kajian hukum investasi dana pensiun pada transaksi...
TRANSCRIPT
1
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM DANA PENSIUN
1. Dana Pensiun Sebelum Undang – Undang Dana
Pensiun
Dana Pensiun merupakan perusahaan yang
kegiatannya mengelola dana pensiun suatu perusahaan
pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri.
Penghimpunan dana pensiun melalui iuran yang
dipotong dari gaji karyawan. Kemudian dana yang
terkumpul oleh dana pensiun diusahakan lagi dengan
menginvestasikan ke berbagai sektor yang
menguntungkan. Perusahaan yang mengelola dana
pensiun dapat dilakukan oleh bank atau perusahaan
lainnya1.
Sejarah perkembangan dana pensiun di Indonesia
telah berkembang sejak pertengahan abad XIX, ketika
era penguasaan ekonomi oleh pengusaha besar atau
kaum pemilik tanah terjadi. Zulaini Wahab2
menjelaskan bahwa era penguasaan ekonomi ini terjadi
sebagai akibat tumbuhnya perusahaan – perusahaan
perkebunan di Jawa setelah Pemerintahan Hindia
Belanda memberika kesempatan kepada perusahaan
1 Kasmir, op.cit, hal.8. Berkaitan dengan pengelolaan Dana
Pensiun, perusahaan lainnya yang dimaksud adalah
badan/lembaga/institusi pemberi kerja yang memberikan manfaat pensiun bagi pekerja. 2 Zulaini, Wahab, op.cit, hal. 1
2
swasta Belanda untuk mengembangkan perkebunan
tebu, pabrik gula, kilang minyak dan pertambangan.
Pada masa itu, orang – orang Indonesia terlibat
dalam jumlah besar untuk pertama kalinya dalam
kegiatan – kegiatan pertanian non tradisional dan
dipekerjakan sebagai buruh upahan. Kondisi sebagai
buruh upahan ini merupakan pembaruan agraria yang
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
menggantikan cultuurstelsel atau sistem tanam paksa.
Masalah yang muncul dihadapi kaum buruh dengan
diterapkan sistem upahan adalah tidak terjaminnya
kesejahteraan buruh dan rendahnya harkat
kemanusiaan kaum buruh, karena upah buruh sangat
rendah dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari – hari.
Sekitar tahun 1939, sejumlah buruh pada
perusahaan – perusahaan besar berani menuntut
perbaikan nasib, agar diberikan jaminan hari tua dan
kesinambungan penghasilan apabila mereka tidak
bekerja lagi, karena usia tua. Perusahaan harus
memberikan kenaikan penghasilan dengan membayar
iuran program pensiun atau program kesejahteraan
hari tua.
Karena tuntutan tersebut, perusahaan menerima
tuntutan buruh untuk memberikan kesejahteraan
hidup dengan membentuk jaminan hari tua.
Perusahaan menyelenggarakan program pensiun
dengan membentuk cadangan pensiun (book reserve)
3
dengan membebankan pada biaya perusahaan untuk
pembayaran pensiun bagi buruh yang berhenti bekerja
pada usia pensiun.
Pada tahap yang lebih maju, perusahaan
mendirikan yayasan sebagai wadah untuk
menyelenggarakan program pensiun bagi karyawannya,
terpisah dari perusahaan.
Pelaksanaan program pensiun lebih lanjut
diselenggarakan berdasarkan Arbeidersfondsen
Ordonannatie (Staatsblad Tahun 1926 Nomor 377).
Arbeidersfondsen Ordonannatie merupakan peraturan
pelaksanaan dari ketentuan pasal 1601 s bagian kedua
KUH Perdata yang mengatur perlindungan hukum bagi
kaum pekerja. Pada intinya, pasal 1601 s KUH Perdata
adalah:
a. tidak diperbolehkan pengusaha mengadakan
atau membuat perjanjian dengan pekerja yang
mengharuskan pekerja menggunakan upah atau
penghasilan yang diterimanya menurut cara –
cara tertentu yang ditetapkan pengusaha
ataupun membeli barang – barang keperluan
sehari – hari di suatu tempat atau pada pihak
tertentu yang ditentukan oleh pengusaha.
b. pengusaha diperbolehkan mengadakan atau
membuat perjanjian dengan pekerja yang
memberikan kesempatan kepada pekerja untuk
menjadi peserta dalam satu dana sepanjang dana
4
tersebut memenuhi syarat – syarat yang
ditetapkan dalam undang – undang.
Di Indonesia wadah untuk menyelenggarakan
program pensiun dilakukan melalui kelembagaan
yayasan. Yayasan yang menyelenggarakan program
pensiun digunakan istilah „yayasan pensiun‟ atau
„yayasan dana pensiun‟. Hal ini untuk membedakan
dengan yayasan lainnya yang bukan penyelenggara
program pensiun. Lembaga „yayasan dana pensiun‟
cukup lama dipergunakan sampai dengan lahirnya
Undang – Undang Dana Pensiun.
Arbeidersfondsen Ordonannatie menetapkan
syarat – syarat yang harus dimuat dalam peraturan
pensiun, antara lain:
a. maksud dan tujuan pembentukan dana
b. tata cara penggunaan dana serta pembayaran
biaya – biaya yang timbul dari kepengurusan .
c. tata cara penyimpanan kekayaan dana dan
tempat kekayaan itu akan ditempatkan.
d. jumlah iuran yang harus dibayar peserta.
e. hak – hak peserta
f. akibat dari berakhirnya masa kerja di
perusahaan bagi peserta.
g. tata cara penunjukkan pengurus yang berasal
dari peserta.
h. tata cara melakukan perubahan peraturan
pensiun.
5
i. tata cara penyampaian keluhan, pendapat dan
saran – saran dari peserta.
j. tata cara pembubaran dana.
k. tata cara penyelesaian yang timbul dalam
pelaksanaan peraturan.
l. tata cara penyampaian laporan kepada peserta.
Peraturan Pensiun ditetapkan oleh Pendiri. Menurut
Zulaini Wahab3 beberapa peraturan pensiun dari
yayasan dana pensiun ternyata tidak semua syarat –
syarat yang ditentukan oleh Arbeidersfondsen
Ordonannatie dimuat dalam peraturan pensiun. Pada
umumnya peraturan pensiun hanya memuat ketentuan
yang berkaitan dengan:
a. iuran pensiun yang harus dibayar peserta.
b. hak peserta atas pembayaran manfaat pensiun.
c. akibat yang timbul karena berakhirnya masa
kerja di perusahaan bagi peserta.
d. penyelesaian perselisihan yang timbul dalam
pelaksanaan peraturan pensiun.
e. tata cara pembubaran yayasan dana pensiun.
Ketentuan seperti: tata cara penunjukkan pengurus
yang berasal dari peserta, perubahan peraturan
pensiun, hak peserta untuk menyampaikan keluhan,
pendapat dan saran – saran tidak dimuat dalam
peraturan pensiun. Dengan kata lain, pada masa
berlakunya Arbeidersfondsen Ordonannatie, pendiri
3 Ibid, hal. 8
6
yayasan dana pensiun bebas memuat peraturan
pensiun tanpa mengindahkan aturan – aturan yang
ditetapkan dalam Arbeidersfondsen Ordonannatie, dan
tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam
penyusunan peraturan pensiun.
Dari keadaan itu, pemerintah kehilangan fungsi
dalam mengawasi jalannya pengelolaan yayasan dana
pensiun. Lain halnya, jika dalam Arbeidersfondsen
Ordonannatie diatur campur tangan pemerintah dalam
pembuatan peraturan pensiun harus mendapatkan
pengesahan dari pemerintah, kebebasan pendiri dalam
membuat program pensiun dapat dibatasi.
Demikian juga halnya dengan investasi dana
pensiun tidak diatur dalam peraturan pensiun. Oleh
karena itu pengurus yayasan dana pensiun tidak
pernah merasa mempunyai kewajiban untuk
menjelaskan kepada peserta kemana dan dalam bentuk
apa kekayaan yayasan dana pensiun diinvestasikan.
Akibatnya, peserta tidak mengetahui bagaimana iuran
pensiun dikelola dikelola oleh yayasan dana pensiun.
Pengurus yayasan dana pensiun berpendapat bahwa
pendiri yang mempunyai kewenangan dan kepentingan
terhadap pelaksanaan investasi yayasan dana pensiun,
karena pendiri yang harus memenuhi kecukupan dana
untuk pembayaran manfaat pensiun. Oleh karena itu,
pelaksanaan investasi hanya dilaporkan kepada
pendiri. Pola pelaksanaan demikian menempatkan
investasi yayasan dana pensiun berada dibawah
7
kendali dan campur tangan pendiri. Campur tangan
pendiri dalam pelaksanaan investasi kekayaan yayasan
dana pensiun berhubungan dengan ketentuan jenis –
jenis investasi, portofolio investasi dan batasan masing
– masing jenis investasi.
Kekayaan yayasan dana pensiun pada masa ini
sebagian besar diinvestasikan pada tanah dan
bangunan4. Sedangkan investasi lainnya seperti
deposito berjangka, tabungan, saham, obligasi dan
penyertaan langsung pada perusahaan bersifat
tambahan. Tanah dan bangunan hasil investasi
yayasan dana pensiun sebagian besar digunakan
sendiri oleh pendiri yayasan dana pensiun untuk
berbagai kepentingan bisnisnya, seperti: gedung kantor
dan rumah dinas karyawan pendiri. Tidak jarang
investasi yayasan dana pensiun dilakukan pula dalam
bentuk membiayai yayasan pendidikan dan pelatihan
karyawan pendiri, karena pendiri tidak mempunyai
anggaran pendidikan.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa
penyelenggaraan program pensiun pada masa yayasan
dana pensiun tidak dijalankan berdasarkan prinsip –
prinsip:
a. investasi kekayaan dana pensiun harus dikelola
berdasarkan arahan investasi yang ditetapkan
4 Ibid, hal. 18 - 20
8
oleh pendiri/pemberi kerja serta harus dikelola
melalui manajemen yang profesional.
b. iuran yang telah disetor oleh peserta dan iuran
yang telah dibayar oleh perusahaan untuk dan
atas nama peserta beserta hasil
pengembangannya merupakan kekayaan dana
pensiun yang dipergunakan untuk membayar
manfaat pensiun yang dipergunakan untuk
membayar manfaat pensiun pada saat peserta
mencapai usia pensiun sampai dengan yang
bersangkutan meninggal dunia. Jika sampai
dengan peserta meninggal dunia ternyata jumlah
seluruh manfaat pensiun yang telah dibayarkan
lebih kecil dari himpunan iuran peserta beserta
hasil pengembangannya, dana pensiun wajib
membayar selisih selebihnya kepada ahli waris
peserta.
2. Dana Pensiun Setelah Undang – Undang Dana
Pensiun
Undang – Undang Dana Pensiun dikeluarkan tahun
1992, yaitu Undang – Undang No. 11/1992 tentang
Dana Pensiun (UUDP). Dengan dikeluarkannya UUDP
ini memberikan jaminan kepastian dalam
penyelenggaraan program pensiun. Hal ini ditegaskan
dalam penjelasan Undang – Undang Dana Pensiun:
Undang-undang tentang Dana Pensiun yang
merupakan landasan hukum pembentukan Dana
Pensiun dan penyelenggaraan program pensiun.
9
Menurut UU ini, dana pensiun adalah badan hukum
yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Adanya kelembagaan
dana pensiun sebagai badan hukum menambah
khazanah perbendaharaan lembaga badan hukum
bisnis di Indonesia, disamping badan hukum bisnis
yang telah ada seperti perseroan terbatas (PT), yayasan
dan koperasi. Sehubungan dengan itu timbul
pertanyaan mengapa dana pensiun tidak menggunakan
bentuk badan hukum bisnis yang telah ada, misalnya
PT, Koperasi atau Yayasan. Padahal, dana pensiun
sebelumnya telah dikelola dalam bentuk yayasan5.
Program pensiun bertujuan untuk kesinambungan
penghasilan di hari tua bagi karyawan. Dalam konteks
UUDP yang pertama kali mempunyai kewajiban untuk
menyelenggarakan program pensiun adalah pemberi
kerja. Kalau badan hukum dana pensiun berbentuk PT
akan terbentur masalah menyangkut kekayaan.
Kekayaan dana berasal berasal dari uran pemberi kerja
dan peserta. Sedangkan kekayaan PT berasal dari
pemegang saham. Tujuan pokok PT mencari
keuntungan dengan menjalankan usaha tertentu, dana
pensiun menyelenggarakan program pensiun dengan
sistem pemupukan dana yang bersumber dari iuran
dan hasil investasi. Sedangkan, jika berbentuk koperasi
menurut UU No.25/1992 tentang Perkoperasian
(bagian menimbang huruf a), koperasi merupakan
gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha
5 Ibid, hal. 35
10
yang disusun sebagai usaha bersama atau sebagai
himpunan orang, bukan sebagai himpunan modal.
Dana pensiun merupakan himpunan modal berupa
iuran dari pemberi kerja dan peserta. Selain itu,
koperasi didirikan oleh anggota, sedangkan dana
pensiun didirikan oleh pemberi kerja. Lagi pula, UUDP
lebih dulu ditetapkan pada tanggal 20 April 1992,
sedangkan UU Koperasi ditetapkan tanggal 21 Oktober
1992. Demikian juga halnya jika berbentuk yayasan,
UU No.16/2001 tentang Yayasan baru diterbitkan
tahun 2001. Yayasan pada umumnya bergerak dalam
kegiatan sosial atau maksud – maksud tertentu yang
tidak mengejar` keuntungan, sedangkan dana pensiun
harus mendapat keuntungan dari pengelolaan dana
yang terhimpun. Dari segi keanggotaan, yayasan tidak
mempunyai anggota sebagaimana halnya dana
pensiun.
Oleh karena itu, ketiga badan hukum tersebut tidak
tepat untuk digunakan sebagai badan hukum dana
pensiun. Bentuk badan hukum dana pensiun dengan
syarat dan tata cara yang diatur dalam undang –
undang (pasal 3 UUDP).
Untuk memberikan gambaran tentang badan
hukum dana pensiun dianalogikan dengan perseroan
terbatas, koperasi dan yayasan:
11
Tabel 4: Badan Hukum Bisnis
Dalam Pasal 2 UUDP badan hukum dana
pensiun, terdiri dari: Dana Pensiun Pemberi Kerja
(DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana
Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang
mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP) atau Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), bagi
kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya
sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban
12
terhadap Pemberi Kerja. Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk
oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk
menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi
perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri
yang terpisah dari Dana Pensiun pemberi kerja bagi
karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan.
Sebagai badan hukum, dana pensiun memiliki
hak dan kewajiban serta dapat melakukan hubungan
hukum, karena itu dana pensiun memiliki organ.
Organ ini yang melakukan fungsi sebagai alat
kelengkapan dana pensiun untuk mencapai tujuan.
Organ dana pensiun terdiri dari: pendiri, pengurus dan
pengawas.
Pendiri adalah organ atau alat kelengkapan dana
pensiun yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
dana pensiun dan memegang segala kewenangan yang
tidak diserahkan kepada dewan pengawas atau
pengurus. UUDP menetapkan pihak yang dapat
mendirikan dana pensiun, yaitu: orang atau badan
yang mendirikan Dana Pensiun Pemberi Kerja dan
bank atau perusahaan asuransi jiwa yang membentuk
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Persyaratan untuk mendirikan Dana Pensiun
Pemberi Kerja (DPPK)6 adalah:
a. peraturan Dana Pensiun;
6 PP No. 76/1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja, pasal 3
13
b. pernyataan tertulis Pendiri dan Mitra Pendiri bila
ada;
Pernyataan tertulis Pendiri dan pernyataan
tertulis Mitra Pendiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b harus disetujui
oleh pemilik perusahaan, atau rapat umum
pemegang saham, atau yang setara dengan itu,
serta memuat7:
- ringkasan Peraturan Dana Pensiun;
- kesediaan untuk membiayai penyelenggaraan
Dana Pensiun dan peraturan pelaksanannya
serta Peraturan Dana Pensiun.
c. surat penunjukan Pengurus, Dewan Pengawas,
dan Penerima Titipan;
d. arahan investasi;
e. laporan aktuaris, apabila Dana Pensiun
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat
Pasti;
f. surat perjanjian antara Pengurus dengan
Penerima Titipan.
Persyaratan untuk mendirikan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) adalah8:
Bagi perusahaan asuransi jiwa
a. memenuhi tingkat solvabilitas sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundangan di
7 Ibid, pasal 6 8 PP No. 77/1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan
14
bidang asuransi sekurang kurangnya selama 8
bulan terakhir.
b. memiliki kesiapan untuk menyelenggrakan DPLK
yang dibuktikan dengan kesiapan dalam bidang
organisasi dan personil serta kesiapan sistem
administrasi.
c. memiliki kinerja investasi yang sehat.
d. memiliki tingkat kesinambungan
pertanggungjawaban yang sehat sekurang
kurangnya dalam 2 tahun terakhir.
e. memiliki kesanggupan untuk menyampaikan
laporan hasil penilaian solvabilitas dan laporan
investasi perusahaan.
f. perusahaan asuransi tersebut telah menjalankan
usahanya sekurang kurangnya selama 5 tahun.
Bagi bank umum
a. memenuhi tingkat kesehatan bank.
b. memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan dana
pensiun.
c. menyanggupi untuk menyampaikan laporan
terakhir tingkat kesehatan bank baik secara
keseluruhan maupun aspek permodalan, kualitas
aktiva produktif dan pemenuhan batas minimum
pemberian kredit setiap tri wulan.
Dewan Pengawas adalah organ atau kelengkapan
dana pensiun yang berfungsi melakukan pengawasan
pengelolaan dana pensiun yang dilakukan oleh
15
pengurus. Dewan pengawas ini ditunjuk oleh Pendiri
(pasal 22 ayat 1).
Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas Pemberi
Kerja (DPPK)9:
a. melakukan pengawasan atas pengelolaan Dana
Pensiun oleh Pengurus;
b. menyampaikan laporan tahunan secara tertulis
atas hasil pengawasannya kepada Pendiri dan
salinannya diumumkan kepada Peserta;
c. menunjuk akuntan publik untuk mengaudit
laporan keuangan Dana Pensiun
d. menunjuk aktuaris untuk menyusun laporan
aktuaris bagi Dana Pensiun yang
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat
Pasti;
e. menetapkan arahan investasi bersama Pendiri,
dalam hal Dana Pensiun menyelenggarakan
Program Pensiun Iuran Pasti.
Tugas dan wewenang Pengawas Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK)10:
a. melakukan pengawasan atas pengelolaan Dana
Pensiun oleh Pengurus;
b. menyampaikan laporan tahunan secara tertulis
atas hasil pengawasannya;
c. menunjuk akuntan publik untuk mengaudit
laporan keuangan Dana Pensiun.
9 PP No. 76/1992, pasal 25 10 PP No. 77/1992, pasal 16
16
Pengurus Dana Pensiun adalah organ atau alat
kelengkapan dana pensiun yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan peraturan Dana Pensiun, pengelolaan
Dana Pensiun serta melakukan tindakan hukum untuk
dan atas nama Dana Pensiun, dan mewakili Dana
Pensiun di dalam dan di luar pengadilan.
Tugas dan wewenang Pengurus Dana Pensiun11:
a. membuat perjanjian dengan penerima titipan
b. membuat perjanjian dengan pihak ketiga
c. melakukan tindakan hukum untuk dan atas
nama dana pensiun
d. mewakili dana pensiun di dalam dan di luar
pengadilan.
Kewajiban Pengurus Dana Pensiun Pemberi Kerja
(DPPK)12:
a. pengurus wajib mengelola Dana Pensiun dengan
mengutamakan kepentingan Peserta dan pihak
lain yang berhak atas Manfaat Pensiun.
b. pengurus wajib memelihara buku, catatan dan
dokumen yang diperlukan dalam rangka
pengelolaan Dana Pensiun.
c. pengurus wajib bertindak teliti, terampil,
bijaksana dan cermat dalam melaksanakan
tanggung jawabnya mengelola Dana Pensiun.
11 UU No.11/1992, pasal 10 dan 11 12 PP No. 76, pasal 17 dan 18
17
d. pengurus wajib merahasiakan keterangan pribadi
yang menyangkut masing-masing Peserta.
e. pengurus wajib menyampaikan secara berkala
kepada Menteri:
- laporan keuangan yang telah diaudit oleh
akuntan publik.
- laporan teknis yang disusun oleh Pengurus
atau oleh Pengurus dan aktuaris sesuai
ketentuan yang ditetapkan Menteri;
- laporan aktuaris sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun sekali.
f. pengurus wajib menyampaikan keterangan
kepada Peserta mengenai:
- neraca dan perhitungan hasil usaha menurut
bentuk, susunan dan waktu yang ditetapkan
Menteri;
- hal-hal yang timbul dalam rangka kepesertaan
dalam bentuk dan waktu yang ditetapkan
Menteri;
- setiap perubahan Peraturan Dana Pensiun.
Tanggung jawab pengurus Dana Pensiun Pemberi
Kerja13 bahwa Pengurus, masing-masing atau bersama-
sama, bertanggung jawab secara pribadi atas segala
kerugian yang timbul pada kekayaan Dana Pensiun
akibat tindakan Pengurus yang melanggar atau
13 Ibid, pasal 21
18
melalaikan tugas dan/atau kewajibannya sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun dan
peraturan perundang-undangan tentang Dana Pensiun,
serta wajib mengembalikan kepada Dana Pensiun
segala kenikmatan yang diperoleh atas atau dari
kekayaan Dana Pensiun secara melawan hukum.
Kewajiban pengurus Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK)14:
a. pengurus wajib mengelola dana Pensiun dengan
mengutamakan kepentingan peserta dan pihak
lain yang berhak.
b. pengurus wajib memelihara buku, catatan dan
dokumen yang diperlukan dalm rangka kegiatan
Dana Pensiun.
c. pengurus wajib bertindak teliti, terampil,
bijaksana dan cermat dalam melaksanakan
tanggung jawabnya mengelola Dana pensiun.
d. pengurus wajib merahasiakan keterangan pribadi
yang menyangkut masing-masing peserta.
e. pengurus wajib menyampaikan laporan berkala
kepada Menteri, yang terdiri dari:
- laporan teknis;
- laporan keuangan yang telah diaudit oleh
akuntan publik, menurut bentuk, susunan, dan
waktu yang ditetapkan oleh Menteri.
14 PP No.77/1992, pasal 10-13
19
f. pengurus wajib memberikan informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian atas
pilihan investasi yang dilakukan oleh peserta
melalui Dana Pensiun.
g. pengurus wajib menyampaikan keterangan
kepada peserta mengenai:
- neraca dan perhitungan hasil usaha menurut
bentuk, susunan dan waktu yang ditetapkan
menteri;
- hal-hal yang timbul dalam rangka kepesertaan
dalam bentuk dan waktu yang ditetapkan
Menteri;
- setiap perubahan Peraturan Dana Pensiun.
h. pengurus wajib menyerahkan kepada Peserta :
posisi dana pada akhir tahun takwim
bersangkutan; dan tanda bukti penarikan dana
oleh Peserta yang bersangkutan beserta pajak
yang telah dipungut dari penarikan dana
dimaksud dalam 1 (satu) tahun takwim.
Tanggung jawab pengurus Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK)15 adalah bertanggung jawab
atas segala kerugian yang timbul pada kekayaan Dana
Pensiun akibat tindakan Pengurus yang melanggar
atau melalaikan tugas dan/atau kewajibannya
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Dana
Pensiun dan peraturan perundang-undangan tentang
15 Ibid, pasal 14
20
Dana Pensiun, serta wajib mengembalikan kepada
Dana Pensiun segala kenikmatan yang diperoleh atas
atau dari kekayaan Dana Pensiun secara melawan
hukum.
Dari penjelasan mengenai pengurus dana
pensiun dapat dilihat kedudukan pengurus menganut
dua sistem yang berbeda16.
Pada DPPK, kedudukan pengurus berada
dibawah pendiri dana pensiun. Pengurus ditunjuk oleh
pendiri dengan surat keputusan. Pengurus
bertanggung jawab kepada dan diberhentikan oleh
pendiri. Dengan posisi yang demikian, pengurus harus
bertindak menurut berdasarkan arahan ketentuan dari
pendiri yang tertuang dalam peratuiran dana pensiun
dan arahan investasi. Perbuatan menjalankan urusan
yang mempunyai konsekuensi pendanaan harus
mendapat persetujuan pendiri. Karena hakekat dana
pensiun adalah lembaga yang mendapatkan
kepercayaan untuk mengelola dana milik peserta.
Sedangkan pada DPLK, Pendiri dana pensiun
bertindak sebagai pengurus17 dan dewan komisaris
bertindak sebagai pengawas dana pensiun18. Untuk
operasional kegiatan, pendiri DPLK menunjuk
pelaksana tugas pengurus19. Dalam kedudukan
16 Wahab, Zulaini, op.cit, hal. 52 17 PP No. 77/1992, pasal 9 18 Ibid, pasal 15 19 KMK No. 513/2002 tentang persyaratan pengurus dan dewan pengawas DPPK dan pelaksana tugas DPLK jo Peraturan Ketua Bapepam-LK No. PER-03/BL/2011 tentang Pedoman Penilaian
21
demikian, oleh karena DPLK hanya dapat didirikan oleh
perbankan atau perusahaan asuransi jiwa20, maka
direksi bank atau perusahaan asuransi jiwa secara
otomatis menjadi pengurus dana pensiun lembaga
keuangan yang didirikannya. Demikian juga halnya
dengan dewan komisaris dari bank atau perusahaan
asuransi jiwa secara otomatis menjadi dewan pengawas
DPLK.
Dari kedudukan ini dapat dilihat bahwa direksi
dan dewan komisaris mempunyai peran ganda dalam
posisi sebagai bank dan perusahaan asuransi jiwa juga
sebagai Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Posisi sebagai bank dan perusahaan asuransi jiwa,
dewan komisaris sebagai pendiri DPLK, ketika
menerima hasil pengawasan. Ketika melakukan
pengawasan terhadap pengurus DPLK bertindak
sebagai pengawas DPLK. Dalam konteks DPLK, dewan
komisaris bank dan perusahaan asuransi jiwa adalah
satu kedudukan dengan dua fungsi, pendiri dan
pengawas DPLK.
Sebagai badan hukum, dana pensiun dikelola
berdasarkan asas – asas pokok. Asas merupakan
panduan dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.
Asas – asas pokok dana pensiun menurut UUDP bagian
penjelasan adalah:
a. asas keterpisahan kekayaan Dana Pensiun dari
kekayaan badan hukum pendirinya. Asas ini
Kemampuan dan Kepatutan Bagi Calon Pengurus DPPK Dan Calon Pelaksana Tugas DPLK 20 PP. No.77/1992, pasal 2
22
didukung oleh adanya badan hukum tersendiri
bagi Dana Pensiun, dan diurus serta dikelola
berdasarkan ketentuan Undang-undang.
Berdasarkan asas ini kekayaan Dana Pensiun
yang terutama bersumber dari iuran, terlindungi
dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
terjadi pada pendirinya.
b. asas penyelenggaraan dalam sistem pendanaan.
Dengan asas ini penyelenggaraan program
pensiun, baik bagi karyawan maupun bagi
pekerja mandiri, haruslah dilakukan dengan
pemupukan dana yang dikelola secara terpisah
dari kekayaan pendiri, sehingga cukup untuk
memenuhi pembayaran hak peserta. Dengan
demikian berdasarkan Undang-undang ini
pembentukan cadangan dalam perusahaan guna
membiayai pembayaran manfaat pensiun
karyawan tidak diperkenankan.
c. asas pembinaan pengawasan. Sesuai dengan
tujuannya, harus dihindarkan penggunaan
kekayaan Dana Pensiun dari kepentingan yang
dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud
utama dari pemupukan dana, yaitu untuk
memenuhi pembayaran hak peserta. Dalam
pelaksanaannya, pembinaan dan pengawasan
atas investasi kekayaan Dana Pensiun.
d. asas penundaan manfaat. Penghimpunan dana
dalam penyelenggaraan program pensiun
dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak
23
peserta yang telah pensiun, agar kesinambungan
penghasilannya terpelihara. Sejalan dengan itu
berlaku asas penundaan manfaat, yang
mengharuskan bahwa pembayaran hak peserta
hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun,
yang pembayarannya dilakukan secara berkala.
e. asas kebebasan untuk membentuk atau tidak
membentuk Dana Pensiun. Berdasarkan asas ini
keputusan membentuk Dana Pensiun
merupakan prakarsa pemberi kerja untuk
menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya,
yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan
demikian prakarsa tersebut harus didasarkan
pada kemampuan keuangan pemberi kerja. Hal
pokok yang harus selalu menjadi perhatian
utama adalah bahwa keputusan untuk
menjanjikan manfaat pensiun merupakan suatu
komitmen yang membawa konsekuensi
pembiayaan, bahkan sampai pada saat Dana
Pensiun terpaksa dibubarkan.
Melalui asas-asas yang terkandung dalam Undang-
undang tentang Dana Pensiun tersebut, diupayakan
untuk menyediakan suatu tata kelembagaan yang
memungkinkan setiap anggota masyarakat, baik secara
berkelompok maupun secara sendiri-sendiri,
merencanakan dan mempersiapkan diri menghadapi
saat datangnya hari tua atau bagi keluarganya dalam
hal datangnya kejadian yang tidak terelakkan baik
24
karena kematian maupun karena cacat, dengan
membentuk atau ikut serta dalam Dana Pensiun.
Dana pensiun dikelola berdasarkan hubungan
kepercayaan (fiduciary), oleh karena itu pengelola dana
pensiun harus didasarkan prinsip kehati-hatian dengan
mengutamakan kepentingan peserta daripada
kepentingan pribadi pengelola dana pensiun.
Pengelolaan dana pensiun untuk mendapatkan
keuntungan perlu diversifikasi investasi kekayaan dana
pensiun. Itu sebabnya, perlu ditetapkan ketentuan
pengelolaannya dalam bentuk peraturan dana pensiun
dan arahan investasi, sehingga dana pensiun dapat
dikelola dengan transparan. Dokumen ini yang
disiapkan oleh pendiri yang kemudian disahkan oleh
pemerintah. Adanya, dukungan dari pemerintah
terhadap pengelolaan dana pensiun ini, maka
pemerintah memberikan fasilitas perpajakan21, dimana
iuran dana pensiun serta hasil pengembangan modal
bukan merupakan obyek pajak. Iuran ini berkaitan
dengan program pensiun dan manfaat pensiun bagi
peserta22.
UUDP menetapkan program pensiun terdiri dari:
Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program
Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Dana Pensiun Pemberi Kerja
(DPPK) dapat menyelenggarakan PPMP dan PPIP bagi
kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya
21 UU No.11/1992, pasal 49 22 Iuran dan manfaat pensiun sejak UUDP ditetapkan telah
direvisi, sbb: KMK No. 343/KMK.017/1998, KMK No. 231/KMK.06/2002, PMK No. 91/PMK.05/2005 dan PMK No.
50/PMK.010/2012
25
sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban
terhadap Pemberi Kerja. Sedangkan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) didirikan oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan
Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari
Dana Pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atau
perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
Program Pensiun Manfaat Pasti adalah program
pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan
Dana Pensiun. Besar Manfaat Pensiun dihitung dengan
menggunakan: Rumus Bulanan atau Rumus Sekaligus.
Rumus Bulanan untuk menghitung manfaat pensiun
yang akan dibayarkan setiap bulan oleh dana pensiun.
Rumus Sekaligus untuk menghitung manfaat pensiun
yang akan dibayarkan sekaligus. Rumus Manfaat
Pensiun yang digunakan wajib dimuat dalam Peraturan
Dana Pensiun.
Rumus Bulanan, manfaat pensiun merupakan
hasil perkalian dari:
a. faktor penghargaan per tahun masa kerja yang
dinyatakan dalam persentase;
b. masa kerja
c. penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir, atau
rata-rata Penghasilan Dasar Pensiun selama
beberapa bulan terakhir.
Rumus Sekaligus, manfaat pensiun merupakan
hasil perkalian dari :
26
a. faktor penghargaan per tahun masa kerja yang
dinyatakan dalam bilangan desimal;
b. masa kerja
c. penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir, atau
rata-rata Penghasilan Dasar Pensiun selama
beberapa bulan terakhir.
Atas penerimaan pembayaran manfaat pensiun
sebagai penghasilan, pemerintah memberikan fasilitas
perpajakan, PPh 21 yang bersifat final. “Atas
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri berupa uang pesangon,
uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan
Penyelenggara Pensiun atau Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dipotong Pajak
Penghasilan yang bersifat final oleh pihak-pihak yang
membayarkan”23.
Untuk menunjang keberhasilan penyelenggaraan
program pensiun, investasi kekayaan dana pensiun
harus dikelola secara sehat untuk mencapai hasil yang
optimum. Investasi menjadi sentral untuk
meningkatkan kekayaan dana pensiun. Pemerintah
memberikan perhatian yang serius mengenai
pengelolaan kekayaan dana pensiun dengan
23 PP No. 149/2000 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun Dan Tunjangan Hari Tua Atau Jaminan Hari Tua
27
menetapkan pembatasan investasi yang boleh
dilakukan oleh dana pensiun. Arahan Investasi adalah
kebijakan investasi yang ditetapkan oleh Pendiri atau
Pendiri dan Dewan Pengawas, yang harus dijadikan
pedoman bagi Pengurus dalam melaksanakan investasi.
Arahan investasi ini disusun berdasarkan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini
Menteri Keuangan.
Arahan investasi paling kurang harus
mencantumkan24:
a. sasaran hasil investasi setiap tahun dalam
bentuk kuantitatif yang harus dicapai oleh
Pengurus;
b. batas maksimum proporsi kekayaan Dana
Pensiun yang dapat ditempatkan untuk setiap
jenis investasi;
c. batas maksimum proporsi kekayaan Dana
Pensiun yang dapat ditempatkan pada satu
Pihak;
d. obyek investasi yang dilarang untuk penempatan
kekayaan Dana Pensiun;
e. ketentuan likuiditas minimum portofolio investasi
Dana Pensiun untuk mendukung ketersediaan
dana guna pembayaran manfaat pensiun dan
operasional dana pensiun;
f. sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan
pengelolaan investasi;
24 KMK No. 511/KMK 06/2002, pasal 2 ayat 2
28
g. ketentuan mengenai penggunaan tenaga ahli,
penasihat, lembaga keuangan dan jasa lain yang
dipergunakan dalam pengelolaan investasi;
h. sanksi yang akan diterapkan Dana Pensiun
kepada Pengurus atas pelanggaran ketentuan
mengenai investasi yang ditetapkan dalam
Undang-undang Dana Pensiun dan peraturan
pelaksanaannya.
Jenis investasi dan batasan investasi berdasarkan
KMK 511/KMK.06/2002 adalah:
29
Tabel 5: Jenis investasi pada KMK No. 511/2002
Batasan-batasan investasi dana pensiun tersebut
dalam rangka mengamankan kekayaan dana pensiun.
Batasan kualitatif yang meliputi jenis investasi dan
obyek investasi yang dilarang. Batasan kuantitatif yang
30
meliputi hasil investasi, maksimum alokasi per pihak,
dan tingkat likuiditas.
Berdasarkan portofolio tersebut, maka dana
pensiun harus menyusun laporan portofolio investasi
untuk setiap jenis investasi tersebut dan
perkembangannya. Kinerja portofolio investasi
menunjukkan keberhasilan pengelolaan investasi.
Penilaian keberhasilan pengelolaan investasi tersebut
dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain aspek
pencapaian sasaran hasil investasi yang telah
ditetapkan dan aspek pengelolaan risiko investasi.
Informasi mengenai kinerja investasi dibutuhkan dalam
menentukan rencana investasi periode berikutnya. Oleh
karena itu, pengelolaan investasi Dana Pensiun harus
dilakukan sesuai dengan berbagai ketentuan mengenai
investasi, baik yang ditetapkan oleh pemerintah
maupun oleh Dana Pensiun.
Menurut SK Dirjen Lembaga Keuangan –
Departemen Keuangan RI No. KEP-2344/LK/2003
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Investasi Dana
Pensiun adalah:
a. penilaian investasi, meliputi:
(a). deposito berjangka dan deposito on call dinilai
berdasar nilai nominal.
(b). sertifikat deposito dan surat pengakuan utang
dinilai berdasar nilai tunai.
(c). saham yang tercatat di bursa efek dinilai berdasar
nilai pasar.
31
(d). obligasi yang tercatat di bursa efek dinilai berdasar
(1) nilai perolehan setelah amortisasi premi atau
diskonto, untuk obligasi yang dimiliki hingga jatuh
tempo, atau (2) nilai wajar, untuk obligasi yang
diperdagangkan atau tersedia untuk dijual.
(e). penempatan langsung pada saham dinilai berdasar
metode ekuitas atau nilai yang ditetapkan penilai
independen yang terdaftar pada instansi
berwenang. Penetapan penggunaan dasar penilaian
tersebut harus mendapat persetujuan pendiri atau
pendiri dan dewan pengawas dengan
memperhatikan azas konsistensi dan
konservatisme. Metode penilaian yang ditetapkan
untuk laporan investasi harus sama dengan metode
yang ditetapkan untuk laporan keuangan.
(f). tanah, bangunan, atau tanah dan bangunan dinilai
berdasar nilai yang ditetapkan penilai independen
yang terdaftar pada instansi berwenang.
(g). unit penyertaan reksadana dinilai berdasar nilai
aktiva bersih.
(h). sertifikat Bank Indonesia dinilai berdasar nilai
tunai.
(i). surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia dinilai berdasar:
- nilai perolehan setelah amortisasi premi atau
diskonto, untuk surat berharga yang dimiliki
hingga jatuh tempo,
- nilai wajar, untuk surat berharga yang
diperdagangkan atau tersedia untuk dijual, atau
32
- nilai tunai, untuk surat berharga yang jatuh
temponya kurang dari satu tahun.
(j). portofolio investasi kolektif yang dikelola oleh
manajer investasi selain reksadana dinilai berdasar
nilai aktiva bersih. Dalam hal tidak ada penetapan
nilai aktiva bersih oleh manajer investasi atau
kustodian, investasi dalam portofolio investasi
kolektif dikelompokkan per jenis investasi dan
dinilai sesuai dengan ketentuan untuk tiap-tiap
jenis investasi, sebagaimana diatur di atas.
Investasi dengan mata uang asing disajikan dalam
mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal penyajian.
Untuk laporan investasi semesteran, posisi
portofolio investasi per jenis investasi dan persentase
portofolio investasi per jenis investasi terhadap total
investasi disajikan sekurang-kurangnya untuk posisi
per akhir bulan.
Untuk laporan investasi tahunan yang diperiksa
oleh akuntan publik, posisi investasi per jenis investasi
dan persentase investasi per jenis investasi terhadap
total investasi disajikan sekurang-kurangnya untuk
posisi per :
- 31 Desember, apabila penyampaian laporan
investasi tahunan didahului dengan laporan
investasi semester kedua, atau
- akhir bulan Juli sampai dengan Desember,
apabila penyampaian laporan investasi tahunan
33
tidak didahului dengan laporan investasi
semester kedua.
Pengelompokan jenis investasi harus dilakukan
secara konsisten.
b. Laporan investasi, meliputi:
(a). nilai hasil investasi dan tingkat hasil investasi
(return on investment atau ROI) untuk periode
laporan harus disajikan per jenis investasi dan per
total investasi.
(b). tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih
(return on assets atau ROA) untuk periode laporan
harus disajikan per total investasi.
(c). nilai hasil investasi harus memperhitungkan
pendapatan investasi yang sudah terealisasi
(secara basis akrual) dan yang belum terealisasi.
(d).nilai hasil investasi harus dihitung setelah
dikurangi beban/biaya investasi.
(e). beban/biaya investasi yang tidak melekat pada
jenis investasi tertentu dialokasikan secara
proporsional ke dalam setiap jenis investasi yang
berkaitan dengan beban/biaya dimaksud.
(f). tingkat hasil investasi (ROI) baik untuk per jenis
investasi maupun untuk total investasi harus
diukur berdasarkan rata-rata investasi dengan
rumus : ROI = Total hasil investasi / Nilai rata-rata
investasi
(g). untuk menghitung tingkat hasil investasi (ROI),
nilai rata-rata investasi untuk periode laporan
34
harus dihitung berdasarkan nilai awal investasi per
bulan.
(h). tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih (ROA)
harus diukur berdasarkan rata-rata aktiva bersih
dengan rumus : ROA = Total hasil investasi / Nilai
rata-rata aktiva bersih
(i). untuk menghitung tingkat hasil investasi terhadap
aktiva bersih (ROA) semesteran, nilai rata-rata
aktiva bersih adalah rata-rata nilai awal dan nilai
akhir aktiva bersih setiap semester sebagaimana
dilaporkan dalam laporan keuangan Dana Pensiun.
Untuk menghitung tingkat hasil investasi terhadap
aktiva bersih (ROA) tahunan, nilai rata-rata aktiva
bersih adalah rata-rata dari rata-rata aktiva bersih
semester pertama dan semester kedua.
(j). khusus untuk laporan investasi semester kedua
bagi Dana Pensiun yang tidak wajib
menyampaikan hasil pemeriksaan akuntan publik
atas laporan investasi tahunan, tingkat hasil
investasi (ROI) dan tingkat hasil investasi terhadap
aktiva bersih (ROA) tahunan harus disajikan.
c. Jenis-jenis resiko yang berkaitan dengan
aktivitas Dana Pensiun, meliputi:
(a). resiko likuiditas (liquidity risk).
Resiko likuiditas adalah risiko yang menimbulkan
ketidakmampuan Dana pensiun untuk membayar
kewajibannya seperti penyediaan dana untuk
35
pembayaran Manfaat Pensiun, pengeluaran biaya
opersional, penyelesaian transaksi (settlement) dll.
(b). resiko pasar (market risk)
Resiko kerugian yang diakibatkan perubahan nilai
assets yang diperdagangkan (tradable assets).
(c). resiko kredit (credit risk).
Resiko kerugian yang diakibatkan karena kegagalan
mitra bisnis (counterparty) memenuhi kewajiban
finansialnya.
Salah satu kerangka yang sering digunakan untuk
analisa kredit adalah 4 C, yaitu capacity
(kemampuan membayar), collatateral (jaminan),
covenant (persyaratan yang harus dipenuhi) dan
character (niat baik manajemen)
(d). resiko operasional (operational risk)
Resiko ketidakmampuan atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistim, atau adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional Dana Pensiun.
(e). resiko kepatuhan (compliance risk)
Resiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan
Dana Pensiun tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
peraturan lain yang berlaku.
36
(f). resiko hukum (legal risk)
Resiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh
adanya kelemahan aspek yuridis, seperti antara
lain, adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundangan-undangan yang mendukung, atau
kelemahan dalam hal perikatan/perjanjian dengan
pihak ketiga.
(g). respon terhadap risiko bisa berupa :
- Risk avoidance (penghindaran terhadap risiko)
- Risk reduction (pengurangan terhadap risiko),
mengurangi misal dengan menetapkan limit,
melakukan diversifikasi dll.
- Risk sharing (berbagi risiko), membagi risiko
dengan pihak lain.
- Risk acceptance (penerimaan terhadap risiko),
menerima risiko yang ada tanpa suatu aksi
biasanya dilakukan karena risiko yang ada masih
berada pada ambang risk tolerance.
B. ANALISA TRANSAKSI DERIVATIF PADA DANA
PENSIUN
Dana Pensiun Satya Wacana pengaturannya tidak
berbeda dengan Dana Pensiun pada umumnya. Oleh
karena secara kelembagaan dan portofolio investasi,
hukum yang melandasi pengaturan dana pensiun
adalah sama.
37
Dengan diberlakukannya UUDP pada tahun 1992
menambah khazanah dalam badan hukum bisnis di
Indonesia, selain perseroan terbatas, koperasi dan
yayasan. Adanya status badan hukum akan
memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
program pensiun, baik bagi peserta maupun pengelola.
Ketika masih berbentuk „yayasan dana pensiun‟
pendiri mempunyai wewenang yang sangat besar dalam
arti pendiri bebas menetapkan peraturan pensiun.
Walaupun ada ketentuan yang ditetapkan dalam
Arbeidersfondsen Ordannantie, namun tidak semua
diakomodir dalam peraturan pensiun oleh pendiri.
Salah satu kelemahannya adalah pengurus „yayasan
dana pensiun‟ tidak merasa berkewajiban untuk
menjelaskan kepada peserta kekayaan dana pensiun
diinvestasikan. Oleh karena, pengurus merasa hanya
bertugas mengelola dana peserta. Sedangkan peserta
adalah karyawan dari pendiri.
Demikian juga halnya dengan investasi lebih banyak
ditentukan oleh pendiri, baik jenis maupun batasan
investasi. Tentu saja sebagai lembaga keuangan, dana
pensiun mengembangkan kekayaannya dalam bentuk
deposito, saham atau obligasi untuk jangka pendek.
Yayasan dana pensiun ketika itu lebih banyak
mengarahkan investasi pada tanah dan bangunan.
Pengalaman penulis berinteraksi dengan beberapa dana
38
pensiun yang berdiri sebelum tahun 1992 banyak yang
memiliki aset tanah dan bangunan. Bahkan Dana
Pensiun Satya Wacana, juga pernah investasi tanah
dan bangunan dalam yang difungsikan sebagai rumah
dinas karyawan, setelah itu dijual.
Kelembagaan Dana Pensiun Satya Wacana pertama
kali dikelola langsung oleh Pendiri dalam hal ini
Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana
(YPTKSW) berdasarkan Keputusan Pengurus YPTKSW
No. 81/D.V/DP 1981 tertanggal 13 Oktober 1980.
Kemudian tahun 1984 dipisahkan dari pendiri dengan
dibentuknya Yayasan Dana Pensiun Satya Wacana
(YDP Satya Wacana). Berdasarkan Peraturan Pensiun
YDP Satya Wacana No. 20/YDP-SW/A/IX/84, dana
pensiun hanya mengatur persyaratan peserta, premi
pensiun, perhitungan masa kerja, hak pensiun,
besarnya pensiun, pembayaran pensiun, prosedur
pengajuan pensiun, mulai dan berakhirnya pensiun
dan hapusnya hak pensiun. Dalam peraturan ini belum
ada organ dana pensiun. YDP Satya Wacana dikelola
oleh Dewan Pengurus YDP Satya Wacana yang
bertanggung jawab kepada pendiri, yaitu YPTK Satya
Wacana. Demikian juga, jenis dan batasan investasi
belum diatur.
Sejak diberlakukan UUDP 1992, investasi dana
pensiun mulai ditentukan jenis dan batasannya.
39
Pengurus dana pensiun diwajibkan memberikan
laporan pendanaan maupun investasi kepada pihak –
pihak yang berkepentingan, yaitu: Menteri Keuangan,
Pendiri dan Peserta25.
Perkembangan kelembagaan ini nampak jelas peran
negara dalam turut serta dalam mengatur dana
pensiun. Dari segi investasi, bagaimana negara
melakukan social engineering pola investasi dana
pensiun melalui peraturan perundang - undangan.
Sebagai kontrol sosial, hukum memberikan kepastian,
sedangkan sebagai rekayasa sosial, hukum sebagai alat
perubahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mochtar
Kusumaatmadja bahwa hukum merekayasa
masyarakat menurut skenario kebijakan pemerintah.
Hal ini untuk memberikan kepastian dan jaminan
dalam pengelolaan kekayaan dana pensiun. Sedangkan
Rescoue Pound melihat bahwa salah satu tugas dari
peraturan dan tata hukum sebagai social engineering
adalah menghindari perselisihan dan mencegah
pemborosan.
Secara menyeluruh pola investasi dana pensiun
harus berdasarkan KMK 511/1992. Campur tangan
pemerintah sebagai regulator (stuurende) atau wasit
25 Pasal 18, PP No. 76/1992
40
(jury) dengan menggunakan instrumen hukum
administrasi yang menurut Zijlstra, keputusan
pemerintah bertujuan untuk mempengaruhi warga
negara yang salah satu bentuknya mengeluarkan
keputusan tentang investasi.
Dari segi teori investasi, KMK 511/1992 menganut
teori Harry Markowitz yang mengemukakan teori
portofolio bahwa investor memiliki prinsip untuk
berinvestasi pada tingkat return maksimal untuk
tingkat resiko yang sama, atau pada tingkat resiko
minimal untuk tingkat resiko yang sama. Untuk
meminimalkan resiko maka investor melakukan
diversifikasi dengan membentuk portofolio. Dengan
portofolio, investor menginvestasikan dananya tidak
hanya pada aset tertentu saja melainkan pada aset
yang berbeda atau istilahnya don’t put your egg at one
basket. Portofolio dana pensiun tersebar pada pasar
uang dan pasar modal; ada yang jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Pola portofolio dana
pensiun ini lebih menekankan pada investasi yang
bersifat jangka, terutama penempatan pada pasar uang
dalam hal ini perbankan, karena tingkat resiko yang
minimal.
Perkembangan ekonomi saat ini memberikan
peluang bagi munculnya produk keuangan baru
melalui rekayasa keuangan atau financial engineering
41
dengan munculnya produk – produk derivatif, seperti:
forward/futures, option dan swap. Instrumen derivatif
adalah kontrak / transaksi yang harga di derived atau
diturunkan/didasarkan atas aset lain26.
Investasi dana pensiun pada produk – produk
derivatif sangat ketat dibatasi. Dana pensiun hanya
boleh memiliki instrumen derivatif pada saham dan
obligasi yang diperdagangkan di pasar modal. KMK
511/1992 hanya menyebutkan „dana pensiun dilarang
melakukan tranksi derivatif atau memiliki instrumen
derivatif‟27.
Ketika Dana Pensiun Satya Wacana melakukan
investasi pada produk keuangan Dynamic Duo Star
yang ditawarkan Bank CIMB Niaga, Departemen
Keuangan c/q Biro Dana Pensiun mengkatagorikan
sebagai transaksi derivatif. Untuk mengkaji itu perlu
dianalisis dan dipahami lebih detail mengenai produk –
produk derivatif.
26Rae, Dian Ediana, op.cit, hal. 89 27 Pasal 13 ayat 1 KMK 511/1992
42
1. Analisa Produk Dynamic Duo Star Pada Investasi
Dana Pensiun Satya Wacana Sebagai Produk
Investasi Beresiko
Peraturan Dana Pensiun sejak Dana Pensiun Satya
didirikan telah mengalami beberapa kali perubahan
sesuai dengan perkembangan. Dalam penulisan ini
berfokus pada periode 2008 – 2011, maka kebijkan
tentang peraturan Dana Pensiun Satya Wacana
menyangkut kebijakan sekitar tahun – tahun tersebut.
Peraturan Dana Pensiun Satya Wacana ditetapkan oleh
Pendiri berdasarkan Keputusan Yayasan Perguruan
Tinggi Satya Wacana No. 240.a/B/YSW/X/2006 yang
kemudian disahkan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No. KEP-142/KM.10/2007 tentang
Pengesahan Atas Peraturan Dana Pensiun Dari Dana
Pensiun Satya Wacana.
Berdasarkan Peraturan Dana Pensiun tersebut,
pendiri adalah Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya
Wacana atau YPTK Satya Wacana yang berkedudukan
di Salatiga Jawa Tengah. Secara kelembagaan Dana
Pensiun Satya Wacana berbadan hukum Dana Pensiun
Pemberi Kerja. Dana Pensiun Satya Wacana bertujuan
mengelola dan menyelenggarakan Program Manfaat
Pasti serta melaksanakan pembayaran Manfaat Pasti.
Kekayaan Dana Pensiun Satya Wacana terpisah dari
kekayaan Pemberi Kerja . Kekayaan Dana Pensiun
Satya Wacana dihimpun dari: iuran Pemberi Kerja,
43
iuran Peserta, hasil investasi bisa juga ada pengalihan
dana dari dana pensiun Pemberi Kerja lain.
Kekayaan Dana Pensiun Satya Wacana dikelola
untuk memperoleh hasil yang optimal dengan cara
mengembangkan kekayaan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Ketentuan pengelolaan kekayaan Dana
Pensiun Satya Wacana dilakukan berdasarkan:
ketentuan tentang investasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dan Arahan Investasi yang
ditetapkan oleh Pendiri.
Untuk mengembangkan kekayaan, Dana Pensiun
Satya Wacana pada bulan Februari 2008 Dana Pensiun
Satya melakukan investasi pada produk Dynamic Duo
Star salah satu produk Market Linked Deposit dari
Bank CIMB. Dana yang ditempatkan sebesar Rp.
500.000.00028. Menurut Apriani Dorkas29:
sebelum penempatan dilakukan penawaran produk Dynamic Duo Star oleh Bank Lippo sebelum merger dengan Bank Niaga.
Penawaran dilakukan dalam bentuk presentasi produk oleh pihak treasury. Dalam penawaran tersebut pada intinya produk
DDS adalah produk deposito plus. Artinya produk memiliki
karakteristik yang melekat pada deposito, ada batas waktu
penempatan dan imbalan berupa suku bunga tetap, namun di samping itu ada kelebihan berupa tambahan return akibat
selisih kurs. Besarnya tambahan return tergantung pada
pilihan range ramalan nilai tukar yang akan datang. Dengan
demikian sepanjang investor mampu memprediksi nilai tukar yang akan datang, maka tambahan return dapat diperoleh. Selain itu aspek prudensial juga tetap diperhitungkan dalam
hal disediakannya beberapa pilihan range sehingga
memberikan fleksibilitas dalam penentuan besaran return yang
28 Bukti Kepesertaan Market Linked Deposit Bank CIMB Niaga, No.
Sertifikat 560118766207 tanggal 26 Februari 2008. 29 Mantan Bendahara Pengurus DPSW Periode 2008 – 2011 dan Direktur Utama DPSW Tahun 2011, wawancara tanggal 25 Mei
2012.
44
hendak diperoleh. Apabila investor konservatif, maka dapat
memilih alternatif yang lebih aman dengan konsekuensi tambahan return yang lebih rendah.
Setelah mempelajari karakteristik produk, termasuk
di dalamnya potensi keuntungan dan kerugian, maka
Bendahara DPSW mengusulkan penempatan pada
Dynamic Duo Star dalam rapat Pengurus DPSW dan
disetujui. Alasan penempatan adalah adanya tambahan
return dengan risiko yang dapat dikelola. Pada
dasarnya setiap investasi mengandung risiko, namun
sejauh mana kemampuan investor menanggung risiko
bergantung pada beberapa factor antara lain
pemahaman investor tersebut terhadap karakteristik
produk30. Portofolio investasi Dana Pensiun Satya
Wacana menempatkan investasi ini pada deposito
berjangka. Hal ini sesuai dengan bilyet yang
dikeluarkan oleh bank dengan nama “Bukti
Kepesertaan Market Linked Deposit” produk “Dynamic
Duo Star” tanggal penerbitan 26 Februari 2008 dengan
nilai pokok transaksi sebesar Rp. 500.000.000.
Secara menyeluruh pola investasi dana pensiun
harus berdasarkan KMK 511/1992. Campur tangan
pemerintah sebagai regulator (stuurende) atau wasit
(jury) dengan menggunakan instrumen hukum
administrasi yang menurut Zijlstra, keputusan
pemerintah bertujuan untuk mempengaruhi warga
negara yang salah satu bentuknya mengeluarkan
keputusan tentang investasi.
30 Ibid, wawancara 25 Mei 2012
45
Dari segi teori investasi, KMK 511/1992 menganut
teori Harry Markowitz yang mengemukakan teori
portofolio bahwa investor memiliki prinsip untuk
berinvestasi pada tingkat return maksimal untuk
tingkat resiko yang sama, atau pada tingkat resiko
minimal untuk tingkat resiko yang sama. Untuk
meminimalkan resiko maka investor melakukan
diversifikasi dengan membentuk portofolio. Dengan
portofolio, investor menginvestasikan dananya tidak
hanya pada aset tertentu saja melainkan pada aset
yang berbeda atau istilahnya don’t put your egg at one
basket. Portofolio dana pensiun tersebar pada pasar
uang dan pasar modal; ada yang jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Pola portofolio dana
pensiun ini lebih menekankan pada investasi yang
bersifat jangka, terutama penempatan pada pasar uang
dalam hal ini perbankan, karena tingkat resiko yang
minimal.
Lebih lanjut mengenai Dynamic Duo Star yang
menjadi salah satu instrumen investasi Dana Pensiun
Satya Wacana menurut Bendahara DPSW31:
produk Dynamic Duo Star adalah hybrid securities yang memadukan karakteristik deposito dan opsi (option) atas
valuta asing. Di dalam teori opsi dikenal 3 (tiga) kemungkinan kondisi nilai akhir opsi, yaitu in the money,
at the money dan out of the money. Kondisi ini terjadi
dengan membandingkan exercise value/strike price opsi
dengan kondisi kurs riil yang terjadi saat jatuh tempo opsi. Opsi dapat diexercise apabila berada pada kondisi in the money di mana akan diperoleh keuntungan. Dalam hal
31 Ibid, wawancara 25 Mei 2012
46
Dynamic Duo Star, sepanjang nilai tukar yang akan datang
diramalkan berada di atas nilai exercise (untuk opsi
call/beli valas), maka pihak investor akan diuntungkan.
Bendahara DPSW juga melakukan analisis sensitivitas
dengan bantuan excel spreadsheet untuk mempelajari
produk Dynamic Duo Star”.
Di dalam Dynamic Duo Star mengandung
transaksi derivatif, tetapi itu dilakukan oleh Bank CIMB
untuk mengelola investasi. Dari pengelolaan itu, Bank
CIMB Niaga membuat produk berupa market linked
deposit. Hal ini pada tabel 2 tentang indeks CIMB
transatlantic IR momentum sebagai suatu strategi
momentum yang memungkinkan pengambilan posisi
long dan short pada 4 (empat) jenis pasar future tingkat
bunga yang likuid. Future yang dilakukan oleh Bank
CIMB Niaga underlying pada currency future pada Euro
dan USD.
Mata uang yang tersedia untuk transaksi berjangka
pada pasar future internasional adalah mata uang
Eropa dan Amerika, seperti: USD, Euro, British pound,
Deutche mark, France franc, Swiss frans, Canadian
dollar, Japanese yen dan Australian dollar.
Karakteristik masing – masing mata uang, sebagai
contoh dari Chicago Merchantile Exchange dan Chicago
Board Option Exchange digambarkan sebagai berikut32:
32 Sartono Agus, op.cit, hal. 90-93
47
Tabel 8: Spesifikasi Currency Future
Satuan transaksi untuk setiap mata uang adalah
standar, misalnya untuk Japanese yen satu kontrak
senilai ¥ 12.500.000, British pound £ 62.500.
Sedangkan rata – rata margin yang diisyaratkan kurang
lebih dua persen dari nilai kontrak. Seorang spekulator
tidak perlu memiliki aset seratus persen, tetapi cukup
dengan dua persen, maka spekulator dapat melakukan
transaksi, sedangkan sisanya yang sembilan puluh
persen sebenarnya merupakan pinjaman. Dengan cara
ini, akan meningkatkan return atau keuntungan,
karena dengan investasi yang kecil dapat berharap
memperoleh return yang lebih besar. Keuntungan
lainnya adalah bahwa likuiditas pasar akan meningkat
karena semakin banyak investor dan spekulator dapat
berpartisipasi di pasar berjangka.
Kontrak futures merupakan kontrak – kontrak
terstandarisasi yang diperdagangkan pada pasar
48
futures yang terorganisir. Dengan sedikitnya kontrak –
kontrak standar yang diperdagangkan, volume
perdagangan pada kontrak – kontrak yang tersedia
adalah lebih tinggi, yang mendorong ke arah likuiditas
yang sangat tinggi, fluktuasi harga yang lebih kecil dan
biaya transaksi yang lebih rendah di pasar futures33.
Pengorganisasian perdagangan futures dengan suatu
lembaga kliring mengurangi default risk perdagangan.
Sebagai akibatnya, anggota bursa menjamin kedua
pihak dalam suatu kontrak. Keuntungan dan kerugian
dari transaksi futures dibayar setiap hari pada akhir
perdagangan. Praktek penyelesaian harian ini disebut
making to market atau daily settlement. Keuntungan
dan kerugian pada umumnya ditambahkan atau
dikurangi dari margin account investor.
Misal transaksi futures, seorang investor mengambil
long position untuk Swiss franc futures yang akan jatuh
tempo pada hari Jumat sore. Harga yang disetujui $
0,75/SFr dan setiap kontrak senilai SFr 125.000.
Sebagai permulaan, investor tersebut harus
menempatkan $ 2,565 ke dalam margin accountnya.
Pada akhir perdagangan pada hari selasa sore, Swiss
franc mengalami apresiasi menjadi $ 0,755/SFr.
Berdasarkan daily settlement, investor tersebut
menerima keuntungan kas sebesar $ 625 ( yang
diperoleh dari Sfr 125.000 x $ 0,005/Sfr). Logika
mengapa investor menerima keuntungan , karena
seandainya investor tidak membeli Swiss franc futures,
33 Sartono Agus, op.cit, hal. 94
49
maka investor harus membayar sebesar $ 0,755/SFr.
Tetapi karena adanya komitmen „dimuka‟ dan nilai
tukar yang disepakati adalah $ 0,75 / S.Fr, maka
investor dapat menghemat sebesar $ 0,05 SFr. Dengan
kata lain, investor tidak perlu membayar $ 0,755/SFr,
tetapi cukup membayar $ 0,75/Sfr. Dan jika mau,
Swiss franc tersebut dapat dijual di spot market pada
sore hari dengan rate $ 0,755/Sfr. Dengan daily
settlement, maka nilai tukar saat penutupan hari selasa
akan menjadi opening price hari berikutnya dan
dijadikan harga yang baru. Kemudian kontrak futures
dengan harga $ 0,75 batal dan digantikan dengan
harga baru sebesar $ 0,755. Kemudian, misalnya pada
perdagangan hari Rabu, nilai tukar Swiss franc turun
menjadi $ 0,752/Sfr. Investor harus membayar
kerugian sebesar $ 375 (yang berasal dari Sfr 125.000 x
$ 0,003/Sfr) dan harga baru ditetapkan sebesar $
0,752. Logika yang sama digunakan, apabila ternyata
Swiss franc mengalami depresiasi dari hari
sebelumnya, maka investor menderita kerugian karena
harus membayar Swiss franc dengan dolar yang lebih
besar. Pada hari Kamis sore, Swiss franc jatuh menjadi
$ 0,74 dan kontrak jatuh tempo. Investor membayar
kerugian sebesar $ 1.500 ( berasal dari: < $ 0,752 - $
7.40> x SFr 125.000 ).
Cara lain untuk menentukan kerugian dan
keuntungan transaksi futures adalah dengan mencari
selisih harga beli dengan spot rate jatuh tempo. Jika
nilai tukar yang disepakati adalah $ 0,75 dan saat
jatuh tempo nilai tukarnya menjadi $ 0,745, maka
50
kerugian investor adalah sebesar ( < $ 0,75 - $ 0,745> x
SFr 125.000 ) = $ 625. Melalui prosedur daily
settlement, seorang investor yang bangkrut dengan
posisi yang tidak menguntungkan akan dipaksa ke
posisi default setelah hanya satu hari perdagangan
dibanding diperbolehkan untuk membangun kerugian
besar yang mengarah pada kebangkrutan besar pada
waktu kontrak jatuh tempo.
Produk ini yang ditawarkan bank kepada
nasabah sebagai diversifikasi dari deposito yang
konvensional. Currency future adalah kontrak jual beli
berjangka untuk sejumlah mata uang tertentu dengan
jangka waktu yang ditentukan dimuka. Transaksi
future dilakukan melalui pasar yang terorganisir di
pusat – pusat perdagangan uang dunia, seperti: the
London International Financial Futures Exchange
(LIFFE), the Chicago Board of Trade (CBOT), the New
York Merchantile Exchange (NYME), the Singapore
International Monetary Exchange (SIMEX), Deutche
Termin Borse (DTB) di Frankfurt, the Hongkong Futures
Exchange (HKFE), the Marche a Termes des Instrument
Financiers di Paris (MATIF) dan Tokyo International
Financial Futures Exchange34.
Produk seperti ini merupakan salah satu solusi
dari menurunnya bunga deposito konvensional. Juga,
sebagai salah satu alternatif produk akibat
perkembangan ekonomi modern.
34 Sartono Agus, op.cit, hal. 91
51
Dalam mengikuti trend ekonomi modern
seharusnya negara tidak lagi terlalu membatasi
investasi lembaga – lembaga keuangan termasuk dana
pensiun. Mengkaji trend perkembangan dana pensiun,
pada awalnya negara berhasil melakukan social
engineering hukum dari hukum jaman kolonial ke
dalam hukum nasional. Sehingga muncul peraturan
perundangan yang mengatur dana pensiun. Kegiatan
ekonomi memasuki abad ke-21 begitu banyak terjadi
inovasi struktur keuangan. Kalau mengikuti paham
utilitarianisme setiap individu mempunyai kehendak
bebas untuk mencapai kenikmatan, karena pasar
bebas adalah pasar yang dapat mengatur diri sendiri.
Namun secara faktual dalam pasar bebas terjadi market
failure. Bagi Robert Nozick melihat bahwa jika hak
dipisahkan dari hukum akan menimbulkan masalah.
Karena itu, negara hanya berperan secara minimal.
Pandangan ini lebih netral sebagai sintesa dari
utilitarianisme dan campur tangan negara. Apapun
yang dikejar oleh individu berdasarkan keadilan
sendiri, tidak boleh melanggar hak orang lain. Menurut
Nozick dalam transaksi pasar tak terhindarkan akan
mengganggu distribusi yang sudah terpola misalnya
distribusi sama rata untuk keadilan dan kesejahteraan
bersama. Negara minimal yang dimaksud adalah
kebijakan negara yang bisa merebut persetujuan dalam
masyarakat tanpa paksaan. Menurut penulis kebijakan
pemerintah terhadap dana pensiun sudah sampai pada
tahap ini.
52
Perkembangan ini belum diikuti dengan regulasi
secara nasional, sehingga menimbulkan masalah bagi
dana pensiun. KMK 511/1992 yang dilarang adalah
transaksi derivatif, jika dana pensiun memainkan
transaksi derivatif secara langsung. Seperti yang
dikemukakan oleh Bendahara DPSW35:
pada awal tahun 2008, pihak Biro Dapen DepKeu melakukan pemeriksaan langsung terhadap DPSW. Suatu
program rutin yang dilakukan juga kepada semua Dana
Pensiun di Indonesia. Pemeriksa yang bertugas pada waktu
itu adalah Bapak Kurnia dan Ibu Nova. Dalam pertemuan
perdana dengan Bapak Kurnia, Bendahara
memberitahukan perkembangan produk investasi baru yaitu Dynamic Duo Star, yang mengkombinasikan
karakteristik deposito dengan opsi. Pemaparan ini
dilakukan dengan itikad baik untuk menyampaikan secara
jujur portofolio investasi DPSW. Namun rupanya, maksud
baik ini disalahtanggapi dengan menggunakan informasi ini untuk menjerat Dana Pensiun Satya Wacana dalam pasal
pelanggaran investasi pada produk derivatif. Pihak DPSW
merasa keberatan dengan tuduhan tersebut mengingat
secara prinsip investasi pada produk tersebut belum diatur
dalam peraturan perundangan Dana Pensiun. Selain itu
hakikat peraturan perundangan adalah meminimalkan terjadinya risiko kerugian sehingga sepanjang pihak
investor memahami produk tersebut dan dapat
meminimalkan kerugian mestinya tidak dapat dikenai
tuduhan pelanggaran. Apa yang dilanggar apabila belum
diatur? Oleh karena itu dalam beberapa kesempatan
korespondensi tertulis dan akhirnya secara lisan di hadapan Kepala Biro Dapen Bpk Mulabasa Hutabarat dan
tim pemeriksa lengkap (Dumoly Pardede, Kurnia dan Nova),
Bendahara sempat menampilkan simulasi perhitungan Dynamic Duo Star. Akhirnya dapat dimengerti oleh pihak
Departemen Keuangan, namun sebagai langkah kompromi maka investasi pada Dynamic Duo Star tidak dilakukan lagi.
Departemen Keuangan juga memperketat aturan tentang
hal itu.
35 Ibid, wawancara 25 Mei 2012
53
Dari penjelasan tersebut menurut penulis
terhadap instrumen derivatif pihak pemerintah belum
banyak yang memahami produk – produk turunan dan
diversifikasi, yang kemudian berimbas pada aturan
hukumnya. Bagi, penulis apa yang dihadapi Dana
Pensiun Satya Wacana terhadap hal ini merupakan
resiko hukum dana pensiun menyangkut ketiadaan
peraturan perundang - undangan. Resiko hukum Dana
Pensiun adalah resiko yang disebabkan oleh adanya
kelemahan aspek yuridis, seperti antara lain, adanya
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundangan-
undangan yang mendukung, atau kelemahan dalam hal
perikatan/perjanjian dengan pihak ketiga. KMK
511/2002 tidak merumuskan jenis transaksi derivatif,
future, forward, swap atau opsi, sehingga aturan ini
berada di „wilayah abu – abu‟36. Aturan ini juga bersifat
„abu – abu‟ oleh karena makna yang terkandung dalam
pasal 13 ayat KMK No. 511/2002 Dana Pensiun tidak
boleh melakukan transaksi derivatif secara langsung,
namun pada bagian lain aturan ini mengijinkan
transaksi derivatif yang melekat pada saham atau
obligasi yang ada di pasar modal. Bagi penulis, aturan
ini menganut makna implisit bahwa Dana Pensiun
dilarang melakukan transaksi derivatif secara langsung
pada pasar OTC (over-the-counter), kecuali yang berada
pada pasar modal.
Hal ini bisa dipahami, kemajuan ekonomi tidak
diimbangi dengan kemajuan regulasi. Dari apa yang
36 Ibid, wawancara 25 Mei 2012
54
disampaikan oleh Kepala Biro Dana Pensiun Depkeu,
pendapat penulis pemerintah mengakomodir masalah
ini dalam suatu regulasi. Oleh karena dalam kurun
waktu yang tidak terlalu lama, pemerintah
mengeluarkan regulasi mengenai investasi dana
pensiun berdasarkan PMK No. 199/PMK.010/2008
tertanggal 5 Desember 2008.
Menurut penulis, masalah investasi Dana
Pensiun Satya Wacana pada produk Dynamic Duo Star
pada tanggal 26 Februari 2008 bermula dari kewajiban
Dana Pensiun Satya Wacana pada setiap semester
harus menyampaikan laporan keuangan dan investasi
kepada Departemen Keuangan. Laporan semester I
pada tahun 2008 dari Dana Pensiun Satya Wacana,
kemudian dikaji oleh Biro Dana Pensiun Departemen
Keuangan, dan mendapati bentuk investasi yang „masih
asing‟. Karena itu, Biro Dana Pensiun Depkeu
mengirimkan tim untuk mengadakan pemeriksaan
langsung. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan
pemerintah untuk melakukan regulasi dengan
mencabut KMK 511/2002.
Dana Pensiun Satya Wacana sendiri terhadap
investasi Dynamic Duo Star diminta Biro Dana Pensiun
Departemen Keuangan untuk tidak meneruskan
investasi tersebut sebagai tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan langsung tanggal 23 Desember 200837.
37 Departemen Keuangan RI, Badan Pengawas Pasar Modal, Biro
Dana Pensiun, Laporan Hasil Pemeriksaan Langsung No. 1117/BL.
1232/2008 Dana Pensiun Satya Wacana, 23 Desember 2008, hal.
38
55
Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Dana Pensiun
Satya Wacana. Oleh karena „Dynamic Duo Star
diinvestasikan pada berdasarkan KMK 511/2002 untuk
jangka waktu 3 (tiga) tahun. Jika KMK 511/2002
dicabut dan diganti dengan PMK 199/2008 ada transisi
hukum. Lagi pula, hubungan hukum transaksi dengan
Bank CIMB Niaga, Dana Pensiun Satya Wacana
dirugikan karena membatalkan perjanjian sebelum
jangka waktu berakhir dikenakan penalti denda. Itu
berarti nilai pokok yang diinvestasikan berkurang,
Karena itu, Dana Pensiun Satya Wacana tetap
meneruskan sampai jangka waktu berakhir. Keinginan
ini disampaikan dalam pertemuan langsung tanggal 26
Mei 2010 di Biro Dana Pensiun, Departemen Keuangan,
Jakarta. Kemudian, Biro Dana Pensiun menegaskan
dalam Surat No. S-8538/BL/2010 tanggal 7 September
2010 bahwa setelah dilakukan divestasi deposito
Dynamic Duo Star tersebut menyampaikan bukti
tertulis pelaksanaannya kepada Biro Dana Pensiun
berupa bukti penerimaan kas dan copy rekening koran.
Dalam hubungan ini, lebih lanjut Posner
mengemukakan dua konsep tentang efisiensi. Pertama,
Pareto Efficiency yang mempertanyakan apakah suatu
kebijaksanaan atau perubahan hukum tersebut
membuat seseorang lebih baik dengan tidak
mengakibatkan posisi orang yang lain menjadi buruk.
Kedua, Kaldor – Hicks Efficiency yang mempertanyakan
apakah suatu kebijaksanaan atau perubahan tersebut
menyediakan kompensasi yang seimbang kepada
mereka yang dirugikan akibat kebijaksanaan atau
56
perubahan hukum tersebut. Pendekatan kedua ini
dikenal juga sebagai pendekatan analisis biaya dan
manfaat (cost-benefit analyisis).Dalam kaitan itu, jika
Dana Pensiun Satya Wacana diminta untuk tidak
meneruskan itu artinya menimbulkan cost. Dari pihak
Bank CIMB Niaga, cost itu berupa penalti. PMK
199/2008 tidak mengatur hal ini, maka menjadi tidak
efisien dan merugikan Dana Pensiun Satya Wacana.
Dynamic Duo Star sebagai produk perbankan
bukan sebagai produk derivatif, tetapi hybrid securities.
Menurut penulis sebagai hybrid securities merupakan
gabungan antara futures dan deposito. Sebagai Futures,
pengelolaan Dynamic Duo Star menggunakan 2 (dua)
indeks sebagai underlying, yaitu: Pertama, Index CIMB
Transantlantic IR Momentum sebagai strategi
momentum yang dinamis memungkinkan posisi long
dan short pada 4 (empat) pasar futures suku bunga
yang likuid, yaitu: Eurex Bund Futures (EUR); Euronext
Life 3M Euribor Futures (EUR); CBOT 10YUS Treasury
Note Futures (US$); dan CME 3M Eurodollar Futures
(US$). Kedua, CIMB Asian FX Income Index yang
menggunakan strategi carry trade, suatu strategi
investasi berdasarkan 8 (delapan) mata uang Asia:
Chinese Renminbi, Hongkong Dollar, Indian Rupee,
Singapore Dollar, South Korean Won, Philipines Peso,
Taiwan Dollar dan Thai Baht.
Kenapa Dynamic Duo Star mengembangkan pada
future. Futures disini merupakan pengembangan dari
futures kontrak yang pada mulanya hanya transaksi
berjangka komoditi. Kemudian muncul transaksi
57
berjangka mata uang yang disebut currency futures
sebagai atas respon volatilitas nilai tukar mata uang
yang semakin besar. Ini juga merupakan produk baru
salah satu jenis instrumen derivatif di global market.
Currency Futures digunakan untuk melindungi institusi
dari fluktuasi tingkat bunga pinjaman. Kontrak future
ini yang dilakukan oleh Bank CIMB Niaga pada 4
(empat) pasar futures untuk melindungi investasinya
pada 8 (delapan) mata uang Asia. Penjual kontrak
future pada kasus ini adalah Bank CIMB Niaga. Bank
tersebut menghindari resiko bunga valuta asing, ketika
membeli sekuritas dari pasar dengan tingkat bunga
rendah. Kontrak future tersebut untuk hedging
portofolio pada 8 (delapan) mata uang Asia. Oleh
karena itu, Dynamic Duo Star memberikan penalti jika
di exercise sebelum jatuh tempo. Pemegang resiko atas
8 (delapan) valuta asing melalui produk Dynamic Duo
Star berada pada Bank CIMB Niaga. Berbeda halnya
dengan currency options pada pasar options pemegang
dari resiko pergerakan mata uang adalah investor
langsung (orang per orang ) untuk memperoleh laba
dari pergerakan mata uang yang menguntungkan. Call
options memberikan hak kepada pemegang untuk
membeli dan put options memberikan hak kepada
pemegang untuk menjual mata uang yang
dikontrakkan pada expiration date. Misalkan, hak
untuk membeli dolar terhadap rupiah ekuivalen dengan
hak untuk menjual rupiah terhadap dolar.
Sedangkan deposito menurut UU No. 10/1998
tentang perbankan adalah simpanan yang
58
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan
dengan bank. Deposito mempunyai tanggal jatuh tempo
yang telah ditetapkan, dibuktikan dengan instrumen
tertulis dan menghasilkan bunga yang tetap bagi
nasabah selama usia. Deposan dapat menarik atau
memperpanjang deposito sesuai waktu yang
dibutuhkan. Apabila pemilik deposito mencairkan
sebelum jatuh tempo akan dikenakan denda oleh bank.
Kedua instrumen ini digabungkan menjadi
menjadi produk Dynamic Duo Star Market Linked
Deposit. Sebagai produk investasi baru berupa deposito
plus yang tidak atur dalam KMK 511/2002.
Perbedaan dengan deposito, keuntungan tidak
berdasarkan bunga berjangka melainkan berdasarkan
keuntungan. Bank CIMB Niaga tidak memberikan
bunga, tetapi menjanjikan potensi pengembalian rata –
rata tahunan sebesar 14,17% dengan jaminan 100%
terhadap nilai pokok pada saat jatuh tempo. Oleh
karena itu, Dynamic Duo Star bukan merupakan
produk investasi yang beresiko tinggi. Karena harga
investasi produk ini tidak berdasarkan selisih antara
nilai beli dan jual pada saat jatuh tempo, seperti
transaksi derivatif.
Produk Dynamic Duo Star dapat dijadikan sarana
investasi sepanjang pihak investor memahami cara
kerja produk tersebut sehingga menyadari segala
potensi keuntungan dan kerugiannya serta siap
menanggung kerugian tersebut apabila terjadi. Sebab
tidak ada satupun instrumen investasi yang bebas
59
risiko38. Menurut James Rompas, Wakil Presiden
Direktur PT. Bank Niaga Tbk, produk ini memiliki akses
ke global market dengan tingkat risiko yang lebih
terjaga. Karena produk ini memiliki potensi tingkat
pengembalian yang lebih tinggi tanpa biaya apapun
juga39.
Yang perlu digarisbawahi adalah „potensi
pengembalian‟ bahasa sederhananya memberikan
keuntungan, karena disinilah resiko Dynamic Duo Star.
Hal ini perlu dicermati sebelum melakukan investasi,
karena bisa berpotensi bisa juga tidak. Resiko pertama,
sampai jatuh tempo bisa saja tidak ada potensi
pengembalian atau memberikan keuntungan, karena
pengembalian berdasarkan indeks yang dinamik.
Tingkat pengembalian tahunan (kupon) tidak dijamin
dan tergantung pada performa Indeks Referensi serta
nilai tukar mata uang asing. Resiko kedua, jika
transaksi Dynamic Duo Star Market Linked Deposit ini
ditarik lebih awal atau dijual sebelum jatuh tempo,
maka nasabah dapat dibebankan biaya dimana dapat
menyebabkan nasabah kehilangan sebagian atau
seluruh dari nilai pokok transaksi40. Artinya, nilai
pokok akan berkurang sesuai perkembangan nilai
pasar, berbeda halnya jika sampai jatuh tempo
walaupun nilainya sampai nol, nilai pokok
dikembalikan 100%. Hal ini bisa dilihat perkembangan
38 Ibid, wawancara 25 Mei 2012 39 Detikfinance, Jumat, 01/02/2008 40 http:// www.cimbniaga.com/docup/dds2.pdf
60
Dynamic Duo Star pada Dana Pensiun Satya Wacana
sebelum jatuh tempo tanggal 26 Februari 2011:
Tabel 9: Perkembangan dynamic duo star pada DPSW
Tabel ini menunjukkan bahwa investasi Dana
Pensiun Satya Wacana sampai berakhirnya kontrak
tidak mengalami gain. Nilai pokok dikembalikan pada
akhir masa kontrak. Investasi pada produk ini harus
dicermati potensi pengembalian dinamik setiap periode.
Pada awal investasi ini dilakukan sudah harus
diprediksi tingkat pengembalian pada tiga tahun
mendatang. Jika tidak, produk investasi ini seperti
hanya memberikan pinjaman dana kepada bank tanpa
memberikan kompensasi.
2. Analisa Kontrak Opsi Saham sebagai Investasi
Derivatif Yang Boleh di lakukan Oleh Dana
Pensiun
PMK No. 199/PMK.010/2008, Dana Pensiun
secara menyeluruh diijinkan untuk melakukan
transaksi derivatif berupa Kontrak Opsi Saham yang
61
tercatat dalam Bursa Efek di Indonesia. Investasi pada
Kontrak Opsi Saham tidak dilakukan untuk spekulasi,
tetapi hanya ditempatkan pada opsi jual (put option)
dalam rangka lindung nilai atas investasi yang telah
dimiliki Dana Pensiun. Investasi pada kontrak opsi
saham, dana pensiun harus memiliki dahulu investasi
saham tersebut. Investasi pada kontrak opsi saham ini
dibatas hanya 10% dari total nilai investasi dana
pensiun.
Kalau dikaji, batasan transaksi derivatif ini hanya
boleh pada put option artinya ini untuk mengamankan
investasi yang sudah ditempatkan terlebih dahulu.
Fluktuasi harga saham di pasar modal yang tidak stabil
atau anjlok harganya sampai di bawah batas normal, di
sisi lain Dana Pensiun memiliki instrumen investasi
yang mengamankan nilai investasi berupa kontrak opsi
saham. Ketentuan ini untuk menghadapi resiko pasar
(market risk) yang dapat mengakibatkan kerugian
akibat perubahan nilai asset dalam hal ini harga
saham. Sehingga, hal ini akan dapat mengamankan
kekayaan dana pensiun untuk pembayaran manfaat
pensiun.
Opsi saham adalah produk turunan atau derivasi
dari saham, oleh karena itu antara saham dan opsi
saham terdapat persamaan sekaligus perbedaan41.
41 Hidayat, Taufik, op.cit, hal. 169
62
Tabel 10: Persamaan/Perbedaan Saham dan KOS
Berbicara tentang kontrak opsi saham, maka
yang perlu dipahami adalah aset dasar (underlying
asset) yang akan menjadi acuan dalam perdagangan.
Perdagangan opsi secara menyeluruh, aset dasar itu
terdiri dari: commodity related dan financial related.
Underlying asset dari kontrak opsi saham adalah
financial related, karena saham adalah salah satu
instrumen keuangan.
Harga sebuah opsi saham tergantung dari faktor
– faktor: harga terkini (current price) saham acuan,
volatilitas saham acuan, dividen kas saham acuan,
harga tebus (exercise price/strike price), jatuh tempo
(expiration date) dan tingkat bunga bebas resiko (risk-
free interest rate)42.
42 Ibid, hal. 197
63
Harga terkini saham acuan yang dimaksud
sebagai dasar acuan dari kontrak opsi saham. Hal ini
akan berkaitan dengan antisipasi nilai opsi saham pada
harga jatuh tempo. Harga call (put) option akan menjadi
lebih mahal, jika harga saham yang menjadi underlying
asset meningkat (menurun pada put option).
Volatilitas merupakan pergerakan harga saham
acuan. Semakin volatil semakin naik pula harga opsi.
Hal ini bisa terjadi, karena pergerakan harga yang
terjadi menjadikan peluang opsi untuk menjadi in-the-
money menjadi lebih besar. Dengan begitu, semakin
volatil harga saham acuan, semakin besar resiko bagi
penjual opsi, sehingga menginginkan premi yang lebih
besar.
Berkaitan dengan exercise / strike price, semakin
tinggi exercise/strike price semakin rendah (tinggi
untuk put) pula nilai call (put), karena antisipasi payoff
call (put) juga akan semakin rendah (tinggi).
Waktu jatuh tempo (expiration date) yang
semakin lama akan semakin tinggi nilai call dan put
opsi. Oleh karena waktu jatuh tempo yang makin lama,
semakin mahal premi opsi karena probabilitas yang
semakin besar dari pergerakan harga saham acuan
untuk membuat opsi menjadi in-the-money.
Dividen kas dapat berpengaruh terhadap nilai
opsi saham. Dividen kas bisa dianggap sebagai likuidasi
sebagian perusahaan pada tanggal ex-dividen. Dengan
begitu, pembagian dividen kas akan mengurangi harga
saham sebesar jumlah dividen kas yang dibagikan,
sehingga akan menurunkan nilai call dan
64
meningkatkan nilai put. Untuk opsi gaya Amerika, jika
pemilik call meng-exercise sebelum tanggal ex-dividen,
ia akan mendapatkan dividen kas namun kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan (jika
terjadi kenaikan harga saham sebelum jatuh tempo).
Sedangkan pemilik opsi put akan mendapatkan
keuntungan dari dividen kas dan kemungkinan
penurunan harga saham, jika tetap memegang opsi put
sampai tanggal ex-dividen.
Kenaikan suku bunga bebas resiko akan
menurunkan nilai tunai exercise price. Bagi pembeli call
(put), penurunan exercise price berarti penurunan
jumlah yang harus dibayar, jika opsi di exercise.
Dengan mengasumsikan bahwa semua variabel tetap
(cateris paribus), maka peningkatan risk free interest
rate akan menurunkan (menaikkan) harga put (call).
Secara ringkas dapat digambarkan dampak harga
kontrak opsi saham akibat perubahan beberapa
variabel:
Tabel 11: Variabel Kontrak Opsi Saham
65
Derivatif juga merupakan instrumen yang aman
apabila digunakan sebagaimana seharusnya43.
Transaksi derivatif mengurangi resiko valuta asing
untuk mereka yang terlibat dalam perdagangan
internasional, juga transaksi derivatif mengurangi
fluktuasi tingkat bunga untuk memberikan tingkat
kepastian keuangan untuk semua orang. Transaksi
Derivatif juga mengurangi tingkat gejolak (volatility)
secara efisien memindahkan resiko dari pihak yang
kurang mampu atau tidak mau menanggung resiko
kepada pihak lain yang memiliki sumber daya yang
lebih siap untuk menyerap resiko dengan imbalan
kemungkinan keuntungan.
Secara konsep, derivatif dapat digunakan untuk
empat tujuan, yaitu:
a. sebagai pengganti investasi lain, dimana
keuntungan dan resiko yang diharapkan dari
investasi asal tetap tidak berubah.
b. sebagai lindung nilai (hedging) atas investasi
lain. Tujuan hedging adalah untuk
menetralkan resiko atas posisi terbuka (assets
& liabilities) terhadap harga pasar yang
berlawanan dengan posisi terbuka tersebut
dengan cara mengalihkan resiko terhadap
pihak lain. Dalam hal ini transaksi derivatif
dapat menyerupai asuransi yang dapat
membebaskan dari kerugian yang diharapkan
43 Rae, Dian Ediana, op.cit, hal. 99 - 105
66
karena suatu kejadian yang tidak pasti di
kemudian hari.
c. sebagai alat spekulatif yang dapat
meningkatkan resiko dan sekalgus
keuntungan yang besar dengan cara leverage.
Spekulasi dilakukan oleh mereka yang dapat
mengambil resiko dan berharap memperoleh
keuntungan dari naik turunnya harga.
d. sebagai alat mencari informasi tentang harga
suatu komoditi tertentu di kemudian hari
(price discovery). Pasar futures misalnya
memberikan kegunaan membantu masyarakat
membuat perkiraan yang lebih baik tentang
harga di kemudian hari, sehingga dapat
mengambil keputusan yang lebih bijak untuk
konsumsi dan investasi.
Manfaat dari transaksi derivatif dapat dilihat dari
sisi masyarakat dan arah masa depan perekonomian.
Untuk kepentingan masyarakat secara luas, transaksi
derivatif sebagai alat pengelolaan resiko dan pengalihan
resiko memberikan manfaat yang sangat besar. Adanya,
transaksi derivatif bagi perusahaan dapat
melaksanakan proyek – proyek yang tidak mungkin
dilaksanakan tanpa adanya teknis – teknis pengelolaan
resiko yang canggih.
Pasar derivatif sangat berguna dalam
memberikan informasi kepada masyarakat secara
keseluruhan. Keberadaan derivatif keuangan telah
mengakibatkan meningkatnya perhatian para pedagang
67
dan kegiatan perdagangan dalam instrumen derivatif
dan pasar instrumen keuangan yang merupakan dasar
dari derivatif (underlying transactions). Harga derivatif
bahkan memberikan beberapa informasi tentang arah
perkembangan tingkat bunga, kurs dan tingkat inflasi.
Investor dapat menggunakan informasi di pasar
derivatif untuk memperbaiki kualitas keputusan
investasi mereka, walaupun tidak melakukan transaksi
derivatif.
Manfaat transaksi derivatif tidak lepas dari
sistem keuangan secara umum. Sistem keuangan
memiliki enam fungsi dasar, yaitu:
a. fungsi pembayaran untuk pertukaran aset,
barang dan jasa.
b. fungsi pembiayaan untuk membiayai proyek
atau perusahaan
c. fungsi mediasi antara penabung dan
peminjam
d. fungsi pengelolaan resiko
e. fungsi pemberian informasi harga yang
diperlukan untuk koordinasi dari pembuatan
keputusan yang disentralisir.
f. fungsi penciptaan insentif bagi peminjam agar
berkinerja baik untuk kepentingan
stakeholders.
Pengelolaan resiko, informasi harga dan insentif
merupakan tiga fungsi keuangan yang paling banyak
terpengaruh oleh perkembangan derivatif. Misalnya,
68
fungsi pengalihan sumber dana melalui pemberian
pinjaman dan investasi akan sangat bergantung pada
sebagaimana baik pengelolaan resiko.
Pengguna transaksi derivatif dapat dibagi ke dalam
dua kelompok, yaitu: pengguna akhir (end user) dan
dealer. Pengguna akhir seperti badan pemerintah, bank
dan lembaga keuangan bukan bank. Sedangkan dealer
adalah bank dan perusahaan sekuritas. Dalam
kegiatan transaksi derivatif sebuah institusi dapat
bertindak baik sebagai pengguna akhir maupun
sebagai dealer.
Pengguna transaksi derivatif telah menjangkau
semakin banyak institusi, seperti institusi keuangan
(financial institutions) misalnya: bank, perusahaan
asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan
anjak piutang serta individual investor. Beberapa jenis
aplikasi derivatif oleh pelaku pasar, antara lain:
a. melindungi kemungkinan devaluasi mata
uang tertentu
b. mengambil keuntungan terhadap
kemungkinan kenaikan kurs mata uang
tertentu
c. melindungi portofolio pasar modal dari
kemungkinan nilai pasar modal.
d. melihat arah perkembangan (taking a view)
dari kenaikan index saham.
e. melindungi exposure tingkat bunga.
f. memilih tingkat kurs mata uang tertentu
g. meningkatkan pendapatan investasi yang
bermasalah (non–performing).
69
h. memberikan produk mortgage dengan tingkat
bunga tetap.
i. menetapkan tingkat investasi sekarang,
sementara investasinya belum dimulai
sampai tanggal di muka.
j. spekulasi dalam mata uang asing dengan
resiko minimal.
Transaksi derivatif yang merupakan produk
instrumen keuangan yang masih baru belum memiliki
ketidakjelasan dalam regulasi maupun perlakuan
hukumnya44. Namun demikian, sifat pasar tidak dapat
menunggu bagaimana ketentuan hukum dan regulasi
diberlakukan, para pelaku pasar tetap melakukan
transaksi derivatif ditengah – tengah peraturan yang
belum jelas, termasuk di Indonesia. Dalam situasi yang
demikian resiko yang ditimbulkan dari pengaturan
transaksi derivatif menjadi sangat besar sebagaimana
terjadi diberbagai negara.
Resiko pengaturan pengaturan derivatif, pada
umumnya:
a. lembaga keuangan dilarang melakukan
transaksi derivatif tertentu dengan jenis
nasabah (counterparty) tertentu karena adanya
larangan.
b. sensitivitas dari lingkungan peraturan. Apa
yang dianggap sah atau legal dalam yuridiksi
44 Ibid, hal. 147
70
tertentu belum tentu akan sama di yuridiksi
yang lain.
Resiko pengaturan ini juga nampak pada PMK
199/2008 dimana dana pensiun telah mengakomodir
transaksi derivatif, walau hanya terbatas pada jenis
Kontrak Opsi Saham. Ketentuan ini terbatas pada
lingkup lembaga keuangan non perbankan yang
otoritas pembinaan dan pengawasannya berada pada
Bapepam LK. Sementara dalam kasus Dana Pensiun
Satya Wacana dengan investasi hybrid securities
merupakan produk perbankan dalam pasar uang yang
otoritas pembinaan dan pengawasan berada pada Bank
Indonesia. Karena itu seperti yang dijelaskan diatas,
derivative market terdiri dari: Bursa dan OTC.
Sementara itu dengan kemajuan ekonomi dengan
struktur keuangan yang makin kompleks otoritas
pengaturan, pengawasan dan pembinaan masih
terpisah antara pasar modal dan pasar uang. Dana
Pensiun diijinkan investasi derivatif untuk jenis
Kontrak Opsi Saham, oleh karena instrumen ini berada
dalam wilayah otoritas Bapepam – LK, yaitu pasar
modal atau bursa. Sementara dunia investasi juga
berkembang pesat dalam pasar OTC.
Perkembangan yang sangat cepat dari produk
derivatif, khususnya yang merupakan produk pasar
OTC merupakan tantangan dalam pengaturan dan
pengawasan. Karena itu dalam hal pengaturan dan
pengawasannya, perlu:
71
a. mengejar ketinggalan inovasi keuangan yang
terjadi di pasar derivatif.
b. mengembangkan kemampuan untuk dapat
mengukur exposure resiko dari penggunaan
derivatif.
c. memastikan kebijakan dan praktik
pengaturan memberikan suatu lingkungan
yang kondusif bagi institusi yang qualified
untuk menggunakan derivatif.
Di Indonesia, sektor keuangan diatur dengan
berbagai produk hukum seperti: undang – undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan menteri,
peraturan Bank Indonesia dan bentuk pengaturan
lainnya. Pengaturan – pengaturan tersebut bersifat
sektoral bahkan sub-sektoral, seperti: dana pensiun,
peraturan pasar modal, peraturan perbankan,
peraturan asuransi dan sebagainya. Pola pengaturan
yang bersifat fragmented ini terjadi sebagai akibat
evolusi pasar keuangan. Pola ini sudah tidak memadai
lagi dengan perkembangan inovasi produk keuangan.
Kelemahan dari pola fragmented ini, antara lain:
a. terjadi kekosongan hukum sebagai akibat
tidak adanya satu lembaga yang mengatur
suatu kegiatan tertentu.
b. terjadi pertentangan / persaingan antar
lembaga pengatur / pengawas.
c. timbulnya kebingungan sebagai akibat
terdapatnya kebijakan yang bertentangan
72
antara pengatur / pengawas dengan pengatur
/ pengawas lain.
Dalam UU No. 11/1992, pembinaan dan
pengawasan Dana Pensiun dilakukan oleh Menteri
Keuangan. Secara teknis dilaksanakan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam – LK). Dana Pensiun adalah lembaga
keuangan. Pengawasan dan pengaturan lembaga
keuangan, termasuk didalamnya dana pensiun terpisah
dengan pengawasan/pengaturan terhadap bank.
Dalam menerapkan kebijakan derivatif disni bisa terjadi
pertentangan antar lembaga pengawas / pengatur. Oleh
karena itu, kembali lagi pada analisis ekonomi
terhadap hukum yang disampaikan oleh Posner tentang
Pareto Efficiency yang mempertanyakan apakah suatu
kebijaksanaan atau perubahan hukum tersebut
membuat seseorang lebih baik dengan tidak
mengakibatkan posisi orang yang lain menjadi buruk.
Hal ini perlu menjadi pertimbangan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dalam membentuk wadah pengaturan
dan pengawasan pasar uang dan pasar modal di
Indonesia.
Dengan demikian mengenai investasi Dana
Pensiun pada transaksi derivatif dalam kaitan dengan
peraturan investasi yang dikeluarkan oleh Menteri
Keuangan RI, dapat digambarkan sbb:
73
Tabel 12: Jenis Investasi pada KMK 511/2002 dan PMK 199/2008
74
Jenis – jenis investasi pada KMK No. 511/2002
dan PMK No. 199/2008 merupakan portofolio investasi,
dimana hanya pada jenis – jenis investasi itu Dana
Pensiun dapat mengembangkan kekayaan untuk
mendapatkan keuntungan.
Pada KMK No. 511/2002 tidak ada transaksi
derivatif sebagai jenis investasi untuk mengembangkan
dana. Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa Dana
Pensiun dilarang melakukan transaksi derivatif atau
memiliki instrumen derivatif, kecuali bila instrumen
derivatif tersebut diperoleh Dana Pensiun sebagai
instrumen yang melekat pada saham atau obligasi yang
diperdagangkan di Bursa Efek. Ketentuan ini
mengandung makna bahwa Dana Pensiun tidak boleh
„melakukan‟ transaksi derivatif dalam hal ini sebagai
trader. Oleh karena pada masa ketentuan ini dibuat,
transaksi derivatif masih sangat baru di Indonesia. Dan
itu hanya dilakukan pada pasar uang, khususnya
perbankan asing yang ada di Indonesia. Ranah
perbankan merupakan kewenangan dari Bank
Indonesia. Dana Pensiun diberi batasan untuk
melakukan transaksi derivatif yang melekat pada
saham atau obligasi yang diperdagangkan di Bursa
Efek. Bursa Efek pada masa itu terdiri dari Bursa Efek
Surabaya dan Bursa Efek Jakarta. Transaksi derivatif
yang diperdagangkan di lantai bursa tahun 2002
adalah derivatif LQ 45 di Bursa Efek Surabaya dengan
nama Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE) LQ 45. LQ
45 merupakan 45 saham yang terpilih berdasarkan
likuiditas perdagangan saham.
75
Dalam kaitannya dengan investasi Dana Pensiun
Satya Wacana pada produk Dynamic Duo Star
menganggap produk ini dianggap sebagai deposito pada
portofolio investasi. Kalau dikaji presentasi dari Bank
CIMB Niaga yang mengatakan produk ini sebagai
deposito plus, karena selain memberikan bunga tetap
juga ada tambahan berupa selisih kurs. Namun dalam
kenyataan bahwa bunga yang dimaksud sebetulnya
adalah „potensi pengembalian‟. Hal ini berbeda dengan
bunga tetap. Karena itu selama investasi 3 (tiga) tahun
pada produk ini, Dana Pensiun Satya Wacana hanya
mendapatkan pengembalian modal pokok. Dengan kata
lain, tidak mendapat keuntungan dari investasi.
Biro Dana Pensiun Departemen Keuangan
melarang investasi pada produk Dynamic Duo Star.
Investasi tersebut dikatagorikan sebagai produk
derivatif yang merupakan produk kontrak opsi valuta
asing45. Penempatan pada investasi tersebut melanggar
ketentuan pasal 13 ayat 1 KMK 511/2002 dan pasal 30
ayat 1 UU No. 11/199246.
45 Departemen Keuangan RI, Badan Pengawas Pasar Modal, Biro Dana Pensiun, Laporan Hasil Pemeriksaan Langsung No. 1117/BL. 1232/2008 Dana Pensiun Satya Wacana, 23 Desember 2008, hal.
24. 46 Pasal 13 ayat 1 KMK 511/2002: Dana Pensiun dilarang
melakukan transaksi derivatif atau memiliki instrumen derivatif,
kecuali bila instrumen derivatif tersebut diperoleh Dana Pensiun sebagai instrumen yang melekat pada saham atau obligasi yang
diperdagangkan di Bursa Efek sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat
(1) huruf d dan huruf e.
Pasal 30 ayat 1 UU No. 11/1992: Pengelolaan kekayaan Dana
Pensiun harus dilakukan pengurus sesuai dengan :
a. arahan investasi yang digariskan oleh pendiri; dan b. ketentuan tentang investasi yang ditetapkan oleh menteri.
76
Produk Dynamic Duo Star merupakan produk
hybrid securities yang belum ada dalam peraturan
portofolio investasi, namun karena bentuknya deposito
oleh Dana Pensiun Satya Wacana dikatagorikan dalam
portofolio deposito. Oleh karena itu, Dana Pensiun
Satya Wacana tidak melakukan transaksi /
perdagangan derivatif. Tetapi menginvestasikan dalam
produk deposito perbankan, dimana produk deposito
tersebut bukan deposito konvensional.
Jika dicermati lebih jauh, Biro Dana Pensiun
Departemen Keuangan mengkatagorikan Dynamic Duo
Star sebagai produk derivatif berupa kontrak opsi
valuta asing, maka dapat disimpulkan bahwa transaksi
derivatif yang dilarang dalam KMK 511/2002 adalah
transaksi derivatif pada pasar uang.
Pada PMK No. 199/2008 sudah ada
perkembangan, dimana Dana Pensiun boleh
melakukan transaksi derivatif sebagai salah satu jenis
investasi. Investasi pada transaksi derivatif adalah
Kontrak Opsi Saham. Ketentuan in juga masih terbatas
pada bursa dalam hal ini pasar modal. Pasar modal
berada di bawah otoritas Bapepam LK, dimana Dana
Pensiun juga berada dibawah otoritas Bapepam LK.
Karena itu, pasal 8 ayat 2 menegaskan bahwa investasi
pada Kontrak Opsi Saham (KOS) hanya dapat
dilakukan Dana Pensiun yang telah memiliki investasi
pada saham minimal 10% dari total investasi Dana
Pensiun. Artinya, Dana Pensiun boleh investasi pada
Kontrak Opsi Saham, jika telah memiliki investasi pada
saham. Ini juga merupakan pembatasan,untuk
77
mengantisipasi fluktuasi harga saham. Pasal 8 ayat 1
membuat antisipasi bahwa investasi Kontrak Opsi
Saham tidak ditujukan untuk spekulasi tetapi untuk
lindung nilai atas nilai investasi yang telah dimiliki oleh
Dana Pensiun. Lindung nilai atas investasi yang
dimaksud adalah investasi yang telah dilakukan oleh
Dana Pensiun pada saham. Karena itu, kontrak opsi
saham harus ditempatkan pada opsi jual (put option);
bukan pada call option sebagai spekulasi.
Ketentuan – ketentuan ini jelas memberikan
batasan yang ketat pada transaksi derivatif dalam
rangka untuk memberikan kepastian hukum dalam
rangka pembayaran manfaat pensiun, serta keamanan
dalam melakukan investasi. Peran hukum sebagai
social engineering sebagai bentuk kebijakan
negara/pemerintah bagi peserta pensiun.
Namun dalam gerak dan perubahan
perekonomian, khususnya yang terjadi pasar uang
yang mengakibatkan terjadi fluktuasi moneter
berdampak pada investasi lembaga- lembaga keuangan,
termasuk Dana Pensiun. Jenis investasi Dana Pensiun
pada pasar uang dalam hal ini perbankan juga terjadi
gejolak dengan terjadinya penurunan bunga deposito
sebagai salah satu jenis investasi yang paling aman
berdasarkan ketentuan investasi tersebut. Inovasi
produk – produk keuangan berlangsung cepat dalam
pasar uang. Sementara ketentuan investasi lambat
mengantisipasi perubahan pasar. Disini perlu adanya
otoritas bersama pasar uang dan bursa. Sehingga, juga
dapat memberikan keamanan bagi Dana Pensiun, agar
78
tidak terjadi dualisme penafsiran terhadap jenis
investasi produk – produk pasar uang. Dengan begitu
ada kepastian hukum untuk mengembangkan
kekayaan Dana Pensiun, sehingga dapat memberikan
manfaat pensiun bagi peserta.