Download - jurnal kedokteran
Niarsari AP. Dkk. Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan…
1
PERBANDINGAN TEKANAN NADI BERDASARKAN INDEKS MASSA
TUBUH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Niarsari Anugrahing Putri 1, Asnawati
2, Alfi Yasmina
3
1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin 2 Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
3 Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
ABSTRACT: Obesity is a global problem occurring worldwide, both in developed and
developing countries, including Indonesia. Obesity and overweight may affect the pulse pressure
through the increased level of leptin, which mainly secreted by adipose tissue. The research was aimed
to determine the difference in pulse pressure based on body mass index (BMI) in students of Faculty
of Medicine, Lambung Mangkurat University (FM LMU). This research applied analytic
observational method with cross sectional approach, with 60 male students of FM LMU as subjects.
Data were obtained based on the measurement of pulse pressure and BMI. Result showed that as many
as 66.8% of the students of FM LMU had normal BMI and 19.2% had BMI of overweight and obesity.
The average pulse pressure of students with normal BMI was 33 mmHg and students with overweight
and obesity was 42 mmHg. Data analysis using the Mann-Whitney test with confidence level of 95%
gave the value of p = 0.000. It was concluded that there was a significant difference in pulse pressure
based on BMI in students of FM LMU.
Keywords: pulse pressure, body mass index
ABSTRAK: Obesitas merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia, baik di
negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Obesitas dan overweight dapat
mempengaruhi tekanan nadi melalui peningkatan kadar leptin yang terutama disekresi oleh jaringan
adiposa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan nadi berdasarkan
indeks massa tubuh (IMT) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
(FK Unlam). Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional
dengan subyek penelitian mahasiswa FK Unlam sebanyak 60 orang. Data diperoleh berdasarkan
pengukuran tekanan nadi dan IMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 66,8% mahasiswa
di FK Unlam memiliki IMT normal dan 19,2% memiliki IMT overweight dan obesitas. Rerata
tekanan nadi pada mahasiswa dengan IMT normal adalah sebesar 33 mmHg dan pada mahasiswa
dengan IMT overweight dan obesitas sebesar 42 mmHg. Analisis data menggunakan uji Mann-
Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% memberikan nilai p = 0,000. Dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan tekanan nadi yang bermakna berdasarkan IMT pada mahasiswa FK Unlam.
Kata kunci : tekanan nadi, indeks massa tubuh
Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013
2
PENDAHULUAN
Obesitas merupakan masalah
global yang melanda masyarakat dunia,
baik di negara maju maupun negara
berkembang, termasuk Indonesia.
Perubahan gaya hidup, termasuk
kecenderungan mengkonsumsi makanan
yang mengandung lemak tinggi,
merupakan faktor yang mendukung
terjadinya kelebihan berat badan
(overweight) dan obesitas. Saat ini, 1,6
miliar orang dewasa di seluruh dunia
mengalami overweight, dan sekurang-
kurangnya 400 juta diantaranya mengalami
obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
status gizi pada kelompok dewasa di atas
18 tahun didominasi dengan masalah
obesitas. Secara nasional, masalah gizi
pada penduduk dewasa di atas 18 tahun
adalah: 12,6 persen kurus dan 21,7 persen
gabungan kategori berat badan lebih dan
obesitas (1,2).
World Health Organization (WHO)
telah merekomendasikan sebuah metode
pengukuran untuk mengklasifikasikan
obesitas, yaitu dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) yang dihitung dengan cara
membagi berat badan (kg) dengan kuadrat
dari tinggi badan (meter). IMT lebih dari
25 dapat diklasifikasikan sebagai
overweight sampai obesitas (3).
Obesitas merupakan faktor risiko
berbagai penyakit kardiovaskular.
Beberapa mekanisme, baik molekular
maupun hemodinamik, dianggap
bertanggung jawab mendasari efek buruk
obesitas terhadap sistem kardiovaskular.
Diantaranya yang saat ini menjadi
perhatian adalah bahwa obesitas
mempercepat terjadinya kekakuan dinding
arteri (4).
Kondisi obesitas dan overweight
dapat mengakibatkan peningkatan kadar
leptin yang terutama disekresi oleh
jaringan adiposa. Penderita obesitas
memiliki kadar plasma leptin yang tinggi
dalam darah yang disebabkan oleh
penumpukan sel adiposit penghasil leptin.
Jaringan adiposit bertindak sebagai sumber
mediator proinflamasi seperti TNF-α, IL-6,
leptin, resistin/adipose tissue-specific
secretory factor (ADSF), dan C-reactive
protein (CRP), yang dapat menginduksi
terjadinya disfungsi endotel, resistensi
insulin, dan akhirnya aterosklerosis.
Urbina et al. telah mengamati adanya
hubungan positif antara sklerosis arteri
karotis dengan denyut jantung dan tekanan
nadi. Dengan demikian, kondisi obesitas
dan overweight dapat mempengaruhi
tekanan nadi (5,6).
Penelitian tentang perbedaan tekanan
nadi berdasarkan tingkatan IMT yang
berbeda belum pernah dilakukan, oleh
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
hal tersebut. Penelitian dilakukan pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat (FK
Unlam) untuk mewakili populasi orang
dewasa muda yang cukup banyak terpapar
faktor risiko untuk terjadinya overweight
dan obesitas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
jenis observasional dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat pada bulan Februari sampai
Juli 2012. Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
FK Unlam dari semester II sampai VI yang
berjumlah 300 orang. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive
sampling. Semua subyek yang memenuhi
kriteria inklusi digunakan sebagai sampel.
Didapatkan subyek penelitian sejumlah 60
orang mahasiswa yang dibagi dalam 2
kelompok berdasarkan IMT. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah yang
berjenis kelamin laki-laki, tampak dalam
keadaan sehat, memiliki Indeks Massa
Tubuh (IMT) ≥18,5, dalam keadaan
tenang, tidak mengkonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung kafein sejak 1
hari sebelum penelitian, tidak memiliki
riwayat atau sedang menderita penyakit
ginjal, diabetes melitus, dan tiroid, dan
bersedia mengikuti prosedur penelitian.
Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah lembar informed consent,
Niarsari AP. Dkk. Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan…
3
sfigmomanometer raksa, stetoskop, alat
penimbang berat badan (dengan satuan
kilogram dan kapasitas 100 kg, ketelitian
0,01 kg), alat pengukur tinggi badan
(dengan satuan centimeter dan kapasitas 2
meter, ketelitian 0,1 cm), dan kalkulator.
Penelitian ini meliputi beberapa
tahap, yaitu meliputi tahap persiapan,
tahap pengukuran berat badan dan tinggi
badan, tahap penghitungan IMT, dan tahap
oengukuran tekanan nadi. Pertama-tama
peneliti membuat surat izin penelitian di
bagian UPKTI FK Unlam. Kemudian
survey awal tentang IMT dilakukan pada
mahasiswa FK Unlam. Subyek dipilih
sesuai dengan kriteria inklusi. Kepada
subyek dijelaskan tentang prosedur dan
manfaat penelitian, kemudian apabila
subyek setuju, subyek diminta
menandatangani informed consent.
Penelitian dilanjutkan dengan tahap
pengukuran berat badan. Subyek diminta
melepas sepatu dan barang lain selain
pakaian. Kemudian subyek diminta naik ke
alat timbang badan dengan posisi kaki
tepat di tengah alat timbang, tetapi tidak
menutupi jendela baca. Subyek harus
tenang, tidak bergerak-gerak, dan kepala
tidak menunduk (memandang lurus
kedepan). Kemudian ditunggu sampai
panah di jendela baca berhenti sempurna.
Angka yang ditunjukkan oleh panah
penunjuk dicatat.
Tahap selanjutnya adalah
pengukuran tinggi badan. Subyek diminta
melepaskan alas kaki (sandal/sepatu) dan
topi (penutup kepala). Pemeriksa
memastikan alat geser pada alat pengukur
tinggi badan berada di posisi atas. Subyek
diminta berdiri tegak, persis di bawah alat
geser. Posisi kepala dan bahu bagian
belakang, lengan, bokong, dan tumit
menempel pada dinding tempat alat
pengukur tinggi badan dipasang.
Pandangan subyek lurus ke depan, dan
tangan dalam posisi tergantung bebas. Alat
geser digerakkan sampai menyentuh
bagian atas kepala subyek sampai berada
tepat di tengah kepala subyek. Dalam
keadaan ini bagian belakang alat geser
harus tetap menempel pada dinding. Angka
tinggi badan dibaca pada jendela baca ke
arah angka yang lebih besar ((ke bawah).
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka
(skala) pada garis merah, sejajar dengan
mata. Pencatatan dilakukan dengan
ketelitian sampai satu angka di belakang
koma (0,1 cm).
Tahap penghitungan IMT
dilakukan dengan menghitung IMT dengan
rumus: BB kg
TB m 2
Setelah tahap perhitungan IMT,
dilanjutkan dengan tahap pengukuran
tekanan nadi. Subyek diminta berbaring
terlentang dengan manset terpasang di
lengan kanan atas. Posisi lengan kanan di
samping tubuh. Mencari letak arteri
brachialis dextra secara palpasi pada fossa
cubiti, kemudian diafragma stetoskop
diletakkan di atas arteri brachialis dextra
tersebut. Sekrup pada pompa udara diputar
searah jarum jam sampai maksimal untuk
mencegah udara keluar dari manset, lalu
udara dipompa ke dalam manset. Akan
terdengar suara bising arteri brachialis
dextra melalui stetoskop. Ketika suara
bising tersebut hilang (tak terdengar),
pompa diteruskan sampai tinggi air raksa
dalam manometer sekitar 20 mmHg lebih
tinggi daripada titik di mana suara bising
arteri brachialis dextra tadi mulai
menghilang. Udara dari manset
dikeluarkan secara perlahan dan
berkesinambungan, maka akan terdengar
bunyi Korotkoff I-V. Tekanan udara
dimana terdengar bunyi Korotkoff I
menunjukkan besarnya tekanan sistolik
secara auskultasi, sedangkan tekanan
dimana terdengar bunyi Korotkoff IV atau
V menunjukkan besarnya tekanan diastolik
secara auskultasi. Pengulangan pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval
3 menit. Kemudian, tekanan sistolik dan
diastolik dicatat. Tekanan nadi dihitung
dengan mengurangi tekanan sistolik
dengan tekanan diastolik.
Data penelitian dianalisis secara
statistik dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk untuk mengetahui distribusi data.
Karena data tidak terdistribusi normal
maka digunakan uji Mann-whitney untuk
Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013
4
mengetahui ada tidaknya perbedaan
tekanan nadi berdasarkan IMT dengan
derajat kepercayaan 95%. Pada hasil uji
Mann-whitney didapatkan perbedaan
bermakna tekanan nadi berdasarkan IMT
pada mahasiswa FK Unlam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian mengenai
perbedaan antara tekanan nadi berdasarkan
IMT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat bulan
Februari sampai Juli 2012. Penelitian ini
menggunakan dua kelompok uji
berdasarkan IMT, yaitu kelompok IMT
overweight dan obesitas, serta kelompok
IMT normal. Subyek penelitian ini diambil
dengan metode purposive sampling.
Seluruh subyek penelitian merupakan
mahasiswa FK-Unlam yang masuk dalam
kriteria inklusi.
Dari penelitian didapatkan rerata
IMT adalah 22,31 kg/m2 dengan IMT
tertinggi adalah 40,5 kg/m2 dan terendah
adalah 14,51 kg/m2. Subyek dengan IMT
normal adalah yang terbanyak, mencapai
66,8%. Distribusi IMT sampel berdasarkan
program studi dapat dilihat pada gambar 1:
Gambar 1. Distribusi Sampel Kelompok mahasiswa
IMT Overweight dan Obesitas dan Kelompok
Mahasiswa IMT Normal di FK-Unlam
Kedua kelompok tersebut dilakukan
pengukuran tekanan darah. Setelah
dilakukan pengukuran kemudian hasilnya
dicatat, dilakukan penghitungan tekanan
nadi, dan dimasukkan ke tabel data. Rerata
tekanan nadi pada mahasiswa dengan IMT
normal adalah sebesar 33 mmHg dan pada
mahasiswa dengan IMT overweight dan
obesitas sebesar 42 mmHg.
Nilai tekanan nadi pada IMT
overweight dan obesitas adalah 42 mmHg
lebih tinggi dibandingkan pada IMT
normal yang hanya 33 mmHg. Perbedaan
ini dianalisis dengan uji Mann-Whitney
dengan tingkat kepercayaan 95%, dan
didapatkan nilai p = 0,000. Karena nilai p
< 0,05, maka hipotesis penelitian diterima,
yaitu terdapat perbedaan tekanan nadi
berdasarkan IMT pada mahasiswa FK-
Unlam.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kwagyan et
al yang menyatakan bahwa terdapat
korelasi antara meningkatnya IMT dengan
tekanan nadi (p = 0,01). Penelitian ini
dilakukan pada sebanyak 219 keturunan
Afrika-Amerika dewasa dengan IMT
obesitas di Washington. Dalam konteks
obesitas, peningkatan IMT secara
independen terkait dengan penurunan
elastisitas arteri, seperti yang tercermin
dalam tekanan nadi (7).
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Wasim et al menyatakan bahwa terdapat
korelasi antara tinggi lemak yang
dinyatakan dalam IMT dengan tekanan
nadi (p < 0,01). Penelitian ini dilakukan
pada 428 remaja di India dengan sebaran
usia 16-19 tahun. Peningkatan tinggi lemak
terbukti berkolerasi dengan penurunan
distensibilitas pembuluh darah anak laki-
laki India Gujarati remaja, tetapi tidak
pada anak perempuan yang dikarenakan
adanya peran protektif dari hormon seks
estrogen wanita untuk melindungi
pembuluh darah dari aterosklerosis,
disfungsi endotel yang terjadi apabila ada
peningkatan adipositas (8). Hal ini
mendukung penelitian ini yang hanya
dilakukan pada laki-laki dari hasil
penelitian dimana didapatkan peningkatan
IMT yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan nadi.
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang didapat dari uji statistik
bahwa terdapat perbedaan tekanan nadi
antara kelompok IMT overweight dan
obesitas dan IMT normal. Hal ini
disebabkan pada seseorang yang
40%
80%
30%
10%10%
3,33%3,3% 3,33%
16,67%
13,33%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
IMT Overweight dan Obesitas IMT Normal
Ju
mla
h S
am
pel
(%)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
PSPD PSKG PSIK PSKM PSPsikologi
Overwei
ght
Niarsari AP. Dkk. Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan…
5
overweight ataupun obesitas terdapat
peningkatan kadar leptin yang diinduksi
oleh jaringan adiposa. Leptin secara
langsung akan menurunkan distensibilitas
arteri serta mengaktifkan sistem saraf
simpatik melalui jalur aktivasi α-MSH and
melanocortin-4 receptor (MC4R) di otak.
Hal ini akan menstimulasi aktivitas
simpatis ginjal yang mengarah ke retensi
natrium, peningkatan produksi angiotensin
II yang menyebabkan vasokonstriksi, serta
peningkatan tahanan perifer yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah
atau nadi (7,9,10,,11,12).
Walaupun hipotesis yang didapatkan
pada penelitian ini cukup bermakna, tetapi
penelitian ini masih mempunyai beberapa
kekurangan. Kekurangan dari penelitian ini
yang pertama, hanya digunakan satu
indikator untuk menentukan tingkat
obesitas seseorang, yaitu dengan IMT.
Walaupun IMT telah menjadi rekomendasi
dalam pengukuran indikator overweight
dan obesitas, ada beberapa kekurangan dari
IMT, yaitu tidak dapat memberikan
informasi aktual tentang komposisi tubuh
(yaitu proporsi otot, tulang, lemak, dan
jaringan lainnya yang membentuk berat
badan tubuh total), dimana dalam hal
tekanan nadi yang paling berperan adalah
banyaknya lemak dalam tubuh, yaitu
melalui peningkatan kadar leptin, yang
terutama disekresi oleh jaringan adiposa.
Dan kekurangan yang kedua adalah tidak
dimasukkannya riwayat hipertensi di
kriteria inklusi. Hal ini disebabkan
kurangnya sampel mahasiswa overweight
dan obesitas yang memiliki tekanan darah
normal. Hipertensi sistolik terisolasi adalah
tekanan darah sistolik yang selalu lebih
tinggi dari 140 mmHg, tetapi biasanya
tekanan diastolik masih di bawah 90
mmHg. Gangguan ini secara khusus
ditandai dengan meningkat atau meluasnya
tekanan nadi. Dengan adanya riwayat
hipertensi maka meningkatnya tekanan
nadi menjadi bias, tidak murni dari tingkat
obesitas.
PENUTUP
Simpulan penelitian ini adalah
Sebanyak 66,8% mahasiswa di FK Unlam
memiliki IMT normal dan 19,2% memiliki
IMT overweight dan obesitas; rerata
tekanan nadi mahasiswa yang memiliki
IMT normal adalah 33 mmHg, dan yang
memiliki IMT overweight dan obesitas di
FK Unlam adalah 42 mmHg; serta terdapat
perbedaan tekanan nadi berdasarkan IMT
pada mahasiswa FK Unlam (p = 0,000).
Saran untuk penelitian yang akan
datang untuk dapat mempertimbangkan
indikator obesitas yang lain untuk
diikutsertakan sebagai variabel. Selain itu,
peneliti menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk dapat
mempertimbangkan indikator overweight
dan obesitas yang lain seperti Waist-Hip
Ratio, Waist circumfence, Fat Mass Index,
dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya
indikator lain, hasil penelitian akan
semakin akurat. Dan juga bagi masyarakat
agar mulai perduli dengan IMT ideal,
karena melihat terjadinya peningkatan
tekanan nadi pada IMT overweight dan
obesitas. Dan mulai melakukan hidup sehat
dengan diet sehat dan melakukan olah raga
dengan benar secara teratur 3 – 4 kali
seminggu selama minimal 30 menit
dengan sifat kontinyu, ritmik, progresif,
dan mempunyai kekuatan tertentu sesuai
tujuan olah raga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Profil kesehatan
Indonesia 2008. Jakarta: Depkes
RI, 2008.
2. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia
(Riskesdas). Jakarta: Depkes, 2010.
3. WHO. Obesity: Preventing and
managing the global epidemic.
Geneva: World Health
Organization, 2000.
4. Kosasih A, Lilyasari O, Richard I,
et al. Correlation between arterial
stiffness and plasma endothelin-1
Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013
6
concentration in man with obesity.
J Kardiol Ind 2007; 28:237-245.
5. Urbina EM, Srinivasan SR,
Kieltyka RL, et al. Correlates of
carotid artery stiffness in young
adults: The Bogalusa Heart Study.
Atherosclerosis 2004; 176: 157-64.
6. Dewi M. Resistensi insulin terkait
obesitas: mekanisme endokrin dan
intrinsik sel. Jurnal Gizi dan Pangan,
2007; 2(2): 49 -54. 7. Kwagyan J, Tabe CE, Xu S, et al.
The impact of body mass index on
pulse pressure in obesity. J
Hypertens. 2005; 619-24.
8. Wasim AS, Minal P, Singh SK.
Effect of gender in the association
of adiposity with pulse pressure
amongst gujarati indian
adolescents. Indian Journal of
Community Medicine 2010; 35(3):
406–408.
9. Mitchell GF, Moyé LA, Braunwald
E, et al. Sphygmomanometrically
determined pulse pressure is a
powerful independent predictor of
recurrent events after myocardial
infarction in patients with impaired
left ventricular function
Circulation. SAVE investigators.
Survival and Ventricular
Enlargement 1997; 96(12):4254-
60.
10. Schutte R, Huisman HW, Schutte
AE, et al. Leptin is independently
associated with systolic blood
pressure, pulse pressure and arterial
compliance in hypertensive African
women with increased adiposity:
the POWIRS study. Journal of
Human Hypertension 2005; 19,
535–541.
11. Lilyasari O. Hipertensi dengan
obesitas: adakah peran endotelin-
1?. Jurnal Kardiologi Indonesia
2007; 28:460 475.
12. Jonathan DT, Robert VC. Effects
of leptin on cardiovascular
physiology. Journal American
Society Hypertension 2007; 1(4):
231–241.