jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

Upload: billyhunter7

Post on 06-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    1/9

    IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5

    ISSN: 1978-1520   1

     Received June 1st  ,2012; Revised June 25th , 2012; Accepted July 10th , 2012

    Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Mentor

    Dalam Kegiatan BSM STMIK Pontianak

    Menggunakan AHP

    Sukragani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Pontianak, Pontianak

    Jl. Merdeka No. 372 Pontianake-mail: [email protected] 

     Abstrak  Mentor bertujuan memberikan bimbingan kepada mahasiswa baru dalam

    melaksanakan kegiatan Bakti Sosial Mahasiswa yang dilaksanakan oleh kampus STMIK

    Pontianak. Maka dari itu diperlukan mentor yang dapat memberikan pelatihan yang optimal

    kepada mahasiswa baru untuk meningkatkan mutu dalam kegiatan tersebut. Dalam

     pelaksanaannya, yang menjadi permasalahan adalah ketidakhadiran mentor dalam melakukan pelatihan kepada mahasiswa baru sehingga kegiatan tidak berjalan dengan baik. Menanggapi

     permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini dikembangkan sebuah sistem penunjang

    keputusan pemilihan mentor dalam kegiatan Bakti Sosial Masyarakat (BSM) STMIK Pontianak

    dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam menentukan kriteria-

    kriteria yang diperlukan untuk pemilihan mentor. Dengan metode AHP (Analytical Hierarchy

    Process) penentuan kriteria dan intensitas ditentukan oleh pengguna dan bisa dirubah sesuai

    dengan kebutuhan, diproses dengan menggunakan software Expert Choice. Hasil pengujian

    sistem pendukung keputusan ini menyatakan bahwa sistem telah berjalan dengan benar,

    sehingga sistem ini dapat digunakan dalam mengambil keputusan.

     Kata kunci —3-5 Pemilihan Mentor, Sistem Penunjang Keputusan, AHP, Expert Choice

     Abstract  Mentor aims to provide guidance to new students in conducting Students Social Service

    conducted by STMIK Pontianak Therefore needed a mentor who can provide optimal training

     for new students to improve the quality in these activities. In practice, the problem is the

    absence of a mentor in training to new students so that the activity did not go well. Responding

    to these problems in this study developed a decision support system mentor election in the

    activities of Social Service Society (BSM) STMIK Pontianak using AHP (Analytical Hierarchy

    Process) in determining the criteria necessary for the selection of a mentor. With AHP

    (Analytical Hierarchy Process) determination of the criteria and intensity determined by the

    user and can be changed according to the needs, processed using Expert Choice software. The

    test results of this decision support system stating that the system has been running correctly, so

    that the system can be used in making decisions.

     Keywords—3-5 mentor election, decision support system, AHP, Expert Choice

    1. PENDAHULUAN

    egiatan BSM merupakan kegiatan wajib kampus STMIK Pontianak yang diadakan setiap

    tahunnya saat tahun ajaran baru yang di kelola oleh BEM STMIK Pontianak sebagai ajangK

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    2/9

        ISSN: 1978-1520 

    IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page

    2

    bakti mereka kepada masyarakat dan sebagai Promosi Kampus STMIK Pontianak tentunya.

    Didalam kegiatan BSM, diperlukan mentor untuk menyampaikan materi ajaran kepada para

    mahasiswa baru agar mereka siap terjun ke masyarakat. Mentor bertujuan memberikan

    bimbingan kepada mahasiswa baru dalam melaksanakan kegiatan Bakti Sosial Mahasiswa

    (BSM) yang dilaksanakan oleh kampus STMIK Pontianak. Maka dari itu diperlukan mentor

    yang dapat memberikan pelatihan yang optimal kepada mahasiswa baru untuk meningkatkanmutu dalam kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaannya, permasalahan yang terjadi adalah

    ketidakhadiran mentor dalam pelasanaan BSM contohnya seperti mentor yang tiba-tiba ganti

    yang menyebabkan materi ajaran menjadi setengah-setengah dan mentor yang tidak hadir saat

    kegiatan persentasi turun ke masyarakat sehingga kegiatan tidak berjalan dengan baik. Untuk itu

    diperlukan sebuah sistem penunjang keputusan dengan menggunakan metode AHP (Analytical

    Hierarchy Process) untuk memilih mentor yang professional dalam kegiatan Bakti Sosial

    Masyarakat (BSM) STMIK Pontianak sehingga kegiatan berjalan dengan baik.

    Penelitian sejenis mengenai sistem penunjang keputusan menggunakan metode AHPyang relevan diantaranya adalah sistem penunjang keputusan menggunakan AHP dalam

    pemilihan dosen model pemilihan dosen di STAIN Batsangkar [1]. Pengambilan keputusan

    untuk menentukan ketua petugas guru piket dengan menggunakan metode AHP yang bergunauntuk mempermudah informasi mengenai penjadwalan guru piket dan informasi data guru [2].

    Sistem pendukung keputusan pemilihan calon peserta cerdas cermat dengan mentode AHPuntuk mendapatkan informasi untuk pemilihan siswa yang tepat dalam mengikuti cerdas cermatpada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) [3]. Sistem pendukung keputusan dalam

    menentukan supplier jeruk pontianak berbasis Fuzzy-AHP untuk akan diperoleh supplier terbaik

    dengan kriteria-kriteria terpenting bagi perusahaan [4]. Sistem pendukung keputusan untukmenentukan mahasiswa lulusan terbaik di perguruan tinggi menggunakan AHP [5], karena

    dalam penyelesaiannya diperlukan sebuah sistem pendukung keputusan dengan multikriteria.Penelitian ini menegaskan bahwa penggunaan metode AHP sangat penting dalam proses

    pengambilan keputusan, karena metode AHP menggunakan kriteria-kriteria yang utama dalammenentukan keputusan. Tidak semua kriteria dapat di masukan didalam metode ini, hanya

    kriteria yang sangat dominan saja yang bisa digunakan dalam metode ini supaya pengambilankeputusannya bisa lebih akurat dan dapat di pertanggung jawabkan. Pembobotan kriteria sangat

    dibutuhkan dalam metode ini, karena diperlukan untuk proses perhitungan yang akan

    menghasilkan persentase dari masing-masing kriteria yang menjadi acuan kriteria mana yangdiutamakan terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan sebuah alternatif

    solusi dalam pengambilan keputusan yang akan dibuat, dalam hal ini adalah pemilihan mentordalam kegiatan BSM sehingga dapat diperoleh mentor-mentor professional untuk membuat

    kegiatan kampus menjadi lebih baik.

    2. METODE PENELITIAN

    2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP)

    Menurut [6], menyatakan bahwa Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatumodel pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

    keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleksmenjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi

    dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama

    adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hinggalevel terakhir dari alternatif.

    2. 2 Prinsip Dasar AHP

    Menurut [7], dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip

    dasar yang harus dipahami antara lain:

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    3/9

    IJCCS ISSN: 1978-1520   

    Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

    3

    2. 2.1 Dekomposisi (Decomposition)

    Pengertian deomposisi adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi

    unsur–unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atauelemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan

    terhadap unsur–unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga

    didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarkikeputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki

    keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap

    semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incompletekebalikan dari hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang

    mempunyai hubungan pada umumnya problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang

    incomplete.

    2. 2. 2 Perbandingan penilian (Comparative Judgement)

    Perbandingan penilian dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua

    elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini

    merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen–

    elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matrix pairwise

    comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapaalternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan

    tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan

    tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).

    Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan

    Intensitas Kepentingan Keterangan

    1 Kedua elemen sama pentingnya

    3Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang

    lainnya

    5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

    7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

    2,4,6,8Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang

    berdekatan

    KebalikanJika aktivitas I mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j,

    maka I memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i

    2. 2.3 Sintesa prioritas (Synthesis of Priority)

    Sintesa prioritas dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method untuk

    mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.

    2. 2. 

    4. Konsentensi logis (Logical Consistency)

    Konsentensi logis merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai denganmengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan

    selanjutnya diperoleh suatu vector composite tertimbang yang menghasilkan urutanpengambilan keputusan.

    2. 3 Langkah – langkah AHP

    Menurut [8], Langkah – langkah dalam menggunakan metode AHP adalah:

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    4/9

        ISSN: 1978-1520 

    IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page

    4

    1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

    2. Menentukan prioritas elemen.

    a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat

    perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan

    sesuai kriteria yang di berikan dengan menggunakan bentuk matriks

    b. Mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan bilanganuntuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen

    c. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis

    untuk memperoleh keseluruhan prioritas.

    1) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

    2) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan

    untuk memperoleh normalisasi matriks.

    3) Menjumlahkan nilai dari setiap matriks dan membaginya dengan jumlah

    elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

    4) Mengukur konsistensi.

    a) Mengkalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen

    pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatifelemen kedua,

    dan seterusnya.

    b) Menjumlahkan setiap baris.

    c) Hasil dari penjumlahan baris dibagikan dengan elemen prioritas relatif

    yang bersangkutan.

    d) Membagi hasil diatas dengan banyak elemen yang ada, hasilnya disebut

    eigen value (λ max)

    e) Menghitung indeks konsistensi (consistency index) dengan rumus :

    CI = (λ max - n) / n - 1

    Dimana, CI : Consistensi Index

    (λ max) : Eigen Value

    n : Banyak elemen

    f) Menghitung konsistensi ratio (CR) dengan rumus : CR= CI / RC

    Dimana, CR : Consistency Ratio

    CI : Consistency IndexRC : Random Consistency

    Tabel 2, Daftar Indeks Random Konsistensi (IR)

    Ukuran Matriks Random Consistency

    1 0,0

    2 0,0

    3 0,58

    4 0,90

    5 1,12

    6 1,24

    7 1,32

    8 1,41

    9 1,45

    10 1,49

    Jika CR< 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks

    kriteria yang diberikan konsistensi. Jika CR≥  0,1 maka nilai

    perbandingan berpasangan pada matriks criteria yang diberikan tidak

    konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai – nilai

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    5/9

    IJCCS ISSN: 1978-1520   

    Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

    5

    pada matriks berpasangan pada unsure criteria maupun alternatif harus

    diulang.

    g) Hasil akhir berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh

    pengambil keputusan berdasarkan nilai yang tertinggi

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pengumpulan data

    berupa suevey, wawancara dan kuesioner kepada pihak BEM dalam menerima mentor. Daridata yang telah di kumpulkan, telah di peroleh kriteria yang akan digunakan dalam sistem ini.

    Adapun kriteria-kriteria tersebut antara lain :

    a.  Menguasai Materi, mentor harus bisa menguasai materi yang akan di sampaikan,mampu beradaptasi dan mampu belajar dengan cepat.

    b. Tanggung Jawab, mentor harus membimbing dan bertanggung jawab atas apa yangtelah di sampaikan.

    c.  Disiplin Waktu, mentor siap datang setiap pertemuan pelatihan dan harus menemani

    peserta dalam turu kelapangan.

    d. Siap Ditugaskan, dalam keadaan genting, mentor harus siap ditugaskan keregionmanapun dalam keadaan apapun.

    Sedangkan sebagai alternatifnya menggunakan Calon 1, Calon 2 Calon 3.

    Setelah itu, langkah selanjutnya adalah menyusun hirarki yang terdiri dari tujuan,kriteria-kriteria dan alternatif. Hasil dari hirarki dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

    Gambar 1, Struktur hirarki pemodelan AHP

    Langkah selanjutnya adalah melakukan pembobotan perbandingan berpasangan antarakriteria dan kriteria menggunakan exper choice. Hasil dari perbandingan berpasangan dapat

    dilihat pada gambar 2 berikut.

    Gambar 2, Prioritas hasil perbandingan berpasangan kriteria

    Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa prioritas utama adalah kriteria tanggung

     jawab dengan bobot 0,436 setara dengan 44%.Kriteria yang utama berikutnya adalah kriteriasiap ditugaskan yaitu dengan bobot 0,327 setara dengan 33%, selanjutnya adalah kriteria

    disiplin waktu dengan 0,142 setara dengan 14%, dan yang terakhir adalah kriteria menguasai

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    6/9

        ISSN: 1978-1520 

    IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page

    6

    materi dengan 0,095% setara dengan 10% dengan tingkat rasio inconsistency adalah sebesar

    0,05 setara dengan 5% di bawah dari 10%.Alasan mengapa kriteria menguasai materi di peringkat terakhir dan memiliki nilai terkecil,

    karena menguasai materi adalah kewajiban mentor. Walaupun mentor sepenuhnya menguasaimateri, belum tentu juga mentor bisa bertanggung jawab, disiplin dan siap di tugaskan ke regian

    yang lain karena yang dikuasainya hanya satu materi saja. Dengan begitu, mentor tidak

    sepenuhnya harus menguasai materi ajaran dan mentor harus bisa belajar menguasai materi

    yang lainnya juga pada saat dibutuhkan. Alasan mengapa kriteria tanggung jawab yang lebih diutamakan, karena tanggung jawab itu mencakup dari semua aspek sedangkan masing-masingaspek belum tentu bisa bertanggung jawab. Tanggung jawab disini bagaimana mentor bisa

    menyampaikan pengetahuan kepada peserta dan bisa membimbing peserta hingga turun kemasyarakat. Kriteria siap ditugaskan menempati urutan ke dua setelah kriteria tanggung jawab,

    karena tidak semua mentor siap di tugaskan ke region yang lain untuk menggantikan mentoryang berhalangan hadir saat kegiatan. Terakhir adalah kriteria disiplin waktu, karena disiplinwaktu memiliki banyak toleransi seperti mentor yang sakit, izin, terlambat, dan lain sebagainya.

    Untuk itu, kriteria disiplin waktu di utamanakan diurutan ketiga setelah kriteria siap ditugaskan

    dan kriteria tanggung jawab.Langkah selanjutnya adalah memberikan nilai bobot masing-masing alternatif untuk

    masing-masing kriteria dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Hasil dari perbandinganberpasangan adalah akan terlihat nilai dari masing-masing alternatif kriteria menguasai materi.Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau 10%. Hasilnya dapat

    terliha pada gambar 3 berikut.

    Gambar 3, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria menguasai materi

    Selanjutnya adalah nilai bobot dari masing-masing alternatif untuk kriteria ke dua yaitu

    kriteria tanggung jawab. Hasilnya dapat dilihat nilai dari masing-masing alternatif kriteriatanggung jawab. Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau 10%.

    Hasilnya dapat terliha pada gambar 4 berikut.

    Gambar 4, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria tanggung jawab

    Langkan berikutnya memberikan bobot pada masing-masing alternatif untuk kriteria

    disiplin waktu. Hasilnya dapat terlihat nilai dari masing-masing alternatif kriteria disiplin waktu.

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    7/9

    IJCCS ISSN: 1978-1520   

    Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

    7

    Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau 10%. Hasilnya dapat

    terliha pada gambar 5 berikut.

    Gambar 5, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria disiplin waktu

    Langkan berikutnya memberikan bobot pada masing-masing alternatif untuk kriteria

    terakhir yaitu kriteria siap ditugaskan. Hasilnya dapat terlihat nilai dari masing-masing alternatifkriteria siap ditugaskan. Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau

    10%. Hasilnya dapat terliha pada gambar 6 berikut.

    Gambar 6, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria siap ditugaskan

    Setelah semua hasil pembobotan sudah di masukan dan menghasilkan data dari

    perbandingan berpasangan masing-masing kriteria dan perbandingan berpasangan dari masing-masing alternatif untuk masing-masing kriteria, tahap terakhir dalam metode ini adalah hasil

    dari sistesis pemilihan mentoryaitu nilai gabungan yang menyatakan alternatif mana yangdominan yang sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan tetap dengan rasio dibawah 10%

    atau 0,10. Untuk hasil dapat dilihat pada gambar 7 berikut.

    Gambar 7 sintesis dari pemilihan mentor

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    8/9

        ISSN: 1978-1520 

    IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page

    8

    4. KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal :

    a. Penentuan kriteria merupakan dasar dari sistem dan dalam menentukan kriteria juga harus dilihat kondisi apa yang di harus utamakan dahulu didalam

    menyelesaikan suatu kasus menggunakan sistem AHP.

    b. Penentuan nilai bobot merupakan bagian penting dalam sistem ini, karena rasio

    dari tingkat kesuksesan sistem adalam 10%. Maka dari itu, apabila terjadikesalahan dalam pembobotan sehingga nilai tidak mencapai rasio, sistem akandi ulang kembali sampai menemukan persentase yang optimal.

    c. Hasil yang diberikan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusandalam penerimaan mentor untuk kegiatan BSM STMIK Pontianak. Sistem ini

    hanya sekedar membantu dalam pengambilan keputusan bukan berartikeputusan harus menggunakan sistem, karena setiap orang memilikitoleransinya masing-masing.

    5. SARAN

    Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode Fuzzy AHP untukmasalah yang lebih spesifik dengan kriteria dan alternatif yang banyak, karena perhitungan

    dengan menggunakan metode Fuzzy AHP lebih akurat.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    a. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemampuan dan inspirasi dalam

    penyelesaian penelitian.b. Kepada Dosen pengampu matakuliah metode penelitian di STMIK Pontianak

    c. Kepada ketua jurusan Sistem Informasi STMIK Pontianakd. Kepada dosen pembimbing akademik STMIK Pontianak

    e. Kepada rekan-rekan yang membantu dalam penelitian

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Adriyendi & Yeni M., 2013, “Sistem Penunjang Keputusan Menggunakan AHP Dalam

    Pemilihan Dosen”, International Journal of Advanced Science and Technology Vol. 52.

    [2] Rahmat H.,2015, “Sistem Pendukukung Keputusan Untuk Menentukan Ketua Petugas GuruPiket Dengan Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) (Study Kasus

    SDN 106166 Marindal)”, Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 1, ISSN :2301-9425.

    [3] Ermawati,2015,"Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Calon Peserta Cerdas Cermat

    Dengan Mentode Analytical Hierarchy(AHP) Studi Kasus :Sma Negeri 1 Simpang Kiri

    Subulussalam", Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 2, ISSN : 2301-9425

    [4] Salahuddin, Sri H., 2012, ” Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan SupplierJeruk Pontianak Berbasis Fuzzy-AHP”, IJCCS, Vol.6, No.1 , pp. 67~78, ISSN: 1978-1520

  • 8/16/2019 jurnal sistem pendukung keputusan dengan ahp

    9/9

    IJCCS ISSN: 1978-1520   

    Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

    9

    [5] Hilyah M., 2012, “Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Mahasiswa Lulusan

    Terbaik Di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Stmik Atma Luhur Pangkalpinang)”, SeminarNasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SENTIKA 2012) Yogyakarta, 10 Maret,

    ISSN: 2089-9815

    [6]Artika, R. (2013). “Penerapan Analitycal Hierarchy Proccces (AHP) Dalam Pendukung

    Keputusan Penilaian Kinerja Guru Pada SD Negeri 095224.” Pelita Informatika Budi

    Darma. Vol. IV. No. (3). 1 - 6.

    [7]Kusrini. Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. PenerbitAndiOffest,

    Yogyakarta, Edisi I, 2007.

    [8]Tominanto. (2012). “Sistem Pendukung Keputusan Dengan Metode Analytical HierarchyProcess (AHP) Untuk Penentuan Prestasi Kinerja Dokter Pada Rsud. Sukoharjo.”INFOKES. Vol. 2. No. (1). 1 - 15.