jurusan pendidikan agama islam fakultas...
TRANSCRIPT
”Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar”
(Studi kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Disusun Oleh :
TOTO PRIYANTO
106011000197
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
i
”Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar”
(Studi kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Disusun Oleh :
TOTO PRIYANTO
106011000197
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
“EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE QIRAATI
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN YANG
BAIK DAN BENAR”
(Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Toto Priyanto
NIM. 106011000197
Dibawah Bimbingan :
Abdul Ghofur, M.Ag
NIP. 19681209 199703 1 003
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Toto Priyanto
NIM : 106011000197
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Agama Islam/Tarbiyah
Angkatan Tahun : 2006
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul:
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE QIRAATI TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN YANG BAIK DAN BENAR
(Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama : Abdul Ghofur, M.Ag
NIP : 19681209 199703 1 003
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 10 Desember 2010
Yang menyatakan
Toto Priyanto
iv
ABSTRAK
Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar.
Taman Pendidikan Al-Qur’an merupakan Lembaga Pendidikan non formal
yang eksistensinya sangat besar dan memberikan sumbangsih yang berpengaruh terhadap pembekalan dan pengenalan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam terutama dalam membaca Al-Qur’an serta pembentukan moral peserta didik.
Perkembangan Taman Pedidikan Al-Qur’an dirasa cukup pesat dan berkembang di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Sejarah perkembngan Taman
Pendidikan Al-Qur’an di Indonesia sudah cukup familiar di telinga masyarakat, berawal dari munculnya metode al-Baghdadi dari Baghdad, Irak sebagai metode yang pertama kali muncul dan berkembang di Indonesia dan dipakai hampir di
setiap Lembaga Pendidikan Al-Qur’an. Kurikulum yang diterapkan di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an pada
umumnya mengacu pada pengetahuan dasar Islam, namun lebih menekankan pada aspek pembelajaran Al-Qur’an yang merupakan tujuan utamanya yaitu mencetak generasi Qur’ani yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula pemikiran, ide-ide dan gagasan baru. Dari situlah banyak
bermunculan metode-metode baru yang dipakai dalam pembelajaran Al-Qur’an yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan bertujuan mempermudah peserta didik dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an.
Paska muncul dan berkembangnya metode al-Baghdadi di Indonesia, muncul pula metode-metode pembelajaran Al-Qur’an yang bertujuan sebagai
perbaikan dan penyempurna metode yang muncul sebelumnya serta disesuaikan dengan keadaan masyarakat tertentu.
Banyak sekali metode yang berkembang di Indonesia, dari sekian banyak
metode yang ada sudah barang tentu masing-masing mempunyai ciri khas serta kekurangan dan kelebihan.
Salah satu metode yang berkembang di Indonesia adalah Metode Qiraati yang muncul di Semarang pada tahun 1963 yang dicetuskan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang pada waktu itu berprofesi sebagai guru ngaji dan pedagang.
Munculnya Metode Qiraati tidak secara tiba-tiba, melainkan melalui perjalanan yang cukup panjang yaitu melalui eksperimen, studi banding, dan silaturahmi ke
pesantren-pesantren yang dianggap maju dan berhasil dalam mengajarkan bacaan Al-Qura’an.
Seiring dengan berkembangnya zaman, pada saat sekarang Metode Qiraati
sudah berkembang di berbagai daerah di Indonesia terutama di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, bahkan sampai ke luar negeri seperti
Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam.
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Hadza min Fadhli Rabbi, puji dan syukur kehadirat Tuhan semesta
alam, Allah SWT yang telah mencurahkan rahamatnya
kepada kita semua
Tanpa kasih sayang-Mu penulis tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini
Karya ilmiah ini ku hadiahkan untuk orang tuaku tercinta “Ibu
Waidah dan Bapak Kustoyo” yang tidak pernah henti -hentinya
mengurus dan selalu memberikan motivasi hingga akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Kakak ku Mba Rozanah, dan Adik-adik ku tercinta Yudianto &
Nur Azizah, serta keponakanku Hafidz & Zidan
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya untuk kita semua.
… Amiin
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah mencurahkan Taufik,
Hidayah, serta Inayahnya. Hanya kata ini yang patut penulis ucapkan sebagai rasa
syukur atas pertolongan Allah SWT. Sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini hingga akhir.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita selaku umatnya mendapatkan syafa’atul ‘udma di
yaumil qiyamah nanti, amin.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa skripsi
yang penulis buat jauh dari kesempurnaan, namun berkat pertolongan Allah SWT,
kerja keras, serta motivasi dari berbagai pihak, hingga semua hambatan dapat
penulis lalui dan akhirnya dapat terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan
walaupun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sepantasnyalah penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu.
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, serta
seluruh staf Fakultas Tarbiyah yang telah membantu secara administratif
sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Bahrissalim M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Bapak
Sapiudin Siddiq M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, serta
seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terutama yang ada di
jurusan PAI yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya dengan ikhlas, semoga amal baik
bapak/ibu dosen mendapatkan pahala dari Allah SWT, amin.
3. Bapak Abdul Ghafur M.Ag., Dosen Pembimbing skripsi sekaligus sebagai
dosen penasehat akademik yang telah membimbing dan selalu memberikan
nasehat serta arahan kepada penulis sehingga mempermudah penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan baik.
vii
4. Seluruh pegawai dan staf perpustakaan tarbiyah dan perpustakaan utama, yang
telah menfasilitasi penulis terutama dalam peminjaman buku, sehingga
mempermudah penulis dalam penyelesaian skripsi.
5. Kedua orangtuaku tercinta, ibunda Waidah dan ayahanda Kustoyo, ananda
hadiahkan skripsi ini sebagai rasa bakti ananda serta ucapan terima kasih yang
tidak terhingga atas jerih payah dan kesabarannya yang senantiasa mengurus
dan memberikan nasihat kepada ananda dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan, hingga ananda mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Tanpa bapak dan ibu berdua, mustahil ananda mampu
menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa yang dapat ananda panjatkan, semoga
Allah membalas atas segala amal yang telah bapak dan ibu perbuat dengan
pahala yang berlipat ganda, amin.
6. Buat kakak ku, Mba Rozanah, adik-adikku, Yudianto dan Nur Azizah dan
keponakanku tersayang Zidan dan Hafidz yang telah memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pengelola, kepala lembaga, tata
usaha serta dewan asatidz/ah yang telah meluangkan waktunya serta membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Terima kasih kepada teman-teman PAI, terutama kelas E yang telah menemani
penulis selama ± 3 tahun, serta bersama-sama mengukir kenangan dan
mewarnai hari-hari dengan penuh keceriaan.
9. Kepada sahabat-sahabatku, WG Collection: Uzang, Ayub, Surya, Jamil, Salaf,
Ocem, Suryadi, Jimi, Wahyu, Welly, Sule, Acak, Sarli, dan Acul yang selalu
berbagi kebersamaan baik suka maupun duka. Pengurus serta guru TPQ al
Muhajirun, Ibu Agus, Ibu Ika, Maulana, Qosim, Ombi, Mimi, Bpk Mukti,
Subli, Eka, Syam, Rofik, Sri, Sugeng, Sugi, Ziah, Iim, Zuhri, Rina, dan Ruway
yang telah bersama-sama menghabiskan waktu sore dalam rangka mengajarkan
ilmu Al-Qur’an. Kawan-kawan IMPP (Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang),
dan HIKMAH (Himpunan Komunikasi Alumni Salafiyah).
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .............................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................ 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 11
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 12
A. Metode Qiraati ......................................................................... 12
1. Pengertian Metode Qiraati ................................................ 12
2. Sejarah Metode Qiraati ...................................................... 15
3. Dasar Hukum ..................................................................... 16
4. Sistem Pengajaran Metode Qiraati...................................... 17
5. Isi buku Metode Qiraati ..................................................... 19
6. Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan Metode Qiraati 23
B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar dalam Al-Qur’an ............... 25
C. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an .................. 31
D. Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar (Tartil) ................ 38
E. Efektivitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ...................... 41
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Proses
Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ......................................... 42
ix
G. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran Membaca Al-
Qur’an ...................................................................................... 43
H. Kerangka Berfikir .................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 48
A. Metodologi Penelitian ............................................................. 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 49
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 49
D. Populasi dan Sampel ................................................................. 49
E. Variabel Penelitian .................................................................... 50
F. Setting Penelitian ....................................................................... 50
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 51
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 55
A. Gambaran Umum LPQ Masjid Fathullah ............................... 55
1. Sejarah Berdirinya ............................................................ 55
2. Visi, Misi, dan Moto ......................................................... 56
3. Letak Geografis ............................................................... 57
4. Keadaan Guru dan Murid ................................................. 57
5. Sarana dan Prasarana ........................................................ 59
6. Kegiatan Belajar Mengajar ............................................... 59
7. Struktur Organisasi ........................................................... 61
B. Analisis Hasil Penelitian ......................................................... 62
C. Usaha Peningkatan LPQ Masjid Fathullah ............................. 72
BAB V PENUTUP ................................................................................... 74
A. Kesimpulan .............................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Isi Buku Metode Qiraati ....................................................... 19
2. Tabel 2 Data Guru LPQ Masjid Fathullah ........................................ 57
3. Tabel 3 Data Santri LPQ Masjid Fathullah ....................................... 58
4. Tabel 4 Sarana dan Prasarana LPQ Masjid Fathullah ....................... 59
5. Tabel 5 Peta Pendidikan LPQ Masjid Fathullah ............................... 60
6. Tabel 6 Daftar Nilai Hasil Test Santri LPQ Masjid Fathullah Kelas
Finishing ............................................................................... 67
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Kantor LPQ Masjid Fathullah ..........................................
2. Gambar 2 Kegiatan Shalat Ashar Berjama’ah ..................................
3. Gambar 3 Kegiatan Klasikal Besar ...................................................
4. Gambar 4 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Pra Qiraati ..............
5. Gambar 5 Kagiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 1 .................
6. Gambar 6 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 2 .................
7. Gambar 7 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 3 .................
8. Gambar 8 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 4 .................
9. Gambar 9 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 5 .................
10. Gambar 10 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 6&Juz 27.....
11. Gambar 11 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Tadarus dan
Finishing ...........................................................................
12. Gambar 12 Kegiatan Belajar Jam Tambahan Kelas Finishing ...........
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pedoman Wawancara Pengelola
2. Daftar Pedoman Wawancara Kepala Lembaga
3. Daftar Pedoman Wawancara Wali Kelas Qiraati 3
4. Berita Hasil Wawancara Pengelola
5. Berita Hasil Wawancara Kepala Lembaga
6. Berita Wawancara Wali Kelas Qiraati 3
7. Berita Hasil Tes Baca Al-Qur’an Kelas Finishing
8. Berita Hasil Observasi di LPQ Masjid Fathullah
9. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Skripsi
10. Surat Keterangan Izin Penelitian
11. Surat Keterangan Riset/Wawancara
12. Surat Keterangan Penelitian dari LPQ Masjid Fathullah
13. Pengesahan Panitia Ujian
1
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
”Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam dan sebagai
pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat
petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya (hablum mina Allah wa hablum minan-
Nas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.”1
Al-Qur’an merupakan Kalam/Firman Allah yang dijadikan sebagai
pedoman hidup dan petunjuk bagi umat Islam. Allah SWT telah berfirman
dalam surat al-Isra ayat 9, yang berbunyi:
:(٩ )االسزاء
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang
mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka pahala
yang besar.”2
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah dengan
perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
1 Choirudin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), Cet. 1, h. 25. 2 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang, CV. Toha Semarang, 1988), Edisi
Revisi, h. 45.
2
kepada umat manusia. Al-Qur’an dianjurkan untuk di baca, dipelajari,
dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena setiap sikap,
perbuatan dan ucapan manusia harus merujuk kepada Al-Qur’an, karena Al-
Qur’an sebagai pedoman hidup yang memberikan petunjuk bagi umat
manusia.
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Ia menjadi cahaya petunjuk yang mengantarkan
pemeluknya memerangi kejumudan serta mengangkat realitas peradaban ke
tingkatan cahaya Rabbani.
“Perkembangan dunia saat ini berujung tombak sains dan teknologi
serta informasi global, kesemuanya telah merasuki lingkungan umat manusia
sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi. Para generasi muda telah
diobang-ambingkan oleh tawaran-tawaran yang berada di luar jangkauan
dirinya, sehingga mereka mudah tercerabut dari akar yang menumbuhkan
tradisi dan realitas kesehariannya.”3
Selain itu, “Al-Qur’an juga merupakan Firman Allah yang agung yang
dijadikan pedoman hidup oleh seluruh kaum muslimin. Membacanya bernilai
ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan
dalam agama. Seorang muslim harus mampu membaca ayat-ayat Al-Qur’an
dengan baik sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.”4
Mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban
bagi umat manusia. Untuk dapat mengamalkan isi kandungan yang terdapat
di dalam Al-Qur’an setidaknya harus melalui beberapa tahapan yaitu (1)
membaca dengan baik dan benar, (2) menghafal, (3) mengetahui arti, (4)
memahami isi kandungan serta tafsirnya.
Menghafal Al-Qur’an boleh dikatakan sebagai langkah awal. ”Dalam
suatu proses penelitian besar yang dilakukan oleh para penghafal Al-Qur’an,
3
Ahmad Syarbasyi, Dimensi-dimensi Kesejatian Al-Qur’an, (Yogyakarta: Penerb it
Ababil. 1996), Cet. 1, h. 5. 4
Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. (Bandung: CV Penerbit
Diponogoro, 2007), Cet. 10, h. 5.
3
mempelajari dan memahami kandungan ilmu-ilmu Al-Qur’an, tentunya
setelah proses dasar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.”5
Setiap Muslim diwajibkan agar membaca Al-Qur’an secara baik dan
benar sesuai dengan makharijul huruf dan kaidah ilmu tajwid, karena
mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-
Qur’an dengan menggunakan ilmu tajwid adalah fardhu ’ain.
Untuk membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, tentunya dibutuhkan
seorang pembimbing atau guru yang kompeten dalam membaca Al-Qur’an,
karena kualitas seorang guru akan berpengaruh terhadap kualitas bacaan
muridnya.
Karena Nabi Muhammad sendiri ketika menyuruh para sahabatnya
untuk membaca dan mengajarkan Al-Qur’an, beliau menyuruh kepada para
sahabat yang memang ahli dibidang membaca dan mengajarkan Al-Qur’an,
diantaranya adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim Maulana abi Khudaifah,
Muad bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab.
Peranan guru Al-Qur’an dalam membaca sangatlah penting, karena
pada saat Nabi Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama, Allah
memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk membimbingnya karena tanpa
bimbingan, Rasulullah akan mengalami kesulitan dalam memahami wahyu
yang diberikan oleh Allah SWT.
Begitu sangat pentingnya peranan seorang guru dalam mengajarkan
Al-Qur’an, sehingga Allah memberikan pujian yang terbaik kepada orang
yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an:
م القزآن وعلمه خيز كم مه تعل )رواه البخاري والتزمذي واحمذ وابوداود وابه ماجه(
5 Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta, Bumi Aksara, 1994), Cet.
1, h. 19
4
”Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang belajar
membaca Al-Qur’an (mempelajari bacaan dan kandungannya) dan
mengajarkannya.”
(H.R. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
”Tiada bacaan semacam Al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang
yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya.
Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-
anak.”6
Pada realitanya banyak orang Islam yang hanya sekedar dapat
membaca saja tanpa memperhatikan hukum bacaan dalam membaca Al-
Qur’an, dimana keadaan ini tidak hanya terjadi dikalangan umat Islam yang
awam saja, selain itu para pelajar, kaum intelektual, bahkan tokoh agamapun
banyak diantara mereka yang belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar. Hal ini cukup memprihatinkan, karena mereka merupakan generasi
penerus agama, bangsa, dan negara yang nantinya akan melanjutkan risalah
ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
“Imam al-Ghozali berpendapat, bahwa ”Al-Qur’an adalah kitab yang
paling banyak dan paling kerap dibaca dan didengar orang seluruh dunia.
Setidak-tidaknya lima kali dalam sehari semalam umat Islam baik sebagai
pribadi maupun sebagai jamaah, selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an dalam
shalat mereka. Kadar pembacaan Al-Qur’an dikalangan Muslimin beraneka
ragam. Ada yang dapat membacanya dengan fasih sempurna, tetapi adapula
yang masih sederhana, bahkan ada yang terbelakang sekali.”7
Dengan demikian sebagai umat Islam, seharusnya berusaha untuk
mempelajari dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, tidak hanya
sekedar, memahami, mengkaji serta mengamalkan isi Al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari saja. Hal tersebut memang penting, namun alangkah
6 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), Cet.
3, hal. 3 7 Syaifu llah Mahyudi, Permata Al-Qur’an, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. 1,
hal. 5.
5
lebih sempurnanya lagi jika dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar. Hal inilah yang disadari oleh beberapa tokoh agama dan masyarakat
yang salah satunya adalah KH. Dachlan Salim Zarkasyi, pria kelahiran
semarang, 28 Agustus 1928 dan wafat 20 Januari 2001 sebagai pencetus
Metode Qiraati.
Usaha memberantas buta huruf Al-Qur.an, sudah mulai disadari oleh
pemerintah dan sebagian masyarakat kita. Berbagai upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah daerah, para tokoh masyarakat dan pemuka agama tersebut,
diantaranya lahirlah Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ) Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ),
dan Perda Banten dan Aceh yang mensyaratkan bahwa siswa harus bisa
membaca Al-Qur’an sebelum lulus SD.
Taman Pendidikan Al-Qur’an atau Lembaga Pendidikan Al-Qur’an
merupakan lembaga pendidikan luar sekolah (non formal) jenis keagamaan.
Muatan pengajaran TKQ/TPA/LPQ lebih menekankan aspek keagamaan
dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Pertumbuhan dan perkembangan TKQ/TPA/LPQ cukup pesat dan
semarak di seluruh tanah air. ”Berdasarkan hasil penelitian dari badan
LITBANG Departemen Agama RI tahun 1990, bahwa perkembangan TPA
dan LPQ dari tahun 1995 ke tahun 2000 mencapai 30 %, yaitu pada tahun
1998 jumlah TPA yang terdaftar di Departemen Agama sebanyak 40.000
buah, pada tahun 2000 jumlah TPA diseluruh Indonesia meningkat menjadi
41.600 buah.”8
Hal ini sebagai indikasi adanya sambutan dan dukungan yang cukup
baik dari masyarakat dan adanya kepedulian umat dalam upaya pewarisan
dan penanaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Bagi generasi
mendatang keberadaan dan pertumbuhan unit-unit pendidikan non formal
jenis keagamaan itu pun cukup strategis untuk menunjang dan membantu
anak dalam meraih prestasi belajar di pendidikan formal.
TKQ/TPA/TPQ/LPQ mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan
8 Hasan Muarif dan Ambari, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichthiar Baru, 1996)
6
keagamaan anak dalam upaya memberikan pembekalan dasar dan motivasi
belajar anak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi
guna meraih prestasi dan mewujudkan cita-cita, juga harapan orang tua,
agama dan bangsa.
Demikian pula TKQ/TPA/TPQ/LPQ yang kini mulai marak tersebar,
berbagai metode pun digunakan dalam mencetak generasi Muslim Qur’ani
yang berilmu dan berakhlaqul karimah dengan pemahaman dan pengamalan
al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
Untuk merangsang minat belajar sekaligus mempermudah belajar
membaca Al-Qur’an khususnya bagi anak-anak, diperlukan metode yang
tepat, efektif dan efisien. Penggunaan metode yang tepat dan efektif dalam
proses belajar mengajar di lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun
non formal merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) yang optimal, di samping guru yang profesional
dan adanya sarana dan prasarana yang menunjang proses KBM tersebut.
Seiring dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan dan pengajaran
serta kebutuhan akan tercapainya tujuan KBM yang sesuai dengan kurikulum
yang digunakan, berbagai upaya yang dilakukan oleh individu maupun
lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan, sehingga
bermunculan metode-metode baru yang digunakan di lembaga pendidikan
baik formal maupun non formal.
Diantara metode yang sering digunakan di TKQ/TPA/TPQ/LPQ,
adalah: Metode Qiraati, Baghdadiyah, al-Barqy, Iqra, Aba Ta Tsa, al-Ummi,
al-Itqan, al-Bayan, al-Islah, Arkoun, dan lain sebagainya. Berbagai metode
tersebut yang digunakan di lembaga- lembaga pengajaran Al-Qur’an seperti
TKQ/TPA/TPQ/LPQ tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan.
Munculnya metode-metode tersebut didasari oleh perbedaan latar belakang
dan tuntutan masyarakat yang mengharapkan anak-anak mereka mampu
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
7
Dari berbagai metode yang sudah berkembang terutama di Indonesia,
metode Qiraati merupakan metode yang cukup lama, dimana sejarah metode
pembelajaran Al-Qur’an yang pertama kali berkembang di Indonesia yaitu
metode Baghdadiyah, sedangkan metode Qiraati muncul setelah itu yang di
pelopori oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang menganggap pembelajaran
Al-Qur’an di Indonesia dinilai cukup lamban dan anak belum dapat membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Metode Qiraati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tanggal
1 Juli tahun 1986. H.M Nur Shodiq Achrom (sebagai penyusun didalam
bukunya “Sistem Qoidah Qiro’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah
membaca Al-Qur’an yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan
tartil sesuai dengan qaidah ilmu tajwid. Sistem pendidikan dan pengajaran
Metode Qiraati ini melalui sistem pendidikan berpusat pada murid (Student
Centre) dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak
secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan).
Meskipun dalam pembelajaran, metode bukan segala-galanya, akan
tetapi metode mempunyai peranan penting dalam pencapaian keberhasilan
siswa.
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung kepada dua faktor utama,
yakni faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari
luar diri siswa atau faktor lingkungan, sebagai mana dijelaskan oleh Nana
Sudjana sebagai berikut :
”Keberhasilan seorang siswa dalam belajar bergantung kepada dua
faktor, yakni faktor yang datang dari dalam diri siswa, dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa
erat kaitannya dengan psikologi, mencakup minat dan motivasi. Sedangkan
faktor yang datang dari luar meliputi lingkungan dan sarana prasarana,
kurikulum, guru, teknik (metode) mengajar serta fasilitas pendukung
lainnya.”9
9 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Argesindo,
1995), Cet. 3, h. 39
8
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas tentang
Metode Qiraati dengan judul: “Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati
Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar”.
Alasan penulis memilih judul tersebut adalah:
1. Metode Qiraati adalah Metode Pembelajaran Al-Qur’an yang langsung
mempraktekan bacaan tajwid dalam membaca Al-Qur’an.
2. Penulis ingin mengetehui lebih jauh efektivitas Metode Qiraati dalam
pembelajaran Al-Qur’an.
3. Organisasi Metode Qiraati yang yang terstruktur dari mulai
koordinator pusat, wilayah, sampai kecamatan dan lembaga.
4. Metode Qiraati sudah berkembang tidak hanya di pendidikan non
formal saja, melainkan sudah berkembang pula di pedidikan formal
baik negeri maupun swasta.
9
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak,
menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan judul
penelitian, masalah atau variabel yang akan diteliti terkait dengan latar
belakang masalah tersebut di atas, maka masalah yang berkaitan dengan
pembelajaran Al-Qur’an dan efektivitas metode pembelajaran Al-Qur’an
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Minimnya penguasaan guru terhadap metode pembelajaran Al-
Qur’an.
b. Kurang memadainya sarana dan prasarana yang mendukung
terlaksananya program pembelajaran Al-Qur’an.
c. Metode pembelajaran Al-Qur’an yang digunakan kurang menarik dan
tidak sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik.
d. Metode pembelajaran Al-Qur’an kurang praktis, sehingga materi
pembelajaran Al-Qur’an sulit diingat dan dipahami oleh peserta didik.
e. Sistem pengajaran Al-Qur’an kurang baik dan belum mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif.
f. Masih rendahnya prestasi peserta didik dalam membaca Al-Qur’an
serta masih banyak peserta didik yang belum mampu membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar.
g. Kurikulum Lembaga Pendidikan Al-Qur’an kurang memadai dan
bersifat parsial.
h. Ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya belajar Al-Qur’an.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi permasalahan sebagai
berikut:
a. Proses pelaksanakan dan penggunaan Metode Qiraati di LPQ Masjid
Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
b. Adapun yang dijadikan objek penelitian ini adalah: Guru dan Santri
LPQ Masjid Fathullah kelas finishing .
c. Hasil dari penggunaan metode Qiraati.
Adapun yang dimaksud dengan Metode Qiraati disini adalah salah
satu metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan
menggunakan sistem klasikal, individual, dan peraga serta menekankan pada
aspek bacaan Al-Qur’an secara baik dan benar.
LPQ yang penulis maksud adalah Lembaga Pendidikan Al-Qur’an
sederajat dengan TKQ/TPA/TPQ yang mengajarkan anak didik mulai dari
membaca Al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek, doa-doa harian, bacaan dan
praktek shalat. Akan tetapi dalam penulisan skripsi ini penulis hanya
membatasi pada tingkat efektivitas dalam penggunakan metode Qiraati
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar.
Mengenai istilah efektivitas yang dimaksud penulis ialah tercapainya
tujuan dan target dari pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode
Qiraati dalam waktu kurang lebih dua tahun dengan hasil anak mampu
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar pembatasan di atas, penulis mebuat rumusan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Metode
Qiraati di LPQ Masjid Fathullah?
b. Apakah Metode Qiraati efektif diterapkan dalam pembelajaran Al-
Qur’an di LPQ Masjid Fathullah?
c. Apakah penerapan metode Qiraati dapat membuat santri LPQ Masjid
Fathullah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
(Mujawwad-Murattal)?
11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui lebih dalam proses penerapan Metode Qiraati
dalam pembelajaran Al-Qur’an.
b. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan Metode Qiraati.
c. Untuk mengetahi efektivitas metode Qiraati dalam pembelajaran Al-
Qur’an.
d. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar strata satu (S.1) di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan PAI.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kajian ini sangat berguna untuk:
1. Menjadi bahan acuan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi para
pengajar di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (TKQ/TPA/TPQ/LPQ)
untuk memilih metode yang lebih efektif dalam pembelajaran Al-
Qur’an.
2. Kajian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam meningkatkan
belajar Al-Qur’an di kalangan anak-anak.
3. Untuk menambah wawasan para Guru Al-Qur’an baik lembaga formal
maupun non formal, serta masyarakat umumnya dalam rangka
memberantas buta huruf Al-Qur’an di Indonesia.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Qiraati
1. Pengertian Metode Qiraati
Metode merupakan salah satu cara yang digunakan dalam
melaksanakan suatu kegiatan yang nantinya akan membantu terlaksanannya
kegiatan dengan hasil yang baik dan maksimal. Dalam dunia penddidikan,
metode mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam kegiatan
pembelajaran sehingga tercipta suasana yang kondusif baik di dalam maupun
di luar kelas.
Dalam kegiatan pembelajaran, metode juga membantu seorang guru
dalam menyampaikan materi serta mempermudah peserta didik dalam
menerimanya.
Pengertian metode menurut arti Etimologi sebagaimana termaktub
dalam buku sosiologi suatu pengantar yang mengartikan metode (method)
adalah: “Cara Kerja.”1
Sedangkan secara Semantik, “metodologi berarti ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.”2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan, bahwa Metode
adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai yang dikehendaki; “Cara kerja yang bersistem untuk
1 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),
Cet. 20, h. 48 2 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Da’wah Islamiyah , (Surabaya: PT. Bina Ilmu),
1979, h. 90
13
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.3
Dalam hal ini metode dapat dikatakan sebagai suatu cara teratur dan
sistematis dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan yang
diinginkan yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil yang efektif dan
efisien.
Kata metode dapat diartikan dengan kata “metodologi, yang secara
ringkas berarti pembahasan tentang metode atau metode-metode.”4
Dengan kata lain metodologi adalah: “ilmu tentang metode-metode
yang mengkaji/membahas mengenai bermacam-macam metode mengajar,
tentang keunggulan dan kelemahannya, lebih tepat/serasi untuk penyajian
pelajaran apa, bagaimana penerapannya dan sebagainya.”5
Banyak macam jenis metode tersebut, disebabkan oleh karena metode
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor berikut:
1. Tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing bidang studi.
2. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik atau
murid.
3. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian atau kemampuan dari masing-
masing guru.
4. Faktor situasi dan kondisi, dimana proses pendidikan dan pengajaran
berlangsung. Termasuk dalam hal ini jenis lembaga pendidikan dan faktor
geografis yang berbeda-beda.
5. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara kualitas
maupun kuantitasnya.6
3 Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Lintas Media Jombang
4 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1997), Cet. 3, h. 12. 5 Tayar Yusuf&Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Cet. 1, h. 1-2 6 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama , ( Surabaya, 1983), h. 80.
14
Dalam penerapan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran,
setidaknya memperhatikan beberapa faktor sebagai seperti: tujuan masing-
masing bidang studi, latar belakang kemampuan peserta didik, orientasi serata
kepribadian dan kemampuan guru, situasi dan kondisi serta fasilitas
pengajaran.
Dari berbagai macam pengertian metode di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode adalah suatu cara yang disusun secara sistematis dalam rangka
mempermudah proses penyampaian materi pelajaran dari seorang guru
kepada peserta didik agar materi tersebut dapat dipahami dengan cepat dan
mudah.
Sedangkan Qiraati artinya “Bacaanku” secara bahasa arab merupakan
kata dasar atau masdar. Masdar yang disandarkan pada Ya Mutakalim,
artinya bacaanku.
Secara ilmu nahwu, dapat menakdirkan atau dapat menyembunyikan.
Contoh: (1) Iqra Qiraati artinya: “bacalah bacaanku”, (2) Itba‟ Qiraati:
“Ikutilah Bacaanku”.
Dapat juga diartikan khobar dari mubtada yang disembunyikan seperti
hadzihi qiraati (inilah bacaanku), dan dapat juga dijadikan mubtada,
khobarnya dibuang seperti qiroati hadzihi (bacaanku, ini bukunya). Mengapa
bacaanku? Dan mengapa bukan bacaan kita? Bacaanku mempunyai arti,
sudah saya gurukan, sudah saya ijazahkan pada beberapa ahli Al-Qur‟an.7
Meskipun Qiraati berarti bacaanku, namun secara lebih jelasnya bahwa
Qiraati merupakan nama salah satu metode membaca Al-Qur‟an yang tujuann
utamanya sama dengan metode-metode yang lain, namun ciri khas metode ini
adalah lebih menekankan kepada bacaan.
Dari pengertian metode dan Qiraati di atas dapat disimpulkan, bahwa
Metode Qiraati adalah suatu cara yang teratur dan sistematis dalam proses
pembelajaran Al-Qur‟an yang menekankan pada aspek bacaan dan
7Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu dan Bapak Al-Qur’an, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudhatul Mujawwidin), Cet. 1, h. 61-62
15
disampaikan dengan sistem klasikal dan individual yang nantinya akan
dihasilkan kemampuan membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar.
2. Sejarah Metode Qiraati
Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar
mengajar Al-Qur‟an di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat
muslim yang pada umumnya belum dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik
dan benar, Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi tergugah untuk
melakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga
pembelajaran Al-Qur‟an dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh
para guru dan pembimbing Al-Qur‟an dinilai lamban, ditambah sebagian guru
ngaji (Ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al-Qur‟an sehingga yang
diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Hal itulah yang mendorong Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi
pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an yang
sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang
dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam
perjalanan menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an sering melakukan Studi
Banding keberbagai pesantren dan madrasah Al-Qur‟an hingga beliau sampai
ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986)
yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram KH. Muhammad.
KH. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan Studi Banding
sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al-Qur‟an
balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh KH. Muhammad sejak tahun 1965
dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan
yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al-Qur‟an Sedayu adalah
TK Al-Qur‟an pertama di Indonesia bahkan di dunia.
Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada
tanggal 1 Juli 1986, KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK Al-
Qur‟an yang sekaligus mempraktekan dan mengujikan metode yang
disusunnya sendiri dengan target rencana 4 tahun seluruh muridnya akan
16
khatam Al-Qur‟an. Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam
perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa
ayat Al Quran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah mengkhatamkan Al-
Qur‟an dan mampu membaca dengan baik dan benar (Mujawwad Murattal).
TK Al-Qur‟an yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok
karena keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah
banyak yang melakukan Studi Banding dan meminta petunjuk cara
mengajarkan metode yang diciptakannya. KH. Dachlan Salim Zarkasyi secara
terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dari para Kyai Al-
Qur‟an atas motode yang diciptakannya.
Atas usul dari Ustadz A. Juned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini
diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya
BACAANKU (pada saat itu ada sepuluh jilid).
Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan Metode Qiraati,
tampaknya KH. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para kyai
ummul Qur‟an, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri
namun kehidupannya salalu dekat dengan para kyai sehingga tampak
tawadhu, mukhtish dan berwibawa.
Atas restu para Kyai, Metode Qiraati selanjutnya menyebar luas dan
digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al-Qur‟an di
masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum.”8
3. Dasar Hukum
a. Surat al-Qiyamah/75, Ayat 16-18
. .
:(٧١- ٧١ )القيامت
8 http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.html
17
“Jangan kamu gerakan lidahmu (dalam membaca Al-Qur’an) karena
terburu-buru. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka
ikutilah bacaannya itu.”
Maksud dari ayat di atas ialah Nabi Muhammad dilarang oleh Allah
menirukan bacaan Malaikat Jibril as. Kalimat-demi kalimat sebelum Malaikat
Jibril membacakannya agar Nabi Muhammad dapat membaca Al-Qur‟an
dengan baik dan benar serta dapat menghafalkan ayat yang diturunkan oleh
Allah SWT.
b. Surat al-Qomar/54, Ayat 17
:(٧١ )القمر
“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an (bagi manusia)
untuk jadi pengajaran. Adakah orang yang mengambil pengajaran
(dari padanya)? "
Ayat ini merupakan janji Allah yang ditawarkan kepada manusia,
bahwa Allah telah memudahkan bagi manusia yang mau belajar membaca Al-
Qur‟an.
4. Sistem Pengajaran Metode Qiraati
a. Klasikal
Kegiatan klasikal dibedakan menjadi 2, yaitu klasikal besar dan
klasikal individual.
1) Klasikal Besar
Sebelum santri atau peserta didik masuk ke dalam kelasnya
masing-masing, mereka berkumpul di aula atau diluar kelas untuk
18
membaca doa kemudian dilanjutkan dengan membaca materi penunjang
sesuai dengan jadwal. Hal ini dilaksanakan selama ± 30 menit.
Adapun materi penunjang yang dibaca pada kegiatan klasikal
besar adalah surat-surat pendek (adhuha s/d an-Nash), doa-doa harian
(dari bangun tidur sampai tidur kembali), dan bacaan sekitar shalat.
2) Klasikal Peraga
Klasikal peraga ialah pembelajaran Al-Qur‟an yang
dilaksanakan di kelas dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru
menerangkan materi pokok yang berada di dalam alat perega kemudian
santri membaca secara bersama-sama, sewaktu-waktu guru menyuruh
salah satu santri untuk membaca sendiri sementara santri yang lain
menyimak dan mengoreksi.
b. Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Setelah kegiatan klasikal besar selesai, semua murid masuk ke
kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas selama ± 30 menit dengan sistem pembelajaran sebagai berikut:
1) Klasikal peraga awal (15 Menit Pertama)
Pada kegiatan ini, seorang guru mengajarkan kepada santri
dengan menggunakan alat peraga dengan cara guru menerangkan dan
memberikan contoh pokok bahasan yang bergaris bawah yang berada di
peraga tanpa dieja kemudian anak mengikutinya, setelah itu anak
membaca materi yang ada di bawah pokok bahasan secara bersama-sama
dan sewaktu-waktu guru menunjuk salah satu murid untuk membaca
sendiri sementara yang lainnya memperhatikan bacaan dari temannya
dengan cara tidak dituntun (daktun).
2) Individual (30 Menit)
Kegiatan individual dilaksanakan setelah para santri belajar
dengan menggunakan alat peraga. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu, santri
membaca jilid/ buku Qiraati di depan guru secara bergantian sementara
19
yang lainnya diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang
akan dibaca di depan guru sebagai persiapan.
3) Klasikal Peraga Akhir (15 Menit Akhir)
Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang
kedua kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan
klasikal peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman
peraga. Kalau pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi
peraga dari halaman pertama sampai terakhir (± lima halaman),
sedangkan pada pelaksanaan klasikal peraga akhir, pengajaran Al-Qur‟an
dengan peraga dari halaman terakhir sampai awal sesuai dengan materi
peraga yang dibaca pada klasikal peraga awal.
Adapun inti dari pembelajaran Al-Qur‟an Metode Qiraati adalah
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat
efektif karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih
semangat belajar sebab dituntut untuk membaca secara
serempak/bersama-sama, kemudian pada saat guru menunjuk salah satu
santri untuk membaca peraga, secara tidak langsung guru melatih agar
anak mempunyai sifat pemberani untuk membaca sendiri sementara guru
dan murid yang lainnya mendengarkan dan mengoreksi bacaannya.
5. Isi Buku Metode Qiraati
Pertama kali muncul, buku Qiraati terdiri dari 10 jilid kemudian
mengalami dua kali revisi hingga sekarang buku Qiraati terdiri dari 6 jilid.
TABEL I
ISI BUKU METODE QIRAATI
NO JILID/
KELAS MATERI MISI TERGET
1. PRA TK
(41 Pokok
Huruf Hijaiyah
berharakat fathah
Memberantas bacaan
yang kurang jelas 40 hari
20
Bahasan) dengan mulut terbuka
2.
1
(39 Pokok
Bahasan)
1. Huruf Hijaiyah
berharakat fathah
2. Bunyi huruf
hijaiyah asli
3. Huruf sambung
Memberantas bacaan
yang kurang jelas
(nggremeng) dengan
mulut terbuka
A: 45 hari
B: 40 hari
C: 28 hari
3.
II
(13 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 6, 11,
13, 16, 20, 23, 24,
28, 29, 33, 36, 40
1. Mad Thabi‟i
2. Harakat
3. Fathah Panjang
(fathah berdiri
yang dibaca
panjang)
4. Angka 1-99
5. Huruf س، ب، م د
6. Ta‟ Marbuthah ( ت
(= ـة = ة
1. Meberantas bacaan
yang kurang jelas
(nggremeng)
dengan mulut
terbuka
2. Meberantas bacaan
yang asal-asalan,
dengan membaca
harakat
dengan benar
A: 30 hari
B: 45 hari
4.
III
(13 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 2, 4,
6, 10, 15, 19, 26,
28, 31, 35, 38, 41
1. Mad Shilat
Qashirah
2. Al Qamariah
3. Huruf berharakat
sukun
4. Idzhar Syafawi
5. Layyin
6. Hukum “Ra”
Tafkhim dan
Tarqiq
7. Huruf : ع+ ء
8. Angka 21- 976
Memberantas bacaan
yang tawallud
(ndlewer)
A: 30 hari
B: 45 hari
1. Ikhfa ( / ن )
2. Ahruf Al
21
5.
IV
(14 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 5, 7,
10, 12, 13, 16, 18,
19, 23, 25, 30, 32,
36, 39.
Muqatha‟ah
3. Mad Wajib
Muttasil
4. Mad Jaiz Munfasil
5. Huruf: خ-ح -ش -س
6. Huruf bertasydid
7. Tanda sukun ( )
8. Al Syamsiyah
9. Huruf wawu yang
tidak dibaca
10. Idgham Mimi
11. Ghunnah
12. Idgham Bighunnah
(bertemu dengan
mim)
13. Idgham bila
ghunnah
Memberantas bacaan
yang tidak bertajwid
A: 38 hari
B: 33 hari
6.
V
(18 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 3, 4,
6, 7, 8, 11, 12, 14,
16, 18, 20, 23, 24,
26, 28, 34, 38.
1. Idgham Bighunnah
(yang bertemu
dengan و dan ى )
2. Waqaf
3. Mad „Arid Lis
sukun
4. Mad „Iwadh
5. Tanda tasydid (
)
6. Huruf : ث-هـ-غ
7. Lafdzhu Jalalah
8. Iqlab
9. Ikhfa Syafawi
10. Qalqalah
Memberantas bacaan
yang tidak bertajwid
dan tartil
A: 36 hari
B: 21 hari
22
11. Idzhar Syafawi
12. Mad Lazim
Mutsaqal Kalimi
7. JUZ 27
1. Tanaffus
2. Ibtida wan
Nihayah
3. Kelancaran
Memberantas bacaan
yang tidak bertajwid
dan tidak tartil
30 hari
8.
VI
(10 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 5, 8,
12, 15, 18, 19, 21,
22.9
Idzhar Halqi
Memberantas bacaan
yang tidak bertajwid
dan tidak tartil
24 hari
9.
TADARUS
Al-Qur‟an
(Juz 1-10)
1. Fashahah
a. Mura‟atul Huruf
b. Mura‟atul
Harakat
c. Mura‟atus
Shifat
d. Volume
2. Tartil
a. Mura‟atut
Tajwid
b. Mura‟atul
Kalimah
c. Waqaf-Ibtida
d. Tanaffus
e. Kelancaran
90 hari
Al-Qur‟an&Gharib
(Juz 11-20)
Al-Qur‟an&Tajwid
(Juz 21-30)
1. Al-Qur‟an Pengulangan dan
9 Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, (Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudhatul Mujawwidin, 1990), Jilid 1-6.
23
10. FINISHING 2. Gharib
3. Tajwid
4. Materi Tambahan
(cheking hafalan)
pemantapan bacaan
Al-Qur‟an, materi
Gharib dan Tajwid,
serta materi tambahan
dalam rangka
persiapan Imtihan
Akhir Santri (IMTAS)
6. Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan Metode Qiraati
Dalam pelaksanaan pembelajaran, tentunya menggunakan beberapa
tahapan dan langkah-langkah agar pelaksanaan pembelajaran disesuaikan
dengan tingkat dan kemampuan peserta didik.
Adapun tahapan dan langkah-langkah penerapan Metode Qiraati
adalah sebagai berikut:
a. Pra Qiraati
Kelas Pra Qiraati atau yang biasa disebut Pra TK, dikhususkan
untuk anak-anak yang berusia di bawah 4 tahun (Play Group). Kegiatan
pembelajaran di kelas Pra TK, diawali dengan nyanyian dan tepuk
Islami, hal ini bertujuan untuk menarik perhatian anak agar kegiatan
belajar mengajar terlihat menyenangkan. Setelah itu guru mengenalkan
huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan alat peraga yang berbentuk
kertas kotak dan bertuliskan huruf hijaiyah dengan cara guru
memperlihatkan satu, dua atau tiga huruf tanpa mengurai dengan bacaan
secara cepat, tepat, lancar, dan benar. Kemudian santri megikuti bacaan
guru dengan serempak, sesekali guru menyuruh salah satu santri untuk
membaca sendiri. Setelah pembelajaran dengan peraga selesai, santri
membaca Jilid/ Buku Qiraati satu-persatu secara bergantian, sementara
yang lainnya diberi tugas mewarnai atau merangkai titik-titik menjadi
huruf hijaiyah yang sudah dipersiapkan oleh guru.
24
Setelah semua murid membaca jilid secara bergiliran, diakhir
pembelajaran guru mengajarkan materi penunjang yaitu surat-surat
pendek, doa-doa harian, dan bacaan sekitar shalat yang disesuaikan
dengan jadwal dan dilaksanakan secara bersama-sama, kemudian ditutup
dengan membaca doa dan guru memberikan nasihat.
b. Jilid 1-6
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kelas jlid 1-6 dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu tahap pertama murid belajar membaca Al-Qur‟an
dengan menggunakan alat peraga selama 15 menit (peraga awal). Tahap
kedua, santri membaca Jilid/Buku Qiraati satu-persatu (individual)
selama 30 menit, sementari santri yang lainnya menulis. Tahap ketiga,
santri membaca peraga untuk kedua kalinya (peraga akhir) selama 15
menit, kemudian diakhir pembelajaran guru dan murid menutup kegiatan
belajar-mengajar dengan membaca surat al-Asr dan doa kafarotul
majelis, kemudian guru memberikan nasehat.
c. Al-Qur‟an
Pada kelas Al-Qur‟an dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
tingkatan Tadarus (Juz 1-10), tingkatan Tadarus Gharib (Juz 11-20), dan
Tadarus Tajwid (Juz 21-30). Adapun pelaksanaan pembelajarannya
dibagi menjadi 4 tahap:
1) Guru mengajarkan santri dengan alat peraga gharib kemudian
menguraikan materi yang ada diperaga.
2) Murid membaca tadarus Al-Qur‟an sementara guru menyimak dan
membanarkan bacaan yang salah kemudian menyuruh untuk
diulang/disempurnakan.
3) Santri membaca buku gharib/tajwid satu persatu, sementara santri
yang lainnya membaca dan menghafal materi gharib/tajwid secara
individual sebagai persiapan.
25
4) Guru mengajarkan santri dengan peraga untuk kedua kalinya, setelah
selesai guru dan murid menutup kegiatan pembelajaran dengan
membaca doa dan memberikan nasehat.
d. Finishing
Kelas Finishing terdiri dari santri yang sudah menghatamkan
Al-Qur‟an sampai 30 juz dan sudah menguasai materi gharib dan tajwid,
serta materi penunjang/tambahan. Kegiatan pembelajaran pada kelas
finishing sifatnya adalah ricek dan penyempurnaan materi-materi yang
sudah disampaikan sebelumya, hal ini bertujuan agar santri tidak lupa
dan sebagai persiapan dalam menghadapi Imtihan Akhir Santri (IMTAS).
B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar dalam Al-Qur’an
Allah SWT telah menganugrahkan kepada umat Islam kitab suci Al-
Qur‟an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal dan sebagai pendidik pertama, Nabi
Muhammad SAW pada awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur‟an
sebagai dasar pendidikan Islam disamping sunnah beliau sendiri.
“Abd al-Rahman al-Nahlawi mencoba menggali prinsip-prinsip
metode mengajar dalam Al-Qur‟an. Dan hasil penggaliannya itu, ia temukan
berbagai metode dalam Al-Qur‟an yang dapat mengubah perasaan dalam
rangka menanamkan rasa iman dan cinta kepada Allah SWT. Rasa nikmatnya
beribadah, rasa hormat kepada orang tua dan sebagainya.”10
a. Metode Qur‟ani
Adapun prinsip metode mengajar Qur‟ani menurut Alnahlawi
adalah sebagai berikut:
1) Metode Hiwar Qur‟ani dan Nabawi
Hiwar adalah percakapan antara dua orang atau lebih melalui
tanya-jawab mengenai sebuah topik yang mengarah kepada suatu
tujuan.
10
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
4, h. 216
26
Hiwar mempunyai dampak yang sangat dalam terhadap jiwa,
pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan secara
seksama dan penuh perhatian.
Menurut Alnahlawi, dalam Al-Qur‟an dan sunah Nabi SAW
terdapat berbagai jenis hiwar seperti:
a) Hiwar Khitabi atau Ta‟abudi merupakan dialog yang diambil dari
dialog antara Tuhan dan hambanya.
b) Hiwar Washfi ialah dialog antara tuhan dengan malaikat atau
makhluk ghaib lainnya.
c) Hiwar Qishasi terdapat dalam Al-Qur‟an, yang baik berbentuk
maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, maupun bagian dari
ushlub kisah Al-Qur‟an.
d) Hiwar Jadali bertujuan untuk memantapkan hujjah (alasan)
e) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang dilakukan oleh Nabi dalam
mendidik sahabat-sahabatnya.
2) Metode Kisah Qur‟ani dan Nabawi
“Metode kisah Qur‟ani bukanlah hanya semata kisah atau
semata-mata seni yang indah, kisah Qur‟ani juga merupakan suatu
cara Tuhan mendidik umat agar beriman kepadan-Nya. Sedangkan
kisah Nabawi menjelaskan tentang pentingnya keikhlasan dalam
beramal, menganjurkan bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.”11
3) Metode Amtsal
“Di dalam Al-Qur‟an banyak sekali terdapat ayat-ayat dalam
bentuk amtsal (perumpamaan) dalam rangka mendidik umatnya.”12
Misalnya firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah, ayat 17:
(٧١ بقرة:)ال
11
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 217-221 12
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 223-224
27
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”
4) Metode Keteladanan
Dalam metode keteladanan ini, Allah SWT mengutus Nabi
Muhammad SAW agar menjadi teladan bagi seluruh umat dalam
merealisasikan sebuah sistem pendidikan Islam.
Sedangkan dalam contoh yang lain yaitu, seorang siswa
cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai contoh
identifikasi dalam segala hal, sebab secara psikologis anak adalah seorang
peniru yang ulung.
5) Metode Ibrah dan Mau‟idzah
Ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia
untuk mengetahui intisari sesuatu perkara yang disaksikan, diperhatikan,
diinduksi, ditimbang-timbang, diukur, dan diputuskan oleh manusia secara
nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati menjadi tunduk
kepadanya, lalu hal itu mendorongnya kepada perilaku berfikir dan sosial
yang sesuai.
Sedangkan mau‟idzah (peringatan) adalah yang memberi nasihat
hendaknya berulang kali sehingga orang yang dinasehati itu tergerak untuk
mengikuti nasihat tersebut.
6) Metode Targhib dan Tarhib
“Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat
yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang
dilakukan.”13
Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah, demikian
pula dengan tarhib, akan tetapi targhib lebih menekankan agar melakukan
kebaikan, sedangkan tarhib lebih menekankan untuk menjauhi kejahatan.
13
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 227
28
Disamping berbagai metode Qur‟ani tersebut di atas, Al-Qur‟an
juga mengemukakan prinsip-prinsip tentang bahasa yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran. Al-Qur‟an menuntun kita agar selalu
menggunakan bahasa yang indah, lemah lembut, jelas, tegas, dan
menyentuh jiwa.
b. Bahasa Qur‟ani
Adapun bahasa yang seharusnya dipakai dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Qaulun Ma‟rufun
Merupakan ucapan yang indah, baik lagi pantas dalam tujuan
kebaikan, tidak mengandung kemungkaran, kekejian dan tidak
bertentangan dari ketentuan Allah SWT.
Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 8:
) : ٨ النساء)
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim
dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
baik.”
2) Qaulan Kariman
Merupakan ucapan yang mulia, lembut, bermanfaat dan baik
dengan menjaga adab sopan santun, ketenangan dan kemulian. Dalam
proses pembelajaran, kata-kata yang mulia sebagai salah satu cara yang
harus dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan penghargaan
kepada siswa.
Firman Allah dalam Q.S. al-Isra ayat 23:
29
:(٣٢ )االسراء
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "Ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.”
3) Qaulan Maisuran
Merupakan tutur kata yang mudah dipahami, ringan, berisi
penghargaan sebagai penawar hati. Dalam hal ini seorang guru harus
menyampaikan materi kepada peserta didik dengan bahasa yang ringan,
jelas, dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Firman Allah Q.S. al-Isra ayat 28:
:(٣٨ )االسراء
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah
kepada mereka Ucapan yang pantas.”
4) Qaulan Layyinan
30
Merupakan perkataan dengan kalimat yang simpatik, halus,
mudah dicerna dan ramah agar berbekas di jiwa dan berkesan serta
bermanfaat.
Firman Allah Q.S. Thaha ayat 44:
(٤٤ )طه:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
5) Qaulan Balighan
Merupakan perkataan yang membekas di dalam hati sebelumnya
tertutup hingga menimbulkan kesadaran yang mendalam. Jadi bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang mengesankan membekas di hati sehingga
peserta didik dapat menerima kebenaran dan merubah tingkah lakunya
kepada jalan yang diridhai Allah SWT.
Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 63:
:(١٢ )النساء
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada
mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”
6) Qaulan Sadidan
Merupakan perkataan yang benar dan segala sesuatu yang baik.
Firman Allah dalam Q.S. al-Ahzab ayat 70:
(١٧ :)االحزاب
31
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan Katakanlah perkataan yang benar.
C. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat
penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dibawah ini akan
disebutkan beberapa metode pembelajaran Al-Qur‟an yang berkembang di
Indonesia14, sebagai berikut:
a. Metode Al-Baghdadi
Metode Al-Baghdadi atau yang sering dikenal dengan baghdadiyah
adalah metode yang pertama kali muncul dan merupakan metode tertua di
Indenesia yang berasal dari baghdad, irak. Metode ini tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan
merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode
alif, ba’, ta’.
1) Cara pembelajaran metode ini adalah:
a) Hafalan
b) Eja
c) Modul
d) Tidak variatif
e) Pemberian contoh yang absolute
2) Kelebihan dan kekurangan metode al-Baghdadi
a) Kelebihan
i. Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan
materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
14 http://www.wahdah.or.id/wis/images/stories/Metode%20baca%20tulis%20al-
Qur‟an.pdf
32
ii. Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi
selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
b) Kekurangan
i. Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan harus dieja.
ii. Santri kurang aktif karena harus mengikuti guru dalam membaca.
iii. Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
2. Metode Qiraati
Metode Qiraati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun
1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Achrom (sebagai
penyusun didalam bukunya “Sistem Qoidah Qiro’ati” Ngembul, Kalipare),
metode ini ialah membaca Al-Qur‟an yang langsung memasukan dan
mempraktekan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sistem
pendidikan dan pengajaran metode Qiraati ini melalui sistem pendidikan
berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh
bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan).
Santri/anak didik dapat naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat:
1. Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas
2. Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA
a. Prinsip-prinsip Dasar Qiraati
1) Prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
i. Tiwasgas (teliti, waspada dan tegas)
ii. Daktun (tidak boleh menuntun)
2) Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/anak didik:
i. CBSA : Cara Belajar Santri Aktif
ii. LCTB : Lancar, Cepat, Tepat, dan Benar
b. Visi, Misi dan Ciri-ciri Metode Qiraati
33
Dalam suatu metode pembelajaran membaca Al-Qur‟an, tentunya
mempunyai Visi, Misi, dan Moto, tidak terkecuaili Metode Qiraati sebagai
berikut:15
1) Visi Qira‟ati
Membudayakan membaca al-Qur‟an dengan tartil.
2) Misi Qira‟ati
i. Mengadakan pendidikan al-Qur‟an untuk menjaga, memelihara
kehormatan dan kesesuaian al-Qur‟an dari segi bacaan yang
tartil.
ii. Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku
Qira‟ati hanya bagi lembaga-lembaga/guru-guru yang taat,
patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh koordinator.
iii. Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan al-
Qur‟an.
iv. Mengadakan pembinaan para guru/calon guru untuk
meningkatkan kualitas pendidikan pengajar-an al-Qur‟an.
v. Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif.
vi. Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus
tashih.
vii. Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau
MMQ yang diadakan oleh kordinator.
viii. Menunjuk/memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru
yang amanah/profesional dan berakhlakul karimah.
ix. Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru
senantiasa mohan petunjuk dan per-tolongan kepada Allah demi
kemajuan lembaga-nya dan mencari keridhaan-Nya.
c. Ciri-ciri Qiraati
1) Tidak dijual secara bebas
15
http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan-kh-dachlan-salim-zarkasyi/
34
2) Guru-guru lewat tashih dan pembinaan
3) Kelas TKQ/TPQ dalam disiplin yang sama
d. Strategi Mengajar dalam Qiraati
Dalam mengajar Al-Qur‟an dikenal beberapa macam stategi, yaitu:
1) Strategi Mengajar Umum (Global)
i. Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.
ii. Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz
untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.
iii. Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk
mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur‟an orang
lain.
2) Strategi Mengajar Khusus (Detil)
Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan
syarat-syaratnya, karena strategi ini mengajarkannya secara khusus atau
detil.
e. Tahapan dalam mengajarkan Metode Qiraati ada I sampai VI yaitu:
1) Jilid I
Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-
Qur‟an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula,
guru harus memperhatikan kecepatan santri.
2) Jilid II
Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi
target Jilid I.
3) Jilid III
Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada
bacaan panjang (huruf mad).
4) Jilid IV
Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan
bertajwid.
5) Jilid V
35
Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan santri sudah
harus mampu membaca dengan baik dan benar.
6) Jilid VI
Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan
dengan pelajaran Juz 27.
Jilid I sampai jilid VI mempunyai target yang harus dicapai
sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-
target itu tercapai.
f. Kelebihan dan kekurangan Metode Qiraati
1) Kelebihannya :
a) Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa
membaca Al-Qur‟an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu
hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur‟an dengan
tajwidnya itu fardlu ain.
b) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
c) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
d) Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest
bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika
lulus test.
2) Kekurangannya:
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode
ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun, melainkan kemampuan
membaca seseorang.
3. Metode Iqra
Metode Iqra adalah suatu Metode membaca Al-Qur‟an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqra
terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap
sampai pada tingkatan yang sempurna.
36
Metode Iqra ini disusun oleh Ustadz As‟ad Humam yang berdomisili
di Yogyakarta. Kitab Iqra dari keenam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi
yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk
pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar
maupun yang mengajar Al-Qur‟an.
Metode Iqra ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-
Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa di eja. Artinya tidak
diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan lebih bersifat individual.
a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqra
1) Kelebihan
a) Menggunakan Metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif
melainkan santri yang dituntut aktif.
b) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama), prifat (penyimakan secara individual), maupun cara
eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak
bacaan temannya yang berjilid rendah).
c) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan
benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan
penghargaan.
d) Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan
sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang
lainnya menyimak.
e) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
2) Kekurangan
a) Bacaan-bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini.
b) Tidak ada media belajar
c) Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal.
4. An-Nahdliyah
37
Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur‟an
yang muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh
sebuah lembaga pendidikan Ma‟arif Cabang Tulungagung. Karena metode ini
merupakan metode pengembangan dari metode Al-Baghdadi maka materi
pembelajaran Al-Qur‟an tidak jauh berbeda dengan Metode Qiraati dan Iqra.
Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada
kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya
pembelajaran Al-Qur‟an pada metode ini lebih menekankan pada kode
“Ketukan”.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, metode ini mempunyai dua
program yang harus diselesaikan oleh para santri, yaitu:
a. Program buku paket yaitu program awal sebagai dasar pembekalan
untuk mengenal dan memahami serta mempraktekan membaca Al-
Qur‟an.
b. Program sorogan Al-Qur‟an yaitu progam lanjutan sebagai aplikasi
praktis untuk mengantarkan santri mampu membaca Al-Qur‟an sampai
khatam.
Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin
menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah
mengikuti penataran calon guru metode An-Nahdliyah.
Dalam program sorogan Al-Qur‟an ini santri akan diajarkan
bagaimana cara-cara membaca Al-Qur‟an yang sesuai dengan sistem bacaan
dalam membaca Al-Qur‟an. Dimana santri langsung praktek membaca Al-
Qur‟an besar. Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu
tartil, tahqiq, dan taghani.
5. Metode Jibril
Terminology (istilah) Metode Jibril yang digunakan sebagai nama dari
pembelajaran Al-Qur‟an yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah di
latar belakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. untuk
mengikuti bacaan Al-Qur‟an yang telah diwahyukan melalui Malaikat Jibril.
38
Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqurrahman) sebagai pencetus
Metode Jibril, bahwa teknik dasar Metode Jibril bermula dengan membaca
satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-
orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan
pas. Metode Jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq dan tartil.
D. Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar (Tartil)
1. Pengertian Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar (Tartil)
Dalam ilmu bacaanAl-Qur‟an, dapat dikatakan bahwa membaca tartil
adalah membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, makhorijul
huruf, dan sifatul huruf. Jadi dalam hirarki membaca Al-Qur‟an, tartil
menduduki tingkat paling tinggi karena dikatakan orang yang membaca
dengan tartil berarti dia sudah menguasai tajwid dan makhorijul huruf serta
sifatul huruf.
Adapun tingkatan bacaan yang diakui oleh Ulama Qiraat ada empat
tingkatan:
a. At Tartil, yaitu bacaan lambat dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu
tajwid dan mentadabburkan. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an:
… (٤ :المزمل)
“Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”
b. At Tarqiq, yaitu bacaan yang lebih lambat dari pada tartil, yang lazim
digunakan untuk mengajarkan Al-Qur‟an dengan sempurna.
c. Al Hard, yaitu bacaan yang dilakukan dengan cepat tetapi
mempraktekan tajwidnya.
d. At Tadwir, yaitu bacaan yang tidak telalu cepat dan tidak terlalu lambat,
pertengahan antara al hard dan at tartil.16
2. Langkah-langkah Membaca Tartil
16
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Tahsin Al-Qur’an, (Jakarta, Dzilal Press, 1997), Cet.
6, h. 8-9.
39
Ada beberapa tahap membaca secara tartil, yaitu dengan menguasai
ilmu tajwid dan makharijul huruf (fasohah) terlebih dahulu.
a. Tajwid
Lafadz tajwid menurut bahasa artinya membaguskan, sedangkan
menurut istilah ialah mengeluarkan huruf dari tempat keluarnya dengan
memberikan haknya dan mustahiknya.
Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu
bersamanya, seperti sifat al-jahr, isti‟la, istifal, dan lain sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan mustahik huruf adalah sifat yang
nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa dan lain
sebagainya.17
b. Makharijul Huruf
Makhraj di tinjau dari morfologi berasal dari fiil madhi Kha Ra Ja
yang artinya keluar. Sedangkan menurut istilah makhraj adalah Suatu
nama tempat yang padanya huruf dibentuk (diucapkan).
Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat keluarnya huruf
pada waktu huruf tersebut dibunyikan.
Ketika membaca al-Qur‟an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai
makhraj hurufnya. Kesalahan dalam mengucapkan huruf atau makhraj
bacaan yang tengah dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan
dapat menyebabkan kekafiran manakala seseorang melakukannya dengan
sengaja dan sadar.
Untuk mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf tersebut
disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu huruf hidup
dibelakangnya, lalu bacalah! Tatkala suara tertahan, maka tampaklah
makhraj huruf dari huruf yang bersangkutan.
Terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang
pembagian makhraj huruf. Imam Syibaweh dan Asy-Syatibi berpendapat
17
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Tahsin Al-Qur’an,… h. 5.
40
bahwa makhraj huruf terbagi atas 16 makahraj, sementara menurut Imam
al-Fara‟ terbagi atas 14 makhraj.
Namun, pendapat yang paling masyhur dalam perkara ini adalah
yang menyatakan bahwa makhraj huruf terbagai atas 17 makhraj. Imam
Khalil bin Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak
dipegang oleh para qari–termasuk Imam Jazari–seta para ahli nahwu.
Selanjutnya 17 makhraj ini diklasifikasikan ke dalam lima tempat
(Maudli). Lima tempat inilah yang merupakan letak makhraj dari setiap
huruf.18
Lima tempat yang dimaksudkan dalam mahkrijul huruf ialah:
1) Al-Jauf, ialah makhraj huruf yamg terletak pada rongga mulut. Dari
tempat ini muncul satu makhraj.
2) Al-Halaq, ialah makhraj huruf yang terletak pda tenggorokan. Dari
tempat ini muncul tiga makhraj.
3) Al-Lisan, ialah makhraj huruf yang teretak pada lidah. Dari tempat ini
muncul sepuluh makhraj.
4) Asy-Syafatain, ialah makhraj huruf yang terletak pada dua bibir. Dari
tempat ini muncul dua makhraj.
5) Al-Khoisyum, ialah makhraj huruf yang terletak pada pangkal hidung.
Ditempat ini muncul satu makhraj.
Dengan demikian total makhraj yang muncul adalah tujuh belas
makhraj. Pembahasan dibawah ini akan merinci ke tujuh belas makhraj
tersebut yang terbagi ke dalam lima tempat: al-jauf, al-halaq, al-lisan, asy-
syafatain, dan al-khaisyum.
E. Efektivitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Efektivitas
Kata efektivitas merupakan kata sifat dari efetktif yang berarti ada
efeknya (akibat, pengaruh, pesan), manjur, atau mujarab, dapat membawa
18
Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap , (Bandung, CV Penerbit
Diponogoro, 2007), Cet. 10, h. 20-22.
41
hasil, berhasil guna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif diartikan
(1) mempunyai efek, pengaruh, atau akibat, (2) manjur atau mujarab, (3)
dapat membawa hasil, dan (4) mulai berlaku.19
Efektivitas merupakan salah satu kriteria keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Hal ini didukung oleh pendapat Etzioni (1964) bahwa:
Efektivitas dapat dinyatakan dalam tingkat keberhasilan dalam mencapai
tujuan atau sasarannya.20
Sesuatu dapat dinyatakan efektif jika dapat berhasil sesuai tujuan yang
ingin dicapai (telah direncanakan) sebelum melakukan hal tersebut. Jadi
berdasarkan pendapat-pendapat tesebut dapat disimpulkan bahwa secara
umum efektivitas berarti ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu
segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas
mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar
yang direncanakan dapat direncanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid
terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai
melalui kegiatan belajar mengajar yang telah ditempuh.21
Sejalan dengan pendapat di atas, tim Pembina mata kuliah
didaktik/metodik/kurikulum IKIP Surabaya (1988) mengemukakan bahwa
efektivitas adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan
tertentu. Dalam hal ini seorang yang hendak mencapai tujuan tertentu adalah
siswa dan guru, sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan
pembelajaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan efektivitas dalam
pembelajaran Al-Qur‟an adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
dalam proses pembelajaran dalam waktu yang singkat.
19
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 3, h. 284 20
www. Sisdiknas. Co. id 21
Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Effset, 1990), Cet. 1,
h. 63
42
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Proses Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an
Untuk menciptakan suatu sistem proses belajar mengajar yang baik
tidaklah mudah, hal ini disebabkan permasalahan dalam kegiatan belajar
mengajar yang begitu kompleks, dalam arti untuk menciptakan kondisi yang
efektif sangatlah dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam
proses belajar-mengajar itu sendiri baik yang sifatnya intern maupun ekstern.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
mangajar adalah:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi/keadaan
jasmani dan rohani siswa;
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
sekitar siswa;
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.
Selain dari beberapa hal di atas sistem pengolahan dan administrasi
yang baik dalam suatu sekolah, beberapa faktor tersebut di atas dapat
mempengaruhi efektif tidaknya dalam proses belajar mangajar, untuk lebih
jelasnya sebagian faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut:
a. Faktor Murid
Murid atau peserta didik merupakan potensi yang harus
dikembangkan. Didalam mendidik atau membimbingnya harus melihat
potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensi-
potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.
b. Faktor Guru
“Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya,
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
Pembina yang baik bagi anak didiknya.”22
22
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), Cet. 4, h. 9.
43
Belajar mengajar adalah interaksi antara guru dan murid. Dimana
interaksi tersebut tidak hanya melibatkan murid saja melainkan juga
keterlibatan dari guru, sehingga tidak berat sebelah atau dalam artian harus
saling mengisi sehingga terjadi feed back (timbal balik) diantara keduanya.
Gurupun harus menjadi suri tauladan dan dapat mengantarkan anak
didiknya ke arah tujuan yang telah ditentukan, melalui kegiatan
bimbingan, pendidikan, latihan, dan pengarahan maka sikap, prilaku dan
pengetahuannya dapat terbentuk dengan baik yang kemudian menjadi
pribadi yang baik dan berkualitas.
c. Faktor Lingkungan Sekolah
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah
bagaimana menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan
dilingkungan sekolah tempat siswa belajar, sehingga membantu kegiatan
belajar mengajar, seperti rasa aman, suasana yang bersih, keindahan,
ketertiban, dan kekeluargaan.
F. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Untuk mngetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai secara
efektif atau tidak, maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi (hasil) yang
telah dicapai.
Tingkat keberhasilan dapat dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf,
yaitu istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal), dan
kurang.23
1. Istimewa/maksimal: apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/ optimal: apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
3. Baik/ minimal: apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang diajarkan
itu dapat dikuasai oleh siswa.
23
Syaifu Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
h. 121
44
4. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat
dikuasai oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran ini
maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki efektivitas yang baik
sekali bila dapat mencapai 80% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Suatu proses belajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui
beberapa kriteria efektivitas, sebagaimana telah dikemukakan oleh tim
penyusun didaktik metodik kurikulum IKIP Surabaya, bahwa demi ketetapan
dan keobjektifan dalam pengamatan dan penelitian terhadap proses belajar
mengajar seorang guru maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan
penilaian efektivitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar
yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan: seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya.
b. Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus keras dan
jelas.
c. Perumusan kompetensi dasar harus dirumuskan secara kongkrit.
d. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
e. Menguasai bahan pelajaran.
f. Penguasaan situasi kelas.
g. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar.
h. Penggunaan alat pengajaran.
i. Jalan pengajaran atau proses pembelajaran harus efektif dan efisien.
j. Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku
murid yang diharapkan.24
Menurut Nana Sudjana (1989), indikator-indikator efektivitas
pembelajaran meliputi:
24
Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 5, h. 164-166
45
1. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru.
2. Kesesuain proses pembelajaran dengan kurikulum.
3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa.
4. Interaksi antara guru dan siswa.
5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Motivasi siswa meningkat.
7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi.
8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.25
Sedangkan indikator-indikator efektivitas dalam pembelajaran Al-
Qur‟an adalah:
1. Anak didik dapat membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar (Mujawwad-
Murattal).
2. Siswa mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar dalam waktu ±
2 Tahun.
3. Siswa mampu membaca Al-Qur‟an tanpa dituntun dalam waktu yang
singkat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode
pembelajaran Al-Qur‟an dapat dikatakan efektif apabila, guru menguasai
kelas, guru menguasai materi pelajaran, guru menguasai metode pengajaran,
target kurikulum tercapai dan nilai kemampuan baca siswa secara baik dan
benar dalam waktu yang tidak terlalu lama.
G. Kerangka Berfikir
Keberadaan TKQ/TPA/TPQ/LPQ sebagai Lembaga Pendidikan non
formal yang mempunyai peranan yang cukup penting dalam rangka
mengenalkan dan memberikan pembelajaran Al-Qur‟an serta pendidikan dasar
Islam kepada anak-anak, selain itu juga berperan dalam mengembangkan serta
mengajarkan nilai-nilai dasar keislaman.
25
Nana Sudjana, Penilaian Proses Balajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosda Karya,
1991), Cet. 3, h. 60-63
46
Materi dari yang diajarkan menitik beratkan kepada membaca Al-
Qur‟an karena sesuai dengan visi dan misinya yaitu mencetak generasi
Qur‟ani yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an yang dipakai oleh TKQ/TPA/LPQ
yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama, hal ini dikarenakan banyak
sekali muncul dan berkembang metode pembelajaran Al-Qur‟an yang
tentunya mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Di Indonesia sendiri banyak sekali muncul metode-metode
pembelajaran Al-Qur‟an yang diawali oleh metode Baghdadiyyah sebagai
suatu metode yang pertama kali muncul dan berkembang di setiap wilayah
bahkan pelosok daerah di Indonesia yang mengajarkan pembelajaran Al-
Qur‟an dengan menggunakan sistem eja.
Metode Qiraati merupakan salah satu metode yang muncul dan
berkembang paska metode Baghdadiyyah. Metode Qiraati dicetuskan oleh
KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang beranggapan bahwa pembelajaran Al-
Qur‟an pada waktu itu dinilai sangat lamban dan anak belum menerapkan
bacaan secara baik dan benar.
Metode Qiraati sudah berkembang di setiap wilayah di berbagai
daerah di Indonesia tak terkecuali wilayah JABODETABAKA. Metode
Qiraati tidak hanya berkembang di pendidikan non formal saja seperti
TKQ/TPA/TPQ/LPQ/Pondok Pesantren, selain itu Metode Qiraati juga
berkembang di pendidikan formal seperti SDIT, MI/MIN, SMP/MTS,
SMA/MA, hal ini mengindikasikan adanya respon dan penilaian masyarakat
tentang hasil dari penerapan Metode Qiraati yang mampu mengantarkan anak-
anak atau orang yang mempelajarinya mampu membaca Al-Qur‟an secara
baik dan benar.
LPQ Masjid Fathullah adalah salah satu Lembaga Pendidikan Al-
Qur‟an yang menggunakan Metode Qiraati dan sudah berjalan selama ± 5
tahun. LPQ Masjid Fathullah sudah 3 kali mengantarkan santrinya khotmul
Qur‟an/wisuda yang di uji oleh kordinator dan perwakilan dari guru dan
47
kepala lembaga yang menggunakan Metode Qiraati serta disaksikan oleh
masyarakat dan wali santri.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Metode Qiraati
merupakan metode pembelajaran yang sudah cukup lama berkembang di
wilayah di Indonesia dan diterapkan di lembaga pendidikan baik non formal
maupun formal yang mampu mengantarkan generasi Qur‟ani untuk dapat
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian yang
merupakan unsur yang paling penting. Uraian pada bab ini mencakup enam
bagian dan dicatat secara sistematis yaitu sumber dan jenis data, manusia
sebagai instrumen dan pengamatan, wawancara, test, catatan lapangan,
penggunaan dokumen dan cara lainnya.
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode deskriptif analitik
atau penelitian yang ditunjang dengan data yang diperoleh dari penelitian
lapangan (Field Research).
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat posrpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.1”
Adapun hal-hal yang dilakukan peneliti dalam pencarian data adalah
sebagai berikut:
1. Peneliti mencari buku, mengambil teori yang berkaitan dengan metode
pembelajaran Al-Qur’an. Fungsi teori dalam penelitian kualitatif lebih
ditunjukan untuk kerangka dalam mencari dinamika masalah, karena
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D,( Bandung: Alfabeta,
2010), Cet. 9, h. 9.
49
dalam penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses dari pada
hasil.
2. Dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana
gambaran dan hasil pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan
Metode Qiraati dengan cara terjun langsung ke lapangan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di LPQ Masjid Fathullah Jl. Ir. H.
Juanda No. 95 Komplek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 3
sampai 26 November 2010.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian (Research) ini dilakukan untuk menemukan data yang
berkaitan dengan “Efektivitas penggunaan Metode Qiraati terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar” di LPQ Masjid
Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tegasnya penelitian ini dilakukan untuk:
1. Menjelaskan bentuk-bentuk pembelajaran Metode Qiraati yang diterapkan
di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengetahui hasil dari penggunaan Metode Qiraati.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan
subjek penelitian yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
penelitian. Adapun target dalam populasi ini adalah keseluruhan santri LPQ
Masjid Fathullah kelas finishing pada tahun ajaran 2010/2011.
“Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang harus diteliti, yang
dipilih atau ditetapkan sebagai analisa.”2 Maka untuk memudahkan penelitian
2 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), Cet. 12, h. 266
50
dan juga keterbatasan waktu, peneliti hanya mengambil sampel dari kelas
finishing yang terdiri dari 5 santri.
Dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah santri LPQ
Masjid Fathullah kelas finishing. Namun dalam penelitian ini peneliti
cenderung meneliti guru dan santri LPQ Masjid Fathullah karena mereka
sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar dengan Metode Qiraati.
E. Variabel Penelitian
Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara
empiris, maka ditentukan variabelnya. “Variabel adalah karakter dari unit
observasi yang mempunyai variasi.”3 Atau segala sesuatu yang dijadikan
objek penelitian.
Suharismi Arikunto menyebutkan “variabel adalah gejala yang
bervariasi yang menjadi objek dalam penelitian.”4
Penelitian yang berjudul, “Efektivitas penggunaan Metode Qiraati
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar”, variabelnya
sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X) adalah: Efektivitas penggunaan Metode Qiraati.
b. Variabel Terikat (Y) adalah: Kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik
dan benar.
F. Setting Penelitian
Setting yang dipilih dalam penelitian ini adalah setting kelas.
Penentuan setting ini membantu peneliti dalam merencanakan serta untuk
mendekati subjek penelitian. Peneliti menggunakan kelas finishing sebagai
subjek utama dalam penelitian.
Kriteria yang dilakukan dalam penelitian ini, subjek mempunyai
kualitas membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, hal ini dapat dilihat dari
3 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 1, h. 216 4 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), Cet. 10, h. 111
51
raport, kemampuan membaca buku gharib dengan mengetahui materi dan
menerapkannya dalam bacaan Al-Qur’an, mampu menghafal, memahami dan
menerapkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an, dan mampu membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar/mujawwad murattal pada tingkat
permulaaan (Lilmubtadi).
G. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti. Dalam hal ini peneliti juga bertindak sebagai guru
pendamping pada pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode Qiraati kelas
finishing. Menurut Moleong “Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan
perencanaan, pelaksana, pengumpul data, dan pada akhirnya menjadi pelopor
hasil penelitiannya.5
Dengan demikian peneliti sebagai instrumen penelitian berperan dari
keseluruhan proses penelitian. Adapun pengumpulan data yang digunakan
adalah:
a. Observasi
Observasi adalah: “Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.”6
Dalam hal ini penulis melakukan observasi dengan cara meneliti
tentang gambaran umum LPQ Masjid Fathullah yang menjadi objek
penelitian.
b. Test
Yaitu penulis melakukan pengetesan langsung selama 3 hari
kepada santri-santri LPQ Masjid Fathullah kelas Finishing untuk
mengetahui kemampuan dan kualitas mereka dalam membaca Al-Qur’an.
5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. 26, h. 168.
52
c. Wawancara (Interview)
Interview adalah: ”Suatu teknik yang menghendaki komunikasi
langsung antara penyelidik dengan subjek atau sampel.”7 Dalam
pelaksanaan interview, penulis berbincang-bincang dengan pengelola,
kepala sekolah, tata usaha (TU), dan salah satu guru atau wali kelas LPQ
Masjid Fathullah.
Dalam penelitian, penulis melakukan wawancara terpimpin, yaitu
pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.
d. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data
tentang administrasi, data guru, data santri, seta pembelajaran Al-Qur’an di
LPQ Masjid Fathullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Komplek UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Teknik dokumentasi digunakan pula untuk
memperoleh data yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti
atau yang dibahas. Dokumentasi yang digunakan peneliti berupa arsip
(data guru, data santri, dan data LPQ Masjid Fathullah), raport siswa, dan
foto kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
e. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan yang paling penting dalam
pengumpulan data pada penelitian kualitatif. Sebelum menyusun catatan
lapangan yang lengkap, peneliti menggunakan abstraksi berupa coretan
yang berisi inti dari pengamatan dan hasil wawancara ketika di lapangan.
Penyusunan catatan lapangan dilakukan secara langsung setelah peneliti
selesai pengamatan atau wawancara agar tidak lupa dan tercampur dengan
informasi yang lain.
7 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik ,
(Bandung, Tarsito, 1998), Cet. 8, h. 174
53
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
“Menurut Potton dan Biklen dalam buku Moleong yang berjudul
penelitian kualitatif, analisis data kualitatif”8, adalah upaya yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan adanya
data, hasil penelitian dapat digunakan sebagai suatu informasi baru yang
mempunyai sifat ilmiah.
Sedangkan “analisa adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.”9 Adapun data adalah
keterangan yang benar dan nyata yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, Test, dokumentasi, ataupun catatan lapangan.
Dengan demikian analisa data adalah penyelidikan atau pengolahan
data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya, berdasarkan
bukti nyata yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan berdasarkan masalah
yang sedang diuji.
Tahapan analisis data yang digunakan didasari oleh pendapat Milles
dan Hubberman, yaitu redaksi data, dan penarikan kesimpulan. Proses
analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, kemudian
data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas dirubah
menjadi kalimat-kalimat bermakna dan ilmiah.
Analisa data akan dilakukan melalui proses klasifikasi
(mengelompokan jawaban-jawaban dari responden). Proses kategorisasi
pengelompokan jawaban berdasarkan aspek-aspek masalah. Proses
interpretasi data dengan cara mencari persamaan dan perbedaan yang
mengacu kepada kerangka berfikir.
Untuk mengolah data, agar mendapatkan hasil yang komparatif,
penulis menganalisa dokumen-dokumen prestasi santri di LPQ Masjid
Fathullah, melihat hasil test sanri, melakukan analisa hasil observasi dan hasil
8 DR. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,…, h. 248
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 37.
54
wawancara yang mengacu kepada indkator-indikator efektivitas pembelajaran
Al-Qur’an dengan menggunakan Metode Qiraati kemudian ditarik
kesimpulan. Sebagaimana bagan di bawah ini:
1. Fokus masalah
2. Indikator
3. Efektivitas
4. Pengamatan
5. Test dan
6. Bukti analisis kesimpulan wawancara
Penganalisaan hasil wawancara, observasi dan test, serta cacatatan
lapangan bertujuan untuk mengungkapkan dua hal:
1. Profil Lembaga
2. Efektivitas penggunaan Metode Qiraati
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum LPQ Masjid Fathullah
1. Sejarah Berdirinya
LPQ Masjid Fathullah merupakan pengembangan Taman Pendidikan
Al-Qur‟an (TPQ) yang berawal dari sebuah pengajian biasa yang dipelopori
oleh Alm. Bapak Drs. H. Muallimi, MA dan kawan-kawan, kemudian
dikembangkan oleh Bapak Drs. Bahroin Suryantara dan kawan-kawan dari
senat Fakultas Tarbiyah.
Berawal dari mengadakan pelatihan calon guru dan pengelola
TKQ/TPQ tahun 1992, yang kemudian untuk menindaklanjuti hal tersebut,
maka didirikan TKQ/TPQ Masjid Fathullah yang kemudian dikukuhkan oleh
LPPTKA-BKPRMI DKI JAYA dengan nomer unit 555 pada tanggal 7
Februari 1996.
Lalu berdasarkan rapat kerja tahunan periode 2004-2006 di Jombang
Jawa Timur, nama TKQ/TPQ Masjid Fathullah unit 555, berubah nama
menjadi LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Seiring dengan perubahan nama dari TPQ menjadi LPQ, berubah pula
metode yang dipakai oleh LPQ Masjid Fathullah yang awalnya menggunakan
metode Iqra kemudian pada tahun 2005 metode pembelajaran di LPQ Masjid
Fathullah berganti menjadi Metode Qiraati yang sekaligus sebagai kurikulum
dalam program pembelajaran.
Kini 14 tahun sudah LPQ Masjid Fathullah terus berhias
meningkatkan kualitas pengajaran baca-tulis Al-Qur‟an. Salah satu
pembenahan dan pengembangan yang dilakukan adalah perubahan dari
TKQ/TPQ menjadi LPQ, diharapkan LPQ tidak hanya dimonopoli peserta
56
didik dari usia pra TK, TK, dan SD saja, melainkan lebih meningkatkan pada
usia remaja dan dewasapun dapat menikmati asyiknya menimba ilmu baca
Al-Qur‟an dengan baik dan benar di LPQ Masjid Fathullah.
2. Visi, Misi, dan Moto
Dalam suatu Lembaga Pendidikan, tentunya mempunyai Visi, Misi,
dan Moto, tidak terkecuali LPQ Masjid Fathullah yang mempunyai Visi,
Misi, dan Moto sebagai berikut:
a. Visi
1) Menyiapkan generasi Qur‟ani
2) Mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan Al-Qur‟an bagi anak, remaja, dan
dewasa.
2) Dakwah sosial melalui kegiatan sosial keagamaan.
3) Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam usaha
meningkatkan pendidikan dan kegiatan sosial keagamaan.
4) Mengadakan unit usaha profid maupun non profid yang sah.
5) Mengadakan privat, pelatihan, dan pebinaan Al-Qur‟an.
6) Mengadakan penelitian-penelitan yang berhubungan dengan
perkembangan anak dan remaja dalam usaha pendidikan.
7) Membantu badan pengurus Masjid Fathullah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat
melalui pendidikan Al-Qur‟an.
8) Memberantas buta huruf Al-Qur‟an dan mencetak generasi
Qur‟ani yang mampu membaca Al-Qur‟an secara Mujawwad dan
Murattal.
c. Moto
1) “Jangan wariskan bacaan Al-Qur‟an yang salah, karena yang
benar itu mudah”
2) “Menuju Qiraat Mujawwad-Murattal”
57
3. Letak Geografis
Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an Masjid Fathullah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta bertempat di lantai dua Masjid Fathullah dan
beralamatkan di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan.
Telepon: 021 74711728, 0815 1444 5828
4. Keadaan Guru dan Murid
Guru mempunyai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan,
selain sebagai seorang pendidik, guru mempunyai peran sebagai fasilitator
dan motivator serta orang yang mempunyai tanggung jawab dalam
pelaksanaan dan ketercapaian tujuan pendidikan.
Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an Masjid Fathullah mempunyai tenaga
pengajar berjumlah 9 orang dan 1 orang tata usaha dengan data sebagaimana
tabel di bawah ini:
TABEL 2
DATA GURU LPQ MASJID FATHULLAH
NO NAMA GURU JABATAN KELAS
1. Abdul Mufid Wali kelas Qiraati 5
2. Abdullah Hadlir Pengelola&Wali kelas Tadarus
3. Agung Hidayat Wali kelas Qiraati 1
4. Saeful Mu‟min Kepala lembaga&Wali
kelas Qiraati juz 27&6
5. Zulfatul „Ulumiyyah Wali kelas Pra Qiraati B
6. Shufairok Wali kelas Qiraati 3
7. Roghibah Wali kelas Qiraati 4
8. Siti Rasyidah Wali kelas Pra Qiraati A
9. Rahma Wali kelas Qiraati 2
10. Rini Agustini Tata Usaha -
58
Guru atau dewan asatidz/ah di LPQ Masjid Fathullah harus
mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, dengan mengikuti
pembinaan dan tashih billisan yang diadakan oleh kordinator Qiraati
tashih JABODETABEKA.
2. Mengikuti metodologi yang dilaksanakan oleh kordinator Metodologi
JABODETABEKA.
3. Mengikuti PPL.
4. diharuskan mengikuti MMQ yang diadakan oleh Lembaga, Kecamatan,
dan JABODETABEKA.
Santri LPQ Masjid Fathullah dari tahun ke tahun mengalami
perubahan, hal ini dikarenakan banyaknya santri yang keluar dan masuk.
Adapun jumlah santri LPQ Masjid Fathullah pada tahun ajaran
2010/2011 tercatat secara keseluruhan berjumlah 104, namun yang aktif hadir
mengikuti kegiatan pembelajaran ± 80 santri, untuk lebih jelasnya lihat tabel
di bawah ini:
TABEL 3
DATA SANTRI LPQ MASJID FATHULLAH
NO KELAS JUMLAH
1. Pra Qiraati A dan B 21
2. Qiraati 1 8
3. Qiraati 2 22
4. Qiraati 3 19
5. Qiraati 4 8
6. Qiraati 5 7
7. Juz 27 7
8. Qiraati 6 3
9. Tadarus (Al-Qur‟an) 4
10. Tadarus Gharib-Tajwid/Finishing 5
Jumlah Keseluruhan 104
59
5. Sarana dan Prasarana
Dalam institusi pendidikan baik formal maupun non formal, sarana
dan prasarana merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting sebagai
penunjang dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga tujuan
pendidikan akan tercapai.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di LPQ Masjid Fathullah
adalah sebagai berikut:
TABEL 4
SARANA DAN PRASARANA LPQ MASJID FATHULLAH
Sarana dan Prasarana Jumlah
Kantor
Meja
Peraga Qiraati
Komputer
TV
Papan tulis
Stik penunjuk
Ruang kelas
Buku Qiraati
Absen santri
Telepon
1 buah
100 buah
11 buah
1 buah
1 buah
8 buah
4 buah
9 buah
Tidak terhitung
10 buah
1 buah
6. Kegiatan Belajar Mengajar
Proses pembelajaran merupakan salah satu proses pentransferan ilmu
dari seorang guru kepada murid atau santri. Kegiatan belajar mengajar di
LPQ Masjid Fathullah 100 % mengacu pada kurikulum Metode Qiraati dan
waktu kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin sampai Jum‟at
pukul 15.30–17.10. Materi yang diterapkan adalah materi yang berkaitan
dengan bacaan Al-Qur‟an dengan berpedoman pada buku Qiraati, peraga
60
Qiraati, Al-Qur‟an, Gharib dan Tajwid. Selain itu materi tambahan yang
diajarakan adalah surat-surat pendek (ad-Dhuha–an-Nash), doa-doa harian,
dan bacaan dan praktek shalat.
Waktu kegiatan belajar mengajar adalah 1 jam 40 menit, adapun peta
pendidikan LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai berikut:
TABEL 5
PETA PENDIDIKAN LPQ MASJID FATHULLAH
* Keterangan
Jadwal materi tambahan sebagai berikut:
o Hari Senin = Doa-doa Harian
o Hari Selasa = Surat-surat Pendek
o Hari Rabu = Doa-doa dalam Shalat dan Praktek Ibadah
o Hari Kamis = Doa-doa Harian
o Hari Jum‟at = Surat-surat Pendek
Peta pendidikan di LPQ Masjid Fathullah merupakan kegiatan yang
mengacu pada kurikulum Metode Qiraati, oleh karenanya kegiatan tersebut di
atas dilaksaanakan setiap kegiatan pembebelajaran.
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
15.30 – 15.40 Jama‟ah shalat
ashar Semua santri dan bertempat di aula
15.40 – 16.00 Klasikal besar Semua santri dan bertempat di aula,
membaca materi-materi tambahan*
16.00 – 16.15 Klasikal awal Membaca peraga secara bersama-sama
16.15 – 16.45 Privat Membaca buku sacara individu
16.45 – 17.00 Klasikal akhir Membaca peraga secara bersama-sama
17.00 – 17.10 Materi
tambahan Individual/Satu per satu+doa penutup
61
7. Struktur Organisasi LPQ Masjid Fathullah
Sebagai suatu lembaga, tentunya LPQ Masjid Fathullah
mempunyai struktur organisasi. Adapun struktur organisasi LPQ Masjid
Fathullah adalah sebagai berikut:
STRUKTUR LEMBAGA PENDIDIKAN AL-QUR’AN (LPQ)
MASJID FATHULLAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERIODE 2010/ 2011
Pra
A & B
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.5 Q.6 AL-QUR’AN Tadarus-Gharib-Tajwid-Finishing
WAKIL KEPALA Usth. Siti Rasyidah
POS (Persatuan Orang Tua Santri )
PENGELOLA Abdullah Hadlir, S. Th.I
Salman Al-Farisi, S. Th.I
KEPALA LEMBAGA Ust. Saeful Mu’min
TATA USAHA Rini Agustini
DEWAN PEMBINA Ketua IV Kordinator Bidang Kelembagaan,
Pendidikan, dan Sosial (Dr. Hj. Isnawati Rais, MA)
Sesepuh LPQ Masjid Fathullah Kak Abah Suryantara Ibu Siti Amyani
Bpk Abdul Wahid Basyir
PELINDUNG Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
PENANGGUNG JAWAB Badan Pengurus Masjid Fathullah (Bpk. Prof. Dr. Abdul Aziz Dachlan )
Kordinator Qiraati Wilayah Jakarta
(Kyai Drs. Abu Bakar Dachlan Zarkasyi )
62
B. Analisis Hasil Penelitian
Pada bab III sudah dijelaskan bahwa dalam pencarian data penulis
menggunakan beberapa teknik, yaitu: observasi, test, wawancara,
dokumentasi, dan catatan lapangan. Adapun hasil dari penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Melalui Observasi
Untuk mengetahui efektivitas Metode Qiraati yang berpengaruh
terhadap kemampuan santri LPQ Masjid Fathullah dalam membaca Al-
Qur‟an, penulis melakukan observasi dengan berpedoman pada indikator.
Adapun hasil dari observasi yang penulis lakukan adalah sebagai
berikut:
a. Pada Indikator A, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh
Guru.
Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru di LPQ Masjid
Fathullah secara garis besar sudah tercapai, hal ini dapat dibuktikan dari
kemampuan guru dalam mengkondisikan santri baik ketika kegiatan
shalat ashar berjama‟ah, klasikal besar, dan kegiatan di kelas walaupun
ada beberapa murid yang bermain dan berlari-larian, hal itu wajar karena
secara psikologi anak usia TK dan SD cenderung suka bermain dengan
teman, namun guru selalu mengingatkan santrinya dengan menegur atau
memberikan nasihat agar anak berhenti bermain dan berlari-larian.
Demikain pula kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah
sudah terlaksana sesuai dengan program pembelajaran, hal tersebut dapat
dibuktikan mulai dari kegiatan shalat berjama‟ah yang sudah berjalan
dengan baik walaupun ada beberapa santri dan guru yang tidak mengikuti
kegiatan tersebut.
Dalam kegiatan klasikal besar, guru mampu mengkondisikan
santri dengan baik, hal ini dapat dibuktikan hampir semua santri
mengikuti intrupsi dari guru dalam membaca materi klasikal dengan
kompak dan antusias walaupun ada salah satu santri yang tidak ikut
membaca, namun guru yang berada pada posisi paling dekat selalu
63
mengingatkan agar tidak bercanda dan menyuruhnya untuk ikut
membaca.
Pada kegiatan di kelas guru berhasil melaksanakan program
pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan
keterlaksanaan kegiatan klasikal awal, individual, dan klasikal akhir,
serta hafalan dan ricek materi tambahan yang sudah terlaksana dengan
baik dan sesuai dengan program pendidikan.
b. Pada Indikator B, Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan
Kurikulum.
Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid
Fathullah sudah sesuai dengan kurikulum Metode Qiraati, hal ini dapat
dilihat pada saat kegiatan klasikal besar yang sudah terlaksana dengan
baik walupun dilihat dari waktu tidak sesuai dengan program
pembelajaran yang harusnya dilaksanakan selama 30 menit, sedangkan
pelaksanaan di LPQ Masjid Fathullah 20 menit karena 10 menit sebelum
klasikal besar digunakan untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah.
Dalam kegiatan di kelas, guru sudah melaksanakan program
pembelajaran sesuai dengan kurikulum, hal ini dibuktikan sebagian besar
guru menerapkan sistem 15 menit pertama klasikal peraga awal, 30 menit
individual, 15 menit akhir klasikal peraga akhir, dan 10 menit terakhir
digunakan untuk menghafal/mericek kembali hafalan materi
penunjang/tambahan. Namun pada kelas Al-Qur‟an, klasikal peraga akhir
tidak digunakan dikarenakan kelas Al-Qur‟an dipegang oleh 1 guru,
sehingga kelompok tadarus Al-Qur‟an dipulangkan lebih awal, sementara
kelas Al-Qur‟an tajwid/finishing pulangnya lebih akhir karena mereka
harus hafalan dan mericek kembali materi gharib, tajwid, dan materi
tambahan.
64
c. Pada Indikator C, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh
Siswa.
Secara umum keterlaksanaan program pembelajaran siswa/santri
LPQ Masjid Fathullah sudah terlaksana, hal ini dapat dibuktikan dari
keikutsertaan mereka dalam mengukuti kegiatan pembelajaran sesuai
dengan program yang sudah ditetapkan. Santri mengikuti kegiatan shalat
berjama‟ah walaupun tidak semua santri mengikutinya dikarenakan ada
yang sudah shalat dan ada yang belum hadir ke aula LPQ, namun ketika
kegiatan klasikal besar sudah terlihat keikutsertaan santri mengikuti
program pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari jumlah santri saat
kegiatan klasikal yang mencapai 80 % yang mengikuti klasikal dengan
kompak dan semangat.
Demikian juga kegiatan di kelas, hampir semua santri mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dari
keikutsertaan mereka membaca peraga pada klasikal awal, baca buku
Qiraati secara individual, dan hafalan/ricek materi tambahan sebelum
pulang dan ditutup dengan doa.
d. Pada Indikator D, Interaksi Antara Guru dan Siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran tentunya harus ada interaksi antara
guru dan siswa/santri. Di LPQ Masjid Fathullah dalam kegiatan
pembelajaran sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan santri, hal
ini dapat dibuktikan dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti kegiatan
klasikal besar, yaitu guru memberikan aba-aba dan semua santri
mengikuti aba-aba dari guru secara kompak dan bersama-sama.
Interaksi antara guru dengan santri juga dapat dilihat di kelas, hal
ini dapat dibuktikan pada saat mereka mengikuti kegiatan klasikal awal
dengan menggunakan peraga, yaitu guru mencontohkan materi inti yang
ada di halaman peraga, sementara anak memperhatikan dan
mencontohkan bacaan guru, kemudian guru memberikan aba-aba dengan
stik penunjuk dan anak-anak langsung membaca secara kompak dengan
65
bacaaan cepat, tepat, lancar, dan benar, namun sesekali guru
membenarkan bacaan anak yang salah dan anak disuruh membaca
kembali sampai benar, hal ini juga dilakukan pada kegiatan klasikal
akhir.
Pada kegiatan individual juga terjadi interaksi antara guru dan
santri, hal ini dapat dibuktikan setelah kegiatan klasikal awal guru
menyuruh santri menulis/menggambar/membaca buku Qiraati sendiri,
sementara salah satu dari mereka maju ke hadapan guru untuk membaca
buku qiraati secara bergantian.
Demikian pula pada saat kegiatan hafalan/ricek materi penunjang,
satu persatu santri setoran hafalan kepada guru dan gurupun memberikan
arahan dan membenarkan bacaan santri yang lupa atau salah, kemudian
menutup kegiatan belajar mengajar dengan membaca doa secara
bersama-sama.
e. Pada Indikator E, Keikutsertaan Siswa dalam Proses Pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran terlihat keikutsertaan santri, hal ini
dapat dibuktikan pada saat mengikuti kegiatan klasikal besar sebagian
besar dari mereka mengikutinya dengan baik dari awal sampai akhir.
Demikian pula kegiatan di kelas, hampir semua santri mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan tertib, walaupun ada beberapa santri yang
terkadang bermain atau lari-larian, hal tersebut wajar karena secara
psikologi anak usia TK/SD cenderung suka bermain, namun guru selalu
menegur dan memberikan arahan atau nasehat agar santri tidak bermain-
main.
f. Pada Indikator F, Motivasi Siswa Meningkat.
Setelah mengkuti kegitan belajar mengajar, terlihat peningkatan
motivasi siswa walaupun tidak secara signifikan, hal ini dapat dibuktikan
pada saat guru mengajar, guru selalu memberikan motivasi dengan
memberikan nasihat pada akhir kegiatan pembelajaran.
66
g. Pada Indikator G, Keterampilan dan Kemampuan Guru dalam
Menyampaikan Materi.
Keterampilan guru terlihat mulai dari kegiatan klasikal besar, hal
ini dapat dibuktikan ketika guru mampu mengkondisikan santri dan
sesekali diselingi dengan kata-kata yang membuat santri senang dan
termotivasi, dan terkadang guru memberikan penghargaan dengan
ucapan “kompak/bagus”, namun guru tidak bosan-bosannya
mengingatkan kepada santri yang tidak mengikuti kegiatan klasikal agar
mereka bersama-sama mengikuti kegiatan tersebut.
Demikian pula pada saat kegiatan di kelas, keterampilan guru
terlihat pada saat mengkondisikan santri selama 2 menit, setelah santri
sudah terkondisikan guru langsung membuka kegiatan belajar mengajar
dengan membaca surat alfatihah secara bersama-sama kemudian
dilanjutkan pembelajaran dengan menggunakan peraga.
Keterampilan guru juga dapat dilihat pada saat mereka
mengajarkan materi peraga. disaat guru menunjuk materi yang ada di
peraga dengan menggunakan stik penunjuk dan anak-anak membaca
secara klasikal, guru selalu memberikan penghargaan kepada santri
dengan ucapan “bagus/kompak”, namun pada saat bacaan santri salah
atau kurang sempurna, guru membenarkan dengan kata-kata
“ulangi/sempurnakan/baca sekali lagi”. Terkadang guru juga menyuruh
salah satu santri membaca materi peraga, sementara santri yang lain
disuruh menyimak dan membenarkan bacaan yang salah.
2. Melalui Test
Dalam pelaksanaan test yang penulis lakukan yaitu dengan menyuruh
santri kelas finishing membaca Al-Qur‟an surat al-Mu‟minun, masing-masing
anak membaca 5 ayat, adapun media atau alat yang penulis pakai dalam
melakukan test yaitu melalui rekaman dengan menggunakan vidio kamera
digital, hal ini untuk mempermudah peneliti sekaligus sebagai bukti dan
sampel kualitas membaca Al-Qur‟an di LPQ Masjid Fathullah.
67
Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
TABEL 6
DAFTAR NILAI HASIL TEST BACAAN AL-QUR’AN SANTRI
LPQ MASJID FATHULLAH KELAS FINISHING
Berdasarkan nilai hasil test baca Al-Qur‟an santri LPQ Masjid
Fathullah pada tabel di atas, menggambarkan bahwa kemampuan
fashahah tergolong baik hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata santri
kelas finishing pada materi fashah yang mencapai 79. Adapun
kemampuan materi tartil santri tergolong sangat baik karena nilai rata-
ratanya adalah 81, hal ini mengindikasikan bahwa efektivitas Metode
Qiraati berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur‟an santri
LPQ Masjid Fathullah dengan baik dan benar (Mujawwad-Murattal).
3. Melalui Wawancara (Interview)
Untuk melengkapi data penelitian, penulis melakukan wawancara
dengan 3 orang yang dianggap mewakili LPQ Masjid Fathullah. Adapun
orang-orang yang penulis wawancarai adalah Pengelola, Kepala Lembaga,
Tata Usaha, dan Guru kelas, dengan hasil wawancara sebagai berikut:
No Nama
FASHAHAH TARTIL
Mean
(X) Mura’atul
Huruf
Mura’atul
Harakat
Mura’atus
Shifat Volume
Mura’atut
Tajwid
Mura’atul
Kalimat
Waqaf
-Ibtida
Tanaffu
s
Kela
ncara
n
1. Akmal 85 85 80 85 85 85 85 80 75 83
2. Aulia 70 75 70 80 70 80 80 80 80 77
3. Cira 70 80 70 75 80 80 85 80 85 78
4. Clara 85 80 85 85 80 80 80 80 75 81
5. Naila 85 85 75 65 85 80 85 80 85 81
JUMLAH 405 405 380 390 405 405 415 400 400 400
RATA-
RATA
81 81 76 78 81 81 83 80 80 80
79 81
68
1. Pengelola
LPQ Masjid Fathullah adalah perubahan dari TKA/TPQ yang
dirubah pada tanggal 31 Juli 2005, seiring dengan perubahan TPQ
menjadi LPQ, berubah pula metode yang dipakai LPQ Masjid Fathullah
yang awalnya menggunalan Metode Iqra kemudian berganti dengan
Metode Qiraati sampai sekarang.
LPQ Masjid Fathullah terdiri dari 9 guru (8 sudah bersyahadah
dan 1 belum syahadah), ditambah satu orang sebagai tata usaha (TU).
Usaha yang dilakukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran
di LPQ Masjid Fathullah adalah melakukan pembinaan guru, yaitu
dengan mengikuti MMQ baik tingkat lembaga, kecamatan, maupun
Jabodetabeka, Silaturrahim ke kordinator Qiraati Jabodetabeka (H. Drs.
Abu Bakar Salim Zarkasyi).1
2. Kepala Lembaga
LPQ sudah menggunakan Metode Qiraati selama 5 tahun dan
sudah melaksankan Khatmul Qur‟an santri (Wisuda) sebanyak 4 kali.
Kesulitan yang sering dihadapi oleh guru adalah ketika
mengkondisikan anak-anak pada saat klasikal besar, mengkondisikan
anak saat di kelas, pembelajaran dengan mengunakan alat peraga.
Kesulitan tersebut dihadapi oleh seorang guru ketika dia tidak menguasai
metodologi dan tidak memahami psikologi anak.2
3. Wali Kelas
Secara garis besar penerapan Metode Qiraati sudah cukup efektif,
hal ini dapat dilihat dari penerapan kurikulum yang dipakai oleh guru
dengan baik dari awal sampai kegiatan pembelajaran sampai akhir.
Kendala yang sering terjadi di LPQ Masjid Fathullah yaitu
berkaitan dengan masalah kedisiplinan (guru/santri tidak hadir atau
1 Abdullah, Hadlir, Wawancara, Jakarta, 18 November 2010
2 Saeful, Mu‟min, Wawancara, Jakarta, 10 November 2010
69
datang terlambat), guru tidak menguasai metodologi dan psikologi anak,
karismatik guru kurang terlihat dimata santri dikarenakan sebagian besar
guru LPQ Masjid Fathullah berstatus sebagai mahasiswa.
Adapun Persiapan yang dilakukan guru LPQ Masjid Fathullah
adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui Visi Misi kelas (target perkelas), dan mengetahui serta
menguasai materi kelas.
2) Persiapan harian, meliputi: mengetahui kemampuan anak dan
efektivitas waktu.
Materi yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah 100% sesuai
dengan apa yang ada dalam kurikulum Metode Qiraati.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan santri selalu
menggunakan alat bantu. Alat yang di pakai guru dalam mengajar adalah:
Peraga Qiraati, Stik penunjuk, Papan tulis, Absensi, Buku Qiraati, Buku
materi tabahan, Spidol, Penghapus. Sedangkan alat yang dipakai santri
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah: Buku Qiraati, Materi
tamabahan, Buku prestasi, dan Buku tulis.3
4. Melalui Dokumentasi
Pencarian data melalui teknik dokumentasi yang penulis lakukan
melalui beberapa cara, yaitu sebagi berikut:
a. Administrasi, Data Guru dan Santri
Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an Masjid Fathullah mempunyai
tenaga pengajar berjumlah 9 orang dan 1 orang tata usaha dengan data
sebagaimana terlampir.
Adapun Santri LPQ Masjid Fathullah tahun ajaran 2010/2011
tercatat secara keseluruhan berjumlah 104, namun yang aktif hadir ± 80
santri.
3 Sufairok, Wawancara, Jakarta, 19 November 2010
70
b. Pelaksanaan Pembelajaran Metode Qiraati di LPQ Masjid
Fathullah
1) Klasikal
Kegiatan klasikal dibedakan menjadi 2, yaitu klasikal besar dan
klasikal individual.
a) Klasikal Besar
Sebelum santri atau peserta didik masuk ke dalam kelasnya
masing-masing, mereka berkumpul di aula atau diluar kelas untuk
membaca doa kemudian dilanjutkan dengan membaca materi penunjang
sesuai dengan jadwal. Hal ini dilaksanakan selama ± 30 menit.
Adapun materi penunjang yang dibaca pada kegiatan klasikal
besar adalah surat-surat pendek (adhuha s/d an-Nash), doa-doa harian
(dari bangun tidur sampai tidur kembali), dan bacaan sekitar shalat.
b) Klasikal Peraga
Klasikal peraga ialah pembelajaran Al-Qur‟an yang
dilaksanakan di kelas dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru
menerangkan materi pokok yang berada di dalam alat perega kemudian
santri membaca secara bersama-sama, sewaktu-waktu guru menyuruh
salah satu santri untuk membaca sendiri sementara santri yang lain
menyimak dan mengoreksi.
2) Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Setelah kegiatan klasikal besar selesai, semua murid masuk ke
kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas selama ± 30 menit dengan sistem pembelajaran sebagai berikut:
a) Klasikal peraga awal (15 Menit Pertama)
Pada kegiatan ini, seorang guru mengajarkan kepada santri
dengan menggunakan alat peraga dengan cara guru menerangkan dan
memberikan contoh pokok bahasan yang bergaris bawah yang berada di
peraga tanpa dieja kemudian anak mengikutinya, setelah itu anak
membaca materi yang ada di bawah pokok bahasan secara bersama-sama
71
dan sewaktu-waktu guru menunjuk salah satu murid untuk membaca
sendiri sementara yang lainnya memperhatikan bacaan dari temannya
dengan cara tidak dituntun (daktun).
b) Individual (30 Menit)
Kegiatan individual dilaksanakan setelah para santri belajar
dengan menggunakan alat peraga. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu, santri
membaca jilid/ buku Qiraati di depan guru secara bergantian sementara
yang lainnya diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang
akan dibaca di depan guru sebagai persiapan.
c) Klasikal Peraga Akhir (15 Menit Akhir)
Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang
kedua kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan
klasikal peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman
peraga. Kalau pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi
peraga dari halaman pertama sampai terakhir (± lima halaman),
sedangkan pada pelaksanaan klasikal peraga akhir, pengajaran Al-Qur‟an
dengan peraga dari halaman terakhir sampai awal sesuai dengan materi
peraga yang dibaca pada klasikal peraga awal.
Adapun inti dari pembelajaran Al-Qur‟an Metode Qiraati adalah
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat
efektif karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih
semangat belajar sebab dituntut untuk membaca secara
serempak/bersama-sama, kemudian pada saat guru menunjuk salah satu
santri untuk membaca peraga, secara tidak langsung guru melatih agar
anak mempunyai sifat pemberani untuk membaca sendiri sementara guru
dan murid yang lainnya mendengarkan dan mengoreksi bacaannya.
5. Melalui Catatan Lapangan
Dari Hasil penelitian melalui catatan lapangan dapat diidentifikasi
bahwa program pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah yang berpedoman
pada kurikulum Metode Qiraati, secara garis besar sudah terlaksana, namun
72
ada 2 kelas yang belum menerapkan program pembelajaran secara
keseluruhan, yaitu kelas Al-Qur‟an dan kelas Pra Qiraati. Pada kelas Al-
Qur‟an pembacaan peraga yang harusnya dilakukan 2 kali yaitu pada 15
menit awal dan 15 menit akhir, di LPQ Masjid Fathullah hanya dilaksanakan
satu kali hal ini mengingat banyaknya jumlah kelompok santri pada kelas Al-
Qur‟an, sementara gurunya hanya satu. Pada kelas Pra Qiraatipun demikian,
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga hanya dilaksanakan satu kali
dengan alasan santri kelas Pra Qiraati masih sangat kecil antara usia 3-4 tahun
yang secara psikologi anak seusia itu cenderung bosan dan suka bermain.
Dalam pelaksanaan shalat ashar berjama‟ah, tidak semua guru dan
santri mengikutinya dikarenkan keterlambatan atau sudah melakukan shalat
duluan, hal ini menunjukan tidak semua guru dan santri mengikuti kegiatan
pembelajaran yang sudah ditetapkan di LPQ Masjid Fathullah.
Dalam kegiatan pembelajaranpun terkadang ada santri yang lari-larian
atau bercanda, walaupun guru meberikan teguran atau nasihat namun santri
enggan mengikuti apa yang diperintahkan guru, hal ini menunjukan ada
beberapa guru yang kurang bahkan tidak memahami psikologi anak.
Adapun dalam membaca materi penunjang pada saat klasikal besar
dan pembelajaran dengan peraga, santri terlihat sangat antusias dan semangat,
hal ini menunjukan bahwa guru mampu mengkondisikan dan menerepkan
program pembelajaran dengan baik.
C. Usaha Peningkatan LPQ Masjid Fathullah
Dalam usaha meningkatkan kualitas lembaga, LPQ Masjid Fathullah
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Menyediakan Guru yang Profesional
Untuk membentuk guru yang profesional, LPQ Masjid Fathullah
mengadakan kegiatan-kegitan, sebagai berikut:
a. MMQ (Majelis Mu‟alimil Qur‟an) baik tingkat lembaga, Korcam,
maupun JABODETABEKA.
b. Khataman Al-Qur‟an yang diadakan setiap 1 minggu sekali.
73
c. Mengadakan pembinaan metodologi qiraati.
d. Mengadakan pengajian sore dalam bentuk kajian sesuai bidang
keilmuan.
2. Kegiatan di Luar Pembelajaran
Kegiatan diluar pembelajaran merupakan kegiatan yang disepakati
bersama oleh pengelola dan guru LPQ Masjid Fathullah berdasarkan
keputusan rapat. Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan MMQ lembaga yang diadakan 1 minggu sekali.
b. Mengadakan kegiatan evaluasi mingguan, bulanan, dan semester.
c. Membuka pengajian Qiraati untuk remaja dan mahasiswa.
d. Mengadakan kegiatan peringatan hari besar islam (PHBI), dan
peringatan hari besar nasional (PHBN).
e. Mengadakan kegiatan Pesanteren kilat/Quantum Kids setiap awal
bulan Ramadhan.
f. Setiap 1 tahun sekali belajar di luar kelas
g. Bersilaturrahmi ke sesepuh LPQ Masjid Fathullah dan koordinator
Qiraati.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang efektivitas penggunaan Metode Qiraati
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar di LPQ
Masjid Fathullah, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah
mengacu pada kurikulum qiraati, di mulai dari jam 15.30-17.10 dengan
pebagian waktu sebagai berikut:
a. Pukul 15.30-15.40 : Pelaksanaan shalat ashar berjama’ah.
b. Pukul 15.40-16.00 : Pelaksanaan klasikal besar di aula TPQ.
c. Pukul 16.00-17.00 : Kegiatan di kelas, yaitu pelaksanaan klasikal awal,
baca buku/jilid qiraati secara individual, dan klasikal akhir.
d. Pukul 17.00-17.10 : Hafalan dan ricek materi penunjang/tambahan dan
membaca doa penutup secara bersama-sama.
2. Kegiatan pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan Metode Qiraati di
LPQ Masjid Fathullah, tergolong sangat efektif karena guru mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum secara baik
dari awal kegiatan pembelajaran dilaksanakan sampai akhir, walaupun ada
beberapa kelas yang belum dapat terkondisikan dikarenakan guru kurang
menguasai metodologi pembelajaran dan kurang memahami psikologi
anak. Selain itu, dalam hal kedisiplinan juga perlu ditingkatkan agar tujuan
pembelajaran tercapai sesuai dengan program yang telah tetapkan.
3. Kemampuan membaca Al-Qur’an santri LPQ Masjid Fathullah terutama
kelas finishing tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil tes
baca Al-Qur’an kelas finishing yang mencapai nilai rata-rata fashohah
75
mencapai 79, dan nilai tajwid 81. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan bacaan Al-Qur’an santri LPQ Masjid Fathullah terutama kelas
finishing tergolong baik, namun peningkatan kualitas pembelajaran
kiranya perlu ditingkatkan lagi, supaya kualitas membaca Al-Qur’an santri
LPQ Masjid Fathullah lebih baik.
B. Saran
1. Bagi Pengelola, hendaknya lebih meningkatkan mutu pendidikan melalui
peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu melalui kegiatan
pembinaan guru, pelatihan, serta piningkatan dalam hal sarana dan
prasarana supaya kegiatan pembelajaran lebih baik serta tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai program yang sudah direncanakan.
2. Bagi Kepala Lembaga, hendaknya lebih meningkatkan kedisiplinan guru
serta menfasilitasi dalam mengikuti pembinann, penyuluhan atau traning-
training, agar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru lebih
menguasai metodologi dan psikologi anak.
3. Bagi masyarakat, terutama wali santri hendaknya memberikan dukungan
baik moril maupun materil terhadap eksistensi Lembaga Pendidikan Al-
Qur’an dan memberikan motivasi kepada anaknya dalam belajar membaca
Al-Qur’an.
4. Bagi Lembaga, baik formal maupun non formal yang mengajarkan
pembelajaran Al-Qur’an, hendaknya lebih selektif dalam pemilihan
metode pembelajaran Al-Qur’an, karena pemilihan metode akan
berpengaruh terhadap kualitas membaca Al-Qur’an anak.
5. Kepada para Guru Al-Qur’an, hendaknya mengikuti pelatihan-pelatihan
yang berkaitan dengan pengajaran anak agar kualitas dalam pengajaran
lebih baik serta mempu memahami psikologi anak.
6. Bagi para santri yang sedang belajar membaca Al-Qur’an baik di Lembaga
Pendidikan formal maupun non formal hendaknya lebih tekun lagi dalam
belajar membaca Al-Qur’an agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar (Mujawwad-Murattal) sebagai bekal di masa depan.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pedoman Wawancara Pengelola
2. Daftar Pedoman Wawancara Kepala Lembaga
3. Daftar Pedoman Wawancara Wali Kelas Qiraati 3
4. Berita Hasil Wawancara Pengelola
5. Berita Hasil Wawancara Kepala Lembaga
6. Berita Wawancara Wali Kelas Qiraati 3
7. Berita Hasil Tes Baca Al-Qur’an Kelas Finishing
8. Berita Hasil Observasi di LPQ Masjid Fathullah
9. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Skripsi
10. Surat Keterangan Izin Penelitian
11. Surat Keterangan Riset/Wawancara
12. Surat Keterangan Penelitian dari LPQ Masjid Fathullah
13. Pengesahan Panitia Ujian
DAFTAR PUSTAKA
Abdurohim, Acep Lim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV Penerbit
Diponogoro, 2007
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997.
Ahsin, W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996.
Artmanda, Frista W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Lintas Media
Jombang, t.t.
Aziz, Abdul dan Rauf, Abdul, Pedoman Tahsin Al-Qur’an, Jakarta: Dzilal Press,
1997.
Dachlan, Abu Bakar, Pak Dahlan Pembaharu dan Bapak Al-Qur’an, Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, t.t.
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Semarang, 1988.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002.
Hadhiri, Choirudin, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani
Press, 2003.
Hadlir, Abdullah, Wawancara, Jakarta, 18 November 2010
Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan-kh-dachlan-salim-zarkasyi/
http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.html.
Mahyudi, Syaifullah, Permata Al-Qur’an, Jakarta: CV. Rajawali, 1985.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Mu’min, Saeful, Wawancara, Jakarta, 10 November 2010
Muarif, Hasan dan Ambari, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichthiar Baru, 1996).
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Shihab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, 1996.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Sudjana, Nana, Penilaian Proses Balajar Mengajar, Bandung: PT. Rosda karya,
1991.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Argesindo,
1995.
Sufairok, Wawancara, Jakarta, 19 November 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2010.
Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar Metoda
Teknik, Bandung: Tarsito, 1998.
Susilo Eko, Madya, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Effhar Effset, 1990.
Syarbasyi, Ahmad, Dimensi-dimensi Kesejatian Al-Qur’an, Yogyakarta: Penerbit
Ababil, 1996.
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Da’wah Islamiyah, Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1979.
Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya: Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
www. Sisdiknas. Co. id.
Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, t.t.
Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1990.
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005.
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: t.p, 1983H.
Gambar 1
Kantor LPQ Masjid Fathullah
Gambar 2
Kegiatan Shalat Ashar Berjama’ah
Guru dan Santri LPQ Masjid Fathullah
Gambar 3
Kegitan Klasikal Besar di Aula LPQ Masjid Fathullah
Gambar 4
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Pra Qiraati (Pra TK)
Gambar 5
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 1
Gambar 6
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 2
Gambar 7
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 3
Gambar 8
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 4
Gambar 9
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 5
Gambar 10
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 6 dan Juz 27
Gambar 11
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Tadarus dan Finishing
Gambar 12
Kegiatan Belajar Mengajar Jam Tambahan Kelas Finishing
sebagai persiapan menghadapi Pra TAS dan IMTAS
HASIL OBSERVASI DI LPQ MASJID FATHULLAH
Indikator Aspek Penilaian Tiap Indikator Hasil Observasi
A. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru.
1. Guru dapat mengkondisikan kelas
2. Waktu pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran
3. Guru dapat menyampaikan materi sesuai dengan target pembelajaran
B. Kesesuain proses pembelajaran dengan kurikulum.
1. Materi sesuai dengan kurikulum
2. Program pembelajaran sesuai dengan kurikulum
C. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa.
1. Siswa mampu menerima materi yang disampaikan oleh guru
2. Siswa mampu membaca Al-Qur’an lebih baik dari sebelumnya
3. Siswa mampu menghafal dan mempraktekan materi penunjang
D. Interaksi antara guru dan siswa.
1. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru
2. Guru mencontohkan dan siswa menirukan
3. Siswa mengikuti intrupsi dari guru pada saat pembacaan peraga
E. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.
1. Siswa mengikuti shalat berjamaah
2. Siswa mengikuti klasikal besar
3. Siswa bersama-sama belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan
alat peraga
4. Siswa membaca buku qiraati
F. Motivasi siswa meningkat.
1. Siswa sangat semangat dalam membaca materi penunjang saat klasikal
besar
2. Siswa membaca alat peraga dengan kompak baik secara klasikal maupun
individual
G. Keterampilan dan Kemampuan Guru dalam Menyampaikan Materi.
1. Guru mampu mengkondisikan kelas sebelum kegitan belajar mengajar
dimulai
2. Guru mampu mengkondisikan santri pada saat kegiatan klasikal
3. Guru mampu menyanyikan nyanyian Islami pada saat kegiatan klasikal
HASIL WAWANCARA
Hari/ Tgl : Kamis, 18 November 2010
Interview : Ust. Abdullah Hadlir
Jabatan : Pengelola LPQ Masjid Fathullah
Pokok Pembicaraan:
1. Latar belakang berdirinya
2. Kapan dan siapa pendirinya
3. Keadaan Guru dan Murid
4. Sarana dan prasarana
5. Proses kegiatan belajar mengajar
6. Metode yang digunakan
7. Usaha-usaha peningkatan
Pokok Pertanyaan:
1. Apa latarbelakang berdirinya Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) Masjid
Fathullah?
2. Kapan perubahan TPQ menjadi LPQ?
3. Berapa jumlah Guru dan Santri LPQ Masjid Fathullah pada saat sekarang?
4. Bagaimana tingkatan kelas di LPQ Masjid Fathullah?
5. Materi apa saja yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah?
6. Apa syarat-syarat pengajar di LPQ Masjid Fathullah?
7. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia?
8. Usaha apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
LPQ Masjid Fathullah?
Jawaban
1. LPQ Masjid Fathullah merupakan pengembangan dari Taman Pendidikan Al-
Qur’an (TPQ) yang berawal dari sebuah pengajian biasa yang dipelopori oleh
(alm) Drs. H. Muallimi, M.A. dan kawan-kawan kemudian dikembangkan
oleh bapak. Drs. Bahroin Suryantara dari senat Fakultas Tarbiyah yang
bermula mengadakan pelatihan calon guru dan pengelola TK/ TPQ, yang
kemudian untuk menindaklanjuti hal tersebut maka didirikan TK/ TPQ
Masjid Fathullah yang kemudian dikukuhkan oleh LPPTK-BKPRMI DKI
JAYA dengan nomor unit 555.
Alasan dirubahnya TPQ menjadi LPQ adalah karena Taman Pendidika Al-
Qur’An (TPQ) berorientasi pada pendidikan anak saja, sedangkan Lembaga
Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) orientasinya lebih luas, yaitu anak-anak, remaja,
dan orang tua.
2. Pada tanggal 31 Juli 2005, di rumah Sekna Ramadhan (nama salah satu guru
pada waktu itu) di Jombang, Jawa Timur.
3. Jumlah Guru ada 9, Santri 104, sedangkan santri yang aktif ada ± 80 santri.
4. Tingkatan kelas LPQ Masjid Fathullah sebagai berikut:
a. Qiraati jilid 1-6
b. Tadarrus
c. Gharubul Qur’an
d. Tajwid Qur’an
e. Finishing
5. Materi yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah yaitu berupa paket Qiraati,
yang terdiri dari:
a. Peraga (inti dari pengajaran qiraati)
b. Materi tambahan yang terdiri dari: surat-surat pendek dari ad-Dhuha
sampai an-Nash, doa-doa harian, bacaan sekitar shalat dan praktek shalat.
6. Kantor, ruang kelas, peraga, buku Qiraati, buku materi penunjang, Al-Qur’an,
buku prestasi/ penghubung, papan tulis, peraga, spidol, stik penunjuk, absen
santri, telefon, meja, computer, TV.
7. Usaha yang dilakukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di LPQ
Masjid Fathullah adalah melakukan pembinaan guru, MMQ baik tingkat
lembaga, kecamatan, mapupun Jabodetabeka, silaturrahim ke kordinator
Qiraati JABODETABEKA (H. Drs. Abu Bakar Salim Zarkasyi).
Hari/ Tgl : Rabu, 10 November 2010
Interview : Ust. Saeful Mu’min
Jabatan : Kepala Lembaga
Pokok Pembicaraan
1. Profil kepala lembaga
2. Penerapan metode pembelajaran Al-Qur’an di LPQ Masjid Fathullah
3. Sejarah penerapan Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah
4. Respon awal penerapan Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah
5. Perbedaan Metode Qiraati dengan metode yang lain
6. Kegitan pembelajaran Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah
7. Kesulitan Penerapan metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah
8. Ciri khas Metode Qiraati
9. Syarat guru Qiraati
10. Kelebihan dan Kelemahan metode Qiraati
11. Efektivitas waktu pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah
12. Fungsi metode Qiraati dalam pembelajaran Al-Qur’an
13. Syarat Guru Qiraati
14. Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru Qiraati
Isi Pembicaraan
1. Siapakah nama anda?
2. Sudah berapa tahun anda mengajar di LPQ Masjid Fathullah?
3. Metode apa yang diterapkan di LPQ Masjid Fathullah?
4. Kapan pertama kali LPQ Masjid Fathullah menerapkan Metode Qiraati?
5. Adakah respon dari pihak wali santri saat pertama kali diterapkannya Metode
Qiraati?
6. Bagaimanakah proses pembelajaran Metode Qiraati?
7. Adakah kesulitan dalam menerapkan Metode Qiraati?
8. Adakah perbedaan antara Metode Qiraati dengan metode yang lain?
9. Apa ciri khas dari Metode Qiraati?
10. Apakah Metode Qiraati berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar?
11. Kelemahan dan atau kelebihan apa saja yang dihadapi dalam penerapan
Metode Qiraati?
12. Berapa lama seorang anak menyelesaikan pembelajaran Al-Qur’an dengan
mengunakan Metode Qiraati?
13. Apakah Metode Qiraati mempermudah anak dalam belajar membaca Al-
Quran?
14. Adakah syarat menjadi guru Qiraati?
15. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh guru Qiraati?
Jawaban
1. Saeful Mu’min
2. 4 tahun
3. Metode Qiraati
4. Tahun ajaran 2004-2005, tepatnya ketika dirubahnya TKQ/ TPQ menjadi LPQ
Masjid Fathullah, berubah pula metode pembelajaran yang dipakai LPQ Masjid
Fathullah dari metode Iqra ke metode Qiraati.
5. Banyak santri yang keluar
6. Peta kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah:
a. 30 menit klasikal besar (sesuai jadwal)
b. Jam 4 masuk kelas, Membaca alfatihah untuk pengarang Metode Qiraati
(alm. K.H. Dachlan Salim Zarkasyi)
c. Baca peraga awal (15 menit pertama)
d. Membaca buku/ jilid Qiraati secara individual (30 menit)
e. Membaca peraga akhir (15 menit terakhir)
f. Evaluasi materi penunjang, pemberian nasehat, dan baca doa sebelum
pulang.
7. Pada dasarnya dalam penerapan metode qiraati tidak ada yang sulit, adapan
kesulitan yang terkadang dihadapai oleh guru yaitu pada teknis pelaksanaannya
dalam hal mengkondisikan anak dikarenakan guru kurang menguasai
metodologi dan tidak memahami psikologi anak.
8. Ciri khas Metode Qiraati:
a. Dilihat dari metodologi
b. Buku/ Jilid Qiraati yag tidak diperjual belikan bebas
c. Guru Qiraati harus mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar
(Mujawwad-Murattal), diuji dengan tashih billisan dan bersyahadah.
9. Ya, namun dalam Qiraati seorang anak dikatakan mampu membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar dapat dilihat dari:
a. Hasil tashih, baik tashih korcam maupun JABODETABEKA
b. Khatmul Qur’an/ Wisuda yang diuji oleh perwakilan korcam, kepala
lembaga, guru qiraati, serta disaksikan oleh masyarakat sekitar dan seluruh
wali santri.
c. Kegiatan Khatmul Qur’an merupakan laporan pertanggungjawaban (LPJ)
dari lembaga dan sosialisasi lembaga kepada koordinator dan masyarakat.
10. Kelemahan dan kelebihan Metode Qiraati
a. Kelebihan
1) Klasikal besar, dalam klasikal besar semua santri dikumpulkan di
aula untuk membaca materi penunjang seperti: surat-surat pendek, doa
harian, dan bacaan sekitar shalat, dengan membaca secara bersama-
sama dipimpin oleh salah satu guru, anak-anak sudah dibiasakan
membaca materi penunjang dengan menggunakan bacaan bertajwid.
2) Qiraati dapat diterapkan pada anak usia dini (±usia 3 tahun)
3) Pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan alat peraga, kegiatan
ini adalah inti dari pembelajarann Qiraati.
4) Guru yang mengajar bukan sembarang orang (harus bersyahadah
Qiraati)
b. Kekurangan
Dilihat dari sejarah munculnya, Metode Qiraati tidak secara tiba-
tiba, melainkan sudah diuji coba (eksperimen), studi banding ke berbagai
Lembaga Pendidikan Al-Qur’an serta melakukan perbaikan dan inovasi-
inovasi namun tidak keluar dari inti pembelajaran Metode Qiraati yang di
buat oleh pengarang (KH. Dachlan Salim Zarkasyi).
Adapun kelemahan dari Metode Qiraati di lapangan adalah ketika
seorang guru tidak menguasai metodologi, kreatifitas dan psikoogi anak.
11. Seorang anak mampu menyelesaikan pembelajaran Al-Qur’an di Fathullah
dan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dibutuhkan waktu ±
2-3 tahun, cepat tidaknya seorang anak mmenguasai materi dan mampu
membaca Al-Qur’an dapat dilihat dari intesitas kehadirannya, karena semakin
sering anak hadir, semakin ia mampu menguasai materi karena materi yang
disampaikan oleh guru terapkan secara berulang-ulang sehingga santri
mampu hafal tanpa menghafal, adapun kecerdasan kurang berpengaruh.
12. Metode Qiraati sangat mempermudah anak dalam membaca Al-Qur’an
13. Syarat Guru Qiraati:
a. Harus menguasai materi Qiraati, yaitu dengan belajar dengan
menggunakan buku/ Jilid Qiraati dari jilid 1 sampai gharib.
b. Harus mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, hal ini dapat
dibuktikan dengan lulus TAS, baik melalui ketua korcam, maupun ketua
tashih JABODETABEKA.
c. Harus mengikuti dan menguasai metodologi qiraati yang diadaka kord.
JABODETABEKA.
d. Menguasai psikologi anak.
e. Mengikuti MMQ baik yang diadakan oleh lembaga, korcam, maupun kord.
JABODETABEKA.
14. Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru LPQ Masjid fathullah:
a. Khataman setiap 1 minggu sekali
b. Ngaji sore sesuai bidang (kajian)
c. Mengadakan kegiatan evaluasi mingguan, bulanan, maupun semester.
d. Membuka pengajian Qiraati untuk remaja dan mahasiswa.
e. PHBI dan PHBN
f. Pesanteren kilat (Quantum Kids)
g. 1 tahun sekali belajar di luar kelas
15. Pemecahan masalah ketika lembaga mengalami kesulitan dalam KBM:
a. Dipecahkan secara intern lembaga
b. Sowan ke Drs. Bahroin Suryantara
c. Sowan ke Bapak Abu Bakar Salim Zarkasyi
d. Sowan ke Bapak Erwanto
Hari/ Tgl : Jum’at, 19 November 2010
Interview : Usth. Sufairok
Jabatan : Wali Kelas jilid 3+Kord. Tashih Lembaga
Pokok Pembicaraan:
1. Persiapan mengajar
2. Kesesuaian materi dengan kurikulum
3. Penggunaan alat bantu dalam mengajar
4. Lama waktu yang dibutuhkan dalam penerapan Metode Qiraati
5. Teknik evaluasi pengajaran
6. Kendala-kendala dalam penerapan Metode Qiraati
7. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut
Isi Pembicaraan:
1. Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum mengajar?
2. Apakah yang diajarkan sesuai dengan kurikulum?
3. Apakah dalam mengajar mengunakan alat bantu?
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mengajar dengan menggunakan
Metode Qiraati?
5. Bagaimana teknik evaluasinya?
6. Apa saja yang menjadi kendala pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah?
7. Usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?
Jawaban
1. Persiapan yang dilakukan guru LPQ masjid fathullah adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui Visi Misi kelas (target perkelas), dan mengetahui serta
menguasai materi kelas.
b. Persiapan harian, meliputi: mengetahui kemampuan anak, efektivitas waktu.
2. Materi yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah 100% sesuai dengan apa yang
ada dalam kurikulum Metode Qiraati
3. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan murid selalu menggunakan alat
bantu,
a. Alat yang dipakai guru dalam KBM:
1) Peraga Qiraati
2) Stik penunjuk
3) Papan tulis
4) Absensi
5) Buku Qiraati
6) Buku materi tabahan
7) Spidol
8) Penghapus
b. Alat yang dipakai santri dalam KBM:
1) Buku Qiraati
2) Materi tamabahan
3) Buku prestasi
4) Buku tulis
4. Waktu yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar di LPQ Masjid
Fathullah adalah 1 jam 40 menit mulai dari 15.30– 17.10, adapun pebagian
waktunya adalah sebagai berikut:
Waktu Kegiatan Keterangan
15.30 – 15.40 Jama’ah shalat ashar Semua santri dan bertempat si aula
15.40 – 16.00 Klasikal Besar Semua santri dan bertepat di aula,
membaca materi-materi tambahan*
16.00 – 16.15 Klasikal awal Membaca peraga secara bersama-sama
16.15 – 16.45 Privat Membaca buku sacara individu
16.45 – 17.00 Klasikal akhir Membaca peraga secara bersama-sama
17.00 – 17.10 Hafalan+Ricek Materi
Penunjang
Satu persatu santri setoran hafalan kepada
guru
* Keterangan
Jadwal materi tambahan sebagai berikut:
o Hari Senin = Doa-doa Harian
o Hari Selasa = Surat-surat Pendek
o Hari Rabu = Doa-doa dalam Shalat dan Praktek Ibadah
o Hari Kamis = Doa-doa Harian
o Hari Jum’at = Surat-surat Pendek
5. Teknik evaluasi yang dilaksanakan di LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai
berikut:
a. Materi pokok dilaksanakan setiap hari/pertemuan
b. Materi penunjang/ tambahan dilaksanakan setiap habis semester (1 tahun 2
kali evaluasi).
6. Yang menjadi kendala di LPQ Masjid Fathullah adalah masalah kedisiplinan,
seperti ketidakhadiran guru/santri, keterlambatan guru/ santri dikarenakan
sebagian besar guru di LPQ Masjid Fathullah berstatus sebagai mahasiswa dan
sebagian kecil santri banyak yang mengikuti les/bimbel.
7. Usaha yang dilakukan dalam mengatasi kendala atau permasalahan yang
terkait dengan kedisiplinan adalah:
a. Guru
1) Mengadakan evaluasi guru setiap 1 minggu sekali
2) Pemotongan gaji bagi guru yang terlambat
b. Santri
1) Sms ke orang tua atau wali santri
2) Memberikan surat kepada orang tua/wali santri
3) Memanggil orang tua atau wali santri
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Toto Priyanto
NIM : 106011000197
Jurusan : PAI
Semester : IX
Program : Strata 1/S.1
Benar telah melaksanakan Test Of English as Foreign Language (TOEFL) dan Test Of
Arabic as Foreign Language (TOAFL), sebanyak 3 (tiga) kali sehingga mahasiswa yang
bersangkutan berhak untuk menempuh ujian skripsi (Munaqasyah) dan mendaftar
wisuda, dan pihak jurusan bertanggung jawab atas pernyataan ini.
Jakarta, 10 Desember 2010
Mengetahui,
Ketua Jurusan Mahasiswa ybs,
Bahrissalim, M.Ag Toto Priyanto NIP. 19680307.199803.1.002 NIM. 106011000197
Uji Referensi
Seluruh referensi pada skripsi yang berjudul “Efektivitas penggunaan Metode
Qiraati terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar (studi
kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).” yang disusun
oleh Toto Priyanto, NIM: 106011000197, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, telah diujikan oleh dosen pembimbing
skripsi.
Jakarta, 24 Desember 2010
Pembimbing skripsi
Abdul Ghofur, M.Ag NIP. 19681209 199703 1 003
Uji Referensi
No Referensi Halaman Keterangan
Ya Tidak
1. Abdurohim, Acep Lim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap.
Bandung: CV Penerbit Diponogoro, 2007. 5
2. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997. 12
3. Ahsin, W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an,
Jakarta: Bumi Aksara, 1994. 19
4. Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996. 111
5. Artmanda, Frista W, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, Jakarta: Lintas Media Jombang, t.t. 19
6. Aziz, Abdul dan Rauf, Abdul, Pedoman Tahsin Al-
Qur’an, Jakarta: Dzilal Press, 1997. 8-9
7.
Dachlan, Abu Bakar, Pak Dachlan Pembaharu dan
Bapak Al-Qur’an, Semarang: Yayasan Pendidikan Al-
Qur’an Raudhatul Mujawwidin, t.t.
61-62
8. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang:
CV. Toha Semarang, 1988. 45
9. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995 37
10. Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. 121
11. Hadhiri, Choirudin, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an,
Jakarta: Gema Insani Press, 2003. 25
12.
Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996.
216
13. http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan- internet
kh-dachlan-salim-zarkasyi/
14. http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.html. Internet
15. Mahyudi, Syaifullah, Permata Al-Qur’an, Jakarta: CV.
Rajawali, 1985. 5
16. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. 168&248
17. Muarif, Hasan dan Ambari, Ensiklopedi Islam, Jakarta:
PT. Ichthiar Baru, 1996). 64
18. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. 284
19. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
216, 223-
224&227
20. Shihab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Bandung:
Penerbit Mizan, 1996. 3
21. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. 48
22. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. 266
23. Sudjana, Nana, Penilaian Proses Balajar Mengajar,
Bandung: PT. Rosda karya, 1991. 60-63
24. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Argesindo, 1995. 39
25. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. 9
26. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian-penelitian
Ilmiah Dasar Metoda Teknik , Bandung: Tarsito, 1998. 174
27. Susilo Eko, Madya, Dasar-dasar Pendidikan,
Semarang: Effhar Effset, 1990. 63
28. Syarbasyi, Ahmad, Dimensi-dimensi Kesejatian Al-
Qur’an, Yogyakarta: Penerbit Ababil, 1996. 5
29. Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Da’wah
Islamiyah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979. 90
30.
Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya:
Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
164-166
31. www. Sisdiknas. Co. id. Internet
32.
Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful, Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, t.t.
1-2
33.
Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar
Membaca Al-Qur’an, Semarang: Yayasan Pendidikan
Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1990.
Jilid 1-6
34. Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan
Bintang, 2005. 9
35. Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama,
Surabaya: t.p, 1983H. 80
Jakarta, 24 Desember 2010
Pembimbing skripsi
Abdul Ghofur, M.Ag
NIP. 19681209 199703 1 003