judul

16
A. Judul : Penentuan Orde Reaksi Pada laju ketengikan minyak kelapa sawit dengan titrasi iodometri B. Tujuan: 1. Mengetahui bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit 2. Mengetahui cara penentuan ketengikan minyak kelapa sawit 3. Menegtahui orde reaksi pada proses ketengikan minyak kelapa sawit C. Dasar Teori Ketengikan Minyak Ketengikan oksidatif merupakan ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi oksigen diudara secara spontan jika bahan yang mengandung minyak dan lemak dibiarkan kontak dengan udara. Minyak dan lemak mudah mengalami oksidasi spontan adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Ketengikan merupakan proses autooksidasi dan kerusakan yang terjadi pada bau, rasa lemak dan makanan berlemak. Hal tersebut dikarenakan terdapat satu atau lebih iaktan rangkap yang mudah terserang oksigen sehingga menimbulkan ketengikan. Bau tengik yang dihasilkan pada proses ketengikan disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa hasil akhir pemecahan hidroperoksida seperti asam-asam lemak rantai pendek, aldehid, keton yang bersifat volatil. Rasa tengik juga disebabkan karena terbentuknya aldehid tak jenuh (akreolin) yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Bilangan Peroksida Didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g(1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan minyak atau lemak. Pada percobaan ini, peningkatan bilangan peroksida digunakan

Upload: nurul-fatimah

Post on 24-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Judul

A. Judul : Penentuan Orde Reaksi Pada laju ketengikan minyak kelapa sawit dengan titrasi iodometri

B. Tujuan:1. Mengetahui bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit2. Mengetahui cara penentuan ketengikan minyak kelapa sawit3. Menegtahui orde reaksi pada proses ketengikan minyak kelapa sawit

C. Dasar Teori

Ketengikan Minyak

Ketengikan oksidatif merupakan ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi oksigen diudara secara spontan jika bahan yang mengandung minyak dan lemak dibiarkan kontak dengan udara. Minyak dan lemak mudah mengalami oksidasi spontan adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Ketengikan merupakan proses autooksidasi dan kerusakan yang terjadi pada bau, rasa lemak dan makanan berlemak. Hal tersebut dikarenakan terdapat satu atau lebih iaktan rangkap yang mudah terserang oksigen sehingga menimbulkan ketengikan. Bau tengik yang dihasilkan pada proses ketengikan disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa hasil akhir pemecahan hidroperoksida seperti asam-asam lemak rantai pendek, aldehid, keton yang bersifat volatil. Rasa tengik juga disebabkan karena terbentuknya aldehid tak jenuh (akreolin) yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.

Bilangan Peroksida

Didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g(1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan minyak atau lemak. Pada percobaan ini, peningkatan bilangan peroksida digunakan sebagai indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.

Titrasi iodometri

Iodimetri yaitu titrasi yang melibatkan iodin. mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar .Sedangkan metode titrasi tak langsung dinamakan iodometri , adaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia . Potensial reduksi normal dari sistem reversibel adalah 0,5345 volt.

I2 (s) + 2e- ↔   2I-

Persamaan diatas mengacu kepada suatu larutan-air yang jenuh dengan adanya iod padat, reaksi setengah sel ini akan terjadi, misalnya menjelang akhir titrasi dari iodida dengan suatu zat pengoksidasi seperti kalium permangganat , ketika konsentrasi ion iodida menjadi relatif rendah. Dekat permulaan atau dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion iodida terdapat berlebih, terbentuklah ion triiodida :

I2(aq) + I- ↔  I3-

Page 2: Judul

Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi setengah sel itu lebih baik ditulis sebagai berikut :

I3- + 2e- ↔  I3

-

Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt .Maka iod atau ion triiodida merupakan zat pengoksidasi yang jauh lebih lemah ketimbang kalium permangganat, kaliumdikhromat dan serium (IV) sulfat. Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod ,digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodide, dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida . Untuk tepatnya ,semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan I3

- dan bukan dengan I2 , misal :

I3- +  2S2O3

2- ↔   3I- +  S4O62-

akan lebih akurat dari pada :

I2 +  2S2O32- ↔   2I- +  S4O6

2-

Namun demi kesederhanaan, persamaan dalam buku ini biasanya lebih banyak ditulis dengan rumus-rumus iod molekuler dari pada ion triiodida. Zat-zat pereduksi yang kuat ( zat-zat dengan potensial yang jauh lebih rendah) ,seperti timah(II)klorida, asam sulfat, hydrogen sulfida , dan natrium tiosulfat bereaksi lengkap dan cepat dengan iod, bahkan dalam larutan asam . dengan zat oereduksi yang agak lemah ,misal arsen trivalent, atau stibium trivalent ,reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit suasana asam.Pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum , atau daya mereduksinya adalah maksimum. Jika suatu zat pengoksidasi kuat diolah dalam larutan yang netral atau larutan yang asam ,dengan ion iodide yang sangat berlebih , yang terakhir bereaksi sebagai zat pereduksi,dan oksidan akan direduksi secara kuantitatif. Dalam hal-hal demikian , sejumlah iod yang ekuivalen akan dibebaskan ,lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi, biasanya natrium tiosulfat.  Indikator yang digunakan pada titrasi iodimetri dan iodometri adalah larutan kanji .

Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju reaksi (V) terhadap konsentrasi laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan tertentu (orde reaksi). Hukum laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut:

aA + Bb Cc + Dd

v = k [A]x [B]y

x dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat ditentukan melaluieksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan koefisien reaksi a dan

Page 3: Judul

b.Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh konsentrasi reaktan A dan B terhadap laju reaksi. Orde total (orde keseluruhan) atau tingkat reaksi adalah jumlah orde reaksi reaktan secara keseluruhan. Dalam hal ini, orde total adalah x + y.

Reaksi Orde Satu

Reaksi dengan orde satu adalah reaksi dimana laju bergantung pada

konsentrasireaktan yang dipangkatkan dengan bilangan satu. Secara umum reaksi

dengan orde satu dapatdigambarkan oleh persamaan reaksi berikut:

A Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan: v = – Δ[A]/Δt dan juga dapat

dinyatakan dalam persamaan : v = k [A].

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan:

k = v/[A] = M.s-1/M = s-1 atau 1/s

Dengan menghubungkan kedua persamaan laju reaksi

– Δ[A]/Δt = k [A]

Maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

ln { [A]t / [A]0 }= – kt

atau

ln [A]t = – kt + ln [A]0

dimana :

ln = logaritma natural

[A]0 = konsentrasi saat t = 0 (konsentrasi awal sebelum reaksi)

[A]t = konsentrasi saat t = t (konsentrasi setelah reaksi berlangsung selama t detik)

Page 4: Judul

± 25 mL sampel

Didihkan dengan lama pemanasan 15, 30, 45, 60 menit dan 2 jamDibiarkan ditempat terbuka

Hasil

± 1 gram sampel dari masing- masing pemanasan

Ditambahkan 3,6 mL asam glasial Ditambahkan 2,4 mL kloroformDitambahkan 2 tetes KI jenuhDidiamkan 1 menit dengan sewaktu-waktu digoyangDitambahkan 6 mL aquadesDitambahkan ± 2 tetes amilum 1 %Dititrasi dengan Na2S2O3

Hasil

D. Alat dan BahanAlat :Gelas kimia, gelas ukur, erlenmeyer, buret, kaki tiga dan kasa, corongBahan :Minyak kelapa sawit, asam asetat glasial, larutan Na2S2O3 0,1N ; Aquades, kloroform, KI jenuh, Amilum 1 %

E. Prosedur Kerja1. Tahap perlakuan sampel

2. Tahap penentuan bilangan peroksida

Page 5: Judul

3,6 mL asam asetat glasial dan 2,4 mL kloroform

Ditambahkan 2 tetes KI jenuhDidiamkan 1 menit sambil sewaktu-waktu digoyangDitambahkan 6 mL aquadesDitambahkan ± 2 tetes amilum 1 %Dititrasi dengan Na2S2O3

Warna biru hilang

3. Titrasi blanko

F. Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan Reaksi / Dugaan Kesimpulan

1. Tahapan Perlakuan Sampel

- Warna minyak : kuning jernih

- As. Asetat glasial : jernih tak berwarna

- Kloroform : jernih tak berwarna

- KI : jernih tak berwarna- Amilum : putih keruh- Na2S2O3 : jernih tak

berwarna

- Semakin lama waktu

pemanasan pada

minyak, maka

semakin besar pula

ketengikan minyak

- Orde reaksi pada

proses ketengikan

minyak adalah

berorde 1

2. Tahapa Penentuan Bilangan Peroksida

- + asam asetat glasial + kloroform: kuning jernih (+)

- Ditambah KI jenuh : Kuning jernih (++)

- Ditambah aquades : Terbentuk 2 lapisan dan terdapat gumpalan berwarna merah muda dan warna larutan ungu (-)

- Ditambah amilum : biru keabu – abuan

- Dititrasi dengan Na2S2O3 : warna ungu hilang

KI + ROOH + H2O KOH + ROH + I2

S2O32- + I2 S4O6

2- + 2I-

Reaksi ketengikan :R-CH=CH-R’ + O=O

Page 6: Judul

Volume titrasi:V.15’ =0,2 mLV.30’ = 0,3 mL V.45’ =0,4 mLV.60’ = 0,5 mL V.120’ = 0,8 mL

3. Titrasi Blanko - Ditambah KI jenuh : kuning jernih

- Ditambah aquades : kuning keruh

- Ditambah amilum : biru keabu – abuan

- Setelah dititrasi : kuning jernih

V. Na2S2O3 = 0,1 mL

S2O32- + I2 S4O6

2- + 2I-

G. Analisis dan Pembahasan

H. Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Laju Reaksi. http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi (24 Maret 2013)

Azizah, Utiyah. 2004. LAJU REAKSI. Jakarta : Direktur Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah

Clark, Jim. 2004. Orde Reaksi dan Persamaan Laju Reaksi.http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/

order_reaksi_dan_persamaan_laju_reaksi/ (24 Maret 2013)

Clark, Jim. 2004. Orde Reaksi dan Mekanisme

Reaksi.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/

order_reaksi_dan_mekanisme_reaksi/ (24 Maret 2013)

Suyono dan Yonata, Bertha. 2011. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya

Page 7: Judul

I. LampiranPerhitungan

asam palmitat : 0,853 g/cm3 massa sampel = x vVolume sampel : 1 mL = 0,853 g/cm3 x 1 mL

= 0,853 gram

Angkaperoksida = (axb )mL x N Na2 S2O3 x1000

berat sampel

Penentuan bilangan peroksidaMetode non grafika = mol asam palmitat mula – mulax = mol I2 sisa

molasampalmitatmula – mula :

a = massa

BM= 0,853 gram

256,42 g /cm3=3,32. 10−3 mol=3,32 mmol

mol I2sisa (x)

1. Pemanasan 15 menit

mmolek = mmolek S2O32-

= (0,2mL) (0,1N )(2ek )

2ek= 0,02mmol

2. Pemanasan 30 menit

mmolek = mmolek S2O32-

= (0,6 mL ) (0,1 N )(2ek )

2ek= 0,06mmol

3. Pemanasan45 menit

mmolek = mmolek S2O32-

= (0,9mL) (0,1 N )(2ek )

2ek= 0,09mmol

4. Pemanasan 60 menit

mmolek = mmolek S2O32-

= (1,4 mL ) (0,1 N )(2ek )

2ek= 0,014 mmol

5. Pemanasan 120 menit

mmolek = mmolek S2O32-

Page 8: Judul

= (2,8 mL) (0,1 N )(2ek )

2ek= 0,028 mmol

Orde 1 =k=1t

lna

a−x

- t = 15 menit k = 1t

lna

a−x

k = 1

900ln

3,323,32−0,02

= 6,7 x 10-6

- t = 30 menit k = 1t

lna

a−x

k = 1

1800ln

3,323,32−0,0 3

= 5 x 10-6

- t = 45 menit k = 1t

lna

a−x

k = 1

2700ln

3,323,32−0,0 4

= 4,4 x 10-6

- t = 60 menit k = 1t

lna

a−x

k = 1

3600ln

3,323,32−0,0 5

= 4,1 x 10-6

- t = 120 menit k = 1t

lna

a−x

k = 1

7200ln

3,323,32−0,0 8

= 4 x 10-6

Orde 2 =k=1t ( x

a(a−x ))- t = 15 menit k =

1t ( x

a (a−x))k =

1900 ( 0,02

3,32(3,3)) = 1,8 x 10-6

- t = 30 menit k = 1t ( x

a (a−x))k =

11800 ( 0,06

3,32(3,2 9)) = 2,75 x 10-3

- t = 45menit k = 1t ( x

a (a−x))

Page 9: Judul

k = 1

2700 ( 0,093,32(3,2 8)) = 3,67 x 10-3

- t = 60 menit k = 1t ( x

a (a−x))k =

13600 ( 0,014

3,32(3 , 27)) = 4,6 x 10-3

- t = 120 menit k = 1t ( x

a (a−x))k =

17200 ( 0,028

3,32(3,2)) = 7,4 x 10-3

Orde 3:k= 12t

¿)

- t = 15 menit k= 12t

¿)

k= 12(900)

¿) =6,05 x 10-7

- t = 30 menit k= 12t

¿)

k= 12(1800)

¿) = 4,6 x 10-7

- t = 45 menit k= 12t

¿)

k= 12(2700)

¿) = 4,1 x 10-7

- t = 60 menit k= 12t

¿)

k= 12(3600)

¿) = 3,8 x 10-7

- t = 120 menit k= 12t

¿)

k= 12(7200)

¿) = 0,003 x 10-7

Penentuan Angka Peroksida

Angk aperoksida = (a−b ) mL x N Na 2S 203 x1000

Berat sampel (g )

Page 10: Judul

Pada t =15 menit = (a−b ) mL x N Na 2S 203 x1000

Berat sampel (g )

= (0,2−0,1 ) ml x 0,1 N x1000

0,853 g= 11,7meq

Pada t = 30menit = (a−b ) mL x N Na 2S 203 x1000

Berat sampel (g )

= (0 ,3−0,1 ) ml x 0,1 N x1000

0,853 g

= 23,45 meq

Pada t = 45menit = (a−b ) mL x N Na 2S 203 x1000

Berat sampel (g )

= (0 , 4−0,1 ) ml x0,1 N x1000

0,853 g

= 35,17 meq

Pada t = 60menit = (a−b ) mL x N Na 2S 203 x1000

Berat sampel (g )

= (0,5−0,1 )ml x 0,1 N x 1000

0,853 g

= 46,89 meq

Pada t = 120menit = (a−b ) mL x N Na 2S 203 x1000

Berat sampel (g )

= (0,8−0,1 )ml x 0,1 N x 1000

0,853 g

= 82,06 meq

Foto Praktikum

Saat melakukan pemanasan minyak

Saat melakukan titrasi

Page 11: Judul

Larutan blanko sebelum dititrasi Larutan blanko setelah dititrasi dengan Na2S2O3

Minyak ( 15 menit ) + asam asetat glasial + kloroform + KI jenuh

Setelah didiamkan 1 menit + aquades + amilum

1%

Setelah dititrasi dengan Na2S2O3

Minyak ( 30 menit ) + asam asetat glasial + kloroform + KI jenuh

Setelah didiamkan 1 menit + aquades + amilum

1%

Setelah dititrasi dengan Na2S2O3

Page 12: Judul

Minyak ( 45 menit ) + asam asetat glasial + kloroform + KI jenuh

Minyak ( 60 menit ) + asam asetat glasial + kloroform + KI jenuh

Setelah didiamkan 1 menit + aquades + amilum

1%

Setelah didiamkan 1 menit + aquades + amilum

1%

Setelah dititrasi dengan Na2S2O3

Setelah dititrasi dengan Na2S2O3

Page 13: Judul

Minyak ( 2 jam ) + asam asetat glasial + kloroform

+ KI jenuh

Setelah didiamkan 1 menit + aquades + amilum

1%

Setelah dititrasi dengan Na2S2O3