k3 akper
DESCRIPTION
SOP K3 laboratoriumTRANSCRIPT
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Buku Panduan Jaminan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda
Luwu(K3ASPL)I. Pendahuluan
A.Dasar Pemikiran
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat
kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang.
Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
jelaslah bahwa institusi pendidikan kesehatan termasuk ke
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
seperti saat pembelajaran di laboratorium, klinik, RS dan
Puskesmas,sehingga sudah seharusnya pihak Institusi
pendidikan kesehatan menerapkan upaya-upaya K3 pada
tempat-tempat yang beresiko menimbulkan masalah
kesehatan khususnya kepada mahasiswa maupun
instruktur klinik. Potensi bahaya ini, selain penyakit-
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di klinik, dan
laboratorium yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan
sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial
dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan.
Dari berbagai resiko bahaya tersebut, maka perlu
upaya untuk mengendalikan meminimalisasi dan bila
mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 perlu dikelola
dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 lebih efektif, efisien
dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3
bagi civitas akademik Akper Sawerigading Pemda Luwu
yang diselanjutnya disebut Panduan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Akper Sawerigading Pemda Luwu yang
disingkat K3ASPL
B.Tujuan Dan Mafaat
1. Tujuan :
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan bagi civitas akademik Akper
Sawerigading Pemda Luwu
2. Manfaat :
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Melindungi mahasiswa dan seluruh civitas akademik
dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
C.Sasaran K3ASPL
1. Mahasiswa
2. Instruktur klinik dan laboran
3. Karyawan dan staf
4. Pasien dan keluarga di klinik
II. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
1. Manajemen K3ASPL
Adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di
lingkungan Akper Sawerigading, laboratorium dan di klinik
tempat pembelajaran dilaksanakan.
2. Upaya K3ASPL
Upaya K3ASPL ini menyangkut semua tenaga akademik
khususnya mahasiswa, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja Akper Sawerigading.
Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan. Kinerja merupakan resultante dari tiga
komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja.
Yang dimaksud dengan :
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu
tempat kerja dalam waktu tertentu.
b. Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani
pekerja baik secara fisik maupun non fisik dalam
menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak
mendukung secara fisik atau non fisik.
c. Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja
yang meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya
3. Identifikasi Resiko Ancaman Kesehatan
Kegiatan akademik di lingkungan Akper Sawerigading
yang dapat menimbulkan resiko ancaman kesehatan dibagi
pada 2 kategori yaitu dilingkungan Institusi pendidikan
misalnya laboratorium dan diluar tempat mahasiswa
melakukan pembelajaran klinik seperti RS dan Puskesmas.
Bahaya Potensial yang dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor
biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik,
gas anestasi) ; faktor ergonomi (cara kerja yang salah);
faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan
radiasi); faktor psikososial (kerja/dinas bergilir, hubungan
interpersonal). Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
RS dan laboratorium diantaranya adalah mikrobiologik,
desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen,
radiasi dan risikohukum/keamanan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS dan Laboratorium,
umumnya berkaitan dengan faktor biologic (kuman patogen
yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti
antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor
ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien
salah); factor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi,
radiasi pada sistem pemroduksi darah).
4. Respon kegawat daruratan
Kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja termasuk
dilingkungan kampus. Kegawatdaruratan merupakan suatu
kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka
serius bagi civitas akademik, kerusakan fisik lingkungan
ataupun mengancam finansial dan citra institusi
pendidikan. Oleh karena itu diperlukan Sistem Tanggap
Darurat sebagai bagian dari Manajemen K3.
III.Sistem Manajemen K3ASPL
Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy)
tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh
seluruh civitas akademik. Manajemen K3ASPL mengidentifikasi
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti
pendanaan, tenaga K3ASPL dan sarana untuk terlaksananya
program K3ASPL . Kebijakan K3ASPL diwujudkan dalam bentuk
wadah K3 Akper Sawerigading dalam struktur organisasi
tersendiri. Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan
K3ASPL i, disusun strategi antara lain :
1. Advokasi sosialisasi program K3ASPL bagi seluruh civitas
akademik dan lembaga terkait misalnya RS dan Puskesmas.
2. Menetapkan tujuan yang jelas.
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 pada setiap
unit.
5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak.
6. Melakukan kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3ASPL yang mengutamakan
upaya peningkatan dan pencegahan.
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara
berkala
A.Perencanaan K3ASPL
Perencanaan K3ASPL di mengacu pada standar Sistem
Manajemen K3 RS (rumah sakit).
Perencanaan meliputi:
1. Mengidentifikasi sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian faktor risiko.
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Identifikasi sumber bahaya, dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat
terjadi.
Sumber bahaya yang ada di klinik
(RS-Puskesmas)/laboratorium harus diidentifikasi dan
dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan
tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS
meliputi :
No Bahaya Potensial
Lokasi
1. FISIK :Bising IPS-RS, laundri, dapur, CSSD, gedung
gensetboiler, IPALGetaran ruang mesin-mesin dan perlatan yang
menghasilkan getaran (ruang gigi dll)Debu genset, bengkel kerja, laboratorium
gigi, gudang rekam medis, incineratorRadiasi X-Ray, OK yang menggunakan c-arm,
ruang fisioterapi, unit gigi2. KIMIA :
Desinfektan Laboratorium, ryang rawatCytotoxics Farmasi, tempat pembuangan limbah,
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
BangsaEthylene oxide Kamar operasiSolvents Bengkel kerja, semua area di RS,
Laboratorium Gas-gas anaestesi
Ruang operasi gigi, OK, ruang pemulihan (RR)
3. BIOLOGIK:AIDS, HepatitisB dan Non Anon B
IGD, kamar Operasi, ruang pemeriksaan gigi, laboratorium, laundry
Cytomegalovirus
Ruang kebidanan, ruang anak
Rubella Ruang ibu dan anakTuberculosis Bangsal, laboratorium, ruang isolasi
4. ERGONOMIKPekerjaan yang dilakukansecara manual
Area pasien dan tempat penyimpanan barang (gudang)
5. PsikososialSering kontak dengan pasien,kerja bergilir,kerja berlebih,ancaman secara fisik
Ruang rawat, lingkungan kerja
b. Penilaian faktor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko
dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial
yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
c. Pengendalian faktor risiko
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko
yakni menghilangkan bahaya, menggantikan sumber
risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah/tidak ada
(engineering/rekayasa), administrasi dan alat
pelindung pribadi (APP).
2. Membuat peraturan
K3ASPL membuat, menetapkan dan melaksanakan
standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan
peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3
lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi,
diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta
disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.
(SOP K3ASPL terlampir).
3. Tujuan dan sasaran
Akper Sawerigading Pemda Luwu harus
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan,
bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur,
satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan
jangka waktu pencapaian (SMART).
4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian
kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai
keberhasilan pencapaian K3ASPL.
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
5. Program K3ASPL
K3ASPL menetapkan dan melaksanakan program K3,
untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi
dan dicatat serta dilaporkan.
B.Pengorganisasian
Pelaksanaan K3ASPL sangat tergantung dari rasa tanggung
jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan
kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam
pelaksanaan K3ASPL. Tanggung jawab ini ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung
jawab, penyuluhan kepada semua petugas,bimbingan dan
latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi/satuan
pelaksana K3ASPL secara spesifik harus mempersiapkan
data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja,
merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian
mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya
kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan
baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
program, untuk menilai sejauh mana program yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat
kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya
serta dicari pemecahannya.
1. Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3ASPL
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Tugas pokok :
1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada
direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu dan
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan
K3.
2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman,
petunjuk pelaksanaan dan prosedur.
3) Membuat program K3ASPL
b. Fungsi
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan
informasi serta permasalahan yang berhubungan
dengan K3
2) Membantu direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu
mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3,
pelatihan dan penelitian K3ASPL.
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3ASPL.
4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan
dengan tindakan korektif.
5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi
anggota K3ASPL.
6) Memberi nasehat tentang manajemen K3ASPL di
tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan
peraturan dan inisiatif pencegahan.
7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan
merekomendasikan sesuai kegiatannya.
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
8) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian
peralatan baru, pembangunan gedung dan proses.
2. Struktur organisasi K3ASPL
Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural),
bertanggung jawab langsung ke Direktur Akper
Sawerigading Pemda Luwu. Nama organisasinya adalah
unit pelaksana K3ASPL.(Struktur organisasi K3ASPL
terlampir).
3. Mekanime kerja
a. Ketua organisasi/unit pelaksana K3ASPL memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi/unit pelaksana
K3ASPL.
b. Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3ASPL memimpin
dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan
dan melaksanakan keputusan organisasi/unit
pelaksana K3ASPL.
c. Anggota organisasi/unit pelaksana K3ASPL mengikuti
rapat organisasi/unit pelaksana K3ASPL dan melakukan
pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam
rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
organisasi/unit pelaksana K3ASPL.
d. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
organisasi/unit pelaksana K3ASPL mengumpulkan data
dan informasi mengenai pelaksanaan K3ASPL. Sumber
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
data antara lain dari bagian kemahasiswaan, akademik
dan kepegawaian meliputi angka sakit, tidak hadir
tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama
sakit dan perawatan RS, khususnya yang berkaitan
dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa
dari tempat pengobatan RS sendiri antara lain jumlah
kunjungan, P3K dan tindakan medik karena
kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu pengobatan
lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari
bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat
kecelakaan dan biaya perbaikan. Informasi juga
dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan
lingkungan kerja, terutama yang berkaitan dengan
sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi
berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari
bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan
analisisnya. Data dan informasi dibahas dalam
organisasi/unit pelaksana K3ASPL, untuk menemukan
penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif
maupun tindakan preventif. Hasil rumusan
disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada
direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu.
Rekomendasi berisi saran tindak lanjut
dariorganisasi/satuan pelaksana K3ASPL serta
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan
hasil/konsekuensi setiap pilihan.
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
e. Organisasi/unit pelaksana K3ASPL membantu
melakukan upaya promosi di lingkungan internal
pendidikan dan tempat pembelajaran klinik mengenai
segala upaya pencegahan KAK dan PAK .
C.Tahap pelaksanaan
1. Penyuluhan K3 ke semua unit organisasi K3ASPL
2. Melaksanakan program K3ASPL sesuai peraturan yang
berlaku diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan khususnya bila terjadi laporan
terpapar bahan beresiko (prakarya, berkala dan
khusus)
b. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat
d. Pengobatan yang menderita sakit.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara
teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard
yang ada
f. Melaksanakan biological monitoring
Pengendalian risiko
Tujuan pengendalian risiko adalah mengikuti hirarki
pengendalian, dan memilih cara yang paling efektif dalam
urutan prioritas untuk keefektifannya dalam meminimalisasi
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
pajanan terhadap darah dan cairan tubuh. Hirarki tersebut
adalah:
a. Eliminasi: Upaya yang paling efektif adalah membuang
secara sempurna potensi bahaya dari tempat kerja.
Eliminasi adalah cara yang disukai untuk mengendalikan
potensi bahaya dan harus dipilih bila mungkin.
b. Substitusi: Dimana eliminasi tidak mungkin, maka harus
mengganti cara kerja dengan cara lain yang menimbulkan
risiko lebih kecil. Contohnya adalah mengganti dengan
bahan kimia yang lebih kurang beracun untuk disinfektan,
seperti asam parasetat bagi glutaraldehida.
c. Pengendalian rekayasa: Pengendalian ini mengisolasi atau
membuang potensi bahaya dari tempat kerja. Dapat
mencakup penggunaan mekanisme, metoda dan
peralatan yang tepat untuk mencegah pajananpotensi
bahaya. Upaya yang dikembangkan untuk meminimalisir
pajanan harus memperhitungkan:
1) Wadah benda tajam, juga dikenal sebagai kotak
pengaman;
2) Peralatan tehnologi yang lebih baru seperti alat yang
lebih aman dengan pencegahan kecelakaan yang
direkayasa;
3) Faktor-faktor ergonomi seperti perbaikan
pencahayaan, pemeliharaan tempat kerja dan tata
ruang tempat kerja;
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
4) Pengecekan regular dari instrumen dan peralatan yang
digunakan dalam tempat kerja, seperti otoklaf dan
peralatan dan proses sterilisasi lain, dengan reparasi
atau mengganti dengan tepat.
5) Pengendalian administratif: Ini adalah kebijakan
tempat kerja yang bertujuan untuk membatasi pajanan
pada potensi bahaya, seperti perubahan skedul, rotasi,
atau akses kedaerah risiko.
6) Pengendalian cara kerja: pengendalian ini mengurangi
pajanan terhadap potensi bahaya pekerjaan melalui
cara bagaimana pekerjaan dilakukan, melindungi
kesehatan dan meningkatkan kepercayaan diri pekerja
sektor kesehatan dan pasien mereka. Contoh
mencakup tidak ada penutupan ulang jarum,
menempatkan kemasan benda tajam setinggi mata
dan dalam jangkauan tangan, kosongkan kemasan
benda tajam sebelum dia penuh dan membangun cara
untuk penanganan dan pembuangan yang aman dari
alat-alat tajam sebelum memulai suatu prosedur
dengan memastikan bahwa cara kerja aman
dilaksanakan, dan cara kerja tidak aman dimodifikasi
setelah pengendalian risiko lainnya telah diterapkan.
7) Alat Pelindung Diri (APD): Penggunaan APD adalah
upaya pengendalian yang menempatkan rintangan
dan saringan antara pekerja dan potensi
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
D.Tahap Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi K3 adalah salah satu fungsi
manajemen K3ASPL yang berupa suatu langkah yang
diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana
proses kegiatan K3ASPL itu berjalan, dan mempertanyakan
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan
K3ASPL dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi :
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem
pelaporan Akademik;
- Pencatatan dan pelaporan K3
- Pencatatan semua kegiatan K3
- Pencatatan dan pelaporan KAK
- Pencatatan dan pelaporan PAK
2. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai
keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam.
Inspeksi K3ASPL dilakukan secara berkala, terutama oleh
petugas K3ASPL sehingga kejadian PAK dan KAK dapat
dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian
baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan khusus
bila dilaporkan mengalami paparan bahan beresiko saat
melakukan aktivitas akademik seperti biological
monitoring (Pemantauan secara Biologis).
3. Melaksanakan audit K3ASPL
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Audit K3ASPL yang meliputi, administrasi dan
pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan
peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan
karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan
pengendalian.
Tujuan Audit K3ASPL :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan
dan keselamatan
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3ASPL telah
dilaksanakan sesuai ketentuan
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya
potensial serta pengembangan mutu.
KEPUTUSAN DIREKTUR AKPER SAWERIGADING PEMDA
LUWU
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
NOMOR: 12/TU.01/I/2008
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
DI AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU (K3ASPL)
DIREKTUR AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU,
Menimbang : a. bahwa dalam kegiatan rumah sakit, laboratorium dan
lingkungan kerja berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia,
biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan baik terhadap mahasiswa,
instruktur klinik,petugas, pasien, pengunjung maupun
masyarakat di lingkungan rumah sakit;
b. bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan
dan keselamatan khususnya terhadap civitas akademik dan
penerima layanan kesehatan, perlu dilakukan upaya-upaya
kesehatan dan keselamatan kerja dengan menetapkan
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di Akper Sawerigading Pemda Luwu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga
kerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4729);
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3838);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi
Pengion (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3992);
9. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
Yang Timbul Karena Hubungan Kerja;
10. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib
Laporan Penyakit Akibat Hubungan Kerja;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001
tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi;
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002
tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran
Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002
tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan
Kesehatan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003
tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor
Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU
TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3)DI AKPER SAWERIGADING PEMDA
LUWU (K3ASPL).
Kedua : Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Akper Sawerigading Pemda Luwu (K3ASPL) sebagaimana
terlampir dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Mengangkat saudara yang tersebut namanya dalam lampiran
keputusan ini sebagai pengelola Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Akper Sawerigading Pemda Luwu (K3ASPL)
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Keempat : Unit organisasi sebagaimana yang dimaksud dalam Diktum
ketiga adalah unit fungsional (non struktural) yang bertanggung
jawab langsung ke Direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu.
Kelima : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua
merupakan acuan bagi pengelola maupun seluruh civitas
akademik dalam melakukan upaya kesehatan dan keselamatan
kerja;
Keenam : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Pedoman
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua dilaksanakan oleh
Direktur Akper Sawerigading pemda Luwu.
Ketujuh : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Palopo
Pada tanggal 10 April 2008
D I R E K T U R,
Drs. BASRI ABDI.M.Pd
Lampiran 1
Pengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja
AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU (K3ASPL)
Penanggung jawab : Direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Ketua : Pembantu Direktur I
Sekretaris : Hardianto,SKM
Anggota : 1. Bahrun,S.Sit
2. Hj. Wewang Riu.S.Pd
3. Christianus,S.Sit
4. Subadir.S.Sit
5. Azwar Sjarief.S.Kep.Ns
Ditetapkan di Palopo
Pada tanggal 10 Januari
2008
D I R E K T U R,
Drs. BASRI ABDI.M.Pd
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU (K3ASPL)
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
A. SOP K3ASPL Di Laboratorium
Pengertian :
Standar Operasional Prosedur laboratorium adalah langkah-
langkah prosedural kerja di laboratorium
Tujuan :
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman selama melakukan kegiatan praktikum
Manfaat :
1. Melindungi dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) di laboratorium
2. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di
laboratorium.
Sasaran :
1. Peserta praktika (mahasiswa)
2. Instruktur
3. Petugas Laboratorium
Alat Pelindung Diri (APD):
Penggunaan APD adalah upaya pengendalian yang menempatkan
rintangan dan saringan antara manusia dan potensi bahaya.
Standar Alat Pelindung diri antara lain :
1. Sarung tangan dengan berbagai jenis
2. Celemek plastic (apron)
3. Masker
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
4. Pelindung mata (Kaca mata :goggles)
5. Sepatu tertutup (Sepatu boot)
6. Tempat cuci tangan standar
7. Berbagai jenis cairan desinfektan
8. Alat P3K standar
9. Tabung pemadam kebakaran
10. Wadah benda tajam (kotak pengaman)
Prinsip Keamanan dan kewaspadaan Standar:
1. Baca dan pahami dengan seksama prosedur sebelum bekerja,
tanyakan ke intruktur lab jika ada yang kurang dipahami.
2. Lakukan kegiatan praktika sesuai prosedur
3. Pastikan telah menggunakan Alat Pelindung Diri (PAD) atau
barier yang sesuai sebelum memulai praktikum.
4. Hati-hati terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
5. Lakukan penanganan Instrumen tajam dan jarum sesuai
dengan prosedur praktik.
6. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan praktikum
7. Lakukan prosedur aman untuk alat bekas pakai
8. Lakukan pananganan peralatan tajam dengan aman.
9. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta
pembuangan sampah secara benar
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Pedoman Keselamatan Kerja
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman
diperlukan partisipasi seluruh praktikan dan instruktur pada
praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan
setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini
akan sangat membantu mewujudkan praktikum yang aman.
1. Pencegahan Bahaya Listrik
a. Perhatikan dan pelajari tempat‐tempat sumber listrik
(stop‐kontak dan circuit breaker) dan cara menyala‐
matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi
menimbulkan bahaya, laporkan pada instruktur atau
petugas laboratorium
b. Hindari daerah atau benda yang berpotensi
menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/ strum)
secara tidak disengaja, misalnya kabel jala‐jala yang
terkelupas dll.
c. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan
bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain
d. Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya,
keringat atau sisa air wudhu
e. Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap
aktivitas praktikum
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi
adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah hal‐hal
yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
a. Jangan panik
b. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik
di meja masing‐masing dan di meja praktikan yang
tersengat arus listrik
c. Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk
melepaskan diri dari sumber listrik
d. Beritahukan dan minta bantuan instruktur atau petugas
laboran, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang
terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik
2. Bahaya Api Atau Panas Berlebih
a. Jangan membawa benda‐benda mudah terbakar (korek
api, gas dll.) ke dalam ruang praktikum bila tidak
disyaratkan dalam modul praktikum
b. Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api,
percikan api atau panas yang berlebihan
c. Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan
bahaya api atau panas berlebih pada diri sendiri atau
orang lain
d. Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas
berlebih pada setiap aktivitas praktikum
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Berikut ini adalah hal‐hal yang harus diikuti praktikan jika
menghadapi bahaya api atau panas berlebih:
a. Jangan panik
b. Beritahukan dan minta bantuan instruktur atau petugas
lab, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang
terjadinya bahaya api atau panas berlebih
c. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik
di meja masing‐masing
d. Menjauh dari ruang praktikum
3. Bahaya Benda Tajam Dan Logam
a. Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan
sejenisnya) ke ruang praktikum bila tidak diperlukan
untuk pelaksanaan percobaan
b. Dilarang memakai perhiasan dari logam misalnya cincin,
kalung, gelang dll.
c. Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian
tajam dan dapat melukai
d. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka
pada diri sendiri atau orang lain
Penggunaan Peralatan Praktikum
Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika
menggunakan alat‐alat praktikum:
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Sebelum menggunakan alat‐alat praktikum, pahami
petunjuk penggunaan alat itu.
b. Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa
tertera pada badan alat
c. Pahami fungsi atau peruntukan alat‐alat praktikum dan
gunakanlah alat‐alat tersebut hanya untuk aktivitas yang
sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat
praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat
menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya
keselamtan praktikan
d. Pahami rating dan jangkauan kerja alat‐alat praktikum dan
gunakanlah alat‐alat tersebut sesuai rating dan jangkauan
kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar rating dan
jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada
alat tersebut dan bahaya keslamatan praktikan
e. Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan
aman dari benda/ logam tajam, api/ panas berlebih atau
lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat
tersebut
f. Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor,
coretan, goresan atau sejenisnya pada badan alat‐alat
praktikum yang digunakan
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
B. SOP K3ASPL Di klinik
Pengertian :
Standar Operasional Prosedur klinik adalah langkah-langkah
prosedural standar tindakan diklinik.
Tujuan :
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman selama melakukan tindakan keperawatan dan kolaborasi.
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Manfaat :
1. Melindungi dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) di di klinik
2. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di klinik.
Sasaran :
1. Mahasiswa
2. Pasien
3. Instruktur klinik
4. Lingkungan klinik
Alat Pelindung Diri (APD):
Penggunaan APD adalah upaya pengendalian yang menempatkan
rintangan dan saringan antara manusia dan potensi bahaya.
Standar Alat Pelindung diri antara lain :
1. Sarung tangan dengan berbagai jenis
2. Masker berbagai jenis
3. Celemek plastic (apron)
4. Pelindung mata (Kaca mata :goggles)
5. sepatu tertutup (Sepatu boot)
6. Tempat cuci tangan standar
7. Alat P3K standar
8. Tabung pemadam kebakaran
9. Wadah benda tajam (kotak pengaman)
10. Berbagai jenis Cairan desinfektan
Kegiatan yang beresiko
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Beberapa kegiatan yang menimbulkan risiko, antara lain :
1. Menyuntik dan mengambil darah pasien
2. Tindakan invasif
3. Persalinan
4. Membersihkan darah/cairan lain dan luka
Sebaliknya ada beberapa perilaku yang menempatkan
pemberi tindakan kesehatan atau pasien dalam keadaan
berisiko, yaitu :
1. Menutup jarum suntik kembali
2. Salah meletakkan jarum atau pisau/alat tajam
3. Menyentuh pasien tanpa cuci tangan
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) Di klinik :
Karena akan sulit untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi
atau tidak, maka harus menerapkan kewaspadaan universal
secara penuh dalam hubungan dengan semua pasien, dengan
melakukan tindakan berikut :
1. Administrative Controls
a. Pendidikan
Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan
pencegahan kepada pasien, mahasiswa, intruktur klinik,
petugas kesehatan dan pengunjung rumah sakit untuk
meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam
menjalankannya
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
b. Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan
pencegahan) Secara periodik menilai ketaatan terhadap
tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsung
2. Standard Precautions
a. Pahami prosedur tindakan yang akan dilakukan
b. Pastikan semua alat dan bahan telah siap termasuk Alat
Pelindung Diri (APD)
c. Ingat cuci tangan dengan benar sebelum melakukan
tindakan. Perhatian khusus :
1) Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah
berhubungan dengan pasien atau setelah membuka
sarung tangan
2) Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan
cairan tubuh
d. Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan
dengan cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi
dan saat menangani peralatan habis pakai
e. Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada
percikan cairan tubuh
f. Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain
secara aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulang
g. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh
dengan bahan yang cocok
h. Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
i. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan
tubuh sesuai dengan prosedur
j. Buang limbah sesuai prosedur :
1) Pisahkan limbah sesuai jenisnya diawali sejak limbah
tersebut dihasilkan
2) Limbah padat terkontaminasi dengan darah atau cairan
tubuh dibuang ke tempat sampah kantong plastik
kuning
3) Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah atau
cairan tubuh dibuang ke tempat sampah kantong
plastik hitam
4) Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer
yang berwarna kuning tahan tusuk dan tahan air
k. Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:
1) Berhati-hati saat menangani jarum, scalpel, instrumen
yang tajam atau alat kesehatan lainnya dengan
permukaan tajam,
2) Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai
atau memanipulasinya dengan kedua tangan.
3) Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan
jarum
4) Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke
dalam wadah yang tahan tusuk dan air, dan
tempatkan pada area yang mudah dijangkau dari area
tindakan.
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
5) Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau
peralatan ventilasi lain sebagai alternatif mulut ke
mulut.
6) Tidak boleh melakukan penutupan ulang jarum dan
manipulasi jarum dengan tangan lainnya, dan, bila
penutupan jarum diperlukan, gunakan tehnik sekop
dengan satu tangan
7) Tempatkan kemasan benda tajam setinggi mata dan
dalam jangkauan tangan, kosongkan kemasan benda
tajam sebelum dia penuh dan pembuangan yang aman
dari alat-alat tajam sebelum memulai suatu prosedur.
8) Penempatan wadah tahan tusukan yang diberi tanda
dengan jelas untuk membuang benda-benda tajam
ditempatkan sedekat mungkin ke daerah dimana
benda-benda tajam tersebut digunakan atau
ditemukan;
9) Penempatan ulang yang teratur dari wadah benda-
benda tajam sebelum mereka mencapai garis isi dari
manufaktur atau bila mereka sudah setengan penuh;
wadah harus ditutup sebelum dibuang;
10) Pembuangan dari benda tajam yang tidak bisa dipakai
ulang dalam wadah yang ditempatkan dengan aman,
hindari penutupan ulang;
11) Tanggung jawab untuk pembuangan yang benar oleh
orang yang menggunakan benda-benda tajam;
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
12) Tanggung jawab untuk pembuangan yang tepat dan
melaporkan setiap kejadian oleh setiap orang yang
menemukan benda tajam.
Kata Pengantar
Pelayanan kesehatan merupakan area yang yang sangat
beresiko terjadinya berbagai masalah kesehatan khususnya
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
penyakit menular. Untuk itu proteksi tenaga kesehatan peenting
mendapat perhatian. Proses belajar pada Perguruan Tinggi
Keperawatan dimana area belajar tidak hanya teori dalam kelas
tetapi sebagai ilmu terapan kegiatan belajar juga banyak
dilakukan di laboratorium dan klinik seperti rumah sakit dan
puskesmas. Mahasiswa dan instruktur klinik sangat beresiko
terhadap penyakit infeksi misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B dan C,
Tuberculosis dan penyakit infeksi lain dan penyakit akibat
lingkungan fisik. Karenya jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja penting dilakukan yang ditujukan untuk memberikan
perlindungan sebaik mungkin guna menjamin derajat kesehatan
setinggi-tingginya. Dengan derajat kesehatan yang tinggi
diharapkan civitas akademik dapat mencapai produktivitas secara
optimal.
Kebijakan di bidang kesehatan kerja telah cukup banyak,
pada prinsipnya adalah mengatur tentang standar minimal yang
harus diterapkan di tempat kerja sehingga tidak ada pihak-pihak
yang dirugikan.
Saya menyambut baik dikeluarkannya Panduan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Akper Sawerigading Pemda Luwu yang
disingkat K3ASPL. Untuk itu diharapkan semua civitas akademik
memahami dan menjalankan dengan baik pedoman ini untuk
meningkatkan derajat kesehatan.
Palopo, 15 Januari 2008
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Ketua Program Studi
Djusmadi Rasyid.A.Kep.M.Kes
Pengesahan Manual Prosedur
Jaminan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda Luwu(K3ASPL)
Edisi : I (satu)Tanggal : 15 Januari 2008
Dikaji oleh : Tim Unit Jaminan Mutu Akper Sawerigading Pemda Luwu
Program Studi : Program Studi D.3 KeperawatanDisetujui oleh : Ketua Prodi
Prodi D.3 Keperawatan Akper
Sawerigading Pemda Luwu
Prosedur Manual Jaminan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda
Disetujui oleh :Ketua Prodi
Djusmadi Rasyid. M.Kes
Revisi ke :-
15 Januari 2008
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Luwu(K3ASPL) Disahkan Oleh :Direktur
Drs. Basri Abdi,M.Pd
Buku Panduan Jaminan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda
Luwu(K3ASPL)
Edisi II
Kontributor:
Hardianto,SKMBaso.M.S.kep
Bahrun,S.SitChristianus,S.Sit
Editor:
Azwar Sjarief.S.kep.NsHairuddin Safaat,A.Kep
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATANAKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU
PALOPO2008
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Kehadiran praktikum 100% dengan ketentuan teknis diatur oleh
bagian masing-masing bidang keperawatan
2. Menggunakan pakaian praktikum selama berada di laboratorium
keperawatan
3. Menggunakan atribut nama dan atribut lainnya secara lengkap
sesuai ketentuan
4. Membawa buku penuntun praktikum laboratorium pada saat
praktikum
5. Menyerahkan laporan pendahuluan dan laporan tugas praktikum
(bila ada) kepada dosen/asisten yang bertugas pada saat tersebut
6. Telah lulus pre test, khususnya pada bagian praktikum yang
mewajibkan melakukan pre test sebelum kegiatan praktikum
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
dilaksanakan
7. Hadir tepat waktu, bila datang terlambat harus melaporkannya
kepada dosen yang bersangkutan dan sangsi yang diberikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dari bagian masing-masing bidang
keperawatan
8. Mahasiswa rapi dan sopan baik fisik maupun perilaku. Tidak
diperkenankan mengenakan pakaian yang ketat, transparan, terlalu
pendek sehingga bagian dalam tubuh terlihat dengan jelas terutama
bagian dada, perut, bokong, paha, pakaian dalam, dan atau bagian
lainnya yang kurang sopan.
9. Pemakaian rok bagi wanita minimal 10 cm di bawah lutut dan
model rok tidak dengan belahan yang melebihi 10 cm di bawah
lutut
10. Tidak diperkenankan menggunakan pakaian jenis kaos oblong atau
pakaian dari bahan jenis jeans baik untuk atasan maupun bawahan
(rok/celana panjang)
11. Tidak menggunakan perhiasan berupa cincin dan gelang dari jenis
apapun selama kegiatan praktikum laboratorium
12. Kuku tidak dipanjangkan dan tidak menggunakan pewarna
kuku/kuteks
13. Mengunakan sepatu tertutup dan tidak boleh memakai sepatu
sandal terbuka
Lampiran
70
14. Bagi mahasiswa yang bertugas sebagai piket, setelah
menyelesaikan praktikum laboratorium harus membersihkan dan
merapikan kembali instrumen praktikum dan ruang praktik yang
digunakan dipandu oleh asisten laboratorium
15. Mahasiswa harus menjaga dan memelihara semua peralatan dan
fasilitas yang ada di lab
16. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan instrumen/pantom/alat dan
bahan yang dipakai untuk proses belajar, harus diganti dengan yang
serupa atau mendekati kesamaan dengan barang yang rusak. Hal ini
menjadi tanggung jawab bagi yang merusaknya atau ditanggung
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
bersama oleh kelompok yang praktikum pada saat itu
Teknik mencuci tangan :
1. Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan
2. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir
3. Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau
mengandung anti mikroba selama 15-30 detik (pastikan
menggosok sela-sela jari) tangan yang terlihat kotor harus
lebih lama
4. Bilas dengan air bersih yang mengalir
5. Biarkan tangan kering dengan cara dianginkan atau dengan
kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk probadi yang
bersih dan kering.
Prinsip dasar pemakaian sarung tangan :
1. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh peralatan atau
sampah yang terkontaminasi
2. Sarung tangan yang bocor/belobang tidak boleh digunakan
3. Gunakan sarung tangan tebal/lateks untuk mencuci peralatan
dan membersihkan larutan berbahaya.
Prinsip dasar pencucian dan pembilasan larutan berbahaya :
1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan
29
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Ambil peralatan bekas pakai hat-hati memegang peralatan
tajam dan bahan mudah pecah seperti tabung dari kaca.
3. Pisahkan bahan-bahan yang terbuat dari plastik atau karet
dengan bahan dari kaca atau logam
4. Cuci benda tajam secara terpisah dengan hati-hati
5. Gunakan sikap dengan iar dan sabun terutama bagian pojok
dan sambungan alat.
Selagi masih menggunakan sarung tangan , cuci sarung tangan
dengan iar dan sabun kemudian bilas dengan air bersih.