jurnal tentang infeksi saluran kemih

7
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR Asmawati 1 , H. Ismail 2 , H. Abdul Latief 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 Poltekes Kemenkes Makassar 3 RSUD Labuang Baji Makassar Alamat korespondensi : [email protected]/085299995376 ABSTRAK Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya invasi mikroorganisme dalam saluran kemih dan merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di rumah sakit yang dikenal sebagai infeksi nosokomial. Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi saluran kemih antara lain usia, sistem imun, prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter dan lama kateter terpasang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik dengan rancangana Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisi pertanyaan tentang prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter, lama kateter terpasang dan infeksi saluran kemih. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar yang terpasang kateter dan memenuhi kriteria. Jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan teknik sampling yaitu Accidental sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan batas kemaknaan α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,005 pada hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih, nilai p = 0,027 pada hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih, dan pada hubungan prosedur pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih menunjukkan nilai p = 0,166. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara perawatan kateter dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih. Sedangkan prosedur pemasangan kateter tidak ada hubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Lama Terpasang, Prosedur Pemasangan, Perawatan Kateter. PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya (Samad, 2012). Penyebab paling sering infeksi saluran kemih ialah dimasukkannya suatu alat ke dalam saluran perkemihan, misalnya pemasangan kateter (Potter dan Perry, 2012). Kateterisasi kandung kemih adalah memasukkan kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine (Lusianah, dkk, 2012). Kateterisasi urine dilakukan apabila urine tidak dapat dikeluarkan secara alami dan harus dialirkan keluar secara artificial. Perawatan kateter urine adalah perawatan yang dilakukan menggunakan teknik aseptik dengan membersihkan permukaan kateter urine dan daerah sekitarnya agar bersih dari kotoran, smegma dan krusta yang terbentuk dari garam urine. Perawatan kateter urine menetap/ indwelling harus diperhatikan agar dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. Tindakan asepsis yang ketat diperlukan saat memasang kateter dan perawatan kateter (Sepalanita, 2012). ISK yang didapat di institusi kesehatan juga timbul akibat buruknya praktik cuci tangan pada personel kesehatan, cairan irigasi yang terkontaminasi dan teknik kateterisasi yang tidak benar. (Potter dan Perry, 2012) Walaupun kesakitan dan kematian dari infeksi saluran kemih berkaitan dengan kateter dianggap relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya, tingginya prevalensi penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya kejadian infeksi yang menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian (Samad, 2013). Angka kunjungan rawat jalan pasien infeksi saluran kemih di rumah sakit Amerika Serikat mencapai lebih dari 8 juta pertahun dan menghabiskan biaya USD 500

Upload: asma-wati

Post on 23-Jul-2015

2.559 views

Category:

Healthcare


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH HAJI MAKASSAR

Asmawati1, H. Ismail2, H. Abdul Latief3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2Poltekes Kemenkes Makassar 3RSUD Labuang Baji Makassar

Alamat korespondensi : [email protected]/085299995376

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya invasi mikroorganisme dalam saluran kemih dan merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di rumah sakit yang

dikenal sebagai infeksi nosokomial. Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi saluran kemih antara lain usia, sistem imun, prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter dan lama kateter terpasang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik dengan rancangana Cross Sectional yang

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisi pertanyaan tentang prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter, lama kateter terpasang dan infeksi saluran kemih. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar yang terpasang kateter dan memenuhi kriteria. Jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan teknik sampling yaitu Accidental sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan batas

kemaknaan α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,005 pada hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih, nilai p = 0,027 pada hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih, dan pada hubungan prosedur pemasangan kateter dengan kejadian

infeksi saluran kemih menunjukkan nilai p = 0,166. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara perawatan kateter dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih. Sedangkan prosedur pemasangan kateter tidak ada hubungan dengan kejadian infeksi

saluran kemih.

Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Lama Terpasang, Prosedur Pemasangan, Perawatan Kateter.

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah

umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). Sebagian besar

infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya (Samad, 2012).

Penyebab paling sering infeksi saluran kemih ialah dimasukkannya suatu alat ke dalam saluran perkemihan, misalnya

pemasangan kateter (Potter dan Perry, 2012). Kateterisasi kandung kemih adalah memasukkan kateter melalui urethra ke

dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine (Lusianah, dkk, 2012). Kateterisasi urine dilakukan apabila urine tidak dapat dikeluarkan secara alami dan

harus dialirkan keluar secara artificial. Perawatan kateter urine adalah

perawatan yang dilakukan menggunakan

teknik aseptik dengan membersihkan permukaan kateter urine dan daerah sekitarnya agar bersih dari kotoran, smegma

dan krusta yang terbentuk dari garam urine.

Perawatan kateter urine menetap/ indwelling harus diperhatikan agar dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. Tindakan

asepsis yang ketat diperlukan saat memasang kateter dan perawatan kateter (Sepalanita, 2012). ISK yang didapat di

institusi kesehatan juga timbul akibat buruknya praktik cuci tangan pada personel kesehatan, cairan irigasi yang terkontaminasi

dan teknik kateterisasi yang tidak benar. (Potter dan Perry, 2012)

Walaupun kesakitan dan kematian dari

infeksi saluran kemih berkaitan dengan kateter dianggap relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya, tingginya prevalensi penggunaan kateter urin

menyebabkan besarnya kejadian infeksi yang menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian (Samad, 2013). Angka kunjungan rawat jalan

pasien infeksi saluran kemih di rumah sakit Amerika Serikat mencapai lebih dari 8 juta pertahun dan menghabiskan biaya USD 500

Page 2: Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih

milyar tiap tahunnya. Menurut Soewondo (2007), pasien rawat inap yang mengalami

infeksi saluran kemih pada beberapa rumah sakit di Amerika Serikat dan Eropa menempati urutan pertama (42%), disusul

infeksi luka operasi (24%) dan infeksi saluran napas (11%) (Sepalanita, 2012). Sekitar 50% pasien di rumah sakit dengan kateter

permanen mengalami ISK dalam satu minggu setelah kateter dipasang. 90% infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita

daripada pria karena uretra wanita lebih pendek dan sangat dekat dengan vagina dan anus. (Baradero, dkk, 2009)

Sedangkan Data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Haji Makassar, sepanjang tahun 2013 diperoleh data jumlah

penderita infeksi saluran kemih sebanyak 39 orang dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan 29 orang

. Ditahun 2014 pada bulan Januari-Mei diperoleh data jumlah penderita infeksi saluran kemih sebanyak 16 orang dengan

jumlah penderita laki-laki sebanyak 3 orang dan perempuan 13 orang.

Mengingat infeksi saluran kemih

merupakan masalah kesehatan yang serius yang dapat mengganggu kualitas kerja pasien, bila tidak mengetahui penanganan

secara tepat dan akurat, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi

Saluran Kemih Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar”

BAHAN DAN METODE Desain, Lokasi, Populasi, dan Sampel

Penelitian ini menggunakan desain

penelitian Analitik dengan rancangan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi

data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2013). Adapun

pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK)

di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit

Umum Daerah Haji Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terpasang kateter tetap, dengan pengambilan

sampel menggunakan tehnik Accidental Sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi. 1. Kriteria inklusi

a. Pasien yang terpasang kateter

b. Pasien dengan umur > 20 tahun

c. Pasien yang bersedia menjadi responden.

2. Kriteria ekslusi a. Pasien yang didiagnosa menderita

infeksi saluran kemih tapi bukan

akibat pemasangan kateter. b. Pasien tidak bersedia menjadi

responden.

Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan lembar kuesioner yang berisi data demografi responden, pertanyaan tentang prosedur pemasangan kateter,

perawatan kateter dan lama kateter terpasang. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data yang

terdiri dari edting, coding, scoring, processing, dan cleaning.

Analisis Data Setelah dilakukan tabulasi data

selanjutnya data di olah dengan

menggunakan aplikasi komputer SPSS vs. 18. Analisis data terdiri dari analisis univariat yang menunjukkan distribusi frekuensi dari

karakteristik umum subjek penelitian, variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan analisis bivariabel, menunjukan

hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan batas kemaknaan

α=0,05. HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis kelamin di RSUD Haji Makassar

Jenis Kelamin Frekuensi Persen

Laki-laki 11 36,7%

Perempuan 19 63,3%

Total 30 100%

Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan di RSUD Haji Makassar

Pendidikan Frekuensi Persen

Tidak sekolah 6 20%

SD 8 26,7%

SMP 7 23,3%

SMA 6 20,%

Pendidikan Tinggi

3 10%

Total 30 100%

Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Umur di RSUD Haji Makassar

Umur Frekuensi Persen

20-50 tahun 13 43,3%

Page 3: Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih

51-60 tahun 9 30%

≥ 61 tahun 8 26,7%

Total 30 100%

Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Haji Makassar

Status

Perkawinan Frekuensi Persen

Tidak kawin 6 20%

Janda/Duda 7 23,3%

Kawin 17 56,7%

Total 30 100%

Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan

Pekerjaan di RSUD Haji Makassar

Pekerjaan Frekuensi Persen

Tidak Bekerja 16 53,3%

PNS 3 10%

Pegawai Swasta 3 10%

Wiraswasta 2 6,7%

Lain-lain 6 20%

Total 30 100%

Tabel 6 Distribusi Responden berdasarkan Agama di RSUD Haji Makassar

Agama Frekuensi Persen

Islam 30 100%

Total 30 100%

Tabel 7 Distribusi Responden berdasarkan

Prosedur Pemasangan kateter di RSUD Haji Makassar

Prosedur Pemasangan

kateter

Frekuensi Persen

Baik 27 90%

Cukup 3 10%

Total 30 100%

Tabel 8 Distribusi Responden berdasarkan

Perawatan kateter di RSUD Haji Makassar

Perawatan Kateter

Frekuensi Persen

Baik 17 56,7%

Cukup 13 43,3%

Total 30 100%

Tabel 9 Distribusi Responden berdasarkan Lama kateter Terpasang di RSUD Haji Makassar

Lama kateter

terpasang Frekuensi Persen

Tidak Beresiko 18 60%

Beresiko 12 40%

Total 30 100%

Tabel 10 Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di RSUD Haji

Makassar

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Frekuensi Persen

Bukan Infeksi Saluran Kemih

22 73,3 %

Infeksi Saluran

Kemih 8 26,7%

Total 30 100%

Analisis Bivariabel Tabel 11 Hubungan Prosedur Pemasangan

Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Haji Makassar

Pros edur

Pemasangan Katet

er

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Jumlah

Bukan

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi

Saluran Kemih

n % n % n %

Baik 21 70 6 20 27 90

Cukup 1 3,3 2 6,7 3 10

Total 22 73,3 8 26,7 30 100

α = 0,05 p = 0,166 n = 30

Tabel dan gambar 11 menunjukkan bahwa reponden yang mengalami infeksi saluran kemih dengan prosedur pemasangan

kateter kategori baik lebih banyak dibandingkan responden yang mengalami infeksi saluran kemih dengan prosedur

pemasangan kateter kategori cukup. Hal ini dapat di lihat pada distribusi data yang mengalami infeksi saluran kemih. ada 8 orang

responden (26,7%) tetapi prosedur pemasangan kateter dengan kategori baik ada 6 orang (20%), sedangkan prosedur

pemasangan kateter kategori cukup ada 2 orang (6,7%). Adapun responden yang tidak mengalami infeksi saluran kemih sebanyak 22

orang (73,3%) dengan prosedur pemasangan kateter kategori baik sebanyak 21 orang (70%) dan prosedur pemasangan kateter

kategori cukup ada 1 orang responden (3,3%).

Berdasarkan hasil analisis SPSS dengan

menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan p = 0,166 > α = 0,05 yang berarti hipotesis

nol (H0) di terima dan hipotesis alternatif (Ha) di tolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan prosedur pemasangan kateter

dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap RSUD haji Makassar.

Page 4: Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih

Tabel 12 Hubungan Perawatan kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di

RSUD Haji Makassar

Peraw atan

Kate ter

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Jumlah Bukan Infeksi

Saluran Kemih

Infeksi Saluran

Kemih

n % n % n %

Baik 16 53,3 1 3,3 17 56,7

Cukup 6 20 7 23,3 13 43,3

Total 22 73,3 8 26,7 30 100

α = 0,05 p = 0, 005 n = 30

Berdasarkan tabel 12 menunjukkan

bahwa dari 30 orang responden dengan perawatan kateter kategori baik ada 17 orang (56,7%) dimana responden yang tidak

mengalami infeksi saluran kemih ada 16 orang (53,3%) dan yang mengalami infeksi saluran kemih ada 1 orang (3,3%).

Sedangkan dengan perawatan kateter kategori cukup ada 13 orang (43,3%), dimana responden yang tidak mengalami infeksi

saluran kemih ada 6 orang (20%) dan yang mengalami infeksi saluran kemih ada 7 orang (23,3%).

Dari hasil analisis SPSS dengan menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan

p = 0,005 < α = 0,05 yang berarti hipotesis nol (H0) di tolak dan hipotesis alternatif (Ha) di terima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap RSUD haji Makassar.

Tabel 13 Hubungan Lama Kateter Terpasang dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di

RSUD Haji Makassar

Lama Kateter

Terpasang

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Jumlah Bukan Infeksi

Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih

n % n % n %

Tidak Beresiko

16 53,3 2 6,7 18 60

Beresiko 6 20 6 20 12 40

Total 22 73,3 8 26,7 30 100

α = 0,05 p = 0,027 n = 30

Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang lama kateternya terpasang tidak beresiko sebanyak 18 orang (60%),

yang tidak mengalami infeksi saluran kemih

sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan yang mengalami infeksi saluran kemih ada 2 orang

(6,7%). Adapun yang lama kateternya terpasang beresiko ada 12 orang (40%), tidak mengalami infeksi saluran kemih dan yang

mengalami infeksi saluran kemih masing-masing 6 orang (20%).

Dari hasil analisis SPSS dengan

menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan p = 0,027 < α = 0,05 yang berarti hipotesis

nol (H0) di tolak dan hipotesis alternatif (Ha) di terima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama kateter terpasang dengan

kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar

PEMBAHASAN 1. Hubungan Prosedur Pemasangan Kateter

Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar di dapatkan hasil penelitian

bahwa tidak ada hubungan antara prosedur pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang

rawat inap RSUD Haji Makassar. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas lebih dari 0,05 (p = 0,166 > α = 0,05) yang berarti

Hipotesis nol (H0) di terima dan hipotesis alternatif (Ha) di tolak.

Meskipun menurut septiari (2012)

bahwa prosedur pemasangan kateter merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi saluran kemih, namun

teori tersebut bertentang dengan hasil penelitian yang peneliti peroleh.

Hasil penelitian ini juga bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhlis (2012) bahwa ada hubungan prosedur pemasangan kateter terhadap

kejadian infeksi saluran kemih. Adanya pertentangan antara hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena keterampilan

perawat yang berbeda-beda, seperti tehnik pemasangan yang memperhatikan tehnik aseptic. Mungkin juga karena

instrument penelitian yang digunakan tidak akurat sehingga hasilnya tidak sama.

Septiari (2012) mengemukakan bahwa infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter dapat dicegah jika

pemasangan kateter dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil dalam tehnik pemasangan

kateter yang aseptik. Dari hasil penelitian peneliti melihat

bahwa prosedur pemasangan kateter

yang dilakukan oleh perawat sesuai

Page 5: Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih

dengan standar prosedur yang ada. Selaian itu, sebelum dan sesudah

melakukan pemasangan kateter perawat cuci tangan sesuai prosedur yang berlaku sehingga kejadian infeksi saluran kemih

jarang terjadi. 2. Hubungan Perawatan Kateter Dengan

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji

Makassar bahwa persentasi kejadian infeksi saluran kemih dengan perawatan kateter kategori cukup lebih tinggi

dibandingkan perawatan kateter kategori baik. Setelah di lakukan analisa uji Chi-Square diperoleh hasil signifikan p =

0,005. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α (0,005 < 0,05) maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif diterima

(Ha) yang berarti perawatan kateter berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih.

Menurut teori yang di kemukakan oleh Muwarni (2009) bahwa kateter yang terpasang harus mendapat perawatan

khusus karena selama kateter terpasang banyak sekresi dan kerak yang timbul di sekitar kateter yang merupakan sumber

timbulnya infeksi. Selain itu, kerusakan sistem pemasangan kateter dapat meningkatkan masuknya mikroorganisme

ke dalam tubuh. Perawatan kateter urine menetap

harus diperhatikan agar dapat mencegah

terjadinya infeksi saluran kemih (bakteriuria). Tindakan asepsis yang ketat diperlukan dalam perawatan kateter.

Asepsis adalah hilangnya mikroorganisme patogen atau penyebab penyakit. Menurut Potter & Perry (2009), teknik asepsis

adalah prosedur yang membantu mengurangi resiko terkena infeksi. Tindakan mencuci tangan mutlak harus

dilakukan sebelum dan setelah penanganan kateter, selang dan kantong penampungan urine. (Sepalanita, 2012)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sepalanita (2012) bahwa perawatan

kateter yang tidak aseptik dan tidak rutin dapat memicu terjadinya infeksi pada saluran kemih.

Peneliti berasumsi bahwa infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang dapat terjadi di rumah

sakit karena perawatan kateter yang dilakukan oleh perawat tidak aseptik dan tidak rutin.

3. Hubungan Lama Kateter Terpasang Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar, hasil

penelitian menunjukkan bahwa lama kateter terpasang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Hal ini

dapat dilihat dari uji statistik Chi-square yang diperoleh p < α (0,027 < 0,05) yang berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan

hipotesis alternatif (Ha) diterima. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Ernita

(2012), tentang hubungan lamanya penggunaan kateter terhadap terjadinya infeksi saluran kemih di RSU Haji medan

tahun 2012. Dari 20 responden yang mengalami infeksi saluran kemih akibat lama kateter terpasang sebanyak 14

orang (70%) dan tidak mengalami infeksi saluran kemih sebanyak 6 orang (30%). Dengan kateter yang terlalu

penggunaannya dapat menyebabkan kolonisasi bakteri.

Berdasarkan teori dalam penelitian

Ernita (2012) bahwa penggunaan kateter dalam jangka waktu yang pendek (>72 jam) dapat mencegah infeksi saluran

kemih, sedangkan penggunaan kateter dalam jangka waktu yang lama (≥72 jam) dapat menyebabkan resiko terkena infeksi

saluran kemih. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Muhlis (2012) tentang

hubungan antara pemasangan kateter tetap dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap Di RSUD

Lapatarai Kabupaten Barru. Hasil penelitiannnya menunjukkan 18 orang mengalami infeksi saluran kemih yang

disebabkan oleh lamanya kateter terpasang.

Peneliti berasumsi bahwa semakin

lama penggunaan kateter pada pasien tanpa pergantian kateter maka kemungkinan untuk mengalami infeksi

saluran kemih semakin besar. Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang terjadi pada pasien di rumah sakit yang

biasanya menggunakan kateter terlalu lama dan tidak diganti.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap rumah sakit Umum Daerah Haji Makassar yang mengacu pada

pembahasan dan tujuan penelitian maka

Page 6: Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih

dapat disimpulakan bahwa tidak ada hubungan prosedur pemasangan kateter

dengan kejadian infeksi saluran kemih, ada hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih, dan ada hubungan

lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih.

SARAN 1. Bagi pihak Rumah sakit perlu

memperhatikan perawatan kateter yang

terpasang pada pasien agar perawatannya dilakukan 2 kali dalam sehari dan memberikan

pengetahuan/arahan kepada keluarga pasien yang biasanya melakukan perawatan kateter sendiri.

2. Bagi profesi keperawatan agar meningkatkan pemahaman dan keterampilan perawat dalam tehnik

pemasangan dan perawatan kateter secara aseptik agar kejadian infeksi saluran kemih dapat dicegah.

3. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi

saluran kemih harus memperhatikan metode penelitian dan instrumen yang akan di gunakan sehingga dapat

menghasilkan penelitian yang benar-benar aktual.

DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku

Patofisiologi. Penerbit EGC: Jakarta.

Baradero, dkk. 2009. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. EGC:

Jakarta.

Ely, Achmad, dkk. 2011. Penuntun Praktikum

Keterampilan Kritis I.: Salemba Medika: Jakarta.

Ernita, Friska. 2012. Hubungan Lamanya Penggunaan Kateter Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Kemih Di

RSU Haji Medan Tahun 2012. (www. stikesdelhusada.ac.id). Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah:Sistem Perkemihan. Rapha

Publishing: Yogyakarta.

Kasmad. 2010. Hubungan Antara Kualitas

Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih. (ejournal.undip.ac.id/index.php/

medianers/article/download). Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

Lusianah, dkk. 2012. Prosedur Keperawatan. CV. TRANS INFO MEDIKA.: Jakarta

Timur.

Mirozha, Eidho. 2009. Prevalensi Infeksi

Nosokomial Saluran Kemih Di Irna Penyak it Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 1 Juli 2009 ??? 31

Desember 2009.( http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/44298815209_abs .pdf). diakses

pada tanggal 13 Mei 2014.

Muhlis. 2012. Hubungan Antara Pemasangan

Kateter Tetap Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada pasien Rawat Inap di RSUD Lapatarai

Kabupaten Barru. (http://E-library.stikesnh.ac.id.pdf). diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.

Murwani, Arita. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan.

Fitramaya: Yogyakarta.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi. Salemba Medika: Jakarta Selatan.

Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:Penyakt

Dalam. Nuha Medika: Yogyakarta.

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi

Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Samad, Roni. 2012. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang

Rawat Inap Penyak it Dalam Rsudza Banda Aceh Tahun 2012. (online). (Uilis.Unsyiah.Ac.Id. Diakses pada

tanggal 8 Mei 2014.)

Saryono dan Anggraeni. 2013. Metodologi

Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Sepalanita, Widya. 2012. Pengaruh Perawatan Kateter Urine Ind Welling

Model Americanassociation Of Critical Care Nurses (Aacn) Terhadap Bakteriuria Di Rsu Raden Mattaher

Jambi

Septiari, Betty. 2012. Infeks Nosokomia. Nuha

Medika: Yogyakarta.

Page 7: Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta:

Bandung.

Suharyanto dan Madjid. 2013. Asuhan

keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Saluran Perkemihan. CV. TRANS INFO

MEDIKA: Jakarta Timur.

Sumantri, Arif. 2013. Metodologi Penelitian

Kesehatan Edisi Pertama. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP: Jakarta.