kabupaten lamongan tahun 201 3 · 3.3 peta sasaran kusta di kabupaten lamongan tahun 2012 27 3.4...

290
i KABUPATEN LAMONGAN Tahun 2013 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan 62211 Telp. (0322) 321338, Fax. (0322) 321338 E-mail : [email protected] , Website : www.lamongankab.go.id Subbag Program

Upload: others

Post on 03-Nov-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    KABUPATEN LAMONGAN

    Tahun 2013

    PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

    DINAS KESEHATAN

    Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan 62211

    Telp. (0322) 321338, Fax. (0322) 321338

    E-mail : [email protected], Website : www.lamongankab.go.id

    Subbag Program

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa buku Profil

    Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2013 dapat diterbitkan setelah beberapa

    lama proses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku

    Profil Kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena beberapa

    kendala dalam pengelolaan data informasi di masing-masing bidang di lingkup Dinas

    Kesehatan. Hal ini disebabkan proses penyusunan maupun pengumpulannya belum

    sepenuhnya memanfaatkan sarana elektronik/teknologi informasi yang ada di

    Puskesmas (simpustronik).

    Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2013,

    kami memberikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan Buku Profil Kesehatan

    ini.

    Ditahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih

    awal dengan memuat data informasi berkualitas, serta tetap memperhatikan

    kedalaman analisa dan konsistensi datanya, sehingag Buku Profil Kesehatan ini dapat

    dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses menejemen pembangunan

    kesehatan khususnya di Kabupaten Lamongan.

    Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2013 ini dapat

    bermanfaat untuk semua pihak, baik dilingkungan pemerintahan, akademisi,

    organisasi profesi, swasta serta masyarakat umum yang membutuhkan informasi di

    bidang kesehatan. Kami tetap mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para

    pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa yang akan datang.

    Lamongan, Juni 2014

    KEPALA DINAS KESEHATAN

    KABUPATEN LAMONGAN

    drg. FIDA NURAIDA, M.Kes

    Pembina Tk. I

    NIP. 19660219 199303 2 007

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ………………………………………………………………………… i

    Kata Pengantar ………………………………………………………………………… ii

    Daftar Isi ………………………………………………………………………………. iii

    Daftar Tabel SPM ………………………………………………………………………

    Daftar Gambar ………………………………………………………………………….

    Resume Profil Kesehatan ………………………………………………………………

    iv

    v

    vi

    BAB I : Pendahuluan .......................................................................................... 1

    BAB II : Gambaran Umum Kabupaten Lamongan............................................... 4

    II.1 Kondisi Geografis Wilayah Kab. Lamongan .................................. 4

    II.2 Kependudukan ................................................................................ 8

    II.3 Sosial Ekonomi ............................................................................... 10

    II.4 Keadaan Lingkungan ...................................................................

    II.5 Keadaan Perilaku Masyarakat .....................................................

    22

    25

    BAB III : Situasi Derajat Kesehatan ..................................................................... 31

    III.1 Angka Kematian (Mortalitas) ........................................................ 31

    III.2 Angka Harapan Hidup (AHH) ...................................................... 35

    III.3 Angka Kesakitan (Morbiditas) ...................................................... 36

    III.4 Pola Penyakit Terbanyak di Kab. Lamongan ............................... 36

    III.5 Status Gizi .................................................................................... 51

    BAB IV : Situasi Upaya Kesehatan ....................................................................... 55

    IV. 1 Pelayanan Kesehatan Dasar ........................................................ 55

    IV.2 Pemberantasan Penyakit Menular ................................................ 70

    IV.3 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan ..................................... 74

    IV.4 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ........................................ 75

    IV. 5. Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit ............................ 76

    IV.6 Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ….......... 77

    BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan ……………………………............... 82

    V.1. Sarana Kesehatan ……… ..……………………………………. 82

    V.2. Tenaga Kesehatan ………………………………………………. 85

    V.3. Pembiayaan Kesehatan …………………………………………. 86

    BAB VI : KESIMPULAN ……………………………………………….. 88

    Lampiran : ………………………………………………………………………….

  • iv

    DAFTAR TABEL STANDAR PELAYANAN MINIMAL

    TABEL MASALAH

    28

    31

    28

    28

    31

    37

    38

    43

    42

    45

    46

    35

    9

    13

    11

    23

    16

    56

    56

    51

    73

    Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4,

    Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani

    Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki

    Kompetensi Kebidanan

    Cakupan Pelayanan Nifas

    Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani

    Cakupan Kunjungan Bayi

    Cakupan Desa/Kelurahan UCI

    Cakupan Pelayanan Anak Balita

    Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 bulan

    Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

    Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

    Cakupan Peserta KB Aktif

    Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit :

    a) Penemuan Penderita AFP

    b) Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita

    c) Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif

    d) Penemuan dan Penanganan DBD

    e) Penanganan Penderita Diare

    Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Maskin

    A. Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Maskin

    Cakupan Pelayanan Kessssssssehatan Rujukan Pasien Maskin

    Cakupan Pelayanan Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan

    (RS)di Kab/Kota

    Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan

    Epidemiologi

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar

    Judul Gambar Halaman

    2.1 Peta Kabupaten Lamongan 4

    2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2012 7

    2.3 Rumah Sehat di Kabupaten Lamongan tahun 2012 10

    2.4 TUPM yang diperiksa dan yang memenuhi syarat

    kesehatan ditahun 2012

    11

    2.5 Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih

    diKabupaten Lamongan tahun 2012

    11

    2.6 Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan hampir

    miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan tahun 2012

    14

    2.7 Rumah Tangga Sehat di Kab. Lamongan tahun 2012 15

    3.1 Jumlah Penderita RB Paru di Kabupaten Lamongan tahun

    2012

    24

    3.2 Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan tahun

    2012

    27

    3.3 Peta Sasaran Kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2012 27

    3.4 Penyebaran Penyakit HIV/AIDS tahun 2012 29

    4.1 Jumlah Ibu Hamil, K4, Persalinan Nakes, Ibu Hamil Risti

    di Kabupaten Lamongan tahun 2012

    46

    4.2 Jenis Alat Kontrasepsi yang digunakan tahun 2012 48

    4.3 Jumlah Bayi, Kunjungan Bayi dan KN3 di Kabupaten

    Lamongan tahun 2012

    49

    4.4 Imunisasi Bayi di Kabupaten Lamongan tahun 2012 50

    4.5 Jumlah Bayi, Bayi BGM, Jumlah Balita, Balita BGM

    tahun 2012

    51

    4.6 Jumlah Pra Usila dan Usia Lanjut diKabupaten Lamongan

    tahun 2012

    54

    4.7 TUPM yang diperiksa dan Yang Memenuhi Syarat

    Kesehatan di Kabupaten Lamongan Tahun 2012

    61

    5.1 Jumlah Posyandu di Kabupaten Lamongan tahun 2012 65

    5.2 Proporsi Anggaran di Kabupaten Lamongan tahun 2012 67

  • 1

    Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,Dinas Kesehatan

    terus berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

    bermutu. Namun pembangunan kesehatan masih menghadapi berbagai tantangan,

    antara lain masih terjadinya kesenajangan status kesehatan masyarakat antar wilayah,

    antar status sosial ekonomi, munculnya berbagai masalah kesehatan/penyakit baru

    (new emerging desease) atau penyakit lama muncul kembali (re-emerging desease).

    Indonesia sebagai salah satu negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa

    (PBB) dengan beberapa negara di dunia telah berkomitmen untuk mencapai

    Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium pada

    tahun 2015 untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk. Tujuan bersama dalam

    MDGs tersebut meliputi 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2) Mencapai

    pendidikan dasar untuk semua; 3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan

    perempuan; 4) Menurunkan angka kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu; 6)

    Memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; 7)

    Kelestarian lingkungan hidup: dan 8) Membangun kemitraan global dalam

    pembangunan. Dari 8 tujuan MDGs tersebut, 5 diantaranya terkait dengan bidang

    kesehatan yaitu MDGs 1,4,5,6, dan 7.

    Untuk mengukur keberhasilan Pembangunan Kesehatan khususnya Kabupaten

    Lamongan yang tercermin dalam ”Terwujudnya Masyarakat Lamongan yang Mandiri

    untuk Hidup Sehat” adalah melalui upaya kesehatan prioritas yang berhubungan

    dengan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebagai berikut :

  • 2

    1. MDGs yang pertama adalah Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan;

    dilakukan dengan upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi

    buruk,

    2. MDGs yang keempat adalah Menurunkan angka kematian anak; dilakukan

    dengan upaya menurunkan angka kematian balita,

    3. MDGs yang kelima adalah Meningkatkan kesehatan ibu; dilakukan

    dengan upaya menurunkan angka kematian ibu dan mewujudkan akses

    kesehatan reproduksi bagi semua,

    4. MDGs keenam adalah Memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria, dan

    penyakit menular lainnya; dilakukan dengan upaya mengendalikan

    penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS, Upaya

    mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang

    membutuhkan, Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah

    kasus baru Malaria dan TB,

    5. MDGs yang ketujuh Kelestarian lingkungan hidup; dilakukan dengan

    upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan

    sanitasi dasar yang layak.

    Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut,

    salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi

    proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Profil Kesehatan

    Kabupaten Lamongan dapat digunakan sebagai sarana untuk memantau dan

    mengevaluasi pencapaian program.

    Profil Kesehatan berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan,

    sember daya kesehatan serta data/informasi lainnya yang yang menggambarkan

  • 3

    kinerja sektor kesehatan di Kabupaten Lamongan, baik pemerintah maupun swasta

    selama satu tahun serta diharapkan dapt meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

    Indonesia, khususnya Kabupaten Lamongan, yang diuraikan secara singkat sebagai

    berikut :

    - Bab I : Pendahuluan

    Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan

    serta Sistematika Penyajiannya.

    - Bab II : Ganbaran Umum Dan Perilaku Penduduk

    Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Lamongan. Selain uraian

    tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya.

    - Bab III : Situasi Derajat Kesehatan

    Bab ini berisi tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan

    dan sumber daya kesehatan lainnya.

    - Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan

    Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan

    rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi

    masyarakat serta pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.

    - Bab V : Situasi Sumber daya Kesehatan

    Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan

    kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

    - Bab VI : Kesimpulan

    - Lampiran

  • 4

    BAB II

    GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

    II.1 Kondisi Geografis Walayah Kabupaten Lamongan

    Kabupaten Lamongan merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di

    Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan terletak di antara 6º 51’ 54” sampai

    dengan 7º 23’ 6” Lintang Selatan dan antara 112º 4’ 41” sampai dengan 112º 33’

    12” Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.812,80 Km2

    atau 181.280 Ha yang

    sebagian terdiri dari daratan rendah serta dibelah oleh Sungai Bengawan Solo

    yang panjangnya ± 65 Km2 dan memiliki pantai sepanjang ± 47 Km

    2

    Batas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara : Laut Jawa

    2. Sebelah Timur : Kabupaten Gresik

    3. Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto

    4. Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

    Secara administratif, Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, 12

    Kelurahan, 462 Desa. Jumlah Dusun sebanyak 1.432 Dusun dan Jumlah RT

    (Rukun Tetangga) sebanyak 6.884 RT.

  • 5

    Gambar 2.1 Peta Kabupaten Lamongan

    BrondongPaciran

    Solokuro

    Laren

    Maduran

    Sekaran Turi

    Babat PucukLamongan

    Sukorame

    Bluluk

    Mod

    o

    Karangbinangun

    TURI 2

    Sukodadi

    Glagah

    Deket 2

    Kedungpring

    Ngimbang Sambeng

    SugioTikung

    Mantup

    Kembangbahu

    KarangGeneng

    1

    Kalitengah

    LAUT JAWA

    KABUPATEN TUBAN

    KABUPATEN

    BOJONEOGORO

    KABUPATEN JOMBANG

    KABUPATEN

    MOJOKERTO

    KABUPATEN

    GRESIK

    PETA PER KECAMATANDI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013

    SariRejo

    Kedung

    pring

    Modo

    Suko

    dadi

    Tikung

    Moropelang

    Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Sambeng yaitu

    195,44 Km2. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah

    Kecamatan Maduran dengan luas 30,15 Km2.

    Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian

    wilatah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri

    dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas

    50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15%

    berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang garis pantai

    sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut bila dihitung 4 mil dari garis pantai

    kearah laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 302,5 Km.

    Dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan

    merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,45% lahannya adalah datar

  • 6

    atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan Lamongan, Deket,

    Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah,

    Karangbinangun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo Dan

    Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya sangat curam, atau kurang

    dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih.

    Klimatologi Kabupaten lamongan adalah daerah dengan iklim tropis yang

    dapat dibedakan atas dua (2) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

    Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan April. Sedangkan

    untuk bulan yang lain curah hujan relatif rendah. Suhu rata-rata di Kabupaten

    Lamongan adalah sebagai berikut :

    Permukiman : 13.030,00 Ha

    Sawah Irigasi : 45.841,00 Ha

    Sawah Tadah Hujan : 33.479,00 Ha

    Perkebunan : 9.919,14 Ha

    Hutan : 33.717,30 Ha

    Hutan Rakyat :7.098,10 Ha

    Tambak : 1.380,05 Ha

    Sungai : 9.760,00 Ha

    Waduk : 8.719,50 Ha

    Tegalan/Ladang :12.138,91 Ha

    Pertambangan :1.200,00 Ha

    Peruntukan Lainnya : 5.997,00 Ha

    Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan

    181.280 ha, terdiri dari daratan rendah berawal dengan ketinggian 0 – 25 m seluas

    50,17 % dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25 – 100 m seluas 45,68

    % dan sisanya 4,15 % merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Secara

    garis besar wilayah kabupaten Lamongan dibedakan menjadi tiga karakteristik :

    1. Bagian tengah-selatan, merupakan daratan rendah yang relatif subur,

    membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sagio, Sukodadi, Pucuk,

    Sarirejo dan Kembangbahu.

  • 7

    2. Bagian Selatan dan Utara, merupakan daerah pegunungan kapur berbatuan,

    tingkat kesuburan tanahnya katagori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup,

    Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan

    Solokuro.

    3. Bagian tengah – Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari Kecamatan

    Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun

    dan Glagah.

    II.1.1 Iklim

    Ditinjau dari keadaan iklim, wilayah kabupaten Lamongan tergolong

    beriklim tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember sampai

    dengan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei Sampai

    dengan Oktober. Temperatur suhu udara rata – rata 20 - 32º C.

    II.1.2 Wilayah Administrasi

    NO Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jarak ke Ibukota

    kabupataen (km)

    1 2 3 4

    01

    02

    03

    04

    05

    06

    07

    08

    09

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    Sukorame

    Bluluk

    Ngimbang

    Sambeng

    Mantup

    KembangBahu

    Sugio

    Kedungpring

    Modo

    Babat

    Pucuk

    Sukodadi

    Lamongan

    Tikung

    Sarirejo

    Deket

    Glagah

    Karangbinangun

    Sukorame

    Bluluk

    Sendangrejo

    Ardirejo

    Mantup

    Kembangbahu

    Sugio

    Kedungpring

    Mojorejo

    Bedahan

    Pucuk

    Sukodadi

    Lamongan

    Bakalanpule

    Dermolemaabang

    Deketwetan

    Glagah

    Sambopinggiran

    51

    41

    39

    31

    19

    14

    17

    29

    37

    27

    17

    11

    0

    8

    14

    4

    14

    16

  • 8

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    Turi

    Kalitengah

    Karanggeneng

    Sekaran

    Maduran

    Laren

    Solokuro

    Paciran

    Brondong

    Sukoanyar

    Dibee

    Karangeneng

    Bulutengger

    Maduran

    Gampangsejati

    Panyaman

    Paciran

    Brondong

    6

    25

    24

    22

    27

    36

    39

    44

    50

    II.2 Kependudukan

    Sesuai dengan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2013 jumlah

    penduduk Kabupaten Lamongan tercatat sebesar 1.200.558 jiwa, dengan

    tingkat kepadatan 662.07 jiwa per km2. Puskesmas yang memiliki kepadatan

    penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar 2.094 jiwa per km2

    dan Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah Puskesmas Sambeng

    yaitu 250.01 jiwa per km2. Dari wilayah kerja UPT Puskesmas tercatat yang

    memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Puskesmas Lamongan yaitu sebesar

    66.392 jiwa, dengan kepadatan 1.644,18 jiwa per km2 sedangkan UPT

    Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah UPT Puskesmas Sukorame

    yaitu 20.411 jiwa dengan kepadatan 492.19 jiwa per km2.

    Komposisi penduduk Kabupaten Lamongan menurut kelompok umur,

    menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda laki-laki (0-14 tahun)

    sebesar 138.980 (11.6%) sedangkan penduduk yang berusia muda perempuan

    sebesar 132.389 (11.03%), yang berusia produktif laki-laki (15-64 tahun)

    sebesar 404.046 (33.65%) sedangkan berusia produktif perempuan (15 – 64

    tahun ) sebesar 429.684 (35,79%), dan yang berusia tua laki-laki (> 65 tahun)

    sebesar 38.975 (3.25 % ) sedangkan yang berusia tua perempuan (≥ 65 tahun)

    sebesar 56.484 (4.7% ). Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan

    (Dependency Ratio) penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 sebesar

    44.00.

    Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk

    perempuan, yaitu masing-masing sebesar 582.001 jiwa penduduk laki-laki dan

  • 9

    618.557 jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat berdasarkan rasio menurut

    jenis kelamin rata-rata sama berkisar antara 94,05 sampai 94,10.

    Untuk komposisi penduduk Kabupaten Lamongan jika dirinci

    menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki

    maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 15 – 19

    tahun.

    Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari

    gambar berikut.

    Gambar 2.2 PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN LAMONGAN TAHUN

    2013

    Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin (berdasarkan data hasil

    Survey puskesmas) tercatat sebesar 613.326 jiwa atau 51.09 % dari total

    penduduk. Angka tersebut dapat diketahui dari tabel bahwa jumlah masyarakat

    miskin di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan dibanding dengan

    tahun lalu. Hal itu disebabkan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten

    Lamongan. Untuk persentase jumlah penduduk miskin terbanyak adalah

    Kecamatan Sugio yaitu sebanyak 28.746 jiwa atau 5.27% dan terendah

    PEREMPUAN LAKI-LAKI

    70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

    < 1 1 - 4

    5 - 9 10 - 14 15 - 19

    20 - 24 25 - 29

    30 - 34 35 - 39 40 - 44

    45 - 49 50 - 54

    55 - 59 60 - 64 65 - 69

    70 - 74 75+

  • 10

    Puskesmas Karangkembang sebesar 2.623 jiwa atau 0.48% dari total penduduk

    miskin.

    II.3 Sosial Ekonomi

    KONDISI EKONOMI

    A. POTENSI UNGGULAN DAERAH

    Hasil analisa komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data

    produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar

    daerah di Propinsi Jawa Timur 938 kabupaten/kota) dengan menggunakan 2

    (dua) indikator utama yaitu Statis Location Quotion (SLQ) dan Dynamic

    Location Quotion (DLQ), maka dapat diketahui sektor-sektor unggulan

    daerah di Kabupaten Lamongan. Adapun sektor unggulan Kabupaten

    Lamongan tersebut antara lain :

    1. Potensi Sektor Pertanian

    a. Pertanian

    Potensi unggulan Kabupaten Lamongan sampai dengan tahun

    2013 masih didominasi oleh sektor pertanian khususnya sub sektor

    tanaman bahan makanan dan sub sektor perikanan. Sub sektor

    tanaman bahan makanan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB

    Kabupaten Lamongan selain itu juga menjadi salah satu penyumbang

    beras terbesar di Provinsi Jawa Timur.

    Setelah sektor pertanian, pada tahun 2013 sub sektor tanaman

    bahan makanan di dukung oleh total luas tanam Padi 143.425 hektar,

    mampu memproduksi 967.497 ton GKG. Jumlah Produksi gabah

    tersebut meningkat jika dibandingkan tahun 2012 yang sebesar

    911.853 ton GKG atau naik 2,96%.

    b. Perikanan

    Kabupaten Lamongan yang memiliki potensi pantai sepanjang

    47 km yang berada di wilayah Kecamatan Brondong dan Paciran.

  • 11

    Sawah tambak dan perairan yang cukup luas adalah salah satu

    wilayah yang mempunyai potensi sumber daya perikanan yang

    terbesar di Jawa Timur. Produksi perikanan pada tahun 2013 sebesar

    112.384,38 ton yang terdiri dari perikanan tangkap, perikanan umum

    dan budidaya meningkat 1,32% dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya yang mencapai 109.457,97 ton.

    2. Potensi Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor

    Sektor perdagangan, hotel dan restaoran merupakan penyumbang

    terbesar kedua terhadap perekonomian di Kabupaten Lamongan. Dengan

    di dukung oleh kondisi infrastruktur yang baik ternyata sektor

    perdagangan, hotel dan restoran mampu mendongkrak nilai PDRB

    Kabupaten Lamongan. Kontribusi terbesar pada sektor perdagangan,

    hotel dan restoran terutama pada sub sektor perdagangan besar dan

    eceran.

    Sub sektor perdagangan besar dan eceran mampu memberikan

    kontribusi kepada PDRB ADHB (estimasi) sebesar Rp

    6.033.336.630.000,00 atau sebesar 34,24% meningkat dibandingkan

    dengan tahun sebelum yang mencapai Rp 4.982.423.400.000,00 atau

    sebesar 32,48%. Meningkatnya kontribusi sektor ini sangat dipengaruhi

    oleh meningkatnya aktivitas perdagangan pada kawasan perdagangan

    seperti Kecamatan Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan dan Deket.

    Disamping itu, dengan meningkatnya perekonomian daerah telah

    memunculkan pusat perdagangan baru misalnya di Kecamatan

    Ngimbang dan Karanggeneng, hal ini tidak lepas dari peran pemerintah

    Kabupaten Lamongan melalui pembangunan fasilitas perdagangan

    antara lain berupa pasar tradisional milik daerah maupun pasar desa.

    3. Potensi Sektor Jasa-jasa

    Sektor jasa-jasa pada tahun 2013 mampu memberikan kontribusi

    terhadap PDRB ADHB (estimasi) sebesar Rp 1.610.208,79 atau sebesar

    9,27%, kontribusi sektor ini dipengaruhi oleh berkembangnya sub sektor

  • 12

    Pemerintahan Umum yang terdiri dari administrasi pemerintahan dan

    pertahanan dan jasa pemerintah lainnya mampu memberikan kontribusi

    sebesar Rp 824.081,29 atau sebesar 4,68% dari PDRB ADHB dan sub

    sektor swasta yang terdiri dari sosial kemasyarakatan, hiburan dan

    rekreasi serta perorangan dan rumah tangga mampu memberikan

    kontribusi sebesar Rp 786.127,49 atau sebesar 4,46% dari PDRB ADBH.

    Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisata pada obyek wisata di

    Kabupaten Lamongan tercatat sejumlah 2.334.429 orang. Secara

    keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 20,61% dari tahun 2012 yaitu

    sebesar 1.536.758 orang. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh semakin

    ketatnya persaingan industri pariwisata dan munculnya destinasi-

    destinasi wisata baru di Jawa Timur.

    4. Potensi Sektor Industri Pengolahan

    Trend kontribusi sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun

    mengalami peningkatan. Kontribusi sektor ini pada tahun 2013 sebesar

    Rp 922.452,46 atau 5,23% dari PDRB ADHB (estimasi) meningkat

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 787.112,77.

    Besarnya kontribusi ini tidak lepas dari upaya Pemerintah Kabupaten

    Lamongan dalam pengembangan industri melalui penyediaan kawasan-

    kawasan industri antara lain kawasan industry Sidomukti,

    Kandangsemangkon, Sumberagung, dan Sidokelar serta penyediaan

    infrastruktur yang memadai.

    Disamping itu dalam rangka mengembangkan potensi pertanian

    yang ada, maka Pemerintah Kabupaten Lamongan berupaya untuk

    mengembangkan agroindustri/industri berbasis pertanian terutama

    diwilayah agropolitan, hal ini dimaksudkan agar adanya peningkatan

    nilai tambah/value added terhadap komoditi pertanian. Demikian pula

    untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM) maupun Industri Rumah

    Tangga (IRT) yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan tidak luput

    dari perhatian pemerintah melalui pemberian bantuan modal, alat dan

  • 13

    peningkatan SDM. Melalui upaya tersebut diharapkan adanya

    peningkatan kuantitas dan kualitas produk IKM atau IRT.

    B. PERTUMBUHAN EKONOMI/PDRB

    Produk Domestik regional Bruto Atas Dasar harga Berlaku (PDRB

    ADBH) Kabupaten Lamongan Tahun 2013 mencapai rp 17.622.634,54

    sedangkan pada tahun 2012 mencapai Rp 15.339.105,69. Adapn PDRB

    ADHB Kabupaten sebagai berikut :

    Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

    (PDRB ADHB) Kabupaten Lamongan tahun 2012 mencapai Rp.

    15.328.482.87 sedangkan pada tahun 2011 mencapai Rp. 13.460.955.00.

    Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil maka

    digunakan angka PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Sebagai tolok

    ukur atas keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi, angka

    pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari perubahan nilai Produk

    Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari

    tahun sekarang dengan tahun sebelumnya.

    Adapun Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

    Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten Lamongan tahun 2012 dan masih

    merupakan angka estimasi adalah sebesar Rp.7.097.271.49 atau tumbuh

    sebesar 3.39% dari tahun 2011 sebesar Rp.6.625.823.03 sebagaimana tabel

    berikut :

    PDRB Kabupaten Lamongan Tahun 2008–2013

    Menurut Harga Berlaku

    Dalam Rupiah

    LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    1. PERTANIAN 4.216.330,44 4.748.551,66 5.292.774,75 5.730.111,64 6.398.177,46 7.030.096,80

    a. Tanaman Bahan Makanan 2.626.880,91 2.947.166,52 3.205.132,26 3.394.725,60 3.837.830,47 4.231.264,59

    b. Tanaman Perkebunan 80.163,71 95.494,24 109.285,87 127.396,07 140.639,01 155.384,79

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 144.339,82 153.643,90 180.344,21 202.629,02 223.466,98 236.373,08

    d. Kehutanan 9.801,28 4.526,56 3.026,56 3.235,94 3.394,36 3.588,84

  • 14

    e. Perikanan 1.355.144,71 1.547.720,45 1.794.985,85 2.002.125,01 2.192.846,63 2.403.485,50

    2. PERTAMBANGAN &

    PENGGALIAN 20.329,96 22.159,65 24.022,51 28.046,97 31.725,93 38.034,01

    a. Minyak dan Gas Bumi - - - - 0,00 -

    b. Pertambangan tanpa Migas - - - - 0,00 -

    c. Penggalian 20.329,96 22.159,65 24.022,51 28.046,97 31.725,93 38.034,01

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 447.516,60 514.652,51 592.980,10 699.680,02 787.112,77 922.452,46

    a. Industri Migas - - - - 0,00 -

    1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - 0,00 -

    2. Gas Alam Cair - - - - 0,00 -

    b. Industri Tanpa Migas 447.516,60 514.652,51 592.980,10 699.680,02 787.112,77 922.452,46

    1. Makanan, Minuman dan

    Tembakau 208.770,78

    250.549,52 298.750,99 360.952,99 409.333,69 490.817,27

    2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas

    kaki 72.561,00

    81.430,27 91.251,91 106.648,70 118.927,69 139.714,87

    3. Brg. Kayu & Hasil Hutan

    lainnya 105.486,15

    116.034,77 128.958,94 150.625,86 169.387,46 191.670,60

    4. Kertas dan Barang Cetakan 5.859,82 6.563,00 7.450,56 8.528,57 9.235,36 10.733,43

    5. Pupuk, Kimia & Brg. dari

    Karet 17.623,42

    19.284,83 21.982,78 23.256,39 25.518,98 28.022,08

    6. Semen & Brg. Galian bukan

    logam 14.851,64

    15.930,87 17.742,57 19.976,47 22.052,41 25.405,63

    7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - 0,00 -

    8. Alat Angk., Mesin &

    Peralatannya -

    - - - 0,00 -

    9. Barang lainnya 22.363,78 24.859,25 26.842,36 29.691,04 32.657,20 36.088,57

    4. LISTRIK, GAS & AIR

    BERSIH 74.747,72 80.923,37 94.464,52 105.350,12 112.206,36 121.594,67

    a. Listrik 70.121,78 75.864,75 88.905,91 99.553,44 105.800,89 114.375,89

    b. Gas - - - - 0,00 -

    c. Air Bersih 4.625,94 5.058,61 5.558,61 5.796,68 6.405,48 7.218,78

    5. BANGUNAN 281.253,58 297.941,62 320.941,62 367.351,29 431.594,40 513.696,71

    6. PERDAG., HOTEL &

    RESTORAN 2.710.381,64 3.170.165,48 3.689.881,82 4.507.274,27 5.313.824,62 6.417.215,62

    a. Perdagangan Besar & Eceran 2.502.235,25 2.938.199,40 3.436.149,89 4.212.080,54 4.982.423,40 6.033.336,63

    b. Hotel 4.527,58 6.070,02 9.772,65 11.295,84 12.282,72 13.432,61

    c. Restoran 203.618,81 225.896,07 243.959,28 283.897,89 319.118,50 370.446,38

    7. PENGANGKUTAN &

    KOMUNIKASI 192.506,40 217.410,75 248.672,45 277.759,24 307.817,89 358.891,34

    a. Pengangkutan 110.742,45 123.548,37 141.293,06 154.940,23 169.197,92 202.106,32

    1. Angkutan Rel 5.018,65 6.022,38 7.168,98 7.937,48 8.827,36 9.677,78

    2. Angkutan Jalan Raya 84.857,29 89.091,59 100.285,05 107.197,00 116.883,19 141.770,57

    3. Angkutan Laut 588,66 741,42 834,54 926,28 1.031,31 1.232,35

    4. Angk. Sungai, Danau &

    Penyebr. -

    - - - 0,00 -

    5. Angkutan Udara - - - - 0,00 -

    6. Jasa Penunjang Angkutan 20.277,85 27.692,98 33.004,49 38.879,47 42.456,05 49.425,63

    b. Komunikasi 81.763,94 93.862,38 107.379,39 122.819,01 138.619,97 156.785,03

    1. Pos dan Telekomunikasi 69.385,54 80.369,92 92.200,37 105.506,07 119.434,36 135.287,49

    2. Jasa Penunjang Komunikasi 12.378,41 13.492,46 15.179,02 17.312,94 19.185,61 21.497,53

    8. KEU. PERSEWAAN, &

    JASA PERUSAHAAN 302.771,31 341.878,97 409.909,39 480.868,38 534.145,68 610.444,13

    a. Bank 65.235,25 76.800,57 89.296,19 104.483,58 113.269,30 122.673,24

    b. Lembaga Keuangan tanpa

    Bank 47.557,99 56.682,30 65.767,59 76.853,47 86.377,28 96.228,09

    c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - 0,00 -

    d. Sewa Bangunan 182.023,98 199.579,00 244.526,38 287.724,30 321.289,17 376.771,39

  • 15

    e. Jasa Perusahaan 7.954,08 8.817,10 10.319,24 11.807,03 13.209,92 14.771,41

    9. JASA-JASA 878.374,69 963.896,13 1.100.508,14 1.264.513,06 1.422.500,57 1.610.208,79

    a. Pemerintahan Umum 467.526,40 510.803,77 571.279,24 654.846,84 732.947,14 824.081,29

    1. Adm. Pemerintah &

    Pertahanan 467.526,40 510.803,77 571.279,24 654.846,84 732.947,14 824.081,29

    2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - 0,00 -

    b. Swasta 410.848,29 453.092,35 529.228,90 609.666,22 689.553,42 786.127,49

    1. Sosial Kemasyarakatan 135.602,90 151.042,19 185.422,46 220.495,62 251.506,00 288.445,82

    2. Hiburan & Rekreasi 21.089,10 27.561,37 35.006,55 36.054,98 40.128,35 44.823,38

    3. Perorangan & Rumahtangga 254.156,29 274.488,79 308.799,89 353.115,61 397.919,07 452.858,29

    PDRB DENGAN MIGAS 9.124.212,33 10.357.580,14 11.774.155,30 13.460.955,00 15.339.105,69 17.622.634,54

    PDRB TANPA MIGAS 9.124.212,33 10.357.580,14 11.774.155,30 13.460.955,00 15.339.105,69 17.622.634,54

    Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Lamongan

    Tahun 2008–2013

    Menurut Harga Berlaku

    LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    1. PERTANIAN 46,21 45,85 44,95 42,57 41,71 39,89

    a. Tanaman Bahan Makanan 28,79 28,45 27,22 25,22 25,02 24,01

    b. Tanaman Perkebunan 0,88 0,92 0,93 0,95 0,92 0,88

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,58 1,48 1,53 1,51 1,46 1,34

    d. Kehutanan 0,11 0,04 0,03 0,02 0,02 0,02

    e. Perikanan 14,85 14,94 15,25 14,87 14,30 13,64

    2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,22 0,21 0,20 0,21 0,21 0,22

    a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -

    b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - -

    c. Penggalian 0,22 0,21 0,20 0,21 0,21 0,22

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,90 4,97 5,04 5,20 5,13 5,23

    a. Industri Migas - - - - - -

    1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - -

    2. Gas Alam Cair - - - - - -

    b. Industri Tanpa Migas 4,90 4,97 5,04 5,20 5,13 5,23

    1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,29 2,42 2,54 2,68 2,67 2,79

    2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,80 0,79 0,78 0,79 0,78 0,79

    3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,16 1,12 1,10 1,12 1,10 1,09

    4. Kertas dan Barang Cetakan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

    5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,19 0,19 0,19 0,17 0,17 0,16

    6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,14

    7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - -

    8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya - - - - - -

    9. Barang lainnya 0,25 0,24 0,23 0,22 0,21 0,20

    4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,82 0,78 0,80 0,78 0,73 0,69

    a. Listrik 0,77 0,73 0,76 0,74 0,69 0,65

    b. Gas - - - - - -

    c. Air Bersih 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04

    5. BANGUNAN 3,08 2,88 2,73 2,73 2,81 2,91

    6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 29,71 30,61 31,34 33,48 34,64 36,41

  • 16

    a. Perdagangan Besar & Eceran 27,42 28,37 29,18 31,29 32,48 34,24

    b. Hotel 0,05 0,06 0,08 0,08 0,08 0,08

    c. Restoran 2,23 2,18 2,07 2,11 2,08 2,10

    7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2,11 2,10 2,11 2,06 2,01 2,04

    a. Pengangkutan 1,21 1,19 1,20 1,15 1,10 1,15

    1. Angkutan Rel 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05

    2. Angkutan Jalan Raya 0,93 0,86 0,85 0,80 0,76 0,80

    3. Angkutan Laut 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

    4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. - - - - - -

    5. Angkutan Udara - - - - - -

    6. Jasa Penunjang Angkutan 0,22 0,27 0,28 0,29 0,28 0,28

    b. Komunikasi 0,90 0,91 0,91 0,91 0,90 0,89

    1. Pos dan Telekomunikasi 0,76 0,78 0,78 0,78 0,78 0,77

    2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,12

    8. KEU. PERSEWAAN, & JASA

    PERUSAHAAN 3,32 3,30 3,48 3,57 3,48 3,46

    a. Bank 0,71 0,74 0,76 0,78 0,74 0,70

    b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,52 0,55 0,56 0,57 0,56 0,55

    c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -

    d. Sewa Bangunan 1,99 1,93 2,08 2,14 2,09 2,14

    e. Jasa Perusahaan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08

    9. JASA-JASA 9,63 9,31 9,35 9,39 9,27 9,14

    a. Pemerintahan Umum 5,12 4,93 4,85 4,86 4,78 4,68

    1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 5,12 4,93 4,85 4,86 4,78 4,68

    2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - -

    b. Swasta 4,50 4,37 4,49 4,53 4,50 4,46

    1. Sosial Kemasyarakatan 1,49 1,46 1,57 1,64 1,64 1,64

    2. Hiburan & Rekreasi 0,23 0,27 0,30 0,27 0,26 0,25

    3. Perorangan & Rumahtangga 2,79 2,65 2,62 2,62 2,59 2,57

    PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Berdasarkan tabel tersebut nampak bahwa PDRB ADHB Kabupaten

    Lamongan didominasi dari sektor pertanian yang mencapai 39,89%;

    perdagangan, Hotel dan restoran 36,41%; Jasa-jasa 9,14%; Industri

    Pengolahan 5,23%; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,46%;

    Bangunan/Konstruksi 2.91%; Angkutan dan Komunikasi 2,04%; Gas dan

    Air Bersih 0.69% dan Pertambangan dan Penggalian 0,22%.

    Dari hasil PDRB tahun 2013 telah diketahui bahwa total nilai PDRB

    atas dasar harga konstan Kabupaten Lamongan sebesar Rp

    7.584230.310.000,00 (estimasi) sedangkan tahun 2012 telah sebesar Rp

    7.098.168.750.000,00. Apabila dilihat dari pertumbuhan PDRB Kabupaten

    Lamongan, pada tahun 2013 tumbuh menjadi 6,85%. Pertumbuhan

  • 17

    ekonomi Kabupaten Lamongan diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang

    hanya 5,78% maupun Propinsi Jawa Timur sebesar 6,55%. Untuk lebih

    jelasnya mengenai laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan dalam

    waktu empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamongan

    Tahun 2009 – 2013 (%)

    6,31

    6,89

    7,027,13

    6,85

    6,2

    6,4

    6,6

    6,8

    7

    7,2

    7,4

    7,6

    2009 2010 2011 2012 2013

    Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten LamonganTahun 2009 - 2013 (%)

    Pertumbuhan PDRB

    Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan pada tahun 2013

    mengalami sedikit perlambatan, hal ini dipengaruhi oleh perlambatan

    perekonomian di tingkat nasional dan regional yang disebabkan oleh :

    1) Belum pulihnya kondisi ekonomi global terutama perekonomian

    Amerika dan Eropa

    2) Pelemahan nilai tukar rupiah

    3) Kenaikan suku bunga perbankan

    4) Dampak dari kenaikan harga BBM

    5) Produksi sector pertanian mengalami perlambatan, karena penurunan

    produksi serta kenaikan biaya antara/biaya produksi.

  • 18

    Secara umum, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten

    Lamongan masih lebih baik dibandingkan Nasional dan Regional, hal ini

    didukung sector industry dan perdagangan yang terus tumbuh, sedangkan

    sektor pertanian mengalami perlambatan tetapi lebih baik daripada tingkat

    nasional dan regional. Selain upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

    Pemerintah Kabupaten Lamongan terus berupaya melakukan pemerataan

    pembangunan serta pemberdayaan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang

    tinggi tidak akan berarti tanpa adanya pemerataan pembangunan oleh

    karena itu Pemerintah Kabupaten Lamongan bertekad membangun

    ekonomi masyarakat dengan berbasis pada pedesaan. Hal ini bukan berarti

    meninggalkan perkotaan yang selama ini telah digarap, tetapi keberpihakan

    kepada masyarakat pedesaan perlu dilakukan agar tidak ada ketimpangan

    yang mencolok antara kota dan desa. Program gemerlap ini bersifat

    penguatan yang mendorong potensi ekonomi masyarakat bisa berkembang

    dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya

    mengembangkannya.

    Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan sangat dipengaruhi

    oleh pertumbuhan sektor pertanian, industry pengolahan dan perdagangan,

    hotel dan restoran serta jasa-jasa. Sektor-sektor ini mendominasi struktur

    perekonomian di Kabupaten Lamongan, sehingga peningkatan

    pertumbuhan maupun perlambatan atas sektor ini sangat mempengaruhi

    terhadap pertumbuhan maupun perlambatan perekonomian di Kabupaten

    Lamongan.

    Adapun PDRB ADHK Kabupaten sebagai berikut :

    PDRB Kabupaten Lamongan Tahun 2008–2013

    Menurut Harga Konstan

    Dalam Rupiah

    LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    1. PERTANIAN 2.859.095,91 2.996.968,48 3.135.747,71 3.209.766,22 3.382.337,18 3.506.503,74

    a. Tanaman Bahan Makanan 1.799.795,04

    1.852.165,53 1.899.536,28 1.838.367,97 1.947.493,49 2.010.376,27

    b. Tanaman Perkebunan 70.105,85 74.665,04 76.296,36 82.569,45 84.463,17 86.071,79

  • 19

    c. Peternakan dan Hasil-

    hasilnya 85.865,96

    89.286,30 96.333,72 104.577,42 109.088,48 110.096,80

    d. Kehutanan 4.325,75 1.859,94 1.224,57 1.227,73 1.229,44 1.232,11

    e. Perikanan 899.003,31

    978.991,67 1.062.356,78 1.183.023,66 1.240.062,60 1.298.726,77

    2. PERTAMBANGAN &

    PENGGALIAN 8.768,46 8.847,94 8.978,56 9.942,18 10.644,38 11.853,45

    a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -

    b. Pertambangan tanpa

    Migas -

    - - - - -

    c. Penggalian 8.768,46 8.847,94 8.978,56 9.942,18 10.644,38 11.853,45

    3. INDUSTRI

    PENGOLAHAN 281.373,65 301.444,97 324.437,74 363.511,48 387.507,69 423.872,39

    a. Industri Migas - - - - - -

    1. Pengilangan Minyak

    Bumi -

    - - - - -

    2. Gas Alam Cair - - - - - -

    b. Industri Tanpa Migas 281.373,65 301.444,97 324.437,74 363.511,48 387.507,69 423.872,39

    1. Makanan, Minuman dan

    Tembakau 135.125,83

    150.367,85 165.957,87 190.538,89 205.491,92 229.952,74

    2. Tekstil, Brg. Kulit &

    Alas kaki 48.363,62

    50.572,23 53.301,69 58.866,01 62.200,15 67.951,24

    3. Brg. Kayu & Hasil

    Hutan lainnya 59.312,57

    60.364,02 62.939,74 69.199,64 72.447,96 75.384,70

    4. Kertas dan Barang

    Cetakan 3.697,42

    3.918,07 4.291,16 4.695,09 4.880,88 5.343,19

    5. Pupuk, Kimia & Brg.

    dari Karet 9.400,65

    9.648,15 10.680,31 10.851,74 11.422,69 11.975,01

    6. Semen & Brg. Galian

    bukan logam 11.707,42

    12.370,19 12.844,12 14.112,56 14.942,86 16.303,45

    7. Logam Dasar Besi &

    Baja -

    - - - - -

    8. Alat Angk., Mesin &

    Peralatannya -

    - - - - -

    9. Barang lainnya 13.766,14 14.204,45 14.422,84 15.247,55 16.121,22 16.962,06

    4. LISTRIK, GAS & AIR

    BERSIH 61.841,15 65.806,97 69.623,70 75.199,72 78.205,69 82.894,80

    a. Listrik 59.697,47 63.567,47 67.260,35 72.856,40 75.749,59 80.244,21

    b. Gas - - - - - -

    c. Air Bersih 2.143,68 2.239,51 2.363,35 2.343,32 2.456,11 2.650,60

    5. BANGUNAN

    148.906,84

    153.787,13 159.169,68 173.652,84 191.212,95 210.609,57

    6. PERDAG., HOTEL &

    RESTORAN 1.345.567,31 1.472.494,76 1.617.554,02 1.826.266,21 2.012.724,35 2.227.608,55

    a. Perdagangan Besar &

    Eceran 1.204.139,71

    1.325.511,86 1.466.817,01 1.659.839,83 1.834.537,56 2.034.310,77

    b. Hotel 1.263,50 1.385,46 1.692,67 1.854,13 1.927,68 1.990,31

    c. Restoran 140.164,10

    145.597,45 149.044,34 164.572,25 176.259,10 191.307,47

    7. PENGANGKUTAN &

    KOMUNIKASI 95.442,76 102.842,72 109.866,66 117.726,62 124.738,94 132.250,61

    a. Pengangkutan 57.096,30 61.823,58 65.756,21 70.171,31 74.075,95 78.187,92

    1. Angkutan Rel 1.856,83 2.067,98 2.282,46 2.426,91 2.530,49 2.592,98

    2. Angkutan Jalan Raya 45.968,20 47.714,01 50.000,03 52.648,02 55.824,89 58.941,75

    3. Angkutan Laut 368,88 397,07 416,08 433,86 452,25 474,69

    4. Angk. Sungai, Danau &

    Penyebr. -

    - - - - -

    5. Angkutan Udara - - - - - -

    6. Jasa Penunjang

    Angkutan 8.902,38 11.644,51 13.057,64 14.662,52 15.268,32 16.178,51

    b. Komunikasi 38.346,46 41.019,14 44.110,45 47.555,31 50.662,99 54.062,69

    1. Pos dan Telekomunikasi 31.959,58 34.187,17 36.665,74 39.321,86 41.916,58 44.697,85

  • 20

    2. Jasa Penunjang

    Komunikasi 6.386,88 6.831,97 7.444,71 8.233,45 8.746,41 9.364,84

    8. KEU. PERSEWAAN, &

    JASA PERUSAHAAN 187.361,87 207.471,87 232.843,30 261.531,05 279.848,73 302.606,37

    a. Bank 31.637,07 35.100,16 39.724,95 45.396,53 48.188,29 51.101,51

    b. Lembaga Keuangan tanpa

    Bank 32.514,73 35.868,06 40.405,23 45.555,41 49.366,54 52.771,95

    c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -

    d. Sewa Bangunan 119.477,51

    132.563,75 148.314,66 165.743,92 177.088,10 193.157,99

    e. Jasa Perusahaan 3.732,56 3.939,90 4.398,46 4.835,20 5.205,80 5.574,92

    9. JASA-JASA 459.787,76 482.430,25 532.845,12 588.226,72 630.948,83 686.030,83

    a. Pemerintahan Umum 231.568,61 243.512,18 263.642,29 285.216,69 303.824,41 327.494,15

    1. Adm. Pemerintah &

    Pertahanan 231.568,61

    243.512,18 263.642,29 285.216,69 303.824,41 327.494,15

    2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - -

    b. Swasta 228.219,15 238.918,07 269.202,83 303.010,03 327.124,43 358.536,68

    1. Sosial Kemasyarakatan 94.501,81

    100.840,08 123.339,82 142.194,80 154.479,14 171.463,94

    2. Hiburan & Rekreasi 11.891,90 14.043,30 17.062,21 16.889,41 17.829,45 18.889,85

    3. Perorangan &

    Rumahtangga 121.825,43

    124.034,70 128.800,79 143.925,81 154.815,83 168.182,88

    PDRB DENGAN MIGAS 5.448.145,70 5.792.095,10 6.191.066,48 6.625.823,03 7.098.168,75 7.584.230,31

    PDRB TANPA MIGAS 5.448.145,70 5.792.095,10 6.191.066,48 6.625.823,03 7.098.168,75 7.584.230,31

    Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Lamongan

    Tahun 2008–2013

    Menurut Harga Konstan

    LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    1. PERTANIAN 52,48 51,74 50,65 48,44 47,65 46,23

    a. Tanaman Bahan Makanan 33,04 31,98 30,68 27,75 27,44 26,51

    b. Tanaman Perkebunan 1,29 1,29 1,23 1,25 1,19 1,13

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,58 1,54 1,56 1,58 1,54 1,45

    d. Kehutanan 0,08 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02

    e. Perikanan 16,50 16,90 17,16 17,85 17,47 17,12

    2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,16 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16

    a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -

    b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - -

    c. Penggalian 0,16 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,16 5,20 5,24 5,49 5,46 5,59

    a. Industri Migas - - - - - -

    1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - -

    2. Gas Alam Cair - - - - - -

    b. Industri Tanpa Migas 5,16 5,20 5,24 5,49 5,46 5,59

    1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,48 2,60 2,68 2,88 2,89 3,03

    2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,89 0,87 0,86 0,89 0,88 0,90

    3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,09 1,04 1,02 1,04 1,02 0,99

    4. Kertas dan Barang Cetakan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07

    5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,17 0,17 0,17 0,16 0,16 0,16

  • 21

    6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21

    7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - -

    8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya - - - - - -

    9. Barang lainnya 0,25 0,25 0,23 0,23 0,23 0,22

    4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1,14 1,14 1,12 1,13 1,10 1,09

    a. Listrik 1,10 1,10 1,09 1,10 1,07 1,06

    b. Gas - - - - - -

    c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03

    5. BANGUNAN 2,73 2,66 2,57 2,62 2,69 2,78

    6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 24,70 25,42 26,13 27,56 28,36 29,37

    a. Perdagangan Besar & Eceran 22,10 22,88 23,69 25,05 25,85 26,82

    b. Hotel 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03

    c. Restoran 2,57 2,51 2,41 2,48 2,48 2,52

    7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,75 1,78 1,77 1,78 1,76 1,74

    a. Pengangkutan 1,05 1,07 1,06 1,06 1,04 1,03

    1. Angkutan Rel 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03

    2. Angkutan Jalan Raya 0,84 0,82 0,81 0,79 0,79 0,78

    3. Angkutan Laut 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

    4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. - - - - - -

    5. Angkutan Udara - - - - - -

    6. Jasa Penunjang Angkutan 0,16 0,20 0,21 0,22 0,22 0,21

    b. Komunikasi 0,70 0,71 0,71 0,72 0,71 0,71

    1. Pos dan Telekomunikasi 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59

    2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12

    8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 3,44 3,58 3,76 3,95 3,94 3,99

    a. Bank 0,58 0,61 0,64 0,69 0,68 0,67

    b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,60 0,62 0,65 0,69 0,70 0,70

    c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -

    d. Sewa Bangunan 2,19 2,29 2,40 2,50 2,49 2,55

    e. Jasa Perusahaan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07

    9. JASA-JASA 8,44 8,33 8,61 8,88 8,89 9,05

    a. Pemerintahan Umum 4,25 4,20 4,26 4,30 4,28 4,32

    1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 4,25 4,20 4,26 4,30 4,28 4,32

    2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - -

    b. Swasta 4,19 4,12 4,35 4,57 4,61 4,73

    1. Sosial Kemasyarakatan 1,73 1,74 1,99 2,15 2,18 2,26

    2. Hiburan & Rekreasi 0,22 0,24 0,28 0,25 0,25 0,25

    3. Perorangan & Rumahtangga 2,24 2,14 2,08 2,17 2,18 2,22

    PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Berdasarkan tabel tersebut Nampak bahwa, PDRB ADHK

    Kabupaten Lamongan didominasidari sektor pertanian yang mencapai

    46,23%; Perdagangan, Hotel dan Restoran 29,3%; Jasa-jasa 9,05%; Industri

    Pengolahan 5,59%; Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3,99%;

  • 22

    Bangunan/Kontruksi 2,78%; Angkutan dan Komunikasi 1,74%; Listrik, gas

    dan Air Bersih 1,09% dan Pertambangan & Penggalian 0,16%.

    II.4 Keadaan Lingkungan

    Rumah Sehat

    Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat

    perhatian khusus dalam menilai kondisi masyarakat. Sementara rumah menurut

    KEPMENKES RI NO. 829 / Menkes / SK / VII / 1989, Rumah merupakan salah

    satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tingga l / hunian

    yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup

    lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Rumah sehat adalah

    bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang

    memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,

    sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian

    rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

    Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan

    Kabupaten Lamongan, prosentase rumah yang diperiksa sebesar 79.28% dari

    rumah yang di periksa sebesar 238.954 atau rumah sehat sebesar 214.442

    (71.01%) dari seluruh rumah yang ada sebanyak 301.404. Dari data tersebut,

    cakupan terendah adalah Puskesmas Tikung sebesar 49,11%, sedangkan cakupan

    tertinggi adalah Puskesmas Sugio sebesar 99,29%. ( Tabel 62)

  • 23

    Gambar : 2.3 RUMAH SEHAT DI KABUPATEN LAMONGAN

    TAHUN 2013

    a. Pengolahan Makanan (TUPM) Sehat

    Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TPUM) merupakan suatu

    sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat

    penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain.

    Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan

    makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki

    sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,

    ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan ) yang sesuai dengan banyaknya

    pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.

    Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan puskesmas

    pada tahun 2013, menunjukkan bahwa jumlah TUPM yang ada sebanyak

    2.946 buah, yang diperiksa 1.895 (64.32 %). Dari TUPM yang diperiksa yang

    masuk katagori TUPM sehat sebanyak 1.523 buah (80.36%). ( Tabel 67 )

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    250000

    300000

    350000

    RUMAH YANG ADA RUMAH DIPERIKSA RUMAH SEHAT

    301057

    238954 214032

  • 24

    Gambar : 2.4 TUPM YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI

    SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN

    TAHUN 2013

    b. Akses Terhadap Air Minum

    Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan

    menurut ledeng, pompa sumur terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai,

    air hujan dan lainnya. Dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 320.455 yang

    diperiksa sebanyak 210.738 keluarga, sedangkan yang dapat mengakses air

    bersih sebanyak 210.738 keluarga (66%), dengan rincaian berturut-turut yang

    terbanyak menggunakan ledeng = 91,688 (29%), SGL = 70.211 (22%) diikuti

    pemakai sumber lainnya 29.091 (9%), SPT = 18.008 (6%), dan sisanya PAH =

    1.740 (1%). (Tabel 64)

    Gambar : 2.5 KELUARGA YANG MEMILIKI AKSES AIR BERSIH DI

    KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    YANG ADA YANG DIPERIKSA MEMENUHI SYARAT

    2946

    18951523

    LEDENG

    43%

    SPT

    9%

    SGL

    33%

    PAH

    1%

    LAINNYA

    14%

  • 25

    c. Sarana Sanitasi Dasar

    Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga

    meliputi persediaan air bersih ( PAB ), jamban, tempat sampah dan

    pengelolaan air limbah. Sesuai dengan data yang ada terdapat 320.456 KK dan

    seluruhnya telah diperiksa.

    Untuk PAB, jumlah KK yang diperiksa sebesar 210.738 (65,76%)

    dari jumlah KK yang ada sebesar 320.455 KK dan yang memiliki PAB

    sebanyak 220.939 KK (68,95%). Untuk jamban, jumlah KK diperiksa

    sebanyak 320.456 KK dan yang memiliki jamban sebanyak 244.676 (76,35%),

    dan jamban yang sehat dan memenuhi syarat berdasarkan data jumlah KK

    yang memiliki sebanyak 244.676 (100%). Sedangkan jamban sehat

    berdasarkan data jumlah KK yang diperiksa sebanyak 262.066 (81,78%).

    Untuk tempat sampah, jumlah KK yang diperiksa sebanyak 192.987 dan yang

    memiliki sebanyak 192.987 (100%) dan tempat sampah yang memenuhi syarat

    atau sehat sebanyak 144.992 (75,13%), sedangkan untuk SPAL jumlah KK

    yang diperiksa sebanyak 144.163 dan yang memiliki SPAL sebanyal 145.915

    (101,22%) dari jumlah KK yang diperiksa diketahui jumlah SPAL yang sehat

    sebanyak 115.277 (79%). (Tabel 66)

    II.5 KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

    1. Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan

    Di Kabupaten Lamongan, masyarakat Penduduk yang

    memanfaatkan sarana kesehatan dengan rawat jalan di sarana kesehatan

    % Penduduk

    Menurut

    Cara

    Pengobatan

    % Penduduk

    Menurut

    Tempat

    Berobat

    % Bayi 0-11

    Bln yg Pernah

    Disusui

    % Penduduk yg Merokok

    % Penduduk

    yg Beraktifitas

    fisik

    % yg

    Mengkonsumsi

    Makanan Sehat

    Indikator Perilaku yang

    Mempengaruhi Derajat

    Kesehatan Masyarakat

  • 26

    (puskesmas, RS, BP/BKIA/RB ) yang di cakup Askeskin/Jamkesmas

    sebanyak 550.989 orang terdiri dari 220.396 (89.84%) pasien laki-laki dan

    330.593 (89.84%) pasien perempuan dari masyarakat miskin dan hampir

    miskin yang ada sebanyak 613.326 orang. Dari keseluruhan yang

    mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan sebanyak 336.274 terdiri

    dari 134.510 (54.83%) laki-laki dan 201.764 (54.83%) perempuan.

    Sementara yang mendapatkan rawat inap sebanyak 12.408 orang (2,02%)

    dari seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin terdiri dari 245.330

    orang laki-laki dan 367.996 orang perempuan. Sedangkan puskesmas

    dengan rawat inap tertinggi adalah Puskesmas Sugio sebesar 696 orang

    dan terendah Puskesmas Tlogosadang sebesar 142 orang.

    Kunjungan di Puskemas dengan rawat jalan di Kabupaten

    Lamongan yang dicakup melalui program Jamkesda sebanyak 613.326

    terdiri dari 245.330 orang laki-laki dan 367.996 orang perempuan dengan

    persentase tertinggi Puskesmas Sugio yaitu sebesar 31.817 orang

    penduduk dan kunjungan rawat jalan terendah adalah Puskesmas

    Tlogosadang sebanyak 6.421 orang. (Tabel 56 – 57A )

    Gambar : 2. 6 PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN

    DAN HAMPIR MISKIN MENURUT STRATA SARANA

    KESEHATAN TAHUN 2013

    RAWAT JALAN

    MASKIN DICAKUP ASKESKIN/

    JAMKESMAS96%

    RAWAT INAP

    MASKIN4%

  • 27

    2. Rumah Tangga Sehat

    Sedangkan indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10

    indikator yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi

    ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak

    merokok, melakukan akitfitas setiap hari, makan sayur dan buah setiap

    hari, tersedianya akses terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian

    luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah.

    Tabel menunjukkan bahwa dari 396.966 rumah tangga yang ada,

    dipantau sebanyak 70.101 (18.95%), sedangkan untuk rumah tangga

    berperilaku hidup bersih dan sehat ber PHBS sebanyak 41.549 (59.27%).

    dan data tersebut hanya di peroleh dari survey sebanyak 33 puskesmas.

    (Tabel 61)

    Gambar : 2.7 RUMAH TANGGA SEHAT DI KABUPATEN

    LAMONGAN TAHUN 2013

    3. ASI Eksklusif

    Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat

    bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik

    ( interakasi dan kasih sayang antara anak dan ibu ), aspek kecerdasan,

    aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi

    syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan. Selain

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    250000

    300000

    350000

    400000

    JML RUMAH

    TANGGA

    JML DI SURVEI JML SEHAT

    369966

    7010141549

  • 28

    aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom

    kematian bayi secara mendadak.

    Jumlah bayi yang ada sebesar 12.654 terdiri dari 6.450 bayi laki-

    laki dan 6.204 bayi perempuan, sementara yang diberi ASI eksklusif

    sebesar 10.858 bayi (85.81%) yang terdiri dari bayi laki-laki sebesar 5.533

    (85.80%) dan perempuan sebesar 5.325 (85.80%). Cakupan tertinggi di

    Puskesmas Karangpilang sedangkan terendah adalah Puskesmas

    Karangbinangun. (Tabel 41)

    4. Posyandu

    Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

    masyarakat bebagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan

    sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk

    Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia ( UKBM ) yang paling dikenal

    oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas.

    Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu purnama yaitu

    posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan

    kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Untuk prosentase posyandu pratama di

    Kabupaten Lamongan sebanyak 94 atau mencapai 5.42%, posyandu madya

    sebanyak 430 atau mencapai 24.78%, posyandu Purnama sebanyak 1.074

    atau mencapai 61.90%, dan posyandu mandiri sebanyak 137 atau mencapai

    7.90%. sementara un tuk Posyandu PURI sebesar 1.211 (69.80%). (Tabel

    72)

  • 29

    Gambar : 2.8 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA DI

    KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013

    5. Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat

    Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam

    pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk

    memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang

    berbagai cara pembiayaan kesehatan pra upaya, yaitu dana sehat, asuransi

    kesehatan, asuransi tenaga kerja (Astek/Jamsostek, JPKM dan asuransi

    kesehatan lainnya, serta Jamkesmas dan Jamkesda untuk penduduk miskin).

    Di Kabupaten Lamongan cakupan kepesertaan ASKESKIN/JAMKESMAS

    adalah sebesar 550.989 atau mencapai 45.89% terdiri dari laki-laki 440.791

    dan perempuan 661.187.

    Puskesmas yang telah mencapai cakupan tertinggi adalah Puskesmas Sugio

    (51,7%) dan terendah Puskesmas Tlogosadang (8,05%). (Tabel 55)

    PRATAMA8.53%

    MADYA33.54%

    PURNAMA52.74%

    MANDIRI5.19%

  • 30

    Gambar : 2.9 PROPORSI ASURANSI KESEHATAN DI

    KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013

    ASKES0.01%

    ASKESKIN96.48%

    Jamkesda3.51%

  • 31

    BAB III

    SITUASI DERAJAT KESEHATAN

    Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama dengan pendidikan

    dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia,

    sehingga dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat ang tinggi diharapkan akan

    tercipta sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan mampu bersaing untuk

    menghadapi semua tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan disegala

    bidang. Berbagai studi/penelitian menunjukkan bahwa terjadi kolerasi positif antara

    derajat kesehatan dengan produktifitas. Produktifitas merupakan perwujudan dari

    kualitas sumber daya manusia yang handal sehingga dapat mendukung peningkatan

    ekonomi dan pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan

    masyarakat dan meningkatkan kualitas suatu bangsa. Indikator derajat kesehatan

    masyarakat Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 dapat diketahui dengan melihat

    indikator : angka kematian (mortalitas), kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup

    (AHH) dan status gizi masyarakat.

    III.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

    Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga

    komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk

    selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daeah

    tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan

    sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut.

    Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah

    sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator

    kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal

    dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat ( Budi Utomo, 1985 )

    Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi perhatian adalah

    jumlah kematian bayi. Jumlah kematian ini dpublikasikan dengan sebuah

    indikator yang disebut angka kematian bayi ( IMR ).

  • 32

    III.1.1 Angka Kematian Bayi ( AKB )

    Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat

    setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak

    faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar

    penyebab kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

    Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian bayi

    neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah

    dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor – faktor yang dibawa

    anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi

    atau didapat selama kehamilan.

    Kematian bayi eksogen atau kematian bayi post neonatal,

    adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai

    menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor – faktor yang

    bertalian dengan pengaruh luar.

    Angka kematian bayi menggambarkan keadaan sosial

    ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan

    angka kematian bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara

    antara kematian neonatal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian

    neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan

    kehamilan maka program – program untuk mengurangi angka kematian

    neonatal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan

    kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian tablet tambah darah

    dan suntikan anti tetanus.

    Sedangkan angka kematian post – neonatal dan angka

    kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk

    mengembangkan program imunisasi, serta program – program

    pencegahan penyakit menular terutama pada anak – anak, program

    penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak

    dibawah usia 5 tahun. Disini penulis akan menjelaskan tentang

    kematian bayi yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran akan

    kesehatan ibu.

  • 33

    Berdasarkan data yang ada tahun 2013 angka kematian bayi

    di kabupaten Lamongan mencapai 88 bayi (4,70) terdiri dari 53 bayi

    laki – laki dan 35 bayi perempuan (tabel 7). Ada banyak faktor yang

    mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan

    faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor

    aksebilitas dan pelayanan kesehatan tenaga medis yang terampil, serta

    kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma

    kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang

    sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. AKB dalam beberapa waktu

    terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup

    dan pelayanan kesehatan masyarakat. ( Sumber : Indek Pembangunan

    Manusia Kabupaten Lamongan tahun 2009).

    III.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI )

    Angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia merupakan salah

    satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka

    kematian ibu ( AKI ) juga merupakan salah satu terget yang telah

    ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium tujuan ke 5 yaitu

    meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai

    tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

    Dari hasil survey yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan

    dari waktu ke waktu, namun demikian upaya telah menunjukkan target

    tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan

    usaha keras yang terus menerus.

    Proyeksi Angka Kematian Ibu ( AKI ) Tahun 1994 – 2015

    (Dalam 100.000 Kelahiran hidup) Sumber data: SDKI, 1994,2002/2003,

    2007, MDGs dan Bappenas Menyatakan bahwa trend AKI Indonesia

    secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana

    menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.

    Berdasarkan SDKI pada tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per

    100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut tertinggi

    di Asia.

  • 34

    Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menangah

    Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.

    Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh sebagai survey yang

    dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan

    Rumah Tannga (SKRT) dan Survey Demografi dan Kesehatan

    Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi

    lebih luas dibandingkan survey sebelumnya.

    Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara

    konsisten digunakan data hasil SKRT, AKI menurun 450 per 100.000

    kelahiran hgidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373

    per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada tahun 2002-2003

    AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil

    SDKI, walaupun cenderung terus untuk terus menurun, pencapaian

    Kabupaten Lamongan pada tahun 2012, yaitu sebesar 56 per 100.000

    kelahiran hidup. Sedangkan jumlah kematian maternal yang ditangani

    oleh petugas kesehatan pada tahun 2013, berdasarkan laporan dari

    puskesmas yang diterima Subbidang Kesehatan Keluarga Dinas

    Kesehatan Lamongan sebesar 17 orang, terdiri dari kematian ibu hamil

    sebanyak 3 orang, ibu bersalin sebanyak 10 orang dan ibu nifas

    sebanyak 5 orang. (tabel 8)

    III.1.3 Angka Kematian Balita (AKABA)

    Salah satu tujuan dari SDKI 2012 adalah mengukur tingkat

    dan kecenderungan kematian bayi dan anak. Angka kematian bayi dan

    anak yang disajikan dalam tabel 7 adalah estimasi secara langsung

    berdasarkan keterangan yang di dapat dari bagian riwayat kelahiran dari

    kuesioner wanita mengenai tanggal kelahiran anak, status kelangsungan

    hidup, dan umur saat meninggal untruk anak yang sudah meninggal.

    Angka-angka kematian bayi dan anak didefinisikan sebagai berikut :

    □ Kematian neonatum: peluang meninggal dalam bulan pertama

    setelah lahir (0-28hari)

  • 35

    □ Kematian post neonatum: selisih antara kematian bayi dan

    kematian neonatum (1-11 bulan)

    □ Kematian bayi: peluang bayi meninggal sebelum ulang tahun

    pertama (0-11 bulan)

    □ Kematian anak: peluang meninggal antara ulang tahun pertama

    dan ulang tahun kelima (1-4 tahun)

    □ Kematian balita: peluang anak meninggal sebelum mencapai

    ulang tahun kelima (0-4 tahun)

    Survey AKABA ( Angka Kematian Anak Dan Balita) di

    Kabupaten Lamongan tahun 2013 laki-laki lebih besar daripada tingkat

    kematian anak balita perempuan yaitu 4 balita laki-laki dan 2 balita

    perempuan.

    III.2 Angka Harapan Hidup ( AHH )

    Angka/umur harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah

    perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok

    penduduk dari sejak lahir. AHH dapat dijadikan salah satu alat untuk

    mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan

    serta social ekonomi disuatu wilayah, termasuk didalamnya derajat kesehatan.

    Data AHH diperoleh melalui survey yang dilakukan oleh BPS.

    Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273, 65 juta jiwa pada

    tahun 2025. Pada tahun yang sama, AHH nasional diperkirakan mencapai 73,7

    tahun. (Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Saat ini

    berdasarkan data BPS Propinsi Jawa Timur, AHH mencapai 70,09 tahun.

    Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 69,81 tahun.

    Angka Harapan Hidup Kabupaten Lamongan sampai pada tahun 2013

    adalah 68,68 tahun. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah

    hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator

    kesejahteraan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi

    kesehatan masyarakat Lamongan lebih baik dari tahun ke tahun.

  • 36

    III.3 Angka Kesakitan ( MORBIDITAS )

    Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi

    transisis epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi

    kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik re-emrging maupun new-emerging

    desease masih tinggi. Masalah perilaku tidak sehat menjadi factor utama yang

    harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan bisa teratasi.

    Angka kesakitan (morbiditas) pada penduduk berasal dari community

    based. Data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem

    pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi

    penyakit menular akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu

    mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan

    imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi kejadian

    luar biasa (KLB).

    Pola penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dipantau melalui Sistem

    Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas selain dari hasil pemantauan

    kunjungan pasien di Puskesmas. Hasil pemantauan melalui STP di Tingkat

    Puskesmas diamati setiap bulan berdasarkan laporan dari Puskesmas ke Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas

    Kesehatan Kabupaten Lamongan untuk dilakukan pengolahan dan pengamatan

    secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi menyebabkan

    terjadinya wabah.

    III.4 Pola Penyakit di Kabupaten Lamongan

    Adapun kasus-kasus penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dari tabel

    di bawah ini :

    Jumlah Kasus Penyakit Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun 2013

    No Jenis Penyakit Jumlah Kasus %

    1 Kolera 4 0.0

    2 Diare 25303 19.1

    3 Diare Berdarah 4964 3.8

    4 Tifus perut klinis 9985 7.6

    5 TB Paru BTA (+) 656 0.5

    6 Tersangka TB Paru 2200 1.7

  • 37

    7 Kusta PB 76 0.1

    8 Kusta MB 158 0.1

    9 Campak 19 0.0

    10 Difteri 2 0.0

    11 Batuk reDES 0 0.0

    12 Tetanus 9 0.0

    13 Hepatitis Klinis 249 0.2

    14 Malaria Klinis 19 0.0

    15 Malaria Vivak 0 0.0

    16 Malaria Falsifarum 1 0.0

    17 Malaria Mix 0 0.0

    18 DBD 932 0.7

    19 Demam Dengue 559 0.4

    20 Pneumonia 600 0.5

    21 Sifilis 19 0.0

    22 Gonorrhoe 19 0.0

    23 Frambusia 2 0.0

    24 Filariasis 105 0.1

    25 Influensa 41800 31.6

    26 Hipertensi 20306 15.4

    27 Diabetes Melitus 6602 5.0

    28 ISPA 23291 17.6

    29 Keracunan 21 0.0

    JUMLAH 137.901 100

  • 38

    Grafik Sepuluh Penyakit Terbanyak Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun 2013

    Penyakit yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit di

    Puskesmas selama beberapa tahun terakhir adalah Influensa, Diare, Hipertensi,

    ISPA, Typhus Perut Klinis, Diabetes Melitus, Diare Berdarah, DBD,

    Tersangka TB Paru, TB Paru BTA(+).

    Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan antara lain :

    III.4.1 Penyakit Menular Langsung

    a. Prevalensi Tuberkulosis

    Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan sebagai

    penyumbang jumlah kasus bersama beberapa negara berkembang

    lainnya, di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur menempati

    urutan kedua setelah Provinsi Jawa Barat. Dan tuberculosis menjadi

    beban masalah kesehatan di Jawa Timur. Pada tahun 2012 jumlah

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    30000

    35000

    40000

    45000 41,800

    25,30323,291

    20,306

    9,985

    6,6024,964

    2,200932 656

    10 PENYAKIT TERBANYAK BERDASAR LAPORAN STP BERBASIS PUSKESMAS TAHUN 2013

  • 39

    kasus baru (BTA positif dan BTA negatif Thorax positif) sebanyak

    41.472 penderita dengan Case Notification Rate All Case (CNR)

    112 sedangkan Case Detection Rate (CDR) Jawa Timur sebesar

    63,03%. Kondisi wtersebut masih jauh dari target nasional yang

    ditetapkan yaitu 70%.

    Pada tahun 2013 kasus BTA (+) baru yang diobati

    sebanyak 1.078 orang terdiri dari 639 orang laki-laki dan 439 orang

    perempuan, dengan capaian Case Detection Rate (CDR) mencapai

    83,89% mengalami peningkatan sebesar 13,8% dari tahun

    sebelumnya. Diikuti Case Notification Rate (CNR) sebesar 158,

    berarti mengalami kenaikan dari target yang ditentukan untuk setiap

    tahunnya diharapkan mengalami kenaikan 5%. Keberhasilan

    pengobatan pasien TB Paru yang diobati 94,1% dan angka

    kesembuhan sebesar 92,56%. Jika dibandingkan dengan tahun lalu

    memang mengalami penurunan tetapi masih diatas target nasional

    yang ditentukan.

    Sedangkan di Kabupaten Lamongan pencapaian CDR pada

    tahun 2012 sebesar 70,05% diikuti CNR All Case sebesar 133.

    Dengan keberhasilan pengobatan pasiean tahun 2011 yang terpantau

    di tahun 2012 sebesar 97,1% yang melebihi 7,1% dari target

    nasional sebesar 90% diikuti angka kesembuhan sebesar 96,1%.

    b. Persentase Balita dengan pneumonia ditangani

    Cakupan penemuan penderita pneumonia balita yang

    ditangani di Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 27,08% dengan

    jumlah 84.392 balita secara keseluruhan yang dilaporkan oleh 38

    kabupaten/kota.

    Pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan cakupan

    penemuan penderita pneumonia balita yang ditangani di Kabupaten

    Lamongan sebesar 3.457 balita (48%), yang terdiri dari 1.753

    balita laki-laki dan 1.704 balita perempuan.

    Sementara di Kabupaten Lamongan mengalami

    peningkatan 17% dari tahun 2012, dimana cakupan penderita

  • 40

    pneumonia balita yang ditangani sebesar 2.304 balita (31%)

    Meskipun mengalami peningkatan sebesar 17%, akan tetapi belum

    memenuhi target yang ditentukan. Hal ini disebabkan adanya

    petugas Puskesmas yang kurang memahami pengklasifikasian

    pneumonia pada balita, pelaksanaan MTBS yang belum maksimal.

    Ditunjang Puskesmas yang menangani wilayah kerja kurang aktif

    melaporkan sendiri maupun kurang aktif untuk menjemput laporan

    kasus pneumonia balita dari sarana kesehatan lainnya yang ada di

    wilayah kerjanya sehingga berdampak rendahnya kelengkapan

    laporan. (Tabel 13)

    c. Prevalensi Kusta

    Meskipun penyakit Kusta dapat diobati dan disembuhkan,

    bukan berarti Kabupaten Lamongan terbebas dari masalah penyakit

    Kusta, karena dari tahun ke tahun masih saja ditemukan sejumlah

    kasus baru. Beban penyakit kusta yang paling utama adalah

    kecacatan yang ditimbulkan, sehingga masalah penyakit Kusta

    sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada

    masalah sosial ekonomi.

    Sementara jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit

    Kusta di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 tercatat sebesar

    292 orang dengan angka prevalensi sebesar 2,43 per 10.000

    penduduk.

    Di Kabupaten Lamongan masih banyak menyimpan

    kantong-kantong kusta yang kebanyakan berada di kawasan pantai

    utara. Pada tahun 2013 Penderita kusta type PB sebanyak 20 orang

    yang terdiri dari 10 Laki-laki dan 10 perempuan, berarti jauh lebih

    sedikit di banding tahun lalu sebanyak 39 orang, dan type MB

    sebanyak 272 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 257permpuan.

    (tabel.19)

  • 41

    Gambar 3.2 : JUMLAH PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN

    LAMONGAN TAHUN 2013

    d. HIV / AIDS

    Perkembangan penyakit AIDS di Kabupaten Lamongan

    tahun 2013 sebanyak 135 orang terdiri dari 75 orang laki-laki dan

    60 perempuan, untuk kasus HIV sebanyak 59 kasus terdiri dari 32

    orang laki-laki dan 27 orang perempuan. Sedangkan kasus IMS

    tidak ditemukan penderita baru. Kematian penderita AIDS tahun

    2013 sebanyak 28 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 10

    penderita perempuan. Sedangkan untuk tahun 2012 ditemukan

    kasus AIDS 89 orang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 39 orang

    perempuan, untuk penderita IMS sebanyak 39 orang terdiri dari 29

    orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Kematian penderita AIDS

    tahun 2012 sebanyak 38 orang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 13

    orang perempuan. Dari analisa data diatas perkembangan kasus

    HIV/AIDS di tahun 2013 ini mengalami kenaikan sebesar 66%.

    Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan penemuan dan

    pelacakan dari upaya penanggulangan AIDS di masyarakat melalui

    peningkatan pengetahuan yang tepat dan benar mengenai HIV dan

    AIDS serta menjalankan perilaku aman dari tertular HIV.

    Ditunjang kesadaran para ODHA untuk mendapatkan dan memiliki

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    PENDERITA

    TYPE PB

    RFT TYPE PB PENDERITA

    TYPE MB

    RFT TYPE MB

    2011

    272

    177

  • 42

    kepastian pelayanan, perawatan dan pengobatan serta layanan

    kesehatan yang dibutuhkan. (Tabel 14)

    GAMBAR 3.3 : PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS

    TAHUN 2013

    III.4.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang

    a. Demam Berdarah Dangue (DBD)

    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue

    Haemorragic Fever (DHF) mulai dikenal di Indonesia sejak tahun

    1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD

    terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah

    endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan

    Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi juga menimbulkan dampak

    buruk social dan ekonomi.

    Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi

    masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh

    Kabupaten/Kota di Jawa Timur. DBD juga menjadi masalah yang

    rutin dihadapi pada setiap musim hujan. Angka kesakitan di Jawa

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    HIV AIDS IMS

    32

    75

    0

    27

    60

    0

  • 43

    Timur cukup tinggi, meskipun jumlah kematian yang terjadi dapat

    di tekan.

    Di Kabupaten Lamongan, pada tahun 2013 terdapat

    jumlah kasus DBD sebanyak 644 kasus atau dengan incident rate

    53,64 per 100.000 penduduk dengan kasus meninggal sebanyak 2

    orang, yang tahun sebelumnya hanya mencapai 499 kasus atau

    dengan incident rate sebesar 41,80 per 100.000 penduduk dengan

    kasus meninggal 3 orang. Sama halnya di Provinsi, bahwa

    kesakitan DBD di Kabupaten Lamongan semakin tinggi, akan

    tetapi hanya bisa menekan jumlah kematian.

    Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada

    penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam

    pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan angka

    bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan

    penanganannya di rumah tangga.

    Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) pada

    tahun 2013 lebih rendah dari rata-rata nasional. Data program P2M

    tahun 2013 di Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa CFR

    (case fatality rate / angka kematian) sebesar 0,31 (nasional

  • 44

    Untuk penanganan kasus DBD di Jawa Timur, antara lain :

    1. Belum adanya obat anti virus dan vaksin untuk mencegah

    DBD, maka untuk memutus rantai penularan, pengendalian

    vector dianggap yang paling memadai untuk saat ini,

    2. Vector DBD khususnya Aedes Aeggypti sebenarnya mudah

    dikendalikan, karena sarang-sarangnya terbatas ditempat yang

    berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter.

    Tetapi karena vector tersebar luas, maka untuk keberhasilan

    pengendaliannya diperlukan total coverage meliputi selruhh

    wilayah) agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi. Untuk

    itu sangat memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat

    khususnya dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD.

    3. Partisipasi masyarakat dalam PSN DBD masih rendah,

    meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-

    cara pencegahannya sudah cukup tinggi.

    4. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian

    DBD dan KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti

    kepadatan penduduk, morbbilitas, lancarnya transportasi

    (darat, laut, dan udara), pergantian musim dan perubahan iklim

    dunia, keberhasilan lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta

    jenis dan keganasan virusnya.

    5. Dukungan dari penggambil kebijakan yang belum

    memprioritaskan pemberantasan DBD

    6. Keterlemabatan respon untuk melakukan penyelidikan

    epidemiologi (PE) karena keterlambatan info darai rumah sakit

    atau klinik.

    7. Surveylans epidemiologi DBD sebagai upaya kewaspadaan dini

    agar tidak terjadi KLB belum optimal.

    8. Sebagian masyarakat masih minat dengan fogging.

    9. Tatalaksana fogging/pengawasan (terutama fogging swasta)

    masih belum sesuai dengan SOP.

  • 45

    10. System pencatatan dan pelaporan DBD baik tertulis maupun

    melalui website belum optimal.

    11. Tata laksana penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak

    sesuai dengan SOP

    12. Uji resistensi terha