kajian ekonomi regional - bi.go.id · faktor musiman karena penerimaan insentif gaji ke 13 dari...
TRANSCRIPT
Triwulan II - 2010
Kantor Bank Indonesia Kupang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan II - 2010 |
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Juli 2010 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT 2
Triwulan II - 2010 |
D DDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
HALAMAN JUDUL---------------------------------------------------------------------- 1
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- 2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ 3
RINGKASAN EKSEKUTIF -------------------------------------------------------------- 5
MAKRO EKONOMI REGIONAL
1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 10
1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 15
BOKS.1 REALISASI APBD NTT MEMBAIK ------------------------------------------ 21
PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 24
2.2 INFLASI KOTA KUPANG---------------------------------------------------------- 25
2.3 INFLASI MAUMERE --------------------------------------------------------------- 28
BOKS.2 PERGERAKAN HARGA SENTRA PRODUKSI MEMICU KENAIKAN HARGA DI KUPANG------------------------------------------------------------------------------ 30
PERKEMBANGAN PERBANKAN
3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 33
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 34
3.3 KREDIT UMKM--------------------------------------------------------------------- 39
3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 40
SISTEM PEMBAYARAN
4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 42
4.2 TRANSAKSI RTGS ----------------------------------------------------------------- 43
4.3 TRANSAKSI KLIRING-------------------------------------------------------------- 44
4.4 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 45
OUTLOOK PEREKONOMIAN
5.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 47
5.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 47
| Kajian Ekonomi Regional NTT 3
Triwulan II - 2010 |
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
KBI Kupang
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT 4
Triwulan II - 2010 |
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan II-2010 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Akselerasi pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I 2010. Secara sektoral kontribusi sektor pertanian, perdagangan dan jasa masih tetap dominan. Sektor pertanian, sebagai sektor unggulan tumbuh signifikan dibandingkan triwulan lalu. Pergeseran musim panen akibat perubahan curah hujan mengakibatkan panen raya tanaman bahan makanan yang umumnya terjadi pada triwulan I, mundur menjadi triwulan II. Dari sisi penggunaan, peningkatan pendapatan masyarakat menjadi salah satu pendorong aktivitas konsumsi. Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi selama triwulan II, peningkatan Upah Minimum Provinsi, membaiknya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi indikator peningkatan pendapatan sebagian masyarakat. Selain itu selama triwulan II, faktor musiman karena penerimaan insentif gaji ke 13 dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), pengaruh masa liburan, dan tahun ajaran baru merupakan katalis bagi kegiatan konsumsi. Dari berbagai kondisi diatas, pertumbuhan ekonomi selama triwulan II, tercatat sebesar 5,24%;year on year, lebih tinggi dibandingkann triwulan lalu, 4,40%. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Pergerakan tekanan inflasi pada akhir triwulan II-2010 cenderung mengalami peningkatan. Sejalan dengan kondisi nasional, pergerakan tekanan inflasi NTT pada triwulan II-2010 meningkat menjadi 10,68%; year on year, sedangkan triwulan I-2010 8,71%; year on year. Peningkatan inflasi untuk Provinsi NTT terjadi baik di Kota Kupang, maupun untuk Maumere. Inflasi Kupang pada triwulan II meningkat dari 9,03% pada triwulan I, menjadi 11,08% pada triwulan laporan. Kemudian untuk Maumere, tekanan inflasi relatif tidak setinggi Kota Kupang, dimana pada triwulan II naik menjadi 8,52%, dari sebelumnya 7,02%. Selama triwulan II, tekanan paling dominan berasal dari kelompok bahan makanan, diikuti dengan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa. Secara umum, Kupang dan Maumere termasuk kota di Indonesia dengan persistensi yang cukup tinggi. Kondisi geografis yang dikelilingi oleh laut, dan tingkat ketergantungan cukup tinggi kepada daerah lain, menyebabkan kedua kota tersebut rentan terhadap fluktuasi harga.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 5
Triwulan II - 2010 |
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perekonomian Provinsi NTT ikut mendorong pertumbuhan kinerja perbankan di NTT. Perkembangan kondisi perekonomian NTT yang positif, menjadi daya tarik bagi pengembangan industri perbankan. Hal tersebut tercermin dari bertambahnya jumlah individu bank yang beroperasi, maupun kantor cabang yang beroperasi di NTT. Berbagai indikator kinerja perbankan, asset, penghimpunan dana, penyaluran kredit, dan kondisi intermediasi perbankan sampai dengan akhir semester I-2010 masih tetap menunjukan peningkatan. Sentimen positif aktivitas ekonomi selama triwulan II ikut mempengaruhi kinerja sistem pembayaran. Transaksi tunai maupun non tunai yang tercatat di Bank Indonesia Kupang mengalami pertumbuhan jika dibandingkan triwulan lalu. Transaksi outflow uang kartal tumbuh sebesar 20,67%;year on year, setelah mengalami kontraksi pada triwulan lalu. Sedangkan untuk volume transaksi non tunai melalui Sisten Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan BI RTGS, masing-masing tumbuh 11,12%;year on year dan 9,16%;year on year. OUTLOOK Triwulan III 2010
Pada triwulan mendatang, akselerasi pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan II. Pada triwulan III-2010, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada pada kisaran 4,8% – 5,1%. Kondisi tersebut juga sejalan dengan dengan kecenderungan membaiknya kondisi ekonomi secara nasional. Indeks keyakinan dan ekspektasi konsumen yang cenderung optimisi menjadi salah satu sentimen positif. Secara sektoral, triwulan III diperkirakan akan menjadi periode puncak masa panen untuk komoditi subsektor perkebunan. Kemudian dari sektor jasa pemerintah, pada triwulan III umumnya merupakan puncak kegiatan realisasi proyek pemerintah, sehingga akan mendorong kinerja beberapa sektor, yaitu perdagangan, hotel dan restoran dan sektor bangunan. Kenaikan harga menjelang pada bulan puasa relatif sulit dihindari. Sumber tekanan pada triwulan III mendatang dipastikan akan berasal dari harga bahan makanan. Selain itu, tarif angkutan udara diprediksi juga akan melonjak seperti tahun-tahun sebelumnya, akibat peningkatan arus mudik, terutama dari Kupang tujuan Surabaya dan Jakarta. Dengan berbagai kondisi diatas, diperkirakan pada akhir triwulan II mendatang berada pada kisaran 11,51% -12,06%;year on year.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 6
Triwulan II - 2010 |
Laju Inflasi Tahunan (yoy)
- Kupang 6.02% 6.49% 9.03% 11.08%
- Maumere 2.45% 5.22% 7.02% 8.52%
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,019.37 3,147.72 2,958.24 3,052.02
- Pertanian 1,139.37 1,158.05 1,207.64 1,205.61
- Pertambangan dan Penggalian 39.15 40.55 37.53 39.31
- Industri Pengolahan 45.82 47.38 44.54 45.76
- Listrik, gas dan air bersih 11.96 12.47 11.15 11.83
- Bangunan 192.56 201.62 181.53 187.17
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 505.60 531.43 482.91 509.53
- Pengangkutan dan komunikasi 222.56 231.11 218.80 226.67
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 113.25 117.15 103.25 110.59
- Jasa 749.10 807.95 670.89 715.56
Pertumbuhan PDRB (yoy) 2.64% 4.14% 4.02% 5.24%
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 7.59 13.65 6.47 21.12
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 49.97 23.08 65.83 25.33
Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 0.02 0.21 6.47 21.12
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.10 0.97 1.77 0.02
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 277.05 278.28 577.15 439.81
Outflow (miliar Rp) 408.91 1,011.20 151.53 631.72
Netflow (miliar Rp) -131.85 -173.08 -425.61 -191.91
MRUK (miliar Rp) 74.79 76.99 231.16 381.00
Uang Palsu (ribu Rp) 900 250 1,870 1,100
Nominal RTGS (miliar Rp) 16.81 134.05 2.70 19.75
Nominal Kliring (miliar Rp) 402.14 474.59 397.29 422.05
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
Tw.II-10
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR Tw.I-10Tw.IV-09Tw.III-09
| Kajian Ekonomi Regional NTT 7
Triwulan II - 2010 |
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 10.99 11.74 11.85 12,042.61
DPK (Rp Triliun) 9.01 9.12 9.24 9,535.05
- Tabungan (Rp Triliun) 4.19 5.14 4.48 4,564.47
- Giro (Rp Triliun) 2.79 2.03 2.50 2,787.47
- Deposito (Rp Triliun) 2.09 1.95 2.25 2,183.11
Kredit (Rp Triliun) 6.46 6.66 6.95 7,525.34
- Modal Kerja 1.79 1.78 1.72 1,879.16
- Konsumsi 4.46 4.64 4.94 5,290.92
- Investasi 0.22 0.24 0.30 355.27
LDR 71.71% 73.07% 75.34% 78.92%
NPLs 1.83% 2.10% 1.96% 1.97%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 6.38 6.38 6.66 7.36
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 102.08 109.13 118.61 129.95
DPK (Rp Miliar) 67.66 71.48 81.94 87.08
- Tabungan (Rp Miliar) 29.38 31.76 35.99 38.37
- Deposito (Rp Miliar) 38.28 39.72 45.95 48.71
Kredit (Rp Miliar) 79.47 87.60 93.82 103.40
- Modal Kerja 42.52 43.30 41.56 47.04
- Konsumsi 31.88 37.99 42.72 45.54
- Investasi 5.07 6.31 9.55 10.82
Kredit UMKM (Rp Miliar) 79.47 87.60 93.82 103.40
Rasio NPL Gross 3.63% 3.96% 4.98% 4.13%
LDR 117.46% 122.55% 114.51% 118.74%
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
Tw.II-10
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tw.IV-09 Tw.I-10Tw.III-09INDIKATOR
| Kajian Ekonomi Regional NTT 8
Triwulan II - 2010 |
BBB AAA BBB III
MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Pertumbuhan ekonomi
mengalami perkembangan positif.
Pada triwulan laporan, perekonomian
NTT tumbuh lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya. Demikian pula
jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2009 lalu. Pada
triwulan II, perekonomian NTT
tumbuh positif sebesar 5,24%;year on year, sedangkan periode sebelumnya
tumbuh 4,40%. Secara struktural kondisi perekonomian NTT masih didominasi
oleh komponen yang sama seperti pada periode-periode lalu. Konsumsi masih
menjadi prime mover dari sisi penggunaan, sedangkan secara sektoral, pertanian
khususnya tanaman bahan makanan masih memberikan kontribusi terbesar.
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Grafik 1.2 Struktur Sisi Penawaran
Sumber : BPS NTT diolah Sumber : BPS NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
500
1000
00
2000
2500
3000
00
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
15
35
2007 2008 2009 2010ili
ar
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%PDRB
Rp m
y-o-y q-t-q
Jasa ; 21%Keu & Sewa; 3%
Transp & Komunikasi ; 7%
PHR ; 16%
Bangunan ; 6.7%
Industri ; 1.6%
Pertambangan;1.3%
Pertanian; 39.5%
Rmh tangga, 86.48%
Swasta, 4.28%
Pemerintah, 20.26%
Investasi, 13.77%
Net ekspor, -28.55%
II III IV I2009
II*PDRB (miliar) 2,899.97 3,019.37 3,147.72 2,969.00 3,052.02
y-o-y 3.24% 2.64% 4.14% 4.40% 5.24%
q-t-q 1.97% 4.12% 4.25% -5.68% 2.80%
2010NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 9
Triwulan II - 2010 |
1.1 Sisi Permintaan
Grafik 1.4 Sumbangan PenggunaanTabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan
Permintaan(miliar) II III IV I II*
Konsumsi 3,254 3,387 3,530 3,158 3,388
Investasi 400 424 444 396 420
Ekspor 880.13 980.93 1,002.35 818.44 882.91
Impor 1,735 1,930 1,940 1,553 1,811
Perubahan stok 101 157 111 149 171
PDRB 2,900 3,019 3,148 2,969 3,052
20102009
4.64%
5.24%
0.69%
-2.51%
Konsumsi
Investasi
NetEkspor
PDRB
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI Sumber : Proyeksi BI
Konsumsi menjadi sumber utama penopang pertumbuhan
ekonomi. Selain kontribusinya yang sangat dominan, perannya dalam
mendukung laju pertumbuhan juga sangat signifikan (share of growth). Dari sisi
investasi, walaupun belum signifikan namun tetap menunjukan perkembangan
positif. Dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor), pertumbuhan ekspor justru
cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
1. Konsumsi
Pertumbuhan konsumsi
lebih baik dibandingkan triwulan
lalu. Seluruh aktivitas konsumsi
pada triwulan II tumbuh sebesar
4,13%;year on year, sedangkan
triwulan lalu sedikit lebih lambat,
yaitu 3,46%. Peningkatan laju
pertumbuhan tersebut, terjadi pada
konsumsi rumah tangga, pemerintah, maupun sektor swasta. Ketiga komponen
konsumsi diatas masing-masing tumbuh 3,18%, 8,45%, dan 4,03%. Bila dilihat
dari komposisinya, konsumsi rumah tangga mencapai 86,48% dari total PDRB
NTT.
Grafik 1.5 PDRB Konsumsi
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
Peningkatan pendapatan masyarakat mendorong aktivitas
konsumsi. Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi selama triwulan II,
terutama dari sisi pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja, memberikan
sentimen positif bagi konsumsi rumah tangga. Kenaikan tingkat Upah Minimum
Provinsi (UMP) menjadi Rp 800.000 per bulan semakin menjelaskan adanya
2007 2008 2009 2010
Rp
m
-16%
-12%
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
20%Konsumsi y-o-y q-t-q
iliar
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 10
Triwulan II - 2010 |
peningkatan pendapatan masyarakat secara umum. Selain itu, berbeda
dibandingkan dengan triwulan lalu, masyarakat Kota Kupang selama triwulan II
telah melakukan pembelian barang tahan lama. Hal ini menunjukan tingkat
keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan relatif masih optimis.
Sebagian besar masyarakat NTT bekerja pada sektor pertanian, dan pada
triwulan II merupakan periode masa panen untuk komoditi tanaman pangan.
Sehingga peningkatan pendapatan juga terjadi pada masyarakat menengah ke
bawah, terbukti dari kondisi nilai tukar petani yang terus meningkat meskipun
pada periode masa panen.
Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan NTP
Pembiayaan perbankan menjadi salah satu pendukung kegiatan
konsumsi. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT sampai
dengan akhir triwulan laporan mencapai Rp 4,94 triliun, tumbuh 27,21% dan
masih menjadi porsi terbesar dalam pembiayaan perbankan, yaitu 71,05%.
meski akselerasinya cenderung
melambat. Meningkatnya kinerja
konsumsi sebesar 3,71% (yoy), juga
diindikasikan dari meningkatnya
penggunaan listrik rumah tangga
jika dibandingkan tahun 2009 lalu.
Hal ini semakin menunjukan bahwa
tingkat daya beli masyarakat relatif
meningkat.
80
90
100
110
120
130
5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2008 2009 2010
NTPIndeks yang dibayarIndeks yang diterima
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : KBI Kupang Sumber : www.bps.go.id
Sumber : PLN wil NTT
Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
2009 2010Rp m
iilar 0%
10%
20%
30%
40%
nominal y-o-y
185,000190,000195,000200,000205,000210,000215,000220,000225,000230,000235,000
0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
,000,000
50,000,000
60,000,000
,000,000
I II IIIIV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II
40
70pelanggan
konsumsi(kwh)
2006 2007 2008 2009 2010
| Kajian Ekonomi Regional NTT 11
Triwulan II - 2010 |
2. Investasi
Pada triwulan laporan,
investasi diindikasikan mulai
membaik. Investasi tumbuh
4,97%;year on year, meningkat
cukup signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yaitu, 1,66%.
Ekspektasi positif pelaku dunia
usaha terhadap situasi bisnis
menjadi salah satu pendukung
utama peningkatan kegiatan investasi pada awal tahun 2010. Hal tersebut
tercermin dari perkembangan jumlah pelanggan listrik sektor bisnis yang terus
mengalami peningkatan. Pada triwulan II salah satu realisasi investasi yang
terjadi adalah telah disepakatinya kerja sama antara PT Nusa Wisata Indah
dengan PT Adhi Karya untuk pembangunan konstruksi Hotel dan Lounge T-
More bintang tiga senilai Rp. 21 miliar. Pada tahap konstruksi pertama akan
dibangun 65 kamar dan dilanjutkan tahap kedua hingga mencapai 120 kamar.
Proyek tersebut direncanakan akan siap beroperasi pada April 2011 mendatang.
Investasi lain yang diperkirakan mendukung perekomian NTT secara umum
adalah dari sisi infrastruktur. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung
pasokan listrik di NTT, Pulau Timor khususnya, yaitu : 2 PLTU masing-masing
berkapasitas 2 x 16,5 MW dan 4 x 6 MW, yang diperkirakan baru akan selesai
2012 mendatang.
Grafik 1.9 Perkembangan Investasi
0
50
100
150
200
250
300
0
400
450
500
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010
-50%
-30%
-10%
10%
30%
50%
%
%
110%
130%
150%
70
90
konsumsi semen
yoy
Grafik 1.10 Konsumsi Semen NTT
Sumber : ASI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
35
2007 2008 2009 2010Rp m
iliar -20%
-10%
0%
10%
20%
30%Investasi y-o-y q-t-q
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010
02,0004,0006,0008,00010,00012,00014,00016,00018,00020,000pelanggan
konsumsi
Grafik 1.11 Konsumsi Listrik Bisnis NTT
Sumber : PLN wil NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 12
Triwulan II - 2010 |
Kegiatan investasi fisik
diperkirakan masih mendominasi.
Secara khusus, investasi bangunan yang
tercermin dari tingkat konsumsi semen
selama triwulan II 2010 yang tumbuh
signifikan. Dari sisi pembiayaan,
perkembangan kredit investasi setiap
tahun tetap mengalami ekspansi.
Meskipun proporsinya masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang
disalurkan. Pada akhir triwulan II 2010, outstanding kredit investasi tumbuh
76,73% (yoy), atau menjadi Rp 355,27 miliar dari Rp 201,03 miliar. Faktor
keterbatasan infrastruktur maupun aspek kepastian hukum diperkirakan rentan
menjadi penghambat laju investasi, khususnya investasi swasta.
3. Net Ekspor
Kinerja ekspor-impor NTT
masih diwarnai dengan angka defisit
yang cukup signifikan. Pada triwulan
lalu hanya Rp 734,12 miliar, sedangkan
selama triwulan laporan angka defisit net
ekspor NTT semakin besar, yaitu Rp
927,84 miliar. Peningkatan tersebut
tentunya terjadi karena peningkatan impor yang lebih dominan dibandingkan
kondisi ekspor.
0
50
40
100
150
200
250
300
350
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2009 2010Rp
mii
lar
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Grafik 1.12 Kredit Investasi
nominal y-o-y
Sumber : KBI Kupang
Grafik 1.13 PDRB Ekspor Impor
-300
100
500
900
1300
1700
2100
Grafik 1.15 Arus Peti Kemas NTT
Sumber : Pelindo Tenau
Grafik 1.14 Bongkar Muat Kargo
2500
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010
Rp m
iliar
(1,000.00)
(900.00)
(800.00)
(700.00)
(600.00)
(500.00)ImporEksporNet Ekspor (axis kanan)
Sumber : BPS NTT
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Jun‐09
Ju Aug
‐09
Sep‐09
Oct‐09
Nov
‐09
Dec‐09
Jan‐10
Feb‐10
Mar‐10
Apr‐10
May‐10
Jun‐10(ton)
‐35,000
‐30,000
‐25,000
‐20,000
‐15,000
‐10,000
‐5,000
0(ton)
unloading loading
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000bongkar muat isinet loadingmuat kosong
l‐09
Sumber : Pelindo Tenau
| Kajian Ekonomi Regional NTT 13
Triwulan II - 2010 |
Pada triwulan II 2010, ekspor NTT hanya tumbuh 0,32%; year on
year, sedangkan impor NTT tumbuh jauh lebih tinggi 4,35%;year on
year. Kondisi tersebut tercermin dari kinerja bongkar muat di pelabuhan Tenau
Kupang, yang didominasi oleh aktivitas unloading. Bahkan sebagian besar
kontainer yang digunakan untuk mengirim barang ke NTT, dikirim kembali
dalam kondisi kosong. Minimnya sumber daya alam yang bisa dijual ke luar NTT,
serta tidak adanya industri pengolahan berskala menengah ke atas, menjadi
salah satu penyebab utama rendahnya volume pengiriman barang keluar NTT.
Pertumbuhan impor di NTT, umumnya sejalan pergerakan kinerja konsumsi. Hal
ini dikarenakan sebagian besar barang-barang impor yang masuk ke NTT
merupakan barang konsumsi, bukan impor barang modal.
Grafik 1.17 Tujuan Ekspor NTT Grafik 1.16 Volume Ekspor NTT
Ekspor NTT sebagian besar ditujukan ke negara di Asia. Volume
ekspor luar negeri NTT sebagian besar merupakan komoditi bahan
galian (marmer, mangan). Komoditi tersebut umumnya dikirim ke Cina.
Sedangkan untuk komoditi lainnya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari
yang umumnya dikirim ke Timor Leste. Volume ekspor luar negeri NTT pada
triwulan II mencapai 25,3 ribu ton. Dari total jumlah tersebut, 13,97 ribu ton
ditujukan ke Cina, sedangkan sekitar 10,32 ribu ton dikirim ke negara tetangga
Timor Leste. Secara total volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan II
mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 65,83 ribu
ton. Penurunan tersebut diperkirakan karena adanya masalah perijinan dalam
proses penambangan mangan, sehingga menghambat pengiriman.
Sumber : EDW DSM BI Sumber : EDW DSM BI
‐2000
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010‐20
0
20
40
60
80
100
120impor (ton)
ekspor (ribu ton ‐ axis kanan)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010
AFRICA AMERICA ASIA
AUSTRALIA EUROPE
| Kajian Ekonomi Regional NTT 14
Triwulan II - 2010 |
1.2 Sisi Penawaran
Tabel 1.3 PDRB Sisi Penawaran Grafik 1.18 Sumbangan Pertumbuhan
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih
dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu
: sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran
pada triwulan laporan. Sektor-sektor tersebut secara total menyumbang
83,75% angka PDRB pada triwulan II-2010. Pertumbuhan ekonomi triwulan
laporan sebesar 5,24% dipengaruhi oleh kontribusi ketiga sektor tersebut
masing-masing sebesar 1,61% untuk sektor pertanian, 1,52% sektor jasa, dan
1,26% sektor perdagangan, hotel dan restoran.
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada
triwulan II meningkat signifikan. Pada
triwulan laporan, pertumbuhan sektor
pertanian tumbuh sebesar 4,02% (year
on year), lebih tinggi dibandingkan
triwulan lalu yang hanya 1,30% maupun
periode yang sama tahun 2009, yaitu
0,86%. Meningkatnya laju pertumbuhan
sektor pertanian pada triwulan laporan
sebagian besar ditopang oleh kinerja sub sektor tanaman bahan makanan, yang
mengalami akselerasi sebesar 5,28% dibandingkan angka triwulan lalu.
Kondisi curah hujan sangat mempengaruhi kinerja sektor
pertanian. Sejak akhir tahun 2009, telah diperkirakan bahwa untuk periode
musim tanam kali ini akan terjadi perbedaan dibandingkan tahun lalu. Hal
Penawaran
miliar II III IV I II*Pertanian 1,159 1,139 1,158 1,182 1,206
Pertambangan 38 39 41 36 39
Industri Pengolahan 44 46 47 43 46
Listrik,Gas dan Air 11 12 12 11 12
Bangunan (konstruksi) 182 193 202 178 187
Perdagangan & Hotel 473 506 531 492 510
Transportasi & Komunika
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.19 Perkembangan Pertanian
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0.02%
1.26%
0.34%
1.52%
5.24%
1.61%
0.05%
0.05%
0.19%
0.19%
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6%
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Bangunan (konstruksi)
Perdagangan & Hotel
Transportasi & Komunikasi
Keuangan dan Persewaan
Jasa-jasa
PDRB
s 217 223 231 215 227
Keuangan dan Persewaan 105 113 117 104 111
Jasa-jasa 671 749 808 707 716
PDRB 2,900 3,019 3,148 2,969 3,052
20102009
900
950
1000
1050
1100
1150
1200
1250
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010Rp
mil
iar
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
PDRB y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 15
Triwulan II - 2010 |
tersebut dikarenakan pergeseran musim hujan yang umumnya dimulai pada
bulan Desember, bergeser ke Januari. Hal tersebut mengakibatkan panen raya
tanman bahan makanan yang umumnya terjadi pada triwulan I, mundur
menjadi triwulan II. Sehingga nampak bahwa pertumbuhan triwulan II relatif
meningkat dibandingkan triwulan I lalu, ataupun periode yang sama tahun lalu.
Produksi padi NTT pada tahun 2010, diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Ekspansi kinerja sektor pertanian pada triwulan II sejalan dengan
perkiraan pada bulan Mei-Agustus 2010, dimana produksi padi akan mencapai
300,03 ribu ton atau meningkat sebesar 0,61% (yoy) dibandingkan Angka
Sementara (ASEM) periode Mei-Agustus tahun 2009 yang mencapai 298,21 ribu
ton. Bahkan bila dibandingkan dengan periode Januari-April 2010 mengalami
peningkatan yang signifikan sebesar 45,12% (sumber : BPS Prov. NTT). Kondisi
tersebut, semakin menunjukan bahwa pada tahun 2010, telah terjadi
pergeseran musim panen hampir di seluruh wilayah NTT.
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga meningkat. Secara keseluruhan
aktivitas konsumsi pada triwulan laporan menujukan adanya peningkatan dari
3,46% menjadi menjadi 4,13%, baik rumah tangga, swasta, maupun konsumsi
pemerintah. Hal itu direspon oleh sektor PHR, khusunya subsektor perdagangan,
sehingga sektor PHR tumbuh lebih baik menjadi 7,74% dari 6,81% pada
triwulan lalu. Pertumbuhan sektor perdagangan selama triwulan II, tercermin
dari perkembangan pejualan eceran dari bulan ke bulan selama triwulan laporan
yang selalu positif. Kondisi tersebut relatif berbeda dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, dimana pada bulan Januari omset penjualan anjlok
11,24%.
Kinerja sektor pertanian, diperkirakan ikut mempengaruhi sektor
PHR. Dengan struktur tenaga kerja NTT yang didominasi pada sektor pertanian,
maka pergerakan kinerja sektor pertanian akan berimbas kepada sektor lainnya,
termasuk sektor PHR. Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa sektor
pertanian mengalami akselerasi yang cukup signifikan pada triwulan laporan, hal
tersebut berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat NTT secara umum, yang
sebagian besar didominasi pada sektor tersebut. Perkembangan indeks Nilai
| Kajian Ekonomi Regional NTT 16
Triwulan II - 2010 |
Tukar Petani (NTP) menjadi salah satu indikator yang mencerminkan bahwa
tingkat pendapatan petani relatif mengalami peningkatan. Selain itu, pemberian
gaji ke 13 kepada karyawan pegawai negeri sipil ikut memberikan sentimen
positif dalam jangka pendek. Periode liburan sekolah atau tahun ajaran baru,
juga terjadi pada triwulan laporan. Hal ini ditunjukan dengan penjualan
peralatan sekolah yang tumbuh positif selama triwulan II.
Secara umum, situasi bisnis di Kota Kupang relatif masih
mendukung. Perkembangan tersebut,
tercermin dari pertumbuhan jumlah
pelanggan listrik untuk kategori sektor
bisnis yang terus mengalami
peningkatan. Hal ini sejalan dengan
semakin bertambahnya jumlah ruko
sebagai tempat usaha yang beroperasi.
3. Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa diperkirakan masih ditopang oleh jasa
pemerintahan. Kinerja sektor ini akan sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
realisasi program atau belanja pemerintah. Pada tahun 2010, diperkirakan
terjadi percepatan pelaksanaan kegiatan lelang atau tender, baik yang
bersumber dari dana APBD ataupun dana alokasi yang diberikan dari
pemerintah pusat (APBN) dibandingkan tahun 2009 lalu (BOKS.1). Pada
triwulan II sektor jasa tumbuh 6,57%;year on year. Hal tersebut relatif lebih
lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,49%.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan belanja pemerintah lebih
Grafik 1.20 Perkembangan PHR
Sumber : PLN Wilayah NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.22 Konsumsi Listrik Bisnis
Sumber : BPS.go.id
Grafik 1.21 Perkembangan NTP
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010Rp
mil
iar 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
PDRB y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 17
Triwulan II - 2010 |
cepat terealisasi pada tahun 2010. Peran
anggaran pemerintah dalam menggerakan
perekonomian bagi NTT relatif masih
sangat dominan. Oleh karena itu
percepatan realisasi kegiatan belanja
pemerintah merupakan sebuah hal positif
yang perlu terus dipertahankan.
Grafik 1.23 Perkembangan PDRB Jasa
0
100
200
300
4. Sektor lainnya
Dari 6 sektor ekonomi lainnya, sektor transportasi dan
komunikasi, serta sektor bangunan relatif memberikan kontribusi yang
dominan. Pada triwulan II 2010, diperkirakan kontribusi kedua sektor tersebut
masing-masing sebesar 6,50% dan 3,67%. Sebagai provinsi kepulauan, peran
transportasi baik laut maupun udara menjadi sangat vital. Pada triwulan II 2010,
sektor transportasi diperkirakan tumbuh 4,56%;year on year. Kondisi tersebut
relatif lebih baik dibandingkan tahun
lalu pada triwulan yang sama dimana
hanya tumbuh 3,65%. Penambahan
frekuensi penerbangan di wilayah NTT
menjadi salah satu faktor utama
pendukung peningkatan kinerja sektor
ini. Dari sektor bangunan, jumlah
konsumsi semen selama triwulan II
Grafik 1.25 PDRB Bangunan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolahKet ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.24 PDRB Transportasi & Komunikasi
Sumber : ASI
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.26 Konsumsi Semen NTT
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010
Rp
m
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%PDRB
ilia
r
y-o-y
Sumber : BPS NTT diolah
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010
Rp
mil
iar
0%
3%
6%
9%
12%
15%
18%PDRB y-o-y
2007 2008 2009 2010
Rp
mil
iar
-9%
-6%
-3%
0%
3%
6%
9%
12%PDRB y-o-y
-50%
-30%
-10%
10%
30%
50%
70%
90%
110%
130%
150%
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
konsumsi semen
yoy
2009 2010
| Kajian Ekonomi Regional NTT 18
Triwulan II - 2010 |
2010, khususnya pada bulan Mei meningkat cukup signifikan dibandingkan
tahun lalu, yaitu sebesar 21,12%. Sejalan dengan kondisi tersebut, pada
triwulan II-2010, sektor bangunan tumbuh sebesar 3,07%;year on year.
Pertumbuhan sektor bangunan, tidak terlepas dari pengaruh dukungan
pembiayaan dari sektor perbankan, yang pada akhir triwulan II-2010 tumbuh
signifikan sebesar 61,44%; year on year. Outstanding kredit konstruksi
perbankan di NTT tumbuh dari Rp 112,32 miliar padaa Juni 2009, menjadi
Rp 181,32 miliar pada Juni 2010. Kinerja sektor bangunan pada dasarnya juga
relatif dipengaruhi oleh kinerja keuangan pemerintah daerah. Proyek
pembangunan fisik yang dibiayai perbankan sebagian merupakan proyek
pemerintah.
Sektor Listrik dan Air Bersih sebagai pendukung (supporting) ikut
terdongkrak seiring meningkatnya kinerja ekonomi secara keseluruhan.
Pada triwulan II-2010, kinerja sektor ini diindikasikan mengalami ekspansi
sebesar 6,02% ;year on year. Hal ini
sejalan dengan tingkat konsumsi (kwh)
seluruh pelanggan PLN maupun
jumlah pelanggan yang cenderung
mengalami peningkatan. Peningkatan
kapasitas daya yang terus diupayakan
oleh pihak PLN, lewat berbagai
investasi infrastruktur, diperkirakan
akan mulai selesai pada pertengahan
tahun ini, atau awal 2011 mendatang. Hal tersebut memberikan sentimen
positif, terutama bagi sektor produktif khususnya industri yang memerlukan
pasokan energi listrik yang memadai, dimana pada triwulan II disinyalir mampu
tumbuh 3,54% (yoy), meskipun masih didominasi industri skala menengah ke
bawah. Kemudian, aktivitas penambangan tradisional bahan galian jenis batu-
batuan sebagai bahan pendukung kegiatan konstruksi, berdampak terhadap
peningkatan kinerja sektor pertambangan. Ditambah dengan kegiatan
penambangan tradisional logam mangan sejak beberapa tahun terakhir,
diperkirakan menjadi penggerak utama sektor pertambangan yang pada
triwulan laporan tumbuh 3,07%;year on year, lebih tinggi diband
Grafik 1.27 Konsumsi Listrik NTT
Sumber : PLN wilayah NTT
ingkan
triwulan lalu dimana sebesar 1,61%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 19
Triwulan II - 2010 |
Peran sektor keuangan, khususnya perbankan dalam mendukung
perekonomian pada triwulan laporan menunjukan peningkatan. Sebagai
penggerak utama sektor keuangan, persewaan, dan jasa, seluruh indikator
utama performance kinerja perbankan sampai dengan akhir triwulan II-2010
menunjukan perkembangan positif. Bahkan potensi NTT memberikan daya tarik
tersendiri bagi lembaga perbankan. Salah satu bukti nyata adalah jumlah bank
yang beroperasi terus mengalami pertumbuhan. Sampai dengan bulan Juni
2010, asset bank umum di wilayah NTT tumbuh sebesar 16,68%;year on year.
Sejalan dengan hal tersebut, penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga
mengalami perkembangan yang positif dengan 8,06%;year on year. Sementara
dari segi pembiayaan, penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi NTT
tumbuh 24,20%;year on year. Bahkan, tingkat penyaluran kredit yang diberikan
dibandingkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun (rasio LDR) telah
menembus level 78,92%. Didukung dengan kualitas kredit yang masih dibawah
batas rekomendasi 5%, yaitu 1,97%.
indikator 2010utama II III IV I II
Aset
Tabel 1.4 Perkembangan Indikator Perbankan
(miliar)
(miliar)
(miliar)
10.321,05 10.994,03 11.741,12 11.845,82 12.042,61
y-o-y 20,77% 15,33% 18,10% 23,25% 16,68%
Kredit 6.059,12 6.463,72 6.663,13 6.954,66 7.525,34
y-o-y 25,84% 23,39% 23,29% 25,89% 24,20%
DPK 8.823,98 9.013,42 9.119,13 9.230,52 9.535,05
y-o-y 18,64% 14,28% 13,92% 11,63% 8,06%
LDR 68,67% 71,71% 73,07% 75,34% 78,92%
NPL 1,73% 1,83% 2,10% 1,96% 1,97%
2009
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 20
Triwulan II - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 21
ingkatan baik dari sisi
pendap
adap bantuan pemerintah
pusat
REALISASI APBD PROVINSI NTT MEMBAIK
Kondisi Umum
Kebijakan fiskal bagi provinsi
NTT memiliki kontribusi penting bagi
pendorong (stimulus) pertumbuhan
ekonomi. Ketergantungan sektor swasta
terhadap anggaran belanja pemerintah,
baik provinsi maupun pemerintah pusat
belum menunjukan perubahan yang
dari share konsumsi pemerintah terhadap struktur pembentukan angka PDRB di
NTT. Melalui alokasi belanja modal, belanja barang dan jasa yang disalurkan oleh
berbagai instansi terkait, anggaran pemerintah ditransmisikan kepada sektor-sektor
usaha sebagai salah satu trigger aktivitas perekonomian.
Pada tahun 2010, direncanakan terjadi pen
Rencana APBD Provinsi NTT
signifikan. Peran anggaran pemerintah
terhadap perekonomian NTT tercermin Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
atan maupun belanja. Target penerimaan diperkirakan akan mengalami
peningkatan sebesar 1,87% dibandingkan tahun 2009 menjadi Rp 1,01 triliun dari
Rp 992,02 miliar, dengan alokasi terbesar masih tetap bersumber dari dana
perimbangan, yaitu dana alokasi umum sebesar 75,46%. Dengan kata lain untuk
pos pendapatan asli daerah ditargetkan sebesar Rp 247,96 miliar, dengan porsi
terbesar akan berasal dari penerimaan pajak daerah.
Ketergantungan sumber penerimaan terh
relatif sangat tinggi. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah
fiskal (fiscal gap) dalam share pos pendapatan daerah terlihat cukup dominan. Pada
triwulan I 2010 realisasi pendapatan mencapai 30,41%. Kondisi tersebut relatif
lebih baik dibandingkan triwulan I-
2009 lalu. Realisasi pendapatan asli
daerah pada triwulan I mencapai
27,86%, atau setara dengan Rp
69,07 miliar, sedangkan untuk
penerimaan yang bersumber dari
dana perimbangan sudah terealisasi
mencapai 31,24%.
483,
062,
500,
000
664,
798,
239,
000
849,
742,
915,
366
938,
932,
000,
000
992,
019,
182,
667
1,01
0,60
5,60
0,91
8
28.55%29.75%27.05%
23.03%
30.41%29.06%
-
300,000,000,000
600,000,000,000
900,000,000,000
1,200,000,000,000
1,500,
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0%
10
000,000,000
%
20%
30%
40%
50%
Rencana PenerimaanRealisasi Tw I
Realisasi Penerimaan APBD NTT Triwulan I-2010
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
BOKS.1
Triwulan II - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 22
Tingkat realisasi belanja triwulan I, lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Pada tauhn 2009, realisasi belanja hanya sebesar 9,60%
dari total rencana, sedangkan untuk tahun 2010 sudah mengalami penigkatan
menjadi 11,23%. Percepatan realisasi belanja pemerintah daerah diharapakan dapat
memberikan sentimen positif bagi perekonomian, terutama bagi sektor usaha yang
memiliki ketergantungan tinggi terhadap pelaksanaan program pemerintah. Tingkat
realisasi belanja didominasi oleh pencairan untuk keperluan belanja tidak langsung,
khususnya belanja pegawai yang
mencapai 17,14%, sedangkan untuk
belanja langsung masih sedikit lebih
rendah dengan 10,13%.
Secara umum anggaran
belanja tahun 2010, direncanakan
meningkat 0,87%. Berbeda dengan
rencana tahun 2009, pada tahun 2010
porsi rencana belanja langsung cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan
Rencana Rencana 2009 2009 2010 Tw I
PENDAPATAN 992,019,182,667 954,424,000,000 1,010,605,600,918 307,301,026,017Pendapatan Asli Daerah 223,882,850,000 223,847,850,000 247,965,341,650 69,073,781,4861 Pajak Daerah 136,662,800,000 136,662,800,000 152,460,000,000 39,555,404,2272 Retribusi Daerah 35,380,705,250 35,345,705,250 43,281,208,500 11,057,857,4893 14,500,000,000 14,500,000,000 15,000,000,000
4 Lain-lain 37,339,344,750 30,906,583,321 37,224,133,150 18,460,519,770Dana Perimbangan 768,136,332,667 730,576,150,000 762,640,259,268 238,227,244,5311 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 55,646,332,667 61,215,350,000 57,897,790,268 4,316,650,5312 Dana alokasi umum 652,757,000,000 616,601,800,000 674,635,569,000 224,878,524,0003 Dana alokasi khusus 59,733,000,000 52,759,000,000 30,106,900,000 9,032,070,000Lain-lain pendapatan123 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lain4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lain
BELANJA 1,164,444,058,926 1,026,623,375,053 1,174,630,166,418 131,861,136,678Belanja tidak Langsung 587,174,842,203 530,065,465,400 558,013,827,150 69,421,908,3041 Belanja Pegawai 360,683,314,324 347,763,137,000 380,989,161,000 65,317,908,3042 Belanja bunga3 Belanja subsidi4 Belanja hibah 5,121,624,000 5,025,000,000 5,655,000,0005 Belanja bantuan sosial 52,641,892,900 46,641,892,900 44,666,700,000 4,102,050,0006 Belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan desa 90,471,873,479 62,210,698,000 69,420,566,1507 Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah prov/ 64,356,137,500 57,424,737,500 47,282,400,000
kab/kota dan desa8 Belanja tidak terduga 13,900,000,000 11,000,000,000 10,000,000,000 1,950,000
Belanja langsung 577,269,216,723 496,557,909,653 616,616,339,268 62,439,228,3741 Belanja pegawai/personalia 49,461,118,300 45,564,709,030 61,713,988,900 8,080,236,5002 Belanja barang dan jasa 311,050,089,194 282,838,037,091 366,444,549,943 53,017,363,3773 Belanja modal 216,758,009,229 168,155,163,532 188,457,800,425 1,341,628,497
PembiayaanPenerimaan daerah 274,424,867,259 122,199,375,053 220,524,565,500 209,959,055,398Pengeluaran daerah 80,000,000,000 50,000,000,000 56,500,000,000 4,063,700,000
2010Realisasi
Pendapatan dana darurat
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Pendapatan hibah
URAIAN
Realisasi APBD NTT Tahun 2009 dan Triwulan I-2010
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
502,
070,
706
,125
673,
034,
054
,475
1,0
36,0
93,9
36,5
60
1,1
39,4
24,8
50,1
04
1,1
64,4
44,0
58,9
26
1,1
74,6
30,1
66,4
18
9.13%10.59% 11.23%
13.05%
7.39% 9.60%
-
300,000,000,000
600,000,000,000
900,000,000,000
1,200,000,000,000
1,500,000,000,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0%
5%
10%
15%
20%
Rencana BelanjaRealisasi Tw I
Realisasi Penerimaan APBD NTT Triwulan I-2010
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Triwulan II - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 23
dengan belanja tidak langsung. Rencana anggaran belanja langsung meningkat
6,82% di tahun 2010 menjadi Rp 616,62 miliar, sedangkan untuk rencana belanja
tidak langsung justru diperkirakan turun 4,97% dibandingkan rencana tahun
2009.penurunan belanja tidak langsung disebabkan oleh menurunnya alokasi
belanja yang bersifat bantuan dan dana bagi hasil, sedangkan untuk belanja
pegawai tetap akan meningkat 5,63%.
Triwulan II - 2010 |
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
2.1 Kondisi Umum
Sejalan dengan kondisi nasional, pergerakan tekanan inflasi NTT
pada triwulan II-2010 cenderung mengalami peningkatan. Inflasi tahunan
NTT tercatat sebesar 10,68% (yoy), sedangkan triwulan I-2010 mencapai
8,71%(yoy). Peningkatan inflasi untuk Provinsi NTT terjadi baik di Kota Kupang,
maupun untuk Maumere. Inflasi Kupang pada triwulan II meningkat dari 9,03%
pada triwulan I, menjadi 11,08% pada triwulan laporan. Kemudian untuk
Maumere, tekanan inflasi relatif tidak setinggi Kota Kupang, dimana pada
triwulan II naik menjadi 8,52%, dari
sebelumnya 7,02%. Selama triwulan II,
secara bulanan, baik Maumere maupun
Kupang tidak pernah mengalami inflasi.
Tekanan paling dominan di NTT terjadi
pada bulan Mei yang mencapai 0,94%. Bila
dibandingkan dengan kondisi nasional
pergerakan di NTT relatif lebih besar. Inflasi
nasional juga meningkat, naik dari 3,43%
menjadi 5,05% pada akhir semester I.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
I II III IV I IIyear on year
NTT 8,90% 3,95% 5,47% 6,29% 8,71% 10,68%Kupang 8,38% 3,64% 6,02% 6,49% 9,03% 11,08%Maumere 11,73% 5,61% 2,45% 5,22% 7,02% 8,52%
year to dateNTT 0,78% 1,25% 4,16% 6,29% 3,07% 5,43%Kupang 0,85% 1,20% 4,00% 6,49% 3,25% 5,56%Maumere 0,39% 1,49% 5,02% 5,22% 2,11% 4,68%
2009Inflasi
2010
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 24
Triwulan II - 2010 |
Selama triwulan II, tekanan paling dominan berasal dari kelompok
bahan makanan. Inflasi tahunan untuk kelompok bahan makanan pada akhir
triwulan II tercatat sebesar 20,58%, diikuti dengan kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa yang mengalami inflasi sebesar 15,27%. Bila dilihat lebih
terperinci dari sisi sub kelompok, inflasi tertinggi pada akhir semester I terjadi
pada sub kelompok bumbu-bumbuan. Inflasi pada sub kelompok tersebut
mencapai 56,40%. Secara umum,
Kupang dan Maumere termasuk kota
di Indonesia dengan persistensi yang
cukup tinggi. Kondisi geografis yang
dikelilingi oleh laut, dan tingkat
ketergantungan cukup tinggi kepada
daerah lain, menyebabkan kedua kota
tersebut rentan terhadap fluktuasi
harga. Pada triwulan laporan, gejolak
harga dari sisi suplai diperkirakan
menjadi penyebab paling dominan, meskipun tekanan dari sisi permintaan relatif
mulai meningkat, sejalan dengan peningkatan transaksi volume uang yang
keluar dari Bank Indonesia Kupang.
2.2 Inflasi Kota Kupang
Inflasi Kupang pada triwulan
laporan mengalami peningkatan. Pada
akhir triwulan II tercatat sebesar 11,08%,
sedangkan triwulan sebelumnya hanya
sebesar 9,03%. Selama triwulan II Kota
Kupang tidak pernah mengalami deflasi.
I II III IV I IIUMUM 8,90% 3,95% 5,47% 6,29% 8,71% 10,68%BAHAN MAKANAN 10,79% 8,26% 13,86% 17,21% 19,73% 20,58%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 14,20% 12,14% 13,69% 10,56% 9,94% 9,90%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 12,52% 2,95% 1,25% -0,65% -0,92% 0,69%SANDANG 6,51% 3,28% 4,57% 8,13% 6,36% 8,13%KESEHATAN 5,80% 5,11% 2,20% 1,58% 3,18% 2,98%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2,62% 2,84% 2,11% 5,74% 5,53% 4,49%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -1,15% -7,64% -4,92% -2,67% 7,86% 15,27%
2009KOMODITI
2009
Grafik 2.3 Inflasi Kota Kupang
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
0%
3%
9%
12%
15%
18%
21%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
Tabel 2.2 Inflasi NTT Berdasarkan Kelompok Komoditi
6%
2009 2010
yoy kupang
yoy maumere
yoy nasional
Grafik 2.2 Inflasi NTT vs Nasional
| Kajian Ekonomi Regional NTT 25Sumber : BPS diolah
Triwulan II - 2010 |
Inflasi bulanan selama triwulan II tertinggi terjadi pada bulan April sebesar
0,94%. Bila dilakukan agregasi, inflasi Kupang sebagian besar dibentuk oleh
fluktuasi yang terjadi pada volatile food komoditi, meskipun secara prosentase
bobot komoditi tersebut relatif masih lebih kecil komoditi yang tergolong dalam
core inflation. Sehingga secara umum pola pergerakan inflasi Kupang mengikuti
pergerakan volatile food. Selama bulan April dan Mei pergerakan volatile food
relatif cukup tinggi, masing-masing sebesar 1,64% dan 1,67%.
Kelompok bahan makanan masih menjadi penyebab utama
peningkatan tekanan inflasi. Pada akhir triwulan, inflasi tahunan kelompok
bahan makanan mencapai 21,06%.
Adapun tekanan paling tinggi dalam
kelompok tersebut dialami oleh
komoditi bumbuan dengan 61,52%.
Kondisi tersebut meningkat cukup
signifikan dibandingkan triwulan lalu
yang hanya sebesar 31,13%. Selama
triwulan II di pasar Kota Kupang
sempat terjadi pergerakan harga
yang cukup signifikan di bulan Juni,
antara lain: beras, telur, ikan dan beberapa komoditi bumbu-bumbuan (cabai
dan bawang). Harga beras di salah satu pasar mengalami kenaikan Rp 500/kg
dari Rp 7.500/kg menjadi Rp 8.000/kg. Kemudian seiring dengan kondisi angin
yang menyebabkan gelombang tinggi, harga ikan kembung merangkak naik
dari Rp 15.000/kg menjadi Rp 25.000/kg. Selanjutnya kenaikan harga bibit anak
ayam (Day Old Chicken), diperkirakan berdampak terhadap kenaikan harga telur
ayam di Kota Kupang, dari Rp 16.000/kg menjadi Rp 17.500/kg. Kenaikan
paling tinggi terjadi pada komoditi bumbu-bumbuan. Bawang merah melonjak
dari Rp 18.000/kg menjadi Rp 25.000/kg, sedangkan cabe merah meningkat
menjadi Rp 15.000/kg dari sebelumnya di kisaran Rp 12.000/kg. secara umum
kenaikan harga-harga bahan makanan di Kota Kupang lebih disebabkan karena
kendala dari sisi produksi. Permasalahan pada sentra-sentra pemasok
menyebabkan jumlah barang yang tersedia semakin berkurang. Selain itu,
tekanan dari sisi biaya produksi semakin menambah akumulasi tekanan
sebelumnya (BOKS.2).
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Kota Kupang
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 26
Triwulan II - 2010 |
Selain bahan makanan, tarif
angkutan udara memberikan
kontribusi yang cukup signifikan.
Pada akhir semester I, inflasi yang
terjadi mencapai 25,40%. Hal tersebut
disebabkan oleh kenaikan tarif
angkutan udara. Selama triwulan II,
telah terjadi lonjakan penumpang
sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Pengaruh masa liburan sekolah diperkirakan menjadi pendorong utama gejolak
tarif transportasi udara.
Grafik 2.5 Inflasi Barang dan Jasa diKupang
Sumber : BPS diolah
Inflasi Kupang sangat dipengaruhi pergerakan harga barang.
Apabila kita disagregasi komponen inflasi Kupang menurut kategori barang atau
jasa, maka fluktuasi harga barang lebih mendominasi struktur pembentukan
inflasi dibandingkan tarif jasa yang berlaku di Kupang. Pada triwulan laporan,
inflasi tahunan untuk komoditi barang mencapai 15,24%, sedangkan untuk
inflasi jasa hanya sebesar 1,87%. Kedua komoponen tersebut mngalami
kenaikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun, untuk inflasi jasa
dalam beberapa tahun terakhir justru terus mengalami penurunan, berbeda
dengan inflasi barang yang perannya justru semakin dominan.
Tabel 2.3 Inflasi Kota Kupang Berdasarkan Kelompok Komoditi
I II III IV I IIUMUM 8,38% 3,64% 6,02% 6,49% 9,03% 11,08%BAHAN MAKANAN 10,80% 8,17% 15,57% 18,56% 20,76% 21,06%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 14,70% 13,65% 15,56% 11,46% 10,07% 10,04%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 11,48% 2,15% 1,04% -1,46% -1,43% 0,54%SANDANG 5,83% 3,25% 4,74% 9,03% 7,31% 8,93%KESEHATAN 5,23% 5,03% 2,24% 1,77% 3,55% 3,50%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2,58% 2,88% 2,33% 6,50% 6,21% 4,98%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2,40% -8,28% -4,60% -2,33% 9,79% 18,47%
KOMODITI 2009 2010
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 27
Triwulan II - 2010 |
2.3 Inflasi Maumere
Kecenderungan peningkatan
inflasi juga terjadi di Maumere. Pada
triwulan laporan, tekanan inflasi
tahunan di Maumere mencapai 8,52%,
meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya berada pada
level 7,02%. Tekanan paling dominan
selama triwulan II, terjadi pada bulan
Mei, dimana inflasi pada bulan tersebut mencapai 1,51%. Adapun inflasi tahun
berjalan (year to date) sampai dengan akhir semester I, sudah mendekati level
5% (4,68%). Sumber tekanan inflasi Maumere paling besar berasal dari
kelompok bahan makanan yang mencapai 18,01%, khususnya sub kelompok
padi-padian, ikan, dan bumbu-bumbuan. Kenaikan harga ikan dipicu oleh
kondisi cuaca yang kurang kondusif bagi nelayan untuk berlayar. Akibatnya hasil
tangkapan ikan kurang optimal. Sementara disisi lain biaya produksi yang
dikeluarkan relatif tidak mengalami perubahan, sehingga kenaikan harga jual
ikan di tingkat pengecer tidak bisa dihindari.
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.6 Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Maumere
Volatile food memberikan pengaruh yang dominan terhadap
pembentukan angka inflasi Maumere. Pada triwulan laporan, pergerakan
volatile food relatif sangat fluktuatif apabila dibandingkan dengan perakan core
dan administered inflation. Tingkat inflasi volatile pada akhir triwulan laporan
mencapai 20,28%, sedangkan untuk core dan adminitered inflation masing-
| Kajian Ekonomi Regional NTT 28
Triwulan II - 2010 |
masing sebesar 2,88% dan 2,00%. Dari total inflasi Maumere sebesar 8,52%,
volatile food menyumbang 81,63%, atau setara dengan 6,96%, kemudian
untuk administered dan core inflation masing-masing memberikan kontribusi
sebesar 3,70% dan 16,87%.
Tabel 2.4 Inflasi Maumere Berdasarkan Kelompok Komoditi
I II III IV I IIUMUM 11,73% 5,61% 2,45% 5,22% 7,02% 8,52%BAHAN MAKANAN 10,78% 8,73% 4,53% 9,87% 14,15% 18,01%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 11,44% 3,86% 3,50% 5,65% 9,24% 9,10%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 18,14% 7,32% 2,37% 3,73% 1,84% 1,46%SANDANG 10,24% 3,44% 3,67% 3,28% 1,16% 3,73%KESEHATAN 8,94% 5,57% 2,00% 0,54% 1,17% 0,19%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2,86% 2,65% 0,91% 1,63% 1,80% 1,83%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 5,62% -4,16% -6,66% -4,49% -2,64% -2,14%
2010KOMODITI 2009
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 29
Triwulan II - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 30
PERGERAKAN HARGA DI SENTRA PRODUKSI
MEMICU KENAIKAN HARGA DI KUPANG
Beradasarkan hasil pemantauan Tim Pemantau Inflasi (TPID) NTT, pada
akhir triwulan II, sempat terjadi kenaikan pada beberapa komoditi bahan
makanan di Kota Kupang, yaitu : beras, gula, telur dan beberapa komoditi
bumbu-bumbuan (cabai dan bawang). Harga beras kelas premium mengalami
kenaikan sebesar 7,14% dari Rp 7.000/kg menjadi Rp 7.500/kg. Kemudian,
kenaikan harga daging ayam sebesar 25%, diikuti dengan peningkatan harga
telur sebesar 16,57%. Demikian pula pada komoditi bumbu-bumbuan, seperti
cabe merah dan bawang merah, masing-masing mengalami kenaikan 33,33%
dan 20,00%. Komoditi lain yang juga tidak kalah penting, yaitu gula. Kenaikan
harga gula mencapai 20% per kg nya. Namun, khusus untuk gula, perkiraan
kondisi kedepan sedikit
melegakan karena pada bulan
Juni – Juli proses giling untuk
produksi nasional sudah
dimulai, sehingga diperkirakan
bulan Agustus nanti sudah bisa
didistribusikan hasilnya.
Secara umum, berdasarkan hasil identifikasi TPID, penyebab utama
pergerakan pada harga-harga bahan pangan, lebih dikarenakan permasalahan
gangguan produksi. Pada tahun ini, diindikasikan terjadi penurunan
produktivitas pada sentra-sentra produksi dibandingkan tahun lalu. Secara
khusus TPID melakukan pengamatan pada komoditi beras, mengingat perannya
yang merupakan komoditi vital bagi
seluruh masyarakat. Kondisi curah
hujan atau iklim yang tidak menentu,
ditambah dengan serangan hama di
beberapa wilayah pemasok
mengakibatkan volume produksi padi
tahun 2010 relatif kurang optimal.
Kondisi tersebut terjadi hampir di
BOKS.2
‐
3,000
6,000
9,000
12,000
15,000
18,000
Jun‐09
Jul‐09
Aug‐09
Sep‐09
Oct‐09
Nov‐09
Dec‐09
Jan‐10
Feb‐10
Mar‐10
Apr‐10
May‐10
Jun‐10
(ton)
Pengiriman Beras Ke Kupang
Triwulan II - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 31
seluruh Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, maupun Nusa Tenggara Barat, kecuali
wilayah Jawa Tengah. Akibatnya pasokan beras ke Kupang mengalami
penurunan. Bahkan untuk wilayah Jawa Barat, Jawa Timur dan NTB pihak BPS
telah mengkoreksi angka ramalan produksi padi tahun 2010, menjadi lebih
rendah dibandingkan angka sebelumnya.
Selain permasalahan cuaca,
keputusan pemerintah pusat untuk
menaikan harga eceran tertinggi pupuk
bersubsidi, rata-rata sebesar 32.14%,
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor: 32/Permentan/SB.130/4/2010, juga
ikut mendorong biaya produksi menjadi
meningkat. Akibatnya, harga bahan pangan di daerah-daerah yang notabene
merupakan importir, menjadi ikut melonjak, termasuk Provinsi NTT atau
khususnya Kota Kupang. Untuk Kota Kupang pasokan beras selain dari Jawa
Timur, sebagian berasal dari Sulawesi dan NTB. Sedangkan produksi lokal relatif
bersifat musiman.
Bila dibandingkan pergerakan harga di seluruh provinsi di Jawa, Bali,
Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan, rata-rata kenaikan harga beras di Kupang,
masih relatif lebih rendah dibandingkan Bali dan NTB. Kondisi Jawa Tengah
relatif lebih baik dibandingkan wilayah lainnya, sehingga tingkat kenaikan harga
yang terjadi relatif paling minim. Kendala produksi mengakibatkan pasokan
untuk Kupang berkurang, akhirnya hal tersebut direspon dengan peningkatan
harga akibat minimnya jumlah barang yang tersedia. Informasi dari berbagai
daerah diatas, panen putaran kedua diperkirakan relatif tidak akan sebanyak
panen putaran pertama, yaitu bulan Januari – April lalu. Secara keseluruhan,
peningkatan harga beras
yang dominan terjadi
untuk kelas premium,
sedangkan untuk medium
ke bawah relatif lebih
rendah. Hal tersebut,
sedikit menggembirakan,
Triwulan II - 2010 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 32
karena sebagian besar konsumsi beras masyarakat Kota Kupang bukan pada
beras premium.
Terkait keputusan pemerintah pusat untuk menaikan tarif dasar listrik
(TDL) per 1 Juli lalu, untuk kondisi NTT, dari total pelanggan sebesar 258.836,
hanya 62.423 pelanggan atau kurang lebih 24,12% yang terkena dampak
tersebut. Khusus untuk pelanggan rumah tangga, sebagian besar masyarakat
NTT menggunakan daya 900 dan 450,
sehingga rumah tangga yang
mengalami kenaikan tarif relatif tidak
signifikan, hanya 20,41% (46.872
pelanggan dari 229.652). Sehingga
secara keseluruhan, kemampuan daya
beli masyarakat relatif tidak terlalu
terganggu.
Triwulan II - 2010 |
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN
3.1 Kondisi Umum
Perekonomian Provinsi NTT yang menunjukkan tren
pertumbuhan yang positif ikut mendorong pertumbuhan kinerja
perbankan NTT. Meningkatnya aktivitas perekonomian NTT membawa
pengaruh pada peningkatan aktivitas transaksi baik tunai maupun non tunai.
Kondisi tersebut direspon oleh pihak perbankan sebagai peluang dalam
meningkatkan performance-nya dengan menambah jumlah Kantor Cabang
Pembantu (KCP) maupun meningkatkan status KCP menjadi Kantor Cabang.
Hal tersebut berimplikasi secara langsung pada peningkatan kinerja
perbankan NTT secara keseluruhan, baik dari sisi aset, penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK) maupun dari penyaluran kredit perbankan.
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan
indikator 2010utama I II III IV I II
Aset (miliar) 9.610,96 10.321,05 10.994,03 11.741,12 11.845,82 12.042,61
y-o-y 15,53% 20,77% 15,33% 18,10% 23,25% 16,68%
Kredit (miliar) 5.524,35 6.059,12 6.463,72 6.663,13 6.954,66 7.525,34
y-o-y 28,67% 25,84% 23,39% 23,29% 25,89% 24,20%
DPK (miliar) 8.268,80 8.823,98 9.013,42 9.119,13 9.230,52 9.535,05
y-o-y 15,45% 18,64% 14,28% 13,92% 11,63% 8,06%
LDR 66,81% 68,67% 71,71% 73,07% 75,34% 78,92%
NPL 1,61% 1,73% 1,83% 2,10% 1,96% 1,97%
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara tahunan, terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan
pada triwulan laporan walaupun akselerasinya sedikit melambat
dibandingkan triwulan I-2010. Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit
perbankan NTT pada triwulan laporan merupakan salah satu wujud upaya
perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 33
Triwulan II - 2010 |
3.2 Intermediasi Perbankan
Penghimpunan Dana pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan
masih menunjukkan perkembangan yang positif. Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya (yoy), terjadi peningkatan penghimpunan DPK sebesar
8,06%. Meningkatnya DPK pada triwulan laporan didukung oleh
peningkatan penempatan dana masyarakat pada rekening deposito dan
tabungan. Upaya perbankan dalam merangsang minat masyarakat untuk
menempatkan dana di perbankan dengan mengeluarkan produk-produk
baru terbukti efektif, terlihat dari meningkatnya dana pada rekening
tabungan yang mencapai 13,36%. Di sisi lain, realisasi pengerjaan proyek
pemerintah tahun anggaran 2010 yang relatif lebih cepat dibandingkan
dengan tahun 2009 menyebabkan penempatan dana pada rekening giro
mengalami penurunan sebesar 0,72% dibandingkan dengan triwulan II-
2009. Hal itu disebabkan komposisi rekening giro masih didominasi oleh
penempatan dana milik pemerintah.
2009 2010
I II III IV I II
DPK 8.268,80 8.823,98 9.013,42 9.119,13 9.230,52 9.535,05
y-o-y 15,45% 18,64% 14,28% 13,92% 11,63% 8,06%
Giro 2.540,89 2.807,69 2.739,86 2.028,37 2.499,54 2.787,47
y-o-y 11,48% 15,65% 7,26% 6,78% -1,63% -0,72%
Deposito 1.912,63 1.989,79 2.087,35 1.952,96 2.251,19 2.183,11
y-o-y 19,59% 21,03% 20,04% 9,35% 17,70% 9,72%
Tabungan 3.815,29 4.026,50 4.186,21 5.137,81 4.479,78 4.564,47
y-o-y 16,18% 19,63% 16,48% 18,95% 17,42% 13,36%
DPK (miliar)
Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, laju penghimpunan
DPK pada triwulan laporan relatif lebih lambat. Meningkatnya aktivitas
konsumsi masyarakat pada triwulan II yang dipengaruhi oleh masa liburan
sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru direspon masyarakat dengan
pengurangan alokasi saving pada triwulan laporan. Selain itu, meningkatnya
kebutuhan dana yang bersifat likuid merubah preferensi masyarakat dalam
menempatkan dananya ke instrumen penempatan dana jangka pendek atau
tabungan dibandingkan dengan deposito.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 34
Triwulan II - 2010 |
Laju penyerapan dana pada rekening tabungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dua instrumen yang lain mengakibatkan terjadinya
peningkatan komposisi tabungan yang mencapai 47,87% dari total DPK.
Sejalan dengan hal tersebut, komposisi penempatan dana pada rekening
deposito juga mengalami kenaikan dari 22,55% pada triwulan II-2009
menjadi 22,90%. Di sisi lain, penurunan penempatan dana pada rekening
giro sebesar 0,72% berpengaruh pada penurunan komposisi giro terhadap
total DPK dari 31,82% pada triwulan II-2009 menjadi 29,23% pada triwulan
II-2010.
Dominasi struktur kepemilikan DPK masih bersumber pada
kepemilikan perseorangan yaitu sebesar 63,14% dimana sebagian besar
dananya dialokasikan dalam bentuk tabungan dan deposito. Berbeda
dengan dana milik pemerintah yang sebagian besar dananya ditempatkan
dalam rekening giro.
Grafik 3.1 Komposisi DPK Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik
Giro; 29,23%
Deposito; 22,90%
Tabungan; 47,87%
Pemerintah; 30,24%
Sw asta; 4,77%
Perorangan; 63,14%
lainnya; 1,85%
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Perkembangan kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
mengalami peningkatan yang signifikan. Dari sisi penggunaan,
peningkatan kredit yang berjenis konsumsi masih menjadi pendorong utama
pertumbuhan kredit perbankan di provinsi NTT. Pada triwulan laporan,
terjadi kenaikan kredit konsumsi sebesar 26,11% dari Rp 4.195,40 miliar
pada triwulan II-2009 menjadi sebesar Rp 5.290,92 miliar. Selain kredit
konsumsi, kredit berjenis investasi juga mengalami kenaikan yang sangat
signifikan. Pada triwulan laporan, tercatat kenaikan kredit investasi sebesar
76,73% dari Rp 201,03 miliar pada triwulan II-2009 menjadi Rp 355,27
miliar. Walaupun secara nominal nilainya jauh lebih kecil dibandingkan kredit
| Kajian Ekonomi Regional NTT 35
Triwulan II - 2010 |
konsumsi, namun peningkatan tersebut merupakan salah satu indikasi
meningkatnya investasi di Provinsi NTT. Sementara itu, kredit jenis modal
kerja mencatatkan kenaikan yang paling rendah dibandingkan dengan dua
jenis kredit yg lain, bahkan dibandingkan dengan triwulan I-2010 laju
kenaikan kredit modal kerja cenderung melambat.
Penurunan tingkat suku bunga kredit modal kerja secara bertahap
yang diharapkan dapat memicu kalangan dunia usaha untuk meningkatkan
aktivitas kegiatan usahanya belum memberikan dampak yang signifikan.
Rata-rata tingkat suku bunga kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
sebesar 15,82%, dimana tingkat suku bunga kredit modal kerja dan investasi
mengalami penurunan hingga mencapai 14,37% dan 14,52%. Di sisi lain,
tingkat suku bunga kredit konsumsi terus dinaikkan hingga menjadi 18,55%
pada triwulan laporan.
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit Grafik 3.4 Komposisi Kredit
Investasi; 4,72%
Modal kerja; 24,97%Konsumsi;
70,31%
1.879,16
355,27
5.290,92
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Rp m
iliar
Modal kerja Investasi
Konsumsi
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara bertahap, komposisi kredit investasi dalam total kredit
mengalami kenaikan dari 3,32% pada triwulan II-2009 menjadi 4,72% pada
triwulan laporan. Demikian pula dengan kredit konsumsi yang masih
mendominasi dengan komposisi sebesar 70,31% dari total kredit perbankan
NTT. Di sisi lain, tren perlambatan akselerasi peningkatan kredit modal kerja
menyebabkan share terhadap total kredit perbankan ikut menurun. Pada
triwulan laporan, komposisi kredit modal kerja terhadap total kredit NTT
sebesar 24,97%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 36
Triwulan II - 2010 |
Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor produktif masih relatif
minim, bahkan terjadi penurunan penyaluran kredit yang cukup signifikan
pada sektor pertanian, industri dan perdagangan. Di sisi lain, penyaluran
kredit pada sektor konstruksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibandingkan triwulan II-2009 yaitu sebesar 61,44%. Secara triwulanan,
peningkatan penyaluran kredit pada sektor konstruksi merupakan dampak
cyclical, dimana pada triwulan II proyek pemerintah untuk tahun anggaran
berjalan mulai terealisasi.
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral
Kredit per 2009 2010sektor (miliar) I II III IV I II
Pertanian 76,06 83,35 86,10 83,70 23,96 21,01
Pertambangan 3,06 4,07 3,94 3,33 2,40 2,39
Industri 20,18 21,16 22,63 19,65 19,65 15,72
Listrik, air 2,27 2,23 2,19 5,70 7,21 8,30
Konstruksi 69,35 112,32 198,00 132,04 119,95 181,32
Perdagangan 1.343,51 1.497,45 1.544,43 1.636,91 1.186,02 1.080,65
Transportasi 29,82 32,85 32,08 29,60 24,28 22,60
Jasa Dunia Usa 64,98 74,72 77,63 79,66 46,98 41,79
Jasa Sosial 12,53 15,34 21,38 14,70 78,95 336,33
Lain-lain 3.902,60 4.215,64 4.475,35 4.657,83 5.445,26 5.815,25
Total 5.524,35 6.059,12 6.463,72 6.663,13 6.954,66 7.525,34
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan NTT masih
menunjukkan tren perkembangan positif. Penyaluran kredit perbankan
NTT yang signifikan pada triwulan laporan menyebabkan LDR perbankan
NTT meningkat hingga sebesar 78,92% pada triwulan laporan. Hal tersebut
mengindikasikan fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan.
Perbankan NTT berupaya terus meningkatkan penyaluran kredit, walaupun
sebagian besar masih didominasi penyaluran kredit konsumsi. Hal ini
tercermin dari perkembangan undisbursed loan pada triwulan laporan yang
mengalami penurunan sebesar 4,31% (yoy) sehingga ratio terhadap total
kredit sebesar 4,65%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 37
Triwulan II - 2010 |
Resiko penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
relatif terkendali. Rasio NPLs (Non Performing Loan Gross) perbankan NTT
masih berada di bawah batas yang dipersyaratkan yaitu 5,00%. Pada
triwulan II-2010, rasio NPLs berada pada level 1,97% atau senilai Rp 148,59
miliar. Hal ini terkait dengan dominasi kredit konsumsi dalam total kredit
dimana sebagian besar kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di
NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem angsuran melalui
pemotongan langsung dari gaji yang diterima masing-masing pegawai,
siko (default) ak
G Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loanrafik 3.5 Perkembangan LDR
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
sehingga tingkat ri an lebih kecil.
Di sisi lain, meningkatnya penyaluran kredit modal kerja berimplikasi
pada meningkatnya rasio NPLs kredit modal kerja yang mencapai 1,11%
Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja
Grafik 3.7 Perkembangan NPL
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
2007 2008 2009 2010
Rp
mili
ar 0%
20%
40%
60%
80%
100%Kredit DPK
LDR
0
100
200
300
400
500
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Rp
mili
ar
0%
2%
4%
6%
8%
10%
nominal prosentase
0
30.000
60.000
90.000
120.000
150.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010Rp
juta 0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
2,5%
nominal rasio NPL
0
20
40
60
80
I III IV I II III IV I II III IV I IIII
2007 2008 2009 2010Rp
juta
0,00%
0,25%
0,50%
0,75%
1,00%
1,25%
nominal modal kerja nominal konsumsi
% modal kerja % konsumsi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 38
Triwulan II - 2010 |
sementara rasio NPLs kredit investasi hanya sebesar 0,24%. Tingginya
tingkat resiko penyaluran kredit modal kerja harus diimbangi dengan
peningkatan kinerja perbankan dalam penyaluran kredit dengan lebih
ential banking.
3.3
didorong terutama didorong oleh peningkatan penyaluran kredit jenis mikro
dan kecil dengan peningkatan masing-masing sebesar 24,57% dan 34,32%.
oporsi kredit jenis
berhati-hati sesuai dengan prinsip prund
Kredit MKM (Menengah Kecil Mikro)
Penyaluran kredit berjenis MKM masih mengalami
peningkatan yang signifikan seiring dengan peningkatan penyaluran
kredit perbankan NTT. Meningkatnya penyaluran kredit perbankan NTT
dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit berjenis MKM. Pada
triwulan laporan, kredit MKM perbankan NTT mengalami peningkatan
sebesar 22,69% atau mencapai Rp 7.361 miliar. Dominasi kredit jenis MKM
dalam penyaluran kredit perbankan NTT tercermin dari meningkatnya
komposisi kredit MKM yang mencapai 97,81%. Peningkatan tersebut
Tabel 3.4 Perkembangan Komponen Kredit MKM
I II III IV I IIKREDIT UMKM 5.470 5.999 6.377 6.581 6.662 7.361 y-o-y 28,15% 25,60% 22,59% 23,28% 21,79% 22,69%MIKRO 2.603 2.723 2.746 2.810 3.947 3.392 y-o-y 7,97% 8,93% 4,19% 6,16% 51,62% 24,57%KECIL 2.026 2.327 2.605 2.701 2.004 3.125
,59% 49,51% 42,63% -1,10% 34,32%ENENGAH 813 949 1.
24,57% 34,13% -12,57% -11,18%
2010 KREDIT(Rp miliar)
2009
y-o-y 62,90% 51M 027 1.070 711 843 y-o-y 32,60% 27,99%
Akselerasi peningkatan kredit
berjenis kecil, mengakibatkan
proporsi penyaluran kredit jenis mikro
dan kecil hampir berimbang. Pada
triwulan laporan, komposisi kredit
MKM sedikit didominasi oleh kredit
mikro dengan proporsi sebesar
46,1% sementara pr
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.9 Komposisi Kredit MKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
46,1%
42,5%
11,5%
40%
60%
80%
I II III IV I II III IV I II0%
20%
100%
2008 2009 2010
MIKRO KECIL MENENGAH
| Kajian Ekonomi Regional NTT 39
Triwulan II - 2010 |
kecil dan menengah masing-masing sebesar 42,5% dan 11,5%.
3.4
tumbuhan Bank Umum
i
sisi kuantitas maupun kualitas BPR di wilayah NTT.
tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal BPR. Di
sisi lain
dari ratio NPLs yang
meningkat mendekati level yang disyaratkan oleh BI yaitu mencapai 4,13%.
Hal ini
Perkembangan BPR
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menunjukkan
pergerakan yang positif walaupun relatif melambat. Peningkatan
aktivitas perekonomian provinsi NTT menjadi pendorong utama
pertumbuhan kinerja BPR. Terlihat dari peningkatan aset, penyerapan DPK
dan penyaluran kredit yang menunjukkan laju peningkatan yang signifikan
walaupun mulai menunjukkan tren perlambatan. Pertumbuhan aset, DPK
dan kredit BPR yang jauh diatas rata-rata per
mengindikasikan bahwa masih besar peluang pengembangan BPR, baik dar
Kinerja intermediasi BPR secara perlahan menuju ke level yang
disyaratkan. Peningkatan penyaluran kredit yang masih dibawah
peningkatan penyerapan DPK menyebabkan LDR BPR pada triwulan laporan
menurun mencapai level 118,74%. LDR BPR Provinsi NTT yang masih berada
diatas level 100% mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit
, LDR BPR yang mencapai level diatas 100% disebabkan oleh kredit-
kredit jangka pendek (kurang dari 1 tahun).
Di sisi lain peningkatan kredit BPR membawa dampak pada
menurunnya performance kredit BPR yang tercermin
menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam melakukan assesment
terhadap pengajuan kredit masih perlu ditingkatkan.
Indikator(juta) I II III IV I II
Aset 75.097 84.022 102.075 109.133 118.608 129.951 y-o-y aset 84,41% 73,26% 75,13% 59,73% 57,94% 54,66%DPK 44.438 52.076 67.662 71.477 81.937 87.083 y-o-y DPK 113,26% 87,36% 91,14% 83,78% 84,38% 67,22%Kredit 59.111 67.971 79.474 87.598 93.822 103.399
85,57% 66,60% 70,16% 58,72% 52,12%130,52% 117,46% 122,55% 114,51% 118,74%
NPLs (nNPLs 4,35% 3,12% 3,63% 3,96% 4,98% 4,13%
20102009
y-o-y kredit 119,23%LDR 133,02%
ominal) 2.572 2.118 2.889 3.472 4.668 4.560
Tabel 3.5 Perkembangan Usaha BPR
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 40
Triwulan II - 2010 |
Komposisi penyaluran kredit BPR masih didominasi sektor
produktif. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit BPR masih didominasi
oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Besarnya share kredit modal
kerja dan modal kerja dalam pembentukan kredit BPR disebabkan sebagian
besar pelaku usaha dalam skala kecil umumnya lebih memilih bank yang
dapat memberikan kemudahan birokrasi atau administrasi dalam pengajuan
kredit.
ngan yang positif. Terlihat dari
meningkatnya share kedua sektor tersebut terhadap total kredit yang
disalurkan oleh BPR.
Secara sektoral, komposisi kredit BPR masih didominasi oleh
sektor lain-lain. Penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) dan sektor pertanian sebagai sektor utama penyumbang
PDRB NTT mulai menunjukkan perkemba
Indikator(juta) I II III IV I II
AANPENGGUNMODAL KERJA 32.238 37.122 42.522 43.299 41.555 47.036 INVESTASI 2.861 3.985 5.068 6.314 9.551 10.818 KONSUMSI 24.012 26.864 31.884 37.986 42.716 45.544
SEKTORALPertanian 2.428 3.677 4.761 4.830 4.760 4.630 Industri 161 151 48 98 82 233
14.169 16.547 17.109 18.142 18.896 Jasa Sosial 16.962 17.160 20.131 18.998 19.190 22.878 Lainn
20102009
Perdagangan 11.624
ya 27.936 32.814 37.988 46.563 51.648 56.762
Sumber : Bank Indonesia Kupang
T embangan Kredit BPRabel 3.5 Perk
| Kajian Ekonomi Regional NTT 41
Triwulan II - 2010 |
BBB AAA BBB III VVV
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
4.1 Kondisi Umum
Aktivitas ekonomi yang mulai ekspansi pada triwulan laporan
berimplikasi pada meningkatnya kinerja sistem pembayaran. Mulai
meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya pada sektor konstruksi dan
perdagangan di triwulan II-2010 yang berdampak pada meningkatnya
aktivitas transaksi baik tunai maupun non tunai merupakan pola cyclical
karakteristik ekonomi NTT.
Secara tahunan, kondisi ekonomi NTT relatif lebih baik
dibandingkan triwulan II-2009. Peningkatan aktivitas ekonomi
berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat.
Hal ini terlihat dari peningkatan volume bayaran (outflow) di KBI Kupang
yang mencapai 20,67%. Demikian pula dengan volume setoran yang
mengalami peningkatan signifikan sebesar 107,46%. Kondisi tersebut
menyebabkan terjadinya net inflow sebesar negatif Rp 191,91 miliar atau
mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2009 yang mencapai negatif
Rp 311,53 miliar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa walaupun terjadi
kenaikan kebutuhan uang kartal, namun volume uang yang beredar di
masyarakat mengalami penurunan.
Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi Tunai
Pembayaran
Tunai (miliar) I II III IV I IIsetoran 596,39 211,99 277,05 278,28 577,15 439,81
y-o-y 13,05% 20,97% 12,01% 1,86% -3,23% 107,46%
bayaran 164,24 523,52 408,91 1011,20 151,53 631,72
y-o-y -54,35% -6,89% -40,16% 9,98% -7,74% 20,67%
net 432,15 -311,53 -131,85 -732,93 425,61 -191,91
y-o-y 157,54% -19,50% -69,76% 13,42% -1,51% -38,40%
2009 2010
Sumber : KBI Kupang
Membaiknya kondisi ekonomi di triwulan II-2010 juga
tercermin pada peningkatan transaksi non tunai. Peningkatan tersebut
terjadi pada transaksi dengan sistem kliring maupun BI – RTGS (Real Time
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
Triwulan II - 2010 |
Gross Settlement). Pada transaksi BI-RTGS, terjadi peningkatan yang
signifikan pada volume transaksi, namun bila dibandingkan dengan triwulan
II-2009 terjadi penurunan jumlah nominal transaksi. Dari kondisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa transaksi yang berjalan pada triwulan II-2010
masih didominasi oleh transaksi bernominal kecil. Hal tersebut menunjukan
bahwa pada triwulan II-2010 kegiatan ekonomi masih baru dimulai dan
diperkirakan akan mencapai puncaknya pada triwulan III dan IV.
4.2 Transa
bersumber dari APBN ataupun APBD baru mulai direalisasikan bahkan
lembar nominal lembar nominal volume nominal
I 11.974 418.765 63 2.089 24 1.744II 11.915 441.091 66 1.215 85 10.523III 12.758 373.837 71 1.727 57 21301IV 13.390 420.699 136 4.953 221 69.264I 12.517 398.095 85 3.621 74 13.707II 12.745 373.201 134 4.362 131 105.731III 13.362 402.144 169 4.905 63 16.813IV 14.222 474.591 157 4.825 364 134.045I 13.004 397.290 99 3.096 22 2.704
62 422.052 158 4.658 143 19.748
2009
2008
PERIODE
(juta)
TRANSAKSINON TUNAI
perputaran
TRANSAKSI KLIRING
RTGS cek/BG kosong
II 14.11020
ksi RTGS
Volume transaksi dengan menggunakan sistem BI-RTGS
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II-2009 (yoy). Peningkatan
volume RTGS pada triwulan laporan mencapai 9,16% dari 131 transaksi
menjadi 143 transaksi. Namun, secara nominal terjadi penurunan yang
sangat signifikan dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar 81,32%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada triwulan II transaksi yang dilakukan
merupakan transaksi-transaksi bernominal kecil dengan rata-rata nominal
sebesar Rp 138,10 juta per transaksi. Transaksi dengan RTGS yang tercatat di
Kantor Bank Indonesia Kupang pada umumnya terkait dengan kinerja
keuangan pemerintah. Seiring dengan dimulainya realisasi proyek
pemerintah atau periode menjelang akhir tahun karena periode penyelesaian
termin pembayaran, transaksi dengan RTGS umumnya terjadi lonjakan yang
cukup signifikan. Pada triwulan II baik untuk program pemerintah yang
Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 43
Triwulan II - 2010 |
sebagian masih dalam tahap lelang khususnya yang bersumber dari dana
APBD sehingga belum ada aktivitas pembayaran yang berarti.
Grafik 4.2 Perkembangan Nominal RTGS Grafik 4.1 Perkembangan Volume RTGS
4.3 Transaksi Kliring
Aktivitas transaksi dengan sistem kliring ikut meningkat pada
triwulan II-2010. Dibandingkan triwulan II-2009 terjadi peningkatan
transaksi baik dari volume transaksi maupun nominal transaksi. Kenaikan
volume transaksi kliring pada triwulan laporan sebesar 11,12% dari 12.745
lembar warkat menjadi 14.162 lembar warkat dengan nominal sebesar Rp
422,05 milyar. Senada dengan transaksi RTGS, nominal transaksi kliring pada
triwulan II 2010 lebih kecil dengan rata-rata sebesar Rp 29,8 juta per lembar
warkat.
Grafik 4.3 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 4.4 Perkembangan Cek/BG Kosong
Sumber : KBI Kupang
Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang
24 85 57 221
74 131
63 364
22 143
9,16%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010(Rp
juta
) -100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
volume
y-o-y
-81,32%
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010(Rp
juta
) -200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
nominal (juta)
y-o-y
418.
765
441.
091
373.
837
420.
699
398.
095
373.
201
402.
144
474.
591
397.
290
422.
052
13,09%
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010(Rp
juta
) -20%
-10%
0%
10%
20%
30%nominal yoy
2.08
9
1.21
5
1.72
7
4.95
3
3.62
1
4.36
2
4.90
5
4.82
5
3.09
6
4.65
8
6,78%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010(Rp
juta
) -50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%nominal yoy
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 44
Triwulan II - 2010 |
Peningkatan aktivitas transaksi kliring mempengaruhi jumlah
cek dan atau bilyet giro (BG) kosong yang ditemukan. Jumlah warkat
dan nominal cek dan atau BG kosong meningkat signifikan dibandingkan
dengan triwulan II-2009. Pada triwulan II-2010 tercatat 158 lembar cek dan
atau BG kosong yang terjaring dengan nilai nominal Rp 4,66 miliar.
Sedangkan pada triwulan II-2009 tercatat sebanyak 134 lembar dengan nilai
Rp 4,36 miliar, sehingga secara nominal naik 6,78% (yoy). Berbanding
terbalik dengan hal tersebut, secara proporsional terjadi perbaikan dimana
pada triwulan laporan proporsi cek dan atau BG kosong adalah 1,10% dari
total nominal transaksi yang diterima atau lebih rendah dibandingkan
triwulan II-2009 sebesar 1,17%.
4.4 Transaksi Tunai
Siklus ekonomi Provinsi NTT sangat mempengaruhi kinerja
transaksi tunai di Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, jumlah uang
kartal yang keluar dari Bank Indonesia mencapai Rp 631,72 miliar atau
mengalami peningkatan sebesar 20,67% (yoy). Sedangkan bila
dibandingkan dengan triwulan I, terjadi peningkatan yang cukup signifikan.
Hal ini seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi sebagai dampak dari
mulai terealisasinya proyek-proyek pemerintah dan tahun ajaran baru.
Grafik 4.5 Perkembangan Transaksi Tunai
Sumber : KBI Kupang
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II
-50%
0%
50%
100%
150%
200%inflow outflow net inflow (y-o-y)
2008 2009 2010
(mili
ar)
-100%
| Kajian Ekonomi Regional NTT 45
Triwulan II - 2010 |
Upaya Bank Indonesia dalam mewujudkan clean money policy
menunjukkan perkembangan yang positif. Pada triwulan laporan, Bank
Indonesia Kupang telah memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) sebesar
Rp 381 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan triwulan II-2009 yang hanya sebesar Rp 46,82 miliar.
Peningkatan aktivitas MRUK selain disebabkan dari meningkatnya volume
setoran ke Bank Indonesia juga merupakan hasil dari kegiatan kas keliling
yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara berkala ke semua kabupaten di
wilayah NTT. Uang Layak Edar (ULE) yang berhasil disalurkan melalui
kegiatan kas keliling sebesar Rp 11,50 miliar atau naik signifikan dibanding
periode sama tahun 2009 yang hanya sebesar Rp 6,25 miliar. Selain kas
keliling, Bank Indonesia juga melayani penukaran uang langsung melalui
loket kantor. Penukaran melalui loket ikut mengalami kenaikan.
Bertambahnya jumlah hari penukaran dari 2 (dua) hari seminggu yaitu senin
dan kamis menjadi 4 (empat) kali seminggu yaitu senin sampai dengan kamis
memberikan dampak peningkatan yang signifikan.
I II III IV I IIMRUK (miliar) 29,97 46,82 74,79 76,99 231,16 381,00
y-o-y -73,22% -40,13% -15,66% 80,10% 671,23% 713,68%
penukaran loket (miliar) 9,73 10,88 18,40 15,34 13,84 16,51
y-o-y 27,56% 15,63% 74,92% 53,89% 42,15% 51,75%
kas keliling (miliar) 5,65 6,25 11,40 12,85 9,50 11,50
Uang Palsu (Rp) 100.000 400.000 900.000 250.000 1.870.000 1.100.000
Ratio thd uang beredar 0,00006% 0,00008% 0,00022% 0,00002% 0,00123% 0,00017%
Indikator2009 2010
Tabel 4.3 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Sumber : KBI Kupang
Jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang
mengalami peningkatan. Pada triwulan II-2010 tercatat sebesar
Rp 1.100.000, sedangkan triwulan II-2009 hanya sebesar Rp 400.000.
Jumlah nominal yang paling banyak adalah pecahan Rp 100.000 sejumlah
7 lembar. Atau dengan kata lain sekitar 0,00017% dari jumlah uang yang
diedarkan selama triwulan II-2010. Oleh karena itu, Bank Indonesia terus
melakukan upaya sosialisasi, baik kepada aparat penegak hukum, maupun
kepada masyarakat agar semakin memahami bagaimana ciri-ciri keaslian
uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 46
Triwulan II - 2010 |
B BB AAA BBB VVV
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
7.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan mendatang, perekonomian NTT diperkirakan akan
tumbuh positif. Pada triwulan III-2010, pertumbuhan ekonomi diperkirakan
akan berada pada kisaran 4,8% – 5,1%. Kondisi tersebut juga sejalan dengan
dengan kecenderungan membaiknya kondisi ekonomi secara nasional. Secara
sektoral relatif masih akan tetap bergantung kepada tiga sektor utama, yaitu
pertanian, perdagangan dan jasa. Sedangkan dari sisi penggunaan, peningkatan
aktivitas ekonomi tentu akan mendorong pertumbuhan permintaan domestik.
Sehingga konsumsi juga relatif masih akan menjadi tulang punggung roda
ekonomi NTT, hal tersebut akan sangat bergantung kepada kemampuan daya
beli masyarakat. Indeks keyakinan dan ekspektasi konsumen yang cenderung
optimisi menjadi salah satu sentimen positif. Secara sektoral, triwulan III
diperkirakan akan menjadi periode puncak masa panen untuk komoditi
subsektor perkebunan. Kemudian dari sektor jasa pemerintah, pada triwulan III
umumnya merupakan puncak kegiatan realisasi proyek pemerintah, sehingga
akan mendorong kinerja beberapa sektor, yaitu perdagangan, hotel dan
restoran dan sektor bangunan. Hal tersebut secara simultan akan sejalan
peningkatan aktivitas konsumsi pemerintah.
7.2 Inflasi
Pada triwulan III mendatang inflasi di NTT diperkirakan cenderung
meningkat. Pergerakan harga selama bulan puasa relatif sulit dihindari. Secara
umum pada bulan puasa peningkatan permintaan di NTT relatif tidak setinggi
pada akhir tahun, saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Namun demikian,
naiknya permintaan umumnya terjadi di wilayah pemasok barang-barang
kebutuhan untuk NTT, yaitu Jawa, Sulawesi, maupun NTB. Harga di daerah
pemasok pada akhirnya akan berdampak terhadap pembentukan harga eceran
di NTT, seperti yang terjadi pada triwulan II ini. Sumber tekanan pada triwulan III
mendatang dipastikan akan berasal dari harga bahan makanan. Selain itu, tarif
| Kajian Ekonomi Regional NTT 47
Triwulan II - 2010 |
angkutan udara diprediksi juga akan melonjak seperti tahun-tahun sebelumnya,
akibat peningkatan arus mudik, terutama dari Kupang tujuan Surabaya dan
Jakarta. Dengan berbagai kondisi diatas, diperkirakan pada akhir triwulan II
mendatang berada pada kisaran 11,51% -12,06%;year on year.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 48