jumat, 27 agustus 2010 | media indonesia pertanian ala … filetergabung dalam kelompok tani sri...

1
H ARI belum terla- lu siang. Ma tori, 64, warga Desa Karangturi, Keca- matan Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), telah meninggalkan rumahnya dan pergi kerja. Saban hari, dia memang be- kerja di sebuah bangunan yang letaknya persis di tengah areal persawahan. Bangunannya sederhana. Dindingnya sebagian terbuat dari anyaman bambu. Dinding bagian dalam dipadati tem- pelan foto berbagai rekam jejak dalam mengukir prestasi. Ruangan itu sebetulnya me- rupakan tempat berkumpulnya dan berembuk para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sri Mumpangati. Selain itu, ada dua bangunan lainnya. Satu bangunan dina- makan Rumah Kompos yang di dalamnya terdapat gudang jerami dan empat alat yang dipakai untuk menghaluskan jerami sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos. Bangunan lainnya berukur- an lebih besar, yang menjadi tempat proses pembuatan pu- puk kompos dengan kapasitas produksi 20 ton. Ketiga bangunan tersebut Kelompok tani akan berjalan baik dan menguntungkan bagi anggota mereka bila konsisten menggunakan manajemen modern. Pertanian ala Sri Mumpangati Liliek Dharmawan 8 | Nusantara JUMAT, 27 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA benar-benar dimanfaatkan se- cara optimal oleh kelompok tani di Desa Karangturi itu. Da- pat dipastikan, tiap harinya ada petani yang bekerja di tempat tersebut. Manajemen modern Tiga bangunan tersebut berdiri di atas lahan milik Ma- tori. ‘’Seorang ketua kelompok memang harus berkorban kalau ingin kelompoknya maju. Saya sama sekali tidak masalah seba- gian tanah sawah milik saya dipakai untuk pusat aktivitas kegiatan kelompok,’’ ujar Ma- tori yang menjabat Ketua Ke- lompok Tani Sri Mumpangati. Ia mulai memimpin kelompok itu sejak 1997. ‘’Saya mau jadi ketua, tetapi petani harus benar-benar mengikuti seluruh aturan yang dibuat. Kalau tidak mengikuti aturan, ada sanksinya.’’ Bahkan, sebelum melangkah, kelompok tani itu berembuk untuk menghasilkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Manajemen itu membukti- kan selama 13 tahun berjalan, mereka mampu membuat dan mengembangkan koperasi dan menjalin kerja sama dengan pihak ketiga. Awal mendirikan kelompok tani ini, menurut Matori, adalah menata sistem pertanian yang akan digunakan. Tata sistem pertanian yang digunakan ber- dasarkan pranoto mongso atau pranata musim, yang merupa- kan warisan nenek moyang. Pranoto mongso merupakan pa- tokan bagi petani untuk mena- nam padi atau palawija secara serempak. ‘’Kelompok Tani Sri Mum- pangati melakukan sistem tanam serempak. Meski lang- kah itu sederhana, dampaknya luar biasa, dapat menurunkan serangan hama,’’ kata Matori. Upaya lain yang dilakukan Kelompok Tani Sri Mumpa- ngati adalah mengembangkan sekaligus memproduksi kom- pos sebagai pupuk organik dan pembuatan pestisida alami. ‘’Beruntung kami dibantu per- alatan dan dana dari pemerin- tah untuk membangun Rumah Kompos senilai Rp50,5 juta. ’’ Matori mengungkapkan sa- lah satu sumber dana kelompok yang dipimpinnya berasal dari penyewaan traktor dan hand treasure. Hal itu membuat kocek ke- lompok tani memiliki kemam- puan lebih jika dibandingkan dengan lainnya. ‘’Tidak hanya itu, kami juga punya aset kope- rasi simpan pinjam yang kini te- lah mencapai Rp100 juta. Dana tersebut akan mampu mem- berikan modal bagi anggota serta bisa menghidupi kegiatan pertanian yang diperuntukkan anggota.’’ Berbagai gerak langkah yang dilakukan Kelompok Tani Sri Mumpangati itu telah meng- gondol penghargaan terbaik pertanian kategori budi daya padi tingkat Provinsi Jateng pada 2010. Bagi Matori, peng- hargaan bukanlah tujuan uta- manya karena yang paling penting adalah bagaimana membuat petani, khususnya anggota Sri Mumpangati, men- jadi lebih sejahtera. (N-1) [email protected] MI/LILIEK DHARMAWAN LAHAN PERCOBAAN: Anggota kelompok tani Sri Mumpangati, Desa Karangturi, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, merawat lahan percobaan milik kelompok tersebut di Jawa Tengah, kemarin. Kelompok tani itu mengembangkan sistem pertanian terintegrasi dengan teknologi.

Upload: duongtruc

Post on 02-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HARI belum terla-lu siang. Ma tori, 64, warga Desa Karangturi, Keca-

matan Mrebet, Purba lingga, Jawa Tengah (Jateng), telah meninggalkan rumahnya dan pergi kerja.

Saban hari, dia memang be-kerja di sebuah bangunan yang letaknya persis di tengah areal persawahan.

Bangunannya sederhana. Dindingnya sebagian terbuat dari anyaman bambu. Dinding bagian dalam dipadati tem-pelan foto berbagai rekam jejak dalam mengukir prestasi.

Ruangan itu sebetulnya me-ru pakan tempat berkumpulnya dan berembuk para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sri Mumpangati.

Selain itu, ada dua bangunan lainnya. Satu bangunan dina-makan Rumah Kompos yang di dalamnya terdapat gudang jerami dan empat alat yang dipakai untuk menghaluskan jerami sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos.

Bangunan lainnya berukur-an lebih besar, yang menjadi tempat proses pembuatan pu-puk kompos dengan kapasitas produksi 20 ton.

Ketiga bangunan tersebut

Kelompok tani akan berjalan baik dan menguntungkan bagi anggota mereka bila konsisten menggunakan manajemen modern.

Pertanian ala Sri Mumpangati

Liliek Dharmawan

8 | Nusantara JUMAT, 27 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

benar-benar dimanfaatkan se-cara optimal oleh kelompok tani di Desa Karangturi itu. Da-pat dipastikan, tiap harinya ada petani yang bekerja di tempat tersebut.

Manajemen modernTiga bangunan tersebut

berdiri di atas lahan milik Ma-tori. ‘’Seorang ketua kelompok memang harus berkorban kalau ingin kelompoknya maju. Saya sama sekali tidak masalah seba-gian tanah sawah milik saya

dipakai untuk pusat aktivitas kegiatan kelompok,’’ ujar Ma-tori yang menjabat Ketua Ke-lompok Tani Sri Mumpangati. Ia mulai memimpin kelompok itu sejak 1997.

‘’Saya mau jadi ketua, tetapi petani harus benar-benar meng ikuti seluruh aturan yang dibuat. Kalau tidak mengikuti aturan, ada sanksinya.’’

Bahkan, sebelum melangkah, kelompok tani itu berembuk untuk menghasilkan anggaran dasar dan anggaran rumah

tang ga (AD/ART). Manajemen itu membukti-

kan selama 13 tahun berjalan, mereka mampu membuat dan mengembangkan koperasi dan menjalin kerja sama dengan pihak ketiga.

Awal mendirikan kelompok tani ini, menurut Matori, adalah menata sistem pertanian yang akan digunakan. Tata sistem pertanian yang digunakan ber-dasarkan pranoto mongso atau pranata musim, yang merupa-kan warisan nenek moyang.

Pranoto mongso merupakan pa-tokan bagi petani untuk mena-nam padi atau palawija secara serempak.

‘’Kelompok Tani Sri Mum-pangati melakukan sistem tanam serempak. Meski lang-kah itu sederhana, dampaknya luar biasa, dapat menurunkan serangan hama,’’ kata Matori.

Upaya lain yang dilakukan Kelompok Tani Sri Mumpa-ngati adalah mengembangkan sekaligus memproduksi kom-pos sebagai pupuk organik

dan pembuatan pestisida alami. ‘’Beruntung kami dibantu per-alatan dan dana dari pemerin-tah untuk membangun Rumah Kompos senilai Rp50,5 juta. ’’

Matori mengungkapkan sa-lah satu sumber dana kelompok yang dipimpinnya berasal dari penyewaan traktor dan hand treasure.

Hal itu membuat kocek ke-lompok tani memiliki kemam-puan lebih jika dibandingkan dengan lainnya. ‘’Tidak hanya itu, kami juga punya aset kope-rasi simpan pinjam yang kini te-lah mencapai Rp100 juta. Dana tersebut akan mampu mem-berikan modal bagi anggota serta bisa menghidupi kegiatan pertanian yang diperuntukkan anggota.’’

Berbagai gerak langkah yang dilakukan Kelompok Tani Sri Mumpangati itu telah meng-gondol penghargaan terbaik pertanian kategori budi daya padi tingkat Provinsi Jateng pada 2010. Bagi Matori, peng-hargaan bukanlah tujuan uta-manya karena yang paling penting adalah bagaimana membuat petani, khususnya anggota Sri Mumpangati, men-jadi lebih sejahtera. (N-1)

[email protected]

MI/LILIEK DHARMAWAN

LAHAN PERCOBAAN: Anggota kelompok tani Sri Mumpangati, Desa Karangturi, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, merawat lahan percobaan milik kelompok tersebut di Jawa Tengah, kemarin. Kelompok tani itu mengembangkan sistem pertanian terintegrasi dengan teknologi.