paper_sistem pendukung keputusan penerima peserta jamkesmas menggunakan metode ahp dan topsis
TRANSCRIPT
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA
PESERTA JAMKESMAS MENGGUNAKAN
METODE AHP DAN TOPSIS
Nurus Shaleh
Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik
Universitas Islam Madura Pamekasan
ABSTRAK
Tugas Akhir ini bertujuan merancang sebuah aplikasi sistem pendukung
keputusan penentuan peserta jamkesmas dengan menggunakan metode AHP dan
TOPSIS sehingga dapat digunakan pada sebuah instansi kesehatan.
Sistem ini memiliki keunikan yakni dibuat secara fleksibel sehingga jika terjadi
perubahan pada kriteria-kriteria penilaian yang digunakan, maka dapat disesuaikan
sewaktu-waktu jika diperlukan. Kriteria yang digunakan dalam Tugas Akhir ini
berjumlah 4 kriteria yang kesemuanya berasal dari Badan Pusat Statistik.
Hasil Tugas Akhir ini menunjukan bahwa metode AHP dan TOPSIS mampu
menghasilkan urutan rangking dari calon peserta jamkesmas yang telah diseleksi.
Aplikasi pada penilitian ini diimplementasikan dengan menggunakan bahasa
pemrograman visual basic dan databasenya menggunakan Microsoft Acces 2003.
Dengan demikian sistem ini diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan
dalam penentuan peserta jamkesmas
Kata Kunci : sistem pendukung keputusan, AHP ,TOPSIS, perangkat lunak, fleksibel,
jamkesmas
I. Pendahuluan
Jaminan Kesehatan Masyarakat
merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk menjamin akses penduduk
miskin terhadap pelayanan kesehatan,
sebagaimana yang telah diamanatkan
oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal
28 H, yang menetapkan bahwa
kesehatan adalah hak dasar setiap
individu dan semua warga negara
berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan termasuk masyarakat miskin.
Seiring keberhasilan yang telah
dicapai pada program Jamkesmas ini,
masih ada permasalahan yang perlu
dibenahi, salah satunya dalam hal
penentuan peserta Jamkesmas itu
sendiri. Karena saat ini banyak
Jamkesmas yang dinilai tidak tepat
sasaran, dimana masih banyak orang
yang seharusnya berhak, justru tidak
mendapatkan dana bantuan tersebut.
Selama ini kepesertaan Jamkesmas
ditetapkan langsung oleh Pemerintah
Daerah (Depkes, 2008). Hal ini
berdampak adanya subjektifitas di
dalam penentuan peserta Jamkesmas,
terutama jika beberapa calon peserta
yang ada memiliki tingkat kelayakan
yang tidak jauh berbeda.
Fakta di atas merupakan salah
satu masalah yang dihadapi oleh
pemerintah saat ini. Oleh karenanya,
guna membantu mempercepat dan
mempermudah serta mengurangi
subjektifitas di dalam proses
pengambilan keputusan dalam hal ini
penentuan peserta Jamkesmas,
diperlukan suatu bentuk sistem
pendukung keputusan (Decision
Support System). Tujuannya adalah
untuk membantu pengambil keputusan
memilih berbagai alternatif keputusan
yang merupakan hasil pengolahan
informasi-informasi yang
diperoleh/tersedia dengan menggunakan
metode-metode pengambilan keputusan.
Salah satunya adalah dengan
menggunakan metode AHP (Analytic
Hierarchy Process). Dimana metode ini
merupakan salah satu metode dalam
memecahkan permasalahan yang
bersifat multikriteria dengan cara
menentukan urutan (prioritas).
Jika proses pengambilan
keputusan tersebut dibantu oleh sebuah
sistem pendukung keputusan yang
terkomputerisasi, subjektifitas dalam
pengambilan keputusan diharapkan bisa
dikurangi dan diganti dengan
pelaksanaan seluruh kriteria bagi calon
peserta Jamkesmas. Dengan demikian
hanya peserta yang benar-benar
layaklah yang diharapkan akan terpilih.
Namun demikian dalam sistem ini yang
memegang peranan penting adalah
pengambil keputusan karena sistem
hanya menyediakan alternatif
keputusan, sedangkan keputusan akhir
tetap ditentukan oleh decision maker
(pengambil keputusan).
II. Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung
Keputusan pertama (SPK) atau
Decision Support System (DSS)
pertama kali diungkapkan pada awal
tahun 1970-an oleh Michael S. Scott
Morton (2001) dalam Zainal Arifin
(2010).
Pengambilan keputusan
merupakan suatu proses untuk memilih
beberapa alternatif jalannya aksi yang
bertujuan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam proses pengambilan
keputusan tidak terlepas dari dukungan
beberapa faktor, seperti faktor manusia,
sumber daya, dan prosedur pengambilan
keputusan. Faktor-faktor tersebut
merupakan komponen-komponen dalam
satu sistem. Kondisi ini memunculkan
adanya sistem pendukung keputusan.
Selanjutnya, sejumlah
perusahaan, lembaga penelitian dan
perguruan tinggi mulai melakukan
penelitian dan membangun SPK. Dalam
buku Komputerisasi Pengambilan
Keputusan terdapat beberapa definisi
yang diungkapkan para ahli mengenai
SPK, antara lain :
a. Menurut Mann dan Watson (1998),
Sistem Pendukung Keputusan
adalah Sistem yang interaktif,
membantu pengambilan keputusan
melalui penggunaan data dan
model-model keputusan untuk
memecahkan masalah-masalah
yang sifatnya semi terstruktur dan
tidak terstruktur.
b. Menurut Maryan Alavi dan H.
Albert Napier (1998), Suatu
kumpulan prosedur pemrosesan
data dan informasi yang
berorientasi pada pengunaan model
untuk menghasilkan berbagai
jawaban yang dapat membantu
manajemen dalam pengambilan
keputusan. Sistem ini harus
sederhana, mudah dan adaptif.
c. Menurut Little (1998) dalam Zainal
Arifin (2010), Sistem Pendukung
Keputusan adalah suatu sistem
informasi berbasis komputer yang
menghasilkan berbagai alternatif
keputusan untuk membantu
manajemen dalam menangani
berbagai permasalahan yang
terstruktur ataupun tidak terstruktur
dengan menggunakan data dan
model.
d. Menurut Raymond McLeod, Jr.
(1998) dalam Azwar (2010),
mendefinisikan Sistem Pendukung
Keputusan adalah sistem penghasil
informasi spesifik yang ditujukan
untuk memecahkan suatu masalah
tertentu yang harus dipecahkan oleh
manajer pada berbagai tingkatan.
Dari definisi-definisi diatas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Sistem Penunjang Keputusan adalah
suatu sistem yang berbasis/berbantuan
komputer yang ditujukan untuk
membantu pengambil keputusan dalam
memanfaatkan data dan model tertentu
untuk memecahkan berbagai persoalan
yang semi terstruktur dan tidak
terstruktur.
Menurut Peter G. W. Keen,
bekerja sama dengan Scott Morton
(2001) dalam Zainal Arifin (2010),
untuk mendefinisikan tiga tujuan yang
harus dicapai SPK. Mereka percaya
bahwa SPK harus :
a. Membantu manajer membuat
keputusan untuk memecahkan
masalah semi-terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer
bukan mencoba menggantikannya.
c. Meningkatkan efektivitas
pengambilan keputusan manajer
daripada efisiensinya.
Tujuan-tujuan ini berhubungan
dengan tiga prinsip dasar dari konsep
SPK yaitu struktur masalah, dukungan
keputusan, dan efektivitas keputusan.
Karakteristik dan kemampuan dari SPK
adalah :
a. Dukungan kepada pengambil
keputusan, terutama pada situasi
semi terstruktur dan tak terstruktur,
dengan menyertakan penilaian
manusia dan informasi
terkomputerisasi.
b. Dukungan untuk semua level
manajerial, dari eksekutif puncak
sampai manajer lini.
c. Dukungan untuk individu dan
kelompok. Masalah yang kurang
terstruktur sering memerlukan
keterlibatan individu dari
departemen dan tingkat
organisasional yang berbeda atau
bahkan dari organisasi lain.
d. Dukungan untuk keputusan
independen dan/atau sekuensial.
Keputusan bisa dibuat satu kali,
beberapa kali, atau berulang (dalam
interval yang sama).
e. Dukungan di semua fase proses
pengambilan keputusan: inteligensi,
desain, pilihan, dan implementasi.
f. Dukungan di berbagai proses dan
gaya pengambilan keputusan.
g. Adaptasi sepanjang waktu.
h. Pengguna merasa seperti di rumah.
i. Peningkatan efisiensi pengambilan
keputusan (akurasi, timelines,
kualitas) ketimbang pada
efisiensinya (biaya pengambilan
keputusan).
j. Kontrol penuh oleh pengambil
keputusan terhadap semua langkah
proses pengambilan keputusan
dalam memecahkan suatu masalah.
k. Pengguna akhir bisa
mengembangkan dan
memodofikasi sendiri sistem
sederhana.
l. Model-model biasanya digunakan
untuk menganalisis situasi
pengambilan keputusan.
m. Akses disediakan untuk berbagai
sumber data, format, dan tipe,
mulai dari sistem informasi
n. geografis (GIS).
o. Dapat digunakan sebagai
standalone oleh seorang pengambil
keputusan pada satu lokasi atau
didistribusikan di suatu
organisasasi secara keseluruhan dan
di beberapa organisasi sepanjang
rantai persediaan.
Sistem Pendukung Keputusan
terdiri atas 4 komponen utama atau
subsistem yaitu :
a. Data Management yaitu Data
manajemen meliputi database, yang
mengandung data yang relevan
untuk berbagai situasi dan diatur
oleh software yang disebut
Database Management Systems
(DBMS).
b. Model Management yaitu Model
manajemen melibatkan model
finansial, statistikal, manajemen
science, atau berbagai model
kuantitatif lainnya, sehingga dapat
memberikan ke sistem suatu
kemampuan analitis, dan
manajemen software yang
diperlukan.
c. Communication (dialog subsystem)
yaitu User dapat berkomunikasi dan
memberikan perintah pada DSS
melalui subsistem ini, yang berarti
menyediakan antarmuka.
d. Knowledge Management yaitu
Subsistem optional ini dapat
mendukung subsistem lain atau
bertindak sebagai komponen yang
berdiri sendiri.
Tahapan pengambilan keputusan
a. Tahap pemahaman (intelligence
phase)
tahap ini merupakan proses
penelusuran dan pendeteksian dari
lingkup problematika serta proses
pengenalan masalah. Data
masukan diperoleh, diproses dan
diuji dalam rangka
mengidentifikasikan masalah.
b. Tahap perancangan (design phase)
Tahap ini merupakan proses
pengembangan dan pencarian
alternative tindakan/solusi yang
dapat diambil. Tersebut merupakan
representasi kejadian nyata yang
disederhanakan, sehingga
diperlukan proses validasi dan
vertifikasi untuk mengetahui
keakuratan model dalam meneliti
masalah yang ada.
c. Tahap pemilihan (choice phase)
Tahap ini dilakukan pemilihan
terhadap diantara berbagai
alternative solusi yang
dimunculkan pada tahap
perencanaan agar ditentukan/
dengan memperhatikan kriteria-
kriteria berdasarkan tujuan yang
akan dicapai.
d. Tahap implementasi
(implementation phase)
Tahap ini dilakukan penerapan
terhadap rancangan system yang
telah dibuat pada tahap
perancangan serta melaksanakan
alternative tindakan yang telah
dipilih pada tahap pemilihan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam SPK
adalah :
a. Membantu para pengambil
keputusan agar mereka
memfokuskan diri terhadap porsi
permasalahan yang tidak dapat
distrukturkan.
b. Mendukung pengambil keputusan
dalam menyelesaikan porsi
permasalahan yang dapat
distrukturkan.
Sistem pendukung keputusan
tidak ditekankan untuk membuat
keputusan, melainkan melengkapi
kemampuan untuk mengolah informasi
yang diperlukan untuk membuat
keputusan. Dengan kata lain, sistem
pendukung keputusan membantu
manusia dalam proses membuat
keputusan, bukan menggantikan
perannya dalam mengambil keputusan.
Tipe keputusan dalam SPK ada 3
macam diantaranya :
a) Keputusan terstruktur
1. Berulang-ulang.
2. Rutin
3. Mudah dipahami
4. Memiliki pemecahan yang
standar berdasarkan analisa
kuantitatif.
5. Dibuat menurut kebiasaan,
aturan, prosedur; tertulis
maupun tidak.
6. Sering diotomatisasi.
b) Keputusan semi terstruktur
1. Peraturan yang tidak lengkap.
2. Sebagian structured dan
sebagian unstructured.
c) Keputusan tidak terstruktur
1. Tidak berulang dan rutin
2. Tidak ada model untuk
memecahakan masalah ini
3. Butuh intuisi
4. Problem yang masih kabur dan
cukup kompleks yang tidak ada
solusi langsung bisa dipakai
5. Mengenai masalah khusus,
khas, tidak biasa
6. Kebijakan yang ada belum
menjawab
Pengambil keputusan adalah
pengguna SPK yang akan
memanfaatkan solusi yang dihasilkan
oleh sistem, untuk kemudian diolah
kembali berdasarkan ketrampilan,
pengetahuan, serta pengalaman yang
telah dimilikinya, dan akhirnya
dijadikan sebagai keputusan akhir.
III. Analytic Hierarchy Process
(AHP)
AHP merupakan suatu model
pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty.
Model pendukung keputusan ini akan
menguraikan masalah multi faktor atau
multi kriteria yang kompleks menjadi
suatu hirarki, menurut Saaty (1993)
dalam Syaifullah (2010), hirarki
didefinisikan sebagai suatu representasi
dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multi
level dimana level pertama adalah
tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke
bawah hingga level terakhir dari
alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan
ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk
hirarki sehingga permasalahan akan
tampak lebih terstruktur dan sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode
pemecahan masalah dibanding dengan
metode yang lain karena alasan-alasan
sebagai berikut:
a. Struktur yang berhirarki, sebagai
konsekuesi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling
dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai
dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang
dipilih oleh pengambil keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan
output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
d. Adapun langkah-langkah metode
AHP adalah :
e. Menentukan jenis-jenis kriteria yang
akan menjadi persyaratan calon
pejabat struktural.
f. Menyusun kriteria-kriteria tersebut
dalam bentuk matriks berpasangan.
g. Menjumlah matriks kolom.
h. Menghitung nilai elemen kolom
kriteria dengan rumus masing-
masing elemen kolom dibagi
dengan jumlah matriks kolom.
i. Menghitung nilai prioritas kriteria
dengan rumus menjumlah matriks
baris hasil langkah ke 4 dan
hasilnya 5 dibagi dengan jumlah
kriteria.
j. Menentukan alternatif-alternatif
yang akan menjadi pilihan.
k. Menyusun alternatif-alternatif yang
telah ditentukan dalam bentuk
matriks berpasangan untuk masing-
masing kriteria. Sehingga akan ada
sebanyak n buah matriks
berpasangan antar alternatif.
l. Masing-masing matriks
berpasangan antar alternatif
sebanyak n buah matriks, masing-
masing matriksnya dijumlah per
kolomnya.
m. Menghitung nilai prioritas alternatif
masing-masing matriks berpasangan
antar alternatif dengan rumus seperti
langkah 4 dan langkah 5.
n. Menguji konsistensi setiap matriks
berpasangan antar alternatif dengan
rumus masing-masing elemen
matriks berpasangan pada langkah 2
dikalikan dengan nilai prioritas
kriteria. Hasilnya masing-masing
baris dijumlah, kemudian hasilnya
dibagi dengan masing-masing nilai
prioritas kriteria sebanyak α1, α2,
α3,............., αn
o. Menghitung Lamda max dengan
rumus
p.
q. Menghitung CI dengan rumus
r.
s. Menghitung RC dengan rumus
t.
u. Menyusun matriks baris antara
alternatif versus kriteria yang isinya
hasil perhitungan proses langkah g,
langkah h dan langkah i.
v. Hasil akhirnya berupa prioritas
global sebagai nilai yang digunakan
oleh pengambil keputusan
berdasarkan skor yang tertinggi.
AHP atau Analytical Hierarchy
Process adalah sebuah metode ilmiah
yang dikemukakan oleh Thomas
L.Saaty, Merupakan metode kuantitatif
untuk meranking berbagai alternatif
dan memilih satu terbaik berdasarkan
kriteria yang ditentukan. Metode ini
menggunakan perbandingan dari
beberapa pilihan dengan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan. Panduan ini
semoga bermanfaat bagi calon pemilih
untuk pemilihan pemimpin kelak. Dan
tutorial ini tidak bermaksud
mengarahkan untuk memilih calon
pemimpin mana pun. Hanya sebuah
metode ilmiah yang biasa diajarkan di
bangku kuliah, dan semoga bisa
bermanfaatkan dan diterapkan untuk
membantu memecahkan permasalahan-
permasalahan sederhana di masyarakat.
Perhitungan ini bersifat subjektif untuk
setiap orang. Caranya adalah sebagai
berikut :
a. Tetapkan kriteria penilaian,
Dicontohkan ada tiga aspek kriteria
yakni : penampilan (P), kecerdasan
(K), pengalaman (A), dan
dukungan massa (D). Pada contoh
ini, calon pilihan pemimpin ada 3,
yakni calon A, B & C.
b. Buat Matriks Kriteria Dan
Preferensi. Aturan AHP
membandingkan pilihan yang satu
dengan yang lain, yakni sebagai
berikut :
Sehingga hasil matriknya
(penilaian bersifat subjektif)
adalah sebagai berikut :
c. Hitung nilai preferensi untuk tiap
calon
(step 1)
(step 2)
d. Hitung nilai preferensi untuk
kriteria
Langkah pertama berilah ranking
pada kriteria dengan
membandingkan dengan kriteria
yang lain :
Ulangi step 1-4. Hasilnya
sebagai berikut :
Rata-rata baris = Nilai
preference pada kriteria
(preference vector) :
e. Perhitungan Akhir
f. Hasilnya
IV. Technique For Order Preference
By Similarity To Ideal Solution
(TOPSIS)
Technique for Order Preference
by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS) adalah salah satu metode
pengambilan keputusan multikriteria
yang pertama kali diperkenalkan oleh
Yonn dan Hwang pada tahun 1981. Ide
dasar dari metode ini adalah bahwa
alternatif yang dipilih memiliki jarak
terdekat dengan solusi ideal dan yang
terjauh dari solusi ideal negatif.
TOPSIS memperhatikan jarak ke solusi
ideal maupun jarak ke solusi ideal
negatif dengan mengambil hubungan
kedekatan menuju solusi ideal. Dengan
melakukan perbandingan pada
keduanya, urutan pilihan dapat
ditentukan. Berikut ini adalah matriks
keputusan C yang memiliki m alternatif
dengan n kriteria, dimana xij adalah
pengukuran pilihan dari alternatif ke-i
dalam hubungannya dengan kriteria ke-j
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penyelesaian masalah
menggunakan metode TOPSIS adalah
sebagai berikut:
1. Normalisasi matriks keputusan
Setiap elemen pada matriks C
dinormalisasi untuk mendapatkan
matriks normalisasi R. Setiap
normalisasi dari nilai rij dapat
dilakukan dengan perhitungan
sebagai berikut:
Dimana:
rij = matriks ternormalisasi [i][j]
xij = matriks keputusan [i][j]
2. Pembobotan pada matriks yang
telah dinormalisasi
Diberikan bobot W = (W1,
W2, ..., Wn), sehingga weighted
normalised matrix V dapat
dihasilkan sebagai berikut:
Secara matematis, weighted
normalised matrix ini dapat diperoleh
dengan rumus berikut ini:
Vij = Wj . rij .....................................(4)
Dimana:
vi,j = matriks normalisasi terbobot
…(3)
[i][j]
wj = vektor bobot [j]
rij = matriks ternormalisasi [i][j]
3. Menentukan solusi ideal positif dan
solusi ideal negatif
Solusi ideal positif
dinotasikan dengan A+ dan solusi
ideal negatif dinotasikan dengan A-.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
dibawah ini:
A+={(max Vij| j Є J),(min Vij| j Є J’),
i=1,2,3,...,m}={V1+, V2
+, ..., Vn
+}
.........(5)
A- ={(min Vij| j Є J),(max Vij| j Є J’),
i=1,2,3,...,m}={V1-, V2
-, ..., Vn
-}
.........(6)
Dimana:
J = {1, 2, ..., n dan j berhubungan
dengan benefit criteria}
J’= {1, 2, ..., n dan j berhubungan
dengan cost criteria}
Vj+ = solusi ideal positif [j]
Vj- = solusi ideal negatif [j]
Pembangunan A+ dan A
- adalah
untuk mewakili alternatif yang most
preferable ke solusi ideal dan yang least
preferable secara berurutan.
4. Menghitung Separation Measure
Separation measure ini merupakan
pengukuran jarak dari suatu alternatif ke
solusi ideal positif dan solusi ideal
negatif. Perhitungan matematisnya
adalah sebagai berikut:
a. Rumus pengukuran jarak dari
suatu alternatif ke solusi ideal
positif
Si+ =
n
j
jji vv1
2)( , untuk
i=1,2,3,...,m ............................... (7)
Dimana:
Si+ = jarak alternatif Ai dengan sokusi
ideal positif
Vij = matriks normalisasi terbobot[i][j]
Vj+ = solusi ideal positif [j]
b. Rumus pengukuran jarak dari
suatu alternatif ke solusi ideal
negatif
Si- =
n
j
jji vv1
2)( , untuk
i=1,2,3,...,m ............................... (8)
Dimana:
Si- = jarak alternatif Ai dengan sokusi
ideal negatif
Vij = matriks normalisasi terbobot[i][j]
Vj- = solusi ideal negatif [j]
5. Menghitung kedekatan relatif
dengan solusi ideal
Kedekatan relatif dari
alternatif Ai dengan solusi ideal
positif A+ direpresentasikan
dengan:
Ci+
=
ii
i
SS
S, dimana 0 < Ci
+ < 1
dan i = 1, 2, 3, ..., m
............................... (9)
Dimana:
Ci+ = kedekatan tiap alternatif terhadap
solusi ideal positif
Si+ = jarak alternatif Ai dengan sokusi
ideal positif
Si- = jarak alternatif Ai dengan sokusi
ideal negatif
Dikatakan alternatif Ai dekat dengan
solusi ideal positif apabila Ci+
mendekati 1. Jadi Ci+
=1 jika Ai = A+
dan Ci-=0 jika Ai = A
-
6. Mengurutkan pilihan
Pilihan akan diurutkan
berdasarkan pada nilai Ci+
sehingga
alternatif yang memiliki jarak
terpendek dengan solusi ideal
positif adalah alternatif yang
terbaik. Dengan kata lain, alternatif
yang memiliki nilai Ci+ yang lebih
besar itulah yang lebih dipilih.
Jadi, dalam menangani
masalah penentuan mahasiswa
berprestasi yang akan dikirim ke
suatu event, sistem ini
menggunakan metode AHP dan
TOPSIS. Secara garis besar, proses
yang akan dilakukan oleh sistem
untuk menangani masalah tersebut
dapat dilihat pada blok diagram
seperti Gambar
Gambar Blok Diagram Proses Metode
AHP dan TOPSIS.
Alternatif/
Calon Peserta
Event
Kriteria
Proses AHP
Vektor Eigen
Alternatif Pada
Masing-Masing
Kriteria
Proses TOPSIS Urutan/prioritas
alternatif
Bobot Kriteria
Secara lebih detail, proses
untuk metode AHP dapat
digambarkan seperti yang
tampak pada Gambar 4.mulai
Penentuan kriteria dan
bobot kriteria
Penentuan alternatif/calon
peserta event
Perbandingan preferensi
antar alternatif pada
masing-masing kriteria
Matriks
perbandingan
berpasangan
Vektor Eigen
Mencari vektor eigen
Cek/uji konsistensi
RK <= 0.1 ?Vektor Eigen
Konsisten
Vektor Eigen
Tidak
Konsisten
Auto koreksi
?
Melakukan ulang
perbandingan preferensi
antar alternatif
Proses autokoreksi
Matriks
perbandingan
berpasangan baru
selesaiY
N
Y
N
Gambar 4 Bagan Alir Proses Metode
AHP
Untuk proses mencari vektor
eigen pada metode AHP dapat
digambarkan seperti yang tampak pada
Gambar 5.
Mengkuadratkan matriks
perbandingan berpasangan
Menjumlahkan tiap baris
dari hasil kuadrat matriks
perbandingan berpasangan
Menghitung total dari
jumlah tiap baris hasil
kuadrat matriks
Membagi jumlah tiap baris
dengan total dari jumlah
tiap baris
mulai
selesai
Vektor Eigen
Gambar 5 Bagan Alir Proses Mencari
Vektor Eigen Pada Metode AHP.
Untuk proses cek/uji konsistensi
pada metode AHP dapat digambarkan
seperti yang tampak pada Gambar 6.
mulai
selesai
Menentukan Vektor Jumlah
Tertimbang (VJT) dengan
cara mengalikan matriks
perbandingan berpasangan
dengan vektor eigen
Menghitung Vektor
Konsistensi (VK) dengan
cara membagi masing-
masing elemen VJT
dengan masing-masing
elemen Vektor Eigen
Menghitung Lambda (λ) à
nilai rata-rata VK
Menghitung Indeks
Konsistensi (IK) à
IK=(λ-n) / (n-1)
Menghitung Rasio
Konsistensi (RK) à
RK= IK / IR (dari nilai tabel)
Gambar 6 Bagan Alir Proses Uji/Cek
Konsistensi Pada Metode AHP.
Untuk proses
autokoreksi pada metode
AHP dapat digambarkan
seperti yang tampak pada
Gambar 7.
mulai
selesai
Bagi matriks prioritas elemen baris ke-
i dengan matriks prioritas elemen
kolom ke-j untuk masing-masing
elemen i,j matriks perbandingan
berpasangan
Kurangi nilai matriks berpasangan
elemen i,j dengan hasil bagi matriks
prioritas di atas dan beri tanda mutlak
Cari nilai selisih terbesar pada
masing-masing elemen matriks
perbandingan berpasangan
Ganti nilai matriks perbandingan
berpasangan elemen i,j yang memiliki
selisih terbesar dengan nilai hasil bagi
matriks prioritas di atas
Gambar 7 Bagan Alir Proses
Autokoreksi Pada Metode AHP.
Setelah proses metode AHP
dilakukan, hasil dari proses metode
AHP yaitu vektor eigen yang konsisten
akan dijadikan input pada proses
metode TOPSIS. Untuk proses metode
TOPSIS lebih detail dapat dilihat pada
Gambar 8.
mulai
selesai
Vektor
Eigen
Konsisten
Normalisasi matriks keputusan
Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi
Vij = Wj . rij
Menentukan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif
A+={(max Vij| j Є J),(min Vij| j Є J’), i=1,2,3,...,m}={V1
+, V2
+, ..., Vn
+}
A- ={(min Vij| j Є J),(max Vij| j Є J’), i=1,2,3,...,m}={V1
-, V2
-, ..., Vn
-}
Menghitung Separation Measure
Si+ = , untuk i=1,2,3,...,m
Si- = , untuk i=1,2,3,...,m
n
j
jji vv1
2)(
n
j
jji vv1
2)(
Menghitung kedekatan relatif dengan solusi ideal
Ci+
= , dimana 0 < Ci+
< 1 dan i = 1, 2, 3, ..., m ii
i
SS
S
Mengurutkan alternatif
Gambar 8 Bagan Alir Proses Metode
TOPSIS.
V. IMPLEMENTASI DAN
PEMBAHASAN
Aplikasi ini dijalankan
dengan menggunakan perangkat
lunak (Software) yang
direkomendasikan sebagai
berikut:
1. Windows XP
Profesional.service pack 2
2. Microsoft Visual Basic 6.0
3. Microsoft Access 2003
Halaman utama adalah
halaman yang berisi menu home,
menu login, menu File, Data
master, AHP, TOPSIS,
Perangkingan, Report, Aboutme
dan menu Log Out.
Berikut tampilan halaman
utama.
Gambar Halaman
Utama
Halaman login adalah Halaman
yang di pakai admin, untuk bisa masuk
kedalam sistem sehingga bisa
menginput data dan sebagainya, dalam
Halaman login yang harus dimasukkan
admin adalah user name dan password.
tampilan menu login sebagai berikut :
Gambar Halaman Login
Halaman Data master ini berisi
tentang Kriteria, Subkriteria dan
Alternatif pada Sistem Pendung
kepusan Peneriamaan Peserta
Jamkesmas ini.
Pada Halaman ini berisi tentang
Kriteria yang akan di inputkan dalam
pengambilan keputusan untuk
menentukan penerima peserta
jamkesmas, tampilan halaman Kriteria.
Gambar Halaman
Kriteria
Pada Halaman ini berisi tentang
Subkriteria Kriteria yang akan di
inputkan dalam pengambilan keputusan
untuk menentukan penerima peserta
jamkesmas, tampilan halaman
Subkriteria
.
Gambar Halaman
Subkriteria
Pada Halaman ini berisi tentang
Alternatif yang akan di inputkan dalam
pengambilan keputusan untuk
menentukan penerima peserta
jamkesmas, tampilan halaman
Alternatif
Gambar Halaman
Alternatif
Halaman about me adalah
halaman yang Berisi tentang Pembuat
atau perancang Aplikasi
Gambar Halaman About
Me
Pada halaman ini berisi Option
AHP dan Option TOPSIS, dimanan di
dalamnya berisi Proses perhitungan
Kriteria, Subkriteria, Alternatif
Pada halaman ini berisi pilihan
perhitungan dari Kriteria, Subkriteria,
dan Alternatif, berikut tampilannya.
Gambar Halaman
Option AHP
Pada halaman ini berisi pilihan
perhitungan dari Kriteria, Subkriteria,
dan Alternatif, berikut tampilannya.
Gambar Halaman
Option TOPSIS
Setelah anda Masuk Pada
Halam Option AHP dan Option Topsis
Maka petama dimulai dengan
perhitungan Kriteria, kemudian
Subkriteria dan yang terakhir
perhitungan Alternatif, berikut
gambarnya
Gambar Halaman
Perhitungan Kriteria
Setelah anda Masuk Pada
Halam Option AHP dan Option Topsis
Maka petama dimulai dengan
perhitungan Kriteria, kemudian
Subkriteria, berikut gambarnya
Gambar Halaman
Perhitungan Subkriteria
Setelah anda Masuk Pada
Halam Option AHP dan Option Topsis
Maka petama dimulai dengan
perhitungan Kriteria, kemudian
Subkriteriadan yang terakhir
Perhitungan Alternatif, berikut
gambarnya
Gambar Halaman
Perhitungan Alternatif
Pada Halam Perangkingan ini
merupakan Proses Akhir dari proses
perhitungan yang dilakukan, dimanan
dalam halaman perangkingan ini berisi
data hasil dari perhitungan yang telah
dilakukan baik AHP maupun TOPSIS,
berikut gambar dari halaman
perangkingan
Gambar Halaman
Perangkingan
Metode AHP dan TOPSIS dapat
digunakan untuk memecahkan masalah
Pemilihan Peserta Jamkesmas dengan
perhitungan metode tersebut didapatkan
bahwa kriteria yang paling
diprioritaskan adalah Jumlah Total
(perhitungan kriteria, alternatif, dan
subkriteria) .
VI. Kesimpulan Setelah menyelesaikan perancangan dan
pembuatan aplikasi “Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Peserta Jamkesmas
Menggunakan Metode AHP dan TOPSIS,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sistem pendukung Keputusan Pemilihan Peserta Jamkesmas
Menggunakan Metode AHP dan
TOPSIS selain dapat memberikan
solusi pemilihan peserta Jamskesmas
yang benar-benar layak
mendapatkannya.
2. Dengan menggunakan aplikasi sistem
ini maka dapat mempermudah Dinas
Kesehatan
VII. Saran
Sistem pendukung keputusan yang
dibangun diharapkan membantu pihak
Dinkes yang bertindak sebagai
pengambil keputusan untuk
menentukan Penerima Peserta
Jasmkesmas yang benar-benar layak.
Sistem yang dibangun ini
memang jauh dari kata sempurna,
namun penulis berharap dapat
menjadi inspirasi bagi yang lain
untuk mengembangkan lebih lanjut
aplikasi sistem ini untuk menentukan
peserta penerima Jaskesmas yang
bernar-benar layak.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2010. Jurnal Informatika
Mulawarman Vol 5 No. 2 Juli. Samarindah
Azwar. 2010. Kisi-kisi dan Pembahasan
UTS Sistem Pendukung Keputusan.
Surabaya
Ikhsan, Sadik. 2011. Jurnal Agribisnis
Perdesaan Vol 01 No. 2 Juni. Kalimantan
Tengah.
Nasution, Arman Hakim. 2000. Jurnal
Teknologi Industri Vol IV No. 4 Oktober
267 – 274. Surabaya
Nurrahman. Nurrahaman’s blog. [22 April
2012]
Supriyono, Wardhana Wisno Arya,
Sudaryo. 2007. Seminar Nasional III SDM
Teknologi Nuklir 21 – 22 November ISSN
1978 – 0176. Yogyakarta
Syaifullah. 2010.
syaifullah08.wordpress.com. [22 April
2012]
Taufik Rohmat. 2010. Jurnal Penilaian
Kinerja Karyawan. Semarang.