kajian...kata pengantar kajian fiskal regional provinsi papua barat triwulan i 2020 i egala puji...

46
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN I 2020 Pengarah : Hari Utomo | Penangggung Jawab : Neil Edwin | Koordinator : Rian Andriono | Anggota : Posma Amando Siagian | Alif Fahrudin | Yohanes Djie| Melianus Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua Barat

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

TRIWULAN I

2020

Pengarah : Hari Utomo | Penangggung Jawab : Neil Edwin | Koordinator : Rian Andriono | Anggota : Posma Amando Siagian | Alif Fahrudin | Yohanes Djie| Melianus

Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Provinsi Papua Barat

Page 2: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

...development is about transforming the lives of people, not just transforming economies.... (Joseph E. Stiglitz, 2006)

Page 3: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

KATA PENGANTAR

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i

egala puji kami panjatkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa atas karunia dan

limpahan rahmat-Nya, kami dapat

menyusun Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi

Papua Barat Triwulan I Tahun 2020. Penyusunan

KFR yang merupakan bagian dari tugas pokok dan

fungsi Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan

(Treasury Regional Office) ini, setidaknya

melibatkan Development Economics sebagai field

study yang digunakan dalam merekonstruksi

metodologi sebagai pendekatan akademik dalam

melakukan kajian kebijakan ekonomi

pembangunan suatu region.

Pengembangan budaya akademik dalam

memahami fenomena pembangunan, dengan

meletakkan basis research-based policy, pada

dasarnya merupakan bagian dari budaya kerja

organisasi modern. Dengan melakukan

pendalaman permasalahan melalui riset,

diharapkan akan diperoleh suatu solusi yang

seimbang, objective dan komprehensif dalam

pengambilan putusan.

Perkembangan pembangunan dan industrialisasi

pada negara-negara maju (developed countries)

mempengaruhi kajian akademik yang

direpresentasikan dengan kurikulum universitas

yang mengarah tema-tema research spesifik,

semisal urban economics, environment economics,

industrial economics, transportation economics,

logistic economics, regional economics, dll. Kajian

development economics kurang menjadi fokus

utama, karena era tersebut telah dilalui dan

menjadi bagian dari sejarah panjang dialektika

pembangunan (development dialectics) negara-

negara maju. Sebagai branch dari economics yang

melakukan studi proses pembangunan pada

negara-negara yang berpendapatan rendah (low-

income countries), development economics

memfokuskan pada studi economic development,

economic growth, dan structural change, dan lebih

jauh lagi, juga menempatkan fokus studi pada

kependudukan dari sudut pandang kesehatan

(health), pendidikan (education), lapangan

pekerjaan (job opportunity), baik di sektor publik

maupun private dengan pendekatan quantitative

analysis, qualitative analysis dan mixed method

antara keduanya. Dalam prakteknya, untuk

merancang (to devise) pembangunan ekonomi,

development economics mempertimbangkan faktor

sosial, budaya, legal, dan politik.

Kajian Fiskal Regional (Regional Fiscal Analysis) ini

merupakan studi perkembangan ekonomi

pembangunan dari sudut pandang kebijakan fiskal

untuk wilayah Provinsi Papua Barat. Variabel

utama yang digunakan untuk melakukan analisis

pembangunan adalah dengan melakukan studi

deskriptif kuantitatif atas data penerimaan dan

pengeluaran negara. Dalam studi ini outlooks

pembangunan dalam satu tahun dengan

memperhatikan indikator-indikator pertumbuhan

ekonomi (consumption, investment, government

expenditure, net export) dan dampak yang timbul,

seperti indeks pembangunan manusia (human

development index), pemerataan pendapatan

(income equality), penanggulangan kemiskinan

(poverty alleviation), pengurangan pengangguran

(unemployment reduction) dan lain-lain.

Pada saat yang bersamaan, indikator makro

ekonomi tersebut disandingkan dengan beberapa

perspektif yang merupakan constraint

pembangunan, antara lain: 1). Aspek budaya

(culture aspect) sebagai contoh adalah eksistensi

hak ulayat dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan, 2). Aspek sosial kemasyarakatan

(sosiological aspect), sebagai contoh kerentanan

sosial (social vulnerability) yang membuat stabilitas

masyarakat terganggu, 3). Aspek politik (political

aspect), sebagai contoh pelaksanaan otonomi

khusus (special autonomy) yang belum

menunjukkan dampak positif terhadap

S

Page 4: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

KATA PENGANTAR

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 ii

pertumbuhan pembangunan, 4). Aspek geografis

(geographical aspect), sebagai contoh kondisi

geografi yang belum terintegrasi secara

infrastruktur.

Dengan keterbatasan yang ada, kami menyadari

bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kami mengharapkan saran, masukan

dan kritik yang bersifat membangun untuk

perbaikan ke arah yang lebih baik. Akhirnya, kami

berharap semoga kajian ini dapat memberikan

manfaat kepada semua pihak serta dapat menjadi

tambahan pengetahuan dan wawasan bagi

pembaca semuanya.

Manokwari, 6 Mei 2020

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Provinsi Papua Barat

Hari Utomo

Page 5: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

DAFTAR ISI

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 iii

KATA PENGANTAR .................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................iii

DAFTAR TABEL ........................................................................ iv

DAFTAR GRAFIK........................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................vii

BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

EKONOMI REGIONAL ................................................ 1

A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(PDRB) ...................................................................... 1

1. Nilai PDRB ......................................................... 2

2. Pertumbuhan PDRB ...................................... 2

B. NERACA PERDAGANGAN

INTERNASIONAL .................................................. 2

C. INFLASI ..................................................................... 3

D. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ......................... 4

1. Tingkat Kemiskinan ....................................... 4

2. Tingkat Ketimpangan .................................... 4

3. Tingkat Pengangguran .................................. 5

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN ......... 6

A. PENDAPATAN NEGARA ...................................... 7

1. Penerimaan Perpajakan ............................... 7

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak .............. 7

B. BELANJA NEGARA ................................................. 8

1. Belanja Pemerintah Pusat ............................ 8

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

(TKDD) ............................................................... 8

3. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

(KUR) .................................................................. 9

C. PROGNOSIS REALISASI APBN SAMPAI

DENGAN AKHIR TAHUN 2020 ....................... 10

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

APBD......................................................................... 12

A. PENDAPATAN DAERAH ................................... 13

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ............... 13

2. Pendapatan Transfer .................................. 14

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang

Sah ..................................................................... 15

B. BELANJA DAERAH ............................................. 15

C. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI

DENGAN AKHIR TAHUN 2020 ....................... 15

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN ................................................. 17

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

KONSOLIDASIAN ................................................ 17

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN................... 17

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan....... 17

2. Analisis Perubahan ....................................... 17

3. Analisis Kontribusi Pendapatan

Pemerintah terhadap Perekonomian

Daerah ............................................................... 18

C. BELANJA KONSOLIDASIAN ............................. 18

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ....... 18

2. Analisis Perubahan ....................................... 18

3. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah

terhadap Perekonomian Daerah .............. 19

BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH ............... 20

A. PENGEMBANGAN TAMAN NASIONAL

TELUK CENDRAWASIH..................................... 20

B. PERANAN PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO

(UMI) TERHADAP UMKM................................. 23

C. KONTRIBUSI DANA DESA, DAK FISIK DAN

DAK NON FISIK BAGI PEMBANGUNAN

DAERAH ................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 26

Page 6: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

DAFTAR TABEL

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan III 2019 iv

Tabel 1.1 Inflasi Bulanan (mtm) Papua Barat

Menurut Kelompok Pengeluaran s.d

Triwulan I 2020 (persen) ....................... 3

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Papua

Barat s.d Triwulan I 2020

dan Triwulan I 2020 (miliar

Rupiah) ......................................................... 6

Tabel 2.2 Penyaluran KUR di Papua Barat per

Skema s.d Triwulan I 2020..................... 9

Tabel 2.3 Penyaluran KUR di Papua Barat per

Sektor s.d Triwulan I 2020 .................. 10

Tabel 2.4 Penyaluran KUR di Papua Barat per

Penyalur s.d Triwulan I 2020 ............. 10

Tabel 2.5 Prognosis Realisasi APBN Papua

Barat s.d Triwulan IV 2020 ................. 10

Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Seluruh

Pemerintah Daerah Papua Barat s.d

Triwulan I 2020 dan Triwulan I

2019 (miliar Rupiah) ............................ 12

Tabel 3.2 Prognosis Realisasi APBD Seluruh

Pemerintah Daerah Papua Barat

s.d Triwulan IV Tahun 2020................ 16

Tabel 4.1 Pagu dan Realisasi Pendapatan dan

Belanja Konsolidasian Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (miliar

Rupiah) ..................................................... 17

Tabel 4.2 Kontribusi Belanja Pemerintah

Terhadap Perekonomian Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 ................................ 19

Tabel 5.1 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro

(UMi) Papua Barat per Lembaga

Penyalur s.d. Triwulan I 2020 ............ 23

Page 7: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

DAFTAR GRAFIK

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 v

Grafik 1.1 Kontribusi Komponen Pembentuk

PDRB Papua Barat Sisi Permintaan

Triwulan I 2020 (persen) ....................... 1

Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan

Ekonomi Papua Barat dan Nasional

s.d. Triwulan I Tahun 2020 (yoy,

persen) .......................................................... 2

Grafik 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor - Impor

Papua Barat s.d Triwulan I 2020

(US$ Juta) ..................................................... 3

Grafik 1.4 Perkembangan Inflasi Bulanan

Papua Barat s.d Triwulan I 2020

(persen) ........................................................ 3

Grafik 1.5 Perkembangan Tingkat Kemiskinan

Papua Barat dan Nasional Tahun

2015 - 2019 (persen) ............................... 4

Grafik 1.6 Perkembangan Gini Ratio Papua

Barat dan Nasional Tahun 2015 -

2019 ............................................................... 5

Grafik 1.7 Perkembangan Jumlah dan Tingkat

Pengangguran Terbuka Papua Barat

Tahun 2015 – 2020 (jiwa, persen) ...... 5

Grafik 2.1 Penerimaan Pajak per Kab/Kota di

Papua Barat s.d Triwulan I 2020

(miliar Rupiah) .......................................... 7

Grafik 2.2 Target dan Realisasi per Jenis

Pajak di Papua Barat s.d Triwulan I

Tahun 2020 (miliar Rupiah).................. 7

Grafik 2.3 Komposisi Pagu Belanja Pemerintah

Pusat di Papua Barat Tahun 2020

(persen) ........................................................ 8

Grafik 2.4 Pagu dan Realisasi Belanja

Pemerintah Pusat di Papua Barat

s.d Triwulan I Tahun 20200 (miliar

Rupiah) ......................................................... 8

Grafik 2.5 Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat

Tahun 2020 (persen) ............................... 8

Grafik 2.6 Pagu dan Realisasi TKDD Papua

Barat s.d Triwulan I Tahun 2020

(miliar Rupiah) ........................................... 9

Grafik 2.7 Jumlah Penyaluran KUR per Kab /

Kota di Papua Barat s.d Triwulan I

2020 (miliar Rupiah)................................ 9

Grafik 3.1 Target dan Realisasi PAD Seluruh

Pemda Papua Barat s.d Triwulan I

2020 dan Triwulan I 2019 (miliar

Rupiah) ...................................................... 13

Grafik 3.2 Total Pagu dan Realisasi per Jenis PAD

Seluruh Pemda Papua Barat s.d

Triwulan I 2020 (miliar Rupiah,

persen) ....................................................... 13

Grafik 3.3 Realisasi Pajak Daerah per Pemda

di Papua Barat s.d Triwulan I 2020

(miliar Rupiah) ........................................ 13

Grafik 3.4 Realisasi Retribusi Daerah per Pemda

di Papua Barat s.d Triwulan I 2020

(miliar Rupiah) ........................................ 14

Grafik 3.5 Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah

per Pemda di Papua Barat s.d

Triwulan I 2020 (miliar Rupiah) ....... 14

Grafik 3.6 Komposisi Komponen Pendapatan

Transfer Pemerintah Daerah di

Papua Barat Tahun 2020 (persen) ... 14

Grafik 3.7 Target dan Realisasi Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daearah

yang Dipisahkan per Pemda di

Papua Barat s.d Triwulan I 2020

(miliar Rupiah) ........................................ 15

Grafik 3.8 Komposisi Belanja Pemerintah

Daerah di Papua Barat Tahun 2020

(persen) ..................................................... 15

Page 8: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

DAFTAR GRAFIK

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 vi

Grafik 3.9 Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja

Seluruh Pemda di Papua Barat s.d

Triwulan I 2020 (miliar Rupiah,

persen) ....................................................... 15

Grafik 4.1 Realisasi Belanja Konsolidasian

Papua Barat per Jenis s.d Triwulan

I 2020 (miliar Rupiah, persen) .......... 18

Grafik 5.1 Penyaluran Pembiayaan Ultra

Mikro (UMi) Papua Barat per

Daerah s.d. Triwulan I 2020 (jiwa,

Rupiah) ...................................................... 23

Grafik 5.2 Perkembangan TKDD Papua Barat

Tahun 2015 – 2020 (triliun

Rupiah) ...................................................... 24

Grafik 5.3 Perkembangan Dana Desa Papua

Barat Tahun 2015 - 2020 (triliun

Rupiah) ...................................................... 24

Grafik 5.4 Pagu dan Realisasi Dana Desa Papua

Barat s.d Triwulan I 2020 (miliar

Rupiah) ...................................................... 24

Grafik 5.5 Pagu dan Realisasi DAK Fisik per

Bidang Papua Barat s.d Triwulan I

2020 (miliar Rupiah)............................. 25

Grafik 5.6 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik per

Kategori Papua Barat s.d Triwulan I

2020 (miliar Rupiah)............................. 25

Page 9: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

DAFTAR GAMBAR

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 vii

Gambar 4.1 Pengaruh Kenaikan Belanja Pemerintah

terhadap Output Menurut Perpotongan

Keynesian .........................................................19

Gambar 5.1 Kawasan Taman Nasional Teluk

Cendrawasih ...................................................20

Gambar 5.2 Kondisi Terumbu Karang Taman

Nasional Teluk Cendrawasih ................... 21

Gambar 5.3 Potensi Wisata Taman Nasional Teluk

Cendrawasih .................................................. 21

Page 10: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

PDRB

NET EKSPOR

DEFLASI

POVERTY

GINI RATIO

PENGANGGURAN

15,45 T

5,14 %

Perkembangan Ekonomi Regional

BAB

I

US$ 411 Jt

21,51

0,381

6,2%

-0,35

#DJPbKawalAPBN

30.039 jw

Page 11: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 1

ondisi perekonomian global pada

triwulan I 2020 menunjukkan tanda-

tanda kerentanan seiring munculnya

permasalahan kesehatan yang

mengancam semua negara. Risiko resesi ini

dipengaruhi oleh penurunan permintaan serta

terganggunya proses produksi akbibat terbatasnya

mobilitas manusia sejalan dengan kebijakan

penanggulangan wabah penyakit (Covid-19). Selain

itu, anjuran beberapa pemerintahan negara-negara

di dunia untuk dirumah saja membuat dinamika

perekonomian terhenti dan merugi pada hampir

semua sektor. Penurunan ekonomi global dan

penyebaran Covid-19 ini berdampak pada

pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi setelah

sebelumnya meningkat pada awal tahun.

Meskipun risiko resesi ekonomu dunia diperkiraan

baru akan terjadi pada triwulan II dan triwulan III

2020 sesuai dengan pola pandemi Covid-19, namun

kepanikan pasar keuangan dunia sempat

meningkat tinggi pada akhir triwulan I 2020. Hal ini

membuat semua negara berupaya memberikan

respons kebijakan yang mampu menciptakan

sentimen positif atas perekonomian. Perlahan

namun pasti, pembatasan sosial dalam rangka

pencegahan penyebaran Covid-19 berdampak pada

pendapatan masyarakat dan penurunan produksi

sehingga menurunkan prospek permintaan

domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun

investasi. Selain itu, melambatnya permintaan

dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta

rendahnya harga komoditas global berimplikasi

pada sektor keuangan global yang melemah dan

terus menekan harga minyak.

Untuk merespons dampak perlambatan

pertumbuhan ekonomi tersebut, berbagai negara

melakukanstimulus fiskal dan memperlonggar

kebijakan moneter. Bentuk pelonggaran kebijakan

yang dilakukan diantaranya berupa quantitative

easing dan relaksasi kebijakan makroprudensial.

Seiring hal tersebut, perekonomian negara-negara

berkembang pada tahun 2020 diperkirakan

mengarah pada resesi, dan baru akan mengalami

pemulihan pada tahun 2021. Pada periode triwulan

I 2020, kinerja perekonomian nasional tumbuh

melambat atau turun dari triwulan sebelumnya

pada level 2,97 persen. Sementara itu kinerja

perekonomian Papua Barat terjadi hal yang

sebaliknya, dengan meningkat menjadi sebesar

5,14 persen dibandingkan pertumbuhan pada

periode yang sama di tahun sebelumnya.

A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(PDRB)

Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)

merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa

yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama

periode waktu tertentu. Nilai Produk Domestik

Bruto (PDB) sering dijadikan ukuran terbaik untuk

mengukur kinerja perekonomian (Mankiw, 2013).

Terdapat tiga cara untuk menghitung PDB. Pertama,

dengan menjumlahkan nilai akhir produk dan jasa

yang dihasilkan perusahaan. Kedua, dengan

menjumlahkan pengeluaran aggregat, yaitu jumlah

dari pengeluaran konsumen, pengeluaran investasi,

pembelian pemerintah untuk barang dan jasa, serta

ekspor dikurangi impor (net export). Ketiga, dengan

menjumlahkan seluruh pendapatan faktor produksi

yang diterima rumah tangga dari perusahaan

(Krugman & Wells, 2011).

Untuk mengukur PDB, dapat dihitung berdasarkan

harga berlaku (PDB Nominal) dan harga konstan

(PDB Riil). Pengukuran PDB harga berlaku

digunakan untuk melihat struktur perekonomian,

sementara itu PDB harga konstan digunakan untuk

mengukur kinerja atau pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Selanjutnya PDB pada suatu region/

K Konsumsi RT + LNPRT

31.1%

Pengeluaran Pemerintah

14.3%

PMTB19.1%

Ekspor38.0%

Impor3.7%

Grafik 1.1Kontribusi Komponen Pembentuk PDRB Papua Barat Sisi

Permintaan Triwulan I 2020 (persen)

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Page 12: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 2

wilayah tertentu disebut dengan Produk Domestik

Regional Bruto (Gross Domestic Regional Bruto).

A.1 Nilai PDRB

Pada triwulan I 2020 PDRB Papua Barat tercatat

Rp15.450,53 miliar. Dari nilai tersebut, postur

perekonomian Provinsi Papua Barat didominasi

oleh dua sektor lapangan usaha utama yaitu

industri pengolahan dengan kontribusi sebesar

24,05 persen dan pertambangan penggalian

sebesar 17,59 persen yang mengandalkan raw

material resource berupa pengeboran dan

pengilangan gas alam. Papua Barat memiliki

cadangan gas alam terbesar yang diekspor ke

berbagai negara. Adapun dari sisi pengeluaran,

kontribusi terbesar PDRB Papua Barat Triwulan I

2020 berasal dari ekspor sebesar 37,99 persen,

serta konsumsi rumah tangga dan LNPRT sebesar

31,1 persen, dan diikuti oleh konsumsi PMTB

sebesar 19,1 persen.

A.2 Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan PDRB Papua Barat pada triwulan I

2020 mengalami penambahan pada level 5,14

persen. Padahal pada periode yang sama tahun

sebelumnya, Papua Barat mencatatkan

pertumbuhan yang negatif sebesar -0,25 persen.

Sebagai dua sektor dengan kontribusi tertinggi

terhadap PDRB, industri pengolahan mencatatkan

pertumbuhan melambat sebesar 1,14 persen dan

sebaliknya, sektor pertambangan penggalian

mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi

sebesar 7,41 persen. Kondisi berbanding terbalik

pada kedua sektor tersebut disebabkan oleh tren

harga komoditas alam di pasar internasional yang

sempat meningkat di awal tahun. Sementara itu,

sektor lainnya mencatatkan pertumbuhan positif

dengan kenaikan tertinggi dialami sektor jasa

keuangan dan asuransi sebesar 10,77 persen akibat

kondisi awal tahun yang mendorong masyarakat

untuk lebih banyak memanfaatkan layanan

keuangan baik itu untuk memulai usaha atau

mengembangkan usaha.

B. NERACA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan internasional merupakan pertukaran

barang dan jasa lintas batas negara (international

border). Dengan adanya perdagangan internasional,

memungkinkan terjadinya efisiensi yang timbul

dari kompetisi antar produsen dalam menjual

produk dengan harga yang terendah (competitive

price) dalam suatu proses permintaan dan

penawaran (supply and demand) atau dalam suatu

mekanisme pasar/ market mechanism (Seyoum,

2009).

Komponen perdagangan internasional terdiri dari

ekspor dan impor. Ekspor merupakan nilai barang

dan jasa yang dijual ke luar negeri, sedangkan

impor merupakan nilai barang dan jasa yang

disediakan untuk dalam negeri. Selisih keduanya

merupakan net ekspor atau biasa disebut juga

sebagai neraca perdagangan internasional.

Sampai dengan triwulan I 2020, nilai net ekspor

Papua Barat tercatat sebesar US$411,28 juta atau

turun -30.44 persen dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Nilai net ekspor tertinggi

terjadi pada bulan Januari sebesar US$ 170,94 juta

sedangkan nilai net ekspor terendah terjadi pada

bulan Maret sebesar US$ 116,88 juta. Net ekspor

yang bernilai positif dihasilkan oleh capaian ekspor

Papua Barat yang didominasi oleh komoditas raw

material resources.

Selama kurun waktu 3 bulan terakhir ekspor Papua

Barat mencapai US$457,56 juta atau turun sebesar

-28,8 persen dibandingkan periode yang sama

tahun 2019. Kondisi penurunan ini disebabkan oleh

tertekannya harga komoditas gas alam dan minyak

bumi yang menjadi penyumbang utama (98 persen)

5.69

12.83

6.89

0.14-0.25-0.49

2.93

8.27

5.14

5.06 5.27

5.17

5.05

5.07 5.05 5.02

4.97

2.97

-4

0

4

8

12

TwI 18 Tw II 18 Tw III 18 Tw IV 18 Tw I 19 Tw II 19 Tw III 19 Tw IV 19 Tw I 20

Grafik 1.2Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat dan

Nasional s.d. Triwulan I 2020 (yoy, persen)

Pabar Nasional

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Page 13: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 3

dari keseluruhan ekspor. Adapun komoditas ekspor

lainnya berupa perhiasan/ permata, kayu, barang

dari kayu, garam, belerang, kapur (semen), ikan,

udang, daging, ikan olahan, sabun dan preparat

pembersih hanya menyumbang 2 persen dari total

ekspor sehingga tidak memberikan banyak

pengaruh.

Sementara itu, sampai dengan triwulan I 2020 total

nilai impor Papua Barat mencapai US$ 46,28 juta

atau turun -9,87 persen dari periode yang sama

tahun 2019. Impor terbesar berasal dari mesin/

peralatan listrik diikuti oleh golongan mesin–mesin

/pesawat mekanik. Nilai impor tertinggi terjadi

pada bulan Juli sebesar US$ 33,53 juta.

C. INFLASI

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum

(Mankiw, 2013). Jika kenaikan harga barang hanya

berasal dari satu atau dua barang saja, maka tidak

dapat disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan

itu meluas dan menyebabkan kenaikan harga

barang lainnya. Secara umum, inflasi digolongkan

ke dalam tiga jenis yaitu: inflasi inti (core inflation),

inflasi makanan yang bergejolak (volatile food

inflation) dan inflasi harga yang diatur

(administered price inflation).

Laju inflasi Papua Barat pada triwulan I 2020 relatif

terkendali dan cenderung bergerak turun (deflasi).

Pada bulan Januari, Papua Barat mengalami deflasi

pada level -0,45 persen, terutama dipengaruhi

komponen transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan yang mengalami deflasi cukup besar (-

4,67). Faktor periode setelah liburan awal tahun

berdampak pada turunnya tarif maskapai

penerbangan (low season). Sebaliknya, laju inflasi

inti (core inflation) relatif terkendali seiring

kelompok sandang, makanan jadi, pendidikan

memiliki tingkat inflasi yang relatif kecil.

Kemudian pada bulan Maret, laju perubahan harga

di Papua Barat cenderung turun meskipun sempat

meningkat pada bulan Februari. Pada bulan

Februari terjadi inflasi sebesar 0,31 persen,

disebabkan oleh kenaikan tingkat konsumsi

masyarakat. Pada periode ini kondisi curah hujan

Tabel 1.1 Inflasi Bulanan (mtm) Papua Barat Menurut Kelompok Pengeluaran

s.d Triwulan I 2020 (persen)

Kelompok Jan Feb Mar

Umum -0.45 0.31 -0.35

Bahan Makanan 0.51 1.44 -0.18

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

0.62 0.43 1.54

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

-0.29 -0.10 0.03

Sandang 0.17 -0.54 -0.27

Kesehatan 0.45 0.05 1.14

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

1.17 -0.33 1.14

Transpor dan Komunikasi dan Jasa Keuangan

-4.67 -2.33 -3.48

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

0.33 0.34

0.04-0.07

-0.57

0.67

-0.45

0.31

-0.35

-1

-0.5

0

0.5

1

Jul-19 Agu-19 Sep-19 Okt-19 Nov-19 Des-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20

Grafik 1.4Perkembangan Inflasi Bulanan Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (persen)

Sumber: BPS RI dan Provinsi Papua Barat (data diolah)169.47

188.31

181.02159.43

254.78245.27

180.97

156.99

119.6

118.31

78.16

10.53

36.17

10.5

25.39

10.03

33.53

2.72

0

75

150

225

300

0

40

80

120

Jul-19 Agu-19 Sep-19 Okt-19 Nov-19 Des-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20

Grafik 1.3Perkembangan Nilai Ekspor - Impor Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (US$ Juta)

Ekspor Impor

Page 14: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 4

masih tinggi dan membuat produktivitas hasil

pertanian turun sehingga pasokan komoditas

menjadi berkurang. Dampaknya, komponen volatile

food seperti beras, sayur-sayuran dan kacang-

kacangan menjadi penyumbang utama inflasi.

Pada bulan Maret komponen administered price

seperti kelompok transportasi mengalami

penurunan secara konstan seperti bulan-bulan

sebelumnya. Tarif maskapai penerbangan yang

turun meskipun masih relatif lebih tinggi jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, turut menyumbang deflasi yang cukup

signifikan. Sementara pada komponen volatile food

seperti telur, ikan, daging ayam, daging sapi dan

sayur-sayuran turut menjadi penyumbang utama

pergerakan deflasi. Kelompok tersebut mengalami

penurunan harga seiring permintaan yang juga

turun. Pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi

Daerah (TPID) melakukan pengawasan distribusi

untuk mencegah penimbunan barang dan

permainan harga. Selain itu, TPID juga melakukan

operasi pasar dan program pasar murah untuk

menjaga stabilitas harga.

D. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Indikator pembangunan yang digunakan untuk

mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat

diantaranya: Tingkat Kemiskinan, Tingkat

Ketimpangan (Gini Ratio), dan Tingkat

Pengangguran.

D.1 Tingkat Kemiskinan

Sebagaimana terjadi pada sebagian daerah, Papua

Barat dihadapkan pada masalah kemiskinan yang

cukup pelik. Tingkat kemiskinan Papua Barat relatif

sangat tinggi, menduduki peringkat kedua nasional

setelah Provinsi Papua.

Pada bulan September 2017 tingkat kemiskinan

Papua Barat mencapai 23,12 persen, jauh lebih

tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan nasional

sebesar 10,12 persen. Kemudian pada Maret 2019,

di saat kemiskinan nasional berhasil turun menjadi

single digit (9,41 persen), tingkat kemiskinan Papua

Barat hanya turun sedikit menjadi 22,17 persen.

Dalam beberapa periode ke belakang penurunan

tingkat kemiskinan Papua Barat belum begitu

signifikan. Selama bulan September 2018 hingga

Maret 2019 jumlah penduduk miskin Papua Barat

hanya berkurang sebanyak 2,17 ribu orang.

Sedangkan, sampai bulan September 2019 tercatat

sebanyak 207,59 ribu orang termasuk dalam

kategori miskin. Pembangunan yang berlangsung

selama ini di Papua Barat tampaknya belum

berhasil meningkatkan taraf hidup penduduk

keluar dari kemiskinan.

D.2 Tingkat Ketimpangan

Tidak diragukan lagi bahwa pembangunan

mengharuskan adanya tingkat pendapatan yang

tinggi dan pertumbuhan berkelanjutan. Namun

demikian, tingkat pendapatan yang tinggi perlu

didukung oleh indikator utama lainnya yaitu

pemerataan distribusi pendapatan. Jika

peningkatan pendapatan tersebut hanya

melibatkan sebagian kecil orang kaya, maka

penanggulangan kemiskinan akan bergerak

melambat dan ketimpangan semakin tinggi (Todaro

dan Smith, 2003).

Salah satu cara untuk mengukur tingkat distribusi

pendapatan dengan menggunakan Rasio Gini (Gini

Ratio). Rasio tersebut menggambarkan derajat

ketimpangan distribusi pendapatan dalam suatu

daerah yang nilainya terletak antara 0 (kemerataan

sempurna) dan 1 (ketidakmerataan sempurna).

Berbeda dengan nasional, tingkat distribusi

pendapatan Papua Barat dari tahun 2015 - 2019

23.12 23.01 22.66 22.17 21.51

10.12 9.82 9.66 9.41 9.22

0

10

20

30

2017-II 2018-I 2018-II 2019-I 2019-II

Grafik 1.5Perkembangan Tingkat Kemiskinan Papua Barat dan Nasional

Tahun 2015 - 2019 (persen)

Pabar Nasional

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Page 15: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 5

bergerak fluktuatif. Pada tahun 2015, gini ratio

Papua Barat tercatat sebesar 0,440. Sempat turun

pada tahun 2016, gini ratio Papua Barat kembali

naik pada tahun 2017 - 2018. Kemudian pada tahun

2019 gini ratio Papua Barat kembali turun dengan

angka yang kecil pada level 0,381.

D.3 Tingkat Pengangguran

Secara teoritis, pengangguran memiliki hubungan

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika

terjadi pertumbuhan ekonomi, hal tersebut

mencerminkan penambahan output yang

membutuhkan banyak tenaga kerja untuk

memenuhi kapasitas produksi. Arthur Okun

(Okun’s Law) melalui studinya menyebutkan bahwa

semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka

tingkat pengangguran akan semakin berkurang

(Blanchard, 2006).

Di saat jumlah pengangguran dan tingkat

pengangguran nasional mengalami kenaikan,

jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran

Papua Barat justru bergerak turun. Selama kurun

enam tahun terakhir pengangguran tertinggi di

Papua Barat terjadi pada tahun 2017 dengan jumlah

pengangguran Papua Barat mencapai 33.214 orang

dan tingkat pengangguran sebesar 7,52 persen.

Kemudian pada tahun 2018 jumlah pengangguran

menurun menjadi 26.219 orang dengan tingkat

pengangguran berkurang menjadi 5,67 persen.

Berdasarkan data BPS, pada Februari 2019 jumlah

pengangguran tercatat turun menjadi 24.322 orang

dengan tingkat pengangguran mencapai 5,28

persen. Akan tetapi, pada bulan Agustus 2019

pengangguran kembali meningkat menjadi 28.846

orang dengan tingkat pengangguran sebesar 6,24

persen. Dari jumlah ini, pada bulan Februari 2020

setelah mengalami penurunan, jumlah

pengangguran kembali mengalami peningkatan

menjadi 30.039 orang (6,20 persen)

Tampaknya progam pemerintah dalam perluasan

dan penciptaan lapangan pekerjaan belum mampu

menekan jumlah dan tingkat pengangguran di

Papua Barat. Untuk mengurangi tingkat

pengangguran, pemerintah daerah dapat

menciptakan kesempatan kerja melalui

peningkatan keahlian, sertifikasi, pendirian tempat

latihan ketrampilan, magang serta meningkatkan

inventasi yang menyerap banyak tenaga kerja lokal.

0.44

0.373

0.3900.391

0.381

0.408

0.397 0.393

0.3840.38

0.32

0.36

0.40

0.44

2015 2016 2017 2018 2019

Grafik 1.6Perkembangan Gini Ratio Papua Barat dan Nasional

Tahun 2015 - 2019

Papua Barat Nasional

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

18,806

25,037

33,214

26,129 24,322

30,039

4.60

5.73

7.52

5.675.28

6.20

0

2

4

6

8

2015 2016 2017 2018 2019 2020-I

-

10,000

20,000

30,000

40,000

Grafik 1.7Perkembangan Jumlah dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Papua Barat Tahun 2015 - 2020 (jiwa, persen)

Jumlah Pengangguran (jiwa) Tingkat Pengangguran Terbuka (persen)

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Page 16: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

Perkembangan dan Analisis APBN

BAB

II

APBN juga digunakan untuk membiayai operasi penegakan hukum

#DJPbKawalAPBN

Page 17: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

PENDAPATAN NEGARA

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KREDIT USAHA RAKYAT

Perkembangan dan Analisis APBN

BAB

II

527,2 M

PAJAK

453,9 M

PNBP

73,3 M

Pegawai

Barang

Modal

Bansos

Lain-lain

847,3 M

BELANJA NEGARA

119,5 M

3.125

DEBITUR

124,9 M

2,7 T

#DJPbKawalAPBN

Page 18: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 6

nggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) menggambarkan kondisi

keuangan pemerintah yang berkaitan

dengan sumber-sumber pendapatan dan alokasi

belanja pemerintah untuk satu periode tahun

anggaran yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

Sebagai gambaran implementasi APBN tahun 2020

sampai dengan triwulan I di Provinsi Papua Barat,

dapat dijelaskan dengan membandingkan antara

pagu dan realisasi APBN triwulan I 2019 dengan

triwulan I 2020.

Target pendapatan negara di Papua Barat tahun

2020 mengalami peningkatan sebesar 7,89 persen

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari Rp

2.687,78 miliar menjadi Rp2.899,85 miliar.

Penurunan tersebut didasarkan pada asumsi bahwa

kondisi perekonomian pada tahun 2020 menuju

tahap pemulihan (economic recovery), meskipun

masih terdapat tantangan dan dinamika yang cukup

berat mengingat volatilitas harga komoditas

internasional seperti minyak dan gas bumi yang

dapat mempengaruhi target pendapatan negara.

Sementara itu, dari aspek

belanja negara terdapat

kenaikan pagu tahun 2020

sebesar 5,96 persen

dibandingkan pagu tahun

2019, yaitu dari Rp28.093,73

miliar menjadi Rp29.769,07

miliar. Alokasi belanja APBN

2020 yang naik dibandingkan

dengan tahun sebelumnya

disebabkan oleh peningkatan

kebutuhan anggaran di

daerah yang digunakan untuk

membiayai program dan

kegiatan melalui Transfer ke

Daerah dan Dana Desa

(TKDD). Hal ini tercermin

dari kenaikan tipis pada pagu

TKDD sebesar 1,28 persen

yaitu dari Rp20.811,85 miliar

pada tahun 2019 menjadi

Rp21.077,76 miliar pada

tahun 2020.

Adanya kenaikan jumlah PNS tahun ini berakibat

pada kenaikan pagu belanja pegawai, yang turut

andil dalam peningkatan pagu belanja APBN secara

keseluruhan. Selain itu, penambahan komponen

pembayaran THR PNS tahun 2020 meliputi

komponen tunjangan keluarga, tunjangan

tambahan dan tunjangan kinerja ikut andil

menambah pagu belanja pegawai. Pada tahun

2020, pagu belanja pegawai naik sebesar 20,46

persen yaitu dari Rp1.657,02 miliar pada tahun

2019 menjadi Rp1.996,07 miliar pada tahun 2020.

Sementara itu, terjadi peningkatan cukup signifikan

pada pagu belanja modal dari Rp2.931,72 miliar

pada tahun 2019 menjadi Rp3.851,18 miliar pada

tahun 2020 atau naik sebesar 31,36 persen. Hal ini

disebabkan untuk melanjutkan pembangunan dan

penyelesaian proyek-proyek infrastruktur strategis

di Papua Barat seperti jalan trans papua, jalan lintas

perbatasan dan jaringan air pipa - sanitasi.

Selanjutnya, dengan membandingkan antara

realisasi pendapatan dan belanja sampai dengan

A

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2019 (miliar Rupiah)

Uraian Tahun 2020 Tahun 2019

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

A. PENDAPATAN NEGARA 2.899,85 527,22 18,18 2.687,78 468,88 17.44

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI

2.899,85 527,22 18,18 2.687,78 468,88 17.44

1. Penerimaan Pajak 2.576,57 453,90 17,62 2.465,88 388,95 15.77

2. PNBP 323,28 73,32 22,68 221,90 79,94 36.03

II. HIBAH - - - - - -

B. BELANJA NEGARA 29.769,07 3.632,13 12,20 28.093,73 4.754,47 16.92

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT

8.691,31 847,28 9,75 7.281,88 852,88 11.71

1. Belanja Pegawai 1.996,07 381,69 19,12 1.657,02 336,04 20.28

2. Belanja Barang 2.825,72 298,22 10,55 2.664,47 362,73 13.61

3. Belanja Modal 3.851,18 165,32 4,29 2.931,72 152,56 5.20

4. Belanja Bantuan Sosial 5.74 2,01 34,94 12,78 1,47 11.50

5. Belanja Lain-lain 12,60 0,05 0,38 15,88 0,07 0.44

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

21.077,76 2.784,85 13,21 20.811,85 3.901,59 18.75

1. Transfer ke Daerah 19.516,95 2.659,98 13,63 19.294,94 3.705,96 19.21

a. Dana Perimbangan 19.516,95 2.659,98 13,63 15.283,84 3.674,30 24.04

1) DAU 8.492,72 1.945,35 22,91 8.290,64 2.751,78 33.19

2) DBH 3.489,97 565,93 16,22 4.319,59 834,52 19.32

3) DAK 2.928,06 148,69 5,08 2.673,61 88,00 3.29

b. Dana Otsus 4.606,20 - - 4.011,10 31,65 0.79

2. Dana Desa 1.560,81 124,87 8,00 1.516,92 195,63 12.90

C. SURPLUS DEFISIT -26.869,21 -3.104,90

-25.405,95 -4.285,59

Sumber: OM SPAN, KPP Pratama Manokwari dan KPP Pratama Sorong (data diolah)

Page 19: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

7

triwulan I 2020, dapat disimpulkan bahwa terdapat

defisit anggaran sebesar –Rp3.104,9 miliar

disebabkan target penerimaan yang belum tercapai.

Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi

penerimaan APBN relatif masih rendah mencapai

18,18 persen. Namun kinerja tersebut relatif lebih

baik dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Sementara itu, realisasi belanja APBN pada periode

ini mencapai 12,20 persen dimana kinerjanya lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun

2019.

A. PENDAPATAN NEGARA

A.1 Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan di Papua Barat hanya

berasal dari penerimaan pajak dalam negeri yang

terdiri atas penerimaan Pajak Penghasilan (PPh),

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), dan Pajak Lainnya.

Total penerimaan perpajakan di Papua Barat

sampai dengan triwulan I 2020 berjumlah Rp453,9

miliar. Pada periode ini, daerah yang memiliki

penerimaan pajak terbesar yaitu Kota Sorong, Kab.

Manokwari dan Kab. Teluk Bintuni masing-masing

sebesar Rp148,75 miliar; Rp118,64 miliar dan

Rp86,8 miliar. Sebagai pusat perekonomian di

Papua Barat, Kota Sorong dan Kab. Manokwari

merupakan daerah paling maju sehingga banyak

potensi penerimaan pajak yang diperoleh dari

kedua daerah tersebut. Adapun Kab. Teluk Bintuni

merupakan salah satu daerah penghasil gas alam

terbesar dalam skala nasional.

Sementara itu, daerah-daerah lain di Papua Barat

sampai dengan triwulan I 2020 memiliki

penerimaan pajak relatif kecil. Penerimaan pajak

terendah yaitu Kab. Pegunungan Arfak dan Kab.

Maybrat, berturut-turut sebesar Rp1,78 miliar dan

Rp1,09 miliar. Sebagai daerah pemekaran baru,

Kab. Pegunungan Arfak belum mempunyai sumber

pajak potensial di daerahnya. Adapun Kab. Maybrat

merupakan daerah yang relatif tertinggal, sehingga

memerlukan perhatian pemerintah pusat dan

daerah untuk meningkatkan potensi

perekonomiannya.

Berdasarkan jenisnya, sampai dengan triwulan I

2020 realisasi penerimaan pajak terbesar di Papua

Barat adalah pajak pertambahan nilai mencapai

Rp232,54 miliar atau 50,38 persen dari total

realisasi, dengan kontribusi terbesar yaitu PPN

Dalam Negeri mencapai Rp232,34 miliar. Kemudian

realisasi penerimaan pajak terbesar kedua yaitu

pajak penghasilan sebesar Rp209,8 miliar atau

43,32 persen dari total realisasi, dengan kontribusi

terbesar yaitu PPh Pasal 21 mencapai Rp107,75

miliar.

A.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

PNBP merupakan seluruh penerimaan pemerintah

pusat yang bukan berasal dari penerimaan

perpajakan. Realisasi PNBP di Papua Barat sampai

dengan triwulan I 2020 mencapai Rp73,32 miliar

atau 22,68 persen dari target. Pencapaian tersebut

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang

mencapai 36,03 persen (Rp221,9 miliar).

148.75

118.64

86.80

31.8023.08

3.29 8.61 7.29 9.24 5.20 3.96 1.09 1.78

0

100

200

Ko

ta S

oro

ng

Ma

no

kw

ari

Tel

uk

Bin

tun

i

Kab

. So

ron

g

Fa

kfa

k

Ma

nse

l

Tel

uk

Wo

nd

am

a

Raj

a A

mp

at

Kai

man

a

Soro

ng

Se

lata

n

Tam

bra

uw

Ma

ybra

t

Peg

un

un

gan

Arf

ak

Grafik 2.1Penerimaan Pajak per Kab/Kota di Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Sumber: KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)

1,116.09

1,298.12

131.2831.08

209.80 232.54

4.61 4.28

0

300

600

900

1,200

1,500

PPh Non Migas PPN dan PPnBM PBB dan BPHTB Pajak Lainnya

Grafik 2.2Target dan Realisasi per Jenis Pajak di Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Target Realisasi

Sumber: KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)

Page 20: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 8

Kontribusi terbesar dari realisasi pendapatan PNBP

di Papua Barat didapat dari pendapatan jasa

transportasi, komunikasi dan informatika sebesar

Rp33,97miliar.

B. BELANJA NEGARA

Sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, belanja pemerintah (government

expenditure) dapat dijadikan sebagai alat ungkit

(leverage) dalam bentuk timulus fiskal. Kebijakan

penganggaran pada K/L untuk wilayah Papua Barat

diprioritaskan dengan mengakselerasi belanja

modal untuk meningkatkan pembangunan

infrastruktur.

B.1 Belanja Pemerintah Pusat

Total pagu belanja pemerintah pusat di Papua Barat

mengalami kenaikan sebesar 19,36 persen, yaitu

dari Rp7.281,88 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp

8.691,31 miliar pada tahun 2020. Alokasi belanja

tertinggi dimiliki belanja modal mencapai

Rp3.851,18 miliar atau 44,31 persen dari total pagu.

Selanjutnya diikuti belanja barang mencapai

Rp2.825,72 miliar atau 32,51 persen dari total pagu

belanja.

Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi belanja

pemerintah pusat terdiri dari belanja pegawai

mencapai 19,1 persen dan belanja barang mencapai

10,6 persen. Sementara itu, realisasi belanja modal

baru mencapai 4,3 persen dan belanja bantuan

sosial telah mencapai 34,9 persen. Adapun realisasi

belanja terendah yaitu belanja lain-lain mencapai

0,04 persen.

B.2 Transfer ke Daerah dan Dana Desa

(TKDD)

Total pagu alokasi TKDD yang diperuntukkan bagi

seluruh pemerintah daerah di Papua Barat

mengalami kenaikan sebesar 1,28 persen yaitu dari

Rp20.811,85 miliar pada tahun 2019, menjadi

Rp21.077,76 miliar pada tahun 2020. Alokasi

anggaran terbesar terdapat pada Dana Alokasi

Umum (DAU) sebesar Rp8.492,7 miliar atau 40,3

persen dari total pagu alokasi TKDD.

Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi TKDD di

Papua Barat mencapai Rp3.632,13 miliar atau 12,2

persen dari total pagu alokasi TKDD. Besaran

realisasi TKDD tertinggi yaitu DAU dan DBH

masing-masing mencapai Rp1.945,35 miliar (22,91

1,996.1

2,825.7

3,851.2

5.7 12.6381.7 298.2 165.3

2.0 0.0

19.1%

10.6%

4.3%

34.9%

0.4%

0%

20%

40%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos Belanja Lain-lain

Grafik 2.4Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat

di Papua Barat s.d. Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Pagu Realisasi (miliar Rp) Realisasi (persen)

Sumber: OM SPAN (data diolah)

Belanja Pegawai23.0%

Belanja Barang32.5%

Belanja Modal44.3%

Bansos + Belanja Lainnya0.2%

Grafik 2.3Komposisi Pagu Belanja Pemerintah Pusat di Papua Barat

Tahun 2020 (persen)

Sumber: OM SPAN (data diolah)

Dana Alokasi Umum 40.3%

Dana Bagi Hasil 16.6%

Dana Alokasi Khusus 13.9%

Dana Otsus21.9%

Dana Desa7.4%

Grafik 2.5Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat Tahun 2020 (persen)

Sumber: OM SPAN (data diolah)

Page 21: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

9

persen) dan Rp 565,93 miliar (16,22 persen dari

pagu). Adapun Dana Otonomi Khusus hingga

triwulan I 2020 masih belum memiliki realisasi,

disebabkan oleh sifat pengelolaan keuangan

pemerintah daerah di Provinsi Papua Barat yang

akan memanfaatkan Dana Otsus pada triwulan II

tahun anggaran berkenaan setelah penetapan

peraturan Gubernur .

B.3 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Sampai dengan triwulan I 2020 jumlah penyaluran

KUR di Papua Barat mencapai Rp119,49 miliar yang

diberikan kepada 3.125 debitur. Daerah dengan

jumlah penyaluran KUR terbesar yaitu Kota Sorong

sebesar Rp35,04 milar. Selanjutnya, daerah dengan

penyaluran KUR terbesar kedua yaitu Kab.

Manokwari sebesar Rp29,36 miliar. Kemudian

penyaluran KUR terbesar ketiga yaitu Kab. Sorong

sebesar Rp15,08 miliar. Hal ini mengindikasikan

bahwa persebaran penerima KUR di Papua Barat

sebagian besar berada di daerah yang kondisi

perekonomiannya relatif lebih maju.

Sesuai Peraturan Menteri Koordinator (Permenko)

Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2015

sebagaimana telah diubah dengan Permenko

Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2016, KUR

terbagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu KUR Mikro, KUR

Ritel dan KUR TKI. KUR Mikro diberikan kepada

penerima KUR paling banyak Rp25 juta dengan

jangka waktu kredit untuk modal kerja paling lama

3 tahun atau investasi paling lama 5 tahun.

KUR Ritel diberikan kepada debitur KUR antara

Rp25 – Rp500 juta dengan jangka waktu kredit

untuk modal kerja paling lama 4 tahun atau

investasi paling lama 5 tahun. Adapun KUR TKI

diberikan kepada penerima KUR paling banyak

Rp25 juta dengan jangka waktu kredit paling lama

sama dengan masa kontrak kerja dan tidak melebihi

jangka waktu paling lama 3 tahun.

Jika dilihat per skema penyaluran, sampai dengan

triwulan 1 2020 jumlah penyaluran KUR tertinggi di

Papua Barat yaitu KUR Mikro sebesar Rp89,78

miliar dengan jumlah debitur sebanyak 2.976

nasabah. Sementara itu untuk penyaluran KUR

Kecil sebesar Rp29,71 miliar dengan jumlah debitur

sebanyak 149 nasabah.

Jika dilihat per sektor, perdagangan merupakan

sektor yang memiliki jumlah penyaluran KUR

terbesar. Sampai dengan triwulan I 2020,

penyalurannya sebesar Rp53,72 miliar dengan

jumlah debitur sebanyak 1.289 nasabah. Kemudian

diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan

sebesar Rp13,12 miliar dengan jumlah debitur

sebanyak 428 nasabah. Melihat kondisi tersebut,

8,492.7

3,490.0 2,928.1

4,606.2

1,560.81,945.4

565.9148.7 0.0 124.9

22.9%

16.2%

5.1%

0.0%

8.0%

0%

30%

0

3,000

6,000

9,000

Dana AlokasiUmum

Dana BagiHasil

Dana AlokasiKhusus

Dana Otsus Dana Desa

Sumber: OM SPAN (data diolah)

Grafik 2.6Pagu dan Realisasi TKDD Papua Barat s.d. Triwulan I 2020

(miliar Rupiah)

Pagu Realisasi Realisasi (%)

Tabel 2.2 Penyaluran KUR di Papua Barat per Skema s.d Triwulan I 2020

Skema Debitur Penyaluran

(Rp) Outstanding

(Rp)

Mikro 2.976 89.780.500.000 26.921.746.334

Kecil 149 29.712.000.000 78.732.288.166

Jumlah 3.125 119.492.500.000 105.654.034.500

Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)

35.04

29.36

15.08

9.41 8.71 6.10 4.97 4.29 3.41 2.43

0.68

0

20

40

Ko

ta S

oro

ng

Kab

. Man

ok

war

i

Kab

. So

ron

g

Kab

. Tel

uk

Bin

tun

i

Kab

. Fak

fak

Kab

. So

ron

g S

elat

an

Kab

. Kai

man

a

Kab

. Raj

a A

mp

at

Kab

. Tel

uk

Wo

nd

ama

Kab

. Tam

bra

uw

Kab

. May

bra

t

Grafik 2.7Jumlah Penyaluran KUR per Kab / Kota di Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Kredit Program - SIKP (data diolah)

Page 22: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 10

perlu perluasan jangkauan ke sektor lainnya yang

lebih produktif seperti sektor perikanan dan

industri pengolahan. Hal ini dikarenakan perluasan

kepada sektor produktif lebih menggerakkan roda

perekonomian Papua Barat.

Jika dilihat dari lembaga penyalur, terdapat tujuh

bank penyalur KUR di Papua Barat yaitu BRI,

Mandiri, BNI, BCA, Bukopin, BRI Syariah dan BPD

Papua. BRI merupakan bank penyalur KUR terbesar

baik dari sisi jumlah debitur maupun jumlah kredit

yang disalurkan. Sampai dengan triwulan I 2020,

dana KUR yang telah disalurkan oleh BRI sebesar

Rp93,05 miliar dengan jumlah debitur mencapai

2.873 orang. Sementara itu, dana KUR yang telah

disalurkan oleh Bank Mandiri sebesar Rp7,94 miliar

dengan jumlah debitur mencapai 105 orang.

Adapun BNI telah menyalurkan KUR sebesar

Rp8,33 miliar dengan jumlah debitur mencapai 51

orang. Sedangkan BPD Papua telah menyalurkan

KUR sebesar Rp8,04 miliar kepada 89 debitur.

C. PROGNOSIS REALISASI APBN SAMPAI

DENGAN AKHIR TAHUN 2020

Sampai dengan akhir tahun 2020, diperkirakan

terdapat beberapa faktor utama yang

mempengaruhi pencapaian realisasi APBN di Papua

Barat yaitu:

Perekonomian global mengarah pada resesi

seiring terganggunya proses produksi hampir

di semua negara di dunia akbibat terbatasnya

mobilitas manusia sejalan dengan kebijakan

penanggulangan pandemi;

Risiko resesi ekonomi dunia diperkiraan baru

akan terjadi pada triwulan II hingga triwulan IV

2020;

Penyesuaian APBN akan dilakukan sebagai

langkah penanggulangan dampak terhadap

turunnya pendapatan masyarakat dan

produksi, serta penurunan permintaan

konsumsi domestik maupun investasi;

Gagalnya sebagian besar rencana pengadaan

akibat penyesuaian belanja modal dalam APBN

akan berpengaruh terhadap belanja lainnya;

Tabel 2.5 Prognosis Realisasi APBN Papua Barat s.d Triwulan IV 2020

Uraian Pagu

(miliar Rp)

Prognosis Realisasi s.d. Triw IV

Rp (miliar)

%

Pendapatan APBN 2.899,85 2.102,39 72,50

Belanja APBN 29.769,07 24.857,17 83,50

Surplus Defisit -22.754.78

Sumber: OM SPAN, KPP Pratama Manokwari dan KPP Pratama Sorong (data diolah)

Tabel 2.3 Penyaluran KUR di Papua Barat per Sektor s.d Triwulan I 2020

Sektor Debitur Penyaluran (Rp) Outstanding

(Rp)

Industri Pengolahan 350 11,331,000,000 10,020,918,377

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya

321 11,983,000,000 10,938,662,232

Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial

25 766,000,000 734,347,380

Konstruksi 5 595,000,000 581,458,416

Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum

263 10,474,000,000 9,586,745,207

Perdagangan Besar Dan Eceran

1,289 53,719,500,000 47,888,578,538

Perikanan 190 6,163,000,000 5,536,416,307

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan

428 13,131,000,000 11,506,351,631

Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan

70 4,700,000,000 3,413,163,759

Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi

184 6,630,000,000 5,447,392,653

Jumlah 3,125 119,492,500,000 105,654,034,500

Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)

Tabel 2.4 Penyaluran KUR di Papua Barat per Penyalur s.d Triwulan I 2020

Nama Bank Debitur Penyaluran

(Rp) Outstanding

(Rp)

Bank Bukopin 4 1,950,000,000 941,681,737

Bank Central Asia

2 150,000,000 146,880,745

Bank Mandiri 105 7,941,000,000 7,901,000,000

Bank Negara Indonesia

51 8,335,000,000 8,110,295,200

Bank Rakyat Indonesia

2,873 93,052,500,000 80,750,934,300

BPD Papua 89 8,039,000,000 7,778,242,518

BRI Syariah 1 25,000,000 25,000,000

Jumlah 3,125 119,492,500,000 105,654,034,500

Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)

Page 23: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

11

Pemulihan perekonomian Papua Barat akan

membutuhkan lebih banyak waktu mengingat

kapasitas SDM relatif kurang memadai

sehingga penyesuaian kebijakan anggaran

pemerintah tidak dapat dilaksanakan secara

optimal.

Berdasarkan trend dua tahun terakhir (2018 -

2019) dan ditambah dengan upaya pemulihan

perekonomian yang terdampak pandemi, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian

realisasi APBN di Papua Barat, dapat diperkirakan

realisasi pendapatan APBN akan terkoreksi

menjadi sebesar Rp2.102,39 miliar (72,5 persen)

dan belanja APBN sebesar Rp24.857,17 (83,5

persen). Sehingga pada akhir tahun 2019, realisasi

APBN lingkup Provinsi Papua Barat diperkirakan

terjadi defisit sebesar –Rp22.754,78 miliar.

Page 24: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

Perkembangan dan Analisis APBD

BAB

III

Anak-anak kecil bermain dengan riang gembira di wilayah Raja Ampat

#DJPbKawalAPBN

Page 25: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

PENDAPATAN

BELANJA

Perkembangan dan Analisis APBD

BAB

III

591,7 M

60 M

332,6 M

33,9 M

155,6 M

38,9 M

PAD

1,96 T TRANSFER

PENDAPATAN LAIN-LAIN

PEGAWAI

BANSOS

BARANG DAN JASA

MODAL

2,15 T

#DJPbKawalAPBN

Page 26: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 12

aerah dalam rangka pelaksanaan

pembangunan membutuhkan pendanaan

yang bersumber dari penerimaan daerah.

Sumber penerimaan daerah untuk saat ini lebih

didominasi oleh penerimaan dana transfer dari

pemerintah pusat, sehingga ke depan secara

bertahap diharapkan terjadi peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semua pengeluaran

untuk pembangunan daerah dan sumber dana yang

diperlukan tertuang dalam dokumen Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebagai

sebuah rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah, APBD merupakan instrumen kebijakan

fiskal dalam meningkatkan pelayanan umum dan

kesejahteraan masyarakat. Dalam merencanakan

sumber pendapatan dan alokasi belanja,

pemerintah daerah harus melihat kebutuhan riil

masyarakat berdasarkan

potensi daerah dengan

berorientasi pada

kepentingan/skala prioritas

pembangunan. Selain itu,

APBD merupakan salah satu

pendorong (key leverage)

bagi pertumbuhan ekonomi

daerah untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera,

mandiri, dan berkeadilan.

Secara total, target

pendapatan APBD tahun

2020 seluruh pemerintah

daerah di Papua Barat

mengalami penurunan,

sedangkan pagu belanja

mengalami peningkatan

kenaikan. Pendapatan APBD

Papua Barat tahun 2020

ditargetkan sebesar

Rp25.175,58 miliar atau

turun 12,34 persen dari

tahun sebelumnya.

Peningkatan tersebut

disebabkan terjadinya

kenaikan yang cukup

signifikan pada target

Pendapatan Asli Daerah dan

Pendapatan Transfer.

Sementara itu, pagu belanja APBD tahun 2020

mencapai Rp25.800,56 miliar atau naik 14,37

persen. Peningkatan tersebut dikarenakan terdapat

kenaikan yang cukup signifikan pada pagu belanja

pegawai, belanja bunga, belanja hibah dan bantuan

keuangan. Penyebabnya, antara lain adanya

rencana penambahan jumlah PNS pada tahun 2020

sehingga perhitungan pembayaran gaji pokok

mengalami kenaikan. Di samping itu, terdapat

rencana pemberian hibah dari pemerintah provinsi

kepada beberapa pemerintah kabupaten/kota.

Adapun total realisasi pendapatan APBD seluruh

pemerintah daerah di Papua Barat sampai dengan

triwulan I 2020 mencapai Rp2.154,39 miliar atau

8,56 persen dari target. Sementara itu, realisasi

D

Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2019 (miliar Rupiah)

URAIAN Pagu 2019 Realisasi Pagu 2020 Realisasi

PENDAPATAN 28,718.89 3,830.44 25,175.58 2,154.39

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1,203.11 486.42 1,239.84 155.56

Pajak Daerah 566.67 213.49 642.53 107.31

Retribusi Daerah 88.47 9.18 133.38 4.37

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

86.68 0.05 51.78 -

Lain-lain PAD yang Sah 461.29 263.70 412.15 43.88

Pendapatan Transfer 26,394.90 3,171.05 23,043.09 1,959.91

Dana Bagi Hasil (DBH) 9,362.23 658.60 3,557.15 473.37

Dana Alokasi Umum (DAU) 8,311.50 2,348.97 8,593.85 1,410.08

Dana Alokasi Khusus (DAK) 2,679.17 74.51 2,542.79 69.38

Dana Desa 1,516.92 39.49 605.03 -

Dana Insentif Daerah (DID) 239.18 11.30 267.75 -

Dana Penyesuaian dan Otsus 3,771.92 1.13 18.75 -

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

337.43 1.66 6,918.85 -

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

176.55 35.39 302.20 7.08

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 1,120.88 172.97 236.71 38.92

Pendapatan Hibah 183.90 - 892.66 38.92

Pendapatan Lainnya 936.98 172.97 84.34 -

BELANJA DAN TRANSFER 22,559.82 1,635.57 25,800.56 1,466.68

Belanja Pegawai 5,279.15 721.43 6,051.64 591.72

Belanja Bunga 9.20 8.66 69.56 14.89

Belanja Subsidi 21.13 7.24 20.26 7.29

Belanja Hibah 994.37 145.42 1,602.48 404.00

Belanja Bantuan Sosial 532.18 97.09 339.17 60.42

Belanja Tidak Terduga 25.72 1.67 70.37 7.07

Belanja Barang dan Jasa 5,737.97 446.61 5,788.37 332.61

Belanja Modal 5,990.50 86.08 6,080.48 33.99

Transfer Bantuan Keuangan 3,969.60 121.37 5,778.23 14.68

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Page 27: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

13

belanja mencapai Rp1.466,68 miliar atau 5,68

persen dari target.

A. PENDAPATAN DAERAH

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang

diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-Lain

Pendapatan Daerah yang Sah.

A.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD merupakan pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Besaran PAD dalam postur APBD

merupakan indikator kemandirian daerah.

Komponen PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

Target PAD seluruh pemerintah daerah Papua

Barat tahun 2020 sebesar Rp1.239,86 miliar atau

naik 3,05 persen dari tahun sebelumnya yang

berjumlah Rp1.203,11 miliar. Sampai dengan

triwulan I 2020, realisasi PAD seluruh pemerintah

daerah Papua Barat sebesar Rp155,56 miliar atau

12,55 persen dari target. Realisasi masing-masing

komponen PAD yaitu pajak daerah mencapai 16,7

persen, retribusi daerah mencapai 3,28 persen,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

belum memiliki realisasi, sedangkan lain-lain PAD

yang sah mencapai 10,65 persen.

A.1.1 Pajak Daerah

Sampai dengan triwulan I 2020, total realisasi

penerimaan pajak daerah seluruh pemerintah

daerah Papua Barat sebesar Rp107,31 miliar.

Pemerintah daerah yang memiliki realisasi

penerimaan pajak daerah terbesar yaitu

Pemerintah Provinsi Papua Barat mencapai

Rp78,99 miliar dengan penyumbang terbesar

berasal dari penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan

bermotor. 1,203.11 1,239.84

486.42

155.56

0.00

300.00

600.00

900.00

1,200.00

2019 2020

Grafik 3.1Target dan Realisasi PAD Seluruh Pemda Papua Barat s.d

Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2019 (miliar Rupiah)

Target Realisasi

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

642.53

133.38

51.78

412.15

107.31

4.3743.88

16.7%

3.3%0.0%

10.6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

Pajak Daerah Retribusi Daerah KekayaanDaerah

Dipisahkan

Lain-lain PADyang Sah

Grafik 3.2Total Pagu dan Realisasi per Jenis PAD Seluruh Pemda Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah, persen)

Pagu Realisasi %

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

78.99

13.0010.52

2.14 1.06 0.59 0.56 0.26 0.15 0.030.004

0.001 - -0

20

40

60

80

Pro

vin

si

Ko

ta S

oro

ng

Man

ok

war

i

Soro

ng

Fak

fak

Raj

a A

mp

at

Tel

uk

Wo

nd

ama

Soro

ng

Sela

tan

Kai

ma

na

Tam

bra

uw

Pe

gun

un

gan

Arf

ak

May

bra

t

Tel

uk

Bin

tun

i

Man

ok

war

i Se

lata

n

Grafik 3.3Realisasi Pajak Daerah per Pemda di Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Page 28: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 14

A.1.2 Retribusi Daerah

Total realisasi penerimaan retribusi daerah seluruh

pemerintah daerah di Papua Barat sampai dengan

triwulan I tahun 2020 mencapai Rp4,37 miliar.

Daerah yang memiliki realisasi penerimaan

retribusi daerah terbesar yaitu Kota Sorong

mencapai Rp1,25 miliar.

A.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan seluruh pemerintah daerah di Papua

Barat sampai dengan triwulan I tahun 2020 sama

sekali belum memiliki realisasi. Semua pemerintah

daerah di Papua Barat belum mampu mengambil

hasil dari pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan sebagai pendapatan asli daerah.

A.1.4 Lain-Lain PAD yang Sah

Sampai dengan triwulan I tahun 2020 total

penerimaan Lain-lain PAD yang Sah seluruh

pemerintah daerah di Papua Barat sebesar Rp43,87

miliar. Daerah yang memiliki realisasi tertinggi

penerimaan lain-lain PAD yang sah yaitu

Pemerintah Provinsi Papua Barat mencapai

Rp20,42 miliar.

A.2 Pendapatan Transfer

Total target pendapatan transfer seluruh

pemerintah daerah Papua Barat tahun 2019

sebesar Rp23.043,09 miliar atau turun 12,7 persen

dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp28.394,9

miliar. Dari seluruh komponen pendapatan

transfer, porsi terbesar yaitu DAU sebesar

Rp8.593,85 miliar atau 37,3 persen dari total

pendapatan transfer. Kondisi tersebut

mengindikasikan bahwa di Papua Barat tingkat

ketergantungan pemerintah daerah terhadap

pemerintah pusat sangat tinggi. Keadaan ini patut

diwaspadai mengingat pengalaman sebagian besar

daerah yang memiliki ketergantungan tinggi pada

dana transfer akan lebih memilih status quo

terhadap penerimaan dari pemerintah pusat

(Inanga dan Wusu, 2004).

Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi

pendapatan transfer seluruh pemerintah daerah

Papua Barat mencapai Rp1.959,91 miliar.

Pemerintah daerah yang memiliki realisasi terbesar

yaitu Provinsi Papua Barat sebesar Rp532,9 miliar.

1,247.29

1,162.76 672.72

524.81

345.51

251.25

110.79

52.27

0.80

-

-

-

-

-

0 500 1,000

Kota Sorong

Papua Barat

Fakfak

Manokwari Selatan

Manokwari

Teluk Wondama

Sorong

Raja Ampat

Sorong Selatan

Teluk Bintuni

Kaimana

Maybrat

Tambrauw

Pegunungan Arfak

Grafik 3.4Realisasi Retribusi Daerah per Pemda di Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (juta Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

20.42

7.53

6.89

2.03

1.92

1.66

1.22

0.56

0.51

0.44

0.31

0.20

0.17

-

0 5 10 15 20 25

Provinsi

Fakfak

Manokwari…

Maybrat

Sorong Selatan

Kota Sorong

Pegunungan Arfak

Sorong

Raja Ampat

Kaimana

Manokwari

Tambrauw

Teluk Wondama

Teluk Bintuni

Grafik 3.5Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah per Pemda di Papua Barat

s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak23,9%

Dana Alokasi Umum 37.3%

Dana Alokasi Khusus 11.0%

Dana Desa + DID; 3.8%

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 30.1%

Grafik 3.6Komposisi Komponen Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah

di Papua Barat Tahun 2020 (persen)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Page 29: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

15

A.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Sampai dengan triwulan I 2020, total realisasi Lain-

Lain Pendapatan Daerah yang Sah seluruh

pemerintah daerah di Papua Barat mencapai

Rp38,92 miliar. Pemerintah daerah yang memiliki

realisasi terbesar yaitu Kab. Teluk Bintuni sebesar

Rp26,23 miliar.

B. BELANJA DAERAH

Total pagu belanja daerah tahun 2020 seluruh

pemerintah daerah di Papua Barat mencapai

Rp25.800,56 miliar. Berdasarkan jenisnya, belanja

daerah dengan porsi terbesar yaitu belanja modal

dengan kontribusi sebesar 30,4 persen dan belanja

pegawai sebesar 30,2 persen. Sementara itu, porsi

belanja barang mencapai 28,9 persen.

Sampai dengan triwulan I 2020, total realisasi

belanja daerah di Papua Barat relatif masih rendah

yaitu sebesar Rp1.446,68 miliar atau 5,68 persen

dari total pagu. Untuk realisasi belanja daerah

tertinggi yaitu belanja pegawai sebesar Rp591,72

miliar, belanja hibah sebesar Rp404 miliar, dan

belanja barang dan jasa sebesar Rp332,61 miliar.

Sementara itu, belanja modal baru terealisasi

sebesar Rp33,99 miliar.

C. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI

DENGAN AKHIR TAHUN 2019

Sampai dengan akhir tahun 2020, diperkirakan

terdapat beberapa faktor utama yang

mempengaruhi pencapaian realisasi pendapatan

dan belanja daerah di Papua Barat, yaitu:

Perekonomian lokal diperkirakan akan

terganggu dengan terbatasnya mobilitas

manusia sejalan dengan kebijakan

penanggulangan pandemi;

Rentannya perekonomian domestik terhadap

resesi membuat pemerintah pusat melakukan

penyesuaian APBN sehingga akan berdampak

pada perubahan besaran dana TKDD yang

berpengaruh pada APBD secara keseluruhan;

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif

rendah dari target yang ditetapkan karena

tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap

sumber daya alam (raw material), sedangkan

pasar komoditi internasional diperkirakan

berada pada harga terendah dalam sepuluh

tahun terakhir;

- - - - - - - - - - 0.27 0.65

11.76

26.23

0

5

10

15

20

25

30

Pap

ua

Bar

at

Fa

kfa

k

Ma

no

kw

ari

Soro

ng

Raj

a A

mp

at

Soro

ng

Se

lata

n

Tel

uk

Wo

nd

am

a

Kai

man

a

Ma

ybra

t

Peg

un

un

gan

Arf

ak

Ma

no

kw

ari

Sel

ata

n

Tam

bra

uw

Ko

ta S

oro

ng

Tel

uk

Bin

tun

i

Grafik 3.7Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

per Pemda di Papua Barat s.d Triwulan I 2020(miliar Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

5,788.37 6,051.64 6,080.48

339.17

1,762.67

332.61 591.72 33.99 60.42

433.25

5.75%9.78%

0.56%

17.81%

24.58%

0.00%

20.00%

40.00%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

BelanjaBarang

BelanjaPegawai

BelanjaModal

BelanjaBansos

BelanjaLainnya

Grafik 3.9Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja Seluruh Pemda di Papua

Barat s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah, persen)

Pagu Realisasi %

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Belanja Barang28.9%

Belanja Pegawai30.2%

Belanja Modal30.4%

Belanja Bansos1.7%

Belanja Lainnya

8.8%

Grafik 3.8Komposisi Belanja Pemerintah Daerah di Papua Barat

Tahun 2020 (persen)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Page 30: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020 16

Gagalnya sebagian besar rencana pengadaan

akibat penyesuaian belanja modal dalam APBD

akan berpengaruh terhadap belanja lainnya

Pelaksanaan APBD dalam rangka pemulihan

perekonomian Papua Barat diperkirakan

berjalan lambat karena permasalahan dalam

pengelolaan keuangan yaitu, keterbatasan

kapasitas SDM pengelola keuangan, seringnya

keterlambatan penetapan SK penunjukan/

penggantian pejabat perbendaharaan,

keterbatasan jumlah SDM sebagai panitia

pengadaan barang dan jasa, serta keterbatasan

pejabat pengadaan yang bersertifikat.

Berdasarkan trend realisasi APBD Papua Barat

pada dua tahun terakhir (2017 - 2019) dan faktor-

faktor yang mempengaruhi realisasi pendapatan

dan belanja daerah di atas, maka diperkirakan

realisasi APBD sampai dengan akhir 2020 sebagai

berikut:

Berdasarkan tabel 3.2, terlihat bahwa dengan

melihat tren realisasi pendapatan pada tahun 2017

dan 2019 yang berkisar antara 100 – 105 persen,

maka perkiraan realisasi pendapatan daerah

seluruh pemerintah daerah di Papua Barat sampai

dengan akhir tahun 2020 hanya akan mencapai

Rp22.658,02 miliar atau 90 persen. Sementara itu,

dengan melihat tren realisasi belanja tahun 2017

dan 2019 yang berkisar antara 85 - 90 persen, maka

perkiraan realisasi belanja daerah sampai akhir

tahun 2020 mencapai Rp20.640,45 miliar atau 80

persen. Sehingga pada akhir tahun 2020, realisasi

APBD lingkup Provinsi Papua Barat diperkirakan

terjadi surplus anggaran sebesar Rp2.017,57 miliar.

Tabel 3.2 Prognosis Realisasi APBD Seluruh Pemerintah Daerah Papua Barat

s.d Triwulan IV Tahun 2020

Uraian Pagu

(miliar Rp)

Realisasi s.d. Tw I 2020

Perkiraan Realisasi s.d. Tw IV 2020

Rp (miliar)

% Rp

(miliar) %

Pendapatan Daerah 25.175,58 2.154,39 8,56 22.658,02 90

Belanja dan Transfer Daerah

25.800,56 1.466,68 5,68 20.640,45 80

Surplus / Defisit 687,71 2.017,57

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Page 31: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

Perkembangan Anggaran Konsolidasian

BAB

IV

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial

#DJPbKawalAPBN

Page 32: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

BELANJA

KONSOLIDASIAN

BAB

IV

1,55 T

609,4 M

112,2 M

2,3 T

14,7 M

PAJAK

PNBP

BELANJA PEMERINTAH

TRANSFER

DEFISIT

767,3 M

2,31 T

#DJPbKawalAPBN

Perkembangan Anggaran Konsolidasian

824,9 M

TRANSFER

Page 33: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

17

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

(LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan

konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

dalam periode waktu tertentu.

Target pendapatan konsolidasian Papua Barat pada

tahun 2020 sebesar Rp6.341,73 miliar. Adapun

pagu belanja konsolidasian mencapai Rp34.491,87

miliar. Sehingga pada tahun ini defisit konsolidasian

ditetapkan sebesar –Rp28.150,14 miliar. Sampai

dengan triwulan I 2020, realisasi penerimaan

pendapatan konsolidasian di Papua Barat sebesar

Rp1.546,64 miliar. Sementara itu, realisasi belanja

konsolidasian mencapai Rp2.313,96 miliar.

Sehingga pada periode ini terjadi defisit sebesar –

Rp767,32 miliar.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan pemerintahan umum (General

Government Revenue) atau pendapatan

konsolidasian tingkat wilayah adalah konsolidasian

antara seluruh pendapatan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan

eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).

B.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Pendapatan konsolidasian Papua Barat terdiri dari

pendapatan perpajakan, pendapatan bukan pajak

dan pendapatan transfer. Proporsi pendapatan

konsolidasian terbesar tahun 2020 yaitu

pendapatan perpajakan yang mencapai 60,18

persen. Sementara itu, transfer konsolidasian dan

pendapatan bukan pajak konsolidasian masing-

masing sebesar 30,99 persen persen persen dan

8,83 persen.

Adapun target pendapatan perpajakan

konsolidasian Papua Barat tahun 2020 sebesar

Rp3.816,41 miliar terdiri dari pendapatan

perpajakan pusat sebesar Rp2.576,57 miliar dan

pendapatan perpajakan daerah sebesar Rp1.239,84

miliar. Target tersebut mengalami kenaikan 25,93

persen bila dibandingkan tahun sebelumnya

sebesar Rp3.030,63 miliar, didasarkan pada asumsi

bahwa kondisi perekonomian pada tahun ini

menuju perbaikan

meskipun masih terdapat

ketidakpastian. Selain itu,

tantangan dan dinamika

yang cenderung stabil

pada harga komoditas

internasional seperti

minyak dan gas bumi turut

mempengaruhi

peningkatan target

pendapatan perpajakan

dan pendapatan bukan

pajak di Papua Barat.

Sampai dengan triwulan I

2020, realisasi pendapatan

konsolidasian sebesar

Rp1.546,64 miliar atau 13,33 persen dari target.

Realisasi tersebut terdiri dari pendapatan

pemerintah pusat sebesar Rp527,22 miliar dan

pendapatan pemerintah daerah sebesar

Rp1.019,42 miliar.

B.2 Analisis Perubahan

Bila dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya, sampai dengan triwulan I 2020 terjadi

(growth) pertumbuhan realisasi pendapatan pajak

Tabel 4.1 Pagu dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Konsolidasian Papua Barat s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Uraian

Pagu 2020 Realisasi Tw I 2020

Pusat Daerah Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi

Pendapatan 2.899,85 25.175,58 6.341,73 527,22 2.154,39 1.546,64

Perpajakan 2.576,57 1.239,84 3.816,41 453,90 155,56 609,46

Pendapatan Bukan Pajak 323,28 236,71 559.99 73,32 38,92 112,24

Transfer - 23.043,09 1.965,33 - 1.959,91 824,94

Belanja 29.769,07 25.800,56 34.491,87 3.632,13 1.466,68 2.313,96

Belanja Pemerintah 8.691,31 20.022,33 28.713,64 847,28 1.452,00 2.299,28

Transfer 21.077,76 5.778,23 5.778,23 2.784,85 14,68 14,68

Surplus / Defisit -26.869,21 -624,98 -28.150,14 -3.104,90 687,71 -767,32

Sumber: OM-SPAN, SIKD, KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)

Sdfsdf

Uraian

2018 2019

Target 1 Thn (Miliar Rp)

Real Triw I (Miliar Rp)

% Target 1 Thn (Miliar Rp)

Real Triw I (Miliar Rp)

%

Pemda 438 61 13,93 449 213 47,57

Pusat 2.854 267 9,36 2.582 389 15,06

Konsolidasian 3.292 328 9,96 3.031 602 19,88

Page 34: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 18

konsolidasian sebesar 1,23 persen dari Rp602

miliar menjadi Rp609,46 miliar disebabkan terjadi

kenaikan pada pendapatan PPN Dalam Negeri dan

pajak penghasilan. Sementara itu, terjadi

penurunan realisasi pendapatan bukan pajak

konsolidasian yang cukup besar mencapai 78,66

persen dari Rp526 miliar menjadi hanya Rp112,24

miliar disebabkan terjadi penurunan pada realisasi

pendapatan jasa pelayanan kebandarudaraan dan

jasa pelayanan kepelabuhanan.

B.3 Analisis Kontribusi Pendapatan

Pemerintah Terhadap Perekonomian

Daerah

Pada periode triwulan I tahun 2020, PDRB Papua

Barat sebesar Rp15.450,53 miliar dengan

pertumbuhan ekonomi sebesar 5,14 persen (yoy).

Sementara itu pada periode yang sama, terjadi

pertumbuhan realisasi pendapatan konsolidasian

sebesar 1,23 persen. Berdasarkan perbedaan

antara angka pertumbuhan ekonomi dan kenaikan

pendapatan yaitu sebesar 3,91 persen [ 1,23 –

(5,14) ]. Hal ini mengindikasikan bahwa pada

triwulan I 2020 penerimaan pendapatan masih

terus berupaya dioptimalkan dari berbagai potensi

yang ada sebagai konsekuensi dari pertumbuhan

ekonomi yang mengalami kontraksi.

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government

Spending) atau Belanja Konsolidasian Tingkat

Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

belanja Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah

suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang

sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi).

C.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Belanja konsolidasian Papua Barat terdiri dari

belanja pemerintah dan transfer konsolidasian.

Proporsi alokasi belanja konsolidasian terbesar

tahun 2020 yaitu belanja pemerintah mencapai

83,25 persen. Sementara itu proporsi belanja

transfer mencapai 16,75 persen.

Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi belanja

konsolidasian Papua Barat sebesar Rp2.313,96

miliar atau 6,7 persen dari pagu. Dari nilai

tersebut, realisasi belanja pemerintah dan transfer

masing-masing mencapai Rp2.299,28 miliar

(99,37 persen) dan Rp14,68 miliar (0,63 persen).

Jika dilihat per jenis belanja, sampai dengan

triwulan I 2020, tingkat realisasi belanja

konsolidasian tertinggi yaitu belanja lain-lain dan

belanja bantuan sosial masing-masing mencapai

24,41 persen dan 18,1 persen. Sementara itu

realisasi belanja modal konsolidasian terlihat

belum optimal yang baru mencapai 2,01 persen,

sehingga diperlukan akselerasi untuk

merealisasikan belanja tersebut sampai dengan

berakhirnya tahun anggaran. Adapun belanja

pegawai dan belanja barang masing-masing

sebesar 12,10 persen dan 7,32 persen.

C.2 Analisis Perubahan

Pagu belanja konsolidasian tahun 2020 naik 26,22

persen dibandingkan pagu tahun sebelumnya,

yaitu dari Rp 27.326 miliar menjadi Rp34.491,87

miliar. Pagu yang naik tersebut disebabkan oleh

peningkatan kebutuhan anggaran di daerah yang

digunakan untuk membiayai program dan

kegiatan Satuan Kerja (Satker) Kementerian

Negara/Lembaga dan belanja Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) melalui Transfer ke

Daerah dan Dana Desa (TKDD).

8,047.71 8,614.08

9,931.66

344.91

1,775.28

973.41 630.83

199.32 62.43 433.29

12.10%

7.32%

2.01%

18.10%

24.41%

0%

20%

40%

-

2,500.00

5,000.00

7,500.00

10,000.00

BelanjaPegawai

BelanjaBarang

BelanjaModal

BelanjaBansos

BelanjaLain-Lain

Grafik 4.1Realisasi Belanja Konsolidasian Papua Barat per Jenis

s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah, persen)

pagu realisasi %

Sumber: OM-SPAN dan SIKD (data diolah)

Page 35: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

19

C.3 Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah

Terhadap Perekonomian Daerah

Kontribusi pemerintah terhadap perekonomian

daerah dapat dijelaskan melalui Teori

Perpotongan Keynesian (Keynesian Cross Theory).

Menurut teori tersebut, salah satu variabel yang

berpengaruh terhadap pencapaian output (Y)

yaitu belanja pemerintah (government spending).

Kenaikan belanja pemerintah akan mendorong

output menjadi lebih besar dimana ekuilibrium

bergerak dari titik A ke titik B dan output

meningkat dari Y1 ke Y2 (Mankiw, 2013).

Gambar 4.1

Pengaruh Kenaikan Belanja Pemerintah terhadap Output Menurut Perpotongan Keynesian

(Sumber: Mankiw, 2013)

Nilai output dihitung dengan menjumlahkan

pengeluaran aggregat yaitu pengeluaran

konsumen, pengeluaran investasi, pembelian

pemerintah untuk barang dan jasa, serta ekspor

dikurangi impor (net export) yang ditunjukan

dengan persamaan sebagai berikut:

Y = C + I + G + (X – M)

Nilai output suatu daerah diwujudkan dalam

bentuk PDRB. Kontribusi pemerintah terhadap

PDRB dilihat dari sisi belanja, dihitung dengan cara

membandingkan nilai belanja pemerintah

terhadap PDRB. Sedangkan jika dilihat dari sisi

investasi, kontribusi pemerintah terhadap PDRB

dihitung dengan cara membandingkan nilai

belanja modal terhadap PDRB. Hal ini sebagaimana

terlihat pada tabel 4.2.

Sampai dengan triwulan I 2020, kontribusi belanja

pemerintah konsolidasian terhadap PDRB Papua

Barat sebesar Rp2.313,96 miliar / Rp15.450,53

milliar = 14,98 persen. Adapun kontribusi

investasi pemerintah terhadap PDRB sebesar

Rp199,32 miliar / Rp15.450,53 miliar = 1,29

persen. Kondisi tersebut menunjukan bahwa

kontribusi belanja pemerintah, baik pemerintah

pusat dan daerah cukup signifikan terhadap

perekonomian Papua Barat.

Tabel 4.2 Kontribusi Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian

Papua Barat s.d Triwulan I 2020

Uraian Realisasi

Belanja Pemerintah (miliar Rupiah)

2.313,96

Belanja Modal (miliar Rupiah)

199,32

PDRB (miliar Rupiah)

15.450,53

Kontribusi Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB (persen)

14,98

Kontribusi Belanja Modal terhadap PDRB (persen) 1,29

Sumber: OM-SPAN, SIKD, BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

450

A

B

∆G

E2 = Y2

E1 = Y1

Pengeluaran Aktual

Output, Y

∆Y

Pengeluaran yang Direncanakan

Pengeluaran, E

Y2 Y ∆Y

Page 36: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

Isu / Berita Regional Terpilih

BAB

V

Eksotisme Hiu di Taman Nasional Teluk Cendrawasih

#DJPbKawalAPBN

Page 37: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

TAMAN NASIONAL TELUK CENDRAWASIH

DANA DESA

PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO

(UMI)

Isu / Berita Regional Terpilih

BAB

V

LUAS 1,45 Jt Ha

500 spesies

terumbu

karang

137 ekor

ikan hiu

paus

975

DEBITUR

3,77 M

ANGGARAN

1,56 T

1.742

DESA

#DJPbKawalAPBN

Hiu Paus

DAK FISIK

ANGGARAN

2,12 T

DAK NON FISIK

ANGGARAN

810,4 M

Taman

nasional

terluas di

Indonesia

Air panas

dalam laut

dan danau

tengah laut

Page 38: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 20

A. PENGEMBANGAN TAMAN NASIONAL TELUK

CENDRAWASIH

Dalam rangka mempercepat pembangunan

ekonomi nasional, yang didorong oleh kemandrian

daerah dalam mengembangkan potensi yang

dimiliki, diperlukan penyiapan kawasan yang

memiliki keunggulan geoekonomi dari aspek

parwisata. Kawasan tersebut diwujudkan dalam

sebuah taman nasional dengan batas pemanfaatan

tertentu yang ditetapkan untuk menjaga ekosistem

wilayah. Sejak tahun 2002, Teluk Cenderawasih

telah ditetapkan sebagai taman nasional laut

dengan luas kawasan mencapai 1,45 juta hektar,

dan menjadi taman nasional terluas di Indonesia.

Dengan penetapan status ini, segala sesuatu yang

berada di wilayah Taman Nasonal Teluk

Cenderawasih (TNTC) harus sesuai dengan

ketentuan peraturan.

Teluk Cenderawasih sudah sejak lama menjadi

surga bagi terumbu karang dan biota laut yang

beraneka ragam. Posisi Teluk Cenderawasih yang

menjorok ke daratan bagaikan cekungan raksasa

yang menyimpan kekayaan laut yang tumbuh di

dalamnya. Teluk yang berada persis di leher ”kepala

burung” Pulau Papua ini bentuknya menyerupai

mangkuk yang menampung perairan dalam di

bagian tengahnya dan perairan dangkal di bagian

tepinya.

Berdasarkan peta geologi dasar laut, titik terdalam

di teluk itu berada pada kedalaman sekitar 1.500

meter di bawah permukaan laut. Selebihnya

merupakan perairan dangkal dengan kedalaman

berkisar 200-500 meter di bawah permukaan laut.

Massa air laut Teluk Cendrawasih masih

terpengaruh massa air dari Samudra Pasifik, tetapi

kehadiran gugus kepulauan membuat air di Teluk

Cenderawasih cenderung lebih hangat, berarus

kecil, dan tenang. Dengan tipe perairan seperti itu,

Teluk Cenderawasih memiliki sejumlah kekhasan

ekosistem bernilai tinggi yang lebih beragam dari

perairan Raja Ampat, untuk dapat dimanfaatkan

dengan optimal.

Salah satu obyek yang menjadi daya tarik di TNTC

adalah ikan hiu paus (rhincodon typus). Hampir

setiap hari megafauna ini dapat dilihat di sekitar

Kwatisore, kawasan TNTC. Hiu paus yang terpantau

di wilayah TNTC setidaknya ada 137 ekor (WWF,

2016). Ikan raksasa ini jarang terlihat di wilayah

Raja Ampat. Hal lain yang juga menjadi kekhasan

TNTC adalah terumbu karang. Berdasarkan

penelitian World Wide Fund for Nature (WWF)

Indonesia disebutkan, TNTC memiliki tutupan

terumbu karang yang luas dengan kualitas terbaik

di dunia. Berdasarkan catatan WWF, pada 2016

dilakukan survei yang melibatkan ahli terumbu

karang dunia dan menemukan lebih dari 500

spesies terumbu karang, termasuk 14 spesies baru,

di perairan Teluk Cenderawasih. Pulau Purup dan

Selat Numamurang adalah lokasi dengan

keanekaragaman hayati terbanyak yang pernah

dicatat di seluruh dunia.

Wilayah Teluk Cenderawasih memiliki status

terumbu karang yang mayoritas (sekitar 58 persen)

dalam kondisi baik, bahkan 8 persen lainnya sangat

baik. Sisanya, dalam kondisi cukup baik (LIPI,

2017). Kondisi terumbu tersebut ditopang oleh

kondisi kawasan pesisir pantai yang masih terjaga

kelestariannya, hutan mangrove yang masih kokoh

membentengi pulau, padang lamun yang subur,

hingga hutan belantara yang masih terjaga

keasliannya. Dukungan kondisi alam tersebut

membuat perairan di Teluk Cendrawasih mampu

menangkap sedimen dan menahan arus serta

gelombang yang membuat kondisi terumbu karang

berada dalam kondisi yang baik.

Gambar 5.1

Kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih

Page 39: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

21

Di wilayah TNTC ini setidaknya ada 80 kampung

dan desa yang sebagian besar penduduknya

bermata pencarian sebagai nelayan dan petani.

Sekitar 30.000 jiwa bermukim di wilayah taman

nasional laut tersebut. Hal ini menyebabkan hasil

laut berperan penting bagi kelangsungan hidup

masyarakat di sekitarnya. Alat tangkap, terutama

perahu, yang digunakan masih sederhana.

Mayoritas nelayan di sini menggunakan perahu

tanpa motor. Perahu bermotor, baik motor tempel

atau ketinting, berkisar 200 unit. Pada 2016, massa

ikan fungsional, seperti ikan kakatua dan baronang,

meningkat hingga kisaran lebih dari 350 kilogram

per hektar dari sebelumnya yang kurang dari 200 kg

per hektar pada 2011. Jenis ikan ini juga meningkat

massanya di zona pemanfaatan dengan kisaran

sekitar 100 kg per hektar (WWF, 2016). Ikan

ekonomi penting, seperti ikan jambian dan kerapu,

juga turut meningkat massanya di zona inti, yakni

hingga lebih dari 200 kg per hektar dari sebelumnya

yang hanya berkisar 100 kg per hektar.

Di dalam TNTC, perairan laut adalah kawasan

terluas yang mencapai hampir 90 persen dari

seluruh total luas kawasan. Kawasan daratan pulau-

pulau dan pesisir hanya sekitar 4,6 persen. Sisanya

sekitar 5,5 persen adalah kawasan terumbu karang.

Bentukan alam seperti ini secara tidak langsung

menempatkan laut sebagai kawasan utama yang

disuguhkan bagi para pengunjung taman nasional.

Tak salah apabila menyelam atau diving menjadi

salah satu kegiatan andalan sektor wisata di wilayah

TNTC. Semua tempat yang biasa dikunjungi

wisatawan di TNTC selalu menyuguhkan titik-titik

yang menarik untuk menyelam dan snorkeling.

Sinar matahari mampu menerobos hingga

kedalaman sekitar 30 meter dari permukaan laut

sehingga mampu menerangi keindahan

pemandangan bawah air.

Setidaknya ada lima pulau yang biasa dikunjungi

wisatawan minat khusus, yaitu Pulau Rumberpon,

Nusrowi, Mioswaar, Yoop dan perairan Windesi,

serta Pulau Roon. Ada juga obyek air terjun dan air

panas alami yang menyatu dengan air laut, seperti

yang ada di Pulau Mioswaar. Khusus di perairan

Windesi dan Pulau Yoop, pengunjung dapat melihat

atau berenang bersama dengan ikan-ikan hiu paus.

Pengunjung kawasan TNTC relatif masih sangat

sedikit. Pada 2019, pengunjung yang mengurus

surat izin masuk kawasan konservasi (Simaksi)

mencapai 6.222 orang dengan total penerimaan

sekitar Rp732,9 juta. Relatif sedikitnya kunjungan

ini salah satunya karena terbatasnya akses

Gambar 5.3

Potensi Wisata Taman Nasional Teluk Cendrawasih

Gambar 5.2

Kondisi Terumbu Karang Taman Nasional Teluk Cendrawasih

Page 40: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 22

transportasi dan akomodasi penginapan. Akses

menuju lokasi harus menggunakan kapal perahu

motor atau speed boat yang relatif masih terbatas

dan berbiaya cukup mahal. Penginapan dengan

pelayanan cukup bagus juga hanya ada satu di

wilayah Kwatisore sehingga wajar jika pengunjung

TNTC masih sangat terbatas. Akses dan akomodasi

yang masih sangat minim membutuhkan semangat

petualang yang besar dan tentu saja ditopang biaya

yang besar pula. Namun, jika akses kian mudah

serta akomodasi yang kian banyak, bukan tidak

mungkin kawasan TNTC akan berkembang menjadi

magnet wisata andalan di wilayah Papua Barat dan

mampu bersaing dengan Raja Ampat.

B. PERANAN PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO

(UMI) TERHADAP UMKM

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki

peranan yang penting dalam perekonomian.

Perannya menjadi vital karena mampu bertahan

dari guncangan ekonomi (Wengel and Rodriguez,

2006, dan Funabashi, 2013). Ditambah lagi, UMKM

lebih mampu bertahan dari krisis dibandingkan

perusahaan besar dan merespon lebih cepat/

fleksibel terhadap perubahan yang terjadi di luar

(Berry et al., 2001).

Berry et al. (2002) mengemukakan bahwa UMKM

dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru

sehingga mampu mengurangi tingkat

pengangguran. Data Kementerian Koperasi dan

UKM pada tahun 2019 menunjukan bahwa jumlah

UMKM di Indonesia sebanyak 58,97 juta. Dari

jumlah tersebut, UMKM mampu menyerap 116,67

juta tenaga kerja dan memberikan kontribusi

terhadap PDB sebesar Rp 7.704,63 triliun atau

setara 60% dari total PDB.

Di samping kelebihan yang dimilikinya, UMKM

memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya

keuangan, membayar suku bunga yang lebih tinggi,

dan kelemahan lainnya (Bourletidis and

Triantafyllopoulos, 2014). Oleh karena itu,

Chittithaworn, et al. (2011) menyarankan adanya

bantuan berupa pembiayaan bagi UMKM. Khan

(2015) menambahkan pentingnya peran lembaga

keuangan bagi pertumbuhan usaha UMKM.

Di Indonesia, permasalahan utama yang dihadapi

UMKM yaitu sulitnya mendapat akses pembiayaan

dari perbankan. Sehingga dari sisi ini, pemerintah

hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Diantara program yang saat ini dijalankankan

pemerintah untuk membantu UMKM yaitu program

KUR. Program ini merupakan pembiayaan kredit

yang berasal dari lembaga perbankan dimana

pemerintah membantu melalui pemberian subsidi

bunga. Pemerintah menanggung selisih antara

tingkat bunga yang diterima perbankan dan bunga

yang dibebankan kepada penerima KUR.

Pemerintah menyadari bahwa implementasi

penyaluran KUR sampai dengan saat ini belum

mampu mencapai target yang diharapkan karena

banyaknya calon nasabah potensial KUR yang tidak

memenuhi studi kelayakan perbankan

(unbankable). Oleh karena itu, pemerintah telah

menggagas skema baru penyaluran kredit kepada

UMKM yang disebut program Pembiayaan Ultra

Mikro (Ultra Micro Finance – UMi) dengan

karakteristik nasabah unbankable tetapi memiliki

kelayakan usaha, diantara indikatornya yaitu

tingkat keuntungan (profitability) dan

kesinambungan usaha (sustainability). Pembiyaan

UMi merupakan penyediaan dana yang bersumber

dari Pemerintah atau bersama dengan Pemerintah

Daerah atau pihak lain untuk memberikan fasilitas

pembiayaan kepada UMKM.

Berbeda dengan KUR, yang agen penyalurnya

adalah perbankan, untuk UMi sebagai agen

penyalurnya adalah Lembaga Keuangan Bukan

Bank (LKBB), seperti PT Pegadaian, PT Permodalan

Nasional Madani (PNM), dan PT Bahana Artha

Ventura (BAV). Prinsip dasar dari pembiayaan UMi

diantaranya (1) Pemberdayaan dan penajaman

(empowerment and enhacement) lembaga penyalur

yang sudah ada, (2) pendampingan kepada nasabah

(end user) dan (3) fokus pada produk pembiayaan

yang telah berhasil sehingga tidak menguji coba

atau membuat produk pembiayaan baru. Dalam

rangka pelaksanaan UMi, pemerintah daerah dapat

memberikan kontribusi dalam melakukan sharing

pendanaan untuk percepatan pembangunan di

daerah pada umumnya dan secara khusus

meningkatkan kesempatan usaha bagi UMKM.

Page 41: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

23

Sebagai komplemen dari program KUR, penyaluran

UMi di Papua Barat bisa dikatakan belum maksimal.

Hal ini tercermin dari jumlah penyaluran UMi

sampai dengan triwulan I 2020 hanya mencapai

Rp343,6 juta dengan jumlah debitur sebanyak 57

orang. Ke depannya perlu akselerasi program

pembiayaan UMi di Papua Barat yang melibatkan

banyak pihak terutama peran dari penyalur dan

pemerintah daerah.

Untuk wilayah Papua Barat, terdapat 4 (empat)

lembaga penyalur pembiayaan UMi yaitu PT

Permodalan Nasional Madani (PT PNM), PT

Pegadaian dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

(KJKS) BMT Nuansa Umat, serta Koperasi Simpan

Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis

Bina Utama. Sampai dengan triwulan I 2020,

penyaluran pembiayaan UMi terbesar dilakukan

oleh PT Pegadaian mencapai Rp1,91 miliar dengan

jumlah penerima sebanyak 276 debitur. Adapun PT

PNM menyalurkan pembiayaan UMi sebesar Rp1,86

miliar dengan nasabah yang lebih banyak mencapai

697 debitur. Sementara itu KJKS BMT Nuansa Umat

dan KSPPS Tamzis Bina Utama masing-masing

menyalurkan sebesar Rp4 juta kepada 1 debitur,

dan sebesar Rp1 juta juga kepada 1 orang nasabah.

Jika dilihat per daerah, sampai dengan triwulan I

2020 dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Papua

Barat, pembiayaan UMi hanya disalurkan pada 9

daerah. Penyaluran pembiayaan UMi tertinggi yaitu

Kab Sorong sebesar Rp2,74 miliar dengan nasabah

mencapai 855 debitur. Adapun penyaluran

terendah yaitu Kab. Teluk wondama sebesar Rp5

juta untuk 1 (satu) orang debitur.

C. KONTRIBUSI DANA DESA, DAK FISIK DAN

DAK NON FISIK BAGI PEMBANGUNAN

DAERAH

Sejak diberlakukannya Undang-Undang (UU)

Nomor 22 Tahun 1999 (sebagaimana diubah

menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004) tentang

Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun

1999 (sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terjadi

perubahan mendasar dalam sistem pemerintahan

daerah di Indonesia dengan titik berat

pembangunan daerah berada pada tingkat

kabupaten/ kota. Salah satu perubahan yang terjadi

adalah diimplementasikannya desentralisasi fiskal

yang lebih luas bagi daerah. Arah dari kebijakan

desentralisasi diharapkan dapat menghindari

inefisiensi dari perekonomian (Prud’homme, 1995).

Desentralisasi fiskal menurut Davey (2003)

merupakan pembagian kewenangan belanja dan

pendapatan antar tingkat pemerintahan. Dari sisi

belanja, kewenangan desentralisasi didasarkan

kepada prinsip agar pengalokasian sumber daya

menjadi lebih efisien dan efektif. Hal ini

diasumsikan bahwa daerah lebih mengerti

kebutuhan masyarakat sehingga pengalokasian

sumber daya menjadi lebih responsif dalam

menjawab kebutuhan masyarakat. Adapun jika

dilihat dari sisi pendapatan, diberikannya

kewenangan desentralisasi kepada daerah

dimaksudkan agar partisipasi masyarakat untuk

mendanai pelayanan publik menjadi lebih tinggi

karena dapat merasakan langsung manfaat yang

Tabel 5.1

Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Papua Barat

per Lembaga Penyalur s.d. Triwulan I 2020

Lembaga Penyalur Jumlah

Debitur

Jumlah

Penyaluran (Rp)

PT Pegadaian 276 1,905,100,000

PT Permodalan Nasional Madani (PT

PNM) 697 1,861,000,000

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

BMT Nuansa Umat 1 4,000,000

Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis

Bina Utama

1 1,000,000

Jumlah 975 3,771,100,000

Sumber: SIKP UMi (data diolah)

2,738.50

438.60257.50

114.50 107.50 60.50 25.00 24.00 5.00

855

48 26 14 15 10 3 3 1

-

300

600

900

Soro

ng

Man

ok

war

i

Fak

fak

Ka

iman

a

Raj

a A

mp

at

Ko

ta S

oro

ng

Tl

Bin

tun

i

Sors

el

Tl

Wo

nd

am

a

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

Grafik 5.1Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Papua Barat

per daerah s.d. Triwulan I 2020 (jiwa, juta Rupiah)

Penyaluran Debitur Sumber: SIKP UMi (data diolah)

Page 42: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 24

dirasakan.

Sebagai bentuk penguatan desentralisasi fiskal,

dana yang diberikan kepada Provinsi Papua Barat

dalam bentuk TKDD semakin meningkat tiap tahun.

Pada tahun 2015 total TKDD seluruh pemerintah

daerah di Provinsi Barat sebesar Rp15,6 triliun.

Kemudian pada tahun 2019 nilainya mengalami

kenaikan menjadi sebesar Rp20,8 triliun atau naik

33,3 persen. Sedangkan pada tahun 2020

meningkat kembali 1,28 persen menjadi sebesar

Rp21,08 miliar.

Salah satu jenis dana transfer yang dialokasikan

kepada daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi yaitu dana desa. Dana desa

merupakan dana dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah yang diperuntukkan bagi desa

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, dan pemberdayaan

masyarakat desa. Seperti halnya dengan DAK,

secara konseptual dana desa bersifat conditional

grant, artinya penggunaan dana desa dibatasi oleh

persyaratan tertentu. Penggunaan dana desa

dilakukan sesuai prioritas penggunaan yang

ditetapkan oleh Menteri Desa PDTT dan pedoman

teknis yang ditetapkan oleh bupati.

Jumlah dana desa yang diterima seluruh

pemerintah daerah di Papua Barat mengalami

peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2015 dana

desa yang disalurkan sebesar Rp0,45 triliun.

Kemudian pada tahun 2020 nilainya mengalami

peningkatan lebih dari tiga kali lipat menjadi

sebesar Rp1,56 triliun atau naik 246,7 persen.

Pada tahun 2020, penyaluran dana desa di Papua

Barat dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap

pertama sebesar 40 persen atau Rp624,32 miliar,

tahap kedua sebesar 40 persen atau Rp624,32

miliar dan tahap ketiga sebesar sebesar 20 persen

atau Rp312,16 miliar. Dana tersebut dialokasikan

untuk 1.742 desa pada 12 pemerintah daerah.

Proses penyaluran Dana Desa dilakukan oleh

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

langsung ke Rekening Kas desa (RKD) baik itu pada

tahap I, tahap II, maupun tahap III. Sampai dengan

triwulan I 2020 total penyaluran dana desa di Papua

Barat sebesar Rp124,87 miliar (13,33 persen dari

total pagu) atau 20 persen dari alokasi pagu tahap I

dan tersebar hanya pada desa-desa di 4 kabupaten

(Fak fak, Teluk Bintuni, Manokwari, dan Teluk

Wondama).

Selain dana desa, bentuk dana transfer yang bersifat

khusus (penugasan) dan dialokasikan kepada

pemerintah daerah adalah DAK Fisik dan DAK Non

Fisik. Penyaluran DAK Fisik dan DAK Non Fisik di

15.6

19.0

16.7 16.9

20.8 21

0

7

14

21

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Grafik 5.2Perkembangan TKDD Papua Barat Tahun 2015 - 2020

(triliun Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

0.45

1.07

1.36 1.381.52 1.56

0

0.4

0.8

1.2

1.6

2

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Grafik 5.3Perkembangan Dana Desa Papua Barat Tahun 2015 -

2020 (triliun Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

145.30

178.78

138.52

109.87108.22

119.06

74.36

99.87

178.56

198.08

144.74

65.45

31.81

55.41

34.95

2.71

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Ma

no

kw

ari

Soro

ng

Fa

k F

ak

Soro

ng

Sela

tan

Raja

Am

pa

t

Telu

k B

intu

ni

Telu

k W

on

da

ma

Kaim

ana

Tam

brau

w

Ma

ybrat

Peg

un

un

gan

Arfak

Ma

no

kw

ari S

elatan

Grafik 5.4Pagu dan Realisasi Dana Desa

Papua Barat s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Pagu Realisasi

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Page 43: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020

25

Papua Barat pada tahun 2020 dilalukan dengan

memanfaatkan alokasi anggaran sebesar

Rp2.928,06 miliar yang terbagi atas Rp2.117,63

miliar pagu DAK Fisik, dan Rp810,42 miliar pagu

DAK Non Fisik.

Pada DAK Fisik, pembangunan Jalan merupakan

bidang dengan alokasi anggaran tertinggi sebesar

Rp507,17 miliar (23,95 persen). Terbesar kedua

adalah bidang kesehatan dengan alokasi sebesar

Rp467,20 miliar (22,06 persen). Sedangkan bidang

Sosial, menjadi kelompok bidang pada DAK Fisik

yang memiliki alokasi anggaran terendah sebesar

Rp0,16 miliar atau 0,01 persen dari total DAK Fisik.

Sampai dengan triwulan I 2020, DAK Fisik tercatat

belum memiliki realisasi pada semua bidang.

Sementara itu pada DAK Non Fisik yang terbagi

pada 6 kategori, alokasi terbesar diperuntukkan

untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar

Rp275,89 miliar atau 34,04 dari total pagu. Alokasi

terendah digunakan untuk pembayaran Tambahan

Penghasilan Guru PNS sebesar Rp7,87 miliar (0,97

persen). Realisasi DAK Non Fisik sampai dengan

triwulan I 2020, memiliki tingkat penyerapan

sebesar 18,35 persen atau senilai Rp148,69 miliar.

Berdasarkan tingkat penyerapan yang ada, DAK

Non Fisik pada triwulan I 2020 telah digunakan

untuk beberapa kategori, yaitu Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp59,97 miliar,

Bantuan Operasional Kesehatan dan KB sebesar

Rp88,02 miliar, serta Tambahan Penghasilan Guru

PNS sebesar Rp0,70 miliar. Keberadaan realisasi

yang hanya ada pada kategori tersebut sepanjang

triwulan I 2020 disebabkan oleh sifat

pembayarannya yang rutin dilakukan pada setiap

triwulan.

0.16

2.50

8.02

13.25

22.12

24.94

40.17

47.04

49.23

59.60

59.73

73.04

86.15

208.49

448.84

467.20

507.17

0 150 300 450

Sosial

Transportasi Laut

Industri Kecil Menengah

LHK

Pasar

Pariwisata

Irigasi

Pertanian

Kelautan dan Perikanan

Sanitasi

Perumahan dan Permukiman

Transportasi Perdesaan

Air Minum

Kesehatan dan KB

Pendidikan

Kesehatan

Jalan

Grafik 5.5Pagu dan Realisasi DAK Fisik per Bidang

Papua Barat s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

7.87

15.45

32.11

225.81

253.30

275.89

0.70

88.02

59.97

0.00 300.00 600.00

Tambahan Penghasilan GuruPegawai Negeri Sipil

Bantuan OperasionalPenyelenggaraan-Pendidikan

Peningkatan Kapasitas Koperasi,Usaha Kecil, Kependudukan danPariwisata

Bantuan Operasional Kesehatandan Bantuan KB

Tunjangan Khusus dan ProfesiGuru PNSD

Bantuan Operasional Sekolah(BOS)

Grafik 5.6Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik per Kategori

Papua Barat s.d Triwulan I 2020 (miliar Rupiah)

Realisasi Pagu

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Page 44: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

DAFTAR PUSTAKA

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 26

Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2001). Small and Medium Enterprise Dynamics In Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, Volume 3, Issue 3, 2001 . pp. 363-84.

Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2002).

Firm and Group Dynamics in the Small and Medium Enterprise Sector in Indonesia. Small Business Economics, 18. Pp. 141-61.

Blanchard, Oliver. (2006). Macroeconomics–

forth edition. New Jersey: Prentice Hall. Bourletidis, K., & Triantafyllopoulos, Y. (2014).

SMEs Survival in Time of Crisis: Strategies, Tactics and Commercial Success Stories. Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol. 148, pp. 639-644.

Chittithaworn, C., Islam, A., Keawchana, T. &

Yusuf, D. H. (2011). Factors Affecting Business Success of Small & Medium Enterprises (SMEs) in Thailand. Asian Social Science, Vol. 7 No. 5, pp. 180-190.

Davey, K. 2003. Fiscal Decentralization (dikutip

secara online pada 2 Agustus 2019 dari: http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/UNTC/UNPAN017650.pdf

Funabashi, G. (2013). Small and Medium

Enterprises under the Global Economic Crisis: Evidence from Indonesia. Asian Institute of Management Working Paper 14-012.

Inanga, E. L. & Wusu, D. (2004). Financial

Resource Base of Sub-national Governments and Fiscal Decentralization in Ghana. African Development Review. 16 (1): 72.

Khan, S. (2015). Impact of sources of finance on

the growth of SMEs: evidence from Pakistan. Decision, Vol. 42 No. 1, pp. 3-10.

Krugman, P., & Wells R. (2011). Economics-

Second Edition. London: Worth Publishers. Mankiw, Gregory N. (2013). Macroeconomi-

eight edition. London: Worth Publisher. Prud’homme, R. (1995). On the Dangers of

Decentralization. Research Observer. 10th, 201-220.

Ravallion, Martin. (1995). Growth and Poverty:

Evidence for Developing Countries in The

1990s. Economics Letters. Vol. 48 (June): 411-417.

Seyoum, B. (2009). Export-Import Theory,

Practices, and Procedures -Second Edition. New York: Routledge.

Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2003).

Economic Development- Eigth Edition, London: Pearson Education Limited.

Wengel, J., & Rodriguez, E. (2006). SME export

performance in Indonesia after the crisis. Small Business Economics, Vol. 26 No. 1, pp. 25-37.

Peraturan UU No. 22 Tahun 1999 sebagaimana direvisi

menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

UU No. 25 Tahun 1999 sebagaimana direvisi

menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014

Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

PMK Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tata

Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

112/PMK.07/2017 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Permendes Nomor 4 Tahun 2017 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017.

Page 45: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat

Triwulan I 2020

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 46: KAJIAN...KATA PENGANTAR Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Barat Triwulan I 2020 i egala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan …

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua Barat

Gedung Keuangan Negara (GKN) Manokwari Komplek Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat

Jl. Brigjen Marinir (Purn) Abraham O. Atururi, Kelurahan Anday, Arfai, Kab. Manokwari

Telepon (0986) 214122 - Faksimili (0986) 214124 e-mail: [email protected]

website: djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/papuabarat