kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · 1.2.1 industri pengolaha 32 ... 4.1.3.2...

194
MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2017

Upload: vuongdat

Post on 04-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2017

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)
Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

KATA PENGANTAR

FEBRUARI 2017

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

ridha- Agustus 2017

dapat diterbitkan. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Jawa Barat

terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran,

keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan masyarakat serta mencakup pula prospek

perekonomian ke depan.

Dalam penyusunan buku ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga

bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dinas-dinas

terkait, BPS Jawa Barat, BULOG Divre III, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, PLN, berbagai perusahaan, asosiasi dan akademisi.

Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.

Bandung, 31 Agustus 2017

Kepala Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

Ttd

Wiwiek Sisto Widayat

Direktur Eksekutif

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

ii

KATA PENGANTAR ............... i

ii

DAFTAR TABEL iii

iv

... vii

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARA ........... x

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I 2017 2

1.1. Sisi Pengeluaran .. . 7

1.1.1. Konsumsi .... ... 9

1.1.2. Investasi 17

1.2 1.1.3. Ekspor Impor . 23

1.2 Sisi Lapangan Usaha 28

1.2.1 Industri Pengolaha 32

1.2.2 Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil- .......... 37

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan 40

1.1.2.4 Konstruksi ... 43

1.1. Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 45

BOKS 1. Diversifikasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat 51

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

2.1 2.1. ..................................................... 56

2.2. 57

58

2.2.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2017 .......................................................... 60

2.2.3 Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat ............................................................................................ 62

2.2.4 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2017 .................................................................. 64

2.2 2.3. ... 66

2.3 2.4. Belanja APBN di .. 67

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI

Kondisi Umum

3.1 3.1. Perkembangan Inflasi Periode Triwulan I 2017 73

3.1.1 Inflasi Bulanan (mtm) ..... 73

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

iii

3.1.2 Inflasi Triwulanan (qtq) 78

3.1.3 Inflasi Tahunan (yoy) 80

3.2. Perkembangan Inflasi Menurut Kota 82

3.3. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi ............................. 84

3.4. Perkembangan Inflasi Triwulan III 2017......................................................................................... 88

3.5. Program Pengendalian Inflasi Daerah 90

92

3.5.2 Tantangan Dalam 96

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1 4.1. Perkembangan Kinerja Bank Umum 98

4.1.1 Aset dan Aktiva Produktif .. 98

4.1.2 Dana Pihak Ketiga

4.1.3 Kredit dan Risiko Kredit

4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat

4.1.4 Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

4.1.4.1 Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Barat

4.1.4.2 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Kabupaten/Kota

4.2. Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1 Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

4.2.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

4.2.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi

4.3. Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.3.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

4.3.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

4.3.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga

BOKS 2 Pemetaan Usaha Unggulan Jawa Barat

99

100

107

103

103

103

105

115

109

110

111

112

112

112

114

116

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1 5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai .. ... 123

5.2 5.1.1 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

5.1.2 Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

123

124

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

iv

5.1.3

5.1.4 Upaya Pengembangan Layanan Keuangan Non Tunai dan Elektronifikasi

5.2 Pengelolaan Uang Rupiah

5.2.1 Penarikan dan Penyetoran Perbankan

5.2.2 Upaya Penyediaan Uang Layak Edar

5.2.3 Temuan Uang yang Tidak Sesuai Dengan Ciri Keaslian Rupiah

5.2.4 Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu ..

127

128

130

130

131

134

134

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.1 6.1 .... 137

6.2 6.2 142

6.3 6.3 144

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek .......................... 149

7.1.1 149

7.1.2 151

7.2. Prospek Perekonomian Provinsi Jawa Barat ............................................................................................. 152

7.2.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ............... ............................................ 152

7.2.2. Prospek Inflasi ............................................................................................................................. 160

164

TIM PENYUSUN ............................................................................................................................................................ 166

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

iii

Tabel 1.1 Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB)

7

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (% yoy) 8

Tabel 1.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (%) 8

Tabel 1.4 Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 9

Tabel 1.5 Struktur Komponen Investasi Provinsi Jawa Barat (% yoy) 17

Tabel 1.6 Struktur Ekspor-Impor Provinsi Jawa Barat (%) .............................................. 23

Tabel 1.7 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Jawa Barat (HS 2 Digit) .............................. 26

Tabel 1.8 Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 29

Tabel 1.9 Laju Pertumbuhan PDRB 30

Tabel 1.10 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%) 31

Tabel 1.11 Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Mikro Kecil (yoy) . 35

Tabel 2.1 Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan II 2017 57

Tabel 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah Perubahan Provinsi Jawa Barat 2016 dan 2017 59

Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan II 2017 . 60

Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Perubahan Jawa Barat Tahun 2016 dan 2017 63

Tabel 2.5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2017 64

Tabel 2.6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat 68

Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2017 68

Tabel 2.8 Realisasi Komponen Belanja APBN Berdasarkan Fungsi di Provinsi Jawa Barat 69

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%, mtm) 74

Tabel 3.2 Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm) 74

Tabel 3.3 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi (%, mtm) 76

Tabel 3.4 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, mtm) 77

Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Triwulanan Jawa Barat Serta Andilnya (%, qtq) ....................... 78

Tabel 3.6 Inflasi dan Andil Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) .. 80

Tabel 3.7 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, yoy) 82

Tabel 3.8 Perkembangan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Terhadap IHK Jawa Barat 83

Tabel 3.9 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Adminstered Prices di Jawa Barat Triwulan II 2017

(%,yoy)

85

Tabel 3.10 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile Food di Jawa Barat Triwulan II 2017 (%,

86

Tabel 3.11 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Inflation di Jawa Barat Triwulan II 2017 (%,

88

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

Tabel 4.1 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran

113

Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/Bulan

113

Tabel 1 ............... 116

Tabel 2 Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi

Jawa Barat

117

Tabel 3 KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Jawa Barat ................. 118

Tabel 4 Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Barat .......... 119

Tabel 5 KPJU UNGGULAN Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Jawa Barat 119

Tabel 6 KPJU POTENSIAL Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Jawa Barat 119

Tabel 7 Sebaran Wilayah KPJu Unggulan Tingkat Provinsi Jawa Barat 120

Tabel 8 Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Jawa Barat (Rataan Skor Prospek dan

Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

120

Tabel 5.1 Rasio Ketersediaan Layanan Bank Kabupaten/Kota di Jawa Barat ............................... 128

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Juta Orang) 138

Tabel 6.2 Jenjang Pendidikan TPK 139

Tabel 6.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (Juta Orang) 139

Tabel 6.4 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Juta Orang) .. 140

Tabel 6.5 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (Juta Orang) 140

Tabel 6.6 Perbandingan Kinerja lapangan Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerjanya .. 141

Tabel 6.7 Penduduk Bekerja Menurut Status Kegiatan Pekerja (Juta Orang) 141

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 149

Tabel 7.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN 151

Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Permintaan 152

Tabel 7.4 Daftar Proyek Infrastruktur Strategis di Jawa Barat 156

Tabel 7.5 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat 158

Tabel 7.6 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Pengeluaran 159

Tabel 7.7 Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun 2017 161

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

iv

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 3

Grafik 1.2 Share Perekonomian Provinsi di Jawa Terhadap Nasional (Triwulan I 2016 dam Triwulan I

2017)

3

Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Sisi Pengeluaran Triwulan I 2017........................ 4

Grafik 1.4 4

Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyaluran Kredit ....... 5

Grafik 1.6 Pertumbuhan Ekonomi dan Outflow Uang Kartal ............. 5

Grafik 1.7 Pertumbuhan Komponen Konsumsi RT .......... 8

Grafik 1.8 10

Grafik 1.9 Indek 10

Grafik 1.10 Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga 10

Grafik 1.11 10

Grafik 1.12 Perkembanga 12

Grafik 1.13 Pertumbuhan Harga Properti Per Tipe 12

Grafik 1.14 ............................. 12

Grafik 1.15 Perkembangan Permintaan Domestik...................................................................................... 12

Grafik 1.16 Perkembangan Lalu Lintas Tol Purbaleunyi.... ...................................... 12

Grafik 1.17 Pendaftaran .................. ....................... . 13

Grafik 1.18 Perkembangan NIlai Tukar Petani (Rata- 13

Grafik 1.19 Perkembangan Pendaftaran Ke 13

Grafik 1.20 Konsumsi 13

Grafik 1.21 Perkembangan 14

Grafik 1.22 14

Grafik 1.23 Perkembangan KPR Berdasarkan Kategori dan Timeline Penerapan LTV 14

Grafik 1.24 Perkembangan Suku Bunga Kredit Konsumsi dan Rumah Tangga................................ 14

Grafik 1.25 Realisasi Belanja Operasional-APBN Provinsi ................................ 15

Grafik 1.26 Realisasi Belanja Operasional-APBD Provinsi Jawa Barat .......................................................... 15

Grafik 1.27 Simpanan Pemda di Perbankan 16

Grafik 1.28 .......................................................... 17

Grafik 1.29 Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat Berdasarkan Laporan Wajib LKPM...... 17

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

v

Grafik 1.30 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMA ke Sektor Utama di Jawa Barat ................................ 18

Grafik 1.31 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMDN ke Sektor Utama di Jawa Barat.............................. 18

Grafik 1.32 Perk 18

Grafik 1.33 19

Grafik 1.34 . 19

Grafik 1.35 ............................ 19

Grafik 1.36 20

Grafik 1.37 20

Grafik 1.38 Penjualan Semen Jawa Barat ................................................................................................. 20

Grafik 1.39 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha Liaison ...................................................... 21

Grafik 1.40 Perkembangan Kredit Investasi Jawa Barat . .......... ............ 21

Grafik 1.41 .... . 21

Grafik 1.42 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Ja 23

Grafik 1.43 Perkembangan Neraca Perdagangan Antar Daerah Jawa Barat .............................................. 23

Grafik 1.44 Keyakinan Konsumen Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat.... 23

Grafik 1.45 Perkemb 23

Grafik 1.46 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat ..................... ............ 24

Grafik 1.47 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa Barat 24

Grafik 1.48 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama . 25

Grafik 1.49 Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama .. ... .. 25

Grafik 1.50 Perkembangan Nilai Volume Impor Jawa Barat. ... 26

Grafik 1.51 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD/IDR) 26

Grafik 1.52 .. 27

Grafik 1.53 Perkembangan Impor Jenis Penggunaan ............................. 27

Grafik 1.54 30

Grafik 1.55 PMI Negara Mitra Dagang Utama............................................................................................ 30

Grafik 1.56 Pangsa Ekspor Manufaktur Jawa Barat.................................................................................... 30

Grafik 1.57 Ekspor Manufaktur Jawa Barat........ ....................... 30

Grafik 1.58 Ekspor CKD Set..................................................................... .................... 31

Grafik 1.59 Ekspor Komponen...................... ............................................. 31

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

vi

Grafik 1.60 Produksi Mobil - GAIKINDO.............................. 31

Grafik 1.61 Provinsi MItra Dagang Jabar Berdasarkan Lalu Lintas Transaksi SKNBI ... 32

Grafik 1.62 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat.................... 32

Grafik 1.63 Likert Scale Penjualan Domestik............................................................................................... 32

Grafik 1.64 Perkembangan Industri Mikro dan Kecil......................... ... 31

Grafik 1.65 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan 33

Grafik 1.66 Perkembangan NPL Industri Pengolahan ........................ . 33

Grafik 1.67 ............................ . ..... 34

Grafik 1.68 Indeks Keyakinan Konsumen 34

Grafik 1.69 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini........................ . ..... 35

Grafik 1.70 35

Grafik 1.71 Like ..................................................................................... 35

Grafik 1.72 Likert Scale Harga Jual dan Margin ......................................................................................... 36

Grafik 1.73 ........................................................................................... 36

Grafik 1.74 Pendaftaran Kendaraan Bermotor................................................................................................. 36

Grafik 1.75 IMpor Barang Konsumsi.............................................................................................................. 36

Grafik 1.76 Perkembangan Kredit Perdagangan............................................................................................... 37

Grafik 1.77 Perkembangan Kredit Rumah Tangga............................................................................................ 37

Grafik 1.78 Kapasitas Produksi Pertanian - SKDU............................................................................................. 37

Grafik 1.79 Perkembangan Kredit Pertanian.................................................................................................... 37

Grafik 1.80 Perkembangan NPL Kredit........................................................................................................... 38

Grafik 1.81 Likert Scale Penjualan Domestik.................................................................................................... 38

Grafik 1.82 Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja........................................................................................... 38

Grafik 1.83 .................................................................................................... 39

Grafik 1.84 Indeks Realisasi Keg Usaha Konstruksi............................................................................................ 39

Grafik 1.85 Perkembangan Kredit LU Konstruksi.............................................................................................. 40

Grafik 1.86 Perkembangan NPL, Kredit LU Konstruksi....................................................................................... 40

Grafik 1.87 Perkembangan KPR.................................................................................................................... 40

Grafik 1.88 Perkembangan NPL, KPR............................................................................................................. 40

Grafik 1.89 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat................................................................................. 42

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

vii

Grafik 1.90 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Jawa Barat............................................................................. 42

Grafik 1.91 Perkiraan Investasi Dunia Usaha.................................................................................................... 43

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat .............................................................................. 57

Grafik 2.2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat ............................... 57

Grafik 2.3 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat ........................................... 58

Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Pajak Daerah TW I 2017................................................................................. 59

Grafik 2.5 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat........................................................................ 61

Grafik 2.6 Persentase Realisasi Anggaran Belanja Per Triwulan (%).......................................................... 62

Grafik 2.7 Perkembangan Belanja Operasi dan Modal.............................................................................. 63

Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%)....................................................................................... 63

Grafik 2.9 Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi................................................................................ 63

Grafik 2.10 Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2017 (%)......................................................................... 65

Grafik 2.11 Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2016 dan 2017..................................................................... 65

Grafik 2.12 ............................... 66

Grafik 2.13 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat ......................................................................... 67

Grafik 2.14 Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat............................................. 67

Grafik 2.15 % Realisasi APBN di Jawa Barat Berdasarkan Jenis 67

Grafik 3.1 Inflasi Jawa Barat dan Nasional 71

Grafik 3.2 Inflasi Tahunan Provinsi di Kawasan Jawa . 71

Grafik 3.3 Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy) 72

Grafik 3.4 Rata-Rata I . 73

Grafik 3.5 Inflasi B .. 73

Grafik 3.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang . 76

Grafik 3.7 Inflasi Triwulanan Kelompok bahan makanan .. 76

Grafik 3.8 Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Bulanan (mtm) 76

Grafik 3.9 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang 78

Grafik 3.10 Inflasi Triwulanan Subkelompok Sandang Wanita 78

Grafik 3.11 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan 79

Grafik 3.12 Inflasi Triwulanan Subkelompok Bahan Makanan 79

Grafik 3.13 Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Triwulanan (qtq) . 80

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

viii

Grafik 3.14 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 81

Grafik 3.15 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 81

Grafik 3.16 Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Tahunan (yoy) 81

Grafik 3.17 Inflasi Kota di Jawa Barat Triwulan II 2017 (yoy) 83

Grafik 3.18 Historis Inflasi Tahunan Kota Perhitungan Inflasi di Jawa Barat ... 83

Grafik 3.19 83

Grafik 3.20 Inflasi Pangan Tahunan Kota Inflasi ...................... 83

Grafik 3.21 Disagregrasi Inflasi Jawa Barat ............................. 84

Grafik 3.22 84

Grafik 3.23 ................................ 85

Grafik 3.24 Inflasi Administered prices Kelompok Energi dan Non Energi (yoy) ........................................ 85

Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non Traded (yoy) .................................................... 87

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Core Traded 87

Grafik 3.27 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial 87

Grafik 3.28 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 88

Grafik 3.29 Harga Komodi 88

Grafik 3.30 Perkembangan Disagregasi Inflasi 89

Grafik 3.31 Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 Bulan . 90

Grafik 4.1

Grafik 4.2

Grafik 4.3

Grafik 4.4

Grafik 4.5

Grafik 4.6

Grafik 4.7

Grafik 4.8

Grafik 4.9

Grafik 4.10

Grafik 4.11

Grafik 4.12

Pertumb ...

Pangsa Aset Perbankan Per Kel

Pertumbuha

Perkembangan DPK Berdasarkan Kategori Nasabah ...

Struktur D ..

Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Jawa Barat ..

Perkembangan Kredit Per Jenis

Proporsi Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Proporsi Kredit Menurut Lapangan Usaha

Perkembangan Kredit Menurut Lapangan Usaha ...............

Perkembangan Kredit Industri Pengolahan

98

98

99

99

99

99

100

100

100

101

101

101

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

ix

Grafik 4.13

Grafik 4.14

Grafik 4.15

Grafik 4.16

Grafik 4.17

Grafik 4.18

Grafik 4.19

Grafik 4.20

Grafik 4.21

Grafik 4.22

Grafik 4.23

Grafik 4.24

Grafik 4.25

Grafik 4.26

Grafik 4.27

Grafik 4.28

Grafik 4.29

Grafik 4.30

Grafik 4.31

Grafik 4.32

Grafik 4.33

Grafik 4.34

Grafik 4.35

Grafik 4.36

Grafik 4.37

Grafik 4.38

Grafik 4.39

Grafik 4.40

Grafik 4.41

Grafik 4.42

Perkembangan Kredit Perdagangan Besar & Eceran

Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Proporsi Kredit Sektoral . ..

NPL Kredit Industri Pengolahan

NPL Kredit Perdagangan Besar & Eceran

Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Tw II 2017 . ..

Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten Tw II 2017

Perkembangan Kredit UMKM

.............

Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha

Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw II 2017

NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw II 2017

Perkembangan Ekspor Jawa Barat ..

PMI Negara Mitra Dagang Utama

Perkembangan Kegiatan Usaha - SKDU

Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan SKDU

Likert scale Permintaan Domestik

Perkembangan Kredit Korporasi

Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan

NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

Persepsi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap Perkembangan Ekonomi Saat Ini

Ekspektasi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan Mendatang

Struktur Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga

Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang

Perkembangan Kredit Rumah Tangga

NPL Kredit Rumah Tangga

Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah

101

102

102

102

103

103

103

103

104

104

104

105

105

109

109

110

110

110

111

111

111

111

112

112

113

113

114

114

115

115

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

x

Grafik 1

Grafik 5.1

Grafik 5.2

Grafik 5.3

Grafik 5.4

Grafik 5.5

Grafik 5.6

Grafik 5.7

Grafik 5.8

Peta Kwadran KPJU Unggulan UMKM Provinsi Jawa Barat

Perkembangan SKNBI Nominal

Perkembangan SKNBI-Volume

Perkembangan RTGS Jawa Barat

Transaksi KUPVA BB Berizin Triwulan I 2017

Transaksi KUPVA BB Berizin Triwulan II 2017

Sebaran KUPVA Berizin

Volume Transfer Dana Outgoing

Nominal Transfer Dana Outgoing

121

123

123

123

124

124

125

126

126

Grafik 5.9 Volume Transfer Dana Incoming 126

Grafik 5.10 Nominal Transfer Dana Incoming 126

Grafik 5.11 Volume Transfer Dana Domestik 127

Grafik 5.12 Nominal Transfer Dana Domestik 127

Grafik 5.13 Volume Transfer Dana PTD-BB 127

Grafik 5.14 Nominal Transfer DanaPTD-BB 127

Grafik 5.15 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow Jawa Barat 131

Grafik 5.16 Pemusnahan UTLE 131

Grafik 6.1 Indeks Penggunaan T 137

Grafik 6.2 137

Grafik 6.3 142

Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi Ketenagakerjaan dan penghasilan Saat Ini 142

Grafik 6.5 143

Grafik 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Barat 143

Grafik 6.7 Indeks yang Diterima Petani Jawa Barat . 144

Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar Petani Jawa Barat 144

Grafik 6.9 144

Grafik 6.10 Perkembangan Indikator Kesejahteraan Jawa Bar 145

Grafik 6.11 146

Grafik 6.12 146

Grafik 7.1 150

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

xi

Grafik 7.2 153

Grafik 7.3 153

Grafik 7.4 154

Grafik 7.5 157

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)
Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

RINGKASAN EKSEKUTIF

vii

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat pada triwulan II 2017

tercatat sebesar 5,29%

(yoy), meningkat terbatas

dari triwulan I 2017 yang

tumbuh sebesar 5,28% (yoy)

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2017 meningkat terbatas

dibanding triwulan I 2017. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat

meningkat dari 5,28% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 5,29% (yoy)

pada triwulan II 2017. Namun demikian, realisasi ini lebih rendah dibanding

rata-rata LPE triwulan II pada kurun waktu 2014-2016 yang tercatat sebesar

5,40%, meskipun pada triwulan II 2017 berlangsung momen Ramadhan dan

Hari Raya Idul Fitri. Hal ini menandakan bahwa perbaikan ekonomi Jawa Barat

yang telah berlangsung sejak 2016 masih berlanjut namun tidak sekuat

perkiraan semula.

Dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

pada triwulan II 2017 disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan net

ekspor serta konsumsi LNPRT. Peningkatan laju pertumbuhan net ekspor

khususnya bersumber dari net ekspor antar daerah, di mana ekspor antar

provinsi meningkat di tengah penurunan impor antar provinsi. Meningkatnya

ekspor antar daerah ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari daerah lain

menjelang Hari Raya Idul Fitri untuk sejumlah produk manufaktur. Sementara

itu, menurunnya impor antar daerah dipengaruhi oleh kecukupan suplai lokal

untuk sejumlah komoditas pangan utama serta dukungan kebijakan Pemerintah

untuk mengantisipasi lonjakan harga menjelang Hari Raya serta masih

terjaganya pasokan bahan baku industri pengolahan yang menjadi komoditas

utama impor antar daerah.

Dari sisi lapangan usaha (LU), peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat pada triwulan II 2017 didorong oleh beberapa LU utama yakni industri

pengolahan dan konstruksi serta mayoritas LU berbasis jasa. Meningkatnya

kinerja industri pengolahan sebagai bentuk respon terhadap perkiraan kenaikan

belanja masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Meningkatnya kinerja LU

konstruksi sejalan dengan peningkatan investasi bangunan dari sisi pengeluaran.

Hal ini terutama didorong oleh pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah,

di mana selain proyek yang bersifat multiyear yang telah berjalan (seperti

Bandara Internasional Kertajati, LRT Terintegrasi Jabodebek, persiapan

pembangunan Pelabuhan Patimban, beberapa proyek Jalan Tol, dll), terdapat

proyek baru yang berjalan di triwulan II 2017 yakni proyek jalan Tol Jakarta-

Cikampek II (Elevated). Dari sisi swasta terdapat pembangunan beberapa pabrik

otomotif baru yang diselesaikan pada triwulan II. Selain itu, beberapa lapangan

usaha lainnya yang mengalami peningkatan di triwulan II 2017 adalah LU

berbasis jasa seperti transportasi & pergudangan, informasi & komunikasi, jasa

keuangan, jasa pendidikan, dan real estate.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan meningkat pada triwulan III

2017. Dari sisi pengeluaran, perkiraan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi

pada triwulan III 2017 terutama ditopang oleh peningkatan pada komponen

PMTB, ekspor luar negeri, serta konsumsi pemerintah. Meningkatnya PMTB atau

investasi diperkirakan masih didorong oleh investasi bangunan. Ekspor luar

negeri juga diperkirakan meningkat mengingat jumlah hari kerja efektif pada

triwulan III 2017 lebih banyak dibandingkan triwulan II 2017. Selain itu, prospek

positif di negara-negara mitra dagang (khususnya Eropa, ASEAN, China, dan

Jepang) turut mendorong optimisme peningkatan permintaan global. Konsumsi

pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan III 2017 sebagai dampak dari

pergeseran pencairan gaji ke-13 untuk PNS ke triwulan III. Di sisi lain, berlalunya

season Ramadhan dan Lebaran juga mendorong pertumbuhan konsumsi rumah

tangga melambat dibanding triwulan II 2017.

Sementara dari sisi lapangan usaha, meningkatnya LPE Jawa Barat pada

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

RINGKASAN EKSEKUTIF

viii

triwulan III 2017 diperkirakan didorong oleh LU utama yakni industri

pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan pertanian. Meningkatnya kinerja

LU industri pengolahan selain disebabkan oleh jumlah hari kerja efektif yang

lebih banyak, juga disebabkan oleh telah beroperasinya pabrik mobil baru

dengan skala yang cukup besar. Perkiraan meningkatnya kinerja konstruksi

sejalan dengan perkiraan peningkatan investasi bangunan, yakni terutama

ditopang oleh pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah. Kinerja LU

pertanian diperkirakan meningkat. Tercatat petani di beberapa sentra produksi

telah melakukan tanam lebih awal sehingga periode panen awal diperkirakan

mulai berlangsung sejak akhir triwulan III 2017.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Jawa Barat pada

triwulan I 2017 terkendali

walau mencatatkan terdapat

peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Berdasarkan disagregasi

kelompok, peningkatan

tekanan inflasi tahunan ini

disebabkan baik oleh faktor

non fundamental dari

kelompok administered

prices serta faktor

fundamental pada kelompok

core. Di sisi lain, penurunan

tekanan inflasi pada

kelompok volatile food

menjadi penahan inflasi

yang lebih tinggi lagi.

Inflasi IHK Jawa Barat pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 4,31% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 3,37% (yoy). Namun

realisasi ini masih lebih rendah dibanding rata-rata historis inflasi triwulan IV

sebesar 4,97% (yoy).

Berdasarkan disagregasi kelompok, tekanan inflasi pada triwulan II 2017

disumbang oleh kelompok administered prices dan core dengan andil

masing-masing sebesar sebesar 2,10% (yoy) dan 1,82% (yoy). Sementara

itu, kelompok volatile food memberikan andil inflasi yang lebih rendah yakni

0,38% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya, peningkatan tekanan inflasi

tercermin dari andil inflasi kelompok administered prices dan core yang

meningkat. Sementara itu, andil inflasi kelompok volatile food yang menurun

menjadi faktor penahan tekanan inflasi di triwulan II 2017.

Peningkatan inflasi core dari 2,67% (yoy) menjadi 2,92% (yoy) pada triwulan II

2017 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) peningkatan permintaan

terhadap makanan jadi dan baju muslim seiring dengan perayaan hari besar

keagaam Ramadhan dan Idul Fitri; serta (2) banyaknya hari libur selama triwulan

II 2017.

Inflasi kelompok administered prices juga tercatat meningkat tajam yakni

dari 5,20% (yoy) menjadi 10,71% pada triwulan II 2017. Peningkatan ini

khususnya terjadi pada sub kelompok energi seiring dengan adanya kebijakan

pemerintah menaikkan tarif listrik pelanggan golongan 900VA secara bertahap

pada tahun 2017. Selain itu, terdapat kenaikan harga BBM non subsidi pada

bulan Mei 2017 dan kelangkaan LPG 3 kg karena faktor seasonal bulan

Ramadhan dan Idul Fitri. Di sisi lain, inflasi volatile food juga tercatat

menurun yakni dari 3,72% (yoy) menjadi 2,06% (yoy) pada triwulan II

2017. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kebijakan Kementerian Pertanian

pada tahun 2016 yang membangun buffer zone untuk tanaman bawang merah

dan cabai di wilayah Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sumatra Utara,

Kalimantan Barat, Bali dan Papua yang menyebabkan pasokan di Jawa Barat

dapat dikonsumsi untuk wilayah Jawa Barat sendiri. Selain itu, untuk

menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri, pemerintah telah melakukan

berbagai upaya agar harga pangan di pasaran tetap stabil. Salah satunya adalah

dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beberapa komoditas

seperti bawang putih, dan mengimpor komoditas yang pasokannya kurang

namun permintaannya tinggi.

Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan III 2017 diperkirakan berada

pada rentang 3,6% - 4,2% (yoy), menurun dibanding realisasi inflasi

triwulan II 2017 sebesar 4,31% (yoy). Penurunan tekanan inflasi ini terutama

didorong oleh berakhirnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri dan harga bahan

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

RINGKASAN EKSEKUTIF

ix

pangan juga terpantau stabil hingga setelah bulan Ramadhan berlalu. Selain itu,

pemerintah telah menetapkan tidak ada kenaikan BBM dan listrik hingga akhir

triwulan III 2017.

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES

KEUANGAN DAN UMKM

Tekanan risiko korporasi

terindikasi meningkat

sebagai dampak

perlambatan ekspor luar

negeri dan konsumsi

namun dapat ditopang oleh

peningkatan ekspor antar

daerah . Risiko di sisi rumah

tangga berada di level

aman terlihat dari konsumsi

dan kemampuan membayar

yang masih cukup solid.

Kondisi stabilitas keuangan Jawa Barat pada triwulan II 2017 masih cukup

terjaga meskipun terdapat indikasi kenaikan risiko yang perlu menjadi

perhatian. Hasil asesmen terhadap kinerja perbankan menunjukkan kinerja yang

masih terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum yang berlokasi di

Jawa Barat meningkat. Di sisi lain, terpantau peningkatan risiko kredit yang

disalurkan bank umum untuk lokasi proyek di Jawa Barat dengan meningkatnya

rasio Non Performing Loan (NPL) pada triwulan II 2017 meskipun masih di

bawah ambang 5%. Dari sisi korporasi, kinerja penyaluran kredit kepada

korporasi terpantau melambat yang diikuti dengan peningkatan risiko

repayment capacity dengan kecenderungan NPL meningkat dan melebihi batas

5%. Sementara itu dari sisi rumah tangga, penyaluran kredit cenderung

meningkat sementara repayment capacity masih terjaga dengan rasio NPL yang

meskipun meningkat menjadi 2,79% namun masih di bawah batas aman 5%.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

Jawa Barat mengalami net

outflow pada triwulan II

2017 dan peningkatan

transaksi non tunai, seiring

dengan peningkatan

perekonomian.

Sementara itu, pada sistem pembayaran tunai, perputaran uang di Jawa Barat

pada triwulan II 2017 terlihat mengalami peningkatan dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya seiring dengan peningkatan pertumbuhan

ekonomi yang tercermin dari peningkatan kliring dan RTGS. Sementara itu, pada

triwulan II 2017 Jawa Barat mengalami net outflow sesuai karakteristiknya pada

momen hari raya. Dalam rangka meningkatkan kelancaran sistem pembayaran

dan PUR, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat melakukan

berbagai upaya, seperti penindakan KUPVA BB tidak berizin, hingga berbagai

upaya yang bersifat preventif dan represif dalam menangani permasalahan uang

palsu.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kinerja perekonomian Jawa

Barat pada triwulan II 2017

yang meningkat terbatas

berdampak pada

penurunan kondisi

ketenagakerjaan dan

kesejahteraan pada triwulan

laporan

Peningkatan kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan I I 2017

berdampak pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan pada triwulan

laporan. Tingkat kemiskinan Jawa Barat mengalami penurunan dari tahun

ke tahun, begitupun pada periode triwulan laporan. Pada Maret 2017,

tingkat kemiskinan mencapai 8,71% dari total penduduk, atau sebanyak 4,16

juta jiwa. Angka ini menurun dari Maret 2016 yang mencapai 8,95 atau

sebanyak 4,22 juta jiwa. Meskipun tingkat kemiskinan mengalami

penurunan,namun berbeda halnya dengan tingkat pengangguaran yang

meningkat pada triwulan II 2017. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Februari 2017 mencapai 60,65%, meningkat 0,31% dibandingkan Februari

2016. Namun, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat juga masih

relatif tinggi. Tingginya tingkat pengangguran ini diindikasi berdampak pada

meningkatnya ketimpangan pendapatan. Ketimpangan pendapatan Jawa Barat

yang diukur dengan Indeks Gini Ratio tahun 2016 masih relatif tinggi yakni

berada pada kisaran 0,403.

PRAKIRAAN PEREKONOMIAN KE DEPAN

Pada triwulan IV 2017,

perekonomian Jawa Barat

Pada triwulan IV 2017, perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh

meningkat dibanding triwulan III 2017 yakni pada kisaran 5,2% - 5,6%

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

RINGKASAN EKSEKUTIF

x

diperkirakan meningkat

dibanding triwulan III 2017.

Namun untuk keseluruhan

tahun 2017, LPE Jawa Barat

diperkirakan melambat

dibanding tahun 2016.

(yoy). Hal ini terutama dipengaruhi oleh pola seasonal terkait periode hari Natal

dan Tahun Baru pada akhir tahun 2017. Selain itu, ekspansi pengeluaran

pemerintah yang untuk membiayai investasi pembangunan infrastruktur dan

belanja komponen pembentuk konsumsi pemerintah pada akhir tahun

diperkirakan akan menjadi faktor yang dapat meningkatkan laju ekonomi Jawa

Barat pada triwulan IV 2017.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat diperkirakan melambat dibanding tahun 2016 pada kisaran 5,1% -

5,5% (yoy). Perlambatan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2017 terkait dengan

melemahnya konsumsi rumah tangga dan tidak adanya momen besar seperti

Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun sebelumnya. Namun demikian,

perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tetap berada di atas perkiraan

nasional.

Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat pada tahun 2017

dibanding tahun 2016, namun masih berada dalam kisaran sasaran inflasi

tahun 2017 sebesar 4%±1%. Dampak kenaikan tarif yang diatur pemerintah

(administered prices) serta second round effect-nya secara umum diantisipasi

sehingga menimbulkan gejolak yang besar pada momen dan Lebaran pada

triwulan II 2017. Propsek peningkatan harga minyak dunia yang mulai terlihat

sejak akhir triwulan I 2016 menjadi risiko yang juga perlu diwaspadai.

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

x

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ( r) Angka Revisi)

Ket : Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2012.

IIr ) Ir ) IIr ) III IV I II

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 4.94 5.04 5.20 6.06 5.97 5.45 5.67 5.28 5.29

Berdasarkan Permintaan/Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga 5.22 5.07 5.78 5.92 5.90 4.81 5.60 4.85 4.51

Konsumsi LNPRT -20.45 -8.13 7.90 5.61 6.11 2.48 5.48 2.07 3.26

Konsumsi Pemerintah 6.10 8.10 2.81 10.57 -7.82 9.19 3.76 4.95 4.51

PMTB 5.78 4.16 0.79 5.33 4.02 7.98 4.59 3.97 2.76

Perubahan Inventori -40.27 -16.51 -8.98 -14.00 23.34 26.84 3.99 1.79 -6.73

Ekspor 8.10 5.46 0.66 0.46 1.98 9.80 3.34 18.59 9.10

Impor -1.64 2.20 -4.11 -3.10 -0.95 12.92 1.66 18.04 4.05

Berdasarkan Penawaran/Lapangan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.66 0.16 -1.51 5.21 11.10 9.39 5.80 7.01 4.84

Pertambangan dan Penggalian 5.34 0.41 -0.39 -6.84 0.42 3.04 -0.97 0.95 0.58

Industri Pengolahan 3.24 4.39 5.14 5.29 4.64 4.03 4.77 4.65 4.73

Pengadaan Listrik, Gas -6.46 -6.80 4.86 -1.79 5.38 4.93 3.37 6.40 -18.53

Pengadaan Air 6.62 5.88 2.46 5.62 9.43 7.65 6.33 7.84 8.48

Konstruksi 5.57 6.43 6.27 7.06 2.70 4.35 5.02 4.08 5.34

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.98 3.71 2.48 4.18 5.52 5.42 4.44 5.44 4.68

Transportasi dan Pergudangan 10.31 8.90 7.74 6.46 13.18 7.79 8.84 4.82 6.54

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.34 8.10 9.39 6.59 9.66 11.56 9.31 9.42 9.18

Informasi dan Komunikasi 19.12 16.31 16.71 14.43 13.66 12.50 14.27 10.37 11.84

Jasa Keuangan 1.78 7.36 10.13 18.40 10.25 9.34 11.89 2.50 4.52

Real Estate 6.47 5.46 8.15 7.06 6.60 4.29 6.51 4.50 8.46

Jasa Perusahaan 8.01 8.15 7.71 6.61 9.67 8.58 8.16 7.80 7.70

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 4.40 5.53 3.57 17.20 -7.68 0.51 2.98 0.84 0.73

Jasa Pendidikan 8.42 10.17 10.69 9.12 5.85 5.18 7.61 8.03 9.97

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12.82 14.14 11.86 7.33 9.52 9.25 9.48 7.73 9.06

Jasa lainnya 7.96 8.96 10.88 7.81 9.75 6.67 8.73 8.96 9.92

Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) 6,399 24,791 5,891 6,500 5,992 6,545 24,927 6,866 6,538

Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 1,751 6,661 1,622 1,669 1,568 2,028 6,887 1,660 1,628

Impor Nilai Impor Non Migas (USD juta) 2,856 10,928 2,735 2,924 2,587 2,823 11,068 2,646 2,455

Volume Impor Non Migas (ribu ton) 523 1,961 521 591 499 525 2,136 568 534

Indeks Harga Konsumen (IHK)Jawa Barat 118.67 121.03 121.77 122.49 123.13 124.36 124.36 125.87 127.77

Kota Bandung 119.02 121.71 122.42 123.23 123.67 125.28 125.28 126.35 128.34

Kota Bekasi 117.89 121.20 120.68 121.13 121.86 123.07 123.07 124.55 126.11

Kota Depok 118.75 120.15 121.94 122.89 123.64 124.35 124.35 126.19 128.34

Kota Bogor 119.96 121.69 122.98 123.58 124.37 126.07 126.07 128.32 129.95

Kota Sukabumi 119.79 121.96 122.62 123.03 123.99 125.09 125.09 126.87 129.26

Kota Cirebon 117.61 118.94 119.28 120.10 120.61 121.16 121.16 122.55 124.79

Kota Tasikmalaya 118.18 121.10 122.01 123.07 123.44 124.43 124.43 125.73 127.89

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)Jawa Barat 6.51 2.73 3.78 3.22 2.54 2.75 2.73 3.37 4.31

Kota Bandung 7.31 3.93 4.34 3.54 2.54 2.93 3.93 3.21 4.15

Kota Bekasi 6.52 2.22 3.33 2.75 2.09 2.47 2.22 3.21 4.11

Kota Depok 5.73 1.87 3.51 3.49 2.90 2.60 1.87 3.49 4.43

Kota Bogor 6.55 2.70 4.14 3.02 2.53 3.60 2.70 4.34 5.15

Kota Sukabumi 5.83 2.20 2.96 2.70 2.52 2.57 2.20 3.47 5.06

Kota Cirebon 5.33 1.56 2.83 2.12 1.95 1.87 1.56 2.74 3.91

Kota Tasikmalaya 6.40 3.53 4.51 4.14 3.62 2.75 3.53 3.05 3.92

201620172015

INDIKATOR 20152016

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

xi

II I II III IV I II

Bank Umum KonvensionalTotal Aset 462.39 472.30 478.61 496.02 500.71 517.14 517.14 522.21 537.26

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor* 331.72 343.94 346.71 358.29 360.02 370.65 370.65 373.56 385.12

Kredit - Lokasi Bank Pelapor 290.74 306.13 308.24 322.24 325.53 335.19 335.19 335.91 347.83

Kredit - Lokasi Proyek 471.76 489.93 486.83 506.80 510.52 521.54 521.54 522.92 537.46

Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 87.65 89.01 88.91 89.94 90.42 90.44 90.44 89.92 90.32

Bank Umum SyariahTotal Aset 33.77 36.78 36.90 38.32 39.27 41.84 41.84 42.11 43.46

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 23.51 26.40 26.14 27.37 28.32 29.56 29.56 29.86 31.23

Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 27.09 28.40 28.38 28.76 29.53 30.30 30.30 30.76 31.80

Pembiayaan - Lokasi Proyek 34.01 36.38 36.17 39.39 40.49 42.09 42.09 44.03 45.66

Financing to Deposit Ratio (FDR) 115.23 107.60 108.57 105.08 104.27 102.48 102.48 103.00 101.81

Total Bank UmumTotal Aset 496.16 509.07 515.52 534.34 539.98 558.98 558.98 564.32 580.71

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor 355.23 370.33 372.85 385.66 388.35 400.21 400.21 403.42 416.35

Giro 69.61 64.17 74.77 72.83 76.43 71.50 71.50 74.42 79.77

Tabungan 136.22 155.41 148.82 162.59 161.42 174.21 174.21 168.12 179.02

Deposito 149.40 150.75 149.26 150.24 150.50 154.50 154.50 160.88 157.55

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 317.83 334.54 336.62 351.00 355.06 365.49 365.49 366.67 379.63

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Proyek** 505.76 526.31 523.01 546.19 551.01 563.63 563.63 566.94 583.12

Modal Kerja 210.27 213.97 206.52 215.90 215.91 219.90 219.90 216.61 227.29

Investasi 103.04 107.18 106.56 111.69 110.22 110.67 110.67 111.79 108.18

Konsumsi 192.45 205.15 209.93 218.59 224.87 233.06 233.06 238.55 247.66

Kredit UMKM - Lokasi Proyek 97.85 100.54 100.50 107.86 109.88 113.12 113.12 123.93 116.92

Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 89.47 90.33 90.28 91.01 91.43 91.33 91.33 90.89 91.18

Rasio Non Performing Loan (NPL) Gross 2.78 2.45 2.81 3.51 3.57 3.24 3.24 3.26 3.61

20162016 2017INDIKATOR

(dalam Rp Triliun kecuali dinyatakan lain)

20152015

II I II III IV I II

Transaksi TunaiInflow (Rp Triliun) 18.07 81.30 22.30 17.36 29.46 18.92 88.04 21.53 14.56

Outflow (Rp Triliun) 12.37 47.06 7.00 21.57 8.47 12.36 49.40 8.34 23.32

Netflow (Rp Triliun) 5.70 34.24 15.30 -4.22 20.99 6.56 38.63 13.19 -8.76

Transaksi Non Tunai (Kliring)Kliring Penyerahan (Rp Triliun) 46.79 207.01 89.51 97.22 76.36 78.11 341.19 71.68 61.73

Volume e Kliring (lembar) 1.36 5.77 2.15 2.30 2.01 2.18 8.64 2.02 1.80

2017INDIKATOR

20152015 2016

2016

II. PERBANKAN

Sumber: Bank Indonesia

* Lokasi bank pelapor : pencatatan berdasarkan transaksi perbankan (baik penghimpunan dana maupun penyaluran

kredit) yang dilakukan oleh bank-bank yang berkantor di Jawa Barat

* Lokasi proyek : pencatatan berdasarkan realisasi kredit yang disalurkan di wilayah Jawa Barat (tidak terbatas

kepada penyaluran oleh bank yang berkantor di Jawa Barat

III. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sumber: Bank Indonesia

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)
Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

2

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan II 2017

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2017 meningkat terbatas dibanding triwulan I

2017. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat dari 5,28%1 (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi 5,29% (yoy) pada triwulan II 2017. Namun demikian, realisasi ini lebih rendah dibanding rata-

rata LPE triwulan II pada kurun waktu 2014-2016 yang tercatat sebesar 5,40%, meskipun pada triwulan II

2017 berlangsung momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Hal ini menandakan bahwa perbaikan

ekonomi Jawa Barat yang telah berlangsung sejak 2016 masih berlanjut namun tidak sekuat perkiraan

semula.

Namun demikian, perkembangan LPE Jawa Barat ini relatif lebih baik dibandingkan kawasan Jawa yang

pada triwulan II 2017 tumbuh melambat dari 5,68% (yoy) menjadi 5,41% (yoy). Tren perlambatan pada

triwulan II 2017 tersebut juga dialami oleh mayoritas provinsi lainnya di Pulau Jawa, kecuali DI Yogyakarta

(Gambar 1.1). Perlambatan terdalam terjadi di DKI Jakarta (dari 6,45% menjadi 5,96%) dan Jawa Timur

(dari 5,39% menjadi 5,03%). Perlambatan LPE Pulau Jawa pada triwulan II 2017 disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan mayoritas komponen pengeluaran, kecuali konsumsi rumah tangga. Adapun

beberapa faktor yang mempengaruhi melambatnya LPE Jawa di tengah berlangsungnya momen Hari

Raya ini adalah pergeseran pembayaran gaji ke-13 untuk pegawai negeri sipil (PNS) ke triwulan III dan

berkurangnya periode kerja akibat banyaknya long weekend sepanjang triwulan II 2017 yang berdampak

kepada menurunnya kinerja sektor riil terutama sektor perdagangan dan industri pengolahan. Di sisi lain,

perlambatan kinerja sektor pertanian disebabkan telah masuknya musim tanam pada pertengahan

triwulan II.

Sumber : BPS Indonesia dan Provinsi

Gambar 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa (%, yoy)

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2017 kembali tercatat mengungguli perekonomian

Nasional yang tumbuh sebesar 5,01% atau stabil dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.1). Pada

triwulan II 2017, Jawa Barat masih menjadi salah satu penopang utama perekonomian nasional dengan

pangsanya yang mencapai 13,27%, tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta (17,55%) dan Jawa Timur

(14,76%) (Grafik 1.2). Adapun sumbangan PDRB Jawa Barat terhadap nasional ini menurun dibanding

1 Pada triwulan II 2017, BPS Jawa Barat telah merevisi angka laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat triwulan I

2017 dari sebelumnya 5,24% menjadi 5,28%

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

3

triwulan II 2016 yang mencapai 13,43%. Menurunnya pangsa Jawa Barat dibandingkan tahun 2016

antara lain disebabkan oleh realisasi pertumbuhannya yang lebih rendah dibanding triwulan II 2016 yang

mencapai 6,06%. Hal ini antara lain disebabkan oleh base effect di mana triwulan II 2016 merupakan

periode finalisasi persiapan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-15 di Jawa Barat serta

adanya pencairan gaji ke-13 untuk PNS. Secara umum, relatif besarnya kontribusi Jawa Barat terhadap

perekonomian nasional disebabkan karena Jawa Barat merupakan kontributor sektor industri pengolahan

terbesar terhadap nasional dengan pangsa mencapai 27,4%.

Sumber: BPS, Tahun Dasar 2010 (diolah)

Sumber: BPS, Tahun Dasar 2010 (diolah)

Dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I I 2017

disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan net ekspor serta konsumsi LNPRT. Peningkatan laju

pertumbuhan net ekspor khususnya bersumber dari net ekspor antar daerah, di mana ekspor antar

provinsi meningkat di tengah penurunan impor antar provinsi. Di sisi lain, kinerja net ekspor luar negeri

melambat akibat kontraksi yang terjadi pada ekspor luar negeri. Meningkatnya ekspor antar daerah ini

diperkirakan didorong oleh meningkatnya permintaan dari daerah lain menjelang Hari Raya Idul Fitri

untuk sejumlah produk manufaktur. Sementara itu, menurunnya impor antar daerah dipengaruhi oleh

kecukupan suplai lokal untuk sejumlah komoditas pangan utama serta dukungan kebijakan Pemerintah

untuk mengantisipasi lonjakan harga menjelang Hari Raya antara lain melalui impor (daging sapi).

Namun demikian, peningkatan ini ditahan oleh melambatnya laju pertumbuhan komponen

konsumsi rumah tangga, investasi, konsumsi pemerintah, dan net ekspor luar negeri. Melambatnya

konsumsi rumah tangga antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yakni : (1) berlanjutnya penyesuaian

tarif listrik 900 VA Rumah Tangga Mampu (RTM) pada triwulan II 2017; (2) bergesernya pencairan gaji ke-

13 untuk PNS ke triwulan III 2017 di mana pada tahun 2016 pencairan ini dilakukan pada triwulan II;

serta (3) kecenderungan rumah tangga menahan ekspansi belanja karena mempersiapkan belanja

pendidikan menjelang Tahun Ajaran Baru, khususnya untuk sekolah negeri yang sudah dimulai sejak akhir

triwulan II 2017. Sementara itu, perlambatan investasi terutama terjadi pada investasi yang bersifat non

bangunan, khususnya impor barang modal untuk industri alat angkutan. Hal ini diperkirakan terjadi

seiring dengan mulai beroperasinya pabrik mobil baru dengan skala yang cukup besar di wilayah Bekasi,

sehingga impor barang modal yang sempat meningkat beberapa triwulan sebelumnya berangsur

menurun. Adapun perlambatan konsumsi pemerintah antara lain disebabkan oleh bergesernya pencairan

gaji ke-13 ke triwulan III 2017 (sementara pada tahun 2016 pencairan dilakukan pada triwulan II) serta

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional

Grafik 1.2 Pangsa Perekonomian Provinsi di Jawa Terhadap

Nasional (Triwulan II 2016 & Triwulan II 2017)

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

4

base effect di mana pada triwulan II 2016 belanja Pemerintah meningkat didorong oleh finalisasi

persiapan acara Pekan Olahraga Nasional (PON). Perlambatan ekspor luar negeri terjadi pada seluruh

kelompok industri utama dengan penurunan terbesar pada ekspor alat angkutan, kimia, dan tekstil &

produk tekstil (TPT). Penurunan ini diperkirakan seiring dengan penurunan produksi akibat libur panjang

Hari Raya Idul Fitri serta kebijakan yang melarang kendaraan kontainer masuk tol sejak H-7 Hari Raya,

sementara kegiatan pengiriman barang ekspor Jawa Barat sangat bergantung kepada jalan tol karena

menjadi penunjang transportasi menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

Dari sisi lapangan usaha (LU), peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II

2017 didorong oleh beberapa LU utama yakni industri pengolahan dan konstruksi serta mayoritas

LU berbasis jasa. Meningkatnya kinerja industri pengolahan sebagai bentuk respon terhadap

meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan produksi ini diperkirakan terjadi

khususnya pada bulan April dan Mei sementara pada bulan Juni produksi diperkirakan sedikit menurun

akibat berlangsungnya libur panjang Hari Raya serta pelarangan lalu lintas kendaraan kontainer selama H-

7 Hari Raya. Meningkatnya kinerja LU konstruksi sejalan dengan peningkatan investasi bangunan dari sisi

pengeluaran. Hal ini terutama didorong oleh pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah, di mana

selain proyek yang bersifat multiyear (seperti Tol Cisumdawu, LRT Terintegrasi Jabodebek, Bandara

Internasional Kertajati, dll) terdapat proyek baru yang berjalan di triwulan II 2017 yakni proyek jalan Tol

Jakarta-Cikampek II (Elevated) sepanjang 36,8 km yang membentang mulai dari KM 9+500 sampai

dengan KM 47 (Karawang Barat). Maraknya proyek pembangunan infrastruktur yang berlangsung

khususnya di sepanjang jalan Tol Jakarta-Cikampek ini telah meningkatkan kepadatan serta kemacetan di

ruas tersebut. Selain itu, beberapa lapangan usaha lainnya yang mengalami peningkatan di triwulan II

2017 adalah LU berbasis jasa seperti transportasi & pergudangan, informasi & komunikasi, jasa keuangan,

jasa pendidikan, dan real estate. Namun demikian, peningkatan laju pertumbuhan di triwulan II ditahan

oleh melambatnya kinerja lapangan usaha utama lainnya, yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan

serta perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor. Melambatnya kinerja LU

pertanian disebabkan oleh berlalunya puncak panen raya yang telah berlangsung pada akhir triwulan I

2017 serta adanya base effect di mana pada tahun 2016 puncak panen raya bergeser ke triwulan II 2016.

Pada triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari sisi pengeluaran masih ditopang oleh

komponen utamanya yakni konsumsi rumah tangga dengan andil mencapai 2,80% (Grafik 1.3).

Namun andil konsumsi rumah tangga ini menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,09%.

Selanjutnya, net ekspor antar daerah memberikan andil terbesar kedua yakni mencapai 1,59% seiring

dengan peningkatan laju pertumbuhan ekspor antar daerah di tengah melambatnya impor antar daerah.

PMTB yang memberikan pangsa terbesar kedua pada struktur PDRB Jawa Barat memberikan andil

terbesar ketiga (0,67%) akibat adanya perlambatan pada investasi non bangunan khususnya barang

modal/mesin industri. Net ekspor luar negeri memberikan andil terbatas yakni sebesar 0,21%, setelah

pada triwulan sebelumnya mampu memberikan andil pertumbuhan mencapai 1,44%.

Sejalan dengan sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari sisi lapangan usaha juga

masih ditopang lapangan usaha utama yakni industri pengolahan yang memberikan andil mencapai

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

5

2,04% (Grafik 1.4). Andil LU industri pengolahan ini meningkat terbatas dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 2,02%. Selanjutnya, lapangan usaha (LU) perdagangan yang merupakan LU terbesar

kedua di Jawa Barat juga memberikan andil pertumbuhan terbesar kedua (0,72%). Andil LU perdagangan

menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 0,83% akibat melambatnya laju pertumbuhan LU

tersebut pada triwulan ini. Selanjutnya, LU informasi & komunikasi memberikan andil terbesar ketiga

(0,44%) dan LU konstruksi memberikan andil terbesar keempat (0,43%). Sementara pertanian yang

merupakan LU utama dengan pangsa terbesar ketiga memberikan andil terbesar kelima pada triwulan II

2017 yakni sebesar 0,42%. Menurunnya andil pertanian ini disebabkan oleh berlalunya puncan panen.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Dari aspek intermediasi perbankan, di tengah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada

triwulan II 2017, pertumbuhan penyaluran kredit mengalami perlambatan, yakni dari 8,40% (yoy) pada

triwulan I 2017 menjadi 6,76% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.5). Penyaluran kredit perbankan

kembali melambat setelah sebelumnya sempat meningkat pada triwulan I 2017. Perlambatan kredit ini

terjadi seiring dengan kembali meningkatnya risiko kredit atau NPL secara umum. Berdasarkan jenis

penggunaannya, perlambatan terutama terjadi pada pertumbuhan kredit investasi (dari 4,90% menjadi

-3,14%), sementara kredit modal kerja masih meningkat (dari 4,89% menjadi 5,28%). Di sisi lain,

transmisi kebijakan moneter yang akomodatif masih terus berlangsung di mana suku bunga bank secara

umum kembali menurun yakni dari 11,56% pada triwulan I 2017 menjadi 11,42% pada triwulan II 2017.

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, pertumbuhan outflow uang kartal

di Jawa Barat melambat dari 19,11% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 8,09% (yoy) pada triwulan II

2017 (Grafik 1.6).

Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Sisi

Pengeluaran Triwulan II 2017

Grafik 1.4 Andil Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Sisi

Lapangan Usaha TriwulanII 2017

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

6

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan akan meningkat pada triwulan III 2017. Hal ini

ditopang oleh optimisme konsumen Jawa Barat yang masih terjaga dan terus meningkat tercermin dari

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat dari 141,63 menjadi 146,33 pada awal triwulan III

2017. Berdasarkan komponen penyusunnya, peningkatan ekspektasi tersebut terutama didorong oleh

meningkatnya indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi penghasilan. Hal ini

didukung oleh banyaknya proyek infrastruktur yang sedang berlangsung di Jawa Barat hingga triwulan III

2017.

Dari sisi pengeluaran, perkiraan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II I 2017

terutama ditopang oleh peningkatan pada komponen PMTB, ekspor luar negeri, serta konsumsi

pemerintah. Meningkatnya PMTB atau investasi diperkirakan masih didorong oleh investasi bangunan

sejalan dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah proyek infrastruktur strategis di Jawa Barat, antara

lain meliputi Tol Soreang Pasir Koja (Soroja), Tol Cileunyi Sumedang Dawuan (Cisumdawu), Tol Cimanggis

Cibitung, Bogor Outer Ring Road, Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi), Bandung Intra Urban Toll Road

(BIUTR), Kereta Cepat Jakarta-Bandung, LRT Terintegrasi Jabodebek, Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated),

serta Bandara Internasional Kertajati. Adapun investasi bangunan dari sisi swasta diperkirakan masih

terbatas mengingat pelaku industri masih berfokus kepada optimalisasi kapasitas terpasang sementara

dari sisi real estate permintaan terhadap properti masih cenderung lemah. Ekspor luar negeri juga

diperkirakan meningkat mengingat jumlah hari kerja efektif pada triwulan III 2017 lebih banyak

dibandingkan triwulan II 2017 sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi. Selain itu, prospek positif

di negara-negara mitra dagang turut mendorong optimisme peningkatan permintaan global. Berdasarkan

estimasi sementara, laju pertumbuhan Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang pada triwulan II meningkat

dibandingkan triwulan I dan diharapkan akselerasi ini terus berlanjut hingga akhir tahun. Konsumsi

pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan III 2017 sebagai dampak dari pergeseran pencairan gaji

ke-13 untuk PNS ke triwulan III. Di sisi lain, berlalunya season Ramadhan dan Lebaran juga mendorong

pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat dibanding triwulan II 2017.

Dari sisi lapangan usaha, meningkatnya LPE Jawa Barat pada triwulan III 2017 diperkirakan didorong oleh

LU utama yakni industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan pertanian. Meningkatnya kinerja LU

industri pengolahan selain disebabkan oleh jumlah hari kerja efektif yang lebih banyak, juga disebabkan

oleh telah beroperasinya pabrik mobil baru dengan skala yang cukup besar di wilayah Bekasi pada

triwulan II sehingga diperkirakan mendorong output industri alat angkutan pada triwulan III 2017.

Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyaluran Kredit

Grafik 1.6 Pertumbuhan Ekonomi & Outflow Uang Kartal

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

7

Perkiraan meningkatnya kinerja konstruksi sejalan dengan perkiraan peningkatan investasi bangunan,

yakni terutama ditopang oleh pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah. Kinerja LU pertanian

diperkirakan meningkat mengingat sebagian petani di beberapa daerah telah melakukan tanam lebih

awal sehingga periode panen awal diperkirakan mulai berlangsung sejak akhir triwulan III 2017.

1.1. Sisi Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2017

dibanding triwulan sebelumnya disebabkan oleh meningkatnya net ekspor antar daerah serta

konsumsi LNPRT. Meningkatnya net ekspor antar daerah diperkirakan terutama didorong oleh

peningkatan ekspor antar daerah berupa produk industri untuk memenuhi permintaan menjelang Hari

Raya seperti makanan/minuman dan pakaian jadi. Sementara itu, peningkatan konsumsi LNPRT sejalan

dengan pola seasonal-nya di mana selama berlangsungnya Bulan Ramadhan kegiatan lembaga-lembaga

yang bersifat keagamaan juga turut meningkat. Bergesernya momen Ramadhan menjadi sepenuhnya

berlangsung pada triwulan II di tahun 2017 mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi LNPRT.

Tabel 1. 1. Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran Atas Dasar

Harga Berlaku (ADHB)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Pada struktur perekonomian Jawa Barat, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama

perekonomian Jawa Barat, dengan pangsa mencapai 64,72% terhadap PDRB Jawa Barat pada triwulan II

2017 (Tabel 1.1). Adapun pangsa konsumsi rumah tangga pada triwulan ini menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya akibat melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara tahunan. Pada

posisi kedua, PMTB atau investasi memberikan pangsa sebesar 24,09%, meningkat dibandingkan pangsa

pada triwulan sebelumnya didorong oleh terus meningkatnya investasi bangunan akibat pembangunan

proyek infrastruktur yang diinisiasi Pemerintah. Perkembangan yang positif tercermin pada pangsa net

ekspor total yang membaik dari -0,03% pada triwulan I 2017 menjadi 0,66% pada triwulan II 2017. Hal

ini terutama ditopang oleh meningkatnya pangsa net ekspor antar daerah yakni dari -10,99% menjadi

-9,91% sementara pangsa net ekspor luar negeri mengalami sedikit penurunan (dari 10,96 menjadi

10,57). Hal ini mencerminkan masih cukup kuatnya permintaan domestik di tengah tertahannya ekspansi

permintaan global seiring kembali menurunnya harga komoditas.

Ir) IIr) IIIr) IV I IIKonsumsi Rumah Tangga 64.51 66.16 64.66 64.94 66.51 65.56 66.67 64.72Konsumsi LNPRT 0.58 0.59 0.57 0.57 0.58 0.58 0.58 0.57Konsumsi Pemerintah 6.45 4.81 6.21 5.96 8.52 6.40 4.84 6.12PMTB 25.12 24.09 24.77 24.49 26.39 24.95 23.87 24.09Perubahan Inventori 5.02 4.96 4.15 4.06 4.38 4.38 4.07 3.84Ekspor 36.71 35.11 34.54 36.64 41.06 36.88 40.60 37.02Impor 38.39 35.73 34.90 36.66 47.44 38.74 40.64 36.36PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

2016**Komponen Penggunaan 2015*) 2016**) 2017

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

8

Tabel 1. 2. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Tabel 1. 3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Di tengah meningkatnya laju pertumbuhan net ekspor antar daerah dan konsumsi LNPRT, pertumbuhan

komponen pengeluaran lainnya yakni konsumsi rumah tangga, PMTB/investasi, konsumsi pemerintah,

dan net ekspor luar negeri tercatat mengalami perlambatan (Tabel 1.2). Di tengah melambatnya laju

pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terdapat beberapa sub komponen konsumsi yang mengalami

peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, yakni konsumsi restoran & hotel; perumahan &

perlengkapan; serta kesehatan & pendidikan. Meningkatnya konsumsi bersifat leisure yakni restoran &

hotel sejalan dengan periode long weekend yang berlangsung cukup banyak sepanjang triwulan II. Di sisi

lain, sub komponen konsumsi untuk jenis barang yang bersifat primer seperti makanan & minuman serta

pakaian & alas kaki mengalami perlambatan di tengah berlangsungnya momen Hari Raya, di mana

masyarakat diperkirakan menahan ekspansi belanja primernya sebagai persiapan menghadapi

pengeluaran pendidikan menjelang Tahun Ajaran Baru. Seiring dengan melambatnya laju pertumbuhan

konsumsi rumah tangga, andil pertumbuhan tahunannya juga melambat dari 3,09% menjadi 2,80%

(Tabel 1.3). Sejalan dengan hal tersebut, perlambatan laju pertumbuhan PMTB juga menyebabkan

penurunan andilnya pada triwulan II 2017. Khususnya pada konsumsi pemerintah, di tengah

melambatnya laju pertumbuhan, andil pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Di tengah melambatnya belanja pegawai akibat bergesernya pencairan gaji ke-13, pertumbuhan belanja

hibah & bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

Sementara itu, sejalan dengan meningkatnya kinerja net ekspor antar daerah, andil pertumbuhan net

ekspor total juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Ir) IIr) IIIr) IV I IIKonsumsi Rumah Tangga 5.07 5.78 5.92 5.90 4.81 5.60 4.85 4.51Konsumsi LNPRT -8.13 7.90 5.61 6.11 2.48 5.48 2.07 3.26Konsumsi Pemerintah 8.10 2.81 10.57 -7.82 9.19 3.76 4.95 4.51PMTB 4.16 0.79 5.33 4.02 7.98 4.59 3.97 2.76Perubahan Inventori -16.51 -8.98 -14.00 23.34 26.84 3.99 1.79 -6.73Ekspor 5.46 0.66 0.46 1.98 9.80 3.34 18.59 9.10Impor 2.20 -4.11 -3.10 -0.95 12.92 1.66 18.04 4.05PDRB 5.04 5.20 6.06 5.97 5.45 5.67 5.28 5.29

20172016**2016**Komponen Penggunaan 2015*

Ir) IIr) IIIr) IV I IIKonsumsi Rumah Tangga 3.19 3.66 3.69 3.68 3.07 3.52 3.09 2.80Konsumsi LNPRT -0.05 0.05 0.03 0.04 0.01 0.03 0.01 0.02Konsumsi Pemerintah 0.43 0.12 0.52 -0.45 0.63 0.21 0.21 0.23PMTB 1.04 0.20 1.31 0.99 2.02 1.14 0.94 0.67Perubahan Inventori -0.74 -0.35 -0.61 0.73 0.77 0.14 0.06 -0.24Ekspor 1.90 0.23 0.16 0.69 3.55 1.17 6.14 2.95Dikurangi Impor 0.73 -1.30 -0.96 -0.30 4.59 0.54 5.18 1.15PDRB 5.04 5.20 6.06 5.97 5.45 5.67 5.28 5.29

20172016**Komponen Penggunaan 2015*

2016**

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

9

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga

Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I I 2017 tercatat sebesar 4,51% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,85% (yoy). Berdasarkan

struktur komponen penyusunnya, konsumsi rumah tangga di Jawa Barat didominasi oleh konsumsi

makanan dan minuman selain restoran dengan pangsa sebesar 41,58% dan diikuti oleh transportasi dan

komunikasi (25,96%) serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga (11,76%) (Tabel 1.4). Khususnya

pangsa konsumsi makanan dan minuman kembali tercatat menurun dibanding triwulan sebelumnya (dari

41,81% menjadi 41,58%), diimbangi dengan meningkatnya pangsa konsumsi kelompok perumahan dan

perlengkapan rumah tangga (dari 11,56% menjadi 11,76%).

Tabel 1. 4. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Melambatnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama disebabkan oleh melambatnya

pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman (dari 6,61% menjadi 5,34%); pakaian dan alas kaki (dari

5,37% menjadi 3,47%); serta transportasi & komunikasi (dari 4,75% menjadi 4,26%) (Grafik 1.7).

Perlambatan konsumsi ketiga kelompok barang tersebut terjadi seiring dengan peningkatan inflasi

tahunannya. Inflasi kelompok makanan & minuman meningkat dari 3,59% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi 3,77% (yoy) pada triwulan II 2017, inflasi kelompok pakaian meningkat dari 1,81% menjadi

2,84%, sementara inflasi kelompok transportasi & komunikasi meningkat dari 1,49% menjadi 5,38%

(Grafik 1.8). Namun demikian, terjadi peningkatan pada pertumbuhan konsumsi restoran & hotel (dari

4,26% menjadi 5,80%) serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga (dari 0,84% menjadi 1,70%).

Meningkatnya konsumsi perumahan & perlengkapan rumah tangga ini sejalan dengan tekanan inflasinya

yang menurun dari 1,14% menjadi 0,98%. Sementara itu, peningkatan laju pertumbuhan konsumsi

kelompok restoran & hotel didorong oleh berlangsungnya periode long weekend yang cukup banyak

sepanjang triwulan II 2017. Masyarakat diperkirakan mengutamakan alokasi belanja untuk leisure selama

berlangsungnya libur long weekend (mengingat daerah-daerah di Jawa Barat umumnya menjadi tujuan

wisata utama keluarga di saat hari libur) dan menunda konsumsi kebutuhan primer yang tidak mendesak,

sebagai contoh pembelian baju baru.

Ir) IIr) IIIr) IV I IIMakanan dan Minuman, Selain Restoran 39.40 40.51 41.24 41.52 42.01 41.33 41.81 41.58Pakaian dan Alas Kaki 4.19 4.10 4.14 4.11 4.08 4.11 4.05 4.04Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga 12.11 12.11 11.77 11.61 11.49 11.74 11.56 11.76Kesehatan dan Pendidikan 5.78 5.66 5.56 5.59 5.54 5.59 5.58 5.56Transportasi dan Komunikasi 26.80 26.33 26.19 26.09 25.83 26.11 25.94 25.96Restoran dan Hotel 6.02 5.86 5.73 5.72 5.67 5.74 5.70 5.69Lainnya 5.71 5.43 5.36 5.35 5.38 5.38 5.38 5.40Konsumsi Rumah Tangga 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

20172016**2016**Komponen Konsumsi Rumah Tangga 2015*

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

10

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Meningkatnya konsumsi hotel tercermin dari rata-rata tingkat okupansi hotel di Jawa Barat pada triwulan

II 2017 sebesar 50,39%, lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 (49,13%) dan triwulan II 2016 (47,81%).

Namun demikian, di tengah melambatnya laju konsumsi rumah tangga, keyakinan konsumen pada

triwulan II 2017 masih bergerak dalam tren meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan

Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, meningkatnya optimisme konsumen tercermin dari peningkatan

Indeks Keyakinan Konsumen (121,7 pada triwulan I 2017 menjadi 127,0 pada triwulan II 2017) serta

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (dari 106,3 menjadi 112,3) (Grafik 1.9). Adapun peningkatan keyakinan

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat didorong oleh peningkatan indeks dari seluruh komponen

penyusunnya, terutama indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks konsumsi barang kebutuhan lama

(Grafik 1.10). Meningkatnya indeks ketersediaan lapangan kerja sejalan dengan berlangsungnya sejumlah

kegiatan pembangunan infrastruktur di Jawa Barat termasuk proyek Jakarta-Cikampek II (Elevated) yang

dimulai pada triwulan II.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Dengan demikian, hal ini menjadi indikasi bahwa

optimisme konsumsi di Jawa Barat secara umum

masih terjaga namun melambatnya konsumsi

disebabkan karena masyarakat menunda sebagian

kegiatan belanja sebagai persiapan menghadapi

tahun ajaran baru. Masih terjaganya optimisme

serta daya beli konsumen Jawa Barat antara lain

juga tercermin dari pangsa tenaga kerja formal

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Barang

Konsumsi

Grafik 1.7 Pertumbuhan Komponen Konsumsi RT

Grafik 1.9 Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.10 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik Error! No text of specified style in document. 1.

Grafik 1.11 Perkembangan Tenaga Kerja Formal & Informal

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

11

yang meningkat dari 48,9% pada Februari 2016 menjadi 49,8% pada Februari 2017 (Grafik 1.11). Selain

itu, pertumbuhan tenaga kerja formal sebesar 3,94% (yoy) juga lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja

informal sebesar 0,51% (yoy).

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, di tengah optimisme konsumsi yang masih terjaga masyarakat

cenderung menahan kegiatan konsumsinya. Hal ini terkonfirmasi dari Survei Konsumen yang

menunjukkan adanya penurunan pada pangsa pengeluaran untuk konsumsi dari total pendapatan

masyarakat (Marginal Propensity to Consume) dari 64,7% pada triwulan I 2017 menjadi 64,3% pada

triwulan II 2017 (Grafik 1.12). Penurunan tendensi konsumsi ini diiringi dengan meningkatnya pangsa

pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan (Marginal Propensity to Saving) yakni dari 16,4% menjadi

18,1%. Hal ini sejalan dengan perkiraan di mana masyarakat menahan konsumsinya untuk

mempersiapkan dana menjelang tahun ajaran baru. Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia pada

triwulan II 2017 masih menunjukkan adanya peningkatan terbatas pada pertumbuhan Indeks Penjualan

Riil (IPR) gabungan yakni dari 3,93% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 8,06% (yoy) pada triwulan II

2017 (Grafik 1.13). Peningkatan penjualan eceran terutama terjadi pada kelompok makanan & minuman;

perlengkapan rumah tangga lainnya; serta bahan bakar.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia

Melambatnya konsumsi rumah tangga khususnya pada kebutuhan yang bersifat tidak mendesak juga

tercermin dari pertumbuhan indeks harga properti yang masih terus bergerak dalam tren melambat

hingga triwulan II 2017. Baik secara triwulanan maupun tahunan, indeks harga properti residensial di

Kota Bandung tumbuh dalam tren melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.14). Secara

tahunan, IHPR tumbuh melambat yakni dari 5,39% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 3,77% (yoy) pada

triwulan II 2017. Berdasarkan tipe rumahnya, perlambatan pertumbuhan IHPR secara tahunan terutama

terjadi pada rumah besar (dari 5,52% menjadi 2,24%) dan rumah tipe menengah (dari 5,69% menjadi

4,75%) (Grafik 1.15).

Grafik 1.12 Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga Grafik 1.13 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Riil

(IPR)

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

12

Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Keyakinan terhadap masih terjaganya daya beli masyarakat juga didukung oleh hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan pada indeks

kegiatan dunia usaha. Indeks kegiatan dunia usaha meningkat dari 15,69% SBT menjadi 18,31% SBT

pada triwulan II 2017 (Grafik 1.17). Meningkatnya kegiatan dunia usaha ini pada akhirnya berkorelasi

dengan pendapatan masyarakat. Berdasarkan lapangan usaha, peningkatan kegiatan usaha khususnya

terjadi pada lapangan usaha perdagangan (dari -2,41% SBT menjadi 5,12% SBT) dan pertanian (dari

-2,80% SBT menjadi 0,51% SBT). Sejalan dengan hal tersebut, wawancara liaison yang dilakukan oleh

Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat kepada 44 (empat puluh empat) perusahaan di Jawa Barat

secara umum menyampaikan bahwa penjualan domestik tumbuh terbatas dibandingkan triwulan

sebelumnya, tercermin dari likert scale permintaan domestik yang meningkat dari 0,70 pada triwulan I

2017 menjadi 0,71 pada triwulan II 2017 (Grafik 1.16). Peningkatan permintaan domestik terjadi pada

contact di lapangan usaha industri pengolahan (LS meningkat dari 0,81 menjadi 0,95). Pada lapangan

usaha industri pengolahan, peningkatan permintaan domestik secara khusus dikonfirmasi oleh contact

liaison pada sub lapangan usaha industri makanan dan minuman; industri tekstil dan produk tekstil;

industri elektronik; dan industri kimia. Sementara itu, kinerja industri otomotif diperkirakan tumbuh

melambat pada periode laporan dibanding triwulan sebelumnya.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Sumber: Liaison Bank Indonesia

Perlambatan konsumsi rumah tangga di Jawa Barat antara lain juga dikonfirmasi oleh perkembangan

volume kendaraan yang melintas di 11 gerbang tol2 ruas Purbaleunyi yang secara total tumbuh melambat

2 Ruas tol Purbaleunyi mencakup gerbang tol Sadang, Jatiluhur, Cikamuning, Padalarang, Baros, Pasteur, Pasirkoja,

Kopo, Moh. Toha, Buah Batu, Cileunyi

Grafik 1.14 Perkembangan Harga Properti Residensial Grafik 1.15 Pertumbuhan Harga Properti Per Tipe

Grafik 1.16 Indeks Perkembangan Dunia Usaha Grafik 1.17 Perkembangan Permintaan Domestik

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

13

dari 4,17% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi

3,01% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.16).

Namun demikian, khususnya volume kendaraan

golongan I (jenis sedan, jip, truk kecil, dan bus)

yang mendominasi penggunaan ruas tol

Purbaleunyi dengan pangsa mencapai 88%

meningkat terbatas dari 3,75% (yoy) menjadi

3,84% (yoy) pada triwulan II 2017. Hal ini seiring

dengan berlangsungnya serangkaian periode libur

panjang selama triwulan II serta berlangsungnya Hari Raya Idul Fitri yang meningkatkan arus kendaraan

baik ke kota Bandung maupun yang melintasi Jawa Barat. Penurunan volume kendaraan terbesar adalah

pada kendaraan golongan IV dan V akibat Pemerintah menerapkan larangan bagi kendaraan besar

tersebut melintas di jalan tol pada H-7 Hari Raya Idul Fitri.

Melambatnya konsumsi rumah tangga juga dikonfirmasi oleh perkembangan impor barang konsumsi

yang kembali tumbuh melambat yakni dari -2,65% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -14,10% (yoy)

pada triwulan II 2017 (Grafik 1.19). Perlambatan ini lebih disebabkan oleh terbatasnya permintaan

masyarakat karena dari aspek eksternal nilai tukar Rupiah relatif stabil dan bahkan mengalami apresiasi

terbatas sebesar 0,29% (qtq) pada triwulan II 2017. Secara spesifik, perlambatan yang paling dalam

terjadi pada impor barang konsumsi bersifat durable dan semi-durable. Sebagaimana disampaikan

sebelumnya, masyarakat cenderung menahan konsumsi untuk barang yang tidak mendesak dan

umumnya bersifat durable.

Di sisi lain, dari segmen konsumsi masyarakat pedesaan atau petani, terdapat indikasi peningkatan

konsumsi yang tercermin dari peningkatan indeks Nilai Tukar Petani dari 102,7 pada triwulan I 2017

menjadi 103,8 pada triwulan II 2017 (Grafik 1.20). Hal ini disebabkan oleh telah berlalunya puncak panen

raya serta meningkatnya permintaan masyarakat terhadap bahan pangan menjelang Hari Raya yang

cenderung meningkatkan harga jual produk pertanian dan meningkatkan pendapatan petani.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Melambatnya konsumsi rumah tangga khususnya untuk jenis barang durable dan tidak mendesak juga

tercermin dari melambatnya laju pertumbuhan pendaftaran kendaraan baru (BKKBN 1) untuk mobil yang

tercatat di Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat. Pertumbuhan pendaftaran mobil pribadi baru

Sumber : PT. Jasa Marga Cabang Purbaleunyi

Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Konsumsi Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Rata-rata)

Grafik 1.18 Perkembangan Lalu Lintas Tol Purbaleunyi

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

14

tumbuh melambat dari -2,7% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -13,8% (yoy) pada triwulan II 2017

(Grafik 1.21). Hal ini cukup berbeda dengan tren historisnya di mana umumnya menjelang Hari Raya

permintaan terhadap mobil meningkat karena terdapat kebiasaan di mana masyarakat mengganti

kendaraannya terutama dengan hadirnya mobil-mobil LCGC yang harganya relatif lebih terjangkau. Di sisi

lain pertumbuhan pendafataran sepeda motor baru meningkat dari -17,7% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi -15,0% (yoy) pada triwulan II 2017. Perlambatan juga terjadi pada pertumbuhan penerimaan

pajak serta penerimaan asli daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat di mana sumber PAD tersebut adalah

berbasis konsumsi (pajak kendaraan bermotor, BBNKB I dan II, pajak bahan bakar kendaraan bermotor,

pajak air permukaan, dan pajak rokok) (Grafik 1.22).

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Jawa Barat, diolah

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Jawa Barat, diolah

Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi listrik rumah

tangga terpantau meningkat yakni dari -1,1% (yoy)

pada triwulan I 2017 menjadi -0,5% (yoy) pada

triwulan II 2017 (Grafik 1.23). Setelah sebelumnya

melambat pasca penyesuaian tarif listrik rumah

tangga 900 VA tahap pertama di triwulan I 2017,

masyarakat mulai dapat melakukan adjustment

sehingga konsumsi listrik di triwulan II 2017

meningkat. Selain itu, meningkatnya berbagai

kegiatan selama Hari Raya juga turut mendorong perkembangan ini.

Dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit konsumsi sedikit melambat sementara pertumbuhan

kredit rumah tangga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

kredit konsumsi melambat dari 13,63% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 13,30% pada triwulan II 2017

(Grafik 1.24). Dari kelompok kredit rumah tangga, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih memegang

pangsa terbesar yakni mencapai 50,91%, diikuti kredit multiguna (28,45%) dan kredit kendaraan

bermotor (13,82%). Dari segmen kredit rumah tangga, terjadi peningkatan pada pertumbuhan kredit

multiguna (dari 6,01% menjadi 10,08%) dan kredit kendaraan bermotor/KKB (dari 3,73% menjadi

8,86%), sementara KPR tumbuh melambat (dari 14,90% menjadi 13,12%). Perlambatan penyaluran KPR

ini sejalan dengan perkembangan indeks harga properti residensial yang juga melambat pada triwulan II.

Sumber: PT. PLN Distribusi Jawa Barat

Grafik 1.21 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Grafik 1.22 Pertumbuhan Pajak dan PAD Prov. Jawa Barat

Grafik 1.23 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Jawa Barat

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

15

Jika dianalisa secara lebih spesifik, pemberlakuan pengetatan LTV (LTV I) pada September 2013 telah

berhasil memperlambat pertumbuhan KPR (Grafik 1.26). Adapun pelonggaran KPR yang mulai diterapkan

pada akhir Agustus 2016 telah meningkatkan pertumbuhan penyaluran KPR secara terbatas dari 14,22%

(yoy) pada triwulan III menjadi 14,90% pada akhir triwulan I 2017, namun melambat cukup dalam pada

triwulan II menjadi 13,12% atau di bawah tingkat pertumbuhan sebelum pelonggaran. Berdasarkan tipe

rumahnya, perlambatan pertumbuhan KPR khususnya terlihat pada rumah tipe kecil (dari 6,26% menjadi

-7,22%), perlambatan penyaluran KPR tipe menengah dan besar lebih moderat. Secara umum,

penurunan suku bunga kebijakan oleh Bank Indonesia sejak Januari 2016 hingga Maret 2017 sebesar 150

bps juga telah diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan khususnya pada suku bunga kredit

multiguna dan kendaraan bermotor (Grafik 1.27). Adapun suku bunga kredit konsumsi mengalami sedikit

peningkatan dari 13,03% pada triwulan I 2017 menjadi 13,20% pada triwulan II 2017 yang diikuti

dengan perlambatan penyaluran kreditnya.

Konsumsi Pemerintah

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II 2017 melambat dibanding triwulan

sebelumnya, antara lain disebabkan oleh pergeseran pencairan gaji ke-13 bagi PNS ke triwulan III.

Konsumsi pemerintah pada triwulan II 2017 tercatat tumbuh sebesar 4,51% (yoy), melambat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,95% (yoy). Selain karena pergeseran pencairan gaji ke-13

bagi PNS, hal ini juga dipengaruhi oleh base effect dari finalisasi persiapan penyelenggaraan Pekan

Olahraga Nasional (PON) di tahun 2016.

Grafik 1.27 Perkembangan Suku Bunga Kredit Konsumsi

dan Rumah Tangga

Grafik 1.26 Perkembangan KPR Berdasarkan Kategori

dan Timeline Penerapan LTV

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.25 Perkembangan KPR, KKB, dan Multiguna

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

16

Pada triwulan II 2017 realisasi belanja operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat yang terdiri dari belanja

pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial melalui APBN tercatat sebesar Rp15,06 Triliun, lebih

tinggi dibanding realisasi pada triwulan II 2016 sebesar Rp10,68 Triliun. Dengan demikian, realisasi

belanja operasional Pemerintah Pusat di Jawa Barat pada triwulan II 2017 tumbuh 39,97% (yoy),

meningkat dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 4,79% (yoy) (Grafik 1.28). Peningkatan ini

terutama terjadi pada pertumbuhan belanja bantuan sosial (dari 30,65% menjadi 107,71%) namun

pangsa belanja bantuan sosial terbatas hanya sebesar 0,2% terhadap total belanja operasional APBN di

Jawa Barat. Komponen belanja operasional lainnya juga tercatat mengalami peningkatan, baik belanja

pegawai (dari -1,60% menjadi 47,34%) dan belanja barang (dari 19,33% menjadi 30,15%) dengan

pangsa masing-masing sebesar 52,0% dan 35,3% terhadap total belanja operasional APBN di Jawa

Barat. Meningkatnya pertumbuhan belanja pegawai antara lain didorong oleh pencairan gaji ke-14 untuk

PNS. Secara umum, persentase realisasi belanja operasional APBN di Jawa Barat pada triwulan II 2017

sebesar 40,88%, sedikit meningkat dibanding triwulan II 2016 sebesar 29,06% terhadap pagu.

Sumber: Kanwil Dirjen Perbendaharaan Jawa Barat

Sumber: Biro Keuangan Pemprov Jawa Barat

Sejalan dengan perkembangan realisasi belanja APBN, realisasi belanja operasi pemerintah daerah melalui

APBD Provinsi Jawa Barat pada triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp10,07 Triliun, meningkat dibanding

triwulan II 2017 sebesar Rp7,50 Triliun. Dengan demikian, pertumbuhan belanja operasi APBD Provinsi

hingga triwulan II 2017 sebesar 34,31% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar -25,45% (Grafik 1.29). Berdasarkan komponennya, peningkatan belanja operasional didorong

oleh peningkatan belanja hibah & bantuan yang tumbuh dari -55,04% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi 11,04% (yoy) pada triwulan II 2017. Di sisi lain, komponen belanja operasional lainnya tercatat

tumbuh melambat, yakni belanja pegawai (dari 139,42% menjadi 107,86%) dan belanja barang (dari

202,85% menjadi 79,89%). Melambatnya pertumbuhan belanja pegawai APBD Provinsi antara lain

disebabkan oleh pergeseran pencairan gaji ke-13 untuk PNS ke triwulan III 2017, di mana pada tahun

2016 pencairan dilakukan pada akhir triwulan II. Hal ini memberi pengaruh yang cukup besar sebagai

implikasi dari pengalihan wewenang dari Pemerintah Kab/Kota ke Provinsi yang mencapai 28.000 PNS.

Secara umum, persentase realisasi belanja operasi pada APBD Pemerintah Provinsi terhadap pagunya

pada triwulan II 2017 sebesar 42,53%, lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 sebesar 40,25%.

Grafik 1.28 Realisasi Belanja Operasional APBN di Jawa

Barat

Grafik 1.29 Realisasi Belanja Operasional APBD

Provinsi Jawa Barat

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

17

Realisasi belanja pemerintah yang relatif

meningkat memasuki triwulan II tercermin dari

simpanan pemerintah pada perbankan di daerah

yang terpantau menurun, yakni dari Rp49,39 Triliun

pada triwulan I 2017 menjadi Rp46,94 Triliun pada

triwulan II 2017 (Grafik 1.30). Pertumbuhan

deposito Pemerintah terpantau melambat yakni

dari 3,03% (yoy) menjadi -11,06% (yoy) pada

triwulan II 2017. Melambatnya pertumbuhan

deposito diperkirakan terjadi akibat adanya switch ke simpanan yang berifat lebih likuid tercermin dari

pertumbuhan giro yang meningkat dari -22,10% (yoy) menjadi -1,48% (yoy) pada triwulan II 2017.

Adapun simpanan berupa giro ini digunakan untuk pembayaran belanja-belanja rutin seperti belanja

pegawai, THR, belanja barang, dan lain-lain.

1.1.2. Investasi

Pertumbuhan investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) kembali mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 3,97% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi 2,76% (yoy) pada triwulan II 2017. Berdasarkan komponennya, perlambatan terjadi pada

investasi non-bangunan sementara pertumbuhan investasi bangunan tercatat meningkat. Melambatnya

investasi non-bangunan yang mayoritas oleh pihak swasta ini diperkirakan karena perusahaan fokus

untuk mengoptimalkan barang modal yang telah diakuisisi secara ekspansif dengan pertumbuhan impor

barang modal yang cukup tinggi selama beberapa triwulan sebelumnya. Melalui hasil liaison diketahui

bahwa kapasitas terpasang di pabrik saat ini masih berada di bawah kondisi optimalnya sehingga pelaku

usaha belum melakukan ekspansi investasi.

Adapun investasi di Jawa barat didominasi oleh investasi bangunan dengan pangsa sebesar 75,60%

(Tabel 1.5). Perlambatan laju pertumbuhan investasi pada triwulan II 2017 disebabkan terutama oleh

melambatnya laju pertumbuhan investasi non bangunan (dari 3,61% menjadi -3,00%) (Grafik 1.32). Di

sisi lain, pertumbuhan investasi bangunan masih mengalami peningkatan (dari 4,08% menjadi 4,63%).

Melambatnya pertumbuhan investasi non bangunan ini terjadi sejak triwulan I 2017 di mana sebelumnya

pada triwulan III dan IV 2016 tumbuh cukup signifikan.

Tabel 1. 5. Struktur Komponen Investasi Provinsi Jawa Barat (% yoy)

Ir) IIr) IIIr) IV I II

Investasi Bangunan 75.43 74.98 74.38 74.79 74.37 74.62 74.38 75.60Investasi Non Bangunan 24.57 25.02 25.62 25.21 25.63 25.38 25.62 24.40Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

20172016**2016**

Struktur

Komponen Investasi 2015*

Grafik 1.30 Simpanan Pemda di Perbankan

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

18

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Melambatnya laju pertumbuhan investasi tersebut juga dikonfirmasi oleh data Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) RI yang menunjukkan bahwa pada triwulan II 2017 terjadi perlambatan baik

pada pertumbuhan realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat. Nilai realisasi PMA pada triwulan II 2017

sebesar USD977 juta atau tumbuh sebesar -19,38% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar -5,96% (yoy) (Grafik 1.32). Secara umum, Jawa Barat masih menjadi provinsi tujuan

PMA utama secara nasional, sejalan dengan banyaknya industri dan kawasan industri yang berkembang

di Jawa Barat. Pada triwulan II 2017, Jawa Barat menempati posisi kedua sebagai tujuan PMA (setelah DKI

Jakarta) dengan pangsa terhadap nasional mencapai 11,83%, diikuti Sulawesi Tengah dengan pangsa

sebesar 8,59%. Dukungan implementasi Paket Kebijakan Ekonomi khususnya dalam mempermudah

kegiatan investasi dan pengurusan perijinan juga menjadi salah satu penarik PMA ke Jawa Barat. Terkait

kemudahan pengurusan perizinan 3 jam, beberapa jenis perizinan yang dapat diakomodasi oleh

Pemerintah Provinsi antara lain meliputi : (1) IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing); (2) API

(Angka Pengenal Impor); (3) SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan); (4) SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan); (5)

Izin Kartu Pengawasan untuk sektor perhubungan (perpanjangan izin trayek); (6) Izin prinsip penanaman

modal; serta (7) Perpanjangan IMTA. Terkait implementasi salah satu Paket Kebijakan yakni pendirian KLIK

(Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi) di kawasan industri, dari semula terdapat 5 KLIK di Jawa

Barat, kini telah ditambah menjadi total berjumlah 11 KLIK yang tersebar di 11 kawasan industri di Jawa

Barat. Dengan demikian, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah KLIK terbanyak secara nasional.

Sementara itu, realisasi PMDN di Jawa Barat pada triwulan II 2017 mencapai Rp11,80 Triliun atau tumbuh

sebesar 33,91% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 49,58% (yoy).

Secara nasional, PMDN ke Jawa Barat juga menempati posisi tertinggi kedua (setelah Jawa Timur) dengan

pangsa sebesar 19,34% terhadap total PMDN nasional, diikuti oleh DKI Jakarta dan Kalimantan Timur.

Grafik 1.31 Pertumbuhan Komponen Investasi

Grafik 1.32 Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di

Jawa Barat Berdasarkan Laporan Wajib LKPM

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

19

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Secara sektoral, perlambatan PMA ke Jawa Barat

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan PMA

ke beberapa sektor utama. Hal ini tercermin dari

penurunan andil pertumbuhan dibandingkan

triwulan sebelumnya, khususnya pada real estate

(dari -0,2% menjadi -13,4%) dan industri makanan

(dari -6,7% menjadi -8,0%) (Grafik 1.33).

Sementara itu, pertumbuhan PMA ke sektor utama

lainnya seperti industri otomotif, industri elektronik,

serta industri karet & plastik masih meningkat. Melambatnya pertumbuhan PMA khususnya ke sektor real

estate diperkirakan karena investor masih melihat uncertainty khususnya untuk permintaan properti

residensial yang hingga triwulan II 2017 masih bergerak dalam tren melambat baik dari segi penjualan

maupun harganya.

Di sisi PMDN, perlambatan pada triwulan II 2017 disumbang oleh beberapa sektor dan industri utama.

Hal ini tercermin dari penurunan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada

konstruksi (dari -0,6% menjadi -63,2%), industri elektronik (dari 7,0% menjadi 2,3%), dan industri kimia

(dari 6,3% menjadi -1,4%) (Grafik 1.34). Namun demikian, perlambatan yang lebih dalam ditahan oleh

masih meningkatnya laju pertumbuhan PMDN ke sektor real estate, industri makanan, dan industri kertas.

Berdasarkan negara asalnya, perlambatan PMA terjadi dari hampir seluruh negara asal utama. Hal ini

tercermin dari penurunan andil pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya pada PMA dari

Singapura (dari 9,7% menjadi -5,0%), Belanda (dari 6,5% menjadi 1,2%), Taiwan (dari 3,8% menjadi

1,0%), dan China (dari -7,5% menjadi -11,9%) (Grafik 1.36). Namun demikian, perlambatan lebih dalam

masih ditahan oleh meningkatnya andil pertumbuhan PMA dari Jepang (dari -16,9% menjadi -4,1%).

Pada triwulan II 2017, PMA terbesar ke Jawa Barat masih berasal dari Jepang dengan pangsa mencapai

49,20%, diikuti Singapura (14,39%), dan Belanda (7,50%). PMA dari Jepang ini mayoritas masuk ke

industri otomotif dan industri elektronik.

Secara spasial, pangsa penyaluran PMA terbesar pada triwulan II 2017 ditujukan ke Kab. Karawang

(42,8%) dan Kab. Bekasi (36,4%) dengan total pangsa gabungan ke dua kabupaten tersebut mencapai

79,2%. Tingginya pangsa PMA ke dua kabupaten yang berbasis manufaktur tersebut adalah karena

Grafik 1.33 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMA ke

Sektor Utama di Jawa Barat

Grafik 1.34 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMDN

ke Sektor Utama di Jawa Barat

Grafik 1.35 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMA

Dari Negara Asal Utama di Jawa Barat

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

20

sebagian besar PMA ke Jawa Barat mengalir ke industri pengolahan. Adapun jenis industri yang

beroperasi di Kab. Karawang dan Kab. Bekasi ini sangat beragam, terutama didominasi industri otomotif

dan elektronik. Di sisi lain, pangsa penyaluran PMDN terbesar pada triwulan II 2017 ditujukan ke Kota

Bogor (23,0%), Kab. Bekasi (21,4%), dan Kab. Sumedang (18,6%) dengan total pangsa PMDN gabungan

ketiga wilayah sebesar 63,0%.

Melambatnya pertumbuhan PMA ke Jawa Barat pada triwulan II 2017 juga tercermin melalui penurunan

andil pertumbuhan PMA ke wilayah-wilayah utama di Jawa Barat, antara lain Kab. Karawang (dari 22,8%

menjadi 9,5%), Kab. Bogor (dari 2,5% menjadi -7,9%), Kab. Cirebon (dari 2,5% menjadi -0,3%), dan

Kab. Purwakarta (dari 4,2% menjadi -0,8%) (Grafik 1.36). Sementara pertumbuhan PMA ke Kab. Bekasi

masih mengalami peningkatan antara lain seiring dengan mulai beroperasinya pabrik otomotif baru di

kawasan Cikarang. Sejalan dengan PMA, perlambatan PMDN ke Jawa Barat pada triwulan II 2017 juga

tercermin pada penurunan andil pertumbuhan PMDN ke wilayah-wilayah utama, yakni Kota Bogor (dari

0,1% menjadi -2,9%) dan Kab. Sumedang (dari 4,4% menjadi -66,1%) (Grafik 1.37). Sementara

pertumbuhan PMDN ke Kab. Karawang, Kab. Bekasi, dan Kab. Bandung masih mengalami peningkatan.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,

melambatnya laju pertumbuhan investasi di Jawa

Barat pada triwulan II 2017 kembali disebabkan

oleh perlambatan pada investasi non-bangunan.

Hal ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan impor

barang modal Jawa Barat yang melambat dari

7,94% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi

-48,17% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.38).

Secara spesifik, perlambatan terdalam terjadi pada

impor barang modal untuk transport equipment yakni dari 564,35% (yoy) menjadi -21,16% (yoy) pada

triwulan II 2017. Sebelumnya, impor barang modal untuk transport equipment industri telah tumbuh

signifikan sejak triwulan II 2016 dan mulai mengalami perlambatan pada triwulan II 2017. Menurunnya

laju pertumbuhan impor barang modal pada industri alat angkutan ini didorong salah satunya didorong

oleh telah beroperasinya pabrik otomotif baru di Jawa Barat pada triwulan II 2017, sehingga fokus

perusahaan adalah mengoperasikan barang modal yang telah diakuisisi sebelumnya. Selain itu,

pertumbuhan impor barang modal untuk non-transport equipment juga melambat dari 7,75% (yoy)

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Sumber: BKPM RI, diolah Staff BI

Grafik 1. 38 Impor Barang Modal Jawa Barat

Grafik 1.36 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMA ke

Kab/Kota Utama di Jawa Barat

Grafik 1.37 Perkembangan Andil Pertumbuhan PMDN

ke Kab/Kota Utama di Jawa Barat

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

21

menjadi -48,17% (yoy) pada triwulan II 2017. Diperkirakan para investor asing yang mayoritas memiliki

usaha di Jawa Barat tersebut masih menahan investasi ekspansif barang modal untuk menambah

kapasitas pabrik mempertimbangkan ketidakpastian yang masih mewarnai pemulihan ekonomi domestik

secara umum.

Di sisi lain, pertumbuhan investasi bangunan pada

triwulan II 2017 mengalami peningkatan dari

4,08% (yoy) menjadi 4,63%. Peningkatan ini

diperkirakan terutama didorong dari sisi Pemerintah

seiring dengan cukup banyaknya proyek-proyek

infrastruktur yang sedang berjalan. Hal ini

dikonfirmasi oleh pertumbuhan belanja modal

gabungan (APBN dan APBD Provinsi) yang tumbuh

dari 31,56% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi

38,20% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.39). Adapun belanja modal APBN mendominasi dengan

pangsa mencapai 97,7% dari total belanja modal gabungan ini, mengingat mayoritas proyek infrastruktur

strategis didanai oleh APBN. Secara spesifik, peningkatan pertumbuhan belanja modal terjadi baik pada

belanja modal APBN (dari 32,32% menjadi 48,75%) maupun Provinsi Jawa Barat (dari -1,38% menjadi

5,64%). Membaiknya pertumbuhan belanja APBN di Jawa Barat ini sejalan dengan arahan Presiden untuk

mempercepat penyelesaian berbagai proyek infrastruktur strategis. Adapun beberapa proyek infrastruktur

strategis bersifat multiyear yang sedang berjalan di Jawa Barat antara lain meliputi Tol Cileunyi-

Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja), Tol Cimanggis Cibitung, Kereta Cepat

Jakarta-Bandung, Bandara Internasional Kertajati, dan LRT Terintegrasi Jabodebek. Selain proyek-proyek

multiyear tersebut, sejak triwulan II 2017 Pemerintah juga telah memulai pembangunan proyek

infrastruktur baru yakni Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (evelated).

Dari sisi swasta, salah satu proyek pembangunan yang turut mendorong investasi bangunan di Jawa Barat

adalah pembangunan kawasan kota baru Meikarta di Cikarang yang dimulai sejak bulan Mei 2017.

Proyek pembangunan kota dengan konsep modern ini mencakup pembangunan apartemen, perumahan,

serta sejumlah fasilitas seperti rumah sakit, sekolah, perpustakaan, dan lain-lain.

Grafik 1. 39 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah

di Jawa Barat

Grafik 1. 40 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan

Bangunan

Grafik 1. 41 Penjualan Semen Jawa Barat

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

22

Namun demikian, di tengah meningkatnya investasi bangunan yang didorong oleh berlangsungnya

sejumlah proyek-proyek strategis, inflasi bahan bangunan pada triwulan II 2017 menurun dari 1,45%

(yoy) menjadi 1,11% (yoy) (Grafik 1.40). Penurunan terutama terjadi pada inflasi bahan bangunan jasa,

diperkirakan karena jumlah hari kerja efektif di triwulan II 2017 berkurang karena banyaknya long

weekend dan libur Lebaran. Perkembangan serupa juga terjadi pada pertumbuhan penjualan semen di

Jawa Barat yang melambat dari -0,45% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -4,90% (yoy) pada triwulan II

2017 (Grafik 1.41). Sebelumnya, penjualan semen tumbuh meningkat pada bulan April dan Mei, namun

pada bulan Juni 2017 mengalami kontraksi yang cukup dalam sebesar -30,12% (yoy) akibat periode libur

Lebaran yang berlangsung cukup panjang.

Di sisi lain, meningkatnya kegiatan investasi pada

triwulan II 2017 dikonfirmasi oleh hasil wawancara

liaison yang menunjukkan peningkatan terbatas

pada likert scale investasi pelaku usaha dari 0,52

pada triwulan I 2017 menjadi 0,58 pada triwulan II

2017 (Grafik 1.42). Secara sektoral, peningkatan

investasi didorong peningkatan investasi pada

ketiga lapangan usaha utama Jawa Barat yaitu

industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian.

Sebanyak 34,1% (lima belas contact) dari total 44 contact yang merealisasikan investasi bersifat ekspansif

pada triwulan II 2017. Sementara itu, 47,7% (21 contact) merealisasikan investasi yang bersifat rutin.

Pada sisi kredit, meskipun investasi tumbuh meningkat, penyaluran kredit investasi di Jawa Barat

tumbuh melambat pada triwulan II 2017. Kredit investasi untuk lokasi proyek di Jawa Barat pada

triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp108,18 Triliun atau tumbuh -3,14% (yoy), melambat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,91% (Grafik 1.43). Secara sektoral, penurunan penyaluran

kredit investasi terbesar adalah ke sektor industri pengolahan; perdagangan besar & eceran; serta

transportasi, pergudangan & komunikasi. Kembali melambatnya pertumbuhan kredit investasi setelah

sempat membaik pada triwulan sebelumnya diperkirakan karena perbankan masih terus melakukan

konsolidasi menyikapi uncertainty di perekonomian serta risiko kredit yang masih cukup tinggi. Di sisi lain,

seiring dengan terus berlangsungnya transmisi kebijakan suku bunga moneter yanga komodatif, suku

bunga kredit investasi kembali menurun dari 10,06% menjadi 10,02% pada triwulan II 2017. Suku bunga

kredit investasi tercatat masih lebih rendah dibanding suku bunga gabungan bank secara umum.

Grafik 1. 42 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha -

Liaison

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

23

1.1.3. Ekspor Impor

Neraca perdagangan Jawa Barat pada triwulan II 2017 untuk pertama kalinya mencatatkan surplus

(ADHB) setelah sebelumnya sejak triwulan IV 2014 konsisten mencatatkan defisit. Surplus neraca

perdagangan gabungan (luar negeri dan antar daerah) Jawa Barat pada triwulan II 2017 tercatat sebesar

Rp2,95 Triliun, membaik dibandingkan triwulan I 2017 yang mengalami defisit sebesar Rp146,64 Miliar.

Perbaikan pada neraca perdagangan Jawa Barat terutama disebabkan oleh meningkatnya surplus pada

transaksi perdagangan antar daerah. Di tengah berlangsungnya momen Ramadhan dan Lebaran yang

biasanya meningkatkan impor antar daerah khususnya untuk tanaman pangan, pada triwulan II 2017

impor antar daerah Jawa Barat justru mengalami penurunan sementara ekspor antar daerah mengalami

peningkatan. Hal ini didukung oleh kecukupan persediaan pangan baik karena produktivitas pertanian

yang membaik maupun upaya Pemerintah untuk terus menjamin ketersediaan pangan selama Ramadhan

dan Hari Raya.

Di sisi lain, neraca perdagangan luar negeri Jawa Barat sesuai dengan karakteristiknya masih konsisten

mencatatkan surplus, di mana surplus neraca perdagangan luar negeri meningkat dari Rp46,63 Triliun

pada triwulan I 2017 menjadi Rp47,24 Triliun pada triwulan II 2017. Adapun struktur neraca ekspor Jawa

Barat pada triwulan I 2017 didominasi oleh ekspor luar negeri (54,04%). Di sisi lain, neraca impor Jawa

Barat didominasi oleh impor antar provinsi (71,50%) (Tabel 1.6).

Tabel 1. 6. Struktur Ekspor-Impor Provinsi Jawa Barat (%)

Pada triwulan II 2017, pertumbuhan net ekspor total meningkat dari 22,33% (yoy) menjadi 43,80%. Hal

ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan net ekspor antar daerah di tengah melambatnya

pertumbuhan net ekspor luar negeri. Meningkatnya pertumbuhan net ekspor antar daerah disebabkan

oleh akselerasi kinerja ekspor antar daerah yang diiringi dengan menurunnya impor antar daerah (Grafik

1.46). Meningkatnya ekspor antar daerah ini diperkirakan sebagai respon dari meningkatnya permintaan

Ir) IIr) IIIr) IV I IIEksporEkspor Luar Negeri 62.07 59.91 63.15 52.37 53.32 56.88 54.66 54.04Ekspor Antar Provinsi 37.93 40.09 36.85 47.63 46.68 43.12 45.34 45.96ImporImpor Luar Negeri 31.19 31.98 33.19 28.39 23.62 28.78 28.50 28.50Impor Antar Provinsi 68.81 68.02 66.81 71.61 76.38 71.22 71.50 71.50

2017Komponen 2015*

2016**2016**

Grafik 1. 43 Perkembangan Kredit Investasi Jawa Barat Grafik 1. 44 Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

24

selama Ramadhan dan Hari Raya khususnya untuk produk-produk industri tekkstil serta makanan &

minuman dari Jawa Barat.

Pertumbuhan net ekspor luar negeri Jawa Barat tercatat melambat dari 16,19% (yoy) pada triwulan I

2017 menjadi 2,24% (yoy) pada triwulan II 2017. Perlambatan ini disebabkan oleh melambatnya

pertumbuhan baik ekspor luar negeri (dari 7,67% menjadi -8,17%) maupun impor luar negeri (dari

1,32% menjadi -16,29%) (Grafik 1.45). Di tengah membaiknya pertumbuhan ekonomi mitra dagang

utama khususnya Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang pada triwulan II 2017, perlambatan ekspor luar

negeri antara lain disebabkan oleh faktor domestik yakni berkurangnya jumlah hari kerja efektif akibat

libur panjang serta adanya larangan bagi kendaraan kontainer untuk melintas di jalan tol sejak H-7

Lebaran.

Ekspor-Impor Antar Daerah

Pertumbuhan ekspor antar daerah pada triwulan II

2017 sebesar 42,84% (yoy) meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

37,35%. Peningkatan ini terutama didorong oleh

terus meningkatnya keyakinan konsumen dari

beberapa provinsi yang menjadi mitra dagang

utama. Berdasarkan Survei Konsumen Bank

Indonesia, peningkatan keyakinan konsumen

terjadi di sejumlah daerah yang menjadi mitra

dagang utama Jawa Barat, antara lain Jawa Timur (dari 98,96 menjadi 117,34); Sumatera Utara (dari

105,63 menjadi 121,97), serta DKI Jakarta (dari 121,10 menjadi 131,46) (Grafik 1.48). Meningkatnya

permintaan ekspor antar daerah ini diperkirakan khususnya ditujukan untuk produk-produk industri

tesktil dan produk tekstil (TPT) serta makanan dan minuman yang dipengaruhi oleh efek seasonal

Ramadhan dan Lebaran.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 47 Keyakinan Konsumen Provinsi Mitra Dagang

Jawa Barat

Grafik 1. 45 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar

Negeri Jawa Barat

Grafik 1. 46 Perkembangan Neraca Perdagangan Antar

Daerah Jawa Barat

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

25

Ekspor-Impor Luar Negeri

Ekspor Luar Negeri

Pertumbuhan ekspor luar negeri Jawa Barat

mengalami perlambatan yang cukup dalam

setelah sebelumnya konsisten meningkat

selama tiga triwulan terakhir. Total ekspor luar

negeri (barang dan jasa) tumbuh melambat

yakni dari 7,67% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi -8,17% (yoy) pada triwulan II 2017.

Perlambatan terjadi baik pada ekspor luar negeri

barang maupun jasa. Sejalan dengan hal tersebut,

nilai ekspor barang FOB (freight on board) pada

triwulan ini juga tumbuh melambat dari 16,56% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 0,59% (yoy) pada

triwulan II 2017 (Grafik 1.49). Total nilai ekspor FOB Jawa Barat pada triwulan II 2017 mencapai

USD6.537 juta, menurun dibanding triwulan I 2017 sebesar USD6.866 juta. Perlambatan ini selain

disebabkan oleh melemahnya (PMI) sejumlah negara mitra, juga disebabkan

oleh efek seasonal Lebaran yang umumnya mengurangi jumlah hari kerja efektif serta membatasi

kegiatan transportasi pengiriman barang ke pelabuhan karena kendaraan kontainer dilarang melintas

pada H-7 Lebaran

Berdasarkan jenis barangnya, pangsa ekspor terbesar dari Jawa Barat pada triwulan II 2017 masih

disumbang oleh subkelompok Tekstil dan Produk Tekstil (19,8%), diikuti oleh Kendaraan (17,5%),

Elektronik (17,4%), dan Kimia (7,0%) (Grafik 1.50). Walaupun memberikan pangsa terbesar, namun

pangsa ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terus mengalami penurunan, di mana pada tahun 2000

pangsa ekspor tekstil terhadap total ekspor Jawa Barat mencapai 25,44%. Menurunnya kontribusi ekspor

TPT ini diiringi dengan terus meningkatnya pangsa ekspor kendaraan yang pada tahun 2000 hanya

sebesar 0,86%. Peralihan ini antara lain mengindikasikan berkembangnya basis manufaktur Jawa Barat

dari yang sangat bersifat labor intensive menjadi mulai bersifat capital intensive dan industri yang bersifat

medium to high technology.

Grafik 1. 49 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat Grafik 1.50 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa Barat

Grafik 1.48 Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Jawa

Barat

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

26

Perlambatan laju pertumbuhan ekspor barang luar negeri Jawa Barat disebabkan oleh melambatnya

ekspor sebagian besar komoditas utama di triwulan II 2017, kecuali pertumbuhan ekspor elektronik yang

terpantau stabil (Grafik 1.51). Perlambatan terdalam terjadi pada ekspor kendaraan dari tumbuh sebesar

142,52% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 106,51% (yoy) pada triwulan II 2017. Berdasarkan negara

tujuannya, hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan ekspor kendaraan ke Thailand

(dari 48,66% menjadi 26,23%) dan ke Jepang (dari 24,85% menjadi -9,51%). Berikutnya perlambatan

juga terjadi pada ekspor TPT yakni dari 1,99% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -13,53% (yoy) pada

triwulan II 2017. Perlambatan terutama terjadi pada ekspor TPT ke Amerika Serikat (dari 15,14% menjadi

-3,50%) dan ke Eropa (dari 0,89% menjadi -17,33%). Pada dasarnya berdasarkan estimasi sementara,

pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama pada triwulan II 2017 meningkat dibandingkan

triwulan I 2017, baik Amerika Serikat (dari 2,0% menjadi 2,1%), Eropa (dari 1,9% menjadi 2,1%),

maupun Jepang (dari 1,0% menjadi 4,0%). Oleh karena itu, melambatnya kinerja ekspor sejumlah

industri utama ini diperkirakan merupakan dampak dari menurunnya produksi lokal Jawa Barat akibat

efek seasonal Lebaran.

Tabel 1. 7. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Jawa Barat (HS 2 Digit)

Sementara itu dari sisi negara tujuan, melambatnya pertumbuhan ekspor luar negeri terjadi ke

semua negara mitra dagang utama dengan perlambatan terdalam pada ekspor ke Amerika Serikat

Komoditas (HS 2 Digit) Nilai Ekspor (Juta USD)

Pangsa (%)

Komoditas (HS 2 Digit) Nilai Ekspor (Juta USD)

Pangsa (%)

87 - Vehicles other than railway 1,066 15.52 87 - Vehicles other than railway 1,032 15.7885 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 973 14.17 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 964 14.7484 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 707 10.29 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 639 9.7761 - Articles of apparel accessories 536 7.81 61 - Articles of apparel accessories 508 7.7762 - Articles of apparel acces. not knit 362 5.27 64 - Footwear; part of such articles. 353 5.4064 - Footwear; part of such articles. 360 5.24 62 - Articles of apparel acces. not knit 332 5.0840 - Rubber and articles thereof 338 4.92 40 - Rubber and articles thereof 313 4.7955 - Man-made staple fibres 295 4.29 55 - Man-made staple fibres 243 3.7239 - Plastics and articles thereof 205 2.99 39 - Plastics and articles thereof 188 2.8848 - Paper and paperboard 205 2.98 48 - Paper and paperboard 186 2.8454 - Man-made filaments 198 2.89 54 - Man-made filaments 183 2.80Lainnya 1,622 23.62 Lainnya 1,597 24.43Total 6,866 Total 6,538

Tw II 2017Tw I 2017

Grafik 1. 51 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan

Utama

Grafik 1. 52 Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang

Utama

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

27

(Grafik 1.51). Nilai ekspor barang FOB dari Jawa Barat ke ASEAN, Amerika Serikat, dan Eropa tercatat

masing-masing sebesar USD1.696 juta, USD1.188 juta dan USD857 juta. Pertumbuhan ekspor ke

Amerika Serikat melambat dari 11,83% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -14,64% (yoy) pada triwulan

II 2017. Menurunnya ekspor ke Amerika Serikat terutama pada ekspor TPT (dari 15,14% menjadi -

3,50%), ekspor elektronik (dari 33,24% menjadi 4,35%), dan ekspor alas kaki (dari -2,18% menjadi -

16,16%). Adapun pertumbuhan ekspor ke Eropa melambat dari 1,83% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi -11,86% (yoy) pada triwulan II 2017. Menurunnya ekspor ke Eropa terutama pada ekspor TPT

(dari 0,89% menjadi -17,33%), ekspor mesin (dari 11,56% menjadi -51,03%), dan ekspor alas kaki (dari

13,14% menjadi -9,83%). Sementara penurunan pertumbuhan ekspor ke ASEAN (dari 33,98% menjadi

27,44%) disebabkan oleh menurunnya ekspor industri kimia dari (25,94% menjadi -0,12%), ekspor

mesin (dari 6,14% menjadi -5,00%), dan ekspor karet & plastik (dari 0,03% menjadi -11,42%).

Melambatnya ekspor ke beberapa negara mitra dagang tersebut, selain disebabkan oleh menurunnya

produksi akibat efek seasonal Hari Raya, juga terindikasinya adanya penurunan permintaan khususnya

dari sisi manufaktur yang tercermin melalui penurunan Purchasing Manager Index (PMI) (Grafik 1.53).

Adapun PMI Amerika Serikat menurun dari 54,17 pada triwulan I 2017 menjadi 52,50 pada triwulan II

2017, demikian juga halnya dengan Jepang (dari 52,80 menjadi 52,73) dan China (dari 51,57 menjadi

52,37). Sementara itu, PMI Eropa terpantau meningkat dari 55,57 menjadi 57,03 seiring dengan terus

berlangsungnya pemulihan dan perbaikan kinerja ekonomi di kawasan Eropa pasca Brexit.

Impor Luar Negeri

Pertumbuhan impor luar negeri Jawa Barat juga mengalami perlambatan sejalan dengan

perlambatan ekspor, namun dengan selisih penurunan yang lebih dalam. Impor luar negeri Jawa

Barat tumbuh melambat dari 1,32% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -16,29% (yoy) pada triwulan II

2017. Berdasarkan komponennya, perlambatan terutama disumbang oleh impor barang luar negeri yang

melambat dari 0,79% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -18,48% (yoy) pada triwulan II 2017.

Adapun pertumbuhan impor barang CIF (Cost, Insurance, and Freight) juga mengalami perlambatan yakni

dari -3,23% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -16,02% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.53). Di sisi

lain, pergerakan nilai tukar Rupiah relatif stabil sepanjang triwulan II 2017 dengan depresiasi terbatas

sebesar 0,29% (qtq) meskipun The Fed memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga kebijakannya

2017 sebesar 25 bps (Grafik 1.54). Hal ini mengindikasikan bahwa

perlambatan laju pertumbuhan impor khususnya barang pada triwulan II 2017 disebabkan oleh faktor

selain pergerakan nilai tukar Rupiah. Mengacu kepada pertumbuhan perubahan inventori yang melambat

dari 1,79% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -6,73% (yoy) pada triwulan II 2017, diperkirakan

perusahaan masih memanfaatkan persediaan bahan baku yang dimiliki untuk mendukung kegiatan

produksinya di awal tahun sehingga kegiatan impor barang masih terbatas.

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

28

Berdasarkan jenis penggunaannya, impor ke Jawa Barat didominasi oleh impor bahan baku (84,7%),

sedangkan impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing memiliki pangsa 8,5% dan 6,8%

(Grafik 1.55). Jika dibandingkan dengan triwulan II 2016, terjadi shifting di mana pangsa impor barang

modal mengalami penurunan yang diimbangi dengan kenaikan pangsa impor bahan baku. Hal ini sejalan

dengan perkembangan di mana impor barang modal merupakan komponen dengan perlambatan

pertumbuhan terdalam pada triwulan II 2017 (dari 7,94% menjadi -48,12%) (Grafik 1.56). Melambatnya

impor barang modal terjadi setelah pada beberapa triwulan sebelumnya tumbuh cukup signifikan yang

diperkirakan ditujukan untuk mendukung pabrik otomotif baru yang sedang dibangun. Seiring dengan

beroperasinya pabrik otomotif tersebut, perusahaan diperkirakan fokus pada utilisasi barang modal yang

telah diakuisisi sebelumnya. Selain itu, perlambatan juga terjadi pada pertumbuhan impor barang

konsumsi (dari -2,65% menjadi -14,10%) dan impor bahan baku (dari -5,03% menjadi -10,60%).

Melambatnya impor barang konsumsi sejalan dengan perlambatan konsumsi rumah tangga Jawa Barat di

mana masyarakst diperkirakan sedikit menahan konsumsinya untuk mempersiapkan dana pendidikan

memasuki tahun ajaran baru.

1.2 Sisi Lapangan Usaha

Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2017 dibandingkan triwulan

sebelumnya didorong oleh peningkatan lapangan usaha (LU) industri pengolahan, konstruksi, serta

Grafik 1. 55 Pangsa Komoditas Impor Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Grafik 1. 56 Perkembangan Impor Jenis Penggunaan

Grafik 1. 53 Perkembangan Nilai Volume Impor Jawa Barat Grafik 1. 54 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD/IDR)

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

29

beberapa lapangan usaha berbasis jasa. Namun demikian, pertumbuhan beberapa lapangan usaha

utama Jawa Barat lainnya seperti perdagangan dan pertanian mengalami perlambatan.

Meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha konstruksi terutama dipengaruhi efek seasonal yakni

berlangsungnya Ramadhan dan Hari Raya Idul FItri yang bergeser ke triwulan II, di mana pada tahun 2016

Hari Raya Idul Fitri berlangsung pada triwulan III. Meningkatnya kinerja industri pengolahan ini tidak

hanya bertujuan untuk mengakomodasi permintaan lokal saja tetapi juga permintaan daerah lain untuk

jenis barang yang umumnya ramai dibeli menjelang Hari Raya seperti pakaian dan makanan & minuman.

Hal ini terkonfirmasi antara lain melalui pertumbuhan ekspor antar daerah Jawa Barat yang meningkat

cukup besar sehingga menopang peningkatan pertumbuhan Jawa Barat pada triwulan II 2017 dari sisi

pengeluaran. Sementara itu, meningkatnya kinerja lapangan usaha konstruksi masih didorong oleh

pembangunan proyek-proyek infrastruktur Pemerintah yang pada triwulan II 2017 terdapat proyek baru

yang mulai dibangun. Selain itu, juga terdapat proyek properti milik swasta yang cukup strategis dengan

nilai investasi besar yang juga mulai dibangun pada pertengahan triwulan II 2017.

Adapun beberapa lapangan usaha berbasis jasa yang tumbuh meningkat pada triwulan II 2017 terdiri dari

transportasi & pergudangan; informasi & komunikasi; jasa keuangan; real estate; serta jasa pendidikan;

jasa kesehatan & kegiatan sosial. Meningkatnya kinerja LU transportasi & pergudangan dipengaruhi efek

seasonal Hari Raya baik terkait transportasi barang maupun orang. Hal demikian juga terjadi pada LU

informasi & komunikasi di mana pemanfaatan media-media komunikasi berbasis digital ataupun media

sosial terus meningkat terutama pemanfaatannya pada hari-hari besar. Meningkatnya pertumbuhan LU

jasa pendidikan sehubungan dengan dimulai dimasukinya Tahun Ajaran baru khususnya untuk sekolah-

sekolah negeri terkait kegiatan pendaftaran dan seleksi.

Namun demikian, peningkatan LPE Jawa Barat ditahan oleh melambatnya sejumlah LU utama yakni

perdagangan dan pertanian. Meningkatnya laju pertumbuhan LU perdagangan diperkirakan karena

masyarakat menahan ekspansi belanjanya karena mempersiapkan kebutuhan biaya pendidikan serta

sebagai dampaknya dari penyesuaian tarif listrik pelanggan 900 VA Rumah Tangga Mampu (RTM) yang

menahan daya beli. Sebagai akibatnya, rumah tangga menahan belanja untuk beberapa jenis kelompok

barang perdagangan. Sementara itu, melambatnya pertumbuhan LU pertanian terjadi seiring dengan

berlalunya puncak panen raya padi pada akhir triwulan I 2017 sementara pada tahun 2016 puncak panen

raya padi bergeser ke awal triwulan II 2016 sebagai dampak dari La Nina.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

30

Tabel 1.8. Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Terkait struktur perekonomian Jawa Barat dari sisi lapangan usaha, pangsa terbesar masih diberikan oleh

tiga lapangan usaha utama yakni industri pengolahan (43,91%); perdagangan besar dan eceran, dan

reparasi mobil dan sepeda motor (15,63%); serta pertanian, kehutanan, dan perikanan (10,38%) (Tabel

1.8). Jika dibandingkan dengan triwulan II 2016, terdapat sedikit pergeseran di mana terjadi penurunan

pada pangsa kelompok primer (LU 1 dan 2) dari 11,41% menjadi 11,29% dan kelompok sekunder (LU 3

LU 6) dari 51,17% menjadi 50,37%, yang diimbangi dengan meningkatnya pangsa kelompok tersier

(LU 7 LU 17) dari 37,42% menjadi 38,34%. Selama beberapa tahun terakhir, pangsa kelompok tersier

atau LU yang berbasis jasa terus meningkat secara bertahap.

Ir) IIr) IIIr) IV I IIPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.69 9.26 9.95 9.64 6.78 8.90 9.14 10.38Pertambangan dan Penggalian 1.71 1.43 1.47 1.60 1.62 1.53 1.54 1.48Industri Pengolahan 43.03 43.03 42.39 41.65 42.91 42.49 42.61 43.91Pengadaan Listrik, Gas 0.75 0.71 0.66 0.72 0.79 0.72 0.75 0.54Pengadaan Air 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.09 0.09Konstruksi 8.26 7.87 8.03 7.98 8.56 8.12 7.74 8.37Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

15.24 14.76 14.81 15.30 15.69 15.15 14.93 15.63

Transportasi dan Pergudangan 5.50 5.62 5.40 6.10 5.76 5.72 5.59 6.06Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.50 2.58 2.53 2.59 2.70 2.60 2.70 2.78Informasi dan Komunikasi 2.60 2.81 2.70 2.68 2.82 2.75 2.94 3.00Jasa Keuangan 2.61 2.78 2.74 2.77 2.88 2.79 2.78 2.92Real Estate 1.02 1.06 1.01 1.00 1.00 1.02 1.04 1.08Jasa Perusahaan 0.40 0.40 0.39 0.40 0.41 0.40 0.41 0.42Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2.41 2.17 2.59 2.19 2.40 2.34 2.09 2.59

Jasa Pendidikan 2.66 2.71 2.65 2.65 2.81 2.70 2.81 2.95Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.70 0.75 0.69 0.72 0.77 0.73 0.77 0.76Jasa lainnya 1.85 1.97 1.89 1.92 2.02 1.95 2.07 2.10PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

2016**2016**

2017Lapangan Usaha 2015*

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

31

Tabel 1. 9. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

Laju pertumbuhan tertinggi pada triwulan II 2017 masih dialami oleh lapangan usaha informasi &

komunikasi (11,84%), sebagaimana pada triwulan-triwulan sebelumnya (Tabel 1.9). Hal ini ditopang

oleh semakin meningkatnya pemanfaatan mobile data bukan hanya untuk komunikasi tetapi juga

memfasiltasi transaksi e-commerce. Sementara itu, lapangan usaha yang mengalami kenaikan laju

pertumbuhan terbesar dibanding triwulan I 2017 adalah real estate; jasa keuangan; jasa pendidikan; serta

transportasi & pergudangan. Di sisi lain, lapangan usaha yang mengalami penurunan laju pertumbuhan

terbesar dibanding triwulan sebelumnya adalah pengadaan listrik & gas; pertanian, kehutanan &

perikanan; serta pertambangan & penggalian.

Berdasarkan sumber pertumbuhan, lapangan usaha industri pengolahan masih menjadi

penyumbang pertumbuhan terbesar yakni 2,04%, dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya

(Tabel 1.10). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan laju pertumbuhan industri pengolahan yang juga

meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Di posisi kedua, LU perdagangan besar & eceran dan reparasi

kendaraan memberikan andil pertumbuhan terbesar kedua yang mencapai 0,72%, menurun dibanding

triwulan sebelumnya (0,83%) akiba melambatnya laju pertumbuhan LU ini pada triwulan II 2017.

Lapangan usaha penyumbang pertumbuhan terbesar ketiga adalah informasi dan komunikasi dengan

andil sebesar 0,44%, meningkat dibanding triwulan I 2017 (0,39%) sejalan dengan kembali

meningkatnya laju pertumbuan LU ini. Dengan demikian berdasarkan sumber pertumbuhannya, LU

informasi & komunikasi menggeser LU pertanian, kehutanan, dan perikanan yang berdasarkan struktur

PDRB memberikan pangsa terbesar ketiga. Adapun sumber pertumbuhan LU pertanian, kehutanan, dan

perikanan menempati peringkat kelima dan menurun dari 0,55% pada triwulan I 2017 menjadi 0,42%,

sejalan dengan perlambatan laju pertumbuhannya. Lapangan usaha penyumbang pertumbuhan

Ir) IIr) IIIr) IV I IIPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.16 -1.51 5.21 11.10 9.39 5.80 7.01 4.84Pertambangan dan Penggalian 0.41 -0.39 -6.84 0.42 3.04 -0.97 0.95 0.58Industri Pengolahan 4.39 5.14 5.29 4.64 4.03 4.77 4.65 4.73Pengadaan Listrik, Gas -6.80 4.86 -1.79 5.38 4.93 3.37 6.40 -18.53Pengadaan Air 5.88 2.46 5.62 9.43 7.65 6.33 7.84 8.48Konstruksi 6.43 6.27 7.06 2.70 4.35 5.02 4.08 5.34Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3.71 2.48 4.18 5.52 5.42 4.44 5.44 4.68

Transportasi dan Pergudangan 8.90 7.74 6.46 13.18 7.79 8.84 4.82 6.54Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.10 9.39 6.59 9.66 7.79 9.31 9.42 9.18Informasi dan Komunikasi 16.31 16.71 14.43 13.66 7.79 14.27 10.37 11.84Jasa Keuangan 7.36 10.13 18.40 10.25 7.79 11.89 2.50 4.52Real Estate 5.46 8.15 7.06 6.60 7.79 6.51 4.50 8.46Jasa Perusahaan 8.15 7.71 6.61 9.67 7.79 8.16 7.80 7.70Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

5.53 3.57 17.20 -7.68 7.79 2.98 0.84 0.73

Jasa Pendidikan 10.17 10.69 9.12 5.85 7.79 7.61 8.03 9.97Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 14.14 11.86 7.33 9.52 7.79 9.48 7.73 9.06Jasa lainnya 8.96 10.88 7.81 9.75 7.79 8.73 8.96 9.92PDRB 5.04 5.20 6.06 5.97 7.79 5.67 5.28 5.29

2016**2016**

2017Lapangan Usaha 2015*

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

32

berikutnya (diurutkan berdasarkan penyumbang terbesar) adalah konstruksi; transportasi dan

pergudangan; jasa pendidikan; serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Secara umum, sebagian

besar lapangan usaha memberikan andil pertumbuhan positif pada triwulan laporan, kecuali pengadaan

listrik dan gas yang mengalami kontraksi.

Tabel 1. 10. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Staff BI

Ket: *Angka Sementara ; **Angka Sangat Sementara; r) Angka Revisi

1.2.1 Industri Pengolahan

Pertumbuhan industri pengolahan sebagai lapangan usaha utama perekonomian Jawa Barat

meningkat dari 4,65% pada triwulan I 2017 menjadi 4,73% (yoy) pada triwulan II 2017.

Peningkatan kinerja industri pengolahan ini terutama untuk mengakomodasi peningkatan permintaan

domestik selama Hari Raya yang tercermin melalui peningkatan ekspor antar daerah, sementara ekspor

luar negeri mengalami perlambatan.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia kepada pelaku-pelaku usaha di Jawa

Barat mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan investasi pada LU industri pengolahan, sementara

kegiatan usaha dan penggunaan tenaga kerjanya melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik

1.58). Namun hal ini diperkirakan lebih disebabkan karena pada triwulan II berlangsung lebih banyak libur

panjang (long weekend) serta libur panjang Lebaran yang berlangsung seminggu sehingga penggunaan

tenaga kerja juga menurun dibanding triwulan sebelumnya. Namun untuk mengantisipasi peningkatan

permintaan di Hari Raya, pelaku usaha diperkirakan telah menempuh upaya lain untuk tetap dapat

meningkatkan produksinya di tengah menurunnya jumlah hari kerja efektif. Sementara dari sisi

permintaan luar negeri, melambatnya ekspor industri pengolahan sejalan dengan menurunnya Purchasing

(PMI) di beberapa negara mitra dagang utama (Grafik 1.59). Penurunan terjadi pada PMI

Ir) IIr) IIIr) IV I IIPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.01 -0.13 0.45 0.89 0.54 0.45 0.55 0.42Pertambangan dan Penggalian 0.01 -0.01 -0.16 0.01 0.07 -0.02 0.02 0.01Industri Pengolahan 1.92 2.24 2.29 1.99 1.78 2.07 2.02 2.04Pengadaan Listrik, Gas -0.04 0.02 -0.01 0.03 0.03 0.02 0.03 -0.08Pengadaan Air 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00 0.01 0.01Konstruksi 0.52 0.49 0.56 0.22 0.38 0.41 0.32 0.43Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0.59 0.39 0.65 0.87 0.87 0.70 0.83 0.72

Transportasi dan Pergudangan 0.40 0.36 0.30 0.62 0.36 0.41 0.23 0.30Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.19 0.23 0.16 0.24 0.29 0.23 0.24 0.23Informasi dan Komunikasi 0.51 0.57 0.49 0.47 0.45 0.50 0.39 0.44Jasa Keuangan 0.18 0.25 0.42 0.25 0.24 0.29 0.07 0.12Real Estate 0.06 0.09 0.08 0.07 0.05 0.07 0.05 0.10Jasa Perusahaan 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0.11 0.07 0.34 -0.17 0.01 0.06 0.02 0.02

Jasa Pendidikan 0.26 0.28 0.24 0.16 0.15 0.20 0.22 0.27Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.10 0.09 0.05 0.07 0.07 0.07 0.06 0.07Jasa lainnya 0.17 0.22 0.15 0.19 0.14 0.17 0.19 0.20PDRB 5.04 5.20 6.06 5.97 5.45 5.67 5.28 5.29

Lapangan Usaha 2015*2016**

2016**2017

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

33

Amerika Serikat, Jepang, dan China, sementara PMI Eropa terpantau masih meningkat seiring dengan

terus berlangsungnya pemulihan dan perbaikan kinerja ekonomi di kawasan Eropa pasca Brexit.

Sejalan dengan menurunnya PMI beberapa negara mitra dagang utama, ekspor manufaktur Jawa Barat

juga mengalami penurunan dari 16,7% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 0,6% pada triwulan II 2017

(Grafik 1.60). Penurunan terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor kendaraan (dari

142,5% menjadi 106,5%) setelah sebelumnya meningkat signifikan sejak triwulan II 2017. Perlambatan

ekspor kendaraan khususnya terjadi pada ekspor yang ditujukan ke Thailand dan Jepang. Perlambatan

pertumbuhan ekspor kendaraan ini juga dikonfirmasi oleh data level nasional yang dirilis GAIKINDO di

mana terjadi perlambatan pada ekspor mobil dalam bentuk final product siap pakai dari 53,55% (yoy)

pada triwulan I 2017 menjadi -0,71%. Selain itu, perlambatan ekspor kendaraan juga terjadi pada ekspor

berbentuk CKD (completely knocked down) dari -23,50% (yoy) menjadi -66,77% (Grafik 1.61) serta pada

ekspor komponen mobil yang tumbuh melambat dari 1259,66% (yoy) menjadi 980,41% (Grafik 1.62).

Penurunan ekspor mobil nasional ini juga sejalan dengan melambatnya pertumbuhan produksi mobil

nasional dari 10,98% (yoy) menjadi -11,15% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.63). Neraca

perdagangan mobil nasional juga memburuk di mana perlambatan pertumbuhan ekspor mobil diiringi

dengan meningkatnya impor. Sebagai provinsi dengan pangsa industri alat angkutan terbesar terhadap

nasional, maka data GAIKINDO menjadi proksi yang dapat menggambarkan kinerja sub-lapangan usaha

industri alat angkutan di Jawa Barat.

Grafik 1. 57 SKDU Industri Pengolahan Grafik 1. 58 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Grafik 1.59 Pangsa Ekspor Manufaktur Jawa Barat

Grafik 1. 60 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa Barat

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

34

Sumber: GAIKINDO, diolah oleh staf BI

Sumber: GAIKINDO, diolah oleh staf BI

Sumber: GAIKINDO, diolah oleh staf BI

Di tengah melambatnya kinerja ekspor manufaktur Jawa Barat, peningkatan laju pertumbuhan LU industri

pengolahan ditopang oleh peningkatan permintaan domestik khususnya antar daerah. Jika dilihat dari

lalu lintas transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), maka indikasi

konsumen domestik tersebesar dari output Industri Pengolahan di Jawa barat adalah DKI Jakarta, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sumatera Utara (Grafik 1.64). Sebagian besar dari provinsi-

provinsi tersebut menggunakan produksi atau keluaran final dari Industri Pengolahan di Jawa Barat

sebagai input konsumsi. Oleh karena itu, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut

akan mendorong produksi Industri Pengolahan di Jawa Barat. Dari kelima provinsi tersebut, peningkatan

laju pertumbuhan ekonomi terjadi di Sumatera Utara dan Sumatera Barat (Grafik 1.65).

Sumber: SKNBI

Sumber: BPS, diolah oleh staf BI

Grafik 1. 64 Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat Berdasarkan

Lalu Lintas Transaksi SKNBI

Grafik 1. 65 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Mitra

Dagang Jawa Barat

Grafik 1. 61 Perkembangan Ekspor Mobil CKD (Completely

Knocked Down) Nasional

Grafik 1. 62 Perkembangan Ekspor Komponen Mobil

Nasional

Grafik 1. 63 Perkembangan Produksi Mobil Nasional

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

35

Peningkatan permintaan domestik ini juga dikonfirmasi melalui wawancara liaison yang menyebutkan

adanya kenaikan penjualan domestik pada sektor industri pengolahan dengan peningkatan likert scale

dari 0,81 menjadi 0,95, sementara likert scale penjualan ekspor mengalami penurunan sejalan dengan

perkembangan ekspor luar negeri industri pengolahan Jawa Barat (Grafik 1.66). Adapun peningkatan

kinerja penjualan domestik terutama terjadi pada contact liaison pada sub-lapangan usaha : (1) industri

makanan dan minuman; (2) industri tekstil dan produk tekstil; (3) industri elektronik; dan (4) industri

kimia. Sementara itu, kinerja industri otomotif tumbuh melambat pada periode laporan dibanding

triwulan sebelumnya.

Di sisi lain, berdasarkan survei produksi yang dilakukan oleh BPS Jawa Barat, tercatat adanya penurunan

pertumbuhan produksi tahunan pada industri besar sedang (dari 2,53% menjadi 0,73%) dan industri

kecil mikro (dari 2,38% menjadi -3,38%) (Grafik 1.69). Namun jika didalami berdasarkan sub industrinya,

terdapat beberapa sub industri besar sedang yang tetap mencatatkan pertumbuhan produksi tahunan

pada triwulan II 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya. Sub industri yang mencatatkan peningkatan

produksi tersebut adalah industri barang logam, industri furnitur, industri pakaian jadi, industri peralatan

listrik, dan industri minuman (Grafik 1.66). Khususnya peningkatan produksi pada industri pakaian jadi

dan industri minuman sejalan dengan berlangsungnya season Hari Raya Idul Fitri sehingga diperkirakan

meningkatnya ekspor antar daerah terjadi antara lain terhadap produksi pakaian jadi dan minuman.

Sumber: SKNBI

Sumber: BPS, diolah oleh staf BI

Sumber: BPS, diolah oleh staf BI

Sementara dari industri kecil mikro, beberapa sub industri yang mengalami peningkatan produksi adalah

industri farmasi, industri alat angkutan lainnya, jasa reparasi, dan industri kertas. Peningkatan produksi

Grafik 1. 66 Likert Scale Penjualan Domestik & Ekspor

Industri Pengolahan

Grafik 1. 67 Perkembangan Industri Besar-Sedang dan

Kecil-Mikro

Grafik 1. 68 Pertumbuhan Produksi Sub Industri Besar

Sedang

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

36

Industri Mikro dan Kecil Alat Angkut ini mengindikasikan bahwa linkage antara industri hilir otomotif

mulai terbangun dengan industri hulu berskala UMK (Usaha Mikro dan Kecil). Secara lengkap, ringkasan

perkembangan pertumbuhan produksi industri besar sedang dan mikro kecil Jawa Barat disajikan pada

Tabel 1.11 di bawah ini.

Tabel 1. 11. Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Mikro Kecil (yoy)

Sumber: BPS Jawa Barat, diolah oleh Staf BI

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan LU industri pengolahan, pertumbuhan pembiayaan ke

lapangan usaha ini juga meningkat pada triwulan II 2017. Laju pertumbuhan kredit industri pengolahan

pada triwulan II 2017 melambat dari -4,78% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -3,18% (yoy) pada

triwulan I 2017 (Grafik 1.70). Perkembangan ini lebih baik dibandingkan pertumbuhan total kredit yang

secara umum masih melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenis penggunaannya,

alokasi kredit yang disalurkan ke industri pengolahan mayoritas adalah untuk kredit modal kerja (71,8%)

dan sisanya untuk kredit investasi (28,2%). Namun demikian, perlu tetap diwaspadai risiko kredit yang

masih cukup tinggi pada lapangan usaha industri pengolahan yang juga menunjukkan peningkatan dari

4,15% pada triwulan I 2017 menjadi 5,51% pada triwulan II 2017, lebih tinggi dibanding total NPL Jawa

Barat (Grafik 1.70). Penyumbang nominal NPL tertinggi berasal dari industri barang dari plastik dan

industri minuman. Sementara industri alat angkutan masih konsisten menunjukkan NPL yang rendah.

Jenis Industri Tw I'17 Tw II'17 ∆ Komoditas (HS 2 Digit) Tw I'17 Tw II'17 ∆Industri Barang Logam Bukan Mesin -0.21 1.43 1.64 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia -1.24 33.21 34.45Industri Furnitur -2.05 -0.71 1.34 Industri Alat Angkutan Lainnya -10.02 8.08 18.10Industri Pakaian Jadi 2.19 2.89 0.70 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin -10.03 -1.06 8.97

Industri Peralatan Listrik -4.01 -3.53 0.48 Industri Kertas dan Barang dari Kertas -18.09 -10.96 7.13

Industri Minuman 1.94 1.96 0.02 Industri Logam Dasar -30.23 -24.19 6.04Industri Pengolahan Kayu -2.82 -4.21 -1.39 Industri Makanan 14.32 16.90 2.58Industri Percetakan 1.35 -0.26 -1.61 Industri Pengolahan Tembakau 9.84 11.03 1.19Industri Kertas dan Barang dari Kertas -0.58 -2.30 -1.72 Industri Pengolahan Karet 5.55 6.52 0.97Industri Makanan 6.82 5.02 -1.80 Industri Tekstil -26.31 -26.38 -0.07Industri Pengolahan Karet -0.90 -3.08 -2.18 Industri Barang Logam Bukan Mesin -11.79 -13.00 -1.21Industri Kendaraan Bermotor 0.42 -3.52 -3.94 Industri Percetakan 28.62 26.23 -2.39Industri Tekstil 6.64 2.15 -4.49 Industri Peralatan Listrik 39.30 35.58 -3.72Total 2.53 0.73 -1.8 Total 2.38 -3.38 -5.76

Pertumbuhan Industri Manuf. Besar & Sedang (%, yoy) Pertumbuhan Industri Manuf. Mikro & Kecil (%, yoy)

Grafik 1. 69 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan Grafik 1. 70 Perkembangan NPL Industri Pengolahan

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

37

1.2.2 Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Motor

Lapangan usaha perdagangan besar-eceran dan reparasi dengan pangsa terbesar kedua (15,63%)

tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari tumbuh sebesar 5,44% menjadi 4,68%

(yoy). Perkembangan ini relatif berbeda dengan historisnya (2011 2016) di mana pertumbuhan LU

perdagangan umumnya meningkat pada triwulan di mana Hari Raya Idul Fitri berlangsung. Melambatnya

pertumbuhan lapangan usaha perdagangan di tengah berlangsungnya season Hari Raya diperkirakan

karena masyarakat menahan belanjanya dan menyisihkan pendapatannya untuk belanja pendidikan

mengingat Tahun Ajaran akan dimulai pada awal triwulan III (bahkan untuk beberapa sekolah negeri

sudah dimulai pada akhir triwulan II. Khususnya untuk masyarakat kelompok ekonomi menengah ke

bawah, kenaikan tarif listrik untuk pelanggan 900VA RTM juga menyebabkan tertahannya ekspansi daya

beli. Selain itu, pencairan gaji ke-13 yang semula direncanakan pada triwulan II 2017 digeser ke awal

triwulan III 2017. Dengan demikian, pertumbuhan lapangan usaha perdagangan diperkirakan baru akan

kembali meningkat di triwulan III 2017.

Di tengah melambatnya pertumbuhan lapangan usaha perdagangan, survei yang dilakukan Bank

Indonesia menunjukkan bahwa pada dasarnya keyakinan serta optimisme konsumen masih terjaga

dengan baik. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan

Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) masih terus meningkat hingga periode laporan. Indeks Kondisi

Ekonomi Saat Ini (IKE) meningkat dari 106,20 pada triwulan I 2017 menjadi 112,33 pada triwulan II 2017

(Grafik 1.74). Dengan demikian, IKE Jawa Barat masih terjaga di level optimis (>100) di mana sejak

triwulan II 2015 konsisten berada pada level pesimis hingga triwulan III 2016. Berdasarkan komponen

penyusunnya, hal ini didorong oleh peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja (dari 94,60 menjadi

101,91), indeks konsumsi barang kebutuhan tahan lama (dari 105,97 menjadi 111,49) dan indeks

penghasilan saat ini (dari 118,31 menjadi 123,60) (Grafik 1.73). Dengan demikian, indeks ketersediaan

lapangan kerja untuk pertama kalinya berada di level optimis (>100) setelah sebelumnya konsisten berada

di level pesimis (<100) hingga triwulan I 2017. Meningkatnya optimisme terhadap ketersediaan lapangan

kerja ini antara lain didorong oleh banyaknya proyek-proyek pembangunan yang sedang berjalan di Jawa

Barat yang tentunya menyerap tenaga kerja.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Namun demikian, di tengah terjaganya keyakinan dan optimisme konsumen, perlambatan pada

pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan tercermin dari adanya penurunan pada pangsa pengeluaran

Grafik 1. 71 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1. 72 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

38

untuk konsumsi dari total pendapatan masyarakat (Marginal Propensity to Consume) dari 64,7% pada

triwulan I 2017 menjadi 64,3% pada triwulan II 2017 (Grafik 1.73). Penurunan tendensi konsumsi ini

diiringi dengan meningkatnya pangsa pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan (Marginal

Propensity to Saving) yakni dari 16,4% menjadi 18,1%. Hal ini sejalan dengan perkiraan di mana

masyarakat menahan konsumsinya untuk mempersiapkan dana menjelang tahun ajaran baru. Survei

Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia pada triwulan II 2017 masih menunjukkan adanya peningkatan

terbatas pada pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) gabungan yakni dari 3,93% (yoy) pada triwulan I

2017 menjadi 8,06% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.73). Peningkatan penjualan eceran terutama

terjadi pada kelompok makanan & minuman; perlengkapan rumah tangga lainnya; serta bahan bakar.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia

Di sisi lain, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan

kegiatan usaha dan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) kegiatan usaha LU perdagangan meningkat dari -2,41 menjadi 5,12 (Grafik 1.75).

Sementara itu, hasil wawancara liaison mengkonfirmasi adanya penurunan likert scale penjualan

domestik LU perdagangan, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan LU perdagangan. Likert scale

penjualan domestik perdagangan menurun dari 0,57 pada triwulan I 2017 menjadi 0,13 pada triwulan II

2017 (Grafik 1.76). Sejalan dengan penurunan penjualan, informasi liaison mengindikasikan penurunan

jumlah tenaga kerja dengan likert scale yang menurun dari 0,14 menjadi -0,38 (Grafik 1.77). Harga jual

juga diindikasikan melemah ditunjukkan melalui likert scale yang menurun dari 0,43 menjadi 0,38 (Grafik

1.77).

Grafik 1. 73 Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Grafik 1. 74 Indeks Penjualan Riil (Eceran)

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

39

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Penurunan kinerja lapangan usaha Perdagangan terindikasi terjadi pada sub-lapangan usaha

perdagangan besar seperti penjualan kendaraan bermotor. Pada triwulan II 2017, perlambatan penjualan

kendaraan khususnya roda empat di Jawa Barat kembali terjadi. Melambatnya penjualan kendaraan roda

empat tersebut dikonfirmasi oleh data pendaftaran kendaraan bermotor di Dispenda Jabar baik untuk

mobil maupun sepeda motor. Pertumbuhan pendaftaran mobil pribadi baru yang terlihat dari

pendaftaran (Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBBNKB) 1 melambat dari tumbuh sebesar -2,72%

(yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -13,78% (Grafik 1.79). Kondisi ini cukup berbeda dengan periode

Ramadhan dan Lebaran di tahun 2016 di mana pendaftaran mobil pribadi baru meningkat cukup

signifikan, akibatnya adanya kebiasaan di masyarakat untuk mengganti kendaraannya dengan yang baru

sebelum melakukan perjalanan mudik, didukung oleh semakin berkembangnya jenis mobil LCGC (low

cost green car) dengan harga yang lebih terjangkau. Sebagaimana dengan yang dijelaskan sebelumnya,

masyarakat diperkirakan membatasi konsumsinya khususnya untuk barang yang bersifat non primer dan

tidak mendesak untuk mempersiapkan belanja pendidikan di tahun ajaran baru. Di sisi lain, pertumbuhan

pendaftaran sepeda motor baru mengalami peningkatan dari -17,72% (yoy) menjadi -15,04%, walaupun

masih dalam level kontraksi.

Sejalan dengan melambatnya perdagangan, pertumbuhan impor barang konsumsi juga tercatat

melambat yang mengindikasikan bahwa masyarakat menahan konsumsi untuk barang-barang yang

sifatnya sekunder atau tersier serta kurang mendesak. Impor barang konsumsi pada triwulan II 2017

Grafik 1. 75 SKDU Perdagangan Grafik 1. 76 Likert Scale Penjualan Domestik & Ekspor

Perdagangan

Grafik 1. 77 Likert Scale Harga Jual dan Margin

Perdagangan

Grafik 1. 78 Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja dan

Tingkat Upah Perdagangan

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

40

tercatat tumbuh -14,10% (yoy), melambat cukup dalam dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh -2,65%

(Grafik 1.80). Secara spesifik, perlambatan yang paling dalam terjadi pada impor barang konsumsi

bersifat durable dan semi-durable.

Sumber: Dispenda Jabar, diolah oleh staf BI

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Dari sisi perbankan, pembiayaan perbankan pada lapangan usaha perdagangan melalui kredit juga

mengalami perlambatan yakni dari tumbuh 10,25% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 6,05% (yoy) pada

triwulan II 2017 (Grafik 1.81). Perlambatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya risiko kredit

perdagangan tercermin dari NPL yang meningkat dari 4,19% menjadi 4,21% pada triwulan II 2017. NPL

LU perdagangan kembali meningkat setelah sebelumnya mengalami penurunan sejak triwulan III 2016. Di

sisi lain, pertumbuhan pada kredit rumah tangga tercatat meningkat (dari 12,10% menjadi 13,52%).

Peningkatan terjadi pada pertumbuhan kredit multiguna (dari 6,01% menjadi 10,08%) dan kredit

kendaraan bermotor/KKB (dari 3,73% menjadi 8,86%), sementara KPR tumbuh melambat (dari 14,90%

menjadi 13,12%) (Grafik 1.82). Perlambatan penyaluran KPR ini sejalan dengan perkembangan indeks

harga properti residensial yang juga melambat pada triwulan II.

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan laporan tumbuh sebesar

4,84% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar

7,01%. Hal ini sejalan dengan berlalunya puncak panen raya padi di akhir triwulan I 2017 serta base

effect di mana pada tahun 2016 puncak panen raya berlangsung pada awal triwulan III 2017. Sejalan

Grafik 1. 79 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru

(BBNKB 1)

Grafik 1. 80Perkembangan Impor Barang Konsumsi

Grafik 1. 81 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1. 82 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

41

dengan hal tersebut, produksi hortikultura juga mengalami penurunan pada triwulan II. Pada tanaman

cabai, tingginya curah hujan menyebabkan banyak tanaman terkena serangan hama patek dan

mengalami kegagalan panen. Di samping itu pada periode Mei-Juni juga merupakan bulan tanam untuk

persiapan panen Agustus.

Pada sub-lapangan usaha peternakan, khususnya untuk komoditas daging ayam, produksi dari sejumlah

Poultry Shop besar di wilayah Priangan Timur mengalami sedikit peningkatan sebagai bagian dari

persiapan menghadapi lonjakan permintaan selama Hari Raya. Tetapi dari sisi penanaman bibit ayam atau

DOC (day old chicken) mengalami penurunan karena terbatasnya jumlah serta tingginya harga DOC.

Menurunnya stok DOC ini disebabkan karena adanya aturan pembatasan DOC sehingga telur ayam

banyak yang tidak ditetaskan dan dijual dalam bentuk telur ayam. Sementara untuk jenis ayam pejantan,

jumlah produksinya mengalami mengalami penurunan karena tingginya harga DOC yang jauh lebih tinggi

dari harga DOC ayam ras pedaging sehingga produksi pun dibatasi.

Khususnya pada tanaman padi, perlambatan terkonfirmasi dari melambatnya pertumbuhan produksi dari

50,16% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -30,60% (yoy) pada triwulan II 2017 (data akumulatif sampai

dengan Mei 2017) (Grafik 1.82). Demikian juga halnya dengan pertumbuhan luas panen yang menurun

dari 47,46% (yoy) menjadi -31,30% (yoy). Hal ini juga didukung oleh Survei Kegiatan Dunia Usaha yang

dilakukan Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan kapasitas produksi lapangan usaha pertanian

serta seluruh sub-lapangan usahanya (Grafik 1.84). Hal ini menandai tengah berlangsungnya masa tanam

untuk mayoritas produk pertanian sehingga nilai produksinya mengalami penurunan.

Sumber: Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Jabar

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Sementara itu, pertumbuhan kredit atau pembiayaan dari perbankan pada lapangan usaha pertanian,

kehutanan, dan perikanan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit

perbankan pada lapangan usaha pertanian meningkat dari -1,00% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi

0,12% pada triwulan II 2017 (Grafik 1.85). Hal ini sejalan dengan berlangsungnya masa tanam untuk

sejumlah komoditas baik tanaman pangan maupun hortikultura sehingga pembiayaan meningkat untuk

modal kerja. Namun di sisi lain, risiko kredit lapangan usaha pertanian pada triwulan II 2017 meningkat,

dengan NPL yang masih terjaga pada batas aman yakni 4,46% (Grafik 1,86). Hal ini antara lain

dipengaruhi oleh pendapatan petani yang diperkirakan tidak sebaiknya tahun sebelumnya untuk panen

Grafik 1. 83 Perkembangan Produksi & Luas Panen Padi di

Jawa Barat

Grafik 1. 84 Kapasitas Produksi Sub Kelompok Pertanian -

SKDU

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

42

semester I 2017 mengingat harga jualnya yang relatif rendah dan stabil, tercermin dari inflasi beras yang

relatif lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya.

Perlambatan lapangan usaha pertanian juga terkonfirmasi dari liaison yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, di mana likert scale penjualan domestik pertanian menurun dari 0,89 menjadi 0,67 pada

triwulan II 2017 (Grafik 1.87). Sedang berlangsungnya masa tanam ini juga tercermin dari peningkatan

likert scale penggunaan tenaga kerja (dari 0,00 menjadi 0,36) dan kapasitas utilisasi (dari 0,80 menjadi

0,92) (Grafik 1.88).

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Menurut contact liaison di sub-lapangan usaha pertanian, produksi mengalami penurunan sebesar 32%

(yoy) seiring dengan penurunan produktivitas dimana pada panen MT I tahun 2016 sebesar 8,8 ton/ha

sedangkan pada MT I tahun 2017 hanya 6 ton/ha. Penurunan produktivitas tersebut terutama disebabkan

oleh faktor cuaca. Hujan yang terus menerus terjadi pada bulan Maret hingga April 2017 menjadikan

kualitas gabah mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sehingga petani

kesulitan dalam melakukan proses penjemuran gabah. Adapun musim tanam dimulai kembali dengan

mengolah tanah pada awal Mei, pada minggu ke II melakukan penyemaian padi dan mulai tanam pada

akhir bulan Mei sampai dengan bulan Juni, sehingga musim panen diperkirakan mulai kembali pada

bulan September 2017 (triwulan III 2017).

Adapun contact liaison pada sub-lapangan usaha peternakan menyampaikan bahwa pada triwulan II

2017, penjualan ayam broiler mengalami penurunan 30% s.d 50% dibandingkan periode sama tahun

sebelumnya. Penurunan hasil penjualan tersebut disebabkan penurunan jumlah hasil produksi yang

Grafik 1. 85 Perkembangan Kredit Pertanian Grafik 1. 86 Perkembangan NPL Kredit Pertanian

Grafik 1. 87 Likert Scale Penjualan Domestik dan Penjualan

Ekspor Pertanian

Grafik 1. 88 Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja &

Kapasitas Utilisasi Pertanian

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

43

disengaja dilakukan oleh contact sehubungan dengan pasokan ayam yang melimpah di pasar sehingga

harga jual ayam cenderung rendah. Jumlah persediaan ayam breeder yang dimiliki saat menurun 50%

(yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Sumber: Wawancara Liaison Bank Indonesia

Di tengah melambatnya penjualan domestik pertanian, pertumbuhan ekspor pertanian terpantau

meningkat dari -4,30% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 0,20% (yoy) pada triwulan II 2017. Secara

spesifik, peningkatan terutama didorong oleh ekspor tanaman pangan dan hortikultura (dari -17,06%

menjadi 0,43%) dan ekspor hewan ternak (dari -17,06% menjadi 0,43%).

1.2.4 Konstruksi

Lapangan usaha konstruksi pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 5,34%, meningkat dibandingkan

triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 4,08%. Perkembangan ini sejalan dengan pertumbuhan investasi

bangunan yang juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Lapangan usaha konstruksi

merupakan lapangan usaha dengan pangsa ekonomi terbesar keempat di Jawa Barat yaitu sebesar

8,37% pada triwulan II 2017. Meningkatnya laju pertumbuhan lapangan usaha konstruksi pada triwulan

II 2017 didukung oleh pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis Pemerintah, baik yang sudah

berjalan dari periode sebelumnya maupun yang baru dimulai pada triwulan ini. Selain proyek

pembangunan pemerintah, dari sisi swasta juga terdapat pembangunan kawasan kota baru dengan nilai

proyek yang cukup besar yang dimulai sejak triwulan II 2017.

Melambatnya kinerja lapangan usaha konstruksi

terkonfirmasi antara lain dari hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang

menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usaha

lapangan usaha konstruksi dari -0,34 menjadi 0,70

SBT (Saldo Bersih Tertimbang) (Grafik 1.91). Sejalan

dengan meningkatnya kegiatan usaha,

penggunaan tenaga kerja di lapangan usaha ini

juga meningkat dari -0,51 SBT menjadi 0,00 SBT.

Adapun beberapa proyek infrastruktur Pemerintah yang masih berjalan hingga triwulan II 2017 di

antaranya adalah pembangunan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Tol Soreang-Pasir Koja

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Grafik 1. 89 Perkembangan Ekspor Pertanian Grafik 1. 90 Indeks Yang Diterima Petani (IT)

Grafik 1. 91 SKDU Konstruksi

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

44

(Soroja), Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), Tol Cimanggis Cibitung, Bogor Outer Ring Road, LRT

Terintegrasi Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Inland Waterways Cikarang Bekasi Laut (CBL),

Bandara Internasional Kertajati, dan Pelabuhan Patimban. Selain proyek-proyek existing ini, sejak triwulan

II 2017 Pemerintah juga mulai membangun proyek baru yakni Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (elevated)

untuk mengurai kemacetan di jalan tol Jakarta-Cikampek.

Selain proyek Pemerintah tersebut, juga terdapat pembangunan oleh pihak swasta dengan nilai proyek

yang cukup besar. Proyek ini adalah pembangunan kawasan kota baru Meikarta di Cikarang yang telah

mulai dibangun pada Mei 2017. Namun demikian, proyek ini hingga saat ini masih terkendala masalah

perizinan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RT/RW Jawa Barat.

Namun demikian, di tengah meningkatnya kegiatan konstruksi, pertumbuhan kredit ke lapangan usaha

kontruksi mengalami perlambatan yakni dari 24,28% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 20,68% (yoy)

pada triwulan III 2017 (Grafik 1.93). Pertumbuhan kredit konstruksi melambat setelah sebelumnya

meningkat sejak akhir tahun 2016 hingga triwulan I 2017. Di tengah perlambatan kredit konstruksi, risiko

kredit atau NPL konstruksi juga ikut mengalami penurunan yakni dari 7,05% menjadi 5,71% pada

triwulan I 2017.

Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) juga tumbuh

melambat yakni dari 14,90% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 13,14% (yoy) pada triwulan II 2017.

Berdasarkan tipe rumah, perlambatan disebabkan oleh KPR tipe kecil (s.d. tipe 22) yang tumbuh

melambat dari 6,26% (yoy) menjadi -8,06% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 1.93). Perlambatan

penyaluran KPR ini sejalan dengan NPL-nya yang juga meningkat dari 2,73% menjadi 2,85% (Grafik

1.95).

Grafik 1. 92 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1. 93 Perkembangan NPL Kredit Konstruksi

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

45

1.1 Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan III 2017

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan

triwulan II 2017, dengan perkiraan pertumbuhan pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy). Dari sisi

pengeluaran, peningkatan diperkirakan terjadi pada mayoritas komponen, kecuali konsumsi rumah

tangga. Ekspansi investasi serta ekspor diperkirakan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat di triwulan III. Sementara dari sisi lapangan usaha, peningkatan laju pertumbuhan diperkirakan

terjadi pada ketiga lapangan usaha utama Jawa Barat. Perkiraan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat pada triwulan III 2017 didorong oleh beberapa faktor antara lain :

1. Seiring dengan dilakukannya percepatan masa tanam padi di beberapa daerah diperkirakan panen

padi akan mulai berlangsung menjelang akhir triwulan III 2017 di sejumlah daerah. Selain itu, khusus

untuk tanaman hortikultura sesuai dengan polanya diperkirakan mengalami panen di triwulan III

2017 didukung oleh kondisi cuaca yang baik dengan curah hujan terkendali

2. Pabrik mobil baru asal China yang sudah mulai beroperasi di triwulan II 2017 diperkirakan mulai

menghasilkan dan memasarkan produksinya di triwulan III 2017

3. Investasi bangunan khususnya untuk pembangunan infrastruktur strategis Pemerintah diperkirakan

meningkat seiring dengan kembali normalnya hari efektif bekerja setelah pada triwulan II berkurang

karena banyaknya long weekend

4. Terus membaiknya kinerja ekonomi negara mitra dagang utama, di mana pertumbuhan ekonomi

Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang tercatat meningkat pada triwulan II 2017 dan diharapkan

berlanjut hingga akhir tahun

5. Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih tinggi antara lain disebabkan base effect di mana

pada triwulan III 2016 terjadi penundaan transfer dana perimbangan oleh Pemerintah Pusat.

6. Konsumsi pemerintah juga diperkirakan meningkat seiring dengan pembayaran gaji ke-13 untuk PNS

yang bergeser ke triwulan III.

Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang berpotensi menahan peningkatan pertumbuhan

ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2017, yakni :

Grafik 1. 94 Perkembangan Penyaluran KPR Per Tipe Grafik 1. 95 Perkembangan NPL KPR

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

46

1. Base effect di mana pada triwulan III 2016 terdapat momen Hari Raya Idul Fitri yang pada tahun ini

telah bergeser ke triwulan II 2017 sehingga diperkirakan menahan laju konsumsi rumah tangga di

triwulan III 2017

2. Konsumsi rumah tangga diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan II 2017, di mana selain

karena adanya momen libur Hari Raya, di sepanjang triwulan II juga terdapat banyak momen libur

panjang sementara di triwulan III 2017 momen libur panjang relatif lebih sedikit.

3. Base effect di mana pada tahun triwulan III 2016 terdapat penyelenggaraan acara Pekan Olahraga

Nasional (PON) ke-19 yang menggerakkan perekonomian cukup besar dari berbagai sektor

(perdagangan, transportasi, penyediaan akomodasi, komunikasi, dll) serta konsumsi Pemerintah.

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017 - Sisi Pengeluaran

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber : BPS Jawa Barat, diolah

Perkiraan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 diperkirakan

terjadi seiring dengan berlalunya efek seasonal Hari Raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya.

Perkiraan ini juga sejalan dengan penurunan ekspektasi konsumen berdasarkan Survei Konsumen yang

dilakukan Bank Indonesia. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat pada triwulan III 2017 sebesar

137,04 menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 139,90 (Grafik 1.96). Adapun komponen IEK

yang mengalami penurunan terutama adalah Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Indeks Ekspektasi

Penghasilan. Sejalan dengan hal ini, survei BPS juga memperkirakan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

pada triwulan III 2017 sebesar 104,50 menurun dibanding realisasi ITK triwulan II 2017 sebesar 118,59.

Menurunnya konsumsi masyarakat lebih disebabkan oleh pilihan masyarakat untuk menunda konsumsi

untuk beberapa jenis barang serta adanya alokasi dana untuk belanja pendidikan di triwulan III.

Grafik 1. 96 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Jawa Barat Grafik 1. 97 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Jawa

Barat

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

47

Transmisi pelonggaran kebijakan moneter

diperkirakan masih terus berlanjut baik kepada

penghimpunan DPK serta penyaluran kredit. Pada

Agustus 2017, Bank Indonesia menurunkan

menurunkan suku bunga kebijakan atau 7 Days

Repo Rate 25 bps dari 4,75% ke 4,5%. Hal ini

bertujuan untuk mendorong berjalannya

intermediasi perbankan atau penyaluran kredit.

Sementara dari sisi rumah tangga, pertumbuhan

DPK perseorangan pada Juli 2017 masih meningkat dari 6,55% (yoy) menjadi 6,71% (yoy) (Grafik 1.99).

Peningkatan terutama terjadi pada tabungan perseorangan (dari 8,13% ke 8,86%) dan deposito

perseorangan (dari 4,54% menjadi 4,76%).

Pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan III 2017, sejalan dengan

pola spending pemerintah yang terus meningkat hingga akhir tahun. Bergesernya pencairan gaji ke-

13 untuk PNS ke triwulan III 2017 diperkirakan mendorong realisasi belanja pegawai Pemerintah. Selain

itu, tidak adanya penundaan transfer dana perimbangan sebagaimana yang terjadi pada triwulan III 2016

menjadi faktor base effect yang mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah di triwulan III 2017. Hal

ini antara lain tercermin dari realisasi belanja Pemerintah baik Provinsi maupun kab/kota (sumber : situs

TEPRA) yang pada Juli 2017 tumbuh meningkat dibanding triwulan II 2017 dengan rincian sebagai

berikut:

1. Total realisasi belanja APBD gabungan 26 kab/kota pada Juli 2017 sebesar Rp32,31 Triliun atau

tumbuh -8,11% (yoy), membaik dibanding triwulan II 2017 yang tumbuh -12,21%. Kontraksi

pertumbuhan ini disebabkan oleh beralihnya wewenang sejumlah PNS dari Pemerintah kab/kota ke

Provinsi.

2. Hingga Juli 2017, pertumbuhan belanja APBD Provinsi Jawa Barat adalah 35,37% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan II 2017 yang tumbuh 28,43%. Hal ini antara lain didorong oleh pencairan gaji ke-

13 PNS mengingat beban belanja pegawai Pemerintah Provinsi semakin besar akibat pengalihan

kewenangan.

Namun di sisi lain terdapat faktor yang berpotensi menahan peningkatan laju pertumbuhan konsumsi

pemerintah di triwulan III 2017, yakni base effect di mana belanja Pemerintah pada triwulan III 2016

mengalami peningkatan dalam rangka penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-15.

Pertumbuhan investasi juga diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan III 2017

dibandingkan triwulan sebelumnya. Akselerasi investasi terutama masih didorong oleh investasi

bangunan, di mana dengan jumlah hari kerja efektif lebih banyak dibanding triwulan II dapat mendorong

progress pekerjaan lebih baik.Terdapat beberapa proyek infrastruktur strategis pemerintah baik yang

mengandalkan APBD maupun APBN dan bersifat multiyears, a.l.: Tol Soroja, Tol Cisumdawu, LRT

Jabodebek, Pelabuhan Patimban, Bandara Internasional Kertajati, Kereta Cepat Jkt-Bandung, dll. Adapun

proyek dengan deadline penyelesaian terdekat adalah Bandara Internasional Kertajati yang ditargetkan

Grafik 1. 98 Pertumbuhan DPK Perseorangan

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

48

beroperasi pada tahun 2018. Selain proyek tersebut, sejak triwulan II 2017 lalu telah dimulai

pembangunan proyek baru yakni tol Jakarta-Cikampek II (elevated). Pemerintah sedang berfokus antara

lain menyelesaikan proyek Jalan Tol Soroja yang sejatinya telah mundur dari target penyelesaian awal

pada November 2016 dan ditargetkan beroperasi pada September 2017. Saat ini pembebasan lahan

sudah hampir 100% dan pembangunan fisik telah memasuki tahap pengerasan jalan. Dari sisi swasta,

proyek pembangunan yang vital adalah kawasan kota baru Meikarta di Cikarang yang digarap oleh grup

Lippo dengan total nilai investasi mencapai Rp278 triliun. Adapun pembangunan telah dilakukan sejak

Mei 2017, lebih cepat dibandingkan jadwal semula setelah Lebaran.

Hingga pertengahan triwulan III 2017, hasil liaison menunjukkan adanya peningkatan likert scale realisasi

investasi pelaku usaha dari 0,53 menjadi 0,85. Peningkatan kegiatan investasi ini terutama terjadi pada

contact liaison yang bergerak di sektor industri pengolahan dan perdagangan. Sejalan dengan masifnya

pembangunan infrastruktur, pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat pada Juli 2017 juga meningkat

cukup signifikan yakni dari -4,9% (yoy) menjadi 87,01%. Pertumbuhan penyaluran kredit investasi yang

sempat melambat pada triwulan II mulai kembali meningkat pada awal triwulan III 2017 dengan tumbuh

dari -3,13% (yoy) menjadi -2,23%. Hal ini terjadi seiring dengan relatif stabilnya risiko kredit atau NPL

kredit investasi.

Di sisi lain, terdapat beberapa faktor yang

berpotensi menghambat akselerasi pertumbuhan

investasi di triwulan III 2017. Pertumbuhan impor

barang modal khususnya ke industri alat angkutan

diperkirakan kembali melambat pada triwulan III

2017 setelah beberapa triwulan sebelumnya

mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup

signifikan. Dengan mulai beroperasinya pabrik

mobil baru, perusahaan fokus kepada optimalisasi

barang modal yang telah diakusisi sebelumnya.

SKDU juga memperkirakan adanya penurunan kegiatan investasi dengan nilai perkiraan sebesar SBT 5,11

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 6,65 (Grafik 1.99).

Pertumbuhan ekspor luar negeri diperkirakan meningkat setelah sebelumnya sempat melambat di

triwulan II. Perkiraan peningkatan ini seiring dengan kembali normalnya atau meningkatnya jumlah hari

kerja efektif setelah pada triwulan II diisi oleh beberapa kali long weekend dan adanya pembatasan lalu

lintas kendaraan kontainer pada H-7 Lebaran. Selain dari sisi suplai, permintaan global diperkirakan masih

cukup kuat tercermin dari akselerasi pertumbuhan pada Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang serta

pertumbuhan yang stabil pada China di triwulan II 2017. Mulai meningkat harga komoditas global

umumnya berkorelasi dan menjadi indikasi dari meningkatnya volume perdagangan global. Hingga Juli

2017, harga beberapa komoditas utama mulai meningkat setelah pada triwulan II mengalami penurunan.

Pada Juli 2017, PMI beberapa negara mitra dagang mengalami peningkatan, yakni Amerika Serikat (dari

52,50 menjadi 53,30) dan China (dari 51,37 menjadi 51,40).

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Grafik 1. 99 Perkiraan Investasi Dunia Usaha

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

49

Sejalan dengan pertumbuhan ekspor, pertumbuhan impor juga diperkirakan meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya dengan persentase peningkatan yang lebih rendah dibanding

ekspor, sehingga memberikan ruang bagi peningkatan net ekspor luar negeri Jawa Barat. Perkiraan

meningkatnya kinerja ekspor luar negeri turut mendorong peningkatan perkiraan impor luar negeri,

mengingat sebagian besar bahan baku industri untuk menghasil produk yang akan diekspor diperoleh

melalui impor. Hingga pertengahan triwulan III 2017, pertumbuhan harga sejumlah komoditas global

mengalami peningkatan setelah pada triwulan II mengalami penurunan. Beberapa komoditas yang mulai

mengalami rebound harga adalah minyak, batu bara, dan tembaga.

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2017 - Sisi Lapangan Usaha

Laju pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan meningkat dibanding triwulan

sebelumnya. Perkiraan ini seiring dengan kembali normalnya jumlah hari kerja efektif serta potensi

meningkatnya permintaan ekspor. Lapangan usaha perdagangan juga diperkirakan tumbuh meningkat

dibanding triwulan sebelumnya di mana masyarakat sempat menahan konsumsi untuk mempersiapkan

belanja pendidikan di tahun ajaran baru.

Pertumbuhan lapangan usaha pertanian juga diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Seiring dengan dilakukannya tanam lebih awal pada triwulan II 2017, panen padi diperkirakan mulai

berlangsung pada akhir triwulan III 2017. Pada komoditas daging ayam, sejumlah Poultry Shop besar

hingga pertengahan triwulan III 2017 mengalami peningkatan produksi. Peningkatan ini terjadi karena

jumlah penanaman yang dilakukan pada bulan lalu yang meningkat seiring dengan pasokan DOC yang

melimpah. Kondisi ini menyebabkan harga jual ayam di tingkat peternak mengalami penurunan. SKDU

memperkirakan adanya peningkatan kegiatan usaha LU pertani

2,55), sejalan dengan berlangsungnya periode masa tanam kedua atau musim gadu.

Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi juga diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sejalan dengan meningkatnya perkiraan pertumbuhan investasi bangunan di Jawa Barat,

pertumbuhan LU konstruksi juga diperkirakan meningkat. Beberapa proyek konstruksi yang sedang

berjalan di triwulan III 2017 antara lain meliputi :

1. Proyek infrastruktur Pemerintah : Tol Soroja, Tol Cisumdawu, LRT Jabodebek, Pelabuhan Patimban,

Bandara Internasional Kertajati, Kereta Cepat Jkt-Bandung, dll. Proyek terbaru yang dimulai sejak

triwulan II 2017 adalah tol Jakarta-Cikampek II (elevated)

2. Proyek swasta yakni pembangunan kawasan kota baru Meikarta di Cikarang yang telah dimulai sejak

Mei 2017

Pemerintah saat ini sedang mengejar penyelesaian proyek yang ditargetkan beroperasi dalam waktu

dekat yakni Tol Soroja (September 2017) dan Bandara Internasional Kertajati (2018). Sejalan dengan

masifnya pembangunan infrastruktur, pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat pada Juli 2017 juga

meningkat cukup signifikan yakni dari -4,9% (yoy) menjadi 87,01%. Inflasi bahan bangunan juga

meningkat dari 1,11% (yoy) pada tw II 2017 menjadi 1,21% pada Juli 2017. SKDU memperkirakan

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

50

peningkatan kegiatan usaha LU kon

penggunaan tenaga kerja serta investasi.

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

51

Pangsa sektor pertanian yang merupakan hulu dari agroindustri di Jawa Barat terus mengalami

penurunan selama 15 tahun terakhir, yakni dari 15,1% pada tahun 2002 menjadi 7,7% pada tahun

2016 (Grafik1). Hal ini sejalan dengan pesatnya perkembangan industrialisasi serta alih fungsi lahan.

Sejalan dengan hal tersebut, pangsa tenaga kerja di sektor pertanian juga terus menurun (dari 20,9%

menjadi 16,4%) seiring dengan meningkatnya tenaga kerja di sektor perdagangan dan jasa (Grafik 2).

Grafik 1. Perkembangan Pangsa Sektor Ekonomi

Jawa Barat Berdasarkan ADHK

Grafik 2. Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja

Sektoral Jawa Barat

Berdasarkan pengolahan terhadap data survei Industri Besar Sedang (IBS) BPS, diketahui bahwa pangsa

value added agroindustri Jawa Barat masih relatif rendah yakni sebesar 15,6% dari total value added

yang dihasilkan industri pengolahan Jawa Barat (Grafik 3). Walau demikian, pangsa value added

agroindustri Jawa Barat bergerak dalam tren meningkat dari 2010 hingga 2014. Adapun pangsa

tenaga kerja agroindustri terhadap total industri pengolahan Jawa Barat adalah sebesar 16,2% pada

tahun 2014 dan relatif menurun dibanding tahun sebelumnya (Grafik 4). Menurunnya pangsa tenaga

kerja agroindustri di tengah peningkatan pangsa value added-nya diperkirakan antara lain didorong

oleh semakin berkembangnya penggunaan teknologi di bidang agroindustri yang semakin

mengefisienkan penggunaan tenaga kerja manusia.

Grafik 3. Pangsa Value Added Agroindustri

Terhadap Total Industri Pengolahan (IBS)

Grafik 4. Pangsa Tenaga Kerja Agroindustri

Terhadap Total Industri Pengolahan (IBS)

Berdasarkan subsektor PDRB industri pengolahan di Jawa Barat, terdapat 4 industri yang berkaitan

dengan agro atau dapat digolongkan sebagai pendekatan terhadap agorindustri, yakni industri

BOKS 1

DAYA SAING AGROINDUSTRI JAWA BARAT SERTA UPAYA PENGEMBANGANNYA

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

52

makanan dan minuman; industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu,

rotan, dan sejenisnya; industri kertas dan barang dari kertas, percetakan, dan reproduksi media

rekaman; serta industri karet, bareng dari karet dan plastik. Dari keempat jenis industri terdapat,

pangsa terbesar terhadap total agroindustri Jawa barat diberikan oleh industri makanan & minuman

(63,0%), diikuti industri karet dan barang dari karet (18,5%), dan industri kertas (13,9%) (Grafik 5).

Selama 7 (tujuh) tahun terakhir pangsa industri makanan & minuman terus meningkat seiring dengan

menurunnya pangsa ketiga jenis industri agro lainnya. Hal ini sejalan dengan tingkat pertumbuhan

industri makanan dan minuman Jawa Barat yang secara rata-rata (2011-2015) tumbuh 8,96%,

tertinggi dibanding tingkat pertumbuhan industri agro lainnya (Grafik 6). Hal ini sesuai dengan jenis

produknya yang merupakan kebutuhan primer masyarakat sehingga cenderung resilient terjadap

gejolak dalam perekonomian. Secara umum, pertumbuhan keempat industri agro mengalami

perbaikan di tahun 2016.

Grafik 5. Perkembangan Pangsa PDRB Subsektor

Agroindustri Berdasarkan ADHK

Grafik 6. Pertumbuhan PDRB Subsektor Agroindustri

Pemetaan daya saing agroindustri

Jawa Barat antara lain dilakukan

dengan menggunakan tools analisis

RCPA3 (revealed comparative

production advantage) dan LQ4

(location quotient). Berdasarkan

analisis dengan menggunakan

kedua tools tersebut diketahui

bahwa industri makanan

merupakan rising star pada sektor

agroindustri di Jawa Barat. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai RCPA dan LQ

>1. Dengan produktivitas dan input tenaga kerja yang menjadi unggulan, maka industri makanan

dapat menjadi potensi pengembangan ekonomi lebih lanjut, khususnya pada sektor agroindustri. Selain

3 RCPA membandingkan produksi subsektor tertentu di sebuah provinsi dengan total produksi nasional subsektor

tersebut

4 LQ merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian di suatu

daerah berdasarkan perbandingan produktivitas tenaga kerja provinsi dengan nasional

Grafik 7. Pemetaan Daya Saing Agroindustri Jawa Barat

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

53

industri makanan, beberapa jenis agroindustri potensial lainnya di Jawa Barat adalah industri makanan

bayi; industri alat dapur dari kayu, rotan, dan bambu; industri minyak makan dan lemak nabati dan

hewani; serta industri remiling karet.

Secara spasial, pangsa agroindustri terbesar di Jawa Barat disumbang oleh Kab. Karawang (27,35%),

Kab. Bogor (13,79%), dan Kab. Sukabumi (12,20%) (Grafik 7). Adapun RCPA agroindustri terbesar

dimiliki oleh Kab. Pangandaran, Kab. Ciamis, dan Kota Banjar (Priangan Timur).

Grafik 8. Pangsa dan RCPA Agroindustri Kab/Kota di Jawa Barat

Secara spesifik, RCPA agro bersifat pangan tertinggi adalah di Kab. Pangandaran (industri makanan

lainnya), Kota Cirebon (industri makanan hewan), dan Kab. Cirebon (industri makanan lainnya), dan

Kab. Garut (industri makanan lainnya) (Grafik 9). Sementara RCPA agro non pangan tertinggi adalah di

Kota Banjar (pengolahan kayu), Kab. Ciamis (industri karet & olahan), Kota Bogor (industri karet &

olahan) dan Kab. Sukabumi (industri karet & olahan).

Grafik 9. Perbandingan RCPA Agro Berbasis Pangan dan Non-Pangan di Jawa Barat

Selain menggunakan RCPA dan LQ, pemetaan agroindustri unggulan Jawa Barat juga dapat dilakukan

dengan menginteraksikan nilai output, value added, serta penggunaan tenaga kerjanya berdasarkan

data yang diperoleh dari survei IBS (industri besar sedang) BPS. Dengan menggunakan ketiga indikator

tersebut, diketahui bahwa agroindustri unggulan Jawa Barat adalah industri karet & olahannya, industri

kertas, industri makanan lainnya, serta industri pengolahan kayu (Grafik 10). Adapun pemetaan lainnya

juga dapat dilakukan dengan membandingkan antara persentase ekspor terhadap total penjualan,

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

54

persentase penggunaan bahan baku impor, dan nilai ekspor agroindustri. Semakin unggul suatu

industri agro akan ditandai dengan tingginya ekspor serta rendahnya penggunaan bahan baku impor.

Berdasarkan kriteria ini, maka agroindustri unggulan Jawa Barat adalah industri karet & olahan, industri

kertas, industri pengolahan kayu, dan industri makanan lainnya (Grafik11).

Grafik 10. Perbandingan Output, VA, dan TK Sub

Agroindustri (IBS)

Grafik 11. Perbandingan % Ekspor, % Bahan Baku

Impor, Nilai Ekspor Agro Sub Agroindustri (IBS)

Secara spesifik, Disperindag Jawa Barat telah memetakan jenis agroindustri unggulan dari masing-

masing kab/kota di Jawa Barat sebagai berikut :

Gambar 1. Pemetaan Agroindustri Unggulan Kab/Kota se-Jawa Barat

Secara umum, tema agroindustri unggulan di kab/kota Jawa Barat didominasi oleh industri makanan

serta industri kreatif baik berupa fashion maupun kerajinan.

Adapun beberapa hambatan/tantangan dalam mendorong hilirisasi pertanian antara lain meliputi :

1. Terbatasnya infrastruktur, seperti akses jalan ke lokasi

2. Kualitas produk rendah

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

55

3. Kuantitas/Produktivitas rendah

4. Ketersediaan energi

5. Kapasitas SDM yang kompeten

6. Bea import komoditas lebih rendah (biasanya sekitar 5% contoh teh) daripada bea ekspor (30%)

7. Penerapan PPN pada produk primer

8. Status usaha informal (UMKM)

9. Sebagian petani padi di Indonesia masih mengolah secara tradisional

10. Mahalnya mesin pertanian

11. Dorongan inovasi oleh Pemerintah dan LSM masih perlu ditingkatkan

12. Produktivitas dan kontinuitas pasokan bahan baku masih rendah, akibat kepemilikan lahan petani

yang kecil dan tersebar, serta lahan yang bersaing dengan tanaman pangan lainnya

13. Teknologi pengolahan produk masih tradisional

14. Belum adanya standarisasi bahan baku

15. Aspek kelembagaan dan jaringan pemasaran

16. Kurangnya minat investor di bidang industri hilir ubi kayu, karena tidak ada jaminan bahan baku,

insentif dan infrastruktur yang kurang memadai di sentra bahan baku

Untuk mengatasi beberapa hambatan serta tantangan tersebut, Pemerintah telah menyusun sejumlah

rencana atau kebijakan pengembangan, antara lain :

1. Pengembangan varietas tanaman yang adaptif

2. Teknik pengelolaan tanah dan air, dan teknik budidaya tanaman

3. Pengembangan infrasruktur, terutama jaringan irigasi

4. Pengembangan produk hilir di UKM dan UB

5. Peningkatan kapasitas SDM dalam pemahaman perubahan iklim dan penerapan teknologi adaptasi

dan mitigasi perubahan iklim

6. Penyusunan dan penerapan (enforcement) peraturan perundangan mengenai lahan pertanian,

misalnya konversi lahan sawah dan pengelolaan lahan gambut

7. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan pengolahan komoditas agro

8. Meningkatkan kemitraan antara petani, industri dan stakeholders lainnya

9. Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di Sektor Industri Pengolahan Agro

10. Menerapkan GMP, HACCP dan ISO series

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)
Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

55

BAB II BAB II

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

56

2.1. Gambaran Umum

Total anggaran belanja fiskal Jawa Barat untuk tahun 2017 mencapai Rp171,94 Triliun, meliputi belanja

APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp32,43 Triliun (pangsa 20,96%), belanja APBD kabupaten/kota di

Jawa Barat1 sebesar Rp83,92 Triliun (pangsa 54,25%) dan belanja APBN sebesar Rp38,35 Triliun (pangsa

24,79%). Dibandingkan tahun 2016, terjadi peningkatan belanja fiskal Jawa Barat sebesar 0,73% (yoy),

di mana peningkatan terbesar terjadi pada belanja Provinsi yakni sebesar 9,95% (yoy) dan APBN sebesar

0,43% (yoy). Di sisi lain, total belanja fiskal kabupaten/kota pada tahun 2017 justru mengalami

penurunan dengan tumbuh sebesar -2,31% (yoy). Secara spasial, anggaran belanja APBD kabupaten/kota

tertinggi dimiliki oleh Kota Bandung yang mencapai Rp7,36 Triliun (pangsa 8,1%) dan terendah adalah

Kota Banjar sebesar Rp711,16 Miliar (pangsa 0,85%).

Pada triwulan II 2017, realisasi belanja fiskal gabungan di Jawa Barat mencapai Rp50,37 Triliun yang

terdiri dari belanja Pemerintah 26 Kab/Kota (46,24%), belanja APBN di Jawa Barat (29,91%), dan belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Barat (23,85%). Adapun realisasi belanja untuk anggaran belanja Pemerintah

Provinsi dan belanja APBN di Jawa Barat yang tercermin melalui persentase realisasi belanja terhadap

pagu mengalami peningkatan dibanding triwulan II 2016, sedangkan belanja Pemerintah Kab/Kota

mengalami penurunan. Persentase realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Jawa Barat pada triwulan II

2017 sebesar 37,04% (triwulan II 2016 sebesar 32,95%) (Tabel 2.1) dan belanja APBN di Jawa Barat

terealisasi sebesar 38,91% (triwulan II 2016 sebesar 27,61%). Di sisi lain, persentase realisasi belanja

Pemerintah Kab/Kota terealisasi sebesar 28,57% (triwulan II 2016 sebesar 31,85%). Dengan demikian,

realisasi gabungan belanja fiskal di Jawa Barat (APBN, Provinsi, dan Kab/Kota) terealisasi sebesar 32,99%

terhadap pagu, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 30,97% terhadap pagu.

Dari sisi pertumbuhan, peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada

seluruh belanja fiskal, baik APBN, APBD Provinsi, maupun APBD Kab/Kota. Kenaikan tertinggi adalah pada

belanja Pemerintah Provinsi yang tumbuh meningkat dari -25,38% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi

27,44% (yoy) pada triwulan II 2017, diikuti bekanja APBN (dari 7,26% menjadi 41,01%) dan belanja

Pemerintah Kab/Kota (dari -25,09% menjadi -12,21%). Dengan demikian, pertumbuhan gabungan

belanja fiskal di Jawa Barat meningkat dari -15,48% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 7,99% (yoy)

pada triwulan II 2017.

Secara spasial, persentase realisasi belanja terhadap pagu tertinggi terjadi di Kab. Cirebon (39,76% dari

pagu) dan terendah di Kab. Purwakarta (9,13% dari pagu). Sementara itu, pertumbuhan belanja tertinggi

pada triwulan II 2017 dialami oleh Kota Bogor (29,86%, yoy) dan terendah di Kab. Purwakarta (-53,57%,

yoy).

Dari sisi pendapatan, realisasi penerimaan APBD Provinsi Jawa Barat pada triwulan II 2017 sebesar

Rp16,07 Triliun atau 52,61% dari target. Persentase realisasi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017

1 Data APBD Kab/Kota mencakup 26 kab/kota dari 27 kab/kota yang ada di Jawa Barat, di mana data diambil dari situs Tim Evaluasi

dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA) : monev.lkpp.go.id

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

57

sebesar 50,33% dari target. Tingginya realisasi pendapatan pada APBD Provinsi ini terutama didorong

oleh transfer dana perimbangan yang mencapai 55,40% dari target (triwulan II 2016 sebesar 49,32%

dari target). Tingginya realisasi transfer dana perimbangan ini secara khusus didorong oleh transfer Dana

Bagi Hasil (DBH). Selain itu, persentase pencairan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

(DAK) juga lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2016.

Tabel 2.1. Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I I 2017

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Barat, diolah

2.2. APBD Provinsi Jawa Barat

Dukungan fiskal Provinsi Jawa Barat untuk tahun 2017 (APBD) mencapai Rp30,54 Triliun untuk anggaran

pendapatan dan Rp32,43 Triliun untuk anggaran belanja dan transfer (Grafik 2.1). Anggaran pendapatan

meningkat 15,29% (yoy) dibanding tahun 2016 sebesar Rp26,49 Triliun. Peningkatan target ini seiring

dengan berlanjutnya prospek perbaikan ekonomi di tahun 2017 serta kenaikan sejumlah tarif maupun

pajak yang menjadi sumber pendapatan daerah (contoh : biaya STNK, harga BBM, dll). Di sisi lain,

anggaran belanja tahun 2017 meningkat sebesar 9,95% (yoy) dibanding tahun 2016 sebesar Rp29,49

Triliun.

Peningkatan pada anggaran belanja ini terutama didorong oleh peningkatan yang signifikan pada pos

belanja pegawai (140,1%, yoy) sehubungan dengan mulai diterapkannya UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yang berimplikasi pada beralihnya beberapa kewenangan kota-kabupaten ke provinsi,

provinsi ke nasional, maupun sebaliknya. Beberapa kewenangan yang beralih dari sebelumnya di

kota/kabupaten ke provinsi adalah pendidikan menengah, ketenagakerjaan, ESDM, perhubungan dan

kehutanan yang berdampak kepada dialihkannya PNS kota/kabupaten ke provinsi sebanyak 28 ribu

orang, dengan proporsi terbesar adalah tenaga guru termasuk honorer. Sebaliknya, PNS provinsi yang

dialihkan ke kabupaten/kota maupun nasional hanya sebesar 162 orang. Adapun pengalihan wewenang

yang cukup besar ke Pemerintah Provinsi tersebut tidak dibarengi dengan pengalihan/penambahan

DAU/DAK. Hal ini berdampak pada proporsi anggaran Pemerintah Provinsi di tahun 2017, di mana

beberapa dinas/SKPD mengalami pengurangan anggaran untuk mengkompensasi peningkatan biaya gaji

di tahun 2017.

Realisasi(Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD P

Realisasi(Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD P

I Pendapatan 26.807 13.491,3 50,3 30.541 16.066 52,6 1 Pendapatan Asli Daerah 16.180 8.251,5 51,0 16.524 8.301 50,2 2 Dana Perimbangan 10.595 5.225,8 49,3 13.987 7.748 55,4 3 Lain-lain Pendapatan 32 14,0 44,2 30 17 56,9 II Belanja 28.603 9.424,6 32,9 32.429 12.010 37,04 1 Belanja Operasi 18.623 7.495,2 40,2 23.668 10.067 42,53 2 Belanja Modal 3.546 410,2 11,6 2.292 433 18,91 3 Belanja Tidak terduga 50 - - 61 - - 4 Belanja Transfer 6.385 1.519,3 23,8 6.409 1.511 23,57

Surplus/ (Defisit) (1.796) 4.066,7 17,4 (1.888) 4.056 (214,81)

APBD 2017(Rp Miliar)

S.d. Triwulan II 2017S.d. Triwulan II 2016APBD 2016 P

(Rp Miliar)No. Uraian

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

58

Secara ringkas, persentase realisasi baik pada anggaran belanja maupun pendapatan Pemerintah Provinsi

Jawa Barat pada triwulan II 2017 lebih tinggi dibanding triwulan II 2016. Persentase realisasi belanja pada

triwulan II 2017 mencapai 37,04% dari pagu, lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 sebesar 32,9%.

Sejalan dengan hal tersebut, realisasi pendapatan juga pencapaian yang lebih baik, yakni mencapai

52,61% dari target pada triwulan II 2017, lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 sebesar 50,33%.

Pertumbuhan belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat meningkat dari -25,4% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi 27,4% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 2.2). Secara spesifik, peningkatan pertumbuhan

belanja ini disebabkan oleh belanja hibah yang meningkat dari -55,3% (yoy) menjadi -1,9% (yoy) serta

belanja bantuan keuangan yang tumbuh 245,6% (yoy). Komponen belanja lainnya yang mengalami

peningkatan adalah belanja modal (dari -1,4% menjadi 5,6%). Di sisi lain, belanja pegawai dan belanja

barang tumbuh melambat pada triwulan II 2017 dibandingkan triwulan sebelumnnya. Melambatnya

pertumbuhan belanja pegawai antara lain disebabkan karena Pemerintah menggeser pencairan gaji ke-13

yang sebelum dijadwalkan untuk dicairkan pada triwulan II menjadi dicairkan pada awal triwulan III 2017,

sementara pada tahun 2016 pencairan gaji ke-13 dilakukan pada triwulan II.

Di sisi lain, pendapatan Pemerintah Provinsi pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 19,09% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 72,92% (yoy). Perlambatan terdalam

terjadi pertumbuhan dana perimbangan yang melambat dari 418,54% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi 48,27% pada triwulan II 2017. Berdasarkan perkembangan-perkembangan di atas, pada

triwulan II 2017 neraca APBD Provinsi Jawa Barat meraih surplus anggaran sebesar Rp4,06 Triliun, lebih

rendah dibanding triwulan II 2016 yang mengalami surplus anggaran sebesar Rp4,07 Triliun.

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

2.2.1. Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat

Pada tahun 2017, kenaikan anggaran pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat terutama ditopang oleh

kenaikan pada anggaran transfer dana perimbangan yang naik cukup signifikan hingga 37,19% (yoy),

khususnya didorong oleh peningkatan pada pagu Dana Alokasi Umum (DAU) yang meningkat dari

Rp1,02 Triliun pada tahun 2016 menjadi Rp2,99 Triliun pada tahun 2017 atau tumbuh 192,98% (yoy)

Grafik 2.1. Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.2. Perkembangan Pendapatan dan Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

59

(Tabel 2.2). Peningkatan transfer DAU ke Pemerintah Provinsi ini antara lain merupakan implikasi dari

pengalihan urusan pendidikan SMA/SMK dan urusan lainnya dari Pemerintah Kab/Kota ke Provinsi.

Sejalan dengan hal tersebut, pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) juga mengalami peningkatan sebesar

19,19% (yoy). Peningkatan ini khususnya terjadi pada pagu DAK Non Fisik seiring dengan adanya

penambahan jenis DAK Non Fisik yakni : (1) dana pelayanan administrasi kependudukan dan (2)

tunjangan khusus guru pegawai negeri sipil daerah (PNSD) di desa sangat tertinggal. Anggaran

pendapatan asli daerah (PAD) yang menjadi penopang utama pendapatan daerah tumbuh terbatas yakni

sebesar 1,58% (yoy) pada tahun 2017, terutama didorong oleh peningkatan target pendapatan pajak

daerah tahun 2017 sebesar 1,50% (yoy).

Tabel 2.2. Anggaran Pendapatan Daerah Perubahan Provinsi Jawa Barat 2016 dan 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Rasio derajat otonomi fiskal (DOF) Provinsi Jawa Barat masih dalam kategori baik, tercermin dari 54,10%

anggaran pendapatan pada tahun 2017 bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun demikian,

DOF ini mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2016 sebesar 61,40% seiring dengan

meningkatnya pangsa dana perimbangan. Pajak daerah masih menjadi komponen terbesar PAD dengan

pangsa mencapai 92,2%, relatif tidak berubah dibanding tahun 2016 (Grafik 2.3). Pertumbuhan target

penerimaan pajak daerah tahun 2017 sebesar 1,50% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan target

penerimaan pajak tahun 2016 sebesar 5,16% (yoy). Secara spesifik, penurunan pada tahun 2017 terjadi

pada target Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor/PBBKB yang terkontraksi sebesar -2,71% (yoy) serta

target Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB yang terkontraksi sebesar -2,79% (yoy). Adanya

penurunan pada target BBNKB diperkirakan salah satunya sebagai dampak dari kenaikan biaya STNK.

Sementara itu, penurunan target PBBKB diperkirakan memperhitungkan kebijakan Pemerintah yang

kembali tidak menaikkan harga BBM subsidi khususnya sepanjang semester I 2017.

I PAD 16.267 16.524 1,58a. Pajak Daerah 15.013 15.238 1,50b. Retribusi Daerah 70 58 (16,73)c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 335 323 (3,35)d. Lain-lain PAD 849 904 6,49

II Dana Perimbangan 10.196 13.987 37,19a. Bagi Hasil Pajak 1.396 1.724 23,49b. Dana Alokasi Umum 1.021 2.992 192,98c. Dana Alokasi Khusus 7.779 9.271 19,19

III Lain-lain Pendapatan 29 30 3,57a. Bantuan Keuangan (Hibah) 24 22 (6,24)b. Lain-lain Penerimaan 0 0 0,00c. Dana Penyesuaian dan Otsus 5 8 50,00

26.491 30.541 15,29Total Pendapatan

No. UraianAPBD 2017 (Rp

Miliar)APBD 2016 P (Rp

Miliar)% Perubahan

(yoy)

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

60

2.2.2. Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017, realisasi pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp16,07 Triliun atau

52,61% terhadap target, lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 sebesar Rp13,49 Triliun atau 50,33%

terhadap target (Tabel 2.3). Adapun komponen pendapatan dengan persentase realisasi tertinggi pada

triwulan II 2017 Dana Perimbangan (55,40%). Ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan, maka komponen

yang mengalami pertumbuhan tertinggi juga adalah dana perimbangan yang mencapai 48,27% (yoy),

walau masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan realisasi pada triwulan I 2017. Hal ini didorong

oleh transfer Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat yang berlangsung tepat waktu.

Tabel 2.3. Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan II 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD

I PAD 16.180 8.252 51,00 16.524 8.301 50,24a. Pajak Daerah 14.931 7.521 50,38 15.238 7.475 49,05b. Retribusi Daerah 66 37 55,51 58 26 44,55c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 310 319 103,02 323 337 104,33d. Lain-lain PAD 873 374 42,81 904 463 51,17

II Dana Perimbangan 10.595 5.226 49,32 13.987 7.748 55,40a. Bagi Hasil Pajak 1.600 919 57,44 1.724 1.213 70,40b. Dana Alokasi Umum 1.247 520 41,67 2.992 1.416 47,31c. Dana Alokasi Khusus 7.747 3.787 48,88 9.271 5.119 55,22

III Lain-lain Pendapatan 32 14 44,18 30 16,90 56,91a. Bantuan Keuangan (Hibah) 27 9 33,74 22 9 42,35b. Lain-lain Penerimaan 0 0 - 0 0 0,00c. Dana Penyesuaian dan Otsus 5 5 100,00 8 8 100,00

26.807 13.491 50,33 30.541 16.066 52,61

No. Uraian

Total Pendapatan

S.d Tw II 2017S.d Tw II 2016APBD 2017 (Rp Miliar)

APBD 2016 (Rp Miliar)

Grafik 2.3. Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

61

Pada triwulan II 2017, realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat mencapai Rp8,30

Triliun atau tumbuh sebesar 0,60% (yoy), melambat

dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar

2,78% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan PAD

dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada

seluruh komponen PAD. Adapun komponen pajak

daerah sebagai komponen dengan pangsa terbesar

(90,05%) tercatat tumbuh sebesar -0,62% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan I 2017 yang

tumbuh sebesar 1,43% (yoy). Penerimaan pajak daerah ini terutama bersumber dari Pajak Kendaraan

Bermotor/PKB (40,9%), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB (32,8%), dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor/ PBBKB (15,0%) (Grafik 2.4). Tingginya pangsa penerimaan dari PKB sejalan dengan

karakteristik Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbanyak serta menjadi penyangga ibukota di mana

banyak masyarakat di wilayah suburban yang bekerja di Jakarta dan memanfaatkan kendaraan bermotor.

Selain itu, hal ini juga tidak terlepas dari upaya pemerintah meningkatkan partisipasi wajib pajak melalui

pembebasan BBNKB dan denda BBNKB dari luar provinsi Jawa Barat yang melakukan mutasi masuk ke

Provinsi Jawa Barat pada semester II 2016 lalu.

Dana Perimbangan

Pada triwulan II 2017, realisasi transfer dana perimbangan mencapai Rp7,75 Triliun atau 55,40%

terhadap pagu anggaran, lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 yang terealisasi sebesar Rp5,23 Triliun

atau 49,32% terhadap pagu anggaran. Peningkatan baik secara nominal maupun persentase realisasi

terhadap pagu ini terjadi pada ketiga komponen dana perimbangan. Adapun persentase realisasi tertinggi

adalah pada transfer dana bagi hasil yang mencapai 70,40% terhadap pagu, lebih tinggi dibanding

triwulan II 2016 sebesar 57,44% terhadap pagu.

Dana Alokasi Khusus (DAK) ke Jawa Barat pada triwulan II 2017 terealisasi sebesar Rp5,12 Triliun atau

55,22% terhadap pagu anggaran, lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 yang terealisasi sebesar Rp3,79

Triliun atau 48,88% terhadap pagu anggaran. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi transfer Dana Alokasi

Umum (DAU) ke Jawa Barat pada triwulan II 2017 sebesar Rp1,42 Triliun atau 47,31% terhadap pagu

juga lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 sebesar Rp519,60 Miliar atau 41,67% terhadap pagu.

Meningkatnya realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) ini selain disebabkan oleh kembali

meningkatnya anggarannya dibanding tahun 2016 sebesar 7,60% (yoy), juga didorong oleh Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) terbaru yang mereformasi dan memperbaiki mekanisme TKDD. Melalui PMK

No. 50/PMK.07/2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang ditandatangani

tanggal 4 April 2017 tersebut, Pemerintah mengakomodasi beberapa kebijakan strategis, antara lain : (1)

pengalokasian DAU bersifat dinamis atau tidak final, sehingga DAU per daerah dan realisasi

penyalurannya akan mengikuti dinamisasi perkembangan PDN net; (2) penyaluran TKDD didasarkan

padan kinerja penyerapan dan capaian atas penggunaan TKDD yang disalurkan pada tahun sebelumnya;

Sumber: BPKAD Pemprov Jabar (diolah staf BI)

Grafik 2.4. Pangsa Realisasi Pajak Daerah Tw II 2017

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

62

(3) penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa, yang sebelumnya dilakukan oleh Ditjen Perimbangan Keuangan,

sekarang dilakukan oleh KPPN di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan

Kementerian Keuangan kepada pemerintah daerah; (4) penguatan peran Gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat di daerah dalam memberikan rekomendasi atas usulan kegiatan DAK fisik dari

kabupaten/kota, dan pelaksanaan sinkronisasi, serta harmonisasi rencana kegiatan DAK fisik antar

daerah, antar bidang, dan antar DAK dengan pendanaan lainnya; (5) penyempurnaan kriteria dalam

pengalokasian Dana Insentif Daerah (DID) berdasarkan beberapa indikator tertentu; dan (6) peningkatan

kualitas belanja infrastruktur daerah untuk meningkatkan pelayanan dasar publik, yaitu dengan

menganggarkan presentase tertentu dari dana transfer ke daerah yang bersifat umum. Dengan adanya

peraturan ini, Pemerintah Daerah didorong menjadi semakin tertib, tepat waktu, dan tepat sasaran dalam

penggunaan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat.

Dilihat dari sumbernya, komponen Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi terbesar pada

triwulan II 2017 yakni mencapai 66,07%, disusul oleh Dana Alokasi Umum (18,27%) dan Dana Bagi Hasil

(15,66%). Sebagian dana dari DAK ini ditujukan bagi alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Dana Alokasi Umum (DAU) sangat penting bagi daerah karena dana yang bersumber dari APBN ini

merupakan bagian dari perwujudan desentralisasi dan dialokasikan untuk pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah (horizontal) dalam rangka mendanai kebutuhan daerah. Pengalokasian DAU

tersebut didasarkan atas fiscal gap2 dan alokasi dasar

3. Dana Bagi Hasil (DBH) ditujukan untuk mengatasi

ketimpangan fiskal vertical (antara pemerintah pusat dan daerah), dengan fokus alokasi kepada daerah

penghasil. Dana Alokasi Khusus (DAK) ditujukan untuk mengatasi ketimpangan penyediaan infrastruktur

layanan publik (DAK fisik) serta mendukung operasional penyelenggaraan layanan publik (DAK non fisik).

Lain-lain Pendapatan

Pada komponen lain-lain pendapatan, realisasi pada triwulan II 2017 adalah sebesar Rp17 Miliar atau

56,91% terhadap pagu anggaran. Realisasi ini meningkat dibanding triwulan II 2016 sebesar Rp14,02

Miliar atau 44,18% terhadap pagu anggaran. Berdasarkan komponennya, realisasi ini terdiri dari bantuan

keuangan (hibah) sebesar Rp9 Miliar atau 42,35% terhadap pagu dan Dana Penyesuaian & Otsus sebesar

Rp 8 Miliar atau 100% terhadap pagu.

2.2.3. Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

Anggaran belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari anggaran belanja dan transfer pada APBD

2017 mencapai Rp32,43 Triliun atau meningkat sebesar 9,95% (yoy) dibanding tahun 2016 (Tabel 2.4).

Peningkatan terbesar terjadi pada anggaran belanja yang meningkat dari Rp22,92 Triliun pada tahun

2016 menjadi Rp26,02 Triliun pada tahun 2017 (13,52%, yoy). Di sisi lain, anggaran transfer menurun

dari Rp6,57 Triliun pada tahun 2016 menjadi Rp6,41 Triliun pada tahun 2017 (-2,49%, yoy). Penurunan

2 Fiscal gap adalah kebutuhan fiskal (meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, PDRB

per kapita, dan indeks pembangunan manusia (IPM)) dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah (terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

3 Alokasi dasar dihitung berdasarkan atas jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah.

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

63

anggaran transfer yakni bagi hasil pajak salah satunya mempertimbangkan kenaikan beban belanja

Pemerintah Provinsi akibat pengalihan wewenang yang cukup besar dari Kab/Kota ke Provinsi.

Secara nominal, komponen belanja yang mengalami peningkatan terbesar adalah belanja operasi yakni

sebesar Rp4,10 Triliun (20,97%, yoy). Secara spesifik, komponen belanja operasi yang meningkat

signifikan adalah belanja pegawai yakni dari Rp2,22 Triliun pada 2016 menjadi Rp5,34 Triliun pada 2017

(140,1%, yoy). Berdasarkan strukturnya, komponen belanja operasi masih mendominasi alokasi belanja

APDB Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan pangsa yang mencapai 91,0% (Grafik 2.5).

Tabel 2.4. Anggaran Belanja Daerah Provinsi Perubahan Jawa Barat Tahun 2016 dan 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Peningkatan belanja operasi ini diimbangi dengan penurunan pada anggaran belanja modal sebesar

Rp1,04 Triliun (-31,14%, yoy). Sama halnya dengan belanja transfer, penurunan pada anggaran belanja

modal pada tahun 2017 merupakan bentuk kompensasi terhadap meningkatnya komponen belanja

pegawai pada belanja operasi seiring dengan pengalihan 28.000 PNS dari wewenang Kab/Kota ke

Provinsi.

1 Belanja Operasi 19.566 23.668 20,97a. Belanja Pegawai 2.225 5.342 140,10 b. Belanja Barang 3.097 3.641 17,55 c. Belanja Bunga 0 0 0,00d. Belanja Subsidi 15 15 0,00 e. Belanja Hibah 10.181 10.382 1,98 f. Belanja Bantuan Sosial 18 38 109,35 g. Belanja Bantuan Keuangan 4.029 4.249 5,46

2 Belanja Modal 3.328 2.292 (31,14)3 Belanja Tidak Terduga 27 61 125,144 Belanja Transfer 6.572 6.409 (2,49)

a. Bagi hasil pajak 6.572 6.409 (2,49)b. Bagi hasil retribusi 0 0 0,00

29.493 32.429 9,95Total Belanja

No. UraianAPBD 2017(Rp Miliar)

APBD 2016 P(Rp Miliar)

% Perubahan (yoy)

Grafik 2.5. Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

64

2.2.4. Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017 realisasi belanja dan transfer APBD Provinsi Jawa Barat totalnya sebesar Rp12

Triliun meningkat sebanyak 6 kali atau 37,04% terhadap keseluruhan APBD (Tabel 2.5). Jika dilihat secara

tahunan, realisasi belanja triwulan II 2017 dibandingkan triwulan II 2016 relatif sama dengan

pertumbuhan sebesar 4,09% (yoy). Adapun komponen belanja yang mengalami peningkatan realisasi

adalah belanja operasi dan belanja modal dibanding periode yang sama tahun 2016.

Tabel 2.5. Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2017

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI

Jika melihat pola realisasi anggaran Pemerintah

Provinsi beberapa tahun sebelum tahun 2017,

persentase pola realisasi anggaran pada triwulan

II 2017 lebih baik dari tahun 2014-2016 (Grafik

2.6). Pada triwulan II 2017, realisasi belanja

sebesar 28,75% meningkat dibanding tahun

2016 (20,36%), serta lebih baik dari dari rata-

rata serapan triwulan II periode 2014-2016.

Realisasi pertumbuhan serapan yang meningkat

di triwulan II sejalan dengan pelaksanaan

pemberian tunjangan profesi guru PNS dan Non PNS yang telah dialihkan kewenangannya kepada

Provinsi Jawa Barat.

Pertumbuhan persentase serapan pada komponen belanja pada triwulan II 2017 dibanding triwulan II

2016 terutama disebabkan oleh belanja operasi pada dua komponen yang terealisasi. Komponen belanja

barang sebesar 47,89% terhadap pagu, meningkat dibanding triwulan II 2016 (31,99%), selain itu

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD

1 Belanja Operasi 18.623 7.495 40,25 23.668 10.067 42,53a. Belanja Pegawai 2.376 1.112 46,80 5.342 2.312 43,27b. Belanja Barang 3.030 969 31,99 3.641 1.743 47,89c. Belanja bunga 0 - 0 0 0 0d. Belanja Subsidi 15 - 0,00 15 0 0e. Belanja Hibah 9.659 5.132 53,13 10.382 5.036 48,51f. Belanja Bantuan Sosial 19 - 0,00 38 0 0,00g. Belanja Bantuan Keuangan 3.523 282 8,01 4.249 975 22,95

2 Belanja Modal 3.546 410 11,57 2.292 433 18,913 Belanja Tidak Terduga 50 - 0 61 0 04 Belanja Transfer 6.385 1.519 23,80 6.409 1.511 23,57

a. Bagi hasil pajak 6.385 1.519 23,80 6.409 1.511 23,57b. Bagi hasil retribusi 0 0 0 0 0 0

28.603 9.425 32,95 32.429 12.010 37,04Total Belanja

No. Uraians.d Tw II 2017s.d Tw II 2016

APBD 2017(Rp Miliar)

APBD 2016(Rp Miliar)

Grafik 2.6. Persentase Realisasi Anggaran Belanja Per

Triwulan (%)

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

65

komponen belanja bantuan keuangan yang juga mengalami pertumbuhan yang signifikan dari 8,01%

pada triwulan II 2016 menjadi 22,95% pada

triwulan yang sama di tahun 2017.

Sejalan dengan pertumbuhan persentase

realisasinya, pertumbuhan realisasi belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Barat (37,04%, yoy)

juga tercatat meningkat dibandingkan dengan

triwulan III 2016 (34,43%, yoy) maupun triwulan

II 2016 (32,95%, yoy) (Grafik 2.7). Peningkatan

pertumbuhan belanja yang tertinggi terjadi di

komponen belanja modal. Hal ini sejalan dengan

monitoring pusat penyerapan anggaran dan kinerja dimana Provinsi Jawa Barat penyerapan anggarannya

lebih tinggi dari nasional.

Belanja Operasi

Pada triwulan II realisasi belanja operasi pada triwulan II 2017 mencapai Rp10 Triliun atau sebesar 83,8%

terhadap seluruh pagu anggaran serta tumbuh sebesar 74,45% (yoy). Realisasi pertumbuhan belanja

yang saat ini merupakan yang tertinggi selama lima tahun terakhir pada triwulan yang sama. Kontributor

utama dari realisasi belanja operasi tersebut masih didominasi oleh pertumbuhan pada komponen belanja

hibah dan belanja pegawai. Untuk komponen belanja hibah dengan pangsa mencapai 50%, diikuti oleh

belanja pegawai (23%) dan belanja barang sebesar (17,3%) (Grafik 2.8). Pada triwulan II 2017

pertumbuhan terendah terdapat pada komponen belanja bantuan keuangan (-697% yoy), sementara

belanja barang dan belanja pegawai mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 53,4% (yoy)

dan 50,21% (yoy) (Grafik 2.8).

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat

Pertumbuhan belanja barang dan belanja pegawai yang meningkat disebabkan karena pada triwulan II

2017 terjadi realisasi belanja barang dan belanja pegawai pada bidang pendidikan. Realisasi anggaran

tersebut ditujukan untuk membayar tunjangan profesi guru PNS dan Non PNS serta belanja barang untuk

membantu operasionalisasi sekolah. Pertumbuhan yang paling rendah pada komponen belanja bantuan

Grafik 2.8. Pangsa Realisasi Belanja Operasi (%)

Grafik 2.9. Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi

Grafik 2.7. Perkembangan Belanja Operasi dan Modal

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

66

keuangan disebabkan karena komponen belanja bantuan ini telah banyak dialokasikan di tahun 2016

untuk pelaksanaan PON.

Belanja Modal

Pada triwulan II realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp433 Miliar atau

terealisasi 18,91% dari pagunya. Realisasi ini lebih tinggi dibanding triwulan II 2016 yang terealisasi

sebesar Rp410 Miliar atau dengan kata lain tumbuh sebesar 5,34% (yoy). Pertumbuhan realisasi belanja

modal yang mulai meningkat merupakan realisasi dari proses lelang proyek yang sudah selesai sehingga

beberapa proyek terutama infrastruktur di wilayah Jawa Barat sudah mulai berjalan. Beberapa proyek

yang sedang berjalan antara lain adalah LRT terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi,

Inland Waterway/Cikarang-Bekasi-Laut (CBL), Pelabuhan di Jawa Barat bagian utara, Central- West Java

Transmission Line 500 KV Central Java Power Plant /PLTU Batang yang termasuk kedalam 30 proyek

prioritas pemerintah yang berada dalam pengawasan utama sampai dengan tahun 2019.

2.3. Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Anggaran belanja untuk 27 kabupaten/kota4 pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp83,92 Trilun atau

menurun sebesar -2,31% (yoy) dibanding gabungan anggaran belanja tahun 2016 sebesar Rp85,90

Triliun. Penurunan anggaran belanja ini salah satunya merupakan implikasi dari pengalihan sebagian

wewenang dari pemerintah kab/kota ke provinsi. Secara spasial, anggaran belanja untuk 5 kab/kota besar

di Jawa Barat memiliki pangsa mencapai 34,43% terhadap total anggaran belanja kab/kota di Jawa Barat.

Adapun anggaran belanja tertinggi dimiliki oleh Kota Bandung dengan pangsa mencapai 8,2%, diikuti

oleh Kab. Bogor (7,8%), Kota Bekasi (6,3%), Kab. Bekasi (6,2%), dan Kab. Bandung (5,9%) (Grafik 2.10).

Di sisi lain, kab/kota dengan pangsa belanja terendah adalah Kota Cirebon (1,62%), Kab. Pangandaran

(1,59%), Kota Sukabumi (1,37%), dan Kota Banjar (0,85%).

Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id)

4 Data bersumber dari situs TEPRA, menggunakan Anggaran Perubahan

Grafik 2.10. Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2017 (%)

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

67

Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja kab/kota masih didominasi oleh belanja pegawai (45,0%),

kemudian diikuti oleh belanja barang/jasa (22,2%), belanja modal (19,1%), dan belanja hibah & bantuan

(13,7%) (Grafik 2.11).

Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Pada triwulan II 2017, realisasi belanja APBD dari 24 kab/kota yang ada di Jawa Barat mencapai 28,6%

terhadap pagu anggaran. Persentase realisasi terendah dari data 24 kab/kota terjadi di Kab. Purwakarta

(9,13%) sementara realisasi tertinggi terjadi di Kabupaten Cirebon (39,76%). Secara nominal, realisasi

belanja terendah pada triwulan II 2017 diraih oleh Kota Banjar yang mencapai Rp711 Miliar sementara

nilai realisasi tertinggi dialami oleh Kota Bandung sebesar Rp6,8 Triliun (Grafik 2.12). Meskipun terjadi

pengalihan kewenangan beban anggaran khususnya untuk belanja pegawai dari PNS ke Provinsi, namun

kinerja realisasi belanja APBD 24 Kab/Kota meningkat pada triwulan II 2017 dibandingkan triwulan I

2017.

Sumber : Situs TEPRA (monev.lkpp.go.id)

2.4. Belanja APBN di Jawa Barat

Dalam rangka membiayai belanja serta programnya di daerah, pemerintah pusat mengalokasikan

sejumlah anggaran APBD untuk direalisasikan di Jawa Barat. Anggaran penerimaan APBN tersebut hanya

berasal dari penerimaan dalam negeri yang bersumber dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP), serta hibah. Selain alokasi ini, belanja APBN juga disalurkan dalam bentuk Belanja Pemerintah

Grafik 2.11. Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2016 dan 2017

Grafik 2.12. Perkembangan Realisasi Belanja 24 Kab/Kota di Jawa Barat Triwulan 7

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

68

Pusat dan Transfer ke Daerah melalui Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Belanja pemerintah pusat melalui APBN tersebut antara lain digunakan untuk membiayai gaji pegawai

Kementerian atau instansi pemerintah pusat yang berada di Jawa Barat, seperti Kantor Wilayah

Perbendaharaan Negara dan Kantor Wilayah Pajak. Selain itu, anggaran ini juga digunakan untuk

membiayai proyek-proyek infrastruktur strategis yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Berdasarkan

strukturnya, belanja APBN di Jawa Barat terutama dialokasikan untuk belanja pegawai (45,54%) dan

belanja barang (37,28%) (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

Pada triwulan II 2017, realisasi belanja APBN di Jawa Barat adalah mengalami pertumbuhan dibandingkan

triwulan II 2016 yaitu sebesar Rp38,9 Triliun atau 41,01% terhadap total pagu (Tabel 2.7). Jika melihat

tabel realisasi belanja APBN maka dapat terlihat bahwa seluruh komponen belanja mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan II 2016 baik secara nominal maupun persentasenya. Komponen

belanja bantuan sosial mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yaitu sebesar 107,71% (yoy),

selanjutnya adalah komponen belanja modal sebesar 48,75% (yoy) diikuti belanja pegawai 47,34% (yoy),

dan belanja barang sebesar 30,15% (yoy) (Grafik 2.13).

Tabel 2.7. Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2017

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

Terjadi peningkatan laju pertumbuhan realisasi total belanja pada triwulan II 2017 dibanding triwulan

sebelumnya. Belanja APBN pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 28,2% (yoy) atau meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 75% (yoy) (Grafik 2.14), di mana peningkatan khususnya

terjadi pada pertumbuhan belanja pegawai dan belanja barang.

Pagu (Rp Miliar)

Pangsa (%)

Pagu (Rp Miliar)

Pangsa (%)

1 Belanja Pegawai 16,980 44.47 17,464 45.54 2.852 Belanja Barang 14,986 39.25 14,295 37.28 -4.623 Belanja Modal 6,000 15.71 6,369 16.61 6.164 Belanja Bantuan Sosial 216 0.57 219 0.57 1.35

38,182 100.00 38,347 100.00 0.43

No. Jenis Belanja

Total Belanja

TA 2016 TA 2017 % Perubahan (yoy)

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi

1 Belanja Pegawai 5,314 31.59 7,830 45.29 47.342 Belanja Barang 4,088 26.61 5,321 36.10 30.153 Belanja Modal 1,266 20.13 1,883 29.09 48.754 Belanja Bantuan Sosial 15 6.76 30 13.91 107.71

10,683 27.61 15,065 38.91 41.01Total Belanja

No. Jenis Belanja%

Pertumbuhan (yoy)

Tw II 2016 Tw II 2017

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

69

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Alokasi belanja di Jawa Barat pada triwulan II 2017 ini tertinggi ditujukan untuk merealisasikan fungsi

perlindungan sosial (pangsa 94,55%), diikuti fungsi perumahan dan fasilitas umum (pangsa 34,98%) dan

ekonomi (pangsa 31,74%) (Tabel 2.8). Sedangkan realisasi komponen belanja APBN berdasarkan fungsi

terendah secara pangsa adalah kesehatan (7,32%) dengan nominal sebesar Rp22 miliar hal ini terjadi

karena realisasi untuk fungsi kesehatan telah terlaksana di triwulan I 2017.

Tabel 2.8. Realisasi Komponen Belanja APBN Berdasarkan Fungsi di Provinsi Jawa Barat

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thdp pagu

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thdp pagu

1 Pelayanan Umum 158 29 18.16 193 15 8.012 Pertahanan 53 9 16.86 73 9 12.25

3Ketertiban dan Keamanan 276 19 6.75 83 29 31.46

4 Ekonomi 3973 1412 35.55 4860 1555 31.745 Lingkungan Hidup 91 11 11.77 57 14 23.96

6Perumahan dan Fasilitas Umum 375 111 29.58 191 65 34.98

7 Kesehatan 510 32 6.23 269 22 7.328 Agama 79 2 2.09 71 20 22.249 Pendidikan 683 117 17.11 565 150 25.7910 Perlindungan Sosial 17 4 24.47 5 5 94.55

6216 1745 28.07 6369 1883 29.56TOTAL BELANJA MODAL

Pagu 2017 (Rp Miliar)

s.d. Tw II 2017No Fungsi Pagu 2016

(Rp Miliar)

s.d. Tw II 2016

Grafik 2.13. Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat Grafik 2.14. Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat

Grafik 2.15. % Realisasi APBN di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Belanja Per Triwulan

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

BAB III

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

71

KONDISI UMUM

Inflasi Jawa Barat pada triwulan II 2017 terkendali walau mencatatkan peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Inflasi IHK Jawa Barat pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 4,31% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 3,37% (yoy). Namun realisasi ini masih lebih rendah

dibanding rata-rata historis inflasi triwulan II (2012-2016) sebesar 4,97% (yoy).

Perkembangan inflasi Jawa Barat pada triwulan ini kembali mencatatkan realisasi yang lebih rendah

dibanding inflasi nasional sebesar 4,37% (yoy), di mana hal ini telah konsisten terjadi sejak tahun 2014

(Grafik 3.1). Secara spasial di Kawasan Jawa, realisasi inflasi pada triwulan II 2017 Jawa Barat menempati

posisi terendah ketiga setelah DKI Jakarta (3,94%, YoY), dan DI Yogyakarta (4,29%,YoY). Inflasi di Jawa

Barat terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah menaikkan beberapa tarif pada triwulan II 2017

antara lain tarif listrik golongan 900VA dan BBM non subsidi. Selain itu, terdapat hari besar keagamaan

yaitu Ramadhan dan Idul Fitri yang juga memiliki andil besar pada inflasi di Jawa Barat. Realisasi inflasi

triwulan II tahun 2017 dari provinsi-provinsi di Kawasan Jawa tercatat lebih tinggi dibanding tahun 2016

(Grafik 3.2).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Secara triwulanan, inflasi IHK Jawa Barat mengalami peningkatan yakni dari 1,21% (qtq) pada triwulan I

2017 menjadi sebesar 1,51% (qtq) pada triwulan II 2017, serta lebih tinggi dibanding triwulan II 2016

yang tercatat sebesar 0,59% (qtq). Peningkatan inflasi triwulanan ini khususnya terjadi pada kelompok

bahan makanan dan sandang seiring dengan momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Secara historis,

realisasi inflasi triwulanan Jawa Barat pada triwulan II 2017 ini lebih tinggi dibanding rata-rata historis 5

tahun terakhir sebesar 0,83% (qtq).

Grafik 3. 1. Inflasi Jawa Barat dan Nasional Grafik 3. 2. Inflasi Tahunan Provinsi di Kawasan Jawa

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

72

Berdasarkan disagregasi kelompok, peningkatan tekanan inflasi tahunan dibanding triwulan

sebelumnya ini disebabkan baik oleh faktor non fundamental dari kelompok administered pricess

maupun faktor fundamental pada kelompok core. Namun demikian, penurunan tekanan inflasi

pada kelompok volatile food menjadi faktor penahan. Berdasarkan besar andilnya, tekanan inflasi

pada triwulan II 2017 disumbang oleh kelompok administered pricess dan core dengan andil masing-

masing sebesar 2,10% (yoy) dan 1,82% (yoy). Sementara itu, kelompok volatile food memberikan andil

inflasi yang lebih rendah yakni 0,38% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya, peningkatan tekanan

inflasi tercermin dari andil inflasi kelompok administered pricess dan core yang meningkat. Sementara itu,

andil inflasi kelompok volatile food yang menurun menjadi faktor penahan tekanan inflasi di triwulan II

2017.

Peningkatan inflasi core dari 2,67% (yoy) menjadi 2,92% (yoy) pada triwulan II 2017 disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain : (1) peningkatan permintaan terhadap makanan jadi dan baju muslim seiring

dengan perayaan hari besar keagaam Ramadhan dan Idul Fitri; serta (2) banyaknya hari libur selama

triwulan II 2017 (Grafik 3.3). Dengan demikian, inflasi core tercatat meningkat lebih tinggi dibanding

triwulan I 2017. Sejalan dengan hal tersebut, inflasi kelompok administered pricess juga tercatat

meningkat tajam yakni dari 5,20% (yoy) menjadi 10,71% pada triwulan II 2017. Peningkatan ini

khususnya terjadi pada sub kelompok energi seiring dengan adanya kebijakan pemerintah menaikkan

tarif listrik pelanggan golongan 900VA secara bertahap pada tahun 2017. Selain itu, terdapat kenaikan

harga BBM non subsidi pada bulan Mei 2017 dan kelangkaan LPG 3 kg karena faktor seasonal bulan

Ramadhan dan Idul Fitri. Di sisi lain, inflasi volatile food juga tercatat menurun yakni dari 3,72% (yoy)

menjadi 2,06% (yoy) pada triwulan II 2017. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kebijakan

Grafik 3.3. Ringkasan Perkembangan Inflasi Jawa Barat (yoy)

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

73

Kementerian Pertanian pada tahun 2016 yang membangun buffer zone untuk tanaman bawang merah

dan cabai di wilayah Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Bali dan Papua

yang menyebabkan pasokan di Jawa Barat dapat dikonsumsi untuk wilayah Jawa Barat sendiri. Selain itu,

utnuk menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri, pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar

harga pangan di pasaran tetap stabil. Salah satunya adalah dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi

(HET) untuk beberapa komoditas seperti bawang putih, dan mengimpor komoditas yang pasokannya

kurang namun permintaannya tinggi.

3.1. Perkembangan Inflasi Periode Triwulan II 2017

3.1.1. Inflasi Bulanan (mtm)

Pada triwulan II 2017, rata-rata inflasi bulanan Jawa Barat sebesar 0,50% (mtm), meningkat

dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan I 2017 sebesar 0,40% (mtm). Realisasi ini juga

menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata historis inflasi bulanan di triwulan II

(periode 2012-2016) sebesar 0,28%.

Selama triwulan II 2017, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 20117 akibat adanya hari besar

keagamaan yaitu bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang berlangsung selama triwulan II 2017. Hal ini

menyebabkan adanya peningkatan fundamental permintaan, seperti pangan, makanan jadi, sandang

untuk kebutuhan Lebaran serta peningkatan jenis permintaan pada beberapa jenis angkutan karena

adanya momen mudik Lebaran. Selain itu, kenaikan tarif listrik 900VA yang berlangsung hingga bulan

Mei 2017, memberikan dampak hingga akhir triwulan II 2017 khususnya kepada pelanggan pascabayar.

Inflasi bulanan pada Juni 2017 ini juga tercatat lebih tinggi dibanding rata-rata historis 5 (lima) tahun

terakhir (Grafik 3.4). Inflasi bulan April 2017 (0,17%) dan bulan Mei (0,45%) juga tercatat lebih tinggi

dibanding rata-rata historisnya (-0,06% dan 0,20%), di mana hal ini terutama disebabkan oleh dampak

dari kenaikan tarif listrik 900VA dengan pelanggan pascabayar.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di kawasan Jawa, rata-rata inflasi bulanan Jawa Barat

pada triwulan II 2017 merupakan yang tertinggi. Hal ini terutama didorong oleh realisasi inflasi periode

Juni 2017 yang lebih tinggi dibanding Provinsi lainnya. Secara historis, inflasi provinsi di kawasan Jawa

Grafik 3. 4. Rata-rata Inflasi Bulanan 5 Tahun Terakhir Grafik 3. 5. Inflasi Bulanan Provinsi di Kawasan Jawa

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

74

pada triwulan II 2015 hingga triwulan II 2017 mengalami peningkatan, terutama disebabkan oleh

peningkatan permintaan karena adanya hari besar keagamaan Ramadhan dan Idul Fitri (Grafik 3.5).

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Tabel 3.2. Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Berdasarkan kelompok barangnya, tekanan inflasi rata-rata bulanan terutama disumbang oleh

kelompok sandang; transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok perumahan, air, listrik

dan bahan bakar; dan bahan makanan (Tabel 3.1). Rata-rata inflasi bulanan kelompok sandang

tercatat meningkat tajam dari 0,23% (mtm) pada triwulan I 2017 menjadi 0,76%(mtm) pada triwulan II

2017. Dilihat dari rata-rata andil inflasi bulanannya pada triwulan II 2017 sebesar 0,03% (mtm)

meningkat dari triwulan I 2017 sebesar 0,01% (mtm). Peningkatan ini terjadi pada seluruh sukelompok

sandang dengan peningkatan tertinggi adalah sandang wanita dari 0,12% (mtm) pada triwulan I 2017

menjadi 3,00% (mtm) pada triwulan II 2017 disusul oleh sandang anak-anak yang meningkat dari -

0,09% (mtm) menjadi 0,89% (mtm). Kenaikan ini terjadi karena adanya kebutuhan dalam menghadapi

bulan Ramadhan dan Idul Fitri, dimana masyarakat Indonesia memiliki budaya membeli pakaian baru dan

membeli emas perhiasan.

Meskipun rata-rata inflasi bulanan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat

menurun tipis dari 0,79% (mtm) pada triwulan I 2017 menjadi 0,74% (mtm) pada triwulan II 2017,

namun inflasi pada kelompok ini masih tinggi. Jika dilihat dari rata-rata andil inflasi bulanannya pada

triwulan II 2017 sebesar 0,14% (mtm) dimana nilai ini masih sama dengan andil pada triwulan I 2017. Hal

Apr Mei Jun Apr Mei Jun Apr Mei Jun

-0,06 0,20 0,69 0,28 0,78 0,36 0,08 0,40 0,17 0,45 0,88 0,50

1 Bahan Makanan -1,09 0,10 1,84 0,28 0,07 -0,21 -0,14 -0,10 -0,80 1,24 0,83 0,42

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau 0,42 0,43 0,37 0,41 0,40 0,70 0,06 0,39 0,38 0,25 0,60 0,41

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar 0,25 0,26 0,21 0,24 1,12 0,68 0,30 0,70 0,73 0,36 0,63 0,57

4 Sandang -0,06 0,05 0,26 0,08 0,27 0,32 0,11 0,23 0,36 0,42 1,50 0,76

5 Kesehatan 0,23 0,17 0,13 0,18 0,16 0,47 0,13 0,25 0,27 0,09 0,82 0,40

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga 0,03 0,13 -0,01 0,05 0,10 0,19 0,14 0,14 0,03 0,19 0,06 0,09

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan 0,09 0,12 0,97 0,40 2,04 0,33 -0,01 0,79 0,27 0,16 1,80 0,74

No KelompokTw II (2012-2016) Rata-

rata

Tw I 2017 Rata-

rata

Tw II 2017 Rata-

rata

Umum

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Bahan Makanan 0,01 -0,05 -0,02 -0,02 -0,18 0,26 0,18 0,08

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau0,06 0,12 0,01 0,06 0,07 0,04 0,11 0,07

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar0,29 0,18 0,08 0,19 0,19 0,10 0,17 0,15

4 Sandang 0,01 0,02 0,00 0,01 0,02 0,02 0,07 0,03

5 Kesehatan 0,01 0,02 0,00 0,01 0,01 0,00 0,03 0,01

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 0,01

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan0,37 0,06 0,00 0,14 0,05 0,03 0,34 0,14

Rata-

rataNo Kelompok

Tw I 2017Rata-rata

Tw II 2017

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

75

ini mengikuti pola seasonal di mana meningkatnya fundamental permintaan yang didorong oleh sejumlah

efek seasonal yaitu banyaknya hari libur kegamaan dan hari libur nasional. Selain itu, hari besar

keagamaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri juga terjadi di triwulan II 2017. Secara spesifik, inflasi rata-rata

bulanan terbesar selama triwulan II terjadi pada sub kelompok transpor (1,80%); dan sarana penunjang

transpor (0,52%). Beberapa komoditas dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang

memiliki frekuensi tinggi sebagai penyumbang inflasi bulanan utama selama triwulan II 2017 adalah

angkutan antar kota, angkutan udara dan tarip kereta api. Komoditas tersebut mengalami peningkat

permintaan akibat adanya momen mudik Lebaran pada akhir triwulan II 2017. Selain itu, banyaknya hari

libur keagamaan dan hari libur nasional pada triwulan II 2017 menyebabkan terdapat kenaikan

permintaan bensin.

Selanjutnya, tekanan inflasi yang tinggi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik dan

bahan bakar dengan rata-rata sebesar 0,57% (mtm) pada triwulan I 2017, dengan andil inflasi

bulanan rata-rata sebesar 0,15%. Meskipun terjadi penurunan inflasi dibanding triwulan I 2017, inflasi

pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar cenderung tinggi. Hal ini terutama didorong oleh

peningkatan rata-rata inflasi bulanan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air (dari 0,94%

menjadi 2,94%). Kenaikan ini masih dampak dari kenaikan traif listrik 900VA pada tahun 2017 yang

terjadi pada bulan Januari, Maret dan Mei. Kenaikan tarif listrik ini berlaku bagi semua pelanggan, baik

prabayar maupun pascabayar. Pada bulan April 2017, tarif listrik memiliki andil terhadap inflasi sebesar

0,19% (mtm), hal ini didorong oleh kenaikan pada bulan Maret sebesar 30%. Pada bulan Mei, andil tarif

listrik terhadap inflasi bulanan sebesar 0,06%, dimana terjadi kenaikan tarif listrik tahap III di bulan ini

sebesar 30%. Bulan Maret 2017, andil inflasi meningkat lagi menjadi 0,17% yang merupakan dampak

dari kenaikan di Bulan Mei untuk pelanggan pascabayar.

Tekanan inflasi bulanan juga terlihat dari rata-rata inflasi bulanan pada kelompok bahan makanan

(dari -0,10% menjadi 0,42%). Komoditas yang paling besar menyumbang inflasi dari kelompok bahan

makanan adalah daging dan hasil-hasilnya dengan dengan inflasi di triwulan II 2017 sebesar 2,59%

(mtm) meningkat dibanding triwulan I 2017 sebesar -0,12% (mtm). Selain itu, subkelompok bumbu-

bumbuan juga meningkat meskipun masih mengalami deflasi dari -2,93% (mtm) menjadi -1,25% (mtm).

Peningkatan inflasi pada bahan makanan ini terutama didorong oleh momen bulan Ramadhan dan Idul

Fitri sehingga permintaan meningkat. Namun, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk

memastikan pasokan bahan makanan tecukupi pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri, sehingga harga di

pasaran stabil. Salah satunya adalah keberhasilan koordinasi Satgas Pangan bersama TPID dan kebijakan

impor bahan makanan.

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

76

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Berdasarkan disagregasi kelompok, tekanan inflasi bulanan untuk kelompok volatile food

meningkat dari rata-rata -0,16% (mtm) pada triwulan I 2017 menjadi 0,41% (mtm) pada triwulan II

2017 (Grafik 3.8). Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan ini didorong oleh

peningkatan permintaan masyarakat dalam menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Inflasi kelompok administered pricess mengalami peningkatan dari rata-rata 1,24% (mtm) pada

triwulan I 2017 menjadi 1,40% (mtm) pada triwulan II 2017. Meningkatnya inflasi pada kelompok AP

ini terutama didorong oleh subkelompok non energi dimana meningkat dari rata-rata inflasi bulanan

0,57% (mtm) menjadi 1,10% (mtm). Adanya momen mudik Lebaran membuat adanya peningkatan

permintaan pada beberapa jenis angkutan, selain itu juga terdapat penyesuaian tarif beberapa jenis

angkutan dalam menghadapi momen mudik Lebaran tersebut. Dari subkelompok energi, kebijakan

pemerintah yang menaikan beberapa tarif seperti tarif listrik pelanggan golongan 900VA, dan bensin

non subsidi masih menjadi pendorong inflasi bulanan pada triwulan II 2017.

Di sisi lain, kelompok core tercatat mengalami penurunan rata-rata inflasi bulanan dari 0,30%

(mtm) pada triwulan I 2017 menjadi 0,22% (mtm) pada triwulan II 2017. Secara spesifik, penurunan

terutama terjadi pada sub kelompok core non traded yang didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah

dan menurunnya harga emas di domestik. Di sisi lain, pada subkelompok core traded terjadi peningkatan

rata-rata inflasi bulanan dari 0,25% menjadi 0,30%. Hal ini didorong kelompok makanan jadi seperti kue

kering berminyak, ketupat/lontong sayur dan kopi manis dengan andil masing-masing sebesar 0,07%,

Grafik 3. 8. Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Bulanan (mtm)

Grafik 3. 6. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang Grafik 3.7. Inflasi Triwulanan Kelompok bahan makanan

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

77

0,06% dan 0,06% (mtm). Momen hari raya Idul Fitri merupakan pendorong peningkatan permintaan

pada komoditas tersebut.

Tabel 3.3. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi (%, mtm)

Secara umum, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi bulanan utama selama triwulan II 2017

adalah angkutan antar kota (0,27%), tarip listrik (0,14%), bawang putih (0,07%) dan daging ayam ras

(0,04%) (Tabel 3.4). Di sisi lain, komoditas yang menjadi penyumbang deflasi bulanan utama selama

triwulan II 2017 meliputi bawang merah (-0,13%), cabai rawit (-0,06%) dan cabai merah (-0,05%).

Tabel 3.4. Sumbangan Inflasi & Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6Headline -0,37 0,25 0,72 0,47 -0,17 0,22 0,09 0,55 0,36 0,77 0,36 0,08 0,17 0,45 0,88

Core 0,09 0,19 0,14 0,14 0,30 0,31 0,09 0,22 0,24 0,40 0,42 0,08 0,17 0,14 0,36

Core Traded 0,11 0,29 0,21 0,15 0,19 0,19 0,14 0,20 0,20 0,21 0,42 0,12 0,22 0,20 0,48

Core Non Traded 0,05 0,04 0,04 0,13 0,48 0,51 0,01 0,26 0,31 0,71 0,42 0,03 0,10 0,05 0,18

Administered Prices -1,50 0,12 0,45 1,43 -0,97 0,52 0,47 0,22 0,66 2,57 0,80 0,34 1,15 0,55 2,51

Energi -3,47 -0,20 0,17 0,61 0,64 0,30 0,67 0,25 0,48 4,27 1,56 0,67 2,30 1,20 1,96

Non Energi -0,05 0,35 0,65 2,01 -2,08 0,67 0,33 0,21 0,79 1,36 0,25 0,10 0,30 0,06 2,94

Volatile Food -0,73 0,52 3,08 0,57 -0,94 -0,36 -0,42 2,09 0,39 0,04 -0,33 -0,19 -1,04 1,36 0,91

Inflasi (mtm)2016 2017

Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Tarip Listrik 0,19 Bawang Putih 0,10 Angkutan Antar Kota 0,27

Bawang Putih 0,03 Telur Ayam Ras 0,09 Tarip Listrik 0,17

Jeruk 0,03 Tarip Listrik 0,06 Bawang Merah 0,10

Daging Ayam Ras 0,02 Daging Ayam Ras 0,05 Daging Ayam Ras 0,04

Tomat Sayur 0,02 Bensin 0,04 Pepaya 0,04

Jengkol 0,02 Upah Pembantu RT 0,02 Kentang 0,03

Tarip Pulsa Ponsel 0,02 Jengkol 0,02 Tomat Sayur 0,03

Rokok Kretek 0,01 Sawi Hijau 0,01 Kopi Manis 0,03

Emas Perhiasan 0,01 Kentang 0,01 Angkutan Udara 0,03

Gado-gado 0,01 Bahan Bakar Rumah Tangga 0,01 Tarip Kereta Api 0,02

Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Bawang Merah -0,13 Cabai Rawit -0,04 Jeruk -0,05

Cabai Rawit -0,09 Tarip Pulsa Ponsel -0,01 Bawang Putih -0,04

Cabai Merah -0,06 Mas -0,01 Cabai Rawit -0,04

Bayam -0,05 Beras -0,01 Cabai Merah -0,04

Gula Pasir -0,01 Pisang -0,01 Cat Tembok -0,03

Batu Bata/Batu Tela -0,01 Anggur -0,01 Telur Ayam Ras -0,02

Jagung Manis -0,01 Minyak Goreng -0,01 Kaso -0,02

Kacang Panjang -0,01 Semangka -0,01 Beras -0,02

Melon -0,01 Semen -0,01

Buncis -0,01 Anggur -0,01

Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Utama (%)

April 2017 Mei 2017 Juni 2017

Komoditas Penyumbang Deflasi Bulanan Utama (%)

April 2017 Mei 2017 Juni 2017

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

78

3.1.2. Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi triwulan II 2017 sebesar 1,51% (qtq) tercatat lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar

1,21% (qtq) (Tabel 3.5). Realisasi ini tercatat lebih tinggi jika dibandingkan triwulan II 2016 (0,59%, qtq)

maupun historis 5 tahun terakhir sebesar 0,83% (qtq).

Tabel 3.5. Perkembangan Inflasi Triwulanan Jawa Barat Serta Andilnya (%, qtq)

Peningkatan inflasi triwulanan ini terutama terjadi pada kelompok sandang (dari 0,70% menjadi 2,29%)

dan bahan makanan (dari -0,29% menjadi 1,26%). Hal ini juga selaras dengan andil inflasi di triwulan II

2017 yang ikut meningkat dari triwulan I 2017. Untuk sandang dari 0,03% (qtq) menjadi 0,10% (qtq),

sedangkan bahan makanan meningkat tajam dari -0,06% (qtq) menjadi 0,26% (qtq).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Mencermati perkembangan yang terjadi pada triwulan II 2017, berikut analisis lebih lanjut terhadap dua

kelompok yang memiliki peningkatan andil inflasi terbesar. Seluruh subkelompok di kelompok sandang

mengalami peningkatan inflasi. Inflasi subkelompok sandang wanita merupakan sukelompok yang

meningkat paling besar dibanding sukelompok lainnya yaitu meningkat dari 0,06% (qtq) menjadi

3,42% (qtq) (Grafik 3.9). Pendorong inflasi pada subkelompok ini adalah komoditas blus dan baju

muslim (Grafik 3.10). Inflasi triwulanan terbesar terutama terjadi pada komoditas blus (dari -0,94%

menjadi 12,26%) dan baju mulsim (dari -0,14% menjadi 6,73%). Tekanan inflasi komoditas blus dan

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

0,52 1,00 1,21 1,51 0,52 1,00 1,21 1,51

1 Bahan Makanan -0,58 1,95 -0,29 1,26 -0,12 0,41 -0,06 0,26

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau1,13 0,94 1,17 1,23 0,19 0,16 0,20 0,21

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar0,68 0,67 2,12 1,73 0,18 0,18 0,58 0,47

4 Sandang 0,42 -0,54 0,70 2,29 0,02 -0,02 0,03 0,10

5 Kesehatan 1,51 1,59 0,76 1,19 0,06 0,06 0,03 0,05

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga1,94 0,05 0,42 0,28 0,15 0,00 0,03 0,02

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan0,10 1,13 2,37 2,24 0,02 0,20 0,43 0,41

Kelompok

Andil Inflasi Triwulanan (%)

No

Umum

Inflasi Triwulanan (%)

2016 2017 2016 2017

Grafik 3. 9. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang Grafik 3.10. Inflasi Triwulanan Subkelompok Sandang

Wanita

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

79

baju muslim ini merupakan akibat dari adanya momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri, dimana masyarakat

Indonesia cenderung meningkatkan permintaan terhadap pakaian untuk digunakan di hari raya Idul Fitri.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Pada kelompok bahan makanan, peningkatan inflasi triwulanan terbesar adalah pada 3 (tiga) sub

kelompok yakni daging dan hasil-hasilnya (-2,96% (qtq) menjadi 5,25% (qtq)), telur, susu dan

hasil-hasilnya (-3,24% (qtq) menjadi 4,50% (qtq)), serta sayur-sayuran (-0,62% (qtq) menjadi

5,86% (qtq)) (Grafik 3.11). Dari ketiga subkelompok tersebut pendorong inflasi adalah kenaikan inflasi

triwulanan pada tomat sayur, jengkol, daun bawang, cabe hijau, kembang kol dan telur ayam ras (Grafik

3.12). Kenaikan komoditas bahan makanan tersebut lebih disebabkan oleh peningkatan permintaan

menjelang bulan Ramadhan. Pada umumnya, masyarakat Indonesia cenderung meningkatkan

konsumsinya terhadap bahan makanan dalam menghadapi bulan Ramadhan. Selain itu, pedagang

memiliki kecenderungan menaikkan harga untuk komoditas yang memang permintaannya tinggi

menjelang bulan Ramadhan, seperti harga telur ayam ras yang harganya meningkat menjadi Rp22.000,-

per kg, yang biasanya hanya Rp20.000,- per kg.

Berdasarkan disagregasi triwulanan (qtq), meningkatnya tekanan inflasi didorong oleh peningkatan

inflasi volatile food (dari -0,47% menjadi 1,21%) dan inflasi administered pricess (dari 3,75%

menjadi 4,26%) (Grafik 3.13). Peningkatan kelompok administered prices ini sejalan dengan

permintaan fundamental yang meningkat akibat banyak hari libur keagamaan dan hari libur nasional.

Selain itu, kebijakan kenaikan tarif listrik 900VA masih terasa pada triwulan II 2017. Sedangkan

kelompok volatile food lebih didorong oleh momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri, karena terjadi

peningkatan permintaan pangan pada momen tersebut. Namun demikian, bulan Ramadhan dan Idul Fitri

tahun 2017, pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya dalam rangka menjaga stabilitas harga

bahan makanan. Salah satunya adalah menetapkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk

beberapa komoditas, dan juga melakukan impor untuk komoditas yang masih kurang pasokannya di

domestik.

Grafik 3. 11. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan

Makanan

Grafik 3.12. Inflasi Triwulanan Subkelompok Bahan

Makanan

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

80

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

3.1.3. Inflasi Tahunan (yoy)

Pada triwulan II 2017, Jawa Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 4,31% (yoy) atau berada di bawah

tingkat inflasi nasional (4,37%). Tingkat inflasi tahunan ini meningkat dibanding triwulan I 2017 sebesar

3,37% (yoy). Perkembangan ini didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi tahunan pada kelompok

perumahan, air, listrik, dan bahan bakar serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Berdasarkan andilnya, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar menjadi penyumbang terbesar

yakni mencapai 1,44% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (0,95%). Selanjutnya, andil

inflasi yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya adalah kelompok trasnportasi, komunikasi dan

jasa (dari 0,46% menjadi 1,09%) (Tabel 3.6).

Tabel 3.6. Inflasi & Andil Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok

Barang & Jasa (%, yoy)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar, peningkatan tekanan inflasi tahunan khususnya

terjadi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air serta penyelenggaraan rumah tangga

(Grafik 3.14). Pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air kenaikan inflasi tahunan disumbang

oleh tarip listrik (dari 18,58% menjadi 34,47%). Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah yang

menaikkan tarif listrik 900 VA sebanyak 3 tahap yaitu pada Januari, Maret dan Mei 2017. Sehingga pada

triwulan II dampak kenaikan ini dirasakan oleh pelanggan prabayar dan pascabayar.

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2,54 2,75 3,37 4,31 2,54 2,75 3,37 4,31

1 Bahan Makanan 6,95 6,92 3,70 2,34 1,41 1,42 0,78 0,49

2Makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau5,14 4,63 4,45 4,54 0,86 0,78 0,76 0,78

3Perumahan, air, listrik, dan

bahan bakar0,95 1,29 3,51 5,29 0,26 0,35 0,95 1,44

4 Sandang 1,99 1,74 1,85 2,89 0,09 0,08 0,08 0,13

5 Kesehatan 3,87 4,06 4,15 5,13 0,15 0,16 0,16 0,20

6Pendidikan, rekreasi, dan

olahraga1,98 1,96 2,22 2,72 0,16 0,16 0,18 0,21

7Transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan-2,28 -1,26 2,48 5,94 -0,43 -0,24 0,46 1,09

2016 2017 2016 2017

Umum

Inflasi Triwulanan (%) Andil Inflasi Triwulanan (%)

No Kelompok

Grafik 3. 13. Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Triwulanan (qtq)

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

81

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, peningkatan tekanan inflasi tahunan

khususnya terjadi pada subkelompok transpor (Grafik 3.15). Pada subkelompok transpor, peningkatan

andil inflasi tahunan khususnya disumbang oleh komoditas angkutan udara dengan inflasi yang

meningkat tajam dari triwulan I 2017 sebesar 35,01% (yoy) menjadi 87,59% (yoy) pada triwulan II 2017.

Selain itu, angkutan antar kota juga mengalami inflasi yang cukup tinggi, dimana inflasi tahunannya

meningkat dari 0,08% (yoy) menjadi 18,40% (yoy) pada triwulan II 2017. Selain banyaknya hari libur

pada triwulan II 2017, momen mudik Lebaran merupakan pendorong meningkatnya inflasi dari kedua

komoditas tersebut. Selain karena peningkatan permintaan masyarakat terhadap kedua jenis angkutan,

juga terjadi penyesuaian tarif oleh pemerintah dengan menaikkan tarif di batas atas.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Berdasarkan disagregasinya, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan II 2017 didorong oleh

kenaikan inflasi core dan administered prices dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.16).

Administered prices yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi Jawa Barat mulai mengalami

peningkatan pada triwulan I 2017 setelah sebelumnya konsisten mengalami deflasi sejak triwulan II 2016

hingga triwulan IV 2016 masih terbilang rendah atau mengalami deflasi. Administered prices mengalami

peningkatan inflasi tahunan dari 5,20% pada triwulan I 2017 menjadi 10,71% pada triwulan II 2017.

Kenaikkan tarif listrik, dan peningkatan permintaan beberapa jenis angkutan karena momen mudik

Lebaran merupakan beberapa penyebab kenaikan inflasi administered prices ini.

Sejalan dengan hal tersebut, core inflation juga mengalami peningkatan dari 2,67% pada triwulan I 2017

menjadi 2,92% padaa triwulan II 2017.Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan permintaan

fundamental dari banyak munculnya hari libur selama triwulan II 2017.

Grafik 3. 14. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Grafik 3. 15. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor,

Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Grafik 3. 16. Perkembangan Disagregasi Inflasi Jawa Barat Tahunan (yoy)

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

82

Berbeda dengan dua kelompok sebelumnya, inflasi volatile food justru mengalami penurunan dari 3,72%

(yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 2,06% (yoy) pada triwulan II 2017. Hal ini terutama disebabkan oleh

pasokan beberapa komoditas hortikultura seperti bawang dan cabai yang melimpah karena selain

terdapat panen juga untuk komoditas seperti bawang putih dilakukan impor demi menjaga stabilitas

harga menjelang bulan Ramadhand an Idul Fitri. Selain itu, komoditas padi juga menjadi penyumbang

rendahnya inflasi pada kelompok volatile food karena terdapat panen yang cukup baik pada beberapa

sentra padi di Jawa Barat.

Berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi pada triwulan II 2017 terutama masih disumbang oleh

komoditas tarif listrik, tarif pulsa ponsel, angkutan antar kota dan bensin (Tabel 3.7). Tekanan inflasi

yang tinggi pada tarif listrik merupakan dampak dari kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif listrik

pelanggan golongan 900VA bertahap sebanyak tiga tahap, dimana masing-masing penigkatan adalah

sebesar 30% pada bulan Januari, Maret dan Mei 2017. Tarif pulsa ponsel dan bensin yang meningkat

adalah akibat dari banyaknya hari libur keagamaan dan hari libur nasional pada triwulan II 2017, sehingga

banyak masyarakat yang melakukan liburan, sehingga permintaan kedua komoditas tersebut meningkat.

Untuk angkutan antar kota, inflasi terjadi akibat adanya momen mudik Lebaran, dimana masyarakat

Indonesia memiliki budaya untuk pulang kampung sehingga meningkatkan permintaan komoditas ini.

Tabel 3.7. Sumbangan Inflasi & Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, yoy)

3.2. Perkembangan Inflasi Menurut Kota

Pada triwulan II 2017, terdapat 3 (tiga) kota yang mengalami inflasi tahunan di atas tingkat inflasi Jawa

Barat yaitu Bogor (5,15%), Sukabumi (5,06%) dan Depok (4,34%) (Grafik 3.17). Sementara itu, Cirebon

Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Tarif Listrik 0,57 Tarip Listrik 1,04

Tarif Pulsa Ponsel 0,24 Tarip Pulsa Ponsel 0,25

Cabai Rawit 0,19 Angkutan Antar Kota 0,23

Biaya Perpanjangan

STNK0,17

Bensin0,20

Rokok Kretek filter 0,15 Biaya Perpanjangan STNK 0,17

Kentang 0,10 Rokok Kretek Filter 0,14

Rokok Kretek 0,08 Bawang Putih 0,09

Bayam 0,08 Kentang 0,09

Minyak Goreng 0,07 Rokok Kretek 0,08

Nasi dengan Lauk 0,07 Tarip Kereta Api 0,08

Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Semen -0,09 Semen -0,10

Cabai Merah -0,06 Telur Ayam Ras -0,06

Tomat Sayur -0,05 Wortel -0,06

Telur Ayam Ras -0,06 Tomat Sayur -0,04

Daging Ayam Ras -0,02 Daun Bawang -0,04

Bensin -0,07 Gula Pasir -0,03

Solar -0,03 Anggur -0,02

Angkutan Dalam Kota -0,02 Bawang Merah -0,02

Laptop/Notebook -0,02 Jeruk -0,02

Tarif Taksi -0,01 Tomat Buah -0,02

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Utama (%)

Tw I 2017 Tw II 2017

Komoditas Penyumbang Deflasi Tahunan Utama (%)

Tw I 2017 Tw II 2017

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

83

kembali menjadi kota dengan inflasi terendah di Jawa Barat pada triwulan I 2017 dengan realisasi inflasi

sebesar 3,90% (yoy). Secara umum, tingkat inflasi tahunan dari seluruh kota perhitungan pada triwulan II

2017 mengalami peningkatan dibanding triwulan I 2017 (Grafik 3.18).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI) Sumber : BPS , Perhitungan Staf BI

Terdapat risiko yang perlu diwaspadai khususnya pada kota-kota dengan bobot inflasi yang besar

terhadap Jawa Barat. Jika dilakukan pemetaan dengan menggunakan variabel bobot kota dan tingkat

inflasi, dapat dilihat bahwa kota dengan bobot inflasi tertinggi (Bandung, Bekasi, dan Depok) juga

mengalami inflasi yang relatif tinggi (Grafik 3.19). Meskipun demikian, pada triwulan II 2017 ini

menunjukkan pemetaan dengan menggunakan data inflasi pangan memperlihatkan bahwa seluruh kota

masih dibawah rata-rata inflasinya (Grafik 3.20).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, : Perhitungan Staf BI

Jika dievaluasi berdasarkan capaian inflasi di kota-kota inflasi dibandingkan dengan inflasi Jawa Barat,

kota Bogor, Sukabumi dan Depok memiliki tingkat inflasi yang lebih tinggi dibanding Jawa barat (Tabel

3.8). Sedangkan kota Tasikmalaya yang konsisten dari triwulan IV 2015 selalu mengalami inflasi di atas

Jawa Barat, pada triwulan I dan II 2017 inflasinya berada di bawah Jawa Barat. Sementara itu berdasarkan

andilnya, Kota Depok masih menjadi pemberi andil inflasi tahunan terbesar di Jawa Barat (0,85%) dan

disusul oleh Kota Bekasi dan Kota Bogor (0,70%).

Grafik 3.17. Inflasi Kota di Jawa Barat Triwulan II 2017

(yoy)

Grafik 3.18. Historis Inflasi Tahunan Kota Perhitungan

Inflasi di Jawa Barat

Grafik 3.19. Inflasi Tahunan Kota Inflasi Grafik 3.20. Inflasi Pangan Tahunan Kota Inflasi

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

84

Tabel 3.8. Perkembangan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Terhadap Inflasi IHK

Jawa Barat (%, yoy)

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

3.3. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi

Berdasarkan disagregasi kelompok, peningkatan inflasi tahunan dibanding triwulan lalu terjadi

pada kelompok core dan administered pricess, sementara kelompok volatile food mengalami

penurunan (Grafik 3.21). Jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya, baik realisasi inflasi IHK, core

dan volatile food lebih rendah dibanding historis, sedangkan kelompok administered pricess tercatat lebih

tinggi dibanding historisnya (Grafik 3.22). Tren inflasi yang rendah ini khususnya untuk kelompok volatile

food terutama disebabkan oleh panen beberapa komoditas hortikultura dan padi, serta upaya pemerintah

dalam menjaga pasokan pangan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Namun untuk kelompok AP

dan CI, tekanan inflasi pada triwulan II 2017 masih cukup besar, akibat kebijakan kenaikan tarif listrik dan

BBM non subsidi serta peningkatan permintaan fundamental akibat banyak hari libur keagamaan dan hari

libur nasional.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Administered pricess

Perkembangan tekanan inflasi kelompok administered pricess pada akhir triwulan II 2017 tercatat

mengalami peningkatan dibanding triwulan I 2017. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kenaikan

Tw II Tw III Tw IV TW I TW II Tw II Tw III Tw IV TW I TW II

3,22 2,54 2,75 3,36 4,31 3,22 2,54 2,75 3,36 4,31

1 Kota Bandung 3,54 2,54 2,93 3,21 4,15 0,60 0,43 0,50 0,55 0,71

2 Kota Bekasi 2,75 2,09 2,47 3,21 4,11 0,47 0,36 0,43 0,55 0,70

3 Kota Depok 3,49 2,90 2,60 3,49 4,43 0,66 0,55 0,50 0,66 0,85

4 Kota Bogor 3,02 2,53 3,60 4,34 5,15 0,41 0,34 0,49 0,59 0,70

5 Kota Sukabumi 2,70 2,52 2,57 3,47 5,06 0,31 0,29 0,30 0,40 0,59

6 Kota Cirebon 2,12 1,95 1,87 2,74 3,91 0,23 0,21 0,20 0,29 0,42

7 Kota Tasikmalaya 4,14 3,62 2,75 3,05 3,92 0,45 0,39 0,30 0,33 0,43

20172016 2017 2016

Andil Terhadap Inflasi Tahunan Jabar (%)

Jawa Barat

Inflasi Tahunan (%)

No Kelompok

Grafik 3.22. Perbandingan Inflasi Dengan Historisnya Grafik 3.21. Disagregrasi Inflasi Jawa Barat

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

85

inflasi pada kelompok AP ini terutama didorong oleh kebijakan pemerintah terkait peningkatan tarif listrik

pelanggan golongan 900VA. Sebagai dampaknya, inflasi AP energi mengalami peningkatan dari 5,95%

(yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 15,88% (yoy) pada triwulan II 2017.

Sepanjang triwulan I dan II 2017, pemerintah menetapkan kenaikan tarif listrik untuk pelanggan

golongan 900VA tepatnya bulan Januari, Maret dan Mei 2017 sebesar 30%. Meskipun demikian,

pertumbuhan tarif listrik rata-rata tahunan menurun dari 7,64% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi

0,01% (yoy) pada triwulan II 2017. Hal ini karena kenaikan tarif listrik 900 VA tahap terakhir adalah pada

bulan Mei 2017, sehingga tarif tersebut sudah berjalan.

Sumber : PT. PLN , Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sejalan dengan AP energi, tingkat inflasi tahunan dari kelompok administered pricess non energi juga

meningkat dari 4,65% (yoy) menjadi 7,09% (yoy) pada triwulan II 2017. Peningkatan permintaan

beberapa jenis angkutan merupakan penyumbang inflasi utama pada kelompok administered pricess. Hal

ini karena adanya momen mudik Lebaran, dimana masyarakat Indonesia memiliki budaya untuk pulang

ke kampung halamannya.

Tabel 3.9. Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Adminstered Prices

di Jawa Barat Triwulan II 2017 (%, yoy)

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

Inflasi Andil Deflasi Andil

Tarip Listrik 34,47 1,04 - - -

Angkutan Antar Kota 18,40 0,23

Bensin 6,50 0,20

Biaya Perpanjangan STNK 107,45 0,17

Rokok Kretek Filter 7,50 0,14

Rokok Kretek 7,16 0,08

Tarip Kereta Api 22,40 0,08

Angkutan Udara 87,59 0,04

Bahan Bakar Rumah Tangga 2,28 0,04

Rokok Putih 7,51 0,03

KomoditasInflasi (%, yoy)

KomoditasDeflasi (%, yoy)

Grafik 3.23. Perkembangan Tarif Listrik Berdasarkan

Kelompok Pelanggan

Grafik 3.24. Inflasi Administered Prices Kelompok Energi

dan Non Energi (yoy)

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

86

Volatile Food

Tekanan inflasi volatile food pada triwulan II 2017 tercatat relatif menurun dari triwulan sebelumnya,

yakni dari 3,72% (yoy) menjadi 2,06%. Realisasi ini juga masih lebih rendah dibanding rata-rata historis 5

(lima) tahun terakhir sebesar 8,22% (yoy). Dengan demikian, untuk triwulan II 2017, menurunnya inflasi

volatile food dibanding triwulan II 2017 menjadi faktor penahan kenaikan inflasi, di tengah kenaikan

inflasi administered pricess dan core pada triwulan ini.

Menurunnya tekanan inflasi volatile food pada triwulan II 2016 dibanding triwulan sebelumnya

disebabkan oleh mulai berlangsungnya masa panen untuk tanaman padi di sejumlah sentra di Jawa Barat

dan juga peningkatan pasokan cabai dari berbagai sentra produksi cabai. Selain itu, pemerintah

melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas harga di pasar dengan memastikan kecukupan

pasokan pangan antara lain dengan melakukan impor dan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET)

untuk beberapa komoditas

Beberapa komoditas pangan utama yang tercatat mengalami penurunan inflasi tahunan dibanding

triwulan sebelumnya adalah petai (dari 101,6% menjadi 3,13%), cabai rawit (dari 98,91% menjadi

48,71%) dan jengkol (dari 37,97% menjadi 18,01%). Penurunan pada cabai rawit terutama disebabkan

oleh kebijakan Kementerian Pertanian pada tahun 2016 yang membangun buffer zone untuk tanaman

bawang merah dan cabai di wilayah Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Kalimantan Barat,

Bali dan Papua yang menyebabkan pasokan di Jawa Barat dapat dikonsumsi untuk wilayah Jawa Barat

sendiri.

Di sisi lain, penurunan yang lebih dalam ditahan oleh perkembangan beberapa komoditas yang

mengalami peningkatan inflasi dibanding triwulan sebelumnya. Komoditas cabai merah merupakan

penyumbang kenaikan andil inflasi tahunan terbesar dari triwulan IV 2016 ke triwulan I 2017. Inflasi cabai

merah meningkat dari -12,14% (yoy) menjadi 7,31% (yoy) pada triwulan II 2017, komoditas lain seperti

bawang putih juga meningkat dari 13,62% (yoy) menjadi 23,43% (yoy), kacang panjang naik dari -

6,96% (yoy) menjadi 2,07% (yoy). Meskipun terdapat beberapa komoditas mengalami kenaikan inflasi di

triwulan II 2017, namun peningkatannya tidak sebesar periode sebulannya. Hal ini juga karena upaya

pemerintah yang menjaga kestabilan harga dengan memastikan kecukupan pasokan pangan di pasar.

Tabel 3.10. Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile food

di Jawa Barat Triwulan II 2017 (%, yoy)

Inflasi Andil Deflasi Andil

Bawang Putih 23,43 0,09 Telur Ayam Ras -7,14 -0,06

Kentang 22,74 0,09 Wortel -34,70 -0,06

Cabai Rawit 48,71 0,07 Tomat Sayur -13,53 -0,04

Beras 1,20 0,04 Daun Bawang -33,35 -0,04

Pepaya 17,22 0,04 Anggur -16,77 -0,02

Cumi-cumi 29,89 0,04 Bawang Merah -2,03 -0,02

Mie Kering Instant 9,90 0,04 Jeruk -2,75 -0,02

Minyak Goreng 3,85 0,04 Tomat Buah -21,17 -0,02

Mujair 13,68 0,03 Apel -4,96 -0,01

Cabai Merah 7,31 0,02 Mas -2,06 -0,01

KomoditasInflasi (%, yoy)

KomoditasDeflasi (%, yoy)

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

87

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

Inflasi Core

Inflasi core pada triwulan II 2017 meningkat, yakni dari 2,67% (yoy) menjadi 2,93% (yoy). Dengan

demikian, inflasi core sudah mulai meningkat setelah sebelumnya konsisten mengalami penurunan sejak

triwulan II 2015. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat terkait keperluan

menjelang hari raya Idul Fitri, selain itu banyaknya hari libur keagamaan dan hari libur nasinal selama

triwulan I 2017.

Jika dianalisis secara lebih dalam, peningkatan ini didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi baik pada

kelompok core traded maupun kelompok non traded (Grafik 3.25). Adapun kelompok core traded yang

terpantau mengalami sedikit penurunan adalah construction (Grafik 3.26). Penurunan ini tercermin dari

penjualan semen yang menurun, serta banyaknya hari libur mengurangi jumlah hari kerja dari pekerja

bangunan.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Permintaan terhadap properti baik jual maupun sewa terpantau stabil. Hal ini tercermin dari inflasi

tahunan dari jasa sewa properti khususnya sewa rumah yang stabil sebesar 1,34% (yoy) pada triwulan I

dan triwulan II 2017. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) juga terpantau stabil untuk tipe kecil dan

tipe menengah, namun terjadi penurunan pada tipe rumah besar (Grafik 3.27). Hal ini mencerminkan

permintaan masyarakat terhadap properti baik jual maupun sewa masih stabil namun ada sedikit

penurunan.

Sumber : Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Grafik 3.26. Disagregasi Inflasi Core Traded (yoy) Grafik 3.25. Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non

Traded (yoy)

Grafik 3.27. Perkembangan Indeks Harga Properti

Residensial

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

88

Terkait faktor eksternal, Rupiah menguat pada triwulan II 2017 (Grafik 3.28). Hal ini turut berkontribusi

kepada turunnya tekanan inflasi beberapa komoditas pada kelompok core traded. Di sisi lain, harga emas

global terpantau mengalami perlambatan pada triwulan II 2017 (Grafik 3.29). Inflasi pada komoditas

emas perhiasan domestik juga tercatat mengalami penurunan yakni dari 1,42% (yoy) pada triwulan I

2017 menjadi 0,15% (yoy) pada triwulan II 2017.

Sumber : Bloomberg, Perhitungan Staf BI Sumber : Bloomberg, Perhitungan Staf BI

Dari sisi sumbangan inflasi core, sumbangan inflasi terbesar pada triwulan ini adalah tarif pulsa ponsel

dan kue kering berminyak. Di sisi lain, beberapa komoditas yang terpantau mengalami deflasi yakni

semen, gula pasir, dan kulkas.

Tabel 3.11. Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Inflation

di Jawa Barat Triwulan II 2017 (%, yoy)

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

3.4. Perkembangan Inflasi Triwulan III 2017

Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan III 2017 diperkirakan berada pada rentang 3,6% - 4,2%

(yoy), menurun dibanding realisasi inflasi triwulan II 2017 sebesar 4,31% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

ini terutama didorong oleh berakhirnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri dan harga bahan pangan juga

terpantau stabil hingga setelah bulan Ramadhan berlalu. Selain itu, pemerintah telah menetapkan tidak

ada kenaikan BBM dan listrik hingga akhir triwulan III 2017.

Inflasi Andil Deflasi Andil

Tarip Pulsa Ponsel 12,71 0,25 Semen -7,45 -0,10

Kue Kering Berminyak 11,77 0,07 Gula Pasir -6,74 -0,03

Ketupat/Lontong Sayur 17,45 0,06 Kulkas/Lemari Es -4,20 -0,01

Kopi Manis 13,19 0,06

Sewa Rumah 1,34 0,06

Kontrak Rumah 1,26 0,05

Nasi dengan Lauk 2,15 0,05

Pasir 5,00 0,05

Upah Pembantu RT 2,95 0,04

Tarip Rumah Sakit 5,92 0,04

KomoditasInflasi (%, yoy)

KomoditasDeflasi (%, yoy)

Grafik 3.28. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.29. Harga Komoditas Emas Global

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

89

Pada bulan Juli 2017, Jawa Barat tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,01% (mtm) atau 3,83%

(yoy), menurun signifikan dibandingkan Juni 2017

sebesar 0,88% (mtm). Secara historis, realisasi inflasi

bulanan Juli 2017 ini lebih rendah dibanding

polanya yaitu rata-rata periode 2012-2016 sebesar

0,76%. Secara komponen pembentuknya, tekanan

inflasi Juli 2017 didorong oleh inflasi kelompok

kelompok core inflation (CI) sebesar 0,26% (mtm)

(Grafik 3.30), namun jika dibanding rata-rata

historisnya, kelompok tersebut mengalami inflasi bulanan lebih rendah dibanding rata-rata historisnya

sebesar 0,31% (mtm). Di sisi lain, inflasi kelompok administered pricess (AP) dan volatile food (VF)

mengalami deflasi pada bulan Juli 2017 sebesar -0,52% (mtm) dan -0,30% (mtm) tercatat lebih rendah

dibanding rata-rata historisnya sebesar 1,09% (mtm) dan 2,00% (mtm). Rendahnya inflasi kelompok AP

didorong oleh berakhirnya dampak kenaikan tarif listrik 900VA di bulan Juni 2017, sedang untuk

kelompok VF terutama didorong oleh terjaganya stok pangan sejumlah komoditas utama seperti bawang

putih, daging ayam ras dan cabai rawit.

Pada kelompok inflasi core, secara bulanan pada Juli 2017 terjadi penurunan inflasi dari 0,36% menjadi

0,26% namun secara tahunan kelmpok core meningkat dari 2,93% menjadi 3,06%. Kelompok makanan

jadi dan kebutuhan pendidikan menjadi pendorong utama inflasi untuk kelompok ini. Penurunan inflasi

terjadi kelompok core traded khususnya subkelompok others yaitu dari 0,60% (mtm) pada Juni, menurun

menjadi 0,24% (mtm) pada Juli. Meskipun menurun, inflasi tetap terjadi pada kelompok core yaitu

kelompok core traded khususnya sub kelompok food related dan construction. Hal ini akibat dari

peningkatan permintaan pada masa libur setelah Lebaran dan masuknya tahun ajaran baru sekolah pada

komoditas kopi manis, gado-gado dan buku pelajaran SD. Pada kelompok core non traded, juga terdapat

tekanan inflasi terutama disebabkan oleh komoditas rekreasi dan bimbingan belajar dengan andil masing-

masing sebesar 0,004% (mtm) dan 0,003% (mtm).

Kelompok bergejolak (volatile food/VF) mengalami deflasi pada bulan Juli 2017 yakni sebesar -0,30%

(mtm) menurun dibanding bulan Juni 2017 yang mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm). Secara

tahunan, inflasi VF pada Juli 2017 tercatat sebesar 1,17% (yoy) atau menurun dibanding bulan

sebelumnya (2,06%) dan inflasi ini lebih rendah dibanding rata-rata historisnya (6,97%). Penyumbang

deflasi kelompok volatile food bersumber dari komoditas bawang putih, daging ayam ras, jengkol,

bawang beras dan beras. Berakhirnya momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada akhir bulan Juli 2017

membuat permintaan masyarakat khususnya pada kelompok pangan kembali normal. Hal ini tidak

terlepas dari peran TPID provinsi Jawa Barat dalam menjaga stabilitas harga pangan di Jawa Barat. Selain

itu juga karena terdapat upaya dari pemerintah yang mengendalikan harga pangan dengan beberapa

upaya, salah satunya dengan menerapkan kebijakan harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga

acuan penjualan ditingkat pembeli.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 3.30. Perkembangan Disagregasi Inflasi

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

90

Kelompok harga diatur pemerintah (administered pricess/AP) pada Juli 2017 juga tercatat mengalami

deflasi bulanan sebesar -0,52% (mtm) atau menurun dibanding bulan sebelumnya (2,51%, mtm).

Berdasarkan sub kelompoknya, penurunan tekanan inflasi bulanan kelompok administered pricess terjadi

pada dua subkelompok, baik subkelompok AP energi (dari 1,96% menjadi 0,23%) maupun subkelompok

AP non energi. Dari subkelompok energi, penurunan inflasi terjadi karena dampak kenaikan tarip listrik

telah berlalu pada bulan Juni, sehingga andil inflasi pada komoditas tarip lisrik di bulan Juli menjadi

sangat kecil yaitu sebesar 0,00%. Dari subkelompok non energi, penurunan permintaan terhadap

beberapa jenis angkutan menyebabkan deflasi pada kelompok AP. Andil deflasi paling tinggi

disumbangkan oleh angkutan antar kota dengan andil sebesar -0,06%, disusul oleh tarif kereta api (-

0,04%), dan angkutan udara (-0,03%).

Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia memperkirakan tekanan harga akan mengalami

penurunan pada triwulan III 2017. Hal ini ditunjukkan melalui Indeks Ekspektasi Harga (IEH) rata-rata

triwulan III 2017 sebesar 172,71 atau menurun dibanding rata-rata triwulan II 2017 sebesar 173,58

(Grafik 3.29). Berdasarkan kelompok barang, peningkatan indeks ekspektasi harga terjadi pada kelompok

makanan, non makanan dan jasa (Grafik 3.31).

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Secara ringkas, beberapa upward risk yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi pada triwulan III 2017

meliputi :

Fluktuasi harga komoditas global yang akan berpengaruh terhadap harga komoditas domestik.

Peningkatan konsumsi karena adanya gaji ke-13 pada bulan Juli 2017

Dilanjutkannya proyek infrastruktur pembangunan jalan tol Jakarta Cikampek pada Juli 2017, dan

pembangunan Kota Baru Meikarta.

Adanya kebutuhan pendidikan karena tahun ajaran baru dimulai pada triwulan III 2017.

Terdapat momen keagamaan Idul Adha pada bulan September 2017.

3.5. Program Pengendalian Inflasi Daerah

Sepanjang tahun 2009 s.d 2016, FKPI Jawa Barat telah melakukan banyak upaya baik dalam hal

penguatan kelembagaan maupun dalam upaya pengendalian inflasi di Jawa Barat. Secara ringkas

Grafik 3.31 Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 Bulan

Mendatang

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

91

identifikasi masalah dan kebijakan yang diambil oleh FKPI Jawa Barat setiap tahunnya adalah sebagai

berikut:

Pada tahun 2017, komoditas pangan masih merupakan penyumbang utama tingkat inflasi. Kondisi

ketersediaan pangan dan alur distribusinya masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi fluktuasi

harga kelompok volatile foods. Melanjutkan fokus pengendalian inflasi tahun 2016, FKPI Provinsi Jawa

Barat pada tahun 2017 mencanangkan pendekatan upaya pengendalian inflasi yang dikemas dalam tajuk

1. Peningkatan produksi komoditas penyumbang inflasi;

2. Antisipasi lonjakan permintaan menjelang peak season;

3. Revitalisasi pasar;

4. Penyusunan kajian pendukung pengendalian inflasi dan peningkatan kompetensi sumber daya

pendukung;

5. Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung (irigasi, perbaikan jalan, jembatan) serta penguatan

sistem logistik bahan pangan strategis;

TAHUN IDENTIFIKASI MASALAH KEBIJAKAN

Kurangnya awareness anggota Edukasi peningkatan awareness pentingnya pengendalian inflasi

Kenaikan harga gula pasir

Jangka pendek: Pasar Murah dan Operasi Pasar;

Jangka panjang: Revitalisasi merin dan pabrik gula, Ekspansi lahan

tebu dan pabrik gula

2010 Potensi kenaikan harga beras

High Level Meeting, percepatan launching raskin, mendorong

pemkab/kota agar mempercepat penyaluran raskin dan pelaksanaan

OP, mengarahkan ekspektasi masyarakat yang diantaranya melalui

kunjungan ke gudang BULOG.

2011 Gangguan produksi bahan pangan

10 langkah strategis pengendalian inflasi.

Contoh: meningkatkan produktivitas padi, memberikan bantuan bibit

ikan dan kapal tangkap, mendorong pembentukan TPID Kota Bekasi,

Depok, Sukabumi serta meningkatkan awareness masyarakat terhadap

inflasi melalui media massa.

2012Kebijakan Pemerintah dan gangguan

produksi bahan pangan

5 Plus 1 Paket Kebijakan Inflasi,

diantaranya mengedukasi masyarakat melalui media massa secara

intensif.

2013Kebijakan Pemerintah Pusat terkait

harga/tarif

3 Plus 1,

Memperkuat upaya stabilisasi melalui peningkatan produksi dan stok,

akses informasi dan kelancaran distribusi serta mengoptimalkan

kerjasama perdagangan antar daerah.

2014 Penguatan infrastruktur 5 Plus 1,

Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung

2015

Kebijakan pemerintah mengenai energi,

selain gangguan terhadap produksi

bahan pangan yang dilatari pengaruh

iklim atau cuaca

Paket 5 Plus 1,

Upaya peningkatan produksi komoditas penyumbang inflasi, upaya

menjaga kecukupan stok komoditas pangan strategis saat lonjakan

permintaan, revitalisasi pasar dan kajian yang berhubungan dengan

pengendalian tingkat inflasi serta usaha peningkatan infrastruktur dan

mekanisme kerja sama dan koordinasi antar instansi berwenang

2016 Ketersediaan dan distribusi pangan

PROPER KAHIJI UTAMA,

Upaya pengendalian inflasi dengan fokus pada peningkatan produksi,

antisipasi lonjakan permintaan, penyusunan kajian pendukung,

peningkatan kualitas infrastruktur serta peningkatan jaringan

konektivitas, koordinasi dan kerjasama dan mendorong

pemberdayaan petani

2009

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

92

6. Peningkatan jaringan konektivitas, koordinasi dan kerjasama; serta

7. Usaha Tani Mandiri, yaitu penguatan/pemberdayaan petani melalui sinergi dengan pihak terkait.

3.5.1. Pelaksanaan Kegiatan FKPI Jawa Barat

Sepanjang triwulan II 2017, berbagai upaya pengendalian inflasi telah dilakukan oleh FKPI Jawa Barat,

baik dari sisi koordinasi, seperti penyelenggaraan pertemuan-pertemuan meliputi Rapat Teknis, High

Level Meeting, Rapat Koordinasi TPID 7 (Tujuh) Kota maupun dari sisi strategis melalui pengembangan

Priangan (Portal Informasi Harga Pangan Strategis) dan sosialisasi e-Priangan. Upaya pengendalian inflasi

tersebut dilakukan melalui Program Kerja FKPI baik Program Rutin dan Program Strategis.

A. Program Rutin FKPI

Program Rutin Tanggal Keterangan

Rapat Teknis 10 April 2017

Rapat Teknis Pembahasan Program e-commerce, Promosi

Daerah, Penguatan Capability, Pelaku Ekonomi Kreatif dan

Wirausaha Baru. Tujuan diselenggarakannya rapat ini

adalah untuk menindaklanjuti MoU antara Pemkot

Bandung dengan Tokopedia dalam hal kerjasama

Pemasaran UKM online.

Rutin

Rapat Teknis

Rapat HLM

Rakor se-Jawa Barat

Rakor Antar Provinsi/Rakornas

Capacity Building

Kunjungan ke TPID Terbaik

Strategis

Revitalisasi Sistem Resi Gudang

Revitalisasi Priangan

Penyusunan Model Kerjasama

Antar Daerah

Gambar 3.1. Upaya Pengendalian Inflasi Jawa Barat Tahun 2017 (PROPER KAHIJI UTAMA JILID II)

Gambar 3.2. Program Kerja Rutin dan Strategis FKPI Provinsi Jawa Barat

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

93

25 April 2017

Sebagai salah satu upaya untuk menghadapi kelangkaan

stok dan kenaikan harga yang biasa terjadi pada bulan

Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, Pemerintah Kota

Bandung menyelenggarakan rapat TPID Kota Bandung.

Fokus bahasan utama rapat tersebut adalah mengenai arus

produksi dan distribusi bahan makanan di Kota Bandung.

Rapat dibuka oleh Kepala Bagian Perekonomian

Pemerintah Kota Bandung dengan mengundang

narasumber dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kota Bandung.

Rapat Koordinasi 17 April 2017

18 April 2017

4 Mei 2017

9 Mei 2017

Dalam rangka koordinasi pengendalian inflasi Jawa tahun

2017, dilakukan video conference dengan KPw BI se-Jawa

dengan topik bahasan utama video conference tersebut

Evaluasi PIHPS di daerah dan roadmap pengembangan

PIHPS, program pengendalian inflasi menghadapi

Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta persiapan REKDA

Mei 2017.

Dalam rangka menghadapi bulan Ramadhan dan hari raya

Idul Fitri diselenggarakan Rapat Koordinasi TPID Kabupaten

Bandung. Tujuan diselenggarakannya rapat koordinasi

tersebut adalah untuk mengoordinasikan persiapan SKPD

terkait di Kabupaten Bandung dalam memghadapi bulan

Ramadhan dan Idul Fitri serta laporan progres program

kerja pengendalian inflasi di Kabupaten Bandung.

Sebagai rangkaian peninjauan lapangan oleh Menteri

Perdagangan RI dalam rangka persiapan menghadapi Hari

Besar Keagamaan Nasional diselenggarakan rapat

Koordinasi identifikasi Kebutuhan Barang Pokok. Rapat ini

dipimpin langsung oleh Menteri Perdagangan RI dan

didampingi oleh Sekretaris Daerah Prov. Jabar, Kapolda

Jabar serta Kepala Grup KPw BI Prov. Jabar. Dalam rapat

tersebut KPw BI Prov. Jabar memaparkan mengenai

perkembangan inflasi Jawa Barat. Sementara Kapolda Jabar

menyatakan siap siaga untuk mengawal distribusi dan

memantau pasokan untuk antisipasi motif penimbunan.

Adapun Menteri Perdagangan memberikan arahan agar

semua pihak mengikuti HET komoditas yang ditentukan

serta agar semua pihak bekerjasama untuk monitoring

harga dan pasokan barang pokok.

Dalam rangka konsolidasi strategi pengendalian inflasi

Jawa Barat dalam menghadapi bulan Ramadhan dan Hari

Raya Idul Fitri 1438 H, diselenggarakan Rapat Koordinasi

TPID 7 (Tujuh) Kota Sampel IHK di Jawa Barat.

Agenda rapat ini antara lain: masing-masing daerah diberi

kesempatan untuk memaparkan program pengendalian

inflasi masing-masing. Perwakilan FKPI Prov. Jabar juga

memaparkan program-program strategis menjelang peak

season, khususnya mekanisme Operasi Pasar Murah

Kebutuhan Pokok masyarakat (OPM Kepokmas) yang

dimotori oleh Disperindag Prov. Jabar. Adapun KPw BI

Prov. Jabar menyampaikan materi terkait perkembangan

Page 121: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

94

24 Mei 2017

inflai Jawa Barat serta risiko yang perlu diwaspadai

sehingga sinergi dan komunikasi pengendalian inflasi perlu

ditingkatkan.

Sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan dan Hari

Raya Idul Fitri 1438H, diselenggarakan pertemuan dengan

PT Agro Jabar selaku BUMD Pangan Jawa Barat dalam

rangka mengetahui kesiapan PT Agro Jabar dalam

menghadapi bulan Ramadhan.

Sosialisasi 19 April 2017

27-30 April 2017

10 Mei 2017

5 Juni 2017

Sharing Informasi terkait Program Pengendalian Inflasi Jawa

Barat dan e-Priangan pada Capacity Building TPID Provinsi

Riau kepada jajaran TPID Provinsi dan Kab/Kota di

Kep.Riau. Dalam kesempatan ini, respon jajaran TPID Riau

sangat antusias, terutama mencermati program Operasi

Pasar Murah, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang yang

ada di Jawa Barat.

Dalam rangka optimalisasi e-Priangan, KPw BI Prov. Jabar

kembali melakukan sosialisasi e-Priangan selama

penyelenggaraan Pameran Indonesia Expo dan Tourism

yang juga diikuti oleh WUBI Jabar. Kegiatan pameran ini

merupakan program kerja Dinas Koperasi dan UMKM Kota

Bandung yang diselenggarakan di Mall Cihampelas Walk-

Bandung.

Diselenggarakan sosialisasi pasar lelang dan sistem resi

gudang (SRG) dengan mengundang SKPD terkait,

Bappebti, dan petani serta calon pengelola gudang

setempat. Dari kegiatan sosialisasi tersebut dapat diketahui

beberapa isu, seperti:

Target Pemerintah Kab. Purwakarta untuk

pengembangan SRG tahun 2017 adalah perbaikan

infrastruktur gudang, peningkatan kelengkapan sarana

dan mesin, serta penguatan koordinasi dengan

Bappebti terkait peralihan kepemilikan gudang;

Implementasi SRG secara efektif akan dimulai pada

awal tahun 2018;

Proses integrasi antara SRG dengan Pasar Lelang

Komoditas masih berlangsung. Sampai dengan saat ini,

Pasar Lelang Komoditas sudah siap untuk melakukan

integrasi dan telah mengajukan penawaran kepada

SRG Cianjur, namun belum ada respons positif dari

SRG Cianjur karena ketiadaan stok.

Sebagai salah satu bentuk implementasi kegiatan rutin

strategis Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI)

Provinsi Jawa Barat yang bertujuan untuk menyalurkan

alokasi belanja subsidi yang bersumber dari APBD Provinsi

Jawa Barat dalam bentuk komoditi kebutuhan pokok

dengan sistem distribusi tertutup, yaitu kepada Rumah

Tangga Miskin (RTM), telah diselenggarakan kegiatan

sosialisasi OPM oleh Disperindag Prov. jabar kepada

perwakilan Disperindag 27 Kab/Kota se-Jabar di Kantor

Disperindag Prov. Jabar.

Focus Group

Discussion

25 April 2017 Dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) TPID Kota

Bandung

Kota Bandung melalui Pemberdayaan Masyarakat untuk

Page 122: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

95

untuk menjaga kelancaran

distribusi dan ketersediaan stok bahan pangan dalam

rangka meredam spekulan dan menjaga stabilitas jumlah

permintaan dan penawaran stok yang berujung pada

stabilitas harga komoditas pangan.

High Level Meeting 26 April 2017

23 Mei 2017

High Level Meeting TPID Kabupaten Bandung Barat dengan

Fokus bahasan utama HLM dimaksud adalah untuk

mengetahui kesiapan Kab. Bandung Barat dalam

menghadapi bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Dilaksanakan High Level Meeting (HLM) TPID Kota

Menjaga Stok dan Pasokan serta Kehalalan Komoditas di

Kota Bandung Menjelang Bulan Ramadhan dan Hari Raya

mengenai

pentingnya peran Pemerintah dalam menjaga ketersediaan

stok bahan pangan sehingga laju harga dapat dikendalikan

terutama menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul

Fitri.

B. Program Strategis FKPI

Program Strategis Tanggal Keterangan

Optimalisasi Portal

Infomasi Harga Pangan

(Priangan)

19 Mei 2017

31 Mei 2017

14 Juni 2017

Diselenggarakan rapat koordinasi dengan pihak kosultan IT

pengembang Priangan, yaitu PT. BIG. Dalam rapat ini

berfokus untuk membahas terkait rencana pengembangan

Priangan tahun 2017.

Fitur EWS telah dikembangkan sejak tahun 2015, namun

belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sarana

koordinasi penanganan lonjakan harga komoditas pangan

strategis. Oleh karena itu, dilaksanakan Rapat Teknis

dengan konsultan IT Priangan, yaitu PT BIG untuk

membahas mengenai aspek teknis untuk mempersiapkan

fitur EWS Priangan agar dapat segera diimplementasikan

secara optimal oleh pihak-pihak terkait.

Dilaksanakan kick-off implementasi program EWS sebagai

bagian dari program pengendalian inflasi tahun 2017,

khususnya pengembangan Portal Informasi Harga Pangan

(PRIANGAN). Fitur EWS diharapkan tidak saja menjadi

penyedia informasi mengenai harga komoditi terkini bagi

konsumen, namun juga sebagai portal penyedia data bagi

para regulator terkait kenaikan harga masing-masing

komoditi pangan strategis serta wilayah yang mengalami

kenaikan harga

Forum Ulama se-Jawa

Barat

23 Mei 2017 Sebagai upaya pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat

melalui pendekatan religi, telah diselenggarakan kegiatan

Forum Ulama se-Jawa Barat 1438 H. Kegiatan ini dihadiri

oleh ±600 orang ulama di lingkungan Jawa Barat. Pola

historis menunjukkan bahwa salah satu driven factor

peningkatan inflasi saat bulan Ramadhan dan Hari Raya

Idul Fitri 1438 H adalah peningkatan permintaan

masyarakat yang ditengarai oleh pola konsumtif

Page 123: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INFLASI

96

masyarakat. Oleh karena itu, melalui kegiatan Forum

Ulama diharapkan ulama dapat menjadi kepanjangan

tangan TPID untuk menyampaikan materi di sela-sela

tausiyah agar masyarakat berbekanja dengan bijak agar

tidak memicu peningkatan permintaan yang memicu

inflasi.

Pasar Murah

Pengendali Inflasi

1438 H

22 Mei 2017

14-16 Juni 2017

Sebagai salah satu tahapan persiapan program strategis

pengendalian inflasi, yaitu Pasar Murah Pengendalian Inflasi

Jawa Barat 1438 H yang rencananya akan diselenggarakan

pada tanggal 14-16 Juni 2017 di daerah Kiaracondong-

Bandung, telah dilakukan rapat koordinasi dengan Perum

Bulog Divre Jabar dan PT PPI (Persero) regional Bandung.

Dalam rangka menghadapi seasonal factor Bulan

Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1438 H, telah

diselenggarakan kegiatan Pasar Murah Pengendalian Inflasi

Jawa Barat 1438 H pada tanggal 14-16 Juni 2017 di lokasi

yang berdekatan dengan pasar yang disurvei oleh BPS

Provinsi Jawa Barat, yaitu di halaman parkir Bandung Trade

Mall (BTM) - Kec.Kiaracondong - Kota Bandung.

Kampung Peduli

Inflasi

April 2017

Mei 2017

Dalam rangka pengembangan lebih lanjut program

Kampung Peduli Inflasi, KPw BI Provinsi Jawa Barat

berencana menerapkan program tersebut di beberapa

daerah lain di Kota Bandung dan semakin meluas ke

wilayah Bandung Raya. Sebagai upaya konkret

pengembangan program Kampung Peduli Inflasi, telah

dilakukan beberapa diskusi dan pembahasan dengan

stakeholders terkait, seperti konsultan hidroponik,

pemerintah Kab. Bandung, dan masyarakat Kel.

Padjadjaran.

Dalam rangka pengembangan lebih lanjut program

Kampung Peduli Inflasi, KPw BI Provinsi Jawa Barat

berencana menerapkan program tersebut di beberapa

daerah lain di Kota Bandung dan semakin meluas ke

wilayah Bandung Raya. Sebagai upaya konkret

pengembangan program Kampung Peduli Inflasi, telah

dilakukan peninjauan lokasi calon Kampung Peduli Inflasi

ke beberapa wilayah, yaitu: (i) Kec. Cijagra, Kota Bandung;

(ii) Kec. Cicendo, Kota Bandung; (iii) Kec. Cicalengka, Kab.

Bandung; dan (iv) Kec. Cisarua, Kab. Sumedang.

3.5.2. Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi Daerah

Secara umum, tantangan atau kendala dalam rangka pengendalian inflasi di Jawa Barat masih bersumber

dari faktor cuaca, momen tahunan seperti hari besar keagamaan dan faktor kebijakan pemerintah pusat

terkait harga komponen administered pricess. Namun demikian, selain tantangan atau kendala

sebagaimana dijelaskan sebelumnya yang cukup krusial dalam pengendalian inflasi yaitu mengenai

distribusi komoditas pangan strategis yang belum efisien. Selama ini, distribusi komoditas pangan

strategis, contohnya saja cabai merah dan beras, yang sebagian besar dipasok ke luar Jawa Barat.

Penguatan kerjasama antar daerah untuk menjaga kecukupan stok pangan di dalam Jawa Barat itu

sendiri menjadi tantangan yang terus diupayakan melalui sinergi dengan stakeholder.

Page 124: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

IV

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

DAN UMKM

BAB IV

Page 125: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

98

Kondisi stabilitas keuangan Jawa Barat pada triwulan II 2017 masih cukup terjaga meskipun terdapat

indikasi kenaikan risiko yang perlu menjadi perhatian. Hasil asesmen terhadap kinerja perbankan

menunjukkan kinerja yang masih terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum yang berlokasi di

Jawa Barat meningkat. Di sisi lain, terpantau peningkatan risiko kredit yang disalurkan bank umum untuk

lokasi proyek di Jawa Barat dengan meningkatnya rasio Non Performing Loan (NPL) pada triwulan II 2017

meskipun masih di bawah ambang 5%. Dari sisi korporasi, kinerja penyaluran kredit kepada korporasi

terpantau melambat yang diikuti dengan peningkatan risiko repayment capacity dengan kecenderungan NPL

meningkat dan melebihi batas 5%. Sementara itu dari sisi rumah tangga, penyaluran kredit cenderung

meningkat sementara repayment capacity masih terjaga dengan rasio NPL yang meskipun meningkat menjadi

2,79% namun masih di bawah batas aman 5%.

Gambar 4.1 Ringkasan Asesmen Kinerja Perbankan

4.1. Perkembangan Kinerja Bank Umum

4.1.1. Aset dan Aktiva Produktif

Pertumbuhan total aset bank umum di Jabar Tw I I yaitu tumbuh sebesar 8,7%

(Grafik4.1). Total aset bank

umum di Jawa Barat pada triwulan II 2017 adalah sebesar Rp580,71 triliun dengan proporsi aset masih relatif

serupa dengan triwulan sebelumnya, yaitu bank pemerintah memberikan porsi terbesar (42,65%) diikuti

bank swasta (40,22%), BPD (15,91%) dan sisanya bank asing campuran (1,22%) (Grafik 4.2). Melambatnya

pertumbuhan aset bank umum diperkirakan sejalan dengan melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit

maupun penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan. Menurunnya tren suku bunga bank

umum terlihat belum berdampak pada peningkatan penyaluran kredit triwulan laporan.

Grafik 4.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Grafik 4.2 Pangsa Aset Perbankan per Kelompok Bank

Page 126: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

99

4.1.2. Dana Pihak Ketiga

sebesar 7,96% (yoy) dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,20% (yoy). Selain karena menurunnya suku bunga, perlambatan DPK diperkirakan

dipengaruhi oleh momen Ramadhan dan Idul Fitri serta persiapan masa sekolah (peningkatan spending). Hal

tersebut sejalan dengan kondisi bahwa perlambatan terjadi pada jenis tabungan dan deposito. Proporsi

Di sisi lain, giro tercatat tumbuh meningkat

(9,54%) yang diperkirakan terjadi seiring dropping dana pusat kepada daerah dalam rangka percepatan

pembangunan infrastruktur. Perlambatan DPK terlihat terjadi terutama pada sektor swasta dengan pangsa

terbesar (88,38% pada triwulan II 2017). Pertumbuhan DPK swasta pada triwulan II 2017 sebesar 10,01%

dari triwulan sebelumnya sebesar 11,04%.

Grafik 4.3 Pertumbuhan DPK Perbankan Grafik 4.4 Perkembangan DPK Berdasarkan Kategori Nasabah

Belum terlihat adanya perubahan yang signifikan dari struktur DPK bank umum di Jawa Barat, yaitu

dengan porsi terbesar adalah pada komponen tabungan diikuti deposito dan giro. Namun, terpantau

terjadi peningkatan pangsa tabungan dan giro pada triwulan II 2017, sementara pangsa deposito mengalami

penurunan (Grafik 4.5). Dilihat berdasarkan kategori nasabah, pangsa terbesar adalah nasabah swasta

(korporasi dan rumah tangga) dengan pangsa mencapai 88,38% yang diikuti oleh nasabah pemerintah

sebesar 11,53% dan sisanya yang termasuk dalam kategori bukan penduduk (Grafik 4.6).

Grafik 4.5 Struktur DPK berdasarkan jenisnya Grafik 4.6 Struktur DPK Berdasarkan Kategori Nasabah

Page 127: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

100

4.1.3. Kredit dan Risiko Kredit

Penurunan suku bunga terpantau belum memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kredit

di Jawa Barat. Suku bunga kredit untuk lokasi proyek di Jawa Barat pada triwulan II 2017 tercatat sebesar

11,42% dengan tren menurun dibandingkan periode-periode sebelumnya sejak tiga tahun terakhir. Tren

penurunan suku bunga kredit terjadi pada kredit konsumsi, modal kerja maupun investasi (Grafik 4.7). Total

kredit (lokasi proyek) di Jabar tw II 2017 tercatat Rp583,12 triliun, tumbuh melambat sebesar 6,76% (yoy)

(Grafik 4.8). Perlambatan terjadi pada jenis kredit investasi dan konsumsi dengan pangsa masing-masing

sebesar 18,55% dan 42,47% (Grafik 4.9). Di sisi lain, meningkatnya laju pertumbuhan kredit modal kerja

yang diperkirakan terdorong untuk meningkatkan produksi/output guna menghadapi momen Ramadhan

dan Lebaran menjadi faktor yang menahan perlambatan yang lebih dalam.

Grafik 4.7 Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan

Lokasi Proyek di Jawa Barat

Grafik 4.8 Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 4.9 Proporsi Kredit menurut Jenis Penggunaan

Lapangan usaha industri pengolahan masih memegang peringkat tertinggi penyaluran kredit di Jawa

Barat dengan pangsa 22,54% dengan kondisi yang membaik meskipun masih menunjukkan

pertumbuhan negatif sebesar -3,18% (yoy). Dilihat berdasarkan lapangan usaha utama, selain kepada

bukan lapangan usaha (42,51%), penyaluran kredit sektoral terutama masih ke lapangan usaha industri

pengolahan (22,54%), perdagangan besar dan eceran (15,43%); konstruksi (4,43%) dan jasa dunia usaha

(4,42%) (Grafik 4.10). Dari jenis jenis lapangan usaha utama tersebut, terpantau terjadi perlambatan kredit

Page 128: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

101

pada triwulan II 2017 kecuali ke lapangan usaha industri pengolahan (Grafik 4.11). Dengan total kredit

sebesar Rp131,44 triliun, kredit untuk lapangan usaha ini tumbuh sebesar -3,18% (yoy), yang membaik

meskipun masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif, dibandingkan pertumbuhan pada triwulan lalu

sebesar -4,78% (yoy) (Grafik 4.12). Membaiknya pertumbuhan kredit untuk industri pengolahan tersebut

sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan PDRB sektor industri pengolahan dari sebesar 4,65% (yoy) pada

triwulan I 2017 menjadi sebesar 4,73% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 4.11). Di sisi lain, pertumbuhan

kredit untuk sektor perdagangan besar & eceran terpantau melambat pada level 4,04% (yoy) seiring dengan

melambatnya pertumbuhan lapangan usaha tersebut pada triwulan II 2017 (Grafik 4.13).

Grafik 4.10 Proporsi Kredit Menurut Lapangan Usaha Grafik 4.11 Perkembangan Kredit menurut Lapangan Usaha

Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan Grafik 4.13 Perkembangan Kredit Perdagangan Besar & Eceran

Relatif terjaganya kinerja intermediasi perbankan tercermin dari rasio LDR bank umum di Jawa Barat

yang sedikit meningkat menjadi sebesar 91,18% pada triwulan II 2017, meskipun terlihat adanya

peningkatan risiko kredit dengan meningkatnya rasio NPL menjadi 3,61%. Kinerja intermediasi bank

umum yang berkantor di Jawa Barat terpantau baik dengan Loan to Deposit Ratio yang meningkat dari

sebesar 90,89% pada triwulan I 2017 menjadi sebesar 91,18% pada triwulan II 2017 (Grafik 4.14).

Meskipun penyaluran kredit melambat, namun perlambatan yang lebih dalam pada penghimpunan DPK

mendorong peningkatan rasio LDR pada triwulan laporan. Di sisi lain, terlihat adanya peningkatan risiko

Page 129: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

102

kredit meskipun masih dalam batas aman yang tercermin dari peningkatan rasio NPL menjadi 3,61% pada

triwulan II 2017, setelah pada triwulan I 2017 berada pada level 3,26%.

Grafik 4.14 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Peningkatan rasio NPL terjadi pada seluruh jenis penggunaan serta hampir seluruh jenis lapangan

usaha utama kecuali konstruksi serta angkutan dan komunikasi. Penurunan kualitas kredit (meningkatnya

NPL) terjadi pada seluruh jenis penggunaan, namun peningkatan risiko kredit yang perlu diwaspadai

terutama pada jenis kredit investasi dengan rasio NPL lebih dari 5% (Grafik 4.15). Sementara itu pada sisi

lapangan usaha, terlihat adanya peningkatan risiko kredit pada hampir seluruh lapangan usaha (Grafik 4.16).

Sementara itu, kualitas kredit pada lapangan usaha konstruksi meskipun masih di atas batas 5% namun

relatif telah membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 4.16). Khusus pada lapangan usaha utama,

di tengah meningkatnya pertumbuhan kredit untuk industri pengolahan, terlihat adanya peningkatan risiko

kredit dengan rasio NPL yang meningkat menjadi sebesar 5,51% dari sebelumnya sebesar 4,15%.

Meningkatnya risiko kredit pada lapangan usaha ini terpantau terjadi sejak triwulan II 2016, meskipun

sempat membaik hingga triwulan I 2017 (Grafik 4.17). Sementara itu pada lapangan usaha perdagangan,

terlihat adanya perbaikan kualitas kredit dengan rasio NPL yang menurun dibandingkan tahun 2016 (Grafik

4.18).

Grafik 4.15 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan

Jenis Penggunaan

Grafik 4.16 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Berdasarkan

Lapangan Usaha Utama

Page 130: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

103

Grafik 4.17 NPL Kredit Industri Pengolahan Grafik 4.18 NPL Kredit Perdagangan Besar & Eceran

4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat

Secara spasial penyaluran kredit bank umum masih terkonsentrasi di 5 (lima) kabupaten/kota di Jawa Barat

yang mencapai pangsa 60,20% dari total kredit yang disalurkan di Jawa Barat, yaitu meliputi Kabupaten

Bekasi (18,57%), Kota Bandung (16,55%), Kabupaten Bandung (9,52%), Kabupaten Bogor (9,13%), dan

Kabupaten Karawang (6,44%). Penyaluran kredit di Jawa Barat masih terkonsentrasi di kota/kabupaten lokasi

kantor atau pabrik industri pengolahan dan perdagangan. Dari sisi risiko kredit, kelima daerah tersebut

kecuali Kabupaten Bandung memiliki rasio NPL yang terjaga di bawah 5%, sementara NPL Kabupaten

Bandung pada triwulan II 2017 mencapai 7,36%. Selain Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut memiliki

rasio NPL di atas ambang yaitu mencapai 7,94% dengan kualitas kredit terendah pada triwulan II 2017 di

lapangan usaha real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan.

Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Tw II 2017 Grafik 4.20 Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten Tw II 2017

4.1.4. Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

4.1.4.1. Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Barat

Penyaluran kredit UMKM di Jawa Barat mengalami perlambatan pada triwulan II 2017 dibandingkan

triwulan I 2017. Total Kredit UMKM yang disalurkan di Jawa Barat mencapai Rp116,92 triliun dengan

pertumbuhan sebesar 8,40% (yoy), melambat dari sebelumnya sebesar 23,31% dengan nominal sebesar Rp

Page 131: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

104

123,93 triliun (Grafik 4.21). Meskipun demikian, pertumbuhan kredit UMKM yang lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan kredit secara umum, mendorong share kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan ke

Dari sisi kualitas kredit, terpantau mengalami

perbaikan dengan rasio NPL yang menurun. Pada triwulan II 2017 rasio NPL UMKM Jawa Barat adalah

sebesar 4,48% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,9%. Meskipun demikian, jika dilihat

trennya yang cenderung berada pada kisaran 5%, kondisi ini tetap perlu diwaspadai (Grafik 4.22).

Grafik 4.21 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 4.22 NPL Kredit UMKM

Penyaluran kredit UMKM mayoritas ditujukan untuk tiga sektor utama yakni Sektor Perdagangan

(51,52%), lndustri Pengolahan (16,74%), dan konstruksi (7,59%) (Grafik 4.23). Bank Indonesia terus

mendorong penyaluran kredit UMKM dengan menetapkan target proporsi kredit UMKM pada perbankan

berdasarkan milestone tertentu. Pada tahun 2015, target yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 5%, tahun

2016 sebesar 10%, tahun 2017 sebesar 15% dan minimal 20% di tahun 2018 (Peraturan Bank lndonesia

No.14/12/PBl/2012). Selain itu, Bank Indonesia berupaya mendorong peningkatan kinerja kredit UMKM

melalui penerbitan kebijakan insentif memperlonggar batas LFR (Loan to Funding Ratio) menjadi 94% per 1

Agustus 2015 bagi bank yang sudah memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas kredit

yang baik sesuai Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBl/2015.

Grafik 4.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha

Page 132: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

105

4.1.4.2. Penyaluran Kredit UMKM Menurut Kabupaten/Kota

Secara spasial 54,42% penyaluran kredit UMKM di Jawa Barat terkonsentrasi di 6 daerah, meliputi Kota

Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi dan Kabupaten Karawang

(Grafik 4.25). Dari sisi kualitas kredit, mayoritas daerah utama penyaluran kredit UMKM tersebut memiliki

rasio rasio NPL kredit UMKM di bawah 5%. Sementara itu, beberapa daerah lain yang masih memiliki NPL di

atas ambang batas 5% adalah Kabupaten Bandung (7,36%), dan Kabupaten Garut (7,94%) (Grafik 4.26).

Grafik 4.24 Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw II 2017

Grafik 4.25 NPL Kredit UMKM Kota/Kabupaten Tw II 2017

4.1.4.3. Program Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI)

Provinsi Jawa Barat

Salah satu pilar kerangka kebijakan pengembangan UMKM Bank Indonesia adalah untuk meningkatkan

sustainabilitas pembiayaan UMKM. Perwujudan terhadap pilar tersebut kemudian dilaksanakan oleh Bank

Indonesia melalui 3 aspek utama yaitu infrastruktur, kapasitas dan kebijakan dengan roadmap

pengembangan sebagai berikut:

Gambar 2. Roadmap Pengembangan Sustainabilitas Pembiayaan UMKM

Melalui aspek infrastruktur, Bank Indonesia tengah mempersiapkan Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan

(APIK) yang akan segera diluncurkan secara nasional pada bulan November 2017. Aplikasi APIK ini

merupakan aplikasi akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan sederhana dan membuat

19,20

13,09

9,627,917,25

6,294,683,733,513,503,483,423,323,263,253,162,482,382,222,132,111,831,681,591,190,61

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

Ko

ta B

and

un

g

Kab

. B

eka

si

Kab

. Bo

gor

Kab

. B

and

un

g

Ko

ta B

eka

si

Kab

. K

ara

wan

g

Ko

ta D

ep

ok

Ko

ta B

ogo

r

Ka

b.

Ga

rut

Kab

. C

ire

bo

n

Kab

. Su

kab

um

i

Kab

. Su

ban

g

Kab

. C

iam

is

Ko

ta T

asik

mal

aya

Kab

. In

dra

may

u

Kab

. C

ian

jur

Kab

. T

asik

mal

aya

Kab

. Su

me

dan

g

Kab

. P

urw

akar

ta

Kab

. M

aja

len

gka

Kab

. K

un

inga

n

Ko

ta C

ire

bo

n

Ko

ta C

imah

i

Kab

. B

and

un

g B

arat

Ko

ta S

uka

bu

mi

Ko

ta B

anja

r

Rp Triliun

1,441,781,812,082,162,172,272,272,352,362,412,582,59 2,7 2,842,943,053,163,433,43 3,74,08

4,544,69

7,367,94

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kab

. Ban

du

ng

Bar

at

Kab

. In

dra

may

u

Kab

. Kar

awan

g

Ko

ta C

imah

i

Kab

. Su

med

ang

Kab

. Ku

nin

gan

Kab

. Tas

ikm

alay

a

Ko

ta C

ireb

on

Kab

. Pu

rwak

arta

Ko

ta B

ekas

i

Ko

ta B

anja

r

Kab

. Cia

nju

r

Kab

. Cir

ebo

n

Kab

. Maj

alen

gka

Kab

. Su

ban

g

Ko

ta D

epo

k

Kab

. Bek

asi

Kab

. Cia

mis

Ko

ta S

uka

bu

mi

Ko

ta T

asik

mal

aya

Kab

. Bo

gor

Ko

ta B

and

un

g

Kab

. Su

kab

um

i

Ko

ta B

ogo

r

Kab

. Ban

du

ng

Kab

. Gar

ut

%

Page 133: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

106

laporan keuangan bagi usaha perorangan (usaha mikro) maupun usaha kecil pada sektor jasa, perdagangan,

pertanian maupun manufaktur. Aplikasi APIK ini didesain sedemikian rupa dengan menggunakan

smartphone berbasis android yang dapat diunduh secara mudah melalui Google Playstore. Dalam rangka

mensosialisasikan penggunaan APIK ini, KPwBI Jawa Barat merencanakan untuk memberikan pelatihan

terkait aplikasi dimaksud pada akhir tahun 2017 kepada seluruh Wirausaha Binaan KPwBI Jawa Barat sebagai

tindak lanjut dari tahapan inkubasi dalam rangka pencetakan Wirausaha binaan Bank Indonesia yang

memiliki daya saing tinggi.

Selain melalui infrastruktur APIK, proses sustainabilitas pembiayaan UMKM pun didukung oleh survei

perolehan data laporan keuangan UMKM. Dalam aspek kapasitas, Bank Indonesia mengharapkan dukungan

perbankan agar rasio kredit UMKM mencapat target yang telah ditentukan. Oleh karenanya dalam

peningkatan sustainabilitas pembiayaan keuangan ini target dari Bank Indonesia mencakup 2 (dua) pihak

penting yang saling berkaitan yaitu pihak perbankan dan pihak UMKM sendiri. Sebagaimana gambar berikut

dijelaskan bagaimana keterkaitan dapat berjalan.

Gambar 3. Peningkatan Sustainabilitas Pembiayaan UMKM dengan target Perbankan dan UMKM

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya manajemen keuangan UMKM melalui SI

APIK, maka dapat mempermudah akses UMKM terhadap perbankan begitu pula sebaliknya. Bilamana

pegawai (account officer) bank memiliki keterampilan analisa yang baik yang didukung oleh peratutan bagi

perbankan dalam peningkatan porsi kredit kepada UMKM maka proses pembiayaan UMKM dapat berjalan

sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Upaya nyata yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap kedua target dimaksud, khususnya perbankan

adalah dengan dibuatnya regulasi terkait dengan peningkatan porsi kredit UMKM, yaitu melalui Surat Edaran

Bank Indonesia No.17/37/INTERN tanggal 31 Juli 2015 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia

No.15/72/INTERN tanggal 29 Agustus 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Kredit atau

Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan

Peningkatan kapasitasmanajemen keuangan dengan

SI APIK: pendekatan

teknologi:• Simple• Multi sector• Multiple user • Gratis• Mengacu standar IAI• Laporan lengkap, berbagai

format• Konseksi internet hanya

pada di awal

a. PeraturanBank secara bertahapmeningkatkan porsi kreditkepada UMKM hingga mencapaiminimal 20% pada tahun 2018

a. Pelatihan kepada AO bankUntuk bank yang belummemenuhi target rasio kreditUMKM Topik: Profil bisnis UMKM

a. Pengenalan skema baru(value chain financing, UMKM di pedesaan, UMKM unbanked di sektor perikanan)

Page 134: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

107

Menengah, Bank Indonesia akan melakukan monitoring dan evaluasi dalam pencapaian rasio Kredit atau

Pembiayaan UMKM dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Paling rendah 5% (lima persen) mulai posisi 31 Desember 2015 sampai dengan 30 Desember 2016.

2. Paling rendah 10% (sepuluh persen) mulai posisi 31 Desember 2016 sampai dengan 30 Desember

2017.

3. Paling rendah 15% (lima belas persen) mulai posisi 31 Desembr 2017 sampai dengan 30 Desember

2018.

4. Paling rendah 20% (dua puluh persen) mulai posisi 31 Desember 2018 dan seterusnya.

Perhitungan pencapaian target rasio kredit atau pembiayaan kepada UMKM di atas dapat dipenuhi oleh

bank umum baik dalam pemberian kredit atau pembiayaan secara langsung dan/atau secara tidak langsung

kepada UMKM melalui kerjasama pola executing, pola channeling, atau pembiayaan bersama. Sehubungan

dengan hal itu, Bank Indonesia mewajibkan Bank Umum menyampaikan laporan realisasi Kredit atau

Pembiayaan UMKM Bank Umum melalui kerjasama pola executing secara offline.

Sedangkan untuk target UMKM, upaya nyata yang dilakukan oleh Bank Indonesia selain dengan pembuatan

SI APIK, juga melakukan bantuan teknis berupa kegiatan penelitian, pelatihan, penyediaan informasi, dan

fasilitasi kepada Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Lembaga Penyedia Jasa (LPJ), dan UMKM. Tujuan

pemberian bantuan teknis ini antara lain untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia perbankan

dalam melakukan pembiayaan kepada UMKM dan dalam rangka meningkatkan capacity building UMKM

agar mampu memenuhi persyaratan kredit atau pembiayaan dari perbankan.

Salah satu contoh yang dilakukan oleh KPwBI Jawa Barat dalam memberikan bantek kepada UMKM adalah

dengan mengadakan Pelatihan Perencanaan Keuangan kepada UMKM, kelompok tani/ternak yang

tergabung dalam klaster binaan KPwBI Jawa Barat, Wirausaha Binaan Bank Indonesia (WUBI) Jabar dengan

tujuan:

a. Untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman kepada kelompok dan anggota

(individu) mengenai pentingnya perencanaan keuangan, serta

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perencanaan keuangan meliputi:

1. Menghitung Harga Pokok Produk (HPP);

2. Menetapkan harga jual, menghitung margin dan Break Event Point;

3. Menyusun Rencana Arus Kas dalam satu periode tertentu.

Bantuan ini diberikan tidak lain adalah agar UMKM binaan KPwBI Jawa Barat dapat memiliki akses keuangan

terhadap perbankan (bankable). Upaya-upaya di atas dilakukan mengingat tantangan yang dihadapi oleh

UMKM di Indonesia cukup banyak diantaranya terbatasnya akses pembiayaan yang disebabkan karena

keterbatasan kemampuan dalam penyusunan keuangan, dan terbatasnya akses pasar dikarenakan pasar

UMKM saat ini hanya mencakup pasar domestik. Tantangan ini pun tidak hanya dialami oleh UMKM di

Indonesia, namun dirasakan pula oleh UMKM di negara Asia lainnya.

Page 135: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

108

Sumber: Shigehiro Shinozaki, Presentation material presented on the ADB Workshop on Supporting the Credit Guarantee System, 29

June 2015, Ulaanbaatar. (http://www.lgf.mn/)

Gambar 4. Perkembangan UMKM di Negara-negara Berkembang

Sumber: Kushnir, Mirmulstein, Ramalho, 2010

Gambar 4. Permasalahan umum yang dialami oleh Perusahaan Skala Kecil hingga Besar

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa UMKM di Indonesia memiliki kontribusi terhadap GDP dengan

penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain, sedangkan potensi ekspor

yang dimiliki UMKM Indonesia masih rendah. Sedangkan Gambar 5 menunjukkan permasalahan secara

umum yang dihadapi oleh perusahaan kecil, menengah, dan besar. Dari gambar 4 dapat disimpulkan bahwa

akses keuangan merupakan permasalahan yang terbesar yang dialami oleh perusahaan kecil/UMKM.

Untuk menghadapi tantangan tersebut upaya Bank Indonesia bersama pemerintah berupaya untuk

mendorong pemberian kredit UMKM oleh perbankan hingga sampai dengan Triwulan II 2017 penyaluran

kredit UMKM terjadi peningkatan sebesar 13,7% atau meningkat dari Triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 12,95%.

Page 136: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

109

Tingginya penyaluran kredit tersebut juga diimbangi dengan perbaikan kinerja perbankan yang

menyebabkan terjadi penurunan NPL di Triwulan II 2017 yang cukup dalam atau sebesar 8,40%

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 23,31%. Penurunan NPL tersebut juga

secara tidak langsung diindikasikan oleh adanya perbaikan pada kegiatan dunia usaha yang pada Triwulan II

2017 tercatat membaik sebesar 18,31% dari Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,69%.

4.2. Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1 Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Perkembangan kinerja korporasi pada triwulan II 2017 mengalami tekanan dari perlambatan ekspor

luar negeri dan konsumsi namun dapat ditopang oleh peningkatan ekspor antar daerah . Ekspor Jawa

Barat tumbuh melambat pada triwulan II 2017 pada 0,59% (yoy) setelah pada triwulan I 2017 dapat tumbuh

sebesar 16,56% (yoy) (Grafik 4.26). Menurunnya PMI negara mitra dagang utama seperti US, Tiongkok dan

Jepang mempengaruhi permintaan terhadap produk ekspor dari berbagai negara termasuk Indonesia,

meningkatnya tren permintaan Eropa menjadi penahan terhadap laju perlambatan tersebut dan

mempengaruhi kinerja dan repayment capacity korporasi triwulan laporan (Grafik 4.27).

Grafik 4.26 Perkembangan Ekspor Jawa Barat

Grafik 4.27 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Permintaan domestik juga merupakan sumber tekanan pada kinerja korporasi manufaktur di Jawa Barat

khususnya subsektor industri pengolahan yang sebagian juga bertumpu pada konsumsi domestik. Di triwulan

II 2017 ini, konsumsi rumah tangga tercatat melambat. Meskipun terdapat momen hari raya keagamaan dan

periode libur panjang yang lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya namun masyarakat diperkirakan

menahan konsumsinya untuk mempersiapkan kebutuhan sekolah menjelang tahun ajaran baru.

Meningkatnya pertumbuhan ekspor antar daerah menjadi faktor yang menjaga kinerja korporasi Jawa Barat

pada triwulan laporan.

Page 137: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

110

4.2.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Secara umum survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mengindikasikan adanya

peningkatan kinerja korporasi di triwulan II 2017 yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat yang meningkat terbatas pada triwulan II 2017 sebesar 5,29% (yoy) . Peningkatan kinerja korporasi

tersebut tercermin dari peningkatan saldo bersih tertimbang realisasi saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan

usaha menjadi 18,31, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,69 (Grafik 4.28). Walaupun

masih dibayangi dengan risiko perekonomian global serta kondisi permintaan domestik yang belum

sepenuhnya pulih, namun konsumsi masyarakat yang masih cukup solid dan meningkatnya ekspor antar

daerah memberikan dampak positif pada kinerja korporasi di Jawa Barat, khususnya korporasi industri

pengolahan yang memiliki share terbesar di Jawa Barat.

Grafik 4.28 Perkembangan Kegiatan Usaha - SKDU

Grafik 4.29 Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan

SKDU

Sementara itu, dari hasil liaison oleh Bank Indonesia kepada perusahaan-perusahaan di Jawa Barat secara

umum menyampaikan bahwa laju pertumbuhan penjualan domestik pada triwulan II 2017 stabil dibanding

triwulan sebelumnya dengan likert scale dari 0,70 pada triwulan I 2017 menjadi 0,71 pada triwulan II 2017

(Grafik 4.31). Kondisi penjualan domestik ini ditunjukkan oleh contact pada mayoritas sektor seperti industri

pengolahan, perdagangan, pertanian, pengangkutan dan komunikasi, dan perhotelan.

Grafik 4.31 Likert scale Permintaan Domestik

Page 138: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

111

4.2.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi

Sejalan dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit korporasi di Jawa Barat juga

mengalami perlambatan pada triwulan II 2017. Kredit korporasi pada triwulan laporan menunjukkan

nominal sebesar Rp210,09 triliun dengan pertumbuhan sebesar 1,71% (yoy) melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 3,47% (yoy) (Grafik 4.31). Perlambatan terjadi pada jenis kredit investasi

dengan nominal sebesar Rp71,61 triliun dan pertumbuhan yang menurun sebesar -0,20% (yoy). Di sisi lain,

meningkatnya kredit modal kerja dengan total Rp137,46 triliun dan pertumbuhan 2,43% (yoy) seiring

dengan persiapan menghadapi momen Ramadhan dan Idul Fitri membantu menahan perlambatan kerdit

korporasi yang lebih dalam. Perlambatan kredit tersebut terjadi para seluruh jenis lapangan usaha utama di

Jawa Barat kecuali industri pengolahan yang menunjukkan perbaikan meskipun masih mengalami

pertumbuhan yang negatif (Grafik 4.32).

Grafik 4.31 Perkembangan Kredit Korporasi

Grafik 4.32 Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

Melambatnya pertumbuhan kredit korporasi diiringi dengan peningkatan NPL dari 4,59% menjadi 5,44%.

Baik NPL KI maupun KMK mengalami peningkatan dimana NPL KMK yang dapat berada di bawah level aman

kembali meningkat lebih dari 5% pada triwulan II 2017. Secara sektoral, peningkatan kredit korporasi terjadi

pada mayoritas kredit sektor utama (kecuali lapangan usaha konstruksi), dengan kenaikan terbesar pada

korporasi yang bergerak di bidang jasa dunia usaha.

Grafik 4.33 NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Grafik 4.34 NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama

Page 139: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

112

4.3. Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.3.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Pada triwulan II 2017, kinerja perekonomian Jawa Barat meningkat terbatas dibanding triwulan sebelumnya.

Dari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga masih menjadi motor pendorong utama

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan andil terbesar. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada

triwulan II 2017 tercatat sebesar 4,51% (yoy), melambat dibandingkan laju pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 4,85%. Optimisme terhadap kondisi penghasilan cenderung menurun (termasuk karena

adanya pergeseran gaji ke-13 menjadi Juli 2017) yang tercermin dari hasil survei konsumen (Grafik 4.35 dan

Grafik 4.36), serta pelemahan nilai tukar pada triwulan II 2017 menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi

kondisi daya beli masyarakat. Di sisi lain, terkendalinya inflasi dan stimulus moneter berupa pelonggaran suku

bunga kebijakan sejak awal tahun menjadi faktor yang berada pada sisi sebaliknya dan menjaga optimisme

rumah tangga untuk melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini menjadi faktor yang memperkecil kerentanan

sektor rumah tangga dalam sektor keuangan di Jawa Barat. Dalam suatu sistem keuangan, rumah tangga

berperan baik sebagai pihak penyedia dana (lender) maupun penerima pendanaan dari institusi keuangan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat

pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi pembiayaan/kredit oleh rumah tangga.

Grafik 4.35. Persepsi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap

Perkembangan Ekonomi Saat Ini

Grafik 4.36. Ekspektasi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap

Kondisi Ekonomi 6 Bulan Mendatang

4.3.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Secara umum, alokasi penggunaan pendapatan rumah tangga (disposable income) terbesar masih

ditujukan untuk keperluan konsumsi. Pada triwulan II 2017, pengeluaran untuk konsumsi mencapai

64,63% terhadap total pengeluaran, meningkat terbatas dibanding triwulan sebelumnya dengan pangsa

sebesar 63,60%. Di sisi lain, pangsa cicilan pinjaman sedikit menurun dari 13,5% menjadi 12,4% (Grafik

4.38). Sejalan dengan momentum Hari Raya Idul Fitri dan libur sekolah mendorong masyarakat

meningkatkan pengeluaran konsumsi musimannya meskipun masih relatif stabil dengan adanya persiapan

dana menjelang tahun ajaran baru dan ekspektasi perubahan harga 3 bulan mendatang yang meningkat

(Grafik 4.39). Peningkatan konsumsi tersebut diperkirakan juga berasal dari dari pinjaman dengan

Page 140: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

113

meningkatnya kredit rumah tangga. Diferensiasi pangsa tercermin pada cicilan pinjaman, di mana terlihat

bahwa semakin besar pengeluaran bulanan rumah tangga maka semakin besar pula cicilan pinjamannya.

Porsi pembayaran cicilan pinjaman terbesar adalah pada rumah tangga yang memiliki pengeluaran lebih dari

Rp5 juta.

Grafik 4.37. Struktur Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga

Grafik 4.38. Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang

Sementara itu jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat penurunan risiko dari sisi kredit karena secara

agregat terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari 30%

pendapatannya (DSR>30%). Pada triwulan II 2017, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% turun sebesar

2,61% dibanding triwulan sebelumnya atau sebesar -11,84%(qtq). Penurunan ini terutama disebabkan oleh

menurunnya rasio DSR pada kelompok rumah tangga pada hampir seluruh golongan pengeluaran. Institusi

keuangan menilai bahwa rumah tangga dengan DSR>30% memiliki risiko yang tinggi dan berpotensi

menjadi penyebab NPL (non performing loan).

Tabel 4.1. Dana Rumah Tangga Untuk Membayar

Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat

Pengeluaran/Bulan

Tabel 4.2. Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan

Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/Bulan

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30%

Rp 1 - 2 jt 3,33% 2,03% 2,61% 3,48% 12,46%

Rp 2,1 - 3 jt 3,33% 3,33% 4,06% 5,07% 9,86%

Rp 3,1 - 4 jt 1,59% 3,19% 4,06% 4,35% 6,09%

Rp 4,1 - 5 jt 1,59% 1,88% 2,90% 2,75% 3,91%

> Rp 5 jt 2,61% 2,46% 3,33% 6,38% 3,33%

Total 12,46% 12,90% 16,96% 22,03% 35,65%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Triwulan I 2017

Debt Service Ratio (DSR)

TMP

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30%

Rp 1 - 2 jt 2,32% 2,90% 2,03% 3,48% 9,57%

Rp 2,1 - 3 jt 4,49% 3,91% 5,36% 3,62% 9,71%

Rp 3,1 - 4 jt 2,32% 3,04% 3,62% 3,77% 5,36%

Rp 4,1 - 5 jt 1,74% 2,75% 1,74% 3,33% 4,20%

> Rp 5 jt 2,90% 3,33% 3,91% 5,22% 5,36%

Total 13,77% 15,94% 16,67% 19,42% 34,20%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Triwulan II 2017

Debt Service Ratio (DSR)

TMB

Page 141: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

114

Keterangan: TMP : Tidak memiliki pinjaman; *Perubahan triwulan I 2017 dibanding triwulan IV 2016

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat, diolah

4.3.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga

Di tengah perlambatan kredit secara keseluruhan, kredit rumah tangga masih tumbuh sedikit

meningkat, diperkirakan didorong oleh peningkatan kebutuhan pembiayaan menjelang Idul Fitri dan

tahun ajaran baru. Kredit rumah tangga yang disalurkan untuk Jawa Barat pada triwulan II 2017 sebesar

Rp196,97 triliun, tumbuh sebesar 12,08% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 11,06%

(yoy). Peningkatan kredit rumah tangga tersebut terjadi pada seluruh jenis namun terlihat adanya akselerasi

pertumbuhan kredit KKB dan multiguna (seiring momen menjelang Idul Fitri dan memasuki tahun ajaran

baru) (Grafik 4.40). Total Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), pada triwulan II 2017 sebesar Rp27,22 triliun,

tumbuh sebesar 8,87% (meningkat dari triwulan I 2017 sebesar 3,74%). Total Kredit Pemilikan Rumah pada

triwulan II 2017 sebesar Rp100,28 triliun, tumbuh melambat sebesar 13,11% (yoy) dari triwulan sebelumnya

sebesar 14,91% (yoy). Dari sisi risiko kredit, terlihat adanya peningkatan NPL pada seluruh jenis kredit,

meskipun masih di bawah batas aman 5% (Grafik 4.41). Secara umum, kinerja kredit rumah tangga masih

menunjukkan keyakinan konsumen dan repayment capacity yang terjaga.

Grafik 4.39 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.40 NPL Kredit Rumah Tangga

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30% TMP

Rp 1 - 2 jt -1,01% 0,87% -0,58% 0,00% -2,90%

Rp 2,1 - 3 jt 1,16% 0,58% 1,30% -1,45% -0,14%

Rp 3,1 - 4 jt 0,72% -0,14% -0,43% -0,58% -0,72%

Rp 4,1 - 5 jt 0,14% 0,87% -1,16% 0,58% 0,29%

> Rp 5 jt 0,29% 0,87% 0,58% -1,16% 2,03%

Total 1,30% 3,04% -0,29% -2,61% -1,45%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Perubahan DSR*

>0-1

0%

>10%

-20%

>20%

-30%

>30% TMP

Rp 1 - 2 jt -30,43% 42,86% -22,22% 0,00% -23,26%

Rp 2,1 - 3 jt 34,78% 17,39% 32,14% -28,57% -1,47%

Rp 3,1 - 4 jt 45,45% -4,55% -10,71% -13,33% -11,90%

Rp 4,1 - 5 jt 9,09% 46,15% -40,00% 21,05% 7,41%

> Rp 5 jt 11,11% 35,29% 17,39% -18,18% 60,87%

Total 10,47% 23,60% -1,71% -11,84% -4,07%

Pen

gelu

aran

/

bu

lan

Perubahan DSR* (qtq)

Page 142: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

115

Grafik 4.41 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

Grafik 4.42 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah

Page 143: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

116

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, tahun 2016 KPwBI Provinsi Jabar

melakukan penelitian Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Provinsi Jawa Barat yang

diseminasi hasil penelitian ini dilakukan di awal tahun 2017. Penelitian ini dilakukan guna mengidentifikasi

berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi ekonomi suatu daerah. Selain

itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengenal dan memahami profil daerah, profil UMKM dalam meneliti faktor pendorong dan

penghambat dalam pengembangan UMKM, Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah yang terkait dengan pengembangan UMKM; serta Peranan Perbankan dalam

pengembangan UMKM.

b. Memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan yang perlu mendapat

prioritas untuk dikembangkan di suatu wilayah.

c. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan KPJU unggulan

UMKM yang dikaitkan denganKebijakan Pemerintah Daerah; dan Kebijakan perbankan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

yang dimodifikasi atau modified AHP, Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan identifikasi KPJU

tingkat kecamatan, KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota dan Tingkat Provinsi.

Penetapan KPJU unggulan daerah di kabupaten/kota se Provinsi Jawa Barat dilakukan dengan menghimpun

informasi dari seluruh kecamatan yang ada, jumlah UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kabupaten/kota

serta kebijakan Pemerintah Daerah. Jumlah wilayah kecamatan yang tercakup dalam penelitian ini adalah

sebanyak 626 kecamatan yang tersebar di setiap wilayah kabupaten/kota, seperti terinci pada tabel berikut.

Tabel 1. Daerah Penelitian

No. Kabupaten/Kota Ibukota Kecamatan

1 Kabupaten Bandung Soreang 31

2 Kabupaten Bandung Barat Ngamprah 16

3 Kabupaten Bekasi Cikarang 23

4 Kabupaten Bogor Cibinong 40

5 Kabupaten Ciamis Ciamis 26

6 Kabupaten Cianjur Cianjur 32

7 Kabupaten Cirebon Sumber 40

8 Kabupaten Garut Garut 42

9 Kabupaten Indramayu Indramayu 31

10 Kabupaten Karawang Karawang 30

11 Kabupaten Kuningan Kuningan 32

12 Kabupaten Majalengka Majalengka 26

13 Kabupaten Pangandaran Parigi 10

14 Kabupaten Purwakarta Purwakarta 17

15 Kabupaten Subang Subang 30

16 Kabupaten Sukabumi Palabuhanratu 47

17 Kabupaten Sumedang Sumedang 26

18 Kabupaten Tasikmalaya Singaparna 39

BOKS 2

Pemetaan Usaha Unggulan Jawa Barat

Page 144: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

117

No. Kabupaten/Kota Ibukota Kecamatan

19 Kota Bandung Bandung 30

20 Kota Banjar Banjar 4

21 Kota Bekasi Bekasi 12

22 Kota Bogor Bogor 6

23 Kota Cimahi Cimahi 3

24 Kota Cirebon Cirebon 5

25 Kota Depok Depok 11

26 Kota Sukabumi Sukabumi 7

27 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya 10

Jawa Barat Bandung 626

Pengumpulan data dilakukan melalui dan atau kepada

pejabat instansi/dinas terkait dan pemimpin/pejabat bank pelaksana di daerah dengan kriteria tertentu

berdasarkan tingkatan daerah yang ditetapkan berdasarkan tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM, yaitu:

(a) Pertumbuhan ekonomi daerah, (b) Penciptaan lapangan kerja, dan (c) Peningkatan daya saing

daerah/produk.

Penetapan KPJU unggulan dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan penetapan KPJU unggulan pada

tingkat kecamatan, kemudian tingkat kabupaten/kota dan terakhir pada tingkat provinsi. Untuk memperoleh

keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU unggulan, maka bobot setiap Tujuan,bobot

setiap Faktor, dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua kabupaten/kota adalah sama.

Sehubungan dengan itu maka proses penentuan bobot kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan

pada tingkat provinsi.

Berdasarkan metodologi penelitian digunakan, penetapan KPJU unggulan lintas sektor ditentukan oleh

besaran bobot tingkat kepentingan suatu sektor ekonomi atau lapangan usaha dalam rangka mencapai

tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM. Mengingat setiap kabupaten/kota mempunyai karakteristik

wilayah dan potensi ekonomi yang berbeda, maka penetapan bobot kepentingan sektor/subsektor ekonomi

tersebut dilakukan di tingkat kabupaten/kota dengan nara sumber pejabat Dinas/Instansi yang

berkepentingan dalam pengembangan UMKM di tingkat kabupaten/kota.

Tabel 2. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan

KPJU Unggulan di Provinsi Jawa Barat

No. Aspek Bobot

1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan

1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3695

1.2. Pertumbuhan Ekonomi 0,3392

1.3. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,2913

2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan

2.1. Jangkauan Pasar 0,3413

2.2. Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha 0,3050

2.3. Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan 0,1950

2.4. Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal atau Populasi

KPJu yang Ada. 0,1587

3 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan

3.1. Output Produksi/Usaha 0,3951

3.2. Proses Produksi/Usaha 0,3500

Page 145: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

118

No. Aspek Bobot

3.3. Input Produksi/Usaha 0,2549

4. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten

4.1. Ketersediaan Pasar 0,1822

4.2. Teknologi 0,1310

4.3. Manajemen Usaha 0,1036

4.4. Sumbangan Terhadap Perekonomian Daerah 0,0837

4.5. Keterampilan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan 0,0748

4.6. Sarana Produksi dan Usaha 0,0701

4.7. Penyerapan Tenaga Kerja 0,0671

4.8. Dampak Lingkungan 0,0633

4.9. Harga / Nilai Tambah 0,0621

4.10. Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal 0,0607

4.11. Sosial Budaya (termasuk Ciri Khas/Karakteristik Daerah) 0,0522

4.12. Bahan Baku 0,0492

KPJU UNGGULAN TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT

Tabel 3. KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Jawa Barat

Rank Sektor-Subsektor Usaha /

KPJU

Skor

Terbobot

Rank

Sektor-Subsektor Skor

Terbobot Usaha / KPJU

Padi Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 13,5994 1 Cabe Besar 5,0838

2 Jagung 3,6718 2 Kangkung 1,9438

3 Kacang Kedelai 2,6218 3 Tomat 1,8199

4 Ubi Jalar 2,0590 4 Petsai/Sawi 1,6940

5 Ubi Kayu 1,9024 5 Bawang Merah 1,6174

Buah-Buahan Hortikultura/Tanaman Hias

1 Pisang 4,9435 1 Jahe 1,8088

2 Mangga 3,3374 2 Bunga Potong 0,8151

3 Pepaya 2,0523 3 Tanaman Hias 0,5028

4 Manggis 1,6687 4 Kunyit 0,3079

5 Jambu Biji 1,5498 5 Kencur 0,2664

Perkebunan Peternakan

1 Kopi 4,0739 1 Sapi Potong 5,5034

2 Kelapa 3,8328 2 Sapi Perah 4,2731

3 The 1,5868 3 Ayam Ras Pedaging 4,2069

4 Cengkeh 1,4037 4 Domba 2,2008

5 Tebu 1,2670 5 Ayam Ras Petelur 2,1829

Perikanan Pertambangan/Penggalian

1 Budidaya Ikan di Kolam 4,5425 1 Pasir 3,7358

2 Penangkapan Ikan di Laut 3,8788 2 Andesit 1,9003

3 Budidaya Ikan Hias 3,6174 3 Batu Kali 0,7607

4 Budidaya Ikan di Sawah 2,8669 4 Sirtu 0,6923

5 Budidaya di Tambak 2,7735 5 Batu Kapur 0,6780

Pemungutan Hasil Hutan Industri Pengolahan

1 Jamur Kayu 1,9820 1 Makanan Olahan 4,9859

2 Bambu 1,3489 2 Konveksi/Batik/Bordir 4,3776

3 Madu 1,2633 3 Pakaian Jadi/Fashion 3,4991

4 Sarung Burung Walet 0,5216 4 Aneka Keripik 1,2839

5 Persuteraan Alam 0,5038 5 Tahu/Tempe 1,0351

Perdagangan Kebudayaan/Pariwisata

1 Sembako 3,8120 1 Wisata Alam 6,0329

Page 146: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

119

Rank Sektor-Subsektor Usaha /

KPJU

Skor

Terbobot

Rank Sektor-Subsektor Skor

Terbobot 2 Restoran/Rumah Makan 3,6351 2 Wisata Kuliner 5,0372

3 Hasil Pertanian 2,3314 3 Wisata Tirta/Air 3,4466

4 Makanan/Minuman 1,6916 4 Wisata Budaya 3,2294

5 Toko Kelontong 1,5982 5 Wisata Bahari/Pantai 2,0079

Transportasi/Angkutan Jasa-Jasa

1 Angkutan Penumpang 7,4730 1 Reparasi Mobil 4,2876

2 Angkutan Kota 6,9221 2 Reparasi Motor 3,6665

3 Angkutan Barang 6,7789 3 Bengkel Las 1,4960

4 Ojek 4,0808 4 Jasa Penjahitan 1,4115

5 Angkutan Pedesaan 2,4002 5 Reparasi Elektronik 1,3493

Tabel 4. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Barat

Sektor Usaha (Skor Terbobot)

Perdagangan (0,1541), Pertanian (0,1500), Industri Pengolahan (0,1359), Jasa-Jasa (0,1289),

Kebudayaan/Pariwisata (0,1081), Transportasi/Angkutan (0,0992), Akomodasi (0,0882), Konstruksi

(0,0874), Pertambangan/Penggalian (0,0482)

Tabel 5. KPJU UNGGULAN Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Jawa Barat

KPJU Unggulan Lintas Sektoral (Skor Terbobot)

Padi Palawija : Padi Sawah (1,4280),

Perikanan : Budidaya Ikan di Kolam (0,6814),

Industri Pengolahan : Makanan Olahan (0,6777),

Peternakan : Sapi Potong (0,6604),

Pariwisata : Wisata Alam (0,6296),

Industri Pengolahan : Konveksi/Batik/Bordir (0,5950),

Transportasi : Angkutan Penumpang (0,5842),

Perdagangan : Sembako (0,5820),

Perikanan : Penangkapan Ikan di Laut (0,5818),

Perdagangan : Restoran/Rumah Makan (0,5602).

Tabel 6. KPJU POTENSIAL Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Jawa Barat

KPJU Unggulan Lintas Sektoral (Skor Terbobot)

Jasa : Reparasi Mobil (0,5528),

Perkebunan : Kopi (0,5500),

Transportasi : Angkutan Kota (0,5480),

Pariwisata : Wisata Kuliner (0,5445),

Perikanan : Budidaya Ikan Hias (0,5426),

Transportasi : Angkutan Barang (0,5273),

Perkebunan : Kelapa (0,5174),

Peternakan : Sapi Perah (0,5128),

Peternakan : Ayam Ras Pedaging (0,5048),

Industri Pengolahan : Pakaian Jadi/Fashion (0,4756).

Page 147: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

120

Tabel 7. Sebaran Wilayah KPJu Unggulan Tingkat Provinsi Jawa Barat

Sektor/

Lapangan Usaha

KPJU Unggulan

Lintas Sektor Sebaran Wilayah (Unggulan Sektoral)

Padi Palawija Padi Sawah

Bandung, Bekasi, Bogor, Ciamis, Cianjur, Cirebon,

Indramayu, Karawang, Majalengka, Purwakarta,

Subang, Sukabumi, Sumedang, Tasikmalaya,

Pangandaran

Perikanan Budidaya Ikan di

Kolam

Bandung, Bandung Barat, Bogor, Ciamis, Cianjur,

Cirebon, Garut, Kuningan, Majalengka, Subang,

Sukabumi, Sumedang, Tasikmalaya, Kota Bekasi, Kota

Cirebon

Industri Pengolahan Makanan Olahan

Bekasi, Ciamis, Cianjur, Garut, Kuningan, Majalengka,

Subang, Sumedang, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota

Cimahi, Kota Depok, Kota Sukabumi, Kota Tasikmalaya

Peternakan Sapi Potong

Bandung Barat, Cianjur, Garut, Indramayu, Purwakarta,

Sukabumi, Sumedang, Tasikmalaya, Pangandaran, Kota

Bogor, Kota Sukabumi

Pariwisata Wisata Alam

Bandung, Bandung Barat, Bogor, Ciamis, Cianjur

Garut, Majalengka, Subang, Sukabumi, Sumedang,

Tasikmalaya, Pangandaran.

Industri Pengolahan Konveksi/Batik/Bordi

r

Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Cirebon, Karawang,

Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota

Cirebon, Kota Depok, Kota Tasikmalaya.

Transportasi Angkutan Angkutan

Penumpang

Bandung, Bandung Barat, Bogor, Indramayu,

Karawang, Subang, Sumedang, Tasikmalaya, Kota

Bandung, Kota Bekasi, Kota Cirebon, Kota Depok, Kota

Sukabumi, Kota Tasikmalaya.

Perdagangan Sembako

Bandung Barat, Bogor, Ciamis, Cianjur, Garut,

Karawang, Majalengka, Purwakarta, Pangandaran, Kota

Bandung, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya.

Perikanan Penangkapan Ikan

di Laut

Indramayu, Subang, Sukabumi, Pangandaran, Kota

Cirebon

Perdagangan Restoran/Rumah

Makan

Bandung Barat, Bogor, Subang, Kota Bekasi, Kota

Bogor, Kota Cimahi, Kota Depok, Kota Sukabumi.

Tabel 8. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Jawa Barat (Rataan Skor Prospek

dan Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

No Sektor/Lapangan

Usaha KPJu Unggulan

Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

1 Padi Palawija Padi Sawah 3,68 3,81 Baik Tinggi

2 Perikanan Budidaya Ikan di Kolam 3,81 3,51 Baik Tinggi

3 Industri Pengolahan Makanan Olahan 3,79 3,54 Baik Tinggi

4 Peternakan Sapi Potong 3,61 3,59 Baik Tinggi

5 Pariwisata Wisata Alam 3,57 3,21 Baik Tinggi

6 Industri Pengolahan Konveksi/Batik/Bordir 3,13 3,26 Baik Tinggi

7 Transportasi Angkutan Penumpang 3,67 3,35 Baik Tinggi

8 Perdagangan Sembako 3,50 3,60 Baik Tinggi

9 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 3,59 4,02 Baik Sangat Tinggi

10 Perdagangan Restoran/Rumah Makan 3,62 3,39 Baik Tinggi

Page 148: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN ASKES KEUANGAN DAN UMKM

121

Grafik 1. Peta Kwadran KPJU Unggulan UMKM Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan hasil penetapan KPJU unggulan lintas sektoral di tingkat kabupaten/kota, maka akan dilakukan

proses penjaringan pendapat narasumber stakeholder untuk mengklasifikasikan 10 KPJU unggulan lintas

sektoral berdasarkan Prospek dan Potensi kondisi saat ini, dengan posisi kuadran sebagai berikut :

(1) Kuadran 1 : KPJU Unggulan dengan Prospek Baik dan Potensi Tinggi;

(2) Kuadran 2 : KPJU Unggulan dengan Prospek Baik dan Potensi Sedang;

(3) Kuadran 3 : KPJU Unggulan dengan Prospek Cukup dan Potensi Tinggi;

(4) Kuadran 4 : KPJU Unggulan dengan Prospek Cukup dan Potensi Sedang.

Page 149: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

BAB V

Page 150: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

123

5.1. Sistem Pembayaran Non Tunai

5.1.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai Melalui SKNBI dan RTGS

Pada triwulan II 2017, transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

mengalami perlambatan, baik secara nominal maupun volume. Transaksi SKNBI di Jawa Barat yang secara

total mencapai Rp61,73 triliun tumbuh melambat sebesar -36,50%% (yoy), menurun dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,92% (yoy) (Grafik 5.1). Faktor utama yang menyebabkan

perlambatan tersebut adalah adanya pemberlakuan ketentuan baru atas caping transaksi kliring menjadi

Rp100 juta sejak 1 Juli 2016 di mana pada triwulan IV 2015 sempat berlaku caping sebesar Rp500 juta atau

lebih besar. Sehingga terdapat base year effect yang menyebabkan pertumbuhan triwulan ini rendah.

Pemberlakuan ketentuan baru terkait caping transaksi kliring melalui SKNBI juga berdampak kepada

melambatnya pertumbuhan volume transaksi. Volume transaksi SKNBI tercatat melambat dari -6,11% (yoy)

menjadi -21,75% (yoy) pada triwulan II 2017 atau dari 2,02 juta transaksi menjadi 1,80 juta transaksi (Grafik

5.2).

Grafik 5.1 Perkembangan SKNBI Nominal

Grafik 5.2 Perkembangan SKNBI - Volume

Di sisi lain, transaksi menggunakan sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) menunjukkan

peningkatan pada triwulan II 2017. Sejak implementasi BI-RTGS Generasi 2, transaksi mengalami

peningkatan. Selain karena membaiknya kualitas layanan, juga karena perubahan kebijakan terkait

penetapan batas bawah sebesar Rp100 juta pada Juli 2016.

Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Jawa Barat

Page 151: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

124

5.1.2 Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

a. RTGS & SKNBI

Dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran di Jawa Barat, Bank Indonesia

telah melakukan serangkaian upaya. Pada aspek infrastruktur, sejak triwulan akhir tahun 2016 telah

dilakukan pemasangan dan operasionalisasi mesin pemrosesan warkat debit baru. Selain itu, dalam

rangka meningkatkan pemahaman perbankan terhadap ketentuan Bank Indonesia, maka telah

dilakukan sosialisasi ketentuan bilyet giro dan sistem pembayaran Bank Indonesia kepada perbankan di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat.

b. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) BB Berizin

Total transaksi pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing (UKA) pada triwulan II 2017 d KUPVA BB

berizin di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp1,82

triliun dengan nominal pembelian sebesar Rp909,02 miliar dan penjualan sebesar Rp907,45 miliar.

Transaksi pembelian maupun penjualan menunjukkan tren peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan pertumbuhan secara total sebesar 4,41% (qtq). Transaksi yang terjadi pada bulan

Mei 2017 (Pembelian dan Penjualan) merupakan yang tertinggi secara triwulanan.

Grafik 5.4 Transaksi KUPVA BB Berizin Triwulan I 2017 Grafik 5.5 Transaksi KUPVA BB Berizin Triwulan II 2017

Bersama Dinas Perdagangan/Perindustrian serta Kepolisian Resort di kota/kabupaten, telah dilakukan

penanganan KUPVA BB tidak berizin. Kegiatan yang dilakukan dengan pelepasan atribut sebagai KUPVA BB

tidak berizin. Penanganan dan penertiban KUPVA BB tidak berizin akan terus berlanjut pada daerah di

tingkat kecamatan baik yang berasal dari daerah wisata, juga daerah asal Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Selain

itu dalam rangka melakukan market intelligence KUPVA BB juga dilakukan kerjasama yang baik dengan

KUPVA BB berizin yang tersebar hampir diseluruh kota/kabupaten di wilayah kerja pengawasan KPwBI

Provinsi Jawa Barat.

Page 152: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

125

Grafik 5.6 Sebaran KUPVA Berizin

c. Penyelenggara Transfer Dana (PTD)

1. Jumlah PTD

Jumlah penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) berizin yang berkantor pusat di wilayah kerja KPw

BI Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 5 (lima) penyelenggara atau sebesar 4,5% dari total PTD BB nasional

yang berjumlah 111 (seratus sebelas) penyelenggara. Jumlah PTD BB di wilayah KPw BI Provinsi Jawa Barat

tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Gambar 5.1. Sebaran PTD Berizin

2. Perkembangan Transaksi PTD

Berdasarkan data transaksi dari 5 penyelenggara di wilayah kerja KPwBI Provinsi Jawa Barat pada triwulan II

tahun 2017, total volume transaksi Transfer Dana (TD) sebesar 2.959.398 transaksi dengan nominal Rp 7,60

triliun. Volume transfer dana PTD BB pada triwulan II tahun 2017 ini mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2.936.345 transaksi. Hal ini disebabkan oleh

meningkatnya volume transaksi TD incoming (dari LN ke Indonesia).

Nominal transfer dana PTD BB di wilayah KPwBI Provinsi Jawa Barat secara total nominal mengalami

pertumbuhan pada triwulan II tahun 2017 sebesar 3,5% dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Hal ini

disebabkan meningkatnya nominal transaksi TD domestik sebesar 6,8% dari nominal Rp3,05 triliun di

triwulan I tahun 2017 menjadi Rp3,26 triliun pada triwulan II tahun 2017 dimana transaksi domestik ini

memiliki share sebesar 42,9% dari total keseluruhan nominal TD pada triwulan II tahun 2017.

Page 153: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

126

2. Kontribusi Transaksi Transfer Dana

Volume dan nominal transaksi outgoing (dari Indonesia ke LN) pada triwulan II tahun 2017 mengalami

penurunan dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Adapun volume transaksi outgoing menurun sebesar

3,8% dari 25.129 transaksi pada triwulan I 2017 menjadi 24.169 transaksi pada triwulan II tahun 2017.

Untuk nominal transaksi menurun sebesar 7,2% dari Rp240,9 miliar di triwulan I tahun 2017 menjadi

Rp223,6 miliar pada triwulan II tahun 2017.

Grafik 5.7 Volume Transfer Dana Outgoing Grafik 5.8 Nominal Transfer Dana Outgoing

Volume transaksi dan nominal TD incoming (dari LN ke Indonesia) tercatat meningkat dari triwulan

sebelumnya. Volume transaksi meningkat 1% dari 1.024.182 transaksi menjadi 1.032.879 transaksi

sedangkan nominal TD incoming meningkat sebesar 2% dari Rp4,04 triliun menjadi Rp4,11 triliun.

Meningkatnya volume dan nominal transaksi incoming pada triwulan II 2017 terjadi akibat peningkatan

transaksi terutama di bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan banyaknya pengiriman dana oleh TKI yang

bekerja di luar negeri untuk keperluan Hari Raya Idul Fitri di wilayah Jawa Barat.

Grafik 5.9 Volume Transfer Dana Incoming Grafik 5.10 Nominal Transfer Dana Incoming

Volume transaksi maupun nominal TD domestik (dalam wilayah Indonesia) juga mengalami peningkatan.

Tercatat volume domestik pada triwulan I 2017 sebanyak 1.887.034 transaksi menjadi 1.902.350 transaksi

meningkat sebesar 1%. Adapun total nominal TD pada triwulan II tahun 2017 juga meningkat dari Rp3,05

triliun di triwulan I 2017 menjadi 3,36 triliun atau meningkat 7%.

Page 154: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

127

Grafik 5.11 Volume Transfer Dana Domestik Grafik 5.12 Nominal Transfer Dana Domestik

Total nominal TD pada triwulan II tahun 2017 meningkat terutama disumbang oleh meningkatnya nominal

TD domestik, dengan total nominalnya mencapai Rp3,36 Triliun dari Rp3,05 Triliun pada Tw I 2017 atau

meningkat sebesar 7% (qtq).

Grafik 5.13 Volume Transfer Dana PTD-BB Grafik 5.14 Nominal Transfer DanaPTD-BB

5.1.3 Perkembangan Inklusi Keuangan Jawa Barat

Sebagai otoritas sistem pembayaran di Indonesia, salah satu peran Bank Indonesia adalah sebagai fasilitator

pengembangan sistem pembayaran oleh industri. Pelaksanaan peran ini menjadi sangat strategi dalam

rangka mendukung upaya pemerintah, Bank Indonesia maupun otoritas terkait lainnya dalam rangka

peningkatan inklusi keuangan. Terkait inklusi keuangan, hal tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu

kondisi ketika setiap anggota masyarakat memiliki akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang

berkualitas secara tepat waktu, lancar, aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 155: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

128

Tabel 5.1. Rasio Ketersediaan Layanan Bank Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Sumber: OJK KR 2 dan BPS Jawa Barat, diolah (Ket: *) mencakup ATM/ADM, Payment Point dan layanan kas keliling

Selanjutnya, dari Tabel 5.1, terlihat bahwa ketersediaan layanan bank di masing-masing kabupaten/kota di

Jawa Barat pun relatif masih beragam dan masih relatif terpusat di perkotaan. Dari keseluruhan

kabupaten/kota, rasio ketersediaan layanan perbankan di Kota Cirebon menempati peringkat paling tinggi

diikuti oleh Kota Bandung dan Kota Bogor. Di sisi lain, peningkatan aspek ini perlu mendapat perhatian

pemangku kebijakan dan pelaku industri keuangan terutama di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten

Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Dalam rangka meningkatkan jangkauan bank tersebut,

peningkatan program Layanan Keuangan Digital (LKD) dan Laku Pandai dapat menjadi alternatif solusi.

5.1.4 Upaya Pengembangan Layanan Keuangan Non Tunai dan Elektronifikasi

Upaya peningkatan inklusi keuangan di wilayah Jawa Barat terus dilakukan melalui berbagai bentuk. Salah

satunya yang sedang diupayakan di tahun 2017 adalah mendukung implementasi integrasi penyaluran

bansos secara non tunai melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

menggunakan 1 (satu) akun pada kartu combo yang merupakan program Kementerian Sosial bekerjasama

dengan berbagai instansi termasuk Bank Indonesia dengan nama Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Salah satu

bentuk dukungan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat adalah melalui

pelaksanaan edukasi bekerjasama dengan Dinas Sosial beberapa kota pilot project dan bank penyelenggara.

Kegiatan edukasi tersebut diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), Pendamping penerima

bansos non tunai, serta Tenaga Kerja Sosial Kecamatan (TKSK). Edukasi bertujuan untuk meningkatan

Kab/Kota

Rasio Jml Kantor

Bank/100.000

Penduduk Dewasa

Rasio Jml Kegiatan

Layanan

Kas/100.000

Penduduk Dewasa*)

Kab. Bogor 8.52 34.86

Kab. Sukabumi 9.92 18.11

Kab. Cianjur 9.73 21.54

Kab. Bandung 15.21 26.93

Kab. Garut 11.16 16.73

Kab. Tasikmalaya 11.71 16.14

Kab. Ciamis 15.18 14.00

Kab. Kuningan 14.14 21.15

Kab. Cirebon 10.42 18.72

Kab. Majalengka 13.26 20.68

Kab. Sumedang 16.10 26.29

Kab. Indramayu 13.05 22.61

Kab. Subang 13.92 27.75

Kab. Purwakarta 15.38 49.46

Kab. Karawang 15.21 53.91

Kab. Bekasi 14.75 66.91

Kab. Bandung Barat 2.83 5.50

Kota Bogor 35.21 153.02

Kota Sukabumi 36.73 125.56

Kota Bandung 47.92 173.64

Kota Cirebon 59.61 208.41

Kota Bekasi 21.28 136.31

Kota Depok 17.99 94.57

Kota Cimahi 26.54 78.26

Kota Tasikmalaya 20.35 57.32

Kota Banjar 25.00 78.69

Jawa Barat 16.35 53.01

Page 156: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

129

awareness mengenai Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dan Keuangan Inklusif, serta pengetahuan

terhadap mekanisme penyaluran bansos itu sendiri. Melalui edukasi tersebut diharapkan masyarakat dapat

mulai mengubah sikap bertransaksi yang sebelumnya terbiasa menggunakan tunai menjadi transaksi secara

non tunai. Bentuk edukasi yang diberikan adalah Training of Beneficiary (ToB) khusus kepada KPM, atau

Training of Trainer (ToT) dengan harapan materi yang diterima dapat disampaikan kembali kepada keluarga,

tetangga, atau masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal masing-masing peserta.

Selain itu, dalam rangka mendukung kesuksesan uji coba implementasi penyaluran bansos non tunai, KPw BI

Provinsi Jawa Barat juga telah melakukan survei monitoring penyaluran bantuan di Kota Bandung dan Kota

Bogor. Responden survei meliputi penerima bansos, pendamping, agen LKD, bank penyelenggara, serta

Dinas Sosial setempat. Pergeseran kebudayaan masyarakat dari tunai menjadi non tunai merupakan suatu

tantangan yang besar, namun dengan kerjasama antar pihak, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat

dapat dilakukan dengan baik yang tercermin dari perilaku masyarakat saat ini tidak lagi merasa aneh dengan

transaksi menggunakan kartu kombo (KKS) tersebut. Bahkan sebagian besar responden menyatakan bahwa

penyaluran secara non tunai dirasa lebih menguntungkan bagi KPM karena penggunaan kartu yang mudah,

agen bank yang terjangkau, serta waktu pencairan yang fleksibel dan cepat sehingga tidak menghabiskan

sumber daya dari para KPM tersebut.

Sementara terkait dengan rekomendasi model bisnis bantuan pemerintah secara non tunai pada sektor

pendidikan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), telah dilakukan kegiatan monitoring berupa

pendampingan implementasi penggunaan aplikasi si-BOS. Model bisnis yang telah diterapkan pada prorgam

si-BOS tersebut antara lain:

Operator melakukan penginputan data kebutuhan sekolah

Kepala sekolah menyetujui daftar kebutuhan yang telah diinput oleh operator

Melalui aplikasi mobile yang dimiliki oleh kepala sekolah, aplikasi tersebut akan menerbitkan

barcode untuk kemudian akan dikirimkan kepada rekanan sekolah.

Barcode yang diterima oleh rekanan sekolah akan discan melalui aplikasi mobile khusus untuk

rekanan. Setelah proses scan, akan muncul daftar kebutuhan operasional serta biaya yang

disetujui dan diakses secara langsung oleh rekanan sekolah.

Proses pembayaran akan dilakukan setelah barang yang dipesan oleh pihak sekolah diterima,

operator melakukan penginputan data pembayaran

Kepala sekolah mnyetujui jumlah pembayaran yang dilakukan dengan cara pemindah bukuan

antar rekening BOS milik sekolah dengan rekening rekanan di BJB

Di sisi lain, terkait pengembangan dan perluasan elektronifikasi di KPwDN khususnya di KpwBI Jawa Barat

pada tahun 2017 antara lain mendorong perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah, dalam hal ini

transaksi penerimaan pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung.

Implementasi program elektronifikasi pada transaksi penerimaan parker yang dikelola Dinas Perhubungan

Kota Bandung melalui Terminal Parkir Elektronik (TPE).

Page 157: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

130

Dalam hal menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.910/1866/SJ tanggal 17 April 2017

tentang Implementasi Transaksi Non Tunai pada Pemda Provinsi dan No.910/1867/SJ tanggal 17 April 2017

tentang Implementasi Transaksi Non Tunai pada Pemda Kab/Kota yang mewajibkan seluruh Pemda untuk

melaksanakan transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran secara non tunai selambat-lambatnya tanggal

1 Januari 2018, maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD)

mengundang 18 (delapan belas) Pemda diwilayah kerja, termasuk Pemprov yang bertujuan untuk

memetakan sejauh mana tindak lanjut yang telah dilakukan masing-masing Pemda terkait implementasinya

di masing-masing daerah. Selain itu, untuk memperoleh informasi kesiapan BJB sebagai pengelola kas daerah

(RKUD), dilakukan pula rapat koordinasi dengan BJB sebagai tindak lanjut monitoring yang dilakukan oleh

KPwDN.

Bentuk lain dari implementasi transaksi Non Tunai di pemerintahan adalah upaya pendampingan dan

monitoring terhadap pengelolaan Dana Desa. Dalam tahapan awal, KPw BI Provinsi Jawa Barat telah

berkoordinasi dengan Dinas Pengembangan Desa Provinsi Jawa Barat, beberapa bank Himbara dan BJB

untuk mensupport pengelolaan dana desa yang direncanakan berbentuk usulan model bisnis pengelolaan

dana desa non tunai, bantuan teknis mengenai pengelolaan keuangan dan pendampingan terhadap akses

permodalan.

Selanjutnya, untuk program elektornifikasi jalan tol, KPw BI Provinsi Jawa Barat telah melakukan berbagai

kegiatan edukasi kepada masyarakat seperti Talk Show bersama BUJT (PT Jasa Marga) dan Pengamat

Transportasi di Radio, Artikel Media Massa dan Video Conferrence serta rapat koordinasi mengenai rencana

kampanye implementasi Non Tunai dengan pihak Bank dan BUJT.

Selain berbagai hal di atas, dalam rangka mendorong pengetahuan masyarakat terhadap manfaat

penggunaan transaksi non tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat aktif melakukan

berbagai kegiatan edukasi. Pada triwulan laporan, telah dilaksanakan edukasi non tunai kepada pedagang

pasar di Kota Bandung, penyelenggara KUPVA berijin dan pendamping PKH/TKSK di Kota Cimahi dan Kota

Bogor.

5.2. Pengelolaan Uang Rupiah

5.2.1 Penarikan dan Penyetoran Perbankan Pada triwulan II 2017, Jawa Barat mengalami net outflow sebesar Rp8,76 triliun sebagaimana karakteristik

provinsi Jawa Barat menjelang momen Idul Fitri (Grafik 5.6). Momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang

jatuh bersamaan pada akhir triwulan II 2017 mendorong net outflow Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya, dimana Ramadhan dan Idul Fitri berada pada bulan yang berbeda. Total outflow yang

lebih tinggi daripada inflow setoran bank, kemudian mendorong pemusnahan Uang Tidak Layak Edar pada

triwulan II 2017 menjadi lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, pada Juli 2017

Jawa Barat kembali mengalami net inflow seiring dengan berakhirnya momen hari raya keagamaan.

Page 158: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

131

Grafik 5.15 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow Jawa

Barat

Grafik 516. Pemusnahan UTLE

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Provinsi Jawa Barat (Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Jawa Barat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon)

senantiasa memastikan ketersediaan uang layak edar bagi masyarakat di wilayah kerja baik melalui kerjasama

dengan perbankan maupun penyelenggaraan layanan kas keliling. Pada triwulan II tahun 2017, jumlah

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) mengalami penurunan dari Rp 12,17 triliun, menjadi Rp 7,57

triliun. Penurunan pemusnahan UTLE sejalan dengan menurunnya net inflow pada triwulan I 2017 serta

komitmen Bank Indonesia dalam menjaga kelayakan uang beredar. Hingga triwulan I 2017, presentase

pemusnahan terhadap net penyetoran mengalami penurunan. Perkembangan pemusnahan dilakukan sejalan

dengan perkembangan net penyetoran.

5.2.2 Upaya Penyediaan Uang Layak Edar

Dalam upaya penyediaan uang layak edar terlebih dahulu perlu diketahui kualiatas uang layak edar

yang berada di masyarakat di wilayah kerja KPw BI Provinsi Jawa Barat, sehingga beberapa upaya yang

dilakukan antara lain :

1. Melakukan survei dan analisa terhadap kondisi uang di ATM

2. Melakukan survei dan analisa terhadap kondisi uang di Masyarakat

3. Melakukan analisa terhadap hasil sortasi uang setoran bank

Dari hasil analisa tersebut segera dapat diketahui kondisi uang yang beredar, sehingga beberapa

upaya yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Jawa Barat dalam rangka penyediaan uang layak edar di

masyarakat, adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas Distribusi Uang

Melakukan monitoring kecukupan stok uang layak edar (ULE) secara harian dan bulanan

terhadap posisi kas di masing-masing KPw BI di Depo Kas Bandung

Melakukan koordinasi dengan Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia lainnya di

wilayah koordinasi (Depo Kas Bandung) dan di luar wilayah koordinasi dalam rangka pemenuhan

stock uang layak edar.

Merealisasikan Estimasi Kecukupan Uang (EKU) sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Page 159: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

132

2. Efektivitas Layanan Kas

Upaya yang telah dilakukan terkait efektivitas kegiatan layanan kas dalam rangka meningkatkan kualitas

uang beredar di masyarakat, antara lain :

a. Layanan Penarikan

Melakukan pembayaran uang ke perbankan dalam kondisi layak edar dengan cara

mengutamakan pembayaran uang HCS terutama uang pecahan baru Tahun Emisi 2016 guna

mengoptimalkan dan mempercepat proses distribusi ke masyarakat, dan ULE eks peredaran hasil

sortasi dan meminimalkan pembayaran menggunakan setoran bank ULE kecuali dalam keadaan

mendesak.

Menghimbau kepada perbankan untuk melakukan pembayaran kepada nasabah dengan

menggunakan uang layak edar terutama dengan mengoptimalkan penggunaan uang pecahan

tahun Emisi 2016, termasuk pengisian uang pada mesin ATM.

b. Layanan Penyetoran

Mengoptimalkan layanan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) sebelum melaksanakan

penyetoran uang ke Bank Indonesia untuk Uang Layak Edar (ULE) sedangkan untuk Uang Tidak

layak Edar (UTLE) dihimbau kepada perbankan untuk segera disetorkan ke Bank Indonesia.

Menghimbau kepada perbankan untuk melakukan penerimaan setoran dan/atau penukaran uang

baik dari nasabahnya atau bukan, khususnya pada uang tidak layak edar (UTLE), uang rusak,

uang ditarik/dicabut dari peredaran baik uang logam maupun uang kertas.

Memberikan Edukasi kepada perbankan terutama kepada teller/kasir bank umum dan BPR terkait

dengan bagaimana membedakan antara uang yang ULE dan uang UTLE serta bagaimana

memperlakukan uang dengan baik, sehingga uang yang dibayarkan kepada nasabah dan/atau

pada saat pengisian modal kerja pada mesin ATM, uang yang digunakan dalam konsisi yang

layak edar.

Menghimbau kepada perbankan yang telah mendapat edukasi untuk dapat melakukan edukasi

ke nasabahnya terkait dengan kualitas uang antara ULE dan UTLE dan bagaimana

memperlakukan uang dengan baik sehingga uang yang didapat tetap terjaga kualitasnya.

c. Layanan Penukaran

Meningkatkan kerjasama layanan penukaran, dengan menambah jumlah kantor cabang bank

yang melakukan layanan penukaran kepada masyarakat menjadi 72 Bank Umum dengan jumlah

cabang KC & KCP sebanyak 1.232 kantor cabang Bank dan 99 kantor cabang BPR dari

sebelumnnya 72 Bank Umum dengan 153 kantor cabang bank dan 22 BPR di wilayah kerja KPw.

BI Prov. Jabar. Hal ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat memperoleh uang yang layak

edar dan dapat menyetorkan atau menukarkan uang yang sudah tidak layak edar, terutama di

daerah-daerah remote atau jauh dari perkotaan.

Melakukan kerjasama dengan perbankan yang mempunyai mobil layanan kas untuk

mendistribusikan uang HCS kepada masyarakat melalui kas keliling yang ditempatkan ditempat-

tempat pusat keramaian terutama di pasar tradisional.

Page 160: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

133

Khusus selama bulan Ramadhan dalam rangka meminimalisir Masyarakat melakukan penukaran

. KPw. Bi Prov Jabar

juga melakukan kerjasama dengan 15 (lima belas) bank yang berada di sekeliling kantor Bank

Indonesia untuk melayani penukaran uang kepada Masyarakat.

Menghimbau kepada perbankan untuk menerima Uang Kertas (UK) dan Uang Logam (UL) tidak

layak edar dari masyarakat dan menghimbau masyarakat untuk menggunakan transaksi uang

elektronik.

d. Layanan Kas Keliling

Meningkatkan frekuensi dan jangkauan layanan kas keliling ke daerah-daerah yang masih banyak

beredar uang yang lusuh, terutama ke pasar-pasar tradisional baik di dalam kota, luar kota maupun

daerah remote area (daerah terpencil). Efektivitas pelaksanaan kegiatan kas keliling, diantaranya

dilakukan dengan dengan :

Membuat jadwal kegiatan kas keliling dan diinformasikan kepada media dan masyarakat,

Meningkatkan frekuensi dan jangkauan layanan kas keliling terutama daerah-daerah yang belum

terjangkau oleh layanan kas keliling Bank Indonesia.

Menarik uang tidak layak edar di perbankan dengan kas keliling wholesale,

Bekerjasama dengan PD. Pasar Bandung Bermartabat, Perbankan dan Mitra Kerja SP dalam

melakukan kas keliling di pasar-pasar.

Bekerjasama dengan Aprindo mengenai penukaran kepada minimarket diantaranya Alfamart,

Indomart, Circle K, Yomart dan minimarket lainnya.

e. Layanan Kas Titipan

Dalam rangka mengoptimalkan layanan kas dan clean money policy serta untuk mempermudah dan

mempercepat masyarakat memperoleh uang layak edar, Bank Indonesia telah membuka 2 layanan

Kas Titipan yaitu :

Kas Titipan Sukabumi dibuka pada tanggal 3 November 2016 dengan jumlah bank peserta

sebanyak 22 Bank yang dikelola oleh PT. Bank Jabar Banten Cab. Sukabumi. Untuk data Inflow

dan Outflow s.d bulan Juni 2017 adalah untuk Inflow sebesar Rp. 1,1 Triliun dan Outflow

sebesar Rp. 1,67 Triliun, sehingga mengalami net outflow sebesar Rp. 568,8 Miliar.

Kas Titipan Subang dibuka pada tanggal 24 Mei 2017 dengan jumlah plafon pengelolaan

sebesar Rp. 150 miliar dan jumlah bank peserta sebanyak 14 Bank yang dikelola oleh PT. Bank

Jabar Banten Cab. Subang. Untuk data Inflow dan Outflow s.d bulan Juni 2017 adalah untuk

Inflow sebesar Rp1,8 Juta dan Outflow sebesar Rp. 554,1 Miliar, sehingga mengalami net

outflow sebesar Rp552,2 Miliar.

Kegiatan Lainnya

Meningkatkan frekuensi dan jangkauan edukasi CIKUR dan Cara Memperlakukan Uang dengan

baik kepada masyarakat, perbankan dan instansi lainnya terutama di daerah remote dan/atau

jauh dari perkotaan.

Optimalisasi dalam penyebaran informasi Layanan Bank Indonesia melalui media cetak dan

elektronik serta iklan layanan masyarakat.

Page 161: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

134

3. Efektivitas Pengolahan Uang

a. Meningkatkan kualitas uang sesuai batas yang diberlakukan

b. Memantau jadwal service mesin secara berkala

c. Melakukan pembinaan secara berkala kepada perbankan yang memiliki kualitas setoran

kurang baik

d. Melakukan pemusnahan uang sesuai dengan plafon

5.2.3 Temuan Uang yang Tidak Sesuai Dengan Ciri Keaslian Rupiah

Sejalan dengan intensifikasi edukasi CIKUR (Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah) dan koordinasi dengan pihak yang

berwenang, maka penemuan uang yang diragukan keasliannya mengalami kenaikan. Jumlah uang yang

diragukan keasliannya di Jawa Barat yang dilaporkan kepada Bank Indonesia pada triwulan II 2017 sebesar

5.449 lembar (per Juni 2017), atau lebih tinggi dari temuan triwulan I 2017 yang sebesar 4.990 lembar.

Meningkatnya temuan uang yang diragukan keasliannya tidak terlepas dari edukasi masyarakat terkait ciri-ciri

keaslian uang rupiah dan juga didukung oleh penguatan koordinasi dengan perbankan dan pihak berwajib

mengenai penanganan laporan masyarakat terkait uang yang diragukan keasliannya.

5.2.4. Upaya Menekan peredaran uang palsu

Dalam rangka menekan dan menanggulangi peredaran uang rupiah Palsu di wilayah kerja KPw BI Provinsi

Jawa Barat telah dilakukan beberapa upaya, antara lain:

1. Upaya Preventif antara lain dilakukan dengan cara :

Meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah dengan cara edukasi

kepada Masyarakat Umum, Pedagang, Pegawai Perbankan, Pelajar, Mahasiswa, Pegawai Instansi

Pemerintah/Swasta baik di dalam kota maupun di luar kota termasuk dan di pelosok daerah

(termasuk daerah remote area) guna mempermudah masyarakat mengenali keaslian uang Rupiah

Edukasi dimaksud dilakukan baik secara langsung yaitu bertatap muka) maupun melalui sarana

media misalnya talkshow di radio, televisi, pembagian brosur, leaflet dan pemasangan baligo

serta iklan layanan masyarakat.

Menyelenggarakan Training for Trainers (workshop) bagi pegawai dari beberapa instansi penegak

hukum seperti pihak Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan.

Melaksanakan pelatihan secara berjenjang & berkelanjutan kepada seluruh petugas kasir

perbankan dan BPR sampai ke level supervisor dan pimpinan bank serta meningkatkan

kompetensi petugas kasir BI pasca penemuan uang palsu dan berkoordinasi dengan DHk untuk

melakukan pembekalan hukum, sehingga petugas kasir mampu menjelaskan fungsinya sebagai

fisrt line of defence.

2. Upaya Represif, antara lain :

Bekerjasama dengan Kepolisian dalam mempercepat proses klarifikasi uang palsu maupun

penyerahan bukti uang palsu sehingga dapat mempercepat proses sampai ke pengadilan.

Page 162: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

SISTEM PEMBAYARAN &

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

135

Menyediakan Saksi Ahli Uang Rupiah untuk proses di Kepolisian dan Pengadilan.

Meningkatkan kerjasama dengan aparat Penegak Hukum (Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan)

untuk mendorong pengenaan sangkaan pasal dengan sanksi yang maksimal untuk memberikan

efek jera bagi pelaku pemalsu uang Rupiah.

3. Upaya lainnya

Melaporkan setiap kasus pemalsuan uang kepada Anggota Dewan Gubernur yang membidangi

KPw BI Prov. Jabar telah melakukan pemetaan terhadap kasus uang rupiah palsu yang dilaporkan

pihak kepolisian mulai dari bahan uang, teknik cetak dan nomor seri dan data uang palsu

tersebut telah kami petakan berdasarkan Kota/Kabupaten di Jawa Barat.

Melakukan penginputan data ke dalam aplikasi BI-CAC (Bank Indonesia Counterfeit Analysis

Center) yang dapat membantu kantor pusat Bank Indonesia untuk melakukan analisis lebih

lanjut.

Melakukan rekonsiliasi data dengan aparat penegak hukum yaitu kepolisian, kejaksaan dan

pengadilan terhadap kasus-kasus yang terjadi di Jawa Barat mulai dari pelaku, kronologi kejadian,

persidangan sampai dengan putusan pengadilan.

Dalam rangka mengantisipasi beredarnya kembali uang rupiah palsu yang telah disampaikan

dan/atau dilaporkan oleh bank indonesia ke kepolisian yang merupakan uang rupiah palsu dari

hasil permintaan klarifikasi perbankan dan masyarakat termasuk perusahaan Jasa Pengolahan

Uang Rupiah (PJPUR) yang telah dinyatakan palsu oleh Bank Indonesia, serta hasil temuan uang

rupiah palsu dari proses pengolahan uang terhadap setoran bank yang masuk ke Bank Indonesia,

Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat mendorong Pihak kepolisian (Polda Jabar) untuk segera

melakukan pemusnahan uang rupiah palsu dimaksud.

Page 163: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

BAB VI BAB VI

Page 164: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

137

Peningkatan kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2017 berdampak pada kondisi

ketenagakerjaan dan kesejahteraan pada triwulan laporan. Tingkat kemiskinan Jawa Barat mengalami

penurunan dari tahun ke tahun, begitupun pada periode triwulan laporan. Pada Maret 2017, tingkat

kemiskinan mencapai 8,71% dari total penduduk, atau sebanyak 4,16 juta jiwa. Angka ini menurun dari

Maret 2016 yang mencapai 8,95 atau sebanyak 4,22 juta jiwa. Meskipun tingkat kemiskinan mengalami

penurunan,namun berbeda halnya dengan tingkat pengangguaran yang meningkat pada triwulan II 2017.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2017 mencapai 60,65%, meningkat 0,31% dibandingkan

Februari 2016. Namun, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat juga masih relatif tinggi. Tingginya

tingkat pengangguran ini diindikasi berdampak pada meningkatnya ketimpangan pendapatan. Ketimpangan

pendapatan Jawa Barat yang diukur dengan Indeks Gini Ratio tahun 2016 masih relatif tinggi yakni berada

pada kisaran 0,403.

6.1. KETENAGAKERJAAN

Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat pada triwulan II 2017 menunjukkan kondisi perbaikan

dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi ketenagakerjaan di

Jawa Barat yang tercermin dari indeks perkembangan penggunaan tenaga kerja menunjukkan peningkatan

dengan perubahan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari triwulan IV 2016 sebesar 0,57 menjadi 4,84 SBT pada

triwulan II 2017 (Grafik 6.1). Indeks perkembangan penggunaan tenaga kerja pada triwulan II 2017

menyebutkan bahwa penggunaan tenaga kerja di lapangan usaha utama yakni pertanian mengalami

peningkatan seiring dengan meningkatnya kinerja perdagangan karena menguatnya permintaan domestik

terhdapa bahan pangan, selain itu tenaga kerja di lapangan usaha konstruksi juga mengalami peningkatan.

SKDU juga menyebutkan bahwa penggunaan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan sedang

memgalami perlambatan dari 1,77 SBT menjadi 1,28 SBT. Kondisi peningkatan ketenagakerjaan diperkirakan

masih akan melambat pada triwulan III 2017 sesuai dengan indeks prakiraan perkembangan penggunaan

tenaga kerja SKDU (Grafik 6.2).

Grafik 6. 1. Indeks Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 6. 2. Indeks Penggunaan Tenaga Kerja (Prakiraan)

Page 165: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

138

Potensi pasokan tenaga kerja Jawa Barat yang tersedia pada triwulan laporan mengalami peningkatan,

tercermin dari jumlah penduduk usia kerja Jawa Barat pada Februari 2017 yang mengalami peningkatan

dibandingkan Februari 2016. Pada Februari 2017 jumlah penduduk usia kerja atau usia produktif Jawa

Barat sebesar 35,05 juta orang, atau meningkat 1,82% dibandingkan dengan Februari 2016 yang

berjumlah 34,42 juta orang (Tabel 6.1). Potensi tenaga kerja di Jawa Barat masih sangat banyak jika

dilihat dalam hal kuantitas penduduk usia produktif.

Dengan jumlah penduduk usia produktif yang meningkat, jumlah penduduk yang menjadi angkatan kerja

juga mengalami peningkatan di triwulan laporan. Jumlah angkatan kerja meningkat 2,09% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 22,18 juta orang menjadi sebanyak 22,64 juta

orang.

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Juta Orang)

Jumlah pengangguran Jawa Barat per Februari 2017 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu. Pada Februari 2017, dari 22,64 juta angkatan kerja, 1,92 juta diantaranya

masih dalam posisi mencari pekerjaan atau menganggur (belum diserap oleh pasar kerja), angka ini

meningkat 1,07% dari Februari 2016. Dalam setahun terakhir, jumlah angkatan kerja bertambah sekitar

463 ribu orang, jumlah penduduk bekerja bertambah sekitar 442 ribu orang dan jumlah penganggur

bertambah sekitar 20 ribu orang. Presentase kenaikan jumlah penganggur masih lebih kecil daripada

kenaikan jumlah angkatan kerja yang bekerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2017 mengalami peningkatan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu. TPAK, yang mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia

kerja yang aktif secara ekonomi, mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Berdasarkan hasil Sakernas bulan Februari 2017, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di

Provinsi Jawa Barat diperkirakan sebesar 64,6%. Jika dibandingkan dengan Februari 2016 yang sebesar

64,4%, terjadi peningkatan TPAK sebesar 0,2%. Peningkatan TPAK menunjukkan adanya penurunan TPT.

Dalam setahun terakhir, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) turun sebesar 0,26% dari 8,75% menjadi

8,49%. TPT pada Februari 2017 sebesar 8,49% artinya, dari 100 orang angkatan kerja, sekitar 8 orang

diantaranya tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha. Pada

Februari 2017, TPT terendah ada pada penduduk dengan jenjang pendidikan universitas yaitu sebesar

2015 2016 2017

Februari Februari Februari

Bekerja 20,456,889 20,277,112 20,720,000

Pengangguran 1,875,924 1,899,707 1,920,000

Angkatan Kerja 22,332,813 22,176,819 22,640,000

Sekolah 3,088,337 2,926,237 2,820,000

Mengurus Rumah Tangga 7,078,136 7,876,529 7,990,000

Lainnya 1,299,813 1,442,569 1,600,000

Bukan Angkatan Kerja 11,466,286 12,245,335 12,410,000

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8.40 8.75 8.49

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 66.08 64.43 64.6

Total Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas 33,799,099 34,422,154 35,050,000

Setengah Penganggur Terpaksa (Setengah Penganggur) 1,544,712 1,722,119 1,540,000

Setengah Penganggur Sukarela (Pekerja Paruh Waktu) 2,869,659 3,079,234 3,540,000

Total Setengah Penganggur (Pekerja Tak Penuh) 4,414,371 4,801,353 5,080,000

Jenis Kegiatan

Page 166: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

139

4,90%, sementara TPT tertinggi pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 13,57%.

Dalam setahun terakhir, TPT pada jenjang pendidikan SD ke bawah mengalami peningkatan sedangkan

pada jenjang pendidikan lainnya mengalami penurunan (Tabel 6.2).

Tabel 6.2 Jenjang Pendidikan TPK

Latar belakang pendidikan penduduk yang bekerja di Jawa Barat masih didominasi oleh jenjang pendidikan

rendah (SMP kebawah), namun jenjang pendidikan menengah dan tinggi mengalami kenaikan proporsi

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Februari 2017, jumlah penduduk yang bekerja

dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah tercatat sebanyak 8,15 juta orang atau menurun dibandingkan

Februari 2016 yang tercatat sebanyak 12,41 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja dengan

tingkat pendidikan menengah (SMA) tercatat sebanyak 3,83 juta orang, menurun dibandingkan Februari

2016 yang tercatat sebanyak 5,71 juta orang. Sementara itu, jumlah penduduk bekerja dengan pendidikan

tinggi (Diploma dan Universitas) tercatat sebanyak 2,7 juta orang, meningkat dibandingkan periode

sebelumnya sebesar 2,16 juta orang (Tabel 6.3). Hal ini menandakan bahwa penyerapan tenaga kerja dengan

keterampilan yang lebih tinggi (pendidikan tinggi) di Jawa Barat pada awal tahun 2017 telah mengalami

peningkatan.

Tabel 6.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (Juta Orang)

Secara umum, komposisi jumlah penduduk bekerja menurut jam kerja perminggu tidak mengalami

perubahan. Jumlah pekerja penuh waktu Jawa Barat sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan kinerja ekonomi Jawa Barat triwulan I 2017 yang melambat

dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah pekerja berwaktu penuh Jawa Barat per Februari 2017

tercatat sebanyak 15,48 juta orang atau menurun dibandingkan dengan Februari 2016 yang tercatat

sebanyak 15,64 juta orang. Penyerapan tenaga kerja Jawa Barat pada periode laporan sebesar 75,48%

merupakan pekerja berwaktu penuh (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam

TPT (%) TPT (%)

Februari 2016 Februari 2017

SD Kebawah 6,05 7,69

Sekolah Menengah Pertama 10,30 8,76

Sekolah Menengah Atas 8,91 8,48

Sekolah Menengah Kejuruan 14,30 13,57

Diploma I/II/III 8,33 5,28

Universitas 8,39 4,90

Total 8,57 8,49

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

Rendah Menengah Tinggi

12,41 5,71 2,16

(61,19%) (28,14%) (10,67%)

8,15 3,83 2,7

(57,84%) (29,18%) (13,00%)

Tahun

Pendidikan

Page 167: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

140

ke atas per minggu. Sementara untuk jumlah pekerja berwaktu tidak penuh mengalami peningkatan, yaitu

dari 4,80 juta menjadi 5,08 juta orang pada periode yang sama (Tabel 6.4).

Tabel 6.4 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Juta Orang)

Struktur lapangan pekerjaan tidak mengalami perubahan. Sektor Perdagangan masih menjadi penyumbang

terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat. Pada Februari 2017, lapangan usaha tersebut menyerap

tenaga kerja sebesar 5,10 juta orang atau 28,58% dari total penduduk yang bekerja di Jawa Barat.

Penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha perdagangan mengalami peningkatan dari periode sebelumnya

yang sebesar 25,26% (Tabel 6.5). Namun demikian, jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha

pertanian dan industri pengolahan mengalami penurunan cukup dalam. Penyerapan pekerja di lapangan

usaha pertanian menurun dari 20,37% menjadi 17,47% pada Februari 2017 mengingat karakternya sebagai

pekerja musiman. Demikian halnya dengan pekerja di lapangan usaha industri pengolahan yang menurun

dari 20,88% menjadi 19,64%. Penurunan ini disebabkan upaya mekanisasi industri untuk menekan biaya

produksi dan meningkatkan daya saing. Selain itu, beberapa pabrik tekstil terindikasi melakukan relokasi ke

provinsi Jawa Tengah.

Tabel 6.5 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (Juta Orang)

Dari aspek ketenagakerjaan, sebaran penyerapan tenaga kerja tidak sejalan dengan distribusi pada PDRB

berdasarkan lapangan usaha, pangsa PDRB Jawa Barat terpusat di lapangan usaha industri pengolahan

(42,70%), lalu diikuti oleh lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran (17,63%), dan lapangan usaha

pertanian (9,04%). Hal ini menjadi indikasi awal dari distribusi pendapatan yang kurang merata, di mana

sektor industri pengolahan dengan pangsa terbesar hanya menyerap 20,23% tenaga kerja. Sementara sektor

perdagangan yang menyerap 27,80% tenaga kerja memiliki pangsa PDRB yang relatif jauh lebih kecil sebesar

Jumlah % Jumlah %

Pekerja tidak penuh 4,80 23,68 5,08 24,52

Setengah penganggur 1,72 8.69 1,54 7,43

Pekerja paruh waktu 3,08 15.2 3,54 17.1

Pekerja penuh 15,48 76.32 15,64 75,48

Total 20,28 100,00 20,72 100,00

Penduduk yang Bekerja

Feb-16 Feb-17

2015 2016 2017

Februari Februari Februari

3.85 4.17 3.54

(19,8%) (20,37%) (17,47%)

4.01 4.27 3.98

(20,61%) (20,88%) (19,64%)

1.57 1.45 1.41

(8,07%) (7,10%) (6,98%)

5.09 5.17 5.79

(26,18%) (25,26%) (28,58%)

19.44 20.46 20.28

100% 100% 100%

Lapangan Pekerjaan Utama

Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan dan Perburuan

Industri

Konstruksi

Perdagangan, Rumah Makan

dan Jasa Akomodasi

TOTAL

Page 168: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

141

17,63%. Kemudian lapangan usaha pertanian sebagai lapangan usaha terbesar ketiga hanya menyerap

16,43% tenaga kerja (Tabel 6.6). Jenis pendidikan dalam rangka mempersiapkan sumber daya angkatan

kerja di Jawa Barat perlu memperhatikan struktur lapangan usaha Jawa Barat yang lebih terkonsentrasi pada

lapangan usaha sekunder seperti industri pengolahan dan perdagangan serta pergeseran yang cukup cepat

ke arah lapangan usaha tersier seperti informasi dan komunikasi.

Tabel 6.6 Perbandingan Kinerja lapangan Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerjanya

Jenis pekerjaan yang dominan pada Februari 2017 adalah kelompok orang yang bekerja sebagai

buruh/karyawan sebesar 45,76%. Meski demikian, secara agregat penduduk bekerja di Jawa Barat lebih

banyak terjun ke sektor informal. Data pada bulan Februari 2017 mencatat jumlah pekerja sektor formal

Jawa Barat sebanyak 10,31 juta orang atau 49,75% sedangkan pekerja di sektor informal sebesar 10,41 juta

atau 50,25% (Tabel 6.7). Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah pekerja baik di sektor

formal maupun informal mengalami peningkatan, dengan peningkatan yang lebih besar pada pekerja formal.

Tabel 6.7 Penduduk Bekerja Menurut Status Kegiatan Pekerja (Juta Orang)

Pada triwulan II 2017, konsumen telah memandang kondisi ketenagakerjaan Jawa Barat triwulan II 2017

lebih baik dibandingkan dengan triwulan I 2017. Hal tersebut tercermin dari hasil survei konsumen di Jawa

Barat yang menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen Jawa Barat terhadap kondisi ketersediaan

lapangan pekerjaan saat ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) terhadap ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2017 meningkat dari 94,60 menjadi

101,91. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi

penghasilan saat ini yang diperkirakan diperkirakan sejalan dengan meningkatnya kegiatan usaha khususnya

yang terkait dengan pemenuhan permintaan ekspor baik luar negeri maupun antar daerah.

Jumlah Pangsa (%) Nominal (T) Pangsa (%)

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,154,509 16.43 38.41 9.04

Pertambagan dan Penggalian 113,601 0.59 6.56 1.54

Industri Pengolahan 3,884,668 20.23 181.49 42.70

Penyediaan Listrik, Gas dan Air 60,971 0.32 3.18 0.75

Konstruksi 1,424,529 7.42 32.93 7.75

Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,338,698 27.80 74.93 17.63

Transportasi, Pergudangan dan Informasi 1,112,414 5.79 36.73 8.64

Keuangan, Real Estate, Usaha 814,691 4.24 17.88 4.21

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Lainnya 3,297,957 17.18 32.96 7.75

TOTAL 19,202,038 100.00 425.07 100.00

Lapangan Perkerjaan UtamaPDRB ADHB Tw I 2017Tenaga Kerja

Jumlah % Jumlah %

Formal 9,92 48,92 10.31 49,75

Informal 10.36 51,08 10.41 50,25

Kegiatan Pekerjaan

Utama

Februari 2016 Februari 2017

Page 169: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

142

Pada triwulan II 2017, konsumen memandang bahwa akan ada peningkatan kondisi ketersediaan lapangan

pekerjaan dan kondisi ketenagakerjaan tersebut dinilai masih dalam level optimis. Berdasarkan hasil survei

konsumen di Jawa Barat, pandangan konsumen melihat kondisi lapangan kerja yang akan datang meningkat

yang terlihat dari indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja yang meningkat dari 120,47 menjadi 131,35.

Peningkatan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan tersebut merupakan indikasi adanya peningkatan

permintaan tenaga kerja khususnya dalam bidang konstruksi, dimana pemerintah sedang gencar dalam

penyelesaian proyek infrastruktur hingga tahun 2018.

6.2 NILAI TUKAR PETANI

Pertumbuhan tahunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2017 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan I 2017 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang meningkat terbatas di triwulan II

2017. Namun, pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada triwulan laporan

mengalami perlambatan kinerja. Hal ini disebabkan oleh efek based year karena terdapat pergeseran puncak

panen raya dari 2016 ke 2017, dimana pada tahun 2016 puncak panen raya terjadi pada triwulan II,

sedangkan di tahun 2017, puncak panen raya terjadi pada triwulan I. Lapangan usaha tersebut pada triwulan

laporan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,84% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan lalu

yang tercatat sebesar 7,01% (yoy). Sementara itu NTP pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 104,81% atau

meningkat -2,92% (yoy) dibandingkan NTP triwulan sebelumnya yang tumbuh -10,67% (yoy) (Grafik 6.5).

Peningkatan pertumbuhan NTP ini merupakan indikasi kesejahteraan petani mengalami peningkatan akibat

meningkatnya daya beli petani di pedesaan. Hal ini tercermin dari indeks yang diterima petani meningkat

lebih besar dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani. Peningkatan NTP tersebut disebabkan oleh

pada periode laporan merupakan momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri, dimana beberapa hasil pertanian

mengalami kenaikan harga dan peningkatan permintaan. Namun demikian, pertumbuhan NTP triwulan II

2017 masih bernilai negatif, sehingga daya beli petani masih dapat dikatakan rendah.

Peningkatan NTP Jawa Barat pada triwulan II 2017 didorong oleh perlambatan NTP pada sub lapangan usaha

tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat. Sedangkan NTP sub lapangan usaha perikanan,

hortikultura dan peternakan melambat pada triwulan II 2017. Sub lapangan usaha yang mengalami

peningkatan NTP paling besar adalah sub lapangan usaha tanaman pangan yang meningkat dari -10,67%

Grafik 6. 3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan

Penghasilan Saat ini

Grafik 6. 4. Indeks Ekspektasi Ketenagakerjaan dan

Penghasilan Saat ini

Page 170: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

143

menjadi -2,92%, sedangkan peningkatan NTP tanaman perkebunan rakyat meningkat dari 1,30% menjadi

5,81% (Grafik 6.6). Peningkatan terhadap kedua sub lapangan usaha diperkirakan karena peningkatan

permintaan menjelang bulan Ramadahan dan Idul Fitri. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam

menjada kestabilan harga pada periode bulan Ramadhan dan Idul Fitri menyebabkan 3 (tiga) sub lapangan

usaha lainnya mengalami perlambatan pada triwulan II 2017. NTP sub lapangan usaha hortikultura menurun

dari 3,06% menjadi 2,13% (yoy), NTP peternakan juga mengalami penurunan dari 1,75% menjadi 1,43%

(yoy), serta NTP perikanan yang menurun dari 3,09% menjadi 2,75% (yoy).

Indeks yang diterima petani (IT) pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 4,32%, meningkat tajam

dibandingkan triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 0,33% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong

oleh peningkatan pertumbuhan indeks yang diterima untuk sub lapangan usaha tanaman pangan dan

tanaman perkebunan rakyat. Indeks yang diterima untuk sub lapangan usaha tanaman pangan pada triwulan

II 2017 tercatat sebesar 1,52%, meningkat tajam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar -6,67%. Kemudian IT sub lapangan usaha tanaman perkebunan rakyat juga meningkat dari 5,03%

menjadi 9,92% (yoy) (Grafik 6.7). Sementara itu, indeks yang diterima petani untuk sub lapangan usaha

hortikultura, peternakan dan perikanan mengalami perlambatan pertumbuhan.

Indeks yang dibayar petani (IB) juga tercatat meningkat namun tidak setinggi peningkatan pada IT. Indeks

yang dibayar petani pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 3,93%, meningkat dibanding triwulan I 2017

yang tumbuh sebesar 3,73% (Grafik 6.8). Peningkatan indeks ini terjadi pada seluruh sub lapangan usaha.

Dengan kondisi indeks yang diterima petani meningkat tajam dan indeks yang dibayar petani tumbuh

terbatas, maka Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat meningkat untuk seluruh sub lapangan usaha. Hal ini

mengindikasikan kesejahteraan petani pada triwulan II 2017 mengalami peningkatan.

Grafik 6. 5. NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya Grafik 6. 6. NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Barat

Page 171: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

144

Kemampuan produksi petani pada periode laporan tercatat mengalami peningkatan. Kemampuan produksi

petani yang tercermin dari Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada triwulan II 2017 tumbuh

sebesar 1,53%, meningkat dibandingkan pertumbuhan di triwulan II 2017 sebesar -2,03% (yoy) atau dengan

nilai indeks sebesar 114,54% (Grafik 6.9). Peningkatan NTUP pada triwulan laporan terjadi pada sub

lapangan usaha tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat dan perikanan, dengan peningkatan paling

tinggi pada NTUP tanaman pangan. Hal ini sejalan dengan sejalan dengan peningkatan permintaan

menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri, sehingga produksi pada triwulan II meningkat untuk memenuhi

permintaan tersebut. Sementara itu, NTUP sub lapangan usaha hortikultura dan peternakan tumbuh

melambat.

6.3 KESEJAHTERAAN

Angka kemiskinan Jawa Barat pada Maret 2017 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu. Penurunan tersebut terutama didorong oleh penurunan kemiskinan yang ada di

kawasan pedesaan Jawa Barat. Tingkat kemiskinan Jawa Barat per Maret 2017 tercatat sebanyak 4.168 ribu

jiwa atau 8,71% dari jumlah penduduk Jawa Barat, menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yang berjumlah 4.224 ribu jiwa atau 8,95% dari jumlah penduduk. Penurunan jumlah penduduk miskin

tersebut terutama didorong oleh penurunan jumlah penduduk miskin yang berada di pedesaan, dari 1.727

ribu jiwa pada Maret 2016 menjadi 1.580 ribu pada Maret 2017. Di sisi lain, jumlah penduduk miskin yang

ada di perkotaan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dari

2.498 ribu jiwa pada Maret 2016 menjadi 2.589 ribu pada Maret 2017.

Grafik 6. 7. Indeks yang Diterima Petani Jawa Barat Grafik 6. 8. Indeks yang Dibayar Petani Jawa Barat

Grafik 6. 9. Nilai Tukar Usaha Petani Jawa Barat

Page 172: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

145

Dibandingkan dengan kondisi di bulan September 2016, angka kemiskinan Jawa Barat pada Maret 2017

juga mengalami penurunan sebesar 0,06%, yang terutama didorong oleh penurunan jumlah penduduk

miskin di daerah pedesaan. Apabila dibandingkan dengan periode September 2016, jumlah penduduk miskin

di pedesaan turun dari 1.625 ribu jiwa menjadi 1.580 ribu jiwa pada Maret 2017. Sementara di perkotaan,

jumlah penduduk miskin naik dari 2.543 ribu jiwa menjadi 2.589 ribu jiwa pada Maret 2017.

Tingkat kemiskinan Jawa Barat cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun jumlah

penduduk miskin masih relatif besar. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2017 mencapai

60,65%, meningkat 0,31 % dibandingkan Februari 2016. Namun, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Jawa Barat juga masih relatif tinggi. TPT Februari 2017 tercatat 8,89%, lebih tinggi 0,17% dibandingkan TPT

Februari 2016. Jumlah setengah penganggur (orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu) masih

relatif tinggi, Februari 2017 mencapai 6,18% penduduk bekerja. Selain memberikan konsekuensi pada

tingkat kemiskinan, tingginya tingkat pengangguran akan berdampak pada meningkatnya ketimpangan

pendapatan Ketimpangan pendapatan Jawa Barat, yang diukur dengan angka gini ratio pada Maret 2017

masih relatif tinggi yakni berada pada kisaran 0,403 (Grafik 6.10).

Pada bulan Maret 2017 gini ratio Jawa Barat mengalami penuruna dibandingkan Maret 2016 (0,413). Gini

ratio pada Maret 2017 tercatat sebesar 0,403 atau masih terjadi ketimpangan sedang antar pendapatan

penduduk di Jawa Barat. Tingginya kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan di

suatu wilayah tidak terlepas dari strategi pembangunan yang diterapkan. Namun demikian, sebuah provinsi

dengan penopang perekonomian utamanya adalah industri pengolahan akan cenderung memiliki gini ratio

yang lebih tinggi daripada wilayah dengan penopang ekonomi di sektor primer seperti pertanian, terlebih

dengan karakteristik geografi yang luas.

Kinerja perekonomian Jawa Barat periode 2010 2015 menunjukkan tren penurunan, namun pada tahun

2016 menunjukkan adanya perbaikan, sedangkan di 2017 menunjukkan penurunan kembali. Hal ini

disebabkan faktor based year, dimana pada tahun 2016 terdapat momen Pekan Olahraga Nasional (PON)

yang diselenggarakan di Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan dan jasa selalu lebih tinggi

dibandingkan sektor riil, kecuali tahun 2013 (Grafik 6.11), sementara sektor riil masih mendominasi jumlah

penyerapan tenaga kerja sehingga terdapat kecenderungan ketimpangan pendapatan. Komponen

Grafik 6. 10. Perkembangan Indikator Kesejahteraan Jawa Barat

Page 173: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

146

pengeluaran konsumsi rumah tangga juga masih mendorong struktur ekonomi Jawa Barat sedangkan

komponen investasi (PMTB) memiliki share terhadap PDRB yang masih relatif rendah (Grafik 6.12) sedangkan

investasi dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja yang lebih luas dan meningkatan jumlah partisipasi

kerja. Faktor-faktor struktural seperti ini yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas

kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.

Sementara itu, garis kemiskinan terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan garis kemiskinan perkotaan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan

dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam periode yang sama tercatat mengalami peningkatan

tahunan sebesar 6,19% dari RP325.017 per kapita/bulan menjadi Rp345.151 per kapita/bulan. Sementara

itu, garis kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 5,15%, dari Rp324.937 per

kapita/bulan menjadi Rp341.682 per kapita/bulan.

Dalam satu tahun terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat 5,98% dari Rp324.992

perkapita/bulan pada Maret 2016 menjadi Rp344.427 per kapita/bulan pada Maret 2017. Apabila rata-rata

pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dilapangan usahakan sebagai penduduk miskin

maka kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena ambang nilai kemiskinan

turut mengalami peningkatan.

Grafik 6. 11. Pertumbuhan Sektor Primer, Sekunder dan

Tersier

Grafik 6. 12. Struktur Perekonomian Berdasarkan

Penggunaan

Page 174: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

BAB VII BAB VII

Page 175: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

148

Berdasarkan pada realisasi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2017 serta kondisi terkini

perekonomian global dan domestik, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2017 secara tahunan

diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2016. Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat diperkirakan relatif stabil dibandingkan triwulan III 2017, yaitu pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy).

Pertumbuhan masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga terkait faktor seasonal, yakni momen

perayaan hari Natal dan Tahun Baru. Pertumbuhan investasi (PMTB) diperkirakan meningkat sejalan

dengan peningkatan realisasi belanja modal pemerintah yang biasa terjadi pada akhir tahun. Sementara

itu, konsumsi Pemerintah juga diperkirakan tumbuh positif, terkait dengan kenaikan penyerapan

anggaran belanja barang pada akhir triwulan IV 2017.

Untuk keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan melambat terkait dengan melemahnya konsumsi rumah

tangga dan tidak adanya momen besar seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun sebelumnya.

Kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered price) seperti tarif listrik dan cukai rokok pada 2017

diperkirakan menahan daya beli rumah tangga. Namun, konsumsi dan investasi pemerintah diperkirakan

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada keseluruhan tahun 2017. Investasi

diperkirakan meningkat khususnya dari sisi pemerintah seiring dengan percepatan penyelesaian berbagai

proyek infrastruktur strategis, seperti Jalan Tol Cisumdawu yang merupakan bagian dari proyek Tol Trans

Jawa, Bandara Internasional Kertajati di Majalengka, LRT Terintegrasi Jabodebek, Tol Bogor Ciawi

Sukabumi (Bocimi), serta pembangunan tol dalam kota di Bandung (Bandung Intra Urban Toll

Road/BIUTR). Dari aspek eksternal, prospek positif pada kinerja ekonomi mitra dagang utama seperti

Amerika Serikat diperkirakan menjadi faktor pendorong, sejalan dengan prospek positif dari kerjasama

dengan negara-negara di kawasan ASEAN.

Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan meningkat pada tahun 2017 dibanding tahun 2016, meskipun

masih dalam kisaran sasaran inflasi tahunan. Bank Indonesia bersama-sama Pemerintah dalam forum

TPI/TPID berkomitmen untuk menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2017 sebesar

4%±1%. Potensi peningkatan inflasi tahun 2017 dipengaruhi oleh beberapa upside risk antara lain : (1)

berlanjutnya efek La Nina di awal tahun 2017 yang berdampak kepada produktivitas hortikultura; (2)

implementasi rencana Pemerintah melakukan penyesuaian tarif listrik melalui pencabutan subsidi untuk

pelanggan golongan 900VA Rumah Tangga Mampu (RTM) secara bertahap sepanjang tahun 2017; (3)

kenaikan biaya administrasi STNK di awal tahun; (4) kembali dinaikkannya cukai rokok di tahun 2017; (5)

akselerasi pertumbuhan ekonomi regional yang berpotensi meningkatkan permintaan dan pada akhirnya

harga-harga; (6) kenaikan harga komoditas global terutama minyak dunia yang berpotensi mendorong

kenaikan harga BBM di dalam negeri; serta (7) risiko tekanan di sisi komoditas pangan. Namun demikian,

dengan semakin diperkuatnya sinergi dan kerjasama antar daerah dalam rangka pengendalian inflasi,

diharapkan risiko-risiko ini dapat diantisipasi termasuk dampak lanjutannya (second round effect).

Page 176: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

149

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL

7.1.1. Prospek Perekonomian Global

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016.

Proyeksi pertumbuhan yang dirilis oleh IMF melalui World Economic Outlook (WEO) Juli 2017 dan

berdasarkan consensus forecast Juni 2017 juga mengindikasikan adanya peningkatan kinerja ekonomi

global pada tahun 2017 hingga 2018 (Tabel 7.1).

Momentum perbaikan ekonomi global diperkirakan ditopang oleh meningkatnya kinerja ekonomi baik

negara maju maupun negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi negara maju pada tahun 2017

diperkirakan meningkat menjadi 2,0% dari 1,7% pada tahun 2016. Pertumbuhan tersebut terutama

didorong oleh membaiknya perkiraan pertumbuhan beberapa negara maju, antara lain Amerika Serikat,

Kawasan Eropa dan Jepang. Sementara itu, perkiraan pertumbuhan ekonomi negara berkembang juga

meningkat menjadi 4,6% dari 4,1% pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terutama berasal

dari negara berkembang di Asia, antara lain Tiongkok dan Asia.

Selain itu, akselerasi perekonomian global pada tahun 2017 juga ditandai dengan kenaikan harga

komoditas. Sementara harga minyak mentah pada tahun 2017 diperkirakan mencapai USD 50,0/barel,

meningkat dibanding realisasi pada tahun 2016 sebesar USD 41,0/barel. Peningkatan pertumbuhan

ekonomi global akan mendorong kenaikan volume perdagangan dunia (barang dan jasa) yang pada

tahun 2017 diperkirakan tumbuh 4,0% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar 2,3% (yoy).

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber : WEO IMF, Consesus Forecast, Bank Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan meningkat menjadi 2,1% pada 2017 dari 1,6%

pada 2016. Hal ini dipengaruhi oleh konsumsi yang tumbuh solid dibandingkan periode sebelumnya dan

didukung kenaikan upah riil. Sementara itu investasi meningkat, namun investasi non residential

diperkirakan lebih rendah seiring pelemahan harga minyak.

2017 2018 2017 2018 2017 2018Dunia 3,1 3,5 3,6 3,8 3,9 3,5 3,6Negara Maju 1,7 2,0 1,9 2,0 2,0 1,9 1,9 Amerika Serikat 1,6 2,1 2,1 2,2 2,4 2,2 2,1 Kawasan Eropa 1,7 1,9 1,7 1,8 1,6 1,8 1,7 Jepang 1,0 1,3 0,6 1,4 1,1 1,2 0,6Negara Berkembang 4,1 4,6 4,8 5,3 5,5 4,6 4,8 Negara Berkembang Asia 6,4 6,5 6,5 Tiongkok 6,7 6,7 6,4 6,6 6,2 6,7 6,5 India 7,1 7,2 7,7 7,3 7,6 7,1 7,2Volume Perdagangan Dunia (barang & jasa) (%, yoy)2,3 4,0 3,9 2,4 2,5Minyak (Minas & ICP, Dolar AS per barel) 41,0 50,0 52,0

Bank Indonesia (Jul'17)2016

WEO IMF (Jul'17)

Consesus Forecast (Jun'17)

Page 177: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

150

Pertumbuhan Eropa pada 2017 diperkirakan meningkat menjadi 1,9% dari 1,7% pada tahun

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren meningkatnya PMI (Purchasing Manager Index) komposit,

penyelesaian utang Yunani, kinerja ekspor yang tetap prospektif dan membaiknya keyakinan pelaku

pasar. Selain itu, meredanya risiko geopolitik di Eropa pasca Brexit serta terpilihnya Presiden baru Perancis

diperkirakan akan meningkatkan ekspektasi dan keyakinan terhadap perbaikan ekonomi Eropa ke depan.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2017 sebesar 1,3%, meningkat dari 1,0% pada

tahun sebelumnya. Kenaikan pertumbuhan ini didorong oleh membaiknya permintaan domestik dan

eksternal. Menguatnya permintaan ini tercermin dari perkembangan industrial production (IP) Jepang

yang terus meningkat sejak awal tahun 2017.

Perekonomian Tiongkok pada tahun 2017 diperkirakan bertahan pada 6,7% di tengah masih

berlanjutnya agenda rebalancing economy. Perekonomian negara ini masih tetap solid didukung oleh

sektor konsumsi yang kemudian ditransmisikan kepada peningkatan kinerja manufaktur yang tercermin

dari peningkatan data PMI China sejak awal tahun 2017. Selain itu, pertumbuhan tersebut didorong oleh

tumbuhnya ekspor sejalan dengan kuatnya permintaan global terutama Amerika dan Eropa.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi India secara konsisten meningkat dilatarbelakangi oleh kesuksesan

reformasi strukturalnya. Pada tahun 2017 perekonomian India diperkirakan tumbuh 7,2%, meningkat

dibandingkan 7,1% pada tahun 2016. Prospek ekonomi tersebut terutama didorong oleh reformasi

perpajakan per 1 Juli 2017 dan the southwest monsoon yang akan mendorong sektor pertanian dan

menstimulasi konsumsi

Namun demikian, di tengah berbagai

perkembangan positif tersebut, terdapat

beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Risiko

pertama adalah kenaikan suku bunga kebijakan

diperkirakan berlangsung satu kali lagi pada

tahun 2017, setelah kenaikan pertama dan

kedua yang berlangsung pada Maret dan Juni.

Pada bulan Juni 2017, The Fed menaikan suku

bunga kebijakan sebesar 25 basis poin dan

berada pada kisaran 1-1,25%. Kenaikan tersebut didasari oleh perekonomian AS yang membaik, serapan

tenaga kerja tetap solid dan inflasi yang masih terkendali. Namun demikian, arah kebijakan moneter the

Fed tetap akomodatif untuk mendukung berlanjutnya penguatan pada kondisi pasar tenaga kerja dan

kembalinya inflasi menuju 2% secara berkesinambungan. Kenaikan FFR diperkirakan kembali terjadi pada

Desember 2017 sebesar 25 bp pada kisaran 1,25-1,50% dengan probabilitas 46% (Grafik 7.1).

Risiko lainnya yang perlu diwaspadai dari perekonomian global adalah rencana penurunan besaran neraca

bank sentral Amerika Serikat berupa serta dampaknya terhadap pasar keuangan global. The Fed akan

Source : Bloomberg

100%

78% 77%

45% 43%

28% 28%

0%

22% 23%

46% 46% 45% 45%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

July'17 Sept'17 Nov'17 Dec'17 Jan'18 Mar'18 Mei'18

1.00 - 1.25 1.25 - 1.50

Grafik 7.1

Page 178: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

151

mengurangi kepemilikan surat utang pemerintah AS hingga USD4,2 triliun serta surat utang beragun aset

mortgage yang diserap saat AS mengalami krisis finansial 2007-2009 silam. Selain itu, risiko meningkat

terkait perkembangan terkini geopolitik, khususnya di Korea Utara dan Timur Tengah.

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional

Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun

2016. Dalam asumsi dasar makro APBN-P 2017, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diasumsikan sebesar

5,2% (yoy) (Tabel 7.2), meningkat dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun

2016 sebesar 5,02% (yoy). Momentum pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut, ditopang oleh

konsumsi swasta yang diperkirakan masih tumbuh kuat; peningkatan konsumsi pemerintah serta

perbaikan investasi, baik swasta maupun pemerintah; serta peningkatan ekspor sejalan dengan prospek

perbaikan ekonomi global. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pada bulan Agustus 2017, BI

menurunkan suku bunga acuan BI 7days Repo Rate 25 bps dari 4,75% menjadi 4,50%. Kebijakan ini

bersama dengan penurunan suku bunga ditujukan untuk mendorong intermediasi perbankan yang lebih

optimal guna mendukung upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Tabel 7.2. Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN

Sumber : Kementerian Keuangan RI

Perkiraan peningkatan investasi salah satunya didorong oleh belanja modal Pemerintah dalam rangka

percepatan penyelesaian pembangunan proyek infrastruktur. Adapun investasi swasta yang bersifat non

bangunan diperkirakan mulai meningkat pada semester kedua sejalan dengan berakhirnya konsolidasi

yang dilakukan oleh korporasi yang kemudian dilanjutkan ke fase ekspansi.

Pertumbuhan ekspor diperkirakan meningkat khususnya sejalan dengan perbaikan ekonomi global serta

peningkatan harga sejumlah komoditas global. Peningkatan ekspor akan didorong oleh peningkatan

harga komoditas utama seperti CPO, batubara, bijih logam, kimia organik dan otomotif yang telah

menujukkan pergerakan positif sejak akhir tahun 2016. Tujuan ekspor utama diperkirakan masih kepada

negara-negara Asia seperti Tiongkok, India, Thailand, dan Jepang. Di sisi lain, kenaikan harga minyak

dunia akan memberikan dampak positif terhadap penerimaan Negara, meskipun berpotensi mendorong

risiko inflasi administered prices.

Asumsi Makro APBN-P 2016 2017Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,20 5,20Inflasi (%, yoy) 4,00 4,30Nilai Tukar (Rp/USD) 13.500 13.400Tingkat Bunga SPN 3 bulan rata-rata (%) 5,50 5,30Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/barel) 40 48Lifting Minyak Bumi (ribu/barel/hari) 820 815Lifting Gas Bumi (ribu/barel/hari) 1.150 1.150

Page 179: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

152

Dari aspek intermediasi perbankan, ekspansi pembiayaan diperkirakan terjadi pada tahun 2017 setelah

sebelumnya perbankan melakukan konsolidasi di tahun 2016. Ekspansi pembiayaan ini dapat menjadi

motor pendorong kegiatan investasi di domestik.

Adapun inflasi nasional pada tahun 2017 diperkirakan tetap berada pada kisaran sasaran sebesar

4%±1%. Hal ini didukung oleh semakin kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia

dalam mengatasi sejumlah risiko. Adapun risiko inflasi yang terutama dihadapi pada tahun 2017 adalah

terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan rencana kebijakan lanjutan kenaikan cukai rokok

pada bulan September.

Di tengah berbagai faktor yang mendorong perbaikan kondisi ekonomi nasional di atas, Bank Indonesia

tetap mewaspadai sejumlah risiko pada tahun 2017, antara lain arah kebijakan perdagangan Amerika

Serikat, risiko pelemahan nilai tukar Rupiah antara lain akibat kenaikan FFR, kenaikan inflasi akibat

administered prices yang dapat berpengaruh kepada daya beli, serta adanya risiko shortfall pajak.

7.2. PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA BARAT

7.2.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Kinerja ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh stabil dibandingkan

triwulan sebelumnya yakni pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Hal ini terutama dipengaruhi oleh pola

seasonal terkait periode hari Natal dan Tahun Baru pada akhir tahun 2017. Selain itu, ekspansi

pengeluaran pemerintah yang untuk membiayai investasi pembangunan infrastruktur dan belanja

komponen pembentuk konsumsi pemerintah pada akhir tahun diperkirakan akan menjadi faktor yang

dapat meningkatkan laju ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 2017.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan

melambat dibanding tahun 2016 pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy). Perlambatan ekonomi Jawa Barat

pada tahun 2017 terkait dengan melemahnya konsumsi rumah tangga dan tidak adanya momen besar

seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun sebelumnya. Namun demikian, perkiraan

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tetap berada di atas perkiraan nasional.

Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Permintaan

a. Konsumsi Rumah Tangga

IIIP IVP Total-pPDRB (%, yoy) 5,04 5,67 5,2 - 5,6 5,2 - 5,6 5,1 - 5,5 Konsumsi Rumah Tangga 5,07 5,60 3,3 - 3,7 3,6 - 4,0 4,0 - 4,4 Konsumsi LNPRT -8,13 5,48 3,4 - 3,8 3,5 - 3,9 3,0 - 3,4 Konsumsi Pemerintah 8,10 3,76 5,9 - 6,3 6,0 - 6,4 5,3 - 5,7 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,16 4,59 6,2 - 6,6 7,0 - 7,4 4,9 - 5,3 Ekspor LN 0,53 -3,28 7,4 - 7,8 8,4 - 8,8 3,5 - 3,9 Impor LN -3,26 1,42 0,8 - 1,2 3,5 - 3,9 (3,0) - (2,6) Net Ekspor Antar Daerah -7,04 -19,69 10,2 - 10,7 7,6 - 8,0 0,0 - 0,4

201720162015

Page 180: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

153

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh

meningkat dibanding triwulan III 2017, yakni pada kisaran 3,6% - 4,0% (yoy). Perkiraan

meningkatnya konsumsi rumah tangga ini terutama dipengaruhi oleh efek seasonal yakni momen Hari

Natal dan Tahun Baru pada akhir tahun 2017. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Survei Konsumen yang

dilakukan oleh Bank Indonesia, di mana Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 6 bulan mendatang di Jawa

Barat meningkat dari rata-rata 137,0 pada triwulan III 2017 menjadi 141,6 pada triwulan IV 2017.

Peningkatan terjadi pada ketiga komponen pembentuk indeks, terutama komponen indeks ekspektasi

kegiatan usaha dan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja (Grafik 7.2).

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Konsumsi rumah tangga pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh pada rentang 4,0% - 4,4% (yoy),

melambat dibandingkan realisasi pada tahun 2016. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh

Bank Indonesia, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 6 bulan mendatang tercatat secara konsisten terus

mengalami peningkatan hingga triwulan IV2017 dan walaupun sedikit melambat pada triwulan III 2017,

namun masih berada di area optimis (indeks di atas 100). Berdasarkan komponen penyusunannya,

ekspektasi konsumen yang positif ini terutama didorong oleh indeks ekspektasi penghasilan, selanjutnya

indeks ekspektasi kegiatan usaha dan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja. Kenaikan pada

indeks ekspektasi penghasilan salah satunya didasarkan pada kenaikan tahunan UMK, mengacu kepada

formula yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui PP No. 78 tahun 2015 tentang pengupahan.

Namun kenaikan UMK tahun 2017 di seluruh Kab/Kota di Jawa Barat adalah sebesar 8,25% (yoy), lebih

rendah dibanding kenaikan UMK tahun 2016 sebesar 11% (yoy). Dan pada tahun 2017, Pemerintah

kembali memutuskan untuk tidak menaikkan gaji pokok PNS sehingga dapat mempengaruhi daya beli

masyarakat.

Percepatan pembangunan infrastruktur yang kembali menjadi fokus pemerintah di tahun 2017 juga

diperkirakan memberikan multiplier effect kepada pendapatan masyarakat. Selain itu, inflasi yang

relatif terkendali juga memberikan dampak positif berupa terjaganya daya beli dan pada akhirnya

tingkat konsumsi masyarakat. Dari sisi moneter, pelonggaran suku bunga kebijakan yang dilakukan

sepanjang tahun 2016 diperkirakan akan terus ditransmisikan kepada penurunan suku bunga kredit di

tahun 2017.

Selain itu, penurunan suku bunga acuan BI 7days Repo Rate 25 bps menjadi 4,50% pada bulan Agustus

2017, juga diharapkan dapat memberi stimulus moneter yang dapat mendorong penyaluran kredit.

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi PenghasilanIndeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan KerjaIndeks Ekspektasi Kegiatan Usaha

PES

IMIS

OP

TIM

IS

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016 2017

Indeks

PES

IMIS

OP

TIM

IS

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen Jawa Barat Grafik 7.3. Indeks Pengeluaran 3 Bulan Mendatang

Page 181: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

154

Pelonggaran lainnya yakni pada ketentuan LTV (loan to value) berupa penurunan rasio DP (down

payment) untuk pembelian rumah dan kendaraan bermotor yang berlaku sejak Agustus 2016 juga

diperkirakan dapat mendorong konsumsi masyarakat untuk perumahan (KPR) dan kendaraan bermotor di

tahun 2017.

Hal lain terkait land reform, Kementerian ATR menargetkan bisa menerbitkan sertifikat tanah untuk

384.500 bidang tanah di Jawa Barat. Selain itu, terdapat 862 bidang sertifikat tanah di Jawa Barat yang

dapat dijadikan agunan dengan total nilai pinjaman mencapai Rp 35 triliun. Hal ini diharapkan dapat

mendorong ekspansi usaha baik oleh petani

maupun pelaku UMKM di Jawa Barat.

Sementara itu, perkiraan penguatan (apresiasi)

nilai tukar rupiah sebagaimana dicantumkan

dalam asumsi dasar ekonomi makro yaitu dari

Rp13.500/USD pada APBN-P 2016 menjadi

Rp13.400/USD pada APBN-P 2017 diperkirakan

juga berpotensi mendorong kegiatan konsumsi

masyarakat. Pada Grafik 7.4 terlihat bahwa

apresiasi nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2016

diikuti oleh peningkatan laju pertumbuhan impor barang konsumsi. Sebaliknya, pelemahan nilai tukar

pada awal tahun 2017 diikuti oleh penurunan pertumbuhan impor barang konsumsi di Jawa Barat. Hal ini

tidak terlepas dari posisi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak serta semakin

meningkatnya porsi masyarakat kelas menengah di Jawa Barat dengan kualitas jenis barang yang diminta

juga turut meningkat dan umumnya berbasis impor.

Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang berpotensi menahan laju pertumbuhan konsumsi rumah

tangga pada tahun 2017, yakni:

1. Kebijakan pemerintah yang kembali tidak menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS) pada tahun

2017.

2. Kebijakan pemerintah melakukan pencabutan subsidi untuk tarif listrik pelanggan daya 900VA

kelompok Rumah Tangga Mampu (RTM) secara bertahap pada Januari, Maret, dan Mei 2017 dan

pada Juli 2017 sepenuhnya menggunakan tarif non-subsidi.

3. Kebijakan Pemerintah menaikkan beberapa tarif administered prices serta adanya second round

effect pada komoditas lainnya diperkirakan dapat mendorong peningkatan inflasi tahun 2017

mendekati batas atas sasaran target inflasi tahunan. Peningkatan inflasi ini berpotensi menahan daya

beli serta ekspansi konsumsi masyarakat yang lebih tinggi lagi.

Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi

khususnya pada semester II 2017. Hal ini terkait dengan adanya tambahan penerimaan pemerintah

daerah melalui pembayaran DAU yang ditunda tahun 2016 oleh Pemerintah Pusat, dan tambahan

penerimaan daerah yang bersumber dari kenaikan biaya administrasi STNK.

-2,65

-14,10 -20

0

20

40

60

80

100

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

15.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% (yoy)IDR/USDNilai Tukar Nominal g. Impor Brg Konsumsi-kanan

Grafik 7.4 Perkembangan Impor Barang Konsumsi Jawa

Barat dan Nilai Tukar

Page 182: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

155

b. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / Investasi

Investasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh meningkat dibanding triwulan III 2017, yakni

pada kisaran 7,0% - 7,4% (yoy). Perkiraan meningkatnya kegiatan investasi tersebut terutama didorong

oleh prospek pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang berlangsung di Jawa Barat, salah satunya

Tol Soroja yang diprediksikan dapat mulai dioperasikan pada semester II 2017. Dari sisi swasta, investasi

diperkirakan masih akan terus meningkat khususnya investasi yang bersifat non bangunan atau barang

modal pendukung industri otomotif. Selain untuk memenuhi permintaan dari eksternal (khususnya

negara-negara di kawasan ASEAN), permintaan otomotif diperkirakan juga akan meningkat dari domestik

khususnya dari wilayah-wilayah berbasis SDA seiring dengan meningkatnya pendapatan pasca kenaikan

harga komoditas global.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2017 investasi diperkirakan mampu tumbuh pada rentang

4,9% - 5,3% (yoy) atau meningkat dibandingkan realisasi investasi 4,6% pada tahun 2016.

Berdasarkan komponen penyusunnya, investasi non bangunan yang secara konsisten tumbuh membaik

sepanjang tahun 2016 sejalan dengan terus meningkatnya pertumbuhan impor barang modal,

diperkirakan berlanjut ke tahun 2017 seiring dengan positifnya persepsi pelaku usaha terhadap

perekonomian di tahun 2017. Selain itu, keputusan S&P untuk menaikkan rating Indonesia ke investment

grade pada 2017 melengkapi rating sama yang telah diberikan oleh dua lembaga pemeringkat

s & Fitch).

Selain itu, kegiatan pembangunan serta perluasan pabrik yang bersifat multiyears dan diperkirakan

beroperasi pada tahun 2017 juga berpotensi kembali meningkatkan investasi fisik berupa pembelian

mesin. Adapun subsektor industri yang diperkirakan memberikan sumbangan terbesar pada peningkatan

investasi non bangunan ini adalah industri alat angkutan dan industri tekstil & produk tekstil (TPT). Hal ini

mengingat kedua industri ini memiliki kencenderungan untuk menambah varian produknya sebagai

bentuk penyesuaian terhadap perkembangan selera masyarakat. Adapun setiap perubahan model atau

varian produksi membutuhkan mesin dengan spesifikasi yang berbeda.

Di sisi lain, investasi bangunan juga diperkirakan mengalami akselerasi terbatas dengan disertai

dinamika pertumbuhan di setiap triwulannya. Investasi bangunan memberikan pangsa sekitar 70%

terhadap total investasi di Jawa Barat sehingga peningkatannya memberikan daya dorong yang besar

terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari sisi pemerintah, penyelesaian berbagai proyek infrastruktur

yang ada di Jawa Barat menjadi pendorong utama pertumbuhan investasi bangunan. Penyelesaian

proyek infrastruktur strategis dilakukan percepatan menjelang selesainya era kepemimpinan Presiden Joko

Widodo. Pada tahun 2017 diperkirakan akan mulai beroperasi Tol Soreang Pasir Koja (Soroja). Selain itu,

beberapa proyek strategis lainnya yang akan diselesaikan antara lain Bandara Internasional Kertajati

(launch tahun 2018), Tol Cisumdawu sebagai bagian dari Tol Trans Jawa, Tol BIUTR, LRT Terintegrasi

Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi), LRT Jakarta-Bogor-

Depok-Bekasi (Tabel 7.3), serta mulai digarapnya proyek pembangunan Pelabuhan Patimban sebagai

pelabuhan internasional pertama di Jawa Barat. Namun demikian, perlu diwaspadai tantangan pada

Page 183: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

156

kapasitas fiskal khususnya Pemerintah Pusat (mengingat mayoritas proyek strategis ini merupakan

wewenang nasional dan menggunakan anggaran K/L).

Tabel 7.4. Daftar Proyek Infrastruktur Strategis di Jawa Barat

Sumber : Pemerintah Provinsi Jawa Barat & Informasi Anekdotal

Sementara itu, investasi bangunan dari pihak swasta diperkirakan cenderung terbatas selain

daripada proyek pembangunan/perluasan pabrik yang bersifat multiyear mengingat saat ini

mayoritas perusahaan masih berfokus untuk meningkatkan kapasitas utilisasinya yang masih berada

di bawah level optimum. Berdasarkan hasil liaison rata-rata kapasitas utilisasi sektor industri pengolahan

di Jawa Barat sepanjang semester I 2017 berada pada kisaran 77% - 78%.

Adapun berdasarkan sumbernya, diperkirakan pertumbuhan investasi di tahun 2017 masih akan ditopang

oleh PMA mengingat mayoritas industri yang ada di Jawa Barat bersifat PMA dan cenderung

mengandalkan pembiayaan dari headquarters dalam kegiatan investasi atau ekspansi usahanya.

c. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Ekspor luar negeri pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,4 8,8% (yoy),

meningkat dibandingkan perkiraan triwulan III 2017 (7,4-7,8%). Sejalan dengan hal tersebut, impor

luar negeri juga diperkirakan tumbuh 3,5-3,9%, meningkat dibandingkan 0,8-1,2% pada triwulan

sebelumnya. Peningkatan permintaan ekspor terutama bersumber dari Amerika Serikat, Eropa dan

negara Asia terutama Tiongkok dan Jepang serta kawasan Asean.

Sementara itu, ekspor luar negeri Jawa Barat pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran

3,5-3,9% (yoy), sedangkan impor luar negeri diperkirakan tumbuh pada kisaran (-3,0%) - (-2,6)%

No RuasPanjang

(km)Target

Penyelesaian

1 Soreang - Pasir Koja 10.57 20182 Bandung Intra Urban Toll Road 27.30 20103 Cisumdawu 60.10 20194 Bogor - Ciawi - Sukabumi 54.00 20205 Cimanggis - Cibitung 25.90 20196 Cikarang (Cibitung) - Tj. Priok (Cilincing) 34.02 20187 Bogor Ring Road 8.44 20198 Depok - Antasari 19.93 20199 Sukabumi - Ciranjang 28.00 202110 Ciranjang - Padalarang 33.00 202311 Cileunyi - Nagreng - Tasikmalaya 70.00 201912 Tasikmalaya - Ciamis - Banjar 70.00 202213 Banjar - Pangandaran 80.00 2023

1 Bandara Internasional Kertajati - 20182 LRT Terintegrasi Jabodebek 181.00 20193 Kereta Cepat Jakarta - Bandung 142.00 2019

Keterangan : : Sedang Dalam Pengerjaan : Sedang Proses Feasibility Study (FS)

PROYEK JALAN TOL

PROYEK INFRASTRUKTUR LAINNYA

Page 184: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

157

(yoy). Pertumbuhan ekspor LN ini membaik dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2016 (-3,28%).

Namun perkiraan impor LN melambat dibandingkan tahun 2016 (1,42%).

Dari sisi eksternal, diperkirakan perekonomian global akan mengalami peningkatan pada tahun 2017.

Hal ini ditopang oleh pemulihan ekonomi AS serta perbaikan ekonomi Euro dan Jepang. IMF, Concensus

Forecast dan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2017 pada kisaran

3,5% - 3,8% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun 2016 sebesar 3,1% (yoy).

Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama Jawa Barat dengan pangsa pada tahun 2017

semester mencapai 18,48%, sedikit menurun dibanding tahun 2016 sebesar 20,07%. Jenis barang

ekspor utama Jawa Barat ke Amerika Serikat adalah barang-barang rajutan dengan pangsa sekitar

4,14%, pakaian jadi bukan rajutan (3,08%), mesin dan peralatan listrik (3,07%), dan alas kaki (1,64%).

Namun, mengacu kepada kondisi ekonomi AS yang mulai pulih ditandai kondisi ketenagakerjaan hingga

Desember 2016 membaik sementara inflasi Desember berada dalam kisaran prakiraan The Fed,

naik 3 kali sepanjang tahun 2017. Hal ini membawa risiko pelemahan

pada nilai tukar rupiah yang berpotensi menahan ekspansi kinerja ekspor dan impor Jawa Barat di mana

khususnya bahan baku ekspor manufaktur masih bergantung kepada pemenuhan melalui impor.

Sementara itu, pertumbuhan negara berkembang Asia pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 4,6% (yoy),

relatif meningkat dibanding tahun 2016 sebesar 4,1%. Secara gabungan, pangsa ASEAN sebagai negara

tujuan ekspor Jawa Barat pada 2017 semester I mencapai 25,18%. Pangsa ini meningkat dibanding

periode yang sama tahun 2016 sebesar 20,81%. Seiring dengan masih lemahnya permintaan dari Eropa,

berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Jawa Barat, diketahui bahwa kini sebagian pelaku usaha mulai mengalihkan fokus tujuan

ekspornya ke negara-negara berkembang di kawasan Asia. Sebagai contoh, perusahaan tekstil kini mulai

meningkatkan penetrasi pasarnya ke India, khususnya untuk produk kelas premium. Demikian juga

perusahaan-perusahaan otomotif semakin meningkatkan transaksi perdagangannya dengan negara-

negara di kawasan ASEAN seperti Thailand dan Filipina. Prospek yang positif pada pertumbuhan negara

berkembang Asia ini diperkirakan turut menjadi motor pendorong pertumbuhan Jawa Barat pada tahun

2017.

Harga minyak dunia juga diperkirakan

meningkat pada tahun 2017. Harga minyak

(minas & ICP) pada 2017 diperkirakan dapat

mencapai 50,0 USD/barel meningkat dibanding

2016 sebesar 41,0 USD/barel. Berdasarkan

regresi sederhana, diketahui bahwa

pertumbuhan harga minyak dunia memiliki

korelasi positif yang signifikan dengan

pertumbuhan ekspor luar negeri Jawa Barat

(Grafik 7.5). Peningkatan harga minyak dunia

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 20162017

% (yoy)% (yoy) g. Ekspor LN g. Harga Minyak-kanan

Grafik 7.5. Plotting Pertumbuhan Ekspor LN Jawa Barat

dan Harga Minyak Global

Page 185: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

158

menjadi salah satu cerminan dari peningkatan permintaan dan perdagangan global. Selain itu, harga

minyak global pada tahun 2017 yang diperkirakan terus meningkat berpotensi mendorong kenaikan

harga beberapa produk manufaktur Jawa Barat, salah satunya produk industri TPT (khususnya polyester).

Dengan demikian, prospek positif dari harga minyak dunia diperkirakan juga turut menjadi salah satu

motor pendorong pertumbuhan Jawa Barat pada tahun 2017. Namun demikian, potensi kenaikan harga

minyak dunia dapat mendorong kenaikan harga bahan bakar (menyesuaikan harga keekonomian) yang

berdampak kepada biaya produksi manufaktur dan biaya transportasi.

Di tengah prospek peningkatan ekonomi global, masih terdapat beberapa risiko yang berpotensi

menahan perbaikan ekonomi global, yaitu :

a. Kenaikan harga komoditas global (baik energi dan non energi) yang mendorong risiko kenaikan

inflasi global.

b. US policy mix, yakni adanya kebijakan stimulus fiskal (ekspansioner) yang dibarengi dengan

kebijakan moneter yang diperkirakan masih akan ketat (tight).

Secara ringkas, beberapa faktor risiko pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2017 disajikan

dalam tabel berikut.

Tabel 7.5. Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jabar tahun 2017

diperkirakan masih ditopang lapangan usaha utama Jawa Barat khususnya Industri Pengolahan

serta Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Kendaraan. Dalam empat tahun terakhir, industri

pengolahan memberikan andil pertumbuhan rata-rata 2,34% sedangkan Perdagangan memberikan andil

rata-rata 0,67%.

Lapangan Usaha Industri Pengolahan pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh pada rentang

4,7% - 5,1% (yoy), relatif konstan dibandingkan triwulan sebelumnya. Stabilnya lapangan usaha ini

diperkirakan sejalan dengan meningkatnya permintaan dalam negeri pada semester II dan permintaan

Variabel Faktor Risiko

▪ Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah (jalan tol, bandara, dan pelabuhan)

yang diharapkan memberikan tickle down effect kepada pendapatan masyarakat Jawa Barat

▪ Kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik untuk golongan pelanggan 900kVA

▪ Kebijakan pemerintah tidak menaikkan gaji pokok PNS pada tahun 2016

▪ Implementasi seluruh Paket Kebijakan Ekonomi secara lebih komprehensif dan merata

▪ Tambahan penerimaan pemerintah melalui Tax Amnesty yang dapat dialokasikan untuk

kegiatan-kegiatan pembangunan

▪ Transmisi pelonggaran suku bunga kebijakan ke penurunan suku bunga kredit investasi

▪ Pelonggaran LTV yang berdampak kepada meningkatnya permintaan perumahan serta

kegiatan pembangunan properti

▪ Implementasi Pusat Logistik Berikat khususnya melalui gudang kapas di Cikarang yang dapat

memangkas biaya logistik serta meningkatkan daya saing industri tekstil Jawa Barat

▪ Tendensi kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang proteksionis di era kepemimpinan

Presiden Donald Trump

▪ Implementasi MEA yang dapat semakin mendorong transaksi perdagangan dengan kawasan Asean

yang merupakan tujuan ekspor terbesar Jawa Barat, khususnya untuk output sektor manufaktur

▪ Meredanya risiko geopolitik di Eropa pasca Brexit

Konsumsi

Investasi

Ekspor

Page 186: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

159

ekspor yang terjadi sejak triwulan I 2017 sejalan dengan menguatnya perekonomian negara mitra

dagang. Secara keseluruhan tahun, pada tahun 2017, LU Industri Pengolahan diprakirakan tumbuh

melambat dari tahun 2016 pada kisaran 4,6% 5,0%. Prospek pertumbuhan LU Industri Pengolahan

didukung oleh perbaikan permintaan ekspor seiring dengan menguatnya kondisi ekonomi global

khususnya ekonomi negara mitra dagang. Sejalan dengan kenaikan permintaan ekspor, permintaan

domestik diperkirakan juga meningkat seiring dengan membaiknya harga komoditas global yang

mendorong kenaikan permintaan alat angkutan pendukung industri.

Lapangan Usaha Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Kendaraan pada triwulan IV 2017

diperkirakan tumbuh pada rentang 5,0% - 5,4% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya (4,6%-5,0%). Peningkatan lapangan usaha ini sejalan dengan pola seasonal LU

Perdagangan yang meningkat pada triwulan IV saat menghadapi momen Hari Natal dan Tahun Baru yang

mendorong permintaan penjualan retail khususnya makanan minuman dan pakaian. Secara keseluruhan

tahun, LU Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada kisaran

4,8% 5,2% pada tahun 2017. Tingginya kegiatan ekspor-impor seiring dengan membaiknya kinerja

industri pengolahan menjadi motor bagi aktivitas di sub-Lapangan Usaha Perdagangan. Di sisi ritel,

persiapan PILKADA serentak pada tahun 2018 khususnya kegiatan pemilihan Gubernur dan beberapa

kepala daerah di Jabar akan mendorong kenaikan lapangan usaha ini. Semakin solidnya konsumsi

masyarakat yang dipengaruhi menguatnya proyeksi nilai tukar dan inflasi yang terjaga diperkirakan juga

menjadi pendorong kinerja lapangan usaha ini.

Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan IV 2017 diperkirakan

melambat dibanding triwulan III 2017, yakni tumbuh pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy) dibandingkan

5,8%-6,2% (yoy). Perkiraan melambatnya produksi Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan terutama didorong oleh pola seasonal, yaitu mulainya masa tanam pasca berakhirnya masa

panen raya pada triwulan sebelumnya. Namun demikian Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan secara keseluruhan tahun diprakirakan tumbuh stabil. Pertumbuhan lapangan usaha ini

diperkirakan sebesar 5,6% 6,0%, didorong oleh perbaikan sistem irigasi dengan semakin

meningkatnya pengairan dari Waduk Jati Gede, kondisi cuaca yang stabil atau tidak terdapat anomali La

Nina maupun El Nino serta perbaikan harga komoditas karet yang juga dihasilkan oleh perkebunan di

Jawa Barat.

Tabel 7.6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Sisi Pengeluaran

Page 187: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

160

Lapangan Usaha Konstruksi pada triwulan IV 2017 diperkirakan pada kisaran 6,5% - 6,9% (yoy),

meningkat dibanding 5,9% - 6,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan

konstruksi didorong oleh penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah sejalan dengan realisasi anggaran

di tahun 2017 serta proyek-proyek pembangunan swasta khususnya yang bersifat multiyear. Pada tahun

2017, Lapangan Usaha Konstruksi diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya

yakni sebesar 5,4% 5,8%. Perkembangan lapangan usaha ini terutama didukung oleh berlanjutnya

pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah baik proyek satu tahun (tahun 2017) maupun proyek

multiyears khususnya yang ditargetkan selesai pada tahun 2017, seperti BIJB (Bandara Internasional Jawa

Barat) serta konstruksi swasta seperti pembangunan pabrik otomotif Wuling. Sejalan dengan kondisi

fiskal Pemerintah yang membaik dan ekspansi usaha oleh pelaku usaha, konstruksi diharapkan

menyumbang pertumbuhan lebih tinggi khususnya pada semester II 2017.

Selain beberapa faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, Bank Indonesia tetap mewaspadai beberapa

risiko yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2017, yakni:

1. Kebijakan Pemerintah menaikkan sejumlah tarif pada tahun 2017 berpotensi meningkatkan inflasi

dan menahan daya beli masyarakat

2. K

berpotensi mendorong arus modal keluar dan melemahkan nilai tukar Rupiah

3. Adanya risiko shortfall penerimaan pajak Pemerintah Pusat yang berpotensi mendorong kembali

dilakukan kebijakan penghematan anggaran pada tahun 2017.

7.2.2. Prospek Inflasi

Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat pada tahun 2017 dibanding tahun 20 16,

namun masih berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2017 sebesar 4%±1%. Secara umum,

IIIP IVP Total-pPDRB (%, yoy) 5,04 5,67 5,2 - 5,6 5,2 - 5,6 5,1 - 5,5 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 0,16 5,80 5,8 - 6,2 5,1 - 5,5 5,6 - 6,0 Pertambangan & penggalian 0,41 -0,97 (1,0) - (0,6) (2,3) - (1,9) (0,6) - (0,2) Industri pengolahan 4,39 4,77 4,7 - 5,1 4,7 - 5,1 4,6 - 5,0 Pengadaan Listrik dan Gas -6,80 3,37 (29,8) - (29,4)(30,1) - (29,7)(18,6) - (18,2) Pengadaan Air 5,88 6,33 10,4 - 10,8 11,4 - 11,8 9,5 - 9,9 Konstruksi 6,43 5,02 5,9 - 6,3 6,5 - 6,9 5,4 - 5,8 Perdagangan Besar & Eceran, Rep. Kendaraan3,71 4,44 4,6 - 5,0 5,0 - 5,4 4,8 - 5,2 Transportasi dan Pergudangan 8,90 8,84 3,6 - 4,0 5,7 - 6,1 5,0 - 5,4 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,10 9,31 6,3 - 6,7 5,6 - 6,0 7,5 - 7,9 Informasi dan Komunikasi 16,31 14,27 13,6 - 14,0 13,8 - 14,2 12,3 - 12,7 Jasa Keuangan 7,36 11,89 2,2 - 2,6 2,4 - 2,8 2,8 - 3,2 Real Estate 5,46 6,51 8,3 - 8,7 10,6 - 11,0 7,9 - 8,3 Jasa Perusahaan 8,15 8,16 5,5 - 5,9 6,3 - 6,7 6,7 - 7,1 Adm. Pemerintahan, Pertahanan & Jam. Sosial5,53 2,98 5,1 - 5,5 5,0 - 5,4 2,8 - 3,2 Jasa Pendidikan 10,17 7,61 13,3 - 13,7 10,8 - 11,2 10,4 - 10,8 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 14,14 9,48 7,1 - 7,5 5,4 - 5,8 7,2 - 7,6 Jasa lainnya 8,96 8,73 7,1 - 7,5 4,7 - 5,1 7,5 - 7,9

2015 20162017

Page 188: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

161

perkembangan inflasi Jawa Barat menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2013 dan mencapai titik

terendahnya pada tahun 2015 seiring dengan perlambatan ekonomi dan rendahnya harga komoditas

global.

Untuk keseluruhan tahun, tantangan yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi terutama bersumber

dari kelompok administered prices antara lain dengan adanya kebijakan reformasi energi yang dilakukan

Pemerintah melalui pencabutan subsidi tarif listrik 900 VA untuk golongan Rumah Tangga Mampu.

Propsek peningkatan harga minyak dunia yang mulai terlihat sejak akhir triwulan I 2016 menjadi risiko

yang juga perlu diwaspadai. Namun demikian, pada akhir tahun inflasi Jawa Barat diperkirakan dapat

berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional. Secara ringkas, beberapa faktor pendorong dan penahan

laju inflasi Jawa Barat pada tahun 2017 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 7.7. Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Tahun 2017

Faktor Pendorong (Upside Risk)

Penyesuaian tarif listrik secara bertahap untuk

kelompok pelanggan 900 kVA

Harga minyak dunia yang diperkirakan meningkat

akan mendorong penyesuaian harga BBM

Rencana penerapan skema BBM satu harga

Kenaikan tarif cukai rokok dan biaya administrasi

STNK tahun 2017

Berlanjutnya efek La Nina di awal tahun terhadap

produksi komoditas hortikultura (khususnya aneka

cabai dan bawang merah)

Faktor Penahan (Downside Risk )

Produksi pertanian untuk keseluruhan tahun 2017

diperkirakan lebih baik dibanding tahun 2016 seiring

berlalunya efek La Nina selepas triwulan I 2017

Page 189: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)
Page 190: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)
Page 191: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

164

Daftar Istilah

ADHB Atas Dasar Harga Berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada setiap tahun pada suatu daerah.

ADHK Atas Dasar Harga Konstan, menggambarkan perkembangan produksi riil barang

dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu daerah.

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh

perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak Januari 2014

menggunakan Tahun Dasar 2012 = 100.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini

memiliki skala 1 100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Page 192: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

AGUSTUS 2017

PROSPEK

PEREKONOMIAN

165

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup

industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan

tahun 2010 sebagai Tahun Dasar.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban

memberikan jawaban

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan

usaha/subkategori usaha yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Lapangan usaha

ekonomi dominan

Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga

mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas

Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak

dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 193: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Wiwiek Sisto Widayat, Ismet Isnono

KOORDINATOR PENYUSUN

Suarpika Bimantoro

EDITOR

Darjana, Amanda Lethizya Lestari S.

TIM PENULIS

Rahma Dewi P, Wahyu Putri Pamungkas, Ebrinda Daisy G.

KONTRIBUTOR

Fungsi Data Statistik Ekonomi dan Keuangan

Divisi Sistem Pembayaran, Komunikasi dan Layanan Publik

Divisi Pengembangan Ekonomi Daerah

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

Devy Anggraeni Mulyani

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Jl. Braga No. 108 Bandung, 40111

No. Telp. (022) 4230223 ext. 8290 No. Fax.(022) 4214326

Email : [email protected]

Softcopy dapat diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jabar/

Page 194: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · 1.2.1 Industri Pengolaha 32 ... 4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... Potensi seluruh Kabupaten/Kota)