kajian etnobotani dan aspek konservasi sengkubak di kab. sintang kal-bar
DESCRIPTION
^^TRANSCRIPT
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 1/172
KAJIAN ETNOBOTANI DAN ASPEK KONSERVASISENGKUBAK [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]
DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT
UTIN RIESNA AFRIANTI
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 2/172
PERNYATAAN MENGENAI
TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Etnobotani dan Aspek
Konservasi Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] di Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yangditerbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Desember 2007
Utin Riesna Afrianti
NRP. E051054085
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 3/172
ABSTRACT
UTIN RIESNA AFRIANTI. The study of Etnobotany and Conservation Aspect
of Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] in Sintang, West
Kalimantan. Supervised by AGUS HIKMAT and AGUS PRIYONO KARTONO.
This study was Sintang Regency carried out in sub districts of Dedai, Sintang,
Kelam Permai and Sepauk, West Kalimantan by using interview and directsampling for collecting vegetation data. Sampling methods for characteristics of
vegetation was conducted by using combination line transect and square line. The
result indicated that the leaves of the P. cauliflora used as natural tasty by Dayak
and Melayu ethnic. Other utilization has not been recognized yet. The average
density of P. cauliflora in secondary forests was 14 individuals/ha; the height
average is 1.5 m, diameter is 0.73 cm, 68.98% of P. cauliflora are seedling. P.
cauliflora mostly can be found at 50 – 150 meters above sea level (m asl). The
spatial distribution pattern of P. cauliflora tends to be clumped. They have positive associated with rubber plantation ( Hevea brasilliensis) and Syzygium
zeylanicum for tree level; Hopea dryobalanoides and Palaquium rostratum for
pole level. Cultivation effort and the preservation of tembawang forest (mixed
rubber plantation) from conversion to other land uses are important aspect of P.
cauliflora conservation.
Key words: Etnobotany, Conservation, Pycnarrhena cauliflora, Dayak, Melayu.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 4/172
ABSTRAK
UTIN RIESNA AFRIANTI. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi
Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] Di Kabupaten Sintang
Kalimantan Barat. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan AGUS PRIYONO
KARTONO.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Dedai, Sintang, Kelam Permai dan
Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat menggunakan wawancara dan
metode kombinasi jalur dengan garis berpetak. Hasilnya menunjukkan bahwa
daun sengkubak digunakan oleh etnik Dayak dan Melayu sebagai penyedap rasa
alami, pemanfaatan untuk kepentingan lainnya relatif belum diketahui. Pada
formasi hutan sekunder sengkubak memiliki potensi rata-rata 14 ind/ha, rata-rata
tinggi batangnya adalah 1,5 m, potensi anakan 68,98%, rata-rata diameternya 0,73
cm. Sengkubak dapat ditemukan pada ketinggian 50-150 m dpl. Sengkubak
memiliki sebaran spasial cenderung mengelompok, dan berasosiasi positif dengan
Hevea brasilliensis dan Syzygium zeylanicum (tingkat pohon) dan Hopea
dryobalanoides dan Palaquium rostratum (tingkat tiang). Meningkatkan budidayadan tetap mempertahankan keberadaan hutan tembawang (hutan karet alam
campuran) dari konversi lahan untuk penggunaan lain merupakan aspek penting
dalam konservasi sengkubak.
Kata kunci : Etnobotani, konservasi, sengkubak, Dayak, Melayu.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 5/172
© Hak cipta milik IPB, tahun 2007
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber.
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 6/172
RINGKASAN
UTIN RIESNA AFRIANTI. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi
Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] Di Kabupaten Sintang
Kalimantan Barat. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan AGUS PRIYONO
KARTONO.
Komunitas etnis Melayu dan Dayak di Kabupaten Sintang memiliki
pengetahuan tradisional mengenai penggunaan daun sengkubak (Pycnarrhenacauliflora) sebagai penyedap rasa alami masakan. Pengetahuan tersebut
merupakan warisan leluhur kedua etnis tersebut. Diperlukan penelitian mengenai
etnobotani sengkubak pada etnis Melayu dan Dayak Sintang dan aspek
konservasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek etnobotani
meliputi persepsi masyarakat mengenai pemanfaatan sengkubak, budidayanya,
pergeseran penggunaannya, jenis sengkubak menurut masyarakat, dan
mengidentifikasi aspek konservasi sengkubak meliputi bagaimana kondisi
populasi sengkubak dan habitat sengkubak, faktor-faktor yang mengancamkelestariannya dan implikasi konservasi sengkubak di Kabupaten Sintang.
Metode penelitian secara garis besar terdiri dari 2 (dua) kegiatan utama,
yaitu pengumpulan data primer berupa wawancara untuk kajian etnobotani dan
inventarisasi potensi sumberdaya sengkubak (P. cauliflora) dan spesies tumbuhan
lain dilakukan pada tipe hutan sekunder di Kabupaten Sintang, pengisian
kuesioner dan pengumpulan data sekunder. Penelitian di laksanakan selama 3
(tiga bulan) yaitu bulan Mei-Juli 2007.
Daun sengkubak saat ini masih digunakan oleh sebagian masyarakat Dayak
dan Melayu Sintang sebagai penyedap rasa alami. Pengetahuan manfaat
sengkubak untuk keperluan penyedap rasa, pengobatan, nilai magis dan
pengetahuan mengenai manfaat terhadap bagian-bagian yang dapat digunakan
(daun, batang, buah) dari sengkubak, serta pengetahuan cara mengolah sengkubak
sebagai penyedap rasa (diremas, diiris-iris, ditumbuk) adalah berbeda antara etnis
Dayak dan Melayu Sintang. Tingkat seringnya menggunakan daun sengkubak
sebagai penyedap rasa tidak berbeda antara suku Dayak dan Melayu jika di lihat
berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, asal etnis, jarak antara tempat
tinggal pengguna sengkubak dengan tempat hidupnya sengkubak, namun berbeda jika berdasarkan kelompok umur (15-54 tahun dan > 54 tahun). Pengetahuan
penggunaan sengkubak telah berkurang terutama di kalangan generasi muda etnis
Dayak dan Melayu. Pemanfaatan sengkubak yang dilakukan oleh masyarakat
dengan cara memanen langsung dari alam, sengkubak tidak dibudidayakan tetapi
tumbuh secara liar di hutan-hutan sekunder (karet alam campuran dan hutan adat).
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 7/172
asosiasi sengkubak juga terjadi dengan karet ( Hevea brasilliensis) pada tingkat
pohon (X2 = 5,590 dan X
20,05(1) = 3,841), dengan derajat asosiasi 0,200 (JI) dan
0,333 (DI), dengan keladan ( Hopea dryobalanoides) dengan (X2 = 5,590 dan
X2
0,05(1) = 3,841), dengan derajat asosiasinya yaitu 0,375 (JI) dan 0,545 (DI).
Pada tingkat semai di habitat P. cauliflora ditemukan 69 spesies tumbuhan,
dengan spesies yang dominan adalah Hevea brasilliensis (INP 26,15%), Hopea
dryobalanoides (INP 16,31%), dan Syzygium zeylanicum (INP 15,32%). Pada
tingkat pancang ditemukan 89 spesies tumbuhan, dimana Hevea brasilliensis
merupakan spesies dominan pertama dengan INP 48,37%, Horsfieldia irya (INP
20,82%) dan Litsea elliptica merupakan spesies dominan ketiga (INP 13,64%).
Pada tingkat tiang di habitat P. cauliflora ditemukan 69 spesies tumbuhan, dimana Hevea brasilliensis masih merupakan spesies dominan dalam populasi tingkat
tiang dengan INP 59,31%, diikuti oleh tiang dari spesies-spesies Horsfieldia irya
(INP15,16%) dan Syzygium zeylanicum (14,48%). Eleteriospermum tapos (INP
16,7%). Pada tingkat pohon ditemukan 72 spesies tumbuhan, Hevea brasilliensis
merupakan jenis dominan yang memiliki INP tertinggi (58,27%), diikuti Litsea
elliptica dengan INP 21,5% dan Eleteriospermum tapos dengan INP 16,70%.
Hutan sekunder yang menjadi habitat sengkubak memiliki nilai
keanekaragaman spesies yang termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi padasemua tingkat pertumbuhan spesies berkisar 2,09-3,14, kekayaan spesies pada
berbagai tingkat pertumbuhan berkisar 3,56-8,76 dan kemerataan spesies
bervariasi pada berbagai tingkat pertumbuhan mulai dari 0,66 (tingkat semai)
hingga 0,90 pada tingkat pertumbuhan pancang. Wilayah hutan Suak I dan Suak
II (2-3) memiliki kesamaan komunitas yang cukup tinggi (IS>50%) pada semua
tingkat pertumbuhan, hutan Sirang dengan Suak I, Suak II dan hutan Medang
dapat dikategorikan memiliki kesamaan komunitas rendah (IS<40%), kesamaan
komunitas antara hutan Suak I dengan hutan Medang dan Suak II dengan hutanMedang dapat dikategorikan sedang pada tingkat pertumbuhan tiang (IS
mendekati 50%), pada tingkat pertumbuhan semai, pancang dan pohon pada
lokasi tersebut kesamaan komunitasnya tergolong rendah (IS<40%).
Ancaman terhadap kelestarian sengkubak di Kab.Sintang berawal dari
konversi lahan hutan (adanya kecenderungan mengganti perkebunan karet
menjadi perkebunan kelapa sawit), dan tidak dilakukan budidaya yang intens
terhadap sengkubak, serta hilangnya pengetahuan penggunaan sengkubak
terutama di kalangan generasi muda baik pada etnis Dayak dan Melayu. Implikasikonservasi sengkubak adalah meningkatkan nilai (mutu) dari sengkubak dengan
mengetahui kandungan bioaktif sengkubak, melakukan konservasi secara insitu
dan eksitu. Secara insitu dengan mempertahankan keberadaan hutan-hutan
tembawang atau hutan karet alam campuran sebagai habitat alami sengkubak
yang dikelola oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan antara masyarakat,
pemerintah stakeholder lain (Lembaga Swadaya Masyarakat perguruan tinggi)
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 8/172
KAJIAN ETNOBOTANI DAN ASPEK KONSERVASISENGKUBAK [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]
DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT
UTIN RIESNA AFRIANTI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi Kehutanan pada
Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 9/172
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 10/172
Judul Tesis : KAJIAN ETNOBOTANI DAN ASPEK KONSERVASI
SENGKUBAK [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]
DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN
BARAT
Nama Mahasiswa : Utin Riesna Afrianti
Nomor Pokok : E.051054085
Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Sub Program Studi : Konservasi Keanekaragaman Hayati
Disetujui
Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F Dr. Ir. Agus P. Kartono, M.Si
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 11/172
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Allah SWT karena atas berkat anugerah-
Nya penelitian dan penulisan tesis berjudul “Kajian Etnobotani Dan Aspek
Konservasi Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] Di Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sintang Kalimantan
Barat.
Tesis ini menguraikan tentang dokumentasi persepsi masyarakat tentang
pemanfaatan sengkubak, budidayanya, pergeseran pemanfaatannya, dan jenis
sengkubak menurut masyarakat, dan aspek konservasi sengkubak, meliputi
kondisi populasi sengkubak di alam, kondisi habitat sengkubak, faktor-faktoryang mengancam kelestarian sengkubak di Sintang, serta implikasi konservasi
sengkubak di Kabupaten Sintang.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, baik isi
maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tesis ini.
Bogor, Desember 2007
Utin Riesna Afrianti
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 12/172
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada Dr. Ir. Agus Hikmat, MSc.F selaku Ketua Komisi dan Dr. Ir.
Agus P. Kartono, M.Si selaku Anggota Komisi yang telah memberikan saran dan
bimbingan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sekretaris Direktorat JenderalPHKA yang telah memberikan kesempatan berupa bea siswa untuk mengikuti
pendidikan pascasarjana, Dekan Sekolah Pascasarjana beserta staf atas fasilitas
yang diberikan selama pendidikan, Kepala Balai TN. Bukit Baka-Bukit Raya
beserta staf, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sintang beserta staf yang telah
banyak membantu selama dilakukan penelitian ini, Ir. Sahala Sibarani terima
kasih atas bantuan dan dukungan moril selama dilakukan penelitian, penghargaan
kepada Dr. Ir. Y. Purwanto dan Ismail (Staf LIPI Cibinong) atas saran dan
bantuannya kepada penulis, teman, kerabat dan relasi yang telah membantu
selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih kepada orang tua, Ibunda Utin Halidjah atas keikhlasannya
dan doanya, Ibu mertua Sunarmiati, suami dan anak-anak (Andhar dan Pasha),
semua keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya
selama penulis belajar di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 13/172
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 12 April 1975. Penulis adalah
anak keempat dari enam bersaudara. Ayah bernama Gusti Achmad Katharina
(Alm) dan Ibu bernama Utin Halidjah.
Penulis manamatkan Sekolah Dasar Negeri 13 di Pontianak tahun 1988, dan
menamatkan SMP Negeri 12 Pontianak tahun 1991, kemudian pada tahun 1994menamatkan SMA Negeri 1 Pontianak dan pada tahun yang sama mendapatkan
kesempatan memasuki Perguruan Tinggi Universitas Tanjungpura Jurusan
Kehutanan melalui program PMDK (Pengembangan Minat dan Kemampuan).
Tahun 1999 penulis berhasil menamatkan kuliah di Jurusan Kehutanan Program
Studi Teknologi Hasil Hutan Universitas Tanjungpura Pontianak dengan predikat
”Cumlaude”.
Pada bulan Maret tahun 2000 penulis diterima menjadi PNS Departemen
Kehutanan dan bertugas sebagai staf Balai Taman Nasional Bukit Baka-Bukit
Raya, hingga kini penulis telah bertugas selama ± 7 (tujuh) tahun.
Tahun 2004 penulis mengikuti tes kompetensi (empat kriteria) Departemen
Kehutanan dan dinyatakan lulus dengan nilai sangat disarankan plus, Pada tahun2006 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti karya siswa Departemen
Kehutanan pada Program Strata 2 (S2) Profesi Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas di IPB.
Penulis menikah dengan Andhi Jumhadi Adji Saroyo pada tanggal 8 Juni
2002. Dari pernikahan ini, penulis telah dikaruniai dua putra yaitu Andhar
Hibatullah Adji Saroyo dan Pasha Ziyadatullah Adji Saroyo.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 14/172
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bioekologi Sengkubak ........................................................................... 4
1. Klasifikasi dan Morfologi ............ .................................................... 4
2. Ekologi dan Penyebaran ................................................................... 7B. Penggunaan Sengkubak........................................................................... 7
C. Etbobotani .............................................................................................. 8
1. Definisi Etnobotani ........................................................................... 8
2. Ruang Lingkup Etnobotani................................................................ 9
4. Kajian Etnobotani di Indonesia ......................................................... 9
D. Kearifan Tradisional Masyarakat ........................................................... 10
E. Hubungan Budaya Dayak dengan Hutan ................................................. 12
F. Hubungan Budaya Melayu dengan Hutan .................................................. 13G. Konservasi Tumbuhan ........................................................................... 14
1. Penyebab Kelangkaan dan Kepunahan Tumbuhan ........................ . 14
2. Upaya Konservasi Tumbuhan............................................................ 17
4. Permasalahan Konservasi Tumbuhan ................................................ 19
III. KEADAAN UMUM LOKASI KAJIAN
A. Sejarah Kabupaten Sintang ..................................................................... 21
B. Letak dan Luas ....................................................................................... 22C. Topografi ............................................................................................... 24
D. Hidrologi ................................................................................................ 24
E. Iklim......................................................................................................... 25
F. Tanah. ...................................................................................................... 26
G. Keadaan Hutan........................................................................................ 27
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 15/172
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 37
E. Jenis Data yang Dikumpulkan .............................................................. 38
F. Penentuan Sampel................................................................................. .... 49G. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 40
1. Wawancara........................................................................................ 41
2. Pengamatan Langsung .................................................................... 42
a. Bentuk, Ukuran dan Jumlah Unit Pengamatan.............................. 42
b. Metode Pengamatan Jenis............................................................. 42
c. Metode Pengambilan Data............................................................ 42
1). Inventarisasi Vegetasi............................................................ 42
2). Pengamatan Komponen Fisik Habitat................................... 443). Pembuatan Herbarium........................................................... 44
H. Metode Analisis Data............................................................................... 44
1. Data Hasil Wawancara Etnobotani..................................................... 44
2. Pola Sebaran Spasial Sengkubak...................................................... 45
3. Asosiasi Antar Dua Spesies............................................................. 46
4. Komposisi dan Dominasi Spesies.. ................................................... 47
5. Keanekaragaman Vegetasi ................................................................ 48
a. Kekayaan Jenis ............................................................................ 49 b. Keragaman Jenis.......... ................................................................ 49
c. Indeks Kemerataan ....................................................................... 49
6. Kesamaan Komunitas....................................................................... 50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 51
A. Etnobotani Sengkubak ........................................................................... 51
1. Persepsi Masyarakat dalam Pemanfaatan Sengkubak....................... 51
a. Pemanfaatan Sebagai Penyedap Rasa Alami ............................... 51 b. Pemanfaatan Lain......................................................................... 51
c. Bagian yang digunakan................................................................. 52
2. Budidaya Sengkubak ......................................................................... 57
3. Jenis Sengkubak ................................. .............................................. 59
a. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Dayak Sintang........................... 59
b. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Melayu Sintang.......................... 63
B. Aspek Konservasi Sengkubak................................................................ 70
1. Kondisi Populasi Sengkubak............................................................ 70
a. Potensi dan Penyebaran Sengkubak............................................. 70
b. Pola Sebaran Spasial Sengkubak................................................. 73
c. Asosiasi Antar Spesies ................................................................ 74
2. Kondisi Habitat Sengkubak................................................................ 76
a.
Karakterisik Fisik Habitat............................................................. 76
b Komposisi dan Dominasi Spesies Tumbuhan 80
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 16/172
d. Meningkatkan Pengetahuan dalam Pembudidayaan Sengkubak 102
5. Pengelolaan Hutan oleh Etnis Dayak Sintang........................................... 102
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 106
LAMPIRAN
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 17/172
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Kategori keterancaman populasi
biota.............................................
16
2 Posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang................. 22
3 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang ................... 23
4 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut
topografinya.....................................................................................
24
5 Temperatur maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di
Kabupaten Sintang tahun 2000-2004...............................................
26
6 Jenis tanah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang........................ 27
7 Luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang tahun 2005................... 28
8 Jumlah penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut jenis kelaminnya tahun 2005............................................................
29
9 Kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan di
Kabupaten Sintang tahun 2005.........................................................
30
10 Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sintang
tahun 2005.......................................................................................
30
11 Kategori pengelompokkan vegetasi dan luas petak ukur................. 43
12 Asosiasi spesies (kotingensi 2 x 2)................................................... 46
13 Komposisi dan pemanfaatan P.cauliflora oleh masyarakat di
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat ..............................................
53
14 Penggunaan E. cochincnensis bagi pengobatan................................ 67
15 Penggunaan dan pengolahan sengkubak oleh etnis Melayu
Sintang...............................................................................................
68
16 Penggunaan S. elongatae oleh etnis Melayu Sintang........................ 69
17 Pengetahuan dan pengenalan etnis Dayak dan Melayu terhadap
sengkubak..........................................................................................
70
18 Kerapatan dan frekuensi sengkubak di formasi hutan sekunder
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat...............................................
72
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 18/172
No. Halaman
22 Beberapa karakteristik fisik sengkubak di formasi hutan sekunder
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat...............................................
79
23 Lima spesies tumbuhan pada tingkat semai dengan INP tertinggi di
kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang................................
82
24 Lima spesies tumbuhan pada tingkat pancang dengan INP tertinggi
di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang............................
84
25 Lima spesies tumbuhan pada tingkat tiang dengan INP tertinggi di
kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang................................
86
26 Lima spesies tumbuhan pada tingkat pohon dengan INP tertinggi
di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang............................
88
27 Keanekaragaman spesies tumbuhan pada habitat sengkubak........... 90
28 Indeks kesamaan komunitas pada habitat sengkubak (hutan
sekunder) di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat..........................
95
29 Kegunaan dan kandungan kimia genus Pycnarrhena lainnya.......... 99
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 19/172
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Morfologi Pycnarrhena cauliflora dalam sketsa............................. 5
2 Lokasi penelitian empat kecamatan di Kabupaten Sintang ............ 35
3 Kerangka pemikiran penelitian ...................................................... 38
4 Bentuk dan ukuran petak pengamatan inventarisasi vegetasi
dengan metode kombinasi jalur dengan garis berpetak................... 43
5 Teras sengkubak yang sudah di simpan selama ± 10 tahun oleh
seorang warga Dusun Medang Kec. Dedai Kabupaten Sintang .....54
6 Daun sengkubak diikat dalam kulit kayu lukai untuk penangkal
makhluk halus (kepercayaan sebagian etnis Dayak dan Melayu
Sintang) ...........................................................................................
54
7 Bentuk akar sengkubak perempuan (P.cauliflora) ......................... 60
8 Bentuk daun sengkubak dengan permukaaan licin.........
................
60
9 Buah sengkubak koleksi Herbarium Bogoriens LIPI Cibinong
Bogor ..............................................................................................61
10 Anakan sengkubak (lokasi hutan pungkun Medang, Dedai) ......... 62
11 Batang atau perpanjangan akar sengkubak tumbuh melilitdipohon dan batang yang berada di dekat tempat tumbuhnya
........62
12 Morfologi Galearia filiformis saat berbunga dan belum berbunga 63
13 Pucuk daun G. filiformis yang pucuk daunnya dimakan binatang
di hutan ...........................................................................................
63
14 Warna bagian belakang daun Excoecaria cochincchinensis .......... 65
15 Morfologi sengkubak macan versi etnis Melayu Sintang
...............
65
16 Sengkubak melilit disebuah batang pohon lokasi hutan karet
alam campuran Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang
200767
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 20/172
No. Halaman
20 Jumlah individu sengkubak (ind/ha) berdasarkan ketinggian
tempat.................... .........................................................................
77
21 Hubungan ketebalan serasah dengan jumlah individunya .............. 78
22 Famili-famili dominan tingkat semai berdasarkan INP.................. 80
23 Famili-famili dominan tingkat pancang berdasarkan INP.............. 82
24 Famili-famili dominan tingkat tiang berdasarkan INP................... 84
25 Famili-famili dominan tingkat semai berdasarkan INP.................. 86
28 Indeks keragaman spesies pada habitat sengkubak......................... 91
27 Indeks kekayaan spesies pada habitat
sengkubak............................
92
28 Indeks kemerataan spesies pada habitat sengkubak........................ 93
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 21/172
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1 Daftar Nama Responden Sengkubak di Kabupaten Sintang
Kalimantan Barat............................................................................
110
2 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
pohon di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang
114
3 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pohon di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan
Sepauk, Sintang..............................................................................
115
4 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
pohon di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan
Sepauk, Sintang.............................................................................
116
5 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
pohon di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai,Sintang
117
6 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
tiang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang
118
7 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
tiang di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan
Sepauk, Sintang..............................................................................
119
8 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhantiang di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan
Sepauk, Sintang.............................................................................
120
9 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
tiang di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai, Sintang
121
10 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
pancang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk,
Sintang............................................................................................
122
11 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
pancang di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan
Sepauk, Sintang..............................................................................
123
12 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
pancang di hutan karet alam campuran II Dusun Suak
124
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 22/172
semai di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang
No. Halaman
15 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
semai di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan
Sepauk, Sintang..............................................................................
127
16 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
semai di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan
Sepauk, Sintang..............................................................................
128
17 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan
semai di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai,
Sintang............................................................................................
129
18 Perhitungan sebaran spasial
sengkubak..........................................
130
19 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan adat I
Dusun Sirang Kecamatan Sepauk Sintang.....................................
13120 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan karet
alam campuran I Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang ...........134
21 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan karet
alam campuran II Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang
..........137
22 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan adat II
Dusun Medang Kecamatan Dedai Sintang..................................... 139
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 23/172
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] merupakan salah satu
golongan liana yang termasuk dalam famili Manispermaceae (Backer & Brink
1963). Spesies ini menjadi istimewa karena penggunaan sengkubak sebagai
penyedap rasa alami sudah cukup dikenal di kalangan etnis Dayak dan Melayu
Sintang. Ide penting tentang penyedap rasa alami yang berasal dari sengkubak
merupakan alternatif yang perlu mendapat perhatian lebih besar, karena
kandungan kimia sintetik dalam penyedap modern dapat mengganggu kesehatan
manusia.
Sengkubak merupakan salah satu bentuk pemanfaatan yang khas terhadap
suatu spesies tumbuhan yang dilakukan oleh etnis Melayu dan Dayak Sintang.
Pengetahuan penggunaan sengkubak tersebut tumbuh dan berkembang dari
pengalaman empiris yang diwariskan secara turun-temurun. Pengetahuan
tradisional adalah salah satu kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, karena
merupakan sumber bagi pengembangan ide-ide alternatif di masa kini
(Adimihardja 1996 dalam Hendra 2002). Sejalan dengan hal itu, menurut
Soekarman dan Riswan (1992) pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan
sumberdaya nabati juga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan sumber
devisa baru bagi negara.
Sengkubak memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan selain sebagai
penyedap rasa juga sebagai bahan obat alami. Hal ini karena marga Pycnarrhena
lainnya yaitu P. ozantha diketahui mengandung 4 (empat) bisbenzylisoquinoline
alkaloids yang dapat mengobati tumor (Loder 1972; Abouchacraet et al. 1987), P.
novoguinensis mengandung magnoflorine (Verpoorte, et al. 1982), P. manillensis
Vidal, tepung dari akarnya sebagai pengobat penyakit kolera (Philippine medical
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 24/172
Semakin terbukanya gaya hidup moderen dan tersedianya sumber-sumber
alternatif lain, masyarakat lebih jarang menggunakan hasil tanamannya secara
langsung. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan pengetahuan etnobotani
penting dilakukan sebelum spesies-spesies tersebut punah (Mackinnon et al.
2000). Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, strategi yang digunakan untuk mewujudkan
tujuan konservasi adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya dan
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Memanfaatkan, mempelajari dan menyelamatkannya merupakan upaya-
upaya dalam strategi konservasi (Wilson 1992). Upaya-upaya ini juga tergambar
dalam budaya dan pengetahuan masyarakat lokal, seperti masyarakat Melayu
dan Dayak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.
Berdasarkan hal tersebut, kajian ilmiah yang dapat menjelaskan bagaimana
pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap spesies tumbuhan tersebut,
maupun informasi mengenai kondisi populasi sengkubak di alam penting untuk
dilakukan. Diharapkan informasi yang diperoleh dari kajian tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk mendukung upaya pelestarian pemanfaatan dan
pengembangannya di masa kini dan mendatang. Studi etnobotani dapat
memberikan kontribusi yang besar dalam proses pengenalan sumber daya alam
yang ada di suatu wilayah (Ndero & Tjitssen 2004).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1.
Mengidentifikasi aspek etnobotani sengkubak pada masyarakat di Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat, meliputi bagaimana pemanfaatan dan pengetahuan
tentang sengkubak.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 25/172
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukan penelitian adalah dapat memberikan data dan informasi
yang berguna, dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelestarian
pemanfaatan sengkubak, terutama sebagai bahan penyedap rasa alami yang sehat,
dan dapat menjadi dasar bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 26/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 27/172
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bioekologi Sengkubak
1. Klasifikasi dan Morfologi
Sengkubak merupakan golongan liana yang termasuk dalam famili
Menispermaceae, berdasarkan identifikasi jenis yang dilakukan, maka secara
taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Backer & Brink 1963) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Pycnarrhena
Spesies : Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.
Nama lokal : sengkubak, Dayak Siberuang, Sekujang, Desa, Ransa
Kalimantan Barat, bekkai lan, Dayak Kenyah Kaltim
(Uluk, et al. 2000), apak (P. tumetacta) Malaysia (Hoe &
Siong 1999), ambal (P. manillensis) Philipina
(Philippine Medical Plant 2007).
Secara umum Pycnarrhena memiliki bunga-bunga aksilar yang tumbuh di
sepanjang tangkai berdaun ( foliat ) atau tangkai tak berdaun (defoliat ), tumbuh
teruntai atau bertangkai, atau muncul berdiri sendiri (secara reduksi). Pycnarrhena
memiliki 6-9 daun kelopak (sepal), bagian luar yang berukuran sangat kecil,ukurannya kemudian akan meningkat dan daun-daun kelopak bagian dalam
menutupinya.
Bunga Pycnarrhena memiliki 2-6 daun bunga, di Pulau Jawa 3 daun bunga,
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 28/172
5
kepala putik (stigma); terdiri dari 1-4 drupelet , berada di atas bakal buah (sessile)
atau stipitate (bertangkai), dan berbulu atau glabrous. Inti dari kepala putik
terletak di bagian perut, dinding pyrene yang dimiliki sangat tipis; condylus
berukuran kecil atau bahkan tidak ada; tidak memiliki endosperm, cotyledons
berukuran besar, berdaging; dan radicle berukuran sangat kecil. Pembungaan yang
berkembang menjadi buah muncul dari batang disebut cauliflora. Sketsa
morfologi Pycnarrhena cauliflora disajikan pada Gambar 1.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 29/172
6
P. cauliflora secara morfologi memiliki daun-daun yang tidak berlapis
dengan bentuk lebih panjang, dan daun mudanya berserat pada tangkai. Serat yang
dimaksud adalah cabang dari tulang daun atau tulang daun yang kecil. Petiole
menebal pada kedua ujungnya. Serta secara spesifik P. cauliflora mempunyai
daun-daun pada tangkai yang berbunga dengan panjang 7,5-21 cm hingga 3-9,5
cm, daun yang lebih besar kebanyakan lebih panjang dari 12,5 cm, matang pada
bagian bawah tulang daun, serta memiliki bulu yang pendek atau glabrous,
berbentuk oval-persegi tak beraturan, dengan dasar tumpul atau membulat,
meruncing, lancip memanjang, lancip atau tumpul, pada kedua sisi yang sama dari
tulang daun dengan 5-12 serat lateral, mengkilap pada kedua permukaannya.
Selain itu, pembuluh-pembuluhnya secara terpisah berbeda dengan jelas menonjol
di bagian bawah; memiliki petiole 1,5-6 cm, yang berbulu pendek dan halus.
Pada bunga jantan (hanya diketahui tunas muda), berbunga banyak dalam
untaian; pada tangkai tumbuh satu bunga, benang sari 9 buah, pada bunga betina
berbunga 3-12 untaian, panjang pedicel 4-8 mm; daun kelopak bagian dalam
memiliki lebar 2-2,5 mm; indung telur dan drupelet matang secara bersamaan.
Tangkai muda berbulu pendek halus, secara perlahan, kayu putih (Backer &
Brink 1963).
P. cauliflora memiliki ”body climber ”, biasanya hidup diantara pohon-
pohon besar. Beberapa genus lainnya yang termasuk famili Menispermaceae
sebagian besar merupakan golongan liana. P. cauliflora juga mempunyai ranting
yang zigzag, dan permukaan ranting berbulu halus rapat. Internot (jarak antar
daun) adalah 1–2 cm, bentuk daun ellips, pangkal daun lancip, tepi daun rata,
ujung daun luncip (accuminate), panjang ujung daun (accumane) atau ekor 2 cm,
serta urat daun nyata sebanyak 6–8 pasang. Urat daun melengkung sebelum
mencapai tepi (anastomosting).
Selanjutnya dapat dijelaskan pula permukaan daun bagian atas licin
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 30/172
7
2. Ekologi dan Penyebaran
Penyebaran dan ekologi P. cauliflora sulit untuk di uraikan karena sangatminimnya literatur yang mendukung. Berdasarkan studi pustaka dengan
menelusuri spesimen yang dikolekasi di Herbarium LIPI Cibinong (2007),
diketahui bahwa P. cauliflora ditemukan di Kalimantan Barat pada ketinggian
100-150 m di habitat dataran rendah dan perbukitan, di Kalimantan Selatan pada
habitat lembah antara dua perbukitan di Muara Uya pada ketingian 100 m dan 90
m. Pulau Panaitan (Prinsene Island ) pada habitat hutan dengan dataran rendah
(koleksi tahun 1951). Di Pantai Ngliyep Selatan Malang, Pantai Popoh Selatan di
Tulung Agung (koleksi tahun 1914), di Cisampora Wangun Lengkong pada
ketinggian 700 m dpl (tahun 1976), selain itu ditemukan pula di Sumba,
Langgaliru, Sumba Barat pada ketinggian 600 m dpl pada habitat hutan sekunder.
Pada penelusuran spesimen yang dikoleksi tersebut diketahui P. cauliflora dapat hidup pada ketinggian 80-700 m dpl. Pada habitat dataran rendah,
perbukitan dan pada habitat hutan sekunder. Penyebaran anggota marga
pycnarrhena lainnya ditemukan di Papua New Guinea (P. ozantha), Himalaya dan
Jawa (P. marocarpa), Philipina Jawa, Sulawesi (P. calocarpa), Philipina (P.
manillensis Vidal), Borneo, (P. borneensis), Himalaya (P. longiflora), dan Timor-
timor (P. longifolia) (Data LIPI Cibinong 2007).
B. Penggunaan Sengkubak
Pengetahuan mengenai penggunaan sengkubak sebagai bumbu atau
penyedap telah lama dimiliki oleh masyarakat pedalaman Kalimantan baik pada
suku dayak maupun melayu. Pengetahuan penggunaan sengkubak sebagai ”micin”
oleh masyarakat pedalaman ini sebagian telah diketahui oleh peneliti yang pernah
berkunjung ke daerah-daerah hulu Kalimantan. Selain itu pada masyarakat Dayak
di sekiatar Taman Nasional Kayan Mentarang dihimpun data bahwa mereka juga
menggunakan tumbuhan tersebut sebagai bahan bumbu dan diketahui bahwa
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 31/172
8
juga dilakukan oleh sebagian besar masyarakat suku Melayu maupun Dayak yang
berdiam diwilayah hulu Kalimantan Barat (Sanggau, Sintang, Sekadau,
Putussibau), walaupun belum ada penelitian lebih lanjut tentang kesamaan
penggunaan P. cauliflora ini.
C. Etnobotani
1. Definisi Etnobotani
Istilah etnobotani untuk pertama kalinya diusulkan oleh Harsberger pada
tahun 1895 dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan
tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif atau
terbelakang. Etnobotani berasal dari kata ethnos dan botany. Ethnos berasal dari
bahasa Yunani berarti bangsa dan botany artinya tumbuh-tumbuhan. Sebelumnya
Powers (1874) dalam Maheshwari (1990) telah menggunakan istilah ” Aboriginal
botany” dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari jenis-jenis tumbuh-
tumbuhan yang dimanfaatkan penduduk asli untuk bahan obat, pangan, sandang
dan sebagainya. Istilah etnobotani untuk pertama kali di adopsi oleh Fewkes
(1896), istilah tersebut digunakan dalam pustaka dan publikasi antropologi dan
menitikberatkan pada nama lokal tumbuhan dan etimologinya (Soekarman dan
Riswan 1992).Sejalan dengan perkembangan keilmuan, etnobotani kemudian diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan yang digunakan oleh
perkumpulan suku primitif dan berguna untuk mengembangkan perkumpulan
tersebut. Batasan ini merupakan bantuan untuk menguraikan posisi budaya suatu
etnik berdasarkan kegunaan tumbuh-tumbuhan, menggambarkan penyebarannya
dimasa lampau dan perjalanan-perjalanan perdagangannya serta dengan diketahui
manfaatnya maka akan menimbulkann pikiran negatif untuk memindahkan
tumbuhan tersebut dari tempat liarnya ke lingkungan yang masih kosong (Waluyo
2002)
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 32/172
9
mendatang. Sehingga studi etnobotani dapat memberi kontribusi yang besar dalam
proses pengenalan sumber alam hidup yang ada di suatu wilayah melalui kegiatan
pengumpulan kearifan lokal dari dan bersama masyarakat setempat (Ndero &
Thijssen 2004 ).
Etnobotani yang dimaksud dalam penelitian ini menggunakan definisi yang
dinyatakan oleh Purwanto (1999) yaitu etnobotani didefinisikan sebagai suatu
bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara
masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan
tentang sumber daya alam tumbuhan.
2. Ruang Lingkup Etnobotani
Pengkajian etnobotani dibatasi oleh ruang lingkup bahwa etnobotani adalah
cabang ilmu pengetahuan yang mendalami tentang persepsi dan konsepsi
masyarakat tentang sumber daya nabati di lingkungannya. Dalam hal ini kajian di
arahkan dalam upaya untuk mempelajari kelompok masyarakat dalam mengatur
sistem pengatuan anggotanya menghadapi tetumbuhan dalam lingkungannya,
yang digunakan tidak saja untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan
spiritual dan nilai budaya lainnya. Pemanfaatan yang dimaksud di sini adalah
pemanfaatan baik sebagai bahan obat, sumber pangan, dan sumber kebutuhan
hidup manusia lainnya. Disiplin ilmu lain yang terkait dalam penelitian etnobotani
adalah antara lain anthropologi, sejarah, pertanian, ekologi, kehutanan, geografi
tumbuhan (Sudarsono & Waluyo 1992).
3. Kajian Etnobotani di Indonesia
Kedudukan etnobotani saat ini di Indonesia telah mendapatkan perhatian
dan porsi yang layak seperti halnya ilmu-ilmu lainnya di mata para pakar,
terutama botani. Hal ini merupakan suatu perkembangan yang baik, para ahli
menyadari bahwa banyak sumber daya nabati telah punah sebelum mereka
li i D iki h l d h di i l f
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 33/172
10
Kemajuan teknologi telah menimbulkan akses terhadap lingkungan dan
dampak negatif terhadap kesehatan, misalnya obat-obatan atau pewarna makanan
sintetis. Akhir-akhir ini, di Indonesia timbul gerakan untuk kembali alam atau
back to nature, diantaranya berupaya memanfaatkan kembali sumber daya nabati
alami, seperti penggunaan obat tradisional, kosmetik, pewarna yang dibuat dari
bahan alami. Hal yang terpenting adalah bagaimana pengetahuan tradisional dapat
diselamatkan, untuk dikaji kembali.
Pusat dari pengetahuan tradisional mengenai pemanfaatan tumbuhan ini
umumnya dijumpai pada negara-negara berkembang dan umumnya terletak pada
kawasan tropika, baik di Amerika, Afrika maupun Asia. Di negara-negara ini pula
dikatakan merupakan sumber dari pengetahuan tradisional serta sumber daya
hayati yang meliputi tumbuhan, hewan dan jasad renik terdapat.
Penelitian etnobotani di Indonesia, telah banyak dilakukan oleh para pakar
dari berbagai disiplin ilmu, tetapi dikatakan bahwa penelitan tersebut hanya
sebagai sampingan saja. Hal tersebut menyebabkan data dan informasi mengenai
etnobotani tersebut diberbagai publikasi dari berbagai disiplin ilmu, misalnya ahli
botani lebih menitikberatkan pada pemanfaatan tumbuhannya sedangkan ahli
antropologi lebih menitikberatkan pada manusianya (Soekarman & Riswan 1992).
Beberapa kajian etnobotani terhadap beberapa etnis di Indonesia yaitu etnobotani
Pandanaceae dalam kehidupan etnis Arfak, Irian Jaya (Sadsoeitoeboen 1999),
etnobotani pinang yaki ( Areca vestiaria) oleh etnis Bolaang Mongondow,
Sulawesi (Simbala 2006), dan etnobotani benzoin (Stryrax spp.) pada etnis batak
di Tapanuli Utara, Sumatera Utara (Purwanto et al. 2003).
D. Kearifan Tradisional Masyarakat
Bangsa Indonesia yang mendiami diseluruh pulau-pulau yang tersebar dari
Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku yang masing-masing mempunyai
kebudayaan dan adat istiadat yang berkembang dan diwariskan secara turun-
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 34/172
11
asli), native people (penduduk asli) atau tradisional people (masyarakat
tradisional (Dasman 1991 dalam Primack et al. 1998).
Indonesia diperkirakan dihuni oleh 100 – 150 famili tumbuhan yang
meliputi 25.000-30.000 spesies tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di dalam kawasan
hutan alam. Diperkirakan separuh dari jumlah tersebut merupakan tumbuhan
berkayu dan buah-buahan (Meijer 1974) dan masih banyak sekali yang belum
diketahui manfaatnya (Khazahara 1986).
Telah lama masyarakat tradisional hidup secara berdampingan dengan
keanekaraman hayati atau sumber daya alam yang ada di sekelilingnya. Di
sebagian besar tempat, ternyata mereka tidak melakukan perusakan besar-besaran
terhadap sumber daya alam yang ada di sekelilingnya tersebut (Primack et al.
1998). Masyarakat tradisional telah berhasil memanfaatkan metoda-metoda irigasi
yang bersifat inovatif, misalnya dengan melakukan panen yang bervariasi. Metode
tersebut telah memungkinkan kehidupan manusia dengan populasi yang tinggi
tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan maupun komunitas biologis di
sekelilingnya. Namun, saat ini masyarakat tradisional sedang dihadapkan pada
perubahan lingkungan secara besar-besaran akibat meningkatnya interaksi
masyarakat dengan dunia luar, yang seringkali timbul perbedaan tajam antara
generasi tua dan muda.
Banyak masyarakat tradisional yang mempunyai etika konservasi yang kuat,
walaupun etika tersebut lebih halus dan tersamar dibandingkan keyakinan
konservasi dunia Barat. Etika konservasi telah memberikan pengaruh pada
perilaku sehari-hari (Gomez-Pompa & Kaus 1992; Posey 1992 dalam Primack et
al. 1998). Salah satu contoh yang baik dari penerapan pandangan konservasi
adalah pada suku Indian Huastec, di timur laut Meksiko. Mereka memelihara
lahan pertanian secara permanen, juga memelihara hutan yang terletak dibukit-
bukit, dan daerah aliran sungai, berdasarkan konservasi dikenal dengan istilah
lokal te’lom Di kawasan hutan tersebut terdapat 300 species yang merupakan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 35/172
12
E. Hubungan Budaya Dayak dengan Hutan
Kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat denganagama atau sistem kepercayaan/believe system. Sistem kepercayaan/agama bagi
kelompok etnik Dayak hampir tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya
dan kehidupan sosial ekonomi sehari-hari. Kepribadian, tingkah laku, sikap,
perbuatan, kegiatan sosial ekonomi orang Dayak sehari-hari dibimbing, didukung
dan dihubungkan tidak saja dengan sistem kepercayaan atau ajaran agama dan
adat istiadat, tetapi juga dengan nilai-nilai budaya (Algadrie 1994 dalam Florus et
al. 1994). Hubungan etnis Dayak dengan hutan dengan segala isinya merupakan
hubungan timbal balik, di satu pihak alam memberikan kemungkinan-
kemungkinan bagi perkembangan budaya etnis Dayak, di lain pihak etnis Dayak
senantiasa mengubah wajah hutan sesuai dengan pola budaya yang dianutnya.
Pola kehidupan etnis Dayak tradisional masih sangat tergantung pada sumberalam, mata pencahariannya terbatas pada kemungkinan-kemungkinan yang
disediakan oleh alam (Arman 1994 dalam Florus et al. 1994).
Mata pencaharian orang Dayak selalu ada hubungannya dengan hutan.
Hutan digunakan sebagai tempat berburu, untuk berladang pohon-pohon di hutan
di buka, untuk mengusahakan tanaman perkebunan, etnis Dayak cenderung
memilih tanaman hutan seperti karet, rotan, tengkawang dan sejenisnya.
Kecenderungan seperti itu merupakan suatu refleksi dari hubungan yang akrab
yang telah berlangsung berabad-abad dengan hutan dan segala isinya. Hutan
merupakan basis utama dari kehidupan, sosial, ekonomi, budaya dan politik
kelompok etnik Dayak (Florus et al. 1994).
Pengolahan lahan tradisional masyarakat Dayak didasarkan pada sistem perladangan daur ulang untuk masa putaran tertentu. Masa putaran 3 sampai 4
tahun untuk tana’ ujung dan paya’; 5 sampai 6 tahun untuk tana’ rambur dan
kereng; dan 10-15 tahun untuk tana’ toan (hutan sekunder).
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 36/172
13
seperti kapak, beliung, parang, bakul, tikar, mandau, talabang (perisai),
tengkalang dan sumpit sebagian bahannya terbuat dari bahan-bahan yang diambil
dari hutan (Arman 1994 dalam Florus et al. 1994). Demikian pula dengan
kebudayaan non material orang Dayak banyak sekali berhubungan dengan hutan.
Sebagai contoh pohon-pohon besar atau spesies kayu tertentu dipandang sebagai
perlambang kekuatan atau mistik. Hal tersebut menggambarkan bahwa kehidupan
tradisional dan budaya Dayak sulit dipisahkan dari sumber daya hutan.
F.
Hubungan Budaya Melayu dengan Hutan
Etnis Melayu yang mendiami wilayah pedalaman Sintang merupakan
pengelola hutan yang gigih, hutan belantara yang begitu tebal bertukar menjadi
kampung dan ladang. Tradisi mengelola hutan untuk kepentingan manusia tidak
dapat dipisahkan karena hutan mempunyai kaitan yang erat dengan kepentingan
manusia selama berada di dalam hutan.
Pada masa dahulu masyarakat Melayu menganggap bahwa hutan
mempunyai semangat yang keras (nuansa magis sangat tinggi). Hutan selain di
huni oleh binatang buas, hutan juga di huni berbagai jenis jembalang (makhluk
halus), yang dapat menyebabkan bencana pada manusia. Lantaran kepercayaan
tersebut, masyarakat Melayu beranggapan perlu mengadakan upacara khas bila
hendak mengambil rotan, damar, kayu, buluh, akar kayu dan sebagainya atau
untuk membuka lahan baru. Adat tersebut dilaksanakan demi menjamin
keselamatan seseorang (www.members.tripod.com/niah_abdullah/tamadun/new
2007).
Sebelum datangnya Islam di kehidupan etnis Melayu Sintang, masyarakat
memiliki kepercayaan animisme. Namun sejak Islam memasuki kehidupan
masyarakat Melayu, Melayu selalu diidentikkan dengan Islam. Masyarakat
Melayu juga mempercayai kelebihan sesuatu hari dalam melakukan upacara atau
acara-acara yang penting dalam hidup. Bulan atau hari yang dipilih didasarkan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 37/172
14
oleh orang tua. Petuah yang sangat dipercaya oleh masyarakat Melayu bila
memasuki hutan, yaitu pantang bagi orang Melayu untuk bersiul semasa dalam
perjalanan, berbicara dengan keras, dan berpisah dari rombongan saat memasuki
hutan.
Etnis Melayu di Kabupaten Sintang saat ini terkonsentrasi pada pemukiman-
pemukiman yang berada di sepanjang tepian Sungai Kapuas. Pusat Kerajaan
Melayu Sintang yaitu Kerajaan Al Mukaromah berada di tepian Sungai Kapuas
Kampung Raja di Kecamatan Sintang.
G. Konservasi Tumbuhan
1. Penyebab Kelangkaan dan Kepunahan Tumbuhan
Tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroorganisme di bumi yang saling
berintegrasi dengan lingkungan fisik di ekosistem merupakan landasan bagi
pembangunan yang berkelanjutan. Sumber biota yang kaya ini mampu
mendukung kehidupan dan aspirasi manusia, dan memungkinkan manusia
beradaptasi dengan perubahan akan kebutuhan dan lingkungan. Hilangnya
keanekaragaman hayati secara terus-menerus merupakan ukuran adanya
ketimpangan antara kebutuhan dan keinginan manusia dan daya dukung alam.
Laju berkurangnya keanekaragaman hayati pada masa kini, diperkirakansama cepatnya dengan pada masa kepunahan dinosaurus, yaitu sekitar 65 juta
tahun yang lalu. Tingkat kepunahan yang paling parah diperkirakan terdapat di
hutan tropis, sekitar 10 juta spesies yang hidup dibumi berdasarkan perkiraan
terbaik antara 50% hingga 90% dari jumlah tersebut diperkirakan berada di hutan
tropis. Dengan kecepatan pembuakaan hutan yang ada, maka antara 5% sampai
10% jenis hutan tropis mungkin akan punah dalam waktu 30 tahun mendatang.
Hal ini juga berarti kita akan mengalami kehilangan spesies tumbuhan tropis yang
beragam jenisnya dan mempunyai aneka keunikan dan kegunaan bagi manusia
(UNEP 1995)
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 38/172
15
tersebut meliputi hilangnya dan terkotak-kotaknya habitat akibat fragmentasi
habitat, invasi jenis baru yang diintroduksi, pemanfaatan sumber daya hayati yang
berlebihan apalagi tanpa diikuti tindakan budidaya, polusi, perubahan iklim
global, serta industri pertanian dan kehutanan. Pemiskinan biota tersebut hampir
merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari sebagai akibat cara manusia
menggunakan dan menyalahgunakan lingkungan dalam usahanya untuk menjadi
spesies yang dominan.
Penyebab utama hilangnya dan punahnya spesies-spesies tumbuhan yang
ada berasal dari populasi manusia yang berkembang dengan cepat, dari cara
manusia yang dengan cepat memperluas wilayah ekologisnya dan memanfaatkan
sumber daya hayati dari bumi yang lebih banyak lagi. Konsumsi sumber daya
alam yang berlebihan tanpa berusaha memperbaharuinya, pengurangan yang
terus-menerus terhadap jenis pertanian dan perikanan komersil, sistem ekonomi
yang gagal dalam meletakkan nilai yang tidak tepat bagi lingkungan, lemahnya
sistem hukum maupun institusional.
Menurut UNEP (1995), penyebab utama kepunahan keanakaragaman hayati
yang juga penyebab kepunahan di tingkat spesies tumbuhan antara lain adalah :
(1). Adanya peningkatan laju populasi manusia dan konsumsi sumber daya alam
yang tidak berkelanjutan. Bersamaan dengan meningkatnya populasi
manusia yang memiliki laju dan besarnya pertumbuhan yang cukup tinggi,
dan berkembangnya teknologi baru, maka penggunaan sumber daya alam
oleh umat manusia akan turut meningkat. Penggunaan sumber daya alam
secara berlebihan termasuk terhadap spesies tumbuhan, tanpa didukung oleh
upaya pengembangan spesies tumbuhan tersebut maka akan menyebabkan
kepunahan bagi spesies tumbuhan tersebut.
(2). Penyempitan spektrum produk yang diperdagangkan dalam bidang pertanian,
kehutanan, dan perikanan. Pertukarangan ekonomi global yang berdasarkan
prinsip persaingan dan spesialisasi telah meningkatkan keseragaman dan
16
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 39/172
16
benih dan jenis lain yang berevolusi selama berabad-abad dalam sistem
pertanian tradisional ikut musnah, kehadiran mereka diganti oleh pupuk,
pestisida, dan varietas lain yang dapat menghasilkan panen yang baik demi
peningkatan produksi, keuntungan jangka pendek akan didapatkan.
Penyempitan spektrum pada produk pertanian tersebut salah satunya
merupakan penyebab berkurangnya keanekaragaman spesies tumbuhan
yang lama kelamaan dapat menyebabkan terjadinya kepunahan ditingkat
spesies tumbuhan.
(3). Sistem kebijakan ekonomi yang gagal dalam memberi penghargaan kepada
lingkungan dan sumber dayanya. Perubahan yang dilakukan terhadap sistem
alam, seperti perubahan hutan dan rawa menjadi lahan pertanian dan
peternakan secara biologis dan ekonomis seringkali tidak efisien, karena
sering tidak mempertimbangkan apakah tindakan tersebut akan merusak
atau tidak, dan sebagian lainnya karena habiatat alami umumnya tidak
dihargai secara ekonomis.
(4). Kurangnya pengetahuan dan penerapannya. Ketidaktahuan ini terjadi akibat
erosi kebudayaan tradisional yang mempunyai pemahaman tersendiri
mengenai alam, bahkan walaupun pengetahuan itu ada seringkali tidak
mengalir secara efisien kepada pengambil keputusan, sehinggamenyebabkan gagalnya pengembangan kebijakan yang mencerminkan nilai
ilmiah, ekonomis dan sosial.
(5). Sistem hukum dan kelembagaan yang mendorong eksploitasi
Kriteria keterancaman (kelangkaan) spesies dilihat berdasarkan kategori
keterancaman biota (IUCN 1994) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kategori keterancaman populasi biota
Kriteria Kritis Genting Rawan
Penurunan tajam > 80% selama 10
tahun/3 generasi
> 50% selama 10
tahun/ 3 generasi
> 20% selama 10
tahun/ 3 generasi
17
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 40/172
17
Tabel 1 Lanjutan
Kriteria Kritis Genting RawanPopulasi kecil < 250 individu
dewasa
< 2500 individu
dewasa
< 10.000 individu
dewasa
Populasi sangat
kecil
< 50 individu
dewasa
< 250 individu
dewasa
< 10.000 individu
dewasa <100 km2/
<5 lokasi
Kemungkinan
punah
Peluang punah >
50% selama 5
tahun
Peluang punah >
20% selama 20
tahun
Peluang punah >
10% selama 100
tahun
Sumber : IUCN (1994)
2. Strategi Konservasi Tumbuhan
Melakukan konservasi tumbuhan tentunya merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan konservasi sumber daya alam hayati secara
keseluruhan. Konservasi sumber daya alam hayati adalah sebagai upaya
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa
memperhitungkan kelangsungan persediannya dengan tetap memelihara serta
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuan dilakukannya
konservasi tersebut adalah untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber
daya alam dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu kehidupan manusia(Dephut 1990).
Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, maka strategi yang digunakan untuk mewujudkan
tujuan konservasi adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya dan
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
a. Perlindungan system penyangga kehidupan.
Dalam melakukan cara pemanfaatan wilayah perlindungan dan system
penyangga hendaknya senantiasa memperhatikan kelangsungan dan fungsi
18
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 41/172
18
Kegiatan pengawetan dapat dilakukan melalui dua macam kegiatan yaitu
melalui konservasi secara insitu dan konservasi eksitu. Secara Insitu berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa Liar, maka pengelolaan di dalam habitatnya dapat dilakukan dalam
bentuk identifikasi, inventarisasi, pemantauan habitat dan populasinya,
penyelamatan jenis, pengkajian, penelitian dan pengembangan (Dephutbun
1999a). Konservasi eksitu merupakan upaya pengawetan jenis di luar kawasan
yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakan jenis tumbuhan dansatwa liar. Tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan tersebut misalnya di
kebun binatang, kebun raya, arboretum, dan taman safari. Dan kegiatan
konservasi eksitu dilakukan untuk menghindari adanya kepunahan suatu jenis.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar habitatnya dapat
dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan, pengkajian,
penelitian,pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis tumbuhan dan
satwa liar.
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Dalam pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam
hendaknya senantiasa tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan, dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar harus selalu memperhatikan kelangsungan potensi,
daya dukung, keanekaragaman jenis tumbuhan, dan satwa liar tersebut.
Pemanfaatannya dapat dilakukan dalam bentuk pengkajian, penelitian dan
pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran,
budidaya tanaman dan obat-obatan, dan pemeliharaan untuk kesenangan
(Dephutbun 1999b).
Menurut Willson (1992), ada tiga unsur pokok yang dapat dilakukan sebagai
strategi pelestarian keanekaragaman hayati termasuk di dalamnya strategi untuk
melakukan konservasi terhadap tumbuhan adalah menyelamatkan
19
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 42/172
19
tumbuhan misalnya, dan memanfatkan pengetahuan tersebut untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan.
Strategi konservasi sumber daya alam di era pelaksanaan otonomi daerah
saat ini, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat yang berada di sekitar
kawasan dengan membina perilaku produktif yang berwawasan lingkungan, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber daya alam tersebut,
hal tersebut dapat dilakukan dengan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan
(Sudarmadji 2002).
3. Permasalahan Konservasi Tumbuhan
Hingga saat ini, spesies tumbuhan hutan tropika banyak memberikan
kontribusi terhadap kebutuhan manusia salah satunya terhadap kesehatan.
Sebagian besar bahan baku tumbuhan untuk keperluan tersebut merupakan hasil
panenan dari alam, di lain pihak kebutuhan akan bahan baku tersebut terus-
menerus meningkat. Apabila upaya pelestarian tidak dilakukan, dikhawatirkan
akan terjadi kekurangan suplai bahan baku dan bahkan yang lebih parah adalah
akan terjadi pemanenan berlebihan yang berakibat pada kepunahan spesies
tumbuhan tertentu.
Penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran, bioekologi dan
teknik penangkaran tumbuhan secara umum dan tumbuhan obat khususnya masih
sangat terbatas. Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal tersebut
sangat diperlukan guna mendasari upaya pelestarian pemanfaatan dan
pengembangan usaha pemanfaatan tumbuhan obat khususnya melalui budidaya
jenis. Keadaan ini menunjukkan bahwa peran lembaga ilmiah sangat diperlukan
dan perlu ditingkatkan. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai
keperluan manusia perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara insitu
maupun eksitu, agar tidak terjadi penurunan populasi dan keanekaragamannya
(Zuhud & Haryanto 1991).
20
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 43/172
20
tumbuhan liar yang hidup di alam. Permasalah berikutnya, bahwa bududaya untuk
jenis-jenis tersebut sebagian besar juga belum diketahui tekniknya dan belum
dilakukan budidaya, serta masih dipungut dari alam. Apabila laju pemungutan
langsung dari alam lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan
populasinya, maka akan kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan tersbeut
tidak dapat dielakkan.
Permasalahan dalam konservasi tumbuhan secara umum, dan tumbuhan
obat khususnya adalah masalah budidaya tumbuhannya. Hingga saat ini belummenggairahkan petani, disebabkan kurangnya informasi dan publikasi hasil
penelitian mengenai teknik budidaya serta belum adanya sistem pemasaran hasil
yang mantap. Selain itu penelitian sebagai upaya memperoleh data dasar yang
diperlukan bagi pelestarian pemanfaatan tumbuhan potensial mulai dari penelitian
bioekologi hingga teknik budidayanya dan eksplorasi bahan aktif yang berguna
belum dilakukan secara intensif. Salah satu perusahaan farmasi menyatakan
bahwa penapisan (screening) tumbuhan potensial untuk memperoleh senyawa
yang berguna sangat mahal dan laju keberhasilannya rendah. Untuk mengatasi hal
tersebut maka kegiatan harus dipusatkan dan pada umumnya screening tumbuhan
potensial banyak dilakukan di luar negeri walaupun bahan tumbuhannya berasal
dari Indonesia (Zuhud & Haryanto 1991).Keadaan yang dikemukakan di atas lebih memberikan gambaran mengenai
belum terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan antara masyarakat petani
dengan perusahaan asing yang memegang monopoli harga bahan baku dan
produknya. Selain itu budidaya tumbuhan obat dalam skala ekonomi belum
menjadi bagian kebudayaan dan kelembagaan para petani, khususnya di
Indonesia.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 44/172
III. KEADAAN UMUM LOKASI KAJIAN
A. Sejarah Kabupaten Sintang
Daerah Sintang pada tahun 1936 pernah berada dalam kekuasaan
pemerintahan Belanda, merupakan lanschop di bawah naungan pemerintahan
Gouverment . Daerah lanschop ini terbagi menjadi 4 (empat) onderrafdeling yang
dipimpin oleh seorang controleur atau gesagkekber , yaitu :
(1). Onderafdeling Sintang, berkedudukan di Sintang.
(2). Onderafdeling Melawi, berkedudukan di Nanga Pinoh.
(3). Onderafdeling Semitau, berkedudukan di Semitau.
(4). Onderafdeling Boeven Kapuas, berkedudukan di Putussibau.
Sedangkan daerah kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan
(Jubair I) dijadikan daerah swapraja Sintang dan kerajaan Tanah Pinoh dijadikanneo swapraja Tanah Pinoh. Pemerintahan Lanschop ini berakhir pada tahun 1942
dan kemudian tampuk pemerintahan di ambil alih oleh pemerintahan Jepang.
Pada masa pemerintahan Jepang, struktur pemerintahan yang berlaku tidak
mengalami perubahan hanya sebutan wilayah kepala pemerintahan yang
disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah ketika itu. Kepala negara
disebut Kenkarikan (semacam bupati), sedangkan wakilnya disebut Bunkenkari-
kan,. disetiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah).
Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak
Indonesia, kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti
dengan Kabupaten Sintang, onderafdeling diganti dengan kewedanan, distric
diganti dengan kecamatan. Untuk menetralisir pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953,UU No. 25 Tahun 1956 dan UU No. 4 Tahun 1956 tentang pembentukan DPRD
dan DPR Peralihan, maka pada tanggal 27 Oktober 1956 dilaksanakan pelantikan
keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang.
22
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 45/172
Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Sintang No. 14 Tahun 2000
pemerintah Kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan kecamatan.
Kemudian setelah adanya UU No. 43 Tahun 2003 (pemekaran wilayah kabupaten)
tentang pembentukan Kabupaten Melawi, sehingga Kabupaten Sintang menjadi
14 pemerintahan kecamatan, 6 kelurahan, 183 desa dan 638 dusun (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sintang 2006) .
B. Letak dan Luas
1. Letak
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sintang,
Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Propinsi Kalimantan Barat atau
diantara 1°05’ LU serta 0°46’ LS dan 110°50’ - 113°20’ BT, dilalui oleh garis
khatulistiwa. Informasi tentang posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten
Sintang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang
Nama Kecamatan Letak Astronomis
Garis Lintang Garis Bujur
Serawai 0°02’ LS-0°44’ LS 112°20’ - 112°51’ BTAmbalau 0°16’ LU-0°46’ LS 112°30’ - 113°20’ BT
Kayan Hulu 0°08’ LU-0°29’ LS 111°57’ - 113°30’ BTSepauk 0°14’ LU-0°31’ LS 110°52’ - 111°22’ BT
Tempunak 0°09’ LU-0°26’ LS 111°14’ - 111°24’ BTDedai 0°44’ LU-0°14’ LS 111°30’ - 111°39’ BT
Kayan Hilir 0°11’ LU-0°14’ LS 111°36’ - 112°15’ BT
Sintang 0°09’ LU-0°02’ LS 111°21’ - 111°36’ BTSei Tebelian 0°04’ LU-0°22’ LS 111°22’ - 111°36’ BT
Kelam Permai 0°02’ LU-0°20’ LU 111°33’ - 111°56’ BT
Binjai Hulu 0°06’ LU-0°18’ LU 111°20’ - 111°35’ BT
Ketungau Hilir 0°13’ LU-0°37’ LU 111°13’ - 111°44’ BT
Ketungau Tengah 0°26’ LU-1°02’ LU 111°12’ - 111°44’ BTKetungau Hulu 0°41’ LU-1°05’ LS 110°50’ - 111°20’ BT
Letak Keseluruhan 1°05’ LU-0°46’ LS 110°50’ - 113°20’ BT
Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)
Secara administratif pemerintahan Kabupaten Sintang termasuk dalam
23
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 46/172
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kalimantan Tengah
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Sanggau dan Sekadau.
Jarak ibukota Kabupaten Sintang dengan ibukota Propinsi Kalimantan
Barat mencapai 395 km atau jarak tempuh melalui jalan darat mencapai ± 9 jam,
dan melalui Kabupaten Sanggau dan Sekadau. Kabupaten Sintang dengan luas
21.638 km2 merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah ketiga terbesar
setelah Kabupaten Ketapang dan Kapuas Hulu.
2. Luas
Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah
perbukitan dengan luas sektar 13.573,75 km2 atau 62,74% dari luas Kabupaten
Sintang (21.635 km2). Kabupaten Sintang merupakan kabupaten terbesar ketiga
setelah Kabupaten Kapuas Hulu dan Ketapang.
Kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah Kecamatan Ambalaudengan luas 6.386,40 km
2dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sintang
dengan luas wilayahnya sebesar 277,05 km2. Namun, Kecamatan Sintang
merupakan ibokota Kabupatan dan pusat kegiatan pemerintahan daerah kabupaten
berlangsung. Data tentang luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang
secara rinci disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang
Nama
Kecamatan
Luas area
(km2)
Persentase terhadap
luas kabupaten (%)
Serawai 2.127,50 9,83
Ambalau 6.386,40 29,52Kayan Hulu 937,50 4,33
Sepauk 1.825,70 8,44
Tempunak 1.027,00 4,75
Dedai 694,10 3,21Kayan Hilir 1.136,70 5,25
Sintang 277,05 1,28Sei Tebelian 526,50 2,43
Kelam Permai 523,80 2,42
Binjai Hulu 307,65 1,42K Hili 1 544 50 7 14
24
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 47/172
Selain itu Kabupaten Sintang menempati posisi strategis baik dalam
konteks nasional, regional dan internasional. Kabupaten Sintang berbatasan
langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) serta berlanjut ke Brunei
Darussalam. Kawasan ini akan menjadi gerbang keluar masuk barang dan orang
(outlet ) dari dan ke Sarawak maupun Brunei Darussalam melalui jalan darat.
C. Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 22.392 km
2 atau sekitar 69,37 persen dari luas
Kabupaten Sintang (32.279 km2). Berdasarkan topografinya, wilayah datar di
Kabupaten Sintang seluas 806.125 ha dan wilayah bukit dan gunung seluas
1.357.375 ha. Wilayah datar terluas terdapat di Kecamatan Ketungau Hilir seluas
127.954 ha, sedangkan wilayah bukit dan gunung terdapat di Kecamatan ambalau
seluas 638.640 ha, hal tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut
topografinya
Nama Kecamatan Luas Area(ha)
Wilayah datar (ha) Wilayah bukit dangunung (ha)
Serawai 212.750 - 212.750
Ambalau 638.640 - 638.640Kayan Hulu 93.750 29.573 64.177
Sepauk 182.570 71.936 110.634
Tempunak 102.700 58.632 44.068Dedai 69.410 57.792 11.618
Kayan Hilir 113.670 88.838 24.832
Sintang 27.705 27.705 -Sei Tebelian 52.650 49.850 2.800
Kelam Permai 52.380 49.780 2.600
Binjai Hulu 30.765 30.021 744
Ketungau Hilir 154.450 127.954 26.496Ketungau Tengah 218.240 121.116 97.124
Ketungau Hulu 213.820 92.928 120.892
Luas Keseluruhan 2.163.500 806.125 1.357.375
Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)
25
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 48/172
Ketungau, sedangkan Sungai Melawi melewati kota Sintang, Dedai, sampai
Ambalau dan menuju ke Propinsi Kalimantan Timur.
Di akibatkan sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan, Kabupaten
Sintang memiliki sekitar 19 air terjun yang tersebar di 5 (lima) lokasi kecamatan.
Air terjun tertinggi berada di Kecamatan Ambalau yaitu : Air Terjun Nokam
Langit (200 m), Air Terjun Nokam Nayan (180 m), dan Air Terjun Nokam
Jengonai (170 m).
E. Iklim
1. Tipe Iklim
Kabupaten Sintang cukup dikenal sebagai daerah penghujan dengan
intensitas tinggi. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di
Kabupaten Sintang tergolong iklim A, yaitu daerah yang bercurah hujan tinggi
(Iklim basah), dengan bulan basah antara 7-9 bulan, sedangkan bulan kering 2-3
bulan.
2. Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan
Berdasarkan data BPS Kabupaten Sintang (2006), Kabupaten Sintang
merupakan daerah Khatulistiwa dengan intensitas curah hujan cukup tinggi. Hal
ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan yaitu
sebesar 62,74 %. Sepanjang tahun 2005 jumlah curah hujan 3297,36 mm atau
rata-rata 274,78 mm/bulan. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi terutama
dipengaruhi oleh keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban
udara yang cukup tinggi.
Rata-rata bulanan curah hujan tertinggi tahun 2005 terjadi pada bulan
Oktober mencapai 414,9 mm dengan hari hujan sebanyak 26 hari, sedangkan rata-
rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu hanya mencapai 110,3
mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan intensitas hujan yang tinggi
26
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 49/172
knots /jam sampai dengan 3 knots/jam. Selain itu, penyinaran matahari di
Kabupaten Sintang berkisar antara 42,0 s/d 71,0 % atau rata-rata 53,9 % (BPS
Kabupaten Sintang, 2006).
3. Temperatur
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang (2006),
temperatur rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang selama lima tahun dari tahun
2000-2004 adalah 26,89oC, di mana rata-rata temperatur udara terendah sebesar
22,45oC dan temperatur udara tertinggi sebesar 35,7
oC. Data temperatur
maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5 Temperatur maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di Kabupaten
Sintang tahun 2000-2004.
TemperaturTahun
Maksimum (oC) Minimum (oC) Rata-rata (oC)
2000 32,10 22,45 26,55
2001 33,45 21,70 26,55
2002 32,60 22,70 27,652003 32,30 22,70 26,90
2004 32,50 22,70 26,80
Rata-rata 32,59 22,45 26,89
Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2005)
4. Kelembaban Relatif
Kelembabab relatif rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang selama tahun
2004 berkisar antara 82-90%, dengan kelembabab relatif rata-rata tahunan sebesar
86,9% (BPS Kabupaten Sintang 2006).
F. Tanah
Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri
dari tanah latosol meliputi areal seluas 1.016.606 hektar atau sekitar 46,99 % dari
27
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 50/172
Kecamatan Sepauk seluas 158.506 ha, dan tanah latosol di Kecamatan Ambalau
seluas 541.130 ha, seperti tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis tanah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang
Luas areal per jenis tanah (ha) Nama Kecamatan
Organosol Alluvial Podsolik Latosol
Serawai - - - 212.750
Ambalau - - 97.510 541.130
Kayan Hulu - - 22.500 71.250
Sepauk 24.064 - 158.506 -Tempunak 2.304 - 100.390 -
Dedai - - 69.410 -
Kayan Hilir - - 100.870 12.800Sintang - 27.705 - -
Sei Tebelian - 12.748 37.552 2.350
Kelam Permai - 37.780 12.925 1.675
Binjai Hulu - 20.071 10.367 327Ketungau Hilir 17.920 67.072 69.458 -
Ketungau Tengah 768 8.448 125.312 83.712Ketungau Hulu - - 123.208 90.612
Luas Keseluruhan 45.056 173.824 928.014 1.016.606
Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)
G. Keadaan Hutan
Kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Sintang adalah kawasan hutan
hujan tropis yang terdiri dari kawasan hutan rawa gambut, hutan dataran rendah
hingga pegunungan. Vegetasi Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (sebagianwilayahnya juga termasuk wilayah administrasi Kabupaten Sintang), Taman
Wisata Alam Bukit Kelam, dan TWA Hutan Baning didominasi oleh jenis-jenis
dari famili Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp), keruing ( Dipterocarpus
spp), dan kapur ( Dryobalanops sp), dan jenis-jenis lainnya penghasil buah-buahan
yang merupakan sumber makanan bagi banyak satwa, diantaranya jenis durian
( Durio carinatus), rambutan hutan ( Nephellium sp), pluntan ( Arthocarpus sp), dan
berbagai jenis ara (Ficus spp), serta banyak pula jenis-jenis unik dan berharga
lainnya baik dari jenis palem, berbagai jenis anggrek, kantong semar ( Nephenthes
) t b b b b d b b i j i li ik d b f t
28
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 51/172
lainnya seperti beruang madu, rusa, babi hutan dan beragam jenis burung, dan
salah satunya yang cukup menonjol yaitu jenis rangkong.
Sintang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang memiliki
hutan yang cukup luas, yaitu berdasarkan rencana Tata Ruang Wilayah pada tahun
2005, maka luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang adalah seluas 3.227.900
Ha. Dimana pemanfaatan terbesar adalah untuk hutan produksi terbatas yaitu
31,15 %, yang lainnya untuk pertanian lahan kering sebesar 30,69 %, untuk hutan
lindung 21,30 % dan sisanya adalah untuk hutan produksi biasa, taman nasionaldan hutan produksi yang dapat dikonversi (BPS Kabupaten Sintang, 2006). Luas
kawasan hutan di Kabupaten Sintang dapat disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang tahun 2005
Jenis Hutan Luas Kawasan (Ha) Proporsi lahan (%)
Hutan PPA/Taman Nasional 119.948,4 3,72
Hutan Lindung 687.718,9 21,31Hutan Produksi Terbatas 1.005.593,6 31,15
Hutan produksi Biasa 419.264,4 12,99Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi 4.680,6 0,14
Pertanian Lahan kering 990.694,1 30,69
Luas total 3.227.900,0 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)
H. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat
1. Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data BPS Kabupaten Sintang (2006), jumlah proyeksi tahun
2005, penduduk Kabupaten Sintang berjumlah 341.146 jiwa atau rata-rata jumlah
penduduk per desa sebanyak 1.805 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya rata-rata jumlah perduduk per desa mengalami penurunan sebanyak 8
orang. Penurunan ini terjadi disebabkan hasil perhitungan penduduk telah
i hk K b t M l i b k b
29
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 52/172
Binjai Hulu yakni sebanyak 10.832 jiwa. Data penduduk Kabupaten Sintang
tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut jenis
kelaminnya tahun 2005
Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan TotalKecamatan
(orang) (orang) (orang)
Serawai 11.026 10.551 21.577Ambalau 7.389 6.937 14.326
Kayan Hulu 11.149 10.918 22.067Sepauk 21.926 20.347 42.273Tempunak 12.748 11.677 24.425
Sei Tebelian 13.604 12.878 26.482
Sintang 26.583 25.693 52.276Dedai 12.900 12.302 25.202
Kayan Hilir 11.983 11.420 23.403
Kelam Permai 7.298 7.028 14.326Binjai Hulu 5.562 5.270 10.832
Ketungau Hilir 9.984 9.425 19.409
Ketungau Tengah 13.399 12.610 26.009Ketungau Hulu 9.481 9.058 18.539
175.032 166.114 341.146
Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)
Berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk di Kabupaten Sintang
pada tahun 2005 yang berusia belum produktif (umur < 15 tahun) sebanyak
119.833 orang, kelompok produktif (15-54 tahun) sebanyak 200.309 orang, dankelompok tidak produktif (umur >54 tahun) sebanyak 21.006 orang.
b. Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kabupaten Sintang pada tahun 2005 adalah 16
jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Sintang sebesar 189
jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan
Ambalau, yaitu dengan kepadatan penduduk sebesar 2 jiwa/km2. Secara umum
Kabupaten Sintang dikatakan mempunyai penduduk dengan kepadatan yang
masih jarang Laju pertambahan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan
30
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 53/172
Tabel 9 Kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan di
Kabupaten Sintang tahun 2005
Kepadatan PendudukKecamatan LuasWilayah
Desa JumlahPenduduk Per km2 Per Desa
Serawai 2.127,50 15 21.577 10 1.438
Ambalau 6.386,40 9 14.326 2 1.592
Kayan Hulu 937,50 14 22.067 24 1.576Sepauk 1.825,70 22 42.273 23 1.922
Tempunak 1.027,00 18 24.425 24 1.357
Sei Tebelian 526,50 19 26.482 50 1.394Sintang 277,05 10 52.276 189 5.140
Dedai 694,10 16 25.202 36 1.575
Kayan Hilir 1.136,70 13 23.403 21 1.800
Kelam Permai 523,80 10 14.326 27 1.433Binjai Hulu 307,65 8 10.832 35 1.354
Ketungau Hilir 1.544,50 13 19.409 13 1.493
Ketungau Tengah 2.182,40 13 26.009 12 2.001Ketungau Hulu 2.138,20 9 18.539 9 2.060
21.635,00 189 341.146 16 1.805
Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)
2. Pendidikan
Secara umum jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Sintang cukup
memadai, karena telah terdapat fasilitas ruang pendidikan dari tingkat taman
kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi. Namun demikian, pemanfaatan dan
peningkatan mutu pendidikan masih memerlukan banyak peningkatan, misalnya
saja perbandingan antara jumlah sekolah dengan tenaga pengajar, masih tergolong
rendah, jika dilihat bahwa rata-rata satu sekolah dasar hanya mempunyai 7 guru.
Secara umum keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan rasio antara jumlah
unit, jumlah murid dan jumlah guru yang terdapat di Kabupaten Sintang disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10 Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sintang tahun 2005
Jumlah Rasio Rata-rataJenjang
Murid Unit Guru Guru:Murid Unit:Murid Unit:Guru
TK 1.872 50 163 1:11 1:37 1:3
SD 51 604 364 2 596 1:20 1:142 1:7
31
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 54/172
jenjang SLTP 17,51%, SLTA 9,98%, dan terendah pada jenjang pendidkan
Taman Kanak-kanak (2,54%).
3. Kesehatan
a. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan saat ini di arahkan pada penyediaan
berbagai sarana dan prasarana yang meliputi bangunan fisik (rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan dan poliklinik) serta pengadaan tenaga kesehatanyang terampil. Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Sintang secara umum
cukup memadai. Begitu pula halnya dengan tenaga medis yang ada di setiap
kecamatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang
(2006), fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Sintang berjumlah 202 unit
yang terdiri dari 2 rumah sakit, 7 balai pengobatan, 16 puskesmas (7 dengan rawat
inap dan 10 tanpa rawat inap). Fasilitas kesehatan lainnya yang tersedia adalah
poliklinik desa yang berjumlah 177 unit.
Dengan keberadaan fasilitas kesehatan tersebut, diharapkan tingkat
kesehatan masyarakat semakin membaik. Tenaga medis di Kabupaten Sintang
terdiri dari 24 orang dokter umum, dokter gigi (5 orang), dokter spesialis (5
orang), semuanya berjumlah 34 orang. Selain itu terdapat pula tenaga kesehatanlainya yaitu Bidan (66 orang), perawat (247 orang) tenaga farmasi (11 orang),
tenaga gizi (16 orang), dan tenaga teknisi medis berjumlah 30 orang.
b. Jenis-jenis Penyakit yang Diderita oleh Masyarakat di Kabupaten Sintang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang (2006), jumlah
pasien yang masuk ke RSUD Sintang pada tahun 2005 sebanyak 4.204,
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 3,22%. Jika dilihat dari
banyaknya kunjungan penderita berdasarkan jenis penyakit, kasus penyakit yang
sering dijumpai di rumah sakit adalah malaria sebanyak 558 kasus di Puskesmas
32
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 55/172
4. Jenis Penggunaan Lahan
Berdasarkan data yang tersedia, menunjukkan bahwa jenis penggunaan
lahan dapat dikelompokkan ke dalam 12 macam penggunaan, yaitu pekarangan,
tegal.kebun, ladang/huma, penggembalaan/padang rumput, sementara tidak di
usahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan, rawa, tambak, kolam/empang
dan lain-lain. Dari kesemua tersebut, hutan dan perkebunan masih mendominasi
penggunaan lahan di Kabupaten Sintang.
5. Keadaan Perekonomian
Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup dominan dalam memberikan
kontribusi perekonomian di desa/kecamatan di sekitar wilayah Kabupaten
Sintang. Hasil pembangunan di sektor pertanian terutama tanaman pangan,
manfaatnya sudah dirasakan oleh sebagian besar penduduk di Kalimantan Barat
khususnya di Kabupaten Sintang. Untuk itu produksi pangan baik beras maupun
non beras perlu ditingkatkan guna lebih memantapkan swasembada pangan.
Disamping itu juga ditujukan untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat melalui
penganekaragaman jenis makanan. Luas lahan produksi padi di Kabupaten
Sintang pada tahun 2004 seluas 25.754 Ha, dengan jumlah produksi 56.697 ton,
yang terdiri dari 34.235 ton (padi sawah) dan 22.462 ton (padi ladang). Jika
dibandingkan dengan luas dan produksi panen pada tahun 2003, pada tahun 2004
mengalami penurunan, dimana pada tahun 2003 luas panen 29.304 Ha, dengan
produksi padi sebanyak 62.895 ton. Hal ini menyebabkan hasil produksi subsektor
tanaman pangan khususnya padi sawah dan ladang di Kabupaten Sintang pada
tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 9,85%.
I. Deskripsi Lokasi Pengamatan
a. Hutan Adat I
Hutan adat I terletak di Dusun Sirang Desa Sirang Setambang Kecamatan
33
d I b b k d b k k d k i
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 56/172
adat I tersebut banyak terdapat tempat terbuka karena adanya kegiatan
penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat, atau biasa disebut PETI
(Penambangan Emas Tanpa Ijin).
Berdasarkan informasi awal dari masyarakat Dusun Sirang, hutan adat
Sirang merupakan salah satu hutan sebagai tempat tumbuhnya sengkubak (P.
cauliflora). Hutan adat Sirang termasuk wilayah berhutan yang masih dijaga
masyarakat sekitar Dusun Sirang sebagai hutan adat yang dikeramatkan. Hal ini
dikarenakan pada hutan adat Sirang selain masih terdapat beragam spesies
tumbuhan, juga merupakan hutan tempat bersemayamnya jasad nenek moyang
suku dayak puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Di dalam hutan adat tersebut
terdapat kuburan-kuburan tua yang merupakan peninggalan nenek moyang suku
Dayak Sekujang saat masih menganut animisme. Tidak jauh dari dusun ini
terdapat Bukit Kujau yang cukup elok dipandang. Penduduk di sekitar Dusun
Sirang berjumlah 312 kepala keluarga yaitu sebesar ± 980 jiwa. Mayoritas
masyarakat yang mendiami dusun tersebut adalah etnis Dayak Sekujang. Agama
mayoritas adalah katolik dan protestan.
b. Hutan Karet Alam Campuran
Hutan karet alam campuran (mixed rubber plantation) I dan II terletak di
wilayah Dusun Suak Desa Manis Raya Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang
Kalimantar Barat. Hutan karet alam campuran II terletak pada ketinggian 202 feet
hingga 417 feet (61,61-127,185 m dpl). Hutan karet alam campuran I berada pada
ketinggian 86 ft hingga 402 ft (25,23 -122,61 m dpl). Hutan-hutan tersebut
merupakan hutan sekunder yang di dalamnya terdapat pohon karet yang disebut
sebagai karet alam yang dikelola dan pelihara setiap harinya oleh masyarakat
pemiliknya. Getahnya dikumpulkan (getahnya disebut kulat) setiap hari untuk
kemudian dijual setiap dua minggu pada tiap bulannya. Hasil penjualan kulat
tersebut digunakan petani karet untuk memenuhi kebutuhan kehidupan lainnya, di
34
b b ( i ) l l t b h ik l i ti k t
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 57/172
bumbu (spice), palem-paleman, tumbuhan unik lainnya seperti kantong semar
( Nephenthes sp.), beragam anggrek hutan, sarang semut dan lain sebagainya.
Dusun Suak Desa Manis Raya memiliki jumlah kepala keluarga yang
tergolong kecil yaitu sekitar 22 kepala keluarga atau sebesar 100 jiwa. Etnis dayak
yang terdapat di dusun tersebut adalah Dayak Siberuang dengan agama mayoritas
adalah katolik. Mata pencaharian penduduknya adalah petani (berladang). Hutan
karet alam campuran yang terdapat di Dusun Suak tersebut memiliki topografi
yang cukup bervariasi dari datar hingga curam (cukup berat untuk dilalui). Hutan-
hutan karet alam campuran yang menjadi lokasi pengamatan ini cukup terjaga
karena setiap harinya dipelihara oleh pemilik ladang. Menurut informasi warga
sengkubak masih dapat dijumpai di hutan-hutan tersebut.
c. Hutan Adat II
Hutan adat II (hutan Pungkun) terletak di Dusun Medang Desa Empaci
Kecamatan Dedai Sintang. Hutan tersebut berada pada ketinggian 80 feet hingga
434 feet (24,4– 132,37 m dpl). Topografi pada hutan Medang tergolong datar.
Hutan Pungkun merupakan hutan adat (hutan tembawang) yang cukup
dikeramatkan oleh warga sekitarnya. Menurut informasi, hutan ini dahulu
merupakan hutan tempat dilakukanya ”Ngayau” yaitu tempat orang-orang etnis
Dayak bertarung dengan memenggal kepala lawan.
Masyarakat sekitar cukup mematuhi adat istiadat yang berlaku terhadap
hutan adat ini. Hingga kini Hutan Pungkun Medang (hutan adat II) cukup terjaga
kelestariannya karena adanya aturan adat yang cukup keras yang melarang
masyarakat sekitarnya untuk membuka lahan hutannya untuk kepentingan apapun
termasuk berladang. Masyarakat sekitarnya juga mempercayai bila melanggar
aturan adat tersebut akan mendapat ”bala” dan panenan hasil dari ladang tidak
akan membawa keberkahan bagi pemiliknya.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 58/172
IIVV.. MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN
AA.. LLookkaassii ddaann WWaakkttuu PPeenneelliittiiaann
PPeenneelliittiiaann iinnii ddiillaak k ssaannaak k aann ddii K K eeccaammaattaann SSee p paauuk k ,, SSiinnttaanngg,, K K eellaamm PPeer r mmaaii
ddaann DDeeddaaii K K aa b buu p paatteenn SSiinnttaanngg K K aalliimmaannttaann BBaar r aatt.. LLook k aassii p peenneelliittiiaann mmeer r uu p paak k aann
llook k aassii yyaanngg ddaa p paatt mmeewwaak k iillii eettnniiss MMeellaayyuu ddaann DDaayyaak k .. LLaammaa p peenneelliittiiaann llee b biihh
k k uur r aanngg 33 b buullaann,, yyaaiittuu mmuullaaii b buullaann MMeeii – – JJuullii 22000077.. LLook k aassii p peenneelliittiiaann ddiissaa j jiik k aann
p paaddaa GGaamm b baar r 22..
GGaamm b baar r 22 LLook k aassii p peenneelliittiiaann eemm p paatt k k eeccaammaattaann ddii K K aa b buu p paatteenn SSiinnttaanngg
BB.. AAllaatt ddaann BBaahhaann PPeenneelliittiiaann
PPeer r aallaattaann ddaann b baahhaann yyaanngg ddiigguunnaak k aann ddaallaamm p peenneelliittiiaann iinnii tteer r ddiir r ii aattaass::
AMBALAU
SERAWAI
KAYANHULU
KAYANHILIR
SUNGAITEBELIAN
T E M P U N A K
S E P A U K
S I N T A N GDEDAI
KELAMPERMAI
KETUNGAUHULU
KETUNGAUTENGAH
KETUNGAUHILIR
#
#
#
#$
#
(
$
1°30' 1°30'
1°00' 1°00'
0°30' 0°30'
0°00' 0°00'
0°30' 0°30'
1°00' 1°00'
111°00'
111°00'
111°30'
111°30'
112°00'
112°00'
112°30'
112°30'
113°00'
113°00'
113°30'
113°30'
111
111
112
112
113
113
-1 -1
0 0
1 1
PETA LOKASI PENELITIANKABUPATEN SINTANG
PROP. KALIMANTAN BARAT
U
PETA KALIMANTAN
%SINTANG
% Kab. Sintang
LEGENDA:
#
$
Lokasi InventarisasiPycnarrhena cauliflora
Lokasi Responden
SKALA 1:14.500.000
400 0 400 800km
#
#
#
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 59/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 60/172
3388
PPeennyyeeddaapp rraassaa yyaannggAAnnccaammaann hhiillaannggnnyyaa TT ddiitii ll
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 61/172
PPootteennssii
sseennggk k uu b baak k
PPeennyyeeddaa p p r r aassaa yyaanngg
sseehhaatt
BBeer r p pootteennssii ttaannaammaann
oo b baatt BBeer r nniillaaii p peennttiinngg (( p peemmaannf f aaaattaann k k hhaass))
T T r r aad d iit t iioonnaall
K K nnoowwlleed d ggee
TTiinnggggiinnyyaa tteek k aannaann tteer r hhaaddaa p p hhuuttaann,, aall::
--k k oonnvveer r ssii llaahhaann hhuuttaann
--ddeef f oor r eessttaassii,, ddllll
BBeelluumm ddiillaak k uuk k aann b buuddiiddaayyaa
AAnnaalliissaa VVeeggeettaassii && AAnnaalliissaa k k uuaannttiittaattiif f
K K aa j jiiaann eettnnoo b boottaannii
sseennggk k uu b baak k
K K aa j jiiaann PPootteennssii sseennggk k uu b baak k
&& vveeggeettaassii llaaiinn p paaddaa hhaa b biittaattnnyyaa
WWaawwaannccaar r aa ddeennggaann mmaassyyaar r aak k aatt llook k aall
DDeessk k r r ii p pssii t t r r aad d iit t iioonnaall k k nnoowwlleed d ggee
(( p peennddook k uummeennttaassiiaann))
K K eer r aa p paattaannnnyyaa,, PPeennyyee b baar r aann,,
k k oonnddiissii vveeggeettaassii p paaddaa
hhaa b biittaattnnyaa,, aassoossiiaassiinnyaa,, ssttaattuuss
K K aar r aak k tteer r iissttiik k ddaann aass p peek k k k oonnsseer r vvaassii sseennggk k uu b baak k
PPeer r lluu uu p paayyaa k k oonnsseer r vvaassii//
p peelleessttaar r iiaann
DDook k uummeennttaassii p peennggeettaahhuuaann
p peenngggguunnaaaann sseennggk k uu b baak k
MMeemm p peellaa j jaar r ii k k oonnddiissii p poo p puullaassii sseennggk k uu b baak k ddii aallaamm
IImm p plliik k aassii K K oonnsseer r vvaassii sseennggk k uu b baak k
p peemmaannf f aaaattaann,, p peer r lliinndduunnggaann ddaann p peennggaawweettaann sseennggk k uu b baak k [[PP y yccnnaar r r r hheennaa ccaauullii f f lloor r aa ((MMiieer r ss..)) DDiieellss..]]
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 62/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 63/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 64/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 65/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 66/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 67/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 68/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 69/172
4477
N Niillaaii hhaar r aa p paann uunnttuuk k sseell aa,, sseell b b,, cc ddaann dd aaddaallaahh
EE((aa)) = ((aa++bb))((aa++cc))//NN
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 70/172
EE((aa)) == ((aa++ b b))((aa++cc))// N N
EE(( b b)) == ((aa++ b b))(( b b++dd))// N N
EE((cc)) == ((cc++dd))((aa++cc))// N N
EE((cc)) == ((cc++dd))(( b b++dd))// N N
K K r r iitteer r iiaa uu j jii ddiillaak k uuk k aann ddeennggaann p peer r ssaammaaaann ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt ::
( )2
12
E
E On
i
∑=
−
= χ
K K eetteer r aannggaann ::
OO == FFr r eek k uueennssii hhaassiill p peennggaammaattaann
EE == FFr r eek k uueennssii HHaar r aa p paann
ddf f == ddeer r aa j jaatt b bee b baass yyaaiittuu ((r r --11))((cc--11)),, αα == 00,,0055 ((ttiinnggk k aatt ssiiggnniif f iik k aannssii 55 %%))..
JJiik k aa 2
χ hhiittuunngg >> 2
χ ttaa b beell,, mmaak k aa hhii p pootteessiiss b baahhwwaa tteer r ddaa p paatt aassoossiiaassii aannttaar r aa ss p peessiieess
AA ddaann BB ddiitteer r iimmaa..
TTeer r ddaa p paatt dduuaa ttii p pee aassoossiiaassii,, yyaaiittuu ::
((11)) PPoossiittiif f ,, j jiik k aa nniillaaii oo b bsseer r vvaassii aa>>EE((aa)),, k k eedduuaa ss p peessiieess llee b biihh sseer r iinngg tteer r ddaa p paatt
b beer r ssaammaa--ssaammaa ddaar r ii p paaddaa sseennddiir r ii--sseennddiir r ii (( b bee b baass ssaattuu ssaammaa llaaiinn))..
((22)) N Neeggaattiif f ,, j jiik k aa nniillaaii oo b bsseer r vvaassii aa<<EE((aa)),, k k eedduuaa ss p peessiieess llee b biihh sseer r iinngg tteer r ddaa p paatt
sseennddiir r ii--sseennddiir r ii,, ddaar r ii p paaddaa b beer r ssaammaa--ssaammaa..
SSeellaann j juuttnnyyaa ttiinnggk k aatt aassoossiiaassiinnyyaa ddaa p paatt ddiiuuk k uur r ddeennggaann mmeenngggguunnaak k aann iinnddeek k ss
DDiiccee ddaann IInnddeek k ss JJaaccccaar r dd ((LLuuddwwiigg && R R eeyynnoolldd 11998888))..
cba
a DI
++=2
cba
a JI
++=
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 71/172
4499
d d aallaamm MMaagguur r r r aann ((11998888)).. IInnddeek k ss k k eek k aayyaaaann MMaar r ggaalleef f ddiihhiittuunngg ddeennggaann
mmeenngggguunnaakkaann ppeerrssaammaaaann sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 72/172
mmeenngggguunnaak k aann p peer r ssaammaaaann ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt::
DDmmgg == N
S
ln
1−
K K eetteer r aannggaann :: DDmmgg== IInnddeek k ss k k eek k aayyaaaann MMaar r ggaalleef f
SS == JJuummllaahh ss p peessiieess N N == JJuummllaahh iinnddiivviidduu
bb.. KKeerraaggaammaann ssppeessiieess (( H H ee t tee r r o o g gee n neeii t t y y))
UUnnttuuk k mmeenngguuk k uur r k k eer r aaggaammaann ss p peessiieess ddii aar r eeaall p plloott p peennggaammaattaann ddiigguunnaak k aann
IInnddeek k ss K K eer r aaggaammaann SShhaannnnoonn--WWiieenneer r yyaanngg ddiihhiittuunngg mmeenngggguunnaak k aann p peer r ssaammaaaann
ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt ::
HH’’ == -- ∑ pi pi ln.
K K eetteer r aannggaann ::
p pii == p pr r oo p poor r ssii j juummllaahh iinnddiivviidduu k k ee--ii ((nnii// N N))
HH’’ == iinnddeek k ss ddiivveer r ssiittaass SShhaannnnoonn
cc.. IInnddeekkss KKeemmeerraattaaaann (( E Evvee n n n nee s s))
UUnnttuuk k mmeenngguuk k uur r ddeer r aa j jaatt k k eemmeer r aattaaaann k k eelliimm p paahhaann iinnddiivviidduu aannttaar r aa sseettiiaa p p
ss p peessiieess ddiigguunnaak k aann iinnddeek k ss k k eemmeer r aattaaaann ss p peessiieess ttuumm b buuhhaann p paaddaa hhaa b biittaatt sseennggk k uu b baak k
ddiihhiittuunngg mmeenngggguunnaak k aann p peer r ssaammaaaann ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt ((PPiieelloouu 11996699 d d aallaamm MMaagguur r r r aann
11998888))::
JJ’’ == max
' D H ;;
K K eetteer r aannggaann :: JJ’’ == nniillaaii eevveennnneess ((00--11))
5500
66.. KKeessaammaaaann KKoommuunniittaass
UU tt kk lliihh tt kk kk iitt tt ii tt ll kk ii tt
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 73/172
UUnnttuuk k mmeelliihhaatt k k eessaammaaaann k k oommuunniittaass vveeggeettaassii aannttaar r llook k aassii p peennggaammaattaann
ddiigguunnaak k aann iinnddeek k ss k k eessaammaaaann k k oommuunniittaass ((iinnd d ee x x oo f f ssiimmiillaar r iit t y y)) SSooeer r eennsseenn yyaanngg
ddiimmooddiif f iik k aassii oolleehh BBr r aayy aanndd CCuur r ttiiss ((11995577)) d d aallaamm ((MMaagguur r r r aann 11998888)),, yyaaiittuu::
IISS == ba
W
+
.2
K K eetteer r aannggaann ::
IISS == K K ooeef f iissiieenn k k oommuunniittaass WW == JJuummllaahh ss p peessiieess yyaanngg tteer r ddaa p paatt p paaddaa dduuaa k k oommuunniittaass aa == JJuummllaahh ss p peessiieess yyaanngg tteer r ddaa p paatt p paaddaa k k oommuunniittaass aa
b b == JJuummllaahh ss p peessiieess yyaanngg tteer r ddaa p paatt ddaallaamm k k oommuunniittaass b b..
5511
UUnnttuuk k mmeelliihhaatt aa p paak k aahh aaddaa p peer r b beeddaaaann p peennggeettaahhuuaann ssuuk k uu DDaayyaak k ddaann MMeellaayyuu
tteer r hhaaddaa p p p peemmaannf f aaaattaann sseennggk k uu b baak k ,, mmaak k aa ddaa p paatt ddiigguunnaak k aann uu j jii CChhii--SSqquuaar r ee,, ddeennggaann
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 74/172
pp pp gg ,, pp gg jj qq ,, gg
tteer r llee b biihh ddaahhuulluu mmeemm b beer r iik k aann nniillaaii ssk k oor r ddaar r ii j jaawwaa b baann r r eess p poonnddeenn yyaanngg mmeewwaak k iillii
k k eedduuaa ssuuk k uu tteer r ssee b buutt tteennttaanngg p peemmaannf f aaaattaann sseennggk k uu b baak k yyaanngg mmeer r eek k aa k k eettaahhuuii.. N Niillaaii
ssk k oor r uunnttuuk k p peennggeettaahhuuaann tteennttaanngg p peemmaannf f aaaattaann yyaaiittuu:: SSk k oor r 11 :: uunnttuuk k nniillaaii 8800--110000%%
j jiik k aa mmeemmiilliik k ii k k eessaammaaaann p peemmaannf f aaaattaannnnyyaa,, SSk k oor r 22 :: uunnttuuk k nniillaaii 6600--7799%% j jiik k aa
mmeemmiilliik k ii k k eessaammaaaann p peemmaannf f aaaattaann.. SSk k oor r 33 :: uunnttuuk k nniillaaii <<6600%% mmeemmiilliik k ii k k eessaammaaaann
p peemmaannf f aaaattaann..
PPeer r ssaammaaaann yyaanngg ddiigguunnaak k aann ddaallaamm CChhii--SSqquuaar r ee aaddaallaahh ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt ::
XX²² == ∑∑ [[((OOii--EEii))²² // EEii]]
K K eetteer r aannggaann ::
XX²² == nniillaaii CChhii--SSqquuaar r ee
OOii == OO b bsseer r vvaassii aattaauu f f r r eek k uueennssii p peennggaammaattaann EEii == FFr r eek k uueennssii hhaar r aa p paann
HHii p pootteessaa yyaanngg ddiiuu j jii ::
HHoo == TTiiddaak k aaddaa p peer r b beeddaaaann p peennggeettaahhuuaann p peemmaannf f aaaattaann ssuuk k uu DDaayyaak k ddaann MMeellaayyuu
tteer r hhaaddaa p p p peenngggguunnaaaann sseennggk k uu b baak k ..
HH11 == AAddaa p peer r b beeddaaaa p peennggeettaahhuuaann p peemmaannf f aaaattaann ssuuk k uu DDaayyaak k ddaann MMeellaayyuu
TTeer r hhaaddaa p p p peenngggguunnaaaann sseennggk k uu b baak k ..
K K r r iitteer r iiaa uu j jii::
JJiik k aa XX²² hhiittuunngg >> XX²² ((00..0055;;dd b b));; mmaak k aa tteer r iimmaa HH11
JJiik k aa XX²² hhiittuunngg ≤≤ XX²² ((00..0055;;dd b b));; mmaak k aa tteer r iimmaa HHoo
5522
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 75/172
51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 76/172
A. Etnobotani Sengkubak [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]
1. Persepsi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sengkubak
a. Pemanfaatan Sebagai Penyedap Rasa Alami
Pemanfaatan sengkubak oleh komunitas lokal Dayak dan Melayu Sintang
adalah sebagai penyedap rasa alami yakni untuk menambah rasa manis pada
masakan. Pengetahuan tentang penyedap rasa dari sengkubak merupakan warisan
nenek moyang dalam mengolah masakan. Etnis Dayak di Sintang yang
melakukan pemanfaatan sengkubak sebagai penyedap rasa adalah kelompok
Dayak Siberuang, Sekujang, dan Desa. Pemanfaatan daun sengkubak sebagai
penyedap rasa juga dilakukan oleh etnis Dayak Kenyah (etnis Dayak yang berada
di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang Kalimantan Timur), pemanfaatan
sengkubak di katakan mempunyai tiga nilai yaitu makanan, ekonomi, dan tanam
(Uluk et al. 2000). Komunitas lokal Dayak di Sabah, Malaysia juga
menggunakan daun Pycnarrhena tumetacta sebagai penyedap rasa (Hoe & Siong
1999), komunitas Dayak Iban di Kalimantan Barat menggunakan sengkubak
sebagai penyedap rasa (MacKinnon et al. 2000). Selain itu, pemanfaatan
sengkubak sebagai penyedap rasa juga dilakukan oleh Dayak Ransa di Dusun
Nanga Juoi Kecamatan Menukung, Melawi Kalimantan Barat (Caniago & Siebert
1998).
b. Pemanfaatan Lain
Pemanfaatan lain dari sengkubak adalah untuk pengobatan luar dan nilai
magis. Pengetahuan mengenai manfaat sengkubak sebagai penyedap rasa,
pengobatan, nilai magis adalah berbeda (χ 2 = 12,59 dan χ
2 (0,05;2) = 5,99) antara
52
Pemanfaatan sengkubak untuk pengobatan yang diketahui oleh komunitas
lokal Melayu Sintang adalah bersifat pengobatan dari luar, seperti untuk “jaram”
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 77/172
(istilah etnis Melayu untuk kompres menurunkan panas), “tapal” meletakkan
hasil ramuan bahan-bahan campuran dengan daun Sengkubak yang telah
ditumbuk untuk mengobati perut kembung dan batuk-batuk, pengobatan penyakit
“demam merona” yaitu penyakit demam yang sudah lama tidak sembuh-sembuh.
Komunitas Dayak Siberuang dan Dayak Sekujang mempunyai kepercayaan
bahwa bahwa diantara buah sengkubak terdapat bagian yang disebut buntat, yang
dipercaya mempunyai nilai spiritual/magis sebagai jimat. Etnis Dayak Siberuang
dan Melayu Sintang percaya batang sengkubak dapat digunakan bersama kayu
Lukai (Goniothalamus macrophyllus Hook.f.& Thoms.) dan bawang merah
sebagai penangkal, selain itu daun sengkubak bersama kayu Lukai juga dipercaya
sebagai penangkal dan digunakan untuk “merabun” (kegiatan membakar bahan-
bahan/rempah untuk mengeluarkan asapnya yang dipercaya untuk mengusirmakhluk halus.
c. Bagian yang Digunakan
Bagian yang umum digunakan dari sengkubak adalah daun. Bagian-bagian
lain dari sengkubak yang dapat digunakan adalah batang dan buah. Pengetahuan
mengenai manfaat terhadap bagian-bagian yang dapat digunakan (daun, batang,
buah) dari sengkubak adalah berbeda nyata antara etnis Dayak dan Melayu (χ 2 =
6,84 dan χ 2
(0,05;2) = 5,99). Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya kepercayaan
bahwa buah dan batangnya mempunyai nilai magis, etnis Dayak Sekujang dan
Siberuang Sintang percaya jika teras sengkubak yang berasal dari buah
sengkubak merupakan jimat penawar, etnis Melayu Sintang mempunyai
kepercayaan tentang batang sengkubak jika dibakar bersama kayu lukai dapat
menyadarkan orang yang sedang kesurupan (tidak sadarkan diri karena gangguan
makhluk halus) Pemanfaatan bagian-bagian dari sengkubak komposisi dan cara
53
Tabel 13 Komposisi dan pemanfaatan sengkubak oleh masyarakat di
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 78/172
Bagianyang
digunakan
Peranan Takaran/Komposisi Cara pengolahan Peruntukkan
Daun Penyedaprasa
2-3 lembar/masakan Diiris kecil-kecil/Ditumbuk dan
dicampur dengan
sayuran
Memasak ikan dan beragam sayuran
Daun PengobatanTapal Daun sengkubak
Daun ribu-ribu
Daun medang piawasJintan hitam
Ketumbar kasar
Semua bahan
ditumbuk, ditapalkan
atau disemburkan pada perut si sakit
Perut kembung
disertai batuk-batuk
Daun Pengobatan
Jaram(Kompres)
Daun sengkubakDaun kembang
sepatu
Bawang merah 1 bijiBawang putih 1 biji
Daun sirih
Kulit pinang (1 buah)Daun puring panjang
kecil
Semua bahandimasukkan ke dalam
wadah berisi air
diremas-remasditambah sedikit cuka
dan nasi dingin satu
butir
Demam panas
Daun Pengobatan
Untukmandi
Daun sengkubakKulit bawang merah
Kulit bawang putih
Air berasJintan hitam
Semua bahandimasukkan kedalam
wadah (bisa
tempurung kelapa)Dibuat pada malam
hari
Diembunkan diluarrumahDigunakan setelah
diembunkan untuk
mandi bagi si sakitsampai sembuh
Demam merayu atauDemam merona
(deman lama yang
tidak sembuh-sembuh)
Daun Nilai Magis
Merabun(membuat
asap untuk
mengusirroh-roh
jahat)
Daun sengkubak
Kulit bawang merahKulit bawang putih
Kulit kayu lukai
Daun jeruk nipis
Semua bahan dibakar
asapnya untukmerabun
Anak bayi rewel
(menangis tanpasebab)
Zimat Daun sengkubak
K li k L k i
Daun sengkubak di
l kk did l
Zimat atau penangkal
khl k h l
54
Tabel 13 Lanjutan
Bagian Peranan Takaran/ Cara pengolahan Peruntukkan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 79/172
yang
digunakan
Komposisi
Batang Obat
keteguran(magis)
Kayu (batang)
sengkubakKayu lukai
Bawang merah
Kayu sengkubak
dibakar beserta kayulukai, hasilnya
digosok diujung
bawang merah,
kemudian digosokkan
ke kuping orang yang
mengalami“keteguran”atau
kesurupan.
Orang yang
mengalami sakit ataukesurupan akibat
makhluk halus
Buah Nilai magis Buah atau bagianteras ”atau buntat”
Buah disimpan dalamdompet
Zimat ”Penawar”
Keterangan : Kayu Lukai (Goniothalamus macrophyllus Hook.f.& Thoms.)
Gambar 5 Teras sengkubak yang sudah disimpan selama ± 10 tahun olehseorang warga Dusun Medang, Kec. Dedai Sintang, tahun 2007.
55
d. Cara Pengolahan dan Penyimpanan
Cara pengolahan yang dilakukan oleh etnis Melayu dan Dayak untuk
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 80/172
memanfaatkan sengkubak sebagai penyedap rasa adalah cukup bervariasi.
Berbagai variasi mengolahnya mulai dari ditumbuk halus, diiris tipis-tipis, dan
diremas-remas kemudian dituangkan ke dalam masakan. Takaran atau banyaknya
daun sengkubak yang diperlukan untuk setiap masakan adalah 3-4 lembar atau
sesuai selera. Pengetahuan cara mengolah sengkubak sebagai penyedap rasa
(diremas, diiris-iris, ditumbuk) adalah berbeda antara etnis Dayak dan Melayu
Sintang (χ 2 = 6,84 dan χ
2 (0,05;2) = 5,99). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
faktor kebiasaan dalam menggunakan sengkubak, nenek moyang etnis kedua
suku mempunyai cara tersendiri dalam mengolah sengkubak, cara pengolahan
tertentu tersebut telah di contoh oleh generasi saat ini.
Teknis pengolahan agar dapat disimpan dan digunakan dalam waktu cukup
lama yaitu :
(a) Daun sengkubak yang baru di petik dibersihkan
(b) Daun ditumbuk halus atau dipotong kecil-kecil
(c) Hasil dari proses penumbukan atau potongan tersebut dikering anginkan
(d) Serbuk daun sengkubak kemudian disimpan ke dalam wadah bersih (botol).
Botol atau wadah yang berisi serbuk daun sengkubak di simpan untuk
digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Teknis dan cara penyimpanan
Sengkubak sebagai serbuk penyedap alami merupakan salah satu ide orisinil yang
menarik untuk dikaji dan dikembangkan lebih lanjut.
Cara mengolah yang bervariasi dimaksudkan untuk mendapatkan khasiat
yang terdapat pada daun tersebut yaitu menambah rasa manis pada sayuran yang
di masak dan menghilangkan rasa pahit yang biasa ditimbulkan dari sayur-sayur
tertentu saat di masak.
e Pergeseran Penggunaan Sengkubak
56
adanya keadaan di mana generasi tua sudah mulai jarang menggunakan
sengkubak sebanyak 63,33% responden menyatakan sudah jarang menggunakan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 81/172
sengkubak, selain itu kurang berusaha mewariskan pengetahuan penggunaansengkubak kepada generasi mudanya.
Frekuensi/tingkat seringnya menggunakan sengkubak sebagai penyedap
rasa antara kedua etnis Dayak dan Melayu adalah tidak berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 95% (χ 2 = 1,43 dan χ
2(0,05;1) = 3,84). Frekuensi (seringnya)
menggunakan sengkubak sebagai penyedap rasa oleh kedua etnis berdasarkan
kelompok umur (umur produktif 15-54 tahun dan tidak produktif > 54 tahun)
adalah berbeda nyata (χ 2 = 5,62 dan χ
2 (0,05;1) = 3,84) dalam arti bahwa kelompok
umur produktif berbeda dengan tidak produktif dalam hal frekuensi
menggunakan sengkubak. Hal ini disebabkan karena umur berkaitan dengan
pengalaman yang dimiliki, umur > 54 tahun diasumsikan mempunyai
pengalaman lebih dalam hal pengetahuan penggunaan sengkubak. Selain itu, bila dilihat dari tingkat pendidikan (tidak sekolah, SD, SMP, SMA/sederajat),
maka frekuensi (seringnya) menggunakan sengkubak adalah tidak berbeda antara
etnis Dayak dan Melayu Sintang (χ 2 = 1,071 dan χ
2(0,05;3) = 7,81). Responden
yang memiliki pekerjaan sebagai tani, pedagang dan rumah tangga tidak berbeda
nyata tingkat seringnya menggunakan sengkubak sebagai penyedap rasa baik
pada etnis Dayak maupun Melayu Sintang (χ 2 = 4,42 dan χ 2 (0,05;2) = 5,99). Jika
dilihat dari jarak antara pengguna sengkubak dengan tingkat seringnya
menggunakan sengkubak sebagai penyedap rasa (dekat, agak jauh, jauh dari
tempat tinggal), adalah tidak berbeda antara etnis Dayak dan Melayu (χ 2 = 1,65
dan χ 2 (0,05;2) = 5,99).
Tingkat seringnya menggunakan daun sengkubak sebagai penyedap rasatidak berbeda antara suku Dayak dan Melayu jika di lihat berdasarkan tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, asal etnis, jarak antara tempat tinggal pengguna
sengkubak dengan tempat hidupnya sengkubak Tingkat seringnya menggunakan
57
Semakin jarang penggunaan sengkubak di kalangan generasi tua juga dipicu
oleh semakin sulitnya memperoleh sengkubak di lingkungan tempat tinggal,
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 82/172
meningkatnya jumlah penyedap modern dalam berbagai bentuk dan kemasan,mendorong masyarakat menjadi lebih sering menggunakan penyedap modern
dibanding sengkubak. Implikasi dari semua peristiwa tersebut adalah hilangnya
pengetahuan tradisional penggunaan sengkubak sebagai penyedap alami
terutama di kalangan generasi muda etnis Dayak dan Melayu.
Namun demikian kearifan penggunaan sengkubak di kalangan etnis Dayak
saat ini masih dapat disaksikan. Di Dusun Suak Desa Manis Raya Kecamatan
Sepauk Sintang, sengkubak masih digunakan oleh sebagian besar warga dusun
tersebut untuk keperluan memasak sehari-hari. Rata-rata di hutan karet alam
campuran (mixed rubber plantation) milik warga, sengkubak masih dapat
dijumpai. Sengkubak tetap di jaga keberadaannya karena adanya pemanfaatan
yang intens oleh masyarakat.Regenerasi pengetahuan etnis Melayu dan Dayak terhadap sengkubak
mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata umur responden yang
dapat menjelaskan tentang sengkubak tergolong kelompok umur tua. Dari
kelompok umur produktif yang berusia di bawah 30 tahun hanya 1 orang
responden, yang berusia 31- 49 tahun 13 responden, dan yang berusia 50-54
terdapat 3 responden. Hal ini mengisyaratkan sulit menemukan responden yang
dapat menjelaskan tentang sengkubak yang berusia muda < 30 tahun. Dalam hal
ini pembagian kelompok umur produktif dan tidak produktif berdasarkan BPS
Sintang (2006). Komposisi umur responden yang termasuk dalam kelompok
umur produktif (15-54 tahun) sebesar 46,67% dan responden yang termasuk
dalam kelompok umur tidak produktif (>54 tahun) sebesar 43,33%.
2. Budidaya Sengkubak oleh Masyarakat
P f dil k k h d k b k d l h d
58
diikuti tindakan budidaya lama-kelamaan akan mengancam kelestarian spesies
tumbuhan tersebut.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 83/172
Sengkubak telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-harimasyarakat Dayak maupun Melayu Sintang terutama yang tinggal di pedalaman,
namun budidaya sengkubak belum menjadi bagian yang mengisi keseharian
masyarakat. Selama ini responden mendapatkan sengkubak dengan cara
memanen langsung dari hutan atau ladang karet alam campuran yang dimiliki
(93,33% responden).
Menurut responden, sengkubak sangat sulit dibudidayakan, karena
pertumbuhannya sangat lambat, dan responden belum mengetahui cara budidaya
yang tepat untuk spesies yang sering digunakan ini. Belum ada teknis budidaya
lokal sengkubak baik dari etnis Dayak dan Melayu Sintang. Karena umumnya
sengkubak sudah ada dan tumbuh secara liar di hutan sekitar tempat tinggal.
Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa dari semua responden, hanya 16,67%responden yang telah dan berusaha membudidayakan sengkubak yaitu dengan
menanamnya di sekitar tempat tinggalnya.
Sejak dahulu etnis Dayak dan Melayu di pedalaman Sintang memiliki
ikatan yang kuat dengan hutan. Mata pencaharian orang Dayak selalu ada
hubungannya dengan hutan. Hutan tempat berburu, bila hendak berladang pohon-
pohon di hutan akan ditebang, bila hendak mengusahakan tanaman perkebunan
orang Dayak cenderung memilih tanaman yang menyerupai tanaman hutan
seperti karet, rotan, tengkawang dan sejenisnya. Kecenderungan tersebut
merupakan refleksi dari hubungan yang akrab yang telah berlangsung berabad-
abad dengan hutan dan segala isinya (Arman 1994 dalam Florus et al. 1994).
Sengkubak merupakan salah satu wujud pengetahuan yang lahir darihubungan etnis Dayak dan Melayu dengan hutan. Sejak dahulu masyarakat
terbiasa memenuhi kebutuhan sengkubak dengan memanennya langsung dari
hutan Saat di mana hutan tidak mengalami penyempitan atau pengurangan lahan
59
kering, dan lain sebagainya menjadi realitas yang harus dipertimbangkan ke
depan.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 84/172
Adanya realitas pengurangan wilayah hutan yang masih terus berlanjut,harus disikapi masyarakat pengguna sengkubak dengan harus turut memikirkan
apakah tindakan mengandalkan sengkubak dari hutan alam masih dapat
diharapkan. Budidaya sengkubak walaupun menurut penduduk sangat sulit
menemukan keberhasilan, namun dengan teknik atau budidaya lokal yang
sederhana harus terus-menerus dilakukan, bila tidak ingin kehilangan sengkubak
di hutan alam.
3. Jenis Sengkubak
a. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Dayak Sintang
Secara umum masyarakat Dayak Sintang mengenal tumbuhan yang disebut
sebagai sengkubak adalah suatu tumbuhan yang sering ditemukan dalam keadaanmemanjat di antara pohon-pohon besar di hutan di mana daunnya sering
digunakan untuk menambah rasa manis pada setiap jenis masakan. Penggunaan
daun sengkubak merupakan tradisi dan pengetahuan leluhur yang dalam
mengolah masakan. Tumbuhan yang disebut sengkubak untuk kepentingan
tersebut adalah Pycnarrhena cauliflora.
Sebagian komunitas etnis Dayak menganggap sengkubak di alam terdiri
dari dua jenis, yaitu sengkubak laki-laki (Galearia filiformis) dan sengkubak
perempuan (P. cauliflora). Komunitas tersebut juga menyatakan bahwa
sengkubak perempuan atau sengkubak jenis yang berakar dan merambat adalah
jenis yang umum dipakai sebagai penyedap rasa masakan, karena rasanya yang
lebih enak, dibanding sengkubak laki-laki. Walaupun ada perbedaan pendapatdiantara etnis Dayak tentang spesies sengkubak laki-laki yang dimaksud, dalam
kesempatan ini pengenalan kelompok Dayak tentang kedua jenis sengkubak
di k d di jik d l j l b ik t
60
merambat dan menjalar untuk memunculkan cabang yang akan ditumbuhi daun
dan bunga. Ujung dari cabang-cabang ini tumbuh terus ke atas hingga memanjat
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 85/172
pohon-pohon yang ada disekitarnya. Batang atau akarnya sangat lentur sulitdipatahkan jika masih hijau. Daunnya terlihat mengkilat dari arah permukaan
(Gambar 8). Di tempat yang subur daunnya dapat berukuran lebih besar dengan
lebar dan panjang sekitar panjang 26 cm dan lebar 13 cm.
Gambar 7 Bentuk akar sengkubak perempuan (P. cauliflora)
Keberadaa sengkubak perempuan menurut penduduk saat ini sudah sangat
langka. Pembukaan lahan hutan bagi banyak penggunaan dan keperluan
pembangunan telah menghilangkan banyak spesies-spesies baik yang sudah
diketahui manfaatnya atau spesies yang belum diketahui manfaatnya hilang dari
hutan, termasuk diantaranya sengkubak. Menurut responden pengguna
sengkubak, saat ini hanya hutan-hutan tertentu yang masih terdapat spesies
tersebut.
61
Ciri lainnya yang cukup penting adalah adanya pembungaan yang keluar
dari batang sehingga disebut cauliflora (Mackinnon et al. 2000). Buah sengkubak
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 86/172
muncul dari batang sengkubak (Gambar 9). Sebagian etnis Dayak Sekujang, danDayak Desa menganggap ada bagian diantara buah sengkubak yang dipercaya
sebagai ”buntat atau teras” mengandung nilai magis. Buntat yaitu benda alam
yang diperoleh atau ditemui dalam atau dengan keadaan tidak normal atau
berbentuk aneh (Muslim & Frans dalam Florus et al. 1994). Buntat sengkubak
dipercaya sebagai jimat penawar oleh sebagian orang Dayak. Bila
menggunakannya pada acara minum tuak, maka pada giliran minum orang
berikutnya tuak tersebut akan terasa hambar (tuak adalah sejenis minuman
beralkohol yang khas dibuat dari beras ketan yang di fermentasi, biasa dibuat
oleh suku Dayak dan sering dihidangkan acara-acara gawai adat Dayak ).
Gambar 9 Buah sengkubak koleksi Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong.
Anakan yang berasal dari biji tumbuh menjadi individu tunggal seperti
anakan pohon lainnya, belum merambat. Setelah berumur dewasa untuk
pertumbuhannya Sengkubak tumbuh berkembang merambat membuat cabang-
cabang baru, dan memanjat pohon-pohon yang ada disekitarnya. Anakan
sengkubak dengan ciri seperti ini banyak ditemui pada hutan Pungkun Medang
Kecamatn Dedai Sintang (Gambar 10) Lokasi hutan adat II Dusun Medang
62
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 87/172
Gambar 10 Anakan sengkubak yang ditemukan di hutan pungkun Medang
Gambar 11 Batang atau perpanjangan akar sengkubak tumbuh melilit di pohon
dan batang yang berada didekat tempat tumbuhnya.
(2). Sengkubak laki-laki [Galearia filiformis (BI.) Boerl.]
Pohon kecil tinggi 5-12 m, batang 15-20 cm, kulit batangnya menunjukkan
tanda-tanda adanya alkaloid (Heyne 1987). Sengkubak laki-laki yang dimaksud
adalah sengkubak dengan ciri berkayu (berdiri), tumbuh tegak seperti individu
lainnya, tidak memanjat pada pohon lain. Ciri yang sangat penting yaitu pada
ujung cabang daun terdapat “malai” atau “serat” yang tumbuh menjuntai yang
menjadi tempat tumbuhnya bunga dan buah (Gambar 12). Daun tumbuh
63
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 88/172
Gambar 12 Morfologi Galearia filiformis saat sesudah dan belum berbunga
Penamaan sengkubak laki-laki oleh Dayak Sekujang dan Siberuang juga
dikenal oleh sebagian etnis Dayak Desa (etnis Dayak yang bermukim di Kec.
Dedai dan Kec. Kelam Permai) menyebutnya dengan nama “Kesepai”. Ujung
pada pucuk daun pada saat baru tumbuh sering di makan binatang karena rasanya
manis (Gambar 13). Jenis sengkubak laki-laki ini banyak dijumpai di hutan
Kantuk Desa Paoh Benua Kecamatan Sepauk, diantaranya pada ladang karet
alam milik warga Kantuk. Sengkubak laki-laki jarang digunakan untuk memasak.
Penamaan dengan kata sengkubak dikarenakan bentuk daun dan rasa daun yang
manis mirip dengan fungsi sengkubak perempuan, sehingga disebut sengkubak
laki-laki. Dari segi rasa (taste) orang Dayak menyatakan sengkubak lebih manis
daripada G. filiformis.
64
cauliflora). Namun khusus pada etnis Melayu di Kecamatan Sintang, sengkubak
dikenal dalam tiga versi atau tiga spesies sengkubak. Ketiga spesies sengkubak
yang dimaksud adalah sengkubak macan (Excoecaria cochinchinensis Lour )
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 89/172
yang dimaksud adalah sengkubak macan ( Excoecaria cochinchinensis Lour.),sengkubak rebung (Staurogyne elongata), dan sengkubak sayur (Pycnarrhena
cauliflora.).
(1). Sengkubak Macan ( Excoecaria cochinchinensis Lour.)
E. cochinchinensis merupakan perdu bercabang banyak, di Jawa Tengah
dikenal sebagai daun sambang darah dan ditanam sebagai tanaman hias.Getahnya mempunyai sifat-sifat beracun, lebih beracun dari getah E. agallocha
LINN. Teysmannia (1910) dalam Heyne (1987) menemukan bahwa pada
konsentrasi 1 : 500.000 getah dari E. cochinchinensis masih mematikan pada
ikan. E. cochinchinensis di Sintang tumbuh di dataran rendah, pada lahan
pekarangan ataupun pada lahan yang sekali-kali tergenang air.
Di Jawa E. cochinchinensis biasa digunakan sebagai obat. Menurut
Vordermen dalam Heyne (1987) E. cochinchinensis digunakan untuk
pengobatan pendarahan setelah haid. Penggunaan ini berdasarkan ilmu simbolik
(signaturenleer ), menurut Boorsma dalam Heyne (1987), daunnya tidak bersifat
racun.
E. cochinchinensis yang dikenal oleh suku Melayu Sintang sebagaisengkubak macan adalah jenis tumbuhan perdu yang cukup menarik. Jenis ini
lebih dikenal karena daunnya digunakan sebagai bahan penghancur darah oleh
dukun-dukun etnis Melayu. Tidak ada penjelasan tentang penamaannya sebagai
sengkubak macan, tetapi jenis sengkubak ini dipercaya oleh suku Melayu Sintang
berguna untuk keperluan pengobatan.
E. cochinchinensis ditanam dan dipelihara oleh tetua etnis Melayu Sintang
yang mengerti dan memahami pengobatan (termasuk para dukun-dukun dan
mantri). Spesies ini termasuk dalam famili Euphorbiaceae, jika dilihat dari
65
(1a). Morfologi E. cochinchinensis
Ciri yang paling menonjol adalah warna daun yang berbeda-beda antara
permukaan bagian depan dan belakang daun Permukaan depan daun berwarna
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 90/172
permukaan bagian depan dan belakang daun. Permukaan depan daun berwarna
hijau tua, sedangkan belakang daun bewarna merah hati (Gambar 14).
Gambar 14 Warna bagian belakang daun Excoecaria cochinchinensis
E. cochinchinensis merupakan tumbuhan cukup cantik untuk dijadikan
tanaman hias karena warna daunnya yang cukup menarik (Gambar 15). Dari
semua lokasi pengamatan, E. cochinchinensis tidak sekalipun ditemukan di jalur-
jalur pengamatan di enam lokasi pengamatan, melainkan hanya ditemukan
tumbuh dipekarangan rumah responden yang didata.
Gambar 15 Morfologi Sengkubak macan versi suku Melayu Sintang
66
pengobatan adalah sebagai penghancur darah dan obat saat haid yang sering
menyebabkan rasa sakit. Penggunaan E. cochinchinensis disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Penggunaan E cochinchinensis bagi pengobatan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 91/172
Tabel 14 Penggunaan E. cochinchinensis bagi pengobatan
Bagian yang
digunakan
Komposisi Cara pengolahan Kegunaan
3-4 lembar Daun direbus, airnya
diminum
Penghancur darah
(diminum saat haid)Daun
3-4 lembar
di tambah akar kuning(Fibraurea chloroleuca)
Semua bahan direbusairnya diminum
Haid sering sakit
E. cochinchinensis juga dikenal oleh dukun atau etnis Dayak tidak sebagai
sengkubak macan, tetapi dukun-dukun etnis Dayak menyebutnya daun pengobat
muntah darah dan menggunakan daun E. cochinchinensis sebagai obat untuk
menyembuhkan penyakit muntah darah.
(2). Sengkubak sayur ( Pycnarrhena cauliflora)
Sengkubak sayur atau sengkubak daun ubi merupakan spesies yang umum
dikenal oleh generasi tua pada etnis Melayu, di mana daunnya sering digunakan
sebagai penyedap rasa dalam sayuran. Pengenalan etnis Melayu terhadap
sengkubak sayur memiliki kesamaan dengan etnis Dayak secara keseluruhan
yang menganggap spesies tersebut adalah sengkubak yang biasa digunakan nenek
moyang sebagai “penyedap rasa alami” .
Kegunaan Sengkubak Sayur oleh etnis Melayu
Pola penggunaan sengkubak oleh etnis Melayu Sintang cukup menarik
untuk dicermati. Pengetahuan yang dimiliki dalam menjadikan atau mengemas
sengkubak sebagai penyedap rasa dan membuat sengkubak lebih praktis untuk
digunakan cukup menarik. Penggunaan sengkubak oleh etnis Melayu Sintang
disajikan dalam Tabel 15. Sengkubak yang telah tersedia dalam wujud serbuk
sangat praktis dan dapat digunakan dalam waktu yang lama untuk keperluan
67
Tabel 15 Penggunaan dan pengolahan sengkubak oleh etnis Melayu
Bagian yang
digunakan
Cara pengolahan Teknik
penyimpanan
Kegunaan
D D d l j l h B b k k b k S b i b k
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 92/172
g p y pDaun segar Daun segar dalam jumlah
lebih banyak ;Dibersihkan
Ditumbuk hingga halus
Dianginkan (dikeringkan)
Bubuk sengkubak
yang sudah halus disimpan dalam
wadah bersih,
seperti botol plastik
(bekas botol aguakecil)
Sebagai serbuk
penyadap rasa atauserbuk ”micin
alami”
Walaupun sebagian besar etnis Melayu Sintang saat ini sudah sangat jarang
menggunakan sengkubak, namun dari wawancara diketahu bahwa selalu ada
keinginan untuk menggunakan sengkubak kembali sebagai penyedap rasa
masakan. Sengkubak tetap menjadi bagian kekayaan pengetahuan budaya
warisan nenek moyang yang dihargai dan tetap diinginkan dapat digunakan.
Gambar 16 Sengkubak melilit sebuah batang pohon, Lokasi hutan karet
alam campuran Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang, 2007
(3). Sengkubak Rebung (Staurogyne elongata)
S. elongata merupakan golongan terna, termasuk dalam famili Acanthaceae,
batangnya lunak dan lemah, tumbuh dihutan-hutan rindang. Akarnya digunakan
sebagai obat diureticum daunnya juga biasa digunakan sebagai obat (Heyne
68
dalam sayuran yang dimasak. S. elongata juga ditemukan di hutan adat I Sirang
(desa Sirang Setambang, Kecamatan Sepauk Sintang).
S. elongata sangat berbeda karakteristiknya dengan sengkubak (P.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 93/172
cauliflora). Pemberian nama depan oleh etnis Melayu Sintang sebagai sengkubak
rebung, mungkin dikarenakan peranannya yang hampir sama yaitu dapat
digunakan sebagai penambah rasa manis pada masakan. Bedanya penggunaan S.
elongata dalam sayuran, lebih ditekankan pada penggunaan daunnya yang dapat
di makan sebagai bahan sayur yang manis, sedangkan sengkubak daunnya tidak
berfungsi sebagai sayur, tapi semata-mata di ambil sarinya sebagai penyedap rasa
(to add sweet flavour ).
Gambar 17 Sengkubak rebung, lokasi desa Baning Kota Sintang
Pengetahuan penggunaan S. elongata sebagai penambah rasa manis padamasakan terutama pada sayuran, ternyata juga dilakukan oleh etnis Dayak.
Namun etnis Dayak mengenal spesies ini dengan sebutan ”Bodoso” (etnis Dayak
Sekujang, Desa Sirang Setambang). Cara penggunaan S. elongata dalam
pengolahan masakan disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Penggunaan S. elongata oleh Etnis Melayu Sintang
Bagian yang
digunakan
Takaran/
komposisi bahan
Cara pengolahan Kegunaan
69
atau ikan yang dimasak, dan dapat mengurangi rasa pahit yang ditimbulkan jenis
sayuran tertentu bila dimasak. Kegunaan lainnya adalah sebagai salah satu bahan
yang digunakan dalam pengobatan (lebih bersifat obat luar, seperti jaram), dan
k b k di i il i i d di l h b i t i
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 94/172
sengkubak dianggap mempunyai nilai magis dan dipercaya oleh sebagian etnis
Dayak ataupun Melayu (Tabel 17).
Tabel 17 Pengetahuan etnis Dayak dan Melayu terhadap sengkubak
Sengkubak laki-
laki
Sengkubak perempuan Sengkubak macan Sengkubak rebung
Galearia filiformis Pycnarrhena cauliflora Exoecaria cochinchinensisDayak
Karakteristik Pohon kecil
Berkayu
Daun tumbuh
berselang-seling
Ujung cabang dauntumbuh “malai”
Bunga tumbuh
pada malai
Ukuran buah kecil
diameter < 1 cm
Tidak berkayu (berserat)
Akar merambat
Ujung cabang tumbuh
merambat
Bunga (buah) muncul dari batang
Ukuran buah diameter
bisa > 1 cm
- -
Kegunaan Daun penambah
rasa manis padamasakan (jarang
digunakan)
Daun penambah manis
atau penghilan pahit padasayuran
Penangkal gangguanmakhluk halus
(daun sengkubak bersamakayu lukai)
Buah (buntat) atau “teras”untuk zimat penawar
Melayu
Karakteristik - Tidak berkayu (berserat)
Akar merambatUjung cabang tumbuh
merambat
Bunga (buah) muncul dari
batang
Ukuran buah diameter bisa > 1 cm
Perdu bercabang banyak
Warna permukaan daun berbeda dg bagian
belakang daun (bag depan
hijau, belakang daun
merah hati)
Terna
Ukuran daun kecil-kecil panjang x
lebar (4 x 1)
Bunga bewarna
putih, ukuran
sangat kecil.
Kegunaan - Daun penambah manis
atau penghilan pahit padasayuran
Penangkal gangguan
makhluk halus
(daun sengkubak bersamakayu lukai)
Obat :
D k
Pengobatan
Penghancur darah (haidsering sakit)
Dicampur pada
sayuran(menambah rasa
manis)
70
penting yang berguna bagi pengobatan belum diketahui. Namun bagi etnis Dayak
dan Melayu yang telah mengenalnya sengkubak (P. cauliflora), sengkubak
merupakan warisan pengetahuan nenek moyang yang perlu dilestarikan (100%
responden menyatakan harapan ke depan sengkubak perlu dilestarikan) Bahkan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 95/172
responden menyatakan harapan ke depan sengkubak perlu dilestarikan). Bahkan,
karena semakin sulitnya mendapatkan daun sengkubak, sehingga daunnya sering
menjadi buah tangan bila hendak mengunjungi keluarga atau sanak famili di
kampung yang lain.
B.
Aspek Konservasi Sengkubak [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]
1.
Kondisi Populasi Sengkubak
a. Potensi dan Penyebaran Sengkubak
Berdasarkan hasil inventarisasi pada formasi hutan sekunder di Kabupaten
Sintang, diketahui sengkubak mempunyai kerapatannya sebesar 14 ind/ha.
Potensi sengkubak tertinggi terdapat di hutan Medang sebesar 22 ind/ha, diikuti
oleh hutan Sirang sebesar 17 ind/ha, selanjutnya berturut-turut hutan Suak I
sebesar 10 ind/ha dan Suak II sebesar 9 ind/ha. Potensi yang cukup besar pada
hutan Medang antara lain karena faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan
sengkubak untuk perkembangan hidupnya cukup tersedia di hutan Medang.
Menurut Gardner et al. (1991) kerapatan tanaman dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, dan faktor lingkungan utama yaitu penyinaran, kelembaban dan
kesuburan tanah. Keterbatasan faktor-faktor lingkungan tersebut merendahkan
kerapatan tanaman.
Frekuensi atau penyebaran Sengkubak di hutan Medang cukup merata yaitu
sebesar 0,60. Penyebaran Sengkubak di hutan Sirang (0,24), hutan Suak I (0,28)
dan Suak II (0,16) tergolong rendah yaitu < 50%. Penyebaran Sengkubak yang
cukup tinggi di hutan Medang antara lain disebabkan oleh adanya faktor
penyerbukan dan penyebaran biji buah Sengkubak. Data tentang frekuensi dan
71
Tabel 18 Kerapatan dan frekuensi Sengkubak (Miers.) Diels. di formasi hutan
sekunder Kabupaten Sintang KalimantanBarat
Lokasi PengamatanParameter
1 2 3 4
Total Rata-
rata
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 96/172
Persentase anakan(%)
70,59 70 44,44 90,91 275,94 68,98
Frekuensi 0,24 0,28 0,16 0,60 1,28 0,32
Kerapatan (ind/ha) 17 10 9 22 58 14,5Ket : 1=Hutan adat I Sirang, 2=Ht. karet alam campuran I Suak, 3=Ht. Karet alam campuran II
Suak, dan 4= Ht. adat II Medang
Menurut Fitter dan Hay (1991), aspek-aspek yang mempengaruhi dalam
pertumbuhan vegetasi ada 3 (tiga) macam yaitu pengaruh langsung pada
persediaan atau stok sumber daya, pengaruh tidak langsung yang dicapai melalui
pergantian lingkungan fisik (lebih umum lingkungan kimiawi) dan penyebaran,
seperti di dalam penyerbukan (penyebaran biji). Penyebaran Sengkubak yang
cukup tinggi (>50%) di hutan Medang diduga karena adanya aktivitas
penyebaran biji yang dilakukan oleh binatang. Menurut Peters (1994) sebagian
besar tumbuhan tropis bergantung secara ekslusif pada satwa-satwa untuk
memindahkan serbuk sarinya. Sebuah kajian yang dilakukan dalam sebuah petak
kecil di hutan dataran rendah di Costa Rica menemukan bahwa 139 (96,4%) dari
143 spesies pohon yang disurvei dibantu penyerbukannya oleh satwa-satwa
seperti serangga kecil, lalat, agas, kumbang, lebah dan kalong.
Penyebaran biji memberikan paling tidak tiga keuntungan ekologis bagi
tumbuhan. Sebutir biji yang tersebar mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk terbebas dari keadaan berdesak-desakan dan kematian yang selalu terjadi di
bawah naungan pohon induk. Penyebaran juga mempunyai kesempatan bagi biji
untuk menyebarkan spesies ke habitat-habitat baru (Peter 1994).
Berdasarkan inventarisasi, sengkubak memiliki rata-rata tinggi batang
sebesar 1,5 m dan rata-rata diameter batang sebesar 0,73 cm. Di lihat dari rata-
rata ukuran diameter dan tinggi batang sengkubak di formasi hutan sekunder
72
Tabel 19 Beberapa karakteristik botanis sengkubak di formasi hutan sekunder
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
Hutan sekunderKarakteristik
1 2 3 4
Rata-rata
Ki i i b ( ) 0 33 8 0 28 7 0 52 6 0 35 2 07
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 97/172
Kisaran tinggi batang (m) 0,33-8 0,28-7 0,52-6 0,35-2,07 -Rata-rata tinggi batang (m) 1,68 1,55 2,16 0,61 1,5
Kisaran diameter (cm) 0,4-3,2 0,5-2,8 0,6-1,1 0,4-1,2 -
Rata-rata diameter (cm) 0,4 1,09 0,83 0,6 0,73Ket : 1=Hutan adat I Sirang, 2=Ht. karet alam campuran I Suak, 3=Ht. Karet alam campuran II
Suak, dan 4= Ht. adat II Medang
Rata-rata ukuran diameter sengkubak yang ditemukan menunjukkan
sebagian besar Sengkubak yang ditemukan adalah golongan anakan, artinya
terjadi regenerasi Sengkubak yang cukup baik di habitatnya (Gambar 18).
Semakin tinggi kelas diameter Sengkubak maka jumlahnya semakin sedikit.
Grafik yang memperlihatkan hubungan diameter dengan jumlah individu
Sengkubak merupakan grafik ”J terbalik” yang memiliki pengertian bahwa
keadaan populasi seperti tersebut adalah normal. Artinya dalam suatu komunitas
yang baik individu muda harusnya lebih banyak dari dewasa, sehingga regenerasi
tumbuhan berjalan.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
≤ 0.5 0.6-1.0 1.1-1.5 1.6-2.0 2.1-2.5 2.6-3.0 > 3.0
Kelas diameter (cm)
J u m l a h i n d i v i d u ( i n d / h a
73
35
40
45
50
( N / h a
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 98/172
0
5
10
15
20
25
30
≤ 1 1,01-3,0 3,01-5,0 > 5,0
Kelas tinggi batang P. cauliflora (m)
J u m l a h i n d i v i d u
Gambar 19 Hubungan tinggi batang sengkubak dengan jumlah individunya
(ind/ha)
Demikian halnya dengan kelas tinggi sengkubak, bahwa semakin rendah
kelas tinggi batangnya, maka semakin besar jumlah individu sengkubakditemukan, demikian sebaliknya. Semakin tinggi kelas tinggi batang sengkubak,
maka semakin sedikit jumlah individu sengkubak ditemukan. Hal tersebut
semakin menegaskan bahwa jika diasumsikan bahwa tinggi batang individu
sengkubak anakan adalah < 1 m, maka hal tersebut sesuai dengan ”Grafik J
terbalik” pada kelas diameter sengkubak di atas.
b. Pola Sebaran Spasial Sengkubak ( Pycnarrhena cauliflora)
Pola sebaran spasial sengkubak yang ditunjukkan pada formasi hutan
sekunder (selang kepercayaan 95%) di Kabupaten Sintang adalah cenderung
mengelompok. Pada hutan adat I (Sirang), hutan karet alam campuran I dan II
Dusun Suak pola sebarannya adalah mengelompok (clumped ), kecuali pada hutan
adat II Dusun Medang adalah seragam (uniform). Pola sebaran mengelompok
atau seragam biasanya ditemui akibat adanya keteraturan sebagai akibat adanya
kendala atau factor pembatas terhadap keberadaan jenis tertentu atau kesesuaian
74
individu dalam suatu unit areal menaikkan peluang individu lainnya pada unit
areal yang sama. Data pola sebaran sengkubak pada formasi hutan sekunder di
Kabupaten Sintang di sajikan pada Tabel 20.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 99/172
Tabel 20 Nilai standarisasi Indeks Morishita penyebaran spasial sengkubak
Sengkubak
Pada Id Mu Mc Ip
Penyebaran
Hutan Adat I
Sirang
4,9632 0,2751 1,9602 0,5652 Clumped
Hutan karet alam
campuran I Suak
1,6667 -0,2888 2,7071 0,1953 Clumped
Hutan karet alam
campuran II Suak
7,6389 -0,4499 2,9205 0,6068 Clumped
Hutan Adat II
Medang
0,7576 0,4477 1,7316 -0,2195 Uniform
Pada hutan adat I Sirang, hutan karet alam campuran I dan II Suak
sengkubak tersebar dengan pola mengelompok hal ini yang menunjukan bahwa
jenis Sengkubak berkembang dan tumbuh baik pada tapak-tapak tertentu yang
sesuai dengan tuntutan hidupnya, antara lain berhubungan dengan ketersediaan
hara, cahaya, atau air. Selain itu pengelompokan terjadi berhubungan dengan
keberhasilan perkembangan dan regenerasinya yang tidak jauh dari induknya.
Pola penyebaran sengkubak yang seragam pada hutan adat II Dusun Medang
diduga di sebabkan oleh adanya penguasaan yang menyeluruh terhadap hampirseluruh kawasan, dengan kata lain kebutuhan tertentu yang diperlukan sengkubak
untuk tumbuh hampir merata pada seluruh kawasan. Hutan adat II Medang
mempunyai topografi yang relatif datar dengan celah-celah penerimaan cahaya
matahari yang hampir merata. Faktor-faktor yang telah disebutkan
mempengaruhi terbentuknya pola sebaran spasial. Faktor lain yang turut
mempengaruhi pola sebaran spasial adalah proses reproduksi dan regenerasi,
kompetisi, dan kebutuhan hara.
75
ditemukan pada hutan adat I Dusun Sirang, yaitu adanya asosiasi dengan Ubah
(Syzygium zeylanicum) pada tingkat pohon, dengan X2 hitung sebesar 4,4408 dan
X20,05(1) adalah 3,841, dengan derajat asosiasi 0,375 ( Jaccard Index) dan 0,545
( Dice Index). Tipe asosiasi yang terjadi adalah asosiasi positif (a>E(a)), yakni
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 100/172
kedua spesies yaitu sengkubak dan S. zeylanicum lebih sering terdapat bersama-
sama daripada bebas satu sama lain. Bruenig (1998) menyatakan bahwa spesies
yang jarang (rare spesies) biasanya berada pada kondisi tapak tertentu atau akan
membentuk pola asosiasi tertentu.
Pada hutan karet alam campuran II Dusun Suak asosiasi sengkubak dengan
Nyatoh (Palaquium rostratum) pada tingkat tiang dengan X2 hitung sebesar
6,511 dan X20,05(1) adalah 3,841, dengan derajat asosiasi 0,400 (JI) dan 0,571
(DI). Tipe asosiasi yang terjadi adalah asosiasi positif (a>E(a)). Pada hutan karet
alam campuran I Dusun Suak asosiasi sengkubak terjadi dengan karet ( Hevea
brasilliensis) pada tingkat pohon dengan X2 hitung sebesar 5,590 dan X
20,05(1)
adalah 3,841, dengan derajat asosiasi 0,200 (JI) dan 0,333 (DI). Tipe asosiasi
yang terjadi adalah asosiasi positif (a>E(a)). Derajat asosiasinya, antara
sengkubak dengan karet tergolong rendah (<0,50). Selain itu asosiasi juga terjadi
pada keladan ( Hopea dryobalanoides), dengan X2 hitung sebesar 5,590 dan
X20,05(1) adalah 3,841. Dengan derajat asosiasinya lebih tinggi dari asosiasi
dengan karet yaitu 0,375 (JI) dan 0,545 (DI). Tipe asosiasi yang terjadi adalah
asosiasi positif (a>E(a)). Data asosiasi sengkubak dengan spesies lain disajikan
pada Tabel 21.
Tabel 21 Asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon dan tiang.
Asosiasi sengkubak
dengan
Spesies lain
X2Hitung
(Chi-square) X20.05;1)
Jaccard / Dice
Index
Keterangan
Syzygium zeylanicum 4,44 3,84 0,37 / 0,54 Tingkat pohonHutan adat I Sirang
Palaquium rostratum 6,51 3,84 0,40 / 0,57
Tingkat tiang
Hutan karet alam
76
Asosiasi positip dapat menunjukkan adanya kondisi yang baik terhadap satu
spesies atau kedua spesies tersebut. Dalam lingkungan hutan yang heterogen,
asosiasi dapat berasal dari suatu kesamaan adaptasi dan respon terhadap
lingkungan dari beberapa spesies (Kusmana 1989). Asosiasi negatif yang terjadi
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 101/172
pada pasangan spesies lainnya, kehadiran bersama individu-individu spesies yang
berbeda dapat bersifat indikatif daripada interaksi yang bersifat menghancurkan
atau merugikan terhadap satu atau dua spesies yang bersangkutan. Di dalam
lingkungan yang heterogen asosiasi negatif dapat mencerminkan adaptasi atau
respon daripada individu-individu spesies yang berbeda-beda terhadap faktor
lingkungannya (Kusmana 1989).
2.
Kondisi Habitat Sengkubak
a. Karakteristik Fisik Habitat
Berdasarkan pengukuran terhadap beberapa faktor fisik lingkungan di
habitat sengkubak pada formasi hutan sekunder di Kabupaten Sintang
Kalimantan Barat, diketahui bahwa rata-rata ketinggian tempat tumbuh (habitat)
sengkubak adalah 72,36 m dpl. Berdasarkan data koleksi herbarium Sengkubak
di LIPI Cibinong, pada wilayah Kalimantan, sengkubak ditemukan pada
ketinggian 100-150 m dpl (Kalbar) dan 90-100 m dpl (Kalsel).Berdasarkan hasil survey lapang, sengkubak mempunyai karakteristik yang
khas, terutama dalam hal tempat tumbuh. Sengkubak tidak dapat tumbuh di
hutan-hutan yang lantai hutannya memiliki air yang tergenang, dan umumnya
ditemukan tumbuh pada dataran rendah (lembah) hingga perbukitan kecil, namun
tidak pada tanah rawa. Hasil pengamatan ini sesuai dengan informasi dari
masyarakat (pengetahuan masyarakat) bahwa sengkubak tidak dapat tumbuh di
hutan yang memiliki air tergenang.
Dari kisaran ketinggian lokasi ditemukan dan rata-rata ketinggian lokasi
77
2422
20
25
30
d u ( N / h a
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 102/172
12
0
5
10
15
< 50 50-100 101-150
Kelas ketinggian tempat (m dpl)
J u m l a h i n d i v i d
Gambar 20 Jumlah individu Sengkubak (ind/ha) berdasarkan ketinggian tempat
Gambar 20 menunjukkan ada kecenderungan bahwa jumlah sengkubak
akan semakin berkurang dengan kenaikan tinggi tempat tumbuhnya (m dpl).
Sengkubak paling banyak ditemukan pada lokasi dengan ketinggian <50 mdpl.
Ragam kerapatan sengkubak yang bisa dijelaskan oleh ketinggian tempat
ditemukannya sengkubak adalah sebesar (R 2
= 33%) dengan persamaan Y = 22,4
– 0,109x (Pvalue =0,426).
Ketebalan serasah pada tempat tumbuh sengkubak, tergolong cukup tebal,
hal ini akan mempengaruhi kelembaban tanah pada habitat sengkubak (tempat
tumbuhnya). Semakin tebal serasah, kelembaban tanah juga semakin tinggi.
Ketebalan serasah ini juga akan mempengaruhi penyerapan air pada permukaan
tanah (infiltrasi air). Air lebih mudah terserap sehingga tidak menggenangi tanah.
Individu sengkubak cenderung berada pada tempat tumbuh dengan
ketebalan serasah 6-15 cm, hal ini disebabkan karena dengan ketebalan serasah
tersebut dapat menjaga kelembaban tanah yang diduga sesuai dengan kebutuhan
hidup sengkubak. Jika dilihat dari rata- rata suhu dan kelembaban lingkungan
tempat tumbuhnya sengkubak di kawasan hutan sekunder Kabupaten Sintang
78
13
1716
10
1214
16
18
u d i t e m
u k a
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 103/172
65
0
2
4
6
8
10
≤ 5,0 6,0-10,0 11,0-15,0 16,0-20,0 >20,0
Kelas ketebalan serasah (cm)
J u m l a h i n d i v i d u
Gambar 21 Hubungan ketebalan serasah dengan jumlah individu sengkubak
Individu sengkubak cenderung berada pada tempat tumbuh dengan
ketebalan serasah 6-15 cm, hal ini disebabkan karena dengan ketebalan serasahtersebut dapat menjaga kelembaban tanah yang diduga sesuai dengan kebutuhan
hidup sengkubak. Data karakteristik fisik habitat sengkubak di hutan sekunder di
Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Beberapa karakteristik fisik sengkubak di formasi hutan sekunder
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
Hutan sekunder
KarakteristikHutan
Adat I
Sirang
Hutan
Karet
alamcampuran
I Suak
Hutan
Karet
alamcampuran
II Suak
Hutan
adat II
Medang
Rata-rata
Kisaran ketinggian tempat
tumbuh (m dpl)
27,75-
78,08
26,23-
115,9
61,61-
127,18
24,4-
132,37
-
Rata-rata ketinggian ditemukan
(m dpl)
43,99 62,37 118,68 64,38 72.36
Kisaran ketebalan serasah tempat
ditemukannya sengkubak (cm)
12-33 1,5-23 7-21,2 4-9,4 -
Rata-rata Ketebalan
serasah (cm)
16,76 8,5 13,71 5,76 11,18
79
data BPS Kabupaten Sintang (2006), temperatur rata-rata tahunan di Kabupaten
Sintang selama lima tahun dari tahun 2000-2004 adalah 26,89oC, di mana rata-
rata temperatur udara terendah sebesar 22,45oC dan temperatur udara tertinggi
sebesar 35,7oC. Kelembabab relatif rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 104/172
selama tahun 2004 berkisar antara 82-90%, dengan kelembabab relatif rata-rata
tahunan sebesar 86,9%. Hal-hal tersebut menandakan sengkubak hidup pada
iklim basah.
Menurut data BPS Sintang (2006), dinyatakan bahwa Sintang tergolong
dalam daerah penghujan dengan intensitas tinggi, dan berdasarkan klasifikasi
klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Sintang tergolong
iklim A, yaitu daerah yang bercurah hujan tinggi (Iklim basah), dengan bulan
basah antara 7-9 bulan, sedangkan bulan kering 2-3 bulan. Hal ini dikarenakan
sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan yaitu sebesar 62,74 %.
Sepanjang tahun 2005 jumlah curah hujan 3297,36 mm atau rata-rata 274,78
mm/bulan. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi terutama dipengaruhi oleh
keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban udara yang cukup
tinggi. Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angin.
Selain itu, penyinaran matahari di Kabupaten Sintang berkisar antara 42,0 s/d
71,0 % atau rata-rata 53,9 % (BPS Kabupaten Sintang, 2006). Dengan kondisi
tersebut, dapat dikatakan bahwa sengkubak selain hidup pada habitat dengan
curah hujan dan kelembaban tinggi, juga berada pada daerah dengan penyinaran
matahari yang cukup sepanjang tahun.
Faktor-faktor lingkungan tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam
memiliki lokasi untuk melakukan budidaya sengkubak, terutama bila akan
mengembangkannya di luar habitat alaminya. Karena seperti yang dikatakan oleh
Gardner et al. (1991) faktor lingkungan utama adalah penyinaran, kelembaban
dan kesuburan tanah, dan keterbatasan faktor-faktor lingkungan tersebut akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
80
b. Komposisi dan Dominasi Spesies Tumbuhan pada Habitat Sengkubak
(1). Tingkat Semai
Pada tingkat semai, ditemukan 69 spesies tumbuhan. Hasil penelitian
menunjukkan Hevea brasilliensis merupakan spesies yang dominan dan penting
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 105/172
menunjukkan Hevea brasilliensis merupakan spesies yang dominan dan penting
dalam populasi tingkat semai. Selanjutnya diikuti oleh semai dari spesies-spesies
Hopea dryobalanoides, Syzygium zeylanicum, Artocarpus integer ,
Eleteriospermum tapos, Psychotria cf. sarmentosa BI, dan Litsea elliptica (Tabel
23). Jika dibandingkan dengan penelitian lain, maka penelitian Heriyanto (2004)
di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan hutan primer di kelompok hutan
Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang tingkat semai terdapat 59 spesies
pada hutan sekunder dan 63 spesies hutan primer. Hasil penelitian Antoko dan
Kwatrina di kawasan wisata alam Granit Training Center (GTC) Taman Nasional
Bukit Tiga Puluh (TNBT) terdapat 51 spesies tumbuhan tingkat semai, sementara
yang dilakukan Sukmana et al. (2002) pada daerah penyangga TNBT ditemukan
63 spesies tumbuhan tingkat semai. Selain itu, famili-famili yang mendominasi
tingkat pertumbuhan semai pada habitat sengkubak disajikan pada Gambar 22.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
E u p h
o r b i a c
e a e
M o r a c
e a e
D i p t e
r o c a r p
a c e a e
M y r t a
c e a e
R u b i a
c e a e
L a u r a
c e a e
F a b a
c e a e
D i l l e n i a
c e a e
A n i s o
p h y l l
e a c e a e
S a p o t a c
e a e
I n d e k s N i l a i P e n t i n g
( % )
81
sekunder Sintang, dengan jumlah individu sebesar 5.300 ind/ha. Hopea
dryobalanoides merupakan spesies dominan kedua (INP 16,31%) dengan jumlah
individu sebesar 2.600 ind/ha, Syzygium zeylanicum merupakan spesies dominan
ketiga (INP 15,20%) dengan jumlah individu sebesar 1250 ind/ha.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 106/172
Tabel 23 Lima spesies tumbuhan pada tingkat semai dengan INP tertinggi
di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang
Nama Lokal & Nama Ilmiah Famili KR
(%)
FR
(%)
INP
(%)I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak
Karet( Hevea brasilliensis ) Euphorbiaceae 39,77 21,91 61,67
Engkerbang
(Psychotria cf. sarmentosa BI.)
Rubiaceae 17,87 17,14 35,01
Kepuak(Artocarpus elasticus Reinw.)
Medang
(Litsea elliptica Blume)
Keladan(Hopea dryobalanoides Miq.)
Moraceae
Lauraceae
Dipterocarpaceae
8,65
4,611
6,63
5,71
9,52
6,67
14,36
14,14
13,29
II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak
Keladan( Hopea dryobalanoides)
Dipterocarpaceae 29,35 22,58 51,00
Karet
( Hevea brasilliensis )
Engkerbang
(Psychotria cf. sarmentosa BI.)
Euphorbiaceae
Rubiaceae
26,81
5,44
16,13
8,25
42,28
13,68
Ubah
(Syzygium zeylanicum )
Medang( Litsea elliptica)
Myrtaceae
Lauraceae
6,16
3,62
7,22
8,25
13,38
11,87
III. Hutan adat I Dusun Sirang
Cempedak( Artocarpus integer )
Moraceae 22,32 12,35 34,67
Ubah
(Syzygium zeylanicum)
Gerantung
(Fordia splendidissima)
Myrtaceae
Fabaceae
11.61
7.143
14,82
7,41
26,42
14,55
Simpur( Dillenia sp.)
Ribu-ribu
( Anisophyllea disticha )
Dilleniaceae
Anisophylleaceae
7.143
5,357
6,17
6,17
13,32
11,53
IV. Hutan adat II Dusun Medang
Kelampai( Eleteriospermum tapos)
Euphorbiaceae 40,08 13,56 53,64
Ubah
(Syzygium zeylanicum)Cempedak
(A t i t )
Myrtaceae
Moraceae
8,26
9,92
12,71
10,17
20,97
20,09
82
(2). Tingkat Pancang
Pada tingkat pancang ditemukan 89 spesies tumbuhan, dimana Hevea
brasilliensis masih merupakan spesies yang dominan dan penting dalam populasitingkat pancang. Selanjutnya diikuti oleh pancang dari spesies-spesies
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 107/172
Horsfieldia irya, Litsea elliptica, Hopea dryobalanoides dan Symplocos
cochincinensis (Tabel 24). Jika dibandingkan dengan penelitian lain, seperti pada
penelitian Heriyanto (2004) di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan
hutan primer di kelompok hutan Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang
tingkat pancang terdapat 60 spesies (hutan sekunder) dan 58 spesies (hutan
primer). Penelitian lain, Kwatrina et al. (2003) di zona penyangga di Taman
Nasional Bukit Tigapuluh pada tingkat belta (diameter 2-10 cm) terdapat 70
spesies tumbuhan. Sementara hasil penelitian Purwanto (2005) di Plot Permanen
di Sungai Tappa, Jambi (hutan sekunder) terdapat sekitar 120 spesies pohon
(diameter 2-10 cm). Famili-famili yang mendominasi tingkat pertumbuhan pancang disajikan pada Gambar 23.
0
10
20
30
40
50
60
Eup h o r b i a c
e a e
My r i s t i c a c
e a e
er o c a r p a
c e a e
L a u r a
c e a e
Sym p l o c
a c e a e
na c a r
d i a c e a
e
R u b i a
c e a e
M o r a c
e a e
U l m a
c e a e
M y r t a
c e a e
B u r s e
r a c e a e
I n d e k s N i l a i P e n
t i n g ( % )
83
Hevea brasilliensis masih merupakan spesies dominan yang memiliki INP
tertinggi (41,84%), dengan penyebaran individu merata dan jumlah individu
sebesar 312 ind/ha (19,176%). Horsfieldia irya merupakan spesies dominan
kedua dengan INP 21,46% dengan jumlah individu sebesar 104 ind/ha.
Sedangkan Hopea dryobalanoides merupakan spesies dominan ketiga (13 92%)
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 108/172
Sedangkan Hopea dryobalanoides merupakan spesies dominan ketiga (13,92%)
dengan jumlah individu sebesar 96 ind/ha.
Tabel 24 Lima spesies tumbuhan pada tingkat Pancang dengan INP tertinggi di
kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang
Nama lokal & nama ilmiah Famili KR(%)
FR(%)
DR(%)
INP(%)
I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak
Karet
( Hevea brasilliensis )Engkerbang
Psychotria cf. sarmentosa BI.)
Medang bulai
(Gironniera subaequalis Planch)
Bar(Symplocos sp.)
Jangau(Symplocos cochincinensis )
Euphorbiaceae
Rubiaceae
Ulmaceae
Symplocaceae
Symplocaceae
26,21
6,80
5,82
4,85
4,85
21,05
7,39
6,32
5,26
5,26
19,17
8,67
6,84
5,31
5,25
66,44
22,83
18,99
15,41
15,37
II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak
Karet
( Hevea brasilliensis )Keladan
( Hopea dryobalanoides )Kumpang
( Horsfieldia irya)Jangau
(Symplocos cochincinensis)
Medang( Litsea elliptica)
Euphorbiaceae
Dipterocarpaceae
Myristicaceae
Symplocaceae
Lauraceae
18,58
13,27
8,85
5,31
5,31
15,152
11,111
9,091
6,061
6,061
10,08
11,11
15,40
8,13
3,49
43,84
35,48
33,37
19,52
14,85
III. Hutan Adat I Dusun Sirang
Karet
( Hevea brasilliensis )
Kumpang
( Horsfieldia irya)Kemantan
( Mangifera foetida)
Euphorbiaceae
Myristicaceae
Anacardiaceae
31,57
8,42
7,36
20,253
10,126
8,860
5,25
14,67
14,54
57,08
33,22
30,77
Cempedak
( Artocarpus integer )
Medang( Litsea elliptica)
Moraceae
Lauraceae
6,31
6,31
6,329
6,329
10,19
5,78
22,84
18,42
IV. Hutan Adat II Dusun Medang
Kelampai
( Eleteriospermum tapos)M d
Euphorbiaceae
L
11,842
7 895
9,489
5 839
10,12
8 38
31,461
22 114
84
(3). Tingkat Tiang
Pada tingkat tiang ditemukan 69 spesies tumbuhan, dimana Hevea
brasilliensis merupakan spesies yang dominan dan penting dalam populasi
tingkat tiang. Selanjutnya diikuti oleh tiang dari spesies-spesies Horsfieldia irya,
Syzygium zeylanicum Litsea elliptica dan Eleteriospermum tapos (Tabel 25)
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 109/172
Syzygium zeylanicum, Litsea elliptica, dan Eleteriospermum tapos (Tabel 25).
Jika dibandingkan dengan penelitian lain, seperti pada penelitian Heriyanto
(2004) di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan hutan primer di
kelompok hutan Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang tingkat tiang
terdapat 50 spesies pada hutan sekunder dan 57 spesies di hutan primer. Famili-
famili yang mendominasi tingkat pertumbuhan tiang disajikan pada Gambar 24.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
E u p h
o r b i a c e a
e
M y r t a c e a
e
M y r i s t i c a c e a
e
M o r a c e a
e
U l m a c e a
e
L a u r a c e a e F a
b a c e a e
R u b i a c e a
e
A p o c y n a c e a
e
D i p t e
r o c a r p
a c e a e
V e r b e
n a c e a e
E b e n a c e a
e
Famili
I n d e k s N i l a i P e
n t i n g ( % )
Gambar 24 Famili-famili dominan tingkat tiang berdasarkan INP
Hevea brasilliensis merupakan spesies dominan yang memiliki INP
tertinggi (59,36%), dengan penyebaran individu merata dan jumlah individu
sebesar 77 ind/ha (21,16%). Syzygium zeylanicum merupakan spesies dominan
85
Tabel 25 Lima spesies tumbuhan pada tingkat tiang dengan INP tertinggi
di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang
Nama lokal & nama ilmiah Famili KR
(%)
FR
(%)
DR
(%)
INP
(%)I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak
Karet
(H b illi i )
Euphorbiaceae 24,69 20,83 30,00 75,53
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 110/172
Keterangan : K = Kerapatan KR=Kerapatan Relatif F=Frekuensi FR=Frekuensi relative D=Dominansi
( Hevea brasilliensis )
Medang bulai(Gironniera subaequalis)
Pelaik pipit
( Alstonia angustifolia)
Keladan( Hopea dryobalanoides)
Leban
(Vitex pubenscens)
Ulmaceae
Apocynaceae
Dipterocarpaceae
Verbenaceae
12,35
7,41
6,17
4,94
11,11
8,33
5,56
5,56
12,52
5,66
4,99
4,37
35,97
21,40
16,72
14,86
II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak
Karet
( Hevea brasilliensis )Keladan
( Hopea dryobalanoides)
Kumpang
( Horsfieldia irya)
Jangau(Symplocos cochincinensis)
Medang
( Litsea elliptica )
Euphorbiaceae
Dipterocarpaceae
Myristicaceae
Symplocaceae
Lauraceae
23,71
8,25
6,19
5,15
5,15
16,67
9,52
5,95
5,95
5,95
23,61
3,39
5,20
2,97
5,18
63,82
25,40
33,37
16,45
16,28
III. Hutan Adat I Dusun Sirang
Karet
( Hevea brasilliensis )
Medang( Litsea elliptica)
Kumpang( Horsfieldia irya)
Gerantung(Fordia splendidissima)
Ubah(Syzygium zeylanicum )
Euphorbiaceae
Lauraceae
Myristicaceae
Fabaceae
Myrtaceae
39,08
9,19
9,19
6,90
5,75
24,64
11,59
10,14
8,70
7,25
34,19
8,09
7,96
8,70
6,72
97,91
28,88
27,29
24,28
19,72
IV. Hutan Adat II Dusun Medang
Kelampai
( Eleteriospermum tapos)
Ubah(Syzygium zeylanicum)
Cempedak
( Artocarpus integer )
Engkerbang(Psychotria cf. sarmentosa BI.)
Kayu malam
( Diospyros sp.)
Euphorbiaceae
Myrtaceae
Moraceae
Rubiaceae
Ebenaceae
15,91
11,36
8,33
7,58
4,54
10,38
14,15
8,49
6,60
5,66
16,79
12,67
7,88
7,27
4,00
43,09
38,19
24,71
21,46
14,20
86
tingkat pohon. Selanjutnya diikuti oleh pohon dari spesies-spesies Litsea
elliptica, Eleteriospermum tapos, Artocarpus elasticus, dan Artocarpus
lanceifolius (Tabel 26). Jika dibandingkan dengan penelitian lain, seperti pada
penelitian Heriyanto (2004) di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan
hutan primer di kelompok hutan Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 111/172
p p g g p g
tingkat pohon terdapat 54 spesies pada hutan sekunder dan 64 spesies di hutan
primer. Kwatrina et al. (2003), pada zona penyangga di TNBT pada tingkat
pohon (>10 cm) terdapat 72 jenis tumbuhan. Dengan demikian keanekaragaman
jenis pada tingkat pohon di lokasi penelitian di bandingkan dengan jumlah jenis
tingkat pohon pada hutan sekunder tergolong tinggi tinggi. Famili-famili yang
mendominasi tingkat pertumbuhan pohon disajikan pada Gambar 25.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
E u p h
o r b i a c
e a e
M o r a c
e a e
L a u r a
c e a e
A p o c y n
a c e a e
M y r t a
c e a e
F a b a
c e a e
M y r i s t i c
a c e a e
D i p t e
r o c a r p
a c e a e
F a g a c e a e
Famili
I n d e k s N i l a i P e n t i n g (
% )
Gambar 25 Famili-famili dominan tingkat pohon berdasarkan INP
87
Eleteriospermum tapos merupakan jenis dominan ketiga (INP 16,70%) dengan
jumlah individu sebesar 8 ind/ha (FR 5,05%).
Tabel 26 Lima spesies tumbuhan pada tingkat pohon dengan INP tertinggi
di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang
Nama lokal & nama ilmiah Famili KR
(%)
FR
(%)
DR
(%)
INP
(%)
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 112/172
(%) (%) (%) (%)
I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak
Karet
( Hevea brasilliensis )Kepuak
( Artocarpus elasticus)
Pelaik pipit
( Alstonia angustifolia )Mentawak
( Artocarpus lanceifolius )
Pelaik bukit
( Alstonia scholaris)
Euphorbiaceae
Moraceae
Apocynaceae
Moraceae
Apocynaceae
30,69
10.89
10,89
6,93
5,94
25,61
9,76
12,19
8,54
6,10
34,15
14,50
10,77
7,86
6,40
90,45
35,15
33,85
23,33
18,43
II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak
Karet( Hevea brasilliensis )
Keladan
( Hopea dryobalanoides )
Medang
( Litsea elliptica)Ubah
(Syzyzgium zeylanicum )
Kempili
(Quercus sp.)
Euphorbiaceae
Dipterocarpaceae
Lauraceae
Myrtaceae
Fagaceae
24,51
4,90
8,82
6,86
3,92
15,48
4,76
8,33
8,33
4,76
15,95
14,23
6,61
8,37
7,05
55,94
23,90
23,77
23,56
15,74
III. Hutan Adat I Dusun
Sirang
Karet( Hevea brasilliensis )
Cempedak
( Artocarpus integer )
Medang( Litsea elliptica )
Kumpang
( Horsfieldia irya)
Kepuak( Artocarpus elasticus)
Euphorbiaceae
Moraceae
Lauraceae
Myristicaceae
Moraceae
33,33
13,33
11,11
8,89
6,67
24,32
14,86
12,16
8,11
8,11
29,04
11,09
11,89
9,12
6,61
86,70
39,42
35,17
26,22
21,38
IV. Hutan Adat II Dusun Medang
Kelampai (Eleteriospermum tapos)
Petai(Parkia speciosa)
Medang(Litsea elliptica)
Mentawak( Artocarpus lanceifolius)
Ubah
(S i l i )
Euphorbiaceae
Fabaceae
Lauraceae
Moraceae
Myrtaceae
26,77
9,45
6,299
5,512
6,299
20,20
9,09
6,06
6,06
6,06
19,81
15,63
14,56
6,33
2,79
66,79
34,17
26,92
17,90
15,15
88
mengemukakan bahwa dominasi merupakan tipe keanekaragaman yang dicirikan
oleh distribusi horisontal dan ukuran tumbuhan. Dominansi dari suatu spesies
pada tiap tingkatan spesies tumbuhan dapat memberi petunjuk daya survival
suatu spesies dalam suatu komunitas hutan. Indeks nilai penting merupakan
suatu bentuk gambaran struktur tegakan secara horizontal (Husch et al. 1982
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 113/172
dalam Kissinger 2002). Suatu jenis dikatakan berperan jika INP tingkat pancang
dan anakan lebih dari 10% dan untuk tingkat pohon dan tiang sebesar 15%.
Bila dikaitkan dengan suatu pengelolaan hutan, spesies yang selalu
dominan pada tiap tingkatan vegetasi mempunyai peluang yang besar untuk tetapterjaga kelestariannya, seperti contoh : Hevea brasilliensis, Horsfieldia irya,
Syzygium zeylanicum, Litsea elliptica, dan Hopea dryobalanoides. Famili
Euphorbiaceae merupakan famili yang selalu dominan pada keempat hutan
sekunder tersebut, sejalan dengan hasil penelitian tersebut, menurut Newbery et
al (1992) dalam Mackinnon et al. (2000) dikatakan bahwa Euphorbiaceae
merupakan suku utama ke dua di hutan-hutan di Borneo, kadang-kadang lebih
banyak terdapat daripada Dipterocarpaceae.
Keempat lokasi kajian merupakan hutan sekunder di mana habitat tersebut
telah mengalami perubahan. Suatu habitat yang telah mengalami perubahan
akibat adanya gangguan seperti penebangan, deforestrasi, hama penyakit,
kebakaran dan lain-lain, maka tumbuhan yang ada akan mengadakan reaksi untukmerubah lingkungan sehingga berada pada kondisi yang cocok bagi spesies yang
telah ada atau lebih cocok pada individu-individu baru. Sehingga reaksi ini
memegang peranan penting dalam pergantian spesies (Shukla & Chandel 1982
dalam Kusmana & Istomo 1995).
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dominasi suatu spesies yang
terjadi pada tiap tingkatan spesies tumbuhan dalam suatu tipe hutan terbentuk
melalui integrasi antara faktor kondisi spesies tumbuhan secara menyeluruh
(pertumbuhan dan perkembangan interaksi dengan tumbuhan lain proses
89
habitatnya juga dapat melestarikan spesies-spesies yang telah diketahui nilai dan
manfaatnya, misalnya spesies-spesies tumbuhan berkayu komersil, beragam
tumbuhan obat, tumbuhan unik seperti Nephenthes sp., yang terdapat di kawasan
hutan sekunder tersebut. Pengelolaan hutan-hutan tembawang (hutan karet alam
campuran) oleh masyarakat dapat di arahkan sebagai tempat penelitian. Hal ini
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 114/172
dapat menjadi alternatif dalam melestarikan tumbuhan bernilai ekonomis tinggi
sekaligus dapat melestarikan ekosistem kawasan itu sendiri. Sehingga diharapkan
dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar jika dikelola dengan
perencanaan yang benar dan dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat(MacKinnon et al. 1993).
c. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan pada Habitat Sengkubak
Keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologinya yang dapat digunakan untuk
menyatakan struktur komunitas (Soegianto 1994). Konsep ini dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan suatu komunitas pada suatu habitat dalam
menyeimbangkan komponennya dari berbagai ganggauan yang timbul. Secara
kuantitatif keanekaragaman spesies tumbuhan dapat diukur berdasarkan indeks
kekayaan, indeks keragaman spesies, indeks kesamaan komunitas dan indeks
kemerataan yang menandakan adanya pembagian individu yang merata diantara
jenis. Hasil analisis data terhadap kondisi kenekaragaman spesies tumbuhan di
empat lokasi kajian (habitat sengkubak) disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 Keanekaragaman spesies tumbuhan pada habitat sengkubak
IndeksHabitat TingkatPertumbuhan N S
Dmg H’ J’Semai 112 21 4,24 2,72 0,89
Hutan Adat I Pancang 94 24 5,06 2,54 0,80Sirang Tiang 87 18 3,81 2,24 0,77
Pohon 90 17 3,56 2,25 0,79
90
Tabel 26 Lanjutan
IndeksHabitat Tingkat
Pertumbuhan N S Dmg H’ J’
Semai 242 34 6,01 2,47 0,70Hutan Adat II Pancang 152 45 8,76 3,42 0,90
Medang Tiang 132 38 7,58 3,14 0,86
Pohon 127 33 6,61 2,87 0,82
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 115/172
Keterangan :
N = Jumlah individu pada suatu habitatS = Jumlah spesies tumbuhan pada suatu habitat
Dmg = Indeks Diversitas MargalefH’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener
J’ = Indeks kemerataan Shannon (Evennes Shannon)
Untuk mengetahui tingkat keragaman spesies di lokasi kajian, digunakan
kriteria indeks Shannon-Wienner. Kriteria nilai indeks keragaman spesies
Shannon-Wienner (Barbour et al. 1987) yang digunakan adalah : jika H’<1
dikategorikan sangat rendah, 1<H’≤ 2 kategori rendah, 2<H’≤ 3 kategori sedang,
3<H’≤ 4 kategori tinggi dan jika H’>4 kategori sangat tinggi.
Hutan adat I Sirang dan hutan karet alam campuran I Suak termasuk dalam
kategori sedang, hutan karet alam campuran II Suak dan hutan adat II Medang
memiliki keragaman spesies termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi.
Keragaman spesies tinggi terdapat pada hutan karet alam campuran II Suak pada
tingkat pertumbuhan tiang (3,03) dan pada hutan adat II Medang pada tingkat
pertumbuhan pancang (3,42) dan tiang (3,14). Nilai keragaman tumbuhan secara
keseluruhan terendah pada lokasi hutan Suak karet alam campuran I pada tingkat
pertumbuhan semai sebesar 2,09 dan tertinggi adalah pada tingkat pertumbuhan
pancang pada hutan Medang yaitu sebesar 3,42.
Keragaman spesies yang tinggi merupakan indikator dari kemantapan atau
kestabilan dari suatu tingkat pertumbuhan, dengan kata lain bahwa tingkat
pertumbuhan tiang pada Suak II dan pancang serta tiang pada hutan Medang
mempunyai stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
t b h l i M t Od (1993) b h k k j di
91
gangguan terhadap komponen-komponennya. Semakin tinggi nilai keragaman
jenis di suatu habitat, maka keseimbangan komunitasnya juga akan semakin
tinggi. Diagram keragaman spesies pada semua tingkat pertumbuhan berdasarkan
indeks Shannon-Wiener disajikan pada Gambar 26.
4
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 116/172
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Semai Pancang Tiang Pohon
Tingkat Pertumbuhan spesies tumbuhan
I n d e k s k e r a g a m a n s p e s i e s
Ht. adat I Sirang
Ht. karet alam
campuran I Suak Ht. karet alam
campuran II Suak Ht. adat II Medang
Gambar 26 Indeks keragaman spesies pada habitat sengkubak
Dari sudut pandang pengelolaan, tingginya keragaman spesies yang
diperlihatkan oleh hutan-hutan tropis merupakan dua sisi yang berbeda. Pada sisi
positif, terdapatnya sejumlah besar sumber daya tumbuhan yang tersedia. Sisi
lainnya, akibat tingginya keragaman spesies, maka individu-individu biasanya
terdapat dalam kepadatan yang sangat kecil. Apabila terdapat sejumlah besar
spesies, maka tiap spesies hanya terwakili oleh beberapa individu saja (Peter
1994).
Indeks kekayaan spesies merupakan suatu indeks yang memberikan
penjelasan tentang harapan menemukan spesies pada suatu komunitas tertentu.
Nilai kekayaan spesies dipengaruhi oleh banyaknya jumlah spesies dan jumlah
92
memiliki nilai indeks kekayaan tertinggi kedua setelah hutan Medang. Hutan
Sirang memiliki kekayaan spesies terendah dari keempat lokasi kajian. Harapan
menemukan spesies lebih tinggi pada hutan Medang. Hutan Medang memiliki
jumlah spesies dan jumlah individu tertinggi dibanding ketiga lokasi lainnya, hal
ini mempengaruhi nila indeks kekayaan spesiesnya menjadi lebih tinggi. Diagram
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 117/172
yang menunjukkan indeks kekayaan spesies pada habitat sengkubak disajikan
pada Gambar 27.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Semai Pancang Tiang Pohon
Tingkat pertumbuhan spesies tumbuhan
I n d e k s
k e k a y a a n ( M a r g a l e f )
Ht. adat I Sirang
Ht. karet alam
campuran I Suak
Ht. karet alamcampuran II Suak Ht. adat II
Medang
Gambar 27 Indeks kekayaan spesies pada habitat sengkubak
Nilai indeks kemerataan merupakan ukuran keseimbangan antara suatu
komunitas satu dengan lainnya. Nilai ini dipengaruhi oleh jumlah spesies yang
terdapat dalam suatu komunitas (Ludwig & Reynolds 1988). Semakin tinggi nilai
keanekaragaman spesies di suatu habitat, maka keseimbangan komunitasnya juga
akan semakin tinggi. Keseimbangan antara komunitas pada tingkat semai dihutan Sirang mempunyai keseimbangan komunitas tertinggi sebesar 0,89, pada
tingkat pancang hutan Medang mempunyai keseimbangan komunitas tertinggi
93
pertumbuhan spesies (berkisar 2,09-3,14), kekayaan spesies yang tinggi pada
tingkat pertumbuhan (berkisar 3,56-8,76) dan kemerataan spesies yang bervariasi
pada berbagai tingkat pertumbuhan mulai dari 0,66 (tingkat semai) hingga 0,90
pada tingkat pertumbuhan pancang.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 118/172
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.50.6
0.7
0.8
0.9
1
Semai Pancang Tiang Pohon
Tingkat Pertumbuhan spesies tumbuhan
I n d e k s K e m e r a t a a n
Hutan adat I (Sirang)
Hutan karet alam
campuran I (Suak I)Hutan karet alam
campuran II (Suak II)Hutan adat II (Medang)
Gambar 28 Indeks kemerataan pada habitat sengkubak
Variasi nilai indeks keanekaragaman pada berbagai tingkatan spesies
tumbuhan (semai hingga pohon) yang terjadi merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan karakteristik tempat tumbuh dan aktivitas yang
berhubungan di dalam komunitas hutan tersebut. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Bruenig (1995) menyatakan bahwa keanekaragaman spesies
berhubungan dan dibatasi kondisi tanah di mana terdapat zone perakaran, aerasi
dan kelembaban tanah, kandungan hara dan kualitas humus. Kissinger (2002)
menyatakan bahwa aktivitas yang terjadi pada suatu hutan relatif berpengaruh
terhadap kondisi keanekaragaman yang ditampilkan.
94
sedangkan jika dua komunitas yang dibandingkan berlainan maka nilai IS
mendekati 0%. yang dimodifikasi oleh Bray and Curtis (1957) dalam Magurran
(1988).
Wilayah hutan Suak I dan Suak II (2-3) memiliki kesamaan komunitas yang
cukup tinggi (IS>50%) pada semua tingkat pertumbuhan, hutan Sirang dengan
S k I S k II d h t M d d t dik t ik iliki k
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 119/172
Suak I, Suak II dan hutan Medang dapat dikategorikan memiliki kesamaan
komunitas rendah (IS<40%), kesamaan komunitas antara hutan Suak I dengan
hutan Medang dan Suak II dengan hutan Medang dapat dikategorikan sedang
pada tingkat pertumbuhan tiang (IS mendekati 50%), pada tingkat pertumbuhansemai, pancang dan pohon pada lokasi tersebut kesamaan komunitasnya
tergolong rendah (IS<40%). Data indeks kesamaan komunitas pada habitat
sengkubak disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Indeks kesamaan komunitas pada habitat sengkubak (hutan sekunder)
di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
Indeks kesamaan komunitas
( Index of Similarity)Habitat sengkubak
Semai Pancang Tiang Pohon
Ht. Adat I Sirang – Ht. Karet alam campuran ISuak 0.24 0.24 0.39 0.21
Ht. Adat I Sirang – Ht. Karet alam campuranII Suak 0.20 0.23 0.35 0.15
Ht. Adat I Sirang – Ht. Adat II Medang 0.22 0.23 0.39 0.15
Ht. Karet alam campuran I Suak – Ht. Karet
alam campuran II Suak 0.53 0.51 0.62 0.51Ht. Karet alam campuran I Suak – Ht. Adat IIMedang 0.27 0.33 0.47 0.40
Ht. Karet alam campuran II Suak – Ht. Adat II
Medang 0.35 0.36 0.48 0.33
3. Ancaman Kelestarian Sengkubak
Ancaman kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan, terutama
tumbuhan obat, lebih dikarenakan sebagian besar dari tumbuhan obat merupakan
tumbuhan liar yang hidup di alam. Heyne (1950) dalam Zuhud dan Haryanto
95
Apabila laju pemungutan langsung dari alam lebih cepat dari laju kemampuan
alam untuk memulihkan populasinya, maka akan kelangkaan dan kepunahan
spesies tumbuhan tersebut tidak dapat dielakkan.
Penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran, bioekologi dan
teknik penangkaran tumbuhan secara umum dan tumbuhan obat khususnya
masih sangat terbatas Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 120/172
masih sangat terbatas. Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal
tersebut sangat diperlukan guna mendasari upaya pelestarian pemanfaatan dan
pengembangan usaha pemanfaatan tumbuhan obat khususnya melalui budidaya
jenis. Keadaan ini menunjukkan bahwa peran lembaga ilmiah sangat diperlukandan perlu ditingkatkan. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai
keperluan manusia perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara
insitu maupun eksitu, agar tidak terjadi penurunan populasi dan
keanekaragamannya (Zuhud & Haryanto 1991).
Menurut BPS Sintang (2006), proporsi wilayah hutan di Sintang yang
diperuntukkan untuk kepentingan hutan perlindungan dan pelestarian alam/taman
nasional dan hutan lindung adalah 25,03% dari luas total hutan 3.227.900 ha.
Sekitar 75% dari luas tersebut adalah untuk kepentingan hutan produksi terbatas,
hutan produksi biasa, pertanian lahan kering dan hutan produksi yang dapat
dikonversi. Dari proporsi seperti ini, jelas peluang dibukanya hutan-hutan yang
tersisa masih tinggi.Di sisi lain, dalam pengelolaan hutan umumnya liana kurang diperhatikan.
Hal ini berimplikasi pada spesies seperti sengkubak, karena bila tidak dikenal dan
diketahui manfaatnya secara luas maka sengkubak lama-kelamaan akan punah
bersamaan dengan punahnya spesies yang belum dikenali lainnya. Berkurangnya
habitat sengkubak merupakan ancaman terhadap kelestariannya. Hilangnya
pengetahuan tradisional (umur respoden > 50 tahun sebesar 53,33%), pembukaan
lahan-lahan hutan tembawang yang selama ini dikelola oleh masyarakat menjadi
perkebunan sawit atau penggantian pola ladang karet alam menjadi hutan karet
96
Selain itu, informasi yang diperoleh dari pola sebaran spasial sengkubak
pada formasi hutan sekunder diketahui bahwa sengkubak cenderung membentuk
pola penyebaran mengelompok (clumped ). Individu dengan pola spasial
mengelompok bila mendapat gangguan akan lebih cepat punah dibandingkan
individu yang menyebar random (Kissinger 2002). Pengelompokkan yang terjadi
memerlukan suatu bentuk habitat tertentu
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 121/172
memerlukan suatu bentuk habitat tertentu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola sebaran
spasial seperti proses reproduksi dan regenerasi, kompetisi, topografi, kebutuhan
hara dan cahaya merupakan variabel penting yang harus menjadi perhatian utamadalam pengelolaan hutan. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam
manajemennya diantaranya adalah menjaga kelestarian pohon induk, mengurangi
halangan bagi carrier dalam proses dispersal, mengurangi kompetisi,
terpenuhinya kebutuhan hara dan cahaya. Intinya adalah bagaimana memadukan
syarat-syarat pertumbuhan yang membatasi keberadaan suatu spesies.
Sengkubak adalah salah satu bagian yang menjadi prioritas penyelamatan
dalam kegiatan konservasi. Karena sengkubak adalah tumbuhan yang khas (khas
dalam pemanfaatan), mempunyai potensi sebagai tanaman obat, mempunyai arti
tersendiri di kehidupan masyarakat pedalaman Sintang (baik Melayu maupun
Dayak), dan sengkubak juga hampir tidak dapat ditemukan di luar Kalimantan.
Luas daerah sebarannya juga semakin semakin kecil, peluang punahnya akantinggi jika hutan-hutan sekunder yang ada dan telah dikelola masyarakat selama
ini beralih fungsi menjadi lahan perkebunan atau lain sebagainya.
Sengkubak merupakan spesies yang diburu atau dipanen oleh manusia, jika
perilaku pemanenan tidak memperhatikan aspek-aspek kelestariannya, maka
spesies ini akan lebih cepat punah (Primack 1998). Penyebab utama hilangnya
dan punahnya spesies-spesies tumbuhan yang ada berasal dari populasi manusia
yang berkembang dengan cepat, dari cara manusia yang dengan cepat
memperluas wilayah ekologisnya dan memanfaatkan sumber daya hayati dari
97
berlebihan apalagi tanpa diikuti tindakan budidaya, polusi, perubahan iklim
global, serta industri pertanian dan kehutanan (UNEF 1995).
Lunturnya pengetahuan tradisional (erosi kebudayaan tradisional) yang
memiliki pemahaman tersendiri terhadap alam menyebabkan kesalahan dalam
penerapan pengetahuan yang dapat menyebabkan gagalnya pengembangan
kebijakan yang mencerminkan nilai ilmiah ekonomis dan sosial Hal ini dapat
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 122/172
kebijakan yang mencerminkan nilai ilmiah, ekonomis dan sosial. Hal ini dapat
mendorong kesalahan yang fatal dalam membuat perencanaan pengelolaan hutan
yang masih ada.
Sengkubak pernah ditemukan di pulau Jawa yaitu Pulau Panaitan tahun1951, Pantai Ngliyep Selatan Malang, Pantai Popoh Tulung Agung tahun 1914
(Herbarium Bogoriense, LIPI Cibinong 2007). Saat ini spesies tersebut hampir
tidak pernah terindentifikasi dalam beberapa kegiatan inventarisasi di Pulau
Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa karena tidak adanya pengenalan manfaat
sengkubak di Pulau Jawa, cenderung membuat spesies tersebut menjadi kurang
diperhatikan keberadaannya dan mempercepat kepunahan spesies tersebut.
Negara-negara tetangga, antara lain Philipina, Malaysia, dan Australia telah
melakukan pengujian bioaktif terhadap marga Pycnarrhena ini, dan Philipina
telah menetapkan P. manillensis Vidal sebagai tumbuhan obat penting, dimana
akar dan batangnya digunakan sebagai tonik, tepung akarnya untuk mengobati
kolera (Anonim 2007). Malaysia telah melakukan hal yang sama terhadap margaPynarrhena lainnya, diketahui daun dari P. tumetacta mengandung protein
tinggi (Hoe & Siong 1999).
4. Implikasi Konservasi Sengkubak
a. Meningkatkan Nilai Sengkubak
Implikasi dari konservasi sengkubak yang pertama-tama dapat dilakukan
adalah meningkatkan nilai tambah dari sengkubak, dalam arti mengetahui
keunggulan lain yang dimiliki sengkubak selain peranannya sebagai penyedap
98
Nilai ekonomi sengkubak dapat ditingkatkan antara lain dengan mengetahui
kandungan bioaktif sengkubak yang berperan untuk pengobatan. Karena sebagian
besar spesies dari famili Manispermaceae seperti akar kuning [ Arcangelisia flava
(L.) Merr.], brotowali [Tinospora crispa (L.) Diels.] merupakan tumbuhan obat.
Jika dikaitkan dengan anggota dari marga Pycnarrhena, diketahui bahwa
sebagian besar bagian vegetatif dari marga Pycnarrhena mempunyai kandungan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 123/172
sebagian besar bagian vegetatif dari marga Pycnarrhena mempunyai kandungan
bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan obat. Sebagai contoh akar dan
batang dari Pycnarrhena manillensis Vidal (Philipina) memiliki enam kandungan
alkaloid yang terdiri dari 3 (tiga) non phenolic dan 3 (tiga) phenolic, tepung dariakar dan batangnya digunakan untuk mengobati penyakit kolera, akarnya
dikatakan juga berperan sebagai tonik (Philippine Medical Plants 2007), batang
dari Pycnarrhena ozantha diketahui mengandung bahan bioaktif yang penting
bagi pengobatan penyakit tumor. Hal tersebut dapat digunakan sebagai
pendekatan untuk menduga bahwa sengkubak memiliki kandungan bioaktif yang
bermanfaat dalam pengobatan Kegunaan dan kandungan kimia dari spesies
Pycnarrhena lainnya disajikan dalam Tabel 29.
Tabel 29 Kegunaan dan kandungan kimia genus Pycnarrhena (spesies lainnya)
Spesies Kandungan kimia AsalSpecimen
Peranan Bagianyang
digunakan
P. ozantha 1)
4 bisbenzylisoquinolinealkaloids
(+)-2-nortthalrugosine(+)-bisnorobamegine
(+)-bisnorthalrugosine
(+)-pycnazanthine
Papua Nugini
Obat tumor Batang
P. novoguinensis 2)
Alkaloid jenis
magnoflorine
Indonesia Penghasil
alkaloid
P. manillensis3)
Enam jenis alkaloid :
Pycnarrhine, ambaline,
ambalininine (non- phenolic), pycnaminde,
pycnarrhinine,
pycnarrhenamine
( h li ) Ak
Philipina Akar sebagai
tonik, tepung
dari akarobat kolera
Batang dan
akar
99
b. Konservasi Insitu dan Eksitu
Melakukan konservasi tumbuhan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan konservasi sumber daya alam hayati secara keseluruhan.
Konservasi sumber daya alam hayati adalah sebagai upaya pengelolaan sumber
daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa memperhitungkan
kelangsungan persediannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 124/172
kelangsungan persediannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuan dilakukannya konservasi tersebut
adalah untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam dan
keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu kehidupan manusia (Dephut
1990). Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, maka strategi yang digunakan untuk
mewujudkan tujuan konservasi adalah perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwaliar beserta
ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Sengkubak mempunyai peranan sebagai salah satu sumber plasma nutfah
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga
melakukan konservasi terhadap sengkubak berarti bukan hanya melakukan
perlindungan dan pengawetan saja tetapi juga melakukan pemanfaatan yang
lestari. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai keperluan manusia
perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara insitu maupun eksitu,
agar tidak terjadi penurunan populasi dan keanekaragamannya (Zuhud &
Haryanto 1991).
Dalam melakukan cara pemanfaatan wilayah perlindungan dan sistem
penyangga hendaknya senantiasa memperhatikan kelangsungan dan fungsi
perlindungan di wilayah tersebut. Sesuai dengan pengertian tersebut maka tujuan
100
Kegiatan pengawetan menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 dapat dilakukan
melalui dua macam kegiatan yaitu melalui konservasi secara insitu dan
konservasi eksitu. Secara Insitu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan di
dalam habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk identifikasi, inventarisasi,
pemantauan habitat dan populasinya, penyelamatan jenis, pengkajian, penelitian
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 125/172
dan pengembangan (Dephutbun 1999a). Konservasi sengkubak secara insitu
dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan keberadaan hutan karet alam
campuran atau hutan tembawang yang selama ini telah dikelola oleh masyarakatsetempat, terutama etnis Dayak. Hal tersebut direkomendasikan karena hutan-
hutan tersebut merupakan habitat sengkubak. Di dalam hutan karet alam
campuran terdapat beragam spesies tumbuhan, selain pohon karet alam sebagai
komoditi utama, juga terdapat pohon-pohon penghasil buah (durian, rambutan,
cempedak, terap), jenis pohon yang dapat dimanfaatkan kayunya seperti keladan,
meranti, medang, ulin, beragam tumbuhan obat, spesies-spesies unik seperti
aneka Nephenthes, dan anggrek. Pengelolaan hutan karet alam campuran yang
dilakukan oleh masyarakat tersebut, bukan hanya sengkubak yang lestari tapi
banyak spesies yang sudah diketahui nilai dan manfaatnya turut terlindungi dan
lestari dalam suatu komunitas hutan sekunder.
Konservasi eksitu merupakan upaya pengawetan spesies di luar kawasan
yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakan spesies tumbuhan dan
satwa liar. Kegiatan konservasi eksitu dilakukan untuk menghindari kepunahan
dari spesies tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar
habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan,
pengkajian, penelitian, pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis
tumbuhan dan satwa liar. Konservasi sengkubak secara eksitu dilakukan dengan
mengembangkan kegiatan budidaya di luar habitat alaminya Karena dengan
101
Pemanfaatan sengkubak dan kondisi habitat sengkubak yang masih tersisa,
diketahui bahwa sebagian besar sengkubak yang dimanfaatkan masih bersifat liar
dan masih langsung dipungut dari hutan. Semakin terbatasnya hutan yang masih
terdapat sengkubak, hal ini harus segera diimbangi dengan tindakan budidaya.
Tindakan budidaya sebaiknya sudah mulai diupayakan terhadap sengkubak, jika
masyarakat beserta Pemda Kabupaten Sintang mempunyai keinginan untuk
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 126/172
mengangkat dan mempertahankan keberadaan sengkubak sebagai salah satu
tumbuhan khas yang mempunyai nilai khusus di masyarakat. Selain itu tindakan
budidaya juga merupakan upaya untuk menjaga sumber plasma nutfah atau
genetik.
Konservasi eksitu dan insitu tidak dapat dilakukan oleh pemerintah tanpa
dukungan dan partisipasi aktif masyarakat. Masyarakat dapat dimotivasi untuk
tetap mempertahankan pengelolaan hutan karet alam yang telah dilakukan dan
didorong untuk memperbanyak bibit sengkubak dan membudidayakan pula di
lingkungan sekitar tempat tinggal (di luar habitat alami). Adanya kecenderungan
penggantian pola perkebunan ke arah perkebunan kelapa sawit di Sintang,
masyarakat harus melakukan perhitungan yang matang, dengan
mempertimbangkan aspek pelestarian bagi banyak spesies yang dapat
dipertahankan (termasuk sengkubak).
c. Pemanfaatan Sengkubak Secara Lestari
Hampir setiap jenis eksploitasi sumber daya hutan tropis akan
mengakibatkan dampak ekologis. Besarnya dampak secara tepat tergantung pada
komposisi tumbuh-tumbuhan hutan, dan terutama pada spesies tertentu atau
sumber daya yang dieksploitasi. Dampak awal pemungutan sumber daya
tergantung pada jaringan tumbuhan tertentu yang dipungut. Pada Sengubak
bagian umum yang dipungut adalah bagian vegetatifnya yaitu daun.
Pemungutan dari struktur vegetatif menghasilkan salah satu dari dua
102
karena yang dipanen adalah bagian daun atau pucuk yang merupakan struktur
vegetatif, maka yang terjadi kemudian adalah permudaan kembali pada bagian
tersebut. Jika masyarakat dalam memanen sengkubak memperhatikan
kelangsungan pertumbuhannya, maka sesungguhnya pemanenan terhadap daun
sengkubak dengan batas-batas yang wajar tidak akan menyebabkan masalah yang
berarti.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 127/172
d. Meningkatkan Pengetahuan dalam Pembudidayaan Sengkubak
Strategi konservasi sumber daya alam di era pelaksanaan otonomi daerah
saat ini, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat yang berada di
sekitar kawasan dengan membina perilaku produktif yang berwawasan
lingkungan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber
daya alam tersebut, hal tersebut dapat dilakukan dengan penyuluhan, pendidikan
dan pelatihan (Sudarmadji 2002).
Dalam hal pengelolaan kawasan hutan, masyarakat etnis Dayak khususnya
telah memiliki pengetahuan yang cukup baik. Namun dalam budidaya
sengkubak, etnis Dayak dan Melayu Sintang belum memiliki teknik budidaya
lokal yang dapat digunakan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya meningkatkan
pengetahuan masyarakat terutama terhadap pembudidayaan sengkubak.
5. Pengelolaan Hutan oleh Etnis Dayak
Pengelolaan hutan oleh masyarakat dayak merupakan suatu strategi
konservasi yang dapat dilestarikan. Mengapa etnis Dayak, karena etnis Melayu
saat ini lebih terkonsentrasi berada di pusat kota kabupaten atau kecamatan, etnis
Dayak pada komunitas tertentu saat ini masih intens mengelola hutan karet alam
campuran. Di samping diperoleh manfaat dari segi ekonomi yaitu hasil getah
karet (kulat), hutan-hutan sekunder yang dikelola oleh etnis Dayak tersebut juga
k h bit t k b k di K b t Si t S k b k ih d t
103
kebutuhan sosialnya (ruang individu, keluarga dan masyarakat), kebutuhan
spiritualnya (tempat keramat, tempat pemakaman dan rumah ibadah), kebutuhan
ekonominya (hasil hutan, bahan baku dan kesempatan kerja) dan kebutuhan fisik
masyarakat (makanan, bahan bakar, obat-obatan dan alat).
Hutan merupakan sumber kebutuhan pokok dan ekonomi masyarakat, dari
hasil menoreh karet di hutan karet alam, setiap bulan setiap keluarga suku Dayak
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 128/172
Desa, Siberuang dan Sekujang Sintang dapat menghasilkan rata-rata 160 kg kulat
(getah karet) atau setara dengan Rp. 1.120.000. Sebagian kebutuhan hidup dapat
dipenuhi dengan mengelola hutan karet alam di samping kegiatan menanam padi
di ladang yang tetap dilakukan untuk kebutuhan pangan sehari-hari.
Masyarakat Dayak mempunyai pandangan perspektif yang berbeda
terhadap hutan. Hutan dianggap sebagai sebuah ruang yang pernah dihuni oleh
pendahulu/nenek moyang yang pengaruhnya terhadap hutan tersebut dapat
dilacak kembali. Masyarakat mempunyai aturan tersendiri dalam pengelolaan
hutan, ada sistem kepercayaan tradisional (norma, tabu, dan praktek tradisional
yang disepakati) yang mendukung nilai dan membimbing sistem pengelolaan
hutan yang dijalankan. Masyarakat memiliki pengetahuan yang luas terhadap
hutan yang dikelola, masyarakat pengelola sangat paham peranan masing-masing
pohon atau tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan yang dikelola. Sebagai
contoh masyarakat mengerti jenis pohon kempas (Koompasia malaccensis)
sebagai tempat bersarangnya lebah, pohon kempelas (Tetracera macrophylla)
berguna sebagai bahan amplas tradisional, pohon rambai hutan (Sarcotheca
macrophylla) buahnya digunakan masyarakat sebagai pembersih kuku.
Adanya pemahaman terhadap kegunaan dari masing-masing komponen
yang terdapat dalam hutan yang dikelola, hal tersebut membuat masyarakat
sangat mengerti bagaimana memperlakukan hutan yang dikelola. Tindakan yang
diambil dalam pengelolaan hutan didasarkan atas pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam terhadap masing masing komponen hutan Keunggulan lain dari
104
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 129/172
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] saat ini masih digunakan
oleh sebagian masyarakat Dayak dan Melayu Sintang sebagai penyedap alami.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 130/172
Pengetahuan mengenai manfaat sengkubak untuk keperluan penyedap rasa,
pengobatan, nilai magis dan pengetahuan terhadap bagian-bagian yang dapat
digunakan (daun, batang, buah), serta pengetahuan cara mengolah sengkubaksebagai penyedap rasa (diremas, diiris, ditumbuk) adalah berbeda antara etnis
Dayak dan Melayu Sintang. Berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
asal etnis,jarak tempat tinggal pengguna sengkubak dengan tempat hidupnya
sengkubak tidak berbeda antara Dayak dan Melayu dalam hal seringnya
menggunakan daun sengkubak sebagai penyedap rasa, namun berbeda
berdasarkan kelompok umur (15-54 tahun dan > 54 tahun). Pengetahuan
penggunaan sengkubak telah berkurang terutama di kalangan generasi muda
etnis Dayak dan Melayu Sintang.
2. Kondisi populasi sengkubak (P. cauliflora) pada hutan sekunder di Kabupaten
Sintang adalah memiliki kerapatan 14 ind/ha, dapat ditemukan pada
ketinggian 50-150 m dpl, cenderung menyebar secara berkelompok, berasosiasi positif dengan Hevea brasilliensis dan Syzygium zeylanicum untuk
tingkat pohon, dengan Hopea dryobalanoides dan Palaquium rostratum
(tingkat tiang). Implikasi konservasinya adalah meningkatkan nilai sengkubak
dan melakukan konservasi sengkubak secara insitu dan eksitu. Secara insitu
dengan mempertahankan keberadaan hutan-hutan tembawang atau hutan karet
alam campuran yang dikelola oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan
antara masyarakat, pemerintah, dan stakeholder lain (Lembaga Swadaya
M k i i) S k i d b k
B. Saran
1.
Perlu dilakukan peningkatan pemahaman arti pentingnya dan manfaat
pelestarian sengkubak (P.cauliflora) terutama di kalangan generasi muda di
Kabupaten Sintang.
2. Perlu dilakukan penelitian aspek budidaya sengkubak untuk menghasilkan
bibi b k d b k li k k i k i d
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 131/172
bibit yang banyak dan berkualitas untuk kepentingan konservasi dan
pemanfaatan oleh masyarakat.
3.
Perlu dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan bioaktif sengkubak
untuk meningkatkan nilai atau pemanfaatan lainnya.
106
DAFTAR PUSTAKA
Abaouchacra ML, M Leboeuf, H Guinaudeau, A Cave and P Cabalion. 1987. The
Bisbenzylisoquinoline Alkaloids of Pycnarrhena ozantha. Natural Product 50:375-380.
Anonim. 2007. Philippine Medicinal Plants: ambal (Pycnarrhena manillensis
Vidal). www. stuartxchange.org/ambal.html-similar pages. [4 April 2007].
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 132/172
) g g p g [ p ]
Anonim. 2007. The Ethnobotanical Garden. Htttp://www.forestry.sarawak.gov.
mu/forweb/research/frc/faciliti/ethnougdn.htm. [2 Mei 2007]
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang. 2006. Kabupaten Sintang Dalam
Angka. Sintang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang.
Backer CA and BVD Brink. 1963. Flora of Java 1. Netherlands: N.V.P.
Noordhoft Groningen.
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Strategi dan
Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020. BadanPerencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.
Bruenig EF. 1995. Conservation and Management of Tropical Rainforest : An
Integrated Approach to Sustainability. CAB International.
Caniago I and SF Siebert. 1998. Medical plant ecology, knowledge and
conservation in Kalimantan, Indonesia. Economic Botany 52(3):229-50 Jl/S.
Cotton CM. 1996. Ethnobotany Principles and Apllications. England: Wiley.
[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999a. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.
[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999b. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
107
Fitter AH dan RKM Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. S Andini,
penerjemah; B Srigandono, editor. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pres.
Florus P, S Djuweng, J Bamba dan N Andasputra.. 1994. Kebudayaan Dayak:
Aktualisasi dan Transformasi. Jakarta: Grasindo.
Gailea R. 2005. Identifikasi Pemanfaatan Dan Pengembangan Tumbuhan Obat Di
Sekitar Taman Nasional Lore Lindu. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 133/172
Gardner FP, RB Pearce dan RL Mitchell. 1991. Fisilogi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia. UI- Press. Jakarta.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (I-IV). Penerjemah; Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta:
Yayasan Sarana Wana Jaya.
Hendra M. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Buah-buahan dan Sayuran Liar Oleh
Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. [disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Heriyanto NM. 2004. Suksesi Hutan Bekas Tebangan Di Kelompok Hutan SungaiLekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam 1:175-191.
Hoe VB and KH Siong. 1999. The Nutrition Value of Indigenous Fruit and
Vegetables in Serawak. Clinical Nutrition 8:24-31. www.blackwell-
synergy.com [4 April 2007].
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan Oleh MasyarakatDayak Meratus Di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu
Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Bogor.
Kissinger. 2002. Keanekaragama Jenis Tumbuhan Struktur Tegakan, Dan Pola
Sebaran Spasial Beberapa Spesies Pohon Tertentu Di Hutan Kerangas. [tesis].
Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Kusmana C. 1989. Phitososiologi Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede
Pangrango, Jawa Barat. Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan.
108
Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. Second Edition. Canada: Addison-
Welsey Educational Publishers.
Loder J and R Neam. 1972. Tumour Inhibitory Plants: Two New Bisbenzyliso-
guinoline Alkaloid From Pycnarrhena ozantha (Menisperma-ceae). Chemistry 25(10):2193-2197. [2 Maret 2007].
Ludwig JA and JF Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A primer on methods and
computing. New York: A Wiley-Interscience.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 134/172
MacKinnon J, K MacKinnon, G Child dan J Thorsell. 1986. Pengelolaan
Kawasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika. penerjemah: Harry Harsono
Amir. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Pr.
MacKinnon K, G Hatta, H Halim dan A Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan.
Editor: Kartikasari SN. Jakarta: Prenhallindo.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement . London: Croom
Helm.
Maheswari JK. 1988. Ethnobotanical research and documentation. Symb. Bot.
Usp. 28(3):207-217. Univ. Uppsala.
Martin GJ. 1998. Etnobotani. Sebuah Manual Pemuliharaan Manusia dan
Tumbuhan. Edisi Bahasa Malaysia. Sabah: Natural History Publications
(Borneo).
Nasution S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Ndero G dan R Thijssen. 2004. Studi Etnobotani: Menemukan Jenis-jenis
Tanaman Potensial. Tropical Ethnobiology 1:8-9. www.leisa.info [5 April
2007].
Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univ. Pr.
Purwanto Y, EB Waluyo dan JJ Afriastini. 2005. Keanekaragaman jenis hasil
hutan bukan kayu di Plot Permanen di sungai Tapah, Jambi. Tropical Ethnobiology 2:88-110.
Purwanto Y dan EB Waluyo 1992 Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem :
109
Primack RB, J Supriatna, JM Indrawan dan P Kramadibrata. 1998. Biologi
Konservasi. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.
Rosalina U. 1996. Analisis Populasi dan Penyebaran Keanekaragaman Flora.Pusat Pengkajian Keanekaragaman Hayati Tropika Lembaga Penelitian.
Institut Pertanian. Bogor.
Soekarman dan S Riswan. 1992. Status pengetahuan etnobotani di Indonesia. Di
dalam Prosiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani Departemen
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 135/172
dalam Prosiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian RI,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI. Bogor.
Soerianegara I dan A Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitaf . Surabaya:Usaha Nasional.
Subagyo PJ. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek . Cetakan Kedua.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudarsono NSB dan EB Waluyo. Pengelolaan Data Etnobotani. Di DalamProsiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian RI,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI. Bogor.
Sudarmadji. 2002. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati di Era Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Dalam. Ilmu Dasar 3:50-55.
Uluk A, M Sudana dan E Wollenberg. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak
Terhadap Hutan di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. CIFOR
(Center for International Forestry Research). Bogor.
Verpoorte, R. TA Van Beek. H Siwon. AB Svendsen. 1982. Studies on
Indonesian medical plants: Screening of some Indonesian Menispermaceae for
alkaloid. Pharmacy World & Science Vol 4. Springer Netherland.
Wilson EO. 1992. The Strategy for Biodiversity Concervation. Dalam: Global
Biodiversity Strategy (WRI, IUCN,UNEP). pp. 19-36.
110
Abaouchacra ML at al. 1987. The Bisbenzylisoquinoline Alkaloids of
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 136/172
y q
Pycnarrhena ozantha. Natural Product 50:375-380.
Anonim. 2007. Philippine Medicinal Plants: ambal (Pycnarrhena manillensis
Vidal). www. stuartxchange.org/ambal.html-similar pages. [4 April 2007].
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sintang. 2005. Kabupaten Sintang Dalam
Angka. Sintang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang.
Backer CA. dan BVD Brink. 1963. Flora of Java. Vol.I. Netherlands: N.V.P.
Noordhoft Groningen.
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Strategi danRencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.
Cotton, C. M. 1996. Ethnobotany Principles and Apllications. England: Wiley.
Cropper, S.C. 1993. Management of Endangered Plants. Melbaourne:CSIRO
Publications..
[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999a. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.
[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999b. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Jakarta.
111
Gailea, R. 2005. Identifikasi Pemanfaatan Dan Pengembangan Tumbuhan Obat Di
Sekitar Taman Nasional Lore Lindu. [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Given, D.R. 1994. Principles And Practice of Plant Concervation Timber PressInc. Portland Oregon.
Hendra M. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Buah-buahan dan Sayuran Liar Oleh
Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. [disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 137/172
j g
Kartikawati, S.M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan Oleh Masyarakat
Dayak Meratus Di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu
Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut PertanianBogor.
Krebs, C.J. 1978. Ecology: The experimental analysis of distribution and
abundance. Second Edition. New York: Harper and Row Publishers.
Loder J, and R. Neam. 1972. Tumour Inhibitory Plants: Two New
Bisbenzylisoguinoline Alkaloid From Pycnarrhena ozantha (Menisperma-
ceae). Chemistry 25(10):2193-2197. http://www.publish. csiro.au/paper/CH9722193.htm [2 Maret 2007].
Ludwig J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A primer on methods
and computing. New York: A Wiley-Interscience.
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Croom
Helm Limited.
Maheswari, JK. 1988. Ethnobotanical research and documentation. Symb. Bot.Usp. 28(3):207-217. Univ. Uppsala.
Martin, G.J. 1998. Etnobotani. Sebuah Manual Pemuliharaan Manusia dan
Tumbuhan. Edisi Bahasa Malaysia. Sabah: Natural History Publications
(Borneo).
MacKinnon, J.,K. MacKinnon, G. Child, J. Thorsell. 1993. Pengelolaan kawasan
yang dilindungi di daerah tropika. Alih bahasa: Harry Harsono Amir.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Noerdjito M dan dkk 2005 Kriteria Jenis Hayati Yang Harus Dilindungi Oleh
112
Purwanto, Y. dan E.B. Waluyo. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem :
Tinjauan terhadap Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan.
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Cisarua, Bogor.
Primack R.B., J., Supriatna, J., M., Indrawan, dan P., Kramadibrata. 1998. Biologi
Konservasi. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.
Singarimbun M, dan S., Effendie. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S.
Soekarman dan S. Riswan. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani Di Indonesia.
Prosiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen
P didik d K b d R blik I d i D t P t i
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 138/172
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian
RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI.
Bogor.
Soerianegara, I dan A. Indrawan. 1985. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Usaha Nasional. Surabaya.
Sudarsono NSB dan EB Waluyo. Pengelolaan Data Etnobotani.dalam Prosiding
Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian RI, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI. Bogor.
Sudarmadji. 2002. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati di Era Pelaksanaan Otonomi
Daerah. Dalam: Jurnal Ilmu Dasar Vol.3 No. 1.pp.50-55.
Uluk, A., M., Sudana, dan E., Wollenberg. 2001. Ketergantungan Masyarakat
Dayak Terhadap Hutan di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang.CIFOR (Center for International Forestry Research). Bogor.
Wilson, E.O. 1992. The Strategy for Biodiversity Concervation. Dalam: Global
Biodiversity Strategy (WRI, IUCN,UNEP). pp. 19-36.
Wong, J.L.G., K., Thornber, dan N., Baker. 2001. Resource Assessment of Non-
Wood Forest Products. Food and Agriculture Organization of the United
Nations. Rome.
[UNEP] United Nations Environment Programme.1992. Strategi Keanekaragaman
Hayati Global. WRI. Washington.
Lampiran 1. Daftar nama responden sengkubak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
No. Nama Responden Umur (th) Asal suku Jenis kelamin Pekerjaan
Tingkat
Pendidikan Alamat Agama Manfaat Bagian yg Mendapatkan
yg d iketahui dimanfaatkan sengkubak 1 Rostina 30 Dayak Siberuang P Tani SD Dusun Tawang Sari SP V Protestan penyedap rasa daun mengambil
Desa Sirang Setambang di hutan
Kec. Sepauk
2 Mita 35 Dayak Siberuang P Tani SD Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Protestan penyedap rasa daun mengambil
Desa Paoh Benua dihutan
Kec. Sepauk
3 Libu 42 Dayak Siberuang L Tani tdk sekolah Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Protestan penyedap rasa daun mengambil
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 139/172
3 Libu 42 Dayak Siberuang L Tani tdk sekolah Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Protestan penyedap rasa daun mengambil
Desa Paoh Benua penangkal di hutan
Kec. Sepauk
4 Murni 56 Dayak Siberuang P Pensiun guru/ SPGc Desa Tanjung Ria Protestan penyedap rasa daun memesan
tani Kec. Sepauk dengan orang
5 Dayang Utami 62 Melayu P RT SMP Jl. Lintas Melawi No. 1 Islam penyedap rasa daun memesan
Kec. Sintang dengan orang
6 Abang Maslip B. 67 Melayu L Pensiun guru/ SMP Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil
tani Gg. Aneka 3 No. 6 Sintang untuk jimat`/ di hutan
penangkal
7 Halidjah 70 Melayu P Tani tdk sekolah Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil
Gg. Gama Jaya Sintang untuk obat batang di hutan
untuk penangkal
8 Dayang Zaitun 62 Melayu P Tani SD Jl. Sintang Putussibau, Islam penyedap rasa daun mengambil
Akcaya Sintang untuk obat di hutan
9 Bajung 42 Dayak Desa L Tani SMP Dusun Ensaid Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Ensaid Panjang, di hutan
Kec. Kelam Permai
10 Intana 60 Dayak Desa P Tani tdk sekolah Dusun Najak Protestan penyedap rasa daun mengambil
Desa Merpak di hutan
Kec. Kelam Permai
11 Kumba 70 Dayak Desa L Tani SD Dusun Najak Protestan penyedap rasa daun mengambil
Desa Merpak di hutan
Kec. Kelam Permai
12 Hermanus bintang 53 Dayak Desa L Tani SD Dusun Ensaid Protestan penyedap rasa daun mengambil
Desa Ensaid Panjang, di hutan
Kec. Kelam Permai13 Mad Amin 73 Melayu L Dukun tdk sekolah Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil
Gg. Gama Jaya Sintang untuk obat di hutan
14 Ukin 80 Dayak Siberuang L Tani tdk sekolah Dusun Suak Protestan penyedap rasa daun mengambil
Desa Manis Raya di hutan
Kec. Sepauk
15 Damai 38 Dayak Siberuang P Tani SMP Dusun Suak Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Manis Raya di hutan
Kec. Sepauk
16 Tayang 40 Dayak Siberuang L Tani SD Dusun Suak Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Manis Raya di hutan
Kec. Sepauk
Lampiran 1 Lanjutan (Daftar Nama Responden Sengkubak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat)
No. Nama Responden Umur (th) Asal suku Jenis kelamin Pekerjaan ingkat Pendidika Alamat Agama Manfaat Bagian yg Mendapatkan
yg d iketahui dimanfaatkan sengkubak
17 Skadok 55 Dayak Sekujang L ani (Ketua ada SD Dusun Setambang Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Sirang Setambang "buntat"/teras buah (teras) di hutan
Kec. Sepauk
18 Saminah 50 Dayak sekujang P Tani SD Dusun Setambang Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Sirang Setambang di hutan
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 140/172
g g
Kec. Sepauk
19 Julong 43 Dayak Sekujang L Tani SMP Dusun Setambang Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Sirang Setambang di hutan
Kec. Sepauk
20 Suryati 43 Dayak Desa P Tani SMP Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambilDesa Harapan Jaya di hutan
Kec. Dedai
21 Yuliana 27 Dayak Desa P Swasta SMP Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Harapan Jaya di hutan
Kec. Dedai
22 Koni 60 Melayu L Mantri SPK Jl. Kartini Kampung Alai Islam penyedap rasa daun mengambil
Sintang untuk obat di hutan
23 Yusharlina 36 Melayu P RT SMA Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil
Gg. Aneka 3 No. 6 Sintang untuk obat di hutan
24 Usman 40 Melayu L Tani SMP Kampung Masukan darat Islam penyedap rasa daun mengambilSintang untuk obat di hutan
25 Machmud Effendi 64 Melayu L Pensiun TNI SMP Jl. Teuku Umar Gg. Jambu Islam penyedap rasa daun mengambil
Air Kampung Alai untuk obat di hutan
Kec. Sintang
26 Atong 46 Dayak desa L Pedagang SMP Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Harapan Jaya jimat penawar buah (teras) di hutan
Kec. Dedai "buntat"
27 Moses 32 Dayak Siberuang L Tani SMP Dusun Suak (SP I) Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Manis Raya di hutan
Kec. Sepauk
28 Singki 42 Dayak Siberuang L Tani SD Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Katolik penyedap rasa daun mengambilDesa Paoh Benua di hutan
Kec. Sepauk
29 Began 52 Dayak Desa L Tani SD Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Harapan Jaya jimat penawar buah (teras) di hutan
Kec. Dedai
30 Lau 68 Dayak Siberuang L Tani tidak sekolah Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Katolik penyedap rasa daun mengambil
Desa Paoh Benua di hutan
Kec. Sepauk
Lampiran 2. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pohon di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP
(ind/ha) (%) (%) (%) (%)
1 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 12 13,33 0,44 14,86 1,33 11,10 39,29
2 Pelok kelik - Sapindaceae Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Leenh. 1 1,11 0,04 1,35 0,20 1,67 4,13
3 K t K t E h bi H b ili i M ll ARG 30 33 33 0 72 24 32 3 48 29 04 86 70
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 141/172
3 Karet Karet Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Muell. ARG 30 33,33 0,72 24,32 3,48 29,04 86,70
4 Kepuak Terap Moraceae Artocarpus elasticus Reiwn. 6 6,67 0,24 8,11 0,79 6,61 21,38
5 Kayu asam - Sapindaceae Nephelium laurinum BI. 2 2,22 0,08 2,70 0,13 1,12 6,04
6 Kumpang Peredah burung Myristicaceae Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. 8 8,89 0,24 8,11 1,09 9,12 26,11
7 Jambu Belanda Jambu bol Myrtaceae Syzigium sp. 1 1,11 0,04 1,35 0,09 0,77 3,23
8 Ketikal Petaling Olacaceae Ochanostachys amentancea Mast. 3 3,33 0,12 4,05 0,43 3,62 11,01
9 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa Pram. 3 3,33 0,12 4,05 0,28 2,31 9,70
10 Medang Medang Lauraceae Litsea elliptica Blume 10 11,11 0,36 12,16 1,42 11,90 35,17
11 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L.) DC. 5 5,56 0,20 6,76 0,37 3,09 15,40
12 Kayu ara Beringin Moraceae Ficus spp. 2 2,22 0,08 2,70 1,40 11,70 16,62
13 Mulik asuk Sendok-sendok Euphorbiaceae Endospermum malacensis 2 2,22 0,08 2,70 0,22 1,80 6,72
14 Puduk Puduk Moraceae Artocarpus kemando Miq. 1 1,11 0,04 1,35 0,05 0,45 2,91
15 Mawang Kulim Olacaceae Scorodacarpus borneensisBecc. 1 1,11 0,04 1,35 0,16 1,30 3,76
16 Mentawak Keledang Moraceae Artocarpus lanceifolius Roxburgh. 1 1,11 0,04 1,35 0,16 1,34 3,80
17 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima (BI.ex Miq.) Buij. 2 2,22 0,08 2,70 0,37 3,07 8,00
90 100 2,96 100,00 11,97 100,00 300,00
Lampiran 3. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pohon di hutan karet alam campuran I Dusun Suak, Kecamatan Sepauk, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP
(ind/ha) (%) (%) (%) (%)
1 Karet Karet Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Muell. ARG 31 30,69 0,84 25,61 2,81 34,15 90,45
2 Mentawak Keledang Moraceae Artocarpus lanceifol ius Roxburgh. 7 6,93 0,28 8,54 0,65 7,86 23,33
3 Leban Laban Verbenaceae Vitex pubescens 3 2,97 0,08 2,44 0,14 1,64 7,05
4 Selangking dada Tampang Moraceae Artocarpus dadah Miq 4 3 96 0 16 4 88 0 22 2 65 11 49
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 142/172
4 Selangking dada Tampang Moraceae Artocarpus dadah Miq. 4 3,96 0,16 4,88 0,22 2,65 11,49
5 Kepuak Terap Moraceae Artocarpus elasticus Reinw. 11 10,89 0,32 9,76 1,19 14,50 35,15
6 Sengkajang - Anonaceae Xylopia ferruginea (Hk.f.ex Thoms.) Sinclair 4 3,96 0,16 4,88 0,24 2,93 11,77
7 Kedadak - Myristicaceae Myristica villosa 1 0,99 0,04 1,22 0,11 1,36 3,57
8 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae Alstonia angustifolia King ex Gamble 11 10,89 0,40 12,20 0,89 10,77 33,85
9 Meniran - Rubiaceae Lasianthus sp. 2 1,98 0,04 1,22 0,12 1,48 4,68
10 Entibab - Dipterocarpaceae Dryobalanops fuscas 1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,49 2,70
11 Purang Mahang Euphorbiaceae Macaranga pruinosa (Miq.) Muell. Arg. 1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,51 2,72
12 Medang Medang Lauraceae Litsea elliptica Blume 2 1,98 0,08 2,44 0,08 0,97 5,39
13 Puduk Puduk Moraceae Artocarpus kemando Miq. 1 0,99 0,04 1,22 0,05 0,62 2,83
14 Pelaik bukit Pulai Apocynaceae Alstonia scholaris (L.) R. Br. 6 5,94 0,20 6,10 0,53 6,40 18,44
15 Merhubong Mengkubang Euphorbiaceae Macaranga gigantea Muell. 3 2,97 0,12 3,66 0,26 3,21 9,84
16 Raba - Anacardiaceae Mangifera havilandi i 1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,44 2,65
17 Nyatuh Nyatoh terung Sapotaceae Palaquium rostratum (Miq.) Burck. 1 0,99 0,04 1,22 0,08 0,94 3,15
18 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa Pram. 1 0,99 0,04 1,22 0,09 1,12 3,3319 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 5 4,95 0,12 3,66 0,43 5,17 13,78
20 Kumpang Peredah burung Myristicaceae Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. 1 0,99 0,04 1,22 0,08 0,97 3,18
21 Sumpit Anyang-anyang Elaeocarpaceae Elaeocarpus griffithi i (Wight.) A. Gray 1 0,99 0,04 1,22 0,07 0,88 3,09
22 Keladan Keladan Dipterocarpaceae Hopea dryobalanoides Miq. 2 1,98 0,08 2,44 0,04 0,43 4,85
23 Kempili Pasang Fagaceae Quercus Sp. 1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,51 2,72
101 100,00 3,28 100,00 8,22 100,00 300,00
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 143/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 144/172
127 100,00 3,96 100,00 16,34 100,00 300,00
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 145/172
Lampiran 6. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan tiang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP
(%) (%) (%) (%)
1 Kumpang Peredah burung Myristicaceae Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. 32 9,20 0,28 10,14 0,46 7,96 27,30
2 Karet Karet Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Muell. ARG 136 39,08 0,68 24,64 1,99 34,19 97,91
3 Sengkajang - Anonaceae Xylopia ferruginea (Hk.f.ex Thoms.) Sinclair 4 1,15 0,04 1,45 0,09 1,60 4,20
4 Sumpit Anyang-anyang Elaeocarpaceae Elaeocarpus griffithii (Wight.) A. Gray 8 2,30 0,08 2,90 0,15 2,51 7,71
5 Medang Medang Lauraceae Litsea elliptica Blume 32 9,20 0,32 11,59 0,47 8,10 28,89
6 Puduk Puduk Moraceae Artocarpus kemando MIQ 8 2,30 0,08 2,90 0,14 2,32 7,52
7 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima (BI.ex Miq.) Buij. 24 6,90 0,24 8,70 0,51 8,70 24,29
8 P l ik i it P l i i it A Al t i tif li Ki G bl 16 4 60 0 16 5 80 0 30 5 07 15 47
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 146/172
8 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae Alstonia angustifolia King ex Gamble 16 4,60 0,16 5,80 0,30 5,07 15,47
9 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 16 4,60 0,16 5,80 0,27 4,62 15,02
10 Kayu asam - Sapindaceae Nephelium laurinum BI. 12 3,45 0,12 4,35 0,28 4,76 12,56
11 Selangking dada Tampang Moraceae Artocarpus dadah Miq. 8 2,30 0,08 2,90 0,17 2,85 8,05
12 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L.) DC. 20 5,75 0,20 7,25 0,39 6,72 19,71
13 Bidau Melinjo Gnetaceae Gnetum gnemon L. var. brunonianum Mgf. 12 3,45 0,12 4,35 0,26 4,49 12,28
14 Pelok kelik - Sapindaceae Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Leenh. 4 1,15 0,04 1,45 0,05 0,91 3,51
15 Upik - Anacardiaceae Parishia insignis Hook. f. 4 1,15 0,04 1,45 0,08 1,38 3,97
16 Sabar bubu - Rubiaceae Gaertnera vaginans (DC.) Merr. 4 1,15 0,04 1,45 0,07 1,17 3,77
17 Mentawak Keledang Moraceae Artocarpus lanceifolius Roxburgh. 4 1,15 0,04 1,45 0,05 0,93 3,53
18 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa Pram. 4 1,15 0,04 1,45 0,10 1,74 4,33
348 100,00 2,76 100,00 5,82 100,00 300,00
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 147/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 148/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 149/172
528 100 4,24 100,000 7,728 100,000 300,000
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 150/172
Lampiran 10. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pancang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP
(%) (%) (%) (%)
1 Medang Medang Lauraceae Litsea elliptica Blume 96 6,32 0,20 6,33 0,07 5,78 18,43
2 Gaharu Kayu garu Thymelaceae Gonystylus bancanus Kurs. 16 1,05 0,04 1,27 0,03 2,55 4,87
3 Karet Karet Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Muell. ARG 480 31,58 0,64 20,25 0,07 5,26 57,09
4 Legai Kelepang Theaceae Adinandra dumosa Jack 32 2,11 0,08 2,53 0,02 1,82 6,46
5 Kemantan Embacang Anacardiaceae Mangifera foetida Lour. 112 7,37 0,28 8,86 0,18 14,54 30,77
6 Kerangkai - Icacinaceae Gomphandra quadrifida (BI.) Sleumer 16 1,05 0,04 1,27 0,00 0,14 2,46
7 Kandis Kandis Clusiaceae Garcinia parvifolia (Miq.) Miq. 16 1,05 0,04 1,27 0,02 1,44 3,76
8 Linang Rambutan Sapindaceae Nephelium sp. 16 1,05 0,04 1,27 0,07 5,90 8,22
9 Pelok kelik - Sapindaceae Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Leenh. 32 2,11 0,08 2,53 0,02 1,42 6,06
10 Jambu belanda Jambo bol Myrtaceae Syzygium sp. 16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,73 3,04
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 151/172
10 Jambu belanda Jambo bol Myrtaceae Syzygium sp. 16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,73 3,04
11 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 96 6,32 0,20 6,33 0,13 10,20 22,84
12 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima (BI.ex Miq.) Buij. 80 5,26 0,20 6,33 0,06 5,02 16,61
13 Bidau Melinjo Gnetaceae Gnetum gnemon L. var. brunonianum Mgf. 64 4,21 0,16 5,06 0,05 4,18 13,45
14 Kumpang Peredah burung Myristicaceae Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. 128 8,42 0,32 10,13 0,19 14,68 33,23
15 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L.) DC. 80 5,26 0,20 6,33 0,05 4,21 15,80
16 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa Pram. 64 4,21 0,16 5,06 0,04 3,19 12,46
17 Keradilah Beruwas Clusiaceae Garcinia cf. celebica L. 16 1,05 0,04 1,27 0,04 2,80 5,11
18 Kayu asam - Sapindaceae Nephelium laurinum BI. 32 2,11 0,08 2,53 0,02 1,37 6,01
19 Puduk Puduk Moraceae Artocarpus kemando Miq. 32 2,11 0,08 2,53 0,09 7,19 11,83
20 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae Alstonia angustifolia King ex Gamble 16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,84 3,16
21 Mentawak Keledang Moraceae Artocarpus lanceifolius Roxburgh. 16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,40 2,72
22 Lipis kulit Temberas Melastomataceae Memecylon myrsinoides 16 1,05 0,04 1,27 0,00 0,25 2,57
23 Sumpit Anyang-anyang Elaeocarpaceae Elaeocarpus griffithii (Wight.) A. Gray 16 1,05 0,04 1,27 0,03 2,29 4,61
24 Sabar bubu - Rubiaceae Gaertnera vaginans (DC.) Merr. 32 2,11 0,08 2,53 0,05 3,79 8,42
1520 100,00 3,16 100,00 1,26 100,00 300,00
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 152/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 153/172
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 154/172
Lampiran 14. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP (%)(ind/ha) (%) (%)
1 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 2500 22,32 0,40 12,35 34,67
2 Ribu-ribu - Anisophylleaceae Anisophyllea disticha (Jack) Baillon 600 5,36 0,20 6,17 11,53
3 Ketikal Petaling Olacaceae Ochanostachys amentancea Mast. 200 1,79 0,08 2,47 4,25
4 Pelok kelik - Sapindaceae Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Leenh. 400 3,57 0,12 3,70 7,28
5 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima (BI.ex Miq.) Buij. 800 7,14 0,24 7,41 14,55
6 Mansing - Hipericaceae Cratoxylum cochinchinense (Lour.) BI. 500 4,46 0,04 1,23 5,70
7 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria cf sarmentosa BI 400 3 57 0 12 3 70 7 28
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 155/172
7 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria cf. sarmentosa BI. 400 3,57 0,12 3,70 7,28
8 Kempenat - Alangiaceae Alangium salviniolium (L.f.) Wangerin 400 3,57 0,12 3,70 7,28
9 Bungkang Kelat Myrtaceae Syzygium sp. 200 1,79 0,08 2,47 4,2510 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L.) DC. 1300 11,61 0,48 14,81 26,42
11 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae Alstonia angustifolia King ex Gamble 200 1,79 0,08 2,47 4,25
12 Kerangkai - Icacinaceae Gomphandra quadrifida (BI.) Sleumer 200 1,79 0,08 2,47 4,25
13 Kumpang Peredah burung Myristicaceae Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. 400 3,57 0,16 4,94 8,51
14 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa Pram. 500 4,46 0,16 4,94 9,40
15 Ruai - Euphorbiaceae Aporosa aurata 300 2,68 0,12 3,70 6,38
16 Simpur Sempur Dilleniaceae Dillenia spp. 800 7,14 0,20 6,17 13,32
17 Kayu bunga Balau Rosaceae Parinarium sp. 100 0,89 0,04 1,23 2,13
18 Melanjan - Sapindaceae Nephelium uncinatum Radlk. Ex Leenh. 400 3,57 0,16 4,94 8,51
19 Tegar - Anacardiaceae Campnosperma auriculata 300 2,68 0,08 2,47 5,15
20 Kayu malam Kayu itam Ebenaceae Diospyros sp. 200 1,79 0,08 2,47 4,25
21 Bidau Melinjo Gnetaceae Gnetum gnemon L. var. brunonianum Mgf. 500 4,46 0,20 6,17 10,64
11200 100 3,24 100 200
Lampiran 15. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan Sepauk, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP (%)
(%) (%)1 Durian Durian Bombaceae Durio zibethinus 100 0,29 0,04 0,95 1,24
2 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria cf. sarmentosa BI. 6200 17,87 0,72 17,14 35,01
3 Mentawak Keledang Moraceae Artocarpus lanceifolius Roxburgh 1900 5,48 0,12 2,86 8,33
4 Jangau Jirak Symplocaceae Symplocos cochincinensis (Lour.) Moore 1400 4,03 0,20 4,76 8,80
5 Medang Medang Lauraceae Litsea alliptica Blume 1600 4,61 0,40 9,52 14,13
6 Karet Karet Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Muell. ARG 13800 39,77 0,92 21,90 61,67
7 Keladan Keladan Dipterocarpaceae Hopea dryobalanoides Miq. 2300 6,63 0,28 6,67 13,29
8 Simpur Sempur Dilleniaceae Dillenia spp 500 1 44 0 12 2 86 4 30
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 156/172
8 Simpur Sempur Dilleniaceae Dillenia spp. 500 1,44 0,12 2,86 4,30
9 Mansing - Hipericaceae Cratoxylum cochinchinense (Lour.) BI. 300 0,86 0,12 2,86 3,72
10 Kepuak Terap Moraceae Artocarpus elasticus Reinw. 3000 8,65 0,24 5,71 14,36
11 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L.) DC. 800 2,31 0,24 5,71 8,02
12 Leban Laban Verbenaceae Vitex pubescens 300 0,86 0,12 2,86 3,72
13 Purang Mahang Euphorbiaceae Macaranga puncticulata Gage 100 0,29 0,04 0,95 1,24
14 Kopi hutan - Rubiaceae Tricalysia singularis Korth. 100 0,29 0,04 0,95 1,24
15 Pakit Meranti Dipterocarpaceae Shorea sp. 400 1,15 0,08 1,90 3,06
16 Nyatu Ensik Nyatoh Sapotaceae Palaquium sericeum H.J. Lam 100 0,29 0,04 0,95 1,24
17 Medang bulai Kayu gambir Ulmaceae Gironniera subaequalis Planch. 500 1,44 0,16 3,81 5,25
18 Rambutan Rambutan Sapindaceae Nephelium lappaceum L 300 0,86 0,04 0,95 1,82
19 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 500 1,44 0,08 1,90 3,35
20 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecolobium lobatum Benth. 100 0,29 0,04 0,95 1,24
21 Kayu asam - Sapindaceae Nephelium laurinum BI. 100 0,29 0,04 0,95 1,24
22 Gaharu Kayu garu Thymelaceae Gonystylus bancanus Kurs. 100 0,29 0,04 0,95 1,24
23 Langkang ruai - Euphorbiaceae Croton angyratus BI. 100 0,29 0,04 0,95 1,24
24 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae Alstonia angustifolia King ex Gamble 100 0,29 0,04 0,95 1,24
34700 100 4,2 100 200
Lampiran 16. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan Sepauk, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP (%)
(ind/ha) (%) (%)1 Melanjan - Sapindaceae Nephelium uncinatum Radlk. Ex Leenh. 100 0,36 0,04 1,03 1,39
2 Karet Karet Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Muell. ARG 7400 26,81 0,60 15,46 42,28
3 Medang Medang Lauraceae Litsea elliptica Blume 1000 3,62 0,32 8,25 11,87
4 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 800 2,90 0,20 5,15 8,05
5 Keladan Keladan Dipterocarpaceae Hopea dryobalanoides Miq. 8100 29,35 0,84 21,65 51,00
6 Pendok - Anonaceae Cyathocalyx biovulatus Boerl. 500 1,81 0,16 4,12 5,94
7 Kemidan Limang Anonaceae Mezzettia spp. 100 0,36 0,04 1,03 1,39
8 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L ) DC 1700 6 16 0 28 7 22 13 38
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 157/172
8 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L.) DC. 1700 6,16 0,28 7,22 13,38
9 Belengkiang Jirak Symplocaceae Symplocos sp. 100 0,36 0,04 1,03 1,39
10 Kayu asam - Sapindaceae Nephelium laurinum BI. 200 0,72 0,08 2,06 2,79
11 Mentawak Keledang Moraceae Artocarpus lanceifolius Roxburgh. 2000 7,25 0,04 1,03 8,28
12 Langkang ruai - Euphorbiaceae Croton angyratus BI. 700 2,54 0,16 4,12 6,66
13 Medang bulai Kayu gambir Ulmaceae Gironniera subaequalis Planch. 200 0,72 0,08 2,06 2,79
14 Kempenat - Alangiaceae Alangium salviniolium (L.f.) Wangerin 100 0,36 0,04 1,03 1,39
15 Kumpang Peredah burung Myristicaceae Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. 100 0,36 0,04 1,03 1,39
16 Pakit Meranti Dipterocarpaceae Shorea sp. 200 0,72 0,08 2,06 2,79
17 Unik Kayu lentadak Sapindaceae Guioa pleuropteris (BI.) Radlk. 100 0,36 0,04 1,03 1,39
18 Kempili Pasang Fagaceae Quercus sp. 400 1,45 0,04 1,03 2,48
19 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria cf. sarmentosa BI. 1500 5,43 0,32 8,25 13,68
20 Pelaik bukit Pulai Apocynaceae Alstonia scholaris (L.) R. Br. 100 0,36 0,04 1,03 1,39
21 Titidan - Sapindaceae Nephelium cuspidatum BI. Var.eriopetalu 400 1,45 0,08 2,06 3,51
22 Jangau Jirak Symplocaceae Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore 1200 4,35 0,16 4,12 8,47
23 Simpur Sempur Dilleniaceae Dillenia spp. 100 0,36 0,04 1,03 1,39
24 Kepuak Terap Moraceae Artocarpus elasticus Reinw. 500 1,81 0,12 3,09 4,90
27600 100 3,88 100 200
Lampiran 17. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai, Sintang
No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP
(ind/ha) (%) (%) (%)1 Pantat daun - Rubiaceae Psychotria sp. 300 1,24 0,12 2,54 3,78
2 Pingan Kosar Moraceae Artocarpus rigidus BI. 500 2,07 0,08 1,69 3,76
3 Cempedak Cempedak Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. 2400 9,92 0,48 10,17 20,09
4 Medang Medang Lauraceae Litsea elliptica Blume 1600 6,61 0,44 9,32 15,93
5 Beringin hijau - Anonaceae Goniothalamus tapis Miq. 400 1,65 0,04 0,85 2,50
6 Penyelabak - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26
7 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L.) DC. 2000 8,26 0,60 12,71 20,98
8 Kubal - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 158/172
, , , ,
9 Salak hutan - Burseraceae Dacryodes rugosa (Blume) H.J. Lam. 100 0,41 0,04 0,85 1,26
10 Pejantang - Violaceae Rinorea bengalensis (Wallich.) Kuntze 700 2,89 0,16 3,39 6,2811 Tekam Tekam Dipterocarpaceae Hopea sp. 300 1,24 0,08 1,69 2,93
12 Kumpang Peredah burung Myristicaceae Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. 400 1,65 0,16 3,39 5,04
13 Empaling - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26
14 Pantat rusa - Myrsinaceae Ardisia cf. lanceolatum Roxburgh 100 0,41 0,04 0,85 1,26
15 Kelampai Tapos Euphorbiaceae Eleteriospermum tapos Blume 9700 40,08 0,64 13,56 53,64
16 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria cf. sarmentosa BI. 300 1,24 0,12 2,54 3,78
17 Nyatuh Nyatoh terung Sapotaceae Palaquium rostratum (Miq.) Burck. 800 3,31 0,24 5,08 8,39
18 Kepuak Terap Moraceae Artocarpus elasticus Reinw. 200 0,83 0,04 0,85 1,67
19 Biantang Katuri Clusiaceae Garcinia bancana 400 1,65 0,08 1,69 3,35
20 Keraput - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26
21 Kedangkai - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26
22 Mokiau - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26
23 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King 200 0,83 0,08 1,69 2,52
24 Lukai - Anonaceae Goniothalamus macrophyllus Hook. f. & Thoms. 500 2,07 0,16 3,39 5,46
25 Melaban Pelawan Myrtaceae Tristania beccarii 500 2,07 0,12 2,54 4,61
26 Kayu Ambon Clusiaceae Calophyllum sp. 400 1,65 0,08 1,69 3,35
27 Simpur Sempur Dilleniaceae Dillenia excelsa 400 1,65 0,12 2,54 4,20
28 Mang - Clusiaceae Garcinia gaudichaudii Planch. & Triana 100 0,41 0,04 0,85 1,26
29 Kemayau - Burseraceae Dacryodes rostrata (Blume) H.J.Lam 100 0,41 0,04 0,85 1,26
30 Bentak - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26
31 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima (BI.ex Miq.) Buij. 300 1,24 0,12 2,54 3,78
32 Petai Petai Fabaceae Parkia speciosa Hassk. 400 1,65 0,16 3,39 5,04
33 Keladan Keladan Dipterocarpaceae Hopea dryobalanoides Miq. 300 1,24 0,12 2,54 3,78
34 Mentawak Keledang Moraceae Artocarpus lanceifolius Roxburgh. 100 0,41 0,04 0,85 1,26
24200 100,00 4,72 100,00 200,00
Lampiran 18. Perhitungan Sebaran Spasial Sengkubak (Pycnarrhena cauliflora )
Lokasi Ht. Adat I Sirang Ht. Karet alam campuran I Suak Ht. Karet alam campuran II Suak Lokasi Adat II Medang
Plot S Individu Sxi2
Plot S Individu Sxi2
Plot S Individu Sxi2
Plot S Individu Sxi2
1 3 9 1 0 0 1 0 0 1 2 4
2 0 0 2 2 4 2 0 0 2 2 4
3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 1 1
4 2 4 4 0 0 4 5 25 4 0 0
5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 1 1
6 7 49 6 0 0 6 0 0 6 0 0
7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 1 1
8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0
9 0 0 9 2 4 9 1 1 9 0 0
10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0
11 2 4 11 0 0 11 0 0 11 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 159/172
11 2 4 11 0 0 11 0 0 11 0 0
12 1 1 12 0 0 12 0 0 12 2 413 0 0 13 0 0 13 0 0 13 1 1
14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 1 1
15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 2 4
16 0 0 16 0 0 16 0 0 16 2 4
17 2 4 17 1 1 17 0 0 17 2 4
18 0 0 18 1 1 18 0 0 18 1 1
19 0 0 19 1 1 19 0 0 19 1 1
20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 1 1
21 0 0 21 2 4 21 1 1 21 2 4
22 0 0 22 1 1 22 2 4 22 0 0
23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0
24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 0
25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0
17 71 10 16 9 31 22 36
Sxi2 289 Sxi2 100 Sxi2 81 Sxi2 484
s2 2,476667 s2 0,5 s2 1,156667 s2 0,693333
0,68 0,4 0,36 0,88
Id= 4,963235 Id= 1,666667 Id= 7,638889 Id= 0,757576
Mu = 0,275063 Mu = -0,28878 Mu = -0,44988 Mu = 0,447667
Mc = 1,96025 Mc = 2,707111 Mc = 2,9205 Mc = 1,731619
Ip= 0,56517 Ip= 0,195262 Ip= 0,60685 Ip= -0,21945
Clumped Clumped Clumped Uniform
Lampiran 19 Analisis asosiasi spesies sengkubak dengan spesies lainnya pada tingkat pohon
Lokasi Hutan Adat I Dusun Sirang (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)
Plot Sengkubak Cempedak Plot Sengkubak Pelok kelik Plot Sengkubak Karet Plot Sengkubak Kepuak
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 0 2 0 0 2 0 1 2 0 0
3 0 0 3 0 0 3 0 1 3 0 04 1 0 4 1 0 4 1 1 4 1 0
5 0 1 5 0 0 5 0 1 5 0 0
6 1 1 6 1 0 6 1 1 6 1 0
7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 1
8 0 1 8 0 0 8 0 1 8 0 0
9 0 0 9 0 0 9 0 0 9 0 0
10 0 1 10 0 0 10 0 1 10 0 0
11 1 0 11 1 0 11 1 1 11 1 0
12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1 0
13 0 1 13 0 0 13 0 0 13 0 0
14 0 1 14 0 0 14 0 1 14 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 160/172
14 0 1 14 0 0 14 0 1 14 0 0
15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 116 0 0 16 0 0 16 0 1 16 0 0
17 1 0 17 1 0 17 1 0 17 1 1
18 0 1 18 0 0 18 0 1 18 0 1
19 0 0 19 0 0 19 0 1 19 0 0
20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 0 0
21 0 1 21 0 0 21 0 1 21 0 0
22 0 0 22 0 0 22 0 1 22 0 0
23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0
24 0 1 24 0 0 24 0 0 24 0 1
25 0 0 25 0 0 25 0 1 25 0 0
6 11 6 1 6 17 6 6
SengkubakCempedak SengkubakPelok kelik Sengkubak Karet Sengkubak Kepuak
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 3 3 6 Ada 1 5 6 Ada 5 1 6 Ada 2 4 6
Tdk ada 8 11 19 Tdk ada 0 19 19 Tdk ada 12 7 19 Tdk ada 4 15 19
Total 11 14 25 Total 1 24 25 Total 17 8 25 Total 6 19 25
E(a) = 2,64 E(a) = 0,24 E(a) = 4,08 E(a) = 1,44
E(b) = 3,36 E(b) = 5,76 E(b) = 1,92 E(b) = 4,56
E(c) = 8,36 E(c) = 0,76 E(c) = 12,92 E(c) = 4,56
E(d) = 10,64 E(d) = 18,24 E(d) = 6,08 E(d) = 14,44
X2h = 0,115345 X2h = 3,298611 X2h = 0,853006 X2h = 0,3770390,115345 3,298611 0,853006 0,377039
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,214286 JI = 0,166667 JI = 0,277778 JI = 0,2
DI = 0,352941 DI = 0,285714 DI = 0,434783 DI = 0,333333
Lampiran 19. Lanjutan
Hutan Adat I Sirang (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)
Plot Sengkubak Medang Plot Sengkubak Kumpang Plot Sengkubak Ubah Plot Sengkubak jengkol
1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
2 0 0 2 0 1 2 0 0 2 0
3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 04 1 0 4 1 0 4 1 0 4 1
5 0 1 5 0 0 5 0 0 5 0
6 1 1 6 1 0 6 1 0 6 1
7 0 0 7 0 1 7 0 1 7 0
8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0
9 0 1 9 0 1 9 0 0 9 0
10 0 1 10 0 0 10 0 0 10 0
11 1 0 11 1 0 11 1 1 11 1
12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1
13 0 0 13 0 1 13 0 0 13 0
14 0 1 14 0 0 14 0 0 14 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 161/172
14 0 1 14 0 0 14 0 0 14 0
15 0 1 15 0 0 15 0 1 15 016 0 0 16 0 0 16 0 0 16 0
17 1 0 17 1 0 17 1 1 17 1
18 0 0 18 0 0 18 0 0 18 0
19 0 0 19 0 0 19 0 0 19 0
20 0 0 20 0 1 20 0 0 20 0
21 0 0 21 0 0 21 0 0 21 0
22 0 0 22 0 0 22 0 0 22 0
23 0 1 23 0 1 23 0 0 23 0
24 0 1 24 0 0 24 0 0 24 0
25 0 1 25 0 0 25 0 0 25 0
6 10 6 6 6 5 6 0
Sengkubak Medang Sengkubak Kumpang Sengkubak Ubah Sengkubak jengkol
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 2 4 6 Ada 0 6 6 Ada 3 3 6 Ada 0 3 3
Tdk ada 8 11 19 Tdk ada 6 13 19 Tdk ada 2 17 19 Tdk ada 2 17 19
Total 10 15 25 Total 6 19 25 Total 5 20 25 Total 2 20 22
E(a) = 2,4 E(a) = 1,44 E(a) = 1,2 E(a) = 0,272727
E(b) = 3,6 E(b) = 4,56 E(b) = 4,8 E(b) = 2,727273
E(c) = 7,6 E(c) = 4,56 E(c) = 3,8 E(c) = 1,727273
E(d) = 11,4 E(d) = 14,44 E(d) = 15,2 E(d) = 17,27273
X2h = 0,146199 X2h = 2,493075 X2h = 4,440789 X2h = 0,3473680,146199 2,493075 4,440789 0,347368
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,142857 JI = 0 JI = 0,375 JI = 0
DI = 0,25 DI = 0 DI = 0,545455 DI = 0
Karena X2
h > X2
0.05, maka ho diterima, ada asosiasi antara sengkubak dengan ubah
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 162/172
Lampiran 19. Lanjutan
Hutan Adat I Sirang (Asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat tiang)
Plot Sengkubak kumpang Plot Sengkubak gerantung Plot Sengkubak karet Plot Sengkubak ubah
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
2 0 0 2 0 0 2 0 1 2 0 0
3 0 1 3 0 0 3 0 1 3 0 04 1 0 4 1 1 4 1 0 4 1 0
5 0 0 5 0 0 5 0 1 5 0 0
6 1 0 6 1 0 6 1 1 6 1 0
7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 1
8 0 0 8 0 1 8 0 1 8 0 0
9 0 0 9 0 1 9 0 0 9 0 0
10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 1
11 1 0 11 1 0 11 1 1 11 1 0
12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1 0
13 0 0 13 0 0 13 0 1 13 0 0
14 0 1 14 0 1 14 0 1 14 0 1
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 163/172
15 0 0 15 0 0 15 0 1 15 0 016 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 0
17 1 0 17 1 0 17 1 1 17 1 0
18 0 0 18 0 1 18 0 0 18 0 0
19 0 1 19 0 0 19 0 0 19 0 0
20 0 0 20 0 0 20 0 1 20 0 0
21 0 0 21 0 0 21 0 0 21 0 0
22 0 0 22 0 0 22 0 1 22 0 1
23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 1
24 0 0 24 0 1 24 0 1 24 0 0
25 0 1 25 0 0 25 0 1 25 0 0
6 7 6 6 6 17 6 5
Sengkubak kumpang Sengkubak Gerantung Sengkubak karet Sengkubak ubah
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada
Ada 2 4 6 Ada 1 5 6 Ada 5 1 6 Ada 0 6 Total
Tdk ada 2 17 19 Tdk ada 5 14 19 Tdk ada 12 7 19 Tdk ada 5 14 6
Total 4 21 25 Total 6 19 25 Total 17 8 25 Total 5 20 19
25
E(a) = 0,96 E(a) = 1,44 E(a) = 4,08 E(a) = 1,2
E(b) = 5,04 E(b) = 4,56 E(b) = 1,92 E(b) = 4,8
E(c) = 3,04 E(c) = 4,56 E(c) = 12,92 E(c) = 3,8
E(d) = 15,96 E(d) = 14,44 E(d) = 6,08 E(d) = 15,2
X2h = 1,764829 X2h = 0,232764 X2h = 0,853006 X2h = 1,9736841,764829 0,232764 0,853006 1,973684
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,25 JI = 0,090909 JI = 0,277778 JI = 0
DI = 0,4 DI = 0,166667 DI = 0,434783 DI = 0
Lampiran 20. Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain
Lokasi Hutan Karet Alam Campuran I Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)
Plot Sengkubak Karet Plot Sengkubak Mentawak Plot Sengkubak Pelaik Plot Sengkubak Kepuak
1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 1
3 0 1 3 0 0 3 0 0 3 0 0
4 0 1 4 0 0 4 0 0 4 0 0
5 0 1 5 0 0 5 0 0 5 0 0
6 0 1 6 0 1 6 0 1 6 0 0
7 0 1 7 0 0 7 0 1 7 0 1
8 0 1 8 0 0 8 0 0 8 0 1
9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 0
10 0 1 10 0 0 10 0 1 10 0 0
11 0 1 11 0 1 11 0 1 11 0 0
12 0 1 12 0 0 12 0 1 12 0 0
13 0 1 13 0 0 13 0 1 13 0 0
14 0 1 14 0 1 14 0 1 14 0 0
15 0 1 15 0 0 15 0 0 15 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 164/172
15 0 1 15 0 0 15 0 0 15 0 0
16 0 1 16 0 1 16 0 0 16 0 117 1 1 17 1 0 17 1 0 17 1 0
18 1 1 18 1 0 18 1 1 18 1 1
19 1 0 19 1 1 19 1 0 19 1 1
20 0 1 20 0 0 20 0 0 20 0 0
21 1 1 21 1 0 21 1 1 21 1 0
22 1 1 22 1 0 22 1 1 22 1 0
23 0 1 23 0 0 23 0 0 23 0 0
24 0 1 24 0 0 24 0 1 24 0 0
25 0 1 25 0 0 25 0 1 25 0 0
7 23 7 7 7 13 7 6
Sengkubak Karet Sengkubak Mentawak Sengkubak Pelaik Sengkubak Kepuak
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 5 2 7 Ada 2 5 7 Ada 4 3 7 Ada 3 4 7
Tdk ada 18 0 18 Tdk ada 5 13 18 Tdk ada 9 9 18 Tdk ada 3 15 18
Total 23 2 25 Total 7 18 25 Total 13 12 25 Total 6 19 25
E(a) = 6,44 E(a) = 1,96 E(a) = 3,64 E(a) = 1,68
E(b) = 0,56 E(b) = 5,04 E(b) = 3,36 E(b) = 5,32
E(c) = 16,56 E(c) = 5,04 E(c) = 9,36 E(c) = 4,32
E(d) = 1,44 E(d) = 12,96 E(d) = 8,64 E(d) = 13,68
X2h = 5,590062 X
2h = 0,001575 X
2h = 0,103022 X
2h = 1,895363
5,590062 0,001575 0,103022 1,895363
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,2 JI = 0,166667 JI = 0,25 JI = 0,3
DI = 0,333333 DI = 0,285714 DI = 0,4 DI = 0,461538
Karena X2h > X
20.05, maka ho diterima, ada asosiasi antara sengkubak dengan ubah
Lampiran 20. Lanjutan
Lokasi Hutan Karet Alam Campuran I Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon) Lokasi Suak tiang
Plot Sengkubak Sengkajang Plot Sengkubak Cempedak Plot Sengkubak Merkubong Plot Sengkubak Keladan
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
2 1 1 2 1 0 2 1 0 2 1 0
3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0
4 0 0 4 0 0 4 0 0 4 0 0
5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0
6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 0
7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0
8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0
9 1 0 9 1 0 9 1 0 9 1 0
10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0
11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 1
12 0 1 12 0 0 12 0 1 12 0 0
13 0 0 13 0 0 13 0 1 13 0 0
14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 0
15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 165/172
15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 0
16 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 017 1 1 17 1 1 17 1 0 17 1 1
18 1 0 18 1 0 18 1 0 18 1 0
19 1 0 19 1 0 19 1 0 19 1 0
20 0 0 20 0 1 20 0 0 20 0 0
21 1 0 21 1 0 21 1 0 21 1 1
22 1 0 22 1 0 22 1 1 22 1 1
23 0 0 23 0 1 23 0 1 23 0 0
24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 0
25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0
7 4 7 3 7 4 7 4
SengkubakSengkajang Sengkubak Cempedak Sengkubak Merkubong Sengkubak Keladan
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 2 5 7 Ada 1 6 7 Ada 1 6 7 Ada 3 4 7
Tdk ada 2 16 18 Tdk ada 2 16 18 Tdk ada 3 15 18 Tdk ada 1 17 18
Total 4 21 25 Total 3 22 25 Total 4 21 25 Total 4 21 25
E(a) = 1,12 E(a) = 0,84 E(a) = 1,12 E(a) = 1,12
E(b) = 5,88 E(b) = 6,16 E(b) = 5,88 E(b) = 5,88
E(c) = 2,88 E(c) = 2,16 E(c) = 2,88 E(c) = 2,88
E(d) = 15,12 E(d) = 15,84 E(d) = 15,12 E(d) = 15,12
X2h = 1,143235 X
2h = 0,0481 X
2h = 0,0212585 X
2h = 5,217782
1,143235 0,0481 0,0212585 5,217782
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,222222 JI = 0,111111 JI = 0,1 JI = 0,375
DI = 0,363636 DI = 0,2 DI = 0,18181818 DI = 0,545455
Lampiran 20. Lanjutan
Lokasi Hutan Karet Alam Campuran I Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat tiang)
Plot Sengkubak Medang bulai Plot Sengkubak Medang Plot Sengkubak Leban Plot Sengkubak Jangau
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
2 1 0 2 1 1 2 1 0 2 1 0
3 0 0 3 0 0 3 0 1 3 0 0
4 0 0 4 0 1 4 0 0 4 0 0
5 0 0 5 0 1 5 0 0 5 0 0
6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 0
7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0
8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0
9 1 0 9 1 0 9 1 0 9 1 0
10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 1
11 0 1 11 0 0 11 0 0 11 0 0
12 0 1 12 0 0 12 0 0 12 0 0
13 0 0 13 0 0 13 0 0 13 0 0
14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 1
15 0 1 15 0 0 15 0 0 15 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 166/172
16 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 117 1 1 17 1 0 17 1 0 17 1 0
18 1 1 18 1 0 18 1 1 18 1 0
19 1 0 19 1 0 19 1 0 19 1 0
20 0 0 20 0 0 20 0 1 20 0 0
21 1 0 21 1 1 21 1 0 21 1 0
22 1 0 22 1 0 22 1 0 22 1 0
23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0
24 0 1 24 0 0 24 0 0 24 0 0
25 0 1 25 0 0 25 0 0 25 0 0
7 8 7 4 7 4 7 3
Sengkubak edang bulai Sengkubak Medang Sengkuba Leban Sengkubak Jangau
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 2 5 7 Ada 2 5 7 Ada 1 6 7 Ada 0 6 6
Tdk ada 6 12 18 Tdk ada 2 16 18 Tdk ada 3 15 18 Tdk ada 3 15 18
Total 8 17 25 Total 4 21 25 Total 4 21 25 Total 3 21 24
E(a) = 2,24 E(a) = 1,12 E(a) = 1,12 E(a) = 0,75
E(b) = 4,76 E(b) = 5,88 E(b) = 5,88 E(b) = 5,25
E(c) = 5,76 E(c) = 2,88 E(c) = 2,88 E(c) = 2,25
E(d) = 12,24 E(d) = 15,12 E(d) = 15,12 E(d) = 15,75
X2h = 0,052521 X
2h = 1,143235 X
2h = 0,021259 X
2h = 1,142857
0,052521 1,143235 0,021259 1,142857
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,153846 JI = 0,222222 JI = 0,1 JI = 0
DI = 0,266667 DI = 0,363636 DI = 0,181818 DI = 0
Lokasi Suak I tiang
Plot Sengkubak Sengkajang
1 0 0
2 1 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 1 1
10 0 0
11 0 0
12 0 1
13 0 0
14 0 0
15 0 0
16 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 167/172
17 1 018 1 0
19 1 0
20 0 0
21 1 0
22 1 0
23 0 1
24 0 0
25 0 0
7 3
Ada Tdk ada Total
Ada 1 6 7
Tdk ada 2 16 18
Total 3 22 25
E(a) = 0,84
E(b) = 6,16
E(c) = 2,16
E(d) = 15,84
X2h = 0,0481
0,0481
X20.05(1) = 3,841
JI = 0,111111
DI = 0,2
Sengkubak
Sengkajang
Lampiran 21. Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain
Lokasi Hutan Karet alam campuran II Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)
Plot Sengkubak Keladan Plot Sengkubak Ubah Plot Sengkubak Medang Plot Sengkubak Kempenat
1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 03 0 0 3 0 1 3 0 1 3 0 0
4 1 0 4 1 1 4 1 1 4 1 1
5 0 0 5 0 1 5 0 1 5 0 0
6 0 0 6 0 0 6 0 1 6 0 0
7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0
8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0
9 1 1 9 1 1 9 1 0 9 1 0
10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 0
11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 0
12 0 0 12 0 0 12 0 0 12 0 0
13 0 0 13 0 0 13 0 1 13 0 0
14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 168/172
15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 016 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 0
17 0 0 17 0 0 17 0 0 17 0 0
18 0 1 18 0 0 18 0 0 18 0 0
19 0 0 19 0 0 19 0 0 19 0 0
20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 0 0
21 1 0 21 1 0 21 1 0 21 1 0
22 1 0 22 1 0 22 1 0 22 1 0
23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0
24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 0
25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0
4 4 4 5 4 6 4 1
Sengkubak Keladan Sengkubak Ubah Sengkubak Medang Sengkubak Kempenat
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 1 3 4 Ada 2 2 4 Ada 1 3 4 Ada 1 3 4
Tdk ada 3 18 21 Tdk ada 3 18 21 Tdk ada 5 16 21 Tdk ada 0 21 21
Total 4 21 25 Total 5 20 25 Total 6 19 25 Total 1 24 25
E(a) = 0,64 E(a) = 0,8 E(a) = 0,96 E(a) = 0,16
E(b) = 3,36 E(b) = 3,2 E(b) = 3,04 E(b) = 3,84
E(c) = 3,36 E(c) = 4,2 E(c) = 5,04 E(c) = 0,84
E(d) = 17,64 E(d) = 16,8 E(d) = 15,96 E(d) = 20,16
X2h = 0,28699 X2h = 2,678571 X2h = 0,002611 X2h = 5,46875
0,28699 2,678571 0,002611 5,46875
X2
0.05(1) = 3,841 X2
0.05(1) = 3,841 X2
0.05(1) = 3,841 X2
0.05(1) = 3,841
JI = 0,142857 JI = 0,285714 JI = 0,111111 JI = 0,25
DI = 0,25 DI = 0,444444 DI = 0,2 DI = 0,4
Lampiran 21. Lanjutan
Hutan Karet alam campuran II Dusun Suak (tingkat pohon) Asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat t iang (Ht. karet alam campuran II Suak)
Plot Sengkubak Nyatuh ensik Plot Sengkubak Entibab Plot Sengkubak Nyatuh Plot Sengkubak Ubah
1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 13 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 1
4 1 0 4 1 0 4 1 1 4 1 1
5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 1
6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 0
7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0
8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0
9 1 1 9 1 0 9 1 1 9 1 1
10 0 1 10 0 0 10 0 0 10 0 0
11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 0
12 0 0 12 0 0 12 0 0 12 0 0
13 0 0 13 0 0 13 0 0 13 0 0
14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 169/172
15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 016 0 0 16 0 0 16 0 0 16 0 0
17 0 0 17 0 0 17 0 0 17 0 0
18 0 0 18 0 0 18 0 0 18 0 0
19 0 0 19 0 0 19 0 0 19 0 0
20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 0 1
21 1 0 21 1 1 21 1 0 21 1 0
22 1 0 22 1 0 22 1 0 22 1 0
23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 1
24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 1
25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0
4 2 4 1 4 3 4 8
Sengkubak yatuh ensik Sengkubak Entibab Sengkubak Nyatuh Sengkubak Ubah
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 1 3 4 Ada 1 3 4 Ada 2 2 4 Ada 2 2 4
Tdk ada 1 20 21 Tdk ada 0 21 21 Tdk ada 1 20 21 Tdk ada 6 15 21
Total 2 23 25 Total 1 24 25 Total 3 22 25 Total 8 17 25
E(a) = 0,32 E(a) = 0,16 E(a) = 0,48 E(a) = 1,28
E(b) = 3,68 E(b) = 3,84 E(b) = 3,52 E(b) = 2,72
E(c) = 1,68 E(c) = 0,84 E(c) = 2,52 E(c) = 6,72
E(d) = 19,32 E(d) = 20,16 E(d) = 18,48 E(d) = 14,28
X2h = 1,869824 X2h = 5,46875 X2h = 6,511544 X2h = 0,7090341,869824 5,46875 6,511544 0,709034
X2
0.05(1) = 3,841 X2
0.05(1) = 3,841 X2
0.05(1) = 3,841 X2
0.05(1) = 3,841
JI = 0,2 JI = 0,25 JI = 0,4 JI = 0,2
DI = 0,333333 DI = 0,4 DI = 0,571429 DI = 0,333333
Lampiran 21. Lanjutan
Lokasi SuakII Tiang
Plot Sengkubak Puduk
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 1 0
5 0 0
6 0 1
7 0 0
8 0 1
9 1 0
10 0 0
11 0 0
12 0 0
13 0 1
14 0 0
15 0 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 170/172
16 0 017 0 0
18 0 0
19 0 0
20 0 0
21 1 1
22 1 0
23 0 1
24 0 0
25 0 0
4 5
Ada Tdk ada Total
Ada 1 3 4
Tdk ada 4 17 21
Total 5 20 25
E(a) = 0,8
E(b) = 3,2
E(c) = 4,2
E(d) = 16,8
X2h = 0,074405
0,074405
X2
0.05(1) = 3,841
JI = 0,125
DI = 0,222222
Sengkubak
Puduk
Lampiran 22. Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain
Lokasi Hutan Adat II Dusun Medang (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)
Plot sengkubak Petai Plot sengkubak Piling Plot Sengkubak Kelampai Plot Sengkubak Merkubong
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 1 0 2 1 1 2 1 1 2 1 1
3 1 0 3 1 0 3 1 1 3 1 0
4 0 0 4 0 0 4 0 0 4 0 05 1 0 5 1 0 5 1 1 5 1 1
6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 1
7 1 0 7 1 0 7 1 1 7 1 0
8 0 0 8 0 0 8 0 1 8 0 0
9 0 0 9 0 0 9 0 1 9 0 0
10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 0
11 0 0 11 0 0 11 0 1 11 0 0
12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1 0
13 1 0 13 1 0 13 1 1 13 1 0
14 1 0 14 1 0 14 1 1 14 1 0
15 1 1 15 1 0 15 1 1 15 1 0
16 1 1 16 1 0 16 1 1 16 1 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 171/172
16 1 1 16 1 0 16 1 1 16 1 0
17 1 0 17 1 0 17 1 0 17 1 0
18 1 1 18 1 0 18 1 0 18 1 0
19 1 1 19 1 0 19 1 1 19 1 0
20 1 0 20 1 0 20 1 1 20 1 0
21 1 1 21 1 0 21 1 0 21 1 0
22 0 0 22 0 0 22 0 0 22 0 0
23 0 1 23 0 0 23 0 0 23 0 0
24 0 0 24 0 0 24 0 1 24 0 0
25 0 0 25 0 0 25 0 1 25 0 0
15 8 15 2 15 18 15 3
Sengkubak Petai Sengkubak Piling Sengkubak Kelampai SengkubakMerkubong
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 7 8 15 Ada 2 13 15 Ada 12 3 15 Ada 2 13 15
Tdk ada 1 9 10 Tdk ada 0 10 10 Tdk ada 6 4 10 Tdk ada 1 9 10
Total 8 17 25 Total 2 23 25 Total 18 7 25 Total 3 22 25
E(a) = 4,8 E(a) = 1,2 E(a) = 10,8 E(a) = 1,8
E(b) = 10,2 E(b) = 13,8 E(b) = 4,2 E(b) = 13,2
E(c) = 3,2 E(c) = 0,8 E(c) = 7,2 E(c) = 1,2
E(d) = 6,8 E(d) = 9,2 E(d) = 2,8 E(d) = 8,8
X2h = 3,707108 X
2h = 1,449275 X
2h = 1,190476 X
2h = 0,063131
3,707108 1,449275 1,190476 0,063131
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,4375 JI = 0,133333 JI = 0,571429 JI = 0,125
DI = 0,608696 DI = 0,235294 DI = 0,727273 DI = 0,222222
Lampiran 22. Lanjutan
Hutan Adat II Medang (asosiasi tingkat pohon)
Plot Sengkubak Medang Plot Sengkubak Ubah Plot sengkubak Cempedak Plot Sengkubak Mentawak
1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0
3 1 0 3 1 0 3 1 1 3 1 0
4 0 0 4 0 0 4 0 0 4 0 05 1 1 5 1 1 5 1 0 5 1 0
6 0 0 6 0 1 6 0 1 6 0 0
7 1 0 7 1 0 7 1 0 7 1 0
8 0 1 8 0 0 8 0 0 8 0 0
9 0 0 9 0 0 9 0 0 9 0 1
10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0
11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 1
12 1 0 12 1 0 12 1 0 12 1 0
13 1 1 13 1 0 13 1 0 13 1 0
14 1 0 14 1 0 14 1 0 14 1 1
15 1 0 15 1 0 15 1 0 15 1 0
16 1 0 16 1 1 16 1 0 16 1 0
7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 172/172
16 1 0 16 1 1 16 1 0 16 1 0
17 1 0 17 1 1 17 1 0 17 1 1
18 1 0 18 1 0 18 1 0 18 1 1
19 1 0 19 1 1 19 1 0 19 1 0
20 1 1 20 1 0 20 1 0 20 1 0
21 1 0 21 1 1 21 1 1 21 1 0
22 0 1 22 0 0 22 0 0 22 0 0
23 0 0 23 0 1 23 0 1 23 0 0
24 0 0 24 0 1 24 0 1 24 0 0
25 0 0 25 0 0 25 0 1 25 0 1
15 5 15 8 15 6 15 6
Sengkubak Medang Sengkubak Ubah Sengkubak Cempedak Sengkubak Mentawak
Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total
Ada 3 12 15 Ada 5 10 15 Ada 2 13 15 Ada 3 12 15
Tdk ada 1 9 10 Tdk ada 3 7 10 Tdk ada 4 6 10 Tdk ada 3 7 10
Total 4 21 25 Total 8 17 25 Total 6 19 25 Total 6 19 25
E(a) = 2,4 E(a) = 4,8 E(a) = 3,6 E(a) = 3,6
E(b) = 12,6 E(b) = 10,2 E(b) = 11,4 E(b) = 11,4
E(c) = 1,6 E(c) = 3,2 E(c) = 2,4 E(c) = 2,4
E(d) = 8,4 E(d) = 6,8 E(d) = 7,6 E(d) = 7,6
X2h = 0,446429 X
2h = 0,030637 X
2h = 2,339181 X
2h = 0,328947
0,446429 0,030637 2,339181 0,328947
X20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841 X
20.05(1) = 3,841
JI = 0,1875 JI = 0,277778 JI = 0,105263 JI = 0,166667
DI = 0,315789 DI = 0,434783 DI = 0,190476 DI = 0,285714