kabupaten lamongan tahun 201 3 · 3.3 peta sasaran kusta di kabupaten lamongan tahun 2012 27 3.4...
TRANSCRIPT
-
i
KABUPATEN LAMONGAN
Tahun 2013
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
DINAS KESEHATAN
Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan 62211
Telp. (0322) 321338, Fax. (0322) 321338
E-mail : [email protected], Website : www.lamongankab.go.id
Subbag Program
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa buku Profil
Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2013 dapat diterbitkan setelah beberapa
lama proses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku
Profil Kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena beberapa
kendala dalam pengelolaan data informasi di masing-masing bidang di lingkup Dinas
Kesehatan. Hal ini disebabkan proses penyusunan maupun pengumpulannya belum
sepenuhnya memanfaatkan sarana elektronik/teknologi informasi yang ada di
Puskesmas (simpustronik).
Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2013,
kami memberikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan Buku Profil Kesehatan
ini.
Ditahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih
awal dengan memuat data informasi berkualitas, serta tetap memperhatikan
kedalaman analisa dan konsistensi datanya, sehingag Buku Profil Kesehatan ini dapat
dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses menejemen pembangunan
kesehatan khususnya di Kabupaten Lamongan.
Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2013 ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak, baik dilingkungan pemerintahan, akademisi,
organisasi profesi, swasta serta masyarakat umum yang membutuhkan informasi di
bidang kesehatan. Kami tetap mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para
pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa yang akan datang.
Lamongan, Juni 2014
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMONGAN
drg. FIDA NURAIDA, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19660219 199303 2 007
-
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………. iii
Daftar Tabel SPM ………………………………………………………………………
Daftar Gambar ………………………………………………………………………….
Resume Profil Kesehatan ………………………………………………………………
iv
v
vi
BAB I : Pendahuluan .......................................................................................... 1
BAB II : Gambaran Umum Kabupaten Lamongan............................................... 4
II.1 Kondisi Geografis Wilayah Kab. Lamongan .................................. 4
II.2 Kependudukan ................................................................................ 8
II.3 Sosial Ekonomi ............................................................................... 10
II.4 Keadaan Lingkungan ...................................................................
II.5 Keadaan Perilaku Masyarakat .....................................................
22
25
BAB III : Situasi Derajat Kesehatan ..................................................................... 31
III.1 Angka Kematian (Mortalitas) ........................................................ 31
III.2 Angka Harapan Hidup (AHH) ...................................................... 35
III.3 Angka Kesakitan (Morbiditas) ...................................................... 36
III.4 Pola Penyakit Terbanyak di Kab. Lamongan ............................... 36
III.5 Status Gizi .................................................................................... 51
BAB IV : Situasi Upaya Kesehatan ....................................................................... 55
IV. 1 Pelayanan Kesehatan Dasar ........................................................ 55
IV.2 Pemberantasan Penyakit Menular ................................................ 70
IV.3 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan ..................................... 74
IV.4 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ........................................ 75
IV. 5. Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit ............................ 76
IV.6 Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ….......... 77
BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan ……………………………............... 82
V.1. Sarana Kesehatan ……… ..……………………………………. 82
V.2. Tenaga Kesehatan ………………………………………………. 85
V.3. Pembiayaan Kesehatan …………………………………………. 86
BAB VI : KESIMPULAN ……………………………………………….. 88
Lampiran : ………………………………………………………………………….
-
iv
DAFTAR TABEL STANDAR PELAYANAN MINIMAL
TABEL MASALAH
28
31
28
28
31
37
38
43
42
45
46
35
9
13
11
23
16
56
56
51
73
Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4,
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki
Kompetensi Kebidanan
Cakupan Pelayanan Nifas
Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani
Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Cakupan Pelayanan Anak Balita
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 bulan
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Cakupan Peserta KB Aktif
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit :
a) Penemuan Penderita AFP
b) Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita
c) Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif
d) Penemuan dan Penanganan DBD
e) Penanganan Penderita Diare
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Maskin
A. Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Maskin
Cakupan Pelayanan Kessssssssehatan Rujukan Pasien Maskin
Cakupan Pelayanan Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan
(RS)di Kab/Kota
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
Epidemiologi
-
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul Gambar Halaman
2.1 Peta Kabupaten Lamongan 4
2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2012 7
2.3 Rumah Sehat di Kabupaten Lamongan tahun 2012 10
2.4 TUPM yang diperiksa dan yang memenuhi syarat
kesehatan ditahun 2012
11
2.5 Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih
diKabupaten Lamongan tahun 2012
11
2.6 Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan hampir
miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan tahun 2012
14
2.7 Rumah Tangga Sehat di Kab. Lamongan tahun 2012 15
3.1 Jumlah Penderita RB Paru di Kabupaten Lamongan tahun
2012
24
3.2 Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan tahun
2012
27
3.3 Peta Sasaran Kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2012 27
3.4 Penyebaran Penyakit HIV/AIDS tahun 2012 29
4.1 Jumlah Ibu Hamil, K4, Persalinan Nakes, Ibu Hamil Risti
di Kabupaten Lamongan tahun 2012
46
4.2 Jenis Alat Kontrasepsi yang digunakan tahun 2012 48
4.3 Jumlah Bayi, Kunjungan Bayi dan KN3 di Kabupaten
Lamongan tahun 2012
49
4.4 Imunisasi Bayi di Kabupaten Lamongan tahun 2012 50
4.5 Jumlah Bayi, Bayi BGM, Jumlah Balita, Balita BGM
tahun 2012
51
4.6 Jumlah Pra Usila dan Usia Lanjut diKabupaten Lamongan
tahun 2012
54
4.7 TUPM yang diperiksa dan Yang Memenuhi Syarat
Kesehatan di Kabupaten Lamongan Tahun 2012
61
5.1 Jumlah Posyandu di Kabupaten Lamongan tahun 2012 65
5.2 Proporsi Anggaran di Kabupaten Lamongan tahun 2012 67
-
1
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,Dinas Kesehatan
terus berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu. Namun pembangunan kesehatan masih menghadapi berbagai tantangan,
antara lain masih terjadinya kesenajangan status kesehatan masyarakat antar wilayah,
antar status sosial ekonomi, munculnya berbagai masalah kesehatan/penyakit baru
(new emerging desease) atau penyakit lama muncul kembali (re-emerging desease).
Indonesia sebagai salah satu negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) dengan beberapa negara di dunia telah berkomitmen untuk mencapai
Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium pada
tahun 2015 untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk. Tujuan bersama dalam
MDGs tersebut meliputi 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2) Mencapai
pendidikan dasar untuk semua; 3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan; 4) Menurunkan angka kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu; 6)
Memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; 7)
Kelestarian lingkungan hidup: dan 8) Membangun kemitraan global dalam
pembangunan. Dari 8 tujuan MDGs tersebut, 5 diantaranya terkait dengan bidang
kesehatan yaitu MDGs 1,4,5,6, dan 7.
Untuk mengukur keberhasilan Pembangunan Kesehatan khususnya Kabupaten
Lamongan yang tercermin dalam ”Terwujudnya Masyarakat Lamongan yang Mandiri
untuk Hidup Sehat” adalah melalui upaya kesehatan prioritas yang berhubungan
dengan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebagai berikut :
-
2
1. MDGs yang pertama adalah Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan;
dilakukan dengan upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi
buruk,
2. MDGs yang keempat adalah Menurunkan angka kematian anak; dilakukan
dengan upaya menurunkan angka kematian balita,
3. MDGs yang kelima adalah Meningkatkan kesehatan ibu; dilakukan
dengan upaya menurunkan angka kematian ibu dan mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua,
4. MDGs keenam adalah Memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria, dan
penyakit menular lainnya; dilakukan dengan upaya mengendalikan
penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS, Upaya
mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang
membutuhkan, Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah
kasus baru Malaria dan TB,
5. MDGs yang ketujuh Kelestarian lingkungan hidup; dilakukan dengan
upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan
sanitasi dasar yang layak.
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut,
salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi
proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Profil Kesehatan
Kabupaten Lamongan dapat digunakan sebagai sarana untuk memantau dan
mengevaluasi pencapaian program.
Profil Kesehatan berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan,
sember daya kesehatan serta data/informasi lainnya yang yang menggambarkan
-
3
kinerja sektor kesehatan di Kabupaten Lamongan, baik pemerintah maupun swasta
selama satu tahun serta diharapkan dapt meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia, khususnya Kabupaten Lamongan, yang diuraikan secara singkat sebagai
berikut :
- Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan
serta Sistematika Penyajiannya.
- Bab II : Ganbaran Umum Dan Perilaku Penduduk
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Lamongan. Selain uraian
tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya.
- Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan
dan sumber daya kesehatan lainnya.
- Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi
masyarakat serta pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.
- Bab V : Situasi Sumber daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
- Bab VI : Kesimpulan
- Lampiran
-
4
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
II.1 Kondisi Geografis Walayah Kabupaten Lamongan
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di
Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan terletak di antara 6º 51’ 54” sampai
dengan 7º 23’ 6” Lintang Selatan dan antara 112º 4’ 41” sampai dengan 112º 33’
12” Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.812,80 Km2
atau 181.280 Ha yang
sebagian terdiri dari daratan rendah serta dibelah oleh Sungai Bengawan Solo
yang panjangnya ± 65 Km2 dan memiliki pantai sepanjang ± 47 Km
2
Batas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Laut Jawa
2. Sebelah Timur : Kabupaten Gresik
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto
4. Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban
Secara administratif, Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, 12
Kelurahan, 462 Desa. Jumlah Dusun sebanyak 1.432 Dusun dan Jumlah RT
(Rukun Tetangga) sebanyak 6.884 RT.
-
5
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Lamongan
BrondongPaciran
Solokuro
Laren
Maduran
Sekaran Turi
Babat PucukLamongan
Sukorame
Bluluk
Mod
o
Karangbinangun
TURI 2
Sukodadi
Glagah
Deket 2
Kedungpring
Ngimbang Sambeng
SugioTikung
Mantup
Kembangbahu
KarangGeneng
1
Kalitengah
LAUT JAWA
KABUPATEN TUBAN
KABUPATEN
BOJONEOGORO
KABUPATEN JOMBANG
KABUPATEN
MOJOKERTO
KABUPATEN
GRESIK
PETA PER KECAMATANDI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013
SariRejo
Kedung
pring
Modo
Suko
dadi
Tikung
Moropelang
Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Sambeng yaitu
195,44 Km2. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah
Kecamatan Maduran dengan luas 30,15 Km2.
Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian
wilatah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri
dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas
50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15%
berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang garis pantai
sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut bila dihitung 4 mil dari garis pantai
kearah laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 302,5 Km.
Dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan
merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,45% lahannya adalah datar
-
6
atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan Lamongan, Deket,
Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah,
Karangbinangun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo Dan
Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya sangat curam, atau kurang
dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih.
Klimatologi Kabupaten lamongan adalah daerah dengan iklim tropis yang
dapat dibedakan atas dua (2) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan April. Sedangkan
untuk bulan yang lain curah hujan relatif rendah. Suhu rata-rata di Kabupaten
Lamongan adalah sebagai berikut :
Permukiman : 13.030,00 Ha
Sawah Irigasi : 45.841,00 Ha
Sawah Tadah Hujan : 33.479,00 Ha
Perkebunan : 9.919,14 Ha
Hutan : 33.717,30 Ha
Hutan Rakyat :7.098,10 Ha
Tambak : 1.380,05 Ha
Sungai : 9.760,00 Ha
Waduk : 8.719,50 Ha
Tegalan/Ladang :12.138,91 Ha
Pertambangan :1.200,00 Ha
Peruntukan Lainnya : 5.997,00 Ha
Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan
181.280 ha, terdiri dari daratan rendah berawal dengan ketinggian 0 – 25 m seluas
50,17 % dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25 – 100 m seluas 45,68
% dan sisanya 4,15 % merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Secara
garis besar wilayah kabupaten Lamongan dibedakan menjadi tiga karakteristik :
1. Bagian tengah-selatan, merupakan daratan rendah yang relatif subur,
membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sagio, Sukodadi, Pucuk,
Sarirejo dan Kembangbahu.
-
7
2. Bagian Selatan dan Utara, merupakan daerah pegunungan kapur berbatuan,
tingkat kesuburan tanahnya katagori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup,
Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan
Solokuro.
3. Bagian tengah – Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari Kecamatan
Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun
dan Glagah.
II.1.1 Iklim
Ditinjau dari keadaan iklim, wilayah kabupaten Lamongan tergolong
beriklim tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember sampai
dengan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei Sampai
dengan Oktober. Temperatur suhu udara rata – rata 20 - 32º C.
II.1.2 Wilayah Administrasi
NO Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jarak ke Ibukota
kabupataen (km)
1 2 3 4
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Sukorame
Bluluk
Ngimbang
Sambeng
Mantup
KembangBahu
Sugio
Kedungpring
Modo
Babat
Pucuk
Sukodadi
Lamongan
Tikung
Sarirejo
Deket
Glagah
Karangbinangun
Sukorame
Bluluk
Sendangrejo
Ardirejo
Mantup
Kembangbahu
Sugio
Kedungpring
Mojorejo
Bedahan
Pucuk
Sukodadi
Lamongan
Bakalanpule
Dermolemaabang
Deketwetan
Glagah
Sambopinggiran
51
41
39
31
19
14
17
29
37
27
17
11
0
8
14
4
14
16
-
8
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Turi
Kalitengah
Karanggeneng
Sekaran
Maduran
Laren
Solokuro
Paciran
Brondong
Sukoanyar
Dibee
Karangeneng
Bulutengger
Maduran
Gampangsejati
Panyaman
Paciran
Brondong
6
25
24
22
27
36
39
44
50
II.2 Kependudukan
Sesuai dengan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2013 jumlah
penduduk Kabupaten Lamongan tercatat sebesar 1.200.558 jiwa, dengan
tingkat kepadatan 662.07 jiwa per km2. Puskesmas yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar 2.094 jiwa per km2
dan Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah Puskesmas Sambeng
yaitu 250.01 jiwa per km2. Dari wilayah kerja UPT Puskesmas tercatat yang
memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Puskesmas Lamongan yaitu sebesar
66.392 jiwa, dengan kepadatan 1.644,18 jiwa per km2 sedangkan UPT
Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah UPT Puskesmas Sukorame
yaitu 20.411 jiwa dengan kepadatan 492.19 jiwa per km2.
Komposisi penduduk Kabupaten Lamongan menurut kelompok umur,
menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda laki-laki (0-14 tahun)
sebesar 138.980 (11.6%) sedangkan penduduk yang berusia muda perempuan
sebesar 132.389 (11.03%), yang berusia produktif laki-laki (15-64 tahun)
sebesar 404.046 (33.65%) sedangkan berusia produktif perempuan (15 – 64
tahun ) sebesar 429.684 (35,79%), dan yang berusia tua laki-laki (> 65 tahun)
sebesar 38.975 (3.25 % ) sedangkan yang berusia tua perempuan (≥ 65 tahun)
sebesar 56.484 (4.7% ). Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan
(Dependency Ratio) penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 sebesar
44.00.
Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk
perempuan, yaitu masing-masing sebesar 582.001 jiwa penduduk laki-laki dan
-
9
618.557 jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat berdasarkan rasio menurut
jenis kelamin rata-rata sama berkisar antara 94,05 sampai 94,10.
Untuk komposisi penduduk Kabupaten Lamongan jika dirinci
menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki
maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 15 – 19
tahun.
Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari
gambar berikut.
Gambar 2.2 PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN LAMONGAN TAHUN
2013
Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin (berdasarkan data hasil
Survey puskesmas) tercatat sebesar 613.326 jiwa atau 51.09 % dari total
penduduk. Angka tersebut dapat diketahui dari tabel bahwa jumlah masyarakat
miskin di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan dibanding dengan
tahun lalu. Hal itu disebabkan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten
Lamongan. Untuk persentase jumlah penduduk miskin terbanyak adalah
Kecamatan Sugio yaitu sebanyak 28.746 jiwa atau 5.27% dan terendah
PEREMPUAN LAKI-LAKI
70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000
< 1 1 - 4
5 - 9 10 - 14 15 - 19
20 - 24 25 - 29
30 - 34 35 - 39 40 - 44
45 - 49 50 - 54
55 - 59 60 - 64 65 - 69
70 - 74 75+
-
10
Puskesmas Karangkembang sebesar 2.623 jiwa atau 0.48% dari total penduduk
miskin.
II.3 Sosial Ekonomi
KONDISI EKONOMI
A. POTENSI UNGGULAN DAERAH
Hasil analisa komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data
produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar
daerah di Propinsi Jawa Timur 938 kabupaten/kota) dengan menggunakan 2
(dua) indikator utama yaitu Statis Location Quotion (SLQ) dan Dynamic
Location Quotion (DLQ), maka dapat diketahui sektor-sektor unggulan
daerah di Kabupaten Lamongan. Adapun sektor unggulan Kabupaten
Lamongan tersebut antara lain :
1. Potensi Sektor Pertanian
a. Pertanian
Potensi unggulan Kabupaten Lamongan sampai dengan tahun
2013 masih didominasi oleh sektor pertanian khususnya sub sektor
tanaman bahan makanan dan sub sektor perikanan. Sub sektor
tanaman bahan makanan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Lamongan selain itu juga menjadi salah satu penyumbang
beras terbesar di Provinsi Jawa Timur.
Setelah sektor pertanian, pada tahun 2013 sub sektor tanaman
bahan makanan di dukung oleh total luas tanam Padi 143.425 hektar,
mampu memproduksi 967.497 ton GKG. Jumlah Produksi gabah
tersebut meningkat jika dibandingkan tahun 2012 yang sebesar
911.853 ton GKG atau naik 2,96%.
b. Perikanan
Kabupaten Lamongan yang memiliki potensi pantai sepanjang
47 km yang berada di wilayah Kecamatan Brondong dan Paciran.
-
11
Sawah tambak dan perairan yang cukup luas adalah salah satu
wilayah yang mempunyai potensi sumber daya perikanan yang
terbesar di Jawa Timur. Produksi perikanan pada tahun 2013 sebesar
112.384,38 ton yang terdiri dari perikanan tangkap, perikanan umum
dan budidaya meningkat 1,32% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai 109.457,97 ton.
2. Potensi Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor
Sektor perdagangan, hotel dan restaoran merupakan penyumbang
terbesar kedua terhadap perekonomian di Kabupaten Lamongan. Dengan
di dukung oleh kondisi infrastruktur yang baik ternyata sektor
perdagangan, hotel dan restoran mampu mendongkrak nilai PDRB
Kabupaten Lamongan. Kontribusi terbesar pada sektor perdagangan,
hotel dan restoran terutama pada sub sektor perdagangan besar dan
eceran.
Sub sektor perdagangan besar dan eceran mampu memberikan
kontribusi kepada PDRB ADHB (estimasi) sebesar Rp
6.033.336.630.000,00 atau sebesar 34,24% meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelum yang mencapai Rp 4.982.423.400.000,00 atau
sebesar 32,48%. Meningkatnya kontribusi sektor ini sangat dipengaruhi
oleh meningkatnya aktivitas perdagangan pada kawasan perdagangan
seperti Kecamatan Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan dan Deket.
Disamping itu, dengan meningkatnya perekonomian daerah telah
memunculkan pusat perdagangan baru misalnya di Kecamatan
Ngimbang dan Karanggeneng, hal ini tidak lepas dari peran pemerintah
Kabupaten Lamongan melalui pembangunan fasilitas perdagangan
antara lain berupa pasar tradisional milik daerah maupun pasar desa.
3. Potensi Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa pada tahun 2013 mampu memberikan kontribusi
terhadap PDRB ADHB (estimasi) sebesar Rp 1.610.208,79 atau sebesar
9,27%, kontribusi sektor ini dipengaruhi oleh berkembangnya sub sektor
-
12
Pemerintahan Umum yang terdiri dari administrasi pemerintahan dan
pertahanan dan jasa pemerintah lainnya mampu memberikan kontribusi
sebesar Rp 824.081,29 atau sebesar 4,68% dari PDRB ADHB dan sub
sektor swasta yang terdiri dari sosial kemasyarakatan, hiburan dan
rekreasi serta perorangan dan rumah tangga mampu memberikan
kontribusi sebesar Rp 786.127,49 atau sebesar 4,46% dari PDRB ADBH.
Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisata pada obyek wisata di
Kabupaten Lamongan tercatat sejumlah 2.334.429 orang. Secara
keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 20,61% dari tahun 2012 yaitu
sebesar 1.536.758 orang. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh semakin
ketatnya persaingan industri pariwisata dan munculnya destinasi-
destinasi wisata baru di Jawa Timur.
4. Potensi Sektor Industri Pengolahan
Trend kontribusi sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Kontribusi sektor ini pada tahun 2013 sebesar
Rp 922.452,46 atau 5,23% dari PDRB ADHB (estimasi) meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 787.112,77.
Besarnya kontribusi ini tidak lepas dari upaya Pemerintah Kabupaten
Lamongan dalam pengembangan industri melalui penyediaan kawasan-
kawasan industri antara lain kawasan industry Sidomukti,
Kandangsemangkon, Sumberagung, dan Sidokelar serta penyediaan
infrastruktur yang memadai.
Disamping itu dalam rangka mengembangkan potensi pertanian
yang ada, maka Pemerintah Kabupaten Lamongan berupaya untuk
mengembangkan agroindustri/industri berbasis pertanian terutama
diwilayah agropolitan, hal ini dimaksudkan agar adanya peningkatan
nilai tambah/value added terhadap komoditi pertanian. Demikian pula
untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM) maupun Industri Rumah
Tangga (IRT) yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan tidak luput
dari perhatian pemerintah melalui pemberian bantuan modal, alat dan
-
13
peningkatan SDM. Melalui upaya tersebut diharapkan adanya
peningkatan kuantitas dan kualitas produk IKM atau IRT.
B. PERTUMBUHAN EKONOMI/PDRB
Produk Domestik regional Bruto Atas Dasar harga Berlaku (PDRB
ADBH) Kabupaten Lamongan Tahun 2013 mencapai rp 17.622.634,54
sedangkan pada tahun 2012 mencapai Rp 15.339.105,69. Adapn PDRB
ADHB Kabupaten sebagai berikut :
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
(PDRB ADHB) Kabupaten Lamongan tahun 2012 mencapai Rp.
15.328.482.87 sedangkan pada tahun 2011 mencapai Rp. 13.460.955.00.
Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil maka
digunakan angka PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Sebagai tolok
ukur atas keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi, angka
pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari perubahan nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari
tahun sekarang dengan tahun sebelumnya.
Adapun Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten Lamongan tahun 2012 dan masih
merupakan angka estimasi adalah sebesar Rp.7.097.271.49 atau tumbuh
sebesar 3.39% dari tahun 2011 sebesar Rp.6.625.823.03 sebagaimana tabel
berikut :
PDRB Kabupaten Lamongan Tahun 2008–2013
Menurut Harga Berlaku
Dalam Rupiah
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 4.216.330,44 4.748.551,66 5.292.774,75 5.730.111,64 6.398.177,46 7.030.096,80
a. Tanaman Bahan Makanan 2.626.880,91 2.947.166,52 3.205.132,26 3.394.725,60 3.837.830,47 4.231.264,59
b. Tanaman Perkebunan 80.163,71 95.494,24 109.285,87 127.396,07 140.639,01 155.384,79
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 144.339,82 153.643,90 180.344,21 202.629,02 223.466,98 236.373,08
d. Kehutanan 9.801,28 4.526,56 3.026,56 3.235,94 3.394,36 3.588,84
-
14
e. Perikanan 1.355.144,71 1.547.720,45 1.794.985,85 2.002.125,01 2.192.846,63 2.403.485,50
2. PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN 20.329,96 22.159,65 24.022,51 28.046,97 31.725,93 38.034,01
a. Minyak dan Gas Bumi - - - - 0,00 -
b. Pertambangan tanpa Migas - - - - 0,00 -
c. Penggalian 20.329,96 22.159,65 24.022,51 28.046,97 31.725,93 38.034,01
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 447.516,60 514.652,51 592.980,10 699.680,02 787.112,77 922.452,46
a. Industri Migas - - - - 0,00 -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - 0,00 -
2. Gas Alam Cair - - - - 0,00 -
b. Industri Tanpa Migas 447.516,60 514.652,51 592.980,10 699.680,02 787.112,77 922.452,46
1. Makanan, Minuman dan
Tembakau 208.770,78
250.549,52 298.750,99 360.952,99 409.333,69 490.817,27
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas
kaki 72.561,00
81.430,27 91.251,91 106.648,70 118.927,69 139.714,87
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan
lainnya 105.486,15
116.034,77 128.958,94 150.625,86 169.387,46 191.670,60
4. Kertas dan Barang Cetakan 5.859,82 6.563,00 7.450,56 8.528,57 9.235,36 10.733,43
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari
Karet 17.623,42
19.284,83 21.982,78 23.256,39 25.518,98 28.022,08
6. Semen & Brg. Galian bukan
logam 14.851,64
15.930,87 17.742,57 19.976,47 22.052,41 25.405,63
7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - 0,00 -
8. Alat Angk., Mesin &
Peralatannya -
- - - 0,00 -
9. Barang lainnya 22.363,78 24.859,25 26.842,36 29.691,04 32.657,20 36.088,57
4. LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH 74.747,72 80.923,37 94.464,52 105.350,12 112.206,36 121.594,67
a. Listrik 70.121,78 75.864,75 88.905,91 99.553,44 105.800,89 114.375,89
b. Gas - - - - 0,00 -
c. Air Bersih 4.625,94 5.058,61 5.558,61 5.796,68 6.405,48 7.218,78
5. BANGUNAN 281.253,58 297.941,62 320.941,62 367.351,29 431.594,40 513.696,71
6. PERDAG., HOTEL &
RESTORAN 2.710.381,64 3.170.165,48 3.689.881,82 4.507.274,27 5.313.824,62 6.417.215,62
a. Perdagangan Besar & Eceran 2.502.235,25 2.938.199,40 3.436.149,89 4.212.080,54 4.982.423,40 6.033.336,63
b. Hotel 4.527,58 6.070,02 9.772,65 11.295,84 12.282,72 13.432,61
c. Restoran 203.618,81 225.896,07 243.959,28 283.897,89 319.118,50 370.446,38
7. PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI 192.506,40 217.410,75 248.672,45 277.759,24 307.817,89 358.891,34
a. Pengangkutan 110.742,45 123.548,37 141.293,06 154.940,23 169.197,92 202.106,32
1. Angkutan Rel 5.018,65 6.022,38 7.168,98 7.937,48 8.827,36 9.677,78
2. Angkutan Jalan Raya 84.857,29 89.091,59 100.285,05 107.197,00 116.883,19 141.770,57
3. Angkutan Laut 588,66 741,42 834,54 926,28 1.031,31 1.232,35
4. Angk. Sungai, Danau &
Penyebr. -
- - - 0,00 -
5. Angkutan Udara - - - - 0,00 -
6. Jasa Penunjang Angkutan 20.277,85 27.692,98 33.004,49 38.879,47 42.456,05 49.425,63
b. Komunikasi 81.763,94 93.862,38 107.379,39 122.819,01 138.619,97 156.785,03
1. Pos dan Telekomunikasi 69.385,54 80.369,92 92.200,37 105.506,07 119.434,36 135.287,49
2. Jasa Penunjang Komunikasi 12.378,41 13.492,46 15.179,02 17.312,94 19.185,61 21.497,53
8. KEU. PERSEWAAN, &
JASA PERUSAHAAN 302.771,31 341.878,97 409.909,39 480.868,38 534.145,68 610.444,13
a. Bank 65.235,25 76.800,57 89.296,19 104.483,58 113.269,30 122.673,24
b. Lembaga Keuangan tanpa
Bank 47.557,99 56.682,30 65.767,59 76.853,47 86.377,28 96.228,09
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - 0,00 -
d. Sewa Bangunan 182.023,98 199.579,00 244.526,38 287.724,30 321.289,17 376.771,39
-
15
e. Jasa Perusahaan 7.954,08 8.817,10 10.319,24 11.807,03 13.209,92 14.771,41
9. JASA-JASA 878.374,69 963.896,13 1.100.508,14 1.264.513,06 1.422.500,57 1.610.208,79
a. Pemerintahan Umum 467.526,40 510.803,77 571.279,24 654.846,84 732.947,14 824.081,29
1. Adm. Pemerintah &
Pertahanan 467.526,40 510.803,77 571.279,24 654.846,84 732.947,14 824.081,29
2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - 0,00 -
b. Swasta 410.848,29 453.092,35 529.228,90 609.666,22 689.553,42 786.127,49
1. Sosial Kemasyarakatan 135.602,90 151.042,19 185.422,46 220.495,62 251.506,00 288.445,82
2. Hiburan & Rekreasi 21.089,10 27.561,37 35.006,55 36.054,98 40.128,35 44.823,38
3. Perorangan & Rumahtangga 254.156,29 274.488,79 308.799,89 353.115,61 397.919,07 452.858,29
PDRB DENGAN MIGAS 9.124.212,33 10.357.580,14 11.774.155,30 13.460.955,00 15.339.105,69 17.622.634,54
PDRB TANPA MIGAS 9.124.212,33 10.357.580,14 11.774.155,30 13.460.955,00 15.339.105,69 17.622.634,54
Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Lamongan
Tahun 2008–2013
Menurut Harga Berlaku
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 46,21 45,85 44,95 42,57 41,71 39,89
a. Tanaman Bahan Makanan 28,79 28,45 27,22 25,22 25,02 24,01
b. Tanaman Perkebunan 0,88 0,92 0,93 0,95 0,92 0,88
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,58 1,48 1,53 1,51 1,46 1,34
d. Kehutanan 0,11 0,04 0,03 0,02 0,02 0,02
e. Perikanan 14,85 14,94 15,25 14,87 14,30 13,64
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,22 0,21 0,20 0,21 0,21 0,22
a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -
b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - -
c. Penggalian 0,22 0,21 0,20 0,21 0,21 0,22
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,90 4,97 5,04 5,20 5,13 5,23
a. Industri Migas - - - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - -
2. Gas Alam Cair - - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 4,90 4,97 5,04 5,20 5,13 5,23
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,29 2,42 2,54 2,68 2,67 2,79
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,80 0,79 0,78 0,79 0,78 0,79
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,16 1,12 1,10 1,12 1,10 1,09
4. Kertas dan Barang Cetakan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,19 0,19 0,19 0,17 0,17 0,16
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,14
7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - -
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya - - - - - -
9. Barang lainnya 0,25 0,24 0,23 0,22 0,21 0,20
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,82 0,78 0,80 0,78 0,73 0,69
a. Listrik 0,77 0,73 0,76 0,74 0,69 0,65
b. Gas - - - - - -
c. Air Bersih 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04
5. BANGUNAN 3,08 2,88 2,73 2,73 2,81 2,91
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 29,71 30,61 31,34 33,48 34,64 36,41
-
16
a. Perdagangan Besar & Eceran 27,42 28,37 29,18 31,29 32,48 34,24
b. Hotel 0,05 0,06 0,08 0,08 0,08 0,08
c. Restoran 2,23 2,18 2,07 2,11 2,08 2,10
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2,11 2,10 2,11 2,06 2,01 2,04
a. Pengangkutan 1,21 1,19 1,20 1,15 1,10 1,15
1. Angkutan Rel 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05
2. Angkutan Jalan Raya 0,93 0,86 0,85 0,80 0,76 0,80
3. Angkutan Laut 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. - - - - - -
5. Angkutan Udara - - - - - -
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,22 0,27 0,28 0,29 0,28 0,28
b. Komunikasi 0,90 0,91 0,91 0,91 0,90 0,89
1. Pos dan Telekomunikasi 0,76 0,78 0,78 0,78 0,78 0,77
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,12
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN 3,32 3,30 3,48 3,57 3,48 3,46
a. Bank 0,71 0,74 0,76 0,78 0,74 0,70
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,52 0,55 0,56 0,57 0,56 0,55
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -
d. Sewa Bangunan 1,99 1,93 2,08 2,14 2,09 2,14
e. Jasa Perusahaan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08
9. JASA-JASA 9,63 9,31 9,35 9,39 9,27 9,14
a. Pemerintahan Umum 5,12 4,93 4,85 4,86 4,78 4,68
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 5,12 4,93 4,85 4,86 4,78 4,68
2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - -
b. Swasta 4,50 4,37 4,49 4,53 4,50 4,46
1. Sosial Kemasyarakatan 1,49 1,46 1,57 1,64 1,64 1,64
2. Hiburan & Rekreasi 0,23 0,27 0,30 0,27 0,26 0,25
3. Perorangan & Rumahtangga 2,79 2,65 2,62 2,62 2,59 2,57
PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan tabel tersebut nampak bahwa PDRB ADHB Kabupaten
Lamongan didominasi dari sektor pertanian yang mencapai 39,89%;
perdagangan, Hotel dan restoran 36,41%; Jasa-jasa 9,14%; Industri
Pengolahan 5,23%; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,46%;
Bangunan/Konstruksi 2.91%; Angkutan dan Komunikasi 2,04%; Gas dan
Air Bersih 0.69% dan Pertambangan dan Penggalian 0,22%.
Dari hasil PDRB tahun 2013 telah diketahui bahwa total nilai PDRB
atas dasar harga konstan Kabupaten Lamongan sebesar Rp
7.584230.310.000,00 (estimasi) sedangkan tahun 2012 telah sebesar Rp
7.098.168.750.000,00. Apabila dilihat dari pertumbuhan PDRB Kabupaten
Lamongan, pada tahun 2013 tumbuh menjadi 6,85%. Pertumbuhan
-
17
ekonomi Kabupaten Lamongan diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang
hanya 5,78% maupun Propinsi Jawa Timur sebesar 6,55%. Untuk lebih
jelasnya mengenai laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan dalam
waktu empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamongan
Tahun 2009 – 2013 (%)
6,31
6,89
7,027,13
6,85
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
7,4
7,6
2009 2010 2011 2012 2013
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten LamonganTahun 2009 - 2013 (%)
Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan pada tahun 2013
mengalami sedikit perlambatan, hal ini dipengaruhi oleh perlambatan
perekonomian di tingkat nasional dan regional yang disebabkan oleh :
1) Belum pulihnya kondisi ekonomi global terutama perekonomian
Amerika dan Eropa
2) Pelemahan nilai tukar rupiah
3) Kenaikan suku bunga perbankan
4) Dampak dari kenaikan harga BBM
5) Produksi sector pertanian mengalami perlambatan, karena penurunan
produksi serta kenaikan biaya antara/biaya produksi.
-
18
Secara umum, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Lamongan masih lebih baik dibandingkan Nasional dan Regional, hal ini
didukung sector industry dan perdagangan yang terus tumbuh, sedangkan
sektor pertanian mengalami perlambatan tetapi lebih baik daripada tingkat
nasional dan regional. Selain upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
Pemerintah Kabupaten Lamongan terus berupaya melakukan pemerataan
pembangunan serta pemberdayaan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tidak akan berarti tanpa adanya pemerataan pembangunan oleh
karena itu Pemerintah Kabupaten Lamongan bertekad membangun
ekonomi masyarakat dengan berbasis pada pedesaan. Hal ini bukan berarti
meninggalkan perkotaan yang selama ini telah digarap, tetapi keberpihakan
kepada masyarakat pedesaan perlu dilakukan agar tidak ada ketimpangan
yang mencolok antara kota dan desa. Program gemerlap ini bersifat
penguatan yang mendorong potensi ekonomi masyarakat bisa berkembang
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya
mengembangkannya.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan sektor pertanian, industry pengolahan dan perdagangan,
hotel dan restoran serta jasa-jasa. Sektor-sektor ini mendominasi struktur
perekonomian di Kabupaten Lamongan, sehingga peningkatan
pertumbuhan maupun perlambatan atas sektor ini sangat mempengaruhi
terhadap pertumbuhan maupun perlambatan perekonomian di Kabupaten
Lamongan.
Adapun PDRB ADHK Kabupaten sebagai berikut :
PDRB Kabupaten Lamongan Tahun 2008–2013
Menurut Harga Konstan
Dalam Rupiah
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 2.859.095,91 2.996.968,48 3.135.747,71 3.209.766,22 3.382.337,18 3.506.503,74
a. Tanaman Bahan Makanan 1.799.795,04
1.852.165,53 1.899.536,28 1.838.367,97 1.947.493,49 2.010.376,27
b. Tanaman Perkebunan 70.105,85 74.665,04 76.296,36 82.569,45 84.463,17 86.071,79
-
19
c. Peternakan dan Hasil-
hasilnya 85.865,96
89.286,30 96.333,72 104.577,42 109.088,48 110.096,80
d. Kehutanan 4.325,75 1.859,94 1.224,57 1.227,73 1.229,44 1.232,11
e. Perikanan 899.003,31
978.991,67 1.062.356,78 1.183.023,66 1.240.062,60 1.298.726,77
2. PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN 8.768,46 8.847,94 8.978,56 9.942,18 10.644,38 11.853,45
a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -
b. Pertambangan tanpa
Migas -
- - - - -
c. Penggalian 8.768,46 8.847,94 8.978,56 9.942,18 10.644,38 11.853,45
3. INDUSTRI
PENGOLAHAN 281.373,65 301.444,97 324.437,74 363.511,48 387.507,69 423.872,39
a. Industri Migas - - - - - -
1. Pengilangan Minyak
Bumi -
- - - - -
2. Gas Alam Cair - - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 281.373,65 301.444,97 324.437,74 363.511,48 387.507,69 423.872,39
1. Makanan, Minuman dan
Tembakau 135.125,83
150.367,85 165.957,87 190.538,89 205.491,92 229.952,74
2. Tekstil, Brg. Kulit &
Alas kaki 48.363,62
50.572,23 53.301,69 58.866,01 62.200,15 67.951,24
3. Brg. Kayu & Hasil
Hutan lainnya 59.312,57
60.364,02 62.939,74 69.199,64 72.447,96 75.384,70
4. Kertas dan Barang
Cetakan 3.697,42
3.918,07 4.291,16 4.695,09 4.880,88 5.343,19
5. Pupuk, Kimia & Brg.
dari Karet 9.400,65
9.648,15 10.680,31 10.851,74 11.422,69 11.975,01
6. Semen & Brg. Galian
bukan logam 11.707,42
12.370,19 12.844,12 14.112,56 14.942,86 16.303,45
7. Logam Dasar Besi &
Baja -
- - - - -
8. Alat Angk., Mesin &
Peralatannya -
- - - - -
9. Barang lainnya 13.766,14 14.204,45 14.422,84 15.247,55 16.121,22 16.962,06
4. LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH 61.841,15 65.806,97 69.623,70 75.199,72 78.205,69 82.894,80
a. Listrik 59.697,47 63.567,47 67.260,35 72.856,40 75.749,59 80.244,21
b. Gas - - - - - -
c. Air Bersih 2.143,68 2.239,51 2.363,35 2.343,32 2.456,11 2.650,60
5. BANGUNAN
148.906,84
153.787,13 159.169,68 173.652,84 191.212,95 210.609,57
6. PERDAG., HOTEL &
RESTORAN 1.345.567,31 1.472.494,76 1.617.554,02 1.826.266,21 2.012.724,35 2.227.608,55
a. Perdagangan Besar &
Eceran 1.204.139,71
1.325.511,86 1.466.817,01 1.659.839,83 1.834.537,56 2.034.310,77
b. Hotel 1.263,50 1.385,46 1.692,67 1.854,13 1.927,68 1.990,31
c. Restoran 140.164,10
145.597,45 149.044,34 164.572,25 176.259,10 191.307,47
7. PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI 95.442,76 102.842,72 109.866,66 117.726,62 124.738,94 132.250,61
a. Pengangkutan 57.096,30 61.823,58 65.756,21 70.171,31 74.075,95 78.187,92
1. Angkutan Rel 1.856,83 2.067,98 2.282,46 2.426,91 2.530,49 2.592,98
2. Angkutan Jalan Raya 45.968,20 47.714,01 50.000,03 52.648,02 55.824,89 58.941,75
3. Angkutan Laut 368,88 397,07 416,08 433,86 452,25 474,69
4. Angk. Sungai, Danau &
Penyebr. -
- - - - -
5. Angkutan Udara - - - - - -
6. Jasa Penunjang
Angkutan 8.902,38 11.644,51 13.057,64 14.662,52 15.268,32 16.178,51
b. Komunikasi 38.346,46 41.019,14 44.110,45 47.555,31 50.662,99 54.062,69
1. Pos dan Telekomunikasi 31.959,58 34.187,17 36.665,74 39.321,86 41.916,58 44.697,85
-
20
2. Jasa Penunjang
Komunikasi 6.386,88 6.831,97 7.444,71 8.233,45 8.746,41 9.364,84
8. KEU. PERSEWAAN, &
JASA PERUSAHAAN 187.361,87 207.471,87 232.843,30 261.531,05 279.848,73 302.606,37
a. Bank 31.637,07 35.100,16 39.724,95 45.396,53 48.188,29 51.101,51
b. Lembaga Keuangan tanpa
Bank 32.514,73 35.868,06 40.405,23 45.555,41 49.366,54 52.771,95
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -
d. Sewa Bangunan 119.477,51
132.563,75 148.314,66 165.743,92 177.088,10 193.157,99
e. Jasa Perusahaan 3.732,56 3.939,90 4.398,46 4.835,20 5.205,80 5.574,92
9. JASA-JASA 459.787,76 482.430,25 532.845,12 588.226,72 630.948,83 686.030,83
a. Pemerintahan Umum 231.568,61 243.512,18 263.642,29 285.216,69 303.824,41 327.494,15
1. Adm. Pemerintah &
Pertahanan 231.568,61
243.512,18 263.642,29 285.216,69 303.824,41 327.494,15
2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - -
b. Swasta 228.219,15 238.918,07 269.202,83 303.010,03 327.124,43 358.536,68
1. Sosial Kemasyarakatan 94.501,81
100.840,08 123.339,82 142.194,80 154.479,14 171.463,94
2. Hiburan & Rekreasi 11.891,90 14.043,30 17.062,21 16.889,41 17.829,45 18.889,85
3. Perorangan &
Rumahtangga 121.825,43
124.034,70 128.800,79 143.925,81 154.815,83 168.182,88
PDRB DENGAN MIGAS 5.448.145,70 5.792.095,10 6.191.066,48 6.625.823,03 7.098.168,75 7.584.230,31
PDRB TANPA MIGAS 5.448.145,70 5.792.095,10 6.191.066,48 6.625.823,03 7.098.168,75 7.584.230,31
Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Lamongan
Tahun 2008–2013
Menurut Harga Konstan
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 52,48 51,74 50,65 48,44 47,65 46,23
a. Tanaman Bahan Makanan 33,04 31,98 30,68 27,75 27,44 26,51
b. Tanaman Perkebunan 1,29 1,29 1,23 1,25 1,19 1,13
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,58 1,54 1,56 1,58 1,54 1,45
d. Kehutanan 0,08 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02
e. Perikanan 16,50 16,90 17,16 17,85 17,47 17,12
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,16 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16
a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -
b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - -
c. Penggalian 0,16 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,16 5,20 5,24 5,49 5,46 5,59
a. Industri Migas - - - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - -
2. Gas Alam Cair - - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 5,16 5,20 5,24 5,49 5,46 5,59
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,48 2,60 2,68 2,88 2,89 3,03
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,89 0,87 0,86 0,89 0,88 0,90
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,09 1,04 1,02 1,04 1,02 0,99
4. Kertas dan Barang Cetakan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,17 0,17 0,17 0,16 0,16 0,16
-
21
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21
7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - -
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya - - - - - -
9. Barang lainnya 0,25 0,25 0,23 0,23 0,23 0,22
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1,14 1,14 1,12 1,13 1,10 1,09
a. Listrik 1,10 1,10 1,09 1,10 1,07 1,06
b. Gas - - - - - -
c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03
5. BANGUNAN 2,73 2,66 2,57 2,62 2,69 2,78
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 24,70 25,42 26,13 27,56 28,36 29,37
a. Perdagangan Besar & Eceran 22,10 22,88 23,69 25,05 25,85 26,82
b. Hotel 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03
c. Restoran 2,57 2,51 2,41 2,48 2,48 2,52
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,75 1,78 1,77 1,78 1,76 1,74
a. Pengangkutan 1,05 1,07 1,06 1,06 1,04 1,03
1. Angkutan Rel 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03
2. Angkutan Jalan Raya 0,84 0,82 0,81 0,79 0,79 0,78
3. Angkutan Laut 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. - - - - - -
5. Angkutan Udara - - - - - -
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,16 0,20 0,21 0,22 0,22 0,21
b. Komunikasi 0,70 0,71 0,71 0,72 0,71 0,71
1. Pos dan Telekomunikasi 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 3,44 3,58 3,76 3,95 3,94 3,99
a. Bank 0,58 0,61 0,64 0,69 0,68 0,67
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,60 0,62 0,65 0,69 0,70 0,70
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -
d. Sewa Bangunan 2,19 2,29 2,40 2,50 2,49 2,55
e. Jasa Perusahaan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
9. JASA-JASA 8,44 8,33 8,61 8,88 8,89 9,05
a. Pemerintahan Umum 4,25 4,20 4,26 4,30 4,28 4,32
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 4,25 4,20 4,26 4,30 4,28 4,32
2. Jasa Pemerintah lainnya - - - - - -
b. Swasta 4,19 4,12 4,35 4,57 4,61 4,73
1. Sosial Kemasyarakatan 1,73 1,74 1,99 2,15 2,18 2,26
2. Hiburan & Rekreasi 0,22 0,24 0,28 0,25 0,25 0,25
3. Perorangan & Rumahtangga 2,24 2,14 2,08 2,17 2,18 2,22
PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan tabel tersebut Nampak bahwa, PDRB ADHK
Kabupaten Lamongan didominasidari sektor pertanian yang mencapai
46,23%; Perdagangan, Hotel dan Restoran 29,3%; Jasa-jasa 9,05%; Industri
Pengolahan 5,59%; Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3,99%;
-
22
Bangunan/Kontruksi 2,78%; Angkutan dan Komunikasi 1,74%; Listrik, gas
dan Air Bersih 1,09% dan Pertambangan & Penggalian 0,16%.
II.4 Keadaan Lingkungan
Rumah Sehat
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi masyarakat. Sementara rumah menurut
KEPMENKES RI NO. 829 / Menkes / SK / VII / 1989, Rumah merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tingga l / hunian
yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup
lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Rumah sehat adalah
bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang
memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan
Kabupaten Lamongan, prosentase rumah yang diperiksa sebesar 79.28% dari
rumah yang di periksa sebesar 238.954 atau rumah sehat sebesar 214.442
(71.01%) dari seluruh rumah yang ada sebanyak 301.404. Dari data tersebut,
cakupan terendah adalah Puskesmas Tikung sebesar 49,11%, sedangkan cakupan
tertinggi adalah Puskesmas Sugio sebesar 99,29%. ( Tabel 62)
-
23
Gambar : 2.3 RUMAH SEHAT DI KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN 2013
a. Pengolahan Makanan (TUPM) Sehat
Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TPUM) merupakan suatu
sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat
penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain.
Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan
makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki
sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan ) yang sesuai dengan banyaknya
pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.
Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan puskesmas
pada tahun 2013, menunjukkan bahwa jumlah TUPM yang ada sebanyak
2.946 buah, yang diperiksa 1.895 (64.32 %). Dari TUPM yang diperiksa yang
masuk katagori TUPM sehat sebanyak 1.523 buah (80.36%). ( Tabel 67 )
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
RUMAH YANG ADA RUMAH DIPERIKSA RUMAH SEHAT
301057
238954 214032
-
24
Gambar : 2.4 TUPM YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI
SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN 2013
b. Akses Terhadap Air Minum
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan
menurut ledeng, pompa sumur terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai,
air hujan dan lainnya. Dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 320.455 yang
diperiksa sebanyak 210.738 keluarga, sedangkan yang dapat mengakses air
bersih sebanyak 210.738 keluarga (66%), dengan rincaian berturut-turut yang
terbanyak menggunakan ledeng = 91,688 (29%), SGL = 70.211 (22%) diikuti
pemakai sumber lainnya 29.091 (9%), SPT = 18.008 (6%), dan sisanya PAH =
1.740 (1%). (Tabel 64)
Gambar : 2.5 KELUARGA YANG MEMILIKI AKSES AIR BERSIH DI
KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
YANG ADA YANG DIPERIKSA MEMENUHI SYARAT
2946
18951523
LEDENG
43%
SPT
9%
SGL
33%
PAH
1%
LAINNYA
14%
-
25
c. Sarana Sanitasi Dasar
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga
meliputi persediaan air bersih ( PAB ), jamban, tempat sampah dan
pengelolaan air limbah. Sesuai dengan data yang ada terdapat 320.456 KK dan
seluruhnya telah diperiksa.
Untuk PAB, jumlah KK yang diperiksa sebesar 210.738 (65,76%)
dari jumlah KK yang ada sebesar 320.455 KK dan yang memiliki PAB
sebanyak 220.939 KK (68,95%). Untuk jamban, jumlah KK diperiksa
sebanyak 320.456 KK dan yang memiliki jamban sebanyak 244.676 (76,35%),
dan jamban yang sehat dan memenuhi syarat berdasarkan data jumlah KK
yang memiliki sebanyak 244.676 (100%). Sedangkan jamban sehat
berdasarkan data jumlah KK yang diperiksa sebanyak 262.066 (81,78%).
Untuk tempat sampah, jumlah KK yang diperiksa sebanyak 192.987 dan yang
memiliki sebanyak 192.987 (100%) dan tempat sampah yang memenuhi syarat
atau sehat sebanyak 144.992 (75,13%), sedangkan untuk SPAL jumlah KK
yang diperiksa sebanyak 144.163 dan yang memiliki SPAL sebanyal 145.915
(101,22%) dari jumlah KK yang diperiksa diketahui jumlah SPAL yang sehat
sebanyak 115.277 (79%). (Tabel 66)
II.5 KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
1. Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan
Di Kabupaten Lamongan, masyarakat Penduduk yang
memanfaatkan sarana kesehatan dengan rawat jalan di sarana kesehatan
% Penduduk
Menurut
Cara
Pengobatan
% Penduduk
Menurut
Tempat
Berobat
% Bayi 0-11
Bln yg Pernah
Disusui
% Penduduk yg Merokok
% Penduduk
yg Beraktifitas
fisik
% yg
Mengkonsumsi
Makanan Sehat
Indikator Perilaku yang
Mempengaruhi Derajat
Kesehatan Masyarakat
-
26
(puskesmas, RS, BP/BKIA/RB ) yang di cakup Askeskin/Jamkesmas
sebanyak 550.989 orang terdiri dari 220.396 (89.84%) pasien laki-laki dan
330.593 (89.84%) pasien perempuan dari masyarakat miskin dan hampir
miskin yang ada sebanyak 613.326 orang. Dari keseluruhan yang
mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan sebanyak 336.274 terdiri
dari 134.510 (54.83%) laki-laki dan 201.764 (54.83%) perempuan.
Sementara yang mendapatkan rawat inap sebanyak 12.408 orang (2,02%)
dari seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin terdiri dari 245.330
orang laki-laki dan 367.996 orang perempuan. Sedangkan puskesmas
dengan rawat inap tertinggi adalah Puskesmas Sugio sebesar 696 orang
dan terendah Puskesmas Tlogosadang sebesar 142 orang.
Kunjungan di Puskemas dengan rawat jalan di Kabupaten
Lamongan yang dicakup melalui program Jamkesda sebanyak 613.326
terdiri dari 245.330 orang laki-laki dan 367.996 orang perempuan dengan
persentase tertinggi Puskesmas Sugio yaitu sebesar 31.817 orang
penduduk dan kunjungan rawat jalan terendah adalah Puskesmas
Tlogosadang sebanyak 6.421 orang. (Tabel 56 – 57A )
Gambar : 2. 6 PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN
DAN HAMPIR MISKIN MENURUT STRATA SARANA
KESEHATAN TAHUN 2013
RAWAT JALAN
MASKIN DICAKUP ASKESKIN/
JAMKESMAS96%
RAWAT INAP
MASKIN4%
-
27
2. Rumah Tangga Sehat
Sedangkan indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10
indikator yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi
ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak
merokok, melakukan akitfitas setiap hari, makan sayur dan buah setiap
hari, tersedianya akses terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian
luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah.
Tabel menunjukkan bahwa dari 396.966 rumah tangga yang ada,
dipantau sebanyak 70.101 (18.95%), sedangkan untuk rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat ber PHBS sebanyak 41.549 (59.27%).
dan data tersebut hanya di peroleh dari survey sebanyak 33 puskesmas.
(Tabel 61)
Gambar : 2.7 RUMAH TANGGA SEHAT DI KABUPATEN
LAMONGAN TAHUN 2013
3. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat
bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik
( interakasi dan kasih sayang antara anak dan ibu ), aspek kecerdasan,
aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi
syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan. Selain
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
JML RUMAH
TANGGA
JML DI SURVEI JML SEHAT
369966
7010141549
-
28
aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom
kematian bayi secara mendadak.
Jumlah bayi yang ada sebesar 12.654 terdiri dari 6.450 bayi laki-
laki dan 6.204 bayi perempuan, sementara yang diberi ASI eksklusif
sebesar 10.858 bayi (85.81%) yang terdiri dari bayi laki-laki sebesar 5.533
(85.80%) dan perempuan sebesar 5.325 (85.80%). Cakupan tertinggi di
Puskesmas Karangpilang sedangkan terendah adalah Puskesmas
Karangbinangun. (Tabel 41)
4. Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat bebagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan
sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia ( UKBM ) yang paling dikenal
oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas.
Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu purnama yaitu
posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan
kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Untuk prosentase posyandu pratama di
Kabupaten Lamongan sebanyak 94 atau mencapai 5.42%, posyandu madya
sebanyak 430 atau mencapai 24.78%, posyandu Purnama sebanyak 1.074
atau mencapai 61.90%, dan posyandu mandiri sebanyak 137 atau mencapai
7.90%. sementara un tuk Posyandu PURI sebesar 1.211 (69.80%). (Tabel
72)
-
29
Gambar : 2.8 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA DI
KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013
5. Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk
memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang
berbagai cara pembiayaan kesehatan pra upaya, yaitu dana sehat, asuransi
kesehatan, asuransi tenaga kerja (Astek/Jamsostek, JPKM dan asuransi
kesehatan lainnya, serta Jamkesmas dan Jamkesda untuk penduduk miskin).
Di Kabupaten Lamongan cakupan kepesertaan ASKESKIN/JAMKESMAS
adalah sebesar 550.989 atau mencapai 45.89% terdiri dari laki-laki 440.791
dan perempuan 661.187.
Puskesmas yang telah mencapai cakupan tertinggi adalah Puskesmas Sugio
(51,7%) dan terendah Puskesmas Tlogosadang (8,05%). (Tabel 55)
PRATAMA8.53%
MADYA33.54%
PURNAMA52.74%
MANDIRI5.19%
-
30
Gambar : 2.9 PROPORSI ASURANSI KESEHATAN DI
KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013
ASKES0.01%
ASKESKIN96.48%
Jamkesda3.51%
-
31
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama dengan pendidikan
dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia,
sehingga dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat ang tinggi diharapkan akan
tercipta sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan mampu bersaing untuk
menghadapi semua tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan disegala
bidang. Berbagai studi/penelitian menunjukkan bahwa terjadi kolerasi positif antara
derajat kesehatan dengan produktifitas. Produktifitas merupakan perwujudan dari
kualitas sumber daya manusia yang handal sehingga dapat mendukung peningkatan
ekonomi dan pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan kualitas suatu bangsa. Indikator derajat kesehatan
masyarakat Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 dapat diketahui dengan melihat
indikator : angka kematian (mortalitas), kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup
(AHH) dan status gizi masyarakat.
III.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga
komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk
selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daeah
tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan
sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut.
Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah
sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator
kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat ( Budi Utomo, 1985 )
Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi perhatian adalah
jumlah kematian bayi. Jumlah kematian ini dpublikasikan dengan sebuah
indikator yang disebut angka kematian bayi ( IMR ).
-
32
III.1.1 Angka Kematian Bayi ( AKB )
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak
faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar
penyebab kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian bayi
neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor – faktor yang dibawa
anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi
atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian bayi post neonatal,
adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor – faktor yang
bertalian dengan pengaruh luar.
Angka kematian bayi menggambarkan keadaan sosial
ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan
angka kematian bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara
antara kematian neonatal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian
neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan
kehamilan maka program – program untuk mengurangi angka kematian
neonatal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian tablet tambah darah
dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan angka kematian post – neonatal dan angka
kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk
mengembangkan program imunisasi, serta program – program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak – anak, program
penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun. Disini penulis akan menjelaskan tentang
kematian bayi yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran akan
kesehatan ibu.
-
33
Berdasarkan data yang ada tahun 2013 angka kematian bayi
di kabupaten Lamongan mencapai 88 bayi (4,70) terdiri dari 53 bayi
laki – laki dan 35 bayi perempuan (tabel 7). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan
faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor
aksebilitas dan pelayanan kesehatan tenaga medis yang terampil, serta
kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma
kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. AKB dalam beberapa waktu
terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup
dan pelayanan kesehatan masyarakat. ( Sumber : Indek Pembangunan
Manusia Kabupaten Lamongan tahun 2009).
III.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI )
Angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia merupakan salah
satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka
kematian ibu ( AKI ) juga merupakan salah satu terget yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai
tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Dari hasil survey yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan
dari waktu ke waktu, namun demikian upaya telah menunjukkan target
tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras yang terus menerus.
Proyeksi Angka Kematian Ibu ( AKI ) Tahun 1994 – 2015
(Dalam 100.000 Kelahiran hidup) Sumber data: SDKI, 1994,2002/2003,
2007, MDGs dan Bappenas Menyatakan bahwa trend AKI Indonesia
secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana
menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan SDKI pada tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per
100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut tertinggi
di Asia.
-
34
Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menangah
Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh sebagai survey yang
dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan
Rumah Tannga (SKRT) dan Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi
lebih luas dibandingkan survey sebelumnya.
Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara
konsisten digunakan data hasil SKRT, AKI menurun 450 per 100.000
kelahiran hgidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada tahun 2002-2003
AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil
SDKI, walaupun cenderung terus untuk terus menurun, pencapaian
Kabupaten Lamongan pada tahun 2012, yaitu sebesar 56 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan jumlah kematian maternal yang ditangani
oleh petugas kesehatan pada tahun 2013, berdasarkan laporan dari
puskesmas yang diterima Subbidang Kesehatan Keluarga Dinas
Kesehatan Lamongan sebesar 17 orang, terdiri dari kematian ibu hamil
sebanyak 3 orang, ibu bersalin sebanyak 10 orang dan ibu nifas
sebanyak 5 orang. (tabel 8)
III.1.3 Angka Kematian Balita (AKABA)
Salah satu tujuan dari SDKI 2012 adalah mengukur tingkat
dan kecenderungan kematian bayi dan anak. Angka kematian bayi dan
anak yang disajikan dalam tabel 7 adalah estimasi secara langsung
berdasarkan keterangan yang di dapat dari bagian riwayat kelahiran dari
kuesioner wanita mengenai tanggal kelahiran anak, status kelangsungan
hidup, dan umur saat meninggal untruk anak yang sudah meninggal.
Angka-angka kematian bayi dan anak didefinisikan sebagai berikut :
□ Kematian neonatum: peluang meninggal dalam bulan pertama
setelah lahir (0-28hari)
-
35
□ Kematian post neonatum: selisih antara kematian bayi dan
kematian neonatum (1-11 bulan)
□ Kematian bayi: peluang bayi meninggal sebelum ulang tahun
pertama (0-11 bulan)
□ Kematian anak: peluang meninggal antara ulang tahun pertama
dan ulang tahun kelima (1-4 tahun)
□ Kematian balita: peluang anak meninggal sebelum mencapai
ulang tahun kelima (0-4 tahun)
Survey AKABA ( Angka Kematian Anak Dan Balita) di
Kabupaten Lamongan tahun 2013 laki-laki lebih besar daripada tingkat
kematian anak balita perempuan yaitu 4 balita laki-laki dan 2 balita
perempuan.
III.2 Angka Harapan Hidup ( AHH )
Angka/umur harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah
perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok
penduduk dari sejak lahir. AHH dapat dijadikan salah satu alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan
serta social ekonomi disuatu wilayah, termasuk didalamnya derajat kesehatan.
Data AHH diperoleh melalui survey yang dilakukan oleh BPS.
Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273, 65 juta jiwa pada
tahun 2025. Pada tahun yang sama, AHH nasional diperkirakan mencapai 73,7
tahun. (Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Saat ini
berdasarkan data BPS Propinsi Jawa Timur, AHH mencapai 70,09 tahun.
Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 69,81 tahun.
Angka Harapan Hidup Kabupaten Lamongan sampai pada tahun 2013
adalah 68,68 tahun. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah
hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator
kesejahteraan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi
kesehatan masyarakat Lamongan lebih baik dari tahun ke tahun.
-
36
III.3 Angka Kesakitan ( MORBIDITAS )
Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi
transisis epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi
kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik re-emrging maupun new-emerging
desease masih tinggi. Masalah perilaku tidak sehat menjadi factor utama yang
harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan bisa teratasi.
Angka kesakitan (morbiditas) pada penduduk berasal dari community
based. Data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem
pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi
penyakit menular akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi kejadian
luar biasa (KLB).
Pola penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dipantau melalui Sistem
Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas selain dari hasil pemantauan
kunjungan pasien di Puskesmas. Hasil pemantauan melalui STP di Tingkat
Puskesmas diamati setiap bulan berdasarkan laporan dari Puskesmas ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Lamongan untuk dilakukan pengolahan dan pengamatan
secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi menyebabkan
terjadinya wabah.
III.4 Pola Penyakit di Kabupaten Lamongan
Adapun kasus-kasus penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dari tabel
di bawah ini :
Jumlah Kasus Penyakit Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun 2013
No Jenis Penyakit Jumlah Kasus %
1 Kolera 4 0.0
2 Diare 25303 19.1
3 Diare Berdarah 4964 3.8
4 Tifus perut klinis 9985 7.6
5 TB Paru BTA (+) 656 0.5
6 Tersangka TB Paru 2200 1.7
-
37
7 Kusta PB 76 0.1
8 Kusta MB 158 0.1
9 Campak 19 0.0
10 Difteri 2 0.0
11 Batuk reDES 0 0.0
12 Tetanus 9 0.0
13 Hepatitis Klinis 249 0.2
14 Malaria Klinis 19 0.0
15 Malaria Vivak 0 0.0
16 Malaria Falsifarum 1 0.0
17 Malaria Mix 0 0.0
18 DBD 932 0.7
19 Demam Dengue 559 0.4
20 Pneumonia 600 0.5
21 Sifilis 19 0.0
22 Gonorrhoe 19 0.0
23 Frambusia 2 0.0
24 Filariasis 105 0.1
25 Influensa 41800 31.6
26 Hipertensi 20306 15.4
27 Diabetes Melitus 6602 5.0
28 ISPA 23291 17.6
29 Keracunan 21 0.0
JUMLAH 137.901 100
-
38
Grafik Sepuluh Penyakit Terbanyak Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun 2013
Penyakit yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit di
Puskesmas selama beberapa tahun terakhir adalah Influensa, Diare, Hipertensi,
ISPA, Typhus Perut Klinis, Diabetes Melitus, Diare Berdarah, DBD,
Tersangka TB Paru, TB Paru BTA(+).
Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan antara lain :
III.4.1 Penyakit Menular Langsung
a. Prevalensi Tuberkulosis
Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan sebagai
penyumbang jumlah kasus bersama beberapa negara berkembang
lainnya, di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur menempati
urutan kedua setelah Provinsi Jawa Barat. Dan tuberculosis menjadi
beban masalah kesehatan di Jawa Timur. Pada tahun 2012 jumlah
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000 41,800
25,30323,291
20,306
9,985
6,6024,964
2,200932 656
10 PENYAKIT TERBANYAK BERDASAR LAPORAN STP BERBASIS PUSKESMAS TAHUN 2013
-
39
kasus baru (BTA positif dan BTA negatif Thorax positif) sebanyak
41.472 penderita dengan Case Notification Rate All Case (CNR)
112 sedangkan Case Detection Rate (CDR) Jawa Timur sebesar
63,03%. Kondisi wtersebut masih jauh dari target nasional yang
ditetapkan yaitu 70%.
Pada tahun 2013 kasus BTA (+) baru yang diobati
sebanyak 1.078 orang terdiri dari 639 orang laki-laki dan 439 orang
perempuan, dengan capaian Case Detection Rate (CDR) mencapai
83,89% mengalami peningkatan sebesar 13,8% dari tahun
sebelumnya. Diikuti Case Notification Rate (CNR) sebesar 158,
berarti mengalami kenaikan dari target yang ditentukan untuk setiap
tahunnya diharapkan mengalami kenaikan 5%. Keberhasilan
pengobatan pasien TB Paru yang diobati 94,1% dan angka
kesembuhan sebesar 92,56%. Jika dibandingkan dengan tahun lalu
memang mengalami penurunan tetapi masih diatas target nasional
yang ditentukan.
Sedangkan di Kabupaten Lamongan pencapaian CDR pada
tahun 2012 sebesar 70,05% diikuti CNR All Case sebesar 133.
Dengan keberhasilan pengobatan pasiean tahun 2011 yang terpantau
di tahun 2012 sebesar 97,1% yang melebihi 7,1% dari target
nasional sebesar 90% diikuti angka kesembuhan sebesar 96,1%.
b. Persentase Balita dengan pneumonia ditangani
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita yang
ditangani di Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 27,08% dengan
jumlah 84.392 balita secara keseluruhan yang dilaporkan oleh 38
kabupaten/kota.
Pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan cakupan
penemuan penderita pneumonia balita yang ditangani di Kabupaten
Lamongan sebesar 3.457 balita (48%), yang terdiri dari 1.753
balita laki-laki dan 1.704 balita perempuan.
Sementara di Kabupaten Lamongan mengalami
peningkatan 17% dari tahun 2012, dimana cakupan penderita
-
40
pneumonia balita yang ditangani sebesar 2.304 balita (31%)
Meskipun mengalami peningkatan sebesar 17%, akan tetapi belum
memenuhi target yang ditentukan. Hal ini disebabkan adanya
petugas Puskesmas yang kurang memahami pengklasifikasian
pneumonia pada balita, pelaksanaan MTBS yang belum maksimal.
Ditunjang Puskesmas yang menangani wilayah kerja kurang aktif
melaporkan sendiri maupun kurang aktif untuk menjemput laporan
kasus pneumonia balita dari sarana kesehatan lainnya yang ada di
wilayah kerjanya sehingga berdampak rendahnya kelengkapan
laporan. (Tabel 13)
c. Prevalensi Kusta
Meskipun penyakit Kusta dapat diobati dan disembuhkan,
bukan berarti Kabupaten Lamongan terbebas dari masalah penyakit
Kusta, karena dari tahun ke tahun masih saja ditemukan sejumlah
kasus baru. Beban penyakit kusta yang paling utama adalah
kecacatan yang ditimbulkan, sehingga masalah penyakit Kusta
sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada
masalah sosial ekonomi.
Sementara jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit
Kusta di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 tercatat sebesar
292 orang dengan angka prevalensi sebesar 2,43 per 10.000
penduduk.
Di Kabupaten Lamongan masih banyak menyimpan
kantong-kantong kusta yang kebanyakan berada di kawasan pantai
utara. Pada tahun 2013 Penderita kusta type PB sebanyak 20 orang
yang terdiri dari 10 Laki-laki dan 10 perempuan, berarti jauh lebih
sedikit di banding tahun lalu sebanyak 39 orang, dan type MB
sebanyak 272 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 257permpuan.
(tabel.19)
-
41
Gambar 3.2 : JUMLAH PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN
LAMONGAN TAHUN 2013
d. HIV / AIDS
Perkembangan penyakit AIDS di Kabupaten Lamongan
tahun 2013 sebanyak 135 orang terdiri dari 75 orang laki-laki dan
60 perempuan, untuk kasus HIV sebanyak 59 kasus terdiri dari 32
orang laki-laki dan 27 orang perempuan. Sedangkan kasus IMS
tidak ditemukan penderita baru. Kematian penderita AIDS tahun
2013 sebanyak 28 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 10
penderita perempuan. Sedangkan untuk tahun 2012 ditemukan
kasus AIDS 89 orang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 39 orang
perempuan, untuk penderita IMS sebanyak 39 orang terdiri dari 29
orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Kematian penderita AIDS
tahun 2012 sebanyak 38 orang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 13
orang perempuan. Dari analisa data diatas perkembangan kasus
HIV/AIDS di tahun 2013 ini mengalami kenaikan sebesar 66%.
Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan penemuan dan
pelacakan dari upaya penanggulangan AIDS di masyarakat melalui
peningkatan pengetahuan yang tepat dan benar mengenai HIV dan
AIDS serta menjalankan perilaku aman dari tertular HIV.
Ditunjang kesadaran para ODHA untuk mendapatkan dan memiliki
0
50
100
150
200
250
300
PENDERITA
TYPE PB
RFT TYPE PB PENDERITA
TYPE MB
RFT TYPE MB
2011
272
177
-
42
kepastian pelayanan, perawatan dan pengobatan serta layanan
kesehatan yang dibutuhkan. (Tabel 14)
GAMBAR 3.3 : PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS
TAHUN 2013
III.4.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang
a. Demam Berdarah Dangue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorragic Fever (DHF) mulai dikenal di Indonesia sejak tahun
1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD
terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah
endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi juga menimbulkan dampak
buruk social dan ekonomi.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh
Kabupaten/Kota di Jawa Timur. DBD juga menjadi masalah yang
rutin dihadapi pada setiap musim hujan. Angka kesakitan di Jawa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
HIV AIDS IMS
32
75
0
27
60
0
-
43
Timur cukup tinggi, meskipun jumlah kematian yang terjadi dapat
di tekan.
Di Kabupaten Lamongan, pada tahun 2013 terdapat
jumlah kasus DBD sebanyak 644 kasus atau dengan incident rate
53,64 per 100.000 penduduk dengan kasus meninggal sebanyak 2
orang, yang tahun sebelumnya hanya mencapai 499 kasus atau
dengan incident rate sebesar 41,80 per 100.000 penduduk dengan
kasus meninggal 3 orang. Sama halnya di Provinsi, bahwa
kesakitan DBD di Kabupaten Lamongan semakin tinggi, akan
tetapi hanya bisa menekan jumlah kematian.
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada
penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan angka
bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan
penanganannya di rumah tangga.
Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) pada
tahun 2013 lebih rendah dari rata-rata nasional. Data program P2M
tahun 2013 di Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa CFR
(case fatality rate / angka kematian) sebesar 0,31 (nasional
-
44
Untuk penanganan kasus DBD di Jawa Timur, antara lain :
1. Belum adanya obat anti virus dan vaksin untuk mencegah
DBD, maka untuk memutus rantai penularan, pengendalian
vector dianggap yang paling memadai untuk saat ini,
2. Vector DBD khususnya Aedes Aeggypti sebenarnya mudah
dikendalikan, karena sarang-sarangnya terbatas ditempat yang
berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter.
Tetapi karena vector tersebar luas, maka untuk keberhasilan
pengendaliannya diperlukan total coverage meliputi selruhh
wilayah) agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi. Untuk
itu sangat memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat
khususnya dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD.
3. Partisipasi masyarakat dalam PSN DBD masih rendah,
meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-
cara pencegahannya sudah cukup tinggi.
4. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian
DBD dan KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti
kepadatan penduduk, morbbilitas, lancarnya transportasi
(darat, laut, dan udara), pergantian musim dan perubahan iklim
dunia, keberhasilan lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta
jenis dan keganasan virusnya.
5. Dukungan dari penggambil kebijakan yang belum
memprioritaskan pemberantasan DBD
6. Keterlemabatan respon untuk melakukan penyelidikan
epidemiologi (PE) karena keterlambatan info darai rumah sakit
atau klinik.
7. Surveylans epidemiologi DBD sebagai upaya kewaspadaan dini
agar tidak terjadi KLB belum optimal.
8. Sebagian masyarakat masih minat dengan fogging.
9. Tatalaksana fogging/pengawasan (terutama fogging swasta)
masih belum sesuai dengan SOP.
-
45
10. System pencatatan dan pelaporan DBD baik tertulis maupun
melalui website belum optimal.
11. Tata laksana penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak
sesuai dengan SOP
12. Uji resistensi terha