jurnal oecd dalam penganggaran
DESCRIPTION
Penerapan Jurnal OECD sebagai acuan dalam proses penganggaran yang dilakukan pemerintah dengan menjadikan negara lain sebagai contoh.TRANSCRIPT
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
1/21
Pelajaran dari Reformasi Manajemen Keuangan
Berbasis Hasil di Australia dan Inggris
oleh
Bram Scheers, Miekatrien Sterck dan Geert Bouckaert*
Reformasi sistem manajemen keuangan pemerintah pada dekadi terakhir telah
memperlihatkan perkembangan dalam akuntansi akrual dan dalam
penganggaran berbasis hasil dan pelaporan. Australia telah menggunakan
kerangka berbasis akrual untuk penganggaran dan pelaporan outcome dan output
sejak tahun anggaran 1999/2000. Inggris beralih ke sistem manajemen berbasis
sumber daya (atau berbasis akrual) sejak April 2001. Artikel ini mengevaluasi
reformasi yang dilakukan Australia dan Inggris, termasuk aspek-aspek seperti
kontrol parlemen, akuntabilitas politik, peran manajer, proses pembuatan
keputusan politik, pengawasan keuangan, dan faktor kritis yang mempengaruhi
kesuksesan atau kegagalan.
* Bram Scheers dan Miekatrien Sterck adalah Peneliti di Institut Manajemen Publik, Departemen Ilmu Politik,
Universitas Katolik Leuven, Belgia. Prof. Dr. Geert Bouckart adalah Direktur Institut Manajemen Publik.
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
2/21
1. Pengenalan dan metodologiDalam beberapa dekade terakhir, pemerintah secara aktif telah
melakukan reformasi pada sistem manajemen keuangannya. Akuntansi akrial
mulai banyak diterima oleh negara-negara OECD sebagai metode yang sesuai
untuk pelaporan akuntansi. Bagaimanapun, penyetaraan penganggaran dan
akuntansi berbasis akrual tidak dilakukan dengan baik. Basis akrual lebih
diterima penggunaannya untuk tujuan pelaporan akuntansi daripada untuk
penganggaran (Blndal, 2003a). Banyak juga peneliti yang menunjukkan
meningkatnya fokus pada hasil (Pollitt dan Bouckaert, 1999; Blndal, 2003b).
Penganggaran dan pelaporan berbasis hasil dijadikan acuan. Fokus yang
lebih mengarah kepada orientasi kinerja membutuhkan integrasi yang lebih
baik antara proses perencanaan dan penganggaran, meskipun ada isu yang
beredar untuk diselesaikan dalam pengintegrasian keuangan dan pelaporan
kinerja yang lebih luas serta pengukuran yang harus disusun.
Australia secara umum dipandang sebagai salah satu pelopor
pelaksanaan reformasi manajemen keuangan. Sejak tahun anggaran
1999/2000, pemerintah Australia telah bekerja dengan penganggaran output
dan outcome serta pelaporan dengan kerangka berbasis akrual (Chan dkk,
2002). Pada April 2001, pemerintah Inggris beralih pada sistem manajemen
kkeuangan yang baru berbasis sumber daya (atau berbasis akrual) (HM
Treasury, 2001b) yang juga menempatkan pemerintah Inggris sebagai
negara maju dalam reformasi manajemen keuangan sektor publik. Inggris
sekarang berada di bagian depan Uni Eropa dalam memperkenalkan
anggaran berbasis akrual.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengevaluasi reformasi yang telah
dilakukan Australia dan Inggris. Saat ini, banyak negara OECD yang sedang
melakukan reformasi perencanaan dan siklus keuangan mereka, sehingga
penelitian tentang dampak reformasi dan faktor pendukung atau
penghambatnya akan sangat membantu. Guthrie dan Humphrey menyatakan
bahwa peran dari peneliti akuntansi sektor publik adalah sebagai pencerah
dalam aplikasi reformasi manajemen keuangan nasional dan internasional,
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
3/21
serta dalam mengembangkan dan menemukan perbedaan antara potensi
yang muncul dari reformasi dan dampak khususnya (Guthrie dan Humphrey,
1998, hal.298). Ini adalah tujuan dari artikel ini untuk memberikan
pandangan mengenai kesulitan dalam implementasi reformasi.
Penemuan kami didasarkan pada analisa kualitatif data sekunder dan
juga data primer. Subjek penelitian terdiri atas reformasi manajemen
keuangan yang berorientasi dilakukan pada kementerian di pemerintah
tingkat pusat. Pada bagian awal, hasil laporan dan evaluasi reformasi
(dilakukan oleh institusi audit tertinggi) dianalisa. Kemudian kita melihat
dokumen penganggaran, laporan keuangan, dan hasil auditnya. Akhirnya,
data yang kami peroleh digabungkan dengan informasi yang didapat dari
interview mendalam dengan saksi ahli dan pekerja sipil yang terlibat.
Wawancara mendalam dilakukan saat kunjungan penelitian pada tahun 2003
di Inggris dan Australia. Selama penelitian kami di Australia, kami
mengunjungi Departemen Keuangan dan Administrasi (Department of
Finance and AdmininstrationDOFA), Kantor Audit Nasional Australia
(Australian National Audit OfficeANAO), Komite Gabungan Pencatatan dan
Audit Publik (the Joint Committee of Public Accounts and Audit), dua
departemen (Departemen Keluarga dan Pelayanan Masyarakat dan
Departemen Pendidikan, Keilmuan, dan Pelatihan) dan Universitas Canberra.
Selama kunjungan penelitian kami ke Inggris, wawancara dilakukan di HM
Treasury, Kantor Audit Nasional (National Audit OfficeNAO), Komite
Pencatatan Publik (Public Accounts Committee), Kantor Kabinet, dua
departemen (Departemen Kebudayaan, Media dan Olahraga dan Departemen
Pengembangan Internasional) dan dua entitas eksekutif (Jobcentre Plus dan
Victoria and Albert Museum).
Bagian dua dari artikel ini menjelaskan reformasi manajemen keuangan
berbasis hasil yang dilakukan Australia dan Inggris pada pemerintah tingkat
pusat. Kemudian artikel ini membahas dampak dari reformasi pada berbagai
bidang seperti kontrol parlemen, kekuatan dan akuntabilitas politik,
manajemen, proses pembuatan keputusan politik dan pengendalian
keuangan di bagian ketiga. Bagian empat membahas beberapa faktor kritis
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
4/21
kesuksesan dan kegagalan untuk implementasi reformasi yang dijalankan.
Pada bagian kesimpulan, beberapa poin penting untuk implementasi
reformasi manajemen keuangan yang sama akan dibahas.
2. Reformasi manajemen keuangan berbasis hasil di Australia dan InggrisPada bagian ini, kami akan memberikan pandangan singkat mengenai
reformasi manajemen keuangan berbasis hasil di Australia dan Inggris.
Elemen yang paling relevan untuk artikel ini dan karakteristik yang sangat
tipikal dengan sistem manajemen keuangan yang sekarang juga akan
diberikan.
2.1. AustraliaSeperti yang disebutkan sebelumnya, Australia secara umum dilihat
sebagai salah satu pelopor dengan dijalankannya reformasi manajemen
keuangan. Sejak awal 1980-an, pemerintah Australia telah mengembangkan
inisiatif untuk membuat sistem manajemen dan penganggaran lebih
menitikberatkan pada hasil, seperti pada contoh pengenalan program
penganggaran tahun 1983. Pada pertengahan 1990-an, ada peningkatan
perhatian pada strategi reformasi yang lebih komprehensif dan terintegrasi.
Pada 1995, diputuskan bahwa departemen harus menyusun pelaporan
dengan basis akrual. Instrumen kebijakan adalah perkenalan untuk 3 bagian
legislasi yang menggantikan Audit Act 1901 (Guthrie, 1998, hal. 8).
Konsekuensinya, bagian dari legislasi yang diterapkan sekarang adalah
Commonwealth Authorities and Companies (CAC) Act 1997, the Financial
Management and Accountability (FMA) Act 1997 dan Auditor-General Act
1997. CAC Act 1997 menetapkan satu paket tunggal kebutuhan inti dengan
memperhatikan pengaturan keuangan, audit, kepemimpinan organisasi dan
akuntabilitas pada kewenangan dan perusahaan Commonwealth.1 FMA Act
1997 menyusun peraturan, kerangka akuntansi dan akuntabilitas yang
digunakan oleh dinas.2 Auditor-General Act 1997 menyediakan kerangka
legistlatif untuk Office of the Auditor-General dan ANAO.
Pada 1996, diputuskan bahwa kerangka penganggaran dan pelaporan
output serta outcome yang berbasis akrual diperkenalkan pada sektor publik
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
5/21
di Australia. Kerangka tersebut diimplementasikan untuk pertama kalinya
pada anggaran tahun 1999/2000, dipusatkan pada respon manajerial pada
satu sisi, digabungkan dengan penganggaran dan perencanaan jangka
panjang yang berorientasi pada hasil di sisi lainnya. Hasilnya adalah
penyesuaian Australia sekarang secara eksplisit dibuat untuk outcome pada
rancangan undang-undang. Portfolio Budget Statements kemudian
menyediakan informasi dan penjelasan tambahan tentang anggaran kepada
senator dan masyarakat, mengenai usulan alokasi sumber daya untuk
outcome pemerintah. Maka, dengan kerangka output dan outcome Australia,
penyesuaian dilakukan pada outcome, sementara Portfolio Budget
Statements menentukan harga, kualitas, dan kuantitas ouput yang akan
diantarkan oleh dinas serta kriteria yang akan mereka gunakan untuk
mendemonstrasikan kontribusi output dinas dan item terdaftar untuk
outcome (Chan dkk., 2002). Konsekuensi lain atas kerangka baru tersebut
adalah jumlah yang disesuaikan sekarang didasarkan pada biaya penuh
pencapaian output dan outcome daripada arus kas keluar yang telah
diperkirakan (Departemen of the Parliamentary Library, 2002).
2.2. InggrisSejak tahun 1980-an, ada peningkatan penekanan pada sistem
manajemen yang memfokuskan pada hasil di sektor publik Inggris. Awalnya,
reformasi ini berkonsentrasi untuk memberikan efisiensi yang lebih besar
dalam hal belanja publik dengan jalan yang dilakukan oleh sektor publik.
Lambat laun, penekanan yang dilakukan bergeser kepada proses meyakinkan
bahwa nilai uang didapatkan dari dukungan kinerja tingkat tinggi di
pelayanan publik. Maka, penekanan telah bergeser tujuannya dari yang
awalnya berfokus pada input dan proses lalu kepada output, dan akhirnya,
outcome.
Di Inggris, yang dimaksud Perkiraan tahunan adalah mendapatkan
persetujuan Parlemen untuk menggunakan sumber daya dan membelanjakan
uang yang dibutuhkan pemerintah dalam rangka program pengeluaran
pemerintah yang disusun departemen keuangan pada tahun anggaran
berjalan. Parlemen memberikan persetujuan sesuai undang-undang untuk
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
6/21
penggunaan sumberdaya dan penarikan uang dari Consolidated Fund dengan
Acts of Parliament. The Appropriation Act tidak hanya memberukan
kewenangan dari parlemen untuk seluruh sumber daya yang diminta dan
uang yang didapat dari Consolidated Funf, tapi juga membatasi sumber daya
yang dapat digunakand dengan menjelaskan jumlah maksimal yang sesuai
dengan Request of Resources (RfRs) dalam rangka jasa khusus keuangan
(HM Treasury, 2003a, hal. 12). RfRs dapat dilihat sebagai outcome yang ingin
dicapai oleh pemerintah.
Sejak akhir 1990-an, pemerintah telah memperketat aturan mengenai
alokasi sumber daya pada departemen untuk mencapai target kinerja yang
spesifik dan terukur. Pada 1998, pemerintah Inggris meresmikan
Comprehensive Spending Review (CSR) dan Public Service Agreements
(PSAs) dengan ambisi membuat proses penganggaran tahun jamak dan
berorientasi kebijakan. Proses review belanja mendukung kerangka fiskal
yang lebih luas dengan target untuk memberikan nilai yang lebih baik pada
uang di pelayanan publik dengan, misalnya, mengganti survey pengeluaran
publik tahunan yang sebelumnya dengan review dua tahun sekali, yang
menetapkan rencana perusahaan untuk tiga tahun ke depan, memberikan
kepastian yang lebih banyak dalam perencanaan pengeluaran (HM Treasury,
2001b). Pengenalan PSAs diawali dengan kebutuhan akuntantabilitas di level
departemen, utamanya oleh Chancellor of the Exchequer dan Perdana
Menteri. Selama review pengeluaran, HM Treasury bernegosiasi dengan
departemen mengenai sasaran, tujuan, dan target utama yang menghasilkan
PSAs. PSAs menentukan outcome yang harus dicapai dalam jangka 3 tahun
anggaran yang telah ditetap kanuntuk Department Expenditure Limits
(DELs).3Pengukuran kinerja digunakan untuk menetapkan target yang jelas
dan transparan dalam rangka meningkatkan pelayaran publik di beberapa
daerah. Oleh karena itu, bisa dinyatakan bahwa negosiasi dalam pengukuran
outcome adalah bagian dari proses penganggaran (Ellis dan Mitchell, 2002).
Bagaimanapun, target kinerja ini ditetapkan bersama dengan proses
penganggaran karena Parlemen tidak memberikan peran pengawasan resmi
atas PSAs. Sebagai konsekuensinya, ada bukti kecil yang menunjukkan kedua
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
7/21
proses tersebut sebenarnya saling berhubungan (Talbot, 1998). Selain itu,
negosiasi PSAs sebelumnya dilakukan pada akhir daru proses spending
review dan tidak berhubungan dengan keputusan dari DELs. Bagaimanapun,
beberapa kebijakan diambil untuk membuat negosiasi PAS lebih melekat
dengan proses pembuatan keputusan anggaran.
Dalam spending review yang dilakukan tahun 2002, PSAs yang
berorientasi pada outcome dikombinasikan dengan Service Delivery
Agreements (SDAs) yang juga berorientasi pada outcome. Kegunaan SDAs
adalah untuk memberi gambaran mengenai bagaimana usaha departemen
untuk mencapai target PSAs. SDAs menghubungkan antara PSAs dan rencana
bisnis yang lebih mendetail antara departemen dan dinasnya. Departemen
juga harus merencanakan dan melaporkan implementasi strateginya kepada
Cabinet Committee on Public Services and Expenditure (PSX) untuk
mencapai target PSA dengan tujuan menyampaikan rencana dan laporan
mereka. Pada 2003, HM Treasury memutuskan untuk tidak lagi memaksia
departemen menghasilkan SDAs, guna mengurangi hambatan dalam
perencanaan.
Di tahun 1995, pemerintah Inggris membuat langkah pertamanya
untuk memperkenalkan akuntansi dan sistem penganggaran akrual melalui
White Paper Resource Accounting and Budgeting in Government. Ini dipicu
oleh kebutuhan atas manajemen yang lebih efisien dan juga kebutuhan untuk
meningkatkan akuntabilitas departemen di hadapan Parlemen. Reformasi
telah disahkan dalam Government Resources and Accounts Act (GRAA) tahun
2000. Hasilnya, pada April 2001, pemerintah Inggris beralih pada sistem
manajemen keuangan baru yang berbasis sumber daya. Akibatnya, Perkiraan
sumber daya (berbasis akrual) menggantikan Perkiraan yang berbasis kas,
dan Akun Sumber Daya (atau berbasis akrual) emnggantikan Akun
Penyesuaian yang berbasis kas (HM Treasury, 2001b). Untuk setiap
departemen sekarang semua Perkiraan berbasis akrual, tapi juga
mengandung informasi mengenai kebutuhan kasnya.
3. Dampak reformasi manajemen keuangan berbasis hasil
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
8/21
Sekarang kita telah melihat reformasi manajemen keuangan yang
berorientasi pada hasil di Australiaa dan Inggris, beberapa dampak dari
reformasi tersebut akan dibahas. Pada bagian ini, kita berhasil menjawab
pertanyaan berikut: Bagaimana kontrol parlemen dilibatkan sebagai
konsekuensi dari reformasi ini? Apakah keutamaan politik dan
akuntabilitasnya meningkat? Apakah para manajer memiliki instrumen
keuangan untuk mengatur secara efisien dan efektif? Bagaimana proses
pembuatan keputusan politik dilakukan? Bagaimana pengawasan keuangan
dilakukan dengan baik?
3.1. Kontrol parlemenPada satu sisi, bisa dikatakan bahwa kontrol parlemen meningkat
setelah perkenalan reformasi ini. Parlemen sekarang mendapatkan informasi
yang sebelumnya tidak diperoleh. Parlemen sekarang bisa melihat dengan
jelas apa kontribusi yang diberikan oleh outcome. Lebih banyak informasi
tentang hubungan outcomes-output-activities-inputs yang didapatkan. Selain
itu, tidak hanya informasi mengenai kas yang tersedia, tetapi juga informasi
mengenai biaya penuh penyampaian output dan outcome. Guna menutup
tahun anggaran, departemen dan organisasi harus melaporkan informasi
tentang biaya dan oitcome/outputnya. Meskipun Parlemen Inggris tida
memiliki peran formal dalam menentukan target Public Service Agreement
(PSA) tingkat tinggi milik pemerintah (lihat bagian 2.2), publikasi kinerja
yang menghambat target ini pada laporan tahunan departemen akan
menyediakan alat pentung bagi Parlemen dalam menjalankan perannya
mengawasi eksekutif. Saat ini semakin banyak anggota komite terpilih yang
tertarik pada kinerja PSA, menyadari bahwa pertanggungjawaban eksekutif
sangat penting. Maka jelas bahwa reformasi memiliki potensi besar dalam
meningkatkan kontrol parlemen karena banyak informasi baru yang tersedia
untuk pengawasan yang dilakukan parlemen.
Di sisi lain, bisa dikatakan juga kontrol parlemen menjadi lemah karena
sekarang otorisasi berada pada level yang lebih tinggi karena tingkat
kerumitan dari penganggaran dan pertanggungjawaban yang bertambah. Di
Australia, otorisasi berada pada level outcome, sedangkan di Inggris otorisasi
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
9/21
dilakukan untuk Request for Resources (RfRs) yang berhubungan dengan
outcome yang ingin dicapai pemerintah. Jumlah artikel penganggaran
pemerintah yang diotorisasi sebanyak satu setengah dalam tahun anggaran
2003/04. Konsekuensi dari peningkatan level otorisasi ini adalah hilangnya
pengawasan parlemen atas informasi yang lebih detail dan familiar. Sebagai
penyesuaian yang dilakukan pada outcome, manajemen eksekutive memiliki
kebebasan lebih banyak dalam penggunaan sumber daya, yang membatasi
kontrol parlemen. Informasi yang lebih mendalam dapat ditemukan dalam
laporan penjelasan. Bagaimanapun, Anggota Parlemen Australia mengkritisi
bahwa informasi output dalam Portfolio Budget Statements (PBSs) dan
laporan tahunan terlalu banyak dan menyulitkan dalam hal mendapat
pandangan jelas mengenai kontribusi dinas pada output (Department of the
Parliamentary Library, 2002). Ditambah lagi, informasi yang terdapat dalam
PBSs tidak bersifat mengikat karena Parlemen tidak memberikan suaranya.
Selain itu, politisi Australia dibingungkan karena implementasi
penganggaran akrual dan penganggaran outcome yang dilakukan secara
simultan. Dinas telah memperbaharui struktur outcome dan outputnya
secara rutin, yang menyebabkan kurangnya transparansi anggaran bagi
Anggota Parlemen. Akibat dari tidak stabilnya struktur outcome dan output,
melihat evolusi sumber daya dari waktu ke waktu menjadi sangat sulit.
Sebagai tambahan, jumlah kategori outcome telah berkurang. Menurunnya
transparansi sistem keuangan tentu saja mengurangi pengaruh kontrol
parlemen.
Kompleksitas sistem keuangan berbasis akrual juga mengurangi
pengaruh kontrol parlemen. Hampir semua Anggota Parlemen Australia dan
Inggris tidak mengerti penganggaran dan pertanggungjawaban yang berbasis
akrual. Mereka sudah terbiasa bekerja dengan informasi kas dan tidak
familiar dengan informasi baru yang berbasis biaya penuh. Dokumen
penganggaran dan laporan keuangan menjadi lebih rumit karena
mengandung dua informasi, yaitu informasi akrual dan kas. Anggota
parlemen yang terbiasa hanya menggunakan informasi kas, membuat
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
10/21
pelaksanaan reformasi membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
komunikasi dan adaptasi terhadap sistem baru yang berbasis akrual.
Kesimpulannya, reformasi manajemen keuangan memiliki potensi
besar dalam peningkatan kontrol parlemen karena banyak informasi baru
yang tersedia bagi Parlemen. Informasi ini dapat membantu mengidentifikasi
dan mengalokasikan kebutuhan dalam cakupan luas, memperjelas hubungan
antara tujuan berbeda, untuk membedakan kenapa pemerintah terlibat
dari bagaimana, mengkomunikasikan pandangan jangka panjang, untuk
menguatkan komunitas dalam perencanaan dan meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas. Bagaimanapun, sepertinya hal ini akan memakan waktu
yang cukup lama sebelum semua potensinya bisa dimanfaatkan. Penerima
informasi kinerja tidak selalu memiliki pemahaman yang baik dalam menilai
kinerja, apakah sebelum atau setelah pekerjaan dilakukan, dan pembaca
umum merasa kewalahan karena informasi yang terlalu banyak (Neale dan
Anderson, 2000, hal. 104). Penyebabnya adalah Anggota Parlemen yang
belum familiar dengan struktur output/outcome, juga akuntansi dan
penganggaran yang berbasis akrual. Karena sistem keuangan yang belum
dipahami dengan baik oleh anggota parlemen, bisa dikatakanbahwa kontrol
parlemen mengalami kesulitan dalam menjalankan reformasi manajemen
keuangan tersebut. Ini adalah kasus yang dialami pada awal implementasi.
Pertanyaannya adalah bagaimana hal ini akan berubah di masa yang akan
datang.
3.2.Akuntabilitas dan Kekuatan PolitikDi bagian ini, kita akan melihat dampak dari reformasi manajemen
keuangan yang berorientaasi hasil pada kekuatan politik dan
akuntabilitasnya. Kekuatan politik berarti kebijakan pemerintah harus
ditetapkan oleh politisi dan bukan oleh pelayan publik. Parlemen dan
pemerintah menentukan dampak sosial yang akan dicapai, serta instrumen
politik yang akan digunakan. Kekuatan politik berarti kekuatan legislatif
harus didahulukan di atas kekuatan eksekutif, menteri di atas pelayan
publik/manajer, dan kepentingna publik di atas kepentingan pribadi
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
11/21
(Bouckaert, 1997). Hal tersebut erat kautannya dengan akuntabilitas politik
pemerintah dan menteri pada parlemen. Menteri harus melaporkan
kebijakan dan kinerja adminidstrasinya. Ketika mengamati reformasi
penganggaran berorientasi hasil pada beberapa negara OECD, dapat dilihat
bahwa masih dibutuhkan lebih banyak efisiensi dan efektivitas berjalan
seiring dengan kebutuhan akuntabilitas modern (Martin, 2002). Di satu sisi,
reformasi bisa meningkatkan akuntabilitas dalam cabang eksekutif, antara
dinas otonomi dan departemen serta antara departemen dan kantor
anggaran pusat. Di sisi lain, hal tersebut juga dapat memperkuat
akuntabilitas politik dan transparansinya kepada parlemen, seperti kepada
masyarakat.
Bisa dikatakan, kekuatan politik dan akuntabilitas terpengaruh secara
langsung dengan dilakukannya reformasi manajemen keuangan yang
berorientasi pada hasil. Di Australia, sumber daya sekarang disesuaikan
dengan dampak sosial dan outcome yang ingin dicapai politisi. Outcome yang
dijabarkan dalam Portfolio Budget Statements (PBSs) melalui penyampaian
output dan kriteria yang digunakan oleh dinas untuk mendemonstrasikan
kontribusi pada outcome. Dampak dilaporkan melalui nilai yang ditunjukkan
infikator outcome dalam laporan tahunan dinas. Semua dinas dalam
pemerintah sektor umum yang beroperasi berdasarkan FMA Act 1997 harus
menyusun laporan tahunan sesuai dengan Public Service Act 1999. Laporan
tahunan tersebut harus diserahkan kepada menteri yang bersangkutan
paling lambat tanggal 10 Juni dan, dengan alasan apapun, tidak lebih dari 6
bulan sejak tanggal pelaporan. Laporan tahunan dinas adalah alat utama
untuk melaporkan kinerja program, utamanya efektifitas, kepada Parlemen
dan masyarakat (Australian National Audit Office, 2002). Laporan tahunan
wajib mencakup informasi efektivitas outcome dan kuantitas, kualitas, serta
harga output. Selain itu, informasi kinerja juga harus berhubungan dengan
struktur output dan outcome yang ditetapkan dalam PBS. Laporan tahunan
dipersiapkan untuk memebuhi Requirements for Annual Reports yang
diterbitkan oleh Depart,emt of the Prime Minister and Cabinet (PM&C) dan
disetujui Joint Committee of Public Accounts and Audit, mewakili Parlemen.
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
12/21
PM&C mengarahkan dinas agar laporan tahunannya memuat (Department of
the Prime Minister and Cabinet, 1003, hal.6):
laporan hasil sebenarnya outcome dan output serta informasikinerja spesifik yang terdapat dalam PBS/Portfolio Additional
Estimate Statements;
informasi kinerja yang relevan dengan dana untuk penetapanpemborong atau penyedia;
analisis dan penjelasan naratif singkat mengenai detil informasikinerja pada tingkat pelaporan yang sesuai.
Salinan dari tiap laporan keuangan diberikan kepada Auditor-General
dan hasil laporan Auditor-General juga harus disertakan dalam laporan
tahunan dinas yang dibahas di Parlemen. Akibatnya Parlemen akan
membahas dana keuangan yang sangat banyak. Fokus ini sebagian dijelaskan
oleh kenyataan bahwa indikator kinerja tidak stabil dari waktu ke waktu dan
terkadang ada ketidakcocokan antara informasi kinerja dengan outcome
yang ingin dicapai. Jelas terlihat adanya kebutuhan untuk mencapai
kesesuaian antara informasi kinerja yang dikumpulkan untuk tujuan
akuntabilitas manajemen internal dan eksternal. Jika informasi kinerja
digunakan secara internal untuk tujuan manajemen dan akuntabilitas, maka
pekerja melihat kepentingannya dan akan menyadari nilai informasi sebagai
pemenuhan kebutuhannya, kemudian memanfaatkannya untuk pelaporan
eksternal (Australian National Audit Office, 2001, hal. 29). Selain itu,
informasi kinerjaberseberangan dengan laporan keuanganbelum
diaudit. Oleh karena itu, tidak ada jaminan indikator kinerja yang digunakan
relevan dan sesuai, dalam hal memenuhi tujuannya, dan secara berimbang
mewakili kinerja yang dinilai.
Di Inggris, penyesuaian dilakukan terhadap Requesr for Resources yang
bisa dilihat sebagai outcome yang ingin dicapai pemerintah. Pemerintah juga
menggunakan pengukuran kinerja untuk menetapkan target yang jelas dan
transparan guna meningkatkan pelayanan publik di beberapa area. Selama
spending review, HM Treasury bernegosiasi dengan departemen mengenai
outcome yang seharusnya dicapai. Target tersebut didasarkan pada Public
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
13/21
Service Agreements (PSAs). Bagian indikator outcome dalam PSAs tahun
2001-04 adalah 68% (National Audit Office, 2001, hal. 1) dibandingkan
dengan 15% pada PSAs 1999-2001. Service Delivery Agreements (SDAs)
yang berorientasi pada output menghubungkan antara PSAs dan rencana
penyampaian yang lebih mendetail, yang merencanakan implementasi guna
mencapai target PSA.
Pemerintah Inggris memiliki sistem pelaporan dokumen yang rumit.
Departemen melaporkan pada Cabinet Office dan HM Treasury pada
implementasi target PSA dan penyampaian rencana. Dokumen ini tidak
dilaporkan kepada Parlemen dan tidak dipublikasikan. Pada musim semi
(Maret-Mei), departemen menyampaikan laporan departemental musim
semi kepada Parlemen berisi lebih banyak informasi pada Perkiraan Utama
dan target kebijakan serta indikator PSAs dan SDAs. Pada musim gugur
(September-November), departemen melaporkan pencapaian kepada
Parlemen melalui laporan tahunan departemen dan pertanggungjawabannya.
Analisis output dan outcome dibuat dan pertanggungjawaban atas tahun
anggaran berjalan diberikan. Dalam Resource Accounting Manual edisi tahun
2002/03 menyatakan bahwa laporan tahunan dan pertanggungjawaban
departemen harus memuat hal-hal berikut ini:
laporan tahunan; pernyataan pertanggungjawaban petugas akuntansi; pernyataan pengendalian internal; pernyataan utama dan catatan pertanggungjawaban; opini audit dan laporan.Cabinet Committee on Public Services and Expenditure (PSX)m diketuai
oleh Chancellor of the Exchequer dan dibantu oleh HM Treasury, secara rutin
mengawasi bagaimana kegiatan departemen dalam menghadapi target level
tingginya, dan kinerja tiap tahunnya diterbitkan.
PSAs diakui sebagai instrumen untuk menguatkan peran kebijakan dari
kedua departemen utama HM Treasury dan Cabinet Office. Tentu saja ini
adalah contoh untuk area kebijakan yang merupadan prioritas, seperti
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
14/21
kesehatan, pendidikan, transportasi, dan Kantor Pusat. Area kebijakan
tersebut dipantau oleh Delivery Unit, unit yang didesain secara spesial dalam
Cabinet Office. Menurut Richards dan Smith, reformasi penganggaran
menguatkan posisi HM Treasury dalam proses pembuatan kebijakan dan
meningkatkan pengawasan HM Treasury atas departemen (Richards dan
Smith, 2002).
Bisa disimpulkan bahwa kekuatan politik dan akuntabilitas secara
formal meningkat sebagai dampak dari reformasi manajemen keuangan.
Sumber daya sekarang disesuakan dengan output yang ingin dicapai
pemerintah. Kerangka pelaporan dan penganggaran output dan outcomeberbasis akrual menekankan kebutuhan akuntabilitas yang lebih kuat dari
dinas kepada departemen seiring dengan meningkatnya akuntabilitas
eksternal. Hal ini memusatkan pada respon manajerial, pengendalian output
dan penganggaran akrual pada satu sisi, serta proses perencanaan dan
penganggaran jangka panjang yang berorientasi pada outcome di sisi lainnya.
Di inggris, reformasi manajemen keuangan terutama menguatkan
akuntabilitas pada cabang eksekutif, utamanya pada departemen lini kedepartemen yang sejajar, melalui PSAs.
3.3. ManajemenTujuan utama dari reformasi manajemen keuangan yang berorientasi
hasil adalah realisasi manajemen keuangan yang lebih baik oleh manajer
pelayanan publik. Bagian awal dari reformasi adalah, di antara semuanya,
perubahan filosofi manajemen pemerintahan. Pemerintah bergerak pada
lingkungan yang lebih kompetitif, menghasilkan barang dan jasa pada pasar
yang bersaing. Area dimana pemerintah tidak beroperasi secara efisien dan
efektif adalah sasaran dari outsourcing dan privatisasi. Pada pasar bersaing,
manajer harus tahu biaya penuh dan implikasi keseluruhan atas keputusan
yang mereka buat untuk pengguna akhir, maka Miley meragukan
kepentingan pergerakan Australia dalam menggunakan akuntansi berbasis
akrial (Miley, 1999). Sistem yang digunakan Inggris untuk otorisasi,
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
15/21
pengendalian, dan akuntansi untuk uang publik telah sedikit berubah sejak
pertengahan abad ke-19. Sistem ini, yang kebanyakan berbasis hanya pada
kas, memberikan gambaran atas biaya menyediakan layanan, pembangunan
tanpa insentif, dan juga bias terhadap investasi jangka panjang yang esensial
(HM Treasury, 2001a, hal.1). Maka manajer kekurangan instrumen untuk
menyokong manajemen.
Implementasi dari sistem keuangan yang baru memiliki tujuan untuk
mengenalkan best practice dari akuntansi komersial ke pemerintah pusat.
Hal ini akan membuat manajer bisa bekerja dengan efisien dan efektif, serta
untuk memberikan kontribusi pada realisasi kualitas pelayanan pemerintah
yang lebih baik. Pertanyaannya adalah apakah efek yang disebutkan pada
manajemen internal telah dirasakan atau belum. Apakah entitas melaporkan
informasi melalui penilaian rasional untuk keuntungan atau untuk
memenuhi undang-undang?
Reformasi manajemen keuangan Inggris dan Australia
memperkenalkan beberapa instrumen untuk menyelenggarakan manajemen
keuangan yang lebih efisien dan efektif. Instrumen ini menggunakan basis
akrual untuk penganggaran dan akuntansinya, kemungkinan untuk
meminjan dan fleksibilitas akhir tahun. Juga otorisasi sumber daya pada level
outcome memberikan manajemen lebih banyak kebebasan untuk
menggunakan sumber daya untuk kegiatan yang paling efisien dan efektif
guna mencapai outcome tersebut. Reformasi jelas telah mengarahkan kepada
perubahan perilaku manajemen dan lebih banyak perhatian pada efisiensi
serta efektivitas.
Di Australia, sebuah survey pada 2001 yang dilakukan National
Institute of Labour Studies (NILS) menunjukkan bahwa 93% dinas
menganggap pengaturan manajemen kinerja dinas telah berkontribusi pada
peningkatan kinerja di tingkat individu dan organisasi (Australian Public
Service Commission, 2002). Keungungan dari komponen akrual reformasi
pada manajemen internal lebih banyak terlihat, dan komponen akrual secara
positif dirasakan oleh manajemen tingkat atas di dinas. Diketahui bahwa
efisiensi dan efektivitas telah meningkat sebagaii hasil dari reformasi. Sisi
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
16/21
negatifnya, bagaimanapun, adalah komponen akrual sering dipandang tidak
berguna oleh manajer lini dan manajer program. Keungungan komponen
outcome/output pada reformasi di manakemen internal kurang terlihat.
Informasi outcome atau informasi non-keuangan pada beberapa kasus
diberikan karena memang bersifat wajib. Jika kewajiban tersebut
dihilangkan, banyak dinas yang memilih untuk tidak memberikan informasi
tersebut seperti sekarang. Namun, informasi outcome dipandang sebagai hal
yang relevan untuk pengembangan strategi departemental.
Berlawanan dengan Australia, informasi biaya tidak sepenuhnya
digunakan oleh manajemen departemen di Inggris. Departemen masih
berfokus pada pelayanan yang tepat waktu dan produksi yang tepat dari
akun sumber daya. Hal ini dikonfirmasi oleh laporan NAO yang baru, dimana
laporan tersebut menyatakan bahwa departemen dan dinas masih harus
menempuh jalan panjang untuk merasakan seluruh benefit yang diberikan
reformasi penganggaran dan akuntansi sumber daya (National Audit Office,
2003). NAO mengawasi kegiatan 46 departemen dan dinas dalam
menggunakan seluruh potensi akuntansi akrual untuk meningkatkan
manajemen sumber daya. 28% dari mereka membuat progress yang bagus
dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual. Mereka berasal dari kelompok
yang memfokuskan pengawasannya pada penggeseran target ke basis akrual
dan penggunaan data keuangan serta keuangan yang baik dalam
pengambilan keputusan. Sekitar 37% departemen sedang berusahan
menggunakan akuntansi akrual, namun manajemen informasi pada basis ini
hanya digunakan secara periodik dan pengawasan anggaran dilakukan pada
basis hybrid, di antara kas dan akrual. Sekitar 35%, bagaimanapun, masih
mengandakan anggaran yang berbasis kas dan manajemen informasi, serta
persiapan laporan keuangan berbasis akrual masih dipisahkan pada akhir
tahun untuk memenuhi pelaporan eksternal dan kebutuhan
pertanggungjawaban. Maka dari itu, departemen-departemen ini hanya
merasakan sedikit, atau bahkan tidak sama sekali, keuntungan dari informasi
baru.
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
17/21
Kesimpulan dari bagian ini adalah reformasi manajemen keuangan
telah memberikan instrumen keuangan untuk menciptakan manajemen
internal yang lebih efektif dan efisien. Benefit ini secara umum telah
digunakan dengan baik di Australia. Hal yang berbeda terjadi di Inggris.
Kurang dari sepertiga departemen dan dinas di Inggris merasakan benefit
adanya reformasi untuk manajemen internal.
3.4. Proses pembuatan keputusan politikPada bagian ini, kita akan melihat apakah proses pembuatan keputusan
politik terpengaruh adanya reformasi manajemen keuangan yang berbasis
hasil. Salah satu tujuan reformasi adalah digunakannya informasi kinerja
ketika tingkatan pembiayaan telah ditentukan, kemudian akan
mempengaruhi proses penganggaran politik. Dengan informasi yang sesuai,
politisi akan mampu untuk memanfaatkan tekanan sebagai pengembangan
dan bisa lebih memahami isu yang terlibat Tapi apakah eksekutif dan
legislatif mempertimbangkan informasi kinerja atau informasi non-keuangan
ketika membuat keputusan tingkat pembiayaan? Apakah informasi yang baru
dibahas dan ditelaah di Parlemen atau fokusnya masih ada pada informasi
keuangan saja?
Kepentingan politis yang makin berkembang pada informasi yang
berorientasi pada hasil diteliti di Australia dan Inggris. Sebelumnya, sumber
daya telah disesuaikan untuk outcome sejak implementasi dari kerangka
output dan outcome berbasis akrual pada 1999. Departemen of Finance and
Administration menyatakan bahwa ketika simpanan harus dibuat, hal
tersebut mampu meyakinkan pemerintah untuk tidak menyimpan uangnya
dalam cara berubah-ubah atau linear, tetapi dengan mempertimbangkan
informasi yang berorientasi pada hasil. Bagaimapaun, secara umum terlihat
adanya bukti bahwa informasi output dan outcome secara aktif digunakan
dalam proses pembuatan keputusan politik. Penemuan kami dikonfirmasi
oleh survey yang diadakan oleh OECD dan Bank Dunia, dimana ditunjukkan
bahwa pengukuran kinerja biasanya tidak digunakan oleh politisi Australia
dalam pembuatan keputusan dan hasil kinerja bahakn tidak digunakan oleh
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
18/21
Parlemen (OECD dan World Bank, 2003). Buruknya kualitas informasi yang
digunakan tentu menjadi hambatan. Karena informasi kinerja tidak diaudit
(berlawanan dengan dengan laporan keuangan), tidak ada jaminan
mengenasi relevansi, keseuaian, dan representasi yang berimbang mengenai
informasi kinerja. Politisi tidak meminta untuk kembali pada sistem yang
berbasis kas, tapi mendesak administrasi untuk meningkatkan kualitas dari
pelaporan output dan outcome yang berbasis akrual.
Di Inggris, ada kepentingan politik yang kuat dalam target Public
Service Agreement (PSA) khususnya pada area kebijakan yang menjadi
prioritas Perdana Menteri (kesehatan, pendidikan, transportasi dan Kantor
Pusat). Keadaan hubungan PSAs dibahas tiap enam bulan oleh Cabinet
Committee on Public Services and Expenditure (PSX). Hal ini, bagaimanapun,
tidak jelas bagaimana dan pada tingkatan apa informasi non-keuangan
mempengaruhi proses pembuatan keputusan politik. Menurut survey OECD
dan World Bank, umumnya menteri dengan tanggung jawab pada
kementerian/entitas yang seharusnya menyampaikan sesuai dengan target
kinerja untuk menggunakan pengukuran kinerja pada pembuatan
keputusannya. Bagaimanapun, hasil kinerja tidak digunakan oleh legislatif
(OECD dan World Bank, 2003).
Maka, untuk kedua negara hanya ada sedikit bukti yang menyarkaan
informasi kinerja secara aktif digunakan dalam proses pembuatan keputusan
politik. Kekuatan legislatif kedua negara tidak menggunakan hasil kinerja
pada proses penganggaran. Bagaimanapun, karena adanya target PSA,
menteri Ingrris berkeinginan untuk meningkatkan kegunaan pengukuran
kinerja pada pembuatan keputusan. Belum lagi, kepentingan politik yang
berkembang pada informasi output dan outcome berbasis akrual ditemukan
pada kedua negara. Bisa diperkirakan, ketika politisi menjadi lebih familiar
dengan informasi baru dan ketika ada jaminan yang cukup mengenai
reliabilitas informasi kinerja, penggunaannya dalam proses pembuatan
keputusan politik akan meningkat.
3.5. Pengawasan keuangan
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
19/21
Peganggaran juga merupakan instrumen penting untuk kontrol
keuangan. Wildavsky menyimpulkan karakter multifungsional dari sistem
penganggaran sebagai berikut: Penganggaran seharusnya berkontribusi
untuk melanjutkan (perencanaan), untuk merubah (evaluasi kebijakan),
untuk fleksibilitas (bagi perkonomian), dan untuk menyediakan ketegasan
(membatasi pengeluaran) (Wildavsky, 1978). Pada masa perekonomian
yang sulit, ada lebih banyak perhatian untuk tabungan daripada
penganggaran berorientasi hasil. Hal ini diilustrasikan pada awal 1990-an
ketika banyak pemerintah berhadapan dengan defisit anggaran dan
reformasi penganggaran dibayangi kebutuhan pengendalian keuangan. Batas
pengeluaran top-down diperkenalkan untuk mengembalikan pengeluaran
pemerintah di bawah kendali. Kasus ini juga terjadi di Inggris dengan
Comprehensive Spending Review pada 1998.
Pengendalian keuangan sering dikaitkan dengan format proses
penganggaran terpusat dan kas serta item lini yang berdasarkan komitmen
atau anggaran input. Karakteristik ini berlawanan dengan sistem anggaran
berbasis hasil, yaitu desentralisasi proses penganggaran dan format
anggaran outcome/output dengan basis akrual. Itulah mengapa tanggung
jawab untuk kebijakan anggaran sering mengkhawatirkan pengendalian
keuangan akan berkurang sebagai akibat dari reformasi manajemen
keuangan yang lebih berorientasi pada hasil. Informasi arus kas penting dan
dibutuhkan untuk menggaungkan pengendalian keuangan, serta untuk
mengidentifikasi kebutuhan kas bendahara sebagai bagian dari
makroekonomi (moneter dan fiskal) dan kebijakan anggaran. Inilah kenapa
kompromi harus ada untuk mengkombinasikan pengendalian keuangan
dengan anggaran yang lebih berorientasi pada hasil. Sementara sumber daya
disesuaikan untuk output/outcome, pengendalian keuangan harus cukup
kuat untuk melakukan intervensi ketika dibutuhkan. Maka, pandangan yang
jelas tentang informasi kas sangat dibutuhkan.
Bisa dikaatakan bahwa baik Australia maupun Inggris telah sukses
dalam menyatukan pengendalian keuangan dengan anggaran yang lebih
berorientasi pada hasil. Rangkaian laporan keuangan menyediakan
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
20/21
gambaran yang lebih lengkap mengenai aktivitas keuangan daripada laporan
kasnya sendiri. Laporan keuangan dan anggaran yang berbasis akrual
memberikan gambaran operasi selama periode berjalan dan juga posisi
keuangan secara menyeluruh. Bagaimanapun, informasi arus kas masih tetap
penting dan dibutuhkan untuk meningkatkan pengendalian keuangan, dan
untuk megidentifikasi kebutuhan kas bendahara, Australia dan Inggris juga
menyediakan informasi arus kas untuk mendapatkan overview yang lebih
lengkap.
Di Inggris, refiormasi resource accounting and budgeting (RAB) tidak
menggantikan informasi mengenai biaya. Informasi kas dan kontrol
parlemen atas sisa kas dengan kebutuhan kas yang didasarkan pada
Requests for Resources. Skema manajemen kas memastikan manajemen kas
departemen yang telah diperbaharui sebagai fitur lain dari RAB (HM
Treasury, 2001b). Pemerintah Australia menyediakan informasi kas bersama
dnegan laporan akrual atas operasi dan posisi keuangannya. Sebelumnya
telah diputuskan bahwa dinas-dinas harus melaporkan posisi kas mereka
setiap bulannya. Keputusan tersebut diambil untuk menjalankan
pengendalian keuangan. Karena kedua negara masih melakukan pelaporan
pada kebutuhan kas, pengendalian keuangan bisa dipertahankan dan
dijamin.
Kesimpulannya, bisa dikatakan bahwa pengendalian keuangan dijamin
di Australia dan Inggris untuk pelaporan kas. Evolusi format anggaran
outcome basis akrual tidak mengarah pada berkurangnya pengendalian
keuangan. Informasi kas bukan lagi variabel yang menentukan, tapi
merupakan hasil dari kebijakan ekonomi.
4. Faktor kritis kesuksesan dan kegagalan4.1. Hubungan antara siklus keuangan dengan siklus kebijakan dan
manajemen
4.2. Kualitas data4.3. Transparansi4.4. Perhatian berlanjut pada informasi kas4.5. Budaya berbasis hasils
-
5/24/2018 Jurnal OECD Dalam Penganggaran
21/21
4.6. Sistem IT4.7. Membuat manajemen lini bertanggung jawab4.8. Sumber daya tersedia4.9. Keahlian dan petunjuk pelaksanaan4.10.Kerjasama dan dukungan pemain sentral4.11.Evaluasi dan penyesuaian berkala4.12.Kerjasama tiap tingkatan pemerintah
5. Kesimpulan1
2
3