jtptunimus gdl nurilawati 5172 2 bab2

Upload: ditanh

Post on 14-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bh

TRANSCRIPT

  • BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi

    (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering

    disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat

    menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).

    Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak

    atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan

    biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005).

    Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah

    putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum normal.

    (Baughman, 2000, hal : 336).

    Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang

    bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 1997).

    Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imaturdalam

    jaringan pembentukan darah. (Suriadi, 2006)

    Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat

    terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering

    disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang

    bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

    1

  • Leukemia dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu :

    1.Leukemia Mielositik Akut (LMA)

    LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia

    granulositik akut (LGA) yang di karakteristikkan oleh produksi berlebihan

    dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi

    pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan

    dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan,

    dan infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan organ lain.

    2.Leukemia Limfositik Akut (LLA)

    LLA sering menyerang pada masa anak anak dengan presentase

    75% - 80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang

    menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi (neutropenia).

    Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan selalu ada di sumsum

    tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali, dan

    hepatomegali, tetapi 70% anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa

    disembuhkan.

    3.Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

    LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan

    peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit

    biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.

    4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)

    LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK),

    gambaran menonjol adalah :

    2

  • a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah

    kromosom abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.

    b. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tiba-tiba dari

    jumlah besar mieloblast.

    (Price, 1999)

    B. Anatomi Dan Fisiologi

    1. Anatomi

    Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan

    oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain

    itu system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa

    metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan

    tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.

    Organ-organ system sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah

    dan darah :

    a. Jantung

    Adalah organ berongga, terletak di mediastinum diantara kedua paru-

    paru didalam rongga dada diatas diafragma. Fungsinya adalah

    memompa darah kaya oksigen kedalam system arteri (yang

    membawanya ke sel-sel) dan menampung darah dari system vena dan

    meneruskannya ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler,

    vena, dan pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel di

    seluruh tubuh.

    3

  • b. Pembuluh darah

    1) Arteri (pembuluh nadi)

    Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan.

    2) Kapiler (pembuluh rambut)

    Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari

    cabang terhalus dari arteri sehingga tidak nampak, kecuali dibawah

    mikroskop. Kapiler membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh,

    kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi

    pembuluh darah yang lebih besar yang disebut vena.

    3) Vena (pembuluh darah balik)

    Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.

    4) Darah

    Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas

    elemen berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu

    substansi interselular cair yaitu plasma darah. Ada dua jenis utama

    sel-sel darah yang digambarkan menurut penampilannya dalam

    keadaan segar tanpa pulasan yaitu sdarah merah (eritrosit) dan sel

    darah putih (leukosit). (Leeson. 1997.hal : 134 ).

    Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga

    tempat, yaitu:

    1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :

    a. Tulang vertebrae

    b. Sternum ( tulang dada)

    4

  • c. Costa (tulang iga)

    2) Hepar

    Merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh

    manusia.

    3) Limpa

    Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen. Limpa berbentuk

    setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah organ

    berkapsula dengan berat normal 100-150 gr. Limpa mempunyai

    dua fungsi yaitu sebagai organ limfoid dan memfagosit

    material tertentu dalam sirkulasi darah merah yang rusak.

    Fungsi darah secara umum terdiri atas :

    1. Sebagai alat pengangkut

    Yaitu mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk

    diedarkan keseluruh jaringan tubuh, mengangkut CO2 dari

    jarinagan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat-

    zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan

    keseluruh jaringan tubuh atau alat tubuh, mengangkat atau

    mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk

    dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

    2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan

    racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan

    leukosit, anti bodi, atau zat-zat anti racun

    3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh

    5

  • Darah terdiri dari dua bagian yaitu :

    1. Eritrosit

    Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah

    berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk

    transpor oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram-bikonkaf

    dan bila dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel

    darah merah bersifat elastis dan mempunyai kemampuan

    berubah bentuk. Sel darah merah berdiameter 7,6 mikrometer

    dan tebalnya 1,9 mikro meter. Jumlah eritrosit pada laki-laki

    terdapat 5-5,5 juta per milimeterkubik, pada wanita 4,5-5 juta

    per millimeter kubik. Eritrosit berwarna kuning kemerah-

    merahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang

    disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika

    didalamnya banyak mengandung O2. fungsi dari eritrosit

    adalah mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh

    tubuh dan mengkat CO2 dsri jsringsn tubuh untuk dikeluarkan

    melalui paru-paru.

    2. Trombosit (sel pembeku)

    Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan

    ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang

    lonjong.warnanya putih dengan jumlah normal 150.000

    450.000/ mm3. trombosit memegang peranan penting dalam

    pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila timbul luka

    6

  • darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus

    menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu

    Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh

    mendapat luka. Jika tubuh terluka darah akan keluar, trombosit

    pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.

    Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan bantuan

    Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan

    fibrin yang merupakan beneng-benang halus, bentuk jaringan

    yang tidak teratur letaknya yang akan menahan sel darah,

    dengan demikian akan terjadi pembekuan.

    3. Leukosit (sel darah putih)

    Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan

    dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia)

    mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan

    berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak

    berwarna). Banyaknya kira-kira 4000- 11000/mm3.

    Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh yaitu

    membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang

    masuk kedalam jaringan tubuh yaitu jaringan Retikulo Endotel

    System, fungsi yang yang lain yaitu sebagai pengangkut,

    dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari

    dinding usus melalui limpa dan pembuluh darah. Ada golongan

    utama leukosit yaitu agranular dan granular :

    7

  • a. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak

    homogen dan intinya berbentuk bulat. Ada dua jenis

    leukosit agranular :

    1) Limfosit

    Adalah leukosit mononuclear lain dalam darah

    yang memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh

    pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang

    mengandung sedikit granula. Bentuk kromatin inti saraf

    dengan jala-jala yang berhubungan didalam. Limfosit

    bervariasi dalam ukuran dari kecil (7-10 mikrometer)

    sampai besar seukuran granulosit dan tampaknya

    berasal dari sel induk pluripotensial didalam sumsum

    tulang dan bermigrasi ke jaringan limfoid lain termasuk

    kelenjar getah bening, lien, timus dan permukaan

    mukosa traktus gastrointestinal dan traktus

    respiratorius.

    Terdapat 2 jenis limfosit yaitu limfosit T

    bergantung pada timus,berumur panjang, dibentuk

    dalam timus, limfosit T bermigrasi dari kelenjar timus

    ke jaringan limfoid lain. Sel ini secara khas ditemukan

    pada pada parakorteks kelenjar getah bening dan

    lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih lien.

    Limfosit T bertanggung jawab atas respon kekebalan

    8

  • selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen.

    Sedangkan limfosit B tidak bergantung pada timus,

    limfosit B tersebar dengan folikel-folikel kelenjar getah

    bening, lien, dan pita-pita medulla kelenjar getah

    bening. Limfosit B jika dirangsang dengan semestinya

    akan berdiferensiasa menjadi sel-sel plasma yang

    menghasilkan immunoglobulin, sel ini bertanggung

    jawab atas respons kekebalan humoral.

    2) Monosit

    Monosid lebih besar dari pada neutrofil dan

    memiliki inti monomorfik yang relative sederhana.

    Intinya terlipat atau berlekuk dan kelihatan berlobus

    dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma kelihatan lebih

    banyak di bandingkan dengan intinya dan menyerap

    warna biru keauan yang tidak terlalu nyata, granulanya

    tersebar merata. Diferensiasi pematangan dan pelepasan

    monosid terjadi lebih dari 24 hari, suatu periode yang

    lebih lama dari granulosid.

    Monosid meninggalkan sirkulasi dan menjadi

    makrofag jaringan serta merupakan bagian dari system

    monosid-makrofag. Monosid mempunyai fungsi

    fagosit, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-

    fragmen sel dan mikroorganisme.

    9

  • b. Leukosit granular : leukosit ini mengandug granula spesifik

    (dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam

    sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan

    banyak variasi dalam bentuknya. Ada 3 jenis leukosit

    granular :

    1) Neutrofil

    Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh primer

    melawan infeksi bakteri, metode pertahanannya adalah

    proses fagositosis.

    2) Eosinofil

    Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang tidak

    dipahami secara jelas. Eosinofil kelihatannya berfungsi

    pada reaksi antigen, antibody dan meningkat pada

    serangan asma, reaksi obat-obatan, dan infestasi parasit

    tertentu.

    3) Basofil

    Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan

    histamine dan trombosit dalam granula-granulanya

    untuk menimbulkan peradangan pada jaringan. Fungsi

    yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Kadar

    basofil yang meningkat (basofilia) ditemukan pada

    gangguan proliferasi dari sel-sel pembentuk darah.

    10

  • 4. Plasma Darah

    Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna

    bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari :

    a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.

    b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium,

    dan lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga

    mengadakan osmotik).

    c. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan

    viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotick

    untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.

    d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan

    vitamin ).

    e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

    f. Antibody atau anti toksin.

    (Pearce, 1998)

    C. Etiologi Dan Predisposisi

    Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :

    1. Faktor Eksogen

    a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan

    leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau

    kemoterapi.

    b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan

    agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia

    11

  • sumsum tulang belakang,anemia aplastik dan perubahan kromosom

    yang akhirnya dapat menyebabkan leukemia.

    c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T

    Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang

    penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum

    penderita leukemia sel T.

    2. Faktor Endogen

    a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter

    seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 x lipat dan

    riwayat leukemia dalam keluarga . insiden leukemia lebih tinggi dari

    saudara kandung anak-anak yang terserang, dengan insiden yang

    meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.

    b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah

    yang tidak diturunkan.

    (Price, 2006 : 248)

    D. Patofisiologi

    Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal

    dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak

    terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama

    menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit

    di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke

    12

  • organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan

    splenomegali.

    Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa

    perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis

    normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan

    trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi

    selalu terdapat sel imatur.

    Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel

    hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan

    sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih

    meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.

    Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh

    ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan

    hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna

    dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh

    infark tulang.

    (Long, 1996 : 704)

    E. Manifestasi Klinik

    Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,

    perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa

    pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien

    membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat

    13

  • ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang

    meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa

    hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :

    1) Pucat

    2) Malaise

    3) Keletihan(letargi)

    4) Perdarahan gusi

    5) Mudah memar

    6) Petekia dan ekimosis

    7) Nyeri abdomen yang tidak jelas

    8) Berat badan turun

    9) Iritabilitas

    10) Muntah

    11) Sakit kepala (pusing)

    (Hidayat, 2006 : 45)

    F. Penatalaksanaan

    1. Transfusi darah

    Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia

    yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse

    trombosit.

    2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.

    Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan

    14

  • gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya

    dihentikan.

    3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi :

    vinkristine, asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan

    dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan

    prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal dan

    injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan

    pada system saraf pusat.

    Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi

    dalam kamar yang bebas hama).

    4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai

    remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno

    terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian

    imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar

    terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan

    spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.

    5. Transplantasi sumsum tulang.

    (Ngastiyah, 2005)

    G. Pengkajian Fokus

    1. Demografi

    a. Usia : Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5 tahun.

    Jenis leukemia ( limfositik myeloid akut ).lebih sering

    di temukan pada anak umur 15th .

    15

  • b. Ras : Lebih banyak terkena pada anak kulit putih

    c. Lingkungan : Banyak polutan

    d. Jenis kelamin : sering menyerang kaum laki-laki.

    2. Data fokus

    a. Aktivitas

    Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk

    melakukan aktivitas biasanya.

    Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.

    b. Sirkulasi

    Gejala : Palpitasi

    Tanda : Takikardi, membran mukosa pucat, dan tanda perdarahan

    serebral.

    c. Eliminasi

    Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang pada tisu,

    feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urin

    d. Integritas ego

    Gejala : Perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.

    Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah

    terangsang, perubahan alam perasaan.

    e. Nutrisi dan cairan

    Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, penurunan

    berat badan, faringitis disfagia.

    16

  • Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali,

    hepatomegali, ikterik, hipertrofi gusi (infiltrasi gusi

    mengindikasikan leukemia monositik.

    f. Neuro sensori

    Gejala : Penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau,

    kurang konsentrasi, kebas, kesemutan.

    Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.

    g. Nyeri atau kenyamanaan

    Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, nyeri

    tekan eksternal, kram otot.

    Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah, focus pada diri

    sendiri.

    h. Pernafasaan

    Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal

    Tanda : Dispnue, takhipnea, batuk, ronkhi.

    i. Keamanan

    Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan,

    perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.

    Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan gusi

    epistaksis, pembesaran nodul limfe (sehubungan dengan

    invasi jaringan).

    3. Data Penunjang

    a. Hitung darah lengkap :

    17

  • 1) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

    2) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari

    50.000/mm ).

    3) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan

    peningkatan sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri).

    Mungkin ada sel blast leukemia.

    b. Pemeriksaan sel darah tepi :

    Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga

    dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah

    sel yang beredar.

    c. Asam urat serum / urine : mungkin meningkat

    d. Biopsi sumsum tulang :

    Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih

    dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel

    blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis

    menurun.

    e. Biopsi nodus limfa :

    Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia

    dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit

    normal dan granulosit.

    (Doengoes, 2000)

    18

  • H. Konsep Pertumbuhan, Perkembangan Dan Hospitalisasi

    1.Konsep Pertumbuhan Anak Usia Sekolah

    Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

    jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

    biasa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran

    panjang (cm, meter), ukuran tulang dan keseimbangan metabolik (retensi

    kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1999:1).

    Ledakan pertumbuhan dimulai. Berbagai variasi masih normal.

    Bagan perkembangan hanya digunakan untuk referensi saja. Anak

    perempuan mungkin mengembangkan ciri sekundernya dan mulai

    menstruasi pada tahap ini. Usia awitan menstruasi telah menurun pada

    dekade terakhir ini.

    a. Berat badan akan bertambah 2 sampai 4 kg per tahun.

    b. Tinggi badan pada usia 8 tahun, secara proporsional lengan tumbuh

    lebih panjang daripada badan, tinggi bertambah pada usia 9 tahun.

    c. Gigi mulai meninggalkan gigi susu, memiliki 10 sampai 11 gigi

    permanen saat berusia 8 tahun dan kira-kira 26 permanen saat berusia

    12 tahun (Betz and Sowden, 2002).

    2.Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah

    Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan

    fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

    sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1999:1).

    19

  • Pada anak usia sekolah menurut Erikson, telah mencapai tahap

    perkembangan psikososial industri dan inisiatif. Pada tahap ini anak

    mempertahankan hubungan baru dengan teman sebaya diluar keluarga dan

    anak belajar mengkoordinasi ketrampilan untuk menyelesaikan proyek,

    aplikasi gerak motorik halus dan mengembangkan kemampuan fisik.

    Aktivitas motorik kasar dibawah kendali ketrampilan kognitif dan

    kesadaran, secara bertahap meningkatkan irama, kehalusan dan

    keanggunan gerakan otot, meningkatkan minat dalam penyempurnaan

    ketrampilan fisik, kekuatan dan daya tahan juga meningkat. Perkembangan

    motorik halus menunjukkan peningkatan ketrampilan seperti menjahit dan

    bermain musik.

    Perkembangan kognitif yaitu dengan pemikiran anak yang menjadi

    sangat abstrak dan simbolik, memahami konsep dulu, sekarang dan yang

    akan datang, dapat berfokus pada lebih dari satu aspek pada suatu situasi.

    Perkembangan bahasa yaitu menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran

    verbal, tidak begitu egosentris dalam orientasi dan kebanyakan mengerti

    kata-kata abstrak (Betz and Sowden, 2002).

    3.Konsep Hospitalisasi Anak Usia Sekolah

    Konsep hospitalisasi pada usi sekolah ini adalah ketakutan fisik

    terhadap kesakitan, dimana anak lebih toleransi terhadap nyeri daripada ia

    tidak bergerak. Ragu-ragu terhadap kesembuhannya atau kemungkinan

    meninggal. Anak dengan penyakit kronis lebih suka mengidentifikasi

    prosedur sebagai tekanan (Whaley and Wong, 1999).

    20

  • Pada usia ini anak mempunyai permasalahan hospitalisasi yaitu

    rasa takut, ansietas, tidak berdaya dan gangguan citra diri. Dimana sebagai

    perawat harus memiliki manajemen keperawatan yaitu batasi aturan,

    anjurkan orang tua kunjungi anak, rencanakan kontak dengan guru dan

    teman, rencanakan aktivitas bermain dan bergerak, ijinkan anak memilih

    dalam batasan yang diterima, berikan cara-cara anak dapat membantu

    pengobatan dan puji atas kerjasamanya.(Betz and Sowden, 2002).

    21

  • I. Pathways

    Faktor Endogen : - Ras - Kelainan kromosom - Herediter

    Faktor Eksogen : - Sinar X, Radioaktif - Bahan kimia, hormon - infeksi

    Proliferasi lokal dari sel neoplastik dalam sumsum tulang

    Akut limfa blastik leukimia

    Kurang informasi

    Proliferasi sel darah putih imatur

    Imunosupresi pada sumsum tulang

    Pansitopeni Kemoterapi

    Gangguan rasa nyaman nyeri

    Eritropeni Lekopeni

    Hb

    Suplai O2 dalam darah

    Jaringan < O2

    Kelemahan

    Gangguan tumbang

    Intoleransi aktivitas

    Agropulosi tosis

    Infeksi meningkat

    Risiko infeksi

    Asam lambung

    Alopesia

    Mual, muntah

    Gangguan citra tubuh

    Trombositopeni

    Risiko kurang volume cairan

    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    Kurang pengetahuan

    Perdarahan Splenohepatomegali

    Anoreksia,mual,muntah

    Sumber : (Hidayat, 2006 ; Price, 1999 ; Long, 1996)

    22

  • J. Diagnosa Keperawatan

    1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat

    pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih,

    peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi, penekanan sumsum

    tulang.

    2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan

    (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual,

    anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status hipermetabolik, demam).

    3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan anoreksia, mual dan muntah.

    4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen fisikal

    (pembesaran nodul limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan dengan sel

    leukemik ), agen kimia (pengobatan anti leukemik ).

    5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan

    cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit massif,

    ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

    6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

    melemahnya kemampuan fisik.

    7. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.

    8. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan

    pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada sumber, salah

    interpretasi informasi.

    23

  • K. Intervensi

    1. Diagnosa I : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak

    adekuat pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan

    sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit imatur ,

    imunosupresi , penekanan sumsum tulang.

    Tujuan : Mencegah timbulnya infeksi.

    Kriteria hasil :

    a. Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko

    infeksi.

    b. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan

    keamanan lingkungan, meningkatkan penyembuhan.

    Intervensi :

    a. Tempatkan pada ruang khusus,.batasi pengunjung sesuai indikasi.

    Rasional : Melindungi dari sumber potensial pathogen.

    b. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua

    petugas dan pengunjung.

    Rasional : Mencegah kontaminasi silang / menurunkan resiko infeksi.

    c. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.

    Rasional : Meningkatkan pembentukan antibody dan mencegah

    dehidrasi.

    d. Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium ( hitung darah lengkap ).

    Rasional : Meyakinkan adanya infeksi, mengidentifikasi organisme

    spesifik dan terapi tepat.

    24

  • 2. Diagnosa II : Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan

    kehilangan berlebihan (muntah, perdarahan, diare),

    penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia).

    Tujuan : Mempertahankan kebutuhan cairan.

    Kriteria hasil :

    a. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh tanda vital

    stabil, nadi teraba, haluaran urin, berat jenis dan PH dalam batas

    normal.

    b. Mengidentifikasi faktor resiko individual intervensi yang tepat.

    c. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk mencegah terjadi

    defisit volume cairan.

    Intervensi :

    a. Awasi masukan / haluaran. Hitung kehilangan tak kasat mata dan

    keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urin pada adanya

    pemasukan adekuat, ukur erat jenis dan PH urin.

    Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi SDM

    dan pencetusnya pada tubulus batu ginjal (sehubungan

    dengan peningkatan kadar asam urat / dapat menimbulkan

    retensi urin / gagal ginjal ).

    b. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

    Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan atau elektrolit

    pada tak adanya pemasukan melalui oral, menurunkan

    resiko komplikasi ginjal.

    25

  • c. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan /

    perdarahan.

    Rasional : Bila perdarahan terjadi meskipun dengan sikat halus

    dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

    d. Perhatikan adanya mual dan demam.

    Rasional : Mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairan dan rute

    penggantian.

    e. Kolaborasi :

    1) Berikan cairan IV sesuai indikasi.

    Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit

    pada tak adanya pemasukan melalui oral: menurunkan

    resiko komplikasi ginjal.

    2) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : trobosit, hemoglobin,

    hematokrit, pembekuan atau supresi sumsum tulang sekunder

    terhadap obat anti neoplastik), pasien cedera, perdarahan spontan

    yang mengancam hidup. Penurunan hemoglobin, hematokrit

    indikasi perdarahan (mungkin samar).

    3. Diagnosa III : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

    Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan

    keperawatan.

    26

  • Kriteria hasil : Mual dan muntah berkurang atau bahkan menghilang, berat

    badan dapat dipertahankan, klien bisa menghabiskan makan

    1 porsi.

    Intervensi :

    a. Monitor pemasukan dan pengeluaran makanan.

    Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan

    konsumsi makanan.

    b. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering.

    Rasional : Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

    meningkatkan pemasukan.

    c. Pastikan pola diit makanan yang disukai dan tidak disukai.

    Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan

    intervensi.

    d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.

    Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi

    kebutuhan individual.

    4. Diagnosa IV : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen

    fisikal (pembesaran nodus limfe), agen kimia (pengobatan

    anti leukemia).

    Tujuan : Kebutuhan nyaman terpenuhi, klien tidak merasakan nyeri.

    Kriteria hasil :

    a. Pasien mengatakan nyeri terkontrol / hilang.

    b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri.

    27

  • c. Tampak rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tenang.

    Intervensi :

    a. Kaji skala nyeri, kaji ttv, perhatikan petunjuk non verbal.

    Rasional : Mengidentifikasi terjadi komplikasi dan membantu

    mengevaluasi pernyataan verbal keefektifan intervensi.

    b. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.

    Rasional : Meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan

    koping.

    c. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi ekstremitas dengan

    bantal.

    Rasional : Dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang / Bantu latihan

    rentang gerak lembut.

    d. Ubah posisi secara periodic dan berikan atau bantu latihan rentang

    gerak lembut.

    Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.

    e. Berikan tindakan kenyamanan (misal : pijitan, kompres dingin)dan

    dukungan psikologi.

    Rasional : Meminimalkan kebutuhan /menaikkan efek obat.

    f. Kaji ulang tingkat kenyamanan pasien sendiri, posisi, aktivitas fisik,

    atau non fisik dan sebagainya.

    Rasional : Penanganan terhadap nyeri melibatkan pasien, memberikan

    penguatan positif, meningkatkan rasa kontrol dan

    28

  • menyiapkan intervensi yang bisa digunakan sewaktu

    pulang.

    g. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien .

    Rasional : Perilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu

    pasien mengatasinya lebih efektif.

    h. Dorong penggunaan teknik manajemen nyeri, missal : latihan relaksasi

    atau nafas dalam, bimbingan imajinasi.

    Rasional : Memudahkan relaksasi, terapi farmakologis tambahan dan

    meningkatkan kemampuan koping.

    i. Kolaborasi :

    1) Awasi kadar asam urat.

    Rasional : Penggantian cepat dan destruksi sel leukemia selama

    kemoterapi meningkatkan asam urat, menyebabkan

    pembengkakan dan nyeri sendi.

    2) Berikan obat sesuai indikasi : analgesic, contoh : asetaminofen

    (Tylenol ).

    Rasional : Diberikan untuk nyeri ringan yang tidak hilang

    dengan tindakan kenyamanan.

    3) Narkotik, missal : kodein, meperdin (Demerol), morfin,

    hidromorfon (dilaudis).

    Rasional : Digunakan bila nyeri berat. Penggunaan ADP

    mungkin menguntungkan dalam pencegahan puncak

    dan penurunan pemberian intermiten.

    29

  • 4) Agen ansietas, contoh : diazepam (valium), lorazepam (ativan).

    Rasional : Mungkin diberikan untuk meningkatkan kerja

    analgetik / narkotik.

    5. Diagnosa V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,

    penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolic

    dari produksi leukosit massif, ketidak seimbangan antara

    suplai dan kebutuhan oksigen (anemia, hipoksia ).

    Tujuan : Pasien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan

    kemampuannya.

    Kriteria hasil :

    a. Pasien melaporkan adanya peningkatan toleransi aktifitas yang dapat

    diukur.

    b. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran.

    c. Dapat berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat dilakukan sehari- hari

    sesuai dengan tingkat kemampuan pasien.

    Intervensi :

    a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk

    berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari.

    Rasional : Efek leukemia, anemia, dan kemoterapi mungkin

    komulatif (khususnya pada fase pengobatan akut dan

    aktif).

    b. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan

    dorong istirahat sebelum makan.

    30

  • Rasional : Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi selular /

    penyembuhan jaringan.

    c. Implementasikan teknik penghematan energi, contoh : lebih baik

    duduk dari pada berdiri, penggunaan kursi untuk mandi. Bantu

    ambulasi / aktivitas lain sesuai indikasi.

    Rasional : Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan

    diri.

    d. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut

    sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi.

    Rasional : Dapat meningkatkan pemasukan dengan menurunkan

    mual.

    e. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan

    Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk kebutuhan

    seluler.

    6. Diagnosa VI : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan

    dengan melemahnya kemampuan fisik.(Carpenito, 2001 :

    156)

    Tujuan : Mempertahankan kemampuan motorik dan kemampuan

    komunikasi verbal.

    Kriteria hasil : Anak mampu mempertahankan perkembangannya sesuai

    usia, orang tua mengerti tugas-tugas perkembangan secara

    normal sesuai usia, orang tua mengerti dan mampu

    menstimulasi perkembangan anak sesuai usia.

    31

  • Intervensi :

    a. Ajari orang tua tentang perkembangan anak sesuai usia

    b. Perkuat perkembangan kata-kata dengan pengulangan kata yang

    digunakan anak

    c. Ajak anak bermain untuk merangsang kemampuan motorik dan

    pendengaran

    d. Kaji tingkat perkembangan yang telah dicapai oleh anak

    7. Diagnosa VII :Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.

    (Wong, 2003 : 598)

    Tujuan : Anak atau keluarga menunjukkan koping positif

    Kriteria hasil : Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan

    kerontokan rambut, anak tampak bersih dan berpakaian

    rapi.

    Intervensi :

    a. Anjurkan anak untuk menjaga rambut yang tipis tetap bersih

    b. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3-6 bulan dan mungkin

    warnanya berbeda

    c. Ajarkan anak untuk meningkatkan highline.

    8. Diagnosa VIII: Kurang pengetahuan tentang penyakit, proknosis, dan

    kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

    terpajan pada sumber, salah interprestasi informasi.

    Tujuan : Pasien mengetahui dan memahami penyakit, proknosis, dan

    pengobatan yang diberikan.

    32

  • Kriteria hasil :

    a. Pasien mengatakan paham terhadap kondisi / proses penyakit dan

    pengobatan.

    b. Melakukan perubahan pola hidup yang perlu.

    c. Berpartisipasi dalam program pengobatan.

    Intervensi :

    a. Kaji ulang patologi bentuk khusus leukemia dan berbagai bentuk

    pengobatan.

    Rasional : Pengobatan dapat termasuk berbagai obat anti neoplastik,

    radiasi seluruh tubuh atau hati / limpa, transfuse, dan

    transplantasi sumsum tulang.

    b. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit leukemia.

    Rasional : Pasien lebih mengerti dan memahami apa itu penyakit

    leukemia dan tahu cara pengobatan dan pencegahannya.

    (Doengoes, 2000)

    33

    A. Pengertian B. Anatomi Dan Fisiologi C. Etiologi Dan Predisposisi D. Patofisiologi E. Manifestasi Klinik F. Penatalaksanaan G. Pengkajian Fokus H. Konsep Pertumbuhan, Perkembangan Dan Hospitalisasi Pathways J. Diagnosa Keperawatan K. Intervensi