jumat, 30 juli 2010 | media indonesia senayanku cerita ... filesebuah taman kota, tempat ......

1
JUMAT, 30 JULI 2010 | MEDIA INDONESIA | 35 Megapolitan MI/PANCA SYURKANI SENAYANKU Cerita Pinggiran dari Taman Ria P AGAR tinggi putih berbahan asbes hampir setinggi 4 meter telah terpancang. Pagar itu menutupi kawasan Taman Ria Senayan yang tinggal sisa-sisa puing bangunan. Saat ini Taman Ria Senayan lumpuh. Seperti kota mati di tengah- tengah keramaian. Taman Ria Remaja Senayan diresmikan Ibu Tien Soeharto pada 15 Agustus 1970 sebagai kawasan publik yang dapat diakses oleh masyarakat umum dengan murah meriah. Seketika kawasan yang berseberangan dengan Stadion Senayan itu menjadi tempat favorit. Masyarakat, dari anak kecil hingga dewasa berdatangan ke sana, bersantai, dan bermain. Semua beria-ria. Adanya jalur pedestrian, danau yang berisi air bersih seluas hampir 4 hektare, dan rimbunnya pohon yang mengelilingi membuat pengunjung senang menghabiskan waktu di sana. Hasil penelitian menyebutkan keteduhan dengan kerindangan pohon menenangkan pikiran dan menurunkan hipertensi. Namun 40 tahun kemudian, kisah ceria itu menjadi kenangan belaka. “Ya, sekarang kayak ginilah, panas,” ujar Rasta, tukang sapu jalanan, salah satu saksi berubahnya kawasan Taman Ria Senayan dari masa ke masa. Rasta sudah bekerja di sepanjang Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, sejak 1988. Pria asal Cirebon, Jawa Barat, itu berkisah, Taman Ria Senayan selalu dikunjungi banyak warga Jakarta, termasuk orang kecil seperti dirinya. “Dulu saya sering ke sini. Ya cari hiburan,” katanya sambil mengisap rokok yang terjepit di antara jari-jari tangannya. Ia pun juga pernah mengajak anak-anaknya untuk berlibur ke kawasan itu. Dari tahun ke tahun kawasan ini berkembang. Kemudian sekitar bulan Maret 1995 namanya berubah menjadi Taman Ria Senayan. Kata ‘remaja’ hilang dari plang nama. Sebulan kemudian, masih di tahun yang sama, pengelolaan Taman Ria Senayan berpindah tangan dari Yayasan Ria Pembangunan kepada PT Ariobimo Laguna Perkasa. Mulai saat itulah kawasan ini diperuntukkan kawasan bisnis. Toko-toko dan rumah makan mulai dibangun untuk menarik pengunjung. Selain toko dan rumah makan, di kawasan ini kerap digelar panggung musik pada akhir pekan. Tapanuli, seorang penjaja rokok dan minuman di kawasan Taman Ria Senayan mengaku sangat terhibur dengan acara setiap akhir pekan. “Jimmy Sitanggang, Hetty Koes Endang, Emilia Contesa itu jebolan sini. Sering manggung di sini dan sukses,” katanya mantap. Meski berasal dari Sumatra Utara, pria paruh baya tersebut senang dengan panggungnya Srimulat. “Asmuni, Gepeng, sering menghibur di sini,” kenangnya. Mati suri Sejak dulu, Taman Ria Senayan menjadi panggung hiburan kalangan menengah ke bawah. Kawasan yang memiliki luas sekitar 11 hektare ini juga mempunyai fasilitas bermain yang menjadi favorit anak-anak. Kincir, roller coaster dan bump car serta hiburan lain seperti perahu angsa cukup digemari masyarakat. Namun ketenangan kawasan itu mulai terusik oleh kebisingan demo yang tiada henti mengepung Gedung MPR/DPR sejak 1997. Pemilik toko dan restoran terkena dampaknya. Pengunjung takut ke sana. Di era 2000-an, kawasan Taman Ria Senayan bak mati suri. Masyarakat lebih tertarik mencari hiburan di mal dan tempat-tempat modern. Seperti Ratu Plaza, Mal FX, Plaza Senayan, Senayan City, dan Senayan Trade Center, yang ada di kawasan itu. Ngatijo, yang berjualan mi ayam sejak 1982 di depan Taman Ria Senayan, mengaku sudah kehilangan para pelanggan. “Sekarang yang beli (mi ayam) paling sopir-sopir taksi,” kata pria asal Karanganyar yang pertama kali menjual semangkuk mi ayam dengan harga Rp100. Dia sempat menikmati masa jaya Taman Ria Senayan. Setiap hari paling tidak terjual 100 mangkuk mi. Karyawan bersepeda motor, berjalan kaki, bahkan yang bermobil, datang kepadanya. Belakangan, mangkuk-mangkuk mi ayam Ngatijo lebih sering berdiam di dalam gerobak dorongnya. Tak lagi digunakan karena para pembeli dapat dihitung dengan jari. Mangkuk yang satu masih sempat dicuci untuk digunakan kembali. Ngatijo sudah mendengar Taman Ria Senayan yang merupakan aset negara akan dijadikan mal. Gaya hidup akan berputar 100% dari kawasan itu. Jika benar menjadi mal, kata Ngatijo, Senayan bakal menjadi kawasan macet. “Setiap ada pameran di Senayan, kawasan ini macet. Kalau ada mal, di sini, jadilah biang kemacetan,” lanjutnya. Ngatijo sendiri lebih senang apabila Taman Ria Senayan dikembalikan ke fungsinya semula. Sebuah taman kota, tempat masyarakat kebanyakan beria-ria. “Senayan menjadi adem, mengurangi polusi yang sudah menyesakkan jantung. Untuk sekali ini, berpikirlah jernih. Senayan ini paru-paru kota,” imbuh Tapanuli. (*/J-1) MI/AGUNG WIBOWO ibusi Kecil elolaan GBK pada 2009 dari jasa nan perbankan, bunga deposito, giro, pengelolaan kawasan tertentu, dapatan operasional, hingga kerja a BOT hanya Rp105,68 miliar. ndapatan itu tak sebanding dengan aset Kompleks Senayan sebesar ,14 triliun pada 2009. Apalagi be- pengeluaran Pusat Pengelolaan mencapai Rp79,17 miliar. Selisih- hanya Rp26,51 miliar yang (mung- masuk ke kas negara. gsui wasan Senayan, menurut fengsui, uk incaran pebisnis karena meru- n kepala naga. Menurut pakar sui Herman Wilianto, kawasan an Ria Senayan merupakan pusat gi kehidupan (chi). alam fengsui, lokasi pusat energi dupan dikenal dengan istilah kepala naga. Artinya kawasan kepala naga selalu mendukung bagi kegiatan apa pun yang dilakukan,” terangnya. Herman berpendapat peruntukan Taman Ria Senayan sebagai pusat be- lanja atau ruang terbuka hijau sama baiknya. “Yang menjadi inti masalah adalah bagaimana manusia mengelola. Pada prinsipnya, chi baik bagi manusia, tum- buhan, maupun hewan.” Herman mengingatkan, penataan Taman Ria Senayan harus mempertim- bangkan ruang niaga dan ruang ter- buka hijau. Pemanfaatan kawasan kepala naga yang eksploitatif akan berdampak pada berkurangnya chi. “Jika kawasan itu sudah tercemar, otomatis sumber daya yang ada di da- lamnya habis dan itu akan berdampak pada kegiatan di atasnya,” papar Her- man. (Dvd/Ken/*/J-1) Dulu pemain Srimulat seperti Asmuni, Gepeng, sering menghibur di sini.” TAMAN RIA DISEGEL: Papan segel terpasang di depan pintu masuk proyek Taman Ria Senayan di kawasan Senayan, Jakarta, kemarin. Penyegelan ini merupakan hasil kesepakatan antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pimpinan MPR, DPR, serta DPD RI yang akan memfungsikan kembali Taman Ria Senayan sebagai ruang terbuka hijau di Ibu Kota yang sebelumnya direncanakan dibangun mal. ASRI NAN HIJAU: Taman Ria Senayan yang asri nan hijau diambil dari ketinggian (21/2/2008). MI/RAMDANI SENAYAN CITY: Antrean mobil di depan Senayan City, Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu MI/M IRFAN FOKUS OLAHRAGA BACA BESOK! Tema: Kebangkitan Tim-Tim Papan Atas di F1 dan MotoGP

Upload: lytu

Post on 04-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUMAT, 30 JULI 2010 | MEDIA INDONESIA SENAYANKU Cerita ... fileSebuah taman kota, tempat ... berpikirlah jernih. Senayan ini paru-paru kota,” imbuh Tapanuli. (*/J-1) MI ... “Yang

JUMAT, 30 JULI 2010 | MEDIA INDONESIA | 35 Megapolitan

MI/PANCA SYURKANI

SENAYANKU Cerita Pinggiran dari Taman Ria

PAGAR tinggi putih berbahan asbes hampir setinggi 4 meter telah terpancang. Pagar itu menutupi

kawasan Taman Ria Senayan yang tinggal sisa-sisa puing bangunan. Saat ini Taman Ria Senayan lumpuh. Seperti kota mati di tengah-tengah keramaian.

Taman Ria Remaja Senayan diresmikan Ibu Tien Soeharto pada 15 Agustus 1970 sebagai kawasan publik yang dapat diakses oleh masyarakat umum dengan murah meriah.

Seketika kawasan yang berseberangan dengan Stadion Senayan itu menjadi tempat favorit. Masyarakat, dari anak kecil hingga dewasa berdatangan ke sana, bersantai, dan bermain. Semua beria-ria.

Adanya jalur pedestrian, danau yang berisi air bersih seluas hampir 4 hektare, dan rimbunnya pohon yang mengelilingi membuat pengunjung senang menghabiskan waktu di sana. Hasil penelitian menyebutkan keteduhan dengan kerindangan pohon menenangkan pikiran dan menurunkan hipertensi.

Namun 40 tahun kemudian, kisah ceria itu menjadi kenangan belaka. “Ya, sekarang kayak ginilah, panas,” ujar Rasta, tukang sapu jalanan, salah satu saksi berubahnya kawasan Taman Ria Senayan dari masa ke masa.

Rasta sudah bekerja di sepanjang Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, sejak 1988.

Pria asal Cirebon, Jawa Barat, itu berkisah, Taman Ria Senayan selalu dikunjungi banyak warga Jakarta, termasuk orang kecil seperti dirinya. “Dulu saya sering ke sini. Ya cari hiburan,” katanya sambil mengisap rokok yang terjepit di antara jari-jari tangannya. Ia pun juga pernah mengajak anak-anaknya untuk berlibur ke kawasan itu.

Dari tahun ke tahun kawasan ini berkembang. Kemudian sekitar bulan Maret 1995 namanya berubah menjadi Taman Ria Senayan. Kata ‘remaja’ hilang dari plang nama. Sebulan kemudian, masih di tahun yang sama, pengelolaan Taman Ria Senayan berpindah tangan dari Yayasan Ria Pembangunan kepada PT Ariobimo Laguna Perkasa. Mulai saat itulah kawasan ini diperuntukkan kawasan bisnis. Toko-toko dan rumah makan mulai dibangun untuk menarik pengunjung.

Selain toko dan rumah makan, di kawasan ini kerap digelar panggung musik pada akhir pekan. Tapanuli, seorang penjaja rokok dan minuman di kawasan Taman Ria Senayan mengaku sangat terhibur dengan acara setiap akhir pekan.

“Jimmy Sitanggang, Hetty Koes Endang, Emilia Contesa itu jebolan sini. Sering

manggung di sini dan sukses,” katanya mantap. Meski berasal dari Sumatra Utara, pria paruh baya tersebut senang dengan panggungnya Srimulat. “Asmuni, Gepeng, sering menghibur di sini,” kenangnya.

Mati suri Sejak dulu, Taman Ria Senayan menjadi

panggung hiburan kalangan menengah ke bawah. Kawasan yang memiliki luas sekitar 11 hektare ini juga mempunyai fasilitas bermain yang menjadi favorit anak-anak. Kincir, roller coaster dan bump car serta hiburan lain seperti perahu angsa cukup digemari masyarakat. Namun ketenangan kawasan itu mulai terusik oleh kebisingan demo yang tiada henti mengepung Gedung MPR/DPR sejak 1997. Pemilik toko dan restoran terkena dampaknya. Pengunjung takut ke sana.

Di era 2000-an, kawasan Taman Ria Senayan bak mati suri. Masyarakat lebih tertarik mencari hiburan di mal dan tempat-tempat modern. Seperti Ratu Plaza, Mal FX, Plaza Senayan, Senayan City, dan Senayan Trade Center, yang ada di kawasan itu.

Ngatijo, yang berjualan mi ayam sejak 1982 di depan Taman Ria Senayan, mengaku sudah kehilangan para pelanggan.

“Sekarang yang beli (mi ayam) paling sopir-sopir

taksi,” kata pria asal Karanganyar yang pertama kali menjual semangkuk mi ayam dengan harga Rp100.

Dia sempat menikmati masa jaya Taman Ria Senayan. Setiap hari paling tidak terjual 100 mangkuk mi. Karyawan bersepeda motor, berjalan kaki, bahkan yang bermobil, datang kepadanya.

Belakangan, mangkuk-mangkuk mi ayam Ngatijo lebih sering berdiam di dalam gerobak dorongnya. Tak lagi digunakan karena para pembeli dapat dihitung dengan jari. Mangkuk yang satu masih sempat dicuci untuk digunakan kembali.

Ngatijo sudah mendengar Taman Ria Senayan yang merupakan aset negara akan dijadikan mal. Gaya hidup akan berputar 100% dari kawasan itu. Jika benar menjadi mal, kata Ngatijo, Senayan bakal menjadi kawasan macet. “Setiap ada pameran di Senayan, kawasan ini macet. Kalau ada mal, di sini, jadilah biang kemacetan,” lanjutnya.

Ngatijo sendiri lebih senang apabila Taman Ria Senayan dikembalikan ke fungsinya semula. Sebuah taman kota, tempat masyarakat kebanyakan beria-ria. “Senayan menjadi adem, mengurangi polusi yang sudah menyesakkan jantung. Untuk sekali ini, berpikirlah jernih. Senayan ini paru-paru kota,” imbuh Tapanuli. (*/J-1)

MI/AGUNG WIBOWO

ibusi Kecilelolaan GBK pada 2009 dari jasa

nan perbankan, bunga deposito, giro, pengelolaan kawasan tertentu, dapatan operasional, hingga kerja a BOT hanya Rp105,68 miliar. ndapatan itu tak sebanding dengan aset Kompleks Senayan sebesar ,14 triliun pada 2009. Apalagi be-pengeluaran Pusat Pengelolaan mencapai Rp79,17 miliar. Selisih-

hanya Rp26,51 miliar yang (mung-masuk ke kas negara.

gsuiwasan Senayan, menurut fengsui,

uk incaran pebisnis karena meru-n kepala naga. Menurut pakar

sui Herman Wilianto, kawasan an Ria Senayan merupakan pusat gi kehidupan (chi). alam fengsui, lokasi pusat energi dupan dikenal dengan istilah

kepala naga. Artinya kawasan kepala naga selalu mendukung bagi kegiatan apa pun yang dilakukan,” terangnya.

Herman berpendapat peruntukan Taman Ria Senayan sebagai pusat be-lanja atau ruang terbuka hijau sama baiknya.

“Yang menjadi inti masalah adalah bagaimana manusia mengelola. Pada prinsipnya, chi baik bagi manusia, tum-buhan, maupun hewan.”

Herman mengingatkan, penataan Taman Ria Senayan harus mempertim-bangkan ruang niaga dan ruang ter-buka hijau. Pemanfaatan kawasan kepala naga yang eksploitatif akan berdampak pada berkurangnya chi.

“Jika kawasan itu sudah tercemar, otomatis sumber daya yang ada di da-lamnya habis dan itu akan berdampak pada kegiatan di atasnya,” papar Her-man. (Dvd/Ken/*/J-1)

Dulu pemain Srimulat seperti Asmuni, Gepeng, sering menghibur di sini.”

TAMAN RIA DISEGEL: Papan segel terpasang di depan pintu masuk proyek Taman Ria Senayan di kawasan Senayan, Jakarta, kemarin. Penyegelan ini merupakan hasil kesepakatan antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pimpinan MPR, DPR, serta DPD RI yang akan memfungsikan kembali Taman Ria Senayan sebagai ruang terbuka hijau di Ibu Kota yang sebelumnya direncanakan dibangun mal.

ASRI NAN HIJAU: Taman Ria Senayan yang asri nan hijau diambil dari ketinggian (21/2/2008).

MI/RAMDANI

SENAYAN CITY: Antrean mobil di depan Senayan City, Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan, beberapa waktu laluMI/M IRFAN

FOKUSOLAHRAGA

BACA BESOK!Tema:

KebangkitanTim-Tim Papan Atas

di F1 dan MotoGP