jurnal keolahragaan - universitas negeri...

13

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,
Page 2: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,
Page 3: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan Volume 4 – Nomor 1, April 2016, (74 - 84)

Tersedia online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jolahraga

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN UNTUK PEMBELAJARAN KINESTETIK PADA

ANAK TUNANETRA

Riza Efriyanti 1)

, Sumaryanti 2)

1 Jl. Tanjung Raya 2 Komp. Pesona Parma Blok D No.6 Pontianak. Email: [email protected]

2 Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Negeri Yogyakarta. Jalan Colombo No 1,

Karangmalang Yogyakarta 55281, Indonesia. Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model permainan untuk pembelajaran kinestetik

pada anak tunanetra. Pengembangan ini dimodifikasi menjadi dua tahap, yaitu: tahap pendahuluan dan

tahap pengembangan. Tahap pendahuluan meliputi (1) melakukan kajian literatur; (2) penelitian

relevan; (3) observasi; dan (4) studi pendahuluan. Tahap pengembangan meliputi (1) mengembangkan

produk awal; (2) validasi ahli; (3) uji coba skala kecil; (4) uji coba skala besar & uji efektivitas; dan

(5) produk operasional. Uji coba skala kecil dilakukan kepada 13 anak di SDLB-A Yaketunis. Uji

coba skala besar dan uji efektifitas dilakukan kepada 22 anak di SDLB-A Yaketunis, SLB Negri 1

Bantul, dan SLB Negri 1 Kulon Progo. Uji efektifitas menggunakan pra-eksperimen dengan one group

pretest-posttest. Instrumen pengumpulan data mengunakan kuesioner/angket, lembar observasi dan

lembar penilaian permainan. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis data skala Guttman.

Hasil akhir dari penelitian adalah sebuah produk berupa model permainan untuk pembelajaran

kinestetik pada anak tunanetra. Permainan ini memainkan 6 permainan yaitu: (1) permainan temukan

teman, (2) permainan balpin, (3) permainan kereta suara, (4) permainan halangan bunyi, (5) permainan

balon zig-zag, dan (6) permainan lingkaran ceria. Hasil uji keefektifan didapatkan bahwa keenam

model permainan dinyatakan efektif. Model permainan dikemas kedalam sebuah buku panduan dan

DVD.

Kata Kunci: pengembangan, modelpermainan, kinestetik, anak tunanetra

Abstract

This study aims to produce a model of kinesthetic learning games for children with visual

impairment. This development research is modified into two stages: a preliminary stage and develop-

ment stage. Preliminary stage includes (1) conducting a literature review; (2) relevant research; (3)

observations; and (4) a preliminary study. Stages of development include (1) developing initial

products; (2) expert validation; (3) small-scale trials; (4) large-scale trials and effectiveness trials;

and (5) operational products. A Small-scale trialwas conducted to 13 children in SDLB-A Yaketunis.

Large-scale trials and effectiveness trials wereconducted to 22 children in SDLB-A Yaketunis, SLB

Negri 1 Bantul and Kulon Progo SLB Negri 1. Effectiveness trials used a pre-experiment test with one

group pretestt-posttest. Instruments of data collection used questionnaires, observation sheets and

game ratings sheets. Guttman Scale Data Analysis technique was used to analyze the data. The final

result of this study is a product of kinesthetic learning game model for children with visual

impairment. Games model on kinesthetic learning is a game model that was designed for visually

impaired children inupper class of SDLB specifications. This model plays 6 games, namely: (1) Find A

Friend Game, (2) Balpin Game, (3) Sound Train Game, (4) Sound Obstacle Game, (5) Zig-zag

Balloon Game, and (6) Cheerful Circle Game. From the effectiveness trials, it is shown that those six

games arepractically effective. The model of packed into a guide book and DVD.

Keywords: development, game model, kinesthetic, visual impairment children

How to Cite Item: Efriyanti, R., & Sumaryanti, S. (2016). Pengembangan model permainan untuk pembelajaran

kinestetik pada anak tunanetra. Jurnal Keolahragaan, 4(1), 74-84. Retrieved

from http://journal.uny.ac.id/index.php/jolahraga/article/view/8134

Page 4: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 75

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

PENDAHULUAN

Anak tunanetra memiliki kemampuan

gerak yang sangat terbatas dalam mengikuti

pembelajaran gerak seperti pembelajaran pendi-

dikan jasmani di sekolah. Anak tunanetra tidak

bisa disamakan perlakuanya dengan anak-anak

pada umumnya. Harus ada perlakuan khusus

untuk membantu mengurangi keterbatasan pada

anak tunanetra. Widjaya (2013, p.87) menyata-

kan bahwa keterbatasan yang terdapat dalam

pembelajaran anak tunanetra antara lain yaitu:

(1) keterbatasan dalam konsep dan pengalaman

baru, (2) keterbatasan dalam berinteraksi

dengan lingkungan, dan (3) keterbatasan dalam

mobilitas. Pentingnya pembelajaran berkualitas

yang diberikan oleh guru kepada anak-anak

tunanetra akan berpengaruh pada kehidupan

anak tunanetra. Guru mempunyai peran yang

sangat besar terhadap proses pembelajaran yang

berkualitas. anak tuananetra memerlukan per-

hatian yang khusus dari guru dalam melatih

kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik

yang dimiliki anak tunanetra akan memudahkan

anak tersebut melakukan kegiatan sehari-

harinya dan mengurangi bantuan dari orang

lain. Hausstatter & Nordkvelle dalam Huda

(2014, pp. 5-6) mengatakan bahwa pembelajar-

an merefleksikan pengetahuan konseptula yang

digunakan secara luas dan memiliki bayak

makna yang berbeda-beda.

Menurut Robert (2001, p. 76) pem-

belajaran sebagai proses belajar yang dibangun

oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas

berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berfikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru

sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang

baik terhadap materi pelajaran. Menurut Surya

(2002, p. 4) pada hakekatnya pembelajaran

mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam

proses pembelajaran. Menurut Daryanto (2005,

p. 58) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang

menggambarkan pengetahuan, kemampuan,

keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki

siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran

yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku

yang dapat diamati dan diukur. Selama proses

pembelajaran, tugas guru yang paling utama

adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar

menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi

siswa. Karena pada dasarnya guru pemegang

peran terpenting dalam proses pembelajaran.

Sumiati & Asra (2009, p. 3) mengelompokkan

komponen-komponen pembelajaran dalam tiga

kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pem-

belajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga kom-

ponen utama melibatkan metode pembelajaran,

media pembelajaran, dan penataan lingkungan

tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembel-

ajaran yang memungkinkan terciptanya tujuan

yang telah direncanakan sebelumnya.

Model dalam pembelajaran merupakan

suatu konsep yang sangat diperlukan untuk me-

mudahkan dan mencapai tujuan dari pembel-

ajaran tersebut. Model juga digunakan untuk

menjelaskan suatu hal dengan mengkonversi

hal nyata menjadi lebih komprehensif sehingga

mempermudah pengguna. Hal-hal terkait pe-

ngembangan model juga harus memperhatikan

langkah-langkah dalam melaksanakan pembel-

ajaran (syntax), memiliki tujuan pembelajaran,

memiliki aturan, perilaku menyampaikan pem-

belajaran/permainan, ada perangkat yang mem-

bantu dan berperan untuk memperoleh hasil.

Salah satu pembelajaran yang baik untuk dila-

kukan yaitu pembelajaran kinestetik, oleh sebab

itu kecerdasan kinestetik penting untuk dilatih.

Menurut Gardner (2001, p. 3) kecerdasan

kinestetik yaitu mencakup keahlian-keahlian

fisik khusus seperti koordinasi, keseimbangan,

ketangkasan, kekuatan, kelenturan dan kecepat-

an. Kecerdasan kinestetik ditunjukkan oleh ke-

mampuan seseorang untuk membangun hu-

bungan yang penting antara pikiran dan tubuh,

yang memungkinkan tubuh untuk memani-

pulasi objek atau menciptakan gerakan. Kecer-

dasan ini sangat penting karena bermanfaat

untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomo-

torik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan

sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri

dan harga diri, dan (d) meningkatkan kesehatan.

Reniq (2009, p. 4) menyatakan kemampuan

yang terkait dengan kecerdasan kinestetik jas-

mani adalah: (a) kemampuan menggerakkan

anggota tubuh, (b) kemampuan mengatur

keseimbangan tubuh, (c) Kemampuan mengatur

kelenturan tubuh, (d) Kemampuan menjaga

kesehatan tubuh. Stimulus untuk meningkatkan

kinestetik dapat dilatih, ada banyak cara yang

dapat dilakukan dan dapat disesuaikan dengan

karakteristik anak. secara keseluruhan aktivitas

olahrga sanagt berperan untuk meningkatkan

kinestetik. Kecerdasan kinestetik dapat dilatih

pada setiap anak tampa terkecuali anak yang

memiliki keterbatasan seperti anak tunanetra.

Tunanetra adalah kondisi seseorang yang

tidak dapat mengunakan indra penglihatanya

atau mengalami kebutaan. Menurut Mason &

McCall dalam Widjaya (2013, pp. 18-19)

Page 5: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 76

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

menyatakan berdasarkan hasil tes ketajaman

penglihatan dengan Snellen Cart, organisasi

kesehatan dunia (WHO) mengklasifikasikan

penglihatan orang sebagai “normal”, “low

vision”, atau “blind”. Ketika seorang anak

dengan penglihatan yang normal dapat dengan

mudah bergerak di lingkunganya, menemukan

mainan dan teman-temanya, serta melihat dan

meniru orang tuanya dalam aktivitas sehari-

hari. Anak-anak tunanetra secara harfiah kehi-

langan saat-saat belajar aktivitas seperti anak

normal, hal itu akan berdampak terhadap per-

kembangan fisik, belajar, keterampilan sosial,

dan prilaku. Anak tunanetra memiliki keter-

batasan dengan berbagai hal, oleh sebab itu

sangat perlu bagi orang tua, guru, dan pakar

pendidikan anak tunanetra untuk mengetahui

karakteristik anak tunanetara.

Hurwitz (2008, pp. 147-154) mengatakan

anak penyandang cacat memerlukan pendidikan

khusus dan layanan yang terkait dengan kebu-

tuhan anak itu sendiri. Pendidikan khusus tidak

harus selalu pada kelas khusus dan mengelom-

pokan anak tetapi lebih pada pencapaian tujuan

dari pendidikan itu sendiri. Ada banyak cara

yang bisa dilakukan oleh pendidik agar terca-

painya tujua pembelajaran untuk anak salah

satunya modifikasi pembelajaran dan sarana

prasarana pembelajaran. Pendidiakn untuk tuna-

netra sangatlah penting, karena keterbelakangan

mereka bukanlah hambatan untuk mereka

memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.

Setiap anak mempunyai potensi masing-masing

dari situlah tugas guru dan orang tua memberi-

kan pembelajaran yang maksimal untuk

mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak

tunanetra,

Selain kekhususan metode pengajaran

yang di gunakan oleh anak tunanetra. Anak

tunanetra mempunyai kekhususan dalam meng-

gunakan media pembelajaran. Kurtz, (2008, p.

167) mengatakan kondisi penglihatan anak

tunanetra yang tidak berfungsi, maka media

yang digunakan untuk pengajaran untuk anak

tunanetra ialah medi yang dapat dijangkau

dengan pendengaran dan perabaan. Media bantu

yang digunakan untuk perndengaran biasanya

seperti tape-recorder sedangkan media yang

digunakan untuk perabaan dan mempermudah

pembelajaran yaitu huruf braille. Bunyi-

bunyian juga sebagai salah satu penunjang alat

bantu pembelajaran bagi tunanetraa. Borgesa &

Toméb (2014, p. 19) melalui penelitian yang

dilakukan menyatakan bahwa musik dan bunyi-

bunyian dapat merangsang indra pendengaran

sebagai alat keseimbangan penyandang

tunanetra.

Rencanakan pembelajaran dengan meng-

ingat kebutuhan individual anak terkait dengan

penglihatanya. Sunanto (2005, p. 142) menyata-

kan anak tunanetra dapat dibantu dalam melatih

kecerdasanya yaitu dengan: (1) penguasaan

keterampilan pendengaran, (2) kesadaran tubuh

dan perkembangan motorik, dan (3) eksplorasi

lingkungan luar. kebutuhan dan layanan pendi-

dikan untuk anak tunanetra sanagt diperlukan.

Proses dan srategi yang digunakan perlu ada

penyesuaian dengan karakteristik anak tunantra.

Menurut Lowenfeld dalam Smith (2006, p. 9)

menidentifikasi empat petunjuk dalam proses

pendidiakn anak tunanetra yaitu: (1) prinsip

idividual, (2) prinsip pengalaman pengindraan,

(3) prinsip totalitas, dan (4) prinsip aktivitas

mandiri.

Pendidikan jasmani bermaksud mengem-

bangkan kebugaran jasmani, kebugaran motor-

ik, dan keterampilan motorik dasar. Ruang

lingkup pendidikan jasmani terdiri atas tiga do-

main yaitu kognitif, afektif, dan pisikomotorik.

Psikomotorik mempunyai peran yang sangat

penting dalam pendidikan jasmnai. Menurut

Tarigan (2000, p. 7) program pendidikan jas-

mani bagi tunanetra bermaksud mengambang-

kan kebugaran jasmani dan keterampilan

motorik yang diperlukan untuk kegiatan sehari-

hari, orientasi dan mobilitas, meningkatkan

konsep diri dan penghargaan diri serta kete-

rampilan olahraga. Menurut Sunanto (2005, p.

171) dalam pendidikan jasmani ada beberapa

faktor yang memiliki peran penting yaitu: (1)

relaksasi, (2) postur dan gerak, dan (3) kebugar-

an jasmani. Dalam pelaksanan pendidikan jas-

mani bagi tunanetra perlu melakukan adaptasi

dalam hal materi, strategi, dan metode. Modi-

fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi

peraturan permainan, teknik, teknik mengajar

dan modifikasi lingkungan.

Permainan diartikan sebagai salah satu

sarana yang bisa dijadikan sebagai jalan untuk

melakukan transformasi ilmu kepada anak-

anak, (Raisatun, 2012, p. 11). Jadi permainan

ada-lah satu aktivitas yang menyenangkan yang

dapat dilkukan siapapun untuk kesenangan.

Selanjutnya Bell (2005, p. 136) many people

think of play as a physical activity, letting off

steam and getting rid of surplus energy. Banyak

orang berpikir bahwa bermain adalah sebuah

aktivitas fisik, melepaskan uap (keringat) dan

mendapatkan surplus energi. Anak tunanetra

sangat antusias belajar dengan mengunakan

Page 6: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 77

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

model permainan karena pada dasarnya mereka

tidak merasa sedang belajar melainkan sedang

bermain. Ada tujuh manfaat bermain menurut

Raisatun (2012, p. 65) yaitu; (1) perkembangan

aspek fisik, (2) perkembangan untuk aspek mo-

torik kasar dan motorik halus, (3) perkembang-

an aspek sosial, (4) perkembangan aspek emosi

dan keperibadian, (5) perkembangan aspek

kognisi, (6) mengasah ketajaman pengindraan,

dan (7) mengambangkan keterampilan olahraga

dan menari.

Berdasarkan pendapat di atas permainan

merupakan wahanan untuk memberikan berba-

gai pengalaman bagi anak. Permainan dapat

dijadikan media alternatif untuk menyalurkan

ilmu kepada anak-anak. Dengan bermain anak

dapat bereksplorasi, bereksperimen berbagai

pengalaman yang sangat bermanfaat bagi per-

tumbuhan fisik dan perkembangan keterampilan

dan tentunya adalah perkembangan kognitifnya.

Bermain dengan berbagai variasinya dapat

menggerakkan berbagai anggota tubuh anak

yang berarti juga dapat menstimulasi syaraf-

syaraf yang ada di otak. Otak merupakan pusat

pengolahan berbagai informasi yang diterima

oleh ke lima panca indera manusia yang berupa

stimulasi atau rangsangan. Rangsangan-rang-

sangan itu akan diolah di otak dan akan diberi-

kan respon yang berbeda pada rangsangan yang

berbeda. Hampir semua respon yang diberikan

oleh otak merupakan respon gerak tubuh atau

angota tubuh. Sebagai contoh, suatu rangsangan

yang di terima oleh indera pendengaran karena

suatu suara ajakan seseorang, maka orang yang

diajak itu akan mersponnya dengan gerak mulut

dengan mengatakan tidak mau ikut atau dapat

pula direspon dengan gelengan kepala untuk

menyatakan tidak mau ikut ajakannya. Itu ha-

nyalah sebagai suatu contoh sederhana bagai-

mana otak dapat distimulasi melalui berbagai

rangsangan terhadap salah satu panca indera.

Semakin banyak indera yang distimulasi, sema-

kin banyak pula sel-sel otak yang berkembang.

Semakin kompleks bentuk rangsangan yang

datang, akan semakin berlipat ganda sel-sel

otak yang berkembanga. Itulah bentuk-bentuk

suatu permainan yang dapat menjadi arena ber-

main anak dalam rangka menumbuhkembang-

kan berbagai kecerdasan anak

Strategi pembelajaran permainan harus

dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan

kebutuhan anak tunanetra. Kebutuhan anak

tunanetra dapat di lakukan melalui modifikasi

pembelajaran permainan kinestetik. Imbiriba, et

all. (2006, p. 181) menyatakan modifikasi

pembelajaran permainan kinestetik dapat dila-

kukan melalui modifikasi alat fasilitas, modifi-

kasi peraturan permainan, modifikasi pendekat-

an pembelajaran, dan modifikasi variasi kete-

rampilan yang diajarkan. Anak tunanetra sebe-

narnya bisa mengembangkan kemampuan yang

dimiliki dengan bantuan para pendidik. Tugas

pendidik hanyalah memodifikasi pembelajaran

yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak

itu sendiri.

METODE

Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian

pengembangan (research and development).

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan

model permainan untuk pembelajaran kinestetik

pada anak tunanetra dan hasil pengembangan

model permainan untuk pembelajaran kinestetik

akan dilakukan uji validasi (uji lapangan) ter-

hadap produk hasil pengembangan dengan

harapan agar diperoleh model pembelajaran

yang efektif, efisien dan menyenangkan serta

dapat membantu mengoptimalkan kemampuan

kinestetik anak tunanetra.

Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian

ini mengadopsi dari tahapan penelitian pengem-

bangan Borg & Gall (2007, pp. 589-594).

Penelitian pengembangan ini dimodifikasi men-

jadi dua tahap, yaitu: tahap pendahuluan dan

tahap pengembangan. Tahap pendahuluan meli-

puti melakukan kajian literatur, penelitian rele-

van, observasi, dan studi pendahuluan. Tahap

pengembangan meliputi mengembangkan pro-

duk awal, validasi ahli, uji coba skala kecil, uji

coba skala besar & uji efektivitas, dan produk

operasional.

Desain Uji Coba

Dalam penelitian dan pengembangan ini,

uji coba produk dilakukan tiga tahap yaitu uji

skala kecil, uji coba skala besar dan uji ke-

efektifan produk. Pengujian uji skala kecil dan

uji coba skala besar menggunakan dua macam

bentuk nilai yaitu nilai 1 untuk jawaban “Ya”

dan nilai 0 untuk jawaban “Tidak” teknik ana-

lisis data ini sering disebut skala guttman.

Pengujian keefektifan produk mengunakan

penelitian pra-eksperimen dengan desain one

group pretestt-posttest design.

Page 7: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 78

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

Subjek Uji Coba

Pada tahap uji coba skala kecil melibat-

kan 13 orang siswa dengan 2 orang guru. Pada

tahap uji coba skala besar melibatkan 22 orang

siswa dengan 6 orang guru. Subjek uji coba

pada kelompok eksperimen atau uji efektifitas 3

sekolah SLB Yaketunis, SLB Negri 1 Bantul,

dan SLB Negri 1 Kulon Progo di DIY.

Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah

kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diper-

oleh dari hasil observasi atau pengamatan pem-

belajaran berupa masukan-masukan dan saran

dari ahli dan guru SDLB Tunantra untuk

penyempurnaan produk. Selanjutnya data kuan-

titatif diperoleh dari hasil penilaian plaksanaan

dan hasil belajar peserta didik.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digu-

nakan untuk mengumpulkan data dalam pene-

litian ini terdiri dari: panduan observasi, rubrik

penilaian siswa, dan kuesioner pada uji skala

kecil dan skala besar. Kemudian instrumen

penilaian akan dinilai oleh 4 orang ahli atau

expert judgement dan guru pendidikan anak

berkebutuhan khusus pada bagian tunantera,

guru dianggap perlu sebagai responden karena

guru adalah orang yang akan menggunakan

model yang disusun (user expert). Sedangkan

dalam uji coba lapangan pedoman yang diguna-

kan untuk mengungkap pendapat dari para

expert judgement adalah pedoman yang sama.

Selanjutnya pada uji skala kecil dan skala besar

diambil pula data kuesioner kepada para siswa

yang menjadi subjek coba. Pengambilan penda-

pat dari siswa dapat membantu perbaikan

kualitas dari model permainan.

Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah terkum-

pul, selanjutnya diolah dan dianalisis secara

kualitatif dan kuantitatif. Guna penyempurnaan

produk dari masukan-masukan dari ahli dan

guru mengunakan teknik kualitatif. Validasi

data hasil observasi para ahli dan guru terhadap

model permainan untuk kecerdasan kinestetik

serta kuesioner yang diisi oleh siswa dinilai

menggunakan dua macam bentuk nilai yaitu

nilai 1 untuk jawaban “Ya” dan nilai 0 untuk

jawaban “Tidak” teknik analisis data ini sering

disebut skala guttman. Hasil penilaian dari tiap-

tiap item dijumlahkan kemudian nilai totalnya

dikonversikan untuk mengetahui kategorinya.

Pengkonversian nilai merujuk pada standar

penilaian patokan (PAP). Khusus untuk menilai

alat permainan dalam penelitian ini digunakan

metode PIECES. Menurut Al-fatah (2007, pp.

51-54) analisis PIECES dilakukan untuk

menilai kinerja, informasi, ekonomi, keamanan,

efisiensi, dan pelayanan. Menurut Suyanto

(2004, p. 46) untuk mendapatkan informasi dari

permasalahan yang akan digunakan untuk me-

lakukan penilaian dari sebuah rancangan sistem

atau produk dilakukan dengan analisis PIECES

(Performance/kinerja, Information/informasi,

Economic/ekonomi, Control/keamanan,

Efficiency/efisiensi, Services/layanan).

Uji Validitas

Penilaian model permainan yang telah di

validasi oleh ahli dilakukan pengujian validitas

guna mendapatkan data yang akurat. Setiap

pertanyaan pada masing-masing permainan di-

beri rentang penilaian 1-4. Data yang diperoleh

diuji validitasnya dengan menggunakan bantu-

an program komputer SPSS 22.0 Version IBM.

Didapat seluruh pertanyaan memiliki nilai r

hitung (Corrected Item-Total Correlation) lebih

dari r tabeluntuk n = 10 dan = 5% yaitu 0,632

sehingga dikatakan pertanyaa- pertanyaan yang

digunakan pada instrument tersebut Valid.

Uji Reliabilitas

Penilaian model permainan yang telah di

reliabilitas oleh ahli dilakukan pengujian validi-

tas guna mendapatkan data yang akurat. Setiap

pertanyaan pada masing-masing permainan

diberi rentang penilaian 1-4. Didapatkan hasil

Alpha Cronbach sebesar 0,883; 0,885; 0,874;

0,857; 0,894; dan 0,880 (>0,60) menunjukkan

bahwa sinstrumen dalam penelitian ini adalah

Reliabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Validasi dilakukan oleh empat validator

yaitu ahli dibidang anak tunanetra, ahli materi

kinestetik, dan ahli materi penjaskes. Hasil

validasi yang telah dilakukan oleh empat orang

ahli akan dituangkan kedalam bentuk Tabel 1.

Page 8: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 79

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

Tabel 1. Hasil Validasi Ahli Terhadap Model Permainan Kinestetik Pada Anak Tunanetra

No Model Permainan Pengamatan

Hasil Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4

1 Temukan Teman Baik Baik Baik Baik Baik

2 Balon Pindah Baik Baik Baik Baik Baik

3 Temukan Bunyii Baik Baik Baik Baik Baik

4 Halangan Bunyi Baik Baik Baik Baik Baik

5 Halang Rintang Balon Dibawa Baik Baik Baik Baik Baik

6 Lingkaran Ceria Baik Baik Baik Baik Baik

Berdasarkan Tabel 1, maka dapat dinya-

takan bahwa semua model permainan untuk

pembelajaran anak tunanetra dinyatakan baik

dengan revisi. oleh karena itu, model permainan

siap dilanjutkan untuk di uji cobakan pada uji

sekala kecil. Tahap uji coba skala kecil dilaku-

kan dengan 13 peserta didik anak tunanetra di

SLB-A Yaketunis jogjakarta dengan 2 orang

guru pelaksana jalanya pembelajaran. Uji coba

skala kecil dilaksanakan pada saat kegiatan bel-

ajar mengajar mata pelajaran olahraga berlang-

sung di SLB-A yaketunis. Selanjutnya setelah

dilakukan penilaian kuisioner terhadap perma-

inan selanjutnya akan disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 hasil penilaian kui-

sioner keenam model permainan untuk pembel-

ajaran kinestetik pada anak tunanetra maka

dapat disimpulkan bahwa semuanya keenam

model permainan tersebut “sangat baik” dilak-

sanakan oleh guru di sekolah. Selanjuntya hasil

penilaian observasi model permainan untuk

pembelajaran kinestetik dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Penilaian Kuisioner Model Permainan

untuk Pembelajaran Kinestetik pada Anak Tunanetra

No Model Permainan Pengamatan

Hasil Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Guru 1 Guru 1

1 Temukan Teman Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

2 Balon Pindah Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

3 Temukan Bunyii Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

4 Halangan Bunyi Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

5 Halang Rintang Balon Dibawa Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

6 Lingkaran Ceria Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Tabel 3. Hasil Penilaian Observasi Model Permainan

untuk Pembelajaran Kinestetik pada Anak Tunanetra

No Model Permainan Pengamatan

Hasil Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Guru 1 Guru 1

1 Temukan Teman Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

2 Balon Pindah Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

3 Temukan Bunyii Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

4 Halangan Bunyi Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

5 Halang Rintang Balon Dibawa Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

6 Lingkaran Ceria Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Page 9: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 80

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

Tabel 4. Hasil Penilaian Alat Model Permainan Untuk Pembelajaran Kinestetik Pada Anak Tunanetra

No Model Permainan Pengamatan

Hasil Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Guru 1 Guru 2

1 Performance

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

2 Information

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

3 Ekonomic

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

4 Control

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

5 Effeciency

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

6 Servic

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Tabel 5. Hasil Penilaian Kuisioner Model Permainan

untuk Pembelajaran Kinestetik pada Anak Tunanetra

No Model Permainan Pengamatan

Hasil Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

1 Temukan Teman Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali

2 Balin Pindah Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

3 Temukan Bunyi Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

4 Halangan Bunyi Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali

5 Halang Rintang

Balon dibawa Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali

6 Lingkaran Ceria Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Tabel 6. Hasil Penilaian Observasi Model Permainan

untuk Pembelajaran Kinestetik pada Anak Tunanetra

No Model Permainan Pengamatan

Hasil Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

1 Temukan Teman Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

2 Balin Pindah Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali

3 Temukan Bunyi Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

4 Halangan Bunyi Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

5 Halang Rintang

Balon dibawa Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

6 Lingkaran Ceria Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Tabel 7. Hasil Penilaian Alat Model Permainan Untuk Pembelajaran Kinestetik Pada Anak Tunanetra

No Model Permainan Pengamatan

Hasil Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

1 Performance Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

2 Information Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali

3 Ekonomic Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

4 Control Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

5 Effeciency Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali Baik

Sekali

6 Servic Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Baik

Sekali

Page 10: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 81

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

Tabel 8. Uji Keefektifan

No Permainan Thitung Df Ttabel Sig Keterangan

1 Temukan teman

Pretestt-Posttest 19,674 21 2,079 0,000 Efektif

2 Balpin

Pretestt-Posttest 36,585 21 2,079 0,000 Efektif

3 Kereta Suara

Pretestt-Posttest 24,974 21 2,079 0,000 Efektif

4 Halangan Bunyi

Pretestt-Posttest 23,975 21 2,079 0,000 Efektif

5 Balon Zig-zag

Pretestt-Posttest 38,236 21 2,079 0,000 Efektif

6 Lingkaran Ceria

Pretestt-Posttest 26,720 21 2,079 0,000 Efektif

Berdasarkan Tabel 3 hasil penilaian

observasi keenam model permainan untuk pem-

belajaran kinestetik pada anak tunanetra maka

dapat disimpulkan bahwa semuanya keenam

model permainan tersebut “sangat baik” dilak-

sanakan oleh guru di sekolah. Sedangkan hasil

penilaian alat permainan untuk pembelajaran

kinestetik disajikan pada Tabel 4. Hasil dari

Tabel 4 mengenai hasil penilaian alat model

permainan untuk pembelajaran kinestetik pada

anak tunanetra, dari hasil pengamatan perfor-

mance, information, ekonomic, control, effe-

cincy maka dapat disimpulkan bahwa alat

model permainan untuk pembelajaran kinestetik

pada anak tunanetra “sangat baik” untuk

digunakan di sekolah.

Dari hasil uji skala kecil semua model

permainan untuk pembelajaran kinestetik pada

anak tunanetra dapat dilaksanakan dan men-

dapatkan beberapa saran agar adanya revisi uji

coba skala kecil. Hasil uji skala kecil yang dila-

kukan oleh 4 ahli dan 2 orang guru didapatkan

pengembangan model permainan untuk pembel-

ajaran kinestetik pada anak tunanetra berada

pada katagori “sangat baik”. Dari hasil tersebut

selanjutnya akan diuji cobakan pada tahap

berikutnya yaitu uji coba skala besar. Uji coba

produk skala besar dilakukan kepada 22 anak,

dari 3 sekolah yang ada di DIY yaitu SLB-A

Yaketunis, SLB Negri 1 Bantul, dan SLB Negri

Kulon Progo. Selanjutnya hasil penilaian

kuisioner model permainan disajikan pada

Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 hasil penilaian kui-

sioner keenam model permainan untuk pembel-

ajaran kinestetik pada anak tunanetra yang

dilakukan oleh 6 orang guru maka dapat disim-

pulkan bahwa semuanya keenam model

permainan tersebut “sangat baik” dilaksanakan

oleh guru di sekolah. Selanjutnya hasil penilai-

an observasi yang telah dilakukan disajikan

dalam bentuk Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, hasil penilaian

observasi keenam model permainan untuk

pembelajaran kinestetik pada anak tunanetra

yang dilakukan oleh 6 orang guru maka dapat

disimpulkan bahwa semuanya keenam model

permainan tersebut “sangat baik” dilaksanakan

oleh guru di sekolah. Selanjuntya hasil penilai-

an alat model permainan akan disajikan dalam

Tabel 7.

Hasil dari Tabel 7, mengenai hasil peni-

laian alat model permainan untuk pembelajaran

kinestetik pada anak tunanetra. Hasil pengamat-

an performance, information, ekonomic, con-

trol, effecincy, and service yang dilakukan oleh

6 orang guru maka dapat disimpulkan bahwa

alat model permainan untuk pembelajaran

kinestetik pada anak tunanetra “sangat baik”

untuk digunakan di sekolah.

Dari hasil uji skala besar semua model

permainan untuk pembelajaran kinestetik pada

anak tunanetra dapat dilaksanakan. Hasil uji

skala besar yang dilakukan oleh 6 orang guru

didapatkan pengembangan model permainan

untuk pembelajaran kinestetik pada anak tuna-

netra berada pada katagori “sangat baik”. Dari

hasil tersebut selanjutnya akan diuji cobakan

pada tahap berikutnya yaitu uji keefektifan. Uji

keefektifan dilakukan untuk melihat efektifitas

dari keenam model permainan yang di uji

cobakan pada anak tunanetra. hasil uji keefek-

tifan dituangkan dalam Tabel 8.

Berdasarkan perhitungan Tabel 8, hasil

dari uji |t hitung| untuk pretestt dan posttest

pada permainan temukan teman =19,674> t

tabel (0,05:21) = 2,079 atau dengan

membandingkan nila signifikansi lebih kecil

dari taraf kesalahan (0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara

pretestt dan posttest. Hasil dari uji |t hitung|

Page 11: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 82

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

untuk pretest dan posttest pada permainan

balpin=36,585> t tabel (0,05:21) = 2,079 atau

dengan membandingkan nila signifikansi lebih

kecil dari taraf kesalahan (0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara

pretest dan posttest. Hasil dari uji |t hitung|

untuk pretest dan posttest pada permainan

kereta suara= 24,974> t tabel (0,05:21) = 2,079

atau dengan membandingkan nilaisignifikansi

lebih kecil dari taraf kesalahan (0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

antara pretest dan posttest. Hasil dari uji |t

hitung| untuk pretest dan posttest pada permain-

an halangan bunyi= 23,975> t tabel (0,05:21) =

2,079 atau dengan membandingkan nila signifi-

kansi lebih kecil dari taraf kesalahan (0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbe-

daan antara pretest dan posttest. Hasil dar uji |t

hitung| untuk pretest dan posttest pada permain-

an balon zig-zag= 38,236> t tabel (0,05:21) =

2,079 atau dengan membandingkan nila signi-

fikansi lebih kecil dari taraf kesalahan (0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbe-

daan antara pretest dan posttest. Hasil dari uji |t

hitung| untuk pretest dan posttest pada permain-

an lingkaran ceria= 26,720> t tabel (0,05:21) =

2,079 atau dengan membandingkan nila signi-

fikansi lebih kecil dari taraf kesalahan (0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbe-

daan antara pretest dan posttest.

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji skala kecil dan

skala besar keenam model yaitu (1) temukan

teman; (2) balpin; (3) kereta suara; (4) halangan

bunyi; (5) balon zig-zag; dan (6) lingkaran

ceria, dapat dilaksanakan dengan “sangat baik”.

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bah-

wa keenam model permainaan untuk pembel-

ajaran kinestetik dapat dilaksananakan dengan

sangat baik (efektif, efesien, aman, dan menye-

nangkan). Dari hasil uji keefektifan keenam

model permainan untuk pembelajaran kinestetik

pada anak tunanetra telah didapat bahwa skor

rata-rata posttest lebih tinggi dari skor rata-rata

pretestt. Maka dapat dinyatakan bahwa model

permainan untuk pembelajaran kinestetik efek-

tif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

kinestetik. Hasil dari uji efektifitas penelitian

skala besar terlihat semua permainan meng-

alami peningkatan. Peningkatan yang terjadi

tidak terlepas dari adanya proses latihan dan

pengulangan. Menurut Soegiarto (2002, p.4)

latihan merupakan proses yang sistematis dari

berlatih, yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan kian hari kian meningkat dengan meto-

de yang memiliki tujuan. Adanya pengulangan

keenam permainan tersebut membuat pening-

katan kemampuan pada anak tunanetra. Me-

nurut Sumaryanti., Kushartanti, & Ambardhini

(2010, p.4) perinsip sebuah latihan salah satu-

nya adalah prinsip beragam yaitu kebosanan

dalam berlatih merupakan fenomena yang

paling sering dikeluhkan oleh pelaku olahraga.

Perlu dilakukan variasi dalam latihan baik jenis,

metoda maupun suasana berlatih. Keenam per-

mainan yang telah dikembangkan efektif untuk

meminimalisir kebosana pada anak-anak tuna-

nera, karena permainan tersebut memenuhi un-

sur menyenagkan dan dilakukan diluar ruangan

kelas.

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dialami sela-

ma melakukan penelitian antara lain yaitu: (1)

Perlu adanya kajian yang lebih luas dan men-

dalam terkait permainan untuk pembelajaran

kinestetik. Hal ini terkait dengan permainan

yang dihadirkan ke dalam aktivitas permainan

untuk anak tunanetra masih terbatas, (2) Ter-

batasnya sekolah-sekolah luar biasa khususnya

bagian A untuk tunanetra yang ada di DIY,

sehingga sedikit menghambat penelitian, (3)

Masih banyak sekolah yang tidak memiliki la-

pangan yang luas sehingga proses pelaksanaan

permainan harus dilakukan di lapangan yang

seadanya atau mencari lapangan yang berada

sedikit jauh dari sekolah, dan (4) Keterbatasan

guru yang membantu sehingga penelitian harus

dilakukan dengan waktu yang lumayan lama,

sehingga memerlukan waktu khusus apabila

akan melakukan proses penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Tentang Produk

Model permainan untuk pembelajaran

kinestetik pada anak tunanetra yaitu: (1) temu-

kan teman; (2) balpin; (3) kereta suara; (4)

halangan bunyi; (5) balon zig-zag; dan (6)

lingkaran ceria, sangat sesuai untuk kinestetik

dan karakteristik pembelajaran untuk anak

tunantra. Berdasarkan validasi yang dilakukan

oleh 4 orang ahli menyatakan bahwa model

permainan: (1) temukan teman; (2) balpin; (3)

kereta suara; (4) halangan bunyi; (5) balon zig-

zag; dan (6) lingkaran ceria, tersebut baik untuk

pembelajaran kinestetik pada anak tunanetra.

Berdasarkan uji coba skala kecil yang

dilakukan oleh dua orang guru menyatakan

Page 12: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 83

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

pelaksanaan model permainan: (1) temukan

teman; (2) balpin; (3) kereta suara; (4) halangan

bunyi; (5) balon zig-zag; dan (6) lingkaran

ceria, tersebut mudah, efektif dan efesien untuk

dilaksanakan. Begitu juga pada saat uji coba

skala besar yang dilakukan oleh enam orang

guru menyatakan bahwa model permainan: (1)

temukan teman; (2) balpin; (3) kereta suara; (4)

halangan bunyi; (5) balon zig-zag; dan (6) ling-

karan ceria, mudah untuk dilaksanakan.

Berdasarkan uji keefektifan terhadap mo-

del permainan: (1) temukan teman; (2) balpin;

(3) kereta suara; (4) halangan bunyi; (5) balon

zig-zag; dan (6) lingkaran ceria, model per-

mainan dinyatakan efektif untuk meningkatkan

pembelajaran kinestetik.

Saran Pemanfaatan Produk

Bagi anak tunanetra, agar terus belajar

dan bereksplorasi dengan lingkungan luar ru-

angan karena pada hakikatnya tumbuh kembang

anak khususnya ranah kinestetik akan lebih

optimal jika dilakukan di luar ruangan. Disaran-

kan juga bagi anak tunanetra untuk memanfaat-

kan model-model permainan gerak dan salah

satu yang menjadi referensinya adalah permain-

an untuk pembelajaran kinestetik.

Bagi guru-guru, agar menambah kegiatan

di luar ruangan untuk melatih kinestetik anak-

anak tunanetra dan salah satu dari banyak pilih-

an permainannya adalah permainan untuk

pembelajaran kinestetik.

Bagi akademisi selanjutnya, perlu adanya

kajian-kajian dan pengembangan-pengembang-

an lebih lanjut untuk menambah khasanah

permaina untuk pembelajaran kinestetik, agar

dapat menunjang proses belajar dan bermain

untuk anak tunanetra yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku. Selain itu perlu ditam-

bah penelitian yang sesuai dan penambahan

jumlah sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fatah. H. (2007). Analisis dan perancangan

sistem informasi. Yogyakarta: STMIK

Amikom.

Bell, S. (2005). Design for outdoor recreation.

London: Spon Press.

Borgesa, A.J & Toméb, D. (2014). Teaching

music to blind children: new strategies

for teaching through interactive use of

musibraille software. Jurnal

International Conference On Software

Development And Technologies For

Enhancing Accessibility And Fighting

Info-Exclusion. 27, 19–27.

Borg, W. R & Gall, M. D. (2007). Educational

research: an indtroduction fourth

edition. New york: Longman.

Daryanto, H (2005). Evaluasi pendidikan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Gardner, H. (2001). Multiple intelligences,

(terjemahan oleh Alexander Sindoro).

Cambridge, Harvard University, (Buku

Asli Diterbitkan Tahun 1987).

Huda, M (2014). Model-model pengajaran dan

pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

belajar.

Hurwitz, A.K. (2008). A review of special

education law. Jurnal Pediatric

Neurology, 39, 147-154.

Imbiriba, A.L.,et all. (2006). Motor imagery in

blind subjects: The influence of the

previous visual experience. Jurnal

Neuroscience Letters, 400, 181-185.

Kurtz, A.L. (2008), Understanding motor skills

in children with dyspraxia, ADHD,

autism, and other learning disabilities

a guide to improving coordination.

London: Jessica Kingsley Publishers.

Raisatun, N. (2012). Seabrek games asyik-

edukatif untuk mengajar paud/tk.

Yogyakarta: DIVA Press.

Reniq. (2009). Latihan kecerdasan kinestetik

terhadap gerak motorik penyandang

tuna netra. Malang: Universitas Negri

Malang.

Robert, M. G (2001). The Conditions of

learning. HOLT: New York.

Smith, D.J. (2006). Inklusi sekolah ramah untuk

semua. (Terjemahan Mohamad

Sugiarmin). New York: Wodsworth

Publishing Company. (Buku asli

diterbitkan tahun 1998).

Sumaryanti., Kushartanti, B.M.W., &

Ambardhini, R.L. (2010).

Pengembangan model pembelajaran

jasmani adaptif untuk optimalisasi otak

anak tunagrahita. Jurnal Kependidikan,

Vol. 40, 29-44.

Sumiati & Asra (2009). Teori pembelajaran.

Yogyakarta: FIK UNY.

Page 13: Jurnal Keolahragaan - Universitas Negeri Yogyakartastaffnew.uny.ac.id/upload/131121721/penelitian/7... · fikasi hal-hal tersebut dapat berupa modifikasi peraturan permainan, teknik,

Jurnal Keolahragaan 4 (1), April 2016 - 84

Riza Efriyanti, Sumaryanti

Copyright © 2016, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

Sunanto. J. (2005). Mengembangakan potensi

anak berkelainan penglihatan. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional

Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi

Direktorat Pembinaan Pendidikan

Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan

Perguruan Tinggi.

Surya, M. (2002). Pisikologi pembelajaran dan

pengajaran. Bandung PBB-IKIP:

Bandung

Suyanto, M. (2004). Analisis dan desain

aplikasi multimedia untuk pemasaran.

Yogyakarta: STMIK Amikom.

Tarigan, B. (2000). Penjaskes adaptif. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah Bagian Proyek

Penataran guru SLTP Setara D-III.

Widjaya, A (2013). Bentuk-bentuk tunanetra &

strategi pembelajaranya. Yogyakarta:

Javalitera.