jurnal kedokteran

6
Niarsari AP. Dkk. Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan… 1 PERBANDINGAN TEKANAN NADI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Niarsari Anugrahing Putri 1 , Asnawati 2 , Alfi Yasmina 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2 Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 3 Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ABSTRACT: Obesity is a global problem occurring worldwide, both in developed and developing countries, including Indonesia. Obesity and overweight may affect the pulse pressure through the increased level of leptin, which mainly secreted by adipose tissue. The research was aimed to determine the difference in pulse pressure based on body mass index (BMI) in students of Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University (FM LMU). This research applied analytic observational method with cross sectional approach, with 60 male students of FM LMU as subjects. Data were obtained based on the measurement of pulse pressure and BMI. Result showed that as many as 66.8% of the students of FM LMU had normal BMI and 19.2% had BMI of overweight and obesity. The average pulse pressure of students with normal BMI was 33 mmHg and students with overweight and obesity was 42 mmHg. Data analysis using the Mann-Whitney test with confidence level of 95% gave the value of p = 0.000. It was concluded that there was a significant difference in pulse pressure based on BMI in students of FM LMU. Keywords: pulse pressure, body mass index ABSTRAK: Obesitas merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Obesitas dan overweight dapat mempengaruhi tekanan nadi melalui peningkatan kadar leptin yang terutama disekresi oleh jaringan adiposa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan nadi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK Unlam). Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional dengan subyek penelitian mahasiswa FK Unlam sebanyak 60 orang. Data diperoleh berdasarkan pengukuran tekanan nadi dan IMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 66,8% mahasiswa di FK Unlam memiliki IMT normal dan 19,2% memiliki IMT overweight dan obesitas. Rerata tekanan nadi pada mahasiswa dengan IMT normal adalah sebesar 33 mmHg dan pada mahasiswa dengan IMT overweight dan obesitas sebesar 42 mmHg. Analisis data menggunakan uji Mann- Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% memberikan nilai p = 0,000. Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tekanan nadi yang bermakna berdasarkan IMT pada mahasiswa FK Unlam. Kata kunci : tekanan nadi, indeks massa tubuh

Upload: ryan-sahputra

Post on 07-Feb-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PERBANDINGAN TEKANAN NADI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal kedokteran

Niarsari AP. Dkk. Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan…

1

PERBANDINGAN TEKANAN NADI BERDASARKAN INDEKS MASSA

TUBUH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Niarsari Anugrahing Putri 1, Asnawati

2, Alfi Yasmina

3

1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin 2 Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

3 Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

ABSTRACT: Obesity is a global problem occurring worldwide, both in developed and

developing countries, including Indonesia. Obesity and overweight may affect the pulse pressure

through the increased level of leptin, which mainly secreted by adipose tissue. The research was aimed

to determine the difference in pulse pressure based on body mass index (BMI) in students of Faculty

of Medicine, Lambung Mangkurat University (FM LMU). This research applied analytic

observational method with cross sectional approach, with 60 male students of FM LMU as subjects.

Data were obtained based on the measurement of pulse pressure and BMI. Result showed that as many

as 66.8% of the students of FM LMU had normal BMI and 19.2% had BMI of overweight and obesity.

The average pulse pressure of students with normal BMI was 33 mmHg and students with overweight

and obesity was 42 mmHg. Data analysis using the Mann-Whitney test with confidence level of 95%

gave the value of p = 0.000. It was concluded that there was a significant difference in pulse pressure

based on BMI in students of FM LMU.

Keywords: pulse pressure, body mass index

ABSTRAK: Obesitas merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia, baik di

negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Obesitas dan overweight dapat

mempengaruhi tekanan nadi melalui peningkatan kadar leptin yang terutama disekresi oleh jaringan

adiposa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan nadi berdasarkan

indeks massa tubuh (IMT) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

(FK Unlam). Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional

dengan subyek penelitian mahasiswa FK Unlam sebanyak 60 orang. Data diperoleh berdasarkan

pengukuran tekanan nadi dan IMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 66,8% mahasiswa

di FK Unlam memiliki IMT normal dan 19,2% memiliki IMT overweight dan obesitas. Rerata

tekanan nadi pada mahasiswa dengan IMT normal adalah sebesar 33 mmHg dan pada mahasiswa

dengan IMT overweight dan obesitas sebesar 42 mmHg. Analisis data menggunakan uji Mann-

Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% memberikan nilai p = 0,000. Dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan tekanan nadi yang bermakna berdasarkan IMT pada mahasiswa FK Unlam.

Kata kunci : tekanan nadi, indeks massa tubuh

Page 2: jurnal kedokteran

Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013

2

PENDAHULUAN

Obesitas merupakan masalah

global yang melanda masyarakat dunia,

baik di negara maju maupun negara

berkembang, termasuk Indonesia.

Perubahan gaya hidup, termasuk

kecenderungan mengkonsumsi makanan

yang mengandung lemak tinggi,

merupakan faktor yang mendukung

terjadinya kelebihan berat badan

(overweight) dan obesitas. Saat ini, 1,6

miliar orang dewasa di seluruh dunia

mengalami overweight, dan sekurang-

kurangnya 400 juta diantaranya mengalami

obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,

status gizi pada kelompok dewasa di atas

18 tahun didominasi dengan masalah

obesitas. Secara nasional, masalah gizi

pada penduduk dewasa di atas 18 tahun

adalah: 12,6 persen kurus dan 21,7 persen

gabungan kategori berat badan lebih dan

obesitas (1,2).

World Health Organization (WHO)

telah merekomendasikan sebuah metode

pengukuran untuk mengklasifikasikan

obesitas, yaitu dengan Indeks Massa

Tubuh (IMT) yang dihitung dengan cara

membagi berat badan (kg) dengan kuadrat

dari tinggi badan (meter). IMT lebih dari

25 dapat diklasifikasikan sebagai

overweight sampai obesitas (3).

Obesitas merupakan faktor risiko

berbagai penyakit kardiovaskular.

Beberapa mekanisme, baik molekular

maupun hemodinamik, dianggap

bertanggung jawab mendasari efek buruk

obesitas terhadap sistem kardiovaskular.

Diantaranya yang saat ini menjadi

perhatian adalah bahwa obesitas

mempercepat terjadinya kekakuan dinding

arteri (4).

Kondisi obesitas dan overweight

dapat mengakibatkan peningkatan kadar

leptin yang terutama disekresi oleh

jaringan adiposa. Penderita obesitas

memiliki kadar plasma leptin yang tinggi

dalam darah yang disebabkan oleh

penumpukan sel adiposit penghasil leptin.

Jaringan adiposit bertindak sebagai sumber

mediator proinflamasi seperti TNF-α, IL-6,

leptin, resistin/adipose tissue-specific

secretory factor (ADSF), dan C-reactive

protein (CRP), yang dapat menginduksi

terjadinya disfungsi endotel, resistensi

insulin, dan akhirnya aterosklerosis.

Urbina et al. telah mengamati adanya

hubungan positif antara sklerosis arteri

karotis dengan denyut jantung dan tekanan

nadi. Dengan demikian, kondisi obesitas

dan overweight dapat mempengaruhi

tekanan nadi (5,6).

Penelitian tentang perbedaan tekanan

nadi berdasarkan tingkatan IMT yang

berbeda belum pernah dilakukan, oleh

karena itu peneliti tertarik untuk meneliti

hal tersebut. Penelitian dilakukan pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat (FK

Unlam) untuk mewakili populasi orang

dewasa muda yang cukup banyak terpapar

faktor risiko untuk terjadinya overweight

dan obesitas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

jenis observasional dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Fisiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat pada bulan Februari sampai

Juli 2012. Populasi yang digunakan pada

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

FK Unlam dari semester II sampai VI yang

berjumlah 300 orang. Teknik sampling

yang digunakan adalah purposive

sampling. Semua subyek yang memenuhi

kriteria inklusi digunakan sebagai sampel.

Didapatkan subyek penelitian sejumlah 60

orang mahasiswa yang dibagi dalam 2

kelompok berdasarkan IMT. Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah yang

berjenis kelamin laki-laki, tampak dalam

keadaan sehat, memiliki Indeks Massa

Tubuh (IMT) ≥18,5, dalam keadaan

tenang, tidak mengkonsumsi makanan dan

minuman yang mengandung kafein sejak 1

hari sebelum penelitian, tidak memiliki

riwayat atau sedang menderita penyakit

ginjal, diabetes melitus, dan tiroid, dan

bersedia mengikuti prosedur penelitian.

Alat yang digunakan pada penelitian ini

adalah lembar informed consent,

Page 3: jurnal kedokteran

Niarsari AP. Dkk. Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan…

3

sfigmomanometer raksa, stetoskop, alat

penimbang berat badan (dengan satuan

kilogram dan kapasitas 100 kg, ketelitian

0,01 kg), alat pengukur tinggi badan

(dengan satuan centimeter dan kapasitas 2

meter, ketelitian 0,1 cm), dan kalkulator.

Penelitian ini meliputi beberapa

tahap, yaitu meliputi tahap persiapan,

tahap pengukuran berat badan dan tinggi

badan, tahap penghitungan IMT, dan tahap

oengukuran tekanan nadi. Pertama-tama

peneliti membuat surat izin penelitian di

bagian UPKTI FK Unlam. Kemudian

survey awal tentang IMT dilakukan pada

mahasiswa FK Unlam. Subyek dipilih

sesuai dengan kriteria inklusi. Kepada

subyek dijelaskan tentang prosedur dan

manfaat penelitian, kemudian apabila

subyek setuju, subyek diminta

menandatangani informed consent.

Penelitian dilanjutkan dengan tahap

pengukuran berat badan. Subyek diminta

melepas sepatu dan barang lain selain

pakaian. Kemudian subyek diminta naik ke

alat timbang badan dengan posisi kaki

tepat di tengah alat timbang, tetapi tidak

menutupi jendela baca. Subyek harus

tenang, tidak bergerak-gerak, dan kepala

tidak menunduk (memandang lurus

kedepan). Kemudian ditunggu sampai

panah di jendela baca berhenti sempurna.

Angka yang ditunjukkan oleh panah

penunjuk dicatat.

Tahap selanjutnya adalah

pengukuran tinggi badan. Subyek diminta

melepaskan alas kaki (sandal/sepatu) dan

topi (penutup kepala). Pemeriksa

memastikan alat geser pada alat pengukur

tinggi badan berada di posisi atas. Subyek

diminta berdiri tegak, persis di bawah alat

geser. Posisi kepala dan bahu bagian

belakang, lengan, bokong, dan tumit

menempel pada dinding tempat alat

pengukur tinggi badan dipasang.

Pandangan subyek lurus ke depan, dan

tangan dalam posisi tergantung bebas. Alat

geser digerakkan sampai menyentuh

bagian atas kepala subyek sampai berada

tepat di tengah kepala subyek. Dalam

keadaan ini bagian belakang alat geser

harus tetap menempel pada dinding. Angka

tinggi badan dibaca pada jendela baca ke

arah angka yang lebih besar ((ke bawah).

Pembacaan dilakukan tepat di depan angka

(skala) pada garis merah, sejajar dengan

mata. Pencatatan dilakukan dengan

ketelitian sampai satu angka di belakang

koma (0,1 cm).

Tahap penghitungan IMT

dilakukan dengan menghitung IMT dengan

rumus: BB kg

TB m 2

Setelah tahap perhitungan IMT,

dilanjutkan dengan tahap pengukuran

tekanan nadi. Subyek diminta berbaring

terlentang dengan manset terpasang di

lengan kanan atas. Posisi lengan kanan di

samping tubuh. Mencari letak arteri

brachialis dextra secara palpasi pada fossa

cubiti, kemudian diafragma stetoskop

diletakkan di atas arteri brachialis dextra

tersebut. Sekrup pada pompa udara diputar

searah jarum jam sampai maksimal untuk

mencegah udara keluar dari manset, lalu

udara dipompa ke dalam manset. Akan

terdengar suara bising arteri brachialis

dextra melalui stetoskop. Ketika suara

bising tersebut hilang (tak terdengar),

pompa diteruskan sampai tinggi air raksa

dalam manometer sekitar 20 mmHg lebih

tinggi daripada titik di mana suara bising

arteri brachialis dextra tadi mulai

menghilang. Udara dari manset

dikeluarkan secara perlahan dan

berkesinambungan, maka akan terdengar

bunyi Korotkoff I-V. Tekanan udara

dimana terdengar bunyi Korotkoff I

menunjukkan besarnya tekanan sistolik

secara auskultasi, sedangkan tekanan

dimana terdengar bunyi Korotkoff IV atau

V menunjukkan besarnya tekanan diastolik

secara auskultasi. Pengulangan pengukuran

dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval

3 menit. Kemudian, tekanan sistolik dan

diastolik dicatat. Tekanan nadi dihitung

dengan mengurangi tekanan sistolik

dengan tekanan diastolik.

Data penelitian dianalisis secara

statistik dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk untuk mengetahui distribusi data.

Karena data tidak terdistribusi normal

maka digunakan uji Mann-whitney untuk

Page 4: jurnal kedokteran

Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013

4

mengetahui ada tidaknya perbedaan

tekanan nadi berdasarkan IMT dengan

derajat kepercayaan 95%. Pada hasil uji

Mann-whitney didapatkan perbedaan

bermakna tekanan nadi berdasarkan IMT

pada mahasiswa FK Unlam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian mengenai

perbedaan antara tekanan nadi berdasarkan

IMT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat bulan

Februari sampai Juli 2012. Penelitian ini

menggunakan dua kelompok uji

berdasarkan IMT, yaitu kelompok IMT

overweight dan obesitas, serta kelompok

IMT normal. Subyek penelitian ini diambil

dengan metode purposive sampling.

Seluruh subyek penelitian merupakan

mahasiswa FK-Unlam yang masuk dalam

kriteria inklusi.

Dari penelitian didapatkan rerata

IMT adalah 22,31 kg/m2 dengan IMT

tertinggi adalah 40,5 kg/m2 dan terendah

adalah 14,51 kg/m2. Subyek dengan IMT

normal adalah yang terbanyak, mencapai

66,8%. Distribusi IMT sampel berdasarkan

program studi dapat dilihat pada gambar 1:

Gambar 1. Distribusi Sampel Kelompok mahasiswa

IMT Overweight dan Obesitas dan Kelompok

Mahasiswa IMT Normal di FK-Unlam

Kedua kelompok tersebut dilakukan

pengukuran tekanan darah. Setelah

dilakukan pengukuran kemudian hasilnya

dicatat, dilakukan penghitungan tekanan

nadi, dan dimasukkan ke tabel data. Rerata

tekanan nadi pada mahasiswa dengan IMT

normal adalah sebesar 33 mmHg dan pada

mahasiswa dengan IMT overweight dan

obesitas sebesar 42 mmHg.

Nilai tekanan nadi pada IMT

overweight dan obesitas adalah 42 mmHg

lebih tinggi dibandingkan pada IMT

normal yang hanya 33 mmHg. Perbedaan

ini dianalisis dengan uji Mann-Whitney

dengan tingkat kepercayaan 95%, dan

didapatkan nilai p = 0,000. Karena nilai p

< 0,05, maka hipotesis penelitian diterima,

yaitu terdapat perbedaan tekanan nadi

berdasarkan IMT pada mahasiswa FK-

Unlam.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kwagyan et

al yang menyatakan bahwa terdapat

korelasi antara meningkatnya IMT dengan

tekanan nadi (p = 0,01). Penelitian ini

dilakukan pada sebanyak 219 keturunan

Afrika-Amerika dewasa dengan IMT

obesitas di Washington. Dalam konteks

obesitas, peningkatan IMT secara

independen terkait dengan penurunan

elastisitas arteri, seperti yang tercermin

dalam tekanan nadi (7).

Penelitian lain yang dilakukan oleh

Wasim et al menyatakan bahwa terdapat

korelasi antara tinggi lemak yang

dinyatakan dalam IMT dengan tekanan

nadi (p < 0,01). Penelitian ini dilakukan

pada 428 remaja di India dengan sebaran

usia 16-19 tahun. Peningkatan tinggi lemak

terbukti berkolerasi dengan penurunan

distensibilitas pembuluh darah anak laki-

laki India Gujarati remaja, tetapi tidak

pada anak perempuan yang dikarenakan

adanya peran protektif dari hormon seks

estrogen wanita untuk melindungi

pembuluh darah dari aterosklerosis,

disfungsi endotel yang terjadi apabila ada

peningkatan adipositas (8). Hal ini

mendukung penelitian ini yang hanya

dilakukan pada laki-laki dari hasil

penelitian dimana didapatkan peningkatan

IMT yang berhubungan dengan

peningkatan tekanan nadi.

Berdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan yang didapat dari uji statistik

bahwa terdapat perbedaan tekanan nadi

antara kelompok IMT overweight dan

obesitas dan IMT normal. Hal ini

disebabkan pada seseorang yang

40%

80%

30%

10%10%

3,33%3,3% 3,33%

16,67%

13,33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

IMT Overweight dan Obesitas IMT Normal

Ju

mla

h S

am

pel

(%)

Indeks Massa Tubuh (IMT)

PSPD PSKG PSIK PSKM PSPsikologi

Overwei

ght

Page 5: jurnal kedokteran

Niarsari AP. Dkk. Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan…

5

overweight ataupun obesitas terdapat

peningkatan kadar leptin yang diinduksi

oleh jaringan adiposa. Leptin secara

langsung akan menurunkan distensibilitas

arteri serta mengaktifkan sistem saraf

simpatik melalui jalur aktivasi α-MSH and

melanocortin-4 receptor (MC4R) di otak.

Hal ini akan menstimulasi aktivitas

simpatis ginjal yang mengarah ke retensi

natrium, peningkatan produksi angiotensin

II yang menyebabkan vasokonstriksi, serta

peningkatan tahanan perifer yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah

atau nadi (7,9,10,,11,12).

Walaupun hipotesis yang didapatkan

pada penelitian ini cukup bermakna, tetapi

penelitian ini masih mempunyai beberapa

kekurangan. Kekurangan dari penelitian ini

yang pertama, hanya digunakan satu

indikator untuk menentukan tingkat

obesitas seseorang, yaitu dengan IMT.

Walaupun IMT telah menjadi rekomendasi

dalam pengukuran indikator overweight

dan obesitas, ada beberapa kekurangan dari

IMT, yaitu tidak dapat memberikan

informasi aktual tentang komposisi tubuh

(yaitu proporsi otot, tulang, lemak, dan

jaringan lainnya yang membentuk berat

badan tubuh total), dimana dalam hal

tekanan nadi yang paling berperan adalah

banyaknya lemak dalam tubuh, yaitu

melalui peningkatan kadar leptin, yang

terutama disekresi oleh jaringan adiposa.

Dan kekurangan yang kedua adalah tidak

dimasukkannya riwayat hipertensi di

kriteria inklusi. Hal ini disebabkan

kurangnya sampel mahasiswa overweight

dan obesitas yang memiliki tekanan darah

normal. Hipertensi sistolik terisolasi adalah

tekanan darah sistolik yang selalu lebih

tinggi dari 140 mmHg, tetapi biasanya

tekanan diastolik masih di bawah 90

mmHg. Gangguan ini secara khusus

ditandai dengan meningkat atau meluasnya

tekanan nadi. Dengan adanya riwayat

hipertensi maka meningkatnya tekanan

nadi menjadi bias, tidak murni dari tingkat

obesitas.

PENUTUP

Simpulan penelitian ini adalah

Sebanyak 66,8% mahasiswa di FK Unlam

memiliki IMT normal dan 19,2% memiliki

IMT overweight dan obesitas; rerata

tekanan nadi mahasiswa yang memiliki

IMT normal adalah 33 mmHg, dan yang

memiliki IMT overweight dan obesitas di

FK Unlam adalah 42 mmHg; serta terdapat

perbedaan tekanan nadi berdasarkan IMT

pada mahasiswa FK Unlam (p = 0,000).

Saran untuk penelitian yang akan

datang untuk dapat mempertimbangkan

indikator obesitas yang lain untuk

diikutsertakan sebagai variabel. Selain itu,

peneliti menyarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk dapat

mempertimbangkan indikator overweight

dan obesitas yang lain seperti Waist-Hip

Ratio, Waist circumfence, Fat Mass Index,

dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya

indikator lain, hasil penelitian akan

semakin akurat. Dan juga bagi masyarakat

agar mulai perduli dengan IMT ideal,

karena melihat terjadinya peningkatan

tekanan nadi pada IMT overweight dan

obesitas. Dan mulai melakukan hidup sehat

dengan diet sehat dan melakukan olah raga

dengan benar secara teratur 3 – 4 kali

seminggu selama minimal 30 menit

dengan sifat kontinyu, ritmik, progresif,

dan mempunyai kekuatan tertentu sesuai

tujuan olah raga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Profil kesehatan

Indonesia 2008. Jakarta: Depkes

RI, 2008.

2. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar Indonesia

(Riskesdas). Jakarta: Depkes, 2010.

3. WHO. Obesity: Preventing and

managing the global epidemic.

Geneva: World Health

Organization, 2000.

4. Kosasih A, Lilyasari O, Richard I,

et al. Correlation between arterial

stiffness and plasma endothelin-1

Page 6: jurnal kedokteran

Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013

6

concentration in man with obesity.

J Kardiol Ind 2007; 28:237-245.

5. Urbina EM, Srinivasan SR,

Kieltyka RL, et al. Correlates of

carotid artery stiffness in young

adults: The Bogalusa Heart Study.

Atherosclerosis 2004; 176: 157-64.

6. Dewi M. Resistensi insulin terkait

obesitas: mekanisme endokrin dan

intrinsik sel. Jurnal Gizi dan Pangan,

2007; 2(2): 49 -54. 7. Kwagyan J, Tabe CE, Xu S, et al.

The impact of body mass index on

pulse pressure in obesity. J

Hypertens. 2005; 619-24.

8. Wasim AS, Minal P, Singh SK.

Effect of gender in the association

of adiposity with pulse pressure

amongst gujarati indian

adolescents. Indian Journal of

Community Medicine 2010; 35(3):

406–408.

9. Mitchell GF, Moyé LA, Braunwald

E, et al. Sphygmomanometrically

determined pulse pressure is a

powerful independent predictor of

recurrent events after myocardial

infarction in patients with impaired

left ventricular function

Circulation. SAVE investigators.

Survival and Ventricular

Enlargement 1997; 96(12):4254-

60.

10. Schutte R, Huisman HW, Schutte

AE, et al. Leptin is independently

associated with systolic blood

pressure, pulse pressure and arterial

compliance in hypertensive African

women with increased adiposity:

the POWIRS study. Journal of

Human Hypertension 2005; 19,

535–541.

11. Lilyasari O. Hipertensi dengan

obesitas: adakah peran endotelin-

1?. Jurnal Kardiologi Indonesia

2007; 28:460 475.

12. Jonathan DT, Robert VC. Effects

of leptin on cardiovascular

physiology. Journal American

Society Hypertension 2007; 1(4):

231–241.