k3 pabrik susu

36
TUGAS Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan “Penerapan K3 pada Pabrik Susu Bubuk” YANI ANDRIANY SHOLIHAH P1803214003 PROGRAM PASCA SARJANA KOSENTRASI GIZI

Upload: nengyanhie

Post on 10-Nov-2015

1.025 views

Category:

Documents


233 download

DESCRIPTION

K3

TRANSCRIPT

TUGAS Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan

Penerapan K3 pada Pabrik Susu Bubuk

YANI ANDRIANY SHOLIHAHP1803214003

PROGRAM PASCA SARJANA KOSENTRASI GIZIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan bagi nabi kita Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang seperti sekarang ini.Makalah ini dibuat dan disusun sebagai bagian dari tugas untuk mata kuliah Kesehatan Lingkungan.Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna, karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, November 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B. Tujuan3BAB II4ISI4A. Definisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)41. Keselamatan Kerja42. Kesehatan Kerja53. Kecelakaan Kerja5B. Penerapan K3 di pabrik susu bubuk61. Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya62. Pelayanan kesehatan104. Gizi Kerja125. Penerapan Ergonomi126. Sanitasi137. Sistem Keselamatan Kerja138. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja169. P2K31710. Emergency planning17BAB III18PENUTUP18Kesimpulan18Saran18DAFTAR PUSTAKA19

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kondisi perindustrian di Indonesia juga berkembang dengan pesat. Sehingga dalam hal ini banyak membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas baik dari segi jasmani maupun rohani. Selain itu peran manajemen di bidang keselamatan dan kesehatan kerja semakin diperlukan. Hal ini disebabkan oleh semakin berkembangnya pengetahuan serta kesadaran para pelaku industri bahwa di setiap tempat kerja terdapat banyak faktor maupun potensi bahaya yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak dikelola dengan maksimal. Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin komplek dan rumit. Namun demikian hal tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusianya. Keterbatasan manusia yang sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah, seperti kebakaran, kecelakaan, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja. Kondisi tersebut ternyata telah banyak menimbulkan kerugian jiwa dan material. Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian yang lebih besar maka diperlukan langkah dan tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari tahap perencanaan.Peningkatan kemajuan perindustrian dan kemandirian perekonomian memerlukan perubahan-perubahan yang umumnya menimbulkan beberapa permasalahan. Apabila permasalahan itu tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Oleh karena itu, semua kemajuan ini memerlukan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih tinggi. Keselamatan kerja bersasaran untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab dan hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan kerja baik langsung ataupun tidak langsung, sehingga bila diperhitungkan secara nasional hal itu merupakan kehilangan yang sangat besar.Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap keselamatan kerja diatur melalui peraturan perundang-undangan guna meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan karyawan, peraturan tersebut diantaranya adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang diantaranya mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang bertujuan untuk:a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produktivitas nasional.b. Melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja atas hak keselamatannya.c. Sumber produksi yang dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu pilar penting ekonomi makro, karena K3 tidak bisa dipisahkan dari proses produksi barang dan jasa. Hanya perusahaan yang aman dan sehat yang bisa meningkatkan efisiensi dan daya saing, tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif.Keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dipisahkan dari proses produksi barang dan jasa, karena K3 merupakan salah satu pilar penting ekonomi makro. Selain itu sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk melaksanakan secara berkala pelaksanaan perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) guna mencapai keselamatan, kesehatan serta kesejahteraan bagi tenaga kerja dan masyarakat sekitar.Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Ketentuan mengenai K3 berlaku untuk seluruh dunia kerja, baik yang bekerja di perusahan konstruksi, perusahaan minyak, perusahaan kayu, maupun perusahaan minuman. Makalah ini akan membahas penerapkan K3 di perusahaan makanan khususnya pada pabrik susu bubuk.

TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan bagaimana penerapan K3 pada Pabrik Susu Bubuk.

BAB IIISI

A. Definisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)0. Keselamatan KerjaKeselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta tata cara melakukan pekerjaan.Tujuan keselamatan kerja adalah :1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.Sasaran keselamatan kerja adalah semua tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, dan di udara yang menyangkut proses produksi dan distribusi baik barang maupun jasa.Asas pokok keselamatan kerja dicetuskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan ketentuan yang mewajibkan pengusaha untuk mengatur dan memelihara ruangan, alat perkakas di mana ia menyuruh pekerja melakukan pekerjaan, demikian pula mengenai petunjuk-petunjuk, sehingga pekerja terlindung dari bahaya yang mengancam badan, kehormatan, dan harta bendanya mengingat sifat pekerjaan yang selayaknya diperlukan. Sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban tesebut, ialah pengusaha wajib mengganti kerugian yang menimpa pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, kecuali pengusaha dapat membuktikan bahwa tidak terpenuhinya kewajiban tersebut disebabkan oleh keadaan yang memaksa atau kerugian yang dimaksud sebagian besar disebabkan karena kesalahan pekerja sendiri.Kesehatan KerjaKesehatan kerja adalah perlindungan bagi pekerja terhadap pemerasan/eksploitasi tenaga kerja oleh pengusaha. Larangan memperkerjakan anak dibawah umur, pembatasan melakukan pekerjaan bagi orang muda dan wanita, pengaturan mengenai waktu kerja, waktu isirahat, cuti haid, bersalin dan keguguran kandungan bagi wanita, dimaksudkan untuk menjaga kesehatan, keselamatan dan serta moral kerja dari pekerja sesuai dengan harkat dan martabatnya serta layak bagi kemanusiaan.Kecelakaan KerjaKecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada suatu perusahaan, hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan dapat dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan.Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga karena kejadian tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan apalagi perencanaan, tidak diharapkan karena kejadian tersebut disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang teringan sampai yang terberat.Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan kerja. Bahaya tersebut disebut bahaya potensial jika bahaya tersebut belum mendatangkan kecelakaan, jika kecelakaan telah terjadi maka bahaya tersebut adalah bahaya nyata.Definisi tentang K3 adalah yang dirumuskan oleh ILO/WHO Joint safety and Health Committee, yaitu :"Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in an occupational environmentadapted to his physiological and psychological equipment and to summarize theadaptation of work to man and each man to his job".Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut dapat dipilah-pilah dalam beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah :1. Promosi dan memelihara deraja tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.2. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan mereka.3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan.4. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi dan terbebas dari faktor-faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.

B. Penerapan K3 di pabrik susu bubuk1. Faktor Bahaya dan Potensi Bahayaa. Faktor Bahaya1) KebisinganKebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kondisi fungsi pendengaran. NAB intensitas kebisingan adalah kurang dari 85 dBA, dimana bekerja selama 8 jam/hari atau 40 jam/minggu, hal ini telah diatur dalam Permenaker No. 51/MEN/1999, maka perlu adanya pengendalian dalam rangka melindungi tenaga kerja dari faktor kebisingan.Kebisingan internal yang tinggi di Pabrik susu bubuk biasanya terjadi di ruang drier TFD 500, ruang evaporator dan kompresor, oleh karena itu dibuat ruangan khusus untuk mesin-mesin dan mesin-mesin tersebut diberi adsorben untuk menyerap kebisingan. Selain itu para pekerja diharuskan menggunakan ear plug dan untuk kebisingan yang tinggi pekerja menggunakan ear muff.2) PeneranganUntuk penerangan disesuaikan dengan PMP No. 07 tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan, penerangan dalam tempat kerja yang tercantum dalam pasal 12,13 yaitu:1. Penambahan penerangan buatan apabila penerangan alami tidak mencukupi atau tidak dapat dipergunakan.2. Adanya alat penerangan darurat yang sumber tenaganya terpisah dari instalasi umum.3) Iklim KerjaNilai ambang batas iklim kerja, indeks suhu basah dan bola (ISBB) yang diperlukan :Tabel Nilai Ambang Batas, Iklim Kerja, Indeks Suhu Basah dan Bola. Untuk melindungi tenaga kerja maka pihak perusahaan dapat mengadakan pengendalian antara lain pemasangan blower untuk mengurangi tingginya paparan panas yang diterima tenaga kerja, memperlengkapi control room dengan AC, diadakan rotasi kerja antar tenaga kerja, penyediaan air minum utuk mencegah dehidrasi serta penyediaan APD seperti baju tahan panas bagi tenaga kerja yang bekerja pada area bertekanan tinggi.4). Getaran MekanisMesin-mesin menimbulkan getaran mekanis pada lantai atau tempat berpijak tenaga kerja, bagian mesin yang kontak pada tangan juga dinding bangunan.Nilai Ambang Batas getaran mekanis pada lantai / tempat berpijak tenaga kerja berdasarkan ISO 2631 dengan standar :a) 0.01 0.1 m/dt2 : mengganggu kenyamanan kerjab) 0.1- 1 m/dt2 : mempercepat timbulnya kelelahan kerjac) 1 10 m/dt2 : mengganggu kesehatan tenaga kerjaUntuk mengurangi getaran mekanis ini maka usaha yang telah dilakukan adalah memberikan bantalan peredam pada bagian bawah mesin. Selain itu juga diadakan pengaturan shift kerja, terutama di bagian proses produksi.5). Gas dan PartikelGas dan partikel dihasilkan dari proses produksi susu yang dimungkinkan dapat terhirup oleh pekerja. Meskipun tidak begitu mengganggu pekerja, namun para pekerja tetap harus memakai masker pada saat bekerja khususnya untuk kegiatan proses.b. Potensi BahayaKlasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut:Klasifikasi menurut jenis kecelakaan:1. Terjatuh.2. Tertimpa benda jatuh.3. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.4. Terjepit oleh benda.5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan6. Pengaruh suhu tinggi7. Terkena arus listrik8. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi9. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akaibat kerja jarang sekali disebabkan oleh satu hal, melainkan oleh beberapa faktor). Klasifikasi kecelakaan akibat kerja yang masuk dalam jenis potensi bahaya di Pabrik Susu adalah: a. TerjepitDalam proses produksi biasanya yang menimbulkan potensi bahaya terjepit pada bagian pemindahan barang dari tempat produksi ke gudang atau ditempat-tempat produksi. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut maka setiap tenaga kerja yang bekerja dibagian tersebut diharuskan menggunakan sarung tangan dan kalau dimungkinkan dipasang poster-poster tanda bahaya terjepit dan lainnya ditempel ditempat yang strategis. Hal ini sesuai dengan ketentuan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat 3.b. TertabrakPotensi bahaya ini dapat terjadi dibagian gudang dan proses produksi karena untuk pengangkutan barang menggunakan forklift. Sehingga setiap tenaga kerja yang berlalu lalang di tempat pengangkutan barang harus berhati-hati. Sebaiknya di setiap tempat yang sering dilewati oleh forklift di Pabrik diberi garis sepanjang jalan khusus untuk jalan forklift. c. Kejatuhan BendaUntuk kejatuhan benda dapat terjadi pada gudang yang merupakan tempat penyimpanan barang hasil produksi karena di tempat peletakan barang disusun ke atas sebanyak tiga rak. Kejatuhan benda bisa terjadi pada saat menaikkan ataupun menurunkan barang yang ada. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena kelebihan beban atau peletakan beban yang tidak tepat. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut maka setiap tenaga kerja yang bekerja dibagian tersebut diharuskan menggunakan safety helm, hal ini sesuai dengan ketentuan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat 3.d. Bahan BerbahayaMengenai bahan berbahaya sudah ditangani dengan baik terbukti dengan penyediaan tempat penyimpanan bahan berbahaya serta bahan beracun. Sehingga untuk setiap tenaga kerja tidak bisa bebas masuk, yang bisa masuk ke ruangan tersebut hanya karyawan yang ahli dalam bidang tersebut dan sudah mendapat surat rekomendasi dari pimpinan.Untuk masuk ke ruangan tersebut harus menggunakan APD yang berupa pakaian/wearpaak, sarung tangan, masker dan lain-lain yang dapat membantu memperkecil terjadinya kontaminasi dengan kulit dan membahayakan jiwa. Hal ini sesuai dengan ketentuan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat 3.e. Limbah Limbah cair berasal dari proses produksi dan pencucian peralatan maupun pakaian. Limbah tersebut diolah di bagian Unit Pengolahan Limbah Cair kemudian dibuang. Limbah padat berasal dari kertas tissue, pengemas bahan baku dan bahan jadi, ranting dan daun-daunan diangkut oleh Dinas Kebersihan Kota. Limbah gas berasal dari boiler dan diesel yang dilewatkan ke cerobong asap dan limbah gas yang berasal dari pengolahan limbah yang merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan yang merupakan gas metan jika jumlah telah cukup akan dibakar secara flare off (dibakar dengan sendirinya).2. Pelayanan kesehatan 1. PoliklinikSuatu klinik perusahaan atau pabrik cendrung akan berbentuk semacam poliklinik, dimana hal-hal yang bersifat darurat, serta penyakit-penyakit mendadak yang diderita oleh karyawan perusahaan dapat mendapat pelayanan dengan cepat.Tenaga yang dibutuhkan adalah dokter, perawat, tenaga administrasi, petugas pembersih dan sopir. Dokter perusahaan dapat dating pada waktu-waktu yang telah ditentukan, sebaiknya setiap hari dan tidak boleh berkurang dari tiga kali dalam seminggu. Sedang perawat harus selalu ada di klinik pada saat-saat shif (setiap saat ada orang yang sedang bekerja).2. Peralatan PPPKPoliklinik memerlukan semua sarana seperti yang terdapat pada suatu klinik pabrik sederhana (dalam hal ruang dan perabot). Setiap poliklinik itu selalu harus mempersiapkan perangkat kegawatan (emergency kit) yang diperlukan untuk kegawatan mendadak). Kotak PPPK berisi obat-obatan. Seperti obat sakit kepala, sakit perut, betadine, pembalut, reumashon dan lain-lain. Mengenai petugas PPPK harus diaktifkan untuk mengantisipasi jika terdapat tenaga kerja yang mengalami kecelakaan ringan. Dan para petugas PPPK harus diberi latihan mengenai PPPK.3. Pemeriksaan KesehatanPemeriksaan para pekerja sering mengungkapkan adanya bahaya kesehatan di tempat kerja sehingga memerlukan evaluasi dan perawatan lingkungan lebih lanjut. Pemeriksaan kesehatan telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku yaitu pemeriksaan sebelum kerja, pemeriksaan berkala, pemeriksaan khusus.a. Pemeriksaan sebelum kerjaPemeriksaan kesehatan sebelum kerja bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan calon karyawan. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan : HB5 Ag, Widal, Thorax PA, darah rutin yang dilakukan oleh dokter perusahaan dan perawat setempat.Dari hasil pemeriksaan sebelum kerja ini dapat digunakan sebagai dasar seseorang diterima atau tidak, sekaligus dibagian mana calon karyawan ditempatkan. Setelah dinyatakan lulus dari pemerikasaan maka calon karyawan siap untuk melakukan training kerja. Di sini calon karyawan mendapat penjelasan mengenai faktor-faktor bahaya dan potensi bahaya yang dapat terjadi sewaktuwaktu. Dan ditunjukkan tentang APD dan cara penggunaannya.b. Pemeriksaan berkalaUntuk memantau dan mengetahui kondisi tenaga kerja yang telah bekerja diadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Jika selama pemeriksaan ditemukan kelainan maka dapat segera dilakukan tindakan yang tepat. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter perusahaan setiap enam bulan sekali. Unsur-unsur yang diperiksa juga sama dengan pemeriksaan sebelum kerja. Untuk karyawan yang bekerja dengan resiko tinggi maka dilakukan pemeriksaan lebih sering dengan waktu 2 minggu sekali.c. Pemeriksaan khususPemeriksaan khusus hanya dilakukan dalam kondisi tertentu bila ada pemeriksaan berkala terdapat kelainan yang serius maka akan dilakukan pemeriksaan khusus yang lebih intensif dan dilakukan terapi secepatnya. Gizi KerjaGizi kerja adalah pemberian gizi yang diterapkan pada masyarakat pekerja dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, efisiensi dan produktifitas kerja yang setinggi-tingginya. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari pemenuhan gizi kerja adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan ketahanan tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori terhadap tuntutan tugas pekerja.Penerapan ErgonomiErgonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi psikologi, fisiologi atau cara-cara tidak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan modernisasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tanbahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi dengan itu produktifitas juga ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian terutama diberikan pada kegiatan fisik, yaitu intensitas, tempo, jam kerja dan waktu istirahat, pengaruh kegiatan lingkungan (kelembaban, suhu, udara, kebisisngan, penerangan, warna, debu dan lain-lain), data biologis (modifikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja oleh karena usia). Sanitasi1. Kebersihan Lingkungan Kerja Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di tempat kerja pasal 3 ditulis bahwa setiap perusahaan harus memajukan kebersihan antara lain dengan membuang sampah dan lainnya yang tidak terpakai harus terkumpul pada suatu tempat yang rapi dan tertutup.2. ToiletDalam Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 tentang syaratsyarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja pasal 6 disebutkan bahwa setiap perusahaan harus menyediakan kakus untuk tenaga kerjanya dan kakus tersebut harus terpisah antara lelaki dan perempuan, sehingga tidak memungkinkan terjadi gangguan kesusilaan. Kakus tersebut tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat kerja dan letaknya harus dinyatakan dengan jelas dan harus selalu dibersihkan oleh pegawai-pegawai tertentu serta mendapat penerangan yang cukup dan pertukaran udara yang baik.Sistem Keselamatan Kerja1. Penyediaan APDDalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja alat pelindung diri merupakan alternatif yang terakhir. Namun APD ini sangat berperan dalam meminimumkan kecelakaan akibat kerja maupun penyakit akibat kerja. Oleh karena itu perusahaan wajib menyediakan APD. Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua APD yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3. Hal ini sesuai dengan ketentuan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat 3. Sedangkan dalam Permenaker No. Per 05/Men/1996, lampiran II kriteria 6.1.7 dan 6.1.8 menerangkan bahwa APD yang disediakan harus digunakan dan dipelihara secara benar serta harus sesuai dengan standar. 2. Pengaman MesinTujuan dari dilakukannya pengaman mesin ini adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman. Mesin dan alat mekanik terutama diamankan dengan pemasangan pagar dan perlengkapan pengaman mesin.Agar pengaman mesin berfungsi optimal maka harus memenihi syaratsyarat sebagai berikut:a) Memberikan perlindungan yang positif.b) Pagar pengaman hurus mencegah masuknya tenaga kerja atau bagian tubuh.c) Pengaman tidak boleh menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan bagi tenaga kerja selain itu juga pada proses produksi.d) Pengaman harus bekerja secara otomatis dan sesuai dengan mesin.e) Pengaman harus awet atau tahan terhadap efek pemakaian mesin dan api serta korosi.

3. Penanggulangan Bahaya KebakaranKebakaran adalah salah satu bentuk dari keadaan darurat dalam perusahaan. Meski mungkin potensi bahaya kebakaran relatif kecil, namun yang paling berpotensi terjadinya kecelakaan adalah ruang boiler dan diesel. Karena menggunakan bahan bakar berupa solar juga minyak pelumas. Untuk menanggulangi terjadinya bahaya kebakaran di pabrik, dapat dilakukan upaya sebagai berikut:a. Sistem Isyarat Bahaya Kebakaran Sistem isyarat ini berfungsi untuk mengetahui timbulnya api pada tempat kerja. Sistem isyarat ini berupa detektor kebakaran (fire detector). Penyebar luasan dilakukan dengan alarm kebakaran atau sirene. Alat dan sistem tanda bahaya keadaan kebakaran darurat harus diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per. 05/MEN/1996 menerangakan instalasi alarm kebakaran automatik. b. Sistem PemadamanSistem pemadaman adalah salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Sistem pemadam kebakaran adalah sebagai berikut:1) Penyediaan APARPemasangan APAR disesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran. APAR di pasang di setiap unit departemen dengan ketentuan yaitu terpasang tetap di tempat dan dapat di gerakan atau di bawa. Dalam Permenaker no. Per 05/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR menjelaskan bahwa jarak antar APAR 15 m dan jarak dari lantai 1.5 m.2) Penyediaan Hydrant Hydran ini berfungsi untuk menanggulangi kebakaran yang besar karena mampu memancarkan air yang cukup jauh. Hydran ini setiap 6 bulan sekali dicek dan diuji mengenai tekanannya oleh pihak yang berkompeten.Banyaknya hidran yang dipasang disesuaikan dengan potensi terjadinya kebakaran. Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat dinilai oleh petugas yang berkompeten (Permenaker No. Per 05/MEN/1996).3) Penyediaan SprinklerSprinkler merupakan alat yang bekerja secara otomatis memancarkan air apabila suhu ruangan telah mencapai suhu tertentu. Sprinkler ini hanya dipasang pada bagian yang mempunyai resiko kebakaran cukup tinggi seperti ruang diesel dan ruang boiler. Pemeliharaan dan pengecekan dilakukan secara berkala yaitu tiap 6 bulan sekali oleh pihak yang berkompeten.4) Regu Pemadam KebakaranRegu pemadam kebakaran merupakan tim penyelamat yang utama saat terjadi kebakaran. Tim pemadam kebakaran ini telah mengikuti latihan dan training damkar. Tim pemadam kebakaran juga merupakan anggota Tim Kesiapsiagaan Tanggap darurat (TKTD). Dalam Permenaker No. 05/MEN/1996, menerangkan bahwa petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaSistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen sacara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan sebagai penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.(Permenaker No. Per 05/MEN/1996 pasal 1 ayat 1) Sedangkan dalam pasal 3 ayat 1 Permenaker No. Per 05/MEN/1996 menerangkan bahwa setiap perusahaan yang menerangkan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses (bahan produksi) yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.P2K3P2K3 merupakan suatu badan yang dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu pelaksanaan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari ketua yaitu pengurus atau pimpinan puncak sedang sekertaris adalah ahli K3. (Permenaker No. Per 05/MEN/1996, lampiran II)Dalam lampiran II Permenaker No. Per 05/MEN/1996 juga menerangkan tentang tugas tim P2K3 yaitu:1. Menitikberatkan kegiatan pada pengembangan, kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan resiko.2. Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebar luaskan di tempat kerja.3. Melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan perundangundangan.Sedang dalam Undang-undang No. 01 tahun 1970 pasal 10 ayat 1 menerangkan bahwa Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha, pengurus dan tenaga kerja.Emergency planningKeadaan darurat adalah kondisi dimana ada insiden kecelakaan, kegiatan atau terlepasnya material diluar kontrol yang menimbulkan dampak merugikan terhadap manusia, peralatan, instalasi dan lingkungan. Selain itu prosedur untuk menangani keadaan darurat telah disarikan dan bentuk dokumen berupa SOP yang disebarluaskan pada tiap unit departemen.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanPenerapan k3 pada pabrik susu bubuk meliputi beberapa hal penting diantaranya : mengendalikan potensi dan faktor bahaya, menyediakan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan, memperhatikan gizi kerja para tenaga kerja, penerapan ergonomi, sanitasi yang baik, system keselamatan kerja, system manajemen k3, P2K3, dan emergency planning.

Saran1. Perlu adanya pelatihan, penyuluhan dan kampanye K3 demi meningkatkan kesadaran tenaga kerja tentang K3.2. Meningkatkan kesadaran tenaga kerja dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).3. Diharapkan perusahaan memberikan sanksi kepada setiap tenaga kerja yang kurang memperhatikan keselamatan diri dalam melakukan pekerjaan misalnya dalam kedisiplinan dan kesadaran pemakaian alat pelindung diri (APD).4. Sebaiknya dibentuk petugas khusus yang menangani masalah P3K agar pengecekan kotak P3K lebih terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Depnaker, 1964. Undangundang No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan, penerangan dalam tempat kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja RI.

Depnaker, 1970. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta. Departemen Tenaga Kerja RI.

Depnaker, 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Departemen Tenaga Kerja RI.

Depnaker, 1999. Kepmenaker No. Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Ditempat Kerja. Jakarta. Departemen Tenaga Kerja RI.

Rika. 2013. Implementasi K3. [online] http://rikaprabawati.blogspot.com/2013/08/implementasi-k3_8051.html [diakses pada 2 November 2014]

Budiono. 2014. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Perusahaan Minuman. [online]. http://budiono48.wordpress.com/2014/01/09/penerapan-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-perusahaan-minuman/ [diakses pada 2 November 2014]

Anonym. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja. [diakses pada 2 November 2014]

Syawir. 2012. Industri Kimia. [online]. http://syawir-uimkeperawatan.blogspot.com/2012/01/k3-industri-kimia.html [diakses pada 2 November 2014]