jurnalistik seputar bentuk, produk, bahasa & kode etik

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jurnalistik merupakan sebuah ilmu, sebab jurnalistik memiliki metode.”metode berarti penyelidikan berlangsung menurut suatu rencana tertentu.” 1 Jurnalistik juga merupakan cikal bakal dari sebuah ilmu, yakni ilmu komunikasi. Jurnalistik ada karena sejarah ilmu komunikasi setelah retorika dan publisistik. Pada mulanya kegiatan jurnalistik berkisar pada hal-hal yang bersifat informatif saja. Jurnalistik pertama kali di kenalkan oleh negara Amerika yang menyebut istilah jurnalistik sebagai istilah journalism. Perkembangannya di mulai sejak tahun 1960. Berawal dengan terbitnya surat kabar yang pertama “Public Occurences Both Foreign and Domestic” oleh Benjamin Harris di Bostan, jurnalistik terus berkembang dari masa kemasa. Jurnalistik juga dikenalkan pada lembaga- lembaga pendidikan formal. Pendidian jurnalistik di negeri Paman Sam, mulai berkembang pada tahun akademi 1 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm. 1. 1

Upload: phebtwo-ayy

Post on 30-Nov-2014

1.828 views

Category:

Education


5 download

DESCRIPTION

makalah ini saya upload untuk pembelajaran atau referensi bagi kalian yang bingung atau membutuhkan materi seperti apa yang sudah saya tulis kali ini

TRANSCRIPT

Page 1: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jurnalistik merupakan sebuah ilmu, sebab jurnalistik memiliki

metode.”metode berarti penyelidikan berlangsung menurut suatu rencana

tertentu.”1 Jurnalistik juga merupakan cikal bakal dari sebuah ilmu, yakni ilmu

komunikasi. Jurnalistik ada karena sejarah ilmu komunikasi setelah retorika dan

publisistik. Pada mulanya kegiatan jurnalistik berkisar pada hal-hal yang bersifat

informatif saja. Jurnalistik pertama kali di kenalkan oleh negara Amerika yang

menyebut istilah jurnalistik sebagai istilah journalism. Perkembangannya di mulai

sejak tahun 1960. Berawal dengan terbitnya surat kabar yang pertama “Public

Occurences Both Foreign and Domestic” oleh Benjamin Harris di Bostan,

jurnalistik terus berkembang dari masa kemasa. Jurnalistik juga dikenalkan pada

lembaga-lembaga pendidikan formal. Pendidian jurnalistik di negeri Paman Sam,

mulai berkembang pada tahun akademi 1912/1913, dengan dibukanya school of

jurnalism di Columbia University.2

Kemudian dengan seiringnya perkembangan zaman dan majunya

teknologi yang begitu pesat dapat menghasilkan radio dan televisi, jurnalistik

menjadi semakin luas karena tidak lagi mengolah laporan harian untuk sarana

surat kabar, tetapi juga untuk sarana radio dan televisi.

Oleh karena itu di zaman modern seperti ini jurnalistik merupakan salah

satu bidang ilmu komunikasi yang di minati oleh banyak kalangan, baik hanya

untuk sekedar mengerti atau bahkan sebagai media pembelajaran. Di sekolah-

1 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm. 1.2 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik pendekatan (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 19.

1

Page 2: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

sekolah, universitas jurnalistik pun menjadi pelajaran yang di ajarkan. Akan tetapi

banyak yang belum bisa memahami tentang jurnalistik. Bahkan membedakan

antara jurnalistik media cetak dengan jurnalistik elektronik pun banyak yang tidak

sanggup untuk menguraikannya.

Penulis menulis makalah ini untuk memecahkan solusi dari permasalahan

yang ada pada saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari jurnalistik ?

2. Bagaimana bentuk-bentuk jurnalistik ?

3. Apa produk yang di hasilkan dalam kegiatan jurnalistik?

4. Bagaimana ruang lingkup pers ?

5. Bagaimana bahasa yang di gunakan dalam jurnalistik?

6. Bagaimana klasifikasi, jenis, dan nilai berita ?

7. Bagaimana kode etik jurnalistik di Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui/memahami pengertian jurnalistik,

2. Mengetahui bentuk-bentuk jurnalistik yang ada,

3. Untuk mengetahui produk apa yang di hasilkan dalam kegiatan

jurnalistik,

4. Untuk mengetahui ruang lingkup pers seperti, fungsi utama pers,

karakteristik pers.

5. Mengetahui bahasa yang di gunakan dalam jurnalistik.

6. Untuk mengetahui dafinisi berita, jenis-jenis berita.

7. Mengetahui Kode Etik jurnalistik untuk wartawan Indonesia.

2

Page 3: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian jurnalistik

Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah lama dikenal manusia di dunia ini.

Sebab kegiatan yang dimaksud selalu hadir di tengah-tengah masyarakat,

khusunya masyarakat modern sekarang ini.

“Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam

bahasa perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Sederhananya

jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan

atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers,

bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan

pers, atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Dalam

kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit,

dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya. Menurut ensiklopedi

Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian

informasi tentang kejadian atau kehidupan sehari-hari secara berkala dengan

menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.”3

Namun demikian untuk menguji kebenaran dan ketepatan definisi

tersebut, ada baiknya kita simak pula definisi-definisi yang dikemukakan para

pakar di bidang jurnalistik.

“Adinegoro menegaskan, jurnalistik adalah semacam

kepandaian mengarang yang pokoknya memberi pekabaran pada

masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersirat seluas-luasnya (Amar,

1984:30). Astrid S. Susanto melalui bukunya, komunikasi Massa (1986:73)

mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan

serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. Senada dengan Onong

Uchjana Effendy (1981: 102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan

3 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita Dan Feature (Bandung: Simbiosis Rekatama Media, 2005), hlm. 2.

3

Page 4: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai

dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat. Begitu juga A.W.

Widjaja (1986 : 27) menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu

kegiatan komunikasi yang diartikan dengan cara menyiarkan berita ataupun

ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual

dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya.”4

Menurut saya sendiri jurnalistik merupakan kegiatan mencari sebuah

peristiwa atau kegiatan dengan tujuan disebarluaskan melalui sebuah media.

2.2 Bentuk Jurnalistik

Ilmu Jurnalistik hanya ada satu, tetapi penerapannya ke dalam bentuk

karya jurnalistik itu beragam. Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya.

Jurnalistik dibagi ke dalam tiga bagian besar yakni : “jurnalistik media cetak

(newspaper and magazine journalism), jurnalistik media elektronik auditif (radio

broadcast journalism), jurnalistik media audiovisual (television jurnalism)”.5

Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing.

1. Jurnalistik Media Cetak

Jurnalistik media cetak, boleh dikatakan model jurnalistik yang paling

tua, atau yang kali pertama muncul. Meski model awalnya belum berbentuk media

surat kabar atau majalah seperti sekarang ini, namun keberadaan "media tercetak"

Acta Diurna yang digagas Julius Caesar boleh dikatakan sebagai tonggak awal

lahirnya jurnalistik media cetak, yang kemudian disusul dengan "media tercetak"

lainnya, seperti Avisa Realtion Oder Zeitung, Weekly News pada abad ke-16.

Jurnalistik media cetak adalah aktivitas mengumpulkan, menyeleksi,

mengolah dan menyampaikan informasi kepada khalayak melalui media massa

4 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik : seputar organisasi, produk & Kode Etik (Bandung: Nuansa Cendekia, 2004), hlm. 21.

5 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 4.

4

Page 5: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

tercetak.atau bisa diartikan sebuah ilmu, proses dan produk informasi yang

disajikan kepada khalayak luas melalui media cetak.

Produk Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar, jurnalistik

surat kabar mingguan, jurnalistik tabloid harian, jurnalistik tabloid mingguan, dan

jurnalistik majalah. Surat kabar, menyajikan hal-hal populer, termasuk berita-

berita kriminilitas, dicetak dengan kepala berita yang sensasional dan besar-besar

dengan dihiasi gambar2 besar dan mencolok. Tabloid, barang cetakan yang

betuknya setengah surat kabar harian dan umumnya full color.sedangkan majalah,

terbitan berkala yang memuat artikel dari berbagai penulis. Biasanya mingguan,

dwimingguan, bulanan atau dua bulanan

Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal

dan visual. “Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan

menyusun kata-kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan

komunikatif. Visul, menunjukkan pada kemampuan kita dalam menata,

menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi

perwajahan.”6

Dalam perspektif jurnalistik, “setiap informasi yang disajikan kepada

khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat. Melainkan juga harus menarik,

membangkitkan minat dan selera baca (surat kabat,majalah), selera dengar (siaran

radio), dan selera menonton (televisi).”7 Inilah sebab-sebab yang membedakan

karya jurnalistik dengan karya lainnya seperti karya ilmiah.

Prinsip jurnalistik media cetak yaitu :

“Prinsip man is reader

6 Ibid, hlm 47 Ibid, hlm 5

5

Page 6: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Pembaca bebas memilih topik, informasi, atau berita yang

disukai. Bertolak dari hal itu maka sajian informasi dan berita yang

menyangkut berbagai bidang kehidupan harus bersifat pilihan.

Pembaca juga aktif memilih berita yang relevan bagi dirinya.

Prinsip Right like your talk

Prinsip ini memiliki 2 pengertian, (1) arti naratif dan tak

langsung, (2) mengandung arti deskriptis yang langsung. Karena itu

wartawan, harus obyektif, tidak boleh berpihak. Ketika menulis ia

harus dalam posisi sebagai pihak ketiga dan menuliskan beritanya

dengan penulisan tak langsung (indirect) dan naratif

(menceritakan).

Rumus Konvesional 5W’s H

Dalam laporan jurnalis menyebutkan kejadian apa (what),

mengapa kejadian itu terjadi (why), kapan kejadian itu terjadi

(when), siapa saja yang terlibat dalam kejadian itu (who), dimana

kejadian itu berlangsung (where), dan bagaimana berlangsungnya

kejadian itu (how). Teknik penyajiannya dapat berbentuk piramida

tegak atau piramida terbalik dan kronologis. Sistem penulisan

piramida tegak berarti penulisan naskah tidak terikat oleh waktu.

Sistem penulisan piramida terbalik dibuat khusus untuk berita yang

penyajiannya sangat terikat waktu. Sedangkan sistem penulisan

Kronologis, sajiannya berdasarkan pada urutan kejadian.”8

Adapun karakter dari media cetak yaitu :

Informasi yg akan disajikan dapat dinikmati melalui proses

tercetak

Isi pesan tercetak, krn itu dapat dibaca di mana dan kapan saja

Isi pesan dapat dibaca berulang-ulang

Hanya menyajikan peristiwa atau pendapat yg telah terjadi

Tidak dapat menyajikan pendapat narasumber secara langsung

Penulisan dibatasi oleh kolom dan halaman

Makna berkala dibatasi oleh hari, minggu dan bulan

8 Ibid, hlm 5

6

Page 7: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Distribusi melalui transportasi darat, laut dan udara

Bahasa yg digunakan formal dgn mempertimbangkan efisiensi

dan efektivtas serta menjauhi makna ganda, namun tetap

sederhana

Kalimat dapat panjang dan rinci dgn prinsip easy reading

formula (ERF) 9

2. Jurnalistik Media Elektronik Auditif (Radio)

Keberadaan jurnalistik radio, pada dasarnya merupakan kelanjutan dari

jurnalistik media cetak. Hal ini seiring dengan ditemukannya perangkat teknologi

radio yang ternyata memiliki kemampuan untuk meningkatkan transfer informasi

kepada khalayak luas lebih cepat.

Radio yang kali pertama ditemukan oleh “seorang ahli fisika

berkebangsaan Skotlandia tahun 1864, yaitu James C Maxwell,”10 dalam

perkembangannya semakin dilirik kalangan jurnalis untuk menjadi media

alternative penyiaran informasi. Semenjak itulah, radio dipandang sebagai media

alternative dalam menyampaikan informasi kepada khalayak selain media cetak.

“Siaran radio muncul di tengah-tengah masyarakat Amerika Serikat pada dekade

1920-1930 sempat terjadi apa yang dinamakan mereka the Press Radio War,

perang antara pers dan radio. Pers pada waktu itu merasa disaingi oleh kecepatan

radio dalam menyiarkan berita.”11

Jurnalistik media elektronik auditif adalah Proses penyampaian informasi

kepada khalayak melalui media radio. Atau lebih tepatnya jurnalistik radio adalah

9 J.B. Wahyudi, Dasar-dasar jurnalistik radio dan televisi (Jakarta:Gajah Gita Nuasa,1996), hlm. 8.

10 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikas teori dan praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), hlm. 152.

11 Ibid, hlm. 152.

7

Page 8: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah dan menyampaikan

uraian fakta (kejadian dan opini) melalui media radio.

Jurnalistik radio Lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal. “Dimensi

verbal yang dimaksud yaitu berhubungan dengan kemampuan menyusun kata,

kalimat, dan paragraf secara efektif dan komunikatif, agar selera pendengar atau

penikmat radio dapat terpenuhi.”12

Adapun karakter dari radio yaitu :

Proses yang digunakan yaitu pemancaran/transmisi

Isi pesan audio dapat didengar sekilas sewaktu ada siaran

Tidak dapat diulang

Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi

Dapat menyajikan pendapat (audio) narasumber secara langsung

Penulisan dan makna berkalanya dibatasi oleh detik, menit, dan

jam.

Bahasa yang digunakan formal dan non-formal (bahasa tutur)

Kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas13

3. Jurnalistik Media Audiovisual (Televisi)

Jurnalistik televisi ada Jurnalistik media elektronik audiovisul merupakan

kegiatan pengolahan dan penyiaran berita yang dilakukan melalui media televisi

atau bisa diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan

informasi berupa berita, feature, advertising, dan opini melalui media massa

kepada khalayak melalui media televisi.”televisi sebagai media menyebarkan ke

seluruh tubuh sosial tidak hanya ide pembahasan ataupun opini, tetapi juga nilai

hedonis sehingga mempengeruhi integritas sosial.”14

12 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 5.13 Opcit, J.B. Wahyudi, hlm. 8.14 Rieka Mustika,S.Pd,”Budaya Penyiaran Televisi Indonesia”,Masyarakat Telematika dan

Informatika, Volume III, 1 (Juni 2012), hlm. 55.

8

Page 9: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

“Jurnalistik televisi merupakan gabungan dari segi verbal,

visual, teknologikal, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan

kata-kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual, lebih banyak

menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat.

Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkauan siaran, kualitas suara, dan

gambar yang dihasilkan serta dapat diterima oleh pesawat televisi penerima

di rumah-rumah. Dramatikal, berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai

dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara

simultan. Aspek dramatikal televisi inilah yang tidak dipunai media massa

radio dan surat kabar. Asper dramatikal televisi menggabungkan tiga

kekuatan sekaligus; kekuatan gambar, suara, dan kata-kata. Inilah yang

disebut efek bersamaan dan efek simultan televisi.”15

Adapun karakter dari televisi yaitu :

Proses yang digunakan yaitu pemancaran/transmisi

Isi pesan audiovisual dapat dilihat dan didengar sekilas sewaktu

ada siaran

Tidak dapat diulang

Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi

Dapat menyajikan pendapat (audiovisual) narasumber secara

langsung

Penulisan dan makna berkalanya dibatasi oleh detik, menit, dan

jam.

Distribusi melalui pemancaran/transmisi.

Bahasa yang digunakan formal dan non-formal (bahasa tutur)

Kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas16

Sejarah perkembangan televisi di Indonesia mengalami pasang surut,

sesuai dengan perkembangan politik.

“Di massa pemerintahan Orde Lama TVRI merupakan satu-

satunya media televisi di Indonesia yang digunakan alat perjuangan

sebagai media massa lainnya. Dimasa pemerintahan Orde Baru TVRI, dan

15 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 5.16 Opcit, J.B. Wahyudi, hlm. 8.

9

Page 10: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

RRI difungsikan sebagai corong Pemerintahan, dan media pembangunan.

Namun dmikian pasca regulasi bidang penyiaran wajah televisi di

Indonesia mengalami pergeserah yang cukup signifikan.”17

2.3 Produk Jurnalistik

Dalam era demokrasi seperti sekarang ini kegiatan jurnalistik sangat

perlu dan penting, sebab semua orang tidak bisa mengatur atau berbuat sesuatu

bagi dirinya tanpa memperoleh informasi terlebih dahulu. Informasi-informasi

yang dimaksud bisa terkait dengan masalah politik, ekonomi, sosial budaya,

keamanan, dan lain-lain, antar lain dapat diperoleh dengan meminati dan

menikmati produk jurnalistik seperti isi muatan dari surat kabar, siaran radio

maupun televisi.

“Adapun informasi dimaksud dapat diutarakan dalam bentuk

pemberitahuan berupa : (1) penyampaian berita, (2) pemberian ketarangan

atau penerangan, dan (3) perkenalan. Bertalian dengan tujuan jurnalistik

yang memberikan informasi dengan maksud mempengaruhi orang lain,

dalam arti mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku orang lain. Oleh

karena itu, dalam konteks jurnalistik pemberitahuan pun dikenal sebagai

produk jurnalistik yang berupa: (1) News (berita), (2) Views (pandangan,

komentar, ulasan), dan Advertisement (iklan/perkenalan yang bersifat

propaganda).”18

Menurut buku jurnalistik indonesia karangan Haris Sumadirian

mengatakan “dari tiga kelmpok besar itu, hanya berita (news) dan opini (view)

saja yang disebut produk jurnalisti. Iklan bukanlah produk jurnalistik, walaupun

teknik yang digunakannya merujuk pada teknik jurnalistik”

17 Logcit, hlm. 52.18 Opcit, Kustadi Suhandang, hlm. 102.

10

Page 11: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Kelompok berita (news), meliputi antar lain berita langsung (straight

news), berita menyeluruh (comprehensive news), berita mendalam (depth news),

pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news),

berita khas bercerita (feature news).19

Kelompok opini (views), meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel,

kolom, esai, dan surat pembaca. Sedangkan kolom iklan, mencakup berbagai jenis

dan sifat iklan mulai dari iklan produk barang dan jasa, iklan keluarga, sampai

pada iklan layanan masyarakat. “Untuk memisahkan seara tegas antar berita dan

opini maka tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, dan surat pembaca

ditempatkan dalam satu halaman khusu, inilah yang disebut halaman opini

(opinion page).”20

1. Tajuk Rencana

Tajuk rencana atau editorial adalah suatu opini berisi pendapat dan sikap

resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual,

fenomenal, dan atau kontroversial yang berkembang dalam masyarakat. Opini

yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili sekaligus mencerminkan

pendapat dan sikap resmi media pers bersangkutan secara keseluruhan sebagai

suatu lembaga penerbitan media berkala. Karakter dan kepribadian pers terdapat

sekaligus tercermin dalam tajuk rencana.

2. Karikatur

19 Untuk lebih lengkapnya silahkan baca pembahasan tentang klasifikasi, jenis, nilai berita, cara mencari, meliput, dan menulis berita

20 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 6.

11

Page 12: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Secara etimologis, karikatur adalah gambar wajah dan karakteristik

seseorang yang diekspresikan secara berlebih-lebihan. Dalam “Encyclopedia of

The Art” dijelaskan, karikatur merupakan representasi sikap atau karakter

seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur

juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik. Karikatur juga

mencakup semua peristiwa yang terjadi, diliput, dan menjadi sorotan pers. Ia

bahkan termasuk karya seni grafis. Menggambar karikatur termasuk proses kreatif

seorang ahli grafis sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat

menyajikan gambar yang memenuhi kaidah komposisi, gradasi, dan aksentuasi

secara tajam dan serasi. Sebagai jurnalis, ia pandai memilih topik ang sedang

aktual, menyangkut kepentingan masyarakat umum, dan mengemasnya dalam

paduan gambar serta kata-kata yang singkat, lugas, sederhana. Sebuah karikatur

dikatakan efektif apabila karikatur itu telah menjalankan fungsinya, yakni

karikatur harus membuat senyum untuk semua.

3. Pojok

Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa

tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial, untuk kemudian dikomentari

oleh pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang mengusik, menggelitik,

dan adakalanya reflektif. Tujuannya untuk mencubit, mengingatkan, atau

menghugat sesuai dengan fungsi kontrol sosial yang dimiliki pers.  Kritis tetapi

etis. Sesuai dengan namanya, pojok ditempatkan disebelah pojok. Dalam setiap

edisi penerbitan, pojok memuat tiga-lima butir kutipan pernyataan atau peristiwa

menarik untuk dikomentari.

12

Page 13: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Rubrik pojok memiliki ciri-ciri yang hampir sama setiap surat kabar di

Indonesia :

“a) Pojok berisi dua alinea.

Alinea pertama menyajikan suntingan berita atau peristiwa. Alinea

kedua menyajikan opini atau pandangan-pandangan dari lembaga

surat kabar sebagai respons terhadap isi yang tersaji dalam alinea

pertama.

b) Isi yang disajikan baik dalam alinea pertama maupun dalam alinea

kedua, biasanya terangkai dalam kalimat-kalimat pendek.

c) Opini atau pandangan-pandangan dari lembaga surat kabar disajikan

dalam kalimat-kalimat yang bersifat sinis dan humoris. Selain ketiga

ciri itu, ada ciri lain yang melekat dalam pojok. Yakni, judul rubrik

pojok dan nama penjaga pojok itu sendiri.

d) Topik- topik ulasan yang disajikan dalam rubrik pojok sangat luas :

sosial, ekonomi, politik, militer, olahraga, budaya, agama, kesenian

kebudayaan, kriminalitas, kemanusiaan, tragedi, flora, dan fauna.”21

4. Artikel

Secara umum, artikel dapat dibedakan menurut jenis serta tingkat

kesulitan yang dihadapinya, antara lain :

“a) Artikel Praktis

Artikel praktis lebih banyak bersifat petunjuk praktis cara

melalakukan sesuatu (how to do it), misalnya petunjuk cara

membuka internet, cara praktis merawat bonsai, sepuluh langkah

membuat kue tart, kiat ramping dan cantik dalam 15 hari, atau cara

cepat menguasai rumus dan hitungan matematika.

b) Artikel Ringan

Artikel ringan lazim ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja,

wanita, keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak mengangkat topik

bahasan yang ringan dengan cara penyajian yang ringan pula, dalam

arti tidak menguras pikiran kita. Untuk menerima atau mencernanya,

21 Ibid, hlm. 9.

13

Page 14: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

kita sebagai pembaca tidak memerlukan persiapan dan perhatian

secara khusus. 

c) Artikel Halaman Opini

Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini

bersama tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok,

kolom, dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah

secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis

akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah, artikel opini kerap

ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan,

pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai di bidangnya

masing-masing.

d) Artikel Analisis Ahli

Artikel analisis ahli biasa kita temukan pada halaman murka,

halaman-halaman berita, atau halaman dan rubrik-rubrik khusus

tertentu. Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli

atau pakar di bidangnya dalam bahasa yang populer dan

komunikatif. Artikel analisis ahli mengupas secara tajam dan

mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi sorotan dan bahan

pemnicaraan hangat masyarakat. Topik yang diangkat dan dibahas

macam-macam, seperti ekonomi, politik, prndidikan, sosial, agama,

budaya, industri, iptek.”22

5. Kolom

Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan

aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang

terdapat dalam masyarakat. Kolom lebih banyak mencerminkan cap pribadi

penulis. Bandingkan dengan sifat artikel yang lebih banyak memapar melebar.

Kolom ditulis secara inferensial. Artikel ditulis secara referensial. Biasanya dalam

tulisan kolom terdapat foto penulis. Sangat dianjurkan, tulisan kolom disertai foto

penulis. Kolom berasal dari bahasa Inggris. Column. Orangnya disebut columnist.

22 Ibid, hlm. 12.

14

Page 15: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Dalam bahasa inggris, istilah kolumnis diartikan sebagai penulis karangan khusus

berupa komentar, saran, informasi, atau hiburan, pada surat kabar atau majalah

secara reguler. Di tangan para kolumnis profesional, topik apapun yang dibahas,

mulai dari yang ringan seperti masalah pakaian dinas pejabat, sampai yang berat

seperti kecenderungan makin banyaknya wakil rakyat di tingkat kota dan

kabupaten yang hobby memakan uang rakyat, tersaji dalam cerita singkat yang

memikat, logis rasional, enak dibaca dan perlu. Benar-benar menggairahkan.

Benar-benar menyegarkan.

6. Surat pembaca

Surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dan

dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya berisi

keluhan atau komentar pembaca tentang apa saja yang menyangkut kepentingan

dirinya atau masyarakat. Panjang surat pembaca rata-rata 2-4 paragraf. Rubrik

surat pembaca merupakan layanan publik dari pihak redaksi terhadap masyarakat.

Dalam rubrik ini, pembaca boleh menuliskan apa saja dan ditujukan kepada siapa

saja. Topik yang dibahas sangat bervariasi, misalnya tentang telepon umum yang

tidak berfungsi, jalan berlubang, layanan petugas kantor-kantor pemerintah yang

buruk, kinerja dan layanan pihak perusahaan atau badan dan organisasi yang

mengecewakan, atau makin banyaknya tayangan acara pada televisi yang

dianggap menonjolkan sisi pornografi, kekerasan, dan sadisme.

2.4 Ruang Lingkup Pers

15

Page 16: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Pers mengandung dua arti. Arti sempit dan arti luas. “Dalam arti sempit,

pers hanya menunjuk kepada media cetak berkala surat kabar, tabloid, dan

majalah.”23 Sedangkan dalam arti luas, pers disebut media massa.

A. Fungsi Utama Pers

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan

fungsinya, selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur, dan

mempengaruhi. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)

pers memberikan “segepok” informasi mengenai suatu peristiwa yang

sedang terjadi, dan informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh

khalayak. Dengan demikian melalui karya jurnalistik, pers

menyampaikan serangkaian gagasan, pikiran, pendapat atau fakta

kepada khalayak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya

masing-masing. “Setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi

kriteria dasar: aktual, faktual, menarik atau penting, benar, lengap-

utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis.”24

b. Fungsi mendidik (to educate)

Fungsi kedua dari pers ialah mendidik. “sebagaisarana pendidikan

massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisan-

tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca

bertambah pengetahuannya.”25 Dalam memainkan fungsinya itu ada

media massa yang secara khusus menajikan ruang ilmu pengetahuan

untuk menambah pengetahuan para pembacanya.

23 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 31.24 Ibid, hlm. 32.25 Opcit, Onong Uchjana Effendy, hlm. 149.

16

Page 17: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

c. Fungsi menghibur (to entertain)

Pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi

yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan

masyarakat.

“Secara teknis, bagi koran, menyajikan materi yang bersifat

hiburan memang lebih sulit dibandingkan radio dan televisi.

Dengan menyiarkan lagu-lagu, musik, atau komentar-komentar

ringan, radio dapat dengan mudah memainkan fungsi menghibur

ini. Efek suara dalam radio selain berfungsi melengkapi pesan-

pesan verbal juga dapat memainkan fungsi menghibur bagi para

pendengarnya, sebaliknya dalam koran, hal-hal seperti agak sulit

untuk bisa disajikan.”26

d. Fungsi mempengaruhi (to influence)

Fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan pers memegang peranan

penting dalam kehidupan masyarakat. “Dengan pers orang dapat

dengan mudah mengatur kesan, membentuk opini. Inilah yang

menjadi fungsi terpenting pers, fungsi mempengaruhi, sehingga

karenanya pers dapat berperan dalam masyarakat.”27

B. Karakteristik Pers

Karakter adalah ciri-ciri spefifik. Setiap media memiliki karakteristik

sendiri sekaligus membedakannya dengan media lain. Dengan demikian terdapat

lima ciri spesifik pers yang kita bahas disini : “(1) Periodesitas, (2) Publisitas, (3)

Aktualitas, (4) Universalitas, (5) Objektivitas.”28

26 Opcit, Asep saeful muhtadi, hlm. 31.27 Ibid, hlm. 32.28 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 36.

17

Page 18: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

1. Periodesitas

Periodesitas, artinya pers harus terbit secara teratur, periodik, misalnya

setiap hari, seminggu sekali, dua minggu sekali, satu bulan sekali, atau tiga bulan

sekali. Pers yang terbit tiap hari pun harus tetap konsisten dengan pilihannya,

apakah terbit pada pagi hari atau pada sore hari.

2. Publisitas

Publisitas berarti pers diutjukan kepada khalayak sasaran umum yang

sangat heterogen. Apa yang disebut heterogen menunjuk pada 2 dimensi:

geografis dan psikografis. Geografis menunjukkan pada data administrasi

kependudukan, seperti jenis kelamin, kelompok usia, suku bangsa, agama, tingkat

pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal, pekerjaan atau profesi, perolehan

pendapatan. Sedangkan psikografis menunjuk pada karakter, sifat kepribadian,

kebiasaan, adat istiadat.sebagai contoh, ornag kota rata-riata memiliki itngkat

mobilitas sangat tinggi dibandingkan dengan rata-rata orang desa. Orang kota

lebih menyukai pola persaingan, sedangkan ornag desa lebih menyukai

kebersamaan.

3. Aktualitas

Aktualitas, berarti informasi apapun yang disuguhkan media pers harus

mengandung unsur kebaruan, menunjuk kepada peristiwa yang benar-benar baru

terjadi atau sedang terjadi. Secara etimologis, aktualitas (actuality) mengandung

arti kini dan keadaan sebenarnya. Secara teknik jurnalistik aktualitas, mengandung

tiga dimensi: kalender, waktu, dan masalah.

4. Universalitas

18

Page 19: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Universalitas, berkaitan dengan kesemestaan pers dilihat dari sumbernya

dan dari keanekaragaman materi isinya. Dilihat dari sumbernya, berbagai

peristiwa yang dilaporkan pers berasal dari empat penjuru mata angin. Dari utara,

barat, timur, dan selatan. Dilihat dari materi isinya, sajian pers terdiri dari aneka

macam yang mencakup tuiga kelompok besar, yakni kelompok berita (news),

kelompok opini (views), dan kelompok iklan (advertising). Betapapun demikian,

karena keterbatasan halaman, isi media pers harus tetap selektif dan terfokus.

5. Objektivitas

Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh

oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Setiap berita yang

disuguhkan itu harus dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca, tidak

mengganggu perasaan dan pendapat mereka. Surat kabar yang baik harus dapat

menyajikan hal-hal yang factual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang

disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya (Rachmadi, 1990:5).

2.5 Bahasa Jurnalistik

Bahasa yang lazim dipakai media cetak berkala yakni surat kabar,

tabloid, dan majalah, disebut bahasa jurnalistik pers. Selain bahasa jurnalistik pers

kita juga mengenal bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi, bahasa

jurnalistik film, bahasa jurnalistik media Internet. “Sebagai salah satu ragam

bahasa, bahasa jurnalistik tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.”29

Ciri utama bahasa jurnalistik diantaranya “sederhana, singkat, padat,

lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh

mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk

29 Ibid, hlm. 53.

19

Page 20: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

kepada keidah kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada keidah serta etia

bahasa baku.”30

1. Sederhana

Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau. kalimat

yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat

heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik

demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya

dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa

jurnalistik.

2. Singkat

Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak

bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat

berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-¬kolom halaman surat

kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan

beraneka ragam. Konsekwensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak

boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.

3. Padat

Menurut. Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku

Teknik Jurnalislik (1996: 45), padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat

informasi. Setiap  kalimat dan paragrap yang ditulis memuat banyak informasi

penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang

tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalinat yang singkat tidak berarti

30 Ibid, hlm. 53.

20

Page 21: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

memuat banyak informasi. Sedangkan kaliamat yang padat, kecuali singkat juga

mengandung lebih banyak informasi.

4. Lugas

berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau

penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingunglian khalayak pembaca

sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas

selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya

penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.

5. Jelas

Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai

contoh, hitam adalah wara yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua

warna itu disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas mana disebut hitam,

mana pula yang disebut putih. Pada. Kedua warna itu  sama sekali tidak

ditemukan nuansa warna abu-abu. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan

kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata

atau kalimatnya sesuai dengan  kaidah subjek-objek-predikat- keterangan (SPOK),

jelas sasaran atau maksudnya.

6. Jernih

Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak

menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau

fitnah. Sebagai bahan bandingan, kita hanya dapat menikmati keindahan ikan hias

arwana atau oscar hanya pada akuarium dengan air yang jernih bening. Oscar dan

21

Page 22: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

arwana tidak akan melahirkan pesona yang luar biasa apabila dimasukkan  ke

dalam kolam besar di persawahan yang berair keruh.

Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti

kata dan  kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan

suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan public. Dalam

bahasa kiai, jermh berarti bersikap berprasangka baik (husnudzon) dan sejauh

mungkin menghindari prasangka buruk (suudzon). Menurut orang komunikasi,

jernih berarti senantiasa mengembangkan pola piker positif (positive thinking)

dan menolak pola pikir negative (negative thinking). Hanya dengan pola pikir

positif kita akan dapat melihat semua fenomena dan persoalan yang terdapat

dalam masyarakat dan pemerintah dengan kepala dingin, hati jernih dan dada

lapang.

Pers, atau lebih luas lagi media massa, di mana pun tidak diarahkan

untuk membenci siapa pun. Pers ditakdirkan untuk menunjukkan sekaligus

mengingatkan tentang kejujuran, keadilan, kebenaran, kepentingan rakyat.  Tidak

pernah ada dan memang tidak boleh ada, misalnya hasutan pers untuk meraih

kedudukan atau kekuasaan politik sebagaimana para anggota dan pimpinan partai

politik.

7. Menarik

Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu

membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta

membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak

pada prinsip: menarik, benar, dan baku.

22

Page 23: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Bahasa ilmiah merujuk pada pedoman: benar dan baku saja. Inilah yang

menyebabkan karya-karya ilmiah lebih cepat melahirkan rasa kantuk ketika

dibaca daripada memunculkan semangat dan rasa penasaran untuk disimak lebih

lama. Bahasa jurnalistik hasil karya wartawan, sementara karya ilmiah hasil karya

ilmuwan. Wartawan sering juga disebut seniman.

Bahasa jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman atau

bahkan cubitan sayang, bukan dengan mimik muka tegang atau kepalan tangan

dengan pedang. Karena itulah, sekeras apa pun bahasa jurnalistik, ia tidak akan

dan tidak boleh membangkitkan kebencian serta permusuhan dari pembaca dan

pihak mana pun. Bahasa jurnalistik memang harus provokatif tetapi tetap merujuk

kepada pendekatan dan  kaidah normatif. Tidak semena-mena, tidak pula bersikap

durjana. Perlu ditegaskan salah satu fungsi pers adalah edukatif. Nilai dan nuansa

edukatif itu, juga harus tampak pada bahasa jurnalistik pers.

8. Demokratis

Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah

demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan,

pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa

sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa

jurnalistik menekankan  aspek fungsional dan komunal, sehingga samasekali tidak

dikenal pendekatan feudal sebagaimana  dijumpai pada masyarakat dalam

lingkungan priyayi dan kraton.

Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun apakah presiden atau

tukang becak, bahkan pengemis dan pemulung secara sama.Kalau dalam berita

disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus

23

Page 24: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

diganti dengan kata bersabda. Presiden dan pengemis  keduanya tetap harus ditulis

mengatakan. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan diskriminatif dalam

penulisan berita, laporan, gambar,  karikatur, atau teks foto.

Secara ideologis, bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan

yang sama  di depan hukum schingga orang itu tidak boleh diberi pandangan serta

perlakuan yang berbeda. Semuanya sejajar dan sederajat. Hanya menurut

perspektif nilai berita (news value) yang membedakan diantara keduanya. Salah

satu penyebab utama mengapa bahasa Indonesia dipilih dan ditetapkan sebagai

bahasa negara, bahasa pengikat  persatuan dan kesatuan bangsa, karena. bahasa

Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia memang sangat demokratis. Sebagai

contoh, prisiden makan, saya makan, pengemis makan, kambing makan.

2.6 Klasifikasi Berita

A. Pengertian Berita

Berita berasal dari istilah Inggris new yang artinya baru. Dengan kata

lain, semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan

kepada orang lain dalam bentuk berita. Semua berita adalah informasi, tetapi tidak

semua informasi adalah berita. Berita merupakan “uraian tentang peristiwa/fakta

dan atau pendapat, yang mengandung nilai berita, dan yang sudah di sajikan

melalui media massa periodik (wahyudi,1994).”31 Semua berita adalah informasi,

tetapi tidak semua informasi adalah berita.

Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu: “berita berat

(hard news) dan berita ringan (soft news).”32 Berita berat sesuai dengan namanya,

31 Opcit, J.B. Wahyudi, hlm. 27.32 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 65.

24

Page 25: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

menunjuk pada peristiwa mengguncangkan dan menyita perhatian seperti

kebakaran, gempa bumi, kerusuhan. Sedangkan berita ringan menunjuk pada

peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusia seperti

pesta pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas

dikalangan remaja.

Selain itu berita juga dikelompokkan berdasarkan sifatnya yaitu, “berita

terbagi atas berita diduga dan berita tak terduka”.33 Berita diduga adalah peristiwa

yang direncanakan seperti pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.

Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba tidak direncanakan,

tidak diketahui sebelumnya, seperti kerata api terguling, gedung perkantoran

terbakar.

Berdasarkan materi isinya, berita dapat dikelompokkan ke dalam :

“Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan, berita ekonomi, berita keuangan,

berita politik, berita sosial kemasyarakatan, berita pendidikan, berita hukum dan

keadilan, berita oleh raga, berita kriminal, berita bencana dan tragedi, berita

perang, berita ilmiah, berita hiburan, berita tentang minat insani.”34

B. Jenis-Jenis Berita

Jenis-jenis berita dalam kegiatan jurnalistik yaitu :

1. Straight news report : Laporang langsung mengenai suatu berita. Berita yang

memiliki nilai penyajian objektif tentang fakta-fakta yang dapat dibuktikan,

33 Ibid, hlm. 66.34 Ibid, hlm. 67.

25

Page 26: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

biasanya di tulis dengan unsur-unsur yang dimulai dengan what, who, when,

where, why, dan how (5W + 1H).

2. Depth news report : Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-

fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk

peristiwa itu.

3. Comprehensive news : Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh

ditinjau dari berbagai aspek.

4. Interpretative report : Memfokuskan sebuah isu, masalah atau peristiwa

kontroversial. Laporan intreptatif biasanya dipusatkan untuk menjawab

pertanyaan mengapa.

5. Feature story : Penulis menyajikan suatu pengalaman pembaca yang lebih

bergantung pada gaya menulis dan humor dari pada pentingnya informasi yang

disajikan.

6. Depth reporting : Laporan jurnalitik yang bersifat mendalam, tajam lengkap

dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal dan aktual.

7. Investigative reporting : Berita memusatkan pada masalah daan kontroversi.

8. Editorial writing : Pikiran sebuah institusi yang diuji didepan sidang pendapat

umum. Penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita penting yang

mempengaruhi pendapat umum.

C. Kriteria Umum Nilai Berita

Kriteria uum nilai berita merupakan acuan umum yang dapat digunakan

oleh para jurnalis (reporter dan editor) untuk memutuskan fakta yang pantas

26

Page 27: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik untuk disajikan ada khalayak.

Berikut kriteria umum nilai berita :

Menurut Haris Sumadiria “Jurnalistik Indonesia menulis berita dan

feature” berpendapat bahwa terdapat 11 nilai berita :

“1. Keluarbiasaan (Unusualness)

2. Kebaruan (Newsness)

3. Akibat (Impact)

4. Aktual (tumeliness)

5. Kedekatan (proximity)

6. Informasi (information)

7. Kontak (conflict)

8. Orang penting (prominence)

9. Ketertarikan manusiawi (human interest)

10. Kejutan (surprising)

11. Seks (sex)” 35

Keluarbiasaan, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu

peristiwa yang luar biasa. Untuk menunjukkan berita bukanlah suatu peristiwa

biasa, Lord Northchliffe,membuat sebuah uangkapan yang sangat populer yaitu

“apabila orang digigit anjing maka itu bukanlah berita, tetapi sebaliknya apabila

orang menggigit anjing, maka itulah berita.”36

Kebaruan, segala sesuatu yang atau suatu hal yang baru pasti itu

menunjukkan sebuah berita dan pastinya memiliki nilai berita. “kata orang

Prancis. Kamis hari ini, bukanlah Kamis sebelumnya. Nama hari yang selalu

berulang. Namun peristiwa atau perubahan yang terjadi pada setiap Kamis tidak

perna sama. Selalu muncul perubahan baru, peristiwa baru, kecenderungan

baru.37”35 Ibid, hlm. 80.36 Ibid, hlm. 81.37 Ibid, hlm. 82.

27

Page 28: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Akibat (impact), “berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas.”38

Contohna segala sesuatu yang berdampak dalam kehidupan manusia. Misalnya,

kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Aktual, berita adalah peristiwa yang sedang terjadi, baru terjadi, atau lagi

digemari.

Kedekatan, dalam menyajikan berita atau memilih berita pasti kedekatan

berita terhadap penikmat berita itu sangatlah penting. Sepertihalnya berita tentang

suatu peristiwa atau bencana.

Informasi, berita adalah suatu informasi. “Menurut Wilbur Schramm,

informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian.”39

Konflik, berita adalah segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat

dimensi pertentangan. Konflik merupakan suber berita yang tak pernah kering dan

tak pernah habis.

Orang penting, berita tentang orang-orang penting, ternama, public figur

adalah berita yang sangat diminati khalayak

Kejutan, kejutan adalah sesuatu yang datang tiba-tiba tampa di duga-

duga.

Ketertarikan manusiawi, berita yang menarik ketertarikan manusia

adalah berita yang mampu menggoncangkan hari penikmat berita,

Seks, segala macam berita tentang perempuan disini dimaksudkan seks.

Berita yang disajikan seperti berita poigami, perselingkuhan.

38 Ibid, hlm. 82.39 Ibid, hlm. 86.

28

Page 29: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Tetapi dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam

sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan

pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi berita tersebut.

2.7 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia

“PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan negara republik

Indonesia adalah kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

sebagaimana di amanatkan oleh pasal 28 undang undang dasar 1945. Oleh sebab

itu kemerdekaan pers wajib dihormati oleh semua pihak.

Mengingat negara republik Indonesia adalah negara berdasarkan atas

hukum sebagaimana diamanatkan dalam penjelasan undang undang dasar 1945,

seluruh wartawan Indonesia menjungjung tinggi konstitusi dan menegakkan

kemerdekaan pers yang bertanggung jawab, mematuhi norma norma profesi ke

wartawanan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa, serta memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan pancasila.

Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu

kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang

harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan, terutama anggota PWI.

PENAFSIRAN PEMBUKAAN

Kode Etik jurnalistik ialah ikrar yang bersumber pada hati nurani

wartawam dalam melaksanakan kemerdekaan mengeluarkan pikiran yang dijamin

sepenuhnya oleh pasal 28 UUD 1945, yang merupakan landasan konstitusi

wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.

Kemerdekaan mengeluarkan pikiran ialah hak paling mendasar yang

dimiliki setiap insan wartawan, yang wajib di jungjung tingggi dan di hormati

oleh semua pihak. sekalipun kemerdekaan mengeluarkan pikiran merupakan hak

wartawan yang di jamin konstitusi, mengingat negara kesatuan republik Indonesia

29

Page 30: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

ialah negara berdasarkan hukum, maka setiap wartawan wajib menegakan hukum,

keadilan dan kebenaran dalam menggunakan haknya untuk mengaluarkan pikiran.

Wartawan bersama seluruh masyarakat, wajib mewujudkan prinsip prinsip

kemerdekaan pers yang professional dan bermartabat. tugas dan bertanggung

jawab yang luhur itu hanya dapat di laksanakan, apabila wartawan selalu

berpegang teguh kepada kode Etik Jurnalistik, dan masyarakat memberi

kepercayaan penuh serta menghargai integritas profesi tersebut.

Mengingat perjuangan wartawan merupakan bagian yang tidak dapat di

pisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia, maka selain bertanggung jawab

kepada hati nuraninya, setiap wartawan wajib bertanggung jawab kepada Tuhan

yang maha Esa, kepada masyarakat, bangsa dan negara dalam melaksanakan hak,

kewajiban, dan tanggung jawab sesuai dengan kode Etik Jurnalistik.

Sadar akan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya itu, dan untuk

melestarikan kemerdekaan pers yang professional dan bermartabat serta

kepercayaan masyarakat, maka dengan ikhlas dan penuh kesadaran wartawan

menetapkan kode Etik Jurnalistik yang wajib ditaati dan diterapkan.

BAB I

KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS WARTAWAN

Wartawan harus memiliki kepribadian dalam arti keutuhan dan keteguhan

jati diri, serta integrasi dalam arti jujur, adil, arif, dan terpercaya.

Kepribadian dan integrasi wartawan yang ditetapkan di dalam Bab 1 Kode

Etik Jurnalistik mencerminkan tekad PWI mengembangkan dan memantapkan

sosok wartawan sebagai profesional, penegak kebenaran, nasionalis,

konstitusional dan demokrat serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

PENAFSIRAN BAB 1 KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS

1. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah keutuhan dan keteguhan jati

diri setiap wartawan Indonesia, dalam pengertian wartawan seperti

diterapkan dlam peraturan dasar dan peraturan rumah tangga PWI.

2. Yang dimaksud dengan integrasi ialah :

a) Kepribadian yang jujur, arif, dan terpercaya secara kukuh.

30

Page 31: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

b) Seorang yang mampu melakukan pemikiran dan penilaian objektif

yang menuntut kejujuran dan kebulatan pendapat dalam dirinya.

3. Kepribadian dan integrasi wartawan Indonesia yang ditetapkan dalam Bab

1 Kode Etik Jurnalistik ini mencerminkan tekad PWI mengembangkan dan

memantapkan sosok wartawan Indonesia sebagai profesional, penegak

kebenaran, nasionalis, konstitusional, dan demokrat.

Pasal 1

Wartawan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berjiwa

Pancasila, taat kepada Undang-Undang Dasar Negara RI, kesatria, menjunjung

harkat, martabat manusia dan lingkungannya, mengabdi kepada kepentingan

bangsa dan negara, serta terpercaya dalam mengemban profesinya.

PENAFSIRAN

Pasal 1

1) Semua perilaku, ucapan dan karya jurnalistik wartawan harus senantiasa

dilandasi, dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, serta oleh nilai nilai luhur

pancasila, dan mencerminkan ketaatan pada konstitusi Negara.

2) Ciri-ciri wartawan yang kesatria adalah :

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Berani mempertanggung jawabkan semua tindakanya, termasuk

karya Jurnalistiknya.

Bersikap demokratis.

Menghormati kebebasan orang lain dengan penuh santun dan

tenggang rasa.

Dalam menegakan kebenaran, senantiasa menjunjung tinggi harkat

martabat manusia dengan menghormati orang lain, bersikap

demokratis, menunjukan kesetiakaawanan sosial.

3) Yang di maksud dengan mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara

adalah, wartawan Indonesia sebagai makhluk sosial bekerja bukan untuk

kepentingan diri sendiri, kelompok atau golongan, melainkan untuk

kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

31

Page 32: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

4) Terpercaya adalah orang yang berbudi luhur, adil, arif, dan cermat, serta

senantiasa mengupayakan karya terbaiknya. profesi adalah pekerja tetap

yang memiliki unsur-unsur:

Himpunan pengetahuan dasar yang bersifat khusus

Terampil dalam menerapkannya.

Tata cara pengujian yang obyekyif.

Kode Etik serta lembaga pengawasan dan pelaksaan penataannya.

Pasal 2

Wartawan dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana

mempertimbangkan patut atau tidaknya menyiarkan karya Jurnalistik (tulisan,

gambar) yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan

dan kesatuan bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan

suatu golongan yang dilindungi oleh Undang-Undang.

PENAFSIRAN

Pasal 2

Wartawan wajib mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan tulisan, gambar,

suara, serta

suara dan gambar dengan tolak ukur :

a. Yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara ialah

memaparkan atau menyiarkan rahasia negara atau rahasia militer, dan

berita yang bersifat sepekulatif.

b. Mengenai penyiaran berita yang membahayakan persatuan dan kesatuan

bangsa, serta menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan

suatu golongan yang dilindungi oleh undang undang, wartawan perlu

memperhatikan kesepakatan selama ini menyangkut isyu SARA (suku,

agama, ras, dan antar golongan ) dalam masyarakat. tegasnya, wartawan

Indonesia menghindari pemberitaan yang dapat memicu pertentangan

suku, agama, ras dan antar golongan.

Pasal 3

32

Page 33: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Wartawan tidak menyiarkan karya Jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta

suara dan gambar ) yang menyesatkan memutar balikan fakta, bersifat fitnah,

cabul, sadis, serta sensasional.

PENAFSIRAN

Pasal 3

1) Yang di maksud dengan menyesatkan adalah berita yang membingingkan,

meresahkan, membohongi, membodohi atau melecehkan kemampuan berpikir

khalayak.

2) Yang di maksud dengan memutar balikan fakta, adalah mengaburkan atau

mengacau balaukan fakta tentang suatu peristiwa dan persoalan, sehingga

masyarakat tidak memperoleh gambaran yang lengkap, jelas, pasti dan

seutuhnya untuk dapat membuat kesimpulan dan atau menentukan sikap serta

langkah yang tepat.

3) Yang di maksud dengan bersifat fitnah, adalah membuat kabar atau tuduhan

yang tidak berdasarkan fakta atau alasan yang dapat di pertanggung jawabkan.

4) Yang di maksud dengan cabul, adalah melukai perasaan susila dan berselera

rendah.

5) Yang di maksud dengan sadis, adalah kejam, kekerasan dan mengerikan.

6) Yang di maksud dengan sensasi berlebihan, adalah memberikan gambaran

yang melebihi kenyataan sehingga bisa menyesatkan.

Pasal 4

Wartawan yang tidak menerima imbalan untuk menyiarkan atau tidak

menyiarkan tulisan gambar, yang dapat menguntungkan atau merugikan seseorang

atau sesuatu pihak.

PENAFSIRAN

Pasal 4

(1) Yang di maksud dengan imbalan adalah pemberian dalam bentuk materi,

uang, fasilitas kepada wartawan untuk menyiarkan atau tidak mentiarkan

berita dalam bentuk tulisan di media cetak, tayangan di layar televisi atau

33

Page 34: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

siaran di radio siaran. Penerimaan imbalan sebagaimana di maksud di

pasal ini, adalah perbuatan tercela.

(2) Semua tulisan atau siaran yang bersifat sponsor atau pariwara di media

massa harus di sebut secara jelas sebagai penyiaran sponsor atau pariwara.

BAB II

CARA PEMBERITAAN

Pasal 5

Wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan

kecermatan dari kecepatan serta tidak mencampur adukan fakta dan opini. tulisan

yang berisi interprestasi dan opini, di sajikan dengan menggunakan nama jelas

penulisnya.

PENAFSIRAN

BAB II

CARA PEMBERITAAN

Pasal 5

(1) Yang di maksud berita secara berimbang dan adil ialah menyajikan berita

yang bersumber dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan, penilai

atau sudut pandang masing masing kasus secara propesional.

(2) Mengutamakan kecermatan dari kecepatan, artinya setiap penulisan,

penyiaran atau penayangan berita hendaknya selalu memastikan kebenaran

dan ketepatan sesuatu peristiwa dan atau masalah yang di beritakan.

(3) Tidak mencampur adukan fakta dan opini, artinya seorang wartawan tidak

menyajikan pendapatnya sebagai berita atau fakta. Apabila suatu berita

ditulis atau disiarkan dengan opini, maka berita tersebut wajib di sajikan

dengan menyebutkan nama penulisnya.

Pasal 6

Wartawan menghormati dan menjungjung tinggi kehidupan pribadi

dengan tidak menyiarkan karya Jurnalistik ( Tulisan, gambar, suara, serta suara

dan gambar ) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut

kepentingan umum.

34

Page 35: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

PENAFSIRAN

Pasal 6

Pemberitaan hendaknya tidak merendahkan atau merugikan harkat

martabat, derajat, nama baik serta perasaan susila seseorang, kecuali perbuatan itu

bisa berdampak negative bagi masyarakat.

Pasal 7

Wartawan dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut

pelanggaran hukum atau proses peradilan harus menghormati asas praduga tak

bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang.

PENAFSIRAN

Pasal 7

Seseorang tidak boleh di sebut atau di kesankan bersalah melakukan

sesuatu tindakan pidana atau pelanggaran hukum lainnya sebelum ada putusan

tetap pengadilan. selama dalam proses penyidikan / pemeriksaan peradilan, orang

bersangkutan masih berstatus tersangka atau tergugat, dan setelah mencapai

tingkat sidang pengadilan harus disebut sebagai terdakwa / tertuduh atau sedang

dituntut.

Prinsip adil, artinya tidak memihak atau menyudutkan seseorang atau

sesuatu pihak, tetapi secara factual memberikan forsi yang sama dalam

pemberitaan baik bagi polisi, jaksa, tersangka atau tertuduh, dan penasihat hukum

maupun kepada para saksi, baik yang meringankan maupun yang memberatkan.

Jujur, mengharuskan wartawan menyajikan informasi yang sebenarnya,

tidak di manipulasi, tidak diputarbalikkan.

Berimbang, tidak bersifat sepihak, melainkan memberi kesempatan yang

sama kepada pihak yang berkepentingan.

Pasal 8

Wartawan dalam memberitakan kejahatan susila tidak merugikan pihak

korban.

35

Page 36: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

PENAFSIRAN

Pasal 8

Tidak menyebut nama dan identitas korban, artinya pemberitaan tidak

memberikan petunjuk tentang siapa korban perbuatan susila tersebut baik wajah,

tempat kerja, anggota keluarga dan atau tempat tinggal, namun boleh hanya

menyebut jenis kelamin dan umur korban.

Kaidah kaidah ini juga berlaku dalam kasus pelaku kejahatan di bawah

umur (di bawah 16 tahun ).

BAB III

SUMBER BERITA

Pasal 9

Wartawan menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh

bahan karya Jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) dan selalu

menyatakan identitasnya kepada sumber berita.

PENAFSIRAN

BAB III SUMBER BERITA

Pasal 9

1. Sopan, artinya wartawan berpenampilan rapi dan bertutur kata yang baik.

juga, tidak menggiring, memaksa secara kasar, menyudutkan, apriori, dan

sebagainya, terhadap sumber berita .

2. Terhormat, artinya memperoleh bahan berita dengan cara yang benar, jujur

dan kesatria.

3. Mencari dan mengumpulkan bahan berita secara terbuka dan terang

terangan sehingga sumber berita memberi keterangan dengan kesadaran

bahwa dia turut bertanggung jawab atas berita tersebut. (Contoh, tidak

menyiarkan berita hasil nguping ). Menyatakan identitas pada dasarnya

perlu untuk penulisan berita peristiwa langsung (Straight new), Berita

ringan ( soft news ), karangan khas ( features ), dan berita pendalaman (in-

depth reporting ), pada saat pengumpulan fakta dan data wartawan boleh

tidak menyebut identitasnya. tetapi, pada saat mencari kepastian

36

Page 37: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

(konfirmasi ) pada sumber yang berwenang, wartawan perlu menyatakan

diri sedang melakukan tugas kewartawanan kepada sumber berita.

Pasal 10

Wartawan dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat

setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak akurat, dan memberi

kesempatan hak jawab secara profesional kepada sumber atau objek berita.

PENAFSIRAN

Pasal 10

PHak jawab di berikan pada kesempatan pertama untuk menjernihkan

duduk persoalan yang di beritakan.

Pelurusan atau penjelasan tidak boleh menyimpang dari materi

pemberitaan bersangkutan, dan maksimal sama panjang dengan berita

sebelumnya.

Pasal 11

Wartawan meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas

serta kompetensi sumber berita.

PENAFSIRAN

Pasal 11

1. Sumber berita merupakan penjamin kebenaran dan ketepatan bahan berita.

karena itu, wartawan perlu memastikan kebenaran berita dengan cara

mencari dukungan bukti bukti kuat ( atau otentik ) atau memastikan

kebenaran dan ketepatan pada sumber sumber terkait. Upaya dan proses

pemastian kebenaran dan ketepatan bahan berita adalah wujud itikad,

sikap dan perilaku jujur dan adil setiap wartawan profesional.

2. Sumber berita dinilai memiliki kewenangan bila memenuhi syarat syarat :

- kesaksian langsung.

- Ketokohan / keterkenalan.

- Pengalaman.

- Kedudukan / jabatan terkait.

- Keahlian.

37

Page 38: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Pasal 12

Wartawan tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya

Jurnalistik tanpa menyebut sumbernya.

PENAFSIRAN

Pasal 12

Mengutip berita, tulisan atau gambar hasil karya pihak lain tanpa

menyebut sumbernya merupakan tindakan plagiat, tercela dan di larang.

Pasal 13

Wartawan harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan yang

bersangkutan untuk tidak di sebut nama dan identitasnya sepanjang menyangkut

fakta dan data bukan opini.

Apabila nama dan identitasnya sumber berita tidak disebutkan, segala

tanggung jawab ada pada wartawan yang bersangkutan.

PENAFSIRAN

Pasal 13

1. Nama atau identitas sumber berita perlu disebut, kecuali atas permintaan

sumber berita itu untuk tidak disebut nama atau identitasnya sepanjang

menyangkut fakta lapangan ( empiris ) dan data.

2. Wartawan mempunyai hak tolak, yaitu hak untuk tidak mengungkapkan

nama dan identitas sumber berita yang dilindunginya.

3. Terhadap sumber berita yang di lindungi nama dan identitasnya hanya

disebutkan “menurut sumber---“ ( tetapi tidak perlu menggunakan kata

kata “menurut sumber yang layak di percaya “ ). dalam hal ini, wartawan

bersangkutan bertanggung jawab penuh atas pemuatan atau penyiaran

berita tersebut.

Pasal 14

Wartawan menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan

tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita tidak di maksudkan sebagai

bahan berita, serta tidak menyiarkan keterangan "Off the record".

38

Page 39: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

PENAFSIRAN

Pasal 14

1. Embargo, yaitu permintaan menunda penyiaran suatu berira sampai batas

waktu yang ditetapkan oleh sumber berita, wajib dihormati.

2. Bahan latar belakang adalah informasi yang tidak dapat disiarkan langsung

dengan menyebutkan identitas sumber berita, tetapi dapat di gunakan

sebagai bahan untuk di kembangkan dengan penyelidikan lebih jauh oleh

wartawan yang bersangkutan, atau di jadikan dasar bagi suatu karangan

atau ulasan yang merupakan tanggung jawab wartawan bersangkutan

sendiri.

3. Keterangan "off the record" atau keterangan bentuk lain yang

mengandung arti sama di berikan atas perjanjian antar sumber berita dan

wartawan bersangkutan dan tidak di siarkan. Untuk menghindari salah

faham ketentuan "off the record" harus dinyatakan secara tegas oleh

sumber berita kepada wartawan bersangkutan. Ketentuan tersebut dengan

sendirinya tidak berlaku bagi wartawan yang dapat membuktikan telah

memperoleh bahan berita yang sama dari sumber lain tanpa dinyatakan

sebagai "Off the record".

BAB IV

KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK

Pasal 15

Wartawan harus dengan sungguh sungguh menghayati dan mengamalkan

kode Etik Jurnalistik PWI ( KEJ-PWI ) dalam melaksanakan profesinya.

PENAFSIRAN

BAB IV

KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK

Pasal 15

Kode Etik Jurnalistik di buat oleh wartawan, dari dan untuk wartawan

sebagai acuan moral dalam menjalankan tugas kewartawanannya dan berikrar

untuk mentaatinya.

39

Page 40: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

Pasal 16

Wartawan menyadari sepenuhnya bahwa penataan kode Etik Jurnalistik ini

terutama berada pada hati nurani masing masing.

PENAFSIRAN

Pasal 16

Penataan dan pengamalan kode Etik Jurnalistik bersumber dari hati nurani

masing masing.

Pasal 17

Wartawan mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas

pelanggaran kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari

persatuan wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh dewan kehormatan

PWI.

Tidak satu pihak pun di luar PWI yang dapat mengambil tindakan

terhadap wartawan dan atau medianya berdasar pasal pasal dalam kode Etik

Jurnalistik ini.

PENAFSIRAN

Pasal 17

1. Kode Etik Jurnalistik ini merupakan pencerminan adanya kesadaran

profesional. hanya PWI yang berhak mengawasi pelaksanaannya dan atau

menyatakan adanya pelanggaran kode Etik yang di lakukan oleh wartawan

serta menjatuhkan sanksi atas wartawan bersangkutan.

2. Pelanggaran kode Etik Jurnalistik tidak dapat dijadikan dasar pengajuan

gugatan pidana maupun perdata.

3. Dalam hal pihak luar menyatakan keberatan terhadap penulis atau

penyiaran suatu berita, yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan

kepada PWI melalui dewan kehormatan PWI. Setiap pengaduan akan di

tangani oleh dewan kehormatan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam

pasal pasal 22, 23, 24, 25, 26 dan 27 peraturan rumah tangga PWI.”40

40 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), hlm. 303.

40

Page 41: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jurnalistik merupakan ilmu yang dasarnya dari sebuah ilmu komunikasi.

Jurnalistik sendiri memiliki pengertian, suatu kegiatan mencari sebuah peristiwa

atau kegiatan dengan tujuan disebarluaskan melalui sebuah media. jurnalistik

memiliki tiga bentuk yaitu jurnalistik media cetak (newspaper and magazine

journalism), jurnalistik media elektronik auditif (radio broadcast journalism),

jurnalistik media audiovisual (television jurnalism)”.41 Setiap bentuk jurnalistik

memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing. Dari bentuk-bentuk jrnalistik

tersebut, mereka menjalankan sebuah kegiatan dengan menghasilkan sebuah

produk jurnalistik. Produk yang dimaksud yaitu (1) News (berita), (2) Views

(pandangan, komentar, ulasan), dan Advertisement (iklan/perkenalan yang bersifat

propaganda).”42 Tetapi ada yang berpendapat juga bahwa iklan tidak termasuk

dalam produk jurnalistik. Dalam menciptakan sebuah produk dalam kegiatan

jurnalistik juga dikenal dengan adanya bahasa jurnalistik. Ciri utama bahasa

jurnalistik diantaranya “sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik,

demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari

penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada keidah kata atau

istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada keidah serta etia bahasa baku.”43

Dalam menjalankan sebuah kegiatan jurnalistik di Indonesia, pelaku

jurnalistik (Wartawan, reporter, editor) dituntut dan diharapkan memahami

tentang Kode Etik Jurnalistik Indonesia yang di buat oleh PWI.

41 Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 4.42 Opcit, Kustadi Suhandang, hlm. 102.43 Opcit, Haris Sumadiria, hlm 53

41

Page 42: JURNALISTIK  Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikas teori dan praktek.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2009. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muhtadi, Asep Saeful. 1999. Jurnalistik pendekatan. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Mustika, Rieka. (Juni 2012). Budaya Penyiaran Televisi Indonesia. Masyarakat Telematika dan Informatika, III (1) : 51-56.

Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik : seputar organisasi, produk & Kode Etik. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sumadiria, Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita Dan Featur. Bandung: Simbiosis Rekatama Media.

Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-dasar jurnalistik radio dan televisi. Jakarta: Gajah Gita Nuasa.

Wiryanto. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

42