kajian ekonomi regional - bi.go.id · umum, tingkat inflasi kupang dan maumere termasuk kota di...
TRANSCRIPT
Triwulan II - 2011
Kantor Bank Indonesia Kupang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan II - 2011 |
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Agustus 2011 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT 2
Triwulan II - 2011 |
D DDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
HALAMAN JUDUL---------------------------------------------------------------------- 1
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- 2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ 3
RINGKASAN EKSEKUTIF -------------------------------------------------------------- 5
MAKRO EKONOMI REGIONAL
1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 10
1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 15
PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 24
2.2 INFLASI KOTA KUPANG---------------------------------------------------------- 26
2.3 INFLASI MAUMERE --------------------------------------------------------------- 28
PERKEMBANGAN PERBANKAN
3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 30
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 31
3.3 KREDIT UMKM--------------------------------------------------------------------- 37
3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 38
SISTEM PEMBAYARAN
4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 41
4.2 TRANSAKSI NON TUNAI --------------------------------------------------------- 42
4.3 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 43
OUTLOOK PEREKONOMIAN
7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 45
7.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 46
| Kajian Ekonomi Regional NTT 3
Triwulan II - 2011 |
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
KBI Kupang
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT 4
Triwulan II - 2011 |
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan II-2011 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Laju pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 naik menjadi 7,06% (yoy). Bila dibandingkan triwulan I, perekonomian NTT meningkat 5,21% (qtq). Struktur perekonomian NTT masih tetap belum mengalami perubahan, didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa-jasa. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi hingga 79,33%. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi masih yang terbesar, terutama rumah tangga dan pemerintah. Peningkatan aktivitas konsumsi ditandai peningkatan omset penjualan eceran, tumbuhnya konsumsi listrik rumah tangga, serta kenaikan pembiayaan kredit konsumtif. Hal tersebut diyakini ada indikasi membaiknya tingkat penghasilan konsumen dibandingkan 2010. Dari sisi investasi, walaupun belum signifikan namun telah menunjukan perkembangan positif. Berbagai kegiatan investasi, baik swasta maupun pemerintah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya dukungan pemerintah pusat terkait pembangunan infrastruktur serta kelanjutan beberapa investasi swasta sepanjang tahun 2011. Sampai dengan akhir triwulan II kinerja sektor pertanian tumbuh negatif. Akibat penurunan produksi tanaman pangan. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Sejalan dengan tren nasional, inflasi di NTT pada akhir triwulan II lebih rendah dibandingkan triwulan lalu. Inflasi NTT turun 2,13%, sehingga pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 6.55%. Penurunan tekanan inflasi NTT, terjadi di kedua kota sample, baik Maumere dan Kupang. Secara umum, tingkat inflasi Kupang dan Maumere termasuk kota di Indonesia dengan persistensi yang cukup tinggi. Kondisi geografis yang dikelilingi oleh laut, ketergantungan pada kelancaran jalur pelayaran akan sangat menentukan. Kemudian, hampir seluruh barang kebutuhan konsumsi masyarakat NTT berasal dari provinsi lain, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan. Oleh karena itu kedua kota di NTT rentan terhadap fluktuasi harga. Secara umum inflasi di NTT masih sangat dipengaruhi oleh komponen bahan makanan. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perekonomian Provinsi NTT ikut mendorong pertumbuhan kinerja perbankan di NTT. Kinerja perbankan di NTT, pada triwulan laporan masih
| Kajian Ekonomi Regional NTT 5
Triwulan II - 2011 |
tumbuh positif. Berbagai indicator utama tumbuh dalam level yang relative tinggi. Asset, DPK, kredit masing-masing tercatat meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 22,35%, 16,95%, dan 16,85%. Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu, dengan tetap diimbangi kualitas kredit masih dalam batas rekomendasi. Perkembangan suku bunga diindikasikan ikut mempengaruhi perkembangan penyaluran kredit di NTT. Kinerja sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai meningkat. Hal tersebut tercermin dari peningkatan volume transaksi melalui sistem kliring baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat. Pada triwulan II diperkirakan terjadi peningkatan volume jumlah peredaran uang seiring yang ditunjukan oleh kenaikan transaksi outflow lebih dari 100% dibandingkan triwulan sebelumnya. OUTLOOK
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kinerja perekonomian regional juga diyakini akan tumbuh positif. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi triwulan III menunjukan peningkatan. Kondisi tersebut lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 2010 lalu. Hal tersebut didasari oleh membaiknya tingkat penghasilan masyarakat, tingkat ketersediaan lapangan kerja, serta optimisme terhadap kondisi ekonomi secara nasional. Ketiga faktor diatas menjadi triger untuk masyarakat melakukan konsumsi. Kemudian pada triwulan III diperkirakan akan menjadi puncak pelaksanaan atau realisasi anggaran tahun 2011. Dari berbagai kondisi diatas kami perkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II mendatang akan berkisar 5,5% - 5,9%. Membaiknya perekonomian, dipastikan akan mendorong peningkatan permintaan domestik. Hal tersebut sangat positif apabila disertai dengan kemampuan sisi penawaran dalam menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan. Namun bila yang terjadi sebaliknya, justru akan berdampak negative terhadap kestabilan harga. Fluktuasi harga pangan sampai dengan akhir triwulan II relatif cukup stabil dibandingkan kondisi tahun lalu. Namun demikian, memasuki triwulan III pengaruh perayaan hari raya Idul Fitri umumnya memberikan tekanan terhadap harga bahan makanan, meskipun tingkat permintaan di wilayah NTT relatif tidak terlalu meningkat. Dengan demikian, tekanan inflasi pada triwulan III akan berada pada kisaran 5,2% - 5,6%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 6
Triwulan II - 2011 |
Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)
- Kupang 11.42 9.97 8.98 6.66
- Maumere 8.05 8.48 7.15 6.00
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,189 3,315 3,109 3,271
- Pertanian 1,152 1,172 1,164 1,193
- Pertambangan dan Penggalian 42 43 39 41
- Industri Pengolahan 46 48 44 46
- Listrik, gas dan air bersih 14 15 14 14
- Bangunan 204 209 185 208
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 557 570 533 576
- Pengangkutan dan komunikasi 240 249 234 243
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 122 132 115 123
- Jasa 812 877 780 826
Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 5.53 5.22 4.60 7.06
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.06 9.06 4.69 4.78
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 22.19 24.84 12.98 8.14
Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 0.06 17.66 12.04 0.04
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 8.53 29.05 23.90 0.04
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 354.36 321.56 635.19 420.69
Outflow (miliar Rp) 751.24 1,320.27 236.96 676.91
Netflow (miliar Rp) -396.88 -998.71 398.23 -256.22
MRUK (miliar Rp) 270.03 194.05 300.01 284.82
Uang Palsu (ribu Rp) 6,420 3,920 2,930 5,710
Nominal Kliring (miliar Rp) 462.18 516.92 406.10 432.38
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
Tw.II-11
TABE L INDIKATOR E KONOMI TE RPIL IHPROVINS I NUS A TE NGGARA TIMUR
Tw.III-10
INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR Tw.I-11Tw.IV-10
| Kajian Ekonomi Regional NTT 7
Triwulan II - 2011 |
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 12.55 13.25 13.82 14.96
DPK (Rp Triliun) 9.83 10.21 10.79 11.42
- Tabungan (Rp Triliun) 4.73 5.65 5.10 5.33
- Giro (Rp Triliun) 2.83 1.96 2.92 2.96
- Deposito (Rp Triliun) 2.27 2.60 2.77 3.11
Kredit (Rp Triliun) 8.13 7.88 8.22 8.97
- Modal Kerja 2.09 2.17 2.15 2.35
- Konsumsi 5.68 5.32 5.67 6.18
- Investasi 0.37 0.39 0.40 0.44
LDR 82.71% 77.16% 76.14% 78.55%
NPLs 1.86% 1.95% 2.34% 2.33%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.06 2.16 2.14 2.28
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 136.87 150.66 158.50 163.04
DPK (Rp Miliar) 95.30 106.83 113.60 117.76
- Tabungan (Rp Miliar) 39.85 42.21 44.06 44.33
- Deposito (Rp Miliar) 55.45 64.42 69.54 73.43
Kredit (Rp Miliar) 116.38 119.70 124.02 131.72
- Modal Kerja 54.37 54.98 54.76 63.93
- Konsumsi 48.85 50.00 52.13 49.36
- Investasi 13.16 14.72 17.13 18.43
Kredit UMKM (Rp Miliar) 116.38 119.70 124.02 131.72
Rasio NPL Gross 3.70% 3.90% 4.74% 4.13%
LDR 122.12% 112.05% 109.17% 111.86%
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
Tw.II-11
TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IHPR OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR
Tw.I-11Tw.III-10INDIKATOR Tw.IV-10
| Kajian Ekonomi Regional NTT 8
Triwulan II - 2011 |
BBB AAA BBB III
MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
30,95% atau sebesar 2,18%
swasta), sedangkan investasi dan ekspor masih sangat kecil peranannya dalam
Pada akhir quartal II, kinerja
ekonomi NTT secara umum
meningkat dibandingkan periode
sebelumnya. Laju pertumbuhan
ekonomi triwulan II-2011 naik menjadi
7,06% (yoy), sedangkan triwulan
sebelumnya 4,60% (yoy). Demikian
pula bila melihat posisi yang sama
pada tahun lalu yang hanya tumbuh
5,28% (yoy). Struktur perekonomian
NTT masih tetap belum mengalami perubahan, didominasi oleh sektor
pertanian, perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa-jasa. Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi hingga 79,33% angka PDRB pada
triwulan II. Sementara dari sisi
penggunaan, konsumsi masih yang
terbesar, terutama rumah tangga
dan pemerintah. Dari dari total
pertumbuhan ekonomi sebesar
7,06%, 3,60% disumbangkan oleh
sektor jasa (51,00%), kemudian
disumbangkan oleh sektor PHR, dan
diurutan ketiga sektor bangunan dengan 9,69% atau menyumbang 0,68%
angka pertumbuhan. Sementara sektor pertanian meskipun dalam struktur
pembentukan angka PDRB dominan, sampai dengan akhir semester I masih
mengalami kontraksi dibandingkan tahun 2010. Sehingga sampai dengan akhir
triwulan II justru memberikan andil negatif. Dari sisi penggunaan, lebih dari 7%
disumbangkan oleh total aktivitas konsumsi di NTT (rumah tangga, pemerintah,
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
0
500
10
25
40
00
1500
2000
00
3000
3500
00
I II III IV I* II
2010 2011Rp m
iliar
PDRB y-o-y q-t-q
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0%
25%
50%
75%
100%
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
JASA
KEU,SEWA & JASA
ANGK & KOM
PHR
BANGUNAN
LISTRIK & AIR
INDUSTRI
TAMBANG
PERTANIAN
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Sumber : BPS NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 9
Triwulan II - 2011 |
menyumbang angka pertumbuhan ekonomi. Sementara impor masih
memberikan sumbangan negatif yang cukup besar, mengingat sebagian besar
barang yang dikonsumsi bukan berasal dari produksi NTT.
Dibandingkan triwulan I, perekonomian NTT meningkat 5,21%
(qtq).
1.1 Sisi Permintaan
menjadi sumber
utama
(ekspor-
Peningkatan paling tinggi terjadi pada sektor bangunan yang mencapai
12,23%, kemudian diikuti oleh sektor PHR dengan 8,08% dan sektor keuangan
dengan 6,34%. Kemudian bila diliat dari sisi penggunaan, pertumbuhan paling
tinggi justru terjadi pada kegiatan konsumsi pemerintah, sebesar 13,25%, dan
investasi sebesar 9,96%.
Grafi 1.3 Struktur Sisi Permintaan
Konsumsi
penopang pertumbuhan
ekonomi. Selain kontribusinya yang
sangat dominan, perannya dalam
mendukung laju pertumbuhan juga
sangat signifikan (share of growth),
secara khusus kegiatan belanja rumah
tangga. Dari sisi investasi, walaupun
belum signifikan namun telah
menunjukan perkembangan positif. Dari s
impor), peningkatan aktivitas impor terus mengalami peningkatan sejalan
dengan pertumbuhan aktivitas konsumsi dan investasi.
isi neraca perdagangan
Grafik 1.5 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.4 Struktur Sisi Penawarank
Sumb NTT diolah er : BPS Sumber : BPS NTT diolah
7.16%
0.95%
0.17%
71%
2.48%
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
ubahan stok
‐3.
Per
Pertanian
Pertambangan1.26%
Industri Pengolahan
1.42%Listrik,Gas dan
Air0.44%
Bangunan (konstruksi)
6.36%
PHR17.62%
Transp & Kom7.44%
KeuaPersewaan3.75%
25.24%
36.48%ngan dan Jasa‐jasa
Rmh tangga82.72%
Swasta4.19%
Pemerintah2 20%
Investasi13.73%
-31.66%Net ekspor
1.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 10
Triwulan II - 2011 |
1. Konsumsi
keseluruhan laju pertumbuhan aktivitas konsumsi tumbuh
positif
demikian, secara keseluruhan dibandingkan kondisi pada
triwula
Secara
, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan I 2011 seluruh konsumsi tumbuh 7,08% (yoy), sedangkan pada
triwulan II 2011 tumbuh 6,60% (yoy). Melambatnya pertumbuhan konsumsi
merupakan sumbangan dari dari penurunan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga, sementara konsumsi pemerintah menjadi penopang, karena tumbuh
lebih baik dari 8,38% (yoy) menjadi 12,16% (yoy).
Namun
n I, aktivitas konsumsi meningkat 4,58%. Peningkatan aktivitas konsumsi
ditandai dengan omset penjualan eceran yang meningkat 26,03% dibandingkan
posisi yang sama tahun 2010, atau naik 19,37% dibandingkan triwulan lalu.
Selain itu, konsumsi listrik rumah tangga di seluruh NTT meningkat 13,66%
dibandingkan triwulan II-2010, atau meningkat 3,45% jika dibandingkan
Grafik 1.8 Kredit Konsumsi
Grafik 1.7 Perkembangan Penjualan Eceran
Sumber : SPE KBI Kupang
200,000
210,000
220,000
230,000
240,000
250,000
260,000
270,000
280,000
0
5000
10000
15000
20000
25000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
ribu kwh
30000 Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
5,000,000,000 alt tulis bahan bakar pakaian
makanan Alt Rmh Tangga suku cadang
‐
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
3,500,000,000
4,000,000,000
4,500,000,000
Jan‐10
Feb‐10
Mar‐10
Apr‐10
May‐10
Jun‐10
Jul‐1
0
Aug‐10
Sep‐10
Oct‐10
Nov
‐10
Dec
‐10
Jan‐11
Feb‐11
Mar‐11
Apr‐11
May‐11
Jun‐11
Jul‐1
1
konstruksi
Sumber : PLN Wilayah NTT
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
35%
I II III IV I II
2010 2011Rp m
iliar
8000Konsumsi growth yoy
Sumber : KBI Kupang
100.8
101
101.2
101.4
101.6
101.8
102
102.2
120
122
124
126
128
130
132
134
136102.4
102.6
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2011
138
140
Indeks yang dibayarIndeks yang diterimaNTP ‐ axis kanan
Grafik 1.9 Perkembangan NTP
Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 11
Triwulan II - 2011 |
triwulan I-2011. Kemudian pembiayaan kredit konsumtif perbankan di NTT
tumbuh 13,84% dibandingkan tahun lalu.
Pertumbuhan konsumsi diperkirakan tidak terlepas dari potensi
perbaikan dari aspek tingkat kesejahteraan. Menurunnya angka tingkat
pengangguran, membaiknya tren indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sepanjang
triwulan II dibandingkan triwulan I, serta peningkatan Upah Minimum Provinsi
sebesar 6,25% menjadi salah satu indikasi hal tersebut. Kemudian siklus
musiman yang selalu terjadi pada periode triwulan II adalah masa liburan
sekolah yang dimulai sejak bulan Juni menjadi pendorong aktivitas belanja
selama masa berlibur. Yang terakhir adalah meningkatnya realisasi anggaran
belanja pemerintah dibandingkan triwulan II secara otomatis juga memberikan
tambahan pendapatan bagi sektor usaha yang memiliki keterkaitan dengan
program belanja pemerintah tersebut.
Grafik 1.10 Perkembangan IKE
Berdasarkan hasil survey kepada para konsumen, secara
keseluruhan terdapat optimisme terkait kondisi perekonomian sampai
dengan triwulan II. Hal tersebut diyakini terutama dengan membaiknya
tingkat penghasilan konsumen dibandingkan 2010. Bahkan mereka
memperkirakan bahwa dalam enam bulan kedepan akan terjadi peningkatan
pendapatan dibandingkan yang saat ini diterima (Sumber : Survei Konsumen
KBI-Kupang).
Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang
Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2010 2011
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Eksp. Penghasilan 6 bln yad
Indeks Kondisi Ekonomi 6 bln yad Indeks Ketersediaan Kerja 6 bln yad
Grafik 1.11 Perkembangan IEK
| Kajian Ekonomi Regional NTT 12
Triwulan II - 2011 |
2. Investasi
Investasi pada akhir semester I 2011 tumbuh lebih baik
dibandingkan akhir triwulan I. Pada akhir triwulan laporan investasi di NTT
tumbuh 6,93% (yoy), meningkat jika dibandingkan triwulan lalu yang hanya
tumbuh 3,17% (yoy). Porsi investasi relatif meningkat meskipun belum
signifikan, dari 13,14% pada triwulan lalu menjadi 13,73% pada akhir
triwulan II 2011. Apabila melihat pertumbuhan secara triwulanan, maka telah
terjadi peningkatan sebesar 9,96% (qtq) pada triwulan II. Pada triwulan I angka
PDRB untuk investasi tercatat Rp 408,55 miliar, sedangkan pada triwulan II naik
menjadi Rp 449,23 miliar. Membaiknya investasi di NTT ditandai dengan
peningkatan pembiayaan investasi dari perbankan yang mencapai 24,12%,
kemudian total konsumsi semen juga tumbuh 10,33% dibandingkan konsumsi
triwulan lalu. Selanjutnya diindikasikan telah terjadi pertumbuhan jumlah
bangunan ruko, dimana jumlah pelanggan listrik sektor bisnis pada akhir
triwulan II tumbuh 5,12% dibandingkan tahun lalu.
Grafik 1.12 Kredit Investasi Grafik 1.13 Konsumsi Semen NTT
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II
2010 2011Rp m
iliar
kredit investasi
growth yoy
Sumber : KBI Kupang
‐
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6
2011
konsumsi semen
Sumber : ASI
Grafik 1.14 Pelanggan Listrik Sektor Bisinis
17,800
18,000
18,200
18,400
18,600
18,800
19,000
19,200
19,400
19,600
19,800
20,000
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
ribu
kwh
Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
Sumber : PLN Wilayah NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 13
Triwulan II - 2011 |
Berbagai kegiatan investasi, baik swasta maupun pemerintah
meningkat bila dibandingkan tahun lalu. Dukungan pemerintah pusat
melalui dana APBN terkait pembangunan infrastruktur (jalan dan jembatan)
meningkat lebih dari 50% untuk wilayah NTT menjadi Rp 679 miliar (Sumber :
Dirjem Bina Marga). Kemudian beberapa investasi swasta yang terus berlanjut
sepanjang tahun 2011 adalah Cheetham Salt Ltd (Cheetham), perusahaan
garam Australia, yang berinvestasi di Kabupaten Nagekeo, untuk
mengembangkan industri pengolahan garam senilai US$ 15 juta – US$ 20.
Sampai dengan triwulan II masih dilakukan pembangunan fasilitas produksi.
Pabrik pengolahan garam diperkirakan mulai beroperasi komersial pada 2012.
Selain itu, pada tahun 2011 masih terdapat kelanjutan proyek pembangunan
Prima Hotel dan Sylvia Hotel di Kabupaten Manggarai Barat, dan yang terbaru
adalah masuknya investasi lebih dari Rp 1 triliun dari Imperial Group yang akan
membangun berbagai fasilitas (perumahan, rumah sakit, sekolah, tempat
rekreasi, hotel) dimulai bulan Agustus 2011. Salah satu kendala yang
menghambat pertumbuhan investasi di NTT aspek kepastian hukum, terutama
masalah kepemilikan lahan.
3. Net Ekspor
Kinerja ekspor-impor NTT masih diwarnai dengan angka defisit
yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan, angka defisit ekspor-impor NTT
yang tercermin dari struktur PDRB mencapai Rp 1.035,80 miliar. Jumlah tersebut
tumbuh 11,64% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang hanya
Rp 927,84 miliar. Secara umum hal tersebut terjadi karena pengaruh
peningkatan konsumsi masyarakat NTT dan pertumbuhan kegiatan investasi,
sementara itu disisi lain kinerja sektor tradeable yang masih bersifat tradisional
mengakibatkan produktivitas daerah ini relatif rendah dan kurang kompetitif.
Selama beberapa tahun terakhir, tingkat pertumbuhan ekspor PDRB NTT selalu
lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan impor. Ketimpangan kinerja
ekspor dan impor di NTT tercermin dari kinerja di pelabuhan yang lebih diwarnai
kegiatan unloading (bongkar muatan).
| Kajian Ekonomi Regional NTT 14
Triwulan II - 2011 |
Khusus untuk ekspor luar negeri NTT pada triwulan II sebagian
besar ditujukan ke negara Timor Leste. Komoditi yang dominan adalah
bahan kebutuhan sehari-hari. Pengiriman dilakukan melalui pelabuhan Tenau,
ataupun langsung menuju Pelabuhan
Atapupu. Volume ekspor luar negeri
NTT pada triwulan II-2011 mencapai
8,14 ribu ton. Dari total jumlah
tersebut, 7,16 ribu ton ditujukan ke
Timor Leste. Secara total volume
ekspor luar negeri NTT pada triwulan I
mengalami penurunan 57,56% jika
diibandingkan triwulan I lalu.
1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih
dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu
: sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran
pada triwulan laporan. Sektor pertanian yang selama ini memberi andil paling
besar sampai dengan semester I justru memberikan andil negatif, karena masih
tumbuh negatif dibandingkan tahun lalu.
Grafik 1.15 PDRB Ekspor - Impor
0
10
20
30
40
50
60
70
‐5000
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011
Sumber : EDW DSM BI
Sumber : KBI Kupang
Grafik 1.17 Negara Tujuan Ekspor
impor (ton) ekspor (ribu ton) ‐50,000
‐45,000
‐40,000
‐35,000
‐30,000
‐25,000
‐20,000
‐15,000
‐10,000
‐5,000
00
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
May‐10
Jun‐10
Jul‐1
0
Aug
‐10
Sep‐10
Oct‐10
Nov
‐10
Dec
‐10
Jan‐11
Feb‐11
Mar‐11
Apr‐11
May‐11
Jun‐11
(ton)(ton)
unloading loading net loading
Sumber : PT Pelindo Tenau
Grafik 1.16 Perkembangan Bongkar Muat
EUROPE AUSTRALIA ASIA
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011
AMERICA AFRICA
| Kajian Ekonomi Regional NTT 15
Triwulan II - 2011 |
1. Pertanian
Sampai dengan akhir triwulan II kinerja sektor pertanian tumbuh
negatif. Pada triwulan laporan pertanian NTT mengalami kontraksi 1,02%(yoy)
jika dibandingkan tahun lalu. Kondisi tersebut relatif lebih baik jika melihat
pertumbuhan triwulan I yang negatif 1,47%. Sumber utama kontraksi sektor
pertanian seperti yang terjadi pada triwulan I lalu, dimana sampai pada triwulan
II subsektor tanaman pangan masih tumbuh negatif 4,12%. Sementara porsi
tanaman pangan dalam struktur sektor pertanian mencapai 49,63%. Kemudian
subsektor peternakan yang berada diurutan kedua terbesar, masih tetap
menunjukan peningkatan 2,70% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan I yang
hanya tumbuh 1,50%(yoy).
Penurunan kinerja subsektor tanaman pangan tercermin dari
menurunnya total produksi tanaman pangan pada periode sub round
kedua (Mei-Agustus). Secara keseluruhan produksi tanaman pangan
diperkirakan turun 10,89% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Kontraksi
paling tinggi terjadi pada komoditi ubi kayu hingga mencapai 32,10%, diikuti
oleh tanaman kedelai yang tumbuh negatif 25,23% dan ubi jalar 8,19%.
Sementara jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan padi justru tumbuh positif.
Namun secara total tidak mampu melebih produksi tabama tahun lalu.
Anjloknya produksi ketiga komoditi diatas dikarenakan terjadi penurunan luas
panen, yaitu 32,64% untuk ubi kayu, kemudian 24,55% untuk kedelai dan
terakhir 9,19 untuk ubi jalar.
Pada triwulan II kredit pertanian pertanian yang disalurkan oleh
perbankan juga mengalami kontraksi sebesar -6,71%. Hal ini sejalan
h
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
I II III IV I II
2010 2011
loading ternak yoy growth
Sumber : BPS Provinsi NTT
Grafik 1.18 Pengiriman Ternak
ATAP 2010 ARAM I 2011 ARAM II 2011Padi 233,486 207,637 252,289 8.05%Jagung 79,871 73,245 108,049 35.28%Kedelai 654 580 489 ‐25.23%Kc. Tanah 3,443 4,780 4,245 23.29%Kc. Hijau 4,481 5,522 5,199 16.02%Ubi Kayu 400,701 305,572 272,087 ‐32.10%Ubi Jalar 59,404 55,017 54,540 ‐8.19%
Total 782,040 652,353 696,898 ‐10.89%
Produksi Mei ‐ AgustusTabama yoy
Tabel 1.1 Aram Padi dan Palawija NTT
Sumber : PT.Pelindo diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 16
Triwulan II - 2011 |
dengan penurunan kinerja yang terjadi pada sektor dimaksud. Berdasarkan hasil
survey liason yang dilakukan KBI Kupang, tren perlambatan laju pertumbuhan
juga terjadi pada subsektor perkebunan. Penurunan produktivitas tanaman
akibat umur tanaman yang sudah tua menjadi penyebabnya. Dengan pola
perkebunan yang dikelola secara tradisional, maka perlu dilakukan peremajaan
dengan lebih optimal. Namun demikian, ditengah berbagai kondisi diatas,
subsektor peternakan memberikan sentimen positif sehingga menopang
perlambatan sektor pertanian. Hal ini tercermin dari volume pengiriman hewan
ternak asal NTT untuk memasok kebutuhan di Jawa yang sepanjang tahun 2011
tumbuh positif.
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga meningkat. Pada tahun triwulan
laporan, sektor PHR tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan I. Bila pada
triwulan pertama 2011 tumbuh 8,34%(yoy), maka pada akhir triwulan II sektor
PHR tumbuh hingga 13,10%. Bila dibandingkan dengan triwulan I, aktivitas PHR
tumbuh 8,08% (qtq). Porsi sektor PHR dalam struktur ekonomi NTT secara
otomatis meningkat dibandingkan triwulan lalu dari 17,15% menjadi 17,62%.
Sumber utama meningkatnya pertumbuhan sektor PHR adalah
peningkatan kinerja subsektor perdagangan. Pada triwulan I subsektor
perdagangan hanya tumbuh 8,30% (yoy), sedangkan pada triwulan laporan
naik menjadi 13,28%(yoy). Peningkatan akselerasi pertumbuhan sektor PHR
tercermin dari tumbuhnya omset penjualan eceran yang mencapai 25,10%
dibandingkan triwulan II-2010, atau 19,37% jika melihat kondisi triwulan I lalu.
Kemudian penyaluran kredit perbankan kepada sektor PHR pada triwulan II
tumbuh lebih baik dari triwulan lalu, yaitu dari 28,08%(yoy) menjadi
48,64%(yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut terjadi baik kepada sub
sektor perdagangan menjadi 47,79%(yoy), maupun kepada subsektor
perhotelan dan restoran yang tumbuh hingga 66,05%(yoy). Selanjutnya
mengingat sebagian besar barang-barang konsumsi masyarakat didatangkan
dengan jalur transportasi laut, maka peningkatan volume impor (unloading) di
beberapa pelabuhan di NTT juga mencerminkan adanya peningkatan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 17
Triwulan II - 2011 |
dibandingkan tahun lalu hingga mencapai 25,94%(yoy). Tumbuhnya sektor PHR
di NTT, juga ditandai dengan semakin banyaknya investasi bangunan ruko,
dimana tercermin dari bertambahnya jumlah pelanggan listrik bisnis sebesar
5,12%(yoy) dan tingkat konsumsi yang mencapai 19,15%(yoy). Demikan pula
bila dibandingkan dengan triwulan lalu, dimana jumlah pelanggan tumbuh
1,00% dengan tingkat konsumsi tumbuh sebesar 7,97%.
Pertumbuhan sektor PHR disebabkan oleh meningkatnya
permintaan. Menurunnya angka tingkat pengangguran, membaiknya tren
indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sepanjang triwulan II dibandingkan triwulan I,
serta peningkatan Upah Minimum Provinsi sebesar 6,25% menjadi salah satu
indikasi hal tersebut. Kemudian siklus musiman masa liburan sekolah yang
dimulai sejak bulan Juni menjadi sumber meningkatnya permintaan. Kemudian
realisasi anggaran belanja pemerintah dibandingkan triwulan II secara otomatis
juga memberikan tambahan perimtaan pada sektor PHR.
alt tulis bahan bakar pakaian
Grafik 1.21 Perkembangan Arus Bongkar
Sumber : KBI Kupang
‐
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
3,500,000,000
4,000,000,000
4,500,000,000
5,000,000,000
Jan‐10
Feb‐10
Mar‐10
Apr‐10
May‐10
Jun‐10
Jul‐10
Aug
‐10
Sep‐10
Oct‐10
Nov‐10
Dec‐10
Jan‐11
Feb‐11
Mar‐11
Apr‐11
May‐11
Jun‐11
Jul‐11
makanan Alt Rmh Tangga suku cadang
konstruksi
Sumber : SPE KBI Kupang
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
500
1000
1500
2000
2500
I II III IV I II
2010 2011Rp m
iliar
kredit PHR (miliar)
growth yoy
Grafik 1.19 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.20 Kredit Sektor PHR
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
I II III IV I II
2010 2011
volume barang(ton)growth yoy
17,800
18,000
18,200
18,400
18,600
18,800
19,000
19,200
19,400
19,600
19,800
20,000
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
ribu kwh
Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
Sumber : PLN Wilayah NTT
Grafik 1.22 Pelanggan Listrik Sektor Bisinis
Sumber : PT Pelindo Tenau
| Kajian Ekonomi Regional NTT 18
Triwulan II - 2011 |
Sementara itu, membaiknya kinerja subsektor perhotelan,
tercermin dari tingkat hunian hotel di NTT yang terus mengalami
peningkatan selama tahun 2011. Bahkan menurut hasil survey liason,
khususnya di wilayah Flores, pertumbuhan jumlah tamu yang datang akan terus
meningkat, akan terus meningkat sampai dengan bulan Oktober-November,
bahkan ada optimisme bahwa tingkat hunian akan mencapai level diatas 70%
dalam periode tersebut. Beberapa pemesanan sudah mulai diterima sejak awal
tahun 2011. Penyelenggaraan berbagai even, baik oleh pemerintah maupun
swasta menjadi sumber utama penerimaan dari wisatawan domestik. Sementara
untuk pengunjung wisatawan asing umumnya cenderung bersifat seasonal
(musiman). Tingkat permintaan mulai meningkat memasuki triwulan II, seiring
dengan periode musim dingin negara asal wisatawan yang didominasi oleh
wisatawan asal Eropa. Diperkirakan Promosi mengenai Pulau Komodo ikut
memberikan pengaruh positif. Sehingga secara rata-rata tingkat hunian dalam
setahun diperkirakan bisa dikisaran 50% - 60%.
3. Jasa-jasa dan sektor lainnya
Kinerja sektor jasa masih ditopang oleh jasa pemerintahan. Pada
triwulan laporan kegiatan jasa pemerintahan tumbuh hingga level 18,15% (yoy),
meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 13,13%(yoy). Hal
tersebut berdampak terhadap peningkatan sektor jasa secara keseluruhan
menjadi 15,37%(yoy), meningkat 5,03% dari triwulan I 2011. Peningkatan nilai
belanja pemerintah melalui APBD ataupun DAU menjadi stimulus kegiatan
sektor ini. Peningkatan kegiatan konsumsi pemerintah sebesar 13,25%
dibandingkan triwulan I lalu menjadi indikasi pertumbuhan sektor jasa. Hal
0
10
20
30
40
50
60
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
tingkat hunian (%)
Sumber : BPS Provinsi NTT
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
lama tinggal (hari)
Sumber : BPS Provinsi NTT
Grafik 1.24 Rata-rata Lama Tinggal Grafik 1.23 Tingkat Hunian Hotel
| Kajian Ekonomi Regional NTT 19
Triwulan II - 2011 |
tersebut juga tercermin dari penurunan laju pertumbuhan DPK milik pemerintah
dimana pada triwulan I naik 26,94%, sedangkan pada triwulan II
pertumbuhannya turun menjadi 23,81%.
Selain tiga sektor utama, sektor bangunan pada triwulan II
tumbuh cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penambahan jumlah alokasi belanja infrastruktur dari APBN menjadi salah satu
penyebab meningkatnya kinerja sektor konstruksi atau bangunan. Peningkatan
pertumbuhan sektor bangunan dari 4,10% (yoy) pada triwulan I menjadi
11,17%(yoy) pada triwulan laporan tercermin dari tingkat konsumsi semen yang
meningkat 10,33% dibandingkan triwulan I. Kemudian secara tahunan omset
pedagang penjual barang konstruksi juga tumbuh 6,28%.
Sebagai provinsi kepulauan, maka peran transportasi baik darat,
laut maupun udara berperan penting dalam mendukung perekonomian.
Pada triwulan II, sektor transportasi tumbuh 6,78% dibandingkan tahun lalu.
Kondisi tersebut, memang relatif lebih lambat dibandingkan triwulan lalu yang
mencapai 8,34%. Penurunan tersebut tercermin dari menurunnya pertumbuhan
volume jumlah penumpang angkutan laut di NTT. Sementara untuk konsumsi
BBM di NTT secara umum masih tumbuh positif. Sedangkan untuk transportasi
udara, aktivitasnya masih sangat terkonsentrasi di Kupang. Dengan total jumlah
kedatangan dan keberangkatan penumpang sebanyak 163.839 orang, 63,77%
terpusat di Bandara El Tari, hal tersebut sejalan dengan banyaknya jumlah
frekuensi penerbangan di Kupang yang mencapai 48,21% dari total 3.410
penerbangan seluruh bandara di NTT.
Grafik 1.25 Konsumsi Semen NTT
‐
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6
2011
konsumsi semen
‐
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
Jan‐10
Feb‐10
Mar‐10
Apr‐10
May‐10
Jun‐10
Jul‐1
0
Aug‐10
Sep‐10
Oct‐10
Nov
‐10
Dec
‐10
Jan‐11
Feb‐11
Mar‐11
Apr‐11
May‐11
Jun‐11
Jul‐1
1
penjualan barang konstruksi
Sumber : SPE KBI Kupang
Grafik 1.26 Omset Penjualan Barang Konstruksi
Sumber : ASI
| Kajian Ekonomi Regional NTT 20
Triwulan II - 2011 |
Kinerja sektor industri sampai dengan akhir triwulan II masih
belum optimal. Pada triwulan laporan sektor industri hanya tumbuh
1,25% (yoy), relatif turun dari triwulan I yang mencapai 1,74% (yoy). Kinerja
sektor industri juga tercermin dari pertumbuhan jumlah pelanggan listrik sektor
industri yang pada triwulan II melambat menjadi 2,63% (yoy), sedangkan pada
triwulan I tercatat 3,45% (yoy). Namun jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya telah mengalami peningkatan sebesar 4,82% (qtq). Pada triwulan II
pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang dibandingkan
triwulan I meningkat sekitar 0,94% (qtq). Peningkatan tersebut disumbang oleh
produksi industri makanan dan minuman, yakni meningkat 9,23% (qtq)
dikarenakan kenaikan produksi pengawetan ikan, terutama ikan kayu pada
bulan April dan Juni 2011 karena kondisi cuaca yang cukup mendukung.
Peningkatan produksi juga terjadi pada produksi kopi bubuk dan sari buah.
Selain industri makanan, industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media
rekaman juga meningkat 0,16% (qtq). Lambatnya pertumbuhan sektor industri
dikarenakan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang
akibat produksi furnitur dan pengolahan lainnya mengalami kontraksi
-5,02% (qtq).
Pada Triwulan II 2011 proporsi tenaga kerja pada perusahaan
industri makanan dan minuman paling dominan. Penyerapan tenaga kerja
pada industri ini mencapai 56,16%. Sementara untuk industri penerbitan,
percetakan dan reproduksi media rekaman, menyerap sekitar 28,20%,
sedangkan untuk industri furnitur dan pengolahan lainnya hanya menyerap
9,35%. Kondisi tersebut juga sejalan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
I II III IV I II
2010 2011
penumpang lautgrowth yoy (%)
Grafik 1.27 Penumpang Angkutan Laut
108
110
112
114
116
118
120
122
124
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
ribu
kwh
Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
Sumber : PT PLN Wilayah NTT
Grafik 1.28 Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PT Pelindo Tenau
| Kajian Ekonomi Regional NTT 21
Triwulan II - 2011 |
pada industri makanan dan minuman sekitar Rp.24,41 juta, disusul furniture dan
manufaktur lainnya sekitar Rp.10,60 juta, serta pada perusahaan penerbitan,
percetakan dan reproduksi media rekaman sekitar Rp.8,36 juta.
Kinerja sektor keuangan sangat bergantung pada lembaga
perbankan. Intermediasi perbankan pada akhir triwulan II relatif mengalami
peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 76,14% menjadi
78,55%. Laju pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat relatif tidak
berubah dari 16,91% (yoy) pada awal triwulan pertama 2011, menjadi 16,95%
(yoy) pada akhir semester I 2011. Sedangkan penyaluran kredit justru
mengalami perlambatan laju pertumbuhan menjadi 16,85% (yoy) dari
sebelumnya 18,10% (yoy). kondisi diatas mendorong pertumbuhan sektor
keuangan sebesar 9,71% (yoy) pada akhir triwulan II 2011.
Tabel 1.2 Kinerja Perbankan NTT
I II III IV I II
DPK 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70
y-o-y DPK 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95%
Giro 2,499.54 2,901.17 2,831.37 1,963.11 2,916.83 2,985.66
y-o-y giro -1.63% 3.33% 3.34% -3.22% 16.69% 2.91%
Deposito 2,251.18 2,269.67 2,265.93 2,597.01 2,771.36 3,106.35
y-o-y deposito 17.70% 14.07% 8.56% 32.98% 23.11% 36.86%
Tabungan 4,479.78 4,596.56 4,731.69 5,647.97 5,102.91 5,330.70
y-o-y tabungan 17.42% 14.16% 13.03% 9.93% 13.91% 15.97%
DPK (miliar)
2010 2011
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 22
Triwulan II - 2011 |
I II III IV I IIPDRB (miliar) 2,972.40 3,055.62 3,188.95 3,314.66 3,109.20 3,271.31
y-o-y 4.44% 5.28% 5.53% 5.22% 4.60% 7.06%
q-t-q -5.65% 2.80% 4.36% 3.94% -6.20% 5.21%
2011NTT
2010
Tabel 1.3 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT
Penawaran yoy
miliar I II III IV I II tw II 2011
Pertanian 1,182 1,206 1,152 1,172 1,164 1,193 -1.02%
Pertambangan 36 39 42 43 39 41 4.87%
Industri Pengolahan 43 46 46 48 44 46 1.25%
Listrik,Gas dan Air 12 13 14 15 14 14 12.36%
Bangunan (konstruksi) 178 187 204 209 185 208 11.17%
Perdagangan & Hotel 492 510 557 570 533 576 13.10%
Transportasi & Komunikasi 217 228 240 249 234 243 6.78%
Keuangan dan Persewaan 105 112 122 132 115 123 9.71%
Jasa-jasa 707 716 812 877 780 826 15.37%
PDRB 2,972 3,056 3,189 3,315 3,109 3,271 7.06%
20112010
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan
Permintaan yoy
(miliar) I II III IV I II tw II 2011
Konsumsi 3,158 3,318 3,494 3,699 3,382 3,537 6.60%
Investasi 396 420 442 455 409 449 6.93%
Ekspor 818.44 882.91 983.10 1,022.06 819.94 888.15 0.59%
Impor 1,553 1,811 2,075 2,092 1,634 1,924 6.25%
RB 2,972 3,056 3,189 3,315 3,109 3,271 7.06%
20112010
PD
Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 23
Triwulan II - 2011 |
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
provinsi NTT, penurunannya relatif
akan 2,09%.
2.1 Kondisi Umum
Searah dengan pergerakan
Indeks Harga Konsumen (IHK) di
tingkat nasional, pada triwulan II-
2011 inflasi di provinsi NTT lebih
rendah dibandingkan periode
sebelumnya. Inflasi tahunan nasional
pada akhir triwulan II, turun 1,11%
menjadi 5,54%, sedangkan untuk
besar, yaitu 2,13%, sehingga pada
triwulan II-2011 tercatat sebesar 6.55%, setelah pada akhir triwulan lalu
mendekati berada di atas level 8%, yaitu 8,68%. Penurunan tekanan inflasi
NTT, terjadi di kedua kota sample, baik Maumere dan Kupang. Untuk Kupang
terjadi penurunan sebesar 2,32% menjadi 6,66%, sedangkan Meumere turun
lebih kecil yaitu 1,15%, sehingga inflasinya tercatat 6,00%. Apabila
dibandingkan dengan tahun lalu pada posisi yang sama kondisi tahun 2011
relatif berbeda cukup signifikan. Pada triwulan II-2010 inflasi tahunan NTT
sebesar 10,67%, dengan Kupang 11,08% dan Maumere 8,52%. Dengan
kondisi diatas, maka secara keseluruhan selama triwulan laporan (q-t-q), di NTT
telah terjadi pergerakan IHK sebesar 0,28%, dimana relatif lebih rendah
dibandingkan triwulan I lalu, yang mengalami perger
‐
6%
2%
0%
2%
4%
8%
10%
12%
14%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
yoy ntt
mtm ntt
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.1 Perkembangan Inflasi di NTT
I II III IV I IIyear on year
NTT 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68% 6.55%Kupang 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98% 6.66%Maumere 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15% 6.00%
year to dateNTT 3.06% 5.42% 8.65% 9.72% 2.09% 2.37%Kupang 3.25% 5.56% 8.81% 9.97% 2.32% 2.39%Maumere 2.11% 4.68% 7.84% 8.48% 0.86% 2.29%
Inflasi 2010 2011
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 24
Triwulan II - 2011 |
Inflasi NTT masih diatas
inflasi secara nasional. Secara
umum, tingkat inflasi Kupang dan
Maumere termasuk kota di Indonesia
dengan persistensi yang cukup tinggi.
Hal ini tercermin dari tingkat inflasi
NTT yang cenderung selalu berada
diatas nasional. Pada triwulan
laporan, pergerakan IHK tahunan
secara keseluruhan, dari 66 kota di
Indonesia (nasional), tercatat hanya sebesar 5,54%. Hal tersebut tentunya
berbeda signifikan dengan NTT. Kondisi geografis yang dikelilingi oleh laut,
ketergantungan pada kelancaran jalur pelayaran akan sangat menentukan.
Kemudian, hampir seluruh barang kebutuhan konsumsi masyarakat NTT berasal
dari provinsi lain, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan. Oleh karena tingkat
ketergantungan kepada daerah-daerah tersebut cukup tinggi, menyebabkan
kedua kota di NTT rentan terhadap fluktuasi harga.
Gejolak harga di daerah pemasok akan memberi second round
effect yang lebih besar kepada NTT. Selain itu, load factor transportasi dari
dan menuju NTT relatif tidak seimbang, sehingga biaya operasional perusahaan
pelayaran untuk daerah ini relatif lebih tinggi. Pada triwulan laporan, penurunan
tekanan inflasi selama triwulan II disebabkan karena bahan makanan yang
memiliki bobot paling besar justru mengalami deflasi sebesar 1,67%. Stabilnya
harga beras, penurunan harga yang terjadi pada komoditi bumbu-bumbuan
mempengaruhi kondisi tersebut.
0%
3%
6%
9%
12%
15
18
21
%
%
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
yoy kupang yoy maumere
yoy nasional
Grafik 2.2 Inflasi NTT dan Nasional
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok
II III IV I IIUMUM 10.67% 10.86% 9.72% 8.68% 6.55%BAHAN MAKANAN 20.58% 20.75% 16.86% 14.01% 9.84%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.89% 8.71% 8.79% 7.74% 7.27%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.70% 3.09% 3.39% 5.06% 5.45%SANDANG 8.10% 7.93% 5.63% 4.88% 6.67%KESEHATAN 2.97% 4.92% 5.96% 6.32% 5.94%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.47% 4.70% 4.22% 3.49% 4.34%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 14.99% 11.32% 10.60% 7.69% 1.55%
20112010Komoditi
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 25
Triwulan II - 2011 |
2.2 Inflasi Kota Kupang
Tekanan harga secara
umum di Kupang pada akhir
triwulan II mengalami penurunan
dibandingkan triwulan lalu. Hal
tersebut terlihat dari kondisi tingkat
perubahan IHK secara tahunan pada
kedua periode tersebut. Pada posisi
Maret 2011 mencapai 8,98%,
sedangkan posisi triwulan II-2011
turun menjadi 6,66%. Secara umum,
penurunan inflasi tahunan terjadi hampir di seluruh kelompok barang, terkecuali
pada kelompok sandang dan pendidikan. Penurunan paling dominan terjadi
pada kelompok transportasi, sebesar 7,15% dan kelompok bahan makanan
sebesa
iti tersebut. Hal tersebut secara
otoma
Dimana selalu terjadi kenaikan permintaan, meski hanya bersifat jangka pendek.
r 4,27%.
Khusus selama triwulan II, terjadi perubahan IHK sebesar 0,07%
(q-t-q) bila dibandingkan dengan posisi Maret. Perubahan kenaikan IHK
paling tinggi terjadi oleh Kupang pada bulan April, dengan 0,59%, kemudian
terjadi deflasi di bulan Mei sebesar 0,09%. Sedangkan inflasi Juni relatif kecil,
hanya 0,07%. Penurunan pergerakan ihk triwulanan dibandingkan periode lalu,
disebabkan oleh pergerakan harga beras, sayur-sayuran, dan bumbu-bumbuan
yang cenderung melemah setiap bulannya. Pasokan produksi lokal yang
memasuki periode puncak panen selama triwulan II, mengakibatkan pasar
cenderung kelebihan pasokan untuk komod
tis direspon dengan penurunan harga.
Kelompok sandang, mengalami kenaikan IHK paling tinggi
diantara seluruh kelompok barang yang lain. Kenaikan tersebut disumbang
oleh sandang pria maupun wanita. Selain itu yang meningkat cukup tinggi
adalah seragam sekolah. Hal ini diyakini hanya akan bersifat sementara, atau
hanya musiman. Terutama sehubungan dengan menjelang tahun ajaran baru.
‐2%
1%
4%
7%
10%
13%
16%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
yoy kupang mtm kupang
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.3 Inflasi NTT dan Nasional
| Kajian Ekonomi Regional NTT 26
Triwulan II - 2011 |
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Kupang
Perkembangan harga beras, sayuran, dan bumbu-bumbuan
pengaruhi inflasi volatile food. Pada triwulan II inflasi tahunan volatile food
turun dari 14,78% menjadi 10,39%. Bila melihat pergerakan secara bulanan,
maka hanya pada Juni yang mengalami inflasi, yaitu 0,67%, sedangkan pada
bulan April dan Mei volatile food inflation terdepresiasi, masing-masing sebesar
1,14% pada bulan April dan 1,24% pada Mei 201 Sebagai kelompok dengan
bobot share yang besar, maka pergerakan komoditi volatile food secara
gkat inflasi di Kupang. otomatis akan sangat menentukan tin
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok
0
2
4
6
8
10
12
14
16 %,yo
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2010 2011
yAdm Price Volatile Food Core
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
%,yoy
2010 2011
Inflasi IHK (yoy)
Core
Adm Price
Volatile Foods
II III IV I IIUMUM 11.08% 11.42% 9.97% 8.98% 6.66%BAHAN MAKANAN 21.06% 21.87% 16.96% 14.69% 10.42%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.04% 8.37% 8.62% 7.19% 6.68%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.54% 3.42% 3.73% 5.27% 5.56%SANDANG 8.93% 8.66% 5.84% 4.87% 7.15%KESEHATAN 3.50% 5.67% 6.78% 7.28% 6.38%
REASI DAN OLAH RAGA 4.98% 4.87% 4.50% 3.88% 4.96%TRANSP ,KOMUNIKASI DAN JASA K 18.47% 13.77% 12.78% 8.83% 1.68%
KOMODITI 2010 2011
PENDIDIKAN, REKOR
| Kajian Ekonomi Regional NTT 27
Triwulan II - 2011 |
2.3 Inflasi
pada kelompok perumahan dan
kesehatan. Penurunan paling dominan terjadi pada kelompok bahan makanan,
sebesa
n kembung pada bulan April mengalami kenaikan lebih dari
17% dibandingkan bulan Maret. Kondisi p
ikan di
Maumere
Tekanan harga secara
umum di Maumere pada akhir
triwulan laporan mengalami
penurunan dibandingkan
triwulan I-2011. Perubahan IHK
secara tahunan antara kedua periode
dimaksud mengalami penurunan.
Pada posisi Maret 2011 mencapai
7,15%, sedangkan posisi triwulan II-
2011 turun menjadi 6,00%. Secara umum, penurunan tekanan harga terjadi
hampir di seluruh kelompok barang, kecuali
Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Maumere
0%
2%
4%
6%
8%
10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
yoy maumere
mtm maumere
‐2%2010 2011
r 3,44%, dari 10,13% menjadi 6,69%.
Khusus selama triwulan II, terjadi perubahan IHK sebesar 1,42%
(q-t-q) bila dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Tekanan
inflasi paling tinggi dirasakan oleh Maumere pada bulan Mei, dengan 1,04%,
kemudian di bulan Februari justru mengalami deflasi 0,59%. Sedangkan pada
bulan April dan Juni inflasi relatif hampir sama masing-masing 0,20% dan
0,18%. Berbeda dengan Kupang, di Maumere justru kelompok bahan makanan
mengalami inflasi paling tinggi selama triwulan II. Hal ini disebabkan oleh inflasi
pada komoditi perikanan dan sayur-sayuran yang cukup signifikan. Bahkan
untuk komoditi ika
erairan sangat mempengaruhi harga
Maumere.
Penurunan inflasi tahunan
pada ikan dan bumbu-bumbuan
memberikan sentimen positif bagi
pergerakan inflasi volatile food.
Sebagai kelompok dengan pengaruh
yang dominan, dan bobot share yang
besar, maka pergerakan komoditi ‐10%
‐5%1 2 3 4
0%
5%
10%
15%
20%
25%
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2010
inflasi umum core inflation
volatile food inflation administered inflation
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 28
Triwulan II - 2011 |
volatile food secara otomatis akan sangat menentukan tingkat inflasi di
Maumere. Penurunan tekanan inflasi volatile food secara otomatis
mempengaruhi inflasi secara keseluruhan. Perubahan IHK komoditi volatile food
secara tahunan, turun jika melihat kondisi Maret 2011, yaitu dari 14,78%
menjadi 10,39% pada bulan Juni.
Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Maumere
II III IV I IIUMUM 8.52% 8.05% 8.48% 7.15% 6.00%BAHAN MAKANAN 18.01% 15.01% 16.30% 10.13% 6.69%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.10% 10.65% 9.74% 10.82% 10.62%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.46% 1.42% 1.66% 4.04% 4.94%
3.73% 4.09% 4.51% 4.95% 4.01%KESEHA N 0.19% 0.96% 1.58% 1.27% 3.59%PENDIDI , REKREASI DAN OLAH RAGA 1.83% 3.79% 2.69% 1.42% 1.03%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2.14% -1.54% -0.61% 1.32% 0.75%
2010KOMODITI 2011
SANDANGTAKAN
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 29
Triwulan II - 2011 |
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN
Perkembangan ekonomi NTT yang
tumbuh positif pada tahun 2011
Dari sisi jaringan kantor yang beroperasi, setiap tahun selalu
mengalami penambahan
3.1 Kondisi Umum
Kinerja perbankan di NTT,
pada triwulan laporan masih
tumbuh positif. Berbagai indicator
utama tumbuh dalam level yang
relative tinggi. Asset, DPK, kredit
masing-masing tercatat meningkat
dibandingkan tahun lalu sebesar
22,35%, 16,95%, dan 16,85%.
menjadi factor pendukung peningkatan kinerja perbankan sampai dengan
akhir semester I-2011. Fungsi intermediasi perbankan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan lalu, dengan tetap diimbangi kualitas
kredit masih dalam batas rekomendasi. Perkembangan suku bunga
diindikasikan ikut mempengaruhi perkembangan penyaluran kredit di NTT.
. Bila melihat kondisi NTT yang merupakan
provinsi kepulauan, dengan wilayah pemerintahan yang terdiri dari 20
kabupaten dan 1 kota, hal tersebut sangat memungkinkan terjadi. Sampai
dengan triwulan II, jumlah bank yang beroperasi terdiri atas 16 bank umum
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II
Aset‐axis kiri (miliar) Kredit‐axis kiri (miliar)
DPK‐axis kiri (miliar) y‐o‐y aset
y‐o‐y kredit y‐o‐y DPK
LDR
2010 2011
Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankanindikator
utama I II III IV I II
Aset (miliar) 11,836.32 12,228.45 12 20.21 13,252.33 13,816.23 14,961.89
y-o-y aset 23.15% 18.48% 13.88% 12.87% 16.73% 22.35%
Kredit (miliar) 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52
y-o-y kredit 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85%
DPK (miliar) 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70
y-o-y DPK 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95%
LDR 75.38% 78.61% 82.73% 77.19% 76.14% 78.55%
NPL 1.96% 1.87% 1.86% 1.95% 2.34% 2.33%
2010 2011
,5
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 30
Triwulan II - 2011 |
dan 9 BPR. Dari 15 bank umum tersebut : 4 milik pemerintah, 1 milik pemda,
9 merupakan bank swasta dan 2 bank umum syariah. Sedangkan untuk BPR
hanya 1 yang merupakan milik pemerintah daerah. Dalam menjalankan
operasional di wilayah NTT, saat ini terdapat 46 kantor cabang bank umum,
didukung dengan 129 kantor cabang pembantu. Sedangkan untuk BPR
terdapat 10 kantor dengan 1 kantor kas.
3.2 Intermediasi Perbankan
Laju pertumbuhan
penyerapan DPK relatif stabil
jika dibandingkan triwulan
lalu. Pertumbuhan simpanan
jenis tabungan dan deposito
mengalami peningkatan, namun
untuk jenis giro justru melambat.
Peningkatan laju pertumbuhan
deposito dan tabungan tidak
terlepas dari pengaruh kenaikan
BI rate pada Februari 2011 dari 6.5% menjadi 6.75%, yang direspon dengan
kenaikan suku bunga simpanan. Terutama bila melihat kepemilikian individu
yang sangat dominan pada kedua jenis simpanan tersebut. Sedangkan
melambatnya laju pertumbuhan simpanan giro diindikasikan terjadi shifting
simpanan giro ke jenis deposito ataupun tabungan.
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
‐
3,000
6,000
Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK
Sumber : Bank Indonesia Kupang
9,000
12,000
15,000
I II III IV I II
Tabungan‐axis kiri (miliar) Deposito‐axis kiri (miliar)
Giro‐axis kiri (miliar) yoy giro (%)
yoy deposito (%) yoy tabungan (%)
yoy DPK (%)
2010 2011
Grafik 3.2 Perkembangan DPK
Sumber : Bank Indonesia Kupang
I II III IV I II
DPK 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70
y-o-y DPK 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95%
Giro 2,499.54 2,901.17 2,831.37 1,963.11 2,916.83 2,985.66
y-o-y giro -1.63% 3.33% 3.34% -3.22% 16.69% 2.91%
Deposito 2,251.18 2,269.67 2,265.93 2,597.01 2,771.36 3,106.35
y-o-y deposito 17.70% 14.07% 8.56% 32.98% 23.11% 36.86%
Tabungan 4,479.78 4,596.56 4,731.69 5,647.97 5,102.91 5,330.70
y-o-y tabungan 17.42% 14.16% 13.03% 9.93% 13.91% 15.97%
DPK (miliar)
2010 2011
| Kajian Ekonomi Regional NTT 31
Triwulan II - 2011 |
Secara structural, komposisi dana pihak ketiga perbankan NTT
masih belum mengalami perubahan. Tabungan masih memiliki porsi
terbesar dalam pembentukan DPK perbankan NTT, yaitu sebesar 46,67%,
kemudian deposito dengan 27,19%, dan giro 26,14%. Namun, bila
dibandingkan triwulan I-2011, porsi tabungan dan giro relative turun,
bergeser ke deposito. Pertumbuhan penyerapan deposito relative paling
tinggi dibandingkan kedua jenis simpanan lainnya. Meningkatnya suku
bunga mempengaruhi preferensi masyarakat untuk menginvestasikan excess
liquidity, terutama bila melihat imbal hasil deposito yang umumnya
cenderung lebih tinggi.
Penyerapan giro melambat dibandingkan triwulan lalu. Selama
ini sebagian besar dana pemerintah, baik pusat maupun daerah, disimpan
dalam bentuk giro. Pada akhir Juni 2011, tercatat 62,94% dana pemerintah
dari total sebesar Rp 3,82 triliun, disimpan dalam bentuk giro. Namun
tingkat pertumbuhan tahunan giro pemerintah melambat dari 18,65% pada
triwulan I, menjadi 3,06% pada triwulan laporan. Sementara itu porsi giro
pemerintah mencapai 80,53% dari total rekening giro yang dikelola
perbankan NTT. Oleh karena itu, sumber utama melambatnya laju
pertumbuhan giro adalah menurunnya pertumbuhan giro pemerintah.
Simpanan jenis tabungan tumbuh lebih baik pada triwulan
laporan. Sumber peningkatan laju pertumbuhan tabungan adalah
peningkatan dana tabungan pemerintah dari 4,63% menjadi 17,38%, dan
tabungan perorangan dari 12,59% menjadi 15,09%. Secara keseluruhan,
lebih dari 91% tabungan dimiliki oleh rekening individu atau perseorangan,
Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.3 Komposisi DPK
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Pemerintah 33.44%
Swasta6.20%
Perorangan60.00%
Lainnya0.36%Giro
26.14%
Deposito27.19%
Tabungan46.67%
| Kajian Ekonomi Regional NTT 32
Triwulan II - 2011 |
atau dengan kata lain dari Rp 5,33 triliun, maka Rp 4,88 triliun merupakan
rekening perseorangan.
Peningkatan suku bunga deposito dibandingkan triwulan lalu,
meningkatkan penyerapan deposito secara siginifikan. Sumber utama
peningkatan tersebut adalah kenaikan deposito milik pemerintah maupun
swasta, sedangkan pertumbuhan milik perorangan relatif tetap. Hal ini
menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran pfreferensi penempatan dana
oleh pemerintah yang semula di rekening giro, bergeser ke deposito. Porsi
terbesar kepemilikan deposito masih dimiliki oleh rekening perorangan,
dengan 53,13% dari total Rp 3,11 triliun.
Penyaluran kredit triwulan laporan melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Outstanding kredit perbankan NTT pada triwulan
laporan sebesar Rp 8,97 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 16,85%
dibandingkan tahun lalu. Namun demikian, jika melihat pertumbuhan pada
triwulan I, maka angka tersebut turun 1,24% karena pada triwulan I
pertumbuhannya mencapai 18,10%. Dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan II-2010 juga mengalami penurunan. Melambatnya laju
pertumbuhan kredit pada triwulan II, terjadi baik pada kredit modal kerja,
investasi, maupun konsumsi yang merupakan porsi alokasi pembiayaan
terbesar. Dari total Rp 8,97 triliun pembiayaan kredit perbankan, 68,83%
dialokasikan untuk keperluan konsumsi, kemudian 26,23% untuk modal
kerja, sedangkan sisanya 4,94% untuk investasi
Tren meningkatnya suku bunga diperkirakan mempengaruhi
kinerja pertumbuhan penyaluran kredit. Kenaikan suku bunga acuan
pada bulan Februari, mulai menekan pertumbuhan kredit pada triwulan II,
Grafik 3.3 Komposisi Kredit
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
(1,000)
1,000
3,000
5,000
7,000
9,000
11,000
I II III IV I II
2010 2011
konsumsi‐axis kiri (miliar) investasi‐axis kiri (miliar)
modal kerja‐axis kiri (miliar) yoy kredit (%)
sk bunga rata2 (%)
Grafik 3.4 Perkembangan Kredit
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Modal kerja26.23%
Investasi4.94%
Konsumsi68.83%
| Kajian Ekonomi Regional NTT 33
Triwulan II - 2011 |
khususnya bulan Mei. Tekanan paling besar terjadi pada kredit investasi.
Pertumbuhan kredit investasi turun dari 33,84% menjadi 24,12%.
Sedangkan untuk kredit modal kerja dan konsumsi, perlambatan yang terjadi
relatif belum terlalu signifikan, yaitu dari 25,22% menjadu 24,12% untuk
modal kerja, dan 14,67% menjadi 13,84% untuk konsumsi.
2010 2011
I II III IV I II
Kredit 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52
y-o-y kredit 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85%
Modal kerja 1,720.72 1,896.00 2,089.71 2,169.02 2,154.77 2,353.29
y-o-y modal kerja 16.57% 14.03% 17.00% 21.63% 25.22% 24.12%
Investasi 295.69 357.41 365.36 391.26 395.74 443.62
y-o-y investasi 80.47% 77.79% 66.90% 63.34% 33.84% 24.12%
Konsumsi 4,941.36 5,425.02 5,676.24 5,319.78 5,666.37 6,175.61
y-o-y konsumsi 27.21% 29.31% 27.31% 14.64% 14.67% 13.84%
Kredit(miliar)
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Perbankan merespon kenaikan BI rate melalui peningkatan
suku bunga kredit. Dibandingkan dengan bulan Februari 2011, suku
bunga rata-rata tertimbang
mengalami kenaikan 1,80%.
Koreksi paling tinggi terjadi
pada suku bunga kredit
konsumsi yang meningkat
2,04%. Demikian pula dari sisi
cost of fund (biaya dana) juga
meningkat 0,16%. Kondisi
tersebut merupakan kondisi
yang wajar, sepanjang tidak
menghambat laju pertumbuhan
perkembangan positif kondisi inflasi yang sampai dengan semester I lebih
baik dibandingkan tahun 2010.
Grafik 3.5 Perkembangan Suku bunga
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
‐10%
10%
30%
50%
70%
90%
110%
I II III IV I II
2010 2011
yoy modal kerja (%) yoy investasi (%)
yoy konsumsi (%) sk bunga modal kerja (%)
sk bunga investasi (%) sk bunga konsumsi (%)
Sumber : Bank Indonesia Kupang
ekonomi NTT, terutama bila melihat
Secara sektoral, porsi penyaluran kredit tertinggi untuk sector
produktif adalah sector perdagangan besar dan eceran dengan porsi
sebesar 17,00% dengan nominal kredit mencapai Rp 1,53 triliun. Kredit
| Kajian Ekonomi Regional NTT 34
Triwulan II - 2011 |
pada sector perdagangan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar
47,79% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan
kredit pada sector perdagangan besar dan eceran didorong oleh
peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat NTT selama triwulan II.
Sementara itu, minimnya peran sector industry dalam struktur perekonomian
NTT juga mempengaruhi porsi pembiayaan perbankan di wilayah NTT yang
hanya berperan sebesar 0,23% atau sebesar Rp 20,41 miliar.
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral
Kredit per
sektor (miliar) I II III IV I II
Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 12.87 12.08 14.09 16.15 14.51 15.45
Perikanan 11.10 9.87 5.30 5.28 5.15 5.03
Pertambangan Dan Penggalian 2.39 2.89 4.38 4.10 4.80 5.68
Industri Pengolahan 19.65 15.75 15.62 17.54 17.63 20.41
Listrik, Gas Dan Air 7.21 8.30 18.40 20.29 16.66 14.87
Konstruksi 119.96 181.84 275.82 222.20 206.86 271.89
Perdagangan Besar Dan Eceran 1,113.52 1,032.16 1,466.86 1,527.32 1,456.03 1,525.46
Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 72.45 50.13 48.76 62.20 63.02 83.24
Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 39.73 38.11 28.84 28.18 29.02 35.36
Perantara Keuangan 1.26 0.86 4.79 14.58 15.18 19.66
Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 21.84 15.11 32.98 43.33 49.84 61.84
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 2.30 2.12 0.00 0.00 0.00 0.00
Jasa Pendidikan 2.32 1.56 4.83 4.51 5.26 4.95
Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.53 2.56 2.66 3.45 3.38 3.21
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 72.13 342.37 315.39 290.88 291.30 294.29
Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.65 0.68 0.74 0.48 0.22 0.30
Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.28 0.56 6.34
Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 503.96 524.33 215.61 299.50 371.38 428.92
Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 4,952.91 5,437.71 5,676.24 5,319.78 5,666.10 6,175.61
Total 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52
20112010
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Berbeda kondisinya dengan penyaluran kredit pada sector pertanian.
Dengan proporsi pada struktur ekonomi yang relatif dominan, pembiayaan
perbankan juga relatif sedikit yang disalurkan pada sector ini. Total baik
pertanian dan perikanan hanya 0,18% dari total kredit, atau senilai Rp 20,48
miliar. Hal ini dikarenakan tingkat risiko yang cukup tinggi pada pembiayaan
sektor ini. Performance penyaluran kredit pada kedua sector tersebut diatas
standart yang direkomendasikan yaitu 5,0%. Rasio Non Performing Loan
(NPL) kedua sector tersebut pada triwulan II-2011 masing-masing sebesar
19,31% dan 10,24.%.
Ratio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana
masyarakat meningkat. Hal ini menunjukan bahwa fungsi intermediasi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 35
Triwulan II - 2011 |
perbankan di NTT mengalami perkembangan positif. Pada triwulan I rasio
LDR sebesar 76,14%, sedangkan pada akhir semester II meningkat 2,40%
menjadi 78,55%. Hal tersebut diikuti dengan menurunnya rasio undisbursed
loan terhadap plafon kredit yang diberikan dari 7,03% menjadi 6,01%.
Sehingga dengan kata lain lebih dari 78% dana masyarakat yang terhimpun
berhasil disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Daro total plafon kredit
yang disalurkan, hanya 6,01% plafon kredit yang masih belum
dipergunakan. Hal ini menunjukan daya serap sector riil terhadap
pembiayaan perbankan relatif cukup baik.
Grafik 3.6 Perkembangan LDR
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II
2010 2011
Loan to Deposit Ratio
Undisbursed Loan (%)‐axis kanan
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0%
2%
4%
6%
8%
10%
I II III IV I II
2010 2011
NPL total NPL modal kerja
NPL investasi NPL konsumsi
Secara umum, resiko penyaluran kredit masih relative
terkendali di level 2,33%. Rasio NPL tersebut relatif stabil dibandingkan
triwulan sebelumnya dan masih dibawah batas yang dipersyaratkan Bank
Indonesia yaitu 5,0%. Secara sektoral, sektor-sektor yang beresiko tinggi
dalam penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah sector jasa
perorangan yang melayani rumah tangga, sector pertanian, sector
perikanan, dan sector industry. Rasio NPL masing-masing sector tersebut
sebesar 9,18%, 19,31%, 10,24% dan 10,78%. Sektor pertanian dan
perikanan di NTT yang dikelola secara tradisional dan bergantung pada
kondisi cuaca menjadi salah satu penyebab tingginya resiko penyaluran
kredit pada sector tersebut.
Dari sisi penggunaan, tingkat resiko penyaluran kredit paling
dominan terdapat pada modal kerja. Risiko kredit modal kerja pada
triwulan II meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 5,80%
| Kajian Ekonomi Regional NTT 36
Triwulan II - 2011 |
menjadi 5,91%. Sendangkan untuk risiko yang paling rendah adalah
pembiayaan konsumtif, meskipun juga terjadi kecenderungan peningkatan
dibandingkan triwulan I, yaitu dari 0,76% naik menjadi 0,81%. Rendahnya
risiko kredit konsumsi karena sebagian besar kredit konsumsi yang disalurkan
oleh perbankan di NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem
angsuran melalui pemotongan langsung dari gaji yang diterima masing-
masing pegawai, sehingga tingkat resiko (default) akan lebih kecil.
3.3 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Pertumbuhan kredit kepada usaha mikro kecil menengah
(UMKM) mengalami perlambatan sejalan dengan kinerja kredit secara
keseluruhan. Pada triwulan II pertumbuhan kredit UMKM sebesar 12,82%,
dari Rp 2,02 triliun menjadi Rp 2,28 triliun, turun dibandingkan triwulan lalu
yang tumbuh 26,30%. Penurunan laju pertumbuhan paling signifikan terjadi
pada kredit skala kecil, yaitu dari tumbuh 21,67% pada triwulan I menjadi
5,50% pada triwulan laporan. Secara keseluruhan, rasio kredit UMKM
terhadap total kredit secara keseluruhan adalah 25,36%, atau setara dengan
Rp 2,28 triliun. Dari jumlah tersebut Rp 1,52 triliun berada pada skala kecil,
Rp 383 miliar skala menengah, dan sisanya Rp 375 miliar skala mikro.
Sementara bila dilihat dari sisi jenis penggunaanya, porsi terbesar
penggunaan kredit UMKM untuk menambah modal kerja (88,86%). Secara
sektoral, kredit UMKM paling besar dialokasikan ke sector perdagangan
Tabel 3.4 Perkembangan Komponen Kredit UMKM
II III IV I IITOTAL KREDIT 7,678 8,131 7,880 8,217 8,973
yo
Sumber : Bank Indonesia Kupang
y 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85%KREDIT UMKM 2,017 2,064 2,164 2,142 2,275
yoy 11.80% 7.56% 11.48% 26.30% 12.82%MIKRO 276 282 300 342 375
yoy 22.42% 16.77% 17.71% 38.62% 35.59%KECIL 1,438 1,406 1,491 1,449 1,517
yoy 112.51% 97.31% 120.56% 21.67% 5.50%MENENGAH 302 376 373 351 383
yoy ‐66.48% ‐61.06% ‐63.09% 35.86% 26.87%Ratio thd total kredit 26.26% 25.38% 27.46% 26.06% 25.36%
2011 KREDIT(miliar)
2010
| Kajian Ekonomi Regional NTT 37
Triwulan II - 2011 |
besar dan eceran, sebesar Rp 1,38 triliun, atau 60,62% dai total kredit
UMKM.
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral
II III IV I IIKREDIT UMKM 2,017 2,064 2,164 2,142 2,275 100.00%Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 12 13 14 13 13 0.58%Perikanan 9 2 4 4 4 0.19%Pertambangan Dan Penggalian 3 2 2 3 4 0.16%Industri Pengolahan 15 14 16 17 19 0.85%Listrik, Gas Dan Air 6 16 18 15 14 0.60%Konstruksi 119 154 116 73 88 3.85%Perdagangan Besar Dan Eceran 956 1,333 1,381 1,327 1,379 60.62%Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 34 26 36 35 45 1.98%Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 36 26 25 26 28 1.23%Perantara Keuangan 1 5 14 15 19 0.85%Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 14 15 21 29 32 1.41%Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 2 ‐ ‐ ‐ ‐ 0.00%Jasa Pendidikan 0 1 1 2 2 0.09%Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1 1 1 1 2 0.10%Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lai 285 239 214 210 190 8.34%Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 1 1 0 0 0 0.01%Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0 ‐ 0 1 6 0.28%Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 524 216 299 371 429 18.85%Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0 ‐ ‐ 0 0 0.00%
Komposisi KREDIT SEKTORAL(miliar)
2010 2011
Sumber : Bank Indonesia Kupang
3.4 Perkembangan BPR
Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih
positif namun cenderung melambat. Kemampuan BPR NTT dalam
meningkatkan asset, kredit, dan DPK masih tetap terpelihara dalam level
yang cukup tinggi (diatas 25%), walaupun bila dibandingkan dengan tahun
2010 pertumbuhannya terus melambat. Pada triwulan laporan asset DPK
dan kredit masing-masing tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar 25,46%, 35,23%, dan 27,39%. Melambatnya
pertumbuhan penyerapan DPK dan penyaluran kredit tentunya ikut
mempengaruhi peran BPR sebagai fungsi intermediasi. Pada triwulan laporan
sedikit mengalami peningkatan menjadi 111,86% sedangkan triwulan lalu
sebesar 109,17%. Namun jika melihat level LDR sepanjang 2010, level
terendah berada di 112,05% dan terjadi pada triwulan IV, sedangkan pada
triwulan II mencapai 118 ,74%. Sama halnya dengan tingkat LDR, kualitas
kredit BPR cenderung membaik pada triwulan laporan menjadi 4,13% dari
4,74% pada triwulan I lalu, dimana dari sisi nominal turun dari Rp 5,87 miliar
menjadi Rp 5,44 miliar.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 38
Triwulan II - 2011 |
Melambatnya pertumbuhan DPK dipengaruhi pertumbuhan
simpanan deposito maupun tabungan. Pertumbuhan deposito pada
triwulan II turun menjadi 50,74%, dari 51,35%. Sedangkan tabungan turun
lebih tajam dari 22,42% pada triwulan I menjadi 15,54%. Menurunya
tingkat penyerapan dana pihak ketiga berakibat terhadap peningkatan
alokasi modal yang digunakan untuk menyalurkan kredit, hal ini dikarenakan
rasio LDR BPR telah mencapai 111,86%, yang artinya sekitar 11% kredit
yang disalurkan bersumber dari dana internal bank.
Rasio pembiayaan produktif BPR relatif masih lebih baik
dibandingkan bank umum. Total kredit modal kerja dan investasi yang
disalurkan oleh BPR mecapai 62,52% dari Rp 131,72 miliar. Sementara pada
bank umum justru 69,20% pembiayaan yang diberikan untuk alokasi
konsumsi. Hal ini diindikasikan terjadi karena roda perekonomian NTT
digerakan oleh usaha skala UMKM, dan dengan keterbatasan UMKM maka
kemudahan syarat pengajuan yang dimiliki oleh BPR menjadi insentif
tersendiri. Total kredit produktif BPR mengalami peningkatan 42,35%,
masing-masing kredit modal kerja tumbuh 35,91%, dan investasi 70,35%,
Tabel 3.6 Perkembangan Usaha BPR
Indikator(juta) I II III IV I II
Aset 118,608 129,951 136,869 150,664 158,501 163,042 y-o-y aset 57.94% 54.66% 34.09% 38.06% 33.63% 25.46%
DPK 81,937 87,083 95,297 106,827 113,598 117,759 y-o-y DPK 84.38% 67.22% 40.84% 49.46% 38.64% 35.23%Kredit 93,822 103,399 116,376 119,703 124,018 131,722 y-o-y kredit 58.72% 52.12% 46.43% 36.65% 32.18% 27.39%LDR 114.51% 118.74% 122.12% 112.05% 109.17% 111.86%NPLs (nominal) 4,668 4,560 4,301 4,663 5,875 5,438 NPLs 4.98% 4.41% 3.70% 3.90% 4.74% 4.13%
20112010
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.8 Perkembangan DPK BPR
‐
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
I II III IV I II
KONSUMSI INVESTASI MODAL KERJA
2010 2011
Grafik 3.8 Perkembangan Kredit BPR
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
‐
30,000
60,000
90,000
120,000
150,000
I II III IV I II
Deposito Tabungan
yoy tabungan‐axis kanan yoy deposito
2010 2011
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 39
Triwulan II - 2011 |
sendangkan pada triwulan I hanya 40,67%. Melambatnya pertumbuhan
kredit BPR pada quartal kedua dikarenakan kredit konsumtif akselerasinya
melambat menjadi 8,39% dari 22,04%. Kondisi tersebut merupakan
merupakan hal positif. Berarti terjadi peningkatan penyerapan kredit pada
sector UMKM. Porsi penyaluran terbesar kredit produktif masih ditujukan
pada sector perdagangan dengan 26,46% atau setara Rp 34,56 miliar
2010Dec-10 Mar-11 Jun-11
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 4,249.31 4,830.61 5,252.58 Perikanan 517.82 513.12 818.42 Pertambangan dan Penggalian 699.43 1,264.39 1,417.46 Industri Pengolahan 335.10 196.68 932.43 Listrik, Gas dan Air 14.58 10.21 5.83 Konstruksi 11,362.35 9,740.92 9,574.56 Perdagangan Besar dan Eceran 24,365.94 27,798.51 34,858.42 Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum 6,927.86 6,354.45 5,707.19 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 11,140.95 11,968.01 15,174.80 Perantara Keuangan 708.81 839.02 195.01 Real Estate 153.13 145.00 136.88 Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib 359.91 176.28 804.29 Jasa Pendidikan 41.33 35.66 30.41 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,466.94 1,034.55 706.73 Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan lainnya 943.37 964.70 1,368.95 Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga 2.71 167.72 39.29 Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya 6,410.30 5,848.93 5,333.99 Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 10,910.35 17,049.51 14,436.59 Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 39,092.98 35,079.43 34,928.08
Total Kredit 119,703.18 124,017.69 131,721.89
Kredit Sektoral BPR (miliar)2011
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Sektoral BPR
| Kajian Ekonomi Regional NTT 40
Triwulan II - 2011 |
BBB AAA BBB III VVV
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
4.1 Kondisi Umum
Aktivitas ekonomi yang mulai ekspansi pada triwulan laporan
berimplikasi pada meningkatnya kinerja sistem pembayaran. Mulai
meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya pada sektor konsumsi dan
investasi di triwulan II-2011 yang berdampak pada meningkatnya aktivitas
transaksi baik tunai maupun non tunai merupakan pola cyclical karakteristik
ekonomi NTT.
Secara tahunan, kondisi ekonomi NTT relatif lebih baik
dibandingkan triwulan II-2010. Peningkatan aktivitas ekonomi
berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat.
Hal ini terlihat dari peningkatan volume bayaran (outflow) di KBI Kupang
yang mencapai 76,15%. Namun berbeda dengan volume setoran yang
mengalami penurunan sebesar -4,35%. Kondisi tersebut menyebabkan
terjadinya net inflow sebesar negatif Rp256,22 miliar atau mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan II-2010 yang mencapai negatif Rp191,91
miliar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kenaikan
kebutuhan uang kartal yang tercermin dari volume uang yang beredar di
masyarakat mengalami peningkatan.
Membaiknya kondisi ekonomi di triwulan II-2011 juga
tercermin pada peningkatan transaksi non tunai. Transaksi non tunai
pada triwulan II-2011 juga mengalami peningkatan sejalan dengan kontraksi
Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi Tunai
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 41
Triwulan II - 2011 |
ekonomi pada awal tahun. Transaksi non tunai melalui Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia selama triwulan II-2011 mencatatkan peningkatan
transaksi sebesar 6,47% (q-t-q) dibandingkan total transaksi triwulan I-2011.
Secara tahunan, aktivitas transaksi non tunai masih bergerak positif
dibandingkan triwulan II-2010 dengan kenaikan sebesar 2,45% (y-o-y). Hal
tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi di Provinsi NTT masih
tumbuh positif dibandingkan tahun 2010. Peningkatan tersebut terjadi pada
transaksi dengan sistem kliring.
Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai
Sumber : KBI Kupang
4.2 Transaksi Non Tunai
Aktivitas transaksi dengan sistem kliring ikut meningkat pada
triwulan II-2011. Dibandingkan triwulan II-2010 terjadi peningkatan
transaksi baik dari volume transaksi maupun nominal transaksi. Kenaikan
volume transaksi kliring pada triwulan laporan sebesar 1,69% dari 14.162
lembar warkat menjadi 14.401 lembar warkat dengan nominal sebesar Rp
432,38 milyar. Nominal transaksi kliring pada triwulan II 2011 lebih besar
dengan rata-rata sebesar Rp 30,02 juta per lembar warkat.
Peningkatan aktivitas transaksi kliring mempengaruhi jumlah
cek dan atau bilyet giro (BG) kosong yang ditemukan. Jumlah warkat
dan nominal cek dan atau BG kosong meningkat signifikan dibandingkan
dengan triwulan II-2010. Pada triwulan II-2011 tercatat 232 lembar cek dan
atau BG kosong yang terjaring dengan nilai nominal Rp7,42 miliar.
Sedangkan pada triwulan II-2010 tercatat sebanyak 158 lembar dengan nilai
Rp4,66 miliar, sehingga secara nominal naik 59,19% (yoy). Berbanding
terbalik dengan hal tersebut, secara proporsional terjadi penurunan dimana
pada triwulan laporan proporsi cek dan atau BG kosong adalah 1,61% dari
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
Triwulan II - 2011 |
total nominal transaksi yang diterima atau lebih rendah dibandingkan
triwulan II-2010 sebesar 1,12%.
4.3 Transaksi Tunai
Siklus ekonomi Provinsi NTT sangat mempengaruhi kinerja
transaksi tunai di Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, jumlah uang
kartal yang keluar dari Bank Indonesia mencapai Rp676,91 miliar atau
mengalami peningkatan sebesar 7,15% (yoy). Sedangkan bila dibandingkan
dengan triwulan I, terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini seiring
dengan peningkatan aktivitas konsumsi sebagai dampak dari mulai
terealisasinya proyek-proyek pemerintah dan tahun ajaran baru.
Upaya Bank Indonesia dalam mewujudkan clean money policy
menunjukkan perkembangan yang positif walaupun pada triwulan
laporan terdapat penurunan dalam penyerapan uang lusuh. Pada
triwulan laporan, Bank Indonesia Kupang telah memusnahkan Uang Tidak
Layak Edar (UTLE) sebesar Rp284,82 miliar. Jumlah tersebut mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan II-2010 dengan jumlah sebesar
Rp381 miliar. Penurunan aktivitas MRUK mengindikasikan bahwa UTLE yang
beredar di masyarakat masih berjumlah signifikan. Sehingga perlu
optimalisasi kegiatan untuk mewujudkan clean money policy seperti kegiatan
kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara berkala ke semua
kabupaten di wilayah NTT. Uang Layak Edar (ULE) yang berhasil disalurkan
melalui kegiatan kas keliling sebesar Rp15,90 miliar atau naik signifikan
dibanding periode sama tahun 2010 yang hanya sebesar Rp11,50 miliar.
Selain kas keliling, Bank Indonesia juga melayani penukaran uang langsung
melalui loket kantor. Penukaran melalui loket ikut mengalami kenaikan.
Bertambahnya jumlah hari penukaran dari 2 (dua) hari seminggu yaitu senin
dan kamis menjadi 4 (empat) kali seminggu yaitu senin sampai dengan kamis
memberikan dampak peningkatan yang signifikan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 43
Triwulan II - 2011 |
Jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang
mengalami peningkatan. Pada triwulan II-2011 tercatat sebesar
Rp5.710 ribu sedangkan triwulan II-2010 hanya sebesar Rp1.100 ribu.
Jumlah nominal yang paling banyak adalah pecahan Rp100.000 sejumlah
54 lembar. Atau dengan kata lain sekitar 0,000844% dari jumlah uang yang
diedarkan selama triwulan II-2011. Oleh karena itu, Bank Indonesia terus
melakukan upaya sosialisasi, baik kepada aparat penegak hukum, maupun
kepada masyarakat agar semakin memahami bagaimana ciri-ciri keaslian
uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi.
Tabel 4.3 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 44
Triwulan II – 2011 |
B BB AAA BBB VVV
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
5.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan III 2011 mendatang, sejalan dengan membaiknya
kondisi perekonomian nasional, kinerja perekonomian regional, juga
diyakini akan terus membaik. Khusus untuk kondisi regioanl NTT, konsumsi
masyarakat NTT tetap akan menjadi tulang punggung, sehingga perannya ke
depan masih akan dominan. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi triwulan III
terus menunjukan peningkatan sepanjang periode triwulan II, bahkan pada akhir
Juni indeks ekspektasi konsumen mencapai 130,33. Kondisi tersebut lebih tinggi
dibandingkan akhir tahun 2010 lalu. Hal tersebut didasari oleh membaiknya
tingkat penghasilan masyarakat, tingkat ketersediaan lapangan kerja, serta
optimisme terhadap kondisi ekonomi secara nasional. Ketiga faktor diatas
menjadi triger untuk masyarakat melakukan konsumsi, bahkan untuk barang
yang sifatnya tahan lama sekalipun.
Tingkat realisasi belanja pemerintah pada tahun 2011,
diindikasikan akan relatif sama dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan
III diperkirakan akan menjadi puncak pelaksanaan atau realisasi anggaran tahun
2011. Peningkatan alokasi belanja infrastruktur untuk wilayah NTT, khususnya
terkait perawatan dan pembuatan jalan baru, akan memberikan sentimen
positif. Plafon untuk tahun 2011 dari Dirjen Bina Marga meningkat hingga 50%,
menjadi Rp 679 miliar.
Bila dilihat dari sisi penawaran, pertanian potensi kontraksi akibat
penurunan kinerja tanaman pangan diperkirakan masih mungkin terjadi.
Penurunan luas panen dan produktivitas lahan pada tanaman bahan pangan
menjadi penyebab utama. Namun demikian, subsektor peternakan, perikanan,
maupun perkebunan masih akan tetap tumbuh positif. Terutama bila melihat
tren pengiriman ternak selama semester I yang tumbuh cukup
menggembirakan. Sementara untuk tanaman perkebunan puncak periode
panen untuk beberapa komoditi seperti mete dan kopi. Kemudian sektor PHR
diperkirakan juga akan tumbuh cukup tinggi melihat ekspektasi penjualan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
Triwulan II – 2011 |
pedagang yang akan meningkat. Dari berbagai kondisi diatas kami perkirakan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II mendatang akan berkisar 5,5% - 5,9%.
5.2 Inflasi
Membaiknya perekonomian, dipastikan akan mendorong
peningkatan permintaan domestik. Hal tersebut sangat positif apabila
disertai dengan kemampuan sisi penawaran dalam menjamin ketersediaan
barang yang dibutuhkan. Namun bila yang terjadi sebaliknya, justru akan
berdampak negative terhadap kestabilan harga. Terkait harga bahan pokok
pangan, potensi peningkatan harga akan sangat bergantung kepada realisasi
panen putaran kedua. Tekanan inflasi selama triwulan III, diperkirakan akan
dimulai oleh barang-barang impor asal Makasar. Hal ini dikarenakan sejak awal
tahun 2011, satu-satunya perusahaan pelayaran kapal kontainer rute Kupang –
Makasar tidak beroperasi lagi sampai dengan waktu yang belum pasti. Hal ini
dapat berimplikasi terhadap pergeseran struktur biaya yang sudah ada, karena
pengangkutan dengan kapal curah, biayanya relatif lebih mahal dan jangka
waktu tempuh yang lebih lama. Belum lagi bila kondisi cuaca yang kurang baik,
kapal tersebut sangat rentan. Kemudian perayaan hari raya Idul Fitri umumnya
memberikan tekanan terhadap harga bahan makanan, meskipun tingkat
permintaan di wilayah NTT relatif tidak terlalu meningkat. Namun mengingat
barang yang dikonsumsi berasal dari Jawa dan Sulawesi, maka kenaikan harga
pokok pembelian secara otomatis akan ditransmisikan kepada harga di level
konsumen. Belum lagi kemungkinan antrian yang mungkin terjadi di pelabuhan
Surabaya sehingga menimbulkan biaya tamabahan. Dengan demikian, tekanan
inflasi pada triwulan III akan berada pada kisaran 5,2% - 5,6%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 43