jumat, 29 oktober 2010 | media indonesia utang pdam … · nyerapan tenaga kerja se-hingga...

1
18 | Ekonomi Nasional JUMAT, 29 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA PEMERINTAH daerah (pemda) di Indonesia rata-rata belum mampu menunjukkan tata kelola ekonomi daerah yang baik. Saat ini hanya sekitar 10% dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia berhasil melaku- kan tata kelola ekonomi secara baik yang kemudian berpe- ngaruh kepada pertumbuhan ekonomi. Hal itu diutarakan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Agung Pambudhi pada acara seminar Tata Kelola Ekonomi Daerah dan Pertum- buhan Ekonomi di Jakarta, kemarin. Padahal, menurut dia, pe- ngelolaan ekonomi daerah yang baik akan mendorong masuknya investasi dan pe- nyerapan tenaga kerja se- hingga memberikan lompatan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut. ”Sebagai contoh, apa yang di- lakukan Tarakan, Solo, Sragen, dan Sidoarjo merupakan contoh yang berhasil dan gambaran- nya sangat jelas dan konkret,” papar Agung. Ia menambahkan, tata kelola ekonomi daerah yang diwu- judkan dalam tindakan seperti mengefektifkan pemberian izin usaha, menghapus pungutan liar, dan pengadaan tanah un- tuk infrastruktur mestinya bisa memberi kontribusi terhadap peningkatan aktivitas ekonomi di daerah. Agung menyebut faktor- faktor yang berkaitan dengan politik sangat berpengaruh pada tata kelola ekonomi yang baik. Beberapa calo ekonomi, kata dia, sering kali muncul dari faktor ini. Ia mencontohkan, faktor ang- garan dan sumber daya alam harusnya secara positif bisa mendorong ekonomi menjadi lebih baik. Namun, karena adanya calo ekonomi, anggaran besar dan melimpahnya sumber daya alam justru menjadi sumber praktek-praktek ilegal di pe- merintahan dan pada akhirnya tata kelola ekonomi menjadi lebih buruk. Di tempat sama, peneliti In- stitute of Development Studies University of Sussex, Inggris, Neil McCulloch menyebut kualitas infrastruktur, khusus- nya ketersediaan pasokan lis- trik, memiliki hubungan kuat dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Namun seperti diketahui, in- frastruktur tidak berada dalam kendali pemerintah daerah. Karena itu, menurut dia, pe- merintah pusat melalui kemen- terian terkait harus fokus pada pengembangan infrastruktur, pengelolaan sumber ekonomi dan sumber daya alam. Di sisi lain, pemda mendu- kungnya dengan memfasili- tasi ekonomi yang lebih baik. (*/E-3) P EMERINTAH hingga kini masih dipusing- kan oleh persoalan utang yang terus melilit sejumlah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tiap tahun, jumlah utang pe- rusahaan-perusahaan penyedia air bersih itu terus bertambah. Untuk mengurangi beban PDAM, pemerintah memutus- kan untuk melanjutkan pro- gram restrukturisasi pinjaman terhadap 53 PDAM. Pemerin- tah beralasan langkah itu meru- pakan bagian dari kebijakan strategis untuk mempercepat penyehatan kinerja PDAM. Saat menjelaskan program restrukturisasi utang PDAM, kemarin, Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo mengungkapkan total pinjam- an yang direstrukturisasi ada- lah Rp1,954 triliun. Nilai itu merupakan akumu- lasi dari program percepatan penyehatan kinerja PDAM senilai Rp1,671 triliun, peng- hapusan utang nonpokok oleh Presiden yang terdiri atas bu- nga, denda, dan biaya komit- men untuk 9 PDAM Rp247 miliar, dan untuk 6 PDAM oleh Menkeu sebesar Rp36 miliar. Sebelumnya, kata Menkeu, pemerintah telah menyetujui langkah restrukturisasi ter- hadap 15 PDAM. Itu dilakukan dengan menjadwalkan kembali tunggakan pokok dan pengha- pusan tunggakan nonpokok. Dengan begitu, total jumlah PDAM yang mendapatkan restrukturisasi utang sebanyak 68 PDAM dengan tunggak- an pokok Rp770 mi liar dan Rp1,954 triliun berupa tung- gakan nonpokok. Selama ini sumber pinjaman pemerintah kepada PDAM be- rasal dari pinjaman luar negeri, rekening dana investasi, dan re- kening pembangunan daerah. Berdasarkan data Kemente- rian Keuangan, ada 205 PDAM mendapatkan pinjaman dari pemerintah. Sebanyak 175 di antaranya masih memiliki tunggakan akibat tingkat kebo- coran air yang tinggi, pengelo- laan manajemen yang salah, dan penerapan tarif di bawah biaya produksi. “Kondisi ini menyebabkan PDAM tidak esien dan akhirnya gagal me- menuhi kewajibannya.” Dirjen Perbendaharaan Nega- ra Herry Purnomo menam- bahkan sebanyak 175 PDAM menunggak per 19 Agustus 2010. Dari jumlah itu, baru 165 PDAM yang memenuhi syarat untuk mengikuti program restrukturisasi. “Dan baru 111 PDAM yang telah mengajukan permohonan,” ujarnya. Terus merugi Sementara itu, Direktur Jen- deral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Budi Yuwono mengatakan selama ini PDAM terus merugi karena harga jual produk lebih murah daripada ongkos produksi. Selama ini baru 25% tarif pe- langgan yang harganya sesuai dengan biaya produksi, sedang- kan 75% lainnya di bawah biaya produksi. “Dari 410 PDAM, hanya 140 perusahaan saja yang sehat,” ungkapnya. Menurut Budi, penyesuaian harga air PDAM perlu dilaku- kan karena jumlah investasi yang dibutuhkan untuk men- jangkau 68,87% air bersih selu- ruh Indonesia sebesar Rp46,65 triliun. (E-5) [email protected] Utang PDAM semakin Keruh Tingkat kebocoran air yang tinggi dan pengelolaan yang salah menjadi penyebab inefisiensi. Akhmad Mustain Dari 410 PDAM, hanya 140 perusahaan saja yang sehat.” Budi Yuwono Dirjen Cipta Karya Kementerian PU RANCANGAN Undang-Un- dang (RUU) tentang Mata Uang mewajibkan setiap tran- saksi di wilayah Indonesia menggunakan rupiah. Dengan demikian, ketersediaan uang rupiah harus dipenuhi di seluruh wilayah, hingga ke perbatasan. Namun, selama ini, masih ditemukan masyarakat yang kerap bertransaksi dengan mata uang negara tetangga. Umpamanya dolar Singapura atau ringgit Malaysia. Sebagaimana dicontohkan Menteri Keuangan (Men- keu) Agus Martowardojo, masyarakat dae rah seperti Batam, Entikong, Nunukan, dan Atambua, terkadang ber- transaksi tidak mengguna- kan mata uang rupiah. Selain itu, kerap kali ada transaksi yang menawarkan mata uang dolar AS, walaupun kemudian membayar dengan rupiah. Pemerintah tidak mau orang lebih memilih dolar AS se- bagai alat transaksi di dalam negeri. Karenanya, dengan UU Mata Uang, diharapkan ada kepastian penggunaan rupiah sebagai mata uang. Adapun, berdasarkan draf RUU Mata Uang yang didapat kemarin, kewajiban penggunaan uang rupiah diatur dalam Pasal 19. Pasal 19 ayat (1) berbunyi, ‘Uang rupiah wajib digunakan dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan pemba- yaran dan/atau kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang, atau transaksi keuangan lainnya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia’. Sementara ayat (2) menyebutkan, ‘Dalam hal ter- tentu, Bank Indonesia (BI) da- pat menetapkan penggunaan uang selain uang rupiah’. RUU Mata Uang merupa- kan RUU Usul Inisiatif DPR. Menurut Wakil Ketua Komisi XI DPR yang juga menjabat Ketua Pansus RUU Mata Uang Achsanul Qosasi, pihaknya berkomitmen mengesahkan RUU itu tahun ini. Saat ini, kewajiban tran- saksi dengan rupiah sudah diatur dalam UU tentang BI. Sanksi terhadap pelanggaran UU tersebut adalah pidana kurungan minimal satu bulan, serta denda Rp2 miliar-Rp6 miliar. (ST/Ant/E-1) Rupiah Wajib Sampai Pelosok Calo dan Faktor Politik Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Daerah PAMERAN KERAJINAN INDOCRAFT: Pengunjung melihat-lihat barang yang dipajang stan Kabupaten Kutai Timur saat pameran Indocraft ke-7 di JCC Senayan, Jakarta, kemarin. Pameran yang menampilkan aneka kerajinan khas berbagai daerah di Indonesia itu berlangsung hingga 30 Oktober 2010. ANTARA/ANDIKA WAHYU

Upload: duongduong

Post on 05-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

18 | Ekonomi Nasional JUMAT, 29 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

PEMERINTAH daerah (pemda) di Indonesia rata-rata belum mampu menunjukkan tata kelola ekonomi daerah yang baik.

Saat ini hanya sekitar 10% dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia berhasil melaku-kan tata kelola ekonomi secara baik yang kemudian berpe-ngaruh kepada pertumbuhan ekonomi.

Hal itu diutarakan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Agung Pambudhi pada acara seminar Tata Kelola Ekonomi Daerah dan Pertum-buhan Ekonomi di Jakarta,

kemarin.Padahal, menurut dia, pe-

ngelolaan ekonomi daerah yang baik akan mendorong masuknya investasi dan pe-nyerapan tenaga kerja se-hingga memberikan lompatan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut.

”Sebagai contoh, apa yang di-lakukan Tarakan, Solo, Sragen, dan Sidoarjo merupakan contoh

yang berhasil dan gambaran-nya sangat jelas dan konkret,” papar Agung.

Ia menambahkan, tata kelola ekonomi daerah yang diwu-judkan dalam tindakan seperti mengefektifkan pemberian izin usaha, menghapus pungutan liar, dan pengadaan tanah un-tuk infrastruktur mestinya bisa memberi kontribusi terhadap peningkatan aktivitas ekonomi

di daerah.Agung menyebut faktor-

faktor yang berkaitan dengan politik sangat berpengaruh pada tata kelola ekonomi yang baik. Beberapa calo ekonomi, kata dia, sering kali muncul dari faktor ini.

Ia mencontohkan, faktor ang-garan dan sumber daya alam harusnya secara positif bisa mendorong ekonomi menjadi

lebih baik. Namun, karena adanya calo

ekonomi, anggaran besar dan melimpahnya sumber daya alam justru menjadi sumber praktek-praktek ilegal di pe-merintahan dan pada akhirnya tata kelola ekonomi menjadi lebih buruk.

Di tempat sama, peneliti In-stitute of Development Studies University of Sussex, Inggris,

Neil McCulloch menyebut kualitas infrastruktur, khusus-nya ketersediaan pasokan lis-trik, memiliki hubungan kuat dengan pertumbuhan ekonomi daerah.

Namun seperti diketahui, in-frastruktur tidak berada dalam kendali pemerintah daerah. Karena itu, menurut dia, pe-merintah pusat melalui kemen-terian terkait harus fokus pada pengembangan infrastruktur, pengelolaan sumber ekonomi dan sumber daya alam.

Di sisi lain, pemda mendu-kungnya dengan memfasili-tasi ekonomi yang lebih baik. (*/E-3)

PEMERINTAH hingga kini masih dipusing-kan oleh persoalan utang yang terus

melilit sejumlah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tiap tahun, jumlah utang pe-rusahaan-perusahaan penyedia air bersih itu terus bertambah.

Untuk mengurangi beban PDAM, pemerintah memutus-kan untuk melanjutkan pro-gram restrukturisasi pinjaman terhadap 53 PDAM. Pemerin-tah beralasan langkah itu meru-pakan bagian dari kebijakan strategis untuk mempercepat penyehatan kinerja PDAM.

Saat menjelaskan program restrukturisasi utang PDAM, kemarin, Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo mengungkapkan total pin jam-an yang direstrukturisasi ada-lah Rp1,954 triliun.

Nilai itu merupakan akumu-lasi dari program percepatan penyehatan kinerja PDAM senilai Rp1,671 triliun, peng-hapusan utang nonpokok oleh Presiden yang terdiri atas bu-nga, denda, dan biaya komit-men untuk 9 PDAM Rp247 miliar, dan untuk 6 PDAM oleh Menkeu sebesar Rp36 miliar.

Sebelumnya, kata Menkeu, pemerintah telah menyetujui

langkah restrukturisasi ter-hadap 15 PDAM. Itu dilakukan dengan menjadwalkan kembali tunggakan pokok dan pengha-pusan tunggakan nonpokok. Dengan begitu, total jumlah PDAM yang mendapatkan restrukturisasi utang sebanyak 68 PDAM dengan tunggak-an pokok Rp770 mi liar dan Rp1,954 triliun berupa tung-gakan nonpokok.

Selama ini sumber pinjaman pemerintah kepada PDAM be-rasal dari pinjaman luar negeri, rekening dana investasi, dan re-kening pembangunan daerah.

Berdasarkan data Kemente-rian Keuangan, ada 205 PDAM mendapatkan pinjaman dari pemerintah. Sebanyak 175 di antaranya masih memiliki tunggakan akibat tingkat kebo-coran air yang tinggi, pengelo-laan manajemen yang salah,

dan penerapan tarif di bawah biaya produksi. “Kondisi ini menyebabkan PDAM tidak efi sien dan akhir nya gagal me-menuhi kewajibannya.”

Dirjen Perbendaharaan Nega-ra Herry Purnomo menam-bahkan seba nyak 175 PDAM menunggak per 19 Agustus 2010. Dari jumlah itu, baru 165 PDAM yang memenuhi syarat untuk mengikuti program restrukturisasi. “Dan baru 111 PDAM yang telah mengajukan permohonan,” ujarnya.

Terus merugiSementara itu, Direktur Jen-

deral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Budi Yuwono mengatakan selama ini PDAM terus merugi karena harga jual produk lebih murah daripada ongkos produksi.

Selama ini baru 25% tarif pe-langgan yang harganya sesuai dengan biaya produksi, se dang-kan 75% lainnya di bawah biaya produksi. “Dari 410 PDAM, hanya 140 perusahaan saja yang sehat,” ungkapnya.

Menurut Budi, penyesuaian harga air PDAM perlu dilaku-kan karena jumlah investasi yang dibutuhkan untuk men-jangkau 68,87% air bersih selu-ruh Indonesia sebesar Rp46,65 triliun. (E-5)

[email protected]

Utang PDAM semakin Keruh

Tingkat kebocoran air yang tinggi dan pengelolaan yang salah menjadi penyebab

inefisiensi.

Akhmad Mustain

Dari 410 PDAM, hanya 140 perusahaan saja yang sehat.”Budi YuwonoDirjen Cipta Karya Kementerian PU

RANCANGAN Undang-Un-dang (RUU) tentang Mata Uang mewajibkan setiap tran-saksi di wilayah Indonesia menggunakan rupiah. Dengan demikian, ketersediaan uang rupiah harus dipenuhi di seluruh wilayah, hingga ke perbatasan.

Namun, selama ini, masih ditemukan masyarakat yang kerap bertransaksi dengan mata uang negara tetangga. Umpamanya dolar Singapura atau ringgit Malaysia.

Sebagaimana dicontohkan Menteri Keuangan (Men-keu) Agus Martowardojo, masyarakat dae rah seperti Batam, Entikong, Nunukan, dan Atambua, terkadang ber-transaksi tidak mengguna-kan mata uang rupiah. Selain itu, kerap kali ada transaksi yang menawarkan mata uang dolar AS, walaupun kemudian membayar dengan rupiah.

Pemerintah tidak mau orang lebih memilih dolar AS se-bagai alat transaksi di dalam negeri. Karenanya, dengan UU Mata Uang, diharapkan ada kepastian penggunaan rupiah sebagai mata uang. Adapun, berdasarkan draf RUU Mata Uang yang didapat kemarin, ke wajiban penggunaan uang ru piah diatur dalam Pasal 19.

Pasal 19 ayat (1) berbunyi, ‘Uang rupiah wajib digunakan dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan pemba-yaran dan/atau kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang, atau transaksi keuangan lainnya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia’. Sementara ayat (2) menyebutkan, ‘Dalam hal ter-tentu, Bank Indonesia (BI) da-pat menetapkan penggunaan uang selain uang rupiah’.

RUU Mata Uang merupa-kan RUU Usul Inisiatif DPR. Menurut Wakil Ketua Komisi XI DPR yang juga menjabat Ketua Pansus RUU Mata Uang Achsanul Qosasi, pihaknya berkomitmen mengesahkan RUU itu tahun ini.

Saat ini, kewajiban tran-saksi dengan rupiah sudah diatur dalam UU tentang BI. Sanksi terhadap pelanggaran UU tersebut adalah pidana kurung an minimal satu bulan, serta denda Rp2 miliar-Rp6 miliar. (ST/Ant/E-1)

Rupiah Wajib

Sampai Pelosok

Calo dan Faktor PolitikGanggu Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PAMERAN KERAJINAN INDOCRAFT: Pengunjung melihat-lihat barang yang dipajang stan Kabupaten Kutai Timur saat pameran Indocraft ke-7 di JCC Senayan, Jakarta, kemarin. Pameran yang menampilkan aneka kerajinan khas berbagai daerah di Indonesia itu berlangsung hingga 30 Oktober 2010.

ANTARA/ANDIKA WAHYU