kajian fiskal regional tahunan · 2018. 3. 22. · mendorong laju perekonomian kepri melalui...
TRANSCRIPT
-
Kajian Fiskal Regional Tahunan (Annual Regional Fiscal Report)
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU i
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kita panjatkan kepada Allah SWT
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Kajian
Fiskal Regional Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 dengan baik.
Kajian Fiskal Regional diterbitkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Nomor 30/PB/2013 dan Surat Edaran Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 sebagai sarana untuk membangun komunikasi
dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal
maupun eksternal.
Dengan demikian, diharapkan para pemangku kepentingan dalam hal ini
Pemerintah Daerah, Satuan Kerja Pemerintah Pusat, pelaku usaha, serta akademisi di
lingkup Provinsi Kepulauan Riau dapat memperoleh masukan dalam merumuskan
kebijakan pengembangan ekonomi daerah, sehingga bisa memberikan manfaat untuk
pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.
Adapun beberapa aspek yang menjadi bahasan utama dalam kajian adalah
perkembangan ekonomi regional, perkembangan keuangan pemerintah pusat dan
daerah, keunggulan dan potensi daerah, serta tantangan fiskal yang dihadapi daerah.
Dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017
ini kami banyak memperoleh dukungan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan
Riau, Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, dan Seluruh Pemerintah
Daerah Lingkup Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karena itu, kami menyampaikan
apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, semoga kerjasama yang telah
terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.
Kami menyadari penyusunan Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas
Kajian Fiskal Regional ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, terutama untuk
kemakmuran masyarakat Kepulauan Riau.
Tanjungpinang, Februari 2017 Kepala Kantor
Heru Pudyo Nugroho NIP 19721112 199803 1 002
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II ii
TIM PENYUSUN
KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
Penanggungjawab: Kepala Kanwil DItjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau
Heru Pudyo Nugroho
Ketua Kepala Bidang PPA II
Edy Sutriono
Wakil Ketua: Haryando Anil
Penulis:
Dhika Habibi Zakaria Haryando Anil
Desain Cover dan Layout: Dhika Habibi Zakaria
Kontributor: Jaruli Simanullang
Mas Nursanto Benjamin Franklin Marudur Manurung
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU iii
RINGKASAN EKSEKUTIF Kondisi laju pertumbuhan ekonomi Kepri mengalami perlambatan semenjak 5
(lima) tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kepri berada pada angka 2,01 persen (yoy)
dan yang merupakan angka terendah dibandingkan dengan angka pertumbuhan
ekonomi pada periode yang sama selama kurun waktu 2012-2017. Melambatnya
pertumbuhan ekonomi Kepri di dorong oleh lesunya sektor industri pengolahan (43,91
persen), konstruksi (20,42 persen) dan pertambangan (18,08 persen) yang merupakan
sektor dominan dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Kepri
dipengaruhi oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PDRB) (38,13 persen)
dan Konsumsi Rumah Tangga (37,45 persen). Inflasi Kepri 2017 terjaga di 3,61 persen
(target 4±1%), penyumbangan inflasi tertinggi ada pada kelompok bahan makanan yang
sangat sensitif terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut (menghambat jalur
distribusi).
Dengan IPM sebesar 73,99, Kepri berada pada peringkat IPM ke-empat tertinggi
di Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan percepatan pembangunan di
Kepri khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Namun bila dilihat
secara parsial, masih terdapat 3 Kabupaten/Kota yang memiliki IPM di bawah Nasional
(70.18) yakni Kabupaten Karimun (69,84), Kabupaten Lingga (62,44), dan Kabupaten
Kepulauan Anambas (66,30). Tingkat kemiskinan (6,13 persen) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) (7,16 persen) mengalami peningkatan, diduga
merupakan dampak dari lesunya pertumbuhan ekonomi di Kepri yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global.
Tren negatif pertumbuhan ekonomi Kepri dianggap sebagai penyebab mayor
turunnya pendapatan Pemerintah Pusat. Realisasi pendapatan Pemerintah Pusat tahun
2017 sebesar 7,43 triliun, turun -4,65 persen dari tahun 2016 yang sebesar Rp7,78
triliun. Penambahan basis pajak dari hasil program Tax Amnesty 2016-2017 belum
mampu memperbaiki penerimaan pajak di akhir 2017. Namun terjadi peningkatan
belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1,08 triliun dari belanja Pemerintah Pusat tahun
2016 sebesar Rp5,22 triliun. Kondisi ini menyebabkan melebarnya celah defisit APBN
Kepri sebesar 7,80 persen (yoy) dengan nominal Rp5,63 triliun. Defisit APBN Kepri
tersebut belum memperhitungkan PNBP Sumber Daya Alam (SDA) yang dicatat
langsung sebagai penerimaan di Pusat. Selanjutnya, Alokasi Dana Transfer ke Daerah
dan Dana Desa untuk Kepri pada tahun 2017 mencapai Rp7,55 triliun, turun -7,65
persen dibandingkan tahun 2016. Harga migas yang terus terkoreksi turun di tahun
2017 merupakan salah satu satu faktor pendorong anjloknya total penerimaan Transfer
ke Daerah dan Dana Desa pada tahun 2017.
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II iv
Selain penggunaan instrumen dana APBN, pemerintah pusat berupaya
mendorong laju perekonomian Kepri melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Penyaluran KUR pada tahun 2017 mencapai Rp390,69 triliun mengalami penurunan
37,89 persen dari penyaluran tahun lalu. Penurunan tersebut diduga karena gaung
rencana kebijakan pemerintah yang akan menurunkan suku bunga KUR menjadi 7
persen, sehingga masyarakat menahan diri untuk melakukan peminjaman KUR di tahun
2018. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran KUR 2017 didominasi oleh sektor
perdagangan dengan 65,24%, sedangkan berdasarkan skema penyaluran didominasi
oleh KUR Mikro dengan porsi 58.02%. Jika dilihat letak geografis Kepri yang
bertetangga dengan Malaysia dan Singapura, seharusnya penyaluran KUR skema TKI
menjadi skema yang dominan di salurkan di Kepri. Namun di tahun 2017 tidak terdapat
penyaluran KUR TKI di Kepri. Rendahnya penyaluran ditengarai bersumber dari
maraknya praktek TKI ilegal sehingga calon TKI, TKI dan Purna TKI tidak memiliki
dokumen resmi dan untuk mengajukan pinjaman KUR.
Alokasi dan realisasi APBD lingkup Kepri dalam tren membaik pada tahun 2017.
Capaian realisasi pendapatan APBD turun 2,43 persen dari tahun 2016, namun secara
nominal realisasi tahun 2017 yang lebih tinggi Rp55,96 miliar dari tahun 2016. Kebijakan
penyaluran DAK Fisik Tambahan Penyelesaian Tahun 2016 yang di- carry over ke
tahun 2017 membawa dampak positif pada celah fiskal APBD lingkup Kepri. Dari sisi
pelaksanaan APBD, kinerja pendapatan asli daerah pada tahun 2017 dapat dikatakan
cukup baik dengan indikasi peningkatan PAD sebesar 27,11 persen dari tahun 2016.
Terjadi peningkatan pada komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan sebesar 65,40 persen. Hal ini di dorong oleh penerimaan laba atas
penyertaan modal pada BUMD yang melebihi target yang telah ditetapkan.
Dari alokasi belanja APBD, hampir semua urusan mengalami kenaikan
anggaran dengan rata-rata peningkatan 48,31 persen. Berdasarkan porsinya, urusan
yang mendapatkan porsi alokasi terbesar merupakan urusan Administrasi
Pemerintahan (35,38 persen), Pendidikan (19,37 persen), Kesehatan (11,32 persen),
dan Pekerjaan Umum (10,55 persen). Porsi belanja tersebut menunjukkan bahwa
kebijakan Pemda menitikberatkan pada pelayanan pada masyarakat, pembangunan
sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan
infrastruktur untuk menunjang perekonomian. Hal tersebut juga tergambar dari,
pengalokasian belanja berdasarkan jenis belanja. Jeni Belanja Langsung yang
berhubungan langsung dengan pencapaian program dan kegiatan Pemda memiliki
porsi terbesar yaitu sebesar 58,34 persen, dibandingkan dengan porsi Belanja Tidak
Langsung sebesar 42,66 persen. Namun dari sisi eksekusi APBD, Belanja Langsung
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU v
hanya terealisasi sebesar 88,22 persen lebih kecil dari realisasi Belanja Tidak Langsung
yang terealisasi sebesar 94,22 persen.
Kemudian untuk mengukur kesehatan fiskal masing-masing Pemerintah Daerah
di Kepri, dilakukan Ten Point Test yang dikembangkan oleh Kenneth W. Brown (1993).
Dalam ten point test, setiap rasio yang digunakan mengarah pada empat aspek
kesehatan fiskal yaitu pendapatan, pengeluaran, posisi operasi dan struktur utang. Dari
hasil tes di peroleh bahwa Pemda Kabupaten Bintan memiliki tingkat kesehatan fiskal
paling baik di Kepri. Pemda Kabupaten Bintan berhasil menggeser Pemda Kota Batam
yang pada tahun 2016 berada pada posisi terbaik, memperoleh nilai tertinggi di 2 (dua)
indikator penilaian yaitu: (1) Kemampuan mendanai Belanja Daerah, dan (2)
Optimalisasi SiLPA.
Dari sisi Belanja Konsolidasian, komposisi belanja didominasi oleh belanja yang
bersifat konsumtif. Komposisi belanja barang dan belanja pegawai yang masing-masing
porsinya sebesar 40,88 persen dan 28,19 persen jauh lebih tinggi dibandingkan belanja
modal sebesar 21,63 persen. Dari analisis dampak kebijakan fiskal kesejahteraan
regional, diketahui bahwa laju tingkat kesejahteraan masyarakat tidak linier dengan
peningkatan alokasi anggaran oleh pemerintah. Ketidaklinearan tersebut menunjukkan
bahwa peningkatan anggaran yang digunakan oleh pemerintah tidak serta merta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilihat dari sisi kesenjangan, penciptaan
lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pembangunan manusia, dan
pengentasan kemiskinan. Untuk itu pemerintah perlu mengevaluasi setiap program dan
kegiatan agar berjalan secara efektif dan menghasilkan outcome sesuai dengan yang
diharapkan
Berdasarkan hasil analisis overlay (gabungan dari empat analisis: LQ, MRP, SS-
EM dan Shift Share) Kepri memiliki dua sektor unggulan yang potensial untuk
dikembangkan yaitu Sektor Listrik & Gas dan Sektor Konstruksi. Pengembangan sektor
Listrik & Gas telah menjadi urgensi bagi Kepri karena rasio elektrifikasi Kepri baru
mencapai 73,53 persen, jauh di bawah rasio elektrifikasi nasional (88,30 persen).
Bahkan, saat ini Kepri berada di peringkat ke-7 terbawah untuk rasio elektrifikasi. Hal
ini menunjukkan bahwa sektor ini memiliki ruang yang sangat luas untuk berkembang
karena masih banyak permintaan yang belum terpenuhi. Dan keberhasilan Kepri dalam
mencapai rasio elektrifikasi akan menjadi daya tawar kepada pihak investor. Sampai
saat ini perkembangan sektor konstruksi bidang sipil sebagian besar didorong oleh
belanja infrastruktur pemerintah. Hal tersebut diprioritaskan untuk menciptakan iklim
investasi yang kondusif dan menarik.
Pembangunan manusia dengan indikator kesehatan dan pendidikan serta
membangun kembali potensi Indonesia sebagai negara maritim dan agraris dengan
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II vi
terwujudnya kedaulatan pangan merupakan program prioritas pemerintah di tahun 2017
sebagaimana diungkapkan dalam RKP 2017 maupun nota Keuangan APBNP 2017.
Pemerintah Pusat dan Daerah telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk
3 bidang tersebut dengan pembagian porsi Pemerintah Daerah sebesar 81,52 persen
(Rp4,91 triliun). Dan porsi yang pada anggaran K/L adalah sebesar 18,48 persen
(Rp1,11 triliun). Dalam rangka mewujudkan capaian prioritas nasional yang efektif dan
efisien di 3 bidang tersebut perlu dilakukan sinkronisasi pembangunan dari kedua
sumber dana tersebut. Sinkronisasi di bidang pendidikan telah berjalan efektif dan
efisien dengan berdampak pada naiknya partisipasi murni usia sekolah di Kepri. Di
bidang kesehatan, indikator keluhan kesehatan menunjukkan tren penurunan. Hal
tersebut merupakan dampak sinergi dari pemisahan fokus pada masing-masing
instansi, yaitu Instansi daerah fokus pada pemenuhan ketersediaan sarana kesehatan
sedangkan instansi vertikal fokus pada pengawasan dan pencegahan wabah penyakit.
Sedangkan di bidang ketahanan pangan perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan
yang telah dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan masih bersifat pasif
atau hanya sebatas penyediaan sarana dan prasarana, belum menyentuh kepada
pengembangan kapasitas/kemampuan petani. Pencapaian ketahanan pangan melalui
produksi pangan mungkin objektifnya dapat diutamakan pada peningkatan pendapatan
petani dengan lebih terkonsentrasi pada pemberdayaan petani (UU No. 19 tahun 2013
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani) melalui koperasi tani khususnya para
petani kecil, peningkatan kapasitas petani melalui pendidikan lapangan, maupun usaha
tani yang bersifat korporasi.
.
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU vii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------------------------- I
TIM PENYUSUN ------------------------------------------------------------------------------------------------------- II
RINGKASAN EKSEKUTIF ---------------------------------------------------------------------------------------------- III
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- VII
DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------------------------------------------- X
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------------------------------------ XIII
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ------------------------------------------------------------ 1
1.1 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL -------------------------------------------------------- 1
1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) -------------------------------------------------------------- 1
1.1.2 Suku Bunga ------------------------------------------------------------------------------------------- 6
1.1.3 Inflasi ------------------------------------------------------------------------------------------------- 7
1.1.4 Nilai Tukar -------------------------------------------------------------------------------------------- 8
1.2 INDIKATOR PEMBANGUNAN ------------------------------------------------------------------------ 9
1.2.1 Indeks Pembangunan Manusia ------------------------------------------------------------------------ 9
1.2.2 Kemiskinan ------------------------------------------------------------------------------------------- 10
1.2.3 Ketimpangan ------------------------------------------------------------------------------------------ 11
1.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan ------------------------------------------------------------------------------ 11
1.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ---------------------- 13
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL -------------------------------- 15
2.1 APBN TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------------------------------ 15
2.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ------------------------------------------- 16
2.2.1 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi ---------------------------------------- 16
2.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak -------------------------------------------------------------------- 18
2.2.3 Pendapatan Hibah ------------------------------------------------------------------------------------ 19
2.2.4 Analisis Sensitivitas Pendapatan Pemerintah Pusat ------------------------------------------------- 19
2.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT -------------------------------------------------------------------- 20
2.3.1 Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Organisasi ------------------------------------------------- 20
2.3.2 Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Fungsi ----------------------------------------------------- 21
2.3.3 Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja ---------------------------------------------- 23
2.3.4 Analisis Kapasitas dan Efisiensi Fiskal Pemerintah Pusat ------------------------------------------- 24
2.3.5 Analisis Belanja Pemerintah Pusat Untuk Pembangunan Manusia ----------------------------------- 25
2.3.6 Analisis Belanja Pemerintah Pusat Pendukung Sektor dan Subsektor Ekonomi Unggulan ----------- 26
2.3.7 Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah Pusat Terhadap Indikator Ekonomi ------------------------- 27
2.4 ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT ------------------------------------------------------- 29
2.5 TRANSFER KE DAERAH ---------------------------------------------------------------------------- 31
2.6 PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM PUSAT --------------------------------------------------- 32
2.6.1 Profil dan Jenis Layanan Satuan Kerja Badan Layanan Umum -------------------------------------- 33
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II viii
2.6.2 Analisis Kemandirian Badan Layanan Umum --------------------------------------------------------- 34
2.6.3 Potensi Satker PNBP Menjadi Satker BLU ------------------------------------------------------------ 34
2.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI ---------------------------------------------------------- 35
2.7.1 Penerusan Pinjaman --------------------------------------------------------------------------------- 35
2.7.2 Kredit Program ------------------------------------------------------------------------------------- 36
2.7.3 Analisis Pertumbuhan KUR -------------------------------------------------------------------------- 39
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD -------------------------------------------------------- 41
3.1 APBD LINGKUP PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------------------------------- 41
3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH -------------------------------------------------------------- 42
3.2.1 Penerimaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Jenis Belanja ---------------------------------------- 42
3.2.2 Analisis Kesehatan Penerimaan APBD Agregat ------------------------------------------------------ 43
3.2.3 Analisis Sensitivitas Pendapatan Pemda ------------------------------------------------------------- 44
3.3 BELANJA PEMERINTAH DAERAH ------------------------------------------------------------------ 44
3.3.1 Belanja Pemerintah Daerah Berdasarkan Urusan --------------------------------------------------- 44
3.3.2 Belanja Pemerintah Daerah Berdasarkan Fungsi ---------------------------------------------------- 45
3.3.3 Belanja Pemerintah Daerah Berdasarkan Jenis Belanja --------------------------------------------- 46
3.4 PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH ------------------------------------------------- 47
3.4.1 Profil dan Jenis Layanan Satuan Kerja Badan Layanan Umum Daerah ------------------------------ 47
3.4.2 Perkembangan Pengelolaan Aset Badan Layanan Umum Daerah ------------------------------------ 48
3.4.3 Analisis Legal Badan Layanan Umum Daerah -------------------------------------------------------- 48
3.5 PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH --------------------------------------------------------------- 49
3.5.1 Bentuk Investasi Daerah ----------------------------------------------------------------------------- 49
3.5.2 Profil dan Jenis BUMD ------------------------------------------------------------------------------- 49
3.6 SiLPA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH DAERAH -------------------------------------------------- 49
3.6.1 Perkembangan Surplus/Defisit APBD --------------------------------------------------------------- 49
3.6.2 Pembiayaan Daerah ----------------------------------------------------------------------------------50
3.7 ANALISIS APBD LAINNYA -------------------------------------------------------------------------- 51
3.7.1 Analisis Horizontal dan Vertikal ---------------------------------------------------------------------- 51
3.7.2 Analisis Kesehatan Fiskal Daerah Dengan Ten Point Test -------------------------------------------- 53
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ------------ 61
4.1 Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ---------------------------------------------------- 61
4.2 Pendapatan Konsolidasian ----------------------------------------------------------------------- 62
4.2.1 Sensitivitas Pendapatan Konsolidasian Kepri -------------------------------------------------------- 62
4.3 Belanja Konsolidasian -------------------------------------------------------------------------------- 63
4.4 Analisis Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Kesejahteraan Regional -------------------------------- 64
BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN REGIONAL ---------------------------------------- 65
5.1 SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BERDASARKAN ANALISIS LQ,
MRP, DAN SS-EM --------------------------------------------------------------------------------- 65
5.3 SEKTOR POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ---------------------------------------------- 66
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ix
5.3.1 Sektor Listrik dan Gas ---------------------------------------------------------------------------------- 67
5.3.2 Sektor Konstruksi ----------------------------------------------------------------------------------- 68
5.4 SUB SEKTOR POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU -----------------------------------------69
5.4.1. Subsektor Industri Logam Dasar (Sektor Industri Pengolahan) ------------------------------------- 70
5.4.2. Subsektor Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik (Sektor Industri Pengolahan) --------- 70
5.4.3. Subsektor Angkutan Laut (Sektor Transportasi dan Pergudangan) --------------------------------- 72
5.4.4. Subsektor Penyediaan Akomodasi (Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) ------------- 72
5.5 Tantangan Fiskal Regional ------------------------------------------------------------------------ 73
5.5.1 LINEARITAS PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN DARI PERKEMBANGAN FISKAL REGIONAL ----- 74
5.5.2 OPTIMALISASI MANFAAT DANA DESA -------------------------------------------------------------------- 76
5.5.3 URGENSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------ 77
5.5.4 KETERGANTUNGAN FISKAL PEMDA TERHADAP DANA TRANSFER --------------------------------------- 80
BAB VI ANALISIS TEMATIK ------------------------------------------------------------------------------------------- 81
6.1 Sinkronisasi APBN dan APBD dalam Sektor Pendidikan, Kesehatan, dan Ketahanan Pangan ---- 81
6.1.1 Sinkronisasi Bidang Pendidikan ---------------------------------------------------------------------- 83
6.1.2 Sinkronisasi bidang Kesehatan ---------------------------------------------------------------------- 86
6.1.3 Sinkronisasi bidang Ketahanan Pangan -------------------------------------------------------------- 88
6.2 Sinkronisasi Penggunaan Dana Desa (APBN) dan Alokasi Dana Desa (APBD) -------------------90
BAB VII PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 95
7.1 KESIMPULAN -------------------------------------------------------------------------------------- 95
7.2 REKOMENDASI ------------------------------------------------------------------------------------98
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------------------------------------- A
DAFTAR ISTILAH ------------------------------------------------------------------------------------------------------ E
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II x
DAFTAR GAMBAR GAMBAR I-1 PERTUMBUHAN PDRB KEPULAUAN RIAU DAN INDONESIA (YOY) ---------------------------------------------------- 1
GAMBAR I-2 TREN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL ------------------------------------------------------------------------ 3
GAMBAR I-3 PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA KEPULAUAN RIAU (JUTAAN RUPIAH) ----------------------------------------- 5
GAMBAR I-4 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA KREDIT ---------------------------------------------------------------------------- 6
GAMBAR I-5 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI --------------------------------------------------------------------- 6
GAMBAR I-6 PERKEMBANGAN INFLASI (YOY) ----------------------------------------------------------------------------------- 7
GAMBAR I-7 SCATTER PLOT HUBUNGAN INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (PHILLIPS CURVE) ----------------- 8
GAMBAR I-8 PERGERAKAN MATA UANG TIGA MITRA DAGANG TERBESAR KEPRI TERHADAP RUPIAH TAHUN 2017 --------------- 8
GAMBAR I-9 EKSPOR IMPOR KEPRI TAHUN 2017 ------------------------------------------------------------------------------- 9
GAMBAR I-10 HEAD COUNT INDEX OF POVERTY (HCI-P0) PROVINSI ----------------------------------------------------------- 10
GAMBAR I-11 INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) --------------------------------------------------------------------------- 10
GAMBAR I-12 INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) -------------------------------------------------------------------------- 10
GAMBAR I-13 PERKEMBANGAN GINI RATIO ------------------------------------------------------------------------------------- 11
GAMBAR I-14 PERKEMBANGAN TENAGA KERJA INDUSTRI & INFORMAL (DALAM RIBUAN ORANG)------------------------------- 12
GAMBAR I-15 PERKEMBANGAN TINGKAT KRIMINALITAS ------------------------------------------------------------------------ 12
GAMBAR I-16 SCATTER PLOT HUBUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT PENGANGGURAN (OKUN’S LAW) ------------ 12
GAMBAR I-17 ARUS KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER ------------------------------------------------------------------------ 13
GAMBAR I-18 KETERKAITAN KONDISI MARKO DAN PERTUMBUHAN EKONOMI --------------------------------------------------- 13
GAMBAR I-19 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH ----------------------------------------------------- 14
GAMBAR II-1 PERKEMBANGAN PAGU DAN REALISASI APBN KEPRI ------------------------------------------------------------- 15
GAMBAR II-2 PERKEMBANGAN CAPAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA APBN DI KEPRI ----------------------------------------- 16
GAMBAR II-3 PERKEMBANGAN TAX TO GRDP RATIO KEPRI -------------------------------------------------------------------- 18
GAMBAR II-4 SCATTER PLOT SENSITIVITAS PENERIMAAN PEMERINTAH PUSAT DI KEPRI --------------------------------------- 19
GAMBAR II-5 SIKLUS PEREKONOMIAN DAN FISKAL ---------------------------------------------------------------------------- 27
GAMBAR II-6 PENGUJIAN EKONOMETRI BELANJA APBN TERHADAP PDRB KABUPATEN/KOTA LINGKUP KEPRI ----------------- 28
GAMBAR II-7 PENGUJIAN EKONOMETRI BELANJA APBN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA LINGKUP KEPRI ------------- 29
GAMBAR II-8 PERTUMBUHAN BELANJA 2016-2017 (YOY) -------------------------------------------------------------------- 30
GAMBAR II-9 ILUSTRASI CASH FLOW KEPRI 2017 ---------------------------------------------------------------------------- 30
GAMBAR II-10 SENSITIVITAS KUR -------------------------------------------------------------------------------------------- 39
GAMBAR III-1 PERKEMBANGAN CAPAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA APBD DI KEPRI ----------------------------------------- 41
GAMBAR III-2 PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH KEPRI (DALAM JUTAAN) ----------------------------------------------- 43
GAMBAR III-3 SCATTER PLOT SENSITIVITAS PENERIMAAN PEMDA ------------------------------------------------------------- 44
GAMBAR III-4 PERKEMBANGAN BELANJA PER PEMDA TAHUN 2017 (DALAM JUTAAN RUPIAH) --------------------------------- 46
GAMBAR III-5 PORSI BELANJA DAERAH --------------------------------------------------------------------------------------- 47
file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515716file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515717file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515718file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515719file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515720file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515721file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515722file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515723file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515724file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515725file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515726file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515727file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515728file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515729file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515730file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515731file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515732file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515734file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515736file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515737file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515738file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515743file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515745file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515747file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515749
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU xi
GAMBAR III-6 PERKEMBANGAN PORSI REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA APBD DI KEPRI -------------------------------- 51
GAMBAR III-7 INDIKATOR PENDAPATAN DAERAH PER KAPITA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU --------------------------------- 54
GAMBAR III-8 INDIKATOR KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU --------------------------------- 54
GAMBAR III-9 INDIKATOR RUANG FISKAL DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU--------------------------------------------- 55
GAMBAR III-10 INDIKATOR PENINGKATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU -------------------- 55
GAMBAR III-11 INDIKATOR KEMAMPUAN MENDANAI BELANJA DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------- 56
GAMBAR III-12 INDIKATOR BELANJA MODAL DAERAH DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU -------------------------------- 56
GAMBAR III-13 INDIKATOR BELANJA PEGAWAI TIDAK LANGSUNG DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------ 57
GAMBAR III-14 INDIKATOR OPTIMALISASI SILPA DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU -------------------------------------- 57
GAMBAR III-15 INDIKATOR KEMAMPUAN PEMBAYARAN POKOK HUTANG DAN BUNGA DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU - 58
GAMBAR III-16 SKOR KESEHATAN KEUANGAN DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ---------------------------------------- 59
GAMBAR IV-1 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN KEPRI --------------------------------------------------------------------------- 62
GAMBAR IV-2 PORSI DAN REALISASI PENDAPATAN KEPRI--------------------------------------------------------------------- 62
GAMBAR IV-3 SCATTER PLOT SENSITIVITAS PENDAPATAN KONSILIDASIAN DI KEPRI ------------------------------------------ 63
GAMBAR IV-4 BELANJA KONSOLIDASIAN KEPRI ------------------------------------------------------------------------------- 63
GAMBAR IV-5 CAPAIAN BELANJA KONSOLIDASIAN ---------------------------------------------------------------------------- 64
GAMBAR IV-6 KOMPARASI PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAN FISKAL DI KEPRI ------------------------------------------ 64
GAMBAR V-1 NILAI KONSTRUKSI MENURUT BIDANG DAN PERKEMBANGAN ALOKASI INFRASTRUKTUR (RP. TRILIUN) ----------- 68
GAMBAR V-2 INDEKS INFRASTRUKTUR FISIK ---------------------------------------------------------------------------------- 69
GAMBAR V-3 PERBANDINGAN EKSPOR/IMPOR ICT TERHADAP TOTAL EKSPOR/IMPOR INDONESIA ----------------------------- 71
GAMBAR V-4 KONTRIBUSI WISMAN BERDASARKAN NEGARA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DAN BALI TAHUN 2017 ----------- 73
GAMBAR V-5 PERBANDINGAN PENINGKATAN/PENURUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN DAN FISKAL DI KEPRI --------------- 75
GAMBAR V-6 PERKEMBANGAN KONDISI KEMISKINAN DESA DI KEPRI ---------------------------------------------------------- 76
GAMBAR V-7 SEBARAN ALOKASI BELANJA INFRASTRUKTUR DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAUN 2017 ----------------------- 78
GAMBAR V-8 SEBARAN ALOKASI BELANJA INFRASTRUKTUR DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAUN 2016 ---------------------- 79
GAMBAR V-9 PERGESERAN STRUKTUR DANA TRANSFER DI KEPULAUAN RIAU ------------------------------------------------- 80
GAMBAR V-10 RASIO DANA TRANSFER TERHADAP PENERIMAAN PEMDA TA 2017 ---------------------------------------------- 80
GAMBAR VI-1 PORSI APBN DAN APBD ----------------------------------------------------------------------------------------- 81
GAMBAR VI-2 KOMPOSISI APBN DAN APBD ----------------------------------------------------------------------------------- 82
GAMBAR VI-3 PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS APBD DAN APBN ----------------------------------------------------------- 83
GAMBAR VI-4 PORSI APBN DAN APBD ---------------------------------------------------------------------------------------- 84
GAMBAR VI-5 ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN PARTISIPASI SEKOLAH ------------------------------------------- 85
GAMBAR VI-6 PORSI APBN DAN APBD ---------------------------------------------------------------------------------------- 86
GAMBAR VI-7 ANGGARAN KESEHATAN DAN KELUHAN KESEHATAN ------------------------------------------------------------- 87
GAMBAR VI-8 PORSI APBN DAN APBD ---------------------------------------------------------------------------------------- 88
file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515761file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515762file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515763file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515764file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515765file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515767file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515768file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515769file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515770file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515771file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515772file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515775file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515776file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515777file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515778file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515779file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515780file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515781file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515782file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515783file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515784
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II xii
GAMBAR VI-9 ANGGARAN KETAHANAN PANGAN DAN TANAMAN PANGAN ----------------------------------------------------- 89
GAMBAR VI-10 PORSI DD DAN ADD ------------------------------------------------------------------------------------------- 90
GAMBAR VI-11 PERBANDINGAN PENGGUNAAN DD DAN ADD (JUTAAN) -------------------------------------------------------- 90
GAMBAR VI-12 KELOMPOK PENGGUNAAN DD DAN ADD (JUTAAN) -------------------------------------------------------------- 91
file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515785file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515786file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515787
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU xiii
DAFTAR TABEL TABEL I-1 PDRB ADHK MENURUT LAPANGAN USAHA PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN DASAR 2010 ...................................... 3
TABEL I-2 PERTUMBUHAN PDRB MENURUT PENGGUNAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN DASAR 2010 ............................. 5
TABEL I-3 PERKEMBANGAN IPM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERIODE TAHUN 2010-2016 ......................................................... 9
TABEL I-4 INDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU..................................................................................... 11
TABEL II-1 PERKEMBANGAN PAGU DAN REALISASI APBN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ............... 15
TABEL II-2 PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN
RUPIAH) ......................................................................................................................................................................... 17
TABEL II-3 PERKEMBANGAN PNBP PEMERINTAH PUSAT DI KEPRI BERDASARKAN JENIS (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................ 18
TABEL II-4 PENERIMAAN HIBAH PEMERINTAH PUSAT DI KEPRI BERDASARKAN SUMBER (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................ 19
TABEL II-5 PERKEMBANGAN BELANJA APBN, 10 BAGIAN ANGGARAN TERBESAR TA 2014-2016 (DALAM MILIAR RUPIAH) .......... 20
TABEL II-6 PERKEMBANGAN BELANJA APBN DI KEPRI BERDASARKAN FUNGSI (DALAM MILIARAN RUPIAH) .............................. 21
TABEL II-7 PERKEMBANGAN BELANJA APBN DI KEPRI BERDASARKAN JENIS BELANJA (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................. 23
TABEL II-8 INDIKATOR KAPASITAS DAN EFISIENSI BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2016 DAN 2017 (DALAM MILIARAN
RUPIAH) ........................................................................................................................................................................24
TABEL II-9 RASIO BELANJA PEMERINTAH PUSAT UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA ................................................................. 25
TABEL II-10 RASIO BELANJA PEMERINTAH PUSAT PENDUKUNG SEKTOR DAN SUBSEKTOR EKONOMI UNGGULAN ...................... 26
TABEL II-11 ESTIMASI SURPLUS/DEFISIT CASHFLOW KEPRI (DALAM RUPIAH) ........................................................................... 31
TABEL II-12 PERKEMBANGAN DANA PERIMBANGAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ........................ 31
TABEL II-13 PROFIL BP BATAM (DALAM MILIARAN RUPIAH) ..................................................................................................... 33
TABEL II-14 KEMANDIRIAN SATKER BLU DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ........................................ 34
TABEL II-15 SATUAN KERJA PNBP YANG BERPOTENSI MENJADI BLU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ............................................ 34
TABEL II-16 PROFIL PENERUSAN PINJAMAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ............................................................................ 35
TABEL II-17 SIMULASI DAMPAK PENGHAPUSAN UTANG TERHADAP KEUANGAN PDAM TIRTA KEPRI ........................................... 36
TABEL II-18 PENYALURAN KUR DI KEPRI BERDASARKAN SKEMA DAN BANK (DALAM MILIARAN RUPIAH) .................................. 37
TABEL II-19 PENYALURAN KUR DI KEPRI BERDASARKAN SEKTOR ............................................................................................ 38
TABEL II-20 PENYALURAN KUR DI KEPRI BERDASARKAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA ............................................................ 38
TABEL III-1 PERKEMBANGAN APBD LINGKUP PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ...................................... 41
TABEL III-2 PERKEMBANGAN PENDAPATAN PEMDA LINGKUP KEPRI (DALAM MILIARAN RUPIAH) ...............................................42
TABEL III-3 INDIKATOR KESEHATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU .................................... 43
TABEL III-4 PERKEMBANGAN BELANJA APBD BERDASARKAN JENIS URUSAN (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................................ 44
TABEL III-5 PERKEMBANGAN BELANJA APBD BERDASARKAN FUNGSI (DALAM MILIARAN RUPIAH) ........................................... 45
TABEL III-6 PERKEMBANGAN BELANJA APBD BERDASARKAN JENIS BELANJA (DALAM MILIARAN RUPIAH) .............................. 46
TABEL III-7 PROFIL SATUAN KERJA BLUD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ...................................... 47
TABEL III-8 PERKEMBANGAN PENGELOLAAN ASET BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (DALAM MILIARAN RUPIAH) ..................... 48
file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515662file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515681file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515682file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515683
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II xiv
TABEL III-9 INVESTASI DAERAH DI KEPRI (DALAM MILIARAN RUPIAH) ..................................................................................... 49
TABEL III-10 BUMD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU .................................................................................................................. 49
TABEL III-11 RASIO DEFISIT APBD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ............................................................................................ 50
TABEL III-12 KESEIMBANGAN PRIMER APBD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................... 50
TABEL III-13 ANALISIS HORIZONTAL REALISASI APBD KEPRI TA 2017 (DALAM MILIARAN RUPIAH) ............................................. 51
TABEL III-14 ANALISIS VERTIKAL REALISASI PENDAPATAN APBD 2016 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ..................................... 52
TABEL III-15 ANALISIS VERTIKAL REALISASI BELANJA APBD 2016 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ........................................... 52
TABEL III-16 REKAPITULASI SKOR KESEHATAN KEUANGAN DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ......................................... 58
TABEL IV-1 REALISASI KONSOLIDASIAN LINGKUP PROVINSI KEPULAUAN RIAU TA 2017 (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................... 61
TABEL V-1 HASIL ANALISIS POTENSI EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2009-2015 ............................................... 65
TABEL V-2 KAPASITAS LISTRIK TERPASANG LINGKUP KEPRI BERDASARKAN JENIS DAN PENYEDIA ENERGI ............................. 67
TABEL V-3 PERKEMBANGAN ALOKASI BELANJA INFRASTRUKTUR PEMERINTAH PUSAT (DALAM MILIARAN RUPIAH) .................. 77
TABEL VI-1 AKSES PENDUDUK KE SEKOLAH ............................................................................................................................. 84
TABEL VI-2 REALISASI PROYEK STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN (JUTAAN) ........................................................................ 84
TABEL VI-3 KELOMPOK KEGIATAN APBD DAN APBN ................................................................................................................. 85
TABEL VI-4 KEGIATAN PENAMBAHAN USB ............................................................................................................................... 85
TABEL VI-5 KONTRIBUSI PENDANAAN DI MASING-MASING PEMDA .......................................................................................... 86
TABEL VI-6 KELOMPOK PENDANAAN APBN DAN APBD (JUTAAN) ............................................................................................. 86
TABEL VI-7 KONTRIBUSI PENDANAAN MASING-MASING PEMDA (JUTAAN) ............................................................................... 88
TABEL VI-8 KELOMPOK KEGIATAN BIDANG KETAHANAN PANGAN (JUTAAN) ............................................................................. 89
TABEL VI-9 RINCIAN PENGGUNAAN DD DAN ADD...................................................................................................................... 91
TABEL VI-10 PENGGUNAAN DD DAN ADD DI BIDANG KESEHATAN ............................................................................................. 92
TABEL VI-11 PENGGUNAAN DD DAN ADD DI BIDANG PENDIDIKAN .............................................................................................. 92
TABEL VI-12 PENGGUNAAN DD DAN ADD DI BIDANG KETAHANAN PANGAN ............................................................................... 93
file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515692file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515702
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
1.1 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pada tahun 2017, Produk
Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan (PDRB ADHK)
Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)
mencapai Rp166,20 triliun, Tumbuh
melambat menjadi 2,01 persen
dibanding 5,03 persen pada tahun
2016. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa terjadi kejenuhan pada
perekonomian kepri, dan ini merupakan titik terendah pada 5 tahun terakhir.
Dibandingkan dengan pertumbuhan secara nasional, pertumbuhan di tahun 2017
terpaut jauh (306 basis poin) dibandingkan dengan tahun 2016.
Berkebalikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, tren pertumbuhan Kepri
yang lebih cenderung terus melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sempat
melambat mengalami masa rebound sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi
global. Perekonomian nasional yang mampu bangkit kembali di tahun 2016 dan mampu
tumbuh serta bertahan di angka 5,07 persen yang hanya terpaut 5 basis poin
dibandingkan tahun 2017. Terus melambatnya pertumbuhan ekonomi Kepri
mengakibatkan Kepri berada pada peringkat pertumbuhan ekonomi ke-33 dari seluruh
provinsi se-Indonesia.
Pencapaian Sasaran Pembangunan RKP dan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017
Indikator Ekonomi Capaian Target RKP Target RPJMD Pertumbuhan Ekonomi (%) 2,01 7,00 5,85 Inflasi (%) 4,02 4,00 ± 1 5,0-7,0 Pengangguran (%) 7,16 4,60 6,25 Kemiskinan (%) 6,13 4,30 5,28
Gambar I-1 Pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau dan Indonesia (yoy)
6,03%5,56%
5,02% 4,79%
5,02%
Indonesia 5,07%
7,63% 7,21%6,60%
6,01% 5,03%
Kepri2,01%1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
“Realisasi pertumbuhan ekonomi Kepri melenceng dari target Pemerintah Pusat (RKP) maupun target Pemerintah Daerah
(RPJMD)”
“Pertumbuhan ekonomi Kepri masih melambat di saat pertumbuhan nasional sudah memasuki fase
rebound”
Sumber: BPS (Pusat dan Kepri)
“Dari beberapa sasaran pembangunan RKP dan
RPJMD, hanya inflasi berhasil tercapai. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan
kemiskinan meleset dari target “
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 2
Dikaitkan dengan kinerja pemerintah, pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi Kepri, sama-sama gagal dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi. Dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 Pemerintah Pusat menargetkan
pertumbuhan sebesar 7 persen dan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Pemerintah Provinsi Kepri menargetkan pertumbuhan sebesar 5,85
persen.
Dihitung dengan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB tahun dasar 2010), nilai
PDRB Kepri mencapai Rp198,78 triliun. Nilai PDRB ADHB tersebut menyumbang 7,67
persen terhadap PDRB Pulau Sumatera berkurang 10 basis poin dari tahun 2016.
Sedangkan PDRB Pulau Sumatera sendiri menyumbang 21,69 persen terhadap
perekonomian Indonesia dan terpaut 34 basis poin dari pertumbuhan ekonomi di tahun
2016.
Keterpurukan perekonomian Kepri dimulai semenjak awal tahun 2017. Pada
triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi Kepri sempat terkontraksi di angka -2,76 persen
(yoy). Kejenuhan pada sektor industri merupakan faktor dominan penyebab
melambatnya pertumbuhan ekonomi Kepri. Hal tersebut diperparah dengan turunnya
minat investasi di Kepri yang diindikasikan dengan penurunan pertumbuhan PMTB di
triwulan II. Namun demikian, pada triwulan III tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Kepri
mampu tumbuh positif. Iklim investasi dan lonjakan pengeluaran pemerintah pada akhir
tahun adalah trigger mulai tumbuhnya kembali perekonomian Kepri di akhir tahun. Iklim
investasi yang membaik membuat arus modal masuk kembali ke Kepri sejalan dengan
membaiknya harga minyak dunia. Adanya one belt one road dan sea toll merupakan
salah satu daya tawar yang tidak dapat dialihkan dari para pemodal untuk berinvestasi.
Disamping itu, celah untuk meningkatkan kemampuan ekspor Kepri semakin terbuka
lebar dengan membaiknya kondisi negara tujuan ekspor seperti AS, Tiongkok, dan
terutama Singapura sebagai tujuan utama ekspor Kepri.
1.1.1.1 PDRB Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, pada tahun 2017 pertumbuhan sektor-sektor utama
penggerak ekonomi Kepri tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sesuai
dengan penjelasan sebelumnya bahwa perekonomian Kepri di awal tahun 2017 sempat
melambat yang didorong oleh lesunya sektor-sektor dominan yaitu, Industri
Pengolahan, Konstruksi, dan Pertambangan. Sementara itu, sektor yang mampu
tumbuh baik di tahun 2017 adalah sektor pengadaan air, jasa kesehatan, jasa
pendidikan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Meskipun keempat sektor
tersebut mampu tumbuh di atas 10 persen, namun kontribusi yang kecil dalam PDRB
Kepri tidak mampu sumbangan kenaikan PDRB yang tinggi. Meskipun kontribusi
terhadap ekonomi harus mampu didiferensiasi ke sektor lain yang potensial, tidak dapat
“Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kepri didorong oleh ketergantungan terhadap ekonomi global dan penurunan iklim
investasi”
“Sektor Industri Pengolahan yang memiliki porsi terbesar dalam perekonomian Kepri mencetak pertumbuhan terlambat di tahun
2016”
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 3
dipungkiri bahwa hampir keseluruhan minat dan sumber daya terserap ke sektor
dominan tersebut.
Kontributor tertinggi terhadap perekonomian Kepri dipegang oleh sektor industri
pengolahan dengan kontribusi terhadap PDRB Kepri sebesar 43,91 persen. Tak
mengherankan bahwa naik/turunnya pertumbuhan industri pengolahan Kepri akan
berdampak cukup signifikan terhadap ekonomi Kepri. Pada triwulan I dan II tahun 2017,
sektor industri
pengolahan Kepri
mengalami kontraksi
dengan puncakanya
yang sempat tumbuh
sebesar -0,44 persen
(yoy). Harga
komoditas yang terus
menurun semenjak
awal tahun 2017
sampai dengan akhir
pertengahan tahun 2017 diduga sebagai salah satu penyebab lesunya pertumbuhan
industri pengolahan di Batam.
Porsi terbesar kedua dalam PDRB ADHK Kepri adalah sektor Konstruksi dan
disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian yang masing-masing memiliki
kontribusi terhadap PDRB sebesar 20,42 persen dan 18,08 persen. Di saat sektor
industri pengolahan serta pertambangan dan penggalian terkontraksi, sektor konstruksi
masih mampu tumbuh positif pada triwulan I 2017 sebesar 8,93 persen (yoy), dan pada
akhirnya terkontraksi pada triwulan II 2017 sebesar -0,06 persen (yoy) sebelum kembali
naik pada triwulan III 2017 pada angka 5 persen (yoy). Kinerja sektor konstruksi yang
mampu tumbuh cukup baik mampu menahan pertumbuhan ekonomi Kepri pada -2,67
persen (yoy) di triwulan II.
Tabel I-1 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010
Lapangan Usaha Porsi dalam Struktur Ekonomi (%) Pertumbuhan (C to C,%)
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 1. Pertanian 4,31% 4,33% 4,34% 4,15% 7,56% 5,78% 5,08% -1,31% 2. Pertambangan dan
Penggalian 18,64% 19,33% 19,55% 18,08% 5,24% 9,22% 5,96% -4,51%
3. Industri Pengolahan 45,13% 45,24% 44,63% 43,91% 5,95% 5,61% 3,36% 1,56% 4. Pengadaan Listrik,
Gas 1,06% 1,06% 1,11% 1,14% 9,68% 5,60% 8,75% 6,47%
5. Pengadaan Air 0,15% 0,15% 0,15% 0,16% 2,03% 2,85% 5,26% 10,09% 6. Konstruksi 20,79% 20,43% 20,37% 20,42% 9,04% 3,53% 4,47% 3,45% 7. Perdagangan 8,65% 8,93% 9,33% 9,61% 8,51% 8,66% 9,54% 6,27% 8. Transportasi dan
Pergudangan 3,16% 3,16% 3,23% 3,29% 5,97% 5,62% 6,92% 5,23%
9. Penyedia Akomodasi
2,28% 2,28% 2,29% 2,49% 6,64% 5,63% 5,20% 11,93%
10. Informasi dan Komunikasi
2,46% 2,46% 2,52% 2,63% 7,04% 5,00% 7,40% 7,69%
Sumber: blommberg.com
Gambar I-2 Tren Harga Komoditas Internasional
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 4
11. Jasa Keuangan 3,18% 3,11% 3,14% 3,15% 5,79% 3,00% 5,79% 3,49% 12. Real Estate 1,80% 1,78% 1,77% 1,78% 6,39% 4,24% 4,40% 3,82% 13. Jasa Perusahaan 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 2,02% 2,77% 6,18% 7,25% 14. Adm.Pemerintahan,
dan Jaminan Sosial 2,52% 2,57% 2,63% 2,66% 4,01% 7,50% 6,88% 4,67%
15. Jasa Pendidikan 1,53% 1,54% 1,60% 1,71% 4,27% 6,15% 8,85% 10,30% 16. Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial 1,05% 1,07% 1,07% 1,14% 4,84% 7,15% 4,45% 10,29%
17. Jasa Lainnya 0,50% 0,50% 0,52% 0,53% 4,16% 6,55% 8,08% 6,43% Agregat 100% 100% 100% 100 6,60% 6,01% 5,03% 2,01%
Sumber: BPS Kepri (diolah)
Indikasi lesunya sektor Industri Pengolahan di tahun 2017 juga didukung oleh
data penyerapan tenaga kerja sektor Industri Pengolahan Lingkup Kepri dari BPS.
Dalam waktu satu tahun, tenaga kerja sektor industri pada awal tahun cukup rendah
yaitu sebesar 155.686 pegawai yang merupakan dampak penurunan pada akhir tahun
tahun 2016 sebesar 17,61 persen. Sementara itu, pertumbuhan yang semakin membaik
pada industri pengolahan diindikasikan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja
yang terjadi pada akhir tahun 2017. Terdapat peningkatan jumlah tenaga kerja pada
sektor industri pengolahan sebesar 23,05 persen atau sebesar 35.886 pegawai. Usaha-
usaha stakeholders dalam mengembalikan gairah investasi di Kepri dan melakukan
diversifikasi perekonomian diharapkan dapat mendorong kembali perekonomian Kepri
di tahun 2017 baik dari sektor Industri Pengolahan, maupun sektor-sektor potensial
seperti pariwisata dan perikanan.
1.1.1.2 PDRB Sisi Permintaan
Dilihat dari sisi permintaan, kegiatan ekspor dan impor di Kepri tahun 2017 lebih
baik dari pada tahun 2016. Ekspor Kepri (luar negeri) pada tahun 2017 tumbuh 1,56
persen (c to c) lebih besar dari 2016 yang terpaut 153 basis poin. Dan impor Kepri di
tahun 2017 mampu tumbuh positif (7,59 persen) setelah terkontraksi di tahun 2016 (-
2,76 persen). Porsi ekspor Kepri yang sangat tinggi di tahun 2017 sejalan dengan
membaiknya kondisi negara-negara tujuan ekspor Kepri terutama Singapura.
Pertumbuhan perubahan inventori yang cenderung terkontraksi semenjak tahun
2016 dan semakin turun di tahun 2017 mencapai -41,25 persen (c to c) menunjukkan
geliat industri untuk meningkatkan produksinya cenderung menurun dibandingkan
tahun 2016 (-38,95 persen). Namun demikian, distribusi perubahan inventori yang
rendah akan sejalan dengan dampak perubahannya terhadap PDRB Kepri.
Dengan demikian, kondisi perekonomian Kepri akan sangat dipengaruhi oleh
kegiatan ekspor dan impor luar negeri. Kondisi perekonomian di luar kurang baik,
terutama dalam pertukaran barang-barang intermediary akan menciptakan efek domino
terhadap sektor lainnya. Keunikan karakteristik Kepri yang lebih cenderung terpengaruh
oleh kondisi global tersebut antara lain disebabkan oleh lokasi Kepri pada pintu gerbang
perdagangan internasional, pemberlakuan Free Trade Zone Batam, Bintan, Karimun
“Sejalan dengan rendahnya pertumbuhan output sektor Industri Pengolahan, tenaga kerja di sektor tersebut mengalami penurunan yang
signifikan”
“Keunikan kondisi ekonomi Kepri terlihat dari komponen ekspor dan impor yang nilainya hampir menyetarai PDRB
Kepri sendiri”
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 5
(BBK), serta kedekatan dengan salah satu financial centre terbesar di dunia
(Singapura).
Tabel I-2 Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010 Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010
Sumber Penggunaan/Pengeluaran Pertumbuhan 2017
(C to C) Sumber
Pertumbuhan Distribusi
2017 1. Konsumsi Rumah Tangga 6,45% 2,48 37,45% 2. Konsumsi LNPRT 5,09% 0,02 0,21% 3. Konsumsi Pemerintah 2,15% 0,28 5,45% 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 3,13% 0,73 38,13% 5. Perubahan Inventori -41,25% 0,34 0,26% 6. Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri 1,56% 5,45 81,30% 7. Impor Barang dan Jasa Luar Negeri 7,59% 8,36 64,78% 8. Net Ekspor Antar Daerah 1,72% 1,63 1,98%
PDRB 2,01% 2,57 100% Sumber: BPS Kepri (diolah)
Dilihat dari sumber pertumbuhannya, kontributor utama pertumbuhan ekonomi
Kepri tahun 2017 adalah impor barang dan jasa luar negeri (836 basis poin), ekspor barang
dan jasa luar negeri (545 basis poin), dan konsumsi rumah tangga (248 basis poin). Dilihat
dari distribusi (dengan menggabungkan ekspor dan impor menjadi net ekspor),
perekonomian Kepri didominasi oleh investasi (pembentukan modal tetap bruto) dan
konsumsi (rumah tangga) dengan porsi masing-masing 38,13 persen dan 37,45 persen.
Perekonomian tahun 2018 diharapkan dapat memasuki fase rebound dengan
dorongan dari sisi konsumsi dan investasi. Dari sisi konsumsi, optimisme konsumen masih
terlihat baik dari perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I 2018 oleh BPS. ITK
triwulan I 2018 diperkirakan berada pada angka 104,59 yang lebih rendah dari triwulan
sebelumnya (106,66). Optimisme konsumen terbentuk dari perkiraan pendapatan dan
rencana pembelian barang-barang yang didominasi dari hasil industri. Sementara itu,
dengan tren harga minyak yang semakin baik didukung dengan kondisi optimisme
konsumen akan hasil industri yang cukup baik pada perkiraan awal tahun 2018 diharapkan
mampu memberikan lampu hijau bagi para investor untuk melakukan penanaman modal di
Kepri. Disamping itu, apabila pemerintah dapat mempercepat perombakan BP Batam dan
pembentukan KEK Batam, maka gairah investasi di Kepri dapat kembali membaik.
1.1.1.3. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita atau rata-rata pendapatan
penduduk di Kepri pada tahun 2017 meningkat 3,19
persen menjadi 113,28,77 juta rupiah. Dengan nilai
lebih dari 2 kali lipat PDRB per kapita nasional,
kemakmuran penduduk Kepri dari segi ekonomi dapat
dikatakan jauh di atas rata-rata nasional.
Hal tersebut menunjukkan bahwa lokasi
Kepri yang strategis, didukung dengan pemberian
“Berbeda dengan kondisi ekonomi nasional yang didominasi oleh konsumsi rumah tangga, ekonomi Kepri lebih banyak disumbang dari
investasi”
“Pendapatan masyarakat Kepri lebih besar 2 kali lipat dibandingkan
rata-rata nasional”
Gambar I-3 Perkembangan PDRB Per Kapita Kepulauan Riau (Jutaan Rupiah)
*Data Kepri diestimasi dengan data penduduk yang ada Sumber: BPS (Pusat & Kepri)
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 6
insentif fiskal melalui penetapan Free Trade Zone Batam, Bintan, Karimun (BBK) telah
memberikan kelebihan sendiri bagi perkembangan perekonomian Kepri.
1.1.2 Suku Bunga
Bank Indonesia melakukan
penguatan kerangka operasi moneter
dengan memperkenalkan suku bunga acuan
atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-
Day Repo Rate (BI 7DRR), yang efektif sejak
19 Agustus 2016. Sepanjang tahun 2017.
Bank Indonesia (BI) dengan kebijakan
moneternya berusaha untuk mendorong
kembali perekonomian yang sedang lesu. Kebijakan ekspansif tersebut tercermin dalam
BI 7DRR yang dipangkas hingga 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen
per Agustus 2017. Sampai dengan akhir tahun 2017, BI kembali melonggarkan
kebijakan moneter dengan memangkas 25 basis poin BI 7RRR dari 4,50 persen menjadi
4,25 persen.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, pihak perbankan juga sudah mulai
menurunkan suku bunga dengan rata-rata penurunan sebesar 76 basis poin sepanjang
tahun 2017 untuk kredit modal kerja,
investasi, dan konsumsi (Bank Umum).
Pemangkasan yang dilakukan pada Bank
Umum lebih tinggi 26 basis poin
dibandingkan pada pemangkasan BI.
Respon Bank Umum yang cukup baik
terhadap kebijakan ekspansif dalam
peningkatan penyaluran kredit dengan
mendorong peredaran uang diharapkan
mampu memperbaiki kondisi perekonomian dan investasi di tengah kelesuan ekonomi
pada tengah tahun 2017.
Dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, suku bunga bank sentral di
Indonesia masih cenderung lebih tinggi. Hal ini ditujukan untuk mendorong investor
asing mendorong modalnya masuk ke Indonesia. Dan arus modal masuk ini pada
gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar rupiah. Namun demikian, BI akan terus
memantau perkembangan apresiasi nilai tukar rupiah untuk menjaga pertumbuhan net
ekspor. Karena dampak apresiasi rupiah yang terlalu tinggi berkemungkinan
“Pemangkasan suku bunga acuan dan implementasi BI 7RRR diharapkan dapat membantu memberikan stimulus bagi kondisi
perekonomian”
Gambar I-4 Perkembangan Suku Bunga Kredit
Sumber: Bank Indonesia
Gambar I-5 Perkembangan Suku Bunga Luar Negeri
0%
1%
2%
3%
4%
5%
Des-16 Mar-17 Jun-17 Sep-17 Des-17Indonesia AS
Jepang Inggris
*) Suku Bunga Bank Central L:uar Negeri Sumber: Bank Indonesia
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 7
mendorong aktifitas impor yang berlebih sehingga akan berdampak pada penurunan
pertumbuhan ekonomi nasional.
1.1.3 Inflasi
Inflasi tahun 2017 di Provinsi
Kepulauan Riau tercatat sebesar 4,02
persen (yoy). Angka tersebut lebih tinggi
41 basis poin dari nasional (3,61 persen),
namun masih sesuai dengan target inflasi
pemerintah, yakni 4±1%. Inflasi Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2017 masih lebih
tinggi dibandingkan tahun 2016, namun
masih lebih rendah dibandingkan inflasi
tahun 2015. Dengan demikian pencapaian inflasi di Kepri juga jauh lebih baik
dibandingkan inflasi tahun 2015 yang tercatat 4,40% persen.
Dilihat dari kelompok pengeluarannya, inflasi terbesar di Kepri terjadi pada
kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar,
serta pendidikan rekreasi dan olahraga yang masing-masing tercatat sebesar 6,95
persen dan 5,63 persen. Pada kelompok pertama inflasi yang tinggi berasal dari
komoditas tarif listrik. Kenaikan tarif listrik sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral RI No. 28 Tahun 2016 tentang tarif listrik yang disediakan oleh
PT PLN untuk pelanggan di luar Batam, dan Peraturan Gubernur Kepulauan Riau No.
21 tahun 2017 tentang Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh PT. PLN Batam. Pada
kelompok kedua, inflasi yang tinggi didorong oleh tahun ajaran baru sekolah yang terjadi
pada bulan Juli dan September. Hal ini diindikasikan dengan tingginya inflasi tahun 2017
yang mencapai 5,98 persen di kota Batam.
Sementara itu, penyumbang inflasi tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau adalah
kelompok bahan makanan. Kontribusi kelompok bahan makanan di Kota Batam
sebesar 45 persen dan di Kota Tanjungpinang sebesar 66 persen. Potensi inflasi dari
bahan makanan Kepri cukup sensitif dipengaruhi kondisi cuaca dan gelombang laut
yang dapat menghambat jalur distribusi. Kemampuan Kepri untuk memproduksi barang
komoditas seperti bawang merah dan kacang panjang akan sangat mempengaruhi
inflasi bahan makanan di Kepri. Rendahnya inflasi tahunan bahan makanan Kepri pada
angka 2,61 persen menunjukkan bahwa kinerja TPID Kepri yang baik dalam menekan
inflasi Kepri khususnya pada kelompok bahan makanan sebagai kontributor terbesar
dalam inflasi Kepri.
“Inflasi di Kepri tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional namun masih dalam batas target inflasi
4 ± 1%”
Gambar I-6 Perkembangan Inflasi (YoY)
Sumber: BPS (Pusat & Kepri)
“Inflasi komponen perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar didorong oleh kenaikan tarif
listrik”
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 8
Dikaitkan dengan teori ekonom,
A.W. Phillips, yang menjelaskan mengenai
hubungan terbalik antara tingkat
pengangguran dan inflasi dalam Phillips
Curve, data perbandingan hubungan kedua
indikator tersebut di Kepri memiliki tren yang
cukup linear sebagaimana tercermin pada
kurva di samping. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa penurunan inflasi di Kepri terindikasi menghasilkan trade-off dengan
peningkatan tingkat pengangguran. Adapun koefisien -0,4367 mengindikasikan bahwa
setiap peningkatan inflasi sebesar 1%, TPT akan menurun 0,4367% dan sebaliknya.
1.1.4 Nilai Tukar
Singapura, China, dan
Malaysia merupakan mitra dagang
terbesar Provinsi Kepulauan Riau
dengan gabungan porsi ketiganya
mencapai 63,03 persen dari total nilai
perdagangan di Kepri. Nilai tukar
rupiah terhadap ketiga mata uang dari
negara tersebut cenderung melemah
pada tahun 2017, sebagaimana tercermin dari garis tren linear masing-masing mata
uang yang menanjak pada grafik pergerakan mata uang.
Sepanjang tahun 2017 nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dollar
Singapura (SGD), Ringgit Malaysia (MYR), dan Yuan China (CNY) terdepresiasi
masing-masing 8,76 persen, 11,11 persen dan 6,86 persen. Melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing tersebut di atas tidak terlepas dari adanya gejolak
perekonomian global terutama mendekati akhir tahun 2017.
Adanya isu ketidakpastian gubernur The Fed dengan pengunduran diri gubernur
The Fed Janet Yellen di akhir 2017 dan adanya rencana kebijakan kenaikan bunga di
AS memicu ketidakstabilan global. Hal tersebut mendorong para investor asing untuk
melakukan sell off saham di bursa saham global. Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut
telah ditekan dengan mengurangi ketergantungan pada mata uang USD melalui
kebijakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi dagang antar negara yang saat
ini telah dilakukan atas kerja sama BI dengan bank sentral Malaysia dan Thailand.
Pelemahan mata uang akan menstimulus ekspor dan menurunkan impor
sehingga mengurangi defisit perdagangan (meningkatkan surplus), menguatnya mata
Gambar I-8 Pergerakan Mata Uang Tiga Mitra Dagang Terbesar Kepri terhadap Rupiah Tahun 2017
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Rp1.500
Rp2.000
Rp2.500
Rp3.000
Rp3.500
Rp9.000
Rp9.500
Rp10.000
Rp10.500
Rp11.000
SGD (LHS) MYR (RHS)CNY (RHS) Linear (SGD (LHS))Linear (MYR (RHS)) Linear (CNY (RHS))
Gambar I-7 Scatter Plot Hubungan Inflasi dan Tingkat Pengangguran Terbuka (Phillips Curve)
Sumber: BPS Kepri (diolah)
y = -0,4367x + 0,0799
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
5,00% 6,00% 7,00% 8,00%
Pen
gang
gura
n
Inflasi
“Phillips Curve dengan data Kepri mengindikasikan terjadinya trade-off inflasi dengan
pengangguran”
“Singapura, China, dan Malaysia merupakan mitra dagang terbesar Kepri dengan porsi mencapai
68,03 persen”
“IDR melemah terhadap SGD, CNY, dan MYR
sepanjang 2017”
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 9
uang akan menekan ekspor dan merangsang impor yang kemudian diikuti nilai mata
uang akan bergerak kembali sebagai penyesuaian. Hal tersebut merupakan gambaran
umum korelasi antara perdagangan antar negara dan nilai tukar.
Data ekspor impor Kepri tahun 2017
menunjukkan bahwa perdagangan dengan
Singapura menghasilkan surplus sebesar
3.339,28 juta USD, sedangkan perdagangan
dengan Malaysia dan China menimbulkan
defisit, masing-masing sebesar 115,59 dan
455,11 juta USD. Dikaitkan dengan korelasi
antara perdagangan lintas negara dan nilai tukar, melemahnya rupiah terhadap SGD
akan meningkatkan net ekspor sedangkan melemahnya rupiah terhadap MYR dan CNY
berpotensi memperkecil defisit perdagangan pada periode berikutnya.
1.2 INDIKATOR PEMBANGUNAN
1.2.1 Indeks Pembangunan Manusia
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terakhir (tahun 2016)
menunjukkan bahwa , terdapat 3 Kabupaten/Kota yang memiliki IPM di bawah Nasional
yakni Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Kepulauan Anambas.
Dari ketiga Kabupaten tersebut, Lingga memiliki IPM terendah (62,44) sedangkan
Karimun (69,84) hanya terpaut 34 basis poin dibandingkan dengan nasional (70,18).
Kabupaten Lingga walaupun memiliki IPM terendah tetapi menunjukkan
pertumbuhan IPM tertinggi (5,15 persen) selama periode tahun 2012 sampai 2016. Dari
pertumbuhan yang tinggi tersebut, IPM Lingga yang masih 832 basis poin di bawah
IPM Nasional pada tahun 2012, Berhasil mengurangi selisihnya dengan IPM Nasional
hingga 58 basis poin pada tahun 2016 menjadi 774 basis poin.
Kepri dengan IPM sebesar 73,99 masih tetap bertahan sebagai Provinsi dengan
IPM ke-empat tertinggi di Indonesia, dua peringkat di atas Riau, induk daerah sebelum
Gambar I-9 Ekspor Impor Kepri Tahun 2017
Sumber: BPS Kepri (diolah)
6.316,92
611,37
758,37
2.977,64
726,96
1.213,48
- 2.000 4.000 6.000
Singapura
Malaysia
China Dalam Jutaan USD
ImporEkspor
Tabel I-3 Perkembangan IPM Provinsi Kepulauan Riau Periode Tahun 2010-2016 Perkembangan IPM Provinsi Kepulauan Riau Periode Tahun 2010-2016
Wilayah Indeks Pembangunan Manusia Pertumbuhan
2012 2013 2014 2015 2016 2015-2016 2012-2016 Kabupaten Bintan 71,01 71,31 71,65 71,92 72,38 0,64% 1,93% Kabupaten Karimun 67,67 68,52 68,72 69,21 69,84 0,91% 3,21% Kabupaten Natuna 68,80 70,06 70,06 70,87 71,23 0,51% 3,53% Kabupaten Lingga 59,38 60,13 60,75 61,28 62,44 1,89% 5,15% Kabupaten Kepulauan Anambas 64,32 64,86 65,12 65,86 66,30 0,67% 3,08% Kota Batam 78,39 78,65 79,13 79,34 79,79 0,57% 1,79% Kota Tanjungpinang 75,91 76,70 77,29 77,57 77,77 0,26% 2,45% Provinsi Kepulauan Riau 72,36 73,02 73,40 73,75 73,99 0,33% 2,25% Indonesia 67,70 68,31 68,90 69,55 70,18 0,91% 3,66% Sumber: BPS Kepri
“Ekspor Kepri yang terlalu dominan terhadap Singapura mengindikasikan adanya ketergantungan Kepri terhadap perdagangan dengan
Singapura”
“IPM Kepri menduduki peringkat 4
Nasional”
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 10
pemekaran, dengan IPM 71,20. Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan percepatan
pembangunan di Kepri, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
1.2.2 Kemiskinan
Persentase penduduk miskin
atau head count index of poverty
(HCI-P0) di Kepri per September
2017 sebesar 6,13 persen,
mengalami kenaikan 7 basis poin
dibandingkan Maret 2017. Kenaikan
tersebut masih menguatkan tren
HCI-P0 di Kepri yang telah menurun
11 basis poin sejak Maret 2015. Di tingkat nasional, pada tahun 2017 HCI-P0 mendapat
ranking 8 dari 34 provinsi. Bahkan, persentase di Kepri lebih rendah 399 basis poin
dibandingkan angka Nasional (10,12 persen).
Namun demikian, pencapaian tersebut masih terpaut 85 basis poin dari target
pada RPJMD (5,28%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah harus berkerja
lebih keras untuk dapat mencapai target tahun 2018 (5,03 persen).
Berdasarkan pembagian wilayahnya, Perdesaan di Kepri terus mengalami
peningkatan persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun di saat persentase
penduduk miskin di Perkotaan yang sempat menurun kembali naik di tahun 2017.
Meningkatnya kemiskinan di perdesaan tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
Dana Desa hingga 28% di tahun 2017 masih harus dioptimalkan kembali penggunaanya
untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat.
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau
Dilihat dari komponen penyumbang kemiskinan di Perdesaan, komoditi
makanan masih menjadi kontributor utama dengan porsi 76,26 persen terhadap garis
kemiskinan, dengan beras dan rokok menjadi penyumbang terbesar masing-masing
22,87 persen dan 11,50 persen. Rokok menjadi hal yang perlu mendapat perhatian
khusus karena hanya sebagai kebutuhan sekunder tetapi berperan besar menyebabkan
kemiskinan. Untuk mencegah permasalahan lebih lanjut, baik dari segi ekonomi
Gambar I-10 Head Count Index of Poverty (HCI-P0) Provinsi
Sumber: BPS (Pusat & Kepri)
4%
7%
10%
13%
Mar
-12
Sep
-12
Mar
-13
Sep
-13
Mar
-14
Sep
-14
Mar
-15
Sep
-15
Mar
-16
Sep
-16
Mar
-17
Sep
-17
Perkotaan Perdesaan
Kep.Riau Nasional
“HCI-P0 Kepri relatif baik namun meleset dari target
RPJMD”
“Rokok menjadi kontributor utama garis kemiskinan
di perdesaan”
Gambar I-11 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
0,4
1,0
1,6
2,2
Mar
-12
Sep
-12
Mar
-13
Sep
-13
Mar
-14
Sep
-14
Mar
-15
Sep
-15
Mar
-16
Sep
-16
Mar
-17
Sep
-17
Perkotaan Perdesaan
Gambar I-12 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
0,0
0,2
0,4
0,6
Mar
-12
Sep
-12
Mar
-13
Sep
-13
Mar
-14
Sep
-14
Mar
-15
Sep
-15
Mar
-16
Sep
-16
Mar
-17
Sep
-17
Kep.Riau Nasional
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 11
maupun kesehatan masyarakat, unit-unit pemerintah terkait harus lebih menggiatkan
sosialisasi anti rokok di perdesaan.
Dilihat dari Indeks P1 dan P2, kondisi kemiskinan di Kepri juga lebih baik
dibandingkan nasional. Per September 2017, P1 Kepri sebesar 1,183 saat P1 nasional
sebesar 1,790, sedangkan P2 Kepri sebesar 0,313 saat P2 nasional sebesar 0,460.
Selisih antara P1 Kepri dan P1 Nasional menunjukkan bahwa jarak antara
pengeluaran penduduk miskin dan garis kemiskinan di Kepri relatif lebih dekat,
sedangkan selisih P2 menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk
miskin di Kepri relatif lebih tipis. Dengan kondisi tersebut strategi penanggulangan
kemiskinan di Kepri dapat difokuskan pada pemerataan kue ekonomi untuk daerah
miskin karena penduduk miskinnya sendiri sudah hampir keluar dari jurang kemiskinan.
1.2.3 Ketimpangan
Koefisien gini (gini ratio) di
Kepulauan Riau meningkat 7,35 persen per
September 2017. Pada periode yang sama,
koefisien gini nasional berhasil diturunkan
-1,98 persen. Namun demikian, gini ratio
Kepri (0,359) masih di kategori sedang,
sedangkan gini ratio Nasional (0,391)
sudah mendekati kategori tinggi, sehingga menunjukkan bahwa kesenjangan
pendapatan di Kepri masih lebih baik. Dikaitkan dengan RPJMD, gini ratio Kepri sudah
melewati target baik tahun 2017 (0,39), maupun akhir periode RPJMD (0,36). Untuk itu,
kedepannya pemerintah perlu menjaga agar pertumbuhan ekonomi Kepri tetap merata
sehingga gini ratio tetap terjaga.
1.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan
Perkembangan penyerapan tenaga kerja (TK) di Kepri menunjukkan tren yang
memburuk dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), meningkat 190 basis poin
dari Februari 2014 menjadi 7,16 persen pada Agustus 2017, walaupun terdapat sedikit
perbaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu meningkat 53
basis poin. Perkembangan tersebut juga menyebabkan TPT Kepri selalu lebih buruk
dibandingkan TPT Nasional sejak Agustus 2014.
Tabel I-4 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau
Indikator 02/2014 08/2014 02/2015 08/2015 02/2016 08/2016 02/2017 08/2017 Angkatan Kerja Kepri (jiwa) 892.035 878.415 895.443 891.988 912.904 931.435 1.053.415 966.091 TPAK Kepri (%) 67,83% 65,95% 66,16% 65,07% 65,58% 65,93% 73,47% 66,41% TPT Kepri (%) 5,26% 6,69% 9,05% 6,20% 9,03% 7,69% 6,44% 7,16% TPT Nasional (%) 5,70% 5,94% 5,81% 6,18% 5,50% 5,61% 5,33% 5,50%
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau
Gambar I-13 Perkembangan Gini Ratio
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau
0,2
0,3
0,4
0,5
Perkotaan Perdesaan
Kep.Riau Nasional
“Kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan di Kepri relatif rendah”
“Gini ratio Kepri sudah melewati
target RPJMD”
“TPT dalam tren meningkat setelah turun 6,44 persen di
awal 2017”
-
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 12
Adanya perbaikan TPT Agustus
2017 di Kepri dibandingkan periode yang
sama tahun lalu disebabkan oleh baiknya
kinerja sektor Industri akibat tingkat upah
yang mengalami kenaikan 45,51 persen
pada tahun 2017. Dampaknya tercermin
dari kenaikan TK sektor industri hingga
47 ribu orang atau 33,03 persen dalam
satu tahun terakhir. Walaupun di saat yang sama, TK sektor informal, yang diperkirakan
juga menjadi penyerap excess tenaga kerja ternyata menurun hingga 5,69 persen.
Masih tetap tingginya TPT dari
tahun ke tahun juga berbanding lurus
dengan tingginya tingkat kriminalitas di
Kepri. Jumlah kriminalitas dari tahun 2014
sampai dengan 2016 hampir tidak ada
perubahan berarti. Jumlah pencurian,
pembunuhan dan pemerkosaan masih
tetap berada dikisaran yang sama setiap
tahunnya. Hal ini terjadi akibat dari
ketidakmampuan pengganguran dalam memenuhi kebutuhannya sehingga memaksa
terjadinya perbuatan kriminal. Dalam hal ini pemerintah perlu bekerja keras untuk dapat
menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) agar tingkat kriminalitas juga dapat
ditekan sehingga masyarakat lebih merasa aman.
Capaian TPT tahun 2017 meleset 91 basis poin dari target 6,25 persen pada
RPJMD. Hal ini terjadi bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan perekonomian
Kepri yang hanya 2,01 persen yang sangat jauh meleset dari target RPJMD 5,85
persen.
Arthur Melvin Okun dalam Okun’s
Law atau Okun’s Rule of Thumb
mempelajari bahwa terdapat hubungan
negatif antara pertumbuhan ekonomi
dengan tingkat pengangguran. Ketika
tingkat pengangguran meningkat,
pertumbuhan ekonomi melambat. IMF
(2014) dalam “Do Forecasters Believe in
Okun’s Law? An Assessment of
Unemployment and Output Forecasts” menyimpulkan hal yang sama dengan
Gambar I-14 Perkembangan Tenaga Kerja Industri & Informal (dalam ribuan orang)
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau
100
150
200
250
300
350
400
Feb-15 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17 Aug-17
IndustriInformalExpon. (Industri)Expon. (Informal)
Gambar I-16 Scatter Plot Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran (Okun’s Law)
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (Diolah)
y = -0,4721x - 0,0026
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
-3% -1% 1% 3%Δ P
erub
ahan
Per
tum
buha
n E
kono
mi Y
oY
Δ Perubahan TPT
“Tenaga kerja sektor industri yang merupakan Kontributor utama ekonomi Kepri menurun dan mulai terserap oleh sektor
informal”
“Target TPT dalam RPJMD meleset. Pemerintah perlu meningkatkan pertumbuhan untuk mencapai target TPT di tahun-tahun
berikutnya”
Gambar I-15 Perkembangan Tingkat Kriminalitas
Sumber: BPS Statistik Kriminal 2017
2147 2123 2077
17 17 8124167 132
0
500
1000
1500
2000
2500
2014 2015 2016
pencurian pembunuhan pemerkosaan
-
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 13
membandingkan data perubahan pertumbuhan ekonomi dengan perubahan tingkat
pengangguran. Data di Kepri sendiri menunjukkan hal yang serupa sebagaimana
tercermin dari garis linear dan koefisien -0,4721 pada grafik di atas. Koefisien tersebut
mengindikasikan bahwa setiap penurunan TPT sebesar 1%, akan terjadi percepatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,4721 persen. Sebaliknya, ketika TPT meningkat 1
persen, pertumbuhan ekonomi akan melambat 0,4721 persen.
1.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Perekonomian Kepri pada tahun 2017 merupakan yang terendah sejak tahun
2012. Melemahnya kondisi ekonomi global serta gejala ketidakstabilan ekonomi sangat
berdampak pada perekonomian Kepri yang sangat tergantung pada eksternal. Hal
tersebut di atas diindikasikan oleh besarnya porsi kegiatan ekspor-impor Kepri yang
cukup tinggi yang masing-masing mencapai porsi 81,30 persen dan 64,78 persen dari
PDRB Kepri tahun 2017.
Disamping melemahnya
perekonomian dunia di saat harga
komoditas migas yang mencapai titik
terendah di akhir semester I 2017,
adanya rencana kenaikan bunga
pinjaman luar negeri AS telah memicu
arus permodalan asing keluar dari
Indonesia. Bagi Kepri yang 59 persen
dari perekonomiannya digerakkan oleh sektor industri, hal tersebut secara signifikan
akan berdampak pada penurunan ekonomi Kepri. Sebagai wilayah FTZ, memang su