jndul : pengaruh corporate governance, pengungkapan ... · pajak seperti kepemilikan institusional...

16
Jndul : Pengaruh Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak Nama : RR. Maria Yulia Dwi Rengganis Nim : 1306305032 Abstrak Agresivitas pajak merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan sebagai strategi untuk mengurangi atau meminimalkan jumlah pajak yang hams dibayar. Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diproksikan dengan effective tax rate (ETR). Semakin rendah nilai ETR suatu perusahaan menggambarkan semakin tinggi tingkat agresivitas pajak perusahan tersebut Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak yang diproksikan dengan ETR. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Perusahaan yang terpilih menjadi sampel setelah dikurangi beberapa kriteria adalah sebanyak 99 perusahaan amatan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa bahwa pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ETR sebagai proksi dari agresivitas pajak. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, maka semakin tinggi nilai ETRnya yang menggambarkan semakin rendah tingkat agresivitas pajak perusahaan. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang dapat mendeteksi adanya tindakan agresivitas pajak seperti kepemilikan institusional dan kualitas audit. Kata Kunci: Agresivitas Pajak, Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan vii

Upload: buiduong

Post on 07-May-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jndul : Pengaruh Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Social

Responsibility dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas

Pajak

Nama : RR. Maria Yulia Dwi Rengganis

Nim : 1306305032

Abstrak

Agresivitas pajak merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan sebagaistrategi untuk mengurangi atau meminimalkan jumlah pajak yang hams dibayar.Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diproksikan dengan effective tax rate(ETR). Semakin rendah nilai ETR suatu perusahaan menggambarkan semakintinggi tingkat agresivitas pajak perusahan tersebut Penelitian ini dilakukan untukmengetahui pengaruh dari Corporate Governance, Pengungkapan CorporateSocial Responsibility dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak yangdiproksikan dengan ETR.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Penentuan sampel menggunakanmetode purposive sampling. Perusahaan yang terpilih menjadi sampel setelahdikurangi beberapa kriteria adalah sebanyak 99 perusahaan amatan. Teknikanalisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil daripenelitian ini membuktikan bahwa bahwa pengungkapan CSR berpengaruhterhadap ETR sebagai proksi dari agresivitas pajak. Semakin tinggi tingkatpengungkapan CSR suatu perusahaan, maka semakin tinggi nilai ETRnya yangmenggambarkan semakin rendah tingkat agresivitas pajak perusahaan. Untukmendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, peneliti selanjutnya diharapkandapat meneliti variabel lain yang dapat mendeteksi adanya tindakan agresivitaspajak seperti kepemilikan institusional dan kualitas audit.Kata Kunci: Agresivitas Pajak, Corporate Governance, Pengungkapan Corporate

Social Responsibility, Ukuran Perusahaan

vii

DAFTARISI

Halaman

HALAMANJUDUL.

HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI ii

PERNYATAAN ORISINALITAS iii

KATA PENGANTAR iv

ABSTRAK vii

DAFTARISI viii

DAFTARTABEL xi

DAFTARGAMBAR xii

DAFTARLAMPIRAN.. . xiii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian 9

1.3 Tujuan Penelitian 9

1.4 Kegunaan Penelitian 10

1.5 Sistematika Penulisan 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN fflPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka 13

2.1.1 Teori Legitimasi 13

2.1.2 Teori Agensi 14

2.1.3 Agresivitas Pajak 14

VIII

I 1.4 Corporate Governance 15

2.1.4.1 Komisaris Independen 16

2.1.4.2 Dewan Direksi 16

2.1.4.3 Komite Audit 17

2.1.5 Corporate Social Responsibility (CSR) 18

2.1.6 Ukuran Perusahaan 19

22 Hipotesis Penelitian 20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian 25

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian 25

3.3 Obyek Penelitian 26

3.4 Identifikasi Variabel 26

3.5 Definisi Operasional Variabel 26

3.6 Jenis dan Sumber Data 30

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel 30

3.8 Metode Pengumpulan Data 31

3.9 Teknik Analisis Data 32

BAB IV PEMBAHASAN BASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian 37

4.2 Analisis Statistik Deskriptif 38

4.3 Uji Asumsi Klasik 40

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda 44

IX

Pengujian Hipotesis 45

» Pembahasan Penelitian 48

4.6.1 Pengaruh Komisaris Independen pada Agresivitas Pajak 48

4.6.2 Pengaruh Dewan Direksi pada Agresivitas Pajak 49

4.6.3 Pengaruh Komite Audit pada Agresivitas Pajak 50

4.6.4 Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada

Agresivitas Pajak 52

4.6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Agresivitas Pajak 53

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan 55

5.2 Saran 56

DAFTARRUJUKAN 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN... ...66

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara, sebagai sumber

pembiayaan untuk kegiatan pembangunan nasional dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Setiap tahunnya pemerintah selalu meningkatkan target

penerimaan pajak, namun pada kenyataannya penerimaan pajak yang ditargetkan

oleh pemerintah tidak tercapai.

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2011-2015

Tahun

Target Penerimaan Pajak

(Dalam Triliun Rupiah)

Realisasi Penerimaan Pajak

(Dalam Triliun Rupiah)

Persentase Realisasi

Penerimaan Pajak

2011 878,70 873,90

99,45%

2012 1.032,57 980,50

94,96%

2013 1.148,40 1.077,30

93,81%

2014 1.246,10 1.146,90

92,04%

2015 1.294,25 1.055,00

81,51%

Sumber: www.kemenkeu.go.id, 2016

Berdasarkan data Kementerian Keuangan Republik Indonesia tersebut,

besarnya realisasi penerimaan Negara dari sektor pajak yang meliputi semua jenis

pajak pada tahun 2011 adalah sebesar 873,90 Triliun Rupiah dari target yang

ingin dicapai yaitu 878,70 Triliun Rupiah. Jumlah tersebut berada pada angka

99,45% dari target. Pada tahun selanjutnya, tahun 2012 pencapaian penerimaan

pajak tercatat 980,50 Triliun Rupiah dari target yang ditetapkan yaitu 1.032,57

2

Triliun Rupiah. Jumlah tersebut mencapai angka 94,96% dari target. Selanjutnya

realisasi tahun 2013 mencapai angka 1.077,30 Triliun Rupiah dari target yang

ditetapkan yaitu 1.148,40 Triliun Rupiah. Jumlah tersebut baru mencapai 93,81%

dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2014 tercatat penerimaan pajak mencapai

angka 1.146,90 Triliun Rupiah dari target yang ditetapkan sebesar 1.246,10

Triliun Rupiah. Angka tersebut mencapai 92,04%. Terakhir pada tahun 2015

tercatat penerimaan pajak mencapai angka 1.055,00 Triliun Rupiah dari target

yang ditetapkan sebesar 1.294,25 Triliun Rupiah. Angka tersebut mencapai

81,51%.

Tidak tercapainya target penerimaan pajak tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor. Salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target penerimaan

pajak tersebut karena wajib pajak dapat melakukan perencanaan pajak dalam

upaya mencapai efisiensi beban pajak. Wajib Pajak dapat melakukan perencanaan

pajak karena sistem perpajakan di Negara Indonesia menganut Self Assessment

system. Self Assessment system merupakan sistem perpajakan yang memberi

kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan sendiri,

dan membayar sendiri pajak terhutang yang seharusnya dibayar. Upaya wajib

pajak untuk menekan beban pajaknya menggambarkan tingkat agresivitas pajak

yang dilakukan oleh wajib pajak.

Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak, mempunyai kewajiban untuk

membayar pajak yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya.

Namun bagi perusahaan pajak dianggap sebagai beban yang dapat mengurangi

laba. Hal tersebut mendorong perusahaan melakukan usaha dan strategi untuk

3

mengurangi atau meminimalkan jumlah pajak yang ditanggungnya, sehingga

perusahaan cenderung dipandang telah melakukan tindakan agresivitas pajak.

Frank et al. (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa agresivitas

pajak merupakan tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dilakukan

perusahaan melalui tindakan perencanaan pajak, baik menggunakan cara yang

tergolong legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion). Dalam penelitian ini,

agresivitas pajak diproksikan dengan effective tax rate (ETR). Wibowo (2012)

dalam Hanum dan Zulaikha (2013) mendefinisikan ETR sebagai rasio dari pajak

yang dibayarkan perusahaan berdasarkan total pendapatan sebelum pajak

penghasilan akuntansi sehingga dapat mengetahui seberapa besar presentase

perubahan membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh

perusahaan.

Karayan dan Swenson (2007) mengungkapkan bahwa salah satu cara

mengukur seberapa baik sebuah perusahaan mengelola pajaknya adalah dengan

melihat tarif efektifnya. ETR yang rendah menunjukan beban pajak penghasilan

lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak sehingga menjadi indikasi tingkat

agresivitas pajak yang tinggi. Hal ini karena terdapat kecenderungan perusahaan

membayar beban pajak lebih rendah dari yang seharusnya (Ratmono dan Sagala,

2015). Semakin rendah nilai ETR suatu perusahaan menggambarkan semakin

tinggi tingkat agresivitas pajak perusahan tersebut.

Tindakan agresivitas pajak merupakan tindakan yang bertentangan dengan

keinginan dan harapan dari masyarakat. Masyarakat pada umumnya

menginginkan setiap perusahaan menjalankan tanggung jawab sosialnya baik

4

yang berhubungan dengan lingkungan maupun tanggung jawab kepada Negara

melalui kewajiban membayar pajak. Perusahaan yang terbukti melakukan

tindakan agresivitas pajak akan memperoleh pandangan negatif dari masyarakat

karena dipandang kurang memiliki tanggung jawab sosial.

Perusahaan tentunya tidak menginginkan mendapat pandangan negatif dari

masyarakat, maka hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan

tindakan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan. Salah satu upaya

mengendalikan tindakan agresivitas pajak adalah dengan cara melaksanakan

corporate governance sehingga dapat mengawasi pengelolaan perusahaan oleh

manajemen, termasuk dalam hal kebijakan perpajakan perusahaan. Permana dan

Zulaikha (2015) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan tata kelola

perusahaan yang menentukan arah perusahaan sesuai dengan karakter pemimpin

perusahaan, dan karakter seorang pemimpin dapat mempengaruhi keputusan yang

dibuatnya termasuk dalam penghindaran pajak.

Beberapa penelitian terdahulu tentang hubungan antara corporate

governance dengan agresivitas pajak perusahaan dilakukan oleh Sartori (2010),

Putranti dan Setiawanta (2015). Sartori (2010) mengungkapkan bahwa tata kelola

perusahaan memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan ketaatan pajak

perusahaan, sehingga akan meminimalkan agresivitas pajak. Selain itu, Putranti

dan Setiawanta (2015) mengungkapkan bahwa secara statistik terdapat tiga

variabel independen yang berpengaruh terhadap tax avoidance perusahaan yaitu

variabel kepemilikan institusional yang memiliki arah negatif, jumlah dewan

komisaris yang memiliki arah positif, serta variabel kualitas audit memiliki arah

5

positif sedangkan variabel prosentase dewan komisaris independen dan variabel

jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Penelitian ini menggunakan variabel corporate governance. corporate

governance didefinisikan sebagai suatu sistem dan seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi

agar kinerja perusahaan dijalankan dengan efektif, efisien, transparan dan

akuntabel demi tercapainya tujuan organisasi dan menghindari kecurangan-

kecurangan dalam manajemen perusahaan, selain itu juga dapat menghasilkan

laporan keuangan yang akuntabel yang berguna bagi para penggunanya untuk

mengambil keputusan (Santoso dan Muid, 2014).

Variabel corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan

komisaris independen, ukuran dewan direksi, dan komite audit. Komisaris

Independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan

direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta

bebas dari hubungan bisnis yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan

(Sari, 2014). Komisaris independen merupakan bagian dari dewan komisaris,

yang bertugas untuk mengawasi manajemen perusahaan dalam menjalankan

kegiatannya agar tidak menyimpang dari kebijakan yang sudah ditetapkan

maupun tindakan yang melanggar hukum.

Dewan direksi dalam mekanisme corporate governance juga sangat

penting, karena dewan direksi merupakan organ perusahaan yang bertugas dan

bertanggungjawab secara kolektif dalam mengelola perusahaan. Dalam penelitian

6

ini menggunakan proksi dewan direksi karena dewan direksi bertanggungjawab

atas laporan tahunan yang memuat laporan keuangan, laporan kegiatan

perusahaan dan laporan pelaksanaan GCG (KNKG, 2006). Hal ini berarti dewan

direksi juga pasti memperhatikan kelima prinsip-prinsip GCG dalam tugasnya

untuk mengelola perusahaan secara efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini yang dimaksud komite audit adalah suatu komite

yang bekerja secara profesional dan independen dibawah dewan komisaris dan

dengan demikian tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan

komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan,

manajemen resiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari corporate

governance di perusahaan-perusahaan (Sihaloho dan Pratomo, 2014). Tanggung

jawab komite audit dalam bidang corporate governance adalah untuk memastikan

apakah perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang

berlaku serta melakukan pengawasan untuk mencegah adanya benturan

kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan (Surya dan

Yustiavandana, 2006).

Perusahaan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya selain

dengan memperoleh laba juga harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

Tanggung jawab sosial tersebut dikenal dengan Corporate Social Responsibility

(CSR). CSR didefinisikan sebagai “'bagaimana perusahaan memperhitungkan

dampak sosial dan lingkungan dalam cara perusahaan tersebut beroperasi,

memaksimalkan manfaat dan meminimalkan kerugian” (Pemerintah UK dalam

KPMG, 2007). Kewajiban pelaksanaan CSR dari suatu perusahaan diatur dalam

7

UU Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007) Tentang Perseroan Terbatas.

Kewajiban pelaksanaan CSR tersebut secara khusus diatur dalam Pasal 74 UU

No. 40 Tahun 2007 yang berbunyi “Perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya dibidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”.

Warshut (2010) mendefinisikan CSR sebagai upaya kesungguhan entitas

bisnis untuk meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif

operasi perusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi,

sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

Tingkat kesadaran perusahaan untuk menerapkan CSR dalam operasinya berbeda

antara yang satu dengan yang lainnya. Semakin perusahaan peduli terhadap

pentingnya melaksanakan CSR, maka perusahaan tersebut juga cenderung akan

semakin sadar terhadap pentingnya pajak bagi masyarakat pada umumnya

(Yoehana, 2013).

Melalui pengungkapan CSR, perusahaan bisa memperoleh legitimasi

sosial dari masyarakat. Legitimasi sosial sangat penting bagi setiap perusahaan

karena dengan memperoleh legitimasi sosial, perusahaan dapat memaksimalkan

kekuatan keuangannya dalam jangka panjang melalui respon positif masyarakat

dan para pelaku pasar saham. Suatu perusahaan yang telah mendapatkan respon

positif atau reputasi yang baik di mata masyarakat, tentu ingin selalu

mempertahankannya untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu

cara untuk mempertahankan reputasi yang baik tersebut adalah dengan

8

menghindari tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai sosial seperti

tindakan agresivitas pajak.

Penelitian terkait hubungan CSR dengan agresivitas pajak telah dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya. Watson (2011) mengungkapkan bahwa

aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan secara konsisten dapat mengurangi

tingkat agresivitas pajak perusahaan. Penelitian lain dilakukan oleh Lanis dan

Richardson (2012), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, maka semakin rendah tingkat

agresivitas pajak yang dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tanggung jawab sosial yang dilaksanakan

perusahaan maka semakin tinggi kesadaran perusahaan untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya.

Selain corporate governance dan Corporate Social Responsibility,

tindakan agresivitas pajak juga dipengaruhi oleh kestabilan dan kemampuan

perusahaan untuk membayar pajak yang dapat terlihat dari ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan dalam menentukan besar

kecilnya suatu perusahaan (Sari, 2010).

Perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dan

lebih baik dibandingkan perusahaan kecil untuk melakukan pengelolaan pajak

(Darmawan, 2014). Sumber daya yang ahli dalam perpajakan diperlukan agar

dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal untuk

menekan besarnya beban pajak perusahaan, sedangkan perusahaan kecil tidak

dapat optimal dalam mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli

9

perpajakan dalam perusahaannya (Darmadi, 2013). Penjelasan tersebut

menggambarkan bahwa perusahaan besar akan cenderung memiliki tingkat

agresivitas pajak yang tinggi.

Penelitian terkait ukuran perusahaan telah dilakukan sebelumnya, salah

satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013), yang

menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin rendah

CETR yang dimilikinya karena perusahaan besar lebih mampu menggunakan

sumber daya yang dimilikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang

baik.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana pengaruh komisaris independen terhadap effective tax rate?

2) Bagaimana pengaruh ukuran dewan direksi terhadap effective tax rate?

3) Bagaimana pengaruh komite audit terhadap effective tax rate?

4) Bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility

terhadap effective tax rate?

5) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap effective tax rate?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh komisaris independen terhadap effective tax

rate.

10

2) Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan direksi terhadap effective tax

rate.

3) Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap effective tax rate.

4) Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social

Responsibility terhadap effective tax rate.

5) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap effective tax

rate.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kegunaan penelitan yang akan

diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah refrensi, informasi, dan wawasan

serta menguatkan Teori Legitimasi.

2) Kegunaan Praktis

Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya mengenai

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Bagi investor, penelitian

ini dapat memberikan masukan dalam menilai dan mengevaluasi suatu

perusahaan ketika akan melakukan penanaman modal dalam perusahaan

tersebut.

11

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun dalam beberapa bab

secara sistematis sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah mengenai

agresivitas pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate

(ETR) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pokok

rumusan masalah variabel yang diteliti, tujuan dan kegunaan

penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang menunjang

pembahasan terhadap masalah dan variabel dalam penelitian ini

dan diakhiri dengan rumusan hipotesis dan model penelitian.

Bab III : Metode Penelitiian

Bab ini memaparkan tentang desain penelitian yang digunakan,

menentukan lokasi dan ruang lingkup wilayah dilakukannya

penelitian, penentuan obyek penelitian, menjelaskan mengenai

identifikasi variabel faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak,

mendefinisikan operasional variabel, jenis dan sumber data yang

digunakan, menjelaskan mengenai populasi, sampel dan metode

penentuan sampel, serta metode pengumpulan data dan teknik

analisis data yang digunakan untuk meneliti pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

12

Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai Gambaran umum objek penelitian

pada aktivitas agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), deskripsi data hasil

penelitian terhadap agresivitas pajak serta pembahasan hasil

penelitian berdasarkan output SPSS.

Bab V : Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang dibuat berdasarkan

uraian pada bab sebelumnya serta saran-saran yang nantinya

diharapkan dapat berguna bagi penelitian berikutnya.