kadar interleukin-1 alfa pada berbagai gradasi …

100
KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI LESI AKNE VULGARIS LEVELS OF INTERLEUKIN-1 ALFA IN VARIOUS GRADING OF ACNE VULGARIS LESIONS Wiwin Mulianingsih Nomor Stambuk : P1507209175 KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI LESI AKNE VULGARIS

LEVELS OF INTERLEUKIN-1 ALFA IN

VARIOUS GRADING OF ACNE VULGARIS LESIONS

Wiwin Mulianingsih Nomor Stambuk : P1507209175

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU

PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 2: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI LESI AKNE VULGARIS

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Biomedik

Disusun dan diajukan oleh

Wiwin Mulianingsih

Kepada

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU

PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 3: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI LESI AKNE VULGARIS

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Biomedik

Disusun dan diajukan oleh

Wiwin Mulianingsih

Kepada

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU

PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 4: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

TESIS

KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI LESI AKNE VULGARIS

Disusun dan diajukan oleh

Wiwin Mulianingsih

Nomor Pokok P1507209175

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

pada tanggal 19 Agustus 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui,

Komisi Penasehat

Dr. dr. Anis Irawan Anwar, Sp.KK (K) Dr. dr. Farida Tabri, Sp.KK(K)

Mengetahui Direktur Program Pascasarjana

Ketua Konsentrasi, Universitas Hasanuddin, PPDS Terpadu ( Combined Degree)FK UNHAS

Dr.dr. Habibah S. Muhiddin, Sp.M(K) Prof. Dr. Ir. Mursalim

Page 5: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Wiwin Mulianingsih

Nomor Mahasiswa : P 1507209175

Program Studi : Biomedik / PPDS Terpadu (

Combined Degree)

FK. UNHAS

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, Juli 2013

Yang menyatakan

Wiwin Mulianingsih

Page 6: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Shalawat dan Salam tak lupa kami

haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah,

dalam lindungan dan limpahan anugerah-Nya, akhirnya kami dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini sebagai karya tulis akhir pada

Program Studi Biomedik, Konsentrasi Program Dokter Spesialis Terpadu

(Combined degree) Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kepada Direktur Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Dekan

Fakultas Kedoktersan Unversitas Hasanuddin dan Ketua Program

Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makasar, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang

diberikan kepada saya mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dokter

spesialis di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

Kami menyadari bahwa semua keberhasilan ini tidak dapat dicapai

tanpa bantuan dari para pada guru, rekan-rekan residen, serta pihak lain.

Untuk itu, pada kesempatan ini kami menghaturkan ucapan terima kasih

yang tak terhingga untuk mereka yang tidak bosan-bosannya

membimbing dan mendampingi hingga kami dapat menyelesaikan studi

ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada dr. Alwi A. Mappiase, PhD, Sp.KK, FINSDV,

selaku Ketua Bagian Ilmu kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Page 7: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Kedokteran Universitas Hasanuddin. Kepada Dr. dr. Anis Irawan Anwar,

Sp.KK (K) selaku pembimbing I tesis, kepada Dr. dr. Farida Tabri, Sp.KK

(K), MARS sebagai pembimbing II, terimakasih tak terhingga atas

perhatian, didikan, bimbingan, dorongan, nasehat dan petunjuk selama

pendidikan hingga tersusunnya karya tulis akhir ini. Terimakasih juga

kepada seluruh staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Terimakasih yang teramat sangat pula saya ucapkan kepada para

penguji, kepada Dr. dr. Farida Ilyas, Sp.KK, Kepada Prof. dr. Muh.

Nasrum Massi, Ph.D dan Kepada Prof. Dr. dr. R. Satriono, M.Sc., SpA(K),

SpGK, atas perhatian, didikan, bimbingan, dorongan, nasehat dan

petunjuk selama pendidikan hingga tersusunnya karya tulis akhir ini.

Kepada saudara, kakak, dan dosen dr. Wiwiek Dwiyanti, Sp.KK,

M.Kes, yang senantiasa memberikan segala perhatian, didikan,

bimbingan, dukungan, semangat, nasehat dan bantuannya dalam

menyelesaikan hasil karya akhir ini.

Kepada Teman-teman peserta Program Pendidikan Dokter

Spesialis Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNHAS/ RS dr.

Wahidin Sudirohusodo.lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, dan

temen-temen angkatan juli 2009: dr. A. Anwar Arsyad, dr. Maria

Magdalena, dr. A. Meity Hidayani, dr. Hartati, dr. Halida Nuraini dan dr.

Zakiani Sakka, terimakasih atas kerjasama, bantuan dan dukungan

morilnya selama pendidikan, semoga Allah SWT membalas semua

kebaikan rekan-rekan sekalian.

Kepada Handayani Halik, M.Kes analisis medik Laboratorium

Mikrobiologi FK UNHAS dan seluruh tenaga medis dan non medis bagian

Page 8: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNHAS/RS dr. Wahidin

Sudirohusodo dan RS Jejaring Pendidikan, terima kasih atas kerjasama

dan bantuannya.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pasien yang

menjadi sampel penelitian ini, karena tanpa mereka penelitian ini tidak

mungkin berjalan dan dari mereka penulis dapat belajar banyak hal.

Kepada suami tercinta Roni Yusron, MT dan anakku tersayang

Muh. Daffa Fauzan, atas keikhlasan, kasih sayang, kesabaran,

ketabahan, dukungan moril dan bantuannya serta doa sepenuh hati yang

telah diberikan.

Kepada Seluruh keluarga, ayahanda tercinta Drs. H. Muhir

Burhanuddin dan ibunda H. Rusminingsih beserta almarhum bapak

mertua H. Abdul Gani dan Hj. Yayah Khaeriyah. Juga ucapan terimakasih

kepada kakak saya dr. Nur Ismawati, dr Mahsun Hermawan, dr Wiwik

Nurlaela, dr. Yuyun Hiryaningsih dan sahabat tersayang mbak Isnaini, dr.

Nur Cholifah. Terima kasih atas segala dukungan moril dan bantuannya

serta doa yang tak kenal lelah.

Akhir kata Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak dan segala kritik serta saran yang

membangun akan diterima dengan tangan terbuka. Semoga Allah SWT

membalas semua amal kebaikan mereka, Amin.

Makassar, Juli 2013

Wiwin Mulianingsih

Page 9: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

ABSTRAK

WIWIN MULIANINGSIH. Kadar Interleukin-1 Alfa (IL-1α) pada Berbagai Gradasi Lesi Akne Vulgaris (dibimbing oleh Anis Irawan Anwar dan Farida Tabri)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar IL-1 alfa (IL-1α) pada berbagai gradasi lesi akne vulgaris.

Penelitian dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo, Rumah Sakit jejaring dan pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi RS Pendidikan Universitas Hasanuddin Makasar. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectiononal study. Sampel penelitian sebanyak 28 orang yang terdiri atas 10 orang lesi komedonal, 10 orang lesi papulopustular dan 8 orang lesi nodular. Sekret tiap tipe lesi akne vulgaris diperiksa dengan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) untuk mengukur kadar IL-1α.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar IL-1α antara lesi komedonal dan lesi nodular serta antara lesi komedonal dan lesi non komedonal (lesi papulopustular dan lesi nodular) terdapat perbedaan bermakna dimana kadar IL-1α pada lesi komedonal lebih tinggi.

Kata kunci: interleukin-1 alfa, lesi akne vulgaris, ELISA

Page 10: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

ABSTRCT

WIWIN MULIANINGSIH. Level of Interleukin-1 Alfa (IL-1α) in Various Grading of Acne Vulgaris Lesions (supervised by Anis Irawan Anwar and Farida Tabri)

The aim of the research is to analyze the content of IL-1α in various

gradations of acne vulgaris lesions. The research was conducted in the Dermatology Clinic Hospital dr.

Wahidin in Sudirohusodo Hospital and Networking Hopital. The examination was conducted in Microbiology Laboratory of Education Hospital of Hasanuddin University, Makassar. The research used cross-sectional study design. The samples were 28 people consisting of 10 people comedonal lesions, 10 people of papulopustular lesions and 8 people of nodular lesions. The Secret of each type of acne vulgaris lesions was examined by ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) to measure the content of IL-1α.

The results of the research indicate that there is significant difference in the content of IL-1α between comedonal lesions and nodular lesions and between the comedonal lesion and non comedonal lesion (papulopustular lesions and nodular lesions) in which the content of IL-1α in comedonal lesion is higher than in the others.

Kata kunci: interleukin-1 alfa, acne vulgaris lesions, ELISA

Page 11: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA v

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL Xiii

DAFTAR GAMBAR Xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN Xv

DAFTAR LAMPIRAN Xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 4

E. Hipotesis Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Akne Vulgaris 5

B. Interleukin 1 Alfa 14

C. Interleukin 1 Alfa pada akne vulgaris 15

D. Landasan Teori 18

E. Kerangka Teori 19

F. Kerangka Konsep 20

Page 12: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 21

A. Rancangan Penelitian 21

B. Tempat Dan Waktu Penelitian 21

C. Populasi Penelitian 21

D. Alat dan Bahan Penelitian 23

E. Langkah Kerja 23

F. Alur Penelitian 26

G. Identifikasi Variabel 26

H. Definisi Operasional 27

I. Rencana Analisis Data 28

J. Ijin Penelitian dan Ethical Clearence 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 30

B. Pembahasan 37

BAB V. PENUTUP 50

A. Kesimpulan 50

B. Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 52

Page 13: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Distribusi penderita AV pada berbagai tipe AV berdasarkan jenis kelamin, umur, tipe AV, pencet akne, merokok, makan pedas, riwayat keluarga, makanan dan riwayat akne

32

2 Perbandingan kadar IL-1α menurut jenis kelamin, umur, pencet akne, merokok, makan pedas, makanan, riwayat keluarga, dan riwayat akne

34

3 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal dan lesi papulopustular

35

4 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal dan lesi nodular

36

5 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi lesi papulopustular dan lesi nodular

36

6 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal, lesi papulopustualr dan lesi nodular

37

7 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal dan non komedonal (lesi papulopustular dan lesi nodular)

37

Page 14: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Teori 19

2. Kerangka konsep penelitian 20

3. Alur penelitian 26

Page 15: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

AV Akne Vulgaris

AP-1 Aktivator Protein 1

BAF B-Cell Activating Factor

et al dan kawan-kawan

ELISA Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

GM-CSF Granulocyte-Macrophage Colony-Stmulating

Factor

IL-1 Interleukin-1

IL-1 α Interleukin-1 Alfa

IL-β Interleukin-1 Beta

LAF Leucocyte Activating Factor

LEM Leucocyte Endogenus Mediator

MCF Mononuclear Cell Factor

P.acnes Propionibacterium acnes

PMN Polymononuclear

PSUs Pilosebasea Unit

TNF-α Tumor Necrosis Factor-α

TLR-2 Toll-like Reseptor

VEGH Vascular Endothelial Growth Factor

Page 16: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Informed Consent 55

2. Formulir Penelitian 57

3. Data sampel kadar IL-1 α pada lesi komedonal 59

4. Data sampel kadar IL-1 α pada lesi papulopustular 60

5. Data sampel kadar IL-1 α pada lesi nodular 61

7. Rekomendasi Persetujuan Etik 62

8. Hasil Pengolahan Data Statistik Menggunakan SPSS 63

Page 17: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit inflamasi kronik pada folikel

pilosebasea yang umum dijumpai dewasa dan remaja serta ditandai

dengan komedo, papul, pustul dan nodul. Akne terutama mengenai wajah,

leher, badan bagian atas dan lengan atas (Zaenglein et al., 2008).

Penyakit ini banyak dijumpai di Indonesia, hal ini terlihat dari data

beberapa rumah sakit di Indonesia. Angka kunjungan penderita AV tahun

2011 sebanyak 87 penderita (0,0012%) dari 4.124.000 kunjungan di

Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Akne vulgaris bisa terjadi dalam beberapa bentuk/gradasi yang

tidak selalu sama pada setiap penderita. Kasus AV sering dijumpai oleh

dermatologis terutama pada usia remaja dan biasanya berlanjut hingga

usia dewasa dengan rentang umur antara 11-30 tahun, puncak kejadian

pada usia 18 tahun (Zaenglein et al., 2008, Ballanger et al., 2006).

Menurut Liao DC, AV dibagi menjadi 3 tipe akne, yaitu: 1)

komedonal, 2) papulopustular, dan 3) nodular. Lesi AV dapat bersifat

inflamasi maupun non-inflamasi (Koreck et al., 2003). Lesi non-inflamasi

berupa komedo terbuka (blackhead) dan komedo tertutup (whitehead).

Komedo merupakan tanda awal dari lesi pada akne (Zaenglein et al.,

Page 18: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

2008). Komedo terbuka mengandung IL-1 alfa (IL-1α) dengan konsentrasi

yang cukup tinggi (Ingham et al., 1992). Lesi inflamasi bervariasi mulai

dari bentuk papul kecil dengan batas merah, pustul, nodul hingga kista

(Liao, 2003, Zaenglein et al., 2008).

Hipotesis utama pada patofisiologi akne meliputi perubahan

keratinisasi folikular pada unit pilosebasea, kolonisasi dan aktivasi folikular

P. acnes, pengaruh hormonal, produksi sebum, serta pelepasan mediator

inflamasi (Thiboutot et al., 2009).

Sitokin pro-inflamasi IL-1α diproduksi oleh duktus keratinosit

menyebabkan hiperkornifikasi dan diferensiasi abnormal pada unit

pilosebasea (PSUs) dari infundibulum seperti yang terlihat pada

pembentukan komedo. Produksi sitokin oleh keratinosit dan makrofag

serta neutrofil rekurent pada tempat tersebut (Burkhart, 2003).

Keseimbangan konsentrasi IL-1α, IL-1rα dan reseptor IL-1 dapat

memediasi pembentukan komedo in vivo (Jeremy et al., 2003). Komedo

atau mikrokomedo kemudian dapat berkembang menjadi lesi inflamasi

sebagai akibat dari aktivasi dan migrasi sel T CD4+ (Kim, 2005). IL-1α

berpengaruh pada respon inflamasi dengan menginduksi produksi

vascular endotelial growth factor (VEGH) pada sel papila dermis dan

keratinosit folikuler pada unit pilosebasea (Kealey dan Guy, 1997).

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk melihat

apakah kadar IL-1α pada lesi akne vulgaris meningkat seiring dengan

Page 19: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

meningkatnya gradasi pada akne vulgaris dan sepanjang penelusuran

kami belum didapatkan penelitian tentang hal ini di Makassar.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kadar IL-1α antara tipe lesi komedonal, tipe lesi

papulopustular dan tipe lesi nodular.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

untuk menganalisis kadar IL-1α pada berbagai gradasi lesi akne

vulgaris.

2. Tujuan khusus

a. Mengukur kadar IL-1α pada lesi komedonal.

b. Mengukur kadar IL-1α pada lesi papulo-pustular.

c. Mengukur kadar IL-1α pada lesi nodular.

d. Membandingkan kadar IL-1α antara lesi komedonal dan

lesi papulo-pustular

e. Membandingkan kadar IL-1α antara lesi komedonal dan

lesi nodular

f. Membandingkan kadar IL-1α antara lesi papulo-pustular dan lesi

nodular

g. Membandingkan kadar IL-1α antara lesi komedonal dan lesi non

komedonal (lesi papulo-pustular dan lesi nodular)

Page 20: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

h. Membandingkan kadar IL-1α antara lesi komedonal, papulo-

pustular dan nodular.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah mengenai kadar IL-1α pada berbagai

gradasi lesi akne penderita akne vulgaris.

2. Menjadi acuan dalam memberikan terapi dan pencegahan terjadinya

akne berat.

3. Memberi sumbangan ilmiah sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya

dari aspek klinis yang akan memberikan kontribusi di bidang

dermatologi khususnya preventif akne.

E. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan kadar IL-1α antara tipe lesi komedonal, tipe lesi

papulopustular dan tipe lesi nodular.

Page 21: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akne Vulgaris

1. Definisi

Akne vulgaris (AV) adalah suatu keadaan inflamasi kronik pada

folikel pilosebasea, yang ditandai oleh terdapatnya komedo, papul, pustul,

nodul dan juga sampai skar (Simpson dan Cunliffe, 2007). Komedo

merupakan tanda awal dari lesi pada akne. Papul dan pustul terjadi akibat

inflamasi sehingga memberikan gambaran eritem dan edema yang

kemudian dapat membesar membentuk nodul (Zaenglein et al., 2008).

2. Epidemiologi

Akne vulgaris (AV) menyerang 40-50 juta penduduk Amerika

dengan insiden tertinggi pada dewasa muda. Sekitar 85% orang berusia

12 -24 tahun terkena akne dan 12% perempuan serta 3% laki-laki akan

mengalami sampai usia 40 tahun (Do et al., 2008).

Akne pada remaja berusia 16-17 tahun berkisar 95% sampai 100%

terjadi pada laki-laki dan 83% sampai 85% pada wanita. Pada usia 40

tahun, 1% laki-laki dan 5% wanita masih memiliki lesi akne (Collier et al.,

2008).

Page 22: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Akne memiliki potensi tekanan psikologis dan psikososial yang

yang bermakna. Antara 30% dan 50% remaja mengalami psikologis

terkait dengan akne, termasuk rasa malu, kecemasan, frustasi, depresi

dan rendah diri. Selain itu dampak negatif psikososial telah dilaporkan

seperti keinginan bunuh diri dan mencoba bunuh diri (Baldwin, 2002,

Cotterill dan Cunliffe, 1997).

3. Etiopatogenesis

Patogenesis akne vulgaris (AV) multifaktorial yang melibatkan unit

pilosebaseus, ada lima faktor utama : (1) perubahan keratinisasi folikular

pada unit pilosebasea, (2) kolonisasi dan aktivasi folikular P. acnes, (3)

pengaruh hormonal, (4) produksi sebum, serta (5) pelepasan mediator

inflamasi hiperproliferasi epitel folikular (Thiboutot et al., 2009, Zaenglein

et al., 2008, Koreck et al., 2003).

a. Perubahan keratinisasi folikular pada unit pilosebasea

Epitel folikel rambut bagian atas, infundibulum, mengalami

hiperkeratosis dengan peningkatan kohesi keratinosit. Sel-sel

keratinosit yang berlebihan dan sifatnya yang tidak mudah lepas

membentuk sumbatan dalam ostium folikel, sehingga menyebabkan

aliran keratin, sebum, dan bakteri bertumpuk dalam folikel. Kumpulan

bahan-bahan ini menyebabkan pelebaran folikel rambut, membentuk

mikrokomedo. Mikrokomedo dan komedo memperlihatkan

hiperkeratinisasi duktus dan selanjutnya obstruksi pada folikel

Page 23: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

sebasea. Hiperproliferasi duktus keratinosit dapat dikonfirmasi melalui

pewarnaan immunohistokimia dengan antibodi monoklonal Ki-67,

dengan peningkatan 3H-thymidine merupakan suatu penanda komedo

dan adanya keratin 6 dan 16. Salah satu faktor penting dalam

menginduksi hiperproliferasi pada keratinosit duktus mungkin karena

modifikasi komposisi lipid pada sebum (Koreck et al., 2003). Ada

beberapa faktor penentu dalam hiperproliferasi keratinosit adalah

stimulasi androgen,penurunan asam linoleat, dan peningkatan aktivitas

IL-1α. Komedogenesis terjadi jika korneosit deskuamasi terakumulasi

dalam folikel rambut (Zaenglein et al., 2008, Gollnick dan Cunliffe,

2003).

Mekanisme hiperkeratinisasi folikular masih belum jelas (Koreck et

al., 2003), diduga bahwa ada beberapa faktor yang bertanggung

jawab, termasuk perubahan komposisi lipid sebum, respon abnormal

androgen, produksi sitokin lokal, dan adanya P. acnes serta efeknya

(Heughebaert dan Shalita, 2011).

b. Kolonisasi dan aktivasi folikular P. acnes

Propionibacterium acnes (P. acnes) merupakan bakteri gram

positif, anaerobik dan mikroaerobik yang ditemukan di dalam folikel

sebasea. Peran P. acnes pada proses komedogenesis belum

sepenuhnya dipahami, namun diduga P. acnes dapat mensekresi

lipase yang menghidrolisis trigliserida dari sebum menjadi asam lemak

bebas dan gliserol. Asam lemak bebas cenderung bersifat

Page 24: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

komedogenik P. acnes sering terdapat dalam konsentrasi tinggi pada

mikrokomedo, dan memiliki peran dalam menginduksi sitokin, integrin,

dan inflamasi. P. acnes tidak hanya penting dalam perkembangan

inflamasi lesi akne tetapi juga dalam pembentukan mikrokomedo

Biofilm yang dihasilkan oleh bakteri tersebut memiliki peran dalam

hiperkeratinisasi folikuler (Leyden et al., 1998, Leeming et al., 1985).

Dinding sel P. acnes mengandung antigen karbohidrat yang

merangsang perkembangan antibodi. Penderita dengan akne berat

memiliki titer antibodi yang paling tinggi. Antibodi antipropionibakterium

memperberat respon peradangan dengan mengaktifkan komplemen,

kemudian terjadi proses pro-inflamasi. P. acnes mempunyai beberapa

aktivitas enzimatik. Enzim lipase yang dihasilkan dapat memecah

diacyglyserol dan triacyglycerol sebum menjadi glycerol dan free fatty

acid yang dapat memicu hiperkeratosis proliferatif pada duktus folikular

sehingga memicu terjadinya komedo. Efek iritasi (penurunan pH)

memicu ruptur pada komedo. Enzim protease P. acnes memungkinkan

perembesan isi dari folikel melewati dinding folikel dan hyaluronidase

membantu isi folikel tersebut menyebar dalam dermis, sehingga terjadi

manifestasi klinik berupa papul, pustul, indurasi dan abses (Loveckova

dan Havlikovab, 2002).

P. acnes memfasilitasi inflamasi dengan menimbulkan respon

hipersensitivitas tipe lambat dengan memproduksi lipase, protease

hialuronidase dan faktor-faktor kemotaktik. P. acnes juga merangsang

Page 25: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

regulasi sitokin dengan berikatan dengan Toll-like receptor 2 (TLR-2)

pada monosit dan sel-sel polimorfonuklear disekitar folikel sebasea

(Zaenglein et al., 2008).

c. Pengaruh hormonal

Androgen mempengaruhi berbagai fungsi kulit, termasuk

pertumbuhan dan diferensiasi kelenjar sebasea, pertumbuhan rambut,

epidermal barrier function, dan penyembuhan luka. Androgen memiliki

peran sentral dalam stimulasi produksi sebum dan proliferasi

keratinosit, serta mempengaruhi sebosit dan keratinosit infundibular

secara kompleks, berpengaruh pada diferensiasi dan proliferasi sebosit,

lipogenesis, dan komedogenesis (Thiboutot et al., 1998).

Peran androgen dalam hiperkeratinisasi folikel, dan kemungkinan

androgen lokal berkontribusi langsung terhadap pembentukan komedo,

telah diteliti dalam studi in vitro dari kultur keratinosit dari epidermis dan

infrainfundibulum folikuler. Penelitian ini menunjukkan aktivitas tipe 1

5α- reduktase yang lebih tinggi di daerah infrainfundibular, daerah yang

dipengaruhi oleh hiperkornifikasi dibandingkan dengan keratinosit

epidermal. Pasien dengan akne memiliki tingkat enzim ini yang sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa akne, menunjukkan

peningkatan kapasitas produksi androgen. Stimulasi androgenik

menyebabkan hiperkeratinisasi duktal dan infundibular yang berlebihan.

Efek ini diperkuat oleh adanya sinergis growth factors, neuropeptida

dan IL-1α, hiperproliferasi dan hiperkornifikasi pada dinding folikular

Page 26: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

bisa diblok dengan penambahan antagonis reseptor IL-1α (Thiboutot et

al., 1998, Guy et al., 1996).

d. Peningkatan produksi sebum

Sebum, diproduksi oleh kelenjar sebasea, merupakan campuran

kompleks dari trigliserida, lilin ester, squalene, dan sejumlah kecil

kolesterol dan fosfolipid. Abnormalitas dalam kandungan sebum

dianggap beberapa di antara faktor utama yang terlibat dalam

patogenesis akne, berperan baik pada komedogenesis maupun pada

perkembangan reaksi inflamasi yang menyebabkan lesi akne secara

klinis. Produksi dan sekresi sebum merupakan kondisi penting pada

akne vulgaris, meskipun hipersekresi tidak cukup untuk menginisiasi

perkembangan lesi. Akan tetapi, sebum pada pasien akne berbeda

secara kuantitatif dan kualitatif dari kulit orang normal (Heughebaert

dan Shalita, 2011).

Salah satu komponen sebum, trigliserida, berperan dalam

patogenesis akne. Trigliserid dipecah menjadi asam lemak bebas oleh

P. acnes, flora normal pada unit pilosebasea. Asam lemak bebas ini

selajutnya menyebabkan gumpalan bakteri dan kolonisasi P. acnes,

menimbulkan inflamasi dan menjadi komedogenik. Ketidakseimbangan

antara produksi sebum dan kemampuan sekresinya ini akan

mengakibatkan tertimbunnya sebum di folikel rambut sehingga

terbentuknya mikrokomedo yang selanjutnya akan diikuti oleh proses

inflamasi dan menjadi lesi inflamasi. Sebum secara terus menerus

Page 27: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

akan disintesis oleh kelenjar sebasea dan disekresikan ke permukaan

kulit melalui pori-pori folikel rambut. Hormon androgen juga

mempengaruhi produksi sebum, kerjanya sama pada keratinosit

infundibulum folikuler, dan mempengaruhi aktivitas sebosit (Zaenglein

et al., 2008, Gollnick dan Cunliffe, 2003).

Abnormalitas lipid sebasea dapat memicu hiperkornifikasi dengan

peningkatan asam lemak, squalene oksida dan penurunan asam

linoleat. zat-zat yang bersifat komedogenik ini mempunyai kemampuan

merangsang komedo (Heughebaert dan Shalita, 2011, Motoyoshi,

1983).

Komedogenesis diduga dipicu oleh adanya asam lemak bebas

follikular yang berlebihan, di mana produksinya dimetabolisme oleh

lipase bakteri, terutama oleh P. acnes dan Staphylococcus

epidermidis. Sehingga, baik antibiotika topikal maupun oral telah

terbukti mengurangi komedo. Apakah penurunan ini disebabkan oleh

efek antibakteri dari antibiotik atau oleh inhibibisi langsung dari

produksi lipase tidak jelas (Cunliffe dan Gollnick, 2001, Heughebaert

dan Shalita, 2011).

Lipid pada permukaan kulit pasien akne, serta lipid pada komedo

terbuka dan tertutup, memiliki kandungan lipid polar meningkat

dibandingkan dengan lipid pada permukaan kulit yang normal. Lipid

polar ini berasal dari oksidasi squalene, suatu lipid sebum spesifik

terhadap squalene peroksida. Akumulasi berlebihan dari peroksida ini

Page 28: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada komedo, dan

akumulasinya dalam komedo bisa menyebabkan peningkatan ekspresi

IL-1α melalui NF-kB dan eksaserbasi komedogenesis dengan memicu

keratinisasi folikuler (Tochio et al., 2009).

Hubungan antara level asam linoleat sebum yang rendah, asam

lemak esensial, dan komedogenesis sudah ada sejak pada tahun

1986. Kandungan asam linoleat yang berkurang pada sphingolipids

intrafollicular dapat terlibat dalam hiperkeratosis folikular, sehingga

menyebabkan berkurang fungsi barier epidermis, peningkatan

kehilangan air transepidermal, dan scale dermatosis. Bukti lebih lanjut

pentingnya asam linoleat bahwa asam linoleat topikal mengurangi

ukuran mikrokomedo (Letawe et al., 1998, Smith et al., 2008).

e. Pelepasan mediator inflamasi

Inflamasi terjadi oleh karena terdapatnya sitokin proinflamasi yang

dihasilkan oleh P. acnes dan oleh karena terdapatnya free fatty acid

yang terbentuk dari hidrolisis trigliserida sebum oleh enzim lipase yang

dibentuk oleh P. acnes (Baran et al., 2005).

IL-1α ditemukan pada sitokin inflamasi pada komedo, IL-1α

diproduksi oleh duktus keratinosit yang berperan dalam stimulasi

androgen pada proses komedogenesis (Heughebaert dan Shalita,

2011).

P.acnes secara langsung menstimulasi sel mononuklear darah

perifer (PMN) dan monosit menghasilkan sitokin proinflamasi seperti

Page 29: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

TNF-α, IL-1α, IL-8 dan IL-12 melalui TLR-2. Oleh karena itu derajat

inflamasi pada AV tergantung dari respon imun individu terhadap

P.acnes. Inflamasi tidak hanya hasil dari pecahnya komedo, tetapi

terlibat dalam awal komedogenesis. Hal ini dicapai melalui penjabaran

IL-1α, ekspresi dan produksinya disebabkan oleh P. acnes. Respon

innate imun P. acnes juga menginduksi inlamasi (Krishna et al., 2011).

Penambahan IL-1α ke medium in vitro pada PSUs yang normal

menyebabkan hiperproliferasi dan diferensiasi abnormal pada folikel

pilosebasea yang terisolasi. Dengan demikian, IL-1α menyebabkan

gambaran komedonal tanpa ada mediator lainnya (Cunliffe et al., 2003,

Guy et al., 1996, Guy dan Kealey, 1998b).

4. Manifestasi Klinik

Akne vulgaris (AV) adalah suatu keadaan inflamasi kronik pada

folikel pilosebasea, yang ditandai oleh terdapatnya komedo, papul, pustul,

nodul dan juga sampai skar (Thiboutot et al., 2009). Lesi AV dapat berupa

lesi inflamasi maupun noniflamasi. Lesi non-inflamasi berupa komedo

terbuka (blackhead) dan komedo tertutup (whitehead). Lesi inflamasi

bervariasi mulai dari bentuk papul kecil dengan batas merah, pustul, nodul

hingga kista .(Zaenglein et al., 2008, Liao, 2003) Akne vulgaris dibagi

menjadi 3 tipe akne, yaitu: 1) komedonal, 2) papulopustular, dan 3)

nodular (Koreck et al., 2003).

Page 30: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

B. Interleukin-1 alfa (IL -1α)

Interleukin-1 (IL-1) merupakan sitokin, atau regulator polipeptida,

yang dihasilkan oleh monosit, makrofag, limfosit, sel-sel endotel,

hepatosit, sel epitel, keratinosit, dan fibroblas, dan sel bernukleus lainnya.

IL derivat dari fagosit mononuklear yang meningkatkan respons dari

timosit terhadap aktivator poliklonal khususnya sebagai kostimulasi dari

aktifasi sel T. Dalam perkembangan selanjutnya dinamakan sebagai

leucocyte activating factor (LAF), mononuclear cell factor (MCF), B cell

activating factor (BAF), leucocyte endogenus mediator (LEM) (Kresno,

1996, Bratawidjaja, 2000, Abbas et al., 2000).

IL-1 terdiri dari dua protein yang terpisah, yaitu interleukin-1 alfa (IL-

1α) dan interleukin-1beta (IL-1β). IL-1α dan IL-1β merupakan sitokin pro-

inflamatori yang terlibat dalam pertahanan imun melawan infeksi. IL-1α

dan IL-1β keduanya dihasilkan oleh makrofag, monosit, dan sel-sel

dendrite (Bratawidjaja, 2000, Kresno, 1996).

IL-1α merupakan sitokin regulasi yang dapat menginduksi aktivasi

faktor transkripsi, seperti faktor nuclear-KB (NF- KB) dan aktivator protein

(AP-1), dan membutuhkan ekspresi gen yang terlibat dalam kelangsungan

hidup sel, proliferasi, dan angiogenesis (Guy et al., 1996).

Kedua jenis interleukin agonis (IL-1α dan IL-1β) memegang peranan

penting dalam menginduksi respon inflamasi. Pelepasan keratinosit IL-1α

disiapkan untuk merekrut limposit T ke dalam epidermis dalam bentuk

Page 31: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

antigen independent manner dan kostimulasi ekspresi pada vacular

endothelial adhesion molecules (VEAM) (Walters et al., April 1995).

C. Interleukin-1 Alfa (IL -1α) Pada Akne Vulgaris

Akne terdapat pada unit pilosebasea, awal terjadinya akne belum

sepenuhnya dimengerti, namun salah satu peristiwa yang diyakini akibat

obstruksi folikel pilosebasea. Hal ini terjadi ketika folikular infundibulum

tersumbat baik oleh hiperkeratinisasi atau hiperproliferasi keratinosit atau

keduanya. Ini akan menghasilkan pembentukan mikrokomedo, yang

merupakan awal subklinis lesi akne (Kim, 2005, Heughebaert dan Shalita,

2011).

Selain P. acnes abnormal lipid dapat mempengaruhi aktivitas

keratinosit dan sebosit. Lipid dapat secara langsung mempengaruhi

proliferasi dan diferensiasi sel-sel dan pelepasan berbagai sitokin.

Keratinosit dan sebosit dapat berfungsi sebagai non-professional antigen-

presenting cells. CD1d dinyatakan oleh kedua jenis sel adanya abnormal

lipid pada unit pilosebasea dan stimulasi sel NKT. Setelah aktivasi sel-sel

ini mampu mensekresi sitokin, yang selanjutnya mengaktifkan sel T dan

system innate immune. Sitokin bisa juga menstimulasi keratinosit dan

sebosit berkontribusi terhadap abnormal proliferasi dan diferensiasi

(Koreck et al., 2003).

Suatu hipotesis, sitokin yang diproduksi dalam folikel bertanggung

jawab dalam mengaktifkan sel endotel lokal, menyebabkan upregulasi dari

Page 32: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

penanda peradangan vaskuler pada pembuluh darah sekitar folikel

pilosebasea pada kulit yang tidak terlibat. Namun, terdapat kontroversi

ada tentang faktor-faktor yang mungkin bertanggung jawab atas

peningkatan ekspresi dan release IL-1α (Jeremy et al., 2003).

Pada akne, IL-1α (1ng/ml) diproduksi oleh duktus keratinosit

menyebabkan hiperkornifikasi dari infundibulum seperti yang terlihat pada

pembentukan komedo. Mekanisme terjadinya hiperkornifikasi duktus

masih belum jelas, meskipun terjadi peningkatan proliferasi pada dinding

folikel yang dianggap memberikan kontribusi utama. Komedo hasil dari

abnormalisasi proliferasi dan diferensiasi pada duktus keratinosit. Pada

proses komedogenesis, terjadi dua perubahan pada pola normal

keratinisasi: 1) hiperproliferasi dari keratinosit yang melapisi dinding folikel,

seperti yang ditunjukkan dengan peningkatan penanda proliferasi sel Ki-

67, dan 2) penurunan deskuamasi karena kohesi meningkat diantara

keratinosit. Perubahan ini menyebabkan akumulasi keratinosit cornified

dalam folikel (Heughebaert dan Shalita, 2011).

Komedogenesis adalah hasil perubahan dalam tingkat seksresi dan

komposisi sebum, terutama penurunan konsentrasi asam linoleat. Kadar

yang tinggi dari interleukin biologis aktif (IL-1α) telah terbukti berperan

dalam komedogenesis. Sitokin pro-inflamasi terbukti menginduksi

hiperkeratinisasi pada bagian yang terisolasi dari dinding folikel sebaseus

(infra infundibulum) dari manusia secara in vitro. Peran P. acnes pada

komedogenesis tidak diketahui. Penelitian terkini menunjukkan bahwa P.

Page 33: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

acnes yang aktif mampu untuk memicu keratinosit manusia untuk

memproduksi IL-1α, tumor necrosis factor (TNF)-α dan granulocyte-

macrophage colony-stmulating factor (GM-CSF). Jika proses ini secara

invivo, maka P. acnes dalam folikel sebasea dapat berperan pada proses

komedogenesis melalui IL-1α dengan menginduksi hiperkeratinisasi

(Farrar dan Ingham, 2004, Pierard et al., 1995).

Komedo ditemukan mengandung cukup aktivitas IL-1α pada awal

inflamasi ketika dilepaskan ke dermis. IL-1α mengarah kebentuk komedo

tanpa ada mediator lainnya (Heughebaert dan Shalita, 2011). Faktor-

faktor yang menginduksi hiperproliferasi duktus keratinosit antara lain

komposisi lipid sebasea, androgen, produksi lokal sitokin dan bakteri

(Cunlife et al., 2004). IL-1α berpengaruh pada respon inflamasi dengan

menginduksi produksi vascular endothelial growth factor (VEGH) pada sel

papilla dermis dan keratinosit folikular pada unit pilosebasea (Kealey dan

Guy, 1997).

Inflamasi umumnya dianggap sebagai peristiwa sekunder dalam

patogenesis akne sampai ditunjukkan bahwa kejadian inflamasi pada

kenyataannya terjadi ditahap paling awal perkembangan lesi akne.

Penanda inflamasi dapat dideteksi bahkan sebelum hiperproliferasi dan

diferensiasi abnormal keratinosit. Peran IL-1α pada inflamasi kulit dan

proliferasi keratinosit sejak itu telah erat dipelajari. IL-1α terdapat dalam

epidermis perifollikular dari kulit tidak terlibat pada pasien akne sebelum

hiperproliferasi atau diferensiasi abnormal dari epitel folikular terjadi. IL-1α

Page 34: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

telah dilaporkan untuk menginduksi hiperkeratinisasi in vitro dan in vivo

dalam infundibulum folikuler. IL-1α bersifat komedogenik dalam unit

pilosebasea (PSUs) yang telah diisolasi secara in vitro. Penambahan IL-

1α ke infundibulum pilosebasea yang terisolasi in vitro menghasilkan

hiperkornifikasi mirip komedo. IL-1α antagonis dapat menghambat reaksi

ini. Ketika dilepaskan ke dermis, IL-1α memulai respon inflamasi.

Selanjutnya, sejumlah IL-1α telah terbukti ada dalam komedo. Respon

inflamasi yang diamati sekitar folikel yang tidak terlibat terdiri dari infiltrat

limfosit CD4 + dan makrofag (Jeremy et al., 2003, Guy dan Kealey, 1998a,

Guy et al., 1996, Ingham et al., 1992).

D. Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, pokok-pokok pikiran

yang dijadikan landasan untuk melihat kadar IL-1α pada lesi AV adalah

sebagai berikut:

1. Salah satu patogenesis AV yang diduga sangat berperan proses

hiperkeratinisasi folikullar dan inflamasi melalui aktivasi IL-1α oleh P.

acnes.

2. Komedo mengandung aktivitas IL-1α pada awal inflamasi.

3. Komedo merupakan hasil dari abnormalisasi proliferasi dan

diferensiasi duktus keratinosit.

Page 35: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

E. Kerangka Teori

Papulo-pustular

Nodular

P. acnes

Inflamasi

Hiperkeratinisasi

Sitokin Proinflamasi

IL-12

IL-8

TNF-α

IL-1α

Komedogenesis

TLR-2

PMN dan Monosit

Hormon

Sebosit

Genetik

Faktor Lain

UV Trauma Stress

Makanan Merokok

Komedonal

Page 36: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

F. Kerangka Konsep

Keterangan gambar:

: Variabel dependen : Variabel antara

: Variabel bebas : Variabel moderator

: Variabel perancu : variable kendali

Perubahan komposisi lipid sebum

Respon abnormal androgen

Produksi sitokin lokal

Peran P.acnes

Kadar

IL-1 α

Hiperkeratinisasi

folikel

Komedonal

Papulo-pustular

Nodular

Faktor lain: Stress Sinar UV Diet Trauma Merokok

Jenis Kelamin

Usia P. acnes

Pengobatan

Page 37: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian cross sectional.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin Fakultas Kedokteran UNHAS, RSWS, RS jejaring dan

laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNHAS, yang

dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2013.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian

Sampel: Kelompok penderita akne dengan lesi akne vulgaris tipe

komedonal, papulo-pustular dan nodular yang datang ke Poliklinik Kulit

dan Kelamin RSUP Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya.

Populasi dibagi atas 2 kriteria:

a. Kriteria inklusi sampel:

1. Umur antara 14-45 tahun

2. Penderita menyetujui dan menandatangani informed consent.

3. Sampel penderita akne pada lesi akne vulgaris berdasarkan tipe

akne yang dinilai oleh dokter spesialis kulit dan kelamin.

Page 38: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

b. Kriteria eksklusi sampel:

1. Penderita akne pada lesi akne vulgaris yang mendapat

pengobatan topikal dan sistemik selama 1 bulan terakhir.

2. Penderita akne pada lesi akne vulgaris yang menggunakan

kontrasepsi hormonal.

3. Penderita akne pada lesi akne vulgaris yang hamil dan

menyusui.

Besar sampel

Perkiraan besar sampel berdasarkan rumus proporsi finit:

Zα2 x P x Q

n = -------------------------

d2

keterangan:

n : Besar sampel

Zα : 1,96 untuk alfa = 0,05

P : proporsi kategorik variabel yang diteliti

Q : 0,80 (1-P)

d : tingkat kepercayaan yang diambil (0,05)

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan perhitungan besar sampel

minimal (n) sebanyak 28 sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah

Page 39: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

biospesimen penderita akne tipe komedonal, papulo-pustular dan nodular

sebanyak 28 penderita AV.

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Tabung eppendorf, ekstraksi komedo, jarum no 30, pipet kapiler,micro

pipet, sarung tangan steril, ELISA Reader dan ELISA Kit IL-1α/IL-1F.

2. Bahan Penelitian

Spesimen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lesi

komedonal, lesi papulo-pustular dan lesi nodular.

E. Langkah Kerja

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Wawancara/anamnesis

Wawancara/anamnesis langsung pada penderita dilakukan

dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan dan

dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang identitas,

karakteristik dan riwayat penyakit dari sampel. Penderita diberi

penjelasan dan diminta kesediaannya secara sukarela untuk terlibat

dalam penelitian setelah menandatangani informed consent.

2. Pemeriksaan fisis dan pengambilan foto

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis AV.

Pemeriksaan ini mencakup keadaan umum pasien dan status

Page 40: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

dermatologis (morfologi lesi sesuai kriteria lesi AV yang digunakan).

Pada saat ini juga dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi

dengan menggunakan kamera digital Sony 16 megapixel. Foto dari

posisi depan, samping kiri dan kanan dengan jarak pemotretan

sejauh 20 cm, dengan latar belakang biru.

3. Pengambilan biospesimen

a. Akne lesi komedonal

Tindakan aseptik dengan alkohol 70% pada lokasi yang

akan di ambil spesimen. Spesimen diambil dari lesi komedo dengan

alat ekstraksi komedo pada tiga tempat di wajah yang masing-

masing dimasukkan pada tabung eppendorf yang telah terisi PBS

dan BSA 1%, kemudian dilanjutkan dengan proses ELISA.

b. Apusan lesi papulo-pustular dan apusan lesi nodular

Tindakan aseptik dengan alkohol 70% pada lokasi yang

akan di ambil spesimen. Spesimen diambil dari lesi papul-pustular

dan lesi nodular pada tiga tempat di wajah menggunakan jarum no

30 dengan cara pipet kapiler diletakkan pada lesi kemudian pipet

kapiler yang berisi spesimen yang masing-masing dimasukkan

kedalam tabung eppendorf yang telah berisi NaCl, kemudian

dilanjutkan dengan proses ELISA.

4. Langkah kerja ELISA

Page 41: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

a. Kadar IL-1α menggunakan metode ELISA (Enzyme-Linked

Immunosorbent Assay) dengan kit Quantikine Human IL-1α/IL-

1F1 Immunoassay.

b. Siapkan reagen.

c. Siapkan microplate strips yang tersedia pada kit ELISA

d. Tambahkan 50 µL diluents RD1-83 pada setiap well.

e. Tambahkan 200 µL standart, sampel dan kontrol pada setiap

well, kemudian ditutup adhesive strip.

f. Inkubasi selama 2 jam pada suhu ruangan

g. Aspirasi dan bilas sebanyak dua kali menggunakan washing

buffer 400 µL . Setelah pencucian terakhir buang semua sisa

washing buffer dengan cara aspirasi menggunakan kertas tisu.

h. Tambahkan 200 µL konjugat IL-1 α pada setiap well. Ditutup

dengan adhesive strip. Pada sampel supernatant sel kultur di

inkubasi selama satu jam pada suhu ruangan.

i. Ulangi kembali prosedur no G

j. Tambahkan substrat solution 200 µL pada setiap well lalu

inkubasi selama 20 menit pada suhu ruangan.

k. Tambahkan 50 µL stop solution pada setiap well, warna pada

well harus berubah dari warna biru menjadi kuning.

l. Baca pada ELISA reader dengan panjang gelombang 450 nm

selama 30 menit menggunakan microplate reader, dilanjutkan

Page 42: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

dengan pembacaan pada panjang gelombang 540 nm atau 570

nm.

F. Alur Penelitian

G. Identifikasi Variabel

Variabel bebas : akne vulgaris tipe komedonal,papulo-

pustular dan nodular

Variabel tergantung : IL-1α

Variabel antara : proses inflamasi, keratinisasi

Variabel moderator : P. acnes

Penderita akne pada lesi akne vulgaris 50 penderita

Kriteria inklusi dan eksklusi Inklusi :28 penderita Eksklusi: 22 penderita

Akne lesi komedonal, apusan lesi akne

papulo-pustular dan apusan lesi nodular

IL-1α

ELISA

Analisis Data

Hasil Penelitian

Page 43: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Variabel kendali : usia, topikal, sistemik

Variabel perancu : faktor lain (stress, sinar UV, diet,

trauma, merokok)

H. Definisi Operasional

1. Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit inflamasi kronik pada folikel

pilosebasea yang umum dijumpai dewasa dan remaja serta

ditandai dengan komedo, papul, pustul dan nodul.

2. Sitokin inflamasi IL-1α terlibat dalam pembentukan komedo yang

melibatkan hiperkeratinisasi dari folikel sekunder sehingga

menginduksi hiperkeratinisasi secara in vitro.

3. Akne vulgaris dibagi menjadi 3 tipe akne, yaitu: 1) komedonal, 2)

papulopustular, dan 3) nodular.

4. Umur penderita adalah pengakuan yang bersangkutan tentang

umurnya berdasarkan ulang tahun terakhir.

5. Komedonal adalah lesi kulit yang terjadi akibat penyumbatan folikel

pilosebasea oleh sebum yang rata atau agak menonjol tanpa

inflamasi.

6. Papul adalah benjolan kecil diameter kurang dari 5mm

7. Pustul adalah benjolan lebih kecil dengan bagian tengah yang

tampak berisi materi purulen.

8. Nodular adalah benjolan dengan diameter lebih besar dari 5mm.

9. Non komedonal adalah lesi papulopustular dan nodular

Page 44: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

10. Lesi inflamasi adalah lesi pada kulit dengan tanda kemerahan.

11. Fotografi medik : hasil foto dari posisi depan, samping kiri dan

kanan dengan jarak pemotretan sejauh 20 cm, dengan latar

belakang biru menggunakan kamera digital sony 16 megapixels.

12. Sampel diambil dari akne lesi komedo dengan alat ekstraksi

komedo pada tiga tempat di wajah yang masing-masing

dimasukkan pada tabung eppendorf yang didalamnya telah berisi

PBS dan BSA 1%, kemudian dilanjutkan dengan proses ELISA.

13. Sampel diambil dari apusan lesi akne vulgaris yang berupa papul-

pustular dan nodul pada tiga tempat di wajah menggunakan jarum

no 30 dengan cara pipet kapiler diletakkan pada lesi kemudian

pipet kapiler yang berisi spesimen yang masing-masing

dimasukkan kedalam tabung Eppendorf yang telah berisi NaCl,

kemudian dilanjutkan dengan proses ELISA.

I. Rencana Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan diolah dengan bantuan komputer.

Semua hasil analisis data akan disajikan dalam bentuk tabel atau

grafik disertai dengan penjelasan. Untuk uji hipotesis, analisis

menggunakan uji T test dengan α sebesar 5%.

Page 45: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

J. Izin Penelitian dan Ethical Clearance

Permintaan izin dari pasien dan orang tua/kerabat pasien untuk

dijadikan sampel penelitian, serta persetujuan dari Komisi Etik

Penelitian Biomedik pada manusia Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Page 46: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Makasar, Sulawesi Selatan dengan mengambil

sampel penderita AV pada berbagai tipe AV. Sampel penelitian yang

memenuhi kriteria diperoleh dari RS Dr. Wahidin Sudirohusido dan RS

Jejaring pendidikan Unhas di Makasar. Spesimen berupa lesi komedonal,

lesi papulopustular dan lesi nodular dan dilakukan pemeriksaan ELISA .

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar IL-1α pada berbagai

gradasi lesi AV dengan menggunakan metode ELISA. Dua puluh delapan

penderita AV yang terdaftar dalam rekam medis RS Wahidin

Sudirohusodo dan RS jejaring pendidikan Unhas diikutkan dalam

penelitian ini.

A. 1 Deskriptif Sampel

Pada penelitian ini, didapatkan perempuan lebih banyak menderita

akne dibandingkan laki-laki. Umur pasien bervariasi lebih banyak

ditemukan pada usia antara 12-17 tahun. Penderita yang mempunyai

riwayat sering pencet akne lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak

Page 47: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

pencet akne. Pada penelitian ini penderita lebih banyak pada usia sekolah

sehingga yang mempunyai kebiasaan merokok lebih sedikit dibandingkan

yang merokok. Sedangkan yang mempunyai kebiasaan makan makanan

pedas lebih banyak didapatkan dibandingkan yang tidak suka makan

pedas. Riwayat kebiasaan makan makanan berminyak dan kacang tidak

memperlihatkan perbedaan. Riwayat keluarga yang menderita akne lebih

banyak didapatkan pada saudara penderita dan lamanya menderita akne

1-2 tahun.

Page 48: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Tabel 1. Distribusi penderita AV pada berbagai tipe AV berdasarkan jenis kelamin, umur, tipe AV, pencet akne, merokok, makan pedas, riwayat keluarga, makanan dan riwayat akne.

n % Jenis kelamin Laki-laki 11 39.3 Perempuan 17 60.7

Umur 12-17 thn 16 57.1

18-33 thn 12 42.9

Tipe AV Komedo 10 35.7

Papulopustular 10 35.7 Nodular 8 28.6

Pencet akne Ya 21 75.0

Tidak 7 25.0

Merokok Ya 4 14.3

Tidak 24 85.7

Makan pedas Ya 26 92.9

Tidak 2 7.1

Makanan Kacang 12 42.9

Berminyak 13 46.4 Coklat 3 10.7

Riwayat Keluarga Ayah 7 25.0

Ibu 4 14.3 Saudara 10 35.7 Tidak ada 7 25.0

Riwayat Akne <1 thn 1 3.6 1-2 thn 15 53.6 3-4 thn 10 35.7 5-7 thn 2 7.1

Pada tabel 1, dari 28 sampel dengan 3 tipe AV ditemukan distribusi

penderita AV berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 11 orang

Page 49: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

(39.3%) dan perempuan 17 orang (60.7%). Distribusi penderita AV

berdasarkan umur yaitu 12-17 tahun sebanyak 16 orang (57.1%) dan 18-

33 tahun sebanyak 12 orang (42.9%). Distribusi penderita AV

berdasarkan tipe AV yaitu pada lesi komedonal sebanyak 10 orang

(35.7%), lesi papulopustular 10 orang (35.7%) dan lesi nodular 8 orang

(28.6 %). Penderita yang mempunyai riwayat sering pencet akne

sebanyak 21 orang (75%) dan yang tidak pencet akne 7 orang (25%).

Penderita yang mempunyai riwayat sering merokok sebanyak 4 orang

(14.3%) dan tidak merokok 24 orang (85.7%). Penderita yang mempunyai

riwayat sering makan makanan pedas sebanyak 26 orang (92.9%) dan

tidak makan pedas 2 orang (7.1%). Penderita yang mempunyai riwayat

sering makan makanan yang biasa dikonsumsi yaitu kacang sebanyak 12

orang (42.9 %), berminyak 13 orang (46.4%) dan coklat 3 orang (10.7%).

Penderita yang mempunyai riwayat keluarga yang sering menderita AV

yaitu ayah sebanyak 7 orang (25%), ibu 4 orang (14.3%), saudara 10

orang (35.7%) dan yang tidak menderita AV sebanyak 7 orang (25%)

serta yang tidak ada riwayat dalam keluarga yang menderita akne

sebanyak 7 orang (25%). Penderita yang mempunyai riwayat lamanya

menderita akne yaitu kurang dari 1 tahun sebanyak 1 orang (3.6%), 1-2

tahun 15 orang (53.6%), 3-4 tahun 10 orang (35.7%) dan 5-7 tahun 2

orang (17.9%).

Page 50: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

A. 2 Analisis antar variabel

Pada tabel 2, tidak ada perbedaan yang bermakna kadar IL-1α

berdasarkan jenis kelamin, umur, pencet akne, merokok, makan pedas,

makanan, riwayat keluarga dan riwayat akne (p>0,05).

Tabel 2. Perbandingan kadar IL-1α menurut jenis kelamin, umur,

pencet akne, merokok, makan pedas, makanan, riwayat keluarga, dan riwayat akne.

n Mean (pg/mg)

Std. Deviation

p

Jenis kelamin

L

11

3.4466

2.3040

0.967

P 17 3.4839 2.3207

Umur 12-17 tahun

16

4.0640

2.6626

0.111

18-33 tahun

12 2.6762 1.3389

Pencet akne

Ya

21

3.7641

2.4166

0.241

Tidak 7 2.5845 1.5896

Merokok Ya 4

2.5814

1.1517

0.409

Tidak 24 3.6172 2.3921

Makan pedas

Ya

26

3.5278

2.3426

0.631

Tidak 2 2.7072 9.0463

Riwayat keluarga

Ya

21

3.2564

2.1868

0.401

Tidak 7 4.1078 2.5760

Makanan Kacang 12 4.0022 2.6280 0.381** Berminyak 13 2.6584 1.2365 Coklat 3 4.8508 3.6925

Riwayat akne

<1 thn 1 6.1815 0 0.274**

1-2 thn 15 3.9983 2.7305 3-4 thn 10 2.6575 1.2038 5-7 thn 2 2.2032 7.0308

T test, nilai p >0.05 ** Kruskal-Wallis Test, nilai p>0.05

Page 51: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Pada penelitian ini, didapatkan kadar IL-1α lebih tinggi pada

perempuan dibandingkan laki-laki dan paling tinggi pada umur antara 12-

17 tahun. Kadar IL-1α juga didapatkan lebih tinggi pada penderita yang

mempunyai riwayat sering pencet akne dan makan makanan pedas.

Sedangkan kadar IL-1α didapatkan lebih tinggi pada penderita AV yang

mempunyai kebiasaan makan kacang dan coklat dibandingkan dengan

penderita AV yang mempunyai kebiasaan makan makanan berminyak.

Kadar IL-1α didapatkan lebih tinggi pada penderita dengan riwayat

menderita akne kurang dari 1 tahun.

Pada tabel 3, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

kadar IL-1α antara lesi komedonal dan lesi papulopustular (p>0.05).

Namun terlihat kecenderungan bahwa kadar IL-1α lebih tinggi pada lesi

komedonal.

Tabel.3 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal dan lesi papulopustular

Tipe Lesi AV n Mean (pg/mg)

Std. Deviation

p (T Tests)

Komedonal Papulopustular

10 10

4.5869 3.2366

2.4694 2.4103

0.232*

*nilai p>0.05

Pada tabel 4, terlihat bahwa kadar IL-1α pada lesi komedonal dan

lesi nodular berbeda secara yang bermakna (p<0.05).

Page 52: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Tabel.4 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal dan lesi nodular.

Tipe Lesi AV n Mean (pg/mg)

Std. Deviation

p (T Tests)

Komedonal Nodular

10 8

4.5869 2.3629

2.4694 1.1512

0.032*

* nilai p<0.05

Pada tabel 5, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

kadar IL-1 α antara lesi papulopustular dan lesi nodular (p>0.05). Namun

terlihat kecenderungan bahwa kadar IL-1α lebih tinggi pada lesi

papulopustular.

Tabel.5 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi lesi papulopustular dan lesi nodular

Tipe Lesi AV n Mean (pg/mg)

Std. Deviation

p ( T Tests)

Papulopustular Nodular

10 8

3.2366 2.3629

2.4103 1.1512

0.362*

* nilai p >0.05

Pada tabel 6, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

kadar IL-1α antara lesi komedonal, lesi papulopustular dan lesi nodular

(p>0.05). Namun terlihat kadar IL-1α lebih tinggi pada lesi komedonal

dibandingkan lesi papulopustular dan lesi nodular.

Page 53: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Tabel.6 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal, lesi papulopustualr dan lesi nodular

IL-1α Sum of Squares df Mean Square (pg/mg)

F p (ANOVA )

Between groups 947.448 2 473.724 0.026 0.974*

Within group 182550.063 10 18255.006

Total 183497.512 12 *nilai p >0.05

Pada tabel 7, terlihat bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar

IL-1α antara lesi komedonal dan non komedonal (lesi papulopustular dan

lesi nodular) (p<0.05).

Tabel.7 Perbandingan kadar IL-1α pada lesi komedonal dan non komedonal (lesi papulopustular dan lesi nodular)

Tipe AV n Mean (pg/mg)

Std. Deviation

p (T Tests)

Komedonal Non

komedonal

10 18

4.5869 2.8483

2.4694 1.9547

0.050*

*Nilai p≤0.05

B. Pembahasan

Distribusi penderita AV berdasarkan jenis kelamin menunjukkan

bahwa perempuan (60.7%) lebih banyak daripada laki-laki (39.3%).

Page 54: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Sedangkan distribusi berdasarkan umur menunjukkan bahwa umur antara

12-17 tahun (57.1%) lebih banyak daripada umur 18-33 tahun (42.9%).

Analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna kadar

IL-1α berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan nilai kemaknaan

(p>0.05). Pada penelitian ini kemungkinan tidak didapatkan hubungan

bermakna karena disribusi jenis kelamin dan umur penderita bervariasi

pada berbagai gradasi lesi AV, kemudian pada lesi komedonal penderita

yang di dapat usianya baru menginjak remaja atau premenarke,

disamping tingkat kesadaran dan kebersihan pada perempuan lebih tinggi

dari pada laki-laki. Prevalensi akne pada perempuan dewasa sekitar 12%

dan laki-laki dewasa sekitar 3% (Goulden et al., 1999b). Penelitian lain

didapatkan bahwa akne masih menjadi masalah kulit sampai melewati

usia remaja dengan prevalensi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki

pada rentang usia 20 tahun atau lebih (Collier et al., 2008). Lesi awal akne

mulai terlihat pada usia 8-9 tahun dan kurang lebih 50-60% terdapat ada

usia remaja. Akne mengenai remaja berkisar 95% sampai 100% terjadi

pada laki-laki dan 83% sampai 85% pada wanita tetapi sering berlanjut

sampai dewasa (Collier et al., 2008). Sedangkan pada dewasa AV lebih

sering pada wanita dari pada laki-laki. Akne tidak hanya terbatas pada

kalangan remaja saja, 12% pada wanita dan 5% pada laki-laki diusia 25

tahun memiliki akne. Bahkan pada usia 45 tahun, 5% pria dan wanita

memiliki akne. Puncak insiden pada usia 14-17 tahun dijumpai pada

wanita sedangkan usia 16-19 tahun pada pria (Cunliffe et al., 2007).

Page 55: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Berdasarkan tipe AV, terlihat bahwa lesi komedonal sebanyak 10

orang (35.7%), lesi papulopustular sebanyak 10 orang (35.7%) dan lesi

nodular sebanyak 8 orang (28.6%). Menurut Liao DC, akne vulgaris dibagi

menjadi 3 tipe akne, yaitu: tipe komedonal, tipe papulopustular, dan tipe

nodular (Koreck et al., 2003). Menurut Kligman dan Plewig (1975) AV,

dibagi menjadi: 1) akne komedonal, 2) akne papulopustulosa dan 3) akne

konglobata (Pochi dan Strauss, 1994). Menurut pendapat Wolf dkk,

karakteristik lesi pada AV sebagian besar berupa papul, komedo dan

pustul (Wolff et al, 2007).

Distribusi penderita yang mempunyai riwayat sering pencet akne

sebanyak 21 orang (75%) dan yang tidak pencet akne 7 orang (25%).

Tidak terdapat adanya perbedaan yang bermakna kadar IL-1α

berdasarkan riwayat pencet akne (p>0.05) meskipun terlihat

kecenderungan nilai IL-1α lebih tinggi pada yang sering pencet akne.

Kemungkinan pada penelitian ini dengan melihat status penderita yang

rata-rata berusia remaja, kurangnya pengetahuan mereka tentang AV,

sehingga mereka tidak mengetahui efek dari seringnya memencet jerawat

yang dapat menimbulkan luka bahkan meninggalkan luka yang lebih

dalam (skar/sikatrik) yang dapat menyebabkan isi folikel pecah ke dalam

jaringan dan kadang menyebabkan kehitaman atau hiperpigmentasi

diwajah. Sikatriks terjadi secara normal melalui fase spesifik proses

penyembuhan luka, yaitu inflamasi, proliferasi dan remodeling (Holland et

al., 2004, Nouri et al., 2005, Rivera dan Spencer, 2007). Sikatriks paska

Page 56: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

akne diawali dengan perubahan lesi bentuk komedo menjadi lesi inflamasi

yang kemudian pecah pada daerah infrainfundibulum struktur

pilosebaseus, menyebabkan abses perifolikular. Abses yang kecil

mengeluarkan pus melalui saluran ke arah permukaan kulit. Keadaan ini

akan membaik tanpa sikatriks dalam waktu 7-10 hari. Jika inflamasi berat,

maka terjadi nekrosis folikel sehingga pada fase penyembuhan struktur

kulit permanen berubah menjadi jaringan fibrosis atau yang biasa disebut

sikatriks pasca akne (Goodman, 2001, Goodman, 2000). Layton dkk.

melaporkan terdapat risiko yang sama besar untuk terjadinya sikatriks

pasca akne di wajah, yaitu sebesar 95%, pada kelompok laki-laki dan

perempuan. Lesi akne berupa papul superfisial dengan inflamasi memiliki

peluang yang sama dengan lesi nodular untuk terjadinya sikatriks. Pada

kelompok laki-laki maupun kelompok perempuan, pengobatan akne yang

terlambat sampai dengan 3 tahun sejak awitan akne serta pengobatan

adekuat berhubungan dengan derajat sikatriks yang terjadi (Layton et al.,

1994). Penelitian lain menunjukkan bahwa luasnya sikatriks berhubungan

langsung dengan kedalaman inflamasi, intensitas inflamasi, dan lamanya

inflamasi akne (Hirsch dan Lewis, 2001).

Dari distribusi penderita AV berdasarkan kebiasaan merokok,

terlihat bahwa penderita yang mempunyai riwayat sering merokok

sebanyak 4 orang (14.3%) dan tidak merokok 24 orang (85.7%). Tidak

terdapat adanya perbedaan yang bermakna kadar IL-1α (p>0.05)

berdasarkan riwayat merokok meskipun terlihat kecenderungan nilai IL-1α

Page 57: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

lebih tinggi pada yang tidak merokok. Kemungkinan pada penelitian ini

banyak ditemukan pada yang tidak merokok, karena status penderita yang

berusia remaja, kurangnya pengetahuan akan efek samping dari merokok

atau tingginya angka kesadaran akan bahaya merokok. Rokok

mengandung asam arakidonat yang tinggi dan hidrokarbon polisiklik

aromatik , yang menginduksi jalur inflamsi phospholipase A2-dependent.

Efek anti inflamasi ini lebih lanjut dapat merangsang sintesis asam

arakidonat. Nikotin meningkatkan adhesi dan diferensiasi keratinosit,

menginhibisi apoptosis dan migrasi keratinosit. Nikotin juga menghambat

inflamasi melalui efek pada sistem saraf pusat dan perifer. Nikotin

merubah sistem imun melalui intervensi langsung respon sel T. Secara

umum, efek imunomodulator pada rokok akan melepaskan zat reaktif

oksigen dari asap tembakau, yang diyakini memiliki efek berbahaya pada

sel inflamasi yang normal. Selain itu, sintesis dan presipitasi kolagen

matur dalam matriks ekstraseluler berkurang oleh merokok (Nahidi et al.,

2012). Nahidi et al, dari 133 orang penderita AV dan 133 orang kontrol

yang sehat. Terdapat 29 orang menderita AV (21,8%) dan 12 orang dalam

kelompok kontrol (9,1%) adalah perokok, dan perbedaannya yang

bermakna (p = 0,04). Jumlah rokok yang dihisap per hari berbeda secara

yang bermakna pada dua kelompok (4,75 pada kelompok kasus

dibandingkan 1,88 dalam kelompok kontrol). Tidak ada korelasi yang

ditemukan antara merokok dengan lokasi akne, beratnya akne, dan tipe

akne. Pada kelompok kasus, pada perokok kecendrungan untuk

Page 58: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

berkembangan menjadi akne lebih tinggi pada usia lebih tua dibandingkan

dengan yang tidak merokok (Burns et al., 2010, Nahidi et al., 2012).

Distribusi penderita yang mempunyai riwayat sering makan

makanan pedas sebanyak 26 orang (92.9%) dan tidak makan pedas 2

orang (7.1%). Penderita yang mempunyai riwayat sering makan makanan

yang biasa dikonsumsi yaitu kacang sebanyak 12 orang (42.9 %),

berminyak 13 orang (46.4%) dan coklat 3 orang (10.7%). Tidak terdapat

adanya perbedaan yang bermakna kadar IL-1α (p>0.05) berdasarkan

riwayat makan pedas dan makan makanan yang biasa di konsumsi

meskipun terlihat kecenderungan nilai IL-1α lebih tinggi pada yang suka

makan pedas dan makan yang berminyak. Kebiasaan penderita makan

makanan pedas dan berminyak diperlukan parameter yang lain seperti

gemar makan pedas, harus dihitung berapa banyak makan cabe dalam

satu sehari, kemudian jenis makanan selain makanan berminyak yang

dikonsumsi seperti sereal, wafer, donat, roti, gula, kentang panggang,

pisang, produk susu termasuk es krim dan yoghurt yang merupakan

makanan dengan indeks glikemik yang tinggi (Cordain, 2005), hal ini

berhubungan dengan terjadinya AV serta diperlukan sampel penderita

yang besar pada masing-masing tipe akne. Penelitian sebelumnya

menemukan bahwa makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat

mempengaruhi perkembangan dan keparahan akne vulgaris (Smith et al.,

2007). Suatu studi observasional, melaporkan bahwa diet yang tinggi akan

produk-produk susu berhubungan dengan peningkatan risiko menderita

Page 59: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

akne dan beratnya akne. Para peneliti telah menemukan hubungan yang

bermakna antara semua jenis susu sapi dengan akne. Hubungan antara

susu dengan beratnya akne dapat dijelaskan oleh adanya hormon steroid

reproduksi yang normal dalam susu atau peningkatan produksi hormon

polipeptida seperti IGF-1, yang dapat meningkatkan paparan terhadap

androgen dan resiko akne. Penemuan terbaru juga menggambarkan

hubungan antara diet tinggi glikemik dan durasi akne yang lebih lama.

Sebagai tambahan, percobaan klinis secara acak menunjukkan bahwa

diet rendah kandungan glikemik dapat mempengaruhi kadar hormon dan

memperbaiki sensitivitas insulin dan akne. Belum ada studi yang

menemukan hubungan positif antara akne dengan coklat, lemak jenuh,

atau asupan garam (Ferdowsian dan Levin, 2010).

Distribusi riwayat keluarga terhadap kejadian AV, didapatkan

penderita yang mempunyai riwayat keluarga sebanyak 21 orang (75%)

dan tidak memiliki riwayat keluarga 7 orang (25%). Tidak terdapat adanya

perbedaan yang bermakna kadar IL-1α (p>0.05) berdasarkan riwayat

keluarga meskipun terlihat kecenderungan nilai IL-1α lebih tinggi pada

yang memiliki riwayat keluarga. Kemungkinan karena sampel kurang

banyak pada masing-masing tipe AV sehingga sulit menentukan korelasi

angka kejadian AV terhadap riwayat keluarga atau kemungkinan

ketidaktahuan penderita tentang riwayat keluargnya yang menderita AV.

Faktor riwayat keluarga berpengaruh terhadap terjadinya akne vulgaris

terhadap aktivitas kelenjar sebasea. Apabila kedua orang tua memiliki

Page 60: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

riwayat menderita akne vulgaris, maka kemungkinan anaknya akan

menderita akne vulgaris (Cunliffe et al., 2007). Salah satu penelitian

menunjukan 82% penderita akne ditemukan pada saudara-saudaranya

paling sedikit ada seorang yang menderita akne. Dan pada 60% orang

dengan riwayat akne, didapatkan pada salah satu atau kedua orang

tuanya (Siregar, 2003). Penelitian yang lain, jika kedua orang tua

mengalami masalah akne, 3 dari 4 anak akan mengalami masalah akne.

Jika satu dari orang tua mempunyai akne, maka 1 dari 4 anak akan

mempunyai akne. Dengan demikian tidak semua keluarga akan

mengalami pola yang sama. Yang diwariskan adalah kencendrungan

untuk hiperproliferasi folikel epidermal dengan sumbatan folikel. Faktor

yang memperburuk yang lain termasuk sebum yang berlebihan, terdapat

aktivitas P.acnes dan inflamasi (Goulden et al., 1999a).

Awal terjadinya akne belum sepenuhnya di mengerti, umumnya

diyakini sebagai suatu peristiwa obstruksi folikel sebasea. Hal ini terjadi

akibat tersumbatnya infundibulum folikular oleh hiperkeratinisasi atau

hiperproliferasi atau oleh keduanya. Sehingga terbentuk mikrokomedo,

yang merupakan awal lesi akne sublkinis, di tandai dengan hiperproliferasi

epitel folikular. Bukti terbaru menyatakan bahwa proses inflamasi bukan

hanya mendahului hiperkeratinisasi tetapi juga menginisiasi dan

mempromosi hiperkeratinisasi (Kim, 2005, Heughebaert dan Shalita,

2011).

Page 61: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Jeremy et al. menjelaskan bahwa lesi awal akne inflamasi

memperlihatkan peningkatan ekspresi sitokin IL-1 (Jeremy et al., 2003).

Upregulasi IL-1 dapat diawali dengan gangguan fungsi barier pada folikel

individual karena produksi sebum meningkat dan defisiensi asam linoleat,

yang normalnya bekerja menjaga intergritas folikel (Perisho et al., 1988,

Downing et al., 1986). Kerusakan fungsi barier ini memicu respon imun

innate yang mengakibatkan pelepasan IL-1, suatu sitokin proinflamasi,

yang merangsang rangkaian inflamasi termasuk aktivasi lokal sel endotel

dan upregulasi penanda inflamasi vaskuler seperti E-selectin, vascular cell

adhesion molecule-1 (VCAM-1), intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-

1), dan human leukocyte antigen-DR (HLA-DR) dalam pembuluh darah di

sekitar folikel pilosebasea (Jeremy et al., 2003).

Perubahan keratinisasi menyebabkan peristiwa inflamasi melalui IL-

1. Demikian pula peran P.acnes mengaktivasi sel imun innate termasuk

keratinosit monosit / makrofag, dan sebosit menyebabkan inflamasi,

termasuk ekspresi sitokin, kemokin, dan MMPs. Penelitian lebih lanjut

telah memberikan bukti bahwa ekspresi keratin mengupregulasi sitokin

inflamasi, seperti IL-1, IFN-α, dan growth factor, termasuk TGF-α dan

EGF. Ini memberikan bukti keterlibatan respon inflamasi pada tahap awal

dari perkembangan lesi akne (Jiang et al., 1993, Blumenberg et al., 1998,

Jiang et al., 1994, Krishna et al., 2011).

Lesi non-inflamasi berupa komedo terbuka (blackhead) dan komedo

tertutup (whitehead). Komedo merupakan tanda awal dari lesi pada akne

Page 62: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

(Zaenglein et al., 2008). Komedo atau mikrokomedo kemudian dapat

berkembang menjadi lesi inflamasi sebagai akibat dari aktivasi dan migrasi

sel T CD4+ (Kim, 2005). IL-1α berpengaruh pada respon inflamasi dengan

menginduksi produksi vascular endotelial growth factor pada sel papila

dermis dan keratinosit folikuler pada unit pilosebasea (Kealey dan Guy,

1997).

Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan ELISA untuk melihat

kadar IL-1α pada berbagai gradasi lesi AV. Tidak ada perbedaan yang

bermakna antara kadar IL-1α pada lesi komedonal dan lesi

papulopustular, demikian juga pada lesi papulopustular dan lesi nodular

tidak bermakna (p>0.05). Perbandingan kadar IL-1α yang bermakna

antara lesi komedonal dan lesi nodular, demikian juga pada lesi

komedonal dan lesi non komedonal (lesi papulopustular dan lesi nodular)

di dapatkan hasil yang bermakna (p<0.05). Perbandingan kadar IL-1α

ketiga tipe lesi AV yaitu lesi komedonal, lesi papulopustular dan lesi

nodular didapatkan hasil tidak yang bermakna (p>0.05). Kemungkinan

hasil pada penelitian ini dipengaruhi oleh karena sampel yang terlalu kecil

dan diperlukan seleksi penderita pada berbagai lesi AV. Diketahui lesi

komedonal mengandung IL-1α dengan konsentrasi yang cukup tinggi

(Ingham et al., 1992).

Kealey dan Guy meneliti efek sitokin interleukin-1 pada keratinisasi

folikel dan perkembangan komedo. IL-1α diproduksi oleh limfosit dan

keratinosit serta menyebabkan inflamasi. Identifikasi IL-1α dalam komedo

Page 63: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

dan infrainfundibulum folikular, yang merupakan bagian dari

hiperkeratinisasi. Ketika IL-1 ditambahkan ke kultur yang mengandung

segmen infrainfundibulum, sel dalam folikel menjadi hiperkeratinisasi dan

kornifikasi. Para peneliti menyimpulkan bahwa IL-1α, reseptor IL-1 dan IL-

1 antagonis reseptor dapat memediasi bentuk komedo (Thiboutot, 2000).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yenni et al dengan

perbandingan efektivitas adapalene 0.1% gel dan isotretinoin 0.05% gel

yang dinilai dengan gambaran klinis serta profil IL-1α pada akne vulgaris

ditemukan kelompok isotretinoin 0.05% gel memperlihatkan perbaikan

yang bermakna (p<0.05) pada papul dan pustul tetapi tidak bermakna

pada nodul (p>0.05), sedangkan kelompok adapalene 0.1% gel tidak

memperlihatkan perbaikan bermakna (p>0.05) pada papul, pustul dan

nodul.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Guy et al, tentang modeling

acne in vitro, dilakukan isolasi infundibulum pilosebasea glandula sebasea

manusia dengan mikrodiseksi dan dipertahankan selama 7 hari pada

medium bebas serum keratinosit yang disuplementasi dengan ekstrak

hipofisis sapi 50 µg/ml, penisilin dan streptomisin 100 unit/ml, amfoterisin

B dan CaCl2(10 OH2O) untuk menghasilkan konsentrasi akhir Ca2+

sebanyak 2 mM. Struktur infundibular dipertahankan selama lebih dari 7

hari dalam medium ini, pola pembelahan sel ini serupa dengan yang

terjadi secara in vivo. Kecepatan pembelahan sel lebih tinggi secara

bermakna daripada yang sebelumnya diperlihatkan pada infundibulum

Page 64: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

yang dipertahankan pada medium suplementasi William’s E dan terlebih

lagi tidak melebihi 7 hari. Penambahan IL-1α 1ng/ml menyebabkan

hiperkornifikasi pada infundibulum sama dengan yang terlihat dalam

komedo, kejadian ini dapat dihalangi dengan penambahan antagonis

reseptor interleukin-1 sebanyak 1000 ng/ml (IL-1 ra). Sekitar 20% subyek,

hiperkornifikasi spontan infundibulum dapat dihalangi dengan pemberian

IL-1 ra 1000ng/ml, mengesankan bahwa infundibulum mempunyai

kemampuan mensintesis IL-1α. Penambahan 5 ng/ml epidermal growth

factor atau 5 ng/ml transforming growth factor-α ke medium menyebabkan

disorganisasi keratinosit pada infundibulum yang menghasilkan ruptur

seperti yang terlihat pada derajat akne yang purulen dan lebih berat.

Penambahan 13-cis asam retinoat 1µM menyebabkan penurunan pada

jumlah sintesis DNA dan parakeratosis (Guy et al., 1996).

Penelitian lain mengenai kadar pro-inflamasi yang menyerupai

bioaktivitas IL-1α yang ditemukan pada mayoritas komedo terbuka akne

vulgaris pernah dilaporkan oleh Ingham, et al yang meneliti 108 komedo

terbuka dikumpulkan dari 18 pasien akne yang tidak diobati ( 10 laki-laki

dan 8 wanita). Setiap komedo dihomogenisasi dan disentrifugasi,

dilakukan analisis supernatan untuk bioaktif dan dapat mendeteksi secara

imunokimia IL-1α, IL-1β dan TNF-α. Bahan menyerupai bioaktif IL-1α telah

di demonstrasikan pada 76% komedo terbuka (dengan rentang dari 23-

4765 pg IL-1α like bioactivity/mg pada bahan komedo). Pada 58%

komedo, kadarnya melebihi 100 pg/mg. Tidak ada korelasi secara

Page 65: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

imunokimia antara bahan yang menyerupai bioaktivitas IL-1α dengan IL-

1α. (Ingham et al., 1992)

Suh Dae Hun ddk meneliti tentang perubahan sitokin komedonal

dan sekresi sebum setelah radiasi UV pada pasien akne. Dalam

penelitian, IL-1α dideteksi dengan ELISA dan kandungannya dalam

komedo meningkat pada hari ke 5 setelah radiasi UVA dan UVB. Jika

sumber sitokin dalam komedo adalah keratinosit folikular, peningkatan ini

dapat diharapkan karena IL-1α ditingkatkan oleh radiasi UV. IL-1α hampir

normal pada hari ke 9, meskipun dilakukan radiasi UV terus menerus.

Derivat TH-2 sitokin IL-4, IL-10 dan IL-13 diketahui dapat menekan

ekspresi IL-1. Dalam penelitian ini, kadar IL-10 di komedo tinggi dan pola

peningkatannya sangat mirip dengan IL-1α. Oleh karena itu, ada

kemungkinan bahwa radiasi UV merangsang derivat sitokin TH-2

termasuk IL-10, sehingga menurunkan produksi IL-1α. (Suh et al., 2002)

Page 66: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan kadar IL-1α yang bermakna antara lesi

komedonal dan lesi non komedonal (lesi papulo-pustular dan lesi

nodular), terlihat bahwa kadar IL-1α pada lesi komedonal lebih

tinggi dari pada lesi lesi non komedonal

2. Terdapat perbedaan kadar IL-1α yang bermakna antara lesi

komedonal dan lesi nodular, terlihat bahwa kadar IL-1α pada lesi

komedonal lebih tinggi dari pada lesi nodular

3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar IL-1α antara lesi

komedonal dan lesi papulopustular.

4. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar IL-1α antara lesi

papulopustular dan lesi nodular.

5. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar IL-1α pada lesi

komedonal, lesi papulopustular dan lesi nodular.

B. Saran

1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar.

2. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang

berperan dalam peningkatan kadar IL-1α pada berbagai gradasi lesi

Akne Vulgaris.

Page 67: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. K., Lichtman, A. H. & Pober, J. S. 2000 Celluler and molecular immunolgy. Fourth Edition. Philadelphia, WB Saunders Company.

Baldwin, H. E. 2002 The Interaction Between Acne Vulgaris and the

psyche. Cutis. 70: 133-9. Ballanger, F., Baudry, P., Guyen, J. M., Khammari, A. & Dreno, B. 2006

Heredity: A Prognostic Factor for Acne. Dermatology. 212: 145-9. Baran, R., Chivot, M., Shalita, A., Lewis, A. & Wechsler, A. 2005 Acne. IN

Baran, R. & Maibach, H. (Eds.) Textbook of Cosmetic Dermatology. London, Taylor & Francis.

Blumenberg, M., Komine, M., Rao, L. 1998 Blueprint to footprint to toeprint

to culprit: regulation of K6 keratin gene promoter by extracellular signals and nuclear transcription factors. J Inest Dermatol 110: 495.

Bratawidjaja, K. G. 2000 Imunologi dasar. Jakarta Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia Burkhart, C. N. 2003 Clinical Assessment of Acne Pathogenesis with

Treatment Implications. International Pediatrics. 18: 14-9. Burns, T., Stephen, B. & 2010 Disorders of Sebaceous Glands. Rookos

Textbook of Dermatology. Edisi 8. Oxford, Wiley-Blackwell. Collier, C. N., Harper, J. C., Cafardi, J. A. 2008 The Prevalence of Acne in

Adults 20 years and older J Am Acad Dermatol. 58: 56-9. Cordain, L. 2005 Implications for the role of diet in acne. Semin Cutan Med

Surg. 24: 84-91. Cotterill, J. A. & Cunliffe, W. J. 1997 Suicide in dermatological patients. Br

J Dermatol. 137: 246-50. Cunlife, W. J., Holland, D. B. & Jeremy, A. 2004 Comedone Formation:

Etiology, Clinical Presentation, and Treatment. Clinics in Dermatology. 2004: 367-74.

Cunliffe, W. J. & Gollnick, H., (BOEK) 2001 Acne: Diagnosis and

Management. London: Martin Dunitz Ltd. 15.

Page 68: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Cunliffe, W. J., Holland, D. B., Clark, S. M. & Stables, G. I. 2003 Comedogenesis: Some aetiological, Clinical and Therapeutic Strategies. Dermatology 206: 11-6.

Cunliffe, W. J., Perera, D. H., Thackeray, P., Williams, M., Froster, R. A. &

Williams, S. M. 2007 Pilo Sebaceuous duct physiology, observation on the number and size of pilo sebaceuous ducts in acne vulgaris. J Dermatol. 95.

Do, T., Zarkhin, S., Orringer, J. S. & Nemeth, S. 2008 Computer-assisted

Alignment and Tracking of Acne Lesion Indicate That Most Inflammatory Lesions Arise from Comedones and de novo. J Am Acad Dermatol. 603-8.

Downing, D. T., Stewart, M. E., Wertz, P. W. 1986 Essential fatty acids

and acne. J Am Acad Dermatol 14: 221-5. Farrar, M. D. & Ingham, E. 2004 Ance: Inflammation. Clinics in

Dermatology. 22: 380-4. Ferdowsian, H. R. & Levin, S. 2010 Does Diet Really Affect Acne? Skin

Therapy Letter. 15: 4-5. Gollnick, H. & Cunliffe, W. 2003 Management of Acne a report from a

global alliance to improve outcomes in acne. J Am Acad Dermatol. 49: S1-38.

Goodman, G. J. 2000 Postacne scarring: a review of its pathophysiology

and treatment. Dermatol Surg. 26: 857-71. Goodman, G. J. 2001 Post-acne scarring: a short review of its

pathophysiology. Australas J Dermatol. 42: 84-90. Goulden, V., Glass, D. & Cunliffe, W. J. 1999a Safety of long term high

dose minocycline in the treatment of acne. Br J Dermatol. 134: 693–5.

Goulden, V., Stables, G. I. & Cunliffe, W. J. 1999b Prevalence of facial

acne in adults. J Am Acad Dermatol. 41: 577-80. Guy, R., Green, M. R. & Kealey, T. 1996 Modeling Acne in Vitro. J Invest

Dermatol. 106: 176-182. Guy, R. & Kealey, T. 1998a The effects of inflammatory cytokines on the

isolated human sebaceous infundibulum. J Invest Dermatol 110: 410-5.

Page 69: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Guy, R. & Kealey, T. 1998b Modeling the infundibulum in acne. Dermatology. 196: 32-7.

Heughebaert, C. & Shalita, A. 2011 Comedogenesis. dalam Shalita, A.,

Rosso, J. & Webster, G. F. (Eds.) Acne Vulgaris. New York, Informa Healthcare.

Hirsch, R. J. & Lewis, A. B. 2001 Treatment of acne scarring. Semin Cutan

Med Surg. 20: 190-8. Holland, D. B., Jeremy, A. H. T., Roberts, S. G., Seukeran, D. C., Layton,

A. M. & Cunliffe, W. J. 2004 Inflammation in acne scarring: a comparison of the responses in lesions from patients prone and not prone to scar. Br J Dermatol. 150: 72-81.

Ingham, E., Eady, E. A., Goodwin, C. E. 1992 Pro inflammatory levels of

interleukin 1 alpha like bioactivity are present in the majority of open comedones in acne vulgaris. J Invest Dermatol. 98: 895 - 901.

Jeremy, A., Holland, D. B., Roberts, S. G., Thomson, K. F. & Cunlife, W. J.

2003 Inflammatory Events Are Involved in Acne Lesion Initiation. J Invest Dermatol. 121: 20-7.

Jiang, C. K., Flanagan, S., Ohtsuki, M. 1994 Disease activated

transcription factor: allergic reactions in human skin cause nuclear translocation of STAT 91 and induce synthesis of keratin 17. Mol Cell Biol. 14: 4759-69.

Jiang, C. K., Magnaldo, T., Ohtsuki, M. 1993 Epidermal growth factor and

transforming growth factor a specifically induce the activation and hyperproliferation associated keratins 6 and 16. Proc Natl Acad Sci U S A 90: 6786-90.

Kealey, T. & Guy, R. 1997 Modeling the infundibulum in acne. J Am Acad

Dermatol. 108: 376. 108: 376. Kim, J. 2005 Review of the innate immune response in acne vulgaris:

activation of Toll like receptor 2 in acne triggers inflammatory cytokine responses. Dermatology. 211: 193-8.

Koreck, A., Pivarcsi, A., Dobozy, A. & Kemeny, L. 2003 The Role of Innate

Immunity in the Pathogenesis of Acne. Dermatology. 206: 96 -105. Kresno, S. M. 1996 Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.

Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Page 70: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Krishna, S., Kim, C. & kim, J. 2011 Innate Immunity in The Pathogenesis of Acne Vulgaris. IN Shalita, A., Rosso, J. & Webster, G. F. (Eds.) New York, Informa Healthcare.

Layton, A. M., Henderson, C. A. & Cunliffe, W. J. 1994 A clinical

evaluation of acne scarring and its incidence. Cin Exp Dermatol. 19: 303-8.

Leeming, J. P., Holland, K. T. & Cunliffe, W. J. 1985 The pathological and

exological significance of microorganisms colonizing acne vulgaris comedones. J Med Microbiol. 20: 11-6.

Letawe, C., Boone, M. & Pierard, G. E. 1998 Digital image analysis of the

effect of topically applied linoleic acid on acne microcomedones. Clin Exp Dermatol. 23.

Leyden, J. J., McGinley, K. J. & Vowels, B. 1998 Propionibacterium acnes

colonization in acne and nonacne. Dermatology. 1998: 55-8. Liao, D. J. 2003 Management of acne. The Journal of Family Practice. 52:

43-51. Loveckova, Y. & Havlikovab, I. 2002 A Microbiological approach to Acne

vulgaris. Biomed Papers. 146: 29-32. Motoyoshi, K. 1983 Enhanced comedo formation in rabbit ear skin by

squalene and oleic acid peroxides. Br J Dermatol. 109: 191-8. Nahidi, Y., Javidi, Z., Shakeri, M. T. & Farrokhnezhad, S. 2012 Does

cigarette smoking influence acne? Iran J Dermatol. 15: 80-4. Nouri, K., Lanigan, S. W. & Rivas, M. P. 2005 Laser treatment for scars.

dalam Goldberg, D. J. (Ed.) Laser and lights. Philadelphia, Elsevier Saunders.

Perisho, K., Wertz, P. W., Madison, K. C. 1988 Fatty acids of

acylceramides from comedones and from the skin surface of acne patients and control subjects. J Invest Dermatol. 90: 350-3.

Pierard, G. E., Pierard-Franchimont, C., Goffin, V. 1995 Digital image

analysis of microcomedones. Dermatology 190. Pochi, P. E. & Strauss, J. S. 1994 Endocrinologic control of the

development and activity of the human sebaceous gland. J Invest Dermatol. 62: 191-201.

Page 71: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Rivera, A. E. & Spencer, J. M. 2007 Clinical aspects of full thickness wound healing. Clin Dermatol. 25: 39-48.

Simpson, N. & Cunliffe, W. 2007 Disorders of the sebaceous glands IN

Bums, T., Breathnach, S., Cox, N. & Griffiths, C. (Eds.) Rook's textbook of dermatology. . Massachusetts, Blackwell Science.

Siregar, R. S. 2003 Akne Vulgaris. dalam Carolin, w. & Peter, A. (Eds.)

Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Cetakan III,. Jakarta, EGC. Smith, R., Mann, N., Braue, A., Makelainen, H. & Varigos, G. 2007 A low-

glycemic-load diet improves symptoms in acne vulgaris patients: a randomized controlled trial. American Journal of Clinical Nutrition. 86: 107-115.

Smith, R. N., Braue, A., Varigos, G. A. 2008 The effect of a low glycemic

load diet on acne vulgaris and the fatty acid composition of skin surface triglycerides. J Dermatol Sci. 50: 41 52.

Suh, D. H., Kwon, T. H. & Youn, J. I. 2002 Changes of comedonal

cytokines and sebum secretion after UV irradiation in acne patients. European Journal of Dermatology. 12: 139-44.

Thiboutot, D., Gollnick, H., Bettoli, V. 2009 New insights into the

management of acne: an update from the Global Alliance to Improve Outcomes in Acne group. J Am Acad Dermatol. 60: S1 S50.

Thiboutot, D., Knaggs, H., Gilliland, K. 1998 Activity of 5 alpha reductase

and 17 betahydroxysteroid dehydrogenase in the infrainfundibulum of subjects with and without acne vulgaris. Dermatology. 196: 38 42.

Thiboutot, D. M. 2000 The role of follicular hyperkeratinization in acne.

Journal of Dermatological Treatment. 11: S5-S8. Tochio, T., Tanaka, H., Nakata, S. 2009 Accumulation of lipid peroxide in

the content of comedones may be involved in the progression of comedogenesis and inflammatory changes in comedones. J Cosmet Dermatol. 8: 152-8.

Walters, C. E., Ingham, E., Eady, E. A., Cove, J. H., Kearney, J. N. &

Cunliffe, W. J. April 1995 In Vitro Modulation of Keratinocyte-Derived Interleukin-1a (IL-1a) and Peripheral Blood Mononuclear Cell-Derived IL-1b Release in Response to Cutaneous Commensal Microorganisms. Infection and Immunity. 63: 1223-8.

Page 72: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Zaenglein, A., Graber, E., Thiboutot, D. & Strauss, J. 2008 Acne vulgaris and acneiform eruptions. IN Wolff, K., Goldsmith, L., Katz, S., Gilchrest, B., Palley, A. & Leffell, D. (Eds.) Fitzpatrick's dermatology in general medicine. New York, Mc Graw Hill Medical.

Page 73: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH MENDAPAT PENJELASAN

Setelah membaca informasi penelitian serta mendengar penjelasan dan menyadari pentingnya penelitian: Kadar interleukin 1 alpha pada berbagai gradasi lesi akne vulgaris

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : __________________________ Umur : __________________________ Alamat : __________________________ Telepon : __________________________ setelah mendengar/ membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan mengenai tujuan, manfaat apa yang akan dilakukan dalam penelitian ini, bersama ini menyatakan kesediaan saya secara sukarela tanpa paksaan mengikuti penelitian ini dan mentaati semua prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

Saya mengerti bahwa prosedur dengan cara pengambilan lesi akne vulgaris di wajah, kemungkinan bisa menimbulkan akibat yang tidak diinginkan seperti ketidaknyamanan atau infeksi namun saya yakin tindakan pemeriksaan akan dilakukan secara bebas hama dan dengan penuh kehati-hatian oleh petugas yang terlatih untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk mendapat pelayanan kesehatan. Saya juga berhak bertanya atau meminta penjelasan kepada peneliti bila masih ada hal yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin saya ketahui tentang penelitian ini.

Saya mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penelitian ini ditanggung oleh peneliti. Demikian juga biaya perawatan dan pengobatan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat penelitian ini, akan dibiayai oleh peneliti. Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian akan terjamin dan saya dengan ini menyetujui semua data yang dihasilkan pada penelitian ini untuk disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bila terjadi perbedaan pendapat di kemudian hari, kami akan menyelesaikannya secara kekeluargaan.

Makassar........................2013

Page 74: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

NAMA TANDA TANGAN TGL/BLN/THN Klien ............................................ ........................................ Saksi 1 ............................................ ........................................ Saksi 2 ............................................. ........................................ Penanggungjawab Medis Nama : Dr. dr. Anis Irawan Anwar, SpKK (K) Alamat : Jl Sungai Saddang Baru A11/7A, Makassar Telpon : 04115012566 / 0811412678 Penanggungjawab Peneliti Nama : dr. Wiwin Mulianingsih Alamat : Rusunawa Unhas Cempaka 311, Makassar Telpon : 04115760093 / 081353456772

DISETUJUI Komisi Etik Penelitian Kesehatan

FK Unhas Tgl ……………………

Page 75: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Lampiran.2 KUESIONER PENELITIAN

KADAR INTERLEUKIN-1 ALPHA PADA BERBAGAI GRADASI LESI AKNE VULGARIS

__________________________________________________________ No. Urut : Makassar, ................. 2013

Nama : Alamat : Umur : Tahun Nomor Telp : Jenis Kelamin : : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP SMA/Sederajat Akademi / Sarjana Tidak sekolah Pekerjaan : Ibu rumah tangga Profesional

ABRI/Polisi Pegawai negeri Wiraswasta Karyawan swasta Lainnya

Aktivitas rutin : Dalam ruangan Luar ruangan Suku : Makassar Bugis Mandar Toraja Enrekang Jawa Palopo Lainnya Lingkungan kerja: Stres ringan Stres sedang

1 2

1 2

4

5

3

2 1

3 4

6 5

7

2 1

1 2

4 3

5 6

7 8

1 2

Page 76: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Stres berat Tidak ada

Sering tidaknya memencet jerawat : Ya Tidak Suka mengkonsumsi makanan pedas : Ya Tidak Merokok : Ya Tidak Alkohol: Ya Tidak Riwayat Keluarga Ayah Ibu yang sedang menderita Akne : Kakak/adik Makanan (kebiasaan makan): Kacang Cokelat Makanan Lainnya

Berminyak Riwayat Akne: …………..tahun ............. bulan Tipe Akne :

Komedonal Papulo-pustular

Nodul

3 4

2 1

1 2

1

1

2

2

3

2 1

4

1

3

2

3

2

1

Page 77: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Lampiran 3

Data sampel kadar IL-1α pada lesi komedonal

Kode Sampel

Hasil

A B C

Rata-rata (pg/ml)

01 751,9504 570,8326 964,7313 762,5047548

02 413,8622 149,3925 511,6157 358,2901235

03 610,4887 559,8612 227,1606 465,8368178

04 934,4067 908,8827 963,635 935,6414571

05 721,7599 169,7609 112,5521 334,6909699

06 55,37104 302,0253 90,62427 149,3401924

07 437,3912 73,15811 109,7204 206,7565734

08 884,3097 134,8649 276,8777 432,0174377

09 270,4489 776,0497 807,9546 618,1510716

10 461,3184 61,78721 448,0059 323,7038246

Page 78: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Lampiran 4

Data sampel kadar IL-1α pada lesi papulopustular

Kode Sampel

Hasil

A B C Rata-rata (pg/ml)

11 36,63447 39,18206 35,99794 37,27148931

12 926,2452 831,8394 824,1288 860,7377948

13 645,4562 156,4616 461,5609 421,1595744

14 85,65393 167,7623 42,58249 98,66623817

15 396,913 272,2844 152,4832 273,8935157

16 801,8717 522,448 91,48955 471,9364265

17 309,2125 103,848 480,5258 297,8621143

18 215,8662 62,00134 253,7478 177,2051172

19 160,8882 200,7953 87,81389 149,832465

20 535,5377 532,8172 275,9585 448,1044574

Page 79: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Lampiran 5

Data sampel kadar IL-1α pada lesi nodular

Kode Sampel

Hasil

A B C Rata-rata (pg/ml)

21 165,765 170,8718 31,12269 122,5865065

22 157,3464 103,848 548,9211 270,0385234

23 294,8536 130,6958 125,2191 183,5894954

24 232,823 32,1818 506,7023 257,2356842

25 88,67833 208,4341 60,07481 119,0624177

26 582,0858 782,3591 37,69568 467,3802045

27 65,00077 350,7828 96,03655 170,6067013

28 61,35901 395,2463 442,9359 299,8470701

Page 80: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Lampiran 6

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Komedonal 8 80.0% 2 20.0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Komedonal Mean 528.8549 79.08727

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 341.8432

Upper Bound 715.8666

5% Trimmed Mean 517.6529

Median 448.9284

Variance 50038.368

Std. Deviation 223.69258

Minimum 323.70

Maximum 935.64

Range 611.94

Interquartile Range 385.83

Skewness .999 .752

Kurtosis -.166 1.481

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Komedonal .236 8 .200* .873 8 .161

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 81: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Lampiran 7

Page 82: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

EXAMINE VARIABLES=pustular /PLOT BOXPLOT HISTOGRAM NPPLOT

/COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Page 83: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pustular 8 80.0% 2 20.0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pustular Mean 292.3325 50.80717

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 172.1926

Upper Bound 412.4724

5% Trimmed Mean 293.1137

Median 285.8778

Variance 20650.951

Std. Deviation 143.70439

Minimum 98.67

Maximum 471.94

Range 373.27

Interquartile Range 284.69

Skewness .001 .752

Kurtosis -1.765 1.481

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pustular .190 8 .200* .918 8 .413

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 84: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …
Page 85: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

EXAMINE VARIABLES=nodular /PLOT BOXPLOT HISTOGRAM NPPLOT

/COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Page 86: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Nodular 8 80.0% 2 20.0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Nodular Mean 236.2933 40.70414

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 140.0433

Upper Bound 332.5433

5% Trimmed Mean 229.9680

Median 220.4126

Variance 13254.614

Std. Deviation 115.12868

Minimum 119.06

Maximum 467.38

Range 348.32

Interquartile Range 157.80

Skewness 1.140 .752

Kurtosis 1.446 1.481

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nodular .176 8 .200* .896 8 .268

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 87: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Nodular

Page 88: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Frequency Table

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 11 39.3 39.3 39.3

P 17 60.7 60.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 89: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12-17 tahun 16 57.1 57.1 57.1

18-33 tahun 12 42.9 42.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

tipe AV

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid komedo 10 35.7 35.7 35.7

pappust 10 35.7 35.7 71.4

nodul 8 28.6 28.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

pncetjrwt

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 21 75.0 75.0 75.0

tdk 7 25.0 25.0 100.0

Total 28 100.0 100.0

rokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 4 14.3 14.3 14.3

tdk 24 85.7 85.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

pedas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 90: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Valid ya 26 92.9 92.9 92.9

tdk 2 7.1 7.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

mkn

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kcng 12 42.9 42.9 42.9

mnyk 13 46.4 46.4 89.3

cklt 3 10.7 10.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

riwklg

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ayah 7 25.0 25.0 25.0

ibu 4 14.3 14.3 39.3

saudara 10 35.7 35.7 75.0

tdk 7 25.0 25.0 100.0

Total 28 100.0 100.0

riw akne

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 1thn 1 3.6 3.6 3.6

1-2 thn 15 53.6 53.6 57.1

3-4 thn 10 35.7 35.7 92.9

5-7 thn 2 7.1 7.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 91: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

T-Test

Group Statistics

JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IL-1 a L 11 3.446630862

00145E2

2.3040614655794

09E2

6.94700670476660

2E1

P 17 3.483914747

33821E2

2.3207833859508

67E2

5.62872649085530

8E1

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Differenc

e Lower Upper

IL-1 a Equal

varia

nces

assu

med

.083 .775 -.042 26 .967 -

3.728388

5336762

20E0

8.955509

2344089

32E1

-1.878115172273178E2 1.803547401599

654E2

Equal

varia

nces

not

assu

med

-.042 21.61

7

.967 -

3.728388

5336762

20E0

8.941110

8965792

62E1

-1.893464574741598E2 1.818896804068

073E2

Group Statistics

umur N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Page 92: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal

variances

assumed

4.111 .053 1.650 26 .111 1.387853205143

126E2

8.408897907966

810E1

-

3.406205144935

576E1

3.116326924779

810E2

Equal

variances

not assumed

1.803 23.221 .084 1.387853205143

126E2

7.697419018265

964E1

-

2.036420052104

871E1

2.979348415496

740E2

GET FILE='C:\Documents and Settings\HP MINI\Desktop\spss 10-4-

13\data 100413.sav'. T-TEST GROUPS=umur(1 2) /MISSING=ANALYSIS

/VARIABLES=IL1a /CRITERIA=CI(.95).

Group Statistics

pncetjr

wt N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IL-1 a ya 21 3.7641575

2968136E2

2.416680906229

835E2

5.273630087310

807E1

tdk 7 2.5845974

3763672E2

1.589615360150

062E2

6.008181318864

909E1

IL-1 a 12-17 tahun 16 4.064061737

44583E2

2.6626277384542

95E2

6.65656934613573

7E1

18-33 tahun 12 2.676208532

30270E2

1.3389702348976

36E2

3.86527412777523

4E1

Page 93: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal

variances

assumed

.902 .351 1.200 26 .241 1.179560092044

645E2

9.832598619478

516E1

-

8.415595000249

272E1

3.200679684114

216E2

Equal

variances not

assumed

1.475 15.964 .160 1.179560092044

645E2

7.994336561475

697E1

-

5.154753283315

108E1

2.874595512420

800E2

Group Statistics

rokok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IL-1 a ya 4 2.581478638

40740E2

1.1517530884913

98E2

5.75876544245699

0E1

tdk 24 3.617232318

04733E2

2.3921530840913

68E2

4.88296203554079

3E1

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal variances

assumed

1.805 .191 -.840 26 .409 -

1.035753679639

928E2

1.233326655946

942E2

-

3.570892928401

631E2

1.499385569121

775E2

Page 94: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal variances

assumed

1.805 .191 -.840 26 .409 -

1.035753679639

928E2

1.233326655946

942E2

-

3.570892928401

631E2

1.499385569121

775E2

Equal variances not

assumed

-1.372 8.305 .206 -

1.035753679639

928E2

7.550277985728

044E1

-

2.765797387577

626E2

6.942900282977

702E1

Group Statistics

alkohol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IL-1 a ya 2 1.448345594

94399E2

3.6447312475382

83E1

2.57721418073682

5E1

tdk 26 3.624723038

34145E2

2.2833609104187

63E2

4.47803916876933

1E1

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal

variances

assumed

2.039 .165 -1.324 26 .197 -

2.176377443397

460E2

1.643828216917

047E2

-

5.555314735341

998E2

1.202559848547

078E2

Page 95: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal

variances

assumed

2.039 .165 -1.324 26 .197 -

2.176377443397

460E2

1.643828216917

047E2

-

5.555314735341

998E2

1.202559848547

078E2

Equal

variances not

assumed

-4.212 11.837 .001 -

2.176377443397

460E2

5.166707629663

527E1

-

3.303825565265

875E2

-

1.048929321529

045E2

NPar Tests

[DataSet1] G:\DATA BARU\data 100413.sav

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

IL-1 a 28 3.4692675

0667020E2

2.271178879450

503E2

3.72714893

1244E1

9.35641457

1435E2

mkn 28 1.68 .670 1 3

Kruskal-Wallis Test

Ranks

mkn N Mean Rank

IL-1 a kcng 12 15.92

Page 96: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

mnyk 13 12.31

cklt 3 18.33

Total 28

Test Statisticsa,b

IL-1 a

Chi-Square 1.931

df 2

Asymp. Sig. .381

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: mkn

T-Test

[DataSet4] C:\Documents and Settings\HP MINI\Desktop\DATA

BARU\data 100413.sav

Group Statistics

tipe AV N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IL-1 a komedo 10 4.586933222

76416E2

2.4694159243930

94E2

7.80897881137232

9E1

pappust 10 3.236669192

76507E2

2.4103455174178

62E2

7.62218178301750

0E1

Independent Samples Test

Page 97: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal

variances

assumed

.015 .904 1.237 18 .232 1.350264029999

095E2

1.091227772785

434E2

-

9.423204487688

977E1

3.642848508767

088E2

Equal

variances

not assumed

1.237 17.989 .232 1.350264029999

095E2

1.091227772785

434E2

-

9.424167457913

009E1

3.642944805789

491E2

T-Test

[DataSet4] C:\Documents and Settings\HP MINI\Desktop\DATA

BARU\data 100413.sav

Group Statistics

tipe AV N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IL-1 a komedo 10 4.586933222

76416E2

2.4694159243930

94E2

7.80897881137232

9E1

nodul 8 2.362933253

93415E2

1.1512868428590

32E2

4.07041366838236

1E1

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Page 98: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

IL-1 a Equal

variances

assumed

3.348 .086 2.341 16 .032 2.223999968830

011E2

9.498711125359

506E1

2.103631637878

928E1

4.237636773872

130E2

Equal

variances not

assumed

2.526 13.293 .025 2.223999968830

011E2

8.806157931142

045E1

3.258030449270

103E1

4.122196892733

012E2

T-Test

Group Statistics

tipe AV N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IL-1 a pappust 10 3.236669192

76507E2

2.4103455174178

62E2

7.62218178301750

0E1

nodul 8 2.362933253

93415E2

1.1512868428590

32E2

4.07041366838236

1E1

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

IL-1 a Equal variances

assumed

2.795 .114 .939 16 .362 8.737359388309

159E1

9.304695340561

658E1

-

1.098771357178

650E2

2.846243234840

482E2

Equal variances not

assumed

1.011 13.458 .330 8.737359388309

159E1

8.640944541259

236E1

-

9.865896944560

768E1

2.734061572117

909E2

T-TEST PAIRS=IL1a WITH tipeAV (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

Page 99: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

NPar Tests

[DataSet1]

Kruskal-Wallis Test

Ranks

riw akne N Mean Rank

IL-1 a < 1thn 1 25.00

1-2 thn 15 16.13

3-4 thn 10 12.00

5-7 thn 2 9.50

Total 28

Test Statisticsa,b

IL-1 a

Chi-Square 3.883

df 3

Asymp. Sig. .274

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: riw

akne

NPAR TESTS /K-W=IL1a BY riwklg(1 2) /MISSING ANALYSIS.

Page 100: KADAR INTERLEUKIN-1 ALFA PADA BERBAGAI GRADASI …

Oneway

ANOVA

IL-1 a

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 947.448 2 473.724 .026 .974

Within Groups 182550.063 10 18255.006

Total 183497.512 12

Lampiran 7 Rekomendasi persetujuan etik