kajian emisi co2 dari pembakaran batubara di indonesia
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
1/110
KAJIAN EMISI CO2 DARI PEMBAKARAN BATUBARA DI INDONESIA
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
2/110
PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA
BADAN LITBANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2009
PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA
PROGRAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARAJl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211
Telpon : (022)6030483–5 Faksimili : (022)6003373
e-mail : [email protected]
http://www.tekmira.esdm.go.id
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
3/110
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
4/110
KATA PENGANTAR
Perubahan iklim (Climate Change) kaitannya dengan pemanasan global akibat meningkatnya
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir semakin menjadi perhatian dunia internasional
sehingga rutin dibahas pemantauan dan penanganannya. Penyumbang terbesar terhadap
meningkatnya suhu adalah gas karbondioksida. Batubara termasuk bahan bakar fosil yang
menghasilkan CO2.
Puslitbang tekMIRA sebagai instansi di bawah Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
ikut aktif memberikan masukan dalam kebijakan energi terutama berkaitan dengan
pemanfaatan batubara. Salah satunya adalah dengan memberikan data dasar efisiensipemanfaatan batubara di industri pengguna batubara.
Evaluasi performa efisiensi pembakaran batubara di industri pengguna batubara dan mencari
teknologi tepat guna merupakan wujud dari upaya pengurangan CO2. Informasi
perhitungan efisiensi yang tepat akan menjadi masukan untuk industri pengguna batubara
terutama industri menengah untuk lebih meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga dapat
lebih hemat energi.
Bandung, Desember 2009
Kepala P sat Penelitian dan Pengembangan
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
5/110
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
6/110
SARI
Saat ini sumber daya batubara adalah sekitar 104 milyar ton yang tersebar di seluruh Nusantara.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan energi maka batubara sebagai sumber energi alternatif
pemanfaatannya semakin meningkat. Batubara termasuk bahan bakar fosil yang mengandung
hidrokarbon. Hidrokarbon ini jika dibakar sempurna akan menghasilkan gas CO2, salah satu gas rumah
kaca. Karbondioksida di atmosfir dapat berkurang secara alami karena terserap oleh lautan
dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis, namun aktifitas manusia
yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk
menguranginya.
Maksud kegiatan Kajian Emisi CO2 dari Pembakaran Batubara ini adalah melihat sejauhmana
tingkat efisiensi pembakaran batubara di Indonesia kaitannya dengan emisi CO2. Adapun
tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mendapatkan data tentang efisiensi pembakaran
batubara dan tingkat keefektifan peralatan pada berbagai industri pengguna batubara, mengetahuitingkat CO2 dari pembakaran batubara, dan memperoleh rancangan awal alat pengurang dan
suatu adsorben CO2.
Selama kegiatan, telah dilaksanakan pengambilan data primer dan sekunder, pra-
perancangan alat dan pembuatan adsorben pengurang CO2. Data primer dan sekunder
dilakukan di 7 PLTU batubara (pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan), 25 perusahaan di
kit K b t B d d 2 b ik (PT I d t Ci b d PT S
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
7/110
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i
SARI ……………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……..………………………………………………………………………… iiiDAFTAR TABEL …………………………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2 Ruang Lingkup Kegiatan …………………………………………. 2
1.3 Maksud dan Tujuan …………………………………………….. 3
1 4 S K i t 3
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
8/110
BAB IV METODOLOGI 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…… ............................................................ 36
5.1 Kajian Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia Saat
ini.….
36
5.1.1 Efisiensi Peralatan/Efisiensi Energi Pemanfaatan Batubara ……… 36
5.1.2 Prediksi CO2 Secara Umum di Indonesia ………… 45
5.2 Persiapan Design Alat Pengurang dan Adsorben Gas CO2 ……. 48
BAB VI PENUTUP……………………………………………………………………….. 536.1 Kesimpulan…..…………………………………………………….. 53
6.2 Saran…………………………………………………………………. 55
BAB VI KENDALA DAN TINDAK LANJUT…………………………………..…………. 56
DAFTAR PUSTAKA……………………………….…………………….…………………….. 57
LAMPIRAN 1 Perhitungan Neraca Massa........................................................ 60
LAMPIRAN 2 Tabel Hasil Analisis dan Pengolahan Data……..………………….…. 71
LAMPIRAN 3 Gambar Rancangan Alat Fluidisasi.............................................. 77
LAMPIRAN 4 F t K i t 88
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
9/110
Tabel 5.4 Data Efisiensi di Beberapa Perusahaan Tekstil Kabupaten
Bandung
42
Tabel 5.5 Prediksi Emisi CO2 di Beberapa Perusahaan Tekstil 44
Tabel 5.6 Hasil Evaluasi CDM di Pabrik Semen 45
Tabel 5.7 Konsumsi Domestik Batubara (ton) 46
Tabel 5.8 Hasil Analisis Luas Permukaan dan Volume serta Ukuran Pori
Zeolit
50
Tabel 5.9 Analisis Kandungan Amin pada MEA 50
Tabel 5.10 Luas Permukaan Zeolit Aktivasi MEA Variasi Waktu Pengadukan 52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
10/110
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
11/110
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan iklim yang akan berdampak buruk pada kelangsungan kehidupan di bumi
sudah menampakkan tanda-tandanya. Suhu rata-rata dunia telah meningkat, pada kurun
waktu 1995-2006 (12 tahun) sebelas tahun di antaranya mempunyai suhu paling panas
dibandingkan suhu rata-rata dunia sejak 1850. Akibat kenaikan suhu tersebut, ketinggian air
laut meningkat rata-rata 1,8 mm per tahun sejak tahun 1961(www.cml.ui.ac.id › Home RDM ›
Semester 2007_GASAL).
Meningkatnya suhu rata-rata bumi disebabkan oleh meningkatnya jumlah gas rumah kaca di
atmosfir. Gas rumah kaca adalah gas yang berfungsi sebagai selimut, tanpa gas rumah kaca
suhu bumi akan sangat dingin (sekitar -18oC) sebaliknya terlalu banyak gas rumah kaca bumi
akan semakin panas (Wikipedia, 2009). Yang termasuk gas rumah kaca antara lain adalah uap
air, CO2, metan dan nitrous oksida. Gas karbon dioksida adalah gas yang paling
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
12/110
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
13/110
- Perhitungan tingkat efisiensi peralatan /efisiensi energi pemanfaatan batubara.
-
Prediksi emisi CO2 dari pemakaian energi fosil di Indonesia sampai tahun 2025(berdasarkan prediksi pemakaian energi fossil yang dibuat oleh ESDM)
2) Prospek pengembangannya ke depan berkaitan dengan pengurangan CO2 yang berupa
studi pendahuluan pengurangan CO2 dari pembakaran batubara skala laboratorium
tahap persiapan desain alat dan adsorben.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan Kajian Emisi CO2 dari Pembakaran Batubara ini adalah melihat
sejauhmana tingkat efisiensi pembakaran batubara di Indonesia kaitannya dengan emisi CO2.
Dari ruang lingkup yang disebut atas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1) Mendapatkan data tentang efisiensi pembakaran batubara pada berbagai industri
pengguna batubara dan memperoleh tingkat keefektifan peralatan yang digunakan
berdasarkan jenis batubara yang dipakai serta mengetahui tingkat CO2 dari
pembakaran batubara.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
14/110
Adapun data sekunder yang dikumpulkan berupa data proses yang berkaitan dengan
perhitungan efisiensi dan teknologi pembakaran batubara.
Pembangkit Listrik yang menjadi lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.1. Untuk industri
tekstil dilakukan di daerah Kabupaten Bandung dan nama perusahaan disajikan dalam Tabel
1.2.
Adapun industri semen yang dikunjungi adalah PT. Indocement Tunggal Prakarsa pabrik
Palimanan Cirebon dan PT. Semen Padang Sumatra Barat. Peta lokasi kegiatan masing-
masing dicantumkan pada Gambar 1.1, Gambar 1.2, dan Gambar 1.3.
Analisis beberapa parameter emisi gas buang dan persiapan desain alat dan adsorben CO2
dilakukan di laboratorium Teknologi Lingkungan Puslitbang tek MIRA.
Tabel 1.1 Daftar Lokasi Kegiatan di Pembangkit Listrik
N PLTUJUMLAH DAYA
PEMAKAIAN
BATUBARA PER
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
15/110
NO NAMA PABRIK NO NAMA PABRIK
1 Dactex 16 Bima Jaya
2 Adetex 17 Vonex
3 Famatex 18 Sinar Sari
4 BSTM 19 Cemara Agung
5 Sinar Majalaya 20 Budi Agung
6 Alenatex 21 Anugrah
7 Sipatex 22 Naga Sakti8 Nagamas 23 Sinar Baru
9 Daliatex 24 Tastex
10 Panca Agung 25 Delimatex
11 Badjatex
12 Dhanar Mas
13 BCP
14 RCP
15 Himalaya
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
16/110
6
Gambar 1.1 Peta Lokasi Kegiatan di PLTU Batubara
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
17/110
7
Gambar 1.2 Peta Lokasi Kegiatan di Industri Tekstil Kabupaten Bandung
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
18/110
8
Gambar 1.3 Peta Lokasi Kegiatan di Industri Semen
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
19/110
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
20/110
2. TINJAUAN PUSTAKA
Karbon dioksida merupakan salah satu komponen atmosfir yang memiliki beberapa
peranan penting kaitannya dengan lingkungan. Karbon dioksida termasuk gas rumah kaca
yang menerangkap panas radiasi sinar merah di atmosfir, berperan dalam pelapukan batuan,
sumber karbon bagi tanaman, dan karbon dioksida ini tersimpan dalam biomassa, bahan
organik dalam sedimen juga batuan karbonat seperti kapur.
2.1. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut
dan daratan Bumi. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca (Wikipedia Indonesia, 2009).
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
21/110
Gambar 2.1 Proses Efek Rumah Kaca
Mekanisme terjadinya efek rumah kaca adalah sebagai berikut (gambar 2.1). Bumi secara
konstan menerima energi, kebanyakan dari sinar matahari tetapi sebagian juga diperoleh
dari bumi itu sendiri, yakni melalui energi yang dibebaskan dari proses radioaktif (Holum,
1998:237). Sinar tampak dan sinar ultraviolet yang dipancarkan dari matahari. Radiasi sinar
tersebut sebagian dipantulkan oleh atmosfer dan sebagian sampai di permukaan bumi. Di
permukaan bumi sebagian radiasi sinar tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diserap
oleh permukaan bumi dan menghangatkannya.
Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca
perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO 2) dan gas-
gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batubara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya (Wikipedia
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
22/110
sumber karbon bagi tanaman, dan karbon dioksida ini tersimpan dalam biomassa, bahan
organik dalam sedimen juga batuan karbonat seperti kapur.
Sumber : http://www.columbia.edu/~vjd1/carbon.htm
Gambar 2.2 Proses Pelarutan CO2 dan Gas-Gas Atmosfer di Air
Atmosfir
Air
Batua
Pelapukan
kimia
Hasil pelapukan
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
23/110
2.1.3. Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi
efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya
iklim di masa depan.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut
atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration
(menghilangkan/mengasingkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca
(Wikipedia Indonesia, Indonesia).
1) Carbon Sequestration
Sebelum gas karbon dioksida (CO2) hasil dari pembangkit listrik dan sumber-sumber
titik lain diasingkan (sequestration), CO2 harus ditangkap dalam kondisi relatif murni.
Di Amerika, CO2 hasil produk samping dari proses-proses industri seperti produksi amonia
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
24/110
-
Adsorpsi (secara fisika dan kimia)
-
Distilasi suhu rendah (Low-temperature distillation)
- Pemisahan gas dengan membrane (Gas separation membranes)
-
Mineralisasi dan biomineralisasi
Kesempatan untuk pengurangan biaya secara signifikan masih terbuka dengan beberapa
inovasi riset yang dikhususkan pada ‘CO 2 captured dan separation technologies’.
Contoh kegiatan program ini adalah :
Penelitian mengenai perbaikan revolusioner dalam teknologi pemisahan dan menangkap
CO2
o Pengembangan material baru (mis: absorben fisika/kimia, carbon fiber molecular
sieve, membran polimer)
o Unit proses micro-channel dengan kinetika cepat
o Proses pemisahan dan pembentukan hidrat CO2
o Pendekatan pembakaran oksigen yang disempurnakan
(http://www.fossil.energy.gov/programs/sequestration/capture/index.html)
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
25/110
memiliki kewajiban membatasi emisi GRK-nya, akan tetapi dapat secara sukarela
berkontribusi dalam pengurangan emisi global dengan menjadi tempat pelaksanaan proyek
CDM.
Indonesia meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim melalui UU No. 6 tahun 1994. Dengan
meratifikasi Protokol Kyoto berarti membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih
banyak investor. Mengembangkan proyek CDM, akan bermanfaat dalam upaya menuju
pembangunan berkelanjutan. Sebagai konsekuensinya, akan diperlukan persiapan di
berbagai aspek mulai dari kebijakan dan regulasi, keuangan dan aspek teknis dalam
implementasi CDM.
2.2 Pemanfaatan Batubara di Industri
Sebagian besar pemanfaatan batubara adalah untuk sektor industri dan
pembangkit listrik, baik pembangkit listrik milik PT. PLN maupun non PLN,
sedangkan sisanya dibuat briket batubara untuk dipergunakan pada sektor rumah
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
26/110
mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya
akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang
mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga
dengan sangat baik. (http://www.energyefficiencyasia.org/ )
2.2.1.1 Pemanfaatan Steam
Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan,
temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan digunakan.
Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan tekanan-temperatur rendah
(low pressure/ LP ), dan tekanan-temperatur tinggi (high pressure/ HP ). Dengan perbedaan itu,
maka steam yang keluar dari sistem boiler dapat dimanfaatkan untuk:
-
suatu proses dimana steam tersebut digunakan untuk memanaskan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau
-
membangkitkan energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik
kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers),
dan
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
27/110
Komponen ini merupakan tempat penampungan air panas dan pembangkitan steam.
Steam masih bersifat jenuh (saturated steam).
- Superheater
Komponen ini merupakan tempat pengeringan steam dan siap dikirim melalui main
steam pipe dan siap untuk menggerakkan turbin uap atau menjalankan proses
industri.
- Air Heater
Komponen ini merupakan ruangan pemanas yang digunakan untuk memanaskan
udara luar yang diserap untuk meminimalisasi udara yang lembab yang akan masuk
ke dalam tungku pembakaran.
-
Economizer
Komponen ini merupakan ruangan pemanas yang digunakan untuk memanaskan air
dari air yang terkondensasi dari sistem sebelumnya maupun air umpan baru.
- Safety valve
Komponen ini merupakan saluran buang steam jika terjadi keadaan dimana tekanan
steam melebihi kemampuan boiler menahan tekanan steam.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
28/110
sumber : Idemitsu Kosan Co., Ltd; Imam, 2009
Gambar 2.3 Tipe Boiler Berdasarkan Metode Pembakaran
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Boiler Berdasarkan Pembakaran
No Tipe Boiler Kelebihan Kelemahan
1 Stoker
Combustion
Konstruksinya relatif sederhana. - Limbah yang diproduksi pembakaran
lebih banyak
- Panas yang dihasilkan kurang merata
jika tidak ada komponen pendukung
- Effisiensi relatif rendah
a. Stoker Boiler b. PCC Boiler c. FBC Boiler
batubara
udara udaraudara
batubar
batubar
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
29/110
di atas kisi api (traveling fire grate) pada stoker boiler . Bila kadar abunya sangat sedikit,
lapisan abu tidak akan terbentuk di atas kisi tersebut sehingga pembakaran akan
langsung terjadi pada kisi, yang dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bagian
tersebut. Oleh karena itu, kadar abu batubara yang disukai untuk tipe boiler ini adalah
sekitar 10 – 15%. Adapun tebal minimum lapisan abu yang diperlukan untuk pembakaran
adalah 5cm.
- Pembakaran Batubara Serbuk (Pulverized Coal Combustion /PCC)
Saat ini, kebanyakan PLTU terutama yang berkapasitas besar masih menggunakan
metode PCC pada pembakaran bahan bakarnya. Hal ini karena sistem PCC merupakan
teknologi yang sudah terbukti dan memiliki tingkat kehandalan yang tinggi. Upaya
perbaikan kinerja PLTU ini terutama dilakukan dengan meningkatkan suhu dan tekanan
dari uap yang dihasilkan selama proses pembakaran. Perkembangannya dimulai dari sub
critical steam, kemudian super critical steam, serta ultra super critical steam (USC).
Pada PCC, batubara diremuk dulu dengan menggunakan coal pulverizer (coal mill) sampai
berukuran 200 mesh (diameter 74μm), kemudian bersama – sama dengan udara
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
30/110
pembakaran, butiran batubara dijaga agar dalam posisi mengambang, dengan cara
melewatkan angin berkecepatan tertentu dari bagian bawah boiler . Keseimbangan antara
gaya dorong ke atas dari angin dan gaya gravitasi akan menjaga butiran batubara tetap
dalam posisi mengambang sehingga membentuk lapisan seperti fluida yang selalu
bergerak. Kondisi ini akan menyebabkan pembakaran bahan bakar yang lebih sempurna
karena posisi batubara selalu berubah sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan
baik dan mencukupi untuk proses pembakaran.
Karena sifat pembakaran yang demikian, maka persyaratan spesifikasi bahan bakar yang
akan digunakan untuk FBC tidaklah seketat pada metode pembakaran yang lain. Secara
umum, tidak ada pembatasan yang khusus untuk kadar zat terbang (volatile matter ), rasio
bahan bakar (fuel ratio) dan kadar abu. Bahkan semua jenis batubara termasuk peringkat
rendah sekalipun dapat dibakar dengan baik menggunakan metode FBC ini. Hanya saja
ketika batubara akan dimasukkan ke boiler , kadar air yang menempel di permukaannya
(free moisture) diharapkan tidak lebih dari 4%. Selain kelebihan di atas, nilai tambah dari
metode FBC adalah alat peremuk batubara yang dipakai tidak terlalu rumit, serta ukuran
boiler dapat diperkecil dan dibuat kompak.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
31/110
Sumber : Coal Science Handbook, 2005; Imam, 2009
Gambar 2.4 Tipe Boiler FBC
2.2.1.4 Kinerja Boiler
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
32/110
Parameter kinerja boiler, antara lain efisiensi dan rasio penguapan berkurang
terhadap waktu. Penurunan ini dapat disebabkan buruknya pembakaran kotornya
permukaan penukar panas serta buruknya operasi dan pemeliharaan. Bahkan, boiler yang
baru sekalipun jika kualitas bahan bakar dan kualitas air tidak sesuai dapat mengakibatkan
buruknya kinerja boiler.
Neraca panas dapat membantu mengidentifikasi kehilangan panas yang dapat atau tidak
dapat dihindari. Uji efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan penyimpangan
efisiensi boiler dari efisiensi terbaik dan target area permasalahan untuk tindakan perbaikan.
Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir energi
(Gambar 2.5). Diagram ini menggambarkan tentang bagaimana energi masuk dari bahan
bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran
kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukkan jumlah energi yang dikandung
dalam aliran masing-masing.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
33/110
-
Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari teknologi
burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).
-
Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan (pembersihan),
beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik).
Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat)
Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)
Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik)
2.2.1.5 Pengguna Batubara
Pengguna batubara paling besar untuk boiler adalah pembangkit listrik (PLTU).
Adapun salah satu contoh di industri yaitu industri tekstil.
1) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada PLTU, batubara dibakar di boiler menghasilkan panas yang digunakan untuk
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
34/110
Sumber : www.canadiancleanpowercoalition.com
Keterangan gambar:
1. Batubara ; sebagai bahan bakar utama Pembangkit
2. Pulverizer ; untuk menghaluskan batubara hingga menyerupai butir-butir beras
3. Boiler ;
4. Cerobong, pengendap
5.
Turbin6. Sistem kondensor dan pendingin
7. Sistem pengolahan air
8. Sistem pembuangan abu
9. Substasiun/ transformer
Gambar 2.7 Skema PLTU Berbahan Bakar Batubara
Komponen-komponen terpenting pada sebuah PLTU adalah boiler, turbin uap dan
generator. Siklus Rankine terkadang diaplikasikan sebagai siklus Carnot, terutama dalam
menghitung efisiensi. Sebuah mesin nyata (real) yang beroperasi dalam suatu siklus pada
temperatur TH (temperature high) and TC (temperature cold ) tidak mungkin melebihi efisiensi
mesin Carnot (Wikipedia Indonesia, 2009). Persamaan efisiensi Carnot dituliskan berikut ini:
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing:single
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
35/110
Pengaruh Teknologi Pembakaran Terhadap Efisiensi dan Emisi CO2
Dari segi lingkungan, jumlah emisi CO2 per satuan kalori dari batubara adalah yang
terbanyak bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya. Perbandingan batubara,
minyak, dan gas adalah 5:4:3. Sehingga berdasarkan uji coba, diketahui bahwa kenaikan
efisiensi panas sebesar 1% akan dapat menurunkan emisi CO2 sebesar 2,5 %. Dengan
demikian, efisiensi panas yang meningkat akan dapat mengurangi beban lingkungan secara
signifikan akibat pembakaran batubara. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teknologi
pembakaran (combustion technology ) merupakan bagian utama upaya peningkatan efisiensi
pemanfaatan batubara secara langsung sekaligus upaya antisipasi isu lingkungan ke
depannya (Imam, 2009).
Saat ini, teknologi pembakaran batubara (lihat Bab 2.2.1/Cara Pembakaran Bahan Batubara)
mengalami perkembangan terutama akibat pengaruh faktor tekanan udara pembakaran.
Untuk Bubbling FBC berkembang dari PFBC menjadi Advanced PFBC (A-PFBC), sedangkan
untuk CFBC selanjutnya berkembang menjadi Internal CFBC (ICFBC) dan kemudian
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
36/110
dibangun pada tahun 1950-1960-an. Disamping itu PLTU-batubara modern menghasilkan
debu, belerang dan NOx dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan PLTU lama.
Berikut adalah contoh-contoh PLTU-batubara modern di dunia. Di Jerman terdapat PLTU
lignit berkapasitas 965 MW menggunakan turbin dengan uap superkritis (supercritical
steam). PLTU ini beroperasi pada tahun 2003 di Niederaußem / Rheinland dan mempunyai
efisiensi lebih dari 43%. Di Australia terdapat PLTU batubara (‘Millmerran’ black coal power
station) berkapasitas 860 MW dengan efisiensi sekitar 40%. Di Jepang terdapat PLTU
batubara (Tachibanawan-2 black coal power station) berkapasitas 1,050 MW dan memiliki
efisiensi sekitar 42%.
Efisiensi PLTU baik berbahan bakar lignit (LG) atau Hard coal (HG) diprediksi akan terus
mengalami peningkatan (Gambar 2.8) dengan diterapkannya teknologi pengeringan
batubara dan digunakannya turbin dengan suhu uap air lebih tinggi pada beberapa tahun ke
depan.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
37/110
Sumber : CIAB, 2005
Gambar 2.8 Penempatan Teknologi Pembakaran Batubara Jenis Lignit
Tingkat teknologi
Efisiens
i
Aliran secara komersial
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
38/110
Yang diperhitungkan sebesar 40% dari Kapasitas Pembangkit Listrik Global
Berbahan Bakar Batubara
Peningkatan efisiensi PLTU batubara di China, India dan Rusia walaupun hanya beberapa
persen (seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2), akan mengurangi emisi CO2 sebesar 283
juta ton per tahun. Jumlah ini sama dengan sepertiga dari total emisi CO2 di Jerman.
Dalam jangka panjang, setelah tahun 2020, efisiensi teknologi pembakaran batubara dapat
mencapai hingga 50%. Pembangkit listrik modern dengan efisiensi 50% ini, berarti dapat
mengurangi emisi CO2 sebesar 28% dibandingkan dengan efisiensi pembangkit listrik dalam
keadaan normal, yaitu sekitar 36%.
Penggantian pembangkit listrik yang lebih tua dengan pembangkit listrik baru (modern) juga
akan menghasilkan berbagai manfaat tambahan, yaitu di antaranya efisiensi penggunaan
batubara yang lebih besar, pengurangan polutan konvensional seperti emisi SO2, NOx dan
partikulat serta pengurangan biaya untuk menerapkan kontrol emisi udara yang mungkin
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
39/110
Proses kering meliputi pemintalan benang ( yarn) pada spinning mill, pelilitan benang
pada kumparan (gulungan), penenunan pada weaving mill, knitting (pekerjaan rajutan).
2)
Proses basah
Proses produksi tekstil dengan proses basah meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Pencucian.
Pencucian adalah proses pengeluaran kotoran-kotoran industri dan anorganik yang
dapat mengganggu proses-proses selanjutnya. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan bahan pencuci yang dilarutkan ke dalam air, misalnya surfaktan.
b. Pemrosesan (Processing)
Dalam industri tekstil, processing adalah pemberian bahan pelapis pada permukaan
produk-produk tekstil atau pemindahan bahan-bahan dari serat (fiber) secara kimia.
BAHAN PEMBUATAN KEGUNAAN
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
40/110
Gambar 2.9 Diagram Pohon Untuk Beberapa Jenis Produk Tekstil
Batubara di dalam industri tekstil dipakai sebagai bahan bakar boiler untuk menghasilkan
uap panas (steam) yang digunakan untuk memanaskan cairan dan menjalankan suatu mesin
dalam tahapan proses terutama pada tahap :
- Pemasakan (caustic scouring). Proses pemasakan untuk memindahkan kotoran. Proses ini
dibantu dengan penambahan surfaktan. Pemasakan untuk memindahkan kotoran
memberikan hasil yang lebih baik daripada pencucian dengan air dingin.
- Pemutihan (bleaching). Proses ini dilakukan dengan menggunakan larutan peroksida atau
khlorin dikombinasikan dengan sodium silikat dan soda kaustik.
-
pencelupan/pewarnaan (Dyeing), merupakan proses pemberian warna.
-
Pencucian, terutama pada pencucian dengan bahan kimia (dry cleaning).
-
Pencetakan. Proses di mana catatan-catatan berwarna diletakkan pada kain menggunakan
roller atau mesin pencetak dengan screen. Warna-warna dilekatkan dengan
menggunakan proses penguapan atau cara pengolahan yang lain
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
41/110
Sumber: http://ies.lbl.gov/iespubs/Process_Step_Benchmarking_ACEEE_LBNL-50444.doc
Gambar 2.10 Proses Produksi Semen
Dalam industri semen, energi panas merupakan kebutuhan yang paling utama terutama
untuk operasi pembakaran dalam tanur putar. Operasi pembakaran di tanur putar
Bahan baku
hasil
Persiapan bahan
bakar tanur
Peremukan dan pengeringan
zat aditif (gips, abu terbang,
Produksi klinker(Pyro-processing)
Penghalusandan
encam ura
Penghalusan
akhir
Pengemasan dan
transportasi
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
42/110
-
CO2 dari konsumsi listrik
-
Sebagian kecil dari proses transportasi , penerangan, dan lain-lain
Dalam menentukan suatu alat evaluasi CDM (clean development mechanism) dalam rangka
mengurangi emisi CO2 pada produksi semen, perlu ditetapkan suatu patokan nilai kinerja
untuk masing-masing tahapan. Tahapan yang paling banyak menyerap energi dari proses
produksi semen diidentifikasi ada tiga tahap, yakni:
-
Proses produksi klinker
-
Penggilingan bahan baku
-
Penghalusan semen.
Nilai kinerja masing-masing tahap berdasarkan teknologi pendekatan pembandingan
(Benchmarking Value) disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Nilai Kinerja Pembandingan untuk Produksi Semen
Tahapan Proses Nilai Kinerja
Persiapan (penggilingan) bahan baku20
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
43/110
3. PROGRAM KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan kajian emisi CO2 dari pembakaran batubara di Indonesia
meliputi:
1) Kajian teknologi pemanfaatan batubara di Indonesia saat ini yang meliputi
identifikasi teknologi, perhitungan efisiensi peralatan, dan prediksi emisi CO 2.
2) Prospek pengembangannya ke depan berkaitan dengan pengurangan CO2
berupa tahap persiapan desain alat dan adsorben.
3.1 Kajian Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia Saat Ini
Kegiatan untuk mendukung hal ini dilakukan dengan cara pengumpulan dan
evaluasi data untuk membuat perhitungan efisiensi peralatan pembakaran
batubara/efisiensi energi dan prediksi emisi CO2 berdasarkan data yang
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
44/110
Penggabungan data primer dan sekunder ini dijadikan sebagai bahan dalam
perhitungan efisiensi dan prediksi emisi CO 2 dari pemanfaatan batubara.
Bahan dan Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada kegiatan pengambilan contoh (sampling) dan
pengukuran kondisi operasional proses di PLTU dan perusahaan tekstil adalah
sebagai berikut:
Stack Sampler
Thermocouple
Vacuum pump
GPS (Global Positioning System)
Adapun, alat-alat untuk percobaan studi pendahuluan pengurangan CO 2 berupa
persiapan adsorben terdiri dari :
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
45/110
Pengujian laboratorium dilakukan terhadap contoh batubara, abu batubara, gas
buang, dan hasil percobaan adsorben.
Pengujian kualitas batubara, abu batubara, dan gas buang berdasarkan
standar yang berlaku. Pengujian yang dilakukan terhadap masing-masing contoh
tersebut adalah sebagai berikut :
- Batubara : nilai kalor, ultimate dan proximate analysis
- Abu Batubara : LOI dan nilai kalor
- Gas buang : kandungan gas O 2, CO2, N2
Adapun pengujian laboratorium pada percobaan persiapan adsorben meliputi
analisis karakteristik zeolit alam asal, analisis luas permukaan dan analisis XRD
zeolit hasil aktivasi asam dan zeolit hasil aktivasi amin serta kandungan amin dalam
zeolit aktivasi amin
3.1.2 Evaluasi Data
Untuk mengetahui nilai efisiensi boiler dengan pembakaran batubara
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
46/110
Adsorben pertama yang dipilih adalah zeolit dengan alasan keberadaannya
yang mudah didapat, harga yang terjangkau, dan telah ada eksperimen yang
telah dilakukan sebelumnya terhadap zeolit sintetis 13X (Ravikrishna Chatti dkk,
2009). Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah :
- Pengecilan ukuran zeolit.
Zeolit dipreparasi sampai diperoleh ukuran partikel sekitar 1,5 mm.
- Aktivasi zeolit alam dengan asam.
Asam yang dipergunakan adalah larutan asam klorida (HCl) dengan 3 macam
konsentrasi, yaitu : 1 M, 2 M, 3 M.
Zeolit alam direndam dan sesekali diaduk sambil dipanaskan selama ± 1 jam,
lalu disaring dan dikeringkan di udara terbuka. Kemudian dipanaskan pada
suhu 200-300 oC di oven sampai kering sekali.
- Karakterisasi hasil aktivasi zeolit dengan asam mineral.
Zeolit yang telah diaktivasi dengan HCl ini dianalisis luas permukaan dengan
surface area meter dan komposisi mineralnya dengan XRD. Hasil analisis
tersebut dipakai untuk memilih zeolit dengan luas permukaan paling besar
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
47/110
4. METODOLOGI
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
48/110
Dikenal juga sebagai ‘metode input-output’ karena kenyataan bahwa
metode ini hanya memerlukan keluaran/ output (steam) dan panas
masuk/ input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat
dievaluasi dengan menggunakan rumus:
Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan
metode langsung adalah:
- Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam
- Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
- Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas ( oC), jika ada
- Suhu air umpan (oC)
- Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
49/110
ii. Penguapan air yang terbentuk karena H 2 dalam bahan bakar
iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran
v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash
vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash
vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang
disebabkan oleh
pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat
dikendalikan oleh
perancangan.
Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan
menggunakan metode tidak langsung adalah:
- Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
- Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
- Suhu gas buang dalam oC (Tf)
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
50/110
2. Prospek pengembangannya ke depan berkaitan dengan pengurangan CO 2.
Kegiatan ini baru berupa s tudi pendahuluan pengurangan CO 2 dari pembakaran
batubara skala laboratorium yang dibagi menjadi dua tahap, yaitu :
1) Persiapan alat pengurang CO2 berupa pra-perancangan alat dengan
prinsip fluidisasi.
2) Persiapan material adsorben CO 2 berupa aktivasi zeolit alam dengan asam
dan larutan aminalkohol berikut karektarisasinya yang meliputi:
- Luas permukaan dengan alat surfacemeter
- Komposisi adsorben menggunakan X-RD analyzer
- Kandungan amin secara titrimetri
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
51/110
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan kegiatan di beberapa industri pengguna batubara dan kegiatan di
studio serta laboratorium Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara diperoleh beberapa hal
yang meliputi:
1)
Kajian teknologi pemanfaatan batubara di Indonesia saat ini.- Efisiensi peralatan pembakaran batubara di PLTU, industri tekstil, dan penggunaan
energi industri semen.
- Prediksi emisi CO2 di Indonesia secara umum.
2) Persiapan desain alat pengurang dan adsorben gas CO2
Adapun data lengkap hasil analisis dan perhitungan disajikan pada lampiran.
5.1 Kajian Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia Saat Ini.
Berikut adalah uraian hasil pengumpulan dan evaluasi data mengenai
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
52/110
7. PT. PLN Sektor Pembangkitan Labuhan Angin
Tabel 5.1 merupakan data umum dari PLTU dan tabel 5.2 menyajikan data hasil evaluasi dari
data primer dan sekunder masing-masing PLTU-B.
Tabel 5.1 Data Umum PLTU Batubara
NamaPLTU-B
Lokasi Operator/Pemilik Tahun OperasiDaya
TerpasangTeknologi
Pembakaran
Ombilin SumbarPLN PikitringSumbagsel 1996 2 x 100 MW PCC
Bukit Asam SumselPLN PikitringSumbagsel
1987 (unit 1 &2)1994 (unit 3)1995 (unit 4)
4 x 65 MW PCC
Paiton PLN Jatim PT. PJB1993 (unit 2)1994 (unit 1)
2 x 400 MW PCC
Asam-Asam KalselPLN PikitringKalselteng
2000 2 x 65 MW PCC
Tarahan 3 & 4 LampungPLN PikitringSumbagsel
2007 2 x 100 MW CFBC
Tanjung Jati B JatengPLN UB TanjungJati/PT. CentralJava Power
2006 2 x 660 MW PCC
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
53/110
Menurut data umum dari masing-masing PLTU-B, terlihat PLTU-B paling lama
beroperasi adalah PLTU-B Bukit Asam (awal operasi tahun 1987) dan yang masih baruadalah PLTU-B Labuhan Angin yang menerapkan teknologi CFBF yang secara teori
tidak memerlukan persyaratan spesifikasi bahan bakar yang seketat teknologi PCC.
Adapun PLTU-B Tanjung Jati B didesain untuk menjadi pembangkit listrik modern, dengan
dilengkapi instalasi pengendali dampak lingkungan yang lengkap termasuk peralatan
pemantau dan pengendali kandungan SOx dan NOx. Kaitannya dengan nilai efisiensi (versi
Puslitbang Tekmira) yang tercantum pada tabel 5.2, terlihat adanya pengaruh usia PLTU-B
dan pembaharuan teknologi terhadap efisiensi peralatan yang mana PLTU-B Tanjung Jati
dengan usia relatif baru dan teknologi PCC yang modern serta daya terpasang paling besar
menunjukkan efisiensi paling tinggi dengan nilai 36 %.
Adapun berdasarkan tabel 5.2, menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
- Kapasitas Listrik
Dari 7 PLTU-B yang ditinjau, kapasitas listrik yang terpasang paling tinggi adalah PLTU-B
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
54/110
Gambar 5.2 Grafik Hubungan Nilai Kalor dengan Efisiensi PLTU-B
-
Nilai KalorHasil pengambilan contoh batubara di 7 PLTU-B diperoleh nilai kalornya antara 4212 –
6387 kkal/kg. Nilai kalor yang mencapai sekitar ± 6000 kkal/kg adalah PLTU-Ombilin dan
Tanjung Jati B, sedangkan yang nilai kalori sekitar 4000-an adalah PLTU-B Labuhan Angin
dan nilai kalor di PLTU-B lainnya mencapai sekitar 5000-an.
33
27
34
27
34
36
35
25
27
29
31
33
35
37
4000 4500 5000 5500 6000 6500
E f i s i e n s i T o t a l , %
Nilai kalor, kkal/kg
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
55/110
Jika dilihat dari hasil pengujian komposisi kimia (Tabel II.1.1 pada lampiran II), hasilnya
menunjukkan kualitas batubara yang tinggi sehingga efisiensi totalnya bisa lebih
ditingkatkan lagi dengan menurunkan laju panas turbin, yaitu dengan mengatasi
kehilangan panas akibat blowdown dan kondensat (dpt dilihat di bab 2.2.1.4)
Laju panas turbin (Turbine heat rate) adalah banyaknya panas yang keluar per KWH
listrik. Semakin tinggi nilai turbine heat rate maka boiler tersebut akan kurang baik
sehingga akan mengakibatkan penurunan efisiensi.Dilihat dari tabel 5.2, PLTU-B Tanjung jati memiliki nilai turbine heat rate paling kecil dan
efisiensinya pun paling tinggi, sedangkan PLTU-B yang lain turbine heat rate-nya di atas
2000 kkal/KWH.
PLTU-B Bukit Asam
Pada tabel II.1.1, terlihat nilai kalor batubara hampir 5000 kkal dengan kandungan
karbon total yang cukup signifikan (54,38 %), LOI di abu batubara 0,62% tetapi nilai kalor
dalam abu batubara cukup besar (486 kkal/kg). Ini berarti ada ketidaksempurnaan saat
pembakaran (tidak semua karbon terbakar). Hal ini bisa ditangani dengan
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
56/110
Nilai efisiensi dari ketiga PLTU-B masing-masing secara berurutan adalah 34 %, 36 %,
dan 35 %. Nilai tersebut sesuai dengan penerapan kondisi peralatan PLTU dan teknologi
pembangkit yang masih baru.
- Laju Alir Batubara
Laju alir batubara yang paling tinggi dikonsumsi PLTU-B adalah 270.885 kg/jam (PLTU-B
Tanjung Jati) dan terendah sebesar 207.050 kg/jam (PLTU-B Paiton). Berdasarkan laju alirbatubara ini dan dengan mengetahui kandungan karbon di dalamnya maka banyaknya
CO2 yang dilepaskan ke udara dapat diprediksi. Tabel 5.3 memperlihatkan nilai emisi CO 2
menurut konsumsi batubara.
Meningkatnya efisiensi akan mengurangi jumlah batubara yang dikonsumsi sehingga
jumlah CO2 yang dihasilkan pun akan berkurang. Berdasarkan Tabel 5.3, jika efisiensi
masing-masing PLTU ditingkatkan 1 % maka prediksi emisi CO2 yang dihasilkan akan
berkurang sebesar 39 ton/jam.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
57/110
Kajian efisiensi industri tekstil dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung. Dari 116 perusahaan
tekstil yang terdata berdasarkan Laporan BPLHD Kabupaten Bandung Tahun 2008, telah
dipilih 25 perusahaan tekstil yang dianggap memiliki data lengkap. Hasil perhitungan
disajikan pada Tabel 5.4. Pada umumnya, perusahaan tekstil menerapkan cara pembakaran
antara chain grate dan fluidized dengan berbagai merk lokal maupun impor.
Dari 25 perusahaan tekstil yang dikunjungi, PT. Daliateks merupakan pengguna batubaraterbesar karena batubara tersebut digunakan untuk menggabungkan dua sistem boiler
dimana sistem boiler keadaan tekanan-temperatur tinggi (HP) untuk membangkitkan energi
listrik bagi keperluan operasional pabrik. Kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan
tekanan-temperatur rendah (LP) dimanfaatkan ke dalam proses industri dengan bantuan
heat recovery boiler .
Dari Tabel 5.4, efisiensi boiler yang diperoleh antara 78 – 91 %. Nilai tersebut tidak jauh
berbeda dengan nilai efisiensi boiler di PLTU-B. Adapun nilai kalor dari hasil pengambilan
contoh batubara diperoleh kisaran antara kualitas batubara rendah (low rank coal, < 5100
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
58/110
No Nama PabrikEffisiensiBoiler (%)
Nilai Kalor(kkal/kg)
Laju alir Batubara(kg/jam)
Kapasitas Boiler(ton steam/jam)
Teknologi
1 Dactex 91 6229 1063,95 38,21
C h a i n
G r a t e
2 Adetex 88 4578 1050,14 27,71
3 BSTM 89 4366 1210,35 30,46
4 Sinar Majalaya 88 4931 891,54 25,34
5 Sipatex 78 4322 2055,31 51,21
6 Nagamas 88 5024 755,24 21,87
7 Dhanar Mas 89 5822 667,30 22,40
8 RCP 86 4248 3312,50 81,12
9 Bima Jaya 82 4642 2246,85 60,13
10 Anugrah 82 4951 1360,81 38,84
F l u i d i z e d
11 Naga Sakti 85 4484 2764,38 71,46
12 Sinar Baru 86 5010 2647,23 76,46
13 Tastex 87 4913 785,20 22,24
14 Famatex 89 4977 1294,33 37,14
15 Alenatex 89 4470 704,81 18,16
16 Panca Agung 87 5332 3463,32 106,46
17 Badjatex 90 5648 1213,52 39,51
18 BCP 90 6106 721,88 25,41
19 Himalaya 85 4568 1574,30 41,46
20 Vonex 87 4836 1186,83 33,09
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
59/110
Gambar 5.3 memperlihatkan hubungan antara kapasitas boiler dengan nilai efisiensi dengan
teknologinya. Dari gambar tersebut tidak bisa dipastikan bahwa salah satu teknologi
pembakaran lebih baik efisiensinya. Namun, dari hasil pengamatan temperatus gas buang
pada Tabel II.2.4 pada lampiran, terlihat pada umumnya boiler dengan teknologi fluidized
bed menghasilkan temperatur gas buang lebih kecil (selisih temperatur dengan chain grate
mencapai 30 oC lebih rendah). Sehingga hilang panas akibat gas buang lebih kecil juga.
Tetapi pada prinsipnya, efisiensi boiler sangat tergantung bagaimana pengoperasian danpemeliharaan dari boiler tersebut.
80
82
84
86
88
90
92
E f i s i e n s i B o i l e r , %
Chain Grate
Fluidized
Power Plant
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
60/110
(kg/jam) (kg/jam)
1 Dactex 1063.95 13092 Adetex 1050.14 1286
3 Famatex 1294.33 1796
4 BSTM 1210.35 1484
5 Sinar Majalaya 891.54 1162
6 Alenatex 704.81 958
7 Sipatex 2055.31 2647
8 Nagamas 755.24 11929 Panca Agung 3463.32 5430
10 Badjatex 1213.52 2017
11 Dhanar Mas 667.30 1176
12 BCP 721.88 1484
13 RCP 3312.50 3797
14 Himalaya 1574.30 2075
15 Bima Jaya 2246.85 2753
16 Vonex 1186.83 1397
17 Sinar Sari 1190.83 1819
18 Cemara Agung 746.32 955
19 Budi Agung 1416.61 2245
20 Anugrah 1360.81 1963
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
61/110
Tabel 5.5 merupakan hasil evaluasi data dari kedua pabrik semen tersebut.
Tabel 5.5 Hasil Evaluasi CDM di Pabrik Semen
Tahapan Proses Nilai KinerjaPT.
Indocement
PT. Semen
Padang
Persiapan
(penggilingan) bahanbaku
20
kWh/ton bahan baku
- 21
kWh/ton bahanbaku
Produksi klinker3200
MJ/ton klinker3150
MJ/ton klinker4082
MJ/ton klinker
Penghalusan semen36
kWh/ton semen
105kWh/tonsemen
39kWh/ton semen
Keterangan : - = belum diperoleh data yang jelasSumber data =PT. Indocement dari http://www.osun.org/Indocement+Tunggal+Prakarsa-ppt.html PT. Semen Padang dari pengolahan data sekunder perusahaan
Dari Tabel 5.5 di atas, CDM di PT. Indocement telah lebih jauh penerapannya dibandingkan
di PT. Semen Padang. Perbedaan ini disebabkan di PT. Indocement, untuk mengurangi emisi
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
62/110
kenaikan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan daya
beli masyarakat yang pada akhirnya konsumsi batubara menjadi lebih banyak.
Peningkatan pemakaian batubara di dalam negeri harus diantisipasi karena batubara
mempunyai faktor emisi CO2 lebih besar dibandingkan energi fosil lainnya.
Pemanfaatan Batubara Domestik
Batubara digunakan sebagai energi pada pembangkit listrik ( power plant ), industri keramik
dan semen, industri pulp dan kertas, industri logam, dan penggunaan lainnya. Penggunaan
batubara di dalam negeri mengalami peningkatan pada semua jenis industri, yaitu dari 22
juta ton pada tahun 2000 menjadi 61 juta ton pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, sebagian besar batubara digunakan untuk pembangkit listrik (62,17%),diikuti oleh keramik dan semen (12,88%) , pulp dan paper (3,15%), industri logam (0,57%),
briket (0,08%), dan lain-lain (21,13%). Pertumbuhan rata-rata konsumsi batubara dalam
negeri dari tahun 2000-2007 adalah 16% (Tabel 5.6.).
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
63/110
Emisi CO2 di dalam negeri mengalami peningkatan dari 41,78 juta ton pada tahun 2000
menjadi 114,95 juta ton pada tahun 2007. Emisi CO2 pada tahun 2007 terdiri atas
pembangkit listrik 60,63 juta ton, semen dan keramik 12,16 juta ton, pulp dan kertas 3,74 juta
ton, industri logam 0,70 juta ton, briket 0,09 juta ton, dan penggunaan lain 37,63 juta ton
(Gambar 2.9.).
Pembangkit listrik yang ada saat ini memakai batubara dengan nilai kalor sekitar 5.200
kkal/kg dan kandungan karbon rata-rata 54 %, atau mempunyai faktor emisi sebesar 24,9
tC/TJ. Pembangkit listrik program percepatan menggunakan batubara dengan nilai kalori
sekitar 4.200 kkal/kg dan kandungan karbon rata-rata 47 %, atau faktor emisi 27,1 tC/TJ.
Dengan demikian, emisi CO2 dari pembangkit listrik akan mengalami peningkatan akibat
penggunaan batubara kalori lebih rendah. Perhitungan emisi CO2 menggunakan batubara
dengan rata-rata kadar karbon 51 %.
80
100
120
u t a t o n )
total Emisi CO2
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
64/110
Gambar 5.6 Prediksi Emisi CO2 dari Pembakaran Batubara sampai 2025 berdasarkan BaU
Adapun berdasarkan data dari BaU, prediksi emisi CO 2 dari batubara tahun 2025 tanpa
efisiensi akan mencapai 900-an juta ton (Gambar 5.6).
5.2 Persiapan Desain Alat Pengurang dan Adsorben Gas CO2
Kegiatan pembuatan desain alat pengurang dan adsorben CO2 merupakan kegiatan
0
200
400
600
800
1000
2008 2009 2010 2015 2020 2025
J u t a T o n
Tahun
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
65/110
Zeolit asli
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
66/110
Gambar 5.7 Grafik Analisis XRD Zeolit Asli dan Zeolit Aktivasi Variasi Konsentrasi Asam
Adapun hasil analisis dengan surface meter (Tabel 5.7), menunjukkan bahwa zeolit aktivasi
asam mengalami perubahan dan kondisi optimum diperoleh pada zeolit aktivasi asam 2 M
dengan nilai sebagai berikut:
-
Luas permukaan, m2
/gr : 159,5- Total volume pori, mL/gr : 0,1794
- Ukuran pori, Å : 22,49
Meningkatnya luas permukaan partikel zeolit menunjukkan bahwa perlakuan awal dengan
asam memberikan sifat zeolit yang lebih baik.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
67/110
Tabel 5.8 Analisis Kandungan Amin Pada MEA
KodeN-NH3 (ppm)
MEA 50 %, awal 0,20
MEA 50 %, sisa aktivasi
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
68/110
Gambar 5.8 Grafik Analisis XRD Zeolit Aktivasi MEA
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
69/110
Hasil analisis luas permukaan terhadap zeolit optimum aktivasi MEA dicantumkan pada Tabel
5.9. Nilainya memperlihatkan adanya penurunan yang cukup tajam antara zeolit optimum
asam dengan zeolit optimum asam aktivasi MEA, sedangkan nilai luas permukaan antara
pengadukan MEA 15 menit dengan 240 menit tidak terlalu signifikan. Dengan demikian,
waktu kontak dengan larutan MEA cukup dilakukan selama15 menit .
Selanjutnya, pada kegiatan berikutnya zeolit ini akan diujicobakan penyerapannya terhadapgas CO2 sintetis dan gas CO2 hasil pembakaran untuk mengetahui tingkat efisiensi dan
efektifnya.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
70/110
6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil kegiatan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Kajian teknologi pemanfaatan batubara di Indonesia saat ini.
Efisiensi Peralatan/Efisiensi Energi Pemanfaatan Batubara
PLTU Batubara
- PLTU batubara yang ditinjau ada 7, yaitu PLTU Ombilin (2 x 100 MW),
PLTU Bukit Asam (4 x 65 MW), PLTU Paiton PLN (2 x 400 MW), PLTU
Asam-Asam (2 x 65 MW), PLTU Tarahan 3 & 4 (2 x 100 MW), PLTU
Tanjung Jati B (2 x 660 MW), dan PLTU Labuhan Angin (2 x 115).
- Teknologi pembakaran batubara yang diterapkan adalah Circulating
Fluidized Bed Combustion (CFBC) di PLTU Labuhan Angin dan PLTU
Tarahan 3 & 4, sedangkan 5 PLTU lainnya menerapkan teknologi
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
71/110
- Penurunan efisiensi suatu peralatan bisa terjadi karena usia PLTU telah
cukup tua atau tidak ada perawatan (maintenance) yang memadai serta
bila kualitas batubara yang dipakai tidak sesuai dengan persyaratan teknis
yang ada.
- Penggantian pembangkit listrik yang lebih tua dengan pembangkit listrik
baru (modern) akan menghasilkan berbagai manfaat tambahan, yaitu di
antaranya efisiensi penggunaan batubara yang lebih besar, pengurangan
polutan konvensional seperti emisi SO2, NOx dan partikulat serta
pengurangan biaya untuk menerapkan kontrol emisi udara.
Industri Tekstil
- Efisiensi boiler 25 perusahaan tekstil berkisar antara 78 – 91 %.
- Pengaruh teknologi terlihat pada nilai temperatur gas buang. Hasil survei
diperoleh umumnya boiler dengan teknologi fluidized bed menghasilkan
temperatur gas buang lebih kecil (selisih temperatur dengan chain grate
o
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
72/110
Tetapi, PT Indocement telah lebih baik dari segi implementasi CDM-nya
dibandingkan PT. Semen Padang.
Prediksi CO2 Secara Umum di Indonesia
Penggunaan batubara di dalam negeri mengalami peningkatan pada semua
jenis industri, yaitu dari 22 juta ton pada tahun 2000 menjadi 61 juta ton
pada tahun 2007. Pada tahun 2025 diprediksikan total konsumsi batubara
akan mencapai 270,5 juta ton dengan total emisi dapai mencapai 900-an juta
ton.
2)
Persiapan desain alat pengurang dan adsorben gas CO2
Dalam rangka mencari alternatif teknologi pengurangan emisi CO2 pasca
pembakaran batubara (Post Combustion) telah dirancang sebuah alat dengan
prinsip teknologi fluidisasi. Adapun hasil karakterisasi terhadap adsorben zeolit
adalah sebagai berikut :
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
73/110
Setelah kegiatan penelitian tentang kajian emisi CO2 dilakukan, maka sebaiknya
adanya sosialisasi terutama di perusahaan-perusahaan tekstil mengenai
pengoperasian dan perawatan boiler industri agar peningkatan efisiensi energi
dapat tercapai serta monitoring konsentrasi oksigen di gas buang untuk
mengontrol udara berlebih.
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
74/110
adsorben zeolit yang dimodifikasi dengan amin. Literatur zeolit yang
diaktivasi amin untuk pengurangan CO2 ini baru diterbitkan awal tahun 2009.
Dan ternyata zeolit yang diaktivasi amin untuk keperluan pengurangan CO 2
harus dipersiapkan sendiri dengan kondisi optimum berdasar penelitian yang
sudah ada. Penentuan kondisi optimum zeolit amin, sampai saat ini masih
terus berlangsung.
Sebagai tindak lanjut dari kendala yang telah dihadapi ini, maka sebaiknya untuk
kendala:
1) Jika kegiatan banyak berkaitan dengan perusahaan maka komunikasi
informal dengan perusahaan yang akan dituju dijalin semenjak pengusulan
kegiatan disetujui.
2)
Kalibrasi alat pengukur gas.
3) Tetap menjalin komunikasi dengan perusahaan yang bersangkutan dan
untuk pihak perusahaan sebaiknya kaderisasi keahlian dan kompetensi
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
75/110
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Dharma Permana, dkk., 2009. Outlook Energi Indonesia. Teknologi Energi Untuk
Mendukung Keamanan Pasokan Energi. BPPT Press. Jakarta.
2. Buana Natanegara, Bayu., 2009. Teknologi Underground Coal Gasification. 20 Desember
2009. http://www.kamase.org/?p=913 .
3. Budi Raharjo, Imam., 2009. Teknologi Pembakaran Pada PLTU Batubara. 5 November
2009. http://imambudiraharjo.wordpress.com/2009/03/06/teknologi-pembakaran-pada-
pltu-batubara/ .
4. Coal Industry Advisory Board., 2005. Reducing Greenhouse Gas Emissions. The Potensial
of Coal. International Energy Agency . Paris.
http://www.iea.org/textbase/nppdf/free/2005/ciab.pdf .
5. David A. Green, Thomas Nelson, and friens., 2005. Carbon Dioxide Capture From Flue Gas
Using Dry Regenerable Sorbents. Research Triangle Institute Post Office Box 12194. 30
Desember 2008.
http://www.osti.gov/bridge/servlets/purl/841299-GOwkfW/native/841299.pdf .
6 EDIPTEX 2007 Environmental Assessment of Textile Working Report No 24
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
76/110
rata+memiliki+efisiensi+33%25.&ei=3HE6S4TmOpeXkQWduNHwCA&usg=AFQjCNGlfn
KMPGPnKrFcKlF6m3nVty9oaQ .
10.
Nitaenviro., 2008. Limbah Tekstil. 16 November 2009.
http://one.indoskripsi.com/node/4177 .
11. R. Chatti et al., 2009. Amine loaded zeolites for carbon dioxide capture: Amine loading
and adsorption studies. Microporous and Mesoporous Materials 121 p. 84-89.
http://www.elsevier.com/locate/micromeso.
12.
R. Irons, G. Sekkapan, and friends., 2007. CO 2 Capture Ready Plant . IEA Greenhouse R&DProgramme, Orchard Business Centre, Stoke Orchard, Cheltenham. 28 Februari 2009.
http://www.ieagreen.org.uk/glossies/co2capture.pdf .
13. Siregar, Sakti A., 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Kanisius. Yogyakarta.
14. Shiaoguo Chen, Yongqi Lu, Massoud Rostam-Abadi., 2006. Critical Review of CO2
Separation Technologies for Post Combustion Flue Gases. Hilton Alexandria Mark Center,
Alexandria, Virginia. 30 Desember 2008.
http://www.sequestration.org/publish/alexandria06_separation_tech.pdf .
15. Febriantara., 2008. Klasifikasi Boiler . 31 Desember 2008.
http://febriantara.wordpress.com/2008/10/24/klasifikasi-boiler/ .
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
77/110
22. (Tanpa pengarang)., 2008. Indocement CDM Project. 18 November 2009.
http://www.osun.org/Indocement+Tunggal+Prakarsa-ppt.html .
23. (Tanpa pengarang)., (Tanpa tahun). Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia , Boiler
dan Pemanas Fluida Panas. 30 Oktober 2009. http://www.energyefficiencyasia.org/ .
24. (Tanpa pengarang)., (Tanpa tahun). Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia . PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. 30 Oktober 2009.
http://www.energyefficiencyasia.org/ .
25. (Tanpa pengarang)., (Tanpa tahun). Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. PT.
Semen Padang. 30 Oktober 2009. http://www.energyefficiencyasia.org/ .
26. (Tanpa pengarang)., (Tanpa tahun). Wikipedia Indonesia. 16 November 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca.
27. (Tanpa pengarang)., (Tanpa tahun). Wikipedia Indonesia. 16 November 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.
28. (Tanpa pengarang). (Tanpa tahun). Wikipedia Indonesia. 16 November 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_Rankine .
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
78/110
LAMPIRAN I
Perhitungan Neraca Massa(Contoh Perhitungan : PT Dactex)
I. Perhitungan Preparasi Batubara
1. Perhitungan Free Moisture (FM), % ar :
a. Perhitungan batubara bongkah :
Berat batubara + Pan = 1195.63 gram
Berat Pan = 284.78 gram
Berat batubara (contoh asal) = (1195.63 – 284.78) gram
= 910.85 gram dikeringkan hingga berat konstan
Berat batubara + Pan (1) = 1186.37 gram
Berat batubara + Pan (2) = 1189.03 gram
Berat rata-rata batubara = = 1187.70 gram
Berat batubara (kering) + Pan = 1187.70 gram
Berat batubara (kering) = (1187.70 – 284.78) gram
= 902.92 gram
M =
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
79/110
3. Perhitungan Komposisi Analisa Ultimate Batubara, % ar :
Hasil analisa pengujian batubara :
Total Sulfur (%, adb) = 2.81 %Carbon (%, adb) = 60.77 %
Hidrogen (%, adb) = 4.66 %
Nitrogen (%, adb) = 1.36 %
Oksigen (%, adb) = 30.40 %
Total = 100 %
Analisa Proksimat :
Kadar abu = 42.09 %Total Moisture (%,ar) = 23.36 %
Konversi analisa ultimat dari %, adb menjadi %, ar :
Total Sulfur (%, ar) = = = 0.97 %
Dengan perhitungan yang sama, didapatkan :Carbon (%, ar) = 21.00 %
Hidrogen (%, ar) = 1.61 %
Nitrogen (%, ar) = 0.47 %
Oksigen (%, ar) = 10.50 %
Total analisa ultimate & proksimate (%, ar) = (42.09+23.36+0.97+21.00+1.61+0.47+10.50)%
= 100 %
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
80/110
Dengan perhitungan yang sama, didapatkan :
Carbon = 17.5 gram mol
Hidrogen = 16.1 gram mol
Nitrogen = 0.3357 gram mol
Oksigen = 6.5625 gram mol
TM = 12.977 gram mol
2. Kebutuhan Oksigen (m³)
Berdasarkan reaksi pembakaran : C + O2 CO24H + O2 2H2O
2N + O2 2NO
S + O2 SO2
O2 yang diperlukan :
= =
= 18.714 gram mol
=
= 0.4192 m³
3. Kebutuhan Udara (m³)
Udara yang diperlukan =
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
81/110
Sehingga komposisi gas buang dalam % menjadi :
CO2 =
= 14.878 %
O2 = 5.579 %
N2 = 59.856 %
H2O = 14 % (didapat dari grafik hubungan antara P absolute dengan temperature stack)
Total = 94.18 % dibuat menjadi 100%
Komposisi yang digunakan dalam perhitungan effisiensi boiler :
CO2 = = 15.798 %
O2 = 5.92 %N2 = 63.56 %
H2O = 14 %
Total komposisi gas buang = 100%
5. Excess Udara (m³/kg batubara)
Seluruh perhitungan menggunakan basis excess udara sebesar 5%
Diketahui : Total komposisi gas buang = 2.63438 m³
Konversi excess udara menjadi m³ = =
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
82/110
III. Perhitungan Laju alir batubara, Laju alir abu, Laju alir karbon, dan emisi CO2
1. Laju alir Gas Buang (Nm³/jam)
Diketahui : Laju alir stack = 3.57 m/s = 12852 m/jamDiameter stack = 80 cm
Laju alir gas buang = = = 6456.84 m3/jam
Laju alir Gas Buang dalam Nm³/jam = = = 4518.30 Nm³/jam
2. Laju alir Batubara (kg/jam)
= =
= 1629.19 kg/jam
3. Kapasitas Boiler (ton steam/jam)
Diketahui : Laju alir batubara hitung = 1629.19 kg/jam
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
83/110
Kapasitas boiler =
=
= 58503 kg steam
= 59 ton steam
4. LOI, % Carbon
Diketahui : Nilai kalor abu batubara = 354 kkal/kg
Nilai kalor karbon = 8100 kkal/kg
% Carbon = =
= 4.37 %
5. Laju alir abu (kg/jam)
Diketahui : Kadar abu dalam batubara = 42.09 %
Laju alir abu = = = 685.724 kg/jam
6. Laju alir LOI (kg/jam)
Diketahui : kadar LOI, data sekunder = 15.46 %
Laju alir LOI =
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
84/110
9. Jumlah CO2 yang seharusnya bisa dimanfaatkan (kg/jam)
CO2 =
= = 114.8969 kg/jam
10. Jumlah CO2 keseluruhan (kg/jam)
CO2 keseluruhan = =
= 1254.4734 kg/jam
11. Jumlah CO2 yang hilang (%)
CO2 yang hilang = = = 9.16 %
IV. Perhitungan Heatloss Flue Gas, Heatloss Abu, dan Effisiensi Boiler
1. Heatloss Flue Gas (%)
Heatloss CO2 :
=
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
85/110
Perhitungan Energi Batubara (kkal/jam) :
Diketehui : Laju alir batubara = 1629.19 kg/jam
Nilai kalor batubara = 6229 kkal/kg
Energi batubara = = = 10148202 kkal/jam
Heatloss Flue gas, (%) = = = 5.69 %
2. Heatloss Abu (%)
Diketahui : Nilai kalor abu = 354 kkal/kg
Massa abu (+karbon) = 717.060 kg/jam
Heatloss abu = = = 253839.26 kkal/jam
Heatloss abu, (%) =
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
86/110
Asumsi :
1. Suhu Cerobong = 160 ⁰C (tekstil)
2. Excess udara = 5 %3. P Stack = 1 atm (tekstil)
4. Temp. Steam = 200 ⁰C (tekstil)
*****
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
87/110
Perhitungan Neraca Massa (PLTU)
Pada prinsipnya perhitungan neraca massa pada PLTU sama dengan perhitungan neraca massa pada
tekstil. Yang membedakan adalah :
Tekstil : Perhitungan flowrate gas buang (m3/jam) berdasarkan data stack pabrik yang meliputi
diameter stack (m) dan laju alir stack (m/s). Sehingga akan didapatkan laju alir batubara
hitung.
PLTU : Flowrate gas buang (m3/jam) didapatkan dari hasil perhitungan berdasarkan laju alir
batubara (kg/jam) pada data sekunder dan total gas buang dengan excess sebesar 5 %(m3/kg batubara).
Contoh Perhitungan (PLTU Ombilin) :
Flowrate gas buang = =
= 290287.34 m3/jam
Dengan cara yang sama pada perhitungan tekstil maka akan didapatkan efisiensi boiler pada PLTU
Ombilin sebesar 92.27 %.
Perhitungan Efisiensi Total
Diketahui : Kapasitas Listrik = 100 MW
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
88/110
Berdasarkan data steam :
Entalpi pada temp. steam 500 ⁰C, tekanan 80 bar = 3399.5 kj/kg = 811.801 kkal/kg
Entalpi pada temp. steam 520 ⁰C, tekanan 80 bar = 3448.7 kj/kg = 823.550 kkal/kg
Entalpi pada temp. steam 512.6 ⁰C, tekanan 80 bar :
Entalpi pada temp. steam 500 ⁰C, tekanan 90 bar = 3387.4 kj/kg = 808.911 kkal/kg
Entalpi pada temp. steam 520 ⁰C, tekanan 90 bar = 3437.6 kj/kg = 820.899 kkal/kg
Entalpi pada temp. steam 512.6 ⁰C, tekanan 90 bar :
Entalpi pada temp. steam 512.6 ⁰C, tekanan 81.5 bar :
LAMPIRAN II
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
89/110
71
II.1 Tabel Perhitungan PLTU
II.1.1 Tabel Hasil Analisa
No Nama PerusahaanKomposisi Batubara (%) Total Nilai Kalor
Batubara
(kkal/kg)
LOI Abu
Nilai Kalor
Abu
(kkal/kg)C H O N S Ash Moisture (%)1 Ombilin 59.52 4.58 8 1.18 0.72 17.31 8.68 100 6387 1.55 325
2 Tanjung Enim 54.38 4.83 17.47 0.79 0.25 3.98 18.3 100 5000 0.62 460
3 Paiton 49.83 4.11 18.59 0.47 0.09 2.29 24.62 100 4833 15.95 486
4 Asam-Asam 42.52 3.63 17.29 0.32 0.13 4.52 31.58 100 4212 1.84 8
5 Tarahan 52.77 4.08 15.1 0.59 0.39 4.86 22.21 100 4861 9.71 196
6 Tanjung Jati B 53.4 4.03 12.67 0.99 0.68 9.55 18.67 100 5763 1.10 84
7 Sibolga 40.25 4.07 17.31 0.67 0.37 9.22 28.12 100 4018 1.42 0
II.1.2 Tabel Perhitungan Neraca Massa
NoNama
Perusahaan
Laju alir gas
buang
(m3/jam)
Laju alir gas
buang
(Nm3/jam)
LOI
Perhitungan
(% Karbon)
Laju alir
abu
(kg/jam)
Laju alir
LOI
(kg/jam)
Laju alir
karbon
dalam ash
(kg/jam)
Laju alir
total
(karbon +
abu)
kg/jam
LOI
(kg/jam)
CO2
(manfaat)
kg/jam
CO2
Total
(kg/jam)
CO2
hilang
(%)
Komposisi Flue Gas (%)
CO2 O2 N2 H2O
1 Ombilin 313969 222601 4.01 7114.41 637.05 297.21 7412 115 1090 89697 1.21 15.62 4.38 65.57 14
2 Tanjung Enim 281187 186402 5.68 1576.08 245.52 94.91 1671 10 348 78960 0.44 15.04 3.62 65.30 16
3 Paiton 1320178 925062 6.00 4741.45 33024.48 302.65 5044 805 1110 378301 0.29 15.49 4.34 64.83 15
4 Asam-Asam 247249 172735 0.10 1997.84 813.28 2.00 2000 38 7 68911 0.01 15.39 4.69 64.15 16
5 Tarahan 349389 253950 2.42 2527.20 5049.20 62.67 2590 251 230 100615 0.23 15.62 3.35 66.53 14
6 Tanjung Jati B 1843549 1359962 1.04 25869.52 2979.74 271.87 26141 288 997 530393 0.19 15.60 2.78 67.50 14
7 Sibolga 389940 275570 0.00 6463.59 995.48 0 6464 0 0 103462 0.00 14.22 4.59 61.65 17
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
90/110
72
II.1.3 Tabel Perhitungan Neraca Energi
No. Nama PLTU
Masuk Keluar
Effisiensi
Boiler (%)
Effisiensi
Total (%)
Energi
Batubara(kkal/jam)
Heatloss
Abu(kkal/jam)
Heatloss Flue
Gas(kkal/jam)
1 Ombilin 262505700 2408775 17888645 92 33
2 Tanjung Enim 198000000 768656 21720000 89 27
3 Paiton 1000714060 2451428 100516520 90 34
4 Asam-Asam 186170400 15999 21910014 88 27
5 Tarahan 252772000 507615 23140533 91 34
6 Tanjung Jati B 1561199647 2195877 110664607 93 36
7 Sibolga 281677872 0.00 32361229 89 35
II.2 Tabel Perhitungan Tekstil
II 2 1 T b l H il A li
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
91/110
73
II.2.1. Tabel Hasil Analisa
No
Nama
Perusahaan
Laju alir gas buang
(m3/jam)
Komposisi Batubara (%) Total Nilai Kalor
Batubara
(kkal/kg)
LOI Abu
Nilai Kalor
Abu
(kkal/kg)C H O N S Ash Moisture (%)
1 Dactex 6456.84 33.55 2.57 16.78 0.75 1.55 21.43 23.36 100 6229 15.46% 354
2 Adetex 6619.62 33.41 3.03 19.67 0.75 0.21 12.39 30.54 100 4578 17.40% 3623 Famatex 9025.11 37.84 3.26 21.73 0.70 0.21 5.10 31.16 100 4977 2.20% 173
4 BSTM 7487.77 33.43 3.05 19.92 0.70 0.15 18.43 24.32 100 4366 2.27% 0
5 Sinar Majalaya 5859.99 35.56 3.12 20.76 0.66 0.19 10.59 29.12 100 4931 13.56% 523
6 Alenatex 4702.46 37.06 3.05 17.47 0.47 0.55 22.49 18.92 100 4470 4.71% 78
7 Sipatex 13197.42 35.13 3.17 19.53 0.57 0.28 21.50 19.83 100 4322 33.00% 1764
8 Nagamas 5841.91 43.03 3.60 21.41 0.82 0.59 9.75 20.80 100 5024 27.26% 744
9 Panca Agung 28567.47 42.76 4.23 18.51 1.00 0.45 11.34 21.72 100 5332 10.86% 1230
10 Badjatex 10484.46 45.32 4.32 19.38 0.61 0.13 4.90 25.33 100 5648 1.19% 103
11 Dhanar Mas 6058.94 48.06 4.36 16.43 0.94 0.65 10.54 19.01 100 5822 23.69% 76812 BCP 7404.12 56.05 4.81 18.81 1.13 1.15 5.95 12.09 100 6106 12.34% 652
13 RCP 20771.10 31.26 3.52 20.54 0.49 0.70 14.97 28.51 100 4248 12.62% 592
14 Himalaya 11190.96 35.94 4.02 21.99 0.48 0.14 10.43 26.99 100 4568 8.36% 1164
15 Bima Jaya 14464.32 33.42 3.17 18.37 0.56 0.98 14.87 28.63 100 4642 33.03% 1712
16 Vonex 8082.36 32.10 4.00 21.53 0.43 0.10 3.35 38.49 100 4836 9.03% 697
17 Sinar Sari 8835.77 41.66 2.82 14.60 0.50 0.37 11.71 28.35 100 5367 64.99% 2672
18 Cemara Agung 5171.58 34.90 3.74 20.01 0.57 0.61 11.32 28.85 100 4734 41.00% 0
19 Budi Agung 11801.38 43.22 4.00 14.30 0.93 0.49 14.96 22.10 100 5172 35.45% 1446
20 Anugrah 10569.24 39.35 4.22 20.80 0.71 1.46 9.54 23.91 100 4951 77.42% 251521 Naga Sakti 21195.00 41.92 3.63 14.64 0.88 0.62 28.90 9.42 100 4484 34.52% 808
22 Sinar Baru 18962.46 36.28 3.79 20.80 0.55 0.16 5.74 32.68 100 5010 35.26% 1559
23 Tastex 5951.56 38.88 4.11 21.97 0.63 1.08 8.42 24.90 100 4913 23.20% 1140
24 Delimatex 9834.48 51.81 4.80 25.24 0.68 0.10 3.68 13.69 100 5520 26.01% 906
25 Daliatex 169066.30 56.64 4.08 13.47 1.02 1.90 17.71 5.19 100 6203 16.28% 433
II 2 2 T b l P hi N M
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
92/110
74
II.2.2. Tabel Perhitungan Neraca Massa
NoNama
Perusahaan
Laju alir gas
buang
(Nm3/jam)
Laju alir
batubara
(kg/jam)
LOI
Perhitungan
(% Karbon)
Laju alir
abu
(kg/jam)
Laju alir LOI
(kg/jam)
Laju alir
karbon
dalam ash
(kg/jam)
Laju alir total
(karbon +
abu) kg/jam
LOI
(kg/jam)
CO2
(manfaat)
kg/jam
CO2 Total
(kg/jam)
CO2
hilang
(%)
Komposisi Flue Gas (%)
CO2 O2 N2 H2O
1 Dactex 4518.30 1063.95 4.37% 228.005 164.487 10.419 238.424 0.369 38.203 1309 2.92 15.90 5.96 63.94 14
2 Adetex 4632.21 1050.14 4.47% 130.113 182.725 6.088 136.201 0.237 22.323 1286 1.74 15.51 6.85 62.02 16
3 Famatex 6315.50 1294.33 2.14% 66.011 28.475 1.444 67.454 0.015 5.293 1796 0.29 15.68 6.75 62.13 15
4 BSTM 5239.71 1210.35 0.00% 223.067 27.475 0.000 223.067 0.051 0.000 1484 0.00 15.89 7.10 63.40 14
5
Sinar
Majalaya 4100.64 891.54 6.46% 94.415 120.893 6.520 100.935 0.137 23.908 1162 2.06 15.49 6.78 61.42 16
6 Alenatex 3290.64 704.81 0.96% 158.513 33.197 1.536 160.049 0.075 5.634 958 0.59 15.67 5.54 63.72 15
7 Sipatex 9235.15 2055.31 21.78% 441.891 678.251 123.043 564.934 1.864 451.156 2647 17.04 14.39 5.96 58.06 22
8 Nagamas 4087.99 755.24 9.19% 73.636 205.878 7.452 81.088 0 .221 27.324 1192 2.29 16.84 6.28 68.26 9
9 Panca Agung 19990.63 3463.32 15.19% 392.741 376.117 70.342 463.083 0.503 257.922 5430 4.75 15.97 5.18 68.98 10
10 Badjatex 7336.70 1213.52 1.27% 59.462 14.441 0.765 60.227 0.007 2.805 2017 0.14 16.70 5.36 71.14 7
11 Dhanar Mas 4239.86 667.30 9.48% 70.334 158.084 7.366 77.699 0.184 27.008 1176 2.30 16.82 4.31 73.22 6
12 BCP 5181.17 721.88 8.05% 42.952 89.079 3.760 46.712 0.058 13.788 1484 0.93 16.59 4.18 71.66 8
13 RCP 14534.97 3312.50 7.31% 495.882 418.038 39.108 534.989 0.675 143.395 3797 3.78 15.03 7.40 62.54 15
14 Himalaya 7831.09 1574.30 14.37% 164.199 131.611 27.555 191.754 0.160 101.035 2075 4.87 14.76 6.77 61.83 17
15 Bima Jaya 10121.68 2246.85 21.14% 334.107 742.136 89.564 423.671 1.399 328.402 2753 11.93 16.62 6.85 68.55 8
16 Vonex 5655.79 1186.83 8.60% 39.759 107.171 3.741 43.500 0.039 13.717 1397 0.98 16.32 8.21 69.31 6
17 Sinar Sari 6183.00 1190.83 32.99% 139.446 773.918 68.651 208.097 1.352 251.721 1819 13.84 15.46 4.06 62.82 18
18
Cemara
Agung 3618.91 746.32 0.00% 84.483 305.990 0.000 84.483 0.346 0.000 955 0.00 14.31 6.15 60.30 19
19 Budi Agung 8258.24 1416.61 17.85% 211.925 502.188 46.048 257.973 0.915 168.843 2245 7.52 16.32 6.81 66.77 10
20 Anugrah 7396.03 1360.81 31.05% 129.821 1053.537 58.462 188.283 1 .458 214.360 1963 10.92 16.14 6.40 69.52 8
21 Naga Sakti 14831.61 2764.38 9.98% 798.905 954.263 88.570 887.475 3.064 324.757 4249 7.64 16.98 4.45 73.04 6
22 Sinar Baru 13269.34 2647.23 19.25% 151.951 933.413 36.224 188.175 0.664 132.820 3522 3.77 15.04 6.47 62.62 16
23 Tastex 4164.71 785.20 14.07% 66.113 182.165 10.825 76.939 0 .178 39.693 1119 3.55 15.11 6.40 63.80 15
24 Delimatex 6881.86 1049.04 11.19% 38.605 272.856 4.864 43.469 0.113 17.835 1993 0.89 16.60 6.06 68.78 9
25 Daliatex 118307.36 16956.30 5.35% 3002.960 1449.763 169 .739 3172.700 2.713 622.378 35215 1.77 16.59 2.96 71.61 9
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
93/110
75
II.2.3 Tabel Perhitungan Neraca Energi
No. Nama Pabrik
Masuk Keluar
Efisiensi Boiler
(%)
Energi
Batubara
(kkal/jam)
Heatloss
Abu
(kkal/jam)
Heatloss Flue
Gas
(kkal/jam)
1 Dactex 6627351 84402.03 488244 91
2 Adetex 4807564 49304.82 546111 88
3 Famatex 6441889 11669.62 721894 89
4 BSTM 5284372 0.00 569242 89
5 Sinar Majalaya 4396206 52788.98 468153 88
6 Alenatex 3150522 12483.85 324508 89
7 Sipatex 8883037 996542.81 949013 78
8 Nagamas 3794316 60329.23 390213 88
9 Panca Agung 18466449 569592.61 1900074 87
10 Badjatex 6853934 6203.39 712491 90
11 Dhanar Mas 3885029 59673.21 376424 89
12 BCP 4407770 30456.14 417749 90
13 RCP 14071509 316713.66 1667031 86
14 Himalaya 7191385 223201.86 845723 85
15 Bima Jaya 10429899 725325.47 1132835 82
16 Vonex 5739508 30319.34 693931 87
17 Sinar Sari 6391162 556034.75 672690 81
18 Cemara Agung 3533065 0.00 406057 89
19 Budi Agung 7326703 373028.80 788056 84
20 Anugrah 6737355 473531.22 730015 82
21 Naga Sakti 12395464 717079.61 1194711 85
22 Sinar Baru 13262620 293364.18 1527648 86
23 Tastex 3857667 87710.21 427225 87
24 Delimatex 5790724 39382.92 575616 89
25 Daliatex 105179909 1373778.92 8847034 90
II 2 4 T b l H il P k T G B
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
94/110
76
II. 2. 4 Tabel Hasil Pengukuran Temperatur Gas Buang
No Nama PabrikEffisiensi
Boiler (%)Teknologi
Temp. gas
buang ( C)
1 Dactex 91
C h a i n
G r a t e
181
2 Adetex 88 170
3 BSTM 89 160
4 Sinar Majalaya 88 180
5 Sipatex 78 130
6 Nagamas 88 160
7 Dhanar Mas 89 153
8 RCP 86 152
9 Bima Jaya 82 129,2
10 Anugrah 82
F l u i d i z e d
167
11 Naga Sakti 85 119
12 Sinar Baru 86 251
13 Tastex 87 87
14 Famatex 89 90
15 Alenatex 89 111
16 Panca Agung 87 81
17 Badjatex 90 153
18 BCP 90 85
19 Himalaya 85 81,6
20 Vonex 87 125
21 Sinar Sari 81 160,4
22 Cemara Agung 89 160
23 Budi Agung 84 136
24 Delimatex 89 89
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
95/110
LAMPIRAN III
GAMBAR RANCANGAN ALAT FLUIDASI
120 cm
600 cm
Pipa stainless
Steel 316, 2,5 inch
Ø 25 7
Tinggi 123 cm = 4 buah
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
96/110
78
Ø 25 cm
Ø 25.7 cm
Plat galvanish2 mm
Plat galvanish3 mm
●
120 cm 123 cm
4 cm
●
Ø 25.7 cmØ 25 cm
Tinggi 103 cm = 1 buah
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
97/110
79Ø 25 cm
Ø 25.7 cm
Plat galvanish2 mm
Plat galvanish3 mm
●
100 cm 103 cm
4 cm
●
Ø 25.7 cmØ 25 cm
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
98/110
80
Ø 25 cmØ 8 cm
Ø 59,2 cm
Ø 25 cm
Engsel
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
99/110
81
60 cmPipa stainlessØ 4 inch
Pipa stainless
Ø 2.5 inch
Flaness
Flaness
Plat galvanish
Ø 27 cm
27 cm
24.5 cm
70 cm
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
100/110
82
55 cm
20 cm
5 cm
5 cm
Pipa stainless
Ø 4 inch
Pipa stainless
Ø 2.5 inch
Flaness
Flaness
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
101/110
83
TABUNG PEMANAS
Glass wall/
Rock wall
Heater
Pipastainlesss
4 inch
Pipastainlesss
2.5 inch
Flaness
Flaness
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
102/110
8 cm
Flaness Pipa stainless Ø 2.5 inch
Drat
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
103/110
PIPA PENGATUR TEKANAN ANGIN
Pipa stainless
1 inch
Shock drat
1 inch
20 cm
10 cm
500
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
104/110
SYCLONE
100 cm
30 cm
20 cm
5 cm
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
105/110
SYCLONE
Pipa stainlessØ 1 inch
Flanes
2.5 inch
Pipa stainless
Ø 2.5 inch
Fiting/joint
Ø 4→ 2.5 inch
Roll plat stainless
2mm, Ø 25 cm
Drat
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
106/110
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
107/110
89
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
108/110
90
Keterangan gambar kegiatan di beberapa lokasi (dari atas ke bawah, kiri ke kanan) :- PT. Bima Jaya- PT. Dhanarmas Concern- PT. Sinar Sari Sejati- PT. Naga Sakti Kurnia- PT. Himalaya Tunas Texindo
-
PT. Warna Indah Samijaya- PT. Waitex- PT. Badjatex- PT. Budi Agung
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
109/110
-
8/19/2019 Kajian Emisi Co2 Dari Pembakaran Batubara Di Indonesia
110/110
Gambar Kegiatan di PT. Semen Padang, Sumatera Barat