jurnal matematika - pelaksanaan pembelajran matematika dengan model project based learning (pbl) di...
TRANSCRIPT
1
Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Project Based
Learning (PBL) di Kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya
Rahma Siska Utari, Dra. Trimurti Saleh, M.A., dan Dra. Indaryanti, M.Pd.
Jurusan Pendidikan MIPA, Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Unsri
email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Project Based
Learning di kelas X SMA Negeri I Inderalaya yang dilihat dari aktivitas dan
hasil belajar siswa. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X.D yang
berjumlah 31 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
dan tes. Observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dengan model Project Based Learning. Tes digunakan untuk
melihat hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model Project Based Learning secara
keseluruhan dikategorikan aktif dengan nilai rata-rata 77,91. Hasil belajar siswa
setelah dilaksanakannya pembelajaran matematika dengan model Project Based
Learning dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 78,49. Pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model Project Based Learning merupakan
akumulasi dari aktivitas dan hasil belajar siswa, persentase pelaksanaan Project
Based Learning adalah 79,03%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Project Based Learning
di kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya dikategorikan baik.
Kata-kata kunci : pelaksanaan Project Based Learning, aktivitas siswa, hasil
belajar siswa.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu
disiplin ilmu yang dipelajari di lembaga
pendidikan, diberikan kepada siswa sejak
tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih
tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
matematika sebagai suatu mata pelajaran
yang memiliki peranan cukup penting,
baik pola pikir matematika dalam
membentuk siswa menjadi berkualitas
maupun kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari, serta dengan menggunakan
konsep dan prinsip matematika, dapat
membantu siswa untuk mengkaji sesuatu
secara logis, kreatif, dan sistematis.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas guru diperkenankan menggunakan
pendekatan multistrategi dan multimedia,
sumber belajar dan teknologi yang
2
memadai, dan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar (Depdiknas,
2006:6). Pemilihan strategi, pendekatan,
model, dan metode pembelajaran
matematika di kelas, juga harus
disesuaikan pada kurikulum yang berlaku,
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) serta bersesuaian
dengan tujuan mata pelajaran matematika
di sekolah untuk masing-masing jenjang
pendidikan.
Salah satu model pembelajaran yang
inovatif, mengacu pada KTSP dan
bersesuaian dengan tujuan mata pelajaran
matematika untuk sekolah menengah
adalah adalah Project Based Learning
(PBL). Project Based Learning
menempatkan siswa sebagai pusat proses
pembelajaran, siswa melakukan aktivitas-
aktivitas belajar melalui proyek yang
sudah dirancang, untuk mengembangkan
pengetahuan mereka agar mendapatkan
pengalaman belajar sepanjang hayat.
Mahmudi (2011:1-2) menyatakan bahwa
Project Based Learning dapat
meningkatkan pemahaman matematika
siswa, menjadikan siswa produktif dengan
proyek nyata yang mereka hasilkan.
Susanti dan Muchtar (2008:107)
menuliskan Project Based Learning
adalah pembelajaran yang dapat
menginduksi kreatifitas siswa, melatih
siswa dalam berfikir kritis, rasional, dan
meningkatkan pemahaman terhadap
materi yang diajarkan serta memberi
pengalaman nyata terhadap siswa.
Dibalik pentingnya pemilihan suatu
model pembelajaran untuk dilaksanakan
di kelas, perlu juga diperhatikan tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi matematika. Studi awal lapangan
adalah melakukan wawancara dengan guru
mata pelajaran matematika di SMA Negeri
I Inderalaya, Ibu Sundari, S.Pd. Beliau
menyatakan bahwa proses pembelajaran
matematika di kelas X sudah
menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (Student
Centered Learning). Siswa belajar dengan
diberi suatu tugas, seperti: mencari
refrensi, sumber atau penjelasan dari
materi baru yang akan dipelajari,
kemudian siswa mengkaji isi materi
tersebut secara berkelompok, dan
membuat ringkasan dari materi tersebut,
selanjutnya masing-masing kelompok
menjelaskan materi tersebut kepada
anggota kelompok yang lain, tetapi guru
menyatakan bahwa hasil belajar siswa
pada saat latihan soal-soal atau ulangan
3
harian masih tergolong rendah. Guru harus
mengadakan remidial sebanyak dua kali
kepada sebagian siswa di salah satu kelas
X, dari kelas tersebut hanya 40% siswa
yang nilainya mencapai KKM yaitu ≥ 70,
dengan kata lain kurang dari setengah
siswa yang berhasil dalam mempelajari
materi matematika dan 60% siswa lainnya
harus mengikuti remidial pertama. Setelah
diadakan remidial pertama ternyata masih
ada 23% siswa yang harus mengikuti
remidial kedua, hal ini mengindikasikan
bahwa proses pembelajaran yang terjadi
tidak efektif, tidak menarik bagi siswa,
dan tidak melibatkan aktivitas belajar
siswa secara menyeluruh.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat
terjadi, karena siswa tidak membangun
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas
belajar yang bermakna, siswa hanya
belajar berdasarkan buku dan penjelasan
guru, tanpa mengalami pembelajaran
secara langsung, yang berakibat
pembelajaran yang terjadi tidak tersimpan
baik dimemori otak. DePorter dan
Hernacki (2011:38) menyatakan bahwa
otak akan menyimpan ingatan lebih lama
ketika seseorang mengalami suatu
kejadian/ peristiwa dengan melakukan
aktivitas yang nyata, seperti belajar
dengan melakukan dan belajar
berdasarkan pengalaman. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, guru hendaknya
melakukan inovasi dalam pembelajaran
matematika di kelas. Guru dapat
melaksanakan pembelajaran matematika
dengan model Project Based Learning
(PBL). Pada pembelajaran berbasis proyek
siswa aktif membangun pengetahuan baru
dari pengetahuan yang telah ada, siswa
diberikan kebebasan untuk mengerjakan
proyek berdasarkan pemahaman dan
pengetahuan yang mereka miliki, siswa
belajar melalui aktivitas-aktivitas untuk
membangun suatu pengetahuan baru
(learning by doing), dan pada akhirnya
siswa diharapkan menghasilkan suatu
produk yang mengindikasikan bahwa
siswa telah memahami materi tersebu.
Model Project Based Learning (PBL)
Thomas (2000:2) menyatakan model
Project Based Learning adalah model
pembelajaran inovatif, yang menekankan
belajar kontekstual melalui kegiatan–
kegiatan kompleks. Buck Institute for
Education (BIE) (2012) menyatakan
bahwa pembelajaran berbasis proyek
adalah pembelajaran yang berfokus pada
konsep–konsep utama disiplin ilmu,
4
melibatkan siswa dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah dan tugas–tugas
bermakna lainnya, memberi peluang siswa
bekerja secara otonom mengkonstruksi
belajar mereka sendiri, dan puncaknya
menghasilkan produk karya siswa bernilai
dan realistik
Blumenfeld, dkk., (dalam Thomas,
2000:1) mendefinisikan, “Pembelajaran
berbasis proyek sebagai suatu pendekatan
komperehensif untuk pengajaran dan
pembelajaran yang dirancang agar siswa
melakukan riset terhadap permasalahan
nyata yang prosesnya berjangka waktu”.
Dengan demikian Project Based
Learning adalah salah satu model
pembelajaran yang berfokus pada konsep
dan prinsip inti sebuah disiplin ilmu,
memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi,
pemecahan masalah, dan tugas-tugas
bermakna lainnya yang berpusat pada
siswa, menghasilkan produk nyata, dan
prosesnya relatif berjangka waktu.
Karakteriristik Project Based Learning
1. Keterpusatan (centrality).
Proyek dalam Project Based Learning
adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum.
2. Berfokus pada pertanyaan/ masalah
(driving question)
Proyek berfokus pada pertanyaan atau
masalah, yang mendorong siswa menjalani
(dengan kerja keras) konsep-konsep dan
prinsip-prinsip inti atau pokok dari
disiplin.
3. Penyelidikan konstruktif/
(constructivisme investigation)
Proyek melibatkan siswa dalam investigasi
konstruktif. Investigasi mungkin berupa
proses desain, pengambilan keputusan,
penemuan masalah, pemecahan masalah,
diskoveri, atau proses pembangunan
model.
4. Otonomi (autonomy)
Siswa lebih diberikan kesempatan untuk
mengerjakan proyek sesuai sesuai dengan
minat dan kemampuan.
5. Realistik (realism)
Proyek adalah realistik. Karakteristik
proyek memberikan keontentikan pada
siswa. Karakteristik ini
Tahap-tahap Project Based Learning
1. Tahap presepsi/ pendahuluan
Untuk menarik minat siswa dalam proses
pembelajaran guru memberikan motivasi
kepada siswa, motivasi dapat diberikan
dalam bentuk menyampaikan tujuan
5
pembelajaran, serta memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
kepada materi yang akan dipelajari.
2. Tahap perencanaan proyek
Pada tahap perencanaan proyek langkah
yang dilakukan siswa adalah mendesain
perencanaan proyek (design a plan for
project) dan membuat jadwal pelaksanaan
proyek (creates a schedule).
3. Tahap pelaksanaan dan penyelesaian
proyek
Pada tahap ini siswa melaksanakan proyek
sesuai perencanaan yang dibuat sekaligus
menyelesaikan proyek di bawah monitor
guru (monitor students and the progress of
the project).
4. Tahap penilaian
Pada tahap ini, guru menilai keseluruhan
hasil/ produk (assess the outcome), siswa
mempresentasikan hasil kinerja proyek
didepan kelas, kemudian guru menilai
kinerja proyek siswa.
5. Evaluasi
Pada tahap ini, guru menilai keseluruhan
hasil/ produk (assess the outcome), siswa
mempresentasikan hasil kinerja proyek
didepan kelas, kemudian guru menilai
kinerja proyek siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang
pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan model Project Based Learning
yang dilihat dari aktivitas dan hasil belajar
siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah
: (1) Aktivitas belajar siswa adalah
kegiatan-kegiatan yang terjadi selama
proses belajar mengajar berlangsung,
dilihat dari lima tahap Project Based
Learning yaitu: tahap presepsi, tahap
perencaan proyek, tahap pelaksanaan dan
penyelesaian proyek, tahap penilaian, dan
tahap evaluasi, dan (2) Hasil belajar siswa
adalah tingkat keberhasilan yang dicapai
siswa dalam pembelajaran matematika
menggunakan model Project Based
Learning. Hasil belajar siswa diperoleh
melalui hasil kinerja proyek siswa, hasil
latihan siswa, dan hasil tes akhir siswa.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa di kelas X.D SMA Negeri 1
Inderalaya yang berjumlah 31 siswa.
Penelitian dibagi menjadi 3 tahapan yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap analisis data. Teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu Observasi dan
Tes. Observasi digunakan untuk
6
mengetahui gambaran aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dengan model
Project Based Learning. Tes digunakan
untuk melihat hasil belajar siswa setelah
dilaksanakannya pembelajaran matematika
dengan model Project Based Learning.
Pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan model Project Based Learning
merupakan rata-rata dari frekuensi
aktivitas dan hasil belajar siswa secara
keseluruhan untuk setiap kategori.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi dan Analisis Data Observasi
Hasil observasi aktivitas siswa
selama dilakasanakannya pembelajaran
matematika dengan model project based
learning di kelas X SMA Negeri 1
Inderalaya dapat dilihat pada tabel 1
berikut.
Tabel 1 . Hasil Observasi Aktivitas
Siswa
Nilai f Perentas (%) Kategori
Pertemuan Pertama (30 Januari 2013)
85-100 9 29,03% Sangat Aktif
70-84 13 41,94% Sktif
56-69 9 29,03% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Tidak Aktif
Jumlah 31 100%
Rata-rata 76,51 Aktif
Nilai f Perentas (%) Kategori
Pertemuan Kedua (1 Februari 2013)
85-100 8 25,81% Sangat Aktif
70-84 18 58,06% Sktif
56-69 5 16,13% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Tidak Aktif
Jumlah 31 100%
Rata-rata 78,03 Aktif
Nilai f Perentas (%) Kategori
Pertemuan Ketiga (6 Frbruari 2013)
85-100 9 29,03% Sangat Aktif
70-84 16 51,61% Sktif
56-69 6 19,36% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Tidak Aktif
Jumlah 31 100%
Rata-rata 77,11 Aktif
Nilai f Perentas (%) Kategori
Pertemuan Keempat (8 Februari 2013)
85-100 9 29,03% Sangat Aktif
70-84 18 58,06% Sktif
56-69 4 12,91% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Tidak Aktif
Jumlah 31 100%
Rata-rata 78,34 Aktif
7
Nilai f Perentas (%) Kategori
Pertemuan Kelima (13 Februari 2013)
85-100 12 38,71% Sangat Aktif
70-84 14 45,16% Sktif
56-69 5 16,13% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Tidak Aktif
Jumlah 31 100%
Rata-rata 79,88 Aktif
Berdasarkan tabel 1 hasil observasi
aktivitas siswa, pada pertemuan pertama
jumlah siswa yang hadir 31 siswa, terdapat
9 siswa atau 29,03% termasuk kategori
sangat aktif, 13 siswa atau 41,94%
termasuk kategori aktif, dan 9 siswa atau
29,03% termasuk kategori cukup aktif dan
nilai rata-rata observasi aktivitas siswa
pada pertemuan pertama adalah 76,50
termasuk kategori aktif.
Pada pertemuan kedua jumlah siswa
yang hadir 31 orang terdapat 8 siswa atau
25,84% termasuk kategori sangat aktif, 18
siswa atau 58,06% termasuk kategori
aktif, 5 siswa atau 16,13% termasuk
kategori cukup aktif dan niali rata-rata
observasi aktivitas siswa pada hari kedua
adalah 78,03 termasuk aktegori aktif.
Untuk pertemuan ketiga dengan
jumlah siswa yang hadir 31 orang
diketahui 9 siswa atau 29,03% termasuk
kategori sangat aktif, 16 siswa atau
51,61% termasuk kategori aktif, dan 6
siswa atau 19,36% termasuk kategori
cukup aktif dan nilai rata-rata observasi
aktivitas siswa pada hari pertama adalah
77,11 termasuk kategori aktif.
Pada pertemuan keempat jumlah
siswa yang hadir 31 orang terdapat 9 siswa
atau 29,03% termasuk kategori sangat
aktif, 18 siswa atau 58,06% termasuk
kategori aktif, dan 4 siswa atau 12,91%
termasuk kategori cukup aktif dan nilai
rata-rata observasi aktivitas siswa pada
pertemua keempat adalah 78,34 termasuk
kategori aktif.
Untuk pertemuan kelima jumlah
siswa yang hadir 31 orang, terdapat 12
siswa atau 38,71% termasuk kategori
sangat aktif, 14 siswa atau 45, 16%
termasuk kategori aktif, dan 5 siswa atau
16,18% termasuk kategori cukup aktif dan
nilai rata-rata observasi aktivitas siswa
pada pertemuan kelima yang didapatkan
adalah 79,88 termausk kategori aktif.
Rata-rata aktivitas siswa selama lima
kali pertemuan berdasarkan hasil observasi
dapat dilihat pada tabel 2 Distribusi
Aktivitas Siswa dengan Model Project
Based Learning Secara Keseluruhan di
bawah ini.
8
Tabel 2. Distribusi Aktivitas
Siswa dengan Model Project Based
Learning Secara Keseluruhan
Nilai f Perentas (%) Kategori
85-100 9 29,03% Sangat Aktif
70-84 16 51,61% Sktif
56-69 6 19,36% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Tidak Aktif
Jumlah 31 100%
Rata-rata 77,91 Aktif
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
diketahui bahwa selama pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model
Project Based Learning terdapat 9 siswa
atau 29,03% termasuk kategori aktif, 16
siswa atau 51,61% termasuk kategori
aktif, dan 6 siswa atau 19,36% termasuk
kategori cukup, serta nilai rata-rata
aktivitas siswa secara keseluruhan adalah
77,91 termasuk dalam kategori aktif.
Deskripsi dan Analisis Data Hasil
Belajar Siswa
Hasil belajar sisiwa merupakan
akumulasi dari nilai latihan siswa selama
lima kali pertemuan, nilai tugas proyek
siswa, dan nilai tes akhir.
Di bawah ini disajikan tabel 3, yaitu
tabel distribusi nilai latihan siswa.
Tabel 3. Distribusi Nilai Latihan Siswa
Nilai f Perentas (%) Kategori
85-100 8 25,81% Sangat Baik
70-84 15 48,38% Baik
56-69 8 25,81% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 31 100%
Rata-rata 77,09 Baik
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat
diketahui bahwa selama lima kali latihan
ada 8 siswa atau 25,81% termasuk
kategori sangat baik, 15 siswa atau
48,38% termasuk kategori baik, dan 8
siswa atau 25,81% termasuk kategori
cukup, serta nilai rata-rata latihan yang
diperoleh adalah 77,09.
Tabel 4 di bawah merupakn tabel
distribusi nilai tugas proyek siswa.
Tabel 4. Distribusi Nilai Tugas Proyek
Siswa
Nilai f Perentas (%) Kategori
85-100 5 16,13% Sangat Baik
70-84 26 83,87% Baik
56-69 0 0% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 31 100%
Rata-rata 80,42 Baik
9
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat
diketahui bahwa terdapat 5 siswa atau
16,13% mendapatkan nilai tugas proyek
dengan kategori sangat baik, dan 26 siswa
atau 83,87% mendapatkan nilai tugas
proyek dengan kategori baik. Nilai rata-
rata tugas proyek siswa adalah 80,42
dengan kategori baik.
Tabel 5 di bawah merupakan tabel
distribusi nilai tes akhir siswa.
Tabel 5. Distribusi Nilai Tes Akhir
Siswa
Nilai f Perentas (%) Kategori
85-100 9 29,03% Sangat Baik
70-84 16 51,62% Baik
56-69 6 19,35% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 31 100%
Rata-rata 78,57 Baik
Berdasarkan tabel 5 di atas, pada
saat tes akhir dapat diketahui bahwa
terdapat 9 siswa atau 29,03%
mendapatkan nilai tes akhir sangat baik,
16 siswa atau 51,67% mendapatkan nilai
tes akhir dengan kategori baik dan 6 siswa
atau 19,35% mendapatkan nilai tes akhir
dengan kategori cukup. Nilai rata-rata tes
akhir siswa adalah 78,57 dan
dikategorikan baik.
Nilai hasil belajar siswa adalah 3 x
nilai latihan, 2 x nlai tugas proyek, dan 5 x
nilai tes akhir kemudian dibagi 10. Untuk
melihat nilai hasil belajar siswa dengan
model Project Based Learning dapat
dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Distribusi Nilai Hasil Belajar
Siswa
Nilai f Perentas (%) Kategori
85-100 9 29,03% Sangat Baik
70-84 15 48,39% Baik
56-69 7 22,58% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 31 100%
Rata-rata 78,49 Baik
Berdasarkan tabel 6 di atas, untuk
perolehan nilai hasil belajar siswa dapat
diketahui bahwa terdapat 9 siswa atau
29,03% dengan kategori sangat baik, 15
siswa atau 48,39% dengan kategori baik
dan 7 siswa atau 22,58% mendapatkan
dengan kategori cukup. Nilai rata-rata
hasil belajar siswa secara keseluruhan
adalah 78,49 dan dikategorikan baik.
Deskripsi dan Analisis Pelakasanaan
Pembelajaran
Rusman (2012:395) menyatakan
bahwa pelaksanaan pembelajaran
10
matematika dengan model Project Based
Learning (PBL) dapat dilihat dari
aktivitas dan hasil belajar siswa. Distribusi
pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan model project based learning
ditunjukkan pada tabel 7 di bawah.
. Tabel 7. Distribusi Pelaksanaan
Project Based Leaening
Nilai f Perentas
(%) Kategori
85-100 9 29,03% Sangat Baik
70-84 15,5 50% Baik
56-69 6,5 20,97% Cukup
41-55 0 0% Kurang
0-40 0 0% Sangat
Kurang Jumlah 31 100% -
Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui
29,03% termasuk dalam kategori sangat
aktif dan sangat baik, 50% termasuk
dalam kategori aktif dan baik, dan 20,97%
termasuk kategori cukup,. Secara
keseluruhan pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan model Project Based
Learning adalah 79,03% yang termasuk
dalam kategori baik.
Pembahasan
Prosedur dalam tahap-tahap
persiapan telah dilakukan mulai dari
melaksanakan studi awal pendahuluan ke
sekolah yang ingin dijadikan tempat
penelitian hingga menyusun instrumen
penelitian yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas
Siswa (LAS), Lembar Observasi, Lembar
Kerja Proyek Siswa, dan bahan ajar yang
termasuk di dalamnya instrumen tes
kognitif. Kemudian instrumen-instrumen
yang telah disusun tersebut divalidasi oleh
para ahli yang kemudian menghasilkan
instrumen yang valid untuk digunakan
untuk tahap pelaksanaan.
Aktivitas siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model
Project Based Learning dilihat dari lima
tahapan, yaitu:
1. Tahap pendahuluan/ persepsi
Secara keseluruhan rata-rata
keaktifan siswa pada tahapan ini adalah
89,68% yang tegolong sangat aktif. Pada
tahapan aktivitas-aktivitas yang dilakukan
siswa seperti seperti siswa menjawab
pertanyaan dari peneliti, memperhatikan
penjelasan dari peneliti, membentuk
kelompok kooperatif, dan membagi tugas
masing-masing anggota.
2. Tahap perencanaan proyek
Secara keseluruhan rata-rata
keaktifan siswa pada tahapan ini adalah
72,47% yang termasuk kategori aktif.
11
Dimana aktivitas-aktivitas yang dilakukan
siswa adalah: (a) Siswa mongkonstruksi
desain perencanaan berdasarkan
pengalaman yang dimiliki, (b) Siswa
melakukan kajian literatur terhadap
perencanaan proyek, dan (c) Siswa
membuat alokasi waktu (jadwal
pelaksanaan) proyek
3. Tahap pelaksanaan dan penyelesaian
proyek
Pada tahapan ini aktivitas-aktivitas
yang dilakukan siswa adalah : (a) Siswa
menstransformasikan pengetahuan kepada
teman kelompoknya, (b) Siswa
berinvestigasi mengerjakan proyek
berdasarkan perencanaan, (c) Siswa
bertanggung jawab terhadap tugas masing-
masing, (d) Siswa ikut berdiskusi dalam
menyelesaikan proyek, (e) Siswa
memberikan pendapat atau alternatif
jawaban dalam menyelesaikan proyek, dan
(f) Siswa menyelesaikan proyek tepat
waktu. Secara keseluruhan rata-rata
keaktifan siswa pada tahap pelaksanaan
dan penyelesaian proyek adalah 84,84%
dikategorikan sangat aktif.
4. Tahap penilaian
Tahap penilaian ini merupakan tahap
di mana tingkat keaktifan siswa sangat
rendah, dan termasuk kategori kurang
aktif. Pada tahap ini siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok di
depan kelas. Selain itu, siswa juga diminta
untuk bertanya dengan kelompok lain
serta memberikan pendapat kepada
kelompok lain. Secara keseluruhan rata-
rata keaktifan siswa pada tahap penilaian
adalah 48,82% termasuk kategori kategori
kurang aktif
5. Tahap evaluasi
Rata-rata keaktifan siswa untuk
tahap evaluasi adalah 75,05% termasuk
dalam kategori aktif. Aktivitas-aktivitas
yang dilakukan siswa pada tahapan ini
adalah: (a) Siswa memberikan respon atau
pendapat terhadap pembelajaran, (b)
Siswa menyimpulkan hasil kinerja proyek
terhadap pembelajaran matematika, dan
(c) Siswa mengerjakan latihan individu.
Rata-rata hasil belajar siswa setelah
dilaksanakannya pembelajaran matematika
dengan model Project Based Learning
yaitu 78,49 termasuk dalam kategori baik.
Pada pertemuan ketiga, siswa
mengerjakan tugas proyek dengan baik,
walaupun terdapat 3 kelompok yang tidak
menyajikan hasil kinerja proyek di depan
kelas. Untuk jawaban kinerja proyek
terdapat beberapa kelompok yang
membuat langkah perencanaan dan
12
pembahasan dengan baik yaitu kelompok
3, dan kelompok 6. Masing-masing
kelompok tersebut merencanakan langkah-
langkah kerja dengan terperinci, dan hasil
yang didapatkan juga sudah benar.
Untuk melihat gambaran hasil
kinerja proyek matematika 1, dapat dilihat
pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Cuplikan Perencanaan
Proyek Matematika 1 Siswa
Berdasarkan gambar 1 di atas adalah
hasil perencanaan proyek dari kelompok 3
untuk proyek matematika 1, terlihat bahwa
siswa sudah membuat perencanaan yang
cukup detail dengan membuat alokasi
waktu, tempat, dan tanggal pelaksanaan.
Selain itu siswa juga telah membuat
langkah-langkah kerja yang digunakan
untuk menyelesaikan proyek berdasarakan
aktivitas-aktivitas yang telah
direncanakan.
Selanjutnya untuk melihat gambaran
hasil kinerja proyek matematika 2, dapat
dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Cuplikan Hasil Proyek
Matematika 2
Pada gambar 2 di atas siswa
menyelesaikan proyek matematika 2
dengan baik, selain telah membuat
perencanaan dan langkah kerja yang akan
dilakukan, siswa juga telah dapat
menyimpulkan pembelajaran dari
aktivitas-aktivitas belajar yang telah
dilakukan.
Tes akhir siswa dilakukan pada
pertemuan keenam, siswa diberikan 7 soal
untuk semua sub materi berikut ini
cuplikan beberapa jawaban siswa pada
saat tes akhir.
13
Soal No 4 Tes Akhir
4, Dinda dan Meta mengamati puncak
tiang bendera pada arah berlawanan.
Dinda melihat dengan sudut 45° dan
Meta melihat dengan sudut 60°
terhadap arah horizontal. Jarak Meta ke
tiang bendera 10 m. Gambarlah sketsa
pada permasalahan di atas, tanpa
mengukur langsung tinggi tiang
bendera, hitung:
a. Tinggi tiang bendera (Tinggi
pengamat di abaikan)
b. Jarak antara Dinda dan Meta
Cuplikan jawaban siswa untuk soal
no 4 tes akhir dapat dilihat pada gambar 3.
cuplikan jawaban siswa yang belum benar,
dan gambar 4 adalah cuplikan jawaban
siswa yang benar.
Gambar 3.. Cuplikan Jawaban Siswa
yang Belum Benar Soal No 4 Tes Akhir
Berdasarkan gambar 3. siswa hanya
menuliskan jarak antara tiang bendera ke
Dinda, padahal menurut soal yang
ditanyakan adalah jarak antara Dinda dan
Meta siswa tidak menambahkan jarak
antara Meta ke tiang bendera, sehingga
hasil yang ditanyakan pada soal no 4.b
belum benar. Untuk jawaban siswa yang
benar pada soal no 4, dapat dilihat pada
gambar 4. cuplikan jawaban siswa yang
benar.
Gambar 4. Cuplikan Jawaban Siswa yang
Benar Soal No 4 Tes Akhir
Soal No 6 Tes Akhir
6. Rangga melihat puncak pohon dengan
sudut elevasi 500. Kemudian Rangga
melangkah maju sejauh 2 m dari posisi
semula dan melihat puncak pohon yang
sama dengan sudut elevasi 600. Tanpa
mengukur jarak Rangga ke pohon,
14
tentukanlah tinggi pohon tersebut!
(Tinggi pengamat di abaikan).
Adapun hasil jawaban siswa untuk
soal no 6 tes akhir, dapat dilihat pada
gambar 5 cuplikan jawaban siswa yang
belum benar di bawah Siswa keliru ketika
mengoperasikan bilangan pecahan yang
mengandung pembilang berupa variabel,
dan penyebut dalam bentuk tan 500 dan
tan 600, sehingga pada pengerjaannya
siswa belum bisa menyelesaikan soal
dengan benar.
Gambar 5. Cuplikan Jawaban Siswa
yang Belum Benar Soal No 6 Tes Akhir
Untuk melihat cuplikan jawaban
siswa yang benar pada soal no 6 tes akhir
dapat dilihat pada gambar 6 di bawah.
Gambar 6. Cuplikan Jawaban Siswa
yang Benar Soal No 6 Tes Akhir
Walaupun ada kesalahan dalam
menjawab soal, tetapi dari analisis data
hasil belajar siswa, 9 siswa (29,03%)
mendapatkan nilai di atas 85, 16 siswa
(51,62%) mendapat nilai diantara 70-85,
dan 6 siswa mendapat nilai diantara 56-69,
sehingga dapat diketahui bahwa hasil
belajar siswa pada pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model
Project Based Learning dikatakan baik
dengan rata-rata hasil belajar 78,49.
Berdasarkan hasil dan pembahasan
di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa
ada beberapa hal yang menyebabkan
pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan model Project Based Learning
cukup, yaitu sebesar 20,97%. Keterbatasan
15
kemampuan peneliti dan pengalaman
mengajar, pengelolaan kelas, dan
melakukan pembelajaran dengan model
Project Based Learning masih kurang,
sehingga dalam pelaksanaannya masih ada
siswa yang tidak serius dalam mengikuti
pembelajaran, dan manajemen waktu yang
belum efektif. Keterbatasan kemampuan
peneliti dalam mengenal dan mengetahui
gaya belajar siswa, sehingga dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas
kemampuan siswa tidak tersalurkan secara
optimal.
Dalam beberapa hal ada peristiwa di
mana hasil belajar siswa cukup tetapi
siswa aktif pada kegiatan pembelajaran,
ada siswa yang cukup aktif selama proses
pembelajaran dengan hasil belajar baik,
dan ada juga siswa yang cukup aktif
selama proses pembelajaran dan
mendapatkan hasil belajar yang cukup
juga.
Pada hal pertama siswa
mendapatkan nilai hasil belajar cukup,
tetapi siswa aktif selama proses
pembelajaran. Menurut Sadirman
(2011:96) siswa memiliki tenaga-tenaga
untuk berkembang dengan melihat
petunjuk-petunjuk lebih banyak (adanya
stimulus) dari lingkungan. Dengan siswa
bekerjasama melakukan kegiatan belajar
dan berkolaborasi dalam kelompok, siswa
dapat melihat apa yang dilakukan
temannya, sehingga dia akan mengikuti
hal yang serupa. Selain itu, dalam
kelompok siswa dapat bertanya dengan
teman sebaya ketika siswa mengalami
kesulitan dalam mengerjakan aktivitas
belajar. Ketika siswa sedang latihan soal
atau mengerjakan tes, siswa bekerja secara
individu, sehingga pada saat siswa tidak
bisa cara menyelesaikan soal, ia akan
mengalami kesulitan dalam menjawab soal
tersebut yang berdampak pada hasil
belajar siswa.
Untuk hal kedua, siswa
mendapatkan nilai hasil belajar baik, tetapi
siswa cukup aktif selama proses
pembelajaran. Dalam hal ini, ada kondisi
di mana siswa lebih nyaman ketika ia
belajar secara individu. Pada saat
bekerjasama secara kelompok, siswa tidak
terlibat secara keseluruhan selama proses
pembelajaran berlangsung. Siswa hanya
mengandalkan dan menunggu jawaban
dari temannya yang dianggap lebih bisa,
tetapi ia belajar lebih keras di luar jam
pelajaran di kelas, sehingga pada saat
latihan/ mengerjakan soal tes siswa
tersebut mendapatkan nilai yang baik.
16
Untuk hal ketiga, kondisi di mana
siswa yang cukup aktif dengan hasil
belajar yang cukup juga. Hal ini dapat
disebabkan, selama proses pembelajaran
siswa terbiasa dengan menunggu dan
mengandalkan teman satu kelompoknya,
sehingga selama proses pembelajaran
berlangsung siswa tidak terlalu
berpartisipasi dalam bembelajaran dan
berakibat pada saat siswa mengerjakan
soal latihan maupun tes, siswa juga
mendapatkan hasil yang kurang optimal.
Beberapa solusi yang dapat
dilakukan guru dalam mengatasi kendala
di atas, yaitu : Guru harus memiliki
kemampuan dalam mengelolah kelas baik
dalam menguasai materi pelajaran,
mengenal karakteristik siswa, memberikan
perhatian lebih kepada siswa yang
semangat belajarnya rendah. Selain itu,
dalam pelaksanaan pembelajaran guru
hendaknya mengetahui syntax/ langkah-
langkah pembelajaran dalam model
Project Based Learning dengan baik agar
tujuan pembelajaran tercapai, serta guru
hendaknya mengenal gaya belajar siswa
sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan model Project Based Learning,
guru dapat membuat suatu pembelajaran
agar siswa dapat belajar aktif baik secara
kelompok maupun individu, agar hasil
belajar siswa juga baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model
Project Based Learning di kelas X SMA
Negeri 1 Indralaya dikategorikan baik
dengan pelaksanaan 79,03% yang dapat
dilihat dari aktivitas dan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai
berikut:
1. Aktivitas belajar siswa untuk masing-
masing tahapan dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan
model Project Based Learning, adalah
sebagai berikut : tahap persepsi/
pendahuluan sebesar 89,68%, tahap
perencanaan sebesar 72,47%, tahap
pelaksanaan dan penyelesaian proyek
sebesar 84,84%, tahap penilaian
sebesar 48,82%, dan tahap evaluasi
sebesar 75,05%. Secara keseluruhan
nilai rata-rata aktivitas siswa adalah
77,91 yang dikategorikan aktif.
2. Hasil belajar siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan
model Project Based Learning , adalah
17
sebagai berikut: nilai rata-rata latihan
siswa adalah 77,09 , nilai rata-rata
tugas proyek siswa adalah 80,42 , dan
nilai rata-rata tes akhir siswa adalah
78,57. Secara keseluruhan nilai rata-
rata hasil belajar siswa adalah 78,49
yang dikategorikan baik.
Saran
Adapun beberapa saran yang dapat
peneliti berikan sebagai berikut :
1. Bagi siswa, dalam proses
pembelajaran matematika dengan
menggunakan model Project Based
Learning sebaiknya lebih berani dalam
bertanya, mengemukakan pendapat
baik dengan kelompok lain maupun
dengan guru dan lebih teliti dalam
mengerjakan soal.
2. Bagi peneliti lain, dalam
melaksanakan pembelajaran
matematika dengan model Project
Based Learning agar merancang secara
detail waktu dalam tahapan-tahapan
Project Based Learning serta dapat
berinovasi dengan menggunakan
materi-materi matematika yang
lainnya .
3. Bagi guru, agar dapat menggunakan
model Project Based Learning dalam
pembelajaran matematika sebagai
salah satu alternatif untuk inovasi
dalam belajar, serta meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D. 2010. “Kemampuan
Matematis”.
http://id.shvoong.com/exact-
sciences/1961504-kemampuan-
matematis/#ixzz2NJmEmR00 .
Diakses tanggal 20 Januari 2013.
Arikunto, S. 2009. Dasar – Dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Buck Institute for Education (BIE). 2012.
“What is Project Based Learning?”.
http://www.bie.org/about/what_is_p
bl . Diakses tanggal 8 November
2012.
Boss, S. 2011. “Project Based Learning :
A Short Story”.
http://www.edutopia.org/project-
based-learning-history . Diakses
tanggal 27 Desember 2012.
Chatib, M. 2012. “Multiple Intelligence
Menurut Prespektif Munif Chatib”.
http://munifchatib.com/multiple-
intelligences-menurut-prespektif-
munif-chatib/ Diakses tanggal 30
Desember 2012.
_________. 2012. “Pengertian dan
Definisi Pembelajaran menurut para
Ahli”.
http://carapedia.com/pengertian_defi
nisi_pembelajaran_menurut_para_ah
li_info507.html . Diakses tanggal 30
Desember 2012.
18
Darmawan, D. 2012. “Konsep Dasar
Pembelajaran”.
http://file.upi.edu/browse.php?dir=D
irektori%2FFIP%2F&search=konse
p_pembelajaran&search_mode=f .
Diakses tanggal 30 Desember 2012
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Matematika
SMA/MA . Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
________. 2006 . Standar Isi. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
DePorter dan Hernacki. 2011. Quantum
Learning – Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan.
KAIFA: Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: RINEKA
CIPTA.
Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Graeber, A. 2012.”Practical PBL Series:
Design an Instructional Unit in
Seven Phases”.
http://www.edutopia.org/blog/practi
cal-pbl-design-amber-graeber .
Diakses tanggal 2 Januari 2013.
Junaidi, W. 2011. “Pengertian Mengajar”.
http://wawan-
junaidi.blogspot.com/2011/02/penge
rtian-mengajar.html . Diakses
tanggal 2 Januari 2013.
Khamdi, W. 2007. “Pembelajaran
Berbasis Proyek: Model Potensial
untuk Peningkatan
Mutu Pembelajaran”.
http://lubisgrafura.wordpress.com/20
07/09/23/pembelajaran-berbasis-
proyek-model-potensial-untuk-
peningkatan-mutu-pembelajaran/ .
Diakses tanggal 2 Januari 2013.
Lidinillah, D.A.M. 2006. “Strategi
Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar”. Makalah
disampaikan pada Kegiatan
Pembinaan Profesionalisme Guru
SD pada bulan Maret 2006 di
Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya.
Maemunah, S. 2011. “Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
dalam Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematik Siswa
SMA”. UPI: Bandung.
http://repository.upi.edu/skripsiview.
php?no_skripsi=5560 . Diakses
tanggal 12 Januari 2013.
Mahmudi, A. 2011. “Project Based-
Learning”.
http://staff.uny.ac.id/dosen/ali-
mahmudi-spd-mpd-dr . Diakses
tanggal 8 November 2012.
Muliawati, L. 2011. “Meningkatkan
Berpikir Kritis Siswa SMP
Menggunakan Pembelajaran Dengan
Model Project Based Learning
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 26 Bandung) “.
UPI: Bandung.
http://repository.upi.edu/skripsiview.
php?no_skripsi=4009 . Diakses
tanggal 12 Januari 2013.
Murti, R.C. 2007. “Pembelajaran
Matematika Berbasis PAKEM”.
Makalah disampaikan pada Diklat
Pembelajaran Matematika pada
tanggal 7 September 2007 di
Kabupaten Bantul.
Octaviani, T. 2011. “Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Melalui Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning)”. UPI:
Bandung.
http://repository.upi.edu/skripsiview.
php?no_skripsi=9442 . Diakses
tanggal 12 Januari 2013.
19
Pangastuti, S. 2011. “Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Berdasarkan
Kemandirian Belajar Siswa”. UPI:
Bandung.
http://repository.upi.edu/skripsiview.
php?no_skripsi=9490 . Diakses
tanggal 12 Januari 2013.
Putra, A.N. Penerapan Model
Pembelajaran Kuantum pada
Pelajaran Matematika di Kelas VIIi
SMPN 43 Palembang. Indralaya :
UNSRI.
Rusman. 2012. Model-model
Pembelajaran. PT RajaGrafindo
Persada: Jakarta.
Sadirman. 2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Santyasa, I.W. 2006.” Pembelajaran
Inovatif: Model Kolaboratif, Basis
Proyek, dan Orientasi NOS”.
Makalah disajikan dalam seminar di
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 2 Semarapura pada tanggal
27 Desember 2006 di Semarapura.
Sudjana. 2008. Metoda Statistika.
Bandung: Transito.
Susanti dan Muchtar. 2008. “Pendekatan
Project Based Learning untuk
Pembelajaran Kimia Koloid di
SMA“.Pendidikan Matematika dan
Sains, 3 (2): 106–112.
The George Lucas Educational
Foundation. 2007. “How Does
Project Based Learning Work ?”.
http://www.edutopia.org/project-
based-learning-guide-
implementation . Diakses tanggal 2
Januari 2013.
Thomas, J. W. 2000. “A Riview of
Research on Project – Based
Learning”.
http://www.autodesk.com/foundatio
n . Diakses tanggal 17 November
2012.
Turgut, H. 2008. “Prospective Science
Teachers’ Conceptualizations About
Project Based Learning”.
International Journal of Instruction,
1 (1): 61-79.
Universitas Sriwijaya. 2009. Buku
Pedoman Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. FKIP Universitas
Sriwijaya: Indralaya.
20