jurnal wahyu

Upload: ardie-speciallis-capuera

Post on 15-Oct-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nnnnn

TRANSCRIPT

PERANAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS SUNGAI BESAR BANJARBARU

Rizki Wahyu Wanabakti1, Neka Erlyani2, Devi Rahmayanti31Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas lambung Mangkurat2Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat3Bagian Keperawatan Maternitas dan Anak Program Studi ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat( email: [email protected] )

ABSTRAKPeriode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena termasuk dalam masa emas perkembangan. Masa balita juga merupakan masa kritis yang akan menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya.Melalui keterampilan motorik yang baik, anak dapat melakukan aktivitas mandirinya dengan baik. Salah satunya melakukan aktivitas toilet training. Usaha orangtua membantu mengajarkan kemandirian pada anak dapat dikatakan sebagai stimulasiuntukmerangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan stimulasi orang tua terhadap keberhasilan toilet training pada balita di Posyandu Kelapa Gading, Griya Kartika, dan Persada wilayah Kelurahan Sungai Besar Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan Cross-sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan sampel minimal sebesar 30 sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan :terdapat 26 orang (86,7%) memiliki skor stimulasi orang tua yang tergolong tinggi, 4 orang (13,3%) termasuk dalam stimulasi criteria sedang. Terdapat 21 orang (70%) balita di Kelurahan Sungai Besar yang tingkat keberhasilan toilet trainingnya tergolong tinggi, 9 orang (30%) balita di Kelurahan Sungai Besar yang tingkat keberhasilanToilet Trainingnya tergolong sedang. Hasil uji regresi linier sederhana, diperoleh nilai koefisien determinansi regresi (R-Square) sebesar 0,307 dengan signifikansi 0,002 (p < 0,05). Kesimpulan menunjukkan stimulasi orangtua memiliki peranan yang signifikan terhadap keberhasilanToilet Training pada balita sebesar 30,7 %

Kata-kata kunci: Posyandu, Stimulai Orang Tua, Toilet Training, Balita

ABSTRACTThe important period in the development of the child is toddler period because it is a golden development period. The toddler is also a critical period that will determine the outcome of the next process of child development. Through good motor skills, children can do independent activities well. One of them is toilet training activity. Parents effort to teach self-reliance in children can be said to be a stimulation to stimulate the basic skills of children aged 0-6 years so that the children grow and develop optimally. This research aimed to determine the role of parents stimulating of toilet training success in children in IHC KelapaGading, GriyaKartika, and Persada the Great River Village area Banjarbaru. Research used quantitative methods with cross - sectional approach. The number of samples in this study were 30 sampel. This study used purposive sampling technique. The results showed : there were 26 people (86,7%) had high score of parental stimulation, 4 people (13,3%) had medium score. There were 21 people (70% ) infants in the Village of Big River with high success of toiler training, 9 people (30%) infants in the Village of Great River medium success of toiler training in children. The results of simple linear regression, obtained regression coefficient ( R - Square) was 0.307 with significance value 0.002 (p < 0.05). The conclusion showed that stimulation of the parents had a significant role to the success Toilet Training in children (30, 7%).

Key Words : IHC , stimulation Parents , Toilet Training, Toodler

3

PENDAHULUANPeriode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena termasuk dalam masa emas perkembangan. Masa balita juga merupakan masa kritis yang akan menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya (1).Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2012) jumlah balita di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebanyak 13.898. 951 jiwa. Hasil pendataan keluarga tahun 2010 diketahui bahwa jumlah balita di Kalimantan Selatan sebanyak 314.840 jiwa. Jumlah Balita yang mencapai 10% dari penduduk Indonesia menjadikan tumbuh kembang balita sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut kualitas generasi masa depan bangsa (2). Balita yang berusia 1-3 tahun dikategorikan ke dalam masa kanak-kanak awal. Masa ini dianggap sebagai masa anak untuk belajar keterampilan dalam memenuhi keinginan untuk mandiri. Melalui keterampilan motorik yang baik, anak dapat melakukan aktivitas mandirinya dengan baik. Salah satunya melakukan aktivitas toilet training (3).Menururt Hidayat (2005) Toilet training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai dua tahun. Latihan BAB dan BAK pada anak membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun secara kognitif agar anak mampu mengontrol BAB dan BAK secara mandiri (4). Sedangkan menurut Supartini (2004), toilet training merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia balita yang harus mendapat perhatian orang tua. Orang tua mengajarkan anak dalam berkemih dan defekasi yaitu membantu belajar mengosongkan kandung kemih agar tidak terkena risiko infeksi saluran kemih (ISK). Toilet training juga membantu melatih anak melakukan BAK dan BAB dengan baik, bersih, dan benar(5).Berdasarkan data diketahui bahwa sebanyak 50% toilet training pada anak-anak usia dibawah satu tahun tidak mencapai kepuasan yang tinggi. Memaksa anak yang belum siap akan mengakibatkan ketakutan dan menyebabkan kemunduran besar dalam proses tersebut seperti sembelit dan mengompol. Toilet training yang terlambat diajarkan juga akan berdampak pada anak seperti anak menjadi keras kepala, susah diatur, tidak mandiri dan masih terbiasa mengompol hingga kanak-kanak. Selain itu, keterlambatan toilet training menyebabkan orangtua kesulitan untuk mengajarkannya seiring pertambahan usia anak. Sebelum melakukan toilet training, orang tua perlu memperhatikan kesiapan anak dan menambah pengetahuan tentang toilet training yang baik dan benar (6). Usaha orangtua membantu mengajarkan kemandirian pada anak dapat dikatakan sebagai stimulasi. Stimulasi yang diberikan orang tua sebaiknya didasari dengan rasa kasih sayang karena akan menciptakan ikatan yang erat antara anak dan orang tua (1,7). Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (1). Berdasarkan hasil Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret di Puskesmas Kecamatan Sei. Besar Banjarbaru. Dari data Posyandu Persada terdaftar 47 balita dan pada Posyandu Matahari terdaftar 33 balita. Dari pernyataan petugas Posyandu, belum pernah ada penyuluhan tentang toilet training kepada orang tua. Hasil wawancara dengan orang tua diketahui bahwa anak mereka masih menggunakan pampers di usia dua tahun ke atas. Alasan yang mendasari karena anak masih mengompol dan tidak dapat menahan BAB. Orangtua juga belum pernah menstimulasi kemandirian BAB dan BAK anak dengan toilet training. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian Peranan Stimulasi Orang Tua Terhadap Keberhasilan Toilet Training Pada Balita

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan Cross-sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali dan satusaat, dan tidak diperlukan follow up. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua di wilayah puskesmas sungai besar Banjarbaru yang kemudian dipilih tiga posyandu yaitu Kelapa Gading, Griya Kartika dan Persada. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, dengan 30 orang sampel yang memenuhikriteria inklusi seperti ibu yang hadir saat kegiatan posyandu, bersedia menjadi subjek, berpendidikan minimal SMP, memiliki anak usia 1-3 tahunInstrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner stimulasi orang tua dan kuisioner keberhasilan toilet training. Kuisioner stimulasi orang tua menggunakan kuisioner yang dibuat sendiri oleh calon peneliti berdasarkan teori prinsip stimulasi. Kuisioner keberhasilan toilet training juga dibuat sendiri oleh calon peneliti berdasarkan indikator keberhasilan toilet training menurut Wong dan Whaley. .Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stimulasi orang tua. Varibel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan toilet training pada balita.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner stimulasi orang tua dan kuesioner keberhasilan Toilet Training usia 1-3 tahun. Data yang diperoleh yaitu berasal dari orang tua balita dari posyandu Kelapa Gading, Posyandu Griya Kartika dan Posyandu Persada. Selanjutnya dilakukan tabulasi dan analisis data.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana yang merupakan suatu alat analisis untuk mengetahui peranan variabel bebas terhadap variabel tak bebas yang dinyatakan dalam koefisien regresi. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya dapat ditentukan dan bersifat menerangkan variabel tak bebas yang nilainya tergantung kepada variabel bebas. Sehingga dapat mengukur peranan variabel bebas terhadap variabel tergantung, yaitu mengukur peranan stimulasi orang tua terhadap keberhasilan toilet training pada balita (8)

Definisi Operasional

Stimulasi Orang Tua Stimulasi adalah rangsangan yang diberikan oleh orang sekitar yang berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak agar perkembangannya lebih optimal. Stimulasi keberhasilan Toilet Training akan diukur dengan kuesioner berdasarkan aspek mendorong anak melakukan tindakan, mengajak anak melakuan tindakan, mengajarkan anak melakukan suatu tindakan dapat digolongkan dalam beberapa kategori yaitu sesuai dengan rumus Azwar (2012) (9).

Tabel 1 Rumus Kategorisasi Azwar

Klasifikasi Tingkat KohesivitasSkor

TinggiX M+SD

Sedang(M-SD) < X > (M+SD)

RendahX M-SD

Keberhasilan Toilet Training BalitaToilet training adalah suatu aspek penting tugas perkembangan pada balita yang harus mendapat perhatian orang tua dengan tujuan agar anak mampu mengontrol dan melakukan buang air besar BAB dan buang air kecil BAK secara mandiri. Keberhasilan Toilet Training akan diukur dengan kuesioner keberhasilan Toilet Training berdasarkan aspek keberhasilan Toilet Training balita usia 1-3 tahun adalah Anak mau memberi tahu bila merasa buang air kecil atau buang air besar, Anak mengatakan pada ibu bila buang air kecil atau buang air besar., Anak mampu menahan buang air kecil atau buang air besar, Anak tidak pernah ngompol atau buang air di celana dapat digolongkan dalam beberapa kategori yaitu sesuai dengan rumus Azwar (2012) (17).

Tabel 2 Rumus Kategorisasi Azwar

Klasifikasi Tingkat KohesivitasSkor

TinggiX M+SD

Sedang(M-SD) < X > (M+SD)

RendahX M-SD

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenaiperanan stimulasi orang tua terhadap keberhasilan Toilet Training pada balita di posyandu KelapaGading, Griya Kartika dan Persada Wilayah Kelurahan Sungai Besar Banjarbaru,dengansampel penelitian sebanyak 30 sampel.Sampel tersebut merupakansampel yang dipilih dengan teknik porpusive sampling berdasarkan criteria inklusi dan eksklusi.A. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 3 Data Hipotetik Stimulasi Orang tuadan Toilet Training

VariabelNData Hipotetik

MeanSkorSD

MinMax

Stimulasi orang tua30150305

Toilet Training3090182

Tabel 4 Data Empirik Stimulasi Orang tua dan Toilet TrainingVariabelNData Empirik

MeanSkorSD

MinMax

Stimulasi orang tua3028,7318292,89

Toilet Training3013,510182,50

Berdasarkan data tersebut sebelumnya pada variable stimulus orangtua mean empirik (23,73dan SD 2,89) lebih besar dibandingkan mean hipotetik ( mean 15 dan SD 5). Hal ini berarti bahwa secara umum subjek penelitian memiliki skor stimulasi orang tua yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor stimulasi orang tuasecarateoritis. Pada variable Toilet Training mean empirik (13,5dan SD 2,5) lebih besar dibandingkan mean hipotetik ( mean 9 dan SD 2). Hal ini berarti bahwa secara umum subjek penelitian memiliki skor Toilet Training yang lebih besar dibandingkan dengan skor stimulasi orang tua secara teoritis.Tabel 5 KategorisasiStimulasi Orang Tua

NoKategoriFrekuensiPersentase

1.Tinggi2686,7%

2.Sedang413,3%

3.Rendah00,0%

Total30100,0%

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, dapat diketahui terdapat 26 orang (86,7%) memiliki skor stimulasi orangtua yang tergolong tinggi, 4 orang (13,3%) termasuk dalam stimulasi criteria sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua memberikan stimulasi kepada anaknya dalam rentang tinggi.Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (1).Stimulasi adalah rangsangan yang datang dari lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibanding dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi (9).Stimulasi perkembangan adalah kegiatan untuk merangsang kemampuan dan tumbuh kembang anak yang dilakukan oleh ibu dan keluarga untuk membantu anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Hawadi (2001) mengatakan jika anak kurang mendapat stimulasi maka anak akan menjadi pasif dan tidak kreatif sehingga perkembangannya tidak optimal (10,11)Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006), yaitu sebagai berikut (14): a) Stimulasi dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang, b) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya, c) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak, d) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman, d) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan umur anak, e) Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana aman dan ada di sekitar anak, f) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan, g) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Kategorisasi Skor Toilet Training

Tabel 6 kategorisasiToilet Training

No.KategoriFrekuensiPersentase

1.Tinggi2170%

2.Sedang930%

3.Rendah00,0%

Total30100,0%

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, dapat diketahui terdapat 21 orang (70%) balita di kelurahan sungai besar yang tingkat keberhasilan Toilet Trainingnya tergolong tinggi, 9 orang (30%) balita di kelurahan sungai besar yang tingkat keberhasilan Toilet Trainingnya tergolongs edang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita di kelurahan sungai besar yang tingkat keberhasilanToilet Trainingnya tergolong tinggi.Balita yang berusia 1-3 tahun dikategorikan kedalam masa kanak-kanak awal. Masa ini dianggap sebagai masa anak untuk belajar keterampilan dalam memenuhi keinginan untuk mandiri. Melalui keterampilan motorik yang baik, anak dapat melakukan aktivitas mandirinya dengan baik. Salah satunya melakukan aktivitas Toilet Training (3).Menurut Hidayat (2005) Toilet Training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Toilet Training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai dua tahun. Latihan BAB dan BAK pada anak membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun secara kognitif agar anakmampu mengontrol BAB dan BAK secara mandiri (4).Keberhasilan toilet training dapat di capai apabila anak mampu mengenali keinginan untuk buang air besar dan buang air kecil, kemampuan fisik anak untuk mengontrol spinkter anal dan uretral akan dicapai pada usia anak 18-24 bulan (Whaley dan Wong, 1999). Toilet training dikatakan berhasil apabila anak mau memberi tahu bila merasa buang air kecil atau buang air besar, Anak mengatakan pada ibu bila buang air kecil atau buang air besar, anak mampu menahan buang air kecil atau buang air besar, anak tidak pernah ngompol atau buang air besar di celana (13).Toilet training dikatakan terlambat apabila anak terlambat memberi tahu bila merasa membuang air kecil atau buang air besar, anak terlambat mengatakan pada ibu bila buang air kecil atau buang air besar, anak terlambat mampu menahan buang airkecil atau buang air besar, Anak ngompol terus atau buang air besar dicelana (13).

Peranan Stimulasi Orang Tua Terhadap Keberhasilan Toilet Training Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Sungai Besar banjarbaru

1. Uji Normalitas

Tabel 7 Hasil uji normalitas

VariabelShapiro-Wilk

StatistikDfTarafsignifikansi

Stimulasi orang tua0.972300.587

Toilet Training0.932300.056

Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi 0.05 dari data diatas nilai sig. 0.587 dari 0.05 untuk stimulasi dan 0.056 0.05 untukToilet Training, jadi dapat disimpulkan data berdistribusi normal

2. Uji Linieritas

Tabel 8 hasil uji linieritas

VaribelFTarafsignifikansi

Stimulasi orang tuaterhadapToilet Training15.690.001

Pada tabel dilihat hasil uji linieritas menunjukkan F = 15,69dengan p = 0.001 (p < 0.05). Analisis tersebut menunjukkan ada hubungan yang linier antara stimulasi orang tua dan keberhasilan Toilet Training.

3. Uji HipotesisPengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana dilakukan setelah terpenuhinya uji asumsi regresi linier yang meliputi uji normalitas dan linieritas. Hasil uji normalitas dan linieritas menunjukkan data memenuhi distribusi normalitas, asumsi linier.Berdasarkan hasil analisi sregresi, di perolehnilai sebesar 0.05 dengan taraf signifikan P=0.002 (P