jurnal ilmu kesehatan masyarakat (journal of public health

19
Al Tamimi Kesmas Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health Sciences) http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/kesmas Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018 p-ISSN: 2338-2147 e-ISSN: 2654-6485 Page | 70 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU TAHUN 2018 Amroni (1) , Dedi Afandi (2) , Ahmad Hanafi (3) (1) Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Jl. Mustafasari No. 05 Tangkerang Selatan, Pekanbaru, Riau Email : [email protected] (2) Fakultas Kedokteran, Universitas Riau Jl. Diponegoro No. 01, Pekanbaru, Riau Email : [email protected] (3) Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Jl. Mustafasari No. 05 Tangkerang Selatan, Pekanbaru, Riau Email : [email protected] ABSTRAK Pada tahun 2016 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pekanbaru merupakan kasus tertinggi dan Kabupaten Pelalawan kasus terendah. Peningkatan jumlah kasus beberapa tahun diketahui pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian (P2) DBD belum dilakukan secara optimal, pelaksanaan kegiatan tersebut perlu dievaluasi. Tujuan penelitian mengevaluasi input dan process pelaksanaan program P2 DBD. Penelitian dilakukan tanggal 16 Juli 16 Agustus 2018 di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Jenis penelitian kualitatif dan desain penelitian Rapid Assessment Prosedures dan informan berjumlah 7 orang. Hasil penelitian input diperoleh SDM belum mencukupi, 3 unit mesin fogging rusak dan 1 unit mobil tidak layak pakai. Sedangkan process diperoleh hambatan pelaksanaan PSN dan PE yaitu adanya masyarakat yang sulit ditemui, hambatan pelaksanaan larvasidasi, fogging dan pemantauan jentik berkala yaitu adanya masyarakat yang tidak bersedia, dan hambatan pelaksanaan penyuluhan yaitu sulit mengumpulkan warga. Dapat disimpulkan bahwa program P2 DBD belum dilaksanakan secara optimal oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Disarankan adanya penambahan tenaga dan pengadaan mobil baru, bagi petugas melakukan kegiatan program yang belum terlaksana, agar dilakukan kembali sehingga kegiatan terlaksana secara menyeluruh, serta melakukan evaluasi secara rutin atau melalui rapat koordinasi terhadap seluruh pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan program P2 DBD. Kata Kunci : Evaluasi Program P2 DBD Pekanbaru

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health Sciences)

http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/kesmas

Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018 p-ISSN: 2338-2147 e-ISSN: 2654-6485

Page | 70

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI DINAS KESEHATAN KOTA

PEKANBARU TAHUN 2018

Amroni

(1), Dedi Afandi

(2), Ahmad Hanafi

(3)

(1)

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, STIKes Hang Tuah Pekanbaru,

Jl. Mustafasari No. 05 Tangkerang Selatan, Pekanbaru, Riau

Email : [email protected] (2)

Fakultas Kedokteran, Universitas Riau

Jl. Diponegoro No. 01, Pekanbaru, Riau

Email : [email protected] (3)

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, STIKes Hang Tuah Pekanbaru,

Jl. Mustafasari No. 05 Tangkerang Selatan, Pekanbaru, Riau

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pada tahun 2016 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pekanbaru merupakan kasus tertinggi

dan Kabupaten Pelalawan kasus terendah. Peningkatan jumlah kasus beberapa tahun diketahui

pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian (P2) DBD belum dilakukan secara optimal,

pelaksanaan kegiatan tersebut perlu dievaluasi. Tujuan penelitian mengevaluasi input dan process

pelaksanaan program P2 DBD. Penelitian dilakukan tanggal 16 Juli – 16 Agustus 2018 di Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru. Jenis penelitian kualitatif dan desain penelitian Rapid Assessment

Prosedures dan informan berjumlah 7 orang. Hasil penelitian input diperoleh SDM belum

mencukupi, 3 unit mesin fogging rusak dan 1 unit mobil tidak layak pakai. Sedangkan process

diperoleh hambatan pelaksanaan PSN dan PE yaitu adanya masyarakat yang sulit ditemui,

hambatan pelaksanaan larvasidasi, fogging dan pemantauan jentik berkala yaitu adanya masyarakat

yang tidak bersedia, dan hambatan pelaksanaan penyuluhan yaitu sulit mengumpulkan warga.

Dapat disimpulkan bahwa program P2 DBD belum dilaksanakan secara optimal oleh Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru. Disarankan adanya penambahan tenaga dan pengadaan mobil baru,

bagi petugas melakukan kegiatan program yang belum terlaksana, agar dilakukan kembali sehingga

kegiatan terlaksana secara menyeluruh, serta melakukan evaluasi secara rutin atau melalui rapat

koordinasi terhadap seluruh pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan program P2 DBD.

Kata Kunci : Evaluasi Program P2 DBD Pekanbaru

Page 2: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 71

ABSTRACT

In 2016 cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Pekanbaru were the highest case and

Pelalawan District was the lowest case. An increase in the number of cases of several years of the

implementation of the DHF Prevention and Control program (P2) has not been carried out

optimally, the implementation of these activities needs to be evaluated. The research objective is to

evaluate the input and process of implementing DBD P2 program. The study was conducted on 16

July - 16 August 2018 at the Pekanbaru City Health Office.This type of qualitative research and

Rapid Assessment Prosedures research design and informants amounted to 7 people. The results of

the input research were not enough human resources, 3 units of fogging machines were damaged

and 1 car unit was not suitable for use. Whereas the process obtained obstacles to the

implementation of PSN and PE namely the existence of communities that are difficult to find,

obstacles to the implementation of larvicidation, fogging and periodic larva monitoring, namely the

existence of communities who are not willing, and obstacles in implementing counseling that is

difficult to collect citizens. It can be concluded that the DBD P2 program has not been implemented

optimally by the Pekanbaru City Health Office. It is recommended that there be additional staff and

procurement of new cars, for officers to carry out program activities that have not been carried out,

so that they are carried out again so that the activities are carried out thoroughly, and conduct

regular evaluations or through coordination meetings for all parties involved in the implementation

of DBD P2 program activities.

Keywords : Evaluation of Pekanbaru DHF P2 Program, 2018

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia salah satunya ialah penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) yang

semakin lama semakin meningkat jumlah

kasus serta penyebarannya semakin luas.

Data yang diperoleh Word Health

Organization (WHO) memperkirakan

populasi di dunia yang berisiko terhadap

penyakit DBD mencapai 2,5 miliar

terutama yang tinggal di daerah perkotaan

di negara tropis dan subtropik (Ayu Putri

Ariani, 2016).

Sejak awal tahun 2014, sampai

dengan pertengahan bulan Oktober

tercatat penderita DBD di 34 provinsi di

Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan

641 orang meninggal dunia. Angka

tersebut lebih rendah dibandingkan tahun

sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan

jumlah kasus sebanyak 112.511 orang dan

jumlah kasus meninggal sebanyak 871

penderita. Dari data terakhir kementerian

kesehatan RI mencatat jumlah kasus DBD

di Indonesia pada bulan Januari-Februari

2016 sebanyak 8.487 orang penderita

DBD dengan jumlah kematian 108 orang

(Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan data kasus DBD yang

ada di Kota Pekanbaru mulai dari tahun

2015 jumlah kasus 516 dan meninggal 5

orang, tahun 2016 jumlah kasus 873 dan

meninggal 10 orang, dan tahun 2017

jumlah kasus 569 dan meninggal 3 orang.

Pada tahun 2016 kasus DBD di Pekanbaru

merupakan kasus tertinggi dengan angka

kesakitan 873 kasus dan Kabupaten

Pelalawan merupakan kasus DBD

terendah dengan angka kesakitan 112

kasus (Dinkes Kota Pekanbaru, 2017).

Upaya pengendalian DBD di

Indonesia bertumpu pada tujuh kegiatan

pokok yang tertuang dalam keputusan

Menteri Kesehatan nomor

581/MENKES/SK/VII/1992 tentang

Page 3: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 72

Pemberantasan DBD. Prioritas utama

ditekankan pada upaya pencegahan

melalui pemberdayaan dan peran serta

masyarakat yaitu gerakan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN), penatalaksanaan

penderita DBD dengan meningkatkan

akses terhadap pelayanan kesehatan yang

bermutu, memperkuat surveilans

epidemiologi dan sistem kewaspadaan

dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB)

DBD, serta memperkuat kapasitas SDM

(Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan gambaran peningkatan

jumlah kasus beberapa tahun dianggap

pelaksanaan program pengendalian DBD

belum dilakukan secara optimal. Hal ini

dipengaruhi oleh manajemen pelaksanaan

programnya, terkait dengan penyediaan

dan pemanfaatan sumber daya dan jenis-

jenis kegiatan yang dilakukan.

Pelaksanaan kegiatan tersebut perlu

dievaluasi sejauh mana efektivitas dan

efisiensi dari kegiatan dan pemanfaatan

sumber daya dalam mencapai output yang

diharapkan sehingga dapat dihindari

terjadinya sesuatu upaya atau kegiatan

yang sia-sia.

Tujuan penelitian mengevaluasi

pelaksanaan program pencegahan dan

pengendalian kasus DBD di Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2018.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif,

dengan desain penelitian Rapid

Assessment Prosedures (RAP), yaitu

teknik pengumpulan data kualitatif untuk

tujuan praktis memperoleh informasi

kualitatif secara cepat dan mendalam

tentang pelaksanaan program pencegahan

dan pengendalian kasus DBD di Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2018.

Penelitian ini menggunakan model

evaluasi Summative Evaluation, yaitu

penilaian yang dilakukan pada saat

program telah selesai dilaksanakan,

peneliti hanya mengevaluasi input dan

process saja, sehingga mengetahui

kekurangan atau permasalahan dan

kelebihan dari pelaksanaan program

pencegahan dan pengendalian kasus DBD

di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

Tahun 2018.

Penelitian dilakukan terhadap

petugas pencegahan dan pengendalian

kasus DBD di Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru. Informan pendukung yaitu

Kepala Bidang Pencegahan Dan

Pengendalian Penyakit (P2P), Kepala

Seksi Pencegahan Dan Pengendalian

Penyakit Menular (P3PM), Koordinator

fogging Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

dan masyarakat/warga Kecamatan

Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Informan

utama yaitu PJ Promosi Kesehatan

(PROMKES) Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru, petugas surveilans/PJ DBD di

Puskesmas Senapelan dan Kader

Jumantik.

HASIL PENELITIAN

1. Evaluasi Masukan (Input

Evaluation)

a. Man (SDM)

Dari hasil wawancara

mendalam terhadap 3 (tiga) orang

informan pendukung, didapatkan

hasil sebagian besar informan

mengatakan jumlah petugas di

Dinas kesehatan ada 15 (lima belas)

orang petugas, dan di Puskesmas

ada 2 (dua) orang petugas, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Kepala seksi P3M doubble job

sekaligus juga sebagai PJ DBD

Dinas.Pelaksanaan fogging ada 12

(dua belas) orang …..” (IP 1).

Page 4: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 73

“…..Dari Dinas Kesehatan terdiri 1

(satu) orang pengelola program

DBD, 1 (satu) orang pengelola

program Promkes dan 12 (dua

belas) orang team fogging,

sedangkan dari team Puskesmas 1

(satu) orang petugas Surveilans,

kemudian dibantu Kader Jumantik

dalam PE…..” (IP 2).

“…..Ada 15 (lima belas) orang

yaitu kepala seksi P3M, pengelola

program DBD, pengelola program

Promkes dan dua belas orang team

fogging. Tetapi pengelola program

DBD tugasnya dirangkap oleh

kepala seksi, sedangkan dari

Puskesmas yaitu petugas

Surveilans, kemudian dibantu

Kader Jumantik dalam PE.…..” (IP

3).

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

pendukung didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan jumlah SDM dalam

pelaksanaan kegiatan P2 kasus

DBD belum mencukupi, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Sangat sangat lah kurang …..”

(IP 1).

“…..Belum mencukupi …..” (IP 2).

“…..Belum mencukupi…..” (IP 3).

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

pendukung didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan tugas kepala seksi

mampu merencanakan program,

menyiapkan bahan memproses

sehingga berbentuk suatu kegiatan

dan dapat melaporkan dan

menganalisa data, tugas PJ program

DBD yaitu mengentry data dari

setiap fasilitas pelayanan kesehatan

yaitu dari rumah sakit berupa S0.

Petugas Surveilans Puskesmas

melakukan PE terhadap kasus

laporan S0 DBD dari Rumah Sakit

kerumah penderita dengan radius

200 meter. Tugas petugas fogging

atau pengasapan apabila dari hasil

PE Puskesmas memenuhi kriteria

untuk di fogging. hal ini dibuktikan

dari hasil wawancara sebagai

berikut :

“……Tugas kepala seksi

mampu merencanakan program,

menyiapkan bahan memproses

sehingga berbentuk suatu kegiatan

dan dapat melaporkan dan

menganalisa data. tugas PJ

program DBD ialah harus

mengentry data dari setiap fasilitas

pelayanan kesehatan yaitu dari

rumah sakit berupa S0, kemudian

baru dianalisa oleh kepala seksi. PJ

DBD Puskesmas juga merangkap

sebagai PJ surveilans harus mampu

Penyelidikan Epidemiologi (PE)

apabila diduga ada kasus, harus

memeriksa jentik sekaligus bisa

memberi penyuluhan kepada

masyarakat baik secara perorang

maupun kelompok. Tugas petugas

fogging atau pengasapan apabila

dari hasil PE Puskesmas memenuhi

kriteria untuk di fogging…..” (IP

1).

“…..Pengelola program DBD

tugasnya mencatat pelaporan kasus

yang diterima dari laporan Rumah

Sakit (laporan S0 DBD), untuk

pengSPJan kegiatan fogging fokus

dilakukan pengelola program DBD,

team fogging untuk melaksanakan

fogging. PJ Promkes memberikan

penyuluhan. Petugas Surveilans

Puskesmas melakukan PE terhadap

kasus laporan S0 DBD dari Rumah

Page 5: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 74

Sakit kerumah penderita dengan

radius 200 meter.…..”(IP 2).

“…..Tugas kepala seksi mampu

merencanakan program,

menyiapkan bahan memproses

sehingga berbentuk suatu kegiatan

dan dapat melaporkan dan

menganalisa data, tugas PJ

program DBD yaitu mengentry

data dari setiap fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu dari rumah sakit

berupa S0. Petugas Surveilans

Puskesmas melakukan PE terhadap

kasus laporan S0 DBD dari Rumah

Sakit kerumah penderita dengan

radius 200 meter. Tugas petugas

fogging atau pengasapan apabila

dari hasil PE Puskesmas memenuhi

kriteria untuk di fogging.…..” (IP

3).

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

pendukung didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan pendidikan petugas

telah sesuai, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“…..Petugas minimal S1 Kesehatan

Masyarakat. Kepala seksi seorang

Sarjana Kesehatan Masyarakat.

program DBD PJ di Puskesmas

sekalian surveilans seorang

sanitarian karena berkaitan dengan

lingkungan, petugas fogging tidak

ada spesifikasi khusus, minimal

tamat SMA. …..” (IP 1).

“…..Petugas PE rata-rata dari

sanitarian dari tamatan kesehatan

lingkungan, PJ Promkes sudah

sesuai dengan pendidikannya,

pengelola program DBD seorang

Sarjana Kesehatan Masyarakat)

…..”(IP 2).

“…..Latar belakang pendidikan

petugas sudah sesuai…..” (IP 3)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

pendukung didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan petugas sudah pernah

diberikan pelatihan tentang

mengolah pelaporan, cara tata

laksana DBD, tahun 2017, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Sudah dilakukan, pelatihan

diberi tahun 2015, 2017,

Peningkatan kompetensi

bagaimana mengolah pelaporan,

cara tata laksana DBD.…..” (IP 1).

“…..Petugas di Puskesmas sudah

pernah diberi pelatihan tatalaksana

mengenai kasus DBD. Pelatihan

diberikan tahun lalu.…..”(IP 2).

“…..Pelatihan sudah pernah

diberikan, yaitu tentang bagaimana

mengolah pelaporan, cara tata

laksana DBD, pelatihan diberikan

terakhir tahun 2017…..” (IP 3)

b. Machines (Mesin)

Dari hasil wawancara terhadap 3 (tiga)

orang informan pendukung didapatkan

hasil bahwa, sebagian besar informan

mengatakan komputer dalam

pelaksanaan P2 kasus DBD berjumlah

komputer ada dua, laptop ada dua, hal

ini dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..1 (satu) komputer 1 (satu) orang

yang memang disediakan kantor ……”

(IP 1).

“…..Komputer ada 2 (dua) laptop, ada

2 (dua) komputer…..” (IP 2).

“…..Ada 4 (empat) unit, 2 (dua)

komputer dan 2 (dua) laptop …..” (IP

3).

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

Page 6: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 75

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan komputer

dalam pelaksanaan kegiatan P2 kasus

DBD sudah mencukupi, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Tidak mencukupi…..” (IP 1)

“…..Sudah memadai…..” (IP 2).

“….Sudah mencukupi…..” (IP 3).

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan komputer

dalam pelaksanaan kegiatan P2 kasus

DBD komputer tidak ada yang rusak,

hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“…..Dua atau satu mungkin, tapi

ada…..” (IP 1)

“…..Yang rusak tidak ada…..” (IP 2)

“…..Yang rusak tidak ada pak…..” (IP

3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan jika ada

komputer yang rusak akan melakukan

perbaikan dan juga memiliki anggaran

dana untuk perbaikan, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Melakukan service..…” (IP 1)

“…..Ada anggaran, untuk perbaikan

komputer yang rusak…..”(IP 2). “…..Ya diservice…..” (IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan jumlah

mesin fogging yang tersedia di Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru berjumlah

12 (dua belas) unit, hal ini dibuktikan

dari hasil wawancara sebagai berikut :

“……Mesin fogging ada 12 (dua

belas) unit…..” (IP 1).

“…..Ada 12 unit…..”(IP 2)

“…..Ada 12 unit…..” (IP 3).

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan mesin

fogging dalam pelaksanaan kegiatan

fogging sudah mencukupi, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Sudah mencukupi …..” (IP 1)

“…..Sudah mecukupi …..”(IP 2)

“…..Sudah mencukupi …..”(IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan mesin

fogging yang rusak atau tidak bisa

dipergunakan berjumlah 3 (tiga) unit,

hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“…..Kondisi saat ini semua layak

pakai…..”(IP 1).

“…..Nggak salah 3 (tiga) unit nggak

bisa dipergunakan…..” (IP 2)

“…..Ada, 3 (tiga) unit yang rusak …..”

(IP 3).

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan jika mesin

fogging rusak atau tidak bisa

dipergunakan solusinya diperbaiki dan

memiliki dana untuk perbaikan, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Kita anggarkan untuk

pemiliharaan…..”(IP 1).

“…..Melakukan perbaikan sendiri dan

kita juga mempunyai anggaran untuk

perbaikan …..”(IP 2).

“…..Ya diperbaiki, kita mempunyai

anggaran untuk perbaikan mesin

fogging…..”(IP 3).

Page 7: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 76

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan jumlah

mobil dalam pelaksanaan kegiatan P2

kasus DBD di Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru ada 2 (dua) unit, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Ada 2 unit mobil…..”(IP 1).

“…..Ada 2 (dua) unit mobil…..” (IP

2).

“…..Ada 2 (dua) unit…..” (IP 3).

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan jumlah

mobil dalam pelaksanaan P2 kasus

DBD sudah mencukupi, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Sudah mencukupi…..” (IP 1).

“…..Sudah mencukupi…..” (IP 2)

“.....Sudah mencukupi…..” (IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan mobil

dalam pelaksanaan kegiatan P2 kasus

DBD ada 1 (satu) unit mobil

kategorinya tidak layak pakai, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Yang 1 (satu) kategorinya tidak

layak pakai …..” (IP 1).

“…..Yang 1 (satu) mobil tahun 90

wajib diganti …..” (IP 2). “

…..Ada 1 (satu) unit mobil tidak layak

pakai …..” (IP 3).

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan solusi

yang dilakukan jika ada mobil yang

rusak melakukan perbaikan dan

mempunyai anggaran untuk perbaikan,

hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“…..Ada anggaran di Dinas

Kesehatan, diservice …..” (IP 1).

“…..Ada anggaran perbaikan mobil

….” (IP 2)

“…Dilakukan perbaikan, anggaran

dana perbaikan juga tersedia....”( IP

3).

c. Money (Dana)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan dana

kegiatan pelaksanaan program P2

kasus DBD Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru bersumber dari APBD Kota

Pekanbaru, hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“….APBD Kota Pekanbaru…..”(IP 1)

“….APBD Kota Pekanbaru…..”(IP 2)

“….APBD Kota Pekanbaru…..”(IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan hanya satu

sumber dana dalam kegiatan

pelaksanaan program P2 kasus DBD

yaitu APBD Kota Pekanbaru, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Itu memang alokasi dana

khusus….”(IP 1)

“….Dana khusus tidak ada….(IP 2)

“….Dana khusus tidak ada….(IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan dana

kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan

P2 DBD sudah mencukupi, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

Page 8: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 77

“…..Sangat cukup, setiap tahun

dianggarkan….” (IP 1)

“…..Mencukupi…..”(IP 2)

“….Sudah mencukupi…..” (IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan jika dana

dalam pelaksanaan kegiatan P2 kasus

DBD tidak mencukupi diajukan

dianggaran APBD perubahan, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“....Bisa diajukan dianggran APBD

perubahan….”(IP 1)

“….Kita tetap melakukan P2 kasus

DBD…..”(IP 2)

“….Diajukan dianggaran APBD

perubahan….”(IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan

permohonan dana melalui bidang

program Dinas Kesehatan, DPR,

hingga diproses di BAPPEDA, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

”…. Melaui proses anggaran kita

bahas di Dinas Kesehatan, terus ke

BAPEDA, kemudian ke

Musrembang….(IP 1)

“….Melalui bidang program Dinas

Kesehatan, trus hearing ke komisi III

DPR kemudain hearing ke

BAPEDA….”(IP 2)

“….Melalui bidang program trus ke

DPR, lalu ke BAPEDA”(IP 3)

d. Methode (Metode/Prosedur)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan Pedoman

Pelaksanaan (JUKLAK) dan Pedoman

Teknis (JUKNIS) dalam pelaksanaan

kegiatan P2 kasus DBD ada dan sudah

mencukupi , hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“….Ada, tidak mencukupi….”(IP 1)

“….Ada, pedoman sudah cukup….(IP

2)

”….Ada, sudah mencukupi….”(IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan Pedoman

Pelaksanaan (JUKLAK) dan Pedoman

Teknis (JUKNIS) dalam pelaksanaan

kegiatan P2 kasus DBD dari

Kemenkes RI , hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“…..Kementerian Kesehatan…..” (IP

1)

“…..Dari Kemenkes RI…..” (IP 2)

“….Dari Kemenkes…..” (IP 3)

e. Material (Bahan Baku)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan

ketersediaan larvasida dalam program

P2 kasus DBD di Dinas Kesehatan

Kota Pekanbaru sudah mencukupi, hal

ini dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“....Sangat cukup sekali….”(IP 1)

“….Masih mencukupi….”(IP 2)

“….Mencukupi….”(IP 3)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan pendukung

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan

ketersediaan insektisida untuk proses

fogging dalam pelaksanaan program

P2 kasus DBD sudah mencukupi , hal

ini dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Ketersedian sangat cukup....(IP 1)

Page 9: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 78

“….Masih mencukupi….(IP 2)

“....Sudah mencukupi….(IP 3)

2. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

a. Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan petugas pelaksanaan

PSN yaitu RT dan RW, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Masyarkat itu sendiri….”(IU 1)

“….Terkait lurah, RT dan RW

….”(IU 2)

“….Kader Jumantik, perawat, pak

RT dan pak RW ….”(IU 3)

“….Biasanya pak RT ….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan PSN

dilakukan 1 (satu) bulan sekali, hal

ini dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Minimal 1 bulan…”(IU1)

“….Biasanya 1 bulan sekali PSN

…”(IU 2)

“….3 bulan sekali …”(IU 3)

“….1 bulan sekali….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan PSN

dilakukan disetiap kelurahan, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Seluruh kelurahan, RT

RW….”(IU1)

“….Setiap kelurahan ….”(IU 2)

“….Kerumah-rumah ….”(IU 3)

“….Disetiap kelurahan ….”(IP 4)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan utama

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan kegiatan

PSN dilakukan dalam jangka 1 (satu

bulan) sekali, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“….Terus menerus....(IU 1)

“….1 (satu) bulan sekali.....(IU 2)

“….1 (satu) bulan sekali….(IU 3)

“….1 (satu) bulan ….(IP 4)

Dari hasil wawancara terhadap 3

(tiga) orang informan utama

didapatkan hasil bahwa, sebagian

besar informan mengatakan hambatan

dalam kegiatan PSN yaitu adanya

masyarakat yang sulit ditemui, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Masyarakat yang bekerja, rumah

tertutup terkunci, tidak ketemu dengan

tuan rumah…..”(IU 1).

“…..Susah ngajak warganya …..”(IU

2).

“…..Masyarkat takut ada efek

sampingnya dan masyarakat yang

bekerja susah ditemui …..”(IU 3)

“…..Kadang ada tetangga yang lagi

kerja, kadang ada yang tidak mau

…..”(IP 4)

b. Larvasidasi Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan petugas pelaksanaan

kegiatan larvasidasi yaitu Kader

Jumantik, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“…..Kader Jumantik….”(IU1)

“…..Kader Jumantik….”(IU 2)

“…..Kader Jumantik….”(IU 3)

“…..Kader Dinas Kesehatan….”(IP

4)

Page 10: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 79

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan pelaksanaan kegiatan

larvasidasi dilaksanakan 3 (tiga)

bulan sekali, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“….Dilakukan secara terus

menerus….”(IU 1)

“….Sekali 3 (tiga) bulan ….”(IU 2)

“….Sekali 3 (tiga) bulan ….”(IU 3)

“….Sekali 3 (tiga) bulan ….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan pelaksanaan kegiatan

larvasidasi dilakukan disetiap

rumah warga, hal ini dibuktikan

dari hasil wawancara sebagai

berikut :

“…..Seluruh Kota Pekanbaru…..”

(IU 1).

“…..Dilakukan dienam kelurahan

juga…..” (IU 2).

“…..Disetiap rumah warga…..”(IU

3)

“…..Petugas datang

kerumah…..”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan pelaksanaan kegiatan

larvasida dilakukan 3 (tiga) bulan

sekali, hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“.....Setiap tahun….”(IU 1)

“…..Sekali 3 bulan…..”(IU 2)

“…..Setiap 3 bulan…..”(IU 3)

“…..Petugas itu datang pas ada

yang kena DBD, laporan RT baru

datang.....”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan larvasidasi

yaitu adanya masyarakat yang

menolak, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“…..Tingkat kesadaran masyarakat

kurang untuk mengambil ke

Puskesmas dan RT RW…..(IU 1)

“…..Kadang rumah yang mau

dikasih bubuk abate tidak

bersedia….”(IU 2)

“…..Stok abate di Puskesmas habis

dan masyarakat ada yang

menolak….(IU 3)

“…..Kadang ada tetangga yang

tidak mau dikasi, kadang ada

tetangga lagi tidak ada

dirumah…..”(IP 4)

c. Fogging (Pengasapan)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan yang terkait dalam

pelaksanaan kegiatan fogging yaitu

Dinas Kesehatan, hal ini dibuktikan

dari hasil wawancara sebagai

berikut :

“….Rumah sakit, Puskesmas dan

Dinas….”(IU 1)

“…..Dinas Kesehatan, dan juga

terkait RW, dan RT…..”(IU 2)

“…..Puskesmas kita lapor RT

RW…..”(IU 3)

“…..Dinas Kesehatan…..”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan fogging

Page 11: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 80

dilaksanakan jika ada warga yang

positif DBD, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“….Ada pasien DBD positif….(IU

1)

“…..Sudah ada kasus….”(IU 2)

“….Disaat warga ada terkena

DBD….”(IU 3)

“….Ada yang sakit DBD….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan fogging

dilaksanakan dilingkungan warga

yang positif DBD, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Pasien yang positif

DBD….”(IU 1)

“….Yang terkena kasus

DBD….”(IU 2)

“….Yang terkena kasus

DBD….”(IU 3)

“….Ditempat-tempat yang sakit

DBD….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan fogging yaitu

adanya masyarakat yang menolak

untuk dilakukan fogging, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Ada masyarakat yang tidak

mau membuka rumah, ada rumah

yang tidak ada penghuni atau lagi

bekerja….”(IU 1)

“….Belum siap untuk dilakukan

fogging pada saat mau dilakukan

fogging….”(IU 2)

“….Warga tidak mau fogging

dilakukan didalam rumah….”(IU 3)

“….Ada yang tidak mau pak, ada

yang bilang fogging itu racun, buat

sesak….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan solusi untuk hambatan

dalam pelaksanaan kegiatan fogging

yaitu menginformasikan kepada

warga sebelum pelaksanaan

fogging, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“…..Beritahukan dulu kepada RT

RW setempat….”(IU 1)

“….Menginformasikan kepada

warga….”(IU 2)

“….Terpaksa mengikuti warga

jadinya….”(IU 3)

“…..”(IP 4)

d. Penyelidikan Epidemiologi (PE)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan yang terkait dalam

pelaksanaan kegiatan PE yaitu

petugas PJB DBD Puskesmas, hal

ini dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Petugas Puskesmas PJ

penyakit menular….”(IU 1)

“….PJ DBD Puskesmas….”(IU 2)

“…..Dari Puskesmas….”(IU 3)

“…..Dari Puskesmas…..”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan PE

dilaksanakan jika ada kasus DBD,

hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“….Adanya penderita DBD….”(IU

1)

Page 12: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 81

“….Apabila ada kasus….”(IU 2)

“….Ada kasus DBD….”(IU 3)

“….Ada yang sakit DBD….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan PE

dilaksanakan dilingkungan

penderita DBD, hal ini dibuktikan

dari hasil wawancara sebagai

berikut :

“….Diseluruh Kota

Pekanbaru….”(IU 1)

“….Yang ada kasus DBD….”(IU 2)

“….Warga yang terkena DBD dan

lingkungan sekitarnya….”(IU 3)

“….Warga kena DBD….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan yang dilakukan dalam

kegiatan PE yaitu memeriksa

jentik-jentik di rumah penderita

DBD, hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“….Melihat daerah yang terkena

DBD apakah ada banyak jenti-

jentik nyamuk, kemudian melihat

nyamuk yang ciri khas Aedes

Aegypti….”(IU 1)

“….Memeriksa keadaan sanitasi

lingkungan rumah, pemeriksaan

jentik serta memberikan

penyuluhan kepada keluarga

tersebut….”(IU 2)

“…..Kerumah penderita DBD

memantau 20 rumah….”(IU 3)

“…..Ke bak mandi

diliatnya,lingkungan, di got-got liat

jentik…..”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan hambatan dalam

pelaksaanaan kegiatan PE yaitu

adanya masyarakat yang tidak

bersedia untuk dilakukan PE, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Masyarkat yang ingin kita

kunjungi kadang tidak ada

dirumah….”(IU 1)

“…..Orang china sangat sulit untuk

melakukan PE kerumahya.....(IU 2)

“…Tidak semua orang membuka

pintu rumahnya….”(IU 3)

“…..Ada tetangga yang tidak ada,

lagi bekerja pas petugas

datang…..(IP 4)

e. Penyuluhan/Promosi Kesehatan

(PROMKES)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan yang terkait dalam

pelaksanaan kegiatan

penyuluhan/promosi kesehatan

yaitu PJ Promkes dan PJ DBD, hal

ini dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“…..Seksi Promkes, Bidang

Pemberantasan Penyakit (P2), PJ

Promkes Puskesmas, PJ DBD

Puskesmas, kader-kader di

Posyandu dan kader

jumantik…..”(IU 1)

“….PJ DBD, PJ Promkes….”(IU 2)

“…..Petugas Puskesmas….”(IU 3)

“…..Puskesmas….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama, ketika ditanya kapan

kegiatan penyuluhan/Promkes

dilaksanakan, jawaban informan

beragam, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

Page 13: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 82

“….Kita lakukan terus

menerus….”(IU 1)

“….Biasanya sekali tiga

bulan….”(IU 2)

“….Jarang sih….”(IU 3)

“….Ada kena DBD….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan penyuluhan

dilaksanakan di Posyandu dan

tempat umum lainnya, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Di Kecamatan, di Kelurahan,

di Posyandu, tempat-tempat

pengajian serta tempat masyarakat

yang positif DBD….(IU 1)

“….Di Sekolah, di Posyandu, bisa

kegiatan arisan ibu-ibu Dasa

Wisma….”(IU 2)

“….Di Posyandu, ada di

Aula…..”(IU 3)

“….Di Posyandu….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan

penyuluhan/Promkes yaitu sulitnya

mengumpulkan warga, hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Masyarakatnya itu kadang kala

tidak bisa hadir, kadang kala tidak

mau tahu dengan kegiatan

penyuluhan….”(IU 1)

“…..Ngumpulkan warga, sudah

diundang sudah dikasi tau, pas

pelaksanaan sedikit yang

datang….”(IU 2)

“….Ngumpulin warga….”(IU 3)

“…..Warrga tidak banyak yang

hadir, kadang tidak mau ikut dan

ada yang sibuk bekerja….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama, ketika ditanya bagaimana

menghadapi hambatan dalam

pelaksanaan penyuluhan, jawaban

informan beraneka ragam hal ini

dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Melalui media cetak

diantaranya baleho, spanduk dan

leaflate. Kemudian Dinas dan

Puskesmas melakukan mobile

menggunakan ambulance kita

himbau masyarakat sepanjang

jalan untuk menyampaikan

penyuluhan DBD, kemudian kita

juga melakukan penyuluhan melalui

radio, kemudian televise….”(IU 1)

“….Bagi yang bertanya atau dikasi

pertanyaan menjawab diberi

hadiah….”(IU 2)

“….Sebelum pelaksanaan sudah

diinformasikan baik secara lisan

maupun surat….”(IU 3)

“….”(IP 4)

f. Surveilans Vektor DBD/

Pemantauan Jentik Berkala

(PJB)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan yang terkait dalam

pelaksanaan kegiatan PJB yaitu

Kader Jumantik, hal ini dibuktikan

dari hasil wawancara sebagai

berikut :

“.....Kader Jumantik….”(IU 1)

“….Kader Jumantik…..”(IU 2)

“.....Petugas Puskesmas dan Kader-

kader Jumantik…..”(IU 3)

Page 14: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 83

“…..Puskesmas serta Kader

Jumantik….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan PJB

dilaksanakan 3 (tiga) bulan sekali,

hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“…..Dilakukan setiap bulan oleh

Kader Jumantik…..” (IU 1)

“…..Sekali 3 bulan…..“ (IU 2)

“…..3 bulan sekali …..“ (IU 3)

“….Warga ada yang sakit

DBD…..”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan kegiatan PJB

dilaksanakan dirumah-rumah

warga, hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara sebagai berikut :

“…..Diseluruh Kota Pekanbaru

dilakukan oleh Kader Jumantik,

mungkin karena kemampuan Kader

Jumantik terbatas mungkin seluruh

rumah tidak terpantau….”(IU 2)

“…..Dienam kelurahan cuma kita

ada tempat-tempat yang tertentu,

yang rawan DBD….(IU 2)

“….Rumah kerumah….”(IU 3)

“….Petugas datang kerumah-

rumah….”(IP 4)

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan yang dilakukan dalam

pelaksanaan kegiatan PJB yaitu

melihat adanya jentik nyamuk,

melihat tempat penampungan air

dan lingkungan rumah warga, hal

ini dibuktikan dari hasil wawancara

sebagai berikut :

“….Melihat jentik-jentik nyamuk

ditempat penampungan air, baik

bak mandi….”(IU 1)

“….Pemeriksaan jentik,

penyuluhan serta untuk melihat

sanitasi lingkungan….”(IU 2)

“….Liat kondisi airnya, tempat

penampungan air dan juga

disekitar lingkungan, barang-

barang bekas tidak terpakai, kita

anjurkan untuk mengubur.....”(IU

3)

“….Melihat bak mandi kita, terus

dilingkungan rumah, genangan air

ada tidak jenti-jentik.....”(IP 4).

Dari hasil wawancara

terhadap 3 (tiga) orang informan

utama didapatkan hasil bahwa,

sebagian besar informan

mengatakan hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan PJB yaitu

adanya masyarakat yang tidak

bersedia untuk dikunjungi

kerumahnya, hal ini dibuktikan dari

hasil wawancara sebagai berikut :

“….Penghuni rumah tidak ada

dirumah, ada masyarakat

cenderung tidak membuka diri

untuk dilihat rumahnya, jumlah

Kader tidak sebanding dengan

jumlah rumah yang akan disurvei,

kemudian saat ini mungkin mereka

tidak mempunyai honor untuk jasa

mereka….”(IU 1)

“….Rumah orang-orang china sulit

untuk berkunjung atau masuk

kerumah mereka….”(IU 2)

“….Ada warga tidak bersedia kita

sering kerumahnya….”(IU 3)

“….Kadang warga tidak ada

dirumah, kadang ada tetangga lagi

bekerja….”(IP 4)

Page 15: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 84

PEMBAHASAN

a. Man (SDM)

Jumlah SDM dalam pelaksanaan

program P2 kasus DBD di Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru belum

mencukupi, hal ini diperjelas dengan

Kepala Seksi Bidang P3PM

merangkap sebagai PJ DBD. Latar

belakang pendidikan petugas telah

sesuai dan pelatihan sudah pernah

dilakukan pada tahun 2017.

Hal ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Frans

(2010) bahwa petugas mengerjakan

tugas rangkap, hal ini membuat

kegiatan tidak sesuai dengan

semestinya dan menyebabkan waktu

mereka menjadi terbagi sehingga

menyebabkan pelaksanaan semua

komponen dari sistem mejadi kurang

optimal.

b. Machines (Mesin)

Komputer dalam pelaksanaan

kegiatan P2 kasus DBD sudah

mencukupi, tidak ada kerusakan dan

jika ada kerusakan memiliki dana

anggaran untuk perbaikan. Untuk

ketersediaan mesin fogging ada 12

(dua belas) unit, jumlah tersebut sudah

mencukupi, tetapi mesin yang rusak

atau tidak bisa dipergunakan ada 3

(tiga) unit, jika ada kerusakan mesin

fogging di Dinas Kesehatan Kota

memiliki anggaran untuk perbaikan.

Selanjutnya, untuk mobil dalam

pelaksanaan kegiatan P2 kasus DBD

berjumlah 2 (dua) unit, jumlah tersebut

sudah mencukupi, namun 1 (satu) unit

mobil tidak layak pakai. Dan jika

mobil ada kerusakan, tersedia dana

anggaran untuk perbaikan.

Pengendalian vektor berdasarkan

Permenkes Nomor : 374/ Menkes/

Per/III/2010 tentang pengendalian

vektor, memuat pedoman

pengendalian vektor terpadu (PVT),

peralatan dan bahan surveilans vektor

serta peralatan dan bahan pengendalian

vektor, peralatan berupa mesin

fogging.

c. Money (Dana) Dana kegiatan dalam

pelaksanaan program P2 kasus DBD di

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

bersumber dari APBD Kota

Pekanbaru, dana sudah mencukupi.

Menurut KEMENKES RI

NOMOR

:581/MENKES/SK/VII/1992 biaya

yang diperlukan untuk pemberantasan

penyakit demam berdarah

dibebankan kepada masing-masing

instansi/lembaga terkait, baik

melalui APBN, APBD I, APBD II,

swadaya maupun sumber-sumber

lain yang sah dengan berlandaskan

Kemenkes ini sebaiknya setiap

kegiatan untuk pemberantasan

penyakit DBD ini memiliki anggaran

agar mampu meningkatkan motivasi

para petugas untuk menjalankan

program.

d. Methodes (Prosedur/Cara)

Pedoman atau Petunjuk

Pelaksanaan (JUKLAK) dan Petunjuk

Teknis (JUKNIS) dalam pelaksanaan

program P2 kasus DBD Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru ada,

bersumber dari Kementerian

Kesehatan RI, jumlah yang diberikan

sudah mencukupi.

SOP adalah suatu pernyataan

tertulis yang disusun secara sistematis

dan dapat dipakai sebagai pedoman

oleh para pelaksana dalam

pengambilan keputusan. SOP dapat

dipakai sebagai pedoman para

pelaksana dalam pengambila

keputusan (Rahayu, 2012).

Page 16: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 85

e. Material (Bahan Baku) Ketersediaan larvasida dan

ketersedian inteksida (racun serangga)

untuk proses fogging (pengasapan)

dalam pelaksanaan kegiatan P2 kasus

DBD di Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru sudah mencukupi.

Menurut Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit Dan

Penyehatan Lingkungan (Kemenkes

RI, 2015), pengendalian vektor secara

kimiawi yaitu insektisida dan

larvasida.

f. Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)

Petugas yang terkait dalam

pelaksanaan PSN yaitu RT dan RW,

kegiatan PSN dilakukan 1 (satu) bulan

sekali. Kegiatan PSN dilakukan

disetiap kelurahan dan kegiatan PSN

dilakukan dalam jangka 1 (satu) bulan

sekali. Hambatan yang dihadapi dalam

kegiatan PSN yaitu adanya masyrakat

yang sulit ditemui.

Dalam penelitian Riyanti

(2008) dalam kegiatan PSN

masyarakat belum aktif secara mandiri

ikut berperan serta dalam

melaksanakan kegiatan PSN dalam

kegiatan PSN jumantik sangat

berperan langsung dalam melakukan

pemeriksaan jentik ke rumah warga.

g. Larvasidasi Petugas yang terkait dalam

pelaksanaan larvasidasi yaitu Kader

Jumantik, kegiatan larvasidasi

dilakukan 3 (tiga) bulan sekali.

Kegiatan larvasidasi dilakukan

dirumah warga, kegiatan larvasidasi

dilakukan dalam jangka 3 (tiga) bulan

sekali. Hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan larvasidasi yaitu adanya

masyarakat yang menolak dalam

pemberian larvasida.

Menurut Petunjuk teknis

implementasi PSN 3M-Plus

(Kemenkes RI, 2016), larvasidasi

adalah pengendalian jentik nyamuk

dengan pemberian larvasida yang

bertujuan untuk membunuh larva.

Pemberian larvasida ini dapat menekan

kepadatan populasi untuk jangka

waktu 2 bulan.

h. Fogging (Pengasapan)

Petugas yang terkait dalam

pelaksanaan kegiatan fogging

(pengasapan) yaitu Dinas Kesehatan

Kota Pekanbaru, kegiatan fogging

dilaksanakan jika ada kasus DBD dan

kegiatan ini dilaksanakan didaerah

warga yang positif DBD. Hambatan

dalam pelaksanaan kegiatan fogging

(pengasapan) yaitu adanya masyarakat

yang menolak untuk dilakukan

fogging.

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rita (2016),

kegiatan fogging dilaksanakan apabila

hasil dari kegiatan PE ada penderita

positif DBD yang dilaporkan oleh

petugas Puskemas, pelaksanaan

fogging dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan. Ada pun hambatan dalam

pelaksanaan fogging yaitu ada

masyakat yang tidak siap untuk

dilakukan fogging dan kondisi

pemukiman yang terkadang sulit untuk

melakukan fogging.

i. Penyelidikan Epidemiologi (PE)

Petugas yang terkait dalam

pelaksanaan PE yaitu PJ DBD

Puskesmas. Kegiatan PE dilaksanakan

jika ada kasus DBD dan kegiatan ini

dilaksanakan dirumah warga yang

positif DBD. yang dilakukan dalam

pelaksanaan PE yaitu memeriksa

jentik-jentik. Hambatan dalam

pelaksanakan PE yaitu adanya

masyarakat yang sulit ditemui.

Page 17: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 86

Menurut modul pengendalian

DBD tahun 2011, penyelidikan

epidemiologi dilakukan untuk

mencari penderita atau tersangka DBD

lain di sekitar tempat tinggal penderita

(radius 100 meter). PE dilakukan

setelah ada laporan penderita DBD.

Apabila dalam PE ditemukan

penderita DBD lain (1 atau lebih) atau

ditemukan minimal 3 tersangka DBD

dan 5% dari rumah yang diperiksa

terdapat jentik nyamuk maka akan

dilakukan tindakan penanggulangan

fokus. Tujuan PE untuk membatasi

penularan DBD dan mencegah

terjadinya KLB.

j. Penyuluhan/Promosi Kesehatan

(PROMKES) Petugas yang terkait dalam

pelaksanaan penyuluhan/Promkes

yaitu PJ Promkes, PJ DBD. Ketika

informan ditanya kapan pelaksanaan

kegiatan penyuluhan/ Promkes

dilakukan jawaban informan beraneka

ragam : terus menerus, 3 (tiga) bulan,

dan jarang sih. Kegiatan penyuluhan

dilaksanakan di Posyandu dan tempat

umum lainnya. Hambatan dalam

pelaksanaan penyuluhan/Promkes

yaitu sulitnya ngumpulkan masyarakat.

Solusi yang dilakukan dalam

menghadapi hambatan jawaban

informan beraneka ragam : melalui

media, beri bingkisan, dan

menginformasikan sebelum

pelaksanaan.

Menurut Steva (2015) dalam

upaya pemberantasan DBD melalui

upaya PSN ialah memberikan

penyuluhan, kepada masyarakat yang

intensif. Pokok-pokok pesan

penyuluhan yang disampaikan

meliputi pengenalan tanda-tanda,

gejala-gejala DBD, dan cara

pencegahan penularannya dirumah

lingkungan masing-masing yang

disesuaikan dengan pendidikan yang

mereka miliki. Sarana yang digunakan

bisa melalui pengajian, pertemuan

warga, sedangkan penyuluhan massal

bisa dilakukan melalui media massa

seperti televisi, radio, majalah dan

surat kabar.

k. Surveilans vektor DBD/

Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Petugas yang terkait dalam

pelaksanaan kegiatan PJB yaitu Kader

Jumantik. Kegiatan PJB dilaksanakan

(tiga) bulan sekali, hal ini tidak sesuai

dengan petunjuk pelaksana dari

Kemenkes RI. Kegiatan PJB

dilaksanakan dirumah warga. Yang

dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan

PJB yaitu memeriksa jentik-jentik.

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan

PJB yaitu adanya masyarakat tidak

bersedia untuk dikunjungi

kerumahnya.

Pada penelitian Chadijah, dkk

(2011), membuktikan bahwa PJB yang

dilakukan seminggu sekali

meningkatkan ABJ sehingga resiko

penularan bisa dihindari. Berdasarkan

literatur peneliti menyimpulkan

bahwa PJB harus dilakukan secara

rutin untuk mendorong masyarakat

menjaga lingkungan supaya resiko

penularan DBD dapat dicegah.

SARAN

Disarankan kepada Dinas

Kesehatan agar mengusulkan

penambahan tenaga (SDM), mengusulkan

sarana/prasarana yaitu pengadaan mobil

baru, melakukan kegiatan program P2

DBD yang belum terlaksana, melakukan

evaluasi secara rutin atau melalui rapat

koordinasi terhadap seluruh pihak yang

terkait dalam pelaksanaan kegiatan

program P2 kasus DBD di Dinas

Page 18: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 87

Kesehatan Kota Pekanbaru agar

mengetahui segala hambatan atau

permasalah yang dihadapi. Bagi PJ DBD

Puskesmas Kota Pekanbaru dan Kader

Jumantik agar melakukan kegiatan

program P2 DBD yang belum terlaksana,

agar dilakukan kembali sehingga kegiatan

terlaksana secara menyeluruh dan dapat

berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan

Kota Pekanbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2014). Prosedur

Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Ayu Putri Ariani, (2016). Buku Demam

Berdarah Dengue. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Azwar., (1996). Menjaga Mutu

Pelayanan Kesehatan. Jakarta:

pustaka sinar harapan.

Chadijah, S, dkk. (2011). Peningkatan

Peran Serta Masyarakat Dalam

Pelaksanaan Pemberantasan

Sarang Nyamuk DBD (PSN-

DBD) di Dua Kelurahan di Kota

Palu Sulawesi Tengah. Media

Litbang Kesehatan Volume 21

Nomor 4.

Dinkes Kota Pekanbaru. (2017). Laporan

Tahunan Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru.

Dinkes Provinsi Riau, (2016). Laporan

Tahunan Dinas Kesehatan

Provinsi Riau.

Frans, YS, Antonius S, Dibyo, P, (2010),

Evaluasi dan Implementasi

Sistem Surveilans Demam

Berdarah Dengue (DBD) di

Kota Singkawang-Kalimantan

Barat tahun 2010, BALABA,

Vol. 8, No. 1, Tahun 2011, Hal.

5-10.

Gede Suarta, dkk, (2008). Evaluasi

Pelaksanaan fogging Dalam

Penanggulangan Demam

Berdarah Dengue Di Kota

Denpasar.

Hamalik Oemar., (2008). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Sinar

Grafika.

Herlambang, S., (2016). Manajemen

Pelayanan Kesehatan Rumah

Sakit. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Hidajat, D. (2004). Peran Serta

Masyarakat Dalam Upaya

Pencegahan Dan

Pemberantasan Penyakit

Demam Berdarah Dengue:

Kasus Di Jakarta.

Islamy, irfan (2003). Prinsip-Prinsip

Perumusan Kebijaksanaan

Negara. Jakarta: Bina Aksara.

Mubarokah, R, (2013). Upaya

Peningkatan Angka Bebas Jentik

(ABJ) DBD melalui

Penggerakan Jumantik. Unnes

Journal of Public Health

[Internet]. May [cited 2016

August 10];2(3):[about 9pp.].

Available from:

http://journal.unnes.ac.id/sju/i

ndex.php/ujph

Mulyono, (2009). Manajemen

Administrasi & Organisasi

Pendidikan, Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Irwanto, (2006). Focused Group

Discussion (FGD): Sebuah

Pengantar Praktis Edisi Pert.,

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Kemenkes RI, (2012). Petunjuk Teknis

Pemberantasan Sarang Nyamuk

Demam Berdarah Dengue (PSN

DBD) Oleh Juru Pemantau

Jentik (JUMANTIK). Jakarta:

Dirjen PP&PL;2012.

Page 19: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health

Al Tamimi Kesmas / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Page | 88

Kementerian Kesehatan RI, (2016).

Petunjuk Teknis Implementasi

PSN 3M-Plus Dengan Gerakan

1 rumah 1 jumantik. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI, (2015).

Pedoman Pengendalian Demam

Berdarah Dengue. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengendalian

Penyehatan Lingkungan.

Lapau, B., (2013). Metode Penelitian

Kesehatan: Metode Ilmiah

Penulisan Skripsi, Tesis, dan

Disertai Edisi Revi., Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Martha E, Kresno S. (2016). Metodologi

Penelitian Kualitatif Untuk

Bidang Kesehatan/Evi Martha,

Sudarti Kresno.

Natalia, A. (2012). Gambaran

Pelaksanaan Surveilans

Epidemiologi Penyakit Demam

Berdarah Dengue Ditinjau Dari

Aspek Petugas Di Tingkat

Puskesmas Kota Semarang

Tahun 2011. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, Vol. 1, No. 2,

Tahun 2012, Hal. 262 – 271.

Pratiwi, I Dewa Nyoman S, Roni

Yuliwar, (2008). Peran serta

masyarakat dalam upaya

penuruan kejadian DBD di

Kelurahan Sawojajar Kota

Malang.

Rahayu, T. (2012). Evaluasi Pelaksanaan

Program Pencegahan Dan

Penanggulangan Penyakit

Demam Berdarah Dengue Di

wilayah Kerja Puskesmas

Ketapang 2 (Studi Di Kecamatan

Mentawa Baru Ketapang

Kabupaten Kota Waringin Timur

Provinsi Kalimantan Tengah),

Jurnal Kesehatan Masyarakat,

Vol 1, No 2, Tahun 2012, Hal

479-492.

Rita, Z. (2016). Evaluasi Program

Penanggulangan Penyakit

Demam Berdarah Dengue

(DBD) Di Puskesmas Puuwatu

Kota Kendari Tahun 2016.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat, vol. 2.

No 6/MEI 2017, ISSN 250-

731X.

Riyanti, Ervina, (2008). Evaluasi

pelaksanaan Program P2DBD

Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Jakarta

Timur Tahun 2008.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian

Administrasi, Bandung:

Alfabeta.

Sumantri, A,. (2011). Metodologi

Penelitian Kesehatan, Jakarta:

Kencana Premada Media Group.

Steva, T. (2015). Analisis Pelaksanaan

Pengendalian Demam Berdarah

Dengue di Kabupaten Minahasa

Utara