kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian...

96
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

Upload: lamdung

Post on 30-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kepulauan Riau

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan III 2014

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

REGIONAL

Provinsi Kepulauan Riau

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan III 2014

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Visi Bank Indonesia

dapat dipercaya secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Misi Bank Indonesia

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak

dan berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

peran dalam menjalankan tugas-

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, dan

pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

i

K A T A P E N G A N T A R

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Kajian

Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014 dapat diselesaikan.

Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank

Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau

secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian

regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional.

Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut

berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi

Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional,

inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau

dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan

Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai

upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi

Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai

pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam

penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa

yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai

banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih

meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan

memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita

semua.

Batam, November 2014

KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ttd

Gusti Raizal Eka Putra

Deputi Direktur

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

iii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................ viii

DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xii

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. 1

BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum ......................................................................................... 4

1.2 Sisi Permintaan. ........................................................................................ 4

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................................... 5

1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................................... 6

1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) .............................................. 7

1.2.4 Ekspor ...................................................................................................... 8

1.2.5 Impor ....................................................................................................... 9

1.3 Sisi Penawaran. ........................................................................................ 10

1.3.1 Sektor Industri Pengolahan ...................................................................... 11

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) ......................................... 12

1.3.3 Sektor Bangunan ..................................................................................... 14

1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian ....................................................... 15

BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ........................ 16

2.1.1 Inflasi Triwulanan (qtq) ............................................................................. 16

2.1.2 Inflasi Tahunan (yoy) ................................................................................. 18

2.2 Perkembangan Inflasi Menurut Kota ........................................................ 19

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi .................................................. 20

2.3.1 Kelompok Volatile Food ............................................................................ 21

2.3.2 Kelompok Administered Price .................................................................. 21

2.3.3 Kelompok Inti ........................................................................................... 22

2.3.4 Ekspektasi Inflasi ....................................................................................... 22

Boks 1 Kesiapan Perekonomian Kepri Dalam Menghadapi Dampak Kenaikan Bbm 24

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

iv

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH

3.1 Perkembangan Perbankan ........................................................................ 26

3.1.1 Bank Umum ............................................................................................. 26

3.1.1.1 Aset ......................................................................................................... 27

3.1.1.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ........................................................................... 28

3.1.1.3 Kredit ....................................................................................................... 30

3.1.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)....................................................................... 36

3.1.1.5 Risiko Kredit ............................................................................................. 36

3.1.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ................................................................... 37

3.1.2.1 Aset ......................................................................................................... 37

3.1.2.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ........................................................................... 37

3.1.2.3 Kredit ....................................................................................................... 38

3.1.2.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)....................................................................... 40

3.1.2.5 Risiko Kredit ............................................................................................. 40

3.1.3 Perkembangan Perbankan Syariah (Bank Umum dan BPR) .......................... 41

3.1.3.1 Aset ......................................................................................................... 41

3.1.3.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ........................................................................... 42

3.1.3.3 Pembiayaan .............................................................................................. 42

3.1.3.4 Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) ........... 43

3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran ........................................................... 44

3.2.1 Transaksi Pembayaran Tunai ..................................................................... 44

3.2.1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ..................................... 44

3.2.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ........................................................... 44

3.2.1.3 Uang Rupiah Tidak Asli ............................................................................. 46

3.2.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai .............................................................. 47

3.2.2.1 Kliring Lokal ............................................................................................. 47

3.2.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)............................................................ 48

3.3 Perkembangan Transaksi Kegiatan Usaha PEnukaran Valuta Asing (KUPVA)

dan Penyelenggara Transfer Dana (PTD) .................................................... 50

3.3.1 Perkembangan Transaksi KUPVA ............................................................... 50

3.3.2 Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) ..................... 51

Boks 2 Soft Launching Operasional Kas Titipan di Tanjungpinang .......................... 52

BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1 Realisasi APBD di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau .................................... 53

4.1.1 Realisasi Penerimaan ................................................................................. 53

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

v

4.1.2 Realisasi Belanja ........................................................................................ 55

4.2 Realisasi Belanja APBN Infrastruktur di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau ..... 57

4.3 Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan .............. 59

BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5.1. Ketenagakerjaan ...................................................................................... 60

5.2. Kesejahteraan Masyarakat ........................................................................ 62

5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga ...................................................................... 62

5.2.2 Nilai Tukar Petani ...................................................................................... 63

BAB VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL

6.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 65

6.2. Prospek Inflasi ........................................................................................... 68

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy) ................................ 4

Tabel 1.2 Pertumbuhan EkonomiKepri Sisi Penawaran (yoy) ................................. 10

Tabel 2.1 Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang

dan Jasa (% qtq) ................................................................................. 17

Tabel 2.2 Andil Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang

dan Jasa (%) ........................................................................................ 17

Tabel 2.3 Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa

(% yoy) ............................................................................................... 18

Tabel 2.4 Andil Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok

Barang dan Jasa (%yoy) ....................................................................... 19

Tabel 2.5 Inflasi Bulanan di Kepulauan Riau Berdasarkan Kota ............................. 20

Tabel 2.6 Ekspektasi Inflasi Tahunan Dunia Usaha ............................................... 23

Tabel 3.1 Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau ...................... 26

Tabel 3.2 Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau ................................... 36

Tabel 3.3 Indikator Perbankan Syariah di Kepulauan Riau..................................... 41

Tabel 3.4 Pelaksanaan Kas Keliling 2014 ............................................................. 46

Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau .................. 47

Tabel 3.6 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau ........................ 49

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi

Kepulauan Riau ................................................................................... 55

Tabel 4.2 Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan

Riau .................................................................................................... 57

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Februari 2012 Agustus2014 ............................................. 60

Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama,

Provinsi Kepulauan Riau Februari 2012 Agustus 2014 ........................ 61

Tabel 5.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan

Utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari 2012 Agustus 2014 ............ 62

Tabel 5.4 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2014 ........................................ 62

Tabel 5.5 Nilai Tukar Petani Kepulauan Riau Per Subsektor Triwulan III-2014 ......... 64

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

vii

Tabel 5.6 Nilai Tukar Petani Per Subsektor Nasional dan Kepri Triwulan III-2014 .... 64

Tabel 5.7 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Kepri .................... 64

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global ................................................ 66

Tabel 6.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau ................................. 69

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

viii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1.1 Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Permintaan ....................................... 5

Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Makanan dan Non Makanan .......................... 6

Grafik 1.3 Perkembangan Hasil Survei Konsumen .................................................. 6

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................ 6

Grafik 1.5 Perkembangan KPR, KKB dan Kredit Multiguna ..................................... 6

Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang Modal Kepulauan Riau ............................. 7

Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Investasi (Bank Umum dan BPR) Kepulauan Riau ... 7

Grafik 1.8 Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah ............................... 8

Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas ......................................... 8

Grafik 1.10 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas ........................................................ 8

Grafik 1.11 Porsi Ekspor Komoditas Non Migas ....................................................... 9

Grafik 1.12 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Non Migas .................... 9

Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Migas ....................................... 9

Grafik 1.14 Perkembangan Impor Bahan baku, Barang Modal dan Barang Konsumsi. 10

Grafik 1.15 Porsi Impor Migas dan Non Migas ........................................................ 10

Grafik 1.16 Porsi Impor Migas dan Non Migas ........................................................ 10

Grafik 1.17 Kontribusi Terhadap PDRB dari Sisi Permintaan ..................................... 11

Grafik 1.18 Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau ....................................... 12

Grafik 1.19 Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan ...................................... 12

Grafik 1.20 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Sektor Industri

Pengolahan ......................................................................................... 12

Grafik 1.21 Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Industri Mikro Kecil ................ 12

Grafik 1.22 Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau ............... 13

Grafik 1.23 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel

Berbintang di Kepulauan Riau .............................................................. 13

Grafik 1.24 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada Sektor PHR ............................. 14

Grafik 1.25 Volume Bongkar Muat Barang Dalam Negeri di Pelabuhan Kota Batam . 14

Grafik 1.26 Konsumsi Semen Kepulauan Riau ........................................................ 15

Grafik 1.27 Perkembangan KPR ............................................................................. 15

Grafik 1.28 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Hasil Tambang Kepulauan Riau .... 15

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional .............................. 19

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

ix

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Wilayah Sumbagteng % (yoy) ............................. 19

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional .............................. 20

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau % (yoy) ..................................... 20

Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional .............................. 21

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau .................................................. 21

Grafik 2.7 Perkembangan Bahan Komoditi Hasil Survei Pemantauan Harga ........... 21

Grafik 2.8 Perkembangan Harga SLTP .................................................................. 22

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Angkutan Udara ................................................ 22

Grafik 2.10 Ekspektasi Inflasi .................................................................................. 22

Grafik 2.11 Perkembangan Perkiraan Inflasi 3 bulan yad ......................................... 22

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum ......................................................... 27

Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ............. 27

Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum ......................................................... 28

Grafik 3.4 Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi) ........................................ 28

Grafik 3.5 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank ........................................ 28

Grafik 3.6 Tiering DPK Bank Umum (Nominal) ...................................................... 29

Grafik 3.7 Tiering DPK Bank Umum (Jumlah Rekening).......................................... 29

Grafik 3.8 Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah ..................................... 30

Grafik 3.9 Perkembangan DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah ......................... 30

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Bank Umum....................................................... 30

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ........................... 30

Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank ................................ 32

Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit

Kendaraan Bermotor (KKB) .................................................................. 32

Grafik 3.14 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral .............................................. 33

Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral ................................. 33

Grafik 3.16 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah . 34

Grafik 3.17 Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Nominal) ..................................... 34

Grafik 3.18 Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Jumlah Rekening) ........................ 34

Grafik 3.19 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum ........................................... 35

Grafik 3.20 Perkembangan KUR Bank Umum ......................................................... 35

Grafik 3.21 Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum .................................. 35

Grafik 3.22 Perkembangan Aset BPR ...................................................................... 37

Grafik 3.23 Perkembangan DPK BPR....................................................................... 37

Grafik 3.24 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya ............................................ 37

Grafik 3.25 Perkembangan DPK BPR Berdasarkan Wilayah ...................................... 38

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

x

Grafik 3.26 Perkembangan Kredit BPR .................................................................... 38

Grafik 3.27 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya ................................... 38

Grafik 3.28 Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi ....................................... 40

Grafik 3.29 Perkembangan Kredit UMKM oleh BPR ................................................. 40

Grafik 3.30 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Wilayah................................... 40

Grafik 3.31 Perkembangan LDR dan NPL BPR .......................................................... 41

Grafik 3.32 Perkembangan Aset, DPK dan Pebiayaan Syariah .................................. 43

Grafik 3.33 FDR dan NPF Perbankan Syariah ........................................................... 43

Grafik 3.34 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau .............................. 44

Grafik 3.35 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau ........ 44

Grafik 3.36 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar ............................. 45

Grafik 3.37 Pelaksanaan Kas Keliling Per Bulan Tahun 2014 .................................... 45

Grafik 3.38 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau ........................... 46

Grafik 3.39 Perkembangan Kliring Kepulauan Riau ................................................. 48

Grafik 3.40 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepulauan Riau ............................ 48

Grafik 3.41 Perkembangan RTGS Provinsi Kepulauan Riau ....................................... 49

Grafik 3.42 Perkembangan Transaksi KUPVA .......................................................... 50

Grafik 3.43 Perkembangan Transaksi KUPVAterhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 50

Grafik 3.44 Porsi Mata Uang dalan Transaksi KUPVA .............................................. 50

Grafik 3.45 Perkembangan Transaksi PTD di Kepulauan Riau ................................... 51

Grafik 3.46 Jenis Transasi PTD ................................................................................ 51

Grafik 4.1 Komposisi Pendapatan Pemda .............................................................. 54

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda ................................................................. 54

Grafik 4.3 Komposisi Anggaran Belanja ................................................................ 55

Grafik 4.4 Realisasi Belanja Pemda ........................................................................ 55

Grafik 4.5 Komposisi Belanja Infrastruktur APBN Menurut Wilayah ........................ 58

Grafik 4.6 Realisasi Belanja Infrastruktur Menurut Wilayah .................................... 58

Grafik 4.7 Komposisi Belanja Infrastruktur APBN Menurut Proyek .......................... 58

Grafik 4.8 Realisasi Belanja Infrastruktur Menurut Proyek ...................................... 58

Grafik 4.9 Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepulauan Riau ........... 59

Grafik 5.1 Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB Perdagangan ....................................... 61

Grafik 5.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Konsumsi ......................................... 61

Grafik 5.3 Indeks Tendensi Konsumen .................................................................. 63

Grafik 5.4 Perkembangan NTP ............................................................................. 63

Grafik 5.5 NTP Menurut Subsektor ....................................................................... 63

Grafik 6.1 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau .............................. 65

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

xi

Grafik 6.2 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor PHR (Berdasarkan SKDU) .................... 66

Grafik 6.3 Hasil Survei Konsumen ......................................................................... 66

Grafik 6.4 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan

(Berdasarkan SKDU) ............................................................................. 67

Grafik 6.5 Perkiraan Pengeluaran 3 bulan yang akan datang Dibandingkan Saat Ini

(Berdasarkan Kelompok Komoditas ) .................................................... 68

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Tabel 1 Ringkasan Eksekutif Indikator Ekonomi dan Moneter Triwulanan................. a

Tabel 2 Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam .......................... b

Tabel 3 Perkembangan Inflasi Kota Batam, Pekanbaru dan Nasional ........................ c

Tabel 4 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Kepulauan Riau ................. d

Tabel 5 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Kepulauan Riau ................. e

Tabel 6 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Kota Batam ................................... f

Tabel 7 Data Pengaliran Kas Masuk/Keluar dan Kegiatan PTTB KPw. BI Prov. Kepri ... g

Tabel 8 Perputaran Kliring Batam, Tanjungpinang dan Tanjung Balai Karimun . ....... h

Tabel 9 Indikator Terpilih . ...................................................................................... i

Tabel 10 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek dan Lokasi

Kantor Cabang . ......................................................................................... j

Tabel 11 Perkembangan Sistem Pembayaran di Provinsi Kepulauan Riau . .................. k

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Ringkasan Eksekutif KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014 1

RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2014

Trend penguatan

pertumbuhan

ekonomi Kepulauan

Riau masih berlanjut

pada triwulan III

2014

Konsumsi rumah

tangga dan

konsumsi

pemerintah menjadi

penopang

penguatan

pertumbuhan

ekonomi

Secara sektoral,

pertumbuhan ekonomi

ditopang oleh

penguatan

pertumbuhan pada

sektor PHR.

Laju inflasi triwulan

III 2014, tercatat

lebih rendah

dibanding triwulan

sebelumnya

Secara total, aset,

kredit dan dana

pihak ketiga (DPK)

perbankan

Kepulauan Riau

menunjukkan

Pada triwulan III 2014 perekonomian Kepulauan Riau

tumbuh 6,9% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya sebesar 6,3% (yoy), juga lebih

tinggi dibanding pertumbuhan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 5,7% (yoy). Angka pertumbuhan pada

triwulan II 2014 tersebut lebih tinggi dibanding

pertumbuhan nasional sebesar 5,0% (yoy).

Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi

ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan

investasi, sementara kinerja ekspor mengalami penurunan.

Penguatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh

peningkatan konsumsi menjelang perayaan hari raya

Lebaran, serta liburan sekolah dan tahun ajaran baru yang

jatuh pada triwulan III, dan juga ditopang oleh perlambatan

laju inflasi. Sementara itu, investasi meningkat ditopang oleh

peningkatan impor barang modal. Namun, net ekspor

mengalami penurunan, disebabkan oleh penurunan impor

non migas khususnya pada produk elektronik yang

dipengaruhi oleh penurunan permintaan.

Secara sektoral, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama

ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR), yang terjadi searah

dengan peningkatan konsumsi rumah tangga. Sementara

itu, industri pengolahan tetap tumbuh stabil di tengah

pelemahan ekspor luar negeri, antara lain karena masih

ditopang oleh permintaan domestik yang tercermin dari

peningkatan pertumbuhan ekspor antar daerah.

Tren penurunan inflasi terus berlanjut pada triwulan III 2014.

Inflasi tercatat sebesar 4,41% (yoy) menurun dibanding

inflasi triwulan sebelumnya sebesar 6,03% (yoy). Penurunan

inflasi dipengaruhi oleh dampak kenaikan bahan bakar

minyak (BBM) di Juni 2013 yang semakin mereda di 2014,

serta faktor kecukupan pasokan sejumlah bahan makanan

khususnya bumbu-bumbuan. Namun, terdapat sejumlah

faktor yang menahan laju perlambatan inflasi pada triwulan

laporan antara lain kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan

harga elpiji, dan peningkatan permintaan seiring dengan

peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Lebaran.

Secara total, aset, kredit dan dana pihak ketiga (DPK)

perbankan Kepulauan Riau menunjukkan perlambatan pada

triwulan III 2014. Pada bank umum, kredit sebesar Rp29,7

triliun, tumbuh melambat dari 17,0% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 12,0% (yoy) pada triwulan laporan.

Sementara aset tercatat sebesar Rp46,4 triliun atau tumbuh

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Ringkasan Eksekutif KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014 2

perlambatan pada

triwulan III 2014.

Aktivitas pembayaran

tunai mengalami

peningkatan,

sebaliknya aktivitas non

tunai yang tercermin

melalui transaksi kliring

dan RTGS, mengalami

penurunan.

Angka realisasi

belanja pemerintah

masih relatif rendah

pada triwulan III

2014.

Jumlah

pengangguran

meningkat pada

Agustus 2013

dibanding periode

yang sama tahun

lalu, yang terjadi

karena peningkatan

jumlah angkatan

kerja tidak diimbangi

dengan Ketersediaan

lapangan pekerjaan.

Trend peningkatan

pertumbuhan ekonomi

diprakirakan masih

akan berlanjut pada

triwulan IV 2014.

Sementara laju inflasi

11,5% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 20,3% (yoy); DPK sebesar Rp40,0 triliun

tumbuh 12,5% (yoy) juga lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,3% (yoy).

Sementara itu, BPR mencatatkan penguatan pertumbuhan

kredit, sementara aset dan DPK tumbuh melambat.

Penyaluran kredit oleh BPR senilai Rp3,4 triliun, tumbuh

17,8% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 16,4% (yoy). Adapun Aset dan DPK masing-masing

sebesar Rp3,4 triliun dan Rp4,3 triliun, mencatatkan

pertumbuhan masing-masing sebesar 9,7% (yoy) dan

12,2% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya masing-masing sebesar 17,8% (yoy) dan 18,0%

(yoy).

Kegiatan transaksi tunai meningkat di triwulan laporan,

tercermin dari angka inflow dan outflow. Inflow sebesar Rp1

triliun meningkat signifikan sebesar 26,8% (yoy), sementara

total outflow sebesar Rp3,1 triliun mengalami penurunan

0,1% (yoy). Sementara itu, nilai transaksi kliring dan Real

Time Gross Settlement System (RTGS) masing-masing

sebesar Rp4,1 triliun dan Rp23,5 triliun, atau tumbuh

masing-masing sebesar negatif 15,5% (yoy) dan negatif

7,9% (yoy).

Adapun angka realisasi belanja pemerintah tercatat masih

sangat rendah di posisi akhir triwulan III 2014. Realisasi

belanja sebesar 44,0% atau sebesar Rp5,6 triliun dari

anggaran sebesar Rp12,8 triliun. Adapun realisasi

pendapatan Pemda sebesar 63,1% atau sebesar Rp7,0

triliun dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp11,1

triliun.

Jumlah pengangguran meningkat sebesar 6,7% (yoy).

Peningkatan pengangguran merupakan dampak dari

peningkatan jumlah angkatan kerja sebesar 2,8% (yoy) yang

tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan

serta pengurangan jumlah tenaga kerja yang cukup besar

pada beberapa sektor seperti sektor industri, konstruksi dan

pertambangan.

Sementara itu, daya beli petani meningkat, tercermin dari

peningkatan NTP, yang tercatat sebesar 101,91 lebih tinggi

dibanding NTP pada triwulan sebelumnya sebesar 100,82.

Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau diprakirakan

masih akan menguat pada triwulan IV 2014, ditopang oleh

penguatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah

dan investasi. Ekonomi diprakirakan akan tumbuh pada

kisaran 6,9% - 7,1% (yoy), sementar pertumbuhan ekonomi

untuk keseluruhan tahun 2014 diprakirakan pada kisaran

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Ringkasan Eksekutif KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014 3

diyakini akan menurun

secara tahunan.

6,2% - 6,4% (yoy).

Sementara itu, laju inflasi berpotensi meningkat pada

triwulan IV 2014, terutama dipengaruhi oleh kenaikan

bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014.

Meskipun demikian, secara keseluruhan tahun, inflasi 2014

diyakini masih lebih rendah dibanding inflasi 2013. Potensi

kenaikan harga di akhir tahun akan bersumber dari kenaikan

harga BBM bersubsidi, keterbatasan pasokan sejumlah

komoditas bahan makanan karena penurunan hasil panen

dan kondisi cuaca yang akan menghambat aktivitas nelayan

(musim angin utara), sementara konsumsi masyarakat

cenderung meningkat di akhir tahun.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

4

BAB 1

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

1.1. KONDISI UMUM

Tren penguatan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau masih berlanjut di triwulan III

2014. Ekonomi tercatat tumbuh 6,9% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya sebesar 6,3% (yoy); maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya

sebesar 5,7% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan

nasional sebesar 5,0% (yoy).

Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan masih

ditopang oleh penguatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal

tetap bruto (investasi). Penguatan konsumsi rumah tangga ditopang oleh peningkatan

konsumsi menjelang perayaan hari raya Lebaran, liburan sekolah dan tahun ajaran baru. Laju

inflasi yang terus melambat di triwulan III 2014 turut menjadi faktor pendorong pertumbuhan

konsumsi tersebut.

Dari sisi penawaran, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh

penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama yaitu sektor industri pengolahan

khususnya pada subsektor logam dasar, besi dan baja, serta pertumbuhan pada sektor

perdagangan, hotel, dan restoran sebagai dampak peningkatan konsumsi masyarakat.

1.2. SISI PERMINTAAN

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy)

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I** Tw.II** Tw.III**Konsumsi Rumah Tangga 7.1% 9.6% 7.4% 6.0% 4.8% 6.9% 5.0% 7.9% 9.1%Konsumsi Lembaga Swasta 5.7% 5.7% 3.0% 3.3% 4.2% 4.0% 10.0% 18.2% 17.8%Konsumsi Pemerintah 6.9% 8.7% 6.0% 5.0% 4.6% 6.0% 5.1% 5.0% 6.4%Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.6% 12.4% 11.4% 11.6% 10.0% 11.3% 9.9% 9.9% 10.6%Ekspor Barang dan Jasa 4.3% 4.2% -0.3% -0.4% 3.6% 1.8% -4.3% -2.6% -4.1%Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan 7.6% 2.0% -2.4% -2.0% 1.2% -0.3% -4.8% -2.6% 2.8%PDRB 6.8% 7.9% 6.0% 5.7% 5.0% 6.1% 5.2% 6.3% 6.9%Sumber: BPS Kepulauan Riau

* angka sementara

** angka sangat sementara

20122013

2013*2014

KOMPONEN PENGGUNAAN

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

5

Grafik 1.1 Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Permintaan

1.2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA

Penguatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih berlanjut dan menjadi

penopang utama pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan ketiga. Penguatan

konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi menjelang perayaan hari

raya Lebaran, serta liburan sekolah dan tahun ajaran baru yang jatuh pada triwulan ketiga.

Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 9,1% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya sebesar 7,9% (yoy). Penguatan pertumbuhan tersebut terjadi baik

pada konsumsi makanan maupun non makanan.

Pemberian THR dan gaji ketiga belas PNS di Juli, berdampak pada peningkatan daya

beli masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi hari raya, biaya sekolah di tahun

ajaran baru maupun kegiatan pengisi liburan sekolah, yang kemudian mendorong laju

pertumbuhan konsumsi. Peningkatan daya beli masyarakat tersebut juga tercermin dari

pertumbuhan konsumsi non makanan yang melaju lebih tinggi dibanding konsumsi

makanan, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 9,8% (yoy) dan 8,1% (yoy).

Peningkatan konsumsi juga ditopang oleh laju inflasi yang semakin melambat di triwulan

ketiga. Laju inflasi pada triwulan ketiga sebesar 4,4% (yoy); lebih rendah dibanding laju inflasi

triwulan sebelumnya sebesar 6,0% (yoy), juga lebih rendah dibanding laju inflasi pada

triwulan yang sama pada tahun lalu sebesar 7,3% (yoy).

Peningkatan konsumsi juga dipengaruhi oleh ekspektasi positif konsumen terhadap

kondisi ekonomi saat ini. Hasil survei konsumen Bank Indonesia menunjukkan angka indeks

keyakinan konsumen (IKK), indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspektasi

konsumen (IEK) secara rata-rata masing-masing sebesar 110, 102, dan 119. Angka indeks di

atas 100 tersebut menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini, yang tercermin dari tingkat konsumsi responden dan ekspektasi positif responden

terhadap kondisi perekonomian 6 (enam) bulan yang akan datang.

Konsumsi RT, 51.6%

Konsumsi Lembaga Swasta

Nirlaba, 0.9%

Konsumsi Pemerintah,

4.3%

Investasi, 22.5%

Net Ekspor, 20.6%

Sumber: BPS, diolah

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

6

Di sisi lain, kredit konsumsi tumbuh melambat dipengaruhi oleh perlambatan kredit

pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Trend perlambatan KKB dan

KPR yang masih berlanjut di triwulan laporan antara lain dipengaruhi oleh peraturan loan to

value (LTV) Bank Indonesia. Namun, kredit multiguna mengalami peningkatan pertumbuhan

searah dengan peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan.

Grafik 1.2

Perkembangan Konsumsi Makanan dan Non Makanan Grafik 1.3

Perkembangan Hasil Survei Konsumen

Grafik 1.4

Perkembangan Kredit Konsumsi

Grafik 1.5

Perkembangan KPR, KKB dan Kredit Multiguna

1.2.2. KONSUMSI PEMERINTAH

Konsumsi pemerintah tumbuh menguat yaitu sebesar 6,4% (yoy), lebih tinggi

dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun

sebelumnya masing-masing sebesar 5,0% (yoy). Meskipun konsumsi pemerintah meningkat

secara tahunan, namun angka realisasi anggaran belanja pemerintah tercatat masih rendah.

Hingga posisi akhir triwulan III 2014, total realisasi belanja pemerintah di Kepulauan

Riau (gabungan kabupaten/kota dan provinsi) mencapai 44,0% dari total anggaran belanja,

dengan porsi terbesar untuk belanja operasi sebesar 80,7%, sedangkan porsi belanja modal

hanya sebesar 15,5%. Realisasi belanja operasi baru mencapai 49,2% dari anggaran,

sementara realisasi belanja modal tercatat masih kecil yaitu sebesar 26,7% dari total

anggaran. Pada belanja operasi, porsi terbesar realisasi berupa belanja pegawai (36,2%),

0%

10%

20%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Konsumsi Makanan Konsumsi Non Makanan

(yoy)

Sumber: BPS

116114

100 104107

102

93 97

125126

106 111

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus Sept

2014

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)

INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Konsumsi

growth- Konsumsi (RHS)(Rp miliar) (%, yoy)

Sumber: Bank Indonesia

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

KPR KKB Multiguna

Sumber: Bank Indonesia

%, yoy

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

7

diikuti oleh belanja barang dan jasa (32,2%). Sementara pada belanja modal, porsi terbesar

realisasi berupa belanja modal jalan, irigasi dan jaringan (7,8%), kemudian belanja modal

peralatan dan mesin (2,6%), serta belanja modal gedung dan bangunan (3,8%).

Untuk memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,

pemerintah perlu meningkatkan realisasi belanja modal yang lebih tinggi khususnya untuk

pembiayaan infrastruktur sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang, serta

mendorong pertumbuhan ekonomi, dan investasi.

1.2.3. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (INVESTASI)

Investasi juga mencatatkan penguatan pertumbuhan di triwulan laporan. Investasi

tumbuh 10,6% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar

9,9% (yoy), namun masih lebih rendah dibanding angka pertumbuhan pada triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar 11,6% (yoy). Peningkatan investasi mengindikasikan

ekspektasi positif pelaku usaha terhadap kondisi bisnis di Kepulauan Riau.

Peningkatan investasi antara lain didukung oleh peningkatan prompt indikator impor

barang modal, yaitu berupa barang modal dan alat angkut industri. Total impor barang

modal senilai USD 424,91 juta, atau tumbuh sebesar sebesar 34,5% (yoy), lebih tinggi

dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 16,3% (yoy). Peningkatan impor

barang modal merupakan indikasi positif, adanya peluang peningkatan kapasitas produksi

dan diharapkan dalam beberapa waktu ke depan akan mendorong peningkatan output

sektor industri.

Searah dengan penguatan impor barang modal, pembiayaan investasi melalui kredit

perbankan juga meningkat. Kredit investasi pada akhir periode triwulan laporan tercatat

sebesar Rp9,2 triliun atau tumbuh 21,6% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 18,5% (yoy).

Grafik 1.6

Perkembangan Impor Barang Modal Kepulauan Riau

Grafik 1.7

Perkembangan Kredit Investasi (Bank Umum dan BPR)

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

450.00

500.00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Total Impor Barang Modal (LHS)

growth - Impor Barang Modal (RHS)

Sumber: Bank Indonesia

(Juta USD) (%, yoy)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Investasi growth - Investasi (RHS)

Sumber: Bank Indonesia

(Rp miliar) (%, yoy)

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

8

1.2.4. EKSPOR

Ekspor mencatatkan penurunan yang cukup dalam, dengan angka pertumbuhan

sebesar negatif 4,1% (yoy) atau menurun dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar negatif 2,6% (yoy). Berdasarkan daerah tujuan ekspor, penurunan ekspor terutama

terjadi pada ekspor luar negeri sementara ekspor antar daerah tumbuh menguat. Ekspor luar

negeri menurun 4,5% (yoy), sementara ekspor antar daerah tumbuh 9,6% (yoy).

Grafik 1.8

Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah

Grafik 1.9

Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas

Perlambatan total ekspor dipengaruhi oleh penurunan ekspor pada komoditas non

migas. Komoditas non migas dengan porsi 63,4% terhadap total ekspor, tumbuh negatif

17,6% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,8%

(yoy). Penurunan ekspor terjadi pada beberapa komoditas utama antara lain produk

elektronik, produk dari besi dan baja, mesin-mesin, serta kapal dan konstruksi terapung

lainnya. Berdasarkan survei liaison, beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa penurunan

ekspor produk elektronik antara lain dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap part-

part elektronik lama yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan, dan juga dipengaruhi oleh

penghentian operasi beberapa pabrik elektronik di Kota Batam. Adapun penurunan ekspor

pada besi dan baja antara lain dipengaruhi oleh penyelesaian sejumlah proyek konstruksi

migas di triwulan kedua (ditandai dengan angka pertumbuhan ekspor produk besi dan baja

yang tinggi di triwulan tersebut, sebesar 50,6% (yoy); sehingga ekspor cenderung akan

menurun di triwulan ketiga.

Namun, laju penurunan ekspor dimaksud tertahan oleh peningkatan ekspor pada

komoditas migas. Komoditas migas dengan porsi 36,6% terhadap total ekspor, mencatatkan

pertumbuhan sebesar 29,5% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 12,5% (yoy). Pertumbuhan ekspor terjadi pada komoditas gas alam, sementara

ekspor minyak dan hasil minyak masih terus mengalami penurunan.

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Net Ekspor Ekspor Impor(yoy)

Sumber: BPS

-60.00

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nilai Ekspor Non Migas Nilai Ekspor Migas

growth - Ekspor Non Migas growth - Ekspor Migas

Sumber: BPS, diolah

(Juta USD) (%, yoy)

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

9

Grafik 1.10

Porsi Ekspor Migas dan Non Migas

Grafik 1.11

Porsi Ekspor Komoditas Non Migas

Grafik 1.12

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Non

Migas

Grafik 1.13

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Migas

1.2.5. IMPOR

Di sisi lain, impor mencatatkan penguatan pertumbuhan, yaitu dengan angka

pertumbuhan sebesar 2,8% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar negatif 2,6% (yoy). Penguatan pertumbuhan impor terjadi baik pada komoditas

migas maupun non migas.

Penguatan impor non migas ditopang oleh penguatan impor barang modal yang

cukup signifikan, sementara impor bahan baku dan barang konsumsi mencatatkan

pertumbuhan negatif. Impor barang modal tumbuh 34,5% (yoy) sementara impor bahan

baku dan barang konsumsi masing-masing tumbuh negatif 0,5% (yoy) dan negatif 24,1%

(yoy). Peningkatan impor barang modal mengindikasikan adanya peluang peningkatan

produksi atau ekspor dalam beberapa waktu ke depan, karena impor barang modal akan

berdampak pada peningkatan kapasitas produksi. Sementara itu, penurunan impor bahan

baku kemudian berdampak pada penurunan ekspor seperti yang terjadi pada triwulan

laporan, karena ketergantungan industri pengolahan yang sangat tinggi terhadap impor.

Sebaliknya, impor komoditas migas mencatatkan penguatan pertumbuhan, baik pada

komoditas hasil minyak maupun hasil gas. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya

Migas, 36.60%

Non Migas, 63.40%

Sumber: BPS, diolah

28.17%

18.06%

13.36%

6.96%

5.51%

4.87%

4.39%

2.95%

2.01%

1.39%

85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc

84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli.

73 - Articles of iron and steel

15 - Animal or vegt. fats and oils

89 - Ships,boats and floating structures

90 - Optical,photographic,medical instr.

38 - Miscellaneous chemical products.

18 - Cocoa and cocoa preparations

87 - Vehicles other than railway

80 - Tin and articles thereof

Sumber: Bank Indonesia

-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani

Produk dari Besi dan Baja

Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll

Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll

Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya

(%, yoy)

Sumber: Bank Indonesia

-80.00

-60.00

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

growth ekspor - Minyak mentah growth ekspor- Hasil gas

(%, yoy)

Sumber: BPS Kepulauan Riau

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

10

peningkatan kebutuhan domestik terhadap kedua komoditas tersebut. Komoditas hasil

minyak dan hasil gas masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 22,9% (yoy) dan

16,3% (yoy).

Grafik 1.14

Perkembangan Impor Bahan Baku, Barang Modal dan

Barang Konsumsi

Grafik 1.15

Porsi Impor Migas dan Non Migas

Grafik 1.16

Porsi Impor Migas dan Nonmigas

1.3. SISI PENAWARAN

Pada sisi penawaran/sektoral, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III

2014 terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta sektor industri pengolahan.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Penawaran (yoy)

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

I II III IV I II III

2013 2014

Barang Konsumsi Barang Modal Bahan Baku

Sumber: Bank Indonesia

(%, yoy)

-60.00

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

2500.00

3000.00

3500.00

4000.00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nilai impor Migas Nilai Impor Non Migas

growth impor migas growth impor non migas

Sumber: BPS, diolah

(Juta USD) (%, yoy)

Migas, 17.11%

Non migas, 82.89%

Sumber: BPS, diolah

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I** Tw.II** Tw.III**Pertanian 1.9% 2.5% 1.6% 1.3% 1.9% 1.8% 2.1% 5.1% 7.1%Pertambangan & Penggalian 5.4% 6.5% 4.1% 2.2% 1.4% 3.5% 1.4% 1.3% 1.8%Industri Pengolahan 5.7% 7.1% 5.6% 5.5% 4.5% 5.7% 4.6% 5.1% 5.2%Listrik, Gas & Air Bersih 5.7% 4.4% 4.5% 4.6% 4.3% 4.5% 2.8% 2.9% 4.5%Bangunan 10.1% 10.9% 8.6% 12.6% 13.6% 11.5% 15.2% 13.3% 9.9%Perdagangan, Hotel & Restoran 9.7% 10.6% 7.9% 7.0% 6.3% 7.9% 6.7% 9.8% 11.7%Pengangkutan & Komunikasi 7.0% 6.6% 5.4% 4.4% 3.5% 5.0% 3.2% 5.0% 7.1%Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.3% 8.7% 5.0% 4.6% 3.5% 5.4% 2.7% 2.4% 2.1%Jasa-Jasa 6.7% 6.6% 4.2% 3.7% 2.5% 4.2% 3.2% 4.1% 6.6%PDRB 6.8% 7.9% 6.0% 5.7% 5.0% 6.1% 5.2% 6.3% 6.9%Sumber: BPS Kepulauan Riau

* angka sementara** angka sangat sementara

2014year on year

2012SEKTOR EKONOMI 2013

2013*

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

11

Grafik 1.17

Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Permintaan

1.3.1 Sektor Industri Pengolahan

Di tengah pelemahan ekspor luar negeri, industri pengolahan tetap tumbuh stabil,

antara lain karena ditopang oleh permintaan domestik yang tinggi, tercermin dari penguatan

pertumbuhan ekspor antar daerah. Sektor industri pengolahan tumbuh 5,2% (yoy) atau

relatif stabil dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,1% (yoy).

Penguatan permintaan dalam negeri yang tercermin dari ekspor antar daerah menjadi

faktor penopang pertumbuhan industri pengolahan. Ekspor antar daerah tumbuh 9,6% (yoy)

atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,1% (yoy).

Berdasarkan subsektornya, penguatan industri pengolahan terutama ditopang oleh

subsektor logam dasar, besi dan baja serta subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya,

masing-masing dengan angka pertumbuhan sebesar 7,1% (yoy) dan 3,7% (yoy), meningkat

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,8% (yoy) dan 3,3% (yoy).

Penguatan pertumbuhan subsektor logam dasar besi dan baja yang terutama berupa produk

pipa besi dan baja dipengaruhi oleh permintaan perusahaan-perusahaan eksplorasi minyak

dan gas Australia yang tetap tinggi terhadap produk tersebut, seiring dengan kegiatan

eksplorasi minyak dan gas yang tetap tinggi di kawasan tersebut. Adapun untuk produk

olahan CPO (subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya), melalui survei liaison, pelaku

usaha mengungkapkan bahwa tingkat permintaan produk olahan CPO cenderung terus

meningkat, karena sebagian besar merupakan bahan baku atau bahan pendukung beberapa

produk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, shampoo, maupun kosmetik.

Pertanian, 4.4%

Pertambangan & Penggalian, 7.2%

Industri Pengolahan,

46.8%

Listrik, Gas & Air Bersih, 0.6%

Bangunan, 8.8%

Perdagangan, Hotel & Restoran,

21.3%

Pengangkutan & Komunikasi, 4.5%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan, 4.9%

Jasa-jasa, 2.5%

Sumber: BPS, diolah

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

12

Grafik 1.18

Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau

Grafik 1.19

Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan

Penguatan pertumbuhan sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi melalui hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau yang

menunjukkan perbaikan realisasi kegiatan usaha pada triwulan laporan dibanding triwulan

sebelumnya, dengan saldo bersih sebesar negatif 8,3 atau lebih baik dibanding saldo bersih

pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 12,0. Searah dengan hasil SKDU, pertumbuhan

produksi baik pada industri mikro kecil maupun industri besar sedang juga tercatat lebih

tinggi pada triwulan laporan, yaitu masing-masing sebesar 13,3% (yoy) dan 6,8% (yoy) lebih

tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar masing-masing 7,9% (yoy)

dan 4,6% (yoy).

Grafik 1.20

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Sektor

Industri Pengolahan

Grafik 1.21

Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Industri Mikro

Kecil

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Penguatan konsumsi berdampak pula terhadap penguatan pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sektor PHR tumbuh 11,7% (yoy), lebih tinggi

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,8% (yoy). Berdasarkan subsektor,

penguatan pertumbuhan terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran, sementara

26.23%

8.15%

3.47%

3.44%

3.08%

1.66%

0.68%

0.60%

0.15%

Alat Angk., Mesin & Peralatannya

Logam Dasar Besi & Baja

Semen & Brg. Galian bukan logam

Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet

Barang lainnya

Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Kertas dan Barang Cetakan

Makanan, Minuman dan Tembakau

Sumber: Bank Indonesia-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Logam Dasar Besi dan Baja

Alat Angk., Mesin & Peralatannya

Semen dan Barang Galian Bukan Logamyoy

Sumber: BPS, diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Ind.Pengolahan (SKDU)- Perkiraan

Ind.Pengolahan (SKDU)- Realisasi

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau

(saldo bersih)

-4.38

7.88

13.31

15.84

4.58

6.81

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Pertumbuhan Produksi Industri Mikro Kecil (%,yoy)%, yoy

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

13

subsektor hotel dan restoran tumbuh melambat searah dengan penurunan jumlah wisman di

triwulan laporan.

Pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran didorong oleh peningkatan

konsumsi masyarakat menjelang hari raya Lebaran, tahun ajaran baru dan liburan sekolah,

serta ditopang pula oleh perlambatan laju inflasi pada triwulan laporan. Subsektor

perdagangan besar dan eceran tumbuh 12,5% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya sebesar 10,0% (yoy).

Di sisi lain, subsektor hotel dan restoran tumbuh melambat searah dengan penurunan

jumlah wisman yang berkunjung ke Kepulauan Riau. Subsektor hotel dan subsektor restoran

tumbuh masing-masing sebesar 8,3% (yoy) dan 7,5% (yoy) atau lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar masing-masing 8,8% (yoy) dan 8,6% (yoy).

Adapun kunjungan wisman tumbuh 4,4% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya sebesar 8,5% (yoy).

Penguatan pertumbuhan pada sektor PHR juga terkonfirmasi melalui hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Kepulauan Riau yang menunjukkan peningkatan realisasi

kegiatan usaha pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya, dengan angka saldo

bersih sebesar 55,0 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 50,00. Sementara itu,

kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Kota Batam, justru menunjukkan penurunan.

Hal tersebut terjadi diprakirakan karena pedagang telah meningkatkan stok barang tahan

lama di bulan Juni (untuk kebutuhan Lebaran di Juli), tercermin dari kegiatan bongkar muat

yang tinggi di triwulan kedua, khususnya di bulan Juni. Kondisi tersebut menyebabkan

kegiatan bongkar muat di triwulan ketiga mengalami penurunan.

Grafik 1.22

Jumlah Wisman yang Berkunjung ke

Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 1.23

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama

Menginap Hotel Berbintang di Kepulauan Riau

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Jumlah Wisman (orang - LHS)

Pertumbuhan (%, yoy - RHS)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0

10

20

30

40

50

60

70

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

e

July

Au

gu

st

Se

pte

mb

er

Oct

ob

er

No

ve

mb

er

De

sem

be

r

Jan

ua

ri

Fe

bru

ari

Ma

ret

Ap

ril

Ma

y

Jun

e

July

Au

gu

st

Se

pte

mb

er

2012 2013 2014

TPK (% - LHS) Rata-Rata Lama Menginap (hari - RHS)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

14

Grafik 1.24

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada Sektor PHR

Grafik 1.25

Volume Bongkar Muat Barang Dalam Negeri di

Pelabuhan Kota Batam

1.3.3 Sektor Bangunan

Tren perlambatan sektor bangunan berlanjut di triwulan laporan. Sektor bangunan

tumbuh 9,9% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar

13,3% (yoy). Perlambatan sektor bangunan dipengaruhi oleh penyelesaian sejumlah proyek

pemerintah pada triwulan pertama dan kedua 2014 dan diprakirakan juga dipengaruhi oleh

penurunan permintaan pada properti residensial.

Sejumlah proyek pemerintah maupun swasta telah terselesaikan pada triwulan

pertama dan kedua 2014, sebagai bagian dari persiapan pemerintah maupun swasta untuk

perhelatan MTQ Nasional pada triwulan kedua 2014. Dari sektor propersi residensial, melalui

liaison kepada pelaku usaha, diperoleh informasi bahwa tingkat penjualan perumahan

cenderung menurun di sepanjang 2014, dipengaruhi oleh kebijakan loan to value (LTV) oleh

Bank Indonesia, sementara kenaikan harga bahan material akibat pengaruh pelemahan nilai

tukar menyebabkan harga rumah terus mengalami peningkatan. Berdasarkan survei harga

properti residensial (SHPR) Kota Batam yang dilakukan oleh Bank Indonesia, indeks harga

properti residensial Kota Batam menunjukkan peningkatan yaitu dari 106,6 pada triwulan

sebelumnya menjadi 108,4 pada triwulan laporan.

Dari sisi kredit, pertumbuhan kredit konstruksi tercatat membaik meskipun masih

tumbuh negatif. Total kredit yang disalurkan perbankan ke sektor konstruksi pada posisi

akhir triwulan laporan sebesar Rp1,6 triliun atau tumbuh negatif 6,3% (yoy), lebih baik

dibanding angka pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar negatif 18,4% (yoy). Searah

dengan perlambatan sektor bangunan, pertumbuhan konsumsi semen Kepulauan Riau juga

menunjukkan tren menurun. Total konsumsi semen sebesar 207.161 ton, atau tumbuh

negatif 7,3% (yoy).

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

PHR (SKDU)- Perkiraan Kegiatan Usaha

PHR (SKDU) - Realisasi Kegiatan Usaha(saldo bersih)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Kepulauan Riau

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

15

Grafik 1.26

Konsumsi Semen Kepulauan Riau

Grafik 1.27

Perkembangan KPR

1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh menguat didorong oleh peningkatan

hasil minyak dan gas. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 1,8% (yoy), lebih tinggi

dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,3% (yoy).

Berdasarkan subsektor, subsektor minyak dan gas bumi tumbuh menguat searah

dengan penguatan ekspor minyak dan gas. Subsektor minyak dan gas bumi tumbuh 1,7%

(yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,8% (yoy).

Peningkatan ekspor minyak dan gas mengindikasikan adanya peningkatan lifting minyak dan

gas Kepulauan Riau.

Di sisi lain, subsektor pertambangan tanpa migas dan penggalian mencatatkan

perlambatan pertumbuhan, yang masih merupakan dampak pelarangan ekspor mineral

mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009. Kedua subsektor tersebut masing-masing mencatatkan

angka pertumbuhan sebesar 1,3% (yoy) dan 2,6% (yoy), atau lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar masing-masing 3,2% (yoy) dan 3,0% (yoy).

Searah dengan kondisi tersebut, nilai ekspor luar negeri untuk komoditas pertambangan non

migas dan penggalian (aluminium, timah, pasir granit), masih mencatatkan pertumbuhan

negatif, yaitu sebesar negatif 88,8% (yoy).

Grafik 1.28

Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Hasil Tambang

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs)

Pertumbuhan Semen (rhs)

(% yoy)(ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Konstruksi

Pertumbuhan Kredit Konstruksi

Sumber: Bank Indonesia

(Rp miliar) (%, yoy)

-150.00

-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nilai Ekspor - Pertambangan dan Penggalian Lainnya (RHS)Nilai Ekspor - Pertambangan Pasir/Bijih Metal (RHS) growth - Pertambangan Pasir/Bijih Metal (LHS) growth - Pertambangan dan Penggalian Lainnya (LHS)

Sumber: Bank Indonesia

(%, yoy)(Juta USD)

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

16

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

Secara triwulanan, laju inflasi pada triwulan III 2014 meningkat dibanding triwulan

sebelumnya. Inflasi triwulan III sebesar 2,14% (qtq), lebih tinggi dibanding inflasi triwulan

sebelumnya sebesar negatif 0,36% (qtq). Peningkatan laju inflasi terutama terjadi pada

kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

yang terjadi seiring dengan peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat menjelang hari

raya Lebaran. Selain itu, kenaikan tarif listrik dan gas elpiji di triwulan III juga turut

mendorong laju inflasi pada triwulan laporan.

Secara tahunan, inflasi pada triwulan III sebesar 4,41% (yoy), lebih rendah dibanding

inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,03% (yoy), karena dampak kenaikan harga

bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pada Juni 2013 sudah semakin menurun

pengaruhnya di triwulan III 2014.

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.1.1 Inflasi Triwulanan (qtq)

Secara triwulanan, laju inflasi pada triwulan III 2014 meningkat dibanding triwulan

sebelumnya. Inflasi triwulan III sebesar 2,14% (qtq), lebih tinggi dibanding inflasi triwulan

sebelumnya sebesar negatif 0,36% (qtq).

Peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat menjelang hari raya Lebaran

mendorong peningkatan inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok Makanan

jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi 4,92%

(qtq) dan memberikan andil inflasi sebesar 1,03%; sementara kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau mencatatkan inflasi 2,17% (qtq) dengan andil 0,34%.

Pada triwulan III juga terjadi kenaikan tarif listrik, dan kenaikan harga gas elpiji

mendorong terjadinya inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar. Inflasi

tercatat sebesar 1,28% (qtq) dengan dan memberikan andil inflasi 0,33%.

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

17

Tabel 2.1.

Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% qtq)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Namun, peningkatan laju inflasi tertahan oleh penurunan inflasi pada kelompok

kesehatan seiring dengan semakin menurunnya dampak kenaikan tarif kesehatan di rumah

sakit Otorita Batam yang dilakukan pada triwulan II. Kelompok kesehatan mencatatkan inflasi

sebesar 0,26% (qtq) dengan andil 0,01% ; lebih rendah dibanding inflasi pada triwulan

sebelumnya sebesar 7,84% (qtq) dan andil 0,32%.

Tabel 2.2.

Andil Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

I II III IV I II III

1 Bahan Makanan 2,47 1,51 6,71 2,79 2,86 -5,76 4,92

2Makanan Jadi, minuman,

rokok dan tembakau1,95 1,24 2,05 1,14 1,85 1,26 2,17

3Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar1,73 0,60 1,15 1,22 0,46 1,57 1,28

4 Sandang -1,14 -2,22 3,77 -0,40 0,66 0,52 0,35

5 Kesehatan 1,32 1,02 0,65 0,52 0,34 7,84 0,26

6Pendidikan, rekreasi dan

olahraga0,09 0,27 2,21 0,82 0,21 0,00 2,81

7Transpor, komunikasi dan

jasa keuangan-0,11 3,21 8,28 0,64 0,19 -0,01 1,00

1,33 1,16 4,20 1,34 0,38 -0,36 2,14Umum

No Kelompok2013 2014

I II III IV I II III

1 Bahan Makanan 0,62 0,38 1,71 0,73 0,76 -1,28 1,03

2Makanan Jadi, minuman,

rokok dan tembakau0,36 0,23 0,38 0,21 0,33 0,19 0,34

3Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar0,40 0,14 0,27 0,28 0,10 0,39 0,33

4 Sandang -0,09 -0,16 0,27 -0,03 0,05 0,03 0,02

5 Kesehatan 0,05 0,04 0,02 0,02 0,01 0,32 0,01

6Pendidikan, rekreasi dan

olahraga0,00 0,02 0,12 0,04 0,01 0,00 0,21

7Transpor, komunikasi dan

jasa keuangan-0,02 0,52 1,37 0,11 0,03 0,00 0,20

1,33 1,16 4,20 1,34 0,38 -0,36 2,14

No Kelompok2013 2014

Umum

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

18

2.1.2 Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi tahunan Kepulauan Riau pada triwulan III 2014 sebesar 4,04% (yoy), lebih

rendah dibanding inflasi nasional sebesar 4,53% (yoy) dan juga relatif masih lebih rendah

dibanding wilayah sekitar di area Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), antara lain inflasi

Kota Padang, Jambi dan Pekanbaru, dengan angka inflasi triwulan III masing-masing sebesar

6,00% (yoy), 4,31% (yoy) dan 5,5% (yoy). Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa proses

distribusi barang dan kerjasama antar daerah baik di dalam maupun di luar wilayah

Kepulauan Riau, sehingga kecukupan pasokan barang terjaga dengan baik.

Tabel 2.3.

Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Secara tahunan, inflasi tertinggi di triwulan laporan terjadi pada kelompok kesehatan

serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, masing-masing dengan inflasi

sebesar 9,23% (yoy) dan 5,77% (yoy). Inflasi pada kelompok kesehatan terjadi karena

peningkatan harga sebagian besar obat-obatan yang diperkirakan dilakukan oleh produsen

obat sebagai penyesuaian terhadap kenaikan biaya produksi sepanjang 2013 dan 2014.

Adapun inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dipengaruhi

oleh peningkatan permintaan makanan jadi menjelang Lebaran serta harga rokok yang

cenderung terus mengalami kenaikan.

I II III IV I II III

1 Bahan Makanan 6,04 6,37 11,09 14,09 14,63 6,42 4,63

2Makanan Jadi, minuman,

rokok dan tembakau4,53 5,04 6,47 6,52 5,62 5,65 5,77

3Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar2,11 2,52 3,57 4,78 3,49 4,49 4,63

4 Sandang 1,26 -0,16 1,19 -0,09 2,67 5,55 2,07

5 Kesehatan 2,55 2,76 3,24 3,56 2,73 9,66 9,23

6Pendidikan, rekreasi dan

olahraga3,09 2,76 2,59 3,41 3,65 3,37 3,98

7Transpor, komunikasi dan

jasa keuangan1,09 4,07 12,61 12,35 13,09 9,56 2,20

3,41 4,07 7,29 8,24 7,84 6,03 4,39

No Kelompok2013

Umum

2014

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

19

Grafik 2.1.

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional

Grafik 2.2.

Perkembangan Inflasi Wilayah Sumbagteng % (yoy)

Tabel 2.4. Andil Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Sementara itu, andil inflasi tahunan terbesar dicatatkan oleh kelompok perumahan,

air, listrik dan bahan bakar serta kelompok bahan makanan, masing-masing dengan andil

sebesar 1,17% dan 1,00%. Andil inflasi dihitung dari bobot komoditas (persentase nilai

konsumsi) dikali inflasi yang terjadi pada komoditas tersebut. Bobot atau persentase nilai

konsumsi yang cukup besar dengan inflasi yang cukup tinggi pada kelompok bahan makanan

maupun kelompok air, listrik dan bahan bakar, menyebabkan kedua kelompok tersebut

memberikan andil inflasi yang besar.

2.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Angka inflasi Provinsi Kepulauan Riau merupakan gabungan inflasi dua kota yaitu

Kota Batam dan Tanjungpinang dengan bobot masing-masing sebesar 86% dan 14%. Pada

I II III IV I II III

1 Bahan Makanan 1,55 1,63 2,89 3,69 3,25 1,35 1,00

2

Makanan Jadi,

minuman, rokok dan

tembakau

0,83 0,93 1,17 1,18 0,87 0,89 0,91

3Perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar0,49 0,59 0,81 1,08 0,87 1,15 1,17

4 Sandang 0,09 -0,01 0,08 -0,01 0,16 0,33 0,12

5 Kesehatan 0,10 0,11 0,12 0,13 0,11 0,43 0,40

6Pendidikan, rekreasi

dan olahraga0,17 0,15 0,14 0,18 0,27 0,25 0,30

7Transpor, komunikasi

dan jasa keuangan0,18 0,66 2,18 2,13 2,58 1,89 0,43

3,41 4,07 7,29 8,24 7,84 6,03 4,39

2013No Kelompok

Umum

2014

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

20

triwulan III 2014 inflasi Kota Batam sebesar 4,57% (yoy) dan Kota Tanjungpinang sebesar

3,54% (yoy) sehingga membentuk angka inflasi Kepulauan Riau sebesar 4,04% (yoy).

Grafik 2.3.

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional

Grafik 2.4.

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau % (yoy)

Sepanjang triwulan III, inflasi Kota Tanjungpinang relatif lebih tinggi dibanding inflasi

Kota Batam. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh akses distribusi dan kelancaran pasokan ke

Kota Batam yang relatif lebih baik karena didukung oleh infrastruktur transportasi

(pelabuhan dan bandara) yang lebih memadai. Selain itu, terdapat sejumlah perusahaan

perdagangan retail besar (berskala nasional) di Kota Batam sehingga pasokan barang

cenderung lebih stabil, dan inflasi lebih terkendali. Sebaliknya di Kota Tanjungpinang,

perkembangan perusahaan retail tidak sebaik di Kota Batam.

Tabel 2.5. Inflasi Bulanan di Kepulauan Riau Berdasarkan Kota

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan disagregasi, penurunan inflasi Kepulauan Riau pada triwulan III 2014

dipengaruhi oleh penurunan inflasi pada kelompok volatile food, kemudian administered

price dan kelompok inti. Kelompok volatile food, administered price, dan inti masing-masing

mencatatkan inflasi triwulan II sebesar 4,69% (yoy); 6,68% (yoy) dan 3,80% (yoy); lebih

rendah dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 6,68% (yoy); 10,26% (yoy) dan

4,55% (yoy).

Inflasi

mtm (%) Maret April Mei Juni Juli Agustus September

Batam 0,10 -0,53 0,07 0,27 1,15 0,50 0,48

Tanjungpinang 0,15 -0,87 -0,62 0,12 1,59 0,53 0,06

Kepulauan Riau 0,11 -0,57 -0,03 0,24 1,21 0,50 0,42

Nasional 0,08 -0,02 0,16 0,43 0,93 0,47 0,27

2014

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

21

Grafik 2.5.

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional

Grafik 2.6.

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau

2.3.1 Kelompok Volatile Food

Pada kelompok volatile food, kenaikan harga terutama terjadi pada komoditas cabai

merah, bayam dan kangkung. Peningkatan harga pada komoditas cabai merah di Kota Batam

searah dengan data nasional yang mencatatkan inflasi pada komoditas tersebut. Kondisi ini

dikarenakan pasokan dari petani cabai merah di sentra-sentra penghasil utama di Jawa

mengalami penurunan.

Sumber : Bank Indonesia, Survei Pemantuan Harga

Grafik 2.7.

Perkembangan Bahan Komoditi Hasil Survei Pemantauan Harga

2.3.2 Kelompok Administered Price

Sejumlah komoditas administered price mengalami peningkatan harga di triwulan III.

PT PLN Persero secara bertahap menaikkan tarif listrik dari bulan Mei hingga November,

sebagai penyesuaian terhadap peningkatan biaya produksi. Sementara itu PT PLN Batam juga

menaikkan tarif listrik di Juni sehingga dampak inflasinya dirasakan pada Juli 2014. Pada

bulan September 2014, PT Pertamina menaikan harga elpiji non subsidi 12 kg yang

mendorong peningkatan inflasi kelompok bahan bakar rumah tangga. Inflasi juga terjadi

pada komoditas rokok (rokok putih, rokok kretek, dan rokok kretek filter).

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

22

Selain itu, kenaikan tarif angkutan juga terjadi pada triwulan laporan yang merupakan

pola musiman, yakni terjadi sebelum dan sesudah Lebaran (arus balik dan arus mudik

Lebaran).

2.3.3 Kelompok Inti

Beberapa komoditas inti yang mengalami peningkatan di triwulan III 2014

diantaranya yaitu biaya pendidikan SLTP dan sejumlah komoditas pada kelompok makanan

jadi. Kenaikan tarif SLTP merupakan kenaikan regular pada setiap tahun ajaran baru.

Sementara kenaikan sejumlah komoditas makanan jadi juga merupakan pola musiman yang

terjadi seiring dengan peningkatan permintaan menjelang hari raya Lebaran.

Sumber : Survey Pemantauan Harga, diolah Sumber : Survey Pemantauan Harga, diolah

Grafik 2.8.

Perkembangan Harga SLTP

Grafik 2.9.

Perkembangan Harga Angkutan Udara

2.3.4 Ekspektasi Inflasi

Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap Inflasi

selama tiga bulan sampai dengan enam bulan yang akan datang lebih rendah dibanding

inflasi pada triwulan III 2014.

Grafik 2.10.

Ekspektasi Inflasi

Grafik 2.11.

Perkembangan Perkiraan Inflasi 3 bulan yang akan datang

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

23

Ekspektasi inflasi oleh pelaku usaha relatif searah dengan ekspektasi konsumen. Hal

ini sesuai hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) pada triwulan III 2014 dimana kalangan

pengusaha memperkirakan angka inflasi triwulan IV lebih kecil dibandingkan triwulan III

2014.

Tabel 2.6. Ekspektasi Inflasi Tahunan Dunia Usaha

Sumber : Bank Indonesia, Survei Kegiatan Dunia Usaha

Sektoral Tw I Tw II Tw III

Pertanian Perkebunan dan Kehutanan 7,00 6,67 7,11

Pertambangan 8,00 7,00 6,00

Industri pengolahan 5,64 7,82 7,15

Listrik, gas dan air bersih 5,00 7,00 6,00

Bangunan 6,14 6,38 7,43

Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,80 6,19 6,16

Pengangkuta dan Komunikasi 8,00 7,17 6,50

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 6,37 5,83 6,22

Jasa-jasa 5,50 2,00 4,25

Rata-rata 6,38 6,83 6,31

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

24

KESIAPAN PEREKONOMIAN KEPULAUAN RIAU DALAM MENGHADAPI DAMPAK KENAIKAN BBM

Langkah pemerintah untuk mengurangi subsidi bahan bakar (BBM) bertujuan untuk mendorong penyehatan fiskal sehingga anggaran pemerintah dapat disalurkan ke sektor yang lebih produktif seperti infrastruktur, kesehatan dan pemberantasan kemiskinan. Hal tersebut terlihat dari pendapatan dari sektor migas yang tidak mampu mencukupi biaya untuk subsidi energi. Selain itu, konsumsi BBM bersubsidi yang meningkat setiap tahunnya menyebabkan peningkatan impor minyak. Saat ini, minyak merupakan salah satu penyumbang impor terbesar pada neraca perdagangan. Ditengah kondisi neraca perdagangan yang defisit, nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak dapat dielakkan lagi karena akan berdampak terhadap nilai tukar Rupiah. Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, tentunya akan memberikan dampak yang kurang baik bagi perekonomian Indonesia kedepannya. Kenaikan harga BBM yang tidak dapat dihindarkan lagi, tentunya akan memberikan tekanan terhadap perekonomian, dikarenakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak hanya mempengaruhi sektor perhubungan/transportasi, tetapi hampir keseluruhan sektor perekonomian lainnya. Pengurangan subsidi BBM yang direncanakan akan dilaksanakan oleh Pemerintah dalam waktu dekat perlu mendapat perhatian khusus oleh pemerintah daerah, dikarenakan kenaikan harga BBM bersifat katalis yang mendorong kenaikan harga barang-barang secara umum (inflasi). Bila hal tersebut tidak ditangani secara seksama akan menyebabkan inflasi yang tidak terkendali, yang selanjutnya akan menurunkan daya beli masyarakat.

Kenaikan harga BBM terakhir kali dilakukan oleh pemerintah pada Juni 2013, dimana terjadi kenaikan harga bensin dari Rp4.500 menjadi Rp6.000 dan solar dari Rp4.500 menjadi Rp5.500 yang memberikan dampak inflasi yang cukup besar. Bila melihat dampaknya di Provinsi Kepulauan Riau, kelompok komoditas yang terkena dampak paling besar adalah kelompok transportasi kemudian kelompok bahan makanan dan makanan jadi, seperti pada tabel boks 1.1.

Tabel Boks 1.1. Andil Inflasi Sebelum Dan Sesudah Kenaikan BBM (Kenaikan BBM Juni 2013)

Khusus untuk kelompok transportasi, selain komoditas bensin dan solar, komoditas yang menyumbang andil terbesar pada bulan Juni 2013 adalah bensin sebesar 0,42 (mtm) dan angkutan dalam kota sebesar 0,04 (mtm) dari total andil transportasi sebesar 0,49 (mtm). Dampak kenaikan BBM mencapai puncaknya pada Juli 2013. Kenaikan tarif transportasi yang signifikan menyumbang

4 5 6 7 8 9 10

1. BAHAN MAKANAN 0,04 0,16 0,19 0,99 0,43 0,28 0,06

2. MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU 0,07 0,12 0,04 0,17 0,02 0,19 0,06

3. PERUMAHAN, LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0,08 0,05 0,01 0,01 0,19 0,06 0,07

4. SANDANG -0,06 -0,07 -0,03 -0,06 0,20 0,12 -0,06

5. KESEHATAN 0,02 0,01 0,01 0,00 0,02 0,01 0,00

6. PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 0,00 0,00 0,01 0,04 0,04 0,03 0,01

7. TRANSPOR, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN 0,00 0,04 0,49 1,29 0,04 0,05 0,02

- Transpor 0,00 0,00 0,48 1,29 0,04 0,03 0,02

- Komunikasi dan Pengiriman 0,00 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

- Sarana dan Penunjang Transpor 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,00

- Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

UMUM 0,14 0,29 0,72 2,45 0,94 0,76 0,16

2013Komoditas

BOKS - 1

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

25

andil yang cukup besar, antara lain pada komoditas: angkutan sungai, danau dan penyebrangan sebesar 0,01 (mtm); angkutan dalam kota sebesar 0,22 (mtm); angkutan udara sebesar 0,04 (mtm); serta tarif taksi sebesar 0,04 (mtm). Sementara komoditas lainnya tidak memberikan andil terhadap inflasi dengan signifikan. Dengan kata lain penyumbang terbesar inflasi pada kelompok transportasi saat harga BBM dinaikan adalah tarif angkutan. Kenaikan tarif angkutan inilah yang selanjutnya menyebabkan kenaikan harga pada komoditas lainnya, khususnya komoditas makanan yang memang hampir sebagian besar dipasok dari daerah lain.

Bila melihat dampak inflasi dari kenaikan BBM yang dilakukan oleh pemerintah beberapa waktu yang lalu, inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM tidak akan berlangsung dalam waktu yang lama. Umumnya inflasi hanya akan berlangsung dalam jangka pendek, dengan inflasi tinggi di satu bulan pertama kemudian inflasi akan terus menurun dalam tiga bulan dan inflasi akan normal kembali pada bulan keempat.

Kenaikan harga BBM bersubsidi yang mulai berlaku sejak tanggal 18 November 2014, dengan kenaikan bensin dari Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan solar bersubsidi dari Rp5.500 menjadi Rp7.500 akan memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung pada laju inflasi. Dampak langsung akan terjadi pada komoditas bensin dan solar, sementara dampak tidak langsung akan mempengaruhi tarif angkutan (angkutan antar kota, angkutan dalam kota, angkutan laut, dan tarif taksi) serta komoditas lainnya (core dan volatile food). Dampak langsung kenaikan diproyeksikan akan menyumbang inflasi kumulatif sebesar 1,5%, serta dampak tidak langsung sebesar 1,0% sampai akhir tahun 2014. Secara total, kenaikan BBM diproyeksikan akan menyumbang inflasi sebesar 2,5% (kumulatif November-Desember 2014).

Selanjutnya, untuk menjaga agar dampak dari kenaikan BBM tidak menyebabkan inflasi yang berlebihan, maka pemerintah daerah memiliki peranan yang sangat strategis dengan koordinasi antara lembaga terkait. Pemerintah daerah harus melakukan langkah antisipatif, khususnya untuk kelompok barang yang mendapat pengaruh paling besar, seperti kelompok transportasi. Beberapa langkah antisipasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah bersama instansi terkait lainnya yaitu: a. Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan (penimbunan dan penyelewengan) BBM

bersubsidi terutama menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi; b. Mengatur dan menjaga kenaikan tarif angkutan agar kenaikannya terjadi secara wajar dengan

mempertimbangkan daya beli masyarakat; c. Memperkuat program komunikasi kepada masyarakat dalam rangka mengelola ekspektasi

inflasi, dengan menyampaikan beberapa hal penting antara lain: (i) dampak inflasi dari kenaikan harga BBM bersifat temporer; (ii) penyesuaian harga BBM merupakan upaya reformasi bidang energi yang diperlukan untuk kesehatan perekonomian dalam jangka panjang; dan (iii) kenaikan harga barang dan jasa sepatutnya tidak berlebihan karena hanya diakibatkan oleh kenaikan biaya distribusi sementara persediaan mencukupi;

d. Menjaga kecukupan stok pangan, antara lain melalui kerjasama dengan daerah terdekat Kepulauan Riau. Beberapa tantangan di akhir tahun yang dapat mendorong inflasi bahan makanan dan harus dapat diantisipasi oleh pemerintah daerah antara lain: (i) hingga saat ini BULOG menyatakan bahwa belum ada stok raskin untuk November dan Desember karena sudah disalurkan di Maret dan April (kecuali Pemerintah Pusat menyetujui untuk menyalurkan raskin ke 13 dan 14); (ii) harga cabai yang diperkirakan masih akan tinggi hingga awal tahun karena faktor penurunan hasil panen serta bencana di Gunung Sinabung yang masih berlanjut; (iii) angin musim utara yang akan mulai terasa di Desember akan berdampak pada keterbatasan pasokan ikan segar.

(Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau)

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

26

BAB 3

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEMPEMBAYARAN DAERAH

Secara total, aset, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Kepulauan Riau

menunjukkan perlambatan pada triwulan III 2014. Sementara di sisi sistem pembayaran tunai,

tingginya net inflow pada triwulan III menunjukkan masih tingginya konsumsi masyarakat

pada triwulan pelaporan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau yang

didorong oleh konsumsi masyarakat. Dari sisi sistem pembayaran non tunai, perlambatan

kinerja perbankan juga berpengaruh pada penurunan transaksi kliring pada triwulan laporan.

3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN

3.1.1. BANK UMUM

Pada triwulan III 2014, bank umum mencatatkan perlambatan pertumbuhan

tercermin dari pertumbuhan aset, dana, dan kredit. Total aset tercatat sebesar Rp46,4 triliun

atau tumbuh 11,5% (yoy), lebih lambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 20,3% (yoy); sementara total DPK tercatat sebesar Rp40,0 triliun atau tumbuh 12,5%

(yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 23,3% (yoy);

sedangkan total kredit sebesar Rp29,7 triliun tumbuh 12,1% (yoy), lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,0% (yoy).

Tren perlambatan kredit masih terjadi di tahun 2014 yang telah dimulai dari awal

tahun ini sejalan dengan target Bank IndonesiaI untuk mengarahkan pertumbuhan kredit di

rentang 15-17%. Sejalan dengan perlambatan kredit, kualitas kredit di Kepulauan Riau

menunjukkan perbaikan pada triwulan III. NPL pada triwulan IIII sebear 1,7% lebih baik

dibandingkan dengan triwulan II sebesar 1,7%. Dari sisi fungsi intermediasi perbankan, LDR

perbankan Kepulauan Riau mengalami peningkatan pada triwulan III sebesar 74,2%

dibandingkan triwulan II sebesar 72,7%.

Tabel 3.1 Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014

Total Aset 35.661 37.857 41.632 44.062 42.558 45.528 46.416 19,34% 20,26% 11,49%

Total Dana 30.406 32.289 35.589 38.392 36.701 39.798 40.019 20,70% 23,26% 12,45%

Total Kredit 23.233 24.662 26.504 28.235 27.694 28.844 29.698 19,20% 16,96% 12,05%

NPL 2,04% 1,56% 1,61% 1,39% 1,70% 1,74% 1,71% - - -

LDR 76,41% 76,38% 74,47% 73,54% 75,46% 72,74% 74,21% - - -

dalam Rp miliar

2014 Pertumbuhan (yoy)

Perkembangan Indikator Utama Bank Umum (Rp miliar)

2013

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

27

1.1.1.1. Aset

Aset bank umum pada triwulan III tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Total aset sebesar Rp46,4 triliun, tumbuh 11,5% (yoy), atau lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 20,3% (yoy) dan juga lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar 19,3% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank, perlambatan juga terjadi di kelompok bank

pemerintahdan swasta. Sedangkan kelompok bank asing dan campuran mengalami kontraksi

cukup dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Pertumbuhan kelompok bank

pemerintah dan swasta sebesar 9,7% (yoy) dan 13,7% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 20,3% (yoy) dan 20,9% (yoy). Sedangkan

pada kelompok bank asing dan campuran mengalami kontraksi sebesar -6,1% (yoy), turun

lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,2% (yoy).

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum

Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan

Kelompok Bank

Sementara itu, dilihat dari sebaran aset perbankan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau,

bank umum di Kota Batam masih mendominasi porsi aset dengan pangsa/share sebesar

77,0%(yoy), diikuti oleh Kota Tanjungpinang dengan porsi aset sebesar 18,4% (yoy), dan sisa

4,6%(yoy) di wilayah Kab/Kota lainnya. Pertumbuhan aset di kota Batam tumbuh melambat

sedangkan di kota Tanjungpinang dan Kab/Kota lainnya mengalami peningkatan. Di kota

Batam aset perbankan umum tumbuh melambat sebesar 12,9% (yoy) dibandingkan triwulan

II yang tumbuh sebesar 25,4% (yoy). Sedangkan di kota Tanjungpinang dan Kab/Kota

lainnya, aset perbankan umum tumbuh sebesar 3,6% dan 29,7% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 3,1% (yoy) dan

18,2% (yoy). Hal ini mengindikasikan perbankan di Kepulauan Riau mulai melakukan

ekspansi di kabupaten/kota selain Batam mengingat masih besarnya potensi di daerah-

daerah tersebut untuk mendapatkan layanan jasa keuangan.

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

28

3.1.1.2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

DPK bank umum mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan III 2014, DPK bank umum tumbuh sebesar 12,5% atau melambat

dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh sebesar 23,3% (yoy).

Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum

Grafik 3.4 Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi)

Berdasarkan komposisi DPK, tabungan masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai

40,9% (yoy) dari total DPK atau senilai Rp16,4 triliun, adapun porsi giro dan deposito masing-

masing sebesar 34,5% (yoy) atau senilai Rp13,8 triliun dan 24,7% (yoy) atau senilai Rp9,9

triliun.

Perlambatan DPK pada bank umum juga tercermin dari komposisi DPK yang secara

umum mengalami perlambatan. Kelompok DPK giro, tabungan, dan deposito mengalami

perlambatan menjadi sebesar 0,1%, 10,2%, dan 41,8% (yoy) jika dibandingkan dengan

triwulan II yang secara berturut-turut tumbuh sebesar 16,6%, 18,3%, dan 46,4%.

Diperkirakan banyaknya kebutuhan masyarakat pada triwulan III akibat dari mulai masuknya

ajaran tahun baru murid serta bulan Ramadan dan hari raya lebaran mendorong pendapatan

masyarakat cenderung dihabiskan untuk konsumsi. Hal ini sesuai dengan pertumbuhan kredit

multiguna yang tumbuh di triwulan III sebesar 33,8% (yoy) dibanding triwulan II sebesar

23,7%.

Grafik 3.5 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

29

Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar DPK diserap oleh bank

swasta nasional (56,6%), kemudian bank pemerintah (36,7%), dan porsi terkecil diserap oleh

bank asing dan campuran (5,0%). Perlambatan pertumbuhan terjadi di kelompok bank

pemerintah dan swasta.Sedangkan pada kelompok bank asing dan campuran terjadi

kontraksi pada triwulan III dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pada kelompok

bank pemerintah, swasta, dan asing dan campuran secara berturut-turut sebesar 10%,

15,1%, dan -6,8%

Perlambatan DPK ini tercermin dari pertumbuhan jumlah rekening yang melambat

pada triwulan III dibandingkan dengan triwulan II. Ditinjau dari jumlah rekening, terdapat 1,9

juta akun yang ada di Kepulauan Riau pada triwulan III tumbuh sebesar 3,1% atau melambat

dibandingkan dengan triwulan II yang memiliki pertumbuhan sebesar 6,2%.

Ditinjau dari jumlah rekening kelompok dengan nominal kurang dari Rp10 juta

mencapai 85,2% dari total rekening meskipun secara nominal hanya memiliki pangsa/share

4,6% terhadap DPK. Pangsa terbesar terhadap DPK berada di pemilik rekening Rp100 juta

Rp500 Juta sebesar 21,3% dan pemilik rekening >Rp20 miliar sebesar 15,5%. Perlambatan

DPK pada triwulan III ini didorong oleh pertumbuhan pemilik rekening >Rp20 miliar yang

hanya tumbuh sebesar 8,4% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

21,0%.

Grafik 3.6 Tiering DPK Bank Umum (Nominal)

Grafik 3.7 Tiering DPK Bank Umum (Jumlah Rekening)

Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK terdapat di Kota Batam yaitu

mencapai 76,8% dari total DPK, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (19,6%), dan di Kab/Kota

lainnya (3,6%).Adapun pertumbuhan DPK Kota Batam sebesar 15,1% (yoy) pada triwulan

laporan atau melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 30,6% (yoy). Searah dengan

Kota Batam, DPK di Kota Tanjungpinang juga melambat tercatat sebesar 0,4% dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,7% (yoy). Sedangkan pertumbuhan Kab/Kota lainnya

berada pada tren meningkat secara periode. Hal ini mengindikasikan adanya pertumbuhan

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

30

jasa keuangan di daerah selain Batam dan Tanjungpinang untuk menjangkau daerah-daerah

yang selama ini minim terhadap akses keuangan.

Grafik 3.8 Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah

Grafik 3.9 Perkembangan DPK Bank Umum Berdasarkan

Wilayah

1.1.1.2. Kredit

Sejalan dengan perlambatan aset dan DPK, tren perlambatan kredit bank umum

masih berlanjut pada triwulan laporan.Total kredit senilai Rp29,7 triliun atau tumbuh 12,1%

(yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 17,0% (yoy). Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar kredit digunakan untuk kredit

konsumsi (35,8%), kredit modal kerja (34,3%) dan kredit investasi (30,0%). Di sisi lain, suku

bunga rata-rata tertimbang kredit tercatat meningkat sebesar 10,4% dibanding triwulan

sebelumnya sebesar 10,1%.

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Bank Umum

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Perlambatan pertumbuhan kredit bank umum dipengaruhi oleh kredit modal kerja

dan konsumsi yang tumbuh melambat sebesar 3,2% (yoy) dan 14,4% (yoy). Sedangkan

kredit investasi mengalami pertumbuhan sebesar 21,0% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,0% (yoy). Peningkatan kredit investasi sejalan dengan

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

31

peningkatan realisasi investasi di Kepulauan Riau1

yang mengalami peningkatan

dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi

Kepulauan Riau yang mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Peningkatan kredit investasi mengindikasikan perusahaan yang berada di Kepulauan Riau

sedang melakukan ekspansi. Hal ini tercermin dari PDRB menurut penggunaan Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mengalami pertumbuhan di triwulan III sebesar 10,6% (yoy)

dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,9% (yoy).

Kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 3,2% (yoy) atau jauh melambat

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II sebesar 14,5% (yoy). Perlambatan pada sektor

ini dipengaruhi perlambatan pertumbuhan dari sektor industri pengolahan yang memiliki

pangsa/share sebesar 34,0% terhadap total kredit modal kerja. Perlambatan pada penyaluran

pada sektor ini karena sebagian besar sumber pendanaan perusahaan berasal dari cash flow

sendiri maupun perusahaan induk. Kecenderungan perusahaan untuk memilih pembiayaan

dari internal perusahaan atau dari perusahaan induk diantaranya dipengaruhi meningkatnya

rata-rata suku bunga tertimbang kredit modal kerja yang mengalami peningkatan pada

triwulan laporan. Suku bunga tertimbang kredit modal kerja pada triwulan III sebesar 9,2%

atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,9%.

Kredit konsumsi turut mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III kredit konsumsi tumbuh sebesar 14,4% (yoy) atau melambat dibandingkan

triwulan II sebesar 18,8% (yoy). Perlambatan pada kredit konsumsi didorong oleh

pertumbuhan kredit kendaraan bermotor (KKB) yang sejak tahun 2011 mulai mengalami

trend perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan III KKB mengalami kontraksi sebesar negatif

10,3% (yoy) atau turun lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

negatif 6,8% (yoy). Hal ini diindikasikan akibat dari mulai melambatnya bisnis jual-beli mobil

bekas dari Singapura karena adanya pendaftaran ulang bagi pemilik mobil bekas dari

Singapura mulai 2010. Selain itu penetapan LTV yang pada tahun 2012 turut berdampak

pada perlambatan KBB. Kontraksi yang terjadi pada triwulan ini juga turut disebabkan oleh

meningkatnya suku bunga tertimbang untuk pemilikan roda empat dan sepeda motor yang

masing-masing sebesar 9,0% dan 15,1% atau meningkat dibandingkan pada triwulan II

sebesar 8,7% dan 14,7%

Sedangkan kredit pemilikan rumah turut tumbuh melambat pada triwulan III sebesar

11,1% (yoy) dibandingkan triwulan II sebesar 22,1% (yoy). Perlambatan ini disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan KPR untuk Rumah Tinggal tipe 22 s.d. 70 yang memiliki

pangsa/share sebesar 65% terhadap total KPR. Pertumbuhan kelompok tersebut pada

1Berdasarkan hasil FGD dengan BP Batam, realisasi investasi baru tahun 2014 diperkirakan melebihi realisasi investasi baru pada

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

32

triwulan III sebesar 7,9 (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II sebesar 15,2% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi tertahan oleh pertumbuhan kredit multiguna

yang memiliki pangsa/sharesebesar 34% terhadap total kredit konsumsi. Pertumbuhan kredit

multiguna pada triwulan III sebesar 33,8% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan II

sebesar 23,7% (yoy). Pertumbuhan kredit multiguna ini disebabkan meningkatnya konsumsi

masyarakat pada triwulan III akibat bulan Ramadhan dan hari raya lebaran yang lalu disusul

oleh pendaftaran murid tahun ajaran baru. Kegiatan-kegiatan ini menyebabkan kebutuhan

masyarakat akan pendanaan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar kredit disalurkan oleh bank pemerintah

(54,8%), kemudian bank swasta nasional (43,7%), dan porsi terkecil oleh bank asing dan

campuran (1,5%). Kredit dari bank pemerintah, bank swasta nasional serta bank asing dan

campuran tumbuh melambat masing masing dengan angka pertumbuhan dari 19,5% (yoy),

13,6% (yoy), dan 33,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,4% (yoy), 4,7% (yoy),

24,6% (yoy) pada triwulan laporan.

Grafik 3.12 PertumbuhanKredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan

Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

Secara sektoral, penyerapan kredit terbesar berada di sektor ekonomi bukan lapangan

usaha (konsumsi) sebesar 35,8% dari total kredit diikuti oleh sektor perdagangan besar dan

eceran (16,1%), sektor industri pengolahan (15,9%), serta sektor transportasi, gudang, dan

komunikasi (13,4%). Sektor industri transportasi, gudang, dan komunikasi mengalami

pertumbuhan dibandingkan sektor lainnya yang mengalami perlambatan diikuti oleh sektor

konstruksi yang mulai mengalami perbaikan pertumbuhan.

Perlambatan sisi kredit dapat dijelaskan dari sisi sektoral industri pengolahan yang

melambat cukup signifikan dibandingkan triwulan II. Pada triwulan III industri pengolahan

tumbuh sebesar 0,2% (yoy) atau melambat dibanding triwulan II sebesar 29,2% (yoy).

Melambatnya pertumbuhan kredit pada sektor industri pengolahan akibat dari menurunnya

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

33

kondisi usaha di sektor ini yang berbasis ekspor. Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Kepulauan Riau, menurunnya hasil penjualan pada sektor ini terutama berasal

dari sub-sektor industri besi dan baja akibat telah selesainya permintaan proyek besar ke

Australia. Hal ini juga tercermin dari pertumbuhan ekonomi sisi ekspor barang dan jasa yang

mengalami kontraksi sebesar negatif 3,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

negatif 2,6% (yoy)

Sektor konstruksi pada triwulan III mulai mengalami perbaikan pertumbuhan

meskipun masih tumbuh negatif sebesar negatif 6,4% (yoy) atau lebih baik dibandingkan

triwulan II sebesar negatif 18,4% (yoy). Setelah terkena dampak LTV yang dikenakan pada

tahun 2013 mengakibatkan pertumbuhan pembangunan/konstruksi mengalami kontraksi

pada triwulan III mulai terdapat indikasi perbaikan. Hal ini tercermin dari mulai masuknya

pengembang skala nasional ke Kota Batam serta sejumlah rencana pembangunan baru dari

salah satu pengembang terbesar di Batam.

Grafik 3.14 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral

Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral

Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar kredit bank umum disalurkan di Kota

Batam yang dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian yang sangat dominan di kota tersebut.

Kota Batam menyerap 79,8% dari total kredit, dengan angka pertumbuhan kredit sebesar

11,2% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 17,7% (yoy).

Sementara itu, porsi kredit di Kota Tanjungpinang sebesar 17,0% dari total kredit.

Pertumbuhan kredit di Tanjungpinang berbeda dengan Kota Batam, dengan perkembangan

kredit relatif stabil dari 12,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 12,7% (yoy) pada

triwulan laporan.

Daerah tingkat II (Kab/Kota) lainnya hanya menyerap 3,3% dari total kredit, namun

mengalami penguatan pertumbuhan. Kredit pada Kab/Kota lainnya tumbuh 33,3% (yoy) atau

meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 21,2% (yoy).

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

34

Grafik 3.16 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Bank Umum

Berdasarkan Wilayah

Ditinjau dari sebaran kelompok nilai plafond, penyaluran kredit produktif (modal kerja

dan investasi) didominasi oleh kelompok bernilai besar. Porsi terbesar kredit produktif pada

kelompok nilai >Rp20 miliar sebesar 38,5% dari total kredit dengan jumlah rekening

sebanyak 137 rekening (0,3% dari total rekening), diikuti oleh kelompok nilai >Rp2 miliar

Rp5 miliar dengan porsi 13,1% dari total kredit dan jumlah rekening sebanyak 960 rekening

(2,2%).

Grafik 3.17 Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Nominal)

Grafik 3.18 Tiering Kredit Produktif Bank Umum

(Jumlah Rekening)

Trend perlambatan untuk penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) masih berlanjut di triwulan ini. Pada triwulan III mengalami pertumbuhan negatif

sebesar negatif 1,3% (yoy) atau menurun signifikan dibandingkan triwulan II yang mengalami

pertumbuhan sebesar 9,6% (yoy). Selain itu dari pangsa/share kredit UMKM terhadap total

kredit sedikit mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Share kredit UMKM pada

triwulan III sebesar 24,3% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II sebesar 24,9%.

Akan tetapi secara keseluruhan share kredit ini masih memenuhi target share kredit UMKM

yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 20%

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

35

Sejalan dengan perlambatan di kredit UMKM, kredit usaha rakyat (KUR) juga

mengalami perlambatan. Pada triwulan III penyaluran KUR sebesar Rp365 miliar mengalami

pertumbuhan sebesar 0,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 36,8%.

Grafik 3.19 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum

Grafik 3.20 Perkembangan KUR Bank Umum

3.1.1.4. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Melambatnya DPK terutama untuk kelompok rekening >Rp20 miliar serta mulai

meningkatnya pertumbuhan kredit investasi menyebabkan rasio LDR mengalami peningkatan

pada triwulan pelaporan sebesar 74,2%. Angka LDR tersebut masih lebih rendah

dibandingkan standar LDR sebesar 85% - 100%.Hal ini menunjukkan kegiatan intermediasi

oleh bank umum di Provinsi Kepulauan Riau belum berlangsung secara optimal.

3.1.1.5. Risiko Kredit

Jumlah kredit bermasalah bank umum stabil dan cenderung membaik pada triwulan

pelaporan. Angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan sebesar 1,7% atau

meningkat dibanding NPL pada triwulan sebelumnya sebesar 1,7%.

Grafik 3.21 Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

36

Berdasarkan penggunaan, NPL investasi dan konsumsi mengalami perbaikan

dibandingkan triwulan II. NPL investasi dan konsumsi pada triwulan III sebesasr 1,7% dan

1,8% atau lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,9% dan 2,0%.

Perbaikan NPL konsumsi disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit di KPR pada triwulan III

sebesar 2,5% dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,9%.

Sedangkan NPL untuk modal kerja sedikit meningkat menjadi 1,6% dibandingkan

triwulan II yang sebesar 1,4%. Perlambatan di sektor industri pengolahan terutama akibat

dari masih rendahnya permintaan ekspor di triwulan III diindikasikan menjadi salah satu

penyebab memburuknya kualitas kredit modal kerja. Sementara sektor perdagangan besar

dan eceran yang merupakan sektor dengan porsi terbesar di total kredit mengalami kenaikan

NPL sebesar 2,1% dibandingkan triwulan II sebesar 1,8%.

3.1.2 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kinerja BPR mengalami penurunan pada triwulan III 2014, tercermin dari perlambatan

pertumbuhan aset dan DPK sedangkan kredit mengalami penguatan. Adapun fungsi

intermediasi BPR juga berjalan dengan optimal terlihat dari LDR yang berada pada threshold

yang ditentukan Bank Indonesia, sementara NPL mengalami sedikit penurunan dan berada

pada batas aman (<5%).

Tabel 3.2 Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau

3.1.2.1. Aset

Aset BPR pada triwulan III 2014 tumbuh melambat. Total aset sebesar Rp 4,3 triliun

atau tumbuh 9,7% (yoy) mengalami penurunan dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 17,8% (yoy). Perlambatan aset tersebut dipengaruhi oleh melambatnya

pertumbuhan DPK yang dihimpun dan kemudian disalurkan dalam bentuk kredit oleh BPR di

Provinsi Kepulauan Riau.

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw. IIITw. I

2014

Tw. II

2014

Tw. III

2014

Total Aset 3.480 3.557 3.908 3.969 3.971 4.190 4.285 14,12% 17,80% 9,65%

Total Dana 2.785 2.809 3.071 3.052 3.171 3.316 3.447 13,85% 18,04% 12,23%

Total Kredit 2.655 2.786 2.854 2.966 3.066 3.242 3.363 15,49% 16,39% 17,83%

NPL 3,52% 3,24% 3,07% 2,46% 3,07% 3,31% 3,16% - - -

LDR 95,3% 99,2% 92,94% 97,17% 96,68% 97,77% 97,56% - - -

2014 Pertumbuhan (yoy)

Perkembangan Indikator Utama BPR (Rp miliar)

dalam Rp miliar

2013

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

37

Grafik 3.22 Perkembangan Aset BPR

Berdasarkan Kabupaten/Kota, porsi terbesar aset BPR terdapat di Kota Batam,

mencapai 73,9% dari total aset BPR. Angka pertumbuhan aset BPR tersebut sebesar 9,2%

(yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 19,0% (yoy).

Sementara itu, porsi aset di Kota Tanjungpinang sebesar 10,7% dari total aset, dan tercatat

tumbuh melambat dari 3,5% (yoy) menjadi 1,9% (yoy). Daerah Kab/Kota lainnya memiliki

porsi aset 15,4%, dengan angka pertumbuhan sebesar 18,2% (yoy), melambat dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,9% (yoy).

3.1.2.2 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh BPR tumbuh melambat pada triwulan laporan.

Total DPK senilai Rp 3,5 triliun atau tumbuh 12,2% (yoy) lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,1% (yoy).

Grafik 3.23 Perkembangan DPK BPR

Grafik 3.24

Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya

Pertumbuhan dana pihak ketiga BPR terutama ditopang oleh pertumbuhan pada

deposito yang memiliki porsi 85,8% dari total DPK, tumbuh sebesar 13,5% (yoy), namun

melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar menjadi 18,1% (yoy). Hal

yang sama juga terjadi pada sisi tabungan dengan porsi 14,2% dari total DPK, tercatat

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

38

tumbuh sebesar 5,2% (yoy), namun melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 18,1% (yoy).

Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK BPR terkonsentrasi di Kota Batam

mencapai 70,6%, dan tumbuh melambat sebesar 12,5% (yoy), lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,0% (yoy). Porsi DPK BPR di Kota

Tanjungpinang sebesar 12,4%, tumbuh melambat dari 3,8% (yoy) pada triwulan sebelumnya

menjadi 1,9% (yoy) pada triwulan laporan. Di Daerah Kab/Kota lainnya, porsi DPK sebesar

17,0%, juga tumbuh melambat dari 26,9% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 20,0%

(yoy) pada triwulan laporan.

Grafik 3.25 Perkembangan DPK BPR Berdasarkan Wilayah

3.1.2.3 Kredit

Kredit BPR juga tercatat tumbuh menguat pada triwulan laporan. Total kredit sebesar

Rp3,4 triliun atau tumbuh menguat dari 16,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

17,8% (yoy) pada triwulan laporan.

Grafik 3.26 Perkembangan Kredit BPR

Grafik 3.27 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

39

Penguatan pertumbuhan kredit BPR ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada

kredit modal kerja, investasi, dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja dengan porsi 30,2%

dari total kredit BPR tumbuh menguat dari 13,8% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

18,0% (yoy) pada triwulan laporan. Demikian pula kredit investasi, dengan porsi 10,6% dari

total kredit, tumbuh menguat dari 33,4% pada triwulan sebelumnya menjadi 38,6% (yoy)

pada triwulan laporan. Namun, laju pertumbuhan kredit BPR tertahan oleh perlambatan pada

kredit konsumsi, dengan porsi terbesar terhadap total kredit sebesar 59,2%, dan tumbuh

sebesar 14,7% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar

15,2% (yoy).

Secara sektoral, pertumbuhan kredit BPR terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit

pada sektor perdagangan besar dan eceran, dengan porsi 20,5% terhadap total kredit BPR,

tumbuh 21,1% (yoy), kemudian sektor konstruksi, dengan porsi 3,7% tumbuh 75,6% (yoy)

dan sektor transportasi, gudang dan komunikasi dengan porsi 3,6%, tumbuh 25,0%. Kredit

BPR untuk sektor bukan lapangan usaha untuk rumah tangga (konsumsi) juga mengalami

pertumbuhan setelah melambat pada triwulan sebelumnya. Dengan porsi 8,3% terhadap

total kredit BPR, jenis kredit ini mengalami pertumbuhan yaitu dari negatif 11,3% (yoy) pada

triwulan II 2014 menjadi 3,1% pada triwulan laporan.

Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar kredit BPR disalurkan di Kota Batam

dengan porsi 73,7% dari total kredit dan tumbuh melambat dari 19,1% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 17,4% (yoy) pada triwulan laporan. Porsi kredit di Kota Tanjungpinang

sebesar 12,3% dari total kredit dan mengalami peningkatan signifikan dari negatif 7,7%

(yoy) pada triwulan II menjadi 13,4% pada triwulan III. Di daerah Kab/Kota lainnya, porsi

kredit sebesar 14,0%, tumbuh melambat dari 25,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya

menjadi 24,4% (yoy) pada triwulan laporan.

Sementara itu, penyaluran kredit UMKM oleh BPR juga tercatat tumbuh menguat.

Total penyaluran kredit UMKM sebesar Rp1,1 triliun atau mencapai 33,7% dari total kredit,

tumbuh melemah dari 22,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 20,2% (yoy) pada

triwulan III 2014.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

40

Grafik 3.28 Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.29 Perkembangan Kredit UMKM oleh BPR

Grafik 3.30 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Wilayah

3.1.2.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Fungsi intermediasi BPR di Provinsi Kepulauan Riau berjalan dengan efektif. Kondisi

tersebut tercermin dari LDR sebesar 97,6% walaupun sedikit menurun dari triwulan

sebelumnya sebesar 97,8%. LDR tersebut berada pada rentang threshold yang ditentukan

oleh Bank Indonesia yakni 92% s.d. 98%.

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

41

Grafik 3.31 Perkembangan LDR dan NPL BPR

3.1.2.5. Risiko Kredit

Angka NPL BPR menurun dari 3,3% (yoy) pada triwulan II menjadi sebesar 3,2% (yoy)

pada triwulan III. Secara agregat NPL masih relatif stabil dan masih dalam batas aman yang

ditentukan oleh Bank Indonesia.

3.1.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR)

Pada triwulan III 2014, kinerja perbankan Syariah masih pada trend melambat,

tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan pada triwulan laporan

dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 3.3 Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau

3.1.3.1. Aset

Pada akhir triwulan laporan,aset tercatat sebesar Rp 2,8 triliun atau tumbuh 1,0%

(yoy), jauh lebih rendah bila dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,2%

(yoy). Sebesar 94,9% atau senilai Rp 2,7 triliun dari total aset tersebut dimiliki oleh bank

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014

Total Aset 2,410 2,586 2,798 2,718 2,602 2,695 2,825 7.95% 4.19% 0.95%

Total Pembiayaan 2,001 2,133 2,252 2,321 2,308 2,409 2,442 15.36% 12.97% 8.41%

Total Dana 1,753 1,884 2,031 1,986 1,772 1,746 1,854 1.12% -7.35% -8.75%

NPF 3.48% 2.37% 2.52% 2.12% 3.04% 3.98% 3.62% - - -

FDR 114.15% 113.21% 110.87% 116.86% 130.24% 138.03% 131.72% - - -

Sumber : Bank Indonesia

2013 2014 Pertumbuhan (yoy)

Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah (Rp miliar)

dalam Rp miliar

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

42

umum syariah dan 5,1% atau senilai Rp 138,6 miliar dimiliki oleh BPR Syariah. Sementara itu,

porsi aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan Kepulauan Riau masih relatif kecil

yaitu sebesar 5,8% (yoy).

3.1.3.2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Trend perlambatan DPK Syariah masih berlanjut pada triwulan laporan. Total DPK

sebesar Rp1,9 triliun, atau tumbuh negatif 8,8% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya negatif 7,3% (yoy).

Dari tiga sumber penghimpunan dana BPR, giro dan deposito masih melanjutkan

pelemahan dari triwulan sebelumnya, sedangkan tabungan mengalami pertumbuhan.

Tabungan dengan porsi terbesar dari total DPK (42,6%), tumbuh sebesar 4,0% (yoy), lebih

tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 2,7% (yoy).

Adapun giro, dengan porsi 34,8% dari total DPK, tumbuh negatif 10,0% (yoy), atau lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 5,1% (yoy). Sementara

deposito, dengan porsi 22,6% dari total DPK, tumbuh negatif 24,5% (yoy), menurun

semakin dalam dibanding triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif 18,1% (yoy).

Berdasarkan kabupaten/kota, sebanyak 59,2% DPK Syariah terdapat di Kota Batam

dan sisanya sebanyak 40,8%terdapat di Kota Tanjungpinang.

3.1.3.3. Pembiayaan

Searah dengan aset dan DPK, pembiayaan oleh perbankan syariah juga melambat di

triwulan III 2014. Total pembiayaan senilai Rp 2,4 triliun atau tumbuh 8,4% (yoy), lebih

rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar 13,0% (yoy).

Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar pembiayaan syariah berupa pembiayaan

konsumsi mencapai 73,7% dari total pembiayaan, diikuti oleh pembiayaan modal kerja

(15,1%) dan porsi terkecil berupa pembiayaan investasi (11,2%). Pembiayaan investasi dan

modal kerja mengalami sedikit pertumbuhan yang melambat, masing-masing dengan angka

pertumbuhan sebesar negatif 35,7% (yoy) dan negatif 40,2% (yoy), lebih tinggi dibanding

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya masing-masing sebesar negatif 56,3% (yoy) dan

negatif 45,0% (yoy). Kredit konsumsi yang pada triwulan II mengalami pertumbuhan sebesar

71,6% juga menunjukkan penurunan pertumbuhan pada triwulan III menjadi sebesar 48,8%.

Secara sektoral, pembiayaan pada perbankan syariah sebagian besar diserap oleh

sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) sebesar 73,7%, diikuti oleh sektor perdagangan

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

43

besar dan eceran (8,4%), dan sektor transportasi, gudang, dan komunikasi (4,3%). Komposisi

ini mengalami perubahan dibandingkan dengan komposisi pada triwulan II yang didominasi

oleh sektor bukan lapangan usaha (konsumsi), sektor perantara keuangan dan sektor

perdagangan besar dan eceran. Sementara berdasarkan persebaran pembiayaan menurut

kabupaten/kota, sebanyak 72,2% di Kota Batam dan sisanya sebesar 27,8% di Kota

Tanjungpinang.

Searah dengan perlambatan pembiayaan syariah, penyaluran kredit UMKM juga

mengalami perlambatan, yaitu dari negatif 17,9% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

negatif 35,0% (yoy) pada triwulan laporan. Adapun porsi pembiayaan UMKM syariah

terhadap total pembiayaan turun dari 18,1% pada triwulan sebelumnya menjadi 15,1% pada

triwulan laporan.

3.1.3.4 Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)

Angka FDR syariah tercatat menurun pada triwulan laporan, yaitu sebesar 131,7%,

lebih rendah dibanding FDR pada triwulan sebelumnya sebesar 138,0%. Namun, hal ini

masih menunjukkan peran intermediasi perbankan syariah di Provinsi Kepulauan Riau masih

terjaga cukup baik. Jumlah kredit bermasalah juga menurun, tercemin dari penurunan NPF

dari 4,0% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,6% pada triwulan laporan dan angka NPF

tersebut masih terjaga di bawah batas maksimal yaitu 5%.

Grafik 3.32 Perkembangan Aset, DPK dan Pembiayaan Syariah

Grafik 3.33 FDR dan NPF Perbankan Syariah

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

44

3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

3.2.1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

Perkembangan peredaran uang kartal dapat terlihat dari pergerakan arus uang masuk

(inflow) dan arus uang keluar (outflow).

3.2.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Perkembangan peredaran uang kartal dapat terlihat dari pergerakan arus uang masuk

(inflow) dan arus uang keluar (outflow). Aliran uang kartal Bank Indonesia di Provinsi

Kepulauan Riau pada triwulan III 2014 kembali mengalami net outflow. Namun net outflow

pada triwulan laporan mengalami penurunan disebabkan oleh inflow yang meningkat

sedangkan outflow menurun. Transaksi pembayaran tunai cenderung mengalami

peningkatan pada triwulan III 2014 yang dicerminkan dengan meningkatnya inflow walaupun

outflow bergerak stabil. Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya kegiatan

ekonomi yang dicerminkan dari peningkatan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau yang

lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional.

Grafik 3.34 Perkembangan Inflow dan OutflowKepulauan Riau

Grafik 3.35 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow

Kepulauan Riau

Pada triwulan laporan, total outflow tercatat sebesar Rp3.080,73 miliar, menurun

0,07% (yoy). Sementara total inflow sebesar Rp900,16 miliar meningkat26,78% (yoy).

3.2.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam upaya pemenuhan jumlah nominal uang kartal menurut jenis pecahan dan

dalam kondisi layak edar (clean money policy) bagi masyarakat, Bank Indonesia, secara berkala

melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). UTLE tersebut berasal dari

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

45

setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat, yang selanjutnya ditukar dengan

uang yang layak edar (fit for circulation).

Grafik 3.36

Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah

memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp173,7 miliar atau menurun 20,7%

(yoy). Menurunnya jumlah uang rupiah tidak layak edar mengindikasikan bahwa sosialisasi 3D

(Didapat, Disimpan, Disayang) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi. Kepulauan Riau kepada masyarakat, berjalan efektif. Sosialisasi 3D dilakukan untuk

menjaga jumlah uang yang dimusnahkan tetap pada level yang rendah dan agar masyarakat

memahami cara-cara memperlakukan uang dengan baik sehingga dapat memperpanjang

usia manfaat fisik uang.

Untuk memenuhi kebutuhan uang layak edar di Kepulauan Riau, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau melakukan kegiatan kas keliling.Tujuannya adalah

agar masyarakat dapat menukarkan UTLE yang mereka miliki dengan uang baru. Pelaksanaan

kegiatan kas keliling yang dilaksanakan sampai bulan September 2014 adalah sebanyak 28

kali, yang terdiri dari 11 kali di dalam kota Batam dan 17 kali di luar kota Batam.

Grafik 3.37 Pelaksanaan Kas Keliling Per Bulan Tahun 2014

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

46

Kas keliling di dalam kota Batam antara lain dilaksanakan di Batam Centre, Sei

Harapan, Pasar Batu Aji, Pasar Nagoya. Sementara pelaksanaan kas keliling di luar kota antara

lain di Tanjung Balai Karimun, Tanjungpinang, Tanjung Uban, Tanjung Batu, Ranai-Natuna

dan Dabo Singkep.

Tabel 3.4 Pelaksanaan Kas Keliling 2014

Lokasi Banyaknya pelaksanaan Keterangan

Pasar Nagoya 2

Dalam Kota

Pasar Batu Aji 2

Sei Harapan 2

Batam Center 1

MTQ 4

Tanjung Balai Karimun 4

Luar Kota

Tanjungpinang 4

Tanjung Uban 3

Tanjung Batu 2

Ranai-Natuna 2

Dabosingkep 2

Total 28

3.2.1.3. Uang Rupiah Tidak Asli

Jumlah lembar uang palsu yang ditemukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan. Pada triwulan

laporan, jumlah uang Rupiah tidak asli yang ditemukan sebanyak 69 lembar, lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya sebanyak 109 lembar. Uang palsu yang ditemukan umumnya

uang kertas pecahan besar Rp100.000,- dan pecahan Rp50.000,-. Sementara itu, uang palsu

untuk jenis pecahan kecil relatif jarang ditemukan.

Grafik 3.38 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

47

Temuan uang Rupiah tidak asli tersebut didasarkan atas permintaan klarifikasi

perbankan dan masyarakat serta setoran bank-bank ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai upaya mengatasi peredaran uang Rupiah tidak asli, Bank

Indonesia melakukan berbagai upaya, antara lain dengan meningkatkan security features

uang yang dicetak dan terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah, melalui

penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Sepanjang tahun 2014, Kantor Perwakilan

Bank IndonesiaI Kepulauan Riau telah melakukan tiga kali kegiatan sosialisasi keaslian uang

rupiah, yaitu pada bulan Februari 2014 bertempat di Kota Tanjungpinang, pada Mei 2014

bertempat di Kabupaten Natuna, dan pada September 2014 bertempat di Tanjung Balai

Karimun.

3.2.2 TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

3.2.2.1. Kliring Lokal

Transaksi melalui kliring pada triwulan III 2014 tercatat mengalami penurunan.

Penurunan transaksi kliring tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan kinerja

perbankan Kepulauan Riau pada triwulan laporan. Selain itu, penurunan transaksi melalui

kliring ditengah meningkatnya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan banyak transaksi

yang dilakukan antar bank (sesama bank) dibandingkan transaksi antara bank.

Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau

Warkat Nominal Warkat Nominal Warkat Nominal

Tw-I 122.544 3.966.000 2.362 93.220 120.182 3.872.780

Tw-II 128.027 4.062.000 2.664 86.010 125.363 3.975.990

Tw III 124.027 4.008.726 2.431 109.062 121.596 3.899.664

Tw-IV 133.121 4.211.201 2.807 107.275 130.314 4.103.926

Tw-I 133.438 3.436.971 2.841 107.715 130.597 3.329.256

Tw-II 128.482 4.141.005 2.691 114.670 125.791 4.026.335

Tw III 142.912 4.918.425 3.116 108.595 139.796 4.809.830

Tw-IV 140.475 4.936.337 3.118 172.643 137.357 4.763.694

Tw- I 140.548 4.901.999 2.783 165.144 137.765 4.736.855

Tw-II 140.580 4.741.999 2.906 123.552 137.674 4.604.325

Tw-III 114.020 4.175.192 2.202 119.016 111.818 4.063.374

Sumber: Bank Indonesia

2014

Warkat (lembar), Nominal (Rp juta)

2012

Tahun Jumlah Tolakan

2013

Kliring Pengembalian Jumlah

Perputaran Net Kliring

Kliring Penyerahan

Bulan

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

48

Pada triwulan laporan, jumlah warkat transaksi kliring sebanyak 111.818 lembar,

menurun negative 20,0% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar positif 9,5% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan yang sama

tahun lalu sebesar positif 11,5% (yoy). Sementara itu, nominal transaksi kliring sebesar Rp4,1

triliun, atau menurun sebesar negative 15,5% (yoy),dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya sebesar positif 14,4% (yoy), juga tercatat lebih rendah dibanding

pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar positif 23,34% (yoy).

Sementara itu, nominal penolakan yang tercatat sebesar Rp119 miliar juga

mengalami kontraksi 3,7% dibanding triwulan sebelumnya. Nominal transaksi penolakan

tersebut mencapai 2,9% dari keseluruhan nominal kliring sepanjang triwulan laporan.

Penurunan jumlah lembar maupun nominal tolakan kliring mengindikasikan bahwa sistem

pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dapat dikatakan handal.

3.2.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS)

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah proses

penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi

(individually processed gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed)

dimana rekening peserta dapat didebit/kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah

pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Kegiatan transaksi RTGS tercatat menurun pada triwulan laporan.Sama halnya

dengan kliring, penurunan RTGS tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan kinerja

perbankan Kepulauan Riau pada triwulan laporan.Selain itu, penurunan transaksi RTGS

Grafik 3.39 Perkembangan Kliring Kepulauan Riau

Grafik 3.40 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepulauan Riau

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

49

ditengah meningkatnya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan banyak transaksi yang

dilakukan antar bank (sesama bank) dibandingkan transaksi antara bank.

Tabel 3.6 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 3.41 Perkembangan RTGS Provinsi Kepulauan Riau

Jumlah transaksi RTGS pada triwulan III 2014 sebanyak 27.849 transaksi atau

tumbuhnegatif 4,4% (yoy), angka tersebut menunjukkan perbaikan dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya sebesar negatif 5,4% (yoy), tetapi lebih rendah jika dibandingkan

pertumbuhan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 6,3% (yoy). Sementara itu, nominal

transaksi RTGS sebesar Rp23,5 triliun atau menurun 7,9% (yoy), lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun lalu, masing-masing

sebesar positif 5,0% (yoy) dan positif 26,4% (yoy).

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

Batam Batam ke Luar Batam 9.860 6.088 6.630 7.136,98 5.736 6.895 7.504 8.141 7.819 7.958 8.730 9.333 7.761 8533,49 8.824,41

Luar Batam ke Batam 12.262 10.738 12.592 12.780,09 11.113 13.617 13.963 15.521 13.035 16.383 17.769 18.140 15.647 17357,40 16.888,45

Batam ke Batam 4.775 3.462 3.845 3.948,26 3.103 3.567 3.676 4.269 4.244 4.120 4.382 4.013 4.048 4307,41 4.508,52

Karimun Karimun ke Luar Karimun 358 362 305 345,92 351 419 319 313 348 455 564 605 522 353 374,33

Luar Karimun ke Karimun 208 189 183 166,66 159 188 199 126 123 175 227 285 181 238 124,12

Karimun ke Karimun 65 86 55 50,02 46 66 59 38 42 73 79 85 55 102 54,17

Natuna Natuna ke Luar Natuna 3 1 1 21,44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,15 11,00

Luar Natuna ke Natuna 113 13 42 154,32 342 301 665 641 477 212 127 305 77 219,51793 615,65

Natuna ke Natuna 2 1 1 20,89 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10,00

Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 289 199 218 381,05 186 198 160 298 348 345 304 382 232 232 161,11

Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1.157 956 1.367 1.694,90 1.041 1.156 1.159 1.410 1.102 1.376 2.345 2.051 1.316 1.266 1.097,82

Tg. Pinang ke Tg. Pinang 131 89 122 294,92 102 110 80 149 194 160 140 155 79 105 78,69

Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri 0,00 0 0 0 0 2 1 1 0 1 0,87 0,78

Luar Kepri ke Kepri 2,12 24 6 5 3 4 8 5 9 4 4,59 21,43

Kepri ke Kepri 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00

19.276 14.908 17.313 18.369,39 15.701 19.036 20.159 21.998 18.777 22.559 25.473 26.857 21.559 23.691 23.468

Batam Batam ke Luar Batam 7.989 8.638 13.022 13.359 11.657 13.451 13.936 15.412 13.970 14.891 14.374 15.260 12922 13.739,00 14.046,00

Luar Batam ke Batam 10.860 10.974 16.143 17.602 15.279 16.315 16.309 17.950 16.113 17.327 16.846 16.972 15676 16.722,00 16.942,00

Batam ke Batam 4.229 3.972 6.077 5.998 5.236 5.947 6.127 6.750 6.513 6.719 6.272 6.110 5761 6.271,00 6.569,00

Karimun Karimun ke Luar Karimun 966 865 743 909 893 981 803 818 854 1.066 1288 1.405 1.242 874 865,00

Luar Karimun ke Karimun 604 587 623 525 427 431 484 451 350 380 519 631 425 465 320,00

Karimun ke Karimun 154 161 109 87 85 117 110 79 87 125 144 163 103 186 98,00

Natuna Natuna ke Luar Natuna 2 16 11 18 7 0 0 0 0 0 0 0 0 3,00 3,00

Luar Natuna ke Natuna 253 73 173 168 236 134 144 326 117 86 56 170 84 135,00 207,00

Natuna ke Natuna 2 5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1,00 1,00

Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 248 525 593 639 462 462 432 572 738 803 651 639 876 450 358,00

Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 857 1.683 1.673 2.451 1.518 1.713 1.715 2.248 1.393 1.484 1990 2.289 1.731 1.586 1.828,00

Tg. Pinang ke Tg. Pinang 121 238 304 364 227 240 228 259 311 312 220 233 158 187 143,00

Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri 0 0 0 0 7 15 20 25 8 18 14,00 14,00

Luar Kepri ke Kepri 26 39 32 27 29 26 35 29 34 25 28,00 77,00

Kepri ke Kepri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00

17.273 18.985 26.490 29.247 24.969 27.215 27.385 30.725 26.665 28.936 29.142 30.902 26.977 27.371 27.849

Sumber: Bank Indonesia

2011 2012Wilayah

2013

RTGS Nilai (Rp Miliar)

2014

RTGS Volume

Kumulatif

Kumulatif

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

50

3.3. Perkembangan Transaksi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA)

dan PTD (Penyelenggara Transfer Dana)

3.3.1. Perkembangan Transaksi KUPVA

Transaksi KUPVA pada triwulan III 2014 masih tetap tumbuh, namun melambat jika

dibandingkan dengan triwulan II 2014. Perlambatan transaksi KUPVA antara lain dipengaruhi

juga oleh penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Riau.

Grafik 3.42

Perkembangan Transasi KUPVA Grafik 3.43

Perkembangan Transaksi KUPVAterhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Total transaksi pembelian uang kertas asing (UKA) pada triwulan III 2014 sebesar

Rp2,6 triliun atau tumbuh sebesar 2,3% (yoy), pertumbuhan tersebut melambat bila

dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 30,2% (yoy). Serupa dengan

transaksi pembelian, total transaksi penjualan UKA sebesar Rp2,6 triliun, atau tumbuh 2%,

pertumbuhan tersebut juga melambat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya

sebesar 29,5% (yoy). Perlambatan transaksi KUPVA juga dipengaruhi oleh nilai kurs pada

triwulan III yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 3.44 Porsi Mata Uang dalam Transaksi KUPVA

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

51

Dari sisi jumlah mata uang, transaksi KUPVA dengan mata uang dollar Singapura

(SGD) masih mendominasi, mencapai 87,9% dari total transaksi, kemudian ringgit Malaysia

(MYR) sebesar 10,6%, dan dollar Amerika (USD) sebesar 7,2%. Lokasi Kepulauan Riau

khususnya Batam yang sangat dekat dengan Singapura menyebabkan kebutuhan jual dan

beli mata uang dollar Singapura (SGD) jauh lebih tinggi dibandingkan mata uang lainnya.

Berdasarkan kabupaten/kota, persebaran PVA terbanyak di Kota Batam (93 KUPVA),

kemudian Tanjungpinang (16 KUPVA), Tanjung Balai Karimun (13 KUPVA), Bintan (4 KUPVA)

dan Tanjung Batu (2 KUPVA).

3.3.2. Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD)

Sama halnya dengan transaksi KUPVA, transaksi PTD mengalami perlambatan

pertumbuhan triwulan III 2014, jika dibandingkan dengan triwulan II 2014. Namun apabila

dibandingkan dengan triwulan I 2014, maka triwulan II maupun triwulan III 2014 mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, dengan masing-masing peningkatan mencapai 95,5%

(yoy) dan 85,6% (yoy). Peningkatan yang signifikan tersebut dikarenakan peningkatan

kepatuhan laporan sejak triwulan II 2014, dari penyelenggara PTD kepada Bank Indonesia.

Nilai transaksi PTD pada triwulan laporan sebesar Rp951 miliar atau tumbuh

melambat 85,6% (yoy), dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 95,5%

(yoy). Dari total nilai transaksi PTD tersebut, porsi terbesar berupa transaksi ke luar wilayah RI

(41,5%), kemudian transaksi antar wilayah RI (32,7%), dan porsi terkecil berupa transaksi

dari luar wilayah RI (25,8%).

Grafik 3.45 Perkembangan Transasi PTD di Kepulauan Riau

Grafik 3.46 Jenis Transasi PTD

Seperti halnya KUPVA, jumlah PTD juga terbanyak di Kota Batam (21 PTD), kemudian Kota

Tanjungpinang (4 PTD), ), Kabupaten Tanjung Balai Karimun (2PTD), dan Bintan (1 PTD).

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

52

Soft Launching Operasional Kas Titipan di Tanjungpinang

Untuk menjamin ketersediaan mata uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah

nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, dan dalam kondisi yang layak edar serta

guna mendukung stabilitas pertumbuhan ekonomi di daerah, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kepulauan Riau bekerja sama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

cabang Tanjungpinang menyelenggarakan layanan Kas Titipan di Tanjungpinang.

Pelayanan Kas Titipan di Kota Tanjungpinang ini rencananya akan mencakup

bisnis perbankan yang ada di lima kabupaten Provinsi Kepulauan Riau, antara lain Kab.

Bintan, Kab. Tanjung Balai Karimun, Kab. Lingga, Kab. Kepulauan Anambas, dan Kab.

Natuna. Layanan kas titipan tersebut melengkapi layanan yang telah diberikan oleh Bank

Indonesia yaitu layanan kas dalam kantor dan layanan kas keliling. Untuk kegiatan kas

keliling telah dilaksanakan secara periodik oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Kepulauan Riau kepada masyarakat untuk melayani penukaran dengan daerah tujuan

diantaranya Kota Batam, Tanjungpinang, Tanjung Balai Karimun, Dabo Singkep dan

Natuna.

Pada hari Kamis, tanggal 13 Agustus 2014, bertempat di Gedung Daerah

Tanjungpinang, diselenggarakan acara Soft Launching Operasional Kas Titipan Bank

Indonesia yang dihadiri oleh H. Muhammad Sani Gubernur Provinsi Kepulauan Riau,

anggota Muspida, Otoritas Jasa keuangan Provinsi Kepulauan Riau, perbankan dan

stakeholder lainnya. Gubernur Provinsi Kepulauan Riau menyambut baik atas peresmian

kas titipan di Tanjungpinang dan menegaskan peran penting sektor perbankan dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau.

Saat ini terdapat 25 lokasi layanan kas titipan yang telah diselenggarakan oleh

Bank Indonesia bekerjasama dengan beberapa bank umum di berbagai daerah di

Indonesia. Kas titipan ini merupakan salah satu upaya dalam mendukung pelaksanaan

tugas Bank Indonesia terkait pengedaran uang sekaligus memfasilitasi perbankan di

Tanjungpinang dan sekitarnya dalam hal penyetoran dan penarikan uang tunai sehingga

dapat mengurangi ketergantungan terhadap Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Batam.

Penyediaan kas titipan ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan Rupiah bagi

masyarakat Tanjungpinang dan sekitarnya dalam jumlah nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, serta kondisi yang layak edar.

Kas titipan di Tanjungpinang merupakan solusi atas tingginya kebutuhan uang

kartal dari masyarakat dan perbankan di Tanjungpinang dan sekitarnya yang selama ini

sangat bergantung pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Batam. Provinsi Kepulauan

Riau memiliki potensi ekonomi yang tinggi namun terkendala oleh kondisi geografis yang

berbentuk kepulauan dan kurangnya infrastruktur penghubung antar-daerah, dan

diharapkan adanya Kas Titipan di Tanjungpinang menjadi solusi yang tepat untuk

mengatasi permasalahan dimaksud.

(Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau)

BOKS - 2

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

53

BAB 4

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepulauan

Riau)2 lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan. Data realisasi belanja daerah sampai

dengan akhir triwulan III 2014 sebesar Rp5.627 miliar atau mencapai 44% dari total

anggaran belanja yang telah ditetapkan sebesar miliar Rp12.781 miliar.

Sementara, realisasi pendapatan triwulan III 2014 sebesar Rp7.029 miliar atau 63%

dari total anggaran pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp11.145 miliar. Realisasi

pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan yang mencapai 60% sedangkan untuk

pendapatan asli daerah mencapai 77%.

Realisasi belanja pemerintah daerah yang lebih rendah dibandingkan realisasi

pendapatan menyebabkan posisi dana simpanan Pemda di perbankan pada triwulan III 2014

meningkat 3,9% (qtq) dari Rp1.948 miliar menjadi sebesar Rp2.024 miliar.

4.1. REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

4.1.1. Realisasi Penerimaan

Komposisi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) di wilayah Provinsi Kepulauan

Riau yang mencakup Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan 7 kab/kota lainnya3

berdasarkan APBD tahun 2014, pos pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan

(70,8%) dan pendapatan asli daerah (19,4%) sedangkan sisanya berasal dari pos lain-lain

pendapatan yang sah (6%), transfer pemerintah Provinsi (1%) dan transfer pemerintah pusat

lainnya (3,4%).

Sementara anggaran pendapatan terbesar di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yaitu

Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp 3.160 miliar atau 28,4% kemudian Kota Batam sebesar

Rp1.949 miliar atau 17,5%. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Natuna (11,4%), Kabupaten

Anambas (9,3%), Kabupaten Lingga (9,0%), Kabupaten Karimun (8,5%), Kabupaten Bintan

(7,8%) dan Kota Tanjungpinang (8,2%).

2 Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep

Anambas, Kab Natuna dan Kab. Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau 3 (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna dan Kab. Karimun)

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

54

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kanwil Provinsi Kep. Riau

Grafik 4.1. Komposisi Pendapatan Pemda

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kanwil Provinsi Kep. Riau

Grafik 4.2. Realisasi Pendapatan Pemda

Realisasi pendapatan Pemda di wilayah Provinsi Kepulauan Riau triwulan III 2014

mencapai 63,1% atau Rp7.029 miliar dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp11.145

miliar. Berdasarkan persentase antara realisasi dan anggaran, realisasi pendapatan Pemda

terbesar berasal dari realisasi pendapatan asli daerah yang telah mencapai 77,2% atau

sebesar Rp1.669 miliar, selanjutnya diikuti realisasi transfer pemerintah pusat lainnya sebesar

Rp230 miliar atau 76,7% dari total anggaran sebesar Rp299 miliar. Sementara realisasi

pendapatan terendah pada pendapatan transfer pemerintah Provinsi yang baru terealisasi

55,1% atau Rp44 miliar dari total anggaran Rp80 miliar.

Pendapatan terbesar disumbang oleh dana perimbangan, dengan pos pendapatan

terbesar berasal dari realisasi dana alokasi umum sebesar Rp2.320 miliar diikuti dana bagi

hasil bukan pajak (SDA) sebesar Rp 1.920 miliar. Sumbangsih dana perimbangan terhadap

total pendapatan pada triwulan laporan mencapai 67,3%, dimana persentase realisasi

terbesar adalah Kabupaten Bintan dengan persentase mencapai 84,1%. Sementara

persentase realisasi dana perimbangan terkecil adalah Kabupaten Natuna sebesar 23,4%.

Sumber pendapatan terbesar lainnya diperoleh dari PAD yang telah terealisasi sebesar

77,2% atau Rp1.669 miliar dari target yang ditetapkan sebesar Rp2.162 miliar. Pendapatan

asli daerah meningkat cukup signifikan pada triwulan III 2014 yaitu sebesar Rp1.669 miliar

dari triwulan sebelumnya yang hanya Rp782 miliar atau meningkat sebesar 113,5%. Pos

penerimaan pendapatan asli daerah terbesar berasal dari pajak daerah sebesar Rp1.362

miliar, selanjutnya diikuti oleh pendapatan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp202 miliar,

retribusi daerah sebesar Rp83 miliar dan hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan Rp20

miliar. Sumbangsih PAD terhadap total pendapatan pada triwulan laporan mencapai 23,8%,

dimana persentase realisasi terbesar adalah Kabupaten Karimun dengan persentase mencapai

95,6%. Sementara persentase realisasi dana perimbangan terkecil adalah Kabupaten Natuna

sebesar 33,5%.

19,41%

70,75%

2,69%

0,72%6,43%

Pendapatan Asli Daerah

Dana Perimbangan

Transfer pemerintah pusatlainnya

Transfer Pemerintah Provinsi

Lain-lain pendapatan daerahyang sah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Pendapatan AsliDaerah

DanaPerimbangan

Transferpemerintah pusat

lainnya

TransferPemerintah

Provinsi

Lain-lainpendapatan

daerah yang sah

TR

ILIU

N R

P

Anggaran Realisasi

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

55

Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau4

4.1.2. Realisasi Belanja

Komposisi belanja Pemda di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan 7 kab/kota lainnya5 berdasarkan APBD tahun 2014,

pos belanja terbesar berasal dari belanja operasi 72,2% sedangkan sisanya berasal dari

belanja modal 25,6%, transfer pemerintah daerah 2,2% dan belanja tidak terduga 0,1%.

Sementara anggaran belanja terbesar di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yaitu Provinsi

Kepulauan Riau sebesar Rp3.641 miliar kemudian Kota Batam sebesar Rp2.168 miliar.

Grafik 4.3. Komposisi Anggaran Belanja

Grafik 4.4. Realisasi Belanja Pemda

Realisasi belanja pemerintah Provinsi dan pemerintah kabupaten/kota di wilayah

Provinsi Kepulauan Riau triwulan III 2014 mencapai Rp5.627 miliar atau 44,0% dari anggaran

4 Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep

Anambas, Kab Natuna dan Kab Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau 5 (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna, Kab Karimun dan Provinsi

Kepulauan Riau)

RP STRUKTUR (%) RP %

Pendapatan Asli Daerah 2.162.787.752.617 19,41% 1.669.629.714.820 77,20%

Pajak daerah 1.760.431.453.347 15,80% 1.362.975.021.074 77,42%

Retribusi daerah  106.769.887.550 0,96% 83.716.374.914 78,41%

Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 23.544.658.032 0,21% 20.407.931.597 86,68%

Lain-lain PAD yang sah 272.041.753.688 2,44% 202.530.387.235 74,45%

Dana Perimbangan 7.885.214.117.986 70,75% 4.726.971.742.628 59,95%

Dana bagi hasil pajak/bukan pajak

- Pajak 712.668.815.067 6,39% 435.933.279.576 61,17%

- Bukan Pajak (SDA) 3.927.805.116.919 35,24% 1.920.937.337.052 48,91%

Dana alokasi umum 2.966.837.766.000 26,62% 2.320.210.346.000 78,20%

Dana alokasi khusus 277.902.420.000 2,49% 49.890.780.000 17,95%

Transfer pemerintah pusat lainnya 299.896.622.000 2,69% 230.069.756.500 76,72%

Transfer Pemerintah Provinsi 80.403.148.000 0,72% 44.277.815.337 55,07%

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 717.132.506.208 6,43% 358.156.685.010 49,94%

TOTAL PENDAPATAN 11.145.434.146.811 100% 7.029.105.714.295 63,07%

Sumber : Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia & DPKAAD Pemprov dan Pemkab/Kota (diolah)

JENIS ANGGARANANGGARAN REALISASI S.D TW II I 2014

72,19%

25,55%

0,10% 2,15%

Belanja Operasi

Belanja Modal

Belanja Tidak Terduga

Transfer Pemerintah Daerah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Belanja Operasi Belanja Modal Belanja TidakTerduga

Transfer PemerintahDaerah

Tri

liun

Rp

Anggaran Realisasi

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

56

sebesar Rp12.781 miliar dengan nilai realisasi belanja terbesar pada kelompok belanja

operasi. Realisasi belanja operasi pada triwulan III 2014 mencapai 49,2% atau Rp4.542 miliar

dari total anggaran sebesar Rp9.227 miliar. Sementara belanja modal hanya 26,7%, belanja

tidak terduga12,9% dan transfer pemerintah daerah dengan persentase realisasi sebesar

76,9%.

Realisasi belanja operasi pada triwulan III 2014 mencapai 80,7% dari total anggaran

yang telah terealisasi sebesar Rp5.627 miliar. Untuk pos pengeluaran belanja operasi, realisasi

belanja terbesar pada belanja pegawai Rp2.035 miliar diikuti belanja barang dan jasa sebesar

Rp1.812 miliar. Hal ini menunjukkan realisasi anggaran masih didominasi oleh sektor

konsumsi, yang terlihat dari peningkatan PDRB triwulan III 2014 yang ditopang oleh sektor

konsumsi.

Untuk realisasi belanja modal, realisasi belanja terbesar pada belanja modal peralatan

dan mesin yang sudah mencapai 45,8% atau sebesar Rp212 miliar. Selanjutnya diikuti oleh

realisasi belanja modal jalan, irigasi dan jaringan 29,6% atau sebesar Rp436 miliar. Realisasi

belanja modal terendah pada belanja modal konstruksi dalam pengerjaan yang baru

terealisasi 7,2%.

Berdasarkan kabupaten/kota, realisasi belanja modal Pemda terbesar dibandingkan

dengan total realisasi belanja adalah Kabupaten Anambas dengan 19,3% diikuti oleh Kota

Batam dengan 16,9% dan Kabupaten Bintan dengan 16,8%. Sementara realisasi belanja

modal terkecil adalah Kota Tanjungpinang dengan 10,8%, dengan rata-rata presentase

sebesar 15,2% untuk Kabupaten/Kota di wilayah Kepulauan Riau.

Secara aggregat, belanja modal hanya menyumbang 15,5% atau sebesar Rp871

miliar dari total aggaran yang terealisasi. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran Pemda

yang disalurkan untuk kegiatan ekonomi yang produktif baru terealisasi sebesar 15,5% dari

total belanja, padahal belanja modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

57

Tabel 4.2. Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau6

4.1.3 Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau

Komposisi belanja Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) khusus belanja

infrastruktur di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup kabupaten dan kota7

terdiri

atas proyek jalan dan jembatan, sumber daya air, pelabuhan, gedung dan bangunan dan

kelistrikan. Pos belanja terbesar berasal dari belanja untuk proyek jalan dan jembatan sebesar

Rp326 miliar atau 37,6% dari total APBN infrastruktur yang mencapai Rp 869 miliar, diikuti

belanja proyek sumber daya air sebesar Rp181 miliar (20,9%). Sementara belanja proyek

APBN infrastruktur terkecil adalah proyek listrik sebesar Rp41 miliar (4,7%). Untuk spesifikasi

wilayah, Kota Batam mendapat porsi anggaran APBN infrastruktur terbesar yaitu 37,1% atau

sebesar Rp322 miliar, diikuti Kabupaten Natuna 29,70% atau sebesar Rp258 miliar.

Sementara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mendapat porsi belanja APBN infrastruktur

terkecil yaitu 0,7% atau sebesar Rp6 miliar.

6 Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep

Anambas, Kab Natuna, Kab Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau 7 (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Natuna dan Kab Karimun)

RP STRUKTUR (%) RP %

Belanja Operasi 9.227.164.401.474 72,19% 4.542.419.732.347 80,72%

Belanja Pegawai 3.853.395.022.150 30,15% 2.035.452.801.434 36,17%

Belanja Barang dan Jasa 3.809.518.621.519 29,80% 1.812.968.946.720 32,22%

Subsidi 61.498.761.621 0,48% 22.852.076.656 0,41%

Hibah 794.536.424.012 6,22% 381.346.721.811 6,78%

Bantuan Sosial 309.148.821.921 2,42% 123.213.435.990 2,19%

Bantuan Keuangan 399.066.750.251 3,12% 166.585.749.736 2,96%

Belanja Modal 3.265.953.898.429 25,55% 871.341.542.319 15,48%

Belanja Modal Tanah 106.480.016.000 0,83% 10.530.678.570 0,19%

Belanja Modal Peralatan dan Mesin 464.588.402.886 3,63% 212.741.824.156 3,78%

Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1.035.003.242.449 8,10% 214.350.839.667 3,81%

Belanja Modal Jalan, Iringasi dan Jaringan 1.474.687.587.565 11,54% 436.908.935.244 7,76%

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 52.174.352.746 0,41% 10.778.105.923 0,19%

Belanja Modal Konstruksi dalam Pengerjaan 175.247.847.417 1,37% 12.582.398.332 0,22%

Belanja Modal Aset Lainnya 7.143.630.800 0,06% 1.711.093.500 0,03%

Belanja Tidak Terduga 13.149.238.000 0,10% 1.693.927.000 0,03%

Transfer Pemerintah Daerah 275.349.276.346 2,15% 211.730.015.222 3,76%

TOTAL BELANJA 12.781.616.814.249 100% 5.627.185.216.888 44,03%

SURPLUS/(DEFISIT) -1.636.182.667.438 1.401.920.497.407

Pembiayaan Netto 1.639.549.429.088 437.137.467.363

- Penerimaan Pembiayaan Daerah 1.755.882.800.438 472.137.467.363

- Pengeluaran Pembiayaan Daerah 116.333.371.350 35.000.000.000

SILPA 3.366.761.650 1.839.057.964.770

Sumber : Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (diolah)

REALISASI S.D TW II I 2014JENIS ANGGARAN

ANGGARAN

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

58

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Infrastruktur APBN Menurut

Wilayah

Grafik 4.6. Realisasi Belanja Infrastruktur Menurut Wilayah

Realisasi APBN di wilayah Provinsi Kepulauan Riau triwulan III 2014 mencapai 63,0%

dengan realisasi terbesar disalurkan untuk pembiayaan proyek jalan dan jembatan yang

sudah terealisasi sebesar 72,5%, diikuti realisasi proyek sumber daya air sebesar 70,7% dari

total anggaran sebesar Rp181 miliar. Sementara untuk wilayah, realisasi APBN infrastruktur

terbesar pada Kabupaten Bintan sebesar 73,2%, diikuti oleh Kota Batam dengan realisasi

69,8%. Kabupaten Kepulauan Anambas mendapat realisasi terendah yaitu 51,8% atau

sebesar Rp21,5 miliar dari total anggaran sebesar Rp41,5 miliar. Secara keseluruhan realisasi

belanja APBN secara umum tersebar cukup merata baik menurut wilayah maupun jenis

proyeknya.

Grafik 4.7. Komposisi Belanja Infrastruktur APBN Menurut

Proyek

Grafik 4.8. Realisasi Belanja Infrastruktur Menurut Proyek

Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (diolah)

Secara umum, pelaksanaan anggaran di wilayah kepulauan Riau yang bersumber dari

APBN memberikan kontribusi terhadap arus kas masuk8. Cash flow pemerintah pada triwulan

III tercatat surplus Rp4,8 triiun yang disebabkan peningkatan pajak yang signifikan, mencapai

Rp6,7 triliun. Sementara pengeluaran negara dan penyerapan anggaran hanya sebesar Rp2,7

triliun. Penerimaan pajak sebagian besar disumbangkan oleh PPH, PPN dan Bea Masuk.

8 Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Realisasi APBN 2014 Kepulauan Riau s.d Triwulan III

0,69%6,52%

8,22%

29,70%

4,41%4,78%

37,07%

8,60%

Provinsi (Pemprov) Kab. Bintan Kab. Karimun Kab. Natuna

Kab. Lingga Kab. Kep. Anambas Kota Batam Kota Tj. Pinang

6

57

72

25

8

38 42

32

2

75

-

41

50

14

5

23

22

22

5

42

0

50

100

150

200

250

300

350

P R O V I N S I ( P E M P R O V )

K A B . B I N T A N

K A B . K A R I M U N

K A B . N A T U N A

K A B . L I N G G A

K A B . K E P . A N A M B A S

K O T A B A T A M

K O T A T J . P I N A N G

MIL

IAR

Anggaran Realisasi

37,56%

20,88%

22,91%

6,43%

7,50%

4,72%

Jalan Dan Jembatan Sumber Daya Air Pelabuhan Laut

Pelabuhan Udara Gedung Dan Bangunan Listrik

32

7

18

2 19

9

56

65

41

23

7

12

8

10

1

35

30

17

-

50

100

150

200

250

300

350

J A L A N D A N J E M B A T A N

S U M B E R D A Y A A I R

P E L A B U H A N L A U T

P E L A B U H A N U D A R A

G E D U N G D A N B A N G U N A N

L I S T R I K

MIL

IAR

Anggaran Realisasi

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

59

4.3. Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan

Dana simpanan Pemda di Perbankan pada posisi triwulan III 2014 naik menjadi

Rp2.024 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1.948 miliar atau meningkat

sebesar 3,9%(qtq). Peningkatan dana simpanan Pemda sesuai dengan kondisi realisasi

belanja yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan sehingga terdapat

surplus Rp1.401 miliar dengan SILPA sebesar Rp1.839 miliar. Selain itu, kondisi penerimaan

dari dana perimbangan yang telah terealisasi sebesar 60,0% yang secara nominal merupakan

realisasi terbesar untuk di pos penerimaan sebesar Rp4.726 miliar turut mempengaruhi

peningkatan dana simpanan Pemda.

Namun peningkatan dana simpanan Pemda bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 53,2% menjadi 3,9% pada

triwulan III 2014 dikarenakan peningkatan belanja Pemda. Hal tersebut sesuai dengan

perkiraan sebelumnya, dimana aktivitas belanja Pemda umumnya mulai meningkat di

semester 2 pada tahun berjalan.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.9. Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepulauan Riau

(0,80)

(0,60)

(0,40)

(0,20)

-

0,20

0,40

0,60

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Dana Simpanan PEMDA Growth

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

60

BAB 5

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5.1. KETENAGAKERJAAN

Pada posisi Agustus 2014, tenaga kerja di Kepulauan Riau tercatat sebanyak 819.656

orang, atau meningkat 1,7% (yoy). Peningkatan jumlah tenaga kerja terutama terjadi pada

sektor perdagangan, sektor jasa kemasyarakatan dan keuangan.

Andil terbesar peningkatan jumlah tenaga kerja disumbang oleh sektor perdagangan

dengan porsi 28,5% dari total jumlah tenaga kerja, mengalami peningkatan sebesar 4%

(yoy). Peningkatan tenaga kerja juga dicatatkan oleh sektor jasa kemasyarakatan dan sektor

keuangan, mengalami peningkatan masing-masing sebesar 16% (yoy) dan 50% (yoy).

Namun, laju peningkatan jumlah tenaga kerja tertahan oleh penurunan jumlah tenaga

kerja di sektor Industri (porsi tenaga kerja 24,6%), konstruksi (porsi tenaga kerja 7,3%), dan

sektor pertambangan (porsi tenaga kerja 1,5%), dengan pertumbuhan masing-masing

sebesar -6%; -8%; -26%. Penurunan jumlah tenaga kerja antara lain karena dipengaruhi

siklus penyelesaian pekerjaan yang telah diselesaikan pada periode berjalan.

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan,

Februari 2012 Agustus 2014

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor perdagangan searah dengan peningkatan

PDRB pada sektor tersebut. PDRB pada sektor perdagangan, hotel dan restoran mencatatkan

pertumbuhan sebesar 11,7% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar 9,8% (yoy). Penguatan pertumbuhan sektor PHR

%

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Share

1 Pertanian 124.544 95.084 112.365 84.322 117.978 83.706 10,21%

Pertumbuhan (yoy) -10% -11% 5% -1%

2 Pertambangan 29.164 16.648 41.430 17.057 28.003 12.639 1,54%

Pertumbuhan (yoy) 42% 2% -32% -26%

3 Industri 120.135 189.422 126.780 213.961 126.575 201.241 24,55%

Pertumbuhan (yoy) 6% 13% 0% -6%

4 Lis trik, Gas dan a i r minum 5.260 2.604 2.935 3.456 2.741 3.679 0,45%

Pertumbuhan (yoy) -44% 33% -7% 6%

5 Konstruks i 43.927 59.797 62.874 65.461 107.909 60.074 7,33%

Pertumbuhan (yoy) 43% 9% 72% -8%

6 Perdagangan 233.581 222.125 187.035 224.798 190.031 233.734 28,52%

Pertumbuhan (yoy) -20% 1% 2% 4%

7 Transportas i , Pergudangan dan Komunikas i 57.796 59.558 63.784 57.350 51.525 56.260 6,86%

Pertumbuhan (yoy) 10% -4% -19% -2%

8 Keuangan 22.408 27.938 33.870 19.822 35.093 29.749 3,63%

Pertumbuhan (yoy) 51% -29% 4% 50%

9 Jasa Kemasyarakatan 174.085 129.619 215.357 119.846 185.233 138.574 16,91%

Pertumbuhan (yoy) 24% -8% -14% 16%

Penduduk Bekerja 810.900 802.795 846.430 806.073 845.088 819.656 100%

No Lapangan Usaha20142012 2013

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

61

dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Lebaran, tahun ajaran baru,

dan liburan sekolah, serta ditopang pula oleh perlambatan laju inflasi pada triwulan laporan.

Grafik 5.1.

Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB Perdagangan

Grafik 5.2.

Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Konsumsi

Sementara itu, jumlah pengangguran meningkat sebesar 6,7% (yoy). Peningkatan

tersebut merupakan dampak dari peningkatan jumlah angkatan kerja sebesar 2,8% (yoy)

yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan serta pengurangan jumlah

tenaga kerja yang cukup besar pada beberapa sektor seperti sektor industri, konstruksi dan

pertambangan. Penurunan tenaga kerja pada sektor industri diperkirakan dipengaruhi oleh

penutupan beberapa pabrik di Kota Batam, karena relokasi ke Vietnam. Sementara itu,

penurunan tenaga kerja pada sektor pertambangan terjadi karena penurunan kinerja sektor

pertambangan dan penggalian di 2014 pasca diberlakukannya pelarangan ekspor mineral

mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Undang-

undang tersebut menegaskan bahwa barang tambang harus diolah terlebih dahulu sebelum

di ekspor, sementara sebagian besar perusahaan penggalian dan pertambangan di Kepulauan

Riau masih belum memiliki smelter sebagai fasilitas pengolahan bahan hasil galian. Adapun

penurunan tenaga kerja pada sektor konstruksi terjadi pasca pembangunan beberapa proyek

pemerintah (bangunan, perbaikan jalan), maupun swasta (hotel), sebagai persiapan MTQ

Nasional di Kota Batam pada Juni yang lalu serta penyelesaian sejumlah infrastruktur publik

pada Tw I dan Tw II tahun 2014.

Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama,

Provinsi Kepulauan Riau Februari 2011 - Agustus 2014

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

Angkatan Kerja 836.609 847.997 891.217 871.635 899.321 854.150 892.035 878.415

Bekerja 777.726 781.824 838.934 824.567 846.430 806.073 845.088 819.656

Pengangguran 58.883 66.173 52.283 46.798 52.891 48.077 46.947 58.759

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7,0% 7,8% 5,9% 5,4% 5,9% 5,6% 5,3% 6,7%

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 68,1% 67,5% 69,3% 66,3% 70,5% 65,9% 67,8% 66,0%

2011 2014Keterangan

2012 2013

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

62

Tabel 5.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama,

Provinsi Kepulauan Riau, Februari 2012 - Agustus 2014

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5.2.1. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga meningkat pada triwulan laporan antara lain tercermin

melalu peningkatan indeks tendensi konsumen. Salah satu variabel pembentuk indeks

tendensi konsumen yaitu pendapatan rumah tangga yang tercatat mengalami peningkatan

sebesar 112,34, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 111,61. Sementara itu,

secara total ITK meningkat dari 113,06 pada triwulan sebelumnya menjadi 113,18 pada

triwulan laporan. Peningkatan ITK menandakan peningkatan optimisme konsumen terhadap

kondisi ekonomi.

Tabel 5.4. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III 2014

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Kondisi pendapatan rumah tangga yang meningkat di triwulan III 2014

mempengaruhi tingkat konsumsi makanan dan non makanan yang meningkat di triwulan III

2014 dengan nilai indeks 117,05 dibandingkan triwulan lalu dengan indeks sebesar 110,30.

Peningkatan konsumsi antara lain didorong oleh peningkatan kebutuhan masyarakat

menjelang Lebaran dan memasuki tahun ajaran baru.

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

170.404 151.535 169.802 150.209 201.658 152.942

21% 19% 20% 19% 24% 19%

36.723 40.149 37.514 23.600 37.555 40.693

5% 5% 4% 3% 4% 5%

24.956 40.265 29.437 34.856 18.835 43.018

3% 5% 3% 4% 2% 5%

498.204 513.441 541.574 539.904 510.957 523.546

61% 64% 64% 67% 60% 64%

8.664 4.356 3.801 7.862 7.354 4.914

1% 1% 0% 1% 1% 1%

6.757 11.101 16.418 16.380 22.742 18.232

1% 1% 2% 2% 3% 2%

65.192 41.948 47.884 33.262 45.987 36.311

8% 5% 6% 4% 5% 4%

Jumlah 810.900 802.795 846.430 806.073 845.088 819.656

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

2014

Pekerja keluarga/tak dibayar7

5 Pekerja bebas di pertanian

6 Pekerja bebas di non pertanian

2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap

3 Berusaha dibantu buruh tetap

4 Buruh/karyawan

2012 2013Status Pekerjaan UtamaNo

1 Berusaha Sendiri

IV I II III IV I II IIIPendapatan Rumah Tangga 103,69 103,32 111 112,49 114,12 107,64 111,61 112,34

Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi 126,76 118,07 108,84 109,5 109,06 112,33 118,03 111,71

Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan 102,73 102,56 106,54 115,72 110,87 114,94 110,30 117,05

Indeks Tendensi Konsumen 109,7 107,16 109,44 112,36 112,03 110,46 113,06 113,18

2013Variabel Pembentuk

2012 2014

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

63

Grafik 5.3. Indeks Tendensi Konsumen

5.2.2. Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP pada triwulan laporan meningkat, yaitu tercatat sebesar 101,91 lebih tinggi

dibanding NTP pada triwulan sebelumnya sebesar 100,82. Peningkatan NTP menunjukkan

peningkatan kemampuan tukar atau nilai tukar produk pertanian dengan barang dan jasa

yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan memproduksi

produk pertanian. Sementara itu, angka NTP diatas 100 menunjukkan bahwa nilai indeks

yang diterima oleh petani lebih tinggi dibanding nilai indeks yang dibayarkan oleh petani

(terjadi surplus).

Grafik 5.4. Perkembangan NTP Grafik 5.5. NTP Berdasarkan Subsektor

Berdasarkan subsektor, sektor perikanan mencatatkan NTP tertinggi. Kondisi ini

antara lain dipengaruhi oleh posisi geografis Kepulauan Riau dengan wilayah laut yang luas

menyebabkan subsektor perikanan berkembang lebih baik dibanding subsektor lainnya di

sektor pertanian. Selain itu, kondisi cuaca yang mendukung aktivitas nelayan serta tingkat

permintaan yang tinggi pada triwulan III dengan adanya hari raya keagamaan (Lebaran) juga

menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan NTP sektor perikanan. Di sisi lain,

subsektor perkebunan dan hortikultura serta subsektor tanaman pangan mencatatkan angka

97

98

99

100

101

102

103

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Indeks Diterima Petani (LHS)

Indeks Dibayar Petani (LHS)

Nilai Tukar Petani (RHS)

Sumber: BPS Kepulauan Riau

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Umum Tanaman Pangan Hortikultura

Perkebunan Peternakan Perikanan

Sumber: BPS Kepulauan Riau

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

64

NTP terendah. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah di Kepulauan Riau yang secara umum

kurang sesuai untuk kegiatan bercocok tanam sehingga subsektor perkebunan dan

hortikultura maupun tanaman pangan kurang dapat berkembang dengan baik.

Tabel 5.6. Nilai Tukar Petani Kepulauan Riau Per Sub Sektor Triwulan III 2014

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Sementara itu, apabila dibandingkan dengan data nasional, rata-rata NTP secara

nasional pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 102,18 lebih tinggi dibandingkan NTP

Kepulauan Riau sebesar 101,91, sehingga secara umum kesejahteraan petani di Kepulauan

Riau relatif lebih rendah dibandingkan nasional. Sedangkan bila dilihat secara subsektor, NTP

di Kepulauan Riau lebih rendah dibandingkan nasional untuk subsektor hortikultura dan

subsektor perkebunan rakyat.

Tabel 5.7. Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Nasional dan Kepulauan Riau Triwulan III 2014

Sumber: BPS (diolah)

Tingkat konsumsi rumah tangga petani secara umum meningkat sebesar 1,25%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga petani di

Kepulauan Riau terjadi pada seluruh subsektor seiring dengan momen keagamaan seperti

bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang terjadi pada TW III 2014.

I II III IV I II III IV I II III

Umum 101,31 101,99 101,48 101,20 101,09 100,94 102,35 102,37 101,15 100,82 101,91

Tanaman Pangan 92,97 94,41 96,28 96,42 93,60 97,19 99,89 100,78 100,45 101,23 100,24

Hortikultura 99,29 101,88 101,03 99,54 99,06 99,07 101,47 99,60 99,13 98,10 99,13

Perkebunan 100,53 102,11 100,30 99,99 100,05 99,73 99,67 99,91 97,95 94,24 93,27

Peternakan 106,08 105,86 105,90 105,85 105,83 105,48 105,97 106,07 105,51 105,91 108,05

Perikanan 105,62 104,32 104,45 104,31 105,31 103,73 105,94 106,54 106,23 106,28 109,34

2012 2013 2014

No Subsektor Nasional Kepri

1 Tanaman Pangan 97,99 100,24

2 Hortikultura 102,76 99,13

3 Perkebunan Rakyat 101,9 93,27

4 Peternakan 107,68 108,05

5 Perikanan 103,65 109,34

6 Umum 102,18 101,91

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

65

Tabel 5.8. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Kepulauan Riau

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

Konsumsi Rumah Tangga 103,01 103,35 105,62 106,2 108,46 108,58 109,94

Bahan Makanan 103,64 104,09 107,08 107,35 111,44 110,78 112,73

Makanan Jadi 100,77 101,44 102,86 103,63 104,29 105,28 106,53

Perumahan 101,53 101,74 103,6 104,41 105,99 106,57 107,53

Sandang 102,47 101,74 102,03 103,71 104,81 105,14 106,63

Kesehatan 102,61 103,31 103,31 103,79 105,32 105,72 106,25

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 103,84 104,01 104,15 104,88 105,64 106,1 107,13

Transportasi dan Komunikasi 106,58 106,46 110,35 110,96 111,74 112,13 112,76

2013 2014Sub Kelompok

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

66

BAB 6

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL

1.4. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) diprakirakan relatif stabil pada

triwulan IV 2014, ditopang oleh penguatan konsumsi pemerintah dan investasi. Berdasarkan

data historis dan perkembangan beberapa indikator terkini, pertumbuhan ekonomi Kepri

triwulan IV 2014 diprakirakan berada pada kisaran 6,9% - 7,1% (yoy), dan pertumbuhan

ekonomi untuk keseluruhan 2014 diprakirakan pada kisaran 6,2% - 6,4% (yoy).

Dari sisi eksternal, perbaikan ekonomi global pada triwulan IV 2014 diperkirakan

masih akan terus berlangsung, meskipun dengan kecepatan yang moderat. Berdasarkan hasil

consensus forecast pada Juli 2014, ekonomi dunia diprakirakan tumbuh 3,4% (yoy), lebih

tinggi dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 3,1% (yoy). Perbaikan ekonomi global terutama

akan ditopang oleh perbaikan perekonomian Amerika Serikat. Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi di negara berkembang diprakirakan relatif terbatas. Penguatan ekonomi dunia

diharapkan memberi dampak peningkatan kinerja ekspor ke negara-negara ASEAN termasuk

ke Indonesia.

Sementara itu, penguatan pertumbuhan investasi di Kepulauan Riau juga diyakini

masih akan berlanjut di triwulan IV. Kondisi sosial politik dan ekonomi yang tetap kondusif

pasca pelantikan presiden dan kabinetnya, akan menjadi salah satu faktor penopang

pertumbuhan investasi. Selain itu, sejumlah kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan

berdampak penting dan cakupan luas bernilai strategis (DPCLS) di Kota Batam telah terbebas

dari status hutan lindung dengan diterbitkannya SK Menhut No.867 tahun 2014 yang

merevisi SK Menhut Nomor 463 tahun 2014. Sebelumnya, melalui survei maupun focus

Grafik 6.1

Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

10.0%

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2010 2011 2012 2013 2014

PDRB Harga Konstan Pertumbuhan PDRB(Rp triliun) (%, yoy)

* Proyeksi Bank Indonesia

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

67

group discussion (FGD), investor seringkali mengungkapkan bahwa status hutan lindung yang

ditetapkan pada beberapa kawasan DPCLS di Kepulauan Riau menurut SK Menhut

No.463/2013 telah menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan investasi di

Kepulauan Riau.

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Adapun konsumsi pemerintah, masih berpeluang tumbuh menguat pada triwulan

terakhir. Hingga posisi akhir triwulan III 2014, realisasi belanja pemerintah daerah

(pemerintah provinsi dan seluruh kabupaten/kota), tercatat masih rendah yaitu sebesar

44,06%. Kondisi tersebut memberikan peluang pertumbuhan konsumsi pemerintah yang

lebih tinggi pada kuartal terakhir di 2014.

Namun, konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat pada triwulan keempat,

terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yang

efektif berlaku pada tanggal 18 November 2014. Kenaikan harga BBM akan mendorong

peningkatan laju inflasi terutama pada kelompok transpor dan bahan makanan, dan

berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Namun, laju penurunan pertumbuhan

konsumsi rumah tangga akan tertahan oleh perkiraan peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara (wisman) di akhir tahun yang merupakan pola musiman.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

68

Grafik 6.2 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor PHR

(Berdasarkan SKDU)

Grafik 6.3 Hasil Survei Konsumen

Nilai net ekspor pada triwulan IV 2014 diprakirakan membaik dibanding triwulan III,

namun secara tahunan masih akan mencatatkan pertumbuhan negatif. Perbaikan angka net

ekspor antara lain ditopang oleh peningkatan impor barang modal yang cukup tinggi dalam

dua triwulan terakhir, yaitu masing-masing sebesar 16,26% (yoy) dan 34,53% (yoy), yang

mengindikasikan potensi peningkatan produk hasil industri pengolahan di periode

selanjutnya. Perbaikan kondisi ekonomi global yang terus berlanjut diharapkan juga dapat

mendorong peningkatan permintaan ekspor ke Kepulauan Riau. Melalui liaison juga diketahui

bahwa sejumlah proyek konstruksi terapung (untuk kegiatan pengeboran migas) akan

dikirimkan ke negara pemesan di triwulan terakhir 2014, dan diharapkan dapat mendorong

peningkatan nilai ekspor. Searah dengan prakiraan tersebut, hasil SKDU pada sektor industri

pengolahan juga menunjukkan optimisme pelaku usaha bahwa realisasi kegiatan usaha pada

triwulan keempat akan lebih baik dibanding triwulan ketiga.

Grafik 6.7 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan

(Berdasarkan SKDU)

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

PHR (SKDU)- Perkiraan Kegiatan Usaha

PHR (SKDU) - Realisasi Kegiatan Usaha(saldo bersih)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Kepulauan Riau

116114

100 104

128

107102

93 97

117

125126

106 111

139

40

60

80

100

120

140

160

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus Sept Okt

2014

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)

INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau

-60

-40

-20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Ind.Pengolahan (SKDU)- Perkiraan

Ind.Pengolahan (SKDU)- Realisasi

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau

(saldo bersih)

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

69

1.5. PROSPEK INFLASI

Laju inflasi berpotensi meningkat pada triwulan IV 2014, namun secara keseluruhan

tahun, inflasi 2014 diyakini masih lebih rendah dibanding inflasi 2013. Peningkatan inflasi

pada triwulan IV 2014 terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)

bersubsidi yang efektif berlaku pada tanggal 18 November 2014. Selain itu, potensi kenaikan

harga di akhir tahun juga akan bersumber dari keterbatasan pasokan sejumlah komoditas

bahan makanan karena penurunan hasil panen dan kondisi cuaca yang akan menghambat

aktivitas nelayan, sementara konsumsi masyarakat cenderung akan meningkat..

Pada tanggal 18 November 2014, pemerintah resmi menaikkan tarif BBM bersubsidi,

yang akan berdampak pada peningkatan laju inflasi, terutama di November dan Desember.

Bensin mengalami kenaikan sebesar 30,77%, sementara kenaikan harga solar sebesar

36,36% (yoy). Hingga posisi akhir tahun 2014, kenaikan BBM diprakirakan memberikan andil

inflasi pada kisaran 2,00% - 2,50%. Andil inflasi tersebut berupa peningkatan inflasi bensin

dan solar (dampak langsung), maupun dampak lanjutannya berupa kenaikan harga pada tarif

angkutan, serta kenaikan harga pada sejumlah komoditas inti dan volatile food yang

dipengaruhi oleh peningkatan biaya distribusi.

Pasokan beberapa komoditas bahan makanan diprakirakan akan menurun, antara lain

beras, cabai merah dan beberapa komoditas ikan segar. BULOG menyatakan bahwa

kemungkinan tidak ada tambahan pasokan raskin untuk November dan Desember (jatah

raskin November dan Desember telah disalurkan di Maret dan April 2014), sehingga

berpotensi meningkatkan harga beras. Sementara itu, harga cabai merah mulai menunjukkan

peningkatan di September dan Oktober, dan diprakirakan masih akan berlanjut hingga akhir

tahun seiring dengan penurunan pasokan karena berakhirnya panen raya di Agustus.

Hambatan pasokan juga akan dipengaruhi oleh musim angin utara yang akan menyebabkan

gelombang tinggi pada Desember sehingga berdampak pada penurunan pasokan ikan segar

karena terbatasnya aktivitas nelayan.

Di tengah potensi keterbatasan pasokan sejumlah komoditas, permintaan konsumsi

konsumen di akhir tahun, khususnya untuk bahan makanan justru berpeluang semakin

meningkat dengan adanya perayaan Natal dan tahun baru serta liburan akhir tahun. Kondisi

tersebut akan semakin memberikan tekanan pada harga bahan makanan. Perkiraan tersebut

sejalan dengan hasil survei konsumen, yang menunjukkan bahwa konsumen memperkirakan

terjadi peningkatan pengeluaran pada sejumlah komoditas terutama bahan makanan pada

tiga bulan yang akan datang.

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2014

70

Grafik 6.7 Perkiraan Pengeluaran 3 Bulan yang Akan Datang

Dibandingkan Saat Ini (Berdasarkan Kelompok Komoditas)

Dengan memperhatikan asumsi-asumsi tersebut, tanpa memperhitungkan kenaikan

BBM, maka laju inflasi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2014 diprakirakan berada pada

kisaran 6,3% 6,7% (yoy). Proyeksi inflasi tersebut lebih rendah dibanding angka inflasi

periode yang sama tahun lalu sebesar 8,24% (yoy).

Tabel 6.1 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau

-

50

100

150

200

250

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep

2014

Bahan makanan

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

Sandang

Transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau

(Indeks)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV* (Proyeksi)

IHK,% yoy 3,41% 4,07% 7,29% 8,24% 7,75% 6,03% 4,41% 6,3% - 6,7%

2013 2014

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Pertumb

Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III qtq

MAKRO

Laju Inflasi (m-t-m)* 0.53 0.66 0.11 0.24 0.42 0.17

IHK Bahan Makanan 163.07 167.63 118.31 111.49 116.98 5.49

IHK Makanan Jadi 145.86 147.52 108.71 110.08 112.48 2.39

IHK Perumahan 124.06 125.58 105.70 107.37 108.74 1.37

IHK Sandang 153.81 153.20 104.83 105.38 105.75 0.37

IHK Kesehatan 125.23 125.87 104.17 112.33 112.62 0.29

IHK Pendidikan 133.28 134.37 105.26 105.27 108.22 2.96

IHK Transport 118.35 119.10 114.51 114.50 115.64 1.14

Pertumbuhan PDRB (q-t-q) **) 1.74% 2.15% 0.32% 1.99% 2.28% 0.29%

Ekspor (Juta USD) 2,675.32 3,085.10 2,596.29 2,617.37 2,293.33 -12.38%

Impor (Juta USD) 2,314.98 2,300.91 2,109.29 2,382.81 2,354.91 -1.17%

PERBANKAN (Bank Umum dan BPR)

Giro (miliar Rp) 13,774.85 14,029.16 12,848.89 14,420.47 13,785.78 -4.40%

Tabungan (miliar Rp) 15,308.60 16,562.31 16,004.92 16,403.94 16,838.88 2.65%

Deposito (miliar Rp) 9,577.40 10,852.47 11,017.78 12,289.53 12,840.71 4.48%

DPK (miliar Rp) 38,660.85 41,443.94 39,871.59 43,113.95 43,465.37 0.82%

Total Asset (miliar Rp) 45,540.12 48,030.75 46,319.90 49,718.53 50,701.28 1.98%

Kredit Umum (miliar Rp) 29,358.32 31,200.41 30,759.43 32,086.14 33,061.07 3.04%

Suku Bunga Kredit (tertimbang) 9.89% 10.06% 10.04% 10.14% 10.37% 0.23%

Suku Bunga Dep 3 bln (tertimbang) 4.82% 6.04% 5.24% 5.57% 6.34% 0.77%

LDR (%) 75.94% 75.28% 77.15% 74.42% 76.06% 1.64%

NPL (%) 1.75% 1.49% 1.83% 1.90% 1.86% -0.04%

SISTEM PEMBAYARAN

Inflow (miliar Rp) 710 381 709 369 900 144.04%

Outflow (miliar Rp) 3,083 3,562 1,295 2,542 3,081 21.17%

PTTB (miliar Rp) 218.65 384.26 63.68 83.43 173.68 108.17%

Volume Kliring (lembar) 142,912 140,475 140,548 140,580 114,020 -18.89%

Nominal Kliring (miliar Rp) 4,918 4,936 4,902 4,742 4,175 -11.95%

Data Ekspor & Impor sampai dengan Agustus 2013, sumber Bank Indonesia

**) Data Sangat Sementara

Ket: *) Mulai 1 Juli 2008 menggunakan tahun

INDIKATOR

Tabel 1.

2013 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN

WILAYAH KERJA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

a

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

IndeksIndeks % Perbh. Indeks % Perbh. Indeks % Perbh. Indeks % Perbh. Indeks % Perbh. Indeks % Perbh.

UMUM 135.67 0.53 137.80 0.66 109.24 (0.53) 109.32 0.07 111.95 0.27 111.95 0.48

I. BAHAN MAKANAN 158.87 0.58 164.64 1.93 112.44 (4.21) 110.85 (1.41) 110.92 0.06 116.41 1.31

a. Padi-padian, umbi-umbian & hasil hasilnya 148.54 0.62 149.54 0.03 108.43 0.60 110.08 1.52 111.85 1.61 113.11 (0.63)

b. Daging dan hasil-hasilnya 149.68 2.88 150.50 0.06 107.32 (0.28) 108.15 0.77 108.83 0.63 111.19 (0.25)

c. Ikan segar 178.34 5.12 180.35 1.55 119.50 (2.38) 116.76 (2.29) 116.19 (0.49) 123.41 0.44

d. Ikan diawetkan 167.81 0.28 168.43 0.02 108.16 0.39 108.31 0.14 109.81 1.38 112.28 0.17

e. Telur, susu dan hasil-hasilnya 130.06 (0.01) 131.80 0.46 107.14 (0.61) 108.82 1.57 109.09 0.25 111.05 0.06

f. Sayuran 148.28 (4.02) 157.21 3.18 129.29 (6.59) 118.75 (8.15) 115.11 (3.07) 134.18 7.04

g. Kacang-kacangan 167.53 2.51 167.53 - 102.97 0.43 102.46 (0.50) 102.44 (0.02) 100.99 (0.19)

h. Buah-buahan 168.88 2.04 171.98 (0.06) 116.17 (1.01) 116.53 0.31 116.39 (0.12) 119.30 0.28

i. Bumbu-bumbuan 189.96 (7.42) 232.10 11.52 109.46 (27.29) 99.40 (9.19) 98.42 (0.99) 112.98 7.29

j. Lemak dan minyak 170.17 4.28 170.01 (0.31) 106.43 1.23 107.96 1.44 110.22 2.09 111.75 0.03

k. Bahan makanan lainnya 144.21 - 145.36 - 103.17 - 103.17 - 103.36 0.18 104.25 0.04

II. MAKANAN JADI, MINUMAN, 142.36 0.63 143.94 0.39 108.00 0.40 108.80 0.74 109.07 0.25 111.59 0.83

ROKOK & TEMBAKAU

a. Makanan jadi 134.69 1.05 135.99 0.32 104.88 0.09 106.14 1.20 106.20 0.06 108.62 0.61

b. Minuman yang tidak beralkohol 134.83 - 135.19 0.11 103.33 0.35 103.12 (0.20) 103.09 (0.03) 103.50 0.47

c. Rokok, tembakau dan minuman 168.08 0.21 171.38 0.72 121.75 1.21 122.22 0.39 123.39 0.96 128.28 1.70

beralkohol

III. PERUMAHAN 123.88 0.31 125.37 0.06 106.29 0.76 106.69 0.38 107.40 0.67 108.75 0.06

a. Biaya tempat tinggal 116.66 0.51 118.73 - 106.55 0.73 106.83 0.26 107.63 0.75 107.51 0.07

b. Bahan bakar, penerangan dan air 137.48 0.01 138.09 0.16 104.39 - 104.39 - 104.45 0.06 110.38 0.02

c. Perlengkapan rumah tangga 121.37 0.55 123.42 0.24 105.68 1.44 105.78 0.09 105.78 - 105.72 0.09

d. Penyelenggara rumah tangga 130.55 0.02 130.87 0.06 109.18 1.93 111.18 1.83 113.27 1.88 113.63 (0.01)

IV. SANDANG 157.42 2.06 157.22 0.47 103.54 (0.54) 103.85 0.30 104.47 0.60 104.65 (0.59)

a. Sandang laki-laki dewasa 146.22 0.05 147.68 0.50 106.50 0.02 106.50 - 106.78 0.26 107.61 -

b. Sandang wanita dewasa 137.84 - 138.16 0.16 102.55 0.07 102.55 - 102.62 0.07 104.32 (0.08)

c. Sandang anak-anak 137.94 0.01 137.94 - 103.07 - 103.07 - 103.07 - 104.04 -

d. Sandang pribadi dan sandang lainnya 199.84 5.92 197.57 0.91 102.05 (2.05) 103.18 1.11 105.15 1.91 102.75 (2.11)

V. KESEHATAN 125.64 0.10 125.86 0.06 109.26 5.33 113.00 3.42 113.08 0.07 113.25 0.01

a. Jasa kesehatan 127.26 - 127.86 - 119.28 16.47 129.91 8.91 129.91 - 129.91 -

b. Obat-obatan 113.07 0.02 113.15 0.05 105.32 (0.01) 106.01 0.66 106.09 0.08 106.29 -

c. Jasa Perawatan Jasmani 150.80 - 150.80 - 100.00 - 100.00 - 100.00 - 100.00 -

d. Perawatan Jasmani dan Kosmetika 125.40 0.23 125.88 0.14 105.39 0.37 105.98 0.56 106.15 0.16 106.48 0.03

VI. PENDIDIKAN, REKREASI & 134.77 0.36 135.99 0.79 104.89 (0.01) 104.89 - 104.85 (0.04) 107.23 1.20

OLAH RAGA

a. Jasa Pendidikan 154.90 0.82 154.90 - 107.78 - 107.78 - 107.78 - 112.58 2.33

b. Kursus-kursus/Pelatihan 113.83 - 113.83 - 100.00 - 100.00 - 100.00 - 100.00 -

c. Perlengkapan / Peralatan pendidikan 122.58 - 129.93 6.00 107.53 - 107.53 - 107.53 - 107.55 -

d. Rekreasi 124.20 - 124.62 - 100.66 (0.02) 100.65 (0.01) 101.32 (0.16) 100.48 (0.02)

e. Olahraga 109.26 - 109.26 - 101.50 - 101.50 - 101.50 - 101.50 -

VII. TRANSPOR & KOMUNIKASI 115.98 0.18 116.82 0.01 114.40 (0.17) 114.39 (0.01) 114.44 0.04 115.82 (0.01)

a. Transpor 128.14 0.24 129.43 0.02 121.33 (0.25) 121.31 (0.02) 121.40 0.07 123.53 (0.01)

b. Komunikasi dan pengiriman 77.20 - 77.20 - 101.59 - 101.59 - 101.52 (0.07) 101.52 -

c. Sarana dan penunjang transpor 134.68 0.10 134.68 - 101.31 - 101.31 - 101.31 - 101.31 -

d. Jasa Keuangan 112.10 - 112.10 - 100.96 - 100.96 - 100.96 - 100.96 -

Sumber : BPS Prov. Kepri

Sep-14

TABEL 2.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA BATAM

Mulai 1 Juli 2008 menggunakan Tahun Dasar 2007 = 100

Apr-14 May-14 Jun-14Kelompok

Oktober 06 Dec-13Sep-13

b

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Kota Q III/13 Q IV/13 Q I/14 Q II/14 Q III/14

1. Batam 0.53 0.66% 0.10% 0.27% 0.48%

2. Pekanbaru 0.24 0.65% 0.15% 0.58% 0.43%

3. Nasional -0.35 0.55% 0.88% 0.43% 0.27%

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

TABEL 3.

PERKEMBANGAN INFLASI KOTA BATAM, PEKANBARU DAN NASIONAL

c

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Dlm.Juta Rp.

Sep 2013 Des 2013 Mar 2014 Jun 2014 Sep 2014

TOTAL ASSET 45,540,122 48,030,749 46,319,900 49,718,532 50,701,285

DANA PIHAK III 38,660,852 41,443,941 39,871,587 43,113,946 43,465,370

a. Giro 13,774,848 14,029,160 12,848,889 14,420,471 13,785,777

b. Tabungan 15,308,602 16,562,306 16,004,918 16,403,943 16,838,882

c. Deposito 9,577,402 10,852,475 11,017,780 12,289,532 12,840,710

KREDIT

a. Jenis Penggunaan 29,358,323 31,200,414 30,759,435 32,086,137 33,061,066

- Modal Kerja 10,741,035 11,646,456 10,998,766 11,591,772 11,207,240

- Investasi 7,586,348 8,147,595 8,149,654 8,028,228 9,226,789

- Konsumsi 11,030,940 11,406,362 11,611,015 12,466,138 12,627,036

b. Jenis Kredit 29,358,323 31,200,414 30,759,435 32,086,137 33,061,066

- UMKM 8,257,984 8,584,730 8,441,467 8,691,095 8,353,798

- Non UMKM 21,100,339 22,615,683 22,317,967 23,395,042 24,707,267

c. Kolektibilitas 29,358,323 31,200,414 30,759,435 32,086,137 33,061,066

- Lancar 27,584,938 29,612,532 28,921,519 30,041,423 31,259,718

- D.P.Khusus 1,258,972 1,121,862 1,274,226 1,435,621 1,187,500

- Kurang Lancar 103,036 108,010 131,288 119,268 101,331

- Diragukan 84,530 48,744 72,242 66,667 87,915

- Macet 326,848 309,266 360,160 423,158 424,602

RATIO

a. Loan to Deposit Ratio (LDR) 75.94% 75.28% 77.15% 74.42% 76.06%

b. Penyaluran UMKM 28.13% 27.51% 27.44% 27.09% 25.27%

Sumber : Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

KETERANGAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DATA PERBANKAN (BANK UMUM DAN BPR)

TABEL 4.

Periode

d

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Dlm. Juta Rp.

Sep 2013 Des 2013 Mar 2014 Jun 2014 Sept 2014

TOTAL ASSET 10,846,146 10,933,230 10,419,117 11,137,966 11,647,934

DANA PIHAK III 9,803,743 9,651,256 9,204,354 9,920,070 10,307,170

a. Giro 2,674,650 2,410,128 2,157,725 2,681,826 2,603,453

b. Deposito 4,421,062 4,807,918 4,557,419 4,537,428 4,699,530

c. Tabungan 2,708,031 2,433,210 2,489,211 2,700,816 3,004,187

KREDIT

a. Jenis Pengunaan 5,945,769 6,244,812 6,306,456 6,472,611 6,895,934

- Modal Kerja 1,763,430 1,839,339 1,846,582 1,743,571 1,875,700

- Investasi 1,033,246 1,056,763 1,029,001 974,885 1,071,629

- Konsumsi 3,149,093 3,348,709 3,430,873 3,754,156 3,948,605

b. Jenis Kredit 5,945,769 6,244,812 6,306,456 6,472,611 6,895,934

- UMKM 1,497,714 1,699,962 1,695,717 1,857,197 1,951,546

- Non UMKM 4,448,055 4,544,850 4,610,739 4,615,414 4,944,388

c. Kolektibilitas 5,945,769 6,244,812 6,306,456 6,472,611 6,895,934

- Lancar 5,604,935 5,965,121 5,926,895 6,054,266 6,465,985

- D.P Khusus 180,274 152,131 231,897 259,831 261,888

- Kurang Lancar 32,354 16,239 25,909 27,378 28,396

- Diragukan 26,048 13,725 15,593 15,674 21,122

- Macet 102,159 97,596 106,162 115,461 118,543

RATIO

a. Loan to Deposit Ratio (LDR) 60.65% 64.70% 68.52% 65.25% 66.90%

b. Penyaluran UMKM 25.19% 27.22% 26.89% 28.69% 28.30%

Sumber : Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

*) meliputi Tj. Pinang, Tj. Balai Karimun, Natuna

KETERANGANPeriode

TABEL 5.

DATA PERBANKAN (BANK UMUM DAN BPR)

WILAYAH KEPULAUAN RIAU *)

e

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Dlm. Juta Rp.

Sep 2013 Des 2013 Mar 2014 Jun 2014 Sept 2014

TOTAL ASSET 34,693,976 37,097,519 35,900,783 38,580,566 39,053,351

DANA PIHAK III 28,857,109 31,792,685 30,667,233 33,193,875 33,158,199

a. Giro 11,100,199 11,619,033 10,691,164 11,738,644 11,182,324

b. Tabungan 10,887,540 11,754,388 11,447,499 11,866,515 12,139,352

c. Deposito 6,869,371 8,419,265 8,528,570 9,588,716 9,836,523

KREDIT

a. Jenis Penggunaan 23,412,554 24,955,602 24,452,978 25,613,526 26,165,132

- Modal Kerja 8,977,604 9,807,117 9,152,184 9,848,201 9,331,540

- Investasi 6,553,103 7,090,832 7,120,653 7,053,343 8,155,160

- Konsumsi 7,881,847 8,057,653 8,180,141 8,711,982 8,678,432

b. Jenis Kredit 23,412,554 24,955,602 24,452,978 25,613,526 26,165,132

- UMKM 6,760,269 6,884,769 6,745,750 6,833,898 6,402,253

- Non UMKM 16,652,284 18,070,833 17,707,228 18,779,628 19,762,879

c. Kolektibilitas 23,412,554 24,955,602 24,452,978 25,613,526 26,165,132

- Lancar 21,980,003 23,647,411 22,994,624 23,987,157 24,793,733

- D.P. Khusus 1,078,698 969,731 1,042,329 1,175,790 925,613

- Kurang Lancar 70,682 91,771 105,379 91,890 72,935

- Diragukan 58,482 35,019 56,649 50,992 66,793

- Macet 224,689 211,670 253,998 307,697 306,058

RATIO

a. Loan to Dept Ratio (LDR) 81.13% 78.49% 79.74% 77.16% 78.91%

b. Penyaluran UMKM 28.87% 27.59% 27.59% 26.68% 24.47%

Sumber : Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

KETERANGANPeriode

TABEL 6.

DATA PERBANKAN (BANK UMUM DAN BPR)

KOTA BATAM

f

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Nama Pengaliran Pengaliran Pemberian Tanda

No Bulan Masuk Keluar Tidak Berharga

(Jutaan Rp) (Jutaan Rp) (Jutaan Rp)

1 Januari 2013 225,336.91 150,236.90 8,832.99

Februari 2013 240,401.86 309,930.40 34,127.48

Maret 2013 247,980.16 431,932.23 71,432.37

Trw. I 2013 713,718.94 892,099.53 114,392.83

2 April 2013 238,736.54 411,490.11 80,711.70

Mei 2013 158,288.36 742,588.21 57,218.80

Juni 2013 99,599.52 664,438.79 34,568.60

Trw. II 2013 496,624.42 1,818,517.12 172,499.10

3 Juli 2013 135,593.00 1,563,652.00 29,041.00

Agustus 2013 392,331.00 783,203.00 26,399.00

September 2013 181,596.00 735,901.00 163,207.00

Trw. III 2013 754,512.30 3,225,544.12 264,286.50

4 Oktober 2013 217,107.00 919,201.00 166,127.00

November 2013 110,055.44 866,058.06 145,794.40

Desember 2013 54,155.84 1,776,710.03 72,341.33

Trw. IV 2013 381,318.28 3,561,969.08 384,262.73

5 Januari 2014 264,227.05 517,980.90 19,597.82

Februari 2014 270,000.86 246,778.42 5,660.00

Maret 2014 175,257.26 530,048.04 38,419.52

Trw. I 2014 709,485.17 1,294,807.35 63,677.35

6 April 2014 142,226.14 715,097.65 30,500.56

Mei 2014 123,064.20 830,046.03 7,454.49

Juni 2014 103,563.41 997,345.91 45,478.56

Trw. II 2014 368,853.75 2,542,489.59 83,433.62

7 Juli 2014 60,206.83 2,056,315.51 20,661.88

Agustus 2014 618,113.63 207,549.35 56,832.26

September 2014 221,836.26 816,867.12 96,186.39 Trw. III 2014 900,156.73 3,080,731.99 173,680.53

Sumber : Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

DATA PENGALIRAN KAS MASUK / KELUAR

DAN KEGIATAN PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TABEL 7.

g

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata

Perhari Perhari Perhari Perhari Perhari

A. WARKAT KLIRING

1. WARKAT (Lbr) 142,552 2,337 140,475 2,303 140,548 2,304 140,580 2,343 114,020 1,900

2. NOMINAL (Jt.Rp) 4,918,424 80,630 4,936,337 80,924 4,901,999 80,361 4,741,999 79,033 4,175,192 69,587

B. TOLAKAN KLIRING

1. CEK KOSONG

- Lembar 836 14 901 15 746 12 847 14 614 10

- Nominal (Jt.Rp) 37,885 621 75,972 1,245 100,454 1,647 55,256 921 60,784 1,013

2. BG. KOSONG

- Lembar 1,519 25 1529 25 1341 22 1518 25 1137 19

- Nominal (Jt.Rp) 51,279 841 71,149 1,166 41,861 686 46,556 776 37,742 629

3. ALASAN LAIN

- Lembar 706 12 688 11 696 11 541 9 451 8

- Nominal (Jt.Rp) 22,822 374 25,522 418 22,830 374 15,370 256 19,490 325

4. TOTAL TOLAKAN

- Lembar 3,061 50 3118 51 2783 46 2906 48 2202 37

- Nominal (Jt.Rp) 111,986 1,836 172,643 2,830 165,144 2,707 123,552 2,059 119,016 1,984

Sumber : Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

Trw.III/2014

Total

TABEL 8.

PERPUTARAN KLIRING BATAM, TANJUNG PINANG DAN TANJUNG BALAI KARIMUN

Trw.IV/2013

Total

Trw.I/2014

Total

Trw.II/2014

Total

Trw.III/2013

TotalJENIS

h

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

MAKRO

Indeks Harga Konsumen Kota Batam 129.37 130.92 135.67 137.80 109.82 109.61 111.95

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Kota Batam 3.02% 3.59% 6.66% 7.81% 7.56% 6.10% 4.57%

PDRB - harga konstan (juta Rp)* 12,159,360 12,270,804 12,484,398 12,752,662 12,793,037 13,047,282 13,345,003

- Pertanian 481,624 482,005 486,562 490,599 491,533 506,736 521,240

- Pertambangan & penggalian 581,842 581,714 583,128 588,221 589,774 589,034 593,457

- Industri Pengolahan 6,093,388 6,146,787 6,238,110 6,356,935 6,375,787 6,463,268 6,560,929

- Listrik, gas dan Air 67,803 67,992 68,701 69,514 69,672 69,957 71,797

- Bangunan 614,106 632,754 663,605 696,929 707,511 716,750 729,104

- Perdagangan, Hotel dan restoran 2,912,325 2,942,723 3,015,145 3,104,987 3,108,743 3,231,077 3,368,399

- Pengangkutan dan Komunikasi 558,007 560,067 567,130 573,819 575,641 588,198 607,488

- Keuangan, Persewaan dan Jasa 572,592 577,522 580,374 587,137 587,910 591,665 592,334

- Jasa 277,674 279,239 281,644 284,521 286,466 290,597 300,255

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 5.21% 6.33% 6.89%

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) ** 2,365.29 2,592.11 2,675.32 3,088.00 2,596.29 2,617.37 2,293.33

Volume Ekspor Nonmigas (juta ton) ** 7,924.26 8,193.86 11,546.94 8,383.55 3,399.13 3,412.97 3,798.46

Nilai Impor Nonmigas (USD juta) ** 2,626.08 2,752.44 2,314.98 2,319.47 2,109.29 2,382.81 2,354.91

Volume Impor Nonmigas (juta ton) ** 1,136.85 1,112.98 904.66 832.27 763.34 840.06 796.27

Ket :

*) Data Sementara - Sumber BPS

**) Data Bank Indonesia

2014

Tabel 9.

Indikator Terpilih

2013INDIKATOR

i

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

PERBANKAN

Bank Umum

Total Aset (Rp miliar) 35,661 37,857 41,632 44,062 42,349 45,528 46,416

DPK (Rp miliar) 30,406 32,289 35,589 38,392 36,701 39,798 40,019

- Giro 11,509 12,368 14,845 14,029 12,849 14,420 13,786

- Tabungan 12,733 13,464 13,775 16,241 15,526 15,921 16,351

- Deposito 6,164 6,458 6,970 8,122 8,326 9,456 9,882

Kredit (Rp miliar) - berdasarkan lokasi proyek * 30,655 32,325 35,582 37,946 37,413 38,541 38,832

- Modal kerja 12,223 12,421 13,857 15,371 14,611 15,436 14,916

- Investasi 9,144 10,144 11,481 11,949 11,901 11,681 12,006

- Konsumsi 9,288 9,759 10,244 10,627 10,901 11,424 11,910

- LDR 100.8% 100.1% 100.0% 98.8% 101.9% 96.8% 97.0%

Kredit (Rp miliar) - berdasarkan lokasi kantor cabang 23,232 24,662 26,504 28,235 27,694 28,844 29,698

- Modal kerja 8,889 9,270 9,881 10,749 10,094 10,612 10,193

- Investasi 5,895 6,521 7,328 7,858 7,846 7,692 8,869

- Konsumsi 8,448 8,871 9,295 9,628 9,754 10,540 10,636

- LDR 76.41% 76.38% 74.47% 73.54% 75.46% 72.48% 74.21%

Total kredit MKM (Rp miliar) 5,907.65 6,931.49 7,315.95 7,606.61 7,405.28 7,596.85 7,221.12

BPR

3,479.92 3,556.88 3,908.46 3,968.62 3,971.21 4,190.15 4,285.11

DPK (Rp miliar) 2,785.31 2,809.11 3,071.46 3,052.16 3,171.06 3,316.24 3,446.50

- Tabungan 399.47 409.04 463.97 321.37 479.27 482.89 487.69

- Deposito 2,385.84 2,400.07 2,607.49 2,730.79 2,691.79 2,833.35 2,958.82

Kredit (Rp miliar) - berdasarkan lokasi proyek 2,654.52 2,785.57 2,854.49 2,965.88 3,065.81 3,242.40 3,363.01

- Modal kerja 829.31 861.47 860.25 897.53 905.17 979.93 1,014.62

- Investasi 234.88 251.74 257.94 290.06 303.33 336.10 357.69

- Konsumsi 1,590.33 1,672.36 1,736.30 1,778.29 1,857.31 1,926.37 1,990.70

Kredit UMKM (Rp miliar) 872.19 891.91 942.03 978.12 1,036.18 1,094.24 1,132.68

Rasio NPL gross (%) 3.46% 3.24% 3.07% 2.46% 3.07% 3.31% 3.16%

LDR 95.30% 99.16% 92.94% 97.17% 96.68% 97.77% 97.58%

Aset

INDIKATOR 2013 2014

Tabel 10.

Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek dan Lokasi Kantor Cabang

j

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

Transaksi Tunai

Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) 1,304.71 1,400.31 1,453.65 1,813.82 1,293.61 2,542.49 3,080.73

Inflow (Rp miliar) 714 497 710 381 709 369 900

Outflow (Rp miliar) 892 1,819 3,083 3,562 1,295 2,542 3,081

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 114.39 172.50 218.65 384.26 63.68 83.43 173.68

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp miliar) 18,777 22,559 25,473 26,856 21,559 23,581 23,468

Volume Transaksi BI-RTGS 21,319 28,936 23,857 30,902 26,977 27,371 27,849

Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp miliar) 312.95 358.09 417.59 440.26 359.32 393.02 384.72

Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 355.32 459.30 391.10 506.59 449.62 456.18 456.54

Kliring

Nominal Perputaran Kliring (Rp miliar) 3,437 4,141 4,918 4,936 4,902 4,742 4,175

Volume Perputaran Kliring 133,438 128,482 142,552 140,475 140,548 140,580 114,020

Rata-rata Harian Nominal Perputaran Kliring (Rp juta) 57.28 65.73 80.63 80.92 81.70 79.03 68.45

Rata-rata Harian Volume Perputaran Kliring 2,224 2,039 2,337 2,303 2,342.47 2,343.00 1,869.18

2013 2014

Tabel 11.

Perkembangan Sistem Pembayaran di Provinsi Kepulauan Riau

INDIKATOR

k