jurnal baru keselamatan kerja dalam produksi listrik

Upload: manurung-chandra-jr

Post on 15-Jul-2015

204 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Keselamatan Kerja dan Lingkungan dalam Produksi Energi Listrik

2011

KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN DALAM PRODUKSI ENERGI LISTRIKI Dewa Gede Aditya Pemayun Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361 [email protected] Abstrak Konsekuensi pembangkit energi listrik terhadap lingkungan dan kesehatan merupakan isu penting, khususnya dilokasi dimana listrik tersebut diproduksi. Produksi energi listrik dari sumber energi primer mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup adalah nyata. Penilaian yang seimbang terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) diperlukan untuk mengetahui dan membandingkan dampak yang ditimbulkannya terhadap pembangkit listrik tenaga batubara (PLTB) ataupun pilihan-pilihan pembangkit energi listrik lainnya. Dampak terhadap lingkungan hidup lainnya dari pembangkit energi listrik terjadi pada saat penambangan bahan bakar. Pada penambangan Uranium dengan teknologi yang ada saat ini tidak terjadi polusi terhadap air dan udara. Kata Kunci : keselamatan kerja produksi listrik, kecelakaan kerja 1. PENDAHULUAN Dengan disadarinya efek pemanasan global yang terjadi saat ini, kebutuhan akan pembangkit energi listrik yang bersih dan memenuhi keselamatan lingkungan adalah merupakan pembangkit suatu tuntutan. energi listrik Konsekuensi terhadap hasil pertanian dan kerusakan gedung karena korosif, termasuk juga penyakit karena pekerjaan serta bila terjadi kecelakaan. Biaya eksternalitas ini, termasuk dampak terhadap ekosistem dan pemanasan global, merupakan hal yang seharusnya dapat dikuantifikasi dan dievaluasi. Produksi energi listrik dari sumber energi primer mempunyai dampak terhadap

lingkungan dan kesehatan merupakan isu penting, khususnya dilokasi dimana listrik tersebut diproduksi. Dampak terhadap

lingkungan hidup adalah nyata. Penilaian yang seimbang terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) diperlukan untuk mengetahui dan membandingkan dampak yang ditimbulkannya terhadap pembangkit listrik tenaga batubara (PLTB) ataupun pilihan-pilihan PEL lainnya. Dalam makalah ini akan diuraian keselamatan lingkungan dan kecelakaan dalam daur produksi energiI Dewa Gede Aditya Pemayun [1004405115]

lingkungan hidup ini merupakan biaya eksternal yang seharusnya dapat dihitung, namun tidak dimasukan ke dalam biaya utilitas (utility's account), karena itu tidak dibebankan pada konsumen. Dampak

terhadap lingkungan hidup digugat secara luas oleh masyarakat. Khususnya dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia,

Keselamatan Kerja dan Lingkungan dalam Produksi Energi Listrik

2011

listrik yang menggunakan berbagai energi primer. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Pemanasan Global ( Global Warming) Atmosfer bumi terdapat berbagai jenis gas seperti gas CO2, NOX, SOX, CH4, CFXCX dan gas lainnya. Akumulasi gas gas ini menyebabkan radiasi gelombang panjang yang dipancarkan terperangkap di permukaan bumi. Semakin banyak gelombang panjang yang terperangkap di permukaan bumi maka semakin cepat peningkatan suhu di

kaca

melalui

pengurangan

kemampuan

penyerapan konsentrasi CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil di dunia mencapai 25 milyar ton per tahun, 38 % berasal dari pembakaran batu-bara dan 43 % berasal dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM). Tiap 1000 MWe yang dihasilkan dari pembangkit listrik batu bara (PLTB) yang menggunakan

batubara hitam mengemisikan 7 ton CO2 per tahun, menggunakan batubara coklat

mengemisikan 9 ton CO2 per tahun. Dalam pengoperasian PLTN, pembelahan inti tidak menghasilkan CO2, emisi CO2 terjadi pada bagian daur bahan bakar nuklir, yaitu pada saat penambangan dan pengayaan uranium,

permukaan bumi. Dalam keaadaan seperti ini, perubahan iklim tidak bisa di hindarkan lagi. Hal ini telah terjadi hampir di seluruh belahan bumi. Sementara pemahaman terhadap

inipun terjadi karena berbagai jenis peralatan penunjang proses yang digunakan.Tabel 2.1 Tingkat Emisi CO2 dari produksi 1 kWh listrik

proses pemanasan global terus meningkat, namun kita tidak mengetahui berapa banyak CO2 yang dapat diserap oleh lingkungan dan berapa lama keseimbangan CO2 global dapat dijaga. Perhatian ilmuwan meningkat tentang penumpukan CO2 yang terjadi di atmosfer, dan melakukan inisiatif politis yang

gram setara CO2 / kWh Bahan Produksi Emisi Langsung Energi Listrik Dari Pembakaran Batu-bara 790-1017 Gas Alam 362-575 Tenaga Air Solar-PV Angin Nuklir Emisi Tidak Langsung 176-289 77-114 4-236 100-280 10 18 9 21

menggambarkan keprihatinan. Penumpukan ini terjadi karena bahan bakar fosil yang diambil dari perut bumi banyak dibakar dan dikonversi secara cepat menjadi CO2 yang terlepas ke atmosfer oleh kendaraan

Terdapat kesepakatan yang luas bahwa dibutuhkan kebijakan energi di tiap negara untuk

bermotor, tungku industri dan rumah tangga serta pembangkit energi listrik. Penebangan hutan juga berkontribusi terhadap efek rumah

I Dewa Gede Aditya Pemayun [1004405115]

Keselamatan Kerja dan Lingkungan dalam Produksi Energi Listrik

2011

menurunkan penumpukan CO2 di atmosfer. Peningkatan pemanfaatan Uranium sebagai bahan bakar merupakan strategi yang lebih nyata untuk pengurangan penumpukan CO2 di atmosfer. Hingga saat ini penggunaan teknologi PLTN dalam produksi energi listrik telah terbukti (proven) mengurangi

layang (fly ash) mengandung zat radioaktif, konsentrasinya sangat beragam. PLTN dan instalasi olah-ulang (reprocessing plant) melepaskan sejumlah kecil gas radioaktif, sepertihalnya 85Kr,133

Xe dan 131I, yang dapat

dideteksi di lingkungan dengan alat analisis ataupun monitoring yang canggih namun tidak berada dalam Tahapan tingkat yang

penumpukan CO2 dalam skala yang besar. Tiap 22 ton Uranium (26 ton U3 O8) yang digunakan dalam satu PLTN mengurangi emisi 1 juta ton CO2 dari pengoperasian PLTB. 2.2 Dampak Terhadap Lingkungan Dampak terhadap lingkungan hidup lainnya dari PEL terjadi pada saat Pada penambangan bahan bakar.

membahayakan. teknologi terus

pengembangan untuk

diupayakan

mengurangi emisi abu layang dari PLTB dan radionuklida hasil fisi dari PLTN. Pada saat ini tidak satupun

merupakan sumber dampak lingkungan yang nyata dari pelepasan abu layang dan

radionuklida buatan. Limbah padat aktivitas tinggi (LAT) dari PLTN mengeluarkan panas dan radioaktif, sehingga disimpan dalam kolam penyimpanan-sementara untuk 40-50 tahun sampai radioaktifnya meluruh hingga tinggal 1 % dari saat awal. Akhirnya LAT akan di olah-ulang atau langsung di disposal dalam formasi geologi tanah dalam dan dijauhkan dari lingkungan hidup dengan baik. Penanganan dengan tingkat teknologi yang ada pada saat ini, tidak terjadi polusi ataupun dampak yang signifikan dari bahan radioaktif tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Limbah aktivitas menengah (LAM) setelah diolah (pemekatan dan imobilisasi) di bawah ditempatkan permukaan radiologik dalam tanah,

penambangan Uranium dengan teknologi yang ada saat ini tidak terjadi polusi terhadap air dan udara. Dampak lingkungan dalam penambangan BB juga relatif kecil, kecuali penambangan yang ektensif dan luas

membutuhkan rehabilitasi lahan. Pada daerah penambangan BB tertentu potensi terjadinya drainase asam karena oksidasi belerang dapat menimbulkan khususnya kerusakan terhadap hasil ekosistem, pertanian,

perikanan dan sumber air tawar untuk keperluan lain. Dalam pengoperasian PLTN maupun PLTB sejumlah kecil zat radioaktif alami dilepaskan ke atmosfer. Dalam kasus PLTB, kandungan Uranium, Radium dan Thorium alami dalam batubara menyebabkan abu

repositori sehingga

dampak

terhadap

I Dewa Gede Aditya Pemayun [1004405115]

Keselamatan Kerja dan Lingkungan dalam Produksi Energi Listrik

2011

lingkungan hidup sangat rendah di bawah batasan yang direkomendasikan secara

dimana terdapat tambang BB, dan tersedia air yang banyak untuk pendinginan. Beberapa PLTN umumnya dibangun di pinggir pantai, sehingga menggunakan Hal air ini laut untuk

internasional. Abu terbang radioaktif dari pengoperasian PLTB mempunyai dampak ligkungan yang lebih luas karena tidak dilihat sebagai sumber pencemaran lingkungan, sehingga tidak ada tindakan khusus yang diambil. Saat ini kebanyakan limbah abu layang dipisahkan dari gas yang dibuang melalui cerobong dan ditimbun pada daerah yang terbuka. Hal in dapat menyebabkan terjadinya pelindian abu layang, dan run-off yang terjadi dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius. Limbah panas yang dihasilkan dikarenakan kurang efisiensinya konversi energi dalam pembangkitan energi listrik oleh PLTB dan PLTN, hampir sama untuk Uranium ataupun BB sebagai sumber energi primer. Efisiensi panas dari PLTB adalah antara 20 40 %, PEL dengan teknologi terbaru saat ini mencapai 33 %. Efisieni panas dari PLTN antara 29 37 %, sementara saat ini PLTN jenis air ringan mencapai 34 %. Terlihat tidak ada alasan untuk lebih menyukai salah satu jenis pembangkit energi listrik tersebut dengan memperhatikan limbah panasnya. Dalam kasus ini pendinginan PLTB dan PLTN adalah dengan air dari sungai, danau ataupun laut atau dengan menggunakan menara pendingin. Akan tetapi, melihat kemasa lampau, kenyataannya yang menentukan bobot dampak adalah lokasi instalasi

pendinginan.

menghemat

pemanfaatan sumber air tawar, dalam kasus pembuangan panas ke badan-air tidak dilihat sebagai pembuangan limbah. Padahal

peningkatan suhu air mencapai 1,5 oC dari suhu normalnya akan mempunyai dampak yang nyata terhadap kehidupan biota di dalamnya, produktivitas. pembakaran dan Emisi BBF akan SO2 yang menurunkan muncul dari

mengandung

belerang. Emisi SO2 ke atmosfer dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan terjadinya hujan asam di daerah hilir/ arah angin (downwind). Hujan asam dapat

menyebabkan keasaman air hujan mencapai Ph.4, di negara Amerika Serikat bagian utara (north eastern) dan Scandanavia

menyebakan terjadinya perubahan ekologi dan kerugian secara ekonomi. Di Inggeris dan Amerika Serikat, pertama-tama untuk mengurangi dampak ini yaitu dengan

menggunakan gas alam untuk PEL, namun saat ini biaya masih relatif mahal.

Mengurangi emisi CO2 dari PLTB adalah dengan menggunakan tetapi peralatan biayanya gas masih desulphurization,

relatif mahal. Di lain pihak, antara tahun 1980-1986 emisi SO2 telah dikurangi dengan menggantikan pembangkit listrik BBF dengan PLTN. Pada saat yang sama produksiI Dewa Gede Aditya Pemayun [1004405115]

pembangkit. PLTB sering di bangun di pulau

Keselamatan Kerja dan Lingkungan dalam Produksi Energi Listrik

2011

listrik meningkat sebanyak 40 % dan Perancis menjadi negara pengekspor energi listrik yang signifikan di Eropah. Nitrogen Oksida (NOx) dari pembangkit listrik BBF yang dioperasikan pada suhu tinggi juga menimbulkan persoalan terhadap lingkungan hidup. Bila konsentasi hidrokarbon di dalam udara tinggi, NO2 bereaksi dengannya photokimia

Efek tertunda yang dikenal dengan efek deterministik dan stokastik ini di cegah melalui pembatasan dosis radiasi yang ditolerir yang dapat diterima oleh masyarakat umum, probabilitas terjadinya kanker adalah 1 x 10-5. 3. SIMPULAN 1. Produksi energi listrik dari sumber energi primer mempunyai dampak terhadap

membentuk

kabut

(photochemical smog). NO2 mempunyai efek terhadap lapisan ozon sehinga meningkatkan intensitas sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi. 2.3 Keselamatan Kerja Secara tradisional risiko kesehatan karena pekerjaan (occupational) diukur

lingkungan hidup adalah nyata. 2. Paparan radiasi yang berpotensi

menyebabkan terjadinya kanker dapat dicegah melalui pembatasan dosis radiasi yang ditolerir yang dapat diterima oleh masyarakat umum. 4. DAFTAR PUSTAKA NN, 2011.Green House Effect terdapat pada http://www.greenhouse effect.html Yahya, Tino.2008. Kecelakaaan Kerja.

dalam pengertian terjadinya

kecelakaan,

khususnya terjadinya kematian. Namun, saat ini kaitannya dengan PLTN, perhatian

terhadap efek tertunda dari paparan radiasi yang berpotensi menyebabkan terjadinya kanker merupakan prioritas utama.

Terdapat pada http://www.dkp.go.id/ Josef V. S., Lucill L., Bruce H.: Greenhouse

Tabel 2.2 Perbandingan Statistik Kecelakaan Dalam Produksi Energi Primer

Gas Emissions of Electricity Generation Chain, IAEA Buletin, 42/2/2000.

Korban Meninggal Bahan Bakar Batu-bara Gas alam Tenaga Air Nuklir 1970 1992 6400 1200 4000 31

Normalisasi Per TWy* Listrik 342 85 883 8

Korban Pekerja Pekerja, Masyarakat Masyarakat Pekerja

I Dewa Gede Aditya Pemayun [1004405115]