jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu...
TRANSCRIPT
PERAN PROGRAM PEMBELAJARAN TAHSIN QIRAAH TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN MAHASISWA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA DI LTTQ MASJID FATHULLAH UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)
Oleh :
SULASTRI RAHAYU
1111011000042
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H
ABSTRAK
Sulastri Rahayu (NIM: 1111011000042). Peran Program Pembelajaran
Tahsin Qiraah Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kata Kunci : Tahsin Qiraah, Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran program tahsin qiraah di LTTQ
Masjid Fathullah dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an, metode
yang digunakan oleh LTTQ dan faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan
membaca al-Qur’an mahasiswa UIN sayarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti
program tahsin di LTTQ Masjid Fathullah.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif. Obyek penelitian ini mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang mengikuti program tahsin qiraah di LTTQ sebanyak 47
orang. Dalam memudahkan pengambilan data, fakta serta informasi yang
menjelaskan tentang permasalahan di atas, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, observasi, angket dan
wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa terdapat peningkatan
sebanyak 5,11% untuk nilai ujian lisan, sedangkan untuk nilai ujian tulis diperoleh
peningkatan sebesar 4,81%. Dengan adanya kesesuaian antara nilai angket dan
nilai hasil ujian, maka dapat dinyatakan bahwa program pembelajaran tahsin
qiraah di LTTQ Masjid Fathullah memiliki peran yang cukup baik dalam
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ABSTRAC
Sulastri Rahayu (NIM: 1111011000042). Role of Tahsin Qiroah Learning Program toward al-Qur'an Reading Ability by Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keywords : Tahsin qiraah, Al-Quran reading ability
By that title, the writer wants to know role of tahsin qiraah program in LTTQ Masjid Fathullah in enhancing the ability to read the al-Qur’an which includes mastery, science of tajwid application and practice.
This research is using quantitative approach and descriptive method. This research object are students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta who take the tahsin qiraah program in LTTQ as many as 47 people. In order making light of retrieval of data, fact and information that explains the problem above the writer us data collection techniques using the techniques of documentation, observations, questionnaires and interviews.
Based on the result researc, there is increased as much as 5.11% to the velue of the oral exam. While within the writing test scores obtained an increase of 4.81%. Given the compatibility between the value of the quistionnaire and the value of the test result, it can be stated that the courses of tahsin qiraah ini LTTQ Masjid Fthullah have a considerable role in both enhancing the ability of reading the al-Qur’an by student of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kekuatan
untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan program
S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada teladan mulia kita Nabi
Muhammad SAW yang memandu agar selalu berjalan dalam cara hidup yang telah
digariskan oleh Allah SWT. Beliau-lah seorang yang selalu memandu kita dalam
menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tak lupa shalawatnya pun semoga
tercurahkan kepada keluarga Beliau, para sahabat dan seluruh umat muslim dan umat
manusia pada umumnya. Semoga kita mendapatkan syafa’at Beliau di Hari Kiamat.
Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat bantuan dan motivasi
yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan
walaupun jauh dari kesempurnaan.
Penulis berusaha dengan kemampuan yang ada untuk menghasilkan penulisan
yang baik dan berguna. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang terdalam kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada M.A, rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
ii
4. Marhamah Saleh, Lc., MA. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
5. Dr. Abdul Haris, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar
membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi dan telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya.
6. Dr. Faridal Arkam, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini
selalu membimbing penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak dan Ibu dosen jurusan PAI yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis.
8. Bapak pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staff
atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan
referensi yang mendukung penulisan skripsi.
9. Mamah Indriyati dan Bapak Nono Hidayat tercinta, yang tak henti-henti nya
mendo’akan penulis.. Rasa terimaksih dan bakti kepada kedua orangtua penulis
serta yang menjadi alasan penulis untuk tetap semangat berjuang meraih mimpi.
Semoga penulis menjadi menjadi anak shalih sehingga menjadi investasi bagi
mereka di dunia dan akhirat. Terimakasih mah, terimakasih pak.
10. Terimakasih kepada A Heru dan A Hera yang selalu mendukung penulis dalam
menyelesaikan kuliah. Dan tak lupa kepada Ade Sandra, semoga kamupun tetap
terus semangat meraih mimpi. Penulis bangga memiliki saudara-saudara seperti
mereka.
11. Ustd. Kholilur Rohman (Ketua Umum LTTQ) dan Ustdh. Lina Adriyani yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di LTTQ Masjid Fathullah.
12. Teman-teman seperjuangan di kelas PAI A angkatan 2011, Ponpes Darul Hikam
angkatan 2011, IRMAFA, Pengurus LTTQ 2011-2016, serta keluarga besar
Pramuka UIN Jakarta khususnya angkatan lemot yang rela menjadi teman
penulis selama menyelesaikan kuliah di UIN. Terimakasih atas tawa dan canda
dan kebersamaan selama ini, semoga ukhuwah ini bisa selalu terjaga.
13. Teman-teman satu atap, Gambreng’s: Nurul, Cucun, Lia, Ati, Mila yang menjadi
tempat curhat penulis selama menyusun skripsi. Tak lupa juga kepada Baity,
iii
Anis, Fitri, Amel, Haifa, Kak Lina, Kak Nurlia dan Kak Herianto yang telah
bersedia berbagi ide dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudah-
mudahan mendapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis mudah-mudahan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya
untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 12 Mei 2016
Sulastri Rahayu
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah........................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
F. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ............................................................ 10
1. Pengertian Membaca Al-Qur’an ................................................ 11
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ............................................ 11
3. Keistimewaan Membaca Al-Qur’an .......................................... 12
4. Adab Membaca Al-Qur’an ........................................................ 13
5. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil ........................................... 15
6. Pengertian Tahsin Qiraah .......................................................... 16
7. Metode-metode Tahsin Qiraah .................................................. 16
8. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Kemampuan Mem-
baca Al-Qur’an .......................................................................... 19
9. Faktor-faktor yang dapat Melemahkan Kemampuan Mem-
baca Al-Qur’an .......................................................................... 22
v
B. Pembelajaran Tahsin Qiraah ............................................................ 24
1. Pengertian Ilmu Tajwid ............................................................ 24
2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid ............................................ 24
3. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid.............................................. 25
4. Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid ....................................... 26
5. Tempo Membaca Al-Qur’an ..................................................... 27
6. Makhraj dan Sifat Huruf Hijaiyyah ........................................... 28
7. Kaidah-kaidah Ilmu Tajwid ....................................................... 29
C. Penelitian yang Relevan ................................................................. 35
D. Kerangka Berpikir ........................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
B. Metode Penelitian ........................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 38
1. Sumber data ............................................................................... 38
2. Teknik Pengumpulan data ......................................................... 38
E. Teknik Analisa Data ........................................................................ 40
F. Interpretasi Data .............................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fat-
hullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .......................................... 43
1. Sejarah Singkat LTTQ Masjid Fathullah ................................. 43
2. Visi dan Misi LTTQ Masjid Fathullah ..................................... 45
3. Tujuan LTTQ Masjid Fathullah ............................................... 45
4. Staf pengajar program pembelajaran ........................................ 47
5. Struktur Kepengurusan LTTQ Masjid Fathullah ..................... 48
vi
6. Program Pembelajaran.............................................................. 48
B. Temuan Penelitian ................................................................................ 49
C. Pembahasan ......................................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 71
B. Saran ..................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Silabus Pembelajaran Tahsin Dasar ................................................ 50
Tabel 4.2 Saya merasa senang belajar tahsin qiraah ....................................... 53
Tabel 4.3 Saya memiliki motivasi diri yang kuat untuk belajar tahsin qiraah
.......................................................................................................................... 53
Tabel 4.4 Saya belajar tahsin qiraah tanpa paksaan dari orang lain ............... 54
Tabel 4.5 Saya rajin mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ
Masjid Fathullah .............................................................................................. 54
Tabel 4.6 Saya tetap hadir walaupun sedang malas ...................................... 55
Tabel 4.7 Saya tetap mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah walaupun
keadaan kurang sehat ..................................................................................... 55
Tabel 4.8 Saya mengulang pelajaran tahsin qiraah setiap membaca al-Qur’an di
rumah .............................................................................................................. 56
Tabel 4.9 Lingkungan tempat tinggal saya mendukung untuk saya bisa membaca
al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid .................................................. 56
Tabel 4.10 Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ, saya
mengalami kesulitan dalam membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid
........................................................................................................................ 57
Tabel 4.11 Saya merasa belajar tahsin itu penting ........................................ 57
Tabel 4.12 Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin di LTTQ, saya merasa belajar
tahsin itu sulit ................................................................................................. 58
Tabel 4.13 Saya paham mendengarkan pelajaran ilmu tajwid oleh instruktur
........................................................................................................................ 58
vii
Tabel 4.14 Proses pembelajaran tahsin berjalan dengan kondusif ................. 59
Tabel 4.15 Waktu pembelajaran tahsin terlaksana dengan efektif dan efisien
.......................................................................................................................... 59
Tabel 4.16 Instruktur memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca al-
Qur’an satu persatu ........................................................................................ 60
Tabel 4.17 Instruktur memberikan bantuan kepada peserta yang mengalami
kesulitan dalam memahami ilmu tajwid ........................................................ 60
Tabel 4.18 Instruktur memberikan dorongan untuk belajar al-Qur’an dengan
sungguh-sungguh ........................................................................................... 61
Tabel 4.19 Sekarang saya bisa membaca al-Qur’an secara tartil .................. 61
Tabel 4.20 Saya merasakan manfaat dari pembelajaran tahsin qiraah terhadap
nilai PIQI ........................................................................................................ 62
Tabel 4.21 Sekarang saya ingin belajar tahsin qiraah lebih lanjut ................ 62
Tabel 4.22 Rekapitulasi data hasil angket ..................................................... 63
Tabel 4.23 Daftar Nilai Ujian Praktek Lisan dan Tulis Program Tahsin 2016
.......................................................................................................................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an bagi umat islam merupakan sumber dan dasar hukum
yang pertama dan utama. Karenanya mempelajari al-Qur’an dari berbagai
aspek keilmuannya sangatlah penting. Al-Qur’an sebagai landasan hidup
manusia memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-
kitab yang lain, salah satunya adalah keistimewaan dalam membaca
(tilawah) al-Qur’an. Bahkan al-Qur’an sangat dianjurkan untuk dijadikan
sebagai bacaan harian. Bahkan perintah untuk membaca al-Qur’an telah
diturunkan sejak wahyu pertama, yaitu:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al-„alaq 96:1-5)1
Sebagaimana dikatakan oleh Quraish Shihab bahwa, “kata Iqra‟
atau perintah membaca adalah kata pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad dan diulang sebanyak dua kali dalam wahyu pertama, serta
1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro,
2004), h. 597
2
ditunjukan kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab
sebelum turunnya al-Qur’an, bahkan sampai akhir ayatnya. Perintah ini
juga berlaku untuk seluruh umat manusia, karena realisasi perintah
tersebut merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup duniawi dan
ukhrawi”.2
Membaca al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama yang
mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan
membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti al-Qur’an yang terambil
dari kata qara‟a – yaqra‟u – qira‟atan – wa- qur‟anan yang secara harfiah
berari bacaan.3 Allah SWT menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang
membacanya. Pahala yang Allah berikan tidak dihitung per ayat atau
perkata, melainkan perhuruf, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
و ل ف للا ب ات ك ن ام ف ر ح أ ر ق ن ملسو هيلع هللا ىلص:م للا ل و س ر ال ق و ن ع للا ي ض ر د و ع س م ن اب ن ع و ،ف ر ح م ل و ،ف ر ح ف ل :أ ن ک ل و ،ف ر ح :آملل و ق أ ا،ل ال ث م أ ر ش ع ب ة ن س ال ،و ة ن س ح (.)رواهالرتمذيف ر ح ي م م و
“Dari Ibnu Mas‟ud R.A, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur‟an) maka
akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan di balas dengan
sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu
huruf, namun alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim adalah
satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)4
Agar pahala yang mengalir dari huruf-hurufnya mengalir terus,
Allah memberikan rambu-rambu bagi pembaca al-Qur’an untuk tidak
membacanya dengan asal membaca, tetapi harus membacanya dengan
tartil atau yang populer dikalangan masyarakat lebih dikenal dengan
istilah bacaan yang baik dan benar. Seperti firman Allah SWT dalam surah
Al-Muzzammil, yaitu:
2 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1994), cet. VI, h.167
3 M. Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an (1), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 20
4 Imam Nawawi, Terjemah Shahih Riyadhush Sholihin Edisi 2, dari Riyadhush Sholihin
oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), Cet. III, h. 156
3
“Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di
malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau
kurangi sedikit dari seperduanya. Atau lebihkan dari seperdua itu. Dan
bacalah al-Qur‟an dengan tartil (perlahan-lahan).” (QS. Al-
Muzzammil 73: 1-4)5
Cara membaca al-Qur’an sudah diatur oleh-Nya sejak diturunkan
melalui ayat di atas. Maka wajar jika Rasulullah SAW pernah ditegur
ketika tergesa-gesa untuk menguasai cara membacanya. Misalnya ayat
yang berbunyi:
... ...
“...dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur‟an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu ...” (QS. Thaha 20:114)6
Maka dari itu, untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih
mendalam dari segi bacaannya diperlukan penguasaan dan penerapan
terhadap ilmu membaca al-Qur’an yaitu ilmu tajwid. Dengan mempelajari
ilmu tajwid, seseorang diharapkan dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an
dengan baik dan benar, baik dari segi melafalkan makharijul huruf (tempat
keluarnya huruf) maupun mempraktikan hukum bacaan tajwidnya serta
mampu memelihara bacaan ayat-ayat al-Qur’an dari kekeliruan yang dapat
merubah arti dan maksudnya.
Untuk tetap menjaga keaslian (ashalah) bacaan al-Qur’an seperti
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril,
maka Rasulullah pun mengajarkannya kepada para sahabat. Para sahabat
5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro
2004), h. 574 6 Ibid., h. 320
4
kemudian mengajarkan kepada para tabi’in, dan demikian seterusnya al-
Qur’an diajarkan secara turun temurun dalam keadaan asli tanpa
terkurangi huruf-hurufnya, kalimat-kalimatnya, bahkan sampai teknis
membacanya. Seseorang yang sedang belajar membaca al-Qur’an
memerlukan seorang guru untuk membimbinnya selama proses belajar,
yaitu guru yang benar-benar mampu mengajarkan al-Qur’an sesuai dengan
makhraj huruf dan kaidah tajwid yang baik dan benar.
Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Majid Khon, “seorang
murid harus berguru secara musyafahah, artinya antara murid dan guru
harus bertemu langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada
saat membaca al-Qur’an, karena murid tidak akan dapat membaca secara
fashih sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf tanpa memperlihatkan
bibirnya atau mulutnya pada saat membaca al-Qur’an dan begitupun
sebaliknya”.7
Di Indonesia, umumnya mulai dari SD/MI, SMP/MTS dan
SMA/MA sudah diajarkan membaca al-Qur’an yang dikemas dalam mata
pelajaran Agama Islam. Dan dalam beberapa lingkungan masyarakat
pelajaran membaca al-Qur’an pun diajarkan di surau-surau, mushala,
masjid dan pondok pesantren mulai dari anak se-usia pra sekolah dasar
dengan menggunakan berbagai metode. Usaha untuk memberantas buta
huruf al-Qur’an pun telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
tokoh agama, diantaranya didirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
atau lembaga al-Qur’an lainnya.
Melalui penjelasan di atas penulis berasumsi bahwa sudah
seharusnya untuk tingkatan mahasiswa memiliki dan menguasai
kemampuan membaca al-Qur’an yang telah dipelajari dari sejak kecil.
Terlebih lagi sebagai mahasiswa yang berkuliah di Perguruan Tinggi yang
berlandaskan keagamaan seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7 Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), cet. II, h. 35
5
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharuskan mahir dalam
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, karena akan menjadi masalah
bagi mahasiswa yang bersangkutan dan juga institut terkait apabila ia tidak
bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Diharapkan setelah lulus
nantinya mahasiswa tersebut dapat menuntun dan membimbing
masyarakat dalam hal keagamaan khusunya mengajarkan al-Qur’an.
Berkaitan dengan itu, pihak kampus membuat program Praktikum Ibadah
dan Qiraah (PIQI) berupa tes seputar keagamaan, baca tulis dan hafalan al-
Qur’an yang dijadikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan membaca
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada realitanya masih banyak
yang belum bisa melafalkan makhraj huruf al-Qur’an dengan fasih dan
masih banyak juga yang belum bisa membaca dengan kaidah ilmu tajwid
yang baik dan benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim dari
Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI tahun 2008, bahwa hasil
tes membaca al-Qur’an calon Mahasiswa UIN Jakarta dari 11.747 peserta,
15% diantaranya dikategorikan memiliki kemampuan membaca antara
rendah sampai dengan sedang. Kategori tersebut diambil berdasarkan skor
< 50 dari salah satu komponen materi tes masuk UIN Jakarta tahun 2005.8
Salah satu penyebabnya, karena tidak semua input mahasiswa berasal dari
Pesantren atau Aliyah yang sudah menguasai ilmu membaca al-Qur’an.
Mahasiswa yang belum menguasi ilmu membaca al-Qur’an
memerlukan bimbingan agar ia dapat belajar membaca al-Qur’an sebelum
ia lulus dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun dikarenakan
keterbatasan waktu, mereka tidak bisa mengandalkan waktu yang
disediakan oleh kampus saja. Oleh karena itu, mereka harus belajar di luar
waktu kuliah. Maka dari itu untuk menampung mahasiwa yang ingin
8 E. Badri dan Munawiroh, Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Al-Qur‟an pada
siswa SMA, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2008), h. 3
6
belajar al-Qur’an, bidang kelembagaan Masjid Fathullah mendirikan
lembaga yang bergerak di bidang pembelajaran al-Qur’an yang diberi
nama Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ). Tujuan LTTQ
didirikan yaitu sebagai wadah bagi masyarakat umum dan mahasiswa
yang berada di wilayah Ciputat untuk belajar al-Qur’an. Salah satu
program LTTQ yang mendukung keinginan-keinginan tersebut yakni
melalui program pembelajaran tahsin al-Qiraah yang dilaksanakan
seminggu dua kali dibawah bimbingan guru yang menguasai ilmu
membaca al-Qur’an.
Dari pemaparan berbagai masalah di atas kemudian penulis merasa
perlu menindaklanjutinya dengan meneliti lebih jauh lagi terkait masalah-
masalah di atas yang telah dipaparkan. Penelitian ini akan memusatkan
penelitian kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
belajar tahsin di LTTQ Masjid Fathullah, sehingga penelitian ini diberi
judul: “Peran Program Pembelajaran Tahsin Qiraah Terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang relevan dengan penelitian, yaitu:
1. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta banyak yang belum
mampu membaca al-Qur’an sesuai dengan makhraj huruf dan kaidah
tajwid yang baik dan benar
2. Latar belakang sekolah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang beragam.
3. Membaca al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan salah satu
syarat kelulusan Praktikum Qiraat (PIQI).
4. Peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an.
7
5. Metode pembelajaran tahsin yang digunakan Lembaga Tahfidz dan
Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah untuk meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah penelitian dibatasi pada:
1. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang belum mampu
membaca al-Qur’an sesuai dengan makhraj huruf dan kaidah tajwid
yang baik dan benar dan mengikuti program pembelajaran tahsin
qiraah di LTTQ Masjid Fathullah.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelemahan membaca al-Qur’an
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti program
pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah
3. Metode digunakan oleh LTTQ Masjid Fathullah untuk meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Program tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah merupakan program
untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatas masalah di atas maka penulis membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Apakah program tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa membaca al-Qur’an?
2. Metode apa yang digunakan oleh LTTQ Masjid Fathullah untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa membaca al-Qur’an?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kelemahan membaca
al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
8
1. Untuk mengetahui peran program tahsin qiraah di LTTQ Masjid
Fathullah dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an yang
meliputi penguasaan, penerapan ilmu tajwid dan prakteknya
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan oleh LTTQ Masjid
Fathullah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa membaca al-
Qur’an.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak mampu membaca al-
Qur’an.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
bacaan untuk memperkaya khazanah perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta menjelaskan akan pentingnya memiliki
kemampuan membaca al-Qur’an.
2. Bagi guru atau dosen, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk memilih, menentukan dan
mengembangkan buku sumber, metode pembelajaran, cara memotivasi
siswa dan bagi pihak yang terkait dalam usaha untuk meningkatakan
mutu pendidikan islam khususnya pelajaran yang berkaitan dengan al-
Qur’an.
3. Bagi lembaga pendidikan al-Qur’an, diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan informasi serta pertimbangan untuk
membuat rekomendasi tentang langkah-langkah yang dipandang tepat
untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an.
9
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini dibuat menjadi V bab
yang saling mendukung dan terkait satu dengan yang lainnya.
BAB I : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Kajian Teori
Pada bab ini terdapat pembahasan mengenai teori-teori yang terkait
dengan judul skripsi di atas.
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini merupakan bab yang mendeskripsikan waktu, tempat,
metode dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian. Di
dalamnya juga dideskripsikan mengenai sumber data dan teknik
pengumpulan data.
BAB IV : Temuan Penelitian dan Pembahasan
Merupakan pembahasan mengenai realita-realita dalam penelitian
yang telah dilakukan oleh penulis.
BAB V : Penutup
Pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan mengenai hasil penelitian pada sub bab kesimpulan kemudian
dilanjutkan dengan pemberian saran-saran mengenai hasil penelitian
tersebut.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Membaca al-Qur‟an berbeda dengan membaca teks biasa,
karena dalam membaca al-Qur‟an kita belajar membaca huruf-huruf
serta bunyi kata-kata yang tepat, dan untuk mengetahui isi
kandungannya.
Baradja mengatakan, “membaca merupakan proses upaya
memahami pikiran-pikiran penulis melalui media teks atau seorang
penulis berusaha menyampaikan pesan kepada pembaca. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa apabila pembaca tidak mampu
memahami maksud pembuat teks, maka tidaklah disebut membaca,
atau pembaca akan sia-sia karena tidak mendapat informasi apapun
dari teks yang dia baca.”1
Namun kesia-siaan tersebut tidak berlaku dalam hal membaca
al-Qur‟an karena banyak sekali perbedaan antara membaca al-Qur‟an
dibandingkan dengan membaca teks biasa. Hal ini dikarenakan
terdapat lebih banyak kelebihan atau keutaamaan dalam membaca
firman-firman Allah SWT.
1 M. Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur‟an, (Malang: UIN Malang Press, 2007),
h. 1-2
11
Selain itu, pengertian membaca telah dibahas sejak turunnya
ayat pertama. Membaca dalam Bahasa Arab terambil dari kata qara‟a
yang berarti “menghimpun” yaitu apabila kita menyatukan beberapa
buah kata menjadi sebuah kalimat kemudian diucapkan, maka
pekerjaan ini dinamakan qara‟a yang salah satu artinya adalah
membaca.2
Perintah membaca dalam pengertian di atas menggambarkan
bahwa subjeknya umum, mencangkup membaca segala sesuatu,
termasuk alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan apa
pun, sebagaimana dikatakan oleh Quraish Shihab.3
Jadi, dapat disimpulkan bahwa membaca dalam hal kaitannya
denga al-Qur‟an dapat diartikan melihat tulisan yang terdapat pada al-
Qur‟an dan melisankannya. Akan tetapi membaca al-Qur‟an bukan
hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan,
meresapi isinya, serta mengamalkannya dengan baik dan benar.
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan membaca al-Qur‟an dapat diartikan dengan
kesanggupan dan kecakapan melafalkan bacaan ayat-ayat al-Qur‟an
dengan baik dan benar yaitu sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid dan
makhraj huruf yang baik dan benar.
Sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Zakiyah Daradjat bahwa
kemampuan membaca Al-Qur‟an tersebut dapat dilihat dari cara
pengajaran al-Qur‟an yang meliputi:
a) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari alif
sampai dengan ya. b) Cara menyembunyikan masing-masing
huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu. c) Bentuk dan fungsi
tanda baca, seperti: syakal, syiddah, tanda panjang, tanwin, dsb.
d) Bentuk dan fungsi tanda berhenti waqaf. e) Cara membaca,
melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-
macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu
Nadham. f) Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika
2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1994), cet.IV, h. 167
3 M. Quraish Shihab, Lentera AL-Qur‟an, (Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008), h. 34-35
12
membaca alQur‟an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai
ibadah.4
Selain itu, adapun tahapan pembelajaran membaca al-Qur‟an
menurut pendapat M. Samsul Ulum, yaitu:
a. Penegenalan huruf hijaiyah dan makhrajnya.
b. Pemarkah (al-asykaal).
c. Huruf-huruf bersambung.
d. Tajwid dan bagian-bagiannya.
e. Gharaaib (bacaan yang tidak sama dengan kaidah umum).5
Maka, seseorang yang telah memiliki kemampuan membaca
al-Qur‟an adalah yang telah mampu membaca al-Qur‟an dengan baik
dan benar sesuai aturan ilmu tajwid. Agar pahala yang mengalir dari
huruf-hurufnya dan syafaat yang akan dinikmatinya kelak optimal,
Allah memberi rambu-rambu bagi pembaca al-Qur‟an untuk tidak
membacanya dengan asal membaca, akan tetapi harus dengan ilmu
tajwid.
3. Keistimewaan Membaca Al-Qur’an
Membaca al-Qur‟an merupakan wasiat Rosulullah SAW. Kaum
muslimin yang telah mendahului kita benar-benar mengetahui
keutamaan al-Qur‟an sehingga tidak pernah berhenti mempelajari dan
membacanya secara tartil di pertengahan malam dan siang.
Banyak sekali keistimewaan dalam membaca al-Qur‟an dan
dapat kita ketahui melalui ayat dan hadist berikut:
a. Allah SWT berfirman,
4 Zakiyah Darajat, dkk, Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), h. 91 5 Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur‟an, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.
81
13
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang
Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi.” (QS. Fathir 35:29)6
b. Hadist Rosulullah SAW
عت رسوؿ هللا صلى هللا عليو كسلم يػقوؿ: عن أب أمامة رضي هللا عنو قاؿ: سعا لصحابو )ركاه مسلم(ا القرآف فإنو يت يػوـ الق اقػرؤك يامة شفيػ
“Abu Umamah berkata bahwasannya dia pernah mendengar
Rosulullah SAW bersabda, bacalah al-Qur‟an karena ia datang
pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada orang yang
membacanya.” (HR. Muslim)7
ر ا ى م ل ا : م ل س ك و ي ل ع هللا ىل ص هللا ؿ و س ر اؿ : ق ت ل اا ق ه نػ ع هللا ي ض ر ة ش ا ئ ع ن ع ـ ر ك ال ة ر ف الس ع م آف ر ق ل ب اؽ ش و ي ل ع و ى ، ك و ي ف ع ت ع تػ يػ ك آف ر ق ال أ ر ق يػ ن ي ذ ال ، ك ة ر ر بػ ال ا)ركاه مسلم( اف ر ج أ و ل
Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“orang yang membaca al-Qur‟an dengan fasih dan lancar akan
dikelompokkan dengan orang-orang yang mulia. Orang yang
membaca al-Qur‟an dengan tidak lancar namun dia tetap
bersusah payah untuk membacanya maka dia mendapat dua
pahala.” (HR. Muslim)8
4. Adab Membaca Al-Qur’an
Adab dan tatakrama sebelum dan ketika membaca al-Qur‟an
tetap harus diperhatikan agar bacaannya itu menjadi lebih bermanfaat,
memberikan pengaruh dan hasil. Menurut Sahalah Abdul Fatah, ia
menyimpulkan ada 17 adab dan tatakrama dalam membaca al-Qur‟an,
yaitu:
a) Memilih waktu yang tepat untuk membaca al-Qur‟an, misalkan
di waktu paling afdhal, yaitu sepertiga akhir malam, pada waktu
malam, waktu fajar dan waktu-waktu senggang di siang hari. (b)
6 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro,
2004), h. 437
7 M. Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Mukhtashar Shahih Muslim
oleh Elly Lathifah, S.Pd., (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 1084 8
M. Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Mukhtashar Shahih Muslim
oleh Elly Lathifah, S.Pd., (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 1088
14
Memilih tempat yang tepat, misal di mesjid atau di dalam rumah
yang jauh dari suasana bising. (c) Memilih kondisi dan situasi yang
khusus sehingga seolah ia bisa berhadapan dengan tuhannya. (d)
Kesucian badan, suci dari janabat dan hadast kecil. (e) Mensucikan
seluruh anggota badan saat membaca dari segala perbuatan
maksiat, dosa dan kemungkaran. (f) Memasang niat saat membaca,
ikhlas hanya kepada Allah. (g) Mengharapkan perlindungan Allah
dan menghadap kepadanya-Nya. (h) Membaca isti‟adzah dan
basmalah sebelum membaca al-Qur‟an. (i) Mengosongkan jiwa
dari segala keinginan, kebutuhan dan tuntutan dunia. (j)
Memusatkan pikiran saat membaca dan mengkonsentrasikannya
kepada al-Qur‟an saja. (k) Khusu‟ saat membaca dan bersungguh-
sungguh. (l) Menangis saat membaca, terutama bila membaca ayat-
ayat yang mengingatkan tentang adzab. (m) Mengagungkan Allah,
merasakan dirinya sebagai hamba yang lemah dan melihat
kemuliaan dan anugerah Allah. (n) Mengamati, memahami
maknanya, mengetahui ayat-ayat yang dibacanya. (o)
Menyesuaikan suasana hati dengan pengertian ayat-ayat yang
dibacanya. (p) Merasa bahwa dirinyalah yang disebut dalam ayat
yang dibaca dan kewajiban yang dikandungnya tertuju padanya. (q)
Membuang hal-hal yang dapat menjadi penghalang untuk
memahami al-Qur‟an. (r) Orang yang mendengarkan dan
menyimak harus mencurahkan seluruh perhatian dan pikiran untuk
memahami maknanya, semua tertuju kepada kalam Allah.9
Sedangkan menurut Imam An-Nawawi adapun etika bagi
pelajar yang sedang belajar al-Qur‟an, diantaranya:
(a) Murid tidak boleh mempunyai kesibukan yang mengganggu
pelajarannya, kecuali keperluan mendesak. (b) Menyucikan
hatinya dari noda-noda (yang dapat mencemarkan hati) agar
layak menerima al-Qur‟an. (c) Menuntut ilmu kepada ahlinya,
yaitu guru yang sudah jelas dimaklumi kesempurnaan ilmunya,
jelas agamanya, diakui pengetahuannya dan di kenal
kehormatannya. (d) Bersikap sopan tehadap guru. (e) Menjaga
kesopanan terhadap sesama pelajar, yaitu diharuskan beradab
dan sopan santun dengan teman-temannya. (f) Memperhatikan
kondisi guru, termasuk mengenal kondisi sibuk dan bosannya
guru. (g) Semangat dan tekun dalam menuntut ilmu, giat dan
rajin belajar setiap saat. (h) Mempelajari al-Qur‟an pada pagi
hari.10
9 Shalah Abdul Fatah Kholid, Kunci Menguak Al-Qur‟an dari Mafatih Lit Ta‟amul Ma‟al-
Qur‟an oleh Khatur Suhardi , (Solo: Pustaka Mantiq, 1992), h. 64-69 10
Imam Nawawi, Bersanding Dengan Al-Qur‟an, dari Attibyaanu fi Adaabi hamalatil
Qur‟an oleh Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007), h. 36-41
15
Penjelasan di atas adalah beberapa aturan atau adab yang harus
diperhatikan oleh seseorang yang akan belajar al-Qur‟an. Hal-hal
tersebut harus kita terapkan dalam pembelajaran al-Qur‟an, karena
belajar membaca al-Qur‟an berbeda dengan membaca buku-buku
yang lainnya.
5. Membaca Al-Quran dengan Tartil
Hal yang paling utama dilakukan oleh orang yang membaca al-
Qur‟an adalah membaca al-Qur‟an dengan tartil. Bacaan tartil adalah
bacaan yang paling bagus karena sesuai dengan bacaan al-Qur‟an saat
diturunkan. Allah SWT berfirman:
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa al Quran itu
tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara
tartil (teratur dan benar).” (QS. Al-Furqan 25: 32)11
Abdul Majid Khon mendifinisikan bahwa tartil artinya
membaca al-Qur‟an dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru, dengan
bacaan yang baik dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifatnya
sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Bacaan dengan tartil
ini akan membawa pengaruh kelezatan, kenikmatan, serta ketenangan,
baik bagi para pembaca ataupun bagi para pendengarnya.”12
Menurut para ulama, membaca al-Qur‟an secara tartil itu
mustahab untuk dapat memahami kandungannya dan untuk manfaat
lainnya. Karena itulah disunnahkan membaca secara tartil bagi orang
11
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Diponegoro
2004), h. 362 12
Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), cet. II, h. 41
16
asing yang tidak mengerti makna al-Qur‟an. Cara itu lebih mulia untuk
menghormati al-Qur‟an dan sangat berpengaruh ke dalam hati.13
Penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca dengan tartil
dapat diartikan dengan tartil yang optimal yaitu dengan melafadzkan
ayat-ayat al-Qur‟an sebagus dan semaksimal mungkin.
6. Pengertian Tahsin Qiraah
Tahsin (تحسيي) menurut bahasa berasal dari تحسيب -حسي ي -حسي
yang artinya memperbaiki membaguskan, menghiasi, mempercantik,
membuat lebih baik dari semula.14
Kata ini sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid yang
berasal dari jawwada-yujawwidu‟ apabila ditinjau dari segi bahasa
tahsin artinya memperbaiki bacaan al-Qur‟an. Seseorang yang sudah
mampu membaca al-Qur‟an dengan lancar dan benar disebut mahir
atau mutqin. Pada dasarnya tahsin diartikan sama dengan tajwid dalam
membaca al-Qur‟an.15
Metode tahsin ialah metode untuk menyempurnakan semua hal
yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al-
Qur'an. Baik kesempurnaan sifat yang senantiasa melekat
padanya.Sehingga, cara kita membaca al-Qur‟an yang salah harus
diperbaiki sesuai dengan cara yang Rasulullah ajarkan. Targetnya
adalah agar benar pengucapan hurufnya, tepat ukuran madnya, tepat
dalam berwaqaf, dan memperindahnya dengan menyempurnakan
ghunnah serta tafkhim-tarqiq.
7. Metode-metode Tahsin Qiraah
Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses
belajar mengajar tidak terlepas dari pemilihan metode. Pada zaman
sekarang ini begitu banyak metode belajar membaca al-Qur‟an yang
13
Imam Nawawi, Bersanding Dengan Al-Qur‟an, Terj. Attibyaanu fi Adaabi hamalatil
Qur‟an oleh Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007), h. 75 14
Ahmad Muzzamil MF, Al-hafidz, Panduan Tahsin Tilawah, (Jakarta: Alfin Press,
2006), h. 2 15
Ibid.
17
digunakan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan belajar
membaca al-Qur‟an, diantaranya:
a) Metode Al-Baghdady
Metode al-Baghdady berasal dari Baghdad Irak. Metode al-
Baghdady adalah metode tersusun, maksudnya yaitu suatu metode
yang tersusun secara berurutan, merupakan sebuah proses yang
lebih kita kenal dengan metode alif, ba‟, ta‟. Metode ini adalah
metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama
berkembang di Indonesia. Cara pembelajaran metode ini adalah
hafalan, eja, modul dan pemberian contoh yang absolute.
b) Metode Hattaiyyah
Adalah suatu metode pengajaran membaca al-Qur‟an dengan
pendekatan pengamalan huruf Arab dan tanda baca melalui huruf
latin.
c) Metode Al-Barqi
Metode ini sifatnya bukan mengajar namun mendorong
siswa. Disini siswa dianggap telah memiliki persiapan dengan
pengetahuan yang tersedia. Siswa membuka atau melihat
peraga/papan tulis, tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah
punya kesiapan , maka siswa hanya membaca, memisah, memilih
dan memadu sendiri.16
d) Metode Iqro‟
Metode iqro‟ disusun oleh Ustadz As‟ad Human yaitu
metode membaca al-Qur‟an yang menekannkan langsung pada
latihan membaca. Adapun buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid
yang dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai
pada tingkatan sempurna.
Model pengajaran iqro‟ yaitu: a) Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA), guru tak lebih hanya sebagai penyimak, bukan penuntun
16
Majalah Ummi, Varian Metode Belajar Membaca Al-Qur'an, 2016,
(www.majalahummi.com).
18
bacan; b) Privat, guru menyimak seorang demi seorang; c)
Asistensi, yaitu jika guru tidak mencukupi, murid yang mahir bisa
turut membantu mengajar murid-murid yang lainnya.17
e) Metode Maisura
Metode ini di susun oleh DR. K.H. Ahmad Fathoni, Lc.,
M.A. Metode Maisura sudah lama beliau gagas dan telah diajarkan
kepada murid-muridnya sejak tahun 1994. Basis materi metode
maisura mempunyai 3 pilar utama, yaitu: teori yang berpijak pada
rujukan/referensi terpercaya yang sebagian besar disertakan teks
dan terjemahannya; praktik yang terintegrasi pada talaqqiy dan
musyafahah; dan informative terhadap mushaf terbitan Indonesia
dan Timur Tengah.18
Dahulu metode ini belum ada namanya. Baru terpikirkan
memberikan nama ketika metode ini mulai tersebar luas dan
banyak yang menanyakan metode apa yang selama itu dipelajari.
Mulailah ia memikirkan nama yang tepat untuk penemuannya
tersebut. Suatu ketika, saat beliau sedang membaca Al-Qur‟an
surah Al-Isra ayat 28, terdapat kalimat „qaulan maisura‟. Ia
berhenti sejenak dan berpikir bahwa kata maisura dirasa tepat
sebagai nama metodenya. Arti maisura adalah mudah dipahami,
simpel, praktis, bersahaja, dan lemah-lembut. Sejak itulah belaiau
menamakan penemuannya “Metode Maisura, Petunjuk Praktis
Tahsin Tartil Al-Qur‟an”.
Mempelajari Al-Qur‟an melalui Metode Maisura didukung
dengan petunjuk praktis yang dituangkan dalam buku panduan
sehingga semakin mempermudah bagi para pelajar yang ingin
17 Tombak Alam, Metode Membaca Menulis Al-Qur‟an 5 Kali Pandai, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1995), h. 13 18
Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur‟an Metode Maisura Edisi IV,
(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. vii
19
mempelajarinya. Waktunya juga sangat singkat, sekitar 12-14 jam.
Dengan demikian, metode ini sangat istimewa.19
8. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Qur’an
Dalam pembelajaran al-Qur‟an banyak sekali faktor yang dapat
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an baik membaca
perlulaan ataupun membaca lanjut (pemahaman). Diantara faktor-
faktor tersebut adalah:
a. Faktor Internal Siswa
1) Aspek Fisiologis
Menurut pendapat Noehi Nasution, ia mengatakan, “kondisi
fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang, orang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam
keadaan kelelahan.”20
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, faktor-faktor
fisiologis masih dapat lagi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Tonus jasmani pada umumnya: (i) Nutrisi harus cukup
karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan
kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa
kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dsb. (ii) Beberapa
penyakit kronis sangat mengganggu belajar itu.
b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu: (i)
Berfungsinya panca indera merupakan syarat belajar itu
berlangsung dengan baik. Pancaindera yang memegang
peranan paling penting adalah mata dan telinga.21
2) Aspek Psikologis
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan
membaca al-Qur‟an adalah faktor psikologis, antara lain:
a) Intelegensi
19
Ibid., h. 3 20
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.
189 21
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h.235-236
20
Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atau tiga
jenis, yaitu: kecakapan untuk mengahadapi dan
menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-
konsep yang abstrak secara efektif dan mengetahui dan
mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga
merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri denga lingkungan
dengan cara yang tepat.22
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) seseorang
tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajarnya. Ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan intelegensi seseorang maka semakin besar
peluangnya untuk meraih prestasi. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuannya maka semakin kecil peluangnya
untuk meraih prestasi, kecuali jika seseorang itu rajin dan
ulet.
b) Minat
Minat (interest) merupakan kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus yang sangat erat hubungannya dengan perasaan
senang minat berfungsi sebagai kekuatan yang akan
mendorong seseorang untuk belajar.23
Jika dikaitkan dengan minat membaca al-Qur‟an maka
minat baca tersebut dapat diartikan sebagai keinginan yang
kuat untuk membaca maka apabila seseorang sudah
22
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grapindo
Persada, 2006), h. 128-129 23
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), cet. I, h.122
21
mempunyai keinginan yang kuat untuk membaca al-Qur‟an
ia akan dengan senang hati untuk membaca al-Qur‟an.
c) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard, bakat adalah
capacity to lear. Dengan perkataan lain, bakat
merupakan kemampuan untuk belajar. Secara umum
bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan dating. Keemampuan potensial ini baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar
atau berlatih.24
Bakat merupakan kemampuan individu untuk bisa
melakukan tugas tertentu melalui sedikit latihan. Bila
dikaitkan dengan membaca al-Qur‟an, seseorang yang
berbakat akan lebih cepat menyerap informasi dan
menguasai teknik seni baca al-Qur‟an.
d) Motivasi
Menurut Noehl Nasution, “motivasi adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
seseuatu. Jadi moivasi untuk belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.”25
Berkenaan dengan motivasi belajar membaca al-
Qur‟an, maka hendaknya siswa bertujuan semata-mata
hanya untuk mencari ilmu, pangkat dan pekerjaan. Sebab
bila tujuannya mencari ilmu, maka pangkat dan pekerjaan
akan mengikuti, tetapi apabila tujuannya mencari pangkat
atau pekerjaan, ilmu belum tentu diperoleh dan begitupun
pekerjaan.
24
Tohirin, op. cit.,h. 131 25
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.
200
22
b. Faktor Eksternal Siswa
Faktor lingkungan siswa ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
lingkungan alam/non sosial dan lingkungan sosial.Yang termasuk
faktor lingkungan non sosial/alam ini seperti: keadaan udara, suhu
udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar,
buku, alat peraga, sarana-prasarana, dsb.26
Jika seseorang tinggal atau berada di lingkungan yang
mendukung untuk mempelajari atau membaca al-Qur‟an maka ia
akan terbiasa atau tidak tabu untuk membaca al-Qur‟an dan begitu
pun sebaliknya.
9. Faktor-faktor yang dapat Melemahkan Kemampuan Membaca
Al-Qur’an
Tidak semua orang Islam dapat memebaca al-Qur‟an dengan
baik dan benar. Menurut Jalaludin adanya kesulitan dalam
mempelajari al-Qur‟an disebabkan beberpa faktor penyebab antara
lain:
1. Orientasi Berfikir
Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi arah
pemikiran orang. Kemajuan tekonologi dengan segala hasil
yang disumbangkannya bagi kemudahan hidup manusia, banyak
mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat dengan
kebendaan. Hal itu mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang
diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran pengetahuan
praktis dan menunjang prestie kehidupan.
Pengetahuan tentang membaca al-Qur‟an dan cara
membacanya kalah bersaing dalam pikiran kebanyakan kaum
muslimin.
26
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h.233
23
2. Kesempatan dan Tenaga
Arah berfikir yang materialis telah mendudukkan status
wajib belajar al-Qur‟an ke provinsi-provinsi semakin lebih kecil.
Pengaruh ini telah menimbulkan kondisi asal-asalan. Akibatnya
terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan tenaga
penngajar dan waktu yang disediakan untuk belajar al-Qur‟an
sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu yang mereka
gunakan untuk menuntut ilmu pengetahuan lain. Akibatnya
tenaga pengajar yang tersedia tidak berkembang sesuai dengan
kebutuhan.
3. Metode
Perkembangan teknologi telah mengubah kecenderungan
masyarakat untuk menuntut ilmu penegtahuan secara lebih mudah
dan lebih cepat. Untuk menampung minat ini dalam berbagai
disiplin ilmu para ahli telah memanfaatkan jasa teknologi dalam
media pendidikan baik media visual, audio visual dan komputer
dengan cara yang tepat guna.
Khusus dalam pendidikan al-Qur‟an cara ini masih langka
dan mahal. Metode lama dalam beberapa seginya mungkin sudah
kurang serasi dengan keinginan dan kecenderungan tepat guna
ini. Akibatnya metode yang demikian, berangsur-angsur kurang
diminati.
4. Aksara
Kitab suci al-Qur‟an ditulis dengan aksara dan bahasa
Arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non
pesantren/madrasah, karena pengetahuan ini tidak dikembangkan
secara khusus di sekolah umum. Akibatnya pelajar yang
berpendidikan umum ada yang buta aksara kitab sucinya.
24
Faktor-faktor di atas menurut Jalaludin banyak mempengaruhi
kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan
bahwa belajar membaca al-Qur‟an sulit.27
Faktor-faktor tersebut masih
dialami oleh beberapa mahasiswa yang belum lancar dalam membaca
al-Qur‟an dengan baik dan benar.
B. Pembelajaran Tahsin Qiraah
1. Pengertian Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid adalah suatu pengetahuan tentang cara membaca al-
Qur‟an dengan baik dan benar. Yakni sesuai dengan makhrojnya,
panjang-pendeknya, tebal-tipisnya, mendengung-tidaknya, serta titik-
komanya.28
Ilmu tajwid menurut bahasa artinya membaguskan bacaan
sedangkan menurut istilah yaitu:
خراج كل حرؼ من مرجو مع أ عطا ئو حقو كمستحقو إ
"Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan
memberi hak dan mustahaknya.”
Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu
bersama dengan huruf tersebut, seperti Al Jahr, Isti‟la‟, Istifal dan lain
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah
sifat yang nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikfa‟ dan
lain sebagainya.29
2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
adalah fardhu „ain bagi setiap muslim.30
Para ulama mengatakan
27 Jalaludin, Metode Tunjuk Silang Membaca Al-Qur‟an, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),
h. 23 28
Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: Cahaya Islam. 2006), h.531 29
Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al-Qur‟an, (Jakarta: Markaz
Al Quran, 2011), Cet. XXI, h. 17 30
Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h. 12
25
bahwa orang yang membaca al-Qur‟an tanpa memperhatikan kaidah
bacaan maka ia berdosa.31 Adapun alasan hukumnya fardhu „ain,
Imam Ibn Al-Jazari mengatakan:
# من ل يود القرآف آث كالخذ بلتجويد حتم لزـ نا كصل و أنػزل # كى لنو بو الإل ل كذا منو إليػ
“Membaca (al-Qur‟an) dengan tajwid hukumnya wajib, siapa yang
tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa, kerena dengan
tajwidlah Allah menurunkan al-Qur‟an, dan dengan demikian pula
al-Qur‟an sampai kepada kita dari-Nya.”32
Sedangkan hukum mengajari seorang muslim untuk
mempelajari al-Qur‟an adalah tugas seseorang yang mengenal al-
Qur‟an dan hukumnya adalah fardhu kifayah. Harus ada wakil
diantara mereka yang dididik untuk mengenal al-Qur‟an dan ilmu-
ilmunya, bila mereka enggan untuk belajar maka berdosa.33
3. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah
agar terhindar dari kesalahan dalam membaca al-Qur‟an. Ada dua jenis
kesalahan dalam membaca al-Qur‟an yaitu:
a. Kesalahan yang jelas اللحن اجللي) )
Yaitu salah dalam pengucapan lafadz sehingga merusak
teori bacaan baik merusak makna ataupun tidak, seperti
berubahnya huruf atau harakat. Ulama tajwid sepakat bahwa
kesalahan jaly ini hukumya haram.
Contoh :
31
Ibrahim Ad-daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur‟ani, Terj. Masyru‟uka ma‟ al-
Qur‟an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid, (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007), h. 82 32
Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al-Qur‟an, (Jakarta: Markaz
Al Quran, 2011), Cet. 21, h. 19 33
Abu Zakariya Yahya, Menjaga Kemuliaan Al-Qur‟an Adab dan Tata Caranya, Terj.
Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al-Qur‟an oleh Tarmana Ahmad Qosim, (Bandung: Al-Bayan, 1996),
cet. I, h.54
26
artinya telah engkau berikan ni‟mat أنػعمػت
kalau terbaca أنػعمػت artinya telah saya berikan ni‟mat
ر artinya banyak كثيػ
kalau terbaca ر artinya pecah كسيػ
2. Kesalahan yang samar (اللحن اخلفي)
Yaitu salah dalam pengucapan lafadz sehingga merusak
teori bacaan, tetapi tidak sampai merusak makna seperti
meninggalkan ghunnah, kurang panjang dalam membaca mad
wajib, mad lazim dan lain-lain. 34
Contoh: جآء seharusnya 4/5 harakat terbaca 2 harakat
إف seharusnya ghunnah, terbaca tanpa ghunnah
4. Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid
Seperti dikemukakan oleh Abdul Aziz bahwa ilmu tajwid adalah
ilmu yang sangat mulia. Karena keterkaiatannya secara langsung
dengan al-Qur‟an. Diantara keistimewaannya, yaitu:
a. Mempelajari dan mengajarkan al-Qur‟an merupakan tolak ukur
kualitas seorang muslim. Rosulullah SAW bersabda:
ن أ ب ن ح:أ د او د وحب اأ ن ث د :ح ن ل يحغ ن بحد وحم ام حن ث د ح ،د ث رحم ن بحة م ق لحع نحر ب خح:أ ة ب عحن أ ان ف ع نبحان م ثحع نح،ع نحح الر دبحع بحأ نحع ث د ي ة د يحب ع نحبدحع س ت عح:س ال ق ((ه م ل ع و آن رحق الحم ل ع ت نحم محك ر ي ح)خ :)ال ق مل س و هيحل ع للا لى ص للال وحس ر
“Mahmud bin Ghailan menyampaiakan kepada kami dari Abu
Dawud, dari Syu‟bah yang menceritakan bahwa Al-Qmah bin
Marstad berkata, “aku mendengar Sa‟d bin Uabaidah
menyempaiakan dari abu Abdurrahman, dari Ustman bin Affan
34
Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h. 14
27
bahwa Rasulullah SAW besabda, „Sebaik-baiknya kalian adalah
orang yang belajar al-Qur‟an dan mengajarkannya. (HR. At-
tirmidzi)35
b. Mempelajari al-Qur‟an adalah sebaik-baiknya kesibukan
c. Akan turun sakinah (ketentraman), rahmat malaikat dan Allah
menyebut-nyebut orang yang mempelajari al-Qur‟an kepada
makhluk yang ada di sisinya.36
5. Tempo Membaca Al-Qur’an
Adapun tata cara atau tempo membaca al-Qur‟an menurut para
ulama terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
a. Membaca secara tahqiq
Tahqiq ialah tempo bacaan yang paling lambat. Menurut
ulama tajwid, tempo bacaan ini diperdengarkan sebagai metode
dalam proses belajar mengajar, sehingga di harapkan murid dapat
melihat dan mendengarkan cara guru membaca huruf demi huruf
menurut semestinya sesuai dengan makhrajnya, sifatnya dan
hukumnya.37
b. Membaca secara tadwir
Tadwir ialah bacaan yang tidak terlalu cepat dan tidak pula
terlalu lambat. Ukuran bacaan yang digunakan dalam tadwir ini
yaitu pertengahan seperti menggunakan empat harakat dari
ketentuan boleh pilih dua, empat dan enam.38
c. Membaca secar tartil
Tartil adalah bacaan yang perlahan-lahan dan jelas,
mengeluarkan setiap huruf dan makhrajnya dan menerapkan sifat-
sifatnya, serta mentadaburi maknanya.”39
d. Membaca secara hadr
35 Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Enslikopedia Hadist Terj. Jami‟ At-Tirmidzi
oleh Tim Darussunah , (Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2013), h. 950 36
Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al-Qur‟an, (Jakarta: Markaz
Al Quran, 2011), Cet. 21, h. 20 37
Ibid., h. 29 38
Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h.15 39
Op. Cit., h. 30
28
Hadr ialah cara membaca al-Qur‟an dengan cepat tetapi
tetap menjaga hukum-hukum tajwidnya. Cepat disini biasanya
menggunakan ukuran yang terpendek selama peraturan
membolehkan.40
Dari empat tata cara membaca al-Qur‟an tersebut tata cara
yang ideal untuk dipraktekan di kalangan umum untuk mengajarkan
al-Qur‟an oleh orang tua dan guru adalah cara yang pertama yaitu
tahqiq. Dengan membaca secara tahqiq, anak akan terlatih membaca
al-Qur‟an secara pelan, tenang, tidak terburu-buru. Cara ini akan
membiasakan anak membaca al-Qur‟an secara baik.
Namun tingkatan yang paling bagus adalah tartil, karena
dengan bacaan inilah al-Qur‟an diturunkan.
6. Makhraj dan Sifat Huruf Hijaiyyah
Penguasaan mengenai makhraj dan sifat huruf adalah sebuah
keharusan, sebab dua komponen ini adalah termasuk bagian dari
komponen syarat-syarat “tajwidul huruf” dalam arti “tartil” nya Ali
bin Abi Thalib.41
Secara literal, makharij (هخبرج) berasal dari kata خزج yang
berarti “keluar”. Akar kata tersebut selanjutnya dijadikan bentuk isim
menjadi هخزج yang artinya “temapat keluar”. Sedangkan makharij
bentuk jamak dari makharaj. Sedangkan makharij al-huruf adalah
tempat-tempat keluar huruf dari huruf pembaca sehingga membentuk
bunyi tertentu.42
Sedangkan “sifat” menurut bahasa adalah sesuatu yang melekat
atau menetap pada sesuatu yang lain (yaitu huruf-huruf hijaiyyah).
Dan menurut istilah yaitu cara baru bagi keluar huruf ketika sampai
40
Ibid., h. 15 41
Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur‟an Metode Maisura Edisi IV,
(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. 9 42
Supriyadi, dkk, Modul Praktikum “Qira‟at al-Qur‟an”, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h.19
29
pada tempat keluarnya, baik berupa jahr, rakhawah, hams, syiddah,
dsb.
7. Kaidah-kaidah Ilmu Tajwid
a. Hukum Nun Mati dan Tanwin
Nun mati dan tanwin, jika bertemu huruf hijaiyyah terbagi
menjadi 4 hukum, yaitu:
1) Idzhar
Definisi idzhar secara bahasa adalah jelas. Menurut istilah
bermakna mengeluarkan setiap huruf idzhar dari makhrajnya tanpa
dengungan. Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu
dari huruf idzhar (huruf halqi) yaitu: خ ,غ , ح , ع , ق ,ء, maka
nun mati atau tanwin tersebut, wajib dipisah dari huruf setelahnya
dan dibaca dengan jelas tanpa ada dengungan.
Contoh: و , من ىا د , من علق ن إل م
2) Idgham
Jika nun mati dan tanwin bertemu dengan enam huruf
idgham yaitu: ر ,ؿ ,ك ,ف ,ـ ,ي, maka bacaannya wajib
digabungkan dengan huruf sesudahnya. Dengan demikian dua
huruf itu seolah menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Idgham bighunnah (ك ,ف ,ـ ,ي)
Contohnya: مواؿ dibaca من كاؿ
b) Idgham bilaghunnah (ر ,ؿ) Contohnya: مر بم dibaca من ربم
3) Iqlab
Jika nun mati atau tanwin terdapat sebelum huruf ba, maka
diganti menjadi mim. Cara pengucapannya dengan samar dan
berdengung.
30
Contoh: هم هم dibaca أنبئػ أمبئػ
4) Ikhfa
Jika nun mati atau tanwin terdapat sebelum huruf-huruf
hijaiyyah (selain huruf izhar, idgham dan iqlab), maka wajib
dibaca ikhfa (samar). Huruf ikhfa ada 15, yaitu: ؾ ,ث ,ذ ,ص,
.ظ ,ض ,ت ,ؼ ,ز ,ط ,د ,س ,ؽ ,ش ,ج
Definisi ikhfa secara bahasa adalah menutupi. Adapun
secara istilah, ikhfa adalah mengucapkan huruf antara bacaan
izhar dan idham yang tidak di tasydidkan namun
mendengungkan huruf yang pertama.43
Contoh: من قػبل ,كتا ب كري b. Hukum Mim Mati
Huruf mim yang mati apabila bertemu salah satu huruf dari
huruf hijaiyyah, maka mempunyai tiga dampak hukum, yaitu:
1) Ikhfa Syafawi
Ikhfa artinya menyembunyikan, syafawi artinya huruf yang
keluar dari bibir. Maksudnya, bila mim mati bertemu huruf ة
maka mim mati dibaca samar (tidak rapat) dan didengungkan
(sama dengan bacaan iqlab).
Contoh: وه ن ببلخزة
2) Idgham Mimi
Idgham artinya memasukkan dan mimi artinya huruf mim.
Maksudnya, bila mim mati bertemu mim, maka bunyi م yang
pertama di masukan ke mim yang kedua dan disertai dengan
dengung.
Contoh: ولك ن هب كسبت ن
43 Ibrahim Ad-daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur‟ani, Terj. Masyru‟uka ma‟ al-
Qur‟an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid, (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007), h. 88
31
3) Idzhar Syafawi
Idzhar artinya jelas, syafawi artinya huruf yang keluar dari
bibir. Maksudnya, bila mim mati bertemu huruf-huruf hijaiyyah
selain huruf م dan ة maka mim mati dibaca jelas.44
Contoh: عليهم غي
c. Hukum Mim dan Nun Bertasydid
Huruf mim tasydid dan nun tasydid adalah wajib dibaca
gunnah yaitu dengan membunyikan sambil mendengung. Adapun
lama mendengungnya selama dua ketukan atau satu alif. Lama
ketukan itu disesuaikan dengan irama lagu yang dibaca oleh
pembaca.45
Contoh: ب س لا أى ق ىل - ث ن - ي - كن ه
d. Hukum Alif Lam
Hukum اؿ الشمسية (alif lam syamsiyah) wajib dimasukkan
dengan huruf setelahnya tanpa berdengung. Hal itu apabila alif lam
syamsiyah bertemu dengan salah satu dari empat belas huruf
hijaiyah:
ط ث ص ر ض ذ ف دس ظ ز ش ؿ
Contoh: ت ، الطآ ه ، البر الشوس
Hukum اؿ القمرية (alif lam komariyah) wajib dibaca jelas ketika
terdapat sebelum empat belas huruf hijaiyah:46
ء ب غ ح ج ؾ كخ ؼ ع ؽ ي ـ ق
44 Ummi Rif‟ah, Pedoman Tilawah Al-Qur‟an, (Bekasi: Syukur Press, 2001), h.48
45 Supriyadi, dkk, Modul Praktikum “Qira‟at al-Qur‟an”, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h.62 46
Ibrahim Ad-daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur‟ani, Terj. Masyru‟uka ma‟ al-
Qur‟an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid, (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007), h.92
32
Contoh: الىد ود ، ، الولك القوز e. Hukum Mad
Menurut bahasa, mad artinya menambahkan atau
memanjangkan. Sementara menurut istilah, mad adalah
memanjangkan suara dengan salah satu huruf mad, layyin atau dua
huruf layyin. Huruf mad dan layyin adalah alif, wawu, dan ya
sukun yang sejenis dengan huruf sebelumnya. Contoh: ( ها (نػوحيػ
Adapun pembagian mad, yaitu:
1) Mad Thabi‟
Mad thabi‟i adalah mad dimana huruf tidak bisa berfungsi
tanpanya dan tidak bergantung pada hamzah ataupun sukun.
Mad thabi‟i dipanjangkan 2 harakat saja.
Contoh: ىس قب ل ىا ي و
2) Mad Badal
Mad badal adalah setiap hamzah yang dipanjangkan. Ini
merupakan kondisi khusus dari mad thabi‟i. Mad ini
dipanjanggkan seukuran dua harakat.
Contoh: )ي زآء وى( ،( الق زءاى(، )إيو ب )
3) Mad „Iwad
Mad iwad adalah mengganti tanwin nashab pada saat waqaf
dengan alif yang dipanjangkan seukuran 2 harakat. Mad ini
termasuk mad thabi‟i.
Contoh: عليوب diwaqafkan menjadi عليوب
أحذا di wakafkan menjadi أحذا 4) Mad Ja‟iz Munfasil
Mad ja‟iz munfasil adalah huruf mad berada di akhir kata
pertama dan hamzah qath‟i berada di awal kata berikutnya.
Disebut mad ja‟iz karena para ahli qiraah berbeda pendapat
apakah dibaca panjang atau pendek. Menurut imam Hafs dari
Syathibiyah dipanjangkan seukuran 4 atau 5 harakat.
33
Contoh: ف سك ن( )قبل ى )وفى ا ءاهب(أ
5) Mad Wajib Muttasil
Mad wajib muttasil adalah huruf mad yang setelahnya ada
hamzah dalam satu kata. Dissebut mad wajib karena wajib
dipanjangkan melebihi normalnya menurut para ahli qiraah.
Menurut imam Hafs dari Ashim, mad ini dipnjankan seukuran 4
atau 5 harakat.
Contoh: ءالعذاة(ء بهن( )س ى سى ) 6) Mad Shilah
Mad shilah adalah menyambung ha‟ dhamir-mufrad ghaib
mudzakarah dengan wawu jika ha‟ nya berharakat dhamah atau
menyambung dengan ya‟ jika ha‟ nya berharakat kasrah, dengan
syarat harus terletak di antara dua huruf yang berharakat.
Contoh: Mad Shilah sugra ه وابيه ۦوا ه
Mad Shilah kubra أى ۦ طعب هه إلى
7) Mad Lazim
Mad lazim adalah huruf mad yang setelahnya ada huruf
sukun asli baik disambung ataupun diwaqafkan.
Contoh: ىى( )ى :
Mad lazim terbagi dua, yakni:
Pertama: Mad lazim kalimi
i. Mad lazim kalimi mukhafaf. Contoh: ي()ءآ لئ
ii. Mad lazim kalimi mutsaqqal. Contoh: ت ( )الص آ خ
Kedua: Mad lazim harfi
i. Mad lazim harfi mukhafaf. Contoh: ( )حن
ii. Mad lazim harfi mutsaqqal. Contoh: (ن )طس
8) Mad „Aridh Lis Sukun
Mad „aridh lis sukun adalah huruf mad yang berikutnya ada
huruf bersukun bukan asli lantaran waqaf. Mad „aridh lis sukun
dipanjangkan seukuran 2, 4 atau 6 harakat.
34
Contoh: ىى -ستعيي تعلو
9) Mad Layyin
Yaitu huruf layyin (و dan ي) yang berikutnya ada huruf
sukun bukan asli lantaran wakaf.
Contoh: خىف( –)خىف ( ىم ىم –) f. Hukum Tafkhim dan Tarqiq
Tafkhim menurut bahasa ialah at-tasmin, artinya
menebalkan atau menggemukkan. Sedangkan menurut istilah,
Tafkhim adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai
memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Yang dibaca tafkhim
adalah sebagai berikut:
1) Huruf-huruf isti‟la ) ق -ظ –ط –ض –ص –خ )
2) Huruf ra‟ yang dibaca tebal yang berada di awal kata
atau di tengahnya dan Ra‟ dibaca tebal yang berada di
akhir kalimah
3) Lam pada lafadz هلل ا
Tarqiq menurut bahasa ialah at-tanhif, artinya
mengkuruskan atau menipiskan. Sedangkan menurut istilah tarqiq
adalah mengucapkan huuf dengan ringan/tipis sehingga tidak
sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Yang dibaca
tarqiq adalah sebagai berikut:
1) Huruf istifal yaitu huruf hijaiyyah selain huruf isti‟la
2) Ra‟ yang berada di awal atau di tengah kata dan Ra‟
yang berada di akhir kata
3) Lam lafadz jalalah jika sebelumnya didahului huruf
yang berharakat kasrah.
4) Alif jika tidak terletak sesudah huruf isti‟la atau tidak
terletak sesudah lam lafadz هللا . 47
47
Aiman Rusydi, Panduan Ilmu Tajwid Bergambar, (Solo: Zam-zam, 2015), h.102-113
35
C. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Peran Guru Al-Qur‟an dalam Menanggulangi Kesulitan Belajar
Membaca Al-Qur‟an pada Santriwati MTs. Pondok Pesantren Al-
Amanah Al-Gontori Perigi Baru Pondok Aren Tangerang Selatan yang
ditulis oleh Siti Hajar Mahasiswa Jurusan PAI FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru al-
Qur‟an sudah berhasil, karena para santriwati yang mengalami kesulitan
belajar membaca al-Qur‟an dibimbing secara maksimal oleh para guru
al-Qur‟an.
2. Penerapan Metode Iqro untuk Peningkatan Kemampuan Membaca Al-
Qur‟an Siswa Kelas III SDN Caringin Nyalindung Sukabumi yang
ditulis oleh Suryana Mahasiswa Jurusan PAI FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sebelum diterapkannya metode, presentase nilai
ketuntasan belajar siswa hanya 43%. Namun setelah penerapan metode
ketuntasan belajar siswa menjadi 100%.
D. Kerangka Berfikir
Program tahsin qiraah merupakan salah satu program yang
dilaksanakan di LTTQ Masjid Fathullah yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-Qur‟an. Untuk
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an, maka harus diperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor
ekternal.
Jika penerapan program ini terlaksana dengan baik, maka
kemampuan membaca al-Qur‟an mahasiswa yang belajar membaca al-
Qur‟an di LTTQ pun akan meningkat sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
dan makhraj huruf yang baik dan benar. Demikian pula mutu LTTQ
sebagai lembaga yang memfokuskan pengajaran al-Qur‟an juga akan baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an
(LTTQ) Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlokasi
di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Kota Tanggerang Selatan. Sedangkan waktu
penelitian ini yaitu dilakukan selama tiga bulan, dimulai dari bulan
Januari-Maret 2016.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
deskriptif. Metode deskriftif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara
variabel satu dengan variabel yang lain.1
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan
atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian.
1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 234
36
37
Apa yang akan dimasukkan melalui deskripsi tergantung pada
pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti.2 Penelitian deskriftif biasanya
tidak diarahkan untuk menguji hipotesa, melainkan untuk mencari
informasi untuk mengambil kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan
analisis datanya, penelitian ini bersifat eksploratif bertujan untuk
menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini
menggambarkan suatu gejala nyata yang ada di lapangan, maka tidak ada
intervensi dari peneliti.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen yang akan
ditarik kesimpulannya. Elemen populasi merupakan satuan dari objek
yang diamati dalam kajian, bisa berupa orang, waktu, benda, atau sesuatu
yang lain.3 Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti program
pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah yang berjumlah 47
orang mahasiswa.
Sampel merupakan sekelompok objek, orang, peristiwa dan
sebagainya yang merupakan representasi dari keseluruhan. Selain itu,
sampel adalah suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian dari populasi
secara keseluruhan.4
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, “apabila subjek kurang
dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selajutnya jika jumlah subjeknya besar,
2 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 174 3 Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2014), h. 93 4 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 57
38
dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung dari segi waktu,tenaga
dan dana.”5
Maka dari itu, penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga
jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah keseluruhan jumlah
populasi yaitu sebanyak 47 orang mahasiswa yang mengikuti program
pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selanjutnya disebut responden.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Penelitian perpustakaan (Library research), yaitu mengadakan
kajian dengan mencari dan membaca buku-buku untuk mendalami
teori dan masalah yang diteliti.
b. Penelitian lapangan (Field research), yaitu mengadakan penelitian
lapangan atau objek penelitian di LTTQ Masjid Fathullah.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.6 Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan
adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti ikut serta dalam
kegiatan obyeknya sebagaimana yang lain dan tidak nampak
perbedaan dalam bersikap. Peneliti ikut serta dalam proses
pembelajaran tahsin qiraah guna mengamati keadaan guru,
lingkungan belajar dan proses pembelajaran. Serta mengamati
mengenai perubahan kemampuan membaca responden.
5 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 107 6 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda, 2011), cet.
VII, h. 220
39
b. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto mengatakan, “dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.”7
Peneliti melakukan pendokumentasian dengan cara
mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis yang terkait dengan
aspek-aspek yang diteliti. Adapun dokumen-dokemen yang
diperlukan, yaitu:
1) Sejarah berdirinya LTTQ Masjid Fathullah
2) VISI dan MISI LTTQ Masjid Fathullah
3) Jumlah peserta LTTQ Masjid Fathullah
4) Staf pengajar program pembelajaran
5) Struktur pengurus LTTQ Masjid Fathullah
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informan dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu.8 Metode
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah peneliti melakukan tatap
muka dengan responden menggunakan pedoman wawancara yang
telah disiapkan lebih dahulu.”9
Peneliti mengadakan tanya jawab dengan ketua LTTQ
untuk mengetahui gambaran umum mengenai LTTQ dan program-
program pembelajaran, khususnya program tahsin qiraaah. Serta
mengadakan tanya jawab kepada instruktur (guru) program tahsin
qiraah untuk mengatahui gambaran tentang proses pembelajaran
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), cet. XV, h. 274 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. XIII, h. 137 9 Ibid., h. 138
40
tahsin qiraah dan kepada ketua LTTQ untuk mengetahui mengenai
gambaran umum program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ.
c. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner
dapat berupa petanyaan/pernyataan terbuka atau tertutup yang
dapat dikirim secara langsung atau tidak.10
Sedangkan Suharsimi Arikunto menyatakan, “angket
adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis
kepada seseorang (dalam penelitian ini disebut responden), dan
cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis.”11
Angket yang akan disebar dalam penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi tentang peran program
pembelajaran tahsin qiraah bagi mahasiswa yang mengikuti
program pembelajaran kelas tahsin dasar di LTTQ Masjid
Fathullah. Angket ini akan dibuat dengan berisikan 20 item
pertanyaan. Selanjutnya, untuk mempermudah perhitunga
presentase maka akan diberikan skor untuk masing-masing jawaba,
yaitu:
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang-kadang = 2
Tidak Pernah = 1
10
Ibid., h. 142
11 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 135
41
E. Teknik Analisa Data
Data yang penulis peroleh dianalisis secara deskripsi kuantitatif
yaitu teknik analisa data yanag penganalisaannya dilakukan dengan
memberikan penjelasan-penjelasan mengenai gambaran peristiwa yang
terjadi terutama yang berkaiatan dengan peran program pemebelajaran
tahsi qiraah di LTTQ Masjid Fathullah. Data yang terkumpul kemudian
dianalisa untuk selanjutnya ditulis dalam bentuk laporan (skripsi). Akan
tetapi jika terdapat data yang kurang relevan maka akan dilakukan
pengulangan hingga akhirnya diperoleh data yang lengkap.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah
editing yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan
kejelasan penulisnya. Dalam tahap ini dilakukan penegecekan terhadap
kelengkapan pengisisan dan kejelasan penulisnya.
2. Tabulasi
Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaSran frekuensi
dalam setiap item yang penulis kemukakan. Maka dari itu, dibuatlah
suatu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian kuisioner, sehingga
terlihat jawaban yang satu dengan jawaban yang lain.
3. Prosentase
Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya
peran program pemebelajaran tahsin qiraah dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Adapun teknik analisisnya menggunakan statistik prosentase
dengan rumus:
P =
x 100%
Keterangan:
42
P = angka prosentase
F = frekuensi yang dicari prosentasenya
N = jumlah frekuensi/banyaknya individu12
F. Interpretasi Data
Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik
deskriptif, yang perlu dibahas adalah nilai mean atau nilai rata-ratnya. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi/gambaran masing-masing
aspek yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.
Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh
digunakan pedoman interpretasi yaitu, sebagai berikut:
1. Sangat Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 80-100%
2. Baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 60-79,9%
3. Cukup Baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-59,9%
4. Tidak Grogol jika nilai yang diperoleh kurang dari 0-39,9%13
12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006,
h. 43
13 Anas Sudijono, Ibid, h. 45
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Sejarah Singkat LTTQ Masjid Fathullah
Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) berdiri pada tahun
2000 atas dasar keinginan beberapa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang ingin menghafal al-Qur’an, akan tetapi pada saat itu UKM yang
telah ada yaitu HIQMA dengan program yang difokuskan adalah qiraah dan
tilawah, marawis dan qasidah. Segingga ada beberapa tokoh yang ingin
mendirikan organisasi tahfidz al-Qur’an sebagai organisasi yang turut
memberikan konstribusi dan eksistensinya untuk mencetak hafidz dan hafidzah
yang berasal dari kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Para tokoh tersebut adalah Ali Fachruddien, Dicky Andika, dan Abdul
Fatah. Ketiga tokoh ini mengahadap Purek III pada saat itu untuk mendirikan
sebuah lembaga tahfidz di Masjid Fathullah yaitu sebuah masjid yang terletak
di depan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BUPERDA Masjid
Fathullah menyambut hangat tawaran dari Purek III tersebut untuk
44
merealisasikan tujuan mulia mereka yaitu mencetak para hafidz dan hafidzah
dan didirikanlah sebuah lembaga dengan nama Lembaga Tahfidz dan Ta’lim
Al-Qur’an (LTTQ).
Pada tahun pertama berdirinya, LTTQ mendapat respon yang positif
dari kalangan mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme pendaftar yang
mencapai 100 peserta. Dalam perjalannya di tahun 2001-2005 LTTQ berhasil
mencetak banyak hafidz. Pada awal berdirinya. LTTQ merupakan lembaga
mahasiswa, namun pada tahun 2005-2009 LTTQ sempat mengalami
kevakuman sehingga lembaga ini mengalami perubahan format kepengurusan
karena di format ulang oleh Ustd. Ervan dari yang awalnya berbentuk
organisasi mahasiwa menjadi lembaga kerja dengan struktur organisasi terdiri
dari Ketua Umum, Ketua Harian, Manager Operasional, dan para Koordinator.1
Pada tahun 2010 LTTQ mengalami peningkatan kegiatan yang
signifikan, hal ini dibuktikan dengan diadakannya perlombaan MTQ se-
Jabodetabek pada bulan April 2011 yang diikuti oleh 150 peserta.
Dari tahun ketahun LTTQ mengalami peningkatan jumlah peserta,
yaitu:2
a. Tahun 2007 (90 peserta)
b. Tahun 2008-2009 (120 peserta)
c. Tahun 2009-2010 (160 peserta)
d. Tahun 2010-2011 (270 peserta)
e. Tahun 2011-2012 (245 peserta)
f. Tahun 2012-2013 (180 peserta)
g. Tahun 2014-2015 (347 peserta)
1 Dokumen Profil LTTQ
2 Ibid
45
2. Visi dan Misi LTTQ Masjid Fathullah
Lembaga Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan sebuah organisasi pembinaan
al-Qur’an dan dakwah masyarakat yang berada di bawah naungan Masjid
Fathullah UIN Jakarta. Berdiri sejak tahun 2000, lembaga ini memiliki visi
dan misi sebagai berikut:
VISI
Menjadikan LTTQ Fathullah sebagai lembaga yang terkemuka
dalam pembinaan al-Qur’an dan pembentuk generasi intelektual Qur’ani
dan masyarakat yang peduli terhadap masalah-masalah sosial.
MISI
a) Menjadi lembaga qur’an yang peduli terhadap masalah-masalah sosial.
b) Menjadikan masyarakat LTTQ sebagai generasi intelektual muslim
Qur’ani.
c) Menjadikan masyarakat LTTQ memiliki kualitas yang mumpuni dalam
bidang al-Qur’an3
3. Tujuan LTTQ Masjid Fathullah
Selaras dengan visi dan misinya, LTTQ juga memiliki tujuan
tersendiri baik yang bersifat umum maupun khusus diantaranya:
a. Tujuan Umum
1) Menumbuhkembangkan “kesadaran” terhadap segala aspek yang terkait
dengan al-Qur’an terutama kesadaran membaca, menghafal dan mengkaji
al-Qur’an.
3 Ibid
46
2) Pendalaman serta penghayatan terhadap ilmu-ilmu yang dikandung dan
berkaitan dengan al-Qur’an dalam mencetak generasi intelektual muslim
Qurani.
b. Tujuan Khusus
1) Mensosialisasikan tradisi membaca (tahsin), mengkaji (ta’lim), menguasai
(tahfizh), dan seni irama al-Qur’an dan serta berbagai ilmu sosial-
kemanusiaan (Humaniora).
2) Mengkaji secara intensif aspek-aspek mengenai al-Qur’an (kontekstual &
konseptual).
3) Mentadabburi sinyal-sinyal Ilahiyah yang dikandung di dalam al-Qur’an
baik teori maupun praktek.
4) Sebagai wadah pemersatu bagi masyarakat umum terutama di kalangan
mahasiswa yang ingin, sedang, dan telah hafal al-Qur’an.4
4. Staf pengajar program pembelajaran
Adapun staf pengajar program-program di LTTQ Masjid Fathullah
terdiri yaitu dari SDM LTTQ Fathullah sendiri dan dari luar lembaga yang
terdiri dari dosen dan alumni-alumni pondok al-Qur’an. Kriteria pengajajar
itu sendiri yaitu sudah menguasai metode-metode yang akan diajarkan dan
sudah mempuyai sertifikat pengalaman mengajar al-Qur’an.5
Berikut ini daftar nama staf pengajar yang disebut dengan instruktur
program:
a. Ustdh. Lina Andriyana (program tahsin)
b. Ustdh. Siti Husnia R, S.Th.I (program tahsin)
c. Ustdh. Atiqoh, SQ (program tahsin)
4 Ibid
5 Kholilur Rohman, Wawancara dengan Ketua Umum LTTQ di kantor LTTQ pada 28
Maret 2016
47
d. Ustd. Abdul Aziz, Lc (program tahfidz)
e. Ustdh. Hj. Amilah, SQ (program tahfidz)
f. Ustdh. Mestiah, S.Th.I (program tilawah)
g. Ustd. Milki Aan, S.Th.I (program BAQ)6
5. Struktur Kepengurusan LTTQ Masjid Fathullah
Adapun struktur kepengurusan LTTQ Masjid Fathullah periode
2015-2016, adalah sebagai berikut:7
Ketua : Kholilur Rohman
Wakil ketua : Ahmad As’ad
Sekretaris : Sherli Zulianawati
Bendahara : Maisaroh
Bidang-bidang :
a. Bidang Keorganisasian : Aldi, Yuli
b. Bidang Program : Umi, Latifah, Ina
c. Bidang SDM : Kafi, Faiz, Humaira
d. Bidang Humas : Iis, Febri, Vanni
e. Bidang Kewirausahaan : Lastri, Iffah Affiah
f. Bidang Sosial Kemasyarakatan : Hikmah, Fauzia
g. Bidang Kerumahtanggaan : Azkiya, Desi
6 Dokumen Profil LTTQ
7 Ibid
48
6. Program Pembelajaran
a. Program Pembelajaran Reguler
Program ini bertujuan untuk menjalankan inti dari tugas
lembaga ini, yakni membuka pembelajaran untuk siapa saja yang ingin
belajar al-Qur’an. Program ini dilaksanakan secara rutin dua kali dalam
seminggu, dan diikuti oleh peserta program LTTQ. Adapun program-
program pembelajaran ini terdiri dari:
1) Tahsin Qiraah
Tahsin Qiraah adalah program pembelajaran membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar dilihat dari aspek tajwid, fashohah
dan makhorijul huruf. Program ini terdiri dari dua tingkatan (kelas).
Pembagian kelas tahsin adalah berdasarkan hasil placement tes
tahsin. Dua kelas program tahsin, yaitu kelas Tahsin Dasar dan
Tahsin Lanjutan
2) Tahfizh Al-Qur’an
Yaitu program dengan kegiatan menyetorkan hafalan al-
Qur’an dengan pilihan program tahfizh terbatas (hanya pada juz
atau surat-surat tertentu saja) dan tahfizh penuh (30 juz al-Qur’an).
3) Tilawah Al-Qur’an
Yaitu program pembelajaran membaca al-Qur’an dengan
irama-irama lagu Mujawwad serta penerapannya pada ayat-ayat di
al-Qur’an, peserta pada program ini adalah peserta kategori dasar.
4) Bahasa Arab Qur’ani
Yaitu program pembelajaran bahasa arab yang meliputi
kaidah-kaidah bahasa arab dan penerapannya pada ayat-ayat dalam
49
al-Qur’an. Program ini dibuka kembali pada semester ini dengan
peserta yang mempunyai semangat tinggi.
b. Program Pembelajaran Khusus
Program ini bertujuan untuk lebih mendalami dan
menkonsistenkan diri dengan pembelajaran al-Qur’an, diperuntukkan
bagi pengurus dan anggota LTTQ.
1) Tahsin dan Tahfizh Pengurus
2) Program Beasiswa (Hai’ah)
Program ini merupakan program beasiswa pembelajaran al-Qur’an
baik tahfizh, tahsin maupun tilawah, peserta pada program ini secara
otomatis menjadi anggota LTTQ, pesertadibebaskandari biaya
pembelajaran dan tidak lagi terikat dengan masa pembelajaran.
Seseorang dapat masuk menjadi anggota haiah dengan syarat dan
ketentuan yang telah ditentukan oleh lembaga.8
B. Temuan Penelitian
Tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah merupakan program
pembelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dilihat dari aspek
tajwid, fashohah dan makhorijul huruf. Pelaksanaan program pembelajaran
tahsin qiraah dilakasanakan sebanyak 16 kali pertemuan dalam satu periode
program. Yang terdiri dari 14 hari pembelajaran, 1 hari UTS (Ujian Tengah
Semester) dan 1 hari UAP (Ujian Akhir Program). Adapun jadwal
pembelajaran dibagi menjadi dua kelas, kelas A dilaksanakan pada hari Senin
dan Rabu, sedangkan kelas B dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis.
Sebelum dimulainya program pembelajaran tahsin, diadakan terlebih
dahulu pengelompokan pembelajaran. Pengelompokan pembelajaran tahsin
qiraah ini melalui seleksi yaitu placement test guna menempatkan kelas tahsin
8 Ibid
50
dasar dan lanjutan sesuai kemampuan bacaan dan pengetahauan tahsin pada
saat itu. Tim placement test ini dibentuk hasil musyawarah pengurus LTTQ
yang mempercayakan menjadi penguji bacaan dan pengetahuan tahsin. Orang-
orang yang menjadi pengujinya yaitu dari instruktur/guru tahsin dan beberapa
pengurus yang sudah berkopenten dibidangnya.9
Dalam pelaksanaan placement test terdapat beberapa temuan mengenai
kesulitan yang dihadapi peserta dalam hal membaca al-Qur’an yang nantinya
beberapa temuan ini akan dijadikan bahan pengajaran oleh instruktur dalam
program pembelajaran tahsin qiraah. Adapun beberapa kesulitan yang
ditemukan diantaranya yaitu:
1. Makharijul huruf yang kurang sesuai
2. Tempo dengung yang kurang dalam bacaan gunnah
3. Tempo madthobii yang belum konsisten
4. Banyak yang paham ilmu tajwid secara teori namun masih mengalami
kesalahan dalam praktek membaca al-Qur’an
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dalam pelaksanaan program
pembelajaran tahsin qiraah, instruktur mengajar melalui modul yang telah
disediakan oleh bidang program, dan sesuai dengan silabus yang telah
ditentukan oleh pengurus dan instruktur LTTQ. Adapun materi pembelajaran
tahsin qiraah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Silabus pembelajaran tahsin dasar
Pertemuan Materi Sub Materi Surah
1 Makharijul Huruf Jauf, Syafatain, Khoisyum An-Naas
9 Kholilur Rohman, Wawancara dengan Ketua Umum LTTQ di kantor LTTQ pada
tanggal 28 Maret 2016
51
2 Makharijul Huruf Halqi:
- Aqshol Halq
- Ausatul Halq
- Adnal Halq
Al-Falaq
3 Makharijul Huruf Lisan: ث ذ ظ –ت د ط Al-Ikhlas
4 Makharijul Huruf Lisan: ل ن ر –ز س ص Al-Lahab
5 Makharijul Huruf Lisan: An-Nashr ق ك –ج ش ي –ض
6
Shifaatul Huruf Hams >< Jahr
Ithbaq >< Infitah
Al-Kafiruun
7 Shifaatul Huruf Isti’la’ >< Istifal
Idzlaq >< Ishmat
Al-Kautsar
8 UTS
9 Shifaatul Huruf Syiddah >< Tawassut ><
Rokhowah
Al-Maa’un
10 Shifaatul Huruf Takrir, Tafassyi, Qolqolah Al-Quraisy
11 Shifaatul Huruf Istitholah, Shofir, Inhirof Al-Fiil
12 Tajwid Hukum nun sukun dan tanwin Al-Humazah
13 Tajwid Hukum mim sukun Al-Ashr
14 Tajwid Mad Thobi’I dan Mad Arid
Lissukun
At-Takatsur
52
15 Tajwid Mad Wajib Muttashil dan Mad
Jaiz Munfashil
Al-Qori’ah
16 UAS
Materi-materi pada silabus pembelajaran tersebut diaplikasikan oleh
instruktur dalam setiap pertemuan pembelajaran tahsin. Selain dengan adanya
silabus dan modul pembelajaran, faktor pendukung lain adalah dengan adanya
instruktur yang berkompeten di bidanganya. Instruktur program tahsin qiraah
yang mengajar di LTTQ adalah orang-orang yang telah memenuhi beberapa
syarat yaitu sudah menguasai metode-metode yang akan diajarkan dan sudah
mempuyai sertifikat pengalaman mengajar al-Qur’an.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan pembelajaran tahsin qiraah yang
dilaksanakan oleh instruktur, yaitu:
1. Instruktur membuka pelajaran dengan do’a
2. Membaca surat al-Fatihah bersama-sama
3. Membaca surat di pertemuan sebelumnya
4. Mengulang materi yang belum dipahami
5. Instruktur mengoreksi apabila ada bacaan yang salah
6. Memulai pembahasan baru
7. Instruktur menunjuk peserta untuk membaca secara bergiliran dan
terkadang meminta sukarelawan untuk mempraktekan bacaan dan
mengoreksi satu persatu peserta yang membaca
8. Membaca bersama-sama surat yang dipelajari
9. Memberikan motivasi atau informasi seputar al-Qur’an
10. Menutup pembelajaran dengan berdo’a bersama-sama.
Pengumpulan data lainnya yang digunakan penulis dalam penelitian ini
dengan menggunakan angket kepada 47 peserta program tahsin LTTQ Masjid
Fathullah kelas tahsin dasar yang terdiri dari 20 item untuk mengetahui data
tentang peran pelaksanaan program pembelajaran tahsin qiraah terhadap
53
kemampuan membaca al-Qur’an secara langsung dari responden. Setelah data
terkumpul dan diolah, kemudian penulis membuat pengelolaan data ke dalam
bentuk tabel dengan menggunakan teknik deskriptif prosentase. Adapun
pembahasan mengenai hasil angket dengan menggunakan tabulasi diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Saya merasa senang belajar tahsin qiraah
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
1
Selalu 31 65,96%
Sering 16 34,04%
Kadang-kadang 0 0,00%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 65, 96% responden
selalu senang belajar tahsin qiraah, sisanya sebanyak 34,04% menjawab sering.
Sedangkan 0% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Hal ini
membuktikan bahwa responden merasa senang belajar tahsin qiraah.
Tabel 4.3
Saya memiliki motivasi diri yang kuat untuk belajar tahsin qiraah
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
2
Selalu 29 61,70%
Sering 18 38,30%
Kadang-kadang 0 0,00%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Pada tabel diatas 61,70% responden menjawab selalu dan 38,30%
menjawab sering memiliki motivasi yang kuat untuk belajar tahsin, 0% untuk
kadang-kadang d 0% untuk tidak pernah. Hal ini terbukti bahwa mahasiswa yang
54
menjadi peserta program tahsin qiraah kelas dasar memiliki motivasi tinggi dari
dalam dirinya untuk belajar tahsin.
Tabel 4.4
Saya belajar tahsin qiraah tanpa paksaan dari orang lain
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
3
Selalu 19 40,43%
Sering 28 59,57%
Kadang-kadang 0 0,00%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.4 menggambarkan bahwa 40,44% menjawab selalu, sedangkan
59,57% yang menjawab sering, dan kadang-kadang dan tidak pernah sebanyak
0%. Maka dapat diperoleh gambaran bahwa responden sering belajar tahsin qiraah
tanpa paksaan dari orang lain, melainkan atas kemauan sendiri.
Tabel 4.5
Saya rajin mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ
Masjid Fathullah
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
4
Selalu 8 17,02%
Sering 29 61,70%
Kadang-kadang 10 21,28%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 17,02% responden
selalu rajin mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah, sebanyak 61,70%
menjawab sering. Sedangkan 21,28% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak
pernah. Hal ini terbukti bahwa responden yang menjawab sering lebih banyak.
55
Tabel 4.6
Saya tetap hadir walaupun sedang malas
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
5
Selalu 8 17,02%
Sering 22 46,81%
Kadang-kadang 17 36,17%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 17, 02% responden
selalu belajar tahsin qiraah walaupun sedang malas, sisanya sebanyak 46,81%
menjawab sering. Sedangkan 36,17% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak
pernah. Hal ini terbukti bahwa responden sering belajar tahsin qiraah walaupun
sedang malas.
Tabel 4.7
Saya tetap mengikuti pembelajaran tahsin qiraah walaupun keadaan
kurang sehat
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
6
Selalu 4 8,51%
Sering 10 21,28%
Kadang-kadang 28 59,57%
Tidak pernah 5 10,64%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.7 menggambarkan bahwa 8,51% responden menjawan selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 21,28%, sedangkan 59,57% untuk
kadang-kadang dan 10,64% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan
bahwa responden kadang-kadang tetap ikut pembelajaran tahsin qiraah walaupun
sedang dalam keadaan kurang sehat.
56
Tabel 4.8
Saya mengulang pelajaran tahsin qiraah setiap membaca al-Qur’an di
rumah
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
7
Selalu 20 42,55%
Sering 18 38,30%
Kadang-kadang 9 19,15%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.8 menggambarkan bahwa 42,55% responden menjawan selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 19,15% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa
responden selalu mengulang pembelajaran tahsin di rumah.
Tabel 4.9
Lingkungan tempat tinggal saya mendukung untuk saya bisa
membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
8
Selalu 8 17,02%
Sering 33 70,21%
Kadang-kadang 6 12,77%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.9 menggambarkan bahwa 17,02% responden menjawan selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 70,21% sedangkan 12,77 untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa
lingkungan tempat tinggal sangat mendukung untuk belajar tahsin qiraah.
57
Tabel 4.10
Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ, saya mengalami
kesulitan dalam membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
9
Selalu 31 65,96%
Sering 10 21,28%
Kadang-kadang 6 12,77%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.10 menggambarkan bahwa 65,96% responden menjawan
selalu, responden yang menjawab sering sebanyak 21,28%, sedangkan 12,77%
untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan
bahwa responden selalu mengalami kesulitan dalam membaca al-Qur’an sebelum
belajar tahsin.
Tabel 4.11
Saya merasa belajar tahsin itu penting
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
10
Selalu 33 70,21%
Sering 14 29,79%
Kadang-kadang 0 0,00%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.11 menggambarkan bahwa 7021% responden selalu merasa
belajar tahsin itu penting, responden yang menjawab sering sebanyak 29,79%,
sedangkan 0% untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut
menggambarkan bahwa responden merasa penting untuk belajar tahsin.
58
Tabel 4.12
Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin di LTTQ, saya merasa
belajar tahsin itu sulit
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
11
Selalu 14 29,79%
Sering 18 38,30%
Kadang-kadang 15 31,91%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.12 menggambarkan bahwa 29,79% responden menjawan selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 31,91% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa
responden sering merasa belajar tahsin itu sulit sebelum mengikuti pembelajaran
di LTTQ.
Tabel 4.13
Saya paham mendengarkan pelajaran ilmu tajwid oleh instruktur
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
12
Selalu 4 8,51%
Sering 35 74,47%
Kadang-kadang 8 17,02%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh gambaran mengenai pemahaman
responden dalam mendengarkan pelajaran ilmu tajwid oleh intruktur. Sebanyak
8,51% menjawab selalu, 74,47% menjawab sering, dan hanya 17, 02% menjawab
kadang-kadang. Data tersebut menggambarkan bahwa peserta yang selalu paham
mendengarkan pelajaran ilmu tajwid lebih banyak.
59
Tabel 4.14
Proses pembelajaran tahsin berjalan dengan kondusif
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
13
Selalu 6 12,77%
Sering 18 38,30%
Kadang-kadang 23 48,94%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.14 menggambarkan bahwa 12,77% responden menjawan selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 48,94% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa
responden yang menjawab kadang-kadang peembelajaran tahsin berjalan dengan
kondusif.
Tabel 4.15
Waktu pembelajaran tahsin terlaksana dengan efektif dan efisien
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
14
Selalu 12 25,53%
Sering 18 38,30%
Kadang-kadang 17 36,17%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.15 menggambarkan bahwa 25,53% responden menjawab selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 38,30%, sedangkan 36,17% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa
responden yang menjawab sering lebih banyak.
60
Tabel 4.16
Intruktur memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca
al-Qur’an satu persatu
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
15
Selalu 28 59,57%
Sering 15 31,91%
Kadang-kadang 4 8,51%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa 59,57% responden menjawab
selalu, responden yang menjawab sering sebanyak 31,91%, sedangkan 8,51%
untuk kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan
bahwa instruktur selalu memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca
al-Qur’an satu persatu.
Tabel 4.17
Intruktur memberikan bantuan kepada peserta yang mengalami
kesulitan dalam memahami ilmu tajwid
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
16
Selalu 10 21,28%
Sering 21 44,68%
Kadang-kadang 16 34,04%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.17 menggambarkan bahwa 21,28% responden menjawan selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 44,68%, sedangkan 34,04% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa
responden yang menjawab sering lebih banyak.
61
Tabel 4.18
Instruktur memberikan dorongan untuk belajar al-Qur’an dengan
sungguh-sungguh
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
17
Selalu 12 25,53%
Sering 28 59,57%
Kadang-kadang 7 14,89%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.18 menggambarkan bahwa 25,53% responden menjawan selalu,
responden yang menjawab sering sebanyak 59,57%, sedangkan 14,89% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Data tersebut menggambarkan bahwa
instruktur sering memberikan dorongan untuk belajar al-Qur’an dengan sungguh-
sungguh.
Tabel 4.19
Sekarang saya bisa membaca al-Qur’an secara tartil
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
18
Selalu 10 21,28%
Sering 27 57,45%
Kadang-kadang 10 21,28%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.19 tersebut diperoleh gambaran bahwa 21.28% responden
menjawab selalu, sebanyak 57.45% menjawab sering. Sedangkan 21,28% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Tabel ini membuktikan bahwa
responden yang menjawab sekarang sering bisa membaca al-Qur’an secara tartil
lebih banyak.
62
Tabel 4.20
Saya merasakan manfaat dari pembelajaran tahsin qiraah terhadap
nilai PIQI
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
19
Selalu 8 17,02%
Sering 33 70,21%
Kadang-kadang 6 12,77%
Tidak pernah 0 0.00%
Jumlah 47 100%
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa 17,02% responden
menjawab selalu, sebanyak 70,21% menjawab sering. Sedangkan 12,77% untuk
kadang-kadang dan 0% untuk tidak pernah. Tabel ini membuktikan bahwa
responden yang menjawab sering merasakan manfaat terhadap nilai PIQI lebih
banyak.
Tabel 4.21
Sekarang saya ingin belajar tahsin qiraah lebih lanjut
No Alternatif
Jawaban (F) (P)
20
Selalu 28 59,57%
Sering 19 40,43%
Kadang-kadang 0 0,00%
Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 47 100%
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa 59,57% responden menjawab selalu,
40,43% menjawab sering memiliki keinginan untuk belajar tahsin qiraat lebih
lanjut lagi sedangkan yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah sebanyak
0%. Tabel tersebut menggambarkan bahwa responden banyak yang memiliki
keinginan untuk belajar tahsin qiraah lebih lanjut.
63
C. Pembahasan
1. Peran program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah
Penelitian ini hanya meneliti satu variabel, yaitu tentang peran
program tahsin qiraah terhadap kemapuan membaca al-Qur’an mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data-data yang terkumpul diambil dari
wawancara, observasi, dokumentasi dan penyebaran angket.
Dalam pelaksanaan placement test terdapat beberapa temuan
mengenai kesulitan yang dihadapi peserta dalam hal membaca al-Qur’an
diantaranya yaitu:
5. Makharijul huruf yang kurang sesuai
6. Tempo dengung yang kurang dalam bacaan gunnah
7. Tempo madthobii yang belum konsisten
8. Banyak yang paham ilmu tajwid secara teori namun masih mengalami
kesalahan dalam praktek membaca al-Qur’an
Kesulitan-kesulitan yang dialami tersebut diatasi oleh instruktur
program tahsin qiraah selama proses pembelajaran tahsin berlangsung
karena sesuai dengan materi yang terdapat dalam silabus.
Adapun rekapitulasi hasil dari angket yang telah disebar kepada
responden, dapat dipahami dari tabel berikut:
Table 4.22
Rekapitulasi data hasil angket
No
PILIHAN JAWABAN PRESENTASI %
Selalu Sering Kadang-
kadang
Tidak
Pernah S% SR% KK% TP%
1 31 16 0 0 65.96% 34.04% 0.00% 0.00%
2 29 18 0 0 61.70% 38.30% 0.00% 0.00%
3 19 28 0 0 40.43% 59.57% 0.00% 0.00%
64
Setelah diperoleh rekapitulasi data di atas, langkah selanjutnya
adalah mengolah data tersebut dengan mencari jumlah rata-rata nilai
prosentase peran program pembelajaran tahsin terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nilai rata-rata masing-masing jawaban responden, dapat diketahui
dari perhitungan berikut:
S = = 35,64% = Kurang Baik
SR = = 44,26% = Cukup Baik
4 8 10 29 0 17.02% 21.28% 61.70% 0.00%
5 8 22 17 0 17.02% 46.81% 36.17% 0.00%
6 4 10 28 5 8.51% 21.28% 59.57% 10.64%
7 20 18 9 0 42.55% 38.30% 19.15% 0.00%
8 8 33 6 0 17.02% 70.21% 12.77% 0.00%
9 31 10 6 0 65.96% 21.28% 12.77% 0.00%
10 33 14 0 0 70.21% 29.79% 0.00% 0.00%
11 14 18 15 0 29.79% 38.30% 31.91% 0.00%
12 4 35 8 0 8.51% 74.47% 17.02% 0.00%
13 18 6 23 0 38.30% 12.77% 48.94% 0.00%
14 12 18 17 0 25.53% 38.30% 36.17% 0.00%
15 28 15 4 0 59.57% 31.91% 8.51% 0.00%
16 10 21 16 0 21.28% 44.68% 34.04% 0.00%
17 12 28 7 0 25.53% 59.57% 14.89% 0.00%
18 10 27 10 0 21.28% 57.45% 21.28% 0.00%
19 8 33 6 0 17.02% 70.21% 12.77% 0.00%
20 28 19 0 0 59.57% 40.43% 0.00% 0.00%
Jumlah 335 416 184 5 712.77% 885.11% 391.48% 10.64%
65
KK= = 19,57% = Kurang Baik
TP = = 0,53% = Kurang Baik
Dari data yang diperoleh peneliti dengan nilai rata-rata yang
menjawab (Selalu) sebesar 35,64%, (Sering) sebesar 46,28%, (Kadang-
kadang) sebesar 17,55%, sedangkan (Tidak Pernah) sebesar 0,53%. Maka
nilai yang tertinggi yaitu sebesar 46,28%, ini menunjukkan bahwa rata-rata
peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan membaca
al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dikatakan
cukup baik.
Sedangkan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan
membaca al-Qur’an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, LTTQ
mengadakan evaluasi program pembelajaran tahsin melalui tes hasil belajar.
Adapun evaluasi tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Ujian lisan yaitu tes membaca al-Qur’an secara langsung, dimana
para peserta program tahsin qiraah mengikuti ujian satu persatu
kepada instruktur. Yang menjadi penilaian yaitu: membaca al-
Qur’an dengan tuntunan ilmu tajwid yang benar, membaca al-Qur’an
sesuai dengan makharijul huruf, serta kelancaran membaca al-
Qur’an.
2. Ujian tulis, yaitu tes berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis mengenai
pemahaman peserta program tahsin qiraah mengenai ilmu tajwid
yang telah diajarkan selama mengikuti program.
Program tahin di LTTQ memiliki standar nilai minimal, yaitu
peserta dinyatakan lulus dan berhasil salah satunya apabila memperoleh
nilai minimal 85 untuk tes tulis dan 30 untuk tes lisan. Ustadzah Lina
menjelaskan bahwa standar penilaian tersebut dinilai dari pemahaman
66
mengenai materi-materi pembelajaran tahsin yang telah dipelajari
selama 14 pertemuan. Berikut ini tabel perolehan nilai ujian lisan dan
ujian tulis peserta program tahsin:
Tabel 4.23
Daftar Nilai Ujian Praktek Lisan dan Tulis Program Tahsin 2016
NO NAMA MAKHROJ
TAJWID
TOTAL NILAI
PRAKTEK
LISAN
TULIS
UTP UAP UTP UAP UTP UAP UTP UAP
1
ACHMAD
MUHAMMAD 24 27 27 23 25 25.5 77 75
2 AGUNG PERDANA 23 25 21 25 25 22 75 80
3
ANISA NURUL
HIDAYAH 23 19 22 24 21.5 22.5 78 70
4
ARSHA NURMA
DEWI 15 18 15 20 19 15 67 80
5
DEWI
PURNAMASARI 26 21 26 21 21 26 67 75
6 DWI FEBRIANI 25 21 23 20 20.5 24 61 65
7 EKA HIJRIANA 23 26 21 24 25 22 83 85
8 EKA QORIATUL M 27 28 26 26 27 26.5 85 85
9
ELA BADRIYATUL
LAILIAH 30 29 29 30 29.5 29.5 100 100
10 ELA NURLATIFAH 25 17 25 20 18.5 25 80 85
11 ERINA ZUHRI F 27 27 27 24 25.5 27 80 95
12
FAHIRA
MASLAMIYAH 29 21 25 22 21.5 27 83 90
13 FATAHUDDIN 24 22 23 23 22.5 23.5 80 55
14 FIDARY 25 20 24 20 20 24.5 90 80
15 HAIFA SUHAILAH 25 19 24 25 22 24.5 90 90
16
HALAWATAN
HILMAH 27 26 24 21 23.5 25.5 60 60
17 IDA MAFRUKHAH 27 28 27 26 27 27 82 70
18 KAMISAH 28 28 29 25 26.5 28.5 95 90
19
KEUMALA KUSUMA
D 27 25 27 25 25 27 82 75
20 KHOLIPAH 26 20 25 20 20 25.5 85 90
21 KURNIA MEGIYATRI 27 22 28 21 21.5 27.5 82 90
22 LAELA NISFI 27 27 25 24 25.5 26 90 95
23
LISA AMINATUS
SYARIFAH 28 27 23 22 24.5 25.5 80 90
67
24
MAULAYA ARINIL
HAQ 25 29 28 29 29 26.5 63 60
25
MEI DIANA LARA
KARISMA 24 26 24 19 22.5 24 80 95
26 MELPI NURIYANTI 26 28 24 25 26.5 25 90 70
27 MUSHOLIYA 26 26 29 23 24.5 27.5 84 95
28 NENENG UNSARA 26 25 27 22 23.5 26.5 58 75
29 NOVI NURUL H 22 25 21 21 23 21.5 83 90
30 NUR AINI LA EMBO 29 24 29 22 23 29 90 100
31 NUR AZIZAH M 25 25 25 23 24 25 69 90
32 NUR HALIMAH 25 27 27 26 26.5 26 85 90
33 NUR ILHAMI 27 27 26 22 24.5 26.5 70 85
34 NUR MELATI S 24 27 29 25 26 26.5 92 95
35 RATIH AFRIANA 26 27 30 25 26 28 75 95
36
RATIH
PURNAMASARI 27 27 25 24 25.5 26 65 85
38 RISKA RAMADANTI 27 26 20 22 24 23.5 67 90
39 SAFIRA NADWA 27 30 28 27 28.5 27.5 44 45
40 SILVI NUR FAJRIAH 25 24 27 20 22 26 80 85
41 SILVIA RAHMANI 23 24 25 17 20.5 24 77 75
42 SRI RATNA DANI 18 24 18 19 21.5 18 80 75
43
SYIFA ASH
SHOLIHAT 27 28 28 28 28 27.5 60 65
44 TOYYIBAH 27 22 25 17 19.5 26 90 65
45 WAHYU ERLANGGA 28 24 28 23 23.5 28 65 80
46 WILDA UTAMI 27 27 20 22 24.5 23.5 66 80
47 YULIYATI 28 27 29 20 23.5 28.5 77 95
Rata-rata 23,847 25,380 77,434 81,521
Presentase 84,60% 79,49% 91,09% 95,90%
Dari perhitungan nilai rata-rata skor di atas, maka dapat dilihat
dengan jelas perbedaan rata-rata nilai UTS dan UAS, baik untuk ujian lisan
maupun ujian tulis. Untuk rata-rata nilai ujian praktek lisan UTP yaitu
23,847 (79,49%) dan 25,380 (84,60%) untuk nilai praktek lisan UAS
terdapat peningkatan sebanyak 5,11%. Sedangkan untuk nilai ujian tulis
diperoleh 77,434 (91,09%) untuk UTP dan 81,521 (95,90%) untuk UAS dan
terdapat peningkatan sebesar 4,81%. Melalui kedua tes tersebut, penulis
68
mendapatkan informasi mengenai kenaikan nilai untuk kemampuan peserta
dalam memahami ilmu tajwid secara tertulis dan secara praktek lisan.
Apabila dikaitkan antara hasil angket dan hasil ujian, maka dapat
terlihat adanya kesesuaian antara nilai angket dan nilai hasil ujian. Hasil
angket tertinggi menunjukkan nilai 46,28%, ini menunjukkan bahwa rata-
rata peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat
dikatakan cukup baik. Kemudian hal ini didukung oleh adanya
peningkatan sebesar 5,11% untuk hasil ujian praktek dan sebesar 4,81%
untuk hasil ujian tulis.
2. Metode pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah
Penerapan metode maisura di LTTQ tidak sepenuhnya sama seperti
penyampaian metode maisura dalam daurahnya yang dilaksanakan selama
14 jam. Karena pada dasarnya tujuan penerapan metode maisura ini adalah
cara membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah yang sebenarnya berdasarkan
riwayat ulama-ulama terdahulu.
Dalam prakteknya di LTTQ, instruktur langsung mempraktekan
bagaimana cara membaca yang baik dan benar, kemudian peserta program
tahsin mengikuti seperti apa yang telah dicontohkan. Dalam proses
pembelajaran di kelas tahsin dasar, instruktur memberikan contoh dengan
membaca secara tartil terlebih dahulu sesuai teori yang terdapat dalam
metode maisura, kemudian diikuti oleh setiap peserta, baik secara bersama-
sama maupun sendiri-sendiri. Berdasarkan penjelasan dari Ustdh. Lina,
melalui cara ini diharapkan bahwa peserta akan lebih paham mengenai
bacaan yang benar.
Penerapan metode maisura ini dirasa cukup efektif, karena memang
sebagaian besar peserta sebenarnya telah mengetahui teori tentang ilmu
tajwid, namun dalam prakteknya mereka masih mengalami kesulitan.
69
Melalui metode ini, peserta lebih paham bagaimana kaidah membaca al-
Qur’an yang sesuai dengan riwayat para ulama qiraah sebelumnya.
2. Faktor penyebab mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah mengalami kesulitan
dalam membaca al-Qur’an
Berdasarkan wawancara dengan instruktur program tahisn, selama
proses pembelajaran tahsin terdapat beberapa faktor penyebab mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengalami kesulitan dalam membaca al-
Qur’an walaupun sudah mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah di
LTTQ.
a. Kemampuan dasar tiap peserta berbeda-beda, ada yang sudah paham
tentang ilmu tajwid namun mengalami kesulitan dalam
mempraktekannya, dan ada juga yang benar-benar dari awal. Perbedaan
ini cukup menyulitkan untuk ke tahapan materi selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan penulis, peserta yang sudah paham
tentang ilmu tajwid lebih cepat dalam menangkap pelajaran sedangkan
yang masih belum paham ilmu tajwid memerlukan waktu yang lebih
lama. Adapun solusi dari instruktur yaitu dengan memberi kesempatan
lebih banyak untuk latihan di kelas bagi yang mengalami kesulitan dan
membuat suasana belajar tahsin qiraah menyenangkan agar memudahkan
dalam menerima pelajaran.
b. Kehadiran yang berbeda, ada yang rajin dan ada yang sering izin
Sehingga yang sering izin ketinggalan materi.
Setelah penulis sesuaikan dengan absensi kehadiran peserta tahsin
qiraah, ternyata beberapa orang yang mengalami penurunan nilai dalam
ujian lisan jarang hadir dalam pembelajaran, mereka lebih sering izin.
Hal ini pun sesuai dengan hasil angket yang telah di sebar yaitu
pada angket no 4 yang menunjukkan bahwa responden yang menjawab
kadang-kadang lebih banyak dibandingkan dengan jawaban yang
lainnya.
70
c. Antusiasme dalam kesempatan untuk mempraktekan di kelas cukup
kurang, mereka masih merasa malu dan kurang percaya diri
mengajukkan dirinya sendiri.
Sehingga harus diminta terlebih dahulu oleh instruktur, kemudian
mereka besedia membaca dan mempraktekkan.Namun hal tersebut hanya
terjadi pada beberapa orang saja. Semakin sering mereka hadir, rasa
percaya diri untuk menjadi sukarelawan dalam mempraktekan bacaan
pun semakin meningkat.
d. Beda kemampuan penyerapan, ada yang cepat masuk dan ada yang harus
diulang beberapa kali dulu barulah dia paham.
Karena kemapuan dasar peserta berbeda, maka dalam
penyerapanpun berbeda. Yang penulis perhatikan peserta yang
mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran adalah yang sebelumnya
jarang membaca al-Qur’an.
d. Waktu pembelajaran yang terbatas hanya 2 jam itupun kurang maksimal
karena terkadang ada yang terlambat datang. Ini menyebabkan
kesempatan untuk praktek perorangnya berkurang pula, sehingga dirasa
kurang maksimal.
Waktu pertemuan yang hanya 14 pertemuan menurut instruktur
sangat kurang, karena belajar al-Qur’an memerlukan waktu yang lama
karena harus selalu diulang dan dipraktekan. Semakin sering peserta
mempraktekan bacaan yang baik dan benar maka akan semakin
memudahkan peserta dalam membaca al-Qur’an.
e. Terkadang, tempat kurang kondusif, karena tempat belajarnya di Mesjid
sehingga kadang konsentrasi peserta terpecah.
Kegiatan pada waktu sore hari di Masjid Fathullah bukan hanya
dilaksanakan oleh LTTQ, tetapi ada juga lembaga lain yang
melaksanakan kegiatan di sana. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab
terpecahnya konsentrasi peserta, namun untuk proses penyampaian
materi terlaksana dengan baik, karena didukung oleh sarana yang cukup
memadai, misalnya dengan adanya penggunaan soudsystem.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif yakni dengan metode deskriptif, maka dapat disimpulkan
bahwa program pembelajaran tahsin qiraah memliki peranan yang cukup
baik untuk mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
meningkatkan kemmapuana membaca al-Qur’an di LTTQ Masjid
Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tentang peran
program pembelajaran tahsin qiraah di atas, maka dalam bab ini akan
dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran, yaitu sebagai berikut:
1. Peran program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah
Penemuan beberapa kesulitan yang ditemukan pada mahasiswa
dalam hal membaca al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
dapat diatasi melalui materi-materi yang dipelajari pada modul dan
silabus LTTQ. Hal ini didukung pula dengan adanya instruktur yang
kompeten di bidang tahsin.
Selain itu keberhasilan peran LTTQ dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an didukung oleh data hasil angket dan
hasil nilai ujian praktek tulis dan lisan. Data rekapitulasi hasil angket
menunjukkan angka sebesar 46,28%, ini menunjukkan bahwa rata-rata
72
peran program pembelajaran tahsin qiraah terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat
dikatakan cukup baik.
Data ini didukung oleh tes hasil belajar para peserta program tahsin
melalui hasil ujian lisan dan ujian tulis. Dari perhitungan nilai rata-rata
skor maka dapat dilihat dengan jelas perbedaan rata-rata nilai UTS dan
UAS, baik untuk ujian lisan maupun ujian tulis. Untuk rata-rata nilai
ujian praktek lisan UTP yaitu 23,847 (79,49%) dan 25,380 (84,60%)
untuk nilai praktek lisan UAS terdapat peningkatan sebanyak 5,11%.
Sedangkan untuk nilai ujian tulis diperoleh 77,434 (91,09%) untuk UTP
dan 81,521 (95,90%) untuk UAS dan terdapat peningkatan sebesar
4,81%. Dengan adanya kesesuaian antara nilai angket dan nilai hasil
ujian, maka dapat disimpulkan bahwa program pembelajaran tahsin
qiraah di LTTQ Masjid Fathullah memiliki peran yang cukup baik
dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Metode pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah
Metode yang diterapkan yaitu menggunakan metode maisura.
Dengan cara instruktur yang telah memahami metode maisura
memberikan contoh dengan membaca secara tartil terlebih dahulu
kemudian diikuti oleh setiap peserta, baik secara bersama-sama maupun
sendiri-sendiri.
3. Faktor penyebab mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah mengalami
kesulitan dalam membaca al-Qur’an, diantaranya:
a. Kemampuan dasar tiap peserta berbeda-beda
b. Kehadiran yang berbeda
c. Antusiasme dalam kesempatan untuk mempraktekan di kelas
cukup kurang
d. Beda kemampuan penyerapan
e. Waktu pembelajaran yang terbatas
f. Tempat kurang kondusif.
73
B. Saran
Berdasarkan pengamatan penulis dalam melakukan penelitian ini,
penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi pengurus LTTQ, hendaknya terus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas program pembelajaran di LTTQ khususnya
program tahsin qiraah.
2. Bagi guru tahsin: terus berikan dorongan serta motivasi kepada
peserta untuk membiasakan diri gemar membaca al-Qur’an terlebih
pada peserta yang belum lancar membaca al-Qur’an sehingga mereka
terus berusaha untuk bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
3. Bagi peserta
a. Lebih giat lagi gemar untuk membaca al-Qur’an karena al-Qur’an
merupakan pedoman umat islam dan bernialai ibadah bagi yang
membacanya
b. Tidak merasa malu atau takut untuk bertanya kepada guru apabila
menemukan kesulitan dalam mempelajari bacaan al-Qur’an.
c. Terus berusaha apabila belum lancar dalam membaca al-Qur’an
karena ketika membaca al-Qur’an dengan baik dan sesuai dengan
tajwid kita akan merasakan kenikmatan tersendiri ketika
membacanya
74
DAFTAR PUSTAKA
Ad-daib, Ibrahim. Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur’ani, Terj. Masyru’uka ma’
al-Qur’an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid. Jakarta: Nakhlah Pustaka,
2007.
Alam,Tombak. Metode Membaca Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1995.
Al-Bani, M. Nashiruddin. Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Mukhtashar Shahih
Muslim oleh Elly Lathifah. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
1996.
_________________ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Badri, E. Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Al-Qur’an pada siswa SMA.
Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2008.
Darajat, Zakiyah dkk. Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Diponegoro,
2004.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008.
Fathoni, Ahmad. Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura Edisi
IV. Jakarta: FU IIQ, 2014.
Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati. Metodologi Penelitian. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2014.
Kholid, Shalah Abdul Fatah. Kunci Menguak Al-Qur’an dari Mafatih Lit Ta’amul
Ma’al-Qur’an oleh Khatur Suhardi. Solo: Pustaka Mantiq, 1992.
Khon, Abdul Majid. Praktikum Qiraat. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Majalah Ummi. “Varian Metode Belajar Membaca Al-Qur'an”,
www.majalahummi.com, 23 Maret 2016.
MF, Ahmad Muzzamil. Panduan Tahsin Tilawah. Jakarta: Alfin Press, 2006.
Muhammad, Abu Isa. Enslikopedia Hadist Terj. Jami’ At-Tirmidzi oleh Tim
Darussunah. Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2013.
Nawawi, Imam. Bersanding Dengan Al-Qur’an, dari Attibyaanu fi Adaabi
hamalatil Qur’an oleh Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007.
75
_____________. Terjemah Shahih Riyadhush Sholihin Edisi 2, dari Riyadhush
Sholihin oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Jakarta: Pustaka Azzam,
2007.
Rif’ah, Ummi. Pedoman Tilawah Al-Qur’an. Bekasi: Syukur Press, 2001.
Rijal, Syamsul. Buku Pintar Agama Islam. Bogor: Cahaya Islam. 2006.
Rusydi, Aiman. Panduan Ilmu Tajwid Bergambar. Solo: Zam-zam, 2015.
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Jakarta:
Kencana, 2013.
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1994.
_____________ Lentera Al-Qur’an. Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008.
Suma, M. Amin. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1). Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.
Supriyadi, dkk. Modul Praktikum “Qira’at al-Qur’an”. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007.
Suralaga, Fadilah dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2005.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 2008.
Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda,
2011.
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja
Grapindo Persada, 2006.
Ulum, M. Samsul. Menangkap Cahaya Al-Qur’an. Malang: UIN Malang Press,
2007.
Yahya, Abu Zakariya. Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an Adab dan Tata Caranya,
Terj. Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al-Qur’an oleh Tarmana Ahmad Qosim.
Bandung: Al-Bayan, 1996.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2011.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006.
DAFTAR NAMA PESERTA PROGRAM TAHSIN QIRAAH
KELAS TAHSIN DASAR
NO NAMA Asal Sekolah Fakultas/Jurusan
1 ACHMAD MUHAMMAD Ponpes FITK/PAI
2 AGUNG PERDANA MA FU/TH
3 ANISA NURUL HIDAYAH MA FITK/P.IPA
4 ARSHA NURMA DEWI MA FAH/BSA
5 DEWI PURNAMASARI SMA FITK/ MP
6 DWI FEBRIANI MA FITK/PAI
7 EKA HIJRIANA MA FITK/PBI
8 EKA QORIATUL M MA FAH/Tarjamah
9
ELA BADRIYATUL
LAILIAH MA FU/TH
10 ELA NURLATIFAH Ponpes FAH/BSA
11 ERINA ZUHRI F SMA FAH/Perpus
12 FAHIRA MASLAMIYAH Ponpes FDI
13 FATAHUDDIN SMA FITK/PBSI
14 FIDARY Ponpes FITK/PBA
15 HAIFA SUHAILAH MA FDI
16 HALAWATAN HILMAH MA FAH/BSI
17 IDA MAFRUKHAH MA FAH/BSA
18 KAMISAH MA FITK/PBSI
19 KEUMALA KUSUMA D SMA FITK/P.IPA
20 KHOLIPAH MA FITK/ MP
21 KURNIA MEGIYATRI MA FDI
22 LAELA NISFI MA FITK/P.IPA
23
LISA AMINATUS
SYARIFAH SMA FITK/PBI
24 MAULAYA ARINIL HAQ Ponpes FDI
25
MEI DIANA LARA
KARISMA Ponpes FSH/AS
26 MELPI NURIYANTI MA FAH/Perpus
27 MUSHOLIYA MA FITK/PBSI
28 NENENG UNSARA MA FITK/MP
29 NOVI NURUL H SMA FAH/ BSI
30 NUR AINI LA EMBO MA FAH/ BSA
31 NUR AZIZAH M MA FITK/ MP
32 NUR HALIMAH MA FITK/P.IPA
33 NUR ILHAMI MA FISIP/Adm.Negara
34 NUR MELATI S Ponpes FITK/PAI
35 RATIH AFRIANA SMA FITK/PAI
36 RATIH PURNAMASARI Ponpes FITK/PBA
37 RENY NUR AINI SMA FKIK/Kesmas
38 RISKA RAMADANTI Ponpes FAH/BSA
39 SAFIRA NADWA MA FAH/Perpus
40 SILVI NUR FAJRIAH MA FITK/P.Kimia
41 SILVIA RAHMANI MA FITK/ PGRA
42 SRI RATNA DANI MA FISIP/Adm.Negara
43 SYIFA ASH SHOLIHAT SMA FITK/P.Biologi
44 TOYYIBAH MA Saintek/ Informatika
45 WAHYU ERLANGGA MA FU/ PA
46 WILDA UTAMI MA FITK/P.IPA
47 YULIYATI SMA FITK/MP
ANGKET
Assalammualaikum. Wr. Wb
Saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan, saya bermaksud untuk mengadakan penelitian. Ssaya memohon kesediaan
Saudara untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian saya, dengan
menjawab kuisioner yang telah saya persiapkan.
Demi menjamin kualitas hasil penelitian ini, saya mengharapkan agar Saudara
mengisi kuisioner ini sesuai dengan pendapat dan keadaan siri Saudra yang
sesungguhnya tanpa dipengaruhi orang lain. Pastikan bahwa Saudara telah menjawab
kuisioner dengan lengkap sebelum menyerahkan kembali. Jawaban Saudara dalam
kuisioner ini terjamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan
penelitian. Saya ucapkan terimakasih atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini.
Wasslammualaikum. Wr. Wb.
Hormat Saya
(Sulastri Rahayu)
IDENTITAS PRIBADI
Nama :
Fakultas/Jurusan :
Jenis Kelamin :
Asal Sekolah : SMA/MA/PonPes* (lingkari salah satu)
Berilah tanda ceklist (√) pada pada jawaban yang anda anggap paling
mewakili keadaan!
No Pertanyaan Selalu Sering Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
1. Saya merasa senang belajar tahsin qiraah
2. Saya memiliki motivasi diri yang kuat
untuk belajar tahsin qiraah
3. Saya belajar tahsin qiraah tanpa paksaan
dari orang lain
4. Saya rajin mengikuti program
pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ
Mesjid Fathullah
5. Saya tetap hadir walaupun sedang malas
6. Saya tetap mengikuti pembelajaran tahsin
qiraah walaupun keadaan kurang sehat
7. Saya mengulang pelajaran tahsin qiraah
setiap membaca al-Qur’an di rumah
8. Lingkungan tempat tinggal saya
mendukung untuk saya bisa membaca al-
Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid
9. Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin
qiraah di LTTQ, saya mengalami
kesulitan dalam membaca al-Qur’an
sesuai kaidah ilmu tajwid
10. Saya merasa belajar tahsin itu penting
11. Sebelum mengikuti pembelajaran tahsin
di LTTQ, saya merasa belajar tahsin itu
sulit
12. Saya paham mendengarkan pelajaran
ilmu tajwid oleh instruktur
13. Proses pembelajaran tahsin berjalan
dengan kondusif
14. Waktu pembelajaran tahsin terlaksana
dengan efektif dan efisien
15. Intruktur memberikan kesempatan
kepada peserta untuk membaca al-Qur’an
satu persatu
16. Intruktur memberikan bantuan kepada
peserta yang mengalami kesulitan dalam
memahami ilmu tajwid
17. Instruktur memberikan dorongan untuk
belajar al-Qur’an dengan sungguh-
sungguh
18. Sekarang saya bisa membaca al-Qur’an
secara tartil
19. Saya merasakan manfaat dari
pembelajaran tahsin qiraah terhadap nilai
PIQI
20. Sekarang saya ingin belajar tahsin qiraah
lebih lanjut
PEDOMAN WAWANCARA
Nama narasumber : Ustdh. Lina Andriyani
Jabatan : Intruktur/Pengajar Kelas Tahsin Dasar
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Maret 2016
1. Apa saja yang anda persiapkan sebelum mengajar tahsin qiraah?
Jawaban:
Yang harus dipersiapakan yaitu materi pembelajaran tahsin yang sudah
disediakan dalam bentuk modul. Modul ini telah disusun oleh tim pengajar dari
LTTQ. Selain itu untuk menambah wawasan mengenai ilmu tajwid saya
membaca dari reserensi-referensi lain.
2. Apakah anda menggunakan metode pembelajaran dalam mengajar tahsin qiraah?
Jawaban: .ya, metode yang digunakan adalah metode maisura
3. Kesulitan apa yang anda temukan pada peserta (mahasiswa) dalam proses
pembelajaran tahsin qiraah?
Jawaban:
Ada beberpa kesulitan yang saya rasakan, diantaranya:
a. Kemampuan dasar tiap peserta berbeda-beda
b. Kehadiran yang berbeda
c. Antusiasme dalam kesempatan untuk mempraktekan di kelas cukup
kurang
d. Beda kemampuan penyerapan, ada yang cepat masuk dan ada yang
harus diulang beberapa kali dulu barulah dia paham.
e. Waktu pembelajaran yang terbatas hanya 2 jam itupun kurang
maksimal karena terkadang ada yang terlambat datang. Ini
menyebabkan kesempatan untuk praktek perorangnya berkurang
pula, sehingga dirasa kurang maksimal.
f. Terkadang, tempat kurang kondusif, karena tempat belajarnya di
Mesjid sehingga kadang konsentrasi peserta terpecah.
4. Bagaimana cara menanggulangi kesulitan yang dihadapi peserta (mahasiswa)
dalam proses pembelajaran tahsin qiraah?
Jawaban:
a. Waktu lebh banyak latihan di kelas diberi kesempatan,
b. Semua peserta harus mendapat giliran
c. Membuat proses pembelajaran menyenangkan
5. Bagaimana tingkat ketercapaian peserta (mahasiswa) setelah mengikuti proses
pembelajaran tahsin qiraah?
Jawaban:
Program tahsin di LTTQ memiliki standar nilai minimal, yaitu peserta
dinyatakan lulus dan berhasil salah satunya apabila memperoleh nilai minimal
85 untuk tes tulis dan 30 untuk tes lisan. Dan apabila dibandingkan antara tes
awal dan tes akhir, maka hampir keseluruhan peserta mengalami kenaikan nilai
dalam tes tulis.
6. Bagaimana kesan guru dalam mengajarkan tahsin qiraah?
Jawaban:
Menyenangkan karena bisa berbagi ilmu. Serta membuat peserta yang tadinya
tidak tau menjadi tau. Ini merupakan suatu kebanggan dan semangat melihat
antusiasme peserta dalam belajar tahsin. Dan senang sekali karena susana di
kelas dangat kekeluargaan.
Narasumber Pewawancara
Ustdh. Lina Andriyani Sulastri Rahayu
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Narasumber : Ustd. Kolirur Rohman
Jabatan : Ketua Umum LTTQ Majid Fathullah
Hari/Tanggal : Senin, 28 Maret 2016
1. Apa saja program pembelajaran yang ada di LTTQ Masjid Fathullah?
Jawaban:
Program Pembelajaran yang ada di LTTQ Fathullah ada dua yaitu program
khusus dan program umum, yaitu Tahfizh (PA dan PI), Tilawah, Bahasa Arab
Qur’ani (BAQ), dan Tahsin yang terbagi menjadi dua, Tahsin dasar dan
Tahsin qiroah lanjutan. Program-program ini diadakan sebagai wujud inti dari
lembaga yaitu Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an
2. Bagaimana sistem pengelompokkan dalam program tahsin qiraah?
Jawaban:
Pengelompokan pembelajaran Tahsin Qiroah ini melalui seleksi yaitu
Placement Tes guna menempatkan kelas Tahsin qiroah dasar dan lanjutan
sesuai kemampuan bacaan dan pengetahauan tahsin pada saat itu. Tim
placement tes ini dibentuk hasil musyawarah pengurus LTTQ yang
mempercayakan menjadi penguji bacaan dan pengetahuan tahsin. Orang-orang
yang menjadi pengujinya yaitu dari instruktur/guru tahsin dan beberapa
pengurus yang sudah berkopenten dibidangnya.
3. Kapan waktu belajar tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah?
Jawaban:
Waktu pembelajaran Tahsin Qiroah ini disesuaikan jadwal instruktur/guru
bersangkutan. Pembelajaran ini dilaksanakan dua kali dalam satu minggu,
dengan total 15 belas kali pertemuan ditambah dua kali pertemuan untuk UTS
dan UAS.
4. Adakah kriteria khusus bagi peserta yang ingin belajar tahsin di LTTQ Masjid
Fathullah?
Jawaban:
Kriteria khusus dalam belajar Tahsin Qiroah tidak ada, dalam hal ini jasmani
dan rohani harus sehat wal afiat.
5. Apa saja faktor pendukung berjalannya program tahsin qiraah di LTTQ
Masjid Fathullah?
Jawaban:
Faktor pendukung berjalannya Tahsin Qiroah yaitu;
a. Pengajar yang berkopenten dibidangnya.
b. Buku/modul sudah ditentukan untuk Tahasin Qiroah Dasar dan Lanjutan.
c. ATK berupa papan tulis, spidol, dan sound system sudah lengkap
d. Ruangan kelas sudah ada
6. Apa saja faktor penghambat berjalannya program di LTTQ Masjid Fathullah?
Jawaban:
Faktor penghambat berjalannya Tahsin Qiro’ah yaitu;
a. Kurang optimalnya waktu pembelajaran yang sudah ditentukan
b. Peserta atau instruktur terkadang datang terlambat
c. Kurang kondusif ruang kelas karena fasilitas yang digunakan fasilitas
masjid/umum
7. Bagaimana kriteria pengajar di LTTQ Masjid Fathullah?
Jawaban:
Pengajar program LTTQ Fathullah ada 2 yaitu dari SDM LTTQ fathullah
sendiri dan dari luar lembaga/Dosen. Kriteria pengajajar itu sendiri yaitu
Sudah menguasai Metode yang akan diajarkan, sudah mempuyai sertifikat
pengalaman mengajar tahsin
8. Bagaimana ketercapaian program pembelajaran tahsin di LTTQ Masjid
Fathullah?
Ketercapaian/hasil dari program pembelajarn Tahsin Qiro’ah LTTQ Fathullah
yaitu;
a. Peserta dapat membaca dengan benar dan baik
b. Penguasi teori yang sudah diajarkan
c. Dapat mempraktikkan ilmunya ke masyarakat
Narasumber Pewawancara
Ustd. Kolirur Rohman Sulastri Rahayu
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Sulastri Rahayu
NIM : 1111011000042
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peran Pembelajaran Tahsin Qiraah Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Referensi No
Footnote
Halaman
Skripsi
Paraf Pembimbing
BAB I
1 Departemen Agama RI, Al-
Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung: PT. Diponegoro,
2004), h. 597
1 1
2 Quraish Shihab, Membumikan
Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,
1994), cet. VI, h. 167
2 1
3 M. Amin Suma, Studi Ilmu-
ilmu Al-Qur’an (1), (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2000), h.20
3 2
4 Imam Nawawi, Terjemah
Shahih Riyadhush Sholihin
Edisi 2, dari Riyadhush
Sholihin oleh Muhammad
Nashiruddin Al Albani,
(Jakarta: Pustaka Azzam,
2007), Cet. III, h. 156
4 2
5 Departemen Agama RI, Al-
Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung: PT. Diponegoro
2004), h. 574
5 2
6 Departemen Agama RI, Al-
Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung: PT. Diponegoro
2004), h. 320
6 3
7 Abdul Majid Khon, Praktikum
Qiraat, (Jakarta: Sinar Grafika,
2013), cet. II, h. 35
7 4
8 E. Badri dan Munawiroh,
Kemampuan Membaca dan
Menulis Huruf Al-Qur’an pada
siswa SMA, (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan,
2008), h. 3
8 5
BAB II
9 M. Samsul Ulum, Menangkap
Cahaya Al-Qur’an, (Malang:
UIN Malang Press, 2007)
1 10
10 M. Quraish Shihab,
Membumikan Al-Qur’an,
(Bandung: Mizan, 1994),
cet.IV, h. 167
2 11
11 M. Quraish Shihab, Lentera
AL-Qur’an, (Jakarta: PT.
Mizan Pustaka, 2008), h. 34-35
3 11
12 Zakiyah Darajat, dkk,
Methodik Khusus Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), h. 91
4 12
13 Samsul Ulum, Menangkap
Cahaya Al-Qur’an, (Malang:
UIN Malang Press, 2007), h.
81
5 12
14 Departemen Agama RI, Al-
Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung: PT. Diponegoro,
2004), h. 437
6 13
15 M. Nashiruddin Al-Bani,
Ringkasan Shahih Muslim,
Terj. Mukhtashar Shahih
Muslim oleh Elly Lathifah,
S.Pd., (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), h. 1084
7 13
16 M. Nashiruddin Al-Bani,
Ringkasan Shahih Muslim,
Terj. Mukhtashar Shahih
Muslim oleh Elly Lathifah,
S.Pd., (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), h. 1088
8 13
17 Shalah Abdul Fatah Kholid,
Kunci Menguak Al-Qur’an dari
Mafatih Lit Ta’amul Ma’al-
Qur’an oleh Khatur Suhardi ,
(Solo: Pustaka Mantiq, 1992),
h. 64-69
9 15
18 Imam Nawawi, Bersanding
Dengan Al-Qur’an, dari
Attibyaanu fi Adaabi hamalatil
Qur’an oleh Abdul Aziz,
(Bogor: Pustaka Ulil Albab,
10 15
2007), h. 36-41
19 Departemen Agama RI, Al-
Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung: PT. Diponegoro
2004), h. 362
11 16
20 Abdul Majid Khon,
Praktikum Qiraat, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2013), cet. II, h.
41
12 16
21 Imam Nawawi, Bersanding
Dengan Al-Qur’an, Terj.
Attibyaanu fi Ad
aabi hamalatil Qur’an oleh
Abdul Aziz, (Bogor: Pustaka
Ulil Albab, 2007), h. 75
13 17
22 Ahmad Muzzamil MF, Al-
hafidz, Panduan Tahsin
Tilawah, (Jakarta: Alfin Press,
2006), h. 2
14 17
23 Ibid. 15 17
24 Majalah Ummi, Varian
Metode Belajar Membaca Al-
Qur'an, 2016,
(www.majalahummi.com).
16 18
25 Tombak Alam, Metode
Membaca Menulis Al-Qur’an 5
Kali Pandai, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1995), h. 13
17 19
26 Ahmad Fathoni, Petunjuk
Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an
Metode Maisura Edisi IV,
(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. vii
18 19
27 Ibid., h. 3 19 20
28 Syaiful Bahri Djamarah,
Psikologi Belajar Edisi II,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
h. 189
20 20
29 Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2008), h.235-236
21 20
30 Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grapindo Persada, 2006), h.
128-129
22 21
31 Fadilah Suralaga, dkk,
Psikologi Pendidikan Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), cet. I,
h.122
23 21
32 Tohirin, op. cit.,h. 131 24 22
33 Syaiful Bahri Djamarah,
Psikologi Belajar Edisi II,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
h. 200
25 23
34 Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2008), h.233
26 24
35 Abu Isa Muhammad bin Isa
At-Tirmidzi, Enslikopedia
Hadist Terj. Jami’ At-Tirmidzi
oleh Tim Darussunah ,
(Jakarta: PT Niaga Swadaya,
2013), h. 950
27 25
36 Syamsul Rijal, Buku Pintar
Agama Islam, (Bogor: Cahaya
Islam. 2006), h.531
28 25
37 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-
hafidz, Lc, Pedoman Daurah
Al-Qur’an, (Jakarta: Markaz Al
Quran, 2011), Cet. XXI, h. 17
29 25
38 Ummi Rif’ah, Pedoman
Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:
Syukur Press, 2001), h. 12
30 25
39 Ibrahim Ad-daib, Proyek
Anda Menjadi Pribadi Qur’ani,
Terj. Masyru’uka ma’ al-
Qur’an oleh Nurihsan dan
Yasir Maqashid, (Jakarta:
Nakhlah Pustaka, 2007), h. 82
31 26
40 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-
hafidz, Lc, Pedoman Daurah
Al-Qur’an, (Jakarta: Markaz Al
Quran, 2011), Cet. 21, h. 19
32 26
41 Abu Zakariya Yahya,
Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an
Adab dan Tata Caranya, Terj.
Al-Tibyan Fi Adab Hamalat
Al-Qur’an oleh Tarmana
Ahmad Qosim, (Bandung: Al-
Bayan, 1996), cet. I, h.54
33 26
42 Ummi Rif’ah, Pedoman
Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:
Syukur Press, 2001), h. 14
34 27
43 Abu Isa Muhammad bin Isa
At-Tirmidzi, Enslikopedia
Hadist Terj. Jami’ At-Tirmidzi
oleh Tim Darussunah ,
(Jakarta: PT Niaga Swadaya,
2013), h. 950
35 28
44 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-
hafidz, Lc, Pedoman Daurah
Al-Qur’an, (Jakarta: Markaz Al
Quran, 2011), Cet. 21, h. 20
36 28
45 Ibid., h. 29 37 28
46 Ummi Rif’ah, Pedoman
Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:
Syukur Press, 2001), h.15
38 28
47 Op. Cit., h. 30 39 28
48 Ibid., h. 15 40 29
49 Ahmad Fathoni, Petunjuk
Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an
Metode Maisura Edisi IV,
(Jakarta: FU IIQ, 2014), h. 9
41 29
50
Supriyadi, dkk, Modul
Praktikum “Qira’at al-Qur’an”,
(Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h.19
42 29
51 Ibrahim Ad-daib, Proyek
Anda Menjadi Pribadi Qur’ani,
Terj. Masyru’uka ma’ al-
Qur’an oleh Nurihsan dan
Yasir Maqashid, (Jakarta:
Nakhlah Pustaka, 2007), h. 88
43 31
55 Ummi Rif’ah, Pedoman
Tilawah Al-Qur’an, (Bekasi:
Syukur Press, 2001), h.48
44 32
56 Supriyadi, dkk, Modul
Praktikum “Qira’at al-Qur’an”,
(Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h.62
45 32
57 Ibrahim Ad-daib, Proyek
Anda Menjadi Pribadi Qur’ani,
Terj. Masyru’uka ma’ al-
Qur’an oleh Nurihsan dan
Yasir Maqashid, (Jakarta:
Nakhlah Pustaka, 2007), h.92
46 32
58 Aiman Rusydi, Panduan Ilmu
Tajwid Bergambar, (Solo:
Zam-zam, 2015), h.102-113
47 34
BAB III
59 Suharsimi Arikunto,
Manajemen Penelitian,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2003), h. 234
1 36
60 Emzir, Metodologi Penelitian
Pendidikan:Kuantitatif dan
Kualitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), h.
174
2 37
61 Rully Indrawan dan Poppy
Yaniawati, Metodologi
Penelitian, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2014), h. 93
3 37
62 Punaji Setyosari, Metode
Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan, (Jakarta:
Kencana, 2013), h. 57
4 37
63 Suharsimi Arikunto, Dasar-
dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 107
5 38
64 Nana Syaodih, Metode
Penelitian Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosda,
2011), cet. VII, h. 220
6 38
65 Joko Subagyo, Metode
Penelitian Dalam Teori dan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2015), h. 64
7 38
66 Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. XIII, h. 137
8 39
67 Ibid., h. 138 9 39
68 Ibid., h. 142 10 39
69 Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. XIII, h. 142
11 40
70 Suharsimi Arikunto,
Manajemen Penelitian,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta,
12 40
2003), h. 135 71 Anas Sudijono, Pengantar
Statistik Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2006,
h. 43
13 41
72 Anas Sudijono, Ibid, h. 45 14 42
73 15 42
Jakarta, 19 Mei 2016
Dosen Pembimbing Skripsi Penulis
Drs. Abdul Haris, M. Ag Sulastri Rahayu
NIP. 19966091 199503 1 001 NIS. 11110110000042