judul

Upload: herdi-pebryana-putra

Post on 07-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kepengwasan prposal

TRANSCRIPT

1. PendahuluanA. Latar BelakangPenelitian ini dilatar belakangi oleh suatu asumsi bahwa peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat dicapai melalui peningkatan mutu sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan lainnya), walaupun diakui bahwa komponen-komponen lain turut memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pembelajaran. Peningkatan sumber daya menusia telah banyak dilakukan pemerintah, terutama peningkatan kompetensi guru. Usaha ini berupa peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, workshop atau bentuk lainnya.Disamping itu, peningkatan profesionalisme guru juga dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan guru Sekolah Menengah Atas (SMA), atau pola-pola lain seperti seminar, lokakarya atau workshop. Namun demikian prestasi belajar siswa masih memprihatinkan dan sampai saat ini kenyataannya bahwa prestasi belajar yang dicapai secara nasional belum semuanya sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan pemerintah.Menjadi guru, pada dasarnya, bukanlahhanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapiguru bertanggung jawab atas perubahanprilaku peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Dalam prosesmengajar,guru atau pendidik harusmembimbing peserta didik agarpotensimereka berkembang,melatih keterampilan baik keterampilan intelektual maupun keterampilan motorik sehingga peserta didik dapat berani hidup dalam masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan. Guru juga harusmemotivasipeserta didikagar dapat memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, dan membentuk peserta didik agar memiliki kemampuan inovatif dan kreatif (Wina Sanjaya, 2006 : 14).Hal yang sama juga terjadi terhadap guru PAI di kabupaten Garut. Pelatihan terhadap guru-guru di sekolah SMA tersebut telah banyak diikutkan dalam kegiatan diklat baik yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah itu sendiri, LPMP, Bimtek KTSP-SSN oleh Direktorat Pembinaan SMA yang difasilitasi oleh Fasilitator Pusata maupun daerah, PPPPTK, atau oleh Dinas Pendidikan kabupaten Garut, namun hasil belajar siswa mereka masih dibawah standar yang diharapkan.Pengamatan yang dilakukan peneliti selama menjadi fasilitator dalam kegiatan workshop atau diklat , bahwa pada struktur program dalam panduana pelatihan yang disusun pada setiap kegiatan diklat atau workshop, masih didominasi oleh kegiatan menyusun administrasi pembelajaran, dan hanya sedikit kegiatan yang membimbing guru dalam penguasaan materi serta penggunaan media pembelajaran.Disamping itu, pada umumnya para guru yang telah mengikuti diklat atau workshop jarang mensosialisasikan hasil-hasil diklatnya kepada rekan-rekan mereka di sekolah. Hal ini terjadi karena kepala sekolah mereka jarang memberi kesempatan untuk mensosialisasikan hasil diklat kepada rekan-rekannya di sekolah.Berdasarkan hal tersebut, Nawawi (1993) menyatakan bahwa program kelas tidak akan berarti bilamana tidak terwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara peserta didik dalam suatu kelas. Guru bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana yang dapat mendorong peserta didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam kelas.Untuk menunjang tugas tersebut maka guru perlu ditunjang dengan kemampuan profesional yang memadai. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai kurikulum, menguasai materi pelajaran, menguasai metode-metode pembelajaran, menguasai penggunaan media pembelajaran, menguasai teknik penilaian pembelajaran, dan komitmen terhadap tugas.Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, dapat dicapai tanpa pemborosan waktu, tenaga, material, finansial, dan bahkan pemikiran sehingga pada gilirannya tujuan sekolah dapat dicapai secara efektif dan efisien.Beeby (1987) menyatakan bahwa pelajaran-pelajaran yang diberikan guru amat kurang sekali variasinya, dan dengan sedikit kekecualian, pola yang sama telah menjadi standar di ulang-ulang sepanjang jam pelajaran sekolah. Kadang-kadang guru mulai mengajar dengan hanya mendiktekan saja pelajarannya dan jika masih ada waktu baru memberikan penjelasan sekedarnya tanpa variasi dengan penggunaan media yang sesuai maupun sumber-sumber belajar yang memadai. Apabila kebiasaan seperti itu tetap dipraktekan oleh para guru di kelas selama proses pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa peningkatan mutu pendidikan akan sulit dicapai.Pada umumnya kegiatan guru hanya mentrasfer pengetahuan atau pengalamannya dengan sedikit memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi dan diakhiri dengan pemberian tugas atau latihan tanpa menggunakan media dan sumber belajar yang memadai.Hasil pengamatan atau dialog peneliti dengan beberapa guru di sekolah SMA di kabupaten Garut, bahwa kebanyakan mereka kurang menguasai penggunaan media dan sumber belajar yang ada sehingga pembelajaran yang mereka laksanakan masih didominasi dengan cara mentrasfer dari pada menciptakan pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Bettencourt,1989 dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2006) menyatakan Konsep keilmuan tidak dapat ditransfer oleh guru kepada siswa melainkan siswa itu sendiri yang mengkonstruksinya dari data yang diperoleh melalui pancaindranya. Oleh karena itu diperlukan adanya perubahan paradigma dalam melaksanakan pembelajaran yang semula guru berpikir bagaimana mengajar menjadi berpikir bagaimana siswa belajar.Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan membantu guru meningkatkan kemampuan mereka menggunakan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pelatihan Qiroatul Quran

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang ada, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah1) Bagaimana meningkatkan kemampuan guru SMA dalam menggunakan media pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pelatihan Qiroatul Quran?2) Bagaimana kemampuan guru SMA dalam menggunakan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pelatihan Qiroatul Quran?C. Tujuan PenelitianSesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengajarkan qiroatun Quran pada pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menambah media pembelajaran menggunakan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pelatihan QiroatulQuran D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan guru menggunakan media pembelajaran.

2. Tinjauan Pustakaa) Konsep Pembelajaran Dalam DiklatProses pembelajaran dalam arti luas merupakan jantung dari pendidikan, untuk membangun watak dan karakter dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembelajaran atauinstructionmerupakan konsep pedagogik yang secara teknis diartikan sebagai upaya sistimatik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial, menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Sedangkan belajar menurut Gredler (1986:1) adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragamcompetencies, sklls and attitudes. Para pakar psikologi melihat prilaku belajar sebagai proses psikologi individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagi proses psikologi-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Jadi belajar dan pembelajaran memiliki keterkaitan substansi dan fungsional.Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan wahana pembelajaran orang dewasa atau andragogik yang berbasis bekal ajar awal, bersifat peningkatan kinerja profesional bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu strategi pembelajaran dalam diklat seyogyanya menerapkan paradigmameta-learning and meta-teachingyang berarti widyaiswara berempati pada posisi bagaimana peserta diklat belajar dan membelajarkan untuk tujuanprofesional development(pengembangan profesional). Dengan demikian proses pembelajaran dalam diklat harus mampu memfasilitasi interaksi kesejawatan yang memungkinkan terjadinya saling berbagi ide dan pengalaman guna meningkatkan kinerja profesional.

b) Prinsip Pembelajaran Dalam DiklatDiklat merupakan pendidikan bagi orang dewasa yang mengembangkan interaksi antara penatar dengan peserta diklat dengan menerapkan prinsip-prinsip andragogy/pendidikan orang dewasa. Pusdiklat Depdiknas (2003) menguraikan aplikasi prinsip pembelajaran orang dewasa antara lain sebagai berikut : Orang dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu dan harus siap belajar. Alasannya adalah pada awal pembelajaran sebagai pegantar harus ada kaitan isi materi diklat dengan pekerjaan mereka. Bagian ini merupakan bagian penting untuk meletakkan dasar yang kuat dari kseluruhan pembelajaran. Peserta diklat cenderung berfokus pada kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan, tugas, dan pemecahan masalah. Prinsip ini memberitahukan bahwa orang dewasa ingin memperoleh pengetahuan yang praktis dan menerapkan hal-hal yang dipelajari dalam pekerjaan mereka atau dalam kehidupan pribadi. Peserta diklat dapat belajar dengan baik, ketika berpraktek dan bekerja atas dasar pengetahuan dan keterampilan serta sikap baru.Disamping itu, proses belajar untuk orang dewasa dapat menganut model yang dikembangkan oleh Kolb, DA (1984) yaitu membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Menurut model ini proses belajar berlangsung melalui empat fase atau tahapan yang melipuiti : Individu memperoleh pengalaman langsung dan konkret Dikembangkan observasi dan dipikirkan atau merefleksikannya Akan terbentuk generalisasi dan abstraksi Implikasi yang diambil dari konsep tersebut dijadikan pengalaman baru.

Agar terjadi hasil pembelajaran yang efektif oleh peserta diklat, mereka harus mempunyai empat macam kemampuan sebagai berikut :NoKemampuanUraianPengutamaan

1Concrete experience(CE)Peserta diklat melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baruFeeling(perasaan)

2Reflection Observation(RO)Peserta diklat mengobservasi dan merefeksi atau memikirkan pengalaman dari berbagai segiWatching(mengamati)

3Abstract conceptualization(AC)Peserta diklat menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan pengamatannya menjadi teori yang sehatThinking(berpikir)

4Active eksperimentation(AE)Peserta Diklat menggunakan teori itu untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusanDoing(berbuat)

c) Pelatihan Qiroatun Quran Pelatihan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pelatihan Quro yang dilandasi teori belajar Qiroat yang memberi kesempatan peserta mengumandangkan suara.Untuk mengungkapkan tingkat keterlibatan dan pemahaman peserta pada penelitian ini digunakan kerangka kerja Kelasmen yaitu model pelatihan yang dimulai dariKegiatan-Penjelasan- Implementasiyang diadopsi dari teori belajarAction Process ObjectScema(APOS) dari Dubinsky (2000)Kegiatan (tindakan)adalah manipulasi fisik atau mental yang dapat diulang yang mentransformasikan obyek dengan suatu cara. Bila keseluruhankegiatanmenempati seluruhnya dalam pikiran individu atau hanya diimajinasikan/dibayangkan (saat terjadi) tanpa individu memerlukan semua langkah-langkah khusus, makakegiatanitu telah diinteriorisasikan menjadi suatupenjelasan. Kejadian-kejadian kognitif yang dapat menginteriorisasikan suatukegiatanmenuju suatupenjelasandikatakan bahwa perkembangan pengetahuan peserta berada padatahap intra.Bilapenjelasan-penjelasanitu sendiri ditransformasikan oleh suatu tindakan maka dikatakan bahwapenjelasantelah dienkapsulasikan menjadi kemampuanmengimplementasikan. Bila hal ini terjadi yaitu peserta mampu mengenkapsulasi suatupenjelasanmenujukemampuan mengimplementasikan, maka perkembangan keterampilan peserta dikatakan berada padatahap inter.

D. Langkah-Langkah Pelatihan1. Fase-fase PelatihanCiri utama Pelatihan Qiroatul Quran adalah pelatihan yang dimulai dari melakukan kegiatan Interaksi, mengkomunikasikan hasil kegiatan sehingga tercipta kerjasama diantara sesama peserta, dan kemampuan mengimplementasikan dengam konsep-konsep baru dalam pembelajaran. Ada enam fase utama dalam pelatihan model Kelasmen. Keenam fase itu disajikan seperti pada tabel berikut :FaseIndikatorAktifitas fasilitatorAktifitas Peserta

1Orientasi peserta kepada masalahFasilitator menjelaskan tujuan pelatihan, menjelaskan sarana/bahan yang dibutuhkan, memotivasi peserta untuk terlibat dalam pemecahan masalah dengan melakukan suatu kegiatan atau tindakanMemperhatikan penjelasan fasilitator dan tanya jawab tentang tugas-tugas yang akan dilakukan

2Mengorganisasikan peserta untuk belajarMembantu peserta mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalahMembentuk kelompok heterogen berdasarkan kemampuan, keterampilan dan pemahaman mereka tentang media pembelajaran

3Membimbing peserta melakukan sesuatu baik secara individu maupun kelompokFasilitator mendorong peserta untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan material manipulatif, gambar-gambar atau sumber-sumber lain untuk memecahkan masalahMendiskusikan masalah yang diberikan fasilitator tentang pengertian, jenis, fungsi dan penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran

4Menjelaskan atau mengkomunikasikan hasil karya berdasarkan yang telah dilakukanFasilitator membantu peserta menjelaskan atau mengkomunikasikan hasil karya kepada peserta lainMendemonstrasikan penggunaan media pembelajaran sesuai topik bahasan yang dipilih

5Mengembangkan masalah dalam bentuk-bentuk lainFasilitator mendorong dan membimbing peserta mengembangkan masalah dengan cara-cara lain Menjelaskan cara pembuatan, penggunaan dan keterkaitan media dengan konsep yang diajarkan Mengembangkan media pembelajaran sesuai sumber-sumber yang ada

6Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahFasilitator membantu peserta untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakanMerangkum dan mendokumentasikan pengalaman atau hasil yang mereka peroleh

3) Prosedur PenelitianA. Setting PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada 3 sekolah Kabupaten Garut yaitu SMAN 1 Garut, SMA Negeri 11 Garut, SMAN 2 Garut,dengan sasaran 15 orang guru PAI yang mengajar di kelas X , XI dan XII . Waktu penelitian selama 1 bulan mulai awaal Januari 2015 sampai awal februari. Pelatihan ini dilaksanakan di dua Sekolah di kabupaten Garutk yaitu di SMAN 11 Garut dan SMAN 2 Garut.B. Tahap-Tahap Penelitian.Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah (1) tahap pendahuluan/refleksi awal, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pelaksanaan tindakan,(4) tahap observasi dan (5) tahap refleksi. Uraian masing-masing tahap tersebut adalah sebagai berikut:(1). Tahap Pendahuluan/Refleksi AwalPada tahap refleksi awal kegiatan yang dilakukan peneliti adalah dialog dengan kepala sekolah dan guru matematika tentang kemampuan mereka menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

(2)Tahap PerencanaanPada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun struktur program pelatihan, menyiapkan bahan-bahan pelatihan, menyiapkan alat/media pembelajaran yang dibutuhkan dalam pelatihan, menyusun instrumen pengamatan peserta dan fasilitator, menyusun jadwal kegiatan pelatihan. Penelitian ini direncanakan terlaksana sebanyak dua siklus, yaitu siklus kesatu melaksanakan tindakan pelatihan dengan menggunakan metode pembelajaran deduktif. Siklus kedua melaksanakan tindakan pelatihan dengan menggunakan metode pembelajaran induktif(3). Tahap Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan yang dimaksudkan adalah melaksanakan pelatihan sesuai rencana dengan skenario sebagai berikutSiklus 1. : Menerapkan teori tentang qiroatun Quran dengan menggunakan metode deduktif yaitu peserta diberikan pemahaman penggunaan media pembelajaran secara teoritisSiklus 2.: Menerapkan praktikum dengan mempraktikan hasil dari fase 1(4). ObservasiKegiatan observasi adalah mengamati aktivitas peserta diklat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan dilakukan oleh teman sejawat(5). RefleksiPada kegiatan refleksi, peneliti melakukan diskusi dengan pengamat untuk menjaring hal-hal yang terjadi sebelum dan selama tindakan berlangsung berdasarkan hasil pengamatan, catatan lapangan, dan hasil wawancara dengan subyek penelitian agar dapat diambil kesimpulan dalam merencanakan tindakan selanjutnya.

C. Data dan Sumber DataSumber data dalam penelitian ini adalah guru PAI di SMA Kabupaten Garut tersebut yang mengajar di kelas X ,XI dan XII . Sedangkan data penelitian adalah data kualitatif yang diperoleh dari :1. Pengamatan Partisipatif.Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan. Hasil pengamatan digunakan untuk menilai keaktifan peserta dalam mengikuti diklat dan kontribusinya dalam membantu teman sejawat menyelesaikan masalah2. Keterampilan mendesain media pembelajaranUntuk menilai kemampuan peserta mendesain media sederhana menggunakan lingkungan sekitar sesuai mata diklat3. Keterampilan menggunakan media pembelajaran.Untuk menilai keterampilan peserta diklat dalam mengimplementasikan media pembelajaran4. Wawancara.Wawancara dimaksudkan untuk menggali kesulitan peserta dalam mendesain dan mnggunakan media pembelajaran

D. Analisis DataMoleong (1999 :190) menyatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu analisis berdasarkan penalaran logika. Analisis tersebut digunakan atas pertimbangan bahwa, jenis data yang diperoleh berbentuk kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas peserta diklatJadwal Kegiatan PenelitianKegiatan penelitian direncanakan terjadwal seperti berikut :KegiatanPelaksanaan

Januari 2016Juni 09

12342341234

1.Persiapana. Penyusunan proposalb. Pengiriman proposalc. Penyusunan instrumen penelitian dan daftar wawancarad. Penyusunan skenario pelatihan dan penyiapan bahan-bahan lain yang diperlukan

2.Pelaksanaana.Seminar proposalb. Revisi proposal, instrumen penelitian dan daftar wawancarac. Pengambilan data di lapangand. Analisis data dan verifikasi datae. Seminar hasilf. Penyusunan draft laporan

3.Pelaporana. Penyusunan laporan akhirb.Pengiriman laporan

Rencana AnggaranN0Kegiatan/Sub Kegiatan/JenisVolumeHarga SatuanJumlah Biaya

1Belanja jasa lainnya

a. Penyusunan proposal dan laporan1 keg.2

b. Penyusunan materi/modul/bahan ajar1 keg.1

c. Penyusunan instrumen penelitian1 keg.2

d. Penyusunan lembar kegiatan peserta2 keg.2

Jumlah

2Belanja Barang operasional lainnya

a. Pengadaan media/alat peraga2 keg.2

b. Penggandaan bahan materi penunjang2 keg.2

Jumlah

3Transportasi lainnya

a. Transport, konsumsi peserta2 keg.12

b. Transport, konsumsi pengamat2 keg.2

c.Transport, konsumsi peneliti2 keg.2

Jumlah total

Daftar Pustaka

1. Beeby, C.E. 1987.Pendidikan di Indonesia. Terjemahan BP3Kdan YIIS, Jakarta.2. Depdiknas. 2003.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20Tahun 2003. Jakarta.3. Depdiknas. 2007.Pedoman Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Dan Penataran Pendidikan FormalJakarta.4. Gredler, Bell Margaret E.1986.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rajawali Pers.5. Kolb,DA. 1984.Experiential Learning.Engelwood Clitfs New Jersey Prentice Hall6. Nawawi, Hadari. 1993.Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta : Gunung Agung.7. Pusdiklat. 2003.Prinsip-prinsip Manajemen Penataran. Sawangan: Pusdiklat Pegawai Depdiknas8. Zazkis, R & Campbell, S. 1996. Divisibility and Multiplicative Structure of Natural Numbers. Preservice Teachers Understanding.Journal For Research in Mathematics Education. 27(5): 540-563