kaitan sektor peternakan dengan perkembangan perekonomian indonesia

2
Kaitan Sektor Peternakan Dengan Perkembangan Perekonomian Indonesia Peternakan tetap mempunyai prospek dan peluang yang baik untuk dikembangkan karena didukung oleh kondisi Indonesia yang memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam komponen biaya input untuk tenaga kerja yang relatif lebih murah dibandingkan negara lain di ASEAN. Selain itu potensi dalam mengembangkan produksi jagung nasional dapat mengurangi ketergantungan impor dan menurunkan biaya produksi, sehingga mampu meningkatkan skala usaha yang optimal. Integrasi secara vertikal (vertical integration) juga sudah mulai terlaksana dengan menerapkan pola-pola kemitraan (contract farming), dimana peternak sudah banyak bergabung dengan perusahaan inti sehingga jumlah pemeliharaan peternakan juga semakin meningkat dan mampu menjaga kualitas dari hasil komoditas peternakan tersebut. Penunjang Sektor Peternakan Dengan Perkembangan Perekonomian Indonesia Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi agrobisnis peternakan. Beberapa peluang bisnis dalam mengembangkan agribisnis peternakan diantaranya adalahpertama, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ± 220 juta jiwa merupakan konsumen yang

Upload: iman-kusuma-wardani

Post on 12-Jul-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kaitan Sektor peternakan

TRANSCRIPT

Page 1: Kaitan Sektor Peternakan Dengan Perkembangan Perekonomian Indonesia

Kaitan Sektor Peternakan Dengan Perkembangan Perekonomian Indonesia

Peternakan tetap mempunyai prospek dan peluang yang baik untuk dikembangkan karena

didukung oleh kondisi Indonesia yang memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage)

dalam komponen biaya input untuk tenaga kerja yang relatif lebih murah dibandingkan negara

lain di ASEAN. Selain itu potensi dalam mengembangkan produksi jagung nasional dapat

mengurangi ketergantungan impor dan menurunkan biaya produksi, sehingga mampu

meningkatkan skala usaha yang optimal. Integrasi secara vertikal (vertical integration) juga

sudah mulai terlaksana dengan menerapkan pola-pola kemitraan (contract farming), dimana

peternak sudah banyak bergabung dengan perusahaan inti sehingga jumlah pemeliharaan

peternakan juga semakin meningkat dan mampu menjaga kualitas dari hasil komoditas

peternakan tersebut.

Penunjang Sektor Peternakan Dengan Perkembangan Perekonomian Indonesia

Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung

oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi agrobisnis peternakan.

Beberapa peluang bisnis dalam mengembangkan agribisnis peternakan diantaranya

adalahpertama, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ± 220 juta jiwa merupakan

konsumen yang sangat besar, dan masih tetap bertumbuh sekitar 1,4 persen per tahun. Kedua,

kondisi geografis dan sumber daya alam yang mendukung usaha dan industri peternakan. Ketiga,

meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Keempat, jika pertumbuhan

ekonomi berjalan dengan baik, maka akan meningkatkan pendapatan per kapita yang kemudian

akan menaikkan daya beli masyarakat.

Hambatan Peternakan Bagi Perekonomian Indonesia

Bisnis peternakan mempunyai peranan yang besar terhadap perekonomian nasional, namun tidak

dapat dielakkan bahwa komoditas ini sering mengalami permasalahan-permasalahan yang

menghambat pengembangannya baik secara makro maupun mikro, diantaranya pertama, kurang

Page 2: Kaitan Sektor Peternakan Dengan Perkembangan Perekonomian Indonesia

tersedianya bahan baku, sehingga Indonesia masih harus mengimpor yang menyebabkan biaya

produksi relatif tinggi. Kedua, iklim investasi (misalnya ekonomi biaya tinggi, proses perijinan

yang lama dan berbelit, kurangnya sarana dan prasarana jalan dan transportasi, tidak adanya

penegakan hukum yang ketat) belum kondusif bagi para investor. Ketiga, kenaikan harga BBM

yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi hasil peternakan. Keempat, krisis finansial

global mengakibatkan adanya penurunan daya beli.Kelima, kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang relatif rendah. Keenam, keterbatasan modal sehingga menghambat pengembangan

usaha. Ketujuh, mewabahnya penyakit yang berkembang di beberapa daerah.