kaitan dengan kasus

Upload: ira-ajah

Post on 17-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kd

TRANSCRIPT

Kasus:Seorang laki-laki berusia 50 tahun dirawat di ruang Penyakit Dalam dengan keluhan sesak napas dan perasaan tidak nyaman di dada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasa semakin berat saat beraktivitas. Pasien mengeluh mudah pusing dan nadinya tidak teratur. Pasien memiliki riwayat demam rematik 2 tahun yang lalu dan juga pernah mengalami atria fibrilasi setahun yang lalu. Pasien menderita DM tetapi tidak terkontrol. Tidak ada riwayat hipertensi.Pemeriksaan fisik didapatkan hasil: TD : 140/90 mmHg, N: 90X/menit irregular, RR: 25X/menit. Ronchi +/+, wheezing -/-, terdapat mur-mur pada daerah mitral. TB: 165 cm BB: 79 KG. Tidak terdapat edema pada kedua ekstrimitas. CRT < 3 detik dan JVP: 5+2 cm Hasil lab menunjukkan CK 105 u/L, CKMB: 2712 u/L, SGOT: 25 u/L, SGPT: 1u/L, GDS 325 mg/dL. Hb 13,5 gr/dL, albumin 3,5 mg/dL.Foto toraks menunjukkan: jantung kesan membesar, edema paru dan gambaran LVH. Gambaran ekhokardiografi: dilatasi atria, EF: 40-45%, katup mitral kalsifikasi dan agak menebal.

PembahasanBerdasarkan data-data yang terdapat di kasus, kami menganalisa bahwa klien mengalami stenosis mitral. Hal tersebut dibuktikan oleh gejala-gejala stenosis mitral yang sebagian besar sama dengan gejala yang dialami oleh klien. Gejala-gejala tersebut, diantaranya: Cepat lelah saat bearktifitas, dispnea atau sesak napas, suara murmur atau suara bising jantung, hasil echocardiografi: kalsifikasi pada katup mitral dan dilatasi atrium kiri, fibrilasi atrium. Oleh karena itu, kami akan membahas lebih rinci mengenai gejala-gejala atau data-data pada kasus klien 50 tahun tersebut.Pada kasus didapatkan data bahwa klien memiliki riwayat demam reumatik 2 tahun yang lalu. Demam reumatik merupakan penyebab utama dari stenosis mitral. Demam reumatik dapat mengakibatkan penebalan katup karena kalsifikasi dan fibrotik jaringan. Terjadi fusi pada daun-daun katup (daun-dan menjadi satu), kaku, dan imobil. Korda tendinea kordis juga menjadi tebal dan pendek, orifisium mitral semakin sempit. Pembukaan yang normal 4-6 cm menjadi hanya 1 cm. Stenosis mitral akan membuat tekanan atrium kiri meningkat karena tidak semua darah dapat melewati katup yang sempit. Keadaan ini akan menimbulkan hipertrofi. Tekanan yang tinggi pada atrium kiri akan mengakibatkan hipertensi pulmonal dan kongesti pulmonal. Tekanan pulmonal yang makin meningkat akan mengganggu fungsi ventrikel kanan yang dapat mencetuskan kegagalan jantung kanan. Darah yang masuk ke dalam ventrikel kiri berkurang sehingga mengakibatkan curah jantung juga berkurang. Oleh karena curah jantung yang kurang, maka klien akan cepat lelah saat melakukan aktivitas. Lalu, pada riwayat dahulu lainnya, klien mengalami fibralasi atrium setahun yang lalu. Fibralasi atrium yang tidak terkontrol akan menimbulkan keluhan sesak atau kongesti yang berat karena hilangnya peran kontraksi atrium dalam pengisian ventrikel serta memendeknya waktu pengisian diastol. Oleh karena itu, klien mengalami keluhan sesak napas. Selain itu, klien juga mengalami nyeri dada (perasaan tidak nyaman di dada), hal ini berkaitan dengan adanya iskemia miokard ventrikel kanan yang timbul sebagai akibat hipertensi pulmonal yang berat.Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan data bahwa TD klien adalah 140/90 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah klien meningkat dari tekanan darah normal, yaitu 120/80 mmHg. Tekanan darah yang meningkat ini disebabkan oleh curah jantung yang menurun karena aliran darah yang terhambat. Peningkatan tekanan ini kemudian diteruskan ke belakang paru-paru yang mengakibatkan kongesti paru-paru meningkat yang kemudian menimbulkan dispnea atau sesak napas pada klien. Pada sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Frekuensi pernapasan tersebut dibuktikan dari data pemeriksaan fisik klien, yakni RR = 25 x/menit (RR normal= 12-20 x/menit). Pemeriksaan fisik lainnya didapatkan data bahwa denyut nadi klien adalah 90 x/menit irregular. Denyut nadi tersebut tidak normal jika dibandingkan dengan nilai normal, yaitu N normal= 60-100 x/menit regular. Denyut irregular ini dapat terjadi pada ekstrasistol (menghilang saat aktivitas). Denyut jantung yang irregular (tidak teratur) ini menunjukkan beberapa kemungkinan yang salah satu diantaranya adalah fibrasi atrium. Hal ini membuktikan bahwa riwayat fibrasi atrium yang dialami klien setahun lalu berhubungan dengan denyut nadi irregular pada klien.Pada pemeriksaan fisik selanjutnya, ditemukan suara murmur (bising) pada klien. Bising jantung timbul jika ada energi turbulen di dalam dinding jantung dan pembuluh darah (Swartz, 1995). Bising pada stenosis mitral adalah bising menderu (rumbling murmur) yang paling baik didengar pada masa pengisian ventrikel cepat yakni saat awal diastol. Bising stenosis mitral paling keras terdapat pada apeks (Williams, 2003). Stenosis mitral yang murni dapat dikenal dengan terdengarnya bising mid-diastolik yang bersifat kasar, bising menggenderang (rumble), bunyi jantung satu yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan opening snap berarti katup masih relatif lemas sehingga waktu terbuka mendadak saat diastol menimbulkan bunyi yang menyentak. Jarak bunyi jantung kedua dengan opening snap memberikan gambaran beratnya stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat penyempitannya. Pada fase lanjut ketika sudah terjadi bendungan interstitial dan alveolar paru akan terdengar ronkhi basah atau wheezing pada fase ekspirasi. Oleh karena itu, terdengarnya suara ronchi pada klien mungkin menandakan bahwa mitral stenosis yang dialami klien sudah dalam fase lanjut. Selanjutnya, didapatkan data bahwa tinggi badan klien adalah 165 cm dengan berat badan 79 kg. Berat badan klien tersebut tidak ideal dengan tinggi klien. Hal ini sesuai dengan rumus:

Rumus: IMT (BMI) = Berat badan (kg) / tinggi badan (m) x tinggi badan (m) = (79) kg / (1,65) m x (1,65) m= 29, 71.

Berat badan ideal pada pria = (Tinggi badan(cm) 100) (10% x Tinggi badan 100) = (165 (cm) 100) (10% x 165 100) = 58,5 kg.Menurut IMT/ BMI versi WHO, hasil perhitungan dari rumus menandakan bahwa berat badan klien termasuk kategori kondisi berat badan memasuki batas obesitas (BMI 25-29.9). Seharusnya, dengan tinggi 165 cm, klien memiliki berat badan ideal yaitu 58,5 kg. Hal tersebut didapat dari perhitungan dengan rumus Brocha:

Hubungan obesitas sama stenosis mitral apa? :/

Lalu, pada kasus juga dilakukan tes CRT. CRT (Capillary refill time) adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Menurut Muttaqin (2008), CRT normal < 3 detik dan CRT tidak normal >3 detik. Jika mengacu pada referensi ini, maka hasil CRT klien yang hasilnya CRT=