kajian penambahan tapioka dan kitosan dalam …digilib.unila.ac.id/28564/3/skripsi tanpa bab...

64
KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM MEMPRODUKSI BAKSO IKAN LELE BERMUTU SNI (Skripsi) Oleh AMALIA ROMANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: lydat

Post on 02-Jul-2018

253 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAMMEMPRODUKSI BAKSO IKAN LELE BERMUTU SNI

(Skripsi)

Oleh

AMALIA ROMANA

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

ABSTRACT

STUDY OF TAPIOCA AND CHITOSAN ADDITION IN PRODUCINGCATFISH MEATBALLS WITH SNI QUALITY

By

AMALIA ROMANA

Fishball is a processed product of fishery products which used pulverized

meat fish with addition of flour. Fish meatballs contain high level of protein and

water. The shelf life of fish meatballs is low (only one day) at room temperature.

The objectives of this study were to find out the amount of tapioca which could

produce high quality catfish meatballs that fullfilled to SNI 7266:2014 and to

determine the best chitosan dose and the best chitosan concentration which could

increase the shelf life of catfish meatballs at room temperature. This study was

conducted in two steps. Step 1 was to produce catfish meatballs with the addition

of tapioca 10%, 15%, 20%, 25%, and 30% (w/w) of the weight of meat fish. The

fish meatballs produced were analyzed their sensory (taste, aroma, and texture) to

determine their quality suitability with SNI 7266:2014. The best result of the first

step (30% tapioca addition) in this research was implemented to step 2 using

Central Composite Design, 23 factorial Response Surface Methodology. Catfish

meatball was produced with addition of 30% tapioca and chitosan at doses of

0.40%, 1.25%, 2.50%, 3.75% and 4.60% (w/w). The catfish meatballs produce

Page 3: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

were then coated with chitosan solution at concentrations of 0.32%, 1.00%,

2.00%, 3.00% and 3.68%) (w/v) before storage at room temperature for 0, 1, 2, 3

and 4 days. After storage, the meatballs were analyzed their sensory (smell,

texture, and appearance) and total microbes to determine their shelf life. The best

treatment of the step 1 was the tapioca addition of 30% (w/w). The best results of

step 2 were: (1) addition of chitosan into meat ball dough at a dose 2.0% (w/w)

and then coated with chitosan solution at a concentration of 2,5% (w/v) and (2)

addition of chitosan into the meat ball dough at a dose of 2.5% (w/w) and then

coated with chitosan solution at a concentration of 0.9% (w/v). These treatments

were able to increase shelf life of fish meatballs up to 240% (2.4 days) based on

their sensory (smell, texture, appearance) and total microbes.

Keywords: Chitosan, fish meatballs, response surface methodology, shelf life,tapioca

Page 4: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

ABSTRAK

KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAMMEMPRODUKSI BAKSO IKAN LELE BERMUTU SNI

Oleh

AMALIA ROMANA

Bakso ikan merupakan produk olahan hasil perikanan yang menggunakan

lumatan daging ikan yang ditambah dengan tepung. Bakso ikan memiliki kadar

protein dan kadar air yang tinggi. Daya simpan bakso ikan rendah (hanya mampu

bertahan satu hari) pada suhu ruang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

jumlah tapioka yang dapat menghasilkan bakso ikan lele bermutu sesuai dengan

SNI 7266:2014 dan untuk menentukan dosis dan konsentrasi kitosan terbaik yang

mampu meningkatkan masa simpan bakso ikan lele pada suhu ruang. Penelitian

ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap ke 1 yaitu pembuatan bakso ikan lele dengan

penambahan tapioka 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% (b/b) dari berat daging ikan.

Bakso yang dihasilkan dianalisis sensori (rasa, aroma, dan tekstur)-nya untuk

menentukan kesesuaian mutu bakso dengan SNI 7266:2014. Hasil perlakuan

terpilih pada tahap ke 1 digunakan untuk penelitian tahap ke 2. Pada tahap ke 2,

bakso dibuat dengan menggunakan Central Composite Design, metode respon

permukaan (Response Surface Methodology) 23 faktorial. Bakso ikan lele dibuat

dengan penambahan kitosan pada adonan dengan dosis 0,40%, 1,25%, 2,5%,

Page 5: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

3,75% dan 4,60% (b/b), dan kemudian disalut dengan larutan kitosan dengan

konsentrasi 0,32%, 1%, 2%, 3% dan 3,68%) (b/v). Setelah itu, bakso disimpan

pada suhu ruang selama 0, 1, 2, 3 dan 4 hari, dan kemudian dianalisis sensori

(aroma, tekstur, dan kenampakan)-nya, serta total mikrobanya untuk menentukan

masa simpannya. Hasil perlakuan terpilih pada penelitian tahap ke 1 yaitu

penambahan 30% (b/b) tapioka. Bakso yang dihasilkan memiliki nilai sensori

(rasa, aroma, dan tekstur) dan kadar proksimat (kadar air, protein dan abu) sesuai

dengan SNI 7266:2014. Hasil perlakuan terbaik pada penelitian tahap ke 2 yaitu :

(1) penggunaan dosis kitosan pada adonan sebanyak 2% (b/b) dengan larutan

kitosan sebagai penyalut pada konsentrasi 2% (b/v) untuk edible coating dan (2)

penggunaan dosis kitosan pada adonan sebanyak 2,5% (b/b) dengan larutan

kitosan sebagai penyalut pada konsentrasi 0,9% (b/v) untuk edible coating.

Perlakuan ini mampu meningkatkan masa simpan bakso ikan hingga 240% (2,4

hari) berdasarkan pengamatan sensori (aroma, tekstur, penampakan) dan total

mikroba.

Kata Kunci: Bakso ikan, kitosan, masa simpan, metode respon permukaan,tapioka

Page 6: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAMMEMPRODUKSI BAKSO IKAN LELE BERMUTU SNI

Oleh

AMALIA ROMANA

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 7: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan
Page 8: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan
Page 9: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

Saya adalah Amalia Romana NPM 1314051005

dengan ini menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini adalah hasil kerja

saya sendiri yang berdasarkan pada pengetahuan dan informasi yang telah saya dapatkan.

Karya ilmiah ini tidak berisi material yang telah dipublikasikan sebelumnya atau dengan

kata lain bukanlah hasil dari plagiat karya orang lain.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila di

kemudian hari terdapat kecurangan dalam karya ini, maka saya siap

mempertanggungjawabkannya.

Bandar Lampung, 18 September 2017Pembuat pernyataan

Amalia RomanaNPM.1314051005

Page 10: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 Februari 1995.

Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak

Husni Hannan dan Ibu Azkina.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD N 2 Rawa Laut,

Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1,

Bandar Lampung pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas di SMA N 3,

Bandar Lampung pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai

mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung melalui jalur undangan atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Mulyo Sari,

Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran dengan tema “Implementasi

Keilmuan dan Teknologi Tepat Guna dalam Pemberdayaan Masyarakat dan

Pembentukan Karakter Bangsa melalui Penguatan Fungsi Kekeluargaan

(POSDAYA)” pada Januari - Maret 2016. Penulis melaksanakan Praktik Umum

(PU) di Rumah Produksi Tahu Susu Lembang, Bandung Barat dan menyelesaikan

laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

Page 11: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

Tahu Susu di Rumah Produksi Tahu Susu Lembang” pada bulan Agustus tahun

2016.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah manjadi Asisten Dosen Mata

Kuliah Teknologi Hasil Perkebunan dan Mata Kuliah Pengemasan dan

Penggudangan tahun ajaran 2016/2017 serta Mata Kuliah Mikrobiologi Hasil

Pertanian tahun ajaran 2017/2018.

Page 12: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

SANWACANA

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas nikmat, petunjuk serta ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Kajian Penambahan Tapioka

dan Kitosan dalam Memproduksi Bakso Ikan Lele Bermutu SNI”. Dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan

untuk kelancaran proses penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir. Sutikno, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing satu skripsi serta

pembimbing akademik atas arahan, saran, masukan dan, motivasi yang telah

diberikan dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi penulis serta

selama menjalani perkuliahan.

3. Ibu Ir. Otik Nawansih, M.P., selaku pembimbing dua atas saran, bimbingan

dan motivasi dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi penulis.

4. Ibu Ir. Zulferiyenni, M.T.A., selaku pembahas atas saran, bimbingan dan

evaluasinya terhadap karya skripsi penulis.

5. Seluruh dosen pengajar atas ilmu yang diberikan selama diperkuliahan serta

teknisi Laboratorium THP atas bantuannya selama melakukan penelitian.

Page 13: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

6. Kedua orang tua dan kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan

dukungan, motivasi, dan yang selalu menyertai penulis dalam doanya untuk

melaksanakan dan menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat-sahabat yang selalu mendoakan dan mendukung penulis, serta teman-

teman keluarga besar Angkatan 2013.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikan

semua pihak di atas dan skripsi ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Bandar Lampung, 18 Sepetember 2017

Penulis,

Amalia Romana

Page 14: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL.... ...................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR............ .......................................................................... x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

1.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 4

1.4 Hipotesis ............................................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakso Ikan .......................................................................................... 8

2.1.1 Definisi Bakso Ikan................................................................... 8

2.1.2 Syarat Mutu Bakso Ikan............................................................ 9

2.1.3 Bahan dan Proses Pembuatan Bakso Ikan ................................ 9

2.1.3.1 Pembuatan Bakso dengan Penambahan Kitosan.......... 10

2.1.3.2 Proses Pembuatan......................................................... 11

2.2 Ikan Lele ............................................................................................. 12

2.2.1 Klasifikasi Ikan Lele ................................................................. 12

2.2.2 Morfologi Ikan Lele.................................................................. 13

2.2.3 Kandungan Gizi Ikan Lele ........................................................ 13

2.2.4 Produksi Lele ............................................................................ 14

2.3 Tapioka ............................................................................................... 15

Page 15: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

vi2.4 Kitosan ................................................................................................ 17

2.5 Edible Coating ................................................................................... 19

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 22

3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 22

3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 23

3.4 Pelaksanaan Penelitian........................................................................ 26

3.4.1 Pengaruh Jumlah Tapioka terhadap Mutu Bakso Ikan Lele ..... 26

3.4.2 Pengaruh Kitosan terhadap Masa Simpan Bakso Ikan Lele

menggunakan Response Surface Methodology ........................ 27

3.4.2.1 Pembuatan Bakso dengan Penambahan Kitosan.......... 28

3.4.2.2 Pengaplikasian Edible Coating Kitosan pada BaksoIkan Lele ....................................................................... 29

3.5 Pengamatan pada Bakso Ikan ............................................................ 30

3.5.1 Sifat Sensori .............................................................................. 30

3.5.2 Total Mikroba (Total Plate Count) ........................................... 30

3.5.3 Uji Proksimat ............................................................................ 31

3.5.3.1 Analisis Kadar Protein.................................................. 31

3.5.3.2 Analisis Kadar Air........................................................ 32

3.5.3.3 Analisis Kadar Abu ...................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Jumlah Tapioka terhadap Mutu Bakso Ikan Lele .............. 34

4.1.1 Sifat Sensori .............................................................................. 34

4.1.1.1 Rasa Bakso Ikan Lele ................................................... 34

4.1.1.2 Aroma Bakso Ikan Lele................................................ 36

4.1.1.3 Tekstur Bakso Ikan Lele............................................... 37

4.1.2 Pemilihan Perlakuan yang Memenuhi SNI 7266:2014............. 38

4.1.3 Analisis Proksimat Perlakuan Terpilih ..................................... 39

Page 16: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

vii4.2 Pengaruh Kitosan terhadap Masa Simpan Bakso Ikan Lele

menggunakan Response Surface Methodology.................................. 40

4.2.1 Total Mikroba (Total Plate Count)........................................... 42

4.2.2 Tekstur...................................................................................... 46

4.2.3 Aroma....................................................................................... 50

4.2.4 Penampakan.............................................................................. 53

4.2.5 Menentukan Dosis dan Konsentrasi Kitosan Terbaik .............. 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 58

5.2 Saran .................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60

LAMPIRAN .................................................................................................. 67

Page 17: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Syarat mutu dan keamanan bakso ikan (SNI 7266:2014) .................... 9

2. Komposisi kimia tapioka ...................................................................... 17

3. Hasil desain respon surface .................................................................. 24

4. Faktor, variabel, dan taraf variabel RSM…………………………... 25

5. Desain percobaan 23 faktorial dengan 3 variabel bebas ....................... 25

6. Rekapitulasi rata-rata hasil uji organoleptik perlakuan penambahanberbagai dosis tapioka........................................................................... 38

7. Rata-rata hasil uji proksimat bakso ikan lele ........................................ 40

8. Hasil respon angka total mikroba, tekstur, aroma, dan penampakan ... 41

9. Hasil analisis sidik ragam total mikroba bakso ikan lele...................... 42

10. Rekapitulasi pengaruh penggunaan kitosan terhadap masa simpanbakso ikan lele....................................................................................... 56

11. Lembar kuesioner penelitian tahap ke 1 ............................................... 67

12. Lembar kuesioner penelitian tahap ke 2 ............................................... 68

13. Data hasil pengujian sensori rasa bakso ikan lele oleh 20 panel .......... 69

14. Data hasil pengujian sensori aroma bakso ikan lele oleh 20 panel....... 70

15. Data hasil pengujian sensori tekstur bakso ikan lele oleh 20 panel...... 71

16. Data hasil pengujian sensori rasa bakso ikan lele oleh 15 panel .......... 72

17. Data hasil pengujian sensori aroma bakso ikan lele oleh 15 panel....... 73

18. Data hasil pengujian sensori tekstur bakso ikan lele oleh 15 panel...... 74

Page 18: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

ix19. Hasil analisis sidik ragam rasa bakso ikan lele..................................... 75

20. Hasil analisis sidik ragam aroma bakso ikan lele ................................. 75

21. Hasil analisis sidik ragam tekstur bakso ikan lele ................................ 75

22. Data hasil pengujian proksimat bakso ikan lele ................................... 76

23. Hasil analisis sidik ragam tekstur bakso ikan lele menggunakanResponse Surface Methodology ............................................................ 77

24. Hasil analisis sidik ragam aroma bakso ikan lele menggunakanResponse Surface Methodology ............................................................ 78

25. Hasil analisis sidik ragam penampakan bakso ikan lele menggunakanResponse Surface Methodology ............................................................ 79

Page 19: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan lele.............................................................................................. 12

2. Diagram alir proses pembuatan bakso ikan lele tahap 1.................... 27

3. Diagram alir proses pembuatan bakso ikan lele tahap 2.................... 28

4. Diagram alir edible coating pada bakso ikan lele .............................. 29

5. Grafik kontur dan surface respon jumlah total mikroba baksoikan lele sebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan,dan dosis kitosan ................................................................................ 44

6. Optimasi respon total mikroba........................................................... 45

7. Grafik kontur dan surface respon skor tekstur bakso ikan lelesebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dan dosiskitosan ................................................................................................ 48

8. Grafik kontur dan surface respon skor aroma bakso ikan lelesebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dan dosiskitosan ................................................................................................ 51

9. Grafik kontur dan surface respon skor penampakan bakso ikanlele sebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dandosis kitosan....................................................................................... 54

10. Optimasi respon skor tekstur ............................................................. 80

11. Grafik kontur dan surface respon skor tekstur bakso ikan lelesebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dandosis kitosan....................................................................................... 80

12. Optimasi respon skor aroma .............................................................. 81

13. Grafik kontur dan surface respon skor aroma bakso ikan lelesebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dan dosiskitosan ............................................................................................... 81

14. Optimasi respon skor penampakan .................................................... 82

Page 20: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

xi15. Grafik kontur dan surface respon skor penampakan bakso ikan

lele sebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dandosis kitosan ...................................................................................... 82

16. Ikan lele yang digunakan pada penelitian.......................................... 83

17. Bahan pembuatan bakso ikan............................................................. 83

18. Adonan bakso ikan lele ...................................................................... 83

19. Proses pembuatan bakso ikan lele ..................................................... 83

20. Proses perebusan dan penirisan bakso ikan lele ................................ 83

21. Pembuatan larutan edible coating kitosan ........................................ 84

22. Larutan kitosan................................................................................... 84

23. Proses perendaman bakso pada larutan edible coatin ....................... 84

24. Proses penyaringan bakso dari larutan .............................................. 84

25. Proses pengeringan bakso ikan lele ................................................... 85

26. Proses penyimpanan bakso ................................................................ 85

27. Bakso ikan lele sebelum pengeringan (A) dan sesudahpengeringan (B) ................................................................................. 85

28. Penimbangan sampel bakso sebelum dianalisis proksimat................ 86

29. Penimbangan sampel bakso sesudah dianalisis proksimat ................ 86

30. Pengovenan sampel bakso ................................................................ 86

31. Pengabuan sampel bakso ................................................................... 86

32. Proses penimbangan media PCA dan NaCl....................................... 87

33. Proses persiapan isolasi...................................................................... 87

34. Inkubasi mikroba mikroba ................................................................. 87

35. Total Plate Count .............................................................................. 87

Page 21: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar kuesioner penelitian tahap 1 dan 2 ........................................ 68

2. Data hasil pengujian sensori rasa, aroma, dan tekstur bakso ikan leleoleh 20 panel....................................................................................... 70

3. Data hasil pengujian sensori rasa bakso ikan lele oleh panelis 15panel ................................................................................................... 73

4. Data hasil pengujian sensori aroma bakso ikan lele oleh panelis 15panel ................................................................................................... 74

5. Data hasil pengujian sensori tekstur bakso ikan lele oleh panelis 15panel ................................................................................................... 75

6. Hasil analisis sidik ragam rasa bakso ikan lele .................................. 76

7. Hasil analisis sidik ragam aroma bakso ikan lele ............................... 76

8. Hasil analisis sidik ragam tekstur bakso ikan lele .............................. 76

9. Data hasil pengujian proksimat bakso ikan lele .................................. 77

10. Hasil analisis sidik ragam tekstur bakso ikan lele menggunakanResponse Surface Methodology.......................................................... 78

11. Response optimization skor tekstur…………………………………. 79

12. Grafik kontur dan surface respon skor tekstur bakso ikan lelesebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dan dosiskitosan................................................................................................. 79

13. Hasil analisis sidik ragam aroma bakso ikan lele menggunakanResponse Surface Methodology.......................................................... 80

14. Response optimization skor aroma ..................................................... 81

Page 22: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

15. Grafik kontur dan surface respon skor aroma bakso ikan lelesebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dan dosiskitosan................................................................................................. 81

16. Hasil analisis sidik ragam penampakan bakso ikan lelemenggunakan Response Surface Methodology .................................. 82

17. Response optimization skor penampakan…………………………… 83

18. Grafik kontur dan surface respon skor penampakan bakso ikan lelesebagai fungsi dari masa simpan, konsentrasi kitosan, dan dosiskitosan…............................................................................................. 83

19. Gambar proses pembuatan bakso ikan lele......................................... 84

20. Gambar proses edible coating bakso ikan lele ................................... 85

21. Gambar proses pengujian proksimat bakso ikan lele ......................... 87

22. Gambar proses pengujian total mikroba bakso ikan lele.................... 88

Page 23: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu bahan pangan hewani yang produksinya

berlimpah dan penting sebab memiliki kandungan gizi yang berkualitas tinggi

khususnya protein yang dibutuhkan oleh manusia. Ikan lele merupakan salah satu

komoditas unggulan perikanan budidaya Indonesia sehingga produksinya

meningkat setiap tahun (Syahrul, 2016). Ikan lele (Clarias Sp.) termasuk jenis

ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat. Ikan lele populer karena

harganya terjangkau, memiliki rasa gurih, serta tekstur dagingnya lunak dan kesat.

Selain itu, cara mengolah maupun mengkonsumsinya tidak merepotkan (Badrul

dan Farikhah, 2013).

Dari segi nilai gizi, daging ikan lele memiliki banyak keunggulan jika

dibandingkan dengan jenis ikan air tawar yang lain seperti ikan nila dan ikan

gabus. Ikan lele kaya akan protein yang bermutu tinggi, terdapat banyak

kandungan vitamin yang larut lemak (vitamin A dan D), dan mengandung asam

lemak tak jenuh (Qifie, 2012). Dibandingkan dengan lemak hewani lainnya,

lemak ikan sangat sedikit mengandung kolesterol. Namun dari segi penjualan ikan

lele memiliki kekurangan, yaitu ikan lele dengan fisik yang besar justru nilai

Page 24: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

2jualnya lebih rendah dibandingkan ukuran ikan lele konsumsi biasanya

(Anonimus, 2016a).

Seiring dengan peningkatan produksi dan untuk mensiasati permasalahan

penurunan nilai jual ikan lele berukuran besar, maka perlu didukung penanganan

paska panennya yaitu dengan teknologi pengolahan hasil perikanan yang

berbahan baku ikan lele. Salah satu upayanya yaitu diversifikasi produk seperti

pembuatan bakso ikan. Bakso ikan merupakan produk olahan hasil perikanan

yang menggunakan lumatan daging ikan atau surimi minimum 40% dan dicampur

tepung, dan bahan-bahan lainnya bila diperlukan, yang mengalami pembentukan

dan pemasakan (Badan Standarisasi Nasional, 2014). Bakso dengan kualitas yang

baik memiliki warna abu-abu segar merata, rasa khas bakso dengan tekstur yang

tidak lembek. Hal tersebut dipengaruhi oleh komposisi bahan pengikat yang

digunakan. Berdasarkan hasil observasi Tiven dan Veerman (2011), kelemahan

dari produk bakso ikan lele ialah tekstur yang dihasilkan lebih lunak dibandingkan

dengan bakso dari daging sapi. Untuk itu perlu upaya dalam meningkatkan

kekerasan dan kekompakan teksturnya.

Tekstur keras dan kompak pada bakso ditentukan oleh jenis daging sebagai

bahan utama dan tapioka yang digunakan dalam pembuatan bakso. Daging ikan

yang baik untuk membuat bakso adalah daging ikan segar yang belum mengalami

rigor mortis karena daya ikat air pada ikan segar lebih tinggi dibanding daging

rigor mortis maupun paska rigor. Penambahan tapioka pada pembuatan bakso

berfungsi untuk menambah volume (substitusi daging), sehingga meningkatkan

daya ikat air dan memperkecil penyusutan. Selain itu, tapioka berperan sebagai

pembentuk gel, pembentukkan tekstur produk dan matriks yang kokoh sehingga

Page 25: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

3menghasilkan produk bakso dengan kekompakan tekstur yang disukai konsumen

(Sari dan Widjanarko, 2015).

Bakso ikan memiliki kandungan nutrisi dan kadar air yang tergolong tinggi

sehingga mempengaruhi daya simpan bakso. Daya simpan bakso rendah,

maksimal hanya mampu bertahan satu hari pada suhu kamar (Cahyono, 2013).

Untuk memperpanjang daya simpan, umumnya pedagang bakso ikan

menggunakan bahan pengawet berbahaya seperti formalin yang dapat

membahayakan kesehatan (Warsiki et al., 2013). Formalin merupakan larutan

komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid, biasa digunakan sebagai

antiseptik, germisida, dan pengawet non pangan. Formalin sangat berbahaya,

dampaknya pada kesehatan manusia dapat bersifat akut dan kronik bila telah

terjadi akumulasi formalin dalam tubuh (Saputro, 2014). Agar mendapatkan bakso

dengan mutu dan daya simpan lebih lama, maka diperlukan alternatif pengganti

bahan pengawet kimia yang berbahaya bagi tubuh yaitu dengan penggunaan

pengawet alami seperti kitosan.

Kitosan merupakan antimikroba yang berasal dari limbah kulit hewan

subfilum crustacean seperti udang. Kitosan mampu berikatan dengan protein

membran sel, yaitu glutamat. Selain berikatan dengan protein membran, kitosan

juga mampu berikatan dengan fosfolipid membran, terutama fosfatidil kolin (PC),

sehingga permeabilitas inner membran (IM) meningkat (Sitorus et al., 2014).

Kitosan dapat ditambahkan dengan cara mencampurkannya ke dalam bahan

pangan dan juga diaplikasikan sebagai bahan pengemas aktif melalui edible

coating. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu dan daya simpan bakso ikan

lele, perlu diteliti dan ditemukan pengaruh penggunaan tapioka dan kitosan.

Page 26: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

41.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui jumlah tapioka yang dapat menghasilkan bakso ikan lele bermutu

sesuai dengan SNI 7266:2014

2. Menentukan dosis dan konsentrasi kitosan terbaik yang mampu meningkatkan

masa simpan bakso ikan lele pada suhu ruang

1.3. Kerangka Pemikiran

Bakso ikan memiliki tekstur yang lebih lunak jika dibandingkan dengan

bakso daging. Tekstur bakso dipengaruhi oleh bahan pengisi yang digunakan.

Bahan pengisi yang umum digunakan adalah pati yang memiliki kandungan

karbohidrat tinggi seperti tapioka, sagu, karagenan dan lain-lain. Menurut

Wahjuningsih (2013) menyatakan bahwa tujuan penambahan karbohidrat pada

bahan pangan adalah memperbaiki warna dan tekstur fisik bahan pangan serta

menambah nilai gizi dan memberikan citra rasa gurih pada bahan pangan itu

sendiri. Pada penelitian ini bahan pengisi yang digunakan ialah tapioka.

Penambahan tapioka penting karena kemampuannya yang tinggi dalam mengikat

air, memperbaiki sifat emulsi, mereduksi penyusutan selama pemasakan,

memperbaiki sifat fisik (tekstur dan warna) dan cita rasa, dan menurunkan biaya

(Situmorang, 2013). Berdasarkan penelitian Oktavia (2011) penambahan tepung

tapioka 10% (b/b) pada bakso ikan gabus adalah hasil terbaik dari segi aroma,

rasa, warna dan kadar protein namun untuk tekstur, dosis yang terbaik adalah

dengan penambahan tapioka 30% (b/b).

Page 27: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

5Bakso ikan merupakan produk makanan yang memiliki kadungan nutrisi

dan air yang tergolong tinggi sehingga memiliki masa simpan maksimal hanya

satu hari pada suhu kamar (Cahyono, 2013). Hal tersebut disebabkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme. Upaya pengendalian terhadap mikroorganisme

ialah dengan penggunaan bahan-bahan kimiawi yang disebut dengan antimikroba,

berfungsi sebagai bahan pengawet. Antimikroba merupakan senyawa yang dapat

membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Hidayah, 2015).

Bahan pengawet yang aman untuk produk makanan ialah bahan pengawet yang

berasal dari bahan alami. Salah satu bahan pengawet alami dan mengandung

senyawa antimikroba adalah kitosan (Wulandari et al., 2015).

Kitosan merupakan antimikroba yang berasal dari limbah kulit hewan

subfilum crustacean seperti udang (Wardaniati dan Setianingsih, 2015).

Mekanisme kitosan sebagai antimikroba yaitu mampu berikatan dengan membran

sel glutamat dan fosfatidil kolin (PC), sehingga permeabilitas inner membran (IM)

meningkat yang mempermudah keluarnya cairan sel bakteri yang nantinya

menyebabkan kematian sel (Sitorus et al., 2014). Teknik penggunaan kitosan

sebagai bahan pengawet yaitu dapat melalui penambahan langsung pada adonan

dan melalui pelapisan (coating). Hal tersebut dilakukan untuk mengoptimasi masa

simpan dengan mencegah pertumbuhan mikroorganisme baik dari luar maupun

dari dalam produk.

Dosis dan konsentrasi kitosan yang digunakan sebagai pengawet produk

pangan merupakan faktor yang terpenting dan berpengaruh. Kitosan sebagai

antimikroba telah terbukti melalui hasil penelitian Meisyaroh (2013), penambahan

kitosan dengan dosis 2,5% (b/b) mampu mengawetkan bakso sapi. Dosis kitosan

Page 28: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

6berpengaruh terhadap jumlah penambahan mikroba dan juga semakin tinggi dosis

kitosan yang ditambahkan maka jumlah mikroba pada bakso sapi semakin sedikit.

Dari segi organoleptik, penambahan kitosan tidak menyebabkan perubahan cita

rasa dan penampakan.

Kitosan melalui coating dapat mencegah penguapan air dan terlepasnya

kandungan gizi, serta mencegah masuk dan tumbuhnya mikroorganisme di dalam

produk. Berdasarkan hasil penelitian Susilowati dan Reskiati (2014) pada

pengujian organoleptik, konsentrasi kitosan yang optimal untuk digunakan

sebagai pengawet bakso ikan bandeng melalui edible coating adalah 1%, namun

untuk pengujian ALT konsentrasi kitosan 2% merupakan konsentrasi yang efektif

menghambat pertumbuhan bakteri pada suhu ruang hingga hari ke 3 dengan total

mikroba 1,1 x 102 koloni/g. Menurut hasil penelitian Wulandari et al. (2015),

pengujian TPC bakteri bakso ikan tuna tanpa coating kitosan hanya bertahan 1

hari dengan total bakteri log 5,267 cfu/gr, sedangkan bakso ikan tuna coating

kitosan mampu bertahan sampai 2 hari memiliki total bakteri log 5,0837 cfu/gr.

Penelitian ini dilakukan untuk mencari perlakuan terbaik pada proses

pengawetan bakso ikan lele. Berdasarkan beberapa referensi atau penelitian

sebelumnya, pada penelitian ini menggunakan dosis kitosan 1,25%, 2,5% dan

3,25% (b/b) dengan konsentrasi kitosan pada edible coating yaitu 1, 2, dan 3%

(b/v), yang disimpan selama 1, 2, dan 3 hari.

Page 29: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

71.4. Hipotesis

1. Bakso ikan lele dengan dosis tapioka 30% (b/b) masih memenuhi syarat SNI

7266:2014

2. Terdapat dosis dan konsentrasi kitosan terbaik yang dapat meningkatkan masa

simpan bakso ikan lele

Page 30: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bakso Ikan

2.1.1. Definisi Bakso Ikan

Bakso pada umumnya merupakan daging yang dihaluskan dan ditambahkan

dengan bumbu-bumbu, filler (tepung), dan bahan pengikat (putih telur). Dibentuk

bulat-bulat baik secara manual ataupun dengan menggunakan mesin pembuatan

bakso dan dimasak dengan air panas untuk siap saji (Zulkarnain, 2013).

Sedangkan bakso ikan dapat didefinisikan sebagai produk makanan berbentuk

bulatan atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ikan dan pati atau serealia

dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan

(Syahril,2015). Dalam membuat bakso ikan, daging ikan yang baik untuk

digunakan adalah daging ikan yang segar, karena belum mengalami fase rigor

mortis. Sehingga daging memiliki daya ikat air yang tinggi, dalam arti

kemampuan protein daging mengikat dan mempertahankan air tinggi sehingga

menghasilkan bakso dengan kekenyalan tinggi (Prastuti, 2010). Secara teknis

pengolahan bakso ikan cukup mudah. Bila ditinjau dari upaya kecukupan gizi

masyarakat, bakso dapat dijadikan sebagai sarana yang tepat, karena produk ini

bernilai gizi tinggi dan disukai oleh semua lapisan masyarakat (Kurniawan dan

Kusrahayu, 2012).

Page 31: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

92.1.2. Syarat Mutu Bakso Ikan

Bakso ikan yang aman untuk dikonsumsi harus sesuai dengan syarat mutu.

Syarat mutu dan keamanan untuk bakso ikan berdasarkan SNI 7266:2014 dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat Mutu dan Keamanan Bakso Ikan (SNI 7266:2014)

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratana. Sensori Min 7 (Skor1-9)b. Kimia :

Kadar AirKadar AbuKadar ProteinHistamin*

% b/b% b/b% b/bmg/kg

Maks. 65Maks. 2,0Min. 7,0100

c. Cemaran mikroba :Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1,0 x 105

Escherichia coli APM/g < 3Salmonella per 25g NegatifStaphylococcus aureus Koloni/g Maks. 1,0 x 102

Vibrio chorela**Vibrio Parahaemolyticus**

per 25gper 25g

NegatifNegatif

d. Cemaran Logam :Kadmium (Cd)Merkuri (Hg)Timbal (Pb)Arsen (As)Timah (Sn)

mg/kgmg/kgmg/kgmg/kgmg/kg

Maks. 0,1Maks. 0,5Maks. 0,3Maks. 1,0Maks. 40,0

e. Cemaran FisikFilth* 0

CATATAN :* Untuk bahan yang berasal dar jenis scombroidae** Bila diperlukan

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2014).

2.1.3. Bahan dan Proses Pembuatan Bakso Ikan

Berdasarkan Suwarni (2014) bahan yang diperlukan dalam pembuatan

bakso ikan terdiri atas bahan baku dan bahan tambahan.

Page 32: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

102.1.3.1. Bahan Baku dan Bahan Tambahan

A. Bahan Baku

Persyaratan bahan baku utama dalam pembuatan bakso ikan yaitu ikan, ialah

kesegarannya. Semakin segar ikan yang digunakan, semakin baik pula mutu

bakso yang dihasilkan. Berbagai jenis ikan yang digunakan untuk membuat

bakso, terutama ikan yang berdaging tebal dan mempunyai daya elastisitas,

seperti tenggiri, kakap, cucut, bloso, ekor kuning dan lain-lain. Selain bahan

baku dari ikan segar atau pre rigor mortis , bakso juga dapat dibuat dari produk

yang sudah setengah jadi yang dikenal dengan nama Surimi (daging ikan

lumat). Penggunaan daging pre rigor mortis bertujuan untuk menciptakan

produk bakso ikan dengan nilai sensori dan kadar proksimat yang sesuai

dengan syarat mutunya. Pada fase pre rigor mortis, kemampuan daging untuk

menahan air masih tinggi sehingga dapat menghasilkan bakso yang kenyal.

B. Bahan Tambahan

Bahan tambahan pembuatan bakso ikan ialah tapioka dan beberapa bumbu

diantaranya garam 2 – 3 %, merica 0,5 %, bawang putih 2 %, serta bumbu

masak 0,75 % (bila disukai). Tepung tapioka merupakan salah satu bahan

penunjang dalam pembuatan bakso. Tepung tapioka diperoleh dari hasil

ekstraksi umbi ketela pohon (Manihot utilissima). Penambahan tepung tapioka

pada pembuatan bakso berfungsi sebagai bahan pengikat dan pengisi, untuk

menambah volume (substitusi daging), sehingga meningkatkan daya ikat air

dan memperkecil penyusutan. Penambahan garam sewaktu penggilingan bukan

Page 33: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

11hanya berfungsi sebagai bumbu atau penambah cita rasa, tetapi untuk

meningkatkan kekuatan ionik daging dan melarutkan aktomiosin sehingga

terbentuk sol. Oktavia (2011) menyatakan larutan garam sangat berpengaruh

nyata terhadap kekuatan gel dan kekompakan tekstur. Penambahan air es

penting dalam pembentukkan tekstur. Air es berfungsi untuk mempertahankan

suhu daging agar tetap rendah sehingga protein daging tidak mengalami

kerusakan akibat gerakan mesin pada saat proses penghalusan atau

penggilingan. Penggunaan air es juga berfungsi untuk menambahkan air ke

adonan sehingga adonan tidak kering dan dapat meningkatkan rendemennya

(Musdalifah dan W. Alexander Tanod, 2016).

2.1.3.2. Proses Pembuatan

Proses pembuatan bakso ikan meliputi langkah-langkah sebagai berikut

(Suwarni, 2014) :

1. Filet yang telah bersih dilumatkan menggunakan alat penggiling daging

dengan penambahan air es sehingga diperoleh daging lumat. Jika masih

mengandung serat dan duri, dipisahkan terlebih dahulu.

2. Daging lumat kemudian digiling dengan garam dan bumbu hingga rata.

Selanjutnya ditambahkan tepung tapioka sedikit demi sedikit sambil diaduk,

sampai diperoleh adonan yang homogen.

3. Adonan yang sudah homogen dicetak menjadi bola-bola bakso yang siap

direbus. Ukuran dapat dibuat super, sangat besar, besar, sedang, dan kecil.

Page 34: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

124. Bola-bola bakso direbus dengan air mendidih hingga matang. Bila bakso

sudah mengapung dipermukaan air (± 15 menit), berarti bakso sudah matang

dan siap diangkat, ditiriskan, kemudian didinginkan.

5. Bakso yang telah dingin dikemas dengan kantong plastik dan ditutup rapat.

2.2. Ikan Lele

2.2.1. Klasifikasi Ikan Lele

Klasifikasi ikan lele (Clarias sp.) menurut Direktorat Jenderal Perikanan

Budaya (2016) adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus

Gambar ikan lele dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ikan leleSumber : Qifie (2012).

Page 35: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

132.2.2. Morfologi Ikan Lele

Ikan lele (Clarias sp.) menurut Hasanuddin (1984) adalah ikan yang

memiliki tubuh licin dan tidak bersisik, dengan sirip dan sirip anus yang panjang

yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat

yang pendek. Kepalanya keras menulang dibagian atas, dengan mata yang kecil

dan mulut yang lebar yang terletak diujung moncong, dilengkapi dengan empat

pasang sungut peraba yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap, lele

memiliki alat pernafasan berupa insang. Pada umumnya, insang tertutup atau

terlindungi oleh tutup insang (operkulum). Insang berwarna merah karena banyak

mengandung pembuluh darah. Pada insang inilah oksigen diserap dari air dan

karbon dioksida dibebaskan ke air. Lele memiliki sepasang patil, yakni duri tulang

yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Lele berkembang biak dengan telur,

pembuahan terjadi di luar tubuh induknya atau di dalam air (pembiakan

eksternal). Pada sisi tubuh terdapat gurat sisi yang memanjang dari belakang tutup

insang sampai ekor. Gurat sisi berfungsi untuk mengetahui tekanan air.

2.2.3. Kandungan Gizi Ikan Lele

Ikan lele merupakan ikan air tawar yang bisa menjadi sumber protein

hewani yang cukup tinggi, yaitu sekitar 25%. Banyak keistimewaan ikan lele yang

dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Keistimewaan protein yang terkandung di dalam

ikan sangat baik bagi tubuh. Dalam protein ikan lele mengandung semua asam

amino esensial lisin, metionin dan leusin dengan kadar protein yang lebih tinggi

bila dibanding dengan protein pada susu dan daging. Lisin dan leusin berguna

untuk membantu proses pertumbuhan pada anak, juga berguna untuk

Page 36: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

14pembentukan dan perombakan otot. Kandungan phospor pada ikan lele mencapai

167 mg/ 100 g terbukti lebih tinggi dari pada yang terkandung di telur yang hanya

100 mg. Phospor bemanfaat untuk memberi kekuatan dan energi dalam

metabolisme lemak dan pati, menjadi penunjang kesehatan gusi dan gigi,

membantu sistesis DNA, serta membantu penyerapan/pemakaian kalsium (Qifie,

2012). Selain itu, lemak yang terdapat pada ikan lele merupakan lemak dengan

sifat yang sederhana, yaitu trigliserida yang netral. Lemak yang rendah ini banyak

terdapat di bagian perut, terutama pada tubuh ikan bagian sebelah bawah serta

yang terdapat di dalam hati ikan. Dikarenakan ikan lele rendah lemak maka baik

untuk mencegah kolesterol (Qifie, 2012).

2.2.4. Produksi Lele

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) mencatat produksi perikanan

tahun 2016 mencapai 6,83 juta ton, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 6,52

juta ton. Pada tahun 2014, produksi perikanan tangkap 6,21 juta ton, tahun 2013

produksinya 5,86 juta ton, dan produksi tahun 2012 hanya 5,84 juta ton

(Setiyawan, 2017). Ikan lele merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya

Indonesia. Ikan lele paling banyak diproduksi kedua setelah ikan nila secara

nasional yaitu 20% untuk lele (Syahrul. 2016). Produksi lele secara nasional

berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) dalam kurun waktu

lima tahun terakhir atau pada 2011 sampai 2015 mengalami peningkatan 21,31

persen per tahun. Dari 337.577 ton pada tahun 2011, menjadi 722.623 ton pada

2015. Peningkatan produksi lele per tahun yang mencapai 21,31 persen ini

Page 37: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

15merupakan kenaikan terbesar di bandingkan dengan komoditas air tawar lainnya

seperti nila, mas, patin dan gurame (Kusuma, 2016).

2.3. Tapioka

Tapioka adalah nama yang diberikan untuk produk olahan dari akar ubi

kayu (cassava). Tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan

dihaluskan. Tapioka diperoleh dari hasil ekstraksi umbi ketela pohon (Manihot

utilissima) yang umumnya terdiri dari tahap pengupasan, pencucian, pemarutan,

pemerasan, penyaringan, pengendapan, pengeringan dan penggilingan. Singkong

merupakan sumber energi karena tinggi akan kandungan karbohidrat tetapi sangat

rendah protein. Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat

arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum (Kusnandar, 2010).

Singkong sebagian besar terdiri atas polisakarida (polimer dari glukosa dan

monosakarida) seperti pati. Pati merupakan butiran atau granula yang berwarna

putih mengkilat, tidak memiliki bau dan juga rasa. Secara umum granula pati

memiliki bentuk dan ukuran yang beraneka ragam, tetapi umumnya berbentuk

bulat atau elips (Brautlecht, 1953). Pati terdiri atas dua jenis polimer, yakni rantai

lurus amilosa dan rantai bercabang amilopektin. Hidrolisis amilopektin secara

sempurna akan menghasilkan glukosa, sedangkan hidrolisis sebagian

menghasilkan campuran yang disebut dekstrin.

Tapioka mengandung amilosa 17% (α 1,4D glukosa BM 40.000-340.000)

dan amilopektin 83%: (α 1,6 D glukosa BM 1 juta) (Lehninger, 1982). Tapioka

dapat diperoleh baik dari daging ataupun kulit arinya. Tapioka memiliki granula

Page 38: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

16dengan ukuran 5-35 μm dengan rata-rata ukurannya di atas 17 μm, berbentuk

oval, kerucut dengan bagian atas terpotong dan seperti kettle drum (Sandi et al.,

2013). Air mampu menembus lapisan luar granula tapioka pada temperatur 60OC

sampai 85OC sehingga menyebabkan granula menjadi menggelembung. Granula-

granula dapat menggelembung lima kali lipat dari volume semula. Ketika ukuran

granula telah membesar, maka campurannya menjadi kental. Granula tapioka akan

pecah atau tergelatinisasi apabila dipanaskan pada suhu 85°C (Ulloa et al., 2012).

Tapioka akan memberikan warna putih jika diekstraksi secara benar. Selain

itu tapioka berbentuk serbuk, tidak memiliki rasa manis, dan tidak larut pada air

dingin. Tapioka hampir tidak mengandung protein dan gluten. Tapioka sering

digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri makanan dan industri yang

berbasis pati karena kandungan patinya yang cukup tinggi (Gunawan, 2011).

Tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain

digunakan sebagai bahan pengental (thickener), bahan pemadat dan pengisi, bahan

pengikat dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sup, makanan

bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain. Selain itu

pati merupakan jenis polisakarida yang banyak dimanfaatkan untuk bahan untuk

pembuatan edible coating (Garcia et al., 2011). Selain itu, tapioka juga dapat

digunakan sebagai bahan pengikat bakso. Komposisi kimia tapioka dapat dilihat

pada Tabel 2.

Page 39: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

17Tabel 2. Komposisi Kimia Tapioka (dalam 100 gr)

Komposisi JumlahKalori (kal) 362,0Protein (g) 0,5Lemak (g) 0,3Karbohidrat (g) 86,9Air (g) 12,0Fosfor (mg) 0,0Kalsium (mg) 0,0Besi (mg) 0,0Bdd (%) 100,0

Sumber : Departemen Kesehatan RI., 1996.

2.4. Kitosan

Kitosan adalah polimer rantai panjang glukosamin (2-amino-2-deoksi-

glokosa). Kitosan mempunyai gugus fungsional yaitu gugus amina, sehingga

membuat kitosan memiliki derajat reaksi kimia yang tinggi. Menurut Muzzarelli

(1985), kitosan akan bermuatan positif dalam larutan karena adanya gugus amina,

tidak seperti polisakarida lainnya yang pada umumnya bermuatan negatif atau

netral. Kitosan merupakan senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin,

suatu senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa. Kitin ini

umumnya diperoleh dari kerangka hewan atau limbah invertebrata dari kelompok

Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan

beberapa dari kelompok jamur. Kitosan juga banyak ditemukan pada bagian

insang ikan, trachea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sumber utama

kitosan ialah cangkang hewan subfillum Crustaceae sp, seperti udang, lobster,

kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut (Leceta dan

Guerrero, 2012). Secara fisik kitosan, tidak berbau, berupa padatan amorf

berwarna putih kekuningan. Sifat fisik yang khas dari kitosan yaitu mudah

Page 40: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

18dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran dan serat yang sangat

bermanfaat dalam aplikasinya (Manjang, 2013).

Larutan kitosan yang dicampur dengan asam asetat bersifat bakteriostatik

yang berfungsi sebagai antibakteri. Naiknya permeabilitas IM akan

mempermudah keluarnya cairan sel bakteri yang nantinya menyebabkan kematian

sel (Sitorus et al., 2014). Kemampuan daya hambat kitosan tergantung dari derajat

deasetilasi, konsentrasi kitosan, dan jenis bakteri yang dihambat (Hafdani dan

Sadeghinia, 2011). Efek kitosan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri

disebabkan karena adanya proses deasetilasi yang baik. Semakin banyak gugus

asetil yang hilang maka akan semakin kuat juga ikatan gugus aminonya. Gugus

amino (NH2) dalam keadaan asam akan bersifat kationik di struktur linier. Gugus

NH2

yang bersifat kationik ini menyebabkan bakteri terikat sehingga metabolisme

bakteri terhambat dan berangsur-angsur bakteri tidak tumbuh lagi (Hu et al.,

2012).

Kitosan memiliki sifat reaktivitas kimia tinggi didukung oleh adanya gugus

polar dan nonpolar yang dikandungnya yang menyebabkan mampu menarik

molekul-molekul yang bermuatan parsial negatif seperti minyak, lemak dan

protein. Sehingga kitosan dapat digunakan sebagai bahan pengental atau

pembentuk gel yang sangat baik, sebagai pengikat, penstabil dan pembentuk

tekstur (Nurhayati, 2011). Kitosan adalah salah satu polimer yang bersifat non-

toxic, biocompatible, biodegradable dan bersifat polikationik dalam suasana

asam. Kitosan telah digunakan secara luas. Kitosan diketahui mempunyai

kemampuan untuk membentuk film, gel dan fiber karena berat molekulnya yang

Page 41: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

19tinggi dan solubilitasnya dalam larutan asam encer. Sifatnya yang biodegradable

dan memiliki aktifitas antibakteri membuat kitosan banyak diaplikasikan dalam

bidang industri lainnya seperti, pengembangan biomaterial, industri kertas dan

tekstil, bidang obat - obatan serta bidang kecantikan (Susilowati dan Reskiati,

2014).

Selain itu, kitosan juga dapat diaplikasikan di bidang pertanian dan pangan.

Kitosan digunakan antara lain sebagai campuran ransum pakan ternak,

antimikroba, antijamur, serat bahan pangan, penstabil, pembawa zat aditif

makanan, flavor, zat gizi, pestisida, herbisida, virusida tanaman, dan deasedifikasi

buah-buahan, sayuran dan penjernih sari buah. Fungsinya sebagai antimikroba

dan antijamur juga diterapkan di bidang kedokteran (Sugita, 2009). Berdasarkan

Meidina et al., (2004) dalam Andarini (2016) uji aktivitas antibakteri

menggunakan kitosan terhadap bakteri pathogen memberikan hasil yang positif

dengan indeks penghambatan 3,23 untuk Staphylococcus aureus (gram positif)

dan 2,23 untuk Escherichia coli (gram negatif). Kitosan dapat diaplikasikan pada

bahan makanan dengan cara pelapisan (coating) (Harianingsih, 2010).

Berdasarkan penelitian Andarini (2016) edible coating kitosan 1% dapat

memperpanjang masa simpan somay sampai 3 hari berdasarkan penampakan dan

aroma.

2.5. Edible Coating

Edible coating merupakan lapisan tipis yang dibuat untuk melapisi bahan

makanan. Edible coating dapat digunakan di atas atau di antara produk dengan

mencelup, menyikat atau menyemprot dan membungkus. Metode pencelupan

Page 42: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

20dilakukan dengan cara mencelupkan bahan makanan ke dalam larutan edible

coating. Metode penyemprotan dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan

edible coating pada bahan pangan pada satu sisinya, sehingga hasilnya lebih

seragam dan praktis dibandingkan cara pencelupan. Dan metode penuangan

dilakukan dengan cara menuang larutan edible coating ke bahan yang akan dilapis

(Julianti dan Nurminah, 2006). Edible coating dapat diapikasikan sebagai

kemasan primer, barrier, pengikat dan pelapis.

Komponen edible coating terdiri dari tiga kategori yaitu hidrokoloid, lipid

dan komposit (campuran hidrokoloid dan lipid). Hidrokoloid yang digunakan

dalam pembuatan edible coating berupa protein, turunan selulosa (metil selulosa,

karboksil metil selulosa, hidroksi propil metil selulosa), pektin ekstrak gangang

laut (alginat, karagenan, agar), gum (gum arab, gum karaya), tepung (starch) dan

polisakarida lainnya. Protein dapat diperoleh dari jagung, kedelai, keratin,

kolagen, gelatin, kasein, protein susu, albumin telur dan protein ikan. Sedangkan

lipid yang umum digunakan dalam pembuatan edible coating adalah lilin alami

(beeswax, carnauba wax, parrafin wax), asil gliserol, asam lemak (asam oleat dan

asam laurat) serta emulsifier (Krochta dan Mulder-Johnston 1997).

Edible coating telah lama dikenal sebagai media pelindung produk makanan

sehingga dapat lebih tahan terhadap kerusakan. Hal tersebut disebabkan edible

coating memiliki kemampuan untuk menghambat dehidrasi, menghambat

respirasi, dan pertumbuhan mikroba. Edible coating mampu meningkatkan

kualitas tekstur, membantu mempertahankan rasa, dan untuk meningkatkan

penanganan suatu makanan. (Sitorus et al., 2014). Edible coating dapat

mencegah kerusakan bahan akibat penanganan mekanik, membantu

Page 43: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

21mempertahankan integritas struktural dan mencegah hilangnya senyawa-senyawa

volatile. Edible coating juga berperan sebagai penghalang terhadap perpindahan

massa misalnya kelembaban, oksigen, cahaya, lipid, dan zat terlarut serta sebagai

pembawa zat aditif seperti zat antimikrobial dan antioksidan pada bahan (Kester

dan Fennema 1988).

Edible coating dapat melindungi produk segar dan dapat juga memberikan

efek yang sama dengan Modified Atmosphere Storage. Pertumbuhan

mikroorganisme dapat dicegah dengan menggunakan edible coating berbahan

polisakarida dan protein. Sedangkan, untuk mencegah susut bobot dapat

menggunakan polisakarida, dan untuk memperbaiki struktur permukaan serta

penampilan produk dapat menggunakan lipid. Penggunaan pengemas edible

berbasis pati dengan penambahan bahan antimikroba merupakan alternatif yang

baik untuk meningkatkan daya tahan dan kualitas bahan selama penyimpanan

Page 44: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

BAB III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil

Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan

Maret 2017.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan lele berukuran besar

(± 500 g/ekor), air es, tapioka Cap Pak Tani Gunung, putih telur, bawang putih,

gula putih, garam, asam asetat yang diperoleh dari Pasar Pasir Gintung Tanjung

Karang, kitosan yang diperoleh dari PT. Surindo dengan derajat deasetilasi >70%,

aquades, larutan NaCl 0,85%, media PCA dan alkohol 70% yang diperoleh dari

Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

Alat-alat yang digunakan antara lain blender, kompor, panci, pisau, baskom,

saringan, hairdryer, timbangan digital, oven, desikator, gelas ukur, Beaker glass,

Erlenmeyer, hot plate, thermometer, autoklaf, cawan petri, pipet tetes, spatula,

Page 45: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

23inkubator, bunsen, alumunium foil, mikropipet, pipet tip, tabung reaksi, rak

tabung reaksi, colony counter dan cawan porselin.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Penelitian tahap pertama yaitu

pembuatan bakso ikan lele dengan faktor penambahan tapioka yang terdiri atas 5

taraf yaitu 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% (b/b). Penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan bakso ikan lele sesuai dengan mutu yang layak konsumsi sesuai

dengan SNI 7266:2014. Bakso ikan lele diuji organoleptik (rasa, aroma, dan

tekstur). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan

apabila terdapat perbedaan nyata diantara sampel, diuji dengan uji Tuckey. Bakso

ikan lele terpilih hasil pengujian organoleptik selanjutnya diuji proksimat (kadar

air, kadar abu, dan kadar protein) untuk memastikan kelayakan mutu bakso ikan

lele sesuai dengan SNI.

Penelitian tahap kedua yaitu pengaruh kitosan terhadap masa simpan

bakso ikan lele. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis dan konsentrasi

kitosan pada edible coating yang terbaik dalam meningkatkan masa simpan bakso

ikan lele. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode permukaan respon

(Response Surface Methodology) dengan rancangan design Central Composite

Design. Percobaan ini menggunakan 3 variabel independen atau variabel bebas

sehingga nilai rotatabilitasnya (α) = (32)1/4 =1,68179 ≈ 1,682. Oleh karena itu,

nilai ± 1,682 termasuk nilai yang digunakan untuk pengkodean pada saat proses

analisis data. Selanjutnya, Central Composite Design dengan 3 variabel bebas

Page 46: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

24menghasilkan response surface. Response surface menunjukkan jumlah

rancangan perobaan 23 faktorial, 6 center point, dan 6 axial point (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Desain Respon Surface

Central Composite Design Total TotalFactors 3 Replicates 1Base runs 20 Total runs 20Base blocks 1 Total blocks 1

Two-level factorial Full factorialCube points 8Center points in cube 6Axial points 6

Center points in axial 0α: 1,68179

Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini yaitu penambahan dosis

kitosan pada adonan (0,40%, 1,25%, 2,5%, 3,75% dan 4,60% (b/b), konsentrasi

kitosan pada edible coating (0,32%, 1%, 2%, 3% dan 3,68%) (b/v) dan masa

simpan (0, 1, 2, 3 dan 4 hari) (Tabel 4). Selanjutnya diperoleh rancangan

percobaan pada penelitian ini menggunakan desain percobaan 23 yang

ditunjukkan pada Tabel 5. Variabel dependen atau variabel respon (parameter)

tahap kedua ini yaitu skor sensori aroma, tekstur, penampakan, serta total

mikroba. Hasil variabel respon selanjutnya dianalisis sidik ragamnya

menggunakan program Minitab 17 (Iriawan dan Astuti, 2006). Hasil analisis

ragam digunakan untuk menguji kecocokan dan kecukupan model.

Page 47: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

25Tabel 4. Faktor, variabel, dan taraf variabel RSM secara faktorial 23 pada

proses peningkatan masa simpan bakso ikan lele

No Faktor VariabelTaraf Variabel

-α-1,68

Rendah-1

Tengah0

Tinggi+1

+α+1,68

1 Dosis kitosan (%) (b/b) D 0,4 1,25 2,5 3,75 4,6

2Konsentrasi kitosan(%) (b/v)

K 0,32 1 2 3 3,68

3 Masa simpan (hari) H 0 1 2 3 4Keterangan :α = ∜(2^k) Rumus mencari :k = jumlah faktor atau variabel bebas ± α 1,68 = X – nilai tengah / selisih tarafJadi, α = ∜(2^3 ) = 1,682

Tabel 5. Desain percobaan 23 faktorial dengan 3 variabel bebas (Iriawan danAstuti, 2006).

Taraf Variabel Nama VariabelRun K C H Dosis

kitosanKonsentrasikitosan (%)

Masa simpan(hari)

KodeSampel

1 -1 -1 -1 1,25 1 1 K2C2H22 1 -1 -1 3,75 1 3 K4C2H23 -1 1 -1 1,25 3 1 K2C4H24 1 1 -1 3,75 3 3 K4C4H25 -1 -1 1 1,25 1 1 K2C2H46 1 -1 1 3,75 1 3 K4C2H47 -1 1 1 1,25 3 1 K2C4H48 1 1 1 3,75 3 3 K4C4H49 -1,682 0 0 0,4 2 2 K1C3H310 1,682 0 0 4,6 2 2 K5C3H311 0 -1,682 0 2,5 0,32 2 K3C1H312 0 1.682 0 2,5 3,68 2 K3C5H313 0 0 -1,682 2,5 2 0 K3C3H114 0 0 1.682 2,5 2 4 K3C3H515 0 0 0 2,5 2 2 K3C3H316 0 0 0 2,5 2 2 K3C3H317 0 0 0 2,5 2 2 K3C3H318 0 0 0 2,5 2 2 K3C3H319 0 0 0 2,5 2 2 K3C3H320 0 0 0 2,5 2 2 K3C3H3

Keterangan :K = dosis kitosanC = konsentrasi edible coating kitosanH = masa simpan

Page 48: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

263.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pengaruh Jumlah Tapioka terhadap Mutu Bakso Ikan Lele

Pembuatan bakso ikan lele dilakukan menurut Metode Syah (2016) yang

dimodifikasi. Pembuatan bakso diawali dengan proses pembuatan daging lumat.

Pertama ikan lele segar disiangi dan difillet (skinless), dipisahkan daging dari

tulang dan kulitnya secara manual. Kemudian daging ikan lele dipotong dan

dihaluskan. Proses penghalusan daging ikan lele menggunakan alat bantu blender

dengan penambahan garam dan air es sesuai dengan takaran sehingga diperoleh

daging lumat.

Proses pembuatan bakso ikan adalah sebagai berikut: daging lumat ikan lele

ditambahkan tepung tapioka sesuai perlakuan (10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%)

(b/b), putih telur, bumbu-bumbu seperti bawang putih yang sudah dihaluskan, dan

gula pasir ke dalam adonan kemudian adonan diaduk dengan tangan hingga kalis.

Selanjutnya adonan dicetak menggunakan tangan sehingga membentuk bulatan

atau bola-bola dengan diameter 2 cm dan direbus dalam panci yang berisi air

mendidih hingga bakso mengapung. Setelah bakso mengapung atau bakso telah

masak, lalu bakso ditiriskan hingga dingin. Bakso ikan lele selanjutnya siap untuk

diuji organoleptik. Diagram alir proses pembuatan bakso ikan lele ditunjukkan

pada Gambar 2.

Page 49: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

27

Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan bakso ikan lele (Syah, 2016).

3.4.2. Pengaruh Kitosan terhadap Masa Simpan Bakso Ikan Lelemenggunakan Response Surface Methodology

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa faktor, yaitu pembuatan bakso

ikan lele dengan penambahan dosis kitosan pada adonan, edible coating kitosan

pada bakso ikan yang dihasilkan dan pengaruh masa simpan. Parameter yang

diamati adalah sifat sensori (tekstur, aroma, penampakan) dan total mikroba untuk

mengetahui pengaruh kitosan terhadap masa simpan bakso ikan lele dan

menemukan perlakuan terbaik. Data yang diperoleh diolah menggunakan

perangkat lunak Minitab versi 17 untuk mendapatkan analisis keragaman, bentuk

kontur dan permukaan respon serta respon optimum dari respon penelitian.

Bakso

Ikan lele 200 g

Pengadonan

Pencetakkan

Pemasakan (85-100°C sampaibakso mengapung)

Tapioka (10,15, 20, 25,30%) (b/b)

PelumatanAir es 25mL, garam1 sdt.

1 putih telur,bawang putih2 butir dangula ½ sdt.

Page 50: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

283.4.2.1. Pembuatan Bakso dengan Penambahan Kitosan

Pembuatan bakso ikan lele dilakukan menurut Metode Syah (2016) yang

dimodifikasi. Ikan lele segar disiangi dan difillet (skinless), dipisahkan daging dari

tulang dan kulit secara manual. Daging dipotong dan dihaluskan menggunakan

blender dengan penambahan garam dan air es sehingga diperoleh daging lumat.

Proses pembuatan bakso ikan adalah sebagai berikut: daging lumat ditambahkan

tapioka 30% (b/b), putih telur, bumbu-bumbu (bawang putih dan gula pasir),

bubuk kitosan dengan dosis (0,4%, 1,25%, 2,5%, 3,75% dan 4,6%) (b/b) ke dalam

adonan kemudian adonan diaduk hingga kalis. Adonan dicetak menggunakan

tangan hingga membentuk bulatan atau bola-bola dengan diameter 2 cm dan

direbus dalam panci yang berisi air mendidih sampai bakso mengapung, lalu

bakso ikan lele ditiriskan hingga dingin. Diagram alir proses pembuatan bakso

ikan lele ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah bakso ikan lele dingin, selanjutnya

masuk ke tahap edible coating.

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan bakso ikan lele (Syah, 2013).

Bakso

Ikan lele 200 g

Pengadonan

Pencetakkan

Pemasakkan (85-100°Csampai bakso mengapung)

PelumatanAir es 25mL, garam1 sdt.

Kitosan(1,25, 2,5,3,25%) (b/b)

Tapioka 30%(b/b), 1 putihtelur, bawangputih 2 btr dangula ½ sdt.

Page 51: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

293.4.2.2. Pengaplikasian Edible Coating Kitosan pada Bakso Ikan Lele

Aplikasi edible coating pada bakso ikan lele dilakukan menurut Metode

Waryani (2014) yang dimodifikasi. Konsentrasi larutan edible coating kitosan

terdiri atas 5 taraf yaitu 0,32%, 1%, 2%, 3% dan 3,68% (b/v). Larutan coating

0,32% (b/v) dibuat dengan cara melarutkan 1,6 g kitosan dalam total volume 500

mL asam asetat 1%, diaduk pada suhu 40°C sampai larut. Perlakuan ini dilakukan

juga pada pembuatan konsentrasi kitosan 1%, 2%, 3% dan 3,68%. Bakso ikan lele

dicelupkan ke dalam larutan edible coating kitosan selama 30 detik kemudian

ditiriskan dan dikeringkan selama 3 menit dengan menggunakan hairdryer.

Setelah itu disimpan dalam plastik cliplock yang telah diberi lubang pada suhu

ruang (25°-30°C) dan dilakukan pengamatan pada hari ke 0, 1, 2, 3, dan 4

(Gambar 4).

Gambar 4. Diagram alir edible coating pada bakso ikan lele (Waryani et al., 2014)

Penyimpanan pada suhu ruang(25-30°C) selama 4 hari

Bahan edible coatingkitosan 1, 2, 3%

Pengamatan sensori (aroma,tekstur, kenampakan) dan total

mikroba

Pencelupan cepat selama 30detik dan dikeringkan 3 menit

Aplikasi edible coating padabakso ikan lelePelarutan (500 mL

asam asetat 1%)

Pengadukkan (suhu40°C sampai larut)

BaksoKitosan 5, 10, 15 g

(b/v)

Page 52: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

303.5. Pengamatan pada Bakso Ikan

3.5.1. Sifat Sensori

Uji sensori dilakukan terhadap sampel bakso ikan lele penelitian tahap

pertama dan kedua. Sampel penelitian tahap pertama yang disajikan kepada

panelis adalah bakso ikan lele dengan berbagai penambahan tapioka. Dilakukan

uji sensori diantaranya rasa, aroma, dan tekstur. Sampel penelitian tahap kedua

yang disajikan kepada panelis adalah bakso ikan lele yang telah ditambahkan dan

dilapisi atau edible coating kitosan sesuai perlakuan serta telah mengalami proses

penyimpanan, dilakukan uji sensori aroma, tekstur, dan penampakan. Uji sensori

ini dilakukan oleh 20 panel semi terlatih dengan skor penilaian 1-9 (SNI

2346:2011). Kuesioner uji skoring penelitian tahap 1 dan 2 dapat dilihat pada

Tabel 11 dan 12.

3.5.2. Total Mikroba (Total Plate Count)

Analisis total mikroba dilakukan dengan merujuk pada Standar Nasional

Indonesia (SNI 01-2332.3-2006). Sampel secara aseptik ditimbang 5 gr dalam

Erlenmeyer steril, kemudian ditambahkan 45 mL larutan NaCl sebagai pengencer

sampel, dihomogenkan sehingga diperoleh suspensi pengenceran 10‾¹, kemudian

dibuat pengenceran 10‾², pengenceran 10‾³, sampai pengenceran yang diperlukan.

Untuk uji Angka Lempeng Total Bakteri, dari setiap pengenceran dipipet 1 mL ke

dalam cawan petri dan dibuat duplo. Ke dalam setiap cawan petri dituangkan 12-

15 mL atau setengah volume cawan petri media PCA yang masih cair dengan

suhu 45 ± 1°C. Media PCA dan sampel diputar ke belakang, ke depan, ke kanan

Page 53: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

31dan ke kiri agar tercampur merata dan memadat. Setelah media memadat cawan

petri dibalik dan diinkubasi pada suhu 35°C selama 48 ± 2 jam. Pertumbuhan

koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25-250 koloni dicatat setelah 48

jam. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dihitung

dengan rumus :

3.5.3. Uji Proksimat

3.5.3.1. Analisis Kadar Protein

Analisis Protein dilakukan dengan merujuk pada Standar Nasional

Indonesia (SNI 01-2354.4-2006). Menimbang 2 gr homogenat sampel kemudian

ditambahkan beberapa butir batu didih. Selain itu ditambahkan juga 15 mL

H2SO4 pekat dan 3 mL H2O2 secara perlahan-lahan dan didiamkan selama 10

menit dalam ruang asam. Melakukan dekstruksi pada suhu 410ºC selama ± 2 jam

atau sampai larutan jernih, didiamkan sampai mencapai suhu kamar dan

ditambahkan 60 mL aquades. Selanjutnya menyiapkan erlenmeyer berisi 25 mL

larutan H3BO3 0,04 N yang mengandung indikator sebagai penampung destilat

dan memasang labu yang berisi hasil dekstruksi pada rangkaian alat destilasi uap.

Ditambahkan 50 mL larutan natrium hidroksida-thiosulfat. Dan dilakukan

destilasi, destilat ditampung dalam erlenmeyer yang telah disiapkan hingga

volume mencapai minimal 150 mL (hasil destilat akan berubah jadi kuning).

Dilakukan titrasi hasil destilat dengan HCl 0,2 N yang sudah sampai warna

Page 54: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

32berubah dari hijau menjadi abu-abu netral. Perlakuan blanko dilakukan seperti

tahapan sampel.

Perhitungan kadar protein adalah sebagai berikut :

Keterangan :VA : mL HCl untuk titrasi sampelVB : mL HCl untuk titrasi blangkoN : Normalitas HCl standar yang digunakan14,007 : Berat atom nitrogen6,25 : Faktor konversi protein untuk ikanW : Berat sampel (g)Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel (%).

3.5.3. 2. Analisis Kadar Air

Penentuan Kadar Air dilakukan dengan merujuk pada Standar Nasional

Indonesia berdasarkan SNI 01-2354.2-2006. Cawan porselin yang bersih

dipanaskan dalam oven bersuhu 1020C hingga 1050C selama kurang lebih 11 jam

hingga berat konstan. Kemudian cawan porselin didinginkan dalam desikator

selama 30 menit. Dimasukkan sampel yang telah dicacah kecil-kecil dan homogen

sebanyak 2 gr kedalam cawan porselin di atas, selanjutnya dikeringkan dalam

oven 1020C. Dikeringkan dalam oven, dilakukan sampai tercapai berat konstan.

Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut :

Keterangan :a : berat cawan dan sampel akhir (g)b : berat cawan (g)c : berat sampel awal (g)

Page 55: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

333.5.3.3. Analisis Kadar Abu

Penentuan kadar abu dilakukan dengan merujuk pada Standar Nasional

Indonesia berdasarkan SNI 01-2354.1-2010. Dipijarkan cawan porselin sampai

merah dalam tungku pengabuan bersuhu 6500C selama 1 jam (kenaikan suhu

tungku pengabuan harus bertahap). Turunkan suhu, setelah suhu tungku

pengabuan turun sekitar suhu kamar, cawan porselin didinginkan dalam desikator

selama 30 menit, dan berat cawan abu porselin kosong ditimbang. Dimasukkan 2

gr sampel yang telah dicacah kecil-kecil dan dihomogenkan dalam cawan,

kemudian dimasukkan kedalam oven sampai hampir kering. Selanjutnya cawan

yang berisi sampel diabukan dalam tungku pengabuan sampai kira-kira 6500C dan

dibiarkan pada suhu ini selama 1 jam (cawan abu menjadi merah), lalu

didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga beratnya konstan. Perhitungan

kadar abu adalah sebagai berikut :

Page 56: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

diambil kesimpulan bahwa :

1. Perlakuan penambahan tapioka terpilih ialah 30% (b/b) dari berat daging.

Penambahan tapioka sebesar 30% (b/b) mampu menghasilkan nilai sensori

(rasa, aroma, dan tekstur) dan kadar proksimat (kadar air, kadar protein dan

kadar abu) sesuai dengan SNI 7266:2014.

2. Terdapat dua perlakuan terbaik pada penelitian ini yaitu : (1) penggunaan

dosis kitosan pada adonan sebanyak 2% (b/b) dengan konsentrasi kitosan

2% (b/v) pada edible coating dan (2) penggunaan dosis kitosan pada adonan

sebanyak 2,5% (b/b) dengan konsentrasi kitosan 0,9% (b/v) pada edible

coating. Perlakuan ini mampu meningkatkan masa simpan hingga 240%

(2,4 hari) berdasarkan pengamatan sensori (aroma, tekstur, penampakan)

dan total mikroba. Sehingga, kitosan melalui penambahan pada adonan

bakso ikan lele dan edible coating efektif terhadap peningkatan masa

simpan bakso ikan lele pada suhu ruang.

Page 57: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

595.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada penelitian selanjutnya untuk

meneliti pengaruh kitosan terhadap kadar proksimat (kadar air, kadar protein, dan

kadar lemak) dalam pempertahankan mutu dan masa simpan bakso ikan lele

dengan Respon Surface Methodelogy kombinasi dosis kitosan, konsentrasi edible

coating kitosan, dan masa simpan.

Page 58: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016a. Harga Ikan Lele Berukuran Besar Justu Murah.http://suksesbisnisusaha.com/usaha-perikanan/harga-ikan-lele-berukuran-besar-justu-murah. Diakses pada tanggal 26 Desember 2016

Astawan, M.W. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna.Akademika Pressindo. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2014. Syarat Mutu dan Keamanan Bakso Ikan(SNI7266:2014). http://sisni.bsn.go.id/index.php/snimain/sni/detail.sniDiakses pada 12 November 2016.

Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-2354.4-2006. Penentuan KadarProtein dengan Metode Total Nitrogen pada Produk Perikanan. BadanStandarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-2332.3-2006. Penentuan AngkaLempeng Total (ALT) pada Produk Perikanan.

Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 2346:2011. Petunjuk pengujianOrganoleptik dan atau Sensori pada Produk Perikanan

Badan Standarisasi Nasional, 2006. SNI 01-2354.2-2006. Penentuan Kadar Airpada Produk Perikanan

Badan Standarisasi Nasional. 2010. SNI 01-2354.1-2010. Penentuan Kadar Abudan Abu Tak Larut dalam Asam pada Produk Perikanan

Badrul Huda dan Farikhah. 2013. Budidaya Lele Super Lengkap. Familia (GrupRelasi Inti Media). Yogyakarta. 22-26 hlm.

Baldwin, E. A, R. Hagenmaier, dan J. Bay. 2012. Edible Coating and Film toImprove Food Quallity Second Edition. CRC Press. London.

Page 59: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

61Brautlecht, C.A. 1953. Starch, it’s Sources, Production and Uses. Reinhold

Publishing Corporation. New York.

Cahyono, A. 2013. Kadar Protein dan Uji Organoleptik Bakso Berbahan DasarKomposisi Daging Sapi dan Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) yangBerbeda. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. UniversitasMuhammadiyah. Surakarta. 2 hlm.

Damayanti. W, Emma Rochima, Zahidah Hasan. 2016. Aplikasi Kitosan sebagaiAntibakteri Pada Filet Patin selama Penyimpanan Suhu Rendah. JurnalPengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 19(3): 321-328.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Daftar Komposisi KimiaBahan Makanan. Bhrata Karya Aksara. Jakarta. 43 hlm.

Dinata, Ardhi Surya. 2011. Pengaruh Lama Perendaman dan KonsentrasiLarutan Khitosan pada Bakso Itik Afkir terhadap Kadar Air, Nilai Ph,Total Koloni Bakteri dan Masa Simpan. (Skripsi). Fakultas PeternakanUniversitas Andalas. Sumatera Barat. 34 hlm.

Direktorat Jenderal Perikanan Budaya. 2016. Lele (Clarias sp.).http://www.djpb.kkp.go.id/. Diakses pada 11 November 2016.

Djafar. 2000. Pengaruh Penambahan Tapioka pada Produk Pangan.Universitas Hasanudin. Sulawesi Selatan. 58 hlm.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta

Garcia, N.L., L. Ribbon, A. Dufresne, M. Aranguren, and S. Goyanes. 2011.Effect of Glycerol on The Morphology of Nanocomposites Made fromThermoplastic Starch and Starch Nanocrystals. J. CarbohydratePolymers. 84(1): 203−210 pp.

Gunawan, P. 2011. Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka (Manihot utilisima)dengan Tepung Pisang (Musa paradisiaca L.) dan Lamanya WaktuPenggorengan terhadap Karakteristik Kerupuk Pisang. (Skripsi).Universitas Pasundan. Pasundan. 3-5 hlm.

Hafdani, F N. dan Sadeghinia, N. 2011. A review on Application of Chitosan asa Natural Antimicrobial. World Acad. Sci. J. Eng. Technol. 74(3): 550–558 pp.

Page 60: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

62Harianingsih. 2010. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kepiting Menjadi Kitosan

Sebagai Bahan Pelapis (Coater) pada Buah Stroberi. (Tesis). UniversitasDiponegoro. Semarang. 92 hlm.

Hardjito L. 2006. Aplikasi Kitosan sebagai Bahan Tambahan Makanan danPengawet. Seminar Nasional Kitin Kitosan. (Skripsi). DepartemenTeknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan InstitutePertanian Bogor. Bogor

Hasanuddin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Binacipta. Jakarta.122-124 hlm.

Hidayah, R.Y. 2015. Pengaruh Penggunaan Berbagai Massa Lengkuas(Alpiniagalanga) terhadap Sifat Organoleptik dan Daya Simpan Ikan Nila(Oreochromis niloticus) Segar. (Skripsi). Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Jawa Tengah. 41 hlm.

Hu, H., Xin, H.J., Hu, H., Chan, A., He, L. 2012. Lutaraldehyde-Chitosan andPoly (vinyl alcohol) Blends, and Fluorescence of Their Nano-SilicaComposite Films. J. Carbohydrate Polymers. 91(2): 305-313 pp.

Iriawan, N dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah data Statistik dengan MudahMenggunakan Minitab 14. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Julianti, E dan M. Nurminah. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan.Universitas Sumatera Utara. Medan. 100-111 hlm.

Kester JJ, Fennema OR. 1988. Edible Films and Coatings. A review. J. FoodTechnolog. 42: 47-59 pp.

Krochta, J. M., E. A. Baldwin, dan M.O. Nisperos-Carriedo. 1994. EdibleCoating and Film to improve Food Quality. Technomic publishingCompany. New York, NY

Kurniawan dan Kusrahayu. 2012. Kadar Serat Kasar, Daya Ikat Air, danRendemen Bakso Ayam dengan Penambahan Karaginan. Jurnal AplikasiTeknologi Pangan. 1(2): 12.

Kusnandar, Feri. 2010. Teknologi Modifikasi Pati dan Aplikasinya di IndustriPangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Institut PertanianBogor. Bogor. 153 hlm.

Page 61: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

63Kusuma, H. 2016. KKP: Teknologi Bioflok Dorong Peningkatan Produksi Ikan

Lele. http://economy.okezone.com/read/2016/08/27/320/1474582/kkp-teknologi-bioflok-dorong-peningkatan-produksi-ikan-lele. Diakses padatanggal 22 Agustus 2017.

Leceta, I., Guerrero, K. 2012. Functional Properties of Chitosan-Based Films. J.Carbohydrate Polymers. 93(3): 339–346.

Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1, (diterjemahkan oleh:Maggy Thenawijaya ). Erlangga. Jakarta. 164-166 hlm.

Lisa, M. 2008. Penggunaan Campuran Tepung Tapioka dengan Tepung Sagudan Natrium Nitrat dalam Pembuatan Bakso Daging Sapi. FakultasPertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan. 54 hlm.

Manjang Y. 2013. Analisa Ekstrak Berbagai Jenis Kulit Udang terhadap MutuKitosan. Jurnal Penelitian Andalas. 12(5): 38–43.

Meisyaroh, R.P. 2013. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Jumlah Kumanpada Bakso Daging Sapi. (Skripsi). Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta. 85 hlm.

Montolalu. S, N. Lontaan, S. Sakul, A. Dp. Mirah. 2013. Sifat Fisiko-Kimia danMutu Organoleptik Bakso Broiler dengan Menggunakan Tepung Ubi Jalar(Ipomoea batatas L). J. Zootek. 32(5): 7-8.

Musdalifah dan Wendy Alexander Tanod. 2016. Tingkat Penerimaan Konsumenterhadap Bakso Ikan Lele dengan Konsentrasi Daging yang Berbeda. J.Fishering, Marine and Aquatic Science. 1(1): 5.

Muzzarelli, R A A. 1985. Chitin. in: The Polysaccharides. Aspinall G.O.Academic Press. New York. 417–450 pp.

Nofitasari, Neli. 2015. Pengaruh Penggunaan Jenis Ikan yang Berbeda terhadapKualitas Pempek. (Skripsi). Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.Sumatera Barat. 15-16 hlm.

Oktavia, U.A. 2011. Studi Eksperimen Pembuatan Bakso Ikan Gabus DenganPenambahan Tepung Tapioka Berbeda. (Skripsi). Fakultas TeknikUniversitas Negeri Semarang. Semarang. 88-89 hlm.

Prastuti, N.T. 2010. Pengaruh Substitusi Daging Sapi dengan Kulit Cakar Ayamterhadap Daya Ikat Air (Dia), Rendemen dan Kadar Abu Bakso. (Skripsi).Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. 57-71 hlm.

Page 62: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

64Putra, Fajar Kusuma. 2013. Sifat Fisik Kimia Organoleptik Bakso Daging Sapi

dengan Penambahan Wortel dan Kitosan sebagai Pengenyaal. (Skripsi).Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 32 hlm.

Qifie, B. 2012. Manfaat Ikan Lele Bagi Balita.http://qundifie.wordpress.com/2012/04/18/manfaat-ikan-lele-bagi-balita/.Diakses pada 8 November 2016.

Salim, Emil. 2011. Mengolah Singkong menjadi Tepung Mocaf Bisnis ProdukAlternatif Pengganti Terigu. Lily Publisher. Yogyakarta. 112 hlm.

Sandi, Y. O., Sri Rahayu, dan Wardhana Suryapratama. 2013. UpayaPeningkatan Kualitas Singkong melalui Fermentasi MenggunakanLeuconostoc Mesenteroides Pengaruhnya terhadap Kecernaan BahanKering dan Bahan Organik Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan.1(1): 99-108.

Saputro, T. 2014. Pengertiaan Fungsi dan Penyalahgunaan Formalin.http://www.ilmuternak.com/2014/11/pengertiaan-fungsi-dan-penyalahgunaan.html. Diakses pada 12 November 2016.

Sari dan Widjarko. 2015. Karakteristik Kimia Bakso Sapi (Kajian ProporsiTepung Tapioka: Tepung Porang dan Penambahan NaCl). Jurnal Pangandan Agroindustri. 3(3): 784-792.

Setiyawan. I. 2017. http://ekonomi.kompas.com/read/2017/01/05/201847626/nilai.produksi.perikanan.tangkap.capai.rp.125.3.triliun.pada.2016. Diaksespada tanggal 22 Agustus 2017.

Sitorus, R.F., Karo-Karo, T., Lubis, Z. 2014. Pengaruh Konsentrasi Kitosansebagai Edible Coating dan Lama Penyimpanan terhadap Mutu BuahJambu Biji Merah. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 2(1): 37-46.

Situmorang, T.F. 2013. Memperpanjang Umur Simpan Bakso Sapi DenganPelapisan Tapioka Dan Pati Sagu. (Skripsi). Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34-37 hlm.

Soegiarto, Rolanda Adora. 2013. Aplikasi Kitosan sebagai Pengawet Alami dariKulit Udang Dogol (Metapenaeus Monoceros Fab.) pada Sosis DagingSapi. . (Tesis). Fakultas Teknobiologi Universitas Atma JayaYogyakarta. Yogyakarta. 86 hlm.

Sugita P., Wukirsari, T., Sjahriza, A., Wahyono, D. 2009. Kitosan SumberBiomaterial Masa Depan. IPB Pres. Bogor. 118 hlm.

Page 63: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

65Suprianto. 2015. Studi Penerimaan Konsumen terhadap Bakso Ikan Malong

(Muarenesox Talabon) dengan Bahan Pengikat Berbeda. (Skripsi).Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekan Baru. 41hlm.

Susilowati dan Reskiati. 2014. Pemanfaatan Limbah Udang Sebagai PengawetAlami Produk Olahan Perikanan. Jurnal Sekolah Tinggi TeknologiKelautan (STITEK). 5(2): 11.

Suwarni. 2014. Pembuatan Bakso Ikan.http://arnisuwarni.blogspot.co.id/2014/01/a.html. Diakses pada 8November 2016.

Syah, I. 2016. Kajian Daging Sapi Subtitusi dan Xanthan Gum Berbeda padaPembuatan Bakso. (Skripsi). Fakultas Peternakan Universitas NusantaraPersatuan Guru Republik Indonesia. Kediri. 163 hlm.

Syahril, M. 2015. Pembuatan Bakso Ikan. http://www.wikipedia.co.id/pembuatanbaksoikan//10-06-2015. Diakses pada 6 November 2016.

Syahrul. 2016. Nila dan Lele, Paling Banyak Dibudidaya di Indonesia.http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/09/19/nila-dan-lele-komoditas-utama-perikanan-budidaya-indonesia. Diakses pada tanggal 22Agustus 2017.

Tiven dan Veerman. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan Pengenyal yangBerbeda terhadap Komposisi Kimia, Sifat Fisik dan Organoleptik BaksoDaging Ayam. Jurnal Agrinimal. 1(2): 76-83.

Triatmojo, S. 1992. Pengaruh Pengantian Daging Sapi dengan Daging Kerbau,Ayam dan Kelinci pada Komposisi Dan Kualitas Bakso. LaporanPenelitian Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ulloa, María José Valarezo, María Gabriela Punínburneo. 2012. Development ofStarch Biopolymers From Waste Organic Materials (Cassava Peel) andNatural Fiber (Agave). J of Materials Science and Engineering. 2(11):728-736 pp.

Wahjuningsih, S.B. 2013. Kajian Tepung Glukomanan pada Pembuatan Bakso(The Study of Glucomannan Flour for Meatball Production). JurnalTeknologi Pangan dan Hasil Pertanian. 9(1): 24–32.

Page 64: KAJIAN PENAMBAHAN TAPIOKA DAN KITOSAN DALAM …digilib.unila.ac.id/28564/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · laporan PU yang berjudul “Mempelajari Sistem Pengemasan dan Penggudangan

66Wardaniati, R.A dan Setyaningsih, S. 2015. Pembuatan Kitosan dari Kulit

Udang dan Aplikasinya untuk Pengawetan Bakso. (Skripsi).http://eprints.undip.ac.id/. Universitas Diponegoro. Semarang. 142-147hlm.

Warsiki, E., Sunarti, T.C., dan Nurmala, L. 2013. Kemasan Antimikrob untukMemperpanjang Umur Simpan Bakso Ikan. Jurnal Ilmu PertanianIndonesia (JIPI). 18: 125-131.

Waryani SW, Rika S, Farida H. 2014. Pemanfaatan Kitosan dari CangkangBekicot (Achatina fulica) sebagai Pengawet Ikan Kembung (Rastrelligersp.) dan Ikan Lele (Clarias batrachus). Jurnal Teknik Kimia USU 3(4)::51-57.

Wulandari, Rieny Sulistijowati, Lukman Mile. 2015. Kitosan Kulit UdangVaname sebagai Edible Coating Pada Bakso Ikan Tuna. Jurnal IlmiahPerikanan dan Kelautan. 3: 118–121.

Yakhin, L., Joko Santoso, Imelda Tirtajaya. 2008. Pengaruh PenambahanKappa Karagenan terhadap Karakteristik Bakso Ikan Nila Hitam danBakso Ikan Lele Dumbo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 6(1): 21-40.

Zulkarnain, J. 2013. Pengaruh Perbedaan Komposisi Tepung Tapioka terhadapKualitas Bakso Lele. Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.Sumatera Barat. 139-142 hlm .