kajian ekonomi regional...kata pengantar kajian ekonomi regional kalimantan selatan triwulan iv-2011...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
Kantor Bank Indonesia
Banjarmasin
Triwulan IV - 2011
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
i i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan IV-2011 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Bank Indonesia Banjarmasin ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalsel.
Dalam edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalsel pada triwulan IV-2011 mencatat pertumbuhan yang lebih baik. Laju pertumbuhan ekonomi mampu bergerak ke level yang lebih tinggi, dari 4,91% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 6,93% (yoy) terutama ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pertambangan. Sementara itu, seiring dengan meningkatnya produksi tambang dan kelapa sawit, akselerasi kinerja eksport meningkat signifikan. Sementara itu, di tengah ketidakpastian perekonomian global, para investor dan pelaku usaha masih optimis dengan kinerja ekonomi Kalsel sehingga mampu menggenjot pertumbuhan investasi di provinsi seribu sungai ini.
Pergerakan inflasi masih memberikan catatan yang menggembirakan selama triwulan laporan. Pada akhir tahun 2011, inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin sangat rendah yakni pada level 3,98% (yoy). Pasokan pangan strategis yang relatif terjaga, tekanan permintaan yang relatif menurun pasca Idul Fitri, serta harga emas menjadi kunci utama turunnya inflasi triwulan laporan.
Secara umum, berdasarkan berbagai indikator yang ada, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 cukup menggembirakan. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain kualitas kredit membaik, sebagaimana tercermin dari penurunan rasio NPL dari 2,60% menjadi 1,61%.
Transaksi uang tunai melalui Kantor Bank Indonesia Banjarmasin secara keseluruhan mengalami net-outflow. Sedangkan transaksi non-tunai
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
ii
diwarnai oleh peningkatan volume transaksi, khususnya yang melalui sistem kliring.
Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi akan diwarnai oleh pertumbuhan ekonomi yang relatif melambat dengan laju inflasi yang lebih tinggi dibanding triwulan IV-2011. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan bergerak pada kisaran 5,9% - 6,4% (yoy). Dari sisi permintaan, aktivitas konsumsi rumah tangga, pemerintah, dan ekspor diperkirakan melambat. Di sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor-sektor dominan khususnya sektor pertanian yang masih dalam masa tanam. Sementara itu, gangguan cuaca, kenaikan tarif PAM dan cukai rokok, serta kelangkaan elpiji diperkirakan meningkatkan inflasi menjadi berada pada kisaran 7,12% ± 1% (yoy).
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik
Banjarmasin, Februari 2012 BANK INDONESIA BANJARMASIN
Khairil Anwar Pemimpin
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
iii iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... iii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ....................................................... v TABEL INDIKATOR TERPILIH ................................................................... vii RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .................... 7
1. Sisi Permintaan .......................................................................... . 7 2. Sisi Penawaran ……………………………………….……............. 14 Boks 1. Struktur Pasar Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi........ 21
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… ................................ 23 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ........ 23
1.1 Sisi Produksi .................................................................... 25 1.2 Sisi Pasokan ..................................................... .................... 25 1.3 Sisi Distribusi ....................................................................... 27
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi…………….…………. . 27 2.1 Inflasi Volatile Food ............................................................. 28 2.2 Inflasi Administered Price ..................................................... 30 2.3 Inflasi Inti ............................................................................. 31
3. Inflasi Pedesaan ………….…….. ................................................. 32 Boks 2. Quick Survey Persepsi Masyarakat Terhadap Kelangkaan Solar Bersubsidi ....................................................... 35
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ………………………….............. 39
1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 39 1.1 Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum .................................................................... 39
1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat .................................... .. 40 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................ 41
1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit .................................... . 44 1.5 Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah.................................... 45
2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ........... 46 3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ......................... ............ 48 4. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................... 50
4.1 Transaksi Pembayaran Tunai.............................................. 51 4.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai.................................... .. 54
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
iv
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... .............................. 57 1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .............................................. 57 2. Realisasi Belanja Daerah.......................... ................................... 60
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... 63 1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 63 2. Kesejahteraan .......... ................................................................... 65
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 69
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................. 69 2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................ 71
LAMPIRAN ...................................................................... .................. 75
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
v
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh
lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei BI Banjarmasin khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU BI Banjarmasin.
Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KBI Banjarmasin seperti SKDU, SK, dan SPE.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
vi
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB
TW - I TW - II TW - III TW - IV
119.4 130.22 130.83 131.84 134.13 135.4
3.86 9.06 7.95 5.75 4.59 3.98
Pertanian 7087.24 7259.48 1258.01 2110.16 2445.8 1729.56
Pertambangan & Penggalian 6331.87 6811.2 1718.64 1772.03 1860.08 1905.49
Industri Pengolahan 3157.34 3247.97 825.632 830.039 853.901 841.614
Listrik, Gas, & Air Bersih 144.31 155.553 40.0095 41.1336 42.3942 42.8007
Bangunan 1603.46 1707.34 432.243 445.84 463.825 496.635
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4426.98 4731.9 1197.1 1258.64 1327.29 1337.52
Pengangkutan dan Komunikasi 2522.35 2684.84 681.508 697.788 735.296 757.923
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1175.55 1260.12 324.778 330.777 341.688 345.308
Jasa 2602.54 2815.7 711.429 747.432 794.692 807.836
5.29% 5.58% 6.92% 5.95% 4.91% 6.93%
5,446 5616.29 1,818 2,574 2,501 2,890
85,095 86,276 24,417 30,667 31,266 35,879
658.91 467.047 158.66 139.24 146.96 222.53
251.51 249.451 46.09 70.97 59.78 97.48
TAHUN 2010
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
INDIKATORTAHUN 2009
IHK Banjarmasin
Inflasi Banjarmasin (y-o-y)
PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (y-o-y)
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
MAKRO
2011
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
viii
b. Perbankan
TW I TW II TW III TW IV
21,544 26,169 27,305 29,005 31,357 33,092
17,782 21,307 21,957 23,820 25,717 27,728
4,188 4,304 5,307 5,832 6,326 6,223
9,765 12,056 11,788 12,574 13,622 15,543
3,829 4,947 4,862 5,415 5,770 5,963
17,508 20,153 22,551 23,876 25,787 28,278
6,114 7,073 7,167 7,629 8,262 9,297
5,297 5,768 6,781 7,015 7,602 8,263
6,098 7,312 8,604 9,232 9,922 10,718
98.46% 94.58% 102.71% 100.23% 100.27% 101.98%
13,706 17,107 17,699 18,884 19,971 20,688
4,861 6,199 6,257 6,736 7,119 7,338
3,603 4,376 4,603 4,855 5,351 5,450
5,243 6,532 6,839 7,293 7,501 7,900
77.08% 80.29% 80.61% 79.28% 77.66% 74.61%
3,612 3,384 4,112 4,153 4,390 4,475
Modal Kerja 486 308 722 641 745 732
Investasi 163 154 148 161 176 155
Konsumsi 2,963 2,922 3,243 3,351 3,470 3,589
4,033 5,189 5,963 6,487 7,706 8,356
Modal Kerja 1,043 1,068 1,114 1,220 1,523 1,565
Investasi 288 380 358 401 493 536
Konsumsi 2,701 3,740 4,491 4,866 5,690 6,255
2,757 2,184 3,228 3,492 4,257 4,487
Modal Kerja 1,706 2,190 2,096 2,220 2,516 2,556
Investasi 688 740 724 790 1,022 1,123
Konsumsi 363 473 407 482 719 809
10,402 11,976 13,303 14,131 16,354 17,319 2.14% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60% 1.61%
Total Asset 272 371 417 452 422 411
168 192 232 280 264 259
63 77 84 85 91 90
105 115 148 195 173 169
209 264 319 354 310 265
61 73 81 86 75 65
111 145 191 215 189 162
37 46 47 52 46 39 5.76% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58% 4.69%
124.28% 136.99% 137.61% 126.31% 117.51% 102.32%
Total Kredit UMKM
Deposito
Modal Kerja
Investasi
INDIKATOR
DPK
Total Asset
Giro
Tabungan
Kredit - Lokasi Proyek
Kredit - Lokasi Bank
Kredit Menengah
Kredit UMKM - Lokasi Proyek
Kredit Mikro
Kredit Kecil
Konsumsi
LDR
NPL
NPL
Investasi
Konsumsi
DPK
Tabungan
Deposito
Kredit lokasi bank
Modal Kerja
BPR
20102009
PERBANKANBank Umum (Rp miliar)
2011
LDR
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
LDR
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
ix
c. Sistem Pembayaran
IndikatorTw.II-2010
Tw.III-2010
Tw.IV-2010
Tw.I-2011
Tw.II-2011
Tw.III-2011
Tw.IV-2011
Posisi Kas Gabungan
(Rp miliar)1,537 1,485 2,364 1,749 2,121 3,761 2,862
Inflow (Rp miliar) 658 1,518 936 1,170 991 1,883 1,320
Outflow (Rp miliar) 879 1,444 1,427 579 1,130 1,878 1,542
Pemusnahan Uang
(Rp miliar)544 1,209 1,012 761 761 705 763
Nominal Transaksi RTGS
(Rp Miliar)31,632 24,127 32,483 37,405 37,762 42,223 47,191
Volume Transaksi RTGS (ribu lbr)
40 42 49 43 44 47 51
Nominal Kliring (Rp Miliar)
3,372 3,716 3,762 3,860 4,276 3,252 4,713
Volume Kliring (ribu lbr) 79 77 80 79 83 58 84
Rata-rata Harian Nominal
Kliring54.39 59.94 59.71 59.38 70.09 54.19 74.80
Rata-rata Harian Volume Kliring
1.27 1.24 1.27 1.22 1.36 0.97 1.32
Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar)
85 152 101 88 120 82 148
Volume Kliring
Pengembalian (lembar)1,342 1,793 2,038 1,791 1,838 1,300 2,056
Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar)
1.13 2.00 1.35 1.17 1.96 1.36 2.35
Rata-rata Harian Volume
Kliring Pengembalian (lembar)
18 24 27 24 30 22 33
Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (Rp miliar)
1.30 2.04 1.00 1.13 1.72 1.16 1.82
Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong (lembar)
20 22 20 22 25 17 23
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada
triwulan IV-2011 tumbuh 6,93% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 4,91% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Kalsel
terutama ditopang oleh meningkatnya realisasi ekspor dan
investasi. Sementara dari sisi penawaran, meningkatnya
produksi tambang dan pertanian menjadi akselerator
perkembangan ekonomi Kalsel.
Aktivitas investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan
laporan tumbuh meningkat dari 7,88% (yoy) pada triwulan
III-2011 menjadi 10,44% (yoy). Sementara itu, di tengah
ketidakpastian kondisi perekonomian dunia, ekspor
Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan sebesar
20,27% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-
2011 yang tumbuh 7,38% (yoy). Peningkatan kinerja
komponen ekspor tidak lepas dari meningkatnya aktivitas
ekspor luar negeri Kalimantan Selatan yang di triwulan
laporan mencatat pertumbuhan sebesar 111,81% (yoy).
Peningkatan ekspor terutama bersumber dari komoditas
batubara, bijih besi, kelapa sawit, dan semen.
Secara sektoral, kinerja sektor pertanian di triwulan
laporan mengalami peningkatan yaitu dari 2,76%(yoy) di
triwulan III-2011 menjadi 5,84%(yoy). Panen padi yang
pada tahun ini berlangsung hingga akhir tahun serta harga
komoditas kelapa sawit yang terjaga di level tinggi menjadi
penopang peningkatan pertumbuhan sektor pertanian.
Pada triwulan IV-2011, ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 6,93% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy).
Komponen ekspor dan investasi menjadi sumber percepatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan
Sektor pertanian tumbuh 5,84% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 2,76% (yoy) .
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
2
Sektor pertambangan kembali mencatatkan akselerasi
laju pertumbuhan yang cukup tinggi yakni mencapai
12,88% (yoy) di triwulan IV-2011, setelah sebelumnya
hanya tumbuh 3,13% (yoy). Peningkatan tersebut
terutama didorong oleh produksi batubara yang
meningkat secara signifikan seiring kondisi cuaca yang
relatif kondusif.
ASESMEN INFLASI
Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011
menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan
tercatat 3,98% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada
triwulan III-2011 sebesar 4,59% (yoy). Angka tersebut
berada di bawah inflasi Kalimantan sebesar 5,34% (yoy)
namun sedikit di atas inflasi nasional yang hanya mencapai
3,79% (yoy).
Turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan
terutama dipengaruhi oleh trend menurun inflasi
volatile food serta turunnya tekanan inflasi inti. Inflasi
volatile food relatif rendah karena pasokan bumbu-
bumbuan dan beras yang relatif terjaga. Pada triwulan
laporan inflasi volatile food hanya 0,05% (yoy) lebih
rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,98% (yoy)..
Sementara itu turunnya harga emas perhiasan serta
tekanan dari sisi permintaan pasca bulan puasa dan hari
Raya Idul Fitri menyebabkan inflasi inti mengalami
penurunan dari 5,58% (yoy) pada triwulan III-2011
menjadi 5,25% pada triwulan laporan.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN
Berbagai indikator utama kinerja perbankan di
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum
Laju inflasi di triwulan IV-2011 hanya 3,98% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,59% (yoy).
Penurunan tekanan inflasi pada triwulan laporan karena turunnya tekanan dari sisi permintaan, terjaganya pasokan beras dan bumbu-bumbuan, serta turunnya harga emas perhiasan.
Pada triwulan IV-2011 sektor pertambangan tumbuh 12,88% (yoy), meningkat tajam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,13% (yoy).
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
3
menunjukan peningkatan. Aset perbankan mencapai
Rp33,09 triliun, tumbuh 26,46% (yoy) lebih tinggi dari
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 23,63% (yoy).
Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank
umum Kalimantan Selatan pada triwulan laporan tumbuh
meningkat, apabila dibandingkan triwulan sebelumnya.
Posisi DPK di triwulan laporan mencapai Rp27,73
triliun, tumbuh 30,14% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 28,45% (yoy). Peningkatan tersebut terutama
didukung oleh perkembangan pada jenis simpanan giro
khususnya giro milik pemerintah daerah.
Dari sisi penyaluran kredit bank umum ke wilayah
Kalimantan Selatan (lokasi proyek) pada triwulan
laporan mencapai Rp28,28 triliun atau tumbuh 40,20%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011 yang
mencatat pertumbuhan sebesar 26,69% (yoy). Seluruh
jenis kredit baik konsumsi, investasi, maupun modal kerja
mengalami peningkatan.
Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi
perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio
(LDR) lokasi proyek meningkat dari 100,28% pada
triwulan III-2011 menjadi 101,99% pada triwulan
laporan. Sementara itu seiring terselesaikannya
permasalahan sengketa lahan tambang batubara, rasio
NPL mengalami penurunan dari 2,60% menjadi 1,61%.
Seiring dengan kegiatan belanja masyarakat dengan
mengggunakan uang tunai yang relatif menurun pasca
bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, Nilai transaksi
pembayaran tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan
IV-2011 mengalami peningkatan. Total aliran uang kartal
masuk dan keluar melalui KBI Banjarmasin turun -23,89%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,76
Aset tumbuh 26,46% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 23,63% (yoy)
Berdasarkan lokasi proyek, laju pertumbuhan kredit tumbuh meningkat dari 26,69% (yoy)pada triwulan III-2011 menjadi 40,20% (yoy).
Perkembangan transaksi pembayaran secara tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan IV- 2011 turun dan mengalami net cash outlow.
LDR perbankan Kalimantan Selatan di triwulan I-2011 meningkat menjadi 101,99%. Rasio NPL turun menjadi 1,61%.
DPK tumbuh meningkat dari 28,45% (yoy) menjadi 30,14% (yoy) .
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
4
triliun menjadi Rp2,86 triliun. Secara akumulatif pada
triwulan IV-2011 terjadi net cash outflow sebesar Rp221,2
miliar.
Perkembangan transaksi pembayaran non-tunai
khususnya melalui sarana kliring cenderung meningkat.
Meningkatnya kembali aktivitas bisnis pasca liburan
Lebaran berdampak positif pada perkembangan transaksi
kliring yang meningkat 43,55% dari triwulan sebelumnya.
Sementara itu pekembangan transaksi pembayaran non
tunai benilai besar (di atas Rp100 juta) melalui sarana BI-
RTGS meningkat 11,77%(qtq), dari Rp42,22 triliun
menjadi Rp47,19 triliun.
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan I-2012, perekonomian Kalimantan
Selatan diperkirakan tumbuh melambat dari triwulan
laporan yakni pada kisaran 5,9%-6,4% (y-o-y). Dari sisi
permintaan konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah,
dan ekspor diperkirakan melambat. Sementara dari sisi
penawaran, kinerja sektor pertambangan dan pertanian
diperkirakan melambat.
Dari sisi permintaan, konsumsi masyarakat berpotensi
melambat karena pengaruh tekanan inflasi yang
diperkirakan lebih tinggi pada triwulan I-2012 serta faktor
psikologis pasca liburan panjang sekolah di Bulan
Desember 2011. Sementara itu penerapan Permendag
nomor 35 tahun 2011 dipastikan akan mengkoreksi ekspor
rotan Kalsel.
Dari sisi sektoral, perkembangan sektor pertanian dan
pertambangan diperkirakan melambat. Tingginya curah
hujan sejak Bulan Desember 2011 telah menyebabkan
beberapa lahan padi puso dan masa tanamnya terlambat
Kondisi cuaca juga menghambat aktivitas tambang
Nilai nominal transaksi melalui kliring naik sebesar 43,55% (qtq). Sementara itu transaksi melalui RTGS mengalami kenaikan sebesar 11,77% (qtq).
Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh 5,6% - 6,4% (yoy)
Kinerja sektor pertanian dan pertambangan diperkirakan tumbuh melambat
Ekspor dan konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
5
batubara. Optimisme pelaku usaha juga terindikasi
mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya
sebagaimana terungkap dalam indikator ekspektasi
kegiatan usaha yang turun dari 31,98 menjadi 21,08.
PROSPEK INFLASI
Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan I-2012
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan
terutama karena meningkatnya tekanan dari kelompok
administered price. Kenaikan tarif PDAM kota
Banjarmasin sebesar 10% serta penerapan kebijakan
pemerintah untuk menaikan cukai rokok sebesar 16%
menjadi faktor dominan penyumbang inflasi pada
triwulan mendatang. Sementara itu tekanan inflasi inti
relatif mereda karena turunnya tekanan permintaan.
Di sisi lain, gangguan cuaca sebagai efek tidak langsung
badai tropis Iggy diperkirakan dapat mengganggu pasokan
sayur mayur, bumbu-bumbuan, dan pasokan lainnya dari
Pulau Jawa. Faktor ekspektasi masyarakat berpotensi untuk
menambah tekanan in flasi pada triwulan I-2012 terutama
dengan adanya rencana kenaikan TDL dan menghilangnya
elpiji 3 kg. Dengan berbagai pertimbangan di atas laju
inflasi pada triwulan I-2012 diperkirakan berada pada
kisaran 7,12% ± 1% (yoy).
Tekanan inflasi pada triwulan I-2012 diperkirakan muncul terutama dari kelompok administered price.
Laju inflasi di triwulan I-20112diperkirakan berada pada kisaran 7,19% ± 1% (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
8
paman
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
7
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi
Kalimantan Selatan
*) angka sementara Sumber: BPS Prov.Kalsel
006% 005% 005%
006%007%
006%005%
007%
0%1%2%3%4%5%6%7%8%
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
2010 2011
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin tinggi,
perekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 mencatat laju
pertumbuhan yang juga meningkat menjadi 6,93%(yoy) dari 4,91% (yoy)
pada triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada
triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi, baik rumah
tangga maupun pemerintah, serta optimalnya realisasi ekspor komoditas tambang
andalan Kalimantan Selatan.
Dari sisi penawaran, sektor
unggulan Kalimantan Selatan
berupa sektor pertambangan
memberikan kontribusi yang paling
tinggi. Sedangkan sektor unggulan
lainnya, sektor pertanian, juga
menunjukkan kinerja yang lebih
baik dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Kinerja tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan
secara keseluruhan pada tahun 2011 sebesar 6,12% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya sebesar
5,58% (yoy).
1.1. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, komponen ekspor dan investasi mengalami
perkembangan yang meningkat selama triwulan laporan. Sementara konsumsi
masyarakat cenderung terjaga pada tingkat yang relatif tinggi, konsumsi
pemerintah justru mengalami pelambatan. Meskipun demikian, kuatnya kinerja
ekspor dan investasi mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi pada tingkat
6,93% (yoy) selama triwulan laporan.
1
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
8
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan
*) angka sementara Sumber: BPS Provinsi Kalsel 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga
Pertumbuhan konsumsi rumah
tangga relatif stabil walau ada
kecenderungan menurun, yaitu dari
5,31% (yoy) pada triwulan III-2011
menjadi 5,28% pada triwulan laporan.
Terjaganya kondisi konsumsi rumah
tangga pada tingkat yang relatif tinggi
tersebut tercermin dari hasil Survei
Konsumen yang menginformasikan
bahwa masyarakat masih cukup
optimis dengan kondisi perekonomian selama triwulan laporan, diindikasikan oleh
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami peningkatan dari 136,80
menjadi 147,92.
Sementara itu, indeks pendukung lainnya juga mengalami kenaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) meningkat
dari 143,87 menjadi 152,90, yang terutama didorong oleh ekspektasi masyarakat
akan penghasilan yang semakin membaik serta ketersediaan lapangan kerja yang
semakin bertambah pada tahun 2012. Sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
naik menjadi 142,93 dari sebelumnya sebesar 129,73. Kenaikan ini terutama
didorong oleh optimisme masyarakat akan daya beli yang semakin terjaga serta
keyakinan untuk mengkonsumsi barang tahan lama berkat kondisi inflasi
Kalimantan Selatan yang rendah dan stabil selama triwulan laporan.
Grafik 1.2 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
,0
50,0
100,0
150,0
200,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Ekspektasi Konsumen (IEK)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
9
Indikator optimisme konsumsi rumah tangga juga tampak dari penyaluran
kredit konsumsi oleh perbankan. Pada triwulan laporan, jumlah kredit konsumsi
berdasarkan lokasi proyek tercatat sebesar Rp10,72 triliun atau tumbuh 46,58%
(yoy). Angka tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 30,19% (yoy) atau mencapai Rp9,92 triliun.
Selain itu, indikator konsumsi lainnya yaitu penjualan otomotif khususnya
kendaraan roda dua menunjukkan kondisi yang stabil, yaitu tumbuh 12,98%
(yoy) dengan total unit terjual mencapai 45.874 unit, tidak jauh berbeda dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,07% (yoy) atau sebanyak 44.253 unit.
Grafik 1.5 Penjualan Motor di Kalimantan Selatan
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel
0%5%10%15%20%25%30%
0%2%4%6%8%
10%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4
2010 2011
g. Konsumsi RT (yoy) - aksis kiri
g. Penjualan motor (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan (Berdasarkan
Lokasi Proyek)
Sumber: BPS Kalsel & Dispenda Provinsi Kalsel
0%10%20%30%40%50%
0%2%4%6%8%
10%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4
2010 2011
g. Konsumsi RT (yoy) - aksis kiri
g. Kredit Konsumsi (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.3 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
,0
50,0
100,0
150,0
200,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2009 2010 2011
Penghasilan Saat IniKetepatan Waktu Pembelian Barang Tahan LamaKetersediaan Lapangan Kerja
Grafik 1.4 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
,0
50,0
100,0
150,0
200,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2009 2010 2011
Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
10
1.1.2. Pengeluaran Pemerintah
Komponen konsumsi
pemerintah mengalami
pelambatan selama triwulan IV-
2011, yaitu hanya tumbuh 1,41%
(yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang
mencapai hingga 12,33% (yoy).
Rendahnya pertumbuhan ini
disebabkan belum optimalnya
realisasi belanja yang dilakukan
oleh pemerintah, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/kota.
Hal ini terlihat dari kecilnya pertumbuhan belanja pemerintah provinsi
yang hanya 1,55% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 5,41% (yoy). Ditinjau dari komponen belanja daerah,
belum optimalnya realisasi tersebut terutama pada penyerapan belanja operasi
yang sampai dengan akhir triwulan IV-2011 hanya mencapai 61,33%, atau hanya
sebesar Rp1.196,20 miliar dari anggaran 2011 sebesar Rp1.950,31 miliar.
Meskipun demikian, selama 2011 Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
melalui Dinas Pekerjaan Umum Provinsi telah berhasil menuntaskan beberapa
proyek strategis seperti pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan serta
beberapa sarana prasarana publik di sejumlah wilayah Kalimantan Selatan.
Tabel 1.2. Realisasi Keuangan Beberapa Program Infrastruktur Kalsel
No. Nama Proyek Anggaran (Rp juta)
Penyerapan Anggaran s/d
Triwulan IV-2011
1 Program pembangunan jalan dan jembatan 133.114,01 100% 2 Program Peningkatan sarana dan prasarana
publik 92.350,34 100%
3 Pengembangan, pengelolaan dan konservasi : sungai, danau, dan sumber daya air lainnya 25.374,61 88,24%
1.1.3. Investasi
Kegiatan investasi Kalsel yang tercermin pada komponen
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat laju pertumbuhan yang
meningkat dari 7,88% (yoy) di triwulan III-2011 menjadi 10,44% (yoy) pada
triwulan laporan. Meningkatnya kinerja investasi ini terindikasi dari
perkembangan nilai impor barang modal yang mengalami peningkatan yaitu dari
Grafik 1.7 Perkembangan Konsumsi Pemerintah s/d Triwulan IV -2011
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
-40%-30%-20%-10%0%10%20%
0%2%4%6%8%
10%12%14%
T1 T2 T3 T4
2011
g. Konsumsi Pemerintah (yoy) - aksis kiri
g. Belanja Pemprov (yoy) - aksis kanan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
11
-39,91% (yoy) di triwulan III-2011 menjadi 24,31% (yoy) pada triwulan laporan.
Meningkatnya investasi ini juga terlihat dari indikator kredit investasi yang
juga menunjukkan pergerakan meningkat. Laju ekspansi kredit investasi mencapai
43,26% (yoy), atau naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
34,27% (yoy). Berdasarkan survei liaisons KBI Banjarmasin, meningkatnya
kebutuhan investasi tersebut terutama digunakan untuk mendukung
pengembangan sektor pertambangan dan penggalian, terutama komoditas batu
bara dan bijih besi yang memiliki prospek pasar cukup cerah.
1.1.4. Ekspor-Impor Perkembangan Ekspor
Pada triwulan laporan ekspor Kalimantan Selatan tercatat tumbuh
sebesar 20,27% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 7,38% (yoy). Dari data PEB volume ekspor ke luar negeri
pada triwulan laporan tercatat 35,87 juta ton, atau tumbuh 111,81% (yoy).
Pertumbuhan volume ekspor ini masih didominasi oleh komoditas batubara,
dimana pada triwulan laporan ekspor batu bara tumbuh sebesar 55,72% (yoy)
dengan volume ekspor 31,26 juta ton. Secara nominal nilai ekspor Kalimantan
Selatan di triwulan IV-2011 mencapai US$2,89 miliar, sedikit lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang mencapai US$2,50 miliar. Cukup tinggi nilai ekspor ini
diperkirakan terkait terjaganya harga komoditas pertambangan, meskipun harga
internasional karet cenderung melemah selama triwulan laporan.
Grafik 1.8 Perkembangan Impor Barang Modal Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4
2009 2010 2011
g. PMTB (yoy) g. Impor barang modal
Grafik 1.9 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek
Sumber : LBU Bank Indonesia,diolah
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4
2009 2010 2011
g. PMTB (yoy) g. Kredit investasi (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
12
Grafik 1.11 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-100%-50%0%50%100%150%200%250%
-
10000,0
20000,0
30000,0
40000,0
T1 T3 T1 T3 T1 T3 T1 T3 T1 T3
2007 2008 2009 2010 2011
Volume ekspor (ribu ton) - aksis kirig. Volume ekspor -aksis kanan
Kenaikan ekspor Kalimantan
Selatan pada triwulan IV-2011 ditopang
oleh komoditas batubara yang mencatat
pertumbuhan volume ekspor hingga
105,43% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 54,26% (yoy). Total volume
ekspor batubara di triwulan laporan
mencapai 32,87 juta ton, meningkat
dibandingkan triwulan III-2011 sebesar
28,7 juta ton. Selain batu bara, ekspor
Kalimantan Selatan yang juga mencatat akselerasi cukup tinggi adalah komoditas
CPO dimana pada triwulan laporan turut mengalami peningkatan. Sedangkan
ekspor karet justru mengalami penurunan selama triwulan laporan.
Grafik 1.10 Nilai Ekspor Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-500,0
1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0
T1 T3 T1 T3 T1 T3 T1 T3 T1 T3
2007 2008 2009 2010 2011
Nilai ekspor (juta US$) - aksis kiri
g. Nilai ekspor (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.12 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Batubara
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-2000,00 4000,00 6000,00 8000,00 10000,00
-5000,0
10000,0 15000,0 20000,0 25000,0 30000,0 35000,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Volume ekspor (ribuan ton) Nilai ekspor (juta US$)
Grafik 1.14 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Karet
Sumber: Bank Indonesia, diolah
-
5,0
10,0
15,0
-
10,0
20,0
30,0
40,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Volume ekspor (ribuan ton)Nilai ekspor (juta US$)
Grafik 1.13 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Minyak Sawit
Sumber: Bank Indonesia, diolah
-
5,00
10,00
15,00
-
100,0
200,0
300,0
400,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Volume ekspor (ribuan ton)Nilai ekspor (juta US$)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
13
Khusus komoditas karet, volume ekspor di triwulan IV-2011 hanya
mencapai 25,29 ribu ton, atau mengalami penurunan sebesar -18,69% (yoy).
Berdasarkan informasi liaison dari produsen karet dan CPO Kalimantan Selatan,
penurunan pada kinerja karet terutama dipengaruhi oleh masih melambatnya
permintaan ekspor dari beberapa negara seperti India dan China. Sementara itu,
ekspor CPO Kalimantan Selatan pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan
sebesar 86,54% (yoy) dengan volume 236,4 ribu ton, jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 38,4% (yoy) dengan volume
162,3 ribu ton. Pertumbuhan volume ekspor CPO ini dikarenakan kondisi pasar
yang masih kuat, selain stabilnya produksi perkebunan kelapa sawit dalam
menghasilkan tandan buah segar.
Dilihat dari negara tujuan ekspor, pasar Asia masih mendominasi dengan
China sebagai negara tujuan utama dengan nilai ekspor mencapai US$535,43
juta (22,89% dari total nilai ekspor). Selanjutnya, Jepang menjadi negara tujuan
ekspor kedua dengan nilai ekspor US$286 juta, dan India menempati posisi ketiga
dengan nilai ekspor US$147,51 juta.
Perkembangan Impor
Impor Kalimantan Selatan
pada triwulan IV-2011 tumbuh
82,75% (yoy), atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 35,27%
(yoy). Secara nominal, nilai impor di
Grafik 1.16 Perkembangan Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-200%-100%0%100%200%300%400%500%600%
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
300,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009 2010
Nilai impor (juta US$) - aksis kirig. impor (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
6%
12%
22%
3%4%
9%
43%
1%INDIA
JAPAN
CHINA
SOUTH KOREA
TAIWAN
HONGKONG
NEGARA ASEAN
ASIA LAINNYA
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
14
triwulan laporan mencapai US$222,5 juta, terutama untuk pembelian barang-
barang modal dan fasilitas produksi guna mendukung aktivitas pertambangan
dan perkebunan. Masih meningkatnya pembelian alat-alat pertambangan
tersebut menunjukkan masih prospektifnya sektor pertambangan di Kalimantan
Selatan.
2. SISI PENAWARAN
Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan ditopang
oleh kinerja dua sektor ekonomi dominan yaitu sektor pertanian dan sektor
pertambangan. Pada triwulan laporan sektor pertanian tumbuh sebesar 5,84%
(yoy), yang terutama didorong oleh subsektor tanaman bahan pangan yang
mengalami peningkatan produktivitas. Sementara itu, pada sektor
pertambangan, pertumbuhan didorong oleh produksi komoditas batubara yang
mengalami peningkatan cukup tinggi selama triwulan laporan.
2.1. Sektor Ekonomi Dominan
Sektor Pertanian
Kondisi cuaca yang relatif kondusif mendorong kinerja sektor
pertanian selama triwulan laporan. Laju pertumbuhan tercatat meningkat dari
4,91% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 6,93% (yoy). Meskipun di beberapa
wilayah masih terjadi puso akibat air laut pasang, terutama pada sawah yang
menggunakan lahan lebak rawa, namun kinerja sektor pertanian masih relatif
Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan
*) angka sementara
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
15
Grafik 1.18 Pertumbuhan Volume Ekspor Minyak Sawit dan Karet Kalsel
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah
-2000%
0%
2000%
4000%
6000%
8000%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008 2009 2010 2011
g. volume ekspor karet (yoy) - aksis kirig. volume ekspor sawit (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.17 Masa Tanam dan Panen Padi di Kalimantan Selatan
Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Kalsel
,050,0100,0150,0200,0250,0300,0
,050,0
100,0150,0200,0250,0300,0
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4
2009 2010 2011
Luas panen Proyeksi panen
Grafik 1.19 Produksi sawit tandan buah Kalsel
Sumber : Dinas Perkebunan Kalsel
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4
2009 2010 2011
produksi sawit tandan buah segar (ribu ton) - aksis kiri
g. produksi (yoy) - aksis kanan)
baik. Beberapa wilayah yang masih melaksanakan panen padi selama triwulan
laporan antara lain Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan.
Peningkatan laju
pertumbuhan juga terindikasi
pada sub sektor perkebunan
yang ditunjukkan oleh
peningkatan pertumbuhan
volume ekspor CPO Kalimantan
Selatan sebesar 86,5% (yoy),
atau lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar
38,4% (yoy). Hal tersebut
terutama didukung oleh kinerja
produksi sawit tandan buah segar yang relatif stabil selama beberapa triwulan
terakhir, dimana pada triwulan laporan tercatat produksinya sebesar 137,46 ribu
ton. Sementara pada komoditas karet, laju pertumbuhan justru mengalami
penurunan dari 4,78% (yoy) di triwulan III-2011 menjadi sebesar -18,7% (yoy).
Kondisi tersebut diperkirakan terkait adanya pelemahan harga komoditas karet di
pasar internasional selama triwulan laporan.
Sektor Pertambangan
Di sektor pertambangan, pada triwulan laporan tercatat tumbuh
sebesar 12,88% (yoy), atau jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 3,13% (yoy). Tingginya pertumbuhan ini terkonfirmasi dari
meningkatnya volume ekspor batu bara yang mencapai 35.879 ribu ton, atau
tumbuh sebesar 111,81% (yoy).
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
16
Grafik 1.20 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Batubara Kalimantan Selatan
Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat
-100%-50%0%50%100%150%200%250%
-
10000,0
20000,0
30000,0
40000,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008 2009 2010 2011
Volume ekspor (ribuan ton) aksis kiri
g. volume ekspor batubara (yoy) - aksis kanan
Pertumbuhan volume ekspor batu bara pada triwulan laporan tercatat
sebesar 55,72%. Tingginya volume ekspor batu bara ini terutama dipengaruhi
oleh produksi batu bara yang relatif tinggi berkat cuaca yang kondusif dan harga
yang relatif stabil di pasar internasional. Hingga akhir tahun 2011, harga batu
bara di pasar internasional berada pada kisaran USD 79,11 per metrik ton, relatif
terjaga dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD 80,02 per metrik ton.
Seiring dengan tingginya
pertumbuhan sektor pertambangan,
penyaluran kredit perbankan untuk
sektor pertambangan Kalimantan
Selatan pada triwulan laporan juga
menunjukkan peningkatan. Pada
triwulan laporan, kredit pada sektor
pertambangan mencapai Rp2.180,4
miliar, atau tumbuh 90,83% (yoy),
jauh lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang
pertumbuhannya hanya 1,27% (yoy).
Tingginya pertumbuhan ini didukung
oleh meningkatnya permintaan
domestik maupun luar negeri
terhadap batubara sehingga mampu
mendorong produsen untuk
mengakselerasi kinerjanya.
Grafik 1.22 Perkembangan Harga Batubara Internasional
Sumber : Bloomberg, diolah
-20,0 40,0 60,0 80,0
100,0
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10
2009 2010 2011
Grafik 1.23 Pertumbuhan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan
Sumber: LBU Bank Indonesia,diolah
-50%0%50%100%
,01000,02000,03000,0
T1T2T3T4T1T2T3T4T1T2T3T4T1T2T3T4
2008 2009 2010 2011
Kredit (rp miliar) - aksis kirig. kredit (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.21 Pertumbuhan Nilai Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat
-50%0%50%100%150%
-
5000,0
10000,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Nilai ekspor (juta US$) - aksis kiri
g. Nilai ekspor (yoy) - aksis kanan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
17
Sektor Industri Pengolahan
Ditengah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada sektor dominan
Kalimantan Selatan, sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2011
menunjukkan kondisi yang cenderung melambat. Laju pertumbuhan mencatat
pelambatan dari 4,87% (yoy) di triwulan III-2011 menjadi 1,96% (yoy).
Penyaluran kredit pada sektor
industri pengolahan berdasarkan
lokasi proyek mengalami kontraksi
yang relatif besar, yaitu 16,72% (yoy),
jauh lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 45,75% (yoy).
Menurunnya pertumbuhan ini
diperkirakan karena kinerja sektor
industri secara umum mengalami
pelambatan pasca puncak konsumsi masyarakat pada triwulan sebelumnya.
Melambatnya pertumbuhan di sektor industri pengolahan terutama
didorong oleh menurunnya kinerja industri pengolahan karet yang menunjukkan
perkembangan yang kurang menggembirakan. Nilai ekspor karet tumbuh
melambat sebesar 9,53% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 11,34% (yoy).
Sementara volume ekspor justru mengalami kontraksi sebesar -12,24% (yoy) atau
hanya merealisasikan ekspor sebesar 25,59 ribu ton saja selama triwulan laporan.
Penurunan volume tersebut merupakan kelanjutan dari trend pelambatan pada
industry pengolahan karet yang terjadi sepanjang tahun 2011 ini.
Grafik 1.24 Pertumbuhan Kredit Perbankan ke Sektor Industri Berdasarkan Lokasi Proyek
Sumber: Bank Indonesia, diolah
-040%-020%000%020%040%060%080%100%
,0
500000,0
1000000,0
1500000,0
2000000,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Industri (Rp juta) - aksis kiri
g. Industri (yoy) - aksis kanan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
18
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada triwulan laporan, aktivitas perdagangan di wilayah Kalimantan
Selatan mengalami pelambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju
pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai 6,77%
(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,09%
(yoy). Melambatnya aktivitas perdagangan ini tercermin dari indeks realisasi
kegiatan usaha sektor PHR dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang di
triwulan laporan sebesar 6,81 lebih rendah dibandingkan indeks triwulan
sebelumnya sebesar 9,31.
Pelambatan aktivitas perdagangan juga tercermin dari perkembangan
penjualan pada pasar modern selama triwulan laporan yang mencapai Rp134,95
miliar atau meningkat 58,95% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 37,8% (yoy). Sementara itu dalam mendukung aktivitas perdagangan
selama triwulan III-2011, penyaluran kredit untuk sektor perdagangan masih
Grafik 1.28 Perkembangan Penjualan di Pasar Modern
Sumber : Liaison, KBI Banjarmasin
-20%-10%0%10%20%30%40%50%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Penjualan (Rp miliar) - aksis kiri
g. penjualan (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.25 Nilai Ekspor Karet
Sumber : Dir. Statistik Moneter, BI Kantor Pusat
-020%000%020%040%060%080%100%
-2,000 4,000 6,000 8,000
10,000 12,000 14,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Nilai ekspor (juta US$) - aksis kiri
g. Nilai ekspor (yoy) - aksis kanan
Grafik 1.27 Indeks Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR
Sumber : SKDU, KBI Banjarmasin
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
,0
5,0
10,0
15,0
20,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Grafik 1.26 Volume Ekspor Karet
Sumber : Dir. Statistik Moneter, BI Kantor Pusat
-060%-040%-020%000%020%040%060%080%
-5,000
10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Volume ekspor (ribuan ton) - aksis kirig. Volume ekspor (yoy) - aksis kanan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
19
mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 27,24% (yoy), meskipun
sedikit lebih lambat dari triwulan sebelumnya sebesar 28,84% (yoy).
2.2. Sektor Ekonomi Non-Dominan
Sektor ekonomi non-dominan Kalimantan Selatan selama triwulan IV-
2011 menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Sektor keuangan
mengalami peningkatan, sebaliknya sektor bangunan serta angkutan dan
komunikasi menunjukkan pelambatan.
Pada triwulan IV-2011 sektor keuangan tumbuh sebesar 7,80% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 4,40% (yoy).
Peningkatan tersebut tercermin dari hasil survei SKDU yang menunjukkan
peningkatan realisasi perkembangan kegiatan usaha dari angka indeks sebesar
1,61 pada triwulan III-2011 menjadi 2,11 pada triwulan laporan. Peningkatan
kegiatan di sektor ini diperkirakan karena kondisi ekonomi regional yang stabil
serta didukung oleh suku bunga BI rate yang relatif rendah.
Sebaliknya, laju pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi di
triwulan IV-2011 mencapai 6,77% (yoy), melambat dibandingkan kinerja triwulan
sebelumnya sebesar 5,14% (yoy). Pelambatan tersebut juga tercermin pada hasil
survei SKDU yang menunjukkan
penurunan dari 6,19 menjadi 5,83.
Melambatnya produktivitas di sektor
ini terutama dipengaruhi penurunan
permintaan masyarakat akan jasa
angkutan paska berakhirnya
peringatan Hari Raya Idul Fitri.
Grafik 1.29 Realisasi Perkembangan Sektor Keuangan Kalsel
Sumber : SKDU, BI Banjarmasin
-1,86
1,92
2,41 2,41 2,39 2,35 2,352,16
2,351,99
1,61
2,11
-2,5-2
-1,5-1
-0,50
0,51
1,52
2,53
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Grafik 1.30 Realisasi Perkembangan Sektor Angkutan dan Komunikasi Kalsel
Sumber : SKDU, KBI Banjarmasin
1,63
0
2,44
0,81
7,13
4,43 4,43 4,63
2,16
5,36,19 5,83
012345678
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Sektor Angkutan dan Komunikasi Kalsel
Sumber : LBU, Bank Indonesia
-040%-020%000%020%040%060%
,0200000,0400000,0600000,0800000,0
1000000,01200000,0
I II III IV I II III IV I II III IV
Konstruksi (Rp juta) - aksis kiri
g. konstruksi (yoy) - axis kanan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
20
Sementara laju pertumbuhan sektor bangunan juga melambat sebesar
3,90% (yoy), lebih rendah dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya sebesar
6,55% (yoy). Pelambatan tersebut juga tercermin pada penyaluran kredit sektor
konstruksi yang tumbuh sebesar 12,7% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 36,31% (yoy). Telah terselesaikannya program
infrastruktur pemerintah diperkirakan mempengaruhi pelambatan kinerja sektor
ini pada triwulan laporan.
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2010
21
Boks 1. Struktur Pasar Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi
Pada tahun 2011 Bank Indonesia Banjarmasin menyelenggarakan riset dengan tujuan mengetahui pemetaan struktur pasar, pola distribusi, serta perilaku pembentukan harga pada komoditas penyumbang inflasi di Kalimantan Selatan. Dengan menggunakan data 2004 – 2010 dipilih sebanyak 15 komoditas sebagai objek penelitian, yaitu beras, cabe rawit, cabe merah, bawang merah, ikan kembung, ikan gabus, udang basah, daging ayam ras, telur ayam ras, daging sapi, mie kering instant, gula pasir, minyak goreng, tahu mentah, dan tempe. Sedangkan kerangka berpikir yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka berpikir yang digunakan
Berdasarkan metode HHI, CR4, MES, serta matriks struktur pasar, riset tersebut menyimpulkan bahwa secara umum struktur pasar di tingkat produsen di Kalimantan Selatan cenderung oligopoli, dengan beberapa komoditas yang mengarah ke struktur monopoli. Sementara pada tingkat pedagang, struktur pasar cenderung oligopoli. Hal tersebut memberikan implikasi bahwa pelaku pasar memiliki kontrol yang cukup besar terhadap harga di pasaran.
Sementara pelaku yang cenderung mendasarkan harga bukan pada biaya produksi, melainkan pada kondisi pasar dan kondisi pesaing, baik di tingkat produsen maupun pedagang juga berpotensi semakin mempertajam fluktuasi harga komoditas di Kalimantan Selatan. Hal tersebut tentu saja menyebabkan kondisi perekonomian menjadi kurang kondusif karena masyarakat berada dalam kondisi yang penuh ketidakpastian serta daya beli akan mudah melemah, terutama apabila pasokan komoditas berkurang. Rekomendasi yang diberikan untuk pemerintah dan pihak terkait adalah agar senantiasa menjaga pasokan barang, terutama komoditas strategis, untuk mengendalikan fluktuasi tingkat inflasi di daerah Kalimantan Selatan.
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
ai
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
23
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 menunjukkan
kecenderungan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi
tahunan tercatat 3,98% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada triwulan III-2011
sebesar 4,59% (yoy). Melambatnya laju inflasi ini terutama dipengaruhi turunnya
tekanan permintaan serta lancarnya pasokan bahan makanan secara umum.
1. KONDISI UMUM
Secara tahunan tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan
IV-2011 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
akhir triwulan laporan, inflasi Kalimantan Selatan yang tercermin dari perubahan
Indeks harga Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin tercatat 3,98% (yoy). Angka
tersebut jauh dibawah angka inflasi rata-rata di Pulau Kalimantan yang tercatat
sebesar 5,34% (yoy), namun berada sedikit di atas inflasi nasional yang tercatat
sebesar 3,79% (yoy).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalsel
Sumber: BPS, Diolah
Dilihat dari kelompok pengeluarannya, kelompok yang mengalami inflasi
tahunan terbesar pada triwulan laporan adalah kelompok sandang yang
1.740.95
4.59
3.98
(0.60)
1.08
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2009 2010 2011
Inflasi Bulanan (%)Inflasi tahunan /
triwulanan (%)
inflasi triwulanan (q-t-q) Inflasi tahunan (y-o-y) Inflasi bulanan (m-t-m)
2
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
24
mencapai 9,57% (yoy), diikuti kelompok perumahan, air, listrik, dan gas sebesar
6,97% (yoy), dan makanan jadi sebesar 4,50% (yoy). Sementara itu, kelompok
bahan makanan yang biasanya merupakan penyumbang utama inflasi di
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan justru mengalami inflasi terendah
selama 5 tahun terakhir, yaitu hanya sebesar 1,38% (yoy). Hal ini terjadi berkat
dukungan kondisi cuaca yang baik sehingga mendorong peningkatan produksi
padi serta lancarnya pasokan bahan makanan seperti sayuran, bumbu-bumbuan
dan gula pasir dari Pulau Jawa sehingga suply barang tercukupi.
Jika dilihat dari inflasi triwulanan, tekanan inflasi yang terjadi selama
triwulan IV-2011 juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Hal tersebut biasa terjadi mengingat pada triwulan sebelumnya
terdapat hari besar keagamaan, yaitu hari raya Idul Fitri dimana pada momen
tersebut permintaan barang dan jasa meningkat pesat, dan sesudahnya biasanya
mengalami penurunan sehingga tekanan dari sisi permintaan juga mengalami
penurunan. Selain itu harga emas yang sempat mengalami penurunan harga
khususnya pada bulan Oktober dan Desember 2011 turut mengurangi tekanan
inflasi pada triwulan IV-2011.
Sementara itu jika dilihat secara bulanan, pada bulan Oktober 2011 terjadi
deflasi yang merupakan angka deflasi terbesar selama tahun 2011 yakni sebesar -
0,60% (mtm). Kondisi tersebut terutama dipicu oleh turunnya harga emas
perhiasan yang dibarengi dengan turunnya harga bahan makanan pasca Idul Fitri.
Pada periode tersebut, kelompok sandang mengalami deflasi sebesar -1,52%
(mtm) dan kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -1,81% (mtm).
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kalsel dan Nasional (yoy)
Sumber: BPS, Diolah
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Jul-
09
Au
g-0
9Se
p-0
9O
ct-0
9N
ov-
09
De
c-0
9Ja
n-1
0Fe
b-1
0M
ar-1
0A
pr-
10
May
-10
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0Se
p-1
0O
ct-1
0N
ov-
10
De
c-1
0Ja
n-1
1Fe
b-1
1M
ar-1
1A
pr-
11
May
-11
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1Se
p-1
1O
ct-1
1N
ov-
11
De
c-1
1
y-o-y (%)
Kalimantan Selatan (y-o-y) NASIONAL (y-o-y)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
25
a. Sisi Produksi
Turunnya inflasi Kalimantan Selatan pada tahun 2011 selain dukungan
cuaca juga yang baik juga karena peningkatan produksi padi sehingga harga
beras dapat dikendalikan sebagaimana tampak dari terjadinya deflasi beras
sebesar -7,58% (yoy). Hingga akhir triwulan IV-2011 luasan panen padi telah
mencapai 489.971 hektar, atau meningkat 3,11% dibanding periode yang sama
pada tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Provinsi
Kalsel, produksi padi pada tahun 2011 hampir dipastikan menembus angka
ramalan III BPS sebesar 2 juta ton.
Grafik 2.3 Perkembangan Produksi dan Luas Panen Padi Kalsel
Sumber: Dinas Pertanian Prov Kalsel, Diolah
Selain itu, peningkatan produksi peternakan ayam ras pedaging juga turut
andil dalam menjaga inflasi selama tahun 2011 ini. Berdasarkan data sementara
dari Departemen Pertanian, produksi daging ayam ras pedaging sementara telah
mencapai 36,4 ribu ton atau meningkat 4,89% dari tahun sebelumnya.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya populasi ayam ras pedaging
di Kalimantan Selatan karena curah hujan yang moderat sehingga ayam tidak
mudah terserang penyakit.
b. Sisi Pasokan
Pasokan berbagai bahan pangan strategis ke Kalimantan Selatan pada
triwulan IV-2011 relatif lebih terjaga. Kondisi cuaca yang baik dan produksi di
sentra penghasil yang cukup banyak membuat pasokan bahan pangan dari luar
daerah seperti pulau Jawa dan Makassar secara kontinyu dapat didatangkan ke
Banjarmasin. Keterjagaan pasokan ini antara lain terjadi pada gula pasir non-
2,001,274
499045
470,000
475,000
480,000
485,000
490,000
495,000
500,000
505,000
510,000
1,750,000
1,800,000
1,850,000
1,900,000
1,950,000
2,000,000
2,050,000
2008 2009 2010 2011
produksi padi (ton, axis kiri) luas panen (Ha, axis kanan)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
26
rafinasi. Pada triwulan IV-2010 stok gula non-rafinasi sempat kosong, sementara
pada triwulan laporan stok komoditas ini cukup memadai, yakni pada kisaran
2.500 hingga 3.000 ton. Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan laporan
gula pasir mengalami deflasi sebesar -7,7% (yoy) lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 4,21% (yoy)
Grafik 2.4 Perkembangan Stok Gula Pasir Non Rafinasi
Sumber: Disperindag Prov Kalsel, Diolah
Selain gula pasir, bahan makanan strategis yang stoknya tercatat
meningkat yakni minyak goreng. Berdasarkan data Disperindag Provinsi Kalsel,
selama triwulan IV-2011 stok minyak goreng berkisar antara 1989 ton – 2150
ton. Jumlah ini lebih banyak dari kondisi pada triwulan sebelumnya yang berkisar
pada 1978 ton -2025 ton. Dengan perkembangan tersebut, inflasi minyak goreng
turun dari 3,02% (yoy) menjadi 1,17% (yoy).
Grafik 2.4 Perkembangan Stok Minyak Goreng
Sumber: Disperindag Prov Kalsel, Diolah
0
1000
2000
3000
4000
5000
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010 2011
stok gula pasir nonrafinasi
0
500
1000
1500
2000
2500
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010 2011
stok minyak goreng
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
27
c. Sisi Distribusi
Walaupun sempat diperkirakan munculnya gelombang tinggi pada
Desember 2012, namun gelombang laut selama triwulan IV-2011 rata-rata hanya
berkisar pada ketinggian 1-2 meter. Oleh karena itu tidak terlalu berpengaruh
terhadap lalu lintas pelayaran laut sehingga kapal pengangkut barang dapat
merapat ke pelabuhan Trisakti (Banjarmasin) dengan lancar.
Gelombang laut yang cukup tinggi sempat terjadi di penghujung bulan
Desember 2011 khususnya di Laut Jawa bagian barat yakni pada kisaran 2-3
meter yang menyebabkan harga beberapa jenis bumbu-bumbuan dan ikan segar
sempat melonjak pada minggu terakhir Desember 2011. Namun demikian,
kondisi ini belum berdampak signifikan terhadap inflasi di Kalimantan Selatan
selama triwulan IV-2011.
Kondisi distribusi melalui jalur darat juga relatif masih normal. Adanya
fenomena kelangkaan solar belum terlalu berdampak pada terhambatnya
distribusi sembako khususnya di Kota Banjarmasin.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Rendahnya inflasi pada triwulan IV-2011 terutama disebabkan oleh
turunnya tekanan permintaan akan barang dan jasa. Selain itu, turunnya harga
komoditas internasional seperti harga emas perhiasan, serta tercukupinya pasokan
bahan pangan strategis di pasaran juga menahan laju inflasi pada triwulan
laporan. Hal ini terkonfirmasi dengan turunnya angka inflasi inti dan volatile food
pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Kalsel
Sumber: BPS Kalsel, diolah
Oct-11 Nov-11 Dec-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11Umum -0.60 0.47 1.08 1.10 0.05 0.95Administered Prices 0.00 0.53 0.15 7.42 7.13 6.95Volatile Food -1.89 0.46 3.07 15.00 8.73 0.98Core -0.19 0.46 0.80 5.19 4.06 5.58
Oct-11 Nov-11 Dec-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11Umum 4.25 4.07 3.98 4.25 4.07 3.98Administered Prices 7.19 7.24 7.15 7.19 7.24 7.15Volatile Food 0.62 -0.03 0.05 0.62 -0.03 0.05Core 5.07 5.04 5.25 5.07 5.04 5.25
Disagregasi Inflasi m-t-m (%) q-t-q (%)
Disagregasi Inflasi y-t-d (%) y-o-y (%)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
28
a. INFLASI VOLATILE FOODS
Inflasi volatile food kembali menunjukkan trend penurunan. Pada akhir
triwulan IV-2011 inflasi volatile food hanya mencapai 0,05% (yoy), jauh lebih
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 0,98% (yoy).
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Volatile Food Kalsel
Sumber: BPS,Diolah
Berdasarkan data BPS provinsi Kalsel, penurunan inflasi volatile food pada
triwulan IV-2011 terutama dipengaruhi oleh komoditas beras yang mengalami
deflasi sebesar -7,58% (yoy) setelah pada akhir triwulan sebelumnya mengalami
inflasi sebesar 7,6% (yoy). Berdasarkan hasil SPH harga beras pada bulan
Desember 2011 rata-rata mencapai Rp11.145/kg atau turun -9,12% dari
Desember 2010. Kondisi ini tentu saja sangat berbeda dengan yang terjadi pada
triwulan IV-2010 di mana harga beras melambung tinggi karena minimnya
pasokan ke pasar.
Grafik 2.7 Perkembangan Harga Beras Lokal Premium di Kalsel
Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah
21.47
15.00
8.73
0.98
0.05-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Jul-
09
Au
g-0
9
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Feb
-10
Mar
-10
Ap
r-1
0
May
-10
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0
Sep
-10
Oct
-10
No
v-1
0
De
c-1
0
Jan
-11
Feb
-11
Mar
-11
Ap
r-1
1
May
-11
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1
Sep
-11
Oct
-11
No
v-1
1
De
c-1
1
y-o-y (%)
Volatile Food (y-o-y)
5,500
6,500
7,500
8,500
9,500
10,500
11,500
12,500
13,500
May
-09
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9Se
p-0
9O
ct-0
9N
ov -
09
De
c-0
9Ja
n-1
0Fe
b-1
0M
ar-1
0A
pr-
10
May
-10
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0Se
p-1
0O
ct-1
0N
ov-
10
De
c-1
0Ja
n-1
1Fe
b-1
1M
ar-1
1A
pr-
11
May
-11
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1Se
p-1
1O
ct-1
1N
ov-
11
De
s-2
01
1
Rp/Kg
Beras Lokal Premium
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
29
Penurunan harga tersebut disebabkan oleh terjaganya kontinuitas
pasokan beras ke pasar yang didukung oleh peningkatan produksi beras seiring
kondusifnya cuaca. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Kalsel, selama
triwulan IV-2011 telah dipanen tidak kurang dari 60 ribu hektar lahan padi atau
meningkat 4,61% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan data sementara selama tahun 2011 telah dipanen 499 ribu lahan
padi atau meningkat 3,24% dari tahun 2010.
Selain itu, penurunan tekanan inflasi juga dialami beberapa komoditas
yang didatangkan dari Pulau Jawa seperti minyak goreng dan bawang merah.
Inflasi minyak goreng pada akhir triwulan IV-2011 hanya mencapai 1,17% (yoy)
lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 3.02% (yoy). Sementara itu
komoditas bawang merah turun inflasinya dari 12,39% (yoy) menjadi deflasi
sebesar -16,59% (yoy).
Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang Merah di Kalsel
Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah
Tekanan inflasi khususnya pada akhir tahun justru muncul dari komoditas
daging ayam ras dimana pada triwulan sebelumnya sempat mengalami deflasi
sebesar -13,27% (yoy), namun pada triwulan laporan terjadi inflasi sebesar
menjadi 14,11% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya
permintaan khususnya dari luar Kalimantan Selatan khususnya Kalimantan
Tengah. Selain itu adanya boikot dari pemasok dan peternak ayam ras pedaging
untuk mensuplai produknya ke Kota Banjarmasin karena pemindahan rumah
potong yang jauh dari lokasi pasar pada Bulan Desember 2011 juga disinyalir
turut mendorong kenaikan harga daging ayam ras ini. Berdasarkan hasil pantauan
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
May
-09
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9Se
p-0
9O
ct-0
9N
ov-
09
De
c-0
9Ja
n-1
0Fe
b-1
0M
ar-1
0A
pr-
10
May
-10
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0Se
p-1
0O
ct-1
0N
ov-
10
De
c-1
0Ja
n-1
1Fe
b-1
1M
ar-1
1A
pr-
11
May
-11
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1Se
p-1
1O
ct-1
1N
ov-
11
De
s-2
01
1
Rp/kg
BAWANG MERAH
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
30
SPH, harga daging ayam ras pada bulan Desember 2011 sempat menembus
harga Rp29.000/kg.
b. INFLASI ADMINISTERED PRICES
Dengan tidak adanya kebijakan baru pemerintah terhadap harga
komoditas tertentu pada triwulan laporan, laju inflasi kelompok barang/jasa yang
harganya ditetapkan pemerintah (administered price) relatif stabil. Inflasi
administered price pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 7,15% (yoy)
sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi pada akhir triwulan III-2011 yakni sebesar
6,95% (yoy).
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Administered Price Kalsel
Sumber: BPS,Diolah
Peningkatan angka tahunan inflasi administered price lebih disebabkan
efek sampingan dari program konversi bahan bakar minyak di wilayah Kalimantan
Selatan. Sampai dengan akhir tahun 2011, komoditas minyak tanah masih
dimasukkan sebagai komoditas penghitung bahan bakar rumah tangga oleh BPS
provinsi Kalsel karena komoditas tersebut saat itu belum ditarik 100% oleh
Pertamina. Sementara itu, kondisi sosialisasi program konversi yang kurang
mendalam menyebabkan masih ada masyarakat di wilayah konversi yang
menggunakan komoditas minyak tanah dalam beraktivitas. Akibatnya harga
minyak tanah mengalami lonjakan. Pada bulan Desember 2011 inflasi Bahan
Bakar Rumah Tangga tercatat sebesar 12,7% (yoy) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar 11,21% (yoy)
7.13
6.95
7.15
-8.00-6.00-4.00-2.000.002.004.006.008.00
10.00
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9S
ep
-09
Oc
t-0
9N
ov
-09
De
c-0
9Ja
n-1
0F
eb
-10
Ma
r-1
0A
pr-
10
Ma
y-1
0Ju
n-1
0Ju
l-1
0A
ug
-10
Se
p-1
0O
ct-
10
No
v-1
0D
ec
-10
Jan
-11
Fe
b-1
1M
ar-
11
Ap
r-1
1M
ay
-11
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1S
ep
-11
Oc
t-1
1N
ov
-11
De
c-1
1
y-o-y (%)
Administered Prices (y-o-y)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
31
c. INFLASI INTI
Inflasi inti Kalsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,25% (yoy), atau
lebih rendah dari triwulan III-2011 sebesar 5,58% (yoy). Turunnya tekanan inflasi
terutama disebabkan oleh turunnya harga emas perhiasan di pasar lokal yakni
pada bulan Oktober dan Bulan Desember 2011. Pergerakan tersebut mengikuti
fluktuasi harga emas dunia. Inflasi emas tercatat mengalami penurunan dari
33,65% (yoy) menjadi 19,82% (yoy).
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Inti Kalsel
Sumber: BPS,Diolah
Selain itu, turunnya tekanan dari sisi permintaan pasca bulan puasa dan
Hari Raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya juga mendorong penurunan angka
inflasi pada triwulan laporan. Dengan turunnya permintaan masyarakat,
menyebabkan harga komoditas bahan makanan, makanan jadi, dan sandang
yang menjadi komponen inflasi inti relatif stabil bahkan ada yang mengalami
turun. Turunnya intensitas belanja masyarakat terkonfirmasi dari Indeks konsumsi
barang tahan lama yang mengalami penurunan dari 125,27 pada triwulan III-
2011 menjadi 107,63 pada triwulan IV-2011. Pergerakan ini mengindikasikan
kegiatan masyarakat dalam membeli barang elektronik, furniture, pakaian, dan
barang tidak habis pakai lainnya menurun pada triwulan laporan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
4.72 5.19
4.06
5.58
5.25
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00y-o-y (%)
Core (y-o-y)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
32
Grafik 2.11 Perkembangan Konsumsi Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen,Diolah
3. INFLASI PEDESAAN
Searah dengan pergerakan inflasi IHK umum, inflasi di daerah pedesaan
juga mengalami penurunan. Hingga akhir triwulan laporan, inflasi pedesaan
tercatat sebesar 0,41% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 2,22% (yoy). Dilihat secara triwulanan, tekanan inflasi di pedesaan
juga menunjukkan adanya penurunan yang tampak dari deflasi sebesar -0,09%
(qtq).
Tabel 2.2 Inflasi Pedesaan Kalsel
Sumber BPS Provinsi Kalsel
Dilihat dari kelompok barang dan jasa, penurunan inflasi terutama terjadi
pada kelompok bahan makanan, dengan penurunan inflasi dari 5,59% (yoy)
menjadi 2,98% (yoy). Terlepas dari tekanan permintaan yang berkurang pasca
Hari Raya Idul Fitri, panen padi yang kali ini berlangsung sepanjang tahun
memastikan ketersediaan beras di area pedesaan. Sementara itu kebijakan pemda
untuk mengutamakan truk-truk pemasok sembako pada saat bongkar muat dan
114.72 126.52 125.27
107.63
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
TW III-2011 TW IV-2011 TW III-2011 TW IV-2011 TW III-2011 TW IV-2011UMUM -0.96 -0.09 0.50 0.41 2.22 0.41 Bahan Makanan 2.16 -0.53 3.53 2.98 5.59 2.98 Makanan Jadi 0.75 0.22 0.99 1.21 3.38 1.21 Perumahan 0.74 0.49 4.55 5.07 5.06 5.07 Sandang 0.88 1.07 2.81 3.91 4.87 3.91 Kesehatan 0.16 0.72 2.48 3.21 3.53 3.21 Pendidikan 0.39 -0.01 0.92 0.91 1.35 0.91 Transportasi 0.01 0.54 0.63 1.18 1.47 1.18
Inflasi Pedesaan
Q-t-Q Y-t-D Y-O-Y
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
33
pengisian bahan bakar secara efektif menjaga kelancaran pasokan bahan.
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS Kalsel, diolah
13.41
7.89
5.59
2.980.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2009 2010 2011
Bahan Makanan
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
35
Boks 2. Quick Survey Persepsi Masyarakat
Terhadap Kelangkaan Solar Bersubsidi
Pemenuhan BBM bersubsidi di wilayah Kalimantan memasuki
triwulan IV-2011 ini kembali mengalami kendala, hal ini terlihat dari relatif
panjangnya antrian kendaraan bermotor di SPBU-SPBU se-Kalimantan.
Khusus di wilayah Kalimantan Selatan, antrian terutama terjadi pada BBM
jenis solar bersubsidi yang banyak dibutuhkan oleh kendaraan bus umum
maupun truk angkutan barang.
Dalam rangka mengetahui persepsi masyarakat Kalimantan Selatan
terhadap permasalahan tersebut dan preferensi alternatif solusinya, Bank
Indonesia Banjarmasin mengadakan quick survey “Persepsi Masyarakat
Terhadap Kelangkaan BBM Solar Bersubsidi”. Responden survey ini
sebanyak 200 responden yang terbagi atas 4 kelompok besar yaitu
kelompok akademisi, kelompok
masyarakat umum, kalangan
pengusaha serta kalangan pengguna
langsung BBM solar bersubsidi yaitu
para pengemudi truk dan bus umum
di kota Banjarmasin.
Berdasarkan hasil Quick
Survey, menunjukkan secara umum fenomena kelangkaan solar bersubsidi
telah diketahui mayoritas responden sebesar 89,5%. Meskipun demikian,
terdapat 10,5% yang tidak menyadari terjadinya kelangkaan solar,
terutama berasal dari kalangan akademisi dan masyarakat yang tidak
menggunakan solar bersubsidi. Berdasarkan sumber informasi kelangkaan
BBM solar bersubsidi, sebagian besar responden mengetahuinya dari
melihat langsung antrian kendaraan di SPBU-SPBU Kalsel (51,30%) dan
merasakan sendiri turut melakukan antrian (31,61%).
Dilihat dari faktor-faktor penyebab kelangkaan BBM solar bersubsidi
di Kalimantan Selatan, persepsi dari responden menyatakan bahwa hal ini
Ya89,50%
Tidak10,50%
Mengetahui Terjadinya Kelangkaan Solar
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
36
Boks 2. Quick Survey Persepsi Masyarakat
Terhadap Kelangkaan Solar Bersubsidi
terutama dipengaruhi oleh adanya disparitas harga yang cukup besar
antara solar bersubsidi dengan solar industri (38,91%) serta banyaknya
pelangsir BBM (33,05%) yang memanfaatkan adanya differensiasi harga
yang cukup besar. Selain faktor tersebut, 18,41% responden menyatakan
bahwa penyebab kelangkaan solar bersubsidi disebabkan jumlah
kendaraan yang tidak sebanding dengan kuota yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Hal ini terutama dipengaruhi oleh karakteristik penggunaan
solar di Kalimantan Selatan terutama untuk angkutan barang (termasuk
angkutan tambang) dan kendaraan umum serta mesin genset seiring
masih terbatasnya pasokan listrik di wilayah Kalimantan Selatan. Hanya
9,62% responden yang menduga kelangkaan BBM solar bersubsidi
disebabkan adanya permainan agen penyalur BBM.
Sementara itu dalam upaya mengatasi kelangkaan BBM solar
bersubsidi yang dirasakan semakin mengganggu aktivitas masyarakat
Kalimantan Selatan, terdapat 40% responden yang memilih opsi menaikan
harga. Hal ini terutama dari responden pengemudi angkutan umum/
barang, yang merasakan langsung dampak dari antrian solar bersubsidi
yang terjadi di Kalimantan Selatan. Sementara itu terdapat 30% responden
yang menilai langkah pembatasan pembelian solar bersubsidi per
kendaraan menjadi solusi paling tepat.
Jml kendaraan tidak
sebanding kuota
18.41%
Differensiasi harga
38.91%
Byk pelangsir33.05%
Permainan agen9.62%
Lainnya0.00%
Penyebab Kelangkaan BBM
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
37
Boks 2. Quick Survey Persepsi Masyarakat
Terhadap Kelangkaan Solar Bersubsidi
Dalam kegiatan quick survey ini juga akan menggali sensitifitas
responden terhadap pilihan kenaikan harga solar bersubsidi apabila hal ini
ditetapkan oleh Pemerintah di tahun 2012. Dari hasil survei, besaran
kenaikan harga yang bisa diterima berkisar antara Rp500,- sampai dengan
Rp2.000,-. Sebagian besar responden (32%) menilai kenaikan harga
sebesar Rp500,- ini sebagai besaran kenaikan harga solar yang paling bisa
diterima. Pilihan ini terutama dipilih oleh responden akademisi (12,5%),
pelaku usaha (11,5%) dan masyarakat umum (8%). Adanya kekhawatiran
dampak kenaikan harga solar bersubsidi terhadap inflasi dan kenaikan
biaya operasional usaha, menjadi pertimbangan utama responden. Untuk
pilihan kenaikan Rp2.000,- dipilih oleh 29,5% responden. Relatif besarnya
responden
yang setuju
terhadap
kenaikan harga
yang cukup
tinggi tersebut
terutama
berasal dari
responden pengemudi truk/angkutan yang saat ini merasakan kejenuhan
karena harus mengantri solar berjam-jam.
Menaikkan harga40%
Pembatasan pembelian per
kendaraan30%
Pembatasan penggunaan
untuk kendaraan
tertentu25%
lainnya5%
Solusi Mengatasi Kelangkaan Solar
Rp1.00027.0%
Rp1.50011.0%
Rp2.00029.5%
Lainnya0.5%
Akademisi12.5%
Masyarakat8.0%
Pelaku Usaha11.5%
Rp50032.0%
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
38
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
39
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Berbagai indikator utama kinerja perbankan di Kalimantan Selatan
pada triwulan IV-2011 secara umum menunjukan peningkatan. Indikasi ini
terlihat dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit
yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu kualitas
kredit, secara umum mencatat perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh
penurunan rasio NPL dari 2,60% menjadi 1,61%.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM
1.1. Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum
Hingga akhir triwulan IV-2011, aset perbankan di Provinsi Kalimantan
Selatan telah mencapai Rp33,09 triliun atau naik 5.53% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp31,36 triliun. Secara tahunan,
pertumbuhan aset perbankan mencapai 26,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 23,63% (yoy).
Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan
Meningkatnya laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama
disumbang oleh kelompok bank umum pemerintah yang pada triwulan laporan
membukukan pertumbuhan sebesar 29,56% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan
pada akhir triwulan III-2011 yang hanya sebesar 26,77% (yoy). Peningkatan yang
Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4Aset Rp triliun 23.99 25.36 26.17 27.31 29.01 31.36 33.09
(y-o-y) 15.61% 20.36% 21.46% 21.88% 20.89% 23.63% 26.45%
(q-t-q) 7.09% 5.72% 3.18% 4.34% 6.23% 8.11% 5.53%DPK Rp triliun 19.24 20.02 21.31 21.96 23.82 25.72 27.73
(y-o-y) 14.34% 18.71% 19.82% 19.12% 23.78% 28.45% 30.14%
(q-t-q) 16.21% 4.05% 6.42% 3.05% 8.48% 7.97% 7.82%Kredit (Lokasi Proyek) Rp triliun 18.96 20.35 20.15 22.55 23.88 25.79 28.28
(y-o-y) 16.52% 22.33% 14.96% 33.12% 25.93% 26.73% 40.35%
(q-t-q) 11.92% 7.33% -0.98% 11.92% 5.88% 8.02% 9.65%
LDR (Lokasi proyek) 98.53% 101.64% 94.57% 102.71% 100.24% 100.27% 100.94%
NPL gross (Lokasi proyek) 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60% 1.61%Sumber: Bank Indonesia
2010 2011
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Uraian Satuan
3
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
40
cukup pesat ini antara lain didukung oleh bertambahnya jaringan kantor bank
pemerintah, yaitu dengan berdirinya 2 kantor cabang pembantu (KCP), 1 unit, 1
payment point (PP) dan 1 kantor fungsional. Sementara itu, pertumbuhan aset
bank umum swasta juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari
triwulan sebelumnya dari 15,33% (yoy) menjadi 18,47% (yoy), yang antara lain
didukung dengan bertambahnya jaringan kantor bank umum yaitu 1 kantor
cabang (KC), 3 KCP, dan 1 PP.
Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)
Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah
1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum Kalimantan
Selatan pada triwulan IV-2011 mencapai Rp27,73 triliun atau tumbuh 30,14%
(yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 28,45% (yoy).
Dilihat dari jenis simpanannya, pertumbuhan tersebut terutama ditopang
oleh pertumbuhan rekening giro yang mencapai 44,59% (yoy), atau lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya sebesar 30,11% (yoy). Akselerasi pertumbuhan giro
disebabkan oleh meningkatnya pendapatan pemerintah daerah, seperti yang
terjadi di Pemrov Kalimantan Selatan dimana untuk tahun 2011 realisasi
pendapatan daerah mencapai Rp3,1 triliun atau jauh dibandingkan tahun 2010
yang hanya Rp2,3 triliun. Di lain sisi, realisasi pengeluaran Pemprov Kalimantan
Selatan baik pada taun 2011 maupun 2010 relatif sama yaitu sebesar Rp2,3
triliun. Hal tersebut tentu saja mengakibatkan adanya penumpukan dana pada
rekening milik pemda. Berdasarkan data LBU giro milik pemda pada akhir triwulan
IV-2011 tercatat tumbuh sebesar 71,89% (yoy) jauh lebih tinggi 30,53% (yoy).
23.63%26.46%
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%
Tw 3-08
Tw 4-08
Tw 1-09
Tw 2-09
Tw 3-09
Tw 4-09
Tw 1-10
Tw 2-10
Tw 3-10
Tw 4-10
TW 1-11
TW 2-11
TW 3-11
TW 4-11
Growth Asset Bank Umum Pemerintah (y-o-y)Growth Asset Bank Umum Swasta (y-o-y)Growth Asset Bank Umum Kalsel (y-o-y)
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
41
Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)
Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia, diolah
Kondisi berbeda terjadi pada jenis rekening tabungan dan deposito di mana
keduanya tumbuh melambat. Pada akhir triwulan IV-2011, tabungan tumbuh
sebesar 28,92% (yoy) sedikit melambat apabila dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 30,06% (yoy). Hal yang sama juga terjadi pada
rekening deposito yang tumbuh melambat dari 23,10% (yoy) menjadi 20,53%.
Melambatnya pertumbuhan tabungan dan deposito ini salah satunya disebabkan
oleh meningkatnya kegiatan penarikan dana dari masyarakat untuk membiayai
berbagai aktivitas dan mobilitas selama masa liburan sekolah. Peningkatan
aktivitas masyarakat ini salah satunya terindikasi dari inflasi ongkos angkutan
udara pada akhir triwulan IV-2011 yang mencapai 18,92% (yoy) meningkat
drastis dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang hanya 3,29% (yoy).
1.3. Penyaluran Kredit
Kredit yang disalurkan oleh bank umum di Kalimantan Selatan (kredit
menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan IV-2011 mencapai Rp20,69 triliun
atau tumbuh 20,93% dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara
itu kredit yang disalurkan seluruh bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan
(kredit menurut lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp28,28 triliun
atau tumbuh sebesar 40,20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011
yang mencatat pertumbuhan 26,69% (yoy).
Dilihat dari jenis penggunaannya, meningkatnya laju pertumbuhan kredit
terutama terjadi pada kredit konsumsi yang tumbuh mencapai 46,58% (yoy),
28.45% 30.14%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
TW I TW II TW III TW IV TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2009 2011
(yoy)
DPK Giro Tabungan Deposito
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
42
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 30,19% (yoy). Meningkatnya
pertumbuhan kredit konsumsi terutama dipicu oleh meningkatnya pembelian
kendaraan secara kredit khususnya roda empat. Masalah kelangkaan solar yang
berlarut-larut menyebabkan minat masyarakat untuk memiliki atau mengganti
kendaraannya dengan kendaraan berbahan bakar non solar menjadi meningkat.
Hal ini terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan kredit untuk pembelian
kendaraan roda empat dari 94,36% (yoy) menjadi 153,24% (yoy). Sementara itu
total kredit untuk kepemilikan otomotif di Kalimantan Selatan telah mencapai Rp
4,7 Triliun (tidak termasuk kredit yang melalui program multiguna) atau tumbuh
107,77% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 63,67% (yoy).
Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan (yoy)
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
Di lain sisi, kredit produktif baik modal kerja dan investasi juga mengalami
peningkatan pertumbuhan. Kredit modal kerja tumbuh 31,43% (yoy) lebih tinggi
dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 16,96% (yoy). Peningkatan
tersebut terutama berasal dari kredit modal kerja di sektor perdagangan,
pertanian, dan pertambangan. Selaras dengan kredit modal kerja, kredit investasi
tumbuh meningkat dari 34,27% (yoy) menjadi 43,26% (yoy). Peningkatan
tersebut seiring dengan masih positifnya ekspektasi pelaku usaha terhadap
perkembangan usaha di Kalimantan Selatan khususnya di sektor pertanian,
pertambangan, dan PHR.
Meningkatnya pertumbuhan kredit tidak terlepas dari kondisi suku bunga
kredit yang terus mengalami penurunan. Rata-rata suku bunga kredit tertimbang
26.73%
40.31%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
TW II-2009
TW III-2009
TW IV-2009
TW I-2010
TW II-2010
TW III-2010
TW IV-2010
TW I-2011
TW II-2011
TW III-2011
TW IV-2011
g. kredit (y-o-y) g. konsumsi (y-o-y)g. investasi (y-o-y) g. modal kerja (y-o-y)
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
43
di wilayah Kalimantan Selatan selama triwulan IV-2011 tercatat sebesar 12,32%
atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11.90%.
Grafik 3.4. Komposisi Kredit Sektoral Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
Dilihat dari sektor ekonomi, pangsa kredit masih didominasi oleh kredit
pada sektor lain-lain, yang umumnya bersifat konsumtif (41%), diikuti sektor
perdagangan (17%) dan sektor pertanian (9%). Sedangkan jika dilihat dari
pertumbuhan kreditnya, sumber peningkatan pertumbuhan kredit kali ini berasal
dari sektor perdagangan, pertanian, pertambangan, dan jasa dunia usaha.
Walaupun harga karet mengalami penurunan, harga CPO yang terus
meningkat menyebabkan sektor pertanian khususnya perkebunan masih cukup
prospektif. Kredit ke sektor pertanian tumbuh meningkat dari 10,76% (yoy) pada
triwulan III-2011 menjadi 21,68% (yoy) pada triwulan laporan. Khusus untuk
kredit ke perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan telah mencapai Rp2,2
Triliun atau tumbuh 11,25% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan pada September
2011 sebesar 9,18% (yoy).
Sementara itu kredit di sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh
meningkat dari 27,3% (yoy) menjadi 29,9% (yoy). Dengan peningkatan jumlah
hotel berbintang, terjaganya harga komoditas ekspor unggulan Kalimantan
Selatan di level tinggi, serta rencana pengembangan pusat perbelanjaan baru
menyebabkan ekspektasi pelaku usaha akan sektor ini meningkat. Berdasarkan
data SKDU, Nilai Saldo Bersih ekspektasi pelaku usaha untuk triwulan I-2012
mencapai 6,96 meningkat dibandingkan nilai saldo bersih untuk ekspektasi
sebelumnya sebesar 6,63.
Pertanian 9% Pertambangan
8%Industri
pengolahan 5%
Listrik,Gas dan Air 1%
Konstruksi 3%
Perdagangan 17%
Pengangkutan 6%
Jasa Dunia Usaha
8%
Jasa Sosial Masyarakat
2%
Lain-lain 41%
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
44
Dengan perkembangan tersebut, maka LDR berdasarkan kredit lokasi
proyek mencapai 101,99% atau meningkat tipis dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 100,28%.
Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
1.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit
Dari sisi manajemen risiko, laju pertumbuhan kredit saat ini belum
berpotensi memberi tekanan pada risiko likuiditas bank umum yang beroperasi di
Kalimantan Selatan. Hal ini terindikasi dari LDR berdasarkan lokasi bank yang
kembali turun dari 77,66% menjadi 74,61%. Angka LDR tersebut masih berada
dalam batas kewajaran.
Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
80%
90%
100%
110%
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
Miliar Rp LDR (%)
DPK Kredit (lokasi proyek) LDR
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
Nominal NPL 362,383 407,265 427,750 427,785 647,745 662,543 670,990 454,944
NPL % 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60% 1.61%
NPL per jenis penggunaan
Modal Kerja 3.28% 3.05% 2.98% 3.76% 5.24% 5.11% 4.71% 2.99%
Investasi 2.33% 2.59% 2.20% 1.32% 2.48% 2.28% 2.17% 0.94%
Konsumsi 1.11% 1.08% 1.20% 1.18% 1.21% 1.22% 1.18% 0.93%
NPL per sektor ekonomi
Pertanian 3.71% 2.97% 4.61% 0.32% 0.62% 2.16% 1.92% 1.97%
Pertambangan 0.51% 0.85% 0.91% 1.69% 3.80% 6.70% 2.26% 0.78%
Industri pengolahan 5.41% 6.21% 6.70% 6.73% 9.48% 9.73% 8.81% 6.50%
Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.15% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.59% 0.02%
Konstruksi 2.12% 1.59% 3.57% 7.64% 7.26% 7.52% 6.82% 1.85%
Perdagangan 3.77% 3.80% 2.41% 2.70% 3.00% 3.00% 3.18% 2.60%
Pengangkutan 2.30% 2.32% 2.16% 2.19% 9.12% 0.64% 5.10% 0.46%
Jasa Dunia Usaha 1.31% 1.11% 0.93% 1.03% 2.34% 2.17% 1.75% 1.48%
Jasa Sosial Masyarakat 1.08% 1.68% 0.99% 1.94% 1.12% 1.46% 1.67% 1.81%
Lain-lain 1.20% 1.16% 1.22% 1.23% 1.24% 1.27% 2.60% 0.91%
2011NPL Kredit
2010
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
45
Sementara itu risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio NPL, mencatat
penurunan dari 2,60% menjadi 1,61%. Ditinjau dari jenis penggunaannya,
membaiknya rasio kredit bermasalah (NPL) tersebut terutama disebabkan oleh
turunnya NPL pada kredit produktif, baik kredit modal kerja khususnya di sektor
pertambangan dan pengangkutan. Pasca berakhirnya sengketa lahan
pertambangan batubara, keuangan debitur yang sempat bermasalah berangsur
pulih sehingga pembayaran kredit yang sempat tertunda mulai terlunasi.
1.5. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Selaras dengan perkembangan kredit secara umum, kredit dengan skala
MKM tumbuh meningkat dari 28,99% (yoy) menjadi 33,10% (yoy). Posisi kredit
MKM di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 mencapai Rp16,33 triliun
dengan pangsa sebesar 63,32% dari total penyaluran kredit bank umum. Rasio ini
relatif stabil dari triwulan sebelumnya yang mencapai 63,4%.
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Skala MKM Bank Umum Kalimantan Selatan
sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
Sementara itu, kredit MKM produktif tumbuh sebesar 37,73% (yoy), lebih
tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 32,03% (yoy). Secara
rinci, kredit modal kerja tumbuh meningkat dari 26,02% (yoy) menjadi 36,07%
(yoy), sedangkan kredit investasi tumbuh melambat dari 52,83% (yoy) pada
triwulan sebelumnya menjadi 42,38% (yoy).
Dilihat dari sektor ekonominya, meningkatnya pertumbuhan kredit
produktif berskala MKM pada triwulan laporan terutama bersumber dari
pertumbuhan kredit di sektor PHR yang meningkat dari 25,03% (yoy) menjadi
28,45% (yoy). Sektor lainnya yang juga mencatat peningkatan pertumbuhan
adalah sektor transportasi yang tumbuh meningkat dari 56,30% (yoy) menjadi
70,76% (yoy), serta sektor jasa sosial masyarakat yang tumbuh 10,86% (yoy)
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 8,71% (yoy).
TW III TW IV TW I TW II TW III TW IVMikro 3,429,517 3,384,252 4,181,025 4,238,688 4,389,846 4,475,108 Kecil 5,514,156 5,189,183 6,393,894 6,990,788 7,703,204 8,356,496 Menengah 3,323,732 3,402,769 3,634,813 3,908,889 4,235,257 4,487,301
Total Kredit MKM 12,267,405 11,976,204 14,209,732 15,138,364 16,328,307 17,318,906
Kredit(Rp Juta)
2010 2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
46
Grafik 3.6. Perkembangan KUR Kalimantan Selatan
Khusus untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), berdasarkan data Kementrian
Koordinator Perekonomian, pada triwulan laporan tercatat plafon yang telah
disetujui sebesar Rp1,63 triliun atau naik 9,48% (qtq) dari triwulan sebelumnya
yang mencapai Rp1,49 triliun. Secara tahunan, plafon KUR tersebut tumbuh
52,10% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 29,32%
(yoy). KUR tersebut untuk membiayai 109.715 debitur, atau naik 7,07% dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 102.475 debitur. Secara tahunan,
pertumbuhan jumlah debitur KUR masih relatif tinggi, meskipun melambat dari
triwulan sebelumnya, yaitu dari 43,15% (yoy) menjadi 42,41% (yoy).
2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
Berbeda dengan pertumbuhan perbankan secara umum yang mengalami
perbaikan hampir di seluruh indikator, kinerja perbankan syariah sedikit melambat
baik dari sisi pertumbuhan pembiayaan, penghimpunan dana, maupun volume
usaha. Pada akhir triwulan laporan, aset bank umum dan unit usaha syariah di
Kalimantan Selatan mencapai Rp2,18 triliun, atau meningkat 8,09% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun secara tahunan
pekembangan volume usaha kelompok ini melambat dari 30,08% (yoy) pada
triwulan III-2011 menjadi 23,96% (yoy) pada triwulan laporan.
Secara tahunan, laju pertumbuhan pembiayaan syariah untuk berbagai
kegiatan ekonomi tumbuh sebesar 29,51% (yoy), atau sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 32,03% (yoy). Dari sisi
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Plafon Realisasi Debitur
29%
59%
43%52.10%
118.62%
42.41%
yoy
Sumber : Data Menko PerekonomianTW III 2011 TW IV-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
47
nominal, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah ke Kalimantan
Selatan (berdasarkan lokasi proyek) telah mencapai Rp1,89 triliun.
Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah
Melambatnya pembiayaan syariah pada triwulan laporan terutama
disebabkan oleh pembiayaan modal kerja yang hanya tumbuh 3,6% (yoy), setelah
pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,67% (yoy). Turunnya pertumbuhan
pembiayaan modal kerja ini terutama terjadi pada sektor jasa dunia usaha dan
pertambangan. Sementara itu, kondisi yang lebih baik dialami oleh pertumbuhan
pembiayaan jenis investasi yang meningkat, yaitu dari 31,85% (yoy) menjadi
32,35% (yoy).
Sama halnya dengan pembiayaan modal kerja, pembiayaan konsumtif
pada triwulan laporan juga mencatat perlambatan. Pembiayaan konsumtif pada
akhir triwulan IV-2011 mencapai Rp646 miliar atau tumbuh 75,42% (yoy),
meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 85,96% (yoy).
Melambatnya pertumbuhan pembiayaan syariah konsumtif ini terjadi pada
pembiayaan untuk kepemilikan rumah dan apartemen.
Perlambatan pertumbuhan kredit perbankan syariah tidak terlepas dari
kondisi nisbah bagi hasil yang masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
suku bunga bank konvensional. Nisbah bagi hasil bank syariah di Kalimantan
Selatan selama triwulan IV-2011 jika dikonversikan atau disetarakan dengan
tingkat suku bunga rata-rata mencapai 14,9%. Di lain sisi suku bunga kredit bank
konvensional hanya 11,7%. Tentu saja perbedaan yang signifikan ini
mempengaruhi minat calon debitur.
Di lain sisi, perkembangan DPK perbankan syariah pada akhir triwulan IV-
2011 mencapai Rp1,67 triliun atau tumbuh 38,54% (yoy), lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 49,68% (yoy). Melambatnya pertumbuhan
simpanan syariah ini terjadi pada seluruh jenis simpanan, khususnya deposito dan
tabungan. Deposito tumbuh melambat dari 61,14% (yoy) menjadi 46,61% (yoy),
sedangkan tabungan dari 42% (yoy) menjadi 37,6% (yoy).
TW III-2010 TW IV-2010 TW I-2011 TW II-2011 TW III-2011 TW IV-2011Asset 1,547,818 1,755,752 1,773,417 1,952,619 2,013,382 2,176,347
Pembiayaan lokasi proyek 1,359,027 1,463,515 1,583,914 1,657,503 1,794,309 1,895,468 Dana 1,029,282 1,204,599 1,201,944 1,341,451 1,540,679 1,668,886
FDR lokasi proyek 132.04% 121.49% 131.78% 123.56% 116.46% 113.58%
NPF lokasi proyek (%) 0.76% 1.40% 7.63% 7.21% 6.62% 0.89%
Keterangan(Juta Rp)
Posisi
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
48
Melambatnya DPK perbankan syariah antara lain dipengaruhi oleh
meningkatnya pencairan dana terkait dengan liburan sekolah yang tahun ini lebih
panjang. Hal ini terindikasi dari melambatnyanya pertumbuhan DPK milik
perorangan dari 40,11% (yoy) menjadi 28,115% (yoy).
Pertumbuhan penghimpunan dana yang lebih tinggi dari pertumbuhan
pembiayaan, mendorong penurunan financing to deposit ratio (FDR) pada
triwulan IV-2011 menjadi 113,58% setelah pada triwulan sebelumnya tercatat
sebesar 116,46%.
Sementara itu risiko pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio NPF
tercatat membaik. NPF perbankan syariah Kalimantan Selatan yang pada triwulan
sebelumnya yang sempat tercatat sebesar 6,62%, pada akhir triwulan IV-2011
hanya 0,89%. Penurunan tersebut terutama terjadi pada sektor pertambangan
dan transportasi seiring dengan terselesaikannya masalah sengketa lahan
batubara pada debitur besar di salah satu perbankan syariah. Adapun NPL di
sektor pertambangan pada akhir triwulan IV-2011 tercatat sebesar 0%
(sebelumnya 15,53%) dan di sektor transportasi sebesar 0,28% (sebelumnya
34,18%)
3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara umum berbagai indikator kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
pada triwulan IV-2011 masih tumbuh cukup tinggi, meskipun melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit, DPK, maupun volume
116.46%
113.58%
70%
80%
90%
100%
110%
120%
130%
140%
-200,000 400,000 600,000 800,000
1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000
TW III-2009
TW IV-2009
TW I-2010
TW II-2010
TW III-2010
TW IV-2010
TW I-2011
TW II-2011
TW III-2011
TW IV-2011
Dana Pembiayaan lokasi proyek FDR lokasi proyek
6.62%
0.89%0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
NPF lokasi proyek (%)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah, diolah
Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah
Kalimantan Selatan
Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
49
usaha tercatat melambat. Namun demikian risiko kredit yang tercermin dalam
rasio NPL BPR mengalami penurunan.
Tabel 3.5. Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
Dari sisi jaringan kantor, jumlah BPR Kalimantan Selatan tidak mengalami
perubahan yaitu sebanyak 23 BPR yang terdiri dari 18 BPR milik pemerintah
daerah dan 5 BPR berbentuk perseroan terbatas. Adapun rencana pendirian BPR
di Kabupaten Kotabaru masih menunggu proses pengajuan izin operasional,
mengingat izin prinsip telah diberikan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
beberapa waktu yang lalu.
Total aset BPR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan laporan mencapai
Rp411 miliar atau tumbuh 10,78% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang pertumbuhannya mencapai 34,49% (yoy). Melambatnya pertumbuhan aset
BPR pada triwulan laporan lebih disebabkan karena adanya BPR yang melanggar
aturan Batas Maksimum Pemberian Kredit. Kondisi ini berdampak pada
melambatnya pertumbuhan kredit secara signifikan dari 24,57% (yoy) menjadi
0,38% (yoy). Dengan demikian, aset juga mengalami koreksi.
Perlambatan terutama bersumber dari kredit investasi yang mengalami
penyusutan hingga -20,96% (yoy) jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang masih tumbuh 43,87% (yoy). Kredit produktif lainnya yakni
kredit modal kerja masih tumbuh positif sebesar 9,31% (yoy) namun melambat
dari triwulan sebelumnya sebesar 25,31% (yoy). Di lain sisi, kredit konsumsi
tumbuh 26,04% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan III-2011 sebesar
17,35% (yoy).
Tw 4 2009
Tw 1 2010 Tw 2 2010
Tw 3 2010
Tw 4 2010 Tw 1 2011
Tw 2 2011
Tw 3 2011
Tw 4 2011
Jumlah BPR 23 23 23 23 23 23 23 23 23PD 18 18 18 18 18 18 18 18 18PT 5 5 5 5 5 5 5 5 5Total Aset 272 270 295 314 371 417 452 422 411 DPK 168 176 163 151 192 232 280 264 259 - Tabungan 63 64 65 70 77 84 85 91 90 - Deposito 105 113 99 82 115 148 195 173 169 Kredit 209 202 239 234 264 319 319 310 265 LDR 124.22% 114.57% 146.04% 154.26% 136.99% 137.61% 113.91% 117.51% 102.32%NPL (%) 4.64% 4.74% 4.38% 4.47% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58% 4.69%Sumber: Bank Indonesia
Indikator2009 2010 2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
50
Penghimpunan dana masyarakat melalui BPR masih tumbuh tinggi sebesar
34,90% (yoy), namun melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
74,42% (yoy). Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan ini terjadi baik pada
jenis simpanan tabungan dan deposito. Tabungan tumbuh melambat dari
30,92% (yoy) menjadi 16,88% (yoy). Sementara itu deposito tumbuh 46,96%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 111,55% (yoy). Kondisi
tersebut menunjukan bahwa BPR tidak bisa hanya mengandalkan bunga tinggi
dalam menarik nasabah. Berbagai terobosan inovatif terkait dengan pelayanan
seperti penyesuaian jam buka tutup, weekend banking, dan pembuatan program
simpanan yang sesuai kebutuhan masyarakat perlu diimplementasikan segera.
Dengan perkembangan tersebut, LDR BPR Kalimantan Selatan pada akhir
triwulan IV-2011 mengalami penurunan dari 117,51% menjadi 102,32%. LDR
yang masih di tas 100% menjadi catatan bagi pelaku usaha BPR untuk segera
membenahi kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat.
Namun demikian, kualitas kredit yang disalurkan BPR mengalami
peningkatan yang signifikan. Pada akhir triwulan IV-2011, rasio NPL (gross) BPR
tercatat sebesar 4,69% lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang hanya
6,58%.
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Kalimantan Selatan selama
triwulan IV-2011 menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Transaksi tunai
mengalami penurunan dan mengalami net outflow. Sementara transaksi non
74.42%
34.90%32.87%
0.38%0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw 4 2009
Tw 1 2010
Tw 2 2010
Tw 3 2010
Tw 4 2010
Tw 1 2011
Tw 2 2011
Tw 3 2011
Tw 4 2011
growth DPK (y-o-y) growth Kredit (y-o-y) LDR
310 265
6.58%
4.69%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
Rp0
Rp50
Rp100
Rp150
Rp200
Rp250
Rp300
Rp350
Tw 4 2009
Tw 1 2010
Tw 2 2010
Tw 3 2010
Tw 4 2010
Tw 1 2011
Tw 2 2011
Tw 3 2011
Tw 4 2011
Kredit (Rp Miliar)
Kredit NPL (%)
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR
Grafik 3.9 Pertumbuhan (yoy) Kredit dan DPK serta LDR BPR
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
51
tunai khususnya kliring mencatat adanya peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya
4.1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
Seiring dengan kegiatan belanja masyarakat yang relatif menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya, transaksi tunai yang terindikasi melalui aliran
uang kartal masuk dan keluar loket BI Banjarmasin juga mengalami penurunan.
Situasi pasca hari raya Idul Fitri juga menyebabkan kegiatan penukaran uang
mengalami penurunan.
a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Selama triwulan IV-2011, total perputaran aliran uang kartal mengalami
penurunan -23,89% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,76
triliun menjadi Rp2,86 triliun. Penurunan tersebut terjadi baik pada aliran uang
keluar (outflow), maupun aliran uang masuk (inflow). Selama triwulan laporan,
aliran uang keluar (outflow) turun sebesar -17,91% (qtq) atau dari Rp1,88 triliun
menjadi Rp1,54 triliun. Sementara aliran uang masuk (inflow) turun sebesar -
29,87% (qtq) dari Rp1,88 triliun menjadi Rp1,32 triliun. Dengan perkembangan
tersebut terjadi net outflow sebesar Rp221,2 miliar.
Grafik 3.11 Perkembangan Inflow dan Outflow (dalam jutaan Rupiah)
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Turunnya aliran uang keluar (outflow) dan aliran uang masuk (inflow)
pada triwulan laporan mengindikasikan kebutuhan masyarakat akan uang tunai
relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Masyarakat tidak
membelanjakan uangnya sebanyak pada saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul
Fitri yang berlangsung pada triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut juga
-200,000 400,000 600,000 800,000
1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Rp Juta
Inflow Outflow
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
52
terkonfirmasi dari hasil survei konsumen di mana rata-rata indeks pengeluaran
saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu untuk triwulan IV-2011 hanya 140,93
lebih rendah apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 166,5.
b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Selama triwulan laporan, jumlah nominal penukaran uang melalui BI
Banjarmasin mencapai Rp35,09 miliar atau turun -64,48%(qtq) dari triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp98,78 miliar. Penurunan ini juga merupakan efek
pasca Hari Raya Idul Fitri. Kebutuhan masyarakat umum maupun pedagang
eceran akan uang pecahan kecil dan layak edar menurun.
Grafik 3.12 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Dilihat dari jumlah lembar/keping uang yang ditukarkan masyarakat, jenis
pecahan yang mengalami penurunan dalam penukaran adalah uang kertas
pecahan Rp1.000,-. Jumlah lembaran penukaran dari pecahan tersebut turun
96,27% dari 4,49 juta lembar pada TW III-2011 menjadi 167,5 ribu lembar pada
triwulan laporan. Selain kebutuhan masyarakat akan pecahan tersebut yang
berkurang, kebijakan BI untuk melakukan koinisasi dari pecahan ini menjadi
penyebab penurunan ini. Pecahan lain yang jumlah penukarannya juga turun
drastis adalah Rp5.000 yakni sebesar 69,11% dari 4,15 juta lembar pada TW III-
2011 menjadi 1,28 juta lembar pada triwulan laporan.
32.18
33.14
98.78
35.09
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Rp Miliar
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
53
Grafik 3.13. Pangsa Pecahan Uang dalam Kegiatan Penukaran Uang di Bank Indonesia Banjarmasin
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Walaupupun jumlah uang kartal masuk (inflow) mengalami penurunan,
jumlah nominal PTTB tetap mengalami peningkatan sebesar 8,29% (qtq), yaitu
dari Rp704,59 miliar menjadi Rp763,03 miliar. Pada triwulan laporan terdapat
25,43 juta lembar uang yang diracik karena kondisinya sudah lusuh dan tidak
layak edar. Jumlah tersebut meningkat 15,12% (qtq) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
Jumlah nominal uang tidak layak edar yang dimusnahkan sudah jauh
berkurang apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2010 dimana jumlah uang
yang dimusnahkan mencapai Rp1,01 triliun atau terjadi penurunan sebesar
24,66% dari tahun sebelumnya. Turunnya jumlah PTTB tersebut sedikit banyak
juga mengindikasikan bahwa masyarakat semakin teredukasi tentang bagaimana
cara memperlakukan uang dengan baik agar uang tidak cepat rusak atau lusuh.
Grafik 3.14 Perkembangan Triwulanan Kegiatan Pemusnahan Melalui PTTB
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
- 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000
UK 100rbUK 50rbUK 20rbUK 10rbUK 5000UK 2000UK 1000Ul 1000
Ul 500Ul 200Ul 100
Ul 50
keping/lembar
TW IV-2011 TW III-2011
704.59
763.03
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
1200.00
1400.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Rp Miliar
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
54
d. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Seiring dengan menurunnya transaksi tunai yang dilaksanakan masyarakat
selama triwulan IV-2011, temuan uang palsu di wilayah kerja KBI Banjarmasin
mengalami penurunan. Uang palsu ini berasal dari penukaran uang di loket Bank
Indonesia, kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang
dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak Kepolisian. Pada triwulan
laporan, rasio uang palsu terhadap inflow turun dari 0,0022% menjadi 0,0019%.
Grafik 3.15. Rasio Jumlah Uang Palsu terhadap Inflow
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Berbeda dengan triwulan sebelumnya di mana uang palsu yang paling
banyak berasal dari pecahan Rp100.000,-. Pada triwulan laporan uang palsu
paling banyak ditemukan dari pecahan Rp50.000 yakni sebanyak 261 lembar.
Salah satu temuan uang palsu yang cukup banyak pada triwulan ini berasal dari
kesukesan polisi setempat dalam meringkus sindikat uang palsu di area Batu
Ampar, Tanah Laut. Untuk meminimalisir uang palsu pada tahun 2012 BI
Banjarmasin akan lebih mengintensifkan kegiatan sosialisasi pecahan uang Rupiah
asli. Dengan demikian diharapkan masyarakat semakin jeli dalam membedakan
uang asli dan palsu.
4.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI
Nilai transaksi pembayaran non tunai selama triwulan laporan
menunjukkan pergerakan yang meningkat bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, khususnya untuk transaksi non tunai dengan nilai kecil melalui
0.0000%0.0005%0.0010%0.0015%0.0020%0.0025%0.0030%0.0035%0.0040%0.0045%
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
0.0003%0.0006%
0.0022% 0.0019%
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
55
kliring. Sementara itu, transaksi melalui sistem RTGS relatif stabil dari triwulan
sebelumnya.
a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Seiring dengan semakin meningkatnya transaksi keuangan yang
bernominal besar, transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS) cenderung meningkat. Nilai nominal transaksi melalui
BI-RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp47,19 triliun atau naik 11,77%
(qtq) pertumbuhan ini relatif stabil bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar 11,99%.
Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan
Sumber: web Bank Indonesia, diolah
Stabilnya transaksi RTGS ini mencerminkan bahwa aktivitas ekonomi
Kalimantan Selatan masih berjalan normal di tengah terpaan krisis ekonomi
global. Kuatnya konsumsi lokal serta sebaran mitra dagang yang kebanyakan
berada di negara-negara Asia menyebabkan ketahanan ekonomi provinsi ini
cukup tinggi.
b. Transaksi Kliring
Pada triwulan laporan, nilai nominal transaksi kliring tercatat meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan IV-2011, nominal transaksi
kliring mencapai Rp4,7 triliun atau turun 44,92% (qtq) dari triwulan sebelumnya.
Selaras dengan nominal transaksi kliring, jumlah warkat yang ditransaksikan
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
1 16568 16003 6353 13425 1719 2599 24641 320272 20123 17711 7793 15284 2046 2985 29961 359803 17344 17023 7807 16727 2031 3086 27182 368364 18113 19301 8412 19119 3506 4051 30031 424711 16857 14439 8364 19479 2764 3890 27985 378082 18562 15223 9749 21089 3322 4198 31633 405103 11067 15626 10163 23016 2975 4355 24204 429974 14075 18303 13754 25943 4804 5646 32633 498921 19292 17164 13419 21756 4735 4977 37446 438972 19362 12032 13713 22081 4628 5056 37702 391693 21262 18696 15923 22815 5038 5165 42223 466764 23349 20305 18066 25107 5777 5700 47191 51112
Volume Volume
2011
TOTAL
Volume
2009
2010
Periode
FROM TO FROM - TO
Volume
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
56
tercatat meningkat 43,55% (qtq), yaitu dari 58.191 lembar menjadi 83.532
lembar.
Grafik 3.16. Perkembangan Kliring di Kalimantan Selatan
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Meningkatnya transaksi kliring adalah indikasi bahwa kegiatan ekonomi
sudah kembali normal pasca masa reses panjang bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Jumlah hari kerja yang lebih banyak tentu saja memungkinkan untuk melakukan
kegiatan transfer dalam frekuensi maupun nominal yang lebih banyak
Sementara itu, rata-rata penolakan cek dan bilyet kosong mengalami
penurunan. Pada triwulan IV-2011, setiap hari rata-rata terdapat 1,72% cek dan
bilyet kosong dari seluruh lembaran warkat yang masuk, sedikit lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,77%.
0100002000030000400005000060000700008000090000
0500000
100000015000002000000250000030000003500000400000045000005000000
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
nominal (Rp Miliar) volume(lembar axis kanan)
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
55
BAB IV KEUANGAN DAERAH
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
57
KEUANGAN DAERAH
Hingga triwulan IV-2011, realisasi pendapatan daerah
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun
sebelumnya. Namun dari sisi penyerapan, realisasi belanja daerah
justru menunjukkan kinerja yang relatif lebih rendah.
Realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan sampai
dengan triwulan IV-2011 mencapai hasil yang sangat baik. Hal ini
tercermin dari realisasinya yang mencapai hingga 124,92% dari anggaran
pendapatan APBD 2011, atau sebesar Rp3,06 triliun dari Rp2,45 triliun
yang dianggarkan pada awal tahun. Kinerja tersebut lebih tinggi dari
pencapaian triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang telah
merealisasikan sebesar 114,71%, atau sebesar Rp2,31 triliun dari anggaran
sebesar Rp2,02 triliun. Pencapaian anggaran tersebut berada di atas
nasional yang menunjukkan pencapaian hingga 102,5%.
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)
Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan IV % Realisasi
2010 2011 2010 2011 2010 2011
Pendapatan Daerah 2.015,71 2.451,95 2.312,19 3.063,05 114,71 124,92
Pendapatan asli daerah 1.090,11 1,392,30 1.319,16 1.783,15 121,01 128,07
Dana perimbangan 904,82 1.038,86 974,65 1.264,14 107,72 121,69
Lain-lain pendapatan yang sah 20,79 20,79 18,39 15,75 88,48 75,76
Belanja Daerah 2.176,87 2.601,98 2.300,24 2.335,90 105,67 89,77
Belanja operasi 1.588,69 1.950,31 1.621,19 1.196,19 102,05 61,33
Belanja modal 585,16 648,67 676,85 593,11 115,67 91,44
Belanja tidak terduga 3,00 3,00 2,20 1,78 73,33 59,33 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu, realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan
Selatan pada triwulan laporan hanya mencapai 89,77%, atau terserap
sebesar Rp2,33 triliun dari Rp2,60 triliun yang direncanakan. Penyerapan
tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
4
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
58
yang mencapai hingga 105,67%, atau sebesar Rp2,30 triliun dari Rp2,18
triliun yang dianggarkan. Penyerapan anggaran pada tahun 2011 tersebut
berada di bawah penyerapan belanja nasional yang menunjukkan
pencapaian hingga 97,2%.
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah
Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan
Selatan di triwulan IV-2011 menunjukkan kinerja yang semakin
membaik dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut
tercermin dari realisasi pos pendapatan pada triwulan laporan yang
mencapai hingga 124,92% dengan nominal sebesar Rp3,06 triliun, atau di
atas pencapaian pada periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar
114,71% dengan nominal Rp2,32 triliun. Hal tersebut mengindikasikan
semakin tingginya efektivitas keuangan daerah1 pada triwulan laporan,
karena pencapaiannya mampu melebihi target penerimaan yang
ditetapkan sebesar Rp2,45 triliun.
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)
Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan IV Persentase (%)
2010 2011 2010 2011 2010 2011
Pendapatan Asli Daerah 1.090,11 1.392,30 1.319,16 1,783,154 121,01 128,07
Hasil Pajak Daerah 923,90 1.178,21 1.088,35 1,643,862 117,80 139,52
Hasil Retribusi Daerah 28,93 38,36 153,25 41,196 529,58 107,40 Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 22,95 35,70 33,29 45,968 145,02 128,76
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 114,32 140,02 44,27 52,126 38,73 37,23
Dana Perimbangan 904,82 1.038,86 974,645 1,264,144 107,72 121,69
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 378,10 505,50 452,21 722,022 119,60 142,83
Dana Alokasi Umum 483,37 483,36 502,59 504,876 103,98 104,45
Dana Alokasi Khusus 43,35 25,00 19,84 37,246 45,76 74,49
Lain-lain Pendapatan yang Sah 20,79 20,79 18,388 15,753 88,47 75,79
Pendapatan Daerah 2.015,72 2.451,95 2.312,19 3.063,05 114,71 124,92
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Peningkatan kinerja tersebut ditopang oleh realisasi Pendapatan Asli
Daerah yang yang mencapai Rp1.783,15 miliar atau terealisasi hingga
1 EFektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
59
114%116%118%120%122%124%126%128%130%
Tw4-2009 Tw4-2010 Tw4-2011
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Tw4-2009 Tw4-2010 Tw4-2011
124,92% dari anggaran PAD tahun 2011. Realisasi tersebut lebih baik
dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2010, dimana realisasi
PAD mencapai Rp1.319,16 miliar atau 121,01% dari anggaran PAD 2010.
Hal tersebut mengindikasikan semakin meningkatnya partisipasi
masyarakat Kalimantan Selatan dalam mendorong pembangunan melalui
pembayaran pajak serta retribusi daerah. Selain itu, tingginya realisasi PAD
menunjukkan kemandirian daerah2
yang juga cenderung semakin
membaik. Pada triwulan laporan, rasio kemandirian daerah menunjukkan
peningkatan dari 57,05% menjadi 58,21%.
Grafik 4.1 Grafik 4.2 Efektivitas Pemerintah dalam merealisasikan Rasio kemandirian daerah / pendapatan daerah yang dianggarkan desentralisasi fiskal
Komponen PAD yang mengalami peningkatan cukup besar terjadi
pada komponen pendapatan Pajak Daerah yang mencapai Rp1.643,86
miliar atau meningkat 51,04% (yoy) dari pencapaian pada tahun
sebelumnya sebesar Rp1.088,35 miliar. Peningkatan hasil pajak daerah
tersebut terutama ditopang oleh membaiknya aktivitas sektor ekonomi
sepanjang tahun 2011. Peningkatan komponen PAD juga berimplikasi
pada meningkatnya kemampuan fiskal3
Sementara itu, persentase realisasi dana juga meningkat
dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu dari 107,72%
Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan, yaitu dari 57,35% pada triwulan IV-2010 menjadi 76,34% pada
triwulan laporan.
2 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah
(PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut
3 Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
60
menjadi 121,69% atau dari Rp974,64 miliar menjadi Rp1.264,14 miliar.
Meningkatnya realisasi pendapatan transfer terutama dipengaruhi oleh
subkomponen Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, yang realisasinya sampai
triwulan IV-2011 telah mencapai Rp722,02 miliar (142,83%), lebih tinggi
dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp452,21 miliar
(119,60%).
Grafik 4.3 Kemampuan fiskal Kalimantan Selatan
2. Belanja Daerah
Dari sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,
penyerapan sampai dengan triwulan IV-2011 mencatat penurunan
dibandingkan periode yang sama di tahun 2010, yaitu dari 105,67%
menjadi 89,77%. Penurunan penyerapan anggaran tersebut terjadi pada
seluruh pos belanja daerah. Meskipun demikian, besarnya nominal realisasi
belanja mengalami sedikit peningkatan dari Rp2.300,26 pada akhir
triwulan IV-2010 miliar menjadi Rp2.335,90 miliar pada triwulan laporan.
Ditinjau dari komponen belanja daerah, belum optimalnya realisasi
tersebut terutama pada penyerapan belanja operasi yang sampai dengan
akhir triwulan IV-2011 hanya mencapai 61,33%, atau hanya sebesar
Rp1.196,20 miliar dari anggaran 2011 sebesar Rp1.950,31 miliar. Realisasi
ini lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2010 yang telah
merealisasikan sebesar 102,50% dengan nominal mencapai Rp1.621,20
miliar. Masih relatif rendahnya realisasi belanja operasi tersebut terutama
disebabkan oleh kinerja belanja barang dan jasa serta belanja untuk
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw4-2009 Tw4-2010 Tw4-2011
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
61
bantuan keuangan yang masing-masing hanya terserap sebesar 73,24%
dan 16,93% sepanjang tahun 2011.
Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)
Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan IV Prosentase (%)
2010 2011 2010 2011 2010 2011
Belanja Operasi 1.588,70 1.950,31 1.621,19 1.196,19 102,05 61,33
Belanja Pegawai 949,26 677,50 510,29 578,31 92,91 85,36
Belanja Barang dan Jasa 454,80 615,17 384,26 450,53 84,49 73,24
Belanja Bantuan Sosial 68,57 81,64 101,62 78,48 148,21 96,14
Belanja Bantuan Keuangan 408,65 524,88 518,65 88,86 100,50 16,93
Belanja Modal 585,17 648,66 676,84 593,11 115,67 91,44
Belanja Tidak Terduga 3,00 3,00 2,21 1,78 73,63 59,47
Total Belanja 2.176,86 2601,98 2.300,26 2.335,90 105,67 89,77
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Demikian halnya dengan realisasi belanja modal juga mengalami
penurunan penyerapan, yaitu dari 115,67% atau sebesar Rp676,85 miliar
pada tahun 2010 menjadi hanya 91,44% atau sebesar Rp593,11 miliar
pada 2011 ini. Kondisi tersebut tentu menyebabkan rasio belanja modal
terhadap belanja daerah kembali mengalami penurunan yang cukup
signifikan, yaitu dari 41,75% menjadi hanya 25,39%, melanjutkan trend
menurun yang telah berlangsung sejak tahun 2009 lalu. Hal ini tentu saja
harus menjadi perhatian pemerintah daerah mengingat belanja modal
merupakan penggerak utama dalam pembangunan ekonomi daerah.
Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja Modal terhadap Belanja Total
Namun demikian, penyerapan belanja modal untuk pembangunan
infrastruktur di Kalimantan Selatan, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas
umum lainnya, menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Hal ini
diindikasikan dengan penyerapan dana beberapa proyek infrastruktur
0%5%
10%15%20%25%30%35%
Tw4-2009 Tw4-2010 Tw4-2011
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
62
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang relatif tinggi, yaitu mencapai
realisasi fisik hingga 90,31% atau sebesar Rp254,06 miliar. Beberapa
proyek yang telah terselesaikan hingga akhir 2011 antara lain jalan
Paringin-Halong, jalan Tanjung-Muara Uya, jalan Pelaihari-Takisung, jalan
Banjarbaru-Aranio, serta jalan Amuntai-Lampihong.
Tabel 4.4. Realisasi Beberapa Program Utama Kalsel s/d Triwulan IV-2011
No
Program / Kegiatan
Pagu Dana (Rp)
Penyerapan Dana (Rp)
Realisasi (%)
Keu fisik
DINAS PEKERJAAN UMUM 337,613,197,251 254,063,991,206 75.25 90.31
1 Pelayanan Administrasi Perkantoran 1,327,047,500 1,177,591,594 88.73 100.00
2 Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur 566,112,500 459,039,858 81.06 100.00
3 Peningkatan Disiplin Aparatur 11,600,000 9,900,000 85.34 100.00
4 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan 133,114,005,247 126,494,743,291 95.02 98.29
5 Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
1,610,709,102 1,347,343,907 83.64 100.00
6 Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan 1,524,000,000 1,443,295,168 94.7 100.00
7 Pembangunan Sistem Informasi/ Data Base Jalan dan Jembatan
153,240,000 115,120,076 75.12 100.00
8 Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
25,374,611,500 21,610,869,650 85.16 100.00
9 Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku 319,861,000 319,861,000 100.00 100.00
10 Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi: Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya
2,407,218,900 1,492,926,800 62.01 100.00
11 Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah
166,680,000 163,504,000 98.09 98.11
12 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
2,495,926,100 2,403,703,000 96.31 100.00
13 Peningkatan Sarana dan Prasarana Publik 92,350,337,202 59,523,729,149 64.45 84.5
14 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 75,441,848,200 36,851,866,563 48.84 56.93
15 Program Pengaturan Jasa Konstruksi 235,000,000 210,102,000 89.40 100.00
16 Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi 215,000,000 177,041,500 82.34 100.00
17 Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang 300,000,000 263,353,650 87.78 100.00
JUMLAH 337,613,197,251 254,063,991,206 75.25 90.31
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
63
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011
relatif stabil. Penyerapan tenaga kerja masih berada pada level yang relatif tinggi
seperti yang diindikasikan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada
triwulan laporan. Sementara data Jamsostek Kalimantan Selatan yang
menunjukkan kondisi stabil, baik dari sisi kasus maupun nominal pencairan
Jaminan Hari Tua (JHT), turut mempertegas kondisi baik tersebut.
Sementara pergerakan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan
cenderung meningkat. Survei Konsumen menginformasikan bahwa Indeks
Ekspektasi Penghasilan dan Indeks Penghasilan Saat Ini masing-masing mengalami
kenaikan. Seiring dengan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi yang selama triwulan
mengalami peningkatan di hampir seluruh subsektor.
1. Ketenagakerjaan
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan
IV-2011 masih berada pada tingkat yang relatif tinggi. Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilaksanakan pada triwulan laporan menunjukkan bahwa
realisasi penggunaan tenaga kerja cenderung bertahan pada kondisi yang baik,
diindikasikan oleh angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang masih pada tingkat
relatif tinggi, yaitu 6,35 pada triwulan IV-2011 dari sebelumnya sebesar 17,51
pada triwulan III-2011.
Penyerapan tenaga kerja masih terjadi di hampir semua sektor, dengan
penyerapan terbesar pada sektor industri pengolahan yang diindikasikan dari
angka SBT sebesar 4,77. Penyerapan terbesar diperkirakan terjadi pada jenis
industri makanan dan minuman serta pengolahan kelapa sawit.
Demikian halnya dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga
masih berada pada kondisi yang relatif tinggi, dimana angka SBT bertahan pada
angka 1,70. Relatif tingginya penyerapan di ketiga subsektor penghasil produk
maupun jasa konsumtif tersebut terutama disebabkan masih terjaganya daya
5
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
64
dorong konsumsi masyarakat hingga akhir tahun 2011 berkat adanya Hari Raya
Natal dan beberapa event lainnya, seperti perayaan tahun baru dan festival
daerah. Sementara sektor unggulan Kalsel, pertambangan dan penggalian,
memiliki penyerapan tenaga kerja yang masih cenderung stabil, tercermin dari
angka SBT yang tidak banyak berubah, yaitu dari 2,00 menjadi 1,56.
Namun demikian, sektor pertanian (dalam arti luas) mengalami penurunan
penyerapan tenaga kerja sebagaimana terlihat dari angka SBT pada triwulan
laporan menjadi -2,55, dari periode sebelumnya sebesar 3,51. Hal tersebut antara
lain disebabkan oleh berakhirnya masa panen raya sehingga lebih sedikit tenaga
kerja yang diserap dalam sektor ini.
Tabel 6.1. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan
No SEKTOR Realisasi Triwulan III-
2011 Realisasi Triwulan IV-
2011
1. Pertanian 3,51 -2,55
2. Pertambangan 2,00 1,56
3. Industri Pengolahan 4,77 4,77
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,92 -1,15
5. Konstruksi 1,18 0,00
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,18 1,70
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,00 1,34
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan
0,97 0,99
9. Jasa-jasa 0,00 -0,29
TOTAL 17,51 6,35
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Dari indikator ketenagakerjaan lainnya, yaitu jumlah kasus dan besarnya
nominal pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) yang dihimpun oleh PT. Jamsostek
Wilayah Kalimantan Selatan, selama triwulan laporan juga menunjukkan adanya
kondisi penyerapan tenaga kerja yang masih relatif baik. Dilihat dari rata-rata
pencairan JHT tiap bulannya selama triwulan IV-2011, menunjukkan angka yang
cenderung tidak berubah dari Rp3,69 miliar/bulan menjadi Rp3,83 milyar/bulan,
atau sedikit naik sekitar 6,18% (qtq).
Demikian halnya dengan jumlah kasus pencairan JHT selama triwulan
laporan yang juga cenderung tidak berubah, dimana pada triwulan laporan
tercatat hanya 2.490 kasus, sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
yang mencapai 2.239 buah kasus. Hal tersebut mempertegas kondisi penyerapan
ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan yang masih relatif baik selama triwulan
laporan.
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
65
Gambar 6.1 Gambar 6.2 Perkembangan Nominal Pencairan JHT Perkembangan Kasus Pencairan JHT
Sumber : PT Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan
2. Kesejahteraan
Sementara indikator ketenagakerjaan menunjukkan kecenderungan
stabil, indikator kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan menunjukkan
pergerakan meningkat pada triwulan IV-2011. Hal ini dikonfirmasi dari
beberapa indikator yang dihasilkan melalui Survei Konsumen Bank Indonesia
Banjarmasin. Indeks Penghasilan Konsumen selama triwulan laporan bergerak
naik ke tingkat 160,90 atau meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang bergerak pada kisaran 143,40. Hal tersebut antara lain
disebabkan adanya keyakinan masyarakat akan kemungkinan tambahan
penghasilan berupa bonus akhir tahun yang akan diterima selama triwulan
laporan.
Gambar 6.2. Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Penghasilan Saat Ini
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
Selain itu, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen juga menunjukkan
trend yang sama, yaitu mengalami peningkatan dari 158,70 menjadi 164,60.
Optimisme ini didorong oleh keyakinan masyarakat akan adanya kenaikan upah
2012 yang telah disosialisasikan oleh Dewan Pengupahan Kalsel.
-1,000 2,000 3,000 4,000
Tw1 Tw3 Tw1 Tw3 Tw1 Tw3
2009 2010 2011
Kasus (buah)
-
10,000
20,000
30,000
Tw1 Tw3 Tw1 Tw3 Tw1 Tw3
2009 2010 2011
JHT (Rpjuta)
0
50
100
150
200
0
50
100
150
200
Tw
-1
Tw
-2
Tw
-3
Tw
-4
Tw
-1
Tw
-2
Tw
-3
Tw
-4
Tw
-1
Tw
-2
Tw
-3
Tw
-4
Tw
-1
Tw
-2
Tw
-3
Tw
-4
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi Penghasilan Penghasilan Saat Ini
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
66
Di sisi lain, kesejahteraan petani juga menunjukkan peningkatan. Hal
tersebut diindikasikan dengan meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan
Selatan selama triwulan IV-2011. NTP yang merupakan perbandingan antara
indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani
untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi, mencatat
pertumbuhan sebesar 1,20% (qtq), atau dari 108,26 menjadi 109,56.
Kenaikan nilai tukar petani selama triwulan IV-2011 tersebut terutama
ditopang oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani yang meningkat
hingga 1,17% (qtq) atau dari 142,35 menjadi 144,02. Sebaliknya, indeks harga
yang dibayar petani justru mengalami penurunan sebesar 0,03% (qtq) atau dari
131,49 menjadi 131,45.
Gambar 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel
Sumber : BPS Kalsel, diolah
Kesejahteraan petani mengalami peningkatan hampir di seluruh
subsektor, kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat. Peningkatan tertinggi
terjadi pada petani yang bergerak di subsektor tanaman pangan dengan
pertumbuhan sebesar 2,29%(qtq) atau dari 106,89 pada triwulan III-2011
menjadi 109,34 pada triwulan laporan. Peningkatan ini terutama dikarenakan
adanya kenaikan pada indeks harga yang diterima petani pada subsektor
tersebut, yaitu dari 142,86 menjadi 146,13, sedangkan di sisi lain indeks harga
yang dibayar petani tidak mengalami perubahan. Sedangkan komoditas yang
menjadi pendorong indeks harga yang diterima petani antara lain padi dan
palawija, khususnya komoditas ketela pohon dan ketela rambat.
Selain subsektor tanaman tanaman pangan, subsektor lainnya yang juga
mengalami peningkatan antara lain subsektor hortikultura, peternakan, dan
perikanan yang masing-masing mengalami kenaikan secara q-t-q sebesar 0,41%,
100105110
100110120130140150
Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4
2010 2011
Indeks Harga yang Diterima Petani
Indeks Harga yang Dibayar Petani
Nilai Tukar Petani
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
67
0,68%, dan 1,06%. Pada subsektor holtikultura, kenaikan harga yang diterima
petani terutama didorong oleh membaiknya harga pada berbagai komoditas
sayur mayur, khususnya komoditas buncis, ketimun, dan kangkung. Demikian
halnya dengan subsektor perikanan yang selama triwulan laporan mengalami
kenaikan berkat ditopang oleh meningkatnya harga ikan tongkol dan cumi-cumi.
Sementara subsektor tanaman perkebunan justru mengalami penurunan
sebesar 3,52% (qtq), atau dari 131,3 pada triwulan III-2011 menjadi 126,68 pada
triwulan IV-2011. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh cenderung menurunnya
harga komoditas utama perkebunan rakyat Kalsel, yaitu komoditas karet, di pasar
perdagangan regional selama triwulan laporan.
Tabel 6.2 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan
Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Tahun 2011 Persentase
Perubahan (%) Sept Des
Tanaman Pangan 106,89 109,34 2,29
Indeks harga yang diterima petani (It) 142,86 146,13 2,29 Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
133,65 133,65 0,00
Hortikultura 128,93 129,46 0,41
Indeks harga yang diterima petani (It) 170,58 171,34 0,45 Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
132,30 132,35 0,04
Tanaman Perkebunan Rakyat 100,72 98,84 -1,87
Indeks harga yang diterima petani (It) 131,30 128,68 -2,00
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
130,37 130,19 -0,14
Peternakan 102,76 103,46 0,68
Indeks harga yang diterima petani (It) 128,64 129,63 0,77
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
125,18 125,30 0,10
Perikanan 85,66 86,57 1,06
Indeks harga yang diterima petani (It) 107,04 107,75 0,66
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
124,96 124,47 -0,39
Gabungan 108,26 109,56 1,20
Indeks harga yang diterima petani (It) 142,35 144,02 1,17
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
131,49 131,45 -0,03
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
BAB VI PROSPEK EKONOMI
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
69
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan I-2012 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Selatan diperkirakan sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya,
sementara laju inflasi diestimasikan mengalami peningkatan. Berdasarkan
beberapa indikator pendukung, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan
I-2012 diperkirakan tumbuh moderat dengan laju pertumbuhan pada kisaran
5,9%-6,4% (yoy) dengan kecenderungan pada batas bawah. Sementara itu,
beberapa implementasi kebijakan pemerintah, gangguan cuaca, serta kelangkaan
BBM dan BBG diperkirakan meningkatkan tekanan inflasi pada triwulan
mendatang. Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 7,12% ±
1% (yoy)
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I-2012 diperkirakan
masih tumbuh tinggi namun sedikit melambat dari triwulan laporan. Di sisi
permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih cukup optimis berkat
terjaganya daya beli masyarakat, namun cenderung melambat pasca liburan
sekolah. Sementara ekspor juga diperkirakan tumbuh melambat seiring turunnya
produksi batu bara dan harga karet di pasar internasional.
Sedangkan di sisi penawaran, curah hujan yang sangat tinggi sejak bulan
Desember 2011 diperkirakan akan memperlambat perkembangan kinerja sektor
pertanian dan pertambangan pada triwulan I-2012. Perekonomian Kalimantan
Selatan di triwulan I-2012 diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,9%-
6,4% (yoy)1
Dari sisi permintaan, konsumsi masyarakat masih akan mendominasi
pertumbuhan ekonomi Kalsel. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi
masyarakat pada triwulan I-2012 dimungkinkan melambat seiring dengan potensi
turunnya pendapatan riil masyarakat karena meningkatnya tekanan inflasi.
dengan kecenderungan pada batas bawah, melambat dari
pertumbuhan triwulan laporan yaang mencapai 6,93% (yoy).
1 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
6
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan IV-2011
70
Melambatnya konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh penetapan kenaikan
UMP 2012 yang sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya, turunnya harga karet
di pasar internasional sejak pertengahan tahun 2011, serta faktor psikologis pasca
musim liburan sekolah di triwulan IV-2011.
Sementara itu, aktivitas ekspor Kalsel diperkirakan tumbuh melambat dari
triwulan laporan. Perlambatan tersebut bukanlah pengaruh langsung dari krisis
Eropa namun lebih disebabkan oleh gangguan cuaca. Tingginya gelombang laut
menyebabkan aktivitas melaut berkurang dan menyebabkan kontraksi pada
ekspor produk perikanan. Sementara itu curah hujan yang tinggi juga berpotensi
mengurangi ekspor komoditas unggulan batubara seiring turunnya produksi.
Mulai berlakunya Permendag nomor 35 tahun 2011 yang melarang
ekspor rotan bulat dan setengah jadi ke luar negeri diperkirakan akan
menyebabkan kontraksi pada ekspor rotan Kalsel di tahun 2012. Karena
berlakunya peraturan tersebut sudah 16 perusahaan eksportir rotan yang gulung
tikar karena produk yang diekspornya masih masuk dalam kategori rotan mentah
dan setengah jadi.
Ditinjau dari sisi penawaran, kekhawatiran akan meluasnya krisis Eropa
serta turunnya harga beberapa komoditas ekspor unggulan Kalsel di pasar
internasional menyebabkan berkurangnya optimisme pelaku usaha terhadap
kegiatan ekonomi di triwulan I-2012. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU), yaitu pada indikator ekspektasi kegiatan usaha yang
mengalami penurunan dari 31,98 menjadi 21,08.
Grafik 7.1. Saldo Bersih Ekspektasi Pelaku Usaha
Sumber: SKDU, diolah
Pada sektor pertanian, yang memiliki pangsa terbesar dalam ekonomi
Kalimantan Selatan, perkembangan di triwulan awal 2012 diperkirakan melambat
31.98
21.08
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
71
seiring kondisi sebagian besar lahan pertanian pangan masih dalam tahap
penanaman. Selain itu, tingginya curah hujan dalam 2 bulan terakhir
menyebabkan beberapa lahan padi siap tanam tergenang air serta beberapa
lahan mengalami puso. Hasil SKDU juga menangkap ekspektasi pelaku usaha
pada sektor pertanian turun dari 9,16 menjadi -2,57.
Sementara itu, kinerja sektor pertambangan pada triwulan mendatang
juga diperkirakan melambat seiring meningkatnya curah hujan. Adapun rencana
dari beberapa pelaku usaha tambang batubara dalam meningkatkan produksinya
juga masih terkendala masalah AMDAL. Ekspektasi pelaku usaha sektor
pertambangan tercatat sebesar 2,33 lebih rendah dari triwulan IV-2011 sebesar
3,73.
Grafik 7.2. Saldo Bersih Ekspektasi Pelaku Usaha Sektor Pertanian dan Pertambangan
Sumber: SKDU, diolah
2. Perkiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan I-2012 diperkirakan lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV-2011. Peningkatan tekanan inflasi tersebut
terutama disebabkan oleh tekanan pada komponen administered price dan
volatile food yang lebih tinggi.
Pada bulan Desember 2011, PDAM Kota Banjarmasin telah menetapkan
kenaikan tarifnya sebesar 10%. Perubahan harga ini akan mulai dirasakan
masyarakat pada tagihan yang muncul di awal Januari 2012. Kebijakan ini dapat
berdampak signifikan karena tarif air PAM memiliki bobot inflasi yang tinggi.
Selain itu kenaikan tarif PAM dapat berdampak pada meningkatnya ekspektasi
inflasi masyarakat yang salah satunya tercermin dari peningkatan harga
komoditas sewa rumah. Komponen adminstered price yang juga rencananya
-2.57
2.33
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IVTw
.ITw
.IITw
.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IVTw
.ITw
.IITw
.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IVTw
.ITw
.IITw
.III
Tw.IV
Tw.I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian Pertambangan
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan IV-2011
72
mengalami kenaikan adalah cukai rokok. Komponen biaya pada komoditas rokok
ini direncanakan untuk naik rata-rata sebesar 16%.
Adapun kebijakan pemerintah lainnya yang diperkirakan dapat menaikkan
inflasi adalah kenaikan bea masuk untuk impor terigu dan kedelai. Sebelumnya
bea masuk impor tidak dikenakan kepada kedua komoditas ini, namun sejak
tanggal 1 Januari 2012 terdapat bea masuk impor sebesar 5% untuk kedua
komoditas ini. Kebijakan tersebut berpotensi meningkatkan produk turunan
darikedua komoditas tersebut seperti mie kering instan, tempe, dan tahu.
Sementara itu, kondisi cuaca di awal tahun 2012 berpotensi mengganggu
pasokan ikan segar serta pasokan komoditas dari Pulau Jawa. Walaupun badai
tropis Iggy tidak mencapai perairan utara Jawa dan selatan Kalimantan namun
efeknya menyebabkan kenaikan gelombang laut pada kedua perairan tersebut.
Gelombang laut di Selatan Kalimantan pada Januari 2012 diperkirakan pada
kisaran 2m – 3m sehingga Adpel Banjarmasin sempat mengumumkan kepada
para nelayan untuk berhati-hati dalam melaut.
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi relatif meningkat
khususnya di penghujung tahun 2012. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi
Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan mendatang yang relatif
meningkat dari 152,90 pada akhir triwulan III-2011 menjadi 167,20 pada akhir
triwulan laporan. Kenaikan tarif PAM, rencana kenaikan TDL PLN, antrian solar
bersubsidi yang masih terus berlangsung, serta elpiji 3 kg yang sempat
menghilang di Banjarmasin turut mendongkrak ekspektasi masyarakat akan
harga-harga pada bulan-bulan mendatang.
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010 2011
Ekspektasi harga dalam 3 bulan ke depan
Ekspektasi Harga dalam 6 bulan ke depan
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
73
Di lain sisi, tekanan permintaan masyarakat yang relatif lebih rendah
dalam triwulan I-2012 diperkirakan sedikit menahan angka inflasi untuk tidak
melambung tinggi pada triwulan mendatang. Dengan mempertimbangkan hal-
hal tersebut, laju inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2012
diperkirakan berada pada kisaran 7,12%±1% (yoy)2
2 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
.
LAMPIRAN
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
75 75
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1.
Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Indikator
Kalimantan SelatanSatuan
PDRBTriwulan I-
2010
Triwulan
II-2010
Triwulan
III-2010
Triwulan
IV-2010
Triwulan I-
2011
Triwulan
II-2011
Triwulan
III-2011
Triwulan
IV-2011
Atas Dasar Harga
Berlaku Rp triliun 12.54 14.62 16.16 15.22 14.75 17.36 19.29 17.67
Atas Dasar Harga
Konstan Rp triliun 6.72 7.77 8.45 7.73 7.19 8.23 8.87 8.27
Pertumbuhan
Ekonomi (y-o-y)*(%) 5.63% 5.34% 5.12% 6.30% 6.92% 5.95% 4.91% 6.93%
Inflasi
Atas dasar y-o-y (%) 5.11 7.76 8.92 9.06 7.95 5.75 4.59 3.98
Atas dasar y-t-d (%) 1.50 4.41 7.40 9.06 0.47 1.24 3.00 3.98
Pengangguran*)
Jumlah Pengangguran Ribu orang 108.75 - 96.67 - 103.50 - 100.76
Tingkat
Pengangguran
Terbuka
(%) 5.89 - 5.25 - 5.62 - 5.23
Periode
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
76
Tabel Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan Tahun Dasar 2007=100
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
Tahun
Dasar Periode IHK
Bahan
Makanan
Makanan
Jadi
Peruma-
han San-dang Kesehatan
Pendi-
dikan Transport
Apr-09 115.08 124.30 116.32 115.89 114.15 110.62 109.69 103.82
May-09 115.28 122.96 118.48 115.94 112.74 111.26 110.71 104.08
Jun-09 115.69 120.54 121.62 116.00 113.89 111.28 114.32 104.03
Jul-09 115.99 121.8 121.56 116.04 113.41 111.28 114.33 104.30
Agt-09 116.62 123.77 123.18 115.71 112.62 111.26 115.60 103.70
Sep-09 117.74 126.05 124.47 115.92 116.09 111.37 115.60 103.78
Oct-09 118.51 129.18 124.50 116.02 115.89 111.42 115.61 104.08
Nov-09 119.09 130.72 125.00 115.99 117.59 111.50 115.49 104.08
Dec-09 119.4 131.24 125.45 116.01 118.98 111.50 115.48 104.05
Jan-10 120.11 131.39 127.15 116.99 119.15 111.71 115.13 104.59
Feb-10 120.27 131.44 127.49 117.06 118.24 113.53 115.72 104.71
Mar-10 121.19 134.37 127.84 117.41 117.85 114.39 115.92 105.2
Apr-10 122.51 137.4 130.38 117.46 117.91 114.39 115.92 105.59
May-10 123.8 141.03 131.52 117.59 119.55 114.51 117.08 105.62
Jun-10 124.67 144.12 131.56 118.34 120.97 114.5 116.99 105.06
Jul-10 127.03 151.36 132.95 118.73 121.41 114.51 117.48 106.6
Aug-10 127.48 151.82 133.41 119.63 121.9 114.51 117.61 106.67
Sep-10 128.24 154.49 133.43 119.73 123.66 114.51 117.67 106.66
Oct-10 127.89 151.6 134.23 119.46 125.74 115.3 117.67 106.71
Nov-10 128.72 153.5 134.57 119.88 128.43 115.3 118.25 106.71
Dec-10 130.22 157.25 136.65 120.24 129.76 115.3 118.66 106.76
Jan-11 129.78 155.77 136.35 120.22 129.21 115.30 118.66 106.77
Feb-11 130.82 156.04 136.38 124.02 128.63 115.66 118.34 107.95
Mar-11 130.83 154.82 136.56 124.86 129.17 116.47 118.40 107.94
Apr-11 130.53 152.83 137.13 125.04 129.44 116.47 119.11 107.55
Mei-11 131.2 154.13 137.06 125.95 131.58 116.47 119.11 107.77
Jun-11 131.84 156.56 136.92 126.06 132.78 116.47 119.30 107.74
Jul-11 131.88 154.79 137.78 126.66 133.96 117.16 119.58 107.77
Aug-11 133.9 156.78 141.67 126.82 138.02 119.47 121.22 108.93
Sep-11 134.13 157.26 141.91 127.05 141.22 119.47 121.25 107.70
Oct-11 133.331 154.42 141.87 127.12 139.08 119.50 121.24 107.69
Nov-11 133.96 154.76 141.84 127.86 142.30 119.69 121.26 108.57
Dec-11 135.40 159.43 142.80 128.62 142.18 119.80 121.15 108.72
2007
=
100
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
77 77
Tabel Lampiran 3. Indikator Perkembangan Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Datawarehouse BI, diolah
Indikator Trw-I
2010
Trw-II
2010
Trw-III
2010
Trw-IV
2010
Trw-I
2011
Trw-II
2011
Trw-III
2011
Trw-IV
2011
Total Aset
(Rp Miliar) 22,403 23,994 25,363 26,169 27,305 29,005 31,357 33,092
Total DPK
(Rp Miliar) 18,432 19,243 20,022 21,307 21,957 23,820 25,717 27,728
Giro 4,977 4,871 4,862 4,304 5,307 5,832 6,326 6,222
Tabungan 9,254 9,943 10,473 12,056 11,788 12,574 13,622 15,543
Deposito 4,201 4,429 4,687 4,947 4,862 5,415 5,770 5,963
Total Kredit lokasi
proyek
(Rp Miliar) 16,937 18,962 20,348 20,153 22,551 23,876 25,787 28,278
Jenis Penggunaan
(Rp Miliar) :
Modal Kerja 5,517 6,096 7,064 7,073 7,167 7,629 8,262 9,297
Investasi 4,788 5,674 5,662 5,768 6,781 7,015 7,602 8,263
Konsumsi 6,632 7,193 7,622 7,312 8,604 9,232 9,922 10,718
Sektor Ekonomi
(Rp Miliar):
Pertanian 1,836 2,305 2,049 2,159 2,152 2,135 2,270 2,628
Pertambangan 1,138 1,345 1,913 1,143 1,127 1,618 1,937 2,180
Industri 998 1,128 928 1,542 1,702 1,368 1,352 1,284
Listrik, Gas & Air 30 30 232 261 352 161 166 161
Konstruksi 738 860 748 761 866 947 1,020 858
Perdagangan 3,187 3,427 3,638 3,817 3,738 3,992 4,631 4,958
Angkutan 938 900 1,002 1,027 1,043 1,170 1,466 1,631
Jasa Dunia
Usaha 924 1,155 1,494 1,590 1,630 607 2,038 2,289
Jasa Sosial 291 356 352 333 606 1,854 597 546
Lainnya 6,858 7,457 7,992 7,521 9,334 10,022 10,311 11,743
NPL - Gross (%) 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60% 1.61%
LDR lokasi proyek
(%) 91.89% 98.54% 101.63% 94.59% 102.71% 100.23% 100.27% 101.98%
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
78
Tabel Lampiran 4. Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Data Warehouse BI, diolah
Indikator Trw-I
2010
Trw-II
2010
Trw-III
2010
Trw-IV
2010
Trw-I
2011
Trw-II
2011
Trw-III
2011
Trw-IV
2011Total Aset (Rp
Miliar) 18,723 22,774 23,815 24,413 25,532 27,053 29,344 30,916
Total DPK (Rp
Miliar) 17,527 18,157 18,991 20,103 20,755 22,479 24,176 26,059
Giro 4,886 4,724 4,751 4,163 5,169 5,672 6,148 6,046
Tabungan 8,687 9,311 9,849 11,327 11,081 11,789 12,736 14,539
Deposito 3,954 4,122 4,391 4,613 4,505 5,018 5,293 5,474
Total Kredit lokasi
proyek (Rp Miliar) 16,015 17,718 18,989 18,690 20,967 22,219 23,992 26,382
Jenis Penggunaan
(Rp Miliar) :
Modal Kerja 5,148 5,465 6,429 6,377 6,419 6,882 7,598 8,576
Investasi 4,458 5,328 5,261 5,369 6,383 6,622 7,074 7,735
Konsumsi 6,409 6,925 7,298 6,944 8,166 8,714 9,321 10,072
Sektor Ekonomi
(Rp Miliar):
Pertanian 1,835 2,302 2,046 2,157 2,149 2,132 2,266 2,623
Pertambangan 1,037 1,276 1,843 1,036 1,018 1,457 1,755 1,980
Industri 993 1,123 923 1,536 1,697 1,359 1,336 1,223
Listrik, Gas & Air 30 30 232 261 322 134 141 140
Konstruksi 665 739 612 605 686 717 793 612
Perdagangan 3,154 3,342 3,550 3,730 3,652 3,908 4,535 4,862
Angkutan 782 722 837 872 891 1,093 1,263 1,440
Jasa Dunia
Usaha 627 681 973 1,058 1,106 124 1,616 1,887
Jasa Sosial 257 314 304 282 549 1,789 576 520
Lainnya 6,634 7,190 7,669 7,153 8,897 9,505 9,710 11,096
NPL - Gross (%) 2.22% 2.27% 2.20% 2.18% 2.51% 2.44% 2.30% 1.66%
LDR (%) 91.37% 97.58% 99.99% 92.97% 101.02% 98.84% 99.24% 101.24%
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2011
79 79
Tabel Lampiran 5. Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Datawarehouse BI, diolah
IndikatorTrw-I
2010
Trw-II
2010
Trw-III
2010
Trw-IV
2010
Trw-I
2011
Trw-II
2011
Trw-III
2011
Trw-IV
2011
Total Aset (Rp Miliar) 1222 1220 1548 1756 1773 1953 2013 2176
Total DPK (Rp Miliar) 905 1087 1031 1205 1202 1341 1541 1669
Giro 91 148 111 141 138 160 178 176
Tabungan 567 632 624 730 707 784 886 1004
Deposito 247 308 296 334 357 397 477 489
Total Kredit lokasi proyek
(Rp Miliar)922.15 1244.07 1359.03 1463.52 1583.91 1657.50 1794.31 1895.47
Jenis Penggunaan
(Rp Miliar) :
Modal Kerja 368.90 631.25 634.85 695.96 748.43 746.82 664.49 720.99
Investasi 329.63 345.13 400.81 399.28 398.01 393.50 528.46 528.44
Konsumsi 223.62 267.69 323.37 368.28 437.47 517.18 601.35 646.03
Sektor Ekonomi
(Rp Miliar):
Pertanian 0.64 3.35 3.03 2.71 3.43 3.28 3.55 4.91
Pertambangan 101.14 69.21 69.53 106.53 108.91 161.59 182.30 200.60
Industri 5.06 4.96 4.74 5.28 5.15 8.97 15.62 61.20
Listrik, Gas & Air 0.15 0.15 0.06 0.05 29.93 27.22 24.44 21.53
Konstruksi 73.87 120.53 136.31 156.00 180.21 229.98 227.08 245.51
Perdagangan 32.44 85.35 87.13 87.19 85.70 84.47 96.02 96.38
Angkutan 155.42 177.81 165.70 154.58 151.59 76.55 202.26 191.18
Jasa Dunia Usaha 296.13 473.69 520.90 531.40 524.27 483.30 421.41 401.91
Jasa Sosial 33.67 41.33 48.25 51.50 57.25 64.95 20.27 26.21
Lainnya 223.62 267.69 323.37 368.28 437.47 517.18 601.35 646.03
NPF - Gross (%) 1.05% 0.54% 0.76% 1.40% 7.63% 7.21% 6.62% 0.89%
FDR (%) 101.90% 114.47% 131.85% 121.49% 131.77% 123.56% 116.44% 113.57%