jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu...

108
PERAN PROGRAM PEMBELAJARAN TAHSIN QIRAAH TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DI LTTQ MASJID FATHULLAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) Oleh : SULASTRI RAHAYU 1111011000042 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

21 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

PERAN PROGRAM PEMBELAJARAN TAHSIN QIRAAH TERHADAP

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN MAHASISWA UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA DI LTTQ MASJID FATHULLAH UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh :

SULASTRI RAHAYU

1111011000042

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek
Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek
Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek
Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek
Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek
Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

ABSTRAK

Sulastri Rahayu (NIM: 1111011000042). Peran Program Pembelajaran

Tahsin Qiraah Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Kata Kunci : Tahsin Qiraah, Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran program tahsin qiraah di LTTQ

Masjid Fathullah dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an, metode

yang digunakan oleh LTTQ dan faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan

membaca al-Qur’an mahasiswa UIN sayarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti

program tahsin di LTTQ Masjid Fathullah.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode deskriptif. Obyek penelitian ini mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang mengikuti program tahsin qiraah di LTTQ sebanyak 47

orang. Dalam memudahkan pengambilan data, fakta serta informasi yang

menjelaskan tentang permasalahan di atas, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, observasi, angket dan

wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa terdapat peningkatan

sebanyak 5,11% untuk nilai ujian lisan, sedangkan untuk nilai ujian tulis diperoleh

peningkatan sebesar 4,81%. Dengan adanya kesesuaian antara nilai angket dan

nilai hasil ujian, maka dapat dinyatakan bahwa program pembelajaran tahsin

qiraah di LTTQ Masjid Fathullah memiliki peran yang cukup baik dalam

meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

ABSTRAC

Sulastri Rahayu (NIM: 1111011000042). Role of Tahsin Qiroah Learning Program toward al-Qur'an Reading Ability by Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keywords : Tahsin qiraah, Al-Quran reading ability

By that title, the writer wants to know role of tahsin qiraah program in LTTQ Masjid Fathullah in enhancing the ability to read the al-Qur’an which includes mastery, science of tajwid application and practice.

This research is using quantitative approach and descriptive method. This research object are students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta who take the tahsin qiraah program in LTTQ as many as 47 people. In order making light of retrieval of data, fact and information that explains the problem above the writer us data collection techniques using the techniques of documentation, observations, questionnaires and interviews.

Based on the result researc, there is increased as much as 5.11% to the velue of the oral exam. While within the writing test scores obtained an increase of 4.81%. Given the compatibility between the value of the quistionnaire and the value of the test result, it can be stated that the courses of tahsin qiraah ini LTTQ Masjid Fthullah have a considerable role in both enhancing the ability of reading the al-Qur’an by student of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kekuatan

untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan program

S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada teladan mulia kita Nabi

Muhammad SAW yang memandu agar selalu berjalan dalam cara hidup yang telah

digariskan oleh Allah SWT. Beliau-lah seorang yang selalu memandu kita dalam

menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tak lupa shalawatnya pun semoga

tercurahkan kepada keluarga Beliau, para sahabat dan seluruh umat muslim dan umat

manusia pada umumnya. Semoga kita mendapatkan syafa’at Beliau di Hari Kiamat.

Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat bantuan dan motivasi

yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

walaupun jauh dari kesempurnaan.

Penulis berusaha dengan kemampuan yang ada untuk menghasilkan penulisan

yang baik dan berguna. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat

bimbingan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang terdalam kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada M.A, rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

ii

4. Marhamah Saleh, Lc., MA. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

5. Dr. Abdul Haris, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar

membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi dan telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya.

6. Dr. Faridal Arkam, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini

selalu membimbing penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan PAI yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis.

8. Bapak pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staff

atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan

referensi yang mendukung penulisan skripsi.

9. Mamah Indriyati dan Bapak Nono Hidayat tercinta, yang tak henti-henti nya

mendo’akan penulis.. Rasa terimaksih dan bakti kepada kedua orangtua penulis

serta yang menjadi alasan penulis untuk tetap semangat berjuang meraih mimpi.

Semoga penulis menjadi menjadi anak shalih sehingga menjadi investasi bagi

mereka di dunia dan akhirat. Terimakasih mah, terimakasih pak.

10. Terimakasih kepada A Heru dan A Hera yang selalu mendukung penulis dalam

menyelesaikan kuliah. Dan tak lupa kepada Ade Sandra, semoga kamupun tetap

terus semangat meraih mimpi. Penulis bangga memiliki saudara-saudara seperti

mereka.

11. Ustd. Kholilur Rohman (Ketua Umum LTTQ) dan Ustdh. Lina Adriyani yang

telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di LTTQ Masjid Fathullah.

12. Teman-teman seperjuangan di kelas PAI A angkatan 2011, Ponpes Darul Hikam

angkatan 2011, IRMAFA, Pengurus LTTQ 2011-2016, serta keluarga besar

Pramuka UIN Jakarta khususnya angkatan lemot yang rela menjadi teman

penulis selama menyelesaikan kuliah di UIN. Terimakasih atas tawa dan canda

dan kebersamaan selama ini, semoga ukhuwah ini bisa selalu terjaga.

13. Teman-teman satu atap, Gambreng’s: Nurul, Cucun, Lia, Ati, Mila yang menjadi

tempat curhat penulis selama menyusun skripsi. Tak lupa juga kepada Baity,

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

iii

Anis, Fitri, Amel, Haifa, Kak Lina, Kak Nurlia dan Kak Herianto yang telah

bersedia berbagi ide dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudah-

mudahan mendapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis mudah-mudahan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya

untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 12 Mei 2016

Sulastri Rahayu

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah........................................................................ 7

D. Perumusan Masalah ......................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

F. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ............................................................ 10

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an ................................................ 11

2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ............................................ 11

3. Keistimewaan Membaca Al-Qur’an .......................................... 12

4. Adab Membaca Al-Qur’an ........................................................ 13

5. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil ........................................... 15

6. Pengertian Tahsin Qiraah .......................................................... 16

7. Metode-metode Tahsin Qiraah .................................................. 16

8. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Kemampuan Mem-

baca Al-Qur’an .......................................................................... 19

9. Faktor-faktor yang dapat Melemahkan Kemampuan Mem-

baca Al-Qur’an .......................................................................... 22

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

v

B. Pembelajaran Tahsin Qiraah ............................................................ 24

1. Pengertian Ilmu Tajwid ............................................................ 24

2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid ............................................ 24

3. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid.............................................. 25

4. Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid ....................................... 26

5. Tempo Membaca Al-Qur’an ..................................................... 27

6. Makhraj dan Sifat Huruf Hijaiyyah ........................................... 28

7. Kaidah-kaidah Ilmu Tajwid ....................................................... 29

C. Penelitian yang Relevan ................................................................. 35

D. Kerangka Berpikir ........................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 36

B. Metode Penelitian ........................................................................... 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 38

1. Sumber data ............................................................................... 38

2. Teknik Pengumpulan data ......................................................... 38

E. Teknik Analisa Data ........................................................................ 40

F. Interpretasi Data .............................................................................. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fat-

hullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .......................................... 43

1. Sejarah Singkat LTTQ Masjid Fathullah ................................. 43

2. Visi dan Misi LTTQ Masjid Fathullah ..................................... 45

3. Tujuan LTTQ Masjid Fathullah ............................................... 45

4. Staf pengajar program pembelajaran ........................................ 47

5. Struktur Kepengurusan LTTQ Masjid Fathullah ..................... 48

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

vi

6. Program Pembelajaran.............................................................. 48

B. Temuan Penelitian ................................................................................ 49

C. Pembahasan ......................................................................................... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 71

B. Saran ..................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74

LAMPIRAN

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

vii

DAFTAR TABEL

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Silabus Pembelajaran Tahsin Dasar ................................................ 50

Tabel 4.2 Saya merasa senang belajar tahsin qiraah ....................................... 53

Tabel 4.3 Saya memiliki motivasi diri yang kuat untuk belajar tahsin qiraah

.......................................................................................................................... 53

Tabel 4.4 Saya belajar tahsin qiraah tanpa paksaan dari orang lain ............... 54

Tabel 4.5 Saya rajin mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ

Masjid Fathullah .............................................................................................. 54

Tabel 4.6 Saya tetap hadir walaupun sedang malas ...................................... 55

Tabel 4.7 Saya tetap mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah walaupun

keadaan kurang sehat ..................................................................................... 55

Tabel 4.8 Saya mengulang pelajaran tahsin qiraah setiap membaca al-Qur’an di

rumah .............................................................................................................. 56

Tabel 4.9 Lingkungan tempat tinggal saya mendukung untuk saya bisa membaca

al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid .................................................. 56

Tabel 4.10 Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ, saya

mengalami kesulitan dalam membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid

........................................................................................................................ 57

Tabel 4.11 Saya merasa belajar tahsin itu penting ........................................ 57

Tabel 4.12 Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin di LTTQ, saya merasa belajar

tahsin itu sulit ................................................................................................. 58

Tabel 4.13 Saya paham mendengarkan pelajaran ilmu tajwid oleh instruktur

........................................................................................................................ 58

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

vii

Tabel 4.14 Proses pembelajaran tahsin berjalan dengan kondusif ................. 59

Tabel 4.15 Waktu pembelajaran tahsin terlaksana dengan efektif dan efisien

.......................................................................................................................... 59

Tabel 4.16 Instruktur memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca al-

Qur’an satu persatu ........................................................................................ 60

Tabel 4.17 Instruktur memberikan bantuan kepada peserta yang mengalami

kesulitan dalam memahami ilmu tajwid ........................................................ 60

Tabel 4.18 Instruktur memberikan dorongan untuk belajar al-Qur’an dengan

sungguh-sungguh ........................................................................................... 61

Tabel 4.19 Sekarang saya bisa membaca al-Qur’an secara tartil .................. 61

Tabel 4.20 Saya merasakan manfaat dari pembelajaran tahsin qiraah terhadap

nilai PIQI ........................................................................................................ 62

Tabel 4.21 Sekarang saya ingin belajar tahsin qiraah lebih lanjut ................ 62

Tabel 4.22 Rekapitulasi data hasil angket ..................................................... 63

Tabel 4.23 Daftar Nilai Ujian Praktek Lisan dan Tulis Program Tahsin 2016

.......................................................................................................................... 66

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an bagi umat islam merupakan sumber dan dasar hukum

yang pertama dan utama. Karenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai

aspek keilmuannya sangatlah penting. Al-Qur’an sebagai landasan hidup

manusia memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-

kitab yang lain, salah satunya adalah keistimewaan dalam membaca

(tilawah) al-Qur’an. Bahkan al-Qur’an sangat dianjurkan untuk dijadikan

sebagai bacaan harian. Bahkan perintah untuk membaca al-Qur’an telah

diturunkan sejak wahyu pertama, yaitu:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.” (QS. Al-„alaq 96:1-5)1

Sebagaimana dikatakan oleh Quraish Shihab bahwa, “kata Iqra‟

atau perintah membaca adalah kata pertama yang diterima oleh Nabi

Muhammad dan diulang sebanyak dua kali dalam wahyu pertama, serta

1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro,

2004), h. 597

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

2

ditunjukan kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab

sebelum turunnya al-Qur’an, bahkan sampai akhir ayatnya. Perintah ini

juga berlaku untuk seluruh umat manusia, karena realisasi perintah

tersebut merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup duniawi dan

ukhrawi”.2

Membaca al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama yang

mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan

membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti al-Qur’an yang terambil

dari kata qara‟a – yaqra‟u – qira‟atan – wa- qur‟anan yang secara harfiah

berari bacaan.3 Allah SWT menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang

membacanya. Pahala yang Allah berikan tidak dihitung per ayat atau

perkata, melainkan perhuruf, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

و ل ف للا ب ات ك ن ام ف ر ح أ ر ق ن ملسو هيلع هللا ىلص:م للا ل و س ر ال ق و ن ع للا ي ض ر د و ع س م ن اب ن ع و ،ف ر ح م ل و ،ف ر ح ف ل :أ ن ک ل و ،ف ر ح :آملل و ق أ ا،ل ال ث م أ ر ش ع ب ة ن س ال ،و ة ن س ح (.)رواهالرتمذيف ر ح ي م م و

“Dari Ibnu Mas‟ud R.A, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur‟an) maka

akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan di balas dengan

sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu

huruf, namun alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim adalah

satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)4

Agar pahala yang mengalir dari huruf-hurufnya mengalir terus,

Allah memberikan rambu-rambu bagi pembaca al-Qur’an untuk tidak

membacanya dengan asal membaca, tetapi harus membacanya dengan

tartil atau yang populer dikalangan masyarakat lebih dikenal dengan

istilah bacaan yang baik dan benar. Seperti firman Allah SWT dalam surah

Al-Muzzammil, yaitu:

2 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1994), cet. VI, h.167

3 M. Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an (1), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 20

4 Imam Nawawi, Terjemah Shahih Riyadhush Sholihin Edisi 2, dari Riyadhush Sholihin

oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), Cet. III, h. 156

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

3

“Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di

malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau

kurangi sedikit dari seperduanya. Atau lebihkan dari seperdua itu. Dan

bacalah al-Qur‟an dengan tartil (perlahan-lahan).” (QS. Al-

Muzzammil 73: 1-4)5

Cara membaca al-Qur’an sudah diatur oleh-Nya sejak diturunkan

melalui ayat di atas. Maka wajar jika Rasulullah SAW pernah ditegur

ketika tergesa-gesa untuk menguasai cara membacanya. Misalnya ayat

yang berbunyi:

... ...

“...dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur‟an sebelum

disempurnakan mewahyukannya kepadamu ...” (QS. Thaha 20:114)6

Maka dari itu, untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih

mendalam dari segi bacaannya diperlukan penguasaan dan penerapan

terhadap ilmu membaca al-Qur’an yaitu ilmu tajwid. Dengan mempelajari

ilmu tajwid, seseorang diharapkan dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an

dengan baik dan benar, baik dari segi melafalkan makharijul huruf (tempat

keluarnya huruf) maupun mempraktikan hukum bacaan tajwidnya serta

mampu memelihara bacaan ayat-ayat al-Qur’an dari kekeliruan yang dapat

merubah arti dan maksudnya.

Untuk tetap menjaga keaslian (ashalah) bacaan al-Qur’an seperti

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril,

maka Rasulullah pun mengajarkannya kepada para sahabat. Para sahabat

5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro

2004), h. 574 6 Ibid., h. 320

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

4

kemudian mengajarkan kepada para tabi’in, dan demikian seterusnya al-

Qur’an diajarkan secara turun temurun dalam keadaan asli tanpa

terkurangi huruf-hurufnya, kalimat-kalimatnya, bahkan sampai teknis

membacanya. Seseorang yang sedang belajar membaca al-Qur’an

memerlukan seorang guru untuk membimbinnya selama proses belajar,

yaitu guru yang benar-benar mampu mengajarkan al-Qur’an sesuai dengan

makhraj huruf dan kaidah tajwid yang baik dan benar.

Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Majid Khon, “seorang

murid harus berguru secara musyafahah, artinya antara murid dan guru

harus bertemu langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada

saat membaca al-Qur’an, karena murid tidak akan dapat membaca secara

fashih sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf tanpa memperlihatkan

bibirnya atau mulutnya pada saat membaca al-Qur’an dan begitupun

sebaliknya”.7

Di Indonesia, umumnya mulai dari SD/MI, SMP/MTS dan

SMA/MA sudah diajarkan membaca al-Qur’an yang dikemas dalam mata

pelajaran Agama Islam. Dan dalam beberapa lingkungan masyarakat

pelajaran membaca al-Qur’an pun diajarkan di surau-surau, mushala,

masjid dan pondok pesantren mulai dari anak se-usia pra sekolah dasar

dengan menggunakan berbagai metode. Usaha untuk memberantas buta

huruf al-Qur’an pun telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan

tokoh agama, diantaranya didirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

atau lembaga al-Qur’an lainnya.

Melalui penjelasan di atas penulis berasumsi bahwa sudah

seharusnya untuk tingkatan mahasiswa memiliki dan menguasai

kemampuan membaca al-Qur’an yang telah dipelajari dari sejak kecil.

Terlebih lagi sebagai mahasiswa yang berkuliah di Perguruan Tinggi yang

berlandaskan keagamaan seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7 Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), cet. II, h. 35

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

5

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharuskan mahir dalam

membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, karena akan menjadi masalah

bagi mahasiswa yang bersangkutan dan juga institut terkait apabila ia tidak

bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Diharapkan setelah lulus

nantinya mahasiswa tersebut dapat menuntun dan membimbing

masyarakat dalam hal keagamaan khusunya mengajarkan al-Qur’an.

Berkaitan dengan itu, pihak kampus membuat program Praktikum Ibadah

dan Qiraah (PIQI) berupa tes seputar keagamaan, baca tulis dan hafalan al-

Qur’an yang dijadikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan membaca

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada realitanya masih banyak

yang belum bisa melafalkan makhraj huruf al-Qur’an dengan fasih dan

masih banyak juga yang belum bisa membaca dengan kaidah ilmu tajwid

yang baik dan benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim dari

Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI tahun 2008, bahwa hasil

tes membaca al-Qur’an calon Mahasiswa UIN Jakarta dari 11.747 peserta,

15% diantaranya dikategorikan memiliki kemampuan membaca antara

rendah sampai dengan sedang. Kategori tersebut diambil berdasarkan skor

< 50 dari salah satu komponen materi tes masuk UIN Jakarta tahun 2005.8

Salah satu penyebabnya, karena tidak semua input mahasiswa berasal dari

Pesantren atau Aliyah yang sudah menguasai ilmu membaca al-Qur’an.

Mahasiswa yang belum menguasi ilmu membaca al-Qur’an

memerlukan bimbingan agar ia dapat belajar membaca al-Qur’an sebelum

ia lulus dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun dikarenakan

keterbatasan waktu, mereka tidak bisa mengandalkan waktu yang

disediakan oleh kampus saja. Oleh karena itu, mereka harus belajar di luar

waktu kuliah. Maka dari itu untuk menampung mahasiwa yang ingin

8 E. Badri dan Munawiroh, Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Al-Qur‟an pada

siswa SMA, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2008), h. 3

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

6

belajar al-Qur’an, bidang kelembagaan Masjid Fathullah mendirikan

lembaga yang bergerak di bidang pembelajaran al-Qur’an yang diberi

nama Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ). Tujuan LTTQ

didirikan yaitu sebagai wadah bagi masyarakat umum dan mahasiswa

yang berada di wilayah Ciputat untuk belajar al-Qur’an. Salah satu

program LTTQ yang mendukung keinginan-keinginan tersebut yakni

melalui program pembelajaran tahsin al-Qiraah yang dilaksanakan

seminggu dua kali dibawah bimbingan guru yang menguasai ilmu

membaca al-Qur’an.

Dari pemaparan berbagai masalah di atas kemudian penulis merasa

perlu menindaklanjutinya dengan meneliti lebih jauh lagi terkait masalah-

masalah di atas yang telah dipaparkan. Penelitian ini akan memusatkan

penelitian kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

belajar tahsin di LTTQ Masjid Fathullah, sehingga penelitian ini diberi

judul: “Peran Program Pembelajaran Tahsin Qiraah Terhadap

Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang relevan dengan penelitian, yaitu:

1. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta banyak yang belum

mampu membaca al-Qur’an sesuai dengan makhraj huruf dan kaidah

tajwid yang baik dan benar

2. Latar belakang sekolah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang beragam.

3. Membaca al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan salah satu

syarat kelulusan Praktikum Qiraat (PIQI).

4. Peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan

membaca al-Qur’an.

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

7

5. Metode pembelajaran tahsin yang digunakan Lembaga Tahfidz dan

Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah untuk meningkatkan

kemampuan membaca al-Qur’an.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah penelitian dibatasi pada:

1. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang belum mampu

membaca al-Qur’an sesuai dengan makhraj huruf dan kaidah tajwid

yang baik dan benar dan mengikuti program pembelajaran tahsin

qiraah di LTTQ Masjid Fathullah.

2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelemahan membaca al-Qur’an

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti program

pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah

3. Metode digunakan oleh LTTQ Masjid Fathullah untuk meningkatkan

kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

4. Program tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah merupakan program

untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatas masalah di atas maka penulis membatasi

masalah sebagai berikut:

1. Apakah program tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah dapat

meningkatkan kemampuan mahasiswa membaca al-Qur’an?

2. Metode apa yang digunakan oleh LTTQ Masjid Fathullah untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa membaca al-Qur’an?

3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kelemahan membaca

al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

8

1. Untuk mengetahui peran program tahsin qiraah di LTTQ Masjid

Fathullah dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an yang

meliputi penguasaan, penerapan ilmu tajwid dan prakteknya

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan oleh LTTQ Masjid

Fathullah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa membaca al-

Qur’an.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak mampu membaca al-

Qur’an.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

bacaan untuk memperkaya khazanah perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta serta menjelaskan akan pentingnya memiliki

kemampuan membaca al-Qur’an.

2. Bagi guru atau dosen, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan masukan untuk memilih, menentukan dan

mengembangkan buku sumber, metode pembelajaran, cara memotivasi

siswa dan bagi pihak yang terkait dalam usaha untuk meningkatakan

mutu pendidikan islam khususnya pelajaran yang berkaitan dengan al-

Qur’an.

3. Bagi lembaga pendidikan al-Qur’an, diharapkan hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan informasi serta pertimbangan untuk

membuat rekomendasi tentang langkah-langkah yang dipandang tepat

untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an.

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

9

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini dibuat menjadi V bab

yang saling mendukung dan terkait satu dengan yang lainnya.

BAB I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Kajian Teori

Pada bab ini terdapat pembahasan mengenai teori-teori yang terkait

dengan judul skripsi di atas.

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini merupakan bab yang mendeskripsikan waktu, tempat,

metode dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian. Di

dalamnya juga dideskripsikan mengenai sumber data dan teknik

pengumpulan data.

BAB IV : Temuan Penelitian dan Pembahasan

Merupakan pembahasan mengenai realita-realita dalam penelitian

yang telah dilakukan oleh penulis.

BAB V : Penutup

Pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari keseluruhan

pembahasan mengenai hasil penelitian pada sub bab kesimpulan kemudian

dilanjutkan dengan pemberian saran-saran mengenai hasil penelitian

tersebut.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Membaca al-Qur‟an berbeda dengan membaca teks biasa,

karena dalam membaca al-Qur‟an kita belajar membaca huruf-huruf

serta bunyi kata-kata yang tepat, dan untuk mengetahui isi

kandungannya.

Baradja mengatakan, “membaca merupakan proses upaya

memahami pikiran-pikiran penulis melalui media teks atau seorang

penulis berusaha menyampaikan pesan kepada pembaca. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa apabila pembaca tidak mampu

memahami maksud pembuat teks, maka tidaklah disebut membaca,

atau pembaca akan sia-sia karena tidak mendapat informasi apapun

dari teks yang dia baca.”1

Namun kesia-siaan tersebut tidak berlaku dalam hal membaca

al-Qur‟an karena banyak sekali perbedaan antara membaca al-Qur‟an

dibandingkan dengan membaca teks biasa. Hal ini dikarenakan

terdapat lebih banyak kelebihan atau keutaamaan dalam membaca

firman-firman Allah SWT.

1 M. Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur‟an, (Malang: UIN Malang Press, 2007),

h. 1-2

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

11

Selain itu, pengertian membaca telah dibahas sejak turunnya

ayat pertama. Membaca dalam Bahasa Arab terambil dari kata qara‟a

yang berarti “menghimpun” yaitu apabila kita menyatukan beberapa

buah kata menjadi sebuah kalimat kemudian diucapkan, maka

pekerjaan ini dinamakan qara‟a yang salah satu artinya adalah

membaca.2

Perintah membaca dalam pengertian di atas menggambarkan

bahwa subjeknya umum, mencangkup membaca segala sesuatu,

termasuk alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan apa

pun, sebagaimana dikatakan oleh Quraish Shihab.3

Jadi, dapat disimpulkan bahwa membaca dalam hal kaitannya

denga al-Qur‟an dapat diartikan melihat tulisan yang terdapat pada al-

Qur‟an dan melisankannya. Akan tetapi membaca al-Qur‟an bukan

hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan,

meresapi isinya, serta mengamalkannya dengan baik dan benar.

2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Kemampuan membaca al-Qur‟an dapat diartikan dengan

kesanggupan dan kecakapan melafalkan bacaan ayat-ayat al-Qur‟an

dengan baik dan benar yaitu sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid dan

makhraj huruf yang baik dan benar.

Sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Zakiyah Daradjat bahwa

kemampuan membaca Al-Qur‟an tersebut dapat dilihat dari cara

pengajaran al-Qur‟an yang meliputi:

a) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari alif

sampai dengan ya. b) Cara menyembunyikan masing-masing

huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu. c) Bentuk dan fungsi

tanda baca, seperti: syakal, syiddah, tanda panjang, tanwin, dsb.

d) Bentuk dan fungsi tanda berhenti waqaf. e) Cara membaca,

melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-

macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu

Nadham. f) Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika

2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1994), cet.IV, h. 167

3 M. Quraish Shihab, Lentera AL-Qur‟an, (Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008), h. 34-35

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

12

membaca alQur‟an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai

ibadah.4

Selain itu, adapun tahapan pembelajaran membaca al-Qur‟an

menurut pendapat M. Samsul Ulum, yaitu:

a. Penegenalan huruf hijaiyah dan makhrajnya.

b. Pemarkah (al-asykaal).

c. Huruf-huruf bersambung.

d. Tajwid dan bagian-bagiannya.

e. Gharaaib (bacaan yang tidak sama dengan kaidah umum).5

Maka, seseorang yang telah memiliki kemampuan membaca

al-Qur‟an adalah yang telah mampu membaca al-Qur‟an dengan baik

dan benar sesuai aturan ilmu tajwid. Agar pahala yang mengalir dari

huruf-hurufnya dan syafaat yang akan dinikmatinya kelak optimal,

Allah memberi rambu-rambu bagi pembaca al-Qur‟an untuk tidak

membacanya dengan asal membaca, akan tetapi harus dengan ilmu

tajwid.

3. Keistimewaan Membaca Al-Qur’an

Membaca al-Qur‟an merupakan wasiat Rosulullah SAW. Kaum

muslimin yang telah mendahului kita benar-benar mengetahui

keutamaan al-Qur‟an sehingga tidak pernah berhenti mempelajari dan

membacanya secara tartil di pertengahan malam dan siang.

Banyak sekali keistimewaan dalam membaca al-Qur‟an dan

dapat kita ketahui melalui ayat dan hadist berikut:

a. Allah SWT berfirman,

4 Zakiyah Darajat, dkk, Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995), h. 91 5 Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur‟an, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.

81

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

13

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang

Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-

terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan

merugi.” (QS. Fathir 35:29)6

b. Hadist Rosulullah SAW

عت رسوؿ هللا صلى هللا عليو كسلم يػقوؿ: عن أب أمامة رضي هللا عنو قاؿ: سعا لصحابو )ركاه مسلم(ا القرآف فإنو يت يػوـ الق اقػرؤك يامة شفيػ

“Abu Umamah berkata bahwasannya dia pernah mendengar

Rosulullah SAW bersabda, bacalah al-Qur‟an karena ia datang

pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada orang yang

membacanya.” (HR. Muslim)7

ر ا ى م ل ا : م ل س ك و ي ل ع هللا ىل ص هللا ؿ و س ر اؿ : ق ت ل اا ق ه نػ ع هللا ي ض ر ة ش ا ئ ع ن ع ـ ر ك ال ة ر ف الس ع م آف ر ق ل ب اؽ ش و ي ل ع و ى ، ك و ي ف ع ت ع تػ يػ ك آف ر ق ال أ ر ق يػ ن ي ذ ال ، ك ة ر ر بػ ال ا)ركاه مسلم( اف ر ج أ و ل

Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“orang yang membaca al-Qur‟an dengan fasih dan lancar akan

dikelompokkan dengan orang-orang yang mulia. Orang yang

membaca al-Qur‟an dengan tidak lancar namun dia tetap

bersusah payah untuk membacanya maka dia mendapat dua

pahala.” (HR. Muslim)8

4. Adab Membaca Al-Qur’an

Adab dan tatakrama sebelum dan ketika membaca al-Qur‟an

tetap harus diperhatikan agar bacaannya itu menjadi lebih bermanfaat,

memberikan pengaruh dan hasil. Menurut Sahalah Abdul Fatah, ia

menyimpulkan ada 17 adab dan tatakrama dalam membaca al-Qur‟an,

yaitu:

a) Memilih waktu yang tepat untuk membaca al-Qur‟an, misalkan

di waktu paling afdhal, yaitu sepertiga akhir malam, pada waktu

malam, waktu fajar dan waktu-waktu senggang di siang hari. (b)

6 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro,

2004), h. 437

7 M. Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Mukhtashar Shahih Muslim

oleh Elly Lathifah, S.Pd., (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 1084 8

M. Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Mukhtashar Shahih Muslim

oleh Elly Lathifah, S.Pd., (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 1088

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

14

Memilih tempat yang tepat, misal di mesjid atau di dalam rumah

yang jauh dari suasana bising. (c) Memilih kondisi dan situasi yang

khusus sehingga seolah ia bisa berhadapan dengan tuhannya. (d)

Kesucian badan, suci dari janabat dan hadast kecil. (e) Mensucikan

seluruh anggota badan saat membaca dari segala perbuatan

maksiat, dosa dan kemungkaran. (f) Memasang niat saat membaca,

ikhlas hanya kepada Allah. (g) Mengharapkan perlindungan Allah

dan menghadap kepadanya-Nya. (h) Membaca isti‟adzah dan

basmalah sebelum membaca al-Qur‟an. (i) Mengosongkan jiwa

dari segala keinginan, kebutuhan dan tuntutan dunia. (j)

Memusatkan pikiran saat membaca dan mengkonsentrasikannya

kepada al-Qur‟an saja. (k) Khusu‟ saat membaca dan bersungguh-

sungguh. (l) Menangis saat membaca, terutama bila membaca ayat-

ayat yang mengingatkan tentang adzab. (m) Mengagungkan Allah,

merasakan dirinya sebagai hamba yang lemah dan melihat

kemuliaan dan anugerah Allah. (n) Mengamati, memahami

maknanya, mengetahui ayat-ayat yang dibacanya. (o)

Menyesuaikan suasana hati dengan pengertian ayat-ayat yang

dibacanya. (p) Merasa bahwa dirinyalah yang disebut dalam ayat

yang dibaca dan kewajiban yang dikandungnya tertuju padanya. (q)

Membuang hal-hal yang dapat menjadi penghalang untuk

memahami al-Qur‟an. (r) Orang yang mendengarkan dan

menyimak harus mencurahkan seluruh perhatian dan pikiran untuk

memahami maknanya, semua tertuju kepada kalam Allah.9

Sedangkan menurut Imam An-Nawawi adapun etika bagi

pelajar yang sedang belajar al-Qur‟an, diantaranya:

(a) Murid tidak boleh mempunyai kesibukan yang mengganggu

pelajarannya, kecuali keperluan mendesak. (b) Menyucikan

hatinya dari noda-noda (yang dapat mencemarkan hati) agar

layak menerima al-Qur‟an. (c) Menuntut ilmu kepada ahlinya,

yaitu guru yang sudah jelas dimaklumi kesempurnaan ilmunya,

jelas agamanya, diakui pengetahuannya dan di kenal

kehormatannya. (d) Bersikap sopan tehadap guru. (e) Menjaga

kesopanan terhadap sesama pelajar, yaitu diharuskan beradab

dan sopan santun dengan teman-temannya. (f) Memperhatikan

kondisi guru, termasuk mengenal kondisi sibuk dan bosannya

guru. (g) Semangat dan tekun dalam menuntut ilmu, giat dan

rajin belajar setiap saat. (h) Mempelajari al-Qur‟an pada pagi

hari.10

9 Shalah Abdul Fatah Kholid, Kunci Menguak Al-Qur‟an dari Mafatih Lit Ta‟amul Ma‟al-

Qur‟an oleh Khatur Suhardi , (Solo: Pustaka Mantiq, 1992), h. 64-69 10

Imam Nawawi, Bersanding Dengan Al-Qur‟an, dari Attibyaanu fi Adaabi hamalatil

Qur‟an oleh Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007), h. 36-41

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

15

Penjelasan di atas adalah beberapa aturan atau adab yang harus

diperhatikan oleh seseorang yang akan belajar al-Qur‟an. Hal-hal

tersebut harus kita terapkan dalam pembelajaran al-Qur‟an, karena

belajar membaca al-Qur‟an berbeda dengan membaca buku-buku

yang lainnya.

5. Membaca Al-Quran dengan Tartil

Hal yang paling utama dilakukan oleh orang yang membaca al-

Qur‟an adalah membaca al-Qur‟an dengan tartil. Bacaan tartil adalah

bacaan yang paling bagus karena sesuai dengan bacaan al-Qur‟an saat

diturunkan. Allah SWT berfirman:

“Dan berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa al Quran itu

tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya

Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara

tartil (teratur dan benar).” (QS. Al-Furqan 25: 32)11

Abdul Majid Khon mendifinisikan bahwa tartil artinya

membaca al-Qur‟an dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru, dengan

bacaan yang baik dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifatnya

sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Bacaan dengan tartil

ini akan membawa pengaruh kelezatan, kenikmatan, serta ketenangan,

baik bagi para pembaca ataupun bagi para pendengarnya.”12

Menurut para ulama, membaca al-Qur‟an secara tartil itu

mustahab untuk dapat memahami kandungannya dan untuk manfaat

lainnya. Karena itulah disunnahkan membaca secara tartil bagi orang

11

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro

2004), h. 362 12

Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), cet. II, h. 41

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

16

asing yang tidak mengerti makna al-Qur‟an. Cara itu lebih mulia untuk

menghormati al-Qur‟an dan sangat berpengaruh ke dalam hati.13

Penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca dengan tartil

dapat diartikan dengan tartil yang optimal yaitu dengan melafadzkan

ayat-ayat al-Qur‟an sebagus dan semaksimal mungkin.

6. Pengertian Tahsin Qiraah

Tahsin (تحسيي) menurut bahasa berasal dari تحسيب -حسي ي -حسي

yang artinya memperbaiki membaguskan, menghiasi, mempercantik,

membuat lebih baik dari semula.14

Kata ini sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid yang

berasal dari jawwada-yujawwidu‟ apabila ditinjau dari segi bahasa

tahsin artinya memperbaiki bacaan al-Qur‟an. Seseorang yang sudah

mampu membaca al-Qur‟an dengan lancar dan benar disebut mahir

atau mutqin. Pada dasarnya tahsin diartikan sama dengan tajwid dalam

membaca al-Qur‟an.15

Metode tahsin ialah metode untuk menyempurnakan semua hal

yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al-

Qur'an. Baik kesempurnaan sifat yang senantiasa melekat

padanya.Sehingga, cara kita membaca al-Qur‟an yang salah harus

diperbaiki sesuai dengan cara yang Rasulullah ajarkan. Targetnya

adalah agar benar pengucapan hurufnya, tepat ukuran madnya, tepat

dalam berwaqaf, dan memperindahnya dengan menyempurnakan

ghunnah serta tafkhim-tarqiq.

7. Metode-metode Tahsin Qiraah

Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses

belajar mengajar tidak terlepas dari pemilihan metode. Pada zaman

sekarang ini begitu banyak metode belajar membaca al-Qur‟an yang

13

Imam Nawawi, Bersanding Dengan Al-Qur‟an, Terj. Attibyaanu fi Adaabi hamalatil

Qur‟an oleh Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007), h. 75 14

Ahmad Muzzamil MF, Al-hafidz, Panduan Tahsin Tilawah, (Jakarta: Alfin Press,

2006), h. 2 15

Ibid.

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

17

digunakan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan belajar

membaca al-Qur‟an, diantaranya:

a) Metode Al-Baghdady

Metode al-Baghdady berasal dari Baghdad Irak. Metode al-

Baghdady adalah metode tersusun, maksudnya yaitu suatu metode

yang tersusun secara berurutan, merupakan sebuah proses yang

lebih kita kenal dengan metode alif, ba‟, ta‟. Metode ini adalah

metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama

berkembang di Indonesia. Cara pembelajaran metode ini adalah

hafalan, eja, modul dan pemberian contoh yang absolute.

b) Metode Hattaiyyah

Adalah suatu metode pengajaran membaca al-Qur‟an dengan

pendekatan pengamalan huruf Arab dan tanda baca melalui huruf

latin.

c) Metode Al-Barqi

Metode ini sifatnya bukan mengajar namun mendorong

siswa. Disini siswa dianggap telah memiliki persiapan dengan

pengetahuan yang tersedia. Siswa membuka atau melihat

peraga/papan tulis, tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah

punya kesiapan , maka siswa hanya membaca, memisah, memilih

dan memadu sendiri.16

d) Metode Iqro‟

Metode iqro‟ disusun oleh Ustadz As‟ad Human yaitu

metode membaca al-Qur‟an yang menekannkan langsung pada

latihan membaca. Adapun buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid

yang dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai

pada tingkatan sempurna.

Model pengajaran iqro‟ yaitu: a) Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA), guru tak lebih hanya sebagai penyimak, bukan penuntun

16

Majalah Ummi, Varian Metode Belajar Membaca Al-Qur'an, 2016,

(www.majalahummi.com).

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

18

bacan; b) Privat, guru menyimak seorang demi seorang; c)

Asistensi, yaitu jika guru tidak mencukupi, murid yang mahir bisa

turut membantu mengajar murid-murid yang lainnya.17

e) Metode Maisura

Metode ini di susun oleh DR. K.H. Ahmad Fathoni, Lc.,

M.A. Metode Maisura sudah lama beliau gagas dan telah diajarkan

kepada murid-muridnya sejak tahun 1994. Basis materi metode

maisura mempunyai 3 pilar utama, yaitu: teori yang berpijak pada

rujukan/referensi terpercaya yang sebagian besar disertakan teks

dan terjemahannya; praktik yang terintegrasi pada talaqqiy dan

musyafahah; dan informative terhadap mushaf terbitan Indonesia

dan Timur Tengah.18

Dahulu metode ini belum ada namanya. Baru terpikirkan

memberikan nama ketika metode ini mulai tersebar luas dan

banyak yang menanyakan metode apa yang selama itu dipelajari.

Mulailah ia memikirkan nama yang tepat untuk penemuannya

tersebut. Suatu ketika, saat beliau sedang membaca Al-Qur‟an

surah Al-Isra ayat 28, terdapat kalimat „qaulan maisura‟. Ia

berhenti sejenak dan berpikir bahwa kata maisura dirasa tepat

sebagai nama metodenya. Arti maisura adalah mudah dipahami,

simpel, praktis, bersahaja, dan lemah-lembut. Sejak itulah belaiau

menamakan penemuannya “Metode Maisura, Petunjuk Praktis

Tahsin Tartil Al-Qur‟an”.

Mempelajari Al-Qur‟an melalui Metode Maisura didukung

dengan petunjuk praktis yang dituangkan dalam buku panduan

sehingga semakin mempermudah bagi para pelajar yang ingin

17 Tombak Alam, Metode Membaca Menulis Al-Qur‟an 5 Kali Pandai, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1995), h. 13 18

Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur‟an Metode Maisura Edisi IV,

(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. vii

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

19

mempelajarinya. Waktunya juga sangat singkat, sekitar 12-14 jam.

Dengan demikian, metode ini sangat istimewa.19

8. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca

Al-Qur’an

Dalam pembelajaran al-Qur‟an banyak sekali faktor yang dapat

meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an baik membaca

perlulaan ataupun membaca lanjut (pemahaman). Diantara faktor-

faktor tersebut adalah:

a. Faktor Internal Siswa

1) Aspek Fisiologis

Menurut pendapat Noehi Nasution, ia mengatakan, “kondisi

fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang, orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam

keadaan kelelahan.”20

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, faktor-faktor

fisiologis masih dapat lagi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Tonus jasmani pada umumnya: (i) Nutrisi harus cukup

karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan

kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa

kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dsb. (ii) Beberapa

penyakit kronis sangat mengganggu belajar itu.

b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu: (i)

Berfungsinya panca indera merupakan syarat belajar itu

berlangsung dengan baik. Pancaindera yang memegang

peranan paling penting adalah mata dan telinga.21

2) Aspek Psikologis

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan

membaca al-Qur‟an adalah faktor psikologis, antara lain:

a) Intelegensi

19

Ibid., h. 3 20

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.

189 21

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h.235-236

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

20

Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atau tiga

jenis, yaitu: kecakapan untuk mengahadapi dan

menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif dan mengetahui dan

mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga

merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri denga lingkungan

dengan cara yang tepat.22

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) seseorang

tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat

keberhasilan belajarnya. Ini bermakna, semakin tinggi

kemampuan intelegensi seseorang maka semakin besar

peluangnya untuk meraih prestasi. Sebaliknya, semakin

rendah kemampuannya maka semakin kecil peluangnya

untuk meraih prestasi, kecuali jika seseorang itu rajin dan

ulet.

b) Minat

Minat (interest) merupakan kecenderungan untuk selalu

memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus

menerus yang sangat erat hubungannya dengan perasaan

senang minat berfungsi sebagai kekuatan yang akan

mendorong seseorang untuk belajar.23

Jika dikaitkan dengan minat membaca al-Qur‟an maka

minat baca tersebut dapat diartikan sebagai keinginan yang

kuat untuk membaca maka apabila seseorang sudah

22

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grapindo

Persada, 2006), h. 128-129 23

Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), cet. I, h.122

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

21

mempunyai keinginan yang kuat untuk membaca al-Qur‟an

ia akan dengan senang hati untuk membaca al-Qur‟an.

c) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard, bakat adalah

capacity to lear. Dengan perkataan lain, bakat

merupakan kemampuan untuk belajar. Secara umum

bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan dating. Keemampuan potensial ini baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar

atau berlatih.24

Bakat merupakan kemampuan individu untuk bisa

melakukan tugas tertentu melalui sedikit latihan. Bila

dikaitkan dengan membaca al-Qur‟an, seseorang yang

berbakat akan lebih cepat menyerap informasi dan

menguasai teknik seni baca al-Qur‟an.

d) Motivasi

Menurut Noehl Nasution, “motivasi adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

seseuatu. Jadi moivasi untuk belajar adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.”25

Berkenaan dengan motivasi belajar membaca al-

Qur‟an, maka hendaknya siswa bertujuan semata-mata

hanya untuk mencari ilmu, pangkat dan pekerjaan. Sebab

bila tujuannya mencari ilmu, maka pangkat dan pekerjaan

akan mengikuti, tetapi apabila tujuannya mencari pangkat

atau pekerjaan, ilmu belum tentu diperoleh dan begitupun

pekerjaan.

24

Tohirin, op. cit.,h. 131 25

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.

200

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

22

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor lingkungan siswa ini dibagi menjadi dua macam, yaitu

lingkungan alam/non sosial dan lingkungan sosial.Yang termasuk

faktor lingkungan non sosial/alam ini seperti: keadaan udara, suhu

udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar,

buku, alat peraga, sarana-prasarana, dsb.26

Jika seseorang tinggal atau berada di lingkungan yang

mendukung untuk mempelajari atau membaca al-Qur‟an maka ia

akan terbiasa atau tidak tabu untuk membaca al-Qur‟an dan begitu

pun sebaliknya.

9. Faktor-faktor yang dapat Melemahkan Kemampuan Membaca

Al-Qur’an

Tidak semua orang Islam dapat memebaca al-Qur‟an dengan

baik dan benar. Menurut Jalaludin adanya kesulitan dalam

mempelajari al-Qur‟an disebabkan beberpa faktor penyebab antara

lain:

1. Orientasi Berfikir

Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi arah

pemikiran orang. Kemajuan tekonologi dengan segala hasil

yang disumbangkannya bagi kemudahan hidup manusia, banyak

mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat dengan

kebendaan. Hal itu mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang

diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran pengetahuan

praktis dan menunjang prestie kehidupan.

Pengetahuan tentang membaca al-Qur‟an dan cara

membacanya kalah bersaing dalam pikiran kebanyakan kaum

muslimin.

26

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h.233

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

23

2. Kesempatan dan Tenaga

Arah berfikir yang materialis telah mendudukkan status

wajib belajar al-Qur‟an ke provinsi-provinsi semakin lebih kecil.

Pengaruh ini telah menimbulkan kondisi asal-asalan. Akibatnya

terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan tenaga

penngajar dan waktu yang disediakan untuk belajar al-Qur‟an

sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu yang mereka

gunakan untuk menuntut ilmu pengetahuan lain. Akibatnya

tenaga pengajar yang tersedia tidak berkembang sesuai dengan

kebutuhan.

3. Metode

Perkembangan teknologi telah mengubah kecenderungan

masyarakat untuk menuntut ilmu penegtahuan secara lebih mudah

dan lebih cepat. Untuk menampung minat ini dalam berbagai

disiplin ilmu para ahli telah memanfaatkan jasa teknologi dalam

media pendidikan baik media visual, audio visual dan komputer

dengan cara yang tepat guna.

Khusus dalam pendidikan al-Qur‟an cara ini masih langka

dan mahal. Metode lama dalam beberapa seginya mungkin sudah

kurang serasi dengan keinginan dan kecenderungan tepat guna

ini. Akibatnya metode yang demikian, berangsur-angsur kurang

diminati.

4. Aksara

Kitab suci al-Qur‟an ditulis dengan aksara dan bahasa

Arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non

pesantren/madrasah, karena pengetahuan ini tidak dikembangkan

secara khusus di sekolah umum. Akibatnya pelajar yang

berpendidikan umum ada yang buta aksara kitab sucinya.

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

24

Faktor-faktor di atas menurut Jalaludin banyak mempengaruhi

kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan

bahwa belajar membaca al-Qur‟an sulit.27

Faktor-faktor tersebut masih

dialami oleh beberapa mahasiswa yang belum lancar dalam membaca

al-Qur‟an dengan baik dan benar.

B. Pembelajaran Tahsin Qiraah

1. Pengertian Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid adalah suatu pengetahuan tentang cara membaca al-

Qur‟an dengan baik dan benar. Yakni sesuai dengan makhrojnya,

panjang-pendeknya, tebal-tipisnya, mendengung-tidaknya, serta titik-

komanya.28

Ilmu tajwid menurut bahasa artinya membaguskan bacaan

sedangkan menurut istilah yaitu:

خراج كل حرؼ من مرجو مع أ عطا ئو حقو كمستحقو إ

"Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan

memberi hak dan mustahaknya.”

Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu

bersama dengan huruf tersebut, seperti Al Jahr, Isti‟la‟, Istifal dan lain

sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah

sifat yang nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikfa‟ dan

lain sebagainya.29

2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Hukum membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid

adalah fardhu „ain bagi setiap muslim.30

Para ulama mengatakan

27 Jalaludin, Metode Tunjuk Silang Membaca Al-Qur‟an, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

h. 23 28

Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: Cahaya Islam. 2006), h.531 29

Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al-Qur‟an, (Jakarta: Markaz

Al Quran, 2011), Cet. XXI, h. 17 30

Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h. 12

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

25

bahwa orang yang membaca al-Qur‟an tanpa memperhatikan kaidah

bacaan maka ia berdosa.31 Adapun alasan hukumnya fardhu „ain,

Imam Ibn Al-Jazari mengatakan:

# من ل يود القرآف آث كالخذ بلتجويد حتم لزـ نا كصل و أنػزل # كى لنو بو الإل ل كذا منو إليػ

“Membaca (al-Qur‟an) dengan tajwid hukumnya wajib, siapa yang

tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa, kerena dengan

tajwidlah Allah menurunkan al-Qur‟an, dan dengan demikian pula

al-Qur‟an sampai kepada kita dari-Nya.”32

Sedangkan hukum mengajari seorang muslim untuk

mempelajari al-Qur‟an adalah tugas seseorang yang mengenal al-

Qur‟an dan hukumnya adalah fardhu kifayah. Harus ada wakil

diantara mereka yang dididik untuk mengenal al-Qur‟an dan ilmu-

ilmunya, bila mereka enggan untuk belajar maka berdosa.33

3. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid

Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah

agar terhindar dari kesalahan dalam membaca al-Qur‟an. Ada dua jenis

kesalahan dalam membaca al-Qur‟an yaitu:

a. Kesalahan yang jelas اللحن اجللي) )

Yaitu salah dalam pengucapan lafadz sehingga merusak

teori bacaan baik merusak makna ataupun tidak, seperti

berubahnya huruf atau harakat. Ulama tajwid sepakat bahwa

kesalahan jaly ini hukumya haram.

Contoh :

31

Ibrahim Ad-daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur‟ani, Terj. Masyru‟uka ma‟ al-

Qur‟an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid, (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007), h. 82 32

Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al-Qur‟an, (Jakarta: Markaz

Al Quran, 2011), Cet. 21, h. 19 33

Abu Zakariya Yahya, Menjaga Kemuliaan Al-Qur‟an Adab dan Tata Caranya, Terj.

Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al-Qur‟an oleh Tarmana Ahmad Qosim, (Bandung: Al-Bayan, 1996),

cet. I, h.54

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

26

artinya telah engkau berikan ni‟mat أنػعمػت

kalau terbaca أنػعمػت artinya telah saya berikan ni‟mat

ر artinya banyak كثيػ

kalau terbaca ر artinya pecah كسيػ

2. Kesalahan yang samar (اللحن اخلفي)

Yaitu salah dalam pengucapan lafadz sehingga merusak

teori bacaan, tetapi tidak sampai merusak makna seperti

meninggalkan ghunnah, kurang panjang dalam membaca mad

wajib, mad lazim dan lain-lain. 34

Contoh: جآء seharusnya 4/5 harakat terbaca 2 harakat

إف seharusnya ghunnah, terbaca tanpa ghunnah

4. Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid

Seperti dikemukakan oleh Abdul Aziz bahwa ilmu tajwid adalah

ilmu yang sangat mulia. Karena keterkaiatannya secara langsung

dengan al-Qur‟an. Diantara keistimewaannya, yaitu:

a. Mempelajari dan mengajarkan al-Qur‟an merupakan tolak ukur

kualitas seorang muslim. Rosulullah SAW bersabda:

ن أ ب ن ح:أ د او د وحب اأ ن ث د :ح ن ل يحغ ن بحد وحم ام حن ث د ح ،د ث رحم ن بحة م ق لحع نحر ب خح:أ ة ب عحن أ ان ف ع نبحان م ثحع نح،ع نحح الر دبحع بحأ نحع ث د ي ة د يحب ع نحبدحع س ت عح:س ال ق ((ه م ل ع و آن رحق الحم ل ع ت نحم محك ر ي ح)خ :)ال ق مل س و هيحل ع للا لى ص للال وحس ر

“Mahmud bin Ghailan menyampaiakan kepada kami dari Abu

Dawud, dari Syu‟bah yang menceritakan bahwa Al-Qmah bin

Marstad berkata, “aku mendengar Sa‟d bin Uabaidah

menyempaiakan dari abu Abdurrahman, dari Ustman bin Affan

34

Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h. 14

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

27

bahwa Rasulullah SAW besabda, „Sebaik-baiknya kalian adalah

orang yang belajar al-Qur‟an dan mengajarkannya. (HR. At-

tirmidzi)35

b. Mempelajari al-Qur‟an adalah sebaik-baiknya kesibukan

c. Akan turun sakinah (ketentraman), rahmat malaikat dan Allah

menyebut-nyebut orang yang mempelajari al-Qur‟an kepada

makhluk yang ada di sisinya.36

5. Tempo Membaca Al-Qur’an

Adapun tata cara atau tempo membaca al-Qur‟an menurut para

ulama terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:

a. Membaca secara tahqiq

Tahqiq ialah tempo bacaan yang paling lambat. Menurut

ulama tajwid, tempo bacaan ini diperdengarkan sebagai metode

dalam proses belajar mengajar, sehingga di harapkan murid dapat

melihat dan mendengarkan cara guru membaca huruf demi huruf

menurut semestinya sesuai dengan makhrajnya, sifatnya dan

hukumnya.37

b. Membaca secara tadwir

Tadwir ialah bacaan yang tidak terlalu cepat dan tidak pula

terlalu lambat. Ukuran bacaan yang digunakan dalam tadwir ini

yaitu pertengahan seperti menggunakan empat harakat dari

ketentuan boleh pilih dua, empat dan enam.38

c. Membaca secar tartil

Tartil adalah bacaan yang perlahan-lahan dan jelas,

mengeluarkan setiap huruf dan makhrajnya dan menerapkan sifat-

sifatnya, serta mentadaburi maknanya.”39

d. Membaca secara hadr

35 Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Enslikopedia Hadist Terj. Jami‟ At-Tirmidzi

oleh Tim Darussunah , (Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2013), h. 950 36

Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al-Qur‟an, (Jakarta: Markaz

Al Quran, 2011), Cet. 21, h. 20 37

Ibid., h. 29 38

Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h.15 39

Op. Cit., h. 30

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

28

Hadr ialah cara membaca al-Qur‟an dengan cepat tetapi

tetap menjaga hukum-hukum tajwidnya. Cepat disini biasanya

menggunakan ukuran yang terpendek selama peraturan

membolehkan.40

Dari empat tata cara membaca al-Qur‟an tersebut tata cara

yang ideal untuk dipraktekan di kalangan umum untuk mengajarkan

al-Qur‟an oleh orang tua dan guru adalah cara yang pertama yaitu

tahqiq. Dengan membaca secara tahqiq, anak akan terlatih membaca

al-Qur‟an secara pelan, tenang, tidak terburu-buru. Cara ini akan

membiasakan anak membaca al-Qur‟an secara baik.

Namun tingkatan yang paling bagus adalah tartil, karena

dengan bacaan inilah al-Qur‟an diturunkan.

6. Makhraj dan Sifat Huruf Hijaiyyah

Penguasaan mengenai makhraj dan sifat huruf adalah sebuah

keharusan, sebab dua komponen ini adalah termasuk bagian dari

komponen syarat-syarat “tajwidul huruf” dalam arti “tartil” nya Ali

bin Abi Thalib.41

Secara literal, makharij (هخبرج) berasal dari kata خزج yang

berarti “keluar”. Akar kata tersebut selanjutnya dijadikan bentuk isim

menjadi هخزج yang artinya “temapat keluar”. Sedangkan makharij

bentuk jamak dari makharaj. Sedangkan makharij al-huruf adalah

tempat-tempat keluar huruf dari huruf pembaca sehingga membentuk

bunyi tertentu.42

Sedangkan “sifat” menurut bahasa adalah sesuatu yang melekat

atau menetap pada sesuatu yang lain (yaitu huruf-huruf hijaiyyah).

Dan menurut istilah yaitu cara baru bagi keluar huruf ketika sampai

40

Ibid., h. 15 41

Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur‟an Metode Maisura Edisi IV,

(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. 9 42

Supriyadi, dkk, Modul Praktikum “Qira‟at al-Qur‟an”, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), h.19

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

29

pada tempat keluarnya, baik berupa jahr, rakhawah, hams, syiddah,

dsb.

7. Kaidah-kaidah Ilmu Tajwid

a. Hukum Nun Mati dan Tanwin

Nun mati dan tanwin, jika bertemu huruf hijaiyyah terbagi

menjadi 4 hukum, yaitu:

1) Idzhar

Definisi idzhar secara bahasa adalah jelas. Menurut istilah

bermakna mengeluarkan setiap huruf idzhar dari makhrajnya tanpa

dengungan. Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu

dari huruf idzhar (huruf halqi) yaitu: خ ,غ , ح , ع , ق ,ء, maka

nun mati atau tanwin tersebut, wajib dipisah dari huruf setelahnya

dan dibaca dengan jelas tanpa ada dengungan.

Contoh: و , من ىا د , من علق ن إل م

2) Idgham

Jika nun mati dan tanwin bertemu dengan enam huruf

idgham yaitu: ر ,ؿ ,ك ,ف ,ـ ,ي, maka bacaannya wajib

digabungkan dengan huruf sesudahnya. Dengan demikian dua

huruf itu seolah menjadi satu huruf yang bertasydid.

Idgham dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Idgham bighunnah (ك ,ف ,ـ ,ي)

Contohnya: مواؿ dibaca من كاؿ

b) Idgham bilaghunnah (ر ,ؿ) Contohnya: مر بم dibaca من ربم

3) Iqlab

Jika nun mati atau tanwin terdapat sebelum huruf ba, maka

diganti menjadi mim. Cara pengucapannya dengan samar dan

berdengung.

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

30

Contoh: هم هم dibaca أنبئػ أمبئػ

4) Ikhfa

Jika nun mati atau tanwin terdapat sebelum huruf-huruf

hijaiyyah (selain huruf izhar, idgham dan iqlab), maka wajib

dibaca ikhfa (samar). Huruf ikhfa ada 15, yaitu: ؾ ,ث ,ذ ,ص,

.ظ ,ض ,ت ,ؼ ,ز ,ط ,د ,س ,ؽ ,ش ,ج

Definisi ikhfa secara bahasa adalah menutupi. Adapun

secara istilah, ikhfa adalah mengucapkan huruf antara bacaan

izhar dan idham yang tidak di tasydidkan namun

mendengungkan huruf yang pertama.43

Contoh: من قػبل ,كتا ب كري b. Hukum Mim Mati

Huruf mim yang mati apabila bertemu salah satu huruf dari

huruf hijaiyyah, maka mempunyai tiga dampak hukum, yaitu:

1) Ikhfa Syafawi

Ikhfa artinya menyembunyikan, syafawi artinya huruf yang

keluar dari bibir. Maksudnya, bila mim mati bertemu huruf ة

maka mim mati dibaca samar (tidak rapat) dan didengungkan

(sama dengan bacaan iqlab).

Contoh: وه ن ببلخزة

2) Idgham Mimi

Idgham artinya memasukkan dan mimi artinya huruf mim.

Maksudnya, bila mim mati bertemu mim, maka bunyi م yang

pertama di masukan ke mim yang kedua dan disertai dengan

dengung.

Contoh: ولك ن هب كسبت ن

43 Ibrahim Ad-daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur‟ani, Terj. Masyru‟uka ma‟ al-

Qur‟an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid, (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007), h. 88

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

31

3) Idzhar Syafawi

Idzhar artinya jelas, syafawi artinya huruf yang keluar dari

bibir. Maksudnya, bila mim mati bertemu huruf-huruf hijaiyyah

selain huruf م dan ة maka mim mati dibaca jelas.44

Contoh: عليهم غي

c. Hukum Mim dan Nun Bertasydid

Huruf mim tasydid dan nun tasydid adalah wajib dibaca

gunnah yaitu dengan membunyikan sambil mendengung. Adapun

lama mendengungnya selama dua ketukan atau satu alif. Lama

ketukan itu disesuaikan dengan irama lagu yang dibaca oleh

pembaca.45

Contoh: ب س لا أى ق ىل - ث ن - ي - كن ه

d. Hukum Alif Lam

Hukum اؿ الشمسية (alif lam syamsiyah) wajib dimasukkan

dengan huruf setelahnya tanpa berdengung. Hal itu apabila alif lam

syamsiyah bertemu dengan salah satu dari empat belas huruf

hijaiyah:

ط ث ص ر ض ذ ف دس ظ ز ش ؿ

Contoh: ت ، الطآ ه ، البر الشوس

Hukum اؿ القمرية (alif lam komariyah) wajib dibaca jelas ketika

terdapat sebelum empat belas huruf hijaiyah:46

ء ب غ ح ج ؾ كخ ؼ ع ؽ ي ـ ق

44 Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h.48

45 Supriyadi, dkk, Modul Praktikum “Qira‟at al-Qur‟an”, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), h.62 46

Ibrahim Ad-daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur‟ani, Terj. Masyru‟uka ma‟ al-

Qur‟an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid, (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007), h.92

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

32

Contoh: الىد ود ، ، الولك القوز e. Hukum Mad

Menurut bahasa, mad artinya menambahkan atau

memanjangkan. Sementara menurut istilah, mad adalah

memanjangkan suara dengan salah satu huruf mad, layyin atau dua

huruf layyin. Huruf mad dan layyin adalah alif, wawu, dan ya

sukun yang sejenis dengan huruf sebelumnya. Contoh: ( ها (نػوحيػ

Adapun pembagian mad, yaitu:

1) Mad Thabi‟

Mad thabi‟i adalah mad dimana huruf tidak bisa berfungsi

tanpanya dan tidak bergantung pada hamzah ataupun sukun.

Mad thabi‟i dipanjangkan 2 harakat saja.

Contoh: ىس قب ل ىا ي و

2) Mad Badal

Mad badal adalah setiap hamzah yang dipanjangkan. Ini

merupakan kondisi khusus dari mad thabi‟i. Mad ini

dipanjanggkan seukuran dua harakat.

Contoh: )ي زآء وى( ،( الق زءاى(، )إيو ب )

3) Mad „Iwad

Mad iwad adalah mengganti tanwin nashab pada saat waqaf

dengan alif yang dipanjangkan seukuran 2 harakat. Mad ini

termasuk mad thabi‟i.

Contoh: عليوب diwaqafkan menjadi عليوب

أحذا di wakafkan menjadi أحذا 4) Mad Ja‟iz Munfasil

Mad ja‟iz munfasil adalah huruf mad berada di akhir kata

pertama dan hamzah qath‟i berada di awal kata berikutnya.

Disebut mad ja‟iz karena para ahli qiraah berbeda pendapat

apakah dibaca panjang atau pendek. Menurut imam Hafs dari

Syathibiyah dipanjangkan seukuran 4 atau 5 harakat.

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

33

Contoh: ف سك ن( )قبل ى )وفى ا ءاهب(أ

5) Mad Wajib Muttasil

Mad wajib muttasil adalah huruf mad yang setelahnya ada

hamzah dalam satu kata. Dissebut mad wajib karena wajib

dipanjangkan melebihi normalnya menurut para ahli qiraah.

Menurut imam Hafs dari Ashim, mad ini dipnjankan seukuran 4

atau 5 harakat.

Contoh: ءالعذاة(ء بهن( )س ى سى ) 6) Mad Shilah

Mad shilah adalah menyambung ha‟ dhamir-mufrad ghaib

mudzakarah dengan wawu jika ha‟ nya berharakat dhamah atau

menyambung dengan ya‟ jika ha‟ nya berharakat kasrah, dengan

syarat harus terletak di antara dua huruf yang berharakat.

Contoh: Mad Shilah sugra ه وابيه ۦوا ه

Mad Shilah kubra أى ۦ طعب هه إلى

7) Mad Lazim

Mad lazim adalah huruf mad yang setelahnya ada huruf

sukun asli baik disambung ataupun diwaqafkan.

Contoh: ىى( )ى :

Mad lazim terbagi dua, yakni:

Pertama: Mad lazim kalimi

i. Mad lazim kalimi mukhafaf. Contoh: ي()ءآ لئ

ii. Mad lazim kalimi mutsaqqal. Contoh: ت ( )الص آ خ

Kedua: Mad lazim harfi

i. Mad lazim harfi mukhafaf. Contoh: ( )حن

ii. Mad lazim harfi mutsaqqal. Contoh: (ن )طس

8) Mad „Aridh Lis Sukun

Mad „aridh lis sukun adalah huruf mad yang berikutnya ada

huruf bersukun bukan asli lantaran waqaf. Mad „aridh lis sukun

dipanjangkan seukuran 2, 4 atau 6 harakat.

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

34

Contoh: ىى -ستعيي تعلو

9) Mad Layyin

Yaitu huruf layyin (و dan ي) yang berikutnya ada huruf

sukun bukan asli lantaran wakaf.

Contoh: خىف( –)خىف ( ىم ىم –) f. Hukum Tafkhim dan Tarqiq

Tafkhim menurut bahasa ialah at-tasmin, artinya

menebalkan atau menggemukkan. Sedangkan menurut istilah,

Tafkhim adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai

memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Yang dibaca tafkhim

adalah sebagai berikut:

1) Huruf-huruf isti‟la ) ق -ظ –ط –ض –ص –خ )

2) Huruf ra‟ yang dibaca tebal yang berada di awal kata

atau di tengahnya dan Ra‟ dibaca tebal yang berada di

akhir kalimah

3) Lam pada lafadz هلل ا

Tarqiq menurut bahasa ialah at-tanhif, artinya

mengkuruskan atau menipiskan. Sedangkan menurut istilah tarqiq

adalah mengucapkan huuf dengan ringan/tipis sehingga tidak

sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Yang dibaca

tarqiq adalah sebagai berikut:

1) Huruf istifal yaitu huruf hijaiyyah selain huruf isti‟la

2) Ra‟ yang berada di awal atau di tengah kata dan Ra‟

yang berada di akhir kata

3) Lam lafadz jalalah jika sebelumnya didahului huruf

yang berharakat kasrah.

4) Alif jika tidak terletak sesudah huruf isti‟la atau tidak

terletak sesudah lam lafadz هللا . 47

47

Aiman Rusydi, Panduan Ilmu Tajwid Bergambar, (Solo: Zam-zam, 2015), h.102-113

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

35

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Peran Guru Al-Qur‟an dalam Menanggulangi Kesulitan Belajar

Membaca Al-Qur‟an pada Santriwati MTs. Pondok Pesantren Al-

Amanah Al-Gontori Perigi Baru Pondok Aren Tangerang Selatan yang

ditulis oleh Siti Hajar Mahasiswa Jurusan PAI FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru al-

Qur‟an sudah berhasil, karena para santriwati yang mengalami kesulitan

belajar membaca al-Qur‟an dibimbing secara maksimal oleh para guru

al-Qur‟an.

2. Penerapan Metode Iqro untuk Peningkatan Kemampuan Membaca Al-

Qur‟an Siswa Kelas III SDN Caringin Nyalindung Sukabumi yang

ditulis oleh Suryana Mahasiswa Jurusan PAI FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Sebelum diterapkannya metode, presentase nilai

ketuntasan belajar siswa hanya 43%. Namun setelah penerapan metode

ketuntasan belajar siswa menjadi 100%.

D. Kerangka Berfikir

Program tahsin qiraah merupakan salah satu program yang

dilaksanakan di LTTQ Masjid Fathullah yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-Qur‟an. Untuk

meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an, maka harus diperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor

ekternal.

Jika penerapan program ini terlaksana dengan baik, maka

kemampuan membaca al-Qur‟an mahasiswa yang belajar membaca al-

Qur‟an di LTTQ pun akan meningkat sesuai dengan kaidah ilmu tajwid

dan makhraj huruf yang baik dan benar. Demikian pula mutu LTTQ

sebagai lembaga yang memfokuskan pengajaran al-Qur‟an juga akan baik.

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an

(LTTQ) Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlokasi

di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Kota Tanggerang Selatan. Sedangkan waktu

penelitian ini yaitu dilakukan selama tiga bulan, dimulai dari bulan

Januari-Maret 2016.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

deskriptif. Metode deskriftif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara

variabel satu dengan variabel yang lain.1

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan

atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian.

1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 234

36

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

37

Apa yang akan dimasukkan melalui deskripsi tergantung pada

pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti.2 Penelitian deskriftif biasanya

tidak diarahkan untuk menguji hipotesa, melainkan untuk mencari

informasi untuk mengambil kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan

analisis datanya, penelitian ini bersifat eksploratif bertujan untuk

menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini

menggambarkan suatu gejala nyata yang ada di lapangan, maka tidak ada

intervensi dari peneliti.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen yang akan

ditarik kesimpulannya. Elemen populasi merupakan satuan dari objek

yang diamati dalam kajian, bisa berupa orang, waktu, benda, atau sesuatu

yang lain.3 Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti program

pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah yang berjumlah 47

orang mahasiswa.

Sampel merupakan sekelompok objek, orang, peristiwa dan

sebagainya yang merupakan representasi dari keseluruhan. Selain itu,

sampel adalah suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian dari populasi

secara keseluruhan.4

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, “apabila subjek kurang

dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selajutnya jika jumlah subjeknya besar,

2 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2008), h. 174 3 Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian, (Bandung: PT. Refika

Aditama, 2014), h. 93 4 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana,

2013), h. 57

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

38

dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung dari segi waktu,tenaga

dan dana.”5

Maka dari itu, penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga

jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah keseluruhan jumlah

populasi yaitu sebanyak 47 orang mahasiswa yang mengikuti program

pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selanjutnya disebut responden.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Penelitian perpustakaan (Library research), yaitu mengadakan

kajian dengan mencari dan membaca buku-buku untuk mendalami

teori dan masalah yang diteliti.

b. Penelitian lapangan (Field research), yaitu mengadakan penelitian

lapangan atau objek penelitian di LTTQ Masjid Fathullah.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung.6 Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan

adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti ikut serta dalam

kegiatan obyeknya sebagaimana yang lain dan tidak nampak

perbedaan dalam bersikap. Peneliti ikut serta dalam proses

pembelajaran tahsin qiraah guna mengamati keadaan guru,

lingkungan belajar dan proses pembelajaran. Serta mengamati

mengenai perubahan kemampuan membaca responden.

5 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

h. 107 6 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda, 2011), cet.

VII, h. 220

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

39

b. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto mengatakan, “dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya.”7

Peneliti melakukan pendokumentasian dengan cara

mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis yang terkait dengan

aspek-aspek yang diteliti. Adapun dokumen-dokemen yang

diperlukan, yaitu:

1) Sejarah berdirinya LTTQ Masjid Fathullah

2) VISI dan MISI LTTQ Masjid Fathullah

3) Jumlah peserta LTTQ Masjid Fathullah

4) Staf pengajar program pembelajaran

5) Struktur pengurus LTTQ Masjid Fathullah

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informan dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu.8 Metode

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur. Wawancara terstruktur adalah peneliti melakukan tatap

muka dengan responden menggunakan pedoman wawancara yang

telah disiapkan lebih dahulu.”9

Peneliti mengadakan tanya jawab dengan ketua LTTQ

untuk mengetahui gambaran umum mengenai LTTQ dan program-

program pembelajaran, khususnya program tahsin qiraaah. Serta

mengadakan tanya jawab kepada instruktur (guru) program tahsin

qiraah untuk mengatahui gambaran tentang proses pembelajaran

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2013), cet. XV, h. 274 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), cet. XIII, h. 137 9 Ibid., h. 138

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

40

tahsin qiraah dan kepada ketua LTTQ untuk mengetahui mengenai

gambaran umum program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ.

c. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner

dapat berupa petanyaan/pernyataan terbuka atau tertutup yang

dapat dikirim secara langsung atau tidak.10

Sedangkan Suharsimi Arikunto menyatakan, “angket

adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis

kepada seseorang (dalam penelitian ini disebut responden), dan

cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis.”11

Angket yang akan disebar dalam penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan informasi tentang peran program

pembelajaran tahsin qiraah bagi mahasiswa yang mengikuti

program pembelajaran kelas tahsin dasar di LTTQ Masjid

Fathullah. Angket ini akan dibuat dengan berisikan 20 item

pertanyaan. Selanjutnya, untuk mempermudah perhitunga

presentase maka akan diberikan skor untuk masing-masing jawaba,

yaitu:

Selalu = 4

Sering = 3

Kadang-kadang = 2

Tidak Pernah = 1

10

Ibid., h. 142

11 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 135

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

41

E. Teknik Analisa Data

Data yang penulis peroleh dianalisis secara deskripsi kuantitatif

yaitu teknik analisa data yanag penganalisaannya dilakukan dengan

memberikan penjelasan-penjelasan mengenai gambaran peristiwa yang

terjadi terutama yang berkaiatan dengan peran program pemebelajaran

tahsi qiraah di LTTQ Masjid Fathullah. Data yang terkumpul kemudian

dianalisa untuk selanjutnya ditulis dalam bentuk laporan (skripsi). Akan

tetapi jika terdapat data yang kurang relevan maka akan dilakukan

pengulangan hingga akhirnya diperoleh data yang lengkap.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah

editing yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan

kejelasan penulisnya. Dalam tahap ini dilakukan penegecekan terhadap

kelengkapan pengisisan dan kejelasan penulisnya.

2. Tabulasi

Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaSran frekuensi

dalam setiap item yang penulis kemukakan. Maka dari itu, dibuatlah

suatu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian kuisioner, sehingga

terlihat jawaban yang satu dengan jawaban yang lain.

3. Prosentase

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya

peran program pemebelajaran tahsin qiraah dalam meningkatkan

kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Adapun teknik analisisnya menggunakan statistik prosentase

dengan rumus:

P =

x 100%

Keterangan:

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

42

P = angka prosentase

F = frekuensi yang dicari prosentasenya

N = jumlah frekuensi/banyaknya individu12

F. Interpretasi Data

Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik

deskriptif, yang perlu dibahas adalah nilai mean atau nilai rata-ratnya. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi/gambaran masing-masing

aspek yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.

Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh

digunakan pedoman interpretasi yaitu, sebagai berikut:

1. Sangat Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 80-100%

2. Baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 60-79,9%

3. Cukup Baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-59,9%

4. Tidak Grogol jika nilai yang diperoleh kurang dari 0-39,9%13

12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006,

h. 43

13 Anas Sudijono, Ibid, h. 45

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Sejarah Singkat LTTQ Masjid Fathullah

Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) berdiri pada tahun

2000 atas dasar keinginan beberapa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang ingin menghafal al-Qur’an, akan tetapi pada saat itu UKM yang

telah ada yaitu HIQMA dengan program yang difokuskan adalah qiraah dan

tilawah, marawis dan qasidah. Segingga ada beberapa tokoh yang ingin

mendirikan organisasi tahfidz al-Qur’an sebagai organisasi yang turut

memberikan konstribusi dan eksistensinya untuk mencetak hafidz dan hafidzah

yang berasal dari kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Para tokoh tersebut adalah Ali Fachruddien, Dicky Andika, dan Abdul

Fatah. Ketiga tokoh ini mengahadap Purek III pada saat itu untuk mendirikan

sebuah lembaga tahfidz di Masjid Fathullah yaitu sebuah masjid yang terletak

di depan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BUPERDA Masjid

Fathullah menyambut hangat tawaran dari Purek III tersebut untuk

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

44

merealisasikan tujuan mulia mereka yaitu mencetak para hafidz dan hafidzah

dan didirikanlah sebuah lembaga dengan nama Lembaga Tahfidz dan Ta’lim

Al-Qur’an (LTTQ).

Pada tahun pertama berdirinya, LTTQ mendapat respon yang positif

dari kalangan mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme pendaftar yang

mencapai 100 peserta. Dalam perjalannya di tahun 2001-2005 LTTQ berhasil

mencetak banyak hafidz. Pada awal berdirinya. LTTQ merupakan lembaga

mahasiswa, namun pada tahun 2005-2009 LTTQ sempat mengalami

kevakuman sehingga lembaga ini mengalami perubahan format kepengurusan

karena di format ulang oleh Ustd. Ervan dari yang awalnya berbentuk

organisasi mahasiwa menjadi lembaga kerja dengan struktur organisasi terdiri

dari Ketua Umum, Ketua Harian, Manager Operasional, dan para Koordinator.1

Pada tahun 2010 LTTQ mengalami peningkatan kegiatan yang

signifikan, hal ini dibuktikan dengan diadakannya perlombaan MTQ se-

Jabodetabek pada bulan April 2011 yang diikuti oleh 150 peserta.

Dari tahun ketahun LTTQ mengalami peningkatan jumlah peserta,

yaitu:2

a. Tahun 2007 (90 peserta)

b. Tahun 2008-2009 (120 peserta)

c. Tahun 2009-2010 (160 peserta)

d. Tahun 2010-2011 (270 peserta)

e. Tahun 2011-2012 (245 peserta)

f. Tahun 2012-2013 (180 peserta)

g. Tahun 2014-2015 (347 peserta)

1 Dokumen Profil LTTQ

2 Ibid

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

45

2. Visi dan Misi LTTQ Masjid Fathullah

Lembaga Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan sebuah organisasi pembinaan

al-Qur’an dan dakwah masyarakat yang berada di bawah naungan Masjid

Fathullah UIN Jakarta. Berdiri sejak tahun 2000, lembaga ini memiliki visi

dan misi sebagai berikut:

VISI

Menjadikan LTTQ Fathullah sebagai lembaga yang terkemuka

dalam pembinaan al-Qur’an dan pembentuk generasi intelektual Qur’ani

dan masyarakat yang peduli terhadap masalah-masalah sosial.

MISI

a) Menjadi lembaga qur’an yang peduli terhadap masalah-masalah sosial.

b) Menjadikan masyarakat LTTQ sebagai generasi intelektual muslim

Qur’ani.

c) Menjadikan masyarakat LTTQ memiliki kualitas yang mumpuni dalam

bidang al-Qur’an3

3. Tujuan LTTQ Masjid Fathullah

Selaras dengan visi dan misinya, LTTQ juga memiliki tujuan

tersendiri baik yang bersifat umum maupun khusus diantaranya:

a. Tujuan Umum

1) Menumbuhkembangkan “kesadaran” terhadap segala aspek yang terkait

dengan al-Qur’an terutama kesadaran membaca, menghafal dan mengkaji

al-Qur’an.

3 Ibid

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

46

2) Pendalaman serta penghayatan terhadap ilmu-ilmu yang dikandung dan

berkaitan dengan al-Qur’an dalam mencetak generasi intelektual muslim

Qurani.

b. Tujuan Khusus

1) Mensosialisasikan tradisi membaca (tahsin), mengkaji (ta’lim), menguasai

(tahfizh), dan seni irama al-Qur’an dan serta berbagai ilmu sosial-

kemanusiaan (Humaniora).

2) Mengkaji secara intensif aspek-aspek mengenai al-Qur’an (kontekstual &

konseptual).

3) Mentadabburi sinyal-sinyal Ilahiyah yang dikandung di dalam al-Qur’an

baik teori maupun praktek.

4) Sebagai wadah pemersatu bagi masyarakat umum terutama di kalangan

mahasiswa yang ingin, sedang, dan telah hafal al-Qur’an.4

4. Staf pengajar program pembelajaran

Adapun staf pengajar program-program di LTTQ Masjid Fathullah

terdiri yaitu dari SDM LTTQ Fathullah sendiri dan dari luar lembaga yang

terdiri dari dosen dan alumni-alumni pondok al-Qur’an. Kriteria pengajajar

itu sendiri yaitu sudah menguasai metode-metode yang akan diajarkan dan

sudah mempuyai sertifikat pengalaman mengajar al-Qur’an.5

Berikut ini daftar nama staf pengajar yang disebut dengan instruktur

program:

a. Ustdh. Lina Andriyana (program tahsin)

b. Ustdh. Siti Husnia R, S.Th.I (program tahsin)

c. Ustdh. Atiqoh, SQ (program tahsin)

4 Ibid

5 Kholilur Rohman, Wawancara dengan Ketua Umum LTTQ di kantor LTTQ pada 28

Maret 2016

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

47

d. Ustd. Abdul Aziz, Lc (program tahfidz)

e. Ustdh. Hj. Amilah, SQ (program tahfidz)

f. Ustdh. Mestiah, S.Th.I (program tilawah)

g. Ustd. Milki Aan, S.Th.I (program BAQ)6

5. Struktur Kepengurusan LTTQ Masjid Fathullah

Adapun struktur kepengurusan LTTQ Masjid Fathullah periode

2015-2016, adalah sebagai berikut:7

Ketua : Kholilur Rohman

Wakil ketua : Ahmad As’ad

Sekretaris : Sherli Zulianawati

Bendahara : Maisaroh

Bidang-bidang :

a. Bidang Keorganisasian : Aldi, Yuli

b. Bidang Program : Umi, Latifah, Ina

c. Bidang SDM : Kafi, Faiz, Humaira

d. Bidang Humas : Iis, Febri, Vanni

e. Bidang Kewirausahaan : Lastri, Iffah Affiah

f. Bidang Sosial Kemasyarakatan : Hikmah, Fauzia

g. Bidang Kerumahtanggaan : Azkiya, Desi

6 Dokumen Profil LTTQ

7 Ibid

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

48

6. Program Pembelajaran

a. Program Pembelajaran Reguler

Program ini bertujuan untuk menjalankan inti dari tugas

lembaga ini, yakni membuka pembelajaran untuk siapa saja yang ingin

belajar al-Qur’an. Program ini dilaksanakan secara rutin dua kali dalam

seminggu, dan diikuti oleh peserta program LTTQ. Adapun program-

program pembelajaran ini terdiri dari:

1) Tahsin Qiraah

Tahsin Qiraah adalah program pembelajaran membaca al-

Qur’an dengan baik dan benar dilihat dari aspek tajwid, fashohah

dan makhorijul huruf. Program ini terdiri dari dua tingkatan (kelas).

Pembagian kelas tahsin adalah berdasarkan hasil placement tes

tahsin. Dua kelas program tahsin, yaitu kelas Tahsin Dasar dan

Tahsin Lanjutan

2) Tahfizh Al-Qur’an

Yaitu program dengan kegiatan menyetorkan hafalan al-

Qur’an dengan pilihan program tahfizh terbatas (hanya pada juz

atau surat-surat tertentu saja) dan tahfizh penuh (30 juz al-Qur’an).

3) Tilawah Al-Qur’an

Yaitu program pembelajaran membaca al-Qur’an dengan

irama-irama lagu Mujawwad serta penerapannya pada ayat-ayat di

al-Qur’an, peserta pada program ini adalah peserta kategori dasar.

4) Bahasa Arab Qur’ani

Yaitu program pembelajaran bahasa arab yang meliputi

kaidah-kaidah bahasa arab dan penerapannya pada ayat-ayat dalam

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

49

al-Qur’an. Program ini dibuka kembali pada semester ini dengan

peserta yang mempunyai semangat tinggi.

b. Program Pembelajaran Khusus

Program ini bertujuan untuk lebih mendalami dan

menkonsistenkan diri dengan pembelajaran al-Qur’an, diperuntukkan

bagi pengurus dan anggota LTTQ.

1) Tahsin dan Tahfizh Pengurus

2) Program Beasiswa (Hai’ah)

Program ini merupakan program beasiswa pembelajaran al-Qur’an

baik tahfizh, tahsin maupun tilawah, peserta pada program ini secara

otomatis menjadi anggota LTTQ, pesertadibebaskandari biaya

pembelajaran dan tidak lagi terikat dengan masa pembelajaran.

Seseorang dapat masuk menjadi anggota haiah dengan syarat dan

ketentuan yang telah ditentukan oleh lembaga.8

B. Temuan Penelitian

Tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah merupakan program

pembelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dilihat dari aspek

tajwid, fashohah dan makhorijul huruf. Pelaksanaan program pembelajaran

tahsin qiraah dilakasanakan sebanyak 16 kali pertemuan dalam satu periode

program. Yang terdiri dari 14 hari pembelajaran, 1 hari UTS (Ujian Tengah

Semester) dan 1 hari UAP (Ujian Akhir Program). Adapun jadwal

pembelajaran dibagi menjadi dua kelas, kelas A dilaksanakan pada hari Senin

dan Rabu, sedangkan kelas B dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis.

Sebelum dimulainya program pembelajaran tahsin, diadakan terlebih

dahulu pengelompokan pembelajaran. Pengelompokan pembelajaran tahsin

qiraah ini melalui seleksi yaitu placement test guna menempatkan kelas tahsin

8 Ibid

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

50

dasar dan lanjutan sesuai kemampuan bacaan dan pengetahauan tahsin pada

saat itu. Tim placement test ini dibentuk hasil musyawarah pengurus LTTQ

yang mempercayakan menjadi penguji bacaan dan pengetahuan tahsin. Orang-

orang yang menjadi pengujinya yaitu dari instruktur/guru tahsin dan beberapa

pengurus yang sudah berkopenten dibidangnya.9

Dalam pelaksanaan placement test terdapat beberapa temuan mengenai

kesulitan yang dihadapi peserta dalam hal membaca al-Qur’an yang nantinya

beberapa temuan ini akan dijadikan bahan pengajaran oleh instruktur dalam

program pembelajaran tahsin qiraah. Adapun beberapa kesulitan yang

ditemukan diantaranya yaitu:

1. Makharijul huruf yang kurang sesuai

2. Tempo dengung yang kurang dalam bacaan gunnah

3. Tempo madthobii yang belum konsisten

4. Banyak yang paham ilmu tajwid secara teori namun masih mengalami

kesalahan dalam praktek membaca al-Qur’an

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dalam pelaksanaan program

pembelajaran tahsin qiraah, instruktur mengajar melalui modul yang telah

disediakan oleh bidang program, dan sesuai dengan silabus yang telah

ditentukan oleh pengurus dan instruktur LTTQ. Adapun materi pembelajaran

tahsin qiraah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Silabus pembelajaran tahsin dasar

Pertemuan Materi Sub Materi Surah

1 Makharijul Huruf Jauf, Syafatain, Khoisyum An-Naas

9 Kholilur Rohman, Wawancara dengan Ketua Umum LTTQ di kantor LTTQ pada

tanggal 28 Maret 2016

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

51

2 Makharijul Huruf Halqi:

- Aqshol Halq

- Ausatul Halq

- Adnal Halq

Al-Falaq

3 Makharijul Huruf Lisan: ث ذ ظ –ت د ط Al-Ikhlas

4 Makharijul Huruf Lisan: ل ن ر –ز س ص Al-Lahab

5 Makharijul Huruf Lisan: An-Nashr ق ك –ج ش ي –ض

6

Shifaatul Huruf Hams >< Jahr

Ithbaq >< Infitah

Al-Kafiruun

7 Shifaatul Huruf Isti’la’ >< Istifal

Idzlaq >< Ishmat

Al-Kautsar

8 UTS

9 Shifaatul Huruf Syiddah >< Tawassut ><

Rokhowah

Al-Maa’un

10 Shifaatul Huruf Takrir, Tafassyi, Qolqolah Al-Quraisy

11 Shifaatul Huruf Istitholah, Shofir, Inhirof Al-Fiil

12 Tajwid Hukum nun sukun dan tanwin Al-Humazah

13 Tajwid Hukum mim sukun Al-Ashr

14 Tajwid Mad Thobi’I dan Mad Arid

Lissukun

At-Takatsur

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

52

15 Tajwid Mad Wajib Muttashil dan Mad

Jaiz Munfashil

Al-Qori’ah

16 UAS

Materi-materi pada silabus pembelajaran tersebut diaplikasikan oleh

instruktur dalam setiap pertemuan pembelajaran tahsin. Selain dengan adanya

silabus dan modul pembelajaran, faktor pendukung lain adalah dengan adanya

instruktur yang berkompeten di bidanganya. Instruktur program tahsin qiraah

yang mengajar di LTTQ adalah orang-orang yang telah memenuhi beberapa

syarat yaitu sudah menguasai metode-metode yang akan diajarkan dan sudah

mempuyai sertifikat pengalaman mengajar al-Qur’an.

Berikut ini adalah tahapan-tahapan pembelajaran tahsin qiraah yang

dilaksanakan oleh instruktur, yaitu:

1. Instruktur membuka pelajaran dengan do’a

2. Membaca surat al-Fatihah bersama-sama

3. Membaca surat di pertemuan sebelumnya

4. Mengulang materi yang belum dipahami

5. Instruktur mengoreksi apabila ada bacaan yang salah

6. Memulai pembahasan baru

7. Instruktur menunjuk peserta untuk membaca secara bergiliran dan

terkadang meminta sukarelawan untuk mempraktekan bacaan dan

mengoreksi satu persatu peserta yang membaca

8. Membaca bersama-sama surat yang dipelajari

9. Memberikan motivasi atau informasi seputar al-Qur’an

10. Menutup pembelajaran dengan berdo’a bersama-sama.

Pengumpulan data lainnya yang digunakan penulis dalam penelitian ini

dengan menggunakan angket kepada 47 peserta program tahsin LTTQ Masjid

Fathullah kelas tahsin dasar yang terdiri dari 20 item untuk mengetahui data

tentang peran pelaksanaan program pembelajaran tahsin qiraah terhadap

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

53

kemampuan membaca al-Qur’an secara langsung dari responden. Setelah data

terkumpul dan diolah, kemudian penulis membuat pengelolaan data ke dalam

bentuk tabel dengan menggunakan teknik deskriptif prosentase. Adapun

pembahasan mengenai hasil angket dengan menggunakan tabulasi diperoleh data

sebagai berikut:

Tabel 4.2

Saya merasa senang belajar tahsin qiraah

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

1

Selalu 31 65,96%

Sering 16 34,04%

Kadang-kadang 0 0,00%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 65, 96% responden

selalu senang belajar tahsin qiraah, sisanya sebanyak 34,04% menjawab sering.

Sedangkan 0% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Hal ini

membuktikan bahwa responden merasa senang belajar tahsin qiraah.

Tabel 4.3

Saya memiliki motivasi diri yang kuat untuk belajar tahsin qiraah

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

2

Selalu 29 61,70%

Sering 18 38,30%

Kadang-kadang 0 0,00%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Pada tabel diatas 61,70% responden menjawab selalu dan 38,30%

menjawab sering memiliki motivasi yang kuat untuk belajar tahsin, 0% untuk

kadang-kadang d 0% untuk tidak pernah. Hal ini terbukti bahwa mahasiswa yang

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

54

menjadi peserta program tahsin qiraah kelas dasar memiliki motivasi tinggi dari

dalam dirinya untuk belajar tahsin.

Tabel 4.4

Saya belajar tahsin qiraah tanpa paksaan dari orang lain

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

3

Selalu 19 40,43%

Sering 28 59,57%

Kadang-kadang 0 0,00%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.4 menggambarkan bahwa 40,44% menjawab selalu, sedangkan

59,57% yang menjawab sering, dan kadang-kadang dan tidak pernah sebanyak

0%. Maka dapat diperoleh gambaran bahwa responden sering belajar tahsin qiraah

tanpa paksaan dari orang lain, melainkan atas kemauan sendiri.

Tabel 4.5

Saya rajin mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ

Masjid Fathullah

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

4

Selalu 8 17,02%

Sering 29 61,70%

Kadang-kadang 10 21,28%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 17,02% responden

selalu rajin mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah, sebanyak 61,70%

menjawab sering. Sedangkan 21,28% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak

pernah. Hal ini terbukti bahwa responden yang menjawab sering lebih banyak.

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

55

Tabel 4.6

Saya tetap hadir walaupun sedang malas

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

5

Selalu 8 17,02%

Sering 22 46,81%

Kadang-kadang 17 36,17%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 17, 02% responden

selalu belajar tahsin qiraah walaupun sedang malas, sisanya sebanyak 46,81%

menjawab sering. Sedangkan 36,17% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak

pernah. Hal ini terbukti bahwa responden sering belajar tahsin qiraah walaupun

sedang malas.

Tabel 4.7

Saya tetap mengikuti pembelajaran tahsin qiraah walaupun keadaan

kurang sehat

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

6

Selalu 4 8,51%

Sering 10 21,28%

Kadang-kadang 28 59,57%

Tidak pernah 5 10,64%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.7 menggambarkan bahwa 8,51% responden menjawan selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 21,28%, sedangkan 59,57% untuk

kadang-kadang dan 10,64% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan

bahwa responden kadang-kadang tetap ikut pembelajaran tahsin qiraah walaupun

sedang dalam keadaan kurang sehat.

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

56

Tabel 4.8

Saya mengulang pelajaran tahsin qiraah setiap membaca al-Qur’an di

rumah

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

7

Selalu 20 42,55%

Sering 18 38,30%

Kadang-kadang 9 19,15%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.8 menggambarkan bahwa 42,55% responden menjawan selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 19,15% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa

responden selalu mengulang pembelajaran tahsin di rumah.

Tabel 4.9

Lingkungan tempat tinggal saya mendukung untuk saya bisa

membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

8

Selalu 8 17,02%

Sering 33 70,21%

Kadang-kadang 6 12,77%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.9 menggambarkan bahwa 17,02% responden menjawan selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 70,21% sedangkan 12,77 untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa

lingkungan tempat tinggal sangat mendukung untuk belajar tahsin qiraah.

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

57

Tabel 4.10

Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ, saya mengalami

kesulitan dalam membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

9

Selalu 31 65,96%

Sering 10 21,28%

Kadang-kadang 6 12,77%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.10 menggambarkan bahwa 65,96% responden menjawan

selalu, responden yang menjawab sering sebanyak 21,28%, sedangkan 12,77%

untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan

bahwa responden selalu mengalami kesulitan dalam membaca al-Qur’an sebelum

belajar tahsin.

Tabel 4.11

Saya merasa belajar tahsin itu penting

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

10

Selalu 33 70,21%

Sering 14 29,79%

Kadang-kadang 0 0,00%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.11 menggambarkan bahwa 7021% responden selalu merasa

belajar tahsin itu penting, responden yang menjawab sering sebanyak 29,79%,

sedangkan 0% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut

menggambarkan bahwa responden merasa penting untuk belajar tahsin.

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

58

Tabel 4.12

Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin di LTTQ, saya merasa

belajar tahsin itu sulit

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

11

Selalu 14 29,79%

Sering 18 38,30%

Kadang-kadang 15 31,91%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.12 menggambarkan bahwa 29,79% responden menjawan selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 31,91% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa

responden sering merasa belajar tahsin itu sulit sebelum mengikuti pembelajaran

di LTTQ.

Tabel 4.13

Saya paham mendengarkan pelajaran ilmu tajwid oleh instruktur

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

12

Selalu 4 8,51%

Sering 35 74,47%

Kadang-kadang 8 17,02%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh gambaran mengenai pemahaman

responden dalam mendengarkan pelajaran ilmu tajwid oleh intruktur. Sebanyak

8,51% menjawab selalu, 74,47% menjawab sering, dan hanya 17, 02% menjawab

kadang-kadang. Data tersebut menggambarkan bahwa peserta yang selalu paham

mendengarkan pelajaran ilmu tajwid lebih banyak.

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

59

Tabel 4.14

Proses pembelajaran tahsin berjalan dengan kondusif

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

13

Selalu 6 12,77%

Sering 18 38,30%

Kadang-kadang 23 48,94%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.14 menggambarkan bahwa 12,77% responden menjawan selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 48,94% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa

responden yang menjawab kadang-kadang peembelajaran tahsin berjalan dengan

kondusif.

Tabel 4.15

Waktu pembelajaran tahsin terlaksana dengan efektif dan efisien

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

14

Selalu 12 25,53%

Sering 18 38,30%

Kadang-kadang 17 36,17%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.15 menggambarkan bahwa 25,53% responden menjawab selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 36,17% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa

responden yang menjawab sering lebih banyak.

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

60

Tabel 4.16

Intruktur memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca

al-Qur’an satu persatu

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

15

Selalu 28 59,57%

Sering 15 31,91%

Kadang-kadang 4 8,51%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa 59,57% responden menjawab

selalu, responden yang menjawab sering sebanyak 31,91%, sedangkan 8,51%

untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan

bahwa instruktur selalu memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca

al-Qur’an satu persatu.

Tabel 4.17

Intruktur memberikan bantuan kepada peserta yang mengalami

kesulitan dalam memahami ilmu tajwid

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

16

Selalu 10 21,28%

Sering 21 44,68%

Kadang-kadang 16 34,04%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.17 menggambarkan bahwa 21,28% responden menjawan selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 44,68%, sedangkan 34,04% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa

responden yang menjawab sering lebih banyak.

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

61

Tabel 4.18

Instruktur memberikan dorongan untuk belajar al-Qur’an dengan

sungguh-sungguh

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

17

Selalu 12 25,53%

Sering 28 59,57%

Kadang-kadang 7 14,89%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.18 menggambarkan bahwa 25,53% responden menjawan selalu,

responden yang menjawab sering sebanyak 59,57%, sedangkan 14,89% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa

instruktur sering memberikan dorongan untuk belajar al-Qur’an dengan sungguh-

sungguh.

Tabel 4.19

Sekarang saya bisa membaca al-Qur’an secara tartil

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

18

Selalu 10 21,28%

Sering 27 57,45%

Kadang-kadang 10 21,28%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.19 tersebut diperoleh gambaran bahwa 21.28% responden

menjawab selalu, sebanyak 57.45% menjawab sering. Sedangkan 21,28% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Tabel ini membuktikan bahwa

responden yang menjawab sekarang sering bisa membaca al-Qur’an secara tartil

lebih banyak.

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

62

Tabel 4.20

Saya merasakan manfaat dari pembelajaran tahsin qiraah terhadap

nilai PIQI

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

19

Selalu 8 17,02%

Sering 33 70,21%

Kadang-kadang 6 12,77%

Tidak pernah 0 0.00%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 17,02% responden

menjawab selalu, sebanyak 70,21% menjawab sering. Sedangkan 12,77% untuk

kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Tabel ini membuktikan bahwa

responden yang menjawab sering merasakan manfaat terhadap nilai PIQI lebih

banyak.

Tabel 4.21

Sekarang saya ingin belajar tahsin qiraah lebih lanjut

No Alternatif

Jawaban (F) (P)

20

Selalu 28 59,57%

Sering 19 40,43%

Kadang-kadang 0 0,00%

Tidak pernah 0 0,00%

Jumlah 47 100%

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa 59,57% responden menjawab selalu,

40,43% menjawab sering memiliki keinginan untuk belajar tahsin qiraat lebih

lanjut lagi sedangkan yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah sebanyak

0%. Tabel tersebut menggambarkan bahwa responden banyak yang memiliki

keinginan untuk belajar tahsin qiraah lebih lanjut.

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

63

C. Pembahasan

1. Peran program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah

Penelitian ini hanya meneliti satu variabel, yaitu tentang peran

program tahsin qiraah terhadap kemapuan membaca al-Qur’an mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data-data yang terkumpul diambil dari

wawancara, observasi, dokumentasi dan penyebaran angket.

Dalam pelaksanaan placement test terdapat beberapa temuan

mengenai kesulitan yang dihadapi peserta dalam hal membaca al-Qur’an

diantaranya yaitu:

5. Makharijul huruf yang kurang sesuai

6. Tempo dengung yang kurang dalam bacaan gunnah

7. Tempo madthobii yang belum konsisten

8. Banyak yang paham ilmu tajwid secara teori namun masih mengalami

kesalahan dalam praktek membaca al-Qur’an

Kesulitan-kesulitan yang dialami tersebut diatasi oleh instruktur

program tahsin qiraah selama proses pembelajaran tahsin berlangsung

karena sesuai dengan materi yang terdapat dalam silabus.

Adapun rekapitulasi hasil dari angket yang telah disebar kepada

responden, dapat dipahami dari tabel berikut:

Table 4.22

Rekapitulasi data hasil angket

No

PILIHAN JAWABAN PRESENTASI %

Selalu Sering Kadang-

kadang

Tidak

Pernah S% SR% KK% TP%

1 31 16 0 0 65.96% 34.04% 0.00% 0.00%

2 29 18 0 0 61.70% 38.30% 0.00% 0.00%

3 19 28 0 0 40.43% 59.57% 0.00% 0.00%

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

64

Setelah diperoleh rekapitulasi data di atas, langkah selanjutnya

adalah mengolah data tersebut dengan mencari jumlah rata-rata nilai

prosentase peran program pembelajaran tahsin terhadap kemampuan

membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nilai rata-rata masing-masing jawaban responden, dapat diketahui

dari perhitungan berikut:

S = = 35,64% = Kurang Baik

SR = = 44,26% = Cukup Baik

4 8 10 29 0 17.02% 21.28% 61.70% 0.00%

5 8 22 17 0 17.02% 46.81% 36.17% 0.00%

6 4 10 28 5 8.51% 21.28% 59.57% 10.64%

7 20 18 9 0 42.55% 38.30% 19.15% 0.00%

8 8 33 6 0 17.02% 70.21% 12.77% 0.00%

9 31 10 6 0 65.96% 21.28% 12.77% 0.00%

10 33 14 0 0 70.21% 29.79% 0.00% 0.00%

11 14 18 15 0 29.79% 38.30% 31.91% 0.00%

12 4 35 8 0 8.51% 74.47% 17.02% 0.00%

13 18 6 23 0 38.30% 12.77% 48.94% 0.00%

14 12 18 17 0 25.53% 38.30% 36.17% 0.00%

15 28 15 4 0 59.57% 31.91% 8.51% 0.00%

16 10 21 16 0 21.28% 44.68% 34.04% 0.00%

17 12 28 7 0 25.53% 59.57% 14.89% 0.00%

18 10 27 10 0 21.28% 57.45% 21.28% 0.00%

19 8 33 6 0 17.02% 70.21% 12.77% 0.00%

20 28 19 0 0 59.57% 40.43% 0.00% 0.00%

Jumlah 335 416 184 5 712.77% 885.11% 391.48% 10.64%

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

65

KK= = 19,57% = Kurang Baik

TP = = 0,53% = Kurang Baik

Dari data yang diperoleh peneliti dengan nilai rata-rata yang

menjawab (Selalu) sebesar 35,64%, (Sering) sebesar 46,28%, (Kadang-

kadang) sebesar 17,55%, sedangkan (Tidak Pernah) sebesar 0,53%. Maka

nilai yang tertinggi yaitu sebesar 46,28%, ini menunjukkan bahwa rata-rata

peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan membaca

al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dikatakan

cukup baik.

Sedangkan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan

membaca al-Qur’an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, LTTQ

mengadakan evaluasi program pembelajaran tahsin melalui tes hasil belajar.

Adapun evaluasi tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Ujian lisan yaitu tes membaca al-Qur’an secara langsung, dimana

para peserta program tahsin qiraah mengikuti ujian satu persatu

kepada instruktur. Yang menjadi penilaian yaitu: membaca al-

Qur’an dengan tuntunan ilmu tajwid yang benar, membaca al-Qur’an

sesuai dengan makharijul huruf, serta kelancaran membaca al-

Qur’an.

2. Ujian tulis, yaitu tes berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis mengenai

pemahaman peserta program tahsin qiraah mengenai ilmu tajwid

yang telah diajarkan selama mengikuti program.

Program tahin di LTTQ memiliki standar nilai minimal, yaitu

peserta dinyatakan lulus dan berhasil salah satunya apabila memperoleh

nilai minimal 85 untuk tes tulis dan 30 untuk tes lisan. Ustadzah Lina

menjelaskan bahwa standar penilaian tersebut dinilai dari pemahaman

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

66

mengenai materi-materi pembelajaran tahsin yang telah dipelajari

selama 14 pertemuan. Berikut ini tabel perolehan nilai ujian lisan dan

ujian tulis peserta program tahsin:

Tabel 4.23

Daftar Nilai Ujian Praktek Lisan dan Tulis Program Tahsin 2016

NO NAMA MAKHROJ

TAJWID

TOTAL NILAI

PRAKTEK

LISAN

TULIS

UTP UAP UTP UAP UTP UAP UTP UAP

1

ACHMAD

MUHAMMAD 24 27 27 23 25 25.5 77 75

2 AGUNG PERDANA 23 25 21 25 25 22 75 80

3

ANISA NURUL

HIDAYAH 23 19 22 24 21.5 22.5 78 70

4

ARSHA NURMA

DEWI 15 18 15 20 19 15 67 80

5

DEWI

PURNAMASARI 26 21 26 21 21 26 67 75

6 DWI FEBRIANI 25 21 23 20 20.5 24 61 65

7 EKA HIJRIANA 23 26 21 24 25 22 83 85

8 EKA QORIATUL M 27 28 26 26 27 26.5 85 85

9

ELA BADRIYATUL

LAILIAH 30 29 29 30 29.5 29.5 100 100

10 ELA NURLATIFAH 25 17 25 20 18.5 25 80 85

11 ERINA ZUHRI F 27 27 27 24 25.5 27 80 95

12

FAHIRA

MASLAMIYAH 29 21 25 22 21.5 27 83 90

13 FATAHUDDIN 24 22 23 23 22.5 23.5 80 55

14 FIDARY 25 20 24 20 20 24.5 90 80

15 HAIFA SUHAILAH 25 19 24 25 22 24.5 90 90

16

HALAWATAN

HILMAH 27 26 24 21 23.5 25.5 60 60

17 IDA MAFRUKHAH 27 28 27 26 27 27 82 70

18 KAMISAH 28 28 29 25 26.5 28.5 95 90

19

KEUMALA KUSUMA

D 27 25 27 25 25 27 82 75

20 KHOLIPAH 26 20 25 20 20 25.5 85 90

21 KURNIA MEGIYATRI 27 22 28 21 21.5 27.5 82 90

22 LAELA NISFI 27 27 25 24 25.5 26 90 95

23

LISA AMINATUS

SYARIFAH 28 27 23 22 24.5 25.5 80 90

Page 84: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

67

24

MAULAYA ARINIL

HAQ 25 29 28 29 29 26.5 63 60

25

MEI DIANA LARA

KARISMA 24 26 24 19 22.5 24 80 95

26 MELPI NURIYANTI 26 28 24 25 26.5 25 90 70

27 MUSHOLIYA 26 26 29 23 24.5 27.5 84 95

28 NENENG UNSARA 26 25 27 22 23.5 26.5 58 75

29 NOVI NURUL H 22 25 21 21 23 21.5 83 90

30 NUR AINI LA EMBO 29 24 29 22 23 29 90 100

31 NUR AZIZAH M 25 25 25 23 24 25 69 90

32 NUR HALIMAH 25 27 27 26 26.5 26 85 90

33 NUR ILHAMI 27 27 26 22 24.5 26.5 70 85

34 NUR MELATI S 24 27 29 25 26 26.5 92 95

35 RATIH AFRIANA 26 27 30 25 26 28 75 95

36

RATIH

PURNAMASARI 27 27 25 24 25.5 26 65 85

38 RISKA RAMADANTI 27 26 20 22 24 23.5 67 90

39 SAFIRA NADWA 27 30 28 27 28.5 27.5 44 45

40 SILVI NUR FAJRIAH 25 24 27 20 22 26 80 85

41 SILVIA RAHMANI 23 24 25 17 20.5 24 77 75

42 SRI RATNA DANI 18 24 18 19 21.5 18 80 75

43

SYIFA ASH

SHOLIHAT 27 28 28 28 28 27.5 60 65

44 TOYYIBAH 27 22 25 17 19.5 26 90 65

45 WAHYU ERLANGGA 28 24 28 23 23.5 28 65 80

46 WILDA UTAMI 27 27 20 22 24.5 23.5 66 80

47 YULIYATI 28 27 29 20 23.5 28.5 77 95

Rata-rata 23,847 25,380 77,434 81,521

Presentase 84,60% 79,49% 91,09% 95,90%

Dari perhitungan nilai rata-rata skor di atas, maka dapat dilihat

dengan jelas perbedaan rata-rata nilai UTS dan UAS, baik untuk ujian lisan

maupun ujian tulis. Untuk rata-rata nilai ujian praktek lisan UTP yaitu

23,847 (79,49%) dan 25,380 (84,60%) untuk nilai praktek lisan UAS

terdapat peningkatan sebanyak 5,11%. Sedangkan untuk nilai ujian tulis

diperoleh 77,434 (91,09%) untuk UTP dan 81,521 (95,90%) untuk UAS dan

terdapat peningkatan sebesar 4,81%. Melalui kedua tes tersebut, penulis

Page 85: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

68

mendapatkan informasi mengenai kenaikan nilai untuk kemampuan peserta

dalam memahami ilmu tajwid secara tertulis dan secara praktek lisan.

Apabila dikaitkan antara hasil angket dan hasil ujian, maka dapat

terlihat adanya kesesuaian antara nilai angket dan nilai hasil ujian. Hasil

angket tertinggi menunjukkan nilai 46,28%, ini menunjukkan bahwa rata-

rata peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan

membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat

dikatakan cukup baik. Kemudian hal ini didukung oleh adanya

peningkatan sebesar 5,11% untuk hasil ujian praktek dan sebesar 4,81%

untuk hasil ujian tulis.

2. Metode pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah

Penerapan metode maisura di LTTQ tidak sepenuhnya sama seperti

penyampaian metode maisura dalam daurahnya yang dilaksanakan selama

14 jam. Karena pada dasarnya tujuan penerapan metode maisura ini adalah

cara membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah yang sebenarnya berdasarkan

riwayat ulama-ulama terdahulu.

Dalam prakteknya di LTTQ, instruktur langsung mempraktekan

bagaimana cara membaca yang baik dan benar, kemudian peserta program

tahsin mengikuti seperti apa yang telah dicontohkan. Dalam proses

pembelajaran di kelas tahsin dasar, instruktur memberikan contoh dengan

membaca secara tartil terlebih dahulu sesuai teori yang terdapat dalam

metode maisura, kemudian diikuti oleh setiap peserta, baik secara bersama-

sama maupun sendiri-sendiri. Berdasarkan penjelasan dari Ustdh. Lina,

melalui cara ini diharapkan bahwa peserta akan lebih paham mengenai

bacaan yang benar.

Penerapan metode maisura ini dirasa cukup efektif, karena memang

sebagaian besar peserta sebenarnya telah mengetahui teori tentang ilmu

tajwid, namun dalam prakteknya mereka masih mengalami kesulitan.

Page 86: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

69

Melalui metode ini, peserta lebih paham bagaimana kaidah membaca al-

Qur’an yang sesuai dengan riwayat para ulama qiraah sebelumnya.

2. Faktor penyebab mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah mengalami kesulitan

dalam membaca al-Qur’an

Berdasarkan wawancara dengan instruktur program tahisn, selama

proses pembelajaran tahsin terdapat beberapa faktor penyebab mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengalami kesulitan dalam membaca al-

Qur’an walaupun sudah mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah di

LTTQ.

a. Kemampuan dasar tiap peserta berbeda-beda, ada yang sudah paham

tentang ilmu tajwid namun mengalami kesulitan dalam

mempraktekannya, dan ada juga yang benar-benar dari awal. Perbedaan

ini cukup menyulitkan untuk ke tahapan materi selanjutnya.

Berdasarkan pengamatan penulis, peserta yang sudah paham

tentang ilmu tajwid lebih cepat dalam menangkap pelajaran sedangkan

yang masih belum paham ilmu tajwid memerlukan waktu yang lebih

lama. Adapun solusi dari instruktur yaitu dengan memberi kesempatan

lebih banyak untuk latihan di kelas bagi yang mengalami kesulitan dan

membuat suasana belajar tahsin qiraah menyenangkan agar memudahkan

dalam menerima pelajaran.

b. Kehadiran yang berbeda, ada yang rajin dan ada yang sering izin

Sehingga yang sering izin ketinggalan materi.

Setelah penulis sesuaikan dengan absensi kehadiran peserta tahsin

qiraah, ternyata beberapa orang yang mengalami penurunan nilai dalam

ujian lisan jarang hadir dalam pembelajaran, mereka lebih sering izin.

Hal ini pun sesuai dengan hasil angket yang telah di sebar yaitu

pada angket no 4 yang menunjukkan bahwa responden yang menjawab

kadang-kadang lebih banyak dibandingkan dengan jawaban yang

lainnya.

Page 87: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

70

c. Antusiasme dalam kesempatan untuk mempraktekan di kelas cukup

kurang, mereka masih merasa malu dan kurang percaya diri

mengajukkan dirinya sendiri.

Sehingga harus diminta terlebih dahulu oleh instruktur, kemudian

mereka besedia membaca dan mempraktekkan.Namun hal tersebut hanya

terjadi pada beberapa orang saja. Semakin sering mereka hadir, rasa

percaya diri untuk menjadi sukarelawan dalam mempraktekan bacaan

pun semakin meningkat.

d. Beda kemampuan penyerapan, ada yang cepat masuk dan ada yang harus

diulang beberapa kali dulu barulah dia paham.

Karena kemapuan dasar peserta berbeda, maka dalam

penyerapanpun berbeda. Yang penulis perhatikan peserta yang

mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran adalah yang sebelumnya

jarang membaca al-Qur’an.

d. Waktu pembelajaran yang terbatas hanya 2 jam itupun kurang maksimal

karena terkadang ada yang terlambat datang. Ini menyebabkan

kesempatan untuk praktek perorangnya berkurang pula, sehingga dirasa

kurang maksimal.

Waktu pertemuan yang hanya 14 pertemuan menurut instruktur

sangat kurang, karena belajar al-Qur’an memerlukan waktu yang lama

karena harus selalu diulang dan dipraktekan. Semakin sering peserta

mempraktekan bacaan yang baik dan benar maka akan semakin

memudahkan peserta dalam membaca al-Qur’an.

e. Terkadang, tempat kurang kondusif, karena tempat belajarnya di Mesjid

sehingga kadang konsentrasi peserta terpecah.

Kegiatan pada waktu sore hari di Masjid Fathullah bukan hanya

dilaksanakan oleh LTTQ, tetapi ada juga lembaga lain yang

melaksanakan kegiatan di sana. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab

terpecahnya konsentrasi peserta, namun untuk proses penyampaian

materi terlaksana dengan baik, karena didukung oleh sarana yang cukup

memadai, misalnya dengan adanya penggunaan soudsystem.

Page 88: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif yakni dengan metode deskriptif, maka dapat disimpulkan

bahwa program pembelajaran tahsin qiraah memliki peranan yang cukup

baik untuk mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam

meningkatkan kemmapuana membaca al-Qur’an di LTTQ Masjid

Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tentang peran

program pembelajaran tahsin qiraah di atas, maka dalam bab ini akan

dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran, yaitu sebagai berikut:

1. Peran program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah

Penemuan beberapa kesulitan yang ditemukan pada mahasiswa

dalam hal membaca al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid

dapat diatasi melalui materi-materi yang dipelajari pada modul dan

silabus LTTQ. Hal ini didukung pula dengan adanya instruktur yang

kompeten di bidang tahsin.

Selain itu keberhasilan peran LTTQ dalam meningkatkan

kemampuan membaca al-Qur’an didukung oleh data hasil angket dan

hasil nilai ujian praktek tulis dan lisan. Data rekapitulasi hasil angket

menunjukkan angka sebesar 46,28%, ini menunjukkan bahwa rata-rata

Page 89: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

72

peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan

membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat

dikatakan cukup baik.

Data ini didukung oleh tes hasil belajar para peserta program tahsin

melalui hasil ujian lisan dan ujian tulis. Dari perhitungan nilai rata-rata

skor maka dapat dilihat dengan jelas perbedaan rata-rata nilai UTS dan

UAS, baik untuk ujian lisan maupun ujian tulis. Untuk rata-rata nilai

ujian praktek lisan UTP yaitu 23,847 (79,49%) dan 25,380 (84,60%)

untuk nilai praktek lisan UAS terdapat peningkatan sebanyak 5,11%.

Sedangkan untuk nilai ujian tulis diperoleh 77,434 (91,09%) untuk UTP

dan 81,521 (95,90%) untuk UAS dan terdapat peningkatan sebesar

4,81%. Dengan adanya kesesuaian antara nilai angket dan nilai hasil

ujian, maka dapat disimpulkan bahwa program pembelajaran tahsin

qiraah di LTTQ Masjid Fathullah memiliki peran yang cukup baik

dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Metode pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah

Metode yang diterapkan yaitu menggunakan metode maisura.

Dengan cara instruktur yang telah memahami metode maisura

memberikan contoh dengan membaca secara tartil terlebih dahulu

kemudian diikuti oleh setiap peserta, baik secara bersama-sama maupun

sendiri-sendiri.

3. Faktor penyebab mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah mengalami

kesulitan dalam membaca al-Qur’an, diantaranya:

a. Kemampuan dasar tiap peserta berbeda-beda

b. Kehadiran yang berbeda

c. Antusiasme dalam kesempatan untuk mempraktekan di kelas

cukup kurang

d. Beda kemampuan penyerapan

e. Waktu pembelajaran yang terbatas

f. Tempat kurang kondusif.

Page 90: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

73

B. Saran

Berdasarkan pengamatan penulis dalam melakukan penelitian ini,

penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi pengurus LTTQ, hendaknya terus mempertahankan dan

meningkatkan kualitas program pembelajaran di LTTQ khususnya

program tahsin qiraah.

2. Bagi guru tahsin: terus berikan dorongan serta motivasi kepada

peserta untuk membiasakan diri gemar membaca al-Qur’an terlebih

pada peserta yang belum lancar membaca al-Qur’an sehingga mereka

terus berusaha untuk bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

3. Bagi peserta

a. Lebih giat lagi gemar untuk membaca al-Qur’an karena al-Qur’an

merupakan pedoman umat islam dan bernialai ibadah bagi yang

membacanya

b. Tidak merasa malu atau takut untuk bertanya kepada guru apabila

menemukan kesulitan dalam mempelajari bacaan al-Qur’an.

c. Terus berusaha apabila belum lancar dalam membaca al-Qur’an

karena ketika membaca al-Qur’an dengan baik dan sesuai dengan

tajwid kita akan merasakan kenikmatan tersendiri ketika

membacanya

Page 91: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

74

DAFTAR PUSTAKA

Ad-daib, Ibrahim. Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur’ani, Terj. Masyru’uka ma’

al-Qur’an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid. Jakarta: Nakhlah Pustaka,

2007.

Alam,Tombak. Metode Membaca Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1995.

Al-Bani, M. Nashiruddin. Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Mukhtashar Shahih

Muslim oleh Elly Lathifah. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

1996.

_________________ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2013.

Badri, E. Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Al-Qur’an pada siswa SMA.

Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2008.

Darajat, Zakiyah dkk. Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 1995.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Diponegoro,

2004.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2008.

Fathoni, Ahmad. Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura Edisi

IV. Jakarta: FU IIQ, 2014.

Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati. Metodologi Penelitian. Bandung: PT.

Refika Aditama, 2014.

Kholid, Shalah Abdul Fatah. Kunci Menguak Al-Qur’an dari Mafatih Lit Ta’amul

Ma’al-Qur’an oleh Khatur Suhardi. Solo: Pustaka Mantiq, 1992.

Khon, Abdul Majid. Praktikum Qiraat. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Majalah Ummi. “Varian Metode Belajar Membaca Al-Qur'an”,

www.majalahummi.com, 23 Maret 2016.

MF, Ahmad Muzzamil. Panduan Tahsin Tilawah. Jakarta: Alfin Press, 2006.

Muhammad, Abu Isa. Enslikopedia Hadist Terj. Jami’ At-Tirmidzi oleh Tim

Darussunah. Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2013.

Nawawi, Imam. Bersanding Dengan Al-Qur’an, dari Attibyaanu fi Adaabi

hamalatil Qur’an oleh Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007.

Page 92: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

75

_____________. Terjemah Shahih Riyadhush Sholihin Edisi 2, dari Riyadhush

Sholihin oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Jakarta: Pustaka Azzam,

2007.

Rif’ah, Ummi. Pedoman Tilawah Al-Qur’an. Bekasi: Syukur Press, 2001.

Rijal, Syamsul. Buku Pintar Agama Islam. Bogor: Cahaya Islam. 2006.

Rusydi, Aiman. Panduan Ilmu Tajwid Bergambar. Solo: Zam-zam, 2015.

Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Jakarta:

Kencana, 2013.

Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1994.

_____________ Lentera Al-Qur’an. Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008.

Suma, M. Amin. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1). Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.

Supriyadi, dkk. Modul Praktikum “Qira’at al-Qur’an”. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007.

Suralaga, Fadilah dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2005.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 2008.

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda,

2011.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja

Grapindo Persada, 2006.

Ulum, M. Samsul. Menangkap Cahaya Al-Qur’an. Malang: UIN Malang Press,

2007.

Yahya, Abu Zakariya. Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an Adab dan Tata Caranya,

Terj. Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al-Qur’an oleh Tarmana Ahmad Qosim.

Bandung: Al-Bayan, 1996.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2011.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006.

Page 93: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

DAFTAR NAMA PESERTA PROGRAM TAHSIN QIRAAH

KELAS TAHSIN DASAR

NO NAMA Asal Sekolah Fakultas/Jurusan

1 ACHMAD MUHAMMAD Ponpes FITK/PAI

2 AGUNG PERDANA MA FU/TH

3 ANISA NURUL HIDAYAH MA FITK/P.IPA

4 ARSHA NURMA DEWI MA FAH/BSA

5 DEWI PURNAMASARI SMA FITK/ MP

6 DWI FEBRIANI MA FITK/PAI

7 EKA HIJRIANA MA FITK/PBI

8 EKA QORIATUL M MA FAH/Tarjamah

9

ELA BADRIYATUL

LAILIAH MA FU/TH

10 ELA NURLATIFAH Ponpes FAH/BSA

11 ERINA ZUHRI F SMA FAH/Perpus

12 FAHIRA MASLAMIYAH Ponpes FDI

13 FATAHUDDIN SMA FITK/PBSI

14 FIDARY Ponpes FITK/PBA

15 HAIFA SUHAILAH MA FDI

16 HALAWATAN HILMAH MA FAH/BSI

17 IDA MAFRUKHAH MA FAH/BSA

18 KAMISAH MA FITK/PBSI

19 KEUMALA KUSUMA D SMA FITK/P.IPA

20 KHOLIPAH MA FITK/ MP

21 KURNIA MEGIYATRI MA FDI

22 LAELA NISFI MA FITK/P.IPA

23

LISA AMINATUS

SYARIFAH SMA FITK/PBI

24 MAULAYA ARINIL HAQ Ponpes FDI

25

MEI DIANA LARA

KARISMA Ponpes FSH/AS

26 MELPI NURIYANTI MA FAH/Perpus

27 MUSHOLIYA MA FITK/PBSI

28 NENENG UNSARA MA FITK/MP

29 NOVI NURUL H SMA FAH/ BSI

30 NUR AINI LA EMBO MA FAH/ BSA

Page 94: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

31 NUR AZIZAH M MA FITK/ MP

32 NUR HALIMAH MA FITK/P.IPA

33 NUR ILHAMI MA FISIP/Adm.Negara

34 NUR MELATI S Ponpes FITK/PAI

35 RATIH AFRIANA SMA FITK/PAI

36 RATIH PURNAMASARI Ponpes FITK/PBA

37 RENY NUR AINI SMA FKIK/Kesmas

38 RISKA RAMADANTI Ponpes FAH/BSA

39 SAFIRA NADWA MA FAH/Perpus

40 SILVI NUR FAJRIAH MA FITK/P.Kimia

41 SILVIA RAHMANI MA FITK/ PGRA

42 SRI RATNA DANI MA FISIP/Adm.Negara

43 SYIFA ASH SHOLIHAT SMA FITK/P.Biologi

44 TOYYIBAH MA Saintek/ Informatika

45 WAHYU ERLANGGA MA FU/ PA

46 WILDA UTAMI MA FITK/P.IPA

47 YULIYATI SMA FITK/MP

Page 95: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

ANGKET

Assalammualaikum. Wr. Wb

Saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan, saya bermaksud untuk mengadakan penelitian. Ssaya memohon kesediaan

Saudara untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian saya, dengan

menjawab kuisioner yang telah saya persiapkan.

Demi menjamin kualitas hasil penelitian ini, saya mengharapkan agar Saudara

mengisi kuisioner ini sesuai dengan pendapat dan keadaan siri Saudra yang

sesungguhnya tanpa dipengaruhi orang lain. Pastikan bahwa Saudara telah menjawab

kuisioner dengan lengkap sebelum menyerahkan kembali. Jawaban Saudara dalam

kuisioner ini terjamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan

penelitian. Saya ucapkan terimakasih atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini.

Wasslammualaikum. Wr. Wb.

Hormat Saya

(Sulastri Rahayu)

IDENTITAS PRIBADI

Nama :

Fakultas/Jurusan :

Jenis Kelamin :

Asal Sekolah : SMA/MA/PonPes* (lingkari salah satu)

Page 96: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

Berilah tanda ceklist (√) pada pada jawaban yang anda anggap paling

mewakili keadaan!

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang-

kadang

Tidak

Pernah

1. Saya merasa senang belajar tahsin qiraah

2. Saya memiliki motivasi diri yang kuat

untuk belajar tahsin qiraah

3. Saya belajar tahsin qiraah tanpa paksaan

dari orang lain

4. Saya rajin mengikuti program

pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ

Mesjid Fathullah

5. Saya tetap hadir walaupun sedang malas

6. Saya tetap mengikuti pembelajaran tahsin

qiraah walaupun keadaan kurang sehat

7. Saya mengulang pelajaran tahsin qiraah

setiap membaca al-Qur’an di rumah

8. Lingkungan tempat tinggal saya

mendukung untuk saya bisa membaca al-

Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid

9. Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin

qiraah di LTTQ, saya mengalami

kesulitan dalam membaca al-Qur’an

sesuai kaidah ilmu tajwid

10. Saya merasa belajar tahsin itu penting

11. Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin

di LTTQ, saya merasa belajar tahsin itu

sulit

12. Saya paham mendengarkan pelajaran

ilmu tajwid oleh instruktur

13. Proses pembelajaran tahsin berjalan

dengan kondusif

14. Waktu pembelajaran tahsin terlaksana

dengan efektif dan efisien

15. Intruktur memberikan kesempatan

kepada peserta untuk membaca al-Qur’an

satu persatu

16. Intruktur memberikan bantuan kepada

peserta yang mengalami kesulitan dalam

memahami ilmu tajwid

17. Instruktur memberikan dorongan untuk

belajar al-Qur’an dengan sungguh-

sungguh

18. Sekarang saya bisa membaca al-Qur’an

secara tartil

19. Saya merasakan manfaat dari

pembelajaran tahsin qiraah terhadap nilai

PIQI

20. Sekarang saya ingin belajar tahsin qiraah

lebih lanjut

Page 97: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

PEDOMAN WAWANCARA

Nama narasumber : Ustdh. Lina Andriyani

Jabatan : Intruktur/Pengajar Kelas Tahsin Dasar

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Maret 2016

1. Apa saja yang anda persiapkan sebelum mengajar tahsin qiraah?

Jawaban:

Yang harus dipersiapakan yaitu materi pembelajaran tahsin yang sudah

disediakan dalam bentuk modul. Modul ini telah disusun oleh tim pengajar dari

LTTQ. Selain itu untuk menambah wawasan mengenai ilmu tajwid saya

membaca dari reserensi-referensi lain.

2. Apakah anda menggunakan metode pembelajaran dalam mengajar tahsin qiraah?

Jawaban: .ya, metode yang digunakan adalah metode maisura

3. Kesulitan apa yang anda temukan pada peserta (mahasiswa) dalam proses

pembelajaran tahsin qiraah?

Jawaban:

Ada beberpa kesulitan yang saya rasakan, diantaranya:

a. Kemampuan dasar tiap peserta berbeda-beda

b. Kehadiran yang berbeda

c. Antusiasme dalam kesempatan untuk mempraktekan di kelas cukup

kurang

d. Beda kemampuan penyerapan, ada yang cepat masuk dan ada yang

harus diulang beberapa kali dulu barulah dia paham.

e. Waktu pembelajaran yang terbatas hanya 2 jam itupun kurang

maksimal karena terkadang ada yang terlambat datang. Ini

menyebabkan kesempatan untuk praktek perorangnya berkurang

pula, sehingga dirasa kurang maksimal.

Page 98: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

f. Terkadang, tempat kurang kondusif, karena tempat belajarnya di

Mesjid sehingga kadang konsentrasi peserta terpecah.

4. Bagaimana cara menanggulangi kesulitan yang dihadapi peserta (mahasiswa)

dalam proses pembelajaran tahsin qiraah?

Jawaban:

a. Waktu lebh banyak latihan di kelas diberi kesempatan,

b. Semua peserta harus mendapat giliran

c. Membuat proses pembelajaran menyenangkan

5. Bagaimana tingkat ketercapaian peserta (mahasiswa) setelah mengikuti proses

pembelajaran tahsin qiraah?

Jawaban:

Program tahsin di LTTQ memiliki standar nilai minimal, yaitu peserta

dinyatakan lulus dan berhasil salah satunya apabila memperoleh nilai minimal

85 untuk tes tulis dan 30 untuk tes lisan. Dan apabila dibandingkan antara tes

awal dan tes akhir, maka hampir keseluruhan peserta mengalami kenaikan nilai

dalam tes tulis.

6. Bagaimana kesan guru dalam mengajarkan tahsin qiraah?

Jawaban:

Menyenangkan karena bisa berbagi ilmu. Serta membuat peserta yang tadinya

tidak tau menjadi tau. Ini merupakan suatu kebanggan dan semangat melihat

antusiasme peserta dalam belajar tahsin. Dan senang sekali karena susana di

kelas dangat kekeluargaan.

Narasumber Pewawancara

Ustdh. Lina Andriyani Sulastri Rahayu

Page 99: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Narasumber : Ustd. Kolirur Rohman

Jabatan : Ketua Umum LTTQ Majid Fathullah

Hari/Tanggal : Senin, 28 Maret 2016

1. Apa saja program pembelajaran yang ada di LTTQ Masjid Fathullah?

Jawaban:

Program Pembelajaran yang ada di LTTQ Fathullah ada dua yaitu program

khusus dan program umum, yaitu Tahfizh (PA dan PI), Tilawah, Bahasa Arab

Qur’ani (BAQ), dan Tahsin yang terbagi menjadi dua, Tahsin dasar dan

Tahsin qiroah lanjutan. Program-program ini diadakan sebagai wujud inti dari

lembaga yaitu Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an

2. Bagaimana sistem pengelompokkan dalam program tahsin qiraah?

Jawaban:

Pengelompokan pembelajaran Tahsin Qiroah ini melalui seleksi yaitu

Placement Tes guna menempatkan kelas Tahsin qiroah dasar dan lanjutan

sesuai kemampuan bacaan dan pengetahauan tahsin pada saat itu. Tim

placement tes ini dibentuk hasil musyawarah pengurus LTTQ yang

mempercayakan menjadi penguji bacaan dan pengetahuan tahsin. Orang-orang

yang menjadi pengujinya yaitu dari instruktur/guru tahsin dan beberapa

pengurus yang sudah berkopenten dibidangnya.

3. Kapan waktu belajar tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah?

Jawaban:

Waktu pembelajaran Tahsin Qiroah ini disesuaikan jadwal instruktur/guru

bersangkutan. Pembelajaran ini dilaksanakan dua kali dalam satu minggu,

Page 100: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

dengan total 15 belas kali pertemuan ditambah dua kali pertemuan untuk UTS

dan UAS.

4. Adakah kriteria khusus bagi peserta yang ingin belajar tahsin di LTTQ Masjid

Fathullah?

Jawaban:

Kriteria khusus dalam belajar Tahsin Qiroah tidak ada, dalam hal ini jasmani

dan rohani harus sehat wal afiat.

5. Apa saja faktor pendukung berjalannya program tahsin qiraah di LTTQ

Masjid Fathullah?

Jawaban:

Faktor pendukung berjalannya Tahsin Qiroah yaitu;

a. Pengajar yang berkopenten dibidangnya.

b. Buku/modul sudah ditentukan untuk Tahasin Qiroah Dasar dan Lanjutan.

c. ATK berupa papan tulis, spidol, dan sound system sudah lengkap

d. Ruangan kelas sudah ada

6. Apa saja faktor penghambat berjalannya program di LTTQ Masjid Fathullah?

Jawaban:

Faktor penghambat berjalannya Tahsin Qiro’ah yaitu;

a. Kurang optimalnya waktu pembelajaran yang sudah ditentukan

b. Peserta atau instruktur terkadang datang terlambat

c. Kurang kondusif ruang kelas karena fasilitas yang digunakan fasilitas

masjid/umum

7. Bagaimana kriteria pengajar di LTTQ Masjid Fathullah?

Jawaban:

Pengajar program LTTQ Fathullah ada 2 yaitu dari SDM LTTQ fathullah

sendiri dan dari luar lembaga/Dosen. Kriteria pengajajar itu sendiri yaitu

Sudah menguasai Metode yang akan diajarkan, sudah mempuyai sertifikat

pengalaman mengajar tahsin

Page 101: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

8. Bagaimana ketercapaian program pembelajaran tahsin di LTTQ Masjid

Fathullah?

Ketercapaian/hasil dari program pembelajarn Tahsin Qiro’ah LTTQ Fathullah

yaitu;

a. Peserta dapat membaca dengan benar dan baik

b. Penguasi teori yang sudah diajarkan

c. Dapat mempraktikkan ilmunya ke masyarakat

Narasumber Pewawancara

Ustd. Kolirur Rohman Sulastri Rahayu

Page 102: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Sulastri Rahayu

NIM : 1111011000042

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Peran Pembelajaran Tahsin Qiraah Terhadap Kemampuan Membaca

Al-Qur’an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Referensi No

Footnote

Halaman

Skripsi

Paraf Pembimbing

BAB I

1 Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahnya,

(Bandung: PT. Diponegoro,

2004), h. 597

1 1

2 Quraish Shihab, Membumikan

Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,

1994), cet. VI, h. 167

2 1

3 M. Amin Suma, Studi Ilmu-

ilmu Al-Qur’an (1), (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2000), h.20

3 2

4 Imam Nawawi, Terjemah

Shahih Riyadhush Sholihin

Edisi 2, dari Riyadhush

Sholihin oleh Muhammad

Nashiruddin Al Albani,

(Jakarta: Pustaka Azzam,

2007), Cet. III, h. 156

4 2

5 Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahnya,

(Bandung: PT. Diponegoro

2004), h. 574

5 2

6 Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahnya,

(Bandung: PT. Diponegoro

2004), h. 320

6 3

7 Abdul Majid Khon, Praktikum

Qiraat, (Jakarta: Sinar Grafika,

2013), cet. II, h. 35

7 4

8 E. Badri dan Munawiroh,

Kemampuan Membaca dan

Menulis Huruf Al-Qur’an pada

siswa SMA, (Jakarta:

Puslitbang Lektur Keagamaan,

2008), h. 3

8 5

Page 103: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

BAB II

9 M. Samsul Ulum, Menangkap

Cahaya Al-Qur’an, (Malang:

UIN Malang Press, 2007)

1 10

10 M. Quraish Shihab,

Membumikan Al-Qur’an,

(Bandung: Mizan, 1994),

cet.IV, h. 167

2 11

11 M. Quraish Shihab, Lentera

AL-Qur’an, (Jakarta: PT.

Mizan Pustaka, 2008), h. 34-35

3 11

12 Zakiyah Darajat, dkk,

Methodik Khusus Pengajaran

Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995), h. 91

4 12

13 Samsul Ulum, Menangkap

Cahaya Al-Qur’an, (Malang:

UIN Malang Press, 2007), h.

81

5 12

14 Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahnya,

(Bandung: PT. Diponegoro,

2004), h. 437

6 13

15 M. Nashiruddin Al-Bani,

Ringkasan Shahih Muslim,

Terj. Mukhtashar Shahih

Muslim oleh Elly Lathifah,

S.Pd., (Jakarta: Gema Insani

Press, 2005), h. 1084

7 13

16 M. Nashiruddin Al-Bani,

Ringkasan Shahih Muslim,

Terj. Mukhtashar Shahih

Muslim oleh Elly Lathifah,

S.Pd., (Jakarta: Gema Insani

Press, 2005), h. 1088

8 13

17 Shalah Abdul Fatah Kholid,

Kunci Menguak Al-Qur’an dari

Mafatih Lit Ta’amul Ma’al-

Qur’an oleh Khatur Suhardi ,

(Solo: Pustaka Mantiq, 1992),

h. 64-69

9 15

18 Imam Nawawi, Bersanding

Dengan Al-Qur’an, dari

Attibyaanu fi Adaabi hamalatil

Qur’an oleh Abdul Aziz,

(Bogor: Pustaka Ulil Albab,

10 15

Page 104: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

2007), h. 36-41

19 Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahnya,

(Bandung: PT. Diponegoro

2004), h. 362

11 16

20 Abdul Majid Khon,

Praktikum Qiraat, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2013), cet. II, h.

41

12 16

21 Imam Nawawi, Bersanding

Dengan Al-Qur’an, Terj.

Attibyaanu fi Ad

aabi hamalatil Qur’an oleh

Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka

Ulil Albab, 2007), h. 75

13 17

22 Ahmad Muzzamil MF, Al-

hafidz, Panduan Tahsin

Tilawah, (Jakarta: Alfin Press,

2006), h. 2

14 17

23 Ibid. 15 17

24 Majalah Ummi, Varian

Metode Belajar Membaca Al-

Qur'an, 2016,

(www.majalahummi.com).

16 18

25 Tombak Alam, Metode

Membaca Menulis Al-Qur’an 5

Kali Pandai, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1995), h. 13

17 19

26 Ahmad Fathoni, Petunjuk

Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an

Metode Maisura Edisi IV,

(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. vii

18 19

27 Ibid., h. 3 19 20

28 Syaiful Bahri Djamarah,

Psikologi Belajar Edisi II,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2011),

h. 189

20 20

29 Sumadi Suryabrata, Psikologi

Pendidikan, (Jakarta: Raja

Grafindo, 2008), h.235-236

21 20

30 Tohirin, Psikologi

Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam, (Jakarta: Raja

Grapindo Persada, 2006), h.

128-129

22 21

Page 105: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

31 Fadilah Suralaga, dkk,

Psikologi Pendidikan Dalam

Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), cet. I,

h.122

23 21

32 Tohirin, op. cit.,h. 131 24 22

33 Syaiful Bahri Djamarah,

Psikologi Belajar Edisi II,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2011),

h. 200

25 23

34 Sumadi Suryabrata, Psikologi

Pendidikan, (Jakarta: Raja

Grafindo, 2008), h.233

26 24

35 Abu Isa Muhammad bin Isa

At-Tirmidzi, Enslikopedia

Hadist Terj. Jami’ At-Tirmidzi

oleh Tim Darussunah ,

(Jakarta: PT Niaga Swadaya,

2013), h. 950

27 25

36 Syamsul Rijal, Buku Pintar

Agama Islam, (Bogor: Cahaya

Islam. 2006), h.531

28 25

37 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-

hafidz, Lc, Pedoman Daurah

Al-Qur’an, (Jakarta: Markaz Al

Quran, 2011), Cet. XXI, h. 17

29 25

38 Ummi Rif’ah, Pedoman

Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:

Syukur Press, 2001), h. 12

30 25

39 Ibrahim Ad-daib, Proyek

Anda Menjadi Pribadi Qur’ani,

Terj. Masyru’uka ma’ al-

Qur’an oleh Nurihsan dan

Yasir Maqashid, (Jakarta:

Nakhlah Pustaka, 2007), h. 82

31 26

40 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-

hafidz, Lc, Pedoman Daurah

Al-Qur’an, (Jakarta: Markaz Al

Quran, 2011), Cet. 21, h. 19

32 26

41 Abu Zakariya Yahya,

Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an

Adab dan Tata Caranya, Terj.

Al-Tibyan Fi Adab Hamalat

Al-Qur’an oleh Tarmana

Ahmad Qosim, (Bandung: Al-

Bayan, 1996), cet. I, h.54

33 26

Page 106: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

42 Ummi Rif’ah, Pedoman

Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:

Syukur Press, 2001), h. 14

34 27

43 Abu Isa Muhammad bin Isa

At-Tirmidzi, Enslikopedia

Hadist Terj. Jami’ At-Tirmidzi

oleh Tim Darussunah ,

(Jakarta: PT Niaga Swadaya,

2013), h. 950

35 28

44 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-

hafidz, Lc, Pedoman Daurah

Al-Qur’an, (Jakarta: Markaz Al

Quran, 2011), Cet. 21, h. 20

36 28

45 Ibid., h. 29 37 28

46 Ummi Rif’ah, Pedoman

Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:

Syukur Press, 2001), h.15

38 28

47 Op. Cit., h. 30 39 28

48 Ibid., h. 15 40 29

49 Ahmad Fathoni, Petunjuk

Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an

Metode Maisura Edisi IV,

(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. 9

41 29

50

Supriyadi, dkk, Modul

Praktikum “Qira’at al-Qur’an”,

(Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), h.19

42 29

51 Ibrahim Ad-daib, Proyek

Anda Menjadi Pribadi Qur’ani,

Terj. Masyru’uka ma’ al-

Qur’an oleh Nurihsan dan

Yasir Maqashid, (Jakarta:

Nakhlah Pustaka, 2007), h. 88

43 31

55 Ummi Rif’ah, Pedoman

Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:

Syukur Press, 2001), h.48

44 32

56 Supriyadi, dkk, Modul

Praktikum “Qira’at al-Qur’an”,

(Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), h.62

45 32

57 Ibrahim Ad-daib, Proyek

Anda Menjadi Pribadi Qur’ani,

Terj. Masyru’uka ma’ al-

Qur’an oleh Nurihsan dan

Yasir Maqashid, (Jakarta:

Nakhlah Pustaka, 2007), h.92

46 32

Page 107: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

58 Aiman Rusydi, Panduan Ilmu

Tajwid Bergambar, (Solo:

Zam-zam, 2015), h.102-113

47 34

BAB III

59 Suharsimi Arikunto,

Manajemen Penelitian,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2003), h. 234

1 36

60 Emzir, Metodologi Penelitian

Pendidikan:Kuantitatif dan

Kualitatif, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2008), h.

174

2 37

61 Rully Indrawan dan Poppy

Yaniawati, Metodologi

Penelitian, (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2014), h. 93

3 37

62 Punaji Setyosari, Metode

Penelitian Pendidikan dan

Pengembangan, (Jakarta:

Kencana, 2013), h. 57

4 37

63 Suharsimi Arikunto, Dasar-

dasar Evaluasi Pendidikan,

(Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

h. 107

5 38

64 Nana Syaodih, Metode

Penelitian Pendidikan,

(Bandung: PT. Remaja Rosda,

2011), cet. VII, h. 220

6 38

65 Joko Subagyo, Metode

Penelitian Dalam Teori dan

Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,

2015), h. 64

7 38

66 Sugiyono, Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), cet. XIII, h. 137

8 39

67 Ibid., h. 138 9 39

68 Ibid., h. 142 10 39

69 Sugiyono, Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), cet. XIII, h. 142

11 40

70 Suharsimi Arikunto,

Manajemen Penelitian,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta,

12 40

Page 108: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31880/3/SULASTRI RAHAYU-FITK.pdfKarenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai aspek

2003), h. 135 71 Anas Sudijono, Pengantar

Statistik Pendidikan, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2006,

h. 43

13 41

72 Anas Sudijono, Ibid, h. 45 14 42

73 15 42

Jakarta, 19 Mei 2016

Dosen Pembimbing Skripsi Penulis

Drs. Abdul Haris, M. Ag Sulastri Rahayu

NIP. 19966091 199503 1 001 NIS. 11110110000042