jurusan pendidikan matematika fakultas ilmu...

121
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN SIKAP POSITIF SISWA DALAM PELAJARAN MATEMATIKA Disusun Oleh: NOPRI YANTO 105017000431 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Upload: lythuy

Post on 18-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

UNTUK MENINGKATKAN SIKAP POSITIF SISWA DALAM

PELAJARAN MATEMATIKA

Disusun Oleh:

NOPRI YANTO

105017000431

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer

Untuk Meningkatkan Sikap Positif Siswa Dalam Pelajaran Matematika”

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah

pada tanggal 3 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis

berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan

Matematika.

Jakarta, Desember 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Maifalinda Fatra, M.Pd ............................. .............................

NIP. 19700528 199603 2 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Otong Suhyanto, M.Si ............................. .............................

NIP. 19681104 199903 1 001

Penguji I

Dr. Kadir, M.Pd ............................. .............................

NIP. 19670812 199402 1 001

Penguji II

Otong Suhyanto, M.Si ............................. .............................

NIP. 19681104 199903 1 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyadah, MA

NIP. 19571005 198703 1 003

Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

i

ABSTRACT

Nopri Yanto (105017000431), "Application of Learning Model Advance

Organizer to enhance students' positive attitude in mathematics." Thesis

Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training

Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, September 2010.

The purpose of this study was to determine 1) What is the Advance Organizer of

Learning model to increase positive attitudes of students in math, 2) How do

students 'response to the implementation of Advance Organizer on the Learning

models of mathematics lessons, 3) What is the Advance Organizer of Learning

model to improve students' mathematics learning outcomes . This research was

carried out in SMP N 3 Ciputat, South Tangerang, Banten in Academic Year

2009/2010. The method used in this study is the Classroom Action Research

(CAR), which consists of four stages, namely planning, execution, observation,

and reflection. The research instrument used was a positive attitude student

observation sheet, the daily student journals, interviews, and tests. Research

results revealed that the implementation of Advance Organizer of Learning model

to increase positive attitudes of students in mathematics, from the average

percentage of 67.12% in the first cycle increased to 87.62% in cycle II. Give a

positive response by an average of 55.624% in the first cycle increased to 78.75%

in the second cycle, and can improve learning outcomes math average of 69 in the

first cycle increased to 79.37 on the second cycle Hopefully the results of this

research was useful in efforts to improve the quality of education in Indonesia.

Keywords: Learning Advance Organizer and Students' Positive Attitude

Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

ii

ABSTRAK

NOPRI YANTO (105017000431), ”Penerapan Model Pembelajaran Advance

Organizer untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran Matematika”.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah model Pembelajaran

Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran

matematika, 2) Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model

Pembelajaran Advance Organizer pada pelajaran matematika, 3) Apakah model

Pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten

Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang

digunakan adalah lembar observasi sikap positif siswa, jurnal harian siswa,

wawancara, dan tes. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan model

pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam

pelajaran matematika, dari persentase rata-rata sebesar 67,12% pada siklus I

meningkat menjadi 87,62% pada siklus II. Memberikan respon positif rata-rata

sebesar 55,624% pada siklus I meningkat menjadi 78,75% pada siklus II, dan

dapat meningkatkan hasil belajar matematika rata-rata sebesar 69 pada siklus I

meningkat menjadi 79,37 pada siklus II. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat

dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kata Kunci: Pembelajaran Advance Organizer dan Sikap Positif Siswa

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Sikap

Positif Siswa Dalam Pelajaran Matematika” ini dapat diselesaikan. Penulisan

skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika serta

pembimbing akademik.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.

4. Bapak H. Drs, M.Ali Hamzah, M.Pd, pembimbing I yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.

7. Bapak Maryone SE, kepala SMP N 3 Ciputat Kota Tangerang Selatan,

Banten, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

8. Ibu Wiwit Turtonowati. S.Pd, guru pamong tempat penulis mengadakan

penelitian.

9. Ayahanda (Arsil) dan Ibunda (Sumarni) tercinta yang senantiasa memberikan

motivasi dan dukungan yang tidak terbatas kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

iv

10. Kakak, adik-adik tercinta (Armai Susanto, Arida, Arina, Ronal Regen, Jeje

dan Toto Singo Utomo) tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi,

dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Besti Verawati, yang selalu menemani saat suka dan duka. selalu ada saat

peneliti mengalami kesulitan.

12. Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Kuantan Singingi (GEMAKUSI) Jakarta,

yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khusus kepada, Amrizaldi,

Rocky Gustiawan, Irwan Siska, Imam Maryoko, Radinal fauzi, Harry

Muswen, Febrian Sudarta, Oktamiadi, M.Ikbal fikri, Ridho, Ari Kusnadi yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten,

yang telah bersikap baik selama penulis mengadakan penelitian.

14. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika

angkatan 2005, (Wasnila, Dhani, Maryatul, Dhini, Huda, Rani, dll), semoga

kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan

dimasa mendatang.

15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi

serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik

yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-

kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Jakarta, Oktober 2010

Penulis

Nopri Yanto

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 8

C. Pembatasan Fokus Penelitian ...................................................... 8

D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN .......................................................... 11

A. Deskripsi Teoritis ........................................................................ 11

1. Pembelajaran Matematika ..................................................... 11

a. Pengertian Matematika.................................................... 11

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ............................. 14

2. Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika............ 19

3. Pembelajaran Advance Organizer ......................................... 23

4. Langkah – Langkah Penerapan Pembelajaran

Advance Organize ................................................................. 28

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

vi

5. Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran

Advance Organizer dengan Sikap Positif Siswa ................... 29

B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan............................ 31

C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 33

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan.................... 33

1. Metode Penelitian.................................................................... 33

2. Desain Penelitian............................................................... ..... 35

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................... 36

D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian................................... 37

E. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian.................................. 37

F. Tahapan Intervensi Tindakan ...................................................... 38

G. Data dan Sumber Data ................................................................ 43

H. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44

I. Instrumen Penelitian.................................................................... 44

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthinees)

Study ............................................................................................ 45

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis.............................. 46

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ....................................... 47

BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... 48

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ............................................... 48

1. Survei Pendahuluan ............................................................... 48

2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I ................................... 51

3. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II................................... 74

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 93

C. Analisis Data ............................................................................... 94

D. Interprestasi Hasil Analisis ......................................................... 97

E. Pembahasan Temuan Penelitian .................................................. 99

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 101

A. Kesimpulan ................................................................................. 101

B. Saran ............................................................................................ 102

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 105

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa pada

Siklus I ......................................................................................... 65

Tabel 2 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Advance Organizer Siklus I ……………………………….... 69

Tabel 3 Rekapitulasi Respon Siswa Selama

Siklus I ........................................................................................ 70

Tabel 4 Nilai Tes Akhir Siklus I................................................................ 72

Tabel 5 Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan

Siklus I.......................................................................................... 73

Tabel 6 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Siklus II ............................. 86

Tabel 7 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Siklus II............................... 91

Tabel 8 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II........................... 92

Tabel 9 Rekapitulasi Ketercapaian Sikap Positif Siswa ........................... 94

Tabel 10 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Siklus I dan II................ 96

Tabel 11 Statistik Deskriftif Peningkatan Hasil Belajar Siswa .................. 97

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Pembelajaran Matematika pada Penelitian

Pendahuluan................................................................................... 50

Gambar 2 Proses Pembelajaran Matematika pada Penelitian

Pendahuluan................................................................................. 51

Gambar 3 Siswa yang Berani Mengeluarkan Pendapat . ............................... 71

Gambar 4 Peneliti Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk

Bertanya.......................................................................................... 71

Gambar 5 Siswa yang Beranai Mengeluarkan Pendapat........ ........................ 91

Gambar 6 Siswa yang Merespon Pertanyaan dari Peneliti .............................. . 91

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Alur Prosedur Pelaksanaan PTK ................................................... 36

Bagan 2 Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ................................. 38

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................... 106

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 122

Lampiran 3 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran

Advance Organizer.................................................................. 159

Lampiran 4 Lembar Jurnal Harian Siswa..................................................... 183

Lampiran 5 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Guru..................... 184

Lampiran 6 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa.................... 185

Lampiran 7 Lembar Wawancara Setelah Penelitian dengan Guru............... 186

Lampiran 8 Lembar Wawancara Setelah Penelitian dengan Siswa............. 187

Lampiran 9 Rekapitulasi Sikap Positif Siswa Setiap Pertemuan................. 188

Lampiran 10 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Setiap

Siklus........................................................................................ 204

Lampiran 11 Tes Setiap Siklus....................................................................... 206

Lampiran 12 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Setiap

Siklus.................................................................................. 210

Lampiran 13 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Pembelajaran Siklus I

dan II.................................................................................. 212

Lampiran 14 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Guru......................... 213

Lampiran 15 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa........................ 215

Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelitian................... 219

Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Penelitian…............. 220

Lampiran 18 Daftar Nilai Tes Siklus I dan II……………………………… 224

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak

terlepas dari peran matematika sebagai ilmu dasar. Untuk itu manusia sebagai

insan yang berhubungan dengan kemajuan teknologi tersebut, sudah selayaknya

perlu menguasai matematika sampai batas tertentu. Matematika merupakan sarana

untuk menanamkan kebiasaan bernalar dalam pikiran seseorang, karena

matematika merupakan ilmu terapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang

menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan.

Selanjutnya dinyatakan dalam kurikulum 2004 (Depdiknas Jakarta, 2003)

disebutkan tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.1

1

Sri Anita W. Janet Trineke Manoy. Strategi Pemebelajaran Matematika, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2008). hlm 7.3.

1

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

2

Pencapaian nilai hasil belajar siswa Indonesia untuk bidang studi

matematika, cukup mengkhawatirkan. Hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh

Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia

menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah.

Hasil tes dari TIMSS-Third International Mathematics And Science Study

menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada diperingkat 34

dari 38 negara.2 Beberapa ahli matematika seperti Ruseffendi, mensinyalir

kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika di

sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa. Menurut Sriyanto sikap negatif seperti ini

muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika sulit. Selain itu

pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau

guru yang membingungkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap

pelajaran matematika.

Mengingat pentingnya peranan matematika dan melihat hasil belajar

matematika siswa yang kurang memuaskan, maka sudah selayaknya penanganan

yang dimaksud adalah peningkatan kualitas pengajaran dengan memperhatikan

berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Guru sebagai faktor

yang mempengaruhi kualitas pembelajaran hendaknya memilih pendekatan

pembelajaran yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai dan

dapat merangsang partisipasi dari siswa, sebagaimana Allah SWT berfirman

dalam surat An-Nahl ayat 125:

.. ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (Q.S. An-Nahl [16] : 125).

Pada ayat tersebut mengandung tiga hal pokok yang berkaitan dengan

mengajar yang baik, pertama guru bersikap bijaksana dalam menyampaikan bahan

ajaran kepada murid. Kedua, guru menggunakan cara yang baik dan tepat dalam

menyampaikan ajarannya yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin

2

http://Rbaryans, wordpress.com. (Seminar internasional di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta).

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

3

dicapai, dan yang ketiga, guru membina sikap siswa dalam kegiatan

pembelajarannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran, guru hendaknya

memperhatikan berbagai aspek sehingga proses pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap

siswa terhadap matematika itu sendiri. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari

dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi, serta

menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.3 Jika siswa bersikap

senang terhadap matematika, tentu sikapnya itu mempengaruhi tingkah lakunya

terhadap matematika. Sedangkan sikap siswa yang tidak senang merupakan suatu

hambatan untuk belajar matematika. Ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki

sikap senang terhadap matematika, maka dalam dirinya akan tumbuh keinginan

atau dorongan untuk belajar matematika dengan baik. Hal ini juga sebaliknya

bahwa siswa yang bersikap kurang senang terhadap matematika maka dari dalam

dirinya muncul suatu sikap penolakan atau anti dengan pelajaran matematika.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru bidang

studi matematika ibu Wiwit Turtinowoti pada tanggal 1 Maret 2010 di SMP N 3

Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten, diperoleh gejala-gejala sebagai berikut :

1. Dalam menyampaikan materi pelajaran, sistem pembelajaran masih

bersifat menoton yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa lebih banyak

diam dan menerima apa adanya, siswa tidak punya inisiatif untuk

mengembangkan potensinya.

2. Selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas

secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa

tersebut, karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan.

3. Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik,

seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menganggu teman yang

belajar.

3

Slameto. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003) hlm. 188

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

4

4. Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak

ada yang aktif mengemukakan pendapatnya, malah kebanyakan siswa

acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Bahkan sebagian besar

siswa jarang mencatat materi yang sudah guru sampaikan, hanya beberapa

saja dari mereka yang mencatat materi yang guru sampaikan dan itu pun

kurang lengkap. Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur

guru saja.

5. Siswa cepat putus asa jika diberikan latihan yang agak sulit, sehingga

ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika mereka tidak mau

bertanya kepada guru atau teman, hal ini mempengaruhi pelajaran materi

berikutnya.

6. Siswa cenderung mengandalkan jawaban dari guru dalam mengerjakan

latihan.

7. Ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menyelesaikan soal – soal ke

depan kelas, ada sebagian siswa yang menolak kemudian menunjuk teman

yang lain untuk menyelesaikan.

8. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan

kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru

memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa

menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas

mengerjakan.

9. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk.

Fakta di atas menunjukkan sikap dan perbuatan siswa ketika menerima

pelajaran dari guru kurang senang terhadap matematika. Gejala adanya siswa yang

kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak seharusnya terjadi, karena hal

itu akan menghambat proses belajar mengajar. Kurang senangnya seorang siswa

terhadap pelajaran matematika bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang

kurang bervariasi dan metode mengajarnya itu-itu saja.4

4

Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,

2006). hlm.163.

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

5

Beberapa usaha yang telah dilakukan guru untuk menciptakan suasana kelas

sehingga siswa senang belajar matematika, diantaranya adalah membimbing siswa

mengerjakan latihan, meminta siswa mengerjakan latihan/menuliskan hasil

kerjanya ke depan untuk menumbuhkan persaingan, memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, belajar, dan memberikan penghargaan kepada siswa

yang berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun hal ini belum mampu

menumbuhkan sikap siswa menjadi senang terhadap matematika.

Bertolak dari kondisi sikap siswa yang kurang senang dalam belajar,

sebagaimana yang dikemukakan di atas khususnya dan dalam pelajaran

matematika pada umumnya, maka perlu diperbaiki proses dalam pembelajaran,

sehingga dapat menumbuhkan rasa senang siswa terhadap matematika. Karena

perasaan merupakan faktor psikis yang nonintelektual. Sikap yang positif akan

terungkap dalam ”perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan

lain sebagainya). Sikap negatif akan terungkap dalam ”perasaan tidak senang”

(rasa benci, rasa takut, dan lain sebagainya).5 Munculnya rasa senang terhadap

matematika, mendorong siswa bersikap positif terhadap matematika, sehingga

siswa akan terdorong untuk belajar dengan baik.

Berkaitan dengan pembelajaran, bahwa untuk mencapai suatu tujuan sangat

diperlukan pemikiran tentang siasat, prosedur atau cara yang akan digunakan

dalam pembelajaran matematika. Demikian juga untuk mencapai tujuan

pengajaran diperlukan strategi, pendekatan atau metode, serta teknik tertentu

dalam pembelajaran atau kata lain keberhasilan proses pembelajaran tergantung

pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba menerapkan model

Advance Organizer. Advance Organizer untuk mengaktifkan skemata siswa

(eksistensi pemahaman siswa) untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa dan

untuk membentuknya mengenal relevensi pengetahuan yang dimiliki. Advance

Organizer memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat

digunakan siswa sebagai kerangka untuk memahami isi informasi baru secara

5

W.S.Winkel S.J.M.Sc. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia

1984), edisi pertama, cet 3. hlm. 30-31.

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

6

terperinci.6 Advance Organizer dapat memperkuat struktur kongnitif dan

meningkatkan penyimpanan materi baru7. Ausubel mendeskripsikan Advance

Organizer sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas

pembelajaran dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi dari pada

tugas pembelajaran itu sendiri.

Advance Organizer pernyataan yang dibuat guru sebelum sebuah presentasi

atau sebelum memerintahkan siswa untuk membaca bahan-bahan tekstual yang

memberikan struktur bagi informasi baru untuk dikaitakan dengan prior

knowledge siswa.8 Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan

menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi pelajaran

yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian Ausubel mengemukakan, bahwa

belajar dikatakan menjadi bermakna, bila informasi yang akan dipelajari peserta

didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang

dimilikinya. Ausubel menggunakan istilah ”Advance Organizer” dalam penyajian

informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Kekuatan

model ini ialah mempermudah siswa dalam mempelajari materi baru, karena

dengan adanya model pembelajaran Advance Organizer ini siswa dapat dengan

mudah mengingat kembali materi yang pernah diperoleh sebelumnya yang

berhubungan dengan materi baru. Model pembelajaran ini juga terjadinya proses

pengaitan informasi berikutnya.

Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa Advance Organizer

adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan pengetahuan yang

sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Sedangkan

tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur kognitif yang

dimiliki siswa sebagai bekal untuk memahami materi yang disajikan. Dengan

pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudah siswa untuk menerima

materi yang baru. Kondisi pembelajaran yang demikian akan memberikan rasa

6 Sri Anita dan Suzanah. Op. Cit, hlm 1.5.

7 Joyce, B. dan Weil, M. Model Of Teaching, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi

kedelapan, hlm 281. 8

Richard I. Arends, Learning To Teach, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), edisi

ketujuh, hlm 221.

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

7

senang bagi siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dengan rasa senang

tersebut akan tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang positif terhadap

matematika.

Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran

Advance Organizer, yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka

siswa akan lebih mudah menerima/memahami materi yang akan disampaikan

guru. Dengan adanya kemudahan ini akan mendorong siswa untuk tetap dalam

tugasnya dan akan mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalan-

kegagalan yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif terhadap

matematika. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai

kesulitan dan sejalan dengan itu, maka keuletan siswa akan tumbuh dan

berkembang.

Tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang menunjukkan, (1) siswa

mengikuti pelajaran dengan sunguh-sungguh, (2) siswa menyelesaikan tugas

dengan baik, (3) siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi, (4) siswa mengerjakan

tugas rumah dengan tuntas dan tepat waktu, (5) siswa merespon dengan baik

tantangan yang datang dari bidang studi, (6) siswa percaya diri dalam belajar

matematika, (7) siswa mempunyai keyakinan bahwa matematika berguna buat

dirinya. Tumbuhnya sikap untuk selalu yang terbaik dalam belajar matematika

menunjukkan bahwa dalam diri siswa telah tumbuh sikap positif siswa terhadap

matematika.

Memahami masalah dan kutipan di atas, maka peneliti mencoba

menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada topik bangun datar

segi empat, sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran. Karena pada setiap

sub pokok bangun datar segi empat membutuhkan materi awal yang sudah

dipelajari siswa untuk dikaitkan pada materi yang akan dipelajari. Sehingga

mempermudah siswa untuk menerima materi yang akan disajikan, dengan

demikian akan memberikan rasa senang bagi siswa dalam belajar matematika.

Melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini diharapkan

adanya perubahan sikap siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan,

Banten tahun pelajaran 2009/2010 kearah yang lebih baik terhadap matematika.

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

8

Agar siswa dapat membangun pengetahuan awalnya secara lebih bermakna, maka

dalam penerapan model Advance Organizer fokusnya terletak pada siswa dan

guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa

pokok kajian ini adalah Pembelajaran Model Advance Organizer dapat

meningkatkan sikap positif siswa. Berdasarkan permasalahan pokok tersebut

maka persoalan-persoalan yang mengintari kajian ini dapat diidentifikasikan

sebagai berikut:

1. Kurangnya keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Siswa cepat putus asa dalam mengerjakan latihan yang agak sulit dalam

belajar serta cenderung mengandalkan jawaban dari guru.

3. Banyak siswa yang takut dan malu menjawab pertanyaan yang diberikan

guru, serta persepsi siswa bahwa pelajaran matematika sulit dan

menakutkan.

4. Metode mengajar guru yang kurang bervariasi sehingga belum dapat

meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika.

C. Pembatasan fokus Penelitian

Dengan banyaknya masalah di sekitar kajian ini, maka penulis menfokuskan

pada kajian tentang meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran

matematika dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer terhadap

siswa kelas VII-4 berjumlah 40 orang, Laki-laki 18 orang dan Perempuan 22

orang di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Tahun Ajaran 2009/2010

pada pokok bahasan bangun datar segiempat.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka peneliti

merumuskan masalah “Apakah penerapan model pembelajaran Advance

Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika”

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

9

siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Tahun ajaran

2009/2010. Dari perumusan masalah maka dijabarkan pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan

sikap positif siswa dalam pelajaran matematika?

2. Bagaimana Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Advance Organizer pada pelajaran matematika?

3. Apakah Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan

penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran

Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran

matematika kelas VII-4 pada pokok bahasan bangun datar segiempat di SMP N 3

Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Sedangkan secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Advance Organizer

pada pembelajaran matematika kelas VII-4 di SMP N 3 Ciputat,

Tenggerang Selatan, Banten.

2. Mengetahui peningkatan sikap positif siswa setelah dilakukan proses

pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Advance

Organizer.

3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang

menggunakan model pembelajaran Advance Organizer.

4. Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui

penerapan model pembelajaran Advance Organizer.

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

10

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, peneliti, siswa,

maupun sekolah. Adapun manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Bagi guru, sebagai informasi bahwa penerapan model pembelajaran

Advance Organizer dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk

meningkatkan sikap positif siswa yang menguntungkan terhadap

matematika.

b. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan sikap

positif siswa dalam mata pelajaran matematika dan juga meningkatkan

kualitas pengajaran di sekolah.

c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap

positif siswa terhadap pelajaran matermatika.

d. Bagi peneliti, menjadi ilmu yang berharga dalam penulisan yang

berikutnya.

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

11

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritis

1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathematike, yang

berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata

mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike

berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu

mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).1

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu

yang memuat bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian masalah.2 Beberapa pendapat juga muncul tentang

pengertian matematika, ada yang mengatakan matematika simbol,

matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah bahasa yang

dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika

adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir logis;

matematika adalah sarana berfikir; matematika adalah ratunya ilmu dan

sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah ilmu tentang bilangan

dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari pola, bentuk, dan

struktur.3

Menurut Johnson dan Rissing (1972), matematika adalah pola

berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu

bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,

jelas, akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat. James dan James

1

Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontempore, (Bandung: JICA-

UPI. 2001), hlm. 18. 2

Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) edisi ketiga,

h.723. 3

Erna Suwangsih danTiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI, 2006),

hlm 3.

11

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

12

(1976), dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika

adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah

yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis,

dan geometri. Menurut pendapat kelompok matematikawan, matematika

adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik,

akurat, abstrak, ketat, dan sebagainya. Reys , dkk (1984), dalam bukunya

mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola hubungan,

suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.4

Kemudian matematika merupakan pelajaran yang sangat penting

dalam dunia pendidikan sekolah, jadi matematika sekolah dapat diartikan

sebagai salah satu ilmu dasar. Matematika sekolah tersebut terdiri atas

bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan

kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpandu pada

perkembangan IPTEK. Hal ini menunjukan bahwa matematika sekolah

tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu memiliki objek

kajadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten.5

Sedangkan fungsi pelajaran matematika sekolah ada tiga, pertama

sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya,

kedua matematika sekolah juga merupakan pembentukan pola pikir

dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

hubungan di antara pengertian itu, dan fungsi matematika yang ketiga

adalah ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut

hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah.6

Sedangkan matematika sekolah mempunyai peran yang sangat penting

baik bagi siswa, supaya punya bekal pengetahuan dan untuk

pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya

4

Erman Suherman, dkk, Op. Cit, hlm.15. 5 Sri Anita W. Janet Trineke Manoy dan Suzanah. Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm.7.23. 6 Erman Suherman, dkk. Op. Cit, hlm. 55.

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

13

supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan matematika

itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya.

Sedangkan tujuan umum diberikan matematika pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah menurut Garis-Garis Besar Haluan

Negara (GBHN) meliputi dua hal yaitu:

Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan

keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu

berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran

secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan

pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.7

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu

pengetahuan tentang ilmu bilangan, logika mengenai bentuk, susunan

besaran dan konsep-konsep dimana dalam mempersentasikannya

menggunakan simbol-simbol, matematika ratu ilmu, matematika ilmu

deduktif, terstruktur dan matematika sekolah merupakan salah satu ilmu

dasar dengan fungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam

pelajaran lain, bagi siswa pembentukan pola pikir, dan sebagai ilmu

pengetahuan bahwa matematika merupakan suatu ilmu mengenai

bilangan-bilangan yang diperoleh dengan bernalar, terorganisasikan

dengan baik yang dapat diterapkan di sekolah untuk mengembangkan

cara berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan

SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK) dan

dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-

hari.

7 Erman Suherman, dkk, Ibid, hlm. 56.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

14

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan.8 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan

tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun

sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.9 Kemudian

Lester D. Crow mengemukakan, belajar ialah upaya untuk memperoleh

kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.10

Belajar dikatakan

berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang

telah dipelajarinya, maka belajar seperti itu disebut ”rotelearning”.

Kemudian, jika yang telah dipelajari itu mampu disampaikan dan

diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut ”overlearning”.

Secara umum belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi

seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.11

James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan

pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan.12

Sedangkan definisi belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.13

8 Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 59.

9 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,

2006), hlm.10. 10

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.13. 11

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Press, 2006), hlm.117. 12

Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2007), hlm. 1.8. 13

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), hlm. 2.

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

15

Beberapa definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah

sebagai berikut:

Skiner (dalam Barlow,1985) mengartikan belajar sebagai suatu

proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara prograsif.

M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu

(2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

yang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Thursan Hakim dalam bukunya belajar secara efektif (2002),

mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakan dalam

bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain

kemampuannya.14

Witherington, belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari

pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaain

atau suatu pengertian.

Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning

(1975) mengemukakan, belajar berhubungan dengan perubahan

tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat

dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,

kematangan atau keadaan sesaat seseorang.15

14

Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rineka Aditama,

2007), hlm 5. 15 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidika, (Bandung: Remadja Karya, 1984), hlm. 81.

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

16

James O Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di

mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.16

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang

setelah melakukan aktifitas tertentu. Peruhahan itu dapat mengarah

kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga mengarah ketingkah

laku yang lebih buruk. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah

terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut.17

Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut

mengenai belajar, meskipun diantara para ahli tersebut ada perbedaan

mengenai pengertian belajar, namun baik secara eksplisit maupun

implisit diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, yaitu definisi

manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada ”suatu proses

perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan peraktek atau

pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah

belajar itu membawa perubahan tingkah laku, karena pengalaman dan

latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkanya kecakapan baru, dan

perubahan itu didapat karena usaha yang sengaja.18

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku dapat berupa memperoleh perilaku

yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada dan

dapat berupa yang positif atau negatif dan bukan perubahan yang bersifat

sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian menghilang. Perubahan itu

didapat melalui mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,

memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau

berarti dengan pengalaman. Tingkah laku yang mengalami perubahan

menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu,

16

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.104. 17

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 30. 18

Syaiful Sagala, Op. Cit, hlm. 37.

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

17

pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek

lainnya.

Proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan proses

belajar disebut pembelajaran. Undang-undang Republik Indonesia No 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa

pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.19

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk

menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan

istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Gagne,

Bringgs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah “serangkaian kegiatan

yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada

siswa”.20

Pembelajaran lebih mengacu pada segala kegiatan yang

berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita

menggunakan kata “pengajaran”, kita membatasi diri hanya pada konteks

tatap muka antara guru dan siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam

istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru

secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio,

program televisi atau media lainnya. Guru tetap memainkan peranan

penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajara. Dengan demikian

pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi tersebut antara

siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru,

siswa lainnya, tutor, media, atau sumber lainnya. Ciri lain dari

pembelajaran adalah “adanya komponen-komponen yang saling

19

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan

Pemudah, 2003 ), hlm. 74. 20

Udin S. Wiranataputra, Op. Cit, hlm 1.19

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

18

berkaitan satu sama lain dan komponen-komponen tersebut adalah

tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran”.21

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru

secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa

belajar secara aktif. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun

oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat

meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.22

Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah

suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu

pada tujuan (pembentukan kompentensi), yang dengan sistematik dan

terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.23

Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: pertama, dalam

proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal,

bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi

menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam

pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus

menerus yang diarahkan untuk memberbaiki dan meningkatkan

kemampuan berfikir siswa, yang pada giliranya kemampuan berfikir itu

dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka

konstruksi sendiri.24

Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi

yang diharapkan, dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu.

Pandangan behavioristik tentang tujuan pembelajaran ditentukan tentang

penambahan pengetahuan sedangkan pandanga konstruktivisme tujuan

pembelajaran ditentukan tentang bagaimana belajar. Kegitan

pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode,

21

Ibid, hlm. 1.19. 22

Syaiful, Op. Cit, hlm. 62. 23

Zurinal, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2006). Loc. Cit. 24

Syaiful, Op. Cit, hlm 63.

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

19

dan teknik, serta media dalam rangka membangun proses belajar, antara

lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.25

Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran

matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai

hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut, karena sasaran

tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai, bila siswa

telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan dibidang

matematika yang dipelajari. Bahan pelajaran matematika yang harus

dipelajari harus bermakna, artinya bahan pelajaran harus sesuai dengan

kemampuan dan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain,

pelajaran matematika yang baru perlu dikaitkan dengan konsep-konsep

yang sudah ada, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar

terserap dengan baik.26

Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik

dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah)

yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar, serta terjadinya

interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan

siswa. Sedangkan proses pembelajaranya bersifat exsternal yang sengaja

direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku atau perubahan perilaku

siswa. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada

siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman dalam belajar

matematika.

2. Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Sikap

merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana

individu bereaksi terhadap situasi, serta menentukan apa yang dicari

individu dalam kehidupan. Berbicara tentang sikap, telah didefinisikan

25

Mark K. Smith dkk, Teori Pembelajara dan Pengajaran, (Yogyakarta: Mirza Media

Pustaka, 2009), hlm 29-30. 26

Hamzah, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 32.

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

20

dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz menemukan adanya lebih

dari tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi dan pengertian pada

umumnya dapat dimaksudkan kedalam tiga kerangka pemikiran.

Pertama adalah kerangka yang diwakili oleh Louis Thurstone

(1928), Rensis Likert (1932), dan Charles Osgood (tokoh terkenal di

bidang pengukuran sikap). Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau memihak (Favorable), maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu

objek. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulisasikan sikap

sebagai ”derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek

psikologis” (Edwards,1957).27

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk

bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat

positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan

objek tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindar,

membenci, tidak mnyukai objek tertentu.28

Kelompok pemikir yang kedua diwakili oleh para ahli seperti

Chave (1928), Bogardus (1931), Lapierre(1934), Meaad (1934), dan

Gordon Allport (1935; tokoh terkenal dibidang psikologi sosial dan

psikologi kepribadian). Menurut kelompok pemikiran ini, sikap

merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu. Sedangkan kelompok pemikir yang ketiga

adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic

schema) Secord & Backman (1964), menurut kerangka pemikir ini suatu

sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan

konatif yang salain berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan

berperilaku terhadap suatu objek.29

27

Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta: Pustaka Pelajar,

2005), hlm. 4-5. 28

Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta, 2006), hlm. 109. 29

Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta : Pustaka Pelajar,

2005). Loc. Cit.

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

21

Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai

persamaan unsur, yaitu adanya kesedian untuk merespon terhadap suatu

situasi. Triandis (1971), mendefinisikan “An attude is an idea charged

with emotion which predisposes a class of actions to a particular class of

social situations”. Rumusan ini menyatakan bahwa sikap mengadung

tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan

komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan

sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative.30

Selanjutnya Azwar menyatakan struktur sikap terdiri atas tiga

komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive),

komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative). Slameto

menyatakan bahwa terdapat tiga metode yang mempengaruhi siswa

mengubah sikap, antara lain:

a. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang

bersangkutan. Caranya dengan memberi informasi-informasi baru

mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas.

b. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap.

Dengan cara ini komponen afektif turut pula dirangsang cara ini

paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti

untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak mereka

senanginya.

c. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku-tingkah laku

baru yang tidak konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada.

Sikap memegang peranan yang penting dalam belajar, baik sikap

terhadap pengajar maupun terhadap materi yang akan diajarkan, karena

sikap sangat berpengaruh terhadap prestasi. Oleh sebab itu sikap positif

siswa terhadap matematika perlu ditumbuh kembangkan, dengan

menciptakan kondisi belajar matematika yang kondusif, sehingga

memungkinkan siswa belajar dengan baik. Jika ada perubahan dalam

30

Slameto. Op. Cit, hlm 188.

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

22

sikap berarti adanya tekanan yang kuat dan dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan dalam sikap melalui proses tertentu.

Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, sikap terhadap objek

ini disertai dengan perasaan positif dan negatif. Sikap positif terhadap

mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses

belajar siswa. Sebaliknya, jika siswa bersikap negatif terhadap mata

pelajaran tertentu apalagi ditambah dengan timbulyan rasa kebencian

terhadap mata pelajaran tertentu, akan menimbulkan kesulitan belajar

bagi siswa yang bersangkutan.

Telah dikemukakan bahwa siswa perlu memiliki sikap positif

terhadap matematika. Sehubungan itu maka guru semestinya memiliki

pengetahuan tentang ciri–ciri siswa yang bersikap senang terhadap

matematika, yang ditunjukkan siswa dalam aktifitasnya saat proses

pembelajaran, menunjukkan bahwa siswa tersebut menyenangi pelajaran

matematika atau memiliki yang positif terhadap matematika.

Bertolak dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap

merupakan perilaku yang menunjukkan kecendrungan untuk memberikan

respon, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Sikap

yang positif adalah sikap yang sungguh-sungguh dalam belajar baik di

sekolah maupun di rumah, Misalnya merasa senang dalam belajar,

kesungguhan dalam belajar, dan sebagainya. Sebaliknya sikap yang

negatif adalah sikap yang tidak senang dalam belajar, dapat dilihat

melalui gejala-gejala yang ditimbulkan dalam belajar. Misalnya tidak

tertarik dalam belajar, sering menganggu temannya dalam belajar dan

sebagainya.

Berdasarkan kesimpulan ini, maka sikap terhadap matematika

dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kecendrungan untuk

memberikan respon, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif

terhadap matematika. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap

matematika yang dianggapnya bernilai dalam pandangannya, berarti

seseorang siswa mengetahui dan menyadari bahwa matematika itu

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

23

bermanfaat dalam kehidupan sehari–hari maupun dalam menunjang

untuk mempelajari ilmu lain. Sebaliknya, jika siswa bersikap negatif

terhadap matematika maka motivasi siswa untuk memepelajari

matematika rendah, akhirnya hasil belajarnya tidak memuaskan.

3. Pembelajaran Advance Organizer.

Mengingat sikap merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan keberhasilan siswa dalam belajar, oleh sebab itu sebagai

pengelola pembelajaran harus mampu memilih dan menerapkan strategi

pembelajaran sebagai upaya menumbuhkan sikap siswa yang positif

terhadap matematika. Salah satu strategi pembelajaran yang penting

diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah bagaimana

mempersiapkan peserta didik menerima materi baru dengan mudahh

yang akan diajarkan guru. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa jika

siswa tidak siap menerima pelajaran maka ia tidak akan mengikuti

penjelasan guru dengan baik. Sebagai akibatnya siswa malas belajar dan

seiring dengan itu muncul perilaku-perilaku siswa yang tidak diinginkan

dalam pembelajaran.

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang

disebut ”Pengatur kemajuan (belajar)” (Advance Organizer) didefinisikan

dan dipersentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengaturan

kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi

(mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.

Ausubel percaya bahwa ”Advance Organizer” dapat memberikan tiga

macam manfaat yakni:31

1. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi

belajar yang akan dipelajari oleh siswa.

2. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara

apa yang sedang dipelajari siswa”saat ini” dengan apa yang

”akan” dipelajari siswa.

31

Prasetya Irawan, Suciati, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar,

(Jakarta: PEKERTI, 1994), hlm.10.

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

24

3. Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara

lebih mudahh.

Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus

sangat baik, hanya dengan demikian seorang guru akan mampu

menemukan informasi, yang menurut Ausubel ”sangat abstrak, umum

dan inklusif”, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu,

logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika

berfikir yang baik, maka guru akan kesulitan memilah-milah materi

pelajaran, merumuskanya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta

menguratkan materi demi materi itu ke dalam struktur urutan yang logis

dan mudahh dipahami.

Model pembelajaran yang menekankan pentingnya memperkuat

pengetahuan awal siswa sebagai upaya persiapan untuk menerima materi

baru adalah model pembelajaran Advance Organizer. Model

pembelajaran ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa,

seperti fakta–fakta, konsep–konsep, dan generalisasi–generalisasi yang

telah dipelajari siswa. Dengan kata lain struktur kognitif merupakan jenis

pengetahuan tertentu yang ada di dalam pikiran yang berfungsi sebagai

kerangka konseptual bagi pengetahuan berikutnya yang lebih rinci dan

abstrak.

Lebih lanjut Ausubel menyatakan bahwa faktor tunggal yang

sangat penting dalam proses mengajar belajar adalah apa yang telah

diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya.

Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan

sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru

dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat

melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan

informasi atau ide baru. Dalam kegiatan ini, sangat diperlukan adanya

alat penghubung yang dapat menjembatinya informasi atau ide baru

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

25

dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung

dimaksud adalah Advance Organizer. 32

Guru menggunakan Advance Organizer untuk mengaktifkan

skemeta siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apakah

yang telah dikenal siswa dan untuk membantunya mengenal relevansi

pengetahuan yang telah dimilki. Advance Organizer memperkenalkan

pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai

kerangka untuk memahami isi informasi baru secara terperinci.33

Joyce dan Weil menyatakan, bahwa Advance Organizer berfungsi

untuk menjelasakan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan

yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh

pelajar. Strategi pembelajaran ini konsisten dengan pemikiran Ausubel

bahwa struktur kognitif yang sudah ada bertindak sebagai alat pengait

informasi baru. Sedangkan Ausubel mengemukakan, bahwa tujuan

Advance Organizer adalah mengaitkan bahan bermakna yang akan

dipelajari (pengetahuan baru) dengan struktur kognitif yang dimiliki

siswa.

Namun perlu digaris bawahi bahwa Advance Organizer bukan

merupakan sebuah rangkuman umum materi bahan ajar yang akan

dipelajari. Advance Organizer merupakan penyajian singkat informasi

visual atau verbal yang tidak mengandung isi atau bahan tertentu dari

materi baru yang akan dipelajari.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa

Advance Organizer merupakan seperangkat materi bahan ajar yang

dirancang dengan baik dan logis, dan merupakan jembatan bagi materi

yang akan diajarkan. Advance Organizer berfungsi menjelaskan,

mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari

dengan pengetahuan atau pengalaman belajar yang telah dimiliki peserta

didik. Sedangkan tujuannya adalah untuk memperkuat struktur kognitif

32

Bruce Joyce, dkk, Model of Teaching. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi

kedelapan, hlm. 287. 33

Sri Anita. Op. Cit, hlm. 1.5.

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

26

yang dimiliki siswa, sehingga memudahhkan siswa dalam memahami

materi yang disajikan.

Dalam penerapan model pembelajaran Advance Organizer terdiri

dari tiga tahap kegiatan yaitu :

a. Tahap pertama adalah persentasi Advance Organizar (penyajian

materi awal). Tahap pertama, terdiri dari tiga aktifitas yaitu :

pertama, menentukan tujuan pembelajaran umum merupakan

salah satu cara untuk menarik perhatian siswa dan membawa

mereka pada tujuan khusus pembelajaran. Tujuan ini penting

untuk memfasilitasi pembelajaran yang bermakna (menentukan

tujuan umun yang bermanfaat bagi guru dalam merancang

pembelajaran). Kedua, penyajian materi awal. Dalam penyajian

materi awal, guru memberikan dorongan kapada siswa untuk

mempelajari kembali konsep–konsep, prinsip–prinsip, dan

aturan–aturan yang sudah dipelajari siswa sebelumnya yang ada

kaitannya dengan materi yang dibahas, serta memahami

contoh–contohnya. Ketiga untuk mengetahui tingkat

pemahaman dan penguasaan siswa tentang materi awal, guru

perlu memberikan latihan yang bertujuan untuk mendorong

siswa agar konsep–konsep, prinsip–prinsip dan aturan yang

telah dipelajari diingat dan dikuasai dengan baik, selanjutnya

siap untuk menerima materi baru.

b. Tahap kedua adalah penyajian materi pembelajaran.

Tahap kedua, adalah penyajian materi utama. Kegiatan ini

diawali dengan menarik perhatian siswa terhadap materi yang

akan disajikan dengan cara menginformasikan manfaat materi

yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyajikan materi

pembelajaran secara jelas dan tuntas serta memberikan contoh-

contoh. Akhir tahap ini, guru memberikan latihan sebagai

upaya untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap

materi yang disajikan.

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

27

c. Tahap ketiga memperkuat pengelolahan kognitif.

Tahap ketiga menjadi 4 aktifitas yaitu, (1) memanfaatkan

prinsip rekonsilisi integratif. Maksudnya adalah memanfaatkan

suatu pola penyesuaian hubungan antara struktur kognitif

materi lama dengan materi baru yang akan dipelajari, (2)

meningkatkan pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif, (3)

memperoleh pendekatan kritis (umpan balik) dari siswa, (4)

mengklarifikasihkan.34

Joyce dan Weil mengemukakan terdapat beberapa cara untuk

memadukan materi baru dengan struktur kognitif yang ada. Untuk itu

guru dapat menempuh cara–cara seperti :

1. Mengingatkan siswa pada ide–ide (gambaran umun).

2. Meminta siswa meningkatkan pemahaman pada hal–hal

penting dan materi baru.

3. Mengulangi definisi–definisi utama.

4. Meminta siswa membedakan beberapa aspek penting materi.

5. Meminta siswa menguraikan materi pembelajaran yang

mendukung konsep atau pertanyaan yang digunakan sebagai

materi awal.

Selanjutnya pembelajaran aktif dapat ditingkatkan dengan cara

meminta siswa untuk menguraikan kaitan materi baru dengan materi

awal, meminta siswa membuat contoh-contoh tambahan tentang konsep

dan pernyataan dalam materi pembelajaran, meminta siswa mengulangi

istilah– istilah dengan menggunakan kata–kata pada bagian yang penting,

dan meminta siswa untuk menguji dengan yang berbeda.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Advance

Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan

pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk

memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk

34

Bruce Joyce, dkk. Op. Cit hlm. 289.

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

28

memahami materi yang disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih

baik akan mempermudahhkan siswa untuk memerima materi yang baru.

Kondisi pembelajaran yang demikian akan memberikan rasa senang bagi

siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dengan rasa senang tersebut

akan tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang positif terhadap

matematika.

4. Langkah – Langkah Penerapan Pembelajaran Advance Organizer

Penerapan model Advance Organizer dalam penelitian dirancang

sebagai berikut :

1. Tahap Pertama Presentasi Advance Organizer.

Tahap pertama ini terdiri dari tiga aktivtas yaitu:

mengklarifikasikan tujuan-tujuan pelajaran, menyajikan Advance

Organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan.

Mengklarifikasaikan tujuan adalah salah satu cara untuk

memperoleh perhatian siswa dan mengarahkan mereka pada

tujuan-tujaun pembelajaran, diawali dengan menginformasikan

tujuan-tujuan pembelajaran khusus materi yang akan dipelajari

siswa.

Selanjutnya dilanjutkan dengan penyajian materi awal yang

dirancang, agar pusat pembelajaran terletak pada siswa dan guru

hanya memberi bantuan jika diminta. Hal ini ditempuh agar

pengalaman belajar diperoleh lebih bermakna. Sehubungan dengan

itu, maka pada tahap ini, siswa belajar memahami materi awal

dengan memberikan pelajaran sebelumnya. Melalui soal yang

diberikan oleh guru, siswa didorong untuk membangun kembali

pengalaman belajarnya yang diperlukan sebagai upaya

mempersiapkan diri untuk mempelajari materi baru. Misalnya

dalam belajar matematika sebelum masuk materi utama seperti

bangun datar segi empat maka terlebih dahulu guru memberi

dorongan kepada siswa untuk mempelajari materi awal yang ada

kaitanya dengan materi bangun datar segi empat.

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

29

2. Tahap kedua Materi Pembelajaran

Dalam tahap ini, aktifitas guru adalah menyajikan materi

utama yang diawali dengan menarik perhatian siswa. Hal ini

bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap materi

yang akan disampaikan. Selanjutnya guru menyajikan materi

pelajaran secara jelas dan tuntas disertai contoh–contoh, kemudian

memberikan latihan. Selama presentasi, pengelolaan materi

pelajaran dibuat dengan jelas pada siswa sehingga siswa memiliki

seluruh indera petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi

yang disampaikan.

3. Tahap ketiga Memperkuat Struktur Kognitif Siswa

Dalam kegiatan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Guru meminta siswa untuk mengaitkan konsep–konsep,

prinsip- prinsip, dan aturan yang diperoleh lewat penyajian

materi pembelajara dari konsep–konsep, prinsip–prinsip

yang diperolehnya melalui penyajian materi awal.

b. Mengintensifkan proses pembelajaran dengan melibatkan

siswa aktif.

c. Mendapatkan pendekatan kritis (umpan balik) tentang suatu

materi.

d. Membuat kesimpulan atau rangkuman.

5. Hubungan antara Penerapan Model Pembelajaran Advance

Organizer dengan Sikap Positif Siswa

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sikap adalah

satu faktor yang berperan dalam menentukan kualitas proses

pembelajaran yang dikelola oleh guru. Hal ini mengidentifikasikan

bahwa semakin terbukanya kemungkinan tumbuh dan berkembangnya

sikap positif siswa dalam pelajaran matematika menunjukkan bahwa

proses pembelajaran yang dikelola guru semakin baik. Sehubungan

dengan itu, maka guru sebagai fasilitator berperan sebagai pembantu

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

30

dalam pengalaman belajar, membantu perubahan lingkungan serta

membantu terjadinya proses belajar yang serasi dengan kebutuhan dan

keinginan.35

Artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus mampu

dan terampil dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang

cocok dan sesuai dengan karekteristik siswa dan materi yang akan

dipelajari.

Dengan demikian, Sikap positif besar pengaruhnya terhadap

belajar, karena apabila siswa tidak memiliki sikap positif dalam belajar,

maka materi yang dipelajari tidak akan dapat diterima oleh siswa dengan

sebaik-baiknya, disebabkan tidak ada daya tarik bagi siswa tersebut. Oleh

karena itu, diharapkan guru dapat meningkatkan sikap positif belajar

siswa tersebut. Berdasarkan teori Gagne dalam belajar matematika ada

dua objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan objek tak

langsung. Objek langsung antara lain, kemampuan menyelidiki dan

memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap

matematika, dan tahu bagaimana mestinya belajar. Sedangkan objek

langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.

Menurut Teori Edward L Thorndike (1874-1947) belajar akan lebih

berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan

rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul

sebagai akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran. Menurut Teori

Ausubel, teori ini terkenal dengan belajar bermakn dan pentingnya

pengulangan sebelum belajar dimulai.

Sehubungan dengan hal di atas maka penerapan strategi

pembelajaran untuk mempersiapkan siswa menerima pelajaran

merupakan hal yang sangat penting. Model pembelajaran Advance

Organizer merupakan seperangkat materi pelajaran yang berfungsi

menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang

sedang dipelajari dengan pengetahuan siswa dan bertujuan untuk

35

Oemar Hamalik. Op. Cit. hlm 47-48

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

31

memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa untuk memahami

materi yang disajikan.36

Memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran

Advance Organizer yaitu mempersiapkan siswa menerima materi baru,

maka siswa akan lebih mudahh menerima atau memahami materi yang

akan disampaikan guru. Dengan adanya kemudahhan ini akan

mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalan–kegagalan

yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif terhadap

matematika. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi

berbagai kesulitan dan sejalan dengan itu maka keuletan siswa akan

tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembang perilaku siswa yang

menunjukkan siswa berminat dan senang belajar matematika, ulet dalam

menghadapi kesulitan, tidak cepat putus asa, dan tumbuhnya sikap untuk

selalu yang terbaik dalam belajar matematika, menunjukkan bahwa

dalam diri siswa telah tumbuh sikap positif siswa terhadap matematika.

Dengan demikian penerapan Advance Organizer dapat

menumbuhkembangkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika.

B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Tugas Guru untuk memperhatikan siswanya agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang menentukan

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru sangat

penting dalam mengatur dan memilih model dan teknik pembelajaran yang sesuai

dengan kondisi siswanya.

Berkaitan dengan pembelajaran, bahwa untuk mencapai suatu tujuan sangat

diperlukan pemikiran tentang siasat, prosedur atau cara yang akan digunakan

dalam pembelajaran matematika. Demikian juga untuk mencapai tujuan

pengajaran diperlukan strategi, pendekatan atau metode serta teknik tertentu

dalam pembelajaran atau kata lain keberhasilan proses pembelajaran tergantung

pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.

36

Bruce Joyce dan Weil, M, dkk. Op. Cit hlm. 291.

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

32

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama

komponen-komponen yang ada di dalamnya tidak tercapai. Salah satu dari

komponen tersebut adalah model pembelajaran. Model pembelajaran adalah salah

satu alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran memudahhkan

jalan pengajaran menuju tujuan yang akan dicapai oleh guru kepada siswa. Antara

model pembelajaran dan tujuan harus saling berhubungan. Model pembelajaran

sebagai penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang maksimal, pemilihan model pembelajaran menjadi suatu

tantangan bagi para pengajar.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan minat,

perhatian, dan keaktifan siswa atau mempunyai sikap positif terhadap matematika.

Salah satunya dengan melakukan model pembelajaran Advance Organizer.

Advance Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan

pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki

siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur

kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk memahami materi yang

disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudah siswa

untuk memerima materi yang baru.

Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran

Advance Organizer yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka

siswa akan lebih mudahh menerima/memahami materi yang akan disampaikan

guru. Dengan adanya kemudahhan itu diduga dapat meningkatkan sikap positif

siswa terhadap pelajaran matematika dan akan akan mendorong siswa untuk tetap

dalam tugasnya serta akan mendorong siswa untuk mengurangi kegagalan.

Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan

sejalan dengan itu maka keuletan siswa akan tumbuh dan berkembang.

C. Hipotesis Tindakan

Dengan bertitik tolak pada kajian teoritis yang diuraikan di atas maka

peneliti mengajukan Hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model

pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam

pelajaran matematika.

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai penerapan

model pembelajaran Advance Organizer untuk meningkatkan sikap

positif siswa dalam pelajaran matematika Kelas VII-4 di SMP N 3

Ciputat Kota Tanggerang Selatan Banten. Karena sekolah ini

tempatnya strategis dan jarak antara sekolah dengan rumah peneliti

dekat.

2) Waktu Penelitian

Pelaksanan penelitian di mulai dengan pra penelitian pada tanggal

8, 9, 12 April 2010 observasi di sekolah, wawancara di sekolah

pada tanggal 14 dan 15 April 2010. Perencanaan dan jadwal

penelitian 2 kali seminggu yaitu pada hari Rabu dan Kamis, dan

pelaksanaan pengamatan di mulai dengan pertemuan pertama pada

hari Rabu tgl 14 April 2010 dan selesai pada tgl 29 Mei Tahun

ajaran 2009/2010.

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

1. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action

Research yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh Guru atau dengan arahan dari

Guru yang dilakukan oleh siswa.1 Penelitian Tindakan Kelas dapat juga

diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas

1

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007)

Cet ke-4, hlm. 3

32

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

34

melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi

nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari pelaksanaan tersebut.2

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk

memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidikan dalam

menangani proses pembelajaran semakin meningkat kualitas pendidikan.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan

(pra penelitian) dan akan dilanjutka dengan beberapa siklus. Dalam hal ini,

yang dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali

kelangkah semula, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 3

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan penelitian menentukan fokus

peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,

kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekam

fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap ini

penelitian menentukan titik fokus peristiwa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja

sama dengan kolaborator (Guru kelas) membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses

pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat

instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal

harian, lembar wawancara, dan soal tes untuk akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu

melaksanakan tindakan kelas.

c. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersama

dengan pelaksanan tindakan untuk memperoreh data yang akurat

2 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 26.

3 Suharsimi Arikunto, dkk. Op. Cit, hlm, 16.

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

35

untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan

sebagai kegiatan mengamati, mengadili, dan mendokumentasikan

semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan

dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan

kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati sikap siswa selama

proses pembelajaran dan member penilaian terhadap peneliti dalam

menerapkan model Pembelajaran Advance Organizer.

d. Refleksi (Reflecing)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa

yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan

dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer,

sehingga diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan

mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya

perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk

memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan

diterapkan pada penelitian berikutnya.

2. Desain Penelitian

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I,

penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil

siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah

tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator

keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan kesiklus

III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat

digambarkan dengan alur sebagai berikut.

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

36

Bagan 1.

Alur Prosedur Pelaksanaan PTK

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan adalah dengan indikator

keberhasilan sebagai berikut:

1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi sikap positif siswa dalam

belajar matematika menunjukkan peningkatan sikap positif. Hal ini

dapat dilihat berdasarkan hasil persentase sikap positif siswa mencapai

rata-rata 75%.

2. Rata-rata persentase respon positif siswa dapat mencapai minimal

70%.

Pengamatan dan

pengumpula

n data

Perencanaan II

Permasalahan Alternatif pemecahan

(Rencana Tindakan) Pelaksanaan

Tindakan

Refleksi Anaslisis Data Observ

asi

Selesai ? Siklus I

Masalah belum

selesai

Alternatif pemecahan

(Rencana Tindakan)

Pelaksanaan

Tindakan

Refleksi Anaslisis Data Observasi

Selesai ? Siklus II

us 2

Masalah belum selesai Siklus selanjutnya

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

37

3. Rata-rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap

akhir siklus harus mencapai lebih dari atau sama dengan 75.

D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Partisipan yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

seluruh siswa kelas VII-4 yang berjumlah 40 orang yang terdiri dari 22

perempuan dan 18 laki SMP N 3 Tanggerang Salatan Banten dan guru

kelas VII sebagai observer.

Pada tahap pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu

peneliti mengamati sikap yang dilakukan oleh siswa selama proses

pembelajaran yang menggunakan lembar observasi. Selain itu guru

matematika juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada

saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan

kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan

tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada

saat tindakan berikutnya.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku

penelitian, yakni berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses

pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran

Advance Organizer. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas

sebagai kolaborator dan observer. Guru kelas Sebagai kolaborator yaitu

membantu peneliti dalam hal membuat Rencana Pelaksanaa Pembelajaran

(RPP), membantu peneliti dalam melakukan refleksi dan menentukan

tindakan–tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Guru

kelas sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam

mengajar dengan menerapkan pembelajaran Advance Organizer dan

mengamati seluruh sikap siswa dalam belajar matematika selama proses

pembelajaran matematika berlangsung.

Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama

antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting

dan memiliki kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

38

mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan

saling melengkapi untuk mencapai tujuan.4

F. Tahap Intervensi Tindakan

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti

melakukan penelitian pendahuluan (Pra Penelitian), kemudian akan

dilanjutkan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat

tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan,

tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan.

Jika pada saat refleksi dari siklus I terdapat masalah dalam

tindakan, dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan

tindakan ulang melalui siklus berikutnya (siklus II) yang meliputi

perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau

observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan dengan hasil dari siklus I

sebagai acuannya.

Jika pada saat refleksi dari siklus II masih terdapat masalah dalam

tindakan dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan

siklus III, dimana hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Tetapi, jika

pada saat refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan

indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian diberhentikan.

Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :

4 Suharsimi Arikunto. Ibid, hlm. 63

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas

2. Wawancara dengan guru kelas

3. Wawancara dengan siswa

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

39

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran

Advance Organizer

b. Membuat pedoman observasi

c. Membuat pedoman wawancara

d. Membuat jurnal harian

e. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan

menerapkan pembelajaran Advance Organizer kemudian

dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus

.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer

b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

4. Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I.

Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan.

Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan

ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran Advance

Organizer berdasarkan hasil refleksi siklus 1

b. Menyiapkan pedoman observasi

c. Menyiapkan pedoman wawancara

d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa

e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa

SIKLUS I

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

40

Bagan 2

Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pra penelitian

a. Pengamatan keadaan kelas

Waktu pelaksanaan : 8, 9, 12 April 2010

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses

pembelajaran di kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat. Kegiatan ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran

matematika dan dan sikap siswa terhadap pelajaran matematika.

b. Wawancara

Waktu pelaksanaan : 14 dan 15 April 2010

Pada kegiatan ini peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan

siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelajaran matematika,

respon siswa terhadap pelajaran matematika dan permasalahan yang

4. Tahap Refleksi

Mengevalusi proses pembelajaran Siklus II. Apabila indikator

keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila

indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke

siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer

b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan

pembelajaran Advance Organizer kemudian dilanjutkan dengan

pemberian tes Siklus II.

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

41

dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran matematika di kelas

tersebut.

2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) dengan model pembelajaran Advance Organizer dan

membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi sikap

positif siswa, lembar jurnal harian siswa, pedoman wawancara untuk

guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, LKS dan soal untuk tes pada

akhir siklus I ini.

b. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan

rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Advance Organizer yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pembelajaran

Advance Organizer peneliti berperan sebagai Guru akan melakukan

beberapa tindakan yaitu :

Tahap Pertama: Persentasi Advance Organizer

Mengklarifikasikan tujuan –tujuan pelajaran

Memberi contoh-contoh atau latihan

Menyajikan konteks mengulang

Mendorong kesadaran pengetahuan siswa atau memberikan

motivasi

Tahap Kedua: Presentasi Materi Pembelajaran

Menyajikan materi pembelajaran

Mempertahankan perhatian siswa

Memperjelas pengolahan materi pelajaran

Memperjelas aturan materi

Pembelajaran yang masuk akal

Taha Ketiga: Memperkuat pengelolahan kongnitif

Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi interagtif

Menganjurkan pembelajaran resefsi aktif

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

42

Membangkitkan pendekatan kritis pada materi yang sedang

dipelajari

Mengklarifikasi

c. Tahap observasi

Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan

tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa selama proses

pembelajaran berlangsung dengan pengamatan berdasarkan indikator

yang telah ditentukan oleh peneliti melalui lembaran observasi.

d. Tahap analisis dan refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil

pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran

pada Siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada

tahap perencanaan Siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang

akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan

hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai

dengan hasil refleksi pada siklus I .

b. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan

rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Advance Organizer yang telah dibuat sebelumnya.

Tahap Pertama : Persentasi Advance Organizer

Mengklarifikasikan tujuan –tujuan pelajaran

Memberi contoh-contoh atau latihan

Menyajikan konteks mengulang

Mendorong kesadaran pengetahuan siswa atau memberikan

motivasi

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

43

Tahap Kedua: Presentasi Materi Pembelajaran

Menyajikan materi pembelajaran

Mempertahankan perhatian siswa

Memperjelas pengelolahan materi pembelajaran

Memperjelas aturan materi

Pembelajaran yang masuk akal

Tahap Ketiga: Memperkuat pengelolahan kognitif

Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi interagtif

Mengajurkan pembelajaran resefsi aktif

Membangkitkan pendekatan kritis pada materi yang sedang

dipelajari

mengklarifikasi

c. Tahap observasi

Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan

tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa selama proses

pembelajaran berlangsung dengan pengamatan berdasarkan indikator

yang telah ditentukan oleh peneliti.

d. Tahap analisis dan refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil

pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran

pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan

bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan.

Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian

dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif.

1. Data Kualitatif: Hasil observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran

matematika, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, Jurnal harian

dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

44

2. Data Kuantitatif: Nilai hasil tes tiap siklus

Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru,

dan peneliti.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Hasil observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika:

Data diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer pada

setiap pertemuan.

2. Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa dengan

diterapkannya model pembelajaran Advance Organizer.

3. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan

pada setiap akhir siklus.

4. Hasil wawancara: Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas

dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada tahap akhir siklus.

5. Hasil dokumentasi: Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-

foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari

setiap siklus.

Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator

melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang

perkembangan sikap siswa terhadap pelajaran matematika, tentang

kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah

dilaksanakan.

I. Instrument-Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada

setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir

pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil

belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh

materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

45

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:

a. Lembar observasi sikap positif siswa dalam belajar matematika

Lembar observasi sikap positif siswa dalam belajar matematika

digunakan untuk mengetahui peningkatan sikap positif siswa dalam

belajar matematika. Lembar observasi ini juga digunakan untuk

menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki

pembelajaran pada siklus berikutnya.

b. Lembar jurnal harian siswa

Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon

siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Advance

Organizer

c. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui

gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-

masalah yang dihadapi di kelas.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ( Trusworthines) Study

Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan

saturasi, yaitu :

1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara

yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi

tentang sikap positif siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa,

wawancara siswa, dan memeriksa hasil kerja siswa dalam

mengerjakan soal.

2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal

yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa

dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan

wawancara dengan guru.

3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang

kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

46

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

Saturasi adalah ”situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak

ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti

untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus”.5 Untuk dapat

menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional

ataukah belum, dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (content).

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan

khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang

diberikan.6 Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan

instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu

dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar

di bidang evaluasi pendidikan matematika.

K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis

Proses analisis data terdiri atas data pada saat di lapangan yaitu pada

saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data

yang sudah terkumpul berupa hasil lembaran observasi, hasil tes siswa,

hasil wawancara, dan hasil pengisian jurnal harian siswa. Data yang

berupa sikap siswa yang tercantum dalam lembar observasi didiskusikan

terlebih dahulu dengan observer. Semua data dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif. Analisis data ini berguna untuk membuat

perbaikan pada kegiatan siklus selanjutnya.

Tahap menganalisa data dimulai dengan membaca keseluruhan data

yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data,

menyusunnya dalam satuan-satuan, dan mengkategorikannya. Data yang

diperoleh berupa kalimat-kalimat dan sikap siswa diubah menjadi kalimat

yang bermakna dan alamiah. Analisis data tersebut berlangsung pada saat

pengumpulan data dengan pertimbangan analisis berdasarkan analisis

logis. Kriteria keberhasilan peningkatan sikap positif siswa terhadap

5 Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan

Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, hlm. 170. 6 Suharsimi Arikunto. Op. Cit, hlm, 67.

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

47

pelajaran matematika ditunjukkan dengan rata-rata lembaran observasi

siswa telah mencapai 75 setelah siklus.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (silklus I) dilakukan dan hasil yang

diharapkan belum mencapai Kriteria keberhasilan yaitu peningkatan sikap

positif siswa dalam pembelajaran matematika maka ditindak lanjuti untuk

melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.

Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan

refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka

penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.

Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian

ini telah berhasil menguji penerapan model pembelajaran Advance

Organizer dalam meningkatkan sikap Positif siswa dalama belajar

matematika.

Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan

perencanana dan persiapan yang cukup panjang. Adapun perencanaan

tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrument penelitian seperti

lembar observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika,

lembar jurnal harian siswa, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan, dan

soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika siswa, serta

lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat

menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau

yang dianjurkan oleh sekolah.

Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi

dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk

membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk

berdiskusi membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya.

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

48

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan

1. Survei Pendahuluan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan

penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta

wawancara terhadap guru kelas. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8, 9

dan 14 April 2010 di SMP N 3 Ciputat pada tanggal 8 April 2010 peneliti

menemui wakil Kepala sekolah untuk menjelaskan tujuan kedatangan

peneliti ke SMP N 3 Ciputat serta bertemu dengan guru bidang studi

matematika kelas VII di SMP N 3 Ciputat dan pada tanggal 9 April 2010

peneliti menemui guru bidang studi matematika kelas VII yang bernama ibu

Wiwit Turtonowati untuk melaksanakan wawancara. Kemudia pada tanggal

14 April peneliti mengikuti guru mengajar di kelas VII-4.

Observasi yang dilakukan pada tanggal 8 April adalah untuk

mengetahui selabus yang digunakan di SMP N 3 Ciputat sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan proses penelitian dan mencatat kelender

yang berlaku disekolah tersebut. Kemudian pada hari Jum’at tanggal 9 April

2010, peneliti bersama guru bidang studi matematika menentukan kelas

yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian dan terpilih kelas VII-4.

Selain itu peneliti melakukan wawancara terhadap guru bidang studi

matematika untuk mengetahui gambaran kegitan pembelajaran yang biasa

dilakukan dan untuk mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi

dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.

Kemudian pada hari rabu, 14 April 2010 peneliti mengikuti guru bidang

studi mengajar di Kelas VII-4 serta mengamati proses pembelajaran siswa.

Adapun hasil pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran dikelas VII-4

sebagai berikut:

48

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

49

a) Dalam menyampaikan materi pelajaran, sistem pembelajaran masih

bersifat menonton yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa lebih

banyak diam dan menerima apa adanya, siswa tidak punya inisiatif

untuk mengembangkan potensinya.

b) Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa

izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak

kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan

penjelasan guru secara keseluruhan.

c) Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan

baik, seperti berbicara dengan teman sebangkunya, menganggu

teman yang belajar.

d) Siswa cepat putus asa jika diberikan latihan yang agak sulit,

sehingga ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika

mereka tidak mau bertanya kepada guru atau teman, hal ini

mempengaruhi pelajaran materi berikutnya.

e) Siswa cenderung mengandalkan jawaban dari guru dalam

mengerjakan latihan.

f) Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja,

tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah

kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika.

Bahkan sebagian besar siswa jarang mencatat materi yang sudah

guru sampaikan, hanya beberapa saja dari mereka yang mencatat

materi yang guru sampaikan dan itu pun kurang lengkap. Mereka

akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja.

g) Ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menyelesaikan soal–

soal ke depan kelas, ada sebagian siswa yang menolak kemudian

menunjuk teman yang lain untuk menyelesaikan.

h) Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat

dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang

menyukai, ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai.

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

50

Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan

alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan.

i) Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk.

Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak

siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan alasan karena

matematika itu pelajaran yang sulit dan memusingkan. Siswa terlihat bosan

pada saat mengikuti pelajaran matematika serta sering mintak izin keluar

secara bergantian pada saat proses pembelajaran.

Dokumentasi proses belajar siswa kelas VII-4 pada saat penelitian

pendahuluan.

Gambar 1

Proses pembelajaran matematika pada penelitian pendahuluan

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

51

Gambar 2

Proses pembelajran matematika pada penelitian pendahuluan

Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas tersebut digunakan

sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I

Tindakan pembelajaran siklus 1 merupakan tindakan awal yang sangat

penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran tahap

ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran

selanjutnya. Pada tindakan pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang

disampaikan yaitu menjelaskan pengertian, sifat-sifat serta menurunkan,

menghitung rumus keliling dan luas bangun datar persegi panjang, persegi,

jajargenjang dan belah ketupat.

a). Tahap Perencanaan

Tahap Perencanan ini peneliti berkonsultasi dan berdiskusi dengan

guru matematika untuk mempersiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya untuk disesuaikan

dengan kondisi kelas penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan

setiap tindakan pembelajaran sesuai dengan sebagaimana mestinya.

Sebelum proses pembelajaran disepakati bahwa guru matematika kelas

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

52

bertindak sebagai kolaborator dan peneliti sebagai guru, peneliti

menyusun dan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah

mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Kerja Siswa (LKS), membuat instrumen-instrumen penelitian atau

lembar Ovservasi sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika,

alat dokumentasi, membuat jurnal harian untuk tiap pertemuan. Peneliti

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Semua persiapan

ini peneliti lakukan sendiri agar dapat menerapak model pembelajaran

Advance Organizer rencana pembelajaran sesuai dengan kurikulum

yang telah ditetapkan di SMP N 3 Ciputat.

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat

bantu proses pembelajaran agar model pembelajaran Advance

Organizer bisa lebih terarah. Lembar observasi digunakan untuk

mengukur sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika selama

proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model

pembelajaran Advance Organizer. Lembar observasi siswa digunakan

untuk mengetahui apakah sikap siswa terhadap proses belajaran

matematika meningkat atau sebaliknya. Lembaran observasi sikap

positif siswa ini dilakukan pada setiap pertemuan yang diisi langsung

oleh observator.

Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer ini dapat

meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika, target

yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu siswa mengalami peningkatan

sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika, dan siswa memiliki

respon yang positif terhadap model pembelajaran Advance Organizer

yang dilaksanakan di kelas VII -4.

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

53

b). Tahap Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam lima kali

pertemuan yang terdiri dari empat kali pertemuan untuk memberikan

materi dan satu kali pertemuan untuk tes siklus 1 dengan alokasi waktu

(2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung tiap Rabu dan

Kamis, mulai tgl 14 April s/d 5 Mei 2010 Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat (Terlampir halaman 106).

1) Pertemuan Pertama (Rabu, 14 April 2010)

Pertemuan pertama pokok bahasa yang akan dipelajari persegi

panjang yang dibahas adalah tentang pengertian persegi panjang,

sifat-sifat persegi panjang serta menurunkan rumus keliling dan luas

persegi panjang. Pada pertemuan pertama ini, seluruh siswa hadir di

kelas. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati

dan mengisi lembaran observasi yang telah disediakan dan

memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung,

kemudian diisi pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan informasi tentang sikap siswa terhadap proses

pembelajaran serta perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.

Observer juga mengoreksi tugas rumah yang telah dikumpulkan oleh

siswa yang sebelumnya sudah diberikan tugas.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa

dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan

mengenai penerapan model pembelajaran Advance Organizer dan

memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran

tersebut serta menjelaskan bahwa model pembelajaran Advance

Organizer ini, struktur pengajaranya atau model pengajaranya dibagi

atas tiga tahap kegiatan yaitu, tahap pertama, penyajian materi awal,

dimana guru memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-

materi pendukung serta contoh-contohnya yang ada kaitannya dengan

materi utama. Pada saat proses pembelajaran ini masih banyak yang

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

54

bingung karena model pembelajaran ini belum pernah diterpkan

sebelumnya dan sebagian siswa masih banyak yang ribut.

Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti memberikan materi

pembelajaran materi utama tentang persegi panjang. Pada penyajian

materi utama, peneliti menjelaskan dan membimbing siswa

memahami materi utama beserta contoh yang diiringi dengan siswa

melakukan aktifitas memperhatikan, bertanya, membaca dan

mengerjakan LKS 1 (Terlampir halaman 122). Pada saat mengerjakan

LKS 1 peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau

pekerjaan siswa. Sebagian siswa ada yang ribut ketika mengerjakan

LKS 1. Namun, sebagian siswa ada yang terlihat antusias dan aktif

bertanya kepada peneliti, apa saja yang mereka tidak mengerti

walaupun kelas menjadi berisik. Observer berusaha menenangkan

siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat

siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan

memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham.

Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada

lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang

mencontoh ketemanya, ada juga beberapa siswa yang hanya

mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur

berulang-ulang siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya.

Akhirnya peneliti mendampingi siswa tersebut untuk mengerjakan

tugasnya. Berikut ini kutipan dialog antara peneliti dengan siswa pada

saat mengerjakan soal latihan.

Peneliti : Dari beberapa soal latihan yang bapak berikan no

berapakah yang sulit dikerjakan?

Siswa : No lima pak (Kebanyakan siswa menjawab no 5 tidak

mengerti).

Peneliti : Siapakah yang bisa mengerjakan no lima?

Siswa : Saya bisa mengerjakan no lima bapak (salah seorang

siswa mengajukan diri).

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

55

Peneliti : Silahkan mengerjakan didepan kelas (soal tersebut

dibahas secara bersama).

Soalnya : Halaman sekolah berbentuk persegi panjang, jika panjang

halaman dua kali lebarnya dan kelilingnya 48 m, hitunglah

a. Berapakah panjang dan lebar halaman ?

b. Berapakah luas halaman tersebut ?

Jawabanya :

Panjang dua kali lebar

Misalnya lebar = l makanya panjangnya = 2l

Keliling = 48m

Maka K = 2 (p + l) = 48

2 (2l + l) = 48

2 (3l) = 48

6l =48

l = 48:6 = 8 m

jadi lebar = 8 m

panjang = 2 x 8 = 16 m

luas = p x l

= 6 x 16 =96m2

Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi

dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan

mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian

peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Peneliti juga memberi tugas untuk membaca materi tentang persegi.

Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang di amati oleh

observator pada pertemuan pertama terhadap 40 siswa. Persentase

indikator yang paling sedikit adalah 50% siswa yang berani

mengemukan pendapat, 55% siswa memusatkan perhatian dalam

belajar matematika, 56,66% siswa mengerjakan pekerjaan rumah

matematika yang diberikan oleh guru, 57,5% siswa mengikuti

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

56

pelajaran matematika dari awal hingga akhir, 58,33% siswa tidak

mengerti bertanya kepada Guru, 60% siswa antusias terhadap

pelajaran matematika yang mudah dan berulang, 60% siswa

mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru, 60,83% siswa

mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang

sedang dipelajari. 62,5% siswa membuat catatan setiap belajar,

69,16% siswa mempunyai kesiapan mengikiti pelajaran matematika.

2). Pertemuan kedua (Kamis, 15 April 2010)

Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar

siswa yang masuk dan siswa yang tidak masuk hari ini. Tercatat

seluruh siswa hadir. Pertemuan kedua ini pokok bahasa yang akan

dipelajari persegi yang dibahas adalah tentang pengertian persegi,

sifat-sifat persegi, serta menurunkan rumus keliling dan luas persegi.

Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan

memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung,

kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan

selanjutnya.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa

dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan

mengenai penerapan model pembelajaran Advance Organizer, dimana

proses pembelajaranya sama dengan pembelajaran sebelumnya.

Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-materi

pendukung serta contoh-contohnya yang ada kaitannya dengan materi

utama. Pada materi ini yang dibahas adalah tugas rumah yang

sebetulnya ada kaitanya dengan materi utama. Peneliti memberikan

kesempatan kepada siswa siapa yang berani mengerjakan di depan

kelas, ternyata kebanyakan siswa masih malu-malu untuk

mengerjakannya, peneliti akhirnya menyuruh salah satu siswa yang

berani mengerjakan didepan kelas dan memberikan kata pujian kepada

siswa tersebut.

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

57

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan

membimbing siswa memaham materi utama beserta contoh yang

diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan, bertanya,

membaca dan mengerjakan LKS 2 (Terlampir halaman 127). Pada

saat mengerjakan LKS 2 peneliti bersama observer berkeliling untuk

memantau pekerjaan siswa. Sebagian siswa masih saja ada yang ribut

ketika mengerjakan LKS 2. Namun, sebagian siswa antusias dan aktif

bertanya kepada peneliti apa saja yang mereka tidak mengerti

walaupun kelas menjadi berisik. Observer berusaha menenangkan

siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat

siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan

memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham.

Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada

lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang

mencontek ketemanya, ada juga beberapa siswa yang hanya

mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur

berulang-ulang, siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya.

Akhirnya peneliti mendampingi siswa tersebut untuk mengerjakan

tugasnya. Berikut ini kutipan dialog antara peneliti dengan siswa pada

saat mengerjakan soal latihan.

Siswa : Bapak.! No empat susah banget, g ngerti pak?

Peneliti : Siapakah yang bisa mengerjakan no empat?

Siswa : G ada yang bisa mengerjakan no empat pak

Peneliti :Kalau begitu kita kerjakan bersama-sama y, coba

perhatikan soalnya baik-baik.

Soalnya : Pada persegi ABCD panjang AB = (3x-5) cm dan CD =

(2x+2) cm. hitunglah :

a. Keliling ABCD

b. Luas ABCD

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

58

Jawabanya

a. Dik panjang AB = (3x-5) cm dan CD = (2x+2) cm.

3x – 5 = 2x + 2

3x-2x = 2 + 5

x = 7

jadi AB = 3x 7-5= 16cm karna persegi jadi 2x7 + 2 = 16cm

keliling ABCD = 4 x s = 4 x 16 = 64 cm

luas ABCD = s2 = 16

2 = 256m

2

Peneliti : Apakah semua sudah paham ?

Siswa : Sudah pak!

Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi

dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan

mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian

peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Peneliti juga memberi tugas, serta menyuruh siswa untuk membaca

materi tentang jajargenjang. Terakhir peneliti memberikan jurnal

harian untuk diisi oleh siswa.

Pada pertemuan kedua ini sikap siswa terhadap pelajaran

matematika masih rendah walaupun sudah ada peningkatan dari

pertemuan pertama, bisa dilihat dari persentasi setiap indikator yang di

amati oleh observator, persentase indikatornya adalah 63,33% siswa

mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika. 58,33% siswa

mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru.

63,33% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir.

65,83% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah

dan berulang. 66,66% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap

pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 65% siswa mengerjakan

tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 64,16% siswa

memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 63,33% siswa

membuat catatan setiap belajar matematika. 59,16% siswa tidak

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

59

mengerti bertanya kepada guru. 63,33% siswa berani mengemukakan

pendapat.

3). Pertemuan Ketiga (Rabu 28 April 2010)

Pada pertemuan ketiga ini terlebih dahulu peneliti mengabsen

siswa ternyata sudah tiga kali pertemuan semua siswa hadir 100%.

Sebelum masuk penyajian materi pelajaran, terlebih peneliti

mengharapkan untuk mengumpulkan PR serta menayakan kepada

siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan dipelajari

tentang pengertian, sifat-sifat, serta keliling dan luas jajargenjang,

dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di rumah.

Siswa sudah mulai mengerti tentang pembelajaran Advance

Organizer, dimana peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari

kembali materi-materi pendukung atau materi sebelumya serta contoh-

contoh yang ada kaitannya dengan materi utama. Pada bagian ini

siswa melakukan aktifitas berupa mendengar, bertanya, dan

mengerjakan latihan yang diberikan peneliti yang berkenan dengan

materi sebelumnya atau materi telah dipelajari siswa sebelumnya.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan

membimbing siswa memaham materi jajargenjang beserta contoh

yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan,

bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 3 (Terlampir halaman

132). Pada saat mengerjakan LKS 3 peneliti bersama observer

berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa karena masih ada

sebagian siswa yang tidak serius untuk mengerjakan tugas yang

diberikan peneliti. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut

pertemuan-pertemuan yang sebelumnya. Sebagian siswa ada yang

antusias dan aktif bertanya kepada peneliti, apa saja yang mereka tidak

mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Observer tetap saja

berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan

tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

60

berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut

agar siswa menjadi paham.

Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada

lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang

mencontoh ketemanya dengan alasan yang bermacam-macam ada juga

beberapa siswa yang hanya mengobrol dan mengganggu siswa yang

lain, walaupun sudah ditegur berulang-ulang, siswa hanya diam

sejenak tetapi tetap mengulanginya. Peneliti mendampingi siswa yang

kurang paham tentang tugas yang diberikan. Setelah itu peneliti

memberikan kesempatan kepada siswa yang suka ribut untuk

mempersentasikan tuganya di depan kelas.

Peneliti : taufiq (nama siswa) kamu yang sering ribut serta menggu

teman tolong kerjakan latihan no 1

Siswa : Bukan saya yang mulai duluan gangu andi pak!, tapi andi

duluan pak yang sering ganggu saya, jadi yang mengerjakan soal no

1 andi.

Peneliti : Sekarang yang mengerjakn soal no 1 taufiq, karena taufiq

sudah selesai, taufiq pasti bisa mengerjakanya.

Siswa : Tulisan saya jelek pak, jadi malu.

Peneliti : G usah malu, yang penting berani dan yakin pasti bisa

mengerjakanya. karena taufig pintar.

Siswa : (Taufig tertawa) karena dibilang pintar dan dia pun

mengerjakan didepan kelas.

Soalnya

Gambar dibawah ini adalah jajargenjang PQRS.

S R

P Q

Tentukan:

a. 2 buah pasang sisi yang sama panjang ?

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

61

b. 2 buah pasang sisi yang sejajar ?

c. 2 buah garis yang merupakan diagonal jajargenjang PQRS?

d. 2 pasang sudut-sudut yang berhadapan sama besar?

e. 4 pasang sudut-sudut yang berdekatan saling berpelurus?

jawab.

a. Dua pasang sisi yang sama panjang

PQ = SR

SP = RQ

b. 2 pasang sisi yang sejajar

PQ.//SR

SP.//RQ.

c. 2 buah garis yang merupakan diagonal jajargenjang PQRS

PR dan SQ

d. 2 pasang sudut yang berhadapan sama besar

uP = uR

u S. = uQ

e. 4 pasang sudut yang berdekatan saling berpelurus

uP + uQ. = uP. + u S. = uQ. + uR. =

uR. + u S. = 180.

Peneliti : (memberikan kata pujian kepada taufiq karna sudah

berani mengerjakan tugas didepan kelas dengan benar).

Siswa : benar kan pak, saya ternyata bisa mengerjakn dengan

benar.

Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi

dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan

mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian

peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Peneliti juga memberi tugas, serta menyuruh siswa untuk membaca

materi tentang belahketupat. Terakhir peneliti memberikan jurnal

harian untuk diisi oleh siswa.

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

62

Pertemuan ketiga yang di amati oleh observator terhadap 40

siswa. Persentase indikatornya adalah 81,66% siswa mempunyai

kesiapan mengikuti pelajaran matematika. 72,50% siswa mengerjakan

pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 75,83% siswa

mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 75,00% siswa

antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.

70,00% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran

matematika yang sedang dipelajari. 67,50% siswa mengerjakan

tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 66,66% siswa

memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 66,66% siswa

membuat catatan setiap belajar matematika. 63,33% siswa tidak

mengerti bertanya kepada guru. 52,50% siswa berani mengemukakan

pendapat.

4). Pertemuan Keempat (Kamis 29 April 2010)

Pada pertemuan keempat ini terlebih dahulu peneliti mengabsen

siswa ternyata pertemuan keempat ini semua siswa hadir 100%.

Sebelum masuk penyajian materi pelajaran, terlebih dahulu guru

menayakan kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi

yang akan dipelajari dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang

belajar di rumah, serta yang mengumpulkan PR.

Seperti biasa peneliti memberikan motivasi siswa untuk

mempelajari kembali materi-materi pendukung atau materi

sebelumnya, serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan materi

utama. Siswa sudah begitu mengerti tentang model pembelajaran

Advance Organizer sehingga peneliti tidak perlu banyak menjelaskan

kepada siswa. Pada tahap ini siswa dimintak mengerjakan soal latihan

tahap pertama, dimana soal tahap pertama ini mencakup materi yang

telah dipelajarinya.

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

63

Peneliti memberikan LKS 4 (Terlampir halaman 136) kepada

masing-masing siswa. Setiap siswa harus membaca dengan cermat

LKS 4 tersebut, siswa terlihat sungguh-sungguh mengerjakan

tugasnya sudah mulai terlihat. Ovservator juga juga mengamati siswa

yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan. Disela-sela

mengerjkan tugas timbul pertanyaan dari seorang siswa yang kurang

paham dengaan soal yang terdapat pada LKS 4, berikut

pertanyaannya:

Siswa ; ”Pak, soal no lima g ngerti pak, caranya gimana?”.

Soalnya: Bangun KLMN adalah belah ketupat dengan OM = 12 cm

dan ON = 16 cm ,tentukanlah : Keliling dan Luas belah ketupat

Peneliti : Pertama kita bikin skesta belah ketupat, kemudian untuk

menentukan panjang salah satu sisi belah ketupat digunakan teorema

pythagoras. Karena panjang setiap sisi belah ketupat merupakan sisi

miring dari segitiga siku-siku maka.

. MN = 𝑂𝑀2 + 𝑂𝑁2

= 122 + 162

= 144 + 256

= 400

= 20

Keliling belah ketupat KLMN = 4 x MN

Jadi, keliling belah ketupat = 4 x 20 =80 cm

Peneliti : Kalau kita mencari luasnya sekarang tinggal masukin

rumusnya, mengerti kan.

Siswa : Jadi rumus luas belah ketupat 1

2 𝑥 𝐾𝑀 𝑥 𝐿𝑁, y pak.?

= 1

2 𝑥 12 + ! 2 𝑥 (16 + 16)

= 1

2 𝑥 24 𝑥 32

= 384 cm2

Peneliti : Iya benar sekali

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

64

Ternyata tidak hanya seorang siswa saja yang belum mengerti

tentang soal yang terdapat pada LKS 4 no lima, siswa-siswa lainpun

juga tidak paham. Tetapi setelah guru menjelaskan, siswa menjadi

mengerti dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi. Sebagian Siswa

mulai sibuk mengerjakan tugas yang belum selesai. Terlihat siswa

tidak mengalami kesulitan lagi pada saat mengerjakan soal latihan

yang lainya.

Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang

sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa

bahwa hari Rabu, 05 Mai 2010 akan diadakan tes siklus 1. Siswa

harus lebih giat belajar agar tes siklus 1 nanti mendapat nilai yang

baik. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh

siswa.

Pada pertemuan keempat persentase indikatornya adalah 81,66%

siswa mempunyai kesiapan mengikiti pelajaran matematika. 72,50%

siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh

guru. 75,83% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga

akhir. 75,00% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang

mudah dan berulang. 70,00% siswa mempunyai rasa ingin tahu

terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 67,50% siswa

mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 66,66%

siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 66,66% siswa

membuat catatan setiap belajar matematika. 63,33% siswa tidak

mengerti bertanya kepada guru. 52,50% siswa berani mengemukakan

pendapat.

5). Pertemuan Kelima (Rabu 5 Mei 2010)

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa,

dan semua siswa hadir. Pertemuan kali ini akan dilaksanakan tes akhir

siklus 1. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas isinya,

soal berjumlah 6 yang terdiri dari mencari luas dan keliling persegi,

persegi panjang, jajargenjang dan belah ketupat. Tes ini dimaksudkan

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

65

untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap

materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas

materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang

masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 70 menit. Selama proses

berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada

beberapa siswa yang masih mencontoh dengan teman sebangkunya

dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera

mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini ovservator

tidak memberikan penilian pada lembaran pengamatan sikap siswa

selama proses pembelajaran dan pada pertemuan ini siswa tidak

diberikan lembar jurnal harian.

c). Tahap Observasi dan analisis

Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersama dengan pelaksanaan

tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang

pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa

terhadap proses pembelajaran. Hasil pengamatan sikap siswa melalui

lembar observasi dapat dilihat pada tabel IV.I berikut:

Tabel IV.1

Hasil Observasi Sikap Positif Siswa pada Siklus I

No Indikator yang diamati Rata –rata setiap pertemuan (%) Persentase

(%) 1 2 3 4

1 Siswa mempunyai kesiapan mengikuti

pelajaran matematika. 69,17 63,33 81.67 89.17 75.83

2 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah

matematika yang diberikan oleh

peneliti.

56.67 58.33 72.5 90 69,38

3 Siswa mengikuti pelajaran matematika

dari awal hingga akhir. 57.5 63.33 75.83 90.83 71.88

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

66

4 Siswa antusias terhadap pelajaran

matematika yang mudah dan berulang. 60 65.83 75 86.67 71.88

5 Siswa mempunyai rasa ingin tahu

terhadap pelajaran matematika yang

sedang dipelajari.

60,83 66.67 70 76,67 68.54

6 Siswa mengerjakan tugas/latihan

matematika yang diberikan peneliti. 60 65 67.5 80 68.13

7 Siswa memusatkan perhatian dalam

belajar matematika. 55 64.17 66.67 75.83 64.42

8 Siswa membuat catatan setiap belajar

matematika. 62.5 63.33 66.67 70.83 65.83

9 Jika siswa tidak mengerti bertanya

kepada peneliti. 58.33 59,17 63,33 59.17 60

10 Siswa berani mengemukakan

pendapat. 50.83 63,33 52,5 50,83 54,38

Rata – rata total sikap positif siswa 67,12 %

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sikap siswa

terhadap proses pelajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Siswa mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika.

Rata–rata siswa yang mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran

matematika mencapai 75.83%. hal ini membuktikan bahwa siswa

sudah ada kesiapan untuk belajar matematika. Aspek ini sudah baik

walaupun masih ada sebagian siswa yang tidak mempunyai kesiapan

untuk belajar misalkan siswa tidak membawa buku paket pelajaran

matematika.

2. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan

oleh peneliti.

Untuk siswa yang mengerjakan tugas pekerjaan rumah, rata-rata

persentase baru mencapai 69,38%. Hal ini membuktikan bahwa siswa

belum begitu sungguh-sungguh untuk mengerjakan pekerjaan rumah

matematika tersebut, masih belum tepat waktu dan masih asal-asalan

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

67

kalau mengerjakan dan sering tidak tepat waktu saat mengumpulkan.

Aspek ini masih kurang karna belum tercapai 75% dan perlu rencana

perbaikan di siklus II.

3. Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir

Rata- rata persentase siswa yang mengikuti pelajaran dari awal

hingga akhir sampai selesai pada siklus 1 ini mencapai 71,88%. Hal

ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengikuti pelajaran dari awal

hingga akhir karena siswa tidak ada lagi yang bolos, walaupu masih

ada sebagian siswa yang tidak mengikuti pelajaran ini dengan baik

karena masih ada yang mintak izin keluar kelas pada proses

pembelajaran berlangsung. Aspek ini sudah menunjukkan adanya

keinginan siswa untuk belajar matematika.

4. Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan

berulang.

Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa antusias

terhadap pelajaran yang mudah dan berulang-ulang mencapai

71.88%. Aspek ini sudah menunjukkan kreteria baik karena pada

proses pembelajaran berlangsung antusias siswa sudah meningkat.

5. Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika

yang sedang dipelajari.

Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa ingin tahu

terhadap pelajaran yang sedang dipelajari mencapai.68,54% masih

kurang karena siswa tidak begitu semangat untuk belajar pelajaran

yang agak sulit, serta belum mencapai ketercapai indikator maka

perlu perbaikan di siklus II.

6. Siswa mengerjakan tugas/ latihan matematika yang diberikan

peneliti.

Rata-rata persentase siswa yang mengerjakan LKS pada siklus I

ini hanya 68,13%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang

mengerjakan dan membaca LKS belum begitu banyak dan masih

banyak yang cuek terhadap LKS yang peneliti berikan. Apabila LKS

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

68

muda, baru siswa mau mengerjakan dan siswa cepat putus asa apa

mengerjakan LKS yang sulit dan lebih mengadalkan jawaban dari

guru. Aspek ini perlu berbaikan di siklus II.

7. Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.

Rata- rata persentase siswa yang memperhatikan peneliti pada

saat menjelaskan materi pada siklus 1 ini sebanyak 64.22%. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan peneliti pada saat

menjelaskan materi masih kurang baik, karena masih ada beberapa

siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi,

karena masih banyak siswa yang bercanda sama teman sebangkunya.

Aspek ini perlu perbaikan pada siklus II.

8. Siswa membuat catatan setiap belajar matematika.

Rata-rata persentase siswa yang membuat catatan materi yang

peneliti sampaikan hanya mencapai 65,83%. Dalam membuat catatan

siswa dinyatakan masih kurang dan perlu berbaiakan di siklus ke II.

9. Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti.

Rata-rata persentase siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa

tidak mengerti pada saat proses belajar berlangsung hanya mencapai

60%. Persentase ini masih kurang baik karena siswa belum banyak

yang berani bertanya kepada peneliti, masih terlihat ada siswa yang

masih malu dalam bertanya kepada peneliti. Aspek ini perlu

perbaikan di siklus II.

10. Siswa berani mengemukakan pendapat.

Rata-rata siswa yang beranai mengemukakan pendapat hanya

54.38%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses pelajar siswa

belum berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan

pendapatnya. Aspek ini perlu peningkatan di siklus II.

Berdasarkan hasil observasi sikap siswa pada saat pembelajaran

siklus I rata-rata sikap positif siswa yang diperoleh sebesar 67,12 %.

Masih banyak yang kurang, yakni sebagian siswa masih terlihat main-

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

69

main, tidak peduli dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan

baik. Dengan kata lain siswa tidak sungguh-sungguh memusatkan

perhatiannya pada pelajaran, hanya beberapa orang saja yang

mempunyai catatan setiap belajar matematika. Siswa juga belum berani

memberikan pendapat hanya beberapa orang saja yang mau bertanya

tentang pelajaran yang dianggap sulit, antusia belajar bisa dikatakan

masih kuran baik. Ada juga siswa yang masih mencontek ketemanya

pada saat mengerjakan latihan.

Pada siklus I ini ada beberapa soal latihan yang belum dapat

diselesaikan oleh siswa. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan

perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena

sikap positif siswa belum mencapai 75%. Pada siklus I ini sikap siswa

terhadap pelajaran matematika masih rendah dan perlu perbaiakan di

siklus II.

Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa

untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Advance

Organizer pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang

memberi respon positif 55,625 %, siswa yang memberi respon negatif

23,75%, siswa yang bersikap netral 15%, dan siswa yang tidak

berkomentar sebanyak 5,625%. Beberapa respon siswa terhadap tindakan

pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal

harian siswa dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut:

Tabel IV.2

Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer

Pada Siklus I

No Kategori Respon Siswa

1

Positif

- Pelajaran jadi lebih mudah dipahami.

- Pembelajaran cukup menarik karena belum

pernah diterapkan guru.

- Menjadi berani tampil di depan kelas.

- Belajar jadi lebih bersemangat.

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

70

- Pembelajaran lebih menyenangkan.

- Menjadi berani mengemukakan pendapat.

- Belajar menjadi lebih santai dan tidak tegang.

Mengingatkan kita pada pelajaran

sebelumnya.

2 Netral - Biasa-biasa saja.

- Soal LKS ada yang susah dan gampang.

3 Negatif - Tidak seru.

- Membosankan.

- Sulit dan berbelit-belit.

- Sedikit membingungkan.

4 Tidak Berkomentar

Rekapitulasi persentase respon siswa terhadap pembelajaran selama

siklus I dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut :

Tabel IV. 3

Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance

Organizer Selama Siklus I

Dilihat dari tabel di atas, bahwa rata-rata persentase respon positif

siswa sebesar 55,625%, pada pembelajaran siklus I lebih besar

dibandingkan dengan rata-rata persentase respon yang negatif, netral

No Kategori Persentase pada Pertemuan Ke- Rata-rata

(%) 1 2 3 4

1 Positif (45 %) (50 %) (60%) (67,5%) 55,625

2 Netral (17,5%) (15%) (15%) (12,5%) 15

3 Negatif (30%) (27,5%) (20%) (17,5%) 23,75

4 Tidak

Berkomentar (7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%) 5,625

Page 84: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

71

maupun yang tidak berkomentar. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa

menyatakan respon yang positif terhadap model pembelajaran Advance

Organizer. Pendapat-pendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif,

netral maupun yang tidak berkomentar akan dijadikan bahan refleksi

untuk tindakan pembelajaran selanjutnya.

Berikut ini adalah gambar proses pembelajaran matematika siswa

dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus

I:

Gambar 3

Siswa yang berani mengeluarkan pendapat

Gambar 4

Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk

Page 85: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

72

Pada pertemuan kelima dilaksanakan tes siklus I. Hasil tes siklus I

tersebut dapat dilihat pada tabel IV.4 berikut.

Tabel IV.4

Nilai Tes Akhir Siklus I

Interval

F

f relatif

f relatif kumulatif

35 – 45 3 7,5 % 100%

46 – 56 3 7,5 % 92,5 %

57 – 67 9 22,5 % 85 %

68 – 78 15 37,5 % 62,5 %

79 – 89 4 10 % 25 %

90 – 100 6 15 % 15 %

Keterangan:

Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 40

Nilai terendah = 35 Rata-rata = 69

Berdasarkan tabel IV.4 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa

pada siklus I ini mencapai rata-rata 69,00. Hal ini menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa pada siklus I ini cukup baik, namun masih ada 15

siswa yang mendapat nilai di bawah 70.

d). Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil lembaran observasi siswa, jurnal harian dan

ulangan harian matematika siswa, serta wawancara sama guru

matematika kelas pada siklus I. Adapun hasil refleksi siklus I dapat

dilihat pada Tabel IV.5 sebagai berikut :

Page 86: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

73

Tabel IV. 5

Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I

Refleksi Rencana Perbaikan

1. Pengaturan waktu kurang optimal

pada saat proses pembelajaran

materi awal dan materi utama dan

mengerjakan LKS.

2. Soal dalam LKS dan tes siklus I sulit

dipahami.

3. Pengelolaan kelas kurang maksimal,

sehingga kelas menjadi ribut dan

berisik.

4. Siswa masih malu dan belum

perjaya diri dalam mengerjakan

tugasnya di depan kelas.

5. Siswa kurang aktif dalam bertanya

dan masih sering mintak izin keluar

kelas pada saat proses belajar

berlangsung.

6. Beberapa siswa masih kurang

lengkap dalam mencatat materi yang

sudah dipelajari.

1. Peneliti harus lebih tegas dalam

mengatur waktu dan mengerjakan

LKS. Hal ini bertujuan agar siswa

dapat bekerja sesuai dengan waktu

yang telah di tentukan.

2. Peneliti harus memperbaiki soal-soal

dalam LKS dan tes siklus agar mudah

dipahami siswa. Soal-soal yang

dibuat harus jelas dan bervariasi,

terdiri dari soal yang mudah sampai

dengan soal yang sulit.

3. Peneliti harus lebih tegas lagi dalam

mengelolah kelas dan membimbing

siswa selama proses pembelajaran.

Suasana kelas harus dibuat lebih

santai lagi, agar siswa tidak tegang

dan bosan dalam pembelajaran

matematika.

4. Peneliti memberi motivasi agar

siswa–siswi berani dan lebih perjaya

diri untuk mengerjakan tugasnya

didepan kelas.

5. Dalam bertanya, setiap siswa akan

mendapat kesempatan untuk bertanya

atau mengemukakan pendapatnya.

Selian itu siswa tidak akan dikasih

izin keluar tanpa alasan yang jelas,

karana siswa yang keluar dapat

mengganggu proses belajar.

6. Peneliti harus memotivasi siswa

dalam membuat catatan dari berbagai

sumber.

Page 87: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

74

7. Siswa tidak tepat waktu dalam

menyelesaikan LKS sera PR.

8. Siswa tidak begitu antusias dalam

belajar dan tidak sungguh-sungguh

dalam proses belajar.

9. Siswa masih ada yang mencontoh

dalam mengerjakan LKS.

7. Peneliti harus memotivasi siswa agar

menyelesaikan LKS tepat waktu,

yaitu dengan memberika nilai tamba

bagi siswa yang menyelesaikan LKS

tepat waktu, serta yang

mengumpulkan PR tepat waktu.

8. Peneliti harus sering memotivasi

siswa serta memberihkan arahan yang

jelas pada saat proses belajar

berlangsung.

9. Penelitih harus memberih arahan

kepada siswa yang mencontoh

Pada tabel diatas terlihat masih banyaknya kekurangan atau

kendala pada siklus I ini. Sehingga dapat dinyatakan bahwa siklus I

belum mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan hasil refleksi siklus I,

peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan perbaikan

dan peningkatan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II.

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Terlampir halaman 114),

menyiapkan materi ajar, serta lembaran kerja siswa, serta menyipakan

lembaran observasi, jurnal harian, dan keperluan pembelajaran lainnya.

Berdasrkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses

pembelajaran harus lebih diarahkan. Pengaturan waktu harus lebih

optimal untuk mengerjakan LKS. Penelitipun harus tegas kepada siswa

yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar, serta yang tidak mau

mengerjakan tugas yang telah diberikan guru, apa lagi yang sering

menggagu teman sebangkunya yang sedang belajar, serta siapa yang

mencontoh tidak bakalan dikoreksi hasil kerjanya. Penelitipun

Page 88: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

75

memberikan pengarahan secara detail dan memberikan suasan

pembelajaran yang santai tapi serius supaya siswa tidak tegang.

Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah layang layang dan

trapezium, dimana akan dibahas tentang pengertian, sifat-sifat serta

menurunkan rumus keliling, luas trapezium dan layang layang. Target

pada siklus II ini adalah siswa semakin baik dalam menggunakan model

pembelajaran Advance Organize dan sikap positif siswa terhadap

pelajaran matematika semakin meningkat dibanding dengan siklus I.

Dimana rata-rata persentase sikap positif harus mencapai >75%. Tes

hasil belajar siswa semakin meningkat dengan target pencapaian peneliti

dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 75 dan > 75%

siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 70.

b) Tahap Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam lima kali

pertemuan, empat kali pertemuan untuk memberikan materi dan satu kali

pertemuan untuk tes siklus 1, dengan dengan alokasi waktu (2x40 menit),

tiap pertemuannya berlangsung setiap hari Kamis dan Rabu mulai tangal

06-20 Mei 2010. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II

dapat dilihat (Lampiran halaman 114).

1.) Pertemuan keenam (Kamis, 6 Mei 2010)

Pertemuan keenam ini siswa hadir seluruhnya. Peneliti merivew

soal tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar

menjadi paham dan mengumpulakan tugas yang telah diberikan

sebelumnya. Peneliti mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar

siswa lebih disiplin. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dari

materi siklus II dan memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai

prosedur pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer agar

proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin aktif dalam

menerapkan model Pembelajaran Advance Organizer. Serta memintak

dua orang siswa untuk mengerjkan soal yang mencakup materi

sebelumnya sebagai tahap pembelajaran awal.

Page 89: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

76

Pokok bahasan yang dibasan pada pertemuan keenam ini layang-

layang yang membahas tentang pengertian, sifat-sifat layang-layang

ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga

menurunkan rumus keliling dan luas layang-layang. Selanjutnya,

peneliti menjelaskan materi tentang layang–layang tersebut. Dalam

menjelaskan materi layang-layang, siswa nampak tenang dan

memperhatikan penjelasan peneliti.

Peneliti bersama observer membagikan LKS 5 (Terlampir

halaman 140) yang berisi materi layang-layang kepada setiap siswa.

selanjutnya siswapun mulai mengerjakan LKS 5 sesuai dengan perinta

yang telah diberikan peneliti. Saat siswa mulai mengerjakan LKS 5

siswa sudah terlihat serius untuk mengerjakan LKS 5 tersebut. Pada

saat siswa mengerjakan LKS 5, seperti biasanya peneliti dan observer

berkeliling untuk memantau siswa yang mengerjakan LKS 5 dari satu

siswa ke siswa lainya, dan memberikan bantuan jika ada siswa yang

mengalami kesulitan. Selain itu, observer melakukan observasi dan

juga memberikan penilaian pada lembar observasi yang diperoleh

selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kegiatan siswa

selama proses pembelajaran.

Pada saat berkeliling, terlihat siswa nampak bingung mengerjakan

LKS no dua. Penelitipun mulai menanyakan kepada siswa, Dari 40

siswa yang hadir, siapakah yang bisa dan berani mengerjakan sambil

menjelasakan soal no dua di papan tulis? dari sekian banyak siswa

hanya lebih kurang lima orang yang berani menawarkan diri untuk

mengerjakan dan menjelasakan soal no dua tersebut, penelitipun

memberikan kesempatan kepada salah seorang siswa dengan soal

sebagai berikut : Diketahui layang-layang KLMN dengan panjang KO

= 16 cm, LO = 12 cm, dan MO = 24 cm, seperti tampak pada gambar

di bawah ini:

Page 90: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

77

N

K 16 cm 24 cm M

12 cm

L

a. Tentukan panjang KL

b. Tentukan panjang MN

c. Hitunglah keliling KLMN

d. Hitunglah luas KLMN

Jawab.

a. = KO2 + LO

2

= 162 + 12

2

= 256+ 144

= 400

KL = 400. = 20 cm

b. MN2 = NO

2 + MO

2

= 122 + 24

2

= 144+576.= 720

MN = 720 = 26,8

c. Keliling KLMN = KL + LM + MN + KN

= 20+26,8+20+26,8

= 93,6

d. Luas KLMN = 1

2 MN x LN

= 1

2 x26,8. x 24

= 321,6.cm2

Page 91: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

78

Penelitipun memberikan kata pujian kepada siswa. Dari

penjelasan siswa mengenai soal no dua pada LKS 5 (Terlampir

halaman 142), sepertinya sebagian besar siswa mengerti sehingga

peneliti tidak perlu mengulang penjelasan tersebut dari awal.

Seperti pada pertemuan sebelumnya, peneliti melakukan refleksi

dan bersama-sama membuat kesimpulan tetang pelajaran yang telah

dipelajari, memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi

selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket.

Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan

memberikan arahan agar pada pertemuan selanjutnya siswa

diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap

siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam

lembaran Ovservasi yang di amati oleh observator terhadap 40 siswa.

Persentase indikatornya adalah: 95% siswa mempunyai kesiapan

mengikuti pelajaran matematika. 93.33% siswa mengerjakan

pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 92.5% siswa

mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 85% siswa

antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.

85.8% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran

matematika yang sedang dipelajari. 85,50% siswa mengerjakan

tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 83.33% siswa

memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 73.33% siswa

membuat catatan setiap belajar matematika. 69.17% siswa tidak

mengerti bertanya kepada guru. 58.33% siswa berani mengemukakan

pendapat.

Pada pertemuan keenam ini pencapain persentase setiap indikator

sudah meningkat dari setiap petemuan-pertemuan pada siklus I, pada

pertemuan ini setiap indikator mengalami peningkatan.

Page 92: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

79

2.) Pertemuan Ketujuh (Rabu, 12 Mei 2010)

Pertemuan ketujuh ini pokok bahasa trapesium siku-siku yang

membahas tentang pengertian, sifat-sifat trapesium siku-siku ditinjau

dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga

menurunkan rumus keliling dan luas trapesium siku-siku. Sebagaiman

pada pertemuan sebelumnya, pertemuan ketujuh ini diawali dengan

membuka kegiatan pembelajaran, mengabsen siswa, melakukan

apersepsi dan motivasi dengan cara meriveu sedikit materi pada

pertemuan sebelumnya dan menyuruh siswa untuk dapat

mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan serta mengerjakan

latihan tahap awal. Selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Pada pertemuan ini semua siswa hadir.

Seperti biasanya, guru mata pelajaran matematika hadir sebagai

observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses

pembelajaran berlangsung.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan

membimbing siswa memaham materi tentang trapesium siku-siku

beserta contoh yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas

memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 6

(Terlampir halaman 144). Pada saat mengerjakan LKS 6 peneliti

bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa yang

tidak serius untuk mengerjakan tugas yang diberikan peneliti.

Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan yang

lalu. Sebagian siswa antusias dan aktif bertanya kepada peneliti apa

saja yang mereka tidak mengerti, walaupun kelas menjadi berisik.

Observer tetap saja berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik

dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada

peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada

siswa tersebut agar siswa menjadi paham.

Page 93: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

80

Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada

lembar tugas tersebut serta peneliti mendampingngi siswa yang

kurang paham tentang tugas yang di berikan, terutama pada LKS 6

sola no dua penelitipun memberikan penjelasan yakni, perhatikan

gambar dibawah ini.

. P 6 cm Q

S 6 cm T 5 cm R

Pada bangun trapesium PQRS di atas, 𝑃𝑄 = 6 cm , 𝑆𝑅 = 11 cm , 𝑃𝑆

= 12 cm

Tentukan:

a. Keliling dan luas bangun trapesium PQRS tersebut!

jawaban

a. Untuk mencari sisi 𝑄𝑅 dapat menggunakan dalil phytagoras

sebagai berikut:

𝑄𝑅 = 𝑄𝑇 2 + 𝑇𝑅 2

= 122 + 52

= 144 + 25

= 169. = 13cm.

Keliling = jumlah keempat sisi-sisinya

= 𝑃𝑄 + 𝑆𝑅 + 𝑃𝑆 + 𝑄𝑅

= 6 cm + 11 cm +12. cm + 13cm

= 42 cm

Luas = 1

2× 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

= 1

2× ( 𝑆𝑅 + 𝑃𝑄 ) × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

= 1

2× (11. cm + 6 cm) × 12 cm

= 1

2× 17𝑐𝑚 × 12𝑐𝑚

= 102 𝑐𝑚2

Page 94: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

81

Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi

dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, serta

bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari,

peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi

selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket.

Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan

memberikan arahan, agar pada pertemuan selanjutnya siswa

diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap

siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam

lembaran Ovservasi yang di amati oleh observator terhadap 40 siswa.

Persentase indikatornya adalah 89.17% siswa mempunyai kesiapan

mengikuti pelajaran matematika. 91.67% siswa mengerjakan

pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 88.33% siswa

mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 90.83% siswa

antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.

82.5% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran

matematika yang sedang dipelajari. 87,50% siswa mengerjakan

tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 87.5% siswa

memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 79.17% siswa

membuat catatan setiap belajar matematika. 85.00% siswa tidak

mengerti bertanya kepada guru. 69.17% siswa berani mengemukakan

pendapat.

3.) Pertemuan kedelapan (Kamis, 13 mei 2010)

Pertemuan kedelapan subpokok bahasan trapesium sama kaki

yang membahas tentang pengertian, sifat-sifat trapesium sama kaki

ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga

menurunkan rumus keliling dan luas trapesium siku-siku, pertama

terlebih dahulu peneliti memberikan salam dan mengabsen siswa.

Sebelum masuk penyajian materi, terlebih dahulu peneliti menayakan

Page 95: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

82

kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan

dipelajari dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di

rumah serta mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan.

Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-

materi sebelumnya serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan

materi trapesium sama kaki. Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti

menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi tentang

trapesium sama kaki beserta contohnya yang diiringi dengan siswa

melakukan aktifitas memperhatikan dan mengerjakan latihan.

Peneliti bersama observer membagikan LKS 7 (Terlampir

halaman 149). Pada saat siswa mengerjakan LKS 7. Peneliti bersama

observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Pada saat siswa

bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi

petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa

siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas

tersebut. peneliti mendampingi siswa yang kurang paham tentang

tugas yang diberikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan

kepada siswa yang sudah selesai mengerjakan LKS 7 untuk

mempersentasikan tuganya di depan kelas. Salah seorang siswa

mengerjakan soal no tiga yakni : Diketahui trapesium sama kaki

dengan panjang kedua sisi yang sama panjang = 10 cm, panjang sisi

yang sejajar 16 cm dan 4 cm, dan tinggi 6 cm. hitunglah keliling dan

luas trapesium sama kaki tersebut!

Jawaban:

Keliling = Jumlah keempat sisi-sisinya

= 10cm + 16.cm + 10cm + 4cm

= 40 cm

Luas = 1

2× 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

= 1

2× (16cm + 4 cm) ×6 Cm

= 1

2× 20𝑐𝑚 × 6𝑐𝑚

Page 96: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

83

= 60 𝑐𝑚2

Setelah selesai mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.

Peneliti memberikan kata pujian, sebagian besar siswa sudah cukup

baik dalam mengerjakan LKS 7 tersebut, sehingga peneliti tidak perlu

mengulang penjelasan tersebut dari awal.

Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi

dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, serta

bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari

peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi

selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket.

Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan

memberikan arahan agar pada pertemuan selanjutnya siswa

diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap

siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam

lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa.

Persentase indikatornya adalah: 96.67% siswa mempunyai kesiapan

mengikuiti pelajaran matematika. 93.33% siswa mengerjakan

pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 90.83% siswa

mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 83.33% siswa

antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.

92.5% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran

matematika yang sedang dipelajari. 86.67% siswa mengerjakan

tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 92.5% siswa

memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 89.17% siswa

membuat catatan setiap belajar matematika. 86.67% siswa tidak

mengerti bertanya kepada guru. 80% siswa berani mengemukakan

pendapat.

Page 97: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

84

4.) Pertemuan Kesembilan (Rabu, 19 Mei 2010)

Pertemuan kesembilan ini terlebih dahulu peneliti mengabsen

siswa, ternyata semua siswa hadir 100%. Sebelum masuk penyajian

materi pelajaran, terlebih peneliti mengharapkan untuk

mengumpulkan PR, serta menayakan kepada siswa siapa yang belajar

di rumah tentang materi yang akan dipelajari tentang trapesium

sembarang dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di

rumah. Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-

materi pendukung atau materi sebelumya serta contoh-contoh yang

ada kaitannya dengan materi utama.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan

membimbing siswa memaham materi trapesium sembarang beserta

contoh yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas

memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 8

(Terlampir halaman 155). Pada saat mengerjakan LKS 8 peneliti

bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Pada

saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan

dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut, agar siswa menjadi

paham.

Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan LKS 8. Peneliti

mendampingi siswa yang kurang paham tentang LKS 8 yang

diberikan. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha

mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa

menjadi paham, setelah selesai mengerjakan LKS 8, salah seorang

siswa dipersilakan untuk mempersentasikan tugasanya didepan kelas,

ini merupakan kutipan soal yang telah berhasil siswa kerjakan dengan

benar.

Gambar dibawah ini adalah trapesium sembarang KLMN, dengan

panjang 𝑃𝑄 = 9 cm, 𝑃𝑇 = 24 cm, 𝑈𝑅 = 7 cm, 𝑆𝑇 = 10 cm, R =

80°, S = 55°.

Page 98: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

85

P 9 cm Q

S 10 cm T U 7 cm R

Tentukan:

a. Panjang 𝑄𝑅 , 𝑄𝑈 , 𝑇𝑈 , 𝑃𝑆 , 𝑆𝑅 !

b. Besar Q dan P!

c. Keliling dan luas Trapesium Sembarang PQRS!

Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang

sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa

bahwa hari Kamis, 20 Mei 2010 akan diadakan tes siklus 11. Siswa

harus lebih giat lagi belajar agar tes siklus 11 nanti, mendapat nilai

yang baik. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh

setiap siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam

lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa.

Persentase indikatornya adalah: 97.5% siswa mempunyai kesiapan

mengikuti pelajaran matematika. 94.17% siswa mengerjakan

pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 95% siswa

mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 95.83% siswa

antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.

98.33% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran

matematika yang sedang dipelajari. 96.67% siswa mengerjakan

tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 91.67% siswa

memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 90.83% siswa

membuat catatan setiap belajar matematika. 91.67% siswa tidak

mengerti bertanya kepada guru. 85% siswa berani mengemukakan

pendapat.

24

cm

Page 99: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

86

5) Pertemuan Kesepuluh (20 Mei 2010)

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa,

dan semua siswa hadir. Pertemuan ini akan dilaksanakan tes akhir

siklus 11. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas

isinya, soal berjumlah 6 soal yang membahas tentang layang-layang

dan trapezium (Terlampir halaman 208). Tes ini dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi

yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas

materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang

masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 70 menit. Selama proses

berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada

beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya

dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera

mengumpulkan lembar jawaban tes dan observator tidak memberikan

penilai terhadap lembaran observasi. Pada pertemuan ini siswa tidak

diberikan lembar jurnal harian.

c). Tahap Observasi dan Analisis

Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang

pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer terhadap sikap

positif siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan observator

melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.6

Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Pada Siklus II

no Indikator yang diamati Rata –rata setiap pertemuan (%) Persentase

(%) 1 2 3 4

1 Siswa mempunyai kesiapan mengikuti

pelajaran matematika. 95 89,17 96,67 96,67 94.38

2 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah

matematika yang diberikan oleh

peneliti.

93,33 91,67 93,33 94,17 93.13

Page 100: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

87

3 Siswa mengikuti pelajaran matematika

dari awal hingga akhir. 92,5 88,33 91,67 95 91.88

4 Siswa antusias terhadap pelajaran

matematika yang mudah dan berulang. 85 90,83 88,33 95,83 90

5 Siswa mempunyai rasa ingin tahu

terhadap pelajaran matematika yang

sedang dipelajari.

85,83 82,5 91,67 97,5 89.38

6 Siswa mengerjakan tugas/latihan

matematika yang diberikan peneliti. 85 87,5 87,5 95,83 88.96

7 Siswa memusatkan perhatian dalam

belajar matematika. 83,33 87,5 91,67 91,67 88.54

8 Siswa membuat catatan setiap belajar

matematika. 73,33 79,17 89,17 90,8 83.13

9 Jika siswa tidak mengerti bertanya

kepada peneliti. 70 85 86,67 90,83 83.13

10 Siswa berani mengemukakan

pendapat. 50,33 69,17 78,33 85 72.71

Rata – Rata Total Sikap Positif Siswa 87,62%

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sikap positif

siswa terhadap proses belajaran siswa pada siklus II adalah sebagai

berikut:

1. Siswa mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran matematika.

Rata–rata siswa yang mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran

matematika dilihat sudah mencapai 94,38%. hal ini membuktikan

bahwa siswa sudah sungguh-sunguh untuk belajar matematika. Aspek

ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila

dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai

75,83%. Pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 18,55%.

Page 101: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

88

2. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan

oleh peneliti.

Untuk siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah, Rata-rata

persentase mencapai 93,13%. Hal ini membuktikan bahwa siswa

sudah mampu mengerjakan soal-soal tersebut karena tingkatan soal

sudah dibuat bervariasi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya

peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil

persentase pada siklus I hanya mencapai 69,38%. Pada siklus II

mengalami peningkatan sebesar 23,75%.

3. Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir.

Rata- rata persentase siswa yang mengikuti pelajaran dari awal

hingga akhir sampai selesai pada siklus 11 ini mencapai 91,88%. Hal

ini menunjukkan bahwa siswa sudah serius untuk belajar dengan

sungguh-sungguh. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan

yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada

siklus I hanya mencapai 71,88%. Pada siklus II mengalami

peningkatan sebesar 20%.

4. Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan

berulang.

Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa antusias

terhadap pelajaran yang berulang-ulang mencapai 90%. Aspek ini

sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila

dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai

71,88%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,12%.

5. Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika

yang sedang dipelajari.

Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa ingin tahu

terhadap pelajaran yang sedang dipelajari mencapai 89,38%. Aspek

ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik, bila

dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai

68,54%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 20,84%.

Page 102: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

89

6. Siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan peneliti.

Rata-rata persentase siswa yang mengerjakan LKS pada siklus II

ini adalah 88,96%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang

mengerjakan dan membaca LKS sudah cukup banyak dan

memperoleh nilai baik. Aspek ini sudah menunjukkan adanya

peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil

persentase pada siklus I hanya mencapai 68,13%. Pada siklus II

mengalami peningkatan sebesar 20,83%.

7. Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.

Rata- rata persentase siswa yang memperhatikan peneliti pada

saat menjelaskan materi pada siklus 11 ini sebanyak 88,54%. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan peneliti pada saat

menjelaskan materi sudah cukup baik, akan tetapi masih ada

beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat

menjelaskan materi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya

peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil

persentase pada siklus I hanya mencapai 64,42%. Pada siklus II

mengalami peningkatan sebesar 24,12%.

8. Siswa membuat catatan setiap belajar matematika.

Rata-rata persentase siswa yang membuat catatan materi yang

peneliti sampaikan sebanyak 83,13%. Dalam membuat catatan siswa

dinyatakan sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan

siklus I hanya mencapai 65,83%. Pada siklus II mengalami

peningkatan sebesar 17,29%, karena sebagian besar siswa tidak

hanya mencatat dari materi yang peneliti jelaskan di papan tulis dan

LKS, tetapi siswa sudah menambah catatannya dari buku paket

matematika sekolah.

9. Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti.

Rata-rata persentase siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa

tidak mengerti pada saat proses belajar berlangsung mencapai

83,13%. Persentase ini terbilang sudah cukup baik karena siswa

Page 103: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

90

sudah berani bertanya kepada guru, meskipun masih terlihat ada

siswa yang masih malu dalam bertanya kepada peneliti. Aspek ini

sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila

dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai

60%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 23,13%.

10. Siswa berani mengemukakan pendapat.

Rata-rata siswa yang berani mengemukakan pendapat sebanyak

72,71%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses pelajar siswa

sudah berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan

pendapatnya. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan

yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada

siklus I hanya mencapai 54,38%. Pada siklus II mengalami

peningkatan sebesar 18,33%.

Berdasarkan hasil observasi sikap positif siswa pada saat

pembelajaran siklus II, rata-rata sikap positif siswa yang diperoleh

sebesar 87,62%. Rata-rata sikap positif siswa pada siklus II ini

mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yang hanya mencapai

67,12%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif siswa ketika proses

pembelajaran menggunakan model pembelajaran Advance Organizer

sudah cukup baik.

Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa

untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran

pada setiap pertemuan siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa

dapat dilihat pada tabel IV.7 berikut:

Page 104: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

91

Tabel IV.7

Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap

Model Pembelajaran Advance Organizer Siklus II

No Kategori Persentase pada Pertemuan Rata-rata

(%) 6 7 8 9

1 Positif (72,5%) (77,5%) (80%) (85%) 78,75

2 Netral (7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%) 5,625

3 Negatif (17,5%) (15%) (15%) (12,5) 15

4 Tidak

Berkomentar

(2,5%) (0%) (0%) (0%) 0,625

Dilihat dari diatas, terlihat siswa merespon dengan baik proses

pembelajaran yang telah diterapkan. Ini artinya bahwa sebagian besar

siswa menyenangi pembelajaran matematika dengan penggunaan model

Pembelajaran Advance Organizer.

Berikut ini adalah gambar proses pembelajaran matematika siswa

dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus

II:

Gambar 5

Siswa yang berani mengeluarkan pendapat

Page 105: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

92

Gamabar 6

Siswa yang merespon pertanyaan dari peneliti

Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada

pertemuan ke sepuluh. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada

Tabel IV.8 berikut ini:

Tabel IV.8

Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II

Interval Frekuensi frelatif frelatif Kumulatif

65 – 70 11 27,5% 100 %

71 – 76 8 20 % 72,5 %

77 – 82 5 12,5% 52,5 %

83 – 88 7 17,5% 40 %

89 – 94 5 12,5 % 22,5 %

95 – 100 4 10 % 10 %

Keterangan :

Xmin = 65 Jumlah siswa = 40

Xmax = 100 Rata-rata = 79,37

Page 106: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

93

d). Tahap Refleksi

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran model yang digunakan oleh

peneliti pada setiap tindakan pembelajaran telah sesuai yaitu model

pembelajaran Advance Organizer walaupun dalam pelaksanaannya masih

terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan

pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap

akhir pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase sikap

positif siswa mencapai 87,62%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

persentase sikap positif siswa dalam belajar pada siklus II telah mencapai

indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata persentase sikap

positif siswa dalam belajar matematika harus mencapai 75%.

Berdasarkan tes hasil belajar matematika yaitu tes akhir siklus II ini

mencapai rata-rata 79,37 dengan nilai terendah 65.

Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan

informasi bahwa siswa sangat merespon baik model pembelajaran

Advance Organizer ini dan guru kelas juga menganggap bahwa

penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini telah dilaksanakan

dengan sangat baik, sehingga dapat dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, indikator keberhasilan telah

tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan

siklus II.

B. Pemeriksaan Keabsaan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk tes digunakan tes formatif

yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan

pada akhir pembelajaran berupa soal latihan pada LKS. Tes ini bertujuan

untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap

siklus sebagai implikasi dari PTK. Sedangkan instrumen non tes berupa

lembar observasi, jurnal harian dan wawancara yang ditujukan untuk guru

Page 107: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

94

dan siswa. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan

wawancara dilakukan pada akhir siklus II.

Untuk mengetahui apakah hasil wawancara dengan siswa tentang

persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran Advance Organizer,

bagaimana sikap positif siswa dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa

didapat informasi dari keadaan yang sebenarnya, wawancara dilakukan

kepada 10 siswa yang diambil berdasarkan prestasi belajarnya yang rendah,

sedang, dan tinggi. Hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh dapat

mewakili siswa dalam kelas secara keseluruhan.

C. Analisis Data

Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada

dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:

1. Sikap positif siswa dalam belajar matematika

Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti didampingi oleh

observer, observer tersebut adalah guru mata pelajaran yang diberikan

lembaran observasi yang berfungsi untuk mengetahui respon siswa

terhadap proses pembelajaran yang terdapat pada setiap indikator yang

telah ditentukan peneliti. Lembaran observasi juga digunakan untuk

menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran. Hasil

dari observasi sikap siswa terhadap indikator yang telah ditentukan dapat

dilihat pada tabel IV.9 berikut:

Tabel IV 9

Rekapitulasi Ketercapaian Sikap Positif Siswa

Siklus I dan Siklus II

No Indikator yang diamati Rata –rata setiap pertemuan (%)

Siklus I Siklus II

1 Siswa mempunyai kesiapan mengikuti

pelajaran matematika. 75.83 % 94.38 %

2 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah

matematika yang diberikan oleh peneliti. 69,38 % 93.13 %

Page 108: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

95

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata

persentase sikap positif siswa pada siklus I hanya mencapai 67,12% dan

mengalami peningkatan sebesar 20,5%, pada siklus II mencapai 87,62.

Pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan

pada siklus II telah dapat memperbaiki atau meningkatkan sebagian

besar sikap siswa yang masih rendah pada siklus I, setiap indikator

mengalami peningkatan, rata-rata indikator sudah mengalami

ketercapaian penelitian yaitu sikap positif siswa mencapai 87,62% dan

sudah melebihi batas ketercapaian 75%.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan dengan 10 orang

siswa dalam waktu yang berbeda. Dari hasil wawancara dengan guru dan

siswa pada siklus II (Terlampir halaman 213), didapat informasi bahwa

siswa sangat merespon baik model pembelajaran Advance Organizer dan

guru juga menganggap bahwa penerapan model pembelajaran Advance

3 Siswa mengikuti pelajaran matematika dari

awal hingga akhir. 71.88 % 91.88 %

4 Siswa antusias terhadap pelajaran matematika

yang mudah dan berulang. 71.88 % 90 % %

5 Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap

pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 68.54 % 89.38 %

6 Siswa mengerjakan tugas/latihan matematika

yang diberikan peneliti. 68.13 % 88.96 %

7 Siswa memusatkan perhatian dalam belajar

matematika. 64.42 % 88.54 %

8 Siswa membuat catatan setiap belajar

matematika. 65.83 % 83.13 %

9 Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada

peneliti. 60 % 83.13 %

10 Siswa berani mengemukakan pendapat. 54,38 % 72.71 %

Rata – Rata Total Siakp Positif Siswa 67,12 % 87,62%

Page 109: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

96

Organizer ini telah dilaksanakan dengan sangat baik karena sikap positif

siswa menjadi meningkat sehingga dapat dikatakan berhasil.

2. Respon Siswa terhadap model pembelajaran Advance Organizer

Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting

untuk dijadikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan

rencana pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam

sebuah jurnal harian siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir

tindakan pembelajaran. Respon yang dikemukakan beragam, ada yang

berkomentar positif, komentar negatif, komentar netral bahkan ada yang

tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun kemudian dihitung,

persentase jenis pendapatnya dan hasilnya dirangkum pada Tabel IV.10

Tabel IV.10

Rekapitulasi Persentase Respon Siswa

Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer

Kategori

Rata-Rata persentase tiap

siklus Rata rata

(%) Siklus I Siklus II

Positif 55,625 78,75 67,18

Netral 15 5,625 10,31

Negative 23,75 15 19,37

Tidak berkomentar 5,625 0,625 3,12

Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa

siswa senang mengikuti model pembelajaran Advance Organizer. Hal ini

terlihat dari hasil persentase respon siswa pada tabel IV.10. Rata-rata

persentase respon positif yang diberikan siswa selama proses

pembelajaran, sebesar 67,18%. Rata-rata persentase ini sudah terbilang

baik dibanding dengan rata-rata persentase negatif, netral dan tidak

berkomentar yang hanya mendapat tanggapan sebesar 19,37%, 10,31%,

dan 3,12%.

Page 110: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

97

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Advance Organizer. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase

siswa yang memberikan respon positif dari setiap siklus, menurunya

persentase siswa yang berkomentar negatif. Peningkatan ini tentunya

berdampak positif terhadap sikap positif siswa terhadap pelajaran

matematika yang dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

3. Hasil Belajar Matematika

Untuk tes hasil belajar digunakan tes formatif yaitu tes yang

dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Adapun hasil tes tersebut dapat

dilihat pada tabel IV.11 berikut.

Tabel IV.11

Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Statistik Siklus I Siklus II

Nilai tertinggi 100 100

Nilai terendah 35 65

Rata-rata 69 79,37

Berdasarkan tabel IV.11, diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil

belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan 10,37, yaitu dari yang

sebelumnya 69 menjadi 79,37. Pada siklus I masih ada siswa yang

mendapat nilai dibawah 70 sebanyak 15 siswa dan pada siklus II nilai

terendahnya adalah 65 dan masih ada 8 siswa yang mendapat nilai

dibawah 70. Walaupun demikian, hasil belajar siswa sudah mengalami

peningkatan yang cukup baik.

D. Interprestasi Hasil Analisis

Dari hasil pengamatan dan jurnal harian siswa pada siklus I menunjukkan

bahwa siswa cukup senang dan semangat dalam belajar dengan menggunakan

model pembelajaran Advance Organizer. Dengan adanya semangat dan

antusias siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model

Page 111: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

98

pembelajaran Advance Organizer menunjukkan bahwa model pembelajaran

ini dapat menciptakan sikap yang positif pada siswa terhadap pembelajaran

matematika. Siswa juga terlihat semakin pandai dan terbiasa dalam

menerapkan model pembelajaran Advance Organizer di kelas. Hal ini

ditunjukkan dengan siswa dapat menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS),

serta siswa dapat menuliskan hasil kerjanya didepan kelas dengan baik dan

benar. Apabila siswa tidak mengerti maka siswa tersebut tidak takut untuk

menanyakan kepada peneliti. Dari keterangan yang telah dikemukakan,

menunjukkan bahwa sesungguhnya sikap positif siswa semakin meningkat

pada setiap siklusnya.

Hambatan dan kesulitan yang dialami peneliti pada awal-awal

pembelajaran siklus I yaitu siswa belum mengerti model pembelajaran

Advance Organizer tersebut dan siswa ingin pembelajaran seperti biasanya.

Tapi hal ini dapat diatasi dengan memberikan pengarahan dan motivasi

kepada siswa. Sehingga proses pembelajaran akhirnya dapat berjalan sesuai

dengan rencana yang diharapkan.

Hasil yang diperoleh dari lembar observasi sikap positif siswa selama

proses pembelajaran dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa skor rata-

rata sikap positif pada siklus I 67,12%, dan mengalami peningkatan pada

siklus II mencapai 87,62%.

Selain itu, jurnal harian siswa melengkapi data yang sudah ada,

tujuannya agar data yang diperoleh kuat keberadaannya yaitu untuk

mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Advance

Organizer. Berdasarkan hasil jurnal harian siswa yang diperoleh bahwa

persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap pembelajaran

matematika menggunakan model pembelajaran Advance Organizer pada

siklus I sebesar 55,625% sedangkan pada silkus II mecapai 78,75%. Ini

mengalami peningkatan sebesar 23,125%. Sedangkan persentase siswa yang

memberikan respon yang negatif pada siklus I sebesar 23,75%. Namun pada

siklus II siswa yang memberikan respon menjadi 15%, dan persentase siswa

yang berkomentar negatif turun 8,75%. Ini artinya sebagian besar siswa

Page 112: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

99

merespon positif terhadap proses pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran Advance Organizer.

Pembelajaran seperti ini memberikan pengaruh terhadap sikap positif

siswa terhadap pelajaran matematik. Namun ada juga yang memberikan

respon atau pendapat yang negatif terhadap model pembelajaran Advance

Organizer ini, namun ini dijadikan sebagai refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran ini belum semua siswa

dapat menyelesaikan masalah matematik secara mandiri.

Berdasarkan hasil pengamatan lembaran Observasi, dokumentasi, jurnal

harian siswa dan wawancara guru, terlihat dari hasil siklus terlihat bahwa

penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatakan

sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan hasil

wawancara terhadap guru matematika yang bersangkutan bahwa penerapan

model pembelajaran Advance organizer dikelas ini sudah cukup baik dan

dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer siswa dapat

meningkatan sikap positif terhadap pelajaran matematika.

E. Pembahasan Temuan Penelitian

Selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat semua kegiatan-

kegiatan siswa yang terjadi selama pembelajaran. Hal-hal terjadi tentu

sangat banyak, namun ada beberapa temuan penelitian yang unik yang

ditemukan selama penelitian.

Temuan-temuan unik yang terjadi antara lain, yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran Advance Organizer siswa-siswa yang

sebelumnya cenderung terlihat pendiam dan pasif menjadi aktif . Kemudian

selama pembelajaran berlangsung sebelumnya beberapa siswa izin untuk

keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi

siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara

keseluruhan hal ini terbukti tidak ada lagi siswa-siswi yang keluar kelas

secara bergantian tanpa alasan yang tidak jelas pada proses pembelajaran

berlangsung.

Page 113: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

100

Respon siswa sebelumnya dalam proses pembelajaran terlihat biasa-

biasa saja, tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah

kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Tetapi

setelah penerapan model pembelajaran Advance Organizer semuanya

menjadi antusia terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam

dan menunduk. Begitu pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan

siswa acuh terhadap pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang

menjawab atau menanggapi pertanyaan teman atau guru. Bahkan sebagian

besar siswa jarang mencatat materi yang sudah guru sampaikan, hanya

beberapa saja dari mereka yang mencatat materi yang guru sampaikan.

Setelah menerapakan model pembelajaran Advance Organizer semuanya

berubah kearah yang lebih baik yakninya, siswa sekarang sudah aktif

bertanya maupun menjawap pertanyaan dari guru serta mencatat materi

yang guru sampaikan.

Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika sebelumnya

dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai

ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada

beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti,

malas mengerjakan dan mengadalakan jawaban dari guru. Tetapi pada saat

penerapan pembelajaran Advance Organizer semua siswa merespon positif

semua tugas yang diberikan guru dan jarang sekali siswa yang menyalin

tugas temanya, dan apabila ada soal yang sulit siswa tidak lagi

mengandalkan jawaban dari guru.

Page 114: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan Sikap

positif siswa dalam pelajaran matematika. Peningkatan sikap positif

siswa ini dapat terlihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa

rata-rata persentase sikap positif siswa pada siklus I adalah 67,12% dan

setelah dilakukan perbaikan selama pembelajaran pada siklus II rata-

rata persentase sikap positif siswa meningkat menjadi 87,62%.

Penelitian ini dihentikan karena sudah mencapai kriteria ketuntasan

minimal yaitu 75%.

2. Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Hal ini

terlihat dari meningkatnya respon positif siswa dari siklus I sebesar

55,625% menjadi 78,75% pada siklus II. Sehingga mengalami

peningkatan sebesar 23,125%.

3. Model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-

rata nilai tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus. Pada

siklus I nilai rata-ratanya sebesar 69 dan pada siklus II meningkat

menjadi 79,37

101

Page 115: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

102

B. Saran

1. Apabila pembelajaran ini akan dilakukan maka guru perlu melakukan

persiapan yang matang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,

oleh karena itu, perlu dipersiapkan beberapa diantaranya,

mempersiapkan RPP, soal latihan, lembar observasi sikap positif siswa,

jurnal harian untuk mengetahui respon siswa tersebut.

2. Siswa sebaiknya bisa dilibatkan dalam merumuskan kegiatan

pembelajaran pada siklus berikutnya agar peneliti mengetahui

keinginan siswa sebagai bahan pertimbangan perencanaan yang akan

dipakai.

3. Berhubungan dengan penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan

bangun datar segiempat, peneliti menyarankan model pembelajaran

Advance Organizer dapat diterapkan pada pokok bahasan lain.

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan berpijak bagi peneliti yang

berminat mengembangkan hasil penelitian dalam ruang lingkup yang

lebih luas.

Page 116: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

103

DAFTAR PUSTAKA

Sri Anita W. Janet Trineke Manoy. 2008. Strategi Pemebelajaran Matematika.

Jakarta : Universitas Terbuka.

http://rbaryans.wordpress.com. (Seminar Internasional di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta).

Slameto. 2003. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

W.S.Winkel S.J.M.Sc.1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:

Gramedia. edisi pertama. cet 3.

Joyce, B. dan Weil, M. 2009 Model Of Teaching. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi

kedelapan.

Richard I. Arends. 2008. Learning To Teach. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi

ketujuh.

Erman Suherman, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung : JICA-UPI.

Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi

ketiga.

Erna Suwangsih dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung:

UPI.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah

Jakarta. Press.

Udin S. Wiranataputra, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka.

103

Page 117: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

104

Pupuh Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rineka

Aditama.

M.Ngalim Purwanto. 1984. Psikologi Pendidika. Bandung: Remadja Karya.

Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan.(Jakarta, Rineka Cipta: 2006).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan

Luar Sekolah dan Pemuda.

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajara dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza

Media Pustaka.

H.Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Syaifuddin Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Jakarta: Pustaka

Pelajar.

Zikri Neni Iska. 2006. Psikologi. Jakarta: Kizi Brother.

Prasetya Irawan, Suciati, dkk. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan

Mengajar. Jakarta: PEKERTI.

H.Alisuf Sabri. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Suharsimi Arikunto. 2007. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet

ke-4.

Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Page 118: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

183

JURNAL HARIAN SISWA

Nama : No. Absen :

1. Apa yang telah kamu pelajari hari ini?

2. Bagaimana Pendapat kamu tentang pembelajaran hari ini? (saran/kritik)

3. Apa yang kamu rasakan setelah mengikuti pelajaran hari ini?

Lampiran 4 .jurnal harian siswa

Page 119: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

212

Rekapitulasi Respon Siswa selama Pembelajaran Siklus I

Respon

Siswa

Pertemuan Ke- Rata-rata

(%) 1 2 3 4

Positif 18

( 45 %)

20

( 50 %)

24

(60%)

27

(67,5%)

55,625

Netral 7

(17,5%)

6

(15%)

6

(15%)

5

(12,5%)

15

Negatif 12

(30%)

11

(27,5)

8

(20%)

7

(17,5%)

23,75

Tidak

Berkomentar

3

(7,5%)

3

(7,5%)

2

(5%)

1

(2,5%)

5,625

Rekapitulasi Respon Siswa selama Pembelajaran Siklus II

Respon

Siswa

Pertemuan Ke- Rat-rata

(%) 7 8 9 10

Positif 29

(72,5%)

31

(77,5%)

32

(80%)

34

(85%)

78,75

Netral 3

(7,5%)

3

(7,5%)

2

(5%)

1

(2,5%)

5,625

Negatif 7

(17,5%)

6

(15%)

6

(15%)

5

(12,5%)

15

Tidak

Berkomentar

1

(2,5%)

0

(0%)

0

(0%)

0

(0%)

0,625

Lampiran 13

Page 120: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

224

DAFTAR NILAI TES SIKLUS I DAN II

No Kode siswa Nilai Tes Siklus

I II

1 A1 75 90

2 A2 100 100

3 A3 90 100

4 A4 60 75

5 A5 70 85

6 A6 70 75

7 A7 85 75

8 A8 75 85

9 A9 70 85

10 A10 60 75

11 A11 65 75

12 A12 90 90

13 A13 60 65

14 A14 70 75

15 A15 60 65

16 A16 90 100

17 A17 70 85

18 A18 50 65

19 A19 70 80

20 A20 95 100

21 A21 65 85

22 A22 60 65

23 A23 80 70

24 A24 80 90

Lampiran 18

Page 121: JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2450/1/98139... · 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang

225

25 A25 80 90

26 A26 70 75

27 A27 35 65

28 A28 70 80

29 A29 60 65

30 A30 70 70

31 A31 90 90

32 A32 70 85

33 A33 50 65

34 A34 50 70

35 A35 40 65

36 A36 70 85

37 A37 35 75

38 A38 75 80

39 A39 60 80

40 A40 75 80

Nilai Minimum 35 65

Nilai Maksimum 100 100

Rata-rata 69 79,37