jurusan geografi fakutas ilmu sosial universitas …lib.unnes.ac.id/30241/1/3201412011.pdf ·...

57
i PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT LEARNING) MA AL ASROR PATEMON TAHUN AJARAN 2016/2017 HAlAMAN JUDUL SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nurhidayat 3201412011 JURUSAN GEOGRAFI FAKUTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: dinhdat

Post on 19-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED

LEARNING) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT

LEARNING) MA AL ASROR PATEMON TAHUN AJARAN 2016/2017

HAlAMAN JUDUL

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nurhidayat

3201412011

JURUSAN GEOGRAFI

FAKUTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

iii

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulisdi dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Niatkan segala sesuatu yang dijalani hanya karena Allah SWT.

Persembahan

1. Tuhanku; Allah SWT.

2. Ibu, Hayati tercinta, yang tiada hentinya memberikan motivasi, semangat

dan doa.

3. Adikku Siti Barokah serta keluarga besarku, terima kasih atas doa dan

dukungannya.

4. Sahabat dan teman-teman geografi 2012 yang telah memberikan dukungan

dan bantuan selama ini.

5. Almamaterku.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya,

sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung skripsi ini tidak dapat terwujud. Penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di

kampus tersayang ini.

2. Drs.Moh Solehatul Mustofa, MA. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unnes, yang

telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama proses

penelitian.

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi FIS, yang telah

memberikan kemudahan secara administrasi.

4. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, dan Drs.Sunarko, M.Pd., selaku Dosen

Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat, motivasi, bimbingan, kritik serta saran yang membangun selama

proses penyusunan skripsi maupun selama proses perkuliahan.

5. Drs. Suroso, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan

dan arahan.

6. Kepala sekolah MA Al Asror Patemon yang telah membantu penulis dalam

memberikan ijin penelitian, informasi dan kemudahan dalam penelitian ini.

vii

7. Eko Setyo, S. S.Pd selaku guru mata pelajaran Geografi yang selalu

mendampingi peneliti dalam proses penelitian dan memberikan

pengarahan serta masukan dalam penelitian sehingga peneliti dapat belajar

dengan baik.

8. Seluruh siswa MA Al Asror Patemon, khususnya kelas XI IPS 1 dan XI

IPS 2 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.

9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuan dan motivasi dalam penelitian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya

dan perkembangan pendidikan pada umumnya. Amin.

viii

SARI

Nurhidayat. 2017. Perbedaan Hasil Belajar Geografi Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Model Pembelajaran Langsung (Direct Learning) MA Al Asror Patemon Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang. Pemimbing I Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Pemimbing II Drs.

Sunarko, M.Pd.

Kata Kunci : Perbedaan, model Problem Based Learning, model Direct Learning, Hasil Belajar.

Model pembelajaran memiliki berbagai variasi yang dapat mendukung

proses pembelajaran salah satunya ialah model problem based learning dan model

direct learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

geografi dengan menggunakan model problem based learning dan model direct learning di MA Al Asror Patemon.

Lokasi penelitian ini berada di MA Al Asror Patemon yang berada di di

Jalan Legoksari Raya Nomor 02 Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati,

Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan dengan desain eksperimen posttest only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI

IPS di MA Al Asror Patemon yang terdiri dari 2 kelas yaitu XI IPS 1, dan XI IPS

2. Guru menentukan kelas dengan cara diundi dan dari hasil undian diperoleh

kelas XI IPS 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPS 2 sebagai

kelompok kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah: Pelaksanaan

pembelajaran geografi dengan menggunakan model problem based learningdan

model direct learning, Hasil belajar siswa dengan menggunakan model problem based learning dan model direct learning. Teknik pengambilan data yang

digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi,dan tes. Teknik analisis data

yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji

t.

Hasil analisis menunjukan bahwa hasil analisis belajar afektif kelas

eksperimen masuk dalam dalam penelitian ini adalah kategori aktif dengan rata-

rata klasiskal 71,66%, sedangkan hasil belajar afektif siswa pada kelas kontrol

masuk dalam kategori cukup aktif dengan rata-rata klasikal 55,80%. Hasil analisis

belajar psikomotorik kelas eksperimen masuk dalam kategori aktif dengan rata-

rata klasiskal 68,75%, sedangkan hasil belajar psikomotorik siswa pada kelas

kontrol masuk dalamkategori cukup aktif dengan rata-rata klasikal 51,28%.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) lebih bagus dibandingkan dengan

model pembelajaran langsung (direct learning). Saran dalam penelitian ini adalah

guru mampu mengajar dengan model pembelajaran yang inovatif agar hasil

belajar siswa maksimal.

ix

DAFTAR ISI

halaman

HAlAMAN JUDUL ................................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii PERNYATAAN .................................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii SARI .................................................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian............................................................................................... 6

1. Manfaat Teoritis .............................................................................................. 7

2. Manfaat Praktis ................................................................................................ 7

E. Penegasan Istilah ................................................................................................. 7

BAB II PUSTAKA

A. Landasan Teori .................................................................................................... 8

1. Hasil Belajar Geografi ..................................................................................... 8

2. Model Pembelajaran ...................................................................................... 12

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) ............. 15

4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Learning) ........................................ 25

B. Penelitian yang Relevan .................................................................................... 31

C. Kerangka Berfikir .............................................................................................. 36

D. Hipotesis ............................................................................................................ 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................. 40

B. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................... 40

1. Penelitian eksperimen .................................................................................... 40

2. Kontrol ........................................................................................................... 42

3. Manipulasi ..................................................................................................... 42

x

4. Hasil Eksperimen .......................................................................................... 42

C. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 43

D. Variabel Penelitian ............................................................................................ 44

E. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 45

Teknik Dokumentasi ...................................................................................... 45

F. Tahap Penelitian................................................................................................. 45

1. Tahap Pra Lapangan ...................................................................................... 46

2. Tahap Pelaksanaan ........................................................................................ 47

3. Tahap Pasca Lapangan .................................................................................. 48

G. Instrument Penelitian......................................................................................... 49

1. Tahap Pembuatan Soal Uji Coba ................................................................... 49

2. Tahap pelaksanaan Uji Coba Soal ................................................................. 49

H. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Kognitif ............................... 50

1. Validitas Butir Soal Tes ................................................................................ 51

2. Reliabilitas Butir Soal Tes ............................................................................. 52

3. Taraf Kesukaran Butir Soal ........................................................................... 53

4. Daya Pembeda Soal ....................................................................................... 54

I. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 57

1. Analisis Data Tahap Awal ............................................................................. 58

2. Analisis Data Tahap Akhir ............................................................................ 60

3. Uji Normalitas ............................................................................................... 67

4. Uji Homogenitas ............................................................................................ 68

5. Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji t) .................................................................... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MA Al Asror Patemon......................................................... 71

1. Letak dan lokasi penelitian ............................................................................ 72

2. Kondisi sekolah ............................................................................................. 72

B. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 74

1. Jadwal pelajaran pelaksanaan penelitian ....................................................... 75

2. Kegiatan belajar ............................................................................................. 75

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning)............................................................................ 76

4. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung

(direct learning) .............................................................................................. 81

C. Hasil Penelitian Tahap Awal dan Akhir ............................................................ 85

Hasil analisis ketuntasan hasil belajar ........................................................... 85

D. Analisis deskriptif hasil belajar afektif dan psikomotorik ................................ 86

1. Analisis hasil belajar afektif .......................................................................... 86

2. Analisis hasil belajar psikomotorik ............................................................... 87

xi

E. Analisis akhir hasil belajar kogmitif (uji komparasi) ........................................ 90

1. Uji normalitas ................................................................................................ 90

2. Uji kesamaan dua varians .............................................................................. 91

3. Uji perbedaan dua rata-rata ........................................................................... 91

4. Uji ketuntasan hasil belajar ........................................................................... 92

F. Pembahasan ....................................................................................................... 93

1. Hasil belajar kognitif ..................................................................................... 94

2. Hasil belajar afektif ....................................................................................... 95

3. Hasil belajar pskomotorik ............................................................................. 96

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................... 97

B. Saran .................................................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 99

Lampiran-Lampiran ............................................................................................. 102

xii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ................................................ 24

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Langsung ................................................. 28

Tabel 3.1 Jumlah Siswa.......................................................................................... 43

Tabel 3.2 Desain Penelitian................................................................................... 46

Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Butir Soal ....................................................... 52

Tabel 3.4 Tingkat Reliabilitas ............................................................................... 53

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Soal ......................................................................... 54

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran ....................................................... 54

Tabel 3.7 Tingkat Daya Beda................................................................................. 55

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal ........................................................ 56

Tabel 3.9 Kriteria Pemberian Skor Hasil Belajar Afektif ...................................... 60

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Afektif ............................................... 62

Tabel 3.11 Kriteria Pemberian Skor Hasil Belajar Psikomotorik .......................... 64

Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Psikomotorik ..................................... 66

Tabel 4.1 Jadawal Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 75

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Selama Berlangsungnya Penelitian ............................ 76

Tabel 4.3 Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 85

Tabel 4.4 Nilai Kognitif Siswa Pada Kelas Kontrol .............................................. 86

Tabel 4.5 Nilai Afektif Siswa Pada Kelas Eksperimen.......................................... 87

Tabel 4.6 Nilai Afektif Siswa Pada Kelas Kontrol ................................................ 87

Tabel 4.7 Nilai Psikomotorik Siswa Pada Kelas Eksperimen ............................... 88

Tabel 4.8 Nilai Psikomotorik Siswa Pada Kelas Kontrol ...................................... 89

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Post Test ...................................................... 90

Tabel 4.10 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Post-Test ........................................ 91

Tabel 4.11 Hasil Analisis Perhitungan t-Test ........................................................ 92

xiii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Kerangka berfikir ............................................................................... 38

Gambar 4.1 Papan Nama MA Al Asror Patemon .................................................. 71

Gambar 4.2 Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 73

Gambar 4.3 Suasana Pembelajaran Kelas Eksperimen .......................................... 77

Gambar 4.4 Diskusi Kelompok Kelas Eksperimen................................................ 78

Gambar 4.5 Presentasi Kelompok Kelas Eksperimen............................................ 79

Gambar 4.6 Suasana Pembelajaran Kelas Kontrol ................................................ 80

Gambar 4.7 Presentasi Kelompok Kelas Kontrol .................................................. 83

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Soal Uji Coba .................................................................... 102

Lampiran 2 Lembar Uji Coba Soal ...................................................................... 104

Lampiran 3 Nalisis Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran Dan Daya

Pembeda Soal ....................................................................................................... 113

Lampiran 4 Silabus Pembelajaran ........................................................................ 121

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 127

Lampiran 6 Daftar Nama Siswa ........................................................................... 139

Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Post Test .................................................................... 141

Lampiran 8 Lembar Soal Post Test ...................................................................... 143

Lampiran 9 Hasil Post Test .................................................................................. 150

Lampiran 10 Uji Hipotesis ................................................................................. 152

Lampiran 11 Lembar Observasi Afektif Siswa .................................................... 156

Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif .................................................. 160

Lampiran 13 Lembar Observasi Psikomotorik Siswa .......................................... 162

Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik ........................................ 164

Lampiran 15 Daftar Nama Guru .......................................................................... 166

Lampiran 16 Surat Keterangan Penelitian ........................................................... 167

1

BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1

ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu wadah untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki anak yaitu sekolah.

Sekolah merupakan tempat dimana peserta didik menerima

pengetahuan yang disampaikan oleh guru, baik akademik maupun non-

akademik. Pengetahuan akademik yang didapatkan dari sekolah merupakan

pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran, sedangkan pengetahuan

non-akademik berasal dari kegiatan ekstrakulikuler sekolah. Pengetahuan

tersebut didapatkan siswa melalui guru yang memberikan pelajaran baik di

dalam kelas maupun diluar kelas. Peran guru yang dimaksud ialah sebagai

fasilitator dimana guru memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar sehigga

siswa mampu menyerap ilmu yang disampaikan secara maksimal.

Model pembelajaran merupakan salah satu dari sekian banyak cara

yang ditempuh guna mencapai keterampilan dan pemahaman yang

maksimal, dengan model yang tepat diharapkan mampu mengarahkan siswa

2

agar mampu menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk

menyelesaikan masalah yang belum pernah dihadapi di dunia nyata. Salah

satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah ialah

model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan model

pembelajaran langsung (direct learning).

Menurut Mas’ula, dkk (dalam Sumarmi, 2012:148) model

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yaitu merupakan

suatu pendekatan pembelajaran yang fokusnya pada siswa dengan

mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri yang terlibat

langsung secara aktif dalam pembelajaran berkelompok. Salah satu

karakteristik model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) membagi kelompok kecil sebagai kelompok belajar. Ketika siswa

malu atau enggan bertanya kepada guru, siswa dapat bertanya kepada teman

sekelompoknya atau kelompok lain. Penggunaan model pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) memberikan dampak positif

agar siswa berfikir kreatif dan mampu mengembangkan pemikiran kritis

dalam pembelajaran yang dikaitkan dalam kehidupan nyata. Kemampuan

berfikir kritis ini sangat dibutuhkan dalam pembelajaran karena siswa

dituntut untuk menemukan pengetahuan baru dari permasalahan yang

disajikan guru. Permasalahan yang disajikan guru.

Menurut Sugiyanto (dalam Mutoharoh, 2011:30-31), kelebihan

pembelajaran berbasis masalah sebagai model pembelajaran adalah: 1)

Realistik dengan kehidupan nyata, 2) konsep sesuai dengan kebutuhan

3

siswa, 3) memupuk sifat inquiri siswa, 4) retensi konsep jadi kuat, 5)

memupuk kemampuan problem solving (pemecahan masalah). Selain

kelebihan tersebut, model pembelajran berbasis masalah (problem based

learning) juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: 1) Persiapan

pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, 2) sulitnya mencari

problem yang relevan, 3) sering terjadi miss-konsepsi, 4) konsumsi waktu,

dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan.

Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses pembelajaran

tersebut, Sugiyanto (dalam Mutoharoh, 2011:31)

Model pembelajaran langsung atau direct learning menurut Arends

(dalam Trianto, 2009:41) adalah salah satu pendekatan mengajar yang

dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur

dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,

selangkah demi selangkah.

Model pembelajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan yaitu

sebagai berikut:1) guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang

diterima oleh siswa, 2) dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang

besar maupun kecil, 3) cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep

dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah, 4) menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah). Selain

memiliki kelebihan-kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga

memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut: 1) sulit untuk

4

mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat

pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa, 2) sulit

bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal

mereka, 3) kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image

guru, 4) model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya

komunikasi guru.

Model pembelajaran langsung atau direct learning merupakan model

pembelajaran yang banyak digunakan oleh hampir semua guru ketika

mengajar. Model ini sering disebut dengan model ceramah, dimana guru

menjelaskan secara keseluruhan dari materi pembelajaran kepada siswa.

Model pembelajaran langsung berorientasi kepada guru dan siswa lebih

banyak mendengarkan penjelasan dari guru.

Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran

berpengaruh langsung terhadap suasana kelas. Pemilihan model

pembelajaran yang inovatif dan kreatif akan menimbulkan rangsangan

kepada siswa sehingga materi akan diterima siswa dengan lebih mudah,

aktivitas belajar dalam kelas lebih menyenangkan, sehingga hasil belajar

siswa akan meningkat.

Hasil belajar merupakan salah satu keberhasilan setelah dilakukannya

kegiatan proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui

dengan mengukur seberapa besar skor yang diperoleh siswa ketika

dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dapat berupa tes dan non-tes. Semakin

tinggi skor yang didapat siswa maka dapat dikatakan semakin baik hasil

5

belajar yang diperoleh. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh siswa makan semakin rendah hasil belajar siswa.

MA Al Asror Patemon merupakan salah satu madrasah aliyah yang

terletak di Jalan Legoksari No. 02, Patemon, Gunungpati, Semarang.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di MA Al Asror Patemon,

diperoleh gambaran bahwa tingkat keaktifan siswa masih belum optimal,

salah satunya dalam pembelajaran geografi. Kurangnya keaktifan siswa

pada mata pelajaran geografi dapat dilihat pada proses kegiatan belajar

mengajar, dimana ketika proses belajar mengajar berlangsung banyak siswa

yang terlihat pasif. Respon siswa sangatlah rendah dalam menanggapi

umpan yang diberikan oleh guru.

Respon yang rendah ini dikarenakan model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru masih kurang bervariasi. Sebagian besar guru

menggunakan model ceramah dengan dikombinasikan dengan tanya jawab.

Model ceramah merupakan meode dimana guru memberikan penjelasan

secara menyeluruh tentang materi. Peran guru dalam model ceramah ini

sangat dominan dibandingkan dengan peran siswa. Siswa hanya sebatas

sebagai audiens atau pendengar sehingga kreativitas dan aktivitas siswa

sangat terbatas, sedangkan guru yang baik ialah guru yang mampu

memunculkan potensi yang dimiliki siswa melalui proses kegitan belajar

mengajar yang dikombinasikan dengan model pembelajaran yang bervariatif

dan inovatif.

6

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian dengan judul: ”Perbedaan Hasil Belajar Geografi

Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

dengan Model Pembelajaran Langsung (Direct Learning) MA Al Asror

Patemon Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dikemukakan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu: adakah perbedaan hasil belajar geografi

antara menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) dengan model pembelajaran langsung (direct learning) di MA Al

Asror Patemon?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah: mengetahui perbedaan hasil belajar

geografi antara menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning) dengan model pembelajaran langsung (direct

learning) di MA Al Asror Patemon?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam

penelitian selanjutnya secara lebih luas dan lebih mendalam tentang

7

perbedaan hasil belajar geografi dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) dan model pembelajaran

langsung (direct learning).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran

geografi

b. Bagi Guru

Memberikan pengetahuan serta referensi baru mengenai model

pembelajaran yang bisa diterapkan khususnya mata pelajaran geografi

sehingga guru kedepannya dapat mengembangkan cara mengajar yang

lebih baik lagi.

c. Bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan serta referensi baru mengenai model

pembelajaran yang bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah digunakan untuk menghindari agar tidak terjadi

salah pengertian dalam menafsirkan judul, sedangkan dalam skripsi ini

peneliti tidak membatasi istilah.

8

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar Geografi

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2010:5).

Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang

dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar

mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang

diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran,

perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah

melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2010:5-6), hasil belajar

berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemanapun merespon

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemanapun tersebut

tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta konsep dan

9

3) mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

4) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

5) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

6) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, (dalam Suprijono, 2010:6) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), komprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengoganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory,

pre-routine, dan rountinized. Psikomorik juga mencakup keterampilan

produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

10

Hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar di

sekolah tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Keberagaman hasil

belajar ini disebabkan oleh tingkat penguasaan pengetahuan siswa yang

berbeda-beda.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Tu’u (dalam Damayanti, 2004:78-81), faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik

antara lain:

1) Faktor kecerdasan

Tinggi-rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat

menentukan keberhasilan mencapai prestasi belajar, termasuk

prestasi-prestasi lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol

pada dirinya.

2) Faktor bakat

Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang diterima

sebagai warisannya dari orang tua. Bagi seorang siswa bakat bisa

berbeda dengan siswa lain. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut

apabila diberi kesempatan dikembangkan dalam pelajaran, akan dapat

mencapai prestasi yang tinggi.

3) Faktor minat dan perhatian

Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu pejalajaran tertentu,

biasanya cenderung memperhatikan dengan baik, oleh karena itu

11

minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi

pengaruh hasil pembelajaran yang baik.

4) Faktor motif

Dalam belajar, jika siswa memiliki motif yang baik dan kuat, hal itu

akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapi prestasi yang

tinggi.

5) Faktor cara belajar

Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajar siswa.

Cara belajar yang efisien memungkinan mencapai prestasi lebih tinggi

dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien.

6) Faktor lingkungan keluarga

Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif

memberi pengaruh, semangat, membimbing anak untuk dapat belajar

dengan baik.

7) Faktor sekolah

Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar dalam memberi

pengaruh pada prestasi belajar siswa.

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini berupa hasil belajar

kognitif yang meliputi C1, C2, C3, dan C4 dengan materi pokok bahasan

pelestarian lingkungan hidup. Hasil belajar berupa nilai akademik yang

diukur dengan tes pembelajaran berupa soal pilihan ganda.

12

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian model pembelajaran

Menurut Mills (dalam Suprijono, 2010:45) model adalah bentuk

presentasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model

merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang

diperoleh dari beberapa sistem.

Menurut Trianto (2010:52), model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang

pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan

model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan

diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta

tingkat kemampuan peserta didik.

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono,

2010:46). Menurut Arends (dalam Suprijono, 2010) model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran

dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

13

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

Menurut Joyce and Weil, sebagaimana dikutip oleh Rusman

(2012:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana

atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran

merupakan suatu pola yang dipakai oleh guru untuk membentuk

kurikulum, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai

dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian

model pembelajaran tersebut merupakan pola umum perilaku untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik akan lebih mudah

mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan

mengekspresikan ide melalui model pembelajaran yang digunakan oleh

guru. Model pembelajaran dapat digunakan guru sebagai pedoman dalam

merencanakan proses belajar mengajar.

b. Ciri-ciri model pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

2) Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar

di kelas.

14

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-

langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3)

sistem sosial; dan (4) sistem pendukung.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil

belajar yang dapat diukur; (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar

jangka panjang.

6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya. (Rusman, 2014:136).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran,

sebagai berikut:

1) Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-

mengajar. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat

mempengaruhi penentuan model.

2) Materi pelajaran

Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh

guru untuk bisa dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.

3) Peserta didik

Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang

berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial,

lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Semua

15

perbedaan itu akan berpengaruh terhadap penentuan model

pembelajaran.

4) Fasilitas

Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan model

pembelajaran. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan

model yang tepat.

5) Situasi

Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran

yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi.

6) Guru

Setiap orang memiliki kepribadian, perfomance style, kebiasaan dan

pengalaman mengajar berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Guru yang latar belakang

pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih model

dan tepat dalam menerapkannya.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

a. Pengertian model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning)

Model pembelajaran problem based learning atau pembelajaran

berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menantang siswa untuk

belajar, bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan dunia nyata. Model pembelajaran problem

16

based learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu

model pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif dalam

pembelajaran kelompok (Sumarmi, 2012:147). PBL membantu siswa

dalam mengembangkan keterampilan dalam memberikan alasan dan

berfikir ketika mencari data atau informasi agar mendapatkan solusi untuk

suatu masalah yang autentik. Pendapat lain dikemukakan oleh Trianto

(2007:67) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah

atau problem based learning merupakan model pembelajaran yang

didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian

nyata dari permasalahan yang nyata.

b. Karakteristik model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning)

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan model

pembelajaran yang lainnya, yaitu:

1) Pembelajaran bersifat student centered

2) Pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil

3) Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator

4) Masalah menjadi fokus yang merupakan sarana untuk mengembangkan

keterampilan problem solving

5) Informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed

learning)

17

Menurut Arnyana (dalam Mutoharoh, 2011:28) menyebutkan bahwa

problem based learning juga memiliki karakteristik, diantaranya sebagai

berikut:

1) Mengajukan pertanyaan/masalah yang terkait masalah kehidupan

nyata

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Melakukan penyelidikan autentik

4) Menghasilkan produk atau karya serta mengkomunikasikannya atau

memamerkannya

5) Kerjasama dalam melakukan penyelidikan

Menurut Dasna dan Sutrisno (dalam Mutoharoh, 2011:28)

mengungkapkan bahwa PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Belajar diawali dengan masalah

2) Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa

3) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah

4) Siswa diberikan tanggung jawab yang besar untuk melakukan proses

belajar secara mandiri

5) Menggunakan kelompok kecil

6) Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari

dalam bentuk kinerja

18

Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah menurut Sumarmi (2012:150-

151) adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan dan masalah

Secara pribadi, pembelajaran berbasis masalah yakni

mengorganisasikan pertanyaan dan masalah sangatah penting dan

bermakna bagi siswa. Dalam hal ini, permasalahan yang diajukan

adalah situasi yang terjadi dikehidupan nyata saat ini, dan adanya

berbagai macam solusi untuk masalah tersebut.

2) Berfokus pada keterkitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran ini berfokus pada masalah dimata pelajaran

tertentu (seperti geografi), masalah yang akan dikaji telah dipilih

secara nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat meninjau

masalah ini, baik dari sudut pandang objek geografi maupun dari

sudut mata pelajaran lainnya secara komprehensif.

3) Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan

penyelidikan autentik guna mencari penyelesaian nyata terhadap

masalah yang ada. Siswa harus menganalisis dan mendifinisikan

masalah, mengembankan hipotesis, dan akhirnya merumuskan

simpulan.

a. Manfaat model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning)

19

Menurut Sumarmi (2012:158) metode PBL tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Akan tetapi, pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk

membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, yakni

memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Salah satunya juga

belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata, atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan

mandiri.

Umumnya dalam konteks pemecahan masalah, siswa akan terdorong

aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga siswa berfikir ilmiah dan

mengembangkan pemahaman yang lebih terhadap permasalahan dengan

menggunakan ide-ide relevan. Jadi, melalui PBL dapat melatih

kemampuan intelektual siswa dengan tingkat kompleksitas yang tinggi

(Sumarmi, 2012:159).

Menurut Sumarmi (2012:159) sasaran dari penggunaan model PBL

adalah (1) siswa mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan

masalah, (2) siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan

strategi pemecahan masalah, (3) siswa mampu mengevaluasi dan

menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan

kriteria-kriteria yang ada, (4) siswa mampu memilih suatu pilihan solusi

yang optimal, (5) siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam

mengimplementasikan strategi pemecahan masalah, (6) siswa mampu

20

mengartikulasikan bagaimana PBL dapat digunakan dalam berbagai

bidang/ situasi.

Dilihat dari sasaran penggunaan model PBL di atas, manfaatnya

adalah untuk: (1) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa

sehingga tidak hanya tambahan berfikir ketika pengetahuan bertambah,

namun disini proses berfikir merupakan serentetan keterampilan seperti

mengumpulkan informasi/data, membaca data, dan lain-lain yang

penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan, (2) membina

pengembangan sikap penasaran/ ingin tahu lebih jauh, dan cara berfikir

objektif, mandiri, kritis, dan analitis baik secara individu maupun secara

kelompok, (3) siswa mampu menghadapi permasalahan di lingkungan

sekitarnya sehingga berusaha mengerahkan segala kemampuan untuk

memperoleh pemecahan masalah (Sumarmi, 2012:159).

c. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning)

Fitur pembelajaran menurut Arend (dalam Suprijono, 2010:71-72)

adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan autentik. Pembelajaran berbasis masalah

mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan

bermakna bagi peserta didik. Peserta didik menghadapi berbagai

situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban

sederhana.

21

2) Focus interdisipliner. Pemecahan masalah menggunakan pendekatan

interdisipliner. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik belajar berfikir

struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.

3) Investigasi autentik. Peserta didik diharuskan melakukan investigasi

autentik yaitu berusaha menemukan solusi riil. Peserta didik

diharuskan menganalisis dan menetapkan masalahnya,

mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan

menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat

inferensi, dan menarik kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan

bergantung pada sifat masalah penelitian.

4) Produk. Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik

mengonstruksikan produk sebagai hasil investigasi. Produk bisa

berupa paper yang dideskripsikan dan didemontrasikan kepada orang

lain.

5) Kolaborasi. Kolaborasi peserta didik dalam pembelajaran berbasis

masalah mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk

mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan sosial.

Menurut Sumarmi (2012:148) langkah-langkah pembelajaran berbasis

masalah adalah sebagai berikut:

1) Siswa diberi suatu masalah.

2) Dalam kelompok-kelompok kecil, siswa mendiskusikan masalah

dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta mengerjakan

22

yang perlu diketahui. Pada bagian ini, juga mencakup membuat

pernyataan-pernyataan masalah dan membuat hipotesis-hipotesis.

3) Kemudian, siswa mencari data tentang hal-hal yang diperlukan atau

informasi yang belum ada.

4) Siswa berkumpul kembali dengan kelompoknya untuk melaporkan

apa saja yang telah dipelajari.

5) Langkah-langkah ini akan berulang beberapa kali, berdiskusi, mencari

informasi, melaporkan ke kelompok, diskusi lagi sampai kelompok

mendapatkan solusi.

6) Kegiatan akhir merupakan kegiatan diskusi penutup, yaitu bila

informasi yang dipelajari dan diproses telah sampai pada semua

solusi.

Menurut Keren (dalam Sumarmi, 2012:148-149), menuliskan

langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:

1) Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa

mengenai masalah yang diajukan sehingga siswa memahami

penyelesaian yang diharapkan.

2) Pengungkapan gagasan, siswa dibebaskan mengungkapkan gagasan

tentang berbagai strategi penyelesaian masalah.

3) Evaluasi dan seleksi, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-

pendapat atau strategi-strategi yang cocok untuk menyelesaikan

masalah.

23

4) Implementasi, siswa menentukan strategi yang dapat diambil untuk

menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai

menemukan penyelesaian dan masalah tersebut.

Menurut Jhonson (dalam Sumarmi, 2012:149), langkah-langkah

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah

2) Tahap-2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar

3) Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

4) Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5) Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007:71-72), pembelajaran berbasis

masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru

memperkenalkan siswa suatu situasi masalah dan diakhiri dengan

penyajian dan analisis hasil kerja. Kelima langkah tersebut dijelaskan

berdasarkan langkah-langkah pada tabel berikut.

24

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Peran guru Tahap 1

Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau

demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan

masalah yang dipilih.

Tahap 2

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

Tahap 3

Membimbing

penyelidikan individu

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi

yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil

karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,

model serta tugas dengan temannya.

Tahap 5

Menganalisi dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-

proses yang mereka gunakan.

Sumber: Ibrahim (dalam Trianto, 2007:71-72)

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

yang dipakai dalam penelitian ini ialah langkah-langkah pembelajaran menurut

Sumarmi. Langkah-langkah pembelajaran berbasis (Sumarmi, 2012:149), yaitu

(1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3)

membimbing penyelidiakan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan

dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

25

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning)

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) memiliki

kelebihan dan kekurangan. Menurut Sugiyanto (dalam Mutoharoh, 2011:30-31),

kelebihan pembelajaran berbasis masalah sebagai model pembelajaran adalah:

1) Realistik dengan kehidupan nyata

2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

3) Memupuk sifat inquiri siswa

4) Retensi konsep jadi kuat

5) Memupuk kemampuan problem solving (pemecahan masalah)

Selain kelebihan tersebut, model pembelajran berbasis masalah

(problem based learning) juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:

1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks

2) Sulitnya mencari problem yang relevan

3) Sering terjadi miss-konsepsi

4) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup

dalam penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita

untuk proses pembelajaran tersebut, Sugiyanto (dalam Mutoharoh,

2011:31)

4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Learning)

a. Pengertian model pembelajaran langsung (direct learning)

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran

26

efektif guna memperluas materi ajar. (Rosdiani, 2012:6). Adapun yang

dimaksud dengan pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang

sesuatu, sedangkan procedural adalah pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu, menurut Kardi dan Nur (dalam Sofiyah 2010:15).

Model pembelajaran langsung diharapkan dapat menjadi penunjang proses

kegiatan belajar mengajar untuk guru dan siswa, sehingga tujuan

pembelajaran yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang

diperoleh dapat meningkat dengan baik pula.

b. Ciri-ciri pembelajaran langsung (direct learning)

Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi (dalam Trianto,

2007: 29) adalah sebagi berikut:

1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian belajar.

2) Sintaks atau pola keseluruhan alur kegiatan pembelajaran.

3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil.

c. Langkah-langkah pembelajaran langsung (direct learning)

Menurut Trianto (2007:30), pada model pembelajaran langsung

terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pembelajaran

dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang serta mempersiapkan

siswa untuk menerima penjelasan guru.

27

Pembelajaran langsung, menurut Kardi (dalam Trianto, 2007:30)

dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja

kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan

pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.

Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran

harus seefisien mungkin, sehingga dapat merancang dengan tepat waktu

yang digunakan.

Sintaks model pembelajaran langsung tersebut disajikan dalam lima

tahap, seperti ditujukan tabel berikut.

28

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase Peran guru Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

informasi latar belakang pelajaran, pentingnya

pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2

Mendemonstrasikan

pengetahuan dan

keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan

dengan benar, atau menyajikan informasi

tahap demi tahap.

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan

pelatihan awal.

Fase 4

Mengecek pemahaman dan

memberikan umpan

Mencek apakah siswa telah berhasil

melakukan tugas dengan baik, memberikan

umpan balik.

Fase 5

Memberikan kesempatan

untuk pelatihan lanjutan dan

penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan

pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus

pada penerapan kepada situasi lebih kompleks

dan kehidupan sehari-hari.

Sumber: Kardi (dalam Trianto, 2007:31)

Menurut Daniel Muijs dan David Reynold, (dalam Suprijono,

2010:51-52) kelima fase pembelajaran langsung dapat dikembangkan sebagai

berikut;

1) Directing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada seluruh kelas

dan memastikan bahwa semua peserta didik mengetahui apa yang harus

dikerjakan dan menarik perhatian peserta didik pada poin-poin yang

membutuhkan perhatian khusus.

2) Instructing. Guru memberi informasi dan menstrukturisasikan dengan

baik.

3) Demonstrating. Guru menunjukan, mendeskripsikan, dan membuat model

dengan menggunakan sumber serta display visual yang tepat.

29

4) Explaining and illustrating. Guru memberikan penjelasan-penjelasan

akurat dengan tingkat kecepatan yang pas dan merujuk pada metode

sebelumnya.

5) Questioning and discussing. Guru bertanya dan memastikan seluruh

peserta didikikut ambil bagian. Guru mendengarkan dengan seksama

jawaban peserta didik dan merespon secara konstruktif untuk

mengembangkan belajar peserta didik. Guru menggunakan pertanyaan-

pertanyaan terbuka dan tertutup. Guru memastikan bahwa peserta didik

dengan semua kemampuan yang dimilikinya terlibat dan memberikan

kontribusi di dalam diskusi. Guru memberikan waktu kepada peserta didik

untuk memikirkan jawabannya sebelum peserta didik menjawab.

6) Consolidating. Guru memaksimalkan kesempatan untuk menguatkan dan

mengembangkan apa yang sudah diajarkan melalui berbagai macam

kegiatan di kelas. Guru dapat pula memberi tugas-tugas yang difokuskan

dengan baik untuk dikerjakan dirumah. Guru meminta peserta didik

bersama pasangan atau kelompoknya melakukan refleksi atau membahas

sebuah proses. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik

memperluas ide-ide dan penalarannya, membandingkannya dan kemudian

menyempurnakan metode dan cara yang mereka gunakan. Guru meminta

peserta didik memikirkan berbagai macam cara untuk mendekati sebuah

masalah. Guru meminta mereka menggeneralisasikan atau memberi

contoh-contoh yang cocok untuk dijadikan pernyataan umum.

30

7) Evaluating pupil’s responses. Guru mengevaluasi presentasi hasil kerja

peserta didik.

8) Summarizing. Guru merangkum apa yang sudah diajarkan dan apa yang

sudah dipelajari peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran. Guru

mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahpahaman. Guru mengundang

peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan menarik poin-

poin serta ide-ide kunci.

Langkah-langkah pembelajaran langsung (direct learning) yang

dipakai dalam penelitian ini ialah langkah-langkah pembelajaran menurut

Suprijono. Langkah-langkah pembelajaran langsung (Suprijono, 2010:50),

yaitu

1. menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik,

2. mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan,

3. membimbing pelatihan,

4. mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik,

5. memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran langsung (direct

learning)

Model pembelajaran langsung dirancang secara langsung untuk proses

belajar siswa yang berkaitan dengan keterampilan dasar yang diajarkan

selangkah demi selangkah. Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau

dimodelkan dengan selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar

siswa. Hasil ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

31

Stalling, dkk menunjukan bahwa guru yang mengorganisasikan kelasnya yang

memungkinkan berlangsungnya pembelajaran terstruktur menghasilkan rasio

keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang tinggi pula. Adapun

kelemahan model pembelajaran langsung adalah kurang cocok untuk

mengajarkan keterampilan sosial atau kreativitas, proses berfikir tingkat tinggi

dan konsep-konsep yang abstrak (Makhrus dalam Sofiyah, 2010:22-23).

B. Penelitian yang Relevan

Saat ini sudah banyak peneliti yang mengkaji mengenai perbedaan hasil

belajar siswa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan

model pembelajaran langsung (direct learning), diantaranya dilakukan oleh

Bilqis, A. Syachruroji, M. Taufik (2016), Ari wahyu nugroho & Lusia

Rakhmawati (2015).

Bilqis, A. Syachruroji, M. Taufik (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

“Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

antara Model Problem Based Learning dengan Model Pembelajaran Langsung”,

mengatakan bahwa penggunaan model pembelajaran inovatif dan kreatif sangat

diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar geografi, banyak sekali model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, namun masih

banyak ditemui dilapangan guru masih banyak yang menggunakan model

pembelajaran konvensional. Kurangnya variasi model pembelajaran ini

mengakibatkan siswa kurang aktif sehingga minat, semangat dan keatifan belajar

siswa kurang yang berakibat pada hasil belajar mereka yang relatif rendah atau

32

kurang maksimal. Kondisi ini juga ditemukan dibeberapa sekolah. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa, hasil

belajar siswa dengan model apa yang lebih tinggi, dan aktivitas siswa pada proses

pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V pada materi peristiwa alam di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan bentuk

design nonequivalent control group design. Dalam penelitian ini menggunakan

dua kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Kelompok pertama adalah

kelompok yang pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning

sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran langsung sebagai kelas

kontrol. Dalam penelitian ini menggunakan dua kelompok yang diberi perlakuan

berbeda. Kelompok pertama adalah kelompok yang pembelajarannya

menggunakan model problem based learning sebagai kelas eksperimen,

sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran langsung sebagai kelas kontrol. tersebut

sebesar 9,1. Selisih tersebut mengindikasikan bahwa kedua kelas memiliki

perbedaan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan peristiwa alam di

Indonesia. hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen dari 55.66 menjadi

74.87 dengan selisih 19,21, sedangkan hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol

dari 55,48 menjadi 65,77 dengan selisih 10,29. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan peristiwa alam di

Indonesia antara kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based

33

Learning dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung.

Selain itu, dapat terlihat pula bahwa hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan

peristiwa alam di Indonesia pada kelas eksperimen yang menggunakan model

Problem Based Learning lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang menggunakan

model pembelajaran langsung. Persamaan antara penelitian Bilqis, A. Syachruroji,

M. Taufik dengan penelitian ini yaitu sama-sama hasil belajar, serta sama sama

menggunakan metode penelitian kuantitatif. Perbedaannya adalah tempat

penelitiaan yang dilakukan, tempat penelitian dalam Bilqis, A. Syachruroji, M.

Taufik yaitu SD N Panancangan 3 Kota Serang, sedangkan tempat penelitiaan

dalam penelitian ini adalah MA Al Asror Patemon. Mata pelajaran yang diteliti

juga berbeda, mata pelajaran dalam penelitian Bilqis, A. Syachruroji, M. Taufik

adalah mata pelajaran IPA, sedangkan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran

geografi.

Berdasarkan hasil penelitian Ari wahyu nugroho & lusia rakhmawati (2015)

dengan judul “perbedaan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model

pembelajaran langsung dengan bantuaan software proteus pada mata pelajaran

penerapan rangkaian elektronik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI

teknik audio video di SMK Negeri 7 Surabaya”, mengatakan bahwa penelitian ini

bertujuan mengetahui perbedaan penggunaan model pembelajaran berdasarkan

masalah (Problem Based Learning) dan model pembelajaran langsung terhadap

hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa pada mata pelajaran penerapan

rangkaian elektronika kelas XI teknik audio video di SMK Negeri 7 Surabaya.

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan bentuk design

34

nonequivalent control group design. Dalam penelitian ini menggunakan dua

kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Kelompok pertama adalah kelompok

yang pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning sebagai

kelas eksperimen, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran langsung sebagai kelas

kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Berdasarkan hasil perhitungan

menggunakan uji-t pada taraf signifikansi (α) = 0,05, didapatkan thitung > ttabel

yaitu 5,661>2,00, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan (H1) diterima, maka

dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dan kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran langsung. (2) Berdasarkan perhitungan rata-

rata tingkat keaktifan siswa pada kelas eksperimen sebesar 3,50 dan pada kelas

kontrol sebesar 3,33, sehingga dapat disimpulkan keaktifan siswa pada kelas

eksperimen lebih unggul dibandingkan keaktifan siswa kelas kontrol. Persamaan

antara penelitian Ari wahyu nugroho & lusia rakhmawati dengan penelitian ini

yaitu sama-sama hasil belajar, serta sama sama menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Perbedaannya adalah tempat penelitiaan yang dilakukan, tempat

penelitian dalam Ari wahyu nugroho & lusia rakhmawati yaitu SMK N 7

Surabaya, sedangkan tempat penelitiaan dalam penelitian ini adalah MA Al Asror

Patemon. Mata pelajaran yang diteliti juga berbeda, mata pelajaran dalam

penelitian Ari wahyu nugroho & lusia rakhmawati adalah mata pelajaran audio

video, sedangkan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran geografi.

35

Berdasarkan hasil penelitian Ibnu Hafiz (2015) dengan judul “Perbedaan

Hasil Belajar Siawa yang Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

dengan Model Pembelajaran Langsung pada Materi Pencemaran Lingkungan di

Kelas X MAN 1 Medan”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah dengan model pembelajaran Langsung pada materi Pencemaran

Lingkungan di Kelas X MAN 1 Medan. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Jurusan IPA MAN 1 Medan yang

terdiri dari 420 Siswa. Sampel kelas dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik

Cluster random sampling. Teknik pengumpulan data hasil belajar menggunakan

metode tes. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan uji t-dua pihak. berdasarkan hasil perolehan hasil belajar siswa

terlihat adanyaperbedaan yang signifikan dimana rata-rata hasil belajar siswa yang

diajarmenggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebesar 72,50

sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran Langsung sebesar 60,63. Adapun perbedaan hasil belajar siswa

yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model

pembelajaran langsung sebesar 16,37 %. Adanya perbedaan hasil belajar siswa

pada kedua kelas penelitian tersebut dibuktikan melalui uji hipotesis dengan

menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan (α = 0,05), dimana thitung < tabel

yaitu 4,479 < 1,666, yang berarti Ha diterima dan menolak Ho yang berarti Ada

perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah dengan model pembelajaran Langsung pada materi Pencemaran

36

Lingkungan di kelas X MAN 1 Medan T.P 2015/2016. Persamaan antara

penelitian Ibnu Hafiz dengan penelitian ini yaitu sama-sama hasil belajar, sama-

sam mata pelajaran geografi, serta sama sama menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Perbedaannya adalah tempat penelitiaan yang dilakukan, tempat

penelitian dalam Ibnu Hafiz yaitu MAN 1 Medan, sedangkan tempat penelitiaan

dalam penelitian ini adalah MA Al Asror Patemon. Sampel penelitian dalam

pnelitian Ibnu Hafiz juga berbeda, dalam penelitian Ibnu Hafiz sampel

penelitiannya ialah kelas X, sedangkan dalam penelitian ini sampel penelitiannya

ialah kelas XI IPS.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran geografi di MA Al Asror masih menggunakan model

pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan diskusi. Metode ceramah

menjadikan siswa hanya sebagai pendengar dan pembelajaran menjadi berpusat

kepada guru. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar dan aktivitas

siswa, maka perlu adanya inovasi model pembelajaran dengan model

pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar yaitu model

pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung.

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) ini

membuat siswa mampu menganalisis masalah dalam kehidupan nyata yang

dikaitkan dengan materi pembelajaran, dengan penerapan model pembelajaraan

ini siswa dituntut kreatif untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan guru.

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat

37

merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga mampu

meningkatkan hasil belajar dari siswa.

Model pembelajaran langsung (direct learning) merupakan model

pembelajaran dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang

terstruktur dengan baik yang diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,

selangkah demi selangkah. Siswa diharapkan mampu terlibat aktif dalam

pembelajaran dengan tahapan-tahapan yang terstruktur. Metode pembelajaran

langsung memungkinkan siswa memahami pemahaman konsep secara

mendalamdan biasanya diakhiri dengan pembuatan tugas ataupun karya ilmiah

siswa, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai perbedaan hasil

belajar siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) dan model pembelajaran langsung (direct learning) MA Al Asror tahun

ajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengetahui perbedaan

hasil belajar dari model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

dan model pembelajaran langsung (direct learning). Berdasarkan uraian diatas

maka kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

38

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Pembelajaran Geografi KD 3.1 Pelestarian Lingkungan Hidup

Sintaks Model Pembelajaran langsung: 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa 2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan 3. Membimbing pelatihan 4. Mengecek pemahaman dan memberikan

umpan 5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan

lanjutan dan penerapan

Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah:

1. Orientasi siswa pada masalah

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

3. Membimbing penyelidikan individu maupun

kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya

5. Menganalisi dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Keunggulan:

1. guru mengendalikan isi materi

2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas

yang besar maupun kecil

3. Cara paling efektif untuk mengajarkan konsep

dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit

kepada siswa yang berprestasi rendah

4. menekankan kegiatan mendengarkan

kekurangan:

1. sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal

kemampuan, pengetahuan awal, tingkat

pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,

atau ketertarikan siswa

2. sulit bagi siswa untuk mengembangkan

keterampilan sosial dan interpersonal mereka

3. kesuksesan strategi pembelajaran ini

bergantung pada image guru

4. sangat bergantung pada gaya komunikasi guru

Keunggulan:

1. Realistik dengan kehidupan nyata

2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

3. Memupuk sifat inquiri siswa

4. Retensi konsep jadi kuat

5. Memupuk kemampuan problem solving

Kekurangan:

1. Persiapan pembelajaran yang kompleks

2. Sulitnya mencari problem yang relevan

3. Sering terjadi miss-konsepsi

4. Konsumsi waktu

Kompetensi yang dihasilkan:

1. Kognitif

2. Afektif

3. Psikomotorik

Kompetensi yang dihasilkan:

1. Kognitif

2. Afektif

3. Psikomotorik

39

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan permasalah yang telah disampaikan di atas

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan hasil belajar geografi

yang signifikan antara model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) dengan model pembelajaran langsung (direct learning) MA Al Asror

Patemon tahun ajaran 2016/2017.

98

98

BAB V PENUTUP

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan hasil

belajar geografi antara model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) dengan model pembelajaran langsung (direct learning) MA Al Asror

Patemon Tahun Ajaran 2016/2017, maka dapat diperoleh simpulan sebagai

berikut :

Hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen diperoleh rata-rata klasikal

sebesar 79,21, sedangkan hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol diperoleh

rata-rata klasikal sebesar 68,27. Hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen

secara keseluruhan mencapai skor rata-rata 71,66% dengan kategori aktif,

sedangkan hasil belajar afektif siswa kelas kontrol secara keseluruhan mencapai

skor rata-rata 51,28% dengan kategori cukup aktif. Hasil belajar psikomotorik

siswa kelas eksperimen secara keseluruhan mencapai skor rata-rata 68,75%

dengan kategori aktif, sedangkan hasil belajar psikomotorik siswa kelas kontrol

secara keseluruhan mencapai skor rata-rata 55,80% dengan kategori cukup aktif.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian memberikan beberapa saran guna

meningkatkan kualitas belajar mengajar di kelas :

99

1. Guru harus memiliki kinerja guru yang baik agar dapat memandu proses

pembelajaran dengan mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek).

2. Guru mengikuti pengarahan atau pelatihan yang berkaitan dengan model-

model pembelajaran.

3. Hasil penelitian terkait sarana dan prasarana pendidikan secara umum sudah

baik, akan tetapi perlu adanya peningkatan yang lebih baik lagi, diantaranya

yaitu sarana dan prasarana MA Al Asror Patemon berupa LCD proyektor

karena penggunaan harus bergantian dengan kelas lain.

4. Peneliti lain dapat menerapkan penelitian sejenis dengan penyempurnaan yang

optimal sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

Geografi.

100

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

A.M, Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bilqis, dkk. 2016. Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara Model Problem Based Learning dengan Model Pembelajaran Langsung.

Vol.2 No.2. (pdf). Diunduh pada (7/12/2016)

Damayanti. 2016. Pengaruh Penggunaan Media Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar

Geografi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IIS SMA Negeri 3 Semarang.

Skripsi. UNNES. Semarang.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Reseearch Jilid 4. Yogyakarta: Andi Offset.

Hafiz, Ibnu. 2015. Perbedaan Hasil Belajar Siawa yang Menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung pada Materi Pencemaran

Lingkungan di Kelas X MAN 1 Medan. Skripsi. UNIMED. Medan.

Mulyasa, E. 2008a. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutoharoh. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Jakarta.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi.2008.Metodologi Penelitian.Jakarta:Bumi Aksara

Nugroho Ari Wahyu, Lusia Rakhmawati. 2015. perbedaan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran langsung dengan bantuaan software proteus pada mata pelajaran penerapan rangkaian elektronik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI teknik audio video di SMK Negeri 7 Surabaya. No.03 Vol.04. (pdf).

Diunduh pada 7/12/2016)

Rosdiani, Dini (2012). Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung Alfabeta.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Rajawali Pers.

Sofiyah. 2010. Pengaruh model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar fisika siswa.

Skripsi. Universitas islam syarif hidayatullah. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

100

101

Algasindo. . 2014. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono . 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media Publishing.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.