jurnal filsafat

24
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Jurnal Judul Jurnal : Filsafat Pendidikan (Philosophy of Education) Pengarang : Peterson, Susan > SEFE426 > Thomas, Natalie Tahun Terbit : 2003 Penerbit : Slippery Rock University Web site : http://www.sru.edu/pages/7407.asp Jurnal yang dilaporkan pada dasarnya mendeskripsikan tentang Progresivisme sebagai bahan kajian berupa makalah pada mata kuliah Filsafat Ilmu. B. Alasan Memilih Buku Pendidikan adalah masalah penting, akan komprehensif kekayaan khasanah keilmuan pendidikan jika semua bagian dari pendidikan terintegrasi secara utuh pada diri pengembang pendidikan. Jurnal ini menurut penyusun sangat berarti, ditengah keinginan untuk mendalami pemahaman terhadap dunia pendidikan yang sangat luas, hakekatnya mempelajari filsafat ilmu dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Jurnal ini akan memberikan kontribusi yang utuh dalam proses pembelajaran pada perkuliahan yang dilalui oleh penyusun, dan lebih terintegrasi lagi dengan bimbingan dari Dosen

Upload: evi-soviawati

Post on 25-Jun-2015

2.777 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal filsafat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Jurnal

Judul Jurnal : Filsafat Pendidikan (Philosophy of Education)

Pengarang : Peterson, Susan > SEFE426 > Thomas, Natalie

Tahun Terbit : 2003

Penerbit : Slippery Rock University

Web site : http://www.sru.edu/pages/7407.asp

Jurnal yang dilaporkan pada dasarnya mendeskripsikan tentang Progresivisme

sebagai bahan kajian berupa makalah pada mata kuliah Filsafat Ilmu.

B. Alasan Memilih Buku

Pendidikan adalah masalah penting, akan komprehensif kekayaan khasanah

keilmuan pendidikan jika semua bagian dari pendidikan terintegrasi secara utuh pada diri

pengembang pendidikan.

Jurnal ini menurut penyusun sangat berarti, ditengah keinginan untuk mendalami

pemahaman terhadap dunia pendidikan yang sangat luas, hakekatnya mempelajari filsafat

ilmu dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Jurnal ini akan memberikan

kontribusi yang utuh dalam proses pembelajaran pada perkuliahan yang dilalui oleh

penyusun, dan lebih terintegrasi lagi dengan bimbingan dari Dosen Pembimbing pada mata

kuliah Filsafat Ilmu pada setiap perkuliahan.

Page 2: jurnal filsafat

BAB IIPROGRESIVISME

            Filsafat pendidikan paling erat kaitannya dengan progresivisme, yang merupakan

aliran pemikiran yang menganjurkan bahwa kebenaran ditentukan oleh fungsi.

Progresivisme adalah filsafat pendidikan berfokus pada siswa dengan memberikan

keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi

juga untuk berhasil dalam masyarakat kontemporer dan kompetitif. William James dan

John Dewey diakreditasi untuk mengembangkan khas filsafat pendidikan Amerika yang

progresivisme.

Seperti namanya, progresivisme adalah sebuah filosofi yang beradaptasi untuk

masyarakat negara saat ini. Ini adalah filsafat yang mempromosikan pendidikan bertujuan

untuk membantu siswa untuk mengembangkan jenis keterampilan pemecahan masalah

yang akan memungkinkan mereka untuk berfungsi dengan baik dalam masyarakat

kompetitif. Progresivisme berfokus pada mendidik siswa dengan cara yang membuat

mereka menjadi orang dewasa yang produktif fungsi cekatan dalam dunia yang senantiasa

berubah.

            Kurikulum progresivisme memiliki penekanan kuat pada pemecahan masalah dan

analisis, karena keahlian ini sangat berharga di masyarakat saat ini. Tanpa kemampuan

pemecahan masalah, seorang individu hilang dan sendirian di labirin membingungkan

masyarakat yang mencirikan dunia saat ini. Progresivisme kurikulum ini berpusat pada

kegiatan dan instruksi yang menantang siswa, memecahkan masalah dan kemampuan

analisis dalam upaya untuk memperkuat keterampilan ini. Sejak progresivisme

dipengaruhi oleh masyarakat kontemporer, hanya tepat bahwa kurikulum progresivisme

didasarkan pada penyediaan untuk siswa instruksi yang berkisar dari dunia nyata dasar

keterampilan untuk tingkat yang lebih tinggi dan analisis penyelidikan.

            Sejalan dengan filsafat progresivisme, peran guru adalah untuk memfasilitasi

pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa bahwa olahraga

pikiran mereka dengan cara yang praktis. Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan

siswa untuk dunia nyata dan itu adalah di dalam ruang kelas dimana guru harus

menciptakan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan membimbing siswa ke arah

memecahkan masalah ini. Guru-guru filsafat progresivisme mendorong pemikiran kreatif

serta berpikir analitis. Pertanyaan-pertanyaan mereka berpose untuk para siswa sering kali

pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mungkin atau mungkin tidak memiliki jawaban

Page 3: jurnal filsafat

diresepkan. Progresivisme ini berpusat pada masyarakat yang selalu berubah, dan masalah

hari ini terus menjadi lebih rumit dan kompleks, menuntut siswa menggunakan kreativitas

dan kecerdikan untuk menemukan solusi yang paling layak. Guru bertindak sebagai tempat

perlindungan hubungan antara masa kanak-kanak dan kerasnya dunia nyata, dan

merupakan tanggung jawab mereka untuk memperkenalkan realitas menjadi anggota

produktif masyarakat untuk siswa-siswa mereka dan harapan serta rintangan yang di depan

mereka menuju jalan sukses di dunia nyata.

Page 4: jurnal filsafat

BAB III

KOMENTAR

A. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Menurut Sadulloh (2007) Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara

progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber,

yang pada intinya memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.

Menurut Kneller (1971) Prinsip pendidikan menurut pandangan progressivisme,

yaitu:

1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik

adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan

rekonstruksi pengalaman.

2. Pengajaran harus secara langsung dihubungkan dengan berbagai kepentingan anak.

3. Belajar melalui pemecahan masalah “ harus didahulukan dari pada mengajar melalui

subject matter”.

4. Peran guru tidak langsung tetapi untuk memberikan petunjuk kepada anak.

5. Sekolah perlu mendorong kerjasama dibanding kompetisi.

6. Demokrasi menginginkan secara sungguh-sungguh, mendorong, dan saling

mempengaruhi gagasan-gagasan dan syarat pertumbuhan kepribadian yang benar.

Menurut Brameld Progressivisme adalah suatu filsafat transisi antara dua bentuk

wujud budaya yang besar. Progressivisme adalah dasar pemikiran yang utama suatu kultur

yakni: (1) pergeseran dengan cepat terhadap cara tinggal kultur Barat itu sudah mencapai

di masa lalu dan (2) pergeseran dengan cepat terhadap cara yang baru tinggal yang masih

untuk dicapai di masa yang akan datang. Progresivisme adalah suatu filsafat yang transisi,

berdiri antara pola budaya yang di dalam secara mengecil pola budaya dan usang bahwa

keheningan suatu masa penantian satu peluang untuk membuktikan (bahwa) keinginan dan

kegunaan mereka.

B. Ciri-ciri Utama Progresivisme

Menurut Ki Fudyatanta (2006:131), menjelaskan bahwa ciri-ciri utama yang

menonjol pada progresifisme adalah:

1. Pendidikan progresivisme bersifat liberal, dalam arti fleksibel, berani, toleran dan sifat

terbuka. Para ahli pendidikan progresivisme berjiwa eksploratif, mencari dan

menemukan, teori-teori selalu diperbaharui, mau menerima kritik-kritik dan member

kesempatan kepada lawannya untuk membuktikan kritiknya.

Page 5: jurnal filsafat

2. Progresivisme percaya kepada kemampuan manusia untuk menghadapi lingkungan

hidupnya yang serba kompleks dengan keceerdasan, keterampilan dan kekuatan sendiri.

Dalam arti liberal berarti menghormati martabat manusia, dan dalam arti demokrasi

progresivisme merupakan cara berfikir dan bertindak yang dapat menghargai fikiran

dan tindakan orang lain, memberi kesempatan untuk bersaing.

3. Progresivisme di pandang sebagai filsafat transisi antara dua konfigurasi kebudayaan

yang besar, yakni warisan kebudayaan Barat masa lalu dan kebudayaan Barat baru

masa yang akan datang.

4. Progresivisme mempunyai sifat negatif dan diagnostik, yakni bersikap menolak

terhadap otoritarionisme dan absolutism dalam semua bentuk dan manifestasinya, baik

yang kuno maupun yang modern. Penolakan kediktatoran itu dalam semua bidang

kehidupan yakni ekonomi, sosial, agama, moral maupun ilmu dan teknologi.

5. Progresivisme bersifat positif dan remedial, karena percaya atas kemampuan manusia

sebagai subyek yang memiliki potensi-potenasi alamiah, terutama kekuatan regenerasi

diri dan intelegensi yang mampu menghadapi dan mengatasi problem yang ada.

6. Progresivisme mengembangkan dan memanfaatkan ilmu dan teknologi seefektif

mungkin dan sejauh mungkin. Biologi memberi wawasan ilmiah bahwa manusia adalah

makhluk hidup yang harus berjuang untuk hidupnya, baik individual maupun sosial.

Antropologi memberi wawasan bahwa manusia telah memiliki sejarah yang panjang,

manusia dalam dan dengan kebudayaan yang telah menjadi maju karena penemuan-

penemuannya. Psikologi memberi pandangan bahwa manusia adalah makhluk berfikir,

berperasaan dan berwatak, yang mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya

serta semua pengalamannya. Fisika dan ilmu-ilmu lainnya yang sejenis member

wawasan dan kesadaran bahwa manusia dengan ilmu-ilmu tadi sanggup mengenal sifat-

sifat alam, menguasai dan mengatur sebagian dari padanya.

7. Progresivisme sangat memperhatikan kemajuan, lingkungan, dan pengalaman manusia.

Ide-ide tidak hanya diakui sebagai realita, tetapi lebih jauh dari itu, ialah dicari arti atau

maknanya bagi kemajuan manusia. Jadi teori atau ilmu pengetahuan arus dipraktekkan

ilmu adalah teori bertindak.

8. Progresivisme mempunyai nama-nama yang lain, yakni:

a. Disebut pragmatisme, karena berdasar pada sistem filsafat pragmatism.

b. Instrumentalisme, karena progresivisme berpendirian bahwa kecerdasan manusia

sebagai kekuatan haruslah dipandang sebagai alat atau instrument untuk menghadapi

Page 6: jurnal filsafat

tantangan hidup. Intelegensi bukan tujuan hidup, tetapi alat untuk hidup. Nilai suatu

tujuan, bukun tujuan akhir, tetapi dipakai untuk mencapai tujuan lainnya. Misalnya

kesehatan yang dipakai oleh pendidikan kesehatan, kemudian dipakai untuk

mencapai kesejahteraan hidup dan pada gilirannya kesejahteraan hidup dipakai

kejayaan kebudayaan masyarakat begitu seterusnya.

c. Disebut sebagai eksperimentalisme, sebab progresivisme menyadari dan

mempraktekkan bahwa eksperimen adalah alat untuk menguji suatu teori. Dengan

mengadakan eksperimen atau percobaan maka dapat diketahui suatu teori benar atau

salah. Eksperimen sebagai metode penelitian sangat penting untuk mengembangkan

teori dan ilmu pengetahuan. Dan dengan percobaan-percobaan maka dapat diperoleh

pengalaman yang nyata.

d. Progresivisme disebut juga dengan envirounmentalism (evirounmentalisme), karena

progresivisme mengajarkan bahwa lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan

kepribadian manusia. Lingkungan sekitar, environment dengan bermacam-macam

kondisi dan tantangannya dapat mendorong manusia untuk berjuang, berusaha, aktif

kreatif bertindak mencapai tujuan tertentu.

C. Wawasan Pendidikan Progresivisme.

Progresivisme sebagai ajaran pendidikan, ditopang oleh filsafat sosial dari John

Dewey, yang menghendaki implementasi sosia dalam pendidikan. Gerakan pendidikan

progresivisme disatu pihak sebagai protes, dan dilain pihak sebagai visi atau pandangan.

Pada awalnya pendidikan progresivisme sebagai protes terhadap pendidikan yang bersifat

otoriter, resimentasi fikiran, standarisasi metode pendidikan yang ditetapkan oleh psikologi

pendidikan (metode latihan dan disiplin formal). Semulanya, pendidikan progresivisme

melaksanakan pendidikan yang berpusat kepada anak dalam kehidupan rill. Mereka

menganjurkan prosedur pendidikan yang berdasarkan dorongan tumbuh kodrati dari

dalam, perkembangan pribadi secara merdeka, dan minat spontan anak.

Menurut Hendarson (1959), pendidikan progresivisme dilandasi oleh filsafat naturalisme

romantika dari Rousseau, dan pragmatisme dari John Dewey. Filsafat Jean Jacques

Rousseau yang melandasi pendidikan progresivisme adalah pandangan tentang hakikat

manusia, sedangkan dari Pragmatisme Dewey, adalah pandangan tentang minat dan

kebebasan dalam teori pengetahuan.

Page 7: jurnal filsafat

1 . Idealisme Pendidikan Progresivisme.

Progresivisme mempunyai idealism pendidikan, artinya cita-cita ideal mengenai

tujuan pendidikan. Tahun 1941 gerakan pendidikan progresivisme berusaha untuk

merumuskan filsafat pendidikannya. Progresivisme tidak hanya menolak pendidikan yang

hanya berdasarkan pertumbuhan kodrati dan interest anak, tetapi juga menolak pendidikan

yang hanya menurut rencana sosial saja. Dengan tetap berpijak pada ide demokrasi,

progresivisme menekankan perkembanga kecerdasan kooperatif untuk mencapai pribadi

yang integral. Pribadi yang integral tidak cukup hanya menyumbangkan pontensi dari

dalam, tetapi harus diinteraksikan dengan individu-individu lainnya. Oleh karena itu tujuan

progresivisme adalah mengembangkan pribadi yang integral melalui masyarakat

demokratis. Ada dua macam tipe ideal, tipe yang akan dicapai, yakni respek terhadap

kepribadian manusia dan partisipasi sosial yang kooperatif, dan keduanya mempunyai

hubungan timbal balik.

Semakin kita menghormati (respek) terhadap kepribadian manusia, maka semakin

kita maju mengorganisir lembaga-lembaga sosial untuk mengembangkan, dan semakin

banyak kita berpartisipasi sosial secara kooperatif dalam lembaga-lembaga sosial, maka

kita akan semakin mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadian individu.

Pendek kata, progresivisme mengajarkan filsafat pendidikan yang personalistik. Tugas

pendidikan adalah membantu individu untuk mengembangkan seluruh pribadi dalam

jangkauan potensi-potensinya. ldealisme pribadinya adalah perkembangan watak pribadi

yang meliputi fisik emosional, sosial dan intelektual yang tinggi, atau dengan istilah lain

adalah mendidik manusia seutuhnya.

Sikap progresivis yang menyatakan bahwa anak harus memahami pengalaman pendidikan

“di sini" dan "sekarang", mempunyai filosofi "pendidikan adalah hidup" dan "belajar

dengan melakukan". Para progresivis mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran bagi

setiap individu yang berbeda, baik dalam mental, fisik, emosi, spiritual, dan perbedaan

sosial.

2. Ajaran Progresivisme Tentang Proses Belajar-Mengajar. 2.1 Pandangan Progresivisme terhadap Anak

Anak adalah sebagai organisme yang memahami satu proses pengalaman. Anak

merupakan bagian dari lingkungan, hidup dalam dan dengan interaksi dengan segala apa

yang ada dilingkungannya. Anak sebagai makhluk alamiah, terhubung dengan benda-

benda alamiah lainnya, dan sekaligus sebagai suatu perkembangan sendiri. Masalah sentral

Page 8: jurnal filsafat

dalam pendidikan anak, adalah mengembangkan kecerdasannya agar dapat menjadi anak

yang lebih baik.

Ki Fudyatanta (2006 : 151), menjelaskan bahwa progresivisme memegang 6 (enam)

generalisasi sebagai prinsip, yakni:

1. Psikologi harus secara praktis membimbing pendidikan anak sejalan dengan ajaran

pragmatism. Pendidikan harus dapat memahami dinamika anak: mempunyai kodrat

anak, sensitif, responsif, aktif, dorongan ingin tahu besar.

2. Belajar pada dasarnya adalah pengalaman yang wajar. Belajar sama prosesnya dengan

pemecahan masalah yang mengganggu organism. Dengan pemecahan masalah itu maka

terbentuklah respon baru sehingga anak menjadi lebih maju. Belajar adalah fungsi

hidup, seperti halnya gizi makanan adalah fungsi hidup manusia.

3. Dalam kegiatan belajar, seluruh pribadi anak harus aktif, bukan hanya fikirannya saja.

Belajar menyangkut keseluruhan aspek kepribadian anak.

4. Lingkungan sekitar anak sama pentingnya dengan kodrat dirinya sendiri. Lingkungan

dan kodrat ini saling berpengaruh dalam proses perkembangan anak.

5. Fungsi belajar selalu berkembang menurut tingkatan dan kompleksitasnya, dan

tingkatan tertinggi adalah fungsi kecerdasan.

6. Progresivisme menolak konsep daya jiwa dan pembawaan (psikologi tradisional).

Lingkungan mempunyai peranan besar dalam membentuk pribadi anak.

2.2 Hidup adalah Belajar.

Bahwa kegiatan-kegiatan belajar anak tidak hanya semata-mata terjadi disekolah

atau di perguruan tinggi, tetapi belajar dapat berlangsung pada semua kesempatan dan

tempat. Secara mendasar dapat berlangsung disekolah, dirumah dan masyarakat. Justru

proses pendidikan, berarti proses belajar mengajar, harus dapat mengalahkan semua

pengaruh buruk dari manapun asalnya. Pendidikan harus memperkenalkan hal-hal yang

baik terhadap anak didik, yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

2.3 Belajar Koneksionisme

Teori belajar yang dianut oleh progersivisme bersumber pada teori belajar

koneksionisme, yakni teori hubungan Stimulus dan Respon ( S-R bond theory). Unsur-

unsur yang diperhatikan dalam teori belajar tersebuat adalah: "minat anak, usaha dan

aktivitas sendiri, tujuan yang jelas apa yang dipelajari, kecerdasan, pembiasan,

pertumbuhan, anak sebagai organism, dan lingkungan sekitar.

Page 9: jurnal filsafat

2.4 Kurikulum Pendidikan Progresivisme.

Mengenai kurikulum pendidika progresivisme dapat ditelaah pendapat beberapa

tokoh progresivisme. Menurut Rug, bahwa kurikulum yang tepat adalah mempunyai nilai

edukatif. Sedang John Dewey berpendapat, bahwa sekolah yang baik adalah sungguh-

sungguh memperhatikan semua jenis belajar, yang bahan-bahannya dapat membantu

perkembangan anak, pemuda maupun orang dewasa. Menurut William Heard Kilpatrick,

bahwa isi kurikulum harus dapat mendorong perkembangan pribadi, yang mencakup

perkembangan minat, berfikir maupun kemampuan praktis. Kurikulum demikian

disebutnya emerging curriculum yang dilaksanakan dengan metode proyek.

Berdasarkan ide-ide kurikulum yang demikian tersebut diatas, oleh Ki Fudyatanta

(2006), menyatakan bahwa pendidikan progresivisme menghendaki kurikulum dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Isi kurikulum, sistem pengajaran, metode mengajar tidak statis, tetapi harus dinamis

seperti dinamisnya pengalaman manusia. Hal ini berarti, bahwa kurikulum pendidikan

harus fleksibel, mudah berubah, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan

jamannya.

b. Kurikulum dapat berfungsi sebagai laboratorium, yang secara terus menerus dapat

dipakai untuk mengadakan eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh guru bersama

siswa.

c. Kurikulum yang mempunyai bentuk bervariasi dan kaya. Perencanaan kurikulum tetap

ada, tetapi perencanaan yang bersifat dinamis.

d. Dinamika berprinsip pada liberal road culture (menuju kepada kebudayaan liberal).

Selanjutnya Ki Fudyatanta pula menjelaskan bahwa sebagai pengalaman

progresivisme mengadakan eksperlmen-eksperimen kurikulum, maka disusun dan dibina

kembali lima tipe kurikulum, dan empat macam diantaranya masih kompromi dengan

kurikulum tradisional. Adapun tipe-tipe kurikulum yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Reorganisasi didalam suatu subyek khusus sebagai langkah pertama dalam mencari pola

dan rancangan kurikulum yang baru.

2. Korelasi antara dua atau lebih bahan pelajaran (subject matter) misalnya antara

matematika dan IPA, bahasa nasional dan IPS.

3. Pengelompokkan dan hubungan integratif dalam satu bidang pengetahuan, misalnya

pendidikan umum dengan IPA dan kesenian.

Page 10: jurnal filsafat

4. Kurikutum inti (core curriculum), yakni kurikulum yang mengutamakan pengalaman

dengan tekanan pada unit-unit tertentu.

5. Kurikulum berpusat pada pengalaman (experience-centered-curriculum), adalah

kurikulum yang berpusat pada pengalaman dengan tekanan pada unit-unit tertentu.

Satuan-satuan dalam pelaksanaan dari kurikulum berpusat pada pengalaman

berpedoman pada kebutuhan dan minat anak untuk mengembangkan pribadi secara

integral. Pola kurikulum nomor satu sampai nomor empat merupakan komromi dengan

pola kurikulum tradisional. Karena kurikulum berpusat pada pengalaman, maka masalah-

masalah yang ada dalam kurikulum berdasarkan kepada masalah-masalah nyata secara

wajar seperti yang ada didalam kehidupan sehari-hari. Cara pendekatan yang demikian itu

untuk mempersiapkan agar anak-anak siap mampu menghadapi kehidupan yang akan

datang dengan sudah berpartisipasi dengan kehidupan masyarakat itu sendiri.

Penanaman kurikulum yang berorientasi kepada pengalaman akan menimbulkan

problem lagi, yakni kurikulum harus berpusat pada anak atau kurikulum harus berpusat

pada masyarakat (community-contered school). Bagi progresivisme tidak akan

membedakan secara tajam antara child-centered atau community-centered school, hanya

berbeda aksentuasinya saja, sebab kedua hal tersebut memang amat penting dalam

pendidikan. Jadi kurikulum yang baik harus memperhatikan dan memperhitungkan

perkembangan yang luas dari potensi-potensi anak (prakarsa, peranan, fikiran, kreativitas,

ekspresi, sikap sosial dan sikap kritis). Pendek kata kurikulum harus ada isinya dengan

nilai-nilai pengembangan pribadi dan nilai-nilai sosial. Maka pendidik (guru) harus banyak

mengenal individualitas anak.

Pokok fikiran mengenai kurikulum yang berpusat atau berorientasi kepada masyarakat

berasal dari penafsiran eksperimen-eksperimen tahun 1930-an, yang memfokuskan

perhatian dan memakai masyarakat sebagai totalitas kancah orientasi pendidikan. Jadi

masyarakat yang mencakup lingkungan alamiah fisik dan kultural dipakai sebagai

laboratorium pendidikan, dan laboratorium hidup belajar. Hal ini merupakan realisasi dari

gerakan sosialisasi pendidikan yang dipolopori oleh John Dewey.

Prinsip progresivisme adalah bahwa pendidikan yang dibina dalam kehidupan sosial

yang wajar, maka kurikulum seluas mungkin harus bersumber pada kehidupan nyata

dimasyarakat. Dengan demikian sekolah tidak terpisah dari masyarakat, tetapi justru

merupakan bagian integral dalam masyarakat itu sendiri.

Page 11: jurnal filsafat

BAB IIIKESIMPULAN

Dari uraian pada Bab 1 dan 2 diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Filsafat progressivisme dalam wujud yang murni memperkenalkan bahwa pendidikan

selalu dalam proses pengembangan. Pendidikan harus siap untuk memodifikasi metode

dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan pengetahuan dan

perubahan yang baru di dalam lingkungan.

2. Pendidikan progresif harus memperkenalkan konsep “anak secara utuh” sebagai satu

jawaban atas apa yang mereka pertimbangkan; terhadap anggapan atau penafsiran

sebagian sifat anak. Jadi; dengan demikian sekolah menjadi pusat "perhatian anak", di

mana proses belajar ditentukan oleh setiap anak.

3. Pandangan Progresivisme terhadap anak, adalah sebagai organism yang memahami satu

proses pengalaman. Anak merupakan bagian dari lingkungan, hidup dalam dan dengan

interaksi dengan segala apa yang ada dilingkungannya. Anak sebagai mahluk alamiah,

terhubung dengan benda-benda alamiah lainnya, dan sekaligus sebagai suatu

perkembangan sendiri. Masalah sentral dalam pendidikan anak, adalah

mengembangkan kecerdasannya agar dapat menjadi anak yang lebih baik.

4. Dengan tetap berpijak pada ide demokrasi, progresivisme menekankan perkembangan

kecerdasan kooperatif untuk mencapai pribadi yang integral. Pribadi yang integral tidak

cukup hanya menyumbangkan potensi dari dalam, tetapi harus diinteraksikan dengan

individu-individu lainnya.

5. Tujuan pendidikan adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat

untuk beriteraksi dengan lingkungannya yang berada dalam proses perubahan secara

terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan, pemecahan

masalah yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan

memecahkan masalah. Proses belajar terpusatkan pada perilaku cooperative dan disiplin

diri. Di mana kebudayaan sangat dibutuhkan dan sangat berfungsi dalam masyarakat.

6. Menurut Oemar Hamalik, sikap progresivis, yang menyatakan bahwa anak harus

memahami pengalaman pendidikan “ di sini” dan “sekarang”, mempunyai filosofi

“pendidikan adalah hidup” dan “belajar dengan melakukan”. Para progresivis

mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran bagi setiap individu yang berbeda, baik

dalam mental, fisik, emosi, spiritual, dan perbedaan sosial.

Page 12: jurnal filsafat

7. Mutu pendidikan, tidak ditentukan dengan menerapkan suatu ukuran standar kebaikan,

kebenaran, dan keindahan, tetapi dengan pendidikan diartikan sebagai suatu

rekonstruksi pengalaman yang berkesinambungan secara terus menerus.

8. Menurut Rug, bahwa kurikulum yang tepat adalah mempunyai nilai edukatif. Sedang

John Dewey berpendapat, bahwa sekolah yang baik adalah sungguh-sungguh

memperhatikan semua jenis belajar, yang bahan bahannya dapat membantu

perkembangan anak, pemuda maupun orang dewasa. Sementara menurut William

Heard Kilpatrick, mengemukakan bahwa isi kurikulum harus dapat mendorong

perkembangan pribadi, yang mencakup perkembangan minat, berfikir maupun

kemampuan praktis.

Page 13: jurnal filsafat

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Utama.

Jurnal The Philosophy Of Education

http://www.sru.edu/pages/7407.asp

Sumber Penunjang.

Henderson, Stella Van Pettern (1959). Introduction to Philosophy of Edication. Chicago:

The University of Chycago

Ki Fudyatanta, (2006). Filsafat Pendidikan Barat dan Filsafat Pendidikan Pancasila:

Wawasan Secara Sistematik. Amus Yogyakarta.

Kneller, GF (1971). Introduction To The Philosophy Of Education.Amerika:University of

California

Hamalik, Oemar (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja

Rosda Karya

Sadulloh, Uyo (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Page 14: jurnal filsafat

JOURNAL THE PHILOSOPHY OF EDUCATION

PROGRESIVISME

Tugas Mata Kuliah: Filsafat Ilmu

DOSEN : Dr. TOTO RUHIMAT, M.Pd.

OLEH

1. RATNA2. EVI SOVIAWATI

Kelas Depag: A

PROGRAM STUDI : PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2009

Page 15: jurnal filsafat

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat, taufiq dan hidayah Allah SWT, kami dapat

menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas akademik perkulihan

“Filsafat Ilmu”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir

jaman ini.

Makalah ini dengan topik “Filsafat Progresivisme” di dasarkan pada sumber jurnal

“The Philosophy Of Education” melalui web site http://www.sru.edu/pages/7407.asp.

menguraikan tentang pandangan progresivisme dalam pendidikan, disajikan dengan

ringkasan dan menarik untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Filsafat

Proresivisme.

Selesainya makalah ini, terntu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada Bapak Dr.Toto

Ruhimat, M.Pd, yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam

perkuliahan. Semoga arahan dan bimbingan yang diberikan mendapat balasan pahala dari

Allah SWT. Amin.

Bandung, Oktober 2009