
18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami?
0 0 7 8,43 1 1,20 39 46,98 36 43,37
19. Apakah bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan setelah adanya PHT
4 4,81 12 14,45 38 45,78 16 19,27 13 15,66
Pada Tabel 11 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang ikut
SLPHT yang mana dapat dilihat bahwa setelah melakukan PHT populasi hama dan
penyakit pada tanaman padi 41 responden (49,39%) menjawab tidak meningkat jadi
setelah adanya PHT populasi menurun. Petani juga setuju pengendalian yang paling
banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dan mekanik dengan responden
sebanyak 50 responden (60,24%) dan sebanyak 29 responden (34,93%) menjawab
bahwa petani tidak setuju setelah PHT petani tidak melakukan pengendalian sama
sekali karena para petani menggunakan perangkap misalnya perangkap tikus. Waktu
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
pemberian pupuk setelah adanya PHT lebih jarang dengan responden sebanyak
57 responden (68,67%) sehingga petani SLPHT telah diajarkan bagaimana
penggunaan pupuk yang berimbang bagi tanaman padi. Sistem Pengairan yang paling
banyak dipakai pada petani padi yang ikut SLPHT yaitu sistem pengairan teknis
dimana respondenyang menjawab sebanyak 52 responden (62,65%), untuk pengairan
setengah teknis sebanyak 24 responden (28,91%) dan untuk tadah hujan sebanyak
8 responden (9,63%). Penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman dengan
jumlah responden menjawab 52 responden (62,65%) menjawab setuju berpengaruh
ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64, Citarum. Penggunaan
pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 36 responden (47,37%) menjawab
berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering dengan
38 responden (45,78%) karena petani lebih mengetahui manfaat dengan dilakukannya
pengamatan mingguan sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak melebihi ambang
ekonomi. Selain itu dengan melakukan pengamatan mingguan petani akan
mengetahui berapa banyak serangga dan musuh alami yang berada di pertanaman
padi sehingga petani akan mengetahui apakah serangan dari hama dan penyakit pada
tanaman padi sudah melewati batas ambang ekonomi atau belum, dari sini petani
akan mengetahui cara pengendalian yang terbaik yang harus dilakukan dalam
mengendalikan serangan hama yang ada di pertanaman padi.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 12. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi
1 2 3 4 5 No. Peubah
Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %
20. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan pendapatan
5 6,02 2 2,40 0 0 56 67,46 20 24,09
21 Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan produksi pertanian.
0 0 1 1,20 4 4,81 51 61,44 27 32,53
22 Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat mengurangi biaya pengendalian.
0 0 6 7,22 1 1,20 49 59,03 27 32,53
23 Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan bapak/ibu lebih meningkat
2 2,40 1 1,20 0 0 49 59,03 31 37,34
24 Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhanlebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi
1 1,20 1 1,20 0 0 39 46,98 42 50,60
Pada Tabel 12 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekonomi
sebanyak 56 responden (67,42%) menjawab pendapatan petani lebih meningkat
karena berkurang pemakaian pestisida sebanyak 49 responden (59,03%) dengan
adanya penyuluhan petani lebih memperoleh pengetahuan tentang peningkatkan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
produksi padi dengan cara memakai varietas yang berlabel dan tahan dari serangan
hama.
Tabel 13. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi
1 2 3 4 5 No
.
Peubah
Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %
25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati
41 49,39 17 20,48 21 25,30 3 3,61 1 1,20
26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida
15 18,07 39 46,98 23 27,71 1 1,20 5 6,02
27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida)
33 39,75 29 34,93 12 14,45 7 8,43 2 2,40
28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang bapak/ibu lakukan lebih sering setelah melakukan PHT
12 14,45 47 56,62 9 10,84 12 14,45 3 3,61
29. Menurut bapak/ibu bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan setelah adanya PHT
33 39,75 44 53,01 0 0 4 4,81 2 2,40
30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaa pestisida yang bermerek Decis
7 8,43 15 18,07 24 28,91 26 31,32 1
1
13,25
31. Apakah Bapak/ibu setuju setelah menggunakan PHT dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya
1 1,20 6 7,22 6 7,22 52 62,65 1
8
21,68
32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi
2 2,40 6 7,22 25 30,12 45 54,21 5 6,02
33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan
2 2,40 5 6,02 22 26,50 46 55,42 8 9,63
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 13 pendapat petani yang ikut SLPHT mengenai aspek ekologi
yaitu walaupun petani telah mengikuti SLPHT tapi sebanyak 41 responden (49,39%)
menjawab belum pernah menggunakan agens hayati ini dikarenakan tenaga PHP dan
PPL yang ada di lapangan masih kurang memberikan pengetahuan tentang agens
hayati begitu juga dengan biopestisida sehingga petani tidak menggunakannya.
Penyemprotan pestisida lebih berkurang 47 responden (56,62%) menjawab tidak
sering lagi melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi yang petani miliki.
Dosis yang digunakan juga sesuai anjuran. Petani ini juga telah mengetahui jenis –
jenis pestisida 45 responden (54,00%) menjawab yang mengetahui tentang jenis –
jenis pestisida dan 46 responden (55,42%) yang mengetahui cara penggunaan
pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan.
Tabel 14. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekologi
1 2 3 4 5 No. Peubah
Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %
1. Apakah menurut bapak/ibu populasi hama pada tanaman padi meningkat
12 14,45 45 54 10 12,04 16 19,27 0 0
2. Apakah menurut bapak/ibu populasi penyakit pada tanaman padi meningkat
13 15,66 47 56,62 11 13,25 12 14,45 0 0
3. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis
3 3,61 21 25,30 33 39,75 26 31,32 0 0
4. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah Mekanik
1 1,20 26 31,32 36 43,37 20 24,09 0 0
5. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik
2 2,40 20 24,09 36 43,37 24 28,91 1 1,20
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
6. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis dan mekanik dan pestisida
2 2,40 18 21,68 11 13,25 47 56,62 5 6,02
7. Apakah bapak/ibu setuju tidak melakukan pengendalian sama sekali
21 25,30 49 59,03 7 8,43 4 4,81 2 2,40
8. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk pada tanaman padi
0 0 2 2,40 63 75,90 17 20,48 1 1,20
9. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk Urea pada tanaman padi
2 2,40 0 0 55 66,26 25 30,12 1 1,20
10. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk SP36 pada tanaman padi
14 16,86 15 18,07 53 63,85 1 1,20 0 0
11. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk KCL pada tanaman padi
9 10,84 13 15,66 59 71,08 2 2,40 0 0
12. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk ZPT pada tanaman padi
39 46,98 30 36,14 13 15,66 1 1,20 0 0
13. Apakah menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang diberikan meningkat
8 9,63 20 24,09 42 50,60 13 15,66 0 0
14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi
62 74,16 16 19,27 4 4,81 1 1,20 0 0
15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi
31 37,34 12 14,45 37 44,57 0 0 3 3,61
16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman padi
62 74,69 16 19,27 4 4,81 1 1,20 0 0
17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman
1 1,20 5 6,02 0 0 68 81,92 9 10,84
18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap kelestarian musuh alami?
1 1,20 1 1,20 12 14,45 69 83,13 0 0
19. Apakah bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan
17 20,48 32 38,55 20 24,09 10 12,04 4 4,81
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 14 pendapat petani mengenai aspek ekologi bagi petani yang tidak
ikut SLPHT yang mana dapat dilihat populasi hama dan penyakit pada tanaman padi
45 responden (54,00%) menjawab sedikit meningkat untuk hama dan 47 responden
(56,62%) menjwab sedikit meningkat untuk penyakit. Petani juga setuju
pengendalian yang paling banyak mereka gunakan adalah kultur teknis dengan
responden yang menjawab sebanyak 26 responden (31,32%) dan sebanyak
49 responden (59,03%) menjawab bahwa petani tidak setuju bahwa petani tidak
melakukan pengendalian sama sekali karena walaupun tidak ikut SLPHT tapi para
petani juga menggunakan perangkap untuk menangkap tikus. Waktu pemberian
pupuk lebih sering dilakukan yaitu sebanyak 63 responden (75,90%). Jumlah
penggunaan pupuk tetap sebanyak 42 responden (50,60%). Sistem Pengairan yang
paling banyak dipakai pada petani padi yang tidak ikut SLPHT yaitu sistem
pengairan teknis dimana responden yang menjawab sebanyak 4 responden (4,81%),
untuk pengairan setengah teknis sebanyak 37 responden (44,57%) dan untuk tadah
hujan sebanyak 4 responden (4,81%). Penggunaan varietas mempengaruhi produksi
tanaman dengan jumlah responden menjawab 68 responden (81,92%) menjawab
setuju berpengaruh ke tanaman. Varietas yang biasa dipakai petani yaitu IR 64.
Penggunaan pestisida berpengaruh terhadap musuh alami 69 responden (83,13%)
menjawab berpengaruh. Pengamatan mingguan yang dilakukan petani lebih sering
responden yang menjawab responden 20 responden (24,09%) jadi lebih sedikit
dibanding yang ikut SLPHT. Petani melakukan pengamatan mingguan untuk
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
mengetahui berapa banyak intensitas serangan hama dan penyakit yang sudah terjadi
pada tanaman padi sehingga petani dapat memutuskan pengendalian apa yang sesuai
yang harus mereka lakukan.
Tabel 15. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek ekonomi
1 2 3 4 5 No. Peubah
Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %
20. Apakah bapak/ibu setuju pendapatan meningkat meskipun belum ada program PHT
3 3,61 30 36,14 0 0 49 59,03 1 1,20
21 Apakah bapak/ibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT
2 2,40 12 14,45 20 24,09 49 59,03 0 0
22 Apakah bapak/ibu setuju produksi meningkat meskipun belum ada PHT
2 2,40 0 0 1 1,20 78 93,97 2 2,40
23 Apakah dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani pengetahuan lebih meningkat
3 3,61 0 0 1 1,20 75 90,36 4 4,81
24 Apakah dengan seringnya PHP dan PPL memberikan penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara meningkatkan produksi padi
2 2,40 0 0 2 2,40 65 78,31 14 16,86
Pada Tabel 15 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek
ekonomi yaitu sebanyak 49 responden (59,03%) menjawab bahwa dengan adanya
PHT ini pendapatan petani lebih meningkat jadi responden yang menjawab
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
meningkat lebih sedikit dibangdingkan dengan yang ikut SLPHT dan produksi
tanaman meningkat dengan responden yang menjawab sebanyak 49 responden
(59,03%) menjawab dapat mengurangi biaya pengendalian dan pengetahuan
masyarakat juga dapat meningkat, dengan adanya penyuluhan pada pertanian petani
lebih memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang cara meningkatkan
produksi padi dan cara bercocok tanam yang benar dengan cara memakai varietas
yang berlabel, ada juga petani yang masih menggunakan varietas yang tidak berlabel
dengan 75 responden (90,36%) menjawab pertemuan kelompok dapat meningkatkan
pengetahuan petani.
Tabel 16. Penerapan PHT pada tanaman padi di Tapanuli Selatan pada petani yang tidak ikut SLPHT dilihat dari aspek teknologi
1 2 3 4 5 No. Peubah
Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %
25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan agens hayati
67 80,72 15 18,07 0 0 1 1,20 0 0
26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida
4 4,81 0 0 55 66,26 20 24,09 4 4,81
27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida)
68 81,92 12 14,45 3 3,61 0 0 0 0
28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada program PHT
2 2,40 17 20,48 50 60,24 14 16,86 0 0
29. Apakah menurut bapak/ibu frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan lebih sering sebelum ada PHT
5 6,02 20 24,09 53 63,85 5 6,02 0 0
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaan pestisida yang bermerek Decis
1 1,20 4 4,81 29 34,93 47 56,62 2 2,40
31. Apakah Bapak/ibu setuju dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan sasarannya
1 1,20 2 2,40 11 13,25 68 81,92 1 1,20
32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida pada tanaman padi
4 4,81 10 12,04 48 57,83 20 24,09 1 1,20
33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan
3 3,61 3 3,61 55 66,26 22 26,50 0 0
Pada Tabel 16 pendapat petani yang tidak ikut SLPHT mengenai aspek ekologi
yaitu sebanyak 67 responden (80,72%) menjawab belum pernah menggunakan agens
hayati ini jadi masih lebih banyak petani yang SLPHT yang mengunakan agens
hayati yaitu sebesar 49 responden (59,03%) yang tidak pernah menggunakan agens
hayati. Begitu juga dengan Biopestisida. 50 responden (60,24%) menjawab
penyemprotan yang dilakukan lebih sering dari petani menjawab kurang setuju.
Dosis yang digunakan juga sesuai sasaran. Petani menjawab sebanyak 68 responden
(81,92%). Petani yang tidak ikut SLPHT ini menjawab bahwa mereka tidak
mengetahu jenis pestisida yaitu sebanyak 48 responden (57,83%) dan 55 responden
(66,26%) tidak mengetahui penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia
dan lingkungan.
4.2. Analisis Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan
Setelah data diolah secara statistik dapat diketahui bahwa pengaruh dari
masing-masing peubah bebas yaitu pada aspek ekologi, pada aspek ekonomi dan pada
aspek teknologi terhadap penerapan PHT pada petani yang ikut SLPHT. Analisis
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan PHT bagi Responden
yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Pengaruh masing-masing peubah pada petani yang ikut SLPHT
Nama Peubah B Std. Error Thit T table
1. Aspek Ekologi (L)
Konstanta
Ekologi
17,349
0,118
1,470
0,027
11,805
4,443
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi (R2)
F hit
F table
0,443
0,196
19,74
3,96
2. Aspek Ekonomi (E)
Konstanta
Ekonomi
19,839
0,184
1,789
0,082
11,9092
2,241
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi (R2)
F hit
F table
0,242
0,058
5,022
3,96
3. Aspek Teknologi (T)
Konstanta
Teknologi
21.871
0,079
1,607
0,065
13,606
1,223
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi (R2)
F hit
F table
0,135
0,018
1,50
3,96
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa persamaan regresi sederhana dari
peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi terhadap peubah
diperoleh masing-masing persamaan regresi adalah Y = 17,349 + 0,118; Y = 19,839
+ 0,184 dan Y = 21,871 + 0,079. Masing - masing persamaan regresi tersebut
diketahui konstanta sebesar 17,349 X1; 19,839 X2 dan 21,871 X3 bila aspek ekologi,
ekonomi dan teknologi dianggap konstan maka besarnya penerapan PHT masing-
masing sebesar 17,349 X1; 19,839 X2 dan 21,871 X3. Aspek ekologi, aspek ekonomi
dan aspek teknologi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor ekologi, ekonomi dan
teknologi akan menyebabkan kenaikan masing-masing sebesar 0,118, 0,184 dan
0,079 skor penerapan PHT, pada masing-masing harga konstanta dari setiap peubah
yang diamati. Grafik persamaan regresi antara masing-masing peubah dapat dilihat
pada Gambar 2, 3 dan 4.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expec
ted Cu
m Prob
Normal P-P Plot of Ekologi
Gambar 2. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Normal P-P Plot of Ekonom
Gambar 3. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekonomi
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Normal P-P Plot of Tehnologi
Gambar 4. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Hasil T-hitung dan F-hit dari peubah bebas aspek ekologi dan aspek ekonomi
lebih besar dari T-tabel dan F-tabel yaitu masing – masing T-hit sebesar 4,443 dan
2,241, sedangkan F-hit masing-masing sebesar 19,74 dan 5,02 dengan demikian
aspek ekologi dan aspek ekonomi berpengaruh nyata terhadap motivasi penerapan
PHT, sedangakan T-hit dan F-hit dari peubah bebas aspek teknologi (1,223 dan
1,497) lebih kecil dari T-tabel dan F-tabel (1,99 dan 3,96) dengan demikian aspek
teknologi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT.
Harga kofisien korelasi (rhitung) dari masing-masing peubah bebas aspek
ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi adalah 0,443; 0,242 dan 0,135, harga
korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek
teknologi hanya sebesar 44,3%, 24.2% dan 13,5% mempengaruhi motivasi penerapan
PHT dan bila dibandingkan dengan probabilitas rtabel(5%) = 0,213 menunjukkan
bahwa faktor ekologi dan ekonomi berpengaruh nyata, sedangkan faktor teknologi
berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi penerapan PHT.
Dengan adanya penerapan PHT ini sangan mengurangi penggunaan pestisida
yang ada di lapangan sehingga lingkungan aman dari pestida. Oka, (1994) yang
menyebutkan bahwa dengan sangat menurunnya jumlah formulasi pestisida yang
dipergunakan berikut frekuensi aplikasinya setelah PHT dapat diantisipasi bahwa
pencemaran lingkungan fisik dapat ditekan sekecil – kecilnya. Selain itu resiko
kegagalan produksi dapat diperkecil.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Para petani yang telah mengikuti SLPHT dengan sukarela mau meneruskan
pengetahuan dan keteampilannya tentang PHT kepada rekan – rekan mereka yang
belum sempat menikmati pelatihan dalam SLPHT. Dengan demikian terjadi proses
difusi teknologi PHT secara alamiah dari petani ke petani (Oka, 1994) sehingga tidak
begitu jelas dibedakan karena telah adanya penyebaran pengetahuan bagi yang tidak
ikut SLPHT
4.3. Analisis Regresi Ganda dari Peubah Bebas (X1,X2,X3) pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan
Setelah data yang diperoleh dilapangan diolah secara statistik dapat diketahui
bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu aspek ekologi (X1), aspek
ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) terhadap Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) pada petani yang ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Pengaruh masing – masing peubah ini memberikan pengaruh yang nyata bagi
penerapan pengendalian Hama Terpadu. Hasil Analisis Regresi Ganda dari Peubah
Bebas (X1,X2,X3) pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang
ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada tabel 18.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 18. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang ikut SLPHT
Nama Peubah B Std. Error Thit T table
Konstanta
Ekologi (X1)
Ekonomi (X2)
Teknologi (X3)
13,974
0,106
0,100
0,077
2,457
0,028
0,080
0,059
5,69
3,78
1,25
1,31
1,99
1,99
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi
(R2)
F hit
F table
0,474
0,225
7,63
3.11
Data penelitian yang terdapat pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa
persamaan regresi adalah Y = 13,974 + 0,106X1 + 0,100X2 + 0,077X3 hal ini
menunjukkan bahwa bilamana aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek
teknologi (X3) dianggap konstan maka penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli
Selatan sebesar 13,974 dan setiap kenaikan 1 skor aspek ekologi, ekonomi dan
teknologi masing-masing menyebabkan kenaikan nilai penerapan PHT sebesar 0,106
untuk aspek ekologi ; 0,100 aspek ekonomi dan 0,077 aspek teknologi.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Data penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 18 terdapat koefisien korelasi
(r) = 0,474 ini menunjukkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat
adalah sebesar 47.4% sedangkan rtabel (5%) = 0,217 menunjukkan bahwa peubah
bebas yaitu ekologi, ekonomi dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap motivasi PHT. Harga r = 0.474 artinya penerapan PHT di Kabupaten
Tapanuli Selatan 47,4% dipengaruhi oleh aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2)
dan aspek teknologi (X3). Harga koefisien korelasi = 0,474, artinya sebesar 47,4%
perubahan pada peubah terikat (penerapan PHT) dipengaruhi perubahan-perubahan
aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dan selebihnya
(52,6%) akibat faktor lain (diluar ekologi, ekonomi dan teknologi).
4.4. Analisis Regresi Sederhana dari Masing masing Peubah pada Penerapan Pengendalian Hama Terpadu bagi Responden yang Tidak Ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli Selatan
Setelah data yang diperoleh dilapangan diolah secara statistik dapat diketahui
bahwa pengaruh dari masing-masing peubah bebas yaitu pada aspek ekologi (X1),
aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) terhadap penerapan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) bagi petani yang tidak ikut SLPHT di Kabupaten Tapanuli
Selatan. Pengaruh masing-masing peubah dapat dilihat pada tabel 19.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Tabel 19. Pengaruh masing-masing peubah pada petani yang tidak ikut SLPHT
Nama Peubah B Std. Error Thit T table
1. Aspek Ekologi (L)
Konstanta
Ekologi
21,921
-0,021
3,491
0,071
6,279
-0.33
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi (R2)
F hit
F table
-0.033
0.001
0.090
3,96
2. Aspek Ekonomi (E)
Konstanta
Ekonomi
21,541
-0.035
2,746
0,145
7,846
-0,242
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi (R2)
F hit
F table
-0,027
0,001
0.059
3,96
3. Aspek Teknologi (T)
Konstanta
Teknologi
14,733
0,247
2,076
0,083
7,097
2,990
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi (R2)
F hit
F table
0,315
0,099
8,941
3,96
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Pada Tabel 19 dapat diketahui bahwa persamaan regresi sederhana dari
peubah bebas aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi terhadap peubah
terikat (Y) diperoleh masing-masing persamaan regresi adalah Y = 21,921 – 0,021;
Y = 21,541- 0.035 dan Y = 14.733 + 0,247. Dari masing - masing persamaan regresi
tersebut diketahui konstanta sebesar 21.921 X1; 21,541 X2 dan 14,733 X3 bila aspek
ekologi, ekonomi dan teknologi dianggap konstan maka besarnya motivasi penerapan
PHT masing-masing sebesar 21,921 X1; 21,541 X2 dan 14,733 X3. Dari persamaan
regresi aspek ekologi dan aspek ekonomi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor
ekologi dan ekonomi akan menurunkan motivasi penerapan PHT sebesar 0,021 dan
0,035, sedangkan aspek teknologi menunjukkan bahwa kenaikan 1 skor teknologi
akan menyebabkan kenaikan 0,247 skor penerapan PHT, pada masing-masing harga
konstanta dari setiap peubah yang diamati. Grafik persamaan regressi antara masing-
masing peuabah dapat dilihat pada Gambar 5, 6 dan 7.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expect
ed Cum
Prob
Normal P-P Plot of Ekologi
Gambar 5. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekologi pada
Petani yang Tidak SLPHT
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Normal P-P Plot of Ekonom
Gambar 6. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Ekonomi pada Petani yang Tidak SLPHT
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expec
ted Cu
m Prob
Normal P-P Plot of Tehnologi
Gambar 7. Grafik Penerapan PHT Ditinjau Dari Aspek Teknologi pada Petani yang Tidak SLPHT
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Hasil T-hitung dan F-hit dari peubah bebas aspek ekologi dan aspek ekonomi
lebih kecil dari T-tabel dan F-tabel yaitu masing – masing T-hit sebesar -0,300 dan
-0,242, sedangkan F-hit masing-masing sebesar 0,090 dan 0,059 dengan demikian
aspek ekologi dan aspek ekonomi berpengaruh tidak nyata terhadap motivasi
penerapan PHT, sedangakan T-hit dan F-hit dari peubah bebas aspek teknologi lebih
besar (2,990 dan 8,941) dari T-tabel dan F-tabel (1,99 dan 3,96) dengan demikian
aspek teknologi berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT.
Harga kofisien korelasi (rhitung) dari masing-masing peubah bebas aspek
ekologi, aspek ekonomi dan aspek teknologi adalah -0,033, -0,027 dan 0,315, harga
korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek ekologi dan aspek ekonomi dapat
menurunkan motivasi penerapan PHT sebesar 3,3% dan 2,7%, sedangkan aspek
teknologi dapat mempengaruhi motivasi penerapan PHT sebesar 31,5% dan bila
dibandingkan dengan rtabel(5%) = 0,213 menunjukkan bahwa faktor ekologi dan
ekonomi berpengaruh tidak nyata, sedangkan faktor teknologi berpengaruh nyata
terhadap peningkatan penerapan PHT .
Pengaruh masing-masing peubah bebas terhadap penerapan PHT pada petani
yang tidak melaksanakan PHT dapat dilihat pada Tabel 20 dengan persamaan regresi
adalah Y = 19,329 – 0,046X1 – 0,189X2 + 0,294X3. Hal ini menunjukkan bahwa
bilamana aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dianggap
konstan maka penerapan PHT sebesar 19,329 dan setiap pertambahan 1 skor aspek
ekologi, ekonomi masing-masing menyebabkan penurunan nilai penerapan PHT
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
sebesar 0,046 dan 0,189 tetapi setiap kenaikan 1 skor aspek teknologi menyebabkan
kenaikan nilai penerapan PHT sebesar 0,294.
Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang tidak
melaksanakan PHT.
Tabel 20. Pengaruh peubah bebas (X1,X2,X3) terhadap peubah terikat pada petani yang tidak melaksanakan PHT
Nama Peubah B Std. Error Thit T table
Konstanta
Ekologi (X1)
Ekonomi (X2)
Teknologi (X3)
19, 329
-0,046
-0,189
0,294
4,035
0,069
0,147
0,088
4,79
-0,66
-1,27
3,33
1,99
1,99
1,99
1,99
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi (R2)
F hit
F table
0,353
0,125
3,75
3.11
Koefisien korelasi ekologi sebesar -0,046 menunjukkan bahwa peubah ekologi akan
menurunkann motivasi penerapan PHT sebesar 4,6% dengan asumsi peubah ekonomi
(X2) dan teknologi (X3) tidak mengalami perubahan. Koefisien regressi ekonomi
sebesar -0,189 menunjukkan bahwa peubah ekonomi akan menurunkan penerapan
PHT sebesar 18,9% dengan asumsi peubah ekologi (X1) dan teknologi (X3) tidak
mengalami perubahan. Teknologi sebesar 0,294 menunjukkan bahwa peubah
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
teknologi akan meningkatkan penerapan PHT sebesar 29,4% dengan asumsi peubah
ekologi (X1) dan ekonomi (X2) tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa dari tiga peubah bebas
yang diteliti ternyata peubah teknologi mempunyai pengaruh yang paling dominan
terhadap penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan koefisien korelasi
sebesar 29,4%
Pada penelitian diperoleh data pada Tabel 20 bahwa koefisien korelasi
(r) = 0,353 yang menunjukkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat
adalah sebesar 35,3%, artinya penerapan PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan 12,5%
dipengaruhi oleh aspek ekologi (X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3).
Harga Koefisien determinasi (R2) = 0,353, artinya sebesar 35,3% perubahan pada
peubah terikat (penerapan PHT) dipengaruhi perubahan-perubahan aspek ekologi
(X1), aspek ekonomi (X2) dan aspek teknologi (X3) dan selebihnya (64,7%) akibat
faktor lain.
Dengan melihat dari petani padi yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT
dapat dilihat perbedaan dilapangan. Pada petani yang ikut SLPHT melakukan
pengamatan mingguan. Pengamatan mingguan ini dilakukan supaya kita bisa
memantau populasi hama yang ada dilapangan sehingga penggunaan pestisida dapat
dikurangi dengan berkurangnya penggunaan pestisida maka pengeluaran petani
terhadap pemakaian pestisida jadi menurun yang mengakibatkan ekonomi meningkat
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
dan produksi hasil panen yang diperoleh petani tanpa penggunaan pestida juga
meningkat.
Sejak melaksanakan PHT Petani lebih jarang menggunakan pestisida karena
petani sudah mengetahui bahaya dari penggunaan pestisida. Hal ini dapat dilihat dari
penduduk disekitar sungai tidak mau lagi mengambil air sungai yang telah tercemar
pestisida karena banyak efek negative yang ditimbulkan pestisida. Penduduk
sekarang mengambil air sungai dari sumber mata air yang ada.
4.5. Pengujian Hipotesis
4.5.1 Hasil Uji F pada Petani yang Melaksanakan PHT dan yang Tidak
Melaksanakan PHT
Berdasarkan hasil uji statistik untuk semua peubah bebas (X1,X2,X3) diperoleh
Fhit 7,63 sedangkan Ftable sebesar 3,11 pada probabilitas 5%. Hal ini menunjukkan
bahwa Fhit > dari Ftabel . Dengan demikian bahwa aspek ekologi , ekonomi dan
teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT di
Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada yang tidak ikut PHT untuk semua peubah bebas
(X1,X2,X3) diperoleh Fhit 3,75, sedangkan Ftable sebesar 3,11 probabilitas 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa Fhit > dari Ftabel. Dengan demikian bahwa aspek ekologi,
ekonomi dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penerapan
PHT di Kabupaten Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4.6. Pembuktian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji statistik (uji F) dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama peubah ekologi, ekonomi dan teknologi yang digunakan dalam model
penelitian berpengaruh nyata terhadap penerapan PHT baik pada petani yang ikut
SLPHT maupun petani yang tidak ikut SLPHT hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung
dimana nilai Fhgitung lebih besar dari nilai Ftabel. (Fhitung > Ftabel ), dimana nilai Fhgitung
sebesar 7,63 dan 3,75 sedangkan Ftabel sebesar 2,71, artinya secara uji statistik tidak
terdapat perbedaan penerapan PHT antara petani yang ikut SLPHT dan yang tidak
ikut SLPHT ditinjau dari aspek ekologi,ekonomi dan teknologi hal ini disebabkan
hasil analisis statistik dari petani yang ikut SLPHT dan yang tidak ikut SLPHT adalah
sama-sama menunjukkan hasil yang sama yaitu berbeda nyata.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Semua peubah yang diteliti yaitu faktor ekologi, ekonomi dan teknologi
secara bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penerapan PHT
bagi petani yang ikut SLPHT, sehingga diperoleh pada aspek ekologi
koefisien korelasi sebesar 0,443; aspek ekonomi koefisien korelasi sebesar
0,242 dan aspek teknologi koefisien korelasi sebesar 0,0135.
2. Semua peubah yang diteliti yaitu faktor ekologi, ekonomi dan teknologi
secara bersama – sama berpengaruh secara nyata terhadap penerapan PHT
bagi petani yang tidak ikut SLPHT sehingga diperoleh pada aspek ekologi
koefisien korelasi sebesar -0,033; aspek ekonomi koefisien korelasi sebesar
-0,027 dan aspek teknologi koefisien korelasi sebesar 0,315.
5.2. Saran
Untuk penerapan PHT sebaiknya faktor ekologi, ekonomi dan teknologi lebih
diperhatikan petani agar keadaan lingkungan lebih aman penggunaan pestisida.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, L. A. 2006. Permasalahan dalam Penerapan System Penerapan Hama Terpadu untuk Mengendalikan Penyakit Tumbuhan. Available at : http : //72. 14. 235. 104/search? Latief Abadi google pages. Com Permasalahan dalam Penerapan.doc. Diakses Tanggal 15 November 2007.
Adimihardja, A. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian Di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (3) : 99 - 105 Alexander, M. 1977. Soil Microbiology, Second Edition. John Wiley dan Sons, Ind.,
New York. Anonimus, 1990. Budidaya Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta. Anonimus, 2004. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Available at: http : //
www.deptan.go.id/ditlintp/Kebijakan Perlindungan Tanaman. htm Diakses Tanggal 22 Mei 2007.
Apple, J.L . dan R. F. Smith, 1976. Integrated Pest Management. Plenum Press.
New York and London. Arikunto, S. 1983. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, S. 2004. Metode Penelitian Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Darwis, V. 2006. Penerapan Empat Prinsip PHT Teh. at : http : // www . pustaka
deptan.go.id/publikasi/wr 273059 pdf 27 (3) : 17 – 18 Diakses Tanggal 15 Februari 2008
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapanuli Selatan,
2006.Statistik Ketahanan Pangan Tapanuli Selatan tahun 2001 – 2006. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Program Penyuluhan
Pertanian Tahun 2007. BPP. Sayur Matinggi Kecamatan Sayur Matinggi. Kabupaten Tapanuli Selatan.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Program Penyuluhan Pertanian Tahun 2007. BPP. Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola. Tapanuli Selatan.
Effendi, S. B. 2006. Mengatasi Kekurangan Produksi Padi Melalui PHT.
Available at : Http/news. Sinar tani. Co.id/arc/2006/5/6/Mengatasi-kekurangan-Produksi-Padi-Melalui-PHT. Diakses Tanggal 14 Juli 2007.
Hidayati, U. 2005. Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan. Balai Penelitian
Sembada, Palembang. Hendarsih, S. dan N. Widiarta. Integrasi Sistem Pengendalian Hama Terpadu ke
dalam Model Pengelolaan Tanaman Terpadu. http / www. 202.158.78.120/publication/wr 254 035 pdf. 25 (4) : 1 – 3. Diakses tanggal 21 juni 2007.
Kusnaedi, 2001. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida, Penebar Swadaya, Jakarta. Mahfudin, 1995. Pelestarian Sumberdaya Alam dan Pertanian Berwawasan
Lingkungan. Badan Agribisnis Departemen Pertanian/Tim Teknis Komisi Amdal Pusat Departemen Pertanian.
Metcalf, R. L. and W. H. Luckman. 1982. Introduction To Pest Management.
Wiley Intersci Publ. Monsiuer John of Metz Wiley and Sons. New York. Miller, G.T. 1993. Enviromental Science Sustaining the Earth 4thEd. Wad Worth
Publ. Comp.Belmont, California. Mubyarto, 1986. Pengantar Ekonomi Pedesaan, LP3ES, Jaya Pirusa. Oka, N.I. 1994. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
UGM Press. Yogyakarta. Priyono, B.S, A. Purwoko dan C. Irawan. 2003. Faktor – faktor Penentu Tingkat
Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Hubungannnya Terhadap Produktivitas Usahatani Padi (Studi Kasus Di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu). Jurnal Agrisep 1 (2) : 26 – 101.
Rasahan, C.Anwar, Hasibuan, Sinulingga, Wibowo, Musa, Darmowiyono, Alimoeso,
Napitupulu, Winarno. 1999. Refleksi Pertanian dan Hortikultura Nusantara, Pustaka Harapan, Jakarta.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Sastrosiswoyo, 1990. Program Pengendalian Hama Terpadu. Makalah Dalam Pelatihan Jangka Pendek Metodologi dan Management Penelitian PHT Hortikultura di dataran Rendah. Juni – Juli 1990. Sub balai penelitian Hortikultura Sei Gunung.
Said, E.G. 1994. Dampak Negatif Pestisida Sebuah Catatan bagi kita semua.
Available at. http : // www // library.usu.ac.id/modules.php? Agrotek, Vol. 2 (1) : 71 -72 Diakses Tanggal 15 Februari 2008
Setiawati, W. 2005. Terapkan Pengendalian Hama Terpadu pada Sayuran Anda. 28 (2) : 12 – 13. Diakses tanggal 20 Mei 2007. Setyanto, A.P, Subagyono, K, Las, I. 2006. Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam
Revitalisasi Pertanian Available at. http : // www Pustaka deptan.go.id/Publication/e jurnal Litbang Pertanian 25 (3) : 10 – 11. Diakses tanggal 21 juni 2007.
Soekartiwi, 1989. Prinsip – prinsip dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi,
Rajawali Press, Jakarta. Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Siegel, S. 1990. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu – ilmu Sosial. PT. Gramedia,
Jakarta. Untung, K, 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta. ______________, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
University Press. Yogyarata. Undang – Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya
Tanaman. Diperbanyak Direktorak jenderal tanaman Pangan dan Hortikultura, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura I. Medan.
Utama, S.P. 2003. Kajian Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah pada Petani Peserta
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Sumatera Barat. Available at. http : // www geocities.com/e jurnal/files/agrisep/sdisi 3/58 pdf htm. Jurnal Akta agrosia 6 (2) : 67 – 74. Diakses Tanggal 20 Mei 2007.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Van den Bosch, R,P.S. Messenger dan A.P. Guitierrez, 1973. An Introduction to Biological Control, Plenum Press, New York and London.
Wardojo, S, M. Surdjani, T.O. Robson dan H. Susilo. 1978. Pesticide Management
in Southeast Asia. Biotrop in Cooperation With The Kasetsart University, Bangkok.
Wasiati dan Sukirno, 1998. Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Direktorat Bina
Perlindungan Tanaman, Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta. Wudyanto, R. 1997. Teknik Aplikasi Pestisida, Penebar Swadaya, Jakarta. Yayasan Duta Awan, 2007. Pesticide Action Network Asia and The Pasifik.
Pestisida berbahaya bagi kesehatan. Http//www. Panap.net/uploade/media/Health-nodule-B.Indonesia.pdf Pestisida Htm. Diakses Tanggal 15 November 2007.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 1. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Angkola No Jenis
Kelamin Usia Responden(tahun)
Pendidikan Luas Lahan (ha)
Pengalaman bertani (tahun)
Status kepemilikan lahan
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki – laki Laki – laki Perempuan Laki – laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki –laki Laki – laki Laki – laki Perempuan Laki – laki Laki - laki
41 - 50 31 – 40 > 50 31 – 40 21 – 30 31 – 40 31 – 40 31 – 40 > 50 41 – 50 21 – 30 > 50 21 – 30 41 – 50 21 – 30 41 – 50 41 – 50 31 – 40 31 – 40 > 50 41 – 50 31 – 40 > 50 > 50 31 – 40 31 – 40 41 – 50 > 50 31 – 40 31 – 40
SD SLTA SLTP SD DIPLOMASLTA SLTA SLTA SLTP SD SLTP SD SLTP SD SLTA SLTP SD SLTA SLTA SLTP SD SLTP SLTP DIPLOMASLTA S1 SLTP SD SLTA SLTP
< 0.5 3.1 – 5 < 0,5 0.6 – 2 > 0.5 > 0.5 3.1 – 5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 0.6 – 2 <0.5 <0.5 <0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 <0.5 0.6 -2 0.6 -2 0.6 -2 0.6 -2 < 0.5 0.6 -2 0.6 -2
31 - 40 5 - 15 16 – 30 > 40 >5 5 – 15 5 – 15 5 – 15 31 – 40 31 – 40 5 – 15 31 – 40 5 – 15 31 – 40 5 – 15 5 – 15 16 – 30 > 5 5 – 15 5 - 15 5 - 15 5 – 15 5 - 15 > 5 5 - 15 5 - 15 > 40 > 40 5 - 15 5 – 15
Bagi hasil Bagi hasil Lahan milik sendiri Bagi hasil Lahan milik sendiri Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Bagi hasil Bagi hasil Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Bagi hasil
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 2. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Batang Toru No Jenis
Kelamin Usia Responden (tahun)
Pendidikan Luas Lahan (ha)
Pengalaman bertani (tahun)
Status kepemilikan lahan
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki – laki Laki – laki Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Laki - laki
21 - 30 31 – 40 41 - 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 – 50 41 – 50 < 50 41 – 50 41 – 50 31 – 40 21 - 30 < 20 41 – 50 > 50 31 – 40 21 - 30 41 - 50 > 50 41 - 50 31 – 40 21 – 30
SLTP SLTP SD SD SD SLTA SD SD SLTP SD SD SD SLTA SLTA SD SD SLTA SLTA SD SD SD SD SLTP
< 0.5 0.6 - 2 < 0.5 > 0.5 > 0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 < 0.5 0.6 - 2 <0.5 <0.5 <0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 - 2 <0.5 <0.5
> 5 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 16 – 30 31 – 40 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 < 5 < 5 16 – 30 31 – 40 5 – 15 < 5 5 – 15 16 – 30 5 – 15 16 – 30 < 5
Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Bagi hasil
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 3. Karakteristik responden yang ikut PHT di Kecamatan Padang Sidimpuan Timur No Jenis
Kelamin Usia Responden (tahun)
Pendidikan Luas Lahan (ha)
Pengalaman bertani (tahun)
Status kepemilikan lahan
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Laki - laki Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan perempuan perempuan Perempuan perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan perempuan perempuan perempuan Laki –l aki Laki – laki Laki - laki
41 - 50 41– 50 41 - 50 31 – 40 > 50 31 – 40 41 – 50 31 – 40 31 - 40 > 50 41 – 50 31 - 40 41 – 50 31 – 40 41 – 50 31 – 40 21 – 30 > 50 > 50 31 - 40 41 – 50 31 – 40 41 – 50 31 - 40 > 50 31 – 40 > 50 31 - 40 31 – 40 41 - 50
SLTP SLTP SLTA SLTP SD SLTP SD SD SLTA SD SLTP SLTP SLTA SLTP SLTA SLTA SLTP SD SD SD SD SD SD SLTP SLTP SLTP SLTP SD SD SLTA
< 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0,6 – 2 < 0,5 0,6 - 2 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 21 - 3 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5
> 40 31 - 40 > 40 < 5 > 40 16 - 30 16 - 30 16 - 30 16 - 30 < 5 5 - 15 5 – 15 16 - 30 5 – 15 16 - 30 5 - 15 < 5 16 - 30 > 40 < 5 16 - 30 5 - 15 16 - 30 > 40 5 - 15 5 - 15 > 40 16 - 30 16 - 30 > 40
Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Bagi hasil Lahan milik sendiri
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 4. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Sayur Matinggi No Jenis
Kelamin Usia Responden (tahun)
Pendidikan Luas Lahan (ha)
Pengalaman bertani (tahun)
Status kepemilikan lahan
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki- laki Laki -laki perempuan perempuan Perempuan perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki - laki Laki –laki Perempuan Laki - laki
31 - 40 31 - 40 31 - 40 41 - 50 31 - 40 21 - 30 31 - 40 31 – 40 41 - 50 31 - 40 41 - 50 > 50 41 - 50 31 - 40 > 50 31 - 40 21 - 30 21 - 30 31 - 40 31 - 40 21 - 30 41 - 50 41 – 50 31 - 40 31 - 40 > 50 > 50 > 50 41 - 50 41 - 50
SLTA SLTA SLTP SD SLTA SLTA SD SD SD DIPLOMA SLTP SD SLTA SD SD SLTP SLTP SD SLTP SD SLTA SLTA SD SLTA S-1 SLTP SD SLTP SD S-1
< 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 - 2 0.6 - 2 0.6 - 2 < 0,5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 - 2 2.1 – 3 0.6 - 2 < 0.5 <0.5 0.6 - 2 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5
> 5 16 - 30 5 - 15 31 - 40 > 5 > 5 31 - 40 5 - 15 16 - 30 > 5 31 - 40 > 40 > 40 31 - 40 > 40 31 - 40 16 - 30 16 - 30 16 - 30 16 – 30 < 5 > 40 5 - 15 5 - 15 5 - 15 31 - 40 16 - 30 > 40 16 - 30 5 - 15
Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Bagi hasil Sewa Sewa Bagi hasil Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiriSewa Lahan milik sendiriLahan milik sendiriLahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 5. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Marancar No Jenis
Kelamin Usia Responden (tahun)
Pendidikan Luas Lahan (ha)
Pengalaman bertani (tahun)
Status kepemilikan lahan
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Perempuan Perempuan perempuan perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki - laki Laki - laki Laki - laki Perempuan
41 - 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 31 - 40 31 - 40 31 – 40 41 - 50 41 - 50 31 - 40 31 – 40 41 – 50 41 - 50 41 - 50 31 - 40 41 – 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 > 50 41 - 50 41 - 50 31 – 40 41 - 50 41 - 50 41 - 50 41 - 50 >50 >50
SD SD SD SLTA SD SLTP SLTP SLTP SD SD SD SD SD SD SD SLTP SD SLTP SLTP SD SD SD SD SLTP SLTP SLTP SLTP SLTP SD SD
0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 < 0.5 < 0.5 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2 0.6 – 2
31 – 40 31 -40 16 - 30 < 5 16 - 30 5 – 15 5 – 15 5 - 15 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 16 - 30 16 – 30 5 – 15 16 – 30 31 40 16 – 30 16 – 30 5 - 15 5 – 15 16 - 30 5 - 15 31 – 40 31 - 40 16 - 30
Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Sewa Lahan milik sendiri Sewa Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 6. Karakteristik responden yang tidak ikut PHT di Kecamatan Siais No Jenis
Kelamin Usia Responden (tahun)
Pendidikan Luas Lahan (ha)
Pengalaman bertani (tahun)
Status kepemilikan lahan
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki - laki Laki - laki Perempuan Laki - laki Perempuan Laki - laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki Laki – laki
31 - 40 41 – 50 31 - 40 41 – 50 21 - 30 41 – 50 21 – 30 21 - 30 31 – 40 41 – 50 > 50 > 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 41 – 50 31 - 40 31 - 40 31 – 40
SD SD SLTA SD SD SD SLTP SLTA SD SLTP SD SD SLTP SLTP SLTP SD SLTA SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA
< 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 0.6 - 2 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5
16 - 30 31 – 40 5 - 15 16 - 30 < 5 16 – 30 < 5 < 5 16 - 30 5 – 15 > 40 > 40 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 - 30 5 – 15 16 – 30 16 – 30 16 – 30 5 – 15 5 – 15 5 – 15
Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Sewa Sewa Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri Lahan milik sendiri
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 7. Data rekap kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang ikut SLPHT
Kec. Batang Angkola Kec. Batang Toru Kec. Padang Sidimpuan Timur
Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
50 39 52 40 56 64 39 43 51 59 49 54 50 55 51 45 64 62 54 64 63 56 52 55 50 65 62 58 50 50
27 23 25 23 25 25 23 22 27 23 20 25 19 20 20 22 21 21 24 24 22 24 25 20 23 22 23 21 22
22
24 20 23 20 21 21 20 23 24 25 22 27 24 24 21 31 19 20 26 25 19 22 27 21 27 30 26 27 31 27
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
54 55 60 57 57 43 54 56 56 51 67 54 41 41 62 57 51 42 55 55 52 55 54
19 22 21 21 21 24 21 21 22 20 22 21 13 13 24 21 21 15 17 22 21 22 16
25 23 24 23 23 31 24 23 23 23 27 24 31 21 22 24 24 31 34 26 31 23 29
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
62 49 50 53 60 66 60 73 56 82 55 56 60 62 62 57 47 53 57 52 44 59 47 61 57 56 60 50 53 50
25 22 20 24 24 24 20 23 20 24 20 18 24 24 23 20 18 20 25 22 21 20 21 20 24 20 23 20 24 20
24 24 23 21 27 27 28 28 24 25 22 23 22 23 27 24 20 22 30 22 24 27 24 31 32 21 22 26 25 23
Y = Pendapat Petani X2 = Aspek ekonomi X1 = Aspek Ekologi X3 = Aspek Teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 8. Data rekap kajian penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada petani padi di Tapanuli Selatan bagi petani yang tidak ikut SLPHT
Kec. Sayur Matinggi Kec. Siais Kec. Marancar
Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3) Y (X1) (X2) (X3)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
49 47 49 50 49 51 47 43 46 49 41 47 48 49 50 46 47 47 50 49 57 46 44 57 61 58 38 52 47 49
18 16 17 16 19 16 16 20 17 19 17 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 18 20 20 20 15 17 16 18
23 23 23 21 27 25 25 19 23 27 25 27 31 31 30 31 31 28 31 29 26 28 23 26 24 26 21 26 24 26
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
55 55 55 48 46 49 51 48 47 59 54 50 49 51 49 48 46 49 48 56 50 53 48
20 20 22 20 20 20 20 20 20 20 16 16 17 20 20 21 20 20 21 18 20 20 20
22 22 24 24 24 24 24 21 23 27 15 20 22 25 26 28 27 27 31 29 32 25 25
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
52 52 49 46 51 43 44 40 46 47 47 44 49 47 43 51 38 50 40 46 49 48 55 47 49 45 51 50 54 54
22 18 19 22 16 20 18 22 20 20 20 18 20 19 19 20 15 16 20 20 20 21 17 16 18 8 18 18 18 18
22 23 23 24 25 19 23 20 31 31 28 23 21 20 19 24 21 20 20 27 27 31 25 24 26 22 25 25 25 25
Y = Pendapat Petani X2 = Aspek ekonomi X1 = Aspek Ekologi X3 = Aspek Teknologi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 9. Kuisioner peserta yang ikut SLPHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan
DAFTAR KUISIONER KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA
PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN Kecamatan :
A. Identitas responden 1. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan 2. Usia Responden : 1. < 20 2. 21 S/d 30 3. 31 s/d 40 4. 41 s/d 50 5. > 50 3. Pendidikan : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Diploma 5. Sarjana (S1) 4. Luas lahan 1. < 0,5 ha 2. 0,6 ha s/d 2 ha 3. 2,1 ha s/d 3 ha 4. 3,1 ha s/d 5 ha 5. > 5 ha 5. Pengalaman Bertani 1. > 5 tahun 2. 5 s/d 15 tahun 3. 16 s/d 30 tahun
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4. 31 s/d 40 tahun 5. > 40 tahun 6. Status kepemilikan lahan 1. Lahan milik sendiri 2. Sewa 3. Bagi hasil 4. Tegalan 5. Pekarangan B. Aspek Ekologi 1. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi hama pada tanaman
padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 2. Apakah menurut bapak/ibu setelah melakukan PHT populasi Penyakit pada
tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 3. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah
kultur teknis? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 4. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah
mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 5. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah
kultur teknik dan mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
6. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis, mekanik dan pestisida?
1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 7. Apakah bapak/ibu setuju setelah PHT tidak melakukan pengendalian sama sekali? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 8. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk yang dilakukan setelah adanya
PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 9. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk Urea yang dilakukan setelah
adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 10. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk SP 36 yang dilakukan setelah
adanyaPHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 11. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk KCL yang dilakukan setelah
adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 12. Menurut bapak/ibu bagaimana pemberian pupuk ZPT yang dilakukan setelah
adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
13. Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan setelah adanya PHT ?
1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis setelah adanya PHT
? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis setelah
adanya PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan setelah adanya
PHT ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap
kelestarian musuh alami? 1. Sangat tidak berpengaruh 4. Berpengaruh 2. Tidak berpengaruh 5. Sangat berpengaruh 3. Kurang berpengaruh 19. Apakah Bapak/ibu sering melakukan pengamatan mingguan setelah adanya PHT? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
C. Aspek Ekonomi 20. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan
pendapatan? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 21. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat meningkatkan
produksi pertanian ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 22. Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya penerapan PHT dapat mengurangi biaya
pengendalian ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 23. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya diadakan pertemuan kelompok tani
pengetahuan lebih meningkat? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 24. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya PHP dan PPL memberikan
penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara peningkatkan produksi padi?
1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju D. Aspek Teknologi 25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan
agens hayati? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan pestisida?
1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan
pestisida yang berasal dari tumbuhan (Biopestisida)? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih
sering setelah adanya PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 29. Bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang dilakukan setelah adanya PHT? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penngunaan pestisida yang bermerek Decis? 1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 31. Apakah Bapak/ibu setuju setelah adanya PHT dosis pestisida yang digunakan
sesuai dengan sasarannya? 1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida ? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan?
1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui Pendapat petani padi tentang PHT 34. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang PHT? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui 35. Apakah menurut bapak/ibu penerapan PHT memberikan manfaat? 1. Sangat tidak bermamfaat 4. Bermamfaat 2. Tidak bermamfaat 5. Sangat bermamfaat 3. Kurang bermamfaat 36. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelaksanaan PHT yang ada di daerah ini? 1. Sangat tidak baik 4. Baik 2. Tidak baik 5. Sangat baik 3. Kurang baik 37. Apakah bapak/ibu setuju bahwa fungsi dari ekosistem PHT untuk mengurangi
penggunaan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 38. Apakah bapak/ibu setuju bahwa program PHT sulit diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 39. Apakah bapak/ibu setuju Program PHT perlu digalakkan lagi? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 10. Kuisioner peserta yang tidak ikut PHT padi di Kabupaten Tapanuli Selatan
DAFTAR KUISIONER KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Kecamatan :
A. Identitas responden 1. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan 2. Usia Responden : 1. < 20 2. 21 S/d 30 3. 31 s/d 40 4. 41 s/d 50 5. > 50 3. Pendidikan : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA
4. Diploma 5. Sarjana (S1) 4. Luas lahan 1. < 0,5 ha 2. 0,6 ha s/d 2 ha 3. 2,1 ha s/d 3 ha 4. 3,1 ha s/d 5 ha 5. > 5 ha 5. Pengalaman Bertani 1. > 5 tahun 2. 5 s/d 15 tahun 3. 16 s/d 30 tahun
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
4. 31 s/d 40 tahun 5. > 40 tahun 6. Status kepemilikan lahan 1. Lahan milik sendiri 2. Sewa 3. Bagi hasil 4. Tegalan 5. Pekarangan B. Aspek Ekologi 1. Apakah menurut bapak/ibu populasi hama pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 2. Apakah menurut bapak/ibu populasi Penyakit pada tanaman padi meningkat? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 3. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 4. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 5. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknik
dan mekanik? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 6. Apakah bapak/ibu setuju pengendalian yang sering dilakukan adalah kultur teknis,
mekanik dan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
7. Apakah bapak/ibu setuju tidak melakukan pengendalian sama sekali? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 8. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 9 Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk urea pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 10. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk SP36 pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 11. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk KCL pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 12. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemberian pupuk ZPT pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 13.Bagaimana menurut bapak/ibu jumlah penggunaan pupuk yang diberikan? 1. Tidak meningkat 4. Meningkat 2. Sedikit meningkat 5. Sangat meningkat 3. Tetap 14. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan teknis pada tanaman padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
15. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Setengah teknis pada tanaman padi ?
1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 16. Apakah bapak/ibu sering melakukan sistem pengairan Tadah hujan pada tanaman
padi ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 17. Apakah bapak/ibu setuju penggunaan varietas mempengaruhi produksi tanaman ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 18. Apakah menurut bapak/ibu penggunaan pestisida berpengaruh terhadap
kelestarian musuh alami? 1. Sangat tidak berpengaruh 4. Berpengaruh 2. Tidak berpengaruh 5. Sangat berpengaruh 3. Kurang berpengaruh 19. Apakah bapak/ibu pernah melakukan pengamatan mingguan? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering C. Aspek Ekonomi 20. Apakah bapak/ibu setuju pendapatan meningkat meskipun belum ada program
PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 21. Apakah bapak/ibu setuju produksi pertanian meningkat meskipun belum ada
program PHT? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
22. Apakah bapak/ibu setuju biaya pengendalian hama bertambah meskipun belum ada program PHT?
1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 23. Apakah bapak/ibu setuju dengan sering mengikuti pertemuan kelompok tani
pengetahuan lebih meningkat? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 24. Apakah bapak/ibu setuju dengan seringnya PHP dan PPL memberikan
penyuluhan lebih memperoleh pengetahuan tentang cara peningkatkan produksi padi?
1. Sangat tidak setuju 4. setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju D. Aspek Teknologi 25. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan
agens hayati? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 26. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan
pestisida? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 27. Apakah bapak/ibu dalam mengendalikan hama atau penyakit sering menggunakan
pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida) ? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
28. Apakah bapak/ibu setuju waktu penyemprotan pestisida yang dilakukan lebih sering pada tanaman padi ?
1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 29. Bagaimana frekuensi penggunaan pestisida yang bapak/ibu lakukan? 1. Tidak pernah 4. Sering sekali 2. Jarang 5. Sangat sering sekali 3. Sering 30. Apakah Bapak/ibu setuju dengan penggunaan pestisida yang bermerek Decis ? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 31. Apakah bapak/ibu setuju dosis pestisida yang digunakan sesuai dengan
sasarannya? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 32. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis – jenis pestisida ? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui 33. Apakah bapak/ibu mengetahui cara penggunaan pestisida yang baik untuk
kesehatan manusia dan lingkungan? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui Pendapat petani padi tentang PHT 34. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang PHT? 1. Sangat tidak mengetahui 4. Mengetahui 2. Tidak mengetahui 5. Sangat mengetahui 3. Kurang mengetahui
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
35. Apakah menurut bapak/ibu penerapan PHT memberikan manfaat? 1. Sangat tidak bermamfaat 4. Bermamfaat 2. Tidak bermamfaat 5. Sangat bermamfaat 3. Kurang bermamfaat 36. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelaksanaan PHT di daerah ini? 1. Sangat tidak baik 4. Baik 2. Tidak baik 5. Sangat baik 3. Kurang baik 37. Apakah bapak/ibu setuju fungsi dari ekosistem PHT untuk mengurangi
penggunaan pestisida? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 38. Apakah bapak/ibu setuju bahwa program PHT sulit diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju 39. Apakah bapak/ibu setuju Program PHT perlu digalakkan? 1. Sangat tidak setuju 4. Setuju 2. Tidak setuju 5. Sangat setuju 3. Kurang setuju Lampiran 11. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 12. Peta Kecamatan Batang Angkola
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 13. Peta Kecamatan Batang Toru
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 14. Peta Kecamatan Padang Sidimpuan Timur
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 15. Peta Kecamatan Sayur Matinggi
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 16. Peta Kecamatan Marancar
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.
Lampiran 17. Peta Kecamatan Siais
MUAINAH HASIBUAN : KAJIAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA PETANI PADI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN, 2008.