kajian lanskap permukiman tradisional masyarakat lampung ... · penduduk asli ialah suku lampung...

89
KAJIAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON KENALI, LAMPUNG BARAT YUSTIANI YUDHA PUTRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: ngonhi

Post on 17-Mar-2019

284 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

KAJIAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON

KENALI, LAMPUNG BARAT

YUSTIANI YUDHA PUTRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala
Page 3: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Lanskap Permukiman

Tradisional Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kenali, Lampung Barat

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Yustiani Yudha Putri

NIM A451100011

Page 4: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

RINGKASAN

YUSTIANI YUDHA PUTRI. Kajian Lanskap Permukiman Tradisional

Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kenali, Lampung Barat. Dibimbing oleh

ANDI GUNAWAN dan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN

Pekon Kenali adalah cikal bakal masyarakat Lampung, termasuk dalam

kawasan tradisional/bersejarah di Kabupaten Lampung Barat. Proses

pembangunan dan perkembangan masyarakat semakin menggeser karakteristik

lanskap budaya di Pekon Kenali. Studi tentang karakteristik lanskap permukiman

ini perlu dilakukan karena masih terbatasnya informasi dan pengetahuan tentang

hal ini.

Kajian ini bertujuan (1) mengidentifikasi karakter lanskap permukiman

tradisional Pekon Kenali, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

lanskap tersebut, (3) mengidentifikasi penyebab utama perubahan karakteristik

permukiman, dan (4) menyusun rekomendasi pelestariannya. Metode yang

digunakan berupa analisis deskripsi dan spasial melalui observasi, wawancara,

dan studi literatur.

Pekon ini terletak di 104°10’-105°20’ Bujur Timur dan 5°10’-4°55’ Lintang

Selatan. Kemiringan lahan di areal permukiman relatif datar dan lereng curam di

areal hutan. Ketinggian 800-1020 m di atas permukaan laut, suhu udara 26-28 °C,

curah hujan 2500-3000 mm/tahun, dan kelembaban 75%-95%. Luas wilayah

1,211 ha dengan tata guna lahan: permukiman, sawah, perkebunan, hutan, kebun

campuran, kolam, sungai, dan jalan. Wilayah sekitarnya sebagian besar berbukit

sampai bergunung dengan lereng-lereng curam. Tanaman di areal permukiman

berupa tanaman hias, tanaman obat, bumbu dapur, buah-buahan, sayuran, dan

palawija. Hasil hutan didominansi Damar dan hasil kebun utama adalah kopi.

Satwa peliharaan penduduk: sapi, kerbau, kambing, ayam, itik, kucing, dan anjing.

Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh.

Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala Keluarga (KK) dan dikategorikan

berkembang dengan KK sejahtera 24.9%; lainnya: kaya 16.3%, sedang 29.2%,

prasejahtera 17%, dan miskin 12.5%. Tingkat pendidikan didominansi lulusan

SLTA 37.3%, mata pencaharian penduduk umumnya petani 35.4%, dan agama

Islam dominan 98.6%. Perangkat pekon: Peratin, juru tulis, kepala urusan (umum,

pemerintahan, dan pembangunan), dan pemangku adat.

Karakteristik permukimannya adalah berkumpul, memanjang mengikuti

bentuk jalan raya, tanah garapan berada di belakang, dekat sungai. Karakteristik

sosial-budaya yang mempengaruhinya adalah sistem hidup pi’il pesenggiri, yaitu

perilaku yang baik maka orang tersebut akan dinilai sebagai orang yang baik,

demikian pula sebaliknya, prinsip ini berlaku terhadap sesama manusia, hewan,

dan tumbuhan. Rumah peratin dan para pemangku adat yang berada di pusat

bertujuan memudahkan koordinasi para perangkat desa. Selain itu, saling

bergotong-royong dalam segala aspek kehidupan (seperti pengolahan ladang dan

upacara-upacara adat) dan kuatnya sistem kekerabatan membuat jarak rumah

mereka saling berdekatan. Dalam hubungan dengan alam terdapat semboyan Bumi

Tuah Bepadan, bahwa manusia dengan alam tidak bisa dipisahkan. Penyebab

pergeseran pola permukiman adalah serangan penjajah, gempa, pertambahan

jumlah penduduk, dan pembangunan jalan beraspal.

Page 5: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

Pekon ini telah mengalami perubahan tata guna lahan sebesar 42%. Elemen-

elemen lanskap yang menjadi pusat pemukiman terdiri atas: lapangan (ruang

publik) yang dikelilingi perkantoran, sekolah, dan mesjid, dengan jalan raya yang

membelah pekon sehingga dapat dikatakan pekon ini berpola linear-konsentrik

(memanjang mengikuti jalan raya dengan tetap memiliki pusat permukiman).

Struktur, fungsi, dan elemen bangunan beradaptasi untuk penambahan ruang

(hampir semua kolong-kolong rumah panggungnya sudah ditutup atau diberi

tembok semen). Ruas jalan bertambah seluas 1 Ha hanya di pusat pekon sehingga

karakteristiknya masih bertahan. Elemen lanskap bersejarah dalam bentuk,

struktur, dan fungsinya yang asli berupa 749 rumah panggung (±138 diantaranya

berusia >50 tahun termasuk lamban pesagi), balai pekon, mesjid kuno, lamban

pamanohan, balay (lumbung), pemakaman, dan situs Batu Kepappang sehingga

membentuk kesatuan lanskap budaya yang harmonis. Pekon ini memiliki banyak

kesamaan variabel pada permukiman di sekitarnya berupa rumah-rumah

panggung. Pada segi estetika terjadi perubahan, tetapi tidak merubah karakter.

Elemen-elemen yang berbeda dengan sekitarnya: lamban pesagi, situs Batu

Kepappang, dan lamban pamanohan. Pekon ini cukup menciptakan kontinuitas

dan keselarasan karena terlihat menyatu antara rumah-rumah panggung dengan

lingkungan alam sekitarnya.

Aspek arkeologi menunjukkan nilai penting dari permukiman tradisional

berupa keberadaan situs Batu Kepappang dan lamban pesagi Dari segi

kesejarahan, memiliki fungsi terkait dengan periode sejarah karena pekon ini

diyakini sebagian besar masyarakat Lampung sebagai asal nenek moyang mereka

sebelum kedatangan Islam. Pekon ini berpengaruh dalam sejarah perkembangan

arsitektur karena keberadaan lamban pesagi yang berusia >200 tahun dan

keberadaan rumah-rumah tinggal tradisional lainnya yang dipengaruhi kemajuan

teknologi pada masa penjajahan Inggris dan Belanda. Pekon ini berpengaruh

dalam perkembangan sejarah Kabupaten karena merupakan bagian dari

perkembangan sejarahnya, terdapat bukti fisik peralihan kekuasaan dari masa

Keratuan (Hindu-Budha), Kesultanan (Islam), masa penjajahan Inggris dan

Belanda, serta pembagian wilayah Provinsi (dahulu merupakan wilayah provinsi

Bengkulu). Pekon ini berpengaruh dalam perkembangan sejarah bangsa karena

termasuk wilayah kewedanan perang perlawanan rakyat Bukit Kemuning, Front

Utara melawan penjajah Belanda. Pada ekonomi formal dan informal bernilai

rendah karena keberadaan warung-warung kecil sangat sedikit, tidak ada restoran,

kios-kios berada di pasar, dan terdapat satu retail Alfamart di pekon ini.

Keberadaan legenda Belasa Kepappang popular juga aktivitas social-budaya

dalam bentuk berbagai upacara adat ada dan popular (tidak hanya di wilayah

Lampung, tapi hingga ke mancanegara). Terakhir, kelompok masyarakat ada

tetapi tidak populer karena hanya dikenal di pekon ini. Selanjutnya, hasil analisis

penilaian pekon pekon adalah tindakan rehabilitasi dengan nilai total 41.

Rehabilitasi perlu dilakukan dengan mempertahankan karakter/ciri khas

permukiman tradisional berkaitan dengan nilai pentingnya, memperbaiki elemen

lanskap yang rusak, dan mengganti elemen lanskap yang hilang. Penambahan

elemen lanskap harus berkarakter dan ciri khas tradisional.

Kata kunci: Permukiman Tradisional, Pekon Kenali, Lampung Saibatin

Page 6: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

SUMMARY

YUSTIANI YUDHA PUTRI. Village Study of Traditional Landscape Settlement

Saibatin Lampungnese at Kenali Village, West Lampung. Supervised by ANDI

GUNAWAN and NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN

Kenali village is the provenance of Lampungnese inhabitants, included in

traditional/historical area in West Lampung Regency. The development and

growth community process shifted the cultural landscape characteristic in Pekon

Kenali. Study of traditional landscape settlement character need to do because the

information and knowledge about it is still definite.

This study purpose to (1) identified the character of traditional landscape

settlement in Kenali Village, (2) analyzing the factors that influence the landscape,

(3) identified the main cause of the settlement’s character change, and formulate

the development plan. The method use descriptive and spatial analysis through

observation, interview, and study of literature.

This village located in 104°10’-105°20’ Longitude East and 5°10’-4°55’

South Latitude. The slope in settlement area is relative flat and scarp in forest area.

The elevation is 800-1020 m upon the sea, temperature is 26-28 °C, rain fall 2500-

3000 mm/year, and humidity 75%-95%. Total area 1211 Ha by land uses:

settlement, rice field, plantation, forest, mix-garden, fish pond, rivers, and roads.

Almost surrounding area are hilly and mountaineous with scarps. Plants in

settlement area are ornamentals, herbal, cooking spices, fruits, vegetables, and

pulses. Forest crop dominated by resin and main plantation crop is coffe. Animal

pets villagers are: cow, buffalo, goat, chicken, duck, cat, and dog. Indigeneous

people are Lampung Saibatin tribe lineage Buay Tumi and Belunguh. Total

population 1319 inhabitans in 467 family. This village counted development

village with total prosperous family 24.9%; the others upper class 16.3%, middle

class 29.2%, unprosperous 17%, and lower class 12.5%. Education grade

dominated by high school graduate 37.3%, occupation mostly farmer 35.4%, and

Islam faith dominated 98.6%. The village orgware are: Peratin (headman),

secretary, head offices (public, govermental, and development), and hamlet’s head.

The characteristic of settlement are assemble longitudinal follow the road

form, farmland in the back and close to the river. The socio-cultural’s

characteristic that influence the settlement form is the life system of pi’il

pesenggiri that someone’s valued well if has a good behaviour, this principle

occur toward human peer, animal, and vegetation. Peratin’s and pemangku adat’s

houses are located in the center of village that purpose to make the coordination of

village orgware easier. Besides that, community self-help in every aspect of life,

such as: cultivation and traditional ceremony, also strong kinship are make the

space between houses very closed each other. In relationship with nature there is a

motto Bumi Tuah Bepadan, that human and nature can’t separated. The main

cause of displacement in village’s pattern is the attack of colonizer. The others,

because of nature like earthquake, human growth, and asphalt road built.

The village’s land use has change 42%. Landscape elements that is the

settlement center are: square (public space that surrounding by offices), school,

and mosque, with the main street that cut the area so that called linear-concentric

pattern (longitudinal follow the road form but still have settlement center). The

Page 7: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

structure, function, and elements building are adapted to add the room (almost

scaffolding house’s basements has been covered or built by wall). The built road

(1 Ha) just in the village’s center so that the characteristic resistible. Historical

landscape elementa in original form, structure, and function are 749 scaffolding

house (±138 are >50 years old including lamban pesagi), village room, ancient

mosque, lamban pamanohan (house of heirloom),balay (likes rice barn),

cemetery, and archaeological site Batu Kepappang so that formed historical

landscape unity that harmonious. This village has many variables that similar with

villages around, that’s scaffolding houses. For aesthetics side, occur the changes

but not change the character. Elements that different from surround villages:

lamban pesagi, archeological site Batu Kepappang, dan lamban pamanohan. This

village create enough the continuity and harmony for surroundings because look

unite between scaffolding houses and nature.

Archeological aspects indicated important value from traditional settlement

likes archeological site Batu Kepappang and lamban pesagi. From historical side,

have function associated to historical period because this village assured by

Lampung people as their provenance before Islamic period. This village also

influenced architectural history because the existence of lamban pesagi that >200

years old and other scafolding houses that influenced by technology in England

and Netherland’s colonization. This village influenced regency history because

this is the the part of development history, there is physical proof transition of

puisance from Queen’s era(Hindu-Budha), Kingdom/Kesultanan (Islam), England

and Netherland colonization, and Province area by territory (for the time being

Province Bengkulu’s area). This village is battle filed for Bukit Kemuning’s

people, North Front against Netherland colonizer.For the formal and informal’s

economic value are low because the less of little shop, no restaurant, kiosks just in

the village market, and there is one Alfamart retail shop in this village. The legend

of Belasa Kepappang is popular also the socio-cultural activity likes ritual (not

only popular in Lampung area but also in outside country). The last, group

community are exist but not popular because only known in this village. The

result of village area assesment is rehabilitate action with total value 41. The

rehabilitation need to do by kept the traditional character of settlement that

related to the architecture’s values, the increment of landscape elements must

have a specific traditional character.

Key words: Traditional Settlement, Kenali Village, Saibatin Lampungnese

Page 8: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

KAJIAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON

KENALI, LAMPUNG BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

YUSTIANI YUDHA PUTRI

Page 10: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, M.Si

Page 11: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

Judul Tesis : Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung

Saibatin di Pekon Kenali, Lampung Barat

Nama : Yustiani Yudha Putri

NIM : A451100011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nurhayati HS.Arifin, M.Sc

NIP. 196201211986012001

Anggota

Dr. Ir. Andi. Gunawan, M.Agr Sc

NIP. 196208011987031002

Ketua

Ketua Program Studi

Arsitektur Lanskap,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr Sc

Tanggal Ujian: 19 September 2013

Dekan Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Agr Sc

Tanggal Ujian:

Page 12: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, sumber dari

segala ilmu pengetahuan yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi suri

teladan hingga akhir zaman.

Provinsi Lampung banyak menyimpan khasanah masa lampau. Tinggalan

masa lampau secara fisik salah satunya berupa permukiman tradisional. Dalam

usaha mengungkap masa lampau ini telah dilakukan studi permukiman tradisional

dengan judul “Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung

Saibatin di Pekon Kenali, Lampung Barat”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah (Alm.) Darwis Hakim, BBA dan ibu Hj. Hermala, SH, orangtua yang

telah membesarkan, mendidik, dan melindungi penulis selama ini.

2. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc, dan Ibu Dr. Ir. Nurhayati HS.Arifin

M.Sc, selaku pembimbing selama kegiatan penelitian dan penulisan tesis.

3. Pihak Balai Arkeologi Serang dan Bandung (Ibu Elly Suryaningsih, S.Sos,

Bapak Drs. Nanang Saptono, Ibu Dra. Endang Widyastuti, dan Ibu Nurul Laili,

S.Sastra), selaku narasumber dalam proses pengumpulan data informasisejarah-

budaya.

4. Pihak BKSNT Bandung selaku narasumber dalam proses pengumpulan data

informasisejarah-budaya.

5. Warga Pekon Kenali (Bapak Rustam dan istri, Bapak Maat Sa’ari, Bapak Basri,

Bapak Balsah Toha, Bapak Irson, Bapak Zarkoni, Bapak Dauhan, dan Bapak

Helmi), selaku narasumber dalam proses pengumpulan data informasisejarah-

budaya.

6. Kak Iin, Kak Windy, Bang Aan, Bang Wawan, Attala, Yuk Titin, dan Bik Iyut,

dan seluruh keluarga besar Abdul Moein dan Rouzen bin Djintan atas semua

informasi sejarah, bantuan materiil, doa dan kasih sayangnya.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Bogor, November 2013

Yustiani Yudha Putri

Page 13: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

Kerangka Pikir 3

2 METODE 4

Bahan 4

Alat 4

Lokasi dan Waktu 4

Prosedur Analisis Data 5

Tahap Persiapan 5

Tahap Pengumpulan dan Klasifikasi Data 5

Tahap Analisis Data 5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Fisik dan Alami 8

Administrasi, Geografis, dan Aksesibilitas 8 Topografi dan Geologi 10

Iklim dan Hidrologi 10

Kondisi Sekitar Tapak 11

Sejarah Kawasan 11

Asal Nama dan Perpindahan Pekon 11

Perubahan Pola Permukiman dan Tata Guna Lahan 13

Kondisi Sosial Budaya 17

Demografi 17

Sistem Pemerintahan dan Kemasyarakatan 18

Sistem Pengetahuan dan Religi 22

Tipe dan Karakteristik Sosial-Budaya 23

Kondisi Permukiman Tradisional 25

Karakteristik Permukiman 25

Elemen-Elemen Permukiman 27

Pengaruh Luar Terhadap Permukiman 46

Tipe dan Elemen Bangunan Tradisional 46

Orisinalitas 47

Pola Sirkulasi 48

Kebijakan dan Pengembangannya 49

Kebijakan yang Langsung dan Tidak Langsung Mengatur Kawasan 49

Page 14: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

Pengembangan oleh Pemerintah dan Masyarakat 50

Analisis Penilaian Kawasan Pekon dan Rekomendasi Pengembangannya 55

4 SIMPULAN DAN SARAN 60

Simpulan 60

Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

GLOSARIUM ISTILAH 63

LAMPIRAN 72

RIWAYAT HIDUP 73

Page 15: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

DAFTAR TABEL

1 Daftar nama narasumber 5

2 Jenis data, sumber data, dan metode analisisnya 6

3 Kriteria penilaian kawasan pekon 7

4 Klasifikasi dan tindakan pelestarian 8

5 Perubahan luas tata guna lahan tahun 1969 dan 2013 15

6 Demografi pekon 17

7 Nama-nama peratin pekon kenali dan periode menjabat 18

8 Sejarah pembangunan pekon 18

9 Kegiatan pemerintahan pekon 18

10 Jenis-jenis dan jumlah elemen permukiman 27

11 Jenis-jenis vegetasi di pekarangan 34

12 Jenis-jenis vegetasi di areal sawah (padi dan palawija) 43

13 Jenis-jenis vegetasi di areal kebun campuran 43

14 Jenis-jenis vegetasi di areal perkebunan 44

15 Jenis-jenis vegetasi di areal hutan marga 45

16 Jenis-jenis satwa di areal hutan marga 45

17 Peraturan dan kebijakan yang terkait dengan kawasan permukiman 50

18 Hasil pendapatan pekon kenali tahun 2008-2010 51

19 Jumlah wisatawan dan objek wisata di Kabupaten Lampung Barat 2003-

2011 52

20 Daftar atraksi wisata dan jenis atraksinya 53

21 Hasil penilaian kawasan pekon 53

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 3

2 Lokasi penelitian 4

3 Peta administrasi Pekon Kenali tahun 2013 9

4 Perkiraan lokasi Pekon Undok 12

5 Ilustrasi Pekon Kenali pada abad ke-18 14

6 Perubahan tata guna lahan di Pekon kenali 16

7 Struktur pemerintahan dan kelembagaan pekon 19

8 Pembagian wilayah pekon 19

9 Urutan kepenyimbangan dan bagan hubungan keluarga 22

10 Tata letak elemen-elemen permukiman 26

11 Struktur ruang Lamban Pesagi 28

12 Tampak, denah ruangan, denah tiang, dan potongan Lamban Pesagi 29

13 Bagian dalam dan tampak luar Lamban Pesagi 30

14 Struktur tiang Lamban Pesagi 30

15 Mad Saari dengan cucunya 31

16 Sambungan atap bagian luar dan dalam yang diikat dengan ijuk 31

17 Dua tipe Lamban Mahanyuk’an 32

18 Struktur ruang lamban mahanyuk’an 33

19 Struktur atap dan badan bangunan lamban mahanyuk’an 34

20 Kubu, Kepalas, dan Anjung, 36

21 Balay Ramik dan pembagian ruangannya 37

Page 16: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

22 Struktur ruang dan foto Mesjid Jami’ di Pekon Kenali 38

23 Balai Pekon 39

24 Lamban Pamanohan dan struktur ruangnya 40

25 Gedung TK Dharma Wanita 40

26 Kantor camat dan PDAM 41

27 Denah, Situs Batu Kepappang dan gerbang masuknya 41

28 Lapangan pekon 42

29 Elemen Paguk dan Bikkai 46

30 Zonasi kawasan yang tidak berubah sejak tahun 1969 47

31 Pola sirkulasi 48

32 Ploting atraksi-atraksi budaya di Pekon Kenali 54

33 Saluran drainase 55

Page 17: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemukiman dapat terwujud dalam berbagai bentuk, misalnya gua atau ceruk

dimana manusia secara berkelompok tinggal dan beraktifitas. Permukiman yang

mulanya sederhana, lama-kelamaan berkembang menjadi kota seiring dengan

perkembangan peradaban manusianya. Semakin cepat laju evolusi peradaban,

semakin cepat pula mapannya suatu pemukiman. Sekitar abad ke-8 di kerajaan

Mataram kuno sudah terdapat suatu pemukiman berjenjang yang terdiri: pusat

kerajaan, watak, dan wanua. Pusat kerajaan yaitu ibukota tempat berdirinya

istana, tempat Sri Maharaja, para putra raja dan kaum kerabat dekat, para

pejabat tinggi kerajaan serta para abdi dalem. Watak, yaitu daerah yang dikuasai

para rakai dan pamegat, serta daerah wanua yang dipimpin oleh rama (Sumadio

1990). Konsep wanua di Kayuagung, Komering, dan Lampung mempunyai

pengertian sedikit berbeda. Wanua atau Banua atau disebut Nua dalam bahasa

Austronesia tidak merujuk pada permukiman urban. Wanua lebih dekat pada

konsep Pekon dengan status sosial, politik, dan ekonomi yang otonom. Dalam

bahasa Lampung istilah Nuwo berarti rumah. Pekon Kenali merupakan salah satu

dari perkampungan tua di lereng Gunung Pesagi yang diyakini sebagian besar

masyarakat Lampung sebagai cikal bakal nenek moyang mereka.

Situs-situs pemukiman yang tersebar di Bukit Barisan dan sepanjang

aliran sungai di kawasan Lampung menyisakan fitur berupa benteng tanah,

menhir, dolmen, dan makam leluhur. Peninggalan prasejarah terutama yang

bersifat monumental tersebar di seluruh wilayah dengan konsentrasi terbesar di

lereng timur Bukit Barisan antara Kota Bumi hingga Krui. Komplek menhir

dan dolmen dapat dijumpai dalam kuantitas cukup tinggi. Situs-situs tersebut ada

yang ditinggalkan masyarakat pendukungnya dan ada yang berkembang terus

menjadi pemukiman hingga sekarang, salah satunya Pekon Kenali. Selain itu,

cerita sejarah baik tradisi lisan maupun naskah, misalnya Kuntara Raja Niti,

secara substantif meninggalkan jejak situs-situs permukiman di kawasan

Lampung. Secara fisik situs-situs tersebut sulit dikatakan sebagai kota namun

dilihat dari keragaman masyarakatnya sudah mencirikan suatu kota.

Elemen-elemen penentu kota pada pemukiman kuno di kawasan Lampung

terbuat dari bahan yang mudah rusak seperti kayu atau bambu sehingga tidak

tersisa sampai sekarang. Ketika di luar Lampung terdapat perkembangan

peradaban dengan masuknya pengaruh Hindu, Budha dan kemudian Islam,

tampak di Lampung tidak ada konsentrasi besar masyarakat yang tercermin dari

adanya pusat politik berupa institusi sebuah kerajaan/negara. Kemungkinan

seperti inilah yang menjadikan Lampung pada zaman klasik dan Islam

berada di bawah kekuatan politik luar Lampung (Sriwijaya dan Banten). Dilihat

dari sudut pandang permukiman, kelompok masyarakat tersebut mempunyai

kesamaan dalam pemilihan lokasi di sepanjang sungai. Provinsi Lampung

memiliki tiga aliran sungai besar yaitu Way Sekampung, Way Seputih, dan

Way Tulangbawang. Nama-nama sungai lebih populer sebagai petunjuk

masyarakat luar bila dibandingkan dengan nama kampungnya dan nama negeri

identik dengan nama sungai tersebut.

Page 18: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

2

Perumusan Masalah

Kebudayaan nasional merupakan puncak dari kebudayaan daerah, maka

pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah dapat dipandang sebagai aset

nasional yang penting. Kebudayaan Lampung sebagai unsur pendukung

kebudayaan daerah ikut memperkaya khasanah kebudayaan nasional dalam proses

pembinaan, pembentukan, dan pembangunan watak bangsa. Kebudayaan tersebut

bersifat fisik/dapat dilihat (tangible) dan non fisik/tidak terlihat (intangible). Salah

satu hal yang dapat dilihat (tangible) adalah permukiman tradisional. Permukiman

tradisional ini terdiri atas unsur fisik dan biofisik yang membentuk karakteristik

permukiman tradisional tersebut. Pemaparan mengenai permukiman tradisional

tidak dapat dipisahkan dengan penjelasan mengenai unsur sosial-budaya yang

membentuk karakter permukiman tradisional tersebut. Unsur sosial-budaya ini

berupa: folklor, kearifan lokal, adat istiadat, upacara-upacara tradisional, tari-

tarian adat, sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan dan pengetahuan, dan

sistem kemasyarakatan. Keseluruhan unsur sosial-budaya tersebut berpengaruh

pada pembentukan karakteristik permukiman karena setiap kegiatan budaya

tersebut membutuhkan ruang dan tempat pada lanskap, dari puisi, peribahasa, dan

prosa (seni kesusasteraan) khas Lampung tergambar karakteristik lanskap yang

menggambarkan keadaan alam, pembentukan permukiman, hingga alasan bentuk

fisik yang sedemikian pada permukiman tradisional. Keseluruhan unsur ini, baik

fisik maupun non fisik merupakan suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat

dipisahkan satu sama lain, dan saling berkaitan. Berdasarkan sejarah geografis

berupa bencana alam, kondisi politik dan sejarah Pekon Kenali yang diurut

berdasarkan waktu dari zaman prasejarah hingga kedatangan Islam, terdapat

banyak hal yang berubah dan beberapa hal yang masih dapat ditemukan pada

permukiman tradisionalnya. Pekon Kenali telah dihuni manusia sejak zaman

prasejarah hingga saat ini dan dapat dilihat peninggalan bukti fisiknya sehingga

ditemukan perubahan atau pergeseran pola permukimannya. Berdasarkan latar

belakang tersebut dirumuskan permasalahannya, yaitu:

1 Bagaimanakah karakter lanskap permukiman tradisional Pekon Kenali dan

karakter sosial budaya yang mempengaruhinya?

2 Apa saja perubahan pada permukiman tradisional di Pekon Kenali

(perbandingannya dengan catatan sejarah dan perubahan tutupan lahan20-30

tahun sebelumnya) dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut?

3 Bentuk pelestarian seperti apa yang dapat diterapkan di Pekon Kenali ?

Tujuan Penelitian

Kajian ini bertujuan untuk:

1 Mengidentifikasi karakter lanskap permukiman tradisional Pekon Kenali,

2 Mengidentifikasi karakter sosial budaya yang mempengaruhi karakter lanskap

tersebut,

3 Mengidentifikasi penyebab utama perubahan karakteristik permukiman, dan

4 Menyusun rekomendasi pelestariannya.

Page 19: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

3

Manfaat Penelitian

Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tatanan lanskap

permukiman tradisional di Pekon Kenali dan menjadi bahan rekomendasi bagi

pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam upaya pelestariannya.

Ruang Lingkup Penelitian

Pekon merupakan satuan kawasan permukiman tradisional di Kabupaten

Lampung Barat yang kegiatan utamanya pertanian, termasuk pengelolaan

sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai permukiman

perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi

(Perda Kabupaten Lampung Barat No.1/2012). Kawasan Pekon Kenali yang

dianggap sebagai unit/satuan lanskap tradisional/bersejarah meliputi: permukiman,

persawahan, perkebunan, hutan marga, mesjid kuno, Balai pekon, balay ramik,

rumah kebun, lapangan, Situs Batu Kepappang, dan pemakaman leluhur.

Kerangka Pikir

Pekon Kenali termasuk kawasan tradisional/bersejarah di Kabupaten

Lampung Barat. Bencana alam, perubahan kekuasaan, dan pembangunan fisik di

wilayah ini sedikit banyak telah merubah karakter permukimannya. Hakekat

pembangunan adalah proses pembaharuan di segala bidang, tetapi pendorong

utama terjadinya pergeseran budaya, terutama permukiman tradisional.

Kurangnya literatur sejarah mengenai hal tersebut menyebabkan warisan budaya

ini sulit diwariskan dan dikhawatirkan punah. Kesadaran masyarakat terhadap sisi

sejarah itu kurang muncul dalam pelestarian permukiman tradisional. Hal ini

dapat terlihat dari pembangunan perumahan-perumahan modern. Kalaupun ada

bangunan berelemen tradisional, hanya terdapat pada beberapa bangunan

pemerintahan, cottage, dan villa. Selain itu, belum terdapat penelitian

komprehensif mengenai permukiman tradisional di Pekon Kenali sehingga perlu

diadakan kajian mendalam yang membutuhkan identifikasi karakter lanskap

permukiman tradisional berupa kondisi fisik-alami, sosial-budaya, dan

permukiman tradisionalnya, dengan implikasi dari kebijakan dan pengembangan

yang ada. Dengan demikian, kita dapat memahami tatanan lanskap permukiman

tradisional masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kenali dan menyusun

rekomendasi pelestariannya. Berikut kerangka pikir penelitian ini (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pikir

Pekon Kenali termasuk Kawasan Tradisional/Bersejarah di Kabupaten Lampung Barat

Perubahan pola permukiman akibat bencana alam, perubahan kekuasaan, dan pembangunan fisik Belum terdapat penelitian komprehensif mengenai lanskap permukiman tradisional di Pekon

Kenali Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kenali

Kondisi Fisik & Alami

Karakter Lanskap Permukiman Tradisional

Tatanan Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kenali dan Rekomendasi Pengembangannya

Kondisi Sosial & budaya

Kondisi Permukiman Tradisional

Implikasi dari kebijakan dan pengembangan yang ada

Page 20: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

4

2 METODE

Bahan

Bahan yang digunakan ialah (1) peta cetak Bakosurtanal 1977 blad Kenali,

peta tutupan tahan Kabupaten Lampung Barat 2006/2007, (2) lembar keterangan

wawancara (bahan pertanyaan, catatan, dan hasil wawancara), (3) sketsa hasil

observasi lapang (ploting elemen-elemen lanskap dan ornamen-ornamen

bangunan tradisional), dan (4) data penunjang (dokumen-dokumen kondisi fisik

dan alami, kondisi sosial budaya, kondisi permukiman tradisional, dan kebijakan).

Alat

Peralatan yang digunakan ialah (1) notebook dan paket software Microsoft

Office (Word, Excel, Powerpoint) untuk analisis data tabular, pembuatan laporan

dan presentasi, serta AutoCAD 2007 untuk visualisasi 2 dimensi, (2) kamera

digital untuk pengambilan foto elemen-elemen lanskap; dan (3) GPS (Global

Positioning System) untuk mengetahui kooordinat geografis lokasi

Lokasi dan Waktu

Kajian ini dilakukan di Pekon Kenali, Kecamatan Belalau, Kabupaten

Lampung Barat (Gambar 2) dengan batas-batas (1) Utara: Pekon Serungkuk, dan

Pekon Hujung, (2) Selatan: Pekon Kejadian dan Pekon Bedudu, (3) Timur: Pekon

Luas dan Pekon Campang Tiga, dan (4) Barat: Pekon Bumi Agung. Kajian

dilakukan selama 8 bulan (April -November 2012).

Way kanan

Lampung Barat

Lampung

Utara

Tulang

BawangBarat

Tulang Bawang

Mesuji

Lampung

Tengah

Pringsewu

Tanggamus

PesawaranLampung

Selatan

BandarLampung

Metro

Pesisir Barat

D. I. ACEH

SUMATERA

UTARA

RIAU

SUMATERA

BARATJAMBI

SUMATERASELATANBENGKULU

LAMPUNG

BANGKA

BELITONG

SUMATERAPROVINSI LAMPUNG

Lampung Timur

LUMBOK

SEMINUNG

DANAU

RANAU

SUKAU

BALIK BUKIT

BATU BRAK

SUOH

BANDAR

NEGRI SUOH

GEDUNG

SURIAN

AIR HITAM

BELALAU

BATU

KETULIS

SEKINCAU WAY

TENONG

PAGAR

DEWA

SUMBER

JAYA

KEBUN TEBU

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

KEP.RIAU

KENALI

KEJADIAN

SUKARAMEBEDUDU

G. PESAGI

(2.262 m)

SERUNGKUK

FAJAR

AGUNG

Bukit

Serakukuh

BUMI AGUNG

TURGAK

HUJUNG

0 1 6 8

N

2 4

Kilometers

1172

Gambar 2 Lokasi penelitian (BPS 2012)

Page 21: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

5

Prosedur Analisis Data

Kajian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan spasial, berupa

pemaparan kondisi objek yang diperoleh dari data primer dan data sekunder

sehingga karakteristik dan perkembangan sejarahnya teridentifikas. Data primer

merupakan data pokok yang didapat langsung dari objek penelitian berupa data

kualitatif yang tidak diukur secara nominal (data fisik permukiman, meliputi

karakter visual dan spasial), serta kondisi permukiman. Data sekunder merupakan

data pelengkap yang berisi hal-hal yang dapat mendukung dan berhubungan

dengan data primer, berfungsi sebagai bahan arahan dan pertimbangan dalam

proses komparasi. Berikut tahapan penelitian ini: Tahap Persiapan

Kegiatan pada tahap ini: studi literatur awal untuk proposal penelitian,

penelusuran arsip sejarah, penyusunan daftar pertanyaan kuesioner, pengumpulan

informasi terkaitan topik penelitian, dan menentukan kebutuhan alat penelitian. Tahap Pengumpulan dan Klasifikasi Data

Kegiatan pada tahap ini antara lain: 1. Studi literatur (sebagai konsep dasar yang memperkuat analisis).

2. Observasi lapang (pemotretan dan ploting elemen-elemen lanskap).

3. Wawancara, untuk mendapatkan data perkembangan dan perubahan

permukiman, aktivitas sosial-budaya, permasalahan yang mempengaruhi

kegiatan pelestarian, dan kegiatan pelestarian yang telah dilakukan. Informan

ditentukan secara purposif, yaitu berdasarkan pertimbangan atau penilaian

peneliti. Dengan cara tersebut dipilih 12 informan yang cukup representatif

untuk populasi dan dapat memenuhi tujuan penelitian (tabel 1). Para informan

yang dipilih adalah yang dianggap memahami Pekon Kenali yang profesinya

antara lain: peneliti, kepala desa, juru pelihara, guru, dan pemangku adat.

Tabel 1 Daftar nama narasumber

Nama Bidang Pekerjaan

Elly Suryaningsih, S.Sos

Drs. Nanang Saptono

Dra. Endang Widyastuti

Nurul Laili, S.Sastra

Bpk. Rustam

Bpk. Maat Sa’ari

Bpk. Basri

Bpk. Balsah Toha

Bpk. Irson

Bpk. Zarkoni

Bpk. Dauhan

Bpk. Helmi

Staf Peneliti Balai Arkeologi Serang

Staf Peneliti Balai Arkeologi Bandung

Staf Peneliti Balai Arkeologi Bandung

Staf Peneliti Balai Arkeologi Bandung

Peratin (Kepala Desa) Pekon Kenali

Juru Pelihara dan pemilik Lamban Pesagi

Guru Sekolah Dasar Negeri 1 Dusun Sukadana

Pemangku Adat Dusun Kenali 1

Pemangku Adat Dusun Kenali 2

Pemangku Adat Dusun Surabaya

Pemangku Adat Dusun Sukadana

Pemangku Adat Dusun Banjar Agung

Tahap Analisis Data Data hasil pengukuran diplotkan pada peta dan dianalisis secara spasial.

Data hasil wawancara dan informasi lainnya diformulasikan lalu dideskripsikan

secara sistematis. Jenis data, sumber data, dan metode analisisnya pada Tabel 2.

Page 22: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

6

I= N / K Keterangan: I = Interval kelas K= Kelas N = Jumlah nilai, diurutan tertinggi hingga terendah

Tabel 2 Jenis data, sumber data, dan metode analisisnya

Jenis data Sumber data Metode Analisis

Kondisi Fisik dan Alami Lokasi dan aksesibilitas Topografi dan geologi Iklim dan hidrologi Kondisi sekitar tapak

RPJM Kenali dan BPS BPS BPS Observasi

Analisis deskriptif dan spasial Analisis deskriptif Analisis deskriptif Analisis deskriptif

Sejarah Kawasan Asal nama dan perubahan pekon Perubahan tata guna lahan

Literatur dan wawancara Bakosurtanal, Kemenlinghup, RPJM Kenali, dan observasi

Analisis deskriptif Analisis deskriptif dan spasial

Kondisi sosial-budaya Demografi Sistem pemerintahan dan kemasyarakatan Sistem pengetahuan dan religi Tipe dan karakteristik sosial-budaya

RPJM Kenali Literatur, observasi, dan wawancara Literatur, dan observasi Literatur, dan observasi

Analisis deskriptif Analisis deskriptif Analisis deskriptif Analisis deskriptif

Kondisi permukiman tradisional Karakteristik permukiman Elemen-elemen permukiman Pengaruh luar terhadap permukiman Tipe dan elemen bangunan tradisional Orisinalitas Pola sirkulasi

Literatur, dan observasi Literatur, dan observasi Literatur, dan observasi Literatur, dan observasi Literatur, dan observasi Literatur dan observasi

Analisis deskriptif dan spasial Analisis deskriptif dan spasial Analisis deskriptif Analisis deskriptif Analisis deskriptif dan spasial Analisis deskriptif dan spasial

Kebijakan dan Pengembangannya Kebijakan yang langsung dan tidak langsung mengatur kawasan Pengembangan oleh pemerintah dan masyarakat

Bappeda, Dinas P & K, Dinas Pariwisata, Balai Arkeologi dan wawancara BPS, literatur, observasi dan wawancara

Analisis deskriptif Analisis deskriptif

Analisis Penilaian Kawasan Pekon (Tabel 3-4) 1 Menentukan total nilai tertinggi dan terendah, dan jumlah nilai (N). Total nilai

tertinggi adalah 63, total nilai terendah adalah 21, dan jumlah nilai adalah 43.

2 Menentukan Kelas (preservasi, konservasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi).

3 Menentukan pembagian jarak interval dengan mencari selisih antara total nilai

tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas.

4 Mendistribusikan setiap total nilai dalam klasifikasi sesuai jarak interval dan

menentukan tingkat perubahan fisik yang menjadi arah pengembangannya.

Diketahui:

Total nilai tertinggi = 63; Total nilai terendah = 21; Jumlah nilai urutan tertinggi-terendah

(N) = 43.

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63

Kelas (K) = 4; (zona preservasi, konservasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi)

Interval (I) = N/K = 43/4 = 10,75= 11 (dibulatkan ke atas)

Interval dihitung dari nilai terendah 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 Range Zona Rekonstruksi Range Zona Rehabilitasi Range Zona Konservasi Range Zona Preservasi

Page 23: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

7

Tabel 3 Kriteria penilaian kawasan pekon

Kriteria danSkor

1 (Rendah) 2 (Sedang) 3 (Tinggi)

Kriteria-kriteria Fisik-Visual Tata guna lahan

a

Pola pemukimana

Bangunan

a

Pola sirkulasi

a

Integritas

a

Keragaman

a

Kelangkaan

b

Kejamakan

b

Estetikab

Superlativitasb

Kualitas pengaruh

b

Gaya arsitektur

c

Perubahan >66% Tidak ada pusat pemukiman, pola linear Struktur, fungsi, dan elemen bangunan berubah, sedikit bangunan berusia >50 tahun

d Ruas jalan bertambah, karakteristik berubah Elemen tersebar, sedikit, tidak menyatu Elemen bersejarah hanya satu Banyak kesamaan variabel dengan permukiman sekitar Tidak memiliki nilai tinggi dari aspek- aspek sebelumnya Karakter aslinya berubah Tidak mendominasi keberadaan sekitar Tidak menciptakan kontinuitas dan keselarasan pada kawasan sekitarnya Elemen tidak bergaya arsitektur khas masa lalu

Perubahan 33-66% Ada pusat pemukiman, pola linear-konsentrik Struktur, fungsi, dan elemen bangunan beradaptasi, cukup banyak bangunan berusia >50 tahun

d Ruas jalan bertambah, karakteristik bertahan Elemen tersebar, cukup banyak, menyatu, karakter lemah Memiliki 2-5 elemen bersejarah Beberapa kesamaan variabel dengan permukiman sekitar Memiliki minimal satu nilai tinggi dari aspek- aspek sebelumnya Terjadi perubahan yang tidak merubah karakter Beberapa elemen berbeda dengan sekitarnya Cukup menciptakan kontinuitas dan keselarasan pada kawasan sekitarnya Elemen masih bergaya arsitektur khas masa lalu

Perubahan <33% Ada pusat pemukiman, pola konsentrik Struktur, fungsi, dan elemen bangunan tidak berubah, banyak bangunan berusia >50 tahun

d

Ruas jalan tetap, dan karakteristik masih asli Elemen cukup banyak, menyatu, karakter kuat Memiliki > 5 elemen bersejarah Tidak ada/sangat sedikit kesamaan dengan permukiman sekitar Memiliki minimal dua nilai tinggi dari aspek-aspek sebelumnya Perubahan sangat kecil, karakter asli Seluruhnya terlihat dominan Menciptakan kontinuitas dan keselarasan pada kawasan sekitarnya Gaya arsitektur khas masa lalu hampir di semua bagian

Kriteria-kriteria Non-Fisik Kesejarahan

b

Sejarah arsitektur

c

Sejarah kabupaten

c Sejarah bangsa

c Nilai ekonomi formal

c

Nilai ekonomi informal

c

Legendac

Aktivitas sosial-budaya

c

Kel.masyarakatc

Tidak terkait dengan periode sejarah Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak bernilai atau bernilai rendah Tidak bernilai atau bernilai rendah Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Memiliki fungsi terkait periode sejarah Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Bernilai sedang Bernilai sedang Ada,tidak popular Ada,tidak popular Ada,tidak popular

Berkaitan dan berperan dalam periode sejarah Penentu sejarah arsitektur Penentu sejarah kabupaten Penentu sejarah bangsa Bernilai tinggi Bernilai tinggi Ada dan popular Ada dan popular Ada dan popular

aHarris-Dines (1988), bCatanese-Snyder (1979), cHastijanti (2008), dUU No.11/2010 ttg Cagar Budaya

Page 24: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

8

Tabel 4 Klasifikasi dan tindakan pelestariannya

Nilai Klasifikasi Tindakan Pelestarian

54-63 43-53 32-42 21-31

Preservasi

Konservasi

Rehabilitasi

Rekonstruksi

Permukiman dipertahankan 100 % seperti apa adanya, jika harus dipugar dikembalikan ke bentuk aslinya dengan bahan yang sama. Mempertahankan sebanyak-banyaknya elemen permukiman. Elemen tambahan mempertahankan bentuk permukiman aslinya. Perubahan dapat dilakukan sejauh tidak mengganggu keserasian permukiman dan kawasan sekitarnya. Mempertahankan karakter dan ciri khas permukiman tradisional yang berkaitan dengan nilai-nilai pentingnya, penambahan elemen lanskap tidak mengurangi keserasian permukiman dengan kawasan sekitar. Membangun baru tetapi tetap meninggalkan salah satu atau sebagian ciri khas permukiman. Bagian yang dipertahankan hanya sedikit dan dapat dijadikan elemen ornamental.

Sumber: Hastijanti (2008), telah dimodifikasi

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Fisik dan Alami

Administrasi, Geografis, dan Aksesibilitas Pekon Kenali adalah ibukota Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung

Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 6/1991. Pekon ini terdiri

atas 6 Dusun: Kenali 1, Kenali 2, Surabaya, Sukadana, Banjar agung, dan

Campang Sari. Secara geografis terletak pada 104°10’-105°20’Bujur Timur dan

5°10’-4°55’ Lintang Selatan (Gambar 3). Pekon ini berada di tengah wilayah

Lampung Barat, pada persimpangan lalu lintas jalan darat dari berbagai arah yaitu

Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Berada 270 km dari pusat

kota Bandar Lampung, pada jalan raya yang menghubungkan Kotabumi dan

Liwa. Pekon ini ditempuh dalam waktu sedikitnya lima jam dari pusat kota karena

sebagian jalan untuk menuju lokasi ini dalam kondisi rusak dan cukup curam

dengan jurang di kiri dan kanan jalan tanpa batas pengaman. Akses dari pusat kota

dengan jalan darat dapat menggunakan dua jalur, yaitu dari Kota Agung

(Kabupaten Tanggamus), dan Kotabumi (Kabupaten Lampung Utara). Jalur

tranportasi umum adalah: dari Jakarta (Bandara Halim Perdana Kusuma) menuju

Bandar lampung (Bandara Raden Intan II (BRANTI), lalu melanjutkan perjalanan

hingga sampai di Pekon Kenali dengan bus antar kota jurusan Danau Ranau.

Selain itu, bila melewati jalur darat dan laut, dari Jakarta, pengunjung mencari bus

jurusan Merak, lalu dengan kapal laut menyeberangi Selat Sunda hingga sampai

di Pelabuhan Merak. Selanjutnya, menaiki bus antar kota menuju Terminal

Rajabasa. Dari Terminal Rajabasa melanjutkan perjalanan hingga sampai ke

wilayah ini dengan bus antar antar kota jurusan Danau Ranau. Pada jalur laut,

terdapat pelabuhan samudra di Bengkunat, di pesisir sebelah Barat, yaitu

Pelabuhan Samudera Kawasan Andalan Wilayah Barat Indonesia yang digunakan

untuk kegiatan ekspor-impor hasil industri dan perikanan Kabupaten Lampung

Bara, serta sebagai pelabuhan nasional dan internasional. Pada jalur udara,

pemerintah kabupaten telah mendirikan Bandara Seray di Kecamatan Pesisir

Tengah yang melayani penerbangan Jakarta-Bandar Lampung dan telah

beroperasi secara resmi melayani penerbangan komersial sejak 28 September

2011. Bandara Seray merupakan bandara navigasi dan mitigasi bencana yang

Page 25: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

9

Way

Lak

ak

KE

TE

RA

NG

AN

Sun

gai

Jala

n b

eras

pal

Jala

n s

etap

ak/b

erbat

u

Perm

ukim

anB

ala

i R

am

ik d

an

Ru

mah

Keb

un

Jem

bata

n

Gari

s k

on

tur,

beda

tinggi 25 m

Mes

jid/M

ush

oll

aP

emak

aman

Ban

gu

nan S

eko

lah

Sum

ber

:

1P

eta

Ru

pa

Bum

i, b

lad L

iwa

dan

K

enal

skal

a

1:5

0.0

00,

Bak

osu

rtan

al 1

977

2P

eta

tutu

pan

lah

an K

ab.

Lam

pung B

arat

,

Kem

ente

rian

Neg

ara

Lin

gku

ngan

Hid

up 2

007

3B

app

eda

Kab

. L

ampun

g B

arat

, P

rov. L

ampung

2003

4D

raft

doku

men

RP

JM P

ekon K

enal

i 2010

5S

urv

ey lap

ang 2

012

Bat

as w

ilay

ah

Din

as P

erhu

bu

ng

anK

UA

Pu

skesm

asP

os

dan

Gir

oP

LN

Pas

arL

apangan

La

mb

an

Pam

anohan

Kan

tor

Cam

atK

CK

3K

4K

5K

6K

7

PS L LP

Bala

i P

ek

on

(P

usa

t D

esa)

Ru

mah

Pem

an

gk

u A

dat (P

usa

t D

usu

n)

Lam

ban P

esa

gi

Sit

us

Bat

u K

epapp

ang

PD

AM

K8

P e

k a

r

a n

g a

n

I

K e

b u

n

Keb

un

Pem

akam

an

Ru

mah

Pan

ggung

Ru

mah

Moder

nR

um

ah k

ebun

Masj

id J

ami'

Rum

ah P

erat

in K

enal

i

Ser

un

gk

uk

Hu

jung

Luas

Cam

pang

Tig

a

Su

kam

akm

ur

Bak

hu

Bed

udu

Kej

adia

n

Way

Hum

awai

Way

Mer

ih

IV

Ban

jar

agung

LVII

III

I

875

850

800

825

850

875

900

825850

925

950

950975

975

950

875

925

950

975

950

975

950

900 925

950

975

1000

10251050

Su

rabay

a

Ken

ali

1

Ken

ali

2

Cam

pan

g s

ari

Su

kadan

a

VI

Way

Sem

angk

a

Bu

mi

agu

ng

5090

0051

0000

5110

0051

2000

5130

00

5090

0051

0000

5120

00

9450000 9449000 9448000 9447000

9450000 9449000 5°0'0" 9447000

5°0'0"

944800009451000

9451000

5110

0051

3000

0250

1000 m

500N

KC

K3

K4

K5

K6 PS

K7L

P

IV

Lap

angan

V

III

II

K8

K e

b u

n

Keb

un

Gam

bar

3 P

eta

adm

inis

tras

i P

ekon K

enal

i 2

013

Page 26: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

10

difungsikan juga sebagai penerbangan umum sehingga para wisatawan

mancanegara tidak perlu waktu lama untuk menuju wilayah ini.

Topografi dan Geologi

Kemiringan lahan di areal permukiman relatif datar, lereng curam di areal

hutan, ketinggian lahan 800-1020 meter di atas permukaan laut (m dpl), Keadaan

tanah di wilayah ini terbagi dalam 4 sistem, yaitu:

1 Sistem Alluvial. Sistem ini terbentuk dari bahan endapan sungai dan hasil

alluvial/koliviasi di kaki lereng perbukitan/pegunungan yang landai.

2 Sistem Vulkan. Tanah pada sistem ini dapat dibedakan berdasarkan bahan

induknya yaitu dari bahan induk andesitis dan basal terletak pada ketinggian

25-200 m dpl. Lereng atas dan tengah kemiringannya >30% sedangkan lereng

bawahnya kemiringannya <16%.

3 Sistem Perbukitan. Topografi yang bervariasi pada sistem ini berpengaruh

terhadap proses pembentukan dan perkembangan tanah. Umumnya tanah telah

mengalami dan menunjukan perkembangan lanjut, kecuali di daerah yang

tererosi. Daerahnya terletak di lereng pegunungan vulkan terutama di sepanjang

Bukit Barisan. Bahan pembentuknya: bahan vulkan, sedimen, plutonik masam,

dan batuan metamorf yang ditutupi bahan tufa masam ranau.

4 Sistem Pegunungan Dan Plato. Pada umumnya bahan pembentuknya berupa

bahan vulkan tersier berupa batuan plutonik masam. Terletak pada ketinggian

antara 25-1350 m dpl, pada umumnya berlereng curam, agak curam, sampai

sangat curam sekali dengan kemiringan > 30%.

Punggung sebelah barat Lampung adalah bagian dari Bukit Barisan yang

merupakan Geantiklinal dan sebelah timurnya merupakan Sinklinal. Punggung

pegunungan ini dari zaman kapur mengalami deformasi pada zaman Tersier

mengakibatkan gejala-gejala patahan yang membentuk fenomena geologi seperti

patahan Semangka di sepanjang Way Semangka dan Teluk Semangka, Gunung

berapi berbentuk oval seperti Gunung Tanggamus, dan depresi tektonik seperti

lembah Suoh, Gedong Surian, dan Way Lima. Berdasarkan peta geologi Provinsi

Lampung, Lampung Barat terdiri atas batuan vulkan tua, Formasi Simpang Aur,

Formasi Ranau (Pekon Kenali), Formasi Bal, dan Batuan Intrusif. Ditinjau dari

kondisi wilayah baik faktor geografi, topografi, dan geologi, wilayah ini sangat

berpotensi gempa. Bukit Barisan memiliki patahan lempeng bumi yang

merupakan bagian dari Tektonik Sumatera. Tektonik Sumatera dipengaruhi oleh

lempeng Samudera Indonesia-Australia dan lempeng Eurasia, dimana lempeng

Samudera Indonesia-Australia mendorong ke Utara dan menyusup ke bawah

lempeng Eurasia. Tempat pertemuan kedua lempeng ini ±200 km sebelah barat

Sumatera disebut Java Trench (bagian jalur gempa Mediterania). Akibat dorongan

dan penyusupan tersebut, terbentuk Bukit Barisan dan Semangko Fault, disebut

Sumatera Fault System (sumber gempa terbesar di kawasan Sumatera).

Iklim dan Hidrologi

Menurut Oldeman (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan Bukit

Barisan, Lampung Barat memiliki 2 zone iklim yaitu: (1) zone A (jumlah bulan

basah >9 bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit Barisan Selatan termasuk

Krui dan Bintuhan, dan (2) zone BL (jumlah bulan basah 7-9 bulan) terdapat di

Pekon Kenali. Pekon Kenali terletak dibawah khatulistiwa 5° Lintang Selatan

Page 27: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

11

sehingga beriklim tropis-humid dengan angin laut lembab yang bertiup dari

Samudra Indonesia dengan dua musim angin setiap tahunnya. Dua musim

dimaksud adalah: Nopember s/d Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat

Laut, dan Juli s/d Agustus angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara. Kecepatan

angin rata-rata 5.83 km/jam. Temperatur udara rata-rata berkisar 26-28 °C.

Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 32 °C dan juga

temperatur minimum 21.7 °C. Berdasarkan data curah hujan dari Badan

Meteorologi dan Geofisika, curah hujan berkisar antara 2500-3000 mm/tahun, dan

kelembaban udara disekitar 75%-95%. Sungai yang melewati wilayah ini adalah

Way Semangka di Utara dan Way Lakak di Selatan. Untuk mengairi sawah,

sungai-sungai tersebut dialirkan ke areal sawah dengan sistem irigasi berpengairan

teknis. Sungai-sungai ini berpola dendritik sehingga pada saat musim hujan air

tidak terkonsentrasi dan tidak terjadi banjir.

Kondisi Sekitar Tapak

Pekon Kenali terletak di daerah pegunungan/perbukitan, di kaki Gunung

Pesagi. Wilayah sekitarnya sebagian besar memiliki topografi berbukit sampai

bergunung dengan lereng-lereng curam, kemiringan rata-rata 30%. Daerah ini

meliputi Bukit Barisan dengan puncak tonjolannya adalah Bukit Pugung,

Gunung Pesagi, dan Gunung Sekincau di Utara. Daerahnya beriklim cukup dingin

dan banyak angin karena umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer dan

sekunder. Pekon ini letaknya berdekatan dengan Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan dengan vegetasi utama adalah Hutan Hujan Tropika di sepanjang

Pegunungan Bukit Barisan. Hutan ini umumnya didominasi tumbuhan marga

Lauranceae, Dillentaceae, Dipterocarpaceae, Myrtaceae, dan Fagaceae. Di

hutan pantai barat terdapat bunga Bangkai (Amorphophalus sp.) --bunga tertinggi

di dunia-- dan Raflesia (Rafflesia arnoldi) --bunga terbesar di dunia--. Wilayah

Taman Nasional yang berbatasan dengan pemukiman penduduk terdapat zona

penyangga berupa hutan Damar yang dijaga kelestariannya oleh masyarakat

secara turun-temurun dengan pola pengelolaan yang disebut Repong Damar.

Sejarah Kawasan

Asal Nama dan Perpindahan Pekon Nama Kenali berasal dari Kinali, suatu wilayah di Sumatera Barat. Nama ini

diberikan oleh Umpu Belunguh, seorang penyebar Islam yang pernah berdiam

lama di Kinali. Nama Kinali dapat pula dihubungkan dengan nama Kendali,

kerajaan yang disebut oleh Wang Gungwu (utusan Tiongkok). Pada masa

kejayaan kerajaan Kenali, Pekon Kenali dibangun tepat di kaki lereng gunung

Pesagi di sebuah dataran yang disebut Bernasi (dari berbagai sumber). Menurut

penduduk Kenali dalam Panji (2010), sejak masuknya Islam ke Belalau, kerajaan

Kenali di lereng gunung Pesagi dihancurkan. Bentuk Pekon awal ini tidak

mungkin ditelusuri kembali karena telah hancur dan tertimbun tanah. Dari Bernasi

penduduk Kenali awal pindah ke Pekon Kenali Tuho (tua) yang disebut Pekon

Undok terletak di sebelah Timur Pekon Kenali sekarang, menurut sesepuh Kenali

polanya berbentuk oval (Gambar 4). Pekon Kenali pada awal perpindahannya

terdiri atas tiga Pekon yang berkembang menjadi satu. Perpindahan penduduk

membawa perubahan pola pemukiman, karena menyesuaikan dengan jalan raya

Page 28: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

12

yang dibuat sejak masa penjajahan Belanda. Saat gempa tahun 1933, sebagian

Pekon Kenali runtuh dan rumah-rumah dibangun baru dengan struktur dan

konstruksi yang berbeda dengan sebelumnya.

Gambar 4 Perkiraan lokasi Pekon Undok

Permukiman tradisional Lampung memiliki pola memanjang menurut jalur

sungai, tanpa lapisan di belakangnya karena pola pekon ditentukan oleh

pemandian pria (pangkalan bakas-ragah) dan wanita (pangkalan bebai-sebai).

Kini, tempat pemandian itu hampir tidak ada lagi. Dahulu penduduk mandi, buang

air, dan mencuci di sungai, sekarang sudah lazim penduduk mempunyai kamar

mandi atau kakus di rumah, walaupun di sana-sini masih terdapat serambi

belakang yang dipergunakan sebagai tempat mandi dan buang air, yang disebut

garang. Selain itu, ada pemikiran harus dekat dengan sanak-saudara, sehingga

terdapat deretan puluhan rumah dari sub kebuayan. Karena sistem kekerabatannya

bertipe keluarga luas, anak keturunannya selalu membangun rumah dekat orang

tuanya (dulu lahan maupun bahan untuk rumah cukup tersedia). Hal ini yang

melatarbelakangi pertumbuhan jumlah rumah tinggal. Dahulu, walaupun berada di

pegunungan, permukiman selalu terletak di tepi sungai sebagai jalur transportasi.

Setelah transportasi darat mulai berkembang, permukiman beralih ke tepi jalan

raya. Baik permukiman yang terletak di tepi sungai, di tepi jalan raya, maupun di

tepi laut, merupakan tempat kediaman yang mengelompok rapat. Penduduk tidak

mementingkan halaman, karena semua kegiatan berada di ladang, tidak di rumah.

Rumah adalah tempat beristirahat dan berkumpul para anggota kerabat untuk

1 Peta Rupa Bumi, blad Liwa dan Kenal skala 1:50.000,Bakosurtanal 1977

2 Peta tutupan lahan Kab. Lampung Barat, Kementerian NegaraLingkungan Hidup 2007

3 Bappeda Kab. Lampung Barat, Prov. Lampung 20034 Draft dokumen RPJM Pekon Kenali 20105 Survey lapang 2012

Serungkuk

Hujung

Sukamakmur

Bedudu

Kejadian

Way Humawai Way Merih

IV

Banjar agung

Sumber :

LV

III II

I

875

850800

825

850

875

900

825

850

925

950

950

975975

950

875 925

950

975

950975

950

900

925

950

975

1000

1025

1050

Surabaya

Kenali 1

Kenali 2

Campang sari

Sukadana

VIWay

Sem

angk

a

Bumi

agung

KETERANGAN

SungaiJalan beraspalJalan setapak/berbatuPermukiman padatPermukiman terpencarJembatan

Garis konturMesjid/MushollaPemakamanBangunan Sekolah

Batas wilayah

Balai PekonPusat Dusun

Pekon Undok

Perkiraan

garis kontur

sebelum

terjadi gempa

Liwa 1933

Way Lakak

0 250 1000 m500

N

Page 29: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

13

upacara adat dan kegiatan sehari-hari. Kini, jika kita memasuki pekon, tidak ada

pintu gerbang masuk. Dahulu, ada gardu jaga di depan, dan sebuah gardu di

tengah. Letak pekon satu dengan pekon lain saling berjauhan, tergantung

banyaknya atau panjangnya sungai. Dulu batas pekon tidak memiliki tanda

tersendiri, biasanya dibatasi dengan kali kecil, batu alam, bahkan sering ditandai

dengan kayu besar, sehingga bentuk bangunan tertentu yang menandakan batas

pekon hampir tidak dikenal dalam masyarakat Lampung. Batas pekon secara adat

mempengaruhi tempat dimana seseorang dapat bernyanyi dengan keras yaitu: adi-

adi hatang, musyak, dan ngantau (tembang dengan suara melengking), batas ini

juga menjadi patokan rombongan pengantin wanita (saat upacara pernikahan adat)

dari luar pekon harus menunggu untuk dijemput. Pemerintah Belanda mengatur

batas pekon dengan batas-batas alam, seperti: sungai, gunung, bukit, rawa atau

pohon tua. Karena batas yang tidak tegas itu, sering terjadi perselisihan. Kini,

batas pekon secara administratif dibuat untuk menentukan lokasi perkebunan.

Perubahan Pola Permukiman dan Tata Guna Lahan

Pekon ini dulunya adalah hutan belantara dan mulai dihuni antara tahun

1790 dan 1820. Tahap pertama pertumbuhan Pekon Kenali memanjang ke kiri-

kanan jalan raya utama. Kemudian, setelah penduduknya bertambah generasi

selanjutnya mengembangkan pemukimannya ke arah selatan sejajar dengan pola

pekon yang ada membentuk saf ke tiga sejajar dengan pekon pertama dan kedua

(Gambar 7). Pola permukiman pada dasarnya belum berubah sebagaimana

dikatakan Du Bois (Residen Lampung I) dalam Hadikusuma et al.(1983).

“De tioo’s zijn verdeeld in wijken (soekoe). Iedere wijk heeft een huis, uit hetwelk de gezinnen der overgen in die wijk rekenen datzij afkomsting zijn, zoodat allen het hoofd van het oudste huis of de hoofden hisgezin als hun gebieder beschouwen deze weder en de hoofden hem als hun hoofd, die afkomsting is uit deodste wijk der tioe”.

Bermakna: satu pekon dibagi dalam beberapa bagian yang disebut bilik,

tempat kediaman suku, yaitu tempat kediaman bagian klen yang disebut buay atau

juga kadang-kadang gabungan buay. Di sekitar bilik terdapat rumah besar yang

disebut lamban balak, kemudian ada lagi beberapa rumah lainnya yang menurut

adat masih berhubungan keluarga. Pada perkembangannya, di dalam satu pekon

terdapat rumah kerabat yang tertua. Selanjutnya, Marsden (1811) menulis:

“...The dusuns or villages (for the small number of inhabitants assembled in each does not entitle them to the appellations of towns) are always situated on the banks of a river or lake for the convenience of bathing and of transporting goods. An eminence difficult of ascent is usually made choice of for security. The access to them is by footways, narrow and winding, of which there are seldom more than two; one to the country and the other to the water; the latter in most places so steep as to render it necessary to cut steps in the cliff or rock. The dusuns, being surrounded with abundance of fruit-trees, some of considerable height, as the durian, coco, and betel-nut, and the neighbouring country for a little space about being in some degree cleared of wood for the rice and pepper plantations, these villages strike the eye at a distance as clumps merely, exhibiting no appearance of a town or any place of habitation. The rows of houses form commonly a quadrangle, with passages or lanes at intervals between the buildings, where in the more considerable villages live the lower class of inhabitants, and where also their padi-houses or granaries are erected. In the middle of the square stands the balei or town hall, a room about fifty to a hundred feet long and twenty or thirty wide, without division, and open at the sides, excepting when on particular occasions it is hung with mats or chintz; but sheltered in a lateral direction by the deep overhanging roof...”.

Page 30: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

14

Tulisan ini dibuat saat wilayah ini masih dikuasai oleh Inggris, saat itu

Marsden melihat bahwa dusun atau perkampungan selalu diposisikan di pinggir

sungai atau danau untuk kenyamanan mandi dan pengangkutan barang. Kesulitan

utama adalah keamanan pendakian. Akses untuk menuju kesana dengan jalan

setapak yang sempit dan berkelok-kelok, dimana jarang lebih dari dua jalur; satu

jalur menuju negeri (daerah kebandaran atau marga), dan satu jalur ke perairan

(sungai atau danau); jalan ke perairan ini di kebanyakan sangat curam dan

melewati karang dan bebatuan. Perkampungan ini dikelilingi pohon buah-buahan

yang melimpah dan sangat tinggi, seperti durian, kelapa, dan buah pinang. Dan

negeri yang bertetangga dalam jarak dekat menjadi beberapa derajat lebih terang

dari pepohonan lebat, berupa areal persawahan dan perkebunan lada,

perkampungan ini dari jarak jauh seperti hanya berupa areal perdu karena tidak

memperlihatkan penampilan suatu kota atau areal tinggal apapun. Bentuk barisan

rumah biasanya persegi empat, dengan jalan lintasan atau jalan setapak berselang-

seling di antara bangunan, dalam perkampungan yang lebih udik ditinggali oleh

masyarakat kelas yang lebih rendah, dan tempat lumbung padi ditegakkan. Pada

pertengahan posisi bujur sangkar berdiri Balei atau balai kota, sebuah ruangan

dengan panjang 50-100 kaki dan lebar 20-30 kaki, tanpa pembagian, dan terbuka

di samping, pengecualian (bagian samping ini ditutup) saat upacara adat dengan

digantungi dengan semacam lapik atau kain cita; tetapi dinaungi teritisan atap

cukup dalam. Pengertian “perkampungan yang lebih udik”, penulis anggap

sebagai kumpulan balay ramik dan rumah kebun. Ilustrasi dari deskripsi

permukiman di masa lampau dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Ilustrasi Pekon Kenali pada abad ke-18

Way Humawai

Mesjid/musholla PemakamanBalai Pekon

Batas wilayahSemak/Belukar

Hutan

Perkebunan

N

Permukiman

Way Semangka

Sumber: Bakosurtanal 1977 dan Marsden 1811

Way Lakak

KETERANGAN

SungaiSawah Lapangan Balai Ramik & rumah Kebun

Jembatan

Page 31: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

15

Proses masuk menjadi warga dengan jalan muakhi (pengangkatan saudara)

oleh kerabat tertua pendiri pekon. Baik kerabat asal maupun pendatang, mengakui

bahwa kepala kerabat tertua adalah pemimpin mereka. Kepala kerabat asal yang

tadinya adalah punyimbang suku menjadi punyimbang marga. Untuk mengatur

jalannya pemerintahan pekon, punyimbang marga membentuk dewan pekon dari

para punyimbang suku. Musyawarah adat dipimpin oleh punyimbang yang

bertindak mewakili pekon terhadap dunia luar, tetapi ke dalam ia tidak berwenang

mengatur kerabat suku kecuali sukunya sendiri. Beberapa pekon yang merupakan

kesatuan berasal dari satu marga yang digabungkan menjadi satu dalam ikatan

marga yang dikepalai oleh kepala marga yang diangkat Belanda berdasarkan

calon-calon yang dimajukan oleh para punyimbang dari keturunan marga yang

bersangkutan. Sejak tahun 1928, yang dikatakan sebagai marga adalah kesatuan

dari beberapa pekon, dan satu pekon meliputi tempat-tempat kediaman kecil di

daerah pertanian sekitarnya yang disebut umbul. Pengertian umbul dalam hal ini

penulis anggap sebagai kumpulan balay ramik dan rumah kebun. Satu umbul

dikepalai oleh kepala keluarga tertua.

Penyebab utama pergeseran pola permukiman ini adalah serangan penjajah.

Selain itu karena faktor alam seperti gempa, dan migrasi penduduk ke hilir-hilir

sungai dan pesisir pantai, dan pembangunan jalan beraspal. Akibat dari pelebaran

jalan, batas pekarangan pada rumah-rumah di kiri-kanan jalan menjadi berkurang.

Akan tetapi, pembangunan jalan ini tidak merubah aktivitas budaya yang ada,

seperti saat dilangsungkannya pawai Sekura, masyarakat cukup menutup jalan

raya dan menggunakannya sebagai tempat atraksi budaya. Tata guna lahan

dibedakan dalam: permukiman, persawahan, perkebunan, hutan, semak belukar,

kebun campuran, kolam/tambak, sungai, dan jalan. Perubahan tata guna lahan

dilihat dari data tahun 1969 dan tahun 2013 (Gambar 6). Perubahan luas tata guna

lahan (Tabel 7), menunjukkan perubahan sebesar 42%. Tata guna lahan di masa

lalu umumnya menunjukkan keragaman lanskap yang lebih tinggi (Simmons

2013), pada Pekon Kenali dapat terlihat bahwa lahan yang dulunya semak-belukar

menjadi lahan perkebunan (menjadi lebih produktif), lahan hutan semakin sempit

dan sebagian besar berubah menjadi lahan kebun campuran.

Tabel 5 Perubahan luas tata guna lahan tahun 1969 dan 2013

Jenis Tutupan Lahan 1969 (ha) 2013 (ha)

Sungai

Jalan

Sawah

Semak belukar

Kebun campuran

Perkebunan

Hutan

Permukiman

Kolam/tambak

Total

12.49

19.46

158.60

106.81

-

395.10

494.20

23.63

-

1211.00

12.49

20.46

238.72

-

287.46

428.62

88.83

128.42

6.00

1211.00 Sumber : 1 Fotogrametri jawatan Topografi TNI AD 1969

2 Peta tutupan lahan Kab. Lampung Barat, Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2006/2007

3 Draft dokumen RPJM Pekon Kenali 2010

4 Survei lapang 2012

Page 32: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

16

N

01

00

0 m

500N

Su

kam

akm

ur

1F

oto

gra

metr

i Ja

wata

n T

opogra

fi T

NI

AD

1969

Bu

mi

agun

g

Ser

ungku

k

Hu

jung

Luas

Cam

pan

g

Tig

a

Bak

hu

Kej

adia

n

Way

Hum

awai

Ban

jar

agung

Sura

bay

a

Ken

ali 1

Sukad

ana

Way

Sem

angk

a

Way

Mer

ih

01

00

0 m

500

Su

kam

akm

ur

Cam

pan

g s

ari

Bed

ud

u

Pet

a T

ata

Gu

na L

ah

an

Pek

on

Ken

ali

tah

un

2013

Way

Mer

ih

Sit

us

Bat

u K

epappan

gL

amban P

esa

gi

Su

mber

:

2P

eta

Ru

pa B

um

i, b

lad L

iwa d

an

Kenal

skal

a 1:5

0.0

00,

Bak

osu

rtanal

19

77

3P

eta

tutu

pan

lah

an K

ab.

Lam

pun

g B

ara

t, K

emen

teri

an N

egar

a L

ing

ku

ng

an H

idup 2

007

4B

appeda K

ab.

Lam

pun

g B

ara

t, P

rov.

Lam

pung 2

003

5D

raft

do

ku

men R

PJM

Pek

on

Ken

ali

2010

6S

urv

ey l

apang

2012

VI

Sem

ak/B

eluk

arK

ebun

cam

pu

ran

Huta

nP

erk

ebunan

IV

Ban

jar

agung

VIII

II

I

Sura

bay

a

Ken

ali 1

Cam

pan

g s

ari

Sukad

ana

VI

Bu

mi

agun

g

Ser

ung

ku

k

Hu

jung

Lu

asC

amp

ang

Tig

a

Bak

hu

Bed

ud

u

Kej

adia

n

Way

Sem

angk

a

Way

Hum

awai

Pet

a T

ata

Gu

na L

ah

an

Pek

on

Ken

ali

tah

un

1969

KE

TE

RA

NG

AN

Su

ngai

Jala

n b

eras

pal

Jala

n s

etap

ak/b

erbatu

Saw

ah

Perm

uk

iman

pad

atB

ala

i ra

mik

& r

um

ah k

ebun

Jem

bata

n

Mesj

id/M

ush

olla

Pem

akam

anB

angu

nan S

eko

lah

Bat

as w

ilay

ah

Bal

ai P

ekon

Pusa

t D

usu

n

VIV

III

II

I

Gam

bar

6 P

erub

ahan

tat

a guna

lahan

di

Pek

on K

enal

i

Page 33: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

17

Kondisi Sosial Budaya

Demografi Penduduk asli adalah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan

Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala Keluarga (KK) (Tabel

8). Rasio usia anak-anak, produktif, dan lansia adalah 3:6:1. Pekon ini termasuk

Pekon berkembang dengan banyaknya KK Sejahtera 24.9%. Jumlah KK lainnya:

Prasejahtera 17%, Kaya 16.3%, Sedang 29.2%, dan Miskin 12.5%. Tingkat

pendidikan didominansi lulusan SLTA 37.3%, mata pencaharian penduduk

umumnya petani 35.4%, dan agama Islam dominan 98.6%.

Tabel 6 Demografi pekon

Uraian Jumlah

Kependudukan Jumlah Jiwa Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah laki-laki

0-15 tahun 16-55 tahun Diatas 55 tahun

Jumlah Perempuan 0-15 tahun 16-55 tahun Diatas 55 tahun

Jumlah Penduduk Asli Jumlah Penduduk Pendatang

1319

467

175 350

59

224 441

70 1301

18

Tingkat Kesejahteraan sosial Jumlah KK Prasejahtera Jumlah KK Sejahtera Jumlah KK Kaya Jumlah KK Sedang Jumlah KK Miskin

79

116 76

138 58

Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD SD SLTP SLTA Diploma/Sarjana

80

225 240 404 135

Mata Pencaharian Buruh Tani Petani Peternak Pedagang Tukang Kayu

21

467 74 27 6

Tukang Batu Penjahit PNS Pensiunan TNI/Polri Perangkat desa Pengrajin Industri Kecil Buruh Industri Lain-lain

4 3

150 30 16 24 13 10 6 9

Agama Islam Kristen Protestan Katolik Hindu Budha

1301

9 4 3 2 -

Sumber : Draf Dok RPJM Kenali 2010 (acuan BPS 2012)

Page 34: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

18

Sistem Pemerintahan dan Kemasyarakatan Desa disebut Pekon berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten Lampung

Barat pada desa-desa tradisional yang menggunakan sistem Pemangku

(kepemimpinan berdasarkan adat). Pemekonan setingkat dengan Kelurahan, setiap

Pekon terbagi oleh dusun-dusun, dan dipimpin seorang Peratin yang dipilih secara

adat. Penduduk Pekon Kenali dipimpin oleh Umpu Belunguh dan keturunannya

sampai tahun 1950. Selanjutnya dipimpin oleh Peratin sampai sekarang. Berikut

adalah para peratin dan periode masa jabatannya (Tabel 8), sejarah pembangunan

(Tabel 9), dan kegiatan pemerintahan (Tabel 10).

Tabel 7 Nama-nama peratin pekon kenali dan periode menjabat

Nama Peratin Pekon Periode Hi. Amran

Abdullah RK Ayub

Hi. Zaini Habiburrahman

Tamzir Jefri Mawardi Rustam

1950-1955 1955-1961 1961-1967 1967-1972 1972-1988 1988-2000 2000-2012

2012-sekarang Sumber: Dokumen RPJM Pekon Kenali, 2010

Tabel 8. Sejarah pembangunan pekon

Kegiatan Pembangunan Tahun Pembangunan Balai Pekon

Pembangunan masjid At-Taqwa Pembangunan masjid Al-Jami’

Pembangunan Tugu Perbatasan Pekon Pembangunan Pos Kamling

Pembangunan masjid Campang Sari Pembangunan Pemandian Umum

1994 1974 1987 2000 1992 1991 2004

Sumber: Dokumen RPJM Pekon Kenali, 2010

Tabel 9 Kegiatan pemerintahan pekon

Uraian Keberadaan (Ada/Tidak ada) Pelayanan Kependudukan

Pemakaman Perijinan

Pasar Tradisional Ketentraman dan ketertiban umum

Ada Ada Ada Ada Ada

Sumber: Dokumen RPJM Pekon Kenali, 2010

Pelayanan kependudukan dilaksanakan pada hari kerja (Senin sampai Sabtu),

terkadang ada juga penduduk yang datang pada sore atau malam hari, hal ini

karena mayoritas penduduk adalah petani atau buruh tani yang bekerja seharian

dan pemahaman mengenai jam kerja masih kurang. Ada beberapa tempat

pemakaman di Pekon Kenali, tetapi tidak ada tim khusus yang menangani hal ini.

Prosesi pemakaman dipimpin oleh ulama setempat dan dilaksanakan secara

gotong-royong oleh warga. Perijinan diantaranya adalah ijin keramaian dan ijin

tinggal. Ijin keramaian diwajibkan bagi kegiatan yang bisa mendatangkan masa

dalam jumlah banyak. Misalnya hiburan rakyat, ketoprak, dan orkes. Ijin ini selain

Page 35: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

19

ke pemerintahan Pekon juga diteruskan ke MUSPIKA. Satuan Linmas

(Perlindungan Masyrakat) mempunyai anggota personel aktif dan siap sewaktu-

waktu jika ada kegiatan yang bersifat lokal atau skala kecil. Untuk pengamanan

skala sedang dan besar, Limnas dibantu Polsek (Kepolisian Sektor) dan Koramil

(Komando Rayon Militer)1. Struktur pemerintahan dan kelembagaan Pekon, dapat

dilihat pada Gambar 7. Selanjutnya, pembagian wilayahnya pada Gambar 8.

Lembaga Himpun Pemekonan

Juru Tulis

Peratin

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Kepala Urusan Umum

Kepala Urusan Pemerintahan

Kepala Urusan Pembangunan

Pemangku 3 Pemangku 4 Pemangku 5 555Raja (adik I

Sutan)

Pemangku 1 Pemangku 2

Sumber: Dokumen RPJM Pekon Kenali, 2010

Masyarakat

Kelompok Pengajian & PKK

Pemangku

Kelompok Tani Remaja Islam Masjid

Lembaga Himpun Pemekonan

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Puskesmas

Gambar 7 Struktur pemerintahan dan kelembagaan pekon

Gambar 87 Pembagian wilayah pekon

1 Bpk. Rustam (Peratin Kenali), Bpk. Balsah Toha, Bpk. Irson,, Bpk. Zarkoni, Bpk. Dauhan, Bpk.

Helmi (Para pemangku adat Pekon kenali)

Way Merih

IVL

V

III III

VI

Way

Sem

angk

a

KETERANGAN

SungaiJalan beraspalJalan berbatuJembatanMesjid/mushollaPemakaman

SekolahBatas wilayahBalai PekonPusat Dusun

Lamban PesagiSitus Batu Kepappang

Way Humawai

0 250 1000 m500

N

Lamban Pamanohan

AREAL HUTAN MARGA

BELUNGUH

WILAYAH

DUSUN

SUKADANA

WILAYAH

DUSUN BANJAR

AGUNG

WILAYAH

DUSUN

KENALI II

WILAYAH DUSUN

CAMPANG SARI

WILAYAH

DUSUN

KENALI

I

WILAYAH DUSUN

SURABAYA

Sumber :1 Peta Rupa Bumi, blad Liwa dan Kenal skala 1:50.000,

Bakosurtanal 19772 Peta tutupan lahan Kab. Lampung Barat, Kementerian Negara

Lingkungan Hidup 20073 Bappeda Kab. Lampung Barat, Prov. Lampung 20034 Draft dokumen RPJM Pekon Kenali 20105 Survey lapang 2012

Page 36: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

20

Nilai-nilai dasar atau falsafah hidup yang menjadi landasan kepribadian

suku Lampung tercermin dalam pola tingkah laku dan pergaulan hidup mereka,

baik di antara sesama kelompok maupun terhadap kelompok lain. Menurut

Hadikusuma dan Puspawijaya dalam Rusdi et al. (1986), nilai-nilai dasar yang

menjadi pegangan pokok masyarakat suku Lampung terkandung dalam kalimat

berikut: “Tandou nou ulun Lampung, wat pi’il pesenggiri, you balak pi’il ngemik

malu ngigau diri. Ulah nou bejuluk you buadok. Iling mewari ngejuk ngakuk

nemui nyimah ulah nou pandai you nengah you nyappur. Nyubali jejamou,

begawi balak, sakai sambayan”. yang artinya: Tandanya orang Lampung, ada pi’il

pesenggiri, ia berjiwa besar, memiliki malu, menghargai diri. Karena lebih,

bernama besar dan bergelar. Suka bersaudara, saling memberi, tangan terbuka.

Karena pandai, ia ramah dan suka bergaul. Mengolah bersama pekerjaan besar

dengan tolong menolong. Falsafah ini adalah prinsip-prinsip dalam kehidupan

sehari-hari yang dapat di simpulkan dalam 5 prinsip yaitu :

1 Pi'il Pesenggiri, diartikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut harga diri,

perilaku, keharusan hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri,

berkewajiban menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi

maupun secara berkelompok yang senantiasa dipertahankan. Dalam hal-hal

tertentu seorang Lampung dapat mempertaruhkan apa saja termasuk nyawanya

demi mempertahankan pi'il pesenggirinya tersebut. Dengan pi'il pesenggiri,

seseorang dapat berbuat atau tidak berbuat sesuatu kendati hal itu merugikan

dirinya secara materi.

2 Sakai Sambayan, keharusan hidup berjiwa sosial meliputi beberapa pengertian

yang luas termasuk didalamnya gotongroyong, tolong menolong tanpa pamrih,

bahu-membahu, dan saling memberi sesuatu yang diperlukan bagi pihak laidan

hal tersebut tidak terbatas pada sesuatu yang sifatnya materi saja, tetapi juga

dalam arti moril termasuk sumbangan pikiran dan sebagainnya.

3 Nemui Nyimah, berarti bermurah hati dan beramah-tamah terhadap semua pihak

baik terhadap orang dalam kelompoknya maupun terhadap siapa saja yang

berhubungan dengan mereka. Bermurah hati dengan memberikan sesuatu yang

ada padanya kepada pihak lain, juga bermurah hati dalam bertutur kata.

4 Nengah Nyappur, adalah tata pergaulan masyarakat Lampung dengan kesedian

membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan berpengetahuan luas,

memberikan sumbangan pikiran, pendapat, dan inisiatif bagi kehidupan

bersama. Ikut serta terhadap hal-hal yang bersifat baik, yang dapat membawa

kemajuan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman.

5 Bejuluk Buadok, keharusan berjuang meningkatkan derajat kehidupan, bertata

tertib, dan bertata karma.

Stratifikasi sosial dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan perbedaan

tingkat umur, perbedaan pangkat dan jabatan, dan perbedaan sifat keaslian.

Pelapisan sosial berdasarkan perbedaan umur, tampak dalam kehidupan sehari-

hari yang menyangkut pekerjaan atau tugas masing-masing kelompok, terutama

pada upacara adat. Untuk merencanakan, menentukan, dan mengatur pelaksanaan

upacara adat adalah tugas kelompok tua. Kelompok yang lebih muda (tapi sudah

berkeluarga) bertugas sebagai pendamping atau pembantu kelompok tua.

Kemudian, kelompok muda (bujang-gadis) bertugas sebagai tenaga kerja

pelaksana (terutama memulai dan mengakhiri) pada upacara-upacara adat.

Pelapisan sosial berdasarkan pangkat/jabatan (kepunyimbangan), dilihat dari

Page 37: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

21

kedudukan seseorang sebagai pemuka adat, sebagai anak laki-laki tertua menurut

tingkat garis keturunan masing-masing, dan kedudukan seseorang di dalam adat

Lampung. Sistem pelapisan sosial yang didasarkan sifat keaslian dalam

masyarakat Lampung, dibedakan antara keturunan inti (buay asal) dan golongan

pendatang. Golongan buay asal merupakan golongan pendiri pekon. Golongan ini

mempunyai hak utama turun-temurun dari keturunan asalnya, biasanya memiliki

barang-barang pusaka tua dan tanah kerabat. Golongan pendatang dengan segala

kemampuannya mendirikan pekon dan mempunyai perlengkapan sendiri atas

dasar pengakuan golongan asli dan para punyimbang sumbai (tetangga) dari

pekon lainnya. Hubungan antara golongan asli dan pendatang menjadi suatu

hubungan yang akrab karena adanya adat mewari (pengangkatan saudara) dan

perkawinan di antara mereka.

Sistem kekerabatan memakai garis bapak (patrilinieal geneologis).

Kedudukan anak laki-laki tertua dalam keluarga memiliki kekuasaan sebagai

kepala rumah tangga dan bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga/kerabat

(orangtuanya, adik-adiknya) dalam segala persoalan. Ia mengatur hak-hak dan

kewajiban adik-adiknya, baik laki-laki atau perempuan sampai mereka

berkeluarga. Dengan demikian, terdapat perbedaan kedudukan dan hak kewajiban

antara laki-laki dengan perempuan. Yang banyak berfungsi sebagai pengatur

adalah kerabat ayah dan kerabat ibu hanya membantu. Keluarga inti terdiri atas

ayah, ibu, dan anak-anak dalam satu rumah, dalam kedudukan kekerabatan

merupakan bagian dari kerabat besar yang diatur dalam kepunyimbangan.

Seorang punyimbang merupakan kepala adat dan sub klan, yang berkedudukan

sebagai pandia pakusara (gelar berdasar urutan di dalam hubungan darah) bukan

karena memegang wilayah/mengepalai beberapa keluarga/kerabat lainnya. Gelar-

gelar tersebut melahirkan hak dan kewajiban dalam masyarakat, terutama dalam

penyelesaian perkawinan. Seorang anak kepala adat yang mengambil istri dari

kebuayan lain yang kedudukan ayahnya sebagai punyimbang marga, maka yang

mengurus segala perundingan dan segala akibatnya adalah punyimbang marga,

bukan ayah anak tadi yang berkedudukan hanya sebagai punyimbang pekon.

Sistem pengangkatan punyimbang bagi masyarakat adat Lampung Saibatin,

siapapun tidak dapat menjadi punyimbang marga, kalau bukan anak laki-laki

tertua dari punyimbang marga (faktor keturunan tetap dipertahankan). Untuk

menjadi punyimbang pekon masih terbuka kemungkinan bagi punyimbang suku

yang telah mempunyai kerabat yang banyak mempunyai wilayah pekon khusus

memisah dari pekon asal. Demikian pula untuk menjadi punyimbang suku

terbuka bagi siapa saja yang telah mengepalai 20 rumah tinggal atau keluarga.

Selain jalur kepunyimbangan, terdapat hubungan perkawinan dari anggota

keluarga yang diikuti dan dihormati. Rasa hormat dan segan terutama antara

menantu dengan anggota keluarga pihak mertuanya (mintuha) sampai pada

keluarga asal nenek (lebu), keluarga asal ibu (kelamo). Rasa pembelaan dan rasa

ikut bertanggungjawab dan melindungi dari pihak keluarga dari garis keturunan

ayah seperti paman (kemaman), keponakan, dan anak dari saudara sepupu.

Seluruh anggota kelompok sebelah kiri harus hormat terhadap seluruh anggota

kelompok sebelah kanan (lebu, kelamo, mintuha). Dalam hal menetapkan jodoh,

kelompok kanan hanya ikut diundang untuk musyawarah, tetapi yang menentukan

adalah kelompok sebelah kiri beserta seluruh aparat kepunyimbangan. Jika ada

satu anggota keluarga yang mengadakan upacara pernikahan, seluruh anggota

Page 38: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

22

keluarga kanan dan kiri ikut terlibat. Hal ini membawa konsekuensi dalam hal

tolong-menolong dan hubungan kekerabatan secara umum. Kelompok sebelah

kanan tidak dapat mewakili kepentingan A dalam bentuk apapun, sedangkan

kelompok sebelah kiri (asal laki-laki) dapat mewakili A dalam segala bentuk

kepentingan hidup. Urutan kepunyimbangan, gelar, dan bagan hubungan keluarga

dapat dilihat pada Gambar 9.

C

H

G

D

M

N

I

A

B

Y

K

L

O

P

Q

L

K

MINTUHA (Mertua)

URUTAN KEPENYIMBANGAN

- Mas/Kemas (adik III Sultan), berturut-turut satu tingkat dibawah gelar kakaknya, tetapi tidak memiliki wilayah

E

F

- Mengepalai satu klan

Pangeran

LEBU (Asal Nenek)

KELAMO (Asal Ibu)

Panggilan/sebutan nama hubungan: A terhadap C = bapak, L = Mintuha A terhadap M dan N = Apak Kalamo/Ibu Kalamo A terhadap E dan F=Umpu/Tamong; keluarga asal F= Lebu A terhadap G = Kemaman, H=Ina Nakbai A terhadap I = Adik Nakbai, I nakbai A, A Mahani I A terhadap Y dan K = Lakau (adik atau kakak) I terhadap Y dan K = Lakau Tuho (adik atau kakak) I terhadap B = Uyang O terhadap Q = Kelepah/Kerepah

Penyimbang Buay (Bandar)

Penyimbang Marga (Megou) - Mengepalai adat untuk beberapa pekon

Penyimbang Suku - Mengepalai adat untuk beberapa puluh keluarga batih

Sultan , Dalom

Berdasar Wilayah - Sultan (anak tertua)

Berdasarkan hubungan darah

- Raja (adik I Sultan)

Batin/Raja

- Radin (adik II Sultan)

Radin/Minak

URUTAN GELAR

BAGAN HUBUNGAN KELUARGA

Sumber: Rusdi et al.1986

Gambar 9 Urutan kepunyimbangan dan bagan hubungan keluarga Sistem Pengetahuan dan Religi

Sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat adalah pengetahuan alam

sekitar seperti laut yang dingin dan bersinar ombaknya menandakan akan

datangnya musim ikan. Di danau menjadi keruh, semua ikan akan mati dan

berkumpul ke tepi, keadaan ini disebut ngabatil. Angin Tenggara bertiup ini

menandakan musim kemarau sebaliknya musim pembarat berarti penghujan.

Pengetahuan flora, yaitu waktu kopi berbunga sebelum adanya musim kopi, saat

kayu klumbuk berbunga, menandakan saat atau waktu mengambil madu yang

disebut ngadatu, sedang kayu tempat lebah bersarang (nyiwan) yang beratus-ratus

jumlahnya disebut kedatuan.

Penduduk asli semua beragama Islam. Agama Islam bukan hanya

mempengaruhi kehidupan pribadi, tetapi juga mewarnai sistem kemasyarakatan

dan adat istiadat mereka. Adat istiadat berdasarkan agama Islam, dan agama Islam

berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits. Walaupun demikian, masih terdapat sisa-

sisa peninggalan dari sistem kepercayaan lama sebelum kedatangan Islam di

lampung. Beberapa bentuk peninggalan sistem religi yang masih ada:

1 Kosmologi. Salah satu mantera kuno menyebut bulan dan bintang berbunyi

“Nyak mejong injuk bulan, tegak injuk bintang, helau halokku diliak…”

Artinya: saya duduk menunjuk bulan, berdiri menunjuk bintang, silau wajahku

dilihat. Ada juga yang menyangkut gejala alam yaitu, gerhana bulan yang

mereka sebut bulan tekopan (bulan tertutup). Terhadap kejadian ini penduduk

mempercayai bahwa waktu itu bulan diterkam Gali Gasing (raksasa langi)t.

Biasanya penduduk beramai-ramai mengambil jimat yang terbuat dari akar

sekemunya lalu duduk membelakangi azimat tadi sambil menarik-menariknya.

Page 39: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

23

2 Magis. Dalam bentuk kepercayaan pada adanya makhlus halus. Masyarakat

masih percaya bahwa di dunia ini ada makhluk-makhluk supranaturalyang

melebihi kekuatan manusia biasa. Beberapa contoh antara lain masih ada di

kalangan beberapa petani ladang yang melakukan sesajian berupa nasi, telor

rebus, kemenyan, daun sirih, dan tembakau yang diletakkan pada tunggul

pohon di antara tanaman padi atau di balik kayu-kayu besar. Maksudnya, untuk

persembahan pada Dewi Padi yang mereka sebut Selang Seri atau Ratu

Simoyang Sari. Kadang-kadang juga untuk arwah leluhur yang dapat menjelma

melihat anak keturunannya dalam bentuk harimau jadian (limawong jadian).

3 Kepercayaan pada bunyi aneh dan pertanda buruk. Karena itu dilakukan

pencegahan (tolak bala) dengan mantera atau doa, yaitu:

a Jika di cakrawala terlihat garis pelangi (gunih/runeh) berwarna kuning,

merah, dan biru, tanda datangnya musim kemarau. Untuk menghindari hal-

hal yang merugikan, siapapun yang melihatnya harus membaca mantera.

b Jika mendengar petir berbunyi tunggal (gontor tunggal), tanda datangnya

penyakit menular/wabah. Untuk menghindarinya, semua orang harus

membakar rumput laut setiap sore di bawah tangga rumah.

c Jika sedang berdiri di tepi sungai/laut melihat kayu/batang kayu yang hanyut

dengan berdiri/tegak lurus terus-menerus mengikuti arus, tanda datangnya

bencana alam. Untuk menghindarinya, penduduk harus berkeliling pekon

dengan membaca mantera-mantera. Begitu juga jika ada rusa tiba-tiba

memasuki pekon (uncal melok pekon).

d Jika tiba-tiba mendengar burung kepodang atau siamang, dianjurkan berdoa

atau membaca Al-Qur’an karena akan ada orang yang meninggal. Begitu juga

jika melihat bulan bercahaya dikelilingi awan (bulan ngapapekon).

e Mimpi-mimpi tertentu, misalnya mimpi mandi, berarti akan sembuh dari

sakit, untuk itu perlu berdoa pada pagi hari. Mimpi gigi geraham tercabut

(belau cabut), tanda bahwa saudara dekat akan meninggal.

4 Upacara-upacara yang dipengaruhi sistem kepercayaan nenek moyang sebelum

kedatangan Islam, antara lain:

a Ngaregah pamanoh. Benda-benda keramat yang biasa disimpan di atas plafon

rumah kepala adat, apabila ada tanda-tanda penyakit menular/wabah yang

disebut tha’un, benda-benda itu diturunkan, dibersihkan, lalu dibacakan

tangguh dengan kalimat kilu titeh kilu gimbar yang dilakukan bersama-sama

oleh seluruh masyarakat (anak-anak hingga dewasa) hal ini disebut ngaregah

pamanoh. Setiap kepala keluarga membawa sajian untuk dimakan bersama-

sama yang disebut pemahon.

b Ngumbai. Upacara seluruh warga pekon dengan memotong kerbau yang

dagingnya dibagi-bagikan. Semua orang yang memiliki ladang masing-

masing membawa janur enau untuk disiram dengan darah kerbau tersebut.

Janur-janur yang sudah disiram dengan darah kerbau itu kemudian

digantungkan di ladang/kebun agar panen berhasil baik. Tipe dan Karakteristik Sosial-Budaya

Tipe sosial-budaya berdasarkan klasifikasi Steward dalam Koentjaraningrat

(1979), adalah tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di

ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya; sistem dasar

kemasyarakatannya berupa desa komunitas petani dengan diferensiasi dan

stratifikasi sosial yang sedang; masyarakat kota yang menjadi arah orientasinya

Page 40: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

24

mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan perdagangan dengan pengaruh yang

kuat dari agama Islam, bercampur dengan suatu peradaban kepegawaian yang

dibawa oleh sistem pemerintah kolonial; gelombang pengaruh kebudayaan Hindu

tidak dialami, atau hanya sedemikian kecilnya sehingga terhapus oleh pengaruh

Islam. Berdasarkan Ditjen PMD (2013), status kemajuan dalam tingkat Swadaya

kategori Madya (membutuhkan prioritas penanganan pada masalah keamanan dan

ketertiban, kesadaran politik dan kebangsaan, peran serta masyarakat dalam

pembangunan dan kinerja lembaga kemasyarakatan) dengan tipologi perkebunan.

Karakteristik sosial-budaya yang mempengaruhi dan menggambarkan

keadaan permukiman tradisional Pekon Kenali adalah prinsip pi’il pesenggiri

yang sudah dijelaskan sebelumnya. Prinsip ini pada karakteristik permukimannya

adalah seseorang itu dinilai dari perilakunya, perilaku yang baik maka orang

tersebut akan dinilai sebagai orang yang baik, demikian pula sebaliknya, perilaku

ini tidak sebatas terhadap sesama manusia, berlaku juga terhadap hewan dan

tumbuhan. Rumah peratin dan para pemangku adat berada di pusat permukiman

bertujuan memudahkan koordinasi para perangkat desa. Selain itu, saling

bergotong-royong di segala aspek kehidupan, seperti: mengolah ladang, upacara-

upacara adat, dan kuatnya sistem kekerabatan dan rasa saling tolong-menolong

antar sesamanya membuat jarak antar rumah saling berdekatan. Dalam hubungan

dengan alam terdapat semboyan Bumi Tuah Bepadan, bahwa manusia dengan

alam tidak bisa dipisahkan, selama manusia memperlakukan alam dengan baik

maka alam juga akan memberikan kemakmuran bagi manusia.

Kearifan tradisional masyarakat, antara lain dalam penggunaan bahan

bangunan rumah dari kayu yang bisa bertahan hingga ratusan tahun. Hal ini

terbukti dari keberadaan Lamban Pesagi. Selain ketahanannya terhadap gempa,

tidak cepat keropos dimakan rayap, juga bisa menjaga suhu ruangan (dalam

kondisi panas tidak terasa terlalu panas dan di waktu dingin tidak terasa terlalu

dingin). Penjelasan lengkap mengenai Lamban Pesagi dapat dilihat pada sub bab

selanjutnya. Kemudian, dalam pemakaian rempah-rempah masakan, mereka

banyak menggunakan jenis rempah-rempah yang mereka dapatkan dari kebun dan

pekarangan mereka sendiri, seperti: lada, pala dan kayu manis di kebun, serta

lengkuas, kunyit, dan jahe di pekarangan. Hal ini menambah keanekaragaman

vegetasi dan sekaligus menjaga kelestarian karena pekarangan dan kebun mereka

selalu ditutupi vegetasi. Selain itu warisan budaya Repong Damar adalah salah

satu atraksi wisata yang menjaga keberlanjutan alam. Berbagai peralatan untuk

mengolah ladang maupun peralatan berburu milik penduduk juga sangat

disesuaikan dengan fungsi serta kegunaannya, bahan-bahannya pun diambil dari

potensi alam yang tersedia di sekitar mereka. Seperti panah dan busur, tombak

kayu, yang mereka buat berdasarkan pengetahuan turun-temurun, dan diajarkan

kepada mereka semenjak anak-anak, sehingga semenjak dini mereka telah

dipersiapkan dalam menghadapi kehidupan. Kondisi sekitar juga sangat

berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, seperti dalam hal mata pencaharian

yang memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada (berladang, berburu

binatang di hutan karena daerah di sekitar permukiman berupa hutan yang dihuni

oleh berbagai satwa liar). Kegiatan berburu dilakukan tidak berlebihan dan bukan

pada hewan langka yang dilindungi, sehingga tetap menjaga kelestarian alam.

Permukiman tradisional sebagai artefak ciptaan manusia merupakan

lambang perwujudan sistem budaya yang sedang berlaku yang tumbuh dan

Page 41: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

25

berkembang dalam suatu masyarakat tradisional yang masih membawa segala tata

cara perilaku dan tata nilai kehidupan kolektif. Dengan sendirinya merupakan

lambang perwujudan sistem teknologi, sosial, dan budaya bagi masyarakat

tradisional. Sebagai contoh, rumah tradisional Lampung tidak mempunyai tempat

mandi kalaupun ada terpisah agak jauh dari bangunan rumah, karena semua

rumah tradisional didirikan di tepi/dekat sungai, dan di sungai itulah dibuat

pangkalan mandi. Karena dekat sungai itu pula maka bentuk dasar rumah

tradisional Lampung selalu di atas tiang (rumah panggung) sebagai antisipasi

banjir. Sehingga menurut para sejarawan Barat, saat air sungai meluap (siklus

tahunan) saat musim hujan, perkampungan penduduk ini seperti pulau tersendiri

bila dilihat dari kejauahan, sehingga mungkin inilah asal kata Lampung, yaitu

melampung (floating). Begitu pula dengan arah bangunan yang tidak didasarkan

pada arah mata angin tetapi selalu menghadap atau membelakangi aliran sungai.

Sungai berfungsi sebagai prasarana transportasi (perahu) dan sumber makanan

(ikan, udang, dan kepiting). Oleh karena itu, mempengaruhi sistem nilai mereka.

Sungai berdasarkan sistem nilai mereka bukanlah sesuatu yang kotor atau buruk,

karena airnya digunakan untuk mandi, mencuci, dan memasak. Selain itu

orientasinya yang terpusat ke arah pegunungan atau perbukitan. Hal ini bila

dibandingkan dengan pola permukiman di Kesultanan Palembang adalah untuk

menghindari serangan dari luar, baik perompak (bajak laut) atau penjajahan dari

bangsa lain. Sehingga semakin ke pedalaman, naik ke arah gunung dan perbukitan

adalah pusat Kesultanan. Bila menurut ahli geografi yang meragukan keberadaan

kerajaan ini karena letaknya yang berada di hulu sungai dan dikatakan bukanlah

best site seperti halnya kerajaan-kerajaan pesisir di pulau Jawa. Hal ini dapat

terjawab dengan pemahaman akan orientasi kerajaan Maritim atau perdagangan,

yang lebih menitik beratkan orientasinya pada perdagangan dan perlindungan

terhadap perdagangannya tersebut. Sumatra adalah pulau yang lebih didominansi

oleh tanaman keras, dan menjadi incaran bangsa Eropa atas kopi, lada, dan

cengkehnya. Beras tetaplah makanan pokok, tetapi jenis padi yang berkembang

dominan pada zaman sebelum kedatangan transmigran Jawa adalah padi ladang,

dengan sistem ladang berpindah. Masyarakat Lampung Saibatin masih

menggunakan cara-cara tradisional, dengan dua makanan pokok yaitu beras dan

ikan, baik ikan air laut atau air tawar. Sehingga keberadaan perkampungan

mereka tidak bisa terpisahkan dari perairan, baik danau, sungai, rawa, dan laut.

Kondisi Permukiman Tradisional

Karakteristik Permukiman

Pola permukiman di wilayah ini adalah berkumpul, memanjang mengikuti

jalan lalu lintas (darat/sungai), tanah garapan berada di belakang dan terletak di

dekat sungai sebagai tempat pemenuhan kebutuhan air (Gambar 10). Jarak antar

rumah cukup rapat, memiliki batas pekarangan berupa pagar hidup atau permanen

dan ada yang tidak ada batas pekarangannya. Pekon terbagi dalam beberapa

Dusun. Mesjid Jami’ dan lapangan terletak di tengah Pekon. Rumah peratin dan

para pemangku adat yang berada di pusat permukiman bertujuan untuk

memudahkan koordinasi para perangkat desa. Surau berada di tepi kali yang

berfungsi juga untuk tempat ganti pakaian. Deretan lumbung padi di luar pekon

(balay). Gedung sekolah (rumah sekula) berderetan dengan mesjid, hal ini karena

Page 42: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

26

KE

TE

RA

NG

AN

Salu

ran

dra

inas

e

Jala

n s

eta

pak

/ber

bat

uG

ari

s k

ontu

r

Pem

ak

aman

Ban

gu

nan S

eko

lah

Bat

as w

ilay

ah

Din

as

Perh

ubungan

Kan

tor

Uru

san A

gam

aP

usk

esm

as

Po

s d

an

Gir

oP

LN

Pasa

rL

ap

angan

Ru

mah

Adat

Kan

tor

Cam

atK

CK

3K

4K

5

K6

K7

PS L RA

Bal

ai P

ekon

Pu

sat

Dusu

n

Lam

ban

Pes

agi

Sit

us

Batu

Kep

appan

g

N

PD

AM

K8

RA

Lap

angan

K8

02

04

08

0 M

eter

?L

IWA

Sek

ola

h D

asar

Jala

n d

esa

?al

un

-alu

n

K e

b u

n

K e

b u

n

Mes

jid

jam

i'

KC

K3

K4

K5

K6

PS

Gam

bar

10

T

ata

leta

k e

lem

en-e

lem

en p

erm

uk

iman

Page 43: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

27

rumah sekula dijadikan tempat anak-anak belajar agama dan membaca Al-Quran

di sore hari. Lapangan untuk gembala kerbau biasanya terletak di tepi sungai yang

agak jauh dari pekon, atau memang tidak diperlukan dikarenakan kebiasaan

penduduk berternak kerbau lepas atau berternak di padang ilalang dengan sistem

kurung-tahunan. Di luar pekon yang jauh dari aliran sungai, terdapat pekuburan

(tambak), baik kuburan umum maupun kuburan keluarga, sehingga dalam sebuah

Pekon terdapat beberapa lokasi pekuburan. Pekuburan biasanya terletak di ujung

atau di belakang pekon, tetapi ada juga pekuburan tua di halaman rumah di tengah

pekon, seperti Tambak Begur Sakti (lihat hlm40). Satwa peliharaan di areal

permukiman antara lain: sapi, kerbau, kambing, ayam, itik, kucing, dan anjing. Elemen-Elemen Permukiman

Elemen-elemen permukiman terdiri: rumah tinggal, balay ramik, rumah kebun, rumah ibadah, sekolah, balai Pekon, kantor, lamban pamanohan, pasar, poskamling, jembatan, japangan, dan pemakaman. Pekon Kenali memiliki 12 rumah tinggal modern dan 749 rumah tinggal tradisional (±138 diantaranya berusia lebih dari 50 tahun yang dihitung berdasarkan luas zona permukiman pada peta tata guna Pekon Kenali 1969, termasuk lamban pesagi). Jumlah ini berdasarkan data terakhir BPS tahun 2012 dan survey lapang. Jenis-jenis dan jumlah elemen permukiman dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Jenis-jenis dan jumlah elemen permukiman

Jenis-jenis Elemen Permukiman Jumlah Rumah Tinggal Modern Rumah Tinggal Tradisional Balay Ramik dan Rumah Kebun Mesjid Surau/Musholla Sekolah Balai Pekon Kantor Lamban Pamanohan Pasar Pekon Poskamling Jembatan Lapangan Pemakaman

12 749 131

3 2 5 1 8 1 1 5 8 1 4

Sumber : BPS 2012 dan Draf Dok RPJM Kenali 2010

Rumah Tinggal

Rumah tinggal dalam bahasa Lampung Pesisir disebut lamban. Penghuni

lamban menerapkan sistem kehidupan yang diibaratkan sebagai kehidupan

bersama dalam sebuah kapal yang berlayar. Karenanya, pada zaman dahulu

anggota keluarga yang tidur diharuskan dalam posisi membujur ke arah haluan

atau disebut tidur jura, kecuali bagi mayat arah kepalanya dibalik ke arah

belakang. Tetapi akibat pengaruh ajaran Islam, aturan bagi mayat tersebut tidak

berlaku lagi (Syarief, 1994). Lamban Pesagi, sebutan bagi rumah yang berbentuk

segi empat bujur sangkar, dan Lamban Mahanyuk’an, bagi rumah persegi

panjang. Rumah tinggal tradisional ini ciri khasnya berdiri di atas tiang setinggi

1,5-2 m (rumah panggung) dan pondasi dinaikkan berupa umpak. Rumah ini

dibuat tinggi agar terhindar dari serangan binatang buas.

Lamban Pesagi terletak di Dusun Sukadana, berdiri di atas tanah datar, di

rumah penduduk dengan luas lahan 704 m2 (32 x 22 m). Bangunan berdiri di atas

tanah yang ditinggikan ±55 cm, dikelilingi tanggul yang lerengnya diperkuat oleh

Page 44: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

28

rumput Jepang. Halaman rumah dibatasi pagar tanaman yang terdiri atas kembang

sepatu, teh-tehan, dan jenis perdu lainnya. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan

beraspal (lebar ±4 m), di sebelah Timur, Selatan dan Barat berbatasan dengan

halaman rumah penduduk (Gambar 11).

Gambar 11 Struktur ruang Lamban Pesagi

Tinggi panggung dari permukaan tanah berkisar 1-2 m. Terdapat kanopi

pada pintu utama disangga konsol miring yang panjangnya sampai ke lantai

rumah. Terdapat tangga dari papan yang dilengkapi dengan railing sederhana yang

langsung menuju ruang tengah. Struktur panggung terputus dengan struktur

dinding rumah. Posisi dinding lebih menjorok keluar dan ditopang oleh balok-

balok di atas struktur panggung. Pembagian ruangnya sangat sederhana dengan

dua kamar tidur, satu ruang tengah besar, dan satu ruang dapur yang masing-

masing dipisahkan dengan dinding papan. Dinding rumah cenderung tertutup dan

hanya memiliki sedikit bukaan berupa jendela. Dinding bangunan seluruhnya dari

kayu, dipasang dari dalam senta, jendela di kanan dan kiri berukuran relatif kecil.

Atapnya dari lembaran ijuk dengan bentuk mengerucut ke atas, disebut bubung

kukus. Kolongnya dibiarkan terbuka untuk menyimpan kayu bakar atau kayu

bahan bangunan. Lantai (tapakan khesi) memakai pelupuh bamboo dengan lebar

20 cm yang dirangkai dengan ikatan tali ijuk hingga menutupi seluruh lantai,

lapisan atasnya ditambahkan tikar. Lantai ini didukung oleh gelagar melintang dan

membujur berbentuk persegi delapan dengan diameter 29 cm yang ditumpu oleh

tiang duduk dengan konstruksi tarikan dan pasak (Gambar 12-13).

Tempat

mandi

LAMBAN

PESAGI

WC

LEGENDASaluran drainaseBatas pekarangan

0 2

Sumber : BP3, 2003

N

4 8 m

Ruang publikRuang semi publikRuang privatRuang servis

JALAN DESASALURAN PEMBUANGAN AIR

KAMAR-

KAMAR

TERAS

Pagar hidup

Perkerasan

Pagar besi

Pintu

pagar

Page 45: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

29

Gambar 12. Tampak, denah ruangan, denah tiang, dan potongan Lamban Pesagi

TAMPAK UTARA

TAMPAK SELATAN

TAMPAK BARAT

TAMPAK TIMUR

288 279 280

238

257

253

231

DENAH TIANG

55

150

20

229

200

130

321

20

958

77

238 257 253 231

CATATAN288 279 280

270

tangga

Dapur

R. duduk

K. tidur

K. tidur K. tidur

A

B

280

265

280

DENAH RUANGAN

POTONGAN A-B

Andar (pemugungan) 17/17Atap ijuk tebal ±7 cmGlagah bambuKasau (kemanjang) 7-8 cmGording bambu belah Ø10 cm

Penunjang rangka atap (penopang) Ø7-8 cmBalok penopang plafon pelupuh 15/17Plafon dan dinding dari pelupuh bambuBlunder 17/17Blandar Ø15 cm segi 8Lantai pelupuh bambu (tapakan khesi)Tiang 8/18Blandar 14/15Blandar 16.5/23

Gording dolken Ø7-8 cm

Blandar (atung) Ø29 cm segi 8Blandar 17/26Tiang duduk 45/45

Sumber: BP3 2003

Page 46: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

30

Gambar 13 Bagian dalam dan tampak luar Lamban Pesagi

Bangunan didukung 12 tiang dari kayu gelondongan yang disebut Tihang

Duduk, bertumpu pada umpak batu Andesit yang dibentuk sedemikian rupa untuk

tatakan tiang duduk, disebut hutang Gambar 14). Tiang pendukung lainnya ada

yang berbentuk sama dengan tiang duduk dan ada yang berupa kayu bulat, jarak

antar tiang 2.38-2.80 m (BP3 2003). Pemerintah Jepang pernah mengklaim,

rumah ini memiliki kemiripan dengan rumah-rumah di sebuah desa di Jepang.

Bentuk, tinggi, atap dan bubungannya sama persis. Hal ini menurut peta

persebaran manusia prasejarah berdasarkan penemuan kapak persegi, pergerakan

Ras Mongoloidlah yang menimbulkan persamaan ini. Ras Mongoloid yang

berasal dari Cina Selatan bergerak menuju ke Utara yaitu Jepang dan ke selatan di

sepanjang sungai Mekhong, Vietnam, Malaka, Indonesia, Thailand, dan Filipina.

Gambar 14 Struktur tiang Lamban Pesagi

12

34

76

5

9

8

Keterangan:

1. Atung hanyuk

2.a.Jaryau rebak

2b Atung bangkok

3 Atung Kelabai4 Tanang

5 Penyesuk ari

6 Penyesuk ari

7. Ari (Tiang)

8. Umpak batu

Keterangan:

1.Tihang pemapah/penglekok sesai (tiang penyangga dinding)

2.Gagading Lunas (tempat melekatnya dinding di bagian bawah)

3. Pengapit sesai (papan yang menjepit dinding)

4. Atung Bengkok (ander bagian melintang)

5. Jarjau (kayu penyangga lantai)

6. Atung sambut (kayu yang menyangga gagading supaya datar)

7. Atung hanyuk (ander yang membujur)

8. Ari/Tihang gelanggang (tiang pokok yangletaknya di sudut)

2.a. 2.a. 1

2.b.

4

3

5

67

8

Sumber: Rusdi et al.,2003

Page 47: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

31

Rumah ini milik Mad Saari (Gambar 15), 79 tahun, yang bekerja sebagai

petani. Beliau berputra tiga: Rokhimuddin (Guru SD di Argomulyo, Kecamatan

Belalau), Robian (petani), dan Sumardi (petani). Rumah ini adalah warisan dari

buyutnya, pendiri rumah tersebut 2. Buyutnya mewariskan pada anaknya bernama

H. Somad (kakek Mad Saari). Dari H.Somad diwariskan kepada Abdul Hamid,

ayah Mad Saari. Jika masa di setiap generasi rata-rata berusia 75 tahun, maka

rumah ini telah berusia lebih dari 300 tahun. Mad Saari telah mendiami rumah itu

setelah orangtuanya meninggal 60 tahun yang lalu. Selain itu dari tulisan Marsden

(1811) rumah tinggal masyarakat saat itu sangat persis penggambarannya dengan

rumah ini sehingga dapat dibuktikan bahwa rumah ini telah berusia lebih dari dua

abad. Rumah ini telah berusia ratusan tahun karena terbuat dari kayu dan bambu

berkualitas. Jenis kayu yang digunakan kayu klutum dan medang, dan bambu

yang digunakan merupakan bambu yang sudah tua (khesi).

Gambar 15 Mad Saari dengan cucunya

Pada tahun 1933 terjadi gempa besar di daerah Liwa dan sekitarnya, hampir

sama dengan gempa tahun 1994. Dalam peristiwa itu banyak rumah yang roboh.

Namun, rumah Mad Saari tidak roboh, bahkan miring pun tidak, hanya

gentengnya saja yang turun sekitar 300 buah (BP3 2003). Pada gempa tahun 1994,

rumah para tetangga Mad Saari banyak yang roboh, bahkan rumah Pesagi yang

masih berdiri di Pekon Kenali termasuk rumah Mad Saari). Setelah gempa tahun

1994, dua rumah Pesagi dipindahkan ke Museum Lampung. Rumah Mad Saari

tidak ikut roboh karena rumah tersebut elastis terhadap goncangan. Elastisnya

rumah ini karena penggunaan sistem ikat, sambungan antar tiang dengan gelandar

(andar-andar (jamak)) dan gording menggunakan ikatan tali ijuk (Gambar 16).

Gambar 16 Sambungan atap bagian luar dan dalam yang diikat dengan ijuk

2 Bpk. Maat Sa’ari (Juru Pelihara dan pemilik Lamban Pesagi)

Page 48: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

32

Teknik perkuatan struktur kayu dengan ikatan ijuk ini mewakili nilai-nilai

teknologi tradisional. Keistimewaan sistem ikat ini cenderung ditinggalkan. Hal

itu terlihat pada rumah-rumah panggung lainnya, semuanya telah menggunakan

pasak besi dan paku. Rumah dengan sistem ikat ini penting bagi pelestarian ilmu

pengetahuan sejarah konstruksi bangunan kayu. Bangunan kayu berkonstruksi

sistem ikat tersebut tinggal satu-satunya di Pekon Kenali, yaitu rumah Mad Saari.

yang menjadi satu-satunya Lamban Pesagi yang masih berdiri. Undang-Undang

RI nomor 11 tahun 2010 pasal 1 menegaskan bahwa situs cagar budaya dikuasai

oleh negara. Pada pasal 75 pada Bab Pemeliharaan menyebutkan bahwa setiap

orang wajib memelihara Cagar Budaya yang dimiliki dan/atau dikuasainya dan

Cagar Budaya yang ditelantarkan oleh pemilik dan/atau yang menguasainya

dapat dikuasai oleh Negara. Permasalahan yang ada pada Lamban Pesagi adalah

pemiliknya (Mad Saari) berniat menjual rumah tersebut.

Lamban mahanyuk’an, adalah tipe rumah tinggal tipe persegi panjang,

terbuat dari kayu, dinding tersusun secara meniang dan memanjang. Bangunan

terdiri atas: bagian bawah sebagai kandang ternak dan tempat menyimpan kayu,

bagian tengah sebagai tempat tinggal, dan bagian atas berupa atap. Dari pelataran

bawah menuju bangunan dihubungkan dengan tangga. Bagian muka rumah yang

menghadap ke jalan raya (babatan/ranglaya) disebut Bangkok. Bagian yang

memanjang (hanyukni) ke belakang (ilung kudan/juyu/ buri) disebut Hung Kudan.

Bubungan atap (kekopni lamban/pemugungan) berbentuk perahu melintang

disebut pemugung tebak/bubung perahu tebak. Dapur rumah menyatu dengan

rumah induk, walaupun sedikit ditambah atap ke belakang, untuk memperluas

bagian dapur.Bangunan ini dulunya beratap ijuk seperti Lamban Pesagi. Pada

abad ke-17 dan 18, aren dijadikan kebun untuk diambil gulanya (tisebak), ijuknya

untuk menuakan tanah. Menurut masyarakat, membuka ladang pada bekas kebun

enau suburnya seperti bekas hutan belantara (pulan tuha nging). Bubungan perahu

yang beratap ijuk kini telah diganti genteng dan bubungan rumah menjadi

bubungan limas (pamugung saying). Panggar adalah plafon yang dibuat seperti

lantai, khusus untuk plafon teras disebut pagu. Terdapat dua tipe Lamban

mahanyuk’an, yaitu tipe besar dan sedang. Perbedaan antara tipe besar dan

sedang adalah teras/lepau yang ada pada tipe besar. Besar kecilnya rumah tinggal

di masa kini tidak mencerminkan status pemilik rumah. Sebagian besar penduduk

yang kaya lebih memilih pindah dan tinggal di pusat kota. Rumah peratin dan para

pemangku adat berupa lamban mahanyukkan tipe sedang. Berikut dua tipe

Lamban mahanyuk’an di Pekon Kenali (Gambar 17)

Gambar 17 Dua tipe Lamban mahanyuk’an

Tipe Besar Tipe Sedang

Page 49: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

33

KE

TE

RA

NG

AN

Bat

as p

ekar

angan

Ruan

g p

ubli

k

Ruan

g s

emi

pu

bli

k

Ruan

g p

rivat

Ru

ang s

ervis

15a

15a

Sum

ber

: S

urv

ei l

apan

g 2

012

Tip

e B

esa

rT

ipe

Sed

an

g

156

32

4

8a

7

8b

9

8c

14a

10

11a

11

11b

12

3

13

15b

15b

11b

14

14

11a

12

13

11

10

3

14a

8c

9

8b

8a

74

6 1

3

2

14a

1 T

eram

bah

, p

ekar

angan

dep

an a

rea

akti

vit

as b

ersa

ma

teta

ngga

tem

pat

men

jem

ur

has

il b

um

i dan

mem

buat

tera

tak

dal

am g

aw

i adat

2 G

ara

ng

hadap

, bag

ian k

anan

ru

mah

dan

bag

ian

had

ap

tem

pat

mu

la-m

ula

men

aik

i ta

ng

ga,

seb

agai

tem

pat

men

cuci

kak

i at

au m

elet

akkan

al

as k

aki

dan

per

alat

anla

in y

ang

tid

ak l

ayak

dib

awa

mas

uk k

e ru

mah

3 T

angg

a (i

jan

)

4 L

ebuh

had

ap,

tem

pat

per

hen

tian

sem

enta

ra s

etel

ahm

enai

ki

tan

gg

a se

bel

um

pin

tu m

asu

k u

tam

a/dep

an

5 L

epau

, te

ras

dep

an y

ang t

erd

apat

mej

a-ku

rsi,

seb

agai

tem

pat

ist

irah

at a

tau

men

erim

a ta

mu

6 L

apa

ng

luar,

ruan

g m

usy

awar

ah d

an t

emp

at t

idur

tam

u

(den

gan

mem

asan

g t

abir

dan

dig

elar

kan

tik

ar a

tau k

asur)

7

Lap

an

g l

om

, ru

ang

ten

gah

ru

mah

di

bag

ian d

alam

8

Kam

ar-k

amar

(bil

ik):

bil

ik k

ebik

(8

a),

bil

ik t

engah

(8

b),

dan

bil

ik t

ebel

aya

r (8

c)

9

Ten

ga

h r

esi,

ru

ang

musy

awar

ah w

anit

a dan

tem

pat

men

gin

ap t

amu

wan

ita

10 S

ud

un

g/s

erudu

, ru

ang

mak

an g

udan

g p

enyim

pan

ber

asd

an p

ecah

bel

ah

11 D

apur/

pa

won

: te

mpat

sake

lak

(tu

ngk

u)

dan

per

alat

an

mas

ak (

11a)

, te

mpat

cuci

pir

ing(1

1b)

12 L

ebuh

kud

an t

empat

per

hen

tian

sem

enta

ra s

etel

ah

men

aiki

tan

gg

a se

bel

um

pin

tu b

elak

ang

13 G

ara

ng

kudan

, te

mpat

mu

la-m

ula

tib

a d

i dap

ur,

dar

i

tang

ga

dap

ur

14 K

ud

an

/juyu

, p

ekar

angan

di

bel

akan

g d

apu

r,

pek

aran

gan

di

kir

i d

an k

anan

rum

ah d

iseb

ut

keb

ik/

kake

bik

(1

4a)

15 T

emp

at m

andi

(15

a) d

an W

C (

15b)

Pem

bag

ian

rum

ah i

ni

dap

at b

erub

ah, se

per

ti:

ten

ga

h r

esi

dap

at d

ibuat

kam

ar l

agi

di

kir

i k

anan

ny

a,un

tuk t

empat

kak

ek n

enek

, at

au m

enan

tu

14a

Gam

bar

18 S

truktu

r ru

ang l

am

ban m

ahanyu

k’an

Page 50: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

34

Bagian badan rumah disebut badanni lamban, adalah seluruh bangunan

untuk aktivitas dalam rumah, dengan bubungan serangkai. Badan rumah adalah

bagian utama dari bangunan rumah secara keseluruhan, sebagai tempat berlindung

dari panas dan hujan, tempat berkumpul, menerima tamu, dan beristirahat di

malam hari. Bagian bawah rumah (bah lamban) yang diberi dinding biasa

dimanfaatkan sebagai kandang ternak, tempat menumbuk padi, tempat

penyimpanan peralatan pertanian atau rumah tangga, tempat menympan hasil

kebun (kopi, lada, kayu manis, cengkeh), bahkan kamar/bilik. Dahulu bah lamban

ini tidak dimanfaatkan secara khusus. Fungsi utama rumah panggung yang tinggi

menghindari ancaman binatang dan banjir. Dalam perkembangannya, kebanyakan

bah lambah ini cenderung dimanfaatkan. Bah Lamban diberi dinding penutup

dengan memakai anyaman bambu ataupun papan-papan kayu, dan banyak pula

yang telah menutupnya dengan tembok. Hal yang menarik jika kita menginjakkan

kaki di rumah ini adalah suara langkah kaki kita terdengar jelas, ibarat radar untuk

mengetahui keberadaan anggota keluarga mereka, misalnya si ibu yang berada di

dapur akan mengetahui posisi anaknya yang sedang berjalan, berada di ruang

keluarga atau di kamarnya. Selain itu, dari segi keamanan hampir tidak pernah

terjadi pencurian karena lantai rumah ini sangat berisik bila berjalan di atasnya.

Berikut struktur atap dan badan bangunan lamban mahanyuk’an (Gambar 19).

Gambar 19 Struktur atap dan badan bangunan lamban mahanyuk’an

Pekarangan

Pada areal permukiman, berbagai vegetasi dapat ditemukan di pekarangan

penduduk berupa: tanaman hias, tanaman obat, bumbu dapur, buah-buahan,

sayuran, dan palawija. Berikut jenis-jenis vegetasinya (Tabel 11).

Tabel 11 Jenis-jenis vegetasi di pekarangan

Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi

Rumput Jepang Kembang Sepatu Kembang Kertas Teh-tehan Kenanga Mawar Melati Pandan Sri rejeki Suji

Zoysia japonica Hibiscus tilliacius Bougenvillea sp.

Acalypha macrophylla Cananga odorata

Rosa sinensis Jasminum sambac

Pandanus sp. Aglaonema sp.

Pleomele angustifolia

Penutup tanah Tanaman hias Tanaman hias

Pagar hidup, tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias

ATAP

BADAN BANGUNAN

BAH LAMBAN

42

1

5 65

9 10 10

4

4

39

9 5

57

757

88

1

5

36

45

47

3

37

55 2

73

7

7

78

Sumber: Rusdi et al 2003

Keterangan :1 Tulang bubung2 Pangrata3 Tanduk4 Tunjang Tanduk

5 Tihang Bubung dan Skur6 Kunci/Panyungkaan7 Tunjang Pangrata/Tatupai8 Peran

Keterangan :1 Alang kanan2 Alang tengah3 Alang kiri4 Alang pembengkok5 Tihang (tiang)

6 Tihang rangkok7 Penjulang8 Gagading lunas9 Gagading10 Skur

Page 51: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

35

Tabel 8 Lanjutan

Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi

Beras tumpah Hanjuang Puring Keladi hias Kamboja Cempaka Mangkokan Kunyit Jahe Lengkuas Cabai merah Cabai rawit Rampai Mangga Pepaya Delima Kedondong Sawo Nangka Melinjo Jeruk Pisang Singkong Talas Kelapa

Diffenbachia sp. Cordyline sp.

Codiaeum variegatum Caladium sp. Plumeria alba

Michelia champaca Nothopanax sp.

Curcuma angustifolia Zingiber officinale Alpinia galanga

Capsicum annuum L Capsicum frutescens

Solanum lycopersicum Mangifera indica Carica papaya

Punica granatum L. Spandias pinnata Manilkara kauki

Artocarpus heterophyllus Gnetum gnemon

Citrus sp. Banana sp.

Cocos nucifera Xanthosoma sagittifolium

Cocos nucifera

Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias

Tanaman hias dan obat Obat ,bumbu dapur Obat, bumbu dapur Obat,bumbu dapur

Bumbu dapur Bumbu dapur Bumbu dapur

Peneduh, berbuah Berbuah

Peneduh, berbuah Peneduh, berbuah Peneduh, berbuah Peneduh, berbuah Peneduh, berbuah Peneduh, berbuah Peneduh, berbuah Tanaman pangan Tanaman pangan Peneduh, berbuah

Sumber : BPS 2012 dan survei lapang 2012

Rumah Kebun

Rumah kebun adalah bangunan tempat menunggu, berlindung, dan

beristirahat di ladang atau kebun, yang tidak dihuni secara permanen. Rumah

kebun terdiri atas Kubu, Kepalas dan Anjung. Kubu adalah rumah kebun yang

dibuat darurat dengan peralatan dan bahan yang mudah didapat di lokasi

pendirian, terdapat di ladang atau sebagai gardu di pinggir jalan. Bentuknya segi

empat, berukuran 2x2 m, bertiang kayu, berlantai pelupuh bambu, beratap rumbia

atau ilalang, tidak berdinding, dan diikat dengan tali rotan atau dipaku.

Kepalas adalah rumah kecil di tengah kebun untuk tempat menjaga ladang

dengan 4 tiang tinggi, atap dari ilalang atau daun sesuk (lengkuas), memiliki

tangga selebar 1-1.5 m. Bangunan ini ada yang berdinding sebagian (± 60 cm dari

lantai), dan ada yang berdinding penuh. Kepalas ini dibuat dari bahan kayu atau

bambu dan biasanya ada gantungan tali ke orang-orangan sawah untuk mengusir

burung. Ruangan-ruangan yang berdinding penuh, berupa: lepau, rang pedom

(tempat tidur), dan dapur. Fungsi lepau untuk istirahat di siang hari, menampung

tamu yang menumpang bermalam-seperti buruh musiman-baik untuk pemilik

anjung, maupun yang menjadi buruh kebun tetangga yang tidak memiliki anjung,

dan kadang disinggahi pemburu rusa di malam hari. Kamar tidur juga berfungsi

sebagai tempat menyimpan hasil (bila tidak ditunggu di malam hari). Bentuk

Kubu dan Kepalas pada dasarnya hampir sama, yaitu berbentuk panggung yang

sangat sederhana dengan bahan bangunan dari sekitar kebun atau ladang. Denah

umumnya berbentuk segi empat atau persegi panjang dengan ukuran 2 x 2 m atau

2 x 3 m. Perbedaannya hanya pada tinggi lantai dari permukaan tanah. Lantai

Kepalas biasanya memiliki ketinggian 2-2.5 m dari permukaan tanah, sedangkan

Page 52: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

36

lantai Kubu hanya 60-150 cm dari permukaan tanah. Kedua jenis bangunan ini

bersifat tidak permanen. Jika kesuburan lahan telah jenuh dan penggunaannya

selesai bangunan ini ditinggalkan dan dibiarkan lapuk dimakan usia. Kepalas

digunakan selama beberapa musim sepanjang kerangkanya masih bisa dipakai.

Anjung terletak di areal perkebunan tanaman keras. Bangunan ini berbentuk

persegi (±1.8 m) atau persegi panjang dengan tiang 1.5- 2.5 m hingga dapat

berjalan bebas di bawahnya. Bangunan ini memiliki dinding penuh, lantai, kamar-

kamar, serambi, dapur, garang, dan tangga untuk naik. Bubungannya adalah

bubungan perahu menurut panjang anjung (nutuk hanyuk), atap terbuat dari

anyaman ilalang atau rumbia (sagu), disebut hatok bulung runtan. Lantainya

terbuat dari pelupuh bambu, berdinding anyaman bambu atau kulit kayu, dan ada

loteng darurat. Anjung berfungsi sebagai tempat kediaman sementara dan kadang-

kadang secara tetap, untuk menunggu ladang atau kebun dari suatu panen hingga

panen berikutnya. Bangunannya menggunakan tali rotan atau paku untuk

perangkainya. Bangunan ini bentuk dan fungsinya hampir sama dengan rumah

tinggal hanya berukuran lebih kecil dan bertempat di kebun dan digunakan selama

beberapa tahun hingga musim panen. Berikut sketsanya (Gambar 20).

Gambar 20 Kubu, Kepalas, dan Anjung

Balay (Lumbung)

Lumbung untuk padi, kopi dan damar disebut balay. Bentuknya seperti

bangunan rumah kecil yang berdinding kayu atau bambu, persegi empat,

berukuran 4 m2, terbuat dari kayu dengan atap ijuk berbentuk /piramidal, tinggi 1

m dari tanah, sistem peninggiannya menggunakan tumpukan kayu bulat yang

bersilangan di atas umpak batu untuk menjaga kontak langsung dengan

permukaan tanah agar kayu landasan penggungnya tidak cepat lapuk dan rusak.

Bangunan balay sekarang, peninggian lantainya menggunakan tiang untuk

menghindari naiknya tikus ke dalam lumbung lewat tumpukan kayu-kayu

landasan. Balay padi terletak di luar Pekon dan menjadi perpekonan tersendiri

yang disebut balay ramik (tempat lumbung yang banyak, agar tidak mengotori

udara dari debu kulit padi/dedak (huwok), dan saat menjemur padi tidak diganggu

oleh ayam karena sudah jauh dari Pekon. Jika rumah pemiliknya di ujung Utara,

balaynya bisa berada di ujung Selatan pekon yang jaraknya cukup jauh. Balay

untuk kopi atau lada tidak berada di balay ramik, tetapi di tepi, belakang rumah

AnjungKepalasKubuSumber: Rusdi et al. 1986

Page 53: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

37

Jarjau Balai

atau di tengah kebun yang selalu ditunggu oleh pemiliknya (anjung) karena tidak

mungkin menampung seluruh hasil kebun di dalam balay. Ruangan hanya terdiri

dari lepau dan lom balay. Ukuran lepau lebih kecil dari lom balay. Lepau balay

yang disebut lepau ni balay berfungsi sebagai tempat menginik/ngilik, yaitu

melepas bulir padi dari malai/tangkainya, dengan digiling memakai telapak kaki.

Hal ini terlihat mengerikan namun dahulu di pekon-pekon hal ini biasa saja. Kaki-

kaki gadis dan wanita yang sudah lanjut usia dahulu tahan diadu dengan bulir

padi. Tangga balay tidak dipasang permanen, dapat dilepas, dan digantung di

lepau atau digeletakkan saja di bawah Balay yang panggung. Bentuk tiang balay

seperti tiang rumah tinggal, bedanya diberi papan lingkaran seperti roda antara

andar dan tiang yang disebut ranggas. Fungsi ranggas untuk mencegah naiknya

tikus atau ular yang dikhawatirkan bersarang di dalam tumpukan padi. Dinding

balay dipasang dari dalam senta (penyesuk) untuk menahan agar dinding balay ini

tidak jebol (beka/bedah) dan agar tidak mudah dicongkel pencuri. Pada balay,

andar yang melintang yang menjadi tumpuan kekuatan memikul kayu penyangga

lantai (jaryau). Bangunan ini memakai paguk berukir (panjang 30 cm). Berikut

balay ramik dan pembagian ruangannya (Gambar 21)

Gambar 21 Balay Ramik dan pembagian ruangannya

Fungsi lain dari lepau balay adalah untuk tempat menunda padi yang baru

dibawa pulang dari sawah atau ladang, susunan padi harus dibuat sepadat

mungkin agar tidak mudah rusak. Padi yang baru dibawa dari sawah berbentuk

ikatan-ikatan yang disebut iko’an. Bahan pengikatnya baik dari jerami itu sendiri

(sengol/pucung) maupun dari kulit kayu waru (panai/i). Ikatan-ikatan itu harus

dilepas agar susunan padinya padat, tempat membuka ikatan ini adalah di

lepau/garangni balay. Lom balay seperti telah disebut diatas adalah tempat

menyimpan padi yang disebut hamejong. Dalam menghamejongkan padi,

digunakan pestisida alami daun jambu Luna/sarikaya Lagundi. Balay milik anak

sulung biasanya menampung juga hasil sawah/ladang adik-adiknya yang sudah

memisah sehingga dalam sebuah balay kadang-kadang terdapat beberapa tumpuk

padi. Nilai kejujuran orang-orang dulu masih ada, mereka saling percaya dan tidak

1

Lepau

2

Lom Balay

Sumber: Panji, 2010 Sumber : Rusdi et al 1986

Sumber : Rusdi et al 1986

Page 54: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

38

saling mengganggu. Hal ini masih mungkin karena sesama mereka masih ada

pertalian darah. Kalaupun demikian pada perkembangan sekarang ini banyak juga

penduduk yang telah memindahkan balaynya ke belakang rumah, tapi hal ini

masih belum umum dan jarang terjadi di pekon-pekon. Biasanya lumbung padi ini

didirikan berdekatan dengan anjung di ladang masyarakat yang sudah hidup

mengelompok (umbulan). Rumah Ibadah (Mesjid, Surau dan Penyembahyangan)

Mesjid selain sebagai tempat sholat lima waktu dan sholat Jumat, dipakai

juga untuk perayaan hari-hari besar Islam. Peratin menggunakannya sebagai

tempat musyawarah saat sebelum atau sesudah sholat Jumat. Mesjid di pekon ini

sudah tidak ditemukan yang bertipe panggung, sedangkan untuk surau masih

ditemukan. Masyarakat membangun mesjid berbentuk persegi empat, dengan

bubungan atap bertingkat (pemugungan nganak) untuk mendukung dan

memperindah menara mesjid. Dinding mesjid agak menjorok ke dalam, karena

samping kiri kanan digunakan sebagai beranda mesjid. Kolam tempat berwudhu

dan buang air kecil di sebelah kiri pintu masuk mesjid. Bagian pengimaman lebih

menjorok ke arah kiblat. Bentuk bubungan atapnya bertingkat dan berlainan tipe.

Hal ini, karena pembangunan bertahap dari generasi ke generasi yang

mempertahankan bangunan pokoknya, disebut ngakuk bakonni (mengambil

hikmahnya) dengan pemikiran bahwa perombakan total akanmenghilangkan

pahala para pendiri sebelumnya. Bagian depan agak menonjol ke depan dan ada

teritisan (penaber). Bentuk bubungan masih bertahan dengan bubung perahunya,

sehingga bagian bubungan yang lain seolah-olah hanya sebagai mimbarnya

saja.Berikut pembagian ruang mesjid dan mesjid Jami’ (Gambar 22).

1 Garang, tempat meletakkan sandal dan menggantungkan kopiah sewaktu mengambil air wudhu 2 Beranda depan, tempat sholat (bila di dalam telah penuh) dan tempat perayaan hari besar Islam 3 Kolam wudhu, diisi air pancuran dari pematang yang disalurkan melalui bambu atau pipa 4 Tempat kaum wanita duduk atau sholat tarawih di bulan Ramadhan, ruangan ini dibatasi tirai (taber),

tirai pendek untuk perayaan-perayaan, tirai tinggi untuk sholat 5 Ruang tengah mesjid, tempat sholat atau berkumpul 6 Mimbar tempat khatib dan imam, juga tempat menyimpan alat-alat yang berharga 7 Beranda kiri dan kanan mesjid sama fungsinya dengan beranda depan 8 Gudang Penyegok’an, tempat menyimpan barang-barang, alat-alat bangunan, dan keranda mayat 9 Beranda samping kanan

Gambar 22 Struktur ruang dan foto Mesjid Jami’ di Pekon Kenali

Surau adalah tempat anak-anak belajar membaca Al-Quran, dan tempat

sembahyang lima waktu, kadang-kadang sebagai tempat sholat tarawih di bulan

Ramadhan, terutama bagi warga di sekitar surau. Juga sering dipakai sebagai

tempat perayaan hari besar Islam terutama bagi anak-anak yang ikut mengaji.

KeteranganBatas lahanRuang publikRuang semi

Ruang privatRuang servis

MENARA

MESJID

1

9

2

3

4

5

67

7

8

publik

Sumber : Rusdi et al 1986

Page 55: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

39

Bentuk dan ukurannya lebih kecil dari mesjid. Tipe surau ada yang persegi empat,

persegi panjang, dengan bubungan perahu atau limas. Surau terdiri atas beranda

depan, ruang surau, dan mimbar. Selain itu, terdapat bangunan sejenis surau yang

lebih kecil yaitu penyembahyangan. Penyembahyangan terletak di tepi pangkalan

mandi, hanya berdinding setengah, dan tidak bermimbar. Penyembahyangan

adalah hadiah/amalan seseorang dalam mencari pahala dan keridhoan Allah SWT,

bangunan ini dimanfaatkan untuk sembahyang lima waktu, terutama waktu Ashar,

saat penduduk pulang bekerja dan selesai mandi. Balai Pekon

Balai Pekon adalah tempat pertemuan masyarakat. Tiang dan sebagian

dinding terbuat dari papan kayu, sedangkan atap dari genteng. Terdapat ruang

yang lapang di dalam bangunan, ruang ini yang merupakan gelanggang

musyawarah. Bangunan ini merupakan bangsal pertemuan sehingga tidak

memiliki kamar, hanya berupa bangsal biasa. Ia hampir sama fungsinya dengan

balai desa yang dibangun untuk kepentingan musyawarah dan pertemuan pekon,

didalamnya biasanya ada bangku dan panggung, dan tidak digunakan sebagai

tempat upacara adat. Upacara adat sekarang dilakukan dengan membangun balai

adat darurat, dimana setelah selesai upacara dibongkar lagi. Bangunan ini

dibangun menyatu dengan Kantor Peratin. Berikut Balai Pekon (Gambar 23).

Gambar 23 Balai Pekon

Lamban Pamanohan (Rumah Pusaka) Lamban pamanohan adalah bangunan penyimpanan benda-benda pusaka,

milik kerabat satu marga buay belunguh. Lamban pamanohan yang berada di

pekon ini adalah lamban pesagi yang sudah cukup tua (bentuk serta ukurannya

sama persis dengan Lamban Pesagi milik Mad Saari). Seluruh pewarisnya sudah

pergi ke kota sehingga rumah ini dijadikan tempat pusaka. Dapur rumah ini

menjadi satu dengan rumah induk, walaupun sedikit ditambah atap ke belakang,

untuk memperluas bagian dapur. Tiangnya sudah diolah/ditarah dengan motif

genta, rumah seperti ini jarang memiliki beranda/lepau, yang ada hanyalah garang

hadap, yang terletak di ujung tangga. Bagian bawah rumah tidak diberi dinding.

Bila dilihat bangunan ini agak kecil, tidak memiliki serambi (simpeng/ halunan),

dinding yang biasanya dari papan, dipasang dari dalam senta (penyusuk) sehingga

kalau dilihat sepintas tanpa memperhatikan jendela-jendela yang ada dan tanda-

tanda kehidupan lainnya kita akan mengira bangunan tersebut adalah lumbung

padi. Bangunan ini jendelanya sudah jarang dibuka dan atap ijuknya sudah

banyak diganti genteng. Bangunan ini berada di tengah-tengah pekon, dan

memiliki pekarangan yang luas untuk upacara pembersihan pusaka (Gambar 24).

Page 56: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

40

Sumber: Panji, 2010

Gambar 24 Lamban Pamanohan dan struktur ruangnya

Gedung Sekolah dan Perkantoran

Gedung sekolah terdiri atas: 1 Taman Kanak-kanak (TK), 2 Sekolah Dasar

(SD), 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan satu Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA). Bangunan kantor berjumlah 8, terdiri atas: Kantor

Kecamatan Belalau, Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Limau

Kunci, Kantor Dinas Perhubungan, Kantor Urusan Agama (KUA), Kantor Pusat

Kesehatan Masyarakat (KUA), Kantor Pos dan Giro, Kantor Perusahaan Listrik

Negara (PLN), dan Kantor Kepala Pekon Kenali (Gambar 25 dan 26).

Gambar 25 Gedung TK Dharma Wanita

Tempatmandi

Lamban

Pamanohan

WC

LEGENDASaluran drainaseBatas pekarangan

Sumber: BP3, 2003

Ruang publikRuang semi publikRuang privatRuang servis

Jalan beraspal

Jala

n b

eras

pal

0 2

N

4 8 m

Plank namaPagar hidup

PerkerasanR

um

ah P

endu

duk

Tugu interpretasi

Page 57: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

41

Gambar 26 Kantor Camat dan PDAM

Pemakaman dan Situs Batu Kepappang

Pemakaman disebut tambak, terdiri atas pemakaman keluarga dan

komunitas umum. Terdapat 4 lokasi pemakaman, 3 diantaranya berada di pinggir

jalan raya Provinsi, dekat areal persawahan dan gedung sekolah Dusun Campang

sari. Lokasi pemakaman ke-4 bersebelahan dengan areal situs Batu Kepappang

yang terletak tepat di belakang bangunan SD Negeri 1 Dusun Sukadana. Areal

pemakaman ini dikelilingi oleh kebun kopi (Gambar 27), salah satu kuburan ada

yang dikeramatkan, yaitu Tambak Begur Sakti Segedah Wani.

Gambar 27 Denah, situs Batu kepappang, dan gerbang masuknya

Tambak Begur Sakti Segedah Wani.adalah kuburan seorang panglima

perang kerajaan yang gugur di medan perang dan kepalanya dipotong musuh

dengan sembilu bambu. Kepalanya dikubur di Kenali dan tubuhnya dikubur di

Krui, keduanya masih dikeramatkan hingga sekarang. Situs Batu Kepappang

terdiri atas susunan batu-batu pipih yang diletakkan di tanah secara berurutan

sebanyak 9 buah, disusun tiga saf ke belakang membentuk pola persegi panjang,

berorientasi Timur-Barat. Jarak antar batu sekitar 5 m, batu-batu ini adalah

tempat duduk para raja dan pemimpin Pekon pada upacara Pabon. Sebuah menhir

lagi berjarak 4 m terletak di sisi Selatan, bersusun segi empat, inilah Batu

5 5

55

4

m m

mm

m

U

Page 58: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

42

Kepappang (bercabang), menghadap ke Utara (arah Gunung Pesagi) yang

melambangkan Culu’ Langit (tempat turunnya roh leluhur dan para dewa). Batu

ini bagian atasnya bercabang, sebagai tempat leher manusia yang akan dipenggal,

di sekitarnya terdapat batu besar dan kecil yang berfungsi menahan batu agar tetap

tegak. Pabon adalah ritual animisme zaman Megalitik (sebelum Islam) dengan

mempersembahkan korban berupa bujang atau gadis kepada para dewa dan roh

leluhur. Bujang atau gadis ini dipilih yang paling sempurna (sifat, fisik, dan

kepribadian), kemudian dipenggal lalu dagingnya dimasak dan dimakan beramai-

ramai oleh seluruh warga dengan maksud agar seluruh sifat baiknya dapat

menular pada seluruh warga pekon3.

Lapangan, Pasar Pekon, Poskamling, dan Jembatan.

Pekon ini memiliki lapangan (Gambar 28). yang cukup luas dan ditumbuhi

rumput yang dibiarkan meninggi untuk makanan ternak. Lapangan ini berfungsi

sebagai tempat berkumpul, bermain sepak bola, dan mendirikan panggung saat

resepsi pernikahan. Dari sisi Selatan kita dapat melihat keindahan Gunung Pesagi

Pasar di Pekon Kenali buka setiap hari, dari pagi hingga siang karena Pekon

Kenali adalah ibukota kecamatan, kebutuhan akan pasar pada pekon-pekon di

Belalau terpusat di Kenali. Pekon Kenali juga memiliki Pos Keamanan

(Poskamling) disetiap Dusun, sehingga terdiri atas 5 Pos. Selain itu, terdapat 8

buah jembatan, dua diantaranya adalah jembatan permanen.

Gambar 28 Lapangan pekon Areal Sawah (Padi dan Palawija)

Areal sawah di wilayah ini terletak mengelilingi areal permukiman dengan

luas total 238.72 ha, 178.72 ha untuk sawah teririgasi (padi sawah), 60 ha sawah

tadah hujan (padi ladang). Sawah dibuat berpetak-petak dan terletak di dekat

aliran sungai untuk sawah yang teririgasi. Sungai yang melewati wilayah ini

adalah Sungai Way Semangka di Utara dan Way Lakak di Selatan, untuk mengairi

sawah sungai-sungai tersebut dialirkan dengan sistem irigasi berpengairan teknis.

3 Bpk. Basri (Guru Sekolah Dasar Negeri 1 Dusun Sukadana)

Page 59: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

43

Penambahan areal sawah adalah sebesar 80.12 ha (lihat Tabel 5 hlm 15) yang

sebelumnya merupakan areal semak belukar (lahan tidur), areal perkebunan, dan

areal hutan. Hal ini disebabkan pertambahan jumlah penduduk yang

meningkatkan kebutuhan akan beras/padi (Oryza sativa). Sawah dikelola dengan

menanami padi pada musim hujan dan palawija pada musim tanam berikutnya.

Penanaman palawija ini terkadang hanya sebagai tanaman sela (ditanam pada

pinggiran sawah) atau di musim kemarau saat aliran air tidak dapat mencapai

areal ujung sawah. Berikut jenis-jenis vegetasinya (Tabel 12).

Tabel 12 Jenis-jenis vegetasi di areal sawah (padi dan palawija)

Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai Kacang Hijau Kacang Tanah

Oryza sativa Zea mays

Manihot utilissima Ipomoea batatas L.

Glycine max Vigna radiate

Arachis hypogea L.

Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan

Sumber : BPS 2012 dan survei lapang 2012

Areal Kebun Campuran

Areal kebun campuran terletak di sebelah Utara (tidak berbatasan langsung)

areal permukiman, berada setelah areal sawah dan perkebunan, di dekat aliran

sungai dengan luas total 287.46 Ha. Areal ini sebelumnya adalah areal hutan

(lihat Gambar 6 hlm 16). Hasil produksi berupa tanaman sayur dan buah-buahan

dengan hasil utamanya adalah Cabe (35 Kw) (data Kepala BP3 Kecamatan

Belalau 2010). Berikut jenis-jenis vegetasinya (Tabel 13).

Tabel 13 Jenis-jenis vegetasi di areal kebun campuran

Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Ketimun Bawang daun Bawang merah Buncis Kacang panjang Kentang Kubis Sawi Terung Cabe Tomat Wortel Bayam Kangkung Labu siam Bawang putih Nenas Sawo Rambutan Alpokat Jambu biji Mangga Cempedak Durian Duku

Cucumis sativus Allium fistulosum

Allium cepa Phaseolus vulgaris L. Vigna sesquipedalis L Solanum tuberosum L.

Brassica oleracea Brassica rapa

Solanum melogena L. Capsicum annuum L Solanum

lycopersicum Daucus carota L. Amaranthus sp.

Ipomoea fistulosa Sechium edule Allium sativum

Ananas comosus Manilkara zapota

Nephelium lappaceum Persea americana Psidium guajava Mangifera indica

Artocarpus integer Durio zibethinus Garcinia dulcis

Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman pangan Tanaman buah Tanaman buah Tanaman buah Tanaman buah Tanaman buah Tanaman buah Tanaman buah Tanaman buah Tanaman buah

Sumber : BPS 2012 dan survei lapang 2012

Page 60: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

44

Areal Perkebunan

Areal perkebunan terletak menyebar mengelilingi areal permukiman,

sebagian besar berada di sebelah Selatan areal permukiman. Pada sebelah Utara

terletak di dekat areal sawah dan aliran sungai. Luas total areal perkebunan adalah

428.62 ha. Pengurangan areal perkebunan adalah sebesar 33.52 ha (lihat Tabel 5

hlm 15) yang menjadi areal sawah dan permukiman. Hasil perkebunan terdiri dari

tanaman keras, dengan hasil utama: kopi (365 ha, 210 Kw), lada (29 ha, 5 Kw),

dan kakao (9 Kw) (data Kepala BP3 Kecamatan Belalau 2010). Berikut jenis-jenis

vegetasinya (Tabel 14).

Tabel 14 Jenis-jenis vegetasi di areal perkebunan

Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi

Aren

Cengkeh

Kakao

Kayu Manis

Kelapa

Kelapa Hibrida

Kemiri

Kopi Robusta

Kopi Arabika

Lada

Pinang

Vanili

Arenga pinnata Syzygium aromaticum

Theobroma cacao Cinamomum burmannii

Cocos nucifera

Cocos nucifera Aleurites moluccana

Coffea canephora

Coffea arabica Piper nigrum

Areca catechu Linnvannilli planifolia

Tanaman industri dan konservasi

Tanaman industri dan aromatik

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri

Tanaman industri Sumber : BPS 2012 dan survei lapang 2012

Areal Hutan Marga Belunguh

Areal hutan marga (wilayah hutan non kawasan hutan negara yang lahannya

dikelola dan dikuasai oleh garis keturunan marga Belunguh secara turun-temurun

berdasarkan kesepakatan adat dan belum diatur secara legal formal), terletak di

ujung Selatan Pekon Kenali, berada di kelerangan curam. Hutan ini berfungsi

sebagai zona penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), daerah

tangkapan air (water catchment area), pencegah erosi dan longsor, dan tempat

pelestarian keanekaragaman hayati flora dan fauna. Hutan ini berada di ketinggian

800-1050 m dpl, memiliki sumber-sumber air yang diperlukan untuk areal sawah,

areal perkebunan, dan kebutuhan rumah tangga di Pekon Kenali. Dengan

demikian, nilai penting hutan ini untuk mengatur tata air dan menjaga kelembaban

suhu yang penting untuk kenyamanan. Keberadaan hutan marga merupakan

warisan secara turun-temurun dari leluhur marga Belunguh untuk dimanfaatkan

sebagai sumber kebutuhan kayu, kayu dari hutan marga hanya diperuntukkan bagi

kebutuhan rumah tangga di dalam pekon. Luas total areal hutan ini adalah 88.83

ha. Pengurangan areal perkebunan adalah sebesar 405.37 ha (lihat Tabel 5 hlm 15)

yang sebagian besar menjadi areal kebun campuran (di Utara). Hasil hutan utama

adalah Damar. Selain itu, satwa liar terdiri atas: gajah, rusa, kijang, napuh, kancil,

kambing hutan, landak, kerbau liar, badak, tapir, ular, buaya, biawak, trenggiling,

luwak, harimau dan beberapa jenis kera: mawas, wawa, siamang, beruk, dan

ceguk. Gajah berombongan 20-30 ekor disebut liman ramik, badannya kecil

kehitaman. Gajah Bukit Barisan disebut liman cutik, berjumlah paling banyak

empat ekor, badannya besar (± tiga kali liman ramik), kulitnya lebih putih. Berikut

jenis-jenis vegetasi dan satwa liar di areal hutan marga (Tabel 15 dan 16).

Page 61: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

45

Tabel 15 Jenis-jenis vegetasi di areal hutan marga

Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Jelatong Balam Nipah Merbau Menteru Bungur Damar Gelam Rengas Klutum Meranti Rotan Kayu manis Bambu Kemenyan Nabung Rang

Dipterocarpus caudatus Palaquium walsurifolium

Nypa fruticans Intsia palembanica

Schima wallichii Lagerstromea sp. Shorea javanica

Melaleuca leucadendra L Gluta renghas

Dyera sp. Araucaria cunninghamii

Calamus sp. Cinamomum burmannii

Bamboosa sp. Styrax sp.

Oncosperma tigillarium Alstonia scholarish

Tanaman industri Tanaman industri

Tanaman konservasi Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri Tanaman industri

Sumber : BPS 2012 dan survei lapang 2012

Tabel 16 Jenis-jenis satwa liar di areal hutan marga

Nama Lokal Nama Ilmiah Status Mamalia

Anjing Hutan Badak Sumatera Beruang Madu Harimau Sumatera Kucing Emas Macan Dahan Berang-berang Kerbau Liar Kambing Hutan Tapir Rusa Sambar Kijang Kancil Napu Kelinci Sumatera Gajah Siamang Owa Singapuar Monyet Ekor Panjang Monyet Ekor Pendek Lutung Cecah Babi Hutan Trenggiling

Cuon alpinus Dicerorhinus sumatrensis

Helarctos malayamus Panthera tigris sumatrae

Felis temmincki Neofelis nebulosa

Lutra lutra Bubalus bubalis

Capricornis sumatrensis Tapirus indicus Cervus unicolor

Muntiacus muntjak Tragulus javanicus

Tragulus napu Nesolagus netscheri

Elephan maximus sumatranus Symphalangus syndactylus

Hylobates agylis Tarcius bancanus

Macaca fascicularis Macaca nemestrina Presbytis cristata

Presbytis melalophos Sus barbatus

Manis javanica

Dilindungi/Langka Dilindungi/Langka

Dilindungi Dilindungi

Dilindungi/Langka Dilindungi Dilindungi Dilindungi

Dilindungi/Langka Dilindungi/Langka

Dilindungi Dilindungi

Dilindungi/Umum Dilindungi

Dilindungi/Langka Dilindungi Dilindungi Dilindungi

Dilindungi/Langka Umum Umum Umum Umum Umum

Dilindungi Ikan

Arwana Belida Jelabat Seluang Baung Ikan Mas Ikan Betok

Sclerophages formosus Notopterus sp.

Leptobarbus hoevenii Rasbora sp. Mystus sp.

Oxyeleotris marmorata Anabas testudineus

Dilindungi/Langka Umum Umum Umum Umum Umum Umum

Reptilia Biawak Varanus salvatorius Umum

Sumber : Red Data Book IUCN dan survei lapang 2012

Page 62: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

46

Pengaruh Luar terhadap Permukiman Wilayah ini pernah dikuasai oleh Inggris (1769-1824), Belanda (1825-

1941), dan Jepang (1942-1945) (Marsden 1811 dan Koentjaraningrat 1979).

Akibatnya, terjadi proses pergeseran budaya berupa perubahan pada permukiman

tradisional. Perubahan tersebut terutama karena pengaruh teknologi, ekonomi,

agama, dan pendidikan. Sistem dan hasil teknologi yang banyak mempengaruhi

permukiman tradisional, antara lain: (1) Digunakannya paku untuk merangkai

bangunan (teknologi tradisional diikat dengan ijuk); (2) Atap ijuk diganti dengan

genteng, seng, atau asbes; (3) Hasil teknologi bata dan semen mengganti kayu dan

papan; (4) Letak rumah yang biasanya di tepi/dekat sungai, dengan adanya jalan

raya berubah menghadap jalan raya; dan (5) Bentuk pokok rumah di atas tiang

(rumah panggung), diganti dengan bentuk pokok rumah di atas tanah. Pengaruh

ekonomi yang mempengaruhi arsitektur tradisional, antara lain: (1) Bahan

kayu/papan sudah mulai langka dan mahal sehingga banyak diganti dengan

bata/semen yang lebih ekonomis; (2) Ukuran rumah disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan sehingga ukuran rumah sekarang tidak sebesar rumah

pada zaman dulu lagi; dan (3) Cara mengerjakan bangunan tidak lagi dengan

gotong-royong, tetapi telah dikerjakan oleh tukang-tukang dengan sistem upah

bertahap atau borongan. Agama berpengaruh untuk rumah tinggal (arah hadap

WC), mesjid dan musholla, ragam hias (kaligrafi), dan upacara-upacara pendirian

bangunan. Upacara-upacara ini hanya berupa doa selamat pada waktu akan

menempati rumah. Pengaruh pendidikan berupa nilai-nilai kebersihan dan

kesehatan (sanitasi). Pada bangunan tradisional sudah dilengkapi dengan kamar

mandi/WC, ventilasi, dan pagar. Tipe dan Elemen Bangunan Tradisonal

Tipe bangunan tradisional, antara lain: (1) Tipe rumah Limas Panjang, ada

pada rumah tinggal tradisional masyarakat; dan (2) Tipe Pesagi (rumah panggung

beratap piramid dengan hiasan culuk langit di puncak atap)ada pada Lamban

Pesagi, lamban Pamanohan, dan Balay. Selanjutnya, elemen-elemen bangunan

tradisional antara lain: (1) Paguk, elemen pada ujung-ujung luar balok lantai.

Dahulu paguk menjadi tanda rumah tetua adat. Pada Pekon Kenali elemen ini

hanya ada di Lamban Pesagi. Pada bangunan gedung masa kini, paguk

ditempatkan pada ujung luar balok bangunan pada lantai dua (atau seterusnya ke

atas) atau pada ring balk bangunan satu lantai. Elemen ini juga dipasang pada

bangunan pemerintahan; (2) Bikkai, elemen pada ujung teritisan atap; (3) Andang-

andang, adalah railing teras rumah adat Lampung; dan (4) Tighal, adalah hiasan

yang ditempatkan di atas andang-andang, di atas pintu (terutama pintu serambi),

dan diatas jendela serambi. Berikut foto elemen Paguk dan Bikkai (Gambar 29)

Gambar 29 Elemen Paguk dan Bikkai

Page 63: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

47

Orisinalitas

Pekon Kenali memiliki elemen lanskap bersejarah dalam bentuk, struktur,

dan fungsinya yang masih asli berupa 749 rumah panggung (±138 diantaranya

berusia >50 tahun termasuk lamban pesagi), Balai Pekon, Mesjid, Lamban

Pamanohan, Balay (lumbung), dan situs Batu Kepappang. Zona kawasan yang

tidak berubah sejak tahun 1969 (Gambar 30) atau yang dikategorikan sebagai

daerah yang masih asli ada pada areal permukiman, sawah, perkebunan, hutan

marga, sungai dan jalan raya utama dengan total luas area 702.79 Ha (58% dari

total luas wilayah Pekon Kenali).

Gambar 30 Zonasi kawasan yang tidak berubah sejak tahun 1969

Hampir semua rumah tradisional di kawasan pulau memiliki pondasi tinggi,

sehingga secara filosofis pondasi rumah-rumah tinggal tradisional ini bukan khas

rumah tradisional Lampung. Pondasi semacam ini juga bisa ditemukan di

permukimant Dayak Kenyah, Betawi, Jawa, Sumba, dan hampir seluruh kawasan

Asia Tenggara. Pondasi rumah yang ditinggikan, menyebar di beberapa tempat di

Asia Tenggara, merupakan daerah penyebaran Austronesia yang muncul sebelum

pengaruh budaya Hindu-Budha (9-15 M). Pada masa penjajahan Belanda, terdapat

larangan penebangan pohon secara liar, sehingga rumah tradisional yang seluruh

bahan bakunya kayu, tidak bisa lagi dibangun. Kalaupun ada yang membangun

rumah, mereka merupakan keluarga tokoh adat (saibatin) atau para pemilik kebun

cengkeh dan kopi yang mendapat perlakuan khusus dari pemerintah Belanda. Izin

V

III II

I

VI

Bumiagung

Serungkuk

Hujung

LuasCampang

Tiga

Bakhu

Kejadian

Way Humawai

Banjar agungSurabaya

Kenali 1

Sukadana

Way

Sem

angk

a

Way Merih

Sukamakmur

Campang sari

Bedudu

IV

KETERANGAN

SungaiJalan beraspalJalan berbatuSawah

Permukiman

Balai Ramik dan rumah kebunJembatanMesjid/MushollaPemakamanBangunan Sekolah

Sumber :

1 Peta RBI, blad Liwa dan Kenali skala 1:50.000, Bakosurtanal 1977

2 Peta tutupan lahan Kab. Lampung Barat, Kemenlinghup 2006/2007

3 Draft dokumen RPJM Pekon Kenali 2010

4 Survey lapang 2012

Batas wilayah

Balai Pekon (Pusat Desa)Rumah Pemangku Adat

Kebun campuran

HutanPerkebunan

VI

Rumah Peratin Kenali

0 250 1000 m500

N

Page 64: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

48

penebangan pohon untuk pembangunan rumah baru bisa keluar jika si pemilik

rumah menyetujui tawaran dari pemerintah Belanda terkait penggunaan ornamen-

ornamen khas Eropa pada rumah tersebut. Karenanya, banyak rumah tradisional

menggunakan bahan tembaga pada ornamen jendela, semen untuk tangga, dan

campuran besi-tembaga pada ornamen pagar. Lama-kelamaan, ornamen-ornamen

Eropa mulai banyak digunakan masyarakat karena ornamen-ornamen itu dianggap

mewakili kelas sosial masyarakat. Semakin bergaya Eropa, status ekonomi

pemilik rumah dipandang semakin tinggi, karena untuk membuat bangunan

bergaya Eropa perlu tukang-tukang khusus yang didatangkan dari Meranjat

(Sumatra Selatan). Pengaruh arsitektur Eropa merupakan salah satu tahap

perkembangan arsitektur tradisional Lampung (sejak abad ke-18) . Pola Sirkulasi

Pola sirkulasi (Gambar 31) terdiri atas sirkulasi manusia, sirkulasi

kendaraan, sirkulasi satwa, dan jalur utilitas. Jalur sirkulasi manusia terdiri atas

jalan beraspal, jalan berbatu atau setapak, di sekitar pekarangan rumah, pada areal

perkebunah, sawah, dan hutan. Selanjutnya, jalur satwa terutama satwa liar

terdapat di luar areal permukiman, yaitu di areal hutan dan perkebunan, dan

kadang dapat dijumpai di areal sawah. Jalur utilitas terdiri atas: saluran drainase,

saluran irigasi, jalur listrik dan telepon.

Gambar 31 Pola sirkulasi

IV

V

III II

I

VI

Way Humawai

Banjar agungSurabaya

Kenali 1

Sukadana

Way

Sem

angk

a

Way Merih

Campang sari

Mesjid/mushollaPemakamanBangunan sekolah

Sumber:

1.Peta RBI Liwa &Kenali skala 1:50.000

2.Draft dokumen RPJM Pekon Kenali 2010

3.Survei lapang 2012

0 250 1000 m500

N

KETERANGAN

Jalur sirkulasiBatas wilayah

Page 65: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

49

Di masa lampau, jalan sirkulasi manusia ini hanya terdiri atas jalan lintas

darat yang hanya berupa jalan setapak yang sempit dan berkelok-kelok, dan jalur

lintas sungai. Sekarang, hanya jalur lintas sungai yang masih dapat teridentifikasi

karena bentuknya tidak pernah berubah oleh manusia ataupun oleh alam. Jalan

setapak ini yang mungkin masih dapat teridentifikasi berada di jalur lintas

pendakian gunung-gunung dan bukit-bukit yang ada di wilayah ini. Jalur sirkulasi

kendaraan roda empat terbatas pada jalan beraspal (jalan raya Provinsi, dan jalan

Desa) dan jalan berbatu yang agak lebar. Pada kendaraan beroda dua dapat

melewati seluruh jalan tersebut, termasuk mengitari pekarangan rumah-rumah

panggung (rumah tradisional).

Kebijakan dan Pengembangannnya

Kebijakan yang langsung dan tidak langsung mengatur kawasan

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Barat

2010-2030 (Perda No.1/ 2012), wilayah ini termasuk kawasan resapan air dengan

rencana pengembangan berupa revitalisasi kawasan tradisional/bersejarah yaitu

kawasan yang mempunyai bangunan bersejarah yang bernilai atau bermakna

penting. Berdasarkan UU RI no. 11/2010 wilayah ini dapat ditetapkan sebagai

Kawasan Cagar Budaya. Selain itu, terdapat rancangan peraturan pemerintah

Registrasi Nasional Cagar Budaya yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Sejarah

dan Purbakala 2011. Rancangan peraturan pemerintah ini mengatur kewajiban

warga negara perseorangan, kelompok orang, badan usaha berbadan hukum, dan

badan usaha bukan berbadan hukum, masyarakat hukum adat, dan pemerintah

untuk mendaftarkan obyek yang diduga sebagai Cagar Budaya dan Benda Cagar

Budaya yang ditetapkan menggunakan Undang-Undang No.5/1992 Benda Cagar

Budaya sebagai Cagar Budaya. Kewenangan pengelolaan hidup berdasarkan UU

RI no.23/1997 tentang Pengelolaan Hidup. Undang-Undang No.32/2004

Pemerintah Daerah menetapkan kewenangan Kabupaten/Kota semakin besar

dalam pengelolaan hidup. Pasal 7 ayat I UU RI 32/2004 menyebutkan bahwa

pengelolaan lintas kabupaten dilaksanakan oleh Provinsi. Peran Kabupaten pada

pasal 11 semakin strategis dalam pengelolaan hidup pada masa pelaksanaan

undang-undang otonomi daera.

Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan

lindung dan kawasan budidaya dalam UU No. 26/2007, Peraturan Pemerintah No.

47/1997, dan Keputusan Presiden No. 32/1990. Kawasan lindung adalah kawasan

yang berfungsi utama melindungi kelestarian hidup, mencakup sumber daya

alam, sumber daya buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan

pembangunan yang berkelanjutan. Pemanfaatan kawasan lindung secara garis

besar mencakup: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di

bawahnya (Pekon Kenali dalam fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir,

menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan ketersediaan sumber daya

air; 2. Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam untuk melidungi

keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam; 3. Kawasan rawan

bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung

berapi, gempa bumi, tanah longsor, dan banjir; dan 4. Kawasan perlindungan

setempat yang berfungsi melestarikan perlindungan dan kegiatan budidaya. Luas

kawasan hutan di Provinsi Lampung menurut SK Menteri Kehutanan dan

Page 66: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

50

Perkebunan No.256/KPTS/II/2000 dan Perda No.5/2001 Penataan Ruang

Wilayah Provinsi Lampung tercatat seluas 1 004 735 Ha atau 30.43% dari total

luas wilayah Lampung, yang terdiri atas: Hutan Lindung 317.62 Ha (31.6%),

Hutan Suaka alam dan Cagar Budaya 462.03 Ha (46%), Hutan Produksi Terbatas

33.36 Ha (3.32%), dan Hutan Produksi Tetap 191.73 Ha (19%). Seluruh peraturan

dan kebijakan terkait dengan kawasan permukiman tradisional pada Tabel 17.

Tabel 17 Peraturan dan kebijakan yang terkait dengan kawasan permukiman

Peraturan dan Kebijakan Tahun

Undang-undang RI No. 5 tentang Benda Cagar Budaya

Peraturan pemerintah RI No.10 (pasal 23 dan 27); tentang Pelaksanaan UU

No.5/1992

Keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.063/U/1995 tentang

Perlindungan dan Pemeliharaan Benda Cagar Budaya

Daftar Isian Proyek (DIP) Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala

Petunjuk Operasional (PO) Proyek Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan

Purbakala

Undang-undang RI No. 11 tentang Cagar Budaya

Undang-undang RI No. 23 tentang Pengelolaan Hidup

Undang-undang RI No. 32 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang RI No. 24 tentang Penataan Ruang

Undang-undang RI No. 22 tentang Pemerintah Daerah

Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 256/KPTS/II

Perda No. 5/2001 tentang Penataan Ruang Wilayah Prov.Lampung

RTRW Kabupaten Lampung Barat 2010-2030

Undang-Undang No. 26 tentang Kawasan Lindung

Peraturan Pemerintah No. 47 tentang Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 tentang Kawasan Lindung

RPJM Provinsi Lampung tahun 2004-2009

1992

1993

1995

2003

2003

2010

1997

2004

1992

1999

2000

2001

2012

2007

1997

1990

2004

Pengembangan oleh Pemerintah dan Masyarakat

Pengembangan yang ada berupa pelestarian situs Lamban Pesagi dan situs

Batu Kepappang oleh Balai Arkeologi tahun 2003-2011 di bawah pengawasan

Dinas Pariwisata. Sejak tahun 2012, Dinas Pendidikan Nasional kembali menjadi

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K), kegiatan pengelolaan dan

pelestarian kedua situs tersebut beralih di bawah pengawasan Dinas P dan K

dengan tetap dilakukan oleh Balai Arkeologi. Hal ini bertujuan agar

pelestariannya lebih mengarah ke pendidikan, pada Dinas Priwisata lebih

bertujuan komersial4

. Tujuan komersial ini misalnya dengan membangun

penginapan, sarana rekreasi, dan fasilitas pariwisata lainnya yang dapat menarik

pengunjung sebanyak-banyaknya sehingga dikhawatirkan dapat merusak keaslian

situs dan sekitarnya. Sesuai dengan tujuan pengalihan Balai Arkeologi kembali di

bawah Dinas P dan K, sebagian besar wisatawan yang mendatangi kawasan ini

bertujuan untuk pendidikan berupa penelitian dan menggali kebudayaan kuno

yang masih ditemukan bukti keberadaannya lewat dua Situs Cagar Budaya

(Lamban Pesagi dan Batu Kepappang) di pekon ini. Penelitiaan untuk

4 Elly Suryaningsih, S.Sos (Staf Peneliti Balai Arkeologi Serang)

Page 67: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

51

pengembangan Situs Cagar Budaya bertujuan untuk memacu pengembangan

ekonomi yang hasilnya digunakan untuk memelihara Situs Cagar Budaya itu

sendiri dan meningkatan kesejahteraan masyarakat pekon ini.

Hasil pendapatan Pekon Kenali dari tahunke tahu terus mengalami

penurunan. Penerimaan pajak mulai tahun 2008 s/d 2009 mengalami penurunan.

Penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2009 adalah sebesar 12%, sedangkan dari

tahun 2009 ke tahun 2010 adalah sebesar 4%. Penurunan penerimaan pajak

selama tahun 2008 s/d 2010 ini disebabkan oleh banyaknya Pekon/Desa yang

dimekarkan, sehingga terpisah dari Pekon Kenali, dan berkurangnya jumlah

penduduk Pekon Kenali. Tanah Kas Desa disewakan kepada masyarakat untuk

ditanami tanaman pangan. Biaya sewa ditarik setiap bulan. Alokasi Dana Pekon

(ADP) adalah dana APBD Kabupaten. Besaran dana setiap tahun dapat berubah

sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten. Masalah ini dapat diselesaikan

salah satunya dengan meningkatkan permukiman tradisional Pekon kenali

sebagai daerah tujuan wisata yang dikembangkan baik oleh pemerintah maupun

dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berikut Hasil Pendapatan Pekon Kenali tahun 2008-2010 (Tabel 18).

Tabel 18 Hasil pendapatan pekon kenali tahun 2008-2010

Sumber Pendapatan 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp)

Pajak

Tanah Kas Desa

Alokasi Dana Pekon (ADP)

Total

8.922.733,00

5.300.000,00

135.000.000,00

149.224.741,00

8.112.562,00

5.300.000,00

98.000.000,00

111.414.571,00

8.081.462,00

5.300.000,00

91.900.000,00

105.283.472,00 Sumber: Draf Dok RPJM Kenali 2010

Pekon ini dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebagai

Desa Wisata. Alasan pemilihan pekon ini menjadi Desa Wisata karena keberadaan

rumah-rumah panggungnya. Di pekon ini, selain Lamban Pesagi, masih banyak

ditemui rumah panggung yang keberadaannya semakin langka di Provinsi

Lampung. Pekon Lumbok di tepi Danau Ranau merupakan salah satu percontohan

program Desa Wisata yang sudah dilaksanakan. Konsep pengembangan Desa

Wisata berupa homestay adalah dengan konsep ekowisata dengan fasilitas

penginapan, air bersih, dan sarapan di pemukiman penduduk setempat yang

istilahnya sering disebut B&B (Bed and Breakfast). Untuk menginap di rumah

warga ini, pengunjung membayar Rp 150.000 per orang untuk dua hari. Jumlah

itu termasuk biaya makan makanan tradisional setempat sebanyak tiga kali sehari.

Pola ini bisa menjadi pilihan mengingat harga menginap di hotel di area ini bisa

mencapai Rp 1.250.000 per hari.

Selain itu, terdapat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Pedesaan (PNPM-MP) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan Belalau.

Dana kegiatan PNPM-MP ini diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) dan APBD, yang disalurkan kepada 11 Pekon untuk kegiatan

Fisik dengan satu kegiatan Simpan Pinjam (SPP). Pekon ini yang juga merupakan

ibukota Kecamatan Belalau telah melaksanakan kegiatan PNPM-MP tersebut

berupa pembangunan saluran irigasi. Untuk kegiatan pengembangan wisata,

konsep Desa Wisata dari Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dan kegiatan

Page 68: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

52

PNPM-MP ini satu sama lain saling mendukung untuk pelestarian sekaligus

meningkatkan pendapatan masyarakat .

Setiap tahun jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Lampung

Barat selalu meningkat. Tingginya minat wisatawan mancanegara terhadap

kawasan ini dapat diketahui salah satunya saat bulan Januari 2011 kapal pesiar

Odessy Clipper asal Amerika Serikat yang membawa 103 wisatawan

mancanegara merapat di pantai Krui, Lampung Barat yang bertujuan untuk

mengunjungi objek-objek wisata. Salah satu potensi wisatawan lainnya adalah

para pendaki Gunung Pesagi yang sebagian besar mendaki setiap 1 Muharram.

Wisatawan mancanegara yang berkunjung antara lain: peselancar, pendaki

Gunung Pesagi, dan terutama di pekon ini adalah para pengunjung rumah tua

Lamban Pesagi. Para wisatawan mancanegara berasal dari Amerika Serikat,

Swiss, Prancis, dan profesi mereka antara lain pembuat film, peneliti, peselancar,

dan pendaki gunung. Wisatawan domestik sebagian besar berprofesi sebagai

peneliti, dosen, dan mahasiswa. Buku tamu tersebut adalah milik Balai Arkeologi

yang diamanatkan pada Mad Saari (pemilik Lamban Pesagi dan sebagai Juru

Pelihara bangunan Cagar Budaya) yang wajib ditandatangani setiap pengunjung

Lamban Pesagi. Semua pengunjung tersebut kagum pada kondisi fisik Lamban

Pesagi yang tetap kokoh meski telah mengalami dua kali gempa (tahun 1933 dan

1994). Selain mengunjungi Lamban Pesagi, sebagian besar wisatawan bertujuan

melihat Pesta Sekura yang diadakan tiga hari setelah Idul Fitri dan Idul Adha.

Berikut jumlah wisatawan dan objek wisata di Kabupaten Lampung Barat 2003-

2011 (Tabel 19)

Tabel 19 Jumlah wisatawan dan objek wisata di Kabupaten Lampung Barat

2003-2011

Tahun Wisatawan Objek Wisata

Alam Tirta Bahari Budaya

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

5.550

20.914

14.279

26.065

31.638

37.212

24.149

23.242

27.527

10

6

42

42

42

42

42

7

10

5

14

14

14

14

14

14

10

10

14

13

13

13

13

13

13

12

12

33

42

42

42

42

42

42

11

15 Sumber: BPS, 2012

Atraksi budaya cukup banyak dan beragam sehingga penyusunan daftar

atraksi wisata ini didasarkan untuk melihat diversifikasi obyek dan produk wisata

yang dapat dikembangkan dan ditawarkan pada para wisatawan (Tabel 20).

Atraksi-atraksi ini merupakan serangkaian upacara adat yang ada dalam daur

kehidupan setiap masyarakat adat. Selanjutnya, ploting atraksi-atraksi budaya

tersebut pada peta dapat dilihat pada Gambar 28.

Page 69: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

53

Tabel 20 Daftar atraksi budaya dan jenis atraksinya

Atraksi Budaya Jenis Atraksi

Bediom (menempati rumah baru)

Buhimpun (musyawarah adat)

Butetah (pemberian adok/gelar adat)

Cakak pepadun (Kenaikan pangkat adat)

Seni Gamolan/Kolintang

Jebus (Debus khas Lampung)

Khitanan

Nayuh (pesta pernikahan)

Miyah damau (acara bujang-gadis)

Repong damar (pemanjatan pohon damar)

Pawai Sekura

Silat Kumanggo

Tari Keris

Tari Melinting

Tari Piring

Tari Sahwi

Tari Sebarudangan

Tari Sembah

Tari Kenui

Tari Tanggai

Tari Batin

Kuruk liman (7 bulanan)

Saleh darah (kelahiran)

Cukuran (saat bayi berumur 1 bulan)

Mahan manik (saat bayi berumur 40 hari)

Upacara turun tanah (saat bayi berumur 3 bulan)

Upacara buserak (membuat lubang anting saat

bayi perempuan berumur 5 bulan)

Busepi (saat anak berumur 17 tahun)

Sekakh buasah (penobatan status remaja)

Pertunangan

Rebah diah (upacara perkawinan adat besar)

Budu’a (berdoa) di lamban

Unduh mantu

Upacara kematian

Nganukkeh curing (upacara membuang sial)

Upacara ngabasuh pamanoh (mencuci pusaka)

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Pertunjukan bela diri

Tari-tarian

Tari-tarian

Tari-tarian

Tari-tarian

Tari-tarian

Tari-tarian

Tari-tarian

Tari-tarian

Tari-tarian

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Upacara adat

Page 70: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

54

N

LP

Lap

angan

K e

b u

n

Keb

un

P e

k a

r

a n

g a

n

K e

b u

n

Keb

un

Bed

iom

Paw

ai S

eku

ra

Rep

on

g D

am

ar

Sil

at K

um

an

gg

o

Bu

him

pu

nB

ute

tah

Ca

kak

Pep

ad

un

Ga

mo

lan

Jeb

us

Kh

itan

an

Tar

i-ta

rian

KE

TE

RA

NG

AN

Su

ng

aiJa

lan

ber

asp

alJa

lan

ber

bat

uS

awah

Per

mu

kim

an

Ba

lai

Ra

mik

dan

ru

mah

keb

un

Jem

bat

an

Mes

jid

/mu

sho

lla

Pem

akam

anB

ang

un

an s

eko

lah

Sum

ber

:

1P

eta

RB

I, b

lad L

iwa

dan

K

enal

i sk

ala

1:5

0.0

00, B

akosu

rtan

al

1977

2P

eta

tutu

pan

lah

an K

ab. L

amp

ung

Bar

at, K

emen

linghup

2006/2

007

3D

raft

doku

men

RP

JM P

ekon K

enal

i 2010

4S

urv

ei lap

ang

2012

Bat

as w

ilay

ah

La

mb

an

Pa

ma

no

ha

nL

P

Bal

ai P

eko

nR

um

ah P

eman

gk

u A

dat

Lam

ban

Pes

agi

Sit

us

Bat

u K

epap

pan

g

Keb

un

cam

pu

ran

Hu

tan

Per

keb

un

an

Pem

akam

anR

um

ahM

asji

d J

ami'

Ru

mah

Per

atin

Ken

ali

1

Na

yuh

(p

esta

per

nik

ahan

)

Atr

ak

si-a

trak

si b

uday

a

Aca

ra b

uja

ng

-gad

is

Ku

ruk

lim

an

(7

bu

lan

an)

Up

acar

a k

elah

iran

-pen

ob

atan

sta

tus

rem

aja

Up

acar

a p

ertu

nan

gan

Up

acar

a p

emo

ton

gan

ker

bau

Bu

du

'a d

i la

mb

an

Up

acar

a u

nd

uh

ma

ntu

Up

acar

a k

emat

ian

Ng

an

ukk

eh c

uri

ng

Ng

ab

asu

h p

am

an

oh

02

50

10

00

m5

00

Ser

ung

ku

k

Hu

jung

Lu

asC

amp

ang

Tig

a

Su

kam

akm

ur

Bak

hu

Bed

ud

u

Kej

ad

ian

Way

Hum

awai

Way

Mer

ih

Ban

jar

agun

gS

ura

bay

a

Ken

ali

1

Ken

ali

2

Cam

pan

g s

ari

Su

kad

ana

Way

Sem

angk

a

Bu

mi

agun

g

2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

45

6

7

8

910

11

12

13

14

15

16

17

20

1

2

318

18

18

18

18

18

19

19

G

ambar

32 P

loti

ng a

trak

si-a

trak

si b

uday

a di

Pek

on K

enal

i

Page 71: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

55

Selain itu, ketersediaan infrastruktur, meliputi:

1 Sarana transportasi darat terdiri atas: bus, angkutan desa, mobil sewaan, dan

ojek. Kondisi jalan menuju desa dalam kondisi baik dengan total panjang

416.95 km. Sarana laut seperti kapal hanya digunakan untuk menangkap ikan

dan sedikit sekali untuk angkutan dengan Pelabuhan Perikanan Nusantara

Bengkunat sebagai Pelabuhan Samudera. Sarana udara berupa lapangan

terbang Seray di Kecamatan Pesisir Tengah.

2 Fasilitas listrik (tersedia dari PLN (Perusahaan Listrik Negara)), air bersih

(PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), dan drainase (Gambar 29).

3 Layanan Telekomunikasi dan Informasi, terdiri atas: jaringan telepon, telepon

selular, internet, telegram, ORARI, televisi, radio, dan kantor pos.

4 Pasar, tersedia 9 pasar umum dan 102 toko permanen serta 143 semipermanen

di wilayah Lampung Barat.

5 Hotel, terdapat 49 hotel di Kabupaten Lampung Barat (BPS 2012).

6 Bank dan Rumah Sakit. Di Kabupaten Lampung Barat terdapat tiga bank besar

seperti Bank Lampung, BNI, BRI, beberapa lembaga keuangan BPR (Bank

Pembangunan Rakyat), serta RSU (Rumah Sakit Umum) Lampung Barat.

Gambar 33 Saluran drainase

Analisis Penilaian Kawasan Pekon dan Rekomendasi Pengembangannya

Pekon ini telah mengalami perubahan tata guna lahan sebesar 42% (lihat

Tabel 5 hlm 15). Elemen-elemen lanskap yang menjadi pusat pemukiman terdiri

atas: lapangan (ruang publik) yang dikelilingi perkantoran, sekolah, dan mesjid,

dengan jalan raya yang membelah kawasan sehingga dapat dikatakan pekon ini

berpola linear-konsentrik (memanjang mengikuti jalan raya dengan tetap memiliki

pusat permukiman). Struktur, fungsi, dan elemen bangunan beradaptasi untuk

penambahan ruang (hampir semua kolong-kolong rumah panggungnya sudah

ditutup atau diberi tembok semen). Ruas jalan bertambah seluas 1 Ha hanya di

pusat pekon sehingga karakteristiknya masih bertahan. Elemen lanskap bersejarah

dalam bentuk, struktur, dan fungsinya yang asli berupa 749 rumah panggung

(±138 diantaranya berusia >50 tahun termasuk lamban pesagi), balai pekon,

mesjid kuno, lamban pamanohan, balay (lumbung), pemakaman, dan situs Batu

Kepappang sehingga membentuk kesatuan lanskap bersejarah yang harmonis.

Pekon ini memiliki banyak kesamaan variabel pada permukiman di sekitarnya

berupa rumah-rumah panggung. Pada segi estetika terjadi perubahan, tetapi tidak

Page 72: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

56

merubah karakter. Elemen-elemen yang berbeda dengan sekitarnya: lamban

pesagi, situs Batu Kepappang, dan lamban pamanohan. Selanjutnya, kawasan ini

cukup menciptakan kontinuitas dan keselarasan pada kawasan sekitarnya karena

terlihat menyatu antara rumah-rumah panggung dengan lingkungan sekitarnya.

Aspek arkeologi menunjukan nilai penting dari permukiman tradisional

(Haslam, 2013), pada Pekon Kenali berupa keberadaan situs Batu Kepappang

(dead culture) dan lamban pesagi (living culture). Situs Batu Kepappang disebut

dead culture karena budaya yang terkait dengan situs tersebut sudah punah/mati

(dead culture). Pada Lamban Pesagi, budaya yang terkait dengan bangunan

tersebut masih hidup karena notabene masih dihuni oleh pemilik aslinya (living

culture). Dari segi pengelolaan, pihak Balai Arkeologi lebih menitikberatkan

ranah pekerjaannya pada dead culture dan pihak BKSNT lebih menitikberatkan

ranah pekerjaannya pada living culture. Pada kenyataannya, keduanya (situs Batu

Kepappang dan Lamban Pesagi) dikelola oleh pihak Balai Arkeologi dibawah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan5.

Dari segi kesejarahan, memiliki fungsi terkait periode sejarah karena

kawasan ini diyakini sebagian besar masyarakat Lampung sebagai asal nenek

moyang mereka sebelum kedatangan Islam. Kawasan ini berpengaruh dalam

sejarah perkembangan arsitektur karena keberadaan Lamban Pesagi yang berusia

> 200 tahun (berdasarkan deskripsi bentuk rumah dari tulisan Marsden, 1811) :

“... The frames of the houses are of wood, the underplate resting on pillars of about 6 or 8 feet in height, which have a sort of capital but no base, and are wider at top than at

bottom. The people appear to have no idea of architecture as a science, though much

ingenuity is often shown in the manner of working up their materials, and they have, the

Malays at least, technical terms corresponding to all those employed by our house carpenters.

Their conception of proportions is extremely rude, often leaving those parts of a frame which have the greatest bearing with the weakest support, and lavishing strength upon inadequate

pressure. For the floorings they lay whole bamboos (a well-known species of large cane) of four or five inches diameter, close to each other, and fasten them at the ends to the timbers.

Across these are laid laths of split bamboo, about an inch wide and of the length of the room,

which are tied down with filaments of the rattan; and over these are usually spread mats of different kinds. This sort of flooring has elasticity alarming to strangers when they first tread

on it. The sides of the houses are generally closed in with palupo, which is the bamboo

opened and rendered flat by notching or splitting the circular joints on the outside, chipping away the corresponding divisions within, and laying it to dry in the sun, pressed down with

weights. This is sometimes nailed onto the upright timbers or bamboos, but in the country

parts it is more commonly interwoven, or matted, in breadths of six inches, and a piece, or

sheet, formed at once of the size required. In some places they use for the same purpose the

kulitkayu, or coolicoy, as it is pronounced by the Europeans, who employ it on board ship as dunnage in pepper and other cargoes. This is a bark procured from some particular trees, of

which the bunut and ibu are the most common. When they prepare to take it the outer rind is

first torn or cut away; the inner, which affords the material, is then marked out with a prang, pateel, or other tool, to the size required, which is usually three cubits by one; it is afterwards

beaten for some time with a heavy stick to loosen it from the stem, and being peeled off is laid in the sun to dry, care being taken to prevent its warping. The thicker or thinner sorts of the

same species of kulitkayu owe their difference to their being taken nearer to or farther from

the root. That which is used in building has nearly the texture and hardness of wood. The pliable and delicate bark of which clothing is made is procured from a tree called kalawi, a

bastard species of the bread-fruit. The most general mode of covering houses is with the atap,

5 Drs. Nanang Saptono, Dra. Endang Widyastuti, dan Nurul Laili, S.Sastra (Para staf peneliti di

Balai Arkeologi Bandung)

Page 73: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

57

which is the leaf of a species of palm called nipah. These, previous to their being laid on, are formed into sheets of about five feet long and as deep as the length of the leaf will admit,

which is doubled at one end over a slip or lath of bamboo; they are then disposed on the roof

so as that one sheet shall lap over the other, and are tied to the bamboos which serve for rafters. There are various other and more durable kinds of covering used. The kulitkayu,

before described, is sometimes employed for this purpose: the galumpei--this is a thatch of narrow split bamboos, 6 feet in length, placed in regular layers, each reaching within 2 feet

of the extremity of that beneath it, by which a treble covering is formed: ijuk this is a

vegetable production so nearly resembling horse-hair as scarcely to be distinguished from it. It envelopes the stem of that species of palm called enau, from which the best toddy or palm

wine is procured, and is employed by the natives for a great variety of purposes. It is bound

on as a thatch in the manner we do straw, and not unfrequently over the galumpei; in which case the roof is so durable as never to require renewal, the ijuk being of all vegetable

substances the least prone to decay, and for this reason it is a common practice to wrap a quantity of it round the ends of timbers or posts which are to be fixed in the ground...”

Selain itu, karena keberadaan rumah-rumah tinggal tradisional lainnya yang

dipengaruhi kemajuan teknologi pada masa penjajahan Inggris dan Belanda.

Kawasan ini berpengaruh dalam perkembangan sejarah Kabupaten karena

merupakan bagian dari perkembangan sejarahnya, terdapat bukti fisik peralihan

kekuasaan dari masa Keratuan (Hindu-Budha), Kesultanan (Islam), masa

penjajahan Inggris dan Belanda, serta pembagian wilayah Provinsi (dahulu

merupakan wilayah provinsi Bengkulu). Kawasan ini berpengaruh dalam

perkembangan sejarah bangsa karena termasuk wilayah kewedanan perang

perlawanan rakyat Bukit Kemuning, Front Utara melawan penjajah Belanda

(informasi ini bersumber dari Sultan Edward Syah Pernong (Sultan Kepaksian

Skala Brak ke-23) dalam Adiputra 2011). Pada nilai ekonomi formal dan informal

bernilai rendah karena keberadaan warung-warung kecil sangat sedikit, tidak ada

restoran, kios-kios berada di pasar, dan terdapat satu retail Alfamart di kawasan

ini. Keberadaan legenda Belasa Kepappang Pekon Kenali popular juga aktivitas

sosial-budayanya dalam bentuk berbagai upacara adat ada dan popular (tidak

hanya di wilayah Lampung, tapi hingga ke mancanegara). Terakhir, kelompok

masyarakat ada tapi tidak populer karena hanya dikenal di Pekon Kenali.

Berdasarkan seluruh hal diatas, ditentukan penilaian bagi seluruh kriteria

dengan hasil rehabilitasi, dengan nilai total 41 (Tabel 21). Penilaian lankap sejarah

memiliki tujuan utama melindungi keseluruhan lanskap, bersamaan dengan

pemahaman bagaimana hal tersebut berpengaruh dan berguna sebagai acuan untuk

pelestariannya (Hooke 2013). Tindakan rehabilitasi dengan mempertahankan

karakter/ciri khas permukiman tradisional berkaitan dengan nilai pentingnya,

memperbaiki elemen lanskap yang rusak, dan mengganti elemen lanskap yang

hilang. Penambahan elemen lanskap harus berkarakter dan ciri khas tradisional.

Berikut tindakan rehabilitasi untuk masing-masing kriteria.

1 Tata guna lahan: mempertahankan zona kawasan yang tidak berubah sejak

tahun 1969 (lihat Gambar 19 hlm 47), mempertahankan keanekaragaman

hayati yang ada pada pekarangan, perkebunan, kebun campuran dan hutan

marga. Perubahan dapat dilakukan ke arah produktif (misalnya: penanaman

tanaman rendah di sela-sela pepohonan tinggi akan menambah

keanekaragaman hayati dan menutup seluruh permukaan tanah sehingga dapat

menjaga nutrisi tanah).

Page 74: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

58

2 Pola pemukiman: mempertahankan pola yang ada. Penambahan bangunan

(misalnya untuk tujuan pariwisata seperti penginapan, tempat penjualan

souvenir atau balai pertunjukan) diploting pada lahan permukiman.

3 Bangunan: memperbaiki rumah-rumah tradisional dengan penambahan ijuk di

atas atap rumah dan penambahan elemen paguk, andang-andang, tighal, dan

bikkai jika tidak ada pada bangunan rumah sehingga ciri-khas tradisionalnya

kembali. Rumah-rumah tradisional yang berusia lebih dari 50 tahun sebaiknya

diberi treatment pengawetan untuk kayu bangunannya.

4 Pola sirkulasi: mempertahankan pola yang ada. Penambahan jalur dapat

dilakukan berupa jalan setapak tanpa perkerasan (jalan tanah) atau dengan

perkerasan yang ekologis (paving block, grass block, kerikil, atau bebatuan)

5 Integritas: membuat jalur interpretasi yang dapat membentuk kesatuan lanskap.

6 Keragaman: penambahan elemen-elemen baru seperti balai pertunjukan,

sanggar kesenian, museum (lamban pamanohan notabenenya adalah museum

dalam bentuk rumah pusaka, akan tetapi masih banyak benda-benda kuno

Tabel 14 Hasil penilaian kawasan pekon

Kriteria Keterangan Nilai

Kriteria-kriteria Fisik-Visual Tata Guna Lahan Pola pemukiman Bangunan Pola sirkulasi Integritas Keragaman Gaya Arsitektur Kelangkaan Kejamakan Estetika Superlativitas Kualitas pengaruh

Mengalami perubahan 42% Terdapat elemen yang menjadi pusat pemukiman, berpola linear-

konsentrik Struktur, fungsi, dan elemen bangunan tidak berubah, banyak

bangunan berusia >50 tahun Ruas jalan bertambah, karakteristiknya masih bertahan Elemen lanskap sejarah tersebar dalam jumlah sedikit sehingga

tidak membentuk kesatuan lanskap bersejarah yang harmonis Memiliki 2-5 perwakilan elemen bersejarah Elemen lanskap masih memiliki gaya arsitektur khas masa lalu Ada banyak kesamaan variabel pada permukiman di sekitarnya Memiliki minimal satu nilai tinggi dari aspek- aspek sebelumnya Terjadi perubahan yang tidak merubah karakter Memiliki beberapa elemen yang berbeda dengan sekitarnya Cukup menciptakan kontinuitas dan keselarasan pada kawasan

sekitarnya

2 2

3

2 1

2 2 1 2 2 2 2

Kriteria-kriteria Non-Fisik Kesejarahan Sejarah Arsitektur Sejarah Kabupaten Sejarah Bangsa Nilai Ekonomi

Formal Nilai Ekonomi

Informal Legenda Aktivitas sosial-

budaya Kel.Masyarakat

Memiliki fungsi terkait dengan periode sejarah Berpengaruh dalam Sejarah Perkembangan Arsitektur Berpengaruh dalam Sejarah Perkembangan Kabupaten Berpengaruh dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Tidak bernilai atau bernilai rendah Tidak bernilai atau bernilai rendah Ada dan popular Ada dan popular Ada tapi tidk popular

2 2 2 2 1

1

3 3

2 Nilai Total 41

Page 75: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

59

yang tersebar atau dimiliki penduduk yang tidak dirawat). Dua lamban pesagi

yang dipindahkan ke Museum Lampung akan lebih baik jika dikembalikan ke

Pekon Kenali sehingga menambah keragaman elemen lanskap bersejarahnya.

7 Gaya arsitektur: sama seperti tindakan rehabilitasi pada bangunan tradisional,

pembangunan rumah baru dalam bentuk rumah tradisional (sudah dicanangkan

oleh pemerintah dan sudah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan

penduduk Kabupaten Lampung Barat). Saat observasi lapang terakhir yang

dilakukan, penulis melihat rumah panggung terbuat dari kayu yang dibangun

tepat di depan bangunan lamban pesagi. Bisnis rumah kayu seperti ini di Liwa

(pusat Kabupaten Lampung Barat) sudah mencapai pangsa pasar luar negri.

8 Kelangkaan: penambahan elemen yang menjadi penanda ciri khas Pekon

Kenali seperti gapura dan tugu selamat datang. Lamban pamanohan yang

letaknya di pinggir jalan raya Provinsi yang dilewati oleh bus lintas kota

(lamban pesagi berada di jalan desa sehingga tidak dapat langsung terlihat)

diberi penanda yang lebih besar berupa nama Lamban Pamanohan di tembok

pagar bagian depan dan pembuatan taman sehingga lebih menarik pengunjung.

9 Estetika: penataan kawasan dengan penyeragaman pagar (seperti yang sudah

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lampung Tengah), penanaman tanaman

hias terutama di pinggir jalan raya Provinsi. Pohon besar yang menutupi fasad

bangunan rumah tradisional sebaiknya dipangkas agar tidak menutupi view

dari pengunjung

10 Superlativitas: mempertahankan keberadaan elemen-elemen lanskap yang

berbeda dengan permukiman sekitarnya (situs Batu Kepappang, lamban

pesagi, dan lamban pamanohan). Situs Batu Kepapang berada di lahan kebun

kopi milik penduduk sehingga situs ini tertutupi oleh vegetasi. Pembebasan

lahan dapat dilakukan oleh pemerintah sehingga situs ini dapat dipugar,

dibersihkan dari vegetasi yang menutupi situs tersebut, diberi papan

interpretasi, pembangunan areal pengunjung, dan pagar pembatas. Penjelasan

untuk lamban pesagi seperti pada kriteria keragaman ditambah mengurus

kondisi Lamban Pesagi yang akan dijual oleh pemiliknya (Mad Saari) yang

sebaiknya dibeli oleh pemerintah sehingga dapat dijaga kelestariannya.

Penjelasan untuk lamban pamanohan seperti pada kriteria kelangkaan.

11 Kualitas pengaruh: mempertahankan kontinuitas dan keselarasan yang ada

dengan mempertahankan dinding rumah tradisional yang tidak dicat, tidak

menambahkan elemen apapun yang dapat mengganggu keselarasan yang ada

seperti papan iklan reklame, spanduk, dan cat berwarna mencolok.

12 Kesejarahan dan sejarah arsitektur, Kabupaten, dan bangsa: seperti tindakan

pada kriteria integritas, keragaman, dan superlativitas yaitu dengan

pembangunan museum, jalur interpretasi, dan papan interpretasi (pada 3

elemen lanskap: situs Batu Kepappang, lamban pesagi, dan lamban

pamanohan).

13 Nilai ekonomi formal dan informal: membangun tempat penjualan souvenir

dan cinderamata, makanan dan produk khas Lampung Pesisir, rehabilitasi

bangunan pasar sehingga berciri khas tradisional. Pembangunan retail

Alfamart yang mengganggu ciri khas tradisionalnya sebaiknya dipindahkan.

14 Legenda: sama seperti tindakan pada kriteria kesejarahan.

15 Aktivitas sosial-budaya: pembangunan rumah-rumah makan tradisional,

penginapan, dan program homestay. Hal ini, karena saat atraksi wisata

Page 76: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

60

pengunjung yang datang membludak dan fasilitas serta akomodasi yang

tersedia tidak mencukupi. Selama ini, wisatawan yang mengunjungi Pekon

Kenali hanya dapat tempat penginapan dan rumah makan di Kecamatan Pesisir

Selatan, Ngambur, PesisirTengah, Pesisir Utara, Balik Bukit, Sumberjaya,

Way Tenong, Krui Selatan, dan Lumbok-Seminung (lihat Tabel 12 hlm 48)

16 Kelompok masyarakat, antara lain: (a) kelompok desa: kelompok tani, karang

taruna, kelompen capir, kadar kum dan kader pembangunan, dan (b) kelompok

kesenian: sandiwara/seni drama, seni tari, silat, dan seni suara diberdayakan

dan diberi fasilitas balai pertemuan, sanggar, dan diperkenalkan pada dunia

nasional dan internasional lewat pertunjukan dan festival budaya.

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik permukiman tradisional di Pekon Kenali adalah berkumpul,

memanjang mengikuti jalan raya, tanah garapan berada di belakang, dan terletak

di dekat sungai. Karakteristik sosial-budaya yang mempengaruhinya adalah sistem

hidup pi’il pesenggiri, yang berlaku terhadap sesama manusia, hewan, tumbuh-

tumbuhan, dan alam. Rumah peratin dan para pemangku adat yang berada di pusat

permukiman bertujuan memudahkan koordinasi para perangkat desa. Besar

kecilnya rumah tinggal di masa kini tidak mencerminkan status pemilik rumah.

Sebagian besar penduduk yang kaya lebih memilih pindah dan tinggal di pusat

kota. Rumah peratin dan para pemangku adat berupa lamban mahanyukkan tipe

sedang. Selain itu, saling bergotong-royong dalam segala aspek kehidupan,

seperti: pengolahan ladang dan upacara-upacara adat, serta sistem kekerabatan

membuat jarak rumah mereka saling berdekatan. Dalam hubungan dengan alam

terdapat semboyan Bumi Tuah Bepadan, bahwa manusia dengan alam tidak bisa

dipisahkan. penyebab utama pergeseran pola permukiman adalah penjajahan.

Selain itu karena faktor alam seperti gempa, pertambahan jumlah penduduk, dan

pembangunan jalan beraspal. Tindakan pelestarian rehabilitasi perlu dilakukan

dengan mempertahankan karakter dan ciri khas permukiman tradisional yang

berkaitan dengan nilai-nilai arsitekturnya, penambahan elemen lanskap harus

berkarakter dan ciri khas tradisional.

Saran

Pekon Kenali sebagai salah satu penyumbang khazanah budaya Nusantara,

sudah selayaknya membangun kembali lanskap permukiman tradisonal dan

kebudayaan pembentuknya yang mungkin sudah terlupakan, disajikan dalam

bentuk lebih baik dan menarik sehingga dapat dijadikan sebagai objek wisata dan

mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan bagi masyarakatnya. Kearifan

lokal masyarakat Lampung Saibatin pada lanskap permukiman di Pekon Kenali

dari segi sejarah-budayanya perlu disebarluaskan atau disosialisasikan pada

masyarakat luas sebagai sumber ilmu pengetahuan dan pengembangan

kebudayaan. Selanjutnya, perlu upaya bersama dalam pengembangan dan

pelestarian budaya dari seluruh stakeholders untuk kegiatan yang sesuai dengan

Page 77: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

61

kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan yang tidak akan

mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan bagian yang

bernilai penting berupa tindakan rehabilitasi. Studi lebih lanjut perlu dilakukan

mengenai perencanaan dan desain untuk pengembangan kawasan wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, NS. 2011. Silsilah Sultan. [internet]. [diacu 2012 April 20]. Tersedia

dari: http://www.//saliwanovanadiputra.blogspot.com

[BP3] Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. 2003. Laporan Tahunan

Pemugaran/Rehabilitasi Rumah Adat Pesagi, Desa Kenali, Kecamatan Belalau,

Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Proyek Pemanfaatan

Peninggalan Sejarah dan Purbakala Serang-Banten. Bandung (ID):

Kemenbudpar.

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Lampung Barat Dalam

Angka 2012. Bandar Lampung (ID): BPS.

Catanese AJ, Snyder JC. 1979. Introduction to Urban Planning. New York (US):

McGraw-Hill.

[Ditjen PMD] Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2013.

Profil Desa dan Kelurahan. [internet]. [diacu 2013 Juli 30]. Jakarta (ID):

Kemendagri. Tersedia dari: http://www.prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Hadikusuma H, Barusman RM, Arifin R, Sagimun RM, Rifai A, Melalatoa J,

Tobing N, Syamsidar. 1983. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta (ID):

Depdikbud.

Hadikusuma H. 1985. Sejarah dan Adat Budaya Lampung. Jakarta (ID):

Depdikbud.

Handel SN. 2013. Was van Gogh a Plant Ecologist? [editorial]. ER. 31(2):117-

118. [internet]. [diacu 2013 Juni 28]. Tersedia dari http://www.erjournal

@aesop. rutgers.edu/pdf-files/117.full.pdf

Harris CW, Dines NT. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture.

New York (US): McGraw-Hill.

Haslam J. 2013. A Probable Late Saxon Burh at Ilchester. JSLS. 34(1). [internet].

[diacu 2013 Juni 28]. Tersedia dari http://www.w3.org/TR/REC-html40

Hastijanti R. 2008. [diacu 2011 Februari 27]. Analisis Penilaian Bangunan Cagar

Budaya. [internet]. [diacu 2013 Juli 30]. Tersedia dari: http://www.saujana17.

wordpress.com/2008/analisis-penilaian-bangunan-cagar-budaya.html.

Hooke FSAD. 2013. Editorial. JSLS. 34 (1)1-4. [internet]. [diacu 2013 Juni 28].

Tersedia dari http://www.w3.org/TR/REC-html40

Hoop ANJT van Deer. 1932. Megalithic Remains in South Sumatra. Netherland

(NL): Zuthpen.

Koentjaraningrat. 1979. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta (ID):

Djambatan.

[LHP] Lembaga Himpun Pemekonan Pekon Kenali. 2010. Draf Dokumen RPJM

Pekon Kenali, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat. Belalau (ID):

LHP Pekon Kenali.

Marsden FRSW. 1811. The History of Sumatra: Containing an Account of the

Government, Laws, Customs and Manners of the Native Inhabitants. [internet].

Page 78: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

62

[diacu 2012 Nopember 3]. London (GB): Sue Asscher. Tersedia dari:

http://www.gutenberg.org/1/6/7/6/ 16768

Oldeman RAA. 1979. Blueprints for a new tropical agroforestry tradition. Proc.

50th Symp. Trop Agr Bull. 303. Kon. Inst. Amsterdam (NL): Tropen.

Panji. 2010. Permukiman Warisan Tradisional Lampung, Desa Kenali, Lampung

Barat (Ziarah Arsitektur HMTA UBL Jilid 2). [internet]. [diacu 2010 Juni 21].

Tersedia dari: http://www.ArsiLueter 05.com

[Pemkab] Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. 2012. Peraturan Daerah

Kabupaten Lampung Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten

Lampung Barat 2010-2030. Liwa (ID): Pemkab Lampung Barat.

Pemerintah Republik Indonesia. 1993. Undang-Undang Nomor 10 tentang

Pelaksanaan UU No.5/1992 Benda Cagar Budaya. Jakarta (ID): Kemenbudpar.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010

tentang Cagar Budaya. Jakarta (ID): Kementrian Hukum dan HAM.

Pemerintah Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992

tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta (ID): Kemenbudpar.

Rapoport A. 1985. Asal Usul Kebudayaan Permukiman. Bandung (ID):

Intermedia

Rusdi U, Arifin R, Suparno, Indra WD, Zaini F.1986. Arsitektur Tradisional

Daerah Lampung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek

Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta (ID): Depdikbud.

Simmons IG. 2013. Rural landscapes between the East Fen and the Tofts in

South-East Lincolnshire 1100–1550. JSLS. 34 (1). [internet]. [diacu 2013 Juni

28]. Tersedia dari http://www.w3.org/TR/REC-html40

Sumadio B. 1990. Jaman Kuna, Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta (ID):

Depdikbud.

Theoren RJ. 2010. The deep grain of the inquiry: landscape and identity in

Icelandic art. JoLA Spring. 38-59

Page 79: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

63

GLOSARIUM ISTILAH

Istilah-istilah dalam Sistem Pemerintahan dan Kekerabatan

Abdi dalem Orang-orang yang mengabdikan dirinya kepada raja.

Adik nakbai Sebutan untuk adik perempuan dan ina nakbai adalah sebutan

untuk kakak perempuan. Contoh: A, B dan C adalah adik

perempuan dari D. Maka hubungan kekeluargaan mereka ialah

A, B dan C adalah nakbai dari D. Keluarga besar dari

suaminya disebut penakbaian.

Batin/Raja Gelar berdasarkan wilayah dibawah urutan wilayah milik

Pangeran.

Bilik Wilayah setingkat dusun di wilayah pekon.

Buay Kelompok kekerabatan dari satu keturunan moyang, setingkat

dengan marga. Buay asal adalah sebutan untuk keturunan inti

golongan pendiri pekon.

Folklor Adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan

secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.

Kelamo Sebutan hubungan kekeluargaan seorang anak terhadap

keluarga besar dari pihak ibunya. Contoh: A adalah isteri dari

B, mereka punya anak C dan D. Maka keluarga besar dari

ayah dan ibunya A adalah kelamo dari C dan D). Apak kelamo

adalah sebutan untuk paman dari pihak ibunya. Ibu kelamo

adalah sebutan untuk bibi dari pihak ibunya.

Kelepah/Kerepah Sebutan hubungan kekeluargaan antara dua orang atau lebih

perempuan yang bersaudara kandung. (contoh: A adalah isteri

B, mereka memiliki anak perempuan yaitu C dan D. Maka C

adalah kelepah dari D dan sebaliknya.

Kemaman Sebutan hubungan kekeluargaan untuk paman dari pihak ayah.

Kepunyimbangan Pelapisan sosial berdasarkan pangkat/jabatan yang dilihat dari

kedudukan seseorang sebagai pemuka adat, sebagai anak laki-

laki tertua menurut tingkat garis keturunan masing-masing,

dan kedudukan seseorang di dalam adat Lampung.

Kuntara Raja Niti Kitab milik suku Lampung Pubian yang beradat Pepadun dan

berbahasa dialek Api (dialek milik suku Lampung

Saibatin/Pesisir). Kuntara Raja Niti artinya “Kitab Raja

Memerintah” berisikan berbagai hal tentang masyarakat

Lampung, seperti: sejarah asal-usul masyarakat Lampung dan

silsilah keturunannya, pembagian wilayah kekuasaan masing-

masing buay, dan pasal-pasal hukum adat.

Lakau Tuho Sebutan hubungan kekeluargaan seseorang terhadap keluarga

besar dari isteri kakaknya.

Lakau Sebutan hubungan kekeluargaan seorang suami terhadap

keluarga besar dari isterinya.Contoh : A adalah isteri dari B.

Maka keluarga besar dari pihak A adalah lakau dari B).\

Lebu Sebutan hubungan kekeluargaan seseorang terhadap keluarga

asal neneknya.

Mahani Sebutan hubungan kekeluargaan seorang perempuan kepada

saudara laki-lakinya. Contoh: A, B dan C adalah saudara laki-

Page 80: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

64

laki dari D. Maka hubungan kekeluargaan mereka ialah A, B

dan C adalah mahani dari D.

Mas/Kemas Sebutan untuk adik ketiga Sultan, berturut-turut satu tingkat

dibawah gelar kakaknya (Sultan, Raja, dan Radin) dan tidak

memiliki wilayah kekuasaan.

Mintuha Sebutan hubungan kekeluargaan antara suami terhadap orang

tua isterinya, dan antra isteri dengan orang tua suaminya.

Contoh : A mempunyai anak B. Dan C mempunyai anak D.

Kemudian antara B dan D menikah. Maka A adalah mintuha

dari D dan B adalah mintuha dari C.

Nakbai Sebutan hubungan kekeluargaan seorang laki-laki kepada

saudara perempuannya.

Nuwo Sebutan rumah tinggal bagi masyarakat Lampung dalam

dialek Nyow.

Pamegat Jabatan keagamaan tingkat daerah watak. Jabatan ini diwarisi

secara turun-temurun.

Pandia Pakusara Urutan gelar berdasar urutan kebangsawanan di dalam

hubungan darah.

Pangeran Gelar berdasarkan wilayah dibawah urutan wilayah milik

Sultan.

Pekon Desa dengan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur kepentingan warganya

berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dalam Sistem Pemerintahan Nasional. Desa disebut

Pekon berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten Lampung

Barat pada desa-desa tradisional yang menggunakan sistem

Pemangku. Pemekonan setingkat dengan Kelurahan, setiap

Pekon terbagi oleh dusun-dusun dan dipimpin oleh Peratin

Pemangku Kepemimpinan berdasarkan adat.

Peratin Pemimpin pekon yang dipilih dan dilantik secara adat.

Punyimbang Sebutan untuk pemuka adat Lampung. Punyimbang Suku

untuk tingkat suku, punyimbang buay (Bandar) untuk tingkat

buay (sub suku), punyimbang marga (Megou) untuk tingkat

marga, punyimbang pekon untuk tingkat pekon, dan

punyimbang sumbai untuk pemuka adat pekon tetangga.

Radin Gelar adik kedua Sultan, berturut-turut satu tingkat dibawah

gelar kakaknya (Sultan dan Raja).

Radin/Minak Gelar berdasarkan wilayah dibawah urutan wilayah milik

Batin/Raja.

Raja Gelar adik pertama Sultan, satu tingkat dibawah gelar

kakaknya (Sultan).

Rakai Nama silsilah wangsa dan sebutan yang berarti 'penguasa di',

seperti sebutan Bhre zaman Majapahit. Penguasa di daerah

watak yang merupakan raja-raja bawahan.

Sultan/Dalom Gelar berdasarkan wilayah yang menguasai Kesultanan

Lampung.

Umpu/Tamong Sebutan hubungan kekeluargaan untuk kakek atau nenek

dalam masyarakat Lampung.

Page 81: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

65

Uyang Sebutan hubungan kekeluargaan antara seorang isteri terhadap

adik perempuan dari suaminya. Contoh: A adalah isteri B, C

adalah adik perempuan dari B, hubungan kekeluargaan

mereka yaitu C adalah uyang dari A)

Wanua/banua/nua Daerah desa/kampung dalam masyarakat Majapahit dan Bali

kuno.

Watak Daerah yang dikuasai oleh rakai.

Istilah-istilah Vegetasi dan Satwa

Kayu Klumbuk Sebutan untuk sejenis kayu eboni.

Liman cutik Sebutan untuk rombongan gajah yang sedikit.

Liman ramik Sebutan untuk rombongan gajah yang banyak.

Limawong Jadian Sebutan untuk harimau jadi-jadian.

Istilah-istilah dalam Permukiman Tradisional

Andang-andang Railing teras rumah adat Lampung

Andar Pada lamban pesagi adalah rangka bubungan atap. Pada

balay,bagian yang melintang di bawah tiang di atas ranggas

Anjung Rumah kebun di areal perkebunan tanaman keras, berbentuk

persegi (±1.8 m) atau persegi panjang dengan tiang 1.5-2.5 m,

memiliki dinding penuh, lantai, kamar-kamar, serambi, dapur,

garang, dan tangga untuk naik.

Babatan/rang laya Jalan raya

Badanni lamban Bagian badan rumah tinggal

Bah lamban Bagian bawah rumah tinggal

Balay ramik Umbulan atau kumpulan lumbung (Balay artinya lumbung dan

Ramik artinya ramai)

Balay, Walay Lumbung untuk hasil kebun (padi, kopi dan damar)

Balei Balai Kota (istilah kuno pada masa penjajahan Inggris)

Bangkok Bagian muka rumah yang menghadap ke jalan raya

Beka, bedah Belah

Bikkai Elemen tradisional pada ujung teritisan atap rumah tinggal.

Bilik kebik Kamar anak laki-laki tertua

Bilik tebelayar Kamar anak kedua dan seterusnya

Bilik tengah Kamar orang tua

Bilik Daerah di wilayah pekon, setingkat dusun. Bilik dalam rumah

tinggal berarti kamar

Bubung kukus Bentuk atap lamban pesagi yang terbuat dari lembaran ijuk

dengan bentuk mengerucut ke atas.

Bubung perahu Bentuk atap lamban pesagi mahanyukkan yang seperti bentuk

tebak perahu terbalik

Culu’ langit Tempat turunnya roh leluhur dan para dewa di Gunung Pesagi

Gagading Tempat dinding dipasang di bagian atas

Gagading lunas Tempat dinding dipasang di bagian bawah

Garang hadap Bagian kanan rumah dan bagian hadap tempat mula-mula

menaiki tangga, tempat mencuci kaki atau meletakkan alas

kaki dan peralatan yang tidak layak dibawa masuk ke rumah

Garang kudan Tempat mula-mula tiba di dapur, dari tangga dapur

Page 82: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

66

Garang Serambi belakang yang dipergunakan sebagai tempat mandi

dan buang air

Geragal Jembatan

Hamejong Duduk

Hanau Enau

Hanyukni Bagian yang memanjang ke belakang

Hatok bulung Atap anjung yang terbuat dari anyaman ilalang atau rumbia

Hung Kudan Bagian yang memanjang ke belakang dalam Lamban

Mahanyuk’an

Hutang Tatakan tiang duduk dalam Lamban Pesagi

Huwok Debu kulit padi/dedak

Ijan Tangga

Iko’an Ikatan

Ilung kudan,kudan Bagian belakang rumah tinggal

juyu, buri

Kebik, kakebik Pekarangan rumah tinggal kiri dan kanan

Kekopni lamban Bubungan rumah

Kepalas Rumah kecil di tengah kebun untuk menjaga ladang dengan 4

tiang tinggi, atap dari ilalang atau daun sesuk (lengkuas), lebar

tangga 1-1.5 m, ada yang berdinding sebagian (± 60 cm dari

lantai), dan ada yang berdinding penuh. Kepalas ini dibuat dari

bahan kayu atau bambu dan biasanya ada gantungan tali ke

orang-orangan sawah untuk mengusir burung. Ruangan- yang

berdinding penuh, berupa: lepau, rang pedom (tempat tidur),

dan dapur.

Kepappang Bercabang dua (Batu Kepappang: batu yang bercabang dua,

tempat pemenggalan leher manusia saat upacara Pabon)

Kubu Rumah kebun yang didirikan secara darurat dengan peralatan

dan bahan yang mudah didapat di tempat lokasi akan

didirikan, terdapat di ladang atau sebagai gardu di pinggir

jalan. Bentuknya segi empat, berukuran 2 x 2 m, bertiang

kayu, berlantai pelupuh bambu, beratap rumbia atau ilalang,

tidak berdinding, dan diikat dengan tali rotan atau dipaku.

Lamban Rumah penyimpanan benda-benda pusaka di Pekon Kenali.

pamanohan Rumah ini berbentuk persis seperti Lamban Pesagi.

Lamban Rumah tinggal tipe persegi panjang, badan rumah terbuat dari

Lamban balak Rumah tinggal milik punyimbang (kepala adat), bangsawan,

atau orang berada (pemilik kebun besar atau pedagang kaya)

Lamban pesagi Rumah tinggal tradisional tertua yang dimiliki masyarakat

Lampung Saibatin, berbentuk segi empat bujur sangkar,

berdiri di atas tiang setinggi 1,5-2 m, memiliki pondasi

dinaikkan berupa umpak, lantai ditinggikan sehingga

membentuk kolong di bawah lantai, Atapnya dari lembaran

ijuk dengan bentuk mengerucut ke atas.

Lamban Rumah tinggal

Lapang lom Ruang tengah rumah yang dibagi oleh kamar dan tebelayar

Lapang luar Ruang musyawarah dan tempat tidur tamu (dengan memasang

tabir dan digelarkan tikar atau kasur)

Page 83: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

67

Lepau balay Bagian depan/teras pada balay (lumbung)

Lepau Bagian depan rumah yang terdapat kursi/bangku panjang dan

meja, sebagai tempat istirahat atau menerima tamu dekat dan

sanak keluarga

Lepau Beranda/teras

Lom balay Bagian dalam/ruang tengah pada balay (lumbung)

mahanyuk’an kayu, dinding tersusun secara meniang dan memanjang.

Menginik, ngilik Melepas bulir padi dari malai/tangkainya

Meranjat Daerah di Provinsi Sumatera Selatan yang penduduk laki-

lakinya terkenal memiliki keahlian pertukangan kayu

Ngabakhu Bajak kecil yang ditarik kerbau

Ngakuk bakonni Mengambil hikmahnya

nganak menara mesjid

Nutuk hanyuk Bubungan perahu menurut panjang anjung

Pabon Ritual/upacara animisme zaman Megalitik (sebelum Islam)

dengan mempersembahkan korban berupa bujang atau gadis

kepada para dewa dan roh leluhur. Bujang atau gadis ini

dipilih yang paling sempurna (sifat, fisik, dan kepribadian),

kemudian dipenggal lalu dagingnya dimasak dan dimakan

beramai-ramai oleh seluruh warga dengan maksud agar

seluruh sifat baiknya dapat menular pada seluruh warga pekon.

Pagu Plafon di atas teras yang dibuat seperti membuat lantai

Paguk Elemen bangunan tradisional yang berada pada ujung-ujung

luar balok lantai. Paguk menjadi tanda rumah tetua adat. Pada

Pekon Kenali elemen ini hanya ada di Lamban Pesagi. Pada

bangunan gedung masa kini, paguk menjadi elemen yang bisa

ditempatkan pada ujung luar balok bangunan pada lantai dua

(atau seterusnya ke atas) atau pada ring balk bangunan satu

lantai. Elemen paguk juga dipasang pada bangunan

pemerintahan

Pamugung Sayung Bubungan rumah limas yang ada di Provinsi Lampung

Panai, halinyau Kulit kayu pohon Waru

Panggar Plafon rumah yang dibuat seperti membuat lantai

Pangkalan Pangkalan mandi pria

bakas-ragah

Pangkalan bebai- Pangkalan mandi wanita

sebai

Pawon Dapur, tempat sakelak (tungku) dan peralatan masak

Pekon tuho Kampung tua

Pemugung tebak, Bubungan atap berbentuk perahu melintang

pemugungan

Pemugungan Bubungan atap bertingkat untuk mendukung dan memperindah

Penaber, Teritisan

Penjulang Lompatan pintu

PenyambahyanganBangunan sejenis surau yang lebih kecil, terletak di tepi

pangkalan mandi, hanya berdinding setengah, dan tidak

bermimbar. Penyembahyangan adalah hadiah/amalan

seseorang dalam mencari pahala dan keridhoan Allah SWT,

Page 84: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

68

bangunan ini dimanfaatkan untuk sholat lima waktu, terutama

waktu Ashar, saat penduduk pulang bekerja dan selesai mandi.

Penyesuk Senta

Pulan tuha nging Bekas hutan belantara

Rang pedom Ruang tidur

Ranggas Tiang

runtan (sagu)

Sakelak Tungku masak

Sengol, pucung Jerami

Skur Siku-siku

Sudung, serudu Ruang makan, gudang penyimpan beras dan pecah belah

Tambak Pekuburan

Tapakan khesi Lantai

Tengah resi Ruang musyawarah wanita dan tempat menginap tamu wanita

Terambah Pekarangan depan, tempat menjemur hasil bumi dan tempat

membuat teratak dalam gawi adat/nayuh/bugawi

Tidur Jura Posisi tidur dalam rumah tinggal membujur ke arah haluan

Tighal Elemen bangunan tradisional berupa hiasan yang ditempatkan

di atas andang-andang, di atas pintu (terutama pintu serambi),

dan diatas jendela serambi

Tihang Tiang

Tihang rangkok Tiang Pintu

Tihang duduk Tiang bangunan Lamban Pesagi dari kayu gelondongan

Tisebak Mengambil gula pada pohon aren/enau

Umbulan Kumpulan balai ramik dan rumah kebun di kebun dan sawah

Wangunan Bangunan

Istilah-istilah Budaya

Adi-adi hatang Kesenian adat Lampung berupa tembang nyanyian

alam tidak bisa dipisahkan

Balak pi’il Berjiwa besar

Bediom Upacara adat menempati rumah baru

Begawi balak Pekerjaan besar

Bejuluk, buadok Memiliki nama, memiliki gelar

Belau cabut Gigi geraham tercabut

Buadok Bernama atau bergelar

Budu’a Berdoa

Buhimpun Berkumpul untuk musyawarah adat

Bulan ngapapekon Bulan yang bercahaya dan dikelilingi awan

Bulan tekopan Bulan tertutup saat gerhana bulan

Bumi Tuah Bumi atau tanah adalah bahan asal manusia diciptakan

Bepadan sehingga maksud dari semboyan ini adalah manusia dengan

Busepi Upacara saat anak berumur 17 tahun dengan mengasah atau

meratakan gigi

Butetah Upacara pemberian adok (gelar adat)

Cakak pepadun Kenaikan pangkat adat

Gali Gasing Nama raksasa langit dalam mitos masyarakat Lampung

Gamolan,kolintang Seni gamelan dalam masyarakat Lampung

Page 85: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

69

Gawi adat, nayuh Upacara pesta adat Lampung

Gontor tunggal Suara petir (guntur) yang berbunyi tunggal

Gunih,runeh Garis pelangi

Iling mewari Suka atau senang mengangkat saudara

Jebus Debus khas Lampung

Kedatuan Kayu tempat lebah bersarang (nyiwan) yang beratus-ratus

jumlahnya

Kilu titeh kilu Mantera untuk menghindari wabah penyakit

gimbar

Kuruk liman Upacara adat untuk syukuran saat kehamilan 7 bulanan

Mahan manik Upacara adat saat bayi berumur 40 hari

Mewari,muakhi Pengangkatan saudara

Miyah damau Acara adat bujang-gadis, diadakan setelah pesta pernikahan

Musyak Kesenian adat Lampung berupa tembang nyanyian

Nayuh Pesta pernikahan adat Lampung

Nemui nyimah Arti harfiahnya tangan terbuka, bermakna bermurah hati dan

beramah-tamah terhadap semua pihak baik terhadap orang

dalam kelompoknya maupun terhadap siapa saja yang

berhubungan dengan mereka. Bermurah hati dengan

memberikan sesuatu yang ada padanya kepada pihak lain, juga

bermurah hati dalam bertutur kata.

Nengah nyappur Arti harfiahnya ke tengah dan bercampur dengan orang-orang

saat upacara adat. Bermakna tata pergaulan masyarakat

Lampung dengan kesedian membuka diri dalam pergaulan

masyarakat umum dan berpengetahuan luas, memberikan

sumbangan pikiran, pendapat, dan inisiatif bagi kehidupan

bersama. Ikut serta terhadap hal-hal yang bersifat baik, yang

dapat membawa kemajuan masyarakat sesuai dengan

perkembangan zaman.

Ngabatil Saat semua ikan mati dan berkumpul ke tepi ketika air danau

sedang keruh di musim kemarau

Ngadatu Saat kopi berbunga sebelum musim kopi dan kayu klumbuk

berbunga yang menandakan waktunya mengambil madu

Ngantau Kesenian adat Lampung berupa tembang nyanyian dengan

suara melengking yang menandai batas pekon secara adat

Nganukkeh curing Upacara adat untuk membuang sial

Ngaregah Benda-benda keramat yang biasa disimpan di atas plafon

pamanoh rumah kepala adat, apabila ada tanda-tanda penyakit menular/

wabah yang disebut tha’un, benda-benda itu diturunkan,

dibersihkan, lalu dibacakan tangguh dengan kalimat kilu titeh

kilu gimbar yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh

masyarakat (anak-anak hingga dewasa) lalu setiap kepala

keluarga membawa sajian untuk dimakan bersama-sama yang

disebut pemahon, hal ini disebut ngaregah pamanoh..

Ngejuk ngakuk Saling memberi

Ngemik malu Memiliki malu

Ngigau diri Tahu diri

Ngumbai Upacara seluruh warga pekon dengan memotong kerbau yang

Page 86: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

70

dagingnya dibagi-bagikan. Semua orang yang memiliki ladang

masing-masing membawa janur enau untuk disiram dengan

darah kerbau tersebut kemudian janur tersebut digantungkan di

ladang/kebun agar panen berhasil baik.

Nyiwan Kayu tempat lebah bersarang

Nyubali jejamou Mengolah bersama

Pawai Sekura Pesta topeng yang diselenggarakan selama tiga hari setelah

Idul Fitri dan Idul Adha, berupa perayaan masyarakat secara

bersama-sama dengan bertopeng dan mengubah penampilan

yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama silaturahim

yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok

dengan sistem beguai jejama (gotong royong). Ada dua tipe

Sekura yaitu Sekura Helau yang melambangkan kebajikan dan

kebijaksanaan dan Sekura Kamak yang melambangkan

ketamakan dan keangkaramurkaan. Sekura Helau mengenakan

kostum yang indah dan bagus seperti bawahan kain bermotif

Tapis dan atasan kain panjang, sedangkan Sekura Kamak

mengenakan topeng yang menyeramkan dan kostum dominan

hitam. Topeng yang dikenakan dari berbagai bentuk, terbuat

dari kayu dan kain yang menonjolkan nilai-nilai eksotis

budaya. Pesta ini merupakan pesta rakyat yang sudah menjadi

budaya turun menurun di Lampung Barat.

Pi’il pesenggiri segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku,

keharusan hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri,

berkewajiban menjaga dan menegakkan nama baik dan

martabat secara pribadi maupun secara berkelompok yang

senantiasa dipertahankan. Dalam hal-hal tertentu seorang

Lampung dapat mempertaruhkan apa saja termasuk nyawanya

demi mempertahankan pi'il pesenggirinya tersebut. Dengan

pi'il pesenggiri, seseorang dapat berbuat atau tidak berbuat

sesuatu kendati hal itu merugikan dirinya secara materi.

Rebah diah Upacara perkawinan adat besar yang dilaksanakan selama 7

hari 7 malam

Repong damar Tradisi pemanjatan pohon damar

Sakai sambayan Arti harfiahnya tolong-menolong, bermakna keharusan hidup

berjiwa sosial meliputi beberapa pengertian yang luas

termasuk didalamnya gotongroyong, tolong menolong tanpa

pamrih, bahu-membahu, dan saling memberi sesuatu yang

diperlukan bagi pihak laidan hal tersebut tidak terbatas pada

sesuatu yang sifatnya materi saja, tetapi juga dalam arti moril

termasuk sumbangan pikiran dan sebagainnya.

Saleh darah Upacara kelahiran

Sekakh buasah Upacara penobatan status remaja

Selang Seri, Ratu Dewi Sri (Dewi Padi) dalam masyarakat Lampung

Simoyang Sari

Silat Kumanggo Seni bela diri dalam masyarakat Lampung yang berasal dari

Sumatera Barat (Padang)

Tandou no Tandanya

Page 87: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

71

Tangguh Mantera untuk menghindari wabah penyakit

Tha’un Wabah penyakit

Ulah nou pandai Karena pandai

Ulun lampung Orang Lampung

Uncal melok pekon Kijang masuk kampung

Unduh mantu Upacara penyambutan menantu

Upacara buserak Upacara adat membuat lubang anting saat bayi perempuan

berumur 5 bulan)

Upacara ngabasuh Upacara adat mencuci pusaka di Lamban pamanohan

Upacara turun Upacara adat saat bayi berumur 3 bulan

tanah

Page 88: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

72

Lampiran 1 . Foto-foto Dokumentasi Penelitian

Page 89: Kajian Lanskap Permukiman Tradisional Masyarakat Lampung ... · Penduduk asli ialah suku Lampung Saibatin keturunan Buay Tumi dan Belunguh. Jumlah penduduk 1319 jiwa dalam 467 Kepala

73

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Agustus 1986 dari

ayah (Alm.) Darwis Hakim, BBA dan ibu Hj. Hermala, SH. Penulis merupakan

anak keempat dari empat bersaudara.

Tahun 1991 penulis memulai pendidikan informal di TK Taman Indria,

Taman Siswa. Tahun 1992 penulis memulai pendidikan formal di SD Tamansiswa,

Bandar Lampung, sampai dengan tahun 1998 dan melanjutkan ke SLTP Negeri 3

Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan ke

SMU Negeri 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004 dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

IPB. Penulis memilih Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya

Pertanian, Fakultas Pertanian.

Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut

Pertanian Bogor, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Pada thaun

yang sama penulis melanjutkan studi program Magister Sains pada program studi

yang sama yaitu Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah pascasarjana Institut

Pertanian Bogor.

Selama mengikuti program S2, penulis menjadi anggota Himpunan

Mahasiswa Muslim Pasca Sarjana (HIMMPAS) divisi keilmuan.