jurnal cedera kepala.pdf

90
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI RSUP FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR NERS RIA RAHMI PUTRI 0806334350 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

Upload: arya

Post on 18-Nov-2015

560 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

    KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

    PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI RSUP FATMAWATI

    KARYA ILMIAH AKHIR NERS

    RIA RAHMI PUTRI

    0806334350

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN

    DEPOK

    JULI 2013

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

    KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

    PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI RSUP FATMAWATI

    KARYA ILMIAH AKHIR NERS

    Diajukan Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    Ners Ilmu Keperawatan

    RIA RAHMI PUTRI

    0806334350

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN

    DEPOK

    JULI 2013

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • ii Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar

    Nama : Ria Rahmi Putri

    NPM : 0806334350

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 08 Juli 2012

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • iii Universitas Indonesia

    HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:

    Nama : Ria Rahmi Putri

    NPM : 0806334350

    Program Studi : Ners Ilmu Keperawatan

    Judul Skripsi : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

    Masyarakat Perkotaan pada Pasien Cedera Kepala di

    RSUP Fatmawati

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners

    Ilmu Keperawatan pada Program Studi Ners Ilmu Keperawatan, Fakultas

    Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep. An ( )

    Penguji : Dessie Wanda, SKp., MN ( )

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal : 05 Juli 2013

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • iv Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat dan karunia_Nya, terutama selama penulis mengerjakan skripsi ini.

    Shalawat beserta salam penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW yang telah

    menjadi teladan dalam segala hal.

    Penulis menyadari banyak hambatan yang terjadi dalam penulisan, namun

    keinginan penulis untuk membuat skripsi dan mejadi manfaat bagi masyarakat

    luas yang membaca. Hambatan yang terjadi telah membuat sulit bagi penulis

    dalam menyelesaikannya, namun banyak orang yang menjadi pendukung dan

    bersedia menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu penulis.

    Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

    (1) Ibu Fajar Tri Waluyanti selaku pembimbing skripsi. Terima kasih banyak

    atas waktu yang telah bersedia ibu habiskan untuk membimbing kami.

    Semoga skripsi ini sesuai harapan ibu dan bisa bermanfaat bagi orang lain.

    (2) Bapak Ns. Faisal selaku pembimbing lapangan di RSUP Fatmawati.

    Terima kasih atas bimbingan, semangat, inspirasi dan motivasi yang telah

    diberikan selama praktik.

    (3) Ibu dan ayah tercinta. Terima kasih atas semangat, motivasi, dukungan dan

    doa yang diberikan kepada ananda selama profesi dan penulisan.

    (4) Saudara yang dibanggakan di dunia, Uda Oji. Penulis yakin kita dapat

    menyelesaikan tugas akhir kita bersama-sama. Tetap semangat dan

    berjuang uda.

    (5) Terima kasih kepada keluarga besar Asrama Aceh, khususnya unit satu.

    Imma, Kade, Eka, Nova, Mae, Dhanys, Fifah, Eka, Intan, dan Aad.Terima

    kasih atas dukungan, semangat, candaan dan kenangan-kenangan selama

    di asrama. Semoga kita tetap kompak.

    (6) Terima kasih pada Eny Dewi Pamungkas, Niimma Nur Azizah dan Novi

    Aprilia KD, Eka Purwani yang telah memberikan motivasi dan semangat

    serta penguatan.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • v Universitas Indonesia

    (7) Laskar bunga. Sekarang telah lima tahun ini kita menjalani hari-hari

    bersama, dan terasa dinamikanya, ada suka dan duka yang kita lalui.

    Semoga kita selalu saling menyemangati, dimanapun kita berada.

    (8) Keluarga besar SALAM UI X3 dan SALAM 14. Terima kasih atas segala

    motivasi, dukungan, pembelajaran selama tahun-tahun terakhir ini.

    Semoga ukhuwah kita tetap terjaga sampai akhir.

    (9) Kepada Happy Family. Terima kasih atas kebersamaannya, bahkan sampai

    anak cucu nanti, semoga persaudaraan kita makin erat dan terjaga.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

    Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti bagi penulis untuk

    menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

    pembaca.

    Depok, 09 Juli 2012

    Ria Rahmi Putri

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • vi Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

    dibawah ini:

    Nama : Ria Rahmi Putri

    NPM : 0806334350

    Program Studi : Ners Ilmu Keperawatan

    Fakultas : Ilmu Keperawatan

    Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalti

    Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

    Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada

    Pasien Cedera Kepala di RSUP Fatmawati

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalt i

    Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/

    formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

    mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

    penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 09 Juli 2012

    Yang Menyatakan

    ( Ria Rahmi Putri )

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • vii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Ria Rahmi Putri

    Program Studi : S1 Program Ners Fakultas Ilmu Keperawatan

    Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

    Perkotaan pada Pasien Cedera Kepala di RSUP Fatmawati

    Angka kejadian kecelakan pada anak di daerah perkotaan mengalami peningkatan

    dari tahun ke tahun. Kejadian kecelakaan ini menimbulkan berbagai efek, salah

    satunya cedera kepala. Anak yang mengalami cedera kepala rentan mengalami

    peningkatan tekanan intra kranial, dengan salah satu manifestasinya adalah nyeri

    kepala. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan

    pada anak yang mengalami cedera kepala. Karya ilmiah ini juga menerapkan

    terapi komplementer berupa terapi bacaan Al-Qur'an dengan media audio.

    Didapatkan kesimpulan bahwa anak yang mengalami cedera kepala sering

    mengalami nyeri kepala akibat peningkatan TIK. Respon nyeri pada anak dapat

    dikurangi dengan mengaplikasikan terapi bacaan Al-Qur'an melalui media audio

    pada anak yang mengalami cedera kepala.

    Kata kunci : anak, cedera kepala, nyeri, terapi bacaan Al-Quran.

    ABSTRACT

    Name : Ria Rahmi Putri

    Study Program : Nursing Science, Faculty of Nursing

    Title : Analysis Clinical Practice of Urban Health Nursing in Head

    Injury Patient at RSUP Fatmawati Hospital.

    Rate occurrence of accident on children in urban areas has increased year by

    year. The accident have various effects, one of them is a head injury. Children

    who suffer a head injury susceptible of experiencing the increase of intra cranial

    pressure, which one of the manifestation is headaches. This scientific word aims

    to describe about nursing care for child who suffer a head injury. This scientific

    word also implemented therapy complementary in form of Quran listening

    therapy. The conclusion is the child who suffer a head injury often experience

    headache as result of an increase in intra cranial pressure. The response of pain

    in children can be reduced by applying the Quran listening therapy with audio

    on children who suffered a head injury.

    Keyword : child, head injury, headache, Quran listening therapy.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • viii Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. vi

    ABSTRAK .............................................................................................. vii

    ABSTRACT ............................................................................................ vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

    1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

    1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 4 1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 4

    1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan ............................................ 5 1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan ...................................... 5 1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya .......................................... 5

    2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

    2.1 Cedera Kepala ............................................................................ 6 2.1.1 Klasifikasi Cedera Kepala ............................................. 6 2.1.2 Etiologi Cedera Kepala ................................................. 8 2.1.3 Komplikasi Cedera Kepala ........................................... 8 2.1.4 Manifestasi Klinis Cedera Kepala Akut ........................ 9

    2.2 WOC Cedera Kepala .................................................................. 11 2.3 Asuhan Keperawatan Cedera Kepala pada Anak ........................ 12

    2.3.1 Pengkajian .................................................................... 12 2.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan ...................................... 14

    2.4 Nyeri dan Penatalaksanaan Nyeri ............................................... 16 2.4.1 Pengkajian Nyeri .......................................................... 16 2.4.2 Tatalaksana Nyeri ......................................................... 20 2.4.3 Tatalaksana Nyeri dengan Terapi Bacaan Al-Qur'an

    dengan Media Audio..................................................... 21

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • ix Universitas Indonesia

    3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................... 25

    3.1 Gambaran Umum ....................................................................... 25 3.2 Masalah Keperawatan ................................................................ 26 3.3 Asuhan Keperawatan .................................................................. 27 3.4 Aplikasi Tesis............................................................................. 28

    4. ANALISIS SITUASI ......................................................................... 32

    4.1 Profil Lahan Praktek ................................................................... 32 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP

    dan Konsep Kasus Terkait .......................................................... 33

    4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait........................................................................................ 34

    4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .............................. 35

    5. PENUTUP ........................................................................................ 40

    5.1 Kesimpulan ................................................................................ 40 5.2 Saran .......................................................................................... 41

    DAFTAR REFERENSI ......................................................................... 42

    LAMPIRAN

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • x Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Manifestasi Cedera Kepala ................................................ 9

    Tabel 2.2 Manifestasi Klinis Peningkatan TIK pada Bayi dan

    Anak-Anak ....................................................................... 10

    Tabel 2.3 Glaslow Coma Scale ......................................................... 12

    Tabel 2.4 Jenis-Jenis Instrumen Pengkajian Nyeri............................. 18

    Tabel 2.5 Contoh Counterirritation dan Metode Psikologi dalam

    Mengurangi Nyeri ............................................................. 20

    Tabel 4.1 Rekomendasi American Academy of Pediatrics untuk

    Keamanana Bersepeda ...................................................... 37

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • xi Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Web of Caution Cedera Kepala ..................................... 10

    Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah ........................................................ 17

    Gambar 2.3 Skala Nyeri Numerik .................................................... 17

    Gambar 2.4 Word Graphic Rating Scale .......................................... 18

    Gambar 2.5 Skala Nyeri Oucher ...................................................... 19

    Gambar 3.1 Perubahan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah TBA

    (Jum'at, 21 Juni 2013) ................................................... 30

    Gambar 3.2 Perubahan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah TBA

    (Sabtu, 22 Juni 2013) .................................................... 31

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • xii Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

    Lampiran 2 Pengkajian

    Lampiran 3 Analisa Data

    Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan

    Lampiran 5 Catatan Perkembangan

    Lampiran 6 Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak

    Laki-Laki Umur 8 - 11 tahun

    Lampiran 7 Chart Height-For-Age Boys Percentile 5 to 19 Years

    Lampiran 8 Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th,

    95th, 97th Percentiles, 2 to 20 years: Boys Weight-for-Age

    Lampiran 9 Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 85th,

    90th, 95th, 97th Percentiles, 2 to 20 Years: Boys Body Mass

    Index-for-Age

    Lampiran 10 Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 85th,

    90th, 95th, 97th Percentiles: Boys Weight-tor-Stature

    Lampiran 11 Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th,

    95th, 97th Percentiles, 2 to 20 Years: Boys Stature-for-Age

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kehidupan masyarakat perkotaan tidak terlepas dari pesatnya pembangunan

    fisik. Menurut Direktur Pusat Pembangunan Regional PBB (UNCRD),

    negara-negara di kawasan Asia telah mengalami pembangunan sosial dan

    ekonomi yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sektor transportasi

    sebagai salah satu faktor pendukung utama dalam pembangunan, ikut

    terdongkrak dengan pesatnya perkembangan pembangunan itu (Chan, 2013).

    Peningkatan perkembangan fisik seperti pembangunan jalan raya, transportasi

    di wilayah perkotaan menimbulkan risiko yang harus di perhatikan, seperti

    kecelakaan lalu lintas.

    Angka fatalitas kecelakaan jalan di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data

    Korps Lalu Lintas Polri menyebutkan ada 31.234 korban kecelakaan yang

    meninggal dunia pada 2010 dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 32.657

    orang (Pusat Komunikasi Publik, 2012). Fakta yang ada kemudian

    menunjukkan bahwa sebagian besar korban kecelakaan didominasi oleh

    kalangan pelajar. Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2009)

    dalam Feriyanto (2011), sebanyak 27% korban kecelakaan atau 43.361 orang

    adalah mereka yang berusia 16-25 tahun dan sebagian besar didominasi oleh

    mereka yang berpendidikan setingkat SMA. Masalah kecelakaan termasuk

    masalah serius yang dapat dimasukkan ke dalam sektor kesehatan karena

    menimbulkan efek terhadap kesehatan masyarakat, seperti terjadinya frakur,

    cedera bahkan kematian. Salah satu bentuk cedera yang paling fatal adalah

    cedera kepala.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 2

    Universitas Indonesia

    Cedera kepala merupakan masalah neurologik yang serius di antara penyakit

    neurologik yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (60 % kematian yang

    disebabkan kecelakaan lalu lintas merupakan akibat cedera kepala) dan faktor

    kontribusi terjadinya kecelakaan seringkali adalah konsumsi alkohol

    (Ginsberg, 2005). Penulis juga menemukan sekitar 3,7% (n=459) pasien

    cedera kepala di RSUP Fatmawati Lantai 3 Utara dalam kurun 3 bulan

    terakhir. Pasien yang mengalami cedera kepala meningkat setiap bulannya

    dimana pada bulan April terdapat 4 anak penderita cedera kepala, disusul

    dengan sejumlah 5 lalu 8 pasien cedera kepala di bulan Mei dan Juni (RSUP

    Fatmawati, 2013).

    Cedera kepala ini menimbulkan resiko yang tidak ringan. Resiko utama pasien

    yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau

    pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan

    peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial akan

    mempengaruhi perfusi serebral dan menimbulkan distorsi dan herniasi otak.

    Manifestasi klinis cedera kepala meliputi gangguan kesadaran, konfusi,

    abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, dan perubahan tanda-

    tanda vital. Gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensori, kejang

    otot, sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang dan banyak efek

    lainnya juga mungkin terjadi pada pasien cedera kepala (Smeltzer & Bare,

    2006).

    Terdapat beberapa manifestasi yang timbul dari cedera kepala. Salah satunya

    adalah edema atau hematoma yang menyebabkan peningkatan tekanan intra

    kranial. Hal ini menimbulkan masalah gangguan perfusi jaringan serebral.

    Selain itu, defisit neurologik mungkin saja terjadi sehingga mengganggu

    refleks menelan yang berujung pada gangguan bersihan jalan napas. Defisit

    neurologik tidak hanya mempengaruhi pernapasan, tetapi proses pikir dan

    kognitif pasien sehingga muncul masalah gangguan proses pikir. Kejang, sakit

    kepala dan vertigo juga menjadi salah satu risiko untuk terjadinya cedera dan

    timbulnya rasa nyeri pada pasien cedera kepala. Mual, muntah serta

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 3

    Universitas Indonesia

    penurunan kesadaran menyebabkan anoreksia pada penderita sehingga

    menimbulkan gangguan cairan dan nutrisi (Herdman, 2012; Wilkinson &

    Ahern, 2008).

    Penyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh cedera kepala melalui beberapa

    tahapan atau sasaran. Sasaran pasien meliputi mempertahankan bersihan jalan

    napas, tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit, tercapainya status

    nutrisi yang adekuat, pencegahan cedera, pencegahan fungsi kognitif, koping

    keluarga efektif, peningkatan pengetahuan tentang proses rehabilitasi dan

    pencegahan komplikasi (Smeltzer & Bare, 2006).

    Ketika mengamati fenomena pasien yang mengalami sakit kepala di ruang

    rawat anak RSUP Fatmawati, penulis mendapati berbagai reaksi anak seperti

    mengerang, menangis atau mengeluh serta membentur-benturkan/ memukul

    kepalanya saat terjadi pusing/ sakit kepala. Kejadian ini tentu saja

    meningkatkan kecemasan orang tua dan mengganggu kenyamanan pasien

    sehingga penulis tertarik menerapkan sebuah intervensi dari tesis yang

    berjudul Pengaruh Terapi Bacaan Al-Qur'an Melalui Media Audio terhadap

    Respon Nyeri Pasien Post Operasi Hernia di RS Cilacap. Selain karya ilmiah

    ini mudah diaplikasikan di ruang rawat, tidak membutuhkan banyak dana atau

    media, dan mudah diaplikasikan oleh orang tua bagi anaknya yang di rawat di

    RS.

    1.2 Perumusan Masalah

    Telah terjadi peningkatan angka kejadian kecelakaan di Indonesia, khususnya

    daerah perkotaan. Dampak dari fenomena ini adalah kejadian cedera kepala

    pada anak, baik ringan, sedang atau berat. Pada kurun waktu 3 bulan terakhir,

    terdapar 3,7% pasien cedera kepala di bangsal anak RSUP Fatmawati. Selain

    itu, terjadi juga peningkatan jumlah kejadian cedera kepala di setiap bulannya

    ruang rawat anak RSUP Fatmawati. Pada pasien cedera kepala, terdapat gejala

    yang ditimbulkan dari peningkatan tekanan intra kranial, yaitu sakit kepala

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 4

    Universitas Indonesia

    atau nyeri pada klien, sehingga dapat diterapkan salah satu intervensi dari

    sebuah tesis untuk mempengaruhi respon nyeri klien.

    1.3 Tujuan penulisan

    1.3.1 Tujuan umum

    Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan

    pada anak yang mengalami cedera kepala dengan mengaplikasikan hasil

    penelitian mengenai pengaruh terapi bacaan Al-Quran melalui media

    audio terhadap respon nyeri pasien.

    1.3.2 Tujuan khusus

    1.3.2.1 Mengetahui gambaran kondisi umum anak yang terkena cedera

    kepala

    1.3.2.2 Mengetahui masalah keperawatan yang dapat terjadi pada pasien

    cedera kepala

    1.3.2.3 Mengetahui gambaran intervensi keperawatan yang dapat

    diterapkan pada pasien cedera kepala

    1.3.2.4 Mengetahui gambaran implementasi dan evaluasi asuhan

    keperawatan yang diterapkan pada pasien cedera kepala

    1.3.2.5 Mengetahui pengaruh terapi bacaan Al-Quran melalui media

    audio terhadap respon nyeri anak yang mengalami cedera

    kepala.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 5

    Universitas Indonesia

    1.4 Manfaat penulisan

    1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

    Sebagai bahan informasi mengenai gambaran anak yang mengalami

    cedera kepala, asuhan keperawatan yang sesuai dan terapi

    nonfarmakologis yang tepat dalam mengurangi respon nyeri pada

    anak.

    1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

    Diharapkan menjadi bahan informasi untuk pembelajaran pendidikan

    keperawatan dan penerapan asuhan keperawatan selama di rumah

    sakit.

    1.4.3 Bagi Praktik keperawatan

    Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi landasan untuk

    menerapkan terapi nonfarmakologis pada anak yang mengalami

    nyeri.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 6 Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Cedera Kepala

    Cedera kepala merupakan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit

    neurologik yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (60 % kematian yang

    disebabkan kecelakaan lalu lintas merupakan akibat cedera kepala). Faktor

    kontribusi terjadinya kecelakaan seringkali adalah konsumsi alkohol

    (Ginsberg, 2005). Risiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah

    kerusakan otak akibat perdarahan atau pebengkakan otak sebagai respon

    terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK (Smetlzer & Bare, 2006).

    2.1.1 Klasifikasi Cedera Kepala

    Cedera kepala digolongkan dengan berbagai macam klasifikasi berdasarkan

    kepentingannya, namun disini akan dibahas penggolongan menurut patologis

    yang terjadi dan gambaran cederanya. Menurut Satyanegara dkk (2010),

    terdapat empat klasifikasi cedera kepala, yaitu:

    a. Cedera kepala primer, dapat berupa:

    1) Fraktur linear, depresi, basis kranii, kebocoran likuor

    Merupakan rusaknya kontunuitas tulang tengkorak disebabkan oleh

    trauma. Fraktur dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak.

    Fraktur digolongkan menjadi fraktur terbuka (kerusakan dura) dan

    fraktur tertutup bila dura tidak rusak (Smetlzer & Bare, 2006).

    2) Cedera fokal yang berupa coup dan countercoup, hemato epidural,

    subdural atau intraserebral

    Cedera fokal merupakam akibat kerusakan setempat yang biasanya

    didapatkan pada kira-kira setengah dari kasus cedera kepala berat

    (Satyanegara dkk, 2010).

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 7

    Universitas Indonesia

    a) Coup

    Gerakan yang menyebabkan memar pada titik benturan (Wong,

    Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).

    b) Countercouop

    Benturan pada tempat yang jauh dari benturan/ ketika otak

    membentur permukaan tengkorak yang tidak lentur (Satyanegara,

    2010).

    c) Hemato epidural

    Hemato epidural adalah kondisi setelah cedera, dimana darah

    terkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) di antara

    tengkorak dan dura (Mallinckrodt Institute of Radiology, 2006).

    d) Hemato subdural

    Hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan

    dasar otak (Mallinckrodt Health Central., 2013).

    e) Hemato intraserebral

    Perdarahan intraserebral hematoma adalah perdarahan yang

    terdapat di dalam substansi otak (MedicineNet, 2013).

    3) Cedera difus yang berupa konkusi ringan atau klasik atau berupa

    cedera aksional difusa yang ringan, moderat hingga berat.

    Cedera difus berkaitan dengan disfungsi otak yang luas, serta biasanya

    tidak tampak secara makroskopis. Mengingat bahwa kerusakan yang

    terjadi kebanyakan melibatkan akson-akson, maka cedera ini juga

    dikenal dengan nama cedera aksonal difusa.

    4) Trauma tembak

    Merupakan cedera yang timbul karena tembakan/ peluru.

    b. Kerusakan otak sekunder, dapat berupa:

    1) Gangguan sistemik: akibat hipoksia-hipotensi, gangguan metabolisme

    energi dan kegagalan otoregulasi

    2) Hematoma traumatik: epidural, subdural (akut dan kronis), atau

    intraserebral

    c. Edema serebral perifokal generalisata

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 8

    Universitas Indonesia

    d. Pergeseran otak (brain shift) - Herniasi batang otak

    2.1.2 Etilogi Cedera Kepala

    Tiga penyebab utama cedera kepala pada anak adalah cedera terjatuh,

    cedera kendaraan bermotor dan cedera sepeda. Cedera neurologik memiliki

    angka mortalitas tertinggi dan anak laki-laki terkena dua kali lipat

    dibanding anak perempuan. Selain kurangnya lingkungan yang aman,

    proporsi tubuh anak, dimana kepala lebih besar dan lebih berat dibanding

    bagian tubuh lain memiliki peluang yang lebih besar untuk cedera.

    Perkembangan motorik yang belum lengkap serta sifat ingin tahu anak juga

    meningkatkan risiko cedera pada anak (Wong, Hockenberry, Wilson,

    Winkelstein & Schwartz, 2009).

    Penyebab lain terjadinya cedera kepala adalah aktivitas rekreasi dan

    penganiayaan anak. Beberapa faktor (seperti attention deficit disorder,

    alkohol dan penggunaan obat-obatan) dapat meningkatkan kejadian cedera

    kepala pada anak dan dewasa. Anak juga lebih rentan dalam mengalami

    penganiayaan karena ketergantungan mereka kepada orang dewasa dan

    ketidakmampuan dalam membela diri sendiri (Verive, Stock, Singh,

    Corden, Cantwell, Barry & Windle, 2013).

    2.1.3 Komplikasi Cedera Kepala

    Komplikasi utama trauma kepala adalah perdarahan, infeksi, edema dan

    herniasi melalui tontronium. Infeksi selalu menjadi ancaman yang

    berbahaya untuk cedera terbukja dan edema dihubungkan dengan trauma

    jaringan. Uptur vaskular dapat terjadi sekalipun pada cedera ringan; keadaan

    ini menyebabkan perdarahan di antara tulang tengkorak dan permukaan

    serebral. Kompesi otak di bawahnya akan menghasilkan efek yang dapat

    menimbulkan kematian dengan cepat atau keadaan semakin memburuk

    (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 9

    Universitas Indonesia

    Telah dilakukan penelitian mengenai kondisi perubahan tingkah laku anak

    setelah cedera kepala tertutup pada 6-12 bulan post cedera. Kebanyakan

    anak dengan cedera kepala berat memiliki masalah di sekolah dan

    beraktivitas di lingkungan sosial dibanding anak yang mengalami cedera

    kepala sedang dan ringan. Anak yang cedera kepala berat juga mengalami

    kemunduran dalam fungsi adaptasinya (Fletcher, Cobbs, Miner, Levin &

    Eisenberg, 1990).

    2.1.4 Manifestasi Klinis Cedera Kepala Akut

    Menurut Wong (2009) orang yang mengalami cedera kepala akut memiliki

    beberapa tanda dan gejala. Dengan mengetahui manifestasi klinis dari

    cedera kepala, dapat di bedakan antara cedera kepala ringan dan berat.

    Tabel 2.1 Manifestasi Cedera Kepala

    Cedera ringan

    Dapat menimbulkan hilang kesadaran

    Periode konfusi (kebingungan) transien

    Somnolen Gelisah

    Iritabilitas

    Pucat

    Muntah (satu kali atau lebih)

    Tanda-tanda

    progestivitas

    Perubahan status mental (misalnya anak sulit

    dibangunkan)

    Agitasi memuncak Timbul tanda-tanda neurologik lateral fokal dan

    perubahan tanda-tanda vital yang tampak jelas

    Cedera berat

    Tanda-tanda peningkatan TIK

    Perdarahan retina Paralisis ekstraokular (terutama saraf kranial VI)

    Hemiparesis

    Kuadriplegia Peningkatan suhu tubuh

    Cara berjalan yang goyah

    Papiledema (anak yang lebih besar) dan perdarahan

    retina.

    Tanda-tanda yang

    menyertai

    Cedera kulit (daerah cedera pada kepala)

    Cedera lainnya (misalnya pada ekstremitas).

    Sumber : Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz (2009)

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 10

    Universitas Indonesia

    Pada saat merawat pasien dengan cedera kepala, perawat harus mampu

    memantau tanda peningkatan TIK. Manifestasi peningkatan TIK dapat dilihat

    di tabel berikut:

    Tabel 2.2 Manifestasi Klinis Peningkatan TIK pada Bayi dan Anak-Anak

    USIA MANIFESTASI KLINIS

    Bayi Fontanela tegang dan menonjol, kurangnya pulsasi yang normal

    Sutura kranial terpisah Tanda macewen (suara seperti pot pecah saat di perkusi)

    Iritabilitas (anak menjadi rewel)

    Tangisan dengan nada tinggi (high-ptched cry) Peningkatan lingkaran oksipital

    Distensi vena-vena di kulit kepala

    Perubahan pola pemberian makan

    Menangis ketika digendong atau digoyang Setting-sun sign (deviasi mata kebawah sehingga masing-masing iris

    tanpak tenggelam dibalik kelopak mata bawah, dengan sklera

    putih terbuka diantara iris dan kelopak mata atas)

    Anak-anak Sakit kepala

    Mual

    Muntah-sering tanpa rasa mual

    Dipoplia, penglihatan kabur Kejang

    Kepribadian

    dan tanda-tanda

    perilaku

    Iritabilitas (toddler), gelisah

    Anak tampak tidak peduli, mengantuk atau tidak memiliki ketertarikan

    Kinerja di sekolah menurun

    Aktivitas fisik dan kinerja motorik menurun

    Peningkatan keluhan keletihan, kelelahan, waktu tidur bertambah Penurunan berat badan yang signifikan, kemungkinan disebabkan

    oleh anoreksia dan vomittus

    Kehilangan ingatan jika tekanan semakin meningkat Ketidakmampuan untuk mengikuti perintah sederhana

    Berkembang menjadi letargi dan keadaan mengantuk

    Tanda-tanda

    lanjut

    Penurunan tingkat kesadaran

    Berkurangnya respon motorik terhadap perintah Berkurangnya respon sensorik terhadap rangsangan nyeri

    Perubahan ukuran dan reaktivitas pupil

    Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi Pernapasan Cheyne-Stokes

    Papiledema

    Sumber : Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz (2009)

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 11

    2.2 Web Of Caution Cedera Kepala

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.1 WOC Cedera Kepala

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 12

    Universitas Indonesia

    2.3 Asuhan Keperawatan Cedera Kepala pada Anak

    Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami cedera kepala harus dilakukan

    secara holistik. Proses keperawatan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi

    keperawatan. Selain itu, dalam memberikan intervensi keparawatan, ada tahapan

    proses pengkajiandan priorotas diagnosa yang harus diselesaikan secara berurutan

    (Smeltzer & Bare, 2006).

    2.3.1 Pengkajian

    Hal-hal yang harus dikaji pada pasien cedera kepala, adalah:

    1. Tingkat Kesadaran dan Responsivitas

    Tingkat kesadaran dan responsivitas dikaji secara teratur dengan

    Glaslow Coma Scale (GCS):

    Tabel 2.3 Glaslow Coma Scale

    SCORE DESKRIPSI

    EYE

    OPENING

    Membuka mata

    4

    3

    2 1

    Spontan

    Mengikuti perintah

    Rangsang nyeri Tidak ada respon

    MOTOR

    RESPONSE Respon

    motorik

    6

    5 4

    3

    2

    1

    Sesuai perintah

    Melokalisir nyeri Fleksi normal

    Fleksi abnormal

    Ekstensi abnormal

    Tidak ada respon

    VERBAL

    RESPONSE

    Respon verbal

    5

    4

    3 2

    1

    Terdapat kesadaran dan orientasi

    Disorientasi

    Berkata tanpa arti Hanya suara (mengerang)

    Tidak ada respon

    Sumber: Miller (1991)

    Pada saat menilai respon pasien untuk membuka mata, nilai 4 dapat

    ditentukan jika pasien membuka mata dengan spontan. Nilai 3

    ditentukan dengan menstimulus klien dengan suara, seperti

    memerintahkan untuk membuka mata. Nilai 2 didapatkan jika respon

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 13

    Universitas Indonesia

    membuka mata dilaksanakan saat nyeri, sedangkan nilai 1 didapatkan

    jika tidak ada respon (Jones, 2012).

    Penilaian respon motorik melalui GCS memiliki skor tertinggi 6, yaitu

    jika klien dapat menuruti perintah. Nilai 5 diperoleh jika klien mampu

    melokalisir nyeri yang diberikan. Nilai 4 diperoleh jika klien masih

    mampu melakukan fleksi normal saat di rangsang nyeri. Namun jika

    terjadi ke abnormalan, baik fleksi maupun ekstensi, maka klien dapat

    nilai 3 dan 2. Nilai 1 diperoleh jika klien tidak memiliki respon (Birbilis

    & Matis 2008).

    Pengkajian respon verbal memiliki nilai tertinggi 5, dengan respon

    verbal yang terorientasi. Nilai 4 didapatkan jika klien menggunakan

    bahasa percakapan yang membingungkan, tetapi masih mampu untuk

    menjawab pertanyaan. Nilai 3 didapatkan jika klien berkata tanpa arti,

    nilai 2 jika hanya suara atau mengerang, dan klien yang tidak ada

    respon memperoleh nilai 1 (Departement of Health and Human

    Services, 2003).

    Cedera Kepala dapat diklasifikasikan menurut tingkat keparahan

    cedera. Klasifikasi ini ditentukan berdasarkan nitao GCS, dimana nilai

    GCS 3 8 merupakan cedera kepala berat, nilai GCS 9 12 merupakan

    cedera kepala sedang dan nilai GCS 13 15 merupakan klasifikasi

    cedera kepala ringan ( Departement of Health and Human Services,

    2003).

    2. Pemantauan Tanda Vital

    Tanda vital perlu dipantau secara teratur untuk memantau tanda

    peningkatan intra kranial klien. Hal ini dimaksudkan karena tanda

    peningkatan TIK meliputi pelambatan nadi, peningkatan tekanan darah

    sistolik, dan pelebaran tekanan nadi. Pada saat kompresi ke otak

    meningkat, tanda vital cenderung sebaliknya nadi dan pernapasan

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 14

    Universitas Indonesia

    menjadi cepat, dan tekanan darah menurun. Peningkatan cepat suhu

    tubuh dianggap tidak menguntungkan karena hipertemia meningkatkan

    kebutuhan metabolisme otak dan merupakan indikasi kerusakan batang

    otak, oleh sebab itu suhu harus dipertahankan di bawah 38o C (Smeltzer

    & Bare, 2006).

    3. Fungsi Motorik

    Fungsi motorik sering dikaji melalui gerakan spontan, memerintahkan

    pasien meninggikan dan menurunkan ekstremitas, dan membandingkan

    kekuatan dan kualitas genggaman tangan dalam periodik waktu yang

    teratur. Jika pasien tidak menunjukkan gerakan spontan, maka respon

    stimulus nyeri dikaji. Kemampuan pasien berbicara dan kualitas bicara

    juga dikaji. Kapasitas untuk bicara merupakan indikasi tingkat fungsi

    otak yang tinggi. Pembukaan mata secara spontan pada pasien perlu

    dievaluasi. Selain itu juga perlu diperhatikan ukuran dan kualitas pupil

    dan reaksinya terhadap cahaya (Smeltzer & Bare, 2006).

    2.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan

    Pada intervensi keperawatan pasien cedera kepala, terdapat priorotas

    intervensi yang dilakukan, antisipasi dan rehabilitasi pasien dengan cedera

    kepala. Prioritas intervensi keperawatan yang dilakukan dimulai dari

    mempertahankan jalan napas pasien. Selanjutnya, menyelesaikan masalah

    keseimbangan cairan dan elektrolit, memenuhi nutrisi yang adekuat dan

    mencegah cedera pada pasien cedera kepala (Smeltzer & Bare, 2006).

    a. Mempertahankan jalan napas

    Salah satu tujuan yang paling penting adalah mempertahankan jalan

    napas yang adekuat karena otak sangan sensitif dengan hipoksia dan

    penurunan neurologik yang dapat buruk jika pasien hipoksia.

    Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan, antara lain:

    Mempertahankan pasien yang tidak sadar pada posisi yang

    memudahkan pengeluaran sekresi melalui mulut, dengan kepala

    ditinggikan 30 derajat untuk menurunkan TIK

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 15

    Universitas Indonesia

    Menerapkan prosedur penghisapan sekret yang efektif

    Melindungi terhadap aspirasi dan insufisiensi oksigen ke paru-

    paru

    Memantau gas darah arteri untuk mengkaji keadekuatan ventilasi

    dan kondisi perfusi

    Memantau pasien pada ventilasi mekanik.

    b. Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit

    Kerusakan otak dapat menghasilkan disfungsi hormonal dan

    metabolik. Pemantauan elektrolit serum penting dilakukan pada pasien

    cedera kepala, terutama yang mendapatkan diuretik osmotik.

    Bentuk intervensi keperawatannya adalah:

    Pemeriksaan serial elektrolit darah dan urine

    Mempertahankan pencatatan terhadap berat badan setiap hari,

    c. Memberi nutrisi adekuat

    Cedera kepala menyebabkan perubahan metabolisme yang

    meningkatkan konsumsi kalori dan ekresi nitrogen. Sehingga bila

    keadaan pasien stabil segera diberikan makanan melalui pipa

    nasogastrik. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah

    pemasangan dan perawatan pipa nasogastrik sesuai indikasi. Sebelum

    pemberian makanan, harus di cek ketepatan posisi selang dan residu

    makanan.

    d. Mencegah cedera

    Pasien setelah koma sering mengalami periode letargi dan stupor

    diikuti dengan periode agitasi. Kegelisahan dapat disebabkan adanya

    hipoksia, demam, nyeri atau kandung kemih penuh. Ini dikatakan

    sebagai indikasi cedera otak , tetapi juga menjadi tanda pemulihan

    kesadaran. Pencegahan cedera dapat dilakukan dengan memasang bed

    rail, memantau dan mempertahankan posisi pasien tetap aman, dan

    memasang gelang resiko jatuh.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 16

    Universitas Indonesia

    2.4 Nyeri dan Penatalaksanaan Nyeri

    Nyeri didefinisikan oleh Association for the Study of Pain sebagai

    pengalaman sensori atau emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan

    dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial. Bentuk dan rasa

    nyeri yang dialami oleh individu dipengaruhi oleh psikologis penderita yang

    mengalaminya (Schechter, 2003).

    2.4.1 Pengkajian Nyeri

    Menurut Johnson (1998) dalam Twycross, Dowden dan Bruce (2009)

    menyatakan perbedaan dalam pengukuran nyeri dan pengkajian nyeri.

    Pengukuran nyeri dideskripsikan sebagai intensitas dari nyeri yang

    menyatakan kuantitas, dan derajat nyeri. Sedangkan pegkajian nyeri

    meliputi penilaian klinis berdasarkan observasi dari sifat, signifikansi dan

    keadaan dari pengalaman nyeri anak.

    Terdapat 3 langkah dalam mengkaji nyeri, yaitu merekam riwayat nyeri,

    mengkaji nyeri pada anak dengan menggunakan alat pengkajian nyeri yang

    tepat dan mengkaji ulang nyeri setelah dilakukan intervensi.

    1) Mencatat riwayat nyeri

    Mencatat riwayat pengalaman nyeri anak dan komplain nyeri terbaru.

    Riwayat yang harus dicatat yaitu deskripsi nyeri yang terdiri dari tipe,

    waktu, durasi, frekuensi, lokasi, intensitas dan kualitas nyeri, gejala yang

    berhubungan, variasi temporal atau musiman, dampak dalam kehidupan

    sehari-hari dan pengukuran penurunan rasa nyeri

    2) Alat pengkajian nyeri

    Menurut Twycross, Dowden & Bruce (2009) , alat pengkajian nyeri dapat

    dibagi menjadi 3, yaitu:

    a) Skala nyeri wajah

    Skala peringkat dapat berkisar antara 0 pada satu titik ekstim dan 10

    pada titik ekstrim lainnya. Skala nyeri dinilai berdasarkan ekspresi

    anak. Angka 0 diartikan sebagai perasaan tidak nyeri. Angka 1 sampai

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 17

    Universitas Indonesia

    3 diartikan sebagai nyeri ringan. Lebih dari Angka 3 sampai 7

    diartikan sebagai nyeri sedang. Lebih besar dari angka 7 sampai 9

    diartikan nyeri yang berat dan lebih dari angka 9 sampai 10 diartikan

    nyeri yang sangat hebat (Supartini, 2002).

    Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah

    Sumber : Wong, D. L. (2009)

    b) Skala nyeri numerik

    Mengandung nilai 1 - 10 yang bisa direpresentasikan dalam format

    verbal maupun grafik. Anak harus diberikan penjelasan nilai terendah

    dan tertinggi dari skor nyeri.

    Gambar 2.3 Skala Nyeri Numerik

    Sumber: Twycross, A., Dowden, S. J., dan Bruce, E. (2009)

    c) Skala analog visual / Visual Analog Scale (VAS)

    VAS dikaji dengan anak memilih garis vertikal dan horizontal dimana

    akhir garis menggambarkan batas ekstrim nyeri. Anak diminta untuk

    menandai garis yang menjadi indikator nyeri mereka. VAS

    direkomendasikan untuk anak berusia 8 tahun keatas.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 18

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.4 Word Graphic Rating Scale

    Sumber: International Association for the Study of Pain (1995)

    Instrumen pengkajian pada anak berbeda sesuai tingkat usianya. Hal tersebut

    disebabkan karena tidak semua instrumen dapat digunakan pada anak yang

    berbeda usianya. Sejauh ini telah diketahui terdapat delapan jenis alat atau

    instrumen pengkajian nyeri. Instrumen pengkajian nyeri tersebut adalah skala

    nyeri wajah, Oucher, skala numerik, poker chip tool, word graphic scale, color

    tool, Liverpool Infant Distress Score dan Pain Assessment Tool for Children

    (Moules & Ramsay, 2004)

    Tabel 2.4 Jenis-Jenis Instrumen Pengkajian Nyeri

    Rating Skala Prinsip Kalangan Umur

    Skala nyeri wajah

    Oucher

    Skala numerik

    Poker chip tool

    Word graphic

    scale Color tool

    Liverpool Infant Distress Score

    (LIDS)

    Pain Assessment Tool for Children

    (PATCh)

    Ekspresi wajah untuk menunjukkan derajat nyeri

    Foto wajah anak yang menunjukkan

    skala nyeri

    Garis lurus dengan skala 0 (tidak nyeri) dan 10 (sangat nyeri)

    Empat keping yang diberikan kepada

    anak untuk merepresentasikan "piece of hurt"

    Garis melintang dengan interval yang

    mendeskripsikan intensitas nyeri Anak menentukan warna tersendiri

    dengan memilih warna yang

    menunjukkan derajat nyeri

    Delapan kategori perilaku dengan skor 0-5 yang mampu menjumlahkan

    skor nyeri

    Mengkombinasikan skala wajah, garis, skala numerik dengan deskripsi

    nyeri dan perubahan tingkah laku.

    3 tahun +

    3 - 13 tahun

    5 tahun +

    4 tahun +

    8 tahun +

    4 tahun +

    Neonatus

    Segala umur

    Sumber: Moules & Ramsay (2004)

    Tidak nyeri

    Sedikit nyeri

    Nyeri sedang

    Sangat nyeri

    Paling nyeri

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 19

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.5 Skala Nyeri Oucher

    Sumber : Pain Associates in Nursing (2013)

    Skala nyeri Oucher merupakan skala nyeri yang ditentukan dari ekspresi

    wajah. Skala ini telah ditentukan berdasarkan ekspresi dari beberapa ras

    yang ada di dunia. Skala ini terlihat pada gambar di atas dimana skala

    nyeri oucher menurut ras kaukasian (Caucasian Oucher), ras afro

    amerika (African American Oucher), ras hispanik (Hispanic Oucher),

    First Nations Boy Oucher, First Nation Girl Oucher, dan ras asia (Asian

    Boy Oucher dan Asian Girl Oucher).

    3) Pengkajian ulang nyeri

    Pengkajian ulang nyeri dilakukan beberapa saat setelah intervensi

    dilakukan (Twycross, Dowden & Bruce, 2009). Pengkajian ulang

    bertujuan agar mengetahui pengaruh tindakan terhadap respon nyeri,

    namun pengkajian ini diberikan jeda waktu setelah intervensi untuk

    mengetahu keefektivan intervensi yang dilakukan.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 20

    Universitas Indonesia

    2.4.2 Tatalaksana Nyeri

    Metode dalam mengurangi nyeri menurut Twycross, Moriarty, & Betts

    (1998) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu counterirritation dan

    dengan metode psikologi. Counterirritation merupakan metode atau

    keadaan yang sengaja dilakukan terhadap reaksi nyeri. Counterirritation

    berupa kompres panas, dingin, penggunaan zat kimia, masase, akupuntur

    dan vibrasi. Selain itu juga terdapat metode psikologi seperti yang

    tergambar pada tabel dibawah ini:

    Tabel 2.5 Contoh Counterirritation dan Metode Psikologi

    dalam Mengurangi Nyeri

    Counterirritation Metode Psikologi

    Panas Dingin

    Kimia

    Masase Akupuntur

    Vibrasi

    Distraksi Imaginasi

    Relaksasi

    Terapi musik Hipnosis

    Terapi kognitif-perilaku

    Sumber: Twycross, Moriarty & Betts (1998)

    Menurut Twycross, Moriarty & Betts (1998), terdapat beberapa cara dalam

    mengurangi nyeri pada anak, yaitu:

    a. Distraksi

    Merupakan teknik yang membantu anak mengurangi nyeri dengan durasi

    yang relatif singkat, seperti nyeri saat prosedur. Contoh strategi distraksi

    adalah memegang objek yang familiar, menyanyi, meniup gelembung,

    menonton televisi atau video atau mendengarkan cerita atau musik.

    b. Relaksasi

    Relaksasi biasanya tidak mengurangi intensitas nyeri, tetapi mengurangi

    stress yang berhubungan dengan nyeri. Hal ini disebabkan toleransi nyeri

    akan meningkat jika pasien lebih rileks.

    c. Menggambarkan

    Menggunakan teknik imaginasi untuk memodifikasi respon nyeri.

    Menyediakan pengurang nyeri dengan cara distraksi, relaksasi dan

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 21

    Universitas Indonesia

    menciptakan gambaran nyeri. Contohnya, anak yang memiliki nyeri bisa

    membuat/ menggambarkan nyeri yang mengalir di tubuh mereka.

    d. Massase

    Menciptakan relaksasi pada otot tubuh karena meningkatkan sirkulasi darah

    sehingga mengurangi nyeri.

    e. Sentuhan

    Banyak anak yang merasa diperhatikan dan dicintai dengan sentuhan

    terapeutik. Perawat jarang menyentuh anak kecuali melakukan pemeriksaan

    fisik atau melakukan prosedur. Tetapi, sentuhan merupakan bentuk

    komunikasi yang kuat yang menunjukkan kepedulian dan empati.

    f. Aromaterapi

    Aromaterapi dapat mengurangi nyeri, relaksasi, merawat gejala dan

    mengurangi rasa nyeri. Aromaterapi menyembuhkan di level fisik, emosi dan

    mental.

    g. Hipnosis

    Meningkatkan fokus perhatian, menurunkan status kesadaran dan disertai

    dengan relaksasi. Hipnosis sebenarnya tidak menghilangkan nyeri tetapi

    mengurangi atau menghilangkan persepsi anak tentang nyeri.

    2.4.3 Tatalaksana Nyeri dengan Terapi Bacaan Al-Qur'an dengan Media

    Audio

    Penggunaan media audio telah dibuktikan sebagai salah satu teknik distraksi

    yang ampuh dalam menurunkan nyeri pada anak. Terapi yang menggunakan

    media audio yang pernah dijadikan penelitian berupa musik relaksasi,

    instrumen musik maupun murattal (bacaan Al-Quran). Peneliti menemukan

    bahwa stimulasi musik lebih baik dibanding stimulasi lainnya. Sebuah

    penelitian yang juga telah dilakukan menunjukkan bahwa terapi musik dapat

    menurunkan efek mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi

    (Apriany, 2010). Dalam penelitian lain juga ditemukan adanya hubungan

    antara teknik relaksasi dengan menggunakan terapi musik terhadap

    penurunan nyeri pada klien paska apendiktomi (Wahyuni, 2002). Walaupun

    begitu, Al-Qur'an adalah salah satu musik terlembut dan teringan di alam

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 22

    Universitas Indonesia

    yang berasal dari sumber yang suci, dan dapat mencegah sejumlah besar

    masalah fisik dan mental (Abdullahzadeh & Abdullahzadeh, n.d.).

    Menurut Sodikin (2012) , terdapat perbedaan skala nyeri pada pasien post

    operasi hernia sebelum dan setelah dilakukan Terapi Bacaan Al-Quran

    (TBA). Al-Tharshi (1992) meneliti tentang hubungan antara ibadah dan

    penyembuhan dengan metode empiris. Dia menemukan bahwa orang yang

    beribadah, termasuk sholat, doa, membaca Al-Qur'an, zikir memiliki

    keuntungan dalam fisik psikologis dan spiritual. Pada penelitian lain juga

    menemukan bahwa ibadah memiliki peran yang signifikan dalam pemulihan

    atau koping terhadap penyakit. Hasil menunjukkan bahwa orang Islam yang

    beribadah bisa menurunkan stres dan tekanan darah, memberikan

    kenyamanan spiritual pada klien dan meningkatkan kemampuan emosional

    untuk berdamai dengan penyakit mereka (Ycel, 2009).

    Penelitian yang menghubungkan antara kegiatan ibadah dan penyembuhan

    penyakit semakin diminati oleh masyarakat. Salah satu bentuknya adalah

    semakin banyak orientasi masyarakat terhadap penyembuhan yang islami.

    Selama beberapa dekade terakhir, banyak masyarakat yang berfokus pada

    dimensi spriritual dari penyakit, yaitu kekuatan Al-Qur'an, membaca Al-

    Qur'an dan penyembuhan alami di Al-Qur'an dan hadist (Tocco, 2010).

    Penggunaan bahasa Al-Quran sebagai terapi relaksasi dalam mengurangi

    nyeri karena Al-Quran memiliki keindahan ritme yang khas dan irama

    yang merdu. Bacaan Al-Quran juga dianggap sebagai salah satu musik

    terlembut yang berasal dari alam (Khan, n.d.). Oleh sebab itu, bacaan Al-

    Quran dapat menjadi salah satu alternatif dalam teknik distraksi yang

    bertujuan mengurangi nyeri pada anak.

    Penelitian mengenai terapi nonfarmakologis dengan TBA melalui media

    audio diaplikasikan sebagai salah satu intervensi terhadap nyeri pada An. P.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 23

    Universitas Indonesia

    Aplikasi dari penelitian Terapi Bacaan AL-Quran (TBA) dilakukan dengan

    beberapa tahapan. Sebelumnya penulis menentukan pasien cedera kepala

    yang telah menerima analgetik selama 6 jam. Kemudian dijelaskan tujuan dan

    manfaat penelitian kepada keluarga klien. Setelah itu penulis menyampaikan

    hasil dari penelitian di tesis sebelumnya tentang aplikasi bacaan Al-Qur'an.

    Penulis meminta kesediaan keluarga dalam melakukan aplikasi penelitian.

    Setelah disetujui oleh orang tua responden, penulis kontrak waktu dan tempat

    dengan orang tua klien

    Untuk mencegah terjadinya bias dalam intervensi dengan TBA, perlu adanya

    pengecekan jadwal pemberian analgetik. Pada penelitian sebelumnya, klien

    diintervensi setelah 6 jam post pemberian analgetik. Pada An. P, diberikan

    Ketorolac 2 x 10 mg pada jam 06.00 dan 18.00 WIB.

    Ketorolac bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin yang

    merupakan mediator yang berperan pada inflamasi, nyeri dan demam.

    Absorbsinya terjadi di usus dengan bioavalaibilitasnya pada pemberian oral,

    intramuskular dan intravena bolus 100%. Konsentrasi puncak pemberian oral

    akan tercapai dalam waktu 45 menit, pemberian intramuskular 3045 menit

    dan intravena bolus 13 menit. Obat ini 99% berikatan dengan protein

    plasma. Konsentrasi di plasma akan berkurang setelah 6 jam (Jusuf, 2008).

    Keseimbangan tingkat plasma tercapai setelah diberikan dosis setiap 6 jam

    dalam sehari. Kadar puncak plasma terjadi pada rata-rata 50 menit setelah

    dosis tunggal 30 mg (Roche Diagnostic Australia, 2012). Oleh sebab itu,

    TBA dilakukan setelah 6 jam pemberian analgetik (ketorolac).

    Sebelum menerapkan TBA, dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, yang

    terdiri dari tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan suhu

    tubuh klien. Pengukuran tanda-tanda vital ini bertujuan untuk mengetahui

    perubahan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan TBA.

    Selanjutnya klien dibimbing melalukan napas dalam sesuai kemampuan dan

    pemahaman klien.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 24

    Universitas Indonesia

    Terapi Bacaan AL-Quran dengan media audio dimulai dengan

    memperdengarkan bacaan AL-Quran selama 15 menit. Ayat Al-Quran yang

    digunakan sebaiknya surat yang dihafal oleh klien, sehingga lebih diresapi

    dan diikuti oleh klien selama terapi.

    Setelah diperdengarkan selama 15 menit, penulis memberi waktu istirahat

    selama 10 menit dan mengukur ulang tanda-tanda vital. Selain itu penulis

    juga meminta pendapat orang tua yang ikut mengobservasi penulis dalam

    melakukan tindakan terhadap keadaan umum anaknya. Hasil pengukuran

    dinilai dan didokumentasikan.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 25 Universitas Indonesia

    BAB 3

    LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

    3.1 Gambaran Umum

    An. P (7 tahun) masuk rumah sakit karena keluhan muntah dan nyeri kepala

    hebat. Orang tua klien mengatakan pada tanggal 15 Juni 2013, klien pulang

    dengan keadaan lemah setelah bermain pada sore hari di luar rumah. Klien

    masih mampu berdiri dan berjalan seperti biasa, namun klien selalu

    memuntahkan makanan sehingga tidak ada makanan yang dapat dimakan.

    Klien mengatakan bahwa telah jatuh dari sepeda namun tidak ingat

    bagaimana kejadian persisnya dan tidak ada saksi mata. Keesokan harinya,

    klien dibawa ke dokter spresialis karena merasa pusing dan muntah-muntah.

    Setelah sehari di rumah, klien tidak mengalami perbaikan sehingga dibawa ke

    RSUP Fatmawati. Klien masuk ke IGD mulai di rawat di ruang rawat inap

    anak pada tanggal 19 Juni 2013.

    An. P memiliki tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi 112 x/menit, Suhu: 36,5C,

    frekuensi penafasan: 20x /menit. Klien terlihat gelisah, sering memejamkan

    mata dan belum mampu berbicara dengan jelas. Tidak tampak luka atau

    cedera lain di tubuh klien. An. P selalu tidur dan memejamkan mata dengan

    alasan merasa pusing jika membuka mata. An. P juga terlihat somnolen dan

    selalu mengeluh pusing. Saat pusing, klien biasanya menangis atau

    mengerang. Selain itu, An. P tidak mau berinteraksi dengan siapapun dan

    jarang bicara, termasuk dengan ibunya.

    Klien sering terlihat mual dan muntah. Dalam sehari, klien bisa muntah 3 - 4

    kali, terutama setelah makan maupun minum. Selain keluhan pusing juga

    terdapat nyeri di ulu hati. An. P mengalami konstipasi selama di RS, namun

    abdomen terlihat cekung dan lemas.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 26

    Universitas Indonesia

    3.3 Masalah Keperawatan

    Pada an. P, terdapat beberapa masalah keperawatan, yaitu gangguan pola

    eliminasi urine, gangguan perfusi jaringan serebral, nyeri akut, gangguan

    nutrisi kurang dari kebutuhan, dan risiko infeksi.

    Masalah gangguan pola eliminasi urine terjadi pada saat klien masuk di ruang

    rawat inap anak. An P mengeluhkan sakit pada kandung kemih, ingin

    berkemih namun tidak bisa mengeluarkan urine. Saat dilakukan palpasi di

    area kandung kemih, teraba distensi dan nyeri tekan. Tidak ada peningkatan

    produksi urine dari jam 08.00 sampai jam 14.30 WIB. Oleh sebab itu masalah

    ini diangkat menjadi gangguan pola eliminasi urine.

    Masalah berikutnya adalah gangguan perfusi jaringan serebral. Hal ini

    didukung dengan data seringnya terjadi peningkatan TIK pada anak P, yang

    ditandai dengan perubahan tanda-tanda vital, diaforesis, nyeri kepala dan

    mual serta muntah. GCS klien bernilai E2M4V2. Hasil CT scan juga

    menunjukkan terdapat perdarahan di regio occipital sebanyak 15 cc dan

    terdapat edema serebri.

    Selain itu klien juga mengeluh nyeri sehingga bisa diangkat masalah nyeri

    akut. Klien berespon terhadap nyeri dengan menangis dan mengerang. Selain

    itu klien juga sering memegang dan melindungi kepalanya. Pada saat nyeri

    semakin hebat, klien terkadang pernah memukul-mukul atau membenturkan

    kepalanya. Masalah ini dapat diangkat menjadi nyeri akut.

    Masalah berikutnyaadalah gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

    Hal ini ditandai dengan mual dan muntah yang terus menerus. Klien juga

    memuntahkan setiap makanan yang masuk. Selain itu, ibu klien melaporkan

    perubahan berat badan, terutama dilihat dari bentuk abdomen klien.

    Penimbangan berat badan tidak dilakukan karena klien belum bisa mobilisasi

    dan tidak ada alat yang memadai untuk mengukur BB di tempat tidur.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 27

    Universitas Indonesia

    Masalah terakhir adalah risiko infeksi pada an. P. Risiko infeksi dapat

    ditegakkan karena klien mendapatkan tindakan invasif, yaitu pemasangan

    infus dan penggunaan kateter. Selama pengkajian ini tidak terlihat adanya

    perubahan suhu pada an. P, timbulnya pus pada area insersi dan tidak terdapat

    tanda kemerahan atau reaksi radang lainnya pada an P.

    3.4 Asuhan Keperawatan

    Keluhan mengenai rasa nyeri di kandung kemih segera ditindaklanjuti dengan

    mengkaji ulang mengenai ketepatan posisi selang, memperbaiki posisi selang

    dan mengamati aliran urine di selang kateter. Terihat tidak ada aliran pada

    selang namun kandung kemih teraba penuh. Oleh sebab itu, dilakukan

    pelepasan selang kateter danterlihat adanya gumpalan putih seperti pasir yang

    menutupi ujung selang kateter. Setelah kateter dilepaskan, aliran urine lancar

    dan An P tidak pernah mengeluh mengenai kegiatan berkemih. Frekuensi

    berkemih sekitar 4 6 kali.

    Perawat juga memantau tanda-tanda peningkatan TIK dengan mengobservasi

    tanda-tanda vital, keadaan umum, respon serta orientasi dan nilai GCS. Selain

    itu posisi head up 30o tetap dipantau dan dipertahankan untuk mencegah

    peningkatan TIK. Keluarga klien juga diberi pendidikan kesehatan mengenai

    aktivitas yang dapat menimbulkan peningkatan TIK sehingga bisa dicegah

    sejak dini.

    Dalam menerapkan intervensi keperawatan, terdapat beberapa kemajuan

    kondisi klien, diantaranya perubahan nilai GCS, saat awal masuk, klien

    memiliki GCS E2M4V2 namun di hari Sabtu (22/06/13), nilai GCS klien

    meningkat menjadi E4M5V5.

    Mengingat kemampuan klien menelan dan mencerna makanan masih terbatas,

    perawat memantau terapi cairan dan status hidrasi pasien. Namun nutrisi juga

    diperhatikan dengan mencari makanan pengganti yang lebih ringan namun

    bergizi untuk klien. Perawat juga mengajarkan bagaimana memberi makanan

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 28

    Universitas Indonesia

    dengan kondisi anak yang mual dan muntah. Setelah dua hari di rawat,

    frekuensi mual dan muntah sudah berkurang. Walaupun sesekali klien masih

    memuntahkan makanan, di hari ketiga di rawat, klien sudah mampu menelan

    1-2 sendok jus dan kentang dan apel tanpa muntah.

    Respon nyeri klien juga terlihat berkurang. Keluhan pusing dan sakit kepala

    sudah mulai menurun frekuensinya. Selain itu saat terjadi sakit kepala, klien

    sudah tidak menangis atau memukul-mukulkan kepala, tetapi hanya

    mengeluh sakit. Jika sebelumnya klien tidak mau membuka mata karena

    merasa pusing, klien sekarang telah mampu membuka mata dan menatap

    lawan bicara. Interaksi klien dengan orang lain juga lebih baik. Klien sudah

    mau menjawab pertanyaan, walaupun terbatas anggukan dan gelengan. Klien

    sudah mau diajak berkomunikasi dengan keluarga dan perawat.

    Pada pasien cedera kepala, penggunaan obat-obatan dengan dosis dan waktu

    yang tepat sangat penting untuk kesembuhan klien. Perawat bertugas

    memberikan dan memastikan pemberian obat dengan benar agar mengurangi

    peningkatan TIK dan mengurangi efek-efek dari cedera kepala yang dialami

    klien. Pemberian obat-obatan seperti diuretic osmotic, analgetik dan

    antibiotik perlu diawasi dengan tepat agar tercapainya kesembuhan yang

    optimal.

    3.6 Aplikasi Hasil Penelitian

    Sebelum melakukan intervensi klien melakukan pengecekan jadwal obat

    analgetik. Klien mendapatkan obat Ketorolac 2 x 10 mg, pada jam 06.00 dan

    18.00 WIB. Sebelum menerapkan penelitian, penulis melakukan pengukuran

    tanda-tanda vital, yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu

    klien. Selanjutnya klien dibimbing melalukan napas dalam sesuai kemampuan

    klien dan diperdengarkan bacaan AL-Quran selama 15 menit. Ayat Al-

    Quran yang penulis perdengarkan adalah Juz 30, dimana menurut ibu klien,

    klien menghapal surat-surat di juz 30, seperti An-Naas, Al-Falaq dan Al-

    Ikhlas. Selain itu penulis juga memperdengarkan surat yang familiar pada

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 29

    Universitas Indonesia

    anak-anak, yaitu surat An-Naas sampai surat Adh-Dhuhaa. Setelah

    diperdengarkan selama 15 menit, penulis memberi waktu istirahat selama 10

    menit dan mengukur ulang tanda-tanda vital. Selain itu penulis juga meminta

    pendapat orang tua yang ikut mengobservasi penulis dalam melakukan

    tindakan terhadap keadaan umum anaknya. Hasil pengukuran

    didokumentasikan dan penulis melakukan kontrak ulang untuk intervensi yang

    sama dengan orang tua klien.

    Intervensi I :

    Hari : Jumat

    Tanggal : 21 Juni 2013

    Waktu : 13.15 13.55

    Penulis dilaporkan oleh orang tua klien tentang kondisi anaknya yang

    mengeluh nyeri kepala sampai memegang erat (melindungi) kepala nya dan

    mengerang kesakitan. Penulis melakukan kontrak intervensi dengan ibu klien

    dan melakukan intervensi seperti yang telah disampaikan sebelumnya.

    Tanda-tanda vital sebelum TBA:

    Tekanan darah : 150/110

    Nadi : 60 x/menit

    Pernapasan : 28 x/menit

    Suhu : 36,0o C

    Setelah dilakukan pengukuran, didapatkan hasil pengukuran tanda-tanda vital,

    yaitu:

    Tekanan darah : 140/100

    Nadi : 88 x/menit

    Pernapasan : 26 x/menit

    Suhu : 36,0o C

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 30

    Universitas Indonesia

    Selain itu, penulis mengobservasi keadaan umum klien, dimana klien terlihat

    lebih tenang dan tertidur pulas setelah 10 menit diberi TBA. Orang tua klien

    juga menyampaikan bahwa anaknya terlihat tenang dan mengatakan efeknya

    langsung terlihat.

    Penulis juga memperhatikan ekspresi anak saat sebelum dan sesudah TBA.

    Penulis menggunakan skala Oucher dengan gambar anak laki-laki dengan ras

    asia.

    Gambar 3.1 Perubahan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah TBA

    (Jumat, 21 Juni 2013)

    Sumber : Pain Associates in Nursing. Oucher!. Juli 4, 2013.

    http://http://www.oucher.org

    Intervensi II :

    Hari : Sabtu

    Tanggal : 22 Juni 2013

    Waktu : 14.05 14.35

    Penulis mendatangi klien sesuai kontrak pada hari sebelumnya. Ibu klien

    melaorkan anaknya mengeluh sakit kepala lagi dan bergerak dengan gelisah di

    tempat tidur. Klien berpindah posisi dan berguling sambil mengeluh nyeri.

    Penulis melakukan intervensi dengan metode sebelumnya.

    Tanda-tanda vital sebelum TBA:

    Tekanan darah : 140/100

    Nadi : 69 x/menit

    Pernapasan : 25 x/menit

    Suhu : 36,1o C

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

    http://http/www.oucher.org

  • 31

    Universitas Indonesia

    Setelah dilakukan pengukuran, didapatkan hasil pengukuran tanda-tanda vital,

    yaitu:

    Tekanan darah : 130/100

    Nadi : 86 x/menit

    Pernapasan : 26 x/menit

    Suhu : 36,1o C

    Penulis mencataan keadaan klien. Seperti hari sebelumnya, klien terlihat tidur

    dengan tenang setelah diberikan TBA. Klien tidur dengan posisi terlentang

    dan dengan ekspresi datar (tidak ada seringai atau menyeringitkan wajah

    sebagai salah satu tanda nyeri).

    Skala nyeri anak dengan Skala Oucher:

    Gambar 3.2 Perubahan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah TBA

    (Sabtu, 22 Juni 2013)

    Sumber : Pain Associates in Nursing. Oucher!. Juli 4, 2013.

    http://http://www.oucher.org

    Dari dua intervensi yang dilakukan penulis, terlihat perubahan tanda-tanda

    vital mendekati normal dan keadaan umum yang lebih tenang. Penulis tidak

    mengukur skala nyeri karena klien masih terbatas dalam verbal dan tertidur

    setelah diberikan TBA. Namun dapat dilihat bahwa keadaan klien lebih baik

    dari sebelum diberikan TBA.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

    http://http/www.oucher.org

  • 32 Universitas Indonesia

    BAB 4

    ANALISIS SITUASI

    4.1 Profil Lahan Praktek

    Lantai 3 utara gedung Teratai RSUP Fatmawati adalah bangsal khusus anak

    bagian kelas III bedah dan kelas I dan II penyakit dalam dan bedah. Ruang

    rawat ini menangani kasus-kasus seperti hidrosefalus (19,6%), hirscprung

    (16,9%), cedera kepala (15,1%), fraktur (15,1%), apendiks (13,4%), atresia ani

    (11,6%) dan spina bifida (8%). Selain itu juga terdapat penyakit lain seperti

    hipospadia, persiapan bedah plastik, persiapan bedah tumor dan luka bakar

    (RSUP Fatmawati, 2013).

    Lantai III utara terdiri dari 12 ruang rawat, dimana 4 kamar ruang kelas III

    bedah, 1 kamar ruang combustio, 4 kamar ruang kelas I dan 4 kamar ruang

    kelas II. Selain itu, terdapat ruang tindakan, ruang obat, dapur (ruang gizi),

    nurse station, spoelhoek, gudang, ruang penyimpanan laken dan ruang ganti

    perawat. Ruang kelas I terdiri dari 2 bed, ruang kelas II terdapat 4 bed setiap

    kamar dan kelas III memiliki 6 bed perkamar, sehingga total bed keseluruhan

    adalah 54 buah tempat tidur.

    Total jumlah perawat di lantai III utara adalah 23 orang, ditambah dengan 1

    orang kepala ruangan dan 1 wakil kepala ruangan. Metode perawatan yang

    dilakukan adalah metode tim, dimana setiap 2 orang ketua tim membawahi 2-

    4 perawat pelaksana setiap shift nya.

    .

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 33

    Universitas Indonesia

    4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

    Konsep Kasus Terkait

    Diagnosa medis yang ditegakkan pada klien yang dikelola adalah Epidural

    hematoma regio occipital dan edema ringan hemisfer cerebri dan cerebeli

    dextra. Diagnosa ini muncul karena cedera kepala yang dialami klien yang

    diakibatkan kecelakaan saat bersepeda. Seperti yang telah diuraikan

    sebelumnya, cedera kepala adalah penyakit neurologik yang serius, yang

    disebabkan kecelakaan lalu lintas (Ginsberg, 2005). Anak-anak memiliki

    alasan yang lebih khusus sebagai penyebab cedera kepala. Tiga penyebab

    utama kerusakan otak pada masa kanak-kanak secara berurutan adalah cedera

    terjatuh, cedera bermotor, dan cedera sepeda. Anak yang lebih besar dari umur

    2 tahun dapat mengalami cedera sebagai pejalan kaki atau mengedarai sepeda.

    Mayoritas kematian akibat trauma otak terjadi pada usia 5 dan 15 tahun

    (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).

    Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa penyebab cedera kepala pada anak lebih

    sering akibat kecelakaan, lebih khususnya kecelakaan akibat terjatuh,

    bermotor dan cedera sepeda. All-terrain vehicle (ATV) atau segala jenis motor

    yang berukuran kecil yang populer di kalangan anak-anak dibawah usia 16

    tahun, adalah kendaraan yang sulit dikendalikan, tidak stabil dan berperan

    meningkatkan jumlah kejadian cedera pada anak (Wong, Hockenberry,

    Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Hal ini juga didukung dengan

    masalah kesehatan di perkotaan, dimana tingginya angka pembangunan fisik

    dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang berada di jalan, sehingga

    rentan menimbulkan kecelakaan akibat kondisi jalan yang padat.

    Padatnya bangunan dan tingginya arus kendaaran berhubungan dengan tempat

    tinggal klien yang berada di daerah kota, yaitu Jakarta Selatan. Peningkatan

    pembangunan jalan raya, mall, jalan tol dan gedung-gedung serta padatnya

    arus kendaraan bermesin didaerah tersebut mengakibatkan tingginya risiko

    kecelakaan di jalan.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 34

    Universitas Indonesia

    Peminatan anak-anak terhadap olahraga juga menimbulkan salah satu

    penyebab cedera kepala di perkotaan. Ketidakhati-hatian dalam berolahraga,

    dan kurangnya pengamanan dalam berolahraga bisa menjadi salah satu

    penyebab cedera kepala. Contohnya, saat bersepeda, anak cenderung tidak

    memakai alat pengaman lengkap seperti helm atau pelindung lutut. Selain itu

    kebiasaan mengemudi yang ceroboh dan ngebut di jalan raya yang populer di

    kalangan anak-anak membuat keamanan dalam bersepeda menjadi rendah,

    sehingga menjadi faktor yang bisa menyebabkan cedera pada anak.

    Kondisi ini tentu menjadi penyebab terbesar cedera kepala pada anak. Cedera

    yang terjadi sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan kebiasaan

    mengemudi yang aman, penggunaan peralatan pendukung dalam bersepada

    dan peningkatan pengawasan orang tua terhadap keamanan kegiatan bermain

    anak (Villalpando,2012).

    4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

    Intervensi yang diterapkan dalam kasus cedera kepala adalah aplikasi dari

    Pengaruh Terapi Bacaan Al-Qur'an Melalui Media Audio terhadap Respon

    Nyeri Pasien Post Operasi Hernia di RS Cilacap. Intervensi ini telah di

    ujicobakan pada pasien yang mengalami operasi hernia melalui pembedahan

    insisi kulit abdomen. Penulis ingin mengetahui keefektifan intervensi ini pada

    anak yang cedera kepala.

    Salah satu manifestasi dari cedera kepala adalah pusing atau vertigo atau nyeri

    kepala hebat. Seringkali anak yang telah diberi analgetik masih merasakan

    nyeri di kepala, terutama jika efek obat yang diberikan telah habis. Kondisi ini

    akan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada anak, dan juga meningkatkan

    kecemasan pada orang tua. Kondisi tersebut tentu menimbulkan stres

    hospitalisasi pada anak sehingga penulis tertarik mengaplikasikan penelitian

    ini untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh anak.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 35

    Universitas Indonesia

    Selama melakukan TBA pada anak cedera kepala, terlihat perubahan tanda-

    tanda vital dan skala nyeri anak. Tanda-tanda vital klien pada awalnya tidak

    stabil, namun setelah diberikan TBA selama 15 menit, tanda-tanda vital

    kembali ke batas normal. Kondisi umum klien juga terlihat mengalami

    perubahan, dimana anak yang sebelumnya mengerang dan menyeringai,

    terlihat tertidur pulas dengan ekspresi tenang.

    Penelitian ini juga dapat melibatkan orang tua dalam pemberian terapi. Hal ini

    didukung dengan konsep Family Centered Care (FCC) atau asuhan berpusat-

    keluarga. FCC menunjukkan bahwa keluarga memiliki peran khusus dalam

    merawat anak. Dalam FCC, terlihat pentingnya peran orang tua dan

    keterlibatan mereka dalam meningkatkan kualitas perawatan anak (Wong,

    Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009; Bowden & Greenberg,

    2012). Pemberian TBA dengan melibatkan keluarga dalam proses terapi

    bertujuan untuk menyediakan bentuk terapi nonfarmakologis yang mudah

    dilakukan keluarga dan untuk meningkatkan kualitas hubungan orang tua dan

    anak dalam proses perawatan.

    4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

    Dalam mencegah terjadinya cedera kepala pada anak, perlu adanya perhatian

    yang besar dari orang tua untuk mencegah kejadian cedera pada anak. Seperti

    yang dijelaskan dalam Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz

    (2009), penyebab tersering cedera dan kematian pada anak usia sekolah

    adalah kecelakaan sepeda motor, baik sebagai pejalan kaki atau penumpang.

    Selain itu tiga penyebab utama kerusakan otak pada masa kanak-kanak secara

    berurutan adalah cedera terjatuh, cedera bermotor, dan cedera bersepeda.

    Pemecahan terhadap masalah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan safety

    anak dalam berkendara (bersepeda). Pemilihan sepeda yang tepat untuk anak

    dapat meminimalkan resiko terjadi cedera pada anak. Orang tua mungkin

    berpikir membelikan anak sepeda yang besar karena anak akan tumbuh besar,

    tetapi harus dihindari pembelian sepeda yang terlalu besar karena menyulitkan

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 36

    Universitas Indonesia

    anak untuk berputar. Ketika berdiri di atas sepeda, kaki anak harus dapat

    menyentuh tanah dengan sepeda yang tidak menyentuh antara kedua kakinya.

    Ketika duduk, anak harus dapat mengayuh sepeda dengan mudah. Berat

    sepeda harus dipikirkan juga dalam memilih sepeda. Beberapa sepeda yang

    murah dibuat dari besi dan sangat berat, sehingga sulit bagi anak untuk

    berputar (Villalpando, 2012).

    Selain itu, setiap bersepeda, sebaiknya harus dilengkapi dengan helm. Dalam

    sebuah penelitian, helm dapat menurunkan angka kejadian cedera kepala

    sekitar 85% dan cedera otak 88% (Rivara, & Thompson, 1990). Namun,

    banyak anak yang tidak menggunakan helm saat mengendarai sepeda dan

    orang dewasa pun juga jarang menggunakan, terlepas dari fakta bahwa helm

    sebagai alat yang sangat efektif mencegah terjadinya cedera kepala (American

    Academy of Pediatrics, 2001). Tampak bahwa betapa pentingnya penggunaan

    helm dalam menjaga keselamatan anak saat bersepeda. Perhatian orang tua

    dan kepatuhan anak akan penggunakan peralatan yang safety dapat menjadi

    salah satu cara untuk mencegah cedera kepala pada anak. Asuhan

    keperawatan keluarga di rumah juga dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 37

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.1 Rekomendasi American Academy of Pediatrics

    untuk Keamanan Bersepeda

    Keamanan Bersepeda

    Gunakan selalu helm sepeda yang sesuai, yang telah disetujui Snell atau ANS, ganti helm yang sudah rusak.

    Mengendarai sepeda sesuai dengan rambu-rambu lalu lintas dan jauh

    dari mobil yang diparkir.

    Tuntun sepeda ketika melalui persimpangan jalan yang ramai hanya di zebra cross.

    Berikan tanda dengan tangan ketika akan berbelok atau berhenti.

    Pertahankan posisi sepeda sedekat mungkin dengan tepi jalan. Perhatikan jalan yang tidak rata, jalan yang berlubang, bahu jalan yang

    lemah, dan adanya batu kerikil atau tanah.

    Pegang stang sepeda dengan kedua tangan kecuali jiak ingin memberi tanda dengan tangan.

    Jangan mengendarai satu sepeda untuk dua orang.

    Jangan membawa benda yang mengganggu penglihatan atau

    pengendalian sepeda, jangan menarik benda di belakang sepeda. Perhatikan dan dahulukan pejalan kaki.

    Perhatikan mobil dari arah belakang atau hindari jalur kendaraan

    bermotor, hati-hati terutama pada persimpangan jalan. \Lihat ke kanan dan ke kiri sebelum belok ke jalur lalu lintas atau jalan

    raya.

    Jangan menghalangi jalan untuk mobil truk atau kendaraan lainnya ketika mengendarai sepeda.

    Pelajari peraturan di jalan dan hormati petrugas lalu lintas.

    Patuhi semua peraturan yang berlaku.

    Gunakan sepatu yang aman dan pas dipakai ketika mengendarai sepeda. Gunakan pakaian berwarna terang saat malam hari dan tempelkan

    benda-benda bercahaya pada pakaian dan sepeda.

    Pastikan bahwa ukuran sepeda sesuai dengan pengendaranya. Lengkapi sepeda dengan lampu dan benda yang mampu emmantulkan

    cahaya.

    Sepeda terlebih dahulu diperiksa untuk memastikan kondisi mekanik

    yang baik. Anak-anak yang dibonceng sepeda harus mengenakan helm berukuran

    tepat pada tempat duduk yang telah dirancang khusus untuk

    keamanan anak.

    Sumber: American Academy Pediatrics, Committee of Injury and Poison Prenvention: Bicycle

    helmets, Pediatrics (1995).

    Kepatuhan dengan anjuran dan rekomendasi yang telah diberikan untuk

    pencegahan cedera pada anak, serta pengawasan yang baik dari orang tua terhadap

    keselamatan anak menjadi salah satu alternatif dalam mencegah terjadinya cedera

    yang semakin banyak timbul di kalangan masyarakat perkotaan. Pencegahan

    cedera yang tepat dan baik pada anak tentu saja berdampak pada penurunan angka

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 38

    Universitas Indonesia

    kejadian cedera kepala dan menurunkan angka kematian dan cedera yang fatal

    pada anak. Namun, jika telah terjadi cedera kepala pada anak, tentu harus ada

    jalan yang diupayakan dalam kesembuhan anak. Selain intervensi yang

    menggunakan farmakologis, ada juga terapi nonfarmakologis dalam

    meningkatkan kesembuhan anak yang mengalami cedera kepala.

    Pada tahun 1977, pernah terjadi suatu kejadian yang membuah seorang psikolog

    mengalami cedera kepala yang serius. Saat itu penelitian tentang cedera kepala

    masih pada masa-masa awal dan belum ada dukungan dari organisasi atau sosial.

    Dari segala keterbatasan dan kecacatan yang dialaminya, psikolog tersebut dapat

    kembali menjadi praktisi profesional dan memperoleh kulitas hidup yang baik

    dengan bantuan keluarganya. Artinya, keyakinan, harapan dan cinta merupakan

    salah satu terapi dalam masa penyembuhan cedera kepala yang serius (Linge,

    1990). Dapat disimpulkan bahwa peran keluarga, terutama orang tua menjadi

    faktor yang sangat penting dalam peningkatan pemulihan anak dengan cedera

    kepala.

    Sebuah penelitian menyatakan bahwa trauma otak dapat mengganggu hubungan

    orang tua dan anak, berkonstribusi dalam kurangnya kecocokan dan respon timbal

    balik antara orang tua dan anak. Namun, dalam perkembangannya, kemampuan

    orang tua dalam bereaksi dengan hangat dan ramah dapat membantu pertumbuhan

    kemampuan sosial, kognitif dan bahasa pada anak (Wade, Taylor, Walz,

    Salisbury, Stancin, Bernard, et al, 2008). Hal ini mendukung keefektifan peran

    orang tua terhadap masalah cedera kepala pada anak.

    Telah dikenal konsep Family Centered Care (FCC) atau asuhan berpusat-keluarga

    dalam perawatan anak. FCC menunjukkan bahwa keluarga bersifat konstan dalam

    hidup anak. Keluarga didukung dalam peran pemberian perawatan yang alami dan

    peran pembuatan keputusan dengan membangun kekuatan unik mereka sebagai

    individu dan keluarga (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz,

    2009).

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 39

    Universitas Indonesia

    Penerapan asuhan berpusat-keluarga dibutuhkan dalam perawatan anak cedera

    kepala, baik yang mengalami hospitalisasi maupun masa pemulihan di rumah.

    Selama di rumah sakit, anak membutuhkan intervensi nonfarmakologis, seperti

    terapi nyeri yang telah diaplikasikan sebelumnya, yaitu TBA dengan media audio.

    Ketersediaan jumlah perawat dan waktu perawatan yang diberikan tentu saja

    terbatas jika diterapkan ada seluruh anak yang mengalami cedera kepala. Oleh

    sebab itu peran keluarga penting dalam penerapan intervensi ini.

    Proses pemberian terapi ini tidak sulit karena cukup dengan menyediakan media

    audio dan murottal yang diinginkan. Orang tua juga dapat membacakan langsung

    ayat-ayat Al-Quran pada anaknya. Oleh sebab itu, aplikasi intervensi ini juga

    meningkatkan intensitas hubungan dan komunikasi orang tua dan anak. Dukungan

    orang tua dan keluarga, teknik relaksasi nyeri yang tepat dan proses

    penatalaksanaan yang tepat dalam menangani cedera kepala dapat menjadi sebuah

    asuhan yang meningkatkan kualitas hidup dan penyembuhan anak yang cedera

    kepala (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009; Linge,

    1990).

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 40 Universitas Indonesia

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Gambaran umum anak yang mengalami cedera kepala memperlihatkan tanda-

    tanda gelisah, mual muntah, dan penurunan kesadaran. Anak yang mengalami

    cedera kepala mengalami berbagai masalah keperawatan, seperti masalah

    gangguan perfusi jaringan serebral, gangguan nutrisi, cairan ataupun memiliki

    risiko cedera. Pemberian asuhan yang sesuai dengan prosedur, bertahap dan

    berkelanjutan mampu menyebabkan peningkatan kondisi anak ke arah yang

    lebih baik.

    Terdapat beberapa kondisi yang harus diperhatikan pada anak yang

    mengalami cedera kepala, yaitu terjadinya peningkatan tekanan intra kranial.

    Peningkatan tekanan intra kranial ini ditandai dengan adanya nyeri kepala

    pada anak. Respon nyeri yang terjadi pada anak tidak bisa diabaikankarena

    akan meningkatkan stres hospitalisasi pada anak. Untuk itu perlu adanya

    intervensi yang tepat dalam mengatasi nyeri yang timbul, salah satunya

    dengan terapi Bacaan Al-Quran.

    Terapi ini telah diaplikasikan pada pasien anak cedera kepala.

    Hasilnyamenunjukkan adanya pengaruh TBA terhadap respon nyeri anak, baik

    dari tanda-tanda vital dan keadaan umum anak. Terapi ini direkomendasikan

    pada perawat dan orang tua karena mudah dan dapat dilakukan oleh keluarga.

    Keluarga juga berperan penting dalam meningkatkan kondisi kesehatan anak.

    Keterlibatan keluarga dalam proses perawatan serta peningkatan kualitas

    interaksi antara orang tua dan anak menjadi salah satu cara dalam

    meningkatkan proses penyembuhan anak.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 41

    Universitas Indonesia

    5.2 Saran

    Intervensi keperawatan pada anak yang mengalami cedera kepala memiliki

    sebuah tindakan khusus, yaitu mengobservasi status neurologisnya dalam

    waktu yang berkala. Sebaiknya penilaian terhadap status neurologis dengan

    menggunakan Glaslow Coma Scale, dilakukan secara kontiniu dan teratur dan

    dicantumkan di dalam lembar evaluasi keperawatan sehingga dapat diniliai

    kemajuan dan perkembangan kondisi pasien cedera kepala.

    Pengkajian nyeri pada anak juga memiliki beberapa tahapan, termasuk

    kemampuan dalam melakukan pengukuran nyeri sebaiknya dipelajari dengan

    lebih mendalam oleh seorang perawat. Berbagai instrumen pengukuran nyeri

    telah dibuat sesuai dengan rentang umur anak, sehingga sebaiknya digunakan

    sesuai dengan sasaran usia.

    Tatalaksana nyeri secara nonfarmakologis telah dicoba diaplikasikan di

    institusi pelayanan kesehatan dan menunjukkan hasil perubahan pada respon

    nyeri pasien, sehingga sebaiknya terdapat sarana atau media dalam

    mengaplikasikan terapi tersebut di ruang rawat inap. Seperti TBA yang telah

    diujicobakan pada pasien cedera kepala, pihak institusi pelayanan kesehatan

    dapat memberikan terapi dengan ayat-ayat Al-Quran ataupun musik relaksasi

    pada anak yang mengalami nyeri.

    Sesuai dengan konsep Family Centered Care, anak perlu dukungan orang tua

    dalam menghadapi cedera kepala. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua diberi

    pendidikan dan akses dalam terlibat langsung dengan perawatan anak.

    Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013

  • 42 Universitas Indonesia

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdollahzadeh, F., dan Abdollahzadeh, N. (n.d.). The effect of voice of holley

    quran to decrease aggresive behaviors in people with AD. Juli 04, 2013.

    http://search.ebscohost.com/

    Al-Tharshi, A. (1992). Prayer, exercise, and the body. Beirut: Maktabatul Islami.

    Apriyani, D. (2010). Pengaruh terapi musik terhadap mual muntah lambat akibat

    kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita kanker di RSUP Dr.

    Hasan Sadikin Bandung. Tesis UI. Tidak dipublikasikan

    American Academy of Pediatrics. (1995). Bicycle helmet. Pediatrics, 108, 609-

    610.

    American Academy of Pediatrics. (2001). Bicycle helmet. Pediatrics, 108, 1030-

    15