kajian lingkungan hidup strategis (klhs) terhadap rancangan peraturan pemerintah (rpp) rencana tata...
TRANSCRIPT
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terhadap RPP Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa - Bali
Kementerian Lingkungan Hidup2009
Daftar Isi
1. Pendahuluan2. Pendekatan & Metode3. Kependudukan, & Sosekbud4. Sumberdaya Alam & Lingkungan Hidup5. Isu-isu Strategis Lingkungan Hidup Pulau
Jawa6. Dampak RTR Pulau Jawa terhadap
Lingkungan Hidup & Keberlanjutan7. Rekomendasi
TUJUAN KAJIAN
Kajian ini dimaksudkan untuk membahas, memberi tanggapan dan masukan perbaikan
untuk Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Jawa dan Bali
dengan menggunakan instrumenKajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Pendekatan & Metode• Momen Aplikasi KLHS
Proses RTR Pulau Proses KLHS
Partidario (2008)
Dokumen KLHSDokumen KLHS
Pendekatan & Metode
Semi detailed appraisal (base line studies available)
Secondary data collections Spatial analysis Discussion & consultation with parties
ISU-ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP PULAU JAWA
Gambar 5.1. Hubungan Tekanan Penduduk dengan Persoalan Pangan dan Energi
KEPENDUDUKAN
PANGANENERGI
AIRLAHAN
HUTAN
BENCANA
1. Tekanan Penduduk Pulau Jawa2. Mempertahankan Sawah, Konversi Lahan,
dan Pangan3. Meluasnya Jumlah Lahan Kritis, Degradasi
dan Deforestasi Hutan4. Daya Dukung Lingkungan Hidup Terlampaui
Isu-isu Strategis Lingkungan Hidup Pulau Jawa
DAMPAK RTR PULAU JAWA-BALI TERHADAP LH & KEBERLANJUTAN
Untuk mengetahui seberapa jauh kebijakan dan strategi operasionalisasi struktur dan pola ruang RTR Pulau Jawa-Bali (sebagaimana tertuang di dalam RPP RTR Pulau Jawa-
Bali), berdampak terhadap deforestasi di masa mendatang;
Dianalisis melalui pendekatan with and without
• Asumsi tingkat pertumbuhan 2% per tahun (business as usual), atau skenario tanpa kebijakan RTR P. Jawa-Bali
• Asumsi tingkat pertumbuhan 6% per tahun, atau skenario dengan kebijakan RTR P. Jawa-Bali
• Tingkat deforestasi tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 dianalisis dengan membanding with & without RTR P Jawa Bali,
Prediksi deforestasi tahun 2010 tanpa dan dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 1. Prediksi deforestasi tahun 2010 tanpa Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 2. Prediksi deforestasi tahun 2010 dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR Pulau Jawa-Bali
Prediksi deforestasi tahun 2015 tanpa dan dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 3. Prediksi deforestasi tahun 2015 tanpa Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 4. Prediksi deforestasi tahun 2015 dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR Pulau Jawa-Bali
Prediksi deforestasi tahun 2020 tanpa dan dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 5 . Prediksi deforestasi tahun 2020 tanpa Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 6. Prediksi deforestasi tahun 2020 dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR Pulau Jawa-Bali
Prediksi deforestasi tahun 2025 tanpa dan dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 7 . Prediksi deforestasi tahun 2025 tanpa Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR P. Jawa-Bali
Gambar 8. Prediksi deforestasi tahun 2025 dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR Pulau Jawa-Bali
Prediksi Dampak RTR Pulau Jawa-Bali terhadap Deforestasi di Kabupaten dan Kota se Pulau Jawa, Tahun
2010 - 2025
Contoh: Provinsi Jawa Barat
TahunPrediksi Dampak terhadap Deforestasi di Jabar Prediksi Dampak terhadap Deforestasi di Jabar
Tanpa RTR Pulau Jawa-Bali
Dengan RTR Pulau Jawa-Bali
Tanpa RTR Pulau Jawa-Bali
Dengan RTR Pulau Jawa-Bali
2010-2015 Kota Sukabumi, Majalengka
Kota Sukabumi, Majalengka, Cilacap, Banjar, Garut, Indramayu, Bogor, Bandung,
Kota Sukabumi, Purbalingga, Kota Banjar, Majalengka
Kota Sukabumi, Kota Banjar, Majalengka, Cilacap, Tasikmalaya, Sumedang, Garut, Purwakarta, Ciamis, Bandung, Subang, Kuningan,
2020-2025
Kota Banjar, Kota Sukabumi, Majalengka,, Indramayu, Garut, Bogor, Bandung
GarutMajalengkaCilacap, TasikmalayaSumedang, SubangCiamis, PurwakartaKuningan, SukabumiCianjur
Kota Banjar, Kota Sukabumi, Sumedang, Subang, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Bogor, Purwakarta
Sumedang, Subang, Garut,Tasikmalaya, PurwakartaCiamis, CilacapSukabumi,Cianjur,Karawang,Kuningan,Majalengka,
Jumlah DAS/Sub-DAS yang akan Mengalami Deforestasi akibat Kebijakan RTR Pulau Jawa-Bali menurut Periode
Analisis
Tahun
Jumlah DAS/Sub-DAS yang akan Mengalami Deforestasi Jumlah
DAS/Sub-DAS yang
mengalami Deforestasi akibat RTR
Pulau Jawa-Bali
Tanpa Kebijakan RTR Pulau Jawa-
Bali
Dengan Kebijakan RTR Pulau Jawa-
Bali
2010 0 55 552015 62 120 582020 47 123 762025 46 126 80
REKOMENDASI1. Kebijakan struktur dan pola ruang RTR P. Jawa-Bali harus memberi
perhatian yang seimbang pada kepentingan non-ekonomi, yakni kepentingan sosial dan kepentingan lingkungan hidup. Pasal 6 RaperPres RTR Pulau Jawa-Bali masih bias pada kepentingan ekonomi.
2. Pemicu semakin terpuruknya daya dukung lingkungan P. Jawa di masa mendatang adalah karena strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang nasional di P. Jawa akan ditekankan pada pengembangan jaringan jalan bebas hambatan, pengembangan jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa, serta pengembangan jaringan jalan pengumpan yang meningkatkan keterkaitan antara kawasan di Pantai Selatan dengan kawasan atau perkotaan di Bagian Tengah dan Pantai Utara Pulau Jawa Pasal 9 dan Pasal 10 RaperPres RTR Pulau Jawa-Bali.
3. Mengingat tahun 2025 sekitar 46 DAS di Jawa akan mengalami deforestasi dan diduga akan meningkat menjadi 126 DAS dgn adanya RTR P. Jawa-Bali; maka menjadi penting di dalam RaperPres RTR P. Jawa-Bali dimuat nama-nama Kabupaten/Kota dan DAS yang prioritas untuk dikendalikan tingkat deforestasinya sejak tahun 2010.
REKOMENDASI
4. Deforestasi intensitas tinggi berlangsung di areal penggunaan lain (APL), hutan produksi (HP), hutan produksi terbatas (HPT), hutan lindung (HL), dan hutan konservasi (HK).
Sementara di dalam RaperPres RTR P. Jawa-Bali perhatian justru dicurahkan pada kawasan hutan konservasi (Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa) dan kawasan hutan lindung. Deforestasi yang berlangsung di Areal Penggunaan Lain (APL), Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) justru luput dari perhatian.
Mengingat hal ini maka revisi perlu dilakukan khususnya terhadap Pasal 20 dan Pasal 21 RaperPres RTR P. Jawa. Revisi dilakukan dengan menunjuk pada kawasan hutan yang terletak di DAS tertentu yang memerlukan intervensi kebijakan yang berupa pencegahan, pengendalian, dan pemulihan kondisi hutan dari deforestasi.
TERIMA KASIH
60% penduduk Indonesia di P. Jawa luas P. Jawa hanya 7% dari total luas Indonesia
Kepadatan agraris dan kepadatan geografis menunjukkan tingkat kepadatan yang tinggi.
Perkembangan penduduk P. Jawa dalam periode 1930-2008 mengalami peningkatan hingga lebih dari tiga kali lipat, yakni dari sekitar 41.7 juta jiwa (1930) menjadi 134.4 juta jiwa (2008).
ISU-ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP PULAU JAWA
1. Tekanan Penduduk Pulau Jawa
55,80% P. Jawa adalah lahan pertanian tanaman pangan, terutama sawah
P. Jawa tumpuan produksi beras nasional (56,1%) 1979-1999: konversi sawah di P. Jawa sangat tinggi
(55,78%). 1999-2008: laju konversi sawah 0.21% per tahun 62% penduduk P. Jawa bekerja di sektor pertanian (1971)
bergeser menjadi 33,59% (2007) 2008: kemiskinan terbesar di P. Jawa berada di pedesaan
(11,42 juta jiwa), akibat rendahnya akses petani terhadap lahan, fragmentasi lahan, dan meningkatnya jumlah buruh tani.
ISU-ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP PULAU JAWA2. Mempertahankan Sawah, Konversi Lahan, dan Pangan
ISU-ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP PULAU JAWA
3. Meluasnya Jumlah Lahan Kritis, Degradasi dan Deforestasi Hutan
Proses deforestasi terutama akibat kegiatan pembalakan komersial (legal maupun ilegal), pertambangan, pertanian dan perkebunan, serta berbagai proyek pembangunan infrastruktur dan sektor pariwisata.
Kerusakan hutan terjadi di kawasan hutan produksi dan hutan lindung.
Di perkotaan, ekspansi aktifitas urban (suburbanisasi) merupakan faktor utama terjadinya konversi lahan pertanian ke aktivitas urban. Dengan demikian sebagian besar magnitude proses konversi lahan berlangsung di kawasan perdesaan, khususnya pada kawasan-kawasan perbatasan kota-desa dan perbatasan kawasan budidaya-non budidaya.
Laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, tekanan kepadatan penduduk, meningkatnya jumlah pengangguran, dan semakin tingginya tingkat kemiskinan dalam satu dekade terakhir ini telah menyebabkan perubahan-perubahan seperti peningkatan kebutuhan lahan, peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi energi yang cenderung meningkat, dan konsumsi air yang semakin tinggi.
Kejadian bencana banjir dan longsor di P. Jawa menunjukkan kecenderungan frekuensi kejadian dan lokasi sebaran yang semakin meluas.
Kondisi daya dukung ekologis P. Jawa telah terlapaui Kajian Daya Dukung P. Jawa (Menko Ekuin 2006 & 2007) dan
Studi Tata Lingkungan P. Jawa (KLH 2007)
ISU-ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP PULAU JAWA
4. Daya Dukung Lingkungan Hidup Terlampaui