kajian ekonomi regional - bi.go.id · bank indonesia medan 2011 . visi bank indonesia: “menjadi...

105
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011

Upload: phungliem

Post on 18-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN II-2011

BANK INDONESIA MEDAN 2011

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”. Misi Bank Indonesia: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”. Kalender Publikasi Periode Publikasi Publikasi KER Triwulan I Pertengahan Mei KER Triwulan II Pertengahan Agustus KER Triwulan III Pertengahan November KER Triwulan IV Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770 Fax : 061-4152777 , 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id Email : [email protected]

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Perekonomian Sumut pada triwulan II-201 semakin menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi Sumut meningkat dari 6,32% (yoy) menjadi tumbuh

6,74%. Dari sisi permintaan, realisasi ekspor mengalami peningkatan, diantaranya karena

semakin membaiknya kondisi perekonomian negara-negara tujuan utama ekspor Sumut.

Konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan positif, diantaranya karena membaiknya

daya beli masyarakat, akibat kenaikan penghasilan serta didukung oleh masih relatif

terkendalinya inflasi. Sementara itu, investasi juga mengalami kenaikan, seiring meningkatnya

optimisme kalangan usaha, yang didorong oleh membaiknya prospek perekonomian ke depan.

Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa diperkirakan

terutama berasal dari sub sektor keuangan sejalan dengan semakin meningkatnya kinerja

perbankan Sumut.

Dari sisi perkembangan harga, laju inflasi tahunan Sumut pada triwulan II-2011

menurun cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,37% (yoy) menjadi

4,96% (yoy) yang juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 5,54%.

beberapa potensi risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada periode ke depan adalah

tingginya harga komoditas internasional, rencana kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi,

harga minyak dunia yang berpotensi untuk terus naik akibat isu geopolitik di Timur Tengah

serta meningkatnya permintaan berbagai komoditas terutama pangan.

Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja perbankan di Sumut pada

triwulan II-2011 menunjukkan peningkatan. Total aset perbankan menunjukkan pertumbuhan

21,82% (yoy) menjadi Rp144,81 triliun, didorong oleh relatif tingginya pertumbuhan Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 18,51% (yoy) sehingga menjadi Rp115,99 triliun. Sementara

itu, penyaluran kredit menunjukkan pertumbuhan 20,16% sehingga menjadi Rp96,97 triliun.

Relatif tingginya pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan pertumbuhan DPK

menyebabkan fungsi intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh indikator Loan to Deposit

Ratio (LDR) mengalami peningkatan menjadi 83,60% dari 82,46% pada Juni 2010.

Demikian sekilas gambaran mengenai perekonomian Sumut triwulan II-2011. Akhir

kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2011 BANK INDONESIA MEDAN

i

Nasser Atorf

Pemimpin

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Daftar Isi Kata Pengantar ................................................................................................................ i Daftar Isi ..........................................................................................................................ii Daftar Tabel ....................................................................................................................iv Daftar Grafik ....................................................................................................................v Daftar Lampiran ............................................................................................................. vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ...................................................... 1

1.1. Kondisi Umum ............................................................................................. 1 1.2. Sisi Permintaan ............................................................................................. 2 1. Konsumsi ................................................................................................. 3 2. Investasi ................................................................................................... 5 3. Ekspor dan Impor ...................................................................................... 7 1.3. Sisi Penawaran ........................................................................................... 12

1. Sektor Pertanian ..................................................................................... 13 a. Produksi Padi ....................................................................................... 14 b. Produksi Jagung .................................................................................. 15 c. Produksi Kedelai .................................................................................. 15 2. Sektor Industri Pengolahan ....................................................................... 16 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.................................................... 17 4. Sektor Keuangan..................................................................................... 18 5. Sektor Bangunan..................................................................................... 19 6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ...................................................... 20 7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ................................................................ 21 8. Sektor Jasa-jasa ....................................................................................... 22

BOKS 1 Pengembangan Klaster Industri Sei Mangke untuk Mendukung Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia.................................................................. 24 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ....................................................................... 27

2.1. Kondisi Umum ........................................................................................... 27 2.2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................ 27

2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ........................................... 29 2.2.2. Inflasi Menurut Kota ........................................................................... 33

2.3. Inflasi Tahunan ........................................................................................... 34 2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ........................................... 34

2.3.2. Inflasi Menurut Kota ........................................................................... 39 2.4. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi ....................................................................... 40

BOKS 2 Rantai Distribusi Cabe Merah di Kabupaten Karo................................................ 42

ii Daftar Isi 

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ................................................................. 44 3.1. Kondisi Umum ........................................................................................... 44 3.2. Intermediasi Perbankan ............................................................................... 45

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ........................................................ 45 3.2.2. Penyaluran Kredit .............................................................................. 46 3.2.3. Kredit UMKM ................................................................................... 48

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .......................................................................... 50 3.3.1. Resiko Kredit ..................................................................................... 50

3.3.2. Resiko Likuiditas ................................................................................ 50 3.3.3. Resiko Pasar ...................................................................................... 51

3.4. Perbankan Syariah ...................................................................................... 52 3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...................................................................... 53

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH .................................................................. 54 4.1. Penerimaan Pajak ...................................................................................... 54 4.2. Realisasi APBD............................................................................................. 55

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ............................................................... 57 5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ................................... 57 5.2. Transaksi Kliring .......................................................................................... 58 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) .................................. 60 5.4. Temuan Uang Palsu .................................................................................... 61 5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar ............................................................... 61

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN .................. 63 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ....................................................... 63 6.2. Perkembangan Kesejahteraan ...................................................................... 66

BOKS 3 Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan .. .............................. .........69 BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ......................................................... 72

7.1. Perkiraan Ekonomi ...................................................................................... 72 7.2. Perkiraan Inflasi Daerah .............................................................................. 74

LAMPIRAN

iii Daftar Isi 

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Daftar Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Sumut dari Sisi Permintaan (%) ......................................... 2 1.2. Nilai Ekspor Triwulan II-2011 ........................................................................................... 9 1.3 Nilai Impor Triwulan II-2011 ......................................................................................... 12 1.4 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) .................................... 13 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) ............................................................... 18 1.6. Perkembangan Kegiatan Bank ...................................................................................... 19 1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia ................................... 20 1.8. Jumlah Kapal dan Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan .................................. 21 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Tw.II-2011 .............................................. 28 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Tw.II-2011 ............................................... 29 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ................................ 29 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) .......................................................... 33 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ................................... 34 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) ............................................................ 39 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) ................ 40

3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ................................................................................ 44 4.1. Realisasi Penerbitan SP2D Sumut ................................................................................... 56

5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut .............................................................. 57 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong ...................................................... 58 5.3. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan .............................................. 61

6.1. UMP Indonesia Berdasar Ranking Kenaikan Tertinggi................................................................ 65 6.2. UMK Wilayah Sumatera Tahun 2011 ............................................................................ 66

iv Daftar Isi 

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Daftar Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut .................................................................................. 2 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen .......................................................................................... 3 1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini .............................................................................. 3 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi .......................................................................................... 4 1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik ................................................................................... 4 1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM .......................................................................................... 4 1.7. Penjualan Makanan dan Tembakau.................................................................................. 4 1.8. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga ........................................................................... 4 1.9. Penjualan Pakaian dan Perlengkapan ............................................................................... 4 1.10. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut .......................................... 5 1.11. Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut .................................. 5 1.12. Pengadaan Semen di Sumut ......................................................................................... 5 1.13. Penjualan Bahan Konstruksi .......................................................................................... 5 1.14. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut ............................................. 6 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor ............................................................................. 8 1.16. Perkembangan Volume Ekspor & Impor ........................................................................ 8 1.17. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan ................................................................... 8 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama .................................................................... 9 1.19. Perkembangan Harga Karet........................................................................................... 9 1.20. Perkembangan Harga CPO ........................................................................................... 9 1.21. Perkembangan Harga Kopi ......................................................................................... 11 1.22. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan............................................................................. 11 1.23. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan ................................................................... 11 1.24. Nilai Impor Menurut Negara Asal ............................................................................ 12 1.25. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan ....................................................... 13 1.26. Nilai Tukar Petani Sumut ........................................................................................... 14 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian ................................. 14 1.28. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya ..................................... 16 1.29. Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman, dan Tembakau ...................................... 16 1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan ................... 17 1.31. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) .............................................. 17 1.32. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR ......................................... 18 1.33. Realisasi Pengadaan Semen Sumut .............................................................................. 19 1.34. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi .................................. 20 1.35. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi ...... 21 1.36. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa .................................. 22 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional ................................................................................ 27 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ............................................................................... 27 2.3. Inflasi Triwulanan Sumut dan Nasional ........................................................................... 28 2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut .................................................... 30 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut .............................................................. 30 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut ........... 31 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ........... 31 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan .......................................................................... 32

v Daftar Isi 

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut ....... 32 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................ 33 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan ................................................................................ 35 2.12. Perkembangan Harga Cabe Merah .............................................................................. 35 2.13. Perkembangan Harga Bawang Merah .......................................................................... 35 2.14. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut .......................... 36 2.15. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut............................................. 36 2.16. Inflasi Kelompok Sandang ........................................................................................... 37 2.17. Harga Emas di Pasar Internasional................................................................................. 37 2.18. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................................... 38 2.19. Inflasi Kelompok Kesehatan ......................................................................................... 38 2.20. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ........................................ 39 2.21. Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa ........................................ 41 2.22. Disagregasi Inflasi Sumut ............................................................................................. 41 3.1. Perkembangan DPK Sumut ........................................................................................... 45 3.2. Struktur DPK Sumut ..................................................................................................... 46 3.3. Perkembangan Kredit Sumut ......................................................................................... 46 3.4. Struktur Kredit Sumut ................................................................................................... 47 3.5. Perkembangan Kredit dan pangsanya menurut sektor ekonomi......................................... 47 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Sumut.............................................................................. 48 3.7. Struktur Kredit UMKM Sumut........................................................................................ 48 3.8. Struktur Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ..................................................................... 49 3.9. Perkembangan Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi.................................................... 49 3.10. NPL Gross ................................................................................................................ 50 3.11. Cash Ratio ................................................................................................................. 51 3.12. Pergerakan Suku Bunga Perbankan ............................................................................. 51 3.13. Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah ............................................................... 52 3.14. FDR Perbankan Syariah ................................................................................................. 52 3.15. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR ............................................................................ 53 3.16. LDR BPR...................................................................................................................... 53 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring .................................................................................... 59 5.2. Grafik Penolakan Cek/BG kosong .................................................................................. 59 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal.................................................................................. 60 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut ........................................................................... 62 6.1. Indikator Jumlah Tenaga Kerja ....................................................................................... 64 6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan ..................................................... 67 6.3. Nilai Tukar Petani ......................................................................................................... 68 7.1. Komponen Indeks Ekspektasi ..................................................................................... 72 7.2. Indeks Tendensi Konsumen Tw.II-2011 ...................................................................... 74 7.3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw.III-2011 ...................................................... 74 7.4. Ekspektasi Harga-harga dalam 3-6 bulan y.a.d (%) .................................................... 75

vi Daftar Isi 

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Daftar Lampiran

A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha

B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga

Konstan 2000 (qtq, %)

vii Daftar Isi 

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

‐ Medan 167,66 109,92 111,25 113,76 112,80 112,61 116,38 116,82 118,05 120,55 122,38 125,76 118,05 126,21‐ Pematangsiantar 161,40 110,11 111,62 113,11 112,88 112,99 116,67 116,19 117,40 120,79 122,10 127,44 117,40 128,46‐ Sibolga 166,68 109,68 113,04 115,55 114,95 114,94 118,91 117,39 118,81 121,90 125,16 131,28 118,81 131,13‐ Padangsidempuan 171,55 112,34 113,77 115,55 115,52 114,28 117,32 117,71 118,16 120,68 121,67 126,44 118,16 126,17

‐ Medan 7,01 10,86 10,30 10,63 6,37 2,45 4,61 2,69 4,65 7,05 5,16 8,10 6,87 4,70‐ Pematangsiantar 8,48 11,09 10,27 10,16 6,89 2,62 4,52 2,72 4,00 6,90 4,65 11,34 9,85 6,35‐ Sibolga 8,37 10,10 12,03 12,36 7,88 4,80 5,19 1,59 3,36 6,06 5,26 12,83 11,37 7,57‐ Padangsidempuan 8,71 14,34 12,62 12,34 8,50 1,73 3,12 1,87 2,29 5,60 3,71 8,26 7,94 4,55

‐ Pertanian 6.398,93 6.248,74 6.410,88 6.242,09 6.696,00  6.506,00  6.705,82  6.619,32      7.005,79 6.839,12 7.057,99 6.976,67 7.436,70 7.158,29‐ Pertambangan & Penggalian 314,65 327,82 330,66 331,21 322,00     322,37     334,28     344,64         336,27 340,65 354,13 365,34 360,60 368,79‐ Industri Pengolahan 6.033,65 5.900,70 6.145,05 6.225,82 6.194,00  6.113,00  6.303,77  6.365,86      6.529,85 6.455,52 6.603,48 6.599,60 6.525,96 6.669,12‐ Listrik, Gas, dan Air Bersih 187,15 190,41 196,03 199,36 200,00     203,37     205,38     206,78         212,39 215,40 219,64 222,44 232,40 237,61‐ Bangunan 1.720,47 1.752,13 1.784,87 1.833,17 1.783,57  1.829,64  1.926,64  2.014,51      1.894,82 1.931,67 2.051,19 2.155,66 2.091,40 2.093,67‐ Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.818,59 4.718,62 4.960,52 5.017,79 5.079,00  4.976,00  5.207,92  5.312,55      5.410,87 5.327,03 5.543,55 5.594,70 5.834,24 5.743,81‐ Pengangkutan dan Komunikasi 2.428,92 2.421,32 2.495,44 2.537,56 2.574,99  2.618,00  2.702,59  2.734,66      2.776,19 2.842,77 2.974,39 3.028,53 3.093,90 3.132,63‐ Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.838,20 1.841,99 1.885,12 1.914,53 1.939,00  1.896,00  2.027,43  2.076,59      2.152,86 2.159,04 2.181,70 2.302,06 2.348,22 2.394,07‐ Jasa‐Jasa 2.532,72 2.594,71 2.661,07 2.731,46 2.738,00  2.762,00  2.817,10  2.899,56      2.866,63 2.908,42 3.052,97 3.148,14 3.110,79 3.175,56

5,35 5,51 7,73 6,97 4,63 4,74 4,97 5,70 6,02 6,55 6,42 6,36 6,32 6,742.333,02 2.406,09 2.417,65 1.769,72 1.274,36 1.449,29 1.515,92 2.048,00 1.790,50 1.302,98 2.312,75 2.532,44 2.560,99 2.598,212.102,33 1.906,94 2.076,85 2.214,16 1.753,54 1.835,80 1.834,23 2.431,93 1.630,35 1.156,72 2.286,93 1.917,36 1.543,13 1.926,01635,70 708,26 843,66 666,59 419,43 505,38 570,89 618,93 592,03 453,75 649,00 725,24 871,04 931,24

1.346,56 1.358,95 1.371,47 1.086,02 878,93 1.022,86 1.009,14 1.182,56 1.064,28 870,41 1.228,65 1.384,92 1.379,03 1.563,98

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB

20112010INDIKATOR

2008

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)Nilai Impor Nonmigas (USD juta)Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)Pertumbuhan PDRB (yoy %)

PDRB ‐ harga konstan (Rp miliar)

Sumber : Inflasi dan PDRB ‐> BPS ; Ekspor‐Impor ‐> Bank Indonesia

2009

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

Indeks Harga KonsumenMAKRO

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

90,20        92,87        97,46        108,08      114,55    109,52    110,58    115,77    114,62    118,87      126,61      133,70    137,49    144,81   72,08        75,72        77,97        84,29        88,82 89,56 90,31      94,88      95,40      97,87        102,94      109,07    112,60    115,99   

‐ Giro (Rp Triliun) 15,08 16,09 14,87 15,07 16,25 17,04 17,19 16,64 16,80 18,04 18,39 17,80 20,27 21,57‐ Tabungan (Rp Triliun) 27,18 28,73 28,58 30,58 31,08 31,97 33,10 37,12 36,11 37,51 41,05 45,32 45,93 47,47‐ Deposito (Rp Triliun) 29,82 30,90 34,52 38,64 41,49 40,55 40,02 41,13 42,49 42,32 43,50 45,95 46,40 46,95

‐ Modal Kerja 30,90 36,69 37,72 36,03 34,49 35,10 36,56 38,32 39,29 40,16 44,19 45,73 46,67 49,30‐ Konsumsi 10,74 11,17 12,16 14,38 16,48 17,14 17,55 18,64 20,68 22,54 23,83 17,90 26,33 27,45‐ Investasi 13,14 14,48 15,99 16,31 14,82 14,94 16,00 16,62 15,67 18,00 16,47 24,92 18,51 20,22‐ LDR 76,01% 82,33% 84,48% 79,03% 73,94% 75,01% 76,86% 77,55% 79,29% 82,46% 82,08% 81,19% 81,27% 83,60%

0,45 0,43 0,49 0,53 0,51 0,53 0,55 0,57 0,61 0,62 0,64 0,67 0,70 0,720,33 0,31 0,34 0,35 0,37 0,39 0,41 0,42 0,44 0,45 0,46 0,49 0,52 0,50

‐ Tabungan (Rp Triliun) 0,15 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,18 0,18 0,19 0,20 0,21 0,22 0,23 0,23‐ Deposito (Rp Triliun) 0,18 0,18 0,20 0,21 0,21 0,22 0,23 0,24 0,25 0,25 0,25 0,27 0,29 0,27

0,33 0,33 0,38 0,38 0,39 0,40 0,43 0,44 0,46 0,48 0,48 0,49 0,49 0,508,67% 7,88% 6,61% 7,26% 7,95% 7,75% 7,21% 7,05% 6,52% 6,25% 6,25% 8,15% 6,69% 8,00%

100,00% 106,45% 111,76% 108,57% 105,41% 102,56% 104,88% 104,76% 104,55% 106,67% 104,35% 100,61% 94,81% 100,00%

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

2008

LDR

Total Aset (Rp Triliun)DPK (Rp Triliun)

Kredit (Rp Triliun) Rasio NPL Gross (%)

Kredit (Rp Triliun) 

BPR:

2009

Total Aset (Rp Triliun)Bank Umum :PERBANKAN

INDIKATOR

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN

20112010

DPK (Rp Triliun)

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  viii 

RINGKASAN EKSEKUTIF

GAMBARAN UMUM

Pada triwulan II-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,74% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Pada triwulan II-2011, Sumut mengalami inflasi 0,00% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan nasional yang tercatat sebesar 0,36%. Inflasi (qtq) ini juga lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,40%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada Juni 2011 tercatat sebesar 4,96%, jauh di bawah inflasi tahunan triwulan I-2011 sebesar 7,38%. Inflasi Sumut juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,54%.

Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan II-2011 masih terus mengalami peningkatan. Indikator perbankan bank umum konvensional dan bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,97% pada triwulan I-2011 menjadi 2,86%.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 5,32% (qtq) dan 21,82% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp144,81 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp139,85 triliun (96,57%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp4,96 triliun (3,43%).

Peran Keuangan Daerah terhadap perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, realisasi penerimaan pajak Pemerintah Provinsi Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat 9,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  ix 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh 6,74% (yoy)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pada triwulan II-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali

mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,74% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor-sektor andalan Sumut seperti pertanian dan industri pengolahan sebagai sektor unggulan Sumut masih mencatatkan pertumbuhan positif bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya juga.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh aktivitas ekspor dan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Namun pertumbuhan aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya seiring dengan berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat yang cukup tinggi. Hal senada juga terlihat dari pertumbuhan investasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Akan tetapi, dilihat dari prompt indicator seperti level ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha, masih berada di atas 100 yang berarti masih optimisnya pelaku usaha akan kondisi ke depan.

Dengan menggunakan prompt indicator konsumsi sebagai indikasi, pengeluaran masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang konsumsi relatif meningkat. Konsumsi durable dan non durable goods pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini juga tercermin dari indikator barang konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM, penjualan makanan dan minuman, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya yang mengalami peningkatan di triwulan laporan. Hanya penjualan perlengkapan rumah tangga yang mengalami sedikit penurunan.

Di sisi lain, kegiatan perdagangan luar negeri justru menunjukkan peningkatan. Peningkatan ekspor, didorong oleh kenaikan harga komoditas CPO dan karet di pasar internasional dan kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari komoditas tersebut. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman.

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  x 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Inflasi Sumut pada triwulan II-2011 sebesar 4,94% (yoy) atau 0,00% (qtq) Peningkatan kinerja perbankan di triwulan II-2011 tercermin dari peningkatan aset, DPK, dan kredit.

PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan II-2011, Sumut mengalami inflasi 0,00% (qtq),

lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan nasional yang tercatat sebesar 0,36%. Inflasi (qtq) ini juga lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,40%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada Juni 2011 tercatat sebesar 4,96%, jauh di bawah inflasi tahunan triwulan I-2011 sebesar 7,38%. Inflasi Sumut juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,54%.

Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Sumut pada Juni 2011 tidak lagi didominasi oleh volatile foods, melainkan inflasi inti. Inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 5,29% (yoy). Sementara itu inflasi volatile foods sebesar 3,79% (yoy) dan administered price sebesar 3,48% (yoy).

Kendati potensi risiko inflasi di triwulan ini menurun, namun perlu dicermati beberapa potensi risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada periode ke depan. Upside risks tersebut adalah tingginya harga komoditas internasional, rencana kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi, harga minyak dunia yang berpotensi untuk terus naik akibat isu geopolitik di Timur Tengah, dan meningkatnya permintaan berbagai komoditas terutama pangan.

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, bahan makanan mengalami deflasi dalam level yang relatif kecil yakni sebesar -0,03% (qtq). Kelompok lainnya juga mengalami inflasi triwulanan yang sangat kecil. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,00%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok kesehatan; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,01%. Sementara itu kelompok sandang pada triwulan ini mengalami inflasi sebesar 0,02%.

Berdasarkan kota, terjadi penurunan laju inflasi triwulanan di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut. Bahkan kota Sibolga dan Padangsidempuan mengalami deflasi -0,01%. Sementara itu, Medan dan Pematangsiantar laju inflasinya 0,00%. PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan II-2011 masih terus mengalami peningkatan. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  xi 

RINGKASAN EKSEKUTIF

kredit semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,97% pada triwulan I-2011 menjadi 2,86%. Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 5,32% (qtq) dan 21,82% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp144,81 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp139,85 triliun (96,57%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp4,96 triliun (3,43%). Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 3,01% (qtq) atau 18,51% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp115,99 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan seluruh jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 6,41%, 3,35% dan 1,19% (qtq). Peningkatan ini mengindikasikan semakin baiknya kinerja perbankan dalam menarik kepercayaan masyarakat. Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan dan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 26,55%(yoy), sedangkan giro dan deposito naik masing-masing sebesar 19,57%(yoy) dan 10,94%(yoy). Kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 5,96%(qtq) atau 20,16% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp96,97 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit investasi yaitu sebesar 9,22% (qtq). Pertumbuhan kredit investasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi pada triwulan II-2011 relatif tidak merubah struktur kredit Sumatera Utara yang didominasi kredit modal kerja sebesar Rp49,30 triliun (50,84%), diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing sebesar Rp27,45 triliun (28,31%) dan Rp20,22 triliun (20,85%). PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Peran Keuangan Daerah terhadap perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, realisasi penerimaan pajak Pemerintah Provinsi Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat 9,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian penerimaan pajak terkait dengan meningkatnya aktivitas perekonomian sehingga tingkat penerimaan pajak dari para wajib pajak juga turut meningkat.

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  xii 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Aktivitas sistem pembayaran Sumut, baik RTGS maupun kliring juga tumbuh positif. Aliran uang kartal juga menunjukkan adanya net-inflow

Realisasi penerimaan pajak di Kanwil Ditjen Pajak Sumatera Utara (Sumut I) Medan hingga pertengahan Juni 2011 tercatat senilai Rp4,4 triliun, atau sekitar 39% dari target tahun 2011 sebesar Rp9 triliun. Kinerja penerimaan pajak tersebut meningkat sekitar 9,3% dibandingkan penerimaan pajak pada periode yang sama tahun 2010 yang nilainya tercatat senilai Rp3,9 triliun.

Selama akhir triwulan II-2011, realisasi serapan APBD Sumut 2011 mencapai 35% dari APBD Sumut yang mencapai Rp4,5 triliun. Adanya transisi kepemimpinan/ peralihan pelaksaan kewenangan dari Gubernur Sumut non-aktif kepada wakilnya yang hanya sebagai Pelaksana tugas (Plt) termasuk jabatan Sekdaprovsu (Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Pemprov Sumut) diperkirakan berdampak pada penyerapan APBD Sumut 2011. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan II-2011 mengalami kenaikan sebesar Rp21.831 miliar atau 13,74% menjadi Rp180.730 miliar dari nilai transaksi pada triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp158.899 miliar. Sedikit berbeda dengan nilai transaksi RTGS, volume transaksi RTGS di Sumut justru menurun dari 237.119 transaksi pada triwulan I-2011 menjadi 233.833 transaksi pada triwulan II-2011.

Nilai transaksi kliring pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp33.237 miliar. Nilai ini meningkat 2,71% atau Rp876 miliar bila dibandingkan dengan triwulan I-2011 yang sebesar Rp32.361 miliar. Kendati terjadi peningkatan nilai perputaran kliring namun volume transaksinya justru menurun dari 871.477 warkat pada triwulan I-2011 menjadi 833.342 warkat pada triwulan II-2011. Bila dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang nilainya sebesar Rp29.100 miliar, perputaran kliring mengalami kenaikan sebesar 14,22% atau Rp4.136,97 miliar. Adapun besarnya kliring retur pada triwulan II-2011 tercatat sebanyak 18.077 warkat dengan nilai Rp424 miliar.

Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di wilayah Sumut pada Triwulan II-2011 tercatat sebanyak 16.369 warkat dengan nilai Rp368 miliar. Dengan demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 264 warkat dengan nilai Rp5,94 miliar.

Pada triwulan II-2011 terjadi peningkatan temuan uang palsu yang cukup signifikan bila dibandingkan triwulan lalu. Sepanjang triwulan II-2011 jumlah temuan uang palsu yang tercatat di Kantor Bank Indonesia Medan berdasarkan laporan bank sebanyak 436 lembar senilai Rp23.270.000. Padahal triwulan lalu, jumlah temuan

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  xiii 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka dan peningkatan daya beli petani.

uang palsu hanya 156 lembar atau senilai Rp8.420.000. Peningkatan yang cukup tajam ini karena pada bulan Maret 2011 tidak terdeteksi adanya temuan uang palsu dalam perputaran kas di KBI Medan. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sumut pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan juga terus menunjukkan perbaikan. Pada triwulan laporan, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan mengalami peningkatan, terutama pada sektor jasa-jasa dan bangunan.

Dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah karyawan pada triwulan I-2011 yang masih bernilai positif yaitu 4,15.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbesar dengan nilai SBT 4,77 diikuti oleh sektor bangunan dengan nilai SBT 1,53 dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai SBT 1,05. Penyebab terjadinya peningkatan penggunaan tenaga kerja pada ketiga sektor ini adalah adanya perluasan usaha.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Sumut diperkirakan semakin meningkat. Faktor utama penyebab peningkatan ini antara lain adalah meningkatnya penghasilan masyarakat akibat semakin terbukanya lapangan pekerjaan serta meningkatnya ekspor Sumut. Hal ini diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen di Kota Medan, yang menunjukkan adanya peningkatan Indeks Penghasilan Saat ini, Indeks Ekspektasi Penghasilan serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja.

Selain itu, kesejahteraan masyarakat yang meningkat juga terlihat dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Sumut yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumut sebanyak 1.481.300 orang atau sebesar 11,33% terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010 dimana jumlah penduduk miskin sebanyak 1.490.900 orang (menurun sebanyak 9.600 orang).

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  xiv 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan III-2011 diproyeksikan sebesar 6,8%±1(yoy)

PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumut diperkirakan terus mengalami akselerasi hingga triwulan III-2011. Pertumbuhan ekonomi Sumut pada periode tersebut diperkirakan berada pada kisaran 6,8% ±1 (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Dengan perkiraan tersebut, perekonomian Sumut pada tahun 2011 diperkirakan berkisar 6,5%±1 (yoy). Prospek positif tersebut didukung oleh kondisi perekonomian global yang semakin baik, iklim investasi yang semakin kondusif, serta daya beli masyarakat yang lebih baik.

Dari sisi permintaan, akselerasi perekonomian Sumut didukung oleh meningkatnya pertumbuhan seluruh komponen permintaan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan semakin tumbuh meningkat, terdorong oleh perayaan Idul Fitri yang diperkirakan lebih ramai dibandingkan tahun 2010, karena semakin menguatnya daya beli masyarakat. Disamping itu, perbankan turut berperan terhadap meningkatnya konsumsi melalui meningkatnya penyaluran kredit konsumsi, karena suku bunga pembiayaan diperkirakan akan mengalami penurunan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga salah satunya diindikasikan oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen, baik dari sisi Ekspektasi Penghasilan serta Ekspektasi Kondisi Perekonomian.

Seiring dengan prospek perekonomian yang semakin kondusif, investasi diperkirakan akan tumbuh semakin baik pada triwulan III-2011, baik dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) maupun kalangan usaha. Kenaikan investasi yang dilakukan oleh Pemda dikarenakan target Pemda yang mengejar keterlambatan realisasi anggaran pada semester I-2011 agar program kerja tahunan dapat terpenuhi. Sementara itu, kinerja ekspor Sumut diperkirakan tetap mengalami kenaikan seiring prospek pulihnya perekonomian global, serta masuknya peak season.

Sementara itu, berdasarkan angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dilakukan Badan Pusat Statistik, nilai ITK Sumut pada triwulan III-2011 diperkirakan sebesar 109,88, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 (nilai ITK sebesar 106,26). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III-2011 didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 112,83) dan rencana pembelian barang tahan lama (nilai indeks sebesar 103,75).

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif  xv 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Inflasi triwulan III-2011 diperkirakan 5,70%±1% (yoy)

Perkiraan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Sumut pada triwulan III-2011 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,70% ± 1%. Peningkatan tekanan inflasi terutama bersumber dari lonjakan konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri 2011. Tak hanya itu, inflasi volatile foods yang mulai mereda 2 bulan terakhir triwulan ini berpotensi untuk kembali meningkat di triwulan mendatang.

Ekspektasi masyarakat tehadap perkembangan harga pada triwulan III-2011 juga meningkat. Hal ini terkonfirmasi oleh indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan 6 bulan yang akan datang pada Survei Konsumen bulan Juni 2011. Indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang tercatat 178 dan indeks ekspektasi harga konsumen 6 bulan yang akan datang tercatat 182, kedua indeks ini merupakan yang tertinggi sejak awal 2010.

Kendati demikian, potensi peningkatan tekanan inflasi tersebut dapat diredam apabila panen raya bulan September 2011 berjalan lancar dan didukung dengan distribusi komoditas yang lancar dari daerah penghasil ke kota. Selain itu, peran Pemda dan SKPD terkait untuk mengamankan stok dan memastikan ketahanan pangan menjelang Hari Raya dinilai dapat meredam tekanan inflasi.

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Sumatera Utara, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan III-2011 akan meningkat menjadi 5,70% ± 1% (yoy) dan inflasi 2011 mencapai 5,50% ± 1% (yoy).

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

BBBAAABBB 111 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

“Pada triwulan II-2011, perekonomian Sumut kembali mencatatkan pertumbuhan yang

mengesankan dengan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,74%

(yoy). Sektor keuangan dan sektor pengangkutan merupakan sektor dengan pertumbuhan

tertinggi.”

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan II-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan

pertumbuhan positif sebesar 6,74% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi

perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara

tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan. Sektor-sektor andalan Sumut seperti pertanian dan industri pengolahan sebagai

sektor unggulan Sumut masih mencatatkan pertumbuhan positif bila dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Namun khusus sektor pertanian pertumbuhan triwulan laporan

tidak setinggi pertumbuhan triwulan sebelumnya.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2011 terutama

didorong oleh aktivitas ekspor dan investasi. Sementara pertumbuhan aktivitas konsumsi rumah

tangga pada triwulan ini sedikit menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya seiring dengan berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat. Peningkatan realisasi

investasi pada triwulan laporan didukung pula oleh prompt indicator seperti level ekspektasi

pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha, masih berada di atas 100 yang berarti pelaku usaha

masih optimistis akan kondisi ke depan.

Di sisi lain, peningkatan ekspor terutama didorong oleh kenaikan harga-harga

komoditas internasional seperti CPO dan karet serta kenaikan permintaan luar negeri terhadap

produk-produk dari komoditas tersebut. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume

impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan yang sama

pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Pertumbuhan kredit yang tinggi

di triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan permintaan untuk membiayai pertumbuhan

ekonomi yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010 serta adanya

peningkatan suku bunga kredit. Tren pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk kegiatan

ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan, baik pertumbuhan kredit

modal kerja maupun kredit investasi. Sementara itu, kegiatan konsumsi rumah tangga tetap

berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan. Hal ini tercermin dari laju

pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja.

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut

5,35%5,51%

7,73%

6,97%

4,64%4,57%5,07%

5,70%6,03%

6,50%6,40%6,36%6,32%6,74%

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

6,00%

7,00%

8,00%

9,00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

yoy (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

1.2. SISI PERMINTAAN

Perekonomian Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh 6,74% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,32% (yoy). Pertumbuhan ekonomi

Sumut masih didorong oleh meningkatnya kegiatan ekspor dan investasi. Sementara konsumsi

swasta diperkirakan masih tetap tinggi dan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan

ekonomi Sumut selama tahun 2011 khususnya pada triwulan depan. Sementara itu,

membaiknya kinerja ekspor mendorong perbaikan nilai tambah net ekspor-impor Sumut.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut Dari Sisi Permintaan (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

2  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

1. Konsumsi

Konsumsi pada triwulan II-2011 tumbuh 6,96% (yoy), sedikit menurun dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,06%(yoy). Kendati terjadi penurunan

pertumbuhan, namun pertumbuhan konsumsi masih berada pada level yang cukup tinggi.

Pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga sebesar 6,44%.

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini

Sumber : Survei Konsumen (SK), KBI Medan

Sementara itu, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada bulan Juni 2011 meningkat

menjadi 107% setelah pada Mei 2011 berada pada indeks 105%. Meningkatnya optimisme

konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini maupun 6 bulan yang akan datang yang

tercermin dari dengan meningkatnya Indeks Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK), yaitu masing-masing sebesar 0,21 poin dan 5,08 poin.

Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik

Sumber : SK, Bank Indonesia Medan Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), Bank Indonesia Medan

Dengan menggunakan prompt indicator konsumsi sebagai indikasi, pengeluaran

masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang konsumsi relatif meningkat. Konsumsi

3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

durable dan non durable goods pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini juga tercermin dari indikator barang konsumsi lainnya

seperti konsumsi BBM, penjualan makanan dan minuman, serta penjualan pakaian dan

perlengkapannya yang mengalami peningkatan di triwulan laporan. Hanya penjualan

perlengkapan rumah tangga yang mengalami sedikit penurunan.

Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik 1.7. Penjualan Makanan&Tembakau

Sumber : SPE, KBI Medan Grafik 1.8. Penjualan Perlengkapan RT Grafik 1.9. Penjualan Pakaian&Perlengkapan

Sumber : SPE, KBI Medan

Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi, yang menjadi salah satu penopang

pertumbuhan konsumsi masyarakat, tumbuh 21,78% dengan nilai sebesar Rp27,45 triliun.

Penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan II-2011 juga mengalami

peningkatan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya. Adapun jumlah dari penyaluran kredit ini adalah sebesar Rp1,20 triliun.

4  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 1.10. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.11. Penyaluran Kredit Baru untuk oleh Bank Umum di Sumut konsumsi oleh Bank Umum di Sumut

Sumber : LBU, KBI Medan

2. Investasi

Pada triwulan II-2011 kegiatan investasi tumbuh sebesar 8,57%, meningkat cukup jauh

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 2,85%.

Pertumbuhan investasi yang lebih tinggi ini terutama dikarenakan meningkatnya kegiatan

belanja pemerintah memasuki akhir semester I-2011. Seiring dengan meningkatnya anggaran

yang dimiliki pemerintah Sumut untuk membangun infrastruktur pada tahun anggaran 2011

memberikan harapan akan peningkatan investasi ke depannya. Peningkatan investasi sektor

bangunan juga tercermin dari meningkatnya penjualan bahan konstruksi dan penjualan semen.

Nilai penjualan semen pada bulan Juni 2011 mencapai 316 ribu ton, atau meningkat sebesar

36,29% (yoy). Berdasarkan survei penjualan eceran (SPE), penjualan bahan konstruksi bulan Juni

2011 adalah sebesar Rp814 juta meningkat dibandingkan bulan Maret 2011 sebesar Rp805

juta.

Grafik 1.12. Pengadaan Semen di Sumut Grafik 1.13. Penjualan Bahan Konstruksi

Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk

tujuan investasi terus menunjukkan tren

peningkatan. Pertumbuhan kredit investasi pada

Maret 2011 tercatat sebesar 18,14% (yoy)

dengan outstanding kredit mencapai

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SPE, KBI Medan

5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Peningkatan kredit ini mencerminkan bahwa kredit perbankan masih menjadi pilihan

utama dalam melakukan pembiayaan invetasi. Kendati demikian, sektor riil diperkirakan juga

menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi dan

saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil.

Grafik 1.14. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut

Sumber : LBU, KBI Medan

Untuk tahun 2011, sektor jasa masih diunggulkan sebagai investasi usaha di Sumut.

Sebab, sektor tersebut berpeluang tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor perkebunan dan

sektor pertambangan yang tidak lagi memiliki lahan untuk melakukan ekspansi. Berdasarkan

realisasi data investasi PMDN dan PMA sepanjang tahun 2010, sebanyak 15 perusahaan yang

menginvestasikan usahanya dalam bidang jasa ditambah lagi dengan sektor pakan ternak,

makanan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, konstruksi, perhotelan dan industri.

Rencana investasi berdasarkan Surat Persetujuan (SP), untuk tahun 2011 baru mencakup

enam proyek yaitu PMA dengan sektor usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, jasa,

industri makanan, kontruksi, perhotelan dan industri kayu dengan total investasi sekitar

USD48,23 juta. Sementara untuk perusahaan PMDN tidak mengalami pencatatan. Sementara

itu, realisasi investasi berdasarkan Daftar izin usaha tetap untuk tahun 2011, tercatat PMA

sebanyak 23 proyek dengan nilai investasi sebesar USD242,49 juta dan PMDN sebanyak 14

proyek dalam bidang jasa, industri pakan, makanan, industri semen dan industri kimia dengan

realisasi investasi mencapai Rp491,99 juta.

6  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Rencana Investasi Berdasar Surat Persetujuan Realisasi Investasi Berdasar Izin Usaha Tetap

Sumber : BKPM

Khusus di Sumut, sedikitnya ada lima industri yang potensial dikembangkan mulai dari

kelapa sawit, karet, industri logam, olahan kopi dan teh, hasil laut dan industri permesinan.

Untuk itulah rencana investasi pembangunan klaster sawit di Sei Mangkei dan pembangunan

hub-internasional Kuala Tanjung diperkirakan akan sangat mendukung pengembangan potensi

tersebut.

Perkembangan lima industri di Sumut ini dinilai tidak terlalu sulit karena potensi sumber

daya alam yang masih sangat besar seperti sawit, karet, kopi dan hasil laut. Meskipun, sektor

pendukung lainnya seperti infrastruktur di sektor transportasi dan energi masih belum memadai.

Terkait dengan terdapatnya lima industri yang potensial dikembangkan, Kementerian Koperasi

dan UKM pada 2011 mengembangkan program Kerjasama Antar Daerah (KAD) ke Provinsi

Sumatera Utara, Bengkulu dan Sulawesi Selatan, menyusul keberhasilan program tersebut di

Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Saat ini KAD terbukti sukses diterapkan di beberapa negara, seperti Jepang, Brasil dan

Argentina. Tiga kota di Jepang, yakni Oyama, Gifu, dan Yufuin bahkan berhasil meningkatkan

perekonomiannya dengan mengusung sistem KAD. KAD di Indonesia terwujud dalam bentuk

Regional Management (RM) dan diyakini menjadi salah satu solusi terbaik untuk

mengembangkan potensi komoditas wilayah seperti halnya di Provinsi Jawa Tengah yang

melibatkan lima kabupaten, yakni Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan

Kebumen. Adapun pengembangan di Sumut terutama untuk komoditas kopi, dan enam

kabupaten yang dilibatkan dalam KAD adalah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba

Samosir, Simalungun, Karo dan Dairi yang diberi nama RM Lake Toba.

Pembangunan Bandara Kuala Namu yang terletak di Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang saat ini dari sisi udara dan darat sudah mencapai 75% dengan target penyelesaian

pada 2012. Untuk memperlancar proses pembangunan, Pemprov Sumut telah memanggil

satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan Pemkab Deli Serdang untuk membahas percepatan

dalam pelepasan tanah untuk akses jalan non-tol menuju Bandara Kualanamu.

7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

3. Ekspor - Impor

Nilai ekspor Sumut mengalami peningkatan sebesar 54,10%, dari USD1.913 juta pada

triwulan II-2010 menjadi USD2.948 juta pada triwulan II-2011. Hal ini mengindikasikan, selama

2011 ekspor Sumut memberikan harapan semakin meningkatnya aktivitas perdagangan luar

negeri. Peningkatan pertumbuhan ekspor ini didukung dengan membaiknya kinerja ekspor CPO

dan karet Sumut ke luar negeri yang merupakan komoditas terbesar ekspor dan peningkatan

harga komoditas-komoditas tersebut di pasar internasional.

Pada triwulan II-2011, pertumbuhan impor Sumut mencapai 35,00%. Nilai impor Sumut

pada triwulan laporan mencapai USD931,24 juta setelah pada triwulan II-2010 sebesar

USD689,82 juta. Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang terjadi peningkatan untuk

semua golongan, yaitu impor barang konsumsi, impor bahan baku/penolong, dan impor barang

modal. Dari peningkatan tersebut, impor bahan baku/penolong masih memberikan andil yang

cukup besar mencapai 60,78%. Peningkatan aktivitas impor tersebut sejalan dengan adanya

lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan

bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang

konsumsi).

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor & Impor

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

8  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 1.17. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

muat (ton)bongkar (ton)

Sumber : BPS

Bongkar Muat 

Menurut jenis komoditas yang diekspor, struktur ekspor pada triwulan II-2011 tidak jauh

berbeda dengan struktur ekspor di triwulan II tahun 2010.

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel 1.2. Nilai Ekspor Triwulan II-2011 Produk Utama

Sumber : BI Sumber : BI

Berdasarkan kelompok industri, ekspor golongan industri pengolahan memberikan andil

tertinggi pada total ekspor triwulan laporan dengan andil sebesar 69,56%, diikuti oleh

golongan pertanian dan perikanan dengan andil 30,44%. Secara spesifik, andil ekspor

golongan industri pada triwulan ini disumbang oleh ekspor kelompok produk makanan dan

minuman dengan andil 45,97%, produk bahan kimia (10,92%) serta karet dan produk dari

karet (3,58%).

9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 1.19. Perkembangan Harga Karet Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Nilai ekspor Sumut pada golongan barang lemak dan minyak nabati pada triwulan II-

2011 meningkat sebesar 78,07% (yoy), dari USD709,75 juta menjadi USD1.263,81 juta, begitu

juga secara volume meningkat sebesar 22,86%. Tingginya bea keluar (BK) komoditas CPO di

tahun 2011 ternyata tak berdampak menekan aktivitas ekspor unggulan Sumut ini melalui

Pelabuhan Belawan. Meskipun sejak awal 2011 BK CPO cukup tinggi yakni mencapai 25%,

namun hingga semester I-2011 aktivitas ekspor CPO Sumut yang dikapalkan melalui dermaga

pipa terpadu Pelabuhan Belawan tercatat masih meningkat yakni sekitar 2,97%. Selama

semester I-2011, volume ekspor CPO Sumut melalui dermaga pipa terpadu Pelabuhan Belawan

tercatat sebanyak 1.239.465 ton. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2010 volumenya

sebesar 1.203.665 ton atau meningkat 2,97%. Tingginya harga CPO di pasar dunia merupakan

pendorong naiknya ekspor CPO Sumut.

Sementara itu, memasuki akhir Juni 2011, harga CPO terlihat mengalami penurunan

dan pada awal Juli berada di harga USD1.064,54/metric ton. Harga CPO berjangka untuk

penyerahan Agustus 2011 di MDEX (Malaysia Derivatives Exchange) turun tipis. Harga CPO

berada pada level harga RM3128 per ton turun dari harga sebelumnya RM3170 per ton. Di

BKDI (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia), harga CPO untuk penyerahan Agustus 2011

ditutup pada level harga Rp8.910 per kilogram atau melemah Rp150 per kilogram.

Meningkatnya produksi Kelapa Sawit Mentah atau CPO di Malaysia menjadi pengaruh utama

penurunan harga CPO. Produksi CPO Malaysia diperkirakan mencapai 18 juta ton dan ekspor

akan meningkat sebesar 1 juta ton menjadi 16,5 juta ton CPO. Selain itu, penurunan harga CPO

juga dipengaruhi penurunan harga komoditas lainnya dan pasar saham di tengah kekhawatiran

melemahnya pemulihan ekonomi AS.

Nilai ekspor golongan karet dan barang dari karet di Sumut pada triwulan II-2011

sebesar USD806,23 juta, meningkat 59,65% dibandingkan triwulan yang sama tahun

10  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

sebelumnya yang tercatat sebesar USD504,99 juta. Sementara itu, dari sisi harga internasional,

harga karet mengalami penurunan. Kenaikan produksi global Karet Alam berpengaruh terhadap

penurunan harga Karet berjangka meski penurunan harga tidak terlalu besar. Berdasarkan data

Singapore Commodity Exchange, harga Karet berjangka untuk penyerahan September 2011

ditutup melemah. Harga Karet RSS3 berada pada level harga USD483 per kilogram dari harga

sebelumnya USD484,3 per kilogram. Produksi global dari Karet alam (NR) diperkirakan akan

meningkat 3,3%. Total produksi diharapkan dapat 2,15 juta ton dari produksi sebelumnya

sebesar 2,09 juta ton. Produksi pada bulan Agustus diprediksi akan menjadi 924.000 ton dan

992.000 ton pada bulan September.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan di NYMEX harga Kopi arabika ditutup

melemah setelah dalam beberapa hari mengalami kenaikan harga. Harga Kopi berjangka untuk

penyerahan September 2011 ditutup pada level harga USD2,41 per pounds atau melemah

0,013 poin. Melemahnya harga Kopi dipengaruhi bertambahnya stok Kopi setelah adanya berita

akan terjadi berkurangnya pasokan Kopi asal Brazil. Pasokan Kopi dunia meningkat setelah

adanya tambahan pasokan Kopi asal India dan Vietnam. Ekspor Kopi dari India meningkat

313.270 ton, dibantu oleh meningkatnya pengiriman ke Italia dan Jerman. India, produsen

terbesar kelima dunia, menyumbang hanya 4,5% dari produksi Kopi dunia namun mengekspor

70 sampai 80 produksinya.

Grafik 1.21 Perkembangan Harga Kopi

Sumber: Bloomberg

Nilai ekspor golongan kopi, teh, rempah-rempah pada triwulan II-2011 sebesar

USD106,49 juta, naik 61,63% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar USD65,88 juta. Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor ke India,

Jepang dan Cina mencatat nilai tertinggi masing-masing sebesar USD326,22 juta, USD444,67

juta dan USD213,51 juta. Hanya nilai ekspor untuk tujuan negara Pakistan, Arab Saudi dan

other MEE nations yang mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Sedangkan nilai ekspor untuk tujuan ASEAN, Asia, dan Eropa, seluruhnya mengalami

peningkatan yang signifikan dalam periode perbandingan yang sama. Pada triwulan laporan,

pangsa pasar untuk tujuan India meningkat dari 11,34% pada periode yang sama tahun lalu

menjadi 16,90%. Berbeda dengan pangsa pasar untuk tujuan Jepang yang mengalami

penurunan dari 14,06% pada triwulan I tahun lalu menjadi 12,40%.

Grafik 1.22. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Grafik 1.23. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan

Sumber : Bank Indonesia

Sementara itu, impor masih didominasi oleh bahan baku untuk mendukung kegiatan

produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import

content) seperti industri kimia. Pada triwulan laporan, impor Sumut masih didominasi oleh

industri manufaktur sebesar 88,90% dari total nilai impor. Komoditas impor bahan baku

manufaktur yang utama tetap berupa produk dari industri kimia sebesar 23,23%, diikuti

dengan produk dari industri makanan dan minuman 18,16% dan industri logam dasar 10,64%.

Tabel 1.3. Nilai Impor Triwulan-II 2011

Sumber : Bank Indonesia

Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada

triwulan II-2011 sebesar USD259,81 juta, diikuti oleh India (USD74,76 juta) dan Thailand

(USD71,03 juta).

12  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 1.24 Nilai Impor Menurut Negara Asal

Sumber: Bank Indonesia

1.3. SISI PENAWARAN

Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor

ekonomi non-utama, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; angkutan dan

komunikasi; sektor bangunan; dan sektor pertambangan dan penggalian mengalami

pertumbuhan yang cukup tinggi. Sementara itu, sektor utama seperti pertanian, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan maupun sektor transportasi dan

komunikasi maupun sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Secara

keseluruhan perekonomian di triwulan II-2011 masih tumbuh cukup tinggi.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Selama triwulan II-2011, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor

ekonomi non dominan, yaitu keuangan, persewaan dan jasa serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Kedua sektor ini menunjukkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor

13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

lainnya di Sumut. Sementara itu, sektor pertanian menunjukkan penurunan pertumbuhan

sebesar 4,73% setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami peningkatan.

Grafik 1.25. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan

Sumber : BPS

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan yang positif

dengan tumbuh sebesar 4,73% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumya sebesar

6,62% (yoy). Penurunan kinerja tersebut dikarenakan mulai berakhirnya musim panen di

beberapa sentra produksi padi Sumut.

Penurunan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini juga mempengaruhi tingkat

kesejahteraan petani. Hal ini antara lain tercermin dari penurunan nilai tukar petani (NTP) yang

merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut

terhadap perkembangan harga-harga di kabupaten/kota di Provinsi Sumut, NTP pada bulan Juni

2011 sebesar 103,39, menurun 0,21 poin dibandingkan angka NTP pada bulan Maret 2011

yang sebesar 103,60.

Grafik 1.26. Nilai Tukar Petani Sumut

14  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Penurunan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit

perbankan ke sektor ini yang menurun 1,93% (yoy). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai

Rp11,19 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar

Rp11,41 triliun.

Grafik 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian

Sumber : LBU, KBI Medan

a. Produksi Padi

Angka Tetap (ATAP) produksi padi Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar

3.582.302 ton Gabah Kering Giling (GKG) meningkat sebesar 54.403 ton dibandingkan angka

tetap (ATAP) produksi padi Tahun 2009. Peningkatan tersebut disebabkan meningkatnya hasil

per hektar sebesar 1,56ku/ha atau 3,40%, sedangkan luas panen mengalami penurunan

sebesar 13.733 hektar atau 1,79%.

Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar 3.600.230 ton

Gabah Kering Giling, naik sebesar 17.928 ton dibanding produksi ATAP Tahun 2010.

Peningkatan produksi disebabkan peningkatan luas panen sebesar 365 ha atau 0,05%,

sedangkan hasil per hektar mengalami kenaikan sebesar 0,21 ku/ha atau 0,44%.

Sementara itu, Sumatera Utara dan empat daerah lain di Indonesia, yakni Jawa Barat,

Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan diminta menjadi sentra produksi beras nasional.

Kelima daerah tersebut diminta tetap mempertahankan swasembada beras dan terus

meningkatkan produktivitas padi di tengah kondisi anomali iklim yang menyebabkan

pergeseran pola tanam pertanian. Untuk menindaklanjuti arahan tersebut, Dinas Pertanian

Sumut akan tetap melakukan langkah meningkatkan koordinasi dengan kabupaten/kota di

Sumut yang menjadi daerah sentra produksi beras secara lokal.

Beberapa langkah yang telah dilakukan Sumut untuk mencapai swasembada beras,

antara lain melakukan program tanam pada areal sawah tadah hujan seluas 120 ribu hektar,

serta memanfaatkan semaksimal mungkin lahan-lahan tidur sebagai areal baru lahan sawah.

Sampai akhir 2010, produksi gabah Sumut mengalami surplus sebesar 307.010 ton, dengan

15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

16  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

produksi sebesar 3.643 juta ton atau setara beras 2,2 juta ton, dengan kebutuhan 2,1 juta ton

bagi 13,3 juta penduduk.

b. Produksi Jagung

ATAP produksi jagung Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.377.718 ton,

naik sebesar 211.170 ton dibandingkan produksi jagung Tahun 2009. Peningkatan tersebut

disebabkan kenaikan luas panen sebesar 27.040 hektar atau 10,91% dan hasil per hektar juga

mengalami kenaikan sebesar 3,05 ku/ha atau 6,48%.

ARAM II produksi jagung pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar 1.353.877 ton, turun

sebesar 23.841 ton dibanding produksi ATAP Tahun 2010. Penurunan produksi disebabkan oleh

penurunan luas panen sebesar 9.533 hektar atau 3,47%, sedangkan hasil per hektar

mengalami kenaikan sebesar 0,90 ku/ha atau 1,80%.

c. Produksi Kedelai

ATAP produksi kedelai Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 9.439 ton, turun

sebesar 4.767 ton dibandingkan produksi kedelai Tahun 2009. Penurunan tersebut disebabkan

penurunan luas panen sebesar 3.691 hektar atau 32,11% dan hasil per hektar juga mengalami

penurunan sebesar 0,26 ku/ha atau 2,10%.

ARAM II produksi kedelai pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar 7.949 ton, turun

sebesar 1.490 ton dibanding produksi ATAP Tahun 2010. Penurunan produksi disebabkan oleh

penurunan luas panen sebesar 455 hektar atau 5,83%, sedangkan hasil per hektar mengalami

penurunan sebesar 1,28 ku/ha atau 10,58%.

2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup

siginifikan pada triwulan II-2011, sektor ini tumbuh 4,66% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (yoy). Faktor utama yang menekan pertumbuhan di sektor

industri pengolahan ini antara lain meningkatnya jumlah produksi yang signifikan dari berbagai

sub-industri yang tergabung dalam kategori industri pengolahan.

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 1.28. Nilai dan Volume Ekspor Grafik 1.29. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Makanan, Minuman dan Tembakau

Sumber : Bank Indonesia

Peningkatan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang pada triwulan II tahun

2011 tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan produksi Industri Furnitur dan

Pengolahan Lainnya sebesar 18,30%, Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari

Plastik sebesar 13,02%, Industri Makanan dan Minuman sebesar 11,88%, dan Industri Kayu,

Barang-barang dari Kayu (tidak termasuk furnitur) dan Barang-barang Anyaman sebesar 1,50%.

Disamping itu ada juga Industri yang mengalami kenaikan produksi yaitu Industri Barang Galian

Bukan Logam sebesar 18,99%, Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia sebesar

17,53 %, Industri Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya sebesar 14,40 %,

Industri Kertas dan Barang dari Kertas sebesar 1,08%, dan Industri Logam Dasar sebesar

0,36%.

Demikian halnya dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri

pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan 8,72% (yoy). Nilai kredit ke sektor industri

pengolahan mencapai Rp21,06 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar Rp19,37 triliun.

Grafik 1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut

ke Sektor Industri Pengolahan

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 7,05%

(yoy), sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,06% (yoy).

Pertumbuhan ini diperkirakan terutama berasal dari sumbangan subsektor perdagangan. Hal ini

diindikasikan oleh beberapa prompt indicator seperti jumlah arus barang bongkar muat di

pelabuhan Belawan. Sementara itu, kinerja sektor perhotelan mengalami sedikit penurunan.

Grafik 1.31. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton)

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

muat (ton)bongkar (ton)

Sumber : BPS

Bongkar Muat 

Pada bulan Juni 2011, tingkat hunian hotel di wilayah Sumut mengalami penurunan

dibandingkan bulan Maret 2011.

Tabel 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%)

Sumber : BPS

Tingkat penghunian kamar hotel rata-rata bintang di Sumut pada bulan Juni 2011

mencapai 43,80% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 46,43%

dan bulan Maret 2011 sebesar 44,81%. Secara agregat, rata-rata lama menginap tamu asing

dan tamu domestik pada hotel berbintang di Sumatera Utara di bulan Juni 2011 mencapai 1,44

hari.

18  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran terus

melanjutkan tren yang meningkat sejak trend-reversal pada triwulan I-2010 dengan

mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada triwulan ini sebesar 32,06% (yoy). Pada akhir

Juni 2011, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp22,20 triliun.

Grafik 1.32. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR

Sumber : LBU, KBI Medan 4. Sektor Keuangan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan

ini yaitu sebesar 10,91% (yoy). Hal ini dikonfirmasi oleh kinerja perbankan Sumut yang memiliki

pangsa dominan pada sektor ini menunjukkan peningkatan performance. Pada triwulan laporan

ini, perbankan Sumut membukukan pertumbuhan kredit sebesar 20,16%.

Tabel 1.6. Perkembangan Kegiatan Bank

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

5. Sektor Bangunan

Pada triwulan II-2011, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi

sebesar 6,58%(yoy) meskipun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 9,45% (yoy).

Sementara itu, realisasi pengadaan semen Sumut di bulan Juni 2011 dengan jumlah 205 ribu

ton meningkat 5,10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 1.33. Realisasi Pengadaan Semen Sumut

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Namun demikian, pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor

bangunan dan konstruksi meningkat sebesar 19,56% (yoy). Penyaluran kredit sektor ini

mencapai Rp2,69 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar

Rp2,25 triliun.

Grafik 1.34. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan II-2011, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan

tertinggi kedua dibandingkan sektor lainnya dengan pertumbuhan sebesar 9,73%. Faktor yang

20  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

mempengaruhi tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain perilaku masyarakat

yang sudah memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok. Hal ini menjadi daya

tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanan komunikasi. Sementara itu,

subsektor pengangkutan mengalami peningkatan antara lain tercermin pada peningkatan

beberapa prompt indicator di sektor ini, terutama jumlah penumpang angkutan udara.

Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional Di Bandara Polonia

Mei 2011 Jun 2011 Jan‐Jun 2010 Jan‐Jun 2011DomestikDatang        220.196    229.724        1.107.588        1.327.285  19,84%Berangkat        233.719    242.193        1.203.214        1.406.307  16,88%InternasionalDatang           58.491       61.813            275.828            334.201  21,16%Berangkat           58.507       68.946            276.058            339.665  23,04%Sumber: BPS

RincianJumlah Penumpang Pertumbuhan 

(yoy)

Tabel 1.8. Jumlah Kapal dan Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belawan

Mei'11 Jun'11 Jan‐Jun 2010 Jan‐Jun 2011Jumlah Kapal  (unit) 168                161          915                 925                 1,09%Penumpang (orang)Datang             5.693         6.904              21.357              31.537  47,67%Berangkat             5.695         8.468              37.011              43.270  16,91%Sumber: BPS

RincianJumlah Penumpang Pertumbuhan 

(yoy)

Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini

menunjukkan perkembangan yang meningkat. Kredit yang disalurkan perbankan pada posisi

akhir Juni 2011 tercatat sebesar Rp1,92 triliun, atau naik 22,29% dibandingkan dengan posisi

yang sama pada tahun sebelumnya Rp1,57 triliun.

Grafik 1.35. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi

10,00 

20,00 

30,00 

40,00 

50,00 

60,00 

0,50 

1,00 

1,50 

2,00 

2,50 

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

%Rp Triliun

Sumber : Laporan Bank umum

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

22  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Kinerja sektor ini pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 9,45% (yoy), menurun

dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 9,64% (yoy) namun masih dalam level pertumbuhan

yang tinggi. Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air bersih ini didukung pula oleh kinerja sisi

pembiayaan perbankan. Kredit perbankan yang disalurkan ke sektor listrik dan gas terus

menunjukkan pertumbuhan positif melanjutkan tren yang terjadi sejak periode-periode

sebelumnya dengan outstanding kredit sebesar Rp0,46 triliun dan tumbuh sebesar 22%

dibandingkan Juni 2010.

Demi meningkatkan kinerja sektor ini, saat ini pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Asahan 3 di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Toba Samosir tersedia dalam mendukung

pasokan listrik di Sumut. Pembangunan PLTA berkapasitas terpasang 2 x 87 MW telah mulai

dikerjakan dan ditargetkan beroperasi tahun 2013 mendatang.

Sementara itu, PT. PLN Wilayah Sumatera Utara menyatakan pasokan listrik selama

bulan Ramadhan akan mencukupi bahkan berlebih. Walaupun terjadi pemadaman listrik selama

Ramadhan, itu bukan karena defisit, tetapi karena kerusakan jaringan akibat gangguan alam

seperti hujan atau angin. Kemampuan pasokan pembangkit di Sumut dalam kondisi normal

sebesar 1.647 megawatt, sedangkan saat beban puncak 1.425 MW sehingga kebutuhan

terpenuhi, bahkan masih ada cadangan 142 MW. Apabila terjadi gangguan pada mesin

pembangkit terbesar, PLN masih dapat memasok 1.477 MW sehingga kebutuhan masyarakat

terpenuhi. PLN Sumut juga tidak akan melakukan perbaikan pada pembangkit selama bulan

Ramadhan sehingga pasokan tetap terjaga.

Saat ini, 46% listrik di Sumut dipasok oleh PLTGU, 10% oleh PLTU Minyak, 10% oleh

PLTU Labuhan Angin, 18% oleh PLTA, 12% oleh PLTD dan 4% oleh PLTG. Setiap tahun listrik di

Sumut menerima subsidi Rp8 triliun. Subsidi terjadi karena biaya pokok penyediaan listrik saat

ini Rp 1.716 per kWh, sementara harga jual rata-ratanya Rp695 per kWh.

8. Sektor Jasa-Jasa

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 9,19%, meningkat

dibandingkan dengan triwulan I-2011 sebesar 8,74%. Seiring dengan membaiknya kondisi

perekonomian, penyerapan tenaga kerja pada jasa-jasa rumah tangga maupun perseorangan

yang sifatnya lebih cenderung informal juga turut meningkat.

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 1.36. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa

Dari sisi penyaluran kredit ke sektor jasa-jasa, sektor ini mengalami peningkatan

pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,82% dengan nilai kredit sebesar

Rp4 triliun.

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Pengembangan Klaster Industri Sei Mangkei untuk Mendukung Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia | Boks 1   

24 

Klaster industri hilir kelapa sawit Sei Mangkei sebagai bagian dari konsep koridor

ekonomi Indonesia. Wacananya Koridor Sumatera dikembangkan menjadi ”Sentra

Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”. Saat ini Sei Mangkei

telah memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan sumber air yang melimpah dan PTPN III

sebagai penggerak (champion). Lokasi Sei Mangkei juga dekat dengan pelabuhan Kuala

Tanjung milik PT. Inalum yang pada tahun 2013 akan beroperasi umum. Selain itu,

terdapat pula jalur kereta api yang dapat dikembangkan agar terhubung ke Pelabuhan

Kuala Tanjung.

a. Infrastruktur pendukung

Guna memudahkan distribusi hasil industri Sei Mangkei, maka kawasan ini

dilengkapi dengan jalan penghubung kawasan ini ke pelabuhan maupun jalan kereta api,

jalan tol Kualanamu-Tebing Tinggi, fly over Kuala Tanjung, dan peningkatan kapasitas

sejumlah ruas jalan di sekitar kawasan industri Sei Mangkei.

BOKS 1 Pengembangan Klaster Industri Sei Mangkei untuk Mendukung Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

A. INFRASTRUKTURJalan Negara

- Pembangunan Jalan Tol Kuala Namu - Tebing Tinggi (60 km) Kemen PU,Pemprov- Peningkatan Kapasitas Ruas Limapuluh - Indrapura - Kemen PU

Simpang Kuala Tanjung (25 km)- Pembangunan Fly Over Simpang Kuala Tanjung Kemen PU

Jalan Propinsi- Peningkatan Kapasitas Ruas 50 - Perdagangan (11 km) Pemprov Sumut

Jalan Kabupaten- Peningkatan Kapasitas Ruas Simpang Mayang - Kec Bosar Pemkab Simalungun

Maligas (14 km)Jalan Kereta Api

- Bandar Tinggi - Kuala Tanjung (23 km) Ditjen Perkeretaapian

- KISM - Perlanaan PTPN IIIPelabuhan Laut

- Kuala Tanjung Ditjen Hub Laut,

B. KAWASAN INDUSTRI- Masterplan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kemenperin- Rencana Strategis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kemenperin- AMDAL Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) PTPN III- Studi Kelayakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kemenperin

KAWASAN TAHAP 1 - Pembangunan Jalan Dalam Kawasan (total 2 km) PTPN III- Pembangunan PLTBS 2 x 3.5 MW PTPN III- Pembangunan Pengolahan Limbah (WWTP) 250 Liter/jam PTPN III- Pembangunan Tangki Timbun Curah Cair PTPN III

C. INDUSTRI - Biodiesel, Betacarotene, Methyl Ester - Fatty Alcohol- PKO

D. PROMOSI INVESTASI- Pameran Investasi Oleochemical di India (2-6 Maret 2011) Kemenperin, DJ KII- pameran Investasi di Dubai (10 - 12 Mei 2011) Kemenperin

Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Utara

Boks 1  | Pengembangan Klaster Industri Sei Mangkei untuk Mendukung Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia 

 

 

25

b. Progress

Hingga Mei 2011, pembangunan infrastruktur kawasan dan peningkatan kapasitas PKS

telah mencapai 100%. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS)

baru mencapai 43,79% dan Palm Kernel Oil (PKO) mencapai 41,43%.

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

c. Regional Impact

Dampak paling nyata dari pengembangan kawasan industri kelapa sawit Sei Mangkei

adalah penyerapan tenaga kerja penduduk di sekitar kawasan. Berdasarkan feasibility

study, dengan beroperasinya kawasan ini akan menambah penyerapan tenaga kerja

sekitar 357 orang. Jumlah ini belum termasuk tenaga kerja informal yang mungkin

diserap.

Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Utara

Dengan terintegrasinya pengembangan kelapa sawit dari hulu ke hilir pada kawasan

industri Sei Mangkei ini, maka ditargetkan pada tahun 2015 pemanfaatan CPO di Sumut

mencapai 5.250 ribu ton dan meningkat lagi jumlahnya pada 2020 menjadi 6.200 ribu

ton.

Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara

Pengembangan Klaster Industri Sei Mangkei untuk Mendukung Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia | Boks 1   

26 

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

BBBAAABBB 222 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

“ Tekanan inflasi triwulan II-2011 menurun seiring penurunan harga-harga

komoditas volatile foods.”

2.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan II-2011, Sumut mengalami inflasi 0,00% (qtq), lebih rendah dibandingkan

inflasi triwulanan nasional yang tercatat sebesar 0,36%. Inflasi (qtq) ini juga lebih rendah

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,40%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut

pada Juni 2011 tercatat sebesar 4,96%, jauh di bawah inflasi tahunan triwulan I-2011 sebesar

7,38%. Inflasi Sumut juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat

sebesar 5,54%.

Ditinjau dari disagregasi inflasi, pada Juni 2011 Sumut tidak lagi didominasi oleh inflasi

volatile foods, melainkan inflasi inti. Inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 5,29% (yoy).

Sementara itu inflasi volatile foods sebesar 3,79% (yoy) dan administered price sebesar 3,48%

(yoy).

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional

Sumber : BPS

Kendati potensi risiko inflasi di triwulan ini menurun, namun perlu dicermati beberapa

potensi risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada periode ke depan. Upside risks

tersebut adalah tingginya harga komoditas internasional, rencana kebijakan pemerintah terkait

BBM bersubsidi, harga minyak dunia yang berpotensi untuk terus naik akibat isu geopolitik di

Timur Tengah, dan meningkatnya permintaan berbagai komoditas terutama pangan.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Inflasi triwulanan Sumut tercatat sebesar 0,00% (lebih tepatnya -0,00087%) lebih

rendah dibandingkan inflasi triwulanan nasional sebesar 0,36%. Inflasi pada triwulan ini juga

jauh lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 0,40%. Deflasi bulanan

27  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

yang terjadi pada April 2011 dan Mei 2011 memicu penurunan inflasi triwulanan Sumut pada

periode ini.

Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sumut & Nasional

Penurunan harga terutama berasal dari kelompok volatile food yang sudah tidak lagi

mendominasi inflasi Sumut. Sementara itu, inflasi inti (core inflation) mulai mengambil porsi

besar pada inflasi Sumut. Beberapa komoditas volatile foods yang mulai menunjukkan

penurunan harga di triwulan I-2011 adalah cabe merah, bawang merah, dan kentang.

Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan II-2011

April 2011 Mei 2011 Juni 2011

Komoditas Andil

Deflasi Komoditas Andil

Deflasi Komoditas Andil

Deflasi

Cabe merah -0,2110 Cabe merah -0,3271 Kerang -0,0060

Daging ayam ras -0,1955 Dencis -0,0811 Sawi hijau -0,0068

Bawang merah -0,1644 Kembung/Gembung -0,0465 Sabun mandi -0,0108

Beras -0,0867 Telepon Seluler -0,0389 Batu Bata/ Batu tela -0,0117

Angkutan udara -0,0808 Tongkol -0,0347 Bawang putih -0,0119Cabe rawit -0,0426 Bawang Merah -0,0311 Personal Komputer/

Desktop -0,0324

Cabe hijau -0,0273 Kentang -0,0294 Gula pasir -0,0376 Sumber: BPS

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  28  

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan II-2011

April 2011 Mei 2011 Juni 2011

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi

Upah Pembantu RT 0,0697 Beras 0,0667Angkutan udara 0,1801

Sewa Rumah 0,0261 Sepeda Motor 0,0589 Cabe merah 0,1306

Kontrak rumah 0,0235 Emas perhiasan 0,0505 Dencis 0,0826

Shampo 0,0225 Angkutan udara 0,0454 Beras 0,0763

Ikan Goreng 0,0162 Teri 0,0376Daging ayam ras 0,0753

Teri 0,0158 Sewa rumah 0,0312 Daging sapi 0,0593

Tongkol 0,0120 Keramik 0,0213 Emas perhiasan 0,0555 Sumber: BPS

2.2.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, bahan makanan mengalami deflasi dalam level

yang relatif kecil yakni sebesar -0,03%. Kelompok lainnya juga mengalami inflasi triwulanan

yang sangat kecil. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami inflasi sebesar

0,00%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air,

listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok kesehatan; dan kelompok transpor, komunikasi, dan

jasa keuangan masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,01%. Sementara itu kelompok

sandang pada triwulan ini mengalami inflasi sebesar 0,02%.

Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: BPS a. Kelompok Bahan Makanan

Tren penurunan inflasi kelompok bahan makanan masih berlanjut hingga triwulan ini.

Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -2,76% (qtq) setelah triwulan

sebelumnya juga deflasi -0,73% (qtq). Deflasi secara triwulanan kelompok bahan makanan ini

29  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

terutama dipicu oleh deflasi subkelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan II-2011,

subkelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami deflasi yang signifikan sebesar -25,51%.

Grafik 2.4. Inflasi Triwulanan

Kelompok Bahan Makanan di Sumut

b. Kelompok Sandang

Pada triwulan I-2011, kelompok sandang mengalami inflasi triwulanan sebesar 2,30%,

meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2011 yang tercatat deflasi sebesar -0,41%. Emas

perhiasan yang termasuk ke dalam kelompok sandang ini memang sempat mengalami

penurunan harga pada triwulan ini. Kontribusi terbesar inflasi kelompok sandang bersumber

dari subkelompok sandang anak-anak dan subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya.

Subkelompok sandang anak-anak mengalami inflasi sebesar 1,84% dan subkelompok barang

pribadi dan sandang lainnya mengalami inflasi sebesar 4,01%.

Peningkatan harga sandang anak-anak dipicu oleh faktor seasonal peningkatan

konsumsi seragam sekolah saat memasuki tahun ajaran baru. Sementara itu, inflasi

subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya dipicu oleh kenaikan harga komoditas emas

di pasar internasional yang secara langsung memengaruhi harga emas perhiasan lokal termasuk

di Sumut.

Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  30 

 

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Deflasi kelompok bahan makanan diikuti dengan penurunan laju inflasi kelompok

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang inflasi triwulanan saat ini sudah tidak

setinggi triwulan lalu. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada

triwulan ini mencapai 0,50%, menurun dibandingkan triwulan I-2011 (1,43%). Bahkan salah

satu subkelompoknya mengalami deflasi yakni subkelompok minuman yang tidak beralkohol

(-1,71%).

Grafik 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut

d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi triwulanan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami

peningkatan dari 0,31% (qtq) pada triwulan I-2011 menjadi 1,03% (qtq) pada triwulan II-2011.

Subkelompok transportasi (1,91%) memiliki tingkat inflasi yang paling besar dibandingkan sub

kelompok lainnya. Sebagaimana diketahui, masa libur sekolah dan tahun ajaran baru seringkali

memicu inflasi subkelompok transportasi dari tahun ke tahun.

Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut

31  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

e. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan tidak lagi mengalami inflasi setinggi triwulan lalu. Pada triwulan II-

2011 ini inflasi kelompok kesehatan sebesar 0,63%. Subkelompok jasa perawatan jasmani

(1,21%) mengalami inflasi tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya.

Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut

f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami peningkatan

dari 0,88% pada triwulan I-2011 menjadi 1,02% pada triwulan II-2011. Subkelompok

penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya,

yakni sebesar (1,48%), diikuti dengan subkelompok biaya tempat tinggal (1,44%) dan

subkelompok bahan bakar, penerangan (0,22%). Sebaliknya, subkelompok perlengkapan

rumah tangga justru mengalami deflasi -0,61%.

Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  32 

 

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Pada triwulanan II-2011 kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga justru mengalami

deflasi sebesar -0,18%. Deflasi kelompok ini terutama dipicu oleh subkelompok perlengkapan/

peralatan pendidikan yang juga mengalami deflasi yakni sebesar -2,48%. Senada dengan hal

itu, subkelompok rekreasi juga mengalami deflasi sebesar -0,51%. Sementara itu, subkelompok

pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,35% (qtq).

Grafik 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut

2.2.2. INFLASI MENURUT KOTA

Terjadi penurunan laju inflasi triwulanan di keempat kota yang dihitung inflasinya di

Sumut. Bahkan kota Sibolga dan Padangsidempuan mengalami deflasi -0,01%. Sementara itu,

Medan dan Pematangsiantar laju inflasinya 0,00%.

Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%)

Sumber: BPS, diolah

33  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, inflasi Sumut pada Juni 2011 tercatat sebesar 4,96% (yoy), jauh

menurun dibandingkan pada Maret 2011 yang tercatat sebesar 7,38% (yoy). Inflasi Sumut ini

masih di bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,54% (yoy).

2.3.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Pada triwulan laporan, seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi. Kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memiliki tingkat inflasi tertinggi dibandingkan

kelompok lain, yakni sebesar 7,50%.

Kelompok lainnya, sandang mengalami inflasi sebesar 7,23%; perumahan, air, listrik,

gas & bahan bakar; bahan makanan (4,65%); kesehatan (4,63%); makanan jadi, minuman,

rokok, dan tembakau (4,10%); pendidikan, rekreasi, dan olah raga (2,15%); dan transpor,

komunikasi, dan jasa keuangan (1,52%).

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: BPS

a. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,65% (yoy),

menurun drastis dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 13,73% (yoy). Subkelompok ikan segar

mengalami inflasi yang sangat tinggi 23,06% (yoy), diikuti dengan subkelompok ikan diawetkan

(16,72%); subkelompok kacang-kacangan (15,68%); subkelompok lemak dan minyak

(13,55%); dan subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya (12,39%).

Beberapa subkelompok ada pula yang mengalami deflasi. Subkelompok bumbu-

bumbuan mengalami deflasi yang cukup besar yakni -36,82%. Selain itu, subkelompok sayur-

sayuran deflasi -3,57% dan subkelompok buah-buahan deflasi -0,20%.

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  34  

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Deflasi yang cukup dalam pada subkelompok bumbu-bumbuan dipicu oleh adanya

koreksi harga sejumlah komoditas bumbu-bumbuan pada triwulan ini terutama cabe merah dan

bawang merah.

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Cabe Merah

Grafik 2.13. Perkembangan Harga Bawang Merah

Sumber : Survei Pembantauan Harga (SPH), KBI Medan

Hasil Survei Pemantauan Harga mengkonfirmasi hal tersebut, harga cabe merah dan bawang

merah mengalami penurunan sejak akhir Maret 2011 dan terus berlanjut hingga Mei 2011.

Pada minggu ketiga Maret 2011, harga cabe merah Rp35.000 per kg dan terus menurun

hingga sempat menyentuh level Rp10.000 per kg pada minggu ketiga Mei 2011. Senada

dengan cabe merah, harga bawang merah yang sempat mencapai Rp22.000 per kg pada

minggu kedua Maret 2011 menjadi Rp12.000 per kg pada minggu keempat April 2011.

35  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada bulan Juni 2011

sebesar 4,10% (yoy), menurun dibandingkan bulan Desember 2010 yang tercatat sebesar

5,98% (yoy). Inflasi subkelompok makanan jadi sudah jauh menurun dari 7,11% pada triwulan

lalu menjadi 4,86% pada triwulan II-2011. Sementara itu, subkelompok minuman yang tidak

beralkohol mengalami inflasi sebesar 3,55% dan subkelompok tembakau dan minuman

beralkohol mengalami inflasi 2,73%.

Grafik 2.14. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada Juni 2011 mengalami inflasi

sebesar 2,15%, menurun dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,35%. Penurunan

ini dipicu oleh deflasi subkelompok perlengkapan/ peralatan pendidikan (-0,23%) dan

subkelompok rekreasi (-2,77%).

Grafik 2.15. Inflasi Kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  36  

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

d. Kelompok Sandang

Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 7,23% menurun

dibandingkan triwulan lalu sebesar 8,43% (yoy). Kendati terjadi penurunan inflasi pada

kelompok ini namun perlu dicermati bahwa subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya

mengalami inflasi sebesar 11,25%. Tingginya laju inflasi subkelompok ini disebabkan oleh

kenaikan harga emas di pasar internasional yang secara langsung memengaruhi harga emas

lokal. Komoditas emas perhiasan yang masuk ke dalam subkelompok ini mengalami kenaikan

harga yang signifikan berdasarkan Survei Pembantauan Harga yang dilakukan oleh Kantor Bank

Indonesia Medan. Harga emas perhiasan 24 karat seharga Rp398.000,00 per gram pada akhir

triwulan I-2011 melonjak menjadi Rp440.300,00 per gram pada akhir triwulan II-2011.

Kenaikan serupa juga terjadi pada kadar emas perhiasan 22 karat, yang naik dari Rp290.000,00

per gram pada akhir triwulan I-2011 menjadi Rp345.000,00 per gram pada akhir triwulan II-

2011.

Grafik 2.16. Inflasi Kelompok Sandang

Grafik 2.17. Harga Emas di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

37  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

Inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar pada Juni 2011

tercatat sebesar 7,50%, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu yang tercatat

sebesar 6,64%.

Grafik 2.18. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

f. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan mengalami peningkatan pada triwulan laporan, dari 4,25%

pada triwulan lalu menjadi 4,63% pada triwulan II-2011. Seluruh subkelompok yang termasuk

ke dalam kelompok ini mengalami inflasi, jasa kesehatan (9,26%), jasa perawatan jasmani

(7,44%), perawatan jasmani dan kosmetika (2,74%), dan obat-obatan (0,97%).

Grafik 2.19. Inflasi Kelompok Kesehatan

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  38  

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami peningkatan

pada triwulan pelaporan, dari 0,98% di triwulan I-2011 menjadi 1,52% di triwulan II-2011.

Peningkatan bisa jadi disebabkan oleh kenaikan arus transportasi pada masa libur sekolah.

Grafik 2.20. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

2.3.2. INFLASI MENURUT KOTA

Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami

penurunan bila dibandingkan triwulan lalu. Sibolga masih menjadi kota dengan tingkat inflasi

tertinggi dibandingkan 3 kota lainnya. Inflasi Sibolga tercatat sebesar 7,57%, diikuti

Pematangsiantar sebesar 6,35%, Medan (4,70%), dan Padangsidempuan (4,55%).

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy)

Sumber: BPS

Di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, kelompok perumahan, air, listrik,

gas, dan bahan bakar serta kelompok sandang menjadi kelompok yang memiliki tingkat inflasi

tinggi di masing-masing kota. Bahkan inflasi kelompok sandang di kota Padangsidempuan

39  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

mencapai 12,24%. Meskipun demikian, di Padangsidempuan terdapat 2 kelompok yang justru

mengalami deflasi yaitu kesehatan (-0,28%) serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

(-5,01%).

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy)

Sumber: BPS

2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI

2.4.1 Faktor Fundamental

Ekspektasi Inflasi

Melonjaknya harga komoditas internasional seperti emas dan juga rencana kebijakan

pemerintah terkait BBM bersubsidi mendorong peningkatan ekspektasi harga di benak

konsumen. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan terjadi peningkatan

indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang menjadi 168 dan indeks

ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang menjadi 169. Kendati terjadi peningkatan indeks

ekspektasi harga, nampaknya masyarakat Sumut tetap optimistis, tercermin dari indeks

keyakinan konsumen yang justru menguat dari 102 pada Maret 2011 menjadi 107 pada Juni

2011.

Grafik 2.21. Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa

Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  40  

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Guna mengawal Ekspektasi masyarakat pula, TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID

Kota Medan semakin giat melakukan relasi media baik talk show dan konferensi pers maupun

aksi peninjauan ke pasar, bersama dengan Gubernur Sumut, Kapolda, dan instansi terkait

lainnya.

2.4.2 Faktor Non Fundamental

Disagregasi Inflasi

Setelah 7 bulan terakhir volatile foods mendominasi inflasi Sumut, pada Juni 2011 inflasi

Sumut lebih dipengaruhi oleh inflasi inti dibandingkan volatile foods. Harga komoditas-

komoditas volatile foods yang mulai menurun menjadi pemicu hal tersebut.

Grafik 2.22. Disagregasi Inflasi Sumut

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan SPH, komoditas volatile foods yang mengalami penurunan harga cukup signifikan

antara lain cabe merah, bawang merah, dan wortel.

41  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Rantai Distribusi Cabai Merah di Kabupaten Karo | Boks 2   

42 

Rantai distribusi cabai merah di Kabupaten Karo saat ini nampaknya belum

berpihak pada petani produsen di daerah tersebut. Bargaining power petani dalam

penentuan harga komoditas yang ditanamnya sangat lemah. Cabai dari petani ditimbang

oleh petugas penimbang dan dibiarkan hingga akhir hari. Sore hari pedagang akan

menawar cabai tersebut dan harga ditentukan oleh kesepakatan pedagang berdasarkan

jumlah pasokan cabai. Posisi petani sangat lemah karena jika sampai malam harga tetap

dipertahankan maka cabai akan susut dan busuk sehingga dengan terpaksa dijual sesuai

dengan harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul. Tidak hanya itu, pedagang

pengumpul masih menarik sewa jasa timbangan ke petani sebesar Rp3.500 untuk berat

goni 50-75 kg.

Pedagang antar kota mengambil margin paling besar dibandingkan pelaku usaha

lainnya dalam rantai distribusi cabai merah. Sebagai ilustrasi, pedagang antar kota

membeli cabai merah dari pedagang pengumpul dengan harga Rp4.000 per kg dan

menjualnya ke pedagang antar kota sebesar Rp6.500, margin pedagang antar kota ini

berkisar 30%-32%. Sementara itu pedagang pengumpul mengambil margin berkisar 8%-

10% dari harga beli cabai merah yang didapatnya dari petani untuk dijual ke pedagang

antar kota. Pedagang pengecer mematok margin 13%-15%. Dengan pola seperti ini,

cabai merah yang dijual petani kepada pedagang pengumpul seharga Rp3.500 per kg

dapat melonjak jadi Rp7.500 per kg setelah sampai ke tangan konsumen akhir. Rantai

distribusi ini sekaligus mengindikasikan bahwa pembentukan harga terjadi di pedagang

antar kota atau pedagang besar.

Dengan sistem yang ada saat ini, rasanya cukup beralasan jika saat harga cabai

merah di pasaran anjlok, seringkali petani membiarkan cabai merah miliknya membusuk

di pohon daripada menjualnya. Sebab biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar

buruh petik, biaya tranportasi ke pasar, dan biaya sewa timbangan tidak sebanding

dengan keuntungan yang diperolehnya.

Memperhatikan hal tersebut, perlu dibuat strategi atau program untuk

memperkuat daya tawar petani dalam rantai distribusi cabai merah. Strategi yang

mungkin dilakukan sebagaimana tabel berikut.

BOKS 2 Rantai Distribusi Cabai Merah di Kabupaten Karo

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Sumber: Disarikan dari Hasil Kunjungan ke Gapoktan Cabai Merah di Kabupaten Karo

Boks 2  | Rantai Distribusi Cabai Merah di Kabupaten Karo   

 

43

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB III Perkembangan Perbankan Daerah

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

44  

”Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan akhit triwulan II-2011 masih

terus mengalami peningkatan. Fungsi intermediasi perbankan dalam penghimpunan dana

dan penyaluran kredit kepada masyarakat masih terjaga di level yang optimal.”

3.1. KONDISI UMUM

Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan II-2011 masih

terus mengalami peningkatan. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator perbankan,

baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih

tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit semakin

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio

Non Performing Loan (NPL) dari 2,97% pada triwulan I-2011 menjadi 2,86%.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 5,32% (qtq) dan

21,82% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp144,81 triliun didominasi oleh bank

konvensional yaitu sebesar Rp139,85 triliun (96,57%) sedangkan sisanya merupakan aset

bank syariah yaitu sebesar Rp4,96 triliun (3,43%).

Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 3,01%

(qtq) atau 18,51% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp115,99 triliun. Pertumbuhan ini

didorong oleh kenaikan seluruh jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito dengan

persentase kenaikan masing-masing sebesar 6,41%, 3,35% dan 1,19% (qtq). Peningkatan

ini mengindikasikan semakin baiknya kinerja perbankan dalam menarik kepercayaan

masyarakat. Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan

dan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 26,55%(yoy), sedangkan giro dan

deposito naik masing-masing sebesar 19,57%(yoy) dan 10,94%(yoy).

Kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan II-2011 tumbuh

sebesar 5,96%(qtq) atau 20,16% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp96,97 triliun.

Pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit investasi yaitu sebesar

9,22% (qtq).

Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut

Sumber: LBU, diolah

BBBAAABBB 333  

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah 

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN

Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan I-2011 dan triwulan II-2011

mengalami peningkatan yang tercermin dari adanya kenaikan loan to deposit ratio dari

81,27% menjadi 83,60%. Kenaikan kredit investasi berperan besar dalam peningkatan

loan to deposit ratio. Ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian yang semakin

membaik berpengaruh positif terhadap dunia usaha di Sumut.

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan DPK Sumut hingga triwulan II-2011 mencapai Rp115,99 triliun,

meningkat 3,01% dibandingkan triwulan sebelumnya atau meningkat 18,51%

dibandingkan triwulan II-2010 walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang relatif

stabil. Dilihat secara terpisah, penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional

tercatat sebesar Rp112,83 triliun atau tumbuh sebesar 2,97% (qtq) dan 17,94%

(yoy).

Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut

Sumber: LBU, diolah

Ditinjau dari strukturnya, DPK perbankan di Sumatera Utara masih tetap didominasi

oleh tabungan sebesar 40,93% dari total DPK dengan nilai Rp47,47 triliun, diikuti

deposito 40,48% (Rp46,95 triliun) dan giro 18,60% (Rp21,57 triliun).

45  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut

Sumber: LBU, diolah

Namun bila dilihat dari pertumbuhannya, giro mengalami pertumbuhan paling tinggi

pada triwulan II-2011 yaitu sebesar 6,41% (qtq), diikuti oleh tabungan yang tumbuh

sebesar 3,35% dan deposito tumbuh paling rendah sebesar 1,19%. Sementara itu,

dilihat dari rata-rata suku bunga selama triwulan I-2011 hingga triwulan II-2011

suku bunga tabungan mengalami penurunan dari 2,56% menjadi 2,55% dan suku

bunga deposito menurun dari 6,49% menjadi 6,34%, sedangkan suku bunga giro

mengalami kenaikan dari 1,89% menjadi 2,01%.

3.2.2. Penyaluran Kredit

Pada triwulan II-2011 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 5,96% (qtq)

hingga mencapai Rp96,97 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan

ini maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 20,16% yang diperkirakan

sebagai dampak pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan kredit yang relatif

lebih baik pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh peningkatan kredit investasi

sebesar 9,22% (qtq).

Grafik 3. 3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut

Sumber: LBU, diolah

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  46  

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Pertumbuhan kredit investasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

kredit modal kerja dan kredit konsumsi pada triwulan II-2011 relatif tidak merubah

struktur kredit Sumatera Utara yang didominasi kredit modal kerja sebesar Rp49,30

triliun (50,84%), diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing

sebesar Rp27,45 triliun (28,31%) dan Rp20,22 triliun (20,85%).

Grafik 3. 4 Struktur Kredit Sumut

Sumber: LBU, diolah

Komposisi penyaluran kredit menurut sektor ekonomi pada triwulan II-2011 relatif

sama dengan triwulan sebelumnya, dengan dominasi sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian dengan porsi masing-

masing sebesar 22,89%, 21,72% dan 11,54%. Jika dibandingkan dengan posisi

triwulan I-2011, pangsa sektor perdagangan, restoran dan hotel menurun dari

23,14% menjadi 22,89%. Positifnya pertumbuhan perekonomian regional,

diperkirakan akan semakin mendorong peningkatan kegiatan sektor perdagangan,

hotel dan restoran, yang diikuti dengan kenaikan penyaluran kredit di sektor ini.

Grafik 3. 5 Perkembangan Kredit dan Pangsanya menurut Sektor Ekonomi

Sumber : LBU, diolah

47  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

3.2.3. Kredit UMKM

Jumlah kredit UMKM pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan sebesar 9,29%

(qtq) hingga mencapai jumlah sebesar Rp25,97 triliun. Sementara secara tahunan

kredit UMKM mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 19,35%.

Grafik 3. 6 Perkembangan Kredit UMKM Sumut

Sumber : LBU, diolah

Struktur kredit UMKM didominasi oleh kredit menengah yang nilainya mencapai

Rp10,88 triliun atau 41,89% dari total kredit UMKM. Sementara itu kredit kecil

nilainya mencapai Rp10,77 triliun atau 41,47% dari total kredit UMKM dan kredit

mikro sebesar Rp4,32 triliun atau 16,63% dari total kredit UMKM. Porsi ini sama

dengan posisi triwulan sebelumnya dimana kredit menengah masih mendominasi

struktur kredit UMKM dengan pangsa 41,89%.

Grafik 3. 7 Struktur Kredit UMKM Sumut

Sumber: LBU, diolah

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  48  

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Berdasarkan jenis penggunaannya, struktur kredit mikro, kecil dan menengah

didominasi oleh kredit modal kerja. Kredit mikro yang digunakan untuk modal kerja

sebesar Rp3,24 triliun (89,19% dari total kredit mikro), dan kredit mikro yang

ditujukan untuk investasi sebesar Rp392,33 miliar (10,81% dari total kredit mikro).

Grafik 3. 8 Struktur Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah

Sumber: Sumber : LBU, diolah

Kredit kecil yang digunakan untuk konsumsi sebesar Rp146,63 miliar atau 1,64%

dari total kredit kecil. Kredit kecil yang digunakan untuk modal kerja sebesar Rp6,87

triliun (76,92% dari total kredit kecil). Kredit kecil yang ditujukan untuk investasi

sebesar Rp1,91 triliun (21,44% dari total kredit kecil).

Kredit menengah yang digunakan untuk modal kerja sebesar Rp8,23 triliun atau

77,02% dari total kredit menengah dan kredit menengah yang ditujukan untuk

investasi sebesar Rp2,47 triliun (22,98% dari total kredit menengah).

Grafik 3. 9 Perkembangan Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi

Sumber: LBU, diolah

Ditinjau dari sisi sektoral, kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel,

dan restoran yang pada triwulan laporan mencapai Rp10,85 triliun atau 46,57% dari

total kredit UMKM, diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan total kredit

Rp3,03 triliun (13%).

49  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

3.3. STABILITAS SISTEM PERBANKAN

3.3.1. Risiko Kredit

Non Performing Loans (NPL) secara gross pada triwulan II-2011 tercatat sebesar

2,86%, menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,97%. NPL

perbankan Sumatera Utara yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun

2008 menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumatera Utara yang relatif stabil

meskipun terdapat pelambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai

dampak krisis keuangan global.

Grafik 3. 10 NPL Gross

Sumber: LBU, diolah

Komposisi NPL masih relatif tetap, di mana kredit investasi masih mencatat rasio NPL

tertinggi yaitu sebesar 4,55%, sedangkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi

masing-masing tercatat 4,03% dan 1,95%.

Secara sektoral NPL gross tertinggi pada triwulan II-2011 dialami oleh debitur sektor

pertambangan dengan NPL tercatat sebesar 25,29% naik pesat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 15,25%, diikuti oleh sektor konstruksi yang

tercatat sebesar 9,87% naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,17%.

Namun demikian enam sektor lainnya yang memiliki pangsa 71,82% dari total kredit

justru mengalami penurunan NPL sehingga mampu menekan total NPL turun

menjadi 3,59%. Sementara itu, pada triwulan laporan NPL net tercatat sebesar

1,35%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,38%.

3.3.2. Risiko Likuiditas

Dilihat dari cash ratio yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki

likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada triwulan II-2011 cash

ratio ini tercatat sebesar 5,45% meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 5,26%.

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  50  

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 3. 11 Cash Ratio

Sumber: LBU, diolah

3.3.3. Risiko Pasar

Pada triwulan II-2011 terdapat kecenderungan pertumbuhan long aset dalam jangka

panjang yang diindikasikan karena peningkatan permintaan kredit seiring dengan

menurunnya tingkat suku bunga kredit. Dibandingkan triwulan sebelumnya, pada

triwulan II-2011 suku bunga perbankan yang mengalami peningkatan yaitu giro dari

1,89% menjadi 2,01%. Sementara suku bunga tabungan dan deposito menurun

masing-masing dari 2,56% menjadi 2,55% dan dari 6,49% menjadi 6,34%.

Dengan profil maturitas perbankan di Sumatera Utara tersebut, kecenderungan

penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menurunkan risiko pasar perbankan

Sumatera Utara dari aspek pergerakan suku bunga karena berpotensi meningkatkan

net interest margin bank.

Grafik 3.12 Pergerakan suku bunga perbankan

Sumber: LBU, diolah

51  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

3.4. PERBANKAN SYARIAH

Aset perbankan syariah triwulan II-2011 sebesar Rp4,96 triliun, naik 4,20% dibandingkan

triwulan I-2011. Pembiayaan perbankan syariah triwulan II-2011 sebesar Rp4,94 triliun atau

naik 7,16% dibandingkan triwulan I-2011. DPK perbankan syariah triwulan II-2011 sebesar

Rp3,16 triliun atau meningkat 4,64% dibandingkan triwulan I-2011. Bila dibandingkan

triwulan yang sama tahun lalu, aset, pembiayaan dan DPK perbankan syariah masing-

masing meningkat 28,83%, 19,90% dan 43,64%.

Grafik 3. 13 Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah

Sumber: LBUS, diolah

Sementara itu, kegiatan intermediasi perbankan syariah juga semakin menunjukkan

peningkatan yang terlihat dari Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 156,33%,

meningkat bila dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 152,65%. Peningkatan FDR tersebut

mengindikasikan bahwa produk dana dan produk pembiayaan syariah semakin diminati

masyarakat.

Grafik 3. 14 FDR Perbankan Syariah

Sumber: LBUS, diolah

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  52  

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Aset BPR di Sumatera Utara triwulan II-2011 mencapai Rp720 miliar, meningkat 2,86%

dibandingkan triwulan I-2011 atau 16,13% (yoy). Sedangkan kredit untuk triwulan II-2011

tercatat sebesar Rp500 miliar, meningkat 1,42% dibandingkan triwulan sebelumnya dan

secara tahunan tumbuh 4,17% (yoy). Sementara itu, jumlah dana masyarakat yang

dihimpun tercatat sebesar Rp500 miliar atau meningkat 11,11% (yoy) jika dibandingkan

posisi yang sama tahun sebelumnya. Namun bila dibandingkan triwulan sebelumnya

menurun sebesar 3,85%.

Grafik 3. 15 Perkembangan Aset, Kredit, dan DPK BPR

Sumber: LBU BPR, diolah

Kegiatan intermediasi BPR di Sumatera Utara pada triwulan laporan juga menunjukkan

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu berada pada angka 100% setelah

pada triwulan sebelumnya sebesar 94,81%.

Grafik 3. 16 LDR BPR

Sumber: LBU BPR, diolah

53  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

54 Perkembangan Keuangan Daerah| BAB 4

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

”Memasuki triwulan II-2011, peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sumut

diperkirakan mengalami peningkatan.”

”Memasuki triwulan II-2011, peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sumut

diperkirakan mengalami peningkatan.”

4.1. Penerimaan Pajak 4.1. Penerimaan Pajak

Peran Keuangan Daerah terhadap perekonomian Sumut pada triwulan II-2011

diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada

tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, realisasi penerimaan pajak Pemerintah Provinsi

Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat 9,3% dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Pencapaian penerimaan pajak terkait dengan meningkatnya

aktivitas perekonomian sehingga tingkat penerimaan pajak dari para wajib pajak juga

turut meningkat.

Peran Keuangan Daerah terhadap perekonomian Sumut pada triwulan II-2011

diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada

tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, realisasi penerimaan pajak Pemerintah Provinsi

Sumut pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat 9,3% dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Pencapaian penerimaan pajak terkait dengan meningkatnya

aktivitas perekonomian sehingga tingkat penerimaan pajak dari para wajib pajak juga

turut meningkat.

Realisasi penerimaan pajak di Kanwil Ditjen Pajak Sumatera Utara (Sumut I) Medan

hingga pertengahan Juni 2011 tercatat senilai Rp4,4 triliun, atau sekitar 39% dari target

tahun 2011 sebesar Rp9 triliun. Kinerja penerimaan pajak tersebut meningkat sekitar

9,3% dibandingkan penerimaan pajak pada periode yang sama tahun 2010 yang nilainya

tercatat senilai Rp3,9 triliun.

Realisasi penerimaan pajak di Kanwil Ditjen Pajak Sumatera Utara (Sumut I) Medan

hingga pertengahan Juni 2011 tercatat senilai Rp4,4 triliun, atau sekitar 39% dari target

tahun 2011 sebesar Rp9 triliun. Kinerja penerimaan pajak tersebut meningkat sekitar

9,3% dibandingkan penerimaan pajak pada periode yang sama tahun 2010 yang nilainya

tercatat senilai Rp3,9 triliun.

Saat ini Indonesia mengacu kepada sistem penghimpunan pajak yang bersifat self

assessment (menghitung dan membayar pajak sendiri) yang akan memberhasilkan

sekaligus mengoptimalkan penerimaan pajak. Salah satu penyebab penerimaan pajak

yang masih rendah adalah karena wajib pajak (WP) belum semua bertindak jujur dan

benar dalam mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Jika semua wajib pajak jujur

melaporkan dan membayar pajak secara benar, maka penerimaan pajak secara nasional

akan jauh dari angka target sebesar Rp600 triliun pada tahun 2011.

Saat ini Indonesia mengacu kepada sistem penghimpunan pajak yang bersifat self

assessment (menghitung dan membayar pajak sendiri) yang akan memberhasilkan

sekaligus mengoptimalkan penerimaan pajak. Salah satu penyebab penerimaan pajak

yang masih rendah adalah karena wajib pajak (WP) belum semua bertindak jujur dan

benar dalam mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Jika semua wajib pajak jujur

melaporkan dan membayar pajak secara benar, maka penerimaan pajak secara nasional

akan jauh dari angka target sebesar Rp600 triliun pada tahun 2011.

Sebagai upaya memfokuskan penerimaan pajak tahun 2011, Kanwil Ditjen Pajak

Sumut melaksanakan pengawasan intensif terhadap pembayaran masa khususnya wajib

pajak (WP) penentu penerimaan, melakukan pendekatan persuasif terhadap WP penyetor

pajak, mencermati faktor-faktor yang berkaitan dengan usaha WP, melakukan imbauan

dan penerbitan STP, sosialisasi dengan berbagai cara seperti pembagian leaflet dan

kegiatan mengisi SPT Pajak Penghasilan (PPh) bersama.

Sebagai upaya memfokuskan penerimaan pajak tahun 2011, Kanwil Ditjen Pajak

Sumut melaksanakan pengawasan intensif terhadap pembayaran masa khususnya wajib

pajak (WP) penentu penerimaan, melakukan pendekatan persuasif terhadap WP penyetor

pajak, mencermati faktor-faktor yang berkaitan dengan usaha WP, melakukan imbauan

dan penerbitan STP, sosialisasi dengan berbagai cara seperti pembagian leaflet dan

kegiatan mengisi SPT Pajak Penghasilan (PPh) bersama.

BBBAAABBB 444

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB 4 | Perkembangan Keuangan Daerah 55

4.2. Realisasi APBD

Pada triwulan II-2011 belanja pemerintah di Sumut mulai menunjukkan

peningkatan. Belanja yang bersumber dari APBN maupun APBD diperkirakan mengalami

peningkatan pada triwulan II dan III seiring mulai dilaksanakannya beberapa program

pemerintah, terutama proyek pembangunan infrastruktur. Dana APBN untuk kegiatan

fisik, yakni tugas perbantuan serta APBS Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sumut

meningkat. Selain itu, pengesahan APBD Sumut lebih awal dari anggaran tahun

sebelumnya diperkirakan akan membuat tingkat realisasi keuangan Sumut akan lebih

tinggi.

Selama akhir triwulan II-2011, realisasi serapan APBD Sumut 2011 mencapai 35%

dari APBD Sumut yang mencapai Rp4,5 triliun. Adanya transisi kepemimpinan/ peralihan

pelaksaan kewenangan dari Gubernur Sumut non-aktif kepada wakilnya yang hanya

sebagai Pelaksana tugas (Plt) termasuk jabatan Sekdaprovsu (Sekretaris Daerah Provinsi

Sumatera Utara Pemprov Sumut) diperkirakan berdampak pada penyerapan APBD Sumut

2011. Untuk itu, dalam satu dua bulan ke depan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

harus meningkatkan kinerjanya agar serapan maksimal dapat terealisasi.

Terkait dengan realisasi belanja tahun 2011, beberapa proyek pembangunan

infrastruktur yang menyerap APBD Sumut diantaranya adalah pembangunan Bandara

Kuala Namu yang sampai saat ini masih dalam pengerjaan dan rencana pembangunan

infrastruktur pelabuhan Sibolga yang rencananya akan mendapat dana sebesar Rp8,4

miliar untuk penambahan dermaga pelabuhan dan bangunan pendukung lain. Sebagai

informasi, Sibolga saat ini mempunyai panjang dermaga 103,75 meter dan lebar 15

meter, bila dana tersebut dialokasikan ke Pelabuhan Sibolga, tentunya akan memperlancar

kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Sibolga yang memiliki efek dominan terhadap

pertumbuhan perekonomian di daerah Kota Sibolga dan sekitarnya. Pelabuhan Sibolga

merupakan tulang punggung pendukung dan pendorong perekonomian masyarakat

Sibolga, sehingga perlu pembenahan infrastruktur dan pelayanan.

Perbaikan infrastruktur lain yang diharapkan dapat menggunakan dana APBD

tahun anggaran 2011 antara lain, perbaikan dan pelebaran jalan provinsi di daerah

Tapsel, Madina, Paluta, Palas dan Padangsidimpuan, rehabilitasi jalan dari jembatan

Medan-Muaro Sama, Kabupaten Madina, lanjutan pembukaan jalan yang

menghubungkan antara Kabupaten Madina dan Padang Lawas serta perbaikan jalan

provinsi Sipiongot-Rantau Prapat di Desa Simatorkis Kecamatan Dolok.

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Sementara itu, dilihat dari rincian realisasi belanja beberapa SKPD di Sumut,

sampai dengan Juli 2011, Dinas Pendidikan dan Dinas Bina Marga menempati urutan

terendah dengan persentase realisasi pada kisaran 20%, disusul dengan Dinas Pertanian

dan Dinas Pendapatan masing-masing sebesar 34,13% dan 37,71%. Sementara SKPD

dengan realisasi tertinggi antara lain Dinas Perhubungan dan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan dengan nilai realisasi sebesar Rp32,61 miliar (68,73%) dan Rp15,97 miliar

(59,75%).

Tabel 4. 1. Realisasi Penerbitan SP2D Sumut

56 Perkembangan Keuangan Daerah| BAB 4

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

BBBAAABBB 555 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

“ Aktivitas sistem pembayaran Sumut, baik RTGS maupun kliring tumbuh positif dibandingkan

triwulan lalu.”

5.1. KEGIATAN TRANSAKSI BI-RTGS PERBANKAN SUMATERA UTARA

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) pada triwulan II-2011 mengalami kenaikan sebesar Rp21.831 miliar atau 13,74%

menjadi Rp180.730 miliar dari nilai transaksi pada triwulan I-2011 yang tercatat sebesar

Rp158.899 miliar. Sedikit berbeda dengan nilai transaksi RTGS, volume transaksi RTGS di Sumut

justru menurun dari 237.119 transaksi pada triwulan I-2011 menjadi 233.833 transaksi pada

triwulan II-2011.

Besaran rata-rata per hari nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan II-2011 tercatat sebesar

Rp2.915 miliar meningkat 13,74% atau Rp352 miliar bila dibandingkan dengan triwulan I-

2011. Ditinjau dari segi volume transaksi, rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan II-

2011 justru menurun 1,39% dari 3.825 transaksi per hari pada triwulan I-2011 menjadi 3.772

transaksi per hari pada triwulan II-2011. Nilai transaksi BI-RTGS Sumatera Utara sepanjang

triwulan I-2011 didominasi oleh aliran dana yang masuk ke perbankan Sumatera Utara.

Perkembangan transaksi BI-RTGS dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara

Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematangsiantar, dan KBI Sibolga

Sumber: Bank Indonesia

57  Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5 

 

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

5.2. TRANSAKSI KLIRING

Nilai transaksi kliring pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp33.237 miliar. Nilai ini

meningkat 2,71% atau Rp876 miliar bila dibandingkan dengan triwulan I-2011 yang sebesar

Rp32.361 miliar. Kendati terjadi peningkatan nilai perputaran kliring namun volume

transaksinya justru menurun dari 871.477 warkat pada triwulan I-2011 menjadi 833.342

warkat pada triwulan II-2011. Bila dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang nilainya sebesar

Rp29.100 miliar, perputaran kliring mengalami kenaikan sebesar 14,22% atau Rp4.137 miliar.

Adapun besarnya kliring retur pada triwulan II-2011 tercatat sebanyak 19.306 warkat dengan

nilai Rp438 miliar.

Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong

Sumber : Bank Indonesia

Pada triwulan II-2011, besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar

Rp536 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak 13.441 transaksi (warkat)

per hari.

58  Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5 

 

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Sumber : Bank Indonesia

Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di wilayah Sumut

pada Triwulan II-2011 tercatat sebanyak 16.369 warkat dengan nilai Rp368 miliar. Dengan

demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 264 warkat dengan nilai

Rp5,94 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan lalu baik dari segi nilai (7,92%) maupun volume transaksi (44,87%).

Grafik 5.2. Penolakan Cek/BG Kosong

Sumber : Bank Indonesia

59  Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5 

 

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

5.3. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW DAN OUTFLOW)

Berbeda dari triwulan lalu, triwulan II-2011 aliran uang kartal di Sumatera Utara

menunjukkan posisi net outflow yaitu jumlah uang kartal yang keluar (outflow) ke Bank

Indonesia lebih banyak dibandingkan jumlah uang kartal yang masuk (inflow) dari Bank

Indonesia. Posisi net outflow pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp314miliar, menurun jauh

jika dibandingkan dengan triwulan I-2011 yang tercatat net inflow sebesar Rp2.782 miliar.

Net outflow pada periode disebabkan oleh penurunan inflow dibandingkan triwulan

lalu yakni dari Rp5.827 miliar menjadi Rp4.552 miliar. Sementara itu, outflow justru meningkat

dari Rp3.045 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp4.866 pada triwulan II-2011.

Grafik 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara

Sumber : Bank Indonesia

60  Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5 

 

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

5.4. TEMUAN UANG PALSU

Pada triwulan II-2011 terjadi peningkatan temuan uang palsu yang cukup signifikan bila

dibandingkan triwulan lalu. Sepanjang triwulan II-2011 jumlah temuan uang palsu yang tercatat

di Kantor Bank Indonesia Medan berdasarkan laporan bank sebanyak 436 lembar senilai

Rp23.270.000. Padahal triwulan lalu, jumlah temuan uang palsu hanya 156 lembar dengan

Rp8.420.000. Peningkatan yang cukup tajam ini karena pada triwulan lalu tepatnya bulan

Maret 2011 tidak terdeteksi adanya temuan uang palsu dalam perputaran kas di KBI Medan,

sehingga jumlah temuan uang palsu pada triwulan lalu memang relatif kecil dibandingkan

biasanya.

Pemalsuan denominasi Rp50.000 sebanyak 282 lembar merupakan yang terbanyak

dibandingkan denominasi lainnya (64,68% dari total temuan uang palsu). Sementara itu jumlah

temuan uang palsu Rp100.000 sebanyak 81 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu

denominasi Rp20.000 (37 lembar), denominasi Rp10.000 (30 lembar), dan denominasi Rp5.000

sebanyak 6 lembar.

Tabel 5.4. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan

satuan (lembar)

Sumber : Bank Indonesia

5.5. PENYEDIAAN UANG LAYAK EDAR

Pada triwulan II-2011 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp3.749 miliar atau sebesar 82,36% dari

jumlah inflow. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jumlah uang kartal yang dicatat

sebagai PTTB mengalami penurunan cukup signifikan, dimana pada triwulan I-2011 tercatat

sebesar Rp5.186 miliar atau sebesar 88,99% dari jumlah inflow. Menurunnya rasio PTTB

terhadap inflow dapat mengindikasikan bahwa masyarakat semakin baik dalam

memperlakukan uang.

61  Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5 

 

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

 

Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara

Sumber : Bank Indonesia

62  Perkembangan Sistem Pembayaran | BAB 5 

 

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB VI Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 63

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

“Membaiknya kinerja sektor-sektor utama Sumut semakin mendorong peningkatan

penyerapan tenaga kerja di Sumut. Sejalan dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat

juga diperkirakan terus meningkat.”

“Membaiknya kinerja sektor-sektor utama Sumut semakin mendorong peningkatan

penyerapan tenaga kerja di Sumut. Sejalan dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat

juga diperkirakan terus meningkat.”

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Keadaan Ketenagakerjaan Sumut Keadaan Ketenagakerjaan Sumut

Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sumut pada triwulan laporan,

kondisi ketenagakerjaan juga terus menunjukkan perbaikan. Pada triwulan laporan,

jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan mengalami peningkatan, terutama

pada sektor jasa-jasa dan bangunan.

Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sumut pada triwulan laporan,

kondisi ketenagakerjaan juga terus menunjukkan perbaikan. Pada triwulan laporan,

jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan mengalami peningkatan, terutama

pada sektor jasa-jasa dan bangunan.

Dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), jumlah pelaku usaha yang

menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini

tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah karyawan pada triwulan

I-2011 yang masih bernilai positif yaitu 4,15.

Dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), jumlah pelaku usaha yang

menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini

tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah karyawan pada triwulan

I-2011 yang masih bernilai positif yaitu 4,15.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang

melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbesar dengan nilai SBT 4,77 diikuti oleh

sektor bangunan dengan nilai SBT 1,53 dan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan dengan nilai SBT 1,05. Penyebab terjadinya peningkatan penggunaan tenaga

kerja pada ketiga sektor ini adalah adanya perluasan usaha.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang

melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbesar dengan nilai SBT 4,77 diikuti oleh

sektor bangunan dengan nilai SBT 1,53 dan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan dengan nilai SBT 1,05. Penyebab terjadinya peningkatan penggunaan tenaga

kerja pada ketiga sektor ini adalah adanya perluasan usaha.

Sejalan dengan peningkatan tersebut, penggunaan tenaga kerja pada tiga bulan

ke depan juga diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan nilai SBT sebesar 7,39

dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi (SBT 2,66),

sektor industri pengolahan (SBT 1,88), sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

(SBT 1,80) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (SBT 0,43).

Sejalan dengan peningkatan tersebut, penggunaan tenaga kerja pada tiga bulan

ke depan juga diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan nilai SBT sebesar 7,39

dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi (SBT 2,66),

sektor industri pengolahan (SBT 1,88), sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

(SBT 1,80) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (SBT 0,43).

BBBAAABBB 666

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Grafik 6.1. Indikator Jumlah Tenaga Kerja

0,03

-2,86

0,01

1,53

-0,27

0,571,05

4,77

-0,64

1,88

0,02 0,050,43

2,66

1,80

0,62

‐4

‐3

‐2

‐1

0

1

2

3

4

5

6SBT

*) Proyeksi

Triwulan  I‐2011 Triwulan  II‐2011*

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha, KBI Medan

Upah Minimum Provinsi dan Kabupaten/Kotamadya (UMP/K) Tahun 2011

Berdasarkan hasil survei SKDU diatas, terlihat bahwa kondisi dunia usaha di Sumut

masih cukup menjanjikan. Indikator lain yang mendukung hal ini adalah gambaran

kenaikan upah di Sumut pada tahun 2011 sebesar 7,31%, meskipun masih dibawah

nasional yang mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8,69% dibandingkan UMP tahun

2010. Kenaikan UMP ini telah disepakati oleh Dewan Pengupahan masing-masing daerah

yang terdiri atas perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah dan pihak netral dari

akademisi. Sebelum menetapkan UMP, Dewan Pengupahan terlebih dahulu melakukan

survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang mencakup kebutuhan pangan, sandang, papan,

kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, hingga tabungan seorang pekerja setiap

bulannya dan setelah dikalkulasi akan terlihat gambaran berapa banyak dana yang

dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhannya per bulan.

Berdasarkan data Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemennakertrans), kenaikan

UMP 2011 tertinggi berada di Provinsi Papua (23,45%) dan Papua Barat (16,53%),

sementara Provinsi Sumut berada pada ranking 21 dengan kenaikan 7,31%.

64 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 6

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Tabel 6.1. UMP Indonesia Berdasar Ranking Kenaikan Tertinggi

2010 2011 (Rp) (%)1 Papua 1,136,500 1,403,000 266,500 23.45%2 Papua Barat 1,210,000 1,410,000 200,000 16.53%3 DKI Jakarta 1,118,009 1,290,000 171,991 15.38%4 Kalimantan Tengah 986,590 1,134,580 147,990 15.00%5 Jambi 900,000 1,028,000 128,000 14.22%6 Sumatera Selatan 927,825 1,048,440 120,615 13.00%7 Bangka Belitung 910,000 1,024,000 114,000 12.53%8 Sumatera Barat 940,000 1,055,000 115,000 12.23%9 Jawa Timur 630,000 705,000 75,000 11.90%10 Lampung 767,500 855,000 87,500 11.40%11 Riau 1,016,000 1,120,000 104,000 10.24%12 Sulawesi Selatan 1,000,000 1,100,000 100,000 10.00%13 Kalimantan Selatan 1,024,000 1,126,000 102,000 9.96%14 Jawa Barat 671,500 732,000 60,500 9.01%15 Yogyakarta 745,694 808,000 62,306 8.36%16 Kalimantan Barat 741,000 802,500 61,500 8.30%17 Kalimantan Timur 1,002,000 1,084,000 82,000 8.18%18 Sulawesi Tenggara 860,000 930,000 70,000 8.14%19 Gorontalo 710,000 762,500 52,500 7.39%20 Bali 829,316 890,000 60,684 7.32%21 Sumatera Utara 965,000 1,035,500 70,500 7.31%22 Maluku 840,000 900,000 60,000 7.14%23 Nusa Tenggara Barat 890,775 950,000 59,225 6.65%24 Sulawesi Barat 944,200 1,006,000 61,800 6.55%25 Sulawesi Tengah 777,500 827,500 50,000 6.43%26 Nusa Tenggara Timur 800,000 850,000 50,000 6.25%27 Kepulauan Riau 925,000 975,000 50,000 5.41%28 Maluku Utara 847,000 889,350 42,350 5.00%29 Sulawesi Utara 1,000,000 1,050,000 50,000 5.00%30 Banten 955,300 1,000,000 44,700 4.68%31 Bengkulu 780,000 815,000 35,000 4.49%32 Nanggroe Aceh Darusalam 1,300,000 1,350,000 50,000 3.85%33 Jawa Tengah 660,000 675,000 15,000 2.27%

Sumber : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)

UMP (Rp) KenaikanProvinsiNo.

Sementara itu, sama seperti UMP, UMK pun diperbaharui satu tahun sekali. UMK

ditetapkan berdasarkan perbedaan tingkat upah di berbagai Kabupaten/Kota di setiap

Provinsi dengan mengacu pada jumlah penduduk, tingkat inflasi, infrastruktur daerah dan

BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 65

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

sebagainya. Khusus Kota Medan, secara umum UMK 2011 ditetapkan sebesar

Rp1.197.000, sementara UMK untuk sektor makanan/minuman ditetapkan sebesar

Rp1.316.700. Berikut adalah daftar UMK tahun 2011 di wilayah Sumatera :

Tabel 6.2. UMK Wilayah Sumatera Tahun 2011

NO PROPINSI KABUPATEN/KOTAMADYA SEKTOR 2010 2011Non Kabupaten Non Sektor 1.300.000 1.350.000Non Kabupaten Lain - Lain - 1.350.000Kota Banda Aceh Otomotif - -Non Kabupaten Non Sektor 965.000 1.035.500Kota Medan Lain - Lain - 1.197.000Kota Medan Makanan / Minuman - 1.316.700

3 Sumatera Barat Non Kabupaten Non Sektor 940.000 1.055.0004 Riau Non Kabupaten Non Sektor 1.016.000 1.120.000

Non Kabupaten Non Sektor 925.000 975.000Kota Batam Non Sektor 1.110.000 -

6 Jambi Non Kabupaten Non Sektor 900.000 1.028.000Non Kabupaten Non Sektor 927.825 1.048.440Non Kabupaten Pertambangan 974.216 1.130.000Non Kabupaten Lain - Lain - 1.100.900Non Kabupaten IT / Telekomunikasi - 1.100.862Non Kabupaten Keuangan / Asuransi - 1.155.000Non Kabupaten Perdagangan / Jasa 974.216 1.154.000Non Kabupaten Properti / Real Estat - 1.750.000

8 Bangka Belitung Non Kabupaten Non Sektor 910.000 1.024.0009 Bengkulu Non Kabupaten Non Sektor 780.000 815.000

Non Kabupaten Non Sektor 767.500 855.000Kabupaten Tulang Bawang Non Sektor 776.500 863.500Kota Bandar Lampung Non Sektor - 865.000Kota Bandar Lampung Makanan / Minuman 776.500 -

Sumber : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)

7 Sumatera Selatan

10 Lampung

1 Nangroe Aceh Darussalam

2 Sumatera Utara

5 Kepulauan Riau

6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Sumut

diperkirakan semakin meningkat. Faktor utama penyebab peningkatan ini antara lain

adalah meningkatnya penghasilan masyarakat akibat semakin terbukanya lapangan

pekerjaan serta meningkatnya ekspor Sumut. Hal ini diindikasikan oleh hasil Survei

Konsumen di Kota Medan, yang menunjukkan adanya peningkatan Indeks Penghasilan

Saat ini, Indeks Ekspektasi Penghasilan serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja.

66 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 6

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Indeks penghasilan saat ini meningkat dari 113,65 pada akhir triwulan I-2011

menjadi 120,95 pada triwulan laporan. Senada dengan penghasilan saat ini, masyarakat

juga memperkirakan akan terjadi peningkatan penghasilan 6 bulan yang akan datang.

Nilai indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang pada akhir triwulan I-2011

sebesar 132,38 meningkat menjadi sebesar 137,78. Kenaikan indeks penghasilan dan

perkiraan peningkatan penghasilan juga turut menggambarkan kenaikan indeks

ketersediaan lapangan kerja dari 81,90 menjadi 81,91 pada triwulan II-2011.

Grafik 6.2. Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan

Selain itu, kesejahteraan masyarakat yang meningkat juga terlihat dari hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Sumut yang dilaksanakan pada bulan Maret

2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumut sebanyak

1.481.300 orang atau sebesar 11,33% terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Kondisi ini

lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010 dimana jumlah penduduk miskin sebanyak

1.490.900 orang (menurun sebanyak 9.600 orang). Jumlah penduduk miskin Sumut yang

berada di daerah pedesaan pada Maret 2011 sebanyak 790.200 orang (11,89% dari

jumlah penduduk pedesaan) dan di daerah perkotaan sebanyak 691.100 orang (10,75%

dari jumlah penduduk perkotaan). Selama periode Maret 2010 sampai Maret 2011,

penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang 11.700 orang, sementara di daerah

perkotaan bertambah sekitar 2.100.

Pada bulan Maret 2011, garis kemiskinan Sumut sebesar Rp246.560/kapita per

bulan, dengan rincian untuk daerah perkotaan sebesar Rp271.713/kapita per bulan dan

untuk daerah pedesaan sebesar Rp222.226/kapita per bulan. Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) di Sumut tahun 2011 menurun dibandingkan tahun 2010, yaitu dari 0,57

BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 67

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

menjadi 0,51. Demikian pula untuk Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), menurun dari 2,04

menjadi 1,84 pada tahun 2011.

Nilai Tukar Petani (NTP)

Keadaan sedikit berbeda terjadi untuk kalangan petani yang mengalami

penurunan NTP. NTP bulan Juni 2011 adalah sebesar 103,39, lebih rendah dibandingkan

NTP bulan Maret 2011 sebesar 103,60. Penurunan ini terjadi karena Indeks Harga yang

Dibayar Petani meningkat lebih besar dibandingkan Indeks Harga yang Diterima Petani.

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian

terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil

pertanian. Sementara Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga

beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Khusus bulan Juni 2011, It Sumut

sebesar 137,35 dan Ib sebesar 132,85.

Grafik 6.2. Nilai Tukar Petani

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

‐10

‐5

0

5

10

15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS

Nilai Tukar Petani  Pertumbuhan (yoy)

Untuk periode Juni 2011, NTP per subsektor masing-masing tercatat sebesar 99,41

untuk subsektor padi & palawija (NTPP); 111,22 untuk subsektor hortikultura (NTPH);

106,46 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR); 104,65 untuk subsektor

peternakan (NTPT); dan 99,70 untuk subsektor perikanan (NTN).

No. Kelompok & Sub Kelompok Maret 2011 Juni 2011 Persentase Perubahan1 Nilai Tukar Petani (NTP) 103,6 103,39 -0,202 Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 138,41 137,35 -0,773 Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 133,59 132,85 -0,55

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135,05 133,95 -0,81- Indeks BPPBM 129,8 130,41 0,47

Sumber : BPS

68 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 6

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Peran PDRB sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai 23,50%. Ini

menunjukkan bahwa peran sektor pertanian dalam ekonomi Sumut masih cukup penting

dan cukup besar meskipun terdapat kecenderungan menurun.

Grafik 1 Peran Sektor Pertanian dalam PDRB Sumut

26,90

30,9031,80

30,6030,20 30,00

25,2524,30

23,9023,80 23,70

23,50

20

22

24

26

28

30

32

1997 1998 1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

Sumber : BPS Sumatera Utara

Sektor pertanian tercatat pula sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar

di Sumut. Pada Februari 2011, sektor pertanian menyerap 50,90% tenaga kerja yang ada

di Sumut baik di pedesaan maupun perkotaan, angka ini meningkat dibandingkan periode

survei Agustus 2010 sebesar 46,94%. Tingginya penyerapan tenaga kerja pada sektor

Pertanian mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjadi andalan utama. Dapat

dikatakan bahwa belum terjadi transformasi ketenagakerjaan kepada sektor-sektor

sekunder maupun tersier.

Tabel 1 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama di Sumut

.

NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN

BOKS 3

Boks 3   | Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan   

 

69

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan | Boks 3    

70 

Jika dikaji lebih mendalam, rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerja di Sumut

masih relatif rendah. Wajar jika sebagian besar akhirnya mengelompok pada sektor

pertanian yang cenderung tidak memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tinggi. Rata-

rata tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh adalah SD ke bawah (40,67%) diikuti

Sekolah Menengah Pertama (23,41%) dan Sekolah Menengah Atas (19,03%).

Dari gambaran diatas, terlihat bahwa sektor pertanian adalah sektor yang sangat

penting untuk diperhatikan. Terkait dengan kondisi ekonomi petani, Indonesia memakai

suatu indeks Nilai Tukar Petani yang dijadikan sebagai salah satu indikator proksi yang

diunggulkan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. NTP sendiri merupakan rasio

indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) atau

secara konseptual NTP merupakan pengukur kemampuan tukar produk pertanian yang

dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah

tangga dan kebutuhan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks It, sebagai indeks harga produsen, merupakan indeks harga dari berbagai

komoditas hasil produksi pertanian, sedangkan indeks Ib, sebagai indeks harga konsumen,

merupakan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani dalam memproduksi

hasil pertanian. NTP mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :

‘- NTP bernilai 100 : petani mengalami break even point (impas) karena harga yang

diterima sama dengan harga yang dibayar;

‘- NTP > 100 : petani mengalami surplus karena harga yang diterima lebih

besar dari harga yang dibayar dan ;

‘- NTP < 100 : petani mengalami defisit karena harga yang diterima lebih kecil

dari harga yang dibayar.

Dalam perkembangannya, hingga tahun 2008, NTP Sumut tidak pernah berada di

atas indeks 100, namun pada periode setelahnya sampai dengan saat ini sudah berada di

atas 100 dan terakhir pada bulan Juni 2011 NTP Sumut tercatat sebesar 103,39

meningkat dibandingkan Juni 2010 sebesar 102,20. Ini sedikit menggambarkan bahwa

kondisi kesejahteraan petani cenderung mengalami perbaikan.

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Grafik 2

Perkembanga n NTP Sumut

Sumber : BPS

Akan tetapi, bila dilihat dari konsep diatas mengenai perbandingan dengan indeks

harga konsumen (IHK), timbul pertanyaan apakah NTP sudah cukup menjelaskan kondisi

ekonomi petani, sementara berdasarkan data BPS, IHK khususnya kelompok bahan

makanan nilainya selalu lebih tinggi dibandingkan NTP kelompok tanaman pangan.

Kenaikan IHK yang jauh lebih cepat tidak lagi mengimbangi laju kenaikan indeks NTP

dimana seharusnya kenaikan harga bahan makanan akan sangat menguntungkan bagi

petani karena dapat meningkatkan kesejahteraannya. Namun berdasarkan data, NTP

tanaman pangan justru tidak pernah mencapai indeks 100 sementara IHK bahan makanan

selalu melaju diatas 100. Petani sebagai pihak utama yang memproduksi hasil-hasil

pertanian sudah pasti tidak menikmati kenaikan harga bahan makanan tersebut.

Dari hal ini, perlu dipikirkan upaya peningkatan kesejahteraan petani, melalui

perimbangan margin dan transparansi pembentukan harga, agar nantinya petani dapat

menjadi salah satu pihak yang diuntungkan.

Grafik 3 NTP Tanaman Pangan dan IHK Bahan Makanan

99,41

138,35

5060708090

100

110120130140150160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

NTP Tanaman  Pangan IHK Bahan Makanan

Sumber : BPS Sumatera Utara

Boks 3   | Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan   

 

71

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB 7 | Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 72

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH BAB 7

7.1. Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumut diperkirakan terus mengalami akselerasi hingga triwulan III-

2011. Pertumbuhan ekonomi Sumut pada periode tersebut diperkirakan berada pada

kisaran 6,8% ±1 (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.

Dengan perkiraan tersebut, perekonomian Sumut pada tahun 2011 diperkirakan berkisar

6,5%±1 (yoy). Prospek positif tersebut didukung oleh kondisi perekonomian global yang

semakin baik, iklim investasi yang semakin kondusif, serta daya beli masyarakat yang lebih

baik.

Dari sisi permintaan, akselerasi perekonomian Sumut didukung oleh meningkatnya

pertumbuhan seluruh komponen permintaan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan

semakin tumbuh meningkat, terdorong oleh perayaan Idul Fitri yang diperkirakan lebih

ramai dibandingkan tahun 2010, karena semakin menguatnya daya beli masyarakat.

Disamping itu, perbankan turut berperan terhadap meningkatnya konsumsi melalui

meningkatnya penyaluran kredit konsumsi, karena suku bunga pembiayaan diperkirakan

akan mengalami penurunan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga salah satunya

diindikasikan oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen, baik dari sisi Ekspektasi

Penghasilan serta Ekspektasi Kondisi Perekonomian.

Grafik 7.1. Komponen Indeks Ekspektasi

Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

BAB 7 | Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 73

Seiring dengan prospek perekonomian yang semakin kondusif, investasi

diperkirakan akan tumbuh semakin baik pada triwulan III-2011, baik dilakukan oleh

Pemerintah Daerah (Pemda) maupun kalangan usaha. Kenaikan investasi yang dilakukan

oleh Pemda dikarenakan target Pemda yang mengejar keterlambatan realisasi anggaran

pada semester I-2011 agar program kerja tahunan dapat terpenuhi. Sementara itu, kinerja

ekspor Sumut diperkirakan tetap mengalami kenaikan seiring prospek pulihnya

perekonomian global, serta masuknya peak season atau panen raya di akhir triwulan III-

2011.

Dari sisi penawaran, tingginya pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh

meningkatnya kinerja sektor pertanian dan industri pengolahan, terutama industri

pengolahan CPO. Permintaan masyarakat internasional terhadap minyak sawit mentah

akan terus meningkat. Hal ini mendorong industri terkait untuk menaikkan kapasitas

produksi mereka hingga mencapai titik maksimum.

Perayaan Lebaran pada tahun 2011 ini juga diperkirakan akan lebih positif

dampaknya terhadap sektor perekonomian, dibandingkan tahun sebelumnya, mengingat

membaiknya penghasilan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang

mendorong kinerja sektor PHR untuk tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya, selain akibat relatif tingginya volume ekspor impor yang diperkirakan juga

terjadi pada periode laporan.

Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini

yang dihasilkan melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). Indeks yang dilakukan Badan

Pusat Statistik ini menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan

perkiraan pada triwulan mendatang.

Nilai ITK Sumut pada triwulan III-2011 diperkirakan sebesar 109,88, artinya kondisi

ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen

diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 (nilai ITK sebesar 106,26).

Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III-2011 didorong oleh

peningkatan pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 112,83) dan rencana

pembelian barang tahan lama (nilai indeks sebesar 103,75).

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Grafik 7.2. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 7.3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw.II-2011 Tw.III-2011

Sumber : BPS

7.2. Perkiraan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Sumut pada triwulan III-2011 diperkirakan akan berada pada

kisaran 5,70% ± 1%. Peningkatan tekanan inflasi terutama bersumber dari lonjakan

konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri 2011. Tak hanya itu, inflasi volatile foods yang

mulai mereda 2 bulan terakhir triwulan ini berpotensi untuk kembali meningkat di

triwulan mendatang.

Ekspektasi masyarakat tehadap perkembangan harga pada triwulan III-2011 juga

meningkat. Hal ini terkonfirmasi oleh indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang

akan datang dan 6 bulan yang akan datang pada Survei Konsumen bulan Juni 2011.

Indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang tercatat 178 dan indeks

ekspektasi harga konsumen 6 bulan yang akan datang tercatat 182, kedua indeks ini

merupakan yang tertinggi sejak awal 2010.

BAB 7 | Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 74

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Grafik 7.2. Ekspektasi Harga 3 dan 6 bulan yad

Sumber : SK, KBI Medan

Kendati demikian, potensi peningkatan tekanan inflasi tersebut dapat diredam

apabila panen raya bulan September 2011 berjalan lancar dan didukung dengan distribusi

komoditas yang lancar dari daerah penghasil ke kota. Selain itu, peran Pemda dan SKPD

terkait untuk mengamankan stok dan memastikan ketahanan pangan menjelang Hari

Raya dinilai dapat meredam tekanan inflasi.

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta

determinan utama inflasi di Sumatera Utara, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada

triwulan III-2011 akan meningkat menjadi 5,70% ± 1% (yoy) dan inflasi 2011 mencapai

5,50% ± 1% (yoy).

BAB 7 | Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 75

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Lampiran

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II

1. PERTANIAN 6.696,12 6.505,67 6.705,82 6.619,32 7.005,79 6.846,15 7.057,99 6.976,68 7.469,50 7.158,29

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 321,70 322,37 334,28 344,64 336,27 340,26 354,13 365,34 363,05 368,79

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.194,40 6.113,08 6.303,77 6.365,86 6.529,85 6.427,62 6.603,48 6.599,60 6.564,63 6.669,12

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 200,48 203,37 205,38 206,78 212,39 215,40 219,64 222,44 232,86 237,61

5. B A N G U N A N 1.783,57 1.829,64 1.926,64 2.014,51 1.894,82 1.931,67 2.051,19 2.155,66 2.073,85 2.093,67

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 5.078,84 4.976,12 5.207,92 5.312,55 5.410,87 5.340,57 5.543,55 5.594,70 5.792,97 5.743,81

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 2.574,99 2.618,21 2.702,59 2.734,66 2.776,19 2.828,79 2.974,39 3.028,53 3.076,47 3.132,63

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 1.939,29 1.895,90 2.027,43 2.076,59 2.152,86 2.158,52 2.181,70 2.302,06 2.343,42 2.394,07

9. JASA - JASA 2.737,98 2.762,11 2.817,10 2.899,56 2.866,63 2.908,42 3.052,97 3.148,14 3.117,26 3.175,56

P D R B 27.527,4 27.226,5 28.230,9 28.574,5 29.185,7 28.997,4 30.039,1 30.393,1 31.034,01 30.974,50

Sumber : BPS Sumut

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Trillion Rupiahs)

LAPANGAN USAHA2009 2010 2011

LAMPIRAN APDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara ADH Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)Gross Domestic Regional Product at Constant Prices Year 2000

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II

1. PERTANIAN 6,70 -2,72 2,41 -1,29 5,48 -2,28 3,27 -1,15 7,06 -3,74 a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. K e h u t a n a n e. P e r i k a n a n

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -2,87 0,21 3,69 3,10 -2,43 1,19 3,37 3,16 -0,63 2,27 a. Minyak dan gas bumi b. Penggalian.

3. INDUSTRI PENGOLAHAN -0,50 -1,73 3,67 0,98 2,58 -1,57 3,63 -0,06 -0,53 2,19 a. Industri M i g a s b. Industri bukan Migas

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0,96 1,44 0,99 0,68 2,72 1,42 1,17 1,28 4,68 2,24 a. L i s t r i k b. Gas Kota c. Air bersih

5. B A N G U N A N -2,71 2,58 5,30 4,56 -5,94 1,94 4,41 5,09 -3,80 0,11

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 0,72 -2,42 4,90 2,01 1,85 -1,30 3,31 0,92 3,54 -1,55 a. Perdagangan Besar dan Eceran b. H o t e l c. R e s t o r a n

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 1,47 0,66 4,27 1,19 1,52 1,89 4,19 1,82 1,58 1,25 a. P e n g a n g k u t a n b. K o m u n i k a s i

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 2,44 0,35 4,96 2,42 3,67 0,26 1,07 5,52 1,80 1,95 a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya. b. Sewa Bangunan c. Jasa Perusahaan

9. JASA - JASA 0,37 1,04 2,95 2,93 -1,14 1,46 4,97 3,12 -0,98 2,08 a. Pemerintahan Umum b. S w a s t a

P D R B 1,69 -0,98 3,76 1,22 2,14 -0,65 3,52 1,18 2,11 -0,20Sumber : BPS Sumut

Growth Rate of Economy at Constant Prices Year 2000Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %)

Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara LAMPIRAN B

by Industrial Origin in North Sumatera Province (qtq,%)

2011 LAPANGAN USAHA

2009 2010

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · BANK INDONESIA MEDAN 2011 . Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional ... KATA PENGANTAR

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank