k3 akper

56
29 Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Buku Panduan Jaminan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda Luwu(K3ASPL) I. Pendahuluan A. Dasar Pemikiran Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa institusi pendidikan kesehatan termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, seperti saat pembelajaran di laboratorium, klinik, RS dan Puskesmas,sehingga

Upload: annyistiana

Post on 21-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

SOP K3 laboratorium

TRANSCRIPT

Page 1: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Buku Panduan Jaminan Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda

Luwu(K3ASPL)I. Pendahuluan

A.Dasar Pemikiran

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus

diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat

kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah

terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling

sedikit 10 orang.

Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka

jelaslah bahwa institusi pendidikan kesehatan termasuk ke

dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman

bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,

seperti saat pembelajaran di laboratorium, klinik, RS dan

Puskesmas,sehingga sudah seharusnya pihak Institusi

pendidikan kesehatan menerapkan upaya-upaya K3 pada

tempat-tempat yang beresiko menimbulkan masalah

kesehatan khususnya kepada mahasiswa maupun

instruktur klinik. Potensi bahaya ini, selain penyakit-

Page 2: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang

mempengaruhi situasi dan kondisi di klinik, dan

laboratorium yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,

kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan

sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia

yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial

dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas

mengancam jiwa dan kehidupan.

Dari berbagai resiko bahaya tersebut, maka perlu

upaya untuk mengendalikan meminimalisasi dan bila

mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 perlu dikelola

dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 lebih efektif, efisien

dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3

bagi civitas akademik Akper Sawerigading Pemda Luwu

yang diselanjutnya disebut Panduan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Akper Sawerigading Pemda Luwu yang

disingkat K3ASPL

B.Tujuan Dan Mafaat

1. Tujuan :

Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat,

aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan bagi civitas akademik Akper

Sawerigading Pemda Luwu

2. Manfaat :

Page 3: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Melindungi mahasiswa dan seluruh civitas akademik

dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)

b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

C.Sasaran K3ASPL

1. Mahasiswa

2. Instruktur klinik dan laboran

3. Karyawan dan staf

4. Pasien dan keluarga di klinik

II. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

1. Manajemen K3ASPL

Adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di

lingkungan Akper Sawerigading, laboratorium dan di klinik

tempat pembelajaran dilaksanakan.

2. Upaya K3ASPL

Upaya K3ASPL ini menyangkut semua tenaga akademik

khususnya mahasiswa, cara/metode kerja, alat kerja,

proses kerja dan lingkungan kerja Akper Sawerigading.

Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan

dan pemulihan. Kinerja merupakan resultante dari tiga

komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan

lingkungan kerja.

Yang dimaksud dengan :

Page 4: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu

tempat kerja dalam waktu tertentu.

b. Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani

pekerja baik secara fisik maupun non fisik dalam

menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat

diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak

mendukung secara fisik atau non fisik.

c. Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja

yang meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan

psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam

melaksanakan pekerjaannya

3. Identifikasi Resiko Ancaman Kesehatan

Kegiatan akademik di lingkungan Akper Sawerigading

yang dapat menimbulkan resiko ancaman kesehatan dibagi

pada 2 kategori yaitu dilingkungan Institusi pendidikan

misalnya laboratorium dan diluar tempat mahasiswa

melakukan pembelajaran klinik seperti RS dan Puskesmas.

Bahaya Potensial yang dapat mengakibatkan penyakit

dan kecelakaan akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor

biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik,

gas anestasi) ; faktor ergonomi (cara kerja yang salah);

faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan

radiasi); faktor psikososial (kerja/dinas bergilir, hubungan

interpersonal). Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di

Page 5: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

RS dan laboratorium diantaranya adalah mikrobiologik,

desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen,

radiasi dan risikohukum/keamanan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS dan Laboratorium,

umumnya berkaitan dengan faktor biologic (kuman patogen

yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia

(pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti

antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor

ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien

salah); factor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus

(panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi,

radiasi pada sistem pemroduksi darah).

4. Respon kegawat daruratan

Kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja termasuk

dilingkungan kampus. Kegawatdaruratan merupakan suatu

kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka

serius bagi civitas akademik, kerusakan fisik lingkungan

ataupun mengancam finansial dan citra institusi

pendidikan. Oleh karena itu diperlukan Sistem Tanggap

Darurat sebagai bagian dari Manajemen K3.

III.Sistem Manajemen K3ASPL

Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy)

tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh

seluruh civitas akademik. Manajemen K3ASPL mengidentifikasi

Page 6: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti

pendanaan, tenaga K3ASPL dan sarana untuk terlaksananya

program K3ASPL . Kebijakan K3ASPL diwujudkan dalam bentuk

wadah K3 Akper Sawerigading dalam struktur organisasi

tersendiri. Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan

K3ASPL i, disusun strategi antara lain :

1. Advokasi sosialisasi program K3ASPL bagi seluruh civitas

akademik dan lembaga terkait misalnya RS dan Puskesmas.

2. Menetapkan tujuan yang jelas.

3. Organisasi dan penugasan yang jelas

4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 pada setiap

unit.

5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak.

6. Melakukan kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif

7. Membuat program kerja K3ASPL yang mengutamakan

upaya peningkatan dan pencegahan.

8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara

berkala

A.Perencanaan K3ASPL

Perencanaan K3ASPL di mengacu pada standar Sistem

Manajemen K3 RS (rumah sakit).

Perencanaan meliputi:

1. Mengidentifikasi sumber bahaya, penilaian dan

pengendalian faktor risiko.

Page 7: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Identifikasi sumber bahaya, dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan :

1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan

potensi bahaya.

2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat

terjadi.

Sumber bahaya yang ada di klinik

(RS-Puskesmas)/laboratorium harus diidentifikasi dan

dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan

tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.

Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS

meliputi :

No Bahaya Potensial

Lokasi

1. FISIK :Bising IPS-RS, laundri, dapur, CSSD, gedung

gensetboiler, IPALGetaran ruang mesin-mesin dan perlatan yang

menghasilkan getaran (ruang gigi dll)Debu genset, bengkel kerja, laboratorium

gigi, gudang rekam medis, incineratorRadiasi X-Ray, OK yang menggunakan c-arm,

ruang fisioterapi, unit gigi2. KIMIA :

Desinfektan Laboratorium, ryang rawatCytotoxics Farmasi, tempat pembuangan limbah,

Page 8: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

BangsaEthylene oxide Kamar operasiSolvents Bengkel kerja, semua area di RS,

Laboratorium Gas-gas anaestesi

Ruang operasi gigi, OK, ruang pemulihan (RR)

3. BIOLOGIK:AIDS, HepatitisB dan Non Anon B

IGD, kamar Operasi, ruang pemeriksaan gigi, laboratorium, laundry

Cytomegalovirus

Ruang kebidanan, ruang anak

Rubella Ruang ibu dan anakTuberculosis Bangsal, laboratorium, ruang isolasi

4. ERGONOMIKPekerjaan yang dilakukansecara manual

Area pasien dan tempat penyimpanan barang (gudang)

5. PsikososialSering kontak dengan pasien,kerja bergilir,kerja berlebih,ancaman secara fisik

Ruang rawat, lingkungan kerja

b. Penilaian faktor risiko

Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko

dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial

yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.

c. Pengendalian faktor risiko

Page 9: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko

yakni menghilangkan bahaya, menggantikan sumber

risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat

risikonya lebih rendah/tidak ada

(engineering/rekayasa), administrasi dan alat

pelindung pribadi (APP).

2. Membuat peraturan

K3ASPL membuat, menetapkan dan melaksanakan

standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan

peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3

lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi,

diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta

disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.

(SOP K3ASPL terlampir).

3. Tujuan dan sasaran

Akper Sawerigading Pemda Luwu harus

mempertimbangkan peraturan perundang-undangan,

bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur,

satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan

jangka waktu pencapaian (SMART).

4. Indikator kinerja

Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian

kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai

keberhasilan pencapaian K3ASPL.

Page 10: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

5. Program K3ASPL

K3ASPL menetapkan dan melaksanakan program K3,

untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi

dan dicatat serta dilaporkan.

B.Pengorganisasian

Pelaksanaan K3ASPL sangat tergantung dari rasa tanggung

jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan

kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam

pelaksanaan K3ASPL. Tanggung jawab ini ditanamkan

melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung

jawab, penyuluhan kepada semua petugas,bimbingan dan

latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi/satuan

pelaksana K3ASPL secara spesifik harus mempersiapkan

data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja,

merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab

timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian

mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya

kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan

baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan

program, untuk menilai sejauh mana program yang

dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat

kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya

serta dicari pemecahannya.

1. Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3ASPL

Page 11: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Tugas pokok :

1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada

direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu dan

mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan

K3.

2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman,

petunjuk pelaksanaan dan prosedur.

3) Membuat program K3ASPL

b. Fungsi

1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan

informasi serta permasalahan yang berhubungan

dengan K3

2) Membantu direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu

mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3,

pelatihan dan penelitian K3ASPL.

3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3ASPL.

4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan

dengan tindakan korektif.

5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi

anggota K3ASPL.

6) Memberi nasehat tentang manajemen K3ASPL di

tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan

peraturan dan inisiatif pencegahan.

7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan

merekomendasikan sesuai kegiatannya.

Page 12: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

8) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian

peralatan baru, pembangunan gedung dan proses.

2. Struktur organisasi K3ASPL

Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural),

bertanggung jawab langsung ke Direktur Akper

Sawerigading Pemda Luwu. Nama organisasinya adalah

unit pelaksana K3ASPL.(Struktur organisasi K3ASPL

terlampir).

3. Mekanime kerja

a. Ketua organisasi/unit pelaksana K3ASPL memimpin dan

mengkoordinasikan kegiatan organisasi/unit pelaksana

K3ASPL.

b. Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3ASPL memimpin

dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan

dan melaksanakan keputusan organisasi/unit

pelaksana K3ASPL.

c. Anggota organisasi/unit pelaksana K3ASPL mengikuti

rapat organisasi/unit pelaksana K3ASPL dan melakukan

pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam

rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan

organisasi/unit pelaksana K3ASPL.

d. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,

organisasi/unit pelaksana K3ASPL mengumpulkan data

dan informasi mengenai pelaksanaan K3ASPL. Sumber

Page 13: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

data antara lain dari bagian kemahasiswaan, akademik

dan kepegawaian meliputi angka sakit, tidak hadir

tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama

sakit dan perawatan RS, khususnya yang berkaitan

dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa

dari tempat pengobatan RS sendiri antara lain jumlah

kunjungan, P3K dan tindakan medik karena

kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu pengobatan

lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari

bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat

kecelakaan dan biaya perbaikan. Informasi juga

dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan

lingkungan kerja, terutama yang berkaitan dengan

sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi

berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari

bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan

analisisnya. Data dan informasi dibahas dalam

organisasi/unit pelaksana K3ASPL, untuk menemukan

penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif

maupun tindakan preventif. Hasil rumusan

disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada

direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu.

Rekomendasi berisi saran tindak lanjut

dariorganisasi/satuan pelaksana K3ASPL serta

alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan

hasil/konsekuensi setiap pilihan.

Page 14: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

e. Organisasi/unit pelaksana K3ASPL membantu

melakukan upaya promosi di lingkungan internal

pendidikan dan tempat pembelajaran klinik mengenai

segala upaya pencegahan KAK dan PAK .

C.Tahap pelaksanaan

1. Penyuluhan K3 ke semua unit organisasi K3ASPL

2. Melaksanakan program K3ASPL sesuai peraturan yang

berlaku diantaranya:

a. Pemeriksaan kesehatan khususnya bila terjadi laporan

terpapar bahan beresiko (prakarya, berkala dan

khusus)

b. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja

c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan

keadaan darurat

d. Pengobatan yang menderita sakit.

e. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara

teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard

yang ada

f. Melaksanakan biological monitoring

Pengendalian risiko

Tujuan pengendalian risiko adalah mengikuti hirarki

pengendalian, dan memilih cara yang paling efektif dalam

urutan prioritas untuk keefektifannya dalam meminimalisasi

Page 15: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

pajanan terhadap darah dan cairan tubuh. Hirarki tersebut

adalah:

a. Eliminasi: Upaya yang paling efektif adalah membuang

secara sempurna potensi bahaya dari tempat kerja.

Eliminasi adalah cara yang disukai untuk mengendalikan

potensi bahaya dan harus dipilih bila mungkin.

b. Substitusi: Dimana eliminasi tidak mungkin, maka harus

mengganti cara kerja dengan cara lain yang menimbulkan

risiko lebih kecil. Contohnya adalah mengganti dengan

bahan kimia yang lebih kurang beracun untuk disinfektan,

seperti asam parasetat bagi glutaraldehida.

c. Pengendalian rekayasa: Pengendalian ini mengisolasi atau

membuang potensi bahaya dari tempat kerja. Dapat

mencakup penggunaan mekanisme, metoda dan

peralatan yang tepat untuk mencegah pajananpotensi

bahaya. Upaya yang dikembangkan untuk meminimalisir

pajanan harus memperhitungkan:

1) Wadah benda tajam, juga dikenal sebagai kotak

pengaman;

2) Peralatan tehnologi yang lebih baru seperti alat yang

lebih aman dengan pencegahan kecelakaan yang

direkayasa;

3) Faktor-faktor ergonomi seperti perbaikan

pencahayaan, pemeliharaan tempat kerja dan tata

ruang tempat kerja;

Page 16: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

4) Pengecekan regular dari instrumen dan peralatan yang

digunakan dalam tempat kerja, seperti otoklaf dan

peralatan dan proses sterilisasi lain, dengan reparasi

atau mengganti dengan tepat.

5) Pengendalian administratif: Ini adalah kebijakan

tempat kerja yang bertujuan untuk membatasi pajanan

pada potensi bahaya, seperti perubahan skedul, rotasi,

atau akses kedaerah risiko.

6) Pengendalian cara kerja: pengendalian ini mengurangi

pajanan terhadap potensi bahaya pekerjaan melalui

cara bagaimana pekerjaan dilakukan, melindungi

kesehatan dan meningkatkan kepercayaan diri pekerja

sektor kesehatan dan pasien mereka. Contoh

mencakup tidak ada penutupan ulang jarum,

menempatkan kemasan benda tajam setinggi mata

dan dalam jangkauan tangan, kosongkan kemasan

benda tajam sebelum dia penuh dan membangun cara

untuk penanganan dan pembuangan yang aman dari

alat-alat tajam sebelum memulai suatu prosedur

dengan memastikan bahwa cara kerja aman

dilaksanakan, dan cara kerja tidak aman dimodifikasi

setelah pengendalian risiko lainnya telah diterapkan.

7) Alat Pelindung Diri (APD): Penggunaan APD adalah

upaya pengendalian yang menempatkan rintangan

dan saringan antara pekerja dan potensi

Page 17: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

D.Tahap Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi K3 adalah salah satu fungsi

manajemen K3ASPL yang berupa suatu langkah yang

diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana

proses kegiatan K3ASPL itu berjalan, dan mempertanyakan

efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan

K3ASPL dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pemantauan dan evaluasi meliputi :

1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem

pelaporan Akademik;

- Pencatatan dan pelaporan K3

- Pencatatan semua kegiatan K3

- Pencatatan dan pelaporan KAK

- Pencatatan dan pelaporan PAK

2. Inspeksi dan pengujian

Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai

keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam.

Inspeksi K3ASPL dilakukan secara berkala, terutama oleh

petugas K3ASPL sehingga kejadian PAK dan KAK dapat

dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian

baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan khusus

bila dilaporkan mengalami paparan bahan beresiko saat

melakukan aktivitas akademik seperti biological

monitoring (Pemantauan secara Biologis).

3. Melaksanakan audit K3ASPL

Page 18: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Audit K3ASPL yang meliputi, administrasi dan

pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan

peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan

karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan

pengendalian.

Tujuan Audit K3ASPL :

a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan

dan keselamatan

b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3ASPL telah

dilaksanakan sesuai ketentuan

c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya

potensial serta pengembangan mutu.

KEPUTUSAN DIREKTUR AKPER SAWERIGADING PEMDA

LUWU

Page 19: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

NOMOR: 12/TU.01/I/2008

TENTANG

PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DI AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU (K3ASPL)

DIREKTUR AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU,

Menimbang : a. bahwa dalam kegiatan rumah sakit, laboratorium dan

lingkungan kerja berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia,

biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat membahayakan

kesehatan dan keselamatan baik terhadap mahasiswa,

instruktur klinik,petugas, pasien, pengunjung maupun

masyarakat di lingkungan rumah sakit;

b. bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan

dan keselamatan khususnya terhadap civitas akademik dan

penerima layanan kesehatan, perlu dilakukan upaya-upaya

kesehatan dan keselamatan kerja dengan menetapkan

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

di Akper Sawerigading Pemda Luwu;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970

Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 2918);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga

kerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4729);

Page 20: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3637);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang

Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3838);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang

Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi

Pengion (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3992);

9. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit

Yang Timbul Karena Hubungan Kerja;

10. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib

Laporan Penyakit Akibat Hubungan Kerja;

11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001

tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan

Lingkungan;

12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001

tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi;

Page 21: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002

tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran

Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit;

14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002

tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan

Kesehatan;

15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003

tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor

Kesehatan;

16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU

TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA (K3)DI AKPER SAWERIGADING PEMDA

LUWU (K3ASPL).

Kedua : Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di

Akper Sawerigading Pemda Luwu (K3ASPL) sebagaimana

terlampir dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Mengangkat saudara yang tersebut namanya dalam lampiran

keputusan ini sebagai pengelola Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) di Akper Sawerigading Pemda Luwu (K3ASPL)

Page 22: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Keempat : Unit organisasi sebagaimana yang dimaksud dalam Diktum

ketiga adalah unit fungsional (non struktural) yang bertanggung

jawab langsung ke Direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu.

Kelima : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua

merupakan acuan bagi pengelola maupun seluruh civitas

akademik dalam melakukan upaya kesehatan dan keselamatan

kerja;

Keenam : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Pedoman

sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua dilaksanakan oleh

Direktur Akper Sawerigading pemda Luwu.

Ketujuh : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Palopo

Pada tanggal 10 April 2008

D I R E K T U R,

Drs. BASRI ABDI.M.Pd

Lampiran 1

Pengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja

AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU (K3ASPL)

Penanggung jawab : Direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu

Page 23: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Ketua : Pembantu Direktur I

Sekretaris : Hardianto,SKM

Anggota : 1. Bahrun,S.Sit

2. Hj. Wewang Riu.S.Pd

3. Christianus,S.Sit

4. Subadir.S.Sit

5. Azwar Sjarief.S.Kep.Ns

Ditetapkan di Palopo

Pada tanggal 10 Januari

2008

D I R E K T U R,

Drs. BASRI ABDI.M.Pd

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DI AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU (K3ASPL)

Page 24: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

A. SOP K3ASPL Di Laboratorium

Pengertian :

Standar Operasional Prosedur laboratorium adalah langkah-

langkah prosedural kerja di laboratorium

Tujuan :

Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,

nyaman selama melakukan kegiatan praktikum

Manfaat :

1. Melindungi dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) di laboratorium

2. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di

laboratorium.

Sasaran :

1. Peserta praktika (mahasiswa)

2. Instruktur

3. Petugas Laboratorium

Alat Pelindung Diri (APD):

Penggunaan APD adalah upaya pengendalian yang menempatkan

rintangan dan saringan antara manusia dan potensi bahaya.

Standar Alat Pelindung diri antara lain :

1. Sarung tangan dengan berbagai jenis

2. Celemek plastic (apron)

3. Masker

Page 25: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

4. Pelindung mata (Kaca mata :goggles)

5. Sepatu tertutup (Sepatu boot)

6. Tempat cuci tangan standar

7. Berbagai jenis cairan desinfektan

8. Alat P3K standar

9. Tabung pemadam kebakaran

10. Wadah benda tajam (kotak pengaman)

Prinsip Keamanan dan kewaspadaan Standar:

1. Baca dan pahami dengan seksama prosedur sebelum bekerja,

tanyakan ke intruktur lab jika ada yang kurang dipahami.

2. Lakukan kegiatan praktika sesuai prosedur

3. Pastikan telah menggunakan Alat Pelindung Diri (PAD) atau

barier yang sesuai sebelum memulai praktikum.

4. Hati-hati terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar

5. Lakukan penanganan Instrumen tajam dan jarum sesuai

dengan prosedur praktik.

6. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan praktikum

7. Lakukan prosedur aman untuk alat bekas pakai

8. Lakukan pananganan peralatan tajam dengan aman.

9. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta

pembuangan sampah secara benar

Page 26: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Pedoman Keselamatan Kerja

Pada  prinsipnya,  untuk  mewujudkan  praktikum  yang  aman

diperlukan partisipasi  seluruh  praktikan  dan  instruktur  pada

praktikum  yang bersangkutan.  Dengan  demikian,  kepatuhan

setiap  praktikan  terhadap uraian  panduan  pada  bagian  ini

akan  sangat  membantu  mewujudkan praktikum  yang  aman.  

1. Pencegahan Bahaya  Listrik  

a. Perhatikan  dan  pelajari  tempat‐tempat  sumber  listrik

(stop‐kontak  dan circuit  breaker)  dan  cara  menyala‐

matikannya.  Jika  melihat  ada kerusakan  yang  berpotensi

menimbulkan  bahaya,  laporkan  pada instruktur atau

petugas laboratorium

b. Hindari  daerah  atau  benda  yang  berpotensi

menimbulkan  bahaya listrik  (sengatan  listrik/  strum)

secara  tidak  disengaja,  misalnya  kabel jala‐jala  yang

terkelupas  dll.  

c. Tidak  melakukan  sesuatu  yang  dapat  menimbulkan

bahaya  listrik pada  diri  sendiri  atau  orang  lain  

d. Keringkan  bagian  tubuh  yang  basah  karena,  misalnya,

keringat  atau sisa  air  wudhu  

e. Selalu  waspada  terhadap  bahaya  listrik  pada  setiap

aktivitas praktikum  

Page 27: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Kecelakaan  akibat  bahaya  listrik  yang  sering  terjadi

adalah  tersengat arus  listrik.  Berikut  ini  adalah  hal‐hal

yang  harus  diikuti  praktikan  jika hal  itu  terjadi:  

a. Jangan  panik  

b. Matikan  semua  peralatan  elektronik  dan  sumber  listrik

di  meja masing‐masing  dan  di  meja  praktikan  yang

tersengat  arus  listrik  

c. Bantu  praktikan  yang  tersengat  arus  listrik  untuk

melepaskan  diri dari  sumber  listrik  

d. Beritahukan  dan  minta  bantuan  instruktur atau petugas

laboran, praktikan  lain  dan  orang  di sekitar  anda  tentang

terjadinya kecelakaan  akibat  bahaya  listrik  

2. Bahaya  Api  Atau  Panas  Berlebih  

a. Jangan  membawa  benda‐benda  mudah  terbakar  (korek

api,  gas  dll.) ke  dalam  ruang  praktikum  bila  tidak

disyaratkan  dalam  modul praktikum  

b. Jangan  melakukan  sesuatu  yang  dapat  menimbulkan  api,

percikan  api atau  panas  yang  berlebihan  

c. Jangan  melakukan  sesuatu  yang  dapat  menimbulkan

bahaya  api  atau panas  berlebih  pada  diri  sendiri  atau

orang  lain  

d. Selalu  waspada  terhadap  bahaya  api  atau  panas

berlebih  pada  setiap aktivitas  praktikum  

Page 28: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

 Berikut  ini  adalah  hal‐hal  yang  harus  diikuti  praktikan  jika

menghadapi  bahaya  api  atau  panas  berlebih:  

a. Jangan  panik  

b. Beritahukan  dan  minta  bantuan  instruktur atau petugas

lab, praktikan  lain  dan  orang di  sekitar  anda  tentang

terjadinya  bahaya api  atau  panas  berlebih

c. Matikan  semua  peralatan  elektronik  dan  sumber  listrik

di  meja masing‐masing  

d. Menjauh  dari  ruang  praktikum  

3. Bahaya  Benda  Tajam  Dan  Logam   

a. Dilarang  membawa  benda  tajam  (pisau,  gunting  dan

sejenisnya)  ke ruang  praktikum  bila  tidak  diperlukan

untuk  pelaksanaan  percobaan  

b. Dilarang  memakai  perhiasan  dari  logam  misalnya  cincin,

kalung, gelang  dll.  

c. Hindari  daerah,  benda  atau  logam  yang  memiliki  bagian

tajam  dan dapat  melukai  

d. Tidak  melakukan  sesuatu  yang  dapat  menimbulkan  luka

pada  diri sendiri  atau  orang  lain  

Penggunaan  Peralatan  Praktikum  

Berikut  ini  adalah  panduan  yang  harus  dipatuhi  ketika

menggunakan alat‐alat  praktikum:  

Page 29: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Sebelum  menggunakan  alat‐alat  praktikum,  pahami

petunjuk  penggunaan alat  itu.  

b. Perhatikan  dan  patuhi  peringatan  (warning)  yang  biasa

tertera  pada badan  alat  

c. Pahami  fungsi  atau  peruntukan  alat‐alat  praktikum  dan

gunakanlah alat‐alat  tersebut  hanya  untuk  aktivitas  yang

sesuai  fungsi  atau peruntukannya.  Menggunakan  alat

praktikum  di  luar  fungsi  atau peruntukannya  dapat

menimbulkan  kerusakan  pada  alat  tersebut  dan bahaya

keselamtan  praktikan  

d. Pahami  rating  dan  jangkauan  kerja  alat‐alat  praktikum  dan

gunakanlah alat‐alat  tersebut  sesuai  rating  dan  jangkauan

kerjanya.  Menggunakan alat  praktikum  di  luar  rating  dan

jangkauan  kerjanya  dapat menimbulkan  kerusakan  pada

alat  tersebut  dan  bahaya  keslamatan praktikan  

e. Pastikan  seluruh  peralatan  praktikum  yang  digunakan

aman  dari  benda/ logam  tajam,  api/  panas  berlebih  atau

lainnya  yang  dapat mengakibatkan  kerusakan  pada  alat

tersebut  

f. Tidak  melakukan  aktifitas  yang  dapat  menyebabkan  kotor,

coretan, goresan  atau  sejenisnya  pada  badan  alat‐alat

praktikum  yang  digunakan  

 

Page 30: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

B. SOP K3ASPL Di klinik

Pengertian :

Standar Operasional Prosedur klinik adalah langkah-langkah

prosedural standar tindakan diklinik.

Tujuan :

Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,

nyaman selama melakukan tindakan keperawatan dan kolaborasi.

Page 31: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Manfaat :

1. Melindungi dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) di di klinik

2. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di klinik.

Sasaran :

1. Mahasiswa

2. Pasien

3. Instruktur klinik

4. Lingkungan klinik

Alat Pelindung Diri (APD):

Penggunaan APD adalah upaya pengendalian yang menempatkan

rintangan dan saringan antara manusia dan potensi bahaya.

Standar Alat Pelindung diri antara lain :

1. Sarung tangan dengan berbagai jenis

2. Masker berbagai jenis

3. Celemek plastic (apron)

4. Pelindung mata (Kaca mata :goggles)

5. sepatu tertutup (Sepatu boot)

6. Tempat cuci tangan standar

7. Alat P3K standar

8. Tabung pemadam kebakaran

9. Wadah benda tajam (kotak pengaman)

10. Berbagai jenis Cairan desinfektan

Kegiatan yang beresiko

Page 32: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Beberapa kegiatan yang menimbulkan risiko, antara lain :

1. Menyuntik dan mengambil darah pasien

2. Tindakan invasif

3. Persalinan

4. Membersihkan darah/cairan lain dan luka

Sebaliknya ada beberapa perilaku yang menempatkan

pemberi tindakan kesehatan atau pasien dalam keadaan

berisiko, yaitu :

1. Menutup jarum suntik kembali

2. Salah meletakkan jarum atau pisau/alat tajam

3. Menyentuh pasien tanpa cuci tangan

Pedoman Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) Di klinik :

Karena akan sulit untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi

atau tidak, maka harus menerapkan kewaspadaan universal

secara penuh dalam hubungan dengan semua pasien, dengan

melakukan tindakan berikut :

1. Administrative Controls

a. Pendidikan

Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan

pencegahan kepada pasien, mahasiswa, intruktur klinik,

petugas kesehatan dan pengunjung rumah sakit untuk

meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam

menjalankannya

Page 33: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

b. Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan

pencegahan) Secara periodik menilai ketaatan terhadap

tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsung

2. Standard Precautions

a. Pahami prosedur tindakan yang akan dilakukan

b. Pastikan semua alat dan bahan telah siap termasuk Alat

Pelindung Diri (APD)

c. Ingat cuci tangan dengan benar sebelum melakukan

tindakan. Perhatian khusus :

1) Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah

berhubungan dengan pasien atau setelah membuka

sarung tangan

2) Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan

cairan tubuh

d. Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan

dengan cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi

dan saat menangani peralatan habis pakai

e. Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada

percikan cairan tubuh

f. Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain

secara aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulang

g. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh

dengan bahan yang cocok

h. Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis

Page 34: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

i. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan

tubuh sesuai dengan prosedur

j. Buang limbah sesuai prosedur :

1) Pisahkan limbah sesuai jenisnya diawali sejak limbah

tersebut dihasilkan

2) Limbah padat terkontaminasi dengan darah atau cairan

tubuh dibuang ke tempat sampah kantong plastik

kuning

3) Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah atau

cairan tubuh dibuang ke tempat sampah kantong

plastik hitam

4) Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer

yang berwarna kuning tahan tusuk dan tahan air

k. Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:

1) Berhati-hati saat menangani jarum, scalpel, instrumen

yang tajam atau alat kesehatan lainnya dengan

permukaan tajam,

2) Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai

atau memanipulasinya dengan kedua tangan.

3) Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan

jarum

4) Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke

dalam wadah yang tahan tusuk dan air, dan

tempatkan pada area yang mudah dijangkau dari area

tindakan.

Page 35: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

5) Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau

peralatan ventilasi lain sebagai alternatif mulut ke

mulut.

6) Tidak boleh melakukan penutupan ulang jarum dan

manipulasi jarum dengan tangan lainnya, dan, bila

penutupan jarum diperlukan, gunakan tehnik sekop

dengan satu tangan

7) Tempatkan kemasan benda tajam setinggi mata dan

dalam jangkauan tangan, kosongkan kemasan benda

tajam sebelum dia penuh dan pembuangan yang aman

dari alat-alat tajam sebelum memulai suatu prosedur.

8) Penempatan wadah tahan tusukan yang diberi tanda

dengan jelas untuk membuang benda-benda tajam

ditempatkan sedekat mungkin ke daerah dimana

benda-benda tajam tersebut digunakan atau

ditemukan;

9) Penempatan ulang yang teratur dari wadah benda-

benda tajam sebelum mereka mencapai garis isi dari

manufaktur atau bila mereka sudah setengan penuh;

wadah harus ditutup sebelum dibuang;

10) Pembuangan dari benda tajam yang tidak bisa dipakai

ulang dalam wadah yang ditempatkan dengan aman,

hindari penutupan ulang;

11) Tanggung jawab untuk pembuangan yang benar oleh

orang yang menggunakan benda-benda tajam;

Page 36: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

12) Tanggung jawab untuk pembuangan yang tepat dan

melaporkan setiap kejadian oleh setiap orang yang

menemukan benda tajam.

Kata Pengantar

Pelayanan kesehatan merupakan area yang yang sangat

beresiko terjadinya berbagai masalah kesehatan khususnya

Page 37: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

penyakit menular. Untuk itu proteksi tenaga kesehatan peenting

mendapat perhatian. Proses belajar pada Perguruan Tinggi

Keperawatan dimana area belajar tidak hanya teori dalam kelas

tetapi sebagai ilmu terapan kegiatan belajar juga banyak

dilakukan di laboratorium dan klinik seperti rumah sakit dan

puskesmas. Mahasiswa dan instruktur klinik sangat beresiko

terhadap penyakit infeksi misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B dan C,

Tuberculosis dan penyakit infeksi lain dan penyakit akibat

lingkungan fisik. Karenya jaminan kesehatan dan keselamatan

kerja penting dilakukan yang ditujukan untuk memberikan

perlindungan sebaik mungkin guna menjamin derajat kesehatan

setinggi-tingginya. Dengan derajat kesehatan yang tinggi

diharapkan civitas akademik dapat mencapai produktivitas secara

optimal.

Kebijakan di bidang kesehatan kerja telah cukup banyak,

pada prinsipnya adalah mengatur tentang standar minimal yang

harus diterapkan di tempat kerja sehingga tidak ada pihak-pihak

yang dirugikan.

Saya menyambut baik dikeluarkannya Panduan Kesehatan

dan Keselamatan Kerja Akper Sawerigading Pemda Luwu yang

disingkat K3ASPL. Untuk itu diharapkan semua civitas akademik

memahami dan menjalankan dengan baik pedoman ini untuk

meningkatkan derajat kesehatan.

Palopo, 15 Januari 2008

Page 38: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Ketua Program Studi

Djusmadi Rasyid.A.Kep.M.Kes

Pengesahan Manual Prosedur

Jaminan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda Luwu(K3ASPL)

Edisi : I (satu)Tanggal : 15 Januari 2008

Dikaji oleh : Tim Unit Jaminan Mutu Akper Sawerigading Pemda Luwu

Program Studi : Program Studi D.3 KeperawatanDisetujui oleh : Ketua Prodi

Prodi D.3 Keperawatan Akper

Sawerigading Pemda Luwu

Prosedur Manual Jaminan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda

Disetujui oleh :Ketua Prodi

Djusmadi Rasyid. M.Kes

Revisi ke :-

15 Januari 2008

Page 39: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Luwu(K3ASPL) Disahkan Oleh :Direktur

Drs. Basri Abdi,M.Pd

Buku Panduan Jaminan Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja Di Akper Sawerigading Pemda

Luwu(K3ASPL)

Edisi II

Kontributor:

Hardianto,SKMBaso.M.S.kep

Bahrun,S.SitChristianus,S.Sit

Editor:

Azwar Sjarief.S.kep.NsHairuddin Safaat,A.Kep

Page 40: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATANAKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU

PALOPO2008

Page 41: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Page 42: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Kehadiran praktikum 100% dengan ketentuan teknis diatur oleh

bagian masing-masing bidang keperawatan

2. Menggunakan pakaian praktikum selama berada di laboratorium

keperawatan

3. Menggunakan atribut nama dan atribut lainnya secara lengkap

sesuai ketentuan

4. Membawa buku penuntun praktikum laboratorium pada saat

praktikum

5. Menyerahkan laporan pendahuluan dan laporan tugas praktikum

(bila ada) kepada dosen/asisten yang bertugas pada saat tersebut

6. Telah lulus pre test, khususnya pada bagian praktikum yang

mewajibkan melakukan pre test sebelum kegiatan praktikum

Page 43: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

dilaksanakan

7. Hadir tepat waktu, bila datang terlambat harus melaporkannya

kepada dosen yang bersangkutan dan sangsi yang diberikan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dari bagian masing-masing bidang

keperawatan

8. Mahasiswa rapi dan sopan baik fisik maupun perilaku. Tidak

diperkenankan mengenakan pakaian yang ketat, transparan, terlalu

pendek sehingga bagian dalam tubuh terlihat dengan jelas terutama

bagian dada, perut, bokong, paha, pakaian dalam, dan atau bagian

lainnya yang kurang sopan.

9. Pemakaian rok bagi wanita minimal 10 cm di bawah lutut dan

model rok tidak dengan belahan yang melebihi 10 cm di bawah

lutut

10. Tidak diperkenankan menggunakan pakaian jenis kaos oblong atau

pakaian dari bahan jenis jeans baik untuk atasan maupun bawahan

(rok/celana panjang)

11. Tidak menggunakan perhiasan berupa cincin dan gelang dari jenis

apapun selama kegiatan praktikum laboratorium

12. Kuku tidak dipanjangkan dan tidak menggunakan pewarna

kuku/kuteks

13. Mengunakan sepatu tertutup dan tidak boleh memakai sepatu

sandal terbuka

Lampiran

70

14. Bagi mahasiswa yang bertugas sebagai piket, setelah

menyelesaikan praktikum laboratorium harus membersihkan dan

merapikan kembali instrumen praktikum dan ruang praktik yang

digunakan dipandu oleh asisten laboratorium

15. Mahasiswa harus menjaga dan memelihara semua peralatan dan

fasilitas yang ada di lab

16. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan instrumen/pantom/alat dan

bahan yang dipakai untuk proses belajar, harus diganti dengan yang

serupa atau mendekati kesamaan dengan barang yang rusak. Hal ini

menjadi tanggung jawab bagi yang merusaknya atau ditanggung

Page 44: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

bersama oleh kelompok yang praktikum pada saat itu

Teknik mencuci tangan :

1. Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan

2. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir

3. Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau

mengandung anti mikroba selama 15-30 detik (pastikan

menggosok sela-sela jari) tangan yang terlihat kotor harus

lebih lama

4. Bilas dengan air bersih yang mengalir

5. Biarkan tangan kering dengan cara dianginkan atau dengan

kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk probadi yang

bersih dan kering.

Prinsip dasar pemakaian sarung tangan :

1. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh peralatan atau

sampah yang terkontaminasi

2. Sarung tangan yang bocor/belobang tidak boleh digunakan

3. Gunakan sarung tangan tebal/lateks untuk mencuci peralatan

dan membersihkan larutan berbahaya.

Prinsip dasar pencucian dan pembilasan larutan berbahaya :

1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan

Page 45: K3 Akper

29

Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

2. Ambil peralatan bekas pakai hat-hati memegang peralatan

tajam dan bahan mudah pecah seperti tabung dari kaca.

3. Pisahkan bahan-bahan yang terbuat dari plastik atau karet

dengan bahan dari kaca atau logam

4. Cuci benda tajam secara terpisah dengan hati-hati

5. Gunakan sikap dengan iar dan sabun terutama bagian pojok

dan sambungan alat.

Selagi masih menggunakan sarung tangan , cuci sarung tangan

dengan iar dan sabun kemudian bilas dengan air bersih.