jumlah penduduk (jiwa) sebelum setelah tsunami … · dengan jumlah penduduk kota banda aceh...
TRANSCRIPT
64
64
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Banda Aceh tahun 2004 sebelum Tsunami adalah
sebanyak 263.669 jiwa dengan pertumbuhan rata–rata sekitar 2,3% per tahun
(Pemko Banda Aceh, 2007). Setelah terjadinya bencana alam Tsunami pada
tanggal 26 Desember 2004 lalu, terjadi penurunan drastis jumlah penduduk
menjadi 192.194 jiwa. Berdasarkan data per tanggal 12 April 2005 menyebutkan
bahwa sebanyak 71.475 jiwa meninggal/hilang akibat bencana gempa dan
tsunami.
Pasca tsunami atau 2,5 tahun setelah peristiwa tsunami, data jumlah
penduduk per 3 Juli 2007 adalah sebanyak 224.233 jiwa. Lebih jelasnya
mengenai jumlah dan distribusi penduduk setiap kecamatan sebelum dan setelah
Tsunami dapat dilihat pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk Kota Banda Aceh
No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Sebelum Setelah Tsunami Tahun 2007 1 Meuraxa 31.218 5.657 12.917 2 Baiturrahman 37.449 36.783 34.663
3 Kuta Alam 55.062 43.113 47.280 4 Ulee Kareng 17.510 17.388 21.350
5 Jaya Baru 22.005 11.348 19.021 6 Banda Raya 19.072 19.015 19.899
7 Leung Bata 18.360 18.254 22.109
8 Syiah Kuala 42.776 35.514 37.638
9 Kuta Raja 20.217 5.122 9.356
Total 263.669 192.194 224.233
Sumber: Pemko Banda Aceh, Tahun 2007
4.2 Karakteristik Angkutan Umum Rute Keudah-Darussalam
Saat ini angkutan umum yang melayani rute Keudah-Darussalam Kota
Banda Aceh, terdiri dari Labi-Labi dan Bus Damri. Mayoritas jenis kendaraan
Labi-Labi menggunakan merek Suzuki Carry Pick Up 1.3 dengan kapasitas
angkut 8 orang. Jarak tempuh rute ini sejauh 19 km. Lokasi awal keberangkatan
Labi-Labi berada di Terminal Keudah.
65
65
Sedangkan Bus damri terdapat di Apotek Merduati (Belakang Terminal
Keudah). Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik angkutan umum rute
Keudah-Darussalam dapat dilihat pada Tabel IV.2
Tabel IV.2 Karakteristik Pelayanan Angkutan Umum Rute Keudah- Darussalam
No Karakteristik Labi-Labi Bus Damri
1 Kode trayek 02 B - 2 Jarak (Km) 19 18,35 3 Kapasitas Angkut 8 30 (10 berdiri,20 duduk) 4 Rata-Rata Rit Per Hari 6 rit 7 rit 5 Tarif Seragam (Flat Fare) Ro. 2.300 Rp 1.000 6 Jenis Kendaraan Carry Pick Up 1.3 Modifikasi Bis Sedang 7 Jumlah Armada Operasi Eksisting 163 5
Sumber ; Dinas Perhubungan dan Survey Lapangan Kota Banda Aceh, 2007
4.3 Sistem Jaringan Jalan
Kerangka jalan Kota Banda Aceh dibentuk oleh 3 sistem poros utama
sebagai sistem jaringan jalan primer kota, yaitu poros timur (Jl. T. Daud Beureueh
– Jl. T. Nyak Arief) yang menghubungkan ke Pelabuhan Malahayati, poros
selatan (Jl. Teungku Imum Leung Bata atau dikenal sebagai Jalan Raya Banda
Aceh – Medan lintas timur), dan poros barat (Jl. T. Umar – Jl. Cut Nyak Dhien)
yang menghubungkan ke Meulaboh dan akses ke Medan lintas barat).
Untuk mengurangi beban pergerakan lalu lintas ke arah pusat kota
terutama untuk kendaraan berat pengangkut barang, maka di selatan tersedia
sistem jaringan jalan melingkar (sebagian sudah dibangun dari Keutapang ke
Lambaro) yang nantinya akan diteruskan sampai ke Simpang Mesra. Ketiga ruas
poros utama dan jalan lingkar tersebut memiliki lebar jalan rata-rata (ROW) di
atas 30 meter.
Perkembangan sistem jaringan jalan lokal lebih banyak dipengaruhi oleh
kerangka utama kota tersebut, sehingga pola jalan cenderung membentuk grid
mengikuti sistem jaringan jalan utama yang membentang cukup panjang. Sistem
jaringan jalan internal Kota Banda Aceh untuk jalur pergerakan utama sudah
cukup memadai, namun saat ini tidak ditunjang oleh jaringan sekunder yang
berfungsi sebagai pembagi arus lalu lintas atau pengumpul (kolektor) pergerakan
kendaraan, sehingga pada ruas-ruas jalan tertentu yang menghubungkan antara
pusat-pusat kegiatan kota menghubungkan antara jalan primer sering timbul
kemacetan lalu lintas cukup parah pada saat jam sibuk (peak hour).
66
66
Pada awal tahun perencanaan, jalan pengumpul yang menjadi tumpuan
pergerakan kendaraan diantaranya:
1. Penghubung timur terdiri dari Jl. T. Hasan Dek – Jl. T. Iskandar – Jl. P.
Nyak Makam sebagai jalan penghubung antara Jl. T. Nyak Arief (poros
timur) dengan Jl. Teungku Imum Leung Bata (poros selatan), Jl. Syiah Kuala
menghubungkan Jl. T. Daud Beureueh (Simpang Jambo Tape) dengan
kawasan pantai, serta jalan di kawasan Lamnyong menghubungkan kawasan
Simpang Mesra dengan Unsyiah;
2. Penghubung barat terdiri dari Jl. Habib Abd. Rahman – Jl. Titi Tongkat –
Simpang Jl. Iskandar Muda menghubungkan Jl. T. Umar (poros barat) dengan
Pelabuhan Ulee Lheue di utara, serta Jl. Sultan Malikul Saleh yang
menghubungkan Jl. T. Umar (poros barat) dengan Jl. Soekarno – Hatta
(lingkar selatan). Untuk lebih jelasnya, sistem jaringan jalan Kota Banda
Aceh dapat dilihat pada Gambar IV.1 sampai dengan Gambar IV.3
4.4 Terminal Keudah
Terminal Angkutan Perkotaan Keudah (APK) merupakan terminal
penumpang tipe C, termasuk kelas terminal lokal yang melayani kebutuhan
angkutan penumpang di dalam Kota Banda Aceh dan kota-kota satelit di wilayah
Kabupaten Aceh Besar.
Terminal ini melayani 11 rute trayek angkutan umum labi-labi yang
diharapkan dapat memfasilitasi pergerakan penumpang angkutan umum ke
seluruh Kota Banda Aceh.
Gambar IV.4 Kondisi Terminal Keudah Setelah Diresmikan
Banda Aceh, 2 November 2007 Banda Aceh, 2 November 2007
67
67
Gambar IV.1 Klasifikasi Jaringan Jalan Kota Banda Aceh
67
68
68
Gambar IV.2
Lebar Jalan Kota Banda Aceh
68
69
69
Gambar IV.3
Jumlah Jalur Jalan Kota Banda Aceh
69
70
70
4.5 Jumlah dan Kepemilikan Kendaraan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Kota Banda Aceh
Tahun 2006, diketahui bahwa jumlah kendaraan bermotor adalah 88.947 unit.
Komposisi terbesar adalah untuk jenis sepeda motor mencapai 68.831 unit (77%),
kemudian mini bus (station wagon) dan sejenisnya sebanyak 7.130 (8%), sedan
dan sejenisnya sebanyak 3.677 unit (4,1%).
Dilihat dari tahun pembuatan jenis kendaraan yang terdaftar di Dinas
Pendapatan Kota Banda Aceh, rata-rata pembuatan kendaraan adalah di atas
Tahun 2000 kecuali untuk jenis kendaraan bus, mikro bus dan sejenisnya lebih
banyak di bawah Tahun 2000.
Total jumlah kendaraan Tahun 2006 yang mencapai 88.947 unit tersebut
dengan jumlah penduduk Kota Banda Aceh berdasarkan data BPS Tahun 2007
sebanyak 224.233 jiwa, maka terdapat perbandingan kepemilikan kendaraan
untuk penduduk Kota Banda Aceh secara umum adalah 1 unit kendaraan bermotor
setiap 3 orang penduduk kota, atau sekitar 39,67% penduduk memiliki kendaraan
bermotor.
Untuk lebih jelasnya angka/jumlah kendaraan bermotor menurut jenis dan
tahun pembuatannya yang berdomisili di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh
Besar dapat dilihat pada Tabel IV.3
Komposisi kendaraan paling besar merupakan kendaraan penumpang
pribadi (sepeda motor, mini bus atau station wagon, dan sedan seperti diuraikan di
atas) dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang digunakan untuk usaha (bus
atau mikro bus, mobil bak, dan kendaraan berat).
Kepemilikan kendaraan paling banyak adalah jenis kendaraan sepeda
motor roda dua dan roda tiga (77% dari total kendaraan), gambaran tersebut
mencerminkan bahwa penduduk Kota Banda Aceh memiliki tingkat
perekonomian cukup mapan dan diperkirakan memiliki kemampuan menambah
jumlah kendaraan bermotor.
Implikasi dari kecenderungan pertumbuhan kendaraan pribadi ini adalah
volume lalu lintas di jalan raya akan semakin besar sehingga jika tidak didukung
oleh prasarana transportasi yang memadai akan menimbulkan permasalahan lalu
lintas cukup rumit di masa mendatang.
71
71
Tabel IV.3 Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis dan Tahun
Kota Banda Aceh Tahun 2007
No JENIS KENDARAAN
TAHUN PEMBUATAN
Jumlah
I II III IV V VI VII
2006 2005 2003 2004
2000 2002
1997 1999
1994 1996
1993 KEBAWAH
1 Sedan, Sedan Station Dan Sejenis 121 53 904 469 212 165 1.753 3.677
2 Jeep Dan Sejenisnya 43 14 150 400 131 140 1.376 2.254
3 Stwg, Mini Bus, Bemo Dan Sejenis 676 182 787 962 240 1.151 3.132 7.130
4 Bus, Microbus Dan Sejenis - 10 3 125 62 201 847 1.248
5
Pickup, Truck, Deliverivan, D.
Cabin, Dump Truck, Truck Tangki
Dan Sejenisnya
460 334 367 350 282 668 3.278 5.739
6 Sepeda Motor Roda Dua Dan Roda
Tiga 14.270 10.137 9.459 6.117 1.335 7.532 19.981 68.831
7 Alat-Alat Berat 11 5 5 47 - - - 68
JUMLAH 15.581 10.735 11.675 8.470 2.262 9.857 30.367 88.947
Sumber: Dinas Pendapatan Kota Banda Aceh, Tahun 2007.
4.6 Pelayanan Angkutan Umum
Pelayanan Angkutan Umum di Kota Banda Aceh difasilitasi dengan
menggunakan Damri, Bus Mahasiswa, Labi-labi, taksi, dan becak bermotor.
Secara keseluruhan jumlah angkutan penumpang umum pada Tahun 2006 sebesar
1.012 unit. Kendaraan umum terbanyak di Kota Banda Aceh didominasi oleh labi-
labi dengan jumlah 771 unit atau sebesar 76,19 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel IV.4 berikut.
Tabel IV.4 Jumlah Angkutan Umum Kota Banda Aceh
No Jenis Angkutan Jumlah Sebelum Tsunami
Ket. Damri Bus MHS Labi-labi Taksi Becak
1 2 3 4 5 6 7 8 A. Jenis Angkutan 1. Bus Damri Bandara 20 2. Bus Damri Mahasiswa 3. Labi-labi 831 4. Taksi 60 5. Becak Tdk. Tercatat
No Jenis Angkutan Jumlah Sesudah Tsunami
Ket. Damri Bus MHS Labi-labi Taksi Becak
1 2 3 4 5 6 7 8 B. Jenis Angkutan 1. Bus Damri Bandara 29 5 hancur 2. Bus Damri Mahasiswa 26 3. Labi-labi 771 4. Taksi 47 5. Becak 139
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh, Tahun 2006
72
72
Dari tabel di atas, terdapat 5 jenis moda angkutan umum yang tercatat dan
digunakan di Kota Banda Aceh untuk mendukung permintaan pergerakan
penumpang, diantaranya:
1. Bus Damri Bandara
Jumlah bus damri yang tercatat setelah tsunami berdasarkan data dari Dinas
Perhubungan Kota Banda Aceh adalah 29 unit kendaraan, dimana pelayanan
trayek angkutan moda bus ini sampai akhir Tahun 2007 adalah Bandara Sultan
Iskandar Muda – Kota Banda Aceh, dengan kapasitas tampung penumpang bus
(mikro bus) sebanyak 29 orang.
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, jumlah bus damri resmi terdaftar
saat ini sebanyak 10 unit dan yang beroperasi hanya 5 unit. Untuk melayani
kebutuhan penumpang dari bandara ke kota ataupun sebaliknya dilakukan
perjalanan ulang – alik sebanyak 35 kali perjalanan, dan setiap penumpang harus
membayar tarif sebesar Rp. 10.000,- sekali perjalanan.
Pada saat ini jumlah penerbangan asal – tujuan Bandara SIM adalah 7 kali
penerbangan nasional, apabila rata-rata kapasitas muat penumpang pesawat jenis
boeing sekitar 90 orang, maka jumlah penumpang yang datang dan pergi adalah
sekitar 630 penumpang. Dari perkiraan tersebut, kemampuan pelayanan bus damri
saat ini sudah memadai, bahkan diperkirakan jumlah penumpang bus sering tidak
penuh/kosong, disebabkan oleh banyaknya penumpang yang menggunakan
kendaraan pribadi.
2. Bus Damri Mahasiswa
Jumlah armada yang dimiliki berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota
Banda Aceh adalah 26 unit bus. Pelayanan angkutan bus mahasiswa mencakup 3
rute perjalanan yaitu Keudah – Dasussalam, Keudah – Batoh, dan Keudah –
Lampeuneurut.
Pengangkutan penumpang bus mahasiswa ini tidak hanya diperuntukkan bagi
mahasiswa tetapi bisa juga dimanfaatkan oleh penumpang umum yang akan
bepergian sesuai dengan asal – tujuan trayek kendaraan, tarif sekali perjalanan
sebesar Rp. 1.000,-.
73
73
3. Labi-labi
Rute resmi angkutan umum di Kota Banda Aceh terdiri dari 11 rute, yang
terbagi ke dalam beberapa kelompok tujuan. Saat ini, rute angkutan penumpang
umum di Kota Banda Aceh umumnya hanya melintasi jalan-jalan utama dalam
kota, sedangkan jalan lingkungan ataupun jalan gampong/desa sebagian besar
belum terlayani oleh rute angkutan penumpang.
Pengembangan pelayanan angkutan umum ke kawasan-kawasan permukiman
perlu menjadi salah satu prioritas sebagai upaya peningkatan pelayanan sistem
interaksi perkotaan, karena pengaruh dari keterbatasan pelayanan angkutan umum
(baik dari jumlah dan kualitas angkutan maupun rute pelayanan) pada gilirannya
menjadi salah satu pemicu tingginya permintaan masyarakat terhadap kepemilikan
kendaraan di Kota Banda Aceh.Untuk lebih jelas mengenai rute angkutan umum
Labi-Labi di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel IV.5 dan Gambar IV.5
Tabel IV.5 Rute Trayek Angkutan Umum Labi-Labi Kota Banda Aceh
No J U R U S A N
1 Terminal APK Keudah – Darussalam, PP (02B)
Masuk : Darussalam – Jl. T Nyak Arif – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. SR Safiatuddin – Jl. Jend A Yani – Jl. Supratman – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Supratman – Jl. TP Polem – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. T Nyak Arif – Darussalam.
2 Terminal APK Keudah – Lampineung, PP (02A)
Masuk : Lampineung – Jl. T Nyak Arif – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. SR Safiatuddin – Jl. Jend A Yani – Jl. Supratman – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Supratman – Jl. TP Polem – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. T Nyak Arif – Lampineung.
3 Terminal APK Keudah – Krueng Cut, PP (02C)
Masuk : Krueng Cut – Jl. Laks. Malahayati – Jl. T Nyak Arif – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. SR Safiatuddin – Jl. Jend A Yani – Jl. Supratman – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Supratman – Jl. TP Polem – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. T Nyak Arif – Jl. Laks. Malahayati – Krueng Cut.
4 Terminal APK Keudah – Ulee Kareng, PP (06B)
Masuk : Ulee Kareng – Jl. T Iskandar – Jl. T Hamzah Bendahara – Jl. T Angkasah – Jl. SR Safiatuddin – Jl. Jend A Yani – Jl. Supratman – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Supratman – Jl. Jend A Yani – Jl. SR Safiatuddin – Jl. T Angkasah – Jl. T Hamzah Bendahara – Jl. T Iskandar – Ulee Kareng.
5 Terminal APK Keudah – Keutapang Dua, PP (03A)
Masuk : Keutapang Dua – Jl. Jend Sudirman – Jl. T Umar – Jl. ST Iskandarmuda – Jl. A Madjid
Ibrahim I – Jl. Panglateh – Jl. Taman Siswa – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK
Keudah.
74
74
No J U R U S A N
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Tepi Kali – Jl. Inpres – Jl. Diponegoro – Jl. STA Mahmudsyah – Jl. Mohd Jam – Jl. Tgk Abu Lam U – Jl. T Umar – Jl. Jend Sudirman – Keutapang Dua.
6 Terminal APK Keudah – Lamteumen, PP (04A)
Masuk : Lamteumen – Jl. Cut Nyak Dhien – Jl. T Umar – Jl. ST Iskandarmuda – Jl. A Madjid Ibrahim I – Jl. Panglateh – Jl. Merduati - Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Tepi Kali – Jl. Inpres – Jl. Diponegoro – Jl. STA Mahmudsyah – Jl. Mohd Jam – Jl. Tgk Abu Lam U – Jl. T Umar – Jl. Cut Nyak Dhien – Lamteumen.
7 Terminal APK Keudah – Lamlagang, PP (Belum Ada Nomor Trayek)
Masuk : Lamlagang – Jl. ST Malikul Saleh – Jl. Hasan Saleh – Jl. Nyak Adam Kamil II – Jl. Makam Pahlawan – Jl. T Sulaiman Daud – Jl. Nyak Adam Kamil I – Jl. T Umar – Jl. ST Iskandarmuda – Jl. A Madjid Ibrahim I – Jl. Panglateh – Jl. Merduati – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Tepi Kali – Jl. Inpres – Jl. Diponegoro – Jl. Tgk Chik Ditiro – Jl. STA Mahmudsyah – Jl. Mohd Jam – Jl. Tgk Abu Lam U – Jl. T Umar – Jl. Nyak Adam Kamil I – Jl. T Sulaiman Daud – Jl. Makam Pahlawan – Jl. Nyak Adam Kamil II – Jl. Hasan Saleh – Jl. ST Malikul Saleh – Lamlagang.
8 Terminal APK Keudah – M I B O, PP (07B)
Masuk : M i b o – Jl. Wedana - Jl. ST Malikul Saleh – Jl. Hasan Saleh – Jl. Nyak Adam Kamil II – Jl. Makam Pahlawan – Jl. T Sulaiman Daud – Jl. Nyak Adam Kamil I – Jl. T Umar – Jl. ST Iskandarmuda – Jl. A Madjid Ibrahim I – Jl. Panglateh – Jl. Merduati – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Tepi Kali – Jl. Inpres – Jl. Diponegoro – Jl. Tgk Chik Ditiro – Jl. STA Mahmudsyah – Jl. Mohd Jam – Jl. Tgk Abu Lam U – Jl. T Umar – Jl. Nyak Adam Kamil I – Jl. T Sulaiman Daud – Jl. Makam Pahlawan – Jl. Nyak Adam Kamil II – Jl. Hasan Saleh – Jl. ST Malikul Saleh – Jl. Wedana – M i b o.
9 Terminal APK Keudah – Tanjung, PP (08B)
Masuk : Tanjung – Jl. Tgk Imum Lueng Bata – Jl. Tgk Chik Ditiro – Jl. Mohd Jam – Jl. Tgk Abu Lam U – Jl. ST Iskandarmuda – Jl. A Madjid Ibrahim I - Jl. Panglateh – Jl. Merduati – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Tepi Kali – Jl. Inpres – Jl. Diponegoro – Jl. STA Mahmudsyah – Jl. Tgk Chik Ditiro – Jl. Tgk Imum Lueng Bata – Tanjung.
10 Terminal APK Keudah – Lueng Bata, PP (08A)
Masuk : Lueng Bata – Jl. Angsa – Jl. Makam Pahlawan – Jl. Tgk Chik Ditiro – Jl. Mohd Jam – Jl. Tgk Abu Lam U – Jl. ST Iskandarmuda – Jl. Panglateh – Jl. Merduati – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Tepi Kali – Jl. Inpres – Jl. Diponegoro – Jl. STA Mahmudsyah – Jl. Tgk Chik Ditiro – Jl. Makam Pahlawan – Jl. Angsa – Lueng Bata.
11 Terminal APK Keudah – Ulee Lheue, PP (05A)
Masuk : Ulee Lheue – Jl. ST Iskandarmuda – Jl. A Madjid Ibrahim I – Jl. Panglateh – Jl. Merduati – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.
Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Tepi Kali – Jl. Inpres – Jl. Diponegoro – Jl. STA Mahmudsyah – Jl. Mohd Jam – Jl. Tgk Abu Lam U – Jl. ST Iskandarmuda – Ulee Lheue.
Sumber: Dinas Perhubungan Banda Aceh, Tahun 2006
75
75
Gambar IV.5
Rute Trayek Angkutan Umum di Kota Banda Aceh
76
76
4.7 Potret Permasalahan Angkutan Umum Kota Banda Aceh
Secara garis besar pokok permasalahan angkutan umum yang ada di Kota
Banda Aceh adalah karena tidak seimbangnya penyediaan antara supply dan
demand transportation. Untuk lebih jelasnya mengenai permasalahan yang ada
berdasarkan sistem transportasi yang dimiliki Kota Banda Aceh, dapat dilihat
pada Tabel IV.6 berikut ini.
Tabel IV.6 Potret Permasalahan Angkutan Umum
Kota Banda Aceh Tahun 2007
No Permasalahan
1 Sistem Moda Transportasi
Penggunaan rute trayek Labi-labi yang tidak sesuai dengan qanun Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh.
Hal ini berdampak terhadap waktu perjalanan yang ditempuh oleh pengguna angkutan labi-labi.
Terjadi persaingan antara angkutan labi-labi dan damri
Pelayanan angkutan umum masih terbatas, sehingga daerah yang tidak ada angkutan umum harus
menggunakan angkutan paratransit.
Jadual perjalanan trayek angkutan DAMRI di Kota Banda Aceh masih rendah.
Kenyamanan, keamanan dan keselamatan transportasi angkutan umum masih rendah, sehingga banyak
pengguna angkutan umum (penumpang) yang merasa takut untuk menggunakan jasa angkutan umum
tersebut.
Kurangnya keterpaduan antara angkutan kota dengan angkutan paratransit.
Prasarana dan Sarana Transportasi
Prasarana Angkutan Umum
Jalan masuk terminal APK Keudah rawan konflik dengan arus kendaraan yang lain.
Pintu masuk terminal APK Keudah kurang memadai.
Sarana Angkutan Umum
Penataan angkutan umum belum mengacu kepada hierarki jalan.
Penggunaan angkutan pribadi yang lebih mendominasi pergerakan di Kota Banda Aceh.
Over Supply jumlah angkutan umum dengan jumlah perjalanan penumpang yang harus dilayani
Pengguna angkutan kota/labi-labi cenderung didominasi oleh kaum perempuan. Oleh karena itu
dibutuhkan angkutan umum yang dapat memberikan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan bagi
penumpangnya.
Perlunya meninjau kembali moda angkutan yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan yang
diberikan kepada penumpang. Sehingga mampu menarik pengguna angkutan pribadi beralih
menggunakan angkutan umum.
Waktu perjalanan yang relatif lama dibandingkan jika menggunakan angkutan pribadi.
Sumber: Survey Lapangan, Tahun 2007
77
77
4.8 Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui Survey statis, Survey dinamis,
Survey wawancara pengemudi dan penumpang. Kerna keterbatasan waktu, tenaga ,
dan biaya maka pengumpulan data primer hanya dilakukan selama tiga hari, yaitu
hari Senin (5 November 2007), Jumat (2 November 2007), dan Minggu (4
November 2007). Dari hasil sampling tersebut diperoleh hasil pelaksanaan survey
statis dan dinamis pada tabel IV.7 dibawah ini
Tabel IV.7 Pelaksanaan Survey Statis dan Dinamis
No Uraian Survey Statis (Merduati) Survey Dinamis Jumat Minggu Senin Jumat Minggu Senin
1 Labi - Labi Yang disurvey (kendaraan) 150 148 191 10 10 10
2 Bus Damri Yang Disurvey (kendaraan) 5 5 5 3 3 3 3 Waktu Pelaksanaan Survey (WIB) 07.00 – 19.00 07.00 – 17.00 4 Pengemudi Labi-Labi Yang Disurvey (orang) 10 10 10 5 Pengemudi Bus Damri Yang Disurvey (orang) 3 3 3 6 Surveyor Labi-Labi (orang) 2 2 2 2 2 2 7 Surveyor Bus Damri (orang) 1 1 1 1 1 1
Sumber : Hasil Survey Statis dan Dinamis, 2007
Pada pelaksanaan survey dinamis, setiap hari surveyor Labi – Labi menaiki
10 kendaraan, dimana setiap kendaraan dinaiki selama satu rit. Sehingga selama tiga
hari diperoleh sebanyak 30 kali pengambilan data. Sedangkan surveyor Bus Damri
menaiki 3 kendaraan, dimana setiap kendaraan dinaiki selama satu rit. Sehingga
selama tiga hari diperoleh sebanyak 9 kali pengambilan data.
Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 100 responden, terdiri dari 50
responden yang menggunakan moda Labi-Labi dan 50 responden yang
menggunakan moda Bus Damri. Namun kuesioner yang dapat diolah hanya 60
responden yaitu 28 responden yang menggunakan moda Labi-Labi, dan 32
responden yang menggunakan moda Bus Damri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel IV.8 dibawah ini..
Tabel IV.8 Distribusi Penyebaran Kuesioner
No Uraian Labi-Labi Bus Damri Total
1 Kuesioner yang disebarkan 50 50 100
2 Kuesioner yang kembali 40 45 85
3 Kuesioner yang tidak dapat diolah 12 13 25
4 Kuesioner yang dapat diolah 28 32 60
5 Surveyor Kuesioner (orang) 2 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara dan Kuesioner Penumpang, 2007
78
78
4.8.1 Data Hasil Survey Statis
Data yang diperoleh pada saat survey statis yaitu rata-rata waktu tunggu
angkutan umum di terminal (waktu transisi), waktu tempuh perjalanan, waktu siklus
dan headway. Survei statis ini dilakukan di pintu masuk dan keluar Terminal
Keudah dan Jl Tentara Pelajar (Apotik Merduati). Berdasarkan hasil survey
diperoleh data seperti yang disajikan pada Tabel IV.9
Tabel IV.9 Hasil Survey Statis Labi-Labi Rute Keudah – Darussalam
No Parameter Rata-Rata Rata-Rata (menit) 1 Waktu Transisi 0:07:48 7,80 2 Waktu Tempuh/Rit 1:14:42 74,70 3 Waktu Siklus/Rit 1:22:30 82,50 4 Headway 0:01:41 1,6 menit
Sumber : Survey Statis Terminal APK Keudah dan diolah pada Lampiran I, 2007
Waktu transisi dihitung semenjak kendaraan masuk ke terminal hingga
kendaraan tersebut berangkat kembali. Biasanya waktu transisi ini digunakan
untuk menunggu penumpang atau antri. Untuk mengetahui lamanya waktu transisi
rata-rata, dilakukan pengamatan di Terminal Keudah dan Apotik Meduati dengan
menghitung waktu transisi dari sejumlah kendaraan yang diamati.
Berdasarkan hasil survey statis di Terminal Keudah diperoleh rata-rata
waktu transisi rute Keudah-Darussalam sebesar 7,8 menit. Sedangkan rata-rata
waktu tempuh/Rit adalah 74,70 menit. Dengan demikian rata-rata waktu siklus
Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 82,50 menit. Pada kondisi tersebut
maka headway antar Labi-Labi adalah 1,6 menit. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel IV.9 dan Lampiran I
Sedangkan Waktu Transisi, Waktu Tempuh/Rit, dan Waktu Siklus Bus
Damri Rute Keudah – Darussalam berturut-turut adalah 7,02 menit, 73,62 menit
dan 8,63 menit. Pada kondisi tersebut maka headway antar Bus Damri adalah 15
menit Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.10 dan Lampiran K
Tabel IV.10 Hasil Survey Statis Bus Damri Rute Keudah – Darussalam
No Parameter Rata-Rata Rata-Rata (menit)
1 Rata -Rata Waktu Transisi 0:07:01 7,02 2 Rata -Rata Waktu Tempuh 1:13:37 73,62
3 Rata -Rata Waktu Siklus 1:20:38 80,63 4 Headway 15 menit
Sumber : Survey Statis Apotik Merduati dan diolah pada Lampiran K, 2007
79
79
4.8.2 Data Hasil Survey Dinamis
Data yang diperoleh pada saat survey dinamis yaitu jumlah penumpang,
Load Factor (LF), Kecepatan, dan jumlah trip per hari. Survei dinamis ini
dilakukan pada waktu yang sama dengan survey statis. Berdasarkan hasil survey
diperoleh data-data seperti yang disajikan pada Tabel IV.11, Lampiran H dan
Lampiran J
Tabel IV.11 Hasil Survey Dinamis Angkutan Umum Rute Keudah-Darussalam
Hasil Survey Dinamis Labi-Labi Bus Damri
Jumlah Penumpang Per Rit 29 Penumpang Per Rit 80 Penumpang Per Rit
Load Factor Statis (Rute) 180 % 133 %
Kecepatan Rata-Rata 15,24 km/jam 14,97 km/jam
Jumlah Rit/Hari 6 rit/hari 7 rit/hari
Sumber : Survey Dinamis dan diolah pada Lampiran H dan J , 2007
Dengan melakukan 30 kali pengamatan Labi-Labi selama tiga hari,
diketahui bahwa rata-rata penumpang rute Keudah - Darussalam adalah 29 orang
penumpang per rit. Setelah itu dilakukan analisis statistik untuk mengetahui besar
sampel representatif. Berdasarkan besaran statistik, jumlah sampel kendaraan
yang harus disurvey adalah 19 Labi-Labi. Selengkapnya lihat Lampiran H
Rata-rata penumpang Bus Damri rute Keudah - Darussalam adalah 80
orang penumpang per rit. Berdasarkan besaran statistik, jumlah sampel kendaraan
yang harus disurvey adalah 3 Bus Damri. Selengkapnya lihat Lampiran J
Rata-rata Load Factor Labi-Labi rute Keudah - Darussalam adalah 180 %.
Setelah itu dilakukan analisis statistik untuk mengetahui besar sampel yang
representatif. Berdasarkan besaran-besaran statistik, jumlah sampel kendaraan
yang harus disurvey adalah 19 Labi-Labi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran H
Sedangkan rata-rata Load Factor Bus Damri rute Keudah - Darussalam
adalah 133 %. Setelah diperoleh Load Factor rata-rata pada rute Keudah-
Darussalam, maka dilakukan analisis statistik untuk mengetahui besar sampel
yang representatif. Berdasarkan besaran-besaran statistik, jumlah sampel
kendaraan yang harus disurvey adalah 3 Labi-Labi. Lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran J
80
80
Dengan mengetahui waktu tempuh rata-rata angkutan umum pada rute
Keudah – Darussalam dan jarak rute yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Kota Banda Aceh, maka kecepatan rata-rata Labi-Labi dan Bus Damri,
dapat diperoleh dengan mempergunakan rumus :
Berdasarkan observasi yang dilakukan, maka jarak tempuh Labi – Labi
rute Keudah – Darussalam adalah 19 km, sedangkan rata – rata jarak tempuh Labi
– Labi dalam satu rit adalah 75 menit. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
kecepatan rata-rata Labi-Labi adalah 15,24 km/jam. Sedangkan jarak tempuh Bus
Damri rute Keudah – Darussalam adalah 18,35 km, sedangkan rata – rata jarak
tempuh Bus Damri dalam satu rit adalah 73,62 menit. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa kecepatan rata-rata Bus Damri adalah 14,97 km/jam. Lebih jelas
dapat dilihat pada Lampiran H dan J
Berdasarkan survey kepada 9 pengemudi Bus Damri, diketahui bahwa
rata-rata jumlah trip per hari adalah 14 trip (7 rit). Sedangkan rata-rata jumlah trip
Labi-Labi per hari adalah 12 trip (6 rit).
4.8.3 Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Labi-Labi
Biaya Operasi Kendaraan Labi-Labi terdiri dari biaya langsung dan biaya
tak langsung, Perhitungan biaya langsung dapat secara langsung per km -
kendaraan, tetapi sebagian biaya lagi dapat dihitung per km kendaraan setelah
dihitung biaya per tahun.
Biaya tak langsung tidak dapat dihitung secara langsung per km-
kendaraan karena komponen-komponen biaya kemungkinan mempunyai lebih
dari satu segmen usaha. Sehingga alokasi biaya tidak langsung setiap segmen
usaha, didasarkan pada proporsi produksi setiap segmen usaha. Sebaliknya bagi
perusahaan angkutan yang hanya menyelenggarakan satu segmen usaha, tidak
diperlukan pengalokasian biaya tidak langsung.
Biaya langsung terdiri dari Penyusutan Kendaraan, Bunga Modal,
Penghasilan dan Konsumsi Supir, Bahan Bakar minyak (BBM), Ban, Servis kecil,
Servis besar, Penambahan oli mesin, Suku cadang dan bodi, Cuci kendaraan,
Retribusi terminal, Biaya Calo, Pajak kendaraan, Kir, Asuransi, dan Organda.
)()(
60kmtempuhJarakx
menittempuhWaktu
menitV
81
81
Sedangkan biaya tak langsung terdiri dari Biaya pegawai selain awak kendaraan
dan Biaya Pengelolaan. Hasil Perhitungan BOK Labi-Labi adalah sebagai berikut:
Tabel IV.12 Rekapitulasi Biaya Operasional Per Labi-Labi - Km
No Komponen Biaya Jumlah (Rp) 1. Biaya langsung a. Biaya Penyusutan 283,88 Rp/Labi-Labi-Km b. Biaya Bunga modal 149,04 Rp/Labi-Labi-Km c. Biaya Awak Labi-Labi 596,15 Rp/Labi-Labi-Km d. Biaya B B M 666,67 Rp/Labi-Labi-Km e. Biaya Ban 48,00 Rp/Labi-Labi-Km f. Biaya Pemeliharaan kendaraan 363,80 Rp/Labi-Labi-Km g. Retribusi terminal 76,65 Rp/Labi-Labi-Km h. Biaya Calo 1,97 Rp/Labi-Labi-Km i. STNK 21,84 Rp/Labi-Labi-Km j. Biaya kir Labi-Labi 8,19 Rp/Labi-Labi-Km k. Biaya asuransi 2,05 Rp/Labi-Labi-Km l. Biaya Organda 0,96 Rp/Labi-Labi-Km Jumlah Biaya Langsung 2.219,18 Rp/Labi-Labi-Km
2. Biaya tidak langsung 25,43 Rp/Labi-Labi-Km 3. Total Biaya Pokok Per Labi-Labi-Km 2.244,60 Rp/Labi-Labi-Km 4. Biaya Pokok Per pnp - Km pada LF 100 % 280,58 Rp/Pnp-Km 5. Biaya Pokok Per pnp - Km pada LF 70 % 400,82 Rp/Pnp-Km
Sumber : Survey Wawancara Operator Labi-Labi dan diolah pada Lampiran L , 2007
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa Total Biaya Pokok Per Labi-
Labi-Km adalah Rp 2.244,60 Labi-Labi-Km. Sedangkan dengan standar Laod
factor sebesar 70 % dari kapsitas penumpang, maka dapat diketahui bahwa Biaya
Pokok Per pnp - Km adalah Rp 400,82 /Pnp-Km. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Lampiran L.
4.8.4 Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Bus Damri
Biaya Operasi Kendaraan Bus Damri terdiri dari biaya langsung dan biaya
tak langsung, Perhitungan biaya langsung dapat secara langsung per km -
kendaraan, tetapi sebagian biaya lagi dapat dihitung per km kendaraan setelah
dihitung biaya per tahun.
Sedangkan biaya tak langsung tidak dapat dihitung secara langsung per
km- kendaraan karena komponen-komponen biaya kemungkinan mempunyai
lebih dari satu segmen usaha,. Sehingga alokasi biaya tidak langsung setiap
segmen usaha didasarkan pada proporsi produksi setiap segmen usaha. Sebaliknya
bagi perusahaan angkutan yang hanya menyelenggarakan satu segmen usaha,
tidak diperlukan pengalokasian biaya tidak langsung.
82
82
Biaya langsung terdiri dari Penyusutan Kendaraan, Bunga Modal, Gaji dan
Tunjangan awak kendaraan, Bahan Bakar minyak (BBM), Ban, Servis kecil,
Servis besar, Penambahan oli mesin, Suku cadang dan bodi, Cuci bus, Retribusi
terminal, STNK/Pajak kendaraan, Kir, Asuransi, dan Biaya Penggandaan Karcis.
Sedangkan biaya tak langsung terdiri dari Biaya pegawai selain awak kendaraan
dan Biaya Pengelolaan. Untuk menghitung BOK, harus diketahui karakteristik
kendaraan, Produksi Bus, dan Biaya yang dikeluarkan selama setahun. Hasil
Perhitungan BOK Bus Damri adalah sebagai berikut:
Tabel IV.13 Rekapitulasi Biaya Operasional Per Bus Damri - Km
No Komponen Biaya Jumlah (Rp) 1. Biaya langsung a. Biaya Penyusutan 554,28 Rp/Bus Damri-Km b. Biaya Bunga modal 291,00 Rp/Bus Damri-Km c. Biaya Awak Bus 372,10 Rp/Bus Damri-Km d. Biaya B B M 1.100,00 Rp/Bus Damri-Km e. Biaya Ban 120,00 Rp/Bus Damri-Km f. Biaya Pemeliharaan kendaraan 516,27 Rp/Bus Damri-Km g. Retribusi terminal 79,36 Rp/Bus Damri-Km h. STNK 23,01 Rp/Bus Damri-Km i. Biaya kir bus 12,11 Rp/Bus Damri-Km j. Biaya asuransi 2,42 Rp/Bus Damri-Km k. Biaya Penggunaan Karcis 12,11 Rp/Bus Damri-Km Jumlah Biaya Langsung 3.082,68 Rp/Bus Damri-Km
2. Biaya tidak langsung 37,31 Rp/Bus Damri-Km 3. Total Biaya Pokok Per Bus Damri-Km 3.119,99 Rp/Bus Damri-Km 4. Biaya Pokok Per pnp - Km pada LF 100 % 390,00 Rp/Pnp-Km 5. Biaya Pokok Per pnp - Km pada LF 70 % 148,57 Rp/Pnp-Km
Sumber : Survey Wawancara Operator Bus Damri dan diolah pada Lampiran M , 2007
4.8.5 Hasil Survey Wawancara dan Kuesioner Penumpang
Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner, dapat diketahui
karakteristik sosial ekonomi responden pengguna jasa angkutan umum rute
Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh serta penilaian variabel pelayanan
angkutan umum. Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga bagian, yaitu
karakteristik responden, persepsi responden, serta faktor penentu pilihan moda
transportasi.
4.8.5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden
Responden angkutan umum rute Keudah – Darussalam terdiri dari 60
responden yaitu 28 orang responden yang menggunakan moda Labi-Labi dan 32
responden yang menggunakan moda Bus Damri.
83
83
Angkutan umum rute Keudah-Darussalam lebih didominasi oleh
perempuan sebanyak 43 orang (71,67 %), sedangkan laki-laki hanya 28,33 % atau
sebanyak 17 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat pada pada Tabel IV.14
Tabel IV.14 Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Labi-Labi Bus Damri Total Angkutan Umum
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1 Laki-Laki 3 10,71 14 43,75 17 28,33 2 Perempuan 25 89,29 18 56,25 43 71,67 Jumlah Responden 28 100,00 32 100,00 60 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang, 2007
Berdasarkan kelompok umur, responden angkutan umum rata-rata berusia
antara 21-30 tahun dengan persentase 36,67 %. Untuk lebih jelas, dapat dilihat
pada Tabel IV.15
Tabel IV.15 Proporsi Responden Berdasarkan Usia
No Umur Labi-Labi Bus Damri Total Angkutan Umum
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1 0-10 thn 0 0,00 0 0,00 0 0,00 2 11 - 20 tahun 5 17,86 9 28,13 14 23,33 3 21 - 30 tahun 10 35,71 12 37,50 22 36,67 4 31 - 40 tahun 8 28,57 6 18,75 14 23,33 5 41 - 50 tahun 3 10,71 4 12,50 7 11,67 6 > 50 tahun 2 7,14 1 3,13 3 5,00
Jumlah 28 100,00 32 100,00 60 100,00 Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang, 2007
Sebagian besar responden adalah pegawai negeri /TNI/Polri, pensiunan
dengan persentase 35,71 %. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel IV.16
Tabel IV.16 Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Labi-Labi Bus Damri Total Angkutan Umum
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1 Pegawai Negeri/Tni/Polri/Pensiunan 10 35,71 10 31,25 20 33,33 2 Pegawai swasta 6 21,43 8 25,00 14 23,33 3 Wiraswata 3 10,71 4 12,50 7 11,67 4 Mahasiswa 5 17,86 7 21,88 12 20,00 5 Pelajar 4 14,29 3 9,38 7 11,67
Jumlah 28 100,00 32 100,00 60 100,00 Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang, 2007
Secara keseluruhan pendapatan responden didominasi pada tingkatan
Rp.1.500.000 – 2.000.000/bulan. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel IV.17
84
84
Tabel IV.17 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
No Tingkat Pendapatan Labi-Labi Bus Damri Total Angkutan Umum
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1 < 1.000.000 9 32,14 10 31,25 8 13,33 2 1.000.000 - 1.500.000 6 21,43 8 25,00 16 26,67 3 1.500.000 - 2.000.000 11 39,29 12 37,50 32 53,33 4 2.000.000 - 2.500.000 1 3,571 1 3,13 2 3,33 5 2.500.000 - 3.000.000 1 3,571 1 3,13 2 3,33
Jumlah 28 100,00 32 100,00 60 100,00 Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang, 2007
Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan responden selama sebulan,
sebesar Rp. 500.000 - 750.000/bulan sebesar 43,33 %. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat pada Tabel IV.18
Tabel IV.18 Proporsi Responden Berdasarkan Biaya Transportasi
No Biaya Transportasi Labi-Labi Bus Damri Total Angkutan Umum
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1 < 250.000 2 8,33 3 8,33 5 8,33
2 250.000 - 500.000 6 21,67 7 21,67 13 21,67
3 500.000 - 750.000 12 43,33 14 43,33 26 43,33
4 750.000 - 1.000.000 3 11,67 4 11,67 7 11,67
5 1.000.000 - 1.250.000 1 5,00 2 5,00 3 5,00
6 1.250.000 - 1.500.000 1 3,33 1 3,33 2 3,33
7 > 1.500.000 2 6,67 2 6,67 4 6,67 Jumlah 28 100,00 32 100,00 60 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang, 2007
Dilihat dari tujuan perjalanan, sebagian besar responden bertujuan untuk
pergi ke bekerja (39,29 %) dan bersekolah (32,14%). Hal ini dikarenakan rute
Keudah-Darussalam menghubungkan pusat kota dan kawasan perkantoran dan
pendidikan di Darussalam. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel IV.19
Tabel IV.19 Proporsi Responden Berdasarkan Tujuan Perjalanan
No Tujuan Perjalanan Labi-Labi Bus Damri Total Angkutan Umum
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1 Pulang ke Rumah 8 28,57 9 28,13 9 15,00
2 Pergi ke Sekolah/Kuliah 9 32,14 9 28,13 37 61,67 3 Pergi Bekerja 11 39,29 12 37,50 12 20,00 4 Keluarga/Sosial 0 0,00 1 3,13 1 1,67 5 Wisata 0 0,00 0 0,00 1 1,67 Lainnya 0 0,00 1 3,13 1 1,67
Jumlah 28 100,00 32 100,00 60 100,00 Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang, 2007
85
85
4.8.5.2 Persepsi Pengguna Jasa Mengenai Tingkat Pelayanan Angkutan
Umum
Dalam survey ini dikumpulkan informasi dari sampel pengguna jasa
mengenai persepsi atau keinginan mereka tentang frekuensi angkutan umum,
headway rata-rata, waktu tunggu rata-rata, dan tingkat tarif angkutan umum dalam
rangka mengukur tingkat keinginan masyarakat untuk membayar tarif angkutan
umum.
Rincian hasil survey terhadap keseluruhan jumlah sampel pengguna jasa
mengenai persepsi mereka tentang tingkat kondisi pelayanan angkutan umum
yang dikehendaki, disajikan pada Lampiran O. Ringkasannya dapat dilihat pada
Tabel IV.20 dibawah ini
Tabel IV.20 Hasil Survey Persepsi (Keinginan) Pengguna Jasa,
No Persepsi Labi-Labi Bus Damri
1 Waktu Tunggu Penumpang Rata-Rata 3 menit 3,5 menit 2 Frekuensi Kendaraan Angkutan Umum Per Jam 34 kend/jam 32 kend/jam 3 Headway Waktu Kendaraan Rata-Rata 5,79 menit 5,63 menit 4 Tarif Angkutan Umum : Rp 1.500 Rp 800
Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang, 2007
Hasil survey kondisi tingkat pelayanan angkutan umum menurut persepsi
pengguna jasa diatas, terutama menyangkut aspek frekuensi, headway, dan waktu
tunggu penumpang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan kebutuhan
jumlah armada dari sisi kepentingan pengguna jasa. Data yang terkumpul dan
diolah sampai menjadi data setengah jadi maupun data jadi yang dihasilkan pada
bab IV ini (pengumpulan dan pengolahan data), selanjutnya dijadikan bahan untuk
melakukan berbagai analisis pada Bab V, yang berkaitan dengan aspek
performansi.
4.8.5.3 Penilaian Variabel Pelayanan Moda Angkutan
Penilaian variabel pelayanan kedua moda terhadap 60 responden,
dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan besaran kriteria skala :
5 =
4 =
3 =
2 =
1 =
Sangat Memuaskan
Memuaskan
Cukup
Tidak Memuaskan
Sangat Tidak Memuaskan
86
86
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel
Kenyamanan (Keleluasaan Tempat duduk, keleluasaan ruangan). Diketahui bahwa
untuk moda Labi-Labi, terdapat 22 responden yang menilai cukup, sedangkan 26
orang responden yang menilai cukup memuaskan untuk moda Bus Damri.
Selengkapnya, mengenai proporsi penilaian variabel pelayanan X1 yaitu
Kenyamanan (Keleluasaan Tempat duduk, keleluasaan ruangan) di dalam
Angkutan Umum, dapat dilihat pada Tabel IV.21 dan Gambar IV.6
Tabel IV.21 Penilaian Variabel Total Kenyamanan
(Keleluasaan Tempat duduk, keleluasaan ruangan) di dalam Angkutan Umum
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 6 10,00 2 21 35,00 3 22 36,67 26 43,33 4 11 18,33 21 35,00 5 13 21,67
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
.Gambar IV.6 Penilaian Variabel Total Kenyamanan
(Keleluasaan Tempat duduk, keleluasaan ruangan)
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel
Keselamatan (resiko kecelakaan) di dalam Angkutan Umum. Diketahui bahwa
untuk moda Labi-Labi, terdapat 31 responden yang menilai cukup, sedangkan 34
orang responden yang menilai memuaskan untuk moda Bus Damri.
Selengkapnya, mengenai proporsi penilaian variabel pelayanan X2 yaitu
Keselamatan (resiko kecelakaan) di dalam Angkutan Umum, dapat dilihat pada
Tabel IV.22 dan Gambar IV.7
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
87
87
Tabel IV.22 Penilaian Variabel Total Kenyamanan
Keselamatan (resiko kecelakaan) di dalam Angkutan Umum
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 2 3 31 51,67 4 29 48,33 34 56,67 5 26 43,33
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
Gambar IV.7 Penilaian Variabel Total
Keselamatan (resiko kecelakaan)
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel Keamanan
barang Bawaan (Rusak/Hilang) di dalam Angkutan Umum. Diketahui bahwa
untuk moda Labi-Labi, terdapat 30 responden yang menilai cukup, sedangkan 33
orang responden yang menilai memuaskan untuk moda Bus Damri.
Selengkapnya, mengenai proporsi penilaian variabel pelayanan X3 yaitu
Keamanan barang Bawaan (Rusak/Hilang) di dalam Angkutan Umum, dapat
dilihat pada Tabel IV.23 dan Gambar IV.8
Tabel IV.23 Penilaian Variabel Total
Keamanan barang Bawaan (Rusak/Hilang) di dalam Angkutan Umum
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 2 3,33 2 12 20,00 3 30 50,00 11 18,33 4 16 26,67 33 55,00 5 16 26,67
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 Penilaian
FrekuensiLabi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 Penilaian
FrekuensiLabi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 Penilaian
FrekuensiLabi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
88
88
Gambar IV.8 Penilaian Variabel Total Keamanan barang Bawaan (Rusak/Hilang)
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel
Kebisingan, Goncangan/getaran di dalam Angkutan Umum. Diketahui bahwa
untuk moda Labi-Labi, terdapat 23 responden yang menilai Tidak Memuaskan,
sedangkan 31 orang responden yang menilai cukup memuaskan untuk moda Bus
Damri. Selengkapnya, mengenai proporsi penilaian variabel pelayanan X4 yaitu
Kebisingan, Goncangan/getaran di dalam Angkutan Umum, dapat dilihat pada
Tabel IV.24 dan Gambar IV.9
Tabel IV.24 Penilaian Variabel Total
Kebisingan, Goncangan/getaran di dalam Angkutan Umum
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 18 30,00 2 23 38,33 12 20,00 3 19 31,67 31 51,67 4 17 28,33 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
Gambar IV.9
Penilaian Variabel Total Kebisingan, Goncangan/getaran di dalam Angkutan Umum
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
89
89
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel
Kebersihan dan kesejukan di dalam Angkutan Umum. Diketahui bahwa untuk
moda Labi-Labi, terdapat 29 responden yang menilai Tidak Memuaskan,
sedangkan 32 orang responden yang menilai memuaskan untuk moda Bus Damri.
Selengkapnya, mengenai proporsi penilaian variabel pelayanan X5 yaitu
Kebersihan dan kesejukan di dalam Angkutan Umum, dapat dilihat pada Tabel
IV.25 dan Gambar IV.10
Tabel IV.25 Penilaian Variabel Total
Kebersihan dan kesejukan di dalam Angkutan Umum
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 4 6,67 2 29 48,33 3 27 45,00 28 46,67 4 32 53,33 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
Gambar IV.10
Penilaian Variabel Total Kebersihan dan kesejukan di dalam Angkutan Umum
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel Prestise
(gengsi) di dalam Angkutan Umum. Diketahui bahwa untuk moda Labi-Labi,
terdapat 31 responden yang menilai Tidak Memuaskan, sedangkan 34 orang
responden yang menilai cukup memuaskan untuk moda Bus Damri.
Selengkapnya, mengenai proporsi penilaian variabel pelayanan X6 yaitu Prestise
(gengsi) di dalam Angkutan Umum, dapat dilihat pada Tabel IV.26 dan Gambar
IV.11
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
90
90
Tabel IV.26 Penilaian Variabel Total
Prestise (gengsi) di dalam Angkutan Umum
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 17 28,33 2 31 51,67 4 6,67 3 12 20,00 34 56,67 4 22 36,67 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
Gambar IV.11 Penilaian Variabel Total
Prestise (gengsi)
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel Perilaku
supir (cara menyetir). Diketahui bahwa untuk moda Labi-Labi, terdapat 26
responden yang menilai Tidak Memuaskan, sedangkan 34 orang responden yang
menilai cukup memuaskan untuk moda Bus Damri. Selengkapnya, mengenai
proporsi penilaian variabel pelayanan X7 yaitu Perilaku supir (cara menyetir),
dapat dilihat pada Tabel IV.27 dan Gambar IV.12
Tabel IV.27 Penilaian Variabel Total Perilaku supir (cara menyetir)
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 20 33,33 2 26 43,33 7 11,67 3 10 16,67 34 56,67 4 4 6,67 17 28,33 5 2 3,33
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
91
91
Gambar IV.12 Penilaian Variabel Total Perilaku supir (cara menyetir)
Dari 60 responden yang melakukan penilaian terhadap variabel
Kemudahan mendapatkan angkutan umum. Diketahui bahwa untuk moda Labi-
Labi, terdapat 31 responden yang menilai Memuaskan, sedangkan 26 orang
responden yang menilai tidak memuaskan untuk moda Bus Damri. Selengkapnya,
mengenai proporsi penilaian variabel pelayanan X8 yaitu Kemudahan
mendapatkan angkutan umum, dapat dilihat pada Tabel IV.28 dan Gambar IV.13
Tabel IV.28 Penilaian Variabel Total
Kemudahan mendapatkan angkutan umum
Skala Labi-Labi Bus Damri
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 9 15,00 2 5 8,33 26 43,33 3 24 40,00 25 41,67 4 31 51,67 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Penumpang, 2007
Gambar IV.13 Penilaian Variabel Total Kemudahan mendapatkan angkutan umum
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 Penilaian
Frekuensi
Labi-LabiFrekuensi
Bus DamriFrekuensi
92
92
4.8.6 Pemilihan Moda
Tahapan pengolahan data dalam pemilihan moda ini dilakukan dengan
melakukan kompilasi data primer dan sekunder sehingga data siap untuk
dianalisis. Hal ini meliputi: entry data, editing, tabulasi dan perhitungan statistis.
Pengolahan data dilakuakn dengan bantuan paket program Microsoft Excel dan
Program SPSS (Statistical Package Social Science) for Window Release 11.5
Data mentah yang diperoleh dari hasil survei terhadap responden
pengguna angkutan umum rute Keudah-Darussalam, tidak dapat dimasukan
langsung ke dalam program SPSS 11.5 for Window karena data tersebut belum
menggambarkan keadaan nyata objek penelitian. Untuk itu perlu dilakukan
konversi data mentah berskala ordinal menjadi skala interval.
Konversi data ordinal menjadi data interval gunanya untuk memenuhi
sebagian dari syarat dianalisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya
berskala interval. Teknik konversi yang paling sederhana dengan menggunakan
MSI (Method of Successive Interval).
Dalam studi ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert,
yaitu termasuk jenis pengukuran ordinal. Langkah-langkah konversi data ordinal
ke data interval sebagai berikut:
a. Pertama memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang
dibagikan;
b. Menghitung frekuensi jawaban responden pada variabel untuk setiap kategori
jawaban (1, 2, 3, 4, dan 5).
c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
proporsi;
d. Menghitung nilai proporsi kumulatif, dengan cara menjumlahkan nilai
proporsi secara berurutan per kolom skor;
e. Menghitung nilai z, untuk setiap nilai proporsi kumulatif yang diperoleh
dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal.
f. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh dengan
menggunakan Tabel Tinggi Densitas (Lampiran G);
g. Mentukan nilai skala dengan menggunakan rumus
)(
)tantan(
BawahBatasLuasanAtasBatasLuasan
AtasBatasKepadaBawahBatasKepadaNS
93
93
h. Menentukan nilai konversi data kuantitatif dengan rumus :
Perhitungan secara lengkap mengenai konversi data kualitatif menjadi
kuantitatif, untuk semua variabel dapat dilihat pada Lampiran T dan U
Berikut ini contoh konversi data dari skala ordinal menjadi skala interval
untuk variabel X1 (Kenyamanan (Keleluasaan Tempat duduk, keleluasaan ruangan
dengan moda Labi-Labi). Dari 60 responden yang menjadi sampel, diperoleh
proporsi jawaban tiap kategori dari seluruh responden seperti terlihat pada Tabel
IV.29
Tabel IV.29 Kuantifikasi Data Kualitatif Variabel X1
Kategori Jawaban
Frekuensi Proporsi Proporsi
Kumulatif Z
(Tabel Normal) Densitas
Nilai Skala
Nilai Konversi
1 6 0,1000 0,1000 -1,2816 0,1758 -1,7580 1,0000 2 21 0,3500 0,4500 -0,1257 0,3961 -0,8044 1,9536 3 22 0,3667 0,8167 0,9027 0,2661 -0,3797 2,3783 4 11 0,1833 1,0000 0,0000 -0,5506 2,2074 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Wawancara Penumpang,2007
Tahapan pengolahan data pada pemilihan moda adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan matriks data mentah (matriks A) dari hasil survey lapangan, baik
data kuantitatif maupun kualitatif yang berstruktur A (n,a), dimana n = jumlah
responden yang menjadi sampel penelitian, sedangkan a jumlah atribut
(variabel) layanan, seperti yang terlihat pada lampiran P dan Q.
2. Kemudian data kuantitatif dan kualitatif yang telah dikuantifikasi (Lampiran R
dan S), dikurangi antar sesamanya. sehingga menghasilkan matriks data
selisih kedua moda. Matriks ini digunakan sebagai Matrik Data Input Regresi
Logistik seperti terlihat pada Lampiran V
3. Selanjutnya dilakukan analisis regresi logistik dengan menggunakan paket
program SPSS for Windows Release 11.5
4. Struktur input data regresi logistik menggunakan metode maksimum
likelihood dapat dijelaskan sebagai berikut:
dimana:
∆ X = X Labi-Labi – X Bus Damri
X Labi-Labi = Nilai data untuk tiap responden dan tiap variabel Labi-Labi
X Bus Damri = Nilai data untuk tiap responden dan tiap variabel Bus Damri
YX
min1 NsNSY
94
94
Y = 0, Jika responden memilih Labi-Labi
Y = 1, Jika responden memilih Bus Damri
5. Melalui input data seperti pada point 4, selanjutnya dilakukan proses kalibrasi
model Logit Biner untuk mendapatkan estimasi parameter model
6. Hasil dari proses ini adalah Model Logit Biner pemilihan moda Labi-Labi dan
Bus Damri untuk angkutan umum Rute Keudah-Darussalam. Model ini
dijadikan dasar bagi penentuan probabilitas pemilihan moda Labi-Labi atau
Bus Damri.
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi proses parameterisasi Model
Logit Biner. Dalam proses parameterisasi alat yang digunakan adalah Logistic
Regression Analysis yang merupakan salah satu teknik multivariat yang dapat
digunakan untuk mengestimasi probabilitas suatu kejadian. Adapun metode
seleksi yang digunakan adalah metode Forward Stepwise Likelihood Ratio.
Dalan proses parameterisasi, pada tahap pertama semua variabel prediktor
diikutsertakan, kemudian dilakukan estimasi parameter dan pengujian statistik.
Metode Forward Stepwise Likelihood Ratio merupakan suatu cara seleksi atau
pemilihan variabel secara berurutan yang dimulai dari konstanta, selanjutnya
variabel-variabel lainnya yang memenuhi kriteria dimasukan ke dalam model.
Selanjutnya diuji apakah gabungan variabel-variabel tersebut memenuhi
kriteria sebagai removal variabel dengan menggunakan rasio likelihood. Jika
terbukti benar, maka variabel tersebut dikeluarkan dari model. Apabila tidak
terdapat lagi variabel yang dapat dimasukan dan dikeluarkan dari model, maka
proses seleksi variabel selesai. Pada tiap tahapan selain dilakukan pengujian
koefisien model, juga dilakukan pengujian statistik untuk mengukur Goodness of
Fit dari model.
4.8.4.1 Estimasi Parameter Variabel Model Logit Biner
Berdasarkan input data yang diperoleh dari output hasil parameter variabel
yang masuk ke dalam model (variabel in equation), yaitu sebanyak 4 variabel.
Variabel-variabel yang signifikan tersebut membentuk model serta nilai-nilai
parameternya dapat dilihat pada Tabel IV.30. Untuk lebih jelasnya mengenai
output regresi logistik secara lengkap, dapat dilihat pada Lampiran W.
95
95
Tabel IV.30 Estimasi Parameter Variabel Model Logit Biner
No Variabel Keterangan Variabel Koefisien Estimasi (βi)
1 WP Waktu tempuh perjalanan 3,152
2 WT Waktu tunggu di Terminal 3,143
3 X6 Prestise (gengsi) di dalam Angkutan Umum -14,399
4 X8 Kemudahan mendapatkan angkutan umum -18,307
5 Konstanta -32,921
6 Koefisien Determinansi (R2) 0,947
Sumber : Hasil Output Regresi Logistik, 2008
4.8.4.2 Pengujian Hipotesa Statistik
Pengujian statistik dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel yang masuk ke dalam model tersebut signifikan atau tidak. Hasil uji
hipotesa akan memutuskan apakah Ho (hipotesa nol) diterima atau ditolak.
Keputusan diterima atau ditolaknya Ho berdasarkan pada test statistik yang
diperoleh dari data sampel setelah dibandingkan dengan nilai kritis dan distribusi
statistik yang bersangkutan. Adapun Uji statistik yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Menilai Kelayakan Model Regresi
Hasil dari kelayakan model regresi atau goodness of fit test dapat diukur
dengan nilai Chi-square (Dajan, Anto, 1987) dan dapat dilihat pada Tabel
IV.31 Hosmer and Lemeshow Test dibawah ini serta Lampiran W (Output
regresi Logistik).
Tabel IV.31 Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig. 1 21.740 6 .0012 26.773 7 .0003 74.097 8 .0004 1.557 8 .9925 .038 5 1.0006 9.420 8 .308
Sumber : Hasil Output Regresi Logistik, 2008
Berdasarkan hipotesis maka:
Ho = Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi
dengan yang diamati
Hi = Ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
yang diamati
96
96
Pengambilan keputusan, berdasarkan perbandingan Chi-Square Hitung (X2
hitung) dan Chi-Square tabel:
Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square tabel, maka Hipotesa nol diterima
Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square tabel, maka Hipotesa nol ditolak
Dari Tabel IV.31 pada step 6 terlihat bahwa Chi-Square Hitung adalah 9,420,
sedangkan Chi-Square tabel dengan tingkat keberartian 5 % dan Df = 8 adalah
15,507. Sehingga Chi-Square Hitung < Chi-Square tabel, maka Ho diterima.
Berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05 maka Hipotesa nol diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Hipotesa nol ditolak
Pada tabel IV.31 terlihat bahwa pada step terakhir angka probabilitas adalah
0,308 yang mempunyai nilai > 0,05, sehingga Ho dapat diterima.
Oleh karena itu, berdasarkan dua analisis di atas maka model regresi dapat
dipakai, sebab tidak ada perbedaan yang nyata antara antara klasifikasi yang
diprediksi dengan yang diamati
2. WaId Statistik
Serupa halnya dengan uji t dalam model regresi, untuk ukuran sampel besar.
Wald Statistik (β/SEi)2 yang berdistribusi Chi-Square digunakan untuk
menguji apakah koefisien variabel utilitas (βWP, βWT, βX6, βX8) berbeda
secara signifikan terhadap nol
Struktur uji hipotesa statistik dua arah adalah sebagai berikut:
Hipotesis nol (Ho): β WP = 0, β WT = 0, β X6 = 0, β X8 = 0. Hal ini berarti
Koefisien Regresi tidak signifikan.
Hipotesa alternatif (Ha): β WP ≠ 0, β WT ≠ 0, β X6 ≠ 0, β X8 ≠ 0. Hal ini
berarti Koefisien Regresi signifikan.
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05 maka Hipotesa nol diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Hipotesa nol ditolak
97
97
Output program seperti terihat pada Tabel IV.32, menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi koefisien variabel utilitas yang membentuk model (variabel in
equation), signifikansi dari Wald statistik lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian koefisien variabel berbeda signifikan terhadap nol, sehingga Ho
ditolak artinya variabel-variabel yang masuk dalam model mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap utilitas pemilihan moda. Dari hasil regresi
logistik terlihat bahwa variabel WP, WT, X6, X8, signifikan secara statistik
karena mempunyai nilai di bawah 0,05. Dengan demikian dalam pembentukan
model hanya dipakai 4 (empat) variabel tersebut dalam persamaan model
utilitas moda.
Tabel IV.32 Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper
Step 1(a) WT 1.192 .336 12.554 1 .000 3.294 1.703 6.369 Constant -4.930 1.449 11.574 1 .001 .007 Step 2(b) WT 1.532 .473 10.472 1 .001 4.627 1.830 11.701 X1 -3.388 1.846 3.368 1 .066 .034 .001 1.259 Constant
-3.507 1.788 3.846 1 .050 .030
Step 3(c) WP .515 .231 4.949 1 .026 1.674 1.063 2.635 WT 1.053 .447 5.551 1 .018 2.866 1.194 6.883 X1 -3.357 2.032 2.728 1 .099 .035 .001 1.871 Constant -4.611 1.969 5.483 1 .019 .010 Step 4(d) WP 1.109 .575 3.728 1 .054 3.033 .983 9.352 WT 1.852 .887 4.362 1 .037 6.371 1.121 36.219 X1 -3.984 2.657 2.249 1 .134 .019 .000 3.397 X8 -7.780 3.811 4.168 1 .041 .000 .000 .733 Constant -7.985 4.326 3.407 1 .065 .000 Step 5(e) WP 4.220 3.221 1.717 1 .019 68.027 .123 37513.734 WT 7.716 7.282 1.123 1 .028 2244.558 .001 3544393633.370 X1 -7.763 13.074 .353 1 .055 .000 .000 57157542.486 X6 -17.870 14.837 1.451 1 .022 .000 .000 73929.062 X8 -33.506 28.487 1.383 1 .024 .000 .000 4972713096.925 Constant -48.478 40.866 1.407 1 .236 .000 Step 6(e) WP 3.152 2.175 2.101 1 .014 23.386 .329 1660.034 WT 3.143 3.215 .955 1 .032 23.169 .042 12638.479 X6 -14.399 11.195 1.654 1 .019 .000 .000 1887.852 X8 -18.307 14.875 1.515 1 .021 .000 .000 51397.999 Constant -32.921 25.977 1.606 1 .205 .000
a Variable(s) entered on step 1: WT, b Variable(s) entered on step 2: X1, c Variable(s) entered on step 3: , WP., d Variable(s) entered on step 4: X8., e Variable(s) entered on step 5: X6.
Sumber : Hasil Output Regresi Logistik, 2008
98
98
3. Uji Kecocokan Model untuk Signifikansi Menyeluruh
Serupa halnya dengan uji F untuk model regresi, struktur uji hipotesa statistik
dua arah sebagai berikut :
Pengambilan keputusan :
Hipotesis nol (Ho): β WP = 0, β WT = 0, β X6 = 0, β X8 = 0. Hal ini
berarti variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependent.
Hipotesa alternatif (Ha): β WP ≠ 0, β WT ≠ 0, β X6 ≠ 0, β X8 ≠ 0. Hal ini
berarti variabel independent mempengaruhi variabel dependent.
a. Berdasarkan perbandingan Chi-Square Hitung(X2 hitung) dan Chi-Square
tabel:
Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square tabel, maka Hipotesa nol diterima
Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square tabel, maka Hipotesa nol ditolak
b. Berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05 maka Hipotesa nol diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Hipotesa nol ditolak
Dari Tabel IV.33 terlihat bahwa Chi-Square hitung adalah 70,825,
sedangkan Chi-Square tabel untuk tingkat signifikansi (α) = 5 % dan Df =
4 adalah 9,488. Oleh karena itu Chi-Square Hitung > Chi-Square tabel,
maka Hipotesa nol ditolak yang berarti nilai variabel independent
mempengaruhi variabel dependent.
Hasil parameterisasi seperti terlihat pada Tabel IV.33 Omnibus Tests of Model
Coefficients, diketahui nilai signifikansi model = 0,000 dengan tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
koefisien variable utilitas kecuali konstanta karakteristik berbeda terhadap
nol, dengan demikian uji kecocokan model terpenuhi.
Tabel IV.33 Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig. Step 1 Step 40.593 1 .000
Block 40.593 1 .000 Model 40.593 1 .000
Step 2 Step 4.122 1 .042 Block 44.716 2 .000 Model 44.716 2 .000
99
99
Step 3 Step 7.656 1 .006 Block 52.371 3 .000 Model 52.371 3 .000
Step 4 Step 9.352 1 .002 Block 61.724 4 .000 Model 61.724 4 .000
Step 5 Step 10.703 1 .001 Block 72.427 5 .000 Model 72.427 5 .000
Step 6 Step -1.602 1 .026 Block 70.825 4 .000 Model 70.825 4 .000
Sumber : Hasil Output Regresi Logistik, 2008
4. Koefisien Determinansi (R2)
Persentase pengaruh semua variabel yang masuk terhadap model ditunjukkan
oleh Koefisien Determinansi (R2). Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai
R2 sebesar 0,947. Angka ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang masuk
ke dalam model dapat menerangkan variasi secara bersama-sama terhadap
model pemilihan moda sebesar 94,7 %. Sedangkan sisanya 5,3 % tidak dapat
dijelaskan oleh model.
5. Nilai Keseluruhan Model
Nilai keseluruhan model (overall model fit) dapat dijelaskan dalam Output
Model Summary yang dapat dilihat pada Tabel IV.34
Tabel IV.34 Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 38.266 .492 .672 2 34.143 .525 .718 3 26.487 .582 .796 4 17.135 .643 .879 5 6.432 .701 .958 6 8.034 .693 .947
Sumber : Hasil Output Regresi Logistik, 2008
Pada tabel IV.34 terjadi penurunan nilai pada -2 Log likehood, hal ini
menunjukkan model regresi pada setiap tahapan menjadi lebih baik karena
nilai likehood pada regresi logistik mirip dengan pengertian ”Sum squared
error” pada model regresi. Sedangkan nilai R square terjadi peningkatan, hal
ini menunjukkan model regresi semakin baik karena semakin besar kontribusi
variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat (dependent variable).