jurusan teknik mesin fakultas teknik universitas …digilib.unila.ac.id/28923/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PROSES UPGRADING SECARA THERMAL DAN BERKATALIS ALAM
TERHADAP MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L.) DAN
MINYAK NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOMPHYLLUM L.)
(Skripsi)
Oleh
AHMAD ALFIAN
JURUSAN TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2017
ABSTRAK
PROSES UPGRADING SECARA THERMAL DAN BERKATALIS ALAM
TERHADAP MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L.) DAN MINYAK
NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L.)
Oleh
Ahmad Alfian
Telah dilakukan proses upgrading secara thermal dan berkatalis alam terhadap crude oil jarak pagar
(Jatropha Curcas L.) dan nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) menggunakan katalis heterogen
non zeolite yaitu dolomit. Preparasi dari biji jarak dan nyamplung dilakukan proses pengeringan
kemudian dipress menggunakan mesin press hidrolik lalu dipirolisis. Pirolisis dilakukan pada
temperature 400ᴼ C, 500ᴼ C,600ᴼ C. Dalam proses pirolisis ini dilakukan pada sampel yang lain yaitu
crude oil sampah sebagai pembanding. Dari pirolisis yang telah didapatkan, kondisi optimum yang
dihasilkan yaitu 30,67% pada temperature 500ᴼ C untuk minyak jarak, 42,33% pada temperature
500ᴼ C untuk minyak nyamplung, dan 52% pada temperature 500ᴼ C untuk minyak sampah. Setelah
itu sampel dilakukan analisis menggunakan Gass Chromatography-Mass Spectroscopy menggunakan
pembanding solar dan premium. Hasil yang didapatkan dari Analisa GC-MS yaitu jarak pirolisis
69.77% senyawa alifatik, 9.7% senyawa alisiklik, 6.36% senyawa aromatic, 14.15% senyawa alkohol.
Sedangkan untuk nyamplung pirolisis 29.43% senyawa alifatik, 13.7% senyawa alisiklik, 38.99%
senyawa aromatic, 7.78% senyawa alkohol. Untuk sampah pirolisis 76.45% senyawa alifatik, 7.27%
senyawa alisiklik, 13.35% senyawa aromatic, 2.93% senyawa alkohol. Untuk crude oil Jarak 7.42%
senyawa alifatik, 0.08% senyawa alisiklik, 3.43% senyawa aromatic, 80.05% senyawa alkohol. Untuk
Nyamplung 34.95% senyawa alifatik, 2.2% senyawa alisiklik, 17.6% senyawa aromatic, 45.28%
senyawa alkohol. Untuk senyawa pembanding yaitu premium menunjukkan hasil yaitu 27.64% untuk
senyawa alifatik, 3.26% senyawa alisiklik, 62.77% senyawa aromatic, 1.82% senyawa alkohol. Untuk
senyawa pembanding selanjutnya yaitu solar 92.26% senyawa alifatik, 1.47% senyawa alisiklik,
4.18% senyawa aromatic, 1.11% senyawa alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa semua minyak dapat
digunakan menjadi bahan bakar namun belum sepenuhnya hal ini dikarenakan masih banyak senyawa
lain yang terdapat dalam minyak tersebut yang mana rentang kadarnya masih cukup tinggi.
Kata Kunci : minyak jarak pagar, minyak nyamplung, pirolisis, dolomit, GC-MS
PROCESS UPGRADING THERMAL AND NATURE CATALIST ON JATHROPHA
OIL (JATROPHA CURCAS L.) AND OIL NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM
INOPHYLLUM L.)
By
Ahmad Alfian
Thermal and natural catalyst upgrading has been done to jatropha (Jatropha
Curcas L) and nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) crude oil using non-
zeolite heterogeneous dolomite catalyst. Preparation of jatropha seeds and
nyamplung done drying process then pressed using hydraulic press machine and
then pyrolysis processed. Pyrolysis is carried out at temperatures of 400ᴼ C,
500ᴼ C, 600ᴼ C. In this pyrolysis process is done on another sample that is
crude oil waste as a comparison. From the pyrolysis obtained, the optimum
condition is 30.67% at 500ᴼ C for jatropha oil, 42.33% at 500ᴼ C for
nyamplung oil, and 52% at 500ᴼ C for waste oil. After that the samples were
analyzed using Gass Chromatography-Mass Spectroscopy using diesel and
premium as comparators. Results obtained from the GC-MS analysis of the
jatropha of the pyrolysis of 69.77% aliphatic, alicyclic 9.7%, 6.36% aromatic,
14.15% alcohol. As for the pyrolysis nyamplung 29.43% aliphatic, alicyclic
13.7%, 38.99% aromatic, 7.78% alcohol. For pyrolysis waste is 76.45%
aliphatic, alicyclic 7:27%, 13:35% aromatic, 2.93% alcohol. Crude oil of
Jatropha 7.42% aliphatic, 0:08% alicyclic, aromatic 3:43%, 80.05% alcohol. for
nyamplung 34.95% aliphatic, alicyclic 2.2%, 17.6% aromatic, 45.28% alcohol.
For further comparison compound that is premium shows the result at 27. 64%
for aliphatic, alicyclic 3.26%, 62.77% aromatic, 1.82% alcohol. For further
comparison compound that is solar 92.26% aliphatic, alicyclic 1.47%, 4.18%
aromatic, 1.11% alcohol. This shows that all of the oil can be used as fuel but
not absolutely because there are many other compounds contained exist in the
oil which the range of levels was quite high..
Keywords : Jatropha oil, nyamplung oil, pyrolysis, dolomite, GC-MS
ABSTRACT
PROSES UPGRADING SECARA THERMAL DAN BERKATALIS ALAM
TERHADAP MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L.) DAN
MINYAK NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOMPHYLLUM L.)
Oleh
Ahmad Alfian
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Gaya Baru I Kecamatan
Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah pada 01
Juni 1994, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan Bapak Ispani dan Ibu Sulimah. Jenjang
pendidikan pertama yang dijalani penulis adalah
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Gaya Baru 2 pada
tahun 2000 hingga tamat tahun 2006. Selanjutnya penulis duduk di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Gaya Baru 2, lulus pada tahun 2009. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan formal di SMA N 1 Seputih Surabaya, akhirya
pada tahun 2012 penulis lulus dari jenjang pendidikan SMA. Pada tahun 2012
penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung. Kemudian pada bidang akademik, penulis melaksanakan
Kerja Praktek di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, Cilegon pada tahun 2015.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Lembaga Kemahasiswaan
diantaranya ditingkat jurusan sebagai kepala bidang kerohanian dalam Himpunan
Mahasiswa Teknik mesin (HIMATEM) Universitas Lampung periode 2014–2015.
Pada skripsi ini penulis melakukan penelitian pada bidang konsentrasi konversi
energi dengan judul “Proses Upgrading Secara Thermal Dan Berkatalis Alam
Terhadap Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) dan Minyak Nyamplung
(Calophyllum Inophyllum L.)” di bawah bimbingan Bapak Indra Mamad
Gandidi, S.T.,M.T. dan Bapak Dr. Amrizal, S.T., M.T.
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena berkat karunia, rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir serta menyelesaikan
Skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita menuju zaman yang lebih
baik seperti sekarang ini. Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.
Skripsi ini disusun berdasarkan studi pustaka, berdiskusi bersama dosen
pembimbing, dan eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Termodinamika,
mengkaji proses upgrading secara thermal dan berkatalis alam terhadap minyak
jarak pagar (jatropha curcas l) dan minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
l). Dalam skripsi ini menyajikan proses mengkonversi minyak jarak pagar dan
minyak nyamplung menjadi bio-oil. Untuk proses semua sumber yang dirangkum
dan dijadikan acuan, berasal dari jurnal nasional maupun internasional, dan juga
berdasarkan literatur untuk menunjang dalam proses analisa. Hasil yang diperoleh
dari penelitian baik berupa data mass yield (wt%), kandungan hidrokarbon dan
sifat hidrokarbon yang dibandingkan dengan bahan bakar gasoline RON 88 dan
diesel CN 48 di dalam skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin sampaikan rasa terima kasihnya kepada :
1. Kedua Orang Tua saya Bapak Ispani dan Ibu Sulimah yang selalu
memberikan kasih sayang, semangat motivasi, dan mendo’akan atas
harapan serta kesuksesan penulis.
2. Adik saya Dian Triani atas dukungan, motivasi, dan do’a sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Ahmad Suudi, S.T.,M.T. selaku ketua jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung.
4. Bapak Indra Mamad Gandidi, S.T, M.T. selaku pembimbing utama tugas
akhir, yang telah banyak meluangkan waktu, ide, perhatian dan sabar
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Dr. Amrizal, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua tugas akhir ini,
yang telah banyak mencurahkan waktu dan fikirannya bagi penulis serta
motivasi yang diberikan.
6. Bapak Dr. Amrul, S.T., M.T., selaku pembahas tugas akhir ini, yang
telah banyak meberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
7. Seluruh Dosen pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.
8. Mas marta selaku admin yang telah banyak membantu penulis dalam
mengurus adminitrasi di jurusan.
9. Mas Dadang, mas Nanang yang telah banyak membantu penulis dalam
menyiapkan ruang untuk seminar.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Teknik Mesin 2012 yang telah menemani
penulis dari awal perkuliahan dan selalu ada baik susah maupun senang,
tetap jaga kebersamaan kita kawan.
11. Ukhty Winni, yang telah memberikan semangat penulis agar segera
menyelesaikan studi.
12. Tim TA Zaenal Arifin, Doni Pambudi, Ahmad Syarif Fathurohman, yang
telah bersusah payah menyelesaikan proyek akhir ini.
13. Keluarga besar Teknik Mesin atas kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
Penulis memiliki harapan agar skripsi yang sederhana ini dapat memberi inspirasi
dan berguna bagi semua kalangan civitas akademik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 20 Oktober 2017
Penulis
Ahmad Alfian
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................5
C. Batasan Masalah .....................................................................................5
D. Sistematika Penulisan .............................................................................6
II. TINJAUAN PUASTAKA.............................................................................7
A. Pirolisis .......................................................................................................... 7
B. Bahan Bakar Cair (Liquid fuel) .................................................................12
C. Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) ..................................................14
D. Nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) ............................................17
E. Proses Pengambilan Minyak .................................................................19
F. Sampah..................................................................................................23
G. Katalis ..................................................................................................23
H. Katalis Heterogen .................................................................................24
I. Dolomit ................................................................................................25
J. Karakterisasi Liquid Fuel Menggunakan Gass Chromatography Mass
Spectroscopy (GC-MS) .......................................................................26
III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................................29
A. Tempat dan Pelaksanaan .......................................................................29
B. Tahapan Penelitian ................................................................................29
C. Alat dan Bahan......................................................................................31
D. Instalasi Pengujian Pirolisis ..................................................................39
E. Metode Pengambilan Data ....................................................................40
F. Alur Pengambilan Data .........................................................................41
G. Variabel Pengujian ...............................................................................42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Penelitian.................................................................................44
B. Pengaruh Temperatur Terhadap Produk Upgrading.............................46
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...............................................................................................70
B. Saran......................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Jumlah komposisi produk berbagai suhu pirolisis ................................... 9
Tabel 2.2. Perbedaan indicator dari tiga tipe pirolisis............................................. 10
Tabel 2.3. SNI bio-diesel ........................................................................................ 13
Tabel 2.4. Kandungan Assam Lemak dari Minyak Jarak ....................................... 16
Tabel 2.5. Kandungan Assam Lemak dari Biji Nyamplung................................... 19
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ..........................................................29
Tabel 3.2 Variasi Percobaan.........................................................................42
Tabel 3.3. Tabel Percobaan Minyak Jarak ...................................................42
Tabel 3.4. Tabel Percobaan Minyak Namplung...........................................43
Tabel 3.5. Tabel Percobaan Minyak Sampah...............................................43
Tabel 4.1. Data pengujian pirolisis upgrading catalytic ..............................46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Mekanisme pirolisis untuk menghasilkan liquid fuel ..............11
Gambar 2.2. Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)...........................................14
Gambar 2.3. Minyak Jarak Murni ...............................................................15
Gambar 2.4. Struktur dari minyak jarak.......................................................17
Gambar 2.5. Nyamplung ..............................................................................18
Gambar 2.6. Struktur umum dari minyak nyamplung..................................19
Gambar 2.7. Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepresan
Hidrolik ...................................................................................21
Gambar 2.8. Diagram proses ekstraksi biji jarak dengan alat ekstraksi tipe
berulir............................................................................................... 22
Gambar 2.9. Skema Alat GC-MS.................................................................28
Gambar 3.1.Reaktor .....................................................................................31
Gambar 3.2. Pemanas (Heater) ....................................................................32
Gambar 3.3. Kondensor................................................................................33
Gambar 3.4. Tabung sampel uji ...................................................................33
Gambar 3.5. Kran ¼ inchi ............................................................................34
Gambar 3.6. Thermocouple ..........................................................................34
Gmbar 3.7. Timbangan digital .....................................................................35
Gambar 3.8. Sarung tangan ..........................................................................35
Gambar 3.9. Masker .....................................................................................36
Gambar 3.10. Gas nitrogen (N2)...................................................................36
Gambar 3.11. Unit Katalizer ........................................................................37
Gambar 3.12. Katalis....................................................................................38
Gambar 3.13. instalasi pengujian pirolisis ...................................................39
Gambar 3.14. Alur pengambilan data ..........................................................41
Gambar 4.1. Instalasi pirolisis upgrading.....................................................45
Gambar 4.2. Grafik Hasil Thermal Catalytic Upgrading minyak jarak ......47
Gambar 4.3. Sisa Crude Oil pada temperatur 4000C....................................48
Gambar 4.4. Produk hasil kondensasi dan Sisa Crude Oil minyak jarak
pada temperatur 5000C............................................................49
Gambar 4.5. Produk hasil kondensasi minyak jarak pada
temperatur 6000C ....................................................................50
Gambar 4.6. grafik hasil Thermal Catalytic Upgrading pada nyamplung...51
Gambar 4.7. Produk hasil kondensasi dan Sisa Crude Oil Nyamplung
pada temperatur 4000C............................................................52
Gambar 4.8. Produk hasil kondensasi dan Sisa Crude Oil Nyamplung
pada temperatur 5000C............................................................53
Gambar 4.9. Produk hasil kondensasi pada temperatur 6000C ....................54
Gambar 4.10. grafik hasil Thermal Catalytic Upgrading pada Crude Oil
Sampah ....................................................................................54
Gambar 4.11. Produk hasil kondensasi pada temperatur 4000C ..................55
Gambar 4.12. Produk hasil kondensasi pada temperatur 5000C ..................56
Gambar 4.13. Produk hasil kondensasi pada temperatur 6000C ..................57
Gambar 4.14. Grafik rendemen bio-oil temperatur 400, 500 dan 6000C .....58
Gambar 4.15. Rendemen bio oil pengujian 5000C.......................................59
Gambar 4.16. Range hidrokarbon sampel ....................................................61
Gambar 4.17. Grafik perbandingan Fraksi Hidrokarbon Jarak Murni
dengan Premium dan Diesel....................................................62
Gambar 4.18. Grafik perbandingan Fraksi Hidrokarbon Pitolisis Jarak
pada T.500 CO dengan Premium dan Diesel...........................63
Gambar 4.19. Grafik perbandingan Fraksi Hidrokarbon Nyamplung
Murni dengan Premium dan Diesel.........................................64
Gambar 4.20. Grafik perbandingan Fraksi Hidrokarbon Pirolisi
Nyamplung pada T.500 CO dengan Premium dan Diesel .......65
Gambar 4.21. Grafik perbandingan Fraksi Hidrokarbon Pirolisi Crude
Oil pada T.500 CO dengan Premium dan Diesel.....................66
Gambar 4.22 Distribusi Ikatan Rantai Hidrokarbon ....................................67
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produksi minyak mentah di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya.
Pada tahun 2000 sebesar 1.456.000 barel/hari, pada tahun 2005 produksi di
Indonesia turun menjadi 1.096.000 barel/hari dan pada tahun 2012 produksi
minyak mentah di Indonesia turun menjadi 918.000 barel/hari. Hal ini
berbanding berbalik dengan jumlah konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005, konsumsi BBM di
Indonesia 1.263.000 barel/hari meningkat menjadi 1.565.000 barel/hari pada
tahun 2012. Sehingga pemerintah harus impor minyak mentah untuk dapat
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri(British Petroleum, 2013). Adanya
kekhawatiran akan kelangkaan bahan bakar minyak mendorong masyarakat
untuk mencari solusi sebagai bahan bakar alternatif. Salah satunya adalah
dengan penggunaan bahan bakar nabati(Rizal,2012).
Di Indonesia minyak nabati tersedia dalam jenis dan jumlah yang besar, bahan
yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel adalah jarak pagar dan
nyamplung. Disamping menghasilkan minyak dengan produktivitas tinggi,
tanaman ini juga mempunyai nilai ekonomi yang rendah (merupakan tanaman
non-pangan), dan mampu memproduksi banyak buah sepanjang tahun.
Tanaman ini juga memiliki kandungan minyak yang relatif besar sehingga
2
cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel(Ni’matul Izza,2011)
dan tersebar dalam jumlah yang besar, 49,5 juta ha
(pustaka.litbang.pertanian,2008) untuk lahan pengembangan jarak pagar dan
408.000 ha untuk nyamplung. Selain dari minyak nabati, terdapat juga
penelitian tentang sampah yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar
minyak(Indra M.G,2010).
Penggunaan minyak nabati memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah
angka setana tinggi, ramah lingkungan karena mengandung sedikit gas SOx,
daya lumas yang baik, emisi gas buang sedikit dan karakter pembakaran yang
relatif bersih. Selain kelebihan tersebut, penggunaan biodiesel juga
memberikan keuntungan terhadap perawatan mesin kendaraan(Mittelbach,
2001).
Sampai saat ini, banyak dilakukan penelitian mengenai kelayakan penggunaan
minyak nabati pada mesin diesel. Namun, dalam uji coba tersebut masih
terdapat kendala yaitu terjadi pengentalan pada temperatur rendah . Hal ini
terjadi karena karakteristik minyak nabati memiliki viskositas yang tinggi,
volatilitas yang rendah dan senyawa rantai panjang tidak jenuh yang besar
(Lambok, 2006).
Proses pengolahan crude oil jarak pagar dan crude oil nyamplung menjadi
biodiesel saat ini banyak menggunakan proses esterifikasi dan transesterifikasi,
proses ini merupakan proses alkoholis yang menggunakan metanol sebagai
reaktan. Metanol dalam reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi digunakan
dalam jumlah berlebih untuk mendapatkan konversi maksimum.
3
Freedman (1984) melakukan transesterifikasi minyak kedelai dalam media
metanol dengan perbandingan volume minyak terhadap metanol adalah 1: 2
menggunakan katalis NaOCH3 pada suhu 60ᴼC selama 1 jam. Ia
menyimpulkan bahwa penggunaan katalis pada reaksi transesterifikasi minyak
kedelai akan efektif pada jumlah 1-5% berat minyak.
Reaksi transesterifikasi juga dapat menurunkan viskositas, namun produk dari
hasil transesterifikasi masih memiliki bilangan asam yang tinggi bila
dibandingkan dengan diesel komersial, (Demirbas, 2003; Ma dan Hanna,
1999). selain itu proses transesterifikasi membutuhkan biaya produksi yang
tinggi karena menggunakan alkohol yang banyak. Proses yang dilakukan juga
panjang karena setelah proses transesterifikasi masih membutuhkan proses
naturalisasi untuk memisahkan antara gliserol dan asam lemak.
Dibandingkan dengan beberapa cara di atas, pirolisis/perengkahan merupakan
cara yang paling sederhana dan efisien. Pirolisis dapat menghasilkan
hidrokarbon yang mirip dengan bahan bakar minyak seperti gasoline dan
diesel. Seperti yang telah dilakukan oleh Lima et al yang melakukan pirolisis
minyak nabati untuk mendapatkan hidrokarbon setara diesel. Dan juga Chang
CC, yang mendapatkan Hidrokarbon mirip crude oil dari pirolisis minyak
nabati dan sabun dari minyak nabati (Chang dan Wan, 1047; Lima dkk, 2004).
Beberapa peneliti juga pernah melakukan proses pirolisis pada minyak jarak
pagar di dalam reaktor fixed bed dengan rentang temperatur 400-600oC dengan
penambahan gas nitrogen kedalamnya (Goyal, 2006). Hasil yang didapatkan
4
menunjukkan yield minyak cair maksimum sebesar 18%. Hal ini kurang
maksimal karena yield yang didapat masih rendah.
M. Syah, 2011 melakukan penelitian pirolisis minyak jarak pagar menjadi
minyak bio menggunakan katalis NiO/α-AL2O3 dan NiMo/γ-Al2O3 . Dengan
temperatur 475oC menggunakan reactor stainless steel dengan diameter 3 cm
dan panjang 17 cm. Pengujian dilakukan dengan bahan baku minyak cair
dacampur dengan katalis dalam satu reactor. Hasil yang didapatkan
menunjukkan yield minyak cair maksimum sebesar 21,45 %.
Biswas 2014 juga melakukan konversi pada minyak jarak dengan
menggunakan reactor batch pada temperature 375ᴼC. Bahan baku minyak
jarak tercampur dengan katalis dalam reactor. Katalis yang digunakan yaitu
ZSM-5,ZSM-5+SiAl dan NiMo/SiAl. Hasil yang didapat yaitu pada
penggunaan katalis ZSM-%+SiAl dengan 36% hidrokarbon fraksi gasoline
(C7-C11) dan 58% hidrokarbon fraksi diesel (C12-C22).
Dalam penelitian ini akan dilakukan upgrading crude oil jarak pagar dan
nyamplung menggunakan metode pirolisis dengan katalis alam dengan bahan
baku dan katalis secara terpisah dan juga pada crude oil sampah sebagai
perbandingan data hasil percobaan yang diperoleh.
5
B. Tujuan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini
akan memfokuskan kegiatan dengan tujuan untuk mengkaji karakteristik bio
oil yang dihasilkan dari proses pirolisis dan dibandingkan dengan BBM
konvensional baik bensin maupun solar.
C. Batasan Masalah
Kajian pada penelitian ini memfokuskan terhadap proses pirolisis minyak jarak
pagar untuk menghasilkan produk bio-diesel. Beberapa batasan pada kajian ini
sebagai berikut :
1. Bahan baku yang digunakan adalah Crude Oil jarak pagar (Jatropha curcas
L.), Crude Oil nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) dan Crude Oil
sampah.
2. Massa bahan baku yang digunakan yaitu 300 ml.
3. Proses penelitian menggunakan metode pirolisis upgrading dengan
menggunakan katalis dolomit.
4. Temperatur yang digunakan pada metode pirolisis berkatalis ini yaitu
4000C, 500
0C, 600
0C pada reactor furnace dan 300
0C pada reactor
katalizer.
5. Partikel katalis yang digunakan sebesar 2 cm2.
6. Tinggi katalis 1 m dari tinggi bed katalis.
7. Alat yang digunakan adalah pyrolysis upgrading yang berada di Lab.
Termodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung.
6
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematis penulisan dari penelitian ini adalah sbagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini tardiri dari latar belakang, tujuan, batasan masalah,
dan sistematika penulisan.
B AB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat teori mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian.
B AB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini terdiri atas hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian, yaitu tempat penelitian, bahan penelitian,
pralatan, dan prosedur pengujian.
B AB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan hasil dan pembahasan dari data-data yang
diperoleh saat pengujian dilaksanakan.
B AB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi hal-hal yang dapat disimpulkan dan saran-
saran yang ingin di sampaikan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat referensi yang digunakan penulis untuk menyelesaikan
laporan tugas akhir.
LAMPIRAN
Berisikan perlengkapan laporan penelitian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pirolisis
Pirolisis merupakan proses penguraian molekul organik atau hidrokarbon
berantai panjang dengan thermal menjadi molekul yang lebih pendek dengan
memutus ikatan karbon-karbon tanpa adanya kehadiran oksigen. Reaksi
perengkahan tidak terjadi secara selektif, artinya reaksi pemutusan rantai
hidrokarbon terjadi secara acak dan menghasilkan campuran berbagai
senyawa hidrokarbon yang lebih kecil serta dapat pula membentuk ikatan
rangkap karbon.
Penguraian tersebut mengakibatkan lepasnya energi yang terkandung dan zat-
zat kimia didalamnya, yang memungkinkan ekstraksi energi dan zat-zat kimia
pada biomassa. Produk yang dapat dihasilkan dari proses pirolisis dapat
berupa arang, gas dan minyak, dimana produk minyak hasil pirolisis memiliki
potensi tinggi sebagai bahan bakar alternative. Proses pirolisis menggunakan
katalis paling banyak digunakan untuk membuat produk bio-oil. Selain
perannya dalam meningktkan selektivitas produk, katalis juga dapat
mengubah kualitas dan yield bio-oil yang di produksi (Lappas, dkk, 2008).
8
Untuk minyak jarak pagar dan nyamplung memiliki potensi lebih besar untuk
diaplikasikan, dengan melihat pada potensi turunnya biaya disebabkan operasi
dilakukan pada temperatur lebih rendah dan meningkatnya kualitas minyak
yang dihasilkan.
Proses pirolisis menghasilkan 3 macam bentuk zat, yaitu padatan berupa residu
karbon, cair yang disebut liquid fuel yaitu berupa distilat asap cair dan tar, dan
gas yang biasanya terdiri dari CO2, CO, dan gas-gas lain yang mudah terbakar
seperti CH4, H2, dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Proporsi ketiganya sangat
tergantung dari parameter reaksi dan teknik pirolisis yang digunakan. Asap
terbentuk karena pembakaran yang tidak sempurna, yaitu pembakaran dengan
jumlah oksigen terbatas yang melibatkan reaksi dekomposisi bahan polimer
menjadi komponen organik dengan bobot yang lebih rendah karena pengaruh
panas. Jika oksigen tersedia cukup, maka pembakaran menjadi lebih sempurna
dengan menghasilkan gas CO2, uap air, dan arang, sedangkan asap tidak
terbentuk (Haji dkk, 2007).
Komposisi produk pirolisis pada umumnya dipengaruhi sejumlah faktor, antara
lain, jenis bahan baku, suhu pirolisis, waktu pirolisis dan kondisi proses
pirolisis. Pemilihan suhu yang rendah dan waktu yang lama selama proses
pirolisis akan menghasilkan banyak arang, sedangkan pemilihan suhu tinggi
dan waktu pirolisis yang lama akan meningkatkan konversi biomassa menjadi
gas. Sedangkan pemilihan temperatur yang sedang dan waktu pirolisis yang
singkat akan mengoptimumkan cairan yang dihasilkan (Bridgwater, 2004).
Tabel 2.1 menunjukkan jumlah komposisi setiap produk pada beberapa suhu
pirolisis.
9
Tabel 2.1. Jumlah komposisi produk berbagai suhu pirolisis (Zhang et al.,
2009).
Suhu (oC) Cairan (%) Arang (%) Gas tidak terkondensasi (%)
400
500
550
600
700
48,3
54,4
56,8
56,3
54,2
34,2
27,0
23,2
22,0
20,2
12,1
13,4
14,0
15,6
21,3
Faktor-faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses pirolisis adalah sebagai
berikut (Mulyadi, 2009; Wahyudi, 2001):
1. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena semakin
lama waktu proses pirolisis berlangsung, produk yang dihasilkan (residu
padat, tar, dan gas) semakin naik.
2. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan
persamaan Arhenius yang menyatakan suhu semakin tinggi nilainya
konstanta dekomposisi termal semakin besar. Akibatnya laju pirolisis
bertambah dan konversi naik.
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil. Semakin besar ukuran partikel
luas permukaan per satuan berat semakin kecil, sehingga proses akan
menjadi lambat.
4. Berat Partikel
Semakin banyak bahan yang dimasukkan, menyebabkan hasil bahan bakar
cair, tar dan arang meningkat.
10
Pirolisis berdasarkan kecepatan reaksinya dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu pirolisis konvensional atau pirolisis lambat (slow pyrolysis), pirolisis
cepat (fast pyrolysis), serta pirolisis kilat (flash pyrolysis) yang sangat
tergantung pada waktu dan temperatur yang bersentuhan langsung dengan
ukuran biomassa pada proses konversi. Pada Tabel 2.2 berikut ini disajikan
perbedaan indikator untuk tiga kelompok pirolisis pada biomassa.
Tabel 2.2. Perbedaan indikator dari tiga tipe pirolisis (Demirbas, 2004).
Indikator Pirolisis
Konvensional
Pirolisis
Cepat
Pirolisis
Kilat
Temperatur Pirolisis (K) 550-950 850-1250 1050-1300
Laju Pemanasan (K/s) 0,1-1 10-200 >1000
Ukuran Partikel (mm) 5-50 <1 <0,2
Waktu tinggal (s) 450-550 0,5-10 <0,5
Untuk pembuatan bahan bakar cair diperlukan katalis agar pirolisis lebih
efektif (Damayanthi dan Martini (2009). Katalis tersebut mampu meningkatkan
proses pirolisis dengan cara menurunkan suhu dan waktu dekomposisi. Seperti
halnya proses pirolisis, semakin besar suhu dan semakin banyak penambahan
katalis maka waktu yang digunakan untuk proses juga akan semakin cepat.
Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan faktor yang mempengaruhi
proses pirolisis yaitu berbagai macam biomassa yang digunakan sebagai bahan
baku seperti minyak jarak (Sugiarti, 2010), minyak sawit (Twaiq et al., 2003),
minyak bekas (Kadarwati dkk, 2010), sekam padi (Hartanto dan Alim, 2011),
bagas tebu (Erawati dkk, 2013), tandan sawit (Ratnasari, 2011), dan enceng
11
gondok (Suarna, 2005), jenis katalis yang digunakan seperti zeolit HZSM-5
(Lima et al., 2004), zeolit NiMo/ tipe klipnotilolit (Nasikin et al., 2009) Pd/C
(Duan and Savage, 2011), zeolit (Danarto dkk, 2010), dan katalis γ-alumina
(Wijanarko dkk, 2006), serta jenis reaktor seperti reaktor fluida (Fluidized bed
reactor) (Jung et al., 2008), dan reaktor berpengaduk (Stirrer bed reactor)
(Manasomboonphan and Junyapoon, 2012).
Reaktor pirolisis memiliki prinsip kerja dalam menghasilkan produknya. Pada
proses pemanasan yang terjadi pada reaktor pirolisis, asap yang dihasilkan
akan mengalir menuju kondensor melalui pipa yang mengubungkan reaktor
pirolisis dengan kondensor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan
yang disebabkan perbedaan temperatur antara reaktor pirolisis dan kondensor.
Pada reaktor pirolisis terjadi proses pemanasan sehingga temperatur naik,
sedangkan pada kondensor temperaturnya akan lebih rendah karena dialiri oleh
air, maka akan terjadi perpindahan fluida berupa asap karena sifat fluida
mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang lebih rendah (Harahap,
2011).
Heat Gasses Liquids
Heat Heat
Gambar 2.1. Mekanisme pirolisis untuk menghasilkan liquid fuel (Harahap,
2011)
Pyrolysis Condensation
Combustion
Biomass Catalytic conversion to
Hydrogen (optional)
Vapors
Power generations Char
12
B. Bahan Bakar Cair (Liquid fuel)
Liquid fuel merupakan bahan bakar cair berwarna kehitaman yang
mengandung komponen organik terbesar berupa turunan lignin yaitu fenol,
alkohol, asam organik dan senyawa karbonil seperti keton, aldehid dan ester.
Biomassa seperti onggok dan minyak biji karet dapat dikonversi menjadi bio-
oil (Diebold, 1997). Bahan bakar cair dalam konteks energi terbarukan
diketahui terdapat tiga jenis, yaitu biodiesel, bioetanol, dan bahan bakar cair
hasil perengkahan senyawa organik biomassa. Hingga kini produksi bioetanol
dan biodiesel sudah sampai ke tingkat industri. Akan tetapi banyak
kelemahan yang dihadapi saat memproduksi bahan bakar jenis ini. Biodiesel
dalam proses produksinya diketahui banyak menggunakan minyak pangan
sebagai bahan bakunya. Seperti pada penelitian Anshary dkk, (2012) yang
menggunakan minyak kelapa sawit dan Putri dkk, (2012) yang menggunakan
minyak kelapa. Bioetanol dalam produksinya diperlukan bahan baku khusus
yang mengandung gula reduksi sehingga dapat dihidrolisis menjadi etanol.
Beberapa bahan baku yang sering digunakan dewasa ini dalam pembuatan
bioetanol adalah ubi kayu (Hapsari dan Pramashinta, 2013) dan jagung (Tri,
2011). Berkaitan dengan bahan baku pembuatan biodiesel dan bioetanol
tersebut, tentunya akan mengurangi sumber pangan sehingga akan berdampak
pada terjadinya persaingan pangan.
Pada produksi bioetanol dan biodiesel juga ditemukan kendala lain. Tahap
hidrolis bioetanol memerlukan bahan baku tambahan seperti asam dan ragi
untuk menumbuhkan mikroorganisme. Pada produksi biodiesel diperlukan
13
tahap tambahan seperti esterifikasi dan transesterifikasi. Tahap ini dilakukan
untuk menurunkan kadar asam lemak bebas agar tidak terbentuk sabun
sebagai produk samping, dimana memerlukan bahan tambahan seperti
metanol serta zat asam atau basa. Hal ini juga membuat produksi biodiesel
memerlukan waktu yang lebih lama, dan tidak ekonomis dari segi biaya
(Mediasari, 2015).
Untuk penggunaan biodiesel sebagai energi alternative sebagai pengganti
bahan bakar minyak dari fosil, biodiesel harus memenuhi sejumlah parameter
teknis, dan di Indonesia diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
nomor 04-7182-2006
Tabel 2.3. SNI biodiesel
No Karakteristik Satuan Nilai
1 Angka Setana (Cetane
Number
Min 51
2 Massa Jenis gr/mL 0,820 –
0,860
3 Viskositas kinematik mm2/s (cSt) 2.3 – 6.0
4 Titik Nyala (Flash Point) ᴼC Min. 100
5 Titik Kabut (Cloud Point) ᴼC Max. 18
6 Titik Tuang (Pour Point) ᴼC Max. 18
7 Kandungan Air %-volume Max. 0.05
8 Gliserol Bebas %-massa Max. 0.02
9 Gliserol Total %-massa Max. 0.24
10 Total Acid Number
(TAN)
mg KOH/gr Max. 0.80
Sumber : Standard Nasional Indonesia (SNI), 2006
14
Liquid fuel yang dihasilkan dari proses pirolisis memiliki keuntungan yang
lebih besar dibandingkan biodiesel dan bioetanol. Pada produksi liquid fuel
dapat menggunakan biomassa yang tidak termanfaatkan, seperti biji karet,
daun kering, sekam padi, bagas tebu, dan lain-lain. Selain itu, tidak seperti
pembuatan biodiesel, biomassa pada pembuatan liquid fuel dapat digunakan
secara langsung tanpa perlakuan awal.
C. Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.)
Jarak pagar (Jatropha curcas linn) merupakan tanaman semak yang tumbuh
dengan cepat hingga mencapai ketinggian 3-5 meter. Jarak pagar hampir tidak
memiliki hama karena sebagian besar bagian tubuhnya beracun. Biji jarak
pagar berbentuk bulat lonjong dan berwarna coklat kehitaman. (Departemen
Teknologi Pertanian USU, 2005).
Gambar 2.2 Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
15
Biji jarak pagar mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30-40% dan
mengandung toksin sehingga tidak dapat di makan (Pradhan et al., 2011).
Minyak jarak pagar dapat dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan
mesin pengepres atau menggunakan pelarut (Cornelia, 2007). Minyak jarak
pagar merupakan cairan bening, berwarna kuning, berbau khas, tidak berasa
dan tidak keruh meskipun disimpan dalam jangka waktu lama.
Gambar 2.3. Minyak jarak murni
Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan
karet dan ubi kayu. Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman antara 1–7
m, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris, bila terluka
mengeluarkan getah. Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau
5, tulang daun menjari dengan 5 – 7 tulang utama, warna daun hijau
(permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang
tangkai daun antara 4 – 15 cm.Tanaman jarak pagar berwarna kuning
kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga
16
jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul
di ujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat
telur, diameter 2 – 4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika
masak. Buah jarak terbagi 3 ruang yang masing – masing ruang diisi 3 biji.
Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak
mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30 – 40 %. Buah dan biji jarak
pagar dapat dilihat pada Gambar 2.3 Minyak jarak pagar diperoleh dari biji
dengan metode pengempaan panas atau dengan ekstraksi pelarut. Minyak
jarak pagar tidak dapat dikonsumsi manusia karena mengandung racun yang
disebabkan adanya senyawa ester forbol (Syah, 2006). Komponen asam
lemak terbanyak dalam minyak adalah oleat. Kandungan asam lemak pada
minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kandungan Asam Lemak dari Minyak Jarak Pagar
Sumber : Syah, 2006
Jenis Asam Lemak Komposisi
Asam Miristat 0-0.1
Asam Palmitat 14.1-15.3
Asam Stearat 3.7-9.8
Asam Arachidic 0-0.3
Asam Behedic 0-0.2
Asam Palmitoleat 0-1.3
Asam Oleat 34.3-45.8
Asam Linoleat 29.0-44.2
17
Struktur kimia dari minyak jarak pagar terdiri dari trigliserida dengan rantai
asam lemak yang lurus (tidak bercabang), dengan atau tanpa rantai karbon tak
jenuh, mirip dengan CPO.
Gambar 2.4. Struktur dari minyak jarak
Sumber : Gubitz et al., (1999)
D. Nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.)
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) termasuk dalam marga Calophyllum
yang mempunyai sebaran yang cukup luas. Di Indonesia, nyamplung tersebar
mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku Hingga Nusa
Tenggara Timur dan Papua.
Pohon nyamplung biasa tumbuh di tepi sungai atau pantau berudara panas
dengan ketinggian hingga 200 m dari permukaan laut. Tumbuhan ini dapat
berfungsi sebagai wind braker. Ciri-ciri pohon nyamplung antara lain
batangnya berkayu, bulat, warna coklat, daunnya tunggal, bersilang
berhadapan, bulat memanjang atau bulat telur. Ujung daun tumpul, pangkal
pembulat, tepinya rata.
Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah rendamen minyak
nyamplung tergolong tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lain (jarak
18
pagar 40-60%, sawit 46-54%, dan nyamplung 60-65%) dan dalam
pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. Minyak biji
nyamplung memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak
tanah. Dalam test untuk mendidihkan air, minyak tanah yang dibutuhkan 0.9
ml, sedangkan minyak nyamplung hanya 0.4 ml, mempunyai keunggulan
kompetitif dimasa depan antara lain biodiesel nyamplung dapat digunakan
sebagai pencampur solar dengan komposisi tertentu, bahkan dapat digunakan
100% apabila teknologi pengolahan tepat, kualitas emisi lebih baik dari solar,
dan dapat digunakan sebagai biokerosene pengganti minyak tanah.
Gambar 2.5. Nyamplung
Satu liter minyak nyamplung dapat dihasilkan dari 2-2,5 kg biji, sedangkan
jarak pagar membutuhkan 4 kg untuk menghasilkan satu liter minyak. Hasil
analisis sifat fisiko-kimia biodisel yang dihasilkan telah memenuhi sebagian
besar standar SNI 04-7182-2006. Potensi yang sangat tinggi tersebut di atas
menjadi dasar pengembangan nyamplung dalam program pemuliaan sesuai
19
dengan strategi yang telah dibuat. Nyamplung selain menghasilkan BBN juga
berpotensi menghasilkan produk lain dari pemanfaatan limbahnya seperti
briket arang, asap cair untuk pengawet kayu, bungkil untuk pakan ternak,
resin/getah untuk obat-obatan dan pewarna tekstil, sabun, dan lain-lain (Budi
Leksono, 2014).
Struktur umum dari minyak Nyamplung :
Gambar 2.6. Struktur umum dari minyak nyamplung.
Kandungan minyak biji nyamplung yaitu :
Tabel 2.5. Kandungan Asam Lemak Dari Biji Nyamplung
Komponen Kadar %
Asam Miristat 0,09
Asam Palmitat 14,6
Asam Stearat 19,96
Asam Oleat 37,57
Asam Linoleat 26,33
Asam Linolenat 0,27
Asam Arachidat 0,94
Asam Erukat 0,72
Sumber : Balai Pengembangan dan Penelitian Kehutanan, 2008
E. Proses Pengambilan Minyak
Ekstraksi minyak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi minyak dapat
20
dilakukan dengan tiga cara, yaitu rendering, mechanical expression dan
dengan menggunakan pelarut (Situmorang, 2009).
Adapun ektraksi minyak yang dapat dilakukan adalah :
1. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang mengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi. Pada
rendering penggunaan panas bertujuan untuk menggumpalkan protein
pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut
sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung
didalamnya (Situmorang, 2009).
Menurut pengerjaannya, rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet
rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering
dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses.
Sedangkan dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air
selama proses berlangsung (Ketaren, 2008).
2. Pengepresan mekanis
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara estraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian dimana kadar minyak
yang terkandung sekitar 30-50 % (Situmorang, 2009).
Pada cara ini diperlukan suatu perlakuan pendahuluan sebelum minyak
atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut
21
meliputi pengecilan ukuran, penghalusan, pengeringan serta pemanasan
(Pradhan et al., 2011).
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis yaitu pengepresan
hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (screw pressing).
a. Pengepresan hidrolik (hydraulic pressing).
Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar
2000 lb/in2
. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi
tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang digunakan serta
kandungan minyak dalam bahan. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6%, tergantung dari lamanya
bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik (Ketaren, 2008).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan
cara pengepresan mekanis dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7. Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan
Pengepresan Hidrolik
b. Pengepresan berulir (screw pressing)
Cara screw pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri
dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung
Bahan yang
mengandung minyak
Minyak kasar Dan ampas/bungkil
Pemasakan /
pemanasan
Penggilingan Perajangan
Pengepresan
22
pada temperatur 240ºF dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2
. Kadar
air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 %,
sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar
4-5 % (Ketaren, 2008).
Berikut merupakan diagram alir proses ekstraksi minyak biji jarak
menggunakan alat ekstraksi tipe berulir
Gambar 2.8. diagram proses ekstraksi biji jarak dengan alat ekstraksi
tipe berulir
3. Pelarut
Ektraksi pelarut merupakan ekstraksi menggunakan pelarut minyak atau
lemak digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Mutu
yang dihasilkan dari teknik ekstraksi tersebut cukup bagus, namun dari
segi biaya produksi sangat mahal, karena pelarut mahal dan lemak yang
diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan
(Situmorang, 2009).
Biji jarak kering
Minyak jarak
Pemerah berulir Ampas atau bungkil
23
F. Sampah
Sampah merupakan bahan atau material yang terbuang dari hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis
(Ecolink,1996). Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami
perlakuan yang sudah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan,
dansudah tidak bermanfaat, baik dari segi ekonomiyang sudah tidak ada
harganya dan dari segi lingkungan yang dapat menyebabkan pencemaran
udara(Hadiwijoto,1983). Sampah merupakan material hasil buangan dari
aktivitas manusia yang dapat dianggap menjadi bahan bakar karena
mengandung unsur C,H,O dalam ikatan polimer(Pasek,2007)
G. Katalis
Katalis adalah suatu bahan kimia yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi
tanpa bahan tersebut menjadi ikut terpakai, dan setelah reaksi berakhir, bahan
tersebut tetap dalam bentuk awal tanpa terjadi perubahan kimia. Penggunaan
katalis dapat menurunkan tingkat aktivasi energi yang dibutuhkan, membuat
reaksi terjadi lebih cepat atau pada temperatur yang lebih rendah. Penggunaan
katalis tidak mempengaruhi sifat kimia atau termodinamik dari produk yang
dihasilkan.
Bantuan katalis disini diperlukan karena penggunaan katalis pada pirolisis
diharapkan tidak hanya untuk membantu mempercepat terjadinya reaksi
perengkahan secara selektif namun juga untuk mengakselarasi reaksi
perpindahan hidrogen dan isomerisasi. Dari reaksi pirolisis dapat diperoleh
minyak bio yang tidak mengandung ester. Minyak bio non-ester ini memiliki
24
kelebihan yaitu memiliki nilai bakar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
minyak bio yang mengandung ester (hasil transesterifikasi).
Dalam proses thermal cracking, ada beberapa jenis katalis yang dapat
digunakan, yaitu jenis katalis heterogen yang berupa katalis zeolit dan katalis
bukan zeolit.
H. Katalis Heterogen
Katalis heterogen merupakan katalis yang memiliki fasa berbeda dengan
reaktan. Katalis heterogen berada pada fasa padat sedangkan reaktan berada
pada fasa cair. Katalis heterogen memiliki berbagai keunggulan dibandingkan
katalis homogen, antara lain biaya pembuatannya yang murah, tidak korosif,
ramah lingkungan (Bangun, 2007), efisiensinya yang tinggi, kemudahan untuk
digunakan dalam berbagai media, kemudahan pemisahan katalis dari campuran
reaksi, dan penggunaan ulang katalis (Moffat,1990 ; Frenzer and Maier,2006).
Aktivitas suatu katalis juga sangat bergantung pada komponen penyusunnya.
Katalis heterogen terdiri atas penyangga dari situs aktif (dopan). Situs aktif
merupakan logam-logam transisi yang memiliki orbital d kosong atau memiliki
electron tunggal yang akan disumbangkan pada molekul reaktan sehingga
terbentuk ikatan baru dengan kekuatan ikatan tertentu (Campbell,1998).
Sedangkan penyangga katalis merupakan tempat terikatnya situs aktif.
Berbagai logam telah diaplikasikan sebagai situs aktif diantaranya Fe, Ni, Ti,
Al, Co,Cu,Zn dan lain-lain. Terlepas dari peranan situs aktif, penyangga katalis
mengambil peran penting dalam aktivitas katalisis suatu katalis heterogen.
25
Banyak bahan yang telah diaplikasikan sebagai penyangga katalis seperti
alumina (Wang and Liu,1998), zeolite (Breck,1974 ;Sinha et al.,2001;
Hideyuki et al., 2004), silika (Benvenutti dan Yoshitaka,1998 ; Yang et al.,
2006; Pandiangan,2009) dan dolomit (Haryadi et al., 2009).
I. Dolomit
Batuan dolomit tersedia melimpah dialam dengan karakteristik dan toksisitas
yang rendah. Di Indonesia sumber batuan ini banyak terdapat hampir semua
kepulauan, khususnya yang memiliki daerah pegunungan. Batuan dolomit
terdiri atas senyawa CaCO3 dan MgCO3 serta sedikit senyawa ikatan ferrite
dan silika. Seperti halnya calcite, CaCO3 murni, melalui kalsinasi sederhana
pada temperature tinggi dolomit akan terdekomposisi menjadi CaO dan MgO
dengan tingkat kebebasan tinggi. Saat ini pemanfaatan utama batuan dolomit
ini pada industry semen serta pengisian tanah dan pertanian dikarenakan harga
bahan ini yang relatif murah. Di beberapa industry, dolomit digunakan pada
proses produksi besi dan baja, gelas, serta sebagai filter pada industri plastik,
cat, kertas, dan perekat. Aplikasi dolomite sebagai katalis juga telah banyak
dilakukan terutama dalam proses gasifikasi biomassa, serta didalam steam
reforming biomassa dengan turunannya berupa syngas dan eliminasi limbah
plastic melalui co-gasifikasi dengan batubara dan biomassa. Adapun aplikasi
lainnya di luar proses katalitik belum banyak dieksplorasi (Wilson et al.,2008).
Dolomit adalah mineral alam yang mengandung unsur hara Magnesium (Mg)
dan Kalsium (Ca) berbentuk tepung. Dolomit termasuk rumpun mineral
karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3
atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral
26
dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-
xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni,
karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu
gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung (Basu, 2010). Dalam mineral
dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi. Dolomit berwarna putih
keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batu
gamping, yaitu berkisar antara 3,50-4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80
2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air
serta mudah dihancurkan. Dolomit ideal memiliki sebuah kisi kristal yang
mengandung lapisan berselang seling antara Ca dan Mg dipisahkan oleh
lapisan CO dan secara khusus komposisi Ca dan Mg memiliki proporsi yang
sama jika dipresentasikan secara stoikiometri (Warren,2000).
J. Karakterisasi Liquid Fuel Menggunakan Gass Chromatography Mass
Spectroscopy (GC-MS)
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan senyawa untuk mendapatkan
senyawa murni dari senyawa campuran. Pemisahan didasarkan pada perbedaan
distribusi (migrasi) zat dalam dua fasa yang berbeda yaitu fasa diam dan fasa
gerak. Fasa diam biasanya berupa padatan atau cairan yang tertapis (percolated)
pada padatan pendukung (solid support), sedangkan pada fasa gerak dapat
berupa zat cair atau gas. Perbedaan interaksi senyawa terhadap senyawa lain (zat
pada fasa gerak maupun pada fasa diam) menyebabkan senyawa tersebut
berbeda dalam hal distribusinya dalam fasa gerak maupun dalam fasa diam.
27
Distribusi senyawa campuran yang terserap dalam fasa diam dan fasa gerak
merupakan proses kesetimbangan.
Kromtografi gas-spektroskopi massa merupakan gabungan dari kromatografi gas
yang menghasilkan pemisahan dari komponen-komponen dalam campuran dan
spektroskopi massa merupakan alat untuk mengetahui berat senyawa dari setiap
puncak kromatografi. Pada metode ini komponen-komponen dalam sampel
dipisahkan oleh kromatografi gas dan hasil pemisahan dianalisis oleh
spektroskopi massa. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi sampel
campuran dari beberapa komponen. Puncak-puncak kromtogram memberikan
informas jumlah komponen yang ada dalam sampel dan spectra dari
spektroskopi massa memberikan kunci-kunci penting dalam proses identifikasi
senyawa.
Prinsip dari instrument ini adalah menguapkan senyawa organic dan
mengionkan uapnya dalam spektroskopi, molekul-molekul organik di tembak
dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif (ion
molekul) yang dapat dipecah menjadi ion-ion yang lebih kecil. Molekul organik
mengalami proses pelepasan satu electron menghasilkan ion radikal yang
mengandung satu electron tidak berpasangan. Ion-ion radikal ini akan
dipisahkan dalam medan magnet akan menimbulkan arus ion pada kolektor yang
sebanding dengan limpahan relatif dengan perbandingan massa/muatan(m/z)
(Mc Lafferty,1988).
Spektra massa biasanya dibuat dari massa rendah ke massa tinggi. Cara
penyajian yang jelas dari puncak-puncak utama dapat diperoleh dengan
membuat harga massa/muatan (m/z) terhadap kelimpahan relatif. Kelimpahan
28
tersebut disebut puncak dasar (base peak) dari spectra dan dinyatakan sebagai
100%. Puncak-puncak lain mempunyai harga relatif terhadap puncak dasar.
Dengan data tersebut dapat diperkirakan bagaimana struktur molekul awal dari
senyawa yang dianalisis (Cresswell,1982).
Gambar 2.9. Skema Alat GC-MS.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengambilan data penelitian dilakukan di Laboratorium Termodinamika
Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini
dimulai pada bulan Maret– September 2017.
B. Tahapan Penelitian
Berikut jadwal tahapan kegiatan penelitian yang tersusun dibawah ini :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan
Maret mei Juni-Juli Agustus September
1 2 3 4 1
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4
1 Studi
Literatur
2 Pengolahan
Sampel Uji
3 Persiapan
Alat
4 Pengujian
5 Analisis
Data
30
1. Studi Literatur
Pada penelitian ini dilakukan studi literatur mengenai materi-materi yang
berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya mengenai karakteristik minyak
jarak dan minyak nyamplung dari penelitian dahulu mengenai konversi
minyak nabati ke minyak bio, proses dan mekanisme perengkahan secara
termal dan katalik, serta referensi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Persiapan
1) Persiapaan umpan dan katalis
Umpan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak jarak pagar,
minyak nyamplung dan crude oil sampah.ketiga bahan baku tersebut
diukur dengan menggunakan gelas ukur untuk kemudian di masukkan ke
dalam reaktor uji pirolysis upgrading. Katalis yang digunakan adalah
dolomit dengan ukuran 2 cm2. Dan diaktivasi pada temperature 500
ᴼC
selama 120 menit. Kemudian katalis juga dimasukkan ke dalam reaktor
katalizer. Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa varian
temperatur yang digunakan untuk mencari yield yang terbaik.
2) Persiapan Reaktor Uji
Reaktor yang digunakan berjumlah dua buah dan terbuat dari stainless
steel. Reactor yang 1 digunakan sebagai pyrolizer untuk proses
perengkahan bahan baku dengan diameter berukuran 16 cm dengan
ketebalan dinding 3 mm. Sedangkan reactor 2 digunakan untuk bed
katalis dengan diameter 3 Inch, ketebalan 0,8 mm dan panjang 1 m.
Pemanas yang digunakan berupa pemanas listrik dengan daya 6000 watt.
31
3. Pengujian
Pengujian dilakukan berdasarkan proses pengujian dengan variasi
temperatur sesuai dengan batasan masalah. Pengujian pada proses ini
mengunakan 3 variasi bahan baku yaitu minyak jarak, minyak nyamplung
dan crude oil dari sampah. Dengan
4. Penulisan Laporan
Penulisan laporan adalah tahap akhir dari penelitian ini.
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses pirolisis adalah sebagai berikut:
a. Reaktor
Reaktor digunakan sebagai tempat terjadinya proses pirolisis. Reaktor
terdidri dari sebuah tabung, tutup tabung, thermocouple dan pipa
output.
32
Gambar 3.1. Reaktor
Tabung reaktor berfungsi sebagai tempat penampungan material uji
yang akan dipirolisis. Tutup tabung berfungsi sebagai tutup yang
memungkinkan tidak terjadinya pertukaran udara didalam tabung.
Thermocouple berfungsi sebagai pembaca temperature di dalam tabung
pirolisis selama proses berlangsung. Pipa output berfungsi sebagai
saluran keluar uap hasil pirolisis. Pressure gauge juga terpasang dalam
tutup reactor untuk mengetahui tekanan pada saat pengujian.
b. Pemanas (Heater)
Pemanas berfungsi sebagai sumber panas untuk memanaskan reaktor.
Transfer energi pada pemanas terjadi dalam tahapan pembangkitan
energi panas oleh element pemanas yang energinya disuplai dari energi
listrik dengan daya 6000 Watt. Pemanas yang dibuat dapat mensuplai
kapasitas pemanasan mencapai 1000ᴼC.
Gambar 3.2. Pemanas (heater)
33
c. Kondensor
Kondensor merupakan bagian dari alat pirolisis yang terdiri dari pipa
tembaga, bak penampung air. Kondensor berfungsi sebagai alat perubah
fasa (separator) pada proses pirolisis dengan cara merubah fasa uap hasil
pirolisis dalam reaktor menjadi fasa cair.
Gambar 3.3. Kondensor
d. Tabung Sampel Uji
Tabung sampel uji digunakan sebagai wadah produk pirolisis dan untuk
mengetahui jumlah produk yang dihasilkan.
34
Gambar 3.4. Tabung sampel uji
e. Kran ¼ Inchi
Katup digunakan sebagai katup pemisah antara pipa keluaran uap pada
tabung reaktor dengan kondesor, sehingga pada saat temperatur
kondensasi belum mencapai temperatur yang diinginkan uap di dalam
tabung reaktor tidak keluar.
Gambar 3.5. Kran ¼ inchi
f. Thermocouple
Dalam pengambilan data, thermocouple ini digunakan untuk mengukur
temperatur masuk dan temperatur keluaran pada kondensor serta
mengukur temperatur akhir pada air pendingin.
35
Gambar 3.6. Thermocouple
g. Timbangan Digital
Timbangan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur berat dari
bahan sampah yang digunakan untuk proses pirolisis, mengukur rasio
katalis, serta untuk menimbang bio-oil hasil kondensasi.
Gambar 3.7. Timbangan digital
h. Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk peralatan keamaan operator saat
melakukan pengambilan data.
Gambar 3.8. Sarung tangan
36
i. Masker
Masker digunakan untuk keamaan operator dari gas-gas berbahaya hasil
pirolisis.
Gambar 3.9. Masker
j. Gas Nitrogen (N2)
Gas nitrogen digunakan untuk menghilangkan kandungan O2 yang
berada di dalam reaktor.
Gambar 3.10. Gas nitrogen (N2)
37
k. Unit Katalizer
Unit katalizer digunakan untuk tempat katalis dan sekaligus proses
degradasi gas oleh katalis.
Gambar 3.11. Unit Katalizer
2. Bahan
Adapun bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jarak
yang telah di keringkan dan juga di press menggunakan press hidraulik.
Hasil dari proses pengepressan kemudian dilanjutkan dengan metode
pirolisis. Untuk lebih jelas tentang bahan–bahan yang digunakan dapat
dilihat deskripsi sebagai berikut :
a. Minyak Jarak pagar
Minyak jarak pagar yang digunakan adalah minyak hasil dari
pengepresan biji jarak dengan mechanical system. Untuk minyak jarak
ini di dapat dari Kroya, cilacap, Jawa Timur.
38
b. Minyak Nyamplung
Minyak nyamplung yang digunakan adalah minyak hasil dari
pengepresan biji nyamplung dengan mechanical system. Untuk minyak
jarak ini di dapat dari Kroya, cilacap, Jawa Timur.
c. Minyak sampah
Minyak sampah yang digunakan adalah minyak sampah yang diperoleh
dari hasil pirolisis dari sampah kota. Minyak ini digunakan untuk
membandingkan hasil pengujian dari minyak jarak dan nyamplung.
d. Katalis
Katalis digunakan sebagai bahan zat aditif pada thermal cracking dengan
tujuan untuk mempercepat laju reaksi, meningkatkan kuantitas bio-oil,
dan memperbaiki fraksi bio-oil. Katalis yang digunakan yaitu katalis
alam dolomit dengan ukuran katalis 2 cm2. Sebelum digunakan, katalis
ini diaktivasi secara termal pada temperatur 500ᴼC.
Gambar 3.12. Katalis
39
D. Instalasi pengujian pirolisis
Dalam proses pengujian pirolisis upgrading instalasi alat yang digunakan dapat
dilihat pada gambar 3.13. instalasi pengujian terdiri dari tabung gas nitrogen,
reactor pyrolizer, furnace, katalyzer, kondensor dan tabung penampungan akhir
hasil pengujian. Instalasi alat dilakukan sebelum melakukan proses pengujian.
Hal ini berguna untuk memastikan supaya saat melakukan proses pengujian
tidak terjadi kendala atau masalah. Seperti pada saat pengencangan baut,
sambungan pada pipa-pipa saluran yang dilewati gas, dan juga air pada
kondensor.
Adapun instalasi pengujian pirolisis adalah sebagai berikut:
Gambar 3.13. instalasi pengujian pirolisis
40
E. Metode Pengambilan Data
Adapun tahapan pengujian yang dilakukan adalah:
1. Menyiapkan unit phyrolizer
2. Menimbang sampel bahan yang digunakan yaitu minyak jarak, minyak
nyamplung dan minyak sampah dengan berat total 300 ml.
3. Menutup tabung pengumpanan dengan rapat.
4. Memasukkan katalis ke katalizer dengan ukuran partikel 2 cm2 dengan
ketinggian katalis terhadap katalizer 1 m dari bed katalis lalu menutup
tabung katalizer dengan rapat.
5. Setelah semua tertutup rapat, menginjeksikan gas N2 ke dalam reaktor
dengan cara memasukkan gas N2 melalui kran inlet tujuannya untuk
mengikat dan mendorong keluar O2 yang masih terkandung didalam
reaktor melalui kran outlet.
6. Menghidupkan furnace reaktor dan mengatur temperatur yang ditentukan
sesuai data tiap pengujian yaitu dengan temperatur 400, 500, dan 600ᴼC.
7. Menghidupkan heater pada katalizer dan mengatur temperatur yang
ditentukan yaitu 300ᴼC.
8. Mencatat hasil bio-oil yang dihasilkan dari proses pirolisis.
9. Mengulangi langkah 1 sampai 8 dengan pengujian yang telah di tetapkan.
41
F. Alur Pengambilan Data
Adapun alur dalam pengambilan data adalah :
Gambar 3.14. Alur pengambilan data
Kesimpulan
Persiapan spesimen dengan variasi
komposisi percobaan
Mulai
Selesai
SintNaosit
Mencatat data hasil percobaan
Menganalisis
Persiapan
1) Persiapaan umpan dan katalis
2) Persiapan reaktor uji
Proses pengujian sesuai
dengan varisi percobaan yaitu
variasi temperatur
42
G. Variabel Pengujian
Variabel pengujian merupakan variasi sampel pengujian yang akan
dilaksanakan dengan beberapa variabel tetap dan variabel berubah. Untuk bisa
mendapatkan karakteristik pirolisis terbaik proses pirolisis katalis bertingkat.
Variasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Variasi Percobaan
No Pengujian Variabel Variasi proses
1. Pirolisis
Upgrading
Temperatur piroliser (Tp) 400, 500, 600ᴼC
Tinggi bed katalis (h) 1 m
Ukuran partikel (Z) 2 cm2
Temperatur kataliser (Tk) 300ᴼC
Katalis Dolomit
Tabel 3.3. Tabel Percobaan Minyak Jarak
No Temperatur
(ᴼC)
Massa Bahan
Baku (ml)
Partikel
Katalis
(cm2)
Ketinggian
katalis
(m)
Massa
bio-oil
1 400 300 2 1 -
2 500 300 2 1 -
3 600 300 2 1 -
43
Tabel 3.4. Tabel Percobaan Minyak Namplung
No Temperatur
(ᴼC)
Massa Bahan
Baku (ml)
Partikel
Katalis
(cm2)
Ketinggian
katalis
(m)
Massa
bio-oil
1 400 300 2 1 -
2 500 300 2 1 -
3 600 300 2 1 -
Tabel 3.5. Tabel Percobaan Minyak Sampah
No Temperatur
(ᴼC)
Massa Bahan
Baku (ml)
Partikel
Katalis
(cm2)
Ketinggian
katalis
(m)
Massa
bio-oil
1 400 300 2 1 -
2 500 300 2 1 -
3 600 300 2 1 -
Pengujian dilakukan dengan variasi temperature pada reactor pirolisis dengan
variable 400, 500 dan 600ᴼC. Tinggi bed katalis 1 meter dan katalis
berdiameter 2 cm2
seperti pada table 3.2.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada minyak jarak, nyamplung,
dan crude oil sampah dengan melihat hasil pengambilan data. Dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Semakin tingginya temperatur pirolisis upgrading memberikan dampak
menurunnya produksi bio-oil akibat pengaruh dari temperature yang tinggi
sehingga senyawa hidrokarbon yang terbentuk adalah senyawa rantai
pendek dimana tidak dapat terkondensasi menjadi bio-oil.
2. Hasil pengujian menunjukan mass yield bio-oil berada pada pengujian
500ºC.
3. Hasil yang diperoleh dalam bio oil menyerupai fraksi yang menyerupai
Solar yang memiliki rantai ikatan C13-C20 juga tinggi.
71
B. Saran
Untuk memaksimalkan produk bio-oil hasil pirolisis upgrading dengan
kualitas yang lebih baik berikut adalah saran-saran yang dapat diberikan :
1. Perlunya dilakukan optimasi pada kondensor untuk memaksimalkan
produk bio oil karena masih banyaknya gas yang dihasilkan.
2. Disarankan untuk dilakukannya pengujian dengan menggunakan katalis
alam yang lain untuk membandingkan hasil pengujian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Fadly Wiraputra K. H. 2017. Pengaruh Pyrolysis Non Isothermal Terhadap
Kualitas Bio-Oil Dari Sampah Real Kota Bandar Lampung. Skripsi.
Universitas Lampung.
Aguiar, L., Montesinos, F.M., Gonzalo, A., Sanchez, J.L., Arauzo, J., 2008.
Influence of temperature and particle size on the fixed bed pyrolysis of
orange peel residues. J. Anal. Appl. Pyrolysis 83, 124–130.
Ates_, F., Is_ıkdag˘, M.A., 2009. Influence of temperature and alumina catalyst
on pyrolysis of corncob. Fuel 88, 1991–1997.
Bangun, N. 2007. Perbedaan katalis Homogen dan Heterogen. Diakses pada 30
September 2017 dari http://www.google.com
Basu, Prabir. 2010. Biomass Gasification and Pyrolysis Practical Practical
Design. Elsevier. Oxford University. UK.
Benvenutti E & Yoshitaka G. 1998. Comparative study of catalytic oxidation of
ethanol to acethaldehyde using Fe (III) dispered on Sb2O5 grafted on SiO2
and on untreated SiO2 surfaces. J.Braz.Chem.Soc. 9(5): 469-472.
Breck, D.W.1974. Zeolite Molecular Sieves: Structure, Chemistry and Use.Wiley.
New York
Bridgwater, A.V. 2004. Biomass Fast Pyrolysis. Thermal Science. Vol.8(2), pp
21-49.
B ‖ritish Petroleum, 2013, ―BP Statistical Review of World Energy June 2012 ,
http://www.bp.com/statisticalreview (akses 29 September 2017).
Campbell, I.M. 1988. Catalysts at Surface.Chapman and Hall. New York. pp 1-3.
Chang, CC & Wan SW. (1947). China’s Motor Fuels from Tung Oil. Journal of
Ind. Eng. Chem., 39, 1543–1548
Cornelia, Melanie. 2007. Telaah Tentang Kemungkinan Memproduksi Biodiesel
Dari Minyak Jarak Pagar Sebagai Bahan Pengganti Automotive Diesel Oil.
Tesis. Institut Teknologi Bandung.
Cresswel, Clifford, J., Runquist, Olaf, A., Campbel, Malcom, M.1982. Analisis
Spektrum Senyawa Organik Edisi ke 2. ITB Press. Bandung.Vol186: 120-
145
Damayanthi dan Martini. 2012. “Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair dengan
Memanfaatkan Limbah dan Bekas Menggunakan Katalis Zeolit Y dan ZSM-
5”. Semarang: Universitas Diponegoro.
Danarto, Y.C., Utomo, P. B., Sasmita, F. 2010. Pirolisis Limbah Serbuk Kayu
dengan Katalisator Zeolit. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
Kejuangan, Yogyakarta 26 Januari 2010, B09 hal 1-6.
Demirbas, A. 2004. Current Technologies for the Thermo-Conversion of Biomass
into Fuels and Chemicals. Energy Sources. Vol.26(8), pp 715-730.
Demirbas, A., 2006. Effect of temperature on pyrolysis products from four nut
shells. J. Anal. Appl. Pyrolysis 76, 285–289.
Diebold, J.P. (1997). A review of the toxicity of biomass pyrolysis liquids formed
at low temperatures. NREL/TP-430-22739. Golden, Colorado: National
Renewable Energy Laboratory.
Duan, P. and Savage, P. E. 2011. Catalytic Hydrotreatment of Crude Alga Bio-Oil
in Supercritical Water. Applied Catalysis B: Environmental. Vol.104, pp
136-143.
Ecolink, 1996. Tentang Nilai Ekonomis Sampah, Istilah lingkungan untuk
manajemen.
Erawati, E., Sediawan, W. B., Mulyono, P. 2013. Karakteristik Bio-Oil Hasil
Pirolisis Ampas Tebu (Bagasse). Jurnal Kimia Terapan Indonesia.
Vol.15(2), pp 47-55.
Freedman, B., 1984, Variables Affecting the Yield of Fatty Esters from
Transesterfied Soybeans Oils. Journal of American Oil Chemist 61 (10)4-10
Frenzer, G dan Maier, W.F. 2006. Amorphorous Pourous Mixed Oxides : Sol-Gel
Ways to Highly Versatile Class of Materials and Catalysis.Annual Review
of Materials Research. 36. pp 281-331.
Goyal, H B., Diptendu seal, dan R.C. Saxena. 2006. Bio-Fiels from
thermochemical conversion of renewable resources : A review. Renewable
and Sustainable Energi Reviews.
Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan
Idayu. Jakarta.
Hambali, E., S. Mujdalipah, A.H. Tambunan, A.W. Pattiwiri, & R. Hendroko.
2006. Teknologi Bioenergi. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Haji, A.G., Mas’ud, Z. A., Lay, B. W., dan Sutjahjo, S. H. 2007. Karakterisasi
Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah Organik Padat (Characterization of Liquid
Smoke Pyrolyzed From Solid Organic Waste). Jurnal Teknik Industri
Pertanian. Vol. 16(3), hal 111-118.
Harahap, H.S. 2011. Rancang Bangun Alat Pirolisis untuk Pembuatan Asap Cair
dengan Memanfaatkan Limbah Tempurung Kelapa. (Skripsi). Program
Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara. hal 17-18.
Hartanto, F. P dan Alim, F. 2011. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis Sekam Padi
untuk Menghasilkan Bahan Bakar Briket Bioarang Sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Semarang.
Hideyuki, Igarashi., Hiroto Murakami., Yoichi Murakami., Shigeo Maruyama.,
and Naotoshi Nakashima. 2004. Purification and characterization of
zeolite-supported single-walled carbon nanotubes catalytically synthesized
from ethanol. Department of Material Science. Nagasaki University Japan.
Johannes Paulus De Wild, 2011, Biomass Pyrolysis For Chemicals,
Rijksuniversiteit Groningen, Belanda
Jung,S.,B.Kang, and J.Kim.2008. Production of Bio-Oil from Rice Straw and
Bamboo Sawdust Under Various Reaction Condition in a Fast Pyrolisis
Plant Equipped with a Fluidized Bed and a Char Separation System.
Journal of Analitycal and Applied Pyrolisis. Vol 8: 9-16
Kadarwati, S., Susatyo, E. B., dan Ekowati, D. 2010. Aktivitas Katalis Cr/Zeolit
Alam pada Reaksi Konversi Minyak Jelantah Menjadi Bahan Bakar Cair.
Universitas Negeri Semarang. Vol.8(1), hal 9-16.
‖Ketaren, S., 2009, ―Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan , Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Pres), Jakarta
Laappas, A. A., Bezergianni S., Vasalo I.A., 2008. Production of biofuels via
coprocessing in conventional refining processes. Catalysis Today.
Lambok Hutabarat. 2006. Membahas kendala Pada Konverter . National
Geographic Indonesia.
Lima, D.G., Soares, V.C.D., Ribeiro, E.B., Carvalho, D.A., Cardoso, E. C.V.,
Rassi, F.C., Mundim, K.C., Rubim, J.C., Suarez, P.A.Z. 2004. Diesel-like
Fuel Obtained by Pyrolysis of Vegetable Oils. Journal of Analytical and
Applied Pyrolysis. Vol.71, pp 987-996.
M. Syah Budi K A. 2011. Reaksi Pirolisis Minyak Jarak Pagar Menjadi Minyak
Bio Setara Solar Komersial Menggunakan Katalis NiO/α-Al2O3 dan
NiMo/γ-Al2O3. Skripsi. Universitas Indonesia.
Manasomboonphan, W.and Junyapoon, S. 2012. Production of Liquid Fuels from
Waste Lube Oils Used by Pyrolysis Process. International Conferenceon
Biomedical Engineering and Technology (IPCBEE). Vol.34, pp 130-133.
.Mc.Lafferty.1988. Interpretasi Spektra Massa. Gadjah Mada University.
Yogyakarta. Vol 54: 14-30.
Mediasari, R. 2015. Pengembangan Zeolit Sintetik Berbasis Silika Sekam Padi
dengan Metode Elektrokimia dan Aplikasinya Sebagai Katalis untuk
Perengkahan Minyak Nabati Secara Pirolisis. (Tesis). Departemen Kimia
FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. hal 6-7.
Mulyadi, E. 2009. Degradasi Sampah Kota (Rubbish) dengan Proses Pirolisis.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional
Surabaya. Vol.1(1), hal 1-5.
Moffat, J.B. 1990. Theorotical Aspects of Heterogeneouse Catalysis. New York :
Van Nostrand Reinhold.
Nurjannah, Roesyadi, A. dan Prajitno, D. H., 2012, ―Konversi Katalitik Minyak
Sawit untuk Menghasilkan Biofuel Menggunakan Silika Alumina dan
HZSM-5 Sintesis‖, Reaktor, 13(1), 37–43
Pandiangan,K.D., Simanjuntak, W., Suka, I.G., dan Novesar J. 2009. Lembaga
Penelitian Universitas Lampung. 30 Desember 2009. Metode Ekstraksi
Silika dari Sekam Padi. P00200900776.
Pasek,Ari D, dkk. 2007. Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangkit Listrik
dengan Bahan Bakar Sampah di Kota Bandung. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat. Institut Teknologi Bandung
Putri,Yanti., Novia dan Destarani Wijaya. 2012. Pegaruh Waktu Delignifikasi
terhadap Lignin dan waktu SSF terhadap etanol dalam pembuatan
bioethanol dari sekam padi. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 23. pp 19-27.
Pradhan et al., 2011. “Oil Expression from Jatropha Seeds using a Screw Press Expeller”.
Journal of Biosystems Engineering. Vol. 109. Hal 158-166.
Ratnasari, F. 2011. Pengolahan Cangkang Kelapa Sawit dengan Teknik Pirolisis
untuk Produksi Bio-Oil. (Tugas Akhir) Program Studi Diploma III Teknik
Kimia Fakultas teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.
Riazi,M., R.. 2005. Characterization and Properties of Petroleum Fraction First
Edition. Philadelphia, Pennsylvania
Srivastava and Prasad, 2000. Renewable and Suitainable Energy Reviews. Journal
of sciencedirect .Volume 4, pages 111-133.
Sugiarti. 2010. Sintesis Bio–Oil Setara Solar Melalui Pirolisis Fasa Cair Minyak
Jarak. (Tesis). Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Depok.
Syah, Andi Nur Alam. 2006. Biodiesel Jarak Pagar: Bahan Bakar Alternatif yang
Ramah Lingkungan.AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Thomas p. 2007 . Applied Pyrolysis Handbook. New York. CRC Press Taylor &
Francis Group.
Twaiq. F. A., Mohamed, A. R., and Bhatia, S. 2003. Liquid Hydrocarbon Fuels
from Palm Oil by Catalytic Cracking Over Aluminosilicate Mesoporous
Catalysts with Various Si/Al Ratios. Microporous and Mesoporous
Materials.Vol.64, pp 95-107.
Wahyudi,I. 2001. Pemanfaatan Blotong Menjadi Bahan Bakar Cair dan Arang
dengan Proses Pirolisis. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UPN Veteran.
Jatim.
Wijanarko, A., D.A Mawardi, dan M. Nasikin. 2006. Produksi Biogasoline dari
Minyak Sawit Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik dengan Katalis -
Alumina. Makara Teknologi. Vol 10(2): 51-60.
Warren, J., 2000, Dolomite: Occurrence, Evolution and Economically Important
Associations, Earth Science, 52:1-81
Wang, S. and G.Q. Liu.1998. Reforming of Methane with Carbon dioxide over
Ni/Al2O3 Catalysts : Effect of Nickel Precursor.Applied Catalysis A:
General. 169. pp 271280.
Wang,2010. The effects of temperature and catalysts on the pyrolysis of industrial
wastes (herb residue). Journal of Biosystems Engineering. 3236–3241
Williams, P.T., Nugranad, N., 2000. Comparison of products from the pyrolysis
andcatalytic pyrolysis of rice husks. Energy 25, 493–513.
.Wilson, K., Chris H., Adam F.L., Janine M.Montero and Lee Shellard. 2008. The
Application of Calcinated Natural Dolomitic rock as a Solid Base Catalysts
in Triglyceride transesterification for biodiesel synthesized. Green Chem.
Vol 10. pp 654-659.
Yang, S., Changhai L., dan Roel P. 2006. A Novel Approach to Synthesizing Higly
Active Ni2P/SiO2 Hydrotreating Catalysts. Journal of Catalysis. 237 pp 118-
130.
Zhang, H., Xiao, R., Huang, H., Xiao, G. 2009. Comparison of Non-Catalytic and
Catalytic Fast Pyrolysis of Corncob in Fluidized Bed Reactor. Bioresource
Technology 100. pp 1428-1434