documentk

71
DAFTAR ISI DAFTAR ISI............................................i BAB I.................................................1 PENDAHULUAN...........................................1 A. LATAR BELAKANG PENELITIAN........................1 B. RUMUSAN MASALAH.................................. 5 C. TUJUAN PENELITIAN..........................5 Tujuan umum:.......................................5 Mengetahui hubungan pernikahan dini dengan keharmonisan pasangan..............................5 Tujuan khusus:.....................................5 D. MANFAAT PENELITIAN...............................5 E. KEASLIAN PENELITIAN..............................6 Bab II................................................7 TINJAUAN PUSTAKA.................................... 7 i

Upload: dimas-ajie-prasetyo

Post on 06-Dec-2014

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cgcg

TRANSCRIPT

Page 1: Documentk

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN..........................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................5

C. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................5

Tujuan umum:...................................................................................................5

Mengetahui hubungan pernikahan dini dengan keharmonisan pasangan.........5

Tujuan khusus:..................................................................................................5

D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................5

E. KEASLIAN PENELITIAN..........................................................................6

Bab II........................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................7

A. PERNIKAHAN.............................................................................................7

B. MENIKAH DINI........................................................................................10

3. Penyebab Menikah Dini...................................................................................14

i

Page 2: Documentk

C . KEBAHAGIAAN PERNIKAHAN............................................................14

D. DAMPAK NIKAH DINI............................................................................19

E. LANDASAN TEORI...............................................................................20

F. KERANGKA TEORI PENELITIAN.........................................................21

G. HIPOTESIS PENELITIAN........................................................................22

BAB III..................................................................................................................23

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN....................................................23

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.....................................................23

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN.................................................23

D. VARIABEL PENELITIAN...........................................................................25

E. DEFINISI OPERASIONAL..........................................................................26

F. ALAT UKUR PENELITIAN.......................................................................26

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS.........................................................28

H. JALANNYA PENELITIAN.......................................................................29

I. ANALISIS DATA..........................................................................................30

J. KELEMAHAN DAN KESULITAN PENELITIAN......................................32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

ii

Page 3: Documentk

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi

kebutuhan psikologis dimana mulai tertarik dengan jenis kelamin lain dan mulai

memadu kasih, kebutuhan sosial seperti membutuhkan hubungan dengan orang

lain dan kebutuhan religi yaitu adanya kewajiban untuk menikah dari kepercayaan

dan agama yang dianut. Semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan adanya

pernikahan, karena dengan pernikahan semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi

tanpa melanggar norma dan aturan yang ada di masyarakat. Secara agama semua

kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dan dilakukan dengan sah dan halal dengan

melalui pernikahan (Wulandari, 2010).

Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang istrinya (dengan kasih

dan sayang) dan istrinya juga memandang suaminya (dengan kasih dan sayang)

maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih dan sayang. Dan

apabila seorang suami memegangi jemari istrinya (dengan kasih dan sayang)

maka berjatuhanlah dosa – dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id).

“Dan nikahkanlah orang – orang yang sendirian diantara kamu, dan

orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang laki – laki dan

1

Page 4: Documentk

hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayalkan

mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha

Mengetahui.” (An Nuur 32).

Pernikahan menurut undang – undang pernikahan No.1 tahun 1974 adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan syarat antara lain pernikahan

didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai, dan untuk seorang yang belum

mencapai usia 21 tahun harus mendapat ijin dari orang tua. Batas umur

pernikahan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 74, yaitu

pernikahan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan

pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Saat usia seseorang dikatakan

matang secara fisiologis, namun belum matang secara psikologis karena menurut

Hurlock usia 16 dan 19 tahun masih digolongkan umur remaja atau adolescence

(walgito, 2004a). Namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai pernikahan

pada usia muda atau di bawah umur. Padahal pernikahan yang sukses pasti

membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental untuk bisa

mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga

(Puspitasari,2006).

Pernikahan usia dini masih banyak dilakukan di Negara-negara

berkembang, menurut Raj et al., 2009 menyebutkan di India prevalensi wanita

menikah dibawah usia 16 tahun sebesar 22,6% dan di bawah usia 13 tahun sebesar

2,6%. Rashid (2006) menambahkan sekitar 153 remaja wanita di Bangladesh 2

Page 5: Documentk

menikah pada usia 13 tahun dan 75% menikah sebelum usia 16 tahun,hanya 5%

wanita usia berusia 18 tahun.

Menurut pendapat Havigurst tugas perkembangan yang menjadi

karakteristik adalah mulai mencari dan menemukan calon pasangan hidup,

membina kehidupan rumah tangga, meniti karir, membesarkan anak-anak dan

mengelola rumah tangga, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab

pada pernikahan usia dewasa awal sekitar umur 21 tahun (Dariyo,2004; Hurlock,

1997). Pendapat lain dikemukakan oleh erikson bahwa masa perkembangan

dewasa awal ditandai membina hubungan intim, yang menurut perkembangan

seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis

yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. Di hampir

setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman tersebut diperoleh melalui

lembaga pernikahan (Desmita, 2006).

. Dengan kata lain pada usia masa dewasa awal seseorang dihadapkan

pada kodrat alam yaitu untuk hidup bersama dalam suatu perkawinan. Pernikahan

merupakan bentuk hubungan antara laki-laki dan perempuan dewasa yang

diterima serta diakui secara universal (wulandari, 2010)

Pernikahan seorang laki-laki dan seorang wanita memiliki satu tujuan

pasti. Dalam pasal 1 Undang-Undang Perkawinan , tujuan pernikahan adalah

untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa (Walgito, 2004a). Memperoleh kebahagiaan juga merupakan sesuatu

yang didambakan oleh pasangan suami istri dalam pernikahan dan kehidupan

3

Page 6: Documentk

rumah tangga yang akan dicapai atas kerja sama yang baik antara suami dan istri

(Tulus, 2009).

Banyak masalah yang menyertai pernikahan wanita usia belia, usia belia

merupakan bukan masa reproduksi yang sehat. Terdapat banyak bukti yang

menunjukan bahwa perkawinan dan kehamilan usia belia membahayakan

kesehatan ibu dan bayinya. Penelitian yang dilakukan oleh Grogger dan Bronars

(1993) menyebutkan bahwa pernikahan dan kehamilan pada umur belia berkaitan

dengan kondisi yang serba merugikan, seperti rendahnya tingkat pendidikan

wanita, rendahnya tingkat partisipasi wanita, dan pendapatan keluarga yang

rendah. Sehingga pada hakikatnya pernikahan pada usia muda menunjukan

ketidakberdayaan wanita untuk merintis masa depan dan memilih sendiri

pasangan hidupnya. Pernikahan usia muda pada akhirnya akan memicu timbulnya

berbagai masalah yang harus mereka hadapi (Hanum, 1997).

Wanita yang menikah pada usia dini mempunyai waktu yang lebih

panjang beresiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih tinggi. Pernikahan

usia remaja juga berdampak pada rendahnya kualitas keluarga,baik ditinjau dari

segi ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun

ekonomi rumah tangga, resiko tidak siap mental untuk membina pernikahan dan

menjadi orangtua yang bertanggung jawab, kegagalan pernikahan, kehamilan usia

dini beresiko terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam

mengandung dan melahirkan bayinya. Kehamilan usia dini ada resiko

pengguguran kehamilan yang dilakukan secara ilegal dan tidak aman secara medis

yang berakibat komplikasi aborsi. Angka kehamilan usia remaja yang mengalami 4

Page 7: Documentk

komplikasi aborsi. Angka kehamilan usia remaja yang mengalami komplikasi

aborsi berkisar antara 38 sampai 68% (Wilopo,2005).

Wanita yang menikah dini akan menimbulkan stres dalam keluarga.

Adanya stres dalam keluarga akan berakibat terhadap sikap permisif terhadap

hukuman badan sebagai bagian dari mendidik anak. Semakin baik kematangan

emosi wanita maka semakin siap wanita dalam menghadapi pernikahan.

Sebaliknya apabila semakin kurang kematangan emosi wanita maka akan semakin

tidak siap wanita dalam menghadapi pernikahan (Maryati,2007; cit wulandari,

2010).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas maka rumusan masalah

penelitiannya adalah apakah ada hubungan antara pernikahan dini dengan

kebahagiaan pasangan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum:

Mengetahui hubungan pernikahan dini dengan kebahagiaan pasangan.

Tujuan khusus:

Mengetahui gambaran hubungan kebahagiaan pasangan sebagai suami atau istri.

Mengetahui usia saat pertama kali menikah pada wanita.

5

Page 8: Documentk

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Menambah pengetahuan mengenai hubungan kebahagiaan pasangan

individu terhadap pasangan dini.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga

pengambilan kebijakan,mengingat dampak dari pernikahan usia dini

kepada rendahnya kualitas keluarga.

3. Penelitian ini bagi intitusi pendidikan dapat menambah khasanah keilmuan

dan data kepustakaan,terutama yang terkait dengan faktor yang

berhubungan pernikahan dini.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang pernikahan dini atau

kebahagiaan pasangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti berikut:

Desiana Wulandari (2010) melakukan penelitian dengan judul hubungan

kematangan emosi dengan kebahagiaan pernikahan individu terhadap pasangan di

Kecamatan Turi Kabupaten Pasangan. Penelitian ini menggunakan metode

descriptif korelasi. Dengan sampel 57 orang. Perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan peneliti pada variabel dan lokasi penelitian. Peneliti menggunakan

variabel bebas pernikahan dini dan variabel terikat kebahagiaan pernikahan.

Populasi penelitian yaitu pasangan suami istri di Kecamatan Talang, Tegal.

6

Page 9: Documentk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERNIKAHAN

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1,

pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai seorang suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata pernikahan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-

laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Pernikahan menurut

hukum adat suatu pernikahan merupakan urusan kerabat/urusan masyarakat,

urusan pribadi satu sama lain dalam hubungan yang berbeda-beda, atau

merupakan salah satu cara untuk menjalankan upacara-upacara yang banyak corak

ragamnya menurut tradisi masing-masing tradisi. Hukum agama adalah suatu

perbuatan yang suci (sakramen, samskara) yaitu pernikahan adalah suatu

perikatan antara dua belah pihak yaitu pihak pria dan pihak wanita dalam

memenuhi perintah dan anjuran Yang Maha Esa, agar kehidupan keluarga dan

berumah-tangga serta berkerabat bisa berjalan dengan baik sesuai dengan anjuran

agamanya. Hukum Islam pernikahan adalah akad atau persetujuan antara calon

suami dan calon istri karenanya berlangsung melalui ijab dan qobul atau serah

terima. Apabila akad nikah tersebut telah dilangsungkan, maka mereka telah

7

Page 10: Documentk

berjanji dan bersedia menciptakan rumah-tangga yang harmonis, akan hidup

semati dalam menjalani rumah tangga bersama-sama (Nasruddin, 1976).

Pengertian Pernikahan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Pernikahan. Menurut ketentuan Pasal 1 UU No.1 Tahun 1974 tentang Pernikahan,

bahwa pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita, sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga )

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan

rumusan pengertian pernikahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam suatu

pernikahan ada 3 ( tiga ) unsur pokok yang terkandung didalamnya yaitu sebagai

berikut:

a. Pernikahan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang

wanita.

b. Pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang

bahagia dan kekal.

c. Pernikahan berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa.

Pernikahan akan membentuk sebuah pasangan baru. Pembentukan

pasangan baru merupakan tahap kedua dalam sikus kehidupan, dimana dua

individu dari keluarga yang awalnya terpisah kemudian disatukan menjadi sebuah

bentuk sistem keluarga yang baru (Santrock, 2002).

8

Page 11: Documentk

2. Tujuan Pernikahan

Basri (1999) cit Dewi (2007) di dalam pernikahan seseorang dituntut

untuk berbagi kehidupan bersama pasangan seumur hidupnya. Karena menjalani

pernikahan sampai mati, maka melalui perkawinan dihaeapkan dapat memberikan

kebahagiaan lahir batin pada setiap pasangan yang mengikatkan diri menjadi

sepasang suami istri. Kebahagiaan lahir batin merupakan tujuan dari pernikahan

tersebut.

Pernikahan Undang-Undang Perkawinan No. 1 adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan yang Maha Esa. Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan hidup setiap

orang berbeda, termasuk dalam hal tujuan pernikahan bagi masing-masing

individu. Namun, demi membentuk keluarga yang bahagia maka suami istri perlu

mempersatukan tujuan yang akan dicapai dalam perkawinan itu (Walgito, 2004a).

9

Page 12: Documentk

3. Tahap yang dilalui dalam pernikahan

Pernikahan memiliki beberapa tahap yang harus dilalui oleh pasangan

suami istri yang baru saja melangsungkan pernikahan. Menurut (Hoffman, Paris

& Hall; 1994; cit Hapsariyanti, 2006), pasangan muda adalah suami istri yang

belajar hidup bersama dan memahami bahwa mereka saling tergantung satu sama

lain. Ada tiga tahap yang dilalui pasangan suami istri dalam usaha membangun

pernikahan mereka, yaitu :

a. Fase pencampuran (blending)

Terjadi pada tahun pertama dimana suami istri belajar hidup bersama dan

memahami bahwa mereka saling tergantung sehingga perbuatan seseorang akan

mempunyai konsekuensi terhadap orang lain.

b. Fase Penjalinan hubungan (nesting)

Terjadi antara tahun kedua dan ketiga. Suami dan istri pada fase kedua ini

mengeksplorasi batas-batas kecocokan meraka sehingga mulai timbul konflik

dalam pernikahan.

c. Fase Pemeliharaan (maintaining)

Fase pemeliharaan dimulai pada tahun keempat. Pada fase ini tradisi sudah mulai

terbentuk dan konflik yang muncul pada fase sebelumnya biasanya sudah muali

dapat teratasi. Kualitas dari pernikahan itu pun sudah mulai terlihat.

10

Page 13: Documentk

B. MENIKAH DINI

1. Pengertian Menikah Dini

Pernikahan usia muda atau yang lebih sering disebut dengan pernikahan

dini adalah realita yang setidaknya dipicu oleh dua faktor dan membaginya dalam

dua golongan. Faktor penyebab menikah muda ada dua golongan yaitu pertama

dilatar belakangi oleh kesadaran moral yang sangat tinggi terhadap agama untuk

memelihara dari perbuatan hina dan yang kedua karena keterpaksaan. Pemicu

terbesarnya dalam hal ini adalah hamil di luar nikah. Pada pasal 6 ayat 2 undang –

undang no 1 tahun 1974, disebutkan bahwa “untuk melangsungkan pernikahan,

seorang yang belum mencapai usia 21 tahun harus mendapatkan izin dari kedua

orangtua”. Jelas bahwa undang – undang tersebut menganggap orang di atas usia

tersebut bukan lagi anak – anak sehingga mereka sudah boleh menikah. Walaupun

begitu, selama seseorang belum mencapai umur 21 tahun, masih diperlukan izin

dari orangtua untuk menikah. Sedangkan dalam undang-undang pernikahan no 1

(1974), memberikan batasan usia minimal menikah untuk pria adalah 19 tahun

dan wanita 16 tahun. Di dalam perubahan undang – undang pernikahan no 1

(1974), menaikkan batasan usia minimum tersebut menjadi untuk pria 25 tahun

dan wanita 20 tahun. Meskipun sudah jelas terdapat pasal-pasal dan undang –

undang yang membahas tentang batasan usia pada pria atau wanita yang ingin

melangsungkan pernikahan. Tetap saja, masih ada pasangan yang melangsungkan

pernikahan dibawah usia yang sudah ditentukan oleh undang-undang pernikahan

(Budinurani, 2009).

11

Page 14: Documentk

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menikah Dini

Budinurani , 2009 mengemukakan bahwa menikah dini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Adat

Adat mendorong pernikahan pada usia yang masih dini, karena seseorang

yang terlambat menikah akan membuat malu keluarga.

b. Faktor Agama

Dalam agama islam, menikah itu disyariatkan dan oleh beberapa

pemeluknya dianggap sebagai sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari

hal-hal yang tidak diinginkan. Bagi umat islam, menikah itu hukumnya adalah

wajib, karena dengan menikah orang akan dikaruniakan keturunan dan

meneruskan garis kehidupan, agama islam sangat melarang terjadinya seks bebas

atau seks diluar nikah.

c. Faktor Ekonomi

Apabila seseorang anak telah menikah berarti orangtua bebas dari

tanggung jawab, sehingga secara ekonomi mengurangi beban keluarga.

d. Faktor Pendidikan

Tiadanya harapan mengenai diri individu di hari depan mendorong anak

menikah pada usia muda. Pernikahan seperti ini yang kurang diperhitungkan anak

masa usia remaja, mereka piker dengan menikah di usia muda akan mendatangkan

kebahagiaan dan bisa hidup mapan.

12

Page 15: Documentk

e. Faktor Hukum Dan Peraturan

Di Indonesia dalam undang-undang pernikahan N0. 1 / 1974 dan peraturan

pelaksanaannya, antara lain ditetapkan bahwa usia minimum bagi wanita yang

akan menikah adalah 20 tahun dan pada laiki – laki batas minimum untuk bias

menikahi seorang wanita adalah berusia 25 tahun.

f. Faktor Hukum

Adat dan peraturan tentang perceraian, semakin dini orang bercerai dalam

suatu masyarakat, semakin banyak pernikahan dini dalam masyarakat itu sendiri.

Peraturan juga memiliki peraturan undang-undang yang mengaturnya, hal ini agar

orang ingin menikah tidak mudah untuk nikah cerai.

g. Faktor Larangan Perilaku Seksual

Pada masyarakat yang melarang hubungan seks diluar pernikahan terdapat

kecendrungan untuk lebih untuk lebih cepat menikah. Untuk bisa memenuhi

hasrat seksualnya. Kebutuhan biologisnya juga sangat berpengaruh dalam

kehidupan individu itu sendiri.

h. Romantis Mengenai Kehidupan Pernikahan

Suatu daya tarik yang besar mengenai pernikahan adalah persepsi

seseorang bahwa kehidupan berumah tangga merupakan perpanjangan yang

romantis dari hubungan sesama muda mudi masih pacaran.

13

Page 16: Documentk

i. Stimulasai Dorongan seksual

Dalam dekade 80 di sekitar kita makin banyak hal – hal yang merangsang

nafsu remaja, seperti misalnya film cabul, bacaan porno, lokasi WTS, taman –

taman huburan dan lain sebagainya. Sehingga mudah dimengerti bahwa makin

banyak remaja yang tidak dapat menahan diri, akhirnya banyak memikirkan

perbuatan seksual dan barakibat menikah pada usia dini.

j. Pendidikan Seks

Kurang adanya pendidikan seks yang dapat dipertanggungjawabkan untuk

remaja, menyebabkan ketidaktahuan mereka tentang seks. Akibatnya para remaja

putri mudah menjadi korban perbuatan nafsu seksual.

3. Penyebab Menikah Dini

Pernikahan usia muda atau yang lebih sering disebut dengan pernikahan

dini adalah realita yang setidaknya dipicu oleh dua faktor dan membaginya dalam

dua golongan. Faktor penyebab menikah muda ada dua golongan yaitu pertama

dilatar belakangi oleh kesadaran moral yang sangat tinggi terhadap agama untuk

memelihara dari perbuatan hina dan yang kedua karena keterpaksaan. Pemicu

terbesarnya dalam hal ini adalah hamil di luar nikah (Budinurani, 2009)

14

Page 17: Documentk

C . KEBAHAGIAAN PERNIKAHAN

1. Pengertian Kebahagiaan Pernikahan

Orang-orang dalam pernikahan yang bahagia seperti merasakan kurang

adanya stress secara fisik dan psikologi sehingga tidak terjadi kerusakan pada diri

individu. Cotten (1999) menambahkan bahwa individu yang hidup dalam

kebahagiaan pernikahan akan hidup lebih lama, hidup lebih sehat daripada

individu yang mengalami perceraian atau pernikahannya tidak bahagia (Santrock,

2002).

Walgito 2004a menyebutkan bahwa masalah kebahagiaan merupakan

persoalaan tidak mudah karena kebahagiaan bersifat relatife dan subyektif. Karena

kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain. Relatif karena

sesuatu hal yang pada sewaktu-waktu dapat menimbulkan kebahagiaan, pada

waktu yang ain hal tersebut mungkin tidak lagi menimbulkan kebahagiaan.

Walaupun kebahagiaan bersifat relatife dan subyektif, namun ada ukuran atau

patokan yang menyatakan bahwa keluarga tersebut bahagia. Keluarga merupakan

keluarga bahagia bila dalam keluarga itu tidak terjadi kegoncngan-kegoncangan

atau pertengkaran-pertengkaran, sehingga keluarga itu berjalan dengan mulus

tanpa goncangan-goncangan yang berarti (Walgito 2004a).

15

Page 18: Documentk

a. Aspek-aspek kebahagiaan pernikahan:

Kebahagiaan perkawinan dapat terwujud apabila ada kemampuan untuk

saling mengerti, memahami, mempercayai, dan menerima kelebihan dan

kekurangan masing-masing pasangan (Dariyo, 2004).

Menurut Suardiman (1991) dasar untuk menuju perkawinan yang bahagia tidak

hanya atas dasar saling cinta, tetapi sudah ketingkat saling kasih saying, saling

kasih mengasihi. Dari kasih saying itu akan meningkatkan lahir batin, dan

selanjutnya akan tumbuh dan berkembang beberapa sikap, yaitu :

1). Rasa saling tanggung jawab terhadap akibat dari hidup bersama dalam

mengarungi kehidupan pernikahan;

2). Saling bersedia untuk saling berkorban;

3). Saling memelihara kejujuran;

4). Saling percaya; saling pemgertian; saling terbuka.

Dengan kondisi demikian itu akhirnya akam terlihat bahwa pasangan

suami itu merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, serta akan terjalin interaksi

atau komunikasi yang lancer dan mesra.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan:

Menurut Mappiere (1983), factor-faktor yang dapat mempengaruhi

bahagia atau langgengnya suatu perkawinan adalah:

1). Latar Belakang masa kanak-kanak

16

Page 19: Documentk

Latar belakang masa kanak-kanak memiliki pengsruh yang besar dalam

menentukan kebahagiaan perkawinan pasangan suami istri. Pada umumnya

pasangan suami istri yang bahagia memiliki latar belakang masa kanak-kanak

sebagai berikut :

a) Diasuh dalam lingkungan keluarga,

b) Kehidupan masa kanak-kanaknya sendiri bahagia,

c) Disiplin rumah tangga orang tuanya fleksibel,

d) Mendapat perhatian yang memadai dari kedua orang tuanya,

e) Sangat jarang terjadi pertengkaran dalam keluarga orang tuanya,

f) Anak yang tidak pernah bertengkar dengan ayahnya,

g) Terus terang dalam mengemukakan hal-hal yang berbau seks terhadap

orang tuanya,

h) Sangat jarang menerima hukuman, dan

i) Sikap hidup yang sehat dan tidak jorok.

2). Usia pada waktu pernikahan.

Usia berkaitan dengan keadaan psikologi seseorang. Pasangan suami istri

yang menikah diusia tiga puluhan biasanya memiliki pertimbangan lebih matang

serta lebih realistis. Sebaiknya pada masa remaja lebih kepada adanya bayangan-

bayangan romantic kehidupan perkawinan.

3). Kesiapan jabatan pekerjaan

Pasangan suami istri yang telah menikah dan memiliki pekerjaan akan

lebih mampu mengelola pernikahannya dengan baik. Uang yang didapat dari

17

Page 20: Documentk

bekerja tersebut merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menutup atau

menyelesaikan persoalan-persoalan seputar masalah ekonomi. Kurangnya uang

dalam pernikahan dapat menimbulkan ketegangan antara suami dan istri.

4). Kematangan emosional

Kematangan emosi memiliki peran penting di dalam sebuah pernikahan

karena diharapkan suami dan istri mampu mengontrol emosinya ketika keduanya

menghadapi permasalahan. Kontrol emosi tersebut mencegah suami dan istri

mengambil tindakan yang kurang bijaksana dan membahayakan pernikahannya.

5). Minat dan nilai-nilai yang dianut

Semakin sama minat suami dan istri maka akan semakin mudah pasang

suami istri membangun pernikahan yang bahagia.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan menurut

Hurlock (1994):

1.) Penyesuaian diri dengan pasangan

Penyesuaian diri merupakan factor penting yang mempengaruhi

kebahagiaan pernikahan karena penyesuaian diri adalah permasalahan pertama

yang harus dihadapi suami istri dalam perkawinannya. Penyesuaian diri lebih sulit

daripada penyesuaian lainnya, misalnya penyesuaian dengan teman kerja atau

penyesuaian dengan kolega/rekanan bisnis. Hal itu disebabkan banyak factor-

faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yang tidak ditemui pada penyesuaian

lainnya, yaitu konsep pasangan ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar

18

Page 21: Documentk

belakang, minat dan kepentingan bersama, keserupaan nilai, konsep peran, dan

perubahan pola hidup.

2). Penyesuaian seksual

Penyesuaian seksual juga memegang peranan penting dalam pernikahan,

karena buruknya penyesuaian seksual juga dapat mengakibatkan pertengkaran dan

ketidakbahagiaan, sehingga dalam penyesuaian seksual kesepakatan antara suami

dan istri harus didapatkan.

3). Penyesuaian keuangan

Penyesuaian keuangan merupakan penesuaian pasangan suami istri dalam

menggunakan uang yang dimiliki. Penyesuaian dilakukan untuk menghadapi

perubahan yang terjadi berkaitan dengan sumber keuangan, misal: suami terkena

PHK, sehingga suami dan istri harus menyesuaikan pengeluaran sesuai dengan

sumber keuangan yang dimiliki. Atau istri yang terpaks harus berhenti bekerja

karena hamil, sehingga suaminya harus mencari penghasilan tambahan.

4). Penyesuaian diri dengan pihak keluarga

Pernikahan secara otomatis juga menyatukan kedua keluarga dari pihak

masing-masing individu dalam pasangan. Anggota keluarga baru tersebut dapat

berbeda dari segi usia, pendidikan, budaya, dan latar belakang sosialnya sehingga

pasangan suami istri harus mempelajari perbedaan-perbedaan tersebut serta harus

menyesuaikan diri bila tidak menginginkan hubungan yang tegang dengan sanak

saudara.

19

Page 22: Documentk

D. DAMPAK NIKAH DINI

Menikah muda memiliki dampak negatif maupun dampak positif. Dampak

positifnya dari menikah muda adalah dapat dicegahnya seks bebas dikalangan

remaja dan beban orangtua dari tanggung jawab ekonomi keluarga dapat lebih

ringan.

Menurut Sampoerno dan Azwar (1987) dampak negatif pernikahan di usia

dini dilihat dari sisi kesehatannya sangat kurang baik untuk alat – alat reproduksi

manusia itu sendiri Di lain pihak masalah mendapatkan pekerjaan dan pemenuhan

kebutuhan ekonomi sangat menjadi sebab utama keretakan hubungan sebuah

keluarga yang ditimbulkan dari suatu pernikahan dini.

E. LANDASAN TEORI

Pernikahan merupakan bersatunya seorang laki-laki dan seorang

perempuan dalam suatu ikatan suci/ sacral menjadi suami istri. Pernikahan ini

dilaksanakan pada usia dewasa awal yaitu sekitar umur 18-40 tahun. Usia dewasa

awal mempunyai tugas perkembangan yaitu menikah dan bekerja.

Pernikahan dua individu memiliki tujuan yaitu memperoleh kebahagiaan

pernikahan. Kebahagiaan pernikahan mempunyai suatu patokan yaitu apabila

dalam sebuah keluarga tidak terdapat goncangan atau pertengkaran maka dapat

berjalan mulus tanpa goncangan yang berarti sehingga akan membuat anggota

yang ada di dalamnya akan hidup lebih lama dan lebih sehat.

20

Page 23: Documentk

Goncangan atau konflik-konflik dalam pernikahan dapat terjadi pada fase

nesting atau fase penjalinan hubungan, pada saat usia pernikahan dua atau tiga

tahun ditandai mulai terjadi saling eksplorasi antara suami dan istri. Namun

kebahagiaan pernikahan dapat dicapai apabila suami dan istri bekerja sama dalam

mencapai tujuan pernikahan yaitu saling mengerti, memahami, mempercayai, dan

menerima kelebihan dan kelemahan masng-masing pasangan. Selain itu

kemampuan dalam memecahkan masalah, rasa kagum terhadap pasangan, saling

mencintai, dan menerima pengaruh dari pasangan merupakan aspek dalam

mewujudkan kebahagiaan pernikahan.

Dalam mewujudkan kebahagiaan pernikahan seorang individu diharapkan

mempunyai emosi yang telah matang. Hal tersebut juga dijelaskan bahwa

kebahagiaan pernikahan dipengaruhi oleh kematangan emosi, usia memasuki

pernikahan, latar belakang, masa kanak-kanak, penyesuaian terhadap pasangan,

keuangan, seksual, dan keluarga (Wulandari, 2010).

21

Page 24: Documentk

F. KERANGKA TEORI PENELITIAN

Gambar 1. Kerangka teori penelitian.

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Terdapat hubungan antara pernikahan dini dengan kebahagiaan pernikahan

pada pasangan di Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.

22

Pernikahan Dini Kebahagiaan pernikahan

Faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan:

1. Usia pernikahan

2. Penyesuaian pasangan

3. Penyesuaian keuangan

4. Penyesuaian seksual

5. Penyesuaian dengan pihak keluarga

6. Minat dan nilai yang dianut

7. Latar belakang masa kanak-kanak

Page 25: Documentk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dan dilakukan

dengan menggunakan metode descriptive analytic correlational dengan rancangan

penelitian cross sectional. Metode penelitian tersebut digunakan oleh peneliti

untuk dapat mengetahui hubungan antara pernikahan dini dengan kematangan

emosi.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.

Waktu penelitian dilaksanakan antara bulan Juli sampai Agustus 2011.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi

dalam penelitian ini adalah individu yang menikah pada bulan januari sampai

agustus 2010 di Kecamatan Talang, Tegal. Total populasi saat dilakukan studi

pendahuluan tanggal 22 April 2011 terdapat 254 responden yang berdomisili di

wilayah Kecamatan Talang.

23

Page 26: Documentk

2. Sampel

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul – betul representatif (Sugiyono, 2007).

Sampel yang dibutuhkan untuk populasi kecil atau di bawah 10.000 dapat

menggunakan rumus formula yang lebih sederhana seperti berikut (Notoatmodjo,

2002) :

n= N

1+ N(d2)

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (d=0,1)

berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah 72 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan

proportional sampling. Teknik pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan

seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing – masing

wilayah (Arikunto, 2006).

Kecamatan Talang terbagi menjadi 19 kelurahan, yaitu Kelurahan

Cankring, Kelurahan Dawuhan, Kelurahan Dukuh Malang, Kelurahan Bengle,

24

Page 27: Documentk

Kelurahan Gembang Kulon, Kelurahan Getas Kerep, Kelurahan Kajen, Kelurahan

Kaladawa, Kelurahan Kaligayam, Kelurahan Kebasen, Kelurahan Langgen,

Kelurahan Pacul, Kelurahan Pasangan, Kelurahan Pegirikan, Kelurahan

Pekiringan, Kelurahan Pesayangan, Kelurahan Talang, Kelurahan Tegal Wangi,

Kelurahan Wangandawa. Peneliti mengambil sampel secara sistematik dengan

menetapkan proporsi sampel pada masing – masing kelurahan.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Individu menikah pada tahun 2010.

2. Individu menikah saat umur di bawah 21 tahun.

3. Tinggal diwilayah kecamatan Talang saat pengambilan data.

4. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pasangan poligami.

2. Responden yang mengisi kuesioner tidak lengkap.

3. Responden tidak mau diwawancara.

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebes yaitu pernikahan dini, sedangkan terikat yaitu kebahagiaan

pernikahan seorang individu.

25

Page 28: Documentk

E. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik - karakteristik variabel tersebut yang dapat

diamati (Azwar, 2007).

F. ALAT UKUR PENELITIAN

1. Kuesioner Kebahagiaan Pernikahan Skala pengukuran kebahagiaan

pernikahan merupakan modifikasi dari skala kebahagiaan pernikahan yang

diadaptasi dari Dewi (2007). Kuesioner kebahagiaan pernikahan tersebut

terdiri dari 75 item. Pada pertanyaan favoureble skor tertinggi adalah 4

untuk jawaban sangat sesuai (SS), untuk 3 jawaban sesuai (S), 2 untuk

jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS)

sedangkan untuk pertanyaan unfavoureble skor tertinggi adalah 1 untuk

sangat sesuai (SS), 2 untuk jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban tidak sesuai

(TS), dan 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS).

26

Page 29: Documentk

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Mengukur tingkat Kebahagiaan

Pernikahan Individu terhadap Pasangan

27

Page 30: Documentk

Variabel kematangan emosi dan variabel kebahagiaan pernikahan

dikategorikan menjadi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi

(Azwar, 2009a).

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji validitas dan rehabilitas instrumen ini adalah uji terpakai.Validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan

sesuatu instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat (Arikunto,2006).

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa reabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat ukur pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Analisis data validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan skor

faktor dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi pearson product

moment (Sugiyono, 2007). Bila korelasi tiap faktor positif dan besarnya 0,3 ke

atas maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat.

Angka koefisien reliabilitas berada pada rentang 0 – 1,00. Semakin besar

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya.

28

Page 31: Documentk

Begitupula apabila angka koefisiennya mendekati 0 maka semakin rendah

reliabilitasnya (Azwar, 2009b).

H. JALANNYA PENELITIAN

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi studi pendahuluan pada bulan April 2011 di

Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal dan pembuatan proposal dari bulan Febrari

2011 sampai April 2011. Setelah ujian proposal dan revisi proposal, peneliti

mengajukan permohonan izin penelitian ke pihak universitas, propinsi, kabupaten,

dan kelurahan.

2. Tahap Pengambilan Data

Peneliti melaksanakan uji validitas dan reliabilitas terhadap responden

yang sama dengan responden penelitian dan dilaksanakan bersamaan dengan saat

pengambilan data (uji terpakai). Peneliti melakukan pengambilan data dengan

berkunjung ke rumah masing-masing responden. Peneliti memberitahukan tujuan

penelitian, permohonan menjadi responden, dan setelah responden menyetujui

maka peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Sebagian besar responden

meminta peneliti untuk mengambil kuesioner yang telah diisi pada hari yang

berbeda. Peneliti melakukan pengecekan kuesioner setelah pengambilan

kuesioner.

29

Page 32: Documentk

Kegiatan pengambilan data ini dilakukan selama bulan Juli sampai

Agustus 2011.Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan tahap analisis data serta

pembahasan dan penyusunan laporan dan diakhiri dengan ujian hasil.

I. ANALISIS DATA

Tahap – tahap analisa data yang dilakukan adalah:

1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengkoreksian data yang telah

dikumpulkan.

2. Koding

Koding adalah pemberian atau pembuatan kode – kode pada tiap – tiap

data yang masuk pada kategori yang sama.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah membuat tabel – tabel yang berisikan data yang telah

diberi kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

4. Analisis data

a. Analisa Univariat

Analisa Univariat merupakan analisa untuk mengetahui distribusi frekuensi

masing – masing variabel, yaitu:

30

Page 33: Documentk

1). Tingkat Kebahagiaan pernikahan individu terhadap pasangan di

Kecamatan Talang, kabupaten Tegal.

Pengukuran tingkat kebahagiaan pernikahan menggunakan skala

psikologis kebahagiaan pernikahan yang terdiri dari 65 item yang masing-masing

itemnya diberi skor mulai 1, 2, 3, sampai 4. Dengan demikian, skor terkecil yang

diperoleh pada skala tersebut (yaitu 65 x1) dan skor terbesar 260 (yaitu 65 x 4).

Maka rentangan skor skala terbesar 195 (yaitu 260 – 65) dibagi dalam enam

satuan devisi standar (sehingga diperoleh 195/6 = 32,5 dibulatkan menjadi

33, dan mean teoritisnya adalah 65 x 3 =195.

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan uji normalisasi pada data

kematangan emosi dan kebahagiaan pernikahan menggunakan uji normalisasi

Kolmogorov – Smirnov.

b. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan

antara dua variabel yang diteliti, yaitu Pernikahan Dini dan

kebahagiaan pernikahan individu terhadap pasangan di Kecamatan

Talang, Kabupaten Tegal. Analisa Bivariat menggunakan metode

analisis korelasi Spearman Rank karena kedua variabel merupakan

duta ordinal serta dari kedua variabel tidak harus distribusi normal.

31

Page 34: Documentk

Ada tidaknya hubungan dinyatakan dengan koefisien korelasi di atas 0,00.

Apabila koefisien korelasi > 0,00 dapat diartikan ada hubungan antar kedua

variabel dengan nilai maksimal 1,00. Kuat tidaknya hubungan ditentukan dengan

melihat besar kecilnya angka dalam koefisien korelasi. Apabila diperoleh angka

negatif berarti korelasinya negatif, menunjukkan kebalikan urutan (Arikunto,

2006).

Tabel 5. Pedoman dalam inerpretasi koefisien korelasi

32

Page 35: Documentk

J. KELEMAHAN DAN KESULITAN PENELITIAN

1. Kelemahan peneliti

a. Peneliti tidak mengulas faktor yang mempengaruhi kebahagiaan

pernikahan tentang latar belakang masa kanak- kanak.

b. Peneliti tidak mengulas kondisi keuangan responden karena data keuangan

tidak didapatkan secara lengkap.

c. Peneliti tidak melakukan kroscek pada responden pasangan suami istri

yang keduanya mengisi kuesioner.

2. Kesulitan Penelitian

a. Kelurahan terlalu banyak.

b. Letak terlalu jauh.

33

Page 36: Documentk

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah yang telah menikah selama tahun

2010 dari bulan januari sampai bulan agustus yang tinggal di wilayah

Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Jumlah responden dalam penelitian ini

sebanyak 130 orang. Secara detail karakteristik responden dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

NO

Karakteristik

KorespondenFrekuensi

Persentase

(%)

1Jenis kelamin    

a. Perempuan  130 100 

2

Usia    

a. < 21  63  48,5

b. > 21  67 51,5 

3

Pendidikan Terakhir    

a. SD 23 17,69

b. SMP 57 43,85

c. SMA 33 25,38

d. PT 17 13,08

34

Page 37: Documentk

4

Pekerjaan    

a. IRT 51 39,23

b. Buruh 16 12,3

c. PNS 12 9,23

d. Swasta 25 19,2

e. Wiraswasta 26 20

Dari tabel diketahui responden wanita yang dibawah 21 tahun adalah 63

orang (48,5%), yang berusia diatas adalah 67 orang (51,5%).

B. Gambaran Tingkat Keharmonisan Pernikahan

Tingkat keharmonisan pasangan responden dapat diamati dalam table

berikut :

Tingkat Keharmonisan

Pasangan

Frekuensi Persentase (%)

Rendah 17 13,1

Sedang 100 76,9

Tinggi 13 10,0

Tabel diatas menunjukkan gambaran tingkat keharmonisan pasangan

responden di Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, yang mana sebagian

35

Page 38: Documentk

besar responden memiliki keharmonisan tingkat rendah sebanyak 17 orang

(13,1%). Responden yang memiliki pernikahan keharmonisan tingkat

sedang sebanyak 100 orang (76,9%). Responden yang memiliki

pernikahan keharmonisan tingkat tinggi berjumlah 13 orang (10%).

Kebahagiaan pernikahan merupakan tujuan dari pernikahan seorang laki-

laki dan seorang wanita, seperti yang tercantum dalam UU Pernikahan

No.1 tahun 1974, tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keharmonisan pernikahan ditandai dengan tidak terjadinya kegoncang-

kegoncangan atau pertengkaran-pertengkaran, sehingga keluarga itu

berjalan dengan mulus tanpa goncangan yang berarti (Walgito, 2004a).

Dalam mencapai keharmonisan pasangan dipengaruhi banyak faktor,di

antaranya adalah umur dan pendidikan yang baik sesuai pendapat Myers

kelanggengan sebuah ikatan pernikahan lebih terjamin apabila masing-

masing pasangan menikah berumur di atas 20 tahun dan berpendidikan

baik (Desmita, 2006). Namun, penelitian dari Gottman Institute di Seatle

Amerika Serikat terhadap 2000 pasangan yang telah menikah lebih dari 28

tahun menunjukkan bahwa kunci keharmonisan pasangan sampai tua yaitu

saling menghargai pasangan masing-masing dan hubungan persahabatan

walaupun berbeda tingkat sosial atau pendidikannya (Tulus, 2009).

Agar dapat mengetahui lebih jelas tentang gambaran keharmonisan

pasangan responden yang telah menikah pada tahun 2010 dari bulan

36

Page 39: Documentk

januari sampai agustus di Kecamatan Talang, Tegal maka di bawah ini

tercantum tabel yang menampilkan gambaran keharmonisan pasangan

pernikahan responden

jenis

kelamin

Karakteristik

respondenF %

Tingkat Keharmonisan

Rendah Sedang Tinggi

f % f % f %

WanitaUsia

(n=130)

<21 tahun 63 48,5 9 6,9 44 33,8 10 7,7

>21 tahun 67 51,5 8 6,2 56 43,1 3 2,3

Total 130 100 17 13 100 76,9 13 10

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden wanita usia

<21 tahun sebanyak 63 orang (48,5%) sedangkan usia >21 tahun sebanyak 67

orang (51,5 %). Seperti disebutkan oleh Walgito (2004a) bahwa dalam hal umur

apabila dikaitkan dengan perkawinan memang tidak ada ukuran pasti, kalau

sekiranya ada hanyalah merupakan patokan yang tidak mutlak dan bersifat

subyektif, namun dari berbagai pertimbangan maka usia >21 tahun bagi wanita

merupakan umur yang ideal untuk membina rumah tangga, karena usia >21 tahun

bagi wanita prosentase tingkat keharmonisan lebih besar dari usia <21 tahun.

37

Page 40: Documentk

Hasil penelitian ini didukung pula oleh pendapat Butar (2008) bahwa saat

yang tepat untuk memulai pernikahan adalah di pertengahan usia dua puluhan.

Karena pada usia dibawah 21 tahun menurut data yang diperolah tingkat

keharmonisan lebih rendah dari usia diatas 21 tahun. Namun rata-rata responden

wanita di atas 21 tahun memiliki keharmonisan perkawinan tingkat sedang.

Kaum wanita yang menikah remaja, dibawah 20 tahun beresiko tinggi

untuk mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sampai masa dewasa

awal (Raj, et al,2010). Terjadinya KDRT merupakan tanda bahwa sebuah

pernikahan tidak berlangsung dengan bahagia.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa walaupun dalam usia wanita

kurang dari 21 tahun, keharmonisan tetap cukup baik karena rata-rata mereka

memiliki tingkat keharmonisan sedang, dan wanita usia dibawah 21 tahun yang

memiliki tingkat keharmonisan tinggi lebih besar dari wanita usia lebih dari 21

tahun.

38

Page 41: Documentk

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar wanita di Kec. Talang, Kab. Tegal memiliki keharmonisan

pasangan tingkat sedang.

2. Wanita yang memiliki keharmonisan pasangan tingkat sedang lebih

banyak dimiliki oleh wanita usia diatas 21 tahun.

3. Wanita usia dibawah 21 tahun rawan mengalami KDRT.

4. Wanita usia dibawah 21 tahun sebagian besar memiliki keharmonisan

pasangan tingkat rendah.

B. Saran

1. Bagi Subyek Penelitian

Di harapkan dapat memperhatikan usia sebelum melaksanakan sebuah

pernikahan agar dapat tercipta keharmonisan pasangan dalam keluarga.

2. Bagi Masyarakat

Kematangan usia adalah faktor yang paling penting untuk menciptakan

keharminsan yang baik dalam sebuah keluarga.

39

Page 42: Documentk

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed. VI.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2009a. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2009b. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budinurani, A. 2009. Kemandirian Pada Remaja Putra Yang Menikah Muda.

[serial online][cited 2011 April 21]. Available from:

www.library.gunadarma.ac.id.

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo

Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dewi, C. K. 2007. Perbedaan Kebahagiaan Perkawinan Berdasarkan

Keberfungsian Keluarga pada Pasangan yang Menikah karena

Kehamilan Akibat Hubungan Seksual Pranikah Ketika Remaja dan yang

Bukan. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi UGM.

Grogger, jeff and Stephen Bronars (1993) The Socioeconomics Consequences of

Teenage Childbearing: Findings from a Natural Experiment. Family

Planning Perspective, 25(4): 156-161 & 174

40

Page 43: Documentk

Hanum, S. H. 1997. Perkawinan Usia Belia. Yogyakarta: Pusat Penelitian

Kependudukan Universitas Gajah Mada.

Hurlock, E.B 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E.B. 1997 Psikologi perkembangan edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Mappiere. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.

Nasruddin, Thoha. 1967. Pedoman Perkawinan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Puspitasari, F. 2006. Perkawinan Usia Muda: Faktor-Faktor Pendorong Dan

Dampaknya Terhadap Pola Asuh Keluarga (Stusi Kasus di Desa

Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya). Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.[serial online][cited

2010 June 19]. Avaiable from: www.digilib.unnes.ac.id

Raj, A., Sangurti, N., Balaih, D., Silverman J.G. Prevalence Of Child Marriage

And Its Effect On Fertility And Fertility-Control Outcomes Of Young

Women In India: A Crossectional, Observational Study [Serial

Online][Disitasi Pada Tanggal 21 Desember 2009]. Diakses dari Url:

http://Thelancet .com

41

Page 44: Documentk

Rashid, S.F. Emerging Changes In Reproductive Behaviour Among Marrired

Adolescent Girls In An Urban Slum In Dhaka, Bangladesh [Serial

Online][Disitasi Pada Tanggal 21 Desember 2009]. Diakses Dari Url:

http://www.Rhmjournal.Org.Uk

Sampoerno, D., & Azwar, A. 1987. Perkawinan dan kehamilan pada wanita usia

muda. Jakarta : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development. Eighth Ed. New York: Mc Graw –

Agung

Suardiman, 1991. Kehidupan Perkawinan Bahagia: Dampak Positif untuk

Keseimbangan Mental Anak Kini dan Nanti. [serial online][cited 2010

June 19]. Available from: www.skripsitikes.files.wordpress.com.

Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Cv Alfabeta

Tulus. 2009. Kiat Memelihara Hubungan Perkawinan. Perkawinan dan

Keluarga, 37(440). 18-19.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2003. [serial online][cited 2010 July 01]. Available

from: www.inherent-dikti.net.pdf

42

Page 45: Documentk

Walgito, B. 2004a. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Ed. II . Yogyakarta:

Andi.

Wilopo, S.A (2005), Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi dalam Rangka

Pemantapan Keluarga Berkualitas 2015. Naskah dipresentasikan dalam

seminar RAKERNAS BKKBN. Medan, 11 februari 2005.

Wulandari, D. 2010. Hubungan kematangan emosi dengan kebahagian

perkawinan individu terhadap pasangan di Kecamatan Turi Kabupaten

Sleman. tidak diterbitkan. Fakultas kedokteran UGM.

43