kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi maluku · misi bank indonesia 1. mencapai stabilitas...

135
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triwulan II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Upload: buihanh

Post on 09-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Triwulan II 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan

Undang-Undang.

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-

nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Kami sangat mengharapkan komentar, saran dan kritik demi perbaikan buku ini

Alamat Redaksi :

Unit Asesmen Ekonomi dan

Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku

Jl. Raya Pattimura No. 7

AMBON, 97124

Telp : 0911-352762-63 ext. 1012

Fax : 0911-356517

e-mail : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Homepage : www.bi.go.id

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KATA PENGANTAR

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Maluku yang disusun secara rutin triwulanan

merupakan salah satu perwujudan pencapaian sasaran strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku yaitu pengoptimalan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja. Penyusunan

buku ini bertujuan untuk memberikan masukan mengenai perkembangan moneter, perbankan dan sistem

pembayaran regional di Provinsi Maluku secara triwulanan yang selanjutnya diharapkan berguna untuk

perumusan kebijakan di kantor pusat dan pihak terkait (stakeholders) di daerah.

Sebagaimana telah ditegaskan di atas, buku ini menyajikan perkembangan ekonomi regional yang

mencakup perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Perkembangan tersebut disajikan

dalam bentuk ringkas dan ditampilkan menggunakan data terkini yang diperoleh dari pihak-pihak yang

kredibel di bidangnya. Penambahan kajian yang mendalam pada sumber pertumbuhan ekonomi dan

tekanan inflasi diharapkan dapat dimanfaatkan berbagai pihak dalam mengambil kebijakan dan

perencanaan pelaksanaan program.

Penyusunan buku ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku,

Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, perbankan, responden survei, civitas akademika dan berbagai pihak

terutama masyarakat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Dalam rangka

meningkatkan kualitas buku ini, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sehingga dapat

memberikan manfaat yang lebih besar bagi kita semua khususnya masyarakat Maluku.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku

ini dan semoga Tuhan memberikan berkah-Nya kepada kita semua dalam mengupayakan kinerja yang

lebih baik.

Ambon, Agustus 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI MALUKU

Wuryanto

Deputi Direktur

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

iii

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................I

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. III

DAFTAR TABEL .......................................................................................................................................... VII

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................................................... IX

DAFTAR SUPLEMEN ................................................................................................................................... XV

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI MALUKU ................................................................................... XVII

RINGKASAN UMUM ................................................................................................................................. XIX

1. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL .......................................................................... 1

1.1. Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku ............................................................ 1

1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan ............................................................................. 4

1.1.1. Konsumsi .............................................................................................................................. 4

1.1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga ................................................................................................. 4

1.1.1.2. Konsumsi Nirlaba .............................................................................................................. 6

1.1.1.3. Konsumsi Pemerintah ....................................................................................................... 7

1.1.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto ......................................................................................... 8

1.1.1. Ekspor dan Impor ............................................................................................................... 11

1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran ............................................................................ 14

1.3.1. Sektor Pertanian ................................................................................................................. 14

1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) .................................................................. 18

1.3.3. Sektor Jasa-Jasa .................................................................................................................. 21

1.3.4. Sektor Angkutan & Komunikasi .......................................................................................... 22

1.3.5. Sektor Bangunan ................................................................................................................ 24

1.3.6. Sektor Industri Pengolahan ................................................................................................. 26

1.3.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) .............................................................................. 28

1.3.7. Sektor Pertambangan & Penggalian ................................................................................... 29

1.3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan ............................................................... 31

2. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ..................................................................................... 43

2.1. Realisasi APBN Provinsi Maluku .................................................................................... 43

2.2. Realisasi APBD Provinsi Maluku .................................................................................... 45

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

iv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ............................................................................................. 51

3.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku secara Umum .................................................... 51

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok ....................................................................................... 54

3.2.1. Kelompok Bahan Makanan ................................................................................................. 55

3.2.2. Kelompok Makanan Jadi..................................................................................................... 58

3.2.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ......................................................... 59

3.2.4. Kelompok Lainnya .............................................................................................................. 59

3.3. Disagregasi Inflasi ......................................................................................................... 60

3.3.1. Kelompok Volatile Food ...................................................................................................... 61

3.3.2. Kelompok Administered Price ............................................................................................. 63

3.3.3. Kelompok Inti ..................................................................................................................... 63

3.4. Inflasi Kota-Kota di Provinsi Maluku .............................................................................. 65

3.5. Kegiatan Pengendalian Inflasi ....................................................................................... 67

4. PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN ..................................................................... 73

4.1. Perkembangan Perbankan Secara Umum ..................................................................... 73

4.2. Perkembangan Bank Umum ......................................................................................... 74

4.2.1. Aset Bank Umum ................................................................................................................ 74

4.2.2. Dana Pihak Ketiga .............................................................................................................. 74

4.2.3. Penyaluran Kredit ............................................................................................................... 75

4.2.4. Penyaluran Kredit UMKM ................................................................................................... 77

4.2.5. Risiko Sektor Keuangan ...................................................................................................... 79

4.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ....................................................................... 80

4.3.1. Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR ............................................................................... 80

4.3.2. Kredit BPR ........................................................................................................................... 81

4.3.3. Risiko Likuiditas dan Kredit BPR .......................................................................................... 82

4.4. Keuangan Inklusif ......................................................................................................... 82

5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG ........................................ 87

5.1. Perkembangan Kegiatan Perkasan ................................................................................ 87

5.1.1. Inflow (Uang Masuk) .......................................................................................................... 88

5.1.2. Outflow (Uang Keluar) ........................................................................................................ 88

5.1.3. Pengelolaan Uang ............................................................................................................... 89

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

v

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

v

5.2. Perkembangan Transaksi Kliring ................................................................................... 90

5.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS ................................................................................. 91

6. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH ............................................................................. 97

6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Pengangguran ................................................... 97

6.2. Tingkat Kemiskinan .................................................................................................... 100

6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani ............................................................................... 102

7. PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU ......................................................................... 105

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI ......................................................................................... 105

7.2. INFLASI ....................................................................................................................... 106

7.3. STABILITAS SEKTOR KEUANGAN ................................................................................ 110

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

vi

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Permintaan Atas Dasar Harga

Konstan tahun 2000.................................................................................................................................... 4

Tabel 1-2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran Atas Dasar Harga

Konstan tahun 2000.................................................................................................................................. 14

Tabel 1-3 Angka Tetap (ATAP) 2013 dan Angka Ramalam (ARAM) I 2014 Produksi Tanaman Padi Maluku

.................................................................................................................................................................. 15

Tabel 1-4 Daftar Proyek Masterplan Percepatan Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di

Provinsi Maluku ......................................................................................................................................... 25

Tabel 1-5 Bahan Mineral dan Wilayah di Provinsi Maluku .......................................................................... 29

Tabel 2-1 Realisasi Belanja dari APBN Provinsi Maluku Triwulan IV-2013, dalam Rp juta ............................ 44

Tabel 3-1 Series Inflasi Provinsi di Sulampua pada triwulan II-2014 ............................................................ 51

Tabel 3-2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Maluku Per Kelompok (%) ........................................... 54

Tabel 3-3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Maluku Per Kelompok (%) ........................................ 55

Tabel 3-4 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Maluku Kelompok Bahan Makanan (%) ....................... 56

Tabel 3-5 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Maluku Kelompok Bahan Makanan (%) ....................... 58

Tabel 3-6 Perkembangan Inflasi Kota-kota di Provinsi Maluku ................................................................... 65

Tabel 3-7 Inflasi Kota-Kota di Provinsi Maluku Per Kelompok .................................................................... 66

Tabel 3-8 Kegiatan TPID pada triwulan II-2014 .......................................................................................... 68

Tabel 4-1 Perkembangan Perbankan di Maluku ......................................................................................... 73

Tabel 5-1Rekapitulasi Kegiatan Perkasan KPw BI Prov. Maluku .................................................................. 87

Tabel 5-2 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II-2014 ....................................................................................... 90

Tabel 6-1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Maluku ............................................................................ 97

Tabel 6-2 Sebaran Penduduk Usia Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ..................... 98

Tabel 6-3 Sepuluh Provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia (September 2013)

................................................................................................................................................................ 100

Tabel 6-4 Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku ........................................................................................ 100

Tabel 6-5 Kedalaman & Keparahan Kemiskinan Provinsi Maluku ............................................................. 101

Tabel 6-6 Nilai Tukar Petani Per Subsektor (%) ........................................................................................ 102

Tabel 6-7 NIlai Tukar Petani per Sub Sektor (%) ...................................................................................... 102

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

ii

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1-1 Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku Triwulanan, 2005-2014 2

Grafik 1-2 Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku, Triwulan II-2014 2

Grafik 1-3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2014 antar-Provinsi di Wilayah Sulawesi,

Maluku dan Papua (Sulampua) 3

Grafik 1-4 Perkembangan PDRB Riil Provinsi Maluku 3

Grafik 1-5 Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku* 3

Grafik 1-6 Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku 5

Grafik 1-7 Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi Maluku* 5

Grafik 1-8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga di Provinsi Maluku 5

Grafik 1-9 Kredit Konsumsi di Bank Umum Provinsi Maluku* 5

Grafik 1-10 Konsumsi Nirlaba Provinsi Maluku 6

Grafik 1-11 Konsumsi Listrik Sosial di Provinsi Maluku 6

Grafik 1-12 Konsumsi Pemerintah Provinsi Maluku 7

Grafik 1-13 Belanja Barang dan Jasa dalam APBD Provinsi Maluku 8

Grafik 1-14 Belanja Barang dalam APBN Provinsi Maluku 8

Grafik 1-15 Belanja APBD (tidak termasuk Belanja Modal) Provinsi Maluku 8

Grafik 1-16 Belanja APBN (tidak termasuk Belanja Modal) Provinsi Maluku 8

Grafik 1-17 Konsumsi Listrik Gedung Pemerintahan di Provinsi Maluku 8

Grafik 1-18 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Provinsi Maluku 9

Grafik 1-19 Penanaman Modal Asing di Provinsi Maluku 9

Grafik 1-20 Impor Barang Modal Provinsi Maluku* 9

Grafik 1-21 Belanja Modal dalam APBD Provinsi Maluku 10

Grafik 1-22 Belanja Modal dalam APBN Provinsi Maluku 10

Grafik 1-23 Kredit Investasi di Provinsi Maluku* 10

Grafik 1-24 Kegiatan Usaha di Provinsi Maluku* 10

Grafik 1-25 Neraca Perdagangan (Riil) Provinsi Maluku 11

Grafik 1-26 Neraca Perdagangan Non-Migas Provinsi Maluku 11

Grafik 1-27 (NIlai) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku 11

Grafik 1-28 (Volume) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku 11

Grafik 1-29 (NIlai) Impor Non-Migas Provinsi Maluku 12

Grafik 1-30 (Volume) Impor Non-Migas Provinsi Maluku 12

Grafik 1-31 (NIlai) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku Menurut Negara Tujuan 13

Grafik 1-32 (Nilai) Impor Non-Migas Provinsi Maluku Menurut Negara Asal 13

Grafik 1-33 Ekspor Non-MIgas Provinsi Maluku Menurut Pelabuhan/Bandara Muat 13

Grafik 1-34 Kapasitas Produksi Sektor Pertanian Provinsi Maluku* 14

Grafik 1-35 Kegiatan Usaha Sektor Pertanian Provinsi Maluku 14

Grafik 1-36 Luas Panen dan Produksi Padi Maluku 15

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

x KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 1-37 Nilai Tukar Petani Maluku 15

Grafik 1-38 Produksi Karet di PTPN Amahai, Maluku Tengah 16

Grafik 1-39 Produksi Kopra di PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah 16

Grafik 1-40 Ekspor Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga Provinsi Maluku 17

Grafik 1-41 Harga Ekspor Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga Maluku* 17

Grafik 1-42 Produksi Ikan di Pelabuhan Kota Ambon dan Kota Tual 17

Grafik 1-43 Ekspor Hasil Laut Provinsi Maluku 18

Grafik 1-44 Harga Ekspor Hasil Laut Maluku* 18

Grafik 1-45 Kredit Sektor Pertanian di Provinsi Maluku* 18

Grafik 1-46 Total Perdagangan Non-Migas Prov. Maluku 19

Grafik 1-47 Kegiatan Usaha Sektor PHR di Prov. Maluku* 19

Grafik 1-48 Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Prov. Maluku 20

Grafik 1-49 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Provinsi Maluku 20

Grafik 1-50 Kredit Sektor PHR di Bank Umum Provinsi Maluku* 20

Grafik 1-51 Impor Barang Konsumsi di Provinsi Maluku* 20

Grafik 1-52 Belanja Pegawai dan Bantuan Sosial APBN Provinsi Maluku 21

Grafik 1-53 Belanja Pegawai-Tidak Langsung APBD Provinsi Maluku 21

Grafik 1-54 Kredit Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Maluku* 22

Grafik 1-55 Jumlah Tamu Asing Menginap di Hotel 23

Grafik 1-56 Kegiatan Usaha Sektor Jasa Angkutan Darat & Laut di Prov. Maluku* 23

Grafik 1-57 Arus Penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon 23

Grafik 1-58 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon 23

Grafik 1-59 Kredit Sektor Angkutan dan Komunikasi di Bank Umum Maluku* 24

Grafik 1-60 Realisasi Pengadaan Semen di Provinsi Maluku 25

Grafik 1-61 Kegiatan Usaha Sektor Bangunan Provinsi Maluku* 25

Grafik 1-62 Kredit Sektor Bangunan di Bank Umum Provinsi Maluku* 26

Grafik 1-63 Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan di Prov. Maluku* 27

Grafik 1-64 Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri Pengolahan di Prov. Maluku* 27

Grafik 1-65 Ekspor Komoditas Industri Provinsi Maluku 27

Grafik 1-66 Konsumsi Listrik Kelompok Industri Provinsi Maluku 27

Grafik 1-67 Kredit Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Maluku* 28

Grafik 1-68 Kapasitas Produksi Sektor LGA di Prov. Maluku* 28

Grafik 1-69 Kegiatan Usaha Sektor LGA di Prov. Maluku* 28

Grafik 1-70 Konsumsi Listrik di Provinsi Maluku 29

Grafik 1-71 Kredit Sektor LGA di Perbankan Provinsi Maluku* 29

Grafik 1-72 Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Maluku 30

Grafik 1-73 Kredit Sektor Keuangan, Perseaan dan Jasa Perusahaan di Prov. Maluku* 31

Grafik 1-74 Kegiatan Usaha Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Prov. Maluku* 31

Grafik 1-75 Nilai Tambah Bruto/Produk Bruto Bank Umum di Maluku 32

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xi

Grafik 1-76 Beban Operasional-Pendapatan Operasional Bank Umum di Maluku 32

Grafik 1-77 Net Interest Margin Bank Umum di Provinsi Maluku 32

Grafik 2-1 Proporsi Realisasi Belanja APBN 2014 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014 43

Grafik 2-2 Realisasi Belanja APBN 2014 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014, dalam persen (%)

43

Grafik 2-3 Proporsi Realisasi Pendapatan APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014 45

Grafik 2-4 Perkembangan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan

I-2014 45

Grafik 2-5 Proporsi Realisasi Dana Perimbangan APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-

2014 46

Grafik 2-6 Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan

I-2014 46

Grafik 2-7 Proporsi Realisasi Belanja Langsung APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014

47

Grafik 2-8 Realisasi Pendapatan dan Belanja dari APBD Provinsi Maluku (Rp juta) 49

Grafik 3-1 Perbandingan Inflasi Bulanan tahun 2011-2014 52

Grafik 3-2 Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku & Event Analysis 53

Grafik 3-3 Inflasi Maluku dan Inflasi Nasional 54

Grafik 3-4 Pergerakan IHK Komoditas Volatile Food dengan Andil Inflasi Tertinggi 57

Grafik 3-5 Andil Inflasi Triwulanan dan Tahunan per Kelompok 60

Grafik 3-6 Disagregasi Inflasi Bulanan 61

Grafik 3-7 Harga Sayur-Sayuran (Rp)* 62

Grafik 3-8 Harga Ikan Segar (Rp)* 62

Grafik 3-9 Harga Bumbu-Bumbuan (Rp)* 62

Grafik 3-10 Harga Daging dan Telur (Rp)* 62

Grafik 3-11 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS 64

Grafik 3-12 Harga Emas Perhiasan (Rp)* 64

Grafik 3-13 Harga Beras, Minyak Goreng & Gula Pasir (Rp)* 64

Grafik 3-14 Harga Komoditas Adminsitered Price Lainnya (Rp)* 64

Grafik 3-15 Inflasi Bulanan Kota di Provinsi Maluku per Kelompok pada triwulan II-2014 67

Grafik 3-16 Inflasi Tahunan Kota di Provinsi Maluku per Kelompok pada triwulan II-2014 67

Grafik 4-1 Aset Bank Umum di Provinsi Maluku 74

Grafik 4-2 Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Provinsi Maluku 74

Grafik 4-3 Suku Bunga Dana Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Bentuk Simpanan* 75

Grafik 4-4 Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku* 75

Grafik 4-5 Suku Bunga Kredit (Agregat) per Provinsi, Triwulan II-2014 75

Grafik 4-6 Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku, Triwulan II-2014* 75

Grafik 4-7 Distribusi Spasial Kredit Bank Umum Indonesia yang Disalurkan kepada Proyek Berlokasi di

Maluku* 76

Grafik 4-8 Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Sektor Ekonomi* 76

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

xii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 4-9 Suku Bunga Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Jenis Penggunaan* 76

Grafik 4-10 Kredit UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku* 77

Grafik 4-11 Kredit UMKM di Provinsi Maluku Menurut Sektor Ekonomi* 78

Grafik 4-12 Distribusi Spasial Kredit Bank Umum Indonesia yang Disalurkan kepada UMKM Berlokasi di

Maluku* 78

Grafik 4-13 Non-Performing Loan UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku* 78

Grafik 4-14 Suku Bunga Kredit UMKM di Provinsi Maluku Menurut Jenis Penggunaan* 78

Grafik 4-15 Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Maluku* 79

Grafik 4-16 Non-Performing Loan Bank Umum di Provinsi Maluku* 79

Grafik 4-17 BI Rate vs. Loan dan Deposit Rate di Maluku 80

Grafik 4-18 Aset BPR di Provinsi Maluku 80

Grafik 4-19 Dana Pihak Ketiga BPR di Provinsi Maluku 80

Grafik 4-20 Kredit BPR di Provinsi Maluku Menurut Jenis Penggunaan 81

Grafik 4-21 Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BPR di Provinsi Maluku 82

Grafik 4-22 Non-Performing Loan (NPL) BPR di Provinsi Maluku* 82

Grafik 4-23 Distribusi Spasial Kantor Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Maluku 82

Grafik 4-24 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Dana Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di

Provinsi Maluku 83

Grafik 4-25 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Dana Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di

Provinsi Maluku 83

Grafik 4-26 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Kredit Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di

Provinsi Maluku 84

Grafik 4-27 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Kredit Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di

Provinsi Maluku 84

Grafik 5-1 Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku 88

Grafik 5-2 Penarikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 89

Grafik 5-3 Perputaran Kliring di Provinsi Maluku 91

Grafik 5-4 Perkembangan Nominal BI-RTGS Maluku 91

Grafik 5-5 Perkembangan Volume BI-RTGS Maluku 91

Grafik 6-1 Tenaga Kerja Menurut Wilayah Tempat Tinggal 98

Grafik 6-2 Kegiatan Usaha dan Penggunaan Tenaga Kerja 98

Grafik 6-3 Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 99

Grafik 6-4 Perkembangan dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja 99

Grafik 6-5 Perkembangan Kemiskinan 100

Grafik 6-6 Indeks Gini Ratio 101

Grafik 6-7 NIlai Tukar Petani (%) 102

Grafik 7-1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Triwulan III-2014 105

Grafik 7-2 Indeks Ekspektasi Konsumen* 105

Grafik 7-3 Perkembangan Nilai Tukar 107

Grafik 7-4 Perkembangan Harga Emas Dunia 107

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xiii

Grafik 7-5 Perkembangan Harga Minyak Mentah WTI 108

Grafik 7-6 Perkiraan Curah Hujan pada Triwulan III-2014 108

Grafik 7-7 Ekspektasi Harga dan Pengeluaran 109

Grafik 7-8 Ekspektasi Harga Jual 109

Grafik 7-9 Ekspektasi Inflasi Dunia Usaha* 109

Grafik 7-10 Proyeksi Inflasi Tahunan Maluku 109

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xv

DAFTAR SUPLEMEN

BOKS 1 ...................................................................................................................................................... 69

BOKS 2 ...................................................................................................................................................... 93

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xvii

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI MALUKU

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 7.44 3.79 5.20 7.80 7.64 11.72 7.87 4.32 3.16 1.94 5.43 9.81 9.77 7.99

Berdasarkan Sektor

- Pertanian 5.75 0.81 2.28 5.38 4.67 11.40 5.41 2.29 1.88 1.48 4.10 8.73 7.51 5.76

- Pertambangan & Penggalian 13.11 13.67 13.38 16.03 12.44 10.02 6.45 5.03 (0.53) -0.80 4.78 6.30 7.67 7.31

- Industri Pengolahan 10.80 7.95 5.53 4.98 6.00 9.89 9.32 6.42 3.13 2.41 6.93 11.73 15.02 10.91

- Listrik, Gas, & Air Bersih 9.27 4.35 7.04 8.02 6.87 7.37 6.89 5.92 5.39 3.45 4.14 4.88 5.72 5.38

- Konstruksi 12.67 9.55 9.02 13.51 11.11 12.17 3.82 1.50 3.27 2.39 11.22 12.57 12.29 9.69

- Perdagangan, Hotel, & Restoran 7.59 3.92 6.29 9.33 9.34 13.89 10.27 5.74 5.57 3.02 6.90 11.50 10.90 9.60

- Angkutan dan Komunikasi 6.75 3.72 4.94 6.47 6.35 10.04 8.11 5.99 5.13 3.20 6.17 9.45 9.56 7.78

- Keuangan, Persewaan, & Jasa Usaha 4.95 3.11 2.39 3.54 4.73 5.56 5.12 3.29 1.54 0.77 3.55 7.12 7.88 7.30

- Jasa-Jasa 9.65 6.76 8.66 11.39 11.69 12.54 9.20 4.59 1.39 0.70 4.70 9.56 10.95 8.74

Berdasarkan Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga 8.46 8.13 8.84 7.66 8.21 7.69 6.36 5.13 4.23 5.04 7.08 7.65 8.62 12.68

- Konsumsi Nirlaba 2.44 4.44 4.44 5.48 5.41 4.00 3.00 2.38 3.03 1.81 2.63 4.19 4.49 13.37

- Konsumsi Pemerintah 10.42 9.66 11.60 12.94 13.53 17.50 13.09 9.39 9.40 8.63 12.49 15.11 15.52 14.65

- PMTB 17.89 10.73 12.34 17.41 17.77 20.22 18.52 14.45 (0.16) 0.47 5.78 10.27 10.27 16.23

- Perubahan Stok (87.07) (137.72) (93.12) 292.71 (91.94) (304.62) 82.75 (71.01) 4,113.23 -47.63 43.49 1,793.02 248.23 (766.35)

- Ekspor 13.27 2.30 1.42 4.42 6.02 8.41 4.89 1.77 0.02 -0.29 4.04 4.94 2.15 7.84

- Impor 8.81 12.71 17.60 16.04 17.65 15.55 9.48 12.69 17.18 16.61 20.10 18.01 18.00 5.58

Ekspor

- Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) 19.92 80.35 18.75 45.83 66.29 25.60 27.52 32.69 24.64 38.96 30.36 31.39 29.51 26.61

- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 32.40 46.77 20.43 173.28 426.25 43.98 44.48 52.86 37.93 55.13 46.07 52.32 82.74 39.62

Impor

- Nilai Impor Non Migas (USD juta) 5.80 4.39 0.10 7.31 3.85 0.18 0.22 5.52 0.21 0.87 3.69 0.95 3.40 2.54

- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 11.93 31.85 0.04 12.38 6.08 0.08 0.08 1.31 0.04 0.29 1.10 0.13 7.22 5.54

Indeks Harga Konsumen

- Kota Ambon 126.62 133.69 132.65 131.87 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.20 111.85

- Kota Tual 112.53 113.36

- Provinsi Maluku 126.62 133.69 132.65 131.87 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.36 111.95

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Kota Ambon 4.45 10.00 4.24 2.85 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 9.12 9.14

- Kota Tual 7.00 5.68

- Provinsi Maluku 4.45 10.00 4.24 2.85 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.97 8.86

Perbankan

Aset Perbankan (Rp Triliun) 8.59 8.92 9.92 13.68 14.10 14.88 14.60 14.10 14.78 15.12 13.71 14.59 15.69

- Bank Pemerintah 6.28 6.43 7.08 10.00 10.41 10.77 9.97 9.49 10.25 10.57 9.19 10.18 11.02

- Bank Swasta 2.02 2.08 2.33 3.03 2.95 3.29 3.62 3.50 3.40 3.33 3.14 3.04 3.22

- BPR 0.29 0.41 0.52 0.65 0.74 0.83 1.01 1.11 1.13 1.21 1.38 1.37 1.46

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 9.59 9.50 10.19

- Giro 1.34 1.40 1.40 1.29 1.85 1.80 1.78 1.73 1.98 2.10 2.24 1.72 2.07 2.38

- Tabungan 2.68 2.96 3.02 3.82 3.33 3.65 3.81 4.69 4.25 4.28 4.46 5.25 4.60 4.62

- Deposito 1.77 1.90 2.09 1.97 2.28 2.37 2.50 2.19 2.48 2.57 2.59 2.63 2.84 3.19

Kredit (Rp Triliun)-Berdasarkan Jenis Penggunaan 8.35 8.40 8.64

- Modal Kerja 1.29 1.49 1.57 1.53 1.56 1.74 1.69 1.61 1.58 1.73 1.81 2.21 2.13 2.28

- Investasi 0.39 0.46 0.51 0.56 0.62 0.65 0.66 0.67 0.70 0.80 0.82 1.29 1.27 1.18

- Konsumsi 2.43 2.60 2.69 2.87 3.14 3.26 3.56 3.88 4.13 4.27 0.45 4.86 5.00 5.18

Kredit UMKM (Rp Triliun) 2.04 2.07 2.10

- Modal Kerja 1.41 1.62 1.73 1.79 1.92 1.98 2.02 2.01 1.96 3.73 1.24 1.34 1.34 1.44

- Investasi 0.20 0.40 0.43 0.51 0.89 0.91 0.91 0.53 0.52 1.65 0.59 0.65 0.68 0.66

- Konsumsi 1.68 3.65 2.29 2.36 2.35 2.61 2.62 2.72 2.70 0.12 0.04 0.05 0.05 -

Loan to Deposit Ratio (%) 70.94 72.66 73.33 69.16 71.24 72.37 73.01 71.55 73.51 76.04 76.55 75.84 77.57 74.82

NPL Gros (%) 2.41 2.28 2.51 2.67 3.33 3.44 3.71 1.77 2.93 6.16 3.09 2.01 3.07 3.10

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp miliar) 67.59 142.63 87.86 113.68 166.22 175.93 498.78 704.69 579.81 123.29 115.78 160.89 99.07 138.80

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu lembar) 87.98 153.45 102.77 115.45 185.68 210.02 467.00 120.64 757.00 147.56 132.38 169.13 120.80 125.55

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp miliar) 14.02 14.27 16.00 17.85 19.43 28.11 40.44 75.43 19.42 16.32 17.85 15.93 22.01 20.49

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu lembar) 0.71 0.80 0.97 1.25 1.58 3.57 2.39 4.21 0.69 0.60 0.61 0.51 0.60 0.59

2014201320122011Indikator

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xix

RINGKASAN UMUM

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Provinsi Maluku pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang positif,

dengan laju pertumbuhan yang melambat. Ekonomi Maluku triwulan laporan tumbuh 7,99% (y.o.y),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,77% (y.o.y).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi utamanya ditopang oleh komponen konsumsi

rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, dengan masing-masing pangsa sebesar 76,37%,

29,56% dan 5,60%. Sedangkan dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disokong oleh tiga sektor

utama, yakni sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 29,50%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

(PHR) dengan pangsa sebesar 27,00% dan sektor jasa-jasa dengan sebesar 19,50%.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II-2014 seiring dengan menurunnya

sumbangan pemilihan calon legislatif terhadap perekonomian Maluku, kenaikan tarif listrik,

kenaikan tarif angkutan udara dan laut, kenaikan bahan baku industri dan konstruksi, berhembusnya

angin timur yang membawa hujan yang menahan kinerja pertanian dan bangunan. Realisasi belanja

Pemda realtif cukup baik pada belanja pegawai maupun belanja modal, dan kinerja industri pengolahan

logam ikut mendorong pertumbuhan positif ekonomi Maluku.

Sektor primer mengalami penurunan pangsa sedangkan sektor sekunder mengalami

peningkatan pangsa dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan pergeseran

andil/sumbangan tertinggi kepada pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian kepada sektor

PHR. Pergeseran tersebut ditengarai sebagai implikasi dari menurunnya produktivtias padi di Buru, wilayah

sentra produksi padi di Maluku yang merupakan Lumbung Beras Maluku, setelah ditemukannya tambang

emas di daerah Gunung Botak (Pulau Buru). Dampaknya terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sektor

pertanian dan peningkatan tingginya upah tenaga kerja di daerah tersebut. Selain pasar tenaga kerja

sektor pertanian yang semakin mahal, risiko lain yang dihadapi oleh sektor pertanian di sentra produksi

padi di Buru adalah saluran-saluran irigasi yang rusak akibat bencana banjir tahun lalu.

PERKEMBANGAN INFLASI

Laju inflasi Maluku pada triwulan II-2014 berada pada level 8,86% (yoy), searah namun masih

berada di atas perkiraan sebelumnya pada kisaran 7,50-8,50% (yoy) maupun inflasi nasional yang sebesar

6,70% (yoy). Berbeda dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan II-2014 didorong oleh inflasi pada

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

xx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

administered price, terutama kelompok transport dengan inflasi sebesar 14,74% (yoy) sebagai dampak

perayaan hari besar keagamaan dan libur sekolah.

Mulai membaiknya pasokan beberapa bahan pangan lokal maupun impor berperan penting

dalam perlambatan laju inflasi Maluku. Meskipun masih terjadi inflasi tahunan pada kelompok bahan

makanan yang disumbangkan oleh sub kelompok ikan segar, kacang-kacangan dan sayur-sayuran, namun

melimpahnya pasokan bawang merah dan cabai rawit pasca panen di Seram, Surabaya dan Makassar

mendorong deflasi tahunan pada sub kelompok bumbu-bumbuan.

Perkembangan inflasi kota-kota di Provinsi Maluku pada triwulan II-2014 secara rata-rata lebih

rendah dibanding periode sebelumnya. Pencapaian inflasi bulanan tertinggi pada triwulan II-2014

terjadi pada bulan April 2014, yaitu di Kota Ambon dengan inflasi bulanan sebesar 0,92% (mtm).

Sementara inflasi bulanan terendah terjadi pada bulan Juni 2014 di Kota Tual, dengan inflasi sebesar

0,06% (mtm).

PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Pada triwulan II-2014, sektor perbankan regional Maluku menunjukkan kinerja yang baik,

tercermin pada indikator aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang tumbuh cukup baik. Aset

perbankan di Provinsi Maluku tercatat Rp15,69 triliun atau tumbuh 11,11% (y.o.y). Peningkatan juga

terdapat pada indikator DPK yang mencapai Rp10,19 triliun atau tumbuh 19,00% (y.o.y). Sedangkan,

kredit mencapai Rp8,64 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,40% (y.o.y).

Menurut risiko likuiditas dan kredit, perbankan di Provinsi Maluku masih dalam kondisi yang

stabil ditinjau dari level Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL). LDR sebesar 74,82%

dan NPL sebesar 3,10%.

Terjadi sedikit penurunan akses keuangan masyarakat terhadap perbankan dengan rasio jumlah

rekening dana perbankan terhadap jumlah penduduk Maluku mencapai 50,91%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 51,04%.

Aksesibilitas terhadap pembiayaan perbankan di Maluku cenderung menurun, dengan rasio

jumlah rekening kredit perbankan terhadap jumlah penduduk Maluku mencapai 6,39%.

OUTLOOK MAKRO EKONOMI

REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Maluku di triwulan mendatang diperkirakan tumbuh positif

namuncenderung melambat, berada pada rentang 6,40-7,40% (y.o.y). Tingginya pertumbuhan

ekonomi Maluku pada triwulan III-2014 seiring dengan ekspektasi konsumsi masyarakat yang cenderung

optimis dan bahkan meningkat pada triwulan mendatang. Optimisme masyarakat ini sehubungan dengan

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xxi

masuknya Bulan Ramadhan, adanya penyelenggaraan Pemilu presiden dan wakil presiden dan Hari Raya

Idul Fitri 1435 H.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2014 diperkiran meningkat searah dengan optimisme

masyarakat yang meningkat pada triwulan III-2014, seperti tercermin pada Survei Konsumen

Bank Indonesia. Ekspektasi konsumen terhadap triwulan III-2014 (155,30) meningkat dari triwulan II-

2014 (138,80). Meningkatnya optimisme konsumen sejalan dengan meningkatnya ekspektasi konsumen

terhadap tingkat penghasilan, kondisi ekonomi dan ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan

mendatang.

Konsumsi dan investasi Pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan III-2014 seiring

dengan keberlanjutan pembangunan proyek-proyek MP3EI yang sebagian besar ditargetkan

selesai pada akhir tahun 2014. Belanja modal dan belanja barang dan jasa diperkirakan meningkat

sebagai upaya Pemda untuk menyelesaikan proyek-proyek multi-years, seperti: Sarana Irigasi di Buru dan

Seram bagian Timur, Trans-Maluku dan infrastruktur pendukungnya, sarana dan prasarana air baku di

Pulau Ambon dan Lease dan Pulau-Pulau Terselatan Maluku dan Adpel Ambon. Sedangkan, investasi

swasta atau dunia usaha akan meningkat seiring dengan investasi bangunan yang meningkat, khusunya

pada sektor perumahan, pusat perbelanjaan, rumah sakit dan pertokoan.

Ekspor akan meningkat seiring dengan tumbuhnya permintaan dunia terhadap hasil laut dan

hasil bumi Maluku dan terjaganya pergerakan harga ekspor komoditas-komoditas unggulan

Maluku. Hasil laut yang meningkat ekspornya, antara lain: udang beku/segar dan ikan dan lain-lain.

Sedangkan, hasil bumi yang meningkat, misalnya, biji pala dan bunganya dan cengkeh. Di samping dari

sektor pertanian, ekspor dari sektor perindustrian diperkirakan juga meningkat, termasuk industri makanan

berupa ikan olahan, mutiara dan logam olahan berupa besi dan tembaga olahan.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku di triwulan mendatang akan dipacu oleh

sektor PHR, industri pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Sektor PHR meningkat

seiring dengan meningkatnya kegiatan jual-beli dan ekspor-impor, belanja rumah tangga dan pemerintah

akibat Pemilu presiden dan wakil presiden, Bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri 1435 dan Darwin-Ambon

Yacht Race 2014. Sektor industri pengolahan meningkat sejalan dengan tingginya permintaan ekspor

terhadap produk ikan olahan, mutiara dan logam olahan Maluku. Sektor jasa-jasa meningkat akibat siklus

musiman dimana realisasi belanja pegawai dan bantuan sosial pada triwulan III-2014 meningkat dalam

rangka pembayaran THR dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI menjelang hari raya. Sektor bangunan akan

cenderung meningkat dengan berlanjutnya pembangunan proyek-proyek Pemerintah dan swasta namun

sedikit tertahan akibat faktor angin timur yang mengakibatkan musim hujan ekstrim di Maluku.

OUTLOOK INFLASI DAERAH

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

xxii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan berada pada batas atas rentang 5,50% (yoy)

6,50% (yoy). Berdasarkan pola historisnya, puncak inflasi Maluku biasanya terjadi pada pertengahan

tahun yang bertepatan dengan musim hujan dan periode bulan Ramadhan. Posisi IHK pada akhir triwulan

III juga cenderung lebih tinggi dibanding IHK pada akhir triwulan II setiap tahunnya. Mencermati keadaan

tersebut, realisasi inflasi pada awal triwulan III-2014 yang sebesar 5,76% (yoy), serta potensi inflasi

sehubungan dengan kebijakan pemerintah pada komponen administered price dan event menjelang HUT

Kota Ambon, diperkirakan tingkat inflasi pada triwulan III-2014 akan cenderung lebih moderat dibanding

triwulan sebelumnya meskipun terjadi peningkatan IHK dari bulan ke bulan.

Potensi resiko yang dapat memicu terjadinya inflasi ke depan utamanya berasal dari inflasi

volatile food dan kebijakan pemerintah terkait tarif listrik, angkutan umum, dan kuota BBM bersubsidi.

Kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi jenis solar yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014 di

wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali berpotensi meningkatkan biaya produksi dan

distribusi bahan pangan pada sentra produksi di Pulau Jawa dan Sulawesi. Pembatasan tersebut

diperkirakan akan memicu penyesuaian tarif batas atas angkutan udara dan angkutan umum pasca

Lebaran.

Dari sisi permintaan, bervariasinya kebutuhan masyarakat pada setiap bulan berpotensi

menambah tekanan inflasi. Dimulainya Tahun Ajaran Baru, Bulan Ramadhan, dan perayaan Idul Fitri

yang bersamaan dengan periode cuti bersama/ libur merupakan faktor-faktor yang secara signifikan telah

menambah tekanan inflasi pada bahan makanan, angkutan udara dan sandang, seiring dengan

meningkatnya permintaan pada periode tersebut. Meningkatnya permintaan juga disumbangkan oleh

pemberian THR bagi karyawan, atau gaji ke-13 PNS/TNI/Polri yang bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Perayaan HUT Kota Ambon yang biasanya disertai dengan event besar juga diperkirakan akan memberikan

sumbangan terhadap inflasi triwulan III-2014.

Faktor cuaca masih menjadi faktor pemicu inflasi yang perlu diwaspadai. Perkiraan awal musim

hujan yang akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2014 berpotensi akan mengganggu pasokan

ikan segar dan sayur-sayuran ke Kota Ambon dan Kota Tual. Jika pada bulan Juli 2014 curah hujan yang

turun masih berada di bawah curah hujan tahun sebelumnya, maka pada awal Agustus 2014 terjadi

peningkatan intensitas hujan disertai peningkatan tinggi gelombang laut di beberapa wilayah di Maluku

yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Selanjutnya diperkirakan bahwa intensitas hujan tersebut

akan kembali menurun memasuki bulan September 2014.

OUTLOOK STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Sektor keuangan daerah Maluku di triwulan mendatang diperkirakan mengalami pertumbuhan

positif baik aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit perbankan namun sedikit tertahan akibat

Kebijakan Uang Ketat (Tight Money Policy) dan pengereman laju ekspansi kredit nasional menjadi 15-17%

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xxiii

(y.o.y). Aset perbankan di Maluku meningkat sehubungan dengan meningkatnya kredit yang disalurkan

oleh perbankan Maluku. DPK akan meningkat seiring dengan kenaikan suku bunga dana yang menarik

masyarakat untuk mengalokasikan pendapatannya sebagai tabungan daripada menggunakannya untuk

konsumsi atau investasi. Pembiayaan kepada proyek berlokasi di Maluku akan meningkat seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja di Maluku dan meningkatnya permintaan kredit konsumsi

di tengah meningkatnya keyakinan masyarakat Maluku.

Fungsi intermediasi perbankan Maluku dapat lebih dioptimalkan dengan meningkatkan

penyaluran dana simpanan ke dalam bentuk kredit produktif (modal kerja dan investasi). Rasio

pembiayaan terhadap dana (LDR) perbankan Maluku tercatat menurun dari 77,57% pada triwulan I-2014

menjadi 74,82% pada triwulan II-2014 sehingga masih dapat ditingkatkan hingga rentang 84-92%.

Penyaluran kredit perbankan di Maluku diharapkan ke dalam bentuk pembiayaan kepada sektor-sektor

produktif yang berupa kredit modal kerja dan investasi dengan tujuan sektor-sektor produktif dapat

memberikan nilai tambah kepada output perekonomian, antara lain: peningkatan ketersediaan lapangan

kerja dan pembangunan ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan. Risiko kredit di Maluku triwulan

mendatang diperkirakan terjaga di rentang 3,00-4,00% atau masih di bawah ketentuan kewajaran yang

ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5,00%.

Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam rangka pengembangan akses keuangan,

terutama bagi penduduk yang berada di pulau-pulau terluar, dengan tujuan pembangunan

ekonomi di daerah-daerah tersebut. Pengembangan akses keuangan dapat meningkatkan kinerja

fungsi intermediasi oleh perbankan dengan memberikan akses pembiayaan kepada sektor-sektor ekonomi

yang berkembang di pulau-pulau terluar. Pada gilirannya, sektor-sektor tersebut dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut pada khususnya dan Maluku pada umumnya. Pembukaan

kantor perbankan di daerah-daerah dengan rasio keuangan inklusif yang masih rendah dapat memperluas

akses keuangan dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat di daerah tersebut.

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

1

1. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Provinsi Maluku pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang positif

meskipun dengan laju pertumbuhan yang melambat. Ekonomi Maluku triwulan laporan tumbuh

7,99% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,77% (y.o.y).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi utamanya ditopang oleh komponen konsumsi rumah

tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, dengan masing-masing pangsa sebesar 76,37%,

29,56% dan 5,60%. Sedangkan menurut sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disokong oleh

tiga sektor utama, yakni sektor pertanian dengan pangsa sebesar 29,50%, sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,00% dan pangsa sektor jasa-jasa sebesar

19,50%.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II-2014 seiring dengan menurunnya

sumbangan Pemilu legislatif terhadap perekonomian Maluku, kenaikan tarif listrik, kenaikan tarif

angkutan udara dan laut, kenaikan bahan baku industri dan konstruksi, berhembusnya angin

timur yang membawa hujan yang menahan kinerja pertanian dan bangunan. Realisasi belanja

Pemda uang cukup optimal, baik belanja pegawai maupun belanja modal, dan kinerja industri

pengolahan logam ikut mendorong pertumbuhan positif ekonomi Maluku.

Sektor primer mengalami penurunan pangsa sedangkan sektor sekunder mengalami peningkatan

pangsa dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan pergeseran andil pertumbuhan ekonomi

tertinggi dari sektor pertanian kepada sektor PHR. Pergeseran tersebut ditengarai sebagai implikasi

dari menurunnya produktivtias padi di Buru, wilayah sentra produksi padi di Maluku yang

merupakan Lumbung Beras Maluku, setelah ditemukannya tambang emas di daerah Gunung

Botak (Pulau Buru). Dampaknya terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian dan

peningkatan tingginya upah tenaga kerja di daerah tersebut. Selain pasar tenaga kerja sektor

pertanian yang semakin mahal, risiko lain yang dihadapi oleh sektor pertanian di sentra produksi

padi di Buru adalah saluran-saluran irigasi yang rusak akibat bencana banjir tahun lalu.

1.1. Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku

Pada triwulan II-2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK) tahun 2000 mencapai Rp1,35 triliun atau tumbuh sebesar 7,99% (y.o.y), hampir

mendekati prakiraan (baseline) pesimis yang sebesar 7,98%, namun jauh di bawah prakiraan

jangkar (anchored) yang berada di rentang 9,50-10,50% (y.o.y). Pertumbuhan ekonomi Provinsi

Maluku pada triwulan laporan lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,21% (y.o.y).

Sementara itu, PDRB Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Berlaku mencatatkan nominal Rp3,73 triliun atau

tumbuh sebesar 16,83% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 20,72%

(y.o.y).

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 1-1 Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku Triwulanan, 2005-2014

Grafik 1-2 Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku, Triwulan II-2014

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Menurut sektor usahanya, perekonomian Provinsi Maluku didominasi oleh sektor tersier atau

berorientasi jasa, yang meliputi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor angkutan

dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sektor

tersier dengan pangsa 64,00% dari total PDRB Nominal Maluku triwulan II-2014 tumbuh (riil) sebesar

8,83% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,44% (y.o.y). Sektor primer

dengan pangsa 28,84% tumbuh (riil) di triwulan laporan sebesar 5,80% (y.o.y), menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 10,44% (y.o.y). Sementara itu, sektor sekunder dengan pangsa 7,16%

tumbuh (riil) sebesar 10,22% (y.o.y), menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

13,66% (y.o.y).

Sektor primer mengalami penurunan pangsa sedangkan sektor sekunder mengalami

peningkatan pangsa dibandingkan tahun sebelumnya sebab sektor dengan andil/sumbangan

kepada pertumbuhan ekonomi tertinggi telah bergeser dari sektor pertanian kepada sektor PHR.

Pergeseran dari sektor pertanian ke sektor PHR tersebut ditengarai sebagai implikasi dari menurunnya

produktivtias padi di Buru, sentra produksi padi di Maluku sekaligus telah ditetapkan sebagai Lumbung

Beras Maluku, setelah ditemukannya tambang emas di daerah Gunung Botak (Pulau Buru). Kegiatan

penambangan emas yang terlihat lebih menguntungkan telah menarik petani Buru untuk ikut melakukan

penambangan tersebut dan menomorduakan pekerjaan utamanya sebagai petani padi. Hal ini berimplikasi

pada menurunnya jumlah tenaga kerja sektor pertanian di sentra produksi dan menyebabkan tingginya

harga tenaga kerja di daerah tersebut. Risiko lain yang dihadapi oleh sektor pertanian di sentra produksi

padi di Buru adalah saluran-saluran irigasi yang mudah rusak, terutama pada bencana banjir tahun lalu.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIVI II

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

RpMiliar

Primer Sekunder Tersier

Primer28.84%

Sekunder7.16%

Tersier64.00%

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

3

Grafik 1-3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2014 antar-Provinsi di Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua)

Sumber: BPS; diolah

Sementara itu, mencermati pertumbuhan ekonomi di provinsi-provinsi di wilayah Sulampua

(Sulawesi, Maluku dan Papua), Maluku merupakan salah satu provinsi yang mencatatkan

pertumbuhan tinggi. Maluku pada triwulan II-2014 tumbuh 7,99% (y.o.y), lebih rendah daripada

pertumbuhan Sulawesi Barat dan Papua yang masing-masing tumbuh 9,3% (y.o.y) dan 9,1% (y.o.y),

namun lebih tinggi daripada pertumbuhan Papua Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo

yang berturut-turut sebesar 7,8% (y.o.y), 7,3% (y.o.y), 7,3% (y.o.y) dan 7,2% (y.o.y). Wilayah Sulampua

sendiri mengalami pertumbuhan sebesar 6,8% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 5,4% (y.o.y). Meningkatnya pertumbuhan agregat wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua

(Sulampua) seiring dengan meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan, terutama pengolahan bahan

tambang. Sejak diberlakukannya Undanng-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara (UU Minerba) yang melarang ekspor bahan tambang mentah melainkan harus diolah atau

dimurnikan terlebih dahulu. UU Minerba masih berdampak pada rendahnya realisasi output sektor

pertambangan dan penggalian di Sulampua, dimana sektor tersebut mencatatkan kontraksi sebesar 1,2%

(y.o.y), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang kontraksinya lebih dalam hingga 18,4% (y.o.y).

Grafik 1-4 Perkembangan PDRB Riil Provinsi Maluku Grafik 1-5 Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II-2014 searah dengan hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan penurunan kapasitas produksi terpakai pada

triwulan laporan. Kapasitas produksi terpakai Maluku mencapai 50,23%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 65,53%. Dengan kapasitas produksi normalnya yang sebesar

PAPUA: 9,1%

PAPUA BARAT: 7,8%

MALUT: 5,6%

SULTRA: 5,8%

SULBAR: 9,3%

SULSEL: 7,3%

GORONTALO: 7,2%

SULUT: 7,3%

SULTENG: 2,4%

SULAMPUA: 6,8%

MALUKU: 8,0% Pertumbuhany.o.ymeningkatdibandingkantriwulansebeleumnya

Pertumbuhany.o.ymenurundibandingkantriwulansebelumnya

0

2

4

6

8

10

12

14

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen)%(persen)

PDRBMaluku

PDRBMaluku(UpperBaseline)

PDBIndonesia

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)

KapasitasProduksiTerpakai KapasitasProduksiNormal

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

62,81%, maka rasio pemakaian kapasitas (capacity utilisation) sebesar 79,97%, menurun dibandingkan

rasio triwulan sebelumnya yang sebesar 94,82%. Menurunnya kapasitas produksi perekonomian Maluku

seiring dengan faktor downside risks, antara lain: berhembusnya angin timur yang menyebabkan turunnya

hujan ekstrim dan gelombang laut tinggi di wilayah Maluku, kenaikan tarif listrik kelompok industri besar

sejak 1 Mei 2014, kenaikan harga tiket angkutan udara dan laut, serta kenaikan harga bahan baku untuk

konstruksi dan industri.

1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan

Tabel 1-1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah, *Angka sementara BPS

Pada triwulan II-2014, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku dilihat dari sisi permintaan masih

didorong oleh tingginya laju konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor, masing-

masing dengan andil sebesar 9,28% (y.o.y), 4,08% (y.o.y) dan 1,06% (y.o.y). Seluruh komponen

penarik ke atas pertumbuhan ekonomi Maluku mencatatkan pertumbuhan yang tinggi, bahkan komponen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), konsumsi pemerintah, konsumsi nirlaba dan konsumsi rumah

tangga mengalami pertumbuhan angka-ganda (double-digit) sehubungan dengan low-base effect, yakni

rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan, komponen

penarik ke bawah PDRB, yaitu impor tumbuh sebesar 5,58% (y.o.y).

1.1.1. Konsumsi

1.1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2014 menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

Konsumsi rumah tangga tumbuh 12,68% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 8,62% (y.o.y). Meningkatnya laju pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga terutama

didorong oleh pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk belanja kampanye dan belanja atribut dalam

rangka Pemilu legislatif yang berlangsung pada April 2014 dan persiapan Pemilu presiden dan wakil

presiden yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 2014. Selanjutnya, meningkatnya konsumsi rumah

tangga pada triwulan laporan juga disebabkan oleh adanya perayaan hari-hari besar keagamaan dan

kegiatan khusus, seperti: Hari Wafat Isa Al Masih, Sidi,

SAW, Kenaikan Isa Al Masih, wisuda, musim liburan sekolah dan persiapan memasuki Bulan Ramadhan.

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

5

Pemilu dan momentum-momentum khusus lainnya memiliki efek yang cukup signifikan dalam mendorong

tingginya konsumsi masyarakat Maluku dan bahkan melebihi estimasi Bank Indonesia yang diperkirakan

tumbuh 7,42% (y.o.y).

Grafik 1-6 Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku Grafik 1-7 Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

*Survei Konsumen

Meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga Maluku sejalan dengan tingkat

keyakinan konsumen yang masih optimis dan bahkan meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

dalam Survei Konsumen tercatat meningkat dari 146,30 pada triwulan sebelumnya menjadi 150,67 pada

triwulan laporan, dan bahkan melebihi ekspektasi konsumen terhadap triwulan II-2014 yang sebesar

138,80. Tingginya optimisme masyarakat pada triwulan laporan didorong, khususnya, oleh sentimen

positif terhadap penyelenggaraan Pemilu 2014 dan menjelang Bulan Ramadhan. Indeks Kondisi Ekonomi

(IKE) dalam Survei Konsumen juga terpantau tinggi dan bahkan meningkat menjadi 137,50 pada triwulan

laporan dari 137,20 pada triwulan sebelumnya. IKE menunjukkan bahwa masyarakat melihat kondisi

ekonomi pada triwulan laporan lebih baik daripada kondisi ekonomi pada triwulan sebelumnya. Sentimen

positif masyarakat pada kondisi ekonomi triwulan laporan dipicu oleh meredanya efek kenaikan harga

Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang telah menyebabkan kenaikan harga barang dan/atau jasa.

Grafik 1-8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga di Provinsi Maluku Grafik 1-9 Kredit Konsumsi di Bank Umum Provinsi Maluku*

Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara * Menurut Lokasi Proyek

Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga Maluku dikonfirmasi dengan konsumsi listrik rumah

tangga yang juga berkecenderungan meningkat sedangkan pembiayaan perbankan untuk

konsumsi terpantau stabil. Konsumsi listrik rumah tangga Maluku pada triwulan laporan mencapai

73,76 MwH atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,88% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 3,88% (y.o.y). Baki debet pembiayaaan konsumsi Maluku mencapai Rp4,32

triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,17% (y.o.y), relatif terjaga dibandingkan triwulan

0

2

4

6

8

10

12

14

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

Konsumsi(Riil)RT g-y.o.y-sumbukanan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014

IndeksKeyakinanKonsumen IndeksKondisiEkonomi

IndeksEkspektasiKonsumen

(5)

0

5

10

15

20

25

30

35

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)perMWh

KonsumsiListrikRT g-y.o.y-sumbukanan

0

10

20

30

40

50

60

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMilyar

KreditKonsumsi g-y.o.y-sumbukanan

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

sebelumnya yang tumbuh 14,91% (y.o.y). Kredit konsumsi di Maluku masih tertahan seiring dengan

Kebijakan Uang Ketat (Tight Money Policy) dan ketentuan Loan-to-Value (LTV) yang mendorong

masyarakat untuk menunda kegiatan konsumtif dan mengalokasikan pendapatannya ke dalam bentuk

tabungan yang dapat memberikan imbal hasil yang lebih dengan suku bunga dana yang relatif tinggi.

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada 2 (dua) triwulan mendatang menunjukkan kondisi yang

tetap optimis dan cenderung meningkat. IEK terhadap triwulan III dan IV-2014 tercatat masing-masing

sebesar 155,30 dan 162,83. Meningkatnya IEK terhadap dua triwulan mendatang khususnya didorong

oleh ekspektasi masyarakat yang positif terkait Pemilu presiden dan wakil presiden, Bulan Ramadhan dan

Hari Raya Idul Fitri 1435 H. Kebijakan Uang Ketat, ketentuan terkait Loan-to-Value (LTV) dan tren

pengereman laju ekspansi kredit perbankan nasional menjadi 15-17% (y.o.y) masih menjadi faktor risiko

penahan konsumsi masyarakat sehingga secara rasional rumah tangga akan mengalihkan pendapatannya

ke tabungan yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada melakukan konsumsi, dimana suku

bunga dana (agregat) di perbankan Maluku mencapai 13,95% atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang berada di level 13,88%. Tekanan terhadap depresiasi nilai Rupiah yang meningkat, harga

komoditas internasional yang cenderung meningkat perlu diantisipasi dampak imported inflation yang

bertransmisi pada kenaikan harga barang dan/atau jasa pada inflasi kelompok inti. Di samping itu,

kenaikan tarif listrik kelompok Rumah Tangga (R-2 dan R-1) yang diterapkan per 1 Juli 2014 serta

penyesuaian tarif untuk golongan R-3 (>6600VA) diperkirakan akan kembali terjadi pada akhir triwulan III-

2014 dan berpotensi memicu inflasi tahunan.

1.1.1.2. Konsumsi Nirlaba

Konsumsi yang bertujuan tidak mencari keuntungan menunjukkan tren yang meningkat.

Konsumsi nirlaba pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan sebesar 13,37% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,49% (y.o.y). Tingginya pertumbuhan konsumsi nirlaba

didorong oleh tingginya kegiatan sosial yang dilakukan dalam rangka perayaan hari raya keagamaan dan

Pemilu legislatif.

Grafik 1-10 Konsumsi Nirlaba Provinsi Maluku Grafik 1-11 Konsumsi Listrik Sosial di Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara

Pertumbuhan positif pada konsumsi listrik sosial mengonfirmasi tren peningkatan pada

pertumbuhan konsumsi nirlaba di Provinsi Maluku. Konsumsi listrik sosial mencapai 4,87 MWh atau

tumbuh 12,80% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 18,65% (y.o.y).

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

Konsumsi(Riil)Nirlaba

g-y.o.y-sumbukanan

(10)

0

10

20

30

40

50

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)perMWh

KonsumsiListrikSosial g-y.o.y-sumbukanan

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

7

Melambatnya pertumbuhan konsumsi listrik sosial seiring dengan termoderasinya kinerja pengembangan

sektor riil dan UMKM (Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah).

1.1.1.3. Konsumsi Pemerintah

Grafik 1-12 Konsumsi Pemerintah Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Konsumsi pemerintah Maluku pada triwulan II-2014 tercatat tumbuh tinggi meskipun dalam tren

yang melambat. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan sebesar 14,65% (y.o.y),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,52% (y.o.y).

Pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh kinerja positif pada realisasi anggaran dalam

APBN dan APBD Provinsi Maluku. Realisasi anggaran yang berasal dari APBN lebih kuat mendorong

pertumbuhan konsumsi pemerintah Maluku. Pertumbuhan belanja APBN (tidak termasuk Belanja Modal)

pada triwulan laporan sebesar 12,47% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang yang

sebesar 27,56% (y.o.y). Penyerapan belanja APBN yang cukup tinggi seiring dengan meningkatnya belanja

barangnya. Belanja barang yang berasal dari APBN mencapai Rp604,06 miliar atau mengalami

pertumbuhan sebesar 80,81% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,70%

(y.o.y). Sementara itu, kinerja belanja APBD membaik dengan capaian penyerapan pada triwulan II-2014

sebesar Rp270,01 miliar atau terkontraksi 8,61% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi lebih dalam hingga 21,92% (y.o.y). Meningkatnya laju pertumbuhan belanja APBD

didorong oleh kinerja belanja barang dan jasa yang mencapai Rp122,88 miliar atau tumbuh 54,15%

(y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,16% (y.o.y). Jika mencermati per

pos pada belanja APBD, belanja langsung masih menjadi pendorong meningkatnya penyerapan APBD,

dimana pos belanja tersebut mencapai Rp133,56 miliar atau tumbuh 50,86% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,99% (y.o.y); sedangkan, belanja tidak langsung

mengalami perlambatan semakin dalam dari terkontraksi 25,43% (y.o.y) menjadi terkontraksi 34,05%

(y.o.y).

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

Konsumsi(Riil)Pemerintah g-y.o.y-sumbukanan

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 1-13 Belanja Barang dan Jasa dalam APBD Provinsi Maluku Grafik 1-14 Belanja Barang dalam APBN Provinsi Maluku

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku; diolah

Grafik 1-15 Belanja APBD (tidak termasuk Belanja Modal) Provinsi Maluku

Grafik 1-16 Belanja APBN (tidak termasuk Belanja Modal) Provinsi Maluku

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku;

diolah

Mencermati meningkatnya kinerja penyerapan APBD yang didorong oleh meningkatnya belanja

barang dan jasa, konsumsi listrik gedung pemerintahan yang tumbuh meningkat mengonfirmasi

hal tersebut. Konsumsi listrik untuk gedung pemerintahan mencapai 8,70 MWh atau mencatatkan

kontraksi 30,65% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 31,65% (y.o.y).

Grafik 1-17 Konsumsi Listrik Gedung Pemerintahan di Provinsi Maluku

Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara

1.1.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan komponen dengan pertumbuhan tertinggi

serta mencatatkan tren yang meningkat. PMTB mengalami pertumbuhan 16,23% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,27% (y.o.y). Meningkatnya laju pertumbuhan PMTB

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

50000

100000

150000

200000

250000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJuta

BelanjaBarangdanJasa g-y.o.y-sumbukanan

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJuta

BelanjaBarang g-y.o.y-sumbukanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

500000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJutaBelanjaLangsung(tidaktermasukBelanjaModal)

BelanjaTidakLangsung

gTotal-y.o.y-sumbukanan

(10)

0

10

20

30

40

50

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJuta

BelanjaAPBN(tidaktermasukBelanjaModal)

g-y.o.y-sumbukanan

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)perMWh

KonsumsiListrikGd.Pemerintahan

g-y.o.y-sumbukanan

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

9

seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) di Maluku yang mencapai

USD7,60 juta atau tumbuh 84,60% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 65,35% (y.o.y). Laju yang meningkat pada PMTB mengindikasikan nilai tambah investasi pada

triwulan laporan lebih tinggi daripada nilai tambah investasi pada triwulan sebelumnya.

Grafik 1-18 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Provinsi Maluku Grafik 1-19 Penanaman Modal Asing di Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BKPM; diolah

Meningkatnya kinerja komponen PMTB didukung oleh tumbuhnya impor barang modal. Impor

barang modal Maluku pada triwulan laporan mencapai USD2,51 juta atau mengalami pertumbuhan

sebesar 200,02% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1.909.32% (y.o.y). Impor

barang modal Maluku sebagian besar berupa barang berwujud capital goods yang nilainya mencapai

USD2,35 juta atau tumbuh 530,85% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

346.925,72% (y.o.y). Impor barang berwujud intermediate goods mencapai USD0,17 juta atau

terkontraksi 64,21% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 47,03% (y.o.y).

Grafik 1-20 Impor Barang Modal Provinsi Maluku*

*Barang Modal kecuali perlengkapan transportasi

Penyerapan belanja modal Pemerintah Daerah yang tumbuh positif ikut mendorong

meningkatnya kinerja PMTB. Belanja modal Pemda Maluku yang bersumber pada APBD pada triwulan

II-2014 mencapai Rp84,17 miliar atau tumbuh 100,95% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh terkontraksi 65,90% (y.o.y). Membaiknya kinerja investasi Pemda yang

bersumber pada APBD seiring dengan pengejaran realisasi yang optimal pada pelaksanaan program-

program kerja dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang pada triwulan sebelumnya sempat

tertunda. Sedangkan, belanja modal Pemda Maluku yang bersumber pada APBN pada triwulan laporan

mencapai Rp604,06 miliar atau mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 44,77% (y.o.y), menurun

(5)

0

5

10

15

20

25

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

PMTB g-y.o.y-sumbukanan

(500)

0

500

1000

1500

2000

2500

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDRibu

PenanamanModalAsing(PMA)

g-y.o.y-sumbukanan

(500)

0

500

1000

1500

2000

2500

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

CapitalGoods

IntermediateGoods

gTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 105,79% (y.o.y). Investasi Pemda Maluku tersebut masih

didorong, terutama, oleh investasi bangunan dalam rangka pembangunan proyek-proyek Masterplan

Percepatan Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang bersifat multi-years, seperti:

Jembatan Merah Putih dan infrastruktur jalan dan jembatan pendukung Trans Maluku, serta rehabilitasi

infrastruktur (jalan dan saluran irigasi) yang rusak akibat bencana banjir pada tahun lalu.

Grafik 1-21 Belanja Modal dalam APBD Provinsi Maluku Grafik 1-22 Belanja Modal dalam APBN Provinsi Maluku

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku;

diolah

Meningkatnya realisasi kegiatan usaha dan tumbuhnya kredit investasi mencerminkan kondisi

investasi swasta yang meningkat. Baki debet kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan nasional

kepada proyek berlokasi di Maluku berjumlah Rp1,16 triliun atau tumbuh positif 0,26% (y.o.y), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,52% (y.o.y). Melambatnya laju pertumbuhan kredit

investasi seiring dengan kebijakan kontraktif yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan meningkatnya suku

bunga kredit investasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan menurut SKDU, realisasi kegiatan

dunia usaha Maluku pada triwulan laporan meningkat sebesar 20,42% dari triwulan sebelumnya, lebih

tinggi daripada triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 18,42% dari triwulan IV-2013.

Realisasi kegiatan usaha tersebut berhasil melebihi ekspektasi dunia usaha yang sebesar 11,18%.

Grafik 1-23 Kredit Investasi di Provinsi Maluku* Grafik 1-24 Kegiatan Usaha di Provinsi Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek *Survei Kegiatan Dunia Usaha

Komponen PMTB pada triwulan mendatang diperkirakan meningkat seiring dengan

meningkatnya realisasi belanja modal Pemda, keberlanjutan pembangunan proyek-proyek

Pemerintah dan ekspektasi dunia usaha yang optimis. Belanja modal Pemda diperkirakan cenderung

meningkat akibat keberlanjutan pembangunan proyek-proyek MP3EI yang ditargetkan selesai akhir tahun

ini sehingga pengerjaannya cenderung mengejar target penyelesaian tersebut. Menurut SKDU, dunia

usaha berekspektasi bahwa kegiatan usahanya pada triwulan mendatang meningkat 20,29% dari triwulan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJuta

BelanjaModal g-y.o.y-sumbukanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJuta

BelanjaModal g-y.o.y-sumbukanan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMilyar

KreditInvestasi g-y.o.y-sumbukanan

(10)

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

11

sebelumnya namun cenderung menurun dibandingkan realisasi kegiatan usaha pada triwulan II-2014 yang

meningkat 20,42% dari triwulan I-2014. Melambatnya ekspektasi dunia usaha tersebut seiring dengan

masih mahalnya biaya investasi yang dirasakan dunia usaha karena relatif tingginya harga bahan baku dan

logistik di Maluku. Optimisme dunia usaha juga tertahan oleh kebijakan kenaikkan TDL kelompok industri

besar sejak 1 Mei, relatif tingginya suku bunga kredit investasi, kebijakan pengereman laju ekspansi kredit

dan faktor musim hujan dan gelombang laut yang tinggi pada Juli-Agustus. Pertumbuhan investasi di

Maluku diperkirakan meningkat seiring dengan permintaan masyarakat dan ekspor yang masih optimis

dan tinggi.

1.1.1. Ekspor dan Impor

Grafik 1-25 Neraca Perdagangan (Riil) Provinsi Maluku Grafik 1-26 Neraca Perdagangan Non-Migas Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Neraca perdagangan Maluku mencatatkan angka defisit yang menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Defisit neraca perdagangan Maluku mencapai Rp130,70 triliun atau tumbuh 18,88% (y.o.y),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 44,74% (y.o.y). Melambatnya laju defisit

neraca perdagangan Maluku seiring dengan tren perlambatan pada pertumbuhan impor Maluku yang

disertai dengan tren peningkatan pada pertumbuhan ekspornya. Impor Maluku pada triwulan laporan

mencapai Rp312,16 triliun atau tumbuh 12,21% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 18,005 (y.o.y). Sedangkan, ekspor Maluku pada triwulan II-2014 mencapai Rp181,45 triliun atau

mengalami pertumbuhan sebesar 7,84% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,15% (y.o.y).

Grafik 1-27 (NIlai) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku Grafik 1-28 (Volume) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku

Di tengah defisit neraca perdagangan total Maluku, neraca perdagangan nonmigas Maluku

mengalami surplus. Neraca perdagangan nonmigas Maluku pada triwulan laporan mencapai USD24,07

(5)

0

5

10

15

20

25

(200)

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar Ekspor(Riil) NeracaPerdagangan(Riil)

Impor(Riil) gEkspor-y.o.y-sumbukanan

gImpor-y.o.y-sumbukanan

(300)

(200)

(100)

0

100

200

300

400

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta EksporNonmigas

ImporNonmigas

NeracaPerdaganganNonmigas

gNeracaPerdaganganNonmigas-y.o.y-sumbukanan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

0-FOODANDLIVEANIMALS

2-CRUDEMATERIALS,INEDIBLE

6-MANUFACTUREDGOODS

7-MACHINERY&TRANSPORTEQP

8-MISC.MANUFACTUREDARTICLES

gNilaiSITC-y.o.y-sumbukanan

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

0-FOODANDLIVEANIMALS

2-CRUDEMATERIALS,INEDIBLE

6-MANUFACTUREDGOODS

7-MACHINERY&TRANSPORTEQP

8-MISC.MANUFACTUREDARTICLES

gVolumeSITC-y.o.y-sumbukanan

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

triliun atau mencatatkan kontraksi sebesar 36,80% (y.o.y) atau menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang juga terkontraksi 15,04% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan neraca perdagangan

nonmigas Maluku sehubungan dengan melambatnya kinerja ekspor nomigas Maluku yang disertai dengan

pertumbuhan positif impor nonmigas. Ekspor nonmigas Maluku mencapai USD26,61 juta atau terkontraksi

31,69% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 4,62% (y.o.y). Sementara

itu, impor nonmigas Maluku mencapai USD2,54 juta atau tercatat tumbuh positif 191,20% (y.o.y),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1.556,75% (y.o.y).

Grafik 1-29 (NIlai) Impor Non-Migas Provinsi Maluku Grafik 1-30 (Volume) Impor Non-Migas Provinsi Maluku

Mencermati struktur ekspor Maluku menurut SITC 1-digit, ekspor Maluku triwulan II-2014

didominasi oleh kelompok Makanan dan Hewani (SITC-0) sedangkan komponen yang mengalami

pertumbuhan tertinggi adalah kelompok Bahan Olahan (SITC-6). Ekspor Maluku pada triwulan

laporan terdiri dari kelompok kelompok Makanan dan Hewani (SITC-0), Barang Olahan (SITC-6), Produk

Olahan Lainnya (SITC-8) dan Permesinan dan Angkutan (SITC-7), dengan masing-masing kontribusi sebesar

89,15%, 8,36%, 2,04% dan 8,36%. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kelompok Barang Olahan (SITC-

6) sebesar 76,18% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 26,25% (y.o.y).

Sedangkan, kelompok Makanan dan Hewani (SITC-0) mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 37,06%

(y.o.y), memperburuk tren triwulan sebelumnya yang terkontraksi 5,46% (y.o.y). Ekspor Makanan dan

Hewani Maluku terdiri dari ikan dan lain-lain, udang segar/beku dan pala & bunganya dan kapulaga.

Bahan olahan Maluku yang diekspor meliputi barang dari logam tidak mulia yakni besi/baja olahan dan

tembaga olahan, ikan olahan dan mutiara. Ekspor produk olahan lainnya termasuk alat listrik, ukur,

fotografi, dll sedangkan ekspor permesinan dan angkutan yaitu suku cadang mesin dan peti kemas.

Mencermati struktur impor Maluku menurut SITC 1-digit, impor Maluku triwulan II-2014

didominasi oleh Mesin dan Alat Angkutan (SITC-7) sedangkan komponen yang mengalami

pertumbuhan tertinggi juga dicatatkan oleh kelompok Mesin dan Alat Angkutan (SITC-7). Impor

non-migas Maluku mencapai bobot/volume sebesar 5,54 ribu ton atau naik 18.13,05% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang naik 7,22% (y.o.y). Impor nonmigas pada triwulan laporan terdiri

dari Barang Olahan (SITC-6), Mesin dan Alat Angkutan (SITC-7) dan Produk Olahan Lainnya (SITC-8),

dengan masing-masing berkontribusi sebesar 0,11%, 99,22% dan 0,67%. Pertumbuhan impor Mesin dan

Alat Angkutan (SITC-7), Barang Olahan Lainnya (SITC-8) dan Barang Olahan (SITC-6), berturut-turut yaitu

2.483,94% (y.o.y), -6,88% (y.o.y), dan -83,37% (y.o.y). Tingginya impor kapal laut dan sejenisnya yang

(400)

(200)

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

0-FOODANDLIVEANIMALS

5-CHEMICAL

6-MANUFACTUREDGOODS

7-MACHINERY&TRANSPORTEQP

8-MISC.MANUFACTUREDARTICLES

gNilaiSITC-y.o.y-sumbukanan

(5,000)

0

5,000

10,000

15,000

20,000

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

0-FOODANDLIVEANIMALS

5-CHEMICAL

6-MANUFACTUREDGOODS

7-MACHINERY&TRANSPORTEQP

8-MISC.MANUFACTUREDARTICLES

gVolumeSITC-y.o.y-sumbukanan

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

13

mencapai USD2,34 juta seiring dengan akan diselenggarakannya event Darwin-Ambon Yacht Race pada

Agustus 2014.

Grafik 1-31 (NIlai) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku Menurut Negara Tujuan

Grafik 1-32 (Nilai) Impor Non-Migas Provinsi Maluku Menurut Negara Asal

Menurut negara asalnya, ekspor nonmigas Maluku sebagian besar dikirim ke Thailand, Tiongkok,

Hong Kong dan Viet Nam. Ekspor Maluku ke Thailand mencapai USD16,11 juta atau mengalami

kontraksi sebesar 16,62% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi

6,41% (y.o.y). Ekspor Maluku ke Cina sebesar USD2,10 juta atau terkontraksi 55,19% (y.o.y), lebih rendah

daripada triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 23,51% (y.o.y). Ekspor ke Viet Nam dan

Belanda berturut-turut tumbuh 206,37% (y.o.y) dan 17,82% (y.o.y), merupakan negara-negara dengan

pertumbuhan ekspor Maluku yang positif. Sementara itu, ekspor ke Hong Kong, Jepang dan Amerika

Serikat mengalami pertumbuhan terkontraksi.

Menurut negara asalnya, impor nonmigas Maluku berasal dari Cina, Thailand dan Korea Selatan.

Impor Maluku dari Cina mencapai USD2,40 juta atau tumbuh 5.689,61% (y.o.y), menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 7.066,06% (y.o.y). Impor Maluku dari Thailand dan Korea Selatan

masing-masing sebesar USD0,14 juta dan USD0,75 ribu atau berturut-turut mencatatkan kontraksi

73,40% (y.o.y) dan 81,56% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing

tumbuh positif 29,51% (y.o.y) dan 287,13% (y.o.y).

Grafik 1-33 Ekspor Non-MIgas Provinsi Maluku Menurut Pelabuhan/Bandara Muat

Menurut pelabuhan ekspornya, ekspor nonmigas Maluku pada triwulan laporan sebagian besar

melalui Pelabuhan Benjina/Pulai Kei, Pelabuhan Ambon dan Pelabuhan Tual. Ekspor non-migas

Maluku yang melalui Pelabuhan Benjina/Pulau Kei mencapai USD11,71 juta atau dengan pangsa sebesar

Thailand58.57%

Cina15.27%

HongKong8.19%

VietNam7.09%

Jepang4.92%

AmerikaSerikat3.42%

Belanda1.28%

Taiwan0.76%

India0.27%

KoreaSelatan0.24%

Other2.54% Cina

92.00%

Thailand5.23%

KoreaSelatan2.77%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

USDJuta KPBCSoekarnoHatta KPBCTanjungPerak

KPBCAmbon KPBCTernate

KBGalela/Tobelo KPBCTual

KPDabo KPBenjina/P.Kei

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

44,00% dari total eksponya. Ekspor yang melalui Pelabuhan Ambon dan Tual masing-masing mencapai

USD4,84 juta dan USD4,63 juta atau berturut-turut dengan pangsa 18,20% dan 17,42%. Selain melalui 3

(tiga) pelabuhan tersebut, ekspor Maluku melalui Pelabuhan Tanjung Perak (14,53%) dan Bandara

Soekarno-Hatta (5,86%).

1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran

Pertumbuhan tinggi pada triwulan II-2014 dicapai oleh sektor industri pengolahan, sektor

bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh 10,91%

(y.o.y), 9,69% (y.o.y) dan 9,60% (y.o.y). Sedangkan sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang

merupakan sektor ekonomi dengan andil dominan bersama dengan sektor PHR mencatatkan

pertumbuhan sebesar 5,76% (y.o.y) dan 8,74% (y.o.y).

Tabel 1-2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah *Angka sementara BPS

1.3.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan ekonomi dengan

kecenderungan yang melambat. Sektor pertanian (termasuk subsektor tanaman bahan makanan,

tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan) mencapai pertumbuhan positif sebesar

5,76% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,51% (y.o.y).

Grafik 1-34 Kapasitas Produksi Sektor Pertanian Provinsi Maluku* Grafik 1-35 Kegiatan Usaha Sektor Pertanian Provinsi Maluku

*Survei Kegiatan Dunia Usaha *Survei Kegiatan Dunia Usaha

Melambatnya laju pertumbuhan sektor pertanian searah dengan menurunnya kapasitas

produksi dan realisasi kegiatan usaha yang tercatat pada SKDU. Kapasitas produksi terpakai sektor

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)

KapasitasProduksiTerpakai KapasitasProduksiNormal

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

15

pertanian Maluku tercatat sebesar 47,29%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

65,31%. Menurunnya kapasitas produksi terpakai seiring dengan menurunnya kapasitas produksi normal,

dimana rasio utilisasi sektor pertanian pada triwulan laporan sebesar 73,39%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 87,08%. Menurunnya kapasitas produksi sektor pertanian sehubungan

dengan faktor cuaca yang mulai ekstrim dan tidak mendukung kegiatan pertanian, kredit perbankan yang

semakin mahal, harga bibit, tenaga kerja dan mesin pertanian yang relatif tinggi sedangkan harga jual

yang relatif rendah dan sarana irigasi yang belum selesai diperbaiki paska bencana banjir pada tahun 2013.

Sementara itu, realisasi kegiatan usaha pertanian triwulan laporan terekam meningkat sebesar 10,11%

dari triwulan sebelumnya, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 12,65%

dari triwulan IV-2013. Namun demikian, realisasi kegiatan usaha tersebut di atas ekspektasi dunia usaha

terhadap kegiatan usaha sektor pertanian triwulan II-2014 yang sebesar 4,8%.

Grafik 1-36 Luas Panen dan Produksi Padi Maluku Grafik 1-37 Nilai Tukar Petani Maluku

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Maluku; diolah Sumber: Badan Pusat Statistik; diolah

Tabel 1-3 Angka Tetap (ATAP) 2013 dan Angka Ramalam (ARAM) I 2014 Produksi Tanaman Padi Maluku

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Maluku; diolah

Subsektor tanaman bahan makanan (tabama) mencatatkan pertumbuhan yang melambat seiring

dengan menurunnya produksi panen padi (panen musim tanam I) yang telah sampai puncak

produksinya pada bulan Maret. Melambatnya kinerja tanaman bahan makanan searah dengan Angka

Ramalan (ARAM I) 2014 luas panen den produksi tanaman padi Maluku. Dinas Pertanian Maluku merilis

ARAM I 2014 dengan luas panen 25,86 ribu Ha dengan produksi padi mencapai 112,71 ribu ton. Luas

panen tumbuh 5,98% (y.o.y), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 19,08% (y.o.y)

sedangkan produksi padi tumbuh 10,68% (y.o.y), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh

20,84% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan juga dikonfirmasi oleh

menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman bahan makanan, dari 94,40 pada triwulan I-2014 menjadi

(100)

(50)

0

50

100

150

200

0

20

40

60

80

100

120

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

(ATAP)

2014

(ARAMI)

RibuHaRibuTon

LuasPanen(Ha)ProduksiPadi(Ton)gLuasPanen(y.o.y)-sumbukanangProduksiPadi(y.o.y)-sumbukanan

1-4 5-8 9-12 Total 1-4* 5-8 9-12 Total

1 LuasPanen(RibuHa) 8.87 4.77 10.76 24.40 11.93 3.11 10.82 25.86

2 Luastanamanakhirbulan(RibuHa) 4.05 11.17 10.40 25.62 11.18

3 LuasTanam(RibuHa) 6.26 11.66 10.14 28.06 3.21

4 LuasPuso(Ha) 59.00 7.00 113.00 179.00 8.00

5 HasilperHa(Ku) 43.91 39.21 41.06 41.74 45.90 38.60 42.48 43.59

6 Produksi(RibuTon) 38.93 18.72 44.19 101.84 54.73 12.02 45.96 112.71

No. UraianATAP2013 ARAMI2014

*AngkaSementara(ASEMI)

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

93,93 pada triwulan laporan. Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Buru tetap menjadi sentra produksi

tanaman padi utama di Maluku.

Mencermati kinerja subsektor tanaman padi per subround (4 bulanan), produktivitas tanaman

padi mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Pada subround I (Januari-April) 2014,

produksi tanaman padi mencapai 45,90 tibu ton atau tumbuh 40,59% (y.o.y). Dengan luas panen yang

tumbuh 34,50% (y.o.y), produktivitas tanaman padi pada subround I 2014 sebesar 45,90 Ku, meningkat

dibandingkan subroud yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 43,91 Ku. Luas puso pada subround

laporan sebesar 8 Ha, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 59 Ha.

Grafik 1-38 Produksi Karet di PTPN Amahai, Maluku Tengah Grafik 1-39 Produksi Kopra di PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah

Sumber: PTPN XIV di Amahai, Maluku Tengah Sumber: PTPN XIV di Amahai, Maluku Tengah

Subsektor perkebunan Maluku pada triwulan II-2014 menunjukkan kinerja yang meningkat

akibat produktivtias beberapa komoditas perkebunan yang meningkat dan harga komoditas

yang cenderung meningkat. Meningkatnya pertumbuhan subsektor perkebunan searah dengan naiknya

NTP tanaman perkebunan rakyat yang pada triwulan laporan sebesar 96,46, meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 96,44. Kinerja subsektor perkebunan didukung oleh membaiknya

produksi kopra di PTPN XIV Awaya di Amahai, Maluku Tengah, yang mencapai 50,49 ton atau tumbuh

terkontraksi 26,56% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 63,53%

(y.o.y). Di sisi lain, produksi karet di PTPN XIV Awaya di Amahai, Maluku Tengah, yang mencapai 204,34

ton atau terkontraksi 31,91% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif

41,04% (y.o.y). Menurunnya kinerja produksi karet sehubungan daerah Maluku yang memasuki musim

penghujan pada triwulan laporan sehingga penyadapan getah karet tidak dapat dilakukan sewaktu hujan

karena akan bercampur dengan air. Sedangkan, kinerja produksi kopra yang terkontraksi disebabkan oleh

belum selesainya perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan sehingga masyarakat sekitar

perkebunan marak mengambil buah kopra. Ekspor hasil perkebunan Maluku cenderung meningkat seiring

dengan membaiknya harga komoditas. Ekspor biji pala & bunganya dan kapulaga pada triwulan laporan

mencapai USD0,68 juta atau mencatatkan kontraksi sebesar 13,35% (y.o.y), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 57,73% (y.o.y). Harga ekspor biji pala &

bunganya dan kapulaga pada triwulan kedua mengalami pola menurun dari triwulan pertama karena

meningkatnya produksi tanaman perkebunan. Harga ekspor biji pala & bunganya dan kapulaga mencapai

USD15,00 per kilogram atau terkontraksi 11,16% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 23,69% (y.o.y).

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)Ton

ProduksiKaret g-y.o.y-sumbukanan

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)Ton

ProduksiKopra g-y.o.y-sumbukanan

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

17

Grafik 1-40 Ekspor Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga Provinsi Maluku

Grafik 1-41 Harga Ekspor Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga Maluku*

* Metode Tertimbang

Subsektor perikanan pada triwulan laporan menunjukkan kinerja yang melambat seiring dengan

melemahnya produksi perikanan tangkap akibat musim hujan dan gelombang laut tinggi pada

bulan Juni. Produksi ikan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon dan Tual pada triwulan

laporan mencapai jumlah 21,65 ribu ton atau mencatatkan kontraksi sebesar 4,12% (y.o.y), menurun

dibandingkan triwulan sebelumya yang tumbuh positif 20,19% (y.o.y). Produksi ikan tangkap di PPN

Ambon sebesar 16,81 ribu ton atau terkontraksi 15,16% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh positif 6,55% (y.o.y). Produksi ikan tangkap di Tual tumbuh 74,70% (y.o.y)

dengan berat tangkapan mencapai 4,85 ribu ton, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 114,41% (y.o.y). Melambatnya kinerja perikanan Maluku dikonfirmasi oleh menurunnya NTP

perikanan, yaitu dari 106,69 pada triwulan I-2014 menjadi 106,08 pada triwulan laporan.

Grafik 1-42 Produksi Ikan di Pelabuhan Kota Ambon dan Kota Tual

Sumber: PPN Kota Ambon dan Kota Tual, Provinsi Maluku; diolah

Menurunnya produksi hasil laut menyebabkan ekspor hasil laut cenderung menurun namun

dengan tingkat harga yang stabil. Hal ini tercermin pada melambatnya pertumbuhan ekspor hasil laut

Maluku, dimana ekspor ikan dan udang segar/beku mencapai USD21,56 juta atau terkontraksi 40,20%

(y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 6,87% (y.o.y). Menurut komoditas

lautnya, ekspor ikan dan lain-lain terkontraksi 21,81% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 11,53% (y.o.); sedangkan, ekspor udang segar/beku mengalami kontraksi sebesar

81,77% (y.o.y), jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 26,16% (y.o.y).

Harga ekspor ikan dan lain-lain masih stabil pada kisaran USD0,46-0,50 per kilogram atau tumbuh 6,62%

(y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 22,13% (y.o.y). Sedangkan harga

(100)

(50)

0

50

100

150

200

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

BijiPala&BunganyadanKapulaga g-y.o.y-sumbukanan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USD/kgHargaEksporBijiPala&BunganyadanKapulaga

g-y.o.y-sumbukanan

(100)

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)Ton

ProduksiIkanTangkapdiAmbon

ProduksiIkanTangkapdiTual

gTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

ekspor udang segar/beku masih pada kisaran USD7.80-7,67 per kilogram atau tumbuh 28,22% (y.o.y),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang naik 126,18% (y.o.y).

Grafik 1-43 Ekspor Hasil Laut Provinsi Maluku Grafik 1-44 Harga Ekspor Hasil Laut Maluku*

* Metode Tertimbang

Kinerja sektor pertanian triwulan mendatang diperkirakan tumbuh namun tertahan seiring

dengan ekspektasi dunia usaha yang tertahan. Ekspektasi dunia usaha menunjukkan sektor pertanian

Maluku pada triwulan mendatang meningkat 10,11% dari triwulan sebelumnya, sama dengan realisasi

kegiatan usaha triwulan II-2014 yang meningkat 10,11% dari triwulan I-2014. Tertahannya ekspektasi

dunia usaha sektor pertanian seiring dengan berakhirnya masa panen, musim hujan dan gelombang laut

tinggi pada bulan Juli-Agustus. Meskpun diperkirakan tertahan, dukungan perbankan terhadap sektor

pertanian Maluku meningkat. Baki debet pembiayaan perbankan nasional kepada sektor pertanian Maluku

sampai dengan akhir triwulan II-2014 mencapai Rp482,09 miliar atau tumbuh 13,60% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,56% (y.o.y). Pembiayaan perbankan kepada

subsektor perikanan mengalami perlambatan dari pertumbuhan 35,33% (y.o.y) menjadi 26,84% (y.o.y)

sedangkan kepada subsektor pertanian, peternakan dan kehutanan meningkat dari pertumbuhan 11,78%

(y.o.y) menjadi 12,43% (y.o.y). Kredit sektor pertanian Maluku masih didominasi oleh kredit subsektor

perikanan sebesar 90,91% dan sisanya merupakan kredit subsektor pertanian, peternakan dan kehutanan.

Grafik 1-45 Kredit Sektor Pertanian di Provinsi Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek

1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR Maluku menunjukkan tren yang melambat namun dengan pertumbuhan yang tinggi.

Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan II-2014 mencapai 9,60% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 10,90% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan

ditengarai akibat menurunnya sumbangan/andil Pemilu anggota legislatif sebab belanja kampanye dan

(200)

(100)

0

100

200

300

400

500

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

UdangSegar/Beku

IkandanLain-Lain

gUdangSegar/Beku-y.o.y-sumbukanan

gIkandanLain-Lain-y.o.y-sumbukanan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USD/kg HargaUdangSegar/Beku

HargaIkandanLain-Lain

gHargaUdangSegar/beku-y.o.y-sumbukanan

gHargaIkandanLain-Lain-y.o.y-sumbukanan

(50)

0

50

100

150

200

250

300

0

100

200

300

400

500

600

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar Pertanian,PeternakandanKehutanan

Perikanan

gSektorPertanian-y.o.y-sumbukanan

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

19

atribut partai tinggi dilakukan pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor PHR triwulan II-2014

didukung oleh penyelenggaraan Pemilu anggota legislatif dan persiapan Pemilu presiden dan wakil

Muhammad SAW, Kenaikan Isa Al Masih, musim wisuda dan liburan sekolah, serta persiapan memasuki

Bulan Ramadhan.

Grafik 1-46 Total Perdagangan Non-Migas Prov. Maluku Grafik 1-47 Kegiatan Usaha Sektor PHR di Prov. Maluku*

* Survei Kegiatan Dunia Usaha

Melambatnya pertumbuhan sektor PHR berasal dari menurunnya kinerja subsektor perdagangan

besar sedangkan subsektor perdagangan eceran, hotel dan restoran berkinerja meningkat.

Kinerja perdagangan besar yang menurun dikonfirmasi oleh total perdagangan ekspor-impor Maluku yang

terkontraksi 31,69% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 4,62% (y.o.y).

Terkontraksinya impor barang konsumsi Maluku ikut mengindikasikan melambatnya kinerja subsektor

perdagangan besar. Impor barang konsumsi, termasuk barang konsumsi semi tahan lama dan tidak tahan

lama, mencapai USD0,03 juta atau terkontraksi 17,25% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh positif 54,76% (y.o.y).

Kinerja subsektor hotel meningkat di tengah naiknya tingkat okupansi hotel bintang di Maluku.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Maluku pada triwulan II-2014 mencapai 37,76% atau

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 35,41%. Jumlah tamu yang menginap di

hotel bintang di Maluku berjumlah 16.278 orang atau terkontraksi 13,03% (y.o.y), menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 5,84% (y.o.y). Meningkatnya okupansi hotel

di Maluku seiring dengan perjalanan dinas dalam rangka penyelenggaraan Pemilu legislatif dan persiapan

Pemilu presiden dan wakil presiden, musim liburan sekolah dan wisuda, serta akhir pekan panjang (long

weekend) saat perayaan Wafat Isa Al Masih/Paskah, Hari Buruh Nasional, Waisak dan Kenaikan Isa Al

Masih.

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

TotalPerdagangan(Eks-Im)Nonmigas

g-y.o.y-sumbukanan

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 1-48 Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Prov. Maluku Grafik 1-49 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: PT. PLN Wilayan Maluku dan Maluku Utara; diolah

Cukup tingginya kinerja sektor PHR searah dengan realisasi kegiatan usaha dan konsumsi listrik

kelompok bisnis yang tumbuh positif dan bahkan meningkat. Menurut SKDU, realisasi kegiatan

usaha sektor PHR Maluku pada triwulan II-2014 meningkat 6,56% dari triwulan sebelumnya, meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang meningkat 1,84% dari triwulan IV-2013. Sedangkan, konsumsi

listrik kelompok bisnis Maluku mencapai 26,95 MWh atau tumbuh 30,57% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,90% (y.o.y). Meningkatnya konsumsi listrik kelompok

bisnis Maluku didorong oleh ramainya kegiatan pusat perbelanjaan, hotel dan restoran di Maluku.

Grafik 1-50 Kredit Sektor PHR di Bank Umum Provinsi Maluku* Grafik 1-51 Impor Barang Konsumsi di Provinsi Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek * Termasuk Barang Konsumsi Tahan Lama, Semi Tahan Lama

maupun Tidak Tahan Lama

Kinerja sektor PHR Maluku pada triwulan III-2014 diperkirakan meningkat sehubungan dengan

meningkatnya permintaan masyarakat dalam rangka Pemilu presiden dan wakil presiden, Hari

Raya Idul Fitri 1435 H dan even besar seperti Darwin-Ambon Yacht Race (DAYR) namun sedikit

tertahan akibat faktor cuaca dan gelombang laut tinggi pada Juli-Agustus. SKDU mencatat

ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha sektor PHR Maluku pada triwulan III-2014 meningkat

5,89% dari triwulan sebelumnya, sedikit tertahan dibandingkan realisasi kegiatan usaha pada triwulan II-

2014 yang meningkat 6,56% dari triwulan I-2014. Kondisi dunia usaha yang meningkat didukung oleh

optimisme yang meningkat pada ekspektasi konsumsi masyarakat pada triwulan III-2014 yang terekam

pada Survei Konsumen, yang mencapai 155,30%, meningkat dibandingkan IKK triwulan II-2014 yang

mencapai 150,17%, sehubungan dengan adanya Bulan Ramadhan, THR dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI,

Hari Raya Idul Fitri 1435 H dan HUT Kemerdekaan RI. Meningkatnya kinerja sektor PHR memperoleh

dukungan dari penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR Maluku yang pada triwulan II-2014 mencapai

Rp1,75 triliun atau tumbuh 9,82% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)OrangJumlahTamu

gJumlahTamu-y.o.y-sumbukanan

TPK(Tertimbang3Bulan)-sumbukanan

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

KonsumsiListrik-Bisnis g-y.o.y-sumbukanan

0

10

20

30

40

50

60

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar PerdaganganBesardanEceran

Hotel

Restoran

gSektorPHR-y.o.y-sumbukanan

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta BarangKonsumsiTahanLamaBarangKonsumsiSemiTahanLamaBarangKonsumsiTidakTahanLamagTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

21

20,04% (y.o.y). Pembiayaan perbankan ke sektor PHR Maluku masih didominasi oleh subsektor

perdagangan besar dan eceran sebesar 93,89% dari total kredit sektor PHR Maluku, kemudian subsektor

hotel dengan pangsa 3,53% dan subsektor restoran 2,58%. Pertumbuhan kredit sektor PHR positif dialami

oleh subsektor restoran dan perdagangan besar dan eceran masing-masing sebesar 24,79% (y.o.y) dan

10,62% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang berturut-turut sebesar 25,27% (y.o.y)

dan 21,18% (y.o.y). Kredit subsektor hotel mengalami kontraksi sebesar 14,08% (y.o.y), lebih dalam

daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,99% (y.o.y).

1.3.3. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan dengan laju yang melambat.

Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan II-2014 mencapai 8,74% (y.o.y), menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 10,95% (y.o.y). Sehubungan dengan dominasi subsektor administrasi

pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, melambatnya pertumbuhan sektor jasa-jasa

dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan realisasi belanja pegawai dan bantuan sosial pada APBN.

Belanja pegawai yang bersumber dari APBN Provinsi Maluku sebesar Rp384,22 miliar atau mencatatkan

pertumbuhan sebesar 15,01% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,70%

(y.o.y). Sedangkan, belanja bantuan sosial APBN Provinsi Maluku pada triwulan laporan mencapai Rp95,74

miliar atau mengalami kontraksi sebesar 25,08% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh positif 236,69% (y.o.y).

Grafik 1-52 Belanja Pegawai dan Bantuan Sosial APBN Provinsi Maluku

Grafik 1-53 Belanja Pegawai-Tidak Langsung APBD Provinsi Maluku

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku; diolah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah

Cukup tingginya pertumbuhan sektor jasa-jasa Maluku dipengaruhi oleh kinerja realisasi belanja

pegawai APBD yang tumbuh positif dan bahkan meningkat. Belanja pegawai (tidak langsung) yang

berasal dari APBD Provinsi Maluku mencapai Rp87,02 miliar atau tumbuh 9,46% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,13% (y.o.y). Meningkatnya pertumbuhan belanja

pegawai APBD Maluku didorong oleh meningkatnya biaya dinas dalam rangka Pemilu anggota legislatif

dan pelaksanaan program-program kerja SKPD Provinsi Maluku.

(200)

(100)

0

100

200

300

400

500

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJuta BelanjaPegawai

BelanjaBantuanSosial

gBelanjaPegawai-y.o.y-sumbukanan

gBelanjaBantuanSosial-y.o.y-sumbukanan

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpJuta

BelanjaPegawai-TidakLangsung(RpJuta) g-y.o.y-sumbukanan

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 1-54 Kredit Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek

Sektor jasa-jasa pada triwulan mendatang diperkirakan tertahan namun masih meningkat

seiring dengan menurunnya sumbangan Pemilu 2014 dan melambatnya kinerja jasa-jasa sosial

kemasyarakatan. Kinerja sektor jasa-jasa akan tertahan seiring dengan efek andil Pemilu presiden dan

wakil presiden yang tidak sebesar andil Pemilu legislatif terhadap perekonomian Maluku. Tertahannya

kinerja jasa-jasa seiring dengan melambatnya pembiayaan perbankan terhadap sektor jasa-jasa Maluku.

Baki debet pembiayaan kepada sektor jasa-jasa mencapai Rp121,71 miliar atau mengalami kontraksi

sebesar 29,61% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 5,15% (y.o.y).

Melambatnya kinerja pembiayaan sektor jasa-jasa disebabkan oleh kredit subsektor jasa kemasyarakatan,

sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya yang terkontraksi dalam, yaitu sebesar 38,37% (y.o.y),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,66% (y.o.y). Kredit subsektor jasa

perorangan yang melayani rumah tangga, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

dan jasa kesehatan tumbuh positif, yaitu masin-masing sebesar 341,765 (y.o.y), 89,68% (y.o.y) dan 7,56%

(y.o.y). Kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor jasa-jasa masih didominasi oleh subsektor jasa

kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya, yaitu sebesar 82,72% dari total kredit

sektor jasa-jasa Maluku, diikuti oleh subsektor jasa perorangan melayani rumah tangga dengan pangsa

11,55%, subsektor jasa kesehtan dan kegiatan sosial sebesar 5,20%, kemudian sisanya merupakan jasa

adminsitrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dan jasa pendidikan. Bulan Ramadhan,

Hari Raya Idul Fitri 1435 H dan HUT Kemerdekaan RI akan menarik ke atas kinerja sektor jasa-jasa

mendatang.

1.3.4. Sektor Angkutan & Komunikasi

Pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan II-2014 tercatat mengalami laju

yang melambat. Sektor angkutan dan komunikasi tumbuh 7,78% (y.o.y) pada triwulan laporan,

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,56% (y.o.y).

Melambatnya kinerja sektor angkutan dan komunikasi searah dengan menurunnya realisasi

kegiatan usaha. Realisasi kegiatan usaha sektor angkutan dan komunikasi yang dicatat pada SKDU

terkontraksi 0,39% dari triwulan sebelumnya, menurun dibandingkan triwulan I-2014 yang terkontraksi

0,04% dari triwulan IV-2013. Melambatnya sektor angkutan dan komunikasi dipicu oleh melambatnya

kinerja subsektor jasa angkutan darat dan komunikasi. Hal ini dikonfirmasi oleh baki debet pembiayaan

(50)

0

50

100

150

0

50

100

150

200

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar JasaPeroranganyangMelayaniRumahTangga

JasaKemasyarakatan,SosialBudaya,HiburandanPeroranganLainnya

JasaKesehatandanKegiatanSosial

JasaPendidikan

AdministrasiPemerintahan,PertahanandanJaminanSosialWajib

gSektorJasa-Jasa-y.o.y-sumbukanan

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

23

perbankan kepada sektor angkutan dan komunikasi yang mencapai Rp109,72 miliar atau mengalami

pertumbuhan sebesar 28,29% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 38,62%

(y.o.y).

Grafik 1-55 Jumlah Tamu Asing Menginap di Hotel Grafik 1-56 Kegiatan Usaha Sektor Jasa Angkutan Darat & Laut di

Prov. Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Kinerja subsektor jasa angkutan laut dan udara terpantau meningkat kendatipun terjadi

kenaikan harga tiket angkutan laut dan udara. Meningkatnya output jasa angkutan laut tercermin

pada meningkatnya pertumbuhan trafik penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso, dimana pada triwulan II-

2014 mencapai 105.845 orang atau tumbuh 4,01% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 32,70% (y.o.y). Kebijakan PT. Pelni menaikkan harga tiket untuk kelas ekonomi sebesar

20% tidak secara signifikan mempengaruhi permintaan masyarakat Maluku akan pemakaian jasa

angkutan laut. Kinerja jasa angkutan udara yang meningkat dikonfirmasi oleh meningkatnya jumlah tamu

asing yang menginap di hotel bintang di Maluku yang pada triwulan II-2014 mencapai 1.221 orang atau

tumbuh 132,135 (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,69% (y.o.y).

Kenaikan harga tiket angkutan udara hingga 10-30% akibat kenaikan fuel surcharge tidak mempengaruhi

permintaan masyarakat akan jasa angkutan udara di Maluku. Meningkatnya kinerja subsektor jasa

angkutan laut dan udara dan melambatnya kinerja jasa angkutan darat terkait dengan kondisi geografis

Maluku yang berupa kepulauan yang menyebar sehingga jasa angkutan laut dan udara memiliki

keunggulan komparatif dari aspek keterjangkauan dan efisiensi waktu dibandingkan jasa angkutan darat.

Grafik 1-57 Arus Penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon

Grafik 1-58 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon

Sumber: Pelindo IV, Cabang Ambon

Sumber: Pelindo IV, Cabang Ambon

Subsektor jasa logistik tercatat berkinerja meningkat di tengah bertumbuhnya kegiatan

perdagangan Maluku dan pemenuhan distribusi logistik Pemilu 2014. Trafik bongkar muat yang

(20)

0

20

40

60

80

100

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)Orang

JumlahTamuAsingMenginapdiHotelBintang

gTamuAsing-y.o.y-sumbukanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)Orang PenumpangNaik

PenumpangTurun

gTrafikPenumpang-y.o.y-sumbukanan

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

35

0

50000

100000

150000

200000

250000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)Ton Bongkar

Muat

gTrafikBongkarMuat-y.o.y-sumbukanan

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

24 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

tercatat pada Pelabuhan Yos Sudarso pada triwulan laporan mencapai 221,83 ribu ton atau meningkat

3,02% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 0,46%

(y.o.y). Meningkatnya output jasa logistik didorong oleh tingginya kinerja perdagangan besar dan

pemenuhan distribusi logistik pemilihan calon legislatif dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota/Kabupaten

ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh wilayah Kepulauan Maluku.

Grafik 1-59 Kredit Sektor Angkutan dan Komunikasi di Bank Umum Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi Maluku pada triwulan mendatang diperkirakan

meningkat namun tertahan akibat musim hujan ekstrim dan gelombang laut tinggi. Dunia usaha

Maluku berekspektasi bahwa kegiatan usaha sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan mendatang

turun 0,87% dari triwulan II-2014, lebih rendah daripada realisasi kegiatan usaha pada triwulan II-2014

yang turun 0,39% dari triwulan I-2014. Faktor cuaca dan gelombang laut tinggi dan kenaikan harga tiket

angkutan laut dan udara menyebabkan pesimisme dunia usaha terhadap sektor angkutan dan komunikasi.

Namun demikian, permintaan akan jasa angkutan laut dan udara diperkirakan tetap tinggi dalam rangka

Hari Raya Idul Fitri 1435 H karena pola permintaan terhadap jasa angkutan pada hari raya cenderung

inelastis atau tingkat harga tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat permintaan. Perkiraan

tertahannya kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan mendatang dipertegas dengan

melambatnya pertumbuhan pembiayaan perbankan kepada sektor angkutan dan komunikasi.

Pertumbuhan kredit perbankan kepada subsektor angkutan dan jasa logistik mencatatkan tren yang

melambat, yaitu dari pertumbuhan masing-masing sebesar 41,70% (y.o.y) dan 26,76% (y.o.y) pada

triwulan I-2014 menjadi berturut-turut tumbuh 32,14% (y.o.y) dan terkontraksi 4,73% (y.o.y). Sedangkan,

kredit perbankan kepada subsektor komunikasi tumbuh 3,75% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 13,30% (y.o.y). Kredit perbankan pada sektor angkutan dan komunikasi

masih didominasi oleh subsektor angkutan sebesar 91,56% dari total kredit sektor angkutan, diikuti oleh

subsektor jasa logistik (6,08%) dan sisanya subsektor komunikasi.

1.3.5. Sektor Bangunan

Sektor bangunan Maluku pada triwulan laporan mencatatkan laju yang melambat namun tetap

tinggi. Pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan II-2014 mencapai 9,69% (y.o.y), menurun

dibandingkan triwulan sebalumnya yang mencapai 12,29% (y.o.y). Melambatnya kinerja sektor bangunan

searah dengan realisasi kegiatan usaha yang menurun seperti terekam pada SKDU. Realisasi kegiatan

0

20

40

60

80

100

120

0

20

40

60

80

100

120

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

Angkutan

JasaLogistik

Komunikasi

gTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

25

usaha pada triwulan II-2014 turun 1,2% dari triwulan sebelumnya, lebih baik daripada triwulan I-2014

yang turun 1,8% dari triwulan sebelumnya.

Grafik 1-60 Realisasi Pengadaan Semen di Provinsi Maluku Grafik 1-61 Kegiatan Usaha Sektor Bangunan Provinsi Maluku*

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia; diolah * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Tingginya pertumbuhan sektor bangunan didukung oleh tingkat pengadaan semen di Maluku

yang meningkat. Pengadaan semen di Maluku yang tercatat pada Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

mencapai 86,43 ribu ton atau tumbuh 6,48% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mengalami kontraksi sebesar 11,37% (y.o.y). Meningkatnya tingkat pengadaan semen di Maluku seiring

dengan meningkatnya investasi bangunan rumah tangga/swasta. Di sisi lain, investasi bangunan

pemerintah terpantau melambat seperti tercermin pada melambatnya pertumbuhan realisasi belanja modal

APBN yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek-proyek multi-years. Kendala teknis di

lapangan dan musim hujan yang mengguyur Kota Ambon terus-menerus menahan kinerja investasi

bangunan pemerintah di Maluku.

Tabel 1-4 Daftar Proyek Masterplan Percepatan Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Provinsi Maluku

Sumber: BAPPEDA Provinsi Maluku

Kinerja sektor bangunan diperkirakan tumbuh namun cenderung tertahan pada triwulan

mendatang seiring dengan ekspektasi yang pesimis dari dunia usaha dan musim hujan yang

menyelimuti wilayah Maluku. SKDU mencatat ekspektasi dunia usaha sebesar 0% terhadap kegiatan

usaha sektor bangunan pada triwulan III-2014, cenderung meningkat dibandingkan triwulan II-2014 yang

terkontraksi 1,20% dari triwulan I-2014. Tertahannya ekspektasi dunia usaha pada sektor bangunan

sehubungan dengan kenaikan harga jasa bangunan dan bahan baku bangunan seperti: batako, cat,

rangka besi dan beton dan semen. Pertumbuhan sektor bangunan Maluku diperkirakan bersumber pada

meningkatnya investasi bangunan yang berasal dari belanja pemerintah dalam rangka pembangunan

proyek-proyek MP3EI yang sebagian besar proyek ditargetkan selesai pada 2014. Investasi bangunan

rumah tangga/swasta yang akan mendorong kinerja bangunan Maluku, antara lain: perumahan, rumah

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)Ton

RealisasiPengadaanSemen g-y.o.y-sumbukanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

Proyek M P3EINilai Investasi

(Rp m il iar)

Tahun

M ulai

Tahun

SelesaiKeterangan

Pem bangunan Sarana Irigasi d i P. Buru dan Seram

Tim ur1,111 2011 2014 Pem erintah

Pem bangunan Jalan Raya Trans M aluku 937 2011 2014 Pem erintah

Pem bangunan inf rast ruktur jalan dan jem batan

pendukung Trans M aluku784 2011 2014 Pem erintah

Pem bangunan prasarana Air Baku d i Pulau Am bon

dan Lease, serta pulau d i w ilayah selatan M aluku760 2011 2014 Pem erintah

Adm inist rasi Pelayaran Am bon 363 2011 2014 Pem erintah

Pem bangkit List rik 2,073 2011 2015 Cam puran

Tot al 3,955

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

26 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

sakit, pusat berbelanjaan dan pertokoan. Musim hujan yang ekstrim, kenaikan harga baku bangunan dan

pembiayaan perbankan kepada sektor bangunan yang melambat diperkirakan menahan kinerja sektor

bangunan pada triwulan depan. Baki debet pembiayaan perbankan kepada sektor bangunan Maluku

mencapai Rp437,08 miliar atau tumbuh 0,33% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 13,73% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan pembiayaan perbankan kepada sektor bangunan

berasal dari menurunnya kredit pada konstruksi perumahan sederhana dan konstruksi perumahan

menengah, besar dan mewah (tipe di atas 70), yang terkait dengan pemberlakukan ketentuan LTV tahun

2013.

Grafik 1-62 Kredit Sektor Bangunan di Bank Umum Provinsi Maluku*

* Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek

1.3.6. Sektor Industri Pengolahan

Meskipun sektor industri pengolahan tumbuh melambat, sektor ini mengalami pertumbuhan

tertinggi di antara sektor-sektor ekonomi lainnya. Pada triwulan laporan, sektor industri pengolahan

mengalami pertumbuhan sebesar 10,91% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 15,02% (y.o.y). Melambatnya sektor industri pengolahan searah dengan menurunnya kapasitas

produksi terpakai sektor industri pengolahan Maluku yang mencapai 43,08%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 57,17%. Dengan kapasitas produksi normal sebesar 57,35%, maka

rasio utilitas produksi sektor industri pengolahan mencapai 75,12%, menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 84,97%.

Melambatnya kinerja industri pengolahan sejalan dengan melemahnya realisasi kegiatan

usahanya. Realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan pada triwulan II-2014 meningkat 3,52%

dari triwulan sebelumnya, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang meningkat 5,29% dari

triwulan IV-2013. Melambatnya realisasi kegiatan usaha disebabkan oleh meningkatnya upah pekerja,

tingginya harga bahan mentah, terutama yang berupa bahan makanan/ikan dan kenaikan tarif listrik

kelompok industri besar sejak 1 Mei 2014.

(10)

0

10

20

30

40

50

60

0

100

200

300

400

500

600

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

Bangunan gSektorBangunan-y.o.y-sumbukanan

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

27

Grafik 1-63 Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan di Prov. Maluku*

Grafik 1-64 Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri Pengolahan di Prov. Maluku*

* Survei Kegiatan Dunia Usaha * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya kinerja ekspor

komoditas industri dan konsumsi listrik kelompok industri di Maluku. Komoditas industri Maluku

yang diperdagangkan melalui ekspor mencapai USD2,80 juta atau tumbuh 232,38% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 57,79% (y.o.y). Komoditas olahan yang diekspor Maluku

pada triwulan laporan, antara lain: ikan olahan sebesar 52,69%, logam olahan sebesar 23,71% dan

sisanya adalah barang olahan lainnya. Sedangkan, kelompok industri pada triwulan II-2014 menghabiskan

konsumsi listrik sebesar 2,21 MWh atau tumbuh 67,96% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 14,81% (y.o.y).

Grafik 1-65 Ekspor Komoditas Industri Provinsi Maluku Grafik 1-66 Konsumsi Listrik Kelompok Industri Provinsi Maluku

Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara; diolah

Sektor industri pengolahan pada triwulan mendatang diperkirakan kinerjanya meningkat seiring

dengan optimisme dari dunia usaha. Menurut SKDU, ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha

sektor industri pengolahan Maluku pada triwulan III-2014 meningkat 3,52% dari triwulan sebelumnya,

cenderung stabil dibandingkan realisasi kegiatan usahanya pada triwulan II-2014 yang juga meningkat

sebesar 3,52%. Risiko yang dapat menahan kinerja sektor industri pengolahan, antara lain: tingginya harga

bahan baku, terutama berupa bahan makanan/ikan, kenaikan upah pekerja dan kenaikan tarif listrik

kelompok industri besar. Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan ke depan memperoleh

dukungan yang meningkat dari pembiayaan perbankan. Sampai dengan Juni 2014, baki debet pembiayaan

perbankan kepada sektor industri pengolahan mencapai Rp61,68 miliar atau mencatatkan pertumbuhan

sebesar 17,76% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,56% (y.o.y).

(20)

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)

KapasitasProduksiTerpakai KapasitasProduksiNormal

(500)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)USDJuta

EksporKomoditasIndustri

g-y.o.y-sumbukanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)perMWh

KonsumsiListrik-Industri g-y.o.y-sumbukanan

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 1-67 Kredit Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Maluku*

* Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek

1.3.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA)

Pertumbuhan sektor LGA mencatatkan laju yang termoderasi. Pada triwulan laporan, sektor LGA

tumbuh 5,38% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,72% (y.o.y).

Melambatnya kinerja sektor LGA searah dengan kapasitas produksi terpakai sektor LGA yang menurut

SKDU tercatat menurun dari 74,11% pada triwulan I-2014 menjadi 60,30%. Dengan kapasitas produksi

normal pada teiwulan II-2014 yang mencapai 66,64%, maka rasio utilisasi kapasitas produksi (capacity

utilisation) sektor LGA Maluku sebesar 90,49%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

110,15%.

Stabilnya kinerja sektor LGA sejalan dengan realisasi kegiatan usaha sektor LGA Maluku yang

bergerak stabil. Realisasi kegiatan usaha sektor LGA Maluku meningkat 0,50% dari triwulan sebelumnya,

cenderung stabil dibandingkan realisasi kegiatan usaha pada triwulan I-2014 yang meningkat 0,49% dari

triwulan IV-2013.

Grafik 1-68 Kapasitas Produksi Sektor LGA di Prov. Maluku* Grafik 1-69 Kegiatan Usaha Sektor LGA di Prov. Maluku*

* Survei Kegiatan Dunia Usaha * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Pertumbuhan sektor LGA didukung oleh meningkatnya kinerja konsumsi listrik di Maluku. PT.

PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara mencatat konsumsi listrik Maluku pada triwulan II-2014

mencapai 118,77 MWh atau tumbuh 4,36% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 1,51% (y.o.y). Meningkatnya konsumsi listrik di Maluku berasal dari konsumsi listrik kelompok

rumah tangga, industri dan bisnis yang cenderung tumbuh tinggi dan bahkan meningkat.

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

IndustriPengolahan g-y.o.y-sumbukanan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)

KapasitasProduksiTerpakai KapasitasProduksiNormal

(20)

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

29

Grafik 1-70 Konsumsi Listrik di Provinsi Maluku Grafik 1-71 Kredit Sektor LGA di Perbankan Provinsi Maluku*

Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara; diolah * Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek

Kinerja sektor LGA Maluku ke depan diperkirakan meningkat sejalan dengan optimisme dunia

usaha dan meningkatnya kinerja sektor rumah tangga, industri dan bisnis. Dunia usaha cenderung

optimis terhadap kinerja sektor LGA Maluku dengan ekspektasi kegiatan usaha meningkat 0,49% dari

triwulan sebelumnya, cederung stabil dibandingkan realisasi kegiatan usaha triwulan II-2014 yang

meningkat 0,50% dari triwulan I-2014. Kinerja sektor LGA ke depan memperoleh dukungan perbankan

yang membaik, dimana baki debet kredit sektor LGA Maluku mencapai Rp11,26 miliar atau terkontraksi

52,21% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang telah mengalami kontraksi sebesar

60,58% (y.o.y). Akibat masih rendahnya output sektor LGA di Maluku, kredit subsektor ketenagalistrikan

dan pengadaan dan penyaluran air bersih masih mengalami kontraksi, yang masihng-masing sebesar

44,36% (y.o.y) dan 92,50% (y.o.y).

1.3.7. Sektor Pertambangan & Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian mencatatkan pertumbuhan yang cenderung sedikit

melambat. Pada triwulan II-2014, pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 7,31%

(y.o.y), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,67% (y.o.y).

Tabel 1-5 Bahan Mineral dan Wilayah di Provinsi Maluku

Bahan Tambang

Luas Wilayah

(Ha) Lokasi

Jumlah IUP Menurut Tahapan Kegiatan

Eksplorasi Operasi Produksi

Nikel 112.076 Seram Bagian Barat 13 2 Emas 170.774 Maluku Tengah, Maluku Barat Daya, Buru Selatan 30 -- Tembaga 86.201 Maluku Barat Daya 18 1 Besi 14.592 Maluku Barat Daya, Buru Selatan 2 -- Mangaan 9.990 Maluku Barat Daya 1 -- Batubara 25.660 Seram Bagian Barat, Maluku Barat Daya 2 --

Sumber : Dinas Pertambangan, Sumber Daya Energi dan Mineral Prov. Maluku

Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang cenderung stabil didorong oleh

meningkatnya produksi pertambangan bijih besi dan tembaga. Diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) menyebabkan

tertahannya kinerja dunia usaha yang tidak memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter).

Terdapat sebuah perusahaan dengan Ijin Usaha Pertambangan (IUP) tembaga yang beroperasi di Pulau

Wetar (Maluku Barat Daya) yang telah melakukan operasi produksi tembaga dan telah memiliki fasilitas

pabrik pengolahan dan pemurnian dengan kapasitas 2.000 ton/tahun. Anak perusahaannya sebagai

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

35

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)perMWh

KonsumsiListrikMaluku g-y.o.y-sumbukanan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

0

5

10

15

20

25

30

35

I II II IV I II II IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar KetenagalistrikanGas,UapdanAirPanas

PengadaandanPenyaluranAirBersihgTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

pengelola unit pengolahan dan pemurniaan telah mengekspor tembaga batangan murni (cooper cathode)

pada triwulan II-2014. Plat tembaga yang diproduksi diklaim masuk kategorisasi standarisasi London

Methalic Exchange (LME) grade A sehingga dijual dengan menggunakan harga internasional. Kedua

perusahaan tersebut merupakan usaha subsidiary dari perusahaan multinasional yang berdomisili di

Australia.

Meningkatnya kinerja pertambangan dan penggalian besi/baja dan tembaga di Maluku seiring

dengan meningkatnya ekspor besi/baja dan tembaga olahan. Ekspor besi/baja olahan Maluku pada

triwulan II-2014 sebesar USD2,33 ribu atau 0,23 ton, yang diberangkatkan dari KPBC Tual. Sedangkan

ekspor tembaga olahan Maluku terjadi pada Juni 2014 mencapai USD0,66 juta atau hampir 100 ton, yang

tercatat pada KPBC Tanjung Perak. Besi/baja olahan Maluku diekspor ke Singapura sedangkan tembaga

olahannya diekspor ke Thailand.

Grafik 1-72 Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Maluku

* Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek

Sektor pertambangan dan penggalian Maluku mendatang diperkirakan meningkat namun

tertahan akibat faktor musim hujan. Pembiayaan perbankan yang disalurkan kepada sektor

pertambangan dan penggalian Maluku mencapai Rp160,15 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar

103,12% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 942,00% (y.o.y). Kredit

perbankan sektor pertambangan dan penggalian didominasi oleh subsektor pertambangan bijih nikel yang

mencapai 99,49% dari total kredit sektor pertambangan dan penggalian Maluku. Kredit pada subsektor

pertambangan bijih nikel tersebut berlokasi proyek di Maluku Barat Daya (MBD).

Potensi sektor pertambangan dan penggalian Maluku masih dapat dikembangkan dan dapat

memacu pertumbuhan sektor ini ke depannya. Kepulauan Maluku yang secara geografis terletak di

pertemuan 3 (tiga) lempeng benua, yaitu: Eurasia (utara), Indo-Australia (Selatan) dan Pasifik (Barat)

memberikan potensi tersendiri karena mengandung berbagai jenis bahan galian mineral, panas bumi dan

cekungan hidrokarbon. Untuk bahan galian golongan A, minyak bumi telah diproduksi di Seram bagian

Timur (Cekungan Seram), sedangkan Blok Marsela direncanakan eksploitasi pada tahun 2017 dengan nilai

yang diperkirakan sebesar Rp400 triliun dan PI (Participating Interest/PI) Pemerintah Daerah Maluku sebesar

10% atau bernilai Rp40 triliun. Pemerintah Provinsi Maluku telah membentuk BUMD untuk menyetor

kepesertaan saham ke perusahaan multinasional asal Jepang sebagai pemegang saham utama pengelola

Blok Marsela. Menurut hasil studi dan eksplorasi perusahaan multinasional tersebut, ditemukan cadangan

gas di wilayah Blok Marsela yang diperkirakan terbesar di Indonesia Timur hingga saat ini sebesar 14 triliun

(200)

0

200

400

600

800

1000

1200

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMilyar

Pertambangan&PenggalianLainnyaPertambanganPasirdanBijihBesiPertambanganBijihNikelPertambangandanJasaPertambanganMinyakdanGasBumigSektorPertambangan&Penggalian-y.o.y-sumbukanan

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

31

kaki kubik (TCF). Cekungan-cekungan hidrokarbon yang masih dapat dieksplorasi, antara lain: cekungan di

sekitaran Buru, Buru Barat, Buru Selatan, Palung Aru, Banda dan Banda Barat, Moa, Seram Utara dan

Selatan, Weber, Selaru Selatan, Wokam, Misol dan Arafura Barat. Sedangkan untuk bahan galian

golongan B, seperti: logam dasar (emas, perak dan tembaga) di Pulau Wetar, Romang dan Babar (Maluku

Barat Daya); pasir besi di Pulau Luang, Sermatang dan Romang (Maluku Barat Daya). Bahan galian

golongan C, seperti berbagai jenis batu dan pasir, juga banyak terkandung di pulau-pulau di Maluku.

1.3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Maluku mencatatkan pertumbuhan dengan

tren sedikit melambat. Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan

laporan mencapai 7,30% (y.o.y), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

7,88% (y.o.y). Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang relatif stabil searah

dengan realisasi kegiatan usaha yang tercatat pada SKDU bahwa meningkat 1,32% dari triwulan

sebelumnya, sedikit meningkat dibandingkan triwulan I-2014 yang sebesar 0%. Melambatnya kinerja

sektor keuangan dikonfirmasi dengan melambatnya perutmbuhan produk bruto bank umum di Maluku,

yang pada triwulan laporan mencapai Rp223,91 miliar atau tumbuh 19,01% (y.o.y), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 23,40% (y.o.y)

Grafik 1-73 Kredit Sektor Keuangan, Perseaan dan Jasa Perusahaan di Prov. Maluku*

Grafik 1-74 Kegiatan Usaha Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Prov. Maluku*

* Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek *Survei Kegiatan Dunia Usaha

Tumbuhanya kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan didorong oleh

meningkatnya kinerja subsektor perbankan. Pendapatan operasional bersih bank umum di Maluku

mencapai Rp257,58 miliar atau tumbuh 19,12% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 22,75% (y.o.y). Rasio Beban Operasional-Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan Maluku

sebesar 67,00%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 64,89%.

(500)

0

500

1000

1500

2000

0

50

100

150

200

250

300

350

I II II IV I II II IV I II II IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

RealEstate,UsahaPersewaan&JasaPerusahaan

PerantaraKeuangan

gTotal-y.o.y-sumbukanan

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%(persen)

RealisasiKegiatanUsaha EkspektasiKegiatanUsaha

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 1-75 Nilai Tambah Bruto/Produk Bruto Bank Umum di Maluku

Meningkatnya keuntungan subsektor perbankan yang berasal dari bunga ikut menjaga stabilnya

pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada neraca laba-rugi, perbankan

Maluku mencatatkan pendapatan bunga bersih yang lebih besar daripada aktiva produktif. Pada triwulan

II-2014, pendapatan bunga bersih perbankan Maluku mencapai Rp916,72 miliar atau tumbuh 19,89%

(y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 21,13% (y.o.y); sedangkan, aktiva

produktif perbankan Maluku tumbuh meningkat dari 7,32% (y.o.y) menjadi 7,41% (y.o.y). Rasio Net

Interest Margin (NIM) perbankan Maluku sebesar 106,59%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 102,89%.

Grafik 1-76 Beban Operasional-Pendapatan Operasional Bank Umum di Maluku Grafik 1-77 Net Interest Margin Bank Umum di Provinsi Maluku

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan triwulan mendatang diperkirakan meningkat

namun cenderung tertahan akibat kebijakan Uang Ketat dan pengereman ekspansi kredit

nasional hingga sebesar 15-17% (y.o.y). Ekspektasi dunia usaha terhadap sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan Maluku masih optimis namun cenderung melambat. Ekspektasi terhadap kinerja

sektor pada triwulan III-2014 meningkat 1,15% dari triwulan sebelumnya, menurun dibandingkan realisasi

kegiatan usaha triwulan II-2014 yang meningkat 1,32% dari triwulan I-2014. Tertahannya sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dikonfirmasi oleh terkontraksinya pembiayaan perbankan

terhadap sektor tersebut. Baki debet kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan mencapai Rp274,81 miliar atau mencatatkan kontraksi sebesar 0,27%

(y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 21,05% (y.o.y). Pembiayaan pada

subsektor perantara keuangan tumbuh sebesar 67,28% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 26,60% (y.o.y). Sementara itu, pembiayaan pada subsektor real estate,

usaha persewaan dan jasa perusahaan mengalami kontraksi sebesar 2,38% (y.o.y), menurun dibandingkan

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

NilaiTambahBruto

g-y.o.y-sumbukanan

0

20

40

60

80

100

120

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMIliar

PendapatanOperasionalBersihRasioBOPOgPendapatanOperasionalBersih-y.o.y-sumbukanan

0

20

40

60

80

100

120

140

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

PendapatanBungaBersih(Annualised)

AktivaProduktif(AnnualisedMean)

RasioNIM

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

33

triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 23,27% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan kredit sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan disebabkan oleh terkontraksinya pembiayaan pada subsektor

persewaan mesin konstruksi dan teknil sipil dan peralatannya dan mesin kantor dan peralatannya

(termasuk komputer); perawatan dan reparasi mesin-mesin kantor, akuntansi dan komputer; jasa hukum,

akuntansi dan pembukuan, konsultasi pajak, penelitian pasar dan konsult; serta jasa konsultasi arsitek,

kegiatan teknik dan rekayasa, serta analisis dan testing. Terkontraksinya persewaan masin konstruksi

seiring dengan melambatnya kinerja sektor bangunan akibat faktor musim hujan dan ketentuan LTV yang

menahan laju KPR; sedangkan terkontraksinya jasa hukum, akuntansi dan konsultasi terkait dengan siklus

musiman dimana jasa tersebut meningkat pada ketika banyak perusahaan yang melakukan tutup

buku/akuntansi pada akhir tahun.

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

43

2. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan II-2014, realisasi penggunaan APBN 2014 Provinsi Maluku berkinerja baik dengan

realisasi sebesar 31,31% dari pagu Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA-Revisi) 2014,

meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dengan realisasi sebesar

30,41%.

Sisi pendapatan dan penyerapan APBD 2014 untuk Provinsi Maluku mengalami realisasi

anggaran yang cukup menggembirakan dengan level realisasi pendapatan sebesar 52,51%,

sedangkan realisasi belanja sebesar 31,70% dari pagu APBD 2014.

Realisasi Belanja Modal APBN triwulan II-2014 sebesar 25,57%, lebih tinggi dibanding realisasi

tahun sebelumnya sebesar 22,35% seiring dengan penyerapan yang besar pada pembangunan

proyek-proyek infrastruktur, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beasiswa, jamkesmas, PNPM

dan program sosial lainnya. Sementara APBD Provinsi Maluku menunjukkan realisasi yang cukup

baik, dengan realisasi pendapatan sebesar Rp965,95 miliar, lebih tinggi daripada penyerapan

anggaran sebesar Rp604,37 miliar atau mencatatkan surplus anggaran sebesar Rp361,58 miliar.

2.1. Realisasi APBN Provinsi Maluku

Perubahan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA-Revisi) Provinsi Maluku meningkat

dibandingkan DIPA yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan perubahan terbesar tercatat

pada belanja barang. DIPA-Revisi Provinsi Maluku tahun 2014 yang berasal dari Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN) adalah sebesar Rp7,32 triliun, meningkat 2,22% dari DIPA yang telah ditetapkan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp7,16 triliun. Dari seluruh perubahan DIPA, pos-pos di dalamnya

semuanya mengalami peningkatan pagu. Belanja Barang menjadi pos dengan perubahan tertinggi, yakni

sebesar 4,34%, pos Belanja Bantuan Sosial meningkat sebesar 2,40%, pos Belanja Modal meningkat

sebesar 2,02%, dan pos Belanja Pegawai meningkat sebesar 0,23%. Sedangkan, Belanja Lain-Lain tidak

mengalami perubahan karena sejak awal tidak dianggarkan.

Grafik 2-1 Proporsi Realisasi Belanja APBN 2014 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014

Grafik 2-2 Realisasi Belanja APBN 2014 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014, dalam persen (%)

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Belanja modal merupakan pos dengan pagu DIPA terbesar sehubungan dengan keberlanjutan

pembangunan proyek-proyek infrastruktur Pemerintah. Belanja Modal mencapai Rp2,99 triliun dan

pos dengan perubahan DIPA sebesar 2,02%, menurun dibandingkan perubahan DIPA triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 3,02%. Besarnya pagu pada pos tersebut disebabkan kelanjutan pembiayaan

beberapa proyek besar seperti Jembatan Merah Putih dan proyek-proyek MP3EI, yang sebagian besar

dijadwalkan selesai pada tahun ini.

Pos Belanja Pegawai, perubahan kenaikan penggunaan anggaran relatif rendah sebesar 0,23%,

menurun dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mempunyai perubahan sebesar

0,83%. Revisi DIPA pada pos Belanja Pegawai yang cenderung rendah disebabkan pos ini merupakan

pengeluaran rutin pemerintah yang direncanakan seakurat mungkin untuk pembiayaan pegawai seperti

gaji, tunjangan, honorarium, lembur, konstribusi sosial dan lain sebagainya. Di sisi lain, Belanja Bantuan

Sosial merupakan pos yang tidak mengalami perubahan. Tidak adanya perubahan pagu penggunaan

anggaran pada pos tersebut disebabkan perencanaan penggunaan anggaran pos tersebut berdasarkan

kalkulasi atas risiko sosial, terlebih penggunaan anggaran ini disesuaikan dengan kebutuhan tak terduga,

tidak terus-menerus dan cenderung selektif. Sementara itu, Belanja lain-lain adalah pengeluaran yang

sifatnya tidak biasa dan tidak berulang sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam pos-pos pengeluaran di

atas. Pengeluaran yang termasuk belanja lain-lain, antara lain: bencana alam, bencana sosial dan

pengeluaran tidak terduga lainnya.

Tabel 2-1 Realisasi Belanja dari APBN Provinsi Maluku Triwulan IV-2013, dalam Rp juta

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah

Realisasi APBN Provinsi Maluku sampai dengan triwulan II-2014 secara keseluruhan berkinerja

baik dan mampu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya

realisasi pada beberapa pos belanja APBN dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi penggunaan

anggaran mencapai 31,31%, lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar

30,41%. Realisasi pengeluaran tertinggi berasal dari pos Belanja Pegawai sebesar 41,52%, diikuti secara

berturut-turut oleh Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Bantuan Sosial, masing-masing sebesar

33,06%, 25,57% dan 22,50%.

Belanja Pegawai merupakan hal yang wajar dalam mencapai realisasi tertinggi di antara pos-pos lain pada

setiap triwulannya karena penggunaan anggaran bersifat rutin, terarah, terkendali dan sesuai dengan

rencana program atau kegiatannya, yaitu untuk pembiayaan pegawai. Sedangkan, realisasi Belanja Barang

yang tercatat relatif tinggi, meningkat dari 27,72% di triwulan I-2013 menjadi 33,06% di triwulan I-2014,

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

45

sehubungan dengan pengadaan barang dan jasa yang cukup tinggi di triwulan laporan, khususnya belanja

pengadaan barang cepat habis dan pemeliharaan gedung dan mesin kantor.

Realisasi Belanja Modal di triwulan II-2014 sebesar 25,57%, lebih tinggi daripada realisasi tahun

sebelumnya sebesar 22,35% seiring dengan penyerapan yang besar pada pembangunan proyek-

proyek infrastruktur. Meningkatnya realisasi pengeluaran Belanja Modal, utamanya, disebabkan adanya

optimalisasi penyerapan untuk pembiayaan program-program, seperti: infrastruktur dasar dan bantuan

sosial, di antaranya, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beasiswa, jamkesmas, PNPM dan program sosial

lainnya. Tingginya realisasi pos ini yang mencapai Rp765,18 miliar sehubungan dengan diselesaikannya

beberapa kendala teknis di lapangan sehingga pembangunan beberapa proyek yang sempat tertunda

dapat dilanjutkan.

2.2. Realisasi APBD Provinsi Maluku

Realisasi pendapatan daerah mencatatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya, namun masih berkinerja baik. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Maluku tahun 2014, ditetapkan pagu pendapatan sebesar Rp1,84 triliun. Sampai dengan triwulan

II-2014, realisasi pendapatan sebesar Rp965,95 miliar atau 52,51% dari pagu pendapatan yang

ditetapkan, lebih rendah daripada realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 53,36%.

Grafik 2-3 Proporsi Realisasi Pendapatan APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014

Grafik 2-4 Perkembangan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Maluku menurun dibandingkan tahun sebelumnya. PAD

Maluku sampai dengan triwulan pertama mencapai realisasi sebesar Rp202,16 miliar atau 45,99%,

menurun dibandingkan realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,62%. Menurut

komponen penyusun PAD, realisasi pendapatan asli daerah diperoleh dari pendapatan pajak daerah

sebesar Rp120,30 miliar atau dengan realisasi sebesar 37,41%, menurun dibandingkan realisasi triwulan

yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,49%; hasil retribusi daerah Rp27,97 miliar dengan realisasi

60,25%, menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 60,57%; hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, yang mulai direalisasikan pada triwulan II-2014 ini sebesar 52,46% dengan nilai Rp30,17

miliar; dan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp23,72 miliar (168,42%), lebih tinggi daripada realisasi pada

triwulan II-2013 sebesar 60,35%.

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Dana Perimbangan mencatatkan realisasi di triwulan II-2014 yang lebih tinggi daripada realisasi

di triwulan II-2013. Pada Dana Perimbangan, realisasi pendapatan pos tersebut mencapai nilai Rp649,98

miliar atau telah terealisasi sebesar 55,04%, lebih tinggi daripada realisasi triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 54,76%. Menurut komponen penyusun Dana Perimbangan, subpos Dana Alokasi

Umum (DAU) menunjukkan realisasi pendapatan sebesar Rp594,83 miliar atau 58,33%, sama dengan

tahun sebelumnya. Selanjutnya, subpos Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dan subpos Dana Alokasi Khusus

sudah mulai dilakukan penyerapan anggaran, dan nilainya meningkat dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang telah terealisasi masing-masing 37,43% dan 30,00%.

Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah tercatat meningkat dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya. Pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mencatatkan realisasi pendapatan

sebesar Rp113,81 miliar atau 51,94% dari pagu pendapatan yang ditetapkan, meningkat dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 47,67%. Menurut komponen penyusun pos Lain-Lain

Pendapatan Daerah yang Sah, realisasi pendapatan dari hibah mencapai Rp3 juta atau 1,14%, menurun

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 71,56%, sedangkan dana penyesuaian dan

otonomi khusus sebesar Rp113,81 miliar atau 52,01%, lebih tinggi daripada realisasi triwulan I-2013

sebesar 47,63%.

Realisasi belanja Pemerintah Daerah menunjukkan kinerja yang baik namun cenderung menurun

dibandingkan realisasi di periode yang sama tahun sebelumnya. Realiasi belanja sampai dengan

triwulan II-2014 mencapai Rp604,37 miliar atau 31,70% dari pagu belanja yang ditetapkan sebesar

Rp1,91 triliun pada APBD Provinsi Maluku tahun 2014. Realisasi triwulan laporan lebih rendah daripada

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 42,14%.

Grafik 2-5 Proporsi Realisasi Dana Perimbangan APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014

Grafik 2-6 Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014

Pos Belanja Tidak Langsung mencatatkan realisasi yang lebih besar daripada pos Belanja

Langsung, dimana pos yang pertama mencapai penyerapan sebesar Rp347,91 miliar atau 37,59%,

menurun dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 50,79%, sedangkan pos

yang lainnya mencetak angka penyerapan sebesar Rp256,45 miliar atau 26,14%, lebih rendah daripada

realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,33%.

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

47

Belanja bunga mencatatkan realisasi tertinggi di antara subpos-subpos dari Belanja Tidak

Langsung. Belanja bunga sebesar Rp631 miliar atau 52,92% dari pagu belanja yang ditetapkan.

Selanjutnya, diikuti dengan belanja hibah sebesar Rp132,66 miliar atau 44,62%, belanja bagi hasil kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa sebesar Rp53,88 miliar (38,64%), belanja pegawai Rp159,78

miliar (37,63%), belanja tidak terduga Rp612 juta (3,49%), belanja bantuan keuangan kpd

Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemdes & parpol sebesar Rp 447 miliar (1,12%), sedangkan belanja bantuan

sosial belum terealisasikan sampai dengan triwulan laporan. Realisasi belanja tidak langsung dinilai

berkinerja baik karena pos ini sebagian besar mencakup belanja rutin Pemerintah Daerah, seperti gaji

pegawai dan tunjangan-tunjangan yang termasuk dalam subpos belanja pegawai dan dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) yang termasuk dalam subpos belanja modal.

Grafik 2-7 Proporsi Realisasi Belanja Langsung APBD 2013 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan I-2014

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah

Realisasi tertinggi di dalam pos Belanja Langsung dialami oleh subpos Belanja Barang dan Jasa.

Belanja barang dan jasa sebesar Rp157,88 miliar atau 26,30% dari pagu belanja yang ditetapkan.

Kemudian, diikuti oleh belanja modal dan belanja pegawai masing-masing sebesar Rp86,96 miliar

(24,51%) dan Rp11,62 miliar (26,30%). Realisasi belanja langsung pada triwulan laporan menunjukkan

pencapaian penyerapan anggaran yang cukup optimal. Hal ini mengindikasikan kinerja dan daya upaya

satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang telah melakukan optimalisasi daya serap terhadap anggaran

belanja langsung, terutama terkait isu penyelesaian proses tender.

Pada triwulan II-2014, APBD Provinsi Maluku dilaporkan memiliki kinerja realisasi yang cukup

baik. Hal ini ditunjukkan dengan realisasi pendapatan sebesar Rp965,95 miliar, lebih tinggi daripada

penyerapan anggaran sebesar Rp604,37 miliar. Dengan demikian, APBD Provinsi Maluku triwulan II-2014

mencatatkan surplus anggaran sebesar Rp361,58 miliar, lebih tinggi daripada surplus sebesar Rp169,31

miliar yang dicatatkan APBD Provinsi Maluku triwulan II-2013.

Sementara itu, menurut komponen penyusun pos Belanja Langsung, realisasi nominal tertinggi pada

triwulan kedua tahun 2014 dicapai oleh subpos belanja barang dan jasa sebesar Rp157,88 miliar atau

27,11% dari pagu belanja yang ditetapkan. Kemudian, diikuti oleh belanja modal dan belanja pegawai

masing-masing sebesar Rp86,96 miliar (24,51%) dan Rp11,62 miliar (26,30%). Realisasi belanja langsung

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

pada triwulan laporan menunjukkan pencapaian penyerapan anggaran yang cukup optimal. Hal ini

mengindikasikan kinerja dan daya upaya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang telah melakukan

optimalisasi daya serap terhadap anggaran belanja langsung, terutama terkait isu penyelesaian proses

tender.

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

49

Grafik 2-8 Realisasi Pendapatan dan Belanja dari APBD Provinsi Maluku (Rp juta)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

51

3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Laju inflasi Maluku pada triwulan II-2014 berada pada level 8,86% (yoy), searah namun masih

berada di atas perkiraan sebelumnya pada kisaran 7,50-8,50% (yoy) maupun inflasi nasional yang

sebesar 6,70% (yoy). Berbeda dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan II-2014 didorong

oleh inflasi pada administered price, terutama kelompok transport dengan inflasi sebesar 14,74%

(yoy) sebagai dampak perayaan hari besar keagamaan dan libur sekolah.

Mulai membaiknya pasokan beberapa bahan pangan lokal maupun impor berperan penting

dalam perlambatan laju inflasi Maluku. Meskipun masih terjadi inflasi tahunan pada kelompok

bahan makanan yang disumbangkan oleh sub kelompok ikan segar, kacang-kacangan dan sayur-

sayuran, namun melimpahnya pasokan bawang merah dan cabai rawit pasca panen di Seram,

Surabaya dan Makassar mendorong deflasi tahunan pada sub kelompok bumbu-bumbuan.

Perkembangan inflasi kota-kota di Provinsi Maluku pada triwulan II-2014 secara rata-rata lebih

rendah dibanding periode sebelumnya. Pencapaian inflasi bulanan tertinggi pada triwulan II-2014

terjadi pada bulan April 2014, yaitu di Kota Ambon dengan inflasi bulanan sebesar 0,92% (mtm).

Sementara inflasi bulanan terendah terjadi pada bulan Juni 2014 di Kota Tual, dengan inflasi

sebesar 0,06% (mtm).

3.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku secara Umum

Tabel 3-1 Series Inflasi Provinsi di Sulampua pada triwulan II-2014

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Inflasi nasional pada triwulan II-2014 mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya,

dengan inflasi sebesar 6,70% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut melambat dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 7,32% (yoy), didorong oleh deflasi pada awal triwulan laporan akibat

melimpahnya pasokan bahan pangan dan terjaganya kecukupan stok bumbu-bumbuan hingga akhir

triwulan laporan. Koreksi harga cabai merah pada akhir triwulan, Mundurnya periode panen raya beras

yang umumnya terjadi pada Maret-April menjadi April-Juni akibat proses replanting lahan yang terkena

banjir juga turut mendorong perlambatan laju inflasi tahunan.

I II III IV I II III IV I II

Sultra 5,10 4,65 2,03 5,25 3,02 3,76 7,30 5,92 5,60 4.84

Papua Barat 2,07 4,11 5,52 5,07 7,62 5,79 9,70 7,25 5,77 5.27

Gorontalo 5,91 5,95 5,40 5,31 5,18 3,59 3,40 5,84 5,10 5.82

Sulsel 4,06 3,84 4,48 4,41 4,61 4,37 7,23 6,21 5,88 5.92

Sulut 0 ,95 3,73 5,23 6,04 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6.26

Sulbar 3,81 3,24 3,71 3,28 4,19 4,30 5,86 5,91 6,24 6.65

Papua 1,94 1,80 2,94 4,52 5,89 6,07 8,58 8,27 9,57 7.40

Maluku 8,65 6,25 7,07 6,73 2,58 1,70 9,86 8,81 8,94 8.86

Malut 4,54 4,30 3,87 3,29 3,97 2,93 9,66 9,78 8,80 9.75

Sulteng 2,50 4,99 6,78 5,87 5,97 3,89 7,29 7,57 8,42 10 .37

Provinsi2012 2013 2014

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Pada triwulan II-2014, laju inflasi Maluku berada di atas perkiraan awal pada rentang 7,50%-

8,50% (yoy). Realisasi inflasi ini masih searah dengan perkiraan peningkatan inflasi yang disebabkan oleh

faktor seasonal, seperti dimulainya musim hujan dan bulan Ramadhan. Selain itu, kebijakan administered

price pada angkutan laut, TDL dan inflasi pada angkutan udara menambah tekanan inflasi dari sisi

penawaran.

Provinsi Maluku menempati peringkat ketiga inflasi tertinggi dari 10 Provinsi yang berada di

wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua). Provinsi Sulawesi Tenggara menempati peringkat

pertama pencapaian inflasi terendah di wilayah Sulampua pada triwulan II-2014 dengan inflasi tahunan

sebesar 4,84%(yoy), atau lebih baik dibanding inflasi nasional yang sebesar 6,70%(yoy). Selain Sulawesi

Tenggara, provinsi lainnya yang memiliki tingkat inflasi lebih baik dari inflasi nasional adalah Provinsi Papua

Barat, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat. Provinsi Maluku sendiri menempati

peringkat ketiga inflasi tertinggi di wilayah Sulampua, setelah Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi

Maluku Utara dengan inflasi tahunan sebesar 8,86% (yoy).

Pencapaian inflasi Provinsi Maluku pada triwulan II-2014 menunjukkan sedikit perbaikan

dibanding pencapaian inflasi triwulan sebelumnya. Meskipun masih memilikii tingkat inflasi yang

cukup tinggi dibanding target inflasi nasional yang sebesar 4,50% (yoy)±1%, namun pencapaian inflasi

pada triwulan II-2014 masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Pergerakan inflasi yang sedikit

melambat pada triwulan II-2014 masih sesuai dengan pola historis tahunan inflasi di Maluku. Namun

diharapkan memasuki triwulan III-2014 hingga akhir tahun 2014 tingkat inflasi Maluku dapat semakin

membaik mendekati target inflasi nasional.

Secara triwulanan, inflasi pada triwulan II-2014 mengalami perlambatan dibanding triwulan

sebelumnya. Pencapaian inflasi Maluku pada bulan Juni 2014 yang sebesar 1,44% (qtq) masih lebih baik

dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya, yaitu pada Maret 2014 yang sebesar 2,31% (qtq). Kinerja

inflasi triwulanan yang semakin membaik ini mengindikasikan bahwa perkembangan inflasi Maluku telah

berada pada arah yang menjanjikan. Karakteristik pola musiman pada triwulan II-2014 yang bertepatan

dengan periode pemilihan presiden, kenaikan TDL industri, awal musim hujan dan bulan Ramadhan dapat

ditekan dampaknya yang tercermin dari pencapaian inflasi triwulanan yang lebih baik.

Grafik 3-1 Perbandingan Inflasi Bulanan tahun 2011-2014

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

53

Perlambatan laju inflasi ini didukung oleh kinerja inflasi bulanan yang semakin membaik. Secara

lebih rinci rata-rata inflasi bulanan Maluku pada triwulan II-2014, adalah sebesar 0,48% (mtm) atau lebih

rendah dibandingkan rata-rata inflasi bulanan pada triwulan I-2014 yang sebesar 0,70% (mtm). Secara

perlahan tingkat inflasi Maluku yang pada awal triwulan II-2014 sebesar 0,85% (mtm) semakin rendah

pada akhir triwulan laporan yang sebesar 0,17% (mtm). Laju inflasi bulanan yang semakin rendah ini

membawa inflasi tahunan maupun triwulanan Maluku lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

Grafik 3-2 Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku & Event Analysis

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Mulai membaiknya pasokan beberapa bahan pangan lokal maupun impor berperan penting

dalam perlambatan laju inflasi Maluku. Meskipun masih terjadi inflasi tahunan pada kelompok bahan

makanan yang disumbangkan oleh sub kelompok ikan segar, kacang-kacangan dan sayur-sayuran, namun

melimpahnya pasokan bawang merah dan cabai rawit pasca panen di Seram, Surabaya dan Makassar

mendorong deflasi tahunan pada sub kelompok bumbu-bumbuan. Fluktuasi cuaca di sepanjang triwulan

laporan juga sedikit menimbulkan spekulasi terhadap pasokan kangkung dan bayam, sehingga

berpengaruh pada harga yang ditawarkan. Di sisi lain, kondisi wilayah perairan di sekitar Kota Ambon yang

cenderung membaik pada akhir triwulan laporan cukup mendukung peningkatan pasokan ikan layang dan

selar, sehingga inflasi Maluku pada triwulan II-2014 cenderung melambat.

Sumbangan faktor fundamental terhadap komoditas administered prices menyebabkan inflasi

tahunan sebesar 16,72% (yoy), atau secara triwulanan sebesar 3,72% (qtq). Dinamika permintaan

dan penawaran angkutan udara yang memasuki periode peak season menyebabkan inflasi triwulanan

sebesar 22,45%(qtq) di Kota Ambon dan sebesar 47,48%(qtq) di Kota Tual. Kedua komoditas tersebut

merupakan salah satu faktor pendorong terbesar inflasi administered price pada triwulan laporan.

Pemberlakuan Peraturan Menteri Perhubungan No. 16 Th. 2014 tentang Tarif Batas Angkutan Penumpang

Laut Kelas Ekonomi yang berlaku efektif pada bulan Mei 2014, menyebabkan inflasi triwulanan pada

angkutan laut sebesar 22,52% (qtq). Faktor kenaikan Tarif Dasar Listrik beberapa golongan rumah tangga

juga mulai berdampak pada inflasi administered price. Selain angkutan dan tarif listrik, kenaikan cukai

rokok dan sedikit peningkatan permintaan menjelang Ramadhan masih berdampak terhadap keseluruhan

inflasi administered price.

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 3-3 Inflasi Maluku dan Inflasi Nasional

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Perkembangan inflasi Provinsi Maluku masih berada di atas inflasi Nasional yang sebesar 6,70%

(yoy). Sebagaimana terjadi pada triwulan sebelumnya, inflasi Maluku pada triwulan II-2014 masih berada

di atas inflasi nasional. Meskipun inflasi bulanan Maluku pada bulan Juni 2014 yang sebesar 0,17% (mtm)

berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 0,43% (mtm), namun pencapaian inflasi Maluku di awal

triwulan II-2014 yang cukup tinggi (0,85%) menyebabkan perlambatan laju inflasi pada akhir triwulan

laporan tidak optimal. Laju inflasi Maluku yang melambat pada akhir triwulan I-2014 kembali meningkat

pada awal triwulan laporan, berkebalikan dengan laju inflasi nasional yang melanjutkan tren perlambatan

laju inflasi.

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Inflasi terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa, terutama kelompok bahan makanan dan

kelompok transport. Kelompok transportasi dengan inflasi sebesar 14,74% (yoy) dan kelompok bahan

makanan dengan inflasi sebesar 14,72% (yoy) menjadi dua kelompok yang mendorong inflasi tahunan

Maluku masih berada di atas level 8,00% (yoy). Meningkatnya permintaan pada periode long-weekend

saat Wafat Isa Al Masih/ Sidi di awal triwulan laporan, hari raya Waisak, peringatan Isra Mi

kenaikan Isa Al Masih di tengah triwulan laporan memberikan andil yang signifikan terhadap inflasi

kelompok bahan makanan (sayuran dan ikan segar) dan transportasi (angkutan udara).

Tabel 3-2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Maluku Per Kelompok (%)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah melalui pendekatan subkelompok

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Bahan makanan 9,41 -0 ,68 18,29 21,22 4,35 0 ,80 21,97 14,28 18,42 14,72

Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 4,08 4,96 4,70 4,86 3,06 1,09 0 ,98 2,39 3,00 2,68

Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 3,25 3,72 2,87 3,21 2,07 2,19 2,91 3,87 4,45 5,83

Sandang 6,48 5,15 2,47 5,25 4,79 3,72 1,73 -0 ,69 0 ,93 2,72

Kesehatan 0 ,76 0 ,85 1,06 2,45 2,79 3,19 3,21 1,91 3,54 2,69

Pendidikan, rekreasi, & olahraga 0 ,22 0 ,94 0 ,51 2,84 2,85 2,66 2,41 3,89 6,60 8,52

Transport, komunikasi, & jasa keuangan 20 ,18 21,01 5,19 0 ,12 0 ,20 1,41 12,46 16,28 14,09 14,74

TOTAL 8,64 6,25 7,07 6,73 2,59 1,70 9,86 8,81 8,94 8,86

Kelompok Komoditas2012 2013 2014

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

55

Inflasi pada sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan sub kelompok

kesehatan lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Konsumsi dan peningkatan harga minuman

ringan pada awal tahun 2014 yang cukup tinggi, direspon dengan penundaan kenaikan harga oleh

pemasok sehubungan dengan perkiraan banyak kalangan bahwa masa kampanye pemilihan presiden tidak

akan banyak memberikan peningkatan terhadap penjualan. Inflasi tahunan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau yang sebesar 2,68% (yoy) masih lebih rendah dibanding inflasi tahunan

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,00% (yoy). Kondisi serupa juga terjadi pada kelompok kesehatan yang

mengalami penyesuian harga akibat peningkatan bahan baku obat yang masih diimpor. Tercatat terjadi

inflasi pada obat flu di Kota Ambon dan obat dengan resep di Kota Tual. Belum adanya kebijakan

pemerintah terkait tarif layanan kesehatan menahan laju inflasi kelompok kesehatan lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya.

Tabel 3-3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Maluku Per Kelompok (%)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah melalui pendekatan subkelompok

Kenaikan tarif angkutan udara dan angkutan laut mendorong inflasi triwulanan pada kelompok

Transpor Komunikasi dan Jasa Keuangan. Secara tahunan, inflasi kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan sejalan dengan pola historisnya. Peak season angkutan udara pada pertengahan tahun yang

bertepatan dengan masa liburan sekolah mendorong inflasi tahunan pada kelompok transport sebesar

14,74% (yoy). Di sisi lain, pemberlakuan Peraturan Menteri Perhubungan No. 16 Th. 2014 tentang Tarif

Batas Angkutan Penumpang Laut Kelas Ekonomi yang berlaku efektif pada bulan Mei 2014, menyebabkan

inflasi triwulanan pada angkutan laut sebesar 22,52% (qtq).

3.2.1. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi tahunan pada kelompok bahan makanan tercatat lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya. Pencapaian inflasi tahunan kelompok bahan makanan pada triwulan II-2014 yang sebesar

14,71% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 18,42% (yoy). Meskipun

demikian, pencapaian inflasi pada triwulan laporan sangat tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian

inflasi periode yang sama dalam dua tahun terakhir. Dinamika permintaan dan penawaran yang diwarnai

oleh berbagai perayaan keagamaan dan faktor seasonal lainnya membawa inflasi tahunan Maluku pada

triwulan II-2014 tetap tinggi.

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II TwIII Tw IV Tw I Tw II

Bahan makanan 16.78 8.05 0 .60 (4.51) 0 .53 4.37 21.74 (10 .54) 4.46 0 .08

Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 1.81 1.96 0 .79 0 .22 0 .06 0 .02 0 .69 1.61 0 .44 (0 .23)

Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 1.67 0 .64 (0 .17) 1.03 0 .55 0 .76 0 .54 1.98 1.18 2.05

Sandang 0 .20 (0 .10 ) 1.64 3.45 (0 .24) (1.11) (0 .32) 1.00 0 .74 0 .96

Kesehatan 0 .02 0 .51 0 .37 1.54 0 .34 0 .91 0 .38 0 .27 0 .98 0 .08

Pendidikan, rekreasi, & olahraga (0 .02) 0 .13 0 .43 2.29 (0 .02) (0 .04) 0 .19 3.76 0 .31 1.77

Transport, komunikasi, & jasa keuangan 0 .01 3.58 (1.60 ) (1.78) 0 .09 4.83 9.11 1.56 2.72 3.70

TOTAL 4.32 3.26 (0 .02) (0 .91) 0 .27 2.37 8.01 (1.85) 2.13 1.44

2014Kelompok Komoditas

2012 2013

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Inflasi triwulanan pada sub kelompok ikan segar, kacang-kacangan dan sayur-sayuran

menyumbangkan andil tertinggi. Sebagaimana juga terjadi pada triwulan sebelumnya, inflasi pada ikan

cakalang dan ikan kembung sebagai dampak fluktuasi pasokan pada periode tertentu menyebabkan inflasi

yang cukup signifikan masih terjadi pada komoditas ini. Meningkatnya biaya produksi kedelai sebagai

bahan baku utama tahu mentah turut menyebabkan inflasi pada tahu mentah. Fluktuasi pada cuaca di

sepanjang triwulan laporan yang semakin meningkat pada akhir triwulan laporan sedikit menimbulkan

spekulasi terhadap penawaran harga kangkung dan bayam.

Tabel 3-4 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Maluku Kelompok Bahan Makanan (%)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Sub kelompok kacang-kacangan mengalami inflasi tahunan tertinggi pada triwulan II-2014. Inflasi

tahunan yang sebesar 63,84% (yoy) utamanya disumbangkan oleh produk kacang-kacangan, seperti tahu

mentah, tempe dan kacang hijau. Meningkatnya biaya bahan baku kedelai akibat kenaikan harga BBM

bersubsidi dan pelemahan nilai tukar selama periode kampanye pemilihan presiden menjadi alasan utama

meningkatnya harga produk olahan kedelai seperti tempe dan tahu mentah. Dibandingkan dengan

triwulan I-2014, telah terjadi inflasi triwulanan pada tempe mentah dan tahu mentah masing-masing

sebesar 7,78% (qtq) dan 31,51% (qtq).

Pada sub kelompok ikan segar, terjadi inflasi tahunan dengan tingkat yang lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi perairan Maluku yang masih dipengaruhi oleh musim angin

timur pada triwulan II-2014 seringkali memunculkan gelombang tinggi yang mengganggu kegiatan

penangkapan ikan segar. Dampaknya, pasokan ikan cakalang dan kembung sedikit berkurang, akibat

terganggunya penangkapan ikan di perairan Latuhalat dan Seram. Fluktuasi pasokan ikan segar selama

triwulan laporan dihadapkan pada peningkatan permintaan ikan segar sebagai makanan favorit

masyarakat Maluku, terutama pada perayaan hari besar keagamaan. Menjelang bulan Ramadhan, kondisi

wilayah perairan di sekitar Kota Ambon cenderung membaik, sehingga pasokan ikan layang dan selar

kembali stabil dan memberikan andil inflasi triwulanan ke bawah masing-masing sebesar 0,3956 dan

0,0526.

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya 10 ,23 14,47 5,15 2,64 2,07 4,18 6,01 4,94 6,38 6,07

Daging dan Hasil-hasilnya 15,26 22,10 13,07 10 ,33 1,87 1,91 15,70 16,26 9,35 11,27

Ikan Segar 12,68 -17,61 34,06 51,71 -9,59 -4,03 38,39 27,44 57,51 33,75

Ikan Diawetkan 2,84 -4,77 53,84 86,46 29,35 33,57 111,03 70 ,65 58,71 11,05

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 9,42 4,98 2,25 2,07 4,43 1,23 6,15 6,30 6,61 16,91

Sayur-sayuran 22,05 0 ,87 47,95 50 ,11 6,87 -14,10 10 ,61 8,50 17,10 21,74

Kacang - kacangan 13,21 6,03 5,50 7,90 -0 ,57 2,19 27,81 19,00 44,04 63,84

Buah - buahan 28,56 28,35 5,16 1,62 9,39 6,24 10 ,38 -2,16 -3,76 -7,24

Bumbu - bumbuan -19,29 -8,37 4,19 27,11 48,78 23,31 61,74 18,27 -6,91 -3,59

Lemak dan Minyak 2,65 2,04 0 ,00 0 ,17 1,27 0 ,71 5,03 5,46 5,24 5,63

Bahan Makanan Lainnya -0 ,64 0 ,15 0 ,67 0 ,83 1,67 1,02 0 ,69 1,84 6,98 7,76

BAHAN MAKANAN 9,41 -0 ,69 18,29 21,22 4,35 0 ,80 21,97 14,28 18,42 14,72

20142012 2013Komoditas

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

57

Ditinjau dari perspektif triwulanan, inflasi pada kelompok bahan makanan utamanya

disumbangkan oleh cabai merah, tomat sayur, telur ayam ras dan kangkung. Pada awal triwulan

laporan, pasokan cabai merah ke Kota Ambon mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi sehubungan

dengan peningkatan harga di Jawa Timur akibat gagal panen di beberapa wilayah produksi. Sementara

pasokan cabai merah lokal dari Pulau Seram belum dapat menutupi kekurangan stok yang berimbas pada

IHK cabai merah yangmelambung tinggi. Meskipun menjelang bulan Ramadhan pasokan cabai merah

impor maupun lokal melimpah, namun penurunan drastis harga cabai merah belum mampu menekan

inflasi secara triwulanan pada komoditas tersebut.

Selain cabai merah, pasokan tomat sayur dan kangkung juga mengalami fluktuasi akibat faktor

cuaca yang seringkali mengganggu panen

Kenaikan Isa Al Masih pada pertengahan laporan menyebabkan ketidakseimbangan penawaran maupun

permintaan pada komoditas tersebut. Pola seasonal yang dimanfaatkan pedagang untuk memperoleh

keuntungan tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap tomat sayur dan kangkung pada

hari besar keagamaan maupun long weekend. Inflasi triwulanan pada dua komoditas tersebut secara

umum mendorong inflasi triwulanan sub kelompok sayur-sayuran yang sebesar 21,74% (qtq) lebih tinggi

dibanding inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 17,10% (qtq).

Grafik 3-4 Pergerakan IHK Komoditas Volatile Food dengan Andil Inflasi Tertinggi

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Sementara itu, pasokan telur ayam ras di Kota Ambon dan Kota Tual yang berasal dari Surabaya

seringkali mengalami keterlambatan dan memicu inflasi. Kondisi tersebut menyebabkan inflasi pada

sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 16,91% (yoy), atau lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 6,61% (yoy). Secara triwulanan, ketidakseimbangan antara penrmintaan dan

ketersediaan stok telur ayam ras telah memicu inflasi pada telur ayam ras dengan andil sebesar 0,1114

terhadap inflasi triwulan II-2014. Laju inflasi telur ayam ras terpantau terus mengalami peningkatan sejak

awal hingga akhir triwulan II-2014.

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Laju inflasi yang lebih moderat terjadi pada daging sapi yang mengalami inflasi triwulanan

sebesar 14,27% (qtq) dan berkontribusi terhadap inflasi triwulanan maluku sebesar 0,0147.

Akumulasi permintaan pada akhir triwulan laporan yang terdampak perayaan hari besar keagamaan dan

menjelang bulan Ramadhan cukup memberikan tekanan terhadap inflasi Maluku meskipun tingkat

konsumsinya tidak terlalu besar. Peningkatan harga daging sapi di Jawa Timur dan wilayah pemasok

lainnya juga turut mendorong inflasi triwulanan daging sapi lebih tinggi dari rata-rata historisnya.

Sub kelompok buah-buahan dan bumbu-bumbuan kembali mengalami deflasi tahunan pada

triwulan II-2014. Stabilnya pengiriman pasokan buah-buahan dari sentra produksi seperti Surabaya,

Jakarta ataupun Manado memegang peranan penting pada deflasi tahunan tomat buah, anggur, dan apel.

Meskipun berada pada periode yang sarat dengan peringatan hari besar keagamaan dan bulan Ramadhan,

serta terjadi inflasi yang tinggi pada cabai merah, namun melimpahnya pasokan bawang merah dan cabai

rawit pasca panen di Seram, Surabaya dan Makassar mendorong deflasi tahunan pada sub kelompok

bumbu-bumbuan sebesar -3,59% (yoy). Komoditas bumbu-bumbuan tersebut berkontribusi terhadap

deflasi triwulanan Maluku dengan andil masing-masing sebesar 0,0529 dan 0,0301.

3.2.2. Kelompok Makanan Jadi

Inflasi tahunan pada kelompok makanan jadi berada di dibawah rata-rata historis empat tahun

terakhir. Meskipun tingkat permintaan terhadap makanan jadi tergolong tinggi, namun inflasi tahunan

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang sebesar 2,68% (yoy) masih lebih rendah

dibanding inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,00% (yoy) ataupun rata-rata historis dalam

tiga tahun terakhir yang sebesar 3,34% (yoy). Konsumsi dan peningkatan harga minuman ringan pada

awal tahun 2014 yang cukup tinggi, direspon dengan penundaan kenaikan harga oleh pemasok

sehubungan dengan perkiraan banyak kalangan bahwa masa kampanye pemilihan presiden tidak akan

banyak memberikan peningkatan terhadap penjualan.

Tabel 3-5 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Maluku Kelompok Bahan Makanan (%)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Secara triwulanan, inflasi pada kelompok makanan jadi didorong oleh inflasi pada rokok kretek,

rokok kretek filter dan rokok putih. Kenaikan cukai rokok secara bertahap pada awal tahun 2014

masih dirasakan dampaknya, terutama di Kota Tual dan menyebabkan inflasi pada semua jenis rokok yang

disurvei oleh BPS. Inflasi pada seluruh jenis rokok di Kota Tual tersebut memberikan andil inflasi triwulanan

sebesar 0,0069% untuk rokok kretek, seebsar 0,0022% untuk rokok kretek filter, dan sebesar 0,0006%

untuk rokok putih. Faktor downside risks yang menekan inflasi kelompok makanan jadi pada triwulan

laporan, utamanya adalah deflasi triwulanan pada gula pasir sebesar -10,97% (qtq) yang memberikan

andil sebesar -0,0664% terhadap inflasi triwulanan Maluku. Kegiatan pasar murah yang semakin sering

I II III IV I II III IV I II

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 4.08 4.96 4.70 4.86 3.06 1.09 0 .98 2.39 3.00 2.68

Makanan Jadi 3.97 2.22 0 .50 0 .50 0 .78 0 .48 1.46 2.26 2.59 2.82

Minuman yang Tidak Beralkohol 7.24 18.56 22.88 23.10 11.19 2.00 (0 .57) 0 .11 0 .89 (1.83)

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0 .90 0 .59 1.42 2.13 2.31 2.32 1.17 5.92 7.51 7.77

2012 2013 2014Sub Kelompok

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

59

diadakan, terutama menjelang perayaan hari besar keagamaan, kecukupan stok dan harga komoditas gula

yang cenderung turun di pasar internasional berkontribusi terhadap deflasi gula pasir.

3.2.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kenaikan tarif angkutan udara dan angkutan laut mendorong inflasi triwulanan pada kelompok

Transpor Komunikasi dan Jasa Keuangan. Dinamika permintaan yang meningkat pada pertengahan

triwulan laporan yang dipenuhi dengan banyak hari libur untuk perayaan hari besar keagamaan, yang

selanjutnya diwarnai dengan berakhirnya tahun ajaran sekolah, masa libur sekolah dan awal bulan

Ramadhan mendorong inflasi pada angkutan udara. Penetapan batas atas baru untuk tarif angkutan laut

kelas ekonomi pada pertengahan triwulan laporan, turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan tarif

angkutan laut pada kisaran 20%-22%. Namun nilai tukar yang sempat menguat pada pertengahan

triwulan laporan menjadi faktor downside risks sendiri terhadap inflasi kelompok ini, terutama pada

komoditas telepon seluler dan pelumas kendaraan.

Secara tahunan, inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sejalan dengan pola

historisnya. Karakteristik masyarakat Maluku yang memiliki frekuensi penggunaan angkutan udara yang

tinggi tentunya menyebabkan kontribusi tarif angkutan udara terhadap inflasi pada kelompok transport

sangat tinggi. Peak season pada angkutan udara pada pertengahan tahun yang bertepatan dengan masa

liburan sekolah mendorong inflasi tahunan pada kelompok transport sebesar 14,74% (yoy). Pada triwulan

II-2014 periode peak season tersebut dimulai lebih awal, yaitu pada pertengahan triwulan laporan yang

periode peak season angkutan udara tersebut berlanjut seiring dengan dimulainya masa liburan sekolah

dan awal bulan Ramadhan.

Kebijakan pemerintah pada tarif angkutan laut berkontribusi sebesar 0,10% pada inflasi

triwulanan Maluku. Pemberlakuan Peraturan Menteri Perhubungan No. 16 Th. 2014 tentang Tarif Batas

Angkutan Penumpang Laut Kelas Ekonomi yang berlaku efektif pada bulan Mei 2014, menyebabkan inflasi

triwulanan pada angkutan laut sebesar 22,52% (qtq). Provinsi Maluku sebagai provinsi kepulauan terbesar,

tentunya memanfaatkan angkutan laut sebagai sarana transportasi antar pulau selain juga angkutan

udara. Cukup tingginya frekuensi pelayaran dari wilayah barat ke Maluku, maupun pelayaran antar pulau

di Maluku menyebabkan inflasi triwulanan angkutan laut pada triwulan laporan sebesar 22,17% (qtq)

pada Kota Ambon dan sebesar 26,66% (qtq) pada Kota Tual.

3.2.4. Kelompok Lainnya

Inflasi triwulanan pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, kelompok kesehatan serta

kelompok perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar berada di atas rata-rata historisnya. Faktor

adanya liburan sekolah pada triwulan II-2014 menyebabkan sedikit kenaikan inflasi pada sub kelompok

pendidikan dan perlengkapan pendidikan. Semakin meningkatnya biaya kesehatan, terutama pada biaya

obat dengan resep merupakan pola umum yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan biaya operasional/

jasa kesehatan setiap tahun. Peningkatan harga juga dialami oleh sub kelompok biaya tempat tinggal

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

seiring dengan peningkatan konsumsi pasir, batako dan kebutuhan tukang bukan mandor menjelang

musim hujan/ pertengahan tahun.

Berbagai dinamika tersebut mendorong inflasi tahunan pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

sebesar 8,52% (yoy), atau berada di atas inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 6,60% (yoy) dan di atas

rata-rata historis yang sebesar 3,50% (yoy). Kondisi serupa juga dialami kelompok perumahan, air, listrik,

gas, & bahan bakar yang mengalami inflasi tahunan sebesar 5,83% (yoy), atau berada di atas inflasi

triwulan sebelumnya yang sebesar 4,45% (yoy) dan di atas rata-rata historis yang sebesar 3,63% (yoy).

Sementara pada kelompok kesehatan, terjadi inflasi tahunan sebesar 2,69% (yoy), atau berada di atas rata-

rata historis yang sebesar 2,27% (yoy) meskipun masih lebih rendah dibanding inflasi triwulan sebelumnya

yang sebesar 3,54% (yoy).

Perkembangan inflasi tahunan kelompok sandang masih berada di bawah rata-rata historisnya.

Secara umum terjadi inflasi tahunan pada kelompok sandang sebesar 2,72% (yoy), atau berada di atas

inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,93% (yoy) namun masih di bawah rata-rata historis yang

sebesar 4,06% (yoy). Awal bulan Ramadhan pada akhir triwulan laporan berperan dalam inflasi sub

kelompok sandang yang dipicu oleh meningkatnya aksi jual emas oleh masyarakata saat terjadi

peningkatan harga emas perhiasan. Harga emas dunia yang stabil dan cenderung meningkat pada akhir

triwulan laporan berperan besar dalam pembentukan komoditas sandang, meskipun secara rata-rata harga

emas perhiasan masih di bawah tahun sebelumnya

Grafik 3-5 Andil Inflasi Triwulanan dan Tahunan per Kelompok

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah melalui pendekatan sub kelompok

3.3. Disagregasi Inflasi

Secara umum tingkat inflasi tahunan pada seluruh komponen disagregasi inflasi lebih tinggi

dibanding rata-rata historisnya. Inflasi volatile food pada triwulan laporan cenderung lebih tinggi

dibanding rata-rata historisnya, didorong oleh inflasi pada bahan makanan yang sebesar 14,72%(yoy).

Perlambatan laju inflasi tahunan juga terjadi pada kelompok administered price yang lebih tinggi dibanding

rata-rata historis dalam tiga tahun terakhir. Inflasi kelompok transport yang sebesar 14,74%(yoy), lebih

tinggi dibanding inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 14,09%(yoy). Kondisi yang berbeda terjadi pada

komoditas inti yang mengalami peningkatan laju inflasi tahunan. Inflasi pada kelompok perumahan yang

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

61

sebesar 5,83%(yoy) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang sebesar 8,52%(yoy) lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya, mendorong peningkatan laju inflasi inti.

Grafik 3-6 Disagregasi Inflasi Bulanan

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah melalui pendekatan sub kelompok

Tekanan inflasi pada komoditas administered price semakin meningkat pada triwulan II-2014.

Tekanan dari sisi permintaan terhadap berbagai komoditas sehubungan dengan perayaan hari besar

keagamaan, masa libur sekolah dan bulan Ramadhan menjadi pemicu inflasi utama pada triwulan laporan.

Dari sisi penawaran, kebijakan pemerintah terkait TDL industri dan batas atas tarif angkutan laut kelas

ekonomi yang berdekatan dengan periode kampanye pemilihan presiden dan peak season angkutan udara

saat libur sekolah menambah tekanan terhadap inflasi. Tercatat cabai merah, tomat sayur, telur ayam ras,

angkutan udara, angkutan laut, tarif listrik, bahan bangunan dan sandang muncul sebagai komoditas-

komoditas penyumbang andil inflasi terbesar baik secara tahunan maupun triwulanan.

3.3.1. Kelompok Volatile Food

Inflasi kelompok volatile food pada triwulan II-2014 sedikit melambat dibanding triwulan I-2014.

Masih berlanjutnya tekanan dari sisi permintaan terhadap komoditas volatile food sehubungan dengan

perayaan hari besar keagamaan yang disikapi oleh pedagang dengan mengambil keuntungan seasonal

menyebabkan perbaikan pasokan pada triwulan laporan belum optimal dalam menekan laju inflasi ke level

yang lebih rendah. Tingkat harga yang relatif stabil di mayoritas wilayah pemasok bumbu-buimbuan,

seperti Surabaya dan Makassar belum cukup untuk menekan laju inflasi Maluku secara signifikan.

Sebagaimana tercermin pada inflasi bahan makanan yang sebesar 14,72%(yoy), inflasi volatile food yang

masih berada di atas rata-rata historis tiga tahun terakhir masih membutuhkan perhatian serius ke depan.

Cabai merah dan tomat sayur menyumbangkan andil inflasi triwulanan terbesar pada triwulan II-

2014. Pasokan cabai merah lokal ke Kota Ambon, serta cabai impor dari Surabaya ke Kota Tual cenderung

mengalami sedikit keterlambatan dalam pengiriman, mengakibatkan kenaikan harga yang cukup signifikan

pada dua kota tersebut menjelang perayaan hari besar keagamaan. Meskipun terjadi penurunan harga usai

pengiriman, namun secara rata-rata tingkat harga komoditas cabai merah di Maluku cukup tinggi. Kondisi

serupa terjadi pada tomat sayur yang merupakan komoditas pelengkap cabai merah.

Komoditas volatile food lain yang menyumbangkan inflasi triwulanan cukup besar adalah

kangkung dan telur ayam ras. Inflasi pada komoditas kangkung merupakan dampak dari pola seasonal

yang ditetapkan oleh pasar menjelang perayaan hari besar keagamaan dan musim hujan pada akhir

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

triwulan laporan. Meskipun pasokan kangkung terpantau stabil, namun ekspektasi pedagang terhadap

kenaikan harga lebih berperan dalam memicu inflasi kangkung pada triwulan laporan. Kondisi yang

berbeda terjadi pada telur ayam ras yang sebagian besar pemenuhannya berasal dari Surabaya.

Meningkatnya permintaan menjelang perayaan hari besar keagamaan secara periodik belum diimbangi

oleh ketepatan waktu pemenuhan stok yang tepat. Akibatnya, produksi telur ayam ras lokal yang belum

seimbang dengan kebutuhan masyarakat secara perlahan mendorong inflasi pada telur ayam ras.

Grafik 3-7 Harga Sayur-Sayuran (Rp)* Grafik 3-8 Harga Ikan Segar (Rp)*

*Survei Pemantauan Harga *Survei Pemantauan Harga

Grafik 3-9 Harga Bumbu-Bumbuan (Rp)* Grafik 3-10 Harga Daging dan Telur (Rp)*

*Survei Pemantauan Harga *Survei Pemantauan Harga

Faktor cuaca yang mendukung selama triwulan II-2014 menekan inflasi triwulanan sub kelompok

ikan segar. Pengaruh musim angin timur pada triwulan II-2014 di beberapa wilayah perairan tidak

mempengaruhi deflasi triwulanan pada jenis ikan segar favorit masyarakat Maluku, seperti ikan layang,

ikan selar dan ikan momar. Efek musim angin timur yang tidak sebesar tahun sebelumnya cukup

mendukung kestabilan pasokan ikan favorit masyarakat Maluku tersebut. Meskipun salah satu jenis ikan

pemicu inflasi, yaitu ikan cakalang mengalami inflasi triwulanan sebesar 6,54% (qtq), namun tidak

memberikan andil yang signifikan terhadap peningkatan inflasi triwulanan sub kelompok ikan segar.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Maluku,

sebagian besar komoditas volatile food menunjukkan peningkatan harga. Pada awal triwulan

laporan, harga cabai merah dan kangkung di Kota Ambon menunjukkan peningkatan yang signifikan dan

berlangsung hingga akhir triwulan laporan. Kondisi serupa juga dialami oleh ikan segar dan telur ayam ras

yang menjadi sampel SPH di Kota Ambon. Namun penurunan harga ikan cakalang pada akhir triwulan I-

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

63

2014 mencegah pergerakan IHK ikan segar di Kota Ambon pada triwulan II-2014 berada jauh lebih tinggi

dibanding tahun sebelumnya.

3.3.2. Kelompok Administered Price

Sumbangan faktor fundamental terhadap komoditas administered prices mendorong

peningkatan inflasi triwulanan. Dinamika permintaan dan penawaran terhadap angkutan udara pada

pertengahan triwulan laporan yang bertepatan dengan periode kampanye pemilihan presiden dan

perayaan hari besar keagamaan yang berdekatan membawa inflasi tahunan administered price ke level

yang lebih tinggi. Sebagaimana tercermin pada inflasi kelompok transport yang sebesar 14,74%(yoy), atau

lebih tinggi dibanding inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 14,09%(yoy). Tekanan terhadap inflasi

angkutan udara pun semakin meningkat menjelang akhir triwulan laporan, sehubungan dengan

dimulainya peak season angkutan udara saat libur sekolah dan bulan Ramadhan. Meningkatnya

permintaan terhadap jasa transportasi juga berimbas kepada inflasi angkutan laut yang sebelumnya telah

mengalami penyesuaian harga pada pertengahan triwulan II-2014. Pemberlakuan Peraturan Menteri

Perhubungan No. 16 Th. 2014 tentang Tarif Batas Angkutan Penumpang Laut Kelas Ekonomi yang berlaku

efektif pada bulan Mei 2014, menyebabkan inflasi triwulanan pada angkutan laut sebesar 22,52% (qtq).

Faktor kenaikan Tarif Dasar Listrik beberapa golongan rumah tangga mulai berdampak pada

inflasi administered price. Keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik rumah tangga pada

kisaran 5,6% - 11% setiap dua bulan mulai 1 Juli 2014 ternyata mulai dirasakan dampaknya pada akhir

triwulan laporan. Pemberlakuan tarif baru pada beberapa golongan pelanggan rumah tangga pada

triwulan II-2014 menjadi faktor non-fundamental yang turut menambah tekanan inflasi administered price

pada triwulan laporan. Selain angkutan dan tarif listrik, kenaikan cukai rokok dan sedikit peningkatan

permintaan menjelang Ramadhan ternyata masih berdampak terhadap pembentukan inflasi pada

komoditas rokok kretek ataupun rokok kretek filter.

3.3.3. Kelompok Inti

Inflasi inti pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

Pencapaian inflasi inti berada di atas rata-rata historis, seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap

bahan bangunan seperti pasir dan batako, jasa tukang bukan mandor dan sewa rumah di tengah

peningkatan biaya produksi sejak triwulan I-2014. Perkembangan harga emas perhiasan di Kota Ambon

yang ditawarkan stabil pada kisaran Rp550.000/gr sejak awal triwulan II-2014 juga berperan dalam

pembentukan inflasi komoditas inti di Maluku. Dari sisi permintaan, kebutuhan masyarakat terhadap

komoditas sandang pada perayaan hari besar keagamaan, berakhirnya tahun ajaran sekolah dan libur

sekolah serta bulan Ramadhan menjadi faktor upside risks inflasi komoditas inti.

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 3-11 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Grafik 3-12 Harga Emas Perhiasan (Rp)*

*Survei Pemantauan Harga

Inflasi pada komoditas inti disebabkan oleh faktor seasonal yang mempengaruhi penawaran

komoditas inti. Menjelang hari besar keagamaan dan akhir tahun ajaran sekolah, penawaran terhadap

komoditas sandang, terutama sepatu wanita, celana panjang dan buku pelajaran cenderung sedikit lebih

tinggi. Peningkatan penawaran ini tentunya berdasarkan perkiraan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap

komoditas tersebut cenderung meningkat pada periode tersebut. Sementara musim hujan tahunan yang

biasanya jatuh pada pertengahan tahun disiasati dengan melakukan perbaikan pada bangunan-bangunan,

yang berdampak pada peningkatan penawaran bahan bangunan dan jasa tukang bukan mandor.

Tingginya kebutuhan uang tunai di masyarakat dan masih cukup menjanjikannya harga emas

perhiasan di Maluku direspon dengan aksi jual emas perhiasan pada level yang stabil. Kebutuhan

saat perayaan hari besar keagamaan, perkembangan harga komoditas emas dunia yang cukup stabil,

kebutuhan uang tunai saat musim libur sekolah dan menjelang tahun ajaran baru, serta awal bulan

Ramadhan cukup signifikan dalam menjaga kestabilan harga emas perhiasan. Peningkatan harga emas

perhiasan yang cukup tinggi pada awal triwulan laporan dan terus stabil di sepanjang triwulan laporan

menyebabkan andil inflasi triwulanan emas perhiasan berada pada level 0,017%.

Grafik 3-13 Harga Beras, Minyak Goreng & Gula Pasir (Rp)* Grafik 3-14 Harga Komoditas Adminsitered Price Lainnya (Rp)*

*Survei Pemantauan Harga *Survei Pemantauan Harga

Perlambatan inflasi volatile food berkontribusi pada kestabilan komoditas inti pada kelompok

bahan makanan dan makanan jadi. Komoditas inti yang tergolong bahan makanan ataupun makanan

jadi, seperti teh, soto, sate, ayam goreng dan teri menyumbangkan andil terhadap inflasi pada komoditas

inti sehubungan dengan meningkatnya harga pada bahan baku pembuatan komoditas tersebut. Inflasi

yang cukup tinggi pada telur ayam juga berdampak pada meningkatnya inflasi roti tawar dan biskuit.

Meskipun demikian, beberapa komoditas inti lainnya dengan nilai konsumsi yang tinggi, seperti cakalang

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

65

asap dan gula pasir justru mengalami deflasi triwulanan. Deflasi ini dipicu oleh rendahnya inflasi pada ikan

cakalang yang merupakan bahan baku cakalang asap dan penyelenggaraan pasar murah yang menambah

kecukupan stok dan menjaga level harga gula pasir di masyarakat.

3.4. Inflasi Kota-Kota di Provinsi Maluku

Tabel 3-6 Perkembangan Inflasi Kota-kota di Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Perkembangan inflasi bulanan kota-kota di Provinsi Maluku pada triwulan II-2014 secara rata-

rata lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Pencapaian inflasi bulanan tertinggi pada triwulan

II-2014 terjadi pada bulan April 2014, yaitu di Kota Ambon dengan inflasi bulanan sebesar 0,92% (mtm).

Sementara inflasi bulanan terendah terjadi pada bulan Juni 2014 di Kota Tual, dengan inflasi sebesar

0,06% (mtm). Secara umum, rata-rata inflasi bulanan kota di Maluku pada triwulan II-2014 yang sebesar

0,37% (mtm), masih lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 0,40% (mtm). Perbaikan

kinerja inflasi bulanan ini membawa tingkat inflasi bulanan Maluku pada triwulan II-2014 ke level 0,17%

(mtm), atau lebih rendah dibanding inflasi bulanan Maluku triwulan sebelumnya yang sebesar 0,38%

(mtm).

Terjadi perbedaan arah perkembangan inflasi tahunan antara Kota Ambon dengan Kota Tual.

Pencapaian inflasi tahunan Kota Ambon pada triwulan II-2014 yang sebesar 9,14% (yoy) masih lebih tinggi

dibanding inflasi tahunan Kota Tual yang sebesar 5,68% (yoy), ataupun inflasi triwulan sebelumnya yang

sebesar 9,12% (yoy). Faktor tingginya permintaan angkutan udara pada beberapa perayaan hari besar

long weekend pada pertengahan triwulan laporan

mendorong inflasi Kota Ambon lebih tinggi dibanding kota lainnya di Maluku. Selain itu, pencapaian inflasi

triwulan II-2013 yang rendah, sebesar 1,70% (yoy) menyebabkan sedikit kenaikan harga pada komoditas

di Kota Ambon berdampak besar pada inflasi tahunan yang cukup tinggi sebesar 9,14% (yoy).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Kota Ambon 1,81 -2,29 0 ,80 0 ,27 2,25 -0 ,15 4,03 4,79 -0 ,92-3,82 0 ,53 1,51 0 ,81 0 ,85 0 ,64 0 ,92 0 ,40 0 ,18

Kota Tual 1,10 1,46 -2,43 0 ,15 0 ,52 0 ,06

Provinsi Maluku 1,81 -2,29 0 ,80 0 ,27 2,25 -0 ,15 4,03 4,79 -0 ,92-3,82 0 ,53 1,51 0 ,83 0 ,90 0 ,38 0 ,85 0 ,41 0 ,17

Inflasi Tahunan

Kota Ambon 6,92 3,12 2,59 2,05 4,29 1,70 4,02 8,80 9,86 8,31 8,20 8,81 6,14 8,84 9,12 9,86 8,54 9,14

Kota Tual 9,53 12,05 7,00 8,40 7,61 5,68

Provinsi Maluku 6,92 3,12 2,59 2,05 4,29 1,70 4,02 8,80 9,86 8,31 8,20 8,81 6,41 9,10 8,94 9,74 8,46 8,86

20142013Inflasi Bulanan

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Tabel 3-7 Inflasi Kota-Kota di Provinsi Maluku Per Kelompok

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Kondisi berbeda terjadi pada Kota Tual yang secara konsisten mengalami perlambatan laju

inflasi pada triwulan II-2014. Pencapaian inflasi Kota Tual pada triwulan II-2014 yang sebesar 5,68%

(yoy) lebih rendah dibanding inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,00% (yoy). Meskipun juga terkena

dampak dari kenaikan tariff angkutan udara akibat meningkatnya permintaan secara seasonal, namun

kecukupan pasokan bahan pangan, khususnya ikan momar, ikan teri, kangkung, sawi hijau dan

bumbu-bumbuan mampu menahan laju inflasi tahunan Kota Tual lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya. Dampak kenaikan tarif angkutan udara pada pertengahan triwulan laporan yang sarat

dengan perayaan hari besar keagamaan dan hari libur sempat terlihat pada inflasi bulanan yang

meningkat, namun justru melambat pada akhir triwulan menjelang bulan Ramadhan dan masa libur

sekolah.

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan tertinggi dibanding kelompok lainnya.

Inflasi pada kelompok bahan makanan di Kota Ambon mengalami inflasi tertinggi sebesar 17,01% (yoy),

disusul oleh kelompok transpor sebesar 14,80% (yoy) dan kelompok pendidikan sebesar 8,47% (yoy).

Sementara di Kota Tual, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan dengan inflasi sebesar 16,77%

(yoy), disusul oleh kelompok transpor sebesar 13,96% (yoy) dan kelompok makanan jadi sebesar 10,13%

(yoy). Faktor cuaca yang masih mendukung kegiatan penangkapan ikan maupun pertanian tidak mampu

menahan gejolak inflasi seasonal pada pertengahan triwulan laporan, sehingga inflasi tahunan pada

kelompok bahan makanan masih sangat tinggi.

Meningkatnya harga obat dengan resep dokter mendorong inflasi tahunan kelompok kesehatan

di Kota Tual masih relatif tinggi. Meningkatnya harga bahan baku obat-obatan, baik obat generic

maupun obat dengan resep yang masih harus diimpor menyebabkan kenaikan pada komoditas obat

dengan resep di Kota Tual. Terhitung sejak bulan April 2014, kenaikan tersebut terjadi dan mendorong

peningkatan IHK pada kelompok kesehatan. Sementara di Kota Ambon, peningkatan harga bahan baku

obat berdampak pada inflasi obat flu. Selain obat-obatan, inflasi pada sub kelompok perawatan jasmani

dan kosmetika akibat penyesuaian harga di tingkat produsen juga menyumbangkan andil terhadap inflasi

tahunan kelompok kesehatan.

yoy qtq yoy qtq

Bahan makanan 17.01 0 .23 0 .52 -1.68

Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 2.01 -0 .54 10 .13 3.07

Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 5.93 2.17 4.74 0 .68

Sandang 2.46 0 .95 5.62 1.04

Kesehatan 1.45 0 .12 16.77 -0 .25

Pendidikan, rekreasi, & olahraga 8.47 1.91 9.12 0 .14

Transport, komunikasi, & jasa keuangan 14.80 3.49 13.96 6.17

TOTAL 9.14 1.50 5.68 0 .74

Kota TualKelompok Komoditas

Kota Ambon

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

67

Grafik 3-15 Inflasi Bulanan Kota di Provinsi Maluku per Kelompok pada triwulan II-2014

Grafik 3-16 Inflasi Tahunan Kota di Provinsi Maluku per Kelompok pada triwulan II-2014

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah melalui pendekatan sub kelompok

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah melalui pendekatan sub kelompok

Kecukupan pasokan bahan pangan lokal maupun impor masih menjadi isu utama yang harus

diperhatikan oleh TPID Kota maupun Provinsi di Maluku. Pembentukan TPID di seluruh kabupaten/

kota yang merupakan daerah penghasil bahan pangan di Maluku perlu segera dipercepat untuk

memudahkan pengendalian inflasi di kota sampel perhitungan inflasi BPS. Peningkatan produksi bahan

pangan, khususnya jenis ikan segar yang menjadi makanan favorit masyarakat Maluku serta sayuran segar

dan bumbu-bumbuan harus terus dilakukan. Musim hujan yang diperkirakan masih berlangsung pada

triwulan III-2014 perlu disiasati dengan budidaya ikan segar maupun pemanfaatan screen field pada lahan

pertanian. Fokus pengendalian inflasi pada kedua sub kelompok tersebut selain mampu menekan laju

inflasi, pada akhirnya akan turut menggerakkan perekonomian Maluku yang sebagian besar tenaga

kerjanya berada pada sektor pertanian.

3.5. Kegiatan Pengendalian Inflasi

Menjelang bulan Ramadhan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku bersama TPID

Provinsi Maluku melakukan beberapa kegiatan pengendalian inflasi. Kegiatan pengendalian inflasi

ini juga dilaksanakan oleh TPID Kota dan TPID Kabupaten di bawahnya. Mencermati bahwa faktor pemicu

inflasi pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri cenderung sama setiap tahunnya, maka TPID Maluku telah

menginstruksikan Dinas terkait untuk kembali berkoordinasi dengan pemilik cold storage dan PPN untuk

memastikan ketersediaan ikan pemicu inflasi dalam 10% cadangan ikan segar. Selain itu, Dinas Pertanian

diharapkan dapat bekerja sama dengan TPID Kota Ambon untuk menginventarisir ulang lahan yang

dilengkapi dengan screen field, serta penyediaan lahan untuk perluasan area kebun holtikultura. Satu

minggu sebelum bulan Ramadhan, TPID Maluku melalui Biro Pengembangan Ekonomi dan Investasi

menekan gejolak harga pada tarif angkutan udara melalui MoU dengan maskapai penerbangan yang

mengatur kesepakatan batas atas tarif yang disepakati selama masa liburan sekolah dan bulan Ramadhan.

Page 91: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Tabel 3-8 Kegiatan TPID pada triwulan II-2014

Waktu Kegiatan

Mei 2014

Pengembangan kebun holtikultura di desa Suli, serta pengembangan komunitas petani untuk menekan inflasi melalui peningkatan pasokan sayuran

Juni 2014

Membentuk tim untuk berkoordinasi membuat pasar bayangan/ shadow market/ pasar penyeimbang dalam rangka mengendalikan inflasi melalui pembentukan harga yangterukur

Berkoordinasi dengan pemilik cold storage dan PPN untuk memastikan ketersediaan ikan pemicu inflasi dalam 10% cadangan ikan segar

Inventarisir ulang lahan yang dilengkapi dengan screen field, pemberian sarana peunjang screen field, serta penyediaan lahan untuk perluasan area kebun holtikultura

Pelaksanaan Pasar Murah menjelang hari raya Waisak dan sebelum bulan Ramadhan

Memasuki triwulan III-2014 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, libur sekolah dan Idul Fitri, tekanan

terhadap inflasi di Maluku cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan

barang dan jasa. Kantor Perwakila Bank Indonesia Provinsi Maluku bersama TPID Provinsi Maluku, TPID

Kota Ambon dan TPID Kota Tual memiliki rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka

mengendalikan inflasi pada periode Ramadhan, libur sekolah dan Idul Fitri, yaitu (1) Meningkatkan

koordinasi antar daerah dalam Provinsi Maluku, Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), distributor dan

pedagang dalam rangka memastikan ketersediaan pasokan bahan pangan; (2) Melakukan kunjungan ke

beberapa distributor bahan pangan dengan tujuan untuk memastikan ketersediaan stok bahan pangan; (3)

Melakukan kegiatan pasar murah di beberapa wilayah di Provinsi Maluku pada awal Ramadhan dan saat

Ramadhan; (4) Komunikasi dan pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat melalui talkshow di stasiun

televisi lokal.

Page 92: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

69

BOKS 1 PERAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBENTUKAN INFLASI

Menjelang bulan Ramadhan dan periode yang sarat dengan hari libur sebagaimana triwulan II-2014, tekanan

terhadap kenaikan harga barang dan jasa biasanya mengalami peningkatan. Perkembangan inflasi Maluku pada

triwulan II-2014 yang sebesar 8,86% (yoy), atau secara triwulanan sebesar 1,44% (qtq) sebagian besar

dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi pada komoditas yang diatur pemerintah (angkutan udara, angkutan laut,

tarif listrik) dan bahan makanan. Secara triwulanan terlihat bahwa peningkatan inflasi pada kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transportasi memberikan sumbangan inflasi terbesar

dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 1 Inflasi Tahunan per Kelompok Tabel 2 Inflasi Triwulanan per Kelompok

Sumber : BPS Prov. Maluku (diolah dengan pendekatan sub kelompok)

Tabel 3 Sumbangan Komoditas terhadap Inflasi Triwulanan

Disagregasi Komoditas Inflasi Juni (% qtq) Andil thd Inflasi Triwulanan (%)

Administered Price Angkutan Udara 23,51 0,80

Core Inflation Batako 26,89 0,20

Volatile Food Cabai Merah 49,25 0,19

Core Inflation Pasir 11,46 0,18

Volatile Food Tomat Sayur 42,40 0,16

Volatile Food Telur Ayam Ras 18,76 0,11

Volatile Food Kangkung 15,30 0,11

Core Inflation Laptop/Notebook 23,88 0,10

Volatile Food Tahu Mentah 31,51 0,10

Administered Price Angkutan Laut 22,52 0,10

Komoditas yang dihitung inflasinya oleh BPS dikelompokkan menjadi inflasi inti dan non inti berdasarkan

sifatnya.

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap/ persisten di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor

fundamental, seperti Interaksi permintaan-penawaran atau kesenjangan output (output gap); lingkungan

eksternal (faktor nilai tukar & imported inflation); dan Ekspektasi Inflasi. Mengingat sifatnya yang dipengaruhi

oleh faktor fundamental, inflasi inti merupakan salah satu indikator utama yang digunakan oleh Bank Indonesia

dalam merumuskan kebijakan moneter

Inflasi non inti

Komponen inflasi yang dipengaruhi oleh kejutan yang pengaruhnya bersifat sementara dan mengakibatkan

volatilitas harga cenderung tinggi. Faktor yang mempegaruhi inflasi non inti tersebut dikategorikan sebagai

faktor yang bersifat non fundamental yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut.

Inflasi komponen bergejolak (volatile food)

Inflasi yang terutama dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan

alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga

komoditas pangan internasional.

Inflasi komponen harga yang diatur Pemerintah (administered prices)

Inflasi yang terutama dipengaruhi oleh kejutan berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti kenaikan harga BBM

bersubsidi, TDL, tarif angkutan, dll.

Tw I Tw II

Bahan makanan 18.42 14.72

Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 3.00 2.68

Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 4.45 5.83

Sandang 0 .93 2.72

Kesehatan 3.54 2.69

Pendidikan, rekreasi, & olahraga 6.60 8.52

Transport, komunikasi, & jasa keuangan 14.09 14.74

TOTAL 8.94 8.86

Kelompok Komoditas2014

Tw I Tw II

Bahan makanan 4.46 0 .08

Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 0 .44 (0 .23)

Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 1.18 2.05

Sandang 0 .74 0 .96

Kesehatan 0 .98 0 .08

Pendidikan, rekreasi, & olahraga 0 .31 1.77

Transport, komunikasi, & jasa keuangan 2.72 3.70

TOTAL 2.13 1.44

Kelompok Komoditas2014

Page 93: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik Inflasi inti dan Inflasi non inti

Untuk lebih jelasnya, keterkaitan antara berbagai jenis komoditas beserta faktor-faktor yang mempengaruhi

inflasi baik dari sisi permintaan, penawaran maupun dari faktor kejutan di sisi penawaran (supply shocks) dapat

dilihat pada diagram di bawah ini : Grafik Determinan Inflasi

Pada tabel 3 di atas, terlihat bahwa terdapat interaksi langsung antara kebijakan pemerintah dengan kelompok

barang dan jasa administered price. Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi inflasi pada administered price,

kemudian akan mempengaruhi ekspektasi inflasi konsumen, yang pada akhirnya akan memberikan sumbangan

terhadap inflasi komoditas inti. Melalui mekanisme inilah kebijakan pemerintah mempunyai andil yang cukup

besar terhadap inflasi, melalui inflasi non inti (langsung) maupun inflasi non inti (tidak langsung).

Inflasi yang terjadi pada angkutan udara dan angkutan laut, selain disebabkan oleh faktor fundamental berupa

permintaan dan penawaran, juga dipicu oleh beberapa kebijakan pemerintah. Beberapa pengaturan/ kebijakan

pemerintah yang ikut mendorong inflasi pada kedua komoditas tersebut diantaranya:

Kebijakan menaikkan fuel surcharge pada tarif angkutan udara sejak akhir Februari 2014 memicu kenaikan

harga tiket pesawat secara perlahan. Puncaknya tercermin pada sumbangan inflasi triwulanan yang

mencapai 0,80% menjadi faktor pendorong terbesar inflasi komoditas yang diatur pemerintah (administered

price) pada triwulan laporan.

Pemberlakuan Peraturan Menteri Perhubungan No. 16 Th. 2014 tentang Tarif Batas Angkutan Penumpang

Laut Kelas Ekonomi yang berlaku efektif pada bulan Mei 2014, menyebabkan kenaikan harga jasa angkutan

laut sebesar 22,52% (qtq), dan memberikan sumbangan sebesar 0,10% terhadap inflasi triwulanan Maluku.

Selain itu, Keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik rumah tangga pada kisaran 5,6% - 11%

setiap dua bulan mulai 1 Juli 2014 ternyata mulai dirasakan dampaknya pada akhir triwulan laporan, dengan

inflasi triwulanan tarip listrik sebesar 0,01%. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, pembentukan inflasi

khususnya di Maluku pada triwulan II-2014 ternyata masih banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah di

sektor transportasi. Meskipun demikian, sumbangan bahan makanan terhadap pembentukan inflasi di Maluku

masih menyimpan potensi yang perlu diperhatikan, terkait beberapa faktor yang masih melekat dan

mempengaruhi tingginya inflasi di suatu wilayah di Indonesia.

Page 94: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

71

Penelitian Gitahari1 menemukan adanya rentang batas maksimal inflasi yang berbeda di setiap wilayah.

Sepanjang inflasi masih berada di bawah batas maksimalnya maka lingkungan ekonomi suatu wilayah relatif

masih kondusif bagi kegiatan pembangunan ekonomi. Secara umum beberapa faktor berikut menjadi faktor

yang mempengaruhi tingginya tingkat inflasi di Indonesia.

1. Kendala pasokan dan distribusi

Hubungan saling ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan barang tercermin dalam keterkaitan ekonomi

antar daerah. Dengan kondisi geografis Indonesia, risiko kendala pasokan dan distribusi cukup besar sehingga

berpotensi meningkatkan biaya dan risiko harga.

2. Infrastruktur yang terbatas

Infrastruktur yang terbatas khususnya pada sektor energi dan transportasi telah menurunkan kapasitas

potensial dan produktivitas, yang pada gilirannya mengakibatkan sisi penawaran (supply) cenderung terbatas

dalam merespons perubahan permintaan.

3. Struktur pasar dan mekanisme pembentukan harga

Struktur pasar yang terdistorsi (bukan persaingan sempurna) cenderung memiliki tingkat rigiditas harga yang

lebih tinggi, terutama pada fase penurunan harga.

4. Ekspektasi Inflasi

Kejutan-kejutan (shocks) yang bersifat merugikan (unfavorable) yang sering terjadi pada pada perekonomian

Indonesia ditambah dengan masih kuatnya unsur perilaku yang lebih melihat ke pengalaman sebelumnya

belakang (backward-looking) dalam memandang inflasi menyebabkan masih tingginya ekspektasi inflasi

masyarakat.

1 Brodjonegoro, Bambang PS, Telissa Falianty, and Beta Y. Gitaharie, “Determinant Factors of Regional Inflation in Decentralized Indonesia”, Economic and Finance in Indonesia Volume 53(1), page 1‐31, 2004

Page 95: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 96: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 97: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 98: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

73

4. PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Pada triwulan II-2014, sektor perbankan regional Maluku menunjukkan kinerja yang baik,

tercermin pada indikator aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang tumbuh positif. Aset

perbankan di Provinsi Maluku tercatat Rp15,69 triliun atau tumbuh 11,11% (y.o.y). Peningkatan

juga terdapat pada indikator DPK yang mencapai Rp10,19 triliun atau tumbuh 19,00% (y.o.y).

Sedangkan, kredit mencapai Rp8,64 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,40% (y.o.y).

Menurut risiko likuiditas dan kredit, perbankan di Provinsi Maluku masih dalam kondisi yang

terjaga ditinjau dari level Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL). LDR sebesar

774,82% dan NPL sebesar 3,10%.

Terjadi sedikit penurunan akses keuangan masyarakat terhadap perbankan dengan rasio jumlah

rekening dana perbankan terhadap jumlah penduduk Maluku mencapai 50,91%, menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 51,04%. Rasio tertingginya tercatat di Kota

Ambon sebesar 112,22%, sedangkan, rasio terendah berada di Kepulauan Aru sebesar 11,46%.

Aksesibilitas terhadap pembiayaan perbankan di Maluku cenderung menurun, dengan rasio

jumlah rekening kredit perbankan terhadap jumlah penduduk Maluku mencapai 6,39%. Rasio

tertingginya tercatat di Kota Ambon sebesar 15,91%, sedangkan rasio terendahnya berada di

Seram Bagian Barat (SBB) sebesar 0,69%.

4.1. Perkembangan Perbankan Secara Umum

Tabel 4-1 Perkembangan Perbankan di Maluku

Indikator perbankan Maluku menunjukkan pertumbuhan positif sektor keuangan di Provinsi

Maluku dengan fungsi intermediasi yang cukup baik dengan risiko tetap terjaga .Aset perbankan

Maluku mencapai Rp15,69 triliun atau tumbuh 11,11% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 6,62% (y.o.y). Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Maluku mencapai Rp10,19

triliun atau mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,00% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 11,82% (y.o.y). Baki debet pembiayaan perbankan yang berlokasi di Maluku

mencapai Rp7,62 triliun atau tumbuh 13,40% (y.o.y), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 16,39% (y.o.y). Kredit bermasalah (NPL nominal) berdasarkan proyek yang berlokasi di

Maluku mencapai Rp267,53 miliar atau tumbuh 39,61% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 36,52% (y.o.y). Sementara itu, indikator-indikator risiko sektor keuangan

Page 99: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

regional Maluku menunjukkan pergerakan yang terjaga dengan risiko likuiditas yang tercermin pada rasio

LDR sebesar 74,82% maupun risiko kredit yang tercermin pada rasio NPL sebesar 3,10%.

4.2. Perkembangan Bank Umum

4.2.1. Aset Bank Umum

Grafik 4-1 Aset Bank Umum di Provinsi Maluku Grafik 4-2 Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Provinsi Maluku

Aset bank umum di Maluku mengalami pertumbuhan yang meningkat. Aset bank umum di

Maluku pada triwulan II-2014 mencapai Rp14,23 triliun atau tumbuh 9,51% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,07% (y.o.y).

Pada triwulan II-2014, aset bank umum di Maluku sebagian besar berasal dari Bank BUMN,

diikuti oleh Bank BPD dan Bank Swasta. Bank BUMN mengalami pertumbuhan aset tertinggi, yaitu

sebesar 11,76% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,37% (y.o.y). Bank

BPD mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 8,63% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 1,66% (y.o.y). Sedangkan, aset Bank Swasta mencatatkan laju yang

meningkat dari kontraksi 2,63% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,97% (y.o.y) pada triwulan

laporan.

4.2.2. Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun di bank umum di Maluku pada triwulan II-2014

mencatatkan pertumbuhan dengan tren yang meningkat. DPK bank umum di Maluku mencapai

Rp9,92 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 19,02% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 11,60% (y.o.y).

DPK bank umum di Maluku sebagian besar berbentuk tabungan dengan pangsa 45,90%,

kemudian diikuti oleh deposito dan giro dengan pangsa masing-masing sebesar 24,01% dan

30,08%. Giro dan deposito mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 37,54% (y.o.y) dan 25,52%

(y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,84% (y.o.y) dan 14,06% (y.o.y). Di

sisi lain, dana berbentuk tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 7,77% (y.o.y), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,03% (y.o.y).

Suku bunga dana bank umum di Provinsi Maluku pada triwulan laporan tercatat meningkat.

0

10

20

30

40

50

60

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

AsetBankPersero

AsetBankSwasta

AsetBPD

gTotal-y.o.y-sumbukanan

0

5

10

15

20

25

30

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

Giro

Tabungan

Desposito

gTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 100: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

75

Suku bunga dana (agregat) pada triwulan laporan mencapai 3,73%, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 3,58%. Dana berbentuk giro dan tabungan mengalami kenaikan suku bunga

masing-masing dari 1,91% dan 7,23% menjadi berturut-turut sebesar 1,92% dan 7,79%. Sementara itu,

suku bunga tabungan sebesar 1,87%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,10%.

Kenaikan suku bunga kebijakan Bank Indonesia sebesar 150 bsp dari triwulan II-2013 mendorong

kenaikan suku bunga dana (agregat) sebesar 55 bsp dari triwulan II-2013. Menurut bentuk

simpananannya, kenaikan BI Rate dari tahun sebelumnya mendorong kenaikan suku bunga dana

berbentuk deposito sebesar 196 bsp sedangkan tren yang menurun terjadi pada pada suku bunga dana

berbentuk giro dan tabungan masing-masing turun 2 bsp dan 25 bsp dari triwulan II-2013.

Grafik 4-3 Suku Bunga Dana Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Bentuk Simpanan*

Grafik 4-4 Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku*

* Metode Tertimbang (Weighted)

*Kredit Menurut Lokasi Proyek

4.2.3. Penyaluran Kredit

Kredit yang disalurkan bank umum nasional kepada proyek berlokasi di Maluku mengalami

pertumbuhan dengan laju yang melambat. Baki debet pembiayaan yang disalurkan bank umum untuk

lokasi proyek di Maluku mencapai Rp7,76 triliun atau tumbuh 11,27% (y.o.y), menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,96% (y.o.y). Kredit yang disalurkan kepada proyek berlokasi di

Maluku sebagian besar disalurkan oleh bank umum yang berlokasi di Maluku sebesar Rp6,74 triliun atau

86,93% dari total kredit bank umum Indonesia yang disalurkan kepada proyek berlokasi di Maluku, diikuti

oleh kredit bank umum di DKI (Rp885,48 miliar), Sulawesi Selatan (Rp71,41 miliar) dan Jawa Timur

(Rp34,19 miliar).

Grafik 4-5 Suku Bunga Kredit (Agregat) per Provinsi, Triwulan II-2014

Grafik 4-6 Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku, Triwulan II-2014*

* Metode Tertimbang (Weighted)

*Kredit Menurut Lokasi Proyek

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen) Dana(Agregat) Giro Tabungan Deposito BIRate

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

ModalKerja

Investasi

Konsumsi

gTotal-y.o.y-sumbukanan

10.06

10.14

10.14

11.22

11.46

11.84

11.88

11.9

12.38

12.52

12.55

12.67

12.8

12.82

12.83

12.88

12.97

13.08

13.1

13.17

13.18

13.22

13.25

13.29

13.31

13.33

13.46

13.58

14.28

14.56

14.62

14.8

15.36

15.43

0 2 4 6 8 10 12 14 16

DKI

KepRiau

Riau

Sumut

Indonesia

NAD

Kaltim

KepBabel

Jatim

Kalteng

Kalbar

Bali

Papua

Papbar

Kalsel

Gorontalo

DIY

Sulsel

Sulteng

Sumbar

Jateng

Sultra

Jabar

Lampung

Banten

Sulut

Sumsel

Jambi

NTB

NTT

Maluku

Sulbar

Malut

Bengkulu

%(persen)

Maluku:6.744(86,93%)DKI:885,48(11,41%)

Sulsel:71,41(0,92%)

Jatim:34,19(0,44%)

Jabar:3,33(0,04%)

Malut:5,71(0,07%)Sulut:3,01(0,04%)

Lainnya:11,02(0,14%)

TOTALKREDITPROYEKMALUKU:RP7.758,11M

Page 101: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Menurut jenis penggunaannya, pembiayaan bank umum untuk lokasi proyek di Maluku sebagian besar

untuk kredit konsumsi sebesar 55,70% dari total pembiayaan, diikuti oleh kredit modal kerja dengan

pangsa sebesar 29,33% dan kredit investasi sebesar 14,97%. Seluruh jenis penggunaan kredit mengalami

tren yang melambat. Kredit modal kerja mencatatkan pertumbuhan tertinggi di antara jenis penggunaan

lainnya, yaitu sebesar 14,03% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 19,66%

(y.o.y). Kredit konsumsi tumbuh 13,17% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 14,91% (y.o.y). Sedangkan, kredit investasi mengalami perlambatan dari pertumbuhan sebesar

19,52% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,26% (y.o.y) pada triwulan laporan.

Menurut lokasi proyek penyalurannya, sebagian besar pembiayaan untuk lokasi proyek di Maluku

disalurkan kepada proyek berlokasi di Kota Ambon sebesar 51,52% dari total pembiayaan tersebut, diikuti

oleh Maluku Tenggara dengan pangsa sebesar 16,83%, kemudian Maluku Tengah sebesar 13,79%,

Maluku Tenggara Barat sebesar 6,00% dan Buru 4,11%. Penyaluran kredit di Maluku Tenggara dan Tual

mengalami pertumbuhan dengan tren meningkat, dari masing-masing sebesar 20,37% (y.o.y) dan -7,34%

(y.o.y) pada triwulan I-2014 menjadi berturut-turut sebesar 22,27% (y.o.y) dan 35,13% (y.o.y) pada

triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan kredit di wilayah-wilayah lain mengalami laju yang

melambat.

Grafik 4-7 Distribusi Spasial Kredit Bank Umum Indonesia yang Disalurkan kepada Proyek Berlokasi di Maluku*

Grafik 4-8 Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Sektor Ekonomi*

* Kredit Menurut Lokasi Proyek *Kredit Menurut Lokasi Proyek

Menurut sektor ekonominya, sebagian besar pembiayaan untuk lokasi proyek di Maluku disalurkan

kepada sektor lain-lain sebesar 56,01% dari total pembiayaan tersebut, diikuti oleh sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 22,61%, selanjutnya sektor pertanian dengan pangsa

sebesar 6,21%, sektor bangunan sebesar 5,63%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

3,54% dan sektor pertambangan dan penggalian 2,06%. Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan

yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, LGA dan

sektor lain-lain. Sektor yang mengalami pertumbuhan terkontraksi, antara lain: sektor LGA, keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan

sektor ekonomi yang pembiayaan bank umumnya mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi.

Grafik 4-9 Suku Bunga Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Jenis Penggunaan*

Ambon: Rp4,00 T

SBB: Rp0,19 T

SBT: Rp0,14 T

Buru: Rp0,32 T

Malteng: Rp1,07 T

Kep Aru: Rp0,22 T

Maltra: Rp1,31 T

Tual:Rp47,10 M

MTB: Rp0,47 T

MBD: Rp0,71 M

MALUKU: Rp7,76 T

Bursel: Rp0,08 M

Pertumbuhany.o.ymeningkat

Pertumbuhany.o.ymenurun

0

10

20

30

40

50

0

2000

4000

6000

8000

10000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar Pertanian Pertambangan&PenggalianIndustriPengolahan LGABangunan PHRAngkutan&Komunikasi Keuangan,Persewaan&JasaPerusahaanJasa-Jasa Lain-LaingTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 102: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

77

* Metode Tertimbang (Weighted)

Suku bunga kredit bank umum di Provinsi Maluku terpantau meningkat (13,95%) dibandingkan

triwulan sebelumnya (13,88%). Pada umumnya, seluruh suku bunga kredit menurut jenis penggunaan

mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Suku bunga kredit modal kerja meningkat dari

13,30% pada triwulan I-2014 menjadi 13,37% pada triwulan II-2014. Sedangkan, suku bunga kredit

investasi dan konsumsi sebesar 13,44% dan 14,39%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 13,19% dan 14,38%.

4.2.4. Penyaluran Kredit UMKM

Pembiayaan bank umum Indonesia kepada UMKM berlokasi di Maluku tercatat tumbuh

melambat. Baki debet pembiayaan bank umum yang disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah yang berlokasi proyek di Maluku sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp2,10 triliun atau

tumbuh 7,03% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,10% (y.o.y).

Menurut jenis penggunaannya, kredit bank umum Indonesia yang disalurkan kepada UMKM berlokasi

di Maluku didominasi bentuk modal kerja. Menurut jenis penggunaannya, kredit UMKM yang berlokasi

proyek di Maluku disalurkan dalam bentuk kredit modal kerja sebesar 68,60% dari total kredit UMKM

tersebut, kemudian kredit investasi dengan pangsa sebesar 31,40%. Kredit modal kerja mengalami

pertumbuhan dengan kecenderungan meningkat dari tumbuh 9,41% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya

menjadi tumbuh 11,35% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara itu, kredit investasi tumbuh melambat

dari 27,96% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,93% (y.o.y) pada triwulan II-2014.

Grafik 4-10 Kredit UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku*

* Kredit Menurut Lokasi Proyek

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen) ModalKerja Investasi Konsumsi Kredit(Agregat)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

0

500

1000

1500

2000

2500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

ModalKerja Investasi Konsumsi gTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 103: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Sementara itu, menurut kota/kabupaten, kredit UMKM bank umum menurut lokasi proyek terbesar

disalurkan kepada usaha di Kota Ambon dengan pangsa sebesar 57,59%, diikuti oleh Maluku Tengah

dengan pangsa sebesar 13,42%, kemudian Maluku Tenggara sebesar 12,98%, Buru sebesar 5,80% dan

Maluku Tenggara Barat 3,72%. Pertumbuhan kredit dengan laju meningkat berada di Maluku Tenggara

Barat, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Kepulauan Aru dan Kota Tual. Pertumbuhan kredit tinggi

berada di Kepulauan Aru sebesar 385,59% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan terkontraksi dialami oleh

Buru Selatan dan Kota Ambon.

Menurut sektor ekonominya, kredit UMKM yang berlokasi proyek di Maluku terbesar disalurkan

kepada sektor PHR sebesar 69,87% dari total kredit UMKM, selanjutnya sektor bangunan dengan pangsa

sebesar 8,45%, sektor jasa-jasa sebesar 5,37%, diikuti oleh sektor pertanian 5,13% dan sektor angkutan

dan komunikasi 4,05%. Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit UMKM yang meningkat,

antara lain: sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan dan LGA. Sedangkan,

sektor ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan kredit UMKM yakni sektor pertambangan dan

penggalian, LGA, bangunan, jasa-jasa dan sektor lain-lain.

Grafik 4-11 Kredit UMKM di Provinsi Maluku Menurut Sektor Ekonomi*

Grafik 4-12 Distribusi Spasial Kredit Bank Umum Indonesia yang Disalurkan kepada UMKM Berlokasi di Maluku*

* Kredit Menurut Lokasi Proyek *Kredit Menurut Lokasi Proyek

Risiko kredit UMKM yang berlokasi proyek di Maluku cenderung menurun dan berada pada

kondisi terjaga (5,00%). Non-Performing Loan (NPL) kredit UMKM di Maluku mencapai Rp103,76

miliar atau dengan rasio NPL sebesar 4,95%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

5,03%. Rasio NPL UMKM Maluku tercatat lebih tinggi daripada Rasio NPL gross bank umum yang

disalurkan kepada proyek yang berlokasi di Maluku (3,38%).

Suku bunga kredit UMKM di Maluku pada triwulan laporan tercatat menurun. Suku bunga kredit

UMKM di Maluku dilaporkan sebesar 15,23%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

15,24%. Suku bunga kredit UMKM jenis penggunaan modal kerja dan investasi sebesar 14,49% dan

16,86%, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang berturut-turut sebesar 14,47%

dan 16,69%.

Grafik 4-13 Non-Performing Loan UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku*

Grafik 4-14 Suku Bunga Kredit UMKM di Provinsi Maluku Menurut Jenis Penggunaan*

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

0

500

1000

1500

2000

2500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar Pertanian Pertambangan&PenggalianIndustriPengolahan LGABangunan PHRAngkutan&Komunikasi Keuangan,Persewaan&JasaPerusahaanJasa-Jasa Lain-LaingTotal-y.o.y-sumbukanan

Ambon: Rp1.208,23 M

SBB: Rp43,81 M

SBT: Rp13,58 M

Buru: Rp121,73 M

Malteng: Rp281,56 M

Kep Aru: Rp44,09 M

Maltra: Rp267.65 M

Tual: 34,51 M

MTB: Rp77,97 M

MBD: Rp0,01 M

MALUKU: Rp2.097,81 M

Bursel: Rp0,03 M

Pertumbuhany.o.ymeningkat

Pertumbuhany.o.ymenurun

Page 104: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

79

* Kredit Menurut Lokasi Proyek * Metode Tertimbang (Weighted)

4.2.5. Risiko Sektor Keuangan

4.1. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas bank umum di Maluku masih terjaga namun LDR perlu ditingkatkan untuk

mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) bank umum di Maluku

mencapai 70,84%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (70,08%) maupun periode yang sama

tahun sebelumnya (68,33%). Namun, LDR bank umum di Maluku perlu ditingkatkan untuk mewujudkan

optimalisasi fungsi intermediasi perbankan sebab LDR bank umum di Maluku masih di bahwa batas

ketentuan LDR 84%-92%. Likuiditas di bank umum Maluku masih terjaga dengan memperhatikan dana

jangka panjang yakni giro dan tabungan jangka panjang mengalami pertumbuhan dan pangsa yang

meningkat sedangkan dana jangka pendek yakni deposito dan tabungan jangka pendek juga mengalami

pertumbuhan dan pangsa yang meningkat namun tidak setinggi dana jangka panjang. Dengan

mencermati sebagian besar pembiayaan bank umum Maluku disalurkan dalam kredit jangka panjang,

maka hal ini perbankan masih dapat mengantisipasi mismatch antara penarikan dana oleh nasabah dan

pembayaran kredit oleh debitur.

Grafik 4-15 Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Maluku*

Grafik 4-16 Non-Performing Loan Bank Umum di Provinsi Maluku*

* Kredit Menurut Lokasi Bank * Kredit Menurut Lokasi Bank

4.2. Risiko Kredit

Risiko kredit bank umum di Maluku cenderung meningkat namun masih dalam kondisi terjaga

(≤5,00%). Kredit bermasalah di bank umum di Maluku mencapai Rp 253,57 miliar atau sebesar 3,35%

dari total kredit yang disalurkan bank umum berlokasi di Maluku. Rasio Non-Performing Loan (NPL)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

NPLNominal

RasioNPL-UMKM-sumbukanan

RasioNPLGross*-sumbukanan

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen) ModalKerjaUMKM InvestasiUMKM KreditUMKM(Agregat)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

DPK Kredit* RasioLDR-sumbukanan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

NPLNominal NPLGross(Rasio)

Page 105: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

tersebut cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (2,16%) maupun periode yang sama

tahun sebelumnya (2,75%). Meningkatnya NPL bank umum di Maluku disebabkan oleh pertumbuhan NPL

gross yang tinggi di triwulan laporan sebesar 42,32% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 59,84% (y.o.y). Secara triwulanan, NPL gross juga

mengalami pertumbuhan yang tinggi, yakni sebesar 54,76% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh terkontraksi 11,91% (q.t.q).

4.3. Risiko Pasar

Risiko pasar perbankan di Maluku meningkat seiring dengan pergerakan BI Rate yang relatif

meningkat, Kebijakan Uang Ketat (Tight Money Policy) dan pengereman laju ekspansi kredit

perbankan nasional menjadi 15-17% (y.o.y). BI Rate di hingga akhir triwulan I-2014 tercatat sebesar

7,50%, stabil dibandingkan triwulan IV-2013 namun meningkat dibandingkan triwulan I-2013 (5,75%).

Meningkatnya BI Rate seiring dengan usaha Bank Indonesia untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan

dan upaya untuk mengarahkan kepada stabilitas harga paska kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni

2013. Kondisi pasar keuangan global yang cuku baik diharapkan mampu menarik aliran modal asing ke

instrumen pasar keuangan domestik, khususnya berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang

Negara (SUN). Kenaikan BI Rate selama triwulan laporan di sistem keuangan regional Maluku berpengaruh

pada kenaikan suku bunga dana (agregat), khususnya dana berbentuk tabungan dan deposito jangka

panjang dan suku bungan pinjaman modal kerja dan investasi.

Grafik 4-17 BI Rate vs. Loan dan Deposit Rate di Maluku

4.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

4.3.1. Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR

Grafik 4-18 Aset BPR di Provinsi Maluku Grafik 4-19 Dana Pihak Ketiga BPR di Provinsi Maluku

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen) BIRate LoanRate DepositRate

Page 106: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

81

Aset BPR di Maluku pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan dengan laju yang

meningkat sedangkan pertumbuhan DPK-nya mengalami tren yang melambat. Aset BPR di

Maluku mencapai Rp1,46 triliun atau tumbuh 29,54% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 24,26% (y.o.y). Dana masyarakat yang dihimpun oleh BPR di Maluku mencapai

Rp263,06 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 18,29% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 20,40% (y.o.y). DPK BPR di Maluku sebagian besar dihimpun dalam bentuk

deposito sebesar 76,32% sedangkan sisanya berbentuk tabungan. Pertumbuhan tabungan dan deposito

yang berada pada BPR masing-masing sebesar 31,79% (y.o.y) dan 14,65% (y.o.y), keduanya menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 38,30% (y.o.y) dan 15,87% (y.o.y).

4.3.2. Kredit BPR

Grafik 4-20 Kredit BPR di Provinsi Maluku Menurut Jenis Penggunaan

Kredit yang disalurkan oleh BPR Maluku mengalami pertumbuhan yang cenderung meningkat.

Kredit Baki debet pembiayaan BPR pada triwulan II-2014 mencapai Rp877,60 miliar atau mengalami

pertumbuhan sebesar 32,78% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

22,16% (y.o.y). Sebagian besar pembiayaan BPR disalurkan dalam bentuk kredit konsumsi sebesar

98,33%, dan hanya 1,63% dan 0,04% disalurkan dalam bentuk kredit investasi dan modal kerja. Kredit

konsumsi mencatatkan pertumbuhan sebesar 31,52% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 20,63% (y.o.y). Kredit investasi tumbuh 230,15% (y.o.y), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 319,91% (y.o.y). Sedangkan kredit modal kerja masih

mengalami kontraksi, yaitu sebesar 24,07% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

juga terkontraksi 54,32% (y.o.y).

(20)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMilyar

AsetBPR

g-y.o.y-sumbukanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMilyar

TabunganDepositogTotal-y.o.y-sumbukanan

(20)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

ModalKerja

Investasi

Konsumsi

gTotal-y.o.y-sumbukanan

Page 107: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

4.3.3. Risiko Likuiditas dan Kredit BPR

Risiko likuiditas BPR di Maluku pada triwulan laporan terpantau mengalami peningkatan. Hal

tersebut tercermin dari rasio Loan-to-Deposit (LDR) yang mencapai 329,18%, meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 318,11%. Meningkatnya LDR BPR di Maluku seiring dengan laju yang

meningkat pada pertumbuhan kreditnya sedangkan laju yang melambat pada pertumbuhan DPK-nya.

Tingginya LDR melebih batas normal (100%) menunjukkan bahwa BPR Maluku menghadapi risiko

terjadinya mismatch penarikan dana oleh nasabah dengan pembayaran kredit oleh debitur sebab dana

yang tersimpan di BPR Maluku sebagian besar bersifat likuid dalam jangka pendek yang berupa deposito

dan tabungan jangka pendek.

Grafik 4-21 Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BPR di Provinsi Maluku Grafik 4-22 Non-Performing Loan (NPL) BPR di Provinsi Maluku*

Risiko kredit BPR di Maluku pada triwulan laporan terindikasi masih terjaga. Hal ini diindikasikan

oleh rasio Non-Performing Loan (NPL) di BPR Maluku sebesar 0,65%, sedikit meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 0,54%. Mengikuti arah menurunnya rasio NPL, total NPL nominal yang

mencapai Rp5,67 miliar tercatat mengalami kontraksi sebesar 52,93% (y.o.y), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi 59,16% (y.o.y).

4.4. Keuangan Inklusif

Akses perbankan di Maluku belum optimal sehubungan dengan sebaran kantor bank, baik Bank

Umum (BU) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang tidak merata di seluruh daerah

Maluku. Sampai dengan triwulan II-2014, jaringan kantor di Provinsi Maluku mencapai 50 kantor yang

tersebut di seluruh daerah Maluku. Jumlah kantor bank terbanyak berada di Kota Ambon mencapai 19

kantor bank, terdiri dari 18 kantor BU dan 1 kantor BPR. Selanjutnya, diikuti oleh Maluku Tengah

sebanyak 6 BU dan 1 BPR, Buru sebanyak 4 BU dan 2 BPR dan Maluku Tenggara sebanyak 5 BU dan Tual

2 BU dan 1 BPR. Sedangkan, belum terdapat jaringan perbankan di daerah Maluku Barat Daya. Dengan

mencermati kondisi geografis Maluku yang merupakan daerah kepulauan yang tersebut, perlu ada

penambahan jumlah jaringan kantor bank di daerah-daerah terluar dengan tujuan untuk meningkatkan

akses keuangan dan literasi keuangan. Penambahan jumlah jaringan kantor bank harus memperhatikan

luas wilayah, jumlah penduduk dan tingkat perekonomian daerah yang bersangkutan.

Grafik 4-23 Distribusi Spasial Kantor Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Maluku

0

50

100

150

200

250

300

350

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

Dana Kredit LDR-sumbukanan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen)RpMiliar

NPLNominal NPLGross(Rasio)

Page 108: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

83

Indikator keuangan inklusif daerah Maluku menunjukkan adanya moderasi akses keuangan

masyarakat terhadap perbankan. Rasio jumlah rekening dana perbankan terhadap jumlah penduduk

Maluku mencapai 50,91%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (51,04%). Rasio tersebut

berarti bahwa dari 100 jiwa penduduk Maluku, 511 jiwa memiliki akses untuk menyimpan dana di

perbankan Maluku. Rasio tertingginya tercatat di Kota Ambon sebesar 1192,22% namun mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (119,02%). Sedangkan, rasio terendahnya berada di

Kepulauan Aru sebesar 11,46%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (11,39%). Sedangkan,

rasio jumlah rekening dana perbankan terhadap luas wilayah Maluku mencapai 1.511,50%, menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya (1.515,29%). Rasio tertingginya terdapat di Kota Ambon sebesar

105.512,47% namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (111.902,65%). Sementara itu, rasio

terendahnya terpantau di Kepulauan Aru sebesar 161,16%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

(160,19%).

Grafik 4-24 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Dana Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di Provinsi Maluku

Grafik 4-25 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Dana Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di Provinsi Maluku

* termasuk Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat * termasuk Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

Aksesibilitas terhadap pembiayaan perbankan di Maluku cenderung menurun. Rasio jumlah

rekening kredit perbankan terhadap jumlah penduduk Maluku mencapai 6,39%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya (6,48%). Rasio tersebut berarti bahwa dari 100 jiwa penduduk Maluku, sebanyak 6

jiwa memiliki akses terhadap pembiayaan bank umum. Rasio tertingginya tercatat di Kota Ambon sebesar

15,91%, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (16,28%). Sedangkan, rasio

terendahnya berada di Seram Bagian Barat (SBB) sebesar 0,69%, menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,73%. Sedangkan, rasio jumlah rekening dana perbankan terhadap luas

Ambon: 18 BU + 1 BPR

SBB: 3 BU + 1 BPRSBT: 3 BU

Buru: 4 BU + 1 BPR

Malteng: 6 BU + 1 BPR

Kep Aru: 3 BU

Maltra: 3 BU

Tual: 6 BU + 2 BPR

MTB: 3 BU + 1 BPR

MBD: 2 BU

MALUKU: 53 BU + 8 BPR

Bursel: 2 BU + 1 BPR

Ambon: 112,22%

SBB: 14,21%

SBT: 23,62%

Buru: 31,52%

Malteng: 37,90%

Kep Aru: 11,46%

Maltra (+Tual): 79,93 %

MTB: 20,11%

MBD: --

MALUKU: 50,91%

Rasio meningkatdibandingkan triwulansebelumnya

Rasio menurundibandingkan triwulansebelumnya

Ambon: 105.512,47%

SBB: 600,81%

SBT: 620,79%

Buru: 584,17%

Malteng: 1.227,12 %

Kep Aru: 161,16%

Maltra (+Tual): 3.525,73%

MTB: 244,46%

MBD: --

MALUKU: 1.511,50%

Rasio meningkatdibandingkan triwulansebelumnya

Rasio menurundibandingkan triwulansebelumnya

Rasio tetap dibandingkantriwulan sebelumnya

Page 109: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

wilayah Maluku mencapai 189,68%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (192,39%). Rasio

tertingginya terdapat di Kota Ambon sebesar 14.963,66%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

(15.305,57%). Sementara itu, rasio terendahnya terpantau di Buru sebesar 21,74%, menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya (20,72%).

Grafik 4-26 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Kredit Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di Provinsi Maluku

Grafik 4-27 Distribusi Spasial Rasio Jumlah Rekening Kredit Perbankan* terhadap Jumlah Penduduk di Provinsi Maluku

* hanya Bank Umum *hanya Bank Umum

Ambon: 15,92%

SBB: 0,69%

SBT: 1,50%

Buru: 1,17%

Malteng: 5,01%

Kep Aru: 2,22%

Maltra (+Tual): 10,43%

MTB: 2,19%

MBD: --

MALUKU: 6,39%

Ambon: 14.963,66%

SBB: 29,11%

SBT: 39,52%

Buru: 21,74%

Malteng: 162,08%

Kep Aru: 31,19%

Maltra (+Tual):459,95%

MTB: 26,68%

MBD: --

MALUKU: 189,68%

Rasio meningkatdibandingkan triwulansebelumnya

Rasio menurundibandingkan triwulansebelumnya

Rasio tetap dibandingkantriwulan sebelumnya

Rasio meningkatdibandingkan triwulansebelumnya

Rasio menurundibandingkan triwulansebelumnya

Rasio tetap dibandingkantriwulan sebelumnya

Page 110: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 111: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 112: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

DAN PENGELOLAAN UANG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

87

5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN

PENGELOLAAN UANG

Pada triwulan II-2014, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku mencatatkan net

outflow sebesar Rp266 miliar. Secara triwulanan, net outflow pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 147,45% dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami net inflow sebesar Rp560

miliar.

Perputaran kliring di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku selama triwulan II-2014

mencapai 35.576 lembar warkat kliring dengan nominal sebesar Rp1,22 triliun. Dibanding

triwulan sebelumnya, nominal perputaran kliring justru mengalami penurunan sebesar -7,26%

(qtq), melanjutkan penurunan triwulan sebelumnya yang sebesar -11,64% (qtq).

Perkembangan nominal transaksi melalui Real Time Gross Setllement (RTGS) pada triwulan II-2014

mencatatkan kondisi net outgoing sebesar Rp3,08 triliun. Secara triwulanan, nominal transaksi

melalui RTGS tumbuh sebesar 11,10% dibanding triwulan sebelumnya yang juga mencatatkan

net outgoing sebesar Rp 2,78 triliun.

5.1. Perkembangan Kegiatan Perkasan

Tabel 5-1Rekapitulasi Kegiatan Perkasan KPw BI Prov. Maluku

Pada triwulan II-2014, kegiatan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku

secara agregat mencatatkan net outflow sebesar Rp266 miliar. Pencapaian net outflow tersebut

lebih rendah dibanding net outflow triwulan II-2013 yang sebesar Rp320 miliar, atau secara tahunan

melambat -17,08% (yoy). Secara triwulanan, net outflow pada triwulan laporan tumbuh sebesar 147,45%

dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami net inflow sebesar Rp560 miliar.

Mencermati pola historis tahunan pada triwulan II, pencapaian net outflow pada triwulan II-2014

masih sesuai dengan pola historis setiap tahun. Meningkatnya peredaran uang kartal di Provinsi

Maluku pada triwulan laporan disebabkan oleh momentum perayaan hari besar keagamaan, pergantian

tahun ajaran sekolah yang diwarnai oleh libur sekolah dan awal bulan Ramadhan. Hal tersebut tercermin

dari meningkatnya jumlah penarikan yang dilakukan perbankan di Maluku untuk memenuhi kebutuhan

Kegiatan

(Rp miliar) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IISetoran 565.1 166.5 263.0 83.6 649.1 185.9 391.4 97.1 705.6 312.6

Penarikan 289.1 685.2 624.8 1021.8 176.5 506.3 800 .5 1184.6 145.7 578.3

Penukaran 10 .3 13.9 14.7 14.8 8.1 9.3 14.1 12.5 8.6 11.0

Kas Keliling 5.0 2.2 2.0 6.0 4.4 5.8 3.5 7.8 6.8 5.7

Remise 415.0 310 .8 488.9 874.9 219.5 186.4 407.2 1166.7 0 .0 523.9

Inflow/hari 9.2 2.8 4.5 1.7 10 .7 3.0 7.0 1.9 12.0 5.0

Outflow/hari 4.8 10 .6 10 .4 16.7 3.3 7.9 13.3 20 .5 2.7 9.0

Setoran/hari 9.0 2.5 4.2 1.3 10 .5 2.8 6.7 1.6 11.8 5.3

Penarikan/hari 4.6 10 .4 10 .2 16.4 3.1 7.7 13.0 20 .1 2.4 9.8

Penukaran/hari 0 .2 0 .3 0 .3 0 .3 0 .2 0 .2 0 .3 0 .3 0 .2 0 .2

2012 2013 2014

Page 113: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

88 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

masyarakat, antisipasi kebutuhan uang selama kampanye dan pemilihan presiden 2014, serta penyaluran

Tunjangan Hari Raya (THR) karyawan/ gaji ke-13 bagi PNS/ TNI/Polri menjelang Idul Fitri.

Grafik 5-1 Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku

5.1.1. Inflow (Uang Masuk)

Jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) pada triwulan II-2014 tercatat

sebesar Rp329 miliar, atau tumbuh 63,84% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

hanya mencatatkan nominal Rp201 miliar. Secara triwulanan, pertumbuhan uang masuk pada triwulan

laporan cenderung melambat sebesar -54,32% dibanding triwulan sebelumnya yang mencatatkan inflow

sebesar Rp721 miliar.

Melambatnya pertumbuhan inflow uang kartal pada triwulan II-2014 sejalan dengan pola

historis tahunan. Periode triwulan II-2014 di Provinsi Maluku yang secara periodik bertepatan dengan

perayaan Sidi, Wafat Isa Al Masih dan pergantian tahun ajaran sekolah menyebabkan peningkatan

kebutuhan uang kartal dan memicu perlambatan inflow pada triwulan II di setiap tahun. Adanya

pemberian THR bagi karyawan dan gaji ke-13 bagi PNS/ TNI/ Polri menjelang hari raya Idul Fitri yang

berdekatan dengan pergantian tahun ajaran sekolah, serta momentum kampanye Capres, disinyalir

menjadi faktor lain yang menyebabkan inflow yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

5.1.2. Outflow (Uang Keluar)

Jumlah uang keluar (outflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku pada

triwulan laporan sebesar Rp595 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 14,11% (yoy).

Secara triwulanan, outflow pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 269,46% (qtq)

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp161 miliar. Pertumbuhan outflow triwulanan tersebut

merupakan yang tertinggi dalam periode empat tahun terakhir. Sedikit tertahannya konsumsi masyarakat

pada akhir triwulan I-2014 akibat inflasi dan perkiraan kebutuhan ke depan telah kembali kepada pola

normal sehubungan dengan banyaknya event pada triwulan laporan.

Kebutuhan uang kartal yang meningkat pada triwulan II-2014 sejalan dengan pola historis

peredaran uang tahunan di Provinsi Maluku. Setelah sempat mengalami perlambatan pada triwulan I-

2014, pertumbuhan outflow kembali meningkat pada triwulan laporan. Peningkatan jumlah outflow ini

Page 114: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

DAN PENGELOLAAN UANG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

89

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: Peningkatan kebutuhan masyarakat di Bulan Ramadhan

yang pada umumnya diikuti dengan kenaikan harga komoditas tertentu oleh pedagang; libur akhir

semester; dan pembayaran THR ataupun gaji ke-13 bagi PNS/ TNI/POLRI. Meningkatnya kebutuhan

masyarakat terhadap uang kartal untuk keperluan konsumsi terkonfirmasi juga pada pertumbuhan

konsumsi rumah tangga sebesar 12,68% (yoy), atau yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Sementara itu, momen kampanye menjelang pemilihan presiden tahun 2014 disinyalir tidak berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan outflow. Dibanding pemilihan presiden tahun 2009 ataupun pemilihan

Gubernur Maluku pada tahun 2013, jumlah kandidat capres yang hanya dua orang dan pengawasan yang

lebih ketat terkait sumber dana dan penggunaan dana kampanye oleh KPU, Bawaslu, dan PPATK pada

pemilihan presiden kali ini justru menahan belanja sosial pemerintah hingga periode pemilihan presiden

selesai.

5.1.3. Pengelolaan Uang

Menghadapi bulan Ramadhan, persediaan kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku pada akhir triwulan II-2014 mencapai Rp 1,15 triliun. Jumlah tersebut meningkat 12,35%

(qtq) dibanding posisi akhir kas pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1,03 triliun. Antisipasi terhadap

peningkatan kebutuhan uang kartal akibat perayaan hari besar keagamaan, libur sekolah, pembayaran

THR/ gaji ke-13 dan bulan Ramadhan dilakukan melalui kegiatan pengiriman uang/ remise pada triwulan II-

2014 dengan total remise mencapai Rp523,9 miliar. Penambahan kas tersebut masih mencukupi

kebutuhan uang kartal pada triwulan laporan dengan outflow yang mencapai Rp 595 miliar.

5.1. Pemusnahan Uang

Salah satu kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku adalah menjaga kualitas uang kartal yang beredar dalam kondisi layak edar, melalui

penukaran uang dan pemusnahan uang. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dilakukan

selama triwulan laporan mencapai Rp105,83 miliar atau sebesar 32,13% dari jumlah uang masuk ke kas

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Jumlah ini lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya

yang mencapai Rp 143 miliar. Penurunan jumlah UTLE tersebut menunjukkan bahwa kondisi uang yang

beredar di masyarakat masih dalam kualitas cukup baik dan layak edar.

Grafik 5-2 Penarikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Page 115: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

90 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

5.2. Perkembangan Uang Palsu

Sepanjang triwulan II-2014 uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku sebanyak delapan lembar, dengan rincian lembaran Rp100.000,00 sebanyak

tujuh lembar dan lembaran Rp20.000,00 sebanyak satu lembar. Jumlah temuan uang palsu tersebut lebih

rendah dibanding temuan uang palsu pada triwulan sebelumnya. Meskipun pada triwulan laporan

terdapat pelaksanaan pemilihan legislatif, namun jumlah temuan uang palsu yang diterima oleh Bank

Indonesia jumlahnya tidak signifikan.

Dalam rangka membantu mengurangi peredaran uang palsu di masyarakat, Kantor Perwakilan Bank

Indonesa Provinsi Maluku meningkatkan intensitas kegiatan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang

rupiah agar masyarakat menjadi paham serta cepat tanggap terhadap ciri-ciri uang palsu yang diedarkan

oknum yang tidak bertanggungjawab.

5.3. Kegiatan Kas Keliling dan Kegiatan Lainnya

Selain kegiatan-kegiatan di atas, Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lainnya untuk

mendukung kelancaran sistem pembayaran tunai, antara lain: (1) setoran, (2) penarikan, (3) penukaran

uang, (4) kas keliling dan (5) remise. Sepanjang triwulan II-2014, jumlah penukaran uang melalui loket

Bank Indonesia maupun pada kas keliling mencapai Rp11 miliar, atau meningkat sebesar 27,62% (qtq)

dibanding triwulan I-2014. Sementara penarikan uang kartal oleh perbankan mengalami peningkatan

sebesar 297,03% (qtq), sebagai antisipasi perbankan menghadapi lonjakan kebutuhan uang kartal.

Peningkatan jumlah penukaran uang selama triwulan II-2014 juga erat kaitannya dengan kegiatan kas

keliling yang diadakan oleh Bank Indonesia ke beberapa wilayah di Provinsi Maluku. Selama triwulan II-

2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku mengadakan kegiatan kas keliling sebanyak 9

(Sembilan) kali ke beberapa kota/kabupaten di Provinsi Maluku dengan total nominal modal mencapai

Rp4,65 miliar.

Tabel 5-2 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II-2014

Tujuan Frekuensi Jumlah Modal

Ambon 4 Rp 400 juta

Saumlaki 1 Rp 1 miliar

Tual 1 Rp 1,75 miliar

Banda 2 Rp 500 juta

Masohi 1 Rp 1 miliar

5.2. Perkembangan Transaksi Kliring

Perputaran kliring di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku selama triwulan II-2014

mencapai 35.576 lembar warkat kliring dengan nominal sebesar Rp1,22 triliun. Secara nominal,

perputaran kliring triwulan berjalan mengalami pertumbuhan sebesar 15,25% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan kedua tahun sebelumnya yang justru melambat sebesar -14,16% (yoy). Sementara dibanding

triwulan sebelumnya, nominal perputaran kliring justru mengalami penurunan sebesar -7,26% (qtq),

melanjutkan penurunan triwulan sebelumnya yang sebesar -11,64% (qtq).

Page 116: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

DAN PENGELOLAAN UANG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

91

Grafik 5-3 Perputaran Kliring di Provinsi Maluku

Selama triwulan laporan, rata-rata nominal harian perputaran kliring mencapai Rp20,49 miliar per hari,

atau mengalami pertumbuhan sebesar 27,28% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya

yang mencapai Rp16,10 miliar per hari. Perlambatan juga terjadi secara triwulanan dimana nominal kliring

pada periode laporan menurun sebesar -40,80% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp15,01

miliar per hari. Kebutuhan transaksi dalam jumlah besar sehubungan dengan pembayaran impor dan

proyek pemerintah/ swasta semeseter I-2014 berdampak pada bergesernya preferensi nasabah dari

penggunaan transaksi kliring kepada RTGS.

5.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS

Perkembangan nominal transaksi melalui Real Time Gross Setllement (RTGS) pada triwulan II-

2014 mencatatkan kondisi net outgoing sebesar Rp3,08 triliun. Secara triwulanan, nominal transaksi

melalui RTGS tumbuh sebesar 11,10% dibanding triwulan sebelumnya yang mencatatkan net outgoing

sebesar Rp 2,78 triliun. Pertumbuhan juga terjadi pada transaksi RTGS keluar Maluku (outgoing) yang

sebesar Rp5,31 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 21,76% (qtq). Sementara transaksi RTGS

menuju Maluku (incoming) selama triwulan laporan juga mengalami pertumbuhan sebesar 40,42% (qtq),

dengan nominal sebesar Rp2,23 miliar.

Grafik 5-4 Perkembangan Nominal BI-RTGS Maluku Grafik 5-5 Perkembangan Volume BI-RTGS Maluku

Peningkatan nominal maupun volume transaksi RTGS pada triwulan laporan didorong oleh

meningkatnya belanja pemerintah pada akhir triwulan laporan. Dimulainya tender dan pelunasan

berbagai proyek pemerintah maupun swasta sebelum berakhirnya semester I-2014 berkontribusi terhadap

peningkatan nominal RTGS keluar Maluku (outgoing). Kebutuhan pembayaran biaya pendidikan

sehubungan dengan pergantian tahun ajaran pendidikan tinggi juga turut meningkatkan nominal

outgoing transaksi RTGS. Pertumbuhan ekonomi Maluku yang didorong oleh investasi di Kota Ambon

Page 117: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

maupun Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat menjadi salah satu faktor meningkatnya nominal

transaksi RTGS yang masuk ke Maluku (incoming).

Page 118: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

DAN PENGELOLAAN UANG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

93

BOKS 2 UANG NKRI

Tanggal 17 Agustus 2014 yang bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan

peristiwa bersejarah bagi sistem pembayaran di Indonesia. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) secara resmi

mengeluarkan uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), uang pertama yang dijamin kedaulatannya oleh

pemerintah. Pada uang NKRI tersebut tidak lagi hanya tertulis Bank Indonesia, tetapi juga NKRI. Karena,

berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 mengenai Mata Uang, pemerintah di masa depan akan

mempunyai peran dalam menentukan kriteria dan bentuk uang yang akan beredar di Indonesia. Meskipun

demikian, pengawasan dan peredaran uang NKRI tersebut masih menjadi tanggung jawab BI sebagai otoritas

moneter.

Dengan beredarnya uang NKRI ini, secara tidak langsung menyempurnakan mata uang Indonesia ke depan

melalui keterlibatan pemerintah dalam menentukan kriteria dan bentuk uang. Uang NKRI ini pun tidak hanya

dijamin oleh bank sentral, tapi juga oleh pemerintah. Beberapa negara maju di dunia seperti Amerika Serikat,

juga pernah melakukan penyempurnaan mata uang seperti ini, sehingga hal ini merupakan hal yang lazim

dilakukan di banyak negara.

Dalam perencanaan pengeluaran uang Rupiah tersebut, sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang, Bank

Indonesia telah berkoordinasi dengan Pemerintah dalam mempersiapkan pengeluaran uang Rupiah kertas.

Sebagai tindak lanjut dari koordinasi tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 22

Tahun 2014 tanggal 2 Juni 2014 tentang Penetapan Gambar Pahlawan Nasional Dr. (H.C.) Ir. Soekarno dan Dr.

(H.C.) Drs. Mohammad Hatta dalam Rupiah Kertas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Grafik perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar

Sebagai landasan hukum yang mengatur mengenai pemberlakuan, pengeluaran dan pengedaran uang Rupiah

kertas pecahan Rp100.000 Tahun Emisi 2014, maka sesuai Pasal 15 jo. Pasal 16 UU Mata Uang, Bank Indonesia

telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/13/PBI/2014, tanggal 24 Juli 2014, tentang

Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Kertas Pecahan 100.000 (Seratus Ribu) Tahun Emisi 2014 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 180). Selain itu, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/14/PBI/2014, tentang Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Kertas

Khusus Pecahan 100.000 (Seratus Ribu) Tahun Emisi 2014 dalam Bentuk Uang Rupiah Kertas Bersambung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 181).

Setelah pengeluaran uang Rupiah kertas pecahan Rp100.000 Tahun Emisi 2014, pengeluaran uang untuk

pecahan lainnya dengan ciri-ciri umum sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang akan dilakukan secara

bertahap. Dengan berlakunya uang Rupiah kertas pecahan Rp100.000 Tahun Emisi 2014 ini, uang Rupiah kertas

pecahan Rp100.000 Tahun Emisi 2004 masih tetap berlaku sepanjang belum dicabut dan ditarik dari peredaran.

Page 119: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Gambar Perbedaan desain uang Rp 100.000 TE 2004 dan TE 2014

Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam uang Rupiah

kertas tersebut menegaskan makna filosofis Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan

dibanggakan oleh seluruh warga negara Indonesia. Dengan demikian, sudah menjadi kewajiban bagi seluruh

masyarakat Indonesia untuk menggunakan uang Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia termasuk di daerah terpencil dan daerah terluar Indonesia. Penghargaan

warga negara Indonesia pada mata uangnya sendiri akan mendorong berdaulatnya Rupiah di negeri sendiri, dan

pada gilirannya diharapkan Rupiah akan sejajar dengan mata uang utama dunia lainnya.

Gambar ciri-ciri mata uang rupiah pecahan Rp 100.000 TE 2014

Page 120: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

DAN PENGELOLAAN UANG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

95

Secara detail uang pecahan Rp100.000 baru memiliki ciri, yakni apabila dilihat dari sudut tertentu akan terlihat

perbedaan warna atau gambar pada beberapa elemen yakni colour shifting ink, rainbow effect, latent image, dan

benang pengaman. Selain itu, jika diraba pada beberapa bagian cetakan akan terasa kasar, seperti bagian gambar

n

bila diterawangkan, akan terlihat gambar logo BI yang saling mengisi (rectoverso) serta gambar pahlawan dan

ornamen pada area Tanda Air. Selanjutnya apabila disinari lampu Ultra Violet, beberapa elemen baik yang tampak

maupun yang tidak nampak akan terlihat memendar. Jika menggunakan kaca pembesar akan terlihat susunan teks

yang mempunyai perbedaan ketebalan dan ukuran huruf.

Page 121: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 122: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

97

6. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

Data ketenagakerjaan pada bulan Februari 2014 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran

Terbuka mengalami penurunan. Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang sebesar

6,59%, mengalami penurunan seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Maluku jika

dibandingkan dengan rasio TPT periode sebelumnya yang sebesar 9,91%.

Berdasarkan data BPS Pusat, per Maret 2014 Provinsi Maluku menempati peringkat keempat

Provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Persentase penduduk miskin

pada periode tersebut adalah sebesar 19,13% dari total penduduk Maluku, atau terdapat sekitar

316 ribu jiwa penduduk Maluku yang tergolong miskin.

Tingkat kesejahteraan petani pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan. Pergerakan NTP dari

triwulan I-2014 ke triwulan II-2014 mengalami peningkatan dari level 100,29 ke level 100,39.

Peningkatan NTP pada triwulan laporan ini disebabkan oleh perubahan indeks harga yang

diterima petani (It) yang meningkat sebesar 1,92% menjadi 113,27, sementara untuk indeks

harga yang dibayar petani (Ib) tercatat hanya mengalami peningkatan sebesar 1,83% menjadi

112,84.

Mencermati tingginya serapan tenaga kerja di sektor pertanian, yang sebesar 50,55% dari 680

ribu jiwa tenaga kerja di Maluku, maka perhatian dan fokus pada peningkatan kapasitas ekonomi

di sektor pertanian dapat menjadi prioritas utama Pemerintah Daerah dalam beberapa tahun ke

depan.

6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Tabel 6-1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Data ketenagakerjaan pada bulan Februari 2014 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran

Terbuka mengalami penurunan. Sampai dengan semester I-2014 terjadi peningkatan jumlah penduduk

usia produktif sebesar 0,87%, atau sebanyak 1,09 juta jiwa. Pertumbuhan jumlah penduduk usia produktif

tersebut sejalan dengan meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari 61,92% pada bulan

Agustus 2013 menjadi 66,84% pada bulan Februari 2014. Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

pun semakin menurun seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dan lapangan kerja ke level

6,59%, menurun cukup signifikan jika dibandingkan dengan rasio TPT periode sebelumnya yang sebesar

9,91%.

2014

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Penduduk Usia 15+ (Orang) 925,191 979,714 997,690 1,010,287 1,022,967 1,035,915 1,070,153 1,079,849 1,089,204

Angkatan Kerja (Orang) 624,943 651,339 692,672 701,893 685,134 659,953 723,107 668,721 728,078

Bekerja (Org) 567,902 586,430 639,182 650,112 636,423 610,362 673,138 602,429 680,075

Pengangguran (Org) 57,041 64,909 53,490 51,781 48,711 49,591 49,969 66,292 48,003

Bukan Angkatan Kerja (Org) 300,248 328,375 305,018 308,394 337,833 375,962 347,046 411,128 361,126

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67.54% 66.48% 69.43% 69.47% 66.98% 63.71% 67.57% 61.92% 66.84%Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 9.13% 9.97% 7.72% 7.38% 7.11% 7.51% 6.91% 9.91% 6.59%

2010 2011 2012 2013Ketenagakerjaan

Page 123: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

98 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Ditinjau dari sektor lapangan usaha, konsentrasi terbesar sebaran tenaga kerja di Provinsi

Maluku berada pada tiga sektor ekonomi andalan Maluku. Sektor-sektor tersebut antara lain : sektor

pertanian (perkebunan, kehutanan, dan perikanan) sebesar 50,55%, sektor jasa-jasa 19,27%, serta sektor

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 13,09%. Meningkatnya jumlah tenaga kerja pada sektor

pertanian sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja yang bekerja di daerah pedesaan, di mana

kegiatan usaha pada sektor pertanian banyak terkonsentrasi di daerah pedesaan.

Tabel 6-2 Sebaran Penduduk Usia Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan yang

tumbuh 80,3%. Meningkatnya jumlah tenaga kerja pada sektor industri pengolahan dengan pangsa

sebesar 5,34%, tidak lepas dari kinerja sektor tersebut pada triwulan I-2014 yang mencatatkan

pertumbuhan tahunan sebesar 15,02% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,03% (qtq). Pertumbuhan

jumlah tenaga kerja pada sektor industri pengolahan merupakan dampak dari penyelenggaraan pemilu

yang secara historis diramaikan dengan pembuatan spanduk, baliho, kaos dan atribut kampanye lainnya.

Selain sektor industri pengolahan, sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan (tumbuh

18,2%), sektor jasa-jasa (tumbuh 8,4%), sektor transportasi (tumbuh 6,3%), sektor perdagangan, hotel,

dan restoran (tumbuh 5,3%) adalah sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan positif jumlah tenaga

kerja.

Grafik 6-1 Tenaga Kerja Menurut Wilayah Tempat Tinggal Grafik 6-2 Kegiatan Usaha dan Penggunaan Tenaga Kerja

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Terdapat tiga sektor yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja pada triwulan II-2014.

Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Lembaga Keuangan, Real Estate, Persewaan

dan Jasa merupakan sektor-sektor yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja. Pemberlakuan

Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba)

menyebabkan kegiatan pertambangan di wilayah Maluku terhenti karena hasil produksi yang tidak dapat

2014

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Pertanian 50.43% 49.45% 52.25% 48.99% 49.14% 48.26% 50.55%

Pertambangan & Penggalian 0.54% 0.65% 1.61% 1.74% 0.78% 1.61% 1.05%

Industri 9.05% 6.97% 4.74% 6.12% 5.72% 3.35% 5.34%

Listrik, Gas & Air Minum 0.12% 0.14% 0.23% 0.25% 0.35% 0.44% 0.16%

Konstruksi 3.04% 3.62% 4.09% 4.41% 3.76% 4.62% 3.88%

Perdagangan, Rumah Makan & Jasa Akomodasi 14.26% 14.30% 13.03% 15.36% 16.19% 14.03% 13.09%

Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 5.13% 6.11% 4.47% 4.82% 5.42% 6.23% 5.86%

1.05% 1.25% 1.04% 1.12% 0.60% 1.40% 0.79%

Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan 16.38% 17.50% 18.54% 17.19% 18.04% 20.07% 19.27%

100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

2012 2013Sektor

2011

Lembaga Keuangan, Real Estat, Persewaan & Jasa

Total

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

100 ,000

20 0 ,00 0

300 ,000

40 0 ,0 00

500 ,000

600 ,000

700 ,00 0

800 ,0 00

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

2011 2012 2013 2014

% PengangguranAngkatan Kerja

Angkat an Kerja Kot a Angkat an Kerja Desa

Pengangguran Kot a (%) Pengangguran Desa (%)

Page 124: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

99

diekspor ataupun dijual ke pasar domestik. Sementara pada sektor lainnya, penurunan yang terjadi

merupakan pola seasonal sehubungan dengan pangsa pasar sektor tersebut dalam struktur PDRB Maluku

triwulan II-2014.

Berdasarkan wilayah tempat tinggal, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja baik di kota maupun di

desa, masing-masing sebesar 8,13% dan 10,70%. Di wilayah perkotaan terdapat 269.586 jiwa angkatan

kerja, dengan 246.743 jiwa diantaranya telah bekerja. Sementara di wilayah pedesaan terdapat 458.492

jiwa angkatan kerja, dengan 433.332 jiwa diantaranya telah bekerja. Tingkat pengangguran di wilayah

kota maupun desa juga mengalami penurunan dengan tingkat pengangguran kota sebesar 8,47% dan

tingkat pengangguran desa sebesar 5,49%.

Penyerapan tenaga kerja dapat lebih dioptimalkan dengan mencermati pola persebaran tenaga kerja baik

berdasarkan sektor ekonomi, wilayah persebaran, maupun pola musiman. Pengembangan sektor

ekonomi yang menjadi andalan Provinsi Maluku sebaiknya menjadi prioritas utama target

penyerapan tenaga kerja, sedangkan sektor yang sedang berkembang seperti industri pengolahan

dapat dikembangkan lebih serius sebagai alternatif pengalihan tenaga kerja dari sektor-sektor lain yang

sedang melambat khususnya pertambangan dan lembaga keuangan.

Grafik 6-3 Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 6-4 Perkembangan dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), ketersediaan

lapangan kerja berada pada tren penurunan. Hasil SKDU menunjukan bahwa pada triwulan II-2014

penyerapan tenaga kerja lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Sementara perkiraan penyerapan

tenaga kerja dalam tiga bulan kedepan diperkirakan tidak akan sebesar periode sebelumnya. Sejalan

dengan hasil SKDU, hasil SK menunjukkan adanya penurunan ketersediaan lapangan kerja di tengah

pertumbuhan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja yang terus meningkat hingga dua triwulan ke depan.

Mencermati tren yang sedang terjadi saat ini, diperkirakan pada triwulan III-2014 peningkatan penyerapan

tenaga kerja akan terjadi pada tingkat yang terbatas.

Page 125: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

100 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

6.2. Tingkat Kemiskinan

Tabel 6-3 Sepuluh Provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia (September 2013)

Sumber: BPS Pusat; diolah

Berdasarkan data BPS Pusat, per Maret 2014 Provinsi Maluku menempati peringkat keempat

Provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Persentase penduduk miskin

pada periode tersebut adalah sebesar 19,13% dari total penduduk Maluku, atau terdapat sekitar 316 ribu

jiwa penduduk Maluku yang tergolong miskin. Persentase tersebut mengalami penurunan dibanding

periode sebelumnya (September 2013) dengan penduduk Maluku tergolong miskin adalah sebesar

19,27%. Berdasarkan data tersebut, Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan persentase penduduk

miskin terbesar ketiga di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua) setelah Papua dan Papua Barat.

Perlu dicermati bahwa jumlah penduduk miskin Maluku ternyata masih lebih tinggi dibanding Provinsi

Papua Barat, meskipun secara persentase lebih kecil.

Tabel 6-4 Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku Grafik 6-5 Perkembangan Kemiskinan

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku pada Maret 2014 yang sebesar 316.110 jiwa mengalami

peningkatan dibanding jumlah penduduk miskin pada September 2013 yang sebesar 315.210 jiwa.

Penurunan tingkat pengangguran, sebagai imbas membaiknya kondisi ekonomi pada awal triwulan kedua

2014 disinyalir berdampak positif pada menurunnya tingkat kemiskinan di Maluku. Lebih jauh, pada bulan

Maret 2014, dari 315.210 jiwa penduduk yang tergolong miskin, 49.830 jiwa diantaranya berada di kota,

sementara 266.280 jiwa lainnya berada di desa.

Sebaran penduduk Maluku yang sebagian besar berada di desa menyebabkan jumlah penduduk miskin di

desa mencapai 266.280 jiwa, meningkat sebesar 0,38% dibanding jumlah penduduk miskin pada

September 2013 yang sebesar 265.260 jiwa. Sementara jumlah penduduk miskin di kota justru mengalami

Kota Kota

+Desa +Desa

Papua 35.37 889.04 924.41 4.47 38.92 30.05

Papua Barat 14.78 214.65 229.43 5.86 36.16 27.13

Nusa Tenggara Timur 100.34 894.33 994.68 10.23 22.15 19.82

Maluku 49.83 266.28 316.11 7.80 26.28 19.13

Aceh 161.94 719.31 881.26 11.76 20.52 18.05

Bengkulu 104.54 216.41 320.95 18.22 17.14 17.48

Gorontalo 25.21 168.96 194.17 6.60 23.10 17.44

Nusa Tenggara Barat 370.18 450.64 820.82 18.54 16.31 17.25

DI Yogyakarta 333.03 211.84 544.87 13.81 17.36 15.00

Jawa Tengah 1,945.29 2,891.17 4,836.45 12.68 15.96 14.46

Provinsi

Penduduk Miskin (ribu jiw a) Penduduk Miskin (%)

Kota Desa Kota Desa

2014

Mar Sept Mar Sept Mar

Jumlah Kota 57,890 50,300 47,860 49,950 49,830

Desa 288,880 283,300 268,120 265,260 266,280

Kota+Desa 346,770 333,600 315,990 315,210 316,110

Persentase Kota 9.78 8.39 7.93 7.96 7.80

Desa 28.87 28.12 26.34 26.30 26.28

Kota+Desa 21.78 20.76 19.49 19.27 19.13

Indikator2012 2013

Page 126: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

101

penurunan sebesar -0,24% dibanding periode sebelumnya. Faktor musiman seiring dengan peningkatan

penyerapan tenaga kerja hingga awal triwulan II-2014 disinyalir menjadi penyebab menurunnya tingkat

kemiskinan di kota.

Tabel 6-5 Kedalaman & Keparahan Kemiskinan Provinsi Maluku Grafik 6-6 Indeks Gini Ratio

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Pusat; diolah

Mencermati Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang mengalami peningkatan 3,52 pada September 2013

menjadi 3,80 pada Maret 2014, mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan kemampuan

penduduk miskin untuk memenuhi kebutuhan, terutama pada sektor jasa dan pertanian. Selain itu, jika

memperhatikan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang merupakan ukuran ketimpangan pengeluaran

penduduk miskin, maka terlihat bahwa pada awal tahun 2014 ketimpangan pengeluaran penduduk miskin

diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan inflasi dan pengeluaran pada awal tahun

2014. Indeks keparahan kemiskinan tercatat meningkat dari 0,93 pada September 2013, menjadi 1,11

pada Maret 2014.

Memasuki triwulan III-2014 diperkirakan ketimpangan pendapatan masyarakat Maluku akan

kembali membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku pada triwulan II-2014, indikator penghasilan mengalami peningkatan dibandingkan

periode sebelumnya, sementara ketersediaan lapangan pekerjaan dan konsumsi masyarakat mengalami

sedikit penurunan karena pola historis musiman. Meskipun demikian, optimisme konsumen terhadap

peningkatan penghasilan dan kesempatan kerja yang lebih luas pada triwulan III-2014 diperkirakan akan

sejalan dengan perbaikan pertumbuhan pada sektor ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan III-2014.

2014

Mar Sept Mar Sept Mar

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Kota 1.74 1.61 1.49 1.13 1.53

Desa 6.24 6.03 5.30 5.00 5.22

Kota+Desa 4.56 4.38 3.88 3.52 3.80

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Kota 0.42 0.46 0.41 0.24 0.52

Desa 1.91 1.81 1.61 1.36 1.49

Kota+Desa 1.36 1.31 1.16 0.93 1.11

Indikator2012 2013

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0

0 .1

0 .2

0 .3

0 .4

0 .5

0 .6

200 9 2010 2011 2012 2013

Per KapitaIndeks

M aluku Nasional PDRB Per Kapit a

0 ,410 ,37

Page 127: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

102 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Tabel 6-6 Nilai Tukar Petani Per Subsektor (%)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Tingkat kesejahteraan petani pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan dibandingkan

periode sebelumnya. Pergerakan NTP dari triwulan I-2014 ke triwulan II-2014 mengalami peningkatan

dari level 100,29 ke level 100,39. Peningkatan NTP pada triwulan laporan ini disebabkan oleh perubahan

indeks harga yang diterima petani (It) yang meningkat sebesar 1,92% menjadi 113,27, sementara untuk

indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat hanya mengalami peningkatan sebesar 1,83% menjadi

112,84 dibandingkan posisi triwulan I-2014.

Grafik 6-7 NIlai Tukar Petani (%) Tabel 6-7 NIlai Tukar Petani per Sub Sektor (%)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Peningkatan NTP pada sub sektor tanaman pangan dan perikanan mendorong peningkatan NTP

secara keseluruhan. Pada triwulan II-2014, sub sektor tanaman pangan mengalami peningkatan NTP

sebesar 0,04% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan biaya produksi akibat inflasi dapat diatasi

dengan peningkatan harga jual yang tercermin pada Indeks yang Diterima Petani yang meningkat 2,08%

dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi yang hampir serupa terjadi pada sub sektor perikanan dengan NTP

sebesar 106,90, atau meningkat sebesar 1,20% dibanding NTP triwulan sebelumnya yang sebesar 105,63.

Faktor cuaca yang mendukung pada awal triwulan II-2014 dan sedikit berfluktuasi pada akhir triwulan

laporan menyebabkan peningkatan Indeks Diterima Petani sebesar 2,81%. Peningkatan tersebut cukup

mampu mengatasi persoalan meningkatnya biaya produksi yang tercermin dari peningkatan Indeks Dibayar

Petani sebesar 1,59%.

Selain sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan, peningkatan NTP juga terjadi pada sub sektor

peternakan. NTP sub sektor peternakan mengalami peningkatan sebesar 0,16% dibanding triwulan

sebelumnya, seiring dengan peningkatan konsumsi produk peternakan seperti telur, daging ayam dan

daging sapi pada pertengahan triwulan laporan yang penuh dengan perayaan hari besar keagamaan.

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

NTP Tanaman Pangan 91,02 90 ,83 90 ,98 91,70 90 ,67 89,05 88,63 90 ,25 88,93 88,73 85,71 95,28 93,86 93,90

NTP Hortikultura 116,19 115,57 116,03 115,52 114,96 118,20 118,15 117,37 114,88 114,81 116,74 108,29 108,33 108,12

NTP Tanaman Perkebunan Rakyat 98,24 101,70 102,81 99,89 97,21 95,82 97,89 98,98 103,47 104,51 102,59 96,55 96,93 96,85

NTP Peternakan 85,59 85,08 84,95 85,27 84,68 84,02 84,03 83,70 84,88 85,10 84,19 103,85 103,36 103,53

NTP Perikanan 124,20 123,47 121,87 122,45 123,65 125,30 126,94 127,77 126,13 125,36 128,83 105,52 105,63 106,90

NTP 104,80 105,25 105,20 104,80 104,04 104,14 104,92 105,70 105,64 105,64 105,44 100 ,57 100 ,29 100 ,39

2014

SBH 2012 = 100

SEKTOR2011 20132012

Page 128: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB IV PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

103

Sub Sektor Holtikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat tercatat mengalami pertumbuhan NTP

negatif. Sub Sektor Holtikultura tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan NTP sebesar -0,19%

seiring peningkatan biaya produksi yang tercermin dari peningkatan Indeks Dibayar Petani sebesar 1,90%,

sementara Indeks Diterima Petani hanya mengalami kenaikan sebesar 1,71%. Kondisi serupa juga dialami

oleh sub sektor tanaman perkebunan rakyat yang melambat sebesar 0,08%, akibat peningkatan Indeks

Dibayar Petani sebesar 1,77%, atau lebih tinggi dibanding peningkatan Indeks Diterima Petani yang

sebesar 1,70%. Faktor cuaca yang sangat mempengaruhi kuantitas produksi kembali menjadi faktor yang

menekan pendapatan petani, di tengah laju impor produk holtikultura dan tanaman perkebunan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang menyebabkan harga produk holtikultura sangat kompetitif.

Sedikit peningkatan pada NTP gabungan sejalan dengan pertumbuhan inflasi triwulanan pada

bahan makanan. Peningkatan NTP gabungan sebesar 0,10% didukung oleh peningkatan Indeks Diterima

Petani sebesar 1,93%. Dampak dari peningkatan Indeks Diterima Petani terlihat pada laju inflasi triwulanan

Bahan Makanan sebesar 0,08% (qtq) pada triwulan II-2014. Pertumbuhan konsumsi bahan makanan pada

triwulan II-2014 yang sarat dengan perayaan hari besar keagamaan, faktor seasonal berupa pergantian

tahun ajaran baru dan awal bulan Ramadhan menyebabkan permintaan terhadap produk pertanian

mengalami peningkatan. Pertumbuhan NTP tersebut juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi sektor

pertanian yang meningkat sebesar 1,01% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya.

Mencermati bahwa terdapat 680.075 jiwa tenaga kerja di Maluku dan sekitar 50,55% diantaranya

bekerja pada sektor pertanian, maka perhatian dan fokus pada peningkatan kapasitas ekonomi di

sektor pertanian masih relevan untuk diprioritaskan dalam beberapa tahun ke depan.

Page 129: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong
Page 130: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

105

7. PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III-2014 diperkirakan tumbuh positif dan

cenderung melambat, berada pada rentang 6,40-7,40% (y.o.y). Tingginya pertumbuhan ekonomi

Maluku pada triwulan III-2014 seiring dengan ekspektasi konsumsi masyarakat yang cenderung optimis

dan bahkan meningkat pada triwulan mendatang. Optimisme masyarakat ini sehubungan dengan

masuknya Bulan Ramadhan, adanya penyelenggaraan pemilihan presiden dan wakil presiden dan Hari Raya

Idul Fitri 1435 H. Pertumbuhan ekonomi mendatang, dari sisi permintaan, diperkirakan didorong oleh

meningkatnya belanja pegawai dalam rangka Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI dan

meningkatnya investasi bangunan terkait kelanjutan pembangunan proyek-proyek MP3EI yang ditargetkan

selesai pada akhir 2014.

Grafik 7-1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Triwulan III-2014

Grafik 7-2 Indeks Ekspektasi Konsumen*

Survei Konsumen

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2014 diperkiran meningkat searah dengan optimisme

masyarakat yang meningkat pada triwulan III-2014, seperti tercermin pada Survei Konsumen

Bank Indonesia. Ekspektasi konsumen terhadap triwulan III-2014 (155,30) meningkat dari triwulan II-

2014 (138,80). Meningkatnya optimisme konsumen sejalan dengan meningkatnya ekspektasi konsumen

terhadap tingkat penghasilan, kondisi ekonomi dan ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan

mendatang. Tingkat penghasilan masyarakat diekspektasikan cenderung meningkat dengan adanya

kenaikan UMP 2014 dan pembayaran THR dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI. Tingkat kepercayaan masyarakat

terhadap kondisi ekonomi masih optimis namun cenderung menurun didorong oleh adanya sentimen

positif pemilihan presiden dan wakil presiden dan siklus musiman menjelang Bulan Ramadhan dan Hari

Raya Idul Fitri 1435 H namun masyarakat masih merasakan tingginya harga barang dan/atau jasa, kenaikan

tarif listrik segmen rumah tangga per 1 Juli 2014 dan kenaikan tarif angkutan udara dan laut. Sedangkan,

optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja meningkat seiring dengan meningkatnya

aliran investasi yang masuk (capital inflow) ke Maluku yang diperkirakan semakin menambah lapangan

pekerjaan.

Konsumsi dan investasi Pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan III-2014 seiring

dengan keberlanjutan pembangunan proyek-proyek MP3EI yang sebagian besar ditargetkan

0

2

4

6

8

10

12

14

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

%(persen)%(persen)

PDRBMaluku

PDRBMaluku(UpperBaseline)

PDRBMaluku(LowerBaserline)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IndeksEkspektasiKonsumen

Ekspektasipenghasilan6bulanyad

Kondisiekonomi6bulanyad

Ketersediaanlapangankerja6bulanyad

Page 131: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

106 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

selesai pada akhir tahun 2014. Belanja modal diperkirakan meningkat sebagai upaya Pemda untuk

menyelesaikan proyek-proyek multi-years, seperti: Sarana Irigasi di Buru dan Seram bagian Timur, Trans-

Maluku dan infrastruktur pendukungnya, sarana dan prasarana air baku di Pulau Ambon dan Lease dan

Pulau-Pulau Terselatan Maluku dan Adpel Ambon. Belanja pegawai dan bantuan sosial diperkirakan

meningkat seiring dengan turunnya THR dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI dan banyaknya kegiatan sosial

kemasyarakat dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1435 H dan HUT Kemerdekaan RI. Sedangkan, investasi

swasta atau dunia usaha akan meningkat seiring dengan investasi bangunan yang meningkat, khususnya

pada sektor perumahan, pusat perbelanjaan, rumah sakit dan pertokoan. Faktor yang berisiko downside

terhadap kinerja investasi pemerintah, antara lain: permasalahan teknis (lahan dan kontraktor),

keterlambatan barang modal tiba di Maluku akibat faktor cuaca yang buruk dan pergerakan harga barang

modal yang tidak pasti di tengah fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, sedangkan faktor yang

berisiko downside terhadap kinerja investasi swasta, antara lain: turunnya permintaan masyarakat akibat

ketentuan LTV yang membatasi kepemilikan properti hunian, kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah

pekerja, ekstrimnya musim hujan dan kenaikan suku bunga kredit investasi.

Ekspor akan meningkat seiring dengan tumbuhnya permintaan dunia terhadap hasil laut dan

hasil bumi Maluku dan terjaganya pergerakan harga ekspor komoditas-komoditas unggulan

Maluku. Hasil laut yang meningkat ekspornya, antara lain: udang beku/segar dan ikan dan lain-lain.

Sedangkan, hasil bumi yang meningkat, misalnya, biji pala dan bunganya dan cengkeh. Di samping dari

sektor pertanian, ekspor dari sektor perindustrian diperkirakan juga meningkat, termasuk industri makanan

berupa ikan olahan, logam olahan berupa besi dan tembaga olahan, dan mutiara. Faktor-faktor yang

berisiko menarik ke bawah pertumbuhan ekspor Maluku adalah faktor cuaca ekstrim dan gelombang laut

tinggi pada triwulan III-2014 yang akan menahan kinerja sektor pertanian dan bangunan dan kenaikan TDL

kelompok industri besar yang akan meningkatkan biaya operasional usaha industri pengolahan di Maluku.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku di triwulan mendatang dipacu oleh sektor

PHR, industri pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Sektor PHR meningkat seiring

dengan meningkatnya kegiatan jual-beli dan ekspor-impor, belanja rumah tangga dan pemerintah akibat

pemilihan presiden dan wakil presiden, Bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri 1435 dan event Darwin-

Ambon Yacht Race 2014. Sektor industri pengolahan meningkat sejalan dengan tingginya permintaan

ekspor terhadap produk ikan olahan, mutiara dan logam olahan Maluku. Sektor jasa-jasa meningkat akibat

siklus musiman dimana realisasi belanja pegawai dan bantuan sosial pada triwulan III-2014 meningkat

dalam rangka pembayaran THR dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI saat Hari Raya Idul Fitri 1435 H. Sektor

bangunan akan cenderung meningkat dengan berlanjutnya pembangunan proyek-proyek Pemerintah dan

swasta namun sedikit tertahan akibat faktor angin timur yang mengakibatkan turunnya hujan yang ekstrim

di Maluku.

7.2. INFLASI

Page 132: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

107

Inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan berada pada batas atas rentang 5,50% (yoy)

6,50% (yoy). Berdasarkan pola historisnya, puncak inflasi Maluku biasanya terjadi pada pertengahan

tahun yang bertepatan dengan musim hujan dan periode bulan Ramadhan. Posisi IHK pada akhir triwulan

III juga cenderung lebih tinggi dibanding IHK pada akhir triwulan II setiap tahunnya. Mencermati keadaan

tersebut, realisasi inflasi pada awal triwulan III-2014 yang sebesar 5,76% (yoy), serta potensi inflasi

sehubungan dengan kebijakan pemerintah pada komponen administered price dan kegiatan menjelang

HUT Kota Ambon, maka diperkirakan tingkat inflasi pada triwulan III-2014 akan berada pada batas atas

rentang 5,50% (yoy) 6,50% (yoy), dengan peningkatan IHK dari bulan ke bulan. Tingkat IHK yang sangat

tinggi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya juga menjadi salah satu faktor melambatnya inflasi

pada akhir triwulan III-2014.

Tekanan internal maupun eksternal pada awal triwulan III-2014 masih cukup terkendali.

Peningkatan permintaan musiman menjelang hari raya mendorong kenaikan tarif kelompok transportasi

seperti angkutan udara dan angkutan laut.. Selanjutnya, dampak kenaikan tarif listrik kelompok Rumah

Tangga (R-2 dan R-1) yang diterapkan per 1 Juli 2014 serta penyesuaian tarif untuk golongan R-3

(>6600VA) diperkirakan akan kembali terjadi pada akhir triwulan III-2014 dan berpotensi memicu inflasi

tahunan. Realisasi inflasi terhadap pola musiman lebaran, yang berupa meningkatnya permintaan

masyarakat sedikit diredam oleh masuknya puncak panen bawang merah dan cabai merah pada sentra

produksi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dari sektor jasa, tekanan terutama berasal dari jasa pendidikan

seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru, namun sumbangannya tidak terlalu signifikan terhadap

pembentukan inflasi bulan Juli yang sebesar 5,76% (yoy). Dari eksternal, tekanan inflasi moderat seiring

dengan penurunan harga global (kecuali emas) yang disertai oleh apresiasi Rupiah. Pada awal triwulan III-

2014, rata rata bulanan nilai tukar Rupiah menunjukkan penguatan yang cukup signifikan, yakni sebesar

1,8% (mtm) dari level Rp11.892 (Juni) ke level Rp11.682 (Juli).

Grafik 7-3 Perkembangan Nilai Tukar Grafik 7-4 Perkembangan Harga Emas Dunia

Sumber : Bloomberg

Potensi resiko yang dapat memicu terjadinya inflasi ke depan utamanya berasal dari inflasi

volatile food dan kebijakan pemerintah terkait tarif listrik, angkutan umum, dan kuota BBM

bersubsidi. Kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi jenis solar yang mulai berlaku per 1 Agustus

2014 di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali berpotensi meningkatkan biaya produksi

dan distribusi bahan pangan pada sentra produksi di Pulau Jawa dan Sulawesi. Pembatasan tersebut

diperkirakan akan memicu penyesuaian tarif batas atas angkutan udara dan angkutan umum pasca

Page 133: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

108 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Lebaran. Risiko inflasi bahan pangan juga belum sepenuhnya berlalu, mengingat perkiraan potensi El-Nino

yang apabila intensitasnya meningkat menjadi kuat akan mengurangi stok bahan pangan, terutama pada

akhir tahun sehubungan dengan tidak adanya penyaluran Raskin pada November dan Desember 2014.

Sebagaimana telah direncanakan sebelumnya, kenaikan tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga (R1, R2

dan R3) pada bulan September berpotensi memberikan sumbangan inflasi pada triwulan III-2014 dan ke

depan.

Grafik 7-5 Perkembangan Harga Minyak Mentah WTI

Sumber : Bloomberg

Dari sisi permintaan, bervariasinya kebutuhan masyarakat pada setiap bulan berpotensi

menambah tekanan inflasi. Dimulainya Tahun Ajaran Baru, Bulan Ramadhan, dan perayaan Idul Fitri

yang bersamaan dengan periode cuti bersama/ libur merupakan faktor-faktor yang secara signifikan telah

menambah tekanan inflasi pada bahan makanan, angkutan udara dan sandang, seiring dengan

meningkatnya permintaan pada periode tersebut. Meningkatnya permintaan juga disumbangkan oleh

pemberian THR bagi karyawan, atau gaji ke-13 PNS/TNI/Polri yang bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Perayaan HUT Kota Ambon yang biasanya disertai dengan event besar juga diperkirakan akan memberikan

sumbangan terhadap inflasi triwulan III-2014.

Grafik 7-6 Perkiraan Curah Hujan pada Triwulan III-2014 Juli Agustus September

Sumber : http://www.bmkg.go.id

Faktor cuaca masih menjadi faktor pemicu inflasi yang perlu diwaspadai. Perkiraan awal musim

hujan yang akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2014 berpotensi untuk mengganggu pasokan

ikan segar dan sayur-sayuran ke Kota Ambon dan Kota Tual. Jika pada bulan Juli 2014 curah hujan yang

turun masih berada di bawah curah hujan tahun sebelumnya, maka pada awal Agustus 2014 terjadi

peningkatan intensitas hujan disertai peningkatan tinggi gelombang laut di beberapa wilayah di Maluku

yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Selanjutnya diperkirakan bahwa intensitas hujan tersebut

akan kembali menurun memasuki bulan September 2014.

Page 134: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

109

Grafik 7-7 Ekspektasi Harga dan Pengeluaran Grafik 7-8 Ekspektasi Harga Jual

Sumber : Survei Konsumen Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha memperkirakan akan terjadi inflasi pada triwulan yang akan

datang sebesar 6,55%. Hal tersebut didukung oleh tren perlambatan ekspansi harga jual yang

diperkirakan akan terus berlangsung pada triwulan III-2014, dengan nilai SBT sebesar 18,88%. Perkiraan

kenaikan harga jual yang sedikit melambat dibanding triwulan II-2014 merupakan respon untuk

mempertahankan daya beli konsumen di tengah perkiraan moderasi laju inflasi.

Grafik 7-9 Ekspektasi Inflasi Dunia Usaha*

* Survei Kegiatan Dunia Usaha

Sementara berdasarkan hasil survei konsumen, harga barang dalam 3 bulan mendatang

diperkirakan akan mengalami sedikit kenaikan. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga serta

kelompok sandang merupakan kelompok yang diperkirakan mengalami peningkatan harga sejalan dengan

tahun ajaran baru, Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Peningkatan permintaan terhadap makanan jadi dan

komoditas inti pada triwulan III-2014 juga diperkirakan akan menyumbangkan kenaikan harga pada

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Grafik 7-10 Proyeksi Inflasi Tahunan Maluku

Page 135: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

110 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Perkembangan inflasi pada awal triwulan III-2014 yang menunjukkan perlambatan meningkatkan

optimisme terhadap hasil survei yang juga menunjukkan optimisme terhadap perlambatan laju inflasi pada

triwulan III-2041. Faktor resiko yang masih berpotensi memicu inflasi diperkirakan akan tetap memberikan

sumbangan terhadap pembentukan inflasi yang pada triwulan III-2014 diperkirakan berada pada batas

atas rentang 5,50%-6,50%(yoy).

7.3. STABILITAS SEKTOR KEUANGAN

Sektor keuangan daerah Maluku di triwulan mendatang diperkirakan mengalami pertumbuhan

positif baik aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit perbankan namun sedikit tertahan akibat

Kebijakan Uang Ketat (Tight Money Policy) dan pengereman laju ekspansi kredit nasional menjadi 15-17%

(y.o.y). Aset perbankan di Maluku meningkat sehubungan dengan meningkatnya kredit yang disalurkan

oleh perbankan Maluku. DPK akan meningkat seiring dengan kenaikan suku bunga dana yang menarik

masyarakat untuk mengalokasikan pendapatannya sebagai tabungan daripada menggunakannya untuk

konsumsi atau investasi. Pembiayaan kepada proyek berlokasi di Maluku akan meningkat seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja di Maluku dan meningkatnya permintaan kredit konsumsi

di tengah meningkatnya keyakinan masyarakat Maluku.

Fungsi intermediasi perbankan Maluku dapat lebih dioptimalkan dengan meningkatkan

penyaluran dana simpanan ke dalam bentuk kredit produktif (modal kerja dan investasi). Rasio

pembiayaan terhadap dana (LDR) perbankan Maluku terekam menurun dari 77,57% pada triwulan I-2014

menjadi 74,82% pada triwulan II-2014 sehingga masih dapat ditingkatkan hingga rentang 84-92%.

Penyaluran kredit perbankan di Maluku diharapkan ke dalam bentuk pembiayaan kepada sektor-sektor

produktif yang berupa kredit modal kerja dan investasi dengan tujuan sektor-sektor produktif dapat

memberikan nilai tambah kepada output perekonomian, antara lain: peningkatan ketersediaan lapangan

kerja dan pembangunan ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan. Risiko kredit di Maluku triwulan

mendatang diperkirakan terjaga di rentang 3,00-4,00% atau masih di bawah ketentuan kewajaran yang

ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5,00%.

Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam rangka pengembangan akses keuangan,

terutama bagi penduduk yang berada di pulau-pulau terluar, dengan tujuan pembangunan

ekonomi di daerah-daerah tersebut. Pengembangan akses keuangan dapat meningkatkan kinerja

fungsi intermediasi oleh perbankan dengan memberikan akses pembiayaan kepada sektor-sektor ekonomi

yang berkembang di pulau-pulau terluar. Pada gilirannya, sektor-sektor tersebut dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut pada khususnya dan Maluku pada umumnya. Pembukaan

kantor perbankan di daerah-daerah dengan rasio keuangan inklusif yang masih rendah dapat memperluas

akses keuangan dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat di daerah tersebut.